2 minute read

Merintis Bisnis Sendiri

BERANI merintis bisnis sendiri adalah pilihan Febri. Setidaknya, pergolakan batin selama dua tahun dialami Febri, sebelum akhirnya mantap memulai membangun usahanya sendiri. Perempuan cabtik pemilik nama Febrinna Pandiangan merintis swadaya bisnisnya di dunia kopi dengan mendirikan sebuah coffee shop di bilangan Palagan Yogya.

Advertisement

Untuk memulai menjalankan bisnis sendiri, menurut Febri, selain finansial, konsep yang matang juga mental yang siap menghadapi segala kemungkinan terpahit.

Momen-momen saat mental Febri diuji setelah kafenya beroperasi, adalah ketika selama sebulan tercatat hanya 15 transaksi.

Febrinna Pandiangan

PEREMPUAN kelahiran Jakarta, 2 Februari 1994 ini terus mengasah kemampuannya menulis. Di sela kesibukan mengelola coffee shop miliknya, Febri mengisinya dengan menulis.

Dunia seni pertunjukkan perlahan memikatnya. Febri merasa beruntung, lantaran orang orang di sekelilingnya

“Sebulan pernah hanya 15 transaksi. Kalau ngga kuat mental bisa kalut, lalu berujung memikirkan ulang bisnisnya diteruskan apa tidak. Beruntung aku selalu menyemangati diriku sendiri dan selalu mengingat dan yakin ini bisa besar dan suatu saat bisa memiliki cabang,” ungkap Febri.

Modal Febri merintis bisnis coffee shop ini memang tak main-main. Febri memiliki pengalaman lebih tujuh tahun bekerja di sebuah coffee shop ternama di Indonesia.

Rupanya, jiwa enterpreneur Febri menguat seiring lamanya bekerja di coffee shop tersebut, hingga akhirnya memutuskan pamit untuk memulai membangun bisnis coffee shopnya sendiri.

Diakui Febri, tidaklah mudah meninggalkan rutinitas pekerjaan yang sudah memberinya peluang karier yang baik. Hanya saja, tekad Febri sudah bulat, jiwa enterpreneurnya menggeliat dan segera ia memutuskan memulai dari nol bisnisnya sendiri.

Pengalaman bekerja selama ini menjadi modal berharga bagi Febri. Misalnya saja soal membangun relasi dengan konsumen yang sudah menjadi pelanggan setia. Menurut Febri, hal hal

Mengasah Tulisan

yang kebanyakan pegiat seni pertunjukkan, memberinya dukungan penuh agar ia menulis. Sesekali Febri, menulis hal-hal secara spontan, yang ia rasakan dan berisi harapan pribadi. Diakui Febri, hal tersulit dari menulis adalah saat memulai menulis. Meski demikian, Febri sudah berusaha memulai menulis tanpa memikirkan tulisan karyanya diterima atau tidak oleh mereka yang kebetulan membaca.

“Menulis itu aktivitas yang menyenangkan. Kita bisa berimajinasi, menuangkan ide ide, merilis kepenatan setelah seharian beraktivitas. Pengalaman kita dokumentasikan menjadi karya tulis yang mungkin suatu saat kecil yang kerap ia lakukan membuat konsumen nyaman dan kerap kemudian menjadi teman. Beberapa di antaranya senang berbagi pengalaman. Bagian inilah yang saat ini juga diterapkan Febri di coffee shop miliknya.

“Jangan sampai berhenti di tengah jalan. Untuk itu, aku membaca peluang di mana kira-kira coffee shopku bisa tetap mendapatkan konsumen loyal dan menaruh kepercayaan kopinya kepada coffee shopku. Salah satunya, jam operasional kami lebih panjang, bahkan kalau ada order pagi buta aku dan tim juga siap melayani permintaan. Intinya benar benar butuh effort lebih besar,” ungkap Febri. (yud) bisa memberi manfaat bagi pembacanya,” kata Febri. Selain menulis, untuk menunjang tubuhnya agar terus bugar, Febri menyukai olahraga basket. Menurut Febri, jika menulis diandaikan sebagai asupan ke otak, maka basket juga ia andaikan sebagai asupan sik. Sehingga, tubuh memperoleh keseimbangan yang baik dan terus sehat.

“Semua penentu sehat itu pikiran kita. olahraga menjadi sarana tubuh agar terus sehat secara sik. Sementara kesahatan psikis berhubungan dengan mental kita, harus kita jaga dengan selalu berpikir positif dan yakin bisa, selalu optimis,” kata Febri. (yud)

This article is from: