1 minute read
Jip Compact Warisan Keluarga
SUZUKI Katana memiliki sejarah panjang di Indonesia, khususnya di segmen sport utility vehicle (SUV). Diperkenalkan pertama kali pada 1986, Suzuki Katana awalnya hadir sebagai variasi dari Jimny yang bermain di segmen mobil yang sama. Bedanya, jika Jimny dirakit dengan sistem penggerak 4x4, Katana datang dengan model penggerak 4x2.
Advertisement
Memiliki sejarah yang panjang, Suzuki Katana meninggalkan kenangan bagi para pemiliknya. Satu di antaranya, ialah Afif Hariyawan asal Sleman, yang kini setia merawat Suzuki Katana GX lansiran 1993 lungsuran dari ayahnya.
“Katana GX awalnya bapak tidak beli dari baru, belinya seken sekira awal 2000an. Mobil ini dibeli orangtua saya, ketika merintis usaha,” kata Afif kepada Gaspol 52 Tribun Jogja.
“Sempat ditawari Mazda e2000, karena bapak itu mobilitasnya cukup tinggi hingga ke luar kota. Namun karena budgetnya pun mepet, akhirnya cari Katana dengan pertimbangan sparepartnya yang mudah (dicari), mobilnya murah. Kebetulan keluarga mayoritas juga bisa bengkel sendiri, jadi karena Katana ini mesinnya juga simpel, masih bisa dioprek sendiri,” tambahnya.
Saat itu, lanjut Afif, sang bapak tertarik meminang Suzuki Katana berkelir hijau atau hitam. Akan tetapi, diputuskan membeli Suzuki Katana GX berwarna putih yang kurang dilirik di pasaran dengan harga yang relatif lebih murah. Ya, paradigma warna putih pada mobil memang berubah. Dulu, warna putih dihindari karena beberapa hal yang dianggap kekurangan, misalnya gampang terlihat kotor, berkesan angkutan umum atau mobil jenazah dan lain sebagainya.
“Bapak punya usaha di bidang pertanian, jadi warawiri membawa pupuk dan sebagainya itu menggunakan Katana GX ini. Seiring perekonomian yang membaik, bapak membeli pick up dan Katana GX ini hanya gunakan untuk keperluan dalam kota,” ujar Afif. Singkat cerita, Suzuki Katana GX ini akhirnya mulai dirawat Afif saat duduk di bangu SMA. Selain kenangan mendalam dengan mobil yang telah mendatangkan rezeki bagi orangtuanya, Afif mengatakan bahwa ia memang menyukai mobil yang compact serta tidak mencolok digunakan sewaktu masih duduk di bangku sekolah.
Afif pun mengaku, tak banyak perubahan yang ia lakukan pada mobil berdimensi mungil miliknya ini. Sistem pengapian ia ganti dari platina, bagian mesin pun sudah ia overhaul dari gearbox, gardan sudah ia rebuild semua. Piston mesin pun sudah ia oversize, sehingga kompresi normal lagi.
Perubahan lainnya yang dilakukan Afif, ialah mengganti velg dengan JA71, velg import Jepang yang ia dapat 2016 silam. “Setelah velg terbeli, tak langsung dipasang. Saya simpan dulu, wong duitnya belum cukup buat beli ban.
Di Indonesia mayoritas menggunakan velg ring
15, sedangkan ini ring
16,” ujarnya.
Tampilan depan pun berubah, sebab Afif tertarik mengubah tampilannya mendekati Jimny JA71, dengan desain grill yang menyatu dengan lampu kabut bulat. (han)