Koreana Summer 2016 (Indonesian)

Page 1

musim Panas 2016

SENI & BUDAYA KOREA

2016

FItUR KhUSUS

mUSIm P

PUlAU SINAN Penemuan “Gunung Hitam”; Tambak Garam Sinan; Kenangan terhadap Bigeumdo; “Kapal Harta Karun” Yang Terkubur dalam Lumpur Bawah Laut Selama 650 Tahun

Pulau Sinan Percakapan dengan Alam Perawan vol. 5 no. 2

ISSN 2287-5565


citrA koreA


Laboratorium Gaya Hidup yang Tak Pernah Tidur kim Hwa-young Kritikus Sastra, Anggota Akademi Kesenian nasional

P

usat sejarah Seoul terletak di kawasan yang dulu sebagai ibu kota dari Dinasti Joseon, yang memerintah Korea selama lebih dari lima ratus tahun. Dongdaemun merupakan gerbang timur utama tembok kota tua, yang sejak akhir abad ke-14 telah menjadi tempat lalu lintas yang tanpa henti dilalui orang maupun barang-barang. orang, barang, dan jalan berkumpul di tempat ini, lalu mengalir ke seluruh wilayah negeri. Sejak akhir abad ke-19, Dongdaemun menjadi ujung jalur trem yang melintasi kota Seoul selama beberapa dekade. Pasar Dongdaemun didirikan di dekatnya dan tumbuh menjadi salah satu pasar tradisional terbesar di kota, bersama dengan Pasar namdaemun di gerbang selatan. Kemudian, pada akhir abad ke-20, sebuah kompleks mode besar lahir di sekitar stasiun subway Taman Sejarah dan Budaya Dongdaemun . Pakaian, sepatu, topi, kain, dan aksesoris melimpah di toko-toko bawah tanah, di jalan, dan di gedung-gedung bertingkat tinggi, melukiskan kerumunan pembeli siang dan malam hari, dan daya tarik orang yang lalu-lalang. Pada tahun 1925, Stadion Dongdaemun dibangun tepat di samping gerbang kota yang merupakan arena olah raga Korea pertama yang bergaya Barat. Hingga 80 tahun ke depan, akan ditonton atlet berlari mengelilingi stadion dan sorak-sorai serta tepuk tangan penonton bergema dari tribun. Melalui cara seperti itu, lebih dari ratusan tahun distrik timur dari pusat kota Seoul mengalami proyek pembangunan kota besar setelah proyek-proyek lain tembok kota dan gerbang, pasar, jalan, stadion olahraga, dan stasiun kereta bawah tanah - terus berkembang sebagai denyut jantung ekosistem kota. Pada tahun 2007, sebagai konsekuensi dari perluasan ibu kota, Stadion Dongdaemun dibongkar dan pada tahun 2014, Dongdaemun Desain Plaza, atau DDP, dibuka di tempat tersebut. Sekarang ini penanda kota Seoul, struktur masa depannya memancar di atas sebuah situs tempat jejak arkeologi dari kota tua tetap dipelihara di bawahnya. Dikelilingi oleh bangunan bertingkat tinggi yang merupakan gerai busana yang tak terhitung jumlahnya, bagian kuno dari kota ini telah menjadi tempat favorit kaum muda. Karya ikonik arsitektur, menampilkan kurva asimetris dan pesawat, jelas menunjukkan kreativitas arsitek kelahiran Irak yang bernama Zaha Hadid. Dengan menggabungkan simbol budaya Timur dan Barat, ia berhasil menciptakan lanskap kota baru yang menakjubkan. DDP memperlihatkan lalu lintas pejalan kaki yang lebih dari satu juta orang tiap hari. Di dalam bangunan dahsyat ini, tempat ruang mengalir di luar dan di dalam, di atas dan di bawah, seperti labirin cairan air dan angin, semua jenis gaya hidup disajikan dan diuji selama dua puluh empat jam sehari. Sungguh, masa depan sejati selalu dibimbing oleh kebebasan, komunikasi, interaksi, dan perjumpaan.


PEmImPIN UmUm DIREKtUR EDItORIAl PEmImPIN REDAKSI DEwAN REDAKSI

Dari Redaksi

hARAPAN DI mUSIm PANAS Setelah bunga mawar mulai mekar dan petunjuk suhu di aplikasi smartphone menunjuk angka 32 derajat tanda akhir musim semi, dan musim panas pun tiba. Di jalan-jalan di seluruh penjuru kota, orang-orang sudah mulai berbaju tipis, bahkan mengenakan kaos dan celana pendek. Mungkin mereka seakan terbebas dari ‘penjara’ baju musim dingin yang tebal dan berlapis-lapis, padahal musim panas juga membakar pipi dan kulit mereka. orang Korea tetap harus bergegas menuju subway atau gedung untuk menghindar dari terik matahari. namun, musim panas di Korea tetap saja indah. Festival bunga musim panas juga ada di mana-mana. Taman mawar di banyak tempat, kanola di tepian sungai Han, dan sebagainya ramai dikunjungi masyarakat. Sungguh, tiap musim di Korea menampilkan keindahan masing-masing. Musim panas juga musim yang ditunggu-tunggu oleh para petani garam di Korea, karena di musim panaslah mereka mulai pergi ke tambak-tambak garam untuk mulai membuat garam. Pada edisi musim panas 2016 ini Koreana mengajak pembaca untuk menengok Pulau Sinan yang terletak di Barat Daya semenanjung Korea. Pulau ini sungguh-sungguh pulau yang amat perawan, budaya lokal-tradisional mereka dijaga dengan amat baik. Dan, yang terpenting Pulau Sinan merupakan pulau penghasil garam di Korea. Di samping itu di pulau tersebut pernah diangkat “Kapal Harta Karun” yang telah terkubur dalam lumpur bawah laut selama 650 Tahun. Apa dan bagaimana mengenai kapal tersebut dikupas secara lengkap dan mendalam dalam edisi kali ini. Kabar lain yang menggembirakan adalah kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ke Korea bulan Mei 2016 lalu. Pada kunjungannya kali ini Joko Widodo di samping bertemu dengan para pejabat pemerintahan Korea Selatan, juga bertemu dengan para pengusaha Korea. lawatannya itu bertujuan untuk mempromosikan Indonesia dan upaya membangun kerja sama di segala bidang. Kunjungan ini semoga semakin mempererat hubungan Indonesia dan Korea. Hal itu sejalan dengan visi Koreana yaitu memperkenalkan Korea ke pembaca Indonesia. Tak kenal maka tak sayang. Semoga dengan tulisan-tulisan di Koreana, kedua bangsa ini semakin dekat, semakin mengenal satu dengan yang lain. Selamat membaca. Koh Young hun Pemimpin Redaksi Koreana Edisi Indonesia

SENI & BUDAYA KOREA musim Panas 2016

“kembali ke rumah” Chung Young-nam, 2008. Bahan campuran di atas kertas beras, 70 x 70 cm. Sebuah perahu berlayar untuk pulang ketika matahari terbenam. Adegan ini dilukis oleh seorang pelukis dari arah Gunung Seonwang di Bigeumdo, sebuah pulau di daerah Sinan, Provinsi Jeolla Selatan.

Diterbitkan empat kali setahun oleh the Korea Foundation 2558 nambusunhwan-ro, Seocho-gu Seoul 06750, Korea http://www.koreana.or.kr

DIREKtUR KREAtIF EDItOR

PENAtA ARtIStIK DESAINER

PENAtA lEtAK DAN DESAIN

lee Si-hyung Yoon Keum-jin Koh Young Hun Bae Bien-u Charles la Shure Choi Young-in Han Kyung-koo Kim Hwa-young Kim Young-na Koh Mi-seok Song Hye-jin Song Young-man Werner Sasse Kim Sam lim Sun-kun noh Yoon-young Park Sin-hye lee Young-bok Kim Ji-hyun Kim nam-hyung Yeob lan-kyeong Kim’s Communication Associates 44 Yanghwa-ro 7-gil, Mapo-gu Seoul 04035, Korea www.gegd.co.kr Tel: 82-2-335-4741 Fax: 82-2-335-4743

Harga majalah Koreana per-eksemplar di Korea W6.000. Di negara lain US$9. Silakan lihat Koreana halaman 84 untuk berlangganan. INFORmASI BERlANggANAN: The Korea Foundation West Tower 19F Mirae Asset CEnTER1 Bldg. 26 Euljiro 5-gil, Jung-gu, Seoul 04539, Korea PERcEtAKAN EDISI mUSIm PANAS 2016 Samsung Moonwha Printing Co. 10 Achasan-ro 11-gil, Seongdong-gu, Seoul 04796, Korea Tel: 82-2-468-0361/5 © The Korea Foundation 2016 Pendapat penulis atau pengarang dalam majalah ini tidak haurs selalu mencerminkan pendapat editor atau pihak Korea Foundation. Majalah Koreana ini sudah terdaftar di Kementerian Budaya, olahraga, dan Pariwisata(no. Pendaftaran Ba 1033, 8 Agustus 1987), Korea sebagai majalah triwulanan, dan diterbitkan juga dalam bahasa Inggris, Cina, Prancis, Spanyol, Arab, Rusia, Jepang, dan Jerman.


FoKus

26

55

Manusia Versus Mesin dalam Baduk Cho Hwan-gue

WaWanCaRa

04

30

Sutradara Lee Joon-ik Passion tentang Sejarah Dituangkannya melalui Film Darcy Paquet

22

TinJauan sEni

34

Byun Wol-ryong, Pelukis Korea-Rusia Meraih Tempat dalam Sejarah Lukisan Korea Modern

Elegannya lukisan di masa Dinasti Joseon

“My Korea: Musings with a Camera and Pen ” Panduan tinggal di Korea

40

Membangun Dasar Pengetahuan untuk ‘Keajaiban di Sungai Taedong’

http://www.nrich.go.kr/english_new/ tambang Emas Data warisan Budaya Korea Charles la Shure, Kim Hoo-ran

Kim Hak-soon

HiBuRan

FItUR KhUSUS

JaTuH CinTa PaDa KoREa

Pesona Reality Show yang Menampilkan Penyanyi Berbakat

Pulau sinan: Percakapan dengan alam Perawan

Irina Korgun Ekonom Rusia dan Penikmat Lukisan Korea

44

04

Penemuan “Gunung Hitam”

Mokpo Kehidupan yang Menginspirasi

lee Chang-guy

FiTuR KHusus 2

Di aTas Jalan

Esai

Pendidikan Karakter di Korea

48

62

Mu Sayuran untuk Seluruh Musim

Gwak Jae-gu

10

Kim Jin-young

GaYa HiDuP

Kim Young-ock

Jeonse Untung Ruginya bagi Pasar Perumahan Korea

18

Kenangan terhadap Bigeumdo

66

Kim Bang-hee

Hwang Hieon-san

FiTuR KHusus 4

60

Tengsoe Tjahjono

KisaH Ramuan

Tambak Garam Sinan

FiTuR KHusus 3

58

Cho Sung-sik

Kim Hyun-sook

FiTuR KHusus 1

56

“Court Paintings From the Joseon Dynasty ”

Mok Soo-hyun

CERiTa TEnTanG Dua KoREa

BuKu & lainnYa

PERJalanan KEsusasTRaan KoREa

PENDEKATAN CARNIVALESQUE UNTUK YANG BERAT DAN YANG REMEH-TEMEH

22

“Kapal Harta Karun” Yang Terkubur dalam Lumpur Bawah Laut Selama 650 Tahun

Choi Jae-bong

lee Kwang-pyo

SETIAP ORANG MENCINTAI GIRLS’ GENERATION

36

lee Young-hoon

70


FitUr kHUSUS 1 Pulau Sinan: Percakapan dengan Alam Perawan

PEnEMUAn

“GUnUnG HitAm�

Lee chang-guy Penyair dan Kritikus Sastra Ahn Hong-beom Fotografer

Di kalangan orang korea, Pulau Heuksan (Heuksando) dikenal sebagai tanah pengasingan pada zaman dinasti kerajaan zaman dulu. Akan tetapi, tanah yang terletak di ujung Barat Daya dan diberkati kondisi alam natural ini sebenarnya telah lama memegang peranan penting sebagai titik pusat transportasi laut internasional di kawasan Asia timur Laut.

4 KOREANA musim Panas 2016


P

ada 23 Juli 1996, sebuah rakit bambu sederhana bernama ‘Mediterania Asia Timur’ berlayar meninggalkan pantai provinsi Zhejiang, Cina Selatan. Ekspedisi rakit yang dirancang oleh para oseanograf Korea dan Cina di bawah pimpinan Profesor Yoon Myung-chul dari Universitas Dongguk, bertujuan untuk menyimulasikan “pelayaran lepas” yang dianggap pernah digunakan oleh orang-orang kuno. Rakit tersebut meninggalkan daratan dan terapung ke arah Timur laut mengikuti arus dan angin Barat Daya. Selama pelayaran, rakit ini sempat terhempas oleh angin topan juga, dan pada akhirnya tiba di pulau Heuksan dalam waktu 17 hari.

Persinggahan Angin dan Arus Pasang Eksplorasi ini telah mematahkan dua buah gagasan konvensional. Pertama, telah terbukti bahwa kontak antara benua Asia dengan semenanjungnya dapat terwujud hanya dengan kondisi alam tanpa bantuan teknologi modern. Dengan ini kecurigaan manusia modern mengenai kemungkinan orang-orang kuno menyeberangi lautan tanpa kapal bermotor dan pengetahuan navigasi telah tereliminasi. Kedua, hal ini telah mengubah pikiran samar yang berpusat pada daratan benua bahwa pertukaran antara semenanjung dan benua mungkin dilakukan melalui jalur darat yang lebih aman daripada jalur laut yang berbahaya. Hal ini didukung kuat dengan hipotesis yang menyatakan bahwa bangsa Dongyi, leluhur orang Korea, merupakan bangsa berbudaya laut yang melakukan perdagangan dengan Cina, Jepang, dan negara bagian Selatan, dan terkadang juga melakukan perang di atas laut Mediterania Asia Timur yang dikelilingi oleh semenanjung dan benua. Eksplorasi ini telah dilakukan lebih dari dua kali. Jalur lintasan rakit ini hampir sama dengan Rute laut Selatan yang digunakan sebagai jalur perdagangan oleh orangorang Dinasti Goryeo semenanjung Korea dan Dinasti Song di Cina pada abad ke-10 hingga abad ke-14. Salah satu cabang dari arus laut Kuroshio yang berasal dari pantai Utara Filipina mengalir ke arah Utara, melewati Taiwan dan menuju pulau Jeju hingga akhirnya bercabang lagi di sini. Salah satu anak cabang itu mengalir ke Utara mengikuti pantai Barat semenanjung Korea, setelah itu turun ke Selatan setelah mengelilingi semenanjung liaodong dan Shandong, dan di sekitar teluk Hangzhou anak cabang ini berputar arus ke Utara menuju semenanjung Korea. Mer-

Desa Sa-ri memiliki pelabuhan yang nyaman dengan deretan pulau kecil berbatu, yang disebut Batu Tujuh Bersaudara, berfungsi sebagai pemecah ombak secara alami. Dengan tempat ini sebagai laboratoriumnya, Jeong Yak-jeon menulis “Catatan tentang Spesies Ikan dari Heuksan” (Hyeonsaneobo).

SENI & BUDAYA KOREA 5


eka memanfaatkan dan menanti arus laut ini – angin Barat Daya pada akhir musim semi hingga awal musim panas, angin Timur laut pada bulan oktober dan november – untuk pergi dan datang mengunjungi benua dan semenanjung sambil menangkap ikan dan berdagang. Dalam salah satu bab “Catatan Sejarah Goryeo” tentang “Songshi (Sejarah nyayian)”, rute perjalanan ini ditulis seperti berikut ini: “Berangkat dari Dinghai di Mingzhou, kami berlayar menuju laut selama 3 hari, tiba di Heuksan 5 hari kemudian dan memasuki perbatasan Goryeo. Dari Heuksan kami melewati berbagai pulau besar-kecil dan batu-batu karang, setelah itu kami meningkatkan kecepatan berlayar dan tiba di sungai Yeseong dalam waktu 7 hari.” Mingzhou, kini bernama ningbo, merupakan kota kuno Cina yang terletak di muara sungai Yangtze yang menghadap ke arah kepulauan Zhoushan. Tertekan oleh kekuasaan liao (Kitan) dan Jin (Jurchen) di Cina Utara, Dinasti Song yang kehilangan kekuasaannya di Asia Timur secara bertahap memindahkan pusat perdagangan internasional ke pesisir Tenggara dan berkembang menjadi pusat perdagangan yang baru. Ennin, biksu Jepang yang pergi belajar ke negeri Tang, dalam perjalanannya kembali ke negara asalnya dengan kapal perdagangan Silla mencatat bahwa pada pertengahan abad ke-9 telah terdapat 300-400 rumah tangga di pulau Heuksan dalam “nitto guhojunreikoki (catatan ziarah ke Cina dalam rangka pencarian hukum)”. oleh karena itu, jumlah penduduk pulau Heuksan diperkirakan menjadi jauh lebih banyak setelah pulau ini berkembang menjadi tempat persinggahan bersama dengan Rute laut Selatan setelah abad ke-10. Di sisi lain, dalam bukunya “Taengniji (Geografi Korea)”, cendekiawan Dinasti Joseon Yi Jung-hwan (1690-1756) menyebut pantai Yeongam sebagai pelabuhan kapal yang membawa upeti ke negeri Tang pada masa kerajaan Silla. Dalam buku ini juga dijelaskan secara terperinci jalur menuju Mingzhou dari Yeongam, “Dari sini memakan waktu sehari untuk ke pulau Heuksan, dari sana memakan waktu sehari lagi untuk ke pulau Hong, dan sehari lagi untuk ke pulau Gageo. Dari sini, dengan bantuan angin Timur laut, memakan waktu 3 hari untuk tiba di Dinghaio – ningbofuin Taizhou, Cina. Choe Chi-won, orang Silla yang terkenal sebagai penulis di Tang-Cina, menggunakan rute yang sama ketika pergi belajar ke Cina pada usia 11 tahun. Choe Bu, pengarang “Pyohaerok (sebuah catatan pelayaran menyeberangi lautan [1488])” asal Joseon, bersama 42 orang kelompoknya terhempas angin badai dan 6 KOREANA musim Panas 2016

ombak hingga ke Ming Cina ketika melewati rute ini. Meskipun sejak dulu pulau Heuksan diberkati dengan kondisi alam yang natural dan bertahan sebagai titik pusat transportasi laut internasional, tetapi gambaran pulau Heuksan dalam benak masyarakat Korea tidaklah begitu berkembang dan makmur.

“Gunung Hitam” dan “Laut Hitam” nama “Heuksan” mengingatkan masyarakat Korea akan tempat pengasingan. Xu Jing, utusan Dinasti Song Cina, dalam bukunya “Gaolitujing (buku ilustrasi Goryeo)” menulis bahwa, “sebagian besar kriminal berat yang terhindar dari hukuman mati di Goryeo pada umumnya diasingkan ke tempat 1 Choe Ik-hyeon, seorang peini”, sehingga nampaknya sejak zaman jabat pemerintahan Dinasti dulu pulau Heuksan merupakan temJoseon yang dibuang ke pat pengasingan yang cukup terkenal. Pulau Heuksan karena keberatan kepada Perjanjian Tetapi setidaknya selama pemerintahGanghwa 1876 dengan Jean Dinasti Joseon, jumlah orang yang pang, dikenang patriotisme diasingkan ke pulau Jeju dan Geoje dan kontribusinya terhadap pendidikan pemuda setemlebih banyak daripada pulau Heuksan. pat dalam bentuk monuSelain itu, jika melihat hasil statistik men di Desa Cheonchon-Ri. bahwa pada awal masa Dinasti Joseon Batudi belakang monumen merupakani prasasti, konon 1 di antara 4 orang pegawai kerajaan diukir oleh Choe, menemengalami pengasingan, mungkin gaskan bahwa Kekaisaran fakta mengenai digunakannya pulau Korea itu sebuah negara merdeka dengan sejarah Heuksan sebagai tempat pengasingan panjang yang hebat. tidaklah menjadi goresan bagi citra 2 Sekolah Sachon, tempat pulau ini. Pokoknya, ialah Jeong YakJeong Yak-jeon mengajar anak-anak setempat jeon (1758-1816) yang melewati masa selama ia di pengasingan, pengasingannya pada awal abad ke 19 diciptakan kembali di lereng bukit di Desa Sa-ri. di pulau Heuksan, dan memperkenalkan pulau ini ke muka dunia. Yak-jeon, Yak-jong, dan Yak-yong 1 bersaudara dari keluarga bermarga Jeong yang cerdas dan berbakat mendapat banyak perhatian dari Raja Jeongjo dan berhasil menjadi pegawai kerajaan yang sukses. Mereka tidak hanya pandai dalam ajaran Konfusius, tetapi juga terbuka terhadap ajaran dan gagasan Barat, dan bahkan sampai menganut agama Katolik. Akan tetapi setahun setelah kematian Raja Jeongjo yang mentoleransikan agama Katolik, yaitu pada tahun 1801, penganiayaan terhadap penganut agama Katolik dimulai. Yak-jong menderita sebagai martir, sementara Yak-jeon dan Yak-yong diasingkan. Selama 16 tahun hingga sampai ajalnya, Jeong Yak-jeon melewati 9 tahun masa peng-


2

Pada awal abad ke-19, perpaduan tirani bangsa yang sewenang-wenang, disebut sebagai penjahat “Korupsi Tiga Sumber Keuangan Nasional”, kehidupan penduduk pulau yang teraniaya, hanya merupakan “bagian ekor” dari masyarakat, serta kekaguman dan kasih sayang mereka terhadap cendekiawan yang hidup di antara mereka dalam pengasingannya memunculkan mitos Gunung Hitam yang suram dan gelap.

asingannya di pulau Ui yang ketika itu dipanggil “Heuksan Kecil”, dan 7 tahun di pulau Heuksan yang ketika itu disebut “Heuksan Besar”. Di dalam hati masyarakat Korea, pulau Heuksan juga memiliki kaitan dengan beberapa adegan sejarah Korea. Joseon yang berdiri setelah runtuhnya Goryeo, mentransmigrasikan penduduk pulau Heuksan ke Yeongsanpo secara paksa dengan alasan banyaknya serangan bajak laut Jepang, dan menjadikan pulau tersebut sepi jauh di tengah lautan. Transmigrasi ini dikenal sebagai “kebijakan evakuasi penduduk”. Dengan ini pusat perdagangan maritim Asia Timur runtuh setelah abad ke-15 dan pulau Heuksan hilang dari panggung sejarah. Ketika orang-orang Eropa menyambut Abad Penemuan, Joseon dan Ming Cina malah memilih jalan pengisolasian. orang-orang mulai memasuki lagi pulau ini pada abad ke-17, yaitu setelah masa invasi Jepang atas Korea. Kontrol terhadap wilayah daerah secara jelas melemah seusai perang berat melawan Jepang, dan bagi rakyat yang sedang mencari tanah baru untuk terlepas dari segala diskriminasi dan penindasan, pulau terpencil merupakan ‘tanah’ yang baik untuk bersembunyi secara

bebas. Meskipun kondisi kehidupannya sulit, tetapi paling tidak alam tidak mendiskriminasikan manusia. Tokoh yang terukir dalam monumen memorial di pulau ini kebanyakan adalah pemukim awal yang masuk ke pulau ini saat itu dan melahirkan keturunannya. Kemudian memasuki abad ke-19, perpaduan tirani bangsa yang sewenang-wenang, disebut sebagai penjahat “Korupsi Tiga Sumber Keuangan nasional”, kehidupan penduduk pulau yang teraniaya, hanya merupakan “bagian ekor” dari masyarakat, serta kekaguman dan kasih sayang mereka terhadap cendekiawan yang hidup di antara mereka dalam pengasingannya memunculkan mitos Gunung Hitam yang suram dan gelap. Inilah alasan mengapa terdapat banyak karya sastra dengan Jeong Yak-jeon sebagai tokoh utamanya, yang melakukan penelitian dan klasifikasi spesies ikan di laut sekitar tempat pengasingannya dan meninggalkan buku biologi laut yang luar biasa berjudul “Hyeonsaneobo dikenal juga sebagai Jasaneobo”. Jeong Yak-jeon menulis pada pembukaan bukunya itu, “nama Heuksan berkesan gelap, suram, dan memberikan rasa takut sehingga keluarga saya selalu menyebutnya Hyeonsan ketika SENI & BUDAYA KOREA 7


1

menulis surat”. Dalam budaya Timur, termasuk Korea, warna hitam memiliki arti arah Utara. Bagian tengah Rute laut Selatan dinamakan heishui yang (黑水洋, yang berarti “laut air hitam”) karena merupakan laut di sebelah Utara bila dilihat dari sudut pandang Cina Selatan. Dalam “Gaolitujing ” juga tertera dengan jelas bahwa “heishui yang adalah lautan Utara”. otomatis Heuksan adalah gunung yang terletak di sebelah Utara, dan arus laut Kuroshio yang mengalir ke arah Utara juga bernama “arus hitam(黑 潮)” dalam bahasa karakter Cina. Di samping makna “hitam” pada karakter 黑 (heuk dalam bahasa Korea, hei dalam bahasa Cina, dan kuro dalam bahasa Jepang), terdapat pula beberapa makna negatif lain seperti “gelap” atau “salah” sehingga dapat dimengerti mengapa karakter tersebut diganti dengan karakter 玆 yang berarti “terpencil”, “jauh”, atau “dalam”. Meskipun rangkaian observasi di atas terlihat tidak saling berkaitan, tetapi juga bersifat universal dan secara bersamaan juga mencerminkan harapan dan sikap hidup masyarakat Korea di masa kini jika dilihat dari sisi sosialnya.

Gundukan kerang dan Dolmen Kalau begitu, sejak kapankah pulau Heuksan dihuni manusia? Mengapa mereka datang ke pulau ini? Pertanyaan seperti ini melampaui daya imajinasi zaman sejarah kuno yang terikat pada teks tertulis peninggalan sebagian kecil orang, yang jumlahnya pun terbatas. Para ilmuwan mengatakan bahwa kondisi iklim zaman sekarang terbentuk sejak tahun 25.000 sebelum masehi, yaitu setelah melewati zaman glasial Wurm yang merupakan zaman glasial terakhir. Karena ketika ini glasial tersebut belum mencair, maka permukaan laut saat ini kira-kira 140 meter lebih 8 KOREANA musim Panas 2016

1 Pulau Heuksan dilihat dari perbatasan Jangdo sedang diselimuti kabut. 2 Sebuah batu pagoda berlantai tiga dan sebuah lentera batu berdiri di situs Pusat Meditasi Musimsa, menginformasikan bahwa kuil ini dibangun pada abad ke-9 dan digunakan sampai dengan abad ke-14. 3 Sekelompok Dolmen di Jin-ri menunjukkan bahwa pulau itu telah dihuni oleh manusia sejak sebelum Zaman Perunggu.

rendah daripada zaman sekarang. Cobalah bayangkan pulau Heuksan pada zaman ini. Kepulauan Heuksan yang terdiri dari 296 pulau yang dihuni maupun tak dihuni seperti pulau Gageo, Hong, Yeongsan, Jang, Sangtae, Hatae, dan sebagainya, mungkin merupakan sebuah daratan yang luas; dan semenanjung Korea mungkin menyambung menjadi satu daratan dengan benua dan kepulauan Jepang. Bersamaan dengan menghangatnya iklim, pastilah orang-orang pergi ke pantai dan menangkap ikan. Bagi yang memiliki jiwa petualang pastinya akan berkelana mengikuti sumber makanan yang paling bermanfaat saat itu, yaitu ikan paus; sementara yang lainnya mungkin ada yang memiliki bibit beras. Batu dolmen memiliki kaitan erat dengan budaya pertanian. Di kawasan Asia Timur, batu dolmen tersebar dalam bentuk lingkaran dari Zhejiang, semenanjung Shandong dan liaodong di Cina hingga ke pesisir Barat daratan Korea. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya gundukan kerang di daerah Jukhang-ri yang terletak tidak jauh dari terminal kapal feri pulau Heuksan, dan ditemukannya barisan dolmen gaya Selatan di bukit Jin-ri yang terletak di atas gundukan kerang tadi. Baru sejak 4.000 tahun yang lalulah permukaan air laut mencapai ketinggiannya sekarang. Pelabuhan yang digunakan selama 4.000 tahun itulah yang membentuk pelabuhan Heuksan saat ini. Mari kita coba lihat kem-


bali catatan sejarah 1.000 tahun yang lalu. “Heuksan (Gunung Hitam) terletak saling berdekatan di sebelah Tenggara Baeksan Gunung Putih). Ketika pertama kali melihatnya, gunung itu sangat tinggi dan terjal. Jika dilihat dari dekat, maka akan terlihat puncak gunung yang tersusun berlapis-lapis. Di tengah puncak kecil terdapat ruang kosong seperti goa dan di kedua sisinya terdapat celah yang cukup besar untuk menyembunyikan kapal (dalam “Gaolitujing”). Jin-ri, lokasi dolmen-dolmen berada, dinamakan berdasarkan fakta bahwa tempat ini pernah digunakan sebagai pos angkatan laut. Pelabuhan alami Heuksan ini hingga kini masih berperan sebagai pangkalan memancing, menyediakan pasokan persediaan dan tempat istirahat bagi kapal yang lama berlayar, dan menjadi tempat berlindung dari angin badai. Berpusat pada pelabuhan ini, kapal ikan berkumpul dari bulan April hingga oktober dan dibuka pasar ikan berskala besar, meskipun tidak sebesar pasar musiman di masa lalu yang populer hingga tahun ’70-an. Di perairan ini banyak ditangkap berbagai jenis ikan seperti ikan makarel kuda, makarel, gulamah, hiu, layur, dan ikan skate. Khususnya ikan pari Heuksan, yang dianggap sebagai makanan berharga dan spesial, cukup mahal harganya.

Jalur Darat dan Jalur Udara Sudah 16 tahun berlalu sejak diselesaikannya 25,4 kilometer jalan pesisir yang mengelilingi pulau Heuksan. Pembuatan jalanan ini memakan waktu 27 tahun karena gunung dan hutan pulau ini sangat dalam dan lebat. Karena itu, banyak desa kecil maupun besar memiliki fasilitas pelabuhannya tersendiri. Hal itu disebabkan karena jalan laut jauh lebih cepat dan aman dibandingkan jalan darat. Jika berangkat dari Jin-ri – lokasi kantor kecamatan – melewati bukit kuil dan memasuki jalanan pesisir di sebelah kiri, maka akan bertemu dengan rumah tamu (guest house) milik pemerintah dan kuil kuno bernama Musim Temple Seon Center (Seon berarti latihan spiritual penganut agama Buddha). Melalui survei tanah terakhir, tempat ini telah dipastikan sebagai rumah tamu tempat istirahat para utusan asing yang hanya dapat ditemukan dalam

2

catatan sejarah. Dari sini, jika berjalan menaiki tanjakan berlikuliku, maka kita akan melewati Benteng Banwol di gunung Sangna yang konon katanya dibangun pada awal abad ke-9 oleh Jang Bogo (?-846), seorang tokoh legendaris yang dijuluki sebagai “Kaisar laut”, untuk menangkal serangan dari Jepang. Pada puncaknya terdapat menara api dan altar ritual. Semua ini merupakan peninggalan budaya laut yang membuktikan masa lalu pulau Heuksan sebagai pusat perdagangan maritim. Dalam perjalanan ke desa Sari, tempat di mana Jeong Yak-jeon mendirikan sekolah desa Sachon untuk mendidik anak-anak kecil, terdapat pulau panjang membentang membatasi laut seperti layar lipat. Pulau panjang ini bernama pulau Jang. Di puncak gunung pulau ini terdapat lahan basah dari lapisan gambut yang jarang ditemukan di wilayah kepulauan, dan lahan ini bukan saja menyediakan air bersih kepada penduduk sekitarnya saja, melainkan juga berperan sebagai habitat bagi lebih dari 500 spesies makhluk hidup. Tempat yang hampir saja menjadi padang gembala ini dibeli dan dilestarikan oleh penduduk pulau hingga akhirnya pada tahun 2005, nilai ekologinya diakui dan didaftarkan sebagai lahan basah Ramsar. Pada akhir tahun lalu, pemerintah mengumumkan pembangunan bandara mini dengan panjang landasan 1,2 kilometer di pulau Heuksan sehingga menyebabkan kenaikan harga tanah di pulau ini. Jika bandara tersebut selesai dibangun sesuai rencana pada tahun 2020, maka pulau Heuksan akan dapat dikunjungi dalam waktu 1 jam dari Seoul menggunakan pesawat jet propeller berkapasitas 50 penumpang. Tidak akan lama lagi, pasangan yang berbulan madu mungkin akan bersorak-sorai saat melihat laut di bawah kaki mereka dengan hiasan kepualauan Heuksan. Dalam “Gaolitujing ” terdapat pula deskripsi pulau ini: “Ketika kapal para utusan Cina tiba, pada malam harinya menara api di atas gunung akan dinyalakan. Sinyal api ini akan diterima dan disalurkan secara beruntun oleh berbagai menara api di gununggunung lain hingga akhirnya sampai di istana kerajaan. Dari gunung inilah rantai sinyal api tersebut dimulai”. nah, pemandangan manakah yang lebih memikat hati Anda?

3

SENI & BUDAYA KOREA 9


FitUr kHUSUS 2 Pulau Sinan: Percakapan dengan Alam Perawan

tAmBAk GArAm SinAn Garam laut alami yang terbuat dari perpaduan air laut, sinar matahari, angin dari gelombang pasang surut dan panjang merupakan keistimewaan hasil kerja utama orang-orang di daerah Sinan. memang sekitar 70 persen dari garam laut di korea berasal dari wilayah ini. Pabrik garam dari Sinan dianugerahi kondisi alam yang menguntungkan - di sini kehidupan masyarakat pulau sungguh-sungguh menjadi bagian tak terpisahkan dari pemandangan alam yang amat berbeda. kim Young-ock Penulis lepas Ahn Hong-beom Fotografer

1 Seorang petani garam mengangkat air laut dengan kincir air yang disebut mujawi. Dewasa ini, pekerjaan ini sebagian besar dilakukan dengan menggunakan mesin pompa. 2 Ketika air laut mengering setelah melewati 20 langkah di kolam penguapan, petani garam mengumpulkan garam di kolam kristalisasi dengan garpu kayu. 1

10 KOREANA musim Panas 2016


2

SENI & BUDAYA KOREA 11


1

“S

aya percaya bahwa kemakmuran berkesinambungan dari pabrik garam berkaitan dengan pencegahan cerita mengenai pulau dari kepunahan ketika penduduk desa usia lanjut yang melindunginya selama ini telah tiada, serta upaya menghidupkan kembali dan mewariskan budaya sebagai penghargaan atas desa.�. Beberapa waktu yang lalu saya menghabiskan malam di Dochodo, salah satu pulau dari wilayah Sinan di Provinsi Jeolla Selatan. Saat itu merupakan malam hujan musim semi. Sepanjang malam, hujan turun di penginapan kami yang terletak tepat di depan lokasi feri yang bersandar. Karena motel berada tepat di pinggir laut, saya sungguh takut malam itu akan berlangsung lama dan sangat lambat. namun berlawanan dengan ketakutan saya, tidak ada suara angin atau gelombang dan para pelancong pun tidur dengan nyenyak. Di wilayah Sinan yang garis pantainya tidaklah merata, sering disebutkan terdapat lebih dari 500 pantai tetapi hanya penduduk 12 KOREANA musim Panas 2016

setempat yang mengetahui di mana mereka berada, dan tampaknya para pengunjung datang untuk mencari sesuatu yang berbeda.

Pabrik Garam Bangun di Setiap musim Semi Pabrik garam besar di wilayah Sinan tersebar di beberapa pulau termasuk Sinuido, Jeungdo, Bigeumdo, dan Dochodo. Ketika kegiatan berhenti pada bulan oktober mereka pun tidur di musim dingin mereka, tidak akan terbangun sampai dengan bulan Maret atau awal April berikutnya. Selama musim dingin tambak garam lelah membawa mereka ke dataran pasang surut dan saatnya berhenti beroperasi. Selama waktu itu para pekerja garam memperbaiki peralatan yang berkarat oleh asin air laut, memperbaiki tanggul, dan membersihkan kolam penampungan garam. Masa produksi garam yang sesungguhnya berlangsung sejak April hingga oktober, dan bulan tersibuk adalah Mei sampai September. Semua pabrik garam di Sinan mulai bekerja pada 28 Maret


Park Seong-chang (65) menjalankan usaha li tanah diolah pada kedalaman yang lebih besar membuat garam dengan nama: Pabrik Garam dengan mesin derek garpu. Petani garam memiSeongchang. Dia memulai usahanya lebih lamliki ide yang berbeda dalam hal ini. Beberapa dari bat dibandingkan penduduk di sekitarnya. Setelah mereka melakukannya pada bulan november menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai ketika garam tahun ini telah dipanen, namun Park guru sekolah dasar, pada tahun 2007 ia kembali memilih untuk akhir Januari atau awal Februari. Ini ke Dochodo, pulau kampung halamannya, dan merupakan upayanya untuk meminimalkan kerak mengambil alih pabrik garam yang dioperasigaram yang terbentuk ketika terjadi hujan sebelum kan oleh ayahnya. Merasa terlambat memulai, garam mulai benar-benar dihasilkan. ia bekerja dengan semangat dan keuletan yang Di sebelah pabrik garam, terbentang area luar biasa untuk menghasilkan garam berkualitas seluas empat hektar, terdapat gudang pengering“Penduduk di Docho di sam­ tinggi, garam yang akan menunjukkan kredibilitasan garam seluas 330 m2 tempat kantong garam ping utamanya sebagai petani, nya kepada pelanggan. seberat 12.000 kg digantung berjajar. Park meranmereka juga membuat garam Titik permulaan adalah segalanya. Kolam cang cara ini untuk menghilangkan rasa pahit dari di samping ladangnya. Pada penampung air laut sebagai bahan baku untuk garam daripada meletakkan kantong di kotak datar musim membuat garam, mere­ membuat garam terletak di lokasi yang tinggi, (disebut palet) ditutupi dengan rongga sebagaimana ka bangun pukul dua atau tiga sehingga sulit untuk menyalurkan air ke ladang. umumnya. Menurut Park ketika menutupi dengan pagi hari dan bekerja di ladang Kadangkala dalam beberapa musim ia tidak bisa kantong yang terbuat dari bahan khusus rasa sampai pukul tujuh atau dela­ membuat garam sama sekali. oleh karena itu pahit akan hilang dalam waktu lima hari. Dalam pan. Begitulah mereka meng­ selama lima musim dingin berikutnya, ia menyewa gudangnya terdapat kantong yang ditandai dengan habiskan waktu untuk bekerja pekerja dan mesin derek garpu untuk membuat tahun 2011. Dengan kelembaban yang sepenuhnya sepanjang hari.” saluran air baru agar air bisa mengalir dari kolam hilang, berat setiap kantong sekitar 650-750 kg. Apa penampungan dua kali sehari. Akibatnya, tidak Menurut Park yang menentukan rasa garam tidak Park Seong-chang seperti pabrik garam lain yang menyimpan banyak terletak pada proses memanen melainkan pada dari Pabrik Garam Seongchang di Dochodo air laut sekaligus untuk digunakan selama jangka penyimpanan dan periode jatuh tempo. waktu yang panjang, pabrik garam Park selalu Pabrik Garam Seongchang telah menerima menerima masukan air segar. sertifikasi ISo 22000 untuk keamanan pangan dari Asosiasi SertifiDi musim dingin, ketika pembuatan garam harus berhenti, kasi Korea. Park juga telah menerima “Penghargaan Cendekiawan banyak tugas penting yang harus diselesaikan. Tanah di ladang Baru” yang diberikan oleh pemerintah kepada orang-orang yang garam tempat garam diproduksi selama setahun harus diolah kem“menciptakan nilai tambah dengan menggunakan pengetahuan bali setidaknya pada kedalaman 10 cm untuk menghilangkan kerak mereka dan mengubah cara kerja dengan berpikir kreatif.” Bangga garam dan meningkatkan sirkulasi udara dalam tanah. Jika hasil menjadi petani garam pertama yang memenangkan Penghargaan garam tetap tidak memuaskan, maka setiap beberapa tahun sekaCendekiawan Baru mendorong Park untuk bekerja lebih keras lagi.

sebagai tanggal klasifikasi resmi (sinar matahari menguapkan) garam laut berubah dari “mineral” menjadi “makanan” Dataran pantai pasang surut barat Korea merupakan lima dataran pasang surut terpenting di dunia, 44 persen terletak di wilayah Sinan. Garam yang dihasilkan di Sinan memiliki kandungan mineral yang sangat tinggi dengan rasa sangat baik berkat karakteristik topografi wilayah yang mempertinggi tingkat sedimen, mengaruniai garam dengan berbagai bahan organik. Mengalir seperti pembuluh darah yang melintasi dataran pasang surut yang tebal yang terbentuk di atas batuan. Dialah jaringan sungai yang dinamai saluran air pasang surut. Saluran air tersebut menambahkan sentuhan indah untuk lanskap dataran pasang surut, berfungsi sebagai paruparu yang memungkinkan dataran itu bersih dan murni.

Permulaan Pabrik Garam Sinan Di Korea garam diproduksi secara tradisional oleh mendidih air

2 1, 2 Sebuah gerobak yang sarat dengan garam dibawa ke gudang penyimpanan garam. Gudang garam dirancang agar rasa pahit memungkinkan mengalir keluar dengan membuat saluran air di bawah lantai papan kayu dan mendirikan bubungan kayu.

SENI & BUDAYA KOREA 13


“Saya pergi bekerja pada pukul tujuh dan pulang ketika matahari terbenam,” ujar lee. Meskipun melewati usia delapan puluh, lee Mun-seok masih berjalan dengan punggung lurus dan bercahaya, penglihatannya pun jelas. Dia masih pergi bekerja setiap pagi dan menghabiskan hari merawat taman halophyte milik perusahaan atau cenderung “Semula saya bekerja di Kope­ bekerja yang berkaitan dengan rasi Pertanian Nasional [Non­ bidang garam. ghyup]. Namun karena saya Menurut penduduk setemtinggal dekat dengan pabrik pat, lee, lahir di Jeungdo dan garam, saya pikir akan lebih tinggal di sana selama sebagian baik untuk bekerja dekat besar hidupnya, menggunadengan rumah daripada pulang kan lidahnya untuk mengukur pergi jauh. Saya tidak bermak­ kadar keasinan air garam yang sud menjalaninya dalam tempo dihasilkan dari proses produksi yang panjang, tetapi entah garam. Atau menurut cerita, ia bagaimana sudah lebih dari 40 akan mengikis bagian dalam tahun berjalan. Karena perta­ dari kacang kedelai atau kacang nian garam tenang, pekerjaan merah, mengisinya dengan pun tidak berubah ...” getah pinus dan mengapungkannya dalam air garam untuk Lee mun-seok melihat berapa banyak mereka dari Pabrik Garam taepyung di tenggelam. Tapi kita sekarang Jeungdo hidup di zaman ketika kadar garam diukur oleh alat yang disebut bbomae. Masa-masa ketika kincir air yang digunakan untuk menarik air laut sudah berlalu, dan pekerjaan itu sekarang digantikan oleh pompa air bermotor. Gerobak yang mengangkut garam telah digantikan oleh kereta di rel, dan jerami untuk membawa garam juga telah tiada. Alih-alih menggunakan sekop tangan untuk memuat garam ke gerobak, garam dilemparkan saja ke mesin pengangkut dan secara otomatis masuk ke dalam gerobak. Meskipun hidupnya melewati masa-masa sulit, lee mengatakan ia tidak memiliki saran khusus untuk pekerja garam muda. Dengan tenang ia mengatakan, “Mereka itu merupakan jenis manusia yang mengajar atau belajar pada pekerjaan.” Ia pun berpikir bahwa mungkin jawabannya terlalu pendek, ia menambahkan bahwa ia tahu kapan hujan akan datang, bahkan jika biro cuaca tidak mengetahuinya. Meskipun samar, senyum bangga secara pasti muncul di wajahnya dan segera menghilang. Jika angin datang di atas laut membawa bau asin dari dataran tinggi maka itu berarti hujan, katanya. Dan bagaimana hal-hal tersebut bisa disampaikan dalam kata-kata atau tulisan. lee mengatakan ia ingin menjalani sisa hidupnya bagaikan garam. Meskipun garam dapat mengurangi kelembaban beberapa hal, itu tidak akan mengubah atau mengurangi hakikatnya.

14 KOREANA musim Panas 2016

1

2

1 Hari-hari para petani garam dimulai pada jam tiga atau empat pagi. Musim membuat garam berlangsung selama paling banyak lima bulan setiap tahunnya, maka setiap menit harus digunakan secara maksimal. 2 Kerak tipis mulai terbentuk di kolam kristalisasi. “Bunga garam,” yang disebut sebagai benih garam, mekar dan tumbuh, dan kemudian secara bertahap tenggelam ke dasar berubah menjadi kristal penuh.


“Saya percaya bahwa kemakmuran berkesinambungan dari pabrik garam berkaitan dengan pencegahan cerita mengenai pulau dari kepunahan ketika penduduk desa usia lanjut yang melindunginya selama ini telah tiada, serta upaya yang menghidupkan kembali dan mewariskan budaya sebagai penghargaan atas desa.�

laut dalam panci besi. Metode penguapan oleh matahari menghasilkan garam laut dengan tenaga matahari dan angin diperkenalkan oleh Jepang selama masa pendudukan (1910-1945) sebagai kegiatan percobaan di Juan, Incheon. Pabrik garam pertama kali dibangun di Sinan pada tahun 1946, setelah kemerdekaan dari Jepang. Park Sang-man, yang berasal dari Bigeumdo yang telah didaftar secara paksa sebagai tentara Jepang, diminta bekerja pada ladang garam di Pyeongan Selatan (Korea Utara). Ketika ia kembali ke pulau kampung halamannya setelah kemerdekaan, ia menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya untuk membuat tambak garam bekerja sama dengan penduduk setempat. Pabrik Garam Gurim diakui sebagai usaha garam pertama di wilayah Honam. Dengan bantuan petani garam perintis ini, banyak usaha garam lainnya dibangun di dekatnya. Pada tahun 1948, koperasi dibentuk oleh 450 keluarga dari Bigeumdo, yang kemudian mendirikan Pabrik Garam Daedong seluas 100 hektar. Menurut catatan yang disimpan oleh pemerintah daerah Sinan, Bigeumdo saat ini memiliki 226 Pabrik Garam menghasilkan pendapatan lebih dari 10 milyar won setahun. Pada tahun 1953, setelah berakhirnya Perang Korea, proyek

reklamasi tanah besar-besaran dimulai di pulau Jeungdo. Itu berarti, saluran dibagi satu bagian untuk Jeungdo dari yang lain untuk diisi dengan proyek demi membantu para pengungsi perang. Penduduk dari bagian lain negara yang telah menemukan jalan mereka ke pulau selama perang tetapi tidak berhasil kembali ke rumah juga mengambil bagian, dan tanpa alat yang memadai tanggul didirikan di antara pulau dan tambak garam. Ini adalah awal dari Pabrik Garam Taepyung yang sekarang nerupakan terbesar di Korea dengan luas lebih dari 300 hektar. Dengan volume produksi tahunan sekitar 16.000 ton, telah menyumbang enam persen dari semua garam yang dihasilkan Korea.

Dari Air Laut ke Garam Sebuah pabrik garam adalah tempat di mana air laut diuapkan oleh matahari dan angin untuk membuat garam. Pada tahap pertama, air laut disimpan dalam waduk sehingga kotoran mengendap ke dasar. Air asin kemudian mengalir ke mana saja dari 10 sampai 20 tahapan di kolam penguapan untuk meningkatkan kadar keasinannya. Di waduk air garam tersebut memiliki kadar keasinan 3 persen, tapi pada saat mencapai kolam kristalisasi berubahlah SENI & BUDAYA KOREA 15


1 1 Taman halophyte di Tambak Garam Taepyung Jeungdo memiliki tanaman laut seperti samphire, cogongrass , dan sea blite , membuat pemandangan jadi indah. 2 Di daerah aktivitas Museum Garam di Tambak Garam Taepyung Jeungdo, pengunjung mencoba meraup garam dengan tangan mereka.

menjadi garam dengan kadar keasinan 25 persen. Dari kolam penguapan pertama ke kolam kristalisasi, dibutuhkan sekitar 20 hari proses air laut menjadi garam. Di kolam kristalisasi, semacam kerak halus mulai terbentuk. Ini berarti “bunga garam,” yang disebut benih garam, mulai mekar. Bunga garam ini, yang berupa kristal halus, secara bertahap tumbuh dan tenggelam ke dasar. Meskipun tergantung pada cuaca, di bawah terik musim panas proses ini bisa memakan waktu hanya sekitar 30 menit. Awalnya berbentuk segi enam kosong, butiran garam mengisisinya, baik di dalam maupun di luar. Jika gandum tumbuh sesuai dengan ukuran, justru hanya garam yang mempertahankan ruang kosong di dalamnya dianggap berkualitas tinggi. Ruang ini disebut “celah udara,” yang memungkinkan kelembaban di udara terjadi berulang kali, bagaikan menarik napas dan bernapas lagi. Tanpa celah udara ini, garam dapat saja larut dalam air tetapi seperti sebutir kaca yang tidak memiliki sirkulasi udara. Bersamaan dengan pertumbuhan butir garam, angin selatan

Pada tahun 1948, sekitar waktu Pabrik Garam luar tetapi tetap menjadi milik keturunan pulau. Daedeong didirikan pertama kali, sekolah khusus Pada tahun 2007 didesain sebagai benda budaya garam laut didirikan di lokasi yang kini menjadi modern oleh negara sebagai lanskap budaya yang Sekolah Dasar Bigeum untuk memasok pekerbernilai luar biasa. ja ke pulau-pulau terdekat. Salah seorang yang Myeong Man-sul telah meninggalkan banyak memberikan dukungan keuangan yang besar tanda di rumah leluhur di Jidang-ri, Biguemdo. untuk menciptakan pabrik garam itu adalah Dulu ada beban batu empat persegi rapi dibawa pemilik kapal Myeong Man-sul. Kemudian pada dari daratan yang ia dimaksudkan untuk memtahun 1960 Myeong mengambil alih Pabrik Garam bangun alat pengering garam. Tapi rencana ini Daedong. tidak pernah terpenuhi dan batu-batu itu kemudiPada tahun 1981 Choe Hyang-sun menikah an digunakan untuk membangun dinding di seki“Saya mencari tempat di mana dengan putra kedua Myeong, Myeong o-dong, dan tar rumah dan gudang. Ibu mertua Choe, yang saya bisa belajar tentang garam bersama-sama mereka sekarang mengoperatelah merawat rumah begitu lama, meninggal laut. Aku pernah dua kali ke sikan Pabrik Garam namil. Pada hari-hari awal tahun lalu. Guérande serta Salterns di Sisil­ pernikahan Choe ketika tinggal bersama mertuChoe yang tinggal di pulau bersama suaminya ia dan Vietnam. Ada satu hal anya, ia mendengar banyak cerita dari ayah mermempercayai bahwa pabrik garam merupakan yang saya pelajari pasti. Semua tuanya. Meskipun sebagian besar orang tua dari tempat di mana “Anda dengan mudah membersihgaram laut itu sama, tetapi keluarga sekarang sudah tiada, di antara merekan garam dengan sapu.” namun bersama suamereka terampil di pengolahan ka yang berkumpul di rumah ada orang-orang minya, dengan dipersenjatai oleh kemauan yang sekunder. Kami tidak mengeta­ yang membuat garam, tetapi yang lain membuat kuat untuk mencapai dan mewujudkan rencana hui bagaimana cara membuat gerobak untuk mengangkut air laut, dan yang ke dalam tindakan yang ia sering disebut “gila”, garam kami.” lain yang membuat kantong jerami untuk menadia mampu menghasilkan sepuluh ribu karung han garam. Mengenai hal itu ibu mertua Choe yang masing-masing berbobot 20 kg garam. choe Hyang-sun di Pabrik Garam namil di Bigeumdo mengatakan, ada satu orang yang masih membaPabrik garam membutuhkan investasi yang tak kar semangatnya: ayah mertuanya, Myeong Mankunjung habis. Menyadari nasibnya, Choe pun sul, meskipun ia memiliki ladang garam, mempercayai bahwa pergi ke mana saja di dalam atau di luar Korea untuk dapat belaladang itu bukan milik satu orang tetapi milik penduduk setempat jar tentang garam laut. Ketika belajar tentang garam dan mereyang menghasilkan garam. Jadi dia tidak menjual pabrik garam nungkan arah industri, dia tampak lebih bersemangat daripada kepada perseorangan tetapi dibagi menjadi beberapa bidang suaminya. Dalam hal ini, dia tidak dibantu suaminya tapi mendapat dan memberikan hak kepemilikan kepada penduduk pulau. Inidukungan suaminya dalam usahanya tersebut. Kepala desa perlah sebabnya mengapa Pabrik Garam Daedong dibuat dengan tama Bigeumdo, Choe sekarang memimpin sebuah komite untuk tujuan untuk menyatukan penduduk setempat, bukan untuk orang menciptakan zona garam termasuk lima desa di Jidang-ri.

16 KOREANA musim Panas 2016


dan tenggara yang lembab bertiup sebagaimana tiupan angin utara dan timur laut yang kering. Angin lembab meningkatkan volume produksi tetapi menurunkan kualitas garam. Dan jika tiba-tiba turun hujan, air asin di kolam penguapan harus segera dipindahkan ke tangki penyimpanan. oleh karena itu pekerja garam tidak dapat meninggalkan tambak walaupun untuk sesaat. Garam yang dipanen dibiarkan di gudang selama beberapa waktu untuk menghilangkan rasa pahit. Semakin lama proses pengeringan alami ini, semakin baik rasa garam itu.

transmisi kebudayaan dari tambak Garam Dengan dibukanya pasar garam domestik berdasarkan kesepakatan Uruguay Round 1997, banyak keraguan mengenai daya saing masa depan industri garam laut Sinan, apalagi banyak Pabrik Garam menutup usahanya. namun nilai yang melekat pada garam laut alami, yang merupakan unsur penting dalam makanan fermentasi bagi budaya kuliner Korea, membuktikan kekuatannya

untuk keluar dari bahaya. Apa yang sering diabaikan dalam perbandingan beberapa hal dari bahan garam batu, garam halus dan garam laut adalah adanya mikroba asli di garam laut. Mikroba ini, bagaimanapun, memainkan peran penting dalam makanan fermentasi dan telah lama membantu kita untuk tetap sehat. lima rasa hadir dalam garam laut dari pantai Korea juga merupakan titik yang tidak mudah ditemukan dari negara-negara lain yang memiliki preferensi budaya yang berbeda. Sekarang ini Pabrik Garam Taepyung merupakan daya tarik wisata utama dari Jeungdo, dikenal sebagai “kota tertinggal�. Pengunjung tambak garam dapat melihat Museum Garam di sekitar pintu masuk dan mendapatkan beberapa pengalaman dari tangan pertama mengenai pembuatan garam di wilayah aktivitas. Fitur lain yang menarik adalah taman halohytic yang menyajikan tanaman laut seperti samphire, cogon grass, dan sea blite, sedangkan pusat terapi gua garam merupakan tempat yang indah untuk bersantai.

2

SENI & BUDAYA KOREA 17


FitUr kHUSUS 3 Pulau Sinan: Percakapan dengan Alam Perawan

kenAnGAn terHADAP BiGeUmDo tujuh tahun masa muda saya, saya habiskan di Pulau Bigeum. itu berarti sepersepuluh dari hidup saya, dan tahun-tahun tersebut sungguh terukir dalam relung ingatan saya. Saya pun berdialek Bigeum yang saya peroleh di masa kecil yang tak terpisah dari saya dan begitu pula cara saya menulis sebagai seorang kritikus sastra. Hwang Hieon-san Kritikus Sastra, Profesor Emeritus, Universitas Korea. cheon Gi-cheol Fotografer

18 KOREANA musim Panas 2016


B

igeumdo merupakan kampung halaman saya, sebuah pulau di lepas pantai barat daya Provinsi Jeolla Selatan. orang menyebutnya sebuah pulau terpencil, namun hingga saya lulus perguruan tinggi, tak pernah terpikirkan bahwa bahwa pulau tempat saya dibesarkan berada sangat terpencil. Saya berpikir bahwa julukan itu diperuntukkan bagi pulau-pulau lain. Terpencil? Terpencil dari mana?

Gunung, Pantai Putih, dan Bahasa Sebenarnya, saya tidak tinggal lama di pulau itu. Pada akhir abad ke-19 ketika Mokpo menjadi pelabuhan terbuka dan modernisasi dimulai, keluarga saya pindah ke sana dan tinggal di daratan sampai pecah Perang Korea pada tahun 1950 dan kami mengungsi kembali Bigeumdo. Saya masih kecil dan harus digendong di punggung dalam perjalanan ke pulau. Saya tinggal di sana sampai lulus sekolah dasar, sebelum kami kembali ke Mokpo. Saya menghabiskan tujuh tahun masa muda saya di pulau itu. namun tujuh tahun begitu kuat mengakar dalam diri saya, bahkan hingga sekarang, ketika usia saya sudah lebih dari 70 tahun, banyak pengalaman yang bermanfaat sebagai tolok ukur untuk mengamati dan menilai segala hal di dunia sekarang ini. Misalnya, untuk merasakan jarak Seoul dengan Busan, sekitar 400 kilometer, saya bayangkan seratus kali jarak antara dermaga utama Bigeumdo dengan Jahang, desa tempat tinggal saya. Untuk mengerti seberapa tinggi sebuah gunung, saya bandingkan dengan ketinggian Gunung Seonwang Bigeumdo; ketika saya menemukan sebuah pohon tua besar, saya membandingkannya dengan ukuran pohon hackberry di desa Seosan. Pemandangan indah Bigeumdo tempat saya dibesarkan merupakan bentuk dasar dari semua lanskap yang cantik, dan semua barang pribadi pada masa muda saya merupakan prototipe dari segalanya. Bagi saya, pantai berpasir putih yang indah hanyalah Pantai Wonpyeong, dan laut bagi saya adalah pemandangan yang sangat mempesona dilihat dari batuan kepala naga di dekat Pantai Hanuneom. Terdapat pula bahasa Bigeumdo. Bahasa Korea yang saya pakai merupakan dialek Provinsi Jeolla, atau lebih khusus, dialek Bigeumdo, yang berbeda dari dialek lain di wilayah tersebut. Dialek ini lebih halus dan ekspresif dibandingkan dengan dialek Mokpo yang tajam dan cepat, dan tidak terlalu lambat seperti cara orang berbicara di Pulau Heuksan, pulau lain di wilayah Sinan. Bahkan jika seseorang berbicara dengan Bahasa Korea standar di

Daerah pedalaman pegunungan dan pemandangan pantai yang megah menyelimuti tambak garam yang tersebar di pantai Bigeumdo, pulau pertama di Korea tempat pabrik garam didirikan.

SENI & BUDAYA KOREA 19


Seoul, saya bisa langsung tahu bahwa mereka merupakan penduduk asli pulau. Pada suatu saat seorang tukang datang ke rumah kami untuk merakit sebuah lemari. Saat saya mendengar cara dia berbicara jantung saya berdetak kencang. Saya bertanya dia berasal dari mana, dia mengatakan dari wilayah Sinan. Saya bilang bahwa saya juga dari Sinan dan saya bertanya secara khusus dari daerah mana di Sinan, ia menjawab dari Bigeumdo. Ternyata Pak Kim juga pernah belajar di Sekolah Dasar Bigeum. Setelah itu, kami sering mengundangnya untuk pekerjaan di rumah kami.

Peribahasa menggambarkan kehidupan Jika setiap elemen emosional masuk ke dalam tulisan teoritis saya yang sulit mengenai kritik sastra, itu diakibatkan oleh dialek Bigeum saya yang kuat yang telah hidup di dalam diri sejak masa muda. Penjelasannya memang menjadi rumit. namun dengan menggunakan beberapa peribahasa dan ekspresi yang unik dalam bahasa Bigeumdo akan memberikan ide yang baik dengan pesona berbeda. Saya beranggapan bahwa sangat sedikit generasi setelah saya mengetahuinya dan karena itulah saya memperkenalkan beberapa contoh di sini. “Kamu akan menangkap pencuri nodae di nodae.” Ini berarti bahwa bila terjadi sesuatu yang buruk, khususnya, ketika ada sesuatu yang hilang, biasanya di dalam pekerjaan, pada umunya pelakunya merupakan orang dekat. Penduduk asli Bigeumdo akan tahu, nodaedo adalah sebuah pulau kecil di lepas pantai Gasanri. Ketika saya masih muda saya mendengar bahwa hanya ada dua rumah di pulau itu, sehingga tidak sulit untuk menduga maksud

ungkapan ini. Secara umum digunakan dalam pernyataan basabasi : “Kamu akan menangkap pencuri nodae di nodae. Dimana pastinya? Di Suchi atau Sachi? ” “Tak ada sabit atau pisau yang bisa digunakan lagi.” Ini mengacu pada kegagalan ketika tidak ada solusi untuk menyelamatkan situasi. Cerita di balik peribahasa ini sebagai berikut: Seorang pria tua yang sedang diare bergegas ke kakus, tetapi tidak dapat membuka sabuknya. Karena panik, ia memutuskan untuk memotong sabuk, dan berteriak kepada anaknya untuk membawanya pisau. Tapi anak tidak dapat menemukan pisau. Bawakan saja sabit, teriak orang tua itu. Setelah cukup lama, akhirnya anak itu menemukan sabit dan membawanya ke ayahnya. namun sudah terlambat, dan saat itulah orang tua itu mengucapkan kata-kata tersebut. “Bila saya mendapatkan 700 nyang.” Ketika seseorang meminta sejumlah uang dan Anda tidak memilikinya, ungkapan ini digunakan setengah bercanda untuk memberitahu mereka agar menunggu atau menyiratkan bahwa sebaiknya keluar dari pertanyaan. Pada mulanya saya mendengar ungkapan itu digunakan oleh pelaut di pasar ikan Wonpyeong ketika mereka sedang minum dengan gadis bar. Ketika gadis-gadis terbakar gairahnya dan meminta para nelayan untuk membelikan mereka sebuah perhiasan mahal, pelaut akan membalas dengan mengatakan seperti itu. Hal ini identik dengan idiom, “Ketika kapal saya tiba.”

Garam Berkualitas terbaik tersedia Bigeumdo bukan hanya merupakan tempat pertama di bagian selatan Korea yang memproduksi garam laut yang dijemur, namun

Pemandangan indah Bigeumdo tempat saya dibesarkan merupakan bentuk dasar dari semua lanskap yang cantik, dan semua barang pribadi pada masa muda saya merupakan prototipe dari segalanya. Bagi saya, pantai berpasir putih yang indah hanyalah Pantai Wonpyeong, dan laut bagi saya adalah pemandangan yang sangat mempesona dilihat dari batuan kepala naga di dekat Pantai Hanuneom.

1 Dalam 400 tahun usianya Desa naechon berdinding batu tua, jalan setapak membentang sepanjang 3 kilometer membelah yang dikelilingi gunung berbatu di belakangnya serta pemandangan padang terbuka. 2 Pantai Wonpyeong yang berada di bagian barat laut dari Bigeumdo merupakan daerah yang indah untuk berkemah.

1

20 KOREANA musim Panas 2016


merupakan produsen garam terbesar di negeri ini dalam hal satuan luas. Bahkan sekarang, ketika sebagian besar pabrik garam telah berubah menjadi sawah dan ladang, pulau ini menghasilkan garam dengan kualitas terbaik. Ketika saya di kelas lima, teman sekelas saya dan saya, dengan bantuan guru kami, memenangkan hadiah utama di Kompetisi Sains nasional bagi Pemuda untuk penelitian kami mengenai proses pembuatan garam. Peran saya sangat kecil sebenarnya. Ketika para guru membuat model bubur kertas dari tambak garam, saya mengaduk campuran lem; Saya juga membuat catatan harian tentang rekaman pengamatan saya terhadap tambak garam selama tiga bulan. Meskipun demikian, berkat pengalaman itu, sekarang saya bisa berbicara selama dua jam tentang metode produksi garam, misalnya bagaimana garam itu dipanggang. Tidak semua garam laut itu sama. Kualitas dan rasa bervariasi dan para tetua di pulau kami sangat ahli dalam membedakan macam-macam garam. Hanya dengan mencicipi satu butir, mereka bisa tahu apakah itu dari pertanian garam di timur atau bagian barat pulau, atau apakah itu dipanen pada awal musim panas atau akhir musim gugur.

Waktu tertanam kuat dalam kenangan Musim panas di kelas lima, saya pergi untuk menghabiskan malam dengan beberapa teman yang tinggal di kota pelabuhan Wonpyeong di bagian barat laut pulau. Teman-teman saya membawa saya ke pasar ikan, tetapi musim ikan corvina kuning sudah usai, para penjual telah pergi, dan semua yang tersisa hanyalah beberapa

toko darurat yang menjual alkohol kepada para nelayan. Dengan semangkuk gandum yang mereka ambil dari rumah sebagai pengganti uang, teman-teman saya mencari toko satu persatu dengan harapan menemukan sesuatu yang dapat dibeli untuk saya, namun tidak berhasil. Akhirnya, di toko terakhir mereka berhasil menemukan peti pop soda di pojok. Saya tidak pernah tahu bahwa kita bisa mabuk pop soda. Perasaan pusing dan mual, saya pun tergeletak di pasir. Matahari telah terbenam dan langit penuh dengan bintang. Saya ingat bulan bersinar terang. Teman-teman saya bernyanyi bagaikan paduan suara tepat di sebelah saya, tapi terdengar begitu samar, seperti suara nyanyian yang berasal dari daratan yang jauh. Dan bahkan lebih jauh lagi terdengar suara lembut ombak memecah. Bintang-bintang tampak seperti memiliki ekor panjang dan berputar-putar perlahan-lahan di sekitar saya. Pasir masih terasa hangat oleh panas matahari, dan kehangatan menyelimuti tubuh saya. Saya merasa seperti terbaring di telapak tangan raksasa, yang menggoyang saya, atau tubuh saya justru telah hancur menjadi butiran pasir yang terbawa oleh angin. Berapa panjang waktu telah berlalu? Ketika saya membuka mata, sudah lewat tengah malam dan teman-teman saya sedang duduk di sekitar saya, menatap saya, khawatir. Pengalaman ini melekat erat pada lapisan terdalam kesadaran saya. Saya pikir bahwa saya telah sempat memasuki waktu lain dan kembali. Saya lihat waktu itu sebagai “waktu berbaring di bagian terdalam pada pikiran saya,� bagai tahun-tahun yang saya habiskan di Bigeumdo, yang selamanya terukir dalam relung ingatan.

2

SENI & BUDAYA KOREA 21


FitUr kHUSUS 4 Pulau Sinan: Percakapan dengan Alam Perawan

“kAPAL HArtA kArUn� YAnG terkUBUr DALAm LUmPUr BAWAH LAUt SeLAmA 650 tAHUn

Lee kwang-pyo Editor Halaman opini The Dong-A Ilbo Ahn Hong-beom Fotografer

Pada tahun 1323, kapal dagang cina Dinasti Yuan tenggelam ketika berlayar menuju Jepang. Sisa kapal karam ini terkubur di dalam lumpur bawah laut dekat kota kecil Sinan selama enam setengah abad, sebelum akhirnya berhasil diangkat ke atas permukaan melalui penggalian bawah laut sebanyak 11 kali dari tahun 1976 hingga 1984. kapal ini penuh dengan relik-relik yang memberikan wawasan tentang realitas perdagangan maritim Asia timur pada abad pertengahan. Penggalian bawah laut ini menjadi titik awal arkeologi maritim di korea. 22 KOREANA musim Panas 2016


P

ada tanggal 20 Agustus 1975, nelayan yang sedang menangkap ikan di depan pesisir Bangchuk-ri, Jeungdo-myeon, Sinan-gun di Provinsi Jeolla Selatan, menemukan 6 buah vas seladon ikut tersangkut pada jaring ikannya. nelayan itu melaporkan penangkapan ini ke kantor Administrasi Properti Budaya (yang kini disebut Administrasi Warisan Budaya) dan dipastikan bahwa vas-vas tersebut merupakan keramik-keramik Cina. lokasi penemuan ini adalah di laut tempat di mana dulu dikatakan “ada kapal besar yang tenggelam”.

“Penggalian Abad ini” Badan Administrasi Properti Budaya memperkirakan adanya kapal karam di lautan tersebut dan mulai merencanakan penggalian bawah laut. Sementara itu tersebar kabar bahwa sering terdapat porselen Cina yang ikut tersangkut dalam jaring ikan para nelayan. Kabar seperti ini semakin lama semakin sering terdengar, sehingga terjadi perampokan relik-relik di bawah laut secara terorganisir. Situasi tersebut menjadi semakin serius sehingga akhirnya pada bulan oktober 1976, Administrasi Properti Budaya menetapkan lokasi kapal karam dan wilayah sekitarnya dalam radius 2 Kilometer sebagai Zona Perlindungan Warisan Budaya dan segera melaksanakan proses penggalian bawah laut. Penggalian tersebut berlangsung

Sungguh kesempatan langka untuk melihat kapal harta karun yang karam, Museum Bahari nasional di Institut Penelitian nasional Warisan Budaya Kelautan menampilkan benda peninggalan dari Sinan. Kapal dagang Cina abad ke-14 diangkat dari lautan Sinan lalu disusun kembali di Galeri Kapal Karam Sinan setelah melalui konservasi.

sebanyak 11 kali hingga tahun 1984 dengan bantuan Unit Penyelamatan Kapal Angkatan laut Republik Korea Selatan. Isi dalam laut ketika itu sangatlah mengejutkan. Kapal karam tersebut tertimbun lumpur dan di dalamnya terdapat bertumpuk-tumpuk barang peninggalan yang langka dan berharga. Kapal raksasa itu berada dalam kondisi miring ke arah kiri dan tertancap di dalam lumpur bawah laut. Bagian atas geladak kapal beserta deknya yang terkena air laut secara langsung telah lama rapuh dan menghilang hingga bentuk aslinya tidak lagi tersisa, akan tetapi bagian yang tertimbun lumpur masih terjaga bentuknya. Kapal ini memiliki panjang 28,4 meter, dengan lebar maksimum 6,6 meter dan kedalaman 3,4 hingga 3,8 meter ketika pertama kali ditemukan. Penggalian bawah laut merupakan operasi yang sangat rumit, terutama bagi arkeolog maritim Korea yang tidak berpengalaman. Jarak pandang di dalam laut hampir mendekati nol, level air laut ketika itu sangatlah dalam (rata-rata 20-25 meter), dan kecepatan arusnya sangat tinggi (rata-rata 2.5 knot). Kisaran gelombang air pasang pun begitu besar sehingga di antara jangka pendek dalam 4 kali pasang surut, kesempatan untuk mengerjakan proses penggalian ini hanya satu atau dua kali saja sehari. Para penyelam menye lam dengan membawa tabung udara dan harus bertahan melawan tekanan air yang begitu tinggi. Proses penggalian porselen yang tertimbun merupakan sebuah pekerjaan yang berat karena lumpur di dasar laut telah lama mengeras. oleh karena itu, peralatan menyerupai alat pengangkut (lift) digunakan untuk menyemprotkan udara bertekanan tinggi ke lumpur yang mengeras dan setelah itu porselen-porselen tersebut diangkat ke atas laut. Projek penggalian bawah laut Sinan yang mustahil dilakukan tanpa bantuan Unit Penyelamatan Kapal Angkatan laut Republik Korea Selatan ini berhasil melampaui segala kondisi berat dan mendapatkan hasil besar yang dinamakan “penggalian abad”.

terungkapnya realitas Perdagangan maritim Asia timur Laut kuno Hasil penelitian memastikan bahwa kapal karam ini merupakan kapal perdagangan Cina Dinasti Yuan. Kapal ini diperkirakan tenggelam di laut depan pesisir Sinan pada tahun 1323 ketika berlayar dari ningbo, Cina menuju Hakata dan Kyoto di Jepang. Dengan melihat teknik perakitan, asal material kayunya, barang-barang yang digunakan oleh para pelaut, dan berbagai barang peninggalan lainnya, dapat dipastikan bahwa kapal ini adalah milik Cina. Ketika kapal ini masih utuh, diperkirakan memiliki panjang sekitar 34 meter, dengan lebar maksimum 11 meter, kedalaman maksimum 3.75 hingga 4.5 meter, dan berat yang mencapai 260 ton. Belakangan, para peneliti menamai kapal ini “Kapal Sinan” berdasarkan tempat awal penemuannya. Di dalam kapal Sinan terdapat berbagai barang perdagangan dan barang keperluan sehari-hari seperti: lebih dari 20,000 buah keramik, uang logam seberat 28 ton, 1017 batang kayu sejenis sonokeling, produk logam, pernis kayu, gelas-gelasan, produk batu, produk tulang dan tanduk, berbagai rempah-rempah, tinta, teh dan tanaman obat, berbagai bibit tanaman, dan sebagainya. Selain itu, kotak dan material bungkus yang digunakan untuk memindahkan barang, tanda pengenal dari kayu (mokchal) yang melekat pada kotak kargo, dan serpihan kapal pun ikut terangkat ke atas laut. Pada sekitar 360-an tanda pengenal yang terbuat dari kayu (mokchal ), tertulis nama kuil Buddha Jepang seperti Tohokuji, dan nama orang Jepang seperti Hachiro, sehingga dapat ditebak tujuan pelayaran kapal ini adalah Jepang. Artefak-artefak hasil penggalian Sinan tersebut menunjukkan skala perdagangan, karakteristik pertukaran, gaya hidup regional, dan popularitas barang-barang Cina saat itu. Bisa dikatakan bahwa artefak tersebut merupakan barang peninggalan yang secara jelas dan pasti memperlihatkan realitas pertukaran maritim ketika itu. PeneSENI & BUDAYA KOREA 23


Tahun ini adalah tahun perayaan ke-40 sejak penggalian bawah laut kapal karam di Sinan. Untuk merayakannya, Musium Nasional Korea sedang menyiapkan pameran khusus relik-relik dari Sinan, yang akan diadakan dari bulan Juli hingga Oktober. Pameran ini diperkirakan akan menjadi pameran yang menarik karena kita akan dapat melihat bukti-bukti peninggalan nyata mengenai interaksi peradaban kuno yang lama tertidur jauh di bawah laut.

muan sejumlah besar porselen dari dalam kapal menunjukkan bahwa barang tersebut merupakan produk terpenting dalam perdagangan Cina dan Jepang. Ditambah lagi, keramik tidak mudah rusak walaupun lama terpendam di dalam air dan keutuhannya masih tetap terjaga dengan baik. Sekitar 60% dari keramik-keramik tersebut adalah keramik seladon dari lungchuan di Zhejiang, menunjukkan bahwa saat itu produk tersebut banyak diminati oleh orang Jepang. Terutama dengan ditemukannya berbagai vas, pembakar dupa, teko, dan beberapa peralatan teh seperti cawan (dawan), botol teh (daho), dan kotak teh (dahap), hal tersebut memastikan kembali penggunaan peralatan teh keramik Cina oleh orang Jepang khususnya kaum bangsawan dan para Biksu. Koin logam Cina juga merupakan produk impor utama Jepang. Karena ketika itu Jepang tidak mencetak koin, mereka mengimpor koin dari Cina dan menggunakannya di pasar ekonomi. Selain itu, orang Jepang juga meleburkan koin-koin tersebut untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan patung Buddha. Sementara itu, kayu jenis sonokeling yang tumbuh di daerah subtropis dan digunakan sebagai bahan dasar mebel berharga, masih tetap utuh bentuknya karena tertimbun di bawah lumpur. Meskipun sebagian besar artefak-artefak tersebut berasal dari Cina Dinasti Yuan, tetapi ada juga artefak yang berasal dari Goryeo dan Jepang. Keramik seladon dari Goryeo ditemukan juga di dalam kapal, dan dapat disimpulkan bahwa seladon tersebut diimpor Cina dari Goryeo dan diekspor kembali ke Jepang.

Penggalian Bawah Laut Barat Daya korea Penggalian laut pesisir Sinan membuka lembar pertama arkeologi maritim Korea. Hal tersebut diikuti dengan suksesnya penggalian bawah laut lainnya di laut Barat Daya Korea, termasuk penyelamatan lebih dari 30,000 keramik seladon Goryeo di laut depan pesisir Wando-gun, provinsi Jeolla Selatan. Sama halnya seperti kapal Sinan, penemuan secara tak sengaja menjadi awal mula projek arkeologi maritim ini. Pada bulan April 2002, dengan ditemukannya 243 keramik seladon Goryeo yang ikut tersangkut dalam jaring kapal pemukat kecil berukuran 9 ton di laut dekat pulau Bian, okdo-myeon, Gunsan-si, maka projek penggalian segera dimulai dan lebih dari 3,000 keramik seladon Goryeo berhasil diangkat ke atas permukaan laut. Pada bulan Mei 2007, seorang nelayan menangkap gurita kecil (webfoot octopus) dengan seladon melekat pada telapak kakinya di laut dekat pulau Dae, Taean-gun, provinsi Chungcheong Selatan, sehingga segera dilakukan penggalian bawah laut dan

1

24 KOREANA musim Panas 2016

berhasil mengangkat lebih dari 23.000 keramik seladon Goryeo. Kadang, kasus pencurian mendorong pelaksanaan penggalian. Projek penggalian di laut dekat pulau Yami, okdo-myeon, Gunsan-si yang berlangsung dari tahun 2006 hingga 2009 dilaksanakan setelah ditangkapnya pencuri yang mencuri lebih dari 500 keramik seladon di sekitar perairan tersebut. Sebagian besar keramik yang ditemukan di laut Barat adalah keramik seladon Goryeo. Apakah alasan ditemukannya keramik di perairan ini terus-menerus? Pada masa Dinasti Goryeo(b918-1392), mayoritas seladon dibuat di Gangjin dan Buan yang terletak di provinsi Jeolla Selatan dan Utara, dan seladon tersebut digunakan di seluruh negeri. Seladon itu terutama banyak digunakan oleh orangorang di ibukota Gaegyeong, dan di antara mereka orang berstatus tinggi dan kayalah yang banyak membeli keramik tersebut. Zaman dulu, jalur laut lebih diminati daripada jalur darat untuk mengirim barang-barang karena relatif lebih aman dan mampu mengirim banyak barang


2

dalam sekali jalan. Karena alasan ini, orang-orang Goryeo menggunakan kapal untuk mengangkut produk seladon dari Gangjin dan Buan ke ibukota. Akan tetapi, ada beberapa kapal yang tenggelam dalam perjalanannya melewati laut Barat karena arus yang terlalu keras. Begitulah keramik-keramik Goryeo yang ditemukan tersebut tenggelam di dasar laut saat masa Dinasti Goryeo. Di laut Barat, bukan hanya seladon Goryeo saja yang ditemukan. Artefak yang ditemukan di dekat pulau Ma, Taean-gun, provinsi Chungcheong Selatan melalui beberapa kali penggalian, terdiri dari 1.400 buah berbagai perlengkapan rumah tangga, seperti: batang bambu bertuliskan huruf (jukgan), tanduk rusa, sisir rambut, bibit padi, jawawut, tahuco, blok kedelai fermentasi (meju), acar kepiting, acar udang, acar ikat teri, dan sebagainya bersama dengan produk keramik. Semua itu diperkirakan sebagai produk khas daerah dan keperluan sehari-hari yang dipesan oleh orang-orang di Gaegyeong untuk dikirim bersama dengan produk keramik.

1 Peninggalan berupa karya seni dan kerajinan peralatan rumah tangga merupakan bahan sejarah yang berharga untuk memberikan wawasan mengenai perdagangan maritim internasional di Asia Timur selama Abad Pertengahan. Perdagangan pada waktu itu sungguh luar biasa sehingga rute lautnya dijuluki "Jalan Tembikar". 2 Galeri Kapal Karam Goryeo di Museum Maritim nasional memiliki sisa-sisa Dalido, sebuah kapal Korea yang diyakini telah tenggelam di laut Barat pada abad ke-13 hingga abad ke-14. Kapal itu digali dari dalam lumpur di Dalido, sebuah pulau di lepas pantai Mokpo.

Kapal yang berada dalam projek penggalian dari tahun 2009 hingga 2010 dipastikan sebagai kapal pengangkut biji-bijian; dan berdasarkan informasi mengenai pengirim, penerima, dan jenis kargo yang tercantum dalam kartu pengenal kargo yang terbuat dari bamboo (jukchal), diungkapkan bahwa kapal ini berlayar dari Haenam, naju, dan Jangheung di provinsi Jeolla Selatan menuju Gaegyeong pada bulan Februari 1208 dengan mengangkut padi, kacang-kacangan, jawawut, gandum hitam, makanan laut fermentasi, batu bara, ikan pari kering, dan sebagainya.

Pameran Perayaan tahun ke-40 Penggalian Bawah Laut Sinan Penggalian yang dimulai dari Sinan meluas hingga ke kawasan laut Barat sehingga diperlukan sebuah lembaga khusus penggalian bawah laut yang berfungsi untuk melestarikan, memamerkan, dan meneliti artefak-artefak maritim. Di Galeri Pameran Artefak Maritim di dalam Institut Penelitian nasional Warisan Budaya Maritim yang berlokasi di kota Mokpo, provinsi Jeolla Selatan, terdapat display kapal karam Goryeo, kapal karam Sinan, ruang sejarah perahu dunia, ruang sejarah perahu Korea, dan sebagainya; sehingga pengunjung dapat belajar mengenai sejarah perahu, transportasi maritim, dan penggalian bawah laut secara sekaligus. Pengunjung juga dapat melihat berbagai macam perahu tradisional dengan ukuran yang sebenarnya di pameran luar ruangan. Institut tersebut telah mengumpulkan lebih dari lima puluh ribu artefak, termasuk seladon Goryeo dan artefak laut lainnya beserta bahan materi yang bersangkutan. Model dan sisa-sisa kapal karam seperti Wando (dari Goryeo, akhir abad ke-11 hingga abad ke-12, diangkat ke permukaan laut pada tahun 1984 di dekat Eodu-ri, Wando-gun, provinsi Jeolla Selatan) dan Dalido (dari Goryeo, abad 13-14, diangkat ke permukaan laut tahun 1995, dari daratan lumput pasang surut di pulau Dali, Mokpo-si, provinsi Jeolla Selatan) ikut dipamerkan sehingga menarik perhatian. Kapal Sinan merupakan penemuan berharga yang menunjukkan realitas pertukaran maritim internasional Asia Timur pada abad pertengahan yang begitu berjaya sehingga rutenya disebut dengan “Jalan Keramik�. Sisa kapal yang berhasil diangkat dari dalam laut dengan hati-hati dipamerkan di Galeri Pameran Artefak Maritim di dalam Institut Penelitian nasional Warisan Budaya Maritim, dan isi kapal berupa artefak-artefak penting dapat ditemui di Musium nasional Korea, di dalam salah satu galeri pameran permanen berjudul “Relik dari Dasar laut Sinan� SENI & BUDAYA KOREA 25


FokUS

mAnUSiA VerSUS meSin DALAm BADUk Bulan maret yang lalu, perhatian dunia terfokus pada Seoul tempat diselenggarakannya rangkaian lima terbaik antara grandmaster baduk Lee Sedol dan AlphaGo, sistem kecerdasan buatan, Google Deepmind technologies. Seluruh dunia harap-harap cemas menunggu untuk membuktikan apakah prediksi bahwa kecerdasan buatan (Ai) dapat menyalip manusia suatu saat nanti akan sungguh-sungguh menjadi kenyataan. cho Hwan-gue Profesor Teknik Komputer, Universitas nasional Pusan

26 KOREANA musim Panas 2016


A

khirnya, selesai sudah - kompetisi antara manusia dan mesin, sesuatu yang sebelumnya hanya dijumpai filmfilm sci-fi (fiksi ilmiah). Pertandingan antara lee Se-dol, seorang grandmaster baduk (keempat dalam peringkat global), yang membawa harapan umat manusia, dan AlphaGo , sistem kecerdasan proto-buatan, menandai tonggak yang luar biasa dalam sejarah peradaban. Tantangan mesin untuk permainan yang pada prinsipnya masih melibatkan intuisi dan kreativitas manusia merupakan sebuah petistiwa jaman yang penting demi masa depan kecerdasan buatan.

Baduk , Permainan Sederhana di Dunia Tidak ada permainan di dunia yang memiliki aturan sesederhana Baduk. Permainan papan dari barat seperti backgammon memerlukan bentuk bagian (potongan) khusus, sedangkan catur dan Janggi (Cina: Xiangqi) dimainkan dengan berbagai bentuk bagian. Sementara, yang dibutuhkan untuk bermain Baduk hanya potongan hitam dan putih yang disebut “batu” dan papan ditandai dengan garis vertikal dan horisontal. Ketika batu-batu tidak tersedia, kerikil atau bahkan potongan kayu dapat digunakan. Beberapa waktu lalu ketika menghadiri seminar di luar negeri, saya melihat seorang Profesor dari Korea bersama seorang sarjana asing sedang bermain Baduk dengan menggunakan pensil untuk menandai gerakan mereka pada selembar kertas grafik. Aturannya juga sangat sederhana, siapa pun dapat belajar hanya dalam 10 menit. Bahkan, hanya ada satu aturan untuk menempatkan batu di papan yaitu Anda tidak boleh menempatkan batu Anda di tempat yang baru saja dikosongkan melalui pengambilan dan pemindahan oleh lawan. Ada yang mengatakan bahwa Baduk berasal dari Cina, dan catatan paling awal permainan ini memang ditemukan di Cina. Salah satu teori mengatakan bahwa Kaisar Kuning China yang legendaris, menciptakan permainan ini untuk mendidik anakanaknya. Benar atau tidak, yang pasti permainan ini sudah dimainkan antara tahun 475 dan 221 SM selama periode musim semi dan musim gugur dalam masa perang—berdasarkan pada keterangan mengenai permainan dalam naskah kuno “The Analects Konfusius” dan “The Mencius”. Permainan ini kemungkinan diperkenalkan ke Korea pada abad keempat atau kelima, selama Periode Tiga Kerajaan. Sebelum hadirnya komputer dan internet, Baduk adalah hobi yang paling disukai oleh orang Korea. Tidak ada permainan seperti Baduk yang dapat menjadikan dua orang dewasa sibuk selama satu jam. Baduk berbeda dengan permainan papan lainnya karena banyak strategi dapat digunakan dan ada perbedaan besar antara tingkat keterampilan profesional dan amatir. Hal yang tidak mungkin bagi seorang pemain amatir adalah mengalahkan seorang master berpengalaman. oleh karena itu, pembatas antara pemain terampil dan tidak terampil bersifat substansial, sehingga hampir tidak ada kesempatan bagi seorang pemula untuk bersaing dengan ahli.

Baduk telah berkembang sebagai permainan yang mewakili esensi dari tradisi Asia Timur serta berdampak nyata pada budaya masing-masing negara di wilayah ini. Hal tersebut penuh dengan simbolisme dan mistisisme timur, sebagaimana tercermin dalam dunia dari para master Baduk yang tak terjangkau, warna kontras batu yang mewakili yin dan yang, dan 361 titik potongan, yang menandakan jumlah benda langit yang tak terhingga. Di Korea, banyak istilah Baduk digunakan dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Istilah cho ilk gi, yang awalnya disebut hitungan mundur selama 60 detik sebelum setiap gerakan, secara luas digunakan untuk menunjukkan waktu yang terus berkurang dari sisa waktu sebelum beberapa keputusan harus dibuat. Istilah berbasis Baduk lainnya yaitu kkot no ri pae , berarti hanya satu sisi yang banyak kehilangan, bok gi, proses evaluasi; cho gang su, gerakan parit terakhir, su sun, langkah berurutan; dan ho gu, secara harfiah “rahang harimau,” mengacu pada krisis yang serius.

Dari mesin Uap Sampai kecerdasan Buatan Cara pandang dunia barat, yang seringkali mekanis dan materialistis, berbeda dengan cara pandang dunia timur yang menghormati emosi manusia dan spiritualitas. Dalam literatur Asia Klasik, sebagai contoh, suara tutup dari teko mendidih yang berderak ke atas dan ke bawah akan membangkitkan rasa sedih. Di barat, bagaimanapun, fokus akan ditempatkan pada tenaga mekanis uap yang memaksa tutup teko untuk bergerak naik turun. Mesin uap James Watt, yang memicu Revolusi Industri, lahir dari pengamatan ilmiah seperti ini, menandai titik balik sejarah ketika kekuatan mesin mulai menggantikan kemampuan fisik manusia. Selain itu, dunia mekanik dikhawatirkan membuat kerja manusia berlebihan, mendekati kenyataan dengan penemuan komputer. Dengan perkembangan kedokteran modern, penelitian menemukan bahwa kecerdasan manusia berhubungan dengan interaksi biokimia dari sel-sel otak. Ketika itu dipahami bahwa gangguan mental bukan hasil kerja setan jahat, tetapi disebabkan oleh neurotransmitter otak yang rusak, kecerdasan manusia dan Ilmu Kognitif muncul sebagai bidang studi baru. Di bawah organisasi ilmiah dari pandangan dunia materialistik, mesin mulai mengejar ketertinggalan dengan kapasitas mental umat manusia. Konsep kecerdasan buatan pertama muncul pada tahun 1960-an. Akan tetapi, hal itu lahir hanya setelah pengembangan perangkat keras yang hebat berbasis komputer dan teknologi semikonJuara baduk peringkat ke-9 duktor yang idenya mulai menjadi lee Se-dol (kanan) bertanding kenyataan. Selain itu, bidang kecermelawan AlphaGo program kecerdasan buatan Google dasan buatan juga lebih diperluas DeepMind. Duduk di seberang lagi dengan memori penyimpanan lee, DeepMind berhadapan data yang lebih besar dengan kapadengan Aja Huang, peringkat ke-6 amatir yang sedang mesitas tak terbatas. Baru-baru ini, nempatkan batu di papan untuk kecerdasan buatan telah membuat AlphaGo. lee dikalahkan dengan langkah besar dalam pengoperasian 1-4, dalam seri lima terbaik. SENI & BUDAYA KOREA 27


pesawat, pengintai tanpa awak, pengenalan wajah, penyaring spam email, dan nasihat investasi, bahkan sekarang juga telah membuat kemajuan dalam berbagai sektor industri. Perusahaan IT terkemuka di dunia, Google, yang pertama menangkap angin perubahan ini. Dimulai dengan pengembangan sistem AI untuk masa depan melalui pembelian DeepMind, perusahaan kecerdasan buatan asal Inggris yang mengembangkan AlphaGo, senilai ÂŁ 400 juta (setara $ 650.000.000).

tantangan komputer melawan kecerdasan manusia Sebelumnya, catur ditetapkan sebagai permainan yang secara dramatis menunjukkan kekuatan kecerdasan buatan. Setelah serangkaian usaha yang gagal, dalam kompetisi yang diadakan pada tahun 1997, komputer Deep Blue IBM mengalahkan juara dunia catur Garry Kasparov. Kemenangan ini muncul sekitar 30 tahun setelah catur ditargetkan sebagai permainan yang menyuguhkan tantangan mesin melawan manusia. Pada tahun 2011, superkomputer IBM Watson mengarahkan kontestan pada acara kuis Tv Jeopardy. Banyak ilmuwan sudah memperkirakan bahwa manusia tidak pernah bisa mengalahkan komputer dalam kontes seperti catur atau kuis dengan jumlah jawaban terbatas. namun, Baduk memungkinkan untuk jumlah pergerakan astronomis dan dengan demikian muncul sebagai ranah berikutnya untuk dipertahankan manusia. oleh karena Baduk menuntun pemain ke dalam permainan intuisi manusia dan pola pikir tradisional timur, sejak lama dipercaya bahwa kecerdasan buatan tidak pernah bisa bermain lebih bagus daripada manusia dalam permainan ini. Bahkan, program komputer Baduk yang ada tidak bisa bersaing dengan pemain manusia yang terampil. Komputer dinilai lemah terutama dalam menilai status keseluruhan permainan, atau membaca niat lawan. Akan tetapi, hal tersebut menjadikan AlphaGo sebagai permainan baru ketika muncul di layar. Akhirnya, dalam sebuah pertandingan lima set antara grandmaster lee Se-dol dan AlphaGo pada Maret 2016, kemampuan

AlphaGo mengejutkan semua orang. Bermain jauh melampaui harapan para ahli. Komputer mengalahkan lee dengan telak empat pertandingan berbanding satu. Pemain Baduk profesional kebingungan dengan kecerdasannya, bergerak tanpa henti yang benar-benar berbeda dari apa yang akan diperbuat manusia. Apa yang tampaknya menjadi kesalahan aneh pada awalnya ternyata menjadi langkah strategis yang tak terduga yang dihasilkan dari sejumlah besar kejelian. Selama tiga pertandingan pertama, AlphaGo meraih supremasi, sedikit demi sedikit, tanpa berbuat kesalahan. Di sisi lain, psikologis lee terguncang dan membuat kesalahan berulang, dan akhirnya mengakui program kecerdasan buatan. namun di permainan keempat, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Setelah menderita tiga kekalahan berturut-turut, lee Se-dol berhasil menganalisis strategi AlphaGo dan memperoleh kemenangan lewat perjuangan keras, membuktikan bahwa AlphaGo tidak benar-benar tak terkalahkan. AlphaGo mengakumulasikan pengetahuan dan pemahaman baru dengan mengkaji ulang permainan Baduk sebelumnya. Pada intinya, Baduk menganalisis strategi kemenangan saat menghitung dan menyimpan semua probabilitas. Yang membuat perhitungan rumit menjadi mungkin adalah jaringan perangkat kerasnya yang luas. Semua catatan pergerakan Grandmaster Baduk dan semua kemungkinan variasi disimpan pada 1200 CPU Google dan fitur penyimpanan Cloud . AlphaGo memiliki keunggulan mutlak atas manusia dalam hal tersebut yang mana dapat segera mengakses semua catatan ini tanpa harus membaca dan menghitung lagi di setiap langkah. Kekuatan utamanya adalah kemampuannya untuk mengidentifikasi metode-metode baru yang menguntungkan melalui simulasi Monte Carlo, model komputerisasi matematika yang menilai berbagai hasil kemungkinan dan probabilitas hampir tak terbatas. Manusia dapat menghitung kemungkinan pergerakan Baduk di papan pada tingkat 30 kali dalam satu jam, tapi AlphaGo dapat melakukan hal yang sama lebih dari satu juta kali dalam satu jam. Akibatnya, dalam kontes dengan lee, komputer berhasil melakukan langkah baru dan manusia tidak pernah bisa memikir-

Setelah pertandingan, Lee menyatakan, “Sudah saatnya meninjau kembali teori baduk.� Pernyataan tersebut sangat akurat menyimpulkan hasil kontesnya dengan AlphaGo. Kelahiran sistem kecerdasan buatan ini merupakan titik tolak untuk mengaji ulang teori baduk yang ada.

28 KOREANA musim Panas 2016


kan dengan begitu cepat. Dan pergerakan yang tampaknya aneh, awalnya membingungkan penonton, ternyata merupakan manuver brilian. Setelah pertandingan, lee menyatakan, “Sudah saatnya meninjau kembali teori baduk.� Pernyataan tersebut sangat akurat menyimpulkan hasil kontesnya dengan AlphaGo. Kelahiran sistem kecerdasan buatan ini merupakan titik tolak untuk mengaji ulang teori baduk yang ada. namun sangat disayangkan, pertandingan Baduk dengan mesin hanyalah peristiwa manusia tunggal yang tak bisa saling bertukar emosi antara pemain, yang merupakan aspek integral dari permainan. Seperti yang dicatat lee, “Robot tidak akan pernah memahami keindahan permainan dengan cara yang sama seperti manusia�. Kekalahan lee oleh AlphaGo tidak berarti hilangnya martabat manusia dalam dunia Baduk. Selain itu, ada sedikit kemungkinan bahwa AlphaGo , program kecerdasan buatan Baduk, akan memasuki lingkungan manusia dan mulai mengambil kendali dalam waktu dekat. Sungguh sebuah imajinasi mengatakan bahwa duel antara lee Se-dol dan AlphaGo merupakan dominasi mesin pada manusia. Meskipun kenyataannya perhitungan manusia juga dapat dilakukan oleh mesin, masalah yang pada akhirnya menyangkut hubungan antar manusia, karena pengoperasian komputer manapun masih tergantung pada tangan manusia. Sesungguhnya yang terpenting bukanlah dikotomi yang jelas antara manusia dan kecerdasan buatan, namun koeksistensi mereka dengan cara yang tepat. Hanya teknologi yang dapat memahami manusia yang akan mampu bertahan, seperti yang terlihat dalam kegagalan Tv tiga dimensi (3D) baru-baru ini. Pada akhirnya, semua masalah penting tetap berada dalam domain manusia.

Siswa di Akademi Baduk lee Se-dol di Seongdong-gu, Seoul, menonton Tantangan Google DeepMind di Tv. lee mendirikan akademi pada tahun 2014 untuk menemukan dan melatih pemain muda berbakat.

SENI & BUDAYA KOREA 29


WAWAncArA

SUtrADArA Lee Joon-ik PASSion tentAnG SeJArAH DitUAnGkAnnYA meLALUi FiLm Sutradara Lee Joon-ik menikmati sukses besar, dari hit-nya yang berhasil memecah catatan sebagai film terlaris “king and the clown” (2005) sampai karya terbarunya “the throne” (2015). namun, passion-nya dalam pembuatan film jauh lebih besar dari keuntungan film itu. Sepanjang karirnya, ia berpikir keras tentang film yang dibuatnya, sehingga bisa berkontribusi dalam wacana budaya masyarakat korea. 30 KOREANA musim Panas 2016

Darcy Paquet Kritikus Film


P

ada awal tahun 2016, film lee Joon-ik “Dong-ju: Potret Seorang Penyair” mendulang sukses. Dengan biaya 500 juta won ($440.000), film biografi tentang salah satu penyair Korea, Yun Dong-ju (1917~1945), ini sangat dinikmati oleh kritikus dan penonton. Film ini dibuat dalam versi hitam putih dan menyuguhkan lahirnya Yun dari zaman kegelapan sejarah Korea. Bagai pisau bermata dua, film ini ibarat menyoroti kematian tragisnya setelah ditangkap di Jepang sebagai “tersangka” menjelang akhir era kolonial, dan sekaligus merayakan puisinya yang sedih tapi sangat indah, yang tersebar di sepanjang film. Berkat cerita dari mulut ke mulut, “Dong-ju ” bertahan di bioskop dalam waktu yang luar biasa untuk film dengan biaya rendah, produksi indipenden dan terjual lebih dari 1,1 juta tiket. Film ini juga diterima secara internasional, dengan ditayangkannya pada musim semi ini di Amerika dan di new York Asian Film Festival. Penayangan teatrikal di Jepang, di mana penyair ini punya banyak sekali pengagum, dijadwalkan pada musim gugur ini. Kami bertemu dengan sutradara lee Joon-ik di kantornya di Chungmu-ro, sebuah distrik di Seoul yang dalam beberapa dekade lalu berperan sebagai pusat industri film Korea.

Sutradara lee Joon-ik telah membuat 11 film sejak debutnya pada tahun 1993. Poster menghiasi dinding di belakang mejanya di kantornya di Chungmu-ro, memperlihatkan secara padat pengetahuan karirnya. Dari kiri adalah poster untuk “Singgasana” (2015), “Dong-ju: Potret Seorang Penyair” (2016), “Raja dan Badur” (2005), “Bintang Radio” (2006), dan “Harapan” (2013).

Fiksi Sejarah dengan teknik Hollywood Darcy Paquet Dari filmografi Anda, tampaknya Anda punya minat kuat dalam sejarah. Apa yang membuat Anda tertarik pada film dengan latar masa lalu? Lee Joon-ik Saya tumbuh dengan menonton banyak film Hollywood dan film klasik Jepang. Kita bisa belajar mengenai sejarah Eropa baik melalui film Eropa maupun film Hollywood. namun, selama bekerja dalam bisnis film impor saya menyadari bahwa orang-orang dari negara lain hanya tahu sedikit sekali tentang Korea. Mereka tahu Jepang dan Cina dan sejarah keduanya, tapi tidak pernah melihat satu pun produk budaya yang bisa menggiring minat mereka ke Korea. Jadi, satu hal yang menginspirasi saya membuat film adalah mengisi kesenjangan itu, dan menggali hal-hal yang membuat Korea berbeda dari Cina dan Jepang. Inilah alasannya hingga akhirnya saya membuat “Suatu Ketika di Medan Perang” (Hwangsanbeol) pada tahun 2003. orang-orang familiar dengan Perang Salib di Eropa, tapi sebenarnya perang yang berlangsung pada abad ketujuh yang diceritakan dalam film ini antara kerajaan Silla, Baekje dan Goguryeo sama besarnya. Selama 30 tahun, lebih dari 130.000 prajurit berlayar dari Cina untuk ambil bagian di dalam perang ini. Seandainya saya membuat film itu sekarang mungkin saya bisa membuatnya dalam skala yang lebih besar, tapi pada saat itu kami memutuskan mempergunakan komedi untuk menarik penonton, dan terbukti berhasil. Sisi humor dan isi film itu sangat lokal, dengan dialek dan lain-lainnya, dan setelah itu saya memutuskan menggali sesuatu yang lebih universal, dan berhasil membuat “Raja dan Badut.” Film ini memang diadaptasi dari sebuah pertunjukan panggung, tapi saya menghabiskan banyak waktu meneliti konsep badut ini. Selain Pierrot dalam commedia dell’arte (teater komedi dengan memakai topeng), badut juga ada dalam karya Shakespeare atau dalam film Tarkovsky “Andrei Rublev.” Saya mencari perbedaan badut di Eropa dan pada masa Dinasti Joseon. Menurut saya, badut lebih dari sekadar sarana untuk mengekspresikan pikiran penulis. Badut dalam budaya Joseon merepresentasikan keadaan massa pada saat itu. Mereka bisa menyampaikan pandangannya, dan hubungan mereka dengan tokoh kuat seperti raja lebih tegang. Saya membuat film ini dengan konsep itu, dan film ini sukses bukan hanya di Korea, tapi juga berhasil menggaet penonton internasional. DP Saya setuju dengan Anda bahwa budaya Korean punya ciri khasnya sendiri yang sangat berbeda dari budaya Jepang atau Cina, tapi menurut Anda dari mana keunikan itu berasal? LJ Sepanjang sejarahnya, Korea menerima beragam pengaruh dari negara tetangganya. Hingga awal abad ke-19, Cina memberikan banyak pengaruh. Kemudian, sekitar tahun 1900 Jepang mulai mewarnai negara ini. Setelah merdeka dari kolonial Jepang dan Perang Korea usai, negara ini menerima pengaruh Amerika yang jauh lebih kuat. Pengaruh budaya dari ketiga negara besar ini bercampur. Di samping itu, pencipta seni cenderung menarik energi dari SENI & BUDAYA KOREA 31


1

emosi yang kuat. Kerasnya sejarah hidup mereka ini menjadikan orang Korea punya emosi kuat karena penderitaan, luka, dan amarah dalam diri mereka. Film Amerika, Jepang dan Cina sering mengangkat cerita dari sastra dan novel, tapi dalam budaya Korea tidak banyak cerita fiksi yang bisa diadaptasi. oleh karena itu, pembuat film Korea didorong mengembangkan cerita yang baru. Sering kali mereka melakukannya dengan mengolah emosi dari masa lalu dengan teknik pembuatan film Hollywood untuk menghasilkan cerita baru.

Film Hitam Putih Berbiaya rendah DP Bagaimana awal pembuatan film “Dong-ju: Potret Seorang Penyair”? LJ Sebenarnya, pada akhir tahun 1990an saya membuat film “Anarkis ” yang berlatar Shanghai selama zaman kolonial. Skenarionya ditulis oleh Park Chan-wook. Kami melakukan riset dan mempersiapkan segala sesuatunya, dan saya berpikir keras bagaimana merekonstruksi periode ini di layar lebar. Film ini tidak sukses dan kemudian saya mengerjakan proyek lain. Pada tahun 2011, saya diundang ke festival film di Kyoto yang khusus mengangkat film sejarah. Saya menampilkan film “Pahlawan Medan Perang ” (Pyeongyangseong ) dan “Pisau Darah ” (Gureumeul boseonan dal cheoreom ), dan ketika berada di sana saya mengunjungi Doshisha University, kampus terakhir tempat Yun Dongju menuntut ilmu. Kami mengunjungi monumen puisi yang dibuat untuknya, dan berjalan menyusuri jembatan yang ada dalam puisi Jeong Ji-yong “Apcheon” (Kamogawa). Beberapa tahun kemudian, dalam perjalanan pulang dari lokakarya bersama sutradara Guild di Jecheon, saya duduk bersebelahan dengan sutradara Shin Yeon-shick di kereta. Ia pembuat film berbiaya rendah, sedangkan saya hanya membuat film komersil. Saya mengatakan kepadanya mengenai gagasan membuat film mengenai Yun Dong-ju, tapi tentu tidak mungkin menjadikannya sebagai film komersil. Perlu biaya besar untuk mengangkat kembali periode sejarah dan investor tidak akan bersedia membiayai jika film ini tidak menutup anggaran yang dikeluarkan. Saya 32 KOREANA musim Panas 2016

bertanya apakah ia bisa menulis sebuah skrip untuk film dengan biaya rendah. Ia menyambut baik, lalu saya memintanya menulis dengan anggaran 250 juta won ($220.000), dan mengusulkan pusat cerita pada hubungan Yun dengan saudara sepupunya Song Mong-gyu. Itulah semua ini berawal. DP Bagaimana Anda memperkenalkan penyair Yun Dong-ju kepada masyarakat dari negara lain yang tidak familiar dengannya? LJ Karyanya sudah diterjemahkan dan diterbitkan dalam beberapa bahasa, tapi ia 1 Sebuah adegan dalam tidak terkenal secara internasional, sehing“Dong-ju”. Direktur ga hanya sedikit yang membaca karyalee Joon-ik memilih nya. Secara umum, sangat sedikit penyair warna hitam-putih dalam karyanya untuk Korea yang dikenal di manca negara, kecumenggambarkan ali Ko Un. Puisi Yun Dong-ju sangat penYun Dong-ju sebagai ting, tapi kehidupan dan kematiannya juga pribadi yang sederhana dan jujur, sesuai tidak kalah penting diingat. dengan keadaan nyata Kolonisasi Jepang di Korea tidak banyak penyairnya . diketahui oleh mereka di luar Asia. Tapi, 2 Sutradara lee Joon-ik (ketiga dari kiri) berkematian penyair Yun Dong-ju di penbincang dengan para jara Fukuoka setelah menjalani eksperiaktor selama syuting “Dong-ju: Potret men medis bukan hanya menjadi bagian Seorang Penyair”. dari sejarah Korea tapi juga sejarah dunia. Adalah Shiro Ishii, seorang dokter bedah umum yang membentuk Unit 731 Kwantung Army dan ia melakukan percobaan terhadap 200.000 orang di Manchuria. Ia juga bertanggungjawab atas eksperimen medis di penjara Fukuoka yang dilakukan pada 1.800 orang, termasuk Yun Dong-ju dan Song Mong-gyu. Shiro Ishii adalah penjahat perang, sama halnya dengan mereka yang bertanggungjawab atas eksperimen medis di zaman nazi, tapi ia hidup nyaman dan meninggal pada usia 90 tahun. Film ini bukan hanya cerita tentang penyair, tapi juga tentang sebuah kesadaran akan sejarah. DP Apa kesamaan kedua tokoh protagonis yang juga protagonis di kehidupan nyata, Yun Dong-ju dan Song Mong-gyu, dan apa perbedaan mereka? LJ Mereka lahir dan meninggal di tempat yang sama. Mereka sepupu, teman dekat, dan kompetitor. Puisi Yun Dong-ju tidak lahir dari duduk menyendiri di dalam ruangan dan menulis. Kita bisa merasakan dalam puisinya bagaimana orang-orang dekat mempengaruhinya secara psikologis dan emosional. Yang paling banyak berpengaruh adalah keadaan pada masa dia hidup. Tapi, setelah meninggalkan rumah dan memulai perjalanannya, Song Monggyu adalah orang yang paling dekat dengannya sekaligus paling mewarnai karyanya. Seorang penyair mengekspresikan luka zaman tertentu. Tapi


“Kolonisasi Jepang di Korea tidak banyak diketahui oleh mereka di luar Asia. Tapi, kematian penyair Yun Dong-ju di penjara Fukuoka setelah menjalani eksperimen medis bukan hanya menjadi bagian dari sejarah Korea, melainkan juga sejarah dunia.” luka itu juga direfleksikan dalam persahabatan mereka: dalam perasaan inferioritas, atau antagonisme, atau pemaknaan bahwa setiap orang adalah cermin dari orang lain.

melihat kembali modernitas DP Belakangan ini banyak sekali film Korea yang berlatar zaman kolonial. Dulu, sutradara tidak melirik periode ini, dan hanya sedikit film yang sukses. Menurut Anda, apa yang berubah? LJ Ya, dulu zaman kolonial sering kali dilewatkan oleh para pembuat film. Alasannya karena zaman itu adalah zaman penuh keputusasaan. Ketika penonton mengeluarkan uang pergi ke bioskop, mereka ingin mendapatkan kesenangan. Tapi, untuk film berlatar sejarah itu sangat sulit. Kisah tentang kegagalan sangat tidak disukai. Tapi, sekarang secara ekonomi Korea telah tumbuh sangat pesat, dan sekarang kita bisa lebih percaya diri menceritakan kisah kegagalan di masa lampau. Contohnya adalah film Choi Dong-hoon “Pembunuhan. ” Film ini berlatar masa-masa kelam dalam sejarah, tapi mengangkat keberhasilan juga, seperti ketika tokoh Jun Ji-hyun berhasil dalam misinya. Menurut saya itulah yang membuat film ini sukses, dan membuka jalan untuk kejayaan film Korea

selama tiga dekade berikutnya. DP Apa kegiatan Anda sekarang? Apakah Anda sedang mengerjakan sebuah proyek film? LJ Saya sedang mengembangkan dua atau tiga skenario. Saya Sudah memilih beberapa pemain, dan itu sangat menantang untuk saat ini. Saya paling suka membuat film yang mengangkat masalah modernitas Korea. Dalam kasus Amerika dan Jepang, pengenalan modernitas lumayan mudah dilakukan. Tapi, di Korea hal ini sangat kompleks. Masyarakat dunia hanya tahu bahwa Jepang menjajah Korea dan memperkenalkan modernitas. narasi ini tidak sepenuhnya benar. Secara pribadi, saya berpendapat bahwa modernitas terjadi pada akhir periode Joseon yang bersentuhan dengan ajaran Katolik. Ini bisa dilihat dari gerakan yang disebut “Seohak” (secara harfiah berarti “Pelajaran tentang Barat”) untuk memperkanalkan pola pikir dan ilmu pengetahuan Barat kepada masyarakat Korea. Gerakan ini diimbangi dengan “Donghak” (“Pelajaran tentang Timur”), dan dalam banyak hal konflik antara kedua gerakan ini mengakibatkan kolonisasi Jepang atas Korea.

2

SENI & BUDAYA KOREA 33


tinJAUAn Seni

BYUN WOL-RYONG, PELUKIS KOREA-RUSIA MERAIH TEMPAT DALAM SEJARAH LUKISAN KOREA MODERN mok Soo-hyun Ahli Sejarah Seni

Byun Wol-ryong (nama rusianya Pen Varlen, 1916-1990) yang lahir di Primorsky krai dan mengajar di Akademi Seni Lukis, Patung, Dan Arsitektur ilya repin Leningrad selama 35 tahun merupakan pelukis yang tidak dikenali dalam masyarakat korea dalam kurun waktu lama. Dia adalah generasi pertama dari imigran korea. museum nasional Seni modern dan kontemporer (mmcA) berencana untuk mengadakan pameran seri “mitos Seratus tahun: Pameran karya-karya Besar dalam Sejarah Lukisan korea modern� dalam rangka merayakan HUt ke-100 tiga pelukis korea.

1 34 KOREANA musim Panas 2016


SENI & BUDAYA KOREA 35 2

©national Museum of Modern and Contemporary Art

1 “Kebebasan” (1959). Cat minyak di atas kanvas, 200 x 365 cm. lukisan menggambarkan bagaimana kekuatan angkatan udara Soviet pada tahun 1945 membebaskan secara heroik tahanan Korea Utara yang terlihat lemah dari tahanan kamp konsentrasi di Chongjin. 2 “Potret Penari Choi Seunghee” (1954). Cat minyak di atas kanvas, 118 x 84 cm. Potret ini menggambarkan penari bukan dalam citra mewah Barat yang dikenal masyarakat tetapi sebuah gambaran ibu yang kuat dan baik hati yang mencerminkan nilai-nilai sosialis.


1

A

da sebuah potret diri pelukis. Bagian atas tubuhnya yang terlihat kasar digambarkan dengan sapuan kuas yang sarat dengan rasa yakin tanpa mempedulikan apa pun. lukisan tersebut digambarkan dengan sudut pandangnya dari bawah ke atas. Maka orang merasa seolah-olah menengadah subjek dalam lukisan itu meskipun sebenarnya dia menatapnya. Maka dapat dikatakan bahwa potret tersebut menunjukkan rasa percaya diri dan rasa bangga pelukis. Akan tetapi, lukisan tersebut belum diselesaikan. Tanda tangannya pun tidak ada. Sepertinya hal-hal itu mengimplikasi kedudukannya sebagai pelukis dalam sejarah seni lukis kontemporer Korea.

tanah Air yang terukir dalam Hati Seorang Pelukis Jalan yang menuju Deoksugung, salah satu cabang dari Museum nasional Seni Modern dan Kontemporer, tempat pameran restrospektif Byun Wol-ryong penuh dengan bunga-bunga musim semi. Di tepi jalan dari pintu gerbang Deoksugung hingga ruang pameran dipasang banyak banner yang tertulis dengan huruf Rusia yaitu Пен Варлен. Kata itu adalah nama Byun Wol-ryong dalam bahasa Rusia. Meskipun dia dipanggil dengan nama Pen varlen di Rusia, dia adalah orang Korea-Rusia yang hidup dengan nama Byun Wol-ryong sepanjang kehidupannya. Byun lahir di Shkotovsky, Primorsky Krai yang terletak di bagian tenggara Siberia Rusia pada tahun 1916. orang tuanya tinggal di sana setelah menyeberangi sungai Duman untuk melepaskan diri 36 KOREANA musim Panas 2016

dari kelaparan dan kemiskinan. Sejak kecil, dia memperlihatkan bakatnya dalam menggambar sehingga orang tuanya menyekolahkannya ke sekolah seni yang ada di Sverdlovsk (sekarang Yekaterinburg) yang terletak di dekat pegunugan Ural setelah dia tamat dari SMA di Shinhanchon (atau Koreatown), vladivostok. Semasa dia bersekolah di sana, orang tuanya terpaksa berpindah ke Asia Tengah karena kebijakan deportasi dari pemerintahan Stalin. Setelah dia tamat pada tahun 1940, dia masuk ke Institut Seni lukis, Patung, dan Arsitektur leningrad, sebuah institut yang terkemuka di Rusia pada masa itu. Byun yang berbakat tinggi belajar keras kemudian mendapat penilaian tinggi dari para profesor dengan tugas kelulusannya “Para nelayan Korea” (1947). Dia melanjutkan studi di program pascasarjana dan meraih gelar doktor pada tahun 1951 kemudian menjadi profesor madya di departemen seni lukis di institut tersebut. Institut itu sekarang telah berganti nama menjadi Institut Seni Repin dengan menggunakan nama seorang pelukis realisme yaitu Ilya Repin. Pada Juni 1953 dia pergi ke Korea Utara karena ditugasi oleh Kementerian Kebudayaan Soviet. Sebenarnya Korea Utara meminta ke Soviet agar dia dikirimkan ke sana dengan bertujuan untuk mengembangkan dunia lukisan Korea Utara pasca-perang Korea. Byun dilantik sebagai dekan sekaligus penasihat di Universitas Kesenian Pyongyang. Selama 15 bulan dia bekerja di sana, dia membuat kurikulum, mengajar staf pengajar, serta menginisiasikan pameran untuk merayakan ke-9 tahun kemerdekaan Korea


dari penjajahan Jepang. namun dia terlalu banyak bekerja dan akhirnya jatuh sakit. Maka dia memutuskan untuk kembali sementara ke Soviet untuk menyembuhkan badannya sekaligus melengkapi alat menggambar. Akan tetapi, pada akhirnya dia tidak dapat kembali ke Korea Utara lagi. Korea Utara menolak permohonannya untuk mendapat kewarganegaraan Korea Utara. Bahkan, temannya, Jeong Sang-jin, wakil menteri Kebudayaan dan Propaganda yang pernah mengatur hal yang berkaitan dengan masuknya Byun ke Korea Utara telah dibunuh dalam proses ‘pembersihan’ setelah perebutan kekuasaan yang terjadi pada masa itu. Demikian juga halnya dengan temannya, lee Sang-jo, duta besar Korea Utara di Soviet. Keadaan yang seperti itu membuat permohonannya untuk masuk ke Korea Utara lagi ditolak. Meskipun dia bekerja keras untuk membuat fondasi dalam dunia lukisan Korea Utara dan sangat dipandang oleh sejumlah seniman di sana, dia tidak dapat menginjak kakinya lagi di tanah airnya sepanjang kehidupannya. Bahkan jejaknya dalam sejarah lukisan Korea Utara dihapuskan seakan-akan keadaannya sama sekali tidak ada.

dan Pemandangan Diaspora. Sebagai pameran yang memperkenalkan Byun Wol-ryong kepada masyarakat Korea untuk kali pertama, pameran ini mengutamakan jejak kehidupannya yang sebenarnya. Pemandu lukisan juga lebih memfokuskan pada penjelasan mengenai kehidupan Byun daripada penjelasan mengenai lukisanlukisan Byun. Cara menggambar dalam lukisan-lukisannya bersifat realistis. Dalam sebagian besar dari lukisan-lukisan minyaknya terdapat goresan yang sangat halus dan sapuan kuas yang kuat emosinya . Di samping itu, empat buah poster yang menggambarkan saat dia muda yang dipersiapkan oleh penerbit dan lukisanlukisan yang digambarkannya sebagai persiapan untuk menggambar memperkaya pemahaman orang terhadap kepelukisannya. Di antara lukisan-lukisannya, yang menarik banyak perhatian orang adalah lukisannya mengenai orang-orang. Dalam “Potret Choi Seung-hee” (1954), digambarkan penari sekaligus teoritikus tarian Korea pertama yang mengenakan hanbok (pakaian tradisional Korea) dengan kipas merah. Choi Seung-hee adalah penari yang terkenal di seluruh dunia tetapi dia menghabiskan kehidupan akhirnya dengan nasib buruk karena meninggal dalam ‘pembersihan’ yang terjadi di Korea Utara. Potret-potret lainnya adalah empat ruang, empat tema “Potret Han Seol-ya (1953)” dan “Potret Dr. Won Hong-gu, Seorang Dalam pameran ini kurang-lebih 200 karyanya, termasuk oils, Ilmuwan Yang Mempelajari Unggas (1954).” Han Seol-ya (1900etchings, lithographs , dan drawings dibagi sesuai dengan empat 1976) adalah seorang penulis yang membuat landasan sastra juche tema : Panorama leningrad, Potret Jiwa, Perjalanan ke Pyongyang, (kepercayaan diri) di Korea Utara sedangkan Won Hong-gu adalah ayah Dr. Won Byung-oh yang juga seorang ilmuwan Korea Selatan yang mempelajari unggas. Dia pernah menyampaikan pesan bahwa dia masih hidup kepada ayahnya yang tinggal di Korea Utara dengan cara mengikat label di kaki burung lalu menerbangkannya ke arah Korea Utara. Pada lukisan-lukisan tersebut terpotret sejumlah momen dan sosok yang mulia, yang membangkitkan kebudayaan Korea Utara pada tahun 1950an. Dalam kaitannya dengan hal itu dapat dapat dikesampingkan Potret Boris Pasternak yang menggambarkan Boris Pasternak, seorang penulis Rusia pada tahun 1947 Sebenarnya saat ini bukanlah kali pertama lukisan-lukisan Byun dipertunjukkan di pameran di Korea. Dalam seksi “Kemerdekaan dan Pembagian” dari Satu 2 Abad Seni Korea yang diadakan di MMCA pada tahun 2005 untuk merayakan ke-60 1 “Menanam Padi di Korea” (1955). Cat minyak di atas kanvas, 116,2 x 201,5 cm. tahun kemerdekaan Korea, beberapa 2 “Pemulangan Tahanan Perang Korea Utara di Panmunjom” (1953). Cat minyak di atas kanvas, 51 x 71 cm. Ini lukisannya dipertunjukkan di sebuah sudut adalah adegan di Panmunjom pada awal Agustus 1953, saat pertukaran tahanan terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Byun Wol-ryong ada di sana, lukisan pertukaran tawanan ini telah menjadi masalah terbesar dari dalam ruang pameran. Pada waktu itu perjanjian gencatan senjata. Ini melukiskan dengan tegas bahwa tahanan perang Korea Utara menolak untuk saya, sebagai seorang yang mempelajari kembali ke rumah dengan mengenakan pakaian yang disediakan oleh tentara AS. SENI & BUDAYA KOREA 37


©national Museum of Modern and Contemporary Art

1

Kampung halaman Byun Wol-ryong adalah Primorsky Krai, tetapi dia tidak dapat menginjak kakinya kembali di tanah airnya meskipun dia bekerja keras dengan mencurahkan semangat untuk tahah airnya. Perasaannya terhadap tanah airnya tersembunyi di dalam tanda tangan dan judul dengan huruf Korea kecil di pojok lukisannya. Untuk siapakah hatinya ditujukan? Apakah dia berharap bahwa suatu hari nanti lukisannya akan diakui baik di Korea Selatan dan Korea Utara?

sejarah lukisan Korea modern diberi kesempatan untuk melihat lukisan-lukisannya untuk kali pertama. lukisan-lukisan yang saya lihat pada waktu itu juga dipertunjukkan dalam pameran ini, yaitu potret Kim Yong-joon, seorang pelukis (1904-1967), potret Ri Kiyong, seorang pelopor sastra KAPF (Korea Artista Proleta Federation) (1895-1984), “Gunung Geumgang,” dan “Puncak Moran.” Dia tidak hanya menggambarkan sosok orang yang terkenal. Dia juga menggambarkan seorang gadis yang mengenakan kebaya merah dengan malu tersenyum dan seorang siswa Korea yang mengenakan kemeja putih seakan-akan menunjukkan harapan untuk masa depan. Dalam lukisan-lukisan yang menggambarkan buruh sebagai pahlawan misalnya, “Popret A.S. Hanshura, Seorang nelayan dan Pahlawan Buruh Sosialis” dia tidak menggambarkan apa adanya secara nyata tetapi menggambarkan apa yang semestinya, yaitu sebuah streotipe dari realisme-sosial. Dalam lukisan yang menggambarkan keluarganya yaitu nyonya Cerbizova, anak sulungnya yang bernama Alexandre, anak laki-laki keduanya yang bernama Sergey, dan anak perempuannya yang bernama olga terdapat pandangannya yang sangat hangat. “Potret Ibu” membuat para penonton berhenti sejenak tanpa tersadar di depannya. Ibunya meninggal dunia ketika dia masih kecil tetapi dia baru memutuskan untuk menggambarkan sosok ibunya pada tahun 1985, lima tahun sebelum dia meninggal. lukisan itu dipasang di tengah sebuah dinding dalam studionya yang sedang dipakai anak lakilakinya dan dibawa khususnya untuk dipajang dalam pameran ini. Dalam seksi “Perjalanan ke Pyongyang,” dipertunjukkan 38 KOREANA musim Panas 2016

lukisan-lukisannya tentang jembatan Seonjuk di Kaesong, Daedongmun dan Moranbong di Pyongyang, serta orang-orang yang sedang mencuci pakaian di tepi sungai Daedong. Terdapat juga lukisan tentang pohon cemara. Beberapa dari lukisan-lukisan tersebut digambarkannya semasa dia tinggal di Korea Utara dan beberapa lagi digambarkannya berdasarkan sketsa-sketsa yang dibuat Korea Utara setelah dia kembali ke Soviet. Maka, sangat mengagumkan jika menimbang bahwa dia menggambarkan sebanyak lukisan dalam kurun waktu pendek mesikpun dia sibuk menjalani segala tugas di Korea Utara. Dalam seksi “Pemandangan Diaspora” terdapat lukisanlukisannya tentang beberapa tempat Eropa yang pernah dikunjunginya setelah tahun 1960-an, leningrad (sekarang Saint Petersburg), dan Primorsky Krai yang dikunjunginya setiap tahun. lukisan-lukisan itu seolah-olah memperlihatkan kehidupan akhirnya yang relatif damai, sebagai profesor di sebuah universitas seni yang terkemuka, yang menikmati hak istimewa untuk dapat berjalan-jalan ke luar negeri dengan bebas. namun lukisanlukisan seperti “Hujan (Pohon Willow) (1971)” dan “Pantai di vladivostok (1972)” memperlihatkan angin kencang dan gerakan pohon yang kena angin seakan-akan dia ingin menyingkapkan teriak dan pertarungan jiwa yang tidak dapat diungkapkannya ke luar. Kampung halaman Byun Wol-ryong adalah Primorsky Krai, tetapi dia tidak dapat menginjak kakinya kembali di tanah airnya meskipun dia bekerja keras dengan mencurahkan semangat untuk tahah airnya. Perasaannya terhadap tanah airnya tersembunyi di


dalam tanda tangan dan judul dengan huruf Korea kecil di pojok lukisannya. Terutama, dalam “Korea Utara Menyambut Hangat orang Korea dari Jepang (1960)” terdapat sebuah kalimat yang ditulis dengan huruf kecil, yang menyatakan, “Saya hanya dapat menggambarkannya saja di leningrad dengan pikiran tentang Cheongjin yang tidak dapat saya kunjungi.” Juga, dalam beberapa potret orang Rusia terdapat tulisan Korea. Untuk siapakah hatinya ditujukan? Apakah dia berharap bahwa suatu hari nanti lukisannya akan diakui baik di Korea Selatan dan Korea Utara? Ketika dia meninggal karena kena pitak otak, dia berwasiat, “Tolong tuliskan nama saya dalam bahasa Korea pada batu nisan saya” Pada batu nisan dalam kuburannya yang terletak di Severnoye Kladbishche (Makam Utara), Saint Petersburg tertulis nama “Byun Wol-ryong” dalam bahasa Korea.

mitos Seratus tahun – maestro-maestro Lain Yang akan menyusul Byun Wol-ryong dalam pameran ini adalah dua pelukis Korea yaitu lee Jungseop (1916-1956) dan Yoo Youngguk (1916-2002). lee Jung-seop terkenal luas dengan sepak terjang dalam kehidupannya yang pendek, kertas gambar unik yang dipakainya yaitu Eunji (berarti kertas-dalam di bungkusan rokok dalam bahasa Korea) dan juga bentuk yang terasa akrab di masyarakat Korea. Teman sekelasnya di <Tokyo Teikoku Art School>, Yoo Young-guk dianggap sebagai seorang pelopor yang merintis seni abstrak Korea. Pameran restrospektif kedua pelukis tersebut masing-masing akan diadakan dari 3 Juni 2016 sampai 3 oktober dan dari 21 oktober sampai 1 Maret 2017.

©national Museum of Modern and Contemporary Art

renungan Di belakang pameran retrospektif yang diadakan dengan sekala besar tersembunyi usaha Moon Young-dae, seorang pengamat lukisan yang menemukan, mempelajari lalu memperkenalkan karya-karya Byun kepada masyarakat Korea. Setelah Korea Selatan menjalin hubungan diplomatik secara resmi dengan Rusia pada tahun 1990, Moon Young-dae pergi belajar ke Rusia. Di sana dia merasa sangat tertarik saat dia melihat lukisan-lukisan Pen varlen. Dia bertanya kepada pembimbingnya tentang Pen varlen dan baru mengetahui bahwa dia seorang pelukis Goryeo (RussianKorean) yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Setelah itu dia berusaha keras untuk mencari keluarga Pen varlen dan pada akhirnya dia bertemu dengan anak laki-laki kedua yang bernama Sergey, anak perempuan yang bernama olga, dan istrinya, nyonya Cerbizova. Sejarah lukisan Korea modern baik Korea Selatan maupun Korea Utara belum menemukan mata rantai untuk saling bertautan setelah kemerdekaan. Ditinjau kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa pameran Byun ini dapat dianggap sebagai “batu loncatan”. namun juga ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan hati. Misalnya, tidak ditemukan masterpieces selain karya “Penanaman Padi di Korea Utara.” Karya besarnya seperti “Armada Pacifik di Pelabuhan Chongjin Port” yang dimiliki oleh Museum Angkatan Udara Saint Petersburg navy tidak dipertunjukkan di pameran ini 1 “Pantai di vladivostok” (1972). : pajangan lukisan tersebut diganti Ukiran pada logam, 36,7 x 90 sebagai pemasangan panel tiruan cm. Dicegah mengunjungi Korea Utara, Byun Wol-ryong yang kecil hanya untuk memperlijustru ke vladisvostok kota hatkan urutan waktu karya-karyankelahirannya hampir setiap ya pada acara awal dalam pameran. tahun. 2 “Potret Diri” (1963). Cat minyak Untuk memperoleh pemahdi atas kanvas, 75 x 60 cm. anan dan pengetahuan yang lebih Byun Wol-ryong melukis mendalam mengenai kegiatannya sejumlah potret orang lain, ini merupakan satu-satunya dalam dunia lukisan Rusia serta potret diri, meskipun belum pengaruhnya terhadap sejarah selesai.

lukisan Korea Utara sangat diperlukan usaha yang lebih aktif untuk menjejaki dan mencari karya-karya besarnya yang dimiliki lembaga-lembaga Rusia maupun sejumlah karya yang tidak ditemukan tetapi hanya berada sebagai foto saja. Selain itu, juga perlu dipertimbangkan bagaimana caranya untuk memasukkan karya-karyanya ke dalam sejarah lukisan Korea modern. Saya sendiri yakin bahwa pameran ini akan menjadi langkah pertama untuk arah positif saat saya melihat para penonton pameran ini menyambut hangat lukisan-lukisannya.

2

SENI & BUDAYA KOREA 39


ceritA tentAnG DUA koreA

memBAnGUn DASAr PenGetAHUAn UntUk ‘keAJAiBAn Di SUnGAi tAeDonG’

kim Hak-soon Jurnalis dan Profesor tamu di Jurusan Media dan Komunikasi Universitas Korea Ahn Hong-beom Fotografer

Para peneliti di institut Pengembangan korea Utara (nkDi) sedang mempersiapkan “hadiah” untuk kampung halaman yang mereka tinggalkan di Utara. mereka percaya bahwa mereka sedang membuka jalan untuk penyatuan bangsa melalui kegiatan penelitian mereka. mereka melihat karya mereka merupakan bangunan pengetahuan praktis sebagai dasar untuk pengembangan melalui pengumpulan dan penganalisisan data ekonomi mikro di wilayah korea Utara. 40 KOREANA musim Panas 2016


“P

enelitian pengembangan Korea Utara merupakan sebuah hadiah terbaik kepada tanah air yang kami tinggalkan. lembaga Pengembangan Korea Utara”. Tulisan ini menyambut pengunjung di lembaga Pengembangan Korea Utara, yang terletak di lantai paling atas Deokseong Building bertingkat empat, Chungmu-Ro, Jung-Gu, Seoul. Foto Cheonji, sebuah danau vulkanik di Gunung Baekdu menarik perhatian pengunjung sedatang ke kantor direktur Kim, Byong-wook. Peta google Musan-Gun, Hamgyongbuk-Do, kota tambang batubara yang berbatasan dengan Tiongkok terpampang di kantor studi sebelahnya. Musan ialah tanah air Jeon, Seung-chul, seorang pengungsi Korea Utara dan pengalamannya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan Korea Selatan dibuat menjadi sebuah film berjudul ‘Jurnal Musan’ yang menceritakan kesedihan dan kegembiraan pengungsi Korea Utara.

Para intelektual Pengungsi nKDI merupakan suatu kelompok penelitian yang didirikan oleh cendekiawan pengungsi Korea Utara untuk membantu pengembangan kota-kota kecil menengah di Korea Utara. Direktur Kim, Byong-wuk , seorang pengungsi Korea Utara pertama yang meraih gelar doktor di Korea Selatan, mendirikan nKDI kemudian secara resmi mendaftarkan lembaga tersebut sebagai korporasi bi bawah Kementerian Kebijakan dan Keuangan pada Desember tahun 2014. Berbeda dengan kelompok-kelompak pengungsi Korea Utara yang berada di bawah Kementerian Unifikasi, nKDI satu-satunya yang bernaung di dalam Kementerian Kebijakan dan Keuangan. Sebagaimana layaknya sebuah sumber pemikiran, nKDI membanggakan anggota yang berpendidikan tinggi di antara semua organisasi pengungsi. Pada akhir 2012, sejumlah 10 intelektual pengungsi bertemu di Hanawon, pusat pemukiman yang dikelola pemerintah, yang secara resmi disebut Pusat Pendukung Penetapan Korea Utara. Mereka sepakat untuk melakukan penelitian mengenai strategi pembangunan Korea Utara, kembali ke kampung halaman mereka setelah unifikasi nasional, dan bekerja untuk membuat kampung halaman mereka menjadi tempat yang baik sebagaimana rumah mereka saat tinggal di Korea Selatan. Tahun berikutnya, mereka mengorganisir sebuah klub akademik yang terdiri atas para pengungsi yang bergelar magister atau doktor. Impian mereka memiliki dasar yang kokoh. Dengan kapasitas intelektual mereka dan pelatihan akademis,

para pengungsi Korea Utara percaya bahwa mereka memiliki peluang, sumber daya dan energi yang dapat dimanfaatkan untuk membuat gudang pengetahuan sebagai landasan untuk membangun perekonomian dari kota asal mereka. Institut Pengembangan Korea Korea (KDI) berperan dalam pembangunan “Keajaiban di Sungai Han “di tahun 1960-an dan 70-an, mereka ingin mengembangkan nKDI sebagai sumber pemikiran yang bisa mengambil inisiatif dalam menciptakan “keajaiban di Sungai Taedong” di Utara. Dengan ambisi seperti itu, Kim Byung-wook menamai nKDI, meniru KDI. “Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa pengungsi sejauh ini hanya dipakai sebagai alat atau sumber daya kajian Korea Utara oleh para akademisi Korea Selatan. namun saat ini para pengungsi intelektual berinisiatif melakukan penelitian serupa di masa mendatang, “kata Kim, menjelaskan motivasinya. “Kami memiliki informasi yang paling akurat di Korea Utara. Kami akan menggunakan pikiran kita bersama untuk membuat nKDI menjadi sumber pemikiran terbaik mengenai kajian Korea Utara” Istri Kim, Kim Yong-hee, juga merupakan bagian dari staf penelitian nKDI. Dia adalah kepala Kajian Ekonomi Korea Utara, peneliti di divisi proyek Pengembangan Bank Antar-Korea. Keluarga Kims menyeberangi Sungai Tuman dengan dua anak mereka pada bulan Agustus 2002. Mereka terasing oleh struktur hirarkis masyarakat di Korea Utara di mana hanya kelas elit yang bisa maju. Kim merupakan lulusan dari Universitas Pyongyang Universitas Teknik Mesin, tetapi ia harus tinggal di nampo, Provinsi Pyongan Selatan dan Chongjin, Provinsi Hamgyong Utara setelah diusir keluar dari Pyongyang di awal 1990-an, hanya karena keluarganya tidak memiliki status elit dan kerabatnya tinggal di Cina. “Saya memutuskan untuk melarikan diri dari Utara karena takut akan masa depan anak-anak saya daripada karir saya sendiri,” kata Kim. Setelah menetap di Seoul, Kim dan istrinya meraih gelar master dari Pasca Sarjana Kajian Korea Utara di Universitas Kyungnam dan doktor dari Universitas Dongguk Jurusan Kajian Korea Utara secara bersama-sama. Mereka merupakan pasangan pengungsi pertama yang memperoleh gelar doktor pada Kajian Korea Utara di Korea Selatan.

Proyek 185 nKDI terdiri atas 20 orang peneliti, 5 orang doktor, 12 orang kandidat doktor, dan 3 orang kandidat magister. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah wanita mencapai 13 orang, jumlah ini lebih banyak daripada laki-laki. Sebagian besar peneliti berusia 40-an dan bekerja di berbagai bidang, seperti wakil kepala sekolah alternatif, guru sementara, karyawan, dan sebagaainya. Pada setiap minggu mereka berkumpul untuk mengecek dan mendiskusikan studi penelitian masing-masing. Bidang penelitian pun bermacam-macam meliputi ekonomi, militer, pendidikan, Proyek 185 merupakan program utama Institut sosial, politik, seni budaya, dan sebagainya. Kecuali 3 Pengembangan Korea orang karyawan tetap termasuk direktur Kim, ByongUtara. Gudang pemikiran wook, 1 orang Jepang yang membantu penelitiannya membangun informasi geografis mendasar pada sebagai Direktur Hubungan Eksternal. semua kota kecil dan nKDI secara tegas memfokuskan proyek pengemmenengah di Korea Utara bangan 185 daerah di Korea Utara. Di sana ada 38 melalui proyek ini, sebagai dasar untuk perencadaerah setingkat Distrik dan 147 daerah setingnaan pembangunan yang kat Kabupaten. Secara lebih teliti, 22 daerah di kota seimbang pasca-unifikasi wilayah Korea Utara. Pyongyang, 5 daerah di kota Sinuiju, 3 daerah di SENI & BUDAYA KOREA 41


1 Plakat pintu Institut Pengembangan Korea Utara di Korea Utara yang terletak di Chungmu-ro, pusat kota Seoul. 2 Para peneliti bersantai setelah diskusi panjang tentang bagaimana melaksanakan program penelitian berjudul "Keadaan Sekarang dan Masa Depan Pasar Terbuka di Korea Utara" yang ditugaskan kepada Institut Pengembangan Korea Utara oleh Komite Presiden untuk Persiapan Unifikasi tahun ini. Dr. Kim Byung-wook, direktur pertama dari gudang pemikiran ini, duduk di bagian paling kiri.

1

kawasan industri Kaesong, 19 daerah di Hamgyeongbuk-Do, 22 daerah di Hamgyoengnam-Do, 23 daerah di Pyeonganbuk-Do, 15 daerah di Pyeongannam-Do, 16 daerah di Gangwon-Do, 15 daerah di Hwanghaebuk-Do, 19 daerah di Hwanghaenam-Do, 15 daerah di Jagang-Do, dan 11 daerah di Yanggang-Do. nKDI berencana membuat 12 tim penelitian pengembangan daerah yang meneliti 185 daerah kecil menengah tersebut dalam tahun ini. “Untuk unifikasi, sangat perlu pengurangan kesenjangan daerah antar Korea. nKDI akan mengumpulkan data geografis dasar untuk pengembangan daerah kecil menengah Korea Utara. Tugas pertama Proyek 185 itu adalah pengumpulan data geografis dan spasial semua daerah kecil menengah di tingkat kabupaten. Data ini akan memiliki peranan penting untuk merencanakan pengembangan Korea Utara sebelum dan sesudah unifikasi. Misalnya, daerah tambang yang tidak dikembangkan lagi bisa menjadi objek wisata seperti daerah tambang Jeongsun, Gangwon-Do, Korea Selatan.” jelas direktur Kim sambil menunjukkan penelitian data dasar terhadap daerah setingkat kabupaten sebagai tugas utama. Karena penelitian daerah bisa dilakukan dengan semua data pada masa lampau, masa kini, dan masa depan. Dia menegaskan tujuan penelitiannya dengan mengatakan “Para peneliti kami tidak melakukan penelitian tentang kampung halaman mereka demi memuaskan rasa keingintahunan akademik saja. Penelitian kami menggali bukti yang kami tunjukkan kepada teman-teman setanah air yang menderita di sisi lain dari Zona Demiliterisasi bagaimana suasana kehidupan kita yang berkembang di Korea Selatan."

Hasil capaian dan rencana mendatang Pada tahun lalu, nKDI menyelenggarakan seminar 4 kali dengan Institut Kajian Timur Jauh Universitas Kyungnam dan Institut Penelitian Korea untuk Pemuki42 KOREANA musim Panas 2016

man Manusia untuk membuat konsep dasar terhadap masalah-masalah yang mendesak. Tema seminar adalah “Cara mengumpulkan data dasar yang diperlukan untuk pengembangan kota-kota kecil dan menengah di Korea Utara”, “Cara untuk membangun database yang dibutuhkan untuk pengembangan kota-kota kecil dan menengah di Korea Utara”, “Cara untuk mengembangkan kota-kota kecil dan menengah di Korea Utara”, dan “Bagaimana pembangunan infrastruktur untuk mata pencaharian di desa”. nKDI telah menerbitkan tujuh buku dalam seri berjudul “Penelitian untuk Masa Depan Kampung Halaman Kita” berdasarkan hasil penelitian mereka. Buku-buku itu adalah “Investasi di Hamhung, Pyongyang Kedua dan Kota Industri Kimia” oleh Wi Yong-gum, seorang mahasiswa doktor di Sekolah Pascasarjana Politik dan Kebijakan di Kyonggi University; “Investasi di Sunchon, Pyongan Selatan Provinsi sebagai Pusat logistik Semenanjung Korea” oleh Hong Song-won, seorang mahasiswa doktoral di Akademi Korea Utara; “Investasi di Chongjin, Pusat Industri Besi dan Baja di Asia Timur laut” oleh Kim Hyok, seorang kandidat doktor di Akademi Studi Korea; “Investasi di Wilayah Undok, Tanah Permata Hitam” oleh lee Hye-ran, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Sungkyunkwan; “Menciptakan Daya Tarik Wisata ke Gunung Paektu dan Pengembangan Hyesan “oleh om Hyon-suk, seorang peneliti yang telah menyelesaikan doktor di Universitas Kajian Korea Utara; “Pengembangan Wilayah Kyongsong, Pusat Wisata Air Panas” oleh Yun Sungbi, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Kyung Hee; dan “visi untuk Haeju Berdasarkan Potensi Pengembangan” oleh Kwak Myong-il, seorang peneliti yang telah menyelesaikan program doktor di Universitas Kajian Korea Utara. Pada tahun lalu, nKDI telah menyelesaikan permintaan instansi pemerintah atau organisasi swasta yaitu meneliti ‘Analisis Teknologi Konstruksi di Korea Utara’, ‘Strategi Pembangunan Infrastruktur untuk Kesejahteraan Rakyat di Daerah Musan Berdasarkan Informasi Spasial’, ‘Analisis Situasi Kini Korea Utara’, dan ‘Keamanan Wilayah Pendirian Pusat Penginjilan di Kota WonsanSi Berdasarkan Informasi Spasial’. Kegiatan tahun ini diisi dengan berbagai proyek dengan topik seperti “Keadaan Kini dan Masa Depan Pasar Terbuka di Korea Utara” yang ditugaskan oleh Komite Presiden untuk Persiapan Unifikasi; “Perubahan Gereja Katolik di Korea Utara Pasca Kemerdekaan”; dan ‘Penelitian tentang Pengamanan Daerah-Daerah Penginjilan di Korea Utara’. Selain itu berencana sendiri akan mengumpulkan data dasar mengenai Hyesan. Pada akhir tahun 2015, jumlah doktor dan magister pengungsi Korea Utara tercatat masing-masing 19 orang dan 60 orang. Direktur Kim berencana mem-


“Para peneliti kami tidak melakukan penelitian tentang kampung halaman mereka demi memuaskan rasa keingintahunan akademik saja. Penelitian kami menggali bukti yang kami tunjukkan kepada teman-teman setanah air yang menderita di sisi lain dari Zona Demiliterisasi bagaimana suasana kehidupan kita yang berkembang di Korea Selatan.”

bimbing mereka melakukan penelitian daerah Korea Utara secara spontan agar meningkatkan kepastian penelitian terkait dengan pembangunan infrastruktur Korea Utara. Dia juga bercita-cita membina program internasional untuk pengembangan Korea Utara, jika lembaganya menjadi semakin baik.

mengatasi Bias nKDI menghadapi beberapa hambatan tahun ini. Hambatan utama adalah sanksi Korea Selatan dan Internasional atas Korea Utara terkait uji coba nuklir keempat dan peluncuran misil jarak jauh. Pengaruh penghentian kerjasama antar Korea seperti penutupan kawasan industri Kaesong dan penundaan proyek Khasan-Rajin sangat besar. Korea Utara juga mengumumkan bahwa semua kesepakatan proyek pertukaran dan kerjasama ekonomi antar Korea tidak berlaku lagi. Setelah itu, hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara membeku. nKDI tidak akan kecewa walaupun pembekuan hubungan antar Korea mengakibatkan dampak buruk. Malah mereka membuat kendala ini menjadi sebuah peluang untuk memperkuat kemampuannya. ‘Makin tertutup hubungan antar Korea, makin besar nilai langka lembaga’, nKDI berencana membesarkan program penelitian sendiri untuk kegiatan jangka panjang. oleh sebab itu, nKDI mengadakan seminar internasional bertajuk ‘Tanyakan Korea Utara Setelah Sanksi PBB Terkait Pengembangan nuklir’ sebagai seminar berkala untuk triwulan pertama pada bulan Maret. Bias dan kesalahpahaman yang dilakukan oleh pejabat pemerintah Korea Selatan dan pemimpin opini juga merupakan rintangan besar yang harus diatasi. Di antara stereotip kesalahpahaman bahwa segala sesuatu di Korea Utara, termasuk infrastruktur perkotaan, harus diubah setelah unifikasi nasional; para peneliti pengungsi tidak memenuhi syarat lagi untuk penelitian yang efektif mengenai Korea Utara

karena mereka telah pergi lebih dari 10 tahun sejak mereka meninggalkan Korea Utara; dan nKDI merupakan duplikasi data yang sudah dikumpulkan dan disimpan oleh Badan Intelijen nasional. Selanjutnya, meskipun walaupun jelas-jelas fokus nKDI berbeda dengan Institut Penelitian Korea untuk Pemukiman Manusia, ada kecurigaan bahwa proyek-proyek penelitian nKDI tumpang tindih dengan KRIHS, sebuah gudang pemikiran yang didanai pemerintah yang berkonsentrasi pada kajiankebijakan ekonomi makro. Direktur Kim menyimpulkan nKDI belum bisa menerima dana penelitian dari Yayasan Penelitian nasional Korea sebesar 200 juta won karena aspek rumit itu. Dia berharap pemerintah mendukung ‘Proyek 185’ dalam jangka menengah-panjang. Dia masih kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan ‘basa-basi’ orang Korea. Ungkapan ‘Saya akan usahakan mencari hal yang bisa saya bantu.’, ‘Kapan-kapan kita bertemu lagi.’, ‘Kapan-kapan makan bersama, yuk.’, dan sebagainya masih mengherankan apakah penutur benar-benar ingin memberi bantuan karena orang Korea Utara biasanya berbicara secara langusng berbeda dengan orang Korea Selatan. Para peneliti ini tidak kehilangan semangat berkat bantuan berbagai golongan masyarakat walaupun nKDI mengalami kesulitan finansial. Yang, Bongjin, mantan presiden PT. Hyundai Energy and Resources meminjamkan kantor dengan gratis. Kantor Jung-Gu, Seoul membayarkan semua tagihan kebutuhan. Kim, Tae-sik, presiden CSIn Tech., menyumbangkan puluhan juta won sebagai dana penelitian.

2

SENI & BUDAYA KOREA 43


JAtUH cintA PADA koreA

IrInA Korgun ekonom rUSiA DAn PenikmAt LUkiSAn koreA kim Hyun-sook Penulis lepas; CEo, K-Movie love Ahn Hong-beom Fotografer

Profesor irina korgun, yang sudah tinggal di kota Seoul selama delapan tahun, sering naik kereta bawah tanah. Sebagai seorang peneliti ekonomi korea, ia menganggap kereta bawah tanah adalah tempat yang pas untuk mengamati kehidupan masyarakat korea yang sehat dan energik. Suatu hari ia berharap bisa bekerja dengan organisasi internasional sebagai pakar ekonomi korea. 44 KOREANA musim Panas 2016


P

rofesor Irina Korgun muncul di depan gedung utama Hankuk University of Foreign Studies tepat pada waktu yang kami sepakati. Karena posturnya yang mungil, ia hampir tidak terlihat di antara mahasiswa Korea dan dosen di sana. Ia memegang minuman vitamin di tangannya, pemberian mahasiswa di kelas sebelumnya. “Ia baru saja menyelesaikan wajib militer. Dosen di Rusia sangat otoriter, tapi saya melihat hubungan antara dosen-mahasiswa di universitas Korea jauh lebih hangat. Di Korea, selain menjadi dosen, mereka juga melayani bimbingan personal dan akademik,” katanya.

Penelitian Berorientasi masyarakat Korgun sudah bertugas sebagai peneliti di Pusat Studi Rusia di Hankuk University of Foreign Studies selama empat tahun sebelum ia ditunjuk sebagai asisten dosen tahun lalu di jurusan bahasa Rusia. Kini di semester keduanya, ia mengajar bahasa Rusia tingkat lanjut dan banyak memakai teks ekonomi. “Mahasiswa pascasarjana yang menulis disertasi terkait ekonomi Korea dan Rusia, dan mahasiswa yang ingin belajar di Rusia, meminta bantuan saya atau bertanya tentang sesuatu. lulusan jurusan bahasa Rusia menempati urutan tertinggi dalam hal penyerapan di dunia kerja,” lanjutnya, dengan wajah yang menunjukkan kepuasan. Kantornya dipenuhi ornamen dengan lukisan Chekhov, Tolstoy, Dostoevsky, dan Pushkin. Menurutnya, kecintaan masyarakat Korea akan sastra Rusia sangat dalam. Buku favoritnya adalah “The Brothers Karamazov.” “Masyarakat Korea bersentuhan dengan sastra Rusia karena kedua negara ini sama-sama mengalami han, sebuah penderitaan yang dalam. Sastra Amerika berakar dari optimisme, sementara sastra Rusia dan Korea berangkat dari kesedihan,” katanya. Kesamaan lainnya adalah kimchi. Setelah panen musim gugur, Rusia juga mengawetkan kol dalam bentuk acar, yang sering kali dipergunakan untuk memasak sup kol kental yang disebut shchi. Korgun mendalami ekonomi Korea, suatu hal yang tidak lazim bagi orang Rusia. Ia belajar ekonomi Asia Timur ketika ia mulai mengenal Korea, yang tumbuh pesat karena kebijakan ekspornya. Ia melanjutkan menulis disertasi doktornya di Saint Petersburg State University pada tahun 2010. “Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Korea adalah topik menarik dalam banyak hal. Banyak penelitian sudah dilakukan oleh

ekonom Korea, tapi menurut saya penelitian yang dilakukan peneliti asing juga penting. Pasti ada perbedaan antara pandangan internal dan eksternal,” katanya. Profesor Korgun saat ini meneliti peran bantuan asing dalam perkembangan ekonomi Korea dan perilaku dan respon masyarakat Korea sebagai penerima bantuan. Ia juga tertarik pada pengaruh Jepang dalam perkembangan ekonomi Korea. Jepang membangun jalur kereta api selama pendudukannya di Korea di awal paruh abad ke-20, dan ia mengkaji apa keuntungan dan kerugiannya bagi masyarakat Korea. Pada waktu wawancara, ia mengatakan bahwa ia sedang menambahkan sentuhan terakhir pada bagian Korea dalam buku mengenai investasi asing Rusia, dua hari sebelum tenggat waktu. Penerbit Inggris Routledge sudah menandatangani kontrak dengan lima pakar ekonomi dari masing-masing negara, dan buku itu dijadwalkan terbit bulan november tahun ini. Sebagai seorang ekonom, metode penelitian Profesor Korgun berdasarkan pada pengamatan sosiokultural. Ini berbeda dari paper peneliti Rusia lain yang didasarkan pada materi tertulis. Ia melihat ekonomi Korea melalui kacamata “tempat” dan “masyarakat” karena ia melakukan penelitiannya di Korea, dalam bahasa Korea, bersama para peneliti Korea. Korgun memilih naik kereta bawah tanah karena ingin mengamati masyarakat. Ia tertawa mengingat kebiasannya mengintip ketika penumpang di sebelahnya menulis pesan. Ia mendapatkan petunjuk dalam memahami Korea dari pesan yang mereka kirim kepada keluarganya, papan nama toko dan pusat kebudayaan di toko serba ada. Ia menulis di surat kabar harian Korea, dan pengamatan dan pengalamannya mengenai sentimen anti Jepang, perilaku anti-chaebol , pandangan China dan Amerika Serikat, kekuatan Gelombang Korea (Korean Wave ), dan kerjasama ekonomi Korea-Rusia berasal dari interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya. Ia selalu bisa mencairkan dan memulai percakapan. Ia juga menangani lomba debat bahasa Rusia yang diadakan oleh HUFS tahun lalu. “Saya tahu masyarakat Korea sangat tidak suka chaebol,” lanjutnya. “Tapi saya tertarik bagaimana mereka menjalankan bisnisnya. Ada sebuah galeri kecil di lotte Department Store di Myeongdong dan ada pameran yang sangat berkelas di sana, lukisan seniman Spanyol termasuk Picasso. Toko serba ada punya pusat budaya yang menawarkan konser dan kelas gratis atau murah. Tujuan utamanya adalah menarik lebih banyak pelanggan, tapi saya

Setelah menjabat sebagai profesor riset di Institut Kajian Rusia di Hankuk University of Foreign Studies sejak 2011, Irina Korgun tahun lalu diangkat sebagai asisten profesor di Departemen Bahasa Rusia di universitas yang sama.

SENI & BUDAYA KOREA 45


melihatnya sebagai usaha menghargai orang lain. Saya melihat lebih banyak pusat kegiatan masyarakat, perpustakaan, dan fasilitas kesejahteraan untuk orang tua dan orang cacat, dibandingkan dengan ketika saya datang pertama kali ke Korea.”

mengkaji masyarakat dan Budaya korea Profesor Korgun mencintai Seoul, khususnya pada akhir pekan. “Minum kopi di kafe di pusat kota Seoul di akhir pekan itu rasanya seperti di Moskow atau Paris. Saya bisa dengan mudah menikmati tari balet Rusia dan penampilan orkestra terkenal di kota ini. Ketika saya naik taksi, sopirnya memutar Rachmaninov atau Tchaikovsky. Bagaimana mungkin saya tidak jatuh cinta pada Seoul?” Saat itu malam natal di tahun 2003 ketika ia pertama kali menginjakkan kakinya di negara ini dan belajar bahasa Korea di lembaga Bahasa Korea di Yonsei University. Ia mengingat-ingat: “Saat itu hari sangat indah. Dunia bagaikan pohon natal yang menyala terang. Saya berjalan sekitar pusat kota berbaur dengan orang-orang dan membeli es krim Baskin Robbins. Itulah pertama kalinya saya mencoba es krim itu.” Sampai tahun 2007, ia kembali mengunjungi kota ini setiap liburan dan ikut kelas bahasa Korea. Pada tahun 2007, ia menerima hibah penelitian dari Korea Foundation dan tinggal di sini selama satu tahun sambil mempersiapkan disertasi doktoralnya. Pada saat menerima gelar, ia mendapatkan tawaran pekerjaan di Pusat Studi Rusia di Hankuk University of Foreign Studies sebagai peneliti di dua posisi — satu dari Amerika dan satu lagi dari Rusia. Pada tahun 2011, ia melamar dan diterima. “Bahasa Rusia memiliki struktur kalimat yang sangat berlawanan dengan bahasa Korea. Dalam bahasa Korea, kata kerjanya ada di posisi terakhir. Saya harus mengubah aturan linguistik di kepala saya dan mulai dari tata bahasa dasar. Ungkapan honorifiknya sangat rumit,” katanya. Kini ia sangat fasih, dan menambahkan, “Saya bisa belajar bahasa Korea lebih baik karena tidak ada orang Rusia yang bisa saya ajak bicara. Saya harus membiasakan bahasa yang dipakai oleh peneliti Korea.” ekonom yang Jatuh cinta pada Lukisan Korgun dibesarkan oleh orangtua yang berprofesi sebagai arsitek. Ia siswa cemerlang yang sangat mencintai seni, musik dan balet. Kini, bahasa Inggrisnya lebih baik dibanding bahasa Koreanya dan ia juga belajar bahasa Cina. Ia menganggap dirinya sebagai orang yang selalu bergerak: “Bagi saya, pergi ke suatu tempat itu sangat penting. Berjalan, bepergian, naik pesawat — begitulah saya.” Korgun sudah tinggal di Korea selama delapan tahun. Ia juga tinggal di Jepang selama empat bulan dan di Inggris selama tujuh bulan sebagai peneliti. Ia mengatakan “takdir nomaden” ini sudah

46 KOREANA musim Panas 2016

tertulis dalam saju-nya, atau “empat pilar takdir” yang digunakan dalam ramalan tradisional Korea. Ia pernah diramal setelah ia melamar sebagai peneliti di Paris dan london pada tahun 2013. Ia menemui peramal terkenal, yang mengatakan bahwa takdirnya adalah “hidup seperti air mengalir,” bergerak dari satu tempat ke tempat lain sepanjang hidupnya. Peeramal itu juga mengatakan bahwa bidang ekonomi sangat tepat untuknya. “Saya sangat setuju. Makin lama saya pelajari, makin menarik,” katanya. Bagi Korgun, salah satu kenikmatan tinggal di Korea adalah karena lukisannya. Ia menyukai corak tradisional seperti bangau dan bunga teratai. Mungkin karena pengaruh orangtuanya yang berprofesi sebagai arsitek, ia menyukai warna sejak masih sangat muda. Ia mengikuti kelas lukis tradisional Korea di Gangnam. Ia sudah melukis lima karya besar dan sudah mengadakan pameran. Salah satu lukisannya dibingkai dan dikirimkan kepada pembimbingnya di Saint Petersburg State University. Ia juga mengirimkan karya kepada ibu dan kakak perempuannya, dan memajang satu karya di rumahnya di Seoul. Saya bertemu Profesor Korgun pada tanggal 5 Maret, tiga hari sebelum World Women’s Day. World Women’s Day dirayakan berbeda antara negara kapitalis dengan sosialis. Masyarakat sosialis cenderung menganggap penting sesuatu yang tidak dianggap penting oleh masyarakat kapitalis. Pagi itu ia memperlihatkan ucapan selamat yang diterimanya dari Rusia, dan mengatakan, “Saya bahagia terlahir sebagai perempuan.” “Sejak Revolusi, hampir tidak ada perempuan Rusia yang berdiam di rumah sebagai ibu rumah tangga sepenuhnya. Sering kita lihat ada manajer di pabrik mesin. Ibu saya bekerja sepanjang usianya. Saya ingat ketika masih di TK saya harus menunggu ibu saya menjemput sepulang bekerja.” Menurutnya, perempuan Korea punya status sosial yang lebih rendah dibanding rekannya di Rusia. “Hampir semua participan di banyak konferensi akademik adalah laki-laki,” lanjutnya sambil tersenyum. Sebagai seorang pengamat kerjasama ekonomi Korea-Rusia yang mumpuni dengan cara pandang seorang peneliti, saya penasaran mengenai rencananya membangun pipa gas trans-Siberia yang terhubung ke Korea. Ia sangat skeptis: “volume perdagangan menurun karena mata uang Rusia yang lemah. Kerjasama energi Korea-Rusia telah kehilangan greget. Dari seluruh impor gas Korea, Rusia hanya menempati 4 persen. Dengan dalih “kemungkinannya kecil,” ia mengatakan bahwa suatu hari ia ingin bekerja sebagai pakar ekonomi Korea di sebuah organisasi internasional seperti Un, oECD, atau UnCTAD. Kemudian, sambil tertawa ia bertanya, “Banyak pakar ekonomi Korea berkebangsaan Korea. Apa anehnya merekrut ahli ekonomi Korea berkebangsaan Rusia?”


Dalam waktu luangnya Profesor Korgun mengambil kelas dalam lukisan rakyat tradisional Korea. Baru-baru ini dia berpameran dengan lima karyanya.

“Minum kopi di kafe di pusat kota Seoul di akhir pekan itu rasanya seperti di Moskow atau Paris. Saya bisa dengan mudah menikmati tari balet Rusia dan penampilan orkestra terkenal di kota ini. Ketika saya naik taksi, sopirnya memutar Rachmaninov atau Tchaikovsky. Bagaimana mungkin saya tidak jatuh cinta pada Seoul?�

SENI & BUDAYA KOREA 47


Di AtAS JALAn

Mokpo KehiDuPAN yANG MeNGiNSPirASi

Gwak Jae-gu Penyair Ahn Hong-beom Fotografer

Pernah difungsikan sebagai pusat pertahanan Jepang pada masa kolonial dulu, mokpo kini adalah kota pelabuhan yang mencatat luka dalam sejarah modern korea. tak heran bangsa korea punya perasaan khusus mengenai kota ini. Dari puncak Yudal, sebuah gunung indah dengan ketinggian 228m di atas permukaan laut, pusat kota ini memancarkan atmosfer klasik dengan laut berkilauan di kejauhan. . 48 KOREANA musim Panas 2016


SENI & BUDAYA KOREA 49


K

ereta malam menuju Mokpo. Di luar jendela, malam beranjak cepat. lampu-lampu desa yang basah karena hujan tampak bagai bunga kebiruan. Adakah kisah lain sesyahdu, seindah dan semistis lampu desa itu?

Di kereta malam Saya naik kereta malam pertama kali ketika berumur delapan tahun. Berkat perjalanan pendek itu saya jadi tahu bagaimana sebuah dunia yang hangat dan indah ditampakkan oleh lampulampu desa, dan kelak lampu-lampu inilah yang memberi saya kekuatan menjelajahi dunia dari satu tempat ke tempat lainnya. Ayah saya seorang pengelana. Hampir setiap musim ia berkunjung. Saya senang dengan kunjungannya ini, karena ia selalu memberi saya sesuatu. Pernah ia membawakan saya satu set krayon yang terdiri dari 18 warna, lain waktu buku bergambar, dan lain waktu lagi sekotak permen. Tapi hari-hari setiap kali ayah saya datang adalah hari-hari ayah dan ibu saya berselisih. Malam itu ibu dan ayah saya bertengkar hebat, dan saya meninggalkan rumah dengan berjalan kaki. Ketika saya sampai di sebuah desa tepat saat matahari terbenam, saya melihat cahaya dari rumah-rumah itu. Saya pandangi cahaya itu, dan saya merasakan kehangatan menjalari hati saya. Saat itulah seseorang bertanya kepada saya: Dari mana? Ternyata suara itu milik seorang laki-laki yang melintas dengan bersepeda. Malam itu saya tinggal di rumahnya. Rumah itu penuh buku bergambar. Saya tidak tahu berapa banyak buku yang saya baca malam itu. Esok paginya, saya melihat sekitar rumah. Rumah itu beratapkan genting dengan kebun bunga di halamannya. Di sepanjang dinding yang mengelilingi halaman tumbuh pohon strawberry. Ketika laki-laki itu menyiram bunga, tampak pelangi kecil dari kucuran airnya. Air mata mokpo Mokpo adalah kota pelabuhan di wilayah selatan semenanjung Korea dengan populasi sebanyak 240.000 jiwa. Ketika Korea membuka pelabuhannya di tahun 1897, Jepang menyadari pentingnya

pelabuhan itu. Mokpo terletak sangat strategis untuk menjangkau provinsi Jeolla, ‘lumbung’ Korea. Jadi, ketika Jepang menduduki Korea pada tahun 1910, Mokpo menjadi persimpangan penting dalam jalur kereta api dan jalur darat. Jalan nasional no. 1 1 terbentang dari selatan ke utara dari Mokpo ke Sinuiju, melewati Seoul, dan Jalan nasional no. 2 dari barat ke timur dari Mokpo ke Busan. Melalui dua jalan darat dan jalur kereta api ini, komoditi Korea diangkut ke Jepang. Mokpo berperan dalam perampasan yang dilakukan Jepang selama masa pendudukan (1910-1945). Penyair Kim Seon-wu melukiskan luka kota Mokpo. Tak kenal perihnya luka Walau puluhan jarum menghunjam jantungnya, Tak lagi mampu berdarah walau setetes lengannya melambai-menjangkau Pelabuhan Mokpo Terluka, hingga tak mampu lagi mencinta Meencinta sepenuh rasa, dan tercampakkan Kapal terakhir telah pergi menuju ke dalam diri. -kutipan lagu “Mokpo Harbor” “Terluka, hingga tak mampu lagi mencinta” adalah nasib Mokpo selama periode kolonial. lagu-lagu seperti ini lahir karena tragedi. Di Mokpo, lagu dan penyanyi sungguh meeakili jiwa kota itu. Penyanyi kelahiran Mokpo, lee nan-yeong (1916-1965), dikenal pada tahun 1935 dengan lagunya “Tears of Mokpo.” lagu ini membuka luka hati rakyat Korea pada saat mereka berusaha to mengobati kesedihan karena kehilangan tanah airnya. lewat lagu ini, yang dibawakan dengan suara menyayat diiringi denting akordion, kesedihan itu sangat terasa. Dalam lagu yang sangat menyentuh, yang dibawakan oleh penyanyi berusia 19 tahun itu, tampak kepahitan tiada akhir dan kisah abadi dengan melodi tradisional pansori.

2

50 KOREANA musim Panas 2016

1 lagu pertama lee nan-yeong yang berjudul “Air Mata Mokpo” sejak tahun 1935 menyentuh perasaan masyarakat Korea, yang menderita di bawah penjajahan Jepang. Berkat lagu ini, lee menjadi bintang yang dicintai oleh semua orang di seluruh negeri. Foto itu menunjukkan sampul Album Kompilasi 1971 “lee nan-yeong Golden Hits”. 2 Museum Sejarah Modern Mokpo bertempat di bekas cabang Mokpo dari Perusahaan Kolonisasi oriental. Jalan-jalan di daerah ini merupakan bukti sejarah bahwa Mokpo sebagai kota pelabuhan yang berfungsi sebagai kunci utama eksploitasi Jepang terhadap Korea selama masa-masa penjajahan. 3 Makam Penyanyi lee nan-yeong terletak di bawah pohon berbunga di Taman lee nan-yeong di Samhakdo .


3

SENI & BUDAYA KOREA 51


lagu tentang awak kapal pun berlalu Saat ombak Samhakdo datang Ujung lengan baju pengantin ternoda oleh air mata perpisahan dan derita di Mokpo. -dari “The Tears of Mokpo” “Mencinta sepenuh rasa, rela mati untuknya.” Perasaan seperti ini tidak dimiliki oleh mereka dari negara yang pernah hancur. Sungguh tujuan hidup yang tidak tergambarkan. Bagi seorang gadis di pinggir pelabuhan, perpisahan sangat menyakitkan dan menyesakkan. Tanpa tahu kapan bisa bertemu lagi. Mimpi tentang dunia baru seakan jauh di angan dan lengan baju pun basah karena air mata. Ketika orang-orang Mokpo bicara tentang lee nanyeong, nama penyanyi Perancis Edith Piaf (1915-1963) juga terangkat. Keduanya penyanyi kontemporer. Mereka tidak hanya melejit pada waktu yang hampir bersamaan, tapi juga dikenal sangat menginspirasi dan membawa kedamaian; Edith Piaf dengan lagu “la vie en Rose” dan “Hymne a l'amour,” dan lee nan-yeong dengan lagu “Tears of Mokpo” dan “Mokpo is a Harbor.” Di lereng Gunung Yudal terdapat monumen menghadap ke kota untuk mengenang lee.

malam musim Panas di Peace Plaza Semua pelabuhan terletak di ujung daratan dan bagi sebagian orang ini berarti awal untuk sebuah perjalanan. Di sinilah kota Mokpo, yang pernah menjadi saksi kepahitan dan eksploitasi. Kim Dae-jung (1924-2009). Tak ada orang Korea yang tidak kenal nama ini. Terlahir dari keluarga buruh tani di pulau Hauido, lepas pantai Mokpo, Kim adalah salah satu sosok yang paling ditekan secara politik abad lalu. Ia dipenjara enam kali, ditempatkan sebagai tahanan rumah limapuluhlima kali, dan dikirim ke pengasingan selama sepuluh tahun. Ketika militer memerintahkan eksekusi terhadapnya pada tahun 1980 tanpa memberikan pilihan penyelamatan jika ia berjanji bekerja sama, Kim menyatakan: “Saya juga takut mati, tapi jika saya berkompromi sekarang untuk menyelamatkan nyawa saya, saya akan mati selamanya dalam sejarah dan hati rakyat Korea. namun, jika saya memang harus mati sekarang, saya akan hidup

selamanya dalam sejarah dan dalam hati mereka.” Sebuah pernyataan penuh percaya diri, bahkan ketika kematian sudah di depan mata, tentu sangat terpatri dalam hati rakyat Korea. Pada tahun 1997, Kim Daejung terpilih sebagai presiden, dan pada tahun 2000 ia mendapatkan Hadiah nobel Perdamaian karena usahanya merekonsiliasi Korea Selatan dan Korea Utara. Kehidupan Kim Dae-jung dengan segala penderitaan dan pencapaiannya bisa dilihat di nobel Peace Prize Memorial yang dibangun di pulau Samhakdo, yang kini sudah direklamasi dan menjadi bagian dari dataran utama. Malam itu sangat segar di Peace Plaza di Hadang. Anak-anak naik mobil mainan, pemuda-pemudi sibuk berfoto, pedagang menjual arum manis warna-warni, orang-orang antre di depan gerobak penjual makanan ringan, ada penjual bunga, orang-orang yang berjalan santai atau duduk di pemecah gelombang di pinggir pantai sambil mengobrol, dan memancing sambil mendengarkan suara air. Sepertinya seluruh populasi Mokpo berada di tempat ini. Ada cahaya bertebaran dan musik mengalun merdu. Ternyata dari air mancur. Air memancar dan jatuh seiring irama musik. Ketika didera sepi, cobalah naik kereta malam dan turun di stasiun Mokpo lalu berbaur dengan kerumunan di Peace Plaza. Keramaian yang melebur dengan kehangatan pengunjung di sana pasti mampu mengobati jiwa yang sendiri. Ketika saya berjalan melewati tempat ramai itu, pikiran saya melayang ke masa ketika lee nanyeong dan Kim Dae-jung masih hidup. Mereka yang memimpikan saat-saat indah dan mengembara tanpa tujuan berada di plaza di sisi laut dengan suara ombak ini. Mereka sangat mengharapkan kedamaian bahkan ketika kematian berada di depan mata saya. Sangat putus asa, kehilangan arah, terluka namun berjuang untuk mimpinya. Di malam musim panas itu, di kota pelabuhan Mokpo, bintang-bintang menyelimuti langit.

Wisata Sejarah melintasi kota Budaya Gatbawi Kota Budaya Gatbawi memberi kenikmatan melancong dengan berjalan kaki kepada pengunjung yang pertama kali datang ke Mokpo. Museum, ruang penghormatan (memorial halls), dan galeri seni banyak terdapat di kompleks budaya dan seni ini.

Ketika didera sepi, cobalah naik kereta malam dan turun di stasiun Mokpo lalu berbaur dengan kerumunan di Peace Plaza. Keramaian yang melebur dengan kehangatan pengunjung di sana pasti mampu mengobati jiwa yang sendiri. 52 KOREANA musim Panas 2016


Festival Pelabuhan Mokpo telah diadakan setiap musim panas sejak 2006 di Plaza Perdamaian dan di sekitar Samhakdo.

Seoul

350km

Mokpo

universitas Katolik Mokpo Stasion Imsung-ri Balai Kota Mokpo universitas Mokpo

Jembatan Mokpo

gunung Yudal

gatbawi Memorial Hadiah nobel Kim Dae-jung

objek Wisata di mokpo

SENI & BUDAYA KOREA 53


namnong Memorial Hall pernah mengadakan pameran lukisan Korea dengan sangat baik di Southern School dari abad 19 sampai akhir pertengahan abad 20. namnong, nama pena seniman Heo Geon (1908-1987), adalah cucu laki-laki dan pewaris gaya lukis Heo Ryeon (1808-1893), sosok penting di Southern School yang dipuji oleh seniman kaligrafi terkenal Kim Jeong-hui sebaagai “seniman terbesar di timur Sungai Amonk [Yalu].” Museum itu menampilkan karya kakek namnong Heo Ryeon, ayahnya, Heo Hyeong, dan siswa-siswanya. namun, dari semua itu, lukisan favorit saya adalah karya kakak laki-laki namnong Heo Rim (1917-1942), yang meninggal di usia 25 tahun. Ada dua lukisannya di museum itu: “old Man Selling Hens ” (1940) dan “Mountain Top ” (1941), yang menggambarkan kehidupan rakyat biasa selama periode kolonial dan gunung-gunung dalam warna yang hangat dan garis yang lembut. Karya seorang seniman ditentukan oleh kedalaman pandangannya mengenai dunia. Menikmati dua karya ini saja membuat perjalanan ke Mokpo menjadi sesuatu yang luar biasa. Bagi saya, kedua karya ini adalah lukisan terbaik dari periode transisi dalam periodisasi lukisan Korea, yang dibuat dengan teknik Barat modern dan spirit lukisan sastra dari masa Joseon. Bagi mereka yang suka bertualang dan melancong, Museum Kelautan nasional sayang sekali dilewatkan. Di galeri kedua dipamerkan sisa-sisa bangkai kapal dagang dari Dinasti Yuan (disebut Sinan) yang karam pada tahun 1323 di laut Sinan, lepas pantai Mokpo. Juga dipamerkan barang-barang dari kapal ini, yang memperlihatkan kehidupan para pelaut pada masa itu. Di galeri ketiga yang letaknya bersebelahan dengan galeri kedua, bisa kita lihat perkembangan dalam bidang perkapalan di seluruh dunia. Menapaki jejak pelancong dari abad 15 itu luar biasa. Penjelajah China Zheng He, yang hidup pada masa Kaisar Yongle dari Dinasti Ming (1360-1424), memimpin ekspedisi keliling dunia dengan armada sebanyak 62 kapal. Pada tujuh ekspedisi antara tahun 1405 dan 1433, ia menjelajah ke banyak negara di Asia, Timur Tengah dan Afrika. Perjalanannya berlanjut bahkan ketika ia beranjak tua

hingga akhirnya meninggal di laut, sebuah kematian yang sangat sempurna bagi seorang penjelajah besar sepertinya. Kita punya garis hidup masing-masing di tangan kita. Mimpi seorang penjelajah untuk bertualang, menuju perairan tak bertuan, luas dan misterius yang belum pernah dijunjungi oleh siapapun adalah mimpi yang layak dihormati sepanjang masa.

empat Penulis dari mokpo Berikutnya adalah Ruang Sastra Mokpo , setelah melewati Museum Barang Keramik Mokpo. Kota pelabuhan ini punya banyak penulis membanggakan bagi dunia sastra Korea dan Mokpo literature Hall menampilkan kehidupan dan karya empat di antaranya, yaitu: novelis Park Hwa-seong (1904-1988), penulis drama Cha Beom-seok (1924-2006) dan Kim U-jin (1897-1926), dan ahli sastra dan kritikus sastra Perancis Kim Hyeon (1942-1990). Saya betah di galeri Kim Hyeon ini hingga waktunya tutup. Kim menulis 240 karya selama hidupnya, dan inilah alasan rakyat Korea mencintai karyanya walaupun ia bukan penyair atau novelis. Ia seorang kritikus yang sangat mencintai karya yang diulasnya. Ia melihatnya bukan sebagai teks yang dianalisis tapi sebagai obyek cinta yang mendarah daging. “Semakin jauh Anda pergi dari diri Anda sendiri, semakin dekatlah Anda. Ini adalah paradoks rahasis keberadaan manusia.” –dari “Ungkapan Perjalanan Kim Hyeon,” 1975 “Membaca dengan cara yang salah artinya membaca dengan pola pikir berbeda. Tapi, cara inilah yang memungkinkan terciptanya sesuatu yang baru.” –dari “Mencari Kampung Halaman,”1975 “Apakah rumor bahwa masa-masa indah akan datang lagi itu benar adanya? Apakah itu bukan pepesan kosong belaka? Dengan analisis dan interpretasi saya tentang dunia ini, saya ragu.” –dari “Analisis dan Interpretasi,” 1988 Berjalan menyusuri tempat yang penuh dengan sejarah adalah sesuatu yang special dari melancong. Ada saatnya kehidupan itu sendiri adalah sebuah inspirasi. Begitulah Mokpo buat saya.

1

54 KOREANA musim Panas 2016

1 Galeri Kim Hyun di Balai Sastra Mokpo memamerkan naskah dan barang peninggalan dari Kim Hyeon (1942-1990), seorang kritikus sastra yang mencintai tulisan. 2 Sebuah pelabuhan kota, terletak di ujung daratan, merupakan titik awal keberangkatan orang-orang ke berbagai tempat lain.


2

SENI & BUDAYA KOREA 55


BuKu & lainnYa

charles La Shure Dosen, Departmen Bahasa dan Sastra Korea, Seoul national University kim Hoo-ran Editor Budaya, The Korea Herald

56 KOREANA musim Panas 2016

Elegannya Lukisan di Masa Dinasti Joseon “court Paintings From the Joseon Dynasty” Park Jeong-hye, 167 halaman, $37.00, Seoul: Seoul Selection (2016)

Ini adalah buku pertama seri Warisan Budaya visual Korea, “Bunga rampai budaya dan seni tradisional Korea, dengan tampilan visual kecantikan Korea yang sangat indah.” Buku ini mengangkat dan memberikan gambaran kepada pembaca mengenai karya seni Korea. “Court Paintings From the Joseon Dynasty” tampil cantik dengan jumlah halaman yang cukup tebal. Kecuali bagian belakang, buku ini memakai 4/5 halamannya untuk menampilkan 30 lukisan istana. Pengantar buku sepanjang tiga halaman mengajak pembaca mengenal lukisan istana di masa Joseon, lengkap dengan fungsi, genre, dan motifnya. Bagian ini merupakan bagian terpanjang dari seluruh buku, walaupun sebanyak 30 karya di dalam buku ini masing-masing memiliki pengantar. Setiap lukisan ditampilkan dalam tujuh halaman, dengan satu atau dua halaman untuk versi penuh dan setidaknya satu halaman lagi untuk detil yang diperbesar sampai satu halaman penuh. lukisan pertama — potret Raja Taejo, pendiri Dinasti Joseon (1392~1910) ― mencerminkan karakteristik buku itu secara keseluruhan. Pada bagian kiri terdapat lukisan sang raja seluruh badan, yang sangat mudah dikenali oleh siapapun. Di sebelah kanan ada keterangan sepanjang tiga paragraf mengenai sejarah, gaya, sisi artistik dan elemen budaya lukisan itu. Halaman setelahnya menampilkan wajah close-up sang raja. Tampak jelas kerutan dan lipatan di sekitar matanya, beberapa helai kumis dan jenggot, dan bahkan kutil di dahinya (ciri yang sebelumnya tidak terlihat oleh pengamat seni, yang melihat lukisan itu dari jarak jauh atau dalam versi kecil). Di sebelah kanan ada gambar lukisan di sebelah kiri bawah yang diperbesar, yang memperlihatkan detil halus karakter naga di singgasana sang raja. Semua lukisan ditampilkan dengan cara seperti itu, dan beberapa di antaranya mendapatkan tempat lebih besar ― dua halaman (65 dan 97), sehingga empat lukisan yang tidak bisa dimuat dalam format buku bisa dijelaskan lebih detil. Teks dalam buku itu sangat singkat, padat dan informatif. Kalaupun ada kekurangan mengenai buku ini, hanya satu hal kecil saja. Teks itu ditulis dengan rapi, tapi sayangnya ada beberapa pilihan kata atau frasa yang kurang tepat. Secara umum, kata dan frasa ini tidak mempengaruhi makna, namun menjadi tidak sepadan jika disandingkan dengan lukisan yang sangat indah itu. Buku ini sangat indah dan padat. Kalau buku seni lain menyisipkan gambar lukisan versi kecil ke dalam halaman penuh teks, atau hanya menyisakan satu atau dua halaman untuk menampilkan lukisan, buku ini menempatkan karya seni sebagai pusat daya tarik. Jika buku ini memang mewakili seri secara keseluruhan, pastilah Warisan Budaya visual Korea ini adalah koleksi yang sangat diminati pecinta seni.


Panduan Tinggal di Korea “my korea: musings with a camera and Pen” Baek Seung-woo, 248 halaman, 20,000 won, Seoul: Canopus (2015)

Buku ini bukan buku panduan jalan-jalan ke Korea atau buku di kedai kopi dengan foto yang memukau. “My Korea: Musings with a Camera and Pen” berisi persis seperti judulnya: kumpulan hasil pengamatan dan pendapat pribadi serta foto tempat-tempat yang sudah dikunjungi penulis. Baek Seung-woo bekerja di industri perhotelan selama 30 tahun sebagai karyawan di bagian keuangan, yang memberinya kesempatan berkenalan dengan orang asing ― pelancong dan penduduk setempat ― yang ingin tahu mengenai kehidupan di Korea. Walaupun penulisnya mengakui bahwa ia bukan penulis profesional, hal itu tidak menyurutkannya untuk menerbitkan buku. Karya pertamanya, sebuah buku esai foto dalam bahasa Korea berjudul “Way to Work, Yaksudong Street” diterbitkan pada tahun 2013. Buku terbarunya dalam bahasa Inggris, yang bukan bahasa pertamanya. Dalam kata pengantarnya, Baek menjelaskan bagaimana proyek

Tambang Emas Data Warisan Budaya Korea http://www.nrich.go.kr/english_new/

Situs berbahasa Inggris national Research Institute of Cultural Heritage memuat data sebanyak 150.000 properti budaya Korea baik di dalam dan di luar negeri. Sungguh sebuah sumber yang luar biasa bagi mereka yang belajar tentang Korea. Situs ini tampil padat, dengan teks yang ditulis dengan baik dan gambar yang menarik. Juga sangat ramah bagi pengunjung dengan pengaturan yang jelas dan sederhana yang membuatnya mudah dijelajahi. Bahkan, mereka yang ingin mencari informasi mengenai warisan budaya Korea yang kaya, termasuk warisan alam, sangat terbantu oleh situs yang informatif dan mendidik ini. Bagi peneliti, bagian yang paling berguna dalam situs ini adalah “Database” yang memuat laporan penelitian yang dipublikasikan oleh national Research Institute of Cultural Heritage. Selain “Journal of Korean Archaeology”, bagian ini berisi file video dan audio. Abstrak laporan berbahasa Inggris dari penelitian yang diterbit-

itu diawali dari sebuah tulisannya di Facebook dalam Bahasa Inggris mengenai adat Korea. Buku ini berisi kumpulan tulisan dilengkapi foto yang diambilnya, dalam gambar berwarna dan hitam putih. Buku itu diawali dengan tulisan tertanggal 21 September 2015, “The Historical name of Korea.” Baek menjelaskan asal kata “Korea,” bagaimana eponim ini diturunkan dari periode Goryeo (918~1392). Mengupas nama negara di periode modern adalah cara yang tepat mengawali buku mengenai negara ini. Buku ini tampil dalam urutan kronologis mundur dengan tulisan di halaman terakhir tertanggal 13 Agustus 2013, yang terdiri dari satu paragraf mengenai makan siang bisnis di Korea. Untuk makan siang seperti ini, penulis merekomendasikan naengmyeon (mie dingin), sayuran, dan samgyetang (sup ayam ginseng). Tampilan dengan kronologis mundur inilah yang membuat tulisan di dalamnya semakin pendek dan bahasanya menjadi kurang cair, bahkan kaku. Buku ini membuktikan menulis catatan harian adalah cara ampuh untuk meningkatkan kemampuan menulis seseorang. Peningkatan kemampuan penulis dalam waktu dua tahun itu memang luar biasa. Akan lebih menarik lagi jika buku ini mendapat sentuhan penyunting dan proofreader yang lebih cermat, tapi masih tetap melibatkan pembaca dengan cara yang akrab. Walaupun ada beberapa struktur kalimat yang rancu, buku ini tetap bisa dinikmati, dan bisa menjadi panduan mengenal Korea lebih jauh ― budaya, penduduk, adat dan kehidupan sehari-harinya. Buku ini tidak harus dibaca dari depan ke belakang karena tidak dirancang secara tematik. Membaca secara acak adalah cara terbaik menikmati buku ini.

kan dalam bahasa Korea juga bisa diakses, sebagian dalam format PDF. Karena ini situs berbahasa Inggris, tampilan kekayaan budaya di luar Korea lebih diminati. Sayangnya, seperti halnya situs organisasi Korea dalam bahasa Inggris, ada beberapa bagian dari situs ini belum diperbaharui. Misalnya, seminar internasional terbaru tertulis tahun 2012, walaupun seminarnya diadakan setiap tahun. Perlu juga dicatat bahwa pada saat ulasan ini dibuat, Portal Cultural Heritage Knowledge tidak bisa diakses melalui “shortcut” yang ada di situsnya. Dengan keadaan serupa, situs ini juga tampil dalam bahasa China dan Jepang.

SENI & BUDAYA KOREA 57


HiBUrAn

Pesona Reality Show yang Menampilkan Penyanyi Berbakat Pemirsa sungguh terkagum-kagum melihat nyanyian yang menakjubkan dari seorang penyanyi bertopeng, dan alunan vokal luar biasa dan kisah kehidupan yang diungkapkan oleh kontestan amatir yang diasumsikan buta nada, membuat penonton langsung menangis – itulah kekuatan musik. Saat ini, penekanan program yang berlebihan pada hiburan semata dan terlalu lambat penyajiannya bisa sangat membosankan. ©MBC

cho Sung-sik Wartawan, Dong-a Ilbo 1

“W

ow, tidak mungkin! Tidak bisa percaya!”. Sambil menonton babak ke-3 program “Raja Penyanyi Bertopeng”(MBC), akhirnya saya berteriak pada saat si penyanyi membuka topengnya. “Sosok Tenang lelaki Petir” (disingkat lelaki Petir) yang menyanyi ‘Cerita tentang Kamu dan Hujan’ dari band Boohwal dan ‘Pengakuan’ dari Yim, Jae-beom ialah Miljenko Matijevic, seorang vokalis utama Stealheart, band rock legendaris. Jantung saya berdebar-debar karena bintang rock dunia, yang diperkirakan hanya berada di antara bintang-bintang di angkasa luar, tampil pada suatu program televisi Korea. Meskipun dia tersingkir di semi-final, para penonton di studio beruntung mendengarkan “Dia Pergi”, yang dinyanyikan langsung oleh penyanyi aslinya. Sukacita dan kegembiraan mereka meluap. Banyak di antara penonton studio pingsan dan bernyanyi bersama dengan ikon musik rock kelahiran Kroasia.

menemukan dan menebak “Raja Penyanyi Bertopeng” merupakan salah satu program kompetisi pencarian bakat. Program kompetisi pencarian bakat itu mulai dari “Superstar K” di “Mnet”, stasiun televisi kabel Korea dengan tayangan musik dan hiburan, berkembang ke berbagai bentuk. Walaupun beberapa program ditayangkan sebentar saja, sebagian besar program kompetisi pencarian bakat termasuk “Saya adalah Penyanyi” dan “Penyanyi Tersembunyi” dinilai menyebarkan musik pop dengan tingkat jumlah pemirsa yang cukup tinggi. Program menonjol tahun lalu “Raja Penyanyi Bertopeng” dan “Aku Bisa Melihat Suara Kamu” (Mnet, tvn), memperkenalkan for58 KOREANA musim Panas 2016

mat baru sebagai hiburan utama, dengan menambahkan unsur menyenangkan yaitu menemukan dengan menebak. Penyanyi berpengalaman termasuk penyanyi profesional ditampilkan di “Raja Penyanyi Bertopeng” sedangkan kontestan di “Aku Bisa Melihat Suara Kamu” merupakan penyanyi tidak terkenal atau mungkin baik. Yang pertama merupakan kompetisi antara orang-orang yang pintar menyanyi sedangkan yang terakhir merupakan sejenis kuis untuk memilih mana yang sungguh-sungguh penyanyi dari setiap kelompok yang berpura-pura. Kesamaan dari kedua program ini adalah panel juri yang terdiri atas selebriti – penyanyi populer yang diundang untuk mencoba memecahkan teka-teki dan membantu mengidentifikasi penyanyi terbaik. Pada program pertama yang menyenangkan adalah mencoba mengetahui siapa ada di balik topeng; pada program kedua, menentukan siapa penyanyi berbakat dan yang buta nada, sebelum kontestan bernyanyi. Dalam ‘Raja Penyanyi Bertopeng’, sejumlah 8 peserta bersaing satu sama lain di 4 grup. Pemenang setiap grup terus bersaing di babak berikutnya. Selama 2 minggu, tiga babak dilangsungkan dan pemain yang tersingkir di setiap babak harus membuka topeng. Pemenang terakhir tetap menjaga topengnya kemudian bersaing dengan mantan ‘raja’. Jika dia mengalahkan mantan ‘raja’, dia menjadi ‘raja’ baru dan meraih topeng emas ‘raja’. Di episode berikut, 8 peserta baru bersaing untuk menjadi ‘raja penyanyi’. Para juri selebriti dan penonton studio memilih pemenang di setiap babak.

kejutan yang menyenangkan Empat kemenangan beruntun ‘Cleopatra’ baru mulai menarik


©Mnet

perhatian pemirsa. Pergunjingan bahwa 2 bukti semacam foto, dokumen, dan wawaprotagonis topeng ‘Cleopatra’ kemungkincara dengan teman atau keluarga peserta nan adalah Kim Yeon-woo, penyanyi popmenjadi kunci rahasia. Dalam babak terauler sebagai ‘Dewa vokal’ menjadikan jalan khir, peserta yang terpilih sebagai ‘vokalis raya menuju sukses untuk program itu. terampil’ mendapat kehormatan berduet Setelah itu, ‘Cosmos’ (Geomi, 4 kemenandengan penyanyi tamu. Jika peserta tersegan beruntun), ‘Cats Girl’ (Cha, Ji-yeon, but benar penyanyi berbakat, duet terseaktris musikal, 5 kemenangan berunbut akan dirilis online sebagai digital single. tun), dan ‘Jendral Musik’(mungkin Ha, namun peserta tersebut dinyatakan sebHyun-woo, 5 kemenangan beruntun pada agai pekak nada, dia akan mendapatkan akhir bulan Maret) melanjutkan raja yang hadiah sebesar 5 juta won. memerintah lama sekaligus membuat Daya tarik kejutan ‘Aku Bisa Melihat 1 Sketsa “Kapten Music” yang memperoleh keprogram itu sebagai topik pembicaraan. Suara Kamu’ lebih besar daripada ‘Raja menangan beruntun 8 putaran (sebagai 15 Mei) Tampilnya penyanyi terbaik seperti Cho, Penyanyi Bertopeng’. Para pemirsa merasa pada program hiburan Minggu malam MBC “Raja Penyanyi Bertopeng”. Kontestan melepaskan topeng Jang-hyuck, Shin, Hyo-bum, dan Jo, Kwansangat terpukul dan gembira juga pada saat dan mengungkapkan identitas mereka hanya ketika woo maupun kemampuan menyanyi angpeserta yang diduga tidak pintar menyanyi mereka tersingkir dari kompetisi. gota grup idol yang populer pada generasi atau buta nada dinyatakan sebagai penyanyi 2 Program “Saya Dapat Melihat Suara Anda”-nya Mnet, Tvn merupakan sebuah acara pencarianmuda juga merupakan salah satu unsur luar biasa. Pemirsa lebih tersentuh karebakat di mana selebriti pop menjadi hakim yang sukses. na para peserta beridentitas orang-orang mencoba memberitahu pemiorsa melalui penampilDaya tarik ‘Raja Penyanyi Bertopeng’ biasa seperti ibu rumah tangga, pegaan dan petunjuk apakah kontestan adalah penyanyi berbakat atau buta nada. ialah sensasi kejutannya. Misalnya, pemirwai perusahaan swasta, pelayan restoran, sa tercengang sekaligus tersentuh di tenmahasiswa yang bekerja paruh waktu dan gah sensasi yang tidak terduga jika peserta yang tersingkir pada sebagainya. Sebagian besar mereka tidak bisa menjadi penyanyi tahap awal sebenarnya penyanyi populer demikian pula peserta karena kenyataan pahit. yang menyanyi lebih baik daripada penyanyi profesional sebetulnya Dalam season 2, yang berakhir pada akhir Januari, tampil juga seorang aktor, penyiar, bintang olahraga, atau orang asing. ‘Guru nada Tinggi’ Kim Cheong-il (pelayan restoran Tiongkok) dan namun perjalanan yang lambat dan durasi tayang yang panjang ‘Doktor Bersemangat Tinggi’ Choi Hyeong-gwan (pegawai K-Water) menjadi kelemahan program tersebut. Komentar dan reaksi para mengejutkan pemirsa dengan nada tinggi yang merindingkan. juri selebriti membuat program itu lebih menyenangkan, sedangSelain itu, suara yang dalam dan serak ‘Amy Rumah Anggur’ Mun kan kelakar yang diulangi dan membosankan sering mengurangSu-jin (Siswa SMA), suara bariton yang menenangkan dan beresokan minat pemirsa terhadap program itu. nansi ‘Jawab Samcheonpo’ Jeon, Sang-geun (mahasiswa), yang memiliki warna suara yang merdu dan anggun. orang-orang Biasa, Prestasi Luar Biasa Di setiap episode program ‘Aku Bisa Melihat Suara Kamu’, nilai musikalitas dan Hiburan penyanyi tamu menebak siapa yang penyanyi berbakat dari tujuh Kelemahan program ‘Aku Bisa Melihat Suara Kamu’ ada di atau delapan peserta non-selebriti. Seperti ‘Raja Penyanyi Berunsur hiburan yang keterlaluan. Walaupun program itu bertujuan topeng’, juri panelis membantu penyanyi tamu agar memilih untuk menghibur pemirsa, teriakan para buta nada yang diulangi penyanyi berbakat. oleh karena tidak tahu kemampuan para peserbagaikan lomba bagi penyanyi terburuk yang tidak nyaman. Prota sebelum mereka menyanyi, program itu sering berakhir dengan gram yang dibuat-buat semakin kurang nyaman demikian pula hasil tak terduga. kesan dan kenikmatan terhadap program itu semakin meroFormat ini mirip dengan ‘Raja Penyanyi Bertopeng’ yaitu tersot. Sesungguhnya format program yang diulangi beberapa kali diri atas 4 babak, yang masing-masing episode memiliki petunmembosankan pemirsa. Jika program berkembang, pemirsa pun juk berbeda. Penilaian pada putaran pertama didasarkan pada berkembang. penampilan. Ini dirancang dengan tampilan pura-pura. Para konFormat kedua program tersebut telah dijual ke Tiongkok mautestan tampil dengan berbagai pose yang mencerminkan kemungpun Thailand sehingga telah ditayangkan di Thailand sejak Janukinan bakat mereka; dua orang tereliminasi karena diasumsikan ari dan di Tiongkok sejak Maret. Program itu menyebabkan kegbuta nada. Dalam babak kedua, juri panelis memperhatikan sinkemparan dan beberapa negara Asia lain berencana memproduksi ronisasi bibir peserta. Penyanyi berbakat bersinkronisasi dengan program sendiri. Sangat mengasyikkan melihat bagaimana prorekaman suara sendiri sedangkan si pekak nada bersinkronisasi gram itu dirasakan dan diubah untuk pemirsa di masing-masing dengan rekaman suara orang lain. Dalam babak ketiga, berbagai negara. SENI & BUDAYA KOREA 59


eSAi

PENDIDIKAN KARAKTER DI KOREA tengsoe tjahjono Dosen Tamu di Hankuk University of Foreign Studies, Korea

S

elama tinggal di Korea saya bukan hanya mengagumi Korea sebagai sebuah negara modern yang masih kuat menjaga tradisi dan benda-benda sejarahnya, namun juga takjub terhadap perilaku orang Korea. Ketika saya menelusuri jalan-jalan dan lorong-lorong di Seoul, Suwon, Busan, atau kota-kota lain tampak serba bersih. Bahkan, di bagian yang jauh dari keramaian juga masih terlihat tanpa sampah di sana-sini. Sungai Han, Sungai Kecil Cheonggyecheon, atau sungai lain tampak bening airnya, batubatu dasarnya tampak jelas, tanpa sampah di sana. Toilet ada di mana-mana, dan kita akan gampang mencarinya, serta yang terpenting semua toilet itu bersih, tak ada coretan di dindingnya serta tidak jorok. Bahkan, saya pun menyimpulkan bahwa cara membuang sampah menunjukkan karakter suatu bangsa. Cara antre pun tak luput dari amatan saya. Ketika menunggu kereta di subway para calon penumpang rapi berjajar ke belakang, membiarkan penumpang turun lebih dahulu, kemudian satu persatu mereka memasuki kereta sesuai dengan urutan antre. Hal itu juga terjadi saat menunggu bus, taksi, makan di restoran, di kasir, bahkan ketika di toilet. Tak ada usaha dari mereka untuk saling berebut. Saya pun menyimpulkan bahwa cara antre menyiratkan karakter suatu bangsa. Hal yang sama juga terjadi di jalan raya. Mobil berjalan amat kencang di jalan raya, namun tetap pada jalur mereka masing-masing. Tidak lantas sering zig-zag berpindah jalur. Saat lampu merah menyala di zebra-cross atau traffic-light mereka pasti berhenti, ada atau tidak ada orang atau kendaraan lain yang sedang melintas. Mereka sabar menunggu hingga lampu hijau menyala. Sungguh mereka sangat tertib dan disiplin. Saya pun menyimpulkan bahwa tertib berlalu-lintas akan menggambarkan karakter suatu bangsa. Kekaguman saya pada orang Korea juga diarahkan pada bagaimana mereka memperlakukan trotoar atau pedestrian tempat orang berjalan kaki. Trotoar di Korea itu luas dan bersih sehingga orang bisa berjalan dengan tenang, aman, dan menyenangkan. Sungguh, tidak akan dijumpai pedagang kaki lima di trotoar atau pengemis di sana. Saya pun menyimpulkan suasana trotoar mencerminkan karakter suatu bangsa.

60 KOREANA musim Panas 2016


Kepedulian orang Korea terhadap kebersihan, ketertiban di jalan raya dan antre, kesadaran memelihara fasilitas umum, serta perilaku positif lain tentu bukan lahir begitu saja. Karakter itu telah diperoleh melalui pendidikan di tengah-tengah keluarga dan dikokohkan melalui pendidikan formal di sekolah. Pendidikan di Korea memiliki sejarah panjang. Ada 3 tahapan sejarah penting dalam perjalanan pendidikan di Korea yaitu zaman pramodern (abad ke-4 hinga ke-19), zaman modern (1880-1945), dan zaman kontemporer (1945-sekarang). Tradisi Korea sangat berkait erat dengan berbagai sistem kepercayaan. Bentuk politeisme dan animisme (shamanisme) yang melibatkan unsur spiritual dalam segala bentuk kehidupan diduga mewarnai perilaku orang Korea. Shamanisme menekankan spiritualitas dan etika, terutama kebaikan dan ketakwaan. Kemudian Buddhisme masuk ke Korea melalui Cina menjadi agama nasional selama 865 tahun (527 Sebelum Masehi-1392). Prinsip kebajikan, spiritualitas dan kesucian, serta arti demokrasi yang diajarkan Buddha sungguh dihidupi dan dihayati oleh orang Korea sebagai dasar perilaku mereka. nilai-nilai spiritual dan etika yang meliputi kebaikan, ketakwaan, kebajikan, kesucian, dan demokrasi sungguh sudah ribuan tahun berurat dan berakar pada nadi kehidupan orang Korea. nilai-nilai luhur itu tidak lantas hilang walaupun Korea sekarang telah menjadi negara modern. nilai-nilai itu terus digali, dipelihara, dan dididikkan kepada generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah. Secara formal menurut Kementerian Pendidikan Korea (1999) ada Kurikulum Pendidikan Moral di Korea, sebagai bentuk upaya resmi membangun karakter anak bangsa. Sejak sekolah dasar kelas 3 pendidikan tersebut diselenggarakan. Terdapat 4 fokus pendidikan moral itu yaitu: 1. Diri Sendiri, 2. Keluarga, Tetangga, dan Sekolah, 3. Masyarakat luas, dan 4. Bangsa. Artinya bahwa moralitas itu harus hidup dan dihidupi di keempat ranah tersebut. Apa yang harus dipelajari para siswa di masing-masing ranah itu? Siswa kelas 3 SD pada ranah diri sendiri harus belajar kebersihan, ketertiban, tanggung jawab, dan menghargai barang-barang; pada ranah keluarga, tetangga, dan sekolah harus belajar berbakti, persaudaraan, kesopansantunan, dan memegang janji; pada ranah masyarakat luas harus belajar mengamati peraturan lalu lintas dan menjaga lingkungan; serta pada ranah bangsa harus belajar mencintai bangsa dan tahu pembagian Korea Selatan dan Utara. Bagi orang Korea hal-hal moral dasar ini yang harus dimiliki oleh anak-anak Korea sebagai generasi masa depan bangsa. Bahan-bahan untuk pendidikan karakter itu berjenjang dan berkelanjutan. Di kelas 6 SD materinya semakin tinggi dan mendalam. Siswa kelas 6 SD pada ranah diri sendiri harus belajar ketekunan dan menghargai hidup; pada ranah keluarga, tetangga, dan sekolah harus belajar cinta dan toleransi serta kerja sama untuk sekolah dan pembangunan daerah; pada ranah masyarakat luas harus belajar mengamati hukum, peduli pada orang lain, dan menjaga sumber daya alam; serta pada ranah bangsa harus belajar tentang masa depan persatuan bangsa, cita-cita unifikasi Korea Selatan dan Utara, memahami dan mencintai bangsa lain, masyarakat global yang damai, serta kemakmuran manusia. Sungguh menarik mengamati pendidikan karakter di Korea. Pendidikan karakter yang memiliki sejarah panjang tersebut tetap terpelihara dengan baik hingga sekarang dan diperkuat oleh pendidikan formal di sekolah. Saya mengamati bahwa antara kepercayaan, perilaku, budaya, bahkan kesenian di Korea merupakan sebuah kesatuan yang utuh, bukan 4 elemen yang saling berdiri sendiri. Apa yang dilakukan oleh orang Korea merupakan pengejawantahan dari keyakinannya atas yang baik, berbudi, dan luhur. Maka, sekarang saya tidak akan heran lagi jika melihat orang Korea memasukkan bungkus roti atau botol minuman ke dalam tas tangannya sebelum membuangnya ke tempat sampah. SENI & BUDAYA KOREA 61


kiSAH rAmUAn

MU SAYURAN UNTUK SELURUH MUSIM

kim Jin-young Presiden Direktur Dapur Pelancong Shim Byung-woo Fotografer

Dalam sajian masakan khas korea selalu terdapat mu, lobak putih serba guna, yang juga sering disebut sebagai sayuran negara untuk seluruh musim. mu atau lobak putih disukai karena rasanya, yang cocok dipadukan dengan nasi, sekaligus sebagai sumber vitamin c pada musim dingin sayuran sulit didapat. Sekarang ini, lobak putih tersedia sepanjang tahun, tetapi woldongmu (lobak musim dingin) yang tumbuh di pulau di laut selatan, daerah yang sejuk di musim dingin, yang paling enak.

M

u merupakan salah satu sayuran favorit masyarakat Korea. lobak merah Eropa dimakan mentah dan digunakan untuk membuat salad, sementara lobak putih di Jepang yang disebut daikon, digunakan sebagai bumbu untuk masakan seperti ikan rebus, soba gandum hitam “buckwheat soba, � sup miso, dan juga acar, lalu daikon mentah parut digunakan sebagai hiasan untuk sashimi. lobak putih Korea ditanam dan dipanen secara hati-hati dari setiap bagian dari tanaman yang akan digunakan, mulai dari pangkal akar tunggang hingga pucuk hijaunya. Di meja makan Korea, mu tidak hanya digunakan sebagai bahan sejumlah masakan misalnya guk, cigae, dan kimchi tetapi juga digunakan saat membuat kaldu yang dijadikan dasar untuk berbagai masakan. Jika masakan yang terbuat dari siraegi (daun lobak kering) dan mumallaengi (lobak kering yang dipotong tipis) diperhitungkan, maka hampir tiada 62 KOREANA musim Panas 2016

1

1 Muguk (sup lobak) merupakan sup bening yang disukai oleh orang Korea. Sup ini dibuat dari irisan daging sapi dan lobak yang ditumis dalam minyak wijen, kemudian dimasak dengan air dan kecap ala Korea, dan dibumbui dengan garam dan sedikit merica bubuk hitam. 2 Akar gemuk lobak yang baru dijebol dari tanah terasa renyah dan manis. Pucuk hijau lobak kering direbus dalam pasta kedelai rebus (jjigae) atau disiapkan sebagai hidangan sayuran musiman (namul).

hari terlewatkan tanpa orang Korea memakan masakan dari mu . lobak mengandung banyak zat amylase, yakni sebuah enzim yang memecah pati untuk membantu pencernaan. Hal itu mungkin merupakan kebijaksanaan kuno orang Korea turun-temurun, yang makanan pokoknya adalah nasi. Karena itulah mereka makan begitu banyak lobak.

‘Ginseng musim Dingin’ sebagai Sumber Vitamin Pada tahun 1970an, pertanian dengan metode rumah hijau masih belum dikembangkan dan sayuran sulit didapat pada musim dingin, sehingga orang menyimpan lobak yang dipanen pada musim gugur jauh di dalam tanah untuk menghindari lobak menjadi beku; dan itu menjadi persediaan sayuran mereka selama musim dingin. lobak disajikan sebagai makanan pendamping atau dimakan mentah dan meskipun rasanya tidak semanis buah,


2

SENI & BUDAYA KOREA 63


lobak dengan rasanya yang segar manis, enak dimakan sebagai cemilan malam selama musim dingin. lobak yang dimakan sebagai cemilan malam selama musim dingin ini disebut dongsam yang berarti “ginseng musim dingin”. Ada alasannya mengapa sayuran yang ada di mana-mana ini disetarakan dengan ginseng yang berharga. Walaupun lobak tidak memiliki banyak efek kesehatan seperti ginseng, lobak merupakan salah satu sumber vitamin C yang penting selama musim dingin. lobak sekarang tumbuh sepanjang tahun dan jumlah produksi tahunannya melebihi produksi sayuran lainnya. Terutama woldongmu atau “lobak musim dingin” yang tumbuh pada suhu dingin sedang pada musim dingin, dianggap sebagai jenis lobak yang paling enak. Di bagian selatan Korea, suhu pada puncak musim dingin jarang jatuh di bawah nol bahkan saat malam hari. Rasa lobak menjadi lebih baik seiring lobak itu melalui malam-malam dengan suhu di antara 0 dan 10 derajat Celcius. Hal itu dikarenakan pati yang terben-

tuk melalui proses fotosintesis pada siang hari berubah cepat menjadi gula untuk mempersiapkannya menghadapi waktu malam, sebuah strategi lobak untuk tetap hidup, yang meningkatkan rasa manisnya. Produksi masal woldongmu atau lobak musim dingin dan distribusinya dimulai pada pertengahan tahun 1990-an. Pulau Jeju terkenal dengan woldongmu yang lezat. “Woldongmu Jeju” telah diekspor ke Amerika dengan cara dicuci bersih dan dibungkus dalam kantung vinyl, selama sepuluh tahun terakhir. Sementara itu, jauh ke bagian utara, lobak tumbuh selama puncak musim panas di atas gunung tinggi di Propinsi Gangwon yang berada di sebelah timur Korea, dengan ketinggian lebih dari 600 m dari atas permukaan laut. Sayuran biasanya berhenti tumbuh atau berkembang ketika suhu mencapai lebih dari 30 derajat Celcius maka lobak musim panas yang tidak semanis dan selezat lobak biasanya. oleh karena itu, lobak ditanam di dearah pegunungan yang suhunya jatuh lebih dingin terutama saat malam.

Yeolmu Guksu : makanan Spesial musim Panas Musim panas adalah musimnya yeolmu , yaitu bayi lobak muda manis dengan pucuknya yang berwarna hijau. Waktu tumbuhnya yang singkat, membuat bayi lobak muda ini tidak hanya renyah, tetapi juga memiliki rasa yang lezat. Yeolmu guksu adalah sup dingin segar, terbuat dari mie tipis yang disebut somyeon dan tumpukan ikan teri dingin yang dibumbui dengan air asin dari kuah kimchi yang terbuat dari yeolmu. Masakan ini merupakan masakan spesial musim panas yang dapat dinikmati di kedai di mana-mana di tepi jalan dengan harga murah. Dengan mencecap kaldu asam-manis dingin di antara kunyahan kimchi yeolmu dan somyeon yang penuh di dalam mulut, orang dapat melupakan sejenak panasnya musim panas. Jika orang membicarakan masakan mi dengan lobak, yang pasti disebut adalah naengmyeon . Masakan mi dingin Korea yang disebut naengmyeon memberikan rasa maksimal dan tekstur dari mi buat-

1


1 Untuk membuat dongchimi (kimchi air lobak), lobak bulat dipilih, dibersihkan dan dibumbui hanya dengan garam dan sedikit aroma seperti bawang putih, irisan jahe, daun bawang, dan cabai merah. Dalam fermentasi yang baik, lobak ini dipotong menjadi potonganpotongan kecil dan disajikan dengan cairan dingin. Di masa lalu, gentong yang berisi kimchi ditanam di halaman agar mengalami seluruh musim dingin. 2 Ggakdug i (kimchi lobak potong dadu) dibuat dengan lobak potong dadu dengan ukuran satu gigitan, ditaburi garam dan dibiarkan dalamsementara waktu sebelum dicampur dengan saus ikan, acar udang, cabai, tepung ketan, dan daun bawang cincang. Ggakdugi dengan fermentasi yang baik dianggap lauk yang sempurna untuk berbagai jenis sup daging.

2

Musim panas adalah musimnya yeolmu, yaitu bayi lobak muda manis dengan pucuknya yang berwarna hijau. Waktu tumbuhnya yang singkat, membuat bayi lobak muda ini tidak hanya renyah, tetapi juga memiliki rasa yang lezat. an-tangan musim panas dan acar lobak yang disajikan bersama-sama di dalam semangkuk kaldu dingin. Dengan mi gandum hitam di dalam kaldu (sapi, babi atau ayam), masakan mi tradisional ini disajikan dengan potongan timun tipis, daging matang, dan sebutir telur rebus yang dipotong setengah – dan acar lobak. Hiasan masakan ini dibuat dari lobak yang dipotong tipis, garam, bubuk cabai, cuka, dan gula. Terdapat alasan mengapa gandum hitam dimakan bersama dengan lobak. Komponen beracun salisilamid dan benzylamine yang terkandung di dalam kulit gandum hitam (soba) dapat dinetralkan oleh enzim dalam lobak. Untuk alasan yang sama, soba gandum hitam di Jepang juga disajikan dengan daikon parut.

kkakdugi , kimchi Lobak Potong Dadu yang mudah Dibuat Kkakdugi , yang menggunakan lobak sebagai bahan utama, adalah jenis kimchi yang paling mudah dibuat. Kimchi sawi dengan persiapannya yang rumit

dan terdiri atas banyak bahan, sungguh menantang saya, tetapi saya pun senang membuat kkakdugi ketika anak perempuan saya yang berusia 13 tahun menginginkannya ada di atas meja makan. Saya dapat membuat kkakdugi hanya dengan membeli sepotong lobak di toko terdekat, memotong dadu sebesar 2-3 cm, menaburinya dengan garam, lalu mendiamkannya di dalam mangkuk selama sekitar 2 jam. Garam yang melarut ke dalam lobak, membuat lobak menjadi renyah. Kemudian, saya mencampurkannya dengan saus ikan, acar udang, cabai, dan tepung beras ketan (bahan terakhir ini dapat dilewatkan untuk menghemat waktu). Selanjutnya, tambahan kucai akan memberikan rasa mendalam pada kkakdugi . Kkakdugi ini lalu ditinggalkan untuk proses fermentasi selama dua hari kemudian baru dapat dimakan. Sebuah jenis kimchi yang unik dan tidak lazim, yang berbahan lobak adalah kimchi lobak dengan bolak (rockfish ), yaitu makanan khas dari Tongyeong di propinsi

Gyeongsang Selatan dan daerah pesisir laut Selatan lainnya. Rockfish (Sebastes inermis ) utuh difermentasikan di dalam tumpukan kimchi lobak. Pada awalnya, kimchi lobak ini akan berbau amis, tetapi setelah dua bulan proses fermentasi, bau amisnya menghilang dan muncul aroma unik dari protein ikan yang membusuk kemudian membangkitkan selera makan orang. Jika lobak dan bolak diletakkan bersama di dalam sebuah piring, mungkin awalnya akan terasa asing, tetapi setelah mencicipinya rasa asing itu akan berubah menjadi rasa kagum. Tulang ikan yang keras menjadi lembut setelah melalui proses fermentasi dan daging ikannya menjadi keras, sehingga orang akan seolah memakan masakan sepotong ikan yang lezat, bukan kimchi. Semangkuk nasi hangat akan cepat habis jika dimakan ditemani dengan kimchi spesial ini. Masakan ini dapat dinikmati di sebuah restoran bernama Chungmujip, yaitu restoran yang menyajikan masakan khas Tongyeong di Eulji-ro, pusat kota Seoul. SENI & BUDAYA KOREA 65


GAYA HiDUP

JEONSE UNTUNG RUGINYA BAGI PASAR PERUMAHAN KOREA Jeonse, sistem penyewaan rumah yang hanya ada di korea, mengalami krisis dewasa ini karena faktor yang memungkinkannya berjalan sekian lama — pertumbuhan ekonomi yang kuat, harga rumah yang makin meningkat, dan suku bunga yang tinggi — tidak ada lagi. Kim Bang-hee Direktur, Center for Economic Research of Everyday life

66 KOREANA musim Panas 2016


“K

emelaratan yang Terbawa,” sebuah cerita pendek yang ditulis oleh Park Wan-suh (1931–2011), adalah sebuah potret kehidupan rakyat jelata dalam keadaan sosio-ekonomi yang terpuruk pada tahun 1970an, ketika Korea mengalami industrialisasi dan modernisasi yang pesat. Kisah ini terjadi di sebuah pemukiman liar di Seoul. Tokoh protagonis perempuan harus berbagi kamar dengan kekasihnya untuk menghemat sewa bulanan. Takdir membawanya kepada lingkungan yang sangat miskin. Ia berasal dari keluarga berada, hingga suatu ketika bisnis ayahnya bangkrut. Semua orang menyarankan keluarga itu untuk menyewakan kamar di rumahnya dan membuka warung dengan sistem deposit yang dikenal dengan istilah jeonse. Ibunya meminjam uang untuk menolong ayahnya ini memulai bisnis baru, tapi tidak berhasil. Mereka putus asa, begitu juga kakak laki-lakinya. Hanya tinggal ia seorang diri, yang kemudian terdampar di sebuah lingkungan kumuh. Jalan hidup keluarganya dari pemilik rumah yang disewakan dengan sistem jeonse dan berakhir dengan pembayar sewa bulanan membawa dampak perubahan dalam kelas sosial, dari anak keluarga kelas menengah menjadi yatim piatu yang hidup dalam keadaan papa. Dalam era industrialisasi, kepemilikan rumah, baik sebagai pemilik atau penyewa, menunjukkan keberadaannya dalam hirarki sosial. Kelas sosial ini tetap bertahan dalam kehidupan masyarakat Korea sampai saat ini.

Sistem Sewa yang Unik Jeonse adalah sistem sewa rumah di Korea. Pemilik properti menerima deposit dengan sistem lump-sum setelah menandatangani kontrak sewa atas sebuah rumah, atau sebuah kamar, dan penyewa membayar setiap bulan. Di akhir periode kontrak, penyewa menerima jumlah deposit yang dibayarkan sebelumnya. Sistem sewa yang tidak lazim ini sudah berjalan selama lebih dari seratus tahun. Sebagian orang mengatakan praktik ini sudah ada sejak periode Joseon (1392–1910), tapi banyak orang percaya sistem ini baru dimulai akhir abad 19 ketika Korea membuka pelabuhannya bagi dunia luar. Baru pada tahun 1960an sistem ini menjadi makin dikenal karena tidak banyak perumahan di kota. orang-orang dari pedesaan membanjiri kota dalam proses industrialisasi. Pada saat itu, jeonse adalah sistem sewa yang ideal dan menguntungkan bagi pemilik dan penyewa karena pemilik rumah tidak tahu apakah penyewa, yang biasanya orang asing dari area pedesaan, membayar sewa bulanan. Penyewa punya banyak uang dari hasil menjual rumah atau tanah di kampung halamannya, dan melalui sistem jeonse mereka bisa mengamankan rumahnya tanpa menghabiskan seluruh uangnya. Harga rumah yang melesat dan Pertumbuhan ekonomi yang kuat Bagaimana sistem sewa tanpa bayar bulanan bisa bertahan di negara ini dan masih bertahan hingga kini? Bagaimana sistem ini

berkembang dan penyewa harus membayar deposit dalam jumlah besar kepada pemilik rumah untuk periode satu tahun atau lebih dan percaya bahwa deposit akan dikembalkan? Itu semua karena situasi ekonomi Korea lebih dari empat dekade lalu. Korea mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat dari tahun 1960an sampai akhir abad 20, dan pertumbuhan rata-rata tahunan melampaui 8 persen. Ini adalah periode pertumbuhan yang fenomenal, seakan memadatkan proses perkembangan selama lebih dari seratus tahun di negara maju menjadi 40 tahun. Selama periode pertumbuhan pesat ini, permintaan perumahan melampaui penawaran yang ada, yang menyebabkan naiknya harga perumahan. Di akhir tahun 1980an, ketika Korea menyelenggarakan olimpiade Seoul di tahun 1988, harga perumahan menjadi berlipat ganda dalam kurun waktu empat tahun. Pada saat itu, masyarakat berusaha keras membeli properti residensial. Mereka yang mengalami kesulitan meminjam uang dari bank dapat menggunakan sistem jeonse untuk mendapatkan unit perumahan yang sudah disewakan kepada penyewa. Ada perbedaan antara harga rumah dan besarnya deposit yang dibayarkan oleh penyewa dengan sistem jeonse . Banyak orang yang memiliki rumah dengan cara ini harus hidup di tempat yang disewanya sampai mereka berhasil menabung cukup uang untuk membayar deposit dan mendapatkan hak atas rumah itu. Sistem jeonse juga berfungsi sebagai sumber pendapatan dari rumah tinggal yang menguntungkan bagi calon pembeli rumah berikutnya. Sebelum sistem jual beli konvensional diperkenalkan di Korea, jeonse adalah cara yang praktis membeli rumah. Pembelian dan penjualan properti selama masa keemasan jeonse memungkinkan pasar perumahan makin berkembang bukan hanya untuk rumah yang dibeli oleh pemilik untuk ditempati, tapi juga sebagai aset, karena harga perumahan terus meningkat. “Jika Anda punya sedikit uang, simpan di bank; jika Anda punya lebih banyak, simpan dalam bentuk rumah.” Ini rumus yang dikenal luas dalam hal investasi personal selama masa pertumbuhan ekonomi Korea yang sangat pesat. Faktor lain yang memungkinkan sistem jeonse bertahan adalah suku bunga yang mencapai dua angka. Pemilik properti bisa mendapatkan penghasilan lebih besar dari deposit jeonse dibanding dari pembayaran sewa bulanan, dengan cara memasukkan deposit itu ke bank. Peningkatan harga rumah sebesar 12 persen yang digunakan sebagai indeks untuk menghitung biaya sewa bulanan mencerminkan tingginya suku bunga di masa sebelumnya. Deposit sistem jeonse sebesar sepuluh ribu dolar setara dengan sekitar seratus dolar sewa bulanan. Sebaliknya, kenaikan sewa bulanan sebesar seratus dolar berarti peningkatan sebesar sepuluh ribu dolar deposit. Selama masa perkembangan ekonomi Korea yang sangat pesat, ada peningkatan permintaan akan uang, yang memicu suku bunga bank jauh lebih tinggi dari biasanya.

Akankah Jeonse tinggal kenangan? Dengan kondisi ekonomi dewasa ini, sistem jeonse mungkin SENI & BUDAYA KOREA 67


akan hilang. Pertumbuhan ekonomi Korea yang pesat itu fenomenal di masa lampau. Kecuali tahun 2001, angka pertumbuhan tahunan sejak tahun 2000 berada di bawah 3 persen. Sejak krisis keuangan Asia tahun 1997 dan krisis ekonomi dunia satu dekade setelahnya, pertumbuhan ekonomi dalam negeri melambat. Harga perumahan, yang relatif aman dari pertumbuhan ekonomi yang melambat, makin menurun. Hal itu diawali dengan adanya jumlah perumahan yang melebihi permintaan menjelang tahun 2010 — lebih dari 100 persen. Kekurangan perumahan di kota-kota selama periode industrialisasi dapat teratasi. Di puncak kondisi ekonomi ini, trend demografi Korea membuat harga perumahan tidak lagi optimal untuk sistem jeonse . Turunnya populasi negara ini dan meningkatnya jumlah mereka yang lanjut usia menyebabkan permintaan perumahan

68 KOREANA musim Panas 2016

turun dalam tahun-tahun berikutnya. Diperkirakan penurunan harga rumah yang tajam dipengaruhi faktor-faktor itu. Pembelian dan penjualan properti rumah tinggal tidak lagi merupakan strategi investasi yang efektif bagi investor sedang (bahkan investor kaya). “Beli rumah hanya ketika perlu dan hanya jika Anda mampu,� sangat tepat untuk saat ini, karena makin banyak orang kaya yang mampu berinvestasi dalam bidang real estate kini malas membeli atau dalam keadaan menunggu perkembangan situasi. Perkembangan sistem keuangan dalam hal perumahan dan rendahnya suku bunga membuat sistem jeonse kian menurun. Meskipun ada peraturan yang ditujukan untuk melemahkan spekulasi laba, masih relatif mudah bagi investor untuk meminjam uang dari bank. Saat ini, tidak perlu lagi membeli properti bersama dengan penyewa jeonse. Pemilik properti tidak bisa menggunakan


Pembeli rumah sedang ditunjuki model rumah flat dari sebuah kompleks apartemen baru yang akan dibangun di pinggiran kota Seoul. Di daerah di mana harga jeonse telah relatif lebih mahal dibandingkan harga pada umumnya, pasar untuk apartemen baru sedang meningkat.

Pembelian dan penjualan rumah selama masa keemasan jeonse memungkinkan pasar perumahan makin subur, bukan hanya rumah yang dibeli untuk ditinggali tapi juga rumah yang digunakan sebagai aset, karena harga rumah yang terus meningkat.

deposit dari sistem jeonse untuk menghasilkan pendapatan lebih banyak dibanding dari pembayaran sewa bulanan. Generasi baby boomers dan orang-orang tua yang tidak punya penghasilan selain dari penyewaan rumah kini memilih mendapatkan penghasilan bulanan dengan cara menyewakan propertinya. Saham dalam jeonse dalam transaksi perumahan pada tahun 2015 sebesar 58,9 persen, menurun 10 persen dari 69 persen di tahun 2011. Akankah jeonse tinggal kenangan? Dalam sebuah pertemuan yang diadakan pada tanggal 23 Februari 2016 mengenai tugas administratifnya, pidato Presiden Park Geun-hye menjadi headline ketika ia meramalkan: “Jeonse akan tinggal kenangan.” Ia mengatakan hal ini dalam konteks mempromosikan inisiatif perumahan pemerintah, “new Stay.” Dalam sistem ini apartemen dengan sewa bulanan ditawarkan dalam jangka panjang dengan harga memadai. Pemikirannya mengenai sistem jeonse bisa saja terjadi suatu saat, tapi masalahnya bukan terletak pada akurasi ramalan itu. Hal ini memicu kontroversi karena pemerintah tampaknya tidak mempertimbangkan akibat yang timbul dari sistem jeonse atau cara menangani konsekuensinya.

Lonjakan Sewa Bulanan Krisis serius dalam hal penyewaan rumah melanda Seoul dan wilayah sekitar selama beberapa tahun. Sistem jeonse menurun secara drastis, tapi tetap menjadi cara yang popular bagi banyak orang yang memerlukan rumah. Bagi penyewa semacam ini, pembayaran sewa bulanan bisa meringankan bebannya. Dengan ketidakseimbangan yang tajam antara penawaran dan permintaan, harga sewa dalam sistem jeonse berubah tajam. Harga sewa rata-rata lebih tinggi 70 persen dari harga rumah di Seoul, dan bahkan mencapai 80 persen di wilayah tertentu. Makin banyaknya rumah tangga yang memilih sewa bulanan antara $500 dan $1.500 menurunkan kapasitas komsumsinya. “lonjakan sewa bulanan” ini menjadi faktor penentu resesi yang makin panjang, selain hutang yang makin menggunung. Tidak jelas apakah tersedia cukup rumah untuk disewa setiap bulannya dengan harga yang wajar jika sistem jeonse ini tidak bertahan. Jika tidak, harga rumah yang tinggi dan tidak adanya rumah yang bisa disewa akan mengakibatkan kelangkaan tempat tinggal. Ada satu hal yang jelas. Jika sistem jeonse tetap bertahan, masyarakat punya dua pilihan: mereka membeli rumah atau membayar sewa bulanant. Ironisnya, faktor yang melemahkan sistem jeonse juga tidak membuat orang membeli rumah. Akibatnya, keinginan kuat kepemilikan rumah yang dimiliki masyarakat Korea akan melemah. Generasi yang akan datang akan sulit mengerti konsekuensi pengalaman negara ini dalam industrialisasi yang pesat, khususnya dalam hal perumahan — baik sebagai pemilik ataupun penyewa — menentukan status sosial dan ekonomi seseorang, seperti halnya orang luar sulit memahami sistem jeonse saat ini. SENI & BUDAYA KOREA 69


PerJALAnAn keSUSAStrAAn koreA

kritik

PENDEKATAN PENDEKATAN PENDEKATAN PENDEKATAN PENDEKATAN CARNIVALESQUE CARNIVALESQUE CARNIVALESQUE CARNIVALESQUE CARNIVALESQUE UNTUK UNTUK UNTUK UNTUK YANG YANG YANG YANG BERAT BERAT BERAT BERAT UNTUK YANG BERAT DAN YANG REMEH-TEMEH DAN DAN DAN DAN YANG YANG YANG YANG REMEH-TEMEH REMEH-TEMEH REMEH-TEMEH REMEH-TEMEH choi Jae-bong Wartawan, The Hankyoreh

L

ee Young-hoon adalah penulis yang cerita pendek “Setiap orang mencintai dan tidak ada cerita yang menjadi pusat disebut generasi IMF yang datang kisah penting, atau tidak ada kebenaran Girls’ Generation” adalah lelucon dari era sekitar terjadinya krisis apa pun yang dapat dipercaya atau yang yang dimainkan di sebuah kompleks moneter yang melanda Korea tahun 1997 membimbing kami. Bagi kami, tak ada perbelanjaan bawah tanah yang luas di tengah krisis keuangan yang menggiTuhan, tak ada filosofi, sempurna tidak ada apa pun!” las Asia. Gelombang dahsyat dalam dua yang berada dalam pengawasan Tokoh ayah sebagai wacana keseluruhdekade pertumbuhan ekonomi yang cepat ketat keamanan penyelenggara an adalah kebenaran, Tuhan ... dan beryang dimulai tahun 1960, lalu terjadi kriktt G20 berdekatan dengan pusat sis keuangan yang disimbolkan oleh bailbagai hal yang sekaligus menjadi dasar persidangan. karya Lee Younguntuk menjelaskan makna eksistensi diri out IMF adalah peristiwa pertama kridan memberikan kita tujuan hidup, tetapi sis ekonomi yang serius yang menggonhoon ini dipuji lantaran membawa pada saat yang sama, semuanya sebagai cang Korea Selatan pascaperang. Untuk pembacanya laksana berkejaran nilai-nilai yang mewakili “hal yang sudah masyarakat waktu itu atau bagi anak-anak dengan dunia absurd yang seolahusang dan hal yang menindas” yang bagi muda yang baru saja masuk universitas, olah memancarkan cahaya dari generasi muda, menerimanya sedikit krisis moneter adalah pukulan godam yang untuk melakukan penolakan. namun, bagi menghancurkan mereka, dan peristiwa itu situasi pribadi yang terpendam yang generasi lee Young-hoon, justru menimmeninggalkan luka batin yang tidak mudah menghubungkan kebermaknaan sembuh begitu saja. Bailout IMF adalah bulkan pertanyaan: apakah itu dianggap dengan irasionalitas struktural. tragedi dramatis dalam lintasan pembasebagai hal yang positif atau negatif, dunia ngunan ekonomi Korea yang mengisyaratmereka benar-benar sudah kehilangan makna dan nilai-nilai itu. Bahkan, ketika menghadapi realikan kebutuhan untuk menerapkan kendali dalam pertumbuhan hasrat diri dan aspirasi progresif, politik dan masyarakat secara tas yang kejam atas terjadinya restrukturisasi sebagai ekor keseluruhan. peristiwa bailout, ayah “Generasi IMF” dipaksa untuk melepasKiprah lee Young-hoon dalam kesusastraan Korea dimulai kan peranannya sebagai kepala rumah tangga. Ketika otoritas tahun 2008 yang ditandai dengan penganugerahan penghartokoh ayah, dapat dipercaya dan diandalkan, tidak ada lagi nilainilai usang yang menjadi target resistansi yang menantang gaan Munhakdongne Anugerah Penulis Baru. Pada tahun 2012, untuk dibantah dan dilenyapkan. ia menerima anugerah Anugerah Penulis Muda untuk cerRekonsiliasi sastra, terutama berkaitan dengan konflik. pennya “Setiap orang Mencintai Girls’ Generation" dan Hadiah Ini tidak hanya berlaku dalam karya sastra, tetapi juga dalam Fiksi untuk novel panjang Keturunan Changeking yang diberikerangka yang lebih luas dari bidang sastra. Bagi pengarang kan kelompok penerbit dan Komunitas Sastra Munhakdongne. yang hendak menegaskan keberadaannya dan coba mencapai Berikut ini dikutip penggalan dari novel itu: signifikansi sastra, mereka memerlukan beberapa jenis konflik “Bagi kami, ya, kami sekadar hidup sebagai orang lain tamdalam perjuangannya melakukan perlawanan. Bagi generasi paknya. Meniru film, komik, dan drama. Kami tak punya ayah, 70 KOREANA musim Panas 2016


lee Young-hoon, bagaimanapun, mereka tidak hanya berhadapan dengan konflik dunia nyata, tetapi juga dalam perjuangan melalui sastra, meskipun tidak sepenuhnya dapat diatasi, lingkup perjuangan seperti itu dibatasi - mirip dengan kincir angin kecil yang begitu penting. Suatu saat, ketika kami minum bersama lee Young-hoon, saya dikejutkan dengan pernyataan yang membocorkan rencananya, bahwa ia ingin mengikuti sayembara fiksi lain (Di Korea, setelah seorang pengarang memperoleh pengakuan dengan memenangkan sayembara atau lomba novel panjang yang berpengaruh, diharapkan ia akan menahan diri dan tidak mengikuti sayembara lain yang serupa). Saya tidak mengerti maksudnya, jadi saya bertanya apa alasannya punya pikiran seperti itu. Dia menjawab, “Karena sepertinya, aku sudah terlupakan.” Meskipun lee telah memenangkan lebih banyak hadiah dan mengumpulkan lebih banyak perhatian daripada kebanyakan rekan-rekan sastrawan lainnya, dia masih cemas tentang kedudukannya dalam bidang sastra. Saya pikir keinginan itu juga terkait erat dengan identitasnya sebagai anggota “generasi IMF.” Kutipan di atas yang diambil dari novel “Keturunan Changeking” diucapkan oleh tokoh Min, seorang hikikomori (pertapa) berusia tiga puluh dua tahun, yang terobsesi dengan efek khusus dalam program Tv anak-anak. Yeong-ho, protagonis novel itu, yang juga berusia sama, sangat ingin tahu segala sesuatu tentang acara anak-anak di Tv “King of hange — Changeking” dalam rangka lebih mendekatkan diri dengan anak tirinya, Sam, seorang siswa sekolah menengah yang benar-benar dibetot dalam pertunjukan. Generasi lee Young-hoon tumbuh dibombardir oleh media visual, seperti televisi, film, dan permainan komputer. Sementara Min terjebak jauh dalam lumpur dunia digital dan tidak dapat menemukan jalan keluar, Yeong-ho menggelepar-gelepar, melakukan apa pun yang dia bisa, untuk melarikan diri ke dunia nyata. Pernyataan tegas Yeong-ho, “Aku akan menjadi ayah anak itu,” menunjukkan keinginan itu. Sederhananya, Anda bisa mengatakan bahwa menjadi seorang ayah untuk generasi yang dibesarkan tanpa ayah adalah tema dasar karya sastra lee Young-hoon. “Setiap orang Mencintai Generasi Perempuan” segera merebut perhatian pembaca untuk judul yang sama dengan nama band yang popular, “Girls’ Generation (meskipun ‘Girls’ Generation’ dalam cerita mempunyai tujuh anggota dari sembilan kelompok dan anggota kelompok memiliki nama yang berbeda); CoEX Mall, sebuah landmark ikonik dari kapitalisme Korea adalah latar ceritanya.

Setelah merancang pertemuan dengan seorang wanita, yang diatur melalui biro jodoh di sebuah restoran di CoEX Mall, protagonis laki-laki tiba-tiba merasa perlu untuk menggunakan kamar mandi dan ia merasakan seperti berada di neraka. Dia bergegas mencari toilet, tetapi karena KTT G20 yang diadakan di kompleks yang luas, semua toilet terdekat terkunci. Sementara berkeliling seperti memasuki labirin bawah tanah mencari kamar mandi, dia mendatangi seorang lelaki berseragam polisi yang menawarkan untuk membantunya mencari toilet yang tidak terkunci. Ketika mereka mencoba menemukan toilet yang tidak terkunci, protagonis dan lelaki berseragam polisi itu berbicara tentang ‘Girls’ Generation’, tiba-tiba saja, seperti sulap, nyeri perutnya hilang. “Kami melanjutkan percakapan sambil tertawa malu-malu, seperti bocah. Girls’ Generation benar-benar bekerja laksana menghadirkan semacam keajaiban. Kami berbicara tentang ‘Girls’ Generation’ dan sebelum saya tahu, sakit perut sudah mereda.” Protagonis jadi penasaran, mengapa seorang perwira polisi, yang pasti punya banyak tugas yang harus dilakukan, yang tentunya akan menambah begitu banyak masalah, bersedia menolong seorang warga negara yang hendak mengatasi kepentingan pribadinya dan ketika dia bertanya pada lelaki berseragam itu (belum diketahui secara pasti apakah lelaki itu benar-benar seorang polisi atau bukan) merespon, “Bukankah kita berdua mencintai Girls’ Generation?” namun, ilusi media massa tentang Girls’ Generation tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan kesulitan fisiologis protagonis. Begitu topik pembicaraan berubah, rasa sakit yang agaknya telah pergi dari ujung pantatnya yang menakutkan, daya tahan protagonis sampai pada batasnya. Meskipun penggambaran insiden yang memalukan dalam sketsa itu disentuh oleh humor gelap, karya tersebut menunjukkan kesadaran kritis yang akut. Pada saat mengantar protagonis ke toilet umum, lelaki berseragam polisi itu, berkata, “Awalnya, Anda tahu, Anda dapat mengambil perhatian di mana pun Anda suka.” Kata-kata ini, yang bergema di sekitar ruang ultra-modern yang mengkilap tempat mereka berada, ternyata punya efek tak terduga. Gejala diare, yang pada waktu lain dapat dengan mudah diatasi, menjadi masalah serius karena kamar mandi umum, ditutup karena alasan keamanan KTT G20. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepentingan global KTT G20, disajikan untuk menahan kebutuhan fisik alami seorang individu. Untuk generasi lee Young-hoon, yang identitasnya terbentuk oleh konsekuensi “krisis IMF,” G20 seperti sebuah inkarnasi kontemporer IMF. SENI & BUDAYA KOREA 71


Informasi Berlanqganan

cara Berlangganan Biaya Berlanqganan

Isi formulir berlangganan di website (www.koreana.or.kr > langganan) dan klik tombol “Kirim.� Anda akan menerima faktur dengan informasi pembayaran melalui E-mail.

Daerah

Biaya Berlangganan (termasuk ongkos kirim melalui udara)

edisi lama per eksemplar*

Korea

1 tahun

25,000 won

6,000 won

2 tahun

50,000 won

3 tahun

75,000 won

1 tahun

US$45

2 tahun

US$81

3 tahun

US$108

1 tahun

US$50

2 tahun

US$90

3 tahun

US$120

1 tahun

US$55

2 tahun

US$99

3 tahun

US$132

1 tahun

US$60

2 tahun

US$108

3 tahun

US$144

Asia Timur

1

Asia Tenggara dsb 2

Eropa dan Amerika Utara 3

Afrika dan Amerika Selatan 4

US$9

* Pemesanan edisi lama ditambah ongkos kirim. 1 Asia Timur(Jepang, Cina, Hong Kong, Makau, dan Taiwan) 2 Asia Tenggara(Kamboja, laos, Myanmar,Thailand,vietnam, Filipina,Malaysia, Timor leste,Indonesia,Brunei, Singapura) dan Mongolia. 3 Eropa(termasuk Russia and CIS), Timur Tengah, Amerika Utara, oseania, dan Asia Selatan (Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, nepal, Pakistan, dan Sri lanka) 4 Afrika, Amerika Selatan/Sentral (termasuk Indies Barat), dan Kepulauan Pasifik Selatan

mari bergabung dengan mailing list kami tanggapan Pembaca

84 KOREANA musim Panas 2016

Jadilah orang pertama yang mengetahui isu terbaru; maka daftarkan diri Anda pada Koreana web magazine dengan cara mengirimkan nama dan alamat e-mail Anda ke koreana@kf.or.kr * Selain melalui majalah web, konten Koreana tersedia melalui layanan e-book untuk perangkat mobile (Apple i-books, Google Books, dan Amazon)

Tanggapan atau pemikiran Anda akan membantu kami meningkatkan daya tarik Koreana. Kirimkan komentar dan saran Anda melalui E-mail ke koreana@kf.or.kr.


koreana@kf.or.kr


koreana@kf.or.kr


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.