Edisi 1 Vol 1 - April-Juli 2014
Segala pekerjaan pedang boleh diperbuat dengan kalam Adapun pekerjaan-pekerjaan kalam tiada boleh diperbuat dengan pedang, maka ini ibarat yang terlebih sangat nyatanya
Dan beberapa ribu dan laksa pedang yang sudah terhunus, dengan segaris kalam jadi tersarung, terkadang jadi tertangkap dan terikat dengan pedang sekali.
~Bustan Al-Katibin, Raja Ali Haji~
SEKAPUR SIRIH
Rektor Baru, Semangat Baru
R
entak Akademika, itulah nama yang kami berikan sebagai judul dari Bulletin atau Majalah internal kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) dimana edisi yang tuan-puan baca menjadi edisi pe-
muncak terbitnya. Sebagaimana sifat Rentak yang melangkah dengan dinamis, kami harap Rentak Akademik UMRAH ini dapat menjadi “Tuah” bagi sivitas akademika UMRAH untuk terus melangkah dengan dinamis dalam mewujudkan visi UMRAH untuk Menjadi Universitas Terkemuka Indonesia berbasis Kemaritiman. Mendikbud RI, Mohammad Nuh telah melantik Prof. Dr. Syafsir Akhlus sebagai Rektor UMRAH meneruskan Sisa masa jabatan Prof. Dr. Maswardi M. Amin dengan masa bakti 2014-2016. Prof. Akhlus sendiri merupakan putra daerah Tanjungpinang yang telah berkelana dan berkiprah di luar Kepri selama 35 tahun. Kita berharap di bawah teraju rektor baru dengan semangat baru, UMRAH dapat bergerak lincah, dinamis, serta Transformatif untuk mewujudkan visinya dan menjadi kebanggaan negeri dan bangsa. Simak kisahnya di Edisi ini. Simak juga Tulisan dari Dekan FKIP, Abdul Malik tentang Sungai Carang, Tapak Tuah dan Marwah. Tentang sejarah Tanjungpinang dan Kerajaan Riau-Lingga yang bermula dari Sungai Carang. Dalam Rubrik Rentak Akademika, simak kiprah dosen dan mahasiswa UMRAH dalam bidang Akademik Mahasiswa sebagai bagian dari Sivitas Akademika UMRAH tak henti mencetak prestasi, salah satu anggota Mahapala UMRAH berhasil mencapai puncak gunung kilimanjaro di afrika. Mahapala UMRAH juga menjadi Juara favorit pada LLAP di padang. Pencak Silat UMRAH berhasil meraih medali perak dalam Kejuaraan Silat Mahasiswa se ASEAN di UPSI Malaysia. Dalam hal kemanusiaan juga tak luput dari kiprah mahasiswa UMRAH, Mahapala UMRAH turut serta menjadi relawan bencana sinabung. Akhir kata, Selamat membaca edisi kami yang pertama ini.
Pelindung Rektor Wakil Rektor I Wakil Rektor II Pemimpin Redaksi Rafki Rasyid, SE, MM Kepala Humas & Protokoler
Reporter, Redaktur Foto & Design Layout Adi Pranadipa Pusat TIK UMRAH (UMRAH ICT Center)
Fotografer Yuli Hendri, S.Pd Humas & Protokoler
Sirkulasi dan Cetak Muhammad Ulul Azmi , S.Sos Humas & Protokoler
Redaksi.
Gambar pada Cover didesain khusus oleh Wedha Pop Art Portrait (WPAP) Telepon : 0771-4500089 Diterbitkan oleh : Universitas Maritim Raja Ali Haji
Fax: 0771-7038999
Alamat Redaksi:
E-mail: humas@umrah.ac.id
Hubungan Masyarakat Universitas Maritim Raja Ali Haji Gedung Rektorat Lantai 2 Kampus Dompak Jl. Dompak, Tanjungpinang 29111
Twitter : @umrah_official
3
Senarai Isi
6
16
Mendikbud Lantik Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc sebagai Rektor UMRAH
Sungai Carang, Tapak Tuah dan Marwah Dr. H. Abdul Malik, M.Pd
Rentak Akademika UMRAH kirim sepuluh mahasiswa ikuti Seleksi ON MIPA 2014 tingkat Wilayah X Dosen UMRAH presentasikan Hasil Penelitian pada Seminar Nasional di Bali UMRAH Terima 648 Orang Calon Mahasiswa Jalur SNMPTN Tidak diterima di SNMPTN ? masih ada SBMPTN Bupati Karimun Sampaikan Kuliah Umum Pengembangan Wilayah Perbatasan Website UMRAH Tembus rangking 153 dari Kampus 400 di Webometrics
4
22 23 25 25 26 27
8 11
Rektor dan Unsur Pimpinan UMRAH Silahturahim dengan Gubernur Kepri
Diminta Mendikbud untuk Pulang Kampung setelah 35 Tahun berkelana
Temu Ramah Rektor Baru UMRAH dengan Sta dan Dosen
30
Bendera UMRAH berkibar di Puncak Kilimanjaro
Ihwal Mahasiswa Mahapala UMRAH ikut serta dalam Tim Relawan tanggap Bencana Sinabung Sambut Kepulangan Fahry, Mahapala UMRAH Gelar Konferensi Pers Mahapala UMRAH Juara Favorit LLAP
Pencak Silat UMRAH Raih Medali Perak pada Kejuaraan Silat Universitas Se-ASEAN di UPSI Malaysia
29 31 33 34
IHWAL UTAMA
Mendikbud Lantik Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc sebagai Rektor UMRAH JAKARTA – MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA (MENDIKBUD RI) M NUH MELANTIK PROF. DR. SYAFSIR AKHLUS, M.SC SEBAGAI REKTOR UMRAH, KAMIS(19/6), DI AULA KEMDIKBUD JAKARTA. PROF. SYAFSIR AKHLUS MENJADI REKTOR DEFINITIF YANG MENERUSKAN SISA MASA JABATAN 2012-2014 MENGGANTIKAN PROF. DR. MASWARDI M. AMIN, M.PD YANG MELETAKKAN JABATAN BEBERAPA WAKTU LALU.
6
K
epala Humas UMRAH, Rafki Rasyid mengabarkan kepada umrah.ac.id, pelantikan sekaligus serah terima jabatan tersebut dihadiri oleh Maswardi M Amin didampingi Wakil Rektor I, Muzahar, M.Si dan Wakil Rektor II, Dr. Rumzi, Kepala BAKK UMRAH, Akhirman, sejumlah dosen dan staff UMRAH, serta jajaran pejabat tinggi di lingkungan Kemendikbud. Sebelumnya Prof. Akhlus ini menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) di Konsulat Jendral Republik Indonesia (KBRI) di Paris, Perancis. Pelantikan tersebut juga disejalankan dengan pelantikan beberapa pimpinan PTN dan Pejabat Eselon 2 di lingkungan Kemdikbud. Dalam sambutannya, Mendikbud berpesan agar para pimpinan PTN dapat terus memberikan perhatian secara khusus terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi. Para mahasiswa hendaknya diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mampu mengeksplorasi po-
tensi yang dimiliki, baik potensi akademik, sosial, dan kepemimpinan. Sebelumnya, civitas akademika UMRAH menggelar acara perpisahan dengan Prof. Maswardi M Amin di auditorium Kampus UMRAH di Dompak, Tanjungpinang, Senin (16/6). Perpisahan berlangsung haru dan dihadiri oleh dosen, staf dan keluarga besar UMRAH. Prof. Maswardi berpamitan untuk pulang ke Pontianak, Kalimantan Barat dan kembali mengajar di Universitas Tanjungpura tempat asal beliau meniti karir akademiknya. “Prof Maswardi merupakan figur pemimpin yang peduli pada kemajuan UMRAH. Banyak prestasi gemilang selama tujuh tahun kepemimpinannya.� Ungkap Rafky. Sementara rektor baru, Syafsir Akhlus, merupakan guru besar Bidang Kimia Fisika dan Fotokimia dan pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA) Institut Teknologi Sepuluh november (ITS) Periode 2003-2007 dan Sekretaris Pusat Penelitian Komputer dan Sistem Informasi pada Lembaga Penelitian ITS (1999 – 2003). Beliau juga merupakan Putra Daerah kepulauan Riau, terutama Bintan dan Tanjungpinang. Gelar sarjana kimia (Drs) ia peroleh di Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat (1979-1985), magister (MSc) di Institut Teknologi Bandung (ITB) (1985-1988) dan S3 dengan gelar Docteur Specialite Genie des Procedes dari Institut National Polytechnique de Lorraine (INPL), Prancis. Akhlus mengenyam pendidikan dasar dan menengah di Kepri yakni di SDN 2 Tanjung Uban (1968-1972), SMPN Tanjung Uban (1973-1975), dan SMAN 1 Tanjungpinang (1976-1979). (dip)
IHWAL UTAMA
f.Adi Pranadipa/umrah.ac.id
Rektor dan Unsur Pimpinan UMRAH Silahturahim dengan Gubernur Kepri MENGAWALI MASA TUGASNYA SEBAGAI REKTOR BARU UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH), PROF. DR. SYAFSIR AKHLUS, M.SC BESERTA JAJARAN PIMPINAN DAN PARA DEKAN DI LINGKUNGAN UMRAH MENGUNJUNGI KANTOR GUBERNUR KEPRI DI DOMPAK, SABTU(28/6). KUNJUNGAN INI DIMAKSUDKAN UNTUK BERSILAHTURAHIM DENGAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, DRS. HM. SANI. Teks dan Foto : Adi Pranadipa
R
ombongan yang terdiri dari Rektor, Prof. Syafsir Akhlus, Wakil Rektor I, Muzahar, M.Si, Wakil Rektor II, Dr. Rumzi Samin, beserta para Dekan dari 5 fakultas di Umrah dan beberapa orang Dosen serta Kabag umum dan kepala Biro Akademik ini diterima oleh Gubernur di ruang kerjanya didampingi oleh Sekretaris daerah Provinsi Kepri, Robert Iwan Loriaux. Rektor Umrah Prof. Syafsir Akhlus sedikit bercerita kepada Gubernur, Drs. HM Sani bahwa sebelum Pelantikannya pak Menteri (Mendikbud) bilang kepadanya supaya Bekerja untuk kampung halaman. “Pak Akhlus sudah bekerja untuk ITS, untuk Surabaya, untuk Indonesia, sekarang balik kampung untuk kampung sendiri” bunyi pesan yang diucapkan Pak Menteri M. Nuh kepada dirinya. “Terakhir saya menjejakkan kaki di Tanjungpinang itu tahun 79, selepas tamat SMA” kenang Prof. Akhlus. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 20 menit itu Sani menyinggung tentang kata Maritim dan Raja Ali Haji yang terdapat dalam nama Universitas Maritim Raja Ali Haji. “Umrah ini memiliki dua fokus, Maritim dan Raja Ali Haji”. Kata Maritim lanjut Sani harus fokus pada pembinaan-pembinaan yang menjadi andalan Kepri, 96% lautan.
“Mimpi kita adalah bahwa kita menjadi rujukan seluruh Indonesia di sini. Oleh karena Pak rektor memiliki pengalaman di Perancis saya pikir perlu apapun caranya, apa pun kebutuhannya, kita bisa diskusikan” Ujar Sani dengan nada optimis di hadapan Rektor dan Dekan-dekan fakultas di lingkungan Umrah. Sani menambahkan bahwa tidak siasia Universitas ini bersama Maritim karena sebangun dengan misi Provinsi Kepri. Walau menurut Sani banyak yang bertanya-tanya. “Apa Kelebihan dari Kepri, Maritim? mane die ? Kok belum nampak sangat kegiatan maritim die? Tapi lumayanlah dah ade
name die universitas tu kan, tinggal bagaimana mengisinya nanti” kata Pria yang mengawali Karir Birokrasinya di Bintan Timur itu dengan logat melayu yang khas. “Saya sendiri sebagai gubernur yang kebetulan sedang dipercayakan sampai hari ini kadang-kadang selalu dipertanyakan apa yang kita dapatkan dari letak geografis maritim yang 96% lautan ini ? patut diakui masih sangat kecil apa yang kita dapatkan. Faktor regulasi yang barangkali juga. Tidak semua regulasi kelautan dan pulau-pulau pesisir berada di tangan gubernur. Hasil laut pun sebagian ke pusat bukan ke kita” ungkap Sani. Sani mengatakan bahwa dari hal-hal tersebut kiranya ada potensi yang dapat digali sambil juga mengembangkan pendidikan di bidang Maritim. Sehingga dapat memberikan kontribusi bagi lembaga. “Saya pikir di samping tetap melakukan penelitian-penelitian, juga ada suatu pemikiran yang disumbangkan untuk Provinsi kepri ini sehingga akan memberikan arti keberadaan umrah ini” ujar Sani. Sehingga Think-thank konkrit Provinsi Kepri ini berada di Umrah. “Menjadi Pusat Pendidikan andalan Maritim nusantara lalu memberikan kontribusi pemikiran yg bernuansa action plan dalam penanganan masalah
Kelautan. saya kira itu tadi bisa dilakukan” harap Sani yang langsung disambut oleh anggukan dari Rektor, Dekan dan wakil rektor yang ikut serta. Selain menyandang maritim, juga menyandang Raja Ali Haji, lanjut Sani. Bicara Raja Ali Haji berarti bicara Gurindam Dua Belas, Bicara Gurindam Dua Belas, bicara Gurindam Dua Belas berarti bicara tentang nasihat-nasihat beliau. “Pertanyaannya sudahkah kita semua melakukan? tapi internal dulu ni, Rektor,Dekan, Dosen, sudah mengadopsi belum nasihat2 dari Raja Ali Haji itu, sudah baca belum? baca barangkali sudah. sudah baca dihayati dan diaplikasikan. baru disampaikan kepada mahasiswa. banyak yang bisa digali.” Kata Sani. Sani berharap Umrah dapat menjadi leading-sector dalam Pengembangan nilai-nilai kearifan lokal Gurindam Dua Belas karena berbekal nama Raja Ali Haji yang menjadi bagian nama Umrah. “Jadi pak rektor, hal ini perlu barangkali jadi pemikiran. Paling kurang Relevan dengan UMRAH dapat menjadikan Kampus ini menjadi dambaan dan eksis dan bisa berkualitas” “Gubernur memiliki kewajiban moral walau kampus itu bersifat otonom. jadi saya melihat dari tepi-tepi saja karena tak bisa campur tangan. Apapun yg terjadi di Kepri ini tanggung jawab guber-
9
IHWAL UTAMA
nur. Kita berkoordinasilah, kolaborasi kita” Pesan Sani. Prof. Akhlus menanggapi apa yang disampaikan Sani tentang Maritim dan Raja Ali Haji.
untuk mengembangkan struktur sistem Tranportasi laut kita. Selain dari sisi akademik bisa kita buat, tentu saja harus ada sisi Implementasi yang aplikatif” Ungkap Pria yang menyelesaikan S3-nya di ENSIC-NIPL Prancis ini.
“Saya mau tambah sikit tentang masalah Maritim dan Raja Ali Haji. Kebetulan kan selain sebagai atase Pendidikan di KBRI saya juga pro-aktif di beberapa lembaga internasional. Sebetulnya inilah kesempatan negeri kita untuk bisa mengembangkan Ekonomi berbasis Maritim, dan saya kenal beberapa Ahlinya. Memang betul yg bapak bilang tadi seharusnya nuansa kemaritiman itulah yg menjadi dasar
Khusus budaya melayu lanjut Prof. Akhlus, kalau dihitung berdasar sejarah, budaya melayu ini lebih tua dari budaya Indonesia itu sendiri dan sudah diakui oleh Perancis Sendiri. “Sebenarnya yang paling utama itu adalah bagaimana kita dapat menunujukkan representasi budaya melayu ini dan yang paling penting adalah apa yang bisa kita tuangkan dari budaya melayu ini” Ujar Prof. Akhlus.
Jadi bukan lagi nak klaim budaya itu dari kita karena bukan itu lagi masanya dan semua itu sudah ada catatannya. “Kalau kita ke belanda itu semua rapi sekali, tentang percetakan pertama di Indonesia itu di Pulau Midai bukan pulau jawa. Banyak hal yang kita tak tahu tentang negeri kita ini ” Ungkap Prof. Akhlus. Pertemuan tersebut diakhiri dengan Salam-salaman antara Rombongan dengan Gubernur. Kemudian Rektor dan Rombongan kembali ke kampus untuk bersilahturahim dengan Sivitas Akademika Umrah di Auditorium Kampus Dompak. (dip)
IHWAL UTAMA
Temu Ramah dan perkenalan Rektor baru UMRAH, Prof. Syafsir Akhlus dengan Sta dan Dosen UMRAH
Diminta Mendikbud untuk Pulang Kampung setelah 35 Tahun berkelana
Buah Delima merah merekah, Dimakan baginda sebelum bertitah Majelis dimulai dengan Bismillah Berharap Allah memberi berkah Begitu Bunyi sebuah Pantun bersajak AA yang dibacakan oleh Rektor baru UMRAH, Prof. Dr. Syafsir Akhlus,M.Sc di hadapan segenap staff dan dosen UMRAH sebagai pembuka perkenalan dirinya sebagai rektor baru UMRAH meneruskan sisa masa jabatan periode 2012-2016, menggantikan Prof. Maswardi M. Amin.
Adi Pranadipa, ICT UMRAH
P
antun bersajak AA itu lalu dilanjutkan dengan permohonan izin Prof. Akhlus untuk memperkenalkan diri. Sepintas agak tidak lazim, seorang rektor memohon izin untuk memperkenalkan diri kepada sivitas akademikanya. Namun hal itu yang betul-betul terjadi pada Sabtu(28/6) di Auditorium UMRAH Kampus Dompak, dalam pertemuan yang bertajuk Temu Ramah Staff dan dosen dengan rektor UMRAH yang baru. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh segenap staff dan dosen UMRAH tersebut Prof. Akhlus mengungkapkan asal muasal nama Akhlus yang menjadi nama belakangnya. “Akhlus itu diambil dari kata Ahlusunnah wal jama’ah. Karena konon ketika saya lahir, ayah saya menjabat sebagai ketua Nahdatul Ulama (NU) Provinsi Riau.Ketika itu Sedang Muktamar di Solo, anaknya lahir. Jadi supaya ingat sama NU-nya dikasi nama lah Ahlusunnah wal jama’ah. Cuma karena Ahlusunnah wal jama’ah itu terlalu panjang, jadi Akhlusnya saja yang diambil” ungkap Prof. Akhlus. Kemudian Prof. Akhlus bercerita ten-
12
tang masa kecilnya. Dia lahir di Pulau Bintan, tepatnya di Tanjungpinang. Sejak kecil dia tinggal di Jalan Sumatera di dekat Mesjid At-Taqwa. Berpindahpindah tempat tinggal juga pernah dialaminya. Walau selalu berpindah-pindah tempat tinggal, ada satu hal yang cenderung tetap, tinggal dekat dengan mesjid. “Ayah saya tu selalu pilih rumah yang dekat dengan mesjid. Rumah kami juga sempat jadi mesjid, surau tempat orang mengaji. Pasal ayah saya dulu guru ngaji” tutur Prof. Akhlus. Prof. Akhlus lalu mengurai cerita tentang masa kecilnya.Pernah waktu itu dia mengikuti lomba pidato memperingati Isra’ Mi’raj. Tak disangkasangka dia dapat juara pertama. “Jadilah Sebentar saya jadi mubaligh cilik ceritanya. Kemana-mana saya pergi. Penjaga mesjid Kampung Baru, Pak Abu, beliaulah yang membawa saya kemana-mana” kenang Peneliti Kimia Fotosensitizer ini. Selang waktu berlalu, Akhlus kecil dan keluarga berpindah pula ke Tanjunguban. Dia mulai mengeyam pendidikan Sekolah Dasar di SD 2 Tanjunguban. Tamat dari SD, lanjut ke SMP.
Saat itu hanya ada satu saja SMP di Tanjunguban, SMP Negeri Tanjunguban. Karena tidak ada SMA di Tanjunguban, kembali dia ke Tanjungpinang untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Zaman itu belum ada angka dibelakang nama SMA di Tanjungpinang, karena hanya ada satu saja SMA. “Di zaman kamilah pertama kali masuk SMA 1 Tanjungpinang. Sebelum itu tak ada, Cuma bernama SMA Negeri Tanjungpinang” kenang Prof. Akhlus. “Jadi ceritanya tahun 76 tu karena yang masuk banyak, dipisahlah jadi SMA 1 dan SMA 2. Bedanya SMA 1 masuk pagi, SMA 2 masuk Siang. Sekolahnya sama, di situ juga. Itu cerita sikitlah kalau belum tahu” tambahnya sedikit bernostalgia. Lalu sampailah waktu dimana Prof. Akhlus tamat SMA tahun 1979. Setelah tahun 79 dia berangkat dari Pulau Bintan untuk merantau. Sejak tahun 79, bisa dibilang jarang balik ke kampung halaman, Tanjungpinang. “Jadi setelah 35 tahun entah saya kemana pergi, akhirnya nasib pula lah yang mengantar saya balik lagi ke negeri ini. Dengan pesan yang lebih berat
lagi, kalau dulu berangkat nak mencari ilmu. Sekarang ni balik, dapat pesan juga. Kalau dulu dari orang tua, sekarang ni beda, langsung dari pimpinan tertinggi kementerian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan” kata Prof. Akhlus. Bunyi pesan dari Pak Mendikbud sederhana saja, “Agar Apa yang sudah saya peroleh selama ini agar dikerahkan, digunakan untuk kemajuan Universitas Maritim Raja Ali Haji” ungkap pria yang menyelesaikan S3 di NIPL
“Eh, hebat juga ni ada kemajuan” katanya. Tapi dia yakin juga inilah dinamika, normal-normal saja. Tapi yang tidak normal kalau dinamika itu berterusan, maka perlu disikapi. Bahwa kalau akhirnya ada keputusan yang harus diambil maka begitulah kenyataan yang harus dihadapi. “Saya pun tak pernah bermimpi nak duduk kat sini, kan begitu ceritanya. Tapi karena Allah sudah berkendak, kalau kita aplikasikan kun Fayakun itu maka jadilah dia. Itulah Kehendak Al-
ENSIC Prancis ini.
lah, semua kehendak Allah” ucapnya.
Prof. Akhlus sebetulnya berat ketika menerima amanah ini. Karena memang selama 35 tahun di luar, tentu ada lah sekali-sekali pulang ke Tanjungpinang waktu hari raya. Tapi tentulah tidak mengikuti bagaimana langgam di daerah ini. Tapi Dia masih tetap yakin kalau kurang lebih sama dengan masa dulu. Orang-orangnya baik-baik, murah senyum. Namun Prof. Akhlus sempat terkejut ketika membaca berita ada ramai-ramai disini.
Ketika itu belum sampai dua bulan sebelum pelantikannya, dia menerima panggilan telepon sewaktu dia berada di perancis. Ternyata penelepon di ujung sana adalah Mendikbud. “Sebetulnya saya tak tahu ini permintaan atau perintah, bentuknya serupa, bahwa mohon kesediaannya untuk bisa memimpin Universitas Maritim Raja Ali Haji. Eh mimpi apa saya ini karena pada saat itu sebetulnya langkah itu tak kesini lah kira-kira. Jadi saya bilang saya tak bisa janji pak, saya
pulang dulu, saya mau tahu apa ceritanya” ungkap Prof. Akhlus. “Akhirnya saya pulang dulu, saya baca qur’an, apalah segala macam saya bertanya kiri kanan. Saya tengok dulu apa yang terjadi, akhirnya saya dapat gambaran suram-suram sebelah sini, suram sebelah sana. Nanti waktu kalau dah duduklah dapat terbuka semuanya” cerita Prof. Akhlus tentang bagaimana awal proses penunjukan dirinya sebagai Rektor UMRAH. Menurut Prof.Akhlus tidak ada
orang yang lebih baik dari orang lainya, tetapi yang ada itu adalah orang yang lebih berguna daripada yang lain. “Jadi mungkin saya berharap keberadaan saya ini akan memberikan kegunaan khususnya kepada bapak-bapak dan ibu-ibu semua bagaimana kita membangunan Universitas kita ni, dan Insha Allah kita semua nanti berguna bagi Mahasiswa kita, bagi masyarakat kita di Kepulauan Riau ini.” Ujarnya. Berkenaan dengan UMRAH, dia berkali-kali menyampaikan kepada kawan-kawannya bahwa dirinya ada-
13
lah Rektor UMRAH, bukan umroh. “Kalau rektor umroh, sedikit lagi jadi rektor Haji” selorohnya sambil tersenyum. Dia menekankan bahwa nomenklatur ini harus ditegaskan betul-betul kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun. “Kalau dalam bahasa prancis huruf a nya itu diberi titik dua, diucapkan dengan terbuka mulutnya, jadi umrah. Kalau umroh, bahaya, kita dimarah pulak nanti, masak berubah pulak jadinya” ucap Prof. Akhlus. Ada satu Cerita lagi mengenai keterkaitannya dengan UMRAH. Beberapa tahun lalu dia menerima sebuah telepon dari senior yang menjadi kenalannya. Kebetulan kenalannya itu menjadi ketua verifikasi proses penegerian UMRAH. Dia kemudian menirukan percakapan di telepon waktu itu. “Pak Akhlus” “Ada apa pak ?” jawab saya “Ini lho Negeri sampean ini ada Universitas mau jadi negeri” dengan logat jawa “Oh iya, saya tahu pak, ada masalah apa?” lalu disebutkanlah masalahnya. Menanggapi apa yang disebutkan itu, saya kemudian bertanya,
14
“Ok pak, supaya bisa cepat bagaimana caranya ?“ “Harus Begini, begini, dan begini” Jawabnya Dalam setiap langkah-langka penegerian umrah itu dia selalu disebutkan. Jika ada hal yang kurang bisa dicarikan apa solusi kekurangannya, terus dikomunikasikan. Di tengah-tengah proses itu Prof. Akhlus mendapat tugas di perancis, tapi sebelum berangkat, dia memastikan bahwa tidak ada masalah dalam proses penegerian Universitas Maritim Raja Ali Haji. “Jadi itulah sedikit perkenalan saya dengan UMRAH. Saya tak jumpa orangorangnya, tapi setiap kali masalah, sampainya ke saya.Jadi itulah kebetulan itu tadi. Kita coba, dan alhamdulillah UMRAH akhirnya mendapat predikat sebagai Universitas tercepat proses Negerinya. Macam mana tidak cepat, karena memang dicepatkan. Jadi halhal yang menganggu segera di pinggirkan” cerita Prof. Akhlus. Sontak saja apa yang diceritakannya itu membuat Sivitas Akademika UMRAH yang hadir terperangah. Bahwa sosok baru bagi mereka yang akan menakhodai UMRAH dalam 2 tahun ke depan ini ternyata memiliki peran yang bisa dibilang cukup besar dalam proses
penegerian UMRAH yang mencapai kemuncaknya, dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 53 Tahun 2011 yang bertajuk Pendirian UMRAH sebagai Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah. “Proses Perubahan-perubahan yang ada saya minta pakai surat di Dikti, supaya proses penegerian ini berjalan dengan baik. Begitu di koran saya tengok, Alhamdulillah sudah berhasil Universitas ini jadi negeri, senang hati saya kan. Eh, Alhamdulilah dapat rezeki balik lagi ke sini untuk bersamasama disini” Lanjut Prof. Akhlus. Prof Akhlus mengucapkan terima kasih kepada seluruh sivitas akademika yang sudah meluangkan waktu untuk walaupun hari Sabtu. “Terlepas dari itu semua sekali lagi, saya izin untuk masuk ke UMRAH ini dengan satu tekad saja, bahwa Insha Allah kalau semua kita bekerja bersama-sama di bidang kita masing-masing dengan maksimal, maka kita akan mampu menghantarkan UMRAH ini dalam waktu yang cepat bisa segera menjadi Universitas yang akan diperhitungkan” Ucapnya yang kemudian disambut oleh tepukan yang gemuruh dari staff dan dosen UMRAH.**
Fotografi : Adi Pranadipa
KALAM TAMADUN
Foto oleh Adi Pranadipa Senja di Jembatan Engku Putri yang melintang di atas Sungai Carang. Seorang masyarakat tempatan mengayuh perahu dibawah jembatan yang menjadi jalan pintas menuju Senggarang
Sungai Carang Tapak Tuah dan Marwah oleh Dr. H. Abdul Malik,M.Pd
KALAM TAMADUN TANJUNGPINANGÂ sekarang kita kenal sebagai pusat pemerintahan Pemerintah Kota Tanjungpinang dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Suatu masa dahulu kawasan ini pernah menjadi pusat pemerintahan negara yang besar. Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang nama negara itu.
K
awasannya meliputi seluruh Provinsi Kepulauan Riau, beberapa daerah lain di Sumatera, dan sebagian besar Malaysia, dan Singapura sekarang.
Sebelum Sultan Mahmud Riayat Syah memindahkan pusat pemerintahan ke Daik, Lingga, dan kedudukan Yang Dipertuan Muda dipindahkan ke Pulau Penyengat Indera Sakti, kedua penguasa negeri itu berhimpun di pusat pemerintahan di Sungai Carang, Hulu Riau. Begitulah Sungai Carang memainkan perannya yang sangat signifikan dalam perjalanan sejarah kejayaan Kesultanan Melayu Riau-Lingga-Johor-Pahang. Tersebutlah Laksemana Tun Abdul Jamil atas titah Sultan Abdul Jalil Syah III membuka Sungai Carang, Hulu Riau di wilayah administratif Kota Tanjungpinang sekarang, pada 1673. Tak diragukan lagi bahwa yang terpikirkan oleh Baginda Sultan dan para pembesar Kerajaan Riau-LinggaJohor-Pahang kala itu adalah ini. Kawasan itu, Sungai Carang, akan dikembalikan menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Melayu yang ternama untuk menjulangkan kembali kejayaan tamadun Melayu setelah robohnya Kerajaan Melaka. Bukankah semasa Kerajaan Bintan, pulau bertuah itu pun pernah menjadi pusat pemerintahan negara? Kini pun, setelah dibukanya Sungai Carang, tak diragukan lagi bahwa kawasan Tanjungpinang itu dapat menggantikan posisi Johor yang kala itu masih menjadi pusat pemerintahan kerajaan. Begitulah, kemudian, Sungai Carang atau Hulu Riau menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Riau-Johor setelah pusat pemerintahan dipindahkan dari Johor ke Pulau Riau oleh Sultan Ibrahim Syah, penerus Sultan Abdul Jalil Syah III. Pulau Riau sesungguhnya adalah pulau kecil yang dipisahkan oleh Sungai Carang, Sungai Terusan, Sungai Ladi, dan Sungai Timun dengan tanah besar Pulau Bintan. Di kalangan masyarakat tempatan, kota itu juga disebut Riau Lama, Kota Raja, atau Kota Lama. Penamaan Kota Raja dilakukan sehubungan dengan kota itu dijadikan tempat kedudukan
18
Sultan Riau-Johor atau Yang Dipertuan Besar, yang kala itu dijabat oleh Sultan Ibrahim. Sungai Carang pulalah yang menjadi saksi sekaligus tempat bertolak, setahun kemudian, tatkala Sultan Ibrahim menitahkan Laksemana Tun Abdul Jamil untuk menjemput kembali marwah Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang yang pernah dicabar ketika masih berpusat di Batu Sawar, Johor Lama. Dan, dari tanah bertuah itu Laksemana Abdul Jamil berjaya secara gemilang mengangkat kembali marwah negaranya sehingga musuh mengaku takluk kepada kesultanan yang berdaulat lagi perkasa itu. Sejarah kejayaan awal pun tercatatlah sudah. Itu merupakan tanda yang baik bagi tapak sebuah kesultanan besar yang akan tumbuh kemudian. Dan, memang dari situlah sinar gemala tamadun itu mulai memancarkan sinar gemilangnya. Perihal Riau Lama itu terekam juga dalam pantun pusaka yang dikenal luas oleh masyarakat. Demikianlah pantun itu memberikan informasi tentang keberadaan bandar yang mula-mula dibangun, Riau Lama, yang terdapat di kawasan Tanjungpinang. Pantun itu pun menjadi bukti aktivitas bersastra memang menjadi kebiasaan hidup sehari-hari orang Melayu Kepulauan Riau, khasnya Tanjungpinang, sehingga sebagian besar peristiwa yang terjadi di kawasan ini terekam dalam karya sastra. Sastra telah menjadi roh kehidupan masyarakat.
Tanjungpinang parit pemutus Di situ tempat Riau Lama Kasih sayang janganlah putus Kalau dapat biarlah lama Setelah lebih kurang sepuluh tahun di Sungai Carang, Hulu Riau, pada 1683 Sultan Ibrahim memindahkan kembali pusat kerajaan ke Johor. Dalam pada itu, empat tahun kemudian misi Belanda di bawah pimpinan William Velentyn berkunjung ke Riau Lama pada 2 Mei 1687. Setelah lebih kurang empat belas tahun dibangun, mereka mendapati pusat Riau Lama itu berkem-
Perahu hias yang menjadi peserta pada Festival Sungai Carang awal 2014 lalu. Festival ini ditaja untuk mengembalikan ingatan terhadap tapak tuah dan marwah Hulu Riau Sungai Carang. Foto : Adi Pranadipa
bang menjadi bandar perdagangan yang sangat maju dan ramai. Orang-orang dari pelbagai penjuru dunia datang ke sana dan mereka terkagum-kagum akan kepiawaian orang RiauJohor dalam mengelola pelabuhan, laut, dan perdagangan. Pada 1709 Sultan Johor-Riau Abdul Jalil Riayat Syah memindahkan kembali pusat kerajaan ke Sungai Carang, Hulu
Riau, dalam suatu perpindahan besar-besaran.
Lebih kurang seratus tahun berikutnya sejak dibangunkan Sungai Carang sebagai pusat pemerintahan, tepatnya pada 1778, Raja Haji sebagai Yang Dipertuan Muda IV Kerajaan Riau-Johor mendirikan kota lagi di Pulau Biram Dewa yang terletak di seberang Sungai Riau. Kota baru itu dijadikan tempat kedudukan Yang Dipertuan Muda. Kota yang baru itu dikenal juga dengan nama Kota Baru atau Kota Piring. Berikut ini penuturan Raja Ali Haji di dalam karyanya Tuhfat al-Nafis tentang peristiwa bersejarah itu. “Maka Yang Dipertuan Muda pun berbuatlah istana di Pulau Biram Dewa serta dengan kotanya yang indah-indah, yaitu kota batu bertatah dengan pinggan dan piring sangatlah indahnya, dan satu pula balai dengan dindingnya cermin, adalah tiang kaki balai itu bersalut dengan kaki pahar tembaga dan kota itu sebelah atasnya berkisi-kisikan buncung, adapun kota itu apabila kena matahari memancarlah cahayanya.� “Kemudian diperbuatnya satu istana pula di Sungai Galang Besar sangat juga indah-indah perbuatannya, iaitu istana paduka anakanda Baginda Sultan Mahmud. Dan perhiasan istana Yang Dipertuan Besar dan Yang Dipertuan Muda itu daripada emas dan perak hingga ran-
tai-rantai setelobnya dengan rantai perak jua dan seperti talam dan ceper kebanyakan diperbuat di Negeri Cina dan seperti tepak dan baling air mawar daripada emas dan perak diperbuat di Negeri Benila yang berkarang bertatahkan intan dan yang berserodi. Dan adapun pinggan mangkuk dan cawan kahwa dan cawan kebanyakan diperbuat di Negeri Cina serta tersurat dengan air emas pada pantat cawan itu tersebut) nama Pulau Biram Dewa atau Malim Dewa (Matheson Hooker, 1991:380—388). Kota yang dibangun oleh Raja Haji Fisabilillah sebagai tempat kedudukan beliau sebagai Yang Dipertuan Muda IV Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang itulah yang dikenal sebagai Kota Piring. Disebut demikian karena pagar tembok istananya terbuat dari pinggan dan piring yang sangat indah. Dalam pada itu, istana Sultan Mahmud Riayat Syah dibangun di Kota Lama. Dengan mencermati perian (deskripsi) Raja Ali Haji tentang betapa megahnya istana-istana yang yang dibangun itu, tahulah pula kita betapa makmurnya Kesultanan RiauLingga-Johor-Pahang kala itu. Pada 1778 perdagangan di Kerajaan Riau-Johor memang semakin maju pesat. Dengan sendirinya, rakyat hidup sejahtera dan negara menjadi makmur. Aktivitas kehidupan beragama Islam berkembang dengan subur. Rakyat dan pemerintah betulbetul mengejar kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat seperti yang diajarkan oleh syariat Rasulullah s.a.w. Keperluan hidup di dunia dipenuhi dan pada saat yang sama bekal untuk kehidupan akhirat terus ditambah dari hari ke hari.
19
Setahun kemudian, 1779, lahirlah putra Raja Haji yang diberi nama Raja Ahmad ibni Raja Haji. Putra Yang Dipertuan Muda IV ini nanti memainkan peran yang sangat penting bagi perkembangan tradisi intelektual dan kepengarangan di Kerajaan Riau-Lingga. Berawal dari beliau, dunia kepengarangan di kawasan ini tumbuh merecup dengan subur dan sangat membanggakan kita hingga hari ini.
Dr. H. Abdul Malik, M.Pd Lahir di Karimun 9 April 1958. Saat ini menjabat sebagai Dekan FKIP UMRAH. Pangkat/Gol. IV/c, Lektor Kepala. Menyelesaikan S3 di Universitas Pendidikan Sultan Idris, Malaysia. Menulis buku ttg bahasa, sastra, budaya, dan pendidikan. Menulis di pelbagai media dan penulis tetap Kolom Budaya, Batam Pos.
Selain Raja Ahmad dan putra-putrinya yang lain, Raja Haji, yang setelah wafat karena perjuangannya yang heroik menentang penjajah mendapat gelar Fisabilillah, memiliki seorang putri yang diberi nama Raja Hamidah. Perempuan yang bukan perempuan biasa itu kemudian biasa disapa Engku Puteri Raja Hamidah. Setelah sampai jodohnya, beliau disunting oleh Sultan Mahmud Marhum Besar atau Marhum Mesjid, Yang Dipertuan Besar Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang (1761—1812). Emas kawinnya tak tanggung-tanggung, sebuah pulau kecil di depan Tanjungpinang, yang kelak menjadi pusat pembinaan dan pengembangan tamadun Melayu, yang seri kegemilangannya memancarkan cahaya sampai jauh, ke sekutah-kutah nusantara. Itulah keistimewaan Pulau Pengengat Inderasakti, Pulau Emas Kawin, untuk Engku Puteri Raja Hamidah ibni Raja Haji Fisabilillah dari suaminya Sultan Mahmud. Selain itu, Engku Puteri juga dianugerahi jabatan sebagai pemegang regalia oleh suaminya yang sultan itu. Regalia adalah seperangkat alat kebesaran Kesultanan Riau-Johor yaitu alat yang menjadi simbol kebesaran adatistiadat Melayu, termasuk peralatan kebesaran yang menentukan sah-tidaknya penabalan seseorang sultan. Itulah anugerah sekaligus amanah yang dititipkan oleh suaminya kepada Raja Hamidah, istrinya tercinta. Dan, beliau dengan anggun lagi setia memegang dan menjalankan amanah itu dengan segenap jiwa-raganya, bagai menatang minyak yang penuh, demi menjunjung marwah bangsanya. Demikianlah pada 1803 Pulau Penyengat Inderasakti mulai dibuka untuk tempat kediaman Engku Puteri Raja Hamidah. Dua tahun kemudian, pada 1805, Raja Ja’far ibni Raja Haji Fisabilillah, saudara kandung Raja Hamidah, ditabalkan menjadi Yang Dipertuan Muda VI Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang.
Oleh beliau, sejak itu pusat pemerintahan Yang Dipertuan Muda dipindahkan dari Kota Piring, Pulau Biram Dewa, ke Pulau Penyengat Inderasakti. Di pulau kecil tetapi ternama itulah sampai seterusnya pentadbiran Kesultanan Melayu di bawah kuasa Yang Dipertuan Muda diselenggarakan. Di pulau itu pula para cendekiawan Kesultanan Riau-Lingga “mendirikan” taman para penulis untuk memelihara warisan yang agung. Dan, dari pulau itulah sinar gemala mestika alam memancarkan cahayanya ke relung-relung hati yang tidak buta untuk membangunkan dan mengembangkan tamadun Melayu-Islam yang terala (luhur) lagi ranggi. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Dengan peristiwa Perjanjian London (The Treaty of London atau Traktaat London), 1824, Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang dipisahkan menjadi dua bagian oleh kuasa kolonial Belanda dan Inggris. Kawasan Riau-Lingga (kawasan Indonesia sekarang) berada di bawah pengawasan Belanda, sedangkan Johor, Singapura, Pahang, dan Trengganu (kawasan Malaysia sekarang) berada di bawah penjagaan Inggris. Sejak itu pula terpisahlah bangsa Melayu yang mulanya berada di bawah satu payung panji Kesultanan Melayu yang besar dan jaya ke dalam dua negara yang berbeda, bahkan tiga negara setelah Singapura memisahkan diri dari Malaysia pada 9 Agustus 1965. Hari-hari setelah Perjanjian London itu harus dijalani oleh bangsa yang secara genealogis dan sosio-kultural itu sesungguhnya bersaudara dengan sampan sejarah yang berbeda walau taman tempat bercengkeramanya tetaplah sama: Selat Melaka dan Laut Cina Selatan yang melegenda itu. Tatkala nafsu politik dan ekonomi terus dan terus berupaya untuk memecahkan keutuhan sesama manusia dan kemanusiaannya demi memuliakan dwitunggal sesembahan baru yang bernama “laba-kuasa”, alam jualah—dalam hal ini laut—tak pernah sampai hati memutus tali persaudaraan orang-orang yang bersaudara. Laksana hamba yang perkasa lagi setia, Selat Melaka dan Laut Cina Selatan dari dahulu sampai sekarang tetap mengokohkan persebatian puak yang bertalian darah yang hidup di sekitarnya. Kalau berani diakui, kearifan alam justeru jauh lebih memukau, lebih berdelau, daripada kecerdasan manusia, yang bahkan konon mengaku paling beradab sekalipun. Dan, Sungai Carang telah menunaikan baktinya yang sempurna dalam menjulangkan anak manusia yang sungguh-sungguh berjuang dengan ikhlas demi marwah bangsa.***
RENTAK AKADEMIKA
UMRAH Kirim Sepuluh Mahasiswa Ikuti Seleksi ON MIPA 2014 Tingkat Wilayah X
S
ehubungan dengan kegiatan ON-MIPA 2014 yang diselengarakan oleh dikti, pekan lalu (20/04) Universitas Mairtim Raja Ali Haji (UMRAH) mengirimkan sepuluh perwakilannya untuk mengikuti seleksi yang dilaksanakan pada tingkat Wilayah X. Seleksi ON-MIPA 2014 Wilayah X kembali dilaksanakan di kota Pekanbaru selama dua hari tepatnya pada tanggal 21-22 April 2014 di Hotel Pangeran Pekanbaru. Peserta yang mengikuti seleksi pada tingkat Wilayah X ini adalah Mahasiswa yang berasal dari universitasuniversitas PTN dan PTS yang berada di Wilayah X yakni Provinsi Riau seperti UR, UIN, UIR, Provinsi Sumatera Barat Univ. Andalas, UNP, Provinsi Jambi seperti univ. Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau. Bidang studi yang diperlombakan adalah bidang studi Matematika, Biologi, Kimia dan Fisika, dan sebagian besar peserta lomba tersebut adalah dari fakultas FMIPA. UMRAH yang mewakili provinsi Kepulauan Riau mengirimkan
22
10 Mahasiswa terbaiknya yang telah lolos seleksi tingkat Universitas dengan nilai tertinggi di masingmasing bidang yang diikuti. Masingmasing peserta berjumlah tiga orang untuk bidang kimia dan matematika. Sedangkan untuk bidang fisika dan biologi masing-masing dikirim dua orang Mahasiswa. Dua Mahasiswa perwakilan berasal dari Fakultas Teknik yaitu Samuel Newer Nagasaki Siregar (TE) dan Sisma Tri Wulan (TI), satu Mahasiswa dari FKIP yaitu Resti Citaloka (Matematika), satu Mahasiswa dari FE yaitu Febrian Bezaro Hia (Akuntansi) dan 6 mahasiswa lainnya berasal dari FIKP yaitu Indri Addini, Elza Septian (THP), Oktaviani, Mukrimah, Muhammad Halim dan Arief Herriansyah (IKL). Dalam perlombaan tersebut peserta dari UMRAH masih tergolong muda karena terdiri dari semester 2 dan semester 4. Selama kegiatan tersebut berlangsung Mahasiswa perwakilan UMRAH didampingi oleh Rozeff Pramana, ST, MT, Ketua
Jurusan Teknik Elektro FT UMRAH. Acara dibuka oleh ketua KOPERTIS Wilayah X, yakni Prof. Dr. Damsar, MA. Penyelenggaraan perlombaan ONMIPA tersebut diawasi oleh Dr. Nur Sahara Pasaribu dari KOPERTIS wilayah I dan beberapa perwakilan dari Dikti. Ada perbedaan dalam perlombaan tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu bentuk soal yang diberikan panitia banyak dalam bentuk essay dengan jumlah yang lebih sedikit. Pada hari terakhir, kegiatan ditutup oleh Drs. Hanafi, MS selaku ketua panitia seleksi ON-MIPA Wilayah X. Peserta yang lolos seleksi ON-MIPA 2014 Wilayah X nantinya akan dikirim untuk mengikuti seleksi pada tingkat Nasional yang akan diselenggarakan di Semarang. Dengan keikutsertaan ini, diharapkan tumbuhnya rasa kecintaan pada diri Mahasiswa terhadap ilmu pengetahuan eksakta yang selama ini ditakuti.(Tim ONMIPA)
RENTAK AKADEMIKA
Dosen UMRAH Presentasikan Hasil Penelitian Pada Seminar Nasional di Bali RENTAK AKADEMIKA (BALI)-Kustiawan, M.Pol.Sc, dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISP UMRAH, dan Sulfikar Sallu, M.Kom, Dosen jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik UMRAH menjadi pemakalah pada Seminar Nasional hasil penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang dihelat di hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Bali, Kamis (27/2) hingga Juma’at (28/2).
S
eminar Nasional ini diselenggarakan oleh Universitas Mahastrawati Makassar bekerja sama Forum Layanan Iptek Masyarakat (FlipMas) Wilayah Bali “Ngayah”. Seminar yang bertajuk “Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Sebagai Aktualisasi Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi” ini diikuti oleh sekitar 200 orang Dosen dari Berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. Kustiawan M.Pol.Sc dalam Seminar Nasional ini membentangkan makalah hasil penelitian yang berjudul “Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Demokratisasi Pemerintahan Desa Tahun 2011 Di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan”. Penelitian ini menitik beratkan tentang Bagaimana Peranan dan Fungsi Badan Permusyawaratna Desa (BPD) dalam demokratisasi Pemerintahan Desa Tahun 2011di Desa Malang Rapat. Kemudian Apa Faktor kendala yang mempengaruhi pelaksanaan peranan dan fungsi BPD dan bagaimana pula penyelesaian kendala dihadapi BPD?. Kesimpulan dari kertas kerja yang dibentangkan
oleh Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan FISP UMRAH ini adalah pertama, BPD dalam menjalankan fungsi dan peranannya sebagai penyalur aspirasi masyarakat sudah berjalan dengan baik. Kedua, Pemahaman masyarakat yang kurang dan minim mengenai fungsi dan peranan BPD. Ketiga, Sebagian besar anggota BPD mempunyai pekerjaan tetap diluar pekerjaannya sebagai anggota BPD. Keempat, Fasilitas operasional dan sarana prasarana yang tidak memadai. Kelima, Pola hubungan kerja sama BPD dengan pemerintah desa yang tidak terbuka dan tidak profesional. Penyelesaian kendala yang dihadapi BPD adalah Anggota BPD mengadakan rapat rutin dengan masyarakat untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang demokratis, terbuka, yaitu musyawarah. Lalu Pemerintah pusat dan Kabupaten mengusahakan pendapatan/insentif yang diterima anggota BPD ditingkatkan sesuai standar upah minimun daerah, mempersiapkan kantor permanen BPD dan balai pertemuan. Kemudian BPD melakukan pelatihan bagi masyarakat dan pemerintah desa untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap fungsi dan peranan BPD. Kustiawan dalam paparan makalah ini memberikan saran bahwa Peningkatan pola hubungan komunikasi antara anggota BPD dan masyarakat sebaiknya harus dilakukan secara intensif dan terkoordinasi dengan terjun langsung ke tengah masyarakat mendengar keluhan masyarakat.
23
Lalu Pemerintah daerah diharapkan memberikan pendapatan atau insentif yang diterima BPD sesuai dengan standar upah daerah, memperhatikan fasilitas operasional dan sarana prasarana seperti kantor permanen BPD dan balai pertemuan, da anggota BPD sebaiknya lebih sering berkoordinasi dengan melakukan inisiatif awal mengadakan rapat musyawarah dengan kepala desa dan perangkatnya. BPD juga diharapkan dapat menyelesaikan kendala yang dihadapi BPD seperti mekanisme kerja yang kurang terbuka dian–tara BPD dan pemerintah desa. Sedangkan Sulfikar Sallu, M.Kom membentangkan karya ilmiah poster tentang Sistem Informasi Akademik tercepat (SIAKAD). Poster Sistem Informasi Akademik tercepat di Dunia itu merupakan kesimpulan dari beberapa Konferensi Nasional sebelumnya yang telah dipresentasikan makalahnya di Makassar, Bandung, Yogyakarta dan Medan. Poster yang dipresentasikan pria asal Sulawesi Selatan ini menceritakan alur pola pikir dalam sebuah lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi untuk menghasilkan semua laporan adminstrasi yang diperlukan antara lain: data mahasiswa, keuangan, dosen, mata kuliah, perpustakaan, elearning, Rencana Anggaran Belanja, laporan epsbed dan lain-lain. “Semua tata cara pengolahan data itu terangkum jelas dalam poster , sehingga dapat menghasilkan Laporan berbentuk KHS dalam hitungan detik sehingga kami berani meng klaim tercepat di dunia” kata Sulfikar. Hal ini sudah mendapat pengakuan dari MURI Indonesia dan telah memiliki sertifikat Hak Cipta Kekayaan Intelektual(HKI) dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.(dip)
24
Poster berjudul “Konsep Menghasilkan Semua Laporan Yang Diperlukan Pada Lembaga Pendidikan di Indonesia Menggunakan Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) Tercepat di Dunia” yang disusun oleh Sulfikar Sallu, M.Kom, Dosen Teknik Informatika UMRAH.
RENTAK AKADEMIKA
UMRAH Terima 648 orang Calon mahasiswa Jalur SNMPTN
W
aktu yang ditunggu para calon mahasiswa di seluruh Indonesia yang su-
dah mendaftar pada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN 2014) akhirnya telah tiba. Sejak Selasa (27/6) pukul 12.00 WIB, pengumuman SNMPTN resmi diumumkan melalui laman website snmptn. ac.id. Dari 2.885 orang pendaftar secara keseluruhan dari pilihan dan satu dan pilihan kedua, hanya 648 orang yang diterima.
“Pengumuman Lanjutan tentang verifikasi data Calon mahasiswa yang berhasil lulus SNMPTN 2014 di UMRAH bisa diakses melalui laman umrah. ac.id, di bagian pengumuman dan laman khusus snmptn.umrah.ac.id. Di laman tersebut tertera syarat keleng-
kapan yang harus dibawa calon mahasiswa untuk diverifikasi pada tanggal 9 dan 10 Juni nanti” kata Kepala Humas UMRAH, Rafky , SE, MM di ruang kerjanya di Gedung Rektorat UMRAH Pulau Dompak, Rabu (28/6).
sebanyak 30 orang, dan jurusan Budi
Pada kesempatan tersebut Rafky juga memaparkan rincian kuota jumlah calon mahasiswa UMRAH tiap jurusan yang lulus SNMPTN. Jurusan Akuntansi dan Manajemen masingmasing sebanyak 60 orang, Untuk jurusan Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Pemerintahan, Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Biologi, Pendidikan Kimia, Pendidikan Matematika, Sosiologi masing-masing berjumlah 40 orang. Sedangkan, jurusan Ilmu Kelautan, Teknik Elektro, dan Teknik Informatika masing-masing sebanyak 35 orang. Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
ditorium UMRAH Dompak pada tang-
Daya Perairan berjumlah 18 orang. ” Calon mahasiswa UMRAH yang telah lulus SNMPTN ini akan melakukan verifikasi data terlebih di gedung augal 9 dan 10 Juni nanti. Untuk jurusan bidang Sains dan Teknologi (Saintek) verifikasi data dilakukan Senin, 9 Juni. Lalu Jurusan-jurusan bidang Sosial dan Humaniora, pada Selasa, 10 Juni.” ujar dosen Manajemen FE UMRAH ini. “Hasil Verifikasi data akan diumumkan tanggal 12 Juni 2014 di laman website umrah.ac.id dan snmptn.umrah.ac.id, lalu pendaftaran ulang tanggal, 17 Juni 2014” Tukasnya menutup pembicaraan. (dip)
Tidak diterima di SNMPTN? masih ada SBMPTN
T
idak diterima di jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) bukan berarti kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan kursi PTN. Masih ada jalur kedua, Seleksi Ber-
6 Juni. Sedangkan ujian tertulis akan
tuk mempermudah Pendaftaran Online
dilaksanakan tanggal 17 Juni 2014 se-
SBMPTN Calon mahasiswa ” kata Rafky.
cara serentak oleh PTN yang tergabung dalam SBMPTN ini.” Jelas Rafky kepada umrah.ac.id, Rabu(28/6).
Rafky mengungkapkan, sampai saat ini, pendaftar yang sudah masuk dan akan mengikuti seleksi SBMPTN sudah
sama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
Kemudian ia mengemukakan bahwa
mencapai 1.149 orang. Namun, ia men-
(SBMPTN) tahun 2014.
lokasi Ujian tertulis ini akan dilak-
gatakan, dari jalur ini akan diterima
sanakan di dua tempat, Tanjungpinang
sebanyak 450 orang. Sedangkan, untuk
Kepala Humas Universitas Maritim
dan Batam. Tahun ini, Umrah secara
jalur ketiga yakni, seleksi mandiri akan
Raja Ali Haji (Umrah) , Rafky, SE, MM
resmi ditetapkan sebagai Panitia Lokal
diterima nantinya sebanyak 300 orang.
mengatakan bahwa SBMPTN merupa-
Pelaksana
kan Seleksi yang digelar serentak secara
gan tahun lalu yang masih berstatus
Nasional yang didasarkan pada ujian tu-
Sub Panitia Lokal. “Informasi lengkap
lis dan ujian keterampilan untuk jurusan
tentang SBMPTN dapat diakses di la-
olahraga dan seni.
SBMPTN.
Berbeda
den-
man sbmptn.or.id. Di kampus Dompak dan Senggarang, kami juga telah me-
“Pendaftaran secara online sudah dibuka
nyediakan Desk Pendaftaran SBMPTN
sejak 12 Mei dan akan berakhir pada
lengkap dengan Petugas pelayanan un-
“Untuk jalur mandiri ini akan dilaksanakan setelah pengumuman SBMPTN. Namun sampai saat ini belum jadwalnya belum dipastikan. Nanti, kalau sudah dipastikan akan kita umumkan,” pungkasnya. (dip)
25
RENTAK AKADEMIKA
Bupati Karimun Sampaikan Kuliah Umum Pengembangan Kawasan Wilayah Perbatasan
B
upati Karimun, Nurdin Basirun, menyampaikan pengalamannya dalam memimpin Kabupaten Karimun yang berbatasan dengan malaysia dan Singapura dalam kuliah umum yang ditaja oleh Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) di depan 400 mahasiswa FISP UMRAH, Selasa(04/06) di Auditorium Kampus Dompak. Dalam Kuliah Umum yang bertajuk “Konsep Pengembangan Pembangunan Kawasan di Wilayah Perbatasan” itu, Nurdin banyak berbagi pengalaman dalam memimpin Karimun yang berbatas laut dengan Malaysia dan Singapura. Diakuinya cukup banyak hambatan-hambatan yang terjadi dalam per-
jalanannya mengembangkan pembangunan di Kabupaten Karimun. Namun dengan strategi yang tepat seperti meningkatkan daya saing masyarakat di bidang Industri, perdagangan dan budaya serta dukungan dari pihaknya, Pemkab Karimun untuk peningkatan fasilitas pengembangan wilayah
26
perbatasan hal itu bisa dijalani dengan baik. “Yang paling penting adalah meningkatkan sumberdaya manusia melalui pengembangan pendidikan” ujar Bupati Bumi Berazam ini. Turut hadir Ketua Jurusan Hukum FISIP UMRAH, Oksep Adhayanto. Oksep mengaku berterimakasih atas kesediaan Nurdin yang secara khusus berkenan hadir dalam kuliah umum ini. Ia berharap, apa yang disampaikantadi dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan berbasis perbatasan. Hal senada juga disampaikan, Okparizan, selaku ketua pelaksana kuliah umum. Menurutnya, yang disampaikan Nurdin sesuai dengan visi misi UMRAH yang merupakan Universitas baru berbasis maritim. Dari wilayah kepulauan dan juga berbatasan dengan negara- negara luar memiliki kebijakan-kebijakan yang pada dasarnya berbasis perbatasan.(Jurusan Ilmu Hukum/Tanjungpinang Pos)
RENTAK AKADEMIKA
Website UMRAH Tembus Ranking 153 dari 400 kampus Indonesia di Webometrics
W
ebometric telah merilis Peringkat Webometrics edisi Juli 2014, Rabu (31/07) di laman resmi www.webometrics.info . Website Universitas Maritim Raja Ali Haji (www. umrah.ac.id) dalam Peringkat Webometrics Edisi Juli 2014 ini tercatat menempati peringkat  153 dari 410 Perguruan Tinggi se-Indonesia yang masuk dalam indeks peringkat webometrics yang dinilai setiap enam bulan sekali. Berada di peringkat 153, website UMRAH sebenarnya turun beberapa peringkat dari edisi Januari 2014 mengalami lonjakan peringkat yang sangat drastis hingga ranking 147. Sebelumnya, di Webometrics edisi Juli 2013 posisi website UMRAH berada pada peringkat 230. Jika ditilik dari posisi di peringkat sebelumnya hingga rilis edisi januari 2014, lonjakannya langsung 83 Peringkat, lalu turun sekitar 5 peringkat. Lonjakan ini juga mengukuhkan posisi Ranking website UMRAH sebagai posisi teratas di wilayah Kepulauan Riau, melampaui kampus-kampus lainnya. Jika dilihat secara nasional, rangking Website UMRAH dalam Webometrics Edisi Juli 2014 ini menyalip peringkat beberapa
Webometric adalah suatu sistem yang memberikan penilaian terhadap seluruh universitas terbaik di dunia melalui website universitas tersebut. Â Sejak Tahun 2012, Ada empat komponen yang menjadi indikator utama dari penilaian Webometrics ini, yaitu: Presence (20%), Impact (50%), Openness (15%), dan Excellence (15%). Untuk parameter Excellence merupakan jumlah artikel-artikel ilmiah publikasi perguruan tinggi yang bersangkutan yang terindeks di Scimago Institution Ranking (tahun 2003-2012) dan di Google Scholar (tahun 2007-2012). Presence adalah jumlah halaman website (html) dan halaman dinamik yang tertangkap oleh mesin pencari (Google), tidak termasuk rich files. Impact merupakan jumlah eksternal link yang unik (jumlah backlink) yang diterima oleh domain web universitas (inlinks) yang tertangkap oleh mesin pencari (Google). Openness merupakan jumlah file dokumen (Adobe Acrobat (.pdf), Adobe PostScript (.ps, .eps), Microsoft Word (.doc,.docx) and Microsoft Powerpoint (.ppt, .pptx) yang online/open di bawah domain website universitas yang tertangkap oleh mesin pencari (Google Scholar).(dip)
perguruan tinggi yang telah lama berdiri seperti, STAN, Universitas Islam Riau, Politeknik Negeri Jakarta, dan lain-lain.
27
“Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa.� ~Gurindam XII Pasal XI - Raja Ali Haji ~
IHWAL MAHASISWA
MAHAPALA UMRAH ikut serta dalam Tim Relawan Tanggap Bencana Sinabung
f.Agus/Mahapala UMRAH
Karo-Bencana erupsi gunung Sinabung di Sumatera Utara memberikan dampak yang berkepanjangan untuk seluruh masyarakat desa Sigarang Garang, sukaneria sekitarnya yang berjarak sekitar 500 meter hingga 1 Kilometer dari kaki gunung Sinabung. Hal ini memantik perhatian dari kalangan perguruan tinggi, khususnya Mahasiswa Pencinta alam dari berbaagai daerah di Indonesia untuk turun bersama menjadi relawan.
D
ari Kepulauan Riau, Tim relawan Mahapala UMRAH didampingi dengan Mapala STAI MU Tanjungpinang dan Mapala Hang Tuah Stisipol Raja Haji Tanjungpinang turut serta bergabung. Sejak Rabu(12/2) relawan pecinta alam yang sudah bergabung dari berbagai daerah terdiri dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Pekanbaru . Para Relawan ini tergabung dalam satu posko yang berada di Universitas Karo II yang berada di
kota kota Kabanjahe, Kabupaten Karo yang mmiliki radius 15 Kilometer dari kaki gunung Sinabung. Tim relawan Mahapala UMRAH terdiri dari 3 orang personil. Total relawan pecinta alam nasional yang tergabung dalam aksi sosial ini kurang lebih 60 orang. Keadaan Pengungsian di UK II ini terbilang paling ramai dari pengungsian lainnya yang berada di Masjid agung dan Paroki Kabanjahe. Ada sekitar ribuan jiwa dan ribuan anak-anak yang mengungsi di UK II ini. Banyak hal yang dilakukan Relawan Nasional dari kalangan Mahasiswa Pecinta Alam perguruan tinggi ini di area pengungsian. Seperti membuat Saluran air wudhu dan tempat pencucian baju para pengungsi, membuat parit agar tidak jadi sarang penyakit. Lalu melaksanakan Trauma Healing, yaitu penyelenggaraan berbagai kegiatan untuk menghilangkan trauma pada pengungsi. Kemudian melaksanakan kegiatan nonton bareng dan Belajar Mengajar pada setiap malamnya.
Salah Seorang Anggota Mahapala UMRAH berada di reruntuhan bangunan yang disapu lahar Erupsi Sinabung
Kegiatan ini berlangsung selama 10 hari di area pengungsian. Tim Relawan sepakat untuk mengakhiri kegiatan sosial pada Kamis, 20 Februari 2014. Pada tanggal tersebut juga akan diserahkan logistik dari sumbangan segenap masyarakat Kepulauan Riau yang terkumpul selama aksi mapala sekepri beberapa waktu lalu di Simpang Pamedan, Tanjungpinang.(Mahapala UMRAH)
29
IHWAL MAHASISWA
Bendera UMRAH dan Kepri berkibar di Puncak Kilimanjaro Tanzania-Bendera kebanggaan Kepulauan Riau (Kepri) dan Universita Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) akhirnya dikibarkan di puncak Uhuru Peak Gunung Kilimanjaro 5895 MDPL, Tanzania, Afrika Selatan (19/06). Setelah mendaki selama seminggu akirnya tim (Fahry, Yuli, Berry, Fajar, dan Aris) tiba di puncak Gunung Kilimanjaro. Sebelum mengibarkan kedua bendera tersebut, mereka sudah terlebih dahulu mengibarkan Sang Saka Merah Putih dan Bendera Batam Pos.
R
asa syukur dan bangga mereka rasakan setelah berhasil sampai ke puncak. Selama seminggu pendakian dengan berbagai haling rintang telah mereka lalui. Dari pos kedua di ketinggian dua ribu meter dari permukaan laut sudah ada salah satu rekan mereka yang terserang penyakit. Ia mengalami sakit di ulu
30
hati. Mereka menduga mungkin ia tidak pernah ikut pembugaran setiap paginya. “Ia jarang mengikuti kami melakukan pembugaran setiap pagi, mungkin karena itulah ia mengalami rasa sakit di ulu hatinya,” ujar Fahry.
Semangat tim terus membawa mereka hingga ke puncak. Sehingga semua haling rintang dapat mereka lalui bersama. “Kami terus berdoa disepanjang jalan memohon keselamatan agar bisa sampai ke puncak”, ujar Berry. Suhu yang sangat dingin menembus hingga ke tulang dan membuat tubuh mereka hampir mati. Di ketinggian empat ribu meter dari permukaan laut suhu mencapai lima derajat celcius. Keadaan yang sangat kritis mereka alami. Pada saat itu tim mulai terserang penyakit kedin-
IHWAL MAHASISWA ginan berupa AMS dan Hipotermia. Bahkan tim hingga mengalami muntah darah terus-menerus. Fahry mengatakan bahwa sebagaian dari mereka sudah tidak dapat menggerakkan tubuh mereka lagi. Bahkan untuk bernapas saja sulit. Karena ogsigen yang mereka hirup hanya 20% saja yang masuk ke paru-paru. “Doa terus kami ucapkan agar kami bisa diberi kekuatan untuk bisa sampai ke puncak” ujarnya. Udara malam semakin membuat tubuh mereka kedinginan. Makanan yang mereka makan tidak bisa dicerna dengan baik. Setiap kali mereka makan, makanan tersebut mereka muntahkan kembali. Hanya minumanlah yang dapat masuk ke dalam tubuh mereka. Disaat itu kondisi tim semakin memburuk. Hipotermia melanda, muntah darah, mimisan, hingga sebagian tubuh mulai
kaku. Pukul 03.00 waktu Tanzania tim mulai mendaki menuju puncak. Dalam keadaan yang masih sakit dan oksigen semakin menipis mereka tetap melanjutkan pendakiannya. “Kami sudah berjalan hingga sejauh ini dan kami harus berhasil sampai ke puncak untuk mengibarkan bendera kebanggaan kami” ujar Fahry tegas. Setelah mendaki berjam-jam akhirnya pada pukul 17.00 waktu setempat tim berhasil sampai ke puncak. Rasa syukur mereka ucapkan kepada Sang Pencipta atas usaha yang mereka lakukan. Bendera kebangsaan pun berkibar di Puncak Negeri Afrika, sebagaimana Bendera Kepulauan Riau, dan bendera UMRAH sebagai tanda anak jati Kepri dan UMRAH pernah sampai ke Puncak Kilimanjaro(Yessy Nuryeni/FKIP/PBSI)
Sambut Kepulangan Fahry, Mahapala UMRAH Gelar Konferensi Pers Dompak- Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Maritim Raja Ali Haji (Mahapala UMRAH) menggelar Konferensi Pers di Ruang Serba Guna Gedung Rekrorat Lantai 3 (26/06). Konferensi ini digelar dalam rangka menyambut kedatangan Fahry Naviardy salah seorang anggotanya dari melakukan Ekspedisi Gunung Kilimanjaro bersama Batam Pos. Pembicara dalam acara tersebut yaitu Fahry sendiri, Mahadiansar (Ketua Umum Mahapala UMRAH), dan Akhirman, S.Sos, MM (Kepala BAKK).
U
nsur Media yang hadir pada saat itu yaitu Batam Pos, Bintan News, dan Tanjungpinang Pos. Turut hadir tamu undangan dari Mapala se-Kepri dan Unit Kegiatan Mahasiswa UMRAH (BEM, LDK, MENWA, KSR, dan Tarung Derajat). Acara yang pada awalnya dimulai pukul 10.00 WIB mengalami keterlambatan selama satu jam. Hal ini dikarenakan panitia penyelenggara harus menunggu kedatangan Fahry dan Kepala BAKK, Akhirman. Dalam konferensi Pers tersebut Akhirman merasa sangat bangga dan berterima kasih kepada Fahry yang telah bersusah payah mendaki gunung es untuk mengibarkan Bendera Merah Putih dan Bendera UMRAH. Ia mengatakan bahwa Fahry bisa manjadi motivasi setiap orang dalam mencapai impian. 31
Selain itu ia juga menyatakan bahwa hal yang dilakukan Fahry sangat luar biasa. Ia sendiri awalnya tidak yakin saat mendengar niat Fahry untuk pergi ke Kilimanjaro. Menurutnya butuh biaya yang sangat besar untuk bisa sampai ke sana. “Saya sangat terkejut saat mendengat Fahry mengatakan kepada saya bahwa dia akan ke Afrika karena itu Negara yang sangat jauh dan masih dalam keadaan konflik� Ujarnya. Namun, berkat kegigihan Fahry akhirnya ia bisa sampai ke Afrika dan mengibarkan bendera di sana. Ia pun merasa sangat bangga atas prestasi yang diraihnya. Dalam penyampaiannya di acara tersebut, ia sangat berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung. Ia bercerita bagaimana proses saat ia mendaki. Berbagai masalah yang mereka hadapi. Terserang kedinginan hebat hingga mengalami muntah darah dan satu per satu diantara mereka semakin kritis. Fahry mengatakan bahwa mereka (Fahry, Berry, Yuli, Fajar, dan Aris) berjuang dengan tekad dan semangat . Walau kondisi badan sudah mati suri,
namun kekuatan doa dan impian terus membawa mereka sampai ke puncak. “Menurut saya kekuatan yang paling hebat adalah doa�, ujarnya. Dalam penyampaiannya tersebut ia juga meneteskan air mata karena terkenang saat-saat kritis mereka. Semua dilanda sakit, dari AMS hingga Hipotermia (kedinginan hebat). Tubuh mereka mulai kaku dan oksigen semakin menipis. Mereka terus berdoa dan memohon kekuatan untuk bisa sampai ke puncak Uhuru Peak Gunung Kilimanjaro 5895 MDPL. Sambil menyeka air matanya, ia mangatakan bahwa hanya doa lah yang bisa dilakukan saat itu. Acara yang berlangsung selama 2 jam tersebut disambut antusias.. Banyak peserta undangan yang antusias mengajukan pertanyaan. Termasuk para insan pers yang menjadi salah satu tamu penting dalam acara tersebut. Acara diakhiri dengan penyerahan SertifikatPenghargaan dari Kampus untuk Fahry dan Penyerahan Cendra Mata dari Fahry untuk Kepala BAKK. Kemudian diikuti dengan foto bersama seluruh panitia dan pegawai BAKK. (Yessy Nuryeni/FKIP/PBSI)
Fahri (Mahapala UMRAH ) mengibarkan Bendera Kepri di Uhuru Peak. f.Yuli Seperi
IHWAL MAHASISWA
Mahapala UMRAH Juara Favorit LLAP Padang - Organisasi pecinta alam Mahapala UMRAH (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Maritim Raja Ali Haji) berhasil meraih juara favorit Lomba Lintas Alam Padang (LLAP)(11/05).
L
omba ini diadakan di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pagaruyung, Batu Sangkar, Provinsi Sumatera Barat. Mahapala UMRAH sendiri mengutuskan 3 anggotanya yang terdiri dari Bukhari, Samsudin dan Gilang untuk mengikuti lomba tersebut beserta 1 officialnya yaitu Herik Rahmadana. Lomba ini diikuti oleh seluruh Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) yang ada di Sumatera, Riau, dan Kepri. Pelaksanaan lomba dimulai dari tanggal 09 hingga 11 Mei 2014. Kiteria penilaian dalam mengikuti lomba ini yaitu kelengkapan peralatan, kecepatan, dan kekompakan tim. Sebelum perlombaan dimulai, panitia akan mengecek kelengkapan tim terlebih dahulu. Setelah itu, barulah semua tim bersiap-siap mengikuti lomba yang dimulai di depan kampus STAIN Pagaruyung. Perjalanan tim melewati area kampus, perkebunan,
hingga berakhir di kaki Gunung Marapi. Tim yang memenuhi semua kriteria dengan nilai tertinggilah yang akan menang. Mahapala UMRAH merupakan satu-satunya perwakilan Mapala dari Kepri kurang memenuhi kriteria tersebut. Hal itu karena Mahapala UMRAH masih baru dan baru kali ini mengikuti lomba. Selain peralatan tidak lengkap, tim juga hanya jalan santai menikmati pemandangan alam Kota Padang. “Tujuan kami berpartisipasi dalam lomba ini untuk mempererat tali persaudaraan dengan Mapala luar yang ada di Kepri, karena itu kami tidak ada niat untuk menjadi pemenang utama”, ujar Herik. Juara favorit yang diraih diduga karena tim sangat kompak. Walau tim hanya berjalan santai, namun tim tetap semangat mengikuti lomba hingga finish. “Sayang rasanya jauhjauh datang dari Kepri, tetapi tidak bisa menikmati suasana alam Kota Padang. Untuk itu kami jalan santai saja menikmati pemandangan alamnya,” ujar Bukhari. Mapala yang meraih juara pertama adalah Mapala UNAN dari Riau, juara
kedua adalah Mapala MPAL Sumbar, dan juara ketiga adalah Mapala UNAN dari Riau juga. Semua pemenang tersebut meraih nilai tertinggi dari kelengkapan peralatan, kekompakan tim, hingga kecepatan. “Dari start saja mereka sudah berlari. Hanya dalam waktu 2 jam mereka sudah sampai ke finish. Sedangkan kami membutuhkan waktu 5 jam untuk sampai ke finish, ujar Samsudin. Herik menyatakan bahwa dari awal mereka tidak berniat sama sekali untuk menjadi pemenang. Namun, ia sangat bersyukur anggota yang ia bawa bisa meraih juara favorit. Ia juga berharap dengan adanya lomba ini, tali persaudaraan antar Mapala dapat terjaga dan tetap erat. Usai mengikuti lomba, tim tidak langsung pulang ke Tanjungpinang. Hal itu dikarenakan tim diajak oleh Mapala Pagaruyung untuk mendaki Gunung Marapi. Setelah memenuhi ajakan tersebut, barulah tim pulang ke Tanjungpinang dan menyerahkan hadiah berupa sertifikat penghargaan dan cendera mata dari Mapala STAIN Pagaruyung ke Mahapala UMRAH. (Yessi Nuryeni/FKIP/PBSI)
33
Ramdhani menerima medali perak dari UPSI. f. Yuli Hendri
Pencak Silat UMRAH raih Medali Perak pada Kejuaraan Silat Universitas seASEAN di UPSI Malaysia Perak-Malaysia- Ramdhani Hermansyah, atlit Silat perwakilan UMRAH berhasil meraih medali perak di kejuaraan Pencak silat se Asia yang dihelat oleh Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia di Perak , Bulan Maret 2014 . Ramdhani harus puas berada di posisi kedua dengan meraih medali perak karena dikalahkan oleh pesilat malaysia di babak final.
T
orehan prestasi kali ini Sama dengan dari tahun lalu yang berhasil merebut medali perak. Menjadi runner-up cukup wajar karena lawan pada final merupakan atlit silat elit malaysia yang direkrut untuk memperkuat timnas malaysia.
34
“Dengan kapasitas lawan yang seperti itu rasanya cukup terhormat walaupun kalah sehingga hanya berhasil merebut medali perak� ujar Yuli Hendri, Staff Humas UMRAH yang mendampingi kontingen Pesilat dari UMRAH . Awalnya UMRAH mengikutsertakan delapan orang mahasiswa atlit silat, namun hanya Ramdhani yang berhasil mengukir prestasi menuju final seperti tahun sebelumnya(Humas)
“Hormat akan Orang yang pandai, Tanda mengenal kasa dan cindai.� ~Gurindam XII Pasal XII- Raja Ali Haji ~
Universitas Maritim Raja Ali Haji Gedung Rektorat Kampus Dompak Jl. Dompak, Tanjungpinang 29111 Telp - 0771-4500089 | 0771-7001550 Faximile - 0771-7038999 | 0771-4500091 Email : humas@umrah.ac.id Website :www.umrah.ac.id
@umrah_oďŹƒcial
http://facebook.com/oďŹƒcial.umrah.page