7 minute read
Adakah Guru Sastra SD yang Profesional
ADAMH GURU SASTRA SD YANG PROFESIONAL?
Oleh: Enriy Zubaidah*)
Advertisement
Pendahuluan Pembelajaran sastra di sekolah, khususnya menyangkut apresiasi sastra, telah dipermasalahkan para pengamat sastra, karena dirasakan tidakmemenuhi harapan, Keluhan tersebut muncul karena pembelajaran sastra lebih ditekankan pada teori daripada apresiasi sastra. Para siswa jarang diajak mengakrabi dan mengapresiasi karya sastm. Padahal, sesuai dengan pengertiannya, apresiasi sastra adalah kegiatan mehggauli dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, pemahaman, dan penghayatan untuk menghargai dan memllliki kepekaan yang balk terhadap karya sastra. Karya sastra bukanlah sesuatu yang harus dihafalkan, namun peiiu disikapi melalul proses penjiwaan. Kesemuanya in! dapat dilakukari selama proses' pembelajaran berlangsung. Daiam konteks pembelajaran balk siswa maupuri guru bersama-sama belajar dan mengajar. Adakalanya guru tidak tahu banyak tentang sesuatu, namun siswa lebih mengerti. Hal seperti irii dengan bijaksana hendaklah diakui oleh guru. Guru tidak perlu malu dan mematok harga diri yang tinggi bahwa^guru lebih tahu dan lebih mampu. Guru yang bijaksana dapat menghargai siswanya secara bijaksana pula dan profesional. Sebagai contoh, di satu sisi, guru tidak menguasai masaiah teknik pernentasan drama, teknik mendohgeng, baca puisi, atau berdeklamasi. Namun, di sisi lain, ada siswa di daiam kelas itu yang cukup menguasainya. Dalarri ha! ini, guru dapat memanfaatkan siswa tersebut untuk dijadikan sumber belajar, baik oleh gurunya maupun oleh teman-temannya. . Daiarh konteks ini, siswa memberi penjelasan kepada temah-temannya dan gurunya di daiam kelas, merupakan hai yang sangatwajar. Untuk itu, guru harus bisa menerima dengan senang hati, karena dia dapat membantu dan menambah pehgetahuan guru dan teman-temannya dl daiam kelas.'Masaiah ini juga mendorong guru daiam upaya pembentukan guru Bahasa dan Sastra (Indonesia) yang profesional.
Guru Sastra Sp yang Profesional Langkah.awal sebagai guru sastra yarig profesional, guru hendaknya dapat memtpawa siswanya^ untuk mau dan mampu mengikuti peiajaran dengan penuh sukacita. itu dilakukan dengan harapan tidak ada iagi ungkapan yang menyatakan bahwa pembelajaran sastra di sekolah memprihatinkan. Memang, hal tersebut menyedihkah, namun masih ada cara yang dapat dilakukan oleh guru agar pembelajaran sastra lebih baik, yakni periunya guru memperhatikan: (a) tujuan, (b) bahan, (c) sumber, (d) metpde/teknik, (e) peniiaiari, dan (f) pengeioiaan pengajarannya. Untuk pembelajaran di kelas, yang dilakukan gurU secara korikret, yakni guru dapat merumuskan sendiri tujuan yang ingin dicapai berdasarkan standar kompetensi, kpmpetensidasar,hasil belajar, dan Indikatorpencapaianhya. Bahan dongeng/cerita, puisi, drama, dan jenis lagu yang disajikan kepada siswa hendaklah diperhatikari tingkat kesesuaiannya, balk kesesualan dari segi inti ceritanya, usianya, bahasanya, maupun lingkungannya. Dengan memperhatikan tingkat kesesuaian tersebut, diharapkan
bahan-bahan itU' lebih kontekstual. Berdasarkan kekontekstualan tersebut diharapkan siswa mampu mengikutinya karena bahan sastra berada di llngkungan siswa, bahasa tidak menyuiitkan siswa, inti cerita berada pada tingkat usia siswa, dan siswa mampu meiakukannya. Sumber bahan sastra yang akan diajarkan kepada siswa, tidak dapat iepas dari kriteiia bahan yang akan disajikan. Sumber bahan tersebut dapat berasal dari mana pun, yang penting memenuhi kriteria. Adapun sumber tersebut dapat berasal dari: (a) buku peiajaran yang diwajibkap, buku lain yang maslh sesuai, kamus, ensiklopedi, (b) media cetak: surat kabar, majaiah, (c) media eiektronik: radio, teievisi, kaset, video, (d) llngkungan alam, sosiai, budaya, (e) nara sumber, dan (f) pengaiaman dan minat
siswa.
Berdasarkan sumber bahan yang telah dipillh oleh guru tersebut, selanjutnya guru dapat memiiih teknik mana yang paling tepat untuk dapat diterapkan daiam pembelajaran siswa. Metode pembelajaran selaiu berkaitan dengan teknik pembelajaran. 'Teknik pembelajaran sastra yang ditawarkan kepada guru, untuk mencapal guru yang profesional sebagai
berikut.
1. Mendongeng/Bercerita Guru, setiap kali mengajar hendaklah dapat menyisihkan waktunya lebih kurang 10 menit sebelum pembelajaran berakhir untuk membacakan cerita atau dongeng. Cerita atau dongeng ini boleh bersambung atau berupa "cerita pendek" (ceipen). Melalul cerita atau dongeng yang dibacakan, banyak hal yang dapat dipetik oleh siswa
maupun gurunya. Pertama, guru dapat menanamkan niiai moral. Selain Itu, siswa juga dapat mengembangkan keterampilan berbahasa, wawasan kehidupan, kepribadlan, pikiran, serta keterampilan soslainya. Masaiah lain yang dapat diperoleh si swa adaiah mendapatkan kesenangan/kenikmatan/kegembiraan, berkembang daya imajinasinya, mendapat pengaiaman baru, berkembang wawasannya, serta dapat menurunkan warisan budaya. Kedua, untuk penanaman nilai moral ini guru
hendaklah dapat menunjukkan kapada siswa tentang tokoh mana yang boleh ditiru, dan mana yang tidak boleh ditlru, yakni dengan cara menunjukkan ungkapan< bahasa yang diiontarkan pada saat peristiwa itu terjadi. Keiiga, dapat menimbulkan mInat baca pada anak. Dengan gaya dan cara guru membacakan cerita, siswa akan berkeinginan membaca buku-buku lain, minimal cerita yang pemah di bacakan gurunya. Oleh karena itu, daiam
membacakan cerita, guru hendaklah dapat memerankan maslng-masing tokoh dengan segala keunikannya, termasuk suaranya, gambaran tingkah lakunya, sikapnya, gaya bicaranya, dan sebagainya. Pada awalnya, siswa akan senang membaca buku cerita, namun secara berangsurangsur siswa akan tumbuh minatnya untuk membaca buku pelajaranyanglain.
2. Membaca Puisi Guru sesekali membacakan puisi. Dalam pembacaan puisi tersebut guru hendaklah menggunakan teknik yang menarik. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat menerima pesan yang disampaikan secara langsung, meskipun tanpa penjelasan dari guru. Teknik pembacaan puisi yang menarik bagi siswa adalah membaca puisi dengan membawa teks, menggunakan gaya seiama membaca puisi (menyerupai "dekiamasi"). Hal yang harus diperhatikan guru dalam pembacaan puisi sebagai berikut. (a) vokai, pengucapan, dan artikulasi harus jeias. Suara yang keiuar itulah yang akan menggetarkan sukma pendengamya (siswa). Vokai dan pengucapan dapat membuat siswa "berada" daiam puisi yang dibacakan. (b) Kemerduan adalah suara yang menyangkut masalah intonasi, keras lembutnya saat membacakan. Oieh karena itu, pembaca puisi (guru) harus tahu kapan harus membaca cepatdan kapan harus lambat, kapan tinggi dan kapan rendah. (c) Gerak dan mimik. Masalah ini bergantung pada jenis puisi yang dibacakan. Ada kaianya hams dibaca cepat dan adakaianya dibaca lambat, namun adakaianya tiba-tiba hams berhenti sama sekaii. Hal ini berarti menuntut gerakan tertentu. Untuk menghasilkan gerakan yang tepat, gum hams mempunyai keberanian dan
kebebasan daiam membaca. Rasa kikuk dan kaku dihiiangkan, sebab hai tersebut akan mempengamhi mimik dan penampilannya. Dengan cara tersebut pembaca puisi yang baik dapat menjadikan pembacaan puisi semakin
menarikdan memukau siswa.
3. Membacakan Naskah Drama Pembacaan naskah drama hampir sama dengan pembacaan cerita, dongeng, atau pun cerpen. Di dalam membacakan naskah gum hams memperdengarkan dialog para tokohnya. Selain itu, gum hams membacakan peristiwa yang terjadi yang dibuat oieh pengarang. Oieh karena itu, hal penting yang harus dikuasai guru berkenaan dengan pembedaan suara atau ujaran dari masing-masing tokoh.
4. Menyanyikan Lagu DolananAnak/Lagu Daerah Guru mengajak siswa menyanyikan iagu daerah atau lagu Doianan Anak. Lagu tersebut, jika diperdengarkan bersama-sama, selain dapat menghilangkan rasa lelah setelah sekian lama mengikuti pelajaran, juga dapat mengenalkan atau meiestarikan budaya. Lagu daerah dan lagu doianan yang seiama ini jarang didengar anak di rumah. Maka, sekoiah merupakan salah satu tempat yang diharapkan dapat digunakan sebagai ajang pelestarian budaya. Lagu daerah dan lagu doianan selain dapat diajarkan bentuk-bentuk kebahasaannya, dapat juga digunakan untuk menanamkan Seni Bersuara dan menanamkan niiai-nilai moral yang dikandung dalam lagu
tersebut.
Apa yang diniiai dan bagaimana cara melakukan penilaian hasil beiajar siswa,- dalam banyak hai akan berpengamh terhadap apa yang dipelajarl dan bagaimana cara mempelajarinya. Dalam kegiatan belajar-mengajar ditekankan pada proses bagaimana cara siswa memperoleh pengaiaman dan mencapai tujuan. Penilaian hasil belajarpun harus dilakukan secara proses, yang bempa unjuk kerja berbahasanya dengan memperhatikan gagasan, penghayatan, pemahaman, yang diungkapkan baik dalam bentuk apresiasi maupun isinya. Pada awalnya penyajian sastra dirasakan asing oieh siswa, namun melalui pembiasaan yang dilakukan gum, secara berangsur-angsur siswa akan terbiasa. Diharapkan melalui pembiasaan ini, baik gum maupun siswa semakin mencintainya dan merasa sebagai kebutuhan. Dengan kebutuhan itu, Jika seiama pembelajaran gum dan siswa belum
mengapresiasi sastra, mereka merasa belum melakukan kebiasaannya. Oieh karena itu, gum hendaklah memiliki pengetahuan tentang sastra, mencintai sastra, dan memiliki keberanian mencoba untuk mengapresiasi agar pembelajaran yang dilakukan di kelas menyenangkan dan iebih baik.
Masalah penting yang periu diperhatikan gum bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan tidak dapat lepas dari
kurikulum. Dalam kurikulum telah disarankan bahwa pelaksanaan pembelajaran hendaklah memperhatikan keterpaduan anatara bahasa dan sastra. Hal tersebut dikarenakan kedua bidang tersebut mempakan dua bidang yang saling menunjang dan saling menguntungkan. Oieh karena itu, sastra dapat digunakan sebagai landas tumpu daiam pembelajaran bahasa. Melalui sastra puisi, prosa, drama - pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dikembangkan. Melalui bacaan yang bempa puisi, prosa, dan drama, anak dapat diperkenaikan dengan bentuk-bentuk kebahasaan. Misainya, penggunaan humf besar, humf kecil, pilihan kata, gaya bahasa, stmktur kalimat, paragraf, proses afiksasi, tanda baca, dan sebagainya, dapat diajarkan kepada siswa di kelas. Demikian juga, tentang kesastraannya, secara langsung dapat diajarkan kepada siswa dengan jalan melibatkan mereka daiam kegiatan memahami, menikmati, dan mengapresiasi karyasastra.
Pembacaan naskah cerita, dongeng, cerpen, puisi, dan lagu daerah atau doianan anak, selain dapat menunbuhkan rasa cinta sastra, juga melatih siswa untuk beiajar mengapresiasi sastra. Hal tersebut berarti pula menanamkan rasa cInta sastra dan sekaiigus memupuk diri guru untuk menjadi gum yang profesional.
Penutup Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sastra di sekoiah banyak dipengaruhi oieh banyak factor, yakni tujuan, bahan, metode, penilaian, dan pelaksanaan pengelolaan program pembelajaran. Faktor lain yang juga menentukan
adalah orang tua, masyarakat, dan guru sebagai pemegang
peran kunci.
Sekoiah Dasar (SD) sebagai tempat pendidikan dasar adalah tempat yang memberikan/menanamkan dasar bagi perkembangan siswa seianjutnya, apakah siswa akan senang dan menghargai sastra atau tidak. Hal Itu hendaknya sudah ditanamkan dan dapat diamalkan sejak mereka masih di SD.
Untuk itu, guru sastra yang sekaiigus juga guru Bahasa Indonesia hendaklah mampu mengintegrasikan hal tersebut secara proporsional tanpa mengabaikan bahwa sastra dapat *) Enny Zubaidah, Pengajar pada
Program Stud! PGSD PIP UNY.