5 minute read
JENDELA
Demonstrasi Kata 'demonstrasi' cukup akxab di telinga kita, mengingat demikian tingginya frekuensi penggimaan kata itu dalam kehidupan di sekitar kita. Hanya saja, demi efisiensi atau penghematan, kata
'demonstrasi' tersebut biasa atau lazim diucapkan 'demo' saja.
Advertisement
Karena 'demo' lebih ekonomis dalam pelafalannya, kata itu jauh lebih banyak digunakan daripada 'demonstrasi'. Bahkan, 'demo' teramat akrab dengan dunia perempuan atau perkumpulan ibu-ibu. Sebut saja: demo masak,
demo kecantikan, demo alat-alat dapur, dan seterusnya. Demo macam ini banyak dikunjungi penggemamya karena tidak menakutkan, apalagi mustahil ada kurban berjatuhan. Contoh lain, sebut saja: demo kekebalan tubuh. Yang
itu, biasanya tidak perlu mengundang aparat
keamanan untuk 'menemani'.
Dalam konteks lain, 'demo' juga akrab digunakan dalam pengertian kegiatan yang di-
lakukan dengan cara menggerakkan atau mengerahkan banyak orang untuk merespon, menentang, atau melawan kekuasaan tertentu yang tidak mereka sukai atau setujui. Demikian pula, demo banyak dilakukan untuk menentang terbitnya sebuah kepastian. kebijakan, atau keputusan yang dianggap merugikan mereka.
Juga, demo yang dilakukan untuk menuntut
sesuatu atau 'memaksakan' hasrat dan keinginan kelompok tertentu. Sebut saja: demo massa yang berujung dengan tumbangnya suatu rezim, demo kawuJa alir terkait dengan pemilihan atau penobatan kepala daerah, demo sekelompok mahasiswa yang mengajukan beberapa tuntutan kepada Rektor/Dekan terkait terbitnya sebuah kebijakan, keputusan, atau peraturan
tertentu, dan seterusnya.
Demo-demo yang disebut terakhir itu, yang lazim dilakukan di kampus-kampus, balai-balai desa, di gedung MPR/DPR/DPRD di perusahaanperusahaan, atau di area tertentu yang mereka yakini strategis untuk meneriakkan aspirasi me reka. Berbeda dengan yang sebelumnya, demodemo yang ini sering menimbulkan kengerian.
ketakutan. kecemasan, atau kasihan, dan sete rusnya. Demo yang ini - meski sering dimarakkan dengan happening arts - lazimnya selalu 'dihadiri' pula oleh aparat keamanan untuk menghindari "hil-hil yang tidak mustahal'.
Mengingat, dari sekian banyak massa yang hadir, bisa juga di situ ada penyusup, provokator, dalang kerusuhan, tukang adu domba, dan seterusnya, yang secara sengaja mendisain teijadinya benturan antarpihak, pecahnya perilaku-perilaku anarkhis, sampai menghasil-
kan korban berjatuhan.
Ide yang menggagas demo-demo sepeiti itu 'sah-sah saja' jika memang itu sudah merupakanjalan terakhir atau arus komunikasi me mang benar-benar sudah mampet. Karena itu adalah wujud dari kontrol atas beijalannya roda sistem yang ada. Bagaimanapun, sistemsistem sosial, pemerintahan, kekuasaan, dan sebangsanya itu agar jalannya baik-baik saja, diperlukan mekanisme kontrol yang efektif. Kontrol sosial adalah imperatif! Tetapi, yang kemudian menarik untuk dipertanyakan adalah kenapa musti dengan demo dan anarkhis.
Kontrol sosial sebaiknya dilakukan tidak de ngan demo-demo sepeiti itu, melainkan secara elegan sesuai bidang 'tupoksi'-nya. Sastrawan melalui karya-karya sastranya, seniman dengan karya-karya seninya, politikus dengan tulisantulisan/orasi-orasi politisnya. Pun, mahasiswa sebagai agen intelektual dan (calon) profesional
musti melakukan kontrol sosial secara intelek, terpelajar, santun, elegan, dan 'profesional'.
