15 minute read

Tamu dari Jakarta

Oleh: SukarnI *)

Lima tahun ialu, pada suatu slang. Sengatan matahari, angin yang tak juga kunjung datang, perut yang keroncongan mendorongku menyemangati TIa memacu motor dengan kecepatan tinggi. "TIa, lebih cepat lagi!" suaraku di antara deru kendaraan yang Ialu lalang. "Upss ...!!" desis TIa si rambut lurus sesampainya di depan kos. "B/i/g.'/'Terdengar suara badan yang beradu dengan ubin. . "Panas kali!" Tia mencoba mengatur nafasnya yang turun nalk tak beraturan.

Advertisement

"Minum!" seru Tia. "Ambl l sendlri. Eh, mana albumnya?" kataku. Album foto yang barusan diambil dari studio itu segera berpindahtangan. Aku asylk membolak-ballk basil jepretan kamera digital hadiah ultah. "Inl loh Budi. Anak Jakarta yang kuliah dl Desain. MIrip Ariel PIterpen /can?"

kataku. "Mana?" tanya Tia. "Budi Ini yang kemarin SMS aku sukakamu.... Tenan, orangapusi, darilubuk hafiku yang paling dalam." "Terus?" tanya Tia. "6a/caku balas ...."jawabku. "Budi kan orang Sunda, jadi SMSnya paling hanya main-main," tambahku. "Kok?" TIa penasaran. "Buktinya, seteiah itu tidak pernah SMS-an lagl,"jelasku.

"Kok?" "Budi keburu lulus dan dia kembaii ke Jakarta."Aku menerangkan. "Terus, ceritanya k a m u menyesai? Sungguh, tidak berbohong?" Akumenggeleng. "Kok?" desakTia lagl. "Perasaan, dari tadi kamu kak-kok, kak-kokaya," balasku. "Lab babis gimana lagi .... I!" Tia

membeladlri. "Dia bukan pejuang sejati," jawabku. "Ohhhhhhhhh ?"Tia bengong. Lalu album berpindab ke tangan Tia. ia serlus memperbatikan wajah Budi. "Kok kamu bisa dapat fotonya?" tanya Tia. "Karena kami satu kelompok Pelatlban Jurnalistik di kampus putib," jawabku.

"Jadi, kamu sudah sedikit tabu sifatnya dongl" kata TIa. "Dia sudab banyak cerita. 70 persenlab," jawabku. "Obbbb ... segitu. Kenapa tidak dipertimbangkan dulu?" "Karena aku tidak mau pacaran!"

Setelab iima tabun terlewati, pada suatu senja, mimpi menyisakan lelab. Lima tahun memang telah kulalui semua percakapan Itu. KIni Tia sudab kembaii ke kotanya, Malang. Aku pun meninggalkan Jogja, tempat aku dan TIa kuliab. Tetapi, bukannya aku pulang ke kampungku di Sidareja, kota kecil dl Kabupaten Cilacap. Aku memilib tinggal dan bekerja dl Semarang. Lima tabun, bila satuannya ban, sekitar seribu delapan ratus duapulub satu barl. Blla dalam bitungan detik, ketemunya puiuban ribu detlk. Padabal pada setiap detIk nafas, banyak peristiwa yang terjadl. Pertukaran rasa kangen, rindu, sedib, jengkel, babagia, takut, tertekan, dan gemblra. Bergantian. Aku kangen. Kangen pada Tia. Kangen juga pada Budi. Tiba-tiba saja. Setelab aku terjaga dari mimpi menjelang senja inl. Aku bermlmpi tentang percakapan album itu. Apa mungkin mimpi Itu dikarenakan desakan orang tua yang menginginkan aku segera menlkab dl usia yang bampirtlga pulub tabun Inl. Mimpi yang dipengaruhi adrenalin mengingat orangorang dari masa lalu.

Tiba-tiba Ibu masuk kamar mengagetkan. "Ibul" Kupegangi dadaku tanda

kaget.

