jendela Demonstrasi
Kata'demonstrasi'cukup akxab dite-
linga kita, mengingat demikian tingginya frekuensi penggimaan kata itu dalam kehidupan di sekitar kita. Ha-
nya saja,demi efisiensi atau penghematan,kata 'demonstrasi'tersebut biasa atau lazim diucap-
kan 'demo' saja. Karena 'demo' lebih ekonomis dalam pela-
ketakutan. kecemasan,atau kasihan, dan sete
rusnya. Demo yang ini-meski sering dimarakkan dengan happening arts - lazimnya selalu 'dihadiri' pula oleh aparat keamanan untuk menghindari "hil-hil yang tidak mustahal'. Mengingat, dari sekian banyak massa yang hadir, bisa juga di situ ada penyusup, provo-
teramat akrab dengan dunia perempuan atau
kator, dalang kerusuhan, tukang adu domba, dan seterusnya, yang secara sengaja mendisain teijadinya benturan antarpihak,pecahnya perilaku-perilaku anarkhis,sampai menghasil-
perkumpulan ibu-ibu. Sebut saja: demo masak,
kan korban berjatuhan.
demo kecantikan,demo alat-alat dapur,dan se-
Ide yang menggagas demo-demo sepeiti itu 'sah-sah saja'jika memang itu sudah meru-
falannya, kata itu jauh lebih banyak digunakan daripada 'demonstrasi'. Bahkan, 'demo'
terusnya. Demo macam ini banyak dikunjungi penggemamya karena tidak menakutkan,apalagi mustahil ada kurban berjatuhan. Contoh lain, sebut saja: demo kekebalan tubuh. Yang itu, biasanya tidak perlu mengundang aparat keamanan untuk 'menemani'.
Dalam konteks lain, 'demo' juga akrab di-
gunakan dalam pengertian kegiatan yang di-
pakanjalan terakhir atau arus komunikasi me mang benar-benar sudah mampet. Karena itu adalah wujud dari kontrol atas beijalannya roda sistem yang ada. Bagaimanapun, sistemsistem sosial, pemerintahan, kekuasaan, dan sebangsanya itu agar jalannya baik-baik saja, diperlukan mekanisme kontrol yang efektif.
ngerahkan banyak orang untuk merespon,
Kontrol sosial adalah imperatif! Tetapi, yang kemudian menarik untuk dipertanyakan adalah
menentang,atau melawan kekuasaan tertentu
kenapa musti dengan demo dan anarkhis.
lakukan dengan cara menggerakkan atau me-
yang tidak mereka sukai atau setujui.Demikian
Kontrol sosial sebaiknya dilakukan tidak de
pula, demo banyak dilakukan untuk menentang terbitnya sebuah kepastian.kebijakan,atau keputusan yang dianggap merugikan mereka. Juga,demo yang dilakukan untuk menuntut
ngan demo-demo sepeiti itu, melainkan secara
sesuatu atau'memaksakan'hasrat dan keingin-
elegan sesuai bidang 'tupoksi'-nya. Sastrawan
melalui karya-karya sastranya,seniman dengan karya-karya seninya, politikus dengan tulisantulisan/orasi-orasi politisnya. Pun, mahasiswa
an kelompok tertentu. Sebut saja: demo massa yang berujung dengan tumbangnya suatu re-
sebagai agen intelektual dan(calon)profesional
zim, demo kawuJa alir terkait dengan pemilih-
terpelajar, santun, elegan, dan 'profesional'. Jadi,ketika akhir-akhir ini kita sering melihat (tayangan) para mahasiswa berdemo,tetapi kok
an atau penobatan kepala daerah, demo sekelompok mahasiswa yang mengajukan beberapa tuntutan kepada Rektor/Dekan terkait terbitnya sebuah kebijakan, keputusan, atau peraturan
musti melakukan kontrol sosial secara intelek,
lalu brutal,anarkhis,lempar-lemparan batu,bakar-bakaran mobil/motor yang 'tidak berdosa',
tertentu, dan seterusnya.
merusak kaca-kaca rumah/gedung,dan seterus
Demo-demo yang disebut terakhir itu, yang lazim dilakukan di kampus-kampus,balai-balai
nya, pertanyaan yang kontan muncul:'So, apa bedanya mahasiswa dengan preman?'Untuk ki
desa, di gedung MPR/DPR/DPRD di perusahaan-
ta renungkan, kata Bung Ebiet G. Ade.
perusahaan,atau di area tertentu yang mereka yakini strategis untuk meneriakkan aspirasi me reka.Berbeda dengan yang sebelumnya,demo-
Drs. SUMARYADI. M.Pd.
demo yang ini sering menimbulkan kengerian.
Pemimpin Redaksi
ooafADA niUAlLill^A
11IMI ^nrta