post - DSKMFST #6 pra - DSKMFST #7
//SUIKA /AKA. WATER MELON
FUCKED UP MEANS GREAT PROSPECT RESEARCH
1 *guitar playing *guitar playing *drum splashing *drum splashing *boo effect *boo effect *vocal stop *vocal stop
THERE IS NO DISTORTION EVERYBODY GLOOM
POST-ROCK
//SUIKA/aka. Water Melon
2
PENGANTAR MAKAN SUIKA. TADAKIMAS.
Pada edisi Water Melon kali ini, lebih baik jangan menghina-hina MR. P karena dia sedang tidak enak badan. Mungkin ia sedang tidak enak badan karena banyak ditertawakan oleh mahasiswanya. Tapi tidak apaapa juga sih, orang makhluk goblok kek begitu juga pantas dihina-hina sih.
Becanda deng, peace.
//SUIKA/aka. Water Melon
AGAR POST-ROCK 1 . Dengarkanlah Te’ , band post-rock asal Jepang yang menyentuh. Sangat disarankan mendengarkan:
a. 道徳とは権力の装置であり民衆の自由の最大の『枷』と自覚
せよ。
b. 探求者は相対する事象の『中間層』を彷徨う半音階的世界
の住人。
2 . Kurang dianjurkan untuk mendengarkan Sigur Rós, lebih baik mendengarkan Sigmun pada album ‘Cerebro’. 3 . Agar terkesan lebih mencapai titik jenuh pasca-distorsi itu, maka sangat dianjurkan menonton film ‘The Sad Story of Princess Malika’. 4 . Video klip yang paling cocok untuk ditonton sebagai permulaan yaitu:
a. フレデリック - オドループ
b. Fox Capture Plan - 疾走する閃光
c. Nabowa - 揺らぐ魚
d. Jizue - En
//SUIKA/aka. Water Melon
3
4
KURASKI KARYHA
Karya oleh: Ruang Rupa Jakarta
//SUIKA/aka. Water Melon
5
Karya oleh: GunkBudy
//SUIKA/aka. Water Melon
6
T
Karya oleh: Joymii
//SUIKA/aka. Water Melon
WHAD2WATCH
Tampopo(1985) “Master, sup dahulu atau mie dahulu (yang dimakan)?� “Pertama perhatikan seluruh mangkuk. Apresiasilah bentuknya. Hirup aromanya. Nikmatilah permata dari lemak yang berkilau dipermukaan. Akar shincaku yang bercahaya. Rumput laut yang perlahan tenggelam. Bawang bombay yang mengambang. Berkonsentrasilah pada tiga potong daging babi itu. Mereka memiliki peran kunci, namun tetap tersembunyi dengan rapi.�
Budaya pangan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebutuhan dasar manusia. Tidak hanya dari bahan untuk dikonsumsi tersebut, namun lebih jauh dari itu. Budaya pangan tumbuh sebagai suatu entitas bangsa. Bangsa yang maju dan telah melewati berbagai perkembangannya tidak dipungkiri akan (atau //SUIKA/aka. Water Melon
7
8 telah) melewati terjadinya degradasi nilai dari apa yang ‘berusaha’ dipertahankan, apa yang terjadi, serta tujuan dari pemaknaan budaya pangan itu sendiri. Mengambil setting di Jepang (karena ini film Jepang juga haha), film ‘Tampopo’ menceritakan kisah mengenai Tampopo, seorang janda yang mewarisi kedai ramen almarhum suaminya dan berkeinginan untuk menjaga serta mengembangkan kedai ramen, termasuk mempelajari ramen itu sendiri, setelah ia bertemu dengan seorang supir truk yang penuh semangat dan penuh ketertarikan terhadap dunia kuliner. Dengan alur cerita yang tidak begitu difokuskan kepada kejadian hidup Tampopo saja, film ini mengangkat secara satir budaya pangan yang telah ada di Jepang, serta berbagai humor sarkas akan masuknya makanan Eropa termasuk pandangan mengenai keterkaitan budaya RRC (China) dan Jepang. Film yang jelas tidak ditujukan kepada masyarakat awam yang hanya ingin disuapi saja pada masa kini ini, menjadi salah satu film yang akan membuat anda semakin logis akan budaya ‘nyeleneh’ atau ‘asing’, atau apapun istilah itu, terkait pangan (mencakup produksi, produk, konsumen, cara mengkonsumsi serta etika bagi produsen maupun konsumen) di Jepang. Salam pangan, Fucked Up Means Great Prospect Research
