ANALISIS SITUASI (ANSIS) Tim Jaringan Survey Inisiatif (JSI)
Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi No. 33/PUU-XIII/2015 (“Rujukan terhadap Pencalonan Pelaksanaan Pilkada Aceh�)*
Latar Belakang
G
agasan demokratisasi pemerintahan dan penguatan kedaulatan rakyat semakin mendapatkan tempat dengan adanya gagasan untuk pemilihan langsung pimpinan daerah. Gagasan pemilihan langsung kepala daerah inipun secara formal baru terealisasi pada tahun 2004 dan baru dilaksanakan pada tahun 2005. Pemilihan kepala daerah secara langsung, tak hanya menjadi perintah Undang-undang Dasar, akan tetapi suatu kebutuhan bagi rakyat untuk mewujudkan pemerintahan lokal yang demokratis, berpihak pada masyarakat, aspiratif, dan memiliki legitimasi.
Ballet Box and Vote by: Yasir Imran yasirimran.wordpress.com
Sebuah panorama baru, dimana Indonesia memasuki era keti-
ga dalam membangun demokrasi setelah terselenggaranya paket pemilihan langsung, yakni dengan hadirnya calon perseorangan hikmah lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA) ini adalah UU yang pertama di Indonesia yang mengikutsertakan calon perseorangan (independen). UUPA menjadi rujukan perubahan paradigma politik hukum dalam pemilihan kepala daerah oleh pembentuk undang-undang, yang pada akhirnya membentuk regulasi tentang calon perseorangan yang selanjutnya pembuat UU memformulasikan wacana dan paradigma demokrasi baru tersebut ke dalam kehidupan demokrasi di Indonesia secara legal. Era kekinian dimensi politik hukum di Indonesia terus mengalami perubahan dan menyelaraskan berbagai produk hukum di Indonesia yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. HALAMAN
1