Tanjungpinang Pos 6 Mei 2018

Page 1

BATU TUMPAK TIGA, TAREMPA

ES LAKSAMANA MENGAMUK

H3

Rasanya Segarang Namanya

Pesona di Ujung Dermaga

H5 6 MEI 2018 / 20 SSY YABAN 143 9H 1439

DEWAN PERS

Rp. 3000 www.tanjungpinangpos.id

MEDIA TERVERIFIKASI

2018

Mencari Pengganti H2

RENI

RENI Yusneli meninggalkan jabatannya sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang. Keputusannya mengikuti lelang jabatan terbuka kemudian membawanya pada jabatan baru sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kepri. Hal ini menyisakan lubang menganga pada sebuah OPD yang punya peran sentral. Siapakah penggantinya?

Racun Kalajengking 2019 Ketika seseorang berada dalam kerumunan (crowds), ia akan menghilangkan dirinya sendiri untuk menyatu ke dalam jiwa massa. Oleh para ahli psikologi, fenomena ini diistilahkan sebagai Deindividuation Theory. Umpama air, ia dapat berbentuk genangan yang tenang, atau gelombang huru hara.

SELAKSA Kolom Muhammad Natsir Tahar

TEORI Penularan Sosial (Social Contagion Theory) menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial massa. Mereka melakukan tindakan meniru atau mengimitasi. Kecuali telah terencana, dibutuhkan

redaksitanjungpinangpos@gmail.com „ REDAKTUR: FATIH

seorang provokator untuk memancing kekacauan yang kemudian menular dengan cepat. Di Indonesia, salah satu kerumunan massa yang terbaik dan terbesar sepanjang masa adalah Aksi 212 dan Reuni 212.

facebook/tanjungpinangpos

Mereka adalah solidaristic crowd atau kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh kesamaan ideologi atau orientasi yang mampu membebaskan diri dari fenomena Mob. Mob identik dengan kerumunan menyimpang yang condong rusuh dan destruktif. Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif. Yang relevan untuk dibahas dalam kontestasi politik kontemporer adalah kemunculan massa secara BERSAMBUNG KE HAL 7

@tpipos „ LAYOUT: DOBBY FACHRIZAL


2

Liputan Khusus

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 6 MEI 2018

Siapa Pengganti Reni? RENI Yusneli telah melepas jabatannya sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang. Siapa yang kemudian dirasa paling layak menggantikannya?

FATIH MUFTIH, TANJUNGPINANG. RENI menjawab sesi wawancara elektronik dengan santai. Ia mengucapkan terima kasih atas dukungan yang pernah diberikan selama sembilan bulan menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang. “Terima kasih buat support-nya,” ucapnya melalui pesan singkat. Selama diberi amanah menjabat sebagai orang nomor satu di Disburpad Tanjungpinang, Reni mengaku sudah memberikan segala hal yang ia bisa. Jikalau memang ada hal yang kurang menyenangkan selama mengabdi di lingkungan Pemko Tanjungpinang, Reni meminta maaf. Namun, lebih daripada itu, Reni mengaku masih ada sejumlah kendala yang mesti diselesaikan di Disparbud Tanjungpinang, yang belum terselesaikan ketika ia menjabat di sana. Sejumlah kegiatan pariwisata andalan semacam lomba perahu naga, festival kue bulan, dan semarak malam tahun baru adalah sederet program yang harus ditingkatkan dan dimaksimalkan agar semakin mengundang wisatawan mancanegara berdatangan ke Tanjungpinang. Tidak cuma itu saja. Sebagian pemikiran Reni juga masih banyak terbetot ke kerja-kerja kepariwisataan yang pernah ia fokuskan. Di antaranya adalah destinasi wisata unggulan baru seperti Taman Budaya dan Bukit Manuk yang menurutnya bisa dioptimalisasikan untuk menggaet minat kunjungan ke Tanjungpinang. “Saya rasa yang perlu dilakukan adalah kerja sama dengan beragam OPD terkait. Saya yakin, dua destinasi ini bisa menjadi unggulan pariwisata Tanjungpinang ke depannya,” kata Reni yang sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Plt. Sekdaprov Kepri ini. Selesai? Belum. Reni mengaku masih ada sejumlah permasalahan yang harus difokuskan oleh suksesornya di Disparbud Tanjungpinang. Yakni, perihal investasi wisata. Menurut Reni, pekerjaan ini membutuhkan waktu. Namun, jika tidak segera dimulai akan membuat pembangunan pariwisata Tanjungpinang seolah jalan di tempat. “Ini yang selalu saya tekankan agar Pemko Tanjungpinang kemudian mampu memberikan kemudahan perizinan. Tidak di situ saja, masyarakat juga harus mendukung jikalau ada investor yang masuk,” ucapnya. Jejak rekam selama Reni menjabat sebagai Kepala Disparbud Tanjungpinang tidaklah buruk. Tahun 2017 saja atau di separuh tahun pertam masa menjabatnya, Reni berhasil memenuhi target kunjungan wisman mencapai 107 ribu jiwa. Dan di tahun ini yang masih berlangsung, telah terjadi

peningkatan 20 persen dari periode yang sama. “Walau saya sudah tidak di Disparbud, saya optimistis target kunjungan wisman tahun ini akan terpenuhi, karena kenaikannya cukup signifikan,” ujarnya percaya diri. Reni menaruh keyakinan tinggi, ke depan pariwisata Tanjungpinang akan semakin menggeliat. Ia berharap segala hal-hal yang sudah baik bisa dipertahankan, dan segala yang belum baik bisa dibenahi dan ditingkatkan. Mencari Pengganti Reni Tidak mudah mencari pengganti seorang Reni Yusneli. Setidaknya begitu pengakuan Ketua Komisi II DPRD Tanjungpinang, Mimi Betty Williningsih. Ia menghormati pilihan Reni untuk mengikuti lelang jabatan terbuka yang kemudian membawa Reni kembali ke Pemprov Kepri. Namun, di tengah-tengah atensi besar DPRD Tanjungpinang meninjau Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah 2017 yang menitikberatkan pariwisata sebagai bidang yang harus dibangun ke depan, membuat pekerjaan ini semakin tidak mudah. “Karena nanti pasti diisi Plt,” ungkap Mimi. Politisi dari Fraksi Partai Golkar ini mengatakan, Pemerintah Kota Tanjungpinang harus jeli dalam mencari pengganti Reni. Jika memang melalui seleksi lelang jabatan terbuka, kata dia, harus benar-benar dilihat kualifikasi dan kompetensi yang bersangkutan. “Harus punya jiwa dan kualitas seni yang tinggi. Sehingga bisa punya gebrakangebrakan dalam membangun pariwisata Tanjungpinang,” ujarnya. Sebagai komisi yang bersinggungan langsung dengan Reni, selama ini Mimi menilai, Reni sebagai pejabat yang tanggap dan kreatif. Gebrakannya dalam bidang pariwisata cukup terasa dengan mengembangkan sejumlah destinasi wisata baru di Tanjungpinang. “Kita bisa lihat bagaimana aksinya dalam membangun kampung warnawarni di Kampung Melayu,” kata Betty. Namun, tidak baik juga terus menggantungkan kerja kepariwisataan kepada Reni Yusneli yang kini sudah menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kepri. Mimi berharap pengganti Reni ke depannya bisa mulai merancang sebuah program kepariwisataan yang tidak hanya menyumbang angka kunjungan wisatawan, tapi juga menambah pemasukan daerah. “Kadisbudpar-nya harus kreatif. Harus bisa bikin program yang bertujuan meningkatkan PAD Tanjungpinang. Jangan hanya copy-paste dari yang

sudah ada,” tegas Mimi. Suara yang sama disampaikan Anggota Komisi II DPRD Tanjungpinang, Pepy Candra. Ia menilai, pengganti Reni nantinya punya tanggung jawab yang boleh dikata tidak ringan, tapi juga tidak berat. “Asal orangnya kreatif, bereslah,” ungkap Pepy. Terobosan yang diperbuat Reni sejauh ini, diakui Pepy, memang di luar pemikiran kebanyakan. Sehingga ia berharap semangat kreatif semacam ini diturut oleh pengganti Reni ke depannya. “Tempat foto 0 Kilometer itu idenya cemerlang sekali. Tidak perlu duit besar, sudah jadi dan menarik pula,” kata Pepy. Sebab bidang pariwisata sudah menjadi atensi DPRD Tanjungpinang, Pepy berharap keseriusan Pemko Tanjungpinang dalam mencari pengganti Reni. Jangan sampai, kata Pepy, salah meletak orang dalam sebuah jabatan suatu OPD yang punya peran sentral. “Kalau salah nakhoda, alamatlah kapal akan tenggelam,” kata Pepy berkias. Sementara itu, dari sudut pandang pelaku bisnis pariwisata, pengganti Reni mestilah seorang pejabat yang paham mengelola OPD tersebut dengan mengedepankan korporasi. “Sama seperti yang ada di Kemenpar, bahwasanya pariwisata ini harus dikelola secara korporasi dan bukan birokrasi. Karena pariwisata ini sumber ekonomi,” terang pengusaha travel Sapril Sembiring. Seorang Kepala Disparbud Tanjungpinang pengganti Reni nanti, sambung Sapril, diharapkan mampu membangun destinasi-destinasi wisata baru, menjaga harmoni dan koordinasi antarpemangku kebijakana, dan memperkuat pemasaran digital. Untuk urusan terakhir ini, Sapril memberikan penekanan. “Karena sekarang eranya internet. Disparbud harus benarbenar melek ini,” tegasnya. Tidak hanya urusan promosi, tapi juga destinasi wisata yang disajikan harus ramah terhadap tren kekinian wisatawan. Misalnya, kata Sapril, dengan menyajikan wahana berfoto yang menarik di setiap destinasi wisata, menggerakkan kawula muda untuk aktif dan partisipatif dalam mempromosikan destinasi melalui media sosial. “Disparbud harus menjadi leader. Terobosan seperti kerja sama dengan operator feri, agen travel, hotel, dan menyusun paket wisata murah akan membantu banyak dalam pembangunan pariwisata,” harap Sapril. Itu, diakuinya, butuh waktu. “Dan juga butuh orang yang tepat. Jadi kami harap, Pemko nanti ketika memutuskan pengganti Bu Reni bisa menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat,” ujarnya.***

Ini yang selalu saya tekankan agar Pemko Tanjungpinang kemudian mampu memberikan kemudahan perizinan...”

Mau pasang iklan?

IKLAN BARIS RUMAH INGIN MILIKI RUMAH SUBSIDI? DI KM 13 ARAH KIJANG. HUBUNGI : 0858 3477 3078 DI JUAL CEPAT RUMAH TYPE 105 LT. 96 M2, 2 KT, 2 KM, LISTRIK 1300 WATT, AIR PDAM. ALAMAT : HANGTUAH PERMAI KM. 11, BLOK H, GANG KASTURI 3 NO. 18 HUBUNGI : 0813 7220 7170 HARGA NEGO ANDA BUTUH RUMAH SUBSIDI? TYPE 36/ 98 (READY) DATANG LANGSUNG KE KANTOR PT. CAHAYA KRISTAL PROPERTI ALAMAT : JL. D.I. PANJAITAN KM 9. ATAU HUBUNGI : HP 0812 6891 0101

Hubungi : 0852 6404 0033 LAUNDRY

KEHILANGAN

CUCIAN MENUMPUK, LAUNDRY BOSS SOLUSINYA, NGELAUNDRY TANPA HARUS KEMANA-MANA, DRIVER JEMPUT PAKAIAN LANGSUNG DITIMBANG DIRUMAH PELANGGAN, SELESAI DILAUNDRY AKAN DIANTAR KEMBALI, FREE ONGKIR, HUBUNGI TLP/WA : 0822-8396-1617 (SITI), 0852-7199-9702 (FADILLAH) PINJAMAN PINJAMAN TANPA BI CHECKING CAIR SUPER CEPAT JAMINAN BPKB SEPEDA MOTOR, MOBIL, TRUK HUBUNGI RUSDI, HP 0821 5855 6420

MAKANAN -----------------SELERA KITA----------------“MENERIMA PESANAN PECAL LELE“ PENGANTARAN DARI JAM 15.00 (SORE) S/D JAM 03.00 (MALAM). ALAMAT : JL. HANDJOYO PUTRO PERTOKAN GESYA

TOKO BUKU ERDEKA BOOK STORE. MENJUAL BUKU SEJARAH & SASTRA MELAYU. WWW.ERDEKABOOKSTORE.COM

FOODY CV ORINEFA MENERIMA PESANAN KUE SNACK BOX, KUE KERING DAN NASI KOTAK, PEMESANAN WA/HP 08117016111, WA 08117709699, FB RIMAMELATI -AZZAHRAH, INSTAGRAM FOODY_ TANJUNGPINANG, EMAIL R I M A M E L AT I W R @ G M A I L . C O M

MENJUAL OBAT GAMAT. MENGATASI BERBAGAI PENYAKIT. BERMINAT BISA ANTAR KETEMPAT. HUB. : 0813 7209 4056

MENERIMA PESANAN BROWNIS KUKUS. SIAP ANTAR KE ALAMAT ANDA. #UK. 22 X 22 = RP.90.000# UK. 22 X 10 = RP. 45.000#. HUBUNGI : AMI. 0823 9297 9062

MENERIMA BELAJAR SILAT UNTUK PENGAJARAN DI HARI JUMAT MLM PUKUL 7.30 & MINGGU JAM 7.00 WIB PAGI. BERMINAT HUB. : HP. 0822 8816 6100

HERBAL

OLAHRAGA & BELADIRI

KEHILANGAN STNK, “NO POLISI BP 4738 RT“, NO BPKB F4512326, “NO RANGKA MH328D0029K572559, “NO MESIN 28D571175“, A.N PEMILIK : FATMAWATI TRAVEL BUANA SAWITTO PAKKAREZO TOUR & TRAVEL MELAYANI RENTAL MOBIL , JASA ANTAR JEMPUT CITY TOUR TANJUNGPINANG - BINTAN, SUPIR BERPENGALAMAN , HP. 0852 6498 9945 (DAENG MAPPATONRU) -------------------SERBA-SERBI MASSAGENA ININNAWA KONSULTAN , MELAYANI JASA DESIGN BANGUNAN, JASA IT, JASA KONSULTING DOKUMEN LINGKUNGAN (UKL-UPL), JASA LAYANAN PERIZINAN. ----------------------------------HUB. 0853 5331 7949 (NURSYAMSI) TOPI DAN TOTEBAG BY DANNISA“, TERSEDIA DI...KEDAI OLEH2 SRI PINANG JL GANET BANDARA TPI, SOUVENIR SHOP BINTAN PARADISE JL PANCUR TPI. INFO ORDER CUSTOM DESAIN SILAHKAN KONTAK : 0853 3410 6699 MENERIMA ORDERAN HANDBOUQUET FLANEL DAN JASA UKIR HENNA, UNTUK KATALOG BISA CEK DI INSTAGRAM @SUHABOUQUET DAN @SUHAHENNA, PEMESANAN MELALUI WHATSAPP 0813 6530 1061 -----------------------------

D-1St Female Station in Bintan Island Indonesia

Jl. Yos Sudarso No.63 Lantai 2-4 Batu Hitam, Tanjungpinang Telp. 0771 - 318 637. Fax. 0771 - 319 489 Email : radioonine@gmail.com

Marketing : 0812 7099 8897 (Fira Rewadi) 0852 6453 3303 (Andy)

REDAKTUR: FATIH MUFTIH

LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS

3

Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 6 MEI 2018

Pesona di Ujung Dermaga Tarempa Batu Tumpak Tiga, Tarempa

K

ETIKA tiba di Tarempa, hal pertama yang menyita perhatian adalah dermaganya yang panjang. Kontur permukiman warga yang berada di daerah pesisir membuat pulau Siantan ini seolah bersabuk dermaga. Maka, ketika untuk kali pertam tiba di sana, jangan buru-buru meluru ke tempat penginapan. Cobalah barang sejenak menikmati suasana senja di kawasan dermaga. Menempuh dengan sepeda motor barangkali jadi pilihan terbaik mengingat panjang dermaga yang

mencapai lebih dari satu kilometer. Namun, dengan berjalan kaki pun sebenarnya tidak masalah juga. Justru akan makin berasa suasana ramah masyarakat di ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas ini. Batu Tumpak Tiga akan menjadi rekomendasi teratas. Ini bukan nama desa atau nama sebuah kampung. Batu Tumpak Tiga adalah fenomena alam yang kini menjadi ikon utama kota Tarempa. Lokasinya berada di ujung dermaga atau sekitar sepeminuman teh saja dari pelabuhan utama Tarempa.

Rakhmat, warga Tarempa, menjelaskan, disebut Batu Tumpak Tiga lantaran tiga batu alam besar di bibir pantai itu bertumpuk dan tidak tahu sejak kapan terjadi. “Makanya orang sini sebut Batu Tumpak Tiga,” ucapnya. Sekarang, Batu Tumpak Tiga sedang dalam tahap pembenahan. Oleh pemerintah daerah, kawasan tersebut diberi beranda agar lebih memudahkan pengunjung untuk berfoto. Bahkan diberi semacam taman mini di atas laut yang terbuat dari bilah-bilah papan dan dilengkapi penerangan memadai. Rakhmat menjelaskan, sejak dahulu hingga kini, pesona Batu Tumpak Tiga masih menjadi primadona wisatawan berfoto. Sore hari, kata dia, adalah waktu terbaik seiring dengan cahaya matahari yang berpendar menambah kesan puitik dari foto yang dihasilkan. “Kalau sore ramai juga. Bukan cuma turis, tapi masyarakat kadang juga masih sering nongkrong di sini,” ujar Rakhmat. (fatih)

F-FATIH/TANJUNGPINANG POS

Batu Tumpak Tiga, Tarempa

Senja di laut Tarempa.

REDAKTUR: FATIH MUFTIH

LAYOUT: SYAFRINALDI


4

Komunitas

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 6 MEI 2018

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Tanjungpinang

Kerja Keras Berantas Hoaks F-ANDRI UNTUK TANJUNGPINANG POS

Perayaan Hari Kebebasan Pers Sedunia.

linrela mempereda-

KEHILANGAN STNK a.n. HAN PHON, dengan No.Registrasi : BP 9 BK, Merk : Nissan, Model : Minibus, No.Rangka : MHBJICGIABJ-001749, No.Mesin : HR15-203857C

MEI

SEMAKIN deras berita hoaks beredar di tengah masyarakat bikin gemas para jurnalis yang bernaung di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Tanjungpinang. Para pewarta yang berasal dari tas media ini bekerja keras berantas ran hoaks.

Sebab, hoaks bukan hanya menyesatkan, namun meresahkan. Ketua AJI Kota Tanjungpinang, Jailani menyatakan, berantas hoaks adalah agenda yang diteraju dari nasional sampai ke daerahdaerah. Bahkan, keseriusan AJI memberantas hoaks dibuktikan dengan menjalin kemitraan dengan Facebook dan Google. Tanjungpinang, sam-

terang Jailani, juga agar masyarakat bisa tahu bahwasanya pekerjaan sebagai jurnalis juga membutuhkan sertifikasi kompetensi dan bukan asal jadi saja. Lalu yang tidak kalah penting adalah peningka-

tan literasi media. Rencananya ini akan disejalankan dengan perayaan HUT pertama AJI Kota Tanjungpinang pada 24 November mendatang. Diharapkan dengan semakin tinggi pemahaman masyarakat terhadap literasi media, semakin cerdas pula memilah antara berita yang benarbenar ditulis berdasarkan fakta dan berita bohong yang biasanya diembuskan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. “Itu masih sejalan dengan program kami memberantas hoaks,” ujarnya. Peningkatan literasi media ini juga masuk ke kampus-kampus. Jailani menjelaskan, AJI Tanjungpinang sangat terbuka dan siap menjadi rekan diskusi bagi mahasiswamahasiswa yang terlibat aktif dalam pers kampus dan bisa bergabung dalam kegiatan bertajuk Belajar Bersama AJI. “Kalau agenda rutin bulanan ya Ngopi (Ngobrol Pagi) Bareng AJI. Ini biasanya kami mengundang narasumber berkompeten untuk membahas isu-isu aktual,” jelas Jailani. (fatih)

JADWAL KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN KAPAL PENUMPANG PT. PELNI DI PELABUHAN KIJANG, TANJUNGPINANG DAN BATAM RENCANA TIBA HARI TANGGAL

No.

NAMA KAPAL

1 2

KM. SABUK N-62 KM. BUKIT RAYA

DARI SENAYANG BLINYU

SABTU

28-Apr-18

05.00

DARI TG.PINANG KIJANG

3

KM. SABUK N-39

K. MARAS

SABTU

28-Apr-18

11.00

KIJANG

4

KM. DOROLONDA

TG. PRIOK

SENIN

30-Apr-18

19.00

KIJANG

5

KM. UMSINI

TG. PRIOK

JUMAT

04-Mei-18

04.00

KIJANG

6

KM. SABUK N 30

TAMBELAN

JUMAT

04-Mei-18

08.00

TG.PINANG

7 8

KM. BUKIT RAYA KM. BUKIT RAYA

LETUNG BLINYU

SELASA SABTU

08-Mei-18 12-Mei-18

05.00 04.00

KIJANG KIJANG

JAM

RENCANA BERANGKAT HARI TANGGAL

JAM

SABTU

28-Apr-18

10.00

RABU

02-Mei-18

13.00

SENIN

30-Apr-18

22.00

JUMAT

04-Mei-18

14.00

SELASA

08-Mei-18

13.00

SELASA SABTU

08-Mei-18 12-Mei-18

08.00 08.00 13.00

9

KM. SABUK N-39

K. MARAS

SABTU

12-Mei-18

11.00

KIJANG

RABU

16-Mei-18

10

KM. BUKIT RAYA

LETUNG

KAMIS

17-Mei-18

05.00

KIJANG

KAMIS

17-Mei-18

09.00

11

KM. UMSINI

TG. PRIOK

JUMAT

18-Mei-18

04.00

KIJANG

JUMAT

18-Mei-18

14.00

12

KM. SABUK N 30

TAMBELAN

JUMAT

18-Mei-18

08.00

TG.PINANG

SELASA

22-Mei-18

13.00

13 14

KM. BUKIT RAYA KM. BUKIT RAYA

LETUNG BLINYU

SELASA SABTU

22-Mei-18 26-Mei-18

05.00 04.00

KIJANG KIJANG

SELASA SABTU

22-Mei-18 26-Mei-18

08.00 11.00

15

KM. SABUK N-39

K. MARAS

SABTU

26-Mei-18

11.00

KIJANG

RABU

30-Mei-18

13.00

16

KM. BUKIT RAYA

LETUNG

RABU

30-Mei-18

05.00

KIJANG

RABU

30-Mei-18

10.00

1 2 3 4 5

KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD

TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK

MINGGU RABU MINGGU RABU MINGGU

29-Apr-18 02-Mei-18 06-Mei-18 09-Mei-18 13-Mei-18

06.00 10.00 06.00 10.00 06.00

BATAM BATAM BATAM BATAM BATAM

MINGGU RABU MINGGU RABU MINGGU

29-Apr-18 02-Mei-18 06-Mei-18 09-Mei-18 13-Mei-18

11.00 13.00 11.00 13.00 11.00

1. PERUBAHAN JADWAL TSB DIATAS BILA ADA PERUBAHAN / KOREKSI AKAN KAMI BERITAHUKAN. 2. KEPADA CALON PENUMPANG PEMBELIAN TIKET AGAR SESUAI IDENTITAS/ KTP. 3. KETERANGAN LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI CALL CENTER 021 - 162 4. PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG TELP. 0771 - 21513 5. 2 (DUA) JAM SEBELUM KAPAL BERANGKAT SUDAH DI TERMINAL PELABUHAN

REDAKTUR: FATIH MUFTIH

bung Jailani, mendapat perhatian besar dari pengurus pusat. “Ada 20 kota yang akan menjadi fokus kemitraan dengan Google, Tanjungpinang satu di antaranya dan bila tidak ada halangan akan digelar Google Lab di sini pada Oktober nanti,” terangnya. Bahkan, satu di antara anggota AJI Tanjungpinang, kata Jailani, sedang mengikuti Google Lab yang sedang berlangsung di Jakarta. Sebagai sebuah simpul pemersatu para jurnalis profesional, peningkatan profesionalisme juga menjadi fokus kerja AJI Kota Tanjungpinang. Di antaranya nanti akan digelar pula uji kompetensi jurnalis. Hal ini,

2018

TUJUAN DOCK LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK (PP) TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS TG.PRIOK (DOCKING TAHUNAN) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - MAUMERE - LARANTUKA - LEWOLEBA KUPANG - ENDE (PP) KUALA MARAS - TAREMPA - MIDAI - P.TIGA - SELAT LAMPA - SEDANAU P.LAUT - RANAI - SUBI - SERASAN - SINTETE - TAMBELAN BLINYU - TG.PRIOK (PP) LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK (PP) TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK (PP) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - MAUMERE - LARANTUKA - LEWOLEBA KUPANG - ENDE (PP) KUALA MARAS - TAREMPA - MIDAI - P.TIGA - SELAT LAMPA - SEDANAU P.LAUT - RANAI - SUBI - SERASAN - SINTETE - TAMBELAN BLINYU - TG.PRIOK (PP) LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN (PP) TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK SURABAYA - BLINYU TG.PRIOK (PP) TG.BALAI - BELAWAN TG.PRIOK (PP) TG.BALAI - BELAWAN TG.PRIOK (PP) TG.BALAI - BELAWAN

TANJUNGPINANG, APRIL 2018 TTD PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG

LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS

5

Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 6 MEI 2018

Es Laksamana Mengamuk

Rasanya Segarang Namanya

F-NURFATILLA UNTUK TANJUNGPINANGPOS

Biji selasih dalam es Laksamana Mengamuk.

K

EKAYAAN kuliner khas Melayu bukan cuma urusan makanannya, tapi juga minumannya. Orang Melayu pasti sudah sangat paham tentang sajian es Laksamana Mengamuk ini. Namun, bagi orang luar, nama ini selalu berujung pada tanda tanya. Mengapa es dengan rupa secantik ini dinamakan dengan frasa yang menunjukkan kegarangan, keliaran, atau kehebohan?

REDAKTUR: FATIH MUFTIH

Tentu ada banyak versi dari kisah di balik ini. Satu di antara yang masyhur, konon nama es ini mengacu pada sebuah peristiwa mengamuknya seorang laksamana di sebuah kebun mangga kuini. Pada suatu hari, laksamana ini mengamuk lantaran istrinya dibawa lari oleh pemilik kebun kuini. Dengan segenap ilmu kanuragannya, kebun dengan mangga kuini yang sudah matang dan ranum

itu pun gugur, berjatuhan, melimpah-ruah. Amuk sang laksamana ini menimbulkan keheranan bagi masyarakat sekitar. Bukan tentang musababnya, tapi lebih kepada akibatnya. Lantaran, mangga kuini yang terkena sabetan pedang sang laksamana berserakan di kebun. Sampai ada seorang wanita yang kemudian memungutnya dan membawa pulang. Lalu ia menambahkan santan dan gula merah itu dalam wadah berisikan mangga kuini tersebut. “Jadilah orang-orang menamakannya Es Laksamana Mengamuk,” kisah Nurfatilla Afidah, warga Penyengat, yang menyukai es ini. Seiring berjalannya waktu, sajian minuman dingin ini pun berkembang. Kini bukan sekadar paduan kuini-gula merah-santan saja, tapi juga ditambah bahan baku lain yang menambah kesedapan dan amukan rasanya di lidah. Nurfatilla menjelaskan, biji selasih dan biji mutiara sudah lazim dipakai sebagai bahan campuran. Kendati begitu, tidak bisa dipungkiri, bahwasanya rasa mangga kuini adalah yang

paling dominan pada setiap sendokan Es Laksamana Mengamuk. “Karena buah kuini itu memang menyengat secara aroma dan seratnya,” ujar Nurfatilla. Sayangnya, sajian tradisional ini cukup sukar didapati di hari-hari biasa. Namun, tunggu nanti pada bulan Ramadan. Es Laksamana Mengamuk ini akan cukup mudah didapati lantaran kerap disajikan sebagai menu andalan berbuka puasa. Jika sudah terdesak rasa ingin mencicipinya, Nurfatilla mengaku ia mesti membuatnya sendiri. Namun, mencari buah mangga kuini juga urusan lain. Tidak melulu ada setiap hari. Sebab itu, es Laksamana Mengamuk, kata dia, boleh dikata menjadi menu spesial bagi masyarakat Tanjungpinang. Seiring jelang masuknya bulan Ramadan, seiring girang pula ia dengan bersiap menyambut rasa garang dari segelas es Laksamana Mengamuk yang sudah lama dinantinya. “Penginnya sih nanti buka puasa hari pertama minum es Laksamana Mengamuk,” ujarnya. (fatih)

LAYOUT: SYAFRINALDI


6

Goes to School

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 6 MEI 2018

Kacapuri: Aplikasi Baca Perpustakaan Kepri

Ada Koleksi Buku dalam Gawai

S

UDAH tidak lagi alasan untuk tidak membaca. Malas untuk pergi ke perpustakaan bukan lagi alasan yang dapat diterima sebagai dalih malas membaca. Teknologi yang ada sudah semakin memudahkan. Bahkan cukup dalam genggaman tangan. Dalam hal ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kepulauan Riau sadar, bahwasanya menunggu pembaca datang bukan lagi sikap tepat dalam menumbuhkan minat baca masyarakat dan generasi muda. Harus ada gebrakan atau inovasi yang nyata dan dapat diterima agar minat baca semakin meningkat. Satu kata menjadi pemandu utama: memudahkan. Ya, ini urusan bagaimana membaca menjadi urusan yang begitu memudahkan bagi masyarakat. Maka dipilihlah Aksaramaya sebagai rekan dalam mewujudkan gagasan inovatif membaca yang memudahkan itu. Pengembang ini terbilang punya pengalaman kompeten dengan telah mengembangkan lebih dari 50 aplikasi perpustakaan digital di Indonesia yang sudah dipakai di banyak provinsi dan kabupaten/kota. “Aplikasi perpustakaan digital ini merupakan inovasi berbasis tekonologi digital dan bentuk diversifikasi pelayanan perpustakaan,” ungkap Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kepulauan Riau Amir Husin, ketika meluncurkan aplikasi

ini di halaman Perpustakaan Raja Muhammad Yusuf Ahmadi, Sabtu (5/5). Berdasarkan dari beberapa laporan terungkap bahwasanya penggunaan gawai di Indonesia sudah mencapai lebih dari 130 juta atau lebih dari separuh penduduk di Indonesia sudah melek teknologi. Survei terakhir dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pengguna internet pada tahun 2017 mencakup 54,68 persen dari total populasi penduduk Indonesia yang mencapai 262 juta jiwa. Tingginya pengguna Internet di Indonesia, dipandang sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk membentuk cyber society khususnya di Kepulauan Riau dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat. “Itulah mengapa akhirnya kami merilis aplikasi perpustakaan digital yang kami beri nama Kacapuri,” terang Amir Husin. Sekretaris Daerah Provinsi Kepri, Arief Fadhilah memberi apresiasi atas inovasi ini. Menurutnya, kini memang sudah saatnya masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) di Pemprov Kepulauan Riau menunjukkan kerja kerasnya dengan melahirkan inovasi-inovasi yang memudahkan bagi masyarakat. Apa yang diperbuat Dinas Perpustakaan dan Kearsipan ini, kata Arief, merupakan terobosan yang patut dicontoh OPD lain.

