Pewara Dinamika Juni 2010

Page 1

Volume 11 • nomor 30 juni 2010

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

KEARIFAN LOKAL ALA UNY Perayaan upacara, terutama saat memperingati dies natalis kental dengan tradisi lokal (Jawa). Inilah sikap UNY dalam merayakan kearifan lokal.


(TAK) SEKADAR MENGENANG LAHIRNYA PANCASILA

Pada 1 Juni 1945, Bung Karno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia Merdeka. Gagasan yang dibaca di depan anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dinamakan Pancasila. Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai. Saat itu, bung Karno mengemukaan konsep Pancasila ke dalam 5 prinsip. Pertama, Kebangsaan Indonesia, kedua Internasionalime atau perikemanusiaan, ketiga mufakat atau demokrasi, keempat, kesejahteraan sosial, dan kelima, menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa. Sistematika konsep ini, berbeda dengan prinsip Pancasila yang ditulis pada pembukaan UUD 1945 (18 Agustus 1945), yang meletakkan dasar Ketuhanan sebagai prinsip yang pertama dan utama. Walaupun demikian, ruh tanggal 1 juni 1945 dan 18 Agustus 1945 tidak berbeda: SAMA ! Jika demikian, tak usahlah berdebat kapan Pancasila itu lahir. Karena, mengamalkan Pancasila bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa adalah sesuatu yang lebih utama!!! Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • gambar: teguhtimur.files.wordpress.com


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Tien Kartika Komara Dewi, A.Md. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Didik Kurniawan, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Sugeng Sutarto, S.Pd. (Sistem Informasi) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Setelah menyelesaikan edisi Dies Natalis, 21 Mei 2010, kami, kru redaksi Pe­ wara bersantai. Rasa lelah mengejar dua edisi dalam satu bulan rasanya belum selesai. Kami masih harus menikmati masa bersantai ria tersebut. Hingga seminggu waktunya. Dan, rasanya 7 hari belum lama. Baru kemarin! Kini Juni telah tiba. Redaksi pun harus bersiap-siap. Mengejar berit­a apa yang telah direncanakan. Kali ini, ideny­a se­derhana. Tidak dilakukan dalam rapat redaksi yang serius. Waktu itu, UNY sedang mengelar perhelatan akbar tahun­ an. Kebetulan tema local genius begi­tu membahana dalam rangkaian Dies Natalis. Ada tiga momen. Pertama, pa­mer­ a­n batik, kedua, dalang cilik, dan ketiga munas dan konferensi internasional Ikatan Dosen Bahasa Daerah Indonesia (Ikabudi). Kesemuanya itu adalah bentuk nyata UNY dalam mengaplikasikan kearifan local. Setelah perhelatan ini usa­i, kami langsung ngobrol-ngobrol, “Gimana. Kamu tema local genius ala UNY, kita jadikan tema laporan utama?” Semua sepakat! Untuk tema berita lainnya, tentuny­a kami hanya mengikuti system yang telah kami bentuk. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik. Berita-berita tela­h masuk, tinggal diseleksi, satu persa­tu, mana yang berkualitas dan mana yang masih harus diperbaiki. Hasilnya, lihat sendiri. Ada di tangan pembaca. Sekali lagi, tanpa bosan-bosannya, kru redaksi mengucapkan tabik atas du­ kunganya selama ini. Dan, kami pun te­ tap meminta saran dan kritik. Karena, itulah yang terus memberi “bensin” bagi kami. Tanpa itu, “motor” redaksi tak bisa sampai tujuan. Kami hanya bisa berharap dan opti­ mis, agar edisi Juni terbit lebih awal.

istimewa

Tanpa harus seperti kemarin-kemarin. Rasanya, “penyakit telat dikit” perlahan-lahan dapat diatasi. Ini memang berat. Butuh dukungan yang bisa dibilang tak sedikit. Adanya, masukkan dan kritik dari beberapa pembaca, lag­i-lagi kami akui itu sebagai motor pengge­rak. Selain itu, sikap bijaksana pemim­pin redaksi membuat kami harus se­gan. Di balik kebijaksanaannya tersi­rat bahwa majalah Pewara Dinamika harus terus terbit. Kreativitas dalam memilih te­ m­a dan desain harus terus ditingkat­ ka­n dan soal waktu terbit adalah hal yang tak bisa disangsikan. Singkatnya­, Pewara Dinamika harus terbit tepat wak­ tu dan senang dibaca karena pilihan tema dan desain. Akhirnya, di edisi setengah tahun ini, kami haturkan tabik, Ada banyak hal yang telah kami wewarakan. Baikbu­ruk, suka-duka adalah hal yang teru­s tampil di setiap edisinya. Dan, edisi ini­ kali dipastikan akan seperti itu. “Tida­k masalah bagi kami!” yang penting ada­ lah Pewara Dinamika terus hadir menemani pembaca. TABIKKU! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010


daftar isi Volume 11 • Nomor 30 juni 2010

l a p o r a n U ta m a

Kearifan Lokal ala UNY

laode/pewara dinamika

Perayaan upacara, terutama saat memperingati dies natalis kental dengan tradisi lokal (Jawa). Inilah sikap UNY dalam merayakan kearifan lokal. halaman 6

26

40 opini

berita

CDB selenggarakan Drum Band Cilik Indonesia Championsip Cilik Indonesia (DCI) Championsi­p baru-baru ini di GOR UNY yang diikuti TK se DIY dan Jateng. Even ini adalah sebuah kejuaraan drum band tingkat TK yang diselenggarankan oleh CDB yang bernaung di Universitas...

heri/pewara

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mar­ching Band Citra Derap Bahan­a (CDB) kembali menggelar Drum Band

Berita Lainnya • Robot Al-Aadiyat UNY Juara KRCI Battle Regional III • Purna Tugas Bukan Barang Bekas yang Terbuang • Seminar Nasional FMIPA

Menanti Pemimpin Peradaban Masalah kepemimpinan menjadi ma­ salah yang vital dan strategis ter­ka­ it dengan posisi pemimpin dalam me­­mu­tuskan... 45 5 46 4 1 3 30 48 48 44

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela kabar dari luar pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0


jendela MAMPUKAH KITA SELAMATKAN KEADAAN? Bagaimana pun, usaha kebudayaan harus ditujukan ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan. Di samping kita melestarikan berba­ gai kearifan lokal yang sarat dengan nilai-nila­i luhur (adiluhung), kita tidak menolak bahan-bahan dari budaya manca dengan catatan dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan kita dan mempertinggi derajat kemanusiaan kita. Harus diakui tidak semua yang berasal dari budaya manca itu tidak baik. Sebaliknya­, tidak semua yang ada pada budaya sendiri pasti baik. Kebaikan dan ketidakbaikan ada di mana-mana! Yang perlu diingat, ternyata arus budaya yang datang dari manca demikian kuat menghantam budaya lokal, sehingga jika ti­da­k disikapi secara arif, sangat mungkin berba­gai kearifan lokal kita akan mati secara menge­nas­kan. Pada tataran logika, kita tidak perlu cemas karena kita punya ajaran, nilai-nilai, norma, dan moral keagamaan. Kita juga punya Panca­sila. Keduanya tentu dapat dipaka­i untuk menangkal pengaruh negatif perubah­an dunia. Namun, tataran kasunyatan seperti­nya berbicara lain. Dan, ujung dari semua itu melaporkan kepada kita ‘bahwa sesungguh­nya, sekarang ini kita dalam keadaan terjajah seca­ra budaya’. Betapa tidak! Generasi muda kita—sadar atau tidak—sudah mulai mening­galkan kearifan lokal (diang­gapnya: kadaluwarsa, ketinggalan kereta) dan memandang lebih tinggi, lebih keren, lebih maco unsur-unsur yang datang dari budaya manca. Bangsa kita—dari yang masih ’imut-imut’ sampai yang sudah ’amitamit’ telah teramat me­nikmati ’budaya instan’ yang sengaja ditiup-tiupkan masuk ke rumah kita dengan mengatas­namakan kemudahan, kepraktisan, kemajuan, kemodernan, dst. Budaya gotong-royong sudah dilipat dan diganti dengan kehidupan yang serba egois-individua­ listis. Spirit saling menghormati, saling menolong, saling membantu, dan saling peduli sudah disimpan di rak-rak barang rongsokan dan diganti dengan semangat EGP (: Emang Gue Pikirin?), LLGG (: Loe-loe Gue-gue!). Dulu kita merasa bangga tatkala keberhasilan harus diraih setelah melewat­i perjuangan (panjang). Mahasiswa dulu pada umumnya bangga dan siap berusaha untuk mendapatkan semua literatur. Moto kita ’hidup adalah per-

juangan’. Segala sesuatu harus digapai dengan sungguh-sungguh, usaha, doa, dan pantang menyerah. Di era sekarang, kebanyakan orang ingin cepat meraih sukses, tanpa harus melalui upaya, yang dianggapnya sebagai buang-buang energi, sebagai pemboros­an tenaga, pikiran, ruang, dan waktu. Mahasis­wa sekarang kon­­tan berkomentar ”Pak/Bu, kok yang harus di­ba­ca begitu banyak. Kok bahasanya asing semua. Ada yang Indonesia nggak, Pak/Bu?” Fenomena itu makin diperparah lagi dengan semakin jauhnya anak-anak kita, para kawula muda kita dari ajaran-ajaran dan nilai-nilai budi pekerti, dari norma-norma (:sikap dan perilaku yang didasarkan kematangan jiwa dan kaidah-kaidah sosial yang berlaku di masyarakat), yang selama ini dijunjung tinggi. Karena, kalau dihayati, di dalam ajaran-ajaran tersebut terkandung nilai-nilai menyangkut tata krama (: aturan mo­ral, sopan santun, unggah-ungguh, etika), dan pembangkit semangat. Nah, yang menjadi masalah pelik dan menda­ sar sekarang ini adalah apa yang musti kita per­ buat dan apa yang musti kita lakukan untu­k menyelamatkan keadaan seperti ini yang sema­ kin hari bukannya semakin surut melainkan semakin krusial. Memang, setuju atau tidak, kita memiliki tiga pilar pendidikan, tiga pusat pen­ didikan. Tri sentris pendidikan itu (: rumah­/keluarga, sekolah, masyarakat/lingkungan perga­ ulan) mustinya mampu mengawal perjalanan sejarah bangsa ini menuju kemajuan, kemakmuran, kesejahteraan, kesejajaran dengan bang­sa lain di dunia, tanpa harus tercerabut da­ri akar budaya sendiri sebagai hasil dari pro­ sesi ’pendidikan budi pekerti’. Jawabannya, ’pendidikan karakter’ musti di­­la­­ kukan, dikembangkan, dan ditanamkan, se­hing­ ga hasilnya, dampaknya akan termanifes­tasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan yang muncul, sudahkah tiga pusat pendidikan kita —keluarga, sekolah, masyarakat—itu tadi mau dan mampu melaksanakan ’pendidikan karakter’ demi masa depan kita, masa depan masyara­ kat kita, masa depan bangsa dan negara kita. Semoga, amin!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Tolong Jangan Pasang Spanduk di Pagar Masjid Mujahidin UNY! Beberapa minggu ini, saya sering melewati jalan di depan masjid Mujahiddin. Saya sa­ ngat bahagia melihat kemegahan dan kein­ dahan masjid yang baru saja diresmikan Menteri Pendidikan Na­si­onal saat Dies Natalis UNY ke-46 (21/5). Begitu juga, ketika me­li­hat aktivitas mahasiswa dan civitas akademika UNY di mas­ jid saya sangat bersyukur. Rasa senang dan bahagia ini terkadang menjadi bahan pembicaraan saya dengan beberapa teman. Bagi kami, keindahan dan "kemegahan" masjid adalah hal yang amat representatif dalam menyiarkan dakwah (ataupun salah satu cara untuk mempermudah pembentukan insan bernurani). Kami pun bersyukur renovasi yang menelan ang­garan yang tidak bisa dibilang sedikit digunakan sebagaimana fungsinya. Akan tetapi, saya juga sangat kecewa akan pemasangan spanduk di depan pagar masjid. Terlebih, pemasangan medi­a komunikasi tersebut tida­k ditat­a de­ngan baik. Bagi saya, pagar tersebut tidak untuk dipasang spanduk­, tetapi untuk mempertegas sekaligus mempercan­tik wajah bangunan masjid. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan perancang dan arsitek masjid tersebut, jika ide yang telah dipikir matang-matang dengan mempertimbangkan sisi art-nya “dikotori” oleh spanduk. Memang saya akui, pesan spanduk itu bagus, tetapi di sisi lain, pesan yang ba­ik itu juga harus mempertimbangkan ke­in­dahan bagunanan secara utuh. Saya

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

yakin, pemasangan spanduk tersebut hanyalah untuk kepentingan pragmatis pengurus masjid. “Yang penting terpa­ sang spanduk tersebut, tanpa mempertimbangkan keindahan bangunan masjid, apalagi mempertimbangkan bah­wa hal itu cukup menggangu mata pe­cin­ ta keindahan. Sebaiknya, para pengurus berpiki­r ke­ ras untuk segera membuat media pemasangan spanduk yang tidak menggangu pemandangan masjid. Ya, mungkin agak sulit di tengah mininya halaman masjid, akan tetapi jika mereka kreati­f dan menyukai keindahan dan kerapia­n saya rasa bukan hal yang sukar untuk me­nemukan ide media pemasangan

spanduk. Hal ini memang sepele, tetapi jika span­duk di pasang di tempatnya (buka­n di pagar masjid Mujahiddin), saya rasa pesan yang disampaikan akan lebih tepat sasaran juga komunikatif dan ti­ da­k menggangu masyarakat dan sivitas akademika UNY yang ingin meman­ dang keindahan masjid secara utuh. Semoga para pengurus masjid menya­ dari pentingnya tata letak pemasangan media. Saya hanya berharap saran ini dapat dipertimbangkan untuk dilaksa­ nakan. Semoga Allah swt selalu bersama kita. Amien. ISlahuddin mahasiswa FT UNY


bunga rampai Kesenggol ‘HIV-AIDS’, Mau? O l e h Fat i h a rifa h AIDS merupakan masalah yang serius di Indonesia. Terbukti semakin banyak orang yang terinfeksi virus HIV yang berbahaya tersebut. Di sembilan provinsi di Indonesia saja terbukti 30% wanit­a penjaja seks, waria, lelaki hidung belang, dan homoseksual terinfeksi HIV. Jumlah kasus HIV-AIDS berkisar antara 260.000 orang tersebar di seluruh Indo­ nesia. Di Yogyakarta, kasus HIV-AIDS se­ca­ra kumulatif mencapai 567 kasus, ter­sebar di lima kabupaten/kota, yakni Yogyakarta, Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul. HIV-AIDS di Yogyakarta mulai meningkat sejak 2000 dan naik tajam pada 2003. Menurut sebagian masyarakat, kasus HIV-AIDS merupakan kasus yang ‘usang’, namun ‘survai membuktikan’ bahwa kasus yang berkaitan bukannya menurun, melainkan semakin menaik. AIDS merupakan singkatan dari Ac­ quired Immune Deficiency Syndrome, yakni kumpulan gejala akibat kekuranga­n atau kelemahan sistem kekebalan tu­ buh­. Virus yang menyerang sistem keke­ balan tubuh inilah yang bernam­a HIV atau Human Immunodeficien­cy Virus. Da­ pat dikatakan, apabila seseorang terke­ na HIV (disebut ODHA), maka orang ter­se­but mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah, sehingga segala macam penyakit yang tadinya ringan dapat menjadi berat dan berbahaya. Itulah kenapa, orang hampir dipastikan dapat me­ninggal diakibatkan oleh virus ini. Karena, memang sistem imunnya sudah tidak dapat berfungsi dengan sempurna laiknya orang sehat. Seseorang yang terkena virus HIV belum tentu terinfeksi AIDS, namun sebaliknya, orang yang ter­kena AIDS pastilah terkena HIV. Ada banyak hal yang menjadi penyebab tertular atau menularnya HIV-AIDS. Namun, yang paling umum adalah seks bebas, penggunaan jarum suntik bergan­tian, dan perinatal. Di Yogyakarta, usia 20-29 tahun menempati tempat

kalam/pewara

tertinggi. Hal tersebut besar kaitannya dengan status Yogyakarta sebagai kot­a pelajar yang di situ banyak berdatang­ an orang dari berbagai etnik-budaya, ber­campur menjadi satu. Pencampuran tanpa unsur filtrasi tersebut membawa dampak menjamurnya seks bebas. Peran media massa yang semakin menonjolkan unsur-unsur berbau pornografi juga membuat akses ke arah itu semakin lebar. Kampanye penggunaan kondom yang diserukan oleh pemerintah seolah dianggap sepi-sepi saja. Sebab kedua, penggunaan jarum sun­tik yang erat kaitannya dengan pe­ nya­lahgunaan narkoba. Jarum suntik yang digunakan bergantian berisiko ti­dak steril lagi. Di samping itu, HIVAIDS juga dapat menular pada anak yang dilahirkan oleh seorang ibu yang men­derita HIV-AIDS. Sebenarnya, banyak program telah di­la­kukan oleh pemerintah untuk me­ nyi­kapi hal tersebut. Meskipun obat un­ tuk pengidap HIV-AIDS belum juga di­ te­mukan, obat yang berfungsi untuk me­nekan penggandaan virus yang da­ pat memperpanjang usia ODHA sudah

mulai diupayakan oleh Pemerintah. Obat yang diberi nama antiretrovital (ARV) ini mulai banyak disediakan de­ ngan harga yang relatif terjangkau. Na­ mun, obat ini harus dikonsumsi setiap hari sebagai terapi harian. Berbagai pe­ nelitian telah dilakukan oleh berbagai pihak guna menemukan obat untuk pe­ nyakit ini. Upaya itu kiranya banyak mu­lai membuahkan hasil, seperti dite­ mukannya ekstrak meniran sebagai obat, serta penemuan gen yang dapat men­ce­gah HIV-AIDS. Ada beberapa cara yang bisa dilaku­ kan oleh setiap individu berkaitan de­ ngan dirinya sendiri untuk mencegah terjangkitnya virus HIV. Yang pertama, meng­hindari perilaku seks bebas, de­ ngan tetap setia pada pasangan masingmasing. Hal tersebut akan memperkecil kemungkinan seseorang tertular virus tersebut. Orang yang sering bergantiganti pasangan berpeluang besar untuk terkena HIV-AIDS. Yang kedua, gunakan kondom un­ tuk meminimalisasi kemungkinan ter­ tu­lar virus. Memang, kondom tidak men­jamin seseorang tidak akan terke­ na HIV, namun setidaknya dapat mem­ perkecil kemungkinan tersebut. Yang ketiga, penggunaan jarum suntik secara bergantian juga harus dihindari. Yang keempat, berhati-hatilah dalam hal trans­ fusi darah. Banyak kasus terjadi, bebe­ rapa kantong darah terbukti terinfeksi virus HIV. Pentransfusian darah harus melalui proses yang ketat dan selektif, sehingga tidak membahayakan para peng­guna darah tersebut. Yang kelima, lebih men­dekatkan diri kepada Yuhan YME. Keyakinan dan keteguhan iman akan menjauhkan diri kita dari hal-hal yang dilarang, yang berpotensi besar untuk menjauhkan diri kita dari hal-hal seperti tersebut. Wallahu a’lam. Fatiharifah mahasiswa PGSD FIP UNY

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010


laporan utama

KEARIFAN LOKAL ALA UNY Perayaan upacara, terutama saat memperingati dies natalis kental dengan tradisi lokal (Jawa). Inilah sikap UNY dalam merayakan kearifan lokal. O l e h sismono l a ode

W

acana kearifan lokal menjad­i bu­ ah bibir di kalangan akade­mis. Bukan karena keunikannya sa­ja, tetapi selama bertahu­n-ta­­hun,

kearifan lokal telah terbukti men­ja­di penjaga dan penguat identita­s ke­bu­­ da­yaan bangsa ini. Bahkan kala­u mau ju­jur, kearifan lokallah yang memben­

dung dampak negatif arus buday­a global, yang sangat menakutkan itu. Dan, ini­lah yang membuat identitas bangsa ini terus terpelihara­. Hingga kini.


Ada banyak cara melestarikan lokal genius, nama lain kearifan lokal. Di UNY punya cara tersendiri. Bukan sekada­r wa­cana lagi. “Perayaan” lokal genius ini kerap dijumpai di setiap penyeleng­ garaan upacara, terutama saat dies natalis. Sebut saja upacara wi­su­da­, penyam­ butan tamu, perhelatan di­es natalis tiap tahunnya, dll. Kesemua upa­cara ini menampilkan keunikan dan kekayaan budaya Jawa melalui pelbagai tarian maupun pentas wayang. Khusus dies natalis ke-46 ini, peraya­ an lokal genius di UNY diakrabkan de­ ngan empat peristiwa besar. Pertama,

lomba dalang cilik, kedua, pameran ba­ tik, ketiga, konferensi internasional Ikad­ budi, dan keempat pentas wayang se­ ma­lam suntuk. Keempat momentum­ ini benar-benar memberi warna baru bag­i institusi UNY. Orang-orang menyebut­ nya sebagai bentuk kearifan lokal ala UNY. Untuk mengetahui lebih detil menge­ nai kearifan lokal ala UNY itu, kami akan memotretnya ke dalam majalah Pewara Dinamika. Untuk edisi ini kali, keempat perhelatan itu disajikan dalam satu laporan. Kami akui keempat peris­tiwa itu berbeda-beda, baik menge­nai wak-

tu dan tempat perayaannya, tetapi peristiwa itu mengandung satu karak­ter yang sama. Yakni, menghidupka­n kearif­ an lokal di lingkungan sivitas akademika UNY dan itu dinikmati oleh segenap masyarakat, baik masyarakat sekitar­ nya, masyarakat Indonesia bahkan ma­ sya­karat dunia. Inilah bentuk pelestarian kearifan lo­kal yang terus dihelai di lingkungan UNY. Bahkan, menjadi ikon tersendiri di setiap perayaan dies natalis tiap tahunnya. Mengenai apa dan bagaiman­a bentuk perayaannya, baca laporan ini.  Tabik.


laporan utama

Lebih Berkarakter dengan Kearifan Lokal UNY yang sedang “menyibukkan diri” untuk menjadi world class university rupanya masih memegang teguh kearifan lokal. Ole h Ariska Pra s e tyan awati

S

udah menjadi agenda rutin setiap memperingati dies natalis-nya, Universi­tas Negeri Yogyakarta (UNY) selalu mengu­ sung kesenian lokal sebagai wujud ko­ mit­men UNY untuk terus melestarikan warisan leluhur tersebut. Sebut saja agenda yang rutin adalah pementasan wayang di lingkungan kampus. Seperti yang telah dilaksanakan pada dies natalis ke-46. Ada Festival dan Parade Dalang Cilik yang diikuti 12 dalang berusia di bawah 15 tahun, kemudian pementasan wayang de­ngan lakon “Satriya Mahawira” yang didalangi Ki Seno Nugroho serta menghadirkan bintang tamu Yu Beruk dan Marwoto Kawer. Wayang masuk kampus UNY tentu bukanlah

suatu penghibur saja.Melalui pernyataan Rektor UNY saat pembukaan membuka Parad­e Dalang Cilik 2010 UNY, wayang kulit sebagai salah satu kesenian lokal daerah perlu dilestari­kan agar tidak hilang.UNY pun kembal­i berkomitmen untuk terus menyelenggarakan Parade Da­lang Cilik dan pentas pewayangan demi ke­­ lestarian kesenian lokal.Nyatanya, kesibuk­an­ warga UNY menuju world class university tida­k melupakan keberadaan kesenian lokal.UNY masih menjadikan kearifan lokal sebagai dasar pendidikannya. Contoh selain pentas wayang adalah keeksis­ an batik di UNY.Menjawab tantangan batik sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah, UNY

foto-foto: heri/pewra

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0


laporan utama semakin giat mendidik mahasiswanya melalu­i Jurusan Pendidikan Seni Rupa untuk menjadi seorang guru batik yang berkualitas.Sekali lagi, UNY menyadari pendidikan berbasis kearif­an lokal sangat perlu diterapkan untuk pengu­atan karakter mahasiswanya. Seperti yang telah dipaparkan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti pada semi­ nar pendidikan karakter bangsa di Lemlit UNY bahwa nilai-nilai kearifan lokal meniscayakan fungsi yang strategisbagi pembentukan karak­ ter dan identitas yang pada gilirannya akan me­ munculkan sikap budaya mandiri, penuh inisia­ tif, dan kreatif. Seputar Kearifan Lokal Di dalam kurun waktu sewindu ini, sudah 3 warisan pusaka milik Indonesia yang “terselamatkan” dari klaim negara lain. Antara lain: pada tahun 2003 Indonesia berhasil mendapat­ kan pengakuan atas wayang, lantas dilanjut­kan pengakuan keris sebagai warisan pusak­a pada tahun 2005, dan disusul pada tahun 2009 batik sah sebagai “milik” bangsa Indonesia­. Penga­ kuan tersebut dikeluarkan oleh UNESCO (Uni­ted Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization).Hal ini akhirnya banyak menggugah masyarakat Indonesia untuk terus memperjuangkan dan melestarikan warisan leluhur karena masyarakat telah banyak yang sadar bahwa selama ini kita memang memiliki eksis­ tensi kedirian budaya dan kearifan lokal. Melalui makalah berjudul “Batik Riwayatm­u Kini: Beberapa Catatan Tegangan Kontestasi” yang disampaikan pada Seminar Nasional Batik, Bertajuk: Revitalisasi Batik Melalui Dunia Pendidikan tanggal 18 Mei 2010 di Ruang Sidan­g Utama Lantai 2 Rektorat UNY, Kasiyan, M. Hum. menyatakan bahwa perihal khazanah seni dan budaya Batik, sebenarnya secara nirsa­ dar, kita dihadapkan pada diskursus tentang sa­ lah satu teks mahal dalam kebudayaan, yakni kearifan lokal. Kasiyan menuliskan bahwa kearifan lokal amat penting keberadaannya, terutama ketik­a dikaitkan dengan persoalan mengenai rasa iden­ titas yang membentuk sebuah kesadaran negara-bangsa (nation state). Konsep rasa identitas yang melekat dalam konsep kearifan lokal ini, lebih disebabkan di dalamnya terkandung bulir-bulir insight spirit nilai-nilai tertentu yang diyakini memiliki ciri-ciri kesamaan, yang akan menjadi social capital bagi kehidupan bersama, bahkan bagi hadirnya entitas sebuah bangsa

karena dimensi kearifan lokal yang akan me­ ngonstruksi rasa identitas diri budaya, selalu menyiratkan aura ‘magi’, dan karenanya pul­a se­la­lu diupayakan dan diperjuangkan untuk di­ ra­wat, dijaga, bahkan dilestarikan. Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya warisan leluhur.Yogyakarta juga memiliki masyarakat multikultur, yang diumpama­ kan sebagai Kawah Candradimuka bagi banyak persona baik di tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Kontribusi Yogyakarta bag­i semesta dapat dibuktikan dengan banyakny­a atribut yang sengaja disematkan oleh para pe­ cin­tanya, sebagai kota budaya, kota pendidik­ an, kota pariwisata, maupun kota toleransi beragama. Oleh karenanya, kontak budaya selalu terjadi, sehingga terjadilah imitasi dan akultu­ rasi. Dari fenomena seperti itu, Yogyakarta tentu ti­dak akan mungkin mengelak globalisasi,­ sebagai konsekuensi dari posisinya yang menye­ mesta itu dan konsekuensi zaman globalisasi. Dapat dipahami bahwa nilai-nilai kearifan lokal bukanlah nilai usang yang harus dimati­ kan, tetapi dapat bersinergi dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang dibawa globalisasi.Dunia internasional sangat menun­ tut demokrasi, hak asasi manusia, lingkunga­n hidup menjadi agenda pembanguna­n di setiap negara. Isu-isu tersebut dapat bersinergi de­ng­a­n aktualisasi dari filosofi ”Hamemayu Hayu­ning Bawana”, masyarakat Yogyakarta harus bersi­ kap dan perilaku yang selalu mengutamaka­n harmoni, keselarasan, keserasian, dan keseim­ bangan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010


laporan utama dengan Allah SWT dalam melaksanakan hidup dan kehidupan agar negara menjadi panjang, punjung, gemah ripah loh jinawi, karta tur raharja. Globalisasi yang tidak terhindarkan harus diantisipasi dengan pembangunan budaya yang berkarakter penguatan jati diri dan kearifa­n lo­ kal yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi dalam pelestarian dan pe­ ngembangan budaya.Upaya memperkuat jati diri daerah dapat dilakukan melalui penanam­ an nilai-nilai budaya dan kesejarahan senasib sepenanggungan di antara warga. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Kearifan lokal sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahu­ an setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious).Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu ko­ munitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya-tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah dimana komunitas itu berada. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilm­u pengetahuan serta berbagai strategi kehi­ dupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab ber-

10

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

bagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka Kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jati diri bangsa secara nasional. Motivasi menggali kearifan lokal sebagai isu sentral secara umum adalah untuk mencar­i identitas bangsa yang mungkin hilang karen­a proses persilangan dialektis atau karena akultu­ rasi dan transformasi yang telah, sedang, dan akan terus terjadi sebagai sesuatu yang tak ter­ elakkan. Kearifan lokal dapat dijadikan jembat­ an yang menghubungkan masa lalu dan masa sekarang, generasi nenek moyang dan genera­ si sekarang, demi menyiapkan masa depan dan generasi mendatang. Pada gilirannya, kearif­ an lokal pun dapat dijadikan semacam simpul perekat dan pemersatu antargenerasi. Oleh ka­rena itu, menjadi semacam imperatif yang mendesak untuk terus menggali dan ”mempro­ teksi” kearifan lokal yang terdapat pada setiap etnik lokal lewat berbagai upaya yang dimungkinkan, termasuk di dalamnya melalui pendi­ dikan baik formal maupun informal. Dengan selalu memperhitungkan kearifa­n lokal melalui pendidikan budaya niscaya manusia didik (siswa dan mahasiswa) diharapkan ti­ dak terperangkap dalam situasi keterasingan. Jadi, muatan lokal dalam pendidikan budaya


laporan utama harus selalu dimaknai dalam konteks pemerde­ kaan dalam rangka lebih mengenal diri dan lingkungan. Menggali dan menanamkan kembali kearif­an lokal secara inheren melalui pendidikan dapat dikatakan sebagai gerakan kembali pada ba­sis nilai budaya daerahnya sendiri sebagai bagian upaya membangun identitas bangsa, dan, sebagai semacam filter dalam menyeleks­i pe­ ngaruh budaya “lain”.Nilai-nilai kearifan lokal itu meniscayakan fungsi yang strategis bagi pembentukan karakter dan identitas bangsa­. Pendidikan yang menaruh peduli terhadap­nya akan bermuara pada munculnya sikap yang mandiri, penuh inisiatif, dan kreatif. Dari sinilah pendidikan berbasis kearifa­n lokal dapat dikatakan adalah model pendidik­ an yang memiliki relevansi tinggi bagi pengem­ bang­an kecakapan hidup (life skills) dengan ber­ tumpu pada pemberdayaan ketempilan dan po­ten­si lokal di masing-masing daerah.Mater­i pembelajaran harus memiliki makna dan re­ le­van­si tinggi terhadap pemberdayaan hidup mereka secara nyata, berdasarkan realita­s yang mereka hadapi.Kurikulum yang harus disiapkan adalah kurikulum yang sesuai dengan kondisi lingkungan hidup, minat, dan kondisi peserta didik.Juga harus memerhatikan kendala-kendala sosiologis dan kultural yang mereka hadapi. Pendidikan berbasis kearifan lokal adalah pendi­ dikan yang mengajarkan peserta didik untuk selalu lekat dengan situasi konkret yang mereka hadapi. Tahun 2010 merupakan pendeklarasian Tahun Pendidikan Karakter.UNY sebagai kampu­s yang

bervisi mampu menghasilkan insan cen­dekia, mandiri dan bernurani, kini tela­h mempersiapkan program-program terkait, terutam­a menjelang penerimaan ribuan mahasis­wa baru ini. Salah satunya yang dipaparkan Sardiman, AM, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi. Mulai tahun ajaran baru ini, mahasis­wa yang lolos seleksi PBU harus didampingi orang tua atau wali masing-masing. Kemudian bersama para ketua RT di daerah yang meng­apit UNY seperti Karangmalang dan Mrican dikumpulkan untuk menciptakan lingkungan yang edukatif. Menurutnya, lingkungan adalah faktor terbesar dalam pembentukan karakter se­seorang, sehingga dibutuhkan kerjasama yang solid dari berbagai lini supaya pendidikan karakter di UNY dapat terwujud. 

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

11


laporan utama

Dalang Cilik Beraksi di UNY Hari itu ratusan mata sivitas akademika UNY terfokus di foodcourt UNY. Mereka tidak sedang memandang pelanggan, tetapi mereka sedang menikmati kehebatan para dalang cilik. Ole h l A O D E/ T U S T I / a R U M

P

arade Dalang Cilik yang diselenggara­ kan kedua kalinya merupakan rang­ kai­an acara dalam memperingati dan me­­nye­marakkan Dies Natalis UNY ke46. Parade Dalang Cilik tahun ini melingkupi wilayah Jogja-Jateng, menampilkan kelihaia­n para dalang cilik dalam mengemas sebuah pagelaran wayang yang menarik dan tak kala­h dengan dalang profesional. Parade Dalang Cili­k ditandai dengan penyerahan wayang Janaka dan Arjuna dari Rektor UNY kepada ke empat dalang cilik, disaksikan oleh para pejabat baik ditingkat universitas maupun fakultas, karya-

wan serta mahasiswa UNY. Adam Girafi, dalang cilik putra raja dang­ dut Rhoma Irama, tampil sebagai pembuka Pa­ra­de Dalang Cilik, Selasa (25/5) di Pendopo Food Court UNY. Bocah kelas 4 SD, penyaji terbaik Festival Dalang Cilik Tingkat Nasional di Jakarta, membawakan lakon ’Sena Bumbu’ yang menceritakan perjalanan seorang anak tetua desa Manahilan, Rawan dalam usah­a me­nye­ lamatkan ayahnya dari santapan Prabu Baka. Selain Adam Girafi, tampil dalang cili­k lainny­a yaitu Bayu Probo Prasopoaji, Putra Laksana Tanjung, dan Aan Bagus Saputro. Ma­sin­g-ma­sing

laode & Tusti/Pewara

12

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0


laporan utama

sangat antusias dengan acara ini ,”Yo Remen kula mbak, marga iki wujud pelestarian kebuda­ yaan, umpama diembakke uwit kang bakalan pupus, uwis ana bibit-bibit kang thukul lan gemi marang kebudayan jawi, (Ya sangat senang karena ini wujud pelestarian kebudayaan, jik­a dimisalkan pohon tumbang masih ada bibitbibit yang tumbuh dan peduli terhadap kebuda­ yaan jawa).” Vandika Mahasiswa FBS jurusan Bahas­a Jawa beserta teman-temannya memenuhi ti­ kar penonton yang disediakan panitia di depan panggung pertunjukan. Vandika mengaku salut dengan prestasi dhalang cilik, meskipun keberadaan dirinya beserta kawan-kawan karena ada tugas dari dosen, namun dirinya menang­ gapi positif kegiatan ini. 

foto-foto: la ode & tusti

dalang cilik ini memiliki ciri khas tersendiri. Laksana Tanjung dan Bayu Prasap­a Aji menggunakan gaya Yogyakarta, sedangkan Ada­m Gifary dan Aan Agus Saputra bergaya Solo. Mes­­ kipun berbeda gaya dalam memainka­n wa­yang keempat dalang merupakan dhalang terlaris di DIY-Jateng dan sekitarnya. Se­per­ti diungkapkan Bayu Prasapa Aji diri­ ny­a su­dah sering mengisi berbagai acara bah­ kan pernah dua kali pentas di TMII (Taman Mini Indone­sia Indah). Bayu yang membawakan lakon Narayana Kridha mengaku bangga bis­a tam­ pil yang kedua kalinya di UNY. ”Yang palin­g berkesan tu pas di TMII sama di UNY ini, soalnya sama-sama tampil ping pindho (dua kali),” tutur Bayu. Dalam sambutannya, Rektor UNY, Dr. Roch­ mat Wahab, MA memaparkan pagelaran wa­ yang merupakan salah satu kebudayaan yang dapat dikembangkan untuk menuju pendidikan karakter. Pagelaran wayang akan memunculkan pesan-pesan moral dalam membangun tanggung jawab dan perilaku yang terpuji karena dalam ceritera pewayangan ada perlawanan antara kebaikan melawan keburukan. Lanjut Rektor, walau UNY menuju World Class Univer­ sity tidaklah membuat UNY meninggalkan budaya lokal yang salah satunya adalah wayang. Tapi justru dijadikan keunggulan lokal dalam menuju universitas yang berskala internasional. Sementara Ketua Panitia, Adi Sulistya menyampaikan Parade Dalang Cilik Se-DIY Jateng merupakan wujud keprihatinan terhadap arus globalisasi yang mengikis moral anak bangsa. Diharapkan dengan parade ini dapat diguna­ kan sebagai media pelestarian kebudayaan lo­ kal dan memberi ruang apresiasi bagi dalangdalang cilik untuk menjadi dalang yang handal. Parada Dalang Cilik ini juga sekaligus mencitrakan kampus yang cinta budaya. Pak Naryo salah satu pemerhati seni dari Pram­banan yang jauh-jauh ke UNY mengaku

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

13


laporan utama

Konsep Mendidik Melalui Batik Membatik bukan hanya sekadar teknik menulis di atas kain semata. Tetapi, membatik adalah upaya sadar untuk mendidik kita dalam memahami setiap makna di atas tulisan kain tersebut. Ole h t ust i h andayani

B

14

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

foto-foto: heri/pewara

Pada sambutan pembukaan, Pembantu Rektor I (PR1) , Prof. Dr. Nurfina Aznam SU.,Apt. menyampaikan dengan dinobatkannya batik sebagai salah satu warisan budaya dunia yang dihasilkan bangsa Indonesia oleh UNESCO, maka sebagai anak bangsa perlu merevitalisasi batik. Merevitalisasi batik dengan ’menghidupkan kembali’ seni batik dengan tidak hanya sekedar mengenal dan memakai batik tapi juga membangun pendidikan karakter melalui batik. Banyak hal sederhana yang dapat diajarkan dari proses membatik. Dengan membatik akan mengajarkan tentang kecermatan, ketelitian, ketekunan. “Alangkah baiknya jika dapat mendorong anak didik untuk tidak melihat batik hanya sebagai sebuah mahakarya tapi juga dapat memaknai filosofinya yang terkandung  didalamnya,” tegasnya.

foto-foto: Dokumen pribadi

atik sebagai wacana pendidikan diar­ tikan batik mempunyai makna pendi­ dikan dan digunakan untuk men­di­dik. Pendidikan dan pengajaran di­mu­ati perilaku atau latihan dalam bentuk apre­si­asi dengan memahami motif yang ada di­da­lamnya. Maka, munculah konsep Pendi­dik­an Batik yaitu mendidik ”dengan, melalui, berupa” batik. Men­didik adalah mendewasaka­n anak, dimana struktur jiwa beranah cipta, rasa­, dan karsa. Pendidikan Batik tidak hanya sekedar pelajaran praktek berkaya seni tanpa kaida­h dan prinsip penciptaan serta simbolise waca­na teks visual melainkan pendidikan dengan muatan lokal batik. Dengan pemahaman bahwa batik selain sebagai sebuah karya seni dengan prosedur tutup celup, batik juga bermuatan pendidikan berkehidupan (pendidikan kepribadian). Demikian diungkapkan Hajar Pamadhi, MA, Dosen Jurusan Seni Rupa FBS UNY pada Semi­nar Nasional Batik “Revitalisasi Batik Pendidikan” yang digelar (18/5) di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY. Seminar menghadirkan juga Prof. Dr. Sony Dharsono (Dosen UNNES), Dra. Suliantoro Sulaiman (Batik Sekar Ja­gad), Drs. Marton­o M. Pd. (Dosen Seni Rupa FBS UNY). Selain seminar­, di­ge­­ la­r juga Pamera­n Ba­tik yang me­nam­­­­­pil­kan ber­­­ba­­­­gai kreasi ba­­ ti­k se­­per­­­­ti lu­kis­ an­­, se­pe­­da­, bo­la, tas dll. Pa­­mer­­an yang ber­lang­­ sun­­g (17-19/5) di Hall Rek­to­­­ra­t UNY ju­ga men­­ de­mons­tra­­si­­­ kan proses mem­batik.


laporan utama Adam Ghifari

Ingin jadi Presiden yang Bisa Mendalang “Saya adalah Adam, bukan ayah saya, Rhoma Irama. Dia adalah raja Dangdut, sedang saya adalah seorang pedalang.” Oleh D hi a n Ha ps a ri

B

erawal dari wayang kertas yang dibel­i saat jalan-jalan di malam sekaten Sura­ kar­ta, Adam Gifari tertarik mempelajari pedalangan lebih dalam. “Wakt­u itu saya lihat wayang kertas yang dijual di seka­ ten. Melihat bentuknya yang menarik, saya lang­ sung minta dibelikan. Ada sekitar lima macam wayang yang berbeda. Setelah itu, sampai di rumah saya mainkan seperti kalau dalang di televisi memainkan wayang kulit. Bukan itu saja, Adam juga kerap melihat pemutaran wayang kulit di televisi hingga pungkas. Ketertarikannya yang bertambah besar terhadap dunia pewayangan ini lantas membuat ibunya berupaya memfasilitasi apapun keinginan Adam berkaitan dengan bakatnya yang lu­ ar biasa. Begitu pula ketika Adam akhirnya me­ minta ibunya mencarikan les pedalangan di Surakarta. Ibunya, Gita Andini Saputri, kemudian mene­ mukan Sanggar Seni Sarotama. Adam Gifari yang kala itu berumur 3,5 tahun tentu meras­a sa­­­­ngat senang. Ia mengasah kemampuannya men­­­da­­lang di bawah bimbingan Mudjiono, seo­ ran­g pelatih dari Sanggar Seni Sarotama.

LAODE/PEWARA

Tokoh Idola Adam Ghifari yang lahir pada 13 September 1999 ini mengaku mengagumi tokoh Hanoman ketika ditanya tentang tokoh pewayangan idolanya. “Hanoman itu gagah berani, tidak takut apapun. Ia juga pandai menyelesaikan masalah­, tanpa harus membuat masalah baru. Kalau ber­ tanding dan kemudian mencapat kemenangan, Hanoman tidak pernah menggap remeh lawannya yang kalah.” Selain mengagumitokoh pewayangan, tent­u Adam juga mengagumi tokoh dalam dunia pedalangan.Menurutnya, mengagumi tokoh dalang sebaiknya tidak hanya satu orang saja. “Saya mengagumi DalangWarseno karen­a gu­yonannya yang hidup, Dalang Anom Surot­o

karena pandai menyampaikan pitutur, dalan­g Enthus karena kreatifitasnya memainkan wa­ yang.”Kelebihan ketiga dalang yang ia kagumi itu ia olah sehingga mewujud dalam setiap pertunjukannya. “Mendalang itu kegemaran tersendiri yang positif. Selain saya senang dengan wayang, saya juga dapat mengungkapkan harapan-harapa­n saya lewat wayang. Misalnya dengan pitutu­r yang dapat disisipkan dalam pertunjuka­n wa­ yang itu,” ungkapnya. Pitutur-pitutur itu didapat­ kannya dari pengalaman menonton pertunjukan wayang oleh dalang-dalang senior maupun membaca buku-buku pewayangan yang meman­g wajib diketahui sebagai seorang dalang. Beberapa buku yang menunjang kemampu­ annya mendalang antara lain Dewaruci, Rama Tumbak, KikisTunggorono, dan Mahabarata. Buku-buku wajib ini telah dibacanya sebelum me­lakukan pementasan. Ia sendiri mencata­t se­ ki­tar 30-50 pementasan yang dimulai sejak se­ ki­tar 2005. Lakon yang kerap ia bawakan da­ lam pementasan itu antara lain Gatotkoco Lair, Anoman Duto, Dewaruci, Kongso Adu Jago, dan Prabu Boko. Kendati ia trampil mendalang, salah satu bu­ ah hati Rhoma Irama ini, rupanya tidak menyan­ darkan cita-citanya sebagai dalang. “Saya ingi­n menjadi presiden yang bisa mendalang!” kata­ nya mantab. 

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

15


laporan utama Aan Agus Saputra

Ingin Menjadi Raja Dalang Sejak kecil, saya suka mendalang. Keterampilan ini turut dipengaruhi sang ayah. Kini, saya ingin menjadi raja panggung yang bisa menyenangkan penonton. Ole h fE BY P U P I TA S AR I

A

nak dari Bpk Sikam dan Ibu Marni ini telah dekat dengan dunia pedalang­ an sejak kecil. Bermula dari keseringan menemani ayahnya yang bekerja di bagian sound monitor dalam panggung wa­ yang, Aan tertarik untuk menjadi orang nomor satu di panggung itu. Ayahnya menyambut antusias keinginannya dengan memanggil langsung seorang dalang ke rumah untuk melatih Aan mendalang setiap minggu. Setelah dua tahun dia belajar, dia mulai tampil dari panggung wayang ke panggung wayang lain sedari kelas tiga Sekolah Dasar.

Dari sini pulalah banyak prestasi yang ia raih, misalnya Juara 2 Lomba Dalang tingkat daerah pada 2003 di Klaten. Namun, dari sekian banyak prestasi yang ia dapatkan, tampil mendalang atas undangan (Alm.) K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 2004 adalah ”prestasi” yang pa­ ling berkesan. Selain perlombaan, gerilya pang­ gung selama 7 tahun ini membawanya men­ je­la­jahi berbagai kota di pulau Jawa seperti Se­ma­rang, Surabaya, Ngawi, Karang Anyar, hing­ga Cianjur. Kini, setiap minggunya, putra Klaten ini meng­habiskan empat jam latihan di Sanggar

foto-foto: LAODE/PEWARA

16

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0


laporan utama

Bandung Bondowoso, bersama para pedalang yang umurnya jauh lebih tua darinya. Dia ber­ latih mendalang bersama para dalang senior se­perti Bapak Narsi, Bapak Kamso dan Bapak Sugiono. Dia mengaku bahwa kesibukkannya mendalang tidak pernah mengganggu kegiatan sekolah karena latihan hanya dilakukan di hari libur. Siswa SMP 1 Prambanan ini jug­a mempunyai komitmen untuk tidak mang­gung bila musim ujian tiba. Walaupun pres­tasi akademiknya tidak terbilang istimewa namun kemampuan seni telah membantunya menentukan arah rencana untuk melanjutkan sekolah ke SMKI Surakarta. Ada harapan besar dalam hatinya untuk menjadi generasi penerus yang bis­a mempertahankan budaya Jawa. Jiwa dalang juga memantapkan hatinya untuk bisa menjadi dalang profesional saat dewasa nanti walaupun dia mengaku bahwa menjad­i dalang pun saja tidak cukup. Tidak tentunya jadwal manggung seorang dalang membuatny­a berencana untuk memiliki kemampuan lain se­ telah lulus sekolah nanti. Berbicara tentang budaya, dia bangga bahwa banyak pihak yang ikut berjuang melestarikan budaya tua di Indonesia ini. Banyaknyadalang cilik yang bermunculan sebagai tanda regenerasi penerus budaya Jawa. Selain itu, Ada banyak event yang menampilkan

panggung wayang seperti yang diadakan pula di Dies Natalis UNY yang ke-46 ini. Dalam rangka Dies Natalis UNY, Aan menam­ pilkan lakon Babad Wonomarto. Lakon ini menampilkan Brotoseno sebagai tokoh utama. Lakon ini bercerita tentang perebutan negara oleh Brotoseno dari kekuasaan raja di Negara Wisomarto. Keterampilan tangan dalam menggambarkan adegan peperangan antara Brotoseno dan Jin Damdarat banyak dipamerkan dalam aksi Aan. 

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

17


laporan utama Bayu Praba Prasapa Aji

Berangkat dari Keluarga Seniman Tradisi Tidak banyak dalang yang lahir dari belajar otodidak. Bayu Prasapa Aji, salah satu dalang yang membuktikan bahwa belajar mendalang dapat pula dilakukan sendiri dengan bimbingan seniman tradisi. Ole h D h i an H a ps ari

B

akat yang dimilikinya ini tidaklepas dari tangan dingin ayahnya yang juga seorang dalang. Anak pasanga­n Gan­ dung Jatmiko dan Sunarni ini menggeluti dunia pedalangan sejak taman kanak-ka­ nak. Wajar saja ia telah pandai memainkan sa­bet­an sejak usia yang masih sangat muda, sebab bukan hanya ayahnya yang gemar dunia pewayangan, kakek dan neneknya pun rupanya seniman tradisional yang tidak jauh dari duni­a pedalangan.

Darah seni yang mengalir dari keluarganya ini tidak disia-siakannya. Ia terus mengasah ketrampilannya itu dengan memperhatikan permainan dalang lain dan mempelajari lakon-lakon wayang. Pemilik nama lengkap Bayu Praba Prasapa Aji ini memiliki satu lakon andalan: Na­ rayana Krida. Memainkan lakon satu ini, menu­ rut Gandung, tidak mudah. “Praba memiliki kemampuan ingatan yang luar biasa. Dia bisa menghapalkan cerita hanya dalam satu jam. Itu pun sudah disam­

foto-foto: LAODE/PEWARA

18

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0


laporan utama bi (bersamaan) dengan aktivitasnya sebagai anak-anak pada umumnya,”seperti yang dilansir dalam warta.pepadi.com. Kelihaian dalang memainkan sebuah lakoin tertentu itu didukung de­ngan penguasaan perpindahan antar tokoh yang mem­butuhkan imajinasi dan kekuatan ingatan­. Tingkat kesulitan ini bukan sembarangan, meng­ingat penokohan dalam wayang bergantun­g pa­da kemampuan dalang untuk memainkan se­tiap tokoh dengan kekhasan karakter masin­g-masing. Ia yang kini duduk di kelas VI SD Temanggal 2 Purwomartani Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta ini mengaku mendapatkan pengalaman pementasan wayang saat ia TK nol besar. “Saya tidak ikut sanggar atau sekolah pedalangan khusus, kecintaan pada wayang ya saya dapatkan dari keluarga sendiri,” paparnya. Meskipun tidak pernah mengikuti sekolah khusus pedalangan, Bayu, panggilan akrabny­a memiliki banyak prestasi di bidang pedalangan. Laki-laki kelahiran 7 Mei 1998 ini pernah mera­ ih tropy Juara I dan II Festival Dalang Cilik Jogja. Selain itu, jam terbangnya melakukan pe-

mentasan wayang juga tidak dapat dianggap remeh. Beberapa ajang yang menyertakan namanya antara lain pentas wayang di SMKI Jogja, Temu dalang Cilik I se-Jawa tahun 2007 di Ta­man Budaya Jawa Tengah Surakarta, Gelar Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional 2009. di Jakarta, dan ajang bergengsi lainnya. Ayahnya yang seorang pengendhang dan ibunya, Nyi Sunarni, seorang waranggana, tam­ pak mendampinginya setiap kali pentas. Begitu pu­la sore itu ketika ia menjadi penyaji terakhir dalam rangka Parade Dalang Cilik yang masih satu rangkaian dengan Dies Natalis UNY ke-46. Kekhasan Bayu yang terletak pada sabetan ini me­ mang begitu menonjol. Disamping sabetanny­a yang mantab, Bayu juga memiliki ketrampilan meng­olah Janturan dengan begitu menarik bagus, sehingga wayang tampak begitu hidup di pakeliran. Dalang cilik yang mengidolakan tokoh Ga­ totkoco ini memiliki resep khusus agar tetap ek­sis di dunia pewayangan. “Tetap rendah diri, tidak sombong, dan belajar setiap hari,” jawab nya dengan sedikit malu.

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

19


laporan utama Putra Laksana Tanjung

Belajar Sabar dari Yudhistira Suaranya terdengar anggun dibarengi garapan sabet oleh tangan kecilnya yang atraktif serta kelihaian mejungkirbalikkan gunungan dan tubuh wayang-wayang, Putra Laksana Tanjung mampu memukau para penonton yang sebagian besar berusia jauh lebih tua dari usianya yang baru menginjak 12 tahun. Ole h Ariska Pra s e t ya n awati

A

ksi itulah yang dipertontonkan Putr­a saat andil meramaikan Festival dan Parade Dalang Cilik dalam rangka dies natalis Universitas Negeri Yog­yakarta ke-46 pada tanggal 5 Mei 2010. Putra merupakan salah seorang peserta dari 12 dalang berusia di bawah 15 tahun dalam pagelaran wayang tersebut. Dengan piawai, ia mem­bawakan la-

kon Jabang Radya yang mengisah­kan perja­lan­ an hidup Adipati Karna yang mengharukan. Pakelirannya sangat dramatik disertai kombinasi antara petuah-petuah yang terasa mengalir dan suasana haru yang menyentuh perasaan. Bernama lengkap Putra Laksana Tanjung, bocah kelahiran Jakarta pada 13 Maret 1998 namun tumbuh dan besar di Wonosari, Gunun­g

foto-foto: LAODE/PEWARA

20

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0


laporan utama Kidul, ini menggelar pementasan wayang de­ nga­n gagrag Yogyakarta. Putra dari Bapak Su­ pardi dan Ibu Murwanti ini sudah memperlihat­ kan bakat mendalangnya sejak kecil. Menyadari kondisi tersebut, ayahnya segera menitipkan Putra pada seorang dalang yaitu Bapak Hadi Sutoyo untuk mengasah bakatnya. Putra selalu ingin berbeda dari yang lain di setiap kesempatan mendalangnya. Seolah ingi­n sedikit menyisih dari bingar penampilan kebanyakan peserta lain, Putra menyuguhkan tonton­ an wayang dengan narasi yang runtut. Melalui pocapan dan janturan yang sarat makna, Putra beraksi dengan aliran yang tenang, sehingga dalam membagi cerita si Jabang Radya suasana haru pun terasa menyentuh. Sebagai seorang ayah yang sangat mendukung kemampuan sang anak, Supardi selalu mendampingi Putra dalam setiap penampilannya. Menurut Supardi, dalam mendalang Putra sa­ ngat kuat memegang pakem. Seperti yang pernah dilakukan Putra ketika salah satu kakaknya yang mengelola sebuah grup dangdut sering mengajak Putra untuk menjadi bintang tamu dalam pentas dangdutnya, dipastikan Putra akan menolaknya. Putra menampik tampilnya ia sebagai bintang tamu dalam pentas kakak­ nya, atau menyajikan campursari maupun mu­ sik, serta merta untuk menghindari adegan limbukan. Keinginan yang kuat untuk menjadi seorang dalang rupanya telah mendorong Putra mampu melalui pelbagai keterbatasan yang dihada­ pinya. Sebagai seorang anak dari pengelola sebuah losmen di area pariwisata Parangtritis, Putra tidak bisa segera mendapatkan wayang yang dibutuhkan untuk berlatih. Ayahnya hanya mampu membelikan wayang dengan menci­ cilnya satu per satu. “Jika harus membeli sekotak wayang lengkap, kami belum mampu. Kami membeli sedikit demi sedikit wayang dengan harga murah untuk jaga-jaga kalau hilang atau rusak, kami tidak merasa terlalu getun,” sambil tertawa Putra dan ayahnya menjelaskan. Dalam persiapannya menuju festival-festival dalang, Putra juga sering berlatih hanya dengan ken­ dhang, bukan dengan gamelan yang lengkap. Bocah kalem ini rupanya tak pernah banyak menuntut fasilitas kepada orang tuanya, teruta­ ma sang ayah. Putra ingin selalu mampu bersi­ kap sabar. Sikap ini ia pelajari dari tokoh kebanggaannya, yaitu Yudhistira karena dalam dunia pewayangan, Yudhistira banyak memberi­

nya inspirasi dalam bersikap. “Selain seorang tokoh yang sabar, Yudhistira juga selalu menghindari pertikaian,” ungkap Putra. Menurut­nya, karakter wayang terutama yang baik bisa dijadikan panutan dalam kehidupan seseorang. Da­ri efek positif inilah, sang dalang cilik asal Gu­nung Kidul ini tak bosannya mengharapkan para generasi penerus seperti dirinya semakin mencintai wayang Indonesia. Selain menjadi panutan, dengan mencintai wayang Indonesia, para generasi penerus juga turut serta melesta­ rikan kebudayaan Indonesia yang kaya akan nilai-nilai keluhuran. 

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

21


laporan utama IKADBUDI, Wadah Pemelihara Bahasa Ibu dan Budaya Daerah Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan Bahasa Ibu. Mulai dari penyelenggaraan lomba di tingkat daerah hingga membentuk organisasi besar di tingkat nasional, bernama IKADBUDI. Ole h D h i an H a psa ri

O

rganisasi nasional yang disepakati bernama Ikatan Dosen Kebudayaan Daerah Indonesia (IKADBUDI) ini di­ bentuk pada 29 Oktober 2009 di Yog­ yakarta. Organisasi ini dibangun sebagai ajang silaturahmi antar dosen dan pecinta budaya daerah se-Indonesia dan dapat menjalin kerjasa­ ma di bidang ilmiah maupun akademik. Merujuk pada fokus pendiriannya, Ikadbudi Indonesia adalah lembaga yang berfungsi me­ lakukan mediasi dan pelayanan berbagai aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian ke­pa­da masyarakat pada bidang bahasa, sastra­, dan bu­­daya daerah yang berkembang di masyara­ kat­. Setelah resmi terbentuk sebagai organisa­si yang berbadan hukum, IKADBUDI mengadakan Musyawarah Nasional pertamany­a di Universitas Padjajaran pada 19-20 Februari 2010 yang bersamaan dengan peringatan Hari Ibu Se-du­ nia. Munas pertama ini menghasilkan lima butir penting, antara lain menetapkan logo organisasi yang mengandung makna kebudayaan, ke­il­ mu­­an, dan ke-Indonesiaan, menyepakat­i AD/ ART, menyepakati alamat web Ikadbudi, dan

me­nyelenggarakan pertemuan ilmiah pertam­a dengan UNY sebagai penyelenggara. Secara otomatis, UNY sebagai penyelenggara munas selanjutnya menjadi sekretariat IKADBUDI, sesu­ ai dengan kesepakatan forum.

foto-foto: LAODE/PEWARA

22

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Memetik Ilmu dalam Silaturahmi Organisasi yang beranggotakan dosen, buda­ yawan, dan sastrawan daerah ini bergerak di bidang keilmuan dan mewadahi para akademisi, khususnya yang memfoskuskan diri pada kebudaaan dan bahasa daerah se-Indonesia. Menu­ rut Sutrisno Wibowo, Ketua Umum IKADBUDI, “Kegiatan utama forum ini mengkaji ataupun kerja sama penelitian yang kemudian dibukukan dalam bentuk jurnal.” Nilai-nilai budaya dan bahasa daerah yang digali ataupun diteliti itu lantas disosialisasikan ke masyarakat. Menurut Sutrisna, nilai-nilai kearifan lokal saat ini mulai berkurang. Sehingga melalu­i kegi­ atan ini diharapkan dapat memberi sumbang­an nyata dan berperan dalam tata nilai nasional bangsa. “Para generasi muda diharapkan dapat memanfaatkan forum ini untuk pengembangan nilai kearifan. Dengan demikian, pengaruh bahasa asing dapat difilter dan tidak mengikis budaya lokal,” jelasnya. Pembentukan Ikadbudi berdasarkan keputus­ an Konferensi Nasional Dosen Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah se-Indonesia yang dilaksa­ nakan pada tanggal 8–9 Agustus 2009 di Hotel Eden 1 Kaliurang Yogyakarta. Ikadbudi mempunyai kegiatan yang mencakup bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada ma­ syarakat di bidang bahasa, sastra, dan budaya daerah se-Indonesia. Peran UNY Salah satu yang diusahakan UNY adalah


laporan utama mem­bangun civitas akademika yang memiliki karakter insan yang mandiri, cendekia, dan bernu­rani melalui pendidikan karakter yang diupa­yakan melalui pelatihan ESQ maupu­n da­ lam kelas-kelas saat perkuliahan melalui dosen. Pendidikan karakter ini bukan diimpor dari lua­r negeri. Sejatinya, pendidikan karakter telah dimiliki nenek moyang kita melalui sopan santun yang diajarkan turun temurun dan pembangun­ an karakter melalui budaya. “Pendidikan karakter juga terdapat dalam lo­ cal genius atau kearifan lokal dalam kebuda­ya­an daerah. Lokal genius ini yang digarap untuk diangkat sehingga tidak luntur. Nilai-ni­la­i itulah yang diupayakan menjadi pendorong pembentukan pribadi yang tangguh,” papa­r Sutrisna Wi­bawa. “Kami percaya, pelajaran kehi­dupan yang ditinggalkan nenek moyang kita dapat membentuk pribadi yang berkarakter­. Untuk itu, adanya local genius ini dapat menja­d­i pen­ do­rong pembangunan insan yang dapa­t ber­ sa­ing.” Peran inilah yang kurang lebih sam­a de­ngan cita-cita IKADBUDI secara umum, di sam­ping berupaya melestarikan produk-pro­ du­k budaya lokal lainnya. Selain berupaya membangun pribadi yang dapat menjadi pendorong pembangunan bangsa, UNY dan IKADBUDI juga mengangkat buda­ ya lokal lewat pengembangan sastra daerah. Ti­dak heran, pada kesempatan baru-baru ini MU­NAS II IKADBUDI menggandeng Yayasan Rancage yang memiliki kegiatan rutin penga­

nugerahan penghargaan terhadap sastrawan dan budayawan lokal untuk bekerjasama. “Yayasan Rancage ini bukan bagian dari IKAD­BUDI, namun kami mengapresiasi kegiat­ an-kegiatan Yayasan Rancage karena memiliki tujuan yang kurang lebih sama dengan IKADBUDI yaitu melestarikan nilai-nilai dan budaya lokal,” ungkap Sutrisna Wibawa. Sebagai wujud apresiasi itu, IKADBUDI kemudian mengaja­k Yayasan Rancage menggelar acara rutinnya, pemberian anugerah sastrawan dan budaywan daerah di dalam rangkaian MUNAS II IKADBUDI. “Acara pemberian anugerah Rancage dalam acara MUNAS IKADBUDI itu hanya dilakukan sekali ini. Belum tahu bagaimana selanjutny­a,” katanya. Agenda IKADBUDI Berdasarkan Musayawarah Nasional II, IKADBUDI memiliki agenda selanjutnya antara lain memantapkan jaringan dosen dan peneliti budaya daerah dalam website maupun media lainya. “Kami rencananya akan membuat jurnal yang dapat diakses anggota IKADUBDI. Jurnal ini berisi hasil penelitian maupun artikel yang masih berhubungan dengan budaya daerah.” Selanjutnya, IKADBUDI akan melaksanakan MUNAS III di Jakarta, tepatnya di Universitas Indonesia. “Sudah menjadi kesepakatan bersama, universitas yang ketempatan MUNAS secara otomatis juga sebagai panitia penyelenggara dan secretariat IKADBUDI.” 

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

23


laporan utama Menegaskan Pentingnya Identitas Lokal Konferensi internasional kebudayaan daerah yang diselenggarakan IKADBUDI banyak diyakini sebagai salah satu upaya untuk menegaskan pentingnya lokal genius. Ole h S ismono L a O d e

I

katan Dosen Budaya Daerah Indonesi­a (IKADBUDI), menyelenggarakan Konferens­i Internasional Kebudayaan Daerah di Audi­ torium UNY, Sabtu, (29/5). Kongferens­i yang mendatangkan budayawan mancanegra­, se­perti Malaysia, Solomon, ini disambut meriah­. Dikatakan ketua IKADBUDI, Sutrisna Wibawa, Konferensi Internasional dan Munas ini mendapat sambutan luar biasa dengan diikuti oleh 19 PTN dan PTS yang terdiri dari Pengurus, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Ketua Jurusan/Prodi Bahasa dan Dosen Bahasa, Sastra, dan Budaya berbagai jurusan, guru-guru SD, SMP, SMA, dan SMK, mahasiswa, dan masyara­ kat pencinta bahasa, sastra, dan budaya yang berjumlah 700 orang.

foto-foto: lAODE/PEWARA

24

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Dalam laporannya, Sutrisna Wibawa mengatakan bahwa IKADBUDI adalah organisai profesi dosen bahasa, sastra, dan budaya daerah seluruh Indonesia yang didirikan berdasarkan Konferensi Nasional Dosen Bahasa, Sastra, dan Budaya se-Indonesia di Kaliurang Yogyakarta pada 8-9 Agustus 2009. Saat ini, beberapa prodi­, seperti antropologi dan arkeologi turut terlibat dalam Munas dan Konferensi ini, bahkan mereka akan mendaftarkan menjadi bagian dari organisasi ini. Meskipun demikian, kami masih harus mendiskusikan lebih jauh tentang kei­ nginan kedua prodi tersebut menjadi bagia­n dari organisasi ini. Pada kesempatan konferensi internasional tersebut juga diserahkan penghargaan Rancag­e 2010 untuk Sastera Sunda, Sastera Jawa, Saste­ ra Bali, dan Sastera Lampung. Untuk Sastera Sunda penghargaan diberikan kepada H. Usep Romli H.M dan Karno Kartadibrata, Sastera Jawa kepada Sumono Sandy Asmoro dan Bona­ ri Nabonenar. Sedangkan untuk sastera Bali diberikan kepada I Wayan Sadha dan Agung Wiyat S. Ardhi. Sastera Lampung diberikan kepada Asarpin Aslami,” lanjutnya. Sebelumnya, Jumat, (28/5), pukul 14.30 wib, Munas IKADBUDI) telah dilangsungkan di UNY Hotel. Munas ini dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY, Prof. Dr. Zamzani. Dalam sambutannya, Zamzani meng­ ucapkan terima kasih atas kepercayaan peserta yang telah menjadikan UNY sebagai tuan rumah. Dekan FBS ini juga berharap agar kegiatan ini terus dilaksanakan, di tengah memudar­nya identitas kelokalan. Sehingga, ke depan UNY (terutama FBS) insya Allah menjadi salah universitas yang memperkuat identitas kebuda­ yaan lokal yang kini mulai diterba eksistensi­ nya oleh budaya global. Sementara itu Mantan Ketua Yayasan Rancage, Ajib Rosidi, dalam Konferensi IKADBUDI memaparkan, pembangunan manusia berarti


laporan utama kita harus mendahulukan pendidikan. Pendidi­ kan yang ditujukan untuk anak didik, tapi pada prakteknya pendidikan melalui sekolah-sekolah selama ini hanya menjadi proyek buat para penyelenggaranya saja “Inilah yang membuat dunia pendidikan kita terseok-seok. Pendidikan semacam ini hany­a merugikan peserta didik. Dengan demikian, perkembangan pendidikan yang turut mem­ pengaruhi perkembangan budaya lokal tidak bisa berjalan linear, tegas Ketua Dewan Pempina Yayasan Kebudayaan “Rancage”. Dalam kontes perkembangan budaya lokal, dalam hal sastra lokal, Ajib mengemukakan bahwa melalui yayasan yang didirikannya, telah memberikan hadiah sastra Rancage. Penghargaan ini diberikan setiap tahun kepada para sastrawan yang menulis dalam bahasa-bahasa ibu sejak 1989. Mula-mula untuk sastrawan bahasa Sunda saja. Sejak 1994 juga diberikan kepada sastrawan bahasa Jawa, dan sejak 1998 hadiah ini juga diperuntukkan bagi sastrawan Bali. Dan, sejak 2008 penghargaan bergengs­i ini juga diberikan kepada sastrawan bahasa Lam­pung. Melalui penghargaan ini, Ketua Yayasan Kebu­ dayaan “Rancage”, Erry Riyana Hardjapamekas, menegaskan bahwa kebudayaan daerah akan lebih subur dan dapat menghindari dampak negatif dari arus budaya global, yang telah memporak-porandakan identitas budaya lokal. Olehnya itu, kita harus mempunyai strategi

kebudayaan untuk menjadikan budaya lokal bangga akan identitasnya. Selama ini, lanjut Ajib, pemerintah belu­m meng­anggap perlu membuat strategi dalam meng­hadapi globalisasi. Kecenderungan peme­ rin­tah membiarkan globalisasi yang didukung oleh modal besar menyerbu Indonesia. Di sis­i lain, pemerintah turut membiarkan karya budaya tradisional berhadapan langsung denga­n modal besar dan peralatan teknologi paling akhir. Akibatnya, perkembangan budaya lokal menjadi sukar. Padahal kalau mau jujur, budaya lokal ba­ nyak menyimpan kearifan. Nilai-nilai kearifa­n lokal saat ini mulai berkurang. Sehingga melalu­i kegiatan ini diharapkan dapat member­i sumbangan nyata dan berperan dalam tata nilai nasional bangsa. “Para generasi muda diharap­kan dapat memanfaatkan forum ini untuk pengembangan nilai kearifan. Dengan demikian­, penga­ ruh bahasa asing dapat difilter dan tidak me­ ngikis budaya lokal,” Ketua Umum IKADBUDI, Sutrisna Wibawa. 

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

25


berita kompetisi drum band

CDB selenggarakan Drum Band Cilik Indonesia Championsip

HEri P/Pewara dinamika

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mar­ ching Band Citra Derap Bahana (CDB) kembali menggelar Drum Band Cilik Indonesia (DCI) Championsip baru-baru ini di GOR UNY yang diikuti TK se DIY dan Jateng. Even ini adalah sebuah keju­ araan drum band tingkat TK yang diselenggarankan oleh CDB yang bernaung di Universitas Negeri Yogyakarta. Menurut ketua panitia, Fajril, dan sekaligus pelaksanaannya DCI Champi-

onsip 2010 ini merupakan pelaksanaan untuk yang ke 6 kalinya. Dilihat dari umur yang sudah cukup matang mak­a dalam pelaksanaannya kejuaraan ini sudahlah sangat dikenal oleh dunia per drum band-an di Indonesia. Terbukti dengan keikutsertaan peserta yang sela­ lu meluas dari tahun ketahunnya. ”Hal tersebut sangatlah berdampak positif pada nama almamater UNY. Hal tersebut juga terbukti dengan animo

yang sangat baik dari masyarakat dengan adanya pelaksanaan DCI Champion­ sip. Dengan adanya acara bergengs­i ini menciptakan sebuah persaingn yang ke­tat dan sehat serta profesiona­l di antara para peserta se­hing­ga para peserta yang berpartisipasi dalam kejuaraan ini bisa dikatakan merupakan unit drum band TK yang berkualitas dan profesional,” jelasnya. Pada kejuaraan kali ini tampil seba­ gai juara adalah untuk Divisi Pemula: juara 1) TK Islam Tunas Melati, juara 2) TK ABA Kauman Yogyakarta, juara 3) TK Kanisius Cempaka Wonogiri. Devi­si Lanjutan, juara 1) TK Kristen Kridowi­ta Klaten, juara 2) TK RA Perwanida Ungaran, juara 3) TK IT Riyadlush Sholihin Magelang. Sedangkan untuk Divisi Utama, juara 1) TK Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto, juara 2) TK ABA Jogokaryan Yogyakarata, dan juara 3) TK Warga Solo. Witono Nugroho

lingkungan hidup

SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP Indonesia telah didaulat sebagai nega­ ra dengan kekayaan hayati tertingg­i kedua setelah Brazil. Dengan luas darat­ an hanya 1,3% dari seluruh darata­n di Bumi, Indonesia memiliki 10% spesie­s tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptil dan amfibi, 17% spesies burung, serta 25% spesies ikan. Belum lagi panjang pesisir Indonesia 81 ribu kilometer atau 14% dari panjan­g pantai dunia dipastikan memilik­i keka­

dokumen humas FMIPA

26

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

yaan hayati sangat besar. Hutan bakau kita memiliki terumbu karang paling kaya di Asia. Hutan tropis Indonesia merupakan hutan tropis trebesar di Asia pasifik seluas 1,15 juta kilometer persegi dengan 447 spesies palem dimana 225 buah dian­a­taranya tidak ditemukan di belaha­n du­nia yang lain. Demikian diungkapkan Dr. Rosichon Ubai­dillah, M.Phil dari Divisi Zoologi Pusa­t Riset Biologi Lembaga Ilmu Pengeta­huan Indonesia (LIPI) Jakarta dalam Se­minar Nasional Lingkungan Hidup yang diselenggarakan oleh Himpunan Maha­siswa Pecinta Alam (Hancala) FMIPA UNY pada Sabtu, (22/5) di Ruang Seminar FMIPA. Lebih lanjut Rosichon mengatakan

bahwa beberapa dasawarsa terakhir ini telah terjadi kepunahan keanekaragam­ an hayati seperti pembalakan liar, pem­bakaran hutan, polusi air dan sebagai­nya. Oleh karena itu pemerintah telah mengupayakan usah­a pe­­nye­­ la­mat­an lingkungan melalui LIPI yang difokuskan pada aspek konservas­i serta pengembangan sumber daya ha­ya­t­ ­i dan pengembangan teknologi prose­s dan rekayasa genetika seperti mendu­ kung ketahanan pangan, kesehatan serta energi baru dan terbarukan. Seminar nasional bertema “Menggapai kehidupan yang lebih indah denga­n menyelaraskan diri dengan alam” diselenggarakan dalam rangka memperinga­


berita ti hari lingkungan hidup yang jatuh pada 5 Juni. Diikuti oleh lebih dari 50 orang mahasiswa dan guru. Seminar nasional juga menampilkan pembicara Dr. Feybe E.N Lumuru dari Jendela Ekologi Indonesia yang menyoroti aktivitas negatif pemanfaa-

tan sumberdaya alam seperti kebijakan pemerintah yang tumpang tindih, lemahnya pengawasan dan pene­gakan hukum, pemanfaatan kesempat­an sesaat, desakan kebutuhan hidup ser­ta perilaku tidak ramah lingkungan. Kedepan, perlu diubah perspektif pengelo-

laan lingkungan ke arah “melestarikan” lingkungan. Selain itu diperlukan pula komitmen dalam penerapan regulasi terkait secara transparan dan melibatkan berbagai pihak termasuk lembaga publik dan masyarakat lokal. Dedy Herdito

pp-aud

TANTANGAN DAN SOLUSI PELAYANAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Heri/PEwara dinamika

Tantangan pelaksanaan layanan Pela­ yanan Pertumbuhan dan Perkembang­ an Anak Usia Dini (PP-AUD) Holis­tik-Integratif yaitu proses tumbuh kembang anak dan faktor-faktor yang mempe­ ngaruhi belum dipahami oleh seba­gian (cukup besar) para pengambil kebijak­ an, orang tua dan keluarga, lembagalembaga pemberi pelayanan anak usia dini dan media masa. Kurangnya pemahaman ini dapat ber­ akibat pada rendahnya komitmen untuk memberikan pelayanan anak usia dini yang holistik-integratif. Ego sektor­ al yang berlebihan untuk menunjuk­ kan identitas program masing-masing Pelayanan holistik-integratif karena akan menghilangkan sejarah panjang dari program mereka. Demikian disampaikan Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph.D., Wa­kil Menteri Pendidikan Nasional RI pada International Seminar Early Childhood Education in and for Socio-cultural Diversity, di ruang sidang rektorat UNY, Rabu-Kamis, 19-20/5. Lebih lanjut dikatakan, kekakuan dari sistim perencanaan dan penganggar­an program, yang berpegang pada fungsi dan sub fungsi pembiayaan dan dilaksa­ nakan berdasarkan tugas pokok dan fung­­si (TUPOKSI) masing-masing kemen­ terian dan lembaga. Program-program dengan sasaran akhir anak usia dini yang sama dapat dinilai tumpang tindi­h sehingga pendanaan sulit untuk diberikan pada semua sektor. Perebutan tenaga pengelola yang

melayani di garis terdepan. Masing-ma­ sing sektor senantiasa berkeinginan untuk “memiliki” kader-kader atau tenag­a pengelola terbaik yang ditugaskan di ga­ ris terdepan. Hal ini seringkali menim­ bulkan persaingan yang tidak sehat an­tarsektor. Disisi lain, di sebagian tempat, berbagai program sektor sebetulnya dilakukan oleh kader atau tenaga pengelola yang sama. “Solusi untuk tantangan tersebut antara lain bisa dengan melakukan sosi­ alisasi dan advokasi tentang penting­nya tumbuh kembang anak usia dini kepada para pengambil kebijakan, orang tua, masyarakat termasuk tokoh dan pemuka masyarakat, pengelola lembaga pe­la­ yanan dan media massa, sehingga ko­ mit­men nasional untuk memberikan pelayanan esensial bagi anak usia dini dapat ditingkatkan,” ujarnya.

Selain itu juga mengupayakan agar se­mua “bendera-bendera” sektor tetap dihargai dan dipertahankan sehingga kepemilikan dari lembaga baru ini menjadi milik bersama dengan pembagian tugas yang jelas sesuai tugas pokok dan fungsi dari masing-masing sektor. Ditambahkan, solusi lain yaitu dengan melakukan penataan ulang dari sistim perencanaan dan alokasi pembia­ yaan yang memungkinkan semua sektor terkait untuk melaksanakan pelayanan PP-AUD holistik integratif yang dapa­t disetujui oleh Bappenas, Departemen Keuangan dan Dewan Perwakilan Rak­ ya­t. Dengan begitu perlu kejelasan pe­ ran dari masing-masing pemangku ke­ pen­tingan terutama dikaitkan dengan penerapan anggaran berbasis kinerja oleh pemerintah. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

27


berita peresmian bangunan

Mendiknas Resmikan Masjid Al-Mujahidin UNY

HEri P/Pewara dinamika

Menteri Pendidikan Nasional Repu­ blik Indonesia, Muh. Nuh meresmikan masjid Al-Mujahidin UNY, Jum’at,21 /5. Peresmian ditandai dengan penanda­ tanganan prasasti dan pemotongan bun­tal di dalam Masjid Al-Mujahidin. Dalam sambutannya, Mendikna­s me­­ ngatakan, UNY telah bertindak ba­gu­s membangun karakter denga­n mem­ba­ ngun masjid ini. Diharapka­n Mas­jid ini mampu memberikan pencerahan kepada masyarakat dan mampu memunculkan pemikiran-pemikiran yang mencer­ daskan. Hendaknya kita semua menjad­i orang yang selalu memberikan fikiran atau yang selalu bisa mengambil kefae­ dahan.Setiap hari ilmu kita bertambah­.

28

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Dengan ilmu berenang lah kita di samu­ dra kefaedahan sehingga kala­u la­ut­a­n itu air badan kita akan basah ciprat­ancipratan karna gerakan kita itu akn membasahi orang lain. Kalau lautan itu adalah kebaikan maka ikit­a akan mendapatkan kefaedahan. Seba­ik-baik manusia adalah yang mampu memberika­n kefaedahan. Maksud ini diharapkan bisa mengantarkan kita untuk memberikan kefaedahan baik pemikiran mujahid maupun dalam perilaku sehari-hari. Sementara itu, Rektor UNY, Dr Roch­ mat Wahab, MA, mengatakan kam­i menyadari bahwa pembangunan ge­dun­g khusus (Masjid Al-mujahiddin), dilakukan berdasarkan atas kebutuhan yang sangat mendesak untuk kelancara­n per­ kuliahan pendidikan agama islam yang sangat membutuhkan ruang khusu­s yang tidak bisa dipenuhi sepenuhnya oleh ruang–ruang yang termasuk untuk kepentingan ibadah keluarga besar UNY yang semakin banyak jumlahnya. Semula kita memiliki masjid Al – Mujahiddin, namun kondisinya jauh dari memadai. Di samping untuk memenuhi kebutuh­an kurikuler, UNY juga in-

gin memenuhi kebutuhan yang lebih penting, yaitu fasilitas ibadah yang sangat diperlukan oleh keluarga besar UNY dan umat islam disekitarnya. Apalagi kita sudah sepakat menjadikan UNY sebagai icon Pendidikan Karakter. Gedung Kuliah Khusus (Masjid UNY) ini dibangun dengan biaya APBN dan sumbangan dari keluarga besar UNY dan perencana. Kami selalu berdoa, mu­ dah – mudahan ibu dan bapak yang memeberikan amal jariyahnya mendapat­ kan pahala yang berlimpah dan terus menerus. Selintas tentang pembangunan Gedung Kuliah Khusus (Masjid Al-Mujahidin) ini. Tahun 2009 UNY melaksa­nakan pembangunan gedung kuliah khu­sus seluas 808 m2, pemeliharaan gedung kuliah khusus seluas 1920 m2, pembu­ atan kubah. Pembangunan tahu­n 2010 dil­aksanakan pemeliharaan gedung kuli­ ah khusus seluas 1920 m dan pekerjaan taman dengan biaya keseluruhan Rp 7.034.368.000,-. Sedangkan luas bangun­ an masjid 1920 m2 dengan luas bangun­ an pendukung 808 m2. Witono Nugroho


berita pengukuhan guru besar

EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI SENYAWA KIMIA DARI TUMBUHAN OBAT HERBAL

heri P/Pewara dinamika

Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan beberap­a perguruan tinggi sedang menelit­i 9 ta­ nam­an obat unggulan nasional sam­pa­i ke uji klinis. Tanaman tersebut ada­lah sa­lam, sambiloto, kunyit, jahe me­rah, jati belanda, temulawak, jambu biji, cabe jawa, dan mengkudu. Penelitian tumbuhan herbal saat ini sedang dilakukan di Laboratorium FMIPA UNY, antara lain eksplorasi senya­wa kimia rimpang tumbuhan temu giring, temu ireng, kunci pepet, serta lengkuas, dan uji aktivitasnya terhadap beberapa sel kanker maupun uji aktivitasnya terhadap virus H5N1. Demikian juga eks­­ plorasi senyawa kimia dari tumbuh­an pulai, pegagan, dan meniran seba­gai obat malaria. Demikian dipaparka­n oleh Prof. Dr. Sri Atun, M.Si., pada pidato Pe­ ngukuhan Guru Besar UNY, Senin, 31/5 di ruang sidang UNY. Sri Atun dikukuhkan sebagai guru besa­r Kimia Organik Bahan Alam pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Pidato ilmiah Sri Atun berjudul Eksplorasi Senyawa Bahan Alam dan Prospek Pemanfaatannya sebagai Obat Baru.

Lebih lanjut dikatakan, eksplorasi senyawa bioaktif dari tumbuhan obat tradisional akan memiliki manfaat yang cukup luas baik secara ekonomi, industri, maupun yang berkaitan dengan kemandirian dan kebanggaan bangsa. Meng­ingat selama ini banyak peneliti dari luar negeri yang mengeksplorasi sum­ber daya alam Indonesia. ”Dewasa ini pemanfaatan bahan ba­ ku tumbuhan obat masih tergantung pada tumbuhan yang ada di hutan alam atau berasal dari budidaya masyarakat yang diusahakan secara tradisional. Pemanfaatan bahan baku obat tradisional oleh masyarakat mencapai kurang lebi­h 1000 jenis dimana 74% diantaranya me­ ru­pakan tumbuhan liar yang hidup dihutan. ,” tutur guru besar ke-101 UNY ini. Beberapa permasalahan pelestaria­n tumbuhan obat Indonesia disebabka­n karena kerusakan habitat, akibat eksplo­ itasi ksyu hutsn ysng berlebihan, peram­ bahan hutan, kebakaran hutan, konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, perladangan berpindah, punah­nya budaya dan pengetahuan tradisional

penduduk asli, lokal, serta pemanenan tumbuhan obat yang berlebihan. ”Kendala lain dalam penelitian eks­ plorasi bahan alam adalah diperlukan biaya yang relatif besar dalam proses pemisahan, pemurnian, dan identifikasi struktur molekul senyawa bioaktif­nya. Dengan kendala tersebut menyebabka­n banyak tumbuhan obat yang belum diketahui struktur senyawa aktifnya,” jelasnya. Ditambahkan, penelitian pengembangan potensi tumbuhan obat akan le­ bih bermakna apabila diteliti secara lebih komprehensif dan berkesinambung­an dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu terutama kimia bahan alam, farmasi, pertanian, maupun kedokteran. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

29


berita seminar Peran Permainan dalam Pengembangan Pendidikan

BERMAIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR ALAMI BAGI ANAK

foto-foto: heri/pewara dinamika

Agar pendidikan karakter pada anak da­ pat di terima dengan baik tanpa membe­ bani, maka metode penyampaian yang paling baik adalah melalui bermain., ber­ main merupakan sumber belajar pa­ling alami bagi anak-anak. Menurut Guidelines from the assosia­ tion for child hooth education internatio­ nal and the national association for the ed­ ucation of year young children, bermain itu penting karena: memungkin­kan anak menjelajahi dunianya, mengem­ bang­­kan pemahaman sosial dan kultur­ al, membantu anak-anak mengekspre­ si­kan pikiran dan perasaa­n mereka, mem­beri kesempatan pada anak untuk menenmui dan menyelesaikan masala­h, mengembangkan bahasa serta ketram­ pilan dan konsep mengenal huruf. Demikian dikatakan Yulia Ayriza­, pa­­ kar pendidikan anak UNY, pa­da­­­ Se­minar

30

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Peran Permainan dalam Pe­ngem­­bangan Pendidikan yang diseleng­garakan oleh Dharma Wanita Persa­tu­an UNY, Senin, 17/5 di diruang si­dang rektorat. Lanjut Yulia, pendidikan karakter penting dilakukan melalui permainan, dan menurut pedoman kedua asosiasi profesional untuk pendidikan anak usia dini yang sudah disebutkan, peranannya untuk mengembangkan pemaham­ an sosial dan kultural. Dilihat dari perkembangan sosial, bermain dapat dikelompokkan menjad­i 6 macam, dari yang paling kurang matang secara sosial hingga yang paling matang. Unocoppied play: mengamat­i aktivitas anak-anak bermain, denga­n tu­buhnya sendiri, nai turun kursi, mela­ kukan gerakan-gerakan acak tanpa tujuan, memandangn ke sekitar ruangan­. Solitary play: bermain sendirian dan mandiri dari orang lain. Onlooker play: ber­main dengan melihat temannya bermain, anak bisa mengajukan pertanya­ a­n ke teman yang sedang bermain, te­ tapi tidak ada usaha untuk masuk ke dalam kelompok permainan. Dikatakan juga, selain itu ada pula­ Pa­ ra­llel play, yaitu bermain paralel denga­n temannya, bermain dengan materi yang

sama tetapi masing–masing beker­ja sendiri, Associative play,: bermain bera­ mai-ramai, anak bermain bersama-sama dengan sedikit atau tanpa ada suatu organisasi, serta Cooperative play, bermain kooperatif dalam suatu kelompo­k yang memiliki rasa identitas kelompok­, ada aturan dan pembagian peran, kegiatannya terorganisasi. Dalam kompetisi, kegiatan ditunjukkan untuk memenangkan kelompok. “Menurut teori klasik, bermain meru­ pakan kegiatan yang terjadi karena didasari oleh beberapa hal yaitu Surplus energi, sehingga perlu bermain untuk mengeluarkan kelebihan energi. Rekreasi dan relaksasi, untuk mengembalikan energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas. Sedangkan insthink, untuk melatih ketrampilan hidup di mas­a mendatang, Misal, belajar berperan se-


berita bagai ayah dan ibu, dan Rekapitulasi, untuk mengulang pengalaman nenek moyang . misal kejar – kejaran untuk mengulang jaman berburu,” ujarnya. Ditambahkan Yulia, menurut teor­i mo­dern, bermain dapat ditinjau dari 3 pandangan sebagai berikut teori psikoanalitik: Bermain merupakan alat pelepas emosi, memungkinkan anak meng­ ekspresikan perasaanya secara lelua­sa tanpa tekanan batin, teori perkembang­ an kopnitif : bermain merupakan bagi-

an dari perkembangan kognitif, melatih proses berfikir secara flfeksibel dan pro­ ses pemecahan masalah, serta merupakan cara belajar anak, dan teori kultural: bermain memiliki azas berlapangan, pada sautu tahap anak terikat pada pe­ ng­asuhan orang tua, pada tahap yang lain anak-anak sadar akan identitas diri mereka yang sebenarnya. Selain acara seminar, DWP UNY juga menyelenggarakan lomba membuat mainan dari bahan limbah yang diikuti

oleh anggota DWP dari seluruh fakulta­s dan kantor pusat. Mereka beradu krea­ tivitas dan inovasi dalam membuat mainan anak. Ada yang membuat kereta dengan variasi angka dan huruf yang menempel di kereta, membuat lapang­ an terbang dengan dengan berbagai variasinya, dll yang semua bahannya dari bahan yang sudah tidak diperguna­ kan lagi atau dari bahan limbah lain, seperti gabus, kertas, sedotan, dll. Witono Nugroho

Pelepasan Purna Tugas

PURNA TUGAS BUKAN BARANG BEKAS YANG TERBUANG Para pensiunan bukan barang bekas yang terbuang, tapi kita masih memili­ki potensi dan kemampuan untuk diman­ faatkan sejauh itu sesuai dengan posi­si kita. Purnatugas bukan akhir segalany­a dan mungkin justru awal dari tugastu­gas lain yang lebih berat. Saya bis­a meng­hitung bahwa tugas-tugas seba­ ga­i umat Tuhan, manusia, bangsa itu ma­kin berat. Karena kita solah-olah sudah terbebas dari beban tanggung jawab formal tapi rupa-rupanya Tuhan masih meng­ hendaki kita untuk tetap melakukan tugas sebagaimana yang dituntut seba­gai umat-umatnya. Demikian Prof. Dr. Wuryadi, pada Pelepasan Purna Tugas Dosen dan Karyawan UNY, Rabu, 2/6 di ruang sidang Rektorat UNY. Prof. Dr. Wuryadi adalah salah satu dari 26 pegawai UNY yang sudah mema­suki masa pensiun. Prof. Dr. Aliyah Alganis adalah guru besar UNY yang sudah pensiun. Dikatakan Wuryadi, setelah purna tugas, yang berkurang hanya tugas formal namun tugas-tugas yang lain ter­ nyata tidak pernah berhenti. Tugas kita sebagai manusia rasanya juga tidak pernah berhenti dan kita tidak pernah mendapat predikat mantan manusia. Kita masih manusia dan tugas kemanusiaan itu justru makin tua umur kita menjadi seolah-olah tugas yang sangat mendesak untuk kita lakukan. Tugas sebagai bangsa rasanya juga

foto-foto: heri/pewara dinamika

tidak pernah berhenti. Kita tidak perna­h mendapat predikat mantan bangsa Indo­ nesia. Kita tetap menjadi bangsa Indonesia, tugas fungsional yang lain, tugas kita untuk melaksanakan rasa hormat dan penghargaan kita pada sesamanya bentuk menghargai kedaulatan harkat dan martabat sesama manusia dan bangsa juga takkan pernah berhenti. Apalagi tugas kita didalam bagaimana kita bisa mensejahterakan bangsa kita, seluruh rakyat kita itu juga tidak pernah berhenti. Sehingga, patut kita copot pandang­ an bahwa setelah purna tugas kita tida­k mempunyai tugas lagi, saya sendiri secara pribadi serentak pensiun atau purnatugas rasanya ingin melakukan sesu­ atu yang bebas. Tapi ternyata masih

di­san­dang, dan wajib dibebani oleh tu­ gas-tugas yang lain yang kadang-kadang justru lebih berat daripada masih menjadi pegawai UNY. Sementara itu, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., mengucapkan terima kasih atas pengabdian para purna tugas dan keluarganya yang telah membe­ rikan pengabdian secara optimal bagi keberadaan dan kelangsungan hidup UNY. UNY sekarang sedang sibuk membuat sejarah UNY yang lebih lengkap dan komprehensif. Semoga tidak lam­a la­gi bisa diterbitkan sehingga dapat me­ ng­amankan kesejarahan UNY secara le­ bih akurat dan bisa memberikan manfaat bagi keluarga besar UNY. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

31


berita wisuda

LULUSAN SEBAIKNYA MENJADI AGENt OF CHANGE

HEri P/Pewara dinamika

Para lulusan harus menjadikan ilm­u dan keahliannya sebagai modal melakukan perubahan di sekitarnya, sehingg­a dapat menjadi agen perubahan (agen of change). Dalam konteks ini, mampu meng­ha­silkan karya-karya yang dapat mem­berikan kepuasan dan jawaban ter­ ha­dap persoalan yang dirasa­kan oleh masyarakat. Untuk dapat mengakselerasi pencapaian kemajuan karir dan mengupdate ilmu secara terus-menerus, kami sa­ ngat menghimbau semua loulusan untuk meningkatkan kebiasaan membaca dan menulis pengalaman dan karyanya untuk di sharing kan kepada publik, sehingga menjadikan ilmunya bermanfaat bagi kita semua.

32

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Hal tersebut disampaikan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA, pada aca­ ra Wisuda Lulusan S3, S2, S1, dan S0 di Auditorium UNY, Rabu, 26/5. UNY meluluskan 1038 dengan rincian S3 9 orang, S2 (54), S1, (851), dan S0 (124). Lanjut Rektor, kondisi hidup sekarang sedang dihadapkan persoalan yang kompleks, bahkan kehidupan sa­ ngat terbuka sekali, sehingga tidak ada sekat-sekat negara dan bangsa. Semua sudah menyatu. Sebagai individu yang beragama yang beragam, kita harus siap menghadapi berbagai persolalan itu, sekalipun terjadi pertentangan peradaban. “Oleh karena itulah, kami hanya bisa berpesan ke semua wisudawan untuk menunjukkan jati dirinya sebagai insan yang berkepribadian dan berhati nurani. Dengan begitu sangat diharapkan para wisudawan untuk bisa memainkan peran kesadarn kolektif (collective awareness) dalam pergaulan sehari-ha­ ri. Lulusan UNY memiliki kewajiban untuk menjaga nama baik almameter,” tuturnya. Ditambahkan, sarjana sebagai se-

orang otonom dan mandiri, memilik­i modal yang cukup untuk berbuat dan berkarya sesuai dengan keahlian masing-masing. Hal ini perlu dilandas­i de­­ ngan semangat kewirausahaan (enter­­ preneurship spirits). Memang tidak mu­­­dah mencari pekerjaan, namun de­ nga­n modal pengetahuan ketrampilan dan pengalaman, kami sangat berharap anda bisa memiliki kepercayaan diri untuk bisa bersaing memperebutkan peluang yang ada, atau memulai dengan suatu pekerjaan yang kecil sesuai de­ ngan bidang ilmunya. Jika itu dilakuka­n dengan sungguh-sungguh dan konsis­ ten (istiqomah), insya allah akan mera­ ih sesuatu yang dicita – citakan. Witono Nugroho


berita upacara dies natalis ke-46

UNY TELAH SUMBANGKAN PEMIKIRAN UNTUK KEMAJUAN PENDIDIKAN

heri P/Pewara dinamika

Pemerintah sangat mengharapkan pe­ ran besar yang harus dimainkan oleh UNY, hal tersebut karena ada tiga hal kenapa pemerintah memberikan harapan yang sangat tinggi kepada UNY. Dari sisi kesejarahan UNY telah mem­ buktikan mampu menyumbangkan pe­ mi­­kiran-pemikiran baik secara individu maupun secara kolektif dalam memajukan dunia pendidikan. Sejarah telah menunujukkan bahwa UNY telah mampu mengukirnya. Dari perspektif UNY adalah salah sa­ tu universitas terbaik dan terbesar di In­donesia.Hal tersebut bisa dilihat dari Sumber daya manusia yang ada di UNY, kemampuan, tradisi, budaya, akademik yang tumbuh di UNY ini. dan ketiga cita – cita UNY, serta gagasan – gagasan besar yang masih tersimpan dan dinamika akademik yang ada di UNY . Demikian dijelaskan Menteri Pendidikan Nasio­nal Republik Indonesia, Mohammad Nuh sa­ at memberikan sambuta pada upacara

Dies Natalis ke-46 UNY di Auditorium, Jumat, 21/5. Dikatakan Mendiknas, seorang gur­u harus terus belajar dan mengelola ilmu­ nya, dan begitu ilmunya matang diberikan kepada murid tanpa sang murid meminta. Itulah komunikasi akademik yang harus kita bangun. Sang murit harus tawaduk dan sang guru memang pantas ditawadukan kalau memang dia memiliki ilmu dan ilmunya juga tanpa diminta dia selalu memberikan. Itulah tradisi yang harus terus kita bangun. UNY kalau mau maju kedepan, yang

kita dibangun bukanlah modernitas se­ mata, tapi kemartabatan dan kemu­li­ aan. Kalau kita ingin menjadi institus­i yang mulia syaratnya yang pertama adalah cita-cita. Jangan berharap insti­ tusi yang mulia, jangan berharap menjadi diri yang mulia kalau cita-cita saja belum punya. Cita-cita merupakan gambaran optimisme seseorang, institusi dan bangsa sehingga UNY harus bisa menumbuhkan optimisme seluruh sivi­tas akademika sehingga bisa melangkah kedepan. “Cita-cita adalah impian besar yang didasarkan pada realitas-realitas. Membangun cita-cita harus memerlukan waktu khusus, yaitu melepaskan diri da­ ri hiruk pikuk, kita pasrahkan kepa­da yang maha kuasa, kita baru bisa mendapatkan inspirasi sebagai bagian dari cita-cita. Syarat lainnya yaitu ilmu dan kemu­ liaan kepribadian,” tambahnya. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

33


berita seminar vocational

TVET BUKAN HANYA UNTUK KEPENTINGAN BISNIS DAN INDUSTRI Program The Technical and Vocational Education and Training (TVET) harus rele­ van, tidak hanya untuk kebutuhan bisnis dan industri, tetapi lebih penting lagi dengan kebutuhan siswa kami. Bisnis dan industri adalah mitra penting kami untuk merencanakan dan mengembangkan program kami, dan untuk me­ laksanakan atau menjalankan program kami. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa bisnis dan industri akan menentukan program TVET, khususnya di sekolah formal. Program tetap harus cukup umum sehingga siswa kami dapat memiliki pilihan dalam hal mana untuk bekerja. Kita perlu mengajarkan keterampilan untuk dipekerjakan, bukan keterampilan untuk pekerjaan yang cenderung terlalu spesifik atau sempit. Demikian ditegaskan oleh Keynot Speker, Awang Alias bin Abu Bakar, Direktur Pelaksana, South East Asian Ministers of Education Organi­ zation (SEAMEO) Voctech Regional Centre pada Seminar on Vocational and Train­ ing “The Challenge for VET in developing skills for today’s Workforce di Auditorium UNY, Selasa, 19/5. Seminar diselenggarakan Program Pascasarjan­a UNY. Pengakuan keterampilan formal dan peningkatan sistem pengakuan ke­te­ ram­pilan penting dalam pasar te­na­g­a kerja dan kemerosotan ekonom­i; pro­se­ ­s pe­nyortiran pekerja denga­n ke­teram­ pilan yang diperlukan dapat meng­akses pekerjaan yang sesuai de­nga­n menun-

34

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

heri P/Pewara dinamika

jukkan sertifikat potensi ma­jikan yang membuktikan kemampuan mereka. Untuk jembatan tenaga kerja yang kompetitif, pendidikan dan penyedi­a pe­ latihan pada kebutuhan industri dapat mendefinisikan dan mengukur standar keterampilan tertentu dan bahkan mengembangkan langkah-langkah pencapaian keterampilan industri. ”Dalam era globalisasi dimana tuntutan tenaga kerja yang memenuhi sya­ rat meningkat, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan lebih rumit, dan mobilitas pekerjaan yang tingg­i ini telah mempengaruhi kebijaka­n dan praktik di bidang pendidikan keju­ru­an dan teknis dan pelatihan, terutam­a da­ lam keterampilan standar, penilaian dan sertifikasi keterampilan,” lanjutnya­. Upaya untuk mengembangkan dan mengimplementasikan standar SM pa­ da tingkat yang berbeda telah diam­bi­l di Asia Tenggara. Beberapa negar­a di ka­was­an itu telah datang dengan ke­ rang­ka kualifikasi keterampilan tetapi merek­a tidak sepenuhnya dilaksanakan

karena berbagai alasan. Menyadari pentingnya keterampilan standar bagi penyedia pelatihan, peserta didik/pelatih, dan pengusaha, kami berharap bahwa kami bisa datang dengan solusi untuk membantu negara-negara di Asia Tenggara, terutama mereka yang masih menghadapi masalah penerapan standar nasional kete­ rampilan. Ditambahkan, pembentukan kete­ ram­­pilan standar nasional akan sanga­t menjadi faktor penting dalam mendukung atau meningkatkan pelaksanaan sidi daerah Apakah pengakuan bahwa saat ini sedang dikembangkan dan pilot diuji di daerah tertentu, seperti Perhotelan dan Pariwisata. SEAMEO VOCTECH sebagai Pusat sangat berkomitmen dalam kemitraan dengan instansi lain untuk mengambil peran aktif dalam memban­ tu negara anggota dalam mengembangkan dan menerapkan keterampil­ an nasional dan regional standar dan pengakuan. Witono Nugroho


berita pembangkit listrik

TEMU ILMIAH NUKLIR

dokumen humas fmipa

Program energi nuklir nasional meru­ pakan kegiatan perencanaan, pemba­ ngunan dan pengoperasian beberap­a Pem­bangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dilaksanakan secara bertaha­p. Hal ini bertujuan terwu­judnya pemanfaatan energi nuklir se­ca­ra simbiotik dan sinergik dengan sum­ber daya energi lainnya untuk mendukung keamanan pasokan energi yang aman, selamat, bersih dan berkelanjut­an. Pertimbangan pemanfaatan energ­i nuklir sebagai pembangkit listrik adalah penghematan penggunaan sumber da­ya nasional, mengurangi ketergantung­an terhadap minyak bumi, batubara dan gas bumi, mengurangi emisi gas ruma­h kaca secara signifikan, serta meningkatkan ketahanan dan kemandirian pasokan energi untuk mendukung pembangunan nasional jangka panjang. Untuk itu perlu adanya sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi dan industri. Demikian dikatakan Prof. Dr. Ir. Carunia Mulya Firdausy, MA., APU Deputi Menristek Bidang Dinamika Masyar-

akat dalam temu ilmiah ”Iptek Nuklir Untuk Kesejahteraan” yang diselenggarakan di Ruang Seminar FMIPA UNY pada Rabu, (12/5). Temu ilmiah ini juga dihadiri oleh Guru Besar dan ahli nuklir dari BATAN Yogyakarta Prof. Sardjono, guru MGMP Fisika SMA Kabupaten Bantul, dosen serta mahasiswa fisika S1 dan S2. Dibuka oleh Dekan FMIPA, Dr. Ariswan yang mengungkapkan bahwa temu ilmiah ini adalah kegiatan awal untuk melakukan riset tentang nuklir serta dapat menimbulkan semangat ba­ ru melakukan penelitian tentang energi. Selain itu temu ilmiah ini juga sebagai langkah awal dari FMIPA agar menjadi yang terdepan dalam sosiali­ sasi energi nuklir. Lebih lanjut Carunia mengungkapka­n perlunya membangun kebersamaan iptek antara Lemlitbang dengan Pergu­ ruan Tinggi dimana pemerintah harus menetapkan secara tegas pernyataan pentingnya sinergi litbang antara kedua institusi dalam sebuah peraturan. Pentingnya peraturan itu karena Un-

dang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak mencatumkan secara eksplisit sinergi tersebut. Pada sisi lain kerjasama ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur litbang di kedua institusi tersebut dengan tujuan agar kedua institusi dimaksud dapat memiliki rasa kebersamaan dalam membangun iptek, dan untuk menghilangkan jarak dalam hal pemilikan infrastruktur oleh kedu­a institusi tersebut. Langkah tersebut ju­ga dapat berfungsi dalam mengikat pa­ra dosen, peneliti, dan perekayas­a untu­k “betah” bekerja di masing-masing institusi tersebut. Untuk itu diperluka­n kemauan keras para akademisi, peneliti, perekayasa, dan komunitas iptek di ke­ dua institusi, terutama untuk melakukan perubahan sikap dan mindset yang memandang sinergi sebagai langkah yang mutlak penting dalam mencapai efektivitas pelaksanaan litbang dan ko­ mitmen yang sama oleh pemerintah. Dedy Herdito

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

35


berita penemuan

KULIT MANGGIS SEBAGAI PEWARNA ALAMI

foto-foto: dokumen humas fmipa

Batik merupakan salah satu kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi dan menjadi budaya Indonesia yang terkenal sampai ke berbagai negara dan diakui UNESCO. Diantara berbagai jenis batik, batik alam merupakan jenis batik yang berkualitas tinggi, dan banya­k diminati wisatawan baik domestik maupun wisatawan mancanegara. Hal itu dikarenakan batik alam diproduksi de­ ngan pewarna alami dan memberikan kesan tersendiri sebab pewarna alami menyebabkan limbah yang dihasilkan ramah lingkungan dan aman untuk ke­ sehatan karena zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami dapat mudah terurai sehingga tidak menimbulkan polusi, bahkan warna batik yang dihasilkan pewarna alam dapat bertahan sampai puluhan tahun.

36

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Namun, keunggulan batik alam ter­ sebut tidak didukung kondisi saat ini. Kendala yang dialami oleh pengraji­n batik alam adalah mereka sulit untu­k bis­a memenuhi permintaan secara cepat ka­rena batik alam memerlukan wak­ t­u yang lama dalam proses pembuat­ annya dan ketersediaaan bahan baku pewarna alam masih sangat minim. Bahan pewarnanya didapat dengan cara mengekstrak bagian-bagian dari tumbuhan penghasil celup, seperti batang, kulit kayu, daun, akar-akaran, bunga, bi­ ji-bijian, buah-buahan, dan getah pohon. Melihat fakta tersebut, sekelompok mahasiswa UNY yaitu Annisaa Saraswati jurusan kimia dan Devy Indah Lestari jurusan pendidikan IPA FMIPA UNY serta Bexzy Kurnilasari jurusan pendidikan teknik busana FT UNY mengeksploitasi kulit Manggis sebagai pewarna alam untuk kain batik. Menurut Anniss­a Sa­ras­ wati, mereka tertarik melakuka­n penelitian ini karena mengetahui bahwa kulit Manggis mempunyai kandungan kimia yang banyak dan sangat menguntungkan. Kulit Manggis mempunyai pigmen warna yang cocok untuk dijadikan se-

bagai pewarna serta mengan­dung sejumlah pigmen yang berasal dari dua metabolit, yaitu mangostin dan β-ma­ ngostin. Jika semua kandungan yang ter­dapat pada buah Manggis tersebut di­ek­straksi, maka akan didapati baha­n pe­warna alami berupa antosianin yang menghasilkan warna merah, ung­u, dan biru. Kulit buah Manggis jug­a mengan­ dung flavan-3,4-diols, yang tergolong senyaw­a tannin dan dapat digunakan sebagai pewarna alami pada kain. Tannin adalah salah satu zat warna yang ter­dapat dalam berbagai tumbuhan dan yang paling baik adalah dalam Manggis . Devy Indah Lestari menambahkan bahwa selama ini bahan pewarna alami yang digunakan antara lain daun pohon nila (Indofera), kulit pohon soga tingi


berita (Ceriops candolleans arn), kayu te­geran (Cudraina javanensis), kunyi­t (curcuma), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthopho­ru­m ferruginum), kesumba (Bixa orela­na)­, dan daun jambu biji (Psidium gua­ java). Melalu­i pemanfaatan kulit Mang­gis sebagai pewarna alami kain batik­, diharap­kan meningkatkan hasil produksi kain bati­k alam karena dapat membantu para pengrajin batik untuk memperoleh bahan baku pewarna alam selain menjadi sarana pengolahan limba­h sehingga meningkatkan nilai guna buah Manggis. Bexzy Kurnilasari menerangkan pem­ buatan pewarna alami kain batik meliputi 2 tahap, membutuhkan sebanyak 2 kg kulit Manggis kering. Dua kg kulit Manggis kering dapat menghasil­ kan 80 liter pewarna kulit Manggis . Tahap pertama pembuatan kulit Manggis menja­di pewarna alam, dan tahap ke­ dua pembuatan kain batik dari pewarna kulit Manggis tersebut. Adapun tahapan proses pembuatan pewarna alam

adalah kulit Manggis dicuci, dikeringkan dan dihaluskan agar dalam ekstraksi mendapatkan hasil sempurna lalu diblender. Kemudian dimasukkan dalam petroleum eter. Setelah lemak dipisah­ kan kulit Manggis diekstrak menggunakan etanol 95 %, sedangkan larutan basa berair diekstrak dengan klorofom agar tannin terpisah dengan senyawa lainnya, lalu diuapkan untuk menda­ patkan kristal warna coklat yang digunakan untuk mewarnai batik.

Sedangkan pembuatan kain bati­k da­­ ri pewarna kulit Manggis, lanjut Bexzy, adalah kain dibuat motifny­a le­bih dahulu setelah itu dilakukan perekatan dengan malam untuk mena­han warna. Proses berikutnya disebut medel yaitu pencelupan warna dasar kain pada zat warna yang berasal dari pengencera­n kristal kulit Manggis. Dilanjutkan de­ ngan ngerok atau menghilangkan ma­ lam klowongan dan pengunaan malam ketiga (mbironi) disambung dengan me­­nyoga/pencelupan zat warn­a yang kedua­, ditambah memfiksasi kain de­ nga­n fiksator. Proses tersebut dilakukan ber­kali-kali sampai mendapatkan warna yang didinginkan. Selanjutnya mbabar/nglorod yaitu pembersihan seluruh ma­lam yang menempel di kain de­nga­n ca­ra dimasak dalam air mendidih de­ngan ditambahkan kedalamnya air tapioka lalu dicuci dan dikeringkan dengan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Dedy Herdito

kompetisi

SIRKUIT PANJAT TEBING SLEMAN Hancala FMIPA UNY bekerjasama de­ ngan Forum Panjat Tebing Indonesi­a ca­ bang Sleman dan KONI Sleman menga­ dakan Sirkuit Panjat Tebing Sleman III, di halaman FMIPA UNY, Jumat – Sabtu 28-29 Mei. Kegiatan yang dibuka Triyo­ no, S.Pd. Wakil Ketua KONI Sleman, diikuti total 71 peserta dan mempertan­ dingkan 4 kategori yaitu lead junior putra, lead junior putri, lead umum putra dan lead umum putri. Triyono menjelaskan Sirkuit Panja­t Tebing ini merupakan seleksi untu­k men­ jaring atlet POR provinsi DIY mewa­kili kabupaten Sleman yang akan diselenggarakan tahun 2011. Triyono juga menyampaikan kegiatan ini bisa seba­gai pilot project di perguruan tinggi lain karena diharapkan dalam PON 2012 di Riau atlet dari Sleman dapat lebih berbicara lagi. Ia berharap POR Provinsi DIY 2011 prestasinya akan menjadi lebih baik.

dokumen humas fmipa

Sementara Dekan FMIPA UNY, Dr. Ariswan mengatakan FMIPA berusah­a menjadikan mahasiswanya sebagai gu­ ru yang mencintai alam karen­a alam adalah fitrah manusia. Tebing yang menjulang melambangkan kete­garan,

sebuah karakter yang perlu dimi­liki mahasiswa. Dekan berharap melalui kegiatan ini prestasi atlit panjang tebing dapat di­tingkatkan sehingga membawa nama kampus, Sleman dan DIY. Dedy Herdito

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

37


berita teknologi

ROBOT AL-AADIYAT UNY JUARA KRCI BATTLE REGIONAL III

foto-foto: heri/pewara dinamika

Robot Al-Aadiyat dari Universitas Nege­ ri Yogyakarta (UNY) berhasil meme­na­ ngi Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) Battle pada Kontes Robot Regional III yang diselenggarakan di GOR UNY, Sab­ tu, 15/5. UNY juga menjadi tim denga­n desain dan inovasi terbaik pad­a KRCI Battle. Tim UNY juga mendapat penghargaan khusus KRCI dengan Desain dan inovasi terbaik. Kontes Robot Regional III yang meliputi wilayah DIY, Jateng, dan Kalimantan diikuti 7 perguruan tinggi negeri dan 22 perguruan tinggi swasta. Ada empat

38

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

jenis kompetisi yang dipertanding­kan yaitu Kontes Robot Indonesia (KRI), KRCI Beroda, KRCI Berkaki, dan KRCI battle. KRI diikuti 15 tim dari 6 PTN dan 9 PTS, KRCI Beroda diikuti 23 tim dari 5 PTN dan 18 PTS, KRCI Berkaki diikuti 12 tim dari 3 PTN dan 9 PTS, serta KRCI battle 11 tim dari 5 PTN dan 6 PTS. Kontes Robot dibuka oleh Direktur Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Ditjen Dikti Kemendiknas, Prof Hapsoro. Dalam sambutannya, Hapsoro me­ ngatakan, kalau dilihat dari sisi pendi­ dikan nasional kita adalah untuk men-

ciptakan insane Indonesia yang cerdas komprehensif. Cerdas di berbagai bidang ilmu pengetahuan teknologi dan seni juga kuat dalam karakter dan keimanan serta sehat jasmani dan rohani. Dalam pengetahuan kemampuan ilmu pengetahuan teknologi dan seni adalah bagaimana kita mampu untuk mengha­ silkan insan Indonesia yang kreatif dan inovatif. Industri kreatif Indonesia telah mampu menduduki persentase yang cukup besar dalam pendapatan benefit bruto. Kedepan kreatifitas dan inovasi ini perl­u


berita

Witono Nugroho

K ilas Makan dan Nonton Bola Bareng, Pelepasan Mahasiswa UM

dokumen humas fik

ditingkatkan untuk membawa bangsa ini lebih baik, jaya, dan makmur. Robotika sebagai salah satu usah­a un­tuk membina membimbing dan me­ ngem­bangkan inovasi dan kreativitas. Tapi ini tidak cukup tanpa diimbangi oleh pembinaan benih-benih generasi muda dengan baik. Benih-benih ini harus dibina karena merupakan bunga dimasa mendatang. Diharapkan kemampuan kreativitas dan inovasi ini yang sehari-hari akan menjadi kehidupan akademik dikampus­, lembaga-lembaga pendidikan akan le­ bih baik. Sehingga Dirjendikti dalam membina kreativitas dan inovasi tidak hanya dibidang robotika tapi juga bidang lain misalnya kreativitas jembatan, TIK, dsb. Termasuk didalam kreativi­ tas mahasiswa yang nanti puncaknya akan kita fasilitasi dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional bulan Juli 2010 di Malang. Nanti para juara ditingkat nasional Kontes Robot Indonesia akan difasilitasi untuk mengikuti kontes robot di Mesir tahun 2010. Juara nasional untuk kontes robot tingkat Indonesia akan difasili­ tas untuk mengikuti kontes robot cerdas sejenid ditingkat internasional. Sementara itu, Rektor UNY, Dr. Roch­ mat Wahab, MA., mengatakan, kontes ro­bot KRI dan KRCI 2010 merupakan me­ dia untuk pengembangan kreativitas dan kemampuan inovatif. Dalam konteks ini berpikir lateral, divergent, dan kreatif merupakan suatu kemampuan yang harus terus digalakan, disamping berfikir konformis terutama untuk persoalan yang bersifat normatif. Kontes robot ini dapat mendorong mahasiswa untuk menghasilkan stereotype robot untuk berbagai hal. Karena­­nya peserta diharapkan terus belajar dan mencari relasi yang lebih luas untuk mencari kesempatan dalam mengimplementasikan kreasi robotnya. Ti­da­k sedikit sejumlah industri kehadir­ an robot sangat dinantikan karena dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan keamanan dalam proses pekerjaan dan produksi.

Dua puluh mahasiswa student exchange da­ ri University of Malaya (UM) telah kembali ke Malaysia (26/6) pagi. Sebelumnya, pada Jum`at malam telah dilakukan pelapasa­n oleh Dekan FIK UNY, Sumaryanto, M.Kes ditandai dengan nonton bola bareng di hall FIK UNY. Hadir pula mahasiswa FIK yang telah terpilih untuk diberangkatan ke Malaysia dalam pertukaran mahasiswa ini. Turut serta, pejabat FIK dalam malam pelepasan yang diakhiri dengan bertukar cindera mata antara dosen senior UM, Prof. Dr. Salleh Aman dan Dekan FIK Sumaryanto,M.Kes. Sementara itu, seorang mahasiswa, masih tinggal di FIK untuk magang di unit-unit usaha FIK sampai Agustus mendatang. ratnae

Sendratari Sumunaring Abhayagiri Sendratari Ratu boko (29/5) yang mengambil judul Sumunaring Abhayagiri ini dimainkan oleh kurang lebih 100 orang penari dan 50 pengrawit dengan koreografer Yuli Sectio Rini, M.Hum dan Drs. Supriyadi, M.Sn dan dibantu Dra Titik Agustin, dan Stge Manager Oleh Wien Pudji Prianto, M.Pd. Sendratari gemerlab ini dibiayai seenuhnya oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko yang berkerjasama dengan Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta. Sendratari yang mengisahkan tentang perjalanan pancapana, pemuda yang yang bijaksana, cerdas dan memiliki banyak ilmu. Ia mengembara keliling dunia sejak 12 tahun. Pancapana dibesarkan sebagai putra mahkota raja Galuh. Setelah mengembara, dia tertarik pulang ke tanah kelahiranya pulau Jawa. Di daerah ini ikenal dengan Boko ini, ia mengisi aktivitas kehidupan nyata kese­ harianya dengan melakukan ‘Dharma” bagi kemanusiaan seutuhnya secara nyata dan benar. Pementasan sendratari ratu Boko ini merupakan pementasan kedua yang dilakukan oleh jurusan Seni Tari Fakultas bahasa dan Seni UNY. Rencanany­a program kerjasama ini akan terus dilaksanakan oleh PT. Borobudur, Prambanan dan Boko temple. “Pementasan kali ini sangat rapi sekali dan semakin baik dari pementasan sebelumnya,” tutur Sevenik, penari sendratari Abaya Giri seusai pementasan. tica

Sendratari Sumunaring Abhayagiri Salah satu misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta adalah menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan bagi kehidupan masyarakat. Mis­i ini diwujudkan dengan berbagai kerjasama yang dilakukan oleh FISE UNY de­ ngan berbagai sekolah-sekolah di wilayah DIY-Jateng, salah satunya denga­n SMA Negeri I Muntilan. Demikian disampaikan Dekan FISE UNY, Sardiman AM, MPd seusai me­nan­ datangani MoU bersama Kepala Sekolah SMU N 1 Muntilan Drs. Asep Sukendar, M.Pd yang berlangsung di Bungalow Tersenyum, Selo Boyolali. Hadir dalam ke­ sempatan tersebut Pembantu Dekan I FISE UNY dan Kepala KHPP UNY, Kabag TU FISE UNY serta para guru dan karyawan SMA N 1 Muntilan. sari P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

39


opini MENANTI PEMIMPIN PERADABAN O l e h S i t i K h anifa h

M

asalah kepemimpinan menjadi masalah yang vital dan strategis terkait dengan posisi pemimpin dalam memutuskan sebuah kebi­ jakan publik. Dengan meninggalkan sisa-sisa pemerintahan yang otoriter dan diktator, Indonesia mulai bergerak dan berjalan menuju pemerintahan yang lebih demokratis. Pemilih­ an presiden (Pilpres) yang dilakukan secara lang­sung sejak 2004 dan 2009 lalu merupakan ajang yang digunakan sebagai salah satu bentuk ikhtiar mencari presiden atau pemimpin negara. Harapan adanya Pilpres secara langsung adalah menghasilkan sosok pemimpin yang memahami karakter bangsanya, memiliki kecerdasan, yang kecerdasannya itu dapat diguna­ kan untuk membuat terobosan-terobosan baru demi Indonesia yang lebih baik. Pemimpin nasional tentunya dituntut untu­k mampu menyejahterakan rakyat. Selain itu, pe­ mimpin perlu memiliki sebuah agenda progresif dalam menghadapi tuntutan zaman dan memiliki cara-cara jitu yang siap digunakan dalam penanganan berbagai permasalahan bangsa. Se­ makin kompleksnya permasalahan bangsa, semakin dibutuhkan pula pemimpin yang berpikir visioner, memiliki pandangan jauh ke depan, dan mampu berpikir global. Pastinya, rakyat menggantungkan harapan setinggi-tingginya kepada setiap hajatan pemilihan presiden. Sebuah harapan akan ada pem-

Harapan adanya Pilpres secara langsung adalah menghasilkan sosok pemimpin yang memahami karakter bangsanya, memiliki kecerdasan, yang kecerdasannya itu dapat digunakan untuk membuat terobosan-terobosan baru demi Indonesia yang lebih baik. 40

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

impin peradaban yang mampu membawa Indonesia pada sebuah kondisi yang lebih beradab, maju, adil, makmur, sejahtera, dan hidup damai dalam koridor agama. Tantangan dari pemilih­ an pemimpin adalah apakah nantinya pemilih­ an itu akan menghasilkan pemimpin peradab­ an. Pemimpin peradaban memiliki bermacammacam ciri. Pertama, berkualitas. Kualitas pe­ mimpin di sini adalah kualitas yang menyangkut intelektual, integritas moral, dan kualitas berpikir visioner. Rakyat tentunya tidak menginginkan pemimpin mereka memiliki kecerdasan yang rata-rata dengan rakyatnya, apalagi pe­mim­pin itu memiliki kecerdasan di bawah da­ri rakyat yang dipimpin. Pemimpin haruslah memiliki integritas moral karena pemimpin akan meneladankan sifat-sifat moral yang ting­ gi kepada orang-orang yang dipimpinnya. Se­ la­in itu, pemimpin juga harus visioner karen­a dengan begitu suatu bangsa akan lebih maju. Demikian halnya, pemimpin harus bersikap le­ bi­h bijak dalam memutuskan sesuatu. Kedua, jujur. Selain berkualitas, pemimpin haruslah jujur. Seorang pemimpin mungkin saja tidak bisa jujur secara optimal karena bagaima­ napun manusia biasa, kita, bukanlah Nabi Muhammad SAW (Pemimpin Peradaban). Pepatah asing mengatakan honesty is the best policy (kejujuran adalah kebijaksanaan yang paling baik). Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki kejujuran, setidaknya mewujudkan kejujuran secara utuh, meliputi kejujuran kepada diri sendiri, kejujuran kepada masyarakat, dan kejujuran kepada Allah Sang Pencipta. Jika pemimpin telah hilang rasa jujur­ nya, bahkan telah hilang sama sekali kejujurannya, ia akan mudah sekali terjebak dalam duni­a kotor politik, terlibat dalam korupsi, terseret dalam kolusi, dan seterusnya. Ketiga, amanah. Seorang pemimpin harus­lah amanah atau dapat dipercaya. Seorang pe­mim­ pin yang tidak amanah akan mengguna­kan posisi jabatannya dengan semena-mena. Dalam dunia politik, orang yang diberi kekuasa­an akan cenderung menyimpangkan kekuasaannya. Dengan begitu, diperlukan pemimpin yang dapat dipercaya untuk memimpin negeri ini


opini agar tidak selalu terkungkung oleh masalah la­ ten KKN. Keempat, rela berkorban. Pemimpin haruslah memiliki sifat rela berkorban, rela mengorban­ kan kepentingan diri pribadi, demi kepentingan yang lebih luas dan lebih besar, yakni kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Kelima, cerdas emosional. Seorang pemimpin haruslah memiliki kecerdasan emosional yang dapat membawakan kepemimpinan itu sendi­ ri­. Seorang pemimpin haruslah ia atau mereka yang memiliki kecerdasan emosional, tidak mudah terpancing amarahnya, tidak emosional­, tidak mudah marah, dan juga tidak reaktif. Hal itu nantinya akan berdampak menjadi pemim­ pin yang buruk. Jika pemimpin tidak memiliki kecerdasa­n emo­sional, maka ia akan mudah terpancing emo­si, sehingga begitu ada permasalahan, ma­ k­a ia akan bersikap arogan dan tidak mampu ber­pi­kir secara jernih. Akibatnya, keputusan yang dihasilkan adalah keputusan yang memperturutkan nafsu, tidak lebih baik, bahkan bisa menimbulkan permasalahan baru. Pemimpin yang tidak memiliki kecerdasan emosional akan bersikap reaktif ketika dikritik atau diberikan masukan oleh rakyatnya. Keenam, belajar. Seorang pemimpin haruslah senantiasa belajar. Belajar yang dimaksud ada­ lah proses mencerdaskan diri dengan ilmu dunia dan akhirat. Dengan keseimbangan ilmu-ilm­u itu, kepemimpinan akan menjadi semakin terarah dan teratur. Pemimpin perlu senantiasa belajar dari pemimpin sebelumnya dalam menja­ lankan roda pemerintahan, mengambil yang baik dan positif dan membuang yang buruk dan negatif. Dengan demikian, pemerintahan yang dijalankan selalu produktif dan mengarah kepada perbaikan. Ketujuh, regenerasi. Sebuah kepemimpinan yang baik bukan menghasilkan seberapa banyak orang yang dipimpin, bukan juga seberapa taat rakyat kepada sang pemimpin. Tetapi, wujud dari pemimpin yang baik adalah mampu melakukan proses regenerasi, yakni prose­s pemimpin yang menghasilkan pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin seharusnya memili­ki jiwa yang nantinya akan melakukan pendi­dikan kepengikutan atau followership secara ideal. De­ ngan adanya kedekatan antara leadership dan followership tentunya akan ada proses pembelajaran, yakni dengan berbagi pandang­an, berbagi tanggung jawab, bahkan saling berbagi

kalam/pewara

dalam memecahkan persoalan bangsa­. Pemim­ pin yang kuat bukan menghasilkan pengikut yang taat, tetapi pemimpin yang kuat mengha­ silkan pemimpin berikutnya yang kuat pula. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa masalah kepemimpinan merupakan masalah yang penting. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono yang terpilih pada Pilpres 2009 lalu diha­ rapkan oleh seluruh bangsa ini untuk dapat membawa Indonesia menuju kesejahteraan dan mampu mewujudkan masyarakat madani seperti yang selama ini dicita-citakan. Masyara­ kat madani, sebuah masyarakat yang mampu hidup damai dan sejahtera yang pemimpinnya mampu mencontoh Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin peradaban. Wallahu a’lam.

Siti Khanifah mahasiswa PKNH FISE UNY

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

41


opini Pendidikan Berbasis Mustadh’afin O l e h Fat h urroh m an

P

endidikan merupakan lokomotif yang akan membawa bangsa ini ke dalam perjalanan kehidupan yang lebih baik. Untuk menghadapi persaingan global, perlu adanya sarana yang efektif untuk mening­ katkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi sebagian rakyat Indo­ nesia masih terbatas pada tingkat Sekolah Da­ sar (SD).

Wajardiksar Kebijakan pemerintah bahwa Wajib Belaja­r Pendidikan Dasar 9 Tahun yang telah diimple­ mentasikan sejak 1994 secara implisit telah me­nunjukkan bahwa bangsa Indonesia te­lah­­ me­nya­dari pentingnya peningkatan kualitas­ SDM (human resources), yakni peningkatan ku­ a­­litas SDM melalui pemberian fasilitas dan la­ yanan pendidikan bagi seluruh warga untuk­ mendapatkan pengalaman pembelajaran mini­ mal selama 9 tahun. Formulasi dan implemen­ tasi kebijakan tersebut oleh Pemerintah di­ mak­­sudkan sebagai upaya antisipatif dalam menghadapi tuntutan keadaan masa depan yang menurut Alvin Toffler (1986) kompleks (com­plex) dan sulit diduga (unpredictable). Kenyataan yang terjadi di negara kita, ha­nya sebagian kecil rakyat Indonesia yang menge­ nyam pendidikan. Ketidakmerataan memper­ oleh pendidikan terjadi pada kelompok-ke­ lom­­pok masyarakat pedesaan, masyarakat ter­­pen­cil, keluarga yang kurang beruntung seca­ ra­­ ekonomi, sosial, dan budaya, wanita, dan penyandang cacat. Persoalan itu berakibat lebih­

Sehubungan dengan hal itu UNESCO telah mengantisipasi fenomena tersebut dengan mencanangkan program pendidikan untuk semua (education for all). 42

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

lanjut pada ketimpangan dalam kehidupan sosi­ al, budaya, ekonomi, dan politik. Di samping itu, masalah tersebut dapat meng­ hambat penegakan hak asasi manusia. Semua persoalan itu pada giliannya dapat menghambat pembangunan nasional menuju tercapainya cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil dan makmur.

Pendidikan untuk Semua Sehubungan dengan hal itu UNESCO telah­ mengantisipasi fenomena tersebut dengan mencanangkan program pendidikan untuk semua (education for all). Dalam hal ini, semua anak bangsa di dunia wajib mendapatkan pelayanan pendidikan secara merata tanpa membedakan jenis kelamin, ras, dan agama. Oleh karena itu, UNESCO memperkenalkan adanya 4 pilar pendidikan global, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together, yang berlangsung melalui hubungan-hubungan formal, informal, dan nonformal. Singkatnya, pendidikan meliputi kegiatan belajar pengetahuan, keterampilan, pengembangan kepribadian, dan hidup bermasyarakat. Hal itu berarti masyarakat pendidik harus ikut andil dengan menggerakkan dan mengembangkan masyarakat pembelajaran (learning so­ ciety). Paradigma pendidikan organik menun­tut keberadaan masyarakat pembelajaran, yakni suatu masyarakat yang warganya memiliki kultur belajar: keyakinan, nilai-nilai, prinsip-prinsip, kebiasaan-kebiasaan, semboyan-semboya­n, yang dipegang bersama oleh warga belajar yang mendorong warganya untuk senantiasa bekerja keras dan rajin menuntut ilmu. Kultur ini tercermin pada perilaku belajar dan keterse­ diaan fasilitas untuk belajar secara terbuka dan dapat diakses warga masyarakat. Belajar merupakan kebutuhan hidup seharihari. Belajar tidak harus diartikan sebagai sesu­ atu yang diwujudkan dalam bentuk setifikat, nilai, atau ijazah. Budaya “pengajian yang dilak­ sanakan secara sadar”, merupakan contoh perilaku dalam masyarakat pembelajaran. Di sisi lain, betapa rendahnya kunjungan warga ma­ syarakat ke perpustakaan. Tidak adanya kebiasaan membaca di kalangan warga masyarakat merupakan indikasi bahwa masyarakat pembe-


opini

kalam/pewara

lajaran belum muncul. Berbicara pendidikan tidak terlepas dari ma­ sya­rakat karena pendidikan merupakan bagian dari masyarakat, sehingga pendidikan dituntut untuk dapat melayani sebagian besar warga masyarakat yang memerlukan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, pendidikan harus dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakatnya, di antaranya dalam wujud pemberian life skill bagi warga masyarakat yang mengikuti pendidikan. Life skill merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan hidupnya.

Kenyataan saat ini masyarakat pinggiran belum mendapatkan perhatian yang serius. Me­re­ ka masih terpinggirkan dalam segala hal, eko­ nomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Arti­nya, jangan sampai mereka yang telah terping­gir­ kan dari peradaban, juga terpinggirka­n da­lam mengakses ilmu pengetahuan. Perlu ada­­nya pendidikan berbasis mustadh’afin, yang nan­­ti­ nya bisa mengantarkan mereka terbebas dari kebutaan dalam segala-galanya.

Fathurrohman pemerhati pendidikan.

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

43


resensi media Ilmu Pragmatik nan Renyah Oleh Sudarya n to Ferdinand de Saussure, ahli bahasa berdarah Perancis itu, pernah mengata­ kan bahwa bahasa adalah pikiran. Dari tesis tersebut, dapat kita maknai bahwa bahasa menjadi alat yang digunakan oleh manusia. Bahasa, dengan begitu, me­miliki peran penting bagi kehidupan ma­nu­sia. Baik dalam kehidupan sehariha­ri, maupun dalam menjalankan akti­ vi­ta­s hidup, seperti penelitian, pemberi­ taan, dan untuk menyampaikan pi­kir­an, perasaan, serta pandangan. Ka­re­na itu, tak ayal bahwa bahasa memiliki peran yang strategis dalam pernik-per­nik kehidupan (komunikasi) kita de­wa­sa ini. Nah, berbicara bahasa sebagai alat komunikasi, akan setali tiga uang de­ ngan pragmatik. Suatu cabang ilmu ba­ha­sa yang mempelajari pemakaian bahasa secara eksternal. Maksudnya, ba­ha­sa dikaji dari dari sisi luar dirinya, yai­tu maksud/tujuan di balik tuturan sa­ tu­an kebahasaan yang digunakan indivi­ du/masyarakat dalam berkomunikasi. Na­mun sayangnya, pragmatik sebagai ilmu yang memiliki tugas untuk itu, tak cukup subur pertumbuhannya di Tana­h Air. Itu terbukti dari masih sedikitnya jumlah referensi yang ada. Dewasa ini, referensi pragmatik yang ada di tangan mahasiswa dan para dosen, masih dapat dihitung denga­n jari. Misalnya, Dasar-dasar Pragmati­k kar­­ya I Dewa Putu Wijana (1996), Prag­ ma­­tik: Dasar-dasar dan Pengajaran­nya karya Suyono (1990), dan Prinsip-prinsip Prag­matik karya Geoffrey Leech (1993). Itu pun tidak semuanya renyah dibaca, karena cenderung teoretik dan minim ana­lisis. Nah, saya kira, buku Analisis Wa­ ca­na Pragmatik besutan duo-begawa­n linguistik dari UGM dan UNS ini, patut diacukan dua jempol. Buku ini, seperti penuturan penulisny­a (hal. vii), kela­k mampu melengkapi perbenda­ha­raan 44

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi • Yuma Pustaka, 2009 • x + 310 halaman

referensi ilmu pragmatik, khususnya di belantara linguistik Indonesia­. Ada dua kelebihan yang perlu disinggung perihal buku ini. Pertama, buku Analisis Wacana Pragmatik ini, bahasa­ nya cukup populer, renyah, namu­n tida­k hilang kesan akademisnya. Hal itu wajar, karena buku ini disusun oleh merek­a yang telah berpengalaman dalam penelitian linguistic, khususnya pragmatic. Kedua, buku ini mampu menginspirasi pa­ra pembaca (khususnya mahasiswa S1, S2, S3 di bidang linguistik) guna me­ ram­bah topik-topik kebahasaan di lingkup yang lebih luas. Di bagian 2, yang bertajuk “Praktik Analisis Wacana”, kita akan menikmati renyahnya kajian pragmatik pada kaos Dagadu Djokdja (hal. 77); suatu produk budaya yang khas Kota Gudeg. Kemudian, kita pun bisa menikmati uniknya permainan bahasa pada rubrik “Sungguh-sungguh Terjadi” Harian Kedaulat­

an Rakyat (hal. 271), sebagai wacana re­kre­atif, wacana hiburan bagi kita pem­ baca harian yang dijuluki “Koranny­a Orang Jogja” itu. Pendek kata, dengan contoh-contoh praktik yang tersaji itu, kita pembaca disuguhkan akan renyahnya ilmu pragmatik dalam aktivitas kita sehari-hari. Namun, di balik itu semua, buku Analisis Wacana Pragmatik ini, dapat membuka cakrawala kita akan betapa banyaknya data-data kebahasaan yang unik dan menarik. Buku ini, ibarat kompas, mungkin ia dapat memandu arah kita sebagai pengembara ilmu linguistik, guna mengantarkan kita ke pemahaman awal tadi. Bahwa, bahasa ialah pikiran; dan pikiran itu akan selalu bersemayam dalam hiruk-pikuk kehidupan kita kemarin, kini, esok, bahkan yang akan datang. Jika begitu, apakah yang mesti dibincangkan lagi bila buku ini mampu memberikan jawaban atas kege­ lisahan kita akan bahasa. Selamat membaca! Selamat berpragmatik ria!

Sudaryanto, S.Pd. Mahasiswa Magister Linguistik Terapan, UNY


bina rohani Menemukan Akar Ketenangan Jiwa O l e h S v endriyat i As t h a ri

kalam/pewara

Ketenangan jiwa (KJ) menjadi dam­ baan setiap manusia yang tidak terkira. Rasa bahagia akan didapatkan jika kit­a bisa meraihnya. Apakah KJ yang utama? Bagaimana agar orang dapat merasa­kan ketenangan dalam jiwanya? Itu­lah pertanyaan singkat tentang KJ (sakinah). Orang-orang berpendapat relatif terhadap KJ. Sebab, KJ belum dapat diukur dengan jenis alat pengukuran mana pun. Namun, orang-orang yang objektif dalam menilai sesuatu akan mengetahui bahwa jalan yang paling baik, dekat, dan aman untuk mendapatkan KJ, yaitu mendekatkan diri pada Ilahi. Pendekatan diri terus-menerus kepada Ilahi adalah selalu mempertahankan aga­manya. “Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyu­ ka­n kepadamu. Sesungguhnya kamu ber­ ada di atas jalan yang lurus” (QS Az-Zukh­ ruf [43]: 43). KJ adalah kebahagiaan manusia yang tidak bisa dibeli. KJ tentu tidak dapat dinilai dengan nilai nominal. KJ sangat bergantung kepada fluktuasi perubah­ an perasaan yang berbeda-beda pada setiap orang. Walau, memang belum

ada orang yang pernah mendefinisikan KJ secara pasti. Namun, tetaplah manusia dengan akalnya akan selalu mencari cara untuk mampu mendapatkan KJ. Manusia selama ini mendapatkan pengertian tentang KJ sebagai sebuah refleksi perasaan. Tidak semua orang mengerti tingkat dan parameternya. Meskipun demikian, tetaplah KJ menja­ di dambaan setiap manusia di muka bumi. Menyukai perang maupun perdamaian tetap akan merindukan KJ-nya. Bahkan, kisah-kisah romantis juga telah menjadi penyampai bagaimana kuat­nya keinginan mendapatkan KJ. Sebuah KJ memang sangat dirindukan Qais Ibn­u Maluh saat jiwanya terjerat cinta fana kepada Layla Amirah. Sedangkan, KJ yang agung diupayakan oleh Yusuf a.s. dengan pilihannya lebih baik dipenjara daripada harus berbuat mesum dengan Zulaikha. Kisah-kisah percintaan yang selama ini mejadi kontoversi telah membawa kita kepada sebuah kenyataan. KJ bukan sesuatu yang dapat diraih dengan mudah. KJ harus melewati berbagai cobaan yang mungkin terasa terlalu berat un-

tuk ditanggung. Namun, tidak ada yang tidak mungkin dalam kehidupan fana. Sebuah kejadian sering terkait dengan kejadian yang lain. Setiap peristiwa selalu mendatangkan runtutan periswa berikutnya. Ada sebab pasti ada akibat­. Semua tercipta berpasang-pasangan. Semua peristiwa di semesta alam sa­ lin­g berkesinambungan. Sebab-akibat disebut sebagai prose­s cobaan yang harus dialami manusia selama dirinya masih bernafas. Namun, adakah takaran cobaan untuk setiap ma­ nusia? Bagaimana mengatasi cobaan yang berbeda kerumitannya? Bukanka­h manusia diciptakan berbeda dalam akal dan naluri? Sebuah hadis menyatakan,“Siapakah manusia yang paling besar cobaannya?” Rasulullah saw bersabda, ”Para nabi, ke­ mudian yang lebih rendah, dan yang leb­ ih rendah. Seseorang akan diuji sesuai ka­ dar agamanya. Bila lemah agamanya, ia diuji sesuai kondisinya Maka, ujian-ujian terhadap seseorang akan terus menimpa, sehingga ia berjalan di atas bumi tanpa disertai kesalahan (dosa) sedikit pun.” (HR Bukhari—sebuah jawaban Muhammad saw atas pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqqas). Sesungguhnya, KJ lebih mudah mendapatkan bahagia daripada kelimpahan harta. Tetapi, bukan sebuah keinginan yang jujur untuk memilih kelimpahan harta tanpa jiwa yang tenang. Bersikap dengan mengedepankan keikhlasan dan kejujuran merupakan penguat intui­si. Sungguh, ketenangan jiwa meman­g yang paling didamba manusia. “Barang­ siapa di antara kalian yang di waktu pagi berhati tenang, berbadan sehat, dan pun­ ya makanan untuk hari itu, maka seakanakan ia telah memiliki dunia dan seisi­ nya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Svendriyati Asthari mahasiswa Pend. Bahasa Inggris Non-Reguler UNY

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

45


cerpen

Tumbal Kembang Desa O l e h S a rjono Sejak abat ke-13, Majapahit mulai surut. Penyebab utama­ nya adalah meninggalnya Maha Patih Gajahmada. Karena, tidak ada lagi yang mampu mempersatukan wilayah Majapahit. Juga, terjadi perang saudara yang tidak henti-hentinya. Tidak sedikit negara di bawah Majapahit, kerajaan maupu­n kadipaten, mulai memisahkan diri, terus terang maupun sembunyi-sembunyi. Lama-kelamaan upeti yang masuk kerajaan semakin berkurang. Bahkan, tidak ada sama sekali. Keadaan ini memperburuk situasi kerajaan. Gudang pa­ ngan semakin menipis, tidak mampu lagi memberikan kese­ jahteraan kepada aparat keamanan atau prajurit. Tida­k se­ dikit prajurit perang beralih profesi sebagai perampok atau penjahat lainnya. Atau, melarikan diri untuk gabung de­ngan negara lain. Maka, keamanan di dalam negeri sudah tidak terkendali. Polisi kerajaan tidak mampu berbuat banyak, ka­ re­na secara fisik, keterampilan bela diri dan keterampilan perang mereka memang kalah dibandingkan prajurit perang atau tentara. Para peternak dan petani banyak yang mulai menghentikan pekerjaannya. Selain karena lebih menjadi sasaran pe­ rampok, juga sulit untuk menjual hasil produksinya. Majapahit semakin parah. Terpukul kemarau panjang dan irigasi yang tidak berfungsi lagi. Sebagian kecil petani yang masih setia dengan pekerjaannya, mulai enggan juga lantar­ an tidak adanya air untuk mengairi sawahnya. Majapahit yang dulunya menjadi gudang pangan di Asia Tenggara, kini melarat. Selain berkurangnya hasil pertanian, juga didukung oleh maraknya kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, dan berbagai tindakan lainnya. Kejadian itu menggugah hati Sunan Gresik. Kanjeng Sunan ingin melihat keadaan desa-desa di Majapahit. Diikuti lima muridnya dari pondok pesantren, Kanjeng Sunan keli­ ling kadipaten-kadipaten. Setelah berjalan kaki beberapa hari, Kanjeng Sunan terha­ lang sungai yang lebar dan airnya sangat dalam. Dengan ucap­an basmallah, Kanjeng Sunan berserta muridnya dapat melintasi sungai itu. Tiga hari tiga malam kemudian, di lapangan yang luas ada kerumunan masyarakat. Setelah didekati, ternyata ada upacara minta hujan, dengan sesaji pembunuhan Kembang Desa, gadis suci dan cantik akan dibunuh untuk persembah­ an Dewa Hujan. Dengan musik kentongan dan lesung, dua laki-laki muda berbadan kurus dan tidak mengenakan baju menari. Kedua­ nya membawa sebatang bambu yang sudah ditajamkan ala pedang. Keduanya saling menyerang ke arah bagian punggung. Kesepakatannya, dalam permainan itu setiap serang­ an tidak boleh ditangkis. 46

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Setelah beberapa lama, punggung kedua pemuda itu bengkak dan berlumuran darah. Keduanya akhirnya jatuh tersungkur pingsan. Diharapkan hujan segera tiba sederas aliran da­ rah dari punggung kedua pemuda itu. Pendeta pemimpin upacara segera memerintahkan anak buahnya untuk menye­ ret keluar kedua pemuda itu dari arena sesaji. Upacara dilanjutkan dengan pembunuhan gadis Kembang Desa. Gadis itu segera ditarik di tempat yang sudah disediakan. Oleh empat laki-laki berbadan kekar kedua kaki dan ta­ ngan gadis itu dipegang kuat-kuat. Sehingga, ia tidak mampu berbuat apa-apa, selain merintih kesakitan dan ketakutan. Sang Pendeta segera mengeluarkan keris dari rangkanya­. Dengan mengucap “Ya Dewa Hujan, terimalah persembahan kami, Kembang Desa, gadis yang masih suci. Berilah kami air hujan untuk kehidupan kami.” Sejenak keris akan diayunkan ke dada Kembang Desa, datanglah Sunan Gresik. “Tunggu!” Pendeta mengurungkan tikamannya. Ia membentak Sunan. “Siapa kamu? Berani kamu mengganggu upacara sesaji Kembang Desa ini!” ”Saya Sunan Gresik,” jawab Sunan arif-bersahaja. “Ngapain kamu datang ke sini?“ gertak pendeta. “Saya ingin tahu untuk apa gadis itu mau dibunuh?” ta­ nya Kanjeng Sunan. “Untuk persembahan kepada Dewa Hujan agar kami diberi hujan,“ jawabnya lantang. “Oh … minta hujan. Sudah berapa yang Anda bunuh untuk minta hujan?” tanya Sunan lagi. “Berapa itu urusan kami. Kalian tidak berhak mengurus!” jawab pendeta ketus. “Sudah berapa Kalian bunuh gadis suci, hingga hujan ini turun?” tanya Sunan. “Empat orang!“ jawab warga yang ikut mengerumuni sesaji itu. “Sudah turun hujan atau belum?” tanya Sunan. “Beluuuuuuum .....” jawab warga. “Hujan akan turun sesudah lima kali sesaji, goblok!” teriak pendeta. “Kalau sekedar minta hujan, kami sanggup membantu. Kalian mau kami bantu?” tanya Sunan. “Mauuuuuuuuuu …..” jawab warga. “Namun, ada syarat, kalau berhasil hujan karena ijin Allah­, pembunuhan ini dibatalkan?” “Setuju ....!” jawab warga. Kanjeng Sunan Gresik segera melakukan Sholat Istiqok diikuti lima muridnya. Kanjeng Sunan sebagai imam dan para


cerpen

istimewa

murid sebagai makmum. Setelah sholat hampir selesai­, la­ ngi­t mulai menghitam, mendung mulai menebal. Begitu Sho­ la­t selesai dan diakhiri salam, terjadilah hujan yang sangat lebat. Warga tidak berlari karena kehujanan, justru mereka merasakan segarnya air hujan, sampai pakaian mereka basa­h ku­ yub. Sementara itu, begitu turun hujan lebat, pendeta mening­ galkan arena diikuti empat pengikutnya. Setelah pendeta pergi, warga bersimpuh di depan Sunan Gresik, sambil memohon diajari cara meminta hujan tanpa pembunuhan. Sunan Gresik menyuruh mereka berdiri. Menu­ rut ajaran Islam, bersujud kepada sesama manusia itu dila­ rang. Bersujud hanya diijinkan kepada Allah swt.

Semua warga duduk bersila mendengarkan apa yang disampaikan Sunan. “Untuk meminta hujan seperti ini, kalian harus belajar Islam terlebih dahulu. Kalian mau?” tanya Kanjeng Sunan. “Mauuuuu .…” jawab warga serentak. “Sekarang kalian pulang dulu untuk istirahat. Ntar sore kita belajar Islam bersama-sama. Oke?” Semua warga pulang. Mereka sangat mengharapkan dapat belajar Islam yang dibawa oleh Kanjeng Sunan Gersik.

Drs. Sarjono Kabag TU FMIPA-UNY

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

47


puisi•geguritan•tembang ewara kalam/p

Sajak Ema R Sejarah, Kujabat Tanganmu! dari rahim sejarah kita lahir dengan belaian lembut sejarah kita tumbuh dengan sentuhan kasih sayang sejarah kita dewasa orang bijak bilang ’tak kenal maka tak sayang’ kita ingin disayang, kita harus dikenal tidak ada pilihan lain kecuali secara proaktif kita buka daun pintu dan jendela lebar-lebar semua itu bertolak dan bermuara pada satu visi ”pada tahun 2012 UNY mampu menghasilkan insan yang bernurani, cendekia, dan mandiri” berangkat dari semua itu segenap komponen UNY secara sadar dan bertanggung jawab senantiasa berbenah diri ke dalam maupun ke luar atas sentuhan nyata dari para rektor kampus ini UNY optimis mampu berpacu

dengan persoalan pendidikan yang kian kompleks dengan tantangan zaman yang makin cepat berubah dengan perkembangan keilmuan yang cepat berlari inilah kampus tercinta : Universitas Negeri Yogyakarta! kampus yang secara pasti telah memukul genderang mengiringi derap langkah menuju World Class University demi kemaslahatan umat manusia Yogyakarta, Mei 2010

Ema R pegiat sastra

pojo k gelitik

kalam/pewara

Kreativitas Dalam Pemilukada

48

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

Umarmoyo: Sekarang lagi musim PEMILUKADA ya, Di. Umarmadi: Iya. Ada yang menarik untuk disimak lho, Yo. Umarmoyo: Apa? Umarmadi: Kreativitas dari tim sukses calon-calon KADA. Umarmoyo: Misalnya? Umarmadi: Di suatu daerah calonnya kan 7 orang. Umarmoyo: Terus? Umarmadi: Masing-masing tim sukses punya kreativitas sendiri-sendiri untuk

menjual jagonya. Umarmoyo: Terus, misalnya? Umarmadi: Misalnya, tim sukses calon nomer 4 secara kreatif ... Umarmoyo: Bagaimana? Umarmadi: Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara .... Umarmoyo: Terus? Umarmadi: 1. Dibuka. 2. Dilihat. 3. Dipikir-pikir. 4. DICOBLOS. 5. Dilipat. 6. Dimasukkan kotak. 7. Ditinggal pulang saja! Umarmoyo: ........................................? ema r '10


le

nsa

MARI MENGAYUH.... Pagi itu, (16/5) ribuan penyuka sepeda memadati GOR UNY. Sebelum aba-aba dimulai, sudah terlihat ribuan kaki siap mengayuh. Dengan gegap gembita, para peserta Funbike ini siap menaklutkan rute perjalanan. “Pokoknya, kami akan lalui jalur tersebut, sembari berharap mendapat hadiah motor,” ungkap seorang peserta sembari tertawa. teks: Sismono La Ode • Fotografer: heri purwanto


EYES ON UNY

Ada banyak prestasi diukir UNY. Dan kini saatnya, kita melihat UNY. Dari manapun!!!

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.