Cerpen TAMU DARI JAKARTA Oleh: SukarnI *) Lima tahun ialu, pada suatu slang. Sengatan matahari, angin yang tak juga kunjung datang, perut yang keroncongan mendorongku menyemangati TIa memacu motor dengan kecepatan tinggi. "TIa, lebih cepat lagi!" suaraku di antara deru kendaraan yang Ialu lalang. "Upss ...!!" desis TIa si rambut lurus sesampainya di depan kos. "B/i/g.'/'Terdengar suara badan yang beradu dengan ubin. . "Panas kali!" Tia mencoba mengatur nafasnya yang turun nalk tak beraturan.
Lalu album berpindab ke tangan Tia. ia serlus memperbatikan wajah Budi. "Kok kamu bisa dapatfotonya?"tanya Tia. "Karena kami satu kelompok Pelatlban Jurnalistik di kampus putib," jawabku. "Jadi, kamu sudah sedikit tabu
sifatnya dongl" kata TIa. "Dia sudab banyak cerita. 70 persenlab,"jawabku. "Obbbb ... segitu. Kenapa tidak dipertimbangkan dulu?" "Karena aku tidak mau pacaran!"
"Minum!"seru Tia.
"Ambl l
sendlri. Eh, mana
albumnya?" kataku. Album foto yang barusan diambil dari studio itu segera berpindahtangan. Aku asylk membolak-ballk basil jepretan kamera digital hadiah ultah. "Inl loh Budi. Anak Jakarta yang kuliah dl Desain. MIrip Ariel PIterpen /can?" kataku.
"Mana?"tanya Tia. "Budi Ini yang kemarin SMS aku sukakamu.... Tenan, orangapusi, darilubuk hafiku yang paling dalam." "Terus?"tanya Tia. "6a/caku balas...."jawabku. "Budi kan orang Sunda, jadi SMSnya paling hanya main-main,"tambahku. "Kok?"TIa penasaran. "Buktinya, seteiah itu tidak pernah SMS-an lagl,"jelasku. "Kok?"
"Budi keburu lulus dan dia kembaii
ke Jakarta."Aku menerangkan. "Terus,ceritanya k a m menyesai? Sungguh,tidak berbohong?" Akumenggeleng. "Kok?"desakTia lagl.
u
"Perasaan, dari tadi kamu kak-kok,
kak-kokaya," balasku. "Lab babis gimana lagi .... I!" Tia membeladlri.
"Dia bukan pejuang sejati,"jawabku. "Ohhhhhhhhh ?"Tia bengong.
Setelab iima tabun terlewati, pada suatu senja, mimpi menyisakan lelab. Lima tahun memang telah kulalui semua percakapan Itu. KIni Tia sudab kembaii ke kotanya, Malang. Aku pun meninggalkan
Jogja, tempat aku dan TIa kuliab. Tetapi, bukannya aku pulang ke kampungku di Sidareja, kota kecil dl Kabupaten Cilacap. Aku memilib tinggal dan bekerja dl Semarang. Lima tabun, bila satuannya ban, sekitar seribu delapan ratus duapulub satu barl. Blla dalam bitungan detik, ketemunya puiuban ribu detlk. Padabal pada setiap detIk nafas, banyak peristiwa yang terjadl. Pertukaran rasa kangen, rindu, sedib, jengkel, babagia, takut, tertekan, dan gemblra. Bergantian. Aku kangen. Kangen pada Tia.
Kangen juga pada Budi. Tiba-tiba saja. Setelab aku terjaga dari mimpi menjelang senja inl. Aku bermlmpi tentang percakapan album itu. Apa mungkin mimpi Itu dikarenakan desakan orang tua yang menginginkan aku segera menlkab dl usia yang bampirtlga pulub tabun Inl. Mimpi yang dipengaruhi adrenalin mengingat orangorang dari masa lalu. Tiba-tiba
Ibu
masuk
kamar
mengagetkan. "Ibul" Kupegangi dadaku tanda kaget.
Agust^Sept2flOG | | dlnmlka 27