Pewara Dinamika Juni 2010

Page 43

opini agar tidak selalu terkungkung oleh masalah la­ ten KKN. Keempat, rela berkorban. Pemimpin haruslah memiliki sifat rela berkorban, rela mengorban­ kan kepentingan diri pribadi, demi kepentingan yang lebih luas dan lebih besar, yakni kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Kelima, cerdas emosional. Seorang pemimpin haruslah memiliki kecerdasan emosional yang dapat membawakan kepemimpinan itu sendi­ ri­. Seorang pemimpin haruslah ia atau mereka yang memiliki kecerdasan emosional, tidak mudah terpancing amarahnya, tidak emosional­, tidak mudah marah, dan juga tidak reaktif. Hal itu nantinya akan berdampak menjadi pemim­ pin yang buruk. Jika pemimpin tidak memiliki kecerdasa­n emo­sional, maka ia akan mudah terpancing emo­si, sehingga begitu ada permasalahan, ma­ k­a ia akan bersikap arogan dan tidak mampu ber­pi­kir secara jernih. Akibatnya, keputusan yang dihasilkan adalah keputusan yang memperturutkan nafsu, tidak lebih baik, bahkan bisa menimbulkan permasalahan baru. Pemimpin yang tidak memiliki kecerdasan emosional akan bersikap reaktif ketika dikritik atau diberikan masukan oleh rakyatnya. Keenam, belajar. Seorang pemimpin haruslah senantiasa belajar. Belajar yang dimaksud ada­ lah proses mencerdaskan diri dengan ilmu dunia dan akhirat. Dengan keseimbangan ilmu-ilm­u itu, kepemimpinan akan menjadi semakin terarah dan teratur. Pemimpin perlu senantiasa belajar dari pemimpin sebelumnya dalam menja­ lankan roda pemerintahan, mengambil yang baik dan positif dan membuang yang buruk dan negatif. Dengan demikian, pemerintahan yang dijalankan selalu produktif dan mengarah kepada perbaikan. Ketujuh, regenerasi. Sebuah kepemimpinan yang baik bukan menghasilkan seberapa banyak orang yang dipimpin, bukan juga seberapa taat rakyat kepada sang pemimpin. Tetapi, wujud dari pemimpin yang baik adalah mampu melakukan proses regenerasi, yakni prose­s pemimpin yang menghasilkan pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin seharusnya memili­ki jiwa yang nantinya akan melakukan pendi­dikan kepengikutan atau followership secara ideal. De­ ngan adanya kedekatan antara leadership dan followership tentunya akan ada proses pembelajaran, yakni dengan berbagi pandang­an, berbagi tanggung jawab, bahkan saling berbagi

kalam/pewara

dalam memecahkan persoalan bangsa­. Pemim­ pin yang kuat bukan menghasilkan pengikut yang taat, tetapi pemimpin yang kuat mengha­ silkan pemimpin berikutnya yang kuat pula. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa masalah kepemimpinan merupakan masalah yang penting. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono yang terpilih pada Pilpres 2009 lalu diha­ rapkan oleh seluruh bangsa ini untuk dapat membawa Indonesia menuju kesejahteraan dan mampu mewujudkan masyarakat madani seperti yang selama ini dicita-citakan. Masyara­ kat madani, sebuah masyarakat yang mampu hidup damai dan sejahtera yang pemimpinnya mampu mencontoh Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin peradaban. Wallahu a’lam.

Siti Khanifah mahasiswa PKNH FISE UNY

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2010

41


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.