![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412061228-cd6e7b3e72761e319592061c6575c199/v1/81d0fc9ae82d971e5e384b12fcba9c40.jpg?width=720&quality=85%2C50)
2 minute read
Kualitas Pendldikan Kita Jalan di Tempat
Septem ber 2007
Opini
Advertisement
Kualitas Pendidikan Kita Jalan di Tempat
oleh Ales Nurdiyansyah
Pendahuluan Pertanyaan tentang 'Hari Pendidikan Nasiona! diperingati tanggal berapa' ini tampaknya merupakan pertanyaan umum dan hampir sebagian besar masyarakat Indonesia bisa menjawabnya. Setiap 2 Mel! Lalu pertanyaan berikutnya tentang 'bagaimana dengan kualitas pendidikan di Indonesia' ini tampaknya hanya bisa dijawab ketika kita meiihat dan merasakan bagaimana pendidikan di Indonesia saat in! berjalan.
Membaca dan Benang Kusut Mungkin memang benar ucapan Tantowl Yahya, "orahg yang tidak pemah membaca sangat dekat dengan kebodohan.kebodohansangatdekat dengan kemiskinan". Hal itu dapat kita rasakan ketika anak-anak mulai meninggaikan motivasi mereka untuk membaca karena disibukkan dengan bermain game. Asisten Anggota DPR Rl No A-268, Karyadi, S.Pd., pernah berkata pada sebuah seminar pendidikan di Yogyakarta bahwa pendidikan di Indonesia ibarat benang kusut, yang artinya banyak menimbulkan masalah yang sulit untuk diselesaikan, mulai dari mahalnya biaya pendidikan sampal dengan persoalan kurikulum.
KBKdanKTSP Dari tahun ke tahun kurikulum terus berubah, sekarang baru akan diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tetapi, sebelum kita berbicara mengenai KTSP, coba kita ingat sekilas apa yang dihasilkan dari kurikulum sebelumnya (KBK) untuk pendidikan di Indonesia. Selama KBK berlangsung banyak kasus yang merebak menyangkut perihal pendidikan, mulai dari blaya pendidikan yang bertamtiah mahal,
sampal dengan kasus terakhir tentang kericutian pelaksanaan Ujian Naslonai.
Ya dan Tidak Mungkinkah Pemerintah menjadikan pendidikan sebagai produk permasalahan. Jawabnya bisa "ya" dan bisa juga "tidak". Ketika jawaban itu "ya", dapat kita ramal bahwa pendidikan di negara kita akan semakin tertlnggal. Hal Itu bisa ditimbulkan manakala Pemerintah hanya membahas permasalahan pendidikan tanpa melakukan terobosan untuk memfokuskan solusinya. Sebaliknya, ketika jawaban itu "tidak", mungkin pendidikan di negara kepuiauan ini bisa bersaing di dunia internasionai. Suatu gebrakan dan aksi sangat dibutuhkan pada saat ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai contoh, di salah satu Perguruan Tlnggi (PT) di Yogyakarta untuk mata kuliah bahasa Inggris hanya diberikan seiama satu semester. Padahal, setiap semester mahasiswa yang kuliah di PT itu selalu bergelut dengan bahasa Inggris, baik dalam penyelesaian tugas-tugas kuliah maupun perolehan informasi-informasi pendidikan. Kemudian lahirlah pertanyaan apakah mahasiswa tersebut mampu membuat tugas dan memahami informasi pendidikan di lingkup intemasional itu. Jawabanya, jelas sekali tidak akan mampu. Hal itu teriihat manakala mahasiswa menjadi seorang plagiator/penjiplak tugas temannya atau orang lain serta minta bantuan teman dari Fakultas/Jurusan bahasa Inggris untuk men-translate dan mengeijakan tugas itu: mudah, cepat, dan praktis. Solusi dan aksi yang dapat dilakukan terhadap permasalahan tersebut adalah proses seleksi pengumpulan tugas oleh pengampu mata kuliah dan tidak hanya ditumpuk di atas meja kerja, diterapkannya mata kuliah bahasa Inggris pada setiap semester. Ada peribahasa yang sangat populer dalam kehidupan perkuliahan mahasiswa saat ini, yakni "tempat duduk menentukan prestasi". Maksudnya, dengan tempat duduk yang strategis bisa dihalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Misalnya, dengan berlaku curang pada saat ujian semester, 'copy paste' pekeijaan teman, dan seterusnya.
TidakSemua Apakah hal itu menggambarkan kualitas pendidikan di Indonesia? Memang tidak semuapelajaratau mahasiswa melakukan hal itu. Masih banyak mahasiswa yang berlaku jujur walaupun sebenarnya mungkin dalam jumlah yang reiatif sedikit. Sedangkan yang se'lebihnya
adalah mahasiswa konsumen dan maunya serba praktis. Adakah solusi untuk menyelesaikan fenomena pendidikan di negara ini? Jawabnya, banyak sekali! Sehingga, terlalu banyaknya solusi yang ditawarkan menimbulkan tidak adanya perubahan sama sekali. Pada saat sekoiah masih berusaha menerapkan KBK kepada para siswa, bersamaan dengan itu Pemerintah telah menawarkan KTSP. Bagaimana produk KBK? Jawabnya, tidak jelas!
Penutup
Mungkin Pemerintah memberikan solusi dengan memfokuskan arah pendidikan di Indonesia melalui mutu pendidikan ini tidak lagi pada standar naslonai, tetapi menerapkan mutu pendidikan berstandar intemasional. Semogal
Ales Nurdiyansyah, mahasiswa Ikora/FIKAJNY.