Modul Upaya Identifikasi dan Penanggulangan Tawuran Pelajar/Remaja

Page 1


MODUL Upaya Identifikasi dan Penanggulangan Tawuran Pelajar/Remaja


Modul Upaya Identifikasi dan Penanggulangan Tawuran Pelajar/Remaja Tim CERIC-FISIPUI: Ir. Andi Muhammad Jufri, M.Si. Lidya Triana, S.Sos., M.Si. Irene Sondang F., S.Si., M.Si. Praditya Andika Putra, S.Sos. Koordinator dan Editor: Imam B. Prasodjo, Ph.D. Cetakan: September, 2013 Kerjasama: CERIC FISIP UI dan Yayasan Tifa

ii


Daftar Isi Prakata

Bagian I.

Pengantar

1

Bagian III.

2

Materi 1: Penentuan Lokasi dan Sekolah.... 9 Materi 2: Observasi Melalui Pendekatan Sekolah.......................................12 Materi 3: Observasi Melalui Pendekatan Komunitas....................................14 Materi 4: Pemetaan Konflik........................16

Latar Belakang Penelitian.................2 Kerangka Konseptual........................3

Bagian IV. Bagian II.

Alur Model

Tahapan Identifikasi

Tahapan Kegiatan Transformasi

8

20

5

Maksud dan Tujuan.........................5 Pokok Bahasan................................ 5 Skema Alur Tahapan........................5 Siapa yang Menggunakan.................6 Cara Menggunakan Modul................7

Materi 1: Transformasi Individu...............21 Materi 2: Transformasi Kelompok.............24 Materi 3: Transformasi Hubungan Antarkelompok ....................... 25 Bagian V.

Tahap Aksi Bersama

35

iii


Di tengah fragmentasi sosial yang semakin tajam, kita memerlukan beragam program yang merekatkan hubungan berbagai pihak (cross-cutting affiliation programs) sehingga kohesi sosial tetap terjaga dan kedamaian berkelanjutan selalu terbina (Imam B. Prasodjo, Ph.D).

iv


Prakata Modul ini disusun berdasarkan hasil penelitian tentang tawuran pelajar (remaja) yang dilakukan Center for Research on Intergroup Relations and Conflict Resolution (CERIC) FISIP-UI dengan didanai oleh Yayasan TiFA. Penelitian dilakukan pada kurun waktu 20122013 di wilayah Manggarai, Setiabudi dan Menteng, Jakarta, yang memakan waktu hampir satu tahun. Karena penelitian merupakan action research, para pelajar dan remaja, terutama yang sering terlibat langsung dalam tawuran dilibatkan dalam penelitian. Bersama para pelajar dan remaja terkait, tim peneliti mengidentifikasi sebab-sebab tawuran, lokasi tawuran, siapa-siapa yang menjadi pelaku utama tawuran hingga langkah-langkah penyelesaian yang perlu dilakukan untuk menghentikan tawuran. Dari hasil penelitian dan interaksi panjang dengan para pelajar dan remaja yang terlibat tawuran, tumbuh keyakinan bahwa kebiasaan tawuran bukanlah hal yang mustahil untuk dihilangkan. Harapan ini setidaknya terlihat pada saat tim peneliti melakukan serangkaian “program transformasi� (pengalihan pemahaman, perasaan/empathy dan peran) yang dirancang berdasarkan pemahaman yang diperoleh selama penelitian.

Modul ini ditulis sebagai rekaman pembelajaran yang bersifat aplikatif. Semoga pengalaman ini dapat dijadikan salah satu acuan penting dalam memahami dan menyelesaikan konflik-konflik sosial yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Tentu saja, berbagai pengembangan masih sangat diperlukan bila modul ini akan diterapkan dalam kasuskasus lain yang memiliki konteks yang berbeda. Namun setidaknya kami berharap dengan adanya modul ini, sebuah langkah nyata dapat lebih mudah dilakukan. Akhirnya, kami berharap agar kiranya modul ini bermanfaat bagi para pegiat perdamaian yang tengah berupaya menghilangkan tawuran pelajar di berbagai tempat di Indonesia. Salam, Tim Ceric UI

1


Bagian I.

Pengantar

Modul Upaya Identifikasi dan Penanggulangan Tawuran Pelajar/Remaja ini ditulis untuk merespons masalah tawuran pelajar dan remaja, khususnya yang terjadi di kota-kota besar Indonesia, yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Melalui modul ini, pembaca diharapkan dapat memahami bagaimana tawuran terjadi di suatu wilayah dan juga mendapat panduan langkahlangkah penyelesaian yang dapat dilakukan. Dengan upaya ini diharapkan akan tumbuh langkah-langkah nyata yang menyeluruh, tidak saja “memahami masalahnya� tetapi juga “menyelesaikan masalah� yang kita hadapi bersama.

tetapi juga para alumni dan para pemuda yang berhimpun dalam kelompok-kelompok geng (Inggris: gang) yang tinggal di sekitar rumah mereka. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ditemukan, para pelajar yang menjadi aktor utama tawuran memiliki keterkaitan erat tidak saja dengan sesama para pelajar sendiri, tetapi juga dengan para alumni dan para pemuda anggota geng yang berada di sekitar sekolah dan rumah. Faktor lingkungan sekolah dan lingkungan rumah ikut memengaruhi kejadian-kejadian tawuran yang dilakukan para pelajar (Lihat Bagan 1).

Latar Belakang Penelitian Modul ini ditulis berdasarkan hasil Action Research tentang tawuran pelajar dan remaja di Jakarta, khususnya pelajar SMP di sekitar wilayah Manggarai, Setiabudi dan Menteng. Penelitian dilakukan pada 2012-213 dan berlangsung selama hampir satu tahun. Penelitian dilakukan tidak hanya semata-mata tertuju pada para pelajar SMP yang menjadi pelaku utama (pentolan) tawuran,

2

Lingkungan Sekolah

Potensi Tawuran Pelajar

Lingkungan Tempat Tinggal

Bagan 1: Pendekatan dalam Pemahaman Tawuran Pelajar


Dengan langkah ini, penelitian berupaya mengidentifikasi sebab-sebab tawuran, lokasi tawuran, siapa-siapa yang menjadi pelaku utama tawuran hingga langkah-langkah penyelesaian yang perlu dilakukan untuk mencegah dan menghentikan tawuran.

? Bahwa kajian ini merupakan pengamatan yang

bersifat menyeluruh, mulai dari pemahaman berbagai potensi penyebab tawuran hingga pada terjadinya tawuran dan akibat-akibatnya.

Karena modul ini ditulis berdasarkan pengalaman dan kajian yang bersifat khusus, beberapa catatan penting perlu dikemukakan:

Catatan: Dengan kondisi khusus di atas, kiranya pembaca dapat melakukan berbagai penyesuaian dalam menggunakan modul ini sesuai dengan kondisi masing-masing.

? Pelajar/remaja yang terlibat tawuran yang

Kerangka Konseptual

menjadi kajian ini adalah mereka yang masuk dalam kategori usia sekolah 11 – 15 tahun (usia sekolah setingkat SMP) ? Kajian ini dilaksanakan dengan mengaitkan kondisi lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal yang ikut mempengaruhi terjadinya tawuran. ? Kajian ini dilaksanakan pada wilayah permukiman padat dengan karateristik ekonomi penduduk menengah ke bawah ? Kajian ini menggunakan teknik kualitatif, baik dalam pengumpulan data maupun analisis. Pe n g g a l i a n d a t a d i l a k u k a n d e n g a n menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam dengan para aktor dan berbagai pihak terkait.

Tawuran pelajar merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap beragam persoalan yang dihadapi pelajar/remaja saat ini. Awal masalah dapat dimulai dari dalam keluarga sendiri, sebagai sebuah institusi terkecil. Anak yang menginjak usia remaja selalu membutuhkan acuan moral yang kuat sebagai dasar pijakan dalam berperilaku. Peran dan kehadiran orangtua, baik ayah atau ibu, menjadi sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai positif yang mempengaruhi perilakunya dalam komunitas. Perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari dapat sangat dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi dalam keluarga. Bentukbentuk interaksi yang penuh kedamaian atau sebaliknya penuh kekerasan, akan berpengaruh langsung terhadap perilaku positif ataupun negatif anak.

3


Namun demikian, saat anak menginjak remaja, pengaruh teman sebaya, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah (komunitas) dapat sangat besar dampaknya dalam membentuk perilaku anak. Pola asuh yang baik, penuh interaksi damai dan positif, akan menumbuhkan bentuk interaksi yang baik pula. Sebaliknya, kondisi lingkungan yang kacau, miskin dengan kegiatan produktif dan menyenangkan, akan cenderung menciptakan bentuk-bentuk “kreatifitas negatif.� Tawuran antar pelajar atau konflik antar geng remaja, adalah salah satu bentuk dari kreativitas negatif itu. Tawuran dipilih sebagai bentuk mekanisme untuk mengatasi persoalan (coping mechanism) yang timbul di lingkungan keluarga, sekolah atau komunitasnya.

sehingga tawuran sebagai tindak kekerasan yang merupakan perilaku negatif dapat dicegah atau ditransformasikan ke arah yang positif. CERIC-FISIP UI sebagai lembaga studi yang didirikan tidak hanya bertujuan untuk memahami masalah konflik yang terjadi, tetapi juga berupaya menyelesaikan masalah, telah berupaya melakukan sebuah program transformasi untuk mencegah dan menghentikan tindak kekerasan tawuran pelajar, khususnya di wilayah Manggarai, Setiabudi dan Menteng, Jakarta.

Untuk mengatasi masalah ini, sekolah dapat menjalankan fungsi sangat penting. Manakala peran keluarga dan komunitas tempat anak dibesarkan melemah, sekolah dapat mengambil peran lebih dominan dalam menanamkan nilai-nilai positif sebagai bekal berperilaku dalam masyarakat. Sekolah dapat berperan sebagai agen transformasi individu sehingga anak didik dapat berpartisipasi secara positif dalam masyarakat1. Namun, manakala keluarga, komunitas dan sekolah tidak menjalankan fungsinya dengan baik, perlu ada lembaga lain yang menjalankan peran itu 1

Lisa J. Yogan, School Tracking and Students Violence, Annals of the American Academy of Political and Social Science, Vol. 567, School Violence (Jan., 2000), pp. 108-122.

4

Kesepakatan dan penandatangan komitmen dua kelompok yang berkonflik


Bagian II.

Alur Modul

Maksud dan Tujuan

POKOK BAHASAN Modul ini dibagi ke dalam tiga bagian utama yaitu:

Modul ini disusun sebagai kelanjutan hasil penelitian tentang tawuran pelajar di Jakarta yang dilakukan oleh Tim CERIC-FISIP UI. Sebagai bagian dari laporan akhir, modul disusun untuk memberikan panduan bagi para akademisi ataupun aktivis perdamaian yang ingin melakukan intervensi sosial secara langsung dalam mengatasi masalah tawuran yang sering terjadi. Diharapkan dengan modul ini, Tim CERIC-FISIP UI dapat berbagi pengalaman tentang bagaimana memahami dan melakukan intervensi untuk mengatasi tawuran di suatu wilayah di Jakarta. Dengan ditulisnya modul ini diharapkan: 1. Diperoleh gambaran tentang bagaimana tawuran pelajar/remaja terjadi. 2. Diperoleh gambaran bagaimana identifikasi dan pemetaan tawuran pelajar/remaja dilakukan. 3. Diperoleh gambaran bagaimana sebuah program transformasi pelajar dilakukan.

1. Kegiatan Identifikasi Masalah 2. KegiatanTransformasi Berfikir, Berempati, dan Berperilaku Damai 3. Kegiatan Aksi Bersama Berkelanjutan (Energetic Engagement Based on Cross Cutting Sustainable Activities)

SKEMA ALUR TAHAPAN identifikasi

transformasi

aksi bersama

Pada masing-masing tahapan tersebut juga terdapat sub tahapan yang akan menjelaskan lebih detail tentang langkah kerja yang akan dilakukan seperti yang dilihat pada skema di bawah ini:

5


I. Kegiatan Identifikasi

Penentuan Lokasi & Sekolah Observasi Melalui Pendekatan Sekolah Observasi Melalui Pendekatan Komunitas Pemetaan Konflik

II. Kegiatan Transformasi

Transformasi Individu

Transformasi Kelompok

Transformasi Hubungan Antar Kelompok

III. Aksi Bersama Berkelanjutan (Bersifat lintas-kelompok yang semula bertikai)

Program Berdasarkan Minat/ Ketertarikan Khusus

Pengembangan kapasitas belajar mata pelajaran di sekolah

Bagan 2: Skema Tahapan Kegiatan

SIKAP YANG PERLU DIKEMBANGKAN DALAM ACTION RESEARCH Beberapa sikap yang perlu diperhatikan dalam mendekati pelajar/remaja dan komunitas tawuran Saat melakukan action research antara lain: 1. Pilihlah waktu yang tepat, tidak terburu-buru sehingga mereka tidak merasa sedang dijadikan sasaran/objek penelitian. Bersikaplah fleksibel dalam waktu dan tempat saat mendekati mereka. Sikap sabar sangat dibutuhkan. 2. Perlu pendekatan yang tepat saat berinteraksi dengan para pelajar. Hindari sikap menghakimi judgemental. Ikuti alam fikiran mereka dan usahakan memahami cara pandang mereka tanpa perlu terburu-buru mengemukakan pendapat tentang apa yang mereka fikirkan dan lakukan. Sikap kreatif dan membumi dalam melakukan pendekatan sangat penting.

SIAPA YANG DAPAT MENGGUNAKAN MODUL INI ?

1. Modul ini bisa dipakai oleh para akademisi ataupun aktivis perdamaian yang tidak saja ingin mengetahui secara singkat sebab-sebab tawuran pelajar, namun juga langkah-langkah cara mengatasinya. 2. Para pengambil kebijakan juga dapat mengambil manfaat dari modul ini.

6

3. Perlu disadari bahwa menangani konflik adalah “seni.� Tidak ada panduan baku/bersifat pasti. Panduan tidak dapat selalu diaplikasikan di mana saja dan kapan saja. Oleh karena itu sikap kreatif dan inovatif dengan melihat konteks yang ada sangat penting.


CARA MENGGUNAKAN/MEMBACA MODUL Modul ini merupakan suatu kesatuan yang harus dibaca secara utuh dan berurutan, agar penanganan tawuran pelajar/remaja dapat dilaksanakan secara optimal. Pengaplikasian modul harus memperhatikan karakteristik masalah yang dihadapi. Modul ini disusun berdasarkan pemahaman dan keterlibatan peneliti terhadap para pelaku tawuran. Bentuk-bentuk intervensi untuk menyelesaikan tawuran di tempat dan waktu berbeda, bisa jadi memerlukan berbagai modifikasi. Modul ini digunakan sekedar untuk acuan komparatif dalam pemahaman dan penanganan konflik/tawuran pelajar, bukan sebagai acuan baku dalam pelatihan dan penanganan tawuran yang pasti cocok untuk diterapkan di manapun. Walaupun demikian, langkah-langkah yang digambarkan dalam modul ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk memahami dan menyusun rencana kerja penanganan tawuran yang konteksnya sesuai dengan apa yang digambarkan dalam modul ini.

Kegiatan transformasi grup

7


Bagian III. Tahap Identifikasi Kegiatan identifikasi masalah merupakan dasar utama untuk memahami proses terjadinya tawuran secara keseluruhan. Melalui identifikasi dapat diketahui secara jelas bagaimana, siapa dan kapan tawuran terjadi. Kegiatan identifikasi meliputi 4 hal, yaitu: No 1

Sub Tahapan Kegiatan Identifikasi Penentuan Lokasi dan Sekolah

2

Observasi melalui Pendekatan Sekolah

3

Observasi melalui pendekatanKomunitas/Tempat Tinggal

4

Pemetaan Konflik

8

Penjelasan

Pendekatan Yang Biasa Digunakan

Penentuan cakupan wilayah studi termasuk titik sekolah-sekolah yang bermasalah Penggalian informasi melalui lembaga struktural formal seperti sekolah

Berdasarkan data primer dan sekunder (mis : hasil wawancara, data tabular BPS/Dinas terkait) Berdasarkan keterangan dari berbagai stakeholder melalui : a. Teknik kualitatif : wawancara dan FGD b. Teknik kuantitatif : kuesioner dan data sekunder

Penggalian informasi terhadap komunitas/perkumpulan/organisasi/geng yang ada di wilayah tempat tinggal pelajar Upaya memetakan informasi yang didapat secara komprehensif berdasarkan kerangka penelitian yang dirumuskan

Berdasarkan hasil observasi yang disusunmemenuhi kriteria 5W dan 1H (Who, What, Where, When, Why and How atau Siapa, Apa,Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana situasi tawuran terjadi). Sebagai alat bantu menggunakan konsep tertentu (Misal: Skema Titian Perdamaian)


Kotak Penting 1. Kegiatan Identifikasi memakan waktu 5-6 bulan 2. Semakin banyak melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), maka semakin kaya hasil identifikasinya

MATERI 1 PENENTUAN LOKASI DAN SEKOLAH SMPN

3. Kelompok Stakeholders yang perlu dilibatkan dalam penggalian informasi adalah : i) Kumpulan pelajar/remaja yang sering melakukan tawuran, ii) Pihak sekolah (guru, siswa), iii) Komunitas (orang tua, perkumpulan/geng, tokoh informal dan formal, seperti , pemerintah lokal yaitu camat/lurah /RW/RT, polisi), iv) Alumni Sekolah Tujuan Menentukan fokus wilayah dan sasaran penelitian yang terkait dengan jaringan tawuran agar kegiatan penelitian dapat dilakukan secara optimal.

SMKN SMKN

SMPN

SMPN SMPN

Waktu Âą 1-2 Bulan Metode Pengumpulan Data Primer l Wawancara tidak terstuktur (peneliti mengajukan

SMP/SMA Dwisaka

SMP/SMK

SMPN SMP YPRI (Pasar Manggis)

SMK

SMPN SMPN SMPN

SMPN

SMP

SMP

SMP

pertanyaan secara bebas untuk mengeksplorasi beragam faktor yang terkait dengan tema penelitian) l FGD dengan berbagai kelompok masyarakat untuk menjajagi berbagai hal yang diketahui kelompok masyarakat terkait tema penelitian.

9


Pengumpulan Data Sekunder l Pengumpulan data statistik dari beberapa instansi

terkait ( antara lain dari Kecamatan/ Kelurahan /Sekolah.) l Informasi historis dari liputan media cetak maupun internet.

Alat dan Bahan 1. Daftar media cetak dan elektronik 2. Hubungan Internet 3. Pedoman wawancara 4. Alat Tulis 5. Alat perekam suara

dan kamera foto/video 6. Kelengkapan untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD)

Kegiatan 1. Mencari informasi awal terkait tema penelitian melalui media cetak dan elektronik. 2. Mencari informasi lanjutan dengan mendapatkan data statistik resmi. 3. Mengkonfirmasi informasi yang diperoleh dari data sekunder tentang kondisi lapangan melalui observasi lapang dan melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, guru, pelajar, dan anggota komunitas/geng. 4. Membuat daftar lokasi-lokasi potensial yang menjadi wilayah penelitian dan mencatat kekhususan masing-masing wilayah. 5. Memilah sasaran penelitian berdasarkan latarbelakang sekolah (SD, SMP, SMA, Alumni Melanjutkan, Alumni Menganggur atau status lain). 6. Menentukan fokus utama wilayah studi berdasarkan intensitas tawuran, kondisi masyarakat sekitar lokasi, dan kemudahan akses untuk melakukan penelitian.

10

Kotak Penting Kotak Penting ? Wilayah

utama penelitian meliputi area sekolah yang sering menjadi lokasi tawuran. ? Wilayah lain yang juga menjadi bagian dari wilayah penelitian adalah area tempat tinggal pelajar dan sekitarnya serta wilayah kelompok geng yang sering terkait dalam tawuran. ? Penentuan batas wilayah penelitian sebaiknya dilakukan agar tidak terlalu luas. Namun, pembatasan tidak harus kaku mengingat batas wilayah dapat ditentukan berdasarkan fungsi (alur jaringan konflik) atau pun semata-mata atas dasar batas w i l aya h a d m i n i s t r a s i ( k e l u r a h a n / kecamatan). ? Bila penelitian yang dilakukan merupakan langkah awal, sebaiknya jangan mengambil


wilayah/lokasi dengan permasalahan yang terlalu kompleks, misalnya terdapat masalah tumpang tindih: legalitas kependudukan, rawan bencana, kemiskinan yang parah, dan jaringan narkoba. Hal ini perlu dilakukan agar fokus tujuan awal penelitian dan penanganan tawuran mudah dilakukan Contoh sekolah yang dipertimbangan sebagai fokus penelitian berdasarkan jumlah musuh tawuran.

SMPN

SMPN

SMP/SMA Dwisaka

SMP/SMK

Kotak Kasus Dalam penelitian ini, tim peneliti melakukan observasi mendalam untuk mengidentifikasi sekolah-sekolah yang paling sering terlibat tawuran dan daerah yang paling sering menjadi wilayah tawuran di DKI Jakarta. Observasi dilakukan dengan studi literatur, pencarian data sekunder melalui media cetak maupun elektronik, maupun dari sumber-sumber resmi seperti kepolisian. Observasi diperdalam dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan yang memahami daerah rawan konflik di wilayah tertentu DKI Jakarta. Berdasarkan informasi yang terhimpun, peta dan pola konflik secara menyeluruh diidentifikasi. Atas dasar kepentingan praktis, dua sekolah yang paling saling bermusuhan (melakukan tawuran) dipilih sebagai fokus utama penelitian. Selain itu, hal khusus ikut menjadi pertimbangan dalam pemilihan sekolah yaitu salah satu sekolah yang terlibat tawuran diketahui merupakan sekolah penampungan para siswa yang dikeluarkan dari sekolah-sekolah lain karena tindak kenakalan yang mereka lakukan.

SMPN SMP YPRI (Pasar Manggis)

SMK

SMPN SMPN

SMP

SMP

SMP

Kedua sekolah terpilih tersebut, selain dijadikan sasaran utama penelitian, juga dijadikan sasaran “program transformasi� yang menjadi model penanganan tawuran dalam kasus ini.

11


MATERI 2 OBSERVASI MELALUI PENDEKATAN SEKOLAH

Tujuan Memperoleh gambaran masalah tawuran dari sudut pandang para aktor di lingkungan institusi sekolah. Waktu Âą 2 Bulan Metode Pengumpulan Data Primer l Observasi l Wawancara Mendalam l FGD

Pengolahan Data l Pemetaan Spasial l Kategorisasi Data Tabular

12

Kegiatan 1. Menyusun pedoman umum wawancara dan observasi dengan membuat daftar 5W dan 1H (Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana tawuran terjadi). 2. Dengan berbekal informasi sekunder yang telah dihimpun, peneliti melakukan kunjungan lapangan menuju beberapa sekolah di wilayah penelitian untuk observasi. 3. Mencatat/memetakan/mengenali: kondisi struktur kepengurusan sekolah, kondisi internal sekolah (interaksi antar angkatan, kegiatan ekstrakurikuler), kondisi demografi sekolah. 4. Melakukan pertemuan bersama dengan beberapa pelajar dan guru-guru sekolah di wilayah penelitian. 5. Secara lebih terfokus, melakukan wawancara mendalam dengan perwakilan guru, dan perwakilan OSIS. Pendekatan formal, semi formal, informal dilakukan dalam menggali informasi. 6. Mengikuti aktivitas formal dan informal yang ada di dalam sekolah seperti kerja bakti, “nongkrong� bersama atau kegiatan kolektif lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengakrabkan diri dan mengurangi resistensi warga sekolah.


7. Bersama guru/pihak sekolah dan pelajar yang perdamaian, dan mengundang beberapa sekolah, kooperatif, peneliti melakukan pendataan termasuk dua sekolah yang dijadikan fokus pelajar yang pernah dan sering melakukan Kotak Penting penelitian. Materi seminar diarahkan untuk tawuran serta mengidentifikasi “pentolannya.� memberikan kesadaran tentang pentingnya 8. Mengolah data hasil turun lapangan dengan penelitian sebagai dasar melangkah mencari melakukan kodefikasi dan kategorisasi. solusi. Setelah seminar berakhir, peneliti mulai Alat dan Bahan mendekati kembali kedua sekolah itu secara perlahan, dan menawarkan kerjasama untuk 1. Pedoman wawancara membangun lingkungan sekolah ke depan agar 2. Peta/visualisasi cakupan sekolah lebih baik. Upaya membangun kepercayaan 3. Alat perekam (foto dan kamera) sangat penting. Peneliti tidak langsung 4. Biaya konsumsi sebagai dukungan dalam melakukan membicarakan masalah pokok yang menjadi pendekatan dengan siswa tujuan utama, tetapi menggali fikiran dari pihak 5. Penyediaan alat/bahan yang dibutuhkan sebagai dukungan saat berpartisipasi melakukan kegiatan di sekolah sendiri tentang bagaimana mengatasi sekolah masalah yang dihadapi. Peneliti bersikap sekedar sebagai mitra dalam mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi pihak sekolah, tanpa ada Kotak Kasus kepentingan lain. Peneliti juga harus meyakinkan pihak sekolah bahwa identitas sekolahnya akan Melakukan pendekatan terhadap sekolah seringkali dirahasiakan untuk menjaga nama baik mereka. bukan hal mudah. Hal ini terjadi karena seringnya sikap resisten dari pihak sekolah karena khawatir sekolah mendapat label negatif sebagai “sekolah tawuran� . Sebagai jalan keluar, peneliti kemudian mencoba masuk melalui penyelenggaraan seminar mengenai

13


Kotak Penting 1. Saat memulai hubungan dengan sekolah harus dipadukan pendekatan formal dan semi-formal. 2. Peneliti harus bersikap fleksibel dalam menyediakan waktu dan strategi pendekatan sebagai upaya membangun kepercayaan (trust building) terhadap pihak yang menjadi informan. 3. Pada awalnya pengumpulan data dari pihak sekolah dihimpun melalui media pertemuan bersama dengan sekolah lain agar pihak sekolah yang menjadi sasaran penelitian tidak merasa menjadi target utama dan merasa “dituduh” sebagai sekolah tawuran. 4. Dalam penelitian, pertanyaan diajukan secara hati-hati, dan sedapat mungkin mengalir lancar dalam pembicaraan sehingga tidak terlihat seperti interogasi. Pedoman wawancara tertulis yang dibuat hanya digunakan peneliti sebagai catatan saja sebelum wawancara dilakukan. 5. Pada saat wawancara sudah berjalan lancar, dan kepercayaan telah tumbuh, upaya identifikasi tentang siapa saja yang biasanya terlibat tawuran dilakukan. Identifikasi sedapat mungkin mendapat nama para pelaku tawuran utamanya (”pentolan”).Wawancara juga berupaya menggali nama-nama para alumni yang sering menjadi pendukung tawuran. Nama-nama ini dibutuhkan saat kelak “program transformasi” dilakukan. Kerahasiaan nama-nama pelaku tawuran harus dijaga.

14


MATERI 3 OBSERVASI MELALUI PENDEKATAN KOMUNITAS

Tujuan Memperoleh gambaran masalah tawuran pelajar dari sudut pandang warga, para tokoh komunitas dan anggota geng di sekitar tempat tinggal para pelajar yang menjadi “pentolan” tawuran Waktu ± 2 Bulan Metode Pengumpulan Data Primer Observasi n Wawancara Mendalam n FGD n Pengolahan Data n Pemetaan Spasial n Kategorisasi Data Tabular

Kegiatan 1. Menyusun pedoman wawancara dan observasi dengan membuat daftar 5W dan 1H (Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana tawuran terjadi). 2. Dengan berbekal informasi sekunder yang telah dihimpun, peneliti melakukan kunjungan lapangan di wilayah permukiman tempat tinggal para “pentolan pelajar” yang biasa terlibat tawuran sekolah. 3. Mencatat/memetakan/mengenali: kondisi struktur komunitas (RT/RW/ perkumpulan kampung, geng dll), kondisi internal komunitas (bentuk interaksi antar warga, beragam kegiatan warga dari yang legal/positif hingga yang negatif/ilegal ), serta kondisi demografi komunitas. 4. Melakukan wawancara berkesinambungan (minimal satu minggu sekali) kepada tokoh masyarakat, perwakilan geng, dan perangkat pemerintah lokal dengan pendekatan semi terstruktur terkait dengan identifikasi tawuran pelajar. 5. Mengikuti aktivitas warga seperti kerja bakti, “nongkrong” bersama atau kegiatan kolektif lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengakrabkan diri dan mengurangi resistensi warga. 6. Mengolah data hasil turun lapangan dengan melakukan kodefikasi dan kategorisasi data.

15


Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4.

Pedoman wawancara Peta/visualisasi wilayah pemukiman tempat tinggal Alat perekam (foto dan kamera) Biaya konsumsi sebagai dukungan dalam melakukan pendekatan dengan warga 5. Penyediaan alat/bahan yang dibutuhkan sebagai dukungan saat berpartisipasi melakukan kegiatan komunitas

Kotak Kasus Sebagaimana disebutkan sebelumnya, peneliti telah menentukan dua sekolah yang akan menjadi fokus utama di dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi bagaimana tawuran terjadi pada kedua sekolah tersebut. Dalam tahap ini, peneliti mencoba meninjaklanjuti obervasi dengan mencoba mencari tahu faktor-faktor dominan dalam komunitas yang mempengaruhi secara langsung terhadap tawuran pelajar. Melalui pendekatan ini, peneliti tidak saja mendapatkan konfirmasi tentang siapa-siapa pelajar yang tinggal di lingkungan ini yang sering terlibat tawuran, namun juga informasi siapa orang terdekat di komunitas yang menjadi teman para pelajar pelaku tawuran, atau geng mana pelajar tersebut bergabung dan juga siapa diantara alumni yang sering menjadi pendukung dalam tawuran.

16

Kotak Penting 1. Pendekatan yang digunakan saat memasuki lingkungan komunitas tidak dapat bersifat formal, melainkan semi-formal, atau bahkan cenderung informal. 2. Peneliti harus fleksibel dalam menyediakan waktu dan strategi pendekatan sebagai upaya membentuk kepercayaan (trust building) terhadap informan yang akan didekati. 3. D a l a m p e n d e k a t a n k o mu n i t a s p e r l u memperhatikan jenis kelompok dalam komunitas. Dari hasil observasi, ada jenis kelompok yang kerekatannya didasarkan pada solidaritas mekanik/emosional (misalnya anggota geng ) dan juga ada yang berdasarkan solidaritas organik (keterkaitan karena hubungan kerja ekonomi (misalnya sesama tukang parkir, buruh bangunan dll). Bentuk solidaritas mekanik diperkirakan akan lebih menuntut loyalitas yang pada gilirannya bila ada salah satu anggotanya terlibat tawuran, maka akan mendorong anggota lain terlibat juga.


Kotak Penting 4. Dalam penelitian, pertanyaan diajukan secara hati-hati, dan sedapat mungkin mengalir lancar dalam pembicaraan sehingga tidak terlihat seperti interogasi. Pedoman wawancara tertulis yang dibuat hanya digunakan peneliti sebagai catatan saja sebelum wawancara dilakukan. 5. Pada saat wawancara sudah berjalan lancar, dan kepercayaan telah tumbuh, upaya identifikasi tentang siapa saja yang biasanya terlibat tawuran dilakukan. Identifikasi sedapat mungkin mendapat nama para pelaku tawuran utamanya (pentolan). Wawancara juga berupaya menggali nama-nama para alumni yang sering menjadi pendukung tawuran. Nama-nama ini dibutuhkan saat kelak “program transformasi� dilakukan. Kerahasiaan nama-nama pelaku tawuran harus dijaga.

Pendekatan informal

17


MATERI 4 PEMETAAN KONFLIK

Kegiatan 1. Membuat/mencari peta wilayah penelitian yang di dalamnya terdapat lokasi sekolah dan permukiman tempat tinggal. 2. Menentukan acuan/kerangka konseptual untuk membantu dalam melakukan identifikasi dan analisis tawuran.

Tujuan Memaparkan data yang diperoleh dari hasil turun ke lapangan sehingga dapat dilakukan analisis tentang Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana tawuran terjadi. Waktu Âą 1 Bulan Metode l Pengolahan data tabular dengan kategorisasi dan

kodefikasi. l Pengolahan data spasial dengan membuat peta wilayah beserta karakteristik tawuran. l Memberikan deskripsi naratif terhadap hasil pemetaan .

18

3. Dari hasil pengumpulan data (wawancara dan FGD) dilakukan plotting terhadap tempat yang sering menjadi lokasi tawuran, lokasi-lokasi sekolah yang saling bermusuhan, basecamp tawuran, dan lokasi tempat “nongkrong� geng pendukung tawuran. 4. Mengolah data hasil turun lapangan dengan dengan melakukan kodefikasi dan kategorisasi. 5. Memberikan deskripsi naratif terhadap proses terjadinya tawuran antar sekolah berdasarkan


Bahan Bacaan Tambahan Dalam melakukan pemetaan dan analisa konflik, kerangka kerja (framework) yang dirumuskan Institut Titian Perdamaian dapat digunakan. Dalam kerangka kerja ini analisis konflik yang lebih komprehensif dapat dilakukan mulai dari melihat waktu saat eskalasi dan de-eskalasi konflik, tahapan-tahapan terjadinya konflik, kelompok/orang yang terlibat hingga pada kelompok rentan yang terkena dampak konflik. Lihat bagan berikut:

Conflict Escalation Structural Factors (Economic, Social causes) Accelerators (Hate speeches)

Securitizing Actors Conflict Building

Functional Actors

Triggering Factors (any incident that can incite violence)

Peace Building Vulnerable Groups

Conflict De-escalation Bagan 3: Analisis Konflik

Sumber: Institut Titian Perdamaian

19


Pada bagan, terlihat bahwa dalam sebuah konflik terdapat faktor-faktor penyebab yang bersifat struktural (seperti keadaan ekonomi dan sosial), faktor-faktor yang menjadi pendorong terjadinya konflik, dan juga faktor pemicunya. Saat konflik terjadi, ada masa eskalasi (conflict building) dan ada masa de-eskalasi (peace building) yang terkait dengan 2 waktu. Dalam menganalisa konflik (tawuran) yang juga penting dilihat adalah para pihak yang terlibat dan menjadi bagian dari konflik. Mereka adalah para aktor yang secara fungsional menyebabkan konflik/tawuran, para aktor keamanan yang dapat berfungsi sebagai pencegah, penengah dan memadam terjadinya konflik, serta mereka yang menjadi kelompok rentan yang terkena dampak konflik. Melalui kerangka ini dapat dilihat secara komprehensif bagaimana konflik terjadi beserta dampak yang diakibatkannya. Setelah analisis ini dilakukan, langkah yang penting dirumuskan adalah bagaimana melakukan upaya-upaya peace building (yang dalam studi ini adalah merumuskan “program transformasi�) untuk menghentikan konflik, dan merancang “program bersama yang bersifat lintas kelompok yang berkonflik� untuk menciptakan perdamaian secara berkelanjutan.

2 Moch Nurhasim dan Tri Ratnawati, Kapasitas Masyarakat dan Negara dalam Resolusi Konflik di Ambon, elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.../6788.pdf.

20


Kotak Kasus Setelah dilakukan pemahaman bagaimana tawuran terjadi di wilayah penelitian, dan menentukan fokus penelitian pada dua sekolah yang pelajarnya paling sering melakukan tawuran, serta melakukan identifikasi siapasiapa yang menjadi “pentolan� tawuran dari kalangan pelajar, alumni dan geng komunitas, tim peneliti melanjutkan pogram intervensi di dua wilayah sekolah tersebut. Program intervensi yang merupakan upaya transformasi peran dari aktivitas kekerasan (tawuran) kepada aktivitas positif (non-kekerasan) dilakukan dengan menghimpun para pentolan pelajar, alumni dan tokoh-tokoh geng terkait untuk melakukan diskusi dan perenungan bersama untuk merancang kehidupan yang lebih baik. Upaya transformasi cara berfikir yang berorientasi pada perdamaian (antikekerasan) di lakukan secara bertahap, yaitu: dengan melakukan Transformasi Individu, Transformasi Kelompok dan Transformasi Hubungan Antar-Kelompok.

Kotak Penting 1. Pemetaan perlu diolah secara cermat agar terlihat secara jelas keterkaitan antara beberapa faktor yang terkait dalam tawuran. 2. Kerangka kerja (framework) dalam melakukan penelitian dapat sangat membantu dalam melakukan analisis penelitian. Namun demikian, kerangka kerja dapat selalu disesuaikan dengan kondisi riil, sehingga analisa dapat dilakukan secara lebih tajam dan sistematis.

21


Bagian IV Tahap Kegiatan Transformasi

Kotak Penting

Kegiatan transformasi merupakan kegiatan lanjutan setelah proses identifikasi selesai. Adapun sub tahapan kegiatan transformasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Transformasi Individu, Transformasi Kelompok, dan Transformasi Hubungan Antar-Kelompok. Program transformasi ini merupakan langkah intervensi untuk mengubah cara berfikir dan berperilaku dari yang berorientasi kekerasan (tawuran) kepada cara damai dan antikekerasan. Sebagaimana telah dikemukakan, para peserta program transformasi ini adalah para pentolan pelajar, alumni dan tokoh-tokoh geng. Upaya transformasi ini dilakukan secara bertahap: Sub tahapan Kegiatan Transformasi Transformasi Individu

Transformasi Kelompok

Transformasi Hubungan Antarkelompok

22

Penjelasan

Pendekatan Yang Digunakan

Transformasi individu adalah upaya mengubah cara berfikir dan bersikap tiap pentolan tawuran ke dalam cara pandang dan sikap baru, yaitu perubahan dari sikap “jagoan” ke sikap rendah hati atau transformasi dari sikap “ingin ditakuti” kepada sikap “merebut hati orang lain untuk dicintai”. Transformasi kelompok adalah upaya mengubah cara berfikir dan bersikap seluruh anggota kelompok dengan mengedepankan kesadaran kolektif untuk bersama-sama berbuat baik. Upaya menumbuhkan kesadaran bersama ini sangat penting agar niatan yang sudah tumbuh dalam diri individu tidak hanyut dalam cara pandang lama kelompok. Transformasi Hubungan Antarkelompok adalah upaya mengubah pola hubungan antar individu dan antar kelompok yang selama ini bermusuhan ke dalam pola hubungan kerja-sama yang didasari rasa damai, saling membutuhkan, dan saling menghormati.

Pada masing-masing sub-tahapan dilakukan tiga jenis transformasi yang terkait dengan: Transformasi Cara Berfikir (mengubah cara pandang berbangga menjadi “jagoan” menjadi “malu melakukan tindak kekerasan”)

Transformasi Empathy (menggugah perasaan dengan membayangkan derita korban kekerasan)

Transformasi Perilaku (mengubah perilaku dengan menyalurkan energi pada kegiatan positif )


MATERI 1 TRANSFORMASI INDIVIDU

Kegiatan Program Transformasi Individu dilakukan dengan melakukan: 1.

PERSIAPAN i.

Menemui para pelajar, alumni, anggota geng yang dianggap aktor/“pentolan” tawuran melalui jalur sekolah maupun komunitas ii. Berbincang dan “nongkrong” bersama dengan para pentolan tersebut secara berkelanjutan (minimal satu kali seminggu) dengan pendekatan semi-formal dan informal. iii. Mengikuti kegiatan sekolah maupun warga/geng seperti kerja bakti, nonton bareng, bermain musik dan lain-lain untuk membina keakraban dan mengurangi resistensi.

Tujuan Mengubah cara berfikir dan bersikap seseorang ke dalam cara berfikir dan bersikap baru, yaitu dari sikap bangga menjadi “jagoan” kepada sikap rendah hati dan malu melakukan tindak kekerasan. Waktu ± 2 Bulan Metode l Pendekatan

langsung dengan melakukan pertemuan informal dengan aktor tawuran. l Pendekatan tidak langsung dengan melakukan: m Diskusi informal. m Penyuluhan dan Pemberian Materi Anti Kekerasan.

2.

TRANSFORMASI CARA BERFIKIR I.

Dengan pendekatan langsung: peneliti berbicara hati ke hati dengan tiap “pentolan” tawuran secara personal dengan tujuan awal agar ia bersedia menceritakan pengalamannya dalam tawuran. Bila pendekatan awal berhasil, pembicaraan dilanjutkan dengan

23


memberikan alternatif peran positif sebagai penggerak perdamaian yang tak kalah menantang tetapi lebih bermakna. ii. Dengan pendekatan tidak langsung: peneliti meminta bantuan pihak ketiga yang memiliki kompetensi dan kesamaan visi menciptakan perdamaian untuk membicarakan topik dan tujuan yang sama. Pihak ketiga tersebut harus memiliki kedekatan dengan pentolan tawuran tersebut dan dapat memberi pengaruh baik terhadapnya. Pendekatan tidak langsung juga dapat dilakukan melalui diskusi bersama yang dilakukan secara informal. Figur mantan “jagoan tawuran/preman� yang telah berhasil melakukan transformasi diri juga penting untuk dihadirkan sebagai contoh. 3.

TRANSFORMASI EMPATHY i.

24

Dengan pendekatan langsung: peneliti menceritakan dan bahkan membawa pentolan tawuran kepada korban kekerasan, dan mengambarkan dan memperlihatkan derita yang dialaminya dan keluarganya sebagai akibat tindak kekerasan dalam tawuran.

ii.

4.

Dengan pendekatan tidak langsung, peneliti memfasilitasi komunitas berdiskusi bersama, menonton video/film yang menggambarkan kepedihan akibat kekerasan. Pada saat yang sama, didiskusikan dan dipertontonkan peranperan positif yang membanggakan yang dilakukan oleh para tokoh perdamaian.

TRANSFORMASI PERILAKU i.

Dengan pendekatan langsung: peneliti mulai menanamkan visi dan nilai-nilai perdamaian, dan kemudian bersama aktor tersebut membangun berbagai aktivitas positif sebagai pengganti tawuran.

ii.

Dengan pendekatan tidak langsung: peneliti mendekatkan aktor tawuran kepada kelompok-kelompok yang melakukan kegiatan positif sehingga aktor dapat terlibat dalam aktivitas mereka.


Alat dan Bahan 1. Alat tulis menulis 2. Narasumber /motivator 3. Bahan cerita inspiratif 4. Film/video inspiratif

Kotak Penting 1. Setiap aktor/pentolan tawuran memiliki latar belakang keluarga yang bersifat khusus. Pemahaman mendalam tentang kondisi tiap aktor sangat penting agar dalam berinteraksi peneliti dapat menyelami fikiran dan perasaan aktor terkait. 2. Pendekatan hati perlu dikedepankan dalam melakukan upaya transformasi. 3. Ketrampilan dan kreativitas peneliti sangat penting dalam merebut hati aktor terkait. Sikap bersahabat sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan. Kesediaan aktor untuk berubah sangat ditentukan oleh harapan dan kepercayaan yang diberikan. Peneliti dapat berperan sebagai motivator dalam menumbuhkan percaya diri ini. 4. Dalam membangun empathy, sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan bertahap. 5. Berbagai alternatif kegiatan positif yang coba dibangun harus bersifat fleksibel. Ini penting karena alternatif peran yang dicoba dibangun hanya dapat dijalankan sesuai dengan minat aktor dan kesempatan yang tersedia.

25


MATERI 2 TRANSFORMASI KELOMPOK

Metode 1. Persiapan pendaftaran peserta workshop. 2. Pemberian materi dan diskusi kelompok. 3.Pemutaran film/video inspiratif dan diskusi kelompok. 4. Diskusi dan sharing. 5. Permainan. Kegiatan Transformasi Kelompok dilakukan dengan melakukan:

Tujuan mengubah cara berfikir dan bersikap seluruh anggota kelompok dengan mengedepankan kesadaran kolektif untuk bersama-sama berbuat baik. Waktu l 1-2 bulan (termasuk persiapan penyelenggaraan hingga pelaksanaan workshop); l Workshop untuk tiap-tiap kelompok secara khusus diselenggarakan. Anggota tiap kelompok yang diundang dalam workshop adalah mereka yang telah mendapatkan program transformasi individu. Waktu workshop untuk tiap kelompok dapat memakan waktu sedikitnya 2-3 hari.

26

1.

PERSIAPAN i. Peneliti bersama beberapa aktor tawuran yang bersedia menjadi relawan menentukan waktu dan tempat dilaksanakannya workshop. Peneliti menyiapkan materi yang akan disajikan, termasuk mengatur pembicara profesional yang menguasai bidang psikologi massa. ii. Bersama para aktor tawuran dari sekolah, alumni dan komunitas, peneliti menentukan s i a p a s a j a p e n t o l a n t aw u r a n ya n g diprioritaskan diundang dalam workshop.


iii. Bersama kepala sekolah dan guru, peneliti menyiapkan permohonan perizinan dari orang-tua siswa yang akan diajak dalam workshop. 2.

3.

i. Selama workshop berlangsung, para peserta diasah kemampuannya untuk ber-empathy terhadap korban-korban kekerasan yang menderita. Film dan video ditayangkan untuk membantu proses pembangunan empathy kelompok.

TRANSFORMASI CARA BERFIKIR i. Saat workshop dimulai, pemberian materi dilakukan dengan diawali permainan ringan untuk mencairkan suasa. Para peserta perlu dikondisikan untuk bersikap santai dan terbuka (walaupun tetap fokus) dalam mengikuti workshop. ii. Dalam pemberian materi, pemandu harus selalu mengedepankan semangat kebersamaan dalam melakukan perubahan. Energi yang menjadi perekat kelompok yang semula digunakan untuk melakukan tindak kekerasan bersama ditransformasikan ke arah kegiatan bersama yang positif dan membanggakan kelompok. iii. Metode cooperative and active learning diterapkan selama workshop berlangsung sehingga setiap peserta didorong untuk mengemukakan fikirannya yang menyumbang kepada agenda kegiatan kelompok di masa mendatang.

TRANSFORMASI EMPATHY

ii. Bila dimungkinkan, para peserta dipertemukan langsung dengan korban-korban tawuran, termasuk orang tua mereka. Namun bila ini dilakukan, perlu dipilih korban yang sudah dapat menerima (ikhlas) apa yang dialami dan tidak ada lagi rasa dendam. Ini penting dilakukan agar iklim kedamaian terbangun. 4.

TRANSFORMASI PERILAKU i. Perubahan perilaku terjadi bila terjadi juga perubahan berfikir dan perubahan kesadaran. Upaya perubahan dapat dilakukan dengan memfasilitasi kelompok untuk beraktivitas positif secara bersama dalam kehidupan seharihari. Dalam workshop, kelompok secara bersama-sama merumuskan aktivitas positif bersama yang mereka kehendaki untuk membangun “kampung idaman� yang mereka dambakan. Mereka menulis dan

27


menggambarkannya secara bersama dalam kertas, dan kemudian mendiskusikannya. ii. Rumusan tentang “aktivitas idaman” dan “kampung idaman” dijadikan modal awal dalam menggalang tekad untuk merealisasikannya dalam kehidupan seharihari. Alat dan Bahan 1. 2. 3. 3. 4. 5. 6.

Alat tulis menulis Kertas Karton Materi dan Narasumber Ruangan Diskusi Film Inspiratif LCD dan Layar DVD Player/Laptop

Kotak Penting 1. Kegiatan puncak Transformasi Kelompok adalah workshop untuk masing-masing kelompok yang TERPISAH (tidak dapat disatukan antar dua kelompok). 2. Akan sangat efektif apabila peserta tidak terlalu banyak, cukup 15-20 orang yang nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa kelompok pada saat workshop. 3. Sangat penting apabila subjek yang mengikuti workshop adalah memang pelaku utama atau pentolan yang nantinya akan diubah menjadi penggerak/motor perdamaian.

Kotak Kasus Dalam program Transformasi Kelompok ini, dua kelompok siswa dari sekolah berbeda yang semula bermusuhan, secara terpisah diajak untuk mengikuti workshop. Tempat workshop sebaiknya tidak berdekatan bila penyelenggaraannya dilakukan dalam hari yang sama. Kegiatan tersebut dikemas secara menyenangkan. Beragam film/video inspiratif diputar, dan para peserta diminta untuk menanggapinya serta mendiskusikannya dengan dipandu oleh motivator profesional. Dalam diskusi, kelompok diminta untuk menuangkan impian mereka tentang “kampung idaman” yang mereka inginkan dan kemudian digambarkan dalam kertas karton. Hal ini dilakukan sebagai latihan merumuskan perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik. Di bawah ini disajikan mengenai contoh tabel rundown acara proses transformasi ini.

28


Contoh rundown acara workshop transformasi kelompok: Hari Sabtu, 23 Maret 2013

Waktu 13.00 – 14. 00 14.00 – 15.00 15.00 – 15.15 15.15 – 16.30 16.30 – 17.30 17.30 – 18.30 18.30 – 20.00

Minggu, 24 Maret 2013

20.00 – 21.00 21.00 07.00 – 08.00 08.00 – 10.00 10.00 – 11.00 11.00 – 12.00 12.00

Acara Registrasi Peserta Pembagian Kelompok Perkenalan dan Penjelasan Kegiatan Ice Breaking Pemutaran Film ISHOMA Penugasan Kelompok untuk Memilih Tokoh Paling Inspiratif dalam film Presentasi Kelompok Istirahat Makan dan Registrasi Peserta Diskusi Gagasan Diskusi Kegiatan Bersama dengan Kelompok Lain Persiapan Pulang Pulang

Kegiatan Transformasi Berfikir dalam tahap Transformasi Kelompok

Kegiatan Transformasi Perilaku dalam tahap Transformasi Kelompok

29


MATERI 3 TRANSFORMASI HUBUNGAN ANTARKELOMPOK

Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4. 5.

Alat permainan Tempat dan lokasi outbound Alat pendukung lapangan bagi peserta Konsumsi, akomodasi dan transportasi Fasilitator

Kegiatan

Tujuan Mengubah pola hubungan antarindividu dan antar kelompok yang selama ini bermusuhan ke dalam pola hubungan kerja-sama yang didasari rasa damai, saling membutuhkan, dan saling menghormati.

Waktu 1-2 bulan (termasuk persiapan sampai dengan kegiatan outbound); secara khusus untuk aktivitas outbound yang diadakan selama 3-4 hari berturut –turut.

Metode Persiapan pendataan peserta outbound n Pemberian materi dalam outbound n n Permainan kelompok dalam outbound

30

Proses transformasi hubungan antar kelompok ini dilakukan dengan melakukan team building melalui program outbound yang diikuti kedua kelompok yang semula bermusuhan. Progam ini dirancang untuk persiapan melakukan aktivitas bersama yang berkelanjutan. Adapun program outbound disiapkan melalui tahapan-tahapan: 1. PERSIAPAN: Tim pelaksana yang terdiri dari tim CERICFISIPUI, guru kedua sekolah, dan instruktur outbound, menentukan peserta, waktu, tempat dan materi yang akan diberikan dalam program outbound. Peserta outbound terdiri dari para “pentolan� tawuran siswa kedua sekolah, alumni dan anggota komunitas/geng yang semula bermusuhan. Seluruh peserta, atau setidaknya


sebagian besar, adalah peser ta program transformasi individu dan kelompok yang telah dilakukan sebelumnya. 5. Tim pelaksana menyiapkan beberapa formulir tentang: 1) izin orang tua, 2) keterangan kondisi kesehatan. Tim pelaksana memastikan setiap peserta berbadan sehat dan siap mengikuti outbound yang sangat menuntut kekuatan fisik. 6. 2. KEGIATAN OUTBOUND Aktivitas ini dilakukan selama 3-4 hari berturut –turut. Dalam program ini, tim pelaksana melakukan hal-hal berikut: 1. Mengorganisir kepergian ke lokasi outbound bersama–sama (satu kendaraan/bis/truk) 2. Sesampainya di lokasi, instruktur memandu peserta melakukan ice breaking dengan berolahraga dan perkenalan. 3. Instruktur membagi peserta ke dalam 2-3 subkelompok yang anggotanya merupakan campuran (peleburan) pelajar, alumni dan anggota komunitas/geng yang sebelumnya bermusuhan. 4. Secara bersama-sama, tim pelaksana melakukan “sweeping� terhadap barang-barang yang tidak dibolehkan dibawa peserta selama outbound

7.

8.

9.

berlangsung seperti handphone ataupun gadget lainnya. Seluruh barang itu dititipkan kepada instruktur. Pada hari pertama, semua peserta segera dipandu menuju tempat camping (yang mengambil lokasi hutan pohon karet yang jauh dari akses transportasi) dengan membawa peralatan tidur dan memasak seadanya yang telah disediakan instruktur. Untuk menuju lokasi camping, instruktur membekali alat navigasi (kompas) dan memberi tugas tiap sub-kelompok berupa permainan sederhana yang bersama-sama harus dipecahkan untuk menuju tempat tujuan. Ini dilakukan sebagai awal dari program team building. Sesampainya ditempat tujuan, setiap subkelompok menyiapkan tenda sebagai tempat istirahat/tempat berteduh serta tempat memasak. Untuk hari-hari selanjutnya, instruktur memberikan berbagai tugas berupa permainanpermaian menyenangkan yang bertujuan untuk menumbuhkan team building. Berapa tugas bersama yang dilakukan antara lain: olah raga, rafting, penjelajahan hutan . Selama outbound, beragam aktivitas seperti diskusi, refleksi diri, ceramah tentang perdamaian dan lain-lain dilakukan dengan mengambil waktu yang tepat.

31


Kotak Penting 1. K e g i a t a n i n t e r r e l a t i o n - g r o u p transfor mation adalah kegiatan mencakup dua atau lebih kelompok bertikai untuk disatukan dalam acara dengan muatan permainan kerjasama. 2. Sangat penting apabila subjek yang mengikuti workshop adalah memang pelaku utama atau pentolan yang n a n t i n ya a k a n d i u b a h m e n j a d i penggerak/motor perdamaian. 3. Peserta harus dipastikan dalam kondisi sehat fisik dan jiwa (kalaupun ada yang sakit diberikan label/ditandai sakit oleh panitia). 4. Dengan outbound dapat memancing kerjasama antar individu dengan setting yang tidak biasa dengan kehidupan sehari –hari (di lapangan terbuka atau di tengah hutan). 5. Perlu desain/fasilitasi program yang dilakukan tim profesional yang memang sudah terbiasa dengan outbound, untuk menjaga keamanan dan keselamatan para peserta.

32


Rundown Kegiatan Outbound

TIME

ACTIVITY

DETAIL

R EMARKS

DAY 1

08.00

Berangkat k e Citari k

Ø Sebelum pemberangkatan peserta akan ada pembek alan ( session indoor ) Ø Materi dari pihak panitia

Tiba di Lokasi ( Resort Caldera )

13.00

· Opening Tim Caldera ( FRAMING ) Intinya adalah perjuangan sebuah tujuan yang lebih baik untuk hari ini dan masa depan O3 ( Olah raga, Olah rasio dan Olah rasa ) yang akan l ebih ditekankan adal ah POINT Olah rasa · Snack break lanjut makan si ang · Sweeping barang peserta [ handphone dan barang berharga ] · ICE BREAKING dan l anjut pembagianTIM · Penyerahan property peserta( per TIM ) · List data property terlampir Note : · Dalam pembagian property biarkan saja TIM y ang mengaturnya · Lanjut PACKING, sebelum menuju ke Lahan C atau titik START ti ap peserta ak an di minta menuliskan refleksi mengenai kegiatan ini. ( peserta sudah mengikuti FRAMING ) · Jika peserta datang sebelum jam 12, mak a akan sholat jumat terlebih dahulu dan semua fasi litator akan mengarahkan untuk ke masjid.

