LAPORAN TAHUNAN 2009
Daftar Isi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sampul Daftar Isi Pengantar Tentang VECO Indonesia Ringkasan Memotong Rantai Meningkatkan Harga Pemasaran 7. Mewujudkan Lumbung Pangan Mempengaruhi Kebijakan 8. Mendekatkan Produk Sehat pada Konsumen 9. Menggunakan Media Baru untuk Bertukar Pengetahuan 10. Anggaran VECO Indonesia 2009 11. Pencapaian 12. Kegiatan Penting
Laporan Tahunan 2009 Teks dan Foto VECO Indonesia VECO Indonesia Jl. Kerta Dalem No. 7, Sidakarya Denpasar, Bali 80224, Indonesia Telp. +62 361 7808264, 727378 Fax. +62 361 723217 Email. admin@veco足indonesia.net Website: www.vecoindonesia.org
Laporan Tahunan 2009 ini dicetak menggunakan kertas daur ulang 50 persen sebagai bentuk kepedulian VECO Indonesia pada pelestarian lingkungan.
2
Pengantar Pada akhir tahun 2008, dunia diguncang krisis ekonomi. Saat itu, Indonesia menunjukkan kemampuannya untuk bertahan dari krisis ini dan saat ini menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan Asia. Saya bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana dampak krisis ini pada keluarga petani di Indonesia?”. Tak mudah menemukan jawaban pertanyaan ini karena, sepanjang yang saya tahu, belum ada studi khusus tentang dampak negatif maupun positif pada petani. Kenapa petani tidak mendapat lebih banyak keuntungan langsung dari kabar bagusnya ekonomi dan mendapatkan harga yang lebih tinggi? Untuk mendapat jawaban komprehensif, saya mungkin harus mendapat masukan dari agronomis. Di sisi lain, jelas terlihat bahwa petani seringkali tak sekuat pelaku lain dalam agrobisnis dan rantai pertanian. Salah satu akibatnya adalah berlan jutnya praktik harga yang tidak fair serta tak cukupnya akses mereka pada pasar alternatif. Keluarga petani hanya bisa mendapat keuntungan dan meningkatkan taraf hidup ketika mereka serius, dan karena itu, mereka butuh mengorganisir diri mereka sendiri. Pada tahun 2009, untuk pertama kalinya VECO Indonesia mendukung secara langsung kegiatan beberapa organisasi petani. Hal ini merupakan awal dari pendekatan baru VECO Indonesia, di mana kami akan fokus pada organisasi petani serta mendukungnya secara langsung. Mimpi kami (dan tentu saja mimpi mereka) adalah agar organisasi petani menjadi kuat dan independen sehingga bisa memberikan keuntungan pada anggotanya. Dibutuhkan kerja keras pada tahuntahun mendatang. Namun, kami
yakin, dengan pendampingan langsung serta peningkatan kapasitas di bidang teknik pertanian, bisnis, dan organisasi, dalam 35 tahun mendatang kami bisa mencapainya untuk sebagian besar organisasi petani. Pada tahuntahun mendatang, VECO Indonesia akan tetap bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) mitra, ahli, organisasi pembangunan (strategis), serta pemerintah lokal untuk mencapai tujuan ini. Perubahan paling terasa di VECO Indonesia adalah adanya kantor lapangan di tiga lokasi program, yaitu Labuan Bajo (Flores Barat), Maumere (Flores Timur), