Pemilihan Gubernur Jakarta 2012 lalu merupakan momentum paling tepat bagi kita untuk melihat keberimbangan media. Bagaimana tidak, proses demokrasi lokal ini sangat kompetitif, melibatkan hingga enam pasangan calon, dan diikuti oleh dua calon independen non-partai. Selama proses ini berlangsung media menjadi pihak yang paling strategis bagi setiap kandidat untuk menjadi vote getter maupun sebagai sarana perang opini.
AJI Jakarta tidak ingin proses penting ini terlewatkan begitu saja. Sebagai organisasi profesi, AJI Jakarta ingin mengajak setiap media tetap berimbang dan independen selama pilkada. Dengan bantuan pendanaan dari Yayasan Tifa, tim riset AJI Jakarta pun melihat berita-berita yang muncul di media. Pemantauan berita dilakukan dalam empat bagian. Bagian pertama adalah 1-15 Juni 2012, lalu 16-30 Juni 2012. Bagian ketiga analisa dilakukan untuk periode 1-31 Juli 2012 dan terakhir pada 1-13 September 2012.