Jadi, ketika akhir-akhir ini kita sering melihat (tayangan) para mahasiswa berdemo, tetapi kok lalu brutal, anarkhis, lempar-lemparan batu, bakar-bakaran mobil/motor yang 'tidak berdosa',
merusak kaca-kaca rumah/gedung, dan seterus nya, pertanyaan yang kontan muncul: 'So, apa bedanya mahasiswa dengan preman?' Untuk ki ta renungkan, kata Bung Ebiet G. Ade.
dari pembaca
Kirimkan kritik/komentar/tan^apan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tan^apan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY. i
Bangunan Megah = Pelayanan Supel
PEREMPunr PUN BANGKIT
MimM
Di UNY kini banyak berdiri bangunan me gah. Keberadaannya laik diacungi dua jempol. Setiap fakultas sudah memiliki ruang kuliah dengan segala media pembelajaran
ifMUlHUtuMi,
yang menunjang proses belajar-mengajar. Namun, kehadiran infrastruktur yang "wah" itu akan sia-sia bila tak disertai dengan sistem pelayanan yang jitu dan berkualitas.
Di mata mahasiswa baru, infrastruk tur yang "wah" itu menjadi daya tarik tersendiri, walaupun itu belum tentu berlaku bagi mahasiswa lawas. Sebab, beberapa bangunan yang didirikan, mungkin dinilai mengganggu dan mengekang aktivis mahasiswa, sebut saja pro-kontra gedung Student Center.
Sudah seharusnya pembangunan fisik beijalan seiring dengan pembangunan mental sistem pelayanan. Kalau tidak, peraima. Untuk itu, sistem pelayanan mesti dipugar kembali agar mahasiswa baru tidak merasa tertipu oleh penampilan kampus UNY tersebut.
Sistem pelayanan yangjitu dan berku alitas adalah suatu bentuk pelayanan yang minim birokratis. Terutama pela yanan yang menyangkut kegiatan akademik. Pelayanan yang birokratis, sebagaimana kita tahu, cenderung bertele-tele
dan tidak efisien. Kalau sudah tidak efi-
sien, berarti sistem tersebut boleh dini lai bobrok yang ujung-ujungnya berpengaruh pada kineija semua pihak.
Sistem pelayanan yang baik didrikan dengan waktu pengurusannya. Kegagalan suatu pelayanan jelas terlihat ketika diselesaikan dalam waktu yang panjang. Salah satu contoh, pelayanan akademik.
Sering terjadi pemborosan waktu dalam mengurusnya. Yang seharusnya bisa di
selesaikan dalam waktu sehari malah tertunda menjadi 3 hari atau lebih.
Sistem pelayanan mesti dirampingkan pula, agar sesuai dengan wajah ba ru UNY saat ini, terlebih ingin ISO-nisasi menuju kampus berkualitas dunia. Sistem pelayanan yang profesional dan menghaigai waktu dalam tindakan seti ap elemen menjadi harapan baru menu ju UNY yang mandiri dan supel. Pelayan an satu atap sudah berhasil dilakukan, semisal registrasi dan pengisian Kartu Rencana Studi sudah dilakukan dengan sistem komputerisasi.
Bisakah sistem pelayanan lain mengikuti hal tersebut? Tentu saja harus. Sa lah satunya adalah penyetujuan pro posal yang kerap telambat sehingga mempenganihi kegiatan mahasiswa. Perlu ada pelayanan supel dalam menangani kegiatan-kegiatan kemahasiswa-
an.
Sinergisitas antara pihak birokrat de ngan mahasiswa sudah seharusnya terjalin dengan supel. Apabila itu sudah terbangun, UNY akan selangkah lebih maju dalam mencapai harapannya: me nuju go international.
Karena itu, sistem pelayanan sudah harus ditunjukan sejak mahasiswa ba ru menginjakkan kakinya. Itu semua su dah harus dimulai dari tahap registra si mahasiswa baru, hingga masuk ke dalam kegiatan akademik. Jadi harap annya. di balik bangunan megah UNY. ada tersembunyi sistem pelayan yang supel. jitu, dan berkualitas. Semoga!
Jika itu dapat terwujud. Keluhan-keluhan mahasiswa yang selama ini terdengar kencang. perlahan tapi pasti akan hilang dengan sendirinya. Keluhan-keluhan tentang bobroknya sistem pela yanan akan teijawab apabila sistem pelayanan birokratis terganti dengan sistem pelayanan supel.
Yang saya maksud dengan pelayanan supel di sini adalah pelayanan yang ti dak terikat dengan satu sistem pelayan an "asal bapak senang", melainkan sis tem pelayanan yang mementingkan
humanisasi alias bukan robotik.
Atas dasar pelayanan yang supel itu, pembangunan kineija kampus UNY mampu lebih maksimal dan lebih baik lagi dari yang sudah-sudah. Ifentunya, dengan SAPTAGUNA Rektor UNY.