MENGGENGGAM HARAPAN Seperti biasa saya sering membaca artikel yang ditulis di facebook oleh Prof. Imam Suprayogo. Tulisan beliau memang selalu saya ikuti karena mudah dipahami dan selalu mengandung makna yang sangat berarti. Tepatnya pada hari senin tanggal 18 mei 2015 beliau menulis tentang kisah seorang sarjana yang mampu membangun kampungnya melalui pesantren rakyat. Dalam cerita itu seorang sarjana yang diceritakan merupakan lulusan UIN MALIKI MALANG pada jurusan psykologi. Memang pada zaman sekarang tidak mudah menemukan seorang sarjana yang telah dinyatakan lulus oleh Universitas bisa langsung kembali ke kampung halamanya. Walaupun awal masuk kampus niat dan tekadnya untuk membangun masyarakat sekitar dilingkungan rumahnya akan tetapi lambat laun niat itu kembali berbelok sesuai tuntutan kemandirian ekonomi. Jika ditemui dari ke kota ke kota mungkin masih punya harapan besar untuk kembali ke lingkungan tempat lahirnya. Namun jika dijumpai dari seorang yang berasal dari desa lalu kemudian kuliah di kota maka sangat jarang mereka akan kembali ke kampung tempat kelahirannya. Banyak alasan dalam hal ini, misalnya karena seorang yang telah lulus sarjana harus benar-benar bisa mandiri dalam segala hal. Baik cara menghasilkan uang, memperoleh tempat tinggal yang layak, baik dalam menafkahi diri sendiri lebih-lebih tuntutan untuk berkeluarga. Nah hal ini peluang mencari kerja lebih banyak ditemui di perkotaan. Sehingga bisa menjadi alasan yang masuk akal untuk tidak kembali ke kampung halaman. Kalau berkaca kepada para dosen yang rata-rata juga pendatang dari berbagai daerah memang alasan yang disampaikan itu sesuai realitas. Sangat disayangkan jika seorang pembelajar dari daerah-daerah yang masih minim pendidikannya tapi para sarjana yang sukses tidak mempunyai keinginan untuk kembali ke kampung halamannya. Melihat kenyataan yang ada terkadang banyak relawan pendidikan ke desa-desa terpencil dari daerah lain, akan tetapi dari desa terpencil itu banyak juga yang tidak pulang karena mendapatkan tempat yang layak diluar desanya. Kedua pernyataan ini seakan bertolak belakang. Mengingat pesan dari salah satu dosen bahwansanya alangkah lebih
baik ketika para doktoral ataupun para magister untuk kembali ke kampung halamannya demi kemaslahatan umat yang masih tertinggal.