LAPORAN TAHUNAN 2013
Daftar Isi 5 7 8 11 12 15 16 19 20 23 24 26
Pengantar Tentang VECO Indonesia Ringkasan Bertambahnya Pendapatan Petani Kecil Meningkatnya Posisi Tawar Petani Mengurangi Kerentanan terhadap Guncangan Peningkatan Ketahanan Pangan Pahlawan Kedaulatan Pangan dari Desa Kenaikan Jumlah Konsumen Pangan Sehat Berukar Pengetahuan dan Pengalaman Bahan Belajar Keuangan
4
Pengantar Selama lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada tahap positif antara 5-8 persen. Sebagian besar pertumbuhan ini berdasarkan pada industriindustri ekstraktif dan meningkatnya konsumsi lokal. Bagi sector pangan khususnya, peningkatan konsumsi domestic secara signifikan merupakan peluang bagus bagi petani kecil karena konsumen membeli dalam jumlah lebih banyak dan kualitas lebih baik. Pada saat yang sama terjadi peningkatan kesadaran akan pentingnya pangan sehat bagi kelas menengah baru di Indonesia. Pertumbuhan pasar ini memberikan peluang bagi petani kecil untuk menikmati harga lebih tinggi dan menjual produk mereka lebih banyak. Namun, hal ini tak otomatis tercapai karena baik akses langsung terhadap pasar maupun kapasitas petani terorganisir masih terbatas sehingga mendistorsi harga. Kita perlu untuk mengembangkan model pasar inklusif bersama dengan rantai pertanian yang adil untuk petani dan pada saat yang sama menguatkan kapasitas organisasi petani. Di sisi lain, kita juga perlu berpikir untuk menciptakan lingkungan di mana para aktoraktor rantai nilai seperti petani, sector swasta, penyedia layanan, bank, dan pemerintah bisa membangun pasar inklusif di mana organisasi petani bisa mengembangkan diri mereka sendiri. Kita sebaiknya berpikir tentang standard
sertifikasi yang benar, keuangan untuk pertanian, kolaborasi pemerintah, dan lainlain yang mendukung petani kecil. Program baru VECO Indonesia selama enam tahun yang dimulai tahun 2014 ini dikembangkan dari berbagai kegiatan, hasil, dan jaringan yang telah dibangun VECO Indonesia bersama mitranya selama 30 tahun. Program baru ini memfokuskan strategi dan kegiatannya tepat pada apa yang telah dijelaskan pada paragraf kedua sekaligus sebagai hasil dari konsultasi ekstensif dengan pihak internal maupun eksternal di Indonesia maupun tingkat Asia Tenggara pada 2013. Selama 2013, kami telah bekerja di sektor padi, kakao, kopi, dan kayu manis di 13 kabupaten dengan 29 organisasi mitra, termasuk 11 organisasi petani. Hasil terpilih dari kerja-kerja kami selama 2013 kami sampaikan melalui laporan berikut. Jika Anda tertarik informasi tersebut lebih detail, silakan baca di website kami www.vecoindonesia.org atau tabloid kami, LONTAR. Kami harap Anda menikmati laporan ini dan mengirimkan masukan kepada kami.
Rogier Eijkens Perwakilan Regional VECO Indonesia
5
6
Tentang VECO Indonesia Tentang Kami VECO Indonesia merupakan kantor regional dari Vredeseilanden, lembaga swadaya masyarakat yang berkantor pusat di Leuven, Belgia. Selama lebih dari 25 tahun, kami bekerja untuk mewujudkan satu cita-cita, posisi tawar yang lebih baik untuk petani. Selain di Indonesia, Vredeseilanden juga memiliki kantor regional di Afrika Barat, Afrika Timur, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara.
Cita-cita Kami VECO Indonesia berusaha meningkatkan posisi tawar kelompok petani dan menyumbang pada taraf hidup mereka melalui pengembangan rantai pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Lokasi Program VECO Indonesia bekerja di 19 kabupaten di 9 provinsi yaitu: 1. Nusa Tenggara Timur di Kabupaten Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai dan Manggarai Timur untuk komoditas beras, kopi dan kakao. 2. Jambi di Kabupaten Kerinci untuk komoditas kayu manis. 3. Sulawesi Barat di Kabupaten Polewali Mandar untuk komoditas kakao. 4. Sulawesi Selatan di Kabupaten Toraja, Enrekang, Luwu Timur dan Luwu Utara untuk komoditas kopi dan kakao. 5. Sulawesi Tengah di Kabupaten Parigi Moutong untuk komoditas kakao. 6. Jawa Barat di Kabupaten Tasikmalaya untuk komoditas beras organik. 7. Jawa Timur di Kabupaten Malang dan Lumajang untuk komoditas kopi. 8. Jawa Tengah di Kabupaten Boyolali untuk komoditas beras sehat dan organik. 9. DKI Jakarta untuk kampanye pangan sehat dan harga pembelian pemerintah (HPP) beras multikualitas.
7
Ringkasan Tahun 2013 merupakan tahun penting bagi program VECO Indonesia karena pada tahun ini VECO Indonesia mengakhiri satu periode program, 2010 - 2013. Pada tahun 2014, VECO Indonesia memulai fase baru dalam program untuk periode 2014-2020. Sepanjang 2013 ada beberapa perubahan penting. Mulainya program kayu manis di Kerinci, Jambi. Program ini dimulai berdasarkan permintaan dari perusahaan swasta Cassia Coop dan IDH dari Belanda agar VECO Indonesia memfasilitasi pengembangan kayu manis organic sesuai standar Rainforestt Alliance di Kerinci. Melalui program ini, VECO Indonesia mendampingi petani lokal agar membuat organisasi petani untuk mengubah sistem pemasaran kayu manis yang lebih memihak kepada petani. Replikasi program advokasi di NTT. Program Desa Mandiri Pangan Menuju Desa Sejahtera telah diadaptasi oleh pemerintah NTT dan diterapkan pula di beberapa daerah lain, seperti Kabupaten Timor Tengah Utara, Belu, dan Sumba Timur. Kabupaten Sumba Timur, misalnya, telah menyediakan Rp 9 juta untuk program DMPDS dan di TTU, Rp 40 juta sudah diberikan kepada tiap desa untuk penyediaan pangan. Aturan lebih lanjut masih diperlukan untuk keberlanjutan program ini pada tahun-tahun selanjutnya. Laporan ini memberikan lebih detail pencapaian-pencapaian kami selama tahun 2013.
8
9
10
Bertambahnya Pendapatan Petani Kecil Berdasarkan analisis pendapatan pada contoh 20 petani di masing-masing lokasi program, maka terdapat beberapa fakta penting. Pada akhir 2013, pendapatan petani di beberapa rantai komoditas berhasil memenuhi target program. Rantai komoditas tersebut antara lain kakao di Sulawesi, kopi robusta di Manggarai dan Ngada, serta kopi arabika di Ngada dan Manggarai. Peningkatan pendapatan pada komoditas tertentu, seperti kakao di Sulawesi dan kopi robusta maupun arabika di Manggarai terjadi karena peningkatan jumlah produksi. Harga selama tahun 2013 juga membaik. Kakao di Sulawesi dijual dengan harga premium. Adapun untuk kopi di Flores, peningkatan pendapatan karena bertambahnya produksi meskipun harga masih sama dibandingkan harga tahun sebelumnya, Rp 20.000 – Rp 21.000 per kg untuk robusta dan Rp 19.400 per kg untuk arabika. Dampak intervensi program di Sulawesi berupa perbaikan sistem budi daya kakao yang telah mengadopsi Good Agriculture Practices (GAP) untuk kakao berkelanjutan. Petani juga mendapatkan harga premium sebagai hasil lobi ke perusahaan swasta seperti PT Mars Symbioscience Indonesia, PT Armajaro Indonesia, dan Petrafood.
11
Meningkatnya Posisi Tawar Petani Pemasaran bersama oleh petani berhasil mempersingkat rantai pemasaran. Banyaknya jumlah biji kakao berkualitas bagus yang dijual melalui pemasaran bersama juga membuat petani menerima harga lebih tinggi dibandingkan harga di pasar. Kerja sama yang bagus telah dibuat antara eksportir yang telah berkomitmen untuk menghasilkan kakao sebagai komoditas berkelanjutan. Selain harga yang lebih baik, petani juga manerima fasilitas untuk praktik pertanian kakao berkelanjutan serta pengendalian mutu. Jumlah kelompok tani yang telah menerapkan sistem kontrol internal (ICS) dan mendapatkan sertifikat pun bertambah. Di sisi lain, petani juga makin mudah mengakses informasi terkait praktik pertanian berkelanjutan seperti harga dan praktik pertanian berkelanjutan. Petani pun bisa menggunakan informasi tersebut untuk bernegosiasi dengan pembeli sehingga mendapatkan harga yang lebih baik. Contoh keberhasilan ini ada di wilayah program Sulawesi di mana koperasi petani Amanah dan Masagena bisa melaksanakan pemasaran bersama kakao. Pemasaran bersama ini dilakukan mulai dari tingkat petani yaitu budi daya, pemanenan dan pengolahan pascapanen, serta kontrol mutu yang lebih baik. Di tingkat organisasi, petani menyiapkan struktur yang lebih baik dan meningkatkan kapasitas organisasi terkait pemasaran bersama termasuk ICS dan bisnis lainnya. Petani juga melakukan lobi terhadap eksportir.
12
13
14
Mengurangi Kerentanan terhadap Guncangan Petani-petani mitra VECO Indonesia telah menerapkan praktik budi daya kopi secara berkelanjutan. Mereka mampu mengurangi penurunan jumlah produksi akibat penyakit dan hama maupun guncangan alam. Petani telah meningkatkan luas lahan kopi dan menerima harga lebih tinggi melalui pemasaran bersama. Mereka pun bisa mendapatkan pendapatan lebih tinggi dan membantu mereka mengatasi guncangan ekonomi, misalnya naiknya kebutuhan dan biaya hidup. Karena kerja keras mereka, anggota Asosiasi Petani Kopi Mangagrai (Asnikom) dan Perhimpunan Petani Watu Ata (Permata) mulai mendepatkan pengakuan dan keercayaan dari pihak lain seperti pemerintah, sektor swasta, dan petani lain. Adapun di Kerinci, Jambi, 25 persen petani yang telah difasilitasi secara intenstif oleh VECO Indonesia dan mitra lokal, Mitra Aksi, telah mulai menerapkan praktik pertanian berkelanjutan melalui pertanian tumpangsari. Praktik ini berakibat pada meningkatnya kesuburan dan kemampuan tanah dalam menyerap air serta mengurangi polusi udara akibat penggunaan bahan kimia. Peningkatan jumlah produksi seperti ditunjukkan petani telah menarik minat oetani-petani lain di Kerinci untuk belajar pertanian berkelanjutan. Mereka pun belajar membuat pupuk organik dari anggota kelompok tani Taktik.
15
Peningkatan Ketahanan Pangan Perubahan besar terjadi pada petani aggota Asosiasi Petani Padi Organik Boyolali (Appoli). Setelah menerima sertifikat organik untuk padi produksi mereka, petani bisa mendapatkan harga lebih tinggi dibanding harga pasar. Penerapan praktik pertanian organik telah meningkatkan produksi dan mengurangi biaya sehingga mereka mendapatkan pendapatan lebih tinggi. Ketahanan pangan pun lebih terjamin. Karena mengonsumsi beras organik tiap hari, petani merasa lebih sehat. Warga yang mengalami diabet dan encok pun berkurang. Seiring dengan kemudahan akses ke pemerintah, petani kini bisa mendapat dukungan lebih termasuk untuk ternak, irigasi, perlengkapan kerja, dukungan keuangan untuk menerapkan sistem intensifikasi padi (SRI), kebun sayur, dan lain-lain. Semua ini berdampak pada ketahanan produksi padi sebagai sumber pendapatan utama mereka. Petani lebih mandiri untuk menanam pangan mereka sendiri. Ternak pun meningkat, menyediakan sumber pangan cadangan jika mereka mengalami gagal panen. Keberhasilan program di Boyolali, Jawa Tengah telah membuktikan bahwa petani bisa meningkatkan pendapatan, mengamankan sumber pangan, serta memungkinkan adanya dukungan dari pemerintah terhadap petani.
16
17
18
Pahlawan Kedaulatan Pangan dari Desa Jacob Tanda mendapatkan penghargaan sebagai Pahlawan untuk Indonesia. Kepala Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut termasuk satu dari sepuluh Pahlawan untuk Indonesia menurut MNC, kelompok media televisi terbesar di Indonesia. Penghargaan diberikan pada 10 November, Hari Pahlawan di Indonesia. Para pahlawan tersebut mendapatkan penghargaan dari MNC atas dedikasi mereka pada bidang masing-masing. Jacob Tanda dianggap berjasa karena telah memperjuangkan kedaulatan pangan di desanya. Penilaian tersebut diberikan oleh juri antara lain sosiolog Imam Prasodjo dan mantan Ketua Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Ma’arif. Pahlawan untuk Indonesia merupakan penghargaan yang diberikan oleh MNC Group, pemilik stasiun televisi RCTI, MNC TV, Gobal TV, dan media penyiaran lain. Panitia penghargaan memilih orang-orang berdedikasi dari daerahdaerah di Indonesia yang dianggap bisa menjadi inspirasi. Bidang penghargaan tersebut ada ekonomi, sosial, maupun budaya. Keberhasilan tersebut tak bisa dilepaskan dari dukungan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, mitra VECO Indonesia untuk advokasi. Sejak lima tahun lalu KRKP melaksanakan program Desa Mandiri Pangan Desa Sejahtera (DMPDS), termasuk di Mbatakapidu. Melalui usaha keras Jacob bersama warga, kini Mbatakapidu sudah memiliki lumbung pangan. Lumbung pangan itu ada di tiga tingkat yaitu di lahan, di dusun, dan di desa.
19
Kenaikan Jumlah Konsumen Pangan Sehat
Adapun jumlah pembeli beras sehat pada tahun 2013 sebanyak 1.635 dengan rincian 1,484 konsumen membeli dari KSR, 56 orang dari YAPSI, 55 orang dari PIB, dan 40 orang dari YLKI. Jumlah ini lebih besar dibandingkan konsumen yang membeli beras sehat pada tahun 2012, 1.571 orang, dan pada tahun 2011, 1.500 orang. Artinya, pada kurun tiga tahun tersebut telah terjadi peningkatan terus menerus.
20
160 1 40
Ton Penjualan per Tahun
Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang bisa menjual hingga 142,2 ton. Namun, jumlah ini tetap jauh lebih banyak dibandingkan tahun 2011 yang hanya menjual 40 ton beras sehat di Solo dan Bali.
Peningkatan Penjualan Beras Sehat selama Tiga Tahun 142, 2 120
100
100, 8 100, 8 80
60
40
40 20
0 2011
2012
2013
Peningkatan Konsumen Beras Sehat selama Tiga Tahun 1.650 1. 1635 635 1. 600
Jumlah Konsumen
Hingga akhir 2013, total beras sehat yang dijual mitra VECO Indonesia dalam program penyadaran konsumen sebanya 100,8 ton. Jumlah tersebut berasal dari Konsorsium Solo Raya menjual 95,2 ton, Yayasan Pangan Sehat menjual 0,31 ton, Perhimpunan Indonesia Berseru (PIB) menjual 5 ton, dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menjual 0,25 ton.
1. 157 571 1
1. 550
1. 500
1500 1. 500
1 . 45 0
1 . 40 0 2011
2012
2013
21
Bertukar Pengetahuan dan Pengalaman Selama tahun 2013, VECO Indonesia dan para mitranya telah melakukan sejumlah kegiatan terkait dengan pembelajaran. Di antaranya adalah: Pertukaran pengalaman APPOLI sebagai organisasi bisnis yang bisa mengekspor beras ke Belgia Pertukaran pengalaman organisasi petani yang memiliki sertifikat organik, seperti Masagena yang mendapatkan sertifikasi dari Rainforest Alliance. Pertemuan mitra tahunan bertema Bisnis Petani Kopi Indonesia dengan pameran kopi specialty di Surabaya Kegiatan lain seperti Knowledge Cafe, Home Week, Badan Belajar Bersama, Regional Learning Initiative (RELI), dan lain-lain Lokakarya penggunaan modul Sekolah Bisnis Pertanian untuk staf VECO Indonesia.
23
Bahan Belajar Melalui keberhasilan program di beberapa lokasi, ada beberapa pembelajaran yang kami dapatkan. Pasokan Berkelanjutan dan Produk Ramah Lingkungan
Sektor swasta dan pemerintah lokal berperan besar untuk memastikan keberlanjutan program jangka panjang. Hal ini karena mereka yang akan bekerja dengan organisasi petani untuk jangka waktu yang lama. Produksi dan kualitas produk merupakan dua hal penting untuk menyediakan produk bermutu sekaligus memastikan keberlanjutan pasokan. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) seperti asupan luar rendah untuk pertanian berkelanjutan (LEISA), sistem agroforestri, SRI, pertanian organik, dan semacamnya sangat berguna untuk memelihara kesuburan tanah dan ketersediaan air. Pertanian berkelanjutan juga mengurangi erosi dan meningkatkan kualitas lingkungan maupun produksi.
untuk menjadi organisasi bisnis. Terbatasnya kapasitas petani di pedesaan untuk mengelola unit bisnis merupakan tantangan lain untuk memperkuat organisasi petani. Di sisi lain, generasi muda tidak tertarik untuk bekerja di sektor pertanian yang dianggap tidak menguntungkan. Kerja Sama dengan Sektor Swasta
Untuk menemukan peluang-peluang baru untuk meyakinkan pihak swasta agar bersedia bekerja sama dengan organisasi petani, VECO Indonesia perlu lebih terlibat dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan sektor swasta di Jakarta maupun tingkat provinsi. Peluang-peluang ini bisa dengan mengundang mereka untuk hadir dan melihat sendiri bagaimana hasil program di lapangan maupun mengundang mereka terlibat dalam pertemuan mitra tahunan. Sejauh ini, strategi ini cukup efektif. Memperluas Program
VECO sebagai Fasilitator Rantai
Staf VECO Indonesia telah mengembangkan kapasitas dan keahlian sebagai fasilitator pengembangan rantai, terutama untuk kakao, kopi, dan beras. VECO Indonesia pelan-pelan menjadi aktor penting dalam pengembangan rantai nilai di Indonesia. Kerja Sama dengan Organisasi Petani
Tantangan terbesar untuk bekerja dengan organisasi petani, terutama yang masih dalam tahap pengembangan, adalah membangun tujuan bersama
24
Hasil-hasil positif, seperti kakao di Polman, di mana Wasiat dan Amanah mampu membangun kemitraan dengan perusahaan swasta dan anggota mereka bisa menghasilkan kakao dengan sertifikat berkelanjutan, telah mendorong replikasi program di daerah lain. Keberhasilan ini juga bukti dari respon dari PT Mars Symbioscience Indonesia yang meminta VECO Indonesia untuk mengembangkan program di Luwu Utara, Luwu Timur, dan Palopo. Ketiganya merupakan pusat produksi kakao.
25
Keuangan Selama tahun 2013, VECO Indonesia mengelola biaya program sebesar Euro 1.389.690 atau sekitar Rp 19,74 miliar.
Sumber Anggaran VECO Indonesia EUR
Rp
%TOTAL
MISEREOR
100.000
1.262.503.100
6,4
DGOS
813.378
11.345.777.290
57,5
IDH
37.500
470.250.000
2.4
CORDAID
178.558
2.915.240.000
14,8
ZUIDDAG
46.105
583.971.677
3,0
HO - Inov Fund
44.948
564.101.512
2,9
NOVIB
55.539
848.855.392
4,3
AUSAID
32.865
453.457.750
2,3
RA
39.128
612.763.906
3,1
SNV
28.668
477.614.575
2,4
CORDAID CINNAMON
13.000
203.190.000
1,0
1.389.690
19.737.725.202
100
EUR
Rp
TOTAL
Alokasi Anggaran
VECO Indonesia
(648.207)
(9.206.478.021)
48,0
Mitra
(701.851)
(9.968.380.986)
52,0
(19.174.859.00)
100
Total Pengeluaran
26
%TOTAL
27
VECO Indonesia Jl Kerta Dalem No 7 Sidakarya Denpasar, Bali 80024 Indonesia Telp: +62 361- 7808264, 727378 Fax: +62 0361- 723217 Email: admin@veco-indonesia.net Website www.vecoindonesia.org