"Ndhuk, selesai mandi ke ruang keluarga ya. Kita ngobrol," kata ibu. "lya, Bu,"jawabku. Kupandangi beliau dari ujung kaki hingga rambutyang sudah beruban. Hilang menjadititikputih. "Ibu sudah sepuh," batlnku. Setelah rapi aku melangkah dengan segumpal tanya dan gelisah. Ada apa dengan bapak dan ibu. Mereka akan menghukumku? Jangan-jangan perihai pernikahanlagi. "Bapak memanggiiku?" "Sebenarnya Bapak hanya ingin tanya, kamu sudah punya pacar apa

belum?" Aku hanya mendesah. Lalu

menunduk. "Nduk Ahmad, anaknya Kang Karjo, kakak kelasmu di SD dulu kemarin datang ke sini. Baik Iho orangnya," ujar bapak.

Tiba-tiba. "Tok...tok...tok.J!" Pintu depan diketuk. Aku beranjak. "Carl siapa?" tanyaku. "Mira. Mira Suryaputra. Yang dulu kuliah dl Jogja," suara tamu itu. "Budi.... kaukah?" Aku terpeklk. "Siapa, Mir?" Ibu sudah di belakangku. "Bu, Budi darl Jakarta, teman kuliah Mira di Jogja." Aku tergagap menjawab pertanyan Ibu. "Masuk, Nak," sikap ibu ramah. "Pak, ini Nak Budi. Teman Mira." Bapak kaget. Mereka berjabat tangan. Aku jadi tak konsentrasi. Sebongkah tanya menyelinap dl dada, mengapa Budi tiba-tiba muncul. Dan, sampai ia tahu rumah ini? "Mira, teh sekalian kue teman ngobrol," kata bapak. "Pak, Nak Budi mesti ngobrol sama

Mira dulu fo?"usul Ibu. "Ngobrol sama Bapak dulu aja, ya?" kata bapak pada Budi. "Nggih, Pak." Budi tersenyum. Budi, ibu, dan bapak ngobrol hingga

malam bertambah larut. Aku memillh berblncang dengannya keesokkan harinya di samping rumah dekat kolam bertemankan suara kicau burung dan sepihng ubi goreng. "Budi, kok kamu tahu rumah sini?" Itulah pembuka obrolan pagi yang

kulontarkan. "Emang gak boleh main ke sini?" tanyanya. "Karena aku sudah bekerja, aku ingin menanyakan kembali SMS yang pernah kukirimkan padamu lima tahun yang lalu," jawab Budi begitu tenang. "Kenapa kamu begitu yakin aku masih sendiri," kutahan muka agar tidak

memerah. "Dari Ramod, partermu bekerja di Semarang. DIa sepupuku," jawabnya. "Ram ..., Ramod ...??]!]" Aku mengingatwajah Ramod bagian personalia. "Butuh waktu. Bud!" jawabku tidak

karuan. "Aku akan menunggu, Mir!" "lya. Dan sebalknya kamu pulang secepatnya." Aku beranjak. Kutatap kepergian Budi. Tiba-tiba aku berucap, "Budi, kata-katamu pagi tadi tenan ora ngapt/s/?" tanyaku. lamengangguk. "Dua minggu lagi datang kembali bersama abah dan ummimu. Katakan pada bapak 'dan ibuku tentang keseriusanmu," jelasku. Kuiihat seraut senyum lesung pipitnya. Eh ..., aku pikir-pikir Ariel Piterpen kayaknya tidak punya lesung pipit. Kenapa lima tahun lalu aku mengaggap Budi mirip dengan Ariel. Entah. Selepas Budi pulang aku akan bercerita kepada bapak dan ibu bahwa sampai saat Ini Mas Ahmad hanya kuanggap sebagai kakak. Tak lebih dan tak kurang.

Nologaten, April-November 2005-

*) Sukarni, kuliah formal di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY angkatan 2002, bergiatdl HAM PBSI, BEM FBS, dan IMPB (Ikatan Mahasiswa Penerima Beasiswa) FBS, Email: nanda-kasum@yahoo.com.

PUASA DAN PENDIDIKAN KELUARGA

Oleh: Sudaryanto *)

Pendidikan merupakan proses pendewasaan anak meialui berbagai program dan kegiatan, baik dalam konteks formal maupun nonformal. Hasil akhir pendidikan iaiah pembentukan insan yang berkualitas, berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mandiri. dan berguna bagi sesama manusia, masyarakat, dan bangsanya. Pendidikan pada hakikatnya harus mampu memberdayakan semua anak didik ke arah yang lebih dewasa. mandiri, bertanggung jawab kepada dirinya, masyarakatnya, serta negara dan bangsanya. Guna menjamin keberhasilan pendidikan, perlu ada lingkungan yang kondusif. Di antaranya, lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga. Kesemua lingkungan di atas saling melengkapi atau bersifat komplementer satu dengan yang lain. Hal itu dapat terwujud jika ada upaya sistematis dan berkelanjutan {follow up) dari ketlga lingkungan pendidikan tersebut untuk memosisikan diri sebagai agen perubahan {agent of change) bagi proses pendidikan. Keluarga sebagai institusi sosial sangat menentukan dalam pembentukan sistem nilai pada anak, seperti konsep dirl, kemandlrian, kreatlvltas, etos keija, dan sebagainya. Beragam nilai itu pada gilirannya akan dibawa sebagai modal dasar bagi proses pembelajaran di sekolah. Dengan kata lain, cita-cita menjadi keluarga harmonis {mawaddah wa rahmah) semaksimal mungkin harus

diwujudkan. Hal tersebut di atas penting, mengingat bahwa dari keluarga yang harmonis akan lahir dan tumbuh generasi "qurrata a'yun" ('buah hati yang menyejukkan', Q.S. 25:74), dan "zinah hayatui dunya" ('hiasan kehidupan dunia', Q.S. 18: 74) yang menjadi pelopor kebaikan atau "dzurri^ah thayyibah" {'anak keturunan yang baik') seperti

yang diminta oleh Nabi Zakariya (Q.S. 3:38), Nah, ibadah puasa, dalam hal ini, turut membantu terciptanya jalinan keharmonisan dan keakraban keluarga. Suasana dan nuansa puasa seolah memberikan daya tarik untuk merajut keharmonisan dan keakraban rumah tangga. Secara kasat mata, slang hari bagi sepasang suami-istri dilarang melakukan hubungan seks. namun kemesraan keluarga harus tetap dijaga. Rasulullah saw sendiri sewaktu puasa mencium Aisyah dan Aisyah suatu saat menyisir rambut Rasulullah saw ketika beliau i'tikaf. Jadi, selama tidak membatalkan puasa dan itikaf, jalinan kemesraan harus tetap dipelihara. Ketika seluruh anggota keluarga telah mengaiami latihan menahan lapar dan haus, betapa indah dan nyamannya perasaan seluruh anggota keluarga itu duduk menghadapi hidangan waktu berbuka menjelang. Semuanya dengan sabar dan tenang menanti bedbug

Magrib berbunyi. Kondisi selndah ini jarang terjadi di luar Ramadhan. Setelah berbuka, seluruh anggota keluarga segera melakukan shalat Magrib berjamaah. Suasana yang tak kaiah menarlknya iaIah waktu makan sahur. Blasanya ibu sudah bangun terlebih dahulu guna mempersiapkan

makanan untuk sahur, atau sekadar memanaskan makanan sambii mengatur meja makan. Pukul 03.00 atau 03.30 anggota keluarga berkumpu! di meja makan. Anak kecil yang belum mampu berpuasa pun ikut bangun sambii

menggosok matanya karena terasa masih mengantuk. Selesai sahur mereka beristlrahat sebentar mendengarkan radio atau menonton TV atau membaca Al Quran, seraya menunggu azan Subuh. Jika waktu Subuh tiba, mereka pun pergi

ke masjid untuk melakukan shalat Subuh berjamaah. Nah, begitulah suasana dan nuansa puasa Ramadhan yang indah, menarik, dan sekaligus menyenangkan. Mungkin, sebelum Ramadhan, hubungan ayah dan ibu dulunya renggang, hubungan ayah-ibu dan anak-anaknya kurang akrab, atau mungkin hubungan suami dan istri kurang mesra, dengan adanya momentum Ramadhan. kesemuanya akan sirna sedikit demi sedikit. Bila kondisi demiklan yang tercipta, maka niscaya rahmat Allah swt akan meliputi mereka. Rezeki keluarga menjadi lapang dan lancar, urusan dimudahkan, dan dikenang baik

masyarakat sekelilingnya. Sebaliknya, keluarga yang selalu dirundung konflik, rezekinya akan sempit, urusannya sulit, dan dikenang buruk di lingkungannya. Hal ini tersirat dari sabda Rasulullah saw, "Barangsiapa ingin dijembarkan rezekinya atau ingin dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturrahim." (HR Bukhari

dan Muslim). Nikmat kehangatan dan keakraban keluarga yang tumbuh dan berkembang di hat! setiap anggota keluarga selama melaksanakan Ibadah puasa akan dapat bertahan lama bila semuanya tetap taat dan patuh melaksanakan perintah Allah swt. Inilah esensi pendidikan yang terkandung dalam ibadah puasa. khususnya dalam lingkup keluarga. Semoga bermanfaat!

*; Sudaryanto, mahasiswa PBSI FBS UNY, anggota Forum Lingkar Pena (FLP)

Yogyakarta. Telp.: 0815 78031823.

GEMPA DAN TSUNAMI SEBUAH SIKSAAN, BENARKAH?

Oleh: Sarjono*)

Saudaraku yang budiman. Dua tahun terakhir ini di negara kita sering terjadi bericana, tanah longsor, gempa bumi, gelombang tsunami, kecelakaan pesawat terbang, kecelakaan kapal laut, kecelakaan kereta api, peledakan bom, kecelakaan-kecelakaan yang lain, banjir bandang, banjir lumpur, dan masih banyakiagi. Berbagai tanggapan dari saudarasaudara kita yang terkena bencana bermacammacam. Ada yang menganggapnya sebagai ujian, ada pula yang menganggap bencana alam sebagai cobaan, namun ada pula yang menganggap bahwa bencana merupakan

siksaan. Saudaraku yang budiman. Memang satu kejadian yang menimpa banyak orang, seperti yang belum hilang dari ingatan kita, yakni gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Gempa dan Tsunami di Jawa Barat dan Ciiacap, selain menimbulkan kerugian materi juga kurban jiwa yang tidak sedikit,

menimbulkan trauma, stres, dan gangguan kerohanian yang lain. Apabila kita mau merenung sejenak, tanggapan dari banyak pihak atau anggapan

dari saudara-saudara kita tentang bencana tersebut, dapat dibedakan atau dikelompokkan menjadi dua. Adapun dua kelompok atau golongan tersebut adalah: Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa bencana alam yang terjadi selama ini, yang menimpa mereka, atau yang menimpa dirinya adalah 'ujian' dari Allah swt. Hal itu dapat dibenarkan, karena Allah tetah menerangkan dengan firman-Nya yang tercantum dalam

hadisqudsi; "Allah berfirman kepada Makaikat-Nya: "Pergilah kepada hamba-Ku, lalu timpahkaniah bermacam-macam ujian kepadanya, karena Aku akan mendengar

suaranya." Menurut hadis qudsi itu, Allah memerintahkan kepada para Malaikat-Nya yang sangat jujur dan tidak pernah durhaka, untuk melakukan berbagai ujian kepada hamba-Nya,

karena Allah ingin mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati hamba-Nya. Manusia itu sedang diuji apakah tetap tabah dan ingat kepada Allah, tetap beriman dan bertaqwa, atau

sebaliknya. Siapapun manusia yang telah mengaku beriman kepada Allah, bertaqwa kepada Allah, tidak akan langsung dipercaya oleh Allah sebelum diuji keimanan dan ketaqwaannya. Dalam rangka memperoleh pengakuan sebagai hamba Allah yang beriman atau bertaqwa inilah Allah menguji hamba-Nya melalui Malaikat yang ditugasi oleh Allah. Dengan ujian itu sudah tentu ada yang lulus, ada pula yang tidak lulus. Sebagai misal, apabila saat diuji dengan rumahnya roboh dan rata dengan tanah, dengan meninggalnya anggota keluarga yang dicintai, rusaknya fasilitas atau harta benda seperti kendaraan dan perkakas elektronik tetapi ia masih tetap beriman dan bertaqwa, maka ia termasuk hamba Allah yang

lulus ujian. Malaikat Allah memang sangat taat kepada-Nya, tidak terkontaminasi oleh kepentingan politik, tidak ingin mencari pengaruh, tidak ingin dipuji-puji, tidak untuk kepentingan perusahaan, bukan untuk kepentingan jabatan, sehtngga malaikat tidak pernah "leda-lede, esuk dhele sore fempe" seperti manusia yang selama ini kita saksikan di panggung politik. Bagi Malaikat, sekali perintah Allah, tidak ada jawan

lain selain siap melaksanakan. Kedua, golongan atau kelompok yang menganggap bahwa bencana alam adalah

'siksaan'. Oleh kelompok atau golongan ini, rumah roboh, rusaknya harta benda karena gempa, tsunami, dan bencana alam lainnya dirasakan sangat menyedihkan, sehingga mereka terasa tersiksa. Pada saat gempa bumi terjadi, rasanya cemas, getisah, takut, tidak bisa minta tolong kepada siapa pun, dan serba dalam ketidakpastian. Mau lari keluar rumah saja pintu tidak dapat dibuka, sehingga rasanya semakin

cemas.

Saudara-saudara kita yang tergolong dalam kelompok ini biasanya sulit membedakan mana yang hak dan mana yang batil, tidak memahami mana yang halal dan mana yang haram, bahkan ada yang berpendapat "mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal". Apabila mereka bekerja di lembaga resmi, dalam berebut kepentingan tidak pandang kawan atau lawar>, bahkan kawan bisa menjadi lawan, sedangkan lawan bisa menjadi kawan. Sikut kiri kanan, injak bawah jilat atas merupakan pekerjaan sehari-hari. Bagi saudara-saudara kita yang menganggap bencana alam adalah sebuah

slksaan juga benar, seperti diterangkan oleh Allah dengan fIrman-Nya dalam hadis qudsi: "Kalau saja Aku . melihat tingkahnya hamba-Ku (yahg berbuatzina, yang judi,

yang mabuk-mabukkan, dan tindakan maksiat lainnya), maka akan Aku kirimkan adzab (siksaan) kepada

mereka. Namun, kalau Aku melihat orang-orang tua yang rukuk dan sujud di keheningan malam, bayi-bayi yang menyusu Ibunya, maka surutlah murka-

Ku". Apa bila kita cermati firman Allah tersebut,

tampaknya Allah sudah benar-benar bosan melihat tingkah rrianusia karena hal-hal

berkut. 1. Makin maraknya peredaran obat terlarang untuk mabuk-mabukkan yang sangat merusak sendi-sendi kehidupan manusia. Apalagi, kalau peredaran obat itu didukung oleh aparat Pemerintah, balk yang masih aktif maupun yang sudah purnakarya, seperti penegak hukum dan aparat keamanan lainnya, sehingga tidak ada tandatanda penyelesalan dengan balk sesuai ketentuan hukum yang berlaku. 2. Perjudian yang kian marak terjadi di berbagal belahan tanah air, yang tampaknya tak kunjung reda, sehubungan backing-nya juga orang yang sangat berpengaruh di lingkungan Pemerintah atau masyarakat. 3. Maksiat-maksiat yang lain, seperti: korupsi yang benar-benar merugikan rakyat banyak, penebangan hutan secara liar yang semakin menyengsarakan rakyat saja karena berdampak dengan terjadinya bencana alam banjir, tanah longsor, kekeringan, dan sebagainya. 4. Pemerintah yang dzalim kepada rakyatnya, dengan berbagai bentuk tindakan yang dapat menyengsarakan rakyat, seperti mahalnya harga-harga, mahalnya biaya pendidikan, mengumbar "janji gombaf, dan bentuk-bentuk dzalim lainnya. 5. Rakyat yang dzalim kepada Pemerintah, misalnya menempati kaplirig yang sebenarnya bukan haknya, menentang

Pemerintah yang sah, memprofokasi rakyat untuk melawan Pemerintah, padahal ada kewajiban bagi rakyat untuk mentaati

Pemerintahnya, ternyata masih ada sebagian kecil yang tidak taat kepada

Pemerintahnya, bahkan berani

menentangnya. Melihat semua itu, sangat bisajadi Allah akan mengirimkan adzab atau siksaan kepada manusia. Namun, murka Allah tersebut dapat surut karena melihat orang-orang tua yang rukuk dan sujud di keheningan malam menyembah Allah. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang, kalau berbagai daerah tertimpa bencana, apakah di daerah itu masih banyak orang yang rukuk dan sujud di keheningan malam? Kalau di daerah yang tertimpa bencana masih banyak orang yang beriman dan bertaqwa, masih banyak orang yang rukuk dan sujud

kepada Allah, maka bencana tersebut adalah ujian, yang tentunya untuk menguji keimanan dan

ketaqwaan manusia. Tanda-tanda bahwa itu dari Allah, adalah jika ujian atau cobaan itu sesuai dengan tingkat keimanan seseorang. Sehingga, setiap orang mampu menerima ujian atau cobaan

tersebut. Tetapi, kalau saja manusia sudah tidak kuat dengan ujian atau cobaan yang diterimanya, maka boleh dikata itu bukan ujian atau cobaan lagi. Sebaliknya, apabila di daerah yang terkena bencana itu sebagian besar penduduknya tidak beriman dan tidak bertaqwa, sebagian besar

tidak bersujud kepada Allah, maka menurut hadis qudsi tersebut, bencana alam itu adalah adzab

atau siksaan. Terlepas dari kedua persoalan itu, sebagal ujian atau siksaan, yang jelas semua bencana mengingatkan kita semua untuk mengoreksi diri kita masing-masing, masihkah kita tergolong orang yang beriman dan bertaqwa, masihkah di antara kita rajin rukuk dan sujud menyembah Allah, ataukah kita sudah tergolong orang yang sombong dan dzalim kepada Allah. Saudaraku yang budiman. Mahlah kita gunakan waktu ketika kita masih sehat dan sebelum jatuh sakit. Kita gunakan waktu ketika kita masih hidup atau ajal belum menjemput kita. Kita gunakan waktu selama masih ada kesempatan untuk rukuk dan sujud menyembah

Allah.

Mahlah kita tingkatkan iman kita, kita tingkatkan taqwa kita, sehingga kalau saja kita diuji, kita akan mampu menerima ujian itu. Kita menjauhi semua larangan-Nya dan melakukan apa saja yang diperintahkan-Nya. Semoga Allah membehkan petunjuk kepada kita. bahwa yang benar itu benar dan kita diberi kekuatan untuk melakukannya. Demikian pula, kita ditunjukkan bahwa yang salah itu salah dan kita diberi kekuatan untuk meninggalkannya. Dengan demikian, kita dapat mencapal kehidupan yang berbahagia dunia dan

akhirat.,

*) Drs. Sarjono, Kabag TU FMIPA Universitas

NegeriYogyakarta.

Sajak-sajak Ratna Ekawati

Puisi/ Geguritan/ Tembang

Telah terbang, melayang Menjadi titik'di padang terang

Kunanti datang Berpulang Mengubur gersang

Kupandang sayang hatiku bimbang Bertanya siang jadikan gemilang

...akh Terbanglang di padang terang Menjemput gumintang

Yogya, Maret 2006

Kemarau... Apakah ini gersang penghabisan Tiada lelah berjalan Lewati perbukitan

Mendaki curam Pada pohon dan alam Lalu ranting patah tersenyum Semua tiah meranggas

sunyi pendakian in! di kemarau penghabisan

Yogya, Maret 2006

lA

Blntangku

Hanya bisa kupandang nun jauh

Cahyanya nan indah pancar dl wajah tengadah

Kurnampu Ingin kugapai ..buatku tentui Sayang, cukup cahyanya kutangkap, kudekap erat lepas bersama pekat...

Bila temaram berujung

Masih tersisa di relung

Memandang bintang

dekap dan tiada lepas Walau sesaat, dalam mimpi semu atau berlaiu.

Yogya, Maret 2006

Jilt re

i I

IV » .'■rv

I'-v:

^ojok ^^^elitik

m:

Umbuk:

Cangik;

Umbuk:

Cangik;-

Umbuk: Cangik:

Umbuk:

Cangik:

Umbuk:

Cangik: Ngik, nanti akan ada pembekalan calon pejabat. Menurutmu, bidang studi apa yang cocok untuk pembekalan itu? Menurutku ya Manajemen Keuangan, Organisasi Manajemen SDM, Manajemen Periengkapan, dan sebagainya, k/buk. Kalau hanya itu, kita sudah banyak pakarnya. Dan, hampir semua calon pimpinan mengerti. Manajemen SDM berbicara seputar bagaimana mempersulit orang naik jabatan, mempersulit orang naik pangkat, rotasi (pemindahan), . . . Lalu tambahan pengetahuan apa yang pas untuk para calon pejabat?

Matematika! Lbo, kok, apa hubungannya? Pejabat itu kalau mengalikan sudah pintar, mengurangi sudah jago, tetapi kalau membagi rata-rata kesulitan.

Maksudmu? Coba cermati, biaya membangun kembali rumah korban gempa sekian, dikurangi biaya pendampingan sekian, dikurangi lagi biaya administrasi sekian, sudah beres ta. Tetapi, untuk membagikan kepada yang berhak sudah tiga bulan masih kesulitan. Selain itu, membagi Santunan Langsung Tunal (SLT) kisruh, membagi raskin juga kisruh. ..... ? (Qjsno)

Foto: Natsir

Foto: Natsir

Gambar searahjarumjam - Mahasiswa asing yang sedang belajar Bahasa Indonesia di UNY mengikuti upacara Hari Kemerdekaan Indonesia ke-61, Halaman rektorat UNY, 17Agustus 2006. - Setelah mengikuti upacara mereka ikut memerlahkan lomba panjat pinang di Gllang Banguntapan BantuI, 17Agustus 2006 - Penyerahan sertifikat MURl Penulisan SuratTerpanjang untuk Presiden Rl kepada Ketua BEM Rema UNY, Halaman Rektorat UNY, 29 Agustus 2006 - Mahasiswa UNY memanfaatkan fasilitas internet di Pusat Komputer UNY,

September 2006 - Praktik pengamanan pada pelatihan Satpam UNY, Auditorium UNY, 31 Juli 2006 - Peserta PORDA SOIna pada pembukaan Lomba, lapangan Atletik dan

Sepakbola FIK UNY, 9 Agustus 2006. - Pertandingan Voli Lesehan memeriahkan Hari Olahraga Nasional (Haornas),

Halaman Rektorat UNY, 9 September 2006 - Seorang pengasuh Tempat Penitipan Anak (TPA) UNY sedang membimbing anak-anak bermain, Gedung TPA UNY, Agustus 2006

1

I#/

4/5

A\

•ft

wqetli

"SSSwSSfyssw.ew ss •mwm aaes

This article is from: