Pewara Dinamika Juni 2010

Page 42

opini MENANTI PEMIMPIN PERADABAN O l e h S i t i K h anifa h

M

asalah kepemimpinan menjadi masalah yang vital dan strategis terkait dengan posisi pemimpin dalam memutuskan sebuah kebi­ jakan publik. Dengan meninggalkan sisa-sisa pemerintahan yang otoriter dan diktator, Indonesia mulai bergerak dan berjalan menuju pemerintahan yang lebih demokratis. Pemilih­ an presiden (Pilpres) yang dilakukan secara lang­sung sejak 2004 dan 2009 lalu merupakan ajang yang digunakan sebagai salah satu bentuk ikhtiar mencari presiden atau pemimpin negara. Harapan adanya Pilpres secara langsung adalah menghasilkan sosok pemimpin yang memahami karakter bangsanya, memiliki kecerdasan, yang kecerdasannya itu dapat diguna­ kan untuk membuat terobosan-terobosan baru demi Indonesia yang lebih baik. Pemimpin nasional tentunya dituntut untu­k mampu menyejahterakan rakyat. Selain itu, pe­ mimpin perlu memiliki sebuah agenda progresif dalam menghadapi tuntutan zaman dan memiliki cara-cara jitu yang siap digunakan dalam penanganan berbagai permasalahan bangsa. Se­ makin kompleksnya permasalahan bangsa, semakin dibutuhkan pula pemimpin yang berpikir visioner, memiliki pandangan jauh ke depan, dan mampu berpikir global. Pastinya, rakyat menggantungkan harapan setinggi-tingginya kepada setiap hajatan pemilihan presiden. Sebuah harapan akan ada pem-

Harapan adanya Pilpres secara langsung adalah menghasilkan sosok pemimpin yang memahami karakter bangsanya, memiliki kecerdasan, yang kecerdasannya itu dapat digunakan untuk membuat terobosan-terobosan baru demi Indonesia yang lebih baik. 40

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 1 0

impin peradaban yang mampu membawa Indonesia pada sebuah kondisi yang lebih beradab, maju, adil, makmur, sejahtera, dan hidup damai dalam koridor agama. Tantangan dari pemilih­ an pemimpin adalah apakah nantinya pemilih­ an itu akan menghasilkan pemimpin peradab­ an. Pemimpin peradaban memiliki bermacammacam ciri. Pertama, berkualitas. Kualitas pe­ mimpin di sini adalah kualitas yang menyangkut intelektual, integritas moral, dan kualitas berpikir visioner. Rakyat tentunya tidak menginginkan pemimpin mereka memiliki kecerdasan yang rata-rata dengan rakyatnya, apalagi pe­mim­pin itu memiliki kecerdasan di bawah da­ri rakyat yang dipimpin. Pemimpin haruslah memiliki integritas moral karena pemimpin akan meneladankan sifat-sifat moral yang ting­ gi kepada orang-orang yang dipimpinnya. Se­ la­in itu, pemimpin juga harus visioner karen­a dengan begitu suatu bangsa akan lebih maju. Demikian halnya, pemimpin harus bersikap le­ bi­h bijak dalam memutuskan sesuatu. Kedua, jujur. Selain berkualitas, pemimpin haruslah jujur. Seorang pemimpin mungkin saja tidak bisa jujur secara optimal karena bagaima­ napun manusia biasa, kita, bukanlah Nabi Muhammad SAW (Pemimpin Peradaban). Pepatah asing mengatakan honesty is the best policy (kejujuran adalah kebijaksanaan yang paling baik). Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki kejujuran, setidaknya mewujudkan kejujuran secara utuh, meliputi kejujuran kepada diri sendiri, kejujuran kepada masyarakat, dan kejujuran kepada Allah Sang Pencipta. Jika pemimpin telah hilang rasa jujur­ nya, bahkan telah hilang sama sekali kejujurannya, ia akan mudah sekali terjebak dalam duni­a kotor politik, terlibat dalam korupsi, terseret dalam kolusi, dan seterusnya. Ketiga, amanah. Seorang pemimpin harus­lah amanah atau dapat dipercaya. Seorang pe­mim­ pin yang tidak amanah akan mengguna­kan posisi jabatannya dengan semena-mena. Dalam dunia politik, orang yang diberi kekuasa­an akan cenderung menyimpangkan kekuasaannya. Dengan begitu, diperlukan pemimpin yang dapat dipercaya untuk memimpin negeri ini


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.