Perlindungan Buruh Migran Dimulai Dari Desa - Kertas Kebijakan

Page 1

PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN DIMULAI DARI DESA 19 September 2013

KERTAS KEBIJAKAN

Menempatkan Pemerintah Desa dalam Perlindungan Buruh Migran Dalam proses rekrutmen buruh migran, desa menjadi arena rekrutment pertama bagi sponsor/calo buruh migran. lemahnya kontrol pemerintah atas proses rekrutmen buruh migran, proses rekrutment seringkali sangat bermasalah. Minimnya informasi membuat warga sangat menggantungkan diri pada informasi calo/sponsor/PPTKIS yang sering tidak tepat hingga pemalsuan dokumen lazim terjadi. Disisi lain, desa hanya ditempatkan sebagai “stempel� administrasi dari surat-surat yang dibutuhkan dalam proses keberangkatan. Padahal, desa bisa berperan lebih penting karena meskipun sifatnya administratif, desa adalah struktur pemerintahan pertama yang bersentuhan dengan TKI dan proses keberangkatannya ke luar negeri. Program kerjasama TifaBNP2TKI-JSDF melalui Bank Dunia, telah melahirkan beberapa terobosan penting yang prinsipnya berusaha memaksimalkan peran pemerintahan desa dalam perlindungan buruh migran, diantaranya adalah: 1. Adanya aturan di desa yang hanya membolehkan Kepala

Desa memberikan ijin keberangkatan setelah melakukan konsultasi kepada calon TKI yang hendak pergi. Konsultasi ini dilakukan dengan melibatkan keluarga calon TKI, dan dimaksudkan selain untuk mengedukasi calon TKI juga untuk memeriksa kredibilitas calo/sponsor dan PPTKIS yang melakukan rekrutmen. 2. Banyaknya pemalsuan dokumen kependudukan untuk kepentingan rekrutmen migrasi membuat perlindungan dan pemantauan sulit dilakukan. Data migrasi yang dibangun dan dimutakhir secara partisipatif antara pemerintah desa dan organisasi berbasis komunitas –yang merupakan organisasi warga di daerah kantong migran-, akan mempermudah pemantauan dan memudahkan tindakan pemberian bantuan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Data migrasi ini, dari pengalaman implementasi menunjukkan selalu ada perbedaan antara data yang dimiliki oleh pemerintah dan yang didata oleh desa. Berkaca dari terobosan diatas, ada beberapa rekomendasi yang

bisa diadopsi oleh DPR dan pemerintah dalam kebijakan dan program yang lebih komprehensif: 1. Mengakui peran pemerintah desa, dalam mekanisme perlindungan yang disusun pemerintah nasional, termasuk dalam UU terkait. 2. Meminta agar pemerintah nasional dan sub nasional membantu desa dalam mengembangkan data migrasi yang partisipatif. Proses partisipatif dengan melibatkan CBO menjadi kunci dari pengumpulan data yang masif dan bisa dipertanggungjawabkan. 3. Mendorong kerjasama pemerintah kabupaten (TK II) dan Desa dalam penyusunan Perdes yang berpihak pada perlindungan buruh migran. Kerjasama ini memungkinkan Perdes bisa secara massif didorong di desa-desa. PerDes yang hanya ada di sedikit desa justru memberi peluang pada pemalsuan dokumen ke desa lain yang aturannya lebih longgar. Kerjasama ini juga memastikan Dinas terkait mengetahui dan bisa terlibat dalam proses implementasi PerDes. 4. Meminta pemerintah baik nasional dan sub nasional, secara intensif dan terus menerus memberikan informasi mutakhir terkait dengan migrasi yang aman, sehingga bisa disebarluaskan kepada warga. Informasi yang disampaikan idealnya termasuk informasi daftar PPTKIS dan kinerjanya. 5. Melatih desa untuk memiliki kemampuan memberikan rekomendasi dan konsultasi tentang migrasi yang aman kepada calon TKI


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Perlindungan Buruh Migran Dimulai Dari Desa - Kertas Kebijakan by Tifa Foundation - Issuu