I A G A B E S N PE R TABNUIAAH B I S N I S SE
In d o n e si a 2 0 1 2 O C E V ra it M n u a n Ta h u n a p te m b e r 2 0 1 2 Se La p o ra n Pe rte m M a la n g, 1 1 -1 4
LA PO R A N PE TA H U N A N M ITR TE M U A N RA 2 0 1 2
DAFTAR ISI 1. Sa mp ul 2. Da fta r Isi 3. Pe ngan tar 5. La tar Be lakan g 6. Pe serta 9. Agen da de n 10 . Du ku ngan Vre de sei lan ke pa da Ko pe rasi Pe tan i 12 . Ma ri Me mb esa rka n Ko pe rasi Pe tan i un tuk 14 . Pe rub ah an , Jawab an Me ncap ai Ke be rha silan 16 . Jan ga n Ad a Du sta di An tara An ggota 18 . Diversifi ka si La yan an Me nu ju Ke su kse san 20 . Tiga Pilar yan g Me mb esa rka n Ko pe rasi 23 . Testim on i t 24 . Re ncan a Tin da k La nju 26 . Fo to- foto
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
PENGANTAR
P
ada tahun 2011, VECO Indonesia tidak mengadakan pertemuan mitra tahunan. Padahal, pertemuan ini rutin diadakan tiap tahun. Sebagai pengganti, sebanyak 28 orang baik mitra maupun staf program diajak untuk berkunjung ke Davao, Filipina. Selama di sana, para peserta kunjungan belajar tentang kesuksesan petani setempat, terutama tentang koperasi petani tebu, petani pisang, maupun petani kakao. Hasil kunjungan tersebut menjadi dasar untuk melanjutkan dan mengembangkan gagasan termasuk dalam pertemuan tahunan 2012. Tema pertemuan mitra tahun 2012 adalah Pertanian sebagai Sebuah Bisnis. Lokasinya di Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang mendapat julukan Bumi Koperasi karena banyaknya koperasi di kabupaten ini. Sebagian besar koperasi tersebut dimiliki dan dikelola oleh petani. Karena itulah kabupaten ini menarik sebagai tempat belajar bagi peserta pertemuan mitra tahunan VECO Indonesia yang sebagian besar adalah petani. Selama empat hari pertemuan tahunan mitra, para peserta berdiskusi intens tentang pertanian sebagai bisnis. Peserta yang ikut, terutama dari organisasi petani, sudah biasa dengan pekerjaan di kebun maupun sawah untuk mencangkul, menanam, dan mengurus tanaman. Karena itu pertemuan tidak membahas topik tersebut. Mereka juga berkunjung dan belajar ke koperasi-koperasi yang sudah berhasil. Kami merasa dengan model kegiatan tersebut maka akan ada pembelajaran yang bagus. Ada tiga hal yang ingin kami capai dari pertemuan mitra tahunan 2012 ini. Pertama, untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
pengurus organisasi tani dalam hal berbisnis. Banyak peluang komoditas yang bisa dibudidayakan dan dijual petani. Untuk itu, organisasi petani harus bisa menjalankan bisnis. Beberapa mitra VECO Indonesia sudah mengembangkan bisnis ini, misalnya Amanah di Polewali Mandar, Sulawesi Barat yang sudah bertransaksi coklat dengan perusahaan besar. Kedua, peserta diharapkan mampu belajar dari kunjungan lapangan ke beberapa koperasi di Malang. Kunjungan ini bukan kunjungan biasa. Peserta tak hanya datang, lihat dan dengar tapi juga aktif menggali informasi dan mendiskusikan hasil kunjungan tersebut ketika kembali. Maka, selama dua hari kunjungan, peserta pun penuh dengan sikap ingin tahu, semangat belajar dan ceria. Ketiga, peserta diharapkan mampu merefleksikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada lembaganya dengan melihat kenapa koperasi yang menjadi tempat kunjungan belajar bisa sukses dan atau kenapa bisa gagal. Berbagai hal bisa menjadi pelajaran bersama. Karena itu, pengalaman pembelajaran dapat diterapkan di organisasi masingmasing, dengan diawali menyusun rencana kerja. Ke depan, VECO Indonesia tetap berkomitmen mendorong organisasi petani dalam jangka panjang. Untuk itu, kami akan selalu memberi pelatihan dan pendampingan secara intensif. Komitmen ini adalah keberlanjutan dari dukungan VECO Indonesia selama ini. Melalui pendampingan ini, kami berharap organisasi petani bisa meningkatkan kesejahteraan petani melalui ekonomi dan solidaritas sosial. 3
LA PO R A N PE TA H U N A N M ITR TE M U A N RA 2 0 1 2
4
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
LATAR BELAKANG
P
ersoalan keluarga petani Indonesia saat ini maupun di masa datang antara lain adalah semakin menipisnya luas lahan pertanian, rendahnya pendapatan, serta tidak pastinya curah hujan yang mengakibatkan hasil panen menurun. Penurunan ini juga terjadi akibat rendahnya penerapan teknologi, ketidakpastian harga di pasar serta terbatasnya akses pasar dan pengetahuan petani tentang bisnis. Agar pendapatan keluarga petani bisa meningkat, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan, yaitu peningkatan produktivitas dan peningkatan profitabilitas produk yang dijual. VECO Indonesia menilai bahwa salah satu strategi untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan mengorganisir petani dalam wadah organisasi petani yang profesional, kuat dan berbasis bisnis. Melalui penguatan organisasi ini diharapkan petani mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertaniannya di tengah keterbatasan lahan yang dimiliki petani. Selain itu, pengorganisasian dan penguatan organisasi petani diharapkan mampu mewujudkan organisasi lebih mandiri, mengubah pola pikir petani, serta menambah pengetahuan dan keterampilan petani di bidang pengembangan bisnis pertanian. Dengan demikian pada akhirnya organisasi petani mampu memberikan pelayanan menguntungkan bagi anggotanya. Kemandirian organisasi petani ditentukan oleh beberapa faktor yaitu anggota yang kuat dan saling
percaya baik sesama anggota maupun kepada organisasi; komoditas yang dikembangkan kompetitif, inovatif, tumbuh cepat dan berkelanjutan; serta adanya pengembangan keahlian manajemen dan pengetahuan pengembangan bisnis yang mengikuti perkembangan pasar dan tren global. Memfasilitasi organisasi petani untuk belajar ke organisasi petani yang lebih maju menjadi salah satu pilihan VECO Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme manajemen dan bisnis organisasi petani. Untuk itulah, pada pertemuan tahunan mitra kali ini pun VECO Indonesia mengajak para peserta berkunjung ke koperasi-koperasi petani di Malang, Jawa Timur. Pertemuan tahunan mitra merupakan kegiatan VECO Indonesia yang berskala nasional dan mempertemukan semua mitra, baik organisasi petani maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan jaringan, seperti lembaga pemerintah dan pihak swasta. Tema dan lokasi pertemuan tahunan selalu berganti sesuai fokus program VECO Indonesia. Pada tahun 2012 lalu, tema pertemuan tahunan mitra VECO Indonesia adalah Pertanian sebagai Bisnis. Melalui tema tersebut kami berharap para mitra VECO Indonesia dan pemangku kepentingan yang terlibat di dalam pertemuan bisa belajar tentang bisnis pertanian. Selanjutnya, akan ada rencana aksi untuk mewujudkan cita-cita kami selama ini, menaikkan posisi tawar petani dan petani menjadi pebisnis profesional .
5
PESERTA
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
AGENDA Senin
10 Selasa
11 Rabu
12 Kamis
13 Jumat
14 Sabtu
15
09 2012
- Kedatangan peserta dan check in di hotel - Makan malam dan perkenalan
09 2012
-
09 2012
- Kunjungan lapangan ke KUD Karangploso dan KUD SAE Pujon Malang - Refleksi hasil kunjungan
09 2012
09 2012
09 2012
Pembukaan Pameran dan diskusi Presentasi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Presentasi per Kantor Lapangan
- Kunjungan lapangan ke KUD Kepanjen dan KAN Jabung - Refleksi hasil kunjungan
- Diskusi kelompok dan penulisan hasil pembelajaran - Penyampaian hasil pembelajaran dan kesimpulan - Penutupan dengan malam budaya
- Sayonara
9
LA PO R A N PE TA H U N A N M ITR TE M U A N RA 2 0 1 2
DUKUNGAN VREDESEILANDEN KEPADA KOPERASI PETANI Disarikan dari presentasi Mianne van Der Biest
V
redeseilanden, organisasi induk VECO Indonesia yang berkantor di Belgia, bercita-cita agar keluarga petani di dunia mendapatkan hak mereka untuk kehidupannya sendiri. Strategi umumnya dengan mewujudkan semua sumber mata pencaharian petani melalui pengembangan pertanian berkelanjutan. Strategi ini dijabarkan melalui tiga hal yaitu meningkatkan posisi petani dalam keseluruhan rantai, melakukan advokasi kebijakan di tingkat nasional dan internasional, serta mendorong konsumsi bahan pangan melalui penyadaran konsumen. Petani bisa diberdayakan melalui organisasi tani. Kalau petani sendirian sangatlah sulit. Selain itu organisasi petani mempunyai potensi untuk mengubah lingkungan dan penyangga ekonomi sehingga mempunyai keuntungan melalui akses terhadap pasar. Organisasi petani sebaiknya bisa mengakses jasa, pasar, maupun perbankan.
10
Organisasi petani sangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha dan bisnis pertanian serta penyediaan jasa jangka panjang. Untuk itu Vredeseilanden, termasuk Vredeseilanden Country Office (VECO) Indonesia, memberikan dukungan peningkatan kapasitas petani dan keluarga petani melalui organisasi petani. Kami juga memfasilitasi pengembangan rantai pertanian dan akses ke lembaga keuangan. Peranan VECO Indonesia adalah penyedia dana untuk mitra, pelatihan dan bantuan teknis, monitoring dan evaluasi, serta pemberdayaan. Harapannya, organisasi petani juga menjadi organisasi bisnis yang secara kelembagaan dan secara ekonomi mampu mengatasi hambatan dan tantangan, terutama terkait pemasaran baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Salah satu contoh organisai petani yang
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
mengembangkan bisnis dengan dukungan Vredeseilanden adalah Asosiasi Petani dari Senegal, Afrika Barat. Mereka mengembangkan rantai pisang organik dan fair trade dari Senegal. Koperasi petani bernama APROVAG ini berdiri pada tahun 1988. Saat ini ada 13 organisasi di 7 desa dengan 1.250 anggota, 300 di antaranya perempuan, yang bergabung di koperasi ini. Mereka mengelola sekitar 22 ha lahan pisang. Ambisi APROVAG adalah menambah volume, memperbaiki mutu, mendapatkan sertifikat dan ekspor. Sedangkan tantangannya adalah memperbaiki cara bertani, memperbaiki penanganan produksi setelah panen, investasi untuk angkutan dan pengepakan. Pada tahun 2012, kegiatan yang sudah dilakukan adalah kontrak pertama agrofair, bekerja sama dengan Rabobank. Mereka kini sedang berusaha mendapatkan sertifikasi organik.