“Jadi sekarang anak pulau pun bisa baca buku dari ponselnya. Sebuah terobosan yang inovatif,” ungkap Arief. Memindahkan Perpustakaan ke Genggaman Tangan Aplikasi Kacapuri merupakan terobosan baru yang benar-benar memudahkan. Apatah tidak, dari masing-masing gawai bersistem operasi Andorid dan iOS, masyarakat Kepulauan Riau bisa membaca ribuan judul buku. Untuk bulan pertama aktivasi aplikasi ini, setidaknya sudah disiapkan lebih dari dua ribu judul buku yang bisa diakses secara gratis. “Dan di sana bukunya macam-macam,” terang Aris Faiz Wahab dari Aksaramaya yang merupakan pengembang aplikasi ini. Tampilan desain yang mudah dioperasikan adalah kesan pertama yang hadir ketika aplikasi ini sudah terpasang di gawai. Pengguna tinggal mendaftarkan diri menggunakan alamat surel atau Facebook. Dari sini, sudah bisa dipilih bukubuku digital yang sudah terpasang dan menjadi koleksi di aplikasi Kacapuri. Sisi lain yang membuat aplikasi ini diyakini akan menumbuhkembangkan minat baca adalah formatnya yang dibuat mirip serupa perpustakaan. Sehingga sebenarnya ketika menggunakan aplikasi ini, pengguna seolah sedang memindah-

F-FATIH MUFTIH/TANJUNGPINANG POS

Sekdaprov Arief Fadilah menghadiri launching aplikasi Kacapuri, Sabtu (5/5).

kan koleksi buku perpustakaan ke dalam genggaman tangannya. Pengguna akan dikenakan waktu tenggat peminjaman buku digital. Jika sudah melewati batas harinya, perlu melakukan peminjaman lagi. “Persis seperti yang berlaku di perpustakaan. Jadi kalau stok bukunya sedang dipinjam orang lain, ya perlu menunggu,” kata Aris.

Selain itu, para pengguna juga bisa membangun perpustakannya sendiri dengan melakukan donasi melalui aplikasi Kacapuri. Bila buku yang tersedia, misalnya hanya tujuh eksemplar, dan ingin menambah koleksi, cukup dengan melakukan donasi. Sehingga jumlah eksemplar digital yang bertambah akan membuat kemungkinan meminjam buku menjadi ada.

F-FATIH/TANJUNGPINANGPOS

Tamu undangan yang hadir juga terdiri dari para pelajar. REDAKTUR: FATIH MUFTIH

“Selanjutnya bisa disimpan di koleksi buku sendiri. Jadi saya, Anda, atau Pak Gubernur sekalipun bisa membangun perpustakaan digitalnya sendiri di sini,” terang Aris. Tidak dapat dipungkiri, kemudahan belum cukup. Aplikasi Kacapuri juga memberikan keasyikan bagi para penggunanya melalui fitur media sosial. Para pengguna bisa berinteraksi dengan pengguna lain.

Umumnya, bisa digunakan untuk merekomendasikan bacaan atau sekadar berdiskusi dari buku yang sudah dibaca. Aris menjelaskan hal ini sebagai permintaan pengguna kekinian. Fitur diskusi ini pun bisa menjadi ruang berdiskusi satu sama lain. “Dan ini yang akan memperkaya pengalaman pengguna dalam menjalankan aplikasi Kacapuri,” ujarnya. (fatih)

F-FATIH/TANJUNGPINANGPOS

Pelepasan balon simbolis aplikasi Kacapuri. LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

7

MINGGU 6 MEI 2018

Kedapatan Memiliki Sabu-Sabu

Dua ASN Pemko Ditangkap

F-RAYMON/TANJUNGPINANG POS

Lima tersangka ditampilkan ke publik, Sabtu (5/5).

TANJUNGPINANG - Dua aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang ditangkap Satres Narkoba Polres Tanjungpinang. EF (38) dan TP (30), dua ASN ini ditangkap dalam waktu yang terpisah. EF adalah yang pertama ditangkap di Jalan Peralatan pada Rabu (2/5) lalu. Darinya diamankan barang bukti berupa sabu-sabu seberat 0,5 gram dan satu unit ponsel serta satu kendaraan matik roda dua dengan nopol BP 4049 RT. “EF bekerja sebagai Satpol PP, tersangka juga mengakui sabu itu milikn-

ya,” jelas Kabag Ops Polres Tanjungpinang, Kompol Muhammad Chaidir, Sabtu (5/5). Sementara TP, ditangkap ketika sedang kongkow di kedai kopi di bilangan Batu Sembilan bersama rekan-rekannya, Kamis (3/5). Chaidir menjelaskan, penangkapan dua ASN ini juga seiring dengan penangkapan tujuh orang lain yang diduga terlibat dalam bisnis dan kepemilikan barang terlarang ini. “Ada sembilan, lima orang sudah ditetapkan tersangka yang berinisial HV, JP, TP, BS dan ANS,” sebut Kompol Chaidir.

Chaidir menyebutkan, dari masing masing tersangka HV, JP dan TP diamankan barang bukti narkotika berupa sabusabu yang terdiri dari delapan paket besar dan kecil yang ditotal seberat 32,42 gram. “Narkotika jenis ganja sebanyak 15 paket seberat 30,01 gram dari tersangka BS dan ANS,” terangnya. Atas perbuatannya, tersangka dijerat dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda maksimal Rp 10 miliar. (ray)

Racun..........................................................................................................................dari halaman 1 terstruktur yang mewujudkan ketegangan (structural strain) dan mobilisasi massa. Di era milenial ini, kerumunan berbentuk fisik bertransformasi ke dalam kerumunan virtual. Meski berkisar di ruang maya, fenomena ini jauh lebih masif. Indonesia sekarang ini terbelah menjadi dua kerumunan besar yang saling melancarkan perang urat saraf (psywar) hampir setiap detik. Meminjam Milgram (1977) – diubah suai ke dalam kerumunan maya – mereka berawal dari sekumpulan orang yang membentuk agregasi atau semacam buzzer politik baik dibayar atau sukarela untuk kemudian memancing emosi atau

atensi para netizen. Isu atau potongan opini meluas dalam hitungan detik untuk mengatakan bahwa itu berlangsung sangat cepat. Mereka membentuk lingkaran solidaritas yang menghimpun dari segala arah. Kita sedang memasuki tahun politik dengan memakai metode demokrasi yang tidak esensial. Gejala itu segera terlihat dalam ujaran kebencian, merendahkan, membelokkan fakta atau mengambil sepotong kalimat yang dapat menjatuhkan figur publik. Lingkaran solidaritas yang terbentuk seakan membenarkan Deindividuation Theory, rerata netizen melepaskan kemampuan dan menegaskan

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Diterbitkan Oleh: PT Batam Intermedia Pers Terbit sejak tanggal 28 Oktober 2009 Alamat Redaksi: Komplek Pinlang Mas No.15 Lt 2-3 JL.DI Panjaitan-Batu IX Tanjungpinang, Telepon : (0771) 7447234 (hunting), Fax (0771) 7447085

kemalasannya untuk menilik lebih jauh apa-apa yang mereka ributkan sebenarnya. Saling mengejek, saling mematahkan atau bertukar hoaks menjadi hal biasa, tapi substansinya sudah lepas. Bak menonton film Resident Evil, virus-T itu dengan cepat menyengat para netizen dan seketika mengubah mereka menjadi zombie. Zombie bergerak tanpa jiwa karena jiwanya sudah menyatu dengan jiwa massa yang bertujuan menyerang lawan politik apapun caranya. Satu contoh yang paling tidak elegan adalah racun kalajengking yang viral di sosial media. Kita boleh tidak sependapat dan tidak sealiran dengan arus politik tertentu.

Tapi cara yang tidak sehat dengan memelintir sepotong kata untuk mencitrakan seseorang agar selalu tampak buruk dan konyol akan sulit dibenarkan hati nurani. Makanya netizen harus sudah bisa berlatih untuk tidak menjadi kerumunan yang mudah membeo. Setidaknya periksa dulu. Jangan lihat siapa yang mengatakan tapi apa hikmah yang terkandung di dalamnya. Dalam Musrenbang RKP 2019 yang berlangsung di Jakarta, 30 April 2018, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya mengambil dua contoh produk super mahal yakni racun kalajengking yang dibandrol USD 10,5 juta, atau Rp 145 miliar per liter dan Californium 252 untuk eksplorasi migas yang

Pimpinan Umum/GM/Penjab : M Nur Hakim Wakil Pimpinan Umum : Ramon Damora Pemimpin Redaksi : Ramon Damora Wakil Pemimpin Redaksi : Zakmi Pimpinan Perusahaan : M Nur Hakim Manajer Umum/Adm/Keu : Ari Istanti Manajer Pemasaran : M Nur Hakim Manajer Iklan : M Nur Hakim

PEMBINA MANAJEMEN : Rida K Liamsi, Suhendro Boroma

Dewan Redaksi : M Nur Hakim, Ramon Damora, Zakmi, Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih

harganya USD 27 juta per gram atau Rp 357 miliar per gram. Padahal itu bukan poinnya. Terlepas dari kontroversi seputar racun kalajengking, yang ingin dikatakan Jokowi, bahwa di antara dua produk super mahal tersebut, ternyata ada yang lebih mahal yakni waktu. Sang kepala negara terlebih dahulu “tersengat” kalajengking sebelum nasihat berharganya tentang mahalnya waktu beserta argumen-argumen yang menguatkan, ditonton oleh mereka yang tampak lebih ingin hal ini terlihat sebagai lucu-lucuan sinis belaka. Jika poinnya sudah ketemu, mestinya usah peduli apakah itu racun kalajengking atau sayap nyamuk.

Tidak hanya Jokowi tentunya, karena Prabowo sebagai rival utama mendapat perlakuan serupa dari tidak elegan dan dewasanya cara kita berpolitik. Para elit dari kedua kubu pun tampak memancing di air keruh. Hampir tidak ada upaya melakukan peredaman dan memberikan pendidikan politik yang sehat kepada kerumunan netizen masing-masing. Inilah Indonesia, menegakkan esensi demokrasi di negeri ini sama sulitnya dengan memerah racun kalajengking. Tapi biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk membiayai proses “demokrasi seolah-olah” ini harganya setara dengan bergalon – galon racun kalajengking.

Dalam APBN 2018, pemerintah mengalokasikan dana pertahanan keamanan dan demokrasi senilai Rp220,8 triliun untuk Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Belum dihitung berapa dana yang dikeluarkan masing-masing kandidat. Sebagai negeri yang pernah terjajah ribuan tahun oleh sistem feodalis raja-raja dan kolonialisme barat, rakyat akan terus canggung. Ada kalanya mereka menempatkan dirinya sebagai budak politik ketimbang rakyat yang bermartabat, tapi mengaku paling demokratis sepanjang diberi kesempatan berbicara tanpa berpikir. Ada lagi yang seperti rela tidak makan asal junjungannya tetap terpilih. Ini luar biasa aneh. ***

DIVISI REDAKSI Redaktur Pelaksana Kompartemen: Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih. Redaktur: Martua P Butarbutar, Yusfreyendi, Adly Bara Hanani Reporter: Suhardi (Koordinator), Desi Liza Purba, Andri Dwi Sasmito, Raymon Sandy, Jendaras Karloan (Bintan Utara), Tengku Irwansyah (Lingga), Daniel Tambunan (Karimun), Hardiansyah (Natuna), Indra Gunawan (Anambas). Sekretaris Redaksi: Fauziatul Husna Ardelia

Tarif Iklan

Halaman Muka (FC) Rp 30.000,-/mm kolom. Halaman Muka (BW) Rp 25.000,-/mm kolom. Halaman DIVISI ONLINE Fatih Muftih (Penjab), Desi Liza Purba (Wakil Penjab) Dalam,- (FC) Rp 25.000,-/ mm kolom. DEPARTEMEN PRACETAK/LAYOUT/PERWAJAHAN: Dobby Fachrizal (Manajer), Syafrinaldi (Penjab Layout), Gilang Dhikapati, Agung Saputra Prastya (Staff). Halaman Dalam (BW) Jaringan/IT/Online: Rahmat Santoso (Penjab). Rp 15.000,-/mm DIVISI BISNIS kolom. Iklan Umum/ Departemen Umum, Adm, & Keuangan: Penjab: Dahlia , Kasir: Reynaldi Syah Display (BW) Rp Customer Service: Dilas Tari Umum: Irhamna. Departemen Iklan: Saifullah (Ass. Manager), 15.000,-/mm kolom. Penjab Desain Iklan: Kevin Perdana, Wira Harjuman. Penjab Adm Piutang: Dahlia Anna, Juni Ella. Penjab Penagihan: Jefri, Departemen Pemasaran & EO: Rijon Sitohang (Penjab Ekspedisi) Iklan Ucapan Selamat Yurika, Sri Wahyuni, Afriyanti (Penjab Adm Piutang dan Retur). (FC) Rp 7.000,-/mm Departemen Pemasaran Koran: kolom. Iklan Ucapan Rijon Sihotang (Penjab Ekspedisi), Eris Surahman, Pariadi. Selamat (BW) Rp Penjab Pemasaran Koran: Hardian, Sudiarta,Wahyu Gustianto, Isep Ilham, Tarmizi 3.500,-/mm kolom. Penjab Langganan Koran: Afriyanti, Sri Wahyuni (Staf) Iklan Dukacita Rp Perwakilan - Perwakilan 3.500,-/mm kolom. Batam (Martua Butar-butar, Tarmizi Rumahitam), Lingga (Tengku Irwansyah), Bintan Utara (Jendaras Karloan), Karimun (Alrion Tambunan), Natuna (Hardiansyah), Anambas (Indra Sport Color Rp 7.000,Gunawan), /mm kolom. Advertorial Kepala Biro Iklan Jakarta: Shanti Novita Rp 5.000,-/ mm kolom.

Dicetak pada : PT Ripos Bintana Press. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

REDAKTUR: FATIH

LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 6 MEI 2018

REDAKTUR: ADLY BARA

IKLAN

8

LAYOUT: SYAFRINALDI


Jembia

MINGGU 6 MEI 2018

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Jembia terbuka untuk semua tulisan dan foto seni kreatif. Kirim naskah, biodata, foto terbaru Anda ke alamat email: jembiatanjungpinangpos@gmail.com

Menarilah di Luar Tempurung “Menari adalah bahasa yang tersembunyi dari jiwa, dari raga.” Martha Graham (Penari dan koreografer Amerika)

P

ADA 1982, lembaga tari internasional Counseil Internasional de la Danse yang bermukim di Perancis, memproklamasikan Hari Tari Dunia. Iktikad mengajak masyarakat seantero dunia kembali mengenali, melestarikan, membanggakan, merayakan, khazanah seni tari dari masingmasing daerah di penjuru muka bumi. Mudah memang mengurai sejarah. Namun, implementasinya dan perayaannya adalah hal lain. Di Kepulauan Riau, dalam kurun lima tahun terakhir, nyaris tidak pernah digelar perayaan akbar bersempena hari lebaran penari sedunia. Kalau pun ada, sifatnya masih swadaya alias mengandalkan kemampuan dari para penari seadanya dan belum menyentuh lembaga resmi berkelindan. Kesalahan? Bisa jadi. Mengingat untuk skala dunia saja, Hari Tari Dunia baru bisa semarak dilaksanakan setelah CID menggandeng UNESCO pada 2003 silam. Menumbuhkembangkan kesadaran arti penting seni tari memang bukan kerja sehari-semalam. Kontinuitas dan persistensi jadi kunci. Tanpa itu, Hari Tari Dunia tinggal penanggalan belaka. Namun, patut diingat, kaum seniman adalah golongan tangguh. Menyerah adalah kata yang jauh dari jangkauan kamus mereka dalam berkarya. Terbukti lewat perayaan Hari Tari REDAKTUR: FATIH MUFTIH

Dunia tahun ini, seniman tari di Kepulauan Riau bergandeng tangan merayakan hari lebarannya. Dinas Kebudayaan sebagai instansi pemerintah yang punya peran di bidang ini, lantas melirik, dan ikut ambil bagian. Lalu menyusul Dewan Kesenian Kepri, Pemko Tanjungpinang, dan Tankcer Dance Studio sebagai inisiator pelaksana. Jika di Solo dirayakan dengan menari selama 24 jam, di Tanjungpinang, Hari Tari Dunia digelar dengan sederet kegiatan sekaligus dalam sehari. "Jadi bukan cuma panggung apresiasi, tapi juga harus ada ruang untuk mengisi wawasan para penari," ungkap Ruki Daryudi dari Tankcer Dance Studio. Hadir bersempena kegiatan ini, Fathurahman bin Said. Dalam diskusi dan amatannya terhadap seni tari inovatif Kepri dalam beberapa waktu terakhir, penari asal Singapura ini yakin, sekarang sudah waktunya para penari Kepri mendapat panggung yang lebih luas. “Sudah saatnya membawa tari mereka ke panggung dunia,” ujar Fathurahman. Tentu bukan alasan Fathurahman menukas sedemikian. Identitas adalah modal besar yang tidak terbantahkan. Seni tari inovatif di Kepri, kata dia, punya akar yang kukuh

berupa seni tari tradisinya yang khas. Bukan lagi mengekor Eropa atau rumah kebudayaan daerah lain. Dan ini, tegasnya, perlu mendapat panggung apresiasi yang lebih dari sekadar panggung penampilan di kampung sendiri. “Sudah waktunya go international,” tegas Fathurahman. Dua jempol diacungkan setelah malam pertunjukan yang melibatkan 10 koreografer dari Tanjungpinang, Batam, Anambas, Bintan, dan Pekanbaru. Kredit khusus untuk penaripenari Kepri. Fathurahman mengira para koreografer muda yang menampilkan karyanya di atas panggung itu punya latar belakang pendidikan tari dari sebuah institusi seni. “Tapi ternyata tidak,” ungkapnya, “mereka otodidak dan seperti bakat alamnya saja. Identitas yang kental ini adalah modal mereka go international.” Seni tari sebagai bentuk ekspresi diri dalam bahasa gerak seolah lahir begitu saja mengikut bunyi musik di panggung Gedung Kesenian Aisyah Sulaiman, Minggu (29/5) malam itu. Bergantian, Ruki Daryudi, Halim, Heru Ikhsan, Mellyana Anggraini dari Tanjungpinang menyuguhkan tarian yang memikat penonton. Disusul Suryana dari Batam, Said Brian Nandani dari Bintan, dan Galang Afrian

dari Anambas melengkapi kolase tari kontemporer di Kepri. Sedangkan penampilan Miftakhul Hauna dan Wan Harun Ismail dari Pekanbaru memberikan wawasan lain yang menyatu dengan penampil lain. “Dan saya kira, memang perlu lebih semarak lagi studio tari di Kepri. Bukan hanya sanggar-sanggarnya saja,” tambah Fathurahman. Menyoal melebarkan kancah ke panggungpanggung internasional, turut diamini Ketua Dewan Kesenian Kepri, Husnizar Hood. Menurutnya, seni tari kontemporer amat punya tempat di skena tari dunia. Para penari asal Indonesia, katanya, juga bukan seniman yang bisa dipandang sebelah mata. “Kita tentu ingat bagaimana Eko Supriyanto yang pernah tampil di Tanjungpinang itu juga adalah seorang penari latar Madonna, artinya memang ada tempat bagi para penari kita di panggung dunia,” ungkapnya. Sembari terus menjemput kesempatan menari di luar tempurung itu tiba, Husnizar berpesan agar para penari di Kepri juga semakin rajin menggali lebih dalam khazanah seni tari tradisinya. Dari situ, kata dia, ada semacam mutiara terpendam yang dengan sentuhan kreativitas melahirkan karya terbilang. “Jangan lekas berpuas, terus asah kreativitas,” pesannya. (fatih muftih) LAYOUT: DOBBY F


10

hari puisi

MINGGU 6 MEI 2018

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

sajak-sajak E. NAZ ACHMAD Tempat Mengadu Disaat diri ini Dalam gelisah resah dan gundah Entah dimana akan ku tuntun untuk ke jalan yang ditempuh Tempat mengadu segala hal iyyakana’ budu wa iyya kanasta’in disitulah aku berserah diri walau hidup ini penuh dengan kenistaan selagi bersuka ria atau duka semoga diberi pintu hidayah yang mententeramkan sanubari.

Pesan Terakhir Sang Jerumat menyampaikan pesan terakhir untuk ku Sebelum memejamkan mata yang tiada Ku sangka dengan sepenuh sukma dalam menyapa Ia berkata Kalau engkau ingin jadi seperti diriku bertekunlah berkarya tulis kata-kata elok sesuai yang mau diungkapkan Tidak menimbulkan penyimpangan tujuan ke jalan perbuatan kebaikan Walau bahasa sederhana berpuitis disertai isyarat puitika Teruskanlah Belajarlah sampai engkau mahir sekali Ini sajak Hanya ku bait tanpa berkesudahan Bila kelak Mentari pagi bersinar Burung merisik rindu ku mengukir impian tapi sayang sang jerumat pergi meninggalkan ku tak kembali.

Angin Barat Menderu Amboi desau sang bayu menderu Hentakan ombak mu bertalu-talu menggebu-gebu entah kemana rimba akan di tuju dari semalam belum juga redam Desiran suara lembut mu mendayu-dayu menerpa mengalun gelombang kian bergolak menghempas buih di pinggiran pantai Leluasa pandangan sejauh perjalanan Dalam cemas ku resah tanpa arah Seolah gemuruh angin laut yang gundah merisik butiran pasir putih Adakah pengobat kalbu yang menyayat rasa pilu Cinta Kasih sayang dan rindu Sedu-sedan Jeritan para nelayan melaut mencari tangkapan Hanya berlabuh tersingkirkan batu karang di tengah badai ribut.

Mereka yang Mengerti Berpijak… di atas dunia Nyeri bumi yang karam dalam hati Siapakah akan tahu Kalau bukan diri sendiri cuma Mereka yang mengerti di balik papan ke suka bumi

E. NAZ ACHMAD, adalah nama pena dari E. Nazarullah A. Tinggal di Tanjungpinang dan merupakan pensiunan ASN. Lebih dari 30 tahun menulis puisi dan menyiarkannya.

Klinik Puisi #6

Peristiwa Prosa, Imaji Puisi A

OLEH: HASAN ASPAHANI

REDAKTUR: FATIH

PAKAH puisi? Apa bedanya dengan prosa? Keduanya dibangun dengan kata-kata. Kata Sutardji Calzoum Bachri (l. 1941) secara eksrem atau garis besarnya dalam puisi penyair menciptakan kata-kata (metafora), dalam cerpen pengarang menciptakan peristiwa-peristiwa. Penjelasan itu sudah sangat memadai untuk memahami dan membedakan keduanya. Dari penjelasan Sutardji tadi saya mengembangkan penjelasan dengan cara lain: dalam puisi kata-kata disusun untuk membangun imaji, dalam cerpen kata-kata ditata untuk mengalirkan peristiwa. Meskipun, bisa saja dalam puisi imaji itu disusun dengan peristiwa-peristiwa juga. Tentu saja dengan penjelasan itu saya memakai atau memasukkan pendapat Sapardi Djoko Damono (l. 1940) yang sangat saya setujui. Kata beliau, “Kata-kata adalah segalagalanya dalam puisi…. sebagai pendukung imaji dan penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair.” Mari kita bermain-main untuk memahaminya. Mula-mula kita susun sebuah kalimat: Aku haus, aku ingin minum. Apakah ini puisi? Bukan. Atau tepatnya belum. Kalimat ini bisa jadi adalah petikan dari sebuah teks prosa bisa juga puisi. Bagaimana kalau kalimatnya kita

TELAH DIBUKA: KLINIK PUISI! Ketika orang sakit, dengan mudah kita tahu sekiranya hendak ke mana dibawa. Lain halnya ketika puisi yang sakit. Tidak ada rumah sakit, puskesmas, tabib, mantri, atau dukun sekali pun, yang sanggup mengobati atau kasih jampi-jampi.

kembangkan menjadi begini: “Aku haus, aku ingin minum,” kata Batu, kepada Sungai, ibunya yang sedang memasak. Semakin jelas bahwa ini adalah kalimat prosa. Isinya jelas, dengan mudah menghubungkan ide penulis dengan pemaca bahwa yang hendak disampaikan adalah sebuah percakapan seorang anak bernama Batu, dan ibunya yang bernama Sungai. Anak itu haus dan ingin minum. Mungkin ia habis bermain. Percakapan terjadi di dapur (meskipun tidak disebutkan tapi kita tahu) ketika ibunya sedang memasak. Nah, dari sebaris teks yang prosa bisa juga kita mendapat informasi yang tidak langsung disebutkan. Lalu bagaimana menjadikan kalimat tadi menjadi sesuatu yang puisi? Mungkin begini: “Aku haus, aku ingin minum,” kata batu kepada sungai yang merindukan hujan. Teks terakhir ini tidak berbeda jauh dari kalimat sebelumnya yang kita sebut sebagai prosa, bukan? Tapi kenapa perangainya

Tapi bisakah puisi sakit? Tentu saja. Era ketika menulis puisi dengan sedemikian mudahnya bisa terpublikasi, sejalan dengan semakin minornya kepercayaan pada kerja kurasi. Puisi yang belum puisi, ditayangkan di laman-laman media sosial, juga diterbitkan di buku-buku, padahal belum tampak benar kata-kata yang ditampilkan di sana adalah puisi. Itulah puisi sakit. Maka, Jembia kini telah membuka rubrik Klinik Puisi. Tempat penyakit yang diidap puisi bisa didiagnosa dan dicarikan obatnya. Hanya satu mantri yang praktik di sini. Namanya Hasan Aspahani. Kredibilitasnya dalam menekuni jalan puisi telah mengantarkannya pada ragam prestasi. Pada 2016 lalu, buku puisinya Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering menjadi buku puisi terbaik bersempena Hari Puisi Indonesia. Sekarang, ia membuka praktik di Klinik Puisi. Jika puisi Anda sedang sakit, Anda sudah tahu ke mana membawanya. Kepada Jembianis sekalian, jangan segan, bisa berkonsultasi suka-suka melalui surel jembiatanjungpinangpos@gmail.com dengan subjek Konsultasi Klinik Puisi untuk kemudian diteruskan kepada mantri yang bertugas. Kami percaya, tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Sekali pun itu penyakit puisi. Selamat menikmati.

tampak sangat berbeda, ya? Dari teks ini sekarang kita mengimajinasikan berbagai macam. Bahwa itu menyaran pada musim kemarau di mana cuaca sedemikian keringnya sehingga di sungai tak ada air. Bahwa batu itu sedemikian panasnya karena sudah lama tak ada hujan. Hal-hal itu tak hadir secara verbal di sana. Bolehkah kita membayangkan batu itu sebagai orang yang penuh dosa dan ingin bertobat? Ia merasa hidupnya hampa tanpa makna, dan ia memint nasihat dengan menemui seseorang saleh (sungai) yang rajin beribadah dan

berdoa, dan merindukan berkah Tuhan (hujan)? Boleh dan bisa. Begitulah ambiguitas dibangun dan hadir dalam puisi. Ia tak berhenti menawarkan alternatif pemaknaan yang berbeda. Semua pasti semua tak pasti. Semua benar tapi tak ada satu yang paling benar. Itulah kebebasan dan kenikmatan yang diberikan oleh puisi kepada pembacanya. Teks prosa dengan demikian bukan berarti tidak menawarkan kenikmatan kepada pembaca. Ia juga nikmat, tapi nikmatnya adalah nikmat yang berbeda dengan nikmat yang diberikan puisi.*** LAYOUT: SYAFRINALDI


11

MINGGU 6 MEI 2018

niskala

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

candubuku

Dua Batang Bujang

Ada dua motif untuk membaca buku. Pertama, kau menikmatinya. Kedua, kau bisa menyombongkannya.” Bertrand Russel Filsuf

10

FILM Adaptasi Buku Terbaik

Cerpen Destriyadi Imam Nuryaddin

“K

ALAU saja namaku berganti dengan namamu aku sungguh tak suka bila itu tidak terjadi” “Lalu, namaku pindah hendak pada siapa?” “Entahlah, aku belum sampai pada perpindahan nama-nama. Masih baru menyampaikan ketulusan kalau ada perpindahan” “Ketidakjelasan agaknya kamuhinggasaatini.” Muka Dayang sakit rupanya maka pula Bang Bujang lesap balik ke pangkuan yang sedang ditunggu ibunda di petang yang mulai berakhir. Berjalan ke Timur pantai pulang lewat pohon-pohon kelapa di jalan setapak dengan sepeda setengah karat dan rusak. jangan-jangan Bang Bujang bukan pulang? Atau lalu lalang di hutan dan sampai ke pangkuan lain sayang? ### “Ke mana lagi harus aku cari Si Bujang, Lung?” “Dia tak beri kabar padamu ke mana luannya?” “Kan tak siapalah yang mau dia keluar, Bang. Tapi tak habis pikir aku ini bagaimana si Dayang dengar-dengar dari cakap orang kalau dia dah kena dengan anak bujang aku itu.” “Bang? Maklung Sam ini. Ke mana mata ke mana pula hati engkau ini.” “tak boleh ke? Apa boleh buat kalau cinta sudah berkat alamat akan tuan hantarkan.” “Boleh tu tak kan dikira lagi, tapi malam mau datang cobalah Maklung Sam terka apa ndak berlagak takut orang menyampah lihat bulu penuh di muka Bang Bujang?” Setelah berjalan setengah jam dari perjalanan awal dia mencuas muka lalu hilanglah segala bulu yang bermastautin di muka.Air itu dia simpan di lima jengkal dari telaga tengah hutan yang rimba dan kosong isinya, tambalnya dalam satu kaki tertampung dalam tempayan kecil. “Abang kau tu sudah tak ada, jangan sampai terjadi lagi.” “Abang mesti ada Mak Lung Sam.” Mak Bang Bujang tak kurang hati sedih sudahlah Bang Bujang tak datang diingatkan lagi Abangnya Mak Bang Bujang telah berpulang. Sebatang kara memang tak sedap dibawa hidup, maka tak ada jalan bekerja memecah batu di Desa Hilir. Kurang sedikit lagi malam akan terang, Bang Bujang tak akan lupa jalan tapi bukan tanpa ia tak akan berpulang kini kan? Di dekat pantai sana Dayang sudah siap menerima kata-kata indah yang masih ditemani alun-alun dan pasir pian. Bang Bujang lalu jalan kembali dengan muka yang sudah rapi dan mendekat semakin mendekat ke tepian pantai. Datang dari pandangan depan seseorang sudah mulai menjamah dan mencuci badan Dayang dengan serupa Bang Bujang. Apakah aku kembar? Atau Dayang memecah hati? Tanya Bang Bujang dalam hati tak tenang apa yang ia pandang penuh ketajaman dan kecemasan. Bang Bujang telungkup di pasirpasir, seperti tak ada yang terlihat hanya gelap terlindung pohonpohon bertinggi sedang di dekatnya. Asiklah Dayang dan siapa gerangan di dekat tepi pesisir pantai saling memainkan cintanya semakin malam semakin milik berdua. Apa yang kau takutkan Bang Bujang? Lekas bunuh lelaki itu! Seru Jin Kirinya. Jangan biar si Dayang diburu lelaki lain? Mak Bang Bujang mencari ke rumah-rumah orang di dekatnya. Bertanya namun tak ada yang mau menjawab, hanya menggelengkan kepala dan menutup pintu. Dari rumah bagus sampai pondok buruk, tapi tak lebih buruk pondok Mak Bang Bujang. “Tak ada aku nampak, kalau pun ada tak akan kasih dia masuk, anak aku takut.” Tertunduk Mak Bang Bujang, kembali rupa anaknya yang dikatakata. Pedih betul hati Mak. Ke mana kau Bang Bujang? Tanya lagi dan lagi lubuk hati. Sampai Mak Bang Bujang meninggalkan rumah, keluar mencari Bang Bujang mana malam sudah malam bisa-bisa Bang Bujang tak pulang-pulang. Tanpa selipar dengan langkah tua, matamata yang was-was tak kenal mana batang mana bayang, belanggar sekali-sekali dengan batang kelapa. Mengikuti kata hati saja. Terus jauh meninggalkan rumah, Mak Lung Sam tak tahu perihal ini, dia pun kehilangan. “Bang Bujang... ke mana kau, Nak?” “Ini Mak, Bang Bujang, kau di mana? Tak sedih ke engkau lihat Mak sendiri cari Bapak kau? Mak sendiri Bang Bujang di rumah.” Masih sunyi, hanya jejak Mak menginjak pasir bekas Bujang telungkup memandang Dayang dan lelaki gerangan “Mana pergi Mak Bang Bujang ni? Rumah ditinggal tak ada orang, kalau aku tinggal takut hilang pula nanti barang dalam, kalau tak dicari tak jadi abah pasti dapat jadikan dia alamat. Hai Nasib...” Mak Lung Sam gelisah apa yang harus dia lakukan dan hendak ke mana dia. “Bang, sungguh rupawan abang punya muka, begitulah pula abang punya hati.” (dayang) “Sampai macam ini pun, orang banyak katakan abang buruk rupanya, sedang Dayang bolehkan berkata elok rupa abang?” (bujang gerangan) “Orang sana yang buta Bang, mata Dayang tak akan salah, suci Bang” (dayang) Kerjanya itu pun lanjut tak tahu henti, memang sepi dan sunyi, tak ada nelayan yang sekadar membetulkan sampan untuk esok melaut. REDAKTUR: FATIH MUFTIH

Apa yang Bang Bujang lakukan terhadap Dayang? Bang Bujang jahat tak punya hati, memang Dayang cintakan Bang Bujang tapi tak sampai macam ini.” Hanya sebagai Bang Bujang dan Dayang berbaring berdua saling menimpa. “Sampai hati engkau Dayang, aku datang memang nak berjumpa, kupertemukan dengan Mak, Dayang” “Bulan sunyi tanpa bintang, laut alunnya cukup tenang, memang hati dah terkena orang, apa yang nampak kurang sampai dia hilang” Tiba-tiba mata Bang Bujang tajam, lelaki gerangan tinggalkan Dayang terlentang mengangkang dengan baju besepah, mata tertutup setengah sadar. Kurang ajar! Bang Bujang menghampiri Dayang, membangunkan Dayang dengan cemas. “Bang Bujang?” “Apa yang Bang Bujang lakukan terhadap Dayang? Bang Bujang jahat tak punya hati, memang Dayang cintakan Bang Bujang tapi tak sampai macam ini.” “Dayang? Bang Bujang tak ada buat apa-apa dengan Dayang, Bang Bujang hanya membangunkan Dayang, bukan Bang Bujang Dayang.” Tak dapat Dayang percaya dengan perkataan Bang Bujang sungguh dengan hati benci. Bujang tak dapat berkilah dengan tuduhan Dayang, begitu tajam hinaan dan kebencian. Dayang tersedu mengusap pipinya sendiri, dan. “Dayang, Jangan pergi” Bang Bujang menyusul Dayang yang pergi ke Timur pantai, secepat yang ia bisa, sebisa ia melihat jauh pandangan karena sedang gelap, dan jelas malam. tergopoh-gopoh Bang Bujang dan Dayang tak kelihatan sinarnya atau darah-darah yang ke luar dari mahkotanya. Bunyi semak-semak yang bertempuh dengan kaki bujang menandakan berlari ia, di jalan setapak itu hanya ada gelap dan daunan. Napas yang lelah. Bang Bujang entah juga ke mana hilang dari pandangan. Dayang tak melihat ke belakang sedikit pun, tak berharap bujang datang memegang tangannya malah ingin lekas pulang ke pangkuan puan atau ketakutan menyebur ke dasar lautan. “Bujang, Bujang, Bu..” teriak lirih Mak Bang Bujang berharap ada sahutan dari anaknya. Lelaki gerangan menyentuh tubuh Mak Bang Bujang dari belakang ketika Mak Bang Bujang melihat sekitar tepian pantai. Jadilah percakapan dan kegembiraan dari Mak Bang Bujang tangan lelaki menyentuh pundaknya. Letihnya telah usai dan akan diambong pulang ke sana. Dari kejauhan tampak lelaki pulang dari mata Mak Lung Sam, berwajah elok bertubuh bagus. “Bujang, Mana Mak kau? Dia keluar mencari kau” “Kenapa Mak Lung Sam biar dia ke luar?” “Sebab kau tak di rumah sampai malam, tengok baru sekarang kau balik” “Mak kau tak bisa macam itu Bang Bujang, dia sayangkan engkau. Tak mau macam Bapak kau. Mati dekat pantai tak sehelai singlet pun ada di tubuhnya. Mak kau tu pun dah tak betul sedikit. Cepat cari, Mak kau” “Mak!” Jalanlah Bang Bujang, menyusuri setiap jalan, kurang pandai bersiasat tak bertemu alamat Makyong sampai sekarang. Bau pun tak ada tercium di hidungnya, “Mak, Muka Bang Bujang dah tak buruk lagi, tak usah takut Mak sama orang.” Bang Bujang berkeluh susurnya tak bertemu ujungtak bertemu induk, lelah. “Abang, waktu lalu Abang hanya tidur bukan? Orang-orang tak percaya apa yang Lela sebut.” Mulailah malam itu kembali sunyi dengan hanya gemericik dedaunan. Sampai Bujang sudah tiba di kelelahan dan duduk di pesisir pantai. Jakarta, 2018 Destriyadi Imam Nuryaddin alias Tenggut. Kelahiran Desember 1997 dari Natuna, Kepulauan Riau. Saat ini sedang konsen kuliah di Sastra Indonesia UNJ. Karya sudah beberapa kali masuk dalam antologi dan terbit di media daring.

Sampai saat ini sudah tak terhitung film yang mengadaptasi dari buku yang laris di pasaran. Meski begitu, tak jarang justru mengecewakan. Banyak film dianggap gagal mengadaptasi sebuah buku dibanding mendapatkan tepuk tangan, baik itu film-film dari tanah Hollywood atau Indonesia. Apalagi jika buku-buku itu merupakan buku Best Seller yang dibaca jutaan orang. Bisa dipahami tantangan yang dimiliki oleh para sineas. Mereka harus “memindahkan” isi dan imajinasi sebuah buku secara visual, dan ini bukan pekerjaan gampang. Meski begitu ada juga film adaptasi yang terbilang sukses, seperti bukunya. Berikut daftar film adaptasi buku terbaik yang dirangkum dari berbagai sumber:

1. FORREST GUMP Film yang dirilis pada tahun 1994 ini bertajuk drama komedi, dan mengadaptasi dari buku berjudul sama yang diterbitkan pada tahun 1986. Dalam ajang Academy Awards, film ini memborong banyak penghargaan, diantaranya adalah Best Picture, Best Director, Best Actor, Best Adapted Screenplay, dan masih banyak yang lainnya.

2. THE SHAWSHANK REDEMPTION The Shawshank Redemption adalah film drama Amerika Serikat tahun 1994 yang dibintangi Tim Robbins dan Morgan Freeman. Diadaptasi dari novella karya Stephen King berjudul “Rita Hayworth and Shawshank Redemption”, film ini menceritakan kisah Andy Dufresne, seorang bankir yang menghabiskan hampir dua puluh tahun di Shawshank State Prison atas pembunuhan istri dan selingkuhannya meski ia mengklaim tidak melakukannya. Film ini dipuji oleh berbagai kritikus, masuk sejumlah nominasi penghargaan.

3. TRILOGI THE LORD OF THE RINGS The Lord of the Rings adalah novel kisah fantasi epik karangan JRR Tolkien. Diterbitkan dalam tiga jilid pada tahun 1954 dan 1955. Trilogi film The Lord of the Rings kemudian diangkat ke layar lebar oleh sutradara Peter Jackson yang dirilis pada tahun 2001, 2002, dan 2003, dan memenangkan banyak kategori di Academy Awards. Trilogi ini juga ditonton jutaan orang di seluruh dunia.

4. THE GREEN MILE The Green Mile adalah film drama Amerika tahun 1999 yang disutradarai oleh Frank Darabont, dan diadaptasi dari novel tahun 1996 berjudul sama karangan Stephen King. Film ini berformat “flashback” dan dibintangi oleh Tom Hanks yang berperan sebagai Paul Edgecomb dan Michael Clarke Duncan sebagai John Coffeey. Film ini bercerita mengenai kehidupan Paul sebagai sipir penjara hukuman mati pada saat depresi besar terjadi di Amerika Serikat, dan peristiwaperistiwa supernatural yang ia saksikan.

5. THE GODFATHER The Godfather adalah sebuah film kriminal Amerika tahun 1972, yang disutradarai oleh Francis Ford Coppola, berdasarkan novel laris Mario Puzo dengan judul yang sama. Dibintangi oleh Marlon Brando dan Al Pacino yang berperan sebagai pemimpin dari keluarga kriminal di New York, cerita ini mengambil setting tahun 1945-1955. The Godfather secara umum dianggap sebagai salah satu film terbesar di dunia perfilman, dan juga sebagai salah satu film yang paling berpengaruh, terutama film berjenis gangster. (Bersambung) LAYOUT: DOBBY F


12

perada

MINGGU 6 MEI 2018

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Syair Negeri Tambelan Ihwal Pulau Tambelan Akhir Abad ke-19 Karya Muhammad Umar

