4 minute read
Kreasi dan Inovasi dari Kumpulan Cerpen
Resensi Buku
KSEASI DAN INOVASl DAKIKUMPUIAN CERPEN
Advertisement
EPISODE DAUN'DAUN GUGUR Oleh: Heru Farhani *)
Judul : Episode Daun-daun Gugur (Kumpulan Cerpen Terbaik Jurnal Kreatlva)
Cetakan ; l,Maret2006 Penerbit : LPPM Kreatlva FBS UNY Tebal :120HaIaman
Sungguh sebuah hal yang luarbiasa ketika Lembaga Penerbitan Pers Mahaslswa (LPPM) Kreatlva Fakultas Bahasa dan Sen! (FBS) Unlversitas Negerl Yogyakarta (UNY), yang notabene sebuah organisasi jurnallstik di tingkat fakultas, mampu menerbitkan sebuah kumpulan cerpen yang kemudian diberi judul Episode Daun-daun Gugur. Kenapa luar biasa? Pertama, dillhat darl usia berdlrinya, LPPM Kreatlva barulah berumur sekitar satu tahun. Dalam umur yang begitu muda, LPPM Kreatlva sudah mampu untuk terus eksis. Bukan hanya mengurusi majalah, kini
mereka telah membldik book edition. Kedua, pengelola penerbitan buku Ini bukanlah orang-orang yang profeslonal, dalam artian mereka yang memang fokus terhadap permasalahan penerbitan. Mereka (Redaksl) hanyalah mahaslswa yang mencari kerja samplngan, bukan untuk digajl dan mendapatkan uang sebagalbiaya pemenuhan kebutuhan hidup. Namun, sekedar sebagal sebuah media penyaluran bakat mereka. Ketiga, ini yang terpenting, dalam penerbitan perdananya ini, buku diterbltkan dalam format yang cukup luks, serta dl dalamnya terdapat cerpen-cerpen
sastrawan terkena! semacam Raudal Tanjung Banua, Asma Nadia, Saut Situmorang, dan yang lain. Menlkmati kumpulan cerpen Episode Daun-daun Gugur tentu memberikan ruang apresiasi yang besar bagi pembaca dan penikmat sastra. Bahkan, Ahmad Toharl dalam pengantarnya dalam kumpulan cerpen Episode Daundaun Gugur tersebut secara gamblang mengutarakan bahwa sekarang dominasi para sastrawan wartawan pun mulal mendapat pesaing baru darl kalangan mahaslswa atau kampus pada umumnya. Gejala Ini bisa dianggap sebagai suatu hal
yang menggemblrakan, karena ruh dan sumber kreatlvitas masyarakat memang seharusnya lahir dari sana. Dengan sarana perpustakaan dan pengajaran serta iklim yang mendukung sudah sepantasnya kampus melahirkan 'sastrawan-sastrawan' tangguh di masa depan. Walaupun iahir dari kampus yang merupakan sebuah komunitas intelektual,
namun cerpen-cerpen yang ada dl dalam Episode Daun-daun Gugurmampu bertahan untuk tidak terseret pada tema yang lokalis minimalis, sekedar berkeclmpung pada tema sekitar perkuliahan, Idealisms mahaslswa, atau pun romantika remaja. Cerpen-cerpen yang ada ternyata mampu untuk tetap memandang dan mengangkat segala permasalahan realitas yang ada dl dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai macam tema diangkat dalam kumpulan cerpen tersebut. Secara
umum sebelas cerpen itu konvensional. Ada yang roamantis, realls, surealis, maupun dramatis. Raudal Tanjung Banua dengan gaya kepenulisannya yang khas mengangkat masalah mitos yang selalu menghantui masyarakat. Ndika Mahrendra, yang menyumbang dua cerpen dalam kumpulan kali Ini, tampil dengan tema yang acapkaii mengambang dan membiarkan pembaca menerka Imajinasi yang coba ia
tawarkan. Asma Nadia masih hadir dalam persoalan kesetlaan dan selalu menyiratkan nilal-nllal perjuangan terhadap emanslpasi
Resensi Buku
dalam perjuangan harkat martabat wanita yang sudah menjadi ciri khasnya. Begitu juga, Saut Situmorang yang mengangkat
intrik-intrik licik dalam kehidupan bermasyarakat, serta banyak tema lain yang diangkat oleh sastrawan muda seperti An Ismanto, Detok Wijayanto, DanI WIcaksono, Pety SekarJatI, RodI As'ad, dan
Hening Cakrawala Kusuma. Diambllnya Episode Daun-daun Gugur sebagai judul kumpulan cerpen LPPM Kreativa in! perlu diberi perhatian lebih. Ahmad Tohari dalam pengantarnya menuliskan bahwa cerpen Episode Daundaun Gugur karya Ndika Mahrendra ini ditulls dari perasaan yang amat dalam, impresifromantis. Ndika berhasil mengeksplorasi kekuatan kata meialui penyusunan kalimat yang kritiskreatifpuitis, sehingga terasa benar kehalusan dan kesegaran bahasanya. Secara pribadi, saya menilai bahwa 'pemllihan cerpen Episode Daun-daun
Gugur sebagai judui buku sesungguhnya kurang tepat. Waiaupun halus dan segar bahasanya, Ndika beium mampu menggugah perasaan pembaca dan membawa ke ruang pikir yang ia inginkan.
Hai itu saiah satunya disebabkan gaya bahasa yang cenderung puitis masih begitu mendominasi, sehingga cukup sulit untuk dipahami pembaca. Seiain itu, tema yang diangkat juga biasa-biasa saja, bahkan iebih banyak terjebak pada permainan
kata-kata. Akan iebih baik jika memang menginginkan judui buku diangkat dari saiah satu cerpen yang ada di dalamnya, maka buku ini diberi nama Bukit yang Berkeping. Cerpen karya Detok Wijayanto itu sangat menarik dan merupakan saiah satu pembaharu daiam dunia sastra. Bahkan, ha! itu pun diakui oieh Ahmad Tohari. Katanya, cerpen yang bergaya reaiisme-sosiai ini terasa utuh dan padu. Keberanian penuiisnya untuk mengambii gaya (su-)reaiisme sosialnya pun menjadi
LPPM Kreativa untuk menyandingkan karya
sastrawan besar semacam Asma Nadia dengan sastrawan muda seperti Hening Cakrawaia Kusuma patut diiihat iebih jauh. Di satu sisi, hai itu akan mendorong proses aiami beiajar-mengajar. Sastrawan yunior akan mudah mendapat 'teman beiajar' dari para seniornya. Ada semacam pembudayaan untuk bebas dari rasa canggung ketika disejajarkan dengan sastrawan senior. Namu'n, mengkhawatirkan apabiia hai itu justru menjebak, sehingga buku yang ditampiikan kuaiitasnya berkurang. Pembaca akan cukup sulit untuk meniiai kualitas buku ini secara keseluruhan, apalagi tema-tema yang diangkat juga bermacam-macam, sesuai dengan iatar belakang cerpenis masing-masing. Seharusnya, LPPM Kreativa bisa iebih bersabar dan seiektif, mengingat apa yang dituiiskan di cover buku bahwa ini merupakan kumpuian cerpen terbaik Jurnai Kreativa. ingat, ada kata 'terbaik'. Namun, tentu semua cerpen yang ada enak dibaca dan meninggaikan kesan mendalam bagi penikmat sastra. Buku ini teiah menambah kaya khazanah kesusasteraan Indonesia dan ruang beiajar bagi mahasiswa dan sastrawan pemula. Padang kreasi dan inovasi ada di depan mata.
*) Heru Farhani, aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa Repubi ik Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (BEM ReMa UNY), giat bercengkerama dengan tuiisan.