Demonstration of Art “Lembar yang Hilang” Respon Kami Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pimpinan Produksi Sulkifli Karnawi, Sekretaris Produksi Siswanto Nandja Bendahara Produksi Erlika Sari, Koord. Pendanaan Ayu Srikandi, Koord. Perlengkapan Muh. Dwi Al Ashar, Koord. Publikasi Muh. Syamsul Kasim, Koord. Dokumentasi Syamsul Rahman Desain Grafis Ade Awaluddin Firman Sketsa Muh. Iqbal Kurator Syamsul Alam Bakri, Stage Manager (Jendlap) Andhy Jabulany, Tim orasi (Div. Musik) Imam Muhajirin, Iqbal, Ayu Srikandi, Ajii, Dilla, Muh. Syamsul Kasim, Ill, Ramla, Ala’, Ammank, Muh. Dwi Al Ashari, Fadli, Astria Angreani, Icha, Aldy, Rifky, Arul, Syamsul Rahman, Ari’, Isman Bunchar, Paulus, Ippi Yoai, Pitiu, Ica, Ade Awaluddin Firman, Ibnu Fawzi, Poteng, Andi Muadz Demonstrasi Div.Tari (Lacora Bulang) Kiky Reskiani Muis, Ana, Yaya, Puput Utami, Susan, Erni, Erlika Sari Demonstrasi Div.Teater (Teater Tangan) Megawati Burhan Deklamator Moh. Affan
Artistik Sumardin & All Crew UKM Seni UMI Pengarah Penonton Kandar Achmad, Andre Saguni Soundman Wandy Winaldi Photography Diafragma UMI Penanggung Jawab Ketua Umum UPKSBS UMI Periode 2012 - 2013 Produksi@2013 UPKSBS UMI
TIM DOKUMENTASI UPKSBS UMI www.issuu.com/upksbsumi
Pengantar Tak lama lagi akan terucap Selamat Ulang Tahun yg ke 17 untuk Tragedi April Makassar Berdarah (AMARAH) UMI. Perjalanan Tragedi AMARAH telah mencapai usia Awal kedewasaannya sebagai umur yang produktif, sigap dan mencoba kebebasan. Jika memang kampus UMI (Universitas Muslim Indonesia) adalah ibu sudah sepantasnya AMARAH adalah anaknya. Timbal balik telah terjadi pada ibunya, sekian tumbuh dan sekian terkikis bahkan akan dihilangkan. Ibu mencoba membungkam anak-anak mereka berikutnya dari generasi ke generasi dan menghilangkan ingatan pada musim yang kelam kala itu. “Membaca Bumi”, sebuah cara UPKSBS UMI untuk mencoba mengingat kembali sebuah perjuangan yang mencoba dimatikan. Bukan hanya Tragedi AMARAH yang mencoba dilupakan dinegeri ini, tapi masih banyak lagi tragedi-tragedi HAM (Hak Asasi Manusia) yang mencoba dilupakan di bumi yang dipijak. Maka dari itulah kami mencoba mengeja dan berusaha membaca tragedi-tragedi tersebut melalui lagu-lagu kami. “Mencari Jejak”, jika tragedi-tragedi HAM (Hak Asasi Manusia) adalah sebuah fosil, maka UPKSBS adalah Arkeolognya. UPKSBS UMI mencoba merangkai fosil-fosil satu per satu, walau pun sampai saat ini masih belum lengkap, karena ada lembar-lembar yang hilang. Bahkan lembar itu mencoba dilupakan. Arak-arakan masih sering terjadi sebagai symbol menggugat, namun habis itu gugatan mereka padam lagi. “Reportase”, kabar-kabar itu semakin dibungkam dari berbagai aspek. Menelusuri hal tersebut, kami ingin menjadi media, memberi pertanyaan-per
tanyaan kepada orang-orang dan biarkan mereka menjawab. Apakah akan lupa ataupun diingat. Karena kami hanya menjadi media dari media-media yang dibungkam. “Menggaris Tragedi�, titik akan menghasilkan garis,garis akan menghasilkan sesuatu, baik itu huruf, angka, ataupun sesuatu lainnya. Walaupun lembar itu telah disobek, dibakar ataupun dimakan dan dihancurkan dalam lambung, kami tetap akan menghiasi lembar yang hilang itu dengan menggarisnya kembali dalam bait-bait pertunjukan. “Berkabung�, tawa kelakar telah menghiasi sudut-sudut dunia, kita tak patut menyalahkan tawa dan subjek yang tertawa, namun yang patut kita cari adalah lembar yang hilang itu, akan tawa mereka berubah menjadi haru dan tangannya kembali mengepal, serta payung-payung menghiasi sudut dunia itu. Entah pada akhirnya itu adalah soal individu atau pun pundi-puindi rupiah, namun setidaknya tangannya telah terkepal. Membaca Bumi, Mencari Jejak, Reportase, Menggaris Tragedi & Berkabung adalah sebuah cara dari UKM Seni UPKSBS UMI untuk menambal Lembar Yang Hilang pada peristiwa-peristiwa , entah lembar itu dirobek atau pun sengaja di kubur. []
Demonstration of Art Demonstrasi sebagaimana yang disebutkan dalam Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) mengandungi dua makna, pertama; penerangan, peragaan, penunjukan tentang cara kerja sesuatu mesin, keluaran dan lainlain, kedua; tunjuk perasaan dengan cara berkumpul beramai-ramai, berarak dan lain-lain. Inilah pengertian demonstrasi yang kemudian menjadi topik perbincangan kami. Yang berkembang saat ini adalah konotasi negatif serta keresahankan masyarakat tentang istilah dan kata kerja demonstrasi. Demonstrasi merupakan sebuah bentuk ekspresi atau aspirasi bersama terhadap sesuatu hal yang terjadi dengan tidak semestinya dalam kehidupan seperti masalah sosial, budaya, ekonomi dan lainnya. Dalam peragaan demonstrasi kami menyajikan dengan pendekatan seni (Art). Menggandengkan istilah demonstrasi -yang dalam peragaannya cenderung diasumsikan negatif dalam pandangan masyarakat- dengan Art (seni) sebagai salah satu bentuk atau cara kami berdemonstrasi.
Demonstration Of Art “Lembar yang Hilang” Lembar-lembar ingatan kita telah dikubur kedalam lupa. Negeri kita ini betul-betul mengubur mati kasus-kasus hak asasi manusia dan yang tumbuh adalah kelupaan. Menanam hak-hak rakyat dan yang kemudian tumbuh adalah ‘melupakan’. Musim hujan telah datang untuk memberikan kesegaran bagi para petani ataupun para perindu dari kekeringan. Musim tanam telah tiba, mari bersama-sama kita menanam, agar kita dapat merasakan hasil panen dari menanam itu bersama-sama. Perjalanan menanam adalah bukti bahwa waktu ini berjalan. Bagaimana dengan menanam keadilan dan kemudian ‘gagal panen?’. Negeri kita ini selalu mengalami gagal dalam memanen kesejahteraan?, ‘menanam hak-hak rakyat dan yang kemudian tumbuh adalah ‘melupakan’. Beberapa tahun terakhir kasus HAM (Hak Asasi Manusia) selalu mengalami gagal panen ataukah memang kasus HAM itu tak di berikan pupuk ataukah kalah pamor dengan kasus-kasus Terorisme atau Twitter bapak kita ?. Demonstration of Art ‘Lembar yang Hilang’ adalah bentuk kasih sayang UKM Seni UPKSBS UMI terhadap kasus-kasus HAM yang di amnesiakan ke masyarakat. 1984 - Kasus Tanjung Priok, 1994 - Marsinah, 1996 - Kekerasan terhadap wartawan, 1996 - AMARAH, 1990 - Peristiwa Aceh, 1998- 13 Aktivis Hilang’, 1998 - Peristiwa Trisakti, 1999 - Kasus Ambon, 2000 - kasus Poso, 2000 - Sampit, 2004 - Kekerasan TKI, 2004 - MEMAR,
2004 - Munir dan lain sebagainya adalah kasus-kasus HAM yang telah di telan masa. “Lembar Yang Hilang” Penggambaran UKM Seni UPKSBS UMI terhadap kasus-kasus HAM seperti sebentuk buku. Kasus HAM adalah sebuah buku, ketika selembar saja yang hilang akan berakibat fatal. Bahkan pembaca akan menutup buku dan meletakkannya di rak-rak arsip. Lembaran yang hilang itu akan terjadi lompatan-lompatan bacaan serta terka-menerka atas apa yang di baca. Siapa yang merobek buku itu ? Demonstration of art sebagai bentuk UKM Seni UPKSBS UMI mencari lembar yang hilang itu, karena saat ini kata demonstrasi mengalami penyakit kronis yaitu Konotasi Negatif, bahkan selalu berdampingan dengan demonstrasi,sehingga lahirlah istilah aksi damai. Namun sesuai pengertiannya, demonstrasi tak mengandung konotasi apapun. Adapun bentuk-bentuk orasi demonstrasi yaitu : Derap, Kabar Apa, Kecil, Musim Yang Kelam, Ironis, Jiwa-jiwa, Amarah, Demokrasi Huruhara, Demonstrasi Tari, Demonstrasi Teater “Sang Orator”, Deklamasi Surat Cinta. Kami hanya ingin menyuarakan suatu hal !!!
#1
Memungut Luka pada Tugu Lupa Demonstration Of Art “Lembar yang Hilang�
21 Maret 2013 | Kampus II UMI
Menjelang usianya yang ke-17 tahun di kampus berperistiwa duka kami tuliskan kedewasaannya pada “Lembar yang Hilang�, menambalnya kembali dengan Memungut luka pada tugu lupa...
#2
Mati Suri
Demonstration Of Art “Lembar yang Hilang�
29 Maret 2013 | Kampus II UMI
Diam Ku-bisu, Tugu Menggugatku Aku lahir bukan sebagai batu Aku bukan juga pohon yang diterpa badai hanya terdiam Aku bukan ibu-ibu yang sedang bergosib Bukan pula burung yang selalu berhijrah dari musim gugur kemusim semi Aku adalah Anak Samudera yang melawan ombak Aku adalah Anak matahari Dan berteriaklah Macan Mimbar....
Si macan mimbar yang mengungkung menampilkan diri diatas panggung universitas dengan gaya yang manis. Gerak si Macan mimbar yang diam redamkan esensi dan eksistensinya. Sebuah kegelisahan atas keharusan tentang perannya yang semakin terkikis dan kepalan tangannya yang tak kuat lagi bahkan mungkin sudah ngondek. Geliatnya semakin bisu, meski tak bisu secara fisik namun bisu secara mental. Apalagi produk normalisasi kehidupan kampus kita sekarang ini menjadi teman yang baik untuk lelapkan diri untuk tidur dengan pulas.
Kegelisahan tentang peran si Macan Mimbar yang kikis malah kini digugat tugu. Tugu yang berdiri kokoh bersama spirit perjuangannya terkubur bersama pondasinya. Tugu itu menagis rindu. Tugu itu diam karena kita bisu. Masih mengenai April Makassar Berdarah. Setelah Memungut Luka Pada Tugu Luka di performce art “Lembar Yang Hilang� di Halaman Pertama pekan lalu, UKM Seni UMI kembali membaca diam tugu lupa untuk halaman Kedua. Peristiwa itu masih menyimpan sisa-sisa dukanya yang tergores peristiwa kelam, yah perstiwa yang hampir mencapai umurnya yang ke 17 tahun. Demikian umurnya yang sudah cukup lama, pun cukup mengikis ingatan kita tentangnya. Apakah kita akan melupakannya? Apakah kita akan membiar tugu itu melihat kita diam dan membisu?.
#3
Piknik Kematian Demonstration Of Art “Lembar yang Hilang�
9 April 2013 | Kampus II UMI
Raungan sirine akan kembali mengelilingi gema ruang. Taburan bungan akan bertabur diseluruh jalan kematian. Badut-badut dan leak pembawa balon kebahagiaan. Kereta-kereta berbelanja kematian disetiap jiwa maha sembari berbagi es batu Api-api masih berkobar nyalanya diatas kwali. Mari melebar tikar dan membuka Death note.
Piknik adalah suatu masa merayakan sesuatu disuatu tempat bersama keluarga, Kematian adalah suatu perpindahan dimensi ke dimensi barza atau Abu-abu secara kasat mata. Jadi Piknik Kematian adalah suatu masa merayakan perpindahan dimensi abu-abu (tidak jelas).Inilah kesenjangan mahasiswa saat ini dari era Ode lama ke Era gotong royong.
Di negeri ini semua manusia masih sibuk weekend dihari libur,sementara kasus-kasus HAM tak kenal hari libur.Masih adakah Hari libur diantara kematian-kematian mereka.Setiap tahunnya kasus pelanggaran HAM semakin meningkat,bahkan baru-baru ini kasus HAM di palu (2007) baru diusut tahun ini,seolah-olah para pengusut ini baru selesai liburan di puncak dan ditanah-tanah surga didunia.
Surat Cinta Selamat pagi sayang Telah Ku minum segelas Luka Serta beberapa potong masalah telah ku suarakan Aku telah kenyang atas dirimu Selamat siang sayang Bulu-bulu mataku telah basah Mengobati dahagaku Atas kasih sayangmu pagi tadi Selamat sore sayang Aku ingin menikmati sunset sore ini Di bibir pantai,namun Ku panen air mata Selamat malam sayang Gosok gigi Cuci kaki Matikan lampu Tarik selimut Serta berdo’a “Tuhanku yang baik hati,kami hanya menyuarakan kebenarankebenaran. Namun mengapa kami seperti kucing yang di usir oleh majikan.Apakah kami mesti tidur siang serta malam harinya juga?, sampai kapankah malam hari ini berjalan, kami hanya secerca cahaya yang terlunta-lunta... AMIN�
SURAT CINTA UNTUK TEMAN-KU Apa kabar langit, masihkah kau ingat temanku munir, ya tentu kau pasti ingat. sebab lancangnya kemarin, seisi rumah mu remuk diacak-acaknya. Tapi tak usah kau risau olehnya, Ia kini sedang asik bermain di kamar barunya, yang sekarang hampir di telan lumut knalpot. Bukankah kau juga yang menjadi saksi matinya? Atau mungkin kau yang menggantungnya di kamarmu. Bukan begitu langit?? Ah.. sudahlah, aku tak mau jauh lagi membahasnya. Karna memang munir tak pernah mengajariku kebencian, seperti arak-arakan knalpot. Yahh.. aku hanya ingin menyampaikan pesannya.., kau diajaknya menyeduh kopi di kamarnya. Katanya ia merindukanmu langit.. munir semakin pandai meracik kopi, sebab tangannya tak lagi tajam. Seperti waktu lamanya, di jalan merobek-robek patra pesakitan negeri ini.. yahh.. ku harap kau tak canggung.. langit.. kau meski tau bahwa munir tak sedikitpun memendam kebenciannya begitupun pada negri ini yang menjadi tuanmu..
SEBAB MUNIR Munir, terima kasih untuk kopi mu yang telah membuat kepala ku muntah atas kesantunan negeri ini Munir ajarkan aku mengepalkan tangan dan tegak berdiri di atas podium pak presiden Dan senyum mu yang ramah untuk para panser dan serdadu Sebab aku dan sekolahku tak sempat mengecap kopi manismu yang luhur Aku tahu kau tak percaya, yaa tangan ku dan tangan teman-temanku memang begitu latah dan serakah Tapi, Bisa kau lihat di raut parasku senyummu meski tak seteduh senyummu yang semrbak Pun sisa-sisa darah mu di tubuh ku yang tak lekang waktu Sungguh temani aku, munir
Dekaplah pada ku, aku begitu rindu dengan senyum teduhmu, Senyum yang hanya dapat ku pandang di antar jarak dinding tebal dan di banyak layar tancap Munir, izinkan kepalaku menyanyikan orasi yang begitu akrab dengan waktu lama mu Sebab rindu ku telah berkecamuk, Marah ku pada banyak kepala yang membakar tubuh mu hingga persis tak berjejak Begitu kerdilnya mereka Ya aku tau kau akan tetap tersenyum Senyum yang begitu teduh dengan semerbak aroma yang hilang di kibaskan pesakitan Munir, abadi mu tak akan usang oleh mereka yang murka. Maka orasi ini adalah senyum mu yang teduh
MARSINAH Gerhana mendekaplah padaku,aku ingin merangkai pijarmu untuk temanku marsinah, yang sedang merindukanmu, di banyak waktu ia menunggumu membangunkannya, sebab semenjak ia di tidurkanoleh cerobong pabrik, malammalam tak lagi ramah, seperti waktu ia masih memasak kertas untuk sarapan pagi negeri ini. Oh.. bulan sungguh marsinah merindukanmu datang, bolehkah aku memasungmu menjadi nisan untuk kuburnya, biar dekap kau ceritakan padanya tiap lembar peristiwa negeri ini...
Marsinah buruh pabrik arloji, mengurus presisi merakit jarum, sekrup, dan roda gigi waktu memang tak pernah kompromi, ia sangat cermat dan pasti. Marsinah arloji sejati, tak lelah berdetak memintal kefanaan yang abadi “kami ini tak banyak kehendak, sekedar hidup layak, sebutir nasi.�
WIDJI TUKUL Aku berfikir diam di dalam dinginnya kopi pekat bersama widji tukul, diantara bunyi lirih orang hilang kopasus, Aku yang berfikir diam, generasi ketiga berfikir diam tentang gerakan, mengacungkan kepalan tangannya diatas bantal empuk menjadi orator di depan kotak 21 inchi. Dan aku berfikir diam, aku di jepit diam yang berhuruf kapital itu dan aku mati mulut orang-orang berhuruf capital itu. Aku menggugat tubuhku, tubuhku yang terkafani mulut-mulut capital itu. Aku yang sudah menjadi diam itu, jadi seperti batu-batu nisan yang menunggu pancaroba musim pesakitan.
mungkin tenggorokan ini terlalu kenyang dengan kesantunan mimbar berasap, sungguh tubuh ini begitu pahit dan kepala begitu sakit tatkala kesantunan menjadi pesakitan. Wiji Tukul, buatkan aku kopi pekat mu untuk memuntahkan pesakitan yang menggorogoti tenggorakan ini. sejak sebelum lama tubuh ini sudah mengecap kesantunan yang murka kesantunan yang ramai di layar tancap dan warung kopi, akrobatik kesantunan begitu dekap dan akrab..
AMARAH Namaku luka, aku lahir 2 tahun sebelum reformasi (24 april 1996) datang. Aku adalah pidato walikota yang hilang, sungguh rumahku bukan di tugu sana, juga di nisan ini, mestinya jasadku senadi di tubuh dan kepala kalian, agar bisa juga ku nikmati tiap gelas kopi di tiap malam-malam, juga sepiring cerita dari mimbar berasap. Yah.. begitu.. tapi sudahlah saya tidak ingin bertele-tele dengan identitasku sebagai korban aparat atau prihal lainnya. Aku datang karna ingin berziarah di ruang-ruang yang pernah akrab denganku. Aku rindu dengan kalian, aku rindu dengan aroma yang akrab dengan kecaman-kecaman aparat, yah.. semasa kami dulu memang senang main petak umpet dengan aparat.. hahhh.. mohon maaf teman-teman saya larut dengan romantisme saya, tapi.. sudahlah lupakan saja itu musim yang kelam dan tak meski di ingat lagi.. mari sini temani aku menyeduh kopi, tapi maaf kalau sedikit pahit, yah.. seperti tubuh dan kepala saya yang begitu pekat di kenang dan jasadku lahir untuk di lupa.. aku amarah yang di telan lupa. Aku bersama darah mereka yang di lupa Kuburan tanpa nisan yang hilang Aku hidup bersama mimipi-mu Jika aku adalah bau maka kaulah darahnya, jika aku adalah bunyi maka kaulah sakitnya, jika aku adalah kain protes maka kaulah oratornya..
Surat Cinta untuk Bapak TNI dan KAPOLRI Sumpah mahasiswa indonesia Kami mahasiswa indonesia bersumpah, bertanah air satu tanah air tanpa penindasan. Kami mahasiswa indonesia bersumpah, berbangsa satu bangsa yang takluk akan keadilan. Kami mahasiswa indonesia bersumpah, berbahasa satu bahasa tanpa kebohongan. Hidup rakyat... Hidup rakyat Bapak tentara dan polisi yang terhormat, Tentu bapak tak asing dengan bunyi ini... sungguh kami mencintai bapak, Tahukah bahwa rakyat adalah pemegang kedaulatan, Rakyat melahirkanmu menjadi panser untuk negeri ini. Duhai Bapak-ku TNI POLRI yang tercinta, bukankah sejarah perjuangan bangsa ini adalah kerjasama yang mesra antara Bapak dan Rakyat. Namun kenapa Bapak selingkuh dengan penguasa-penguasa yang zalim. Kita sudah sumpah setia untuk tetap bersama bukan?, Tapi duhai Bapak yang tercinta kami bukan maksud menggugat, namun lembar yang hilang ini hanya ingin mendekap di telinga bapak. Sekedar membisikkan kata cinta di waktu lama-nya dengan kisah-kisah romantik nan heroik. Tragedi darah yang Bapak tenun di hati kami akan selalu harum, seperti semerbak kamboja yang mewangi.
Proses...
Lokasi & Desain...
Stag
ge...
Kel. Tari
Poster...
Produksi @2013 Tim Dokumentasi UPKSBS UMI