33


Start lahan C menuju Cikawung Luwuk ( Camp 1 )…….melalui Hutan Balata Di lahan ini TIM sudah siap tempur ya……..

14.00

Materi singkat tentang persiapan perjalanan peserta akan diajarkan : Coaching Clinic · Menggunakan peta dan kompas pada Peta Topografi( menyesuaikan kondisi ) · Memasang bivac / hamock · Masak Akan dipecah menjadi 2 group · 1 group ( 3 tim…..TIM 1, TIM 2 dan TIM 3 ) akan melewati proses GAME EVAKUASI BAMBU · 1 group ( 3 tim…..TIM 4, TIM 5 dan TIM 6 ) akan langsung jalan dengan titik azimuth. Durasi tergantung dinamika, Dead line waktu jam 18.00, dimana peserta akan memulai perjalanan menuju Camp 1 dan peserta memulai memasak secara TIM

14.30

Perjalanan menuju Camp 1 Cikaung Luwuk

Perjalanan akan dilakukan secara TIM, dan akan mencari sendiri lokasi camp Cikaung Luwuk Di tengah perjalanan peserta akan menemukan rintangan berupa tantangan yang harus di selesaikan secara TIM (Evakuasi Bamboe dan Spyder Web) Evakuasi bamboo di area Panyindangan ( 3 tim…..TIM 4, TIM 5 dan TIM 6 ) Spyder web di area Cikawung Luwuk (settingnya sebelum masuk lokasi lokasi camp….TIM 1 sampai TIM 6). o

34

Peserta yang sudah sampai dapat langsung mendirikan tenda, mempersiapkan makanan, dan air. Peserta akan disimulasikan untuk membuat tempat tidur gantung dengan menggunakan kain dan bivak atas.

18.00

Perkiraan tiba di camp

19.00

Refleksi 1 Setiap peserta akan diberikan form pengisian data lepas tentang dirinya. Mereka dapat menguraikan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing dan apa yang menjadi kendala yang peserta rasakan dalam pencapaian tertentu.

o


Form ini akan diberikan dalam bentuk amplop tertutup, peserta dapat membukanya setelah berada di bi vak masing-masing, dengan aturan tidak ada suara. Kecuali terdapat emergency peserta dapat memberikan isy arat pada fasilitator. Setelah peserta selesai dapat langsung beristirahat, menunggu tugas berikutnya. Note : Peseta akan di control dalam melakuk an persiapan / pembuatan bivak. Revi ew tiap TIM dilanjutan BIG GROUP · Materi dari panitia….? Istrahat Peserta dibangunkan o Pembentukan TIM BARU, PIC ak an memperkenalkan Fasi litator & Assisten di setiapTIM o Fasilitator ak an memberikan tantangan tugas dari masing-masing TIM,….Bri efing ini berupa TANTANGAN FLAG POLE dan bentuk tantangan yang ak an dilewati ol eh peserta keesokan harinya o Waktu penyel esaian Flag Pole sampai jam 11.00 siang ( biarkan TIM untuk berdiskusi, apa dan bagai mana nanti prosesnya ) DAY 2 Date line, FLAG POLE

Ceremony penaikan bendera ti m

Masak, packing &pembersi han lahan

Perjalanan ke Camp 2 RESORT CALDERA ( lahan C )

Team akan memaksimalkan dalam membaca peta topografi, dan detai l data yang terdapat di peta untuk menuju Camp 2 dengan melalui beberapa tantangan : · Cek Point 1 : Rafting · Cek point 2: TANGKOLO · Cek point 3 : Resort, LAHAN C Dari TANGKOLO ke RESORT……naik touring berhenti sebelum sampai resort ( l ewat jalan belakang, untuk menuju lahan C )

35


18.00

19.00

PerkiraanTIM tiba di Camp 2

o o o

Pembentukan Tim baru (jumlah tim tetap 6) Pendirian Camp ( per team ) / bivac alam Masak

Review tiap TIM dilanjutan BIG GROUP · Materi dari panitia….?

o

Peserta akan berbagi pengalaman yang didapat dari pagi sampai malam hari. Diskusi ringan dalam TIM atas proses yang telah dilewati. Dinamika ini dibuat dalam suasana nyaman. Di akhir kegiatan TIM ditantang lagi esok harinya [Candle War + High Rope].

o o

21.00

Istirahat DAY 3

06.00

Masak sarapan

07.00

High Rope

10.00

Candle War

11.00

Closing & Review BIG GROUP Makan siang + bersih Prasmanan dengan menu tradisional bersih Kembali ke Jakarta

12.00 13.00

36

· Peserta yang telah terbagi dalam TIM diminta untuk menaikan bendera new future yang masih di bawah. · TIM yang mampu menyelesaikan tugas tersebut akan menjadi THE WINNER. · TIM akan menyelesaikan beberapa tugas, pada tugas terakhir TIM tidak akan mampu menyelesaikan tugas tersebut kecuali terdapat Sinergy dari seluruh anggota TIM yang ada.


Bagian V. Tahap Aksi Bersama Tujuan Membangun hubungan antar individu dan antar kelompok yang sebelumnya bermusuhan melalui keterlibatan bersama dalam kegiatan positif berkelanjutan yang dirancang bersama agar terjalin erat tali persahabatan.

3. Bidang penghijauan lingkungan: tanaman, media tanam, alat berkebun dan lain-lain. 4. Bidang Olahraga: lapangan olahraga dan peralatan olahraga. 5. Bidang pemberdayaan ekonomi: kios handphone dan alat servis handphone.

Waktu Tanpa batas waktu (karena kegiatan diharapkan berjalan secara berkelanjutan) Metode n Participatory Planning

n Membangun kegiatan/aksi bersama sesuai

dengan kesamaan minat. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dibutuhkan bisa sangat beragam, tergantung pilihan aktivitas yang akan dilakukan bersama, misalnya; 1. Bidang musik: peralatan musik, studio musik, sound system, panggung musik dan lain-lain. 2. Bidang pendidikan: tempat belajar, papan tulis, alat tulis menulis, buku-buku penunjang dan lainlain.

Kegiatan Karena kegiatan dapat sangat beragam, tergantung minat kedua anggota kelompok, maka jenis kegiatan dapat sangat beragam. Namun, prinsip-prinsip kegiatan yang dilakukan antar lain harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Kegiatan harus bersifat inklusif (melibatkan kedua belah pihak yang sebelumnya bermusuhan). 2. Perencanaan program harus bersifat “bottom-up� (bukan program titipan dari atas/ “top-down�). 3. Tiap program yang dirancang harus jauh dari nuansa kekerasan.

37


Kotak Penting 1. Aksi Bersama dilakukan berdasarkan kesamaan minat/hobi. 2. Tidak boleh ada paksaan terhadap masingmasing individu atau kelompok dalam melakukan kegiatan bersama. 3. Fasilitator sebagai pihak ke tiga harus kreatif agar tingkat partisipasi tinggi. 4. Keberlangsungan kebersaman akan tetap terjaga bila aktivitas dapat berjalan kreatif dan menyenangkan dan tidak monoton.

38


Manakala kita jumpai anak-anak bertikai di negeri ini dan kita semua berdiam diri, itu pertanda lumpuhnya hati bangsa ini. Namun manakala anak-anak itu mampu menggalang perdamaian dan menciptakan harapan masa depannya sendiri, itu pertanda masa depan yang cerah masih berpihak pada negeri ini (Imam B. Prasodjo, Ph.D).

39



“ Gagasan Bhinneka Tunggal Ika tidak boleh hanya diletakkan dalam alam fikiran. Namun harus dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari hari. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika atau dalam istilah lain, Pluralisme atau Multikulturalisme, memang menuntut sebuah langkah keterlibatan nyata yang bersifat enerjetik (energetic engagement). Artinya dalam keragaman kehidupan harus terus dilakukan hubungan inter dan intra komunitas secara dinamis. Walaupun dalam kebhinnekaan, masing-masing kelompok suku, ras, agama dan golongan memegang identitas masing-masing, namun perbedaan itu tidak boleh hidup dalam situasi isolatif; masing-masing kelompok harus selalu dalam hubungan intensif antara satu dengan yang lain.� dipersembahkan oleh:


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.