//SUIKA/aka. Water Melon
9
WHY DON’T WE START? oleh: Fucked Up Means Great Prospect Research //タラッタラッタ
//SUIKA/aka. Water Melon
10
I. WHAT POST-ROCK IS “Perhaps the really provocative area for future development lies.. in cyborg rock; not the wholehearted embrace of Thecno’s methodology, but some kind of interface between real time, hands-on playing and the use of digital effects and enhancement.”. Berikut merupakan kutipan dari Simon Reynolds pada review album Hex, yaitu Bark of Psychosis pada majalah Mojo. Pada tulisannya tersebut, Reynolds memunculkan istilah Post-Rock yang akhirnya dikenal luas, terutama menjadi sindrom yang sedang hangat-hangatnya di Indonesia, terutama pada kalangan ‘anak-anak Indie’. Post-Rock sendiri jika diruntut dari sejarahnya berasal dari beberapa band seperti Talk Talk, Slint, Hex, dan The Durutti Column pada awal tahun 1990. Sebagai sebuah perkembangan musik yang sangat provokatif (melihat pada era tersebut telah mencapai era Post-Punk (dimana Punk sebagai bentuk perlawanan musik pasar telah mencapai titik puncaknya) sebagai salah salah satu jenis musik baru. Reynolds menyoroti keadaan modern dimana pada masa itu teknologi merupakan sebuah pembaharuan terkait permainan efek tradisional dan efek digital. Namun alasan utama kenapa disebut Post-Rock bukan karena pemakaian efek digital tersebut. Instrumen musik rock dengan penggunaan gitar rhythm sebagai media tekstur musik serta timbre lebih dipergunakan daripada pemakaian riff dan powerchord. Masyarakat tentunya secara awam ketika mendengarkan musik rock sendiri akan melakukan penilaian utama atas pacuan keras tidaknya (rock; mengguncang) musik tersebut, dan tidak dipungkiri pemakaian powerchord serta riff-riff yang tebal menjadi senjata dari berbagai substansi musik rock. Berbeda dengan pengaplikasian PostRock sendiri, musik yang disadurkan lebih melihat struktur aransemen daripada titik pacu kencang tidaknya musik tersebut. Di Indonesia sendiri, para pendengar sekaligus pelaku musik Post-Rock muncul pada sekitar tahun 2006 dimana salah satu tanda //SUIKA/aka. Water Melon
11 kemunculannya berawal dari A Slow In Dance, band asal Cimahi yang ditahbiskan oleh majalah Hai sebagai band Post-Rock pertama di Indonesia, yang kemudian diikuti dengan kemunculan Sarin, Marche Lรก Void, dan berbagai band lainnya dari Jawa Barat (termasuk Jakarta). Di Jawa Tengah sendiri disebut-sebut LKTDOV sebagai band Post-Rock pertama di regional tersebut. Dari sekian banyaknya band-band Post-Rock yang muncul dan bergerilya di Indonesia, sebagian besar (dan mungkin keseluruhan) memiliki pengaruh bukanlah dari era Post-Rock pertama di awal tahun 1990, namun lebih kepada era Post-Rock kedua pada awal tahun 2000. Pada angkatan kedua tersebut, band-band seperti Sigur Rรณs, God Bless You! Black Emperor, Mogwai, Russian Circles, dan sebagainya yang ikut mempengaruhi musik Post-Rock di Indonesia. Struktur musik ambient, build up dan memberikan kesan galau (oleh karena itu PostRock kerap distigmakan sebagai musik galau) menjadi titik pacu para pendengar musik untuk menentukan mana yang Post-Rock dan yang bukan. Terkait atas pandangan band Efek Rumah Kaca mengenai mental pendengar musik Indonesia yang suka akan hal-hal sendu, Post-Rock yang seperti inilah yang akhirnya berkembang di negeri ini.
II.(UN)YUWT KALCER Hal yang menarik dari Post-Rock sendiri adalah bagaimana mereka mengawali pergerakan mereka dengan mengaplikasikan konsep Do It Yourself (DIY) yang dipakai oleh kaum Punk. Dikala Punk telah melewati titik puncaknya, generasi pertama Post-Rock melakukan berbagai tindakan independen untuk mengkomersilkan karya mereka, dan bahkan sampai sekarang masih dilakukan banyak band Post-Rock di Indonesia dengan memasarkan via internet, sebut saja myspace. com, reverbnation.com, hingga last.fm, soundcloud.com dan sebagainya. //SUIKA/aka. Water Melon
12
Hampir disetiap situs yang mengedepankan musik, taruhlah last.fm yang telah menelurkan banyak ‘kritikus musik modern’ serta para elitis lainnya, Post-Rock menjadi salah satu tag yang kerap di-klik oleh banyak orang (yang rata-rata penikmat musik cutting edge dan ‘anak-anak Indie’) dan menjadi viral. Banyak sekali band Post-Rock yang lahir di Indonesia dan mengusung nuansa-nuansa ambient khas generasi kedua. Pertanyaannya adalah apa yang terjadi dengan ‘semangat’ generasi 1990? Sebenarnya point perlawanan yang dirintis oleh Punk (sebagai penggagas DIY) dibawa kemana? Segalanya kemudian disamakan dan menjadi tidak lagi melawan. Apakah ini yang diinginkan Punk? Stuart Hall (1994) menyatakan bahwa budaya pop merupakan arena konsensus dan resistensi dimana hegemoni muncul dan berlangsung, “.. Ia bukan ranah sosialisme. Sebuah kultur sosialis yang terbentuk sepenuhnya.. Namun, ia adalah salah satu tempat dimana sosialisme boleh diberi legalitas. Itulah mengapa ‘budaya pop’ menjadi sesuatu yang penting.”. Berdasarkan dari pendapatnya tersebut sudah cukup menjelaskan bahwa ‘adat’ yang telah hype menjadi bagian yang diserahkan (dan mungkin telah ditargetkan) kepada masyarakat, namun bisa saja tidak ditujukan kepada value bermasyarakat. Masuk akal ketika masyarakat disebut (berdasar Marxism Cultur Studies) kerap disekat secara tidak adil pada ruang industri. Punk adalah pergerakan yang, secara kasarnya, dikomersilkan, bahkan secara paksa. Budaya bersuara (sound) merupakan bagian dari kebutuhan manusia secara sadar maupun tidak. Manusia memerlukan ritme dalam menemani tiap aktivitas mereka sekaligus mengatur tensi mood tiaptiap individu tersebut, dan musik menjadi bagian itu. Pada film SLC. Punk (1998), menggambarkan bahwa musik telah menjadi bagian dari kebutuhan hidup dan yang menentukan komunitas. Sang tokoh utama hidup pada era anti birokrat dan (sepertinya) mendengarkan Exploited dan band-band Punk era 90 (bukan Hardcore Punk),terdapat pula kaumkaum Hippies, Nazi Punk, Skinhead, serta Europe Punk ikut muncul pada film ini. Kebutuhan bermusik menjadi bagian dari gaya hidup dan musik //SUIKA/aka. Water Melon
13
sendiri ikut menjual gaya hidup tersebut. Punk (nakal) menjadi tindakan yang dielu-elukan oleh sang tokoh, yang ironisnya ia bergaul dengan para Hippies juga untuk memperoleh ganja mereka (yang notabene Punk disebut-sebut muncul karena menolak Hippies). Inti dari film ini pada akhirnya sama dengan pertanyaan yang disampaikan sebelumnya; Apa point utama dari pergerakan perlawanan yang digagas oleh Punk sendiri? Musik sebagai budaya pop, entah aliran apapun itu pada akhirnya mencapai titik dimana mereka akan terdegradasi oleh pihak-pihak yang bertujuan untuk meraup keuntungan dan menjamin kontrol ideologis (Angela Mc Robbie (1994)). Sebuah ironi ketika para musisi menyatakan bahwa mereka menciptakan musik mereka dengan sepenuh hati, justru menjadikan musik sebagai sekat antar masyarakat, dan hal ini berarti komunitas Punk yang mengaku termarjinalkan oleh masyarakat luas tersebut akan tetap tersekat dan tidak dapat membaur. Apakah wacana “Hargai perbedaan” dapat menjadi solusi dikala kenyataannya sekat benar menjadi pembatas kebebasan? Lalu bagaimana dengan Post-Rock yang katanya (menurut Post-Rock Jakarta) ide utamanya adalah “The Spirit Of Freedom”?
II.HOW ARE YOU? Artikel ini akan dilanjutkan dan akan, akan, dan akan terus dilanjutkan pada Water Melon 3: Pepon Daftar Pustaka: -Heath, Joseph, Andrew Potter. 2009. Radikal Itu Menjual. Jakarta: Antipasti -Storey, John. 2007. Cultural Studies Dan Kajian Budaya Pop, Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra -Firdaus, Reza. 2015. Sejarah Singkat Kelahiran Post-Rock Dan Awal Kemunculannya Di Indonesia. http://www.papernoisenews.com/ -postrockjakarta.tumblr.com
//SUIKA/aka. Water Melon
14
#DULUP #SEKARAN #STILLPRAY #POST #PRA //SUIKA/aka. Water Melon
15
PENONTON ANGPELAKU AYFORPRAY TDSKMFST6 ADSKMFST7 //SUIKA/aka. Water Melon
16
“Kamu pasti bisa kak~~”
//SUIKA/aka. Water Melon
FUCKED UP MEANS GREAT PROSPECT