N

KUTUBKHANAH KOL OM OLOM

ASWANDI SYAHRI

Sejarawan Kepri

AMA Pulau Tambelan, di Kecamatan Tambelan Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, kurang dikenal dalam dunia khazanah manuskrip Melayu. Namun demikian, bukan berarti tidak ada khazanah manuskrip Melayu tentang Pulau Tambelan, atau manuskrip Melayu yang penah ditulis dan disalin di pulau itu. Salah satu khazanah manuskrip Melayu yang terkenal dan mencatat perihal Pulau Tambelan dan masyarakatnya pada akhir abad ke-19 adalah sebuah edisi cetak laporan perjalanan Raja Ali Kelana ketika komisi [inspeksi] ke Pulau Tujuh pada 1896 yang berjudul Bahwa Inilah Cetera Yang Bernama Pohon Perhimpunan Pada Menyatakan Peri Perjalanan: dicetak oleh Madba’ah al-Riauwiyah Pulau Penyengat pada tahun itu juga. Kutubkhanah minggu ini memperkenalkan Syair Negeri Tambelan, sebuah khazanah manuskrip Melayu yang banyak mencatat ihwal Pulau Tambelan pada akahir abad ke-19. Pusat Manuskrip Melayu Manuskrip syair ini pada mulanya adalah koleksi pribadi almarhum Wan Mohd Shaghir Abdullah, seorang anak watan Pulau Midai yang masyhur sebagi kolektor penting manuskrip Melayu di Kuala Lumpur. Ia mendapatkan manuskrip Syair Negeri Tambelan ini di Kota Pontianak pada 20 Desember 2001 M. Namun kini, manuskrip Syair Negeri Tambelan ini telah menjadi bagian dari koleksi Pusat Manuskrip Melayu (PMM) Perpustakaan Negara Malayasia (PNM) dengan nomor katalog MSS 3137. Menurut penjelasan pihak PMMPNM, manuskrip syair ini sebenarnya tidak berjudul, dan Syair Negeri Tambelan adalah judul yang diberikan oleh PMM-PNM. Manuskrip syair simpanan PMMPNM adalah bagian dari sebuah manuskrip yang ditulis pada 106 muka surat, dan mengandungi dua buah syair yang berbeda isinya. Kedua syair tersebut ditulis menggunakan huruf Jawi atau huruf Arab Melayu tulisan tangan mengunakan tinta hitam pada kertas bergaris, atau buku tulis yang dipotong sedemikian rupa, dan dijilid dengan cara dijahit. Syair pertama yang mengawali Syair Negeri Tambelan adalah Syair Bab alNikah (SBN). Sebuah salinan bagian Bab al-Nikah dalam Kitab al-Nikah @ Syair Hukum Nikah @ Syair Suluh Pegawai karya Raja Ali Haji yang disalin oleh Datuk Petinggi Tambelan, dan kemudian disalin kembali oleh pengarang Syair Negeri Tambelan di Pulau Tambelan pada 24 Zulqaidah 1313 H bersamaan dengan 7 Mei 1896. Dalam manuskrip koleki PMM-PNM yang berukran 17 cm x 11 cm ini, Syair Negeri Tambelan dicantumkan pada muka surat 71 hingga muka surat 110. Sama seperti Syair Bab al-Nikah, Syair Negeri Tambelan ditulis menggunakan tinta hitam. Beberapa bagian kertas yang mengandungi Syair Negri Tambelan kondisinya agak rusak karena air dan serangga, yang menyebabkan sejumlah huruf dalam bait-bait syair itu hilang. Fisik manuskrip syair ini memang telah direstorasi oleh pohak PMM-PNM. Namun demikian, tindakan penyelamatan yang dilakukan tak sepenuhnya dapat memulihkan bagian-bagian tulisan yang rusak dan hilang. Karya Muhammad Umar Nama lengkap pengarang Syair Negeri Tambelan adalah Muhammad Umar bin Encik Harun. Ia lahir di Kampung Tambelan, Kesultanan Pontianak, pada 3 Jumadil Awal 1275 H bersamaan dengan 9 Desember 1858 M. Biografi singkatnya pernah ditulis oleh Wan Mohd Shaghir Abdullah (2005). Kesultanan Pontianak ketika itu dipimpin oleh Sultan Syarif Muhammad al-Kadrie (1895-1944). Sedangkan Kampung Tambelan di Kesultanan Pontianak pada masa itu masih dipimpin langsung oleh tokoh pembukanya yang bernama Abdulrahman atau Panglima Abdulrahman, bergelar Datok Kaya

DOK. ASWANDI SYAHRI

Kolofon pada bagian akhir Syair Negeri Tambelan Koleksi Pusat Manuskrip Melayu Perpustakaan Negara Malaysia.

Abdulrahman. Muhammad Umar bin Encik Harun wafat di Pontianak pada malam Ahad tanggal 28 Syafar 1342 H bersamaan dengan 4 Agustus 1929, dalam usia 73 tahun. Informasi biografis Muhammad Umar yang diunggkap oleh Wan Mohd Shaghir Abdullah dalam tulisannya (2005), berkait-kelindan dengan bait-bait Syair Negeri Tambelan yang menjelaskan sosok (Muhammad Umar sebagai) pengarangnya: “Jikalau tuan tahu akan orangnya/ Pontianak itu negerinya/ Sultan Mahmud nama Rajanya/ Bangsa sayid muda alimnya/ Di Kampung Tambelan rumah tangganya/ Muhammad Umar nama yang punya/ Abdulrahman nama kepalanya/ Sewaktu itu hamba membuatnya”. Selain menulis Syair Negeri Tambelan dan menyalin ulang salinan Syair Bab al-Nikah, Muhammad Umar juga menghasilkan karya lain berjudul Jurnal Perlayan dan Petua Melayu serta sejumlah catatan tentang obat-obatan Melayu. Manuskrip Syair Negeri Tambelan diselesaikannya ketika ia berada di Pulau Tambelan yang disebutnya sebagai Negeri Tambelan. Ketika itu, Negeri Tambelan dipimpin oleh dua orang Datuk (Datuk Kaya dan Datuk Petinggi). Dalam bait-bait Syair Negeri Tambelan, Muhammad Umar menjelaskannya sebagai berikut: “Negeri itu Datuknya dua/ Yang di ulu satu di hilir yang kedua/ Tiada sama perintah dia/ Masing-masing menurutkan hawa.” Tarikh selesai penulisannya dijelaskan oleh Muhammad Umar secara ‘samar-samar’ dalam bait terakhir syair yang isinya sebagai berikut: “Tamatlah syair harinya Ahad/ Di negeri Tambelan kita membuat/ Bulan Muharam tahun lebih ampat/ Orang negeri tiada sepakat.” Apakah makna larik “Bulan Muharam tahun lebih ampat”? Berdasarkan kolofonyang terdapat pada Syair Bab al-Nikah dan bait-bait Syair Negeri Tambelan, maka tarikh selesai penulisan Syair Negeri Tambelan yang dinyatakan secara berkias itu, dapat dijelaskan sebegai berikut: Pertama, syair ini ditulis pada akhir abad ke-19, ketika Kesultanan Pontianak diperintah oleh Sultan Syarif

Muhammad al-Kadrie (1895-1944). Kedua, jika mengacu kepada catatan dalam kolofon manuskrip Syair Bab alNikah yang selesai disalin pada 7 Mei 1896 (bersama dengan 24 hari bulan zu-al-qa’idah malam Jum’at pukul 12 dua belas kepada tahun sanah 1313), maka larik syair “Bulan Muharam tahun lebih ampat” bermakna Syair Negeri Tambelan selesai dibuat atau dikarang empat tahun setelah salinan Syair Bab al-Nikah selesai disalin semula pada tahun 1317 H yang bersamaan dengan 1899 M. Bukti lain yang dapat menunjukkan bahwa syair ini selesai ditulis pada akhir abad ke-19 adalah penggunaan potongan kertas bekas arsip surat (dokumen) tulisan tangan berbahasa Belanda bertarikh 29 Mei 1896, yang terdapat pada bait terakhir syair ini. Potongan arsip surat menggunakan kertas Eropa yang lebih lebal dari kertas untuk menuliskan manuskrip ini, digunakan sebagi penguat sampul (kulit) kitab. Negeri Tambelan Akhir Abad ke-19 Syair Negeri Tambelan, berisikan kisah nyata yang dialami dan disaksikan langsung oleh Muhammad Umar selaku pengarangnya yang menumpang kapal seorang pedagang dan singgah selama sekitar lima hingga enam bulan di Pulau Tambelan. Awalnya ia berlayar dari Kampung Tambelan di Pontianak, menumpang perahu milik pedagang beras, tembakau, dan setarup (setaroh: sejenis herbal) bernama Haji Isa orang Serasan, yang hendak berlayar ke Singapura melaui Pulau Tambelan. Di Pulau Tambelan, Muhammad Umar dan Haji Isa duduk menumpang di rumah Muhammad Bakar sambil menanti habisnya penjualan barang dagangan yang dibawa oleh Haji Isa, sembari mengumpulkan kelapak (kelapa dalam logat Tambelan) untuk dibawa ke Singapura. Selama singgah di Pulau Tambelan, Muhammad Umar banyak menyaksikan dan mencatat berbagai peristiwa sosialekonomi yang terjadi pada akahir abad ke-19. “Selama kita di Negeri Tambelan/ Sahabat handai manggil sekalian/ Ada Pengantin ada yang kematian/ Begitulah didalam lima anam bulan.” Bahkan ia juga sempat tampil bermain kesenin terbang dan rodat dalam sebuah pesta pernikahan seorang bernama Sulaiman di Kampung Melayu. Seperti telah dilaporkan juga oleh Raja Ali kelana dalam kitab Pohon Perhimpunan, sistem perdagangan di terbilang Tambelan ‘unik’. Menurut Muhammad Umar, di Tambelan ketika

itu tidak terdapat pasar tempat pedagang dan pembeli berkumpul. Semua transaksi jual-beli dilakukan di atas perahu milik pedagang yang datang secara berkala. Pada akhir abad ke-19 itu, selain dikunjungi oleh perahu-perahu pedagang Melayu seperti Haji Isa, Pulau Tambelan juga disinggahi oleh sejumlah perahu pedagang Cina, yang umumnya bermodal besar. Mereka mengusai perdagangan beras yang mereka jual di bawah harga pasar. Menurut Muhammad Umar, ”monopoli” pedagang Cina dalam perdagangan beras ini mematikan usaha pedagangan beras orang Melayu: “Kerana rugi beras dijualkan/ Perahu Cina ada di Tambelan/ Tiga ampat buah di dalam labuhan/ Membawa beras berpuluh koyan | Cina jual lapan gantang seringgit/ Orang membeli bukan sedikit/ Abis sebuah sebuah berjangkit/ Dengan kelapak kering tidak mungut ringgit. Selain perihal perdagangan, Muhammad Umar juga mencatat sejumlah peristiwa sosial, politik, dan kriminal yang terjadi di Pulau Tambelan ketika itu. Sebagai ilustrasi, dalam bait-bait Syair Negeri Tambelan ada dicatat beberapa peristiwa kriminal yang menggemparkan ketika terjadi peristiwa penikaman dan pencurian peti berisi dua ratus lima puluh ringgit milik Muhammad Yusuf di Kampung [Melayu] Ujung. Tersangkanya bernama Si Radat yang berasal dari Pulau Bunguran. Peti uang itu sempat disembunyikannya di dalam tanah, ditaruhnya di ilir ujungnya negeri/ Dimasukan di tanah malamnya hari. Kasus pencurian uang ringgit ini akhirnya dapat dituntaskan. Dengan perintah Datuk Petinggi, berbagai usaha dilakukan untuk menangkap Si Radat. Pencuri kelas kakap itu akhirnya dapat ditangkap oleh penduduk Pulau Tambelan dan dipasung oleh Datuk Petinggi untuk memaksanya menunjukan tempat peti uang tersebut disembunyikan. Syair Negeri Tambelan, adalah salah satu contoh syair klasik Melayu yang kaya dengan informasi faktual tentang suatu zaman pada ruang dan waktu tertentu. Ianya adalah tipikal “syair jurnalistik” yang harus disimak oleh siapa saja yang akan menulis ihwal Negeri Tambelan pada akhir abad ke19.***

DOK. ASWANDI SYAHRI

Pemandangan Kampung di Negeri Tambelan, Pulau Tambelan, tahun 1896 karya H.J.E. Schwartz. REDAKTUR: FATIH MUFTIH

LAYOUT: SYAFRINALDI


perada

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 6 MEI 2018

13

Batu yang Terakhir B JEMALA

KOLOM ABDUL MALIK

REDAKTUR: RAMON DAMORA

AGINDALAH pribadi yang diagungkan oleh umatnya sekaligus dipuji oleh Tuhannya. Durjanya yang elok, pribadi yang anggun, dan budinya yang halus lagi agung, yang bahkan dijamin oleh Tuhan, membuat sesiapa pun yang bersandarkan pandangan pada akal yang sehat, pikiran yang objektif, dan nurani yang bening pasti tak pernah kuasa untuk menolaknya. Hanya orangorang yang tak berani membuka mata hati sajalah yang tak pernah mampu merasakan kehangatan sekaligus kesejukan cahaya yang dipancarkannya. Oleh sebab itu, dia tak pernah berhenti untuk menjadi sumber inspirasi bagi para pujangga, pemikir, ilmuwan, dan sekaligus penulis semerata dunia, dari kelas yang biasa-biasa saja sampai ke kelas yang paling puncak sekalipun. Baginda tiada lain adalah Nabi Muhammad SAW. Penulis, pujangga, dan ilmuwan besar yang pernah dimiliki oleh bangsa Melayu, Raja Ali Haji rahimahullah, bahkan menyediakan ruang yang khas lagi terhormat dalam setiap karya beliau untuk membicarakan sosok yang paling dimuliakan oleh umat Islam dan dihormati oleh umat-umat yang lain juga di dunia ini. Betapa tidak? Bukankah Baginda Rasulullah memang diakui oleh Allah sebagai tauladan yang terbaik bagi seluruh alam? Atas dasar itulah, Raja Ali Haji di dalam karya beliau beramanat agar manusia mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Karya Tsamarat al-Muhimmah memerikan perkara itu dalam kaitannya dengan unsur yang paling utama dalam kehidupan manusia yaitu agama dan ilmu pengetahuan. “Bermula adapun ilmu itu yaitu sabit kepada naqal dan akal. … Adapun sabda Nabi shallahu ‘alaihi wasallam, yakni ‘Barang siapa dikehendaki Allah Ta’ala dengan kebajikan, diberi faham ia pada agama dan diberi ilmu ia dengan cerdik.’ Adapun kelebihan ilmu kepada akal, maka yaitu amat nyata dengan dalil yang mudah dan dengan pendapatan akal yang singkat pun boleh sampai….” (Raja Ali Haji dalam Abdul Malik, Ed., 2012:22). Nukilan di atas merupakan pemerian Raja Ali Haji berkenaan dengan mustahaknya pedoman agama dan kelebihan ilmu pengetahuan. Penuturan itu beliau lakukan bersumberkan ajaran Rasulullah SAW yang dikutip beliau (lihat hadits yang beliau rujuk di atas). Secara tersirat, amanatnya adalah setiap manusia hendaklah mengikuti ajaran Rasulullah SAW, termasuk dalam hal memahami dan menghayati mustahaknya agama dan ilmu pengetahuan bagi sesiapa pun yang hendak mengambil bekal dari kehidupan di dunia yang fana ini untuk dibawa ke tempat bermastautin yang abadi di akhirat kelak. Bukan pula sebarang ilmu, melainkan ilmu yang benar menurut ajaran agama. Hujah yang dikemukakan oleh Raja Ali Haji itu tak sebarang argumen, tetapi berasaskan keyakinan yang sangat jelas

rujukan kebenarannya, yakni firman Allah, yang seyogianya menjadi referensi utama untuk memahami setiap persoalan yang dihadapi oleh umat manusia. “Dan, tak patutlah bagi laki-laki yang mukmin dan tak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan, barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata,” (Q.S. Al-Ahzaab:36). Di dalam firman-Nya di atas sangat tegas Allah memerintahkan manusia supaya mengikuti ajaran-Nya dan RasulNya. Orang-orang yang ingkar dihukum sebagai orang yang nyata sesatnya oleh Allah. Dengan demikian, amanat Raja Ali Haji di dalam karya beliau yang dinukilkan di atas juga sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Jadi, mengikuti ajaran Rasulullah SAW merupakan penanda kehalusan budi. Atas dasar itu, jika pernah merasakan betapa nestapanya kehidupan di dunia, kita tinggal mengembalikannya kepada petunjuk Allah di atas. Dalam hal ini, kita tinggal merenung, tanpa perlu menyesali malangnya nasib diri, bahwa pernahkah kita memperhatikan, memahami, menghayati, dan lebih-lebih mengamalkan pedoman Allah dan petunjuk Rasulullah dalam menyelesaikan urusan-urusan kita sebagaimana yang diharapkan oleh Raja Ali Haji dalam karya beliau di atas? Suatu pertanyaan dalam renungan yang sebetulnya tak terlalu sulit untuk dijawab atau meminjam ungkapan canggih Raja Ali Haji, “ … amat nyata dengan dalil yang mudah dan dengan pendapatan akal yang singkat pun boleh sampai ….” Keistimewaan lain Rasulullah SAW adalah Baginda memiliki kelebihan dari semua Nabi yang lain. Hal itu juga mendapat perhatian Raja Ali Haji dan diungkapkan oleh Allahyarham di dalam karya Sinar Gemala Mestika Alam. Bait 14—16 karya bergenre syair naratif tersebut mengisahkan kelebihan Rasulullah dengan narasi yang sangat memikat. Bulan yang kelima khabar yang tentu Nabi Allah Ismail datang begitu Berkhabar juga demikian itu Akan kelebihan Nabi yang ratu Apabila sampai bulan yang keenam Nabi Allah Musa ‘alaihis salam Datang berkhabar di dalam manam Kelebihan Nabi yang sayidil anam Bulan ketujuh juga dikata Nabi Allah Daud datanglah serta Kepada Aminah memberi warta Kelebihan Nabi alam semesta Bait-bait syair di atas menggambarkan kedatangan para Nabi Allah menyampaikan kelebihan Nabi Muhammad SAW kepada ibunda Rasulullah yang sedang mengandungkan Baginda.

Pengakuan para Nabi Allah terdahulu itu menjadi bukti bahwa Rasulullah memang lebih istimewa daripada para Nabi yang lain. Amanat Raja Ali Haji melalui karya beliau di atas pun sesuai dengan firman Allah. Salah satu ayat Al-Quran menyebutkan perkara itu seperti yang disajikan berikut ini. “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusiadan cukuplah Allah menjadi saksi,” (Q.S. An-Nisa:79). Firman Allah di atas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diutus untuk menjadi Rasul bagi seluruh umat manusia. Sebaliknya, para nabi sebelum Baginda hanya diutus untuk kaumnya sahaja. Itulah salah satu rahmat kelebihan yang dianugerahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, amanat Raja Ali Haji di atas sejalan dengan petunjuk Allah atau ajaran agama Islam. Dalam hal ini, argumen yang beliau kemukakan berdasarkan kebenaran yang bersumber dari Yang Mahabenar. Dengan perkataan lain, kebenaran yang diungkapkan itu tak sesiapa pun yang boleh dan sanggup membantahnya. Kenyataan itu pun membuktikan bahwa Sinar Gemala Mestika Alam merupakan karya besar yang berkadar religiositas yang tinggi yang pernah dihasilkan di dunia Melayu. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW ada pula bersabda tentang kenabian Baginda. Hadits tersebut menggunakan analogi yang sangat menarik untuk diperhatikan dan dihayati. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan aku dan nabi-nabi sebelumku serupa dengan seorang laki-laki yang membuat rumah. Bagus dan cantik sekali rumah yang dibuatnya. Namun, ada yang kurang, yakni sebuah batu di sudut rumah itu. Orang-orang yang melihat rumah itu kagum akan keindahannya, tetapi mereka berkata, ‘Mengapakah batu yang satu itu kurang?’ Rasulullah SAW meneruskan sabda Baginda, “Akulah batu yang satu, yang kurang itu, dan aku adalah nabi yang terakhir,” (H.R. Bukhari). Begitulah penjelasan Rasulullah SAW berkenaan dengan kenabian Baginda dibandingkan dengan para nabi yang lain, yakni nabi-nabi sebelum Baginda. Alhasil, amanat Raja Ali Haji di dalam karya beliau bersandar kuat pada ajaran agama Islam karena memang ada asasnya di dalam firman Allah dan sabda Rasulullah SAW. Dengan demikian, meyakini kelebihan Rasulullah SAW dibandingkan dengan para nabi yang lain merupakan kualitas kehalusan budi yang dimiliki oleh manusia. Karya Raja Ali Haji Syair Sinar Gemala Mestika alam juga menyuratkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir, tiada nabi lagi setelah Baginda. Amanat itu terekam

pada bait 17 syair naratif yang mengandungi nilai edukatif sekaligus religius itu. Bulan kedelapan Nabi Sulaiman Datang dengan kesukaan iman Memberi khabar yang keterangan Buntingkan Nabi akhirul zaman Maklumat yang dibawa oleh Nabi Sulaiman di dalam bait syair di atas berisi amanat bahwa Rasulullah SAW adalah nabi yang penghabisan, tiada nabi lagi setelah Baginda. Kenyataan itu mestilah dipercayai oleh orangorang yang beriman. Begitulah amanat syair di atas. Adakah referensi yang dirujuk oleh Raja Ali Haji untuk menciptakan bait syair di atas? Untuk menjawab tanyaan itu, marilah kita perhatikan penjelasan ini. “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, melainkan dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu,” (Q.S. AlAhzaab:40). Penjelasan Allah melalui firman-Nya di dalam Alquran, Surat Al-Ahzaab, ayat 40, yang dikutip di atas memang menegaskan bahwa Rasulullah SAW adalah penutup para nabi. Dengan perkataan lain, tiada nabi lagi sesudah Baginda. Dengan demikian, amanat di dalam karya Raja Ali Haji di atas berasaskan petunjuk Allah di dalam Al-Quran. Satu lagi bukti bahwa karya Raja Ali Haji bukanlah sekadar karya atau karya sekadar, melainkan karya yang berkadar kebenaran yang hakiki sehingga sangat patut untuk dibaca, dipahami, dan diambil hikmah manfaatnya. Rasulullah SAW sendiri menambah maklumat berkenaan dengan keberadaan Baginda sebagai Nabi dan Rasul Allah. Di antara sabda Baginda adalah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Rasulullah SAW bersabda, “Adalah Bani Israel diperintah oleh nabi-nabi, setiap wafat seorang nabi, lalu diganti dengan nabi yang lain, tetapi sesudah aku tak ada lagi nabi (yang lain),” (H.R. Bukhari). Sama ada firman Allah ataupun sabda Rasulullah, sama-sama membenarkan amanat yang terdapat di dalam karya Raja Ali Haji bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang penghabisan. Dengan demikian, amanat karya itu menggunakan sumber ajaran agama Islam sehingga tak diragukan kebenaran dan kemuliaannya. Oleh sebab itu, memercayai Rasulullah SAW sebagai penutup para nabi merupakan sifat, sikap, dan amalan yang mulia. Jadi, orang yang meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir tergolong manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia. Semoga kita senantiasa konsisten mengikuti ajaran dan tauladan Rasulullah. Itulah ajaran yang membawa faedah. Tak hanya keselamatan dunia, kebahagiaan akhirat pun memang dijanjikan oleh Allah. Asal, umat manusia tak berpaling tadah.***

LAYOUT: SYAFRINALDI


14

MINGGU 6 MEI 2018

imaji

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Sebelum Tersaji di Atas Meja

K

ITA tidak bisa untuk tidak bersepakat bahwasanya bilis adalah sajian aduhai di atas meja. Dimasak dengan cara apa pun s ukar tidak mengguncang selera makan. Bahkan, jika pernah bertandang ke tempat nelayannya, jangan terkejut jika ikan-ikan kecil ini bisa dimakan mentahmentah. Manis dan gurih. Jika sedang berakhir pekan, silakan plesiran ke Malang Rapat, kecamatan Gunung Kijang, Bintan. Di sana, ada sekolompok nelayan yang berfokus pada penangkapan bilis. Jika sedang beruntung, Anda bisa

mendapatkan bilis basah yang belum dijemur dengan harga separuh lebih murah ketimbang yang kering. Tetapi jika ingin lekas memasaknya di rumha, maka ambillah yang kering. Sebab ini langsung dari nelayan, tentu harganya tidak semahal jika dibandingkan yang dijual di pasaran. Jika angin sedang baik, nelayan di Malang Rapat dalam sekali berangkat bisa membawa pulang satu kuintal bilis basah. Karena akan dipasok ke pasar atau pengepul, bilis itu lantas dikeringkan. Agar lebih cepat, mereka tidak menggunakan terpal. Melainkan

dialasi kajang. Dengan begitu, air bisa mudah menyerap. Butuh waktu setidaknya setengah hari untuk proses bilis basah menjadi bilis kering. Jangan mengira dari 100 kilogram bilis basah itu menghasilkan bobot serupa. Penuturan nelayan setempat, setelah dikeringkan, bobot menyusut lebih dari tiga per empat. Jika membawa pulang 100 kilogram bilis basah, artinya mereka bisa menjual hanya 25 kilogram bilis kering. Dan bilis nasi adalah bilis favorit dengan nilai jual paling tinggi.***

ROBBI HAFZAN, pencerita visual dari ujung utara pulau Bintan. Simak karyakaryanya di akun Instagram @robbihafzan. „ REDAKTUR: FATIH MUFTIH

„ LAYOUT: DOBBY F


jerumat

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

MINGGU 6 MEI 2018

15

Syahadat Belieber OLEH: FATIH MUFTIH

Sayap Kiri Jembia

A

DA banyak hal hebat terjadi pada sepertiga malam. Itulah mengapa satu di antara waktu berdoa paling mustajab ada di masa ini. Tidak banyak yang sanggup melakukan dan karena itu pula oleh Tuhan diberi keistimewaan. Saya yakin seyakinyakinnya. Karena itu ketika terbangun pada sepertiga malam, saya lekas meraih remote televisi. Saat itu Selasa dini hari. Sudah jelas tidak mungkin saya membayangkan akan ada laga pertandingan sepak bola. Saya menyalakan televisi karena sudah terlalu bosan main gawai. Isinya cuma perdebatan ganti presiden. Saya rasa itu tidak melulu harus dibahas sampai menguras energi. Betapa ganti presiden itu sebuah keniscayaan dan cuma urusan waktu. Jika tidak tahun depan, lima tahun lagi juga pasti ganti presidennya. Cukup sekali saja ada seorang yang memimpin bangsa kita lebih dari 30 tahun lamanya. Dari kanal satu ke kanal lain. Jempol saya cekatan menekan tuts remote. Mengapa pada dini hari tidak ada satu pun

acara yang benar-benar asyik untuk sekadar mengantar kantuk. Stasiun televisi nasional malah menayangkan siaran ulang berita utama tadi malam. Ada pula yang menyajikan drama sinetron yang entah pada siapa ditujukan. Saya beralih ke stasiun televisi luar negeri. Lumayan menghibur. Di kanal hewan-hewan menayangkan cara buaya beranak, sebelahnya lagi soal populasi hiu yang terancam punah lantaran hasrat perut manusia. Di kanal khusus olahraga, menayangkan tinjauan ulang atas pertandingan akhir pekan yang menayangkan tatapan nanar pelatih Arsene Wenger pada laga tandang terakhir memimpin Arsenal di Old Trafford. Saya melewatkan pertandingan itu. Sejenak saya menyaksikan sekilas jalannya pertandingan. Di sela-sela babak pertama, saya jadi tahu ada peristiwa penting ketika Sir Alex Ferguson turun dari tribun, bersama Jose Mourinho mendatangi Wenger dan memberikan cenderamata. Sebuah simbol ucapan terima kasih dari Setan Merah kepada pelatih berkebang-

saan Prancis itu yang selama memimpin Arsenal menjadi lawan paling ikonik, utamanya bagi Fergie. Bentuk persaingan yang tidak mewariskan dendam. Sesuatu yang mulai langka hari-hari ini. Cuma itu saja yang menarik. Saya tidak kesengsem dengan gol pamungkas Manchester United yang dilesakkan Fellaini. Remote kembali teraih dan pindah-pindah kanal kembali terjadi. Masuk ke kanal-kanal hiburan. Ada Smackdown! Oh ... betapa ini dulu tontonan idola semasa kanak-kanak dan ketika The Rock adalah juaranya dan bukan John Cena. Semenjak The Rock memilih jadi aktor komedi, saya tidak lagi suka gulat kecohan itu. Bagi saya, The Rock adalah representasi dari kelas pelanjut tradisi keluarga. Untuk itu ia pantas jadi juara. Darah dari kakek dan ayahnya yang pegulat itu mengalir deras dan menjadikan Dwayne Johnson sebagai pegulat terbilang, yang justru ia turun ring ketika sedang menjadi bintang. “Saya menolak hidup yang mapan, dan menantang diri dalam dunia yang

baru, yaitu akting,” katanya. Karena tidak ada The Rock di ring, saya melanjutkan pindah kanal. Kini tiba di stasiun televisi yang rutin menayangkan sinema-sinema. Biasanya di sini, saya bertahan agak lama. Tapi dini hari itu, hampir semua film yang ditayangkan, saya sudah menontonnya. Ngantuk belum tiba, mata saya masih menatap ke layar kaca. Usai buang air kecil, televisi menampilkan tayangan yang belum pernah saya tonton sebelumnya. Seperti Roy Kiyoshi di acara Karma, saya mencium aromaaroma magis akan melimpahi saya dari tayangan televisi yang satu ini. Di sudut kanan atas tertulis sinema biopik yang ditayangkan: Never Say Never. Remote saya letakkan. Mengambil posisi duduk di atas kasur dengan keripik kentang di pangkuan, saya menyaksikan adegan demi adegan tokoh utama di film itu. Tahan dan jangan protes. Saya tahu Anda bertanya dalam hati, benarkah saya menyaksikan dokumenter seorang Justin Bieber ketika di sisi lain saya seringkali membicarakan The Beatles sebagai puncak

dari segala puncak industri musik. Memang, dua kutub ini tidak bisa disejajarkan seperti dua apel di atas meja, namun tidak ada sesuatu yang benar-benar buruk di dunia ini jika berkenan memandanginya dari sudut pandang yang lebih utuh. Secara singkat, Never Say Never berkisah awal mula karier seorang bocah Kanada bernama Justin Bieber yang ditemukan Scooter Braun lewat You Tube dan kemudian menjadi manajer pribadinya setelah dikenalkan ke Usher. Di situ dikisahkan perjuangan Justin menapaki puncak karier industri musik. Sepintas jika ingin mudah berkata, sudah garis tangan Justin menjadi seorang fenomena. Namun dari film dokumenter ini, saya baru tahu bahwasanya ada jalan berduri juga yang dialami Justin sebelum sampai ke puncak. Braun ketika mengajak Justin menemui Usher, berpesan agar ia tidak main-main dengan sang megabintang itu. Tapi Justin kecil mana mau tahu. Ia mengidolakan Usher lebih dari siapa pun. “Mari menyanyi bersamaku,” begitu kalimat pertama Justin kepada idolanya. Selesai di situ? Tidak. Bukan hal yang mudah mempromosikan penyanyi bocah berusia 14 tahun. Namun, Justin kelewat bebal untuk menyerah. Sampai ia melakoni tur lebih dari 60 stasiun radio di Amerika agar memperkenankannya bernyanyi dan mengenalkan diri. Bahkan, ada suatu kali pihak radio menanyakan, Who Justin?. Wajar. Tapi kebebalan untuk menyerah dan kepercayaan diri adalah senjata utama seorang bocah. Justin menjawab, “Saya Justin Bieber dan saya akan menyanyikan lagu buat Anda dan pendengar.” Perjuangan adalah jalan niscaya menuju kesuksesan. Justin menjemput takdirnya sebagai fenomena. Bahkan pita suaranya nyaris jebol karena terlalu banyak melakoni tur dari panggung ke panggung. Semua itu dilakukan agar ia bisa menebus mimpinya tampil di Madison Square Garden dengan tiket terjual penuh. Untuk kali pertama, tiket konser tunggal seorang remaja di Madison bisa ludes hanya dalam hitungan 22 menit. Ini sudah pasti cerita klise. Tapi bayangkan saja, ternyata dari seorang Justin Bieber yang fenomenal dan digandrungi gadisgadis remaja itu, kita bisa memetik pelajaran agar selalu bebal untuk menyerah, sebab itu adalah kunci dari segala mimpi. Maka itu pula yang saya tautkan dalam tiap langkah pendakian Ijen dengan kawan-kawan dari Tanjungpinang akhir pekan lalu. Jalan mendaki, terjal, curam, licin, adalah harga yang harus dibayar sebelum menikmati puncak dengan kawah yang mempesona itu. Sepulang dari Ijen saya semakin sering mendengar lagu Justin Bieber dan diamdiam mulai menghapal lirik Never Say Never. Kata Justin, kita tidak akan pernah mencapai sesuatu yang lebih tinggi sampai kita tiba di mana tidak ada jalan untuk kembali. Maka, jangan mengatakan tidak bisa. Saya kira, para penulis pemula seperti saya perlu mempertimbangkan untuk gabung dalam barisan Belieber dan mengucap kesaksian bahwasanya dari seorang Justin kita pun bisa mengunduh nilai berupa semangat pantang menyerah. Omong-omong, sudah berapa kali ditolak penerbit?***

Puncak Penyair

Lima Fatwa Sutardji Calzoum Bachri SIKAP terhadap kata, ikhtiar pencarian, dan kreativitas yang dimungkinkan dari sikap itu adalah pelajaran penting dari “Kredo” Sutardji Calzoum Bachri yang termasyhur itu. Orang banyak yang hanya terpesona pada isi kredo itu, baik si pemuja maupun si pembantah atas kredo itu. Lima pasal berikut dirumuskan dari “Kredo” dan “Pengantar Kapak”-nya. Saya hanya memberi penjelasan sebisanya. Pasal 1. Penyair harus berupaya mengolah kata-kata atau merumuskan sikapnya terhadap kata agar kreativitas dimungkinkan. Penjelasan: Inilah yang disebut kredo. Kredo dirumuskan bukan untuk sekadar menunjukkan beda gaya atau sekadar ingin menunjukkan bahwa si penyair adalah orang yang paling tahu sajak-sajaknya. Kredo dirumuskan dengan dua tujuan: kedalam agar si penyair memungkinkan menyajak dengan kreatif dan keluar agar terbuka gerbang pemahaman atas karyakaryanya. Pasal 2. Menyair adalah suatu pekerjaan yang serius, namun penyair tidak harus menyair sampai mati. Dia boleh meninggalkan kepenyairannya kapan saja. Penjelasan: Ini adalah sikap tegas. Daripada kita tidak bisa menyair dengan serius, atau bertekad mempertahankan sebutan penyair sampai mati padahal tak bisa menghasilkan karya yang bagus lagi, lebih baik kita tinggalkan

REDAKTUR: FATIH MUFTIH

saja kepenyairan kita. Pasal 3. Ketika menulis sajak, penyair harus dengan sunguh-sungguh mencari agar menemukan bahasanya sendiri. Penjelasan: Inilah keseriusan itu. Bukan penemuan bahasa yang utama tapi usaha untuk mencari dan menemukan bahasa itulah yang terpenting. Tiap pencarian tidak akan sia-sia. Bila tidak menemkan, kita pasti akan bisa menciptakan bahasa sendiri. Pasal 4. Penyair harus terus berusaha mencapai puncak kepenyairan baru, setelah ia mencapai satu puncak kepenyairan. Penjelasan: Inilah hakikat pencarian itu. Apakah yang sudah kita temukan harus kita anggap selesai sampai di situ. Kita harus mencari lagi hal-hal baru lainnya. Tak pernah berhenti. Pasal 5. Yang tidak menemukan bahasa tak akan pernah disebut penyair. Penjelasan: Tapi pentingkah mendengar orang menyebut kita sebagai penyair? Sekali lagi yang penting adalah pencarian yang terus-menerus, dan penemuan yang tidak memenjarakan kita untuk terus melakukan pencarian baru.*** * Disarikan dari “Kredo” dan “Pengantar Kapak” dalam buku “O Amuk Kapak” Sutardji Calzoum Bachri, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta, Cetakan Pertama, 1981.

LAYOUT:SYAFRINALDI


16

MINGGU 6 MEI 2018

TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri

Tepat Waktu

cindai

Cinta Frisca

B

AGAIMANA mungkin kita kemudian merencanakan cinta kita untuk siapa? Kamu jelas sudah berulang kali mendengar petuah ini, Frisca. Yang bisa manusia rencanakan adalah pesta pernikahan. Tidak dengan cintanya. Ada banyak manusia di bumi ini menikah bukan bersama cintanya. Sebab, cinta tidak butuh perencanaan. Ia datang tiba-tiba, tanpa diduga, dan bisa pada siapa saja. Jika cinta itu bisa terencana seperti sebuah pekerjaan, tentu tidak ada lagi pertikaian. Sebab, cintalah yang mampu menenangkan dan mempersatukan dua perbedaan dalam jurang paling besar sekalipun. Lalu pernahkah engkau merasa cintamu tidak tepat waktu? “Kalau bicara semacam ini, rasa-rasanya tidak jelas lagi batasan waktu,” ungkapmu. Memang, Frisca. Waktu adalah kata benda paling nisbi. Bagimu lama, belum tentu baginya. Baginya sebentar, bisa saja katamu lama. Sebab cinta itu genius, ia paling tahu waktu terbaik untuk tiba, singgah, dan mendiami hati seorang anak manusia yang beranjak dewasa. Manusia, kata seorang bijak, tidak perlu mendoakan cinta agar lekas terburu-buru tiba. Juga tidak perlu memohon cinta ada. Sebab, cinta sejati itu datang sendiri dengan caranya sendiri dan dengan waktunya sendiri. “Kalau telat bagaimana dong?” Tenang. Cinta selalu tepat waktu. Tidak seperti kata buku dalam pelukanmu itu.*** Foto Narasi

KOLOM HUSNIZAR HOOD

REDAKTUR: FATIH

Nama TTL Profesi Instagram Buku Bacaan

: Nurfatilla : Fatih Muftih

S TEMBERANG

BIODATA FRISCA : Yunela Frisca : Pati, 4 Juni 1996 : Mahasiswa : yunellafriska : Cinta Tak Pernah Tepat Waktu Karya Puthut EA

Antara Gunung Ijen & Gunung Ledang

EJAK beberapa hari kemarin saya selalu tertawa sendiri. Sampai-sampai sebelum duduk di depan laptop saya ini pun masih ada rasa geli hati saya ini. Konon kabarnya kawan saya Mahmud begitu juga adanya. Dia pun tertawa-tawa sendiri di rumahnya. Sampai-sampai isterinya menelpon isteri saya kemarin, bertanya kalau saja isteri saya tahu apa yang telah terjadi dengan suaminya dan juga saya maklum kemarin kami berdua pergi ke Banyuwangi. Oh, tidak, saya rasa tidaklah sampai ke situ. Tak ada hubungannya dengan negeri bertajuk “The Sunrise of Java” itu, walaupun Banyuwangi dikenal sebagai negeri santet taklah kami - amit-amit- terkena santet pula. Memangnya ada disantet hanya tertawatawa? Kami kesana karena ada kegiatan budaya “Kemah Sastra Nasional” namanya. Apa yang mau disantet? Menyantet sastrawan itu hanya menghabiskan energi saja. Tak ada untungnya. Sastrawan itu hanya punya kata dan cinta. Ambillah! Saya pun semakin tertawa dan saya pikir banyak orang ikut tertawa juga. Ya, ya, ya, negeri ini memang lucu. Mungkin ada benarnya juga kata Emha Ainun Nadjib, malaikat yang kerjanya selalu serius itu saja tertawa melihat lucunya Indonesia akhir-akhir ini. Selalu saja kita dihibur walaupun kita dalam keadaan lapar dan menganggur. Tapi tak ada yang menganggur ketika kami mendaki di Gunung Ijen kemarin itu. Kami terus bergerak dan saya pikir agak jauh dari lucu meskipun akhirnya saya dan Mahmud tertawa juga. Jauh-jauh hari, kami berdua memang sudah berniat ingin mendaki gunung kebanggaan orang Banyuwangi yang di atasnya ada kawah biru yang indah itu, pemandangannya yang eksotis dengan aroma belerang yang menyengat. Dalam pikir saya, kapan lagi merasa tantangan mendaki gunung karena seumur-umur belum pernah. Tapi dengan membohongi kami bahwa pendakian itu hanya berjarak 800 meter dan ternyata hampir 4 km itu tindakan semi kriminal. Kawan saya Mahmud menyumpah-nyumpah sepanjang perjalanan sejak jam 3 pagi itu. “Kalau aku tahu jaraknya bukan 800 meter, haram mampus aku nak ikut,” dia sudah membahasakan dirinya dengan “aku” biasanya dengan kata “saya”, itu tandanya sudah menggelegak amarah di dalam kepala otaknya. Saya pun sebetulnya demikian. Bukan hanya jaraknya saja yang bukan 800 meter tapi terjalnya yang 30 sampai 35 derajat itu untuk orang yang seumur seperti kami ini seperti terasa ada niat “pembunuhan berencana”. Bayangkan saja mulai mendaki jam 3 pagi dengan jarak hampir 4 km dan terjalnya 30-35 derajat dingin yang luar biasa. Mau turun malu dan rasanya tak mungkin karena yang sekarang adalah arus naik semua, mau menggunakan jasa kereta dorong memang ada dan saya

pikir masih terbayarlah ongkosnya tapi malu juga karena sudah berniat nazar hendak mendaki sampai ke puncak. Saya dan Mahmud mulai agak meragukan kredibilitas seorang kawan yang selama ini dia bersama kami di Tanjungpinang, dari dia jugalah yang mengajak kami untuk memenuhi undangan datang ke Banyuwangi itu. Kami berdua mulai meragukan dia sebagai asli Banyuwangi atau dia memang asli orang Banyuwangi tapi sudah lupa akan tanah kelahirannya karena cintanya sudah tertambat di negeri Jantung Melayu itu. Lebih 2,5 jam akhirnya kami tiba di puncak gunung, menyaksikan dengan takjub karya Sang Maha Kuasa, alangkah indahnya, matahari terbit cahayanya menyimbah gunung dan kawah Gunung Ijen yang membiru itu, angin dingin 14 derajat celcius, letih dan mengantuk, rasanya terbayar lunas semuanya. Yang ada hanya lapar dan halusinasi memandang bongkahan belerang seperti bentuk goreng pisang yang kalau diolah mungkin bisa menjadi omzet triliunan rupiah. “Go-Prang = Goreng Pisang Belerang”. Kami semua tertawa, kawan saya Mahmud paling kuat tawanya dan seorang kawan yang asli Banyuwangi itu hanya ikut-ikutan tertawa saja. Akhirnya setelah turun dari puncak gunung itu sepanjang jalan kami memang terus tertawa-tawa, bahagia? Pasti, karena nazar terbayar. Menyesali, ada, kenapa kami tak melihat di Google dulu misalnya, tentang perjalanan menuju kawah Gunung Ijen itu. Tertawa lagi karena merasa dibohongi hanya 800 m oleh kawan yang asli Banyuwangi itu tapi kemudian kami sepakat, itu adalah bohong yang bermanfaat yang membawa kami sampai ke puncak dan Alhamdulillah ternyata kami kuat. Itulah sebetulnya yang sampai kemarin membuat

kami terus tertawa dan Mahmud kawan saya itu juga tertawa juga dan dalam derai tawa itu, sempatsempatnya dengan sombong dia mengajak saya untuk mencoba mendaki gunung yang lain lagi. Mungkin karena sekali sudah berhasil kawan saya itu mulai ketagihan mendaki lagi. Atau ia tengah mengikut apa yang dikatakan Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri “Jika engkau sudah sampai ke puncak jangan engkau daki lagi, itu awang-awang, nanti engkau jatuh, jangan malu, turunlah dan cari gunung baru, kemudian dakilah.” Saya bilang kepada Mahmud kalau mau mendaki, itu, ada Gunung Ledang namanya, di negeri Johor sana. Siapa tahu di sana nanti kita bertemu dengan Sang Puterinya, “Retno Dumilah” putri kerajaan Majapahit yang dalam sejarah disebutkan menghilang karena cintanya tak sampai dengan Laksemana Hang Tuah disebabkan Hang Tuah lebih memilih setia kepada Sultan dan Retno Dumilah dengan terpaksa menerima lamaran Sultan Mahmud asal tujuh syarat dapat dipenuhi oleh Sultan Mahmud Malaka. Pertama, sebuah jembatan emas dari Gunung Ledang ke Malaka. Kedua, sebuah jembatan perak dari Malaka ke Gunung Ledang. Ketiga, tujuh dulang hati nyamuk. Keempat, tujuh dulang hati hama. Kelima, tujuh tempayan air mata anak dara. Keenam, tujuh tempayan air pinang muda. Ketujuh, satu mangkuk darah “Sultan Ahmad” yaitu putera mahkota Sultan Mahmud yang masih kanak lagi. “Harusnya ditambah satu lagi, yaitu satu liter racun kalajengking,” ujar Mahmud dengan menggemakan suaranya ala lakon bangsawan. Maka pecahlah tawa kami. Saya menahan kocak perut saya, sambil memukul jidat saya, bagaimana pula di zaman now seperti sekarang ini masih ada seorang presiden yang berpikir hampir sama seperti syarat Puteri Gunung Ledang dulu itu. Jangan berpikir Rp 145 miliar per liter harganya tapi berpikirlah bagaimana proses mendapatkannya. Biasanya hanya orang yang banyak utang saja yang selalu mengkhayal mendapatkan “uang besar” seperti ini, ya, karena ingin menutupi utang-utangnya. Negeri ini memang lucu. Kawan saya berhitung untuk mencari satu liter racun kalajengking itu diperlukan lebih dari satu juta ekor kalajengking dan jika dalam prosesnya masyarakat awam yang mengumpulkan dan ada saja 10 persen orang yang tersengat akan racunnya itu artinya ada 100 ribu orang berisiko mati. “Uh, itu pembunuhan berencana lagi,” ujar Mahmud menirukan kata saya seperti di awal tadi. Kali ini kami berhenti tertawa. Kami sepakat, sudah terlalu banyak hiburan dan sebetulnya itu tak pantas ditertawakan tapi air mata rasanya kering sudah, di negeri yang berlimpah ruah ini kita mati terinjak dalam antre sembako. Bedebah!*** LAYOUT: DOBBY F


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.