Sehat, Sempat dan Niat Tiga kata ini jarang disebutkan secara utuh oleh penceramh, da’i, pimpinan acara, pembawa acara dan pemimpin forum dalam memulai apa yang ia ingin sampaikan. Padahal ketiganya menjadi poin penting yang tidak bisa dipisahkan dan saling berkaitan. Banyak orang sehat dan sempat tapi ia tidak punya niat. Banyak orang punya niat tapi ia tidak sehat. Banyak orang sehat dan punya niat tapi ia tidak sempat. maka sangat beruntunglah orang-orang yang selalu memiliki tiga karunia nikmat tersebut. Memlihara kesehatan menjadi prioritas utama. Karena sehat yang menjadi pondasi dasar yang semuanya akan terkendala jika kesehatannya terganggu. Lain halnya dengan sempat yang ia berkaitan dengan manajemen waktu saja. Begitu pula dengan niat yang dengan adanya motivasi ia akan hadir dengan sendirinya. Tapi jika kesehatan yang terganggu maka seakan bagaimana pun caranya jika ia tidak mampu berjalan, tidak kuat berdiri dan hanya bisa terbaring maka seakan ia telah gagal mewujudkan niatnya. Tiga nikmat ini akan berlaku terus menerus dalam konteks apapun. Baik dalam hal ibadah mahdah kepada Allah maupun ibadah ghoiru mahdah. Dan yang paling kuat berpengaruh untuk mewujudkan dari ketiga nikmat tersebut adalah niat. Ia menjadi pendorong hebat seseorang bisa mewujudkan untuk melakukan sesuatu. Ketika seseorang mempunyai niat yang benarbenar tertanam dalam hatinya maka ia berusaha dengan cara untuk bisa mewujudkannya. Banyak faktor yang mempengaruhi niat seseorang menjadi kuat, sesuai konteks apa, dimana dan kapan. Misalnya terkait sholat berjamaah di awal waktu sholat. Faktor yang pertama termotivasi karena fadhilah atau ganjaran yang Allah janjikan baginya diyakini sebagai sebuah satu-satunya cara menggapai ridho-Nya. Sehingga bagaimana pun ia selalu menyempatkan diri untuk terus melaksanakan sholat berjamaah di awal waktu dengan istiqomah. Niat yang ada dalam diri seseorang tersebut sudha mengakar kuat. Dalam konteks lain misalkan ada forum keilmuan, entah itu kuliah, ceramah, kajian dan macammacam proses mencari ilmu yang lainnya. Semua itu niat seseorang menjadi pendorong kuat untuk melangkahkan kaki menuju majlis dimana keilmuan itu berada. Dengan begitu ketika
seseorang sudah punya niat dan dalam kondisi sehat maka manajlah waktu dengan baik. Agar ketiga nikmat tersbut benar-benar bisa ada dalam keseharian kita. Berlakunya tiga nikmat ini pula, bisa dalam konteks individu ataupun kegiatan sosial. Salah satu contoh kegiatan individu misalkan amalan-amalan yang sudah menjadi wajib bagi-Nya untuk melaksanakannya. Misalnya, Ia mau tidak mau harus konsisten terus menerus sholat malam. Atau ia harus selalu berpuasa seni-kamis. Atau ia mewajibkan dirinya untuk menulis setiap hari minimal satu artikel. Hal semacam ini terkait dengan individu seseorang yang tidak ada kaitannya dengan orang lain. tentunya tanpa ada nikmat sehat, sempat dan niat maka kegiatankegiatan rutinitas manusia setiap hari tidak akan konsisten berjalan sebagaimana mestinya. Wallahu ‘alam