( traceability). Namun, mereka masih menghadapi beberapa tantangan seperti rendahnya harga jual pisang dan kurangnya kapasitas produksi kopi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka petani memperbaiki proses penanaman kopi dan penjualan pisang, VECO Equador membantu rantai pemasaran dua komoditas tersebut, serta membantu pengolahan pascapanen. Upaya lainnya adalah dengan membangun hubungan pasar dengan pembeli serta meningkatkan kapasitas produksi. Dengan demikian, upaya menjawab tantangan petani tak bisa dikerjakan sendiri. Perlu dukungan tak hanya dari kelompok tani itu sendiri tapi juga lembaga lain, termasuk pihak swasta.
Contoh organisasi petani lain adalah Federasi Petani Kecil Kopi Organik Equador yang bergerak di rantai nilai kopi dan pisang. Di Equador, petani kecil sebagian besar menanam kopi dan pisang. Karena itu, mereka terbiasa dengan komersialisasi dua komoditas tersebut. Pasar mereka ada besar dan eceran maupun langsung ke konsumen. Sebagai bagian dari standarisasi produk berkelanjutan, maka produk tersebut juga memiliki standar keterlacakan
11
LA PO R A N PE TA H U N A N M ITR TE M U A N RA 2 0 1 2
MARI MEMBESARKAN KOPERASI PETANI Disarikan dari presentasi Ir. Prijambodo, Kementerian Koperasi dan UKM
K
ita berada pada posisi yang di mana-mana harus bisnis. Oleh karena itu, petani harus memulai bisnis sehingga organisasi petani harus disiapkan, termasuk melalui koperasi tani. Namun, saat ini koperasi lebih banyak mengurus usahanya daripada kelembagaannya. Koperasi atau asosiasi kelompok bisa besar karena ada dan untuk anggotanya. Itulah khitah koperasi. Koperasi untuk anggota dan masyarakat. Untuk itu, yang membangun koperasi harus konsisten dengan membangun kebersamaan, kegotongroyongan dan kemandirian. Selama ini koperasi di Indonesia, lebih banyak ributnya. Oleh karena itu, buatlah koperasi menjadi maju. Jangan hanya sekadar hobi. Di lapangan ada pengkotak-kotakan koperasi. Ada koperasi pegawai, koperasi angkatan darat, dan seterusnya. Seolah-olah ada 10-14 koperasi. Padahal koperasi cuma satu. Saat ini yang banyak terjadi adalah badan hukumnya koperasi tetapi
12
praktiknya perseroan terbatas (PT). Akibatnya, pelaksanaan di lapangan menjadi rumit. Agar koperasi bisa berhasil, maka harus melaksanakan tiga pilar roh koperasi yaitu pelayanan anggota, usaha ekonomi atau bisnis, dan orientasi sosial. Koperasi itu perusahaan sehingga pengelolaan harus profesional, jangan dijadikan hanya sekadar hobi. Pengurus koperasi juga harus proaktif dan reaktif serta taat dengan siklus bisnis. Profesionalisme koperasi di Indonesia masih jauh. Untuk itu diperlukan kemampuan manajerial yang baik, bukan kumpulan orang yang sudah pensiun. Koperasi adalah lembaga bisnis yang membutuhkan kemampuan mengelola, mengetahui tujuan dan strateginya. Namun, kecepatan, kemampuan, kapasitas organisasi dan manajemen koperasi belum banyak berubah. Sebelum siap menjadi koperasi tak usahlah menjadi koperasi. Matangkan dulu semuanya baru disiapkan atau diproses legalitasnya.
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
Tanya Jawab Bagaimana caranya agar koperasi bisa menjadi besar?
Jangan dikacaukan dengan istilah besar atau kecilnya koperasi. Koperasi dibentuk untuk menolong anggotanya. Jika banyak anggota yang tertolong oleh keberadaan koperasi, berarti koperasi tersebut sudah menjalankan khitahnya. Apa saja yang harus disiapkan untuk mencapai koperasi yang baik?
Kalau kondisinya belum mantap, jangan memaksakan diri untuk mengurus legalitas koperasi. Jangan buru-buru menentukan badan hukum. Ada batasnya kapan harus menjadi prakoperasi, kapan harus berbadan hukum. Semua aktivitas organisasi harus disiapkan terlebih dahulu. Bolehkah satu orang menjadi anggota lebih dari satu koperasi?
Koperasi dibentuk oleh anggota dengan kesamaan kepentingan anggota. Karena dasarnya kesamaan kepentingan, maka setiap orang boleh menjadi anggota beberapa koperasi. Koperasi harus dikelola sama dengan badan hukum yang lain, efisien dan efektif. Dikelola tetap dengan mengacu pada prinsip-prinsip koperasi.
13
PERUBAHAN, JAWABAN UNTUK MENCAPAI KEBERHASILAN Pelajaran dari KUD Karangploso
K
arangploso merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang dan berbatasan dengan Kota Batu. Di kecamatan ini terdapat 9 desa dengan 35 koperasi, termasuk di Desa Karangploso. Koperasi Unit Desa (KUD) Karangploso berdiri sejak tahun 1981. Pendiri koperasi ini semuanya petani. Oleh karena itu, pada awal berdiri pun usaha mereka fokus pada usaha pertanian.
Hingga September 2012 KUD Karangploso memiliki 4.073 anggota. Mereka tak hanya turut menentukan arah dan tujuan koperasi tapi juga menjalankan bisnis dan menikmati hasilnya. Saat ini, dari seluruh usaha tersebut, omzet KUD Karangploso mencapai sekitar Rp 14 miliar per tahun. Mereka memiliki kantor koperasi sendiri selain juga ruang pertemuan dan pabrik ternak.
Namun, saat ini, usaha utama koperasi justru unit sapi perah. Unit pertanian justru hanya mendukung unit utama ini bersama termasuk unit lainnya yaitu unit simpan pinjam. Tiga unit ini (sapi perah, pertanian, dan simpan pinjam) merupakan usahausaha yang dikembangkan berbasis anggota. Adapun usaha yang terbuka pada non-anggota antara lain jasa pembayaran rekening listrik dan telepon, produksi dan penjualan pupuk organik, penggilingan padi dan jagung, produksi dan pemasaran pakan sapi, serta pertokoan.
Menurut Ketua KUD Karangploso Agung Rino salah satu strategi keberhasilan KUD mereka adalah dengan mengenali potensi. Ketika baru berdiri, koperasi fokus pada padi. Mereka bahkan menjadi salah satu pemasok terbesar di Dolog Kabupaten Malang. Namun, ketika di wilayah mereka mulai berdiri pabrik susu segar, anggota pun melihatnya sebagai peluang.
Unit simpan pinjam yang dikelola secara otonom. Unit ini menyediakan kebutuhan keuangan anggota baik permodalan usaha maupun untuk kebutuhan konsumsi, menyalurkan kredit dan menerima simpanan.
“Ketika melihat peluang untuk mengembangkan sapi perah, kami pun berubah fokus. Ternyata hasilnya lebih menguntungkan bagi anggota,� kata Agung. Jumlah susu yang dipasarkan tiap hari sebanyak 7,5 ton dengan pembeli utama PT Nestle Indonesia. Adapun pemasaran hasil-hasil pertanian lainnya dengan cara membeli gabah petani, diolah di unit
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
pengolahan KUD, dan kemudian dijual dalam bentuk beras. Untuk produk tebu, pemasarannya bekerja sama dengan pabrik gula dengan sistem bagi hasil 60 persen untuk petani dan 40 persen untuk pabrik gula. Untuk bisa mencapai keberhasilan tersebut, anggota harus berkomitmen pada peraturan. Contohnya anggota koperasi yang juga bidan hewan di bagian pelayanan kesehatan hewan. Ketika ada sapi melahirkan, dia harus membantu proses meskipun tengah malam karena memang sudah menjadi kewajibannya sebagai anggota.
Untuk menjaga komunikasi dengan anggota, ada beberapa metode yang digunakan. Di antaranya adalah komunikasi dengan anggota unit susu setiap hari, program penyuluhan kepada anggota, menghidupkan kelompok arisan, pertemuan kelompok setiap bulan, serta Rapat Akhir Tahun (RAT) yang wajib dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada anggota. Anggota berhak menuntut tanggung jawab kepada pengurus karena mereka sudah melaksanakan kewajibannya yaitu simpanan pokok Rp 50 ribu dan simpanan wajib Rp 20 ribu setiap bulan. Hak anggota tersebut antara lain mendapatkan sisa hasil usaha (SHU) secara proporsional, mengikuti perkembangan kegiatan koperasi, hak menjadi pengurus, dan hak mendapatkan pelayanan dari KUD. Kiat-kiat agar koperasi tetap eksis adalah harus didesain bahwa koperasi ini rumah bagi anggotanya dan memberikan pelayanan baik bagi anggota. KUD mendapat bantuan prosesing pupuk organik tetapi tidak bisa jalan karena biaya operasional terlalu tinggi. Hal yang bisa dilakukan oleh KUD hanya memotivasi anggota untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi pupuk organik. Konflik internal dalam organisasi selalu ada, tergantung konteks masalah. Tinggal bagaimana mencari solusi atas masalah tersebut. Satu hal yang pasti, semua konflik bisa diselesaikan jika semua duduk bersama. 15
LA PO R A N PE TA H U N A N M ITR TE M U A N RA 2 0 1 2
JANGAN ADA DUSTA DI ANTARA ANGGOTA Pelajaran dari Koperasi SAE Pujon
K
operasi SAE Pujon, Kabupaten Malang berdiri pada 30 Oktober 1962. Nama SAE berasal dari singkatan Sinau Andandani Ekonomi yang berarti belajar memperbaiki ekonomi. Dalam bahasa Jawa, sae juga berarti baik atau bagus. Melalui nama itu, para pendiri koperasi berharap ekonomi mereka akan membaik. Namun, mereka harus jatuh bangun untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Hingga September 2012 lalu, persentase mata pencaharian penduduk Kecamatan Pujon adalah peternak 63 persen, petani 31 persen, pegawai 2 persen dan pedagang 4 persen. Pujon berada di pegunungan dengan ketinggian 1.100 mdpl dengan luas wilayah 13.738 ha terdiri dari 10 desa. Jumlah anggota KUD Sae Pujon yang aktif dan produktif pada tahun 2010 sebanyak 8.306 orang. Populasi sapi yang diternak sebanyak 26.240 ekor dengan produksi susu sekitar 41 juta liter per tahun. Ketika baru berdiri pada tahun 1962, jumlah anggota koperasi hanya 23 orang. Dengan 35 ekor sapi, mereka memproduksi susu sebanyak 50 liter per hari. Hasil produksi tersebut dijual ke pasar lokal. Koperasi ini pernah jatuh bangun. Menurut Suyono,
16
Humas Koperasi SAE Pujon, pada tahun 1968 – 1969, koperasi ini jatuh sehingga tidak ada anggota yang bersedia menjadi pengurus. Jumlah anggota pun turun dari 150 orang tinggal 34 orang. Produksi susu hanya 200 liter per hari dari biasanya 2.000 liter per hari. Pada 23 Mei 1979, koperasi melakukan reorganisasi. Empat tahun sebelumnya, pada tahun 1975, mereka juga mulai bekerja sama dengan PT Nestle Indonesia. Pada saat yang sama, pemerintah juga memberikan dukungan kuat kepada koperasi. Menurut Suyono, dukungan dari PT Nestle Indonesia yang membutuhkan susu dalam jumlah besar setiap hari dan dukungan dari pemerintah ini membuat pelan-pelan koperasi ini pun bangkit kembali. Saat ini, Koperasi SAE Pujon memiliki 241 karyawan dan 59 kelompok masing-masing memiliki 75 anggota. Omzet koperasi sekitar Rp 196 miliar dengan jumlah aset Rp 57 miliar. Angka-angka tersebut menunjukkan Koperasi SAE Pujon kini telah berhasil sehingga pernah menjadi koperasi terbesar di Indonesia. Koperasi SAE Pujon pun mendapat beberapa penghargaan seperti Piagam
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
Koperasi Mandiri 1998, Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional 2001, dan Koperasi Produsen Berprestasi Tingkat Nasional 2006. Keberhasilan tersebut diwujudkan dalam hidupnya sembilan unit usaha Koperasi SAE Pujon. Sembilan unit usaha tersebut terdiri dari lima unit usaha inti dan empat usaha diversifkasi. Unit usaha inti merupakan usaha yang langsung terkait dengan usaha produksi langsung, seperti susu, pakan ternak, kesehatan hewan, teknis, dan transportasi. Adapun usaha diversifikasi merupakan pengembangan yaitu warung serba ada, simpan pinjam, balai pengobatan, dan rumah bersalin.
tindak lanjut. Dengan begitulah koperasi bisa terus berjalan dan sukses seperti saat ini. Inti dari lima kunci tersebut adalah keterbukaan kepada anggota sejak dari proses perencanaan hingga evaluasi. Melalui keterbukaan ini, maka semua pihak termasuk pengurus dan anggota bisa tahu pelaksanaan dan perkembangan koperasi dari waktu ke waktu. Karena itu, bagi Suyono, prinsip penting dalam koperasi adalah jangan ada dusta di antara anggota.
Untuk mencapai kesuksesan tersebut, Koperasi SAE Pujon melaksanakan lima kunci sukses. Pertama adalah perencanaan. Setiap akhir tahun, masingmasing kepala unit membuat usulan rencana kerja yang kemudian dibahas di pengurus. Kedua adalah musyawarah sebagai media komunikasi dengan anggota terkait rencana kerja yang sudah dibuat. Ketiga komitmen antara karyawan, pengurus, dan anggota. Semua pihak harus memiliki komitmen untuk melaksanakan program. Misalnya, anggota berkomitmen melakukan kontrol terhadap program yang dijalankan pengurus. Keempat evaluasi. Dalam setiap pelaksanaan program, baik pengurus, karyawan, ataupun anggota selalu melakukan evaluasi sebagai bahan untuk perbaikan. Kelima, tindak lanjut. Begitu sudah ada kesepakatan dari perencanaan maupun evaluasi, maka harus ada
17
LA PO R A N PE TA H U N A N M ITR TE M U A N RA 2 0 1 2
DIVERSIFIKASI LAYANAN MENUJU KESUKSESAN Pelajaran dari KUD Kepanjen
K
operas Unit Desa (KUD) Kepanjen berawal dari program Orde Baru di mana di setiap kecamatan ada satu KUD. Pada saat itu pemerintah sangat mendukung KUD sehingga banyak fasilitas yang mereka berikan. KUD Kepanjen diawali dengan usaha Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) karena komoditas yang banyak di Kepanjen adalah tebu dan padi. Pada tahun 1996 KUD Kepanjen pernah merintis sapi perah. Usaha ini sangat menunjang KUD karena perputarannya setiap hari. Namun, karena geografis dan sumber daya alam tidak mendukung, maka usaha ini tak berjalan. Berawal dari usaha tebu, KUD Kepanjen kini mengembangkan berbagai bentuk usaha dan pelayanan. Ada lima unit usaha di KUD Kepanjen yaitu warung serba ada, cuci mobil, simpan pinjam, pertanian tebu, dan unit listrik. Unit TRI adalah unit unggulan yang masih berjalan hingga saat ini namun unit ini saling mendukung dengan unit-unit lain. Sebagai contoh kebutuhan pupuk para petani
18
tebu ini dilayani oleh unit lain yaitu warung serba ada. Di unit TRI, kelompok tani bisa bekerja sama dengan koperasi. Koperasi sendiri juga bekerja sama dengan pabrik gula. Kebutuhan petani akan pupuk, modal dan bibit difasilitasi pabrik. Unit listrik merupakan tempat pembayaran listrik untuk masyarakat umum. Untuk mengumpulkan pembayaran tersebut, ada kerja sama dengan kolektor di desa. Saat ini ada sekitar 8.000 pelanggan yang membayar. Tiap kolektor akan mendapatkan bonus saat hari raya sehingga bisa memotivasi mereka. Keuntungan yang didapat dikumpulkan ke KUD kemudian dibagi dalam bentuk sisa hasil usaha (SHU). Setiap bulan hasil yang didapat unit listrik sekitar Rp 8 juta, biaya operasional Rp 6 juta sehingga setor ke KUD Rp 2 juta. Di Unit Simpan Pinjam, tiap anggota bisa meminjam uang. Sebagai jaminan adalah Bukti Kepemilikan
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
Kendaraan Bermotor (BPKB) yang memengaruhi pula besar kecilnya pinjaman. Jika harga kendaraan mahal, maka makin banyak uang yang boleh dipinjam. Agar bisa meminjam, maka anggota harus mendaftar dulu dengan membayar simpanan pokok Rp 50 ribu dan simpanan wajib Rp 10 ribu per bulan. Jasa simpanan anggota adalah 1 persen dan jasa pinjaman 2,5 persen.
revitalisasi di 18 desa yang ada di kecamatan ini. Ternyata yang daftar ulang hanya 73 orang dari sekitar 1.700 anggota. Mereka ini yang membayar simpanan pokok maupun simpanan wajib. Meskipun anggota lebih sedikit, namun mereka lebih memiliki komitmen untuk memajukan koperasi. Atas dasar sukarela, pengurus dan anggota pun kini membesarkan koperasi secara bersama-sama.
Di Unit Waserda, pelayanan pupuk berdasarkan pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Harga pupuk di waserda ini tidak ada perbedaan antara anggota dan non-anggota. Bedanya hanya anggota KUD akan mendapatkan prioritas dalam pelayanan. Pasokan pupuk yang dijual dari distributor, bukan langsung dari pabrik. Meskipun demikian koperasi ini tetap mendapatkan keuntungan sebesar kira-kira Rp 18 juta per tahun. Adapun unit cuci mobil merupakan investasi baru. Menurut Husein, Ketua KUD Kepanjen, unit ini dibentuk berdasarkan potensi banyaknya mobil di daerah mereka. Karena itu, KUD Kepanjen pun tak ragu untuk berinvestasi untuk bangunan dan peralatan sebesar Rp 100 juta. Meskipun baru berjalan dua bulan, unit ini sudah menghasilkan. Selain melalui diversifikasi layanan, keberhasilan KUD Kepanjen juga karena ketegasan pengurus dalam menata anggota. Awalnya, anggota KUD ini bergabung karena sedikit dipaksa oleh pemerintah Orde Baru. Anggota tidak mendaftar dengan sukarela. Karena itulah anggotanya sangat banyak. Namun, pada tahun 2010, pengurus melakukan 19
LA PO R A N PE TA H U N A N M ITR TE M U A N RA 2 0 1 2
TIGA PILAR YANG MEMBESARKAN KOPERASI Pelajaran dari KAN Jabung
B
ermula dari gedung berdinding bambu, Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung kini berdiri megah di Jabung, Kabupaten Malang. Koperasi dengan anggota 1.800 orang dan omzet Rp 180 miliar ini harus jatuh bangun sebelum mencapai keberhasilan seperti saat ini. KAN Jabung berdiri pada 27 Mei 1978 dengan nama KUD Jabung. Setelah sempat terpuruk pada tahun 1984 akibat pengelolaan yang kurang bagus, koperasi ini pun bangkit pelan-pelan. Pada saat terpuruk, koperasi memiliki utang hingga Rp 36 juta. Padahal, aset mereka cuma Rp 3 juta. Para pengurus pun mulai menata kembali koperasi. Begitu pengurus diganti pada 1985, pengurus baru pun membuat beberapa komitmen untuk melakukan pengelolaan koperasi yang sebenarnya berdasarkan prinsipprinsip koperasi. Pengurus mulai membangun kepercayaan dengan anggota. Pada tahun 1998, seiring perubahan iklim politik, KUD Jabung berubah menjadi KAN Jabung karena ada citra yang kurang baik dengan nama KUD, diplesetkan menjadi Ketua Untung Duluan. Sejak tahun 1991 mulai ada peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) koperasi. Pengurus melakukan perubahan-perubahan dalam organisasi maupun usaha.
20
Saat ini KAN Jabung memiliki beberapa unit usaha. Unit intinya adalah sapi perah karena ada industri pengolaha susu besar di Malang, PT Nestle Indonesia dan PT Indolakto. Agar bisnis inti bisa berjalan dengan baik, maka perlu ada usaha yang mendukung bisnis inti yaitu sarana produksi peternakan (sapronak) sebagai usaha penunjang. Sekitar 60 persen biaya peternakan biasanya habis untuk pakan. Karena itulah koperasi menyediakan sapronak agar biaya peternak tidak semakin besar. Usaha penunjang lain adalah transportasi untuk mengangkut susu dari pos penampungan ke pabrik pengolahan susu, ekspedisi pengangkutan ayam dan pakan ternak, serta menyediakan mobil operasional kantor untuk perusahaan. Usaha penunjang lainnya berupa simpan pinjam, penyedia kredit untuk peternak yang akan mengembangkan usaha. KAN juga memiliki KAN Trading untuk anggota, seperti swalayan, toko bangunan, dan depo minyak goreng curah. Adapun usaha penunjang tidak langsung ada tiga yaitu sarana produksi pertanian yang menyediakan pupuk dan bibit pertanian, tebu rakyat yang mengelola 1.100 ha dengan 200 anggota, dan usaha kolaborasi seperti pom bensin dan bank perkreditan rakyat. Tak cukup dengan usaha inti maupun
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
penunjang, saat ini KAN Jabung juga tengah mengembangkan usaha pengembangan pupuk organik dan pasturisasi susu. Menurut Manajer Umum KAN Jabung Eva Marlyana, KAN Jabung bisa besar seperti saat ini karena ditunjang tiga pilar. Pertama, organisasi harus kuat. Secara legalitas, perlu ada pedoman dan aturan yang dibuat berdasarkan kebutuhan organisasi. Hal ini untuk mencegah agar koperasi tidak dipolitisasi untuk memenuhi kepentingan sekelompok orang. Kedua, partisipasi anggota. Partisipasi anggota harus tinggi sehingga harus menggunakan jasa-jasa koperasi. Dengan mengundang anggota terlibat dalam pelatihan-pelatihan maka diharapkan partisipasi anggota meningkat. Ketiga, usaha sehat. Semua usaha KAN Jabung harus menguntungkan, kalau perlu ada konsultan, jika ada usaha yang tidak prospektif harus ditutup. Usaha harus berorientasi kepentingan.
Manajer ini pun menerapkan profesionalismenya melalui sejumlah target. Misalnya, tingkat kehadiran karyawan. Dari semula tanpa absen kemudian ada absen layaknya pekerja kantoran. Sistem rekrutmen karyawan terbuka dan tidak ada korupsi, kolusi, dan nepotisme. Semua karyawan harus paham tentang koperasi dan tanggung jawab mereka sendiri. Meskipun demikian, karyawan tetap diutamakan dari warga lokal. Dengan demikian, profesionalisme karyawan tetap akan menguntungkan bagi warga lokal yang juga pemilik koperasi.
Agar tiga hal tersebut berjalan dengan baik, maka perlu ada pengurus koperasi yang profesional. Pengurus memiliki komitmen membangun mentalitas dengan mementingkan kepentingan anggota. Mereka dipilih oleh anggota dari anggota dalam rapat anggota dan dipilih secara langsung. Pengurus kemudian mengangkat orang-orang profesional untuk mengelola koperasi. Hubungan antara pengurus dengan manajer adalah kontrak kerja tahunan dengan target-target yang sudah ditentukan.
21
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
TESTIMONI Saya senang bisa membagi pengalaman dengan peserta APM. Kegiatan ini terlihat sangat terkonsep dan dilaksanakan dengan baik. Kami juga jadi senang untuk memberikan pengalaman kepada mereka. Apalagi para peserta terlihat sangat antusias selama kunjungan. Kami bisa belajar dari mereka.
Eva Marlyana, Manajer Umum KAN Jabung
Selama kunjungan saya bisa belajar tentang koperasi. Setelah ini kami di Toraja mungkin bisa menerapkan pengetahuan yang kami dapatkan dari berkunjung ke koperasi-koperasi tani di Malang. Selama ini kami, petani kopi di Toraja, masih dicengkeram tengkulak. Pelajaran menarik dari kunjungan ini adalah bahwa untuk membangun koperasi itu perlu kejujuran dan profesionalisme.
Yohanes Gaga, Anggota Perhimpunan Petani Kopi Toraja
Setelah mengikuti kunjungan ke koperasi-koperasi ini, saya jadi tahu bahwa untuk sukses itu butuh waktu yang lama. Perlu mengalami proses jatuh bangun. Sebagai organisasi baru, kami bisa belajar cara mengorganisir petani di sini.
Wartini, Bendahara Aliansi Petani Organik Boyolali
Hal menarik dari koperasi-koperasi ini adalah banyaknya tenaga muda dan berpendidikan yang menjadi pengurus ataupun karyawan. Semangat muda yang energik membuat koperasi-koperasi ini sangat lincah dalam mengembangkan jaringan. Prinsip transparansi dan akuntabilitas juga berjalan dengan baik.
Muhammad Fadlil Kirom, Aliansi Petani Indonesia
23
LA PO R A N PE TA H U N A N M ITR TE M U A N RA 2 0 1 2
RENCANA TINDAK LANJUT Refleksi untuk bekal aksi
S
etelah dua hari berkunjung ke empat koperasi di Kabupaten Malang, peserta Pertemuan Mitra Tahunan mengadakan diskusi sebagai refleksi. Dalam diskusi tersebut, para peserta juga membuat rencana tindak lanjut dari masing-masing lembaga. Berikut adalah rangkumannya.
1 2 3
4
24
Mitra di Jakarta yang bekerja di isu penyadaran konsumen akan membuat publikasi, diskusi konsumen, dan pameran produk sehat. Melalui kegiatan-kegiatan ini, para mitra berharap konsumen akan lebih paham tetang produk lokal dan membelinya sebagai dukungan bagi petani. Koperasi Serba Usaha (KSU) Jantan merencanakan unit bisnis koperasi mereka. Untuk itu, koperasi di Flores Timur ini akan menata struktur dan sistem manajemen organisasi mereka serta menguatkan kapasitas pengurus, pengawas, tim pengelola, dan anggotanya. Konsorsium Penyadaran Konsumen Solo dan Bali ingin mendirikan koperasi konsumen pangan sehat. Koperasi ini akan menyediakan produk pangan sehat untuk anggota maupun masyarakat umum lainnya. Untuk itu, maka akan ada peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) terlebih dulu, termasuk melalui lokakarya dan studi banding. Asosiasi Petani Organik Mbak (ATOM) akan mengembangkan kapasitas tim manajer dan kaderisasi calon-calon pengelola bisnis organisasi. Mereka juga akan melakukan rekrutmen anggota dan memastikan anggota yang memiliki semangat berkoperasi. Hal serupa juga akan dilakukan oleh KSU Asosiasi Petani Kopi Manggarai (Asnikom) dan Perhimpunan Petani Watuata (Permata) Ngada.
5
6 7
8
Hal serupa juga direncanakan Aliansi Petani Indonesia (API), peningkatan kapasitas anggota API dalam manajemen koperasi. API juga berencana membentuk koperasi di sepuluh wilayah anggota API. Selain itu, API akan membuat dokumentasi keberhasilan koperasi dan pemasaran bersama di Indonesia sebagai referensi. Perhimpunan Petani Kopi Toraja (PPKT) akan berusaha meningkatkan produktivitas anggota, sistem manajemen keuangan organisasi, jaringa bisnis, dan status hukum PPKT. Dengan kenaikan produksi, maka bisa meningkatkan omzet yang bisa menjadi modal organisasi Koperasi Tani Masagena akan melakukan pembenahan data anggota, restrukturisasi pengurus dan pengelola, memperbaiki sistem manajemen melalui komputerisasi, dan meningkatkan kinerja masing-masing unit usaha. Dengan demikian, akan ada pembagian kerja yang jelas antarpengurus dan anggota pun makin mudah dalam mendapatkan pelayanan. Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) akan memfasilitasi pemasaran produk petani wilayah program Desa Mandiri Pangan Menuu Desa Sejahtera (DMPDS) di Sumba Timur, Flores Timur, dan Timor Tengah Utara. Koalisi ini juga akan bertransformasi dari bentuk koalisi menjadi koperasi.
EM U A N LA PO RA N PE RTRA 2 01 2 IT M N A N TA H U
9
10
Sebagai koperasi yang sudah berjalan, Koperasi Amanah Polewali Mandar berencana untuk membuatan standar prosedur operasional di tingkat organisasi serta unit usaha di tingkat primer dan sekunder. Koperasi ini juga ingin mengembangkan diversifikasi usaha sehingga bisa meningkatkan nilai usaha dan pendapatan koperasi. Asosiasi Petani Padi Organik Boyolali (APPOLI) merencanakan untuk mengaktifkan iuran anggota. Selain untuk meningkatkan kesadaran anggota juga menambah sumber pendapatan koperasi. Organisasi petani ini juga akan memperluas jaringan organisasi dan meningkatkan kemampuan SDM anggota, pengurus, serta pengelola. Hal serupa juga akan dilakukan Koptan Desta, Asosiasi Petani Kakao Nangapenda (SIKAP) dan KSU Bituna.
11 12
Tim Healthy Food Healthy Living (HFHL), yang terdiri dari anak-anak muda Bali dan Solo, ingin melaksanakan sosialisasi pembelajaran dari pertemuan tahunan tentang pertanian sebuah bisnis. Mereka juga akan menggalang kekuatan internal tim HFHL untuk merealisasi pertanian sebagai sebuah bisnis. Sebagai organisasi baru, Asosiasi Petani Organik Boyolali (APOB) ingin lebih banyak merekrut anggota dan meningkatkan kapasitas mereka. APOB juga ingin merestruktur pengurus inti dan memperluas area pemasaran. Untuk itu mereka juga akan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain, baik lokal maupun nasional.
25
Kantor Regional : Jl. Kerta Dalem No. 7, Sidakarya, Denpasar, Bali 80224, Indonesia Phone: +62 361-7808264, 727378 Fax: +62 361-723217 E-mail: admin@veco-indonesia.net Website www.vecoindonesia.org
Posisi Tawar yang Lebih Baik untuk Petani