Amrta Institute for water literacy
22 Maret 2017
Laporan Hari Air Sedunia 2017
Jogja Darurat Air aerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak pernah surut menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Pada 2015, wisatawan domestik di Yogyakarta tercatat mencapai 3,9 juta, sedangkan wisatawan mancanegara hampir 300 ribu. Jumlah wisatawan terus meningkat setidaknya tiga tahun terakhir. Namun, prestasi wisata ini menimbulkan ekses negatif bagi warga Yogyakarta sendiri: ancaman krisis air.
D
Ti n g g i n y a k u n j u n g a n w i s a t a w a n mendorong pertumbuhan bisnis hotel dan apartemen. Di Kota Yogyakarta, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang seperempat (25,38%) dari keseluruhan PDRB. Kabupaten Sleman tidak jauh berbeda. Kontribusi tiga sektor serupa, yang terkait erat dengan pariwisata, mencapai 22,54%. Masalah kemudian timbul karena sektor-sektor yang tumbuh dengan pesat ini membutuhkan air dalam jumlah yang besar untuk beroperasi. Eksploitasi air yang dilakukan oleh hotel dan apartemen mengancam keberadaan
sumber air bersih milik warga. Warga yang tinggal di sekitar sejumlah hotel dan apartemen telah mengeluhkan sumur air tanah, sumber air bersih utama mereka, yang semakin surut. Gerakan warga untuk memperjuangkan hak atas air bersih, seperti gerakan “Jogja Asat�, berkembang besar dengan dukungan warga, aktivis, dan seniman. Amrta Institute bersama Yayasan Tifa turut berupaya menelusuri dan membongkar persoalan air di Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data terkait persediaan dan kebutuhan air bersih, penggunaan air oleh hotel dan apartemen, serta keluhan warga terkena dampak pembangunan hotel dan apartemen. Dari penelitian ini didapat sejumlah temuan terkait adanya sejumlah daerah di Yogyakarta yang menghadapi krisis air bersih, tingginya eksploitasi air tanah oleh hotel dan apartemen, serta sejumlah persoalan yang dihadapi warga yang tinggal di dekat hotel dan apartemen.
Warga Kelurahan Karangwuni, Kabupaten Sleman, menyaksikan pembangunan Apartemen Uttara yang berdekatan dengan rumah mereka. Warga menolak pembangunan apartemen tersebut.
Jogja Darurat Air
1
Permukiman warga Miliran, Kota Yogyakarta, yang berbatasan langsung dengan hotel. Warga mengeluhkan air sumur yang semakin surut sejak keberadaan hotel.
Ancaman krisis air Berdasarkan perhitungan perbandingan antara imbuhan air dan kebutuhan air rumah tangga saja, semua kecamatan di Kota Yogyakarta mengalami defisit air bersih, sehingga terancam mengalami krisis air. Defisit akan lebih tinggi lagi jika ditambahkan kebutuhan bisnis dan komersial. Di antara semua kecamatan, lima kecamatan yang paling rawan mengalami krisis air adalah Gondokusuman, Mergangsan, Mantrijeron, Jetis, dan kecamatan Umbulharjo. Lima kecamatan ini merupakan daerah yang padat penduduk, sehingga membutuhkan banyak air bersih. Kebutuhan air bersih semakin tinggi karena di lima kecamatan ini juga terdapat hotel-hotel.
2015. Akan tetapi, moratorium didasari oleh pertimbangan tata ruang, yaitu pelarangan pendirian hotel di sejumlah kecamatan yang masuk dalam daerah resapan air, bukan pada tingginya eksploitasi air oleh bisnis ini. Konflik horisontal antara warga dengan pengusaha hotel dan apartemen menjadi tak terhindarkan. Dengan modal yang besar, hotel dan apartemen mampu membangun sumur dengan daya sedot yang besar. Di sisi lain, warga hanya mampu membuat sumur dangkal yang airnya semakin surut ketika hotel didirikan di dekat permukiman. Jika berkompetisi dengan hotel dan apartemen, warga harus membangun sumur bor dalam yang biayanya mencapai 400-500 juta. Sesuatu yang sulit dilakukan warga. Kompetisi ini jelas tidak berimbang dan warga menjadi korban.
Kebutuhan air akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah hotel tiap tahunnya. Saat ini setidaknya terdapat 350 hotel berbintang di DIY dengan 15.000 kamar. Sedangkan apartemen yang dalam tahap perencanaan dan pembangunan berjumlah 30 dengan total kamar sebesar 12.000. Itulah kenapa tuntutan utama gerakan warga adalah pengendalian pembangunan hotel dan apartemen.
Yogyakarta memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap air tanah. Saat ini sekitar 51,83 % kebutuhan air warga Yogyakarta masih dipenuhi dari air tanah. Sebagian besar kebutuhan air bersih untuk hotel dan apartemen juga dipenuhi dengan air tanah.
Tuntutan ini direspon oleh wali kota Yogyakarta dengan kebijakan moratorium penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada 2016. Namun kebijakan ini belum efektif mengatasi persoalan air warga. Kabupaten Sleman menerbitkan kebijakan serupa pada
Salah satu faktor utama yang melatarbelakangi hal ini adalah murahnya air tanah. Di Yogyakarta, tarif pajak air tanah adalah Rp 2000 per meter kubik. Tarif ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan tarif air PDAM untuk pelanggan komersial, yang di
Jogja Darurat Air
Ketergantungan terhadap air tanah
2
Seorang warga sedang melakukan protes terhadap sebuah hotel di Miliran, Kota Yogyakarta, yang dianggap menimbulkan kekeringan sumur warga sekitar.
dalamnya termasuk hotel, yang mencapai Rp 16.500 per meter kubik. Tidak mengherankan jika hotel dan apartemen lebih memilih menggunakan air tanah. Sebagai contoh, hotel dengan 400 kamar membutuhkan biaya Rp 2 miliar per bulan jika menggunakan air PDAM. Sementara untuk membuat sumur dalam, hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 500 juta. Selain murah, mencuri air tanah, yaitu mengambil air tanah tanpa izin dan membayar pajak, juga sangat mudah dilakukan. Pengawasan terhadap penggunaan sumur air dalam untuk tujuan komersial saat ini masih lemah. PDAM sendiri masih mengandalkan air tanah untuk bahan baku. Setidaknya sejak 2010, penggunaan air tanah oleh PDAM terus berada di kisaran 80%. Bahkan pada 2015, sumber air PDAM dari air tanah mencapai 86,76%, menyisakan hanya 13% dari air permukaan. Sebagai perbandingan, PDAM di Jakarta menggunakan 100% air permukaan, dan di Surabaya 97%. Idealnya, PDAM bisa menjadi tulang punggung solusi penyediaan air perkotaan dengan menggunakan air permukaan yang lebih berkelanjutan. Selain menimbulkan rawan krisis air, penggunaan air tanah juga berisiko bagi kesehatan masyarakat. Sebesar 90% air tanah di Kota Yogyakarta tercemar bakteri e-coli. Dampak e-coli bagi kesehatan bukan hanya diare seperti yang telah dipahami masyarakat, namun juga risiko tekanan darah tinggi, gangguan ginjal, dan penyakit jantung. Kandungan bakteri e-coli tidak hanya ditemukan pada sumur warga. Berdasarkan uji air terhadap 7 hotel di Yogyakarta, setidaknya ada 3 hotel berbintang yang airnya mengandung bakteri e-coli yang melebihi batas yang diperbolehkan. Selain bahwa air
yang digunakan berisiko, kandungan e-coli merupakan karakteristik air tanah. Artinya, hotel-hotel banyak yang menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya. Warga melawan krisis air Eksploitasi air yang dilakukan hotel dan apartemen secara langsung dapat berdampak pada warga karena dekatnya lokasi dengan permukiman. Warga yang tinggal dengan jarak hanya 1-5 meter dengan hotel/apartemen sangat mudah ditemukan. Dari survei terhadap warga yang tinggal di dekat hotel/apartemen, mayoritas 74% warga merasakan adanya dampak negatif. Meskipun sebagian besar warga menyebutkan dampak negatif yang dirasakan adalah polusi udara dan polusi suara, namun terdapat 9% warga yang secara spesifik menyebutkan bahwa sumur mereka surut sejak adanya pembangunan hotel/apartemen. Jumlah ini cukup mengkhawatirkan karena jika tanpa ada penanganan yang radikal, jumlah warga yang kehilangan sumber air bersih akan terus bertambah. Secara keseluruhan, penurunan muka air tanah di Yogyakarta terjadi dengan laju hingga 30 cm tiap tahun, sehingga air sumur warga akan terus surut dan sulit dijangkau. Untuk mengatasi hal ini, pengambilan air tanah oleh hotel dan apartemen harus dikendalikan. Hal ini karena lapisan antara air tanah dalam, yang diambil oleh hotel dan apartemen, dengan air tanah dangkal, yang biasa digunakan warga, tidak kedap air. Artinya, pengambilan air oleh hotel dan apartemen dalam jumlah besar secara langsung mempengaruhi ketersediaan air bersih di sumur warga.
Amrta Institute for Water Literacy < Jl. Villa Ngaliyan IV Blok E No. 12, Semarang < 024-7618500 < amrta@amrta-institute.org http://amrta-institute.org <
Jogja Darurat Air
3