3 minute read

Jaga Orisinalitas Yamaha SR400

YAMAHA SR400 saat ini, menjadi satu di antara primadona motor sport klasik bagi para builder atau modifikator di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Advertisement

Hal ini tak berlebihan, karena Yamaha SR400 mudah dirombak ke berbagai macam genre kustom, misalnya scrambler, tracker bahkan chopper.

Namun, lain halnya dengan yang dilakukan pehobi roda dua Pungky Mardhany. Alih-alih merombak Yamaha SR400 miliknya, Pungky justru memilih mempertahankan orisinalitas motor sport berwajah retro lansiran 2003 ini. Itu semua tentu tak bisa didapatkan semudah membalikkan telapak tangan, perlu waktu dan passion

Pungky menceritakan, butuh waktu lebih kurang 1 tahun lamanya untuk mendapatkan Yamaha SR400 ini. Diakuinya, hal tersebut tak mudah lantaran kebanyakan Yamaha SR400 yang ia temui sudah tak lagi orisinil.

Namun, Yamaha SR400 ini bukanlah motor hobi pertamanya. Sebelumnya, Pungky memiliki motor berdesain retro yakni Kawasaki W175, yang didapat sejak pertama kali diluncurkan di Indonesia pada 2017 silam.

“Jadi, awalnya punya Kawasaki W175, ini tak lepas dari keinginan memiliki motor yang tampilannya vintage tapi bisa menunjang kebutuhan harian. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan dunia kustom, Kawasaki W175 ini kan kebanyakan diubah ke berbagai genre kustom seperti caferacer Tapi, saya justru lebih senang mengoreksi apa yang sebenarnya kurang sesuai dari motor pabrikan ini, yang menurut saya kurang sesuai dengan konsep motor ala 70-an,” terang Pungky.

“Biasanya kalau motor tahun 70-an itu bagian mesin motor seperti head silinder, blok silinder dan crankcase dichrome, juga bagian spakbor depan-belakang besi yang dichrome. Jadi, konsep motornya sesuai periodenya.” tambahnya. Adapun yang menjadi referensi Pungky dalam memodifikasi Kawasaki W175 miliknya dulu, ialah satu di antara motor legendaris pabrikan Yamaha yakni SR 400. Bukan tanpa alasan, sebab kesan retro memang kental diaplikasikan di Yamaha SR400 yang pertama kali diluncurkan 1978 silam.

Modelnya menganut aliran lama dengan desain simpel, dibekali lampu depan, sein serta speedometer berbentuk bulat. Bentuk tangkinya pun tak neko-neko, dipadu penutup aki yang juga simpel. Di samping itu, stang pendek, dikawinkan dengan kaca spion bermodel retro tanpa sudut. Soal dapur pacunya, Yamaha SR400 ini dibekali mesin silinder tunggal 4-tak, 399cc dan 2-klep SOHC. Tenaga yang dihasilkan berkisar 24 Hp pada 6400 rpm serta torsi 28 Nm pada 5500 rpm, sudah terbilang besar untuk sebuah motor klasik.

Bobot secara keseluruhan ringan, hanya 174 kg. Hal ini didapat dari rangka yang simpel, didukung maksimalisasi piranti yang digunakan. Pengendara pemula semakin dimanja dengan tinggi jok ke tanah yang cuma 78 cm. Diklaim, dengan spesifikasi itu membuat sepeda motor ini sangat lincah diajak meliuk.

“Semula hanya menjadikan Yamaha SR400 ini sebagai referensi. Namun, justru muncul kei- nginan memiliki Yamaha SR400 yang asli. Lebih kurang setahun mencari, kebanyakan yang saya temui Yamaha SR400 yang sudah dikustom, sudah tidak lagi orisinilan,” jelas Pungky.

Singkat cerita, Pungky akhirnya menemukan unit Yamaha SR400 simpanan seorang kolektor di Tangerang. Lantaran harga yang ditawarkan sudah tinggi, yakni Rp70 juta, Pungky pun akhirnya menjual Kawasaki W175 untuk menambah kekurangan dana yang dibutuhkan.

“Kondisi motornya tak full original, kira-kira 80 persen. Tapi paling tidak, bagian bodi, rangka, catnya masih asli serta mesin pun tidak ada yang diubah. Adapun 20 persennya, melengkapi bagian headlamp, sein, spion dan knalpot yang sebenarnya tinggal plug and play,” kata Pungky.

“Uniknya, di Yamaha SR400 ini tertempel stiker tanda servis dari Jepang dan tertera servis berikutnya direkomendasikan dilakukan saat odometernya mencapai 27 ribu. Tapi, saat motor ini sudah di tangan saya, odometernya menunjukkan angka 30 ribu yang berarti baru dipakai sekira 3.000-an kilometer saja sejak diimpor masuk ke Indonesia,” tambahnya.

Dalam melengkapi komponen motornya, Pungky menjadikan buku panduan pemilik sebagai referensinya. “Beruntungnya, saya mendapatkan headlamp dan knalpot bekas orisinil dengan kondisi yang masih mulus kondisinya. Part seperti ini lumayan krusial kalau main restorasi,” ujarnya.

“Tapi di sisi lain, ada sejumlah part yang harus saya datangkan dari Jepang, misal kampas kopling dan gir belakang orisinilnya,” lanjutnya. (han)

Perawatan

Mudah

SR400 merupakan satu roadster favorit dari Yamaha selama puluhan tahun. Alasannya bukan perihal performa tinggi, justru sebaliknya, karena rangkaian sederhana.

Dimensi kompak untuk ukuran motor menengah. Begitu pula berpenampilan klasik, serta memiliki mesin satu silinder 4-tak, 399cc dan 2-klep SOHC, membuatnya mudah dirawat. “Sama motor pada umumnya, asal ganti olinya rutin mesin akan panjang umurnya,” ucap Pungky.

Pungky pun membagikan tips bagi orang yang tertarik merawat Yamaha SR400. “Yamaha SR400 yang masuk ke Indonesia kebanyakan ialah generasi kedua yang mesinnya terdapat kode 2H6. Populasinya cenderung lebih banyak, harganya pun cenderung lebih murah,” kata Pungky. Lebih lanjut, Pungky menyarankan bila tertarik merawat Yamaha SR400 orisinilan, diusahakan kondisi rangkanya masih utuh bawaan pabrik. Sebab, Yamaha SR400 masih menggunakan tipe dry sump yakni tangki oli yang terpisah dari mesinnya.

“Rangkanya digunakan sebagai tangki oli yang terpisah dari mesin, jadi usahakan cari yang rangkanya masih orisinil agar tidak perlu lagi bikin tangki olinya,” pungkasnya. (han)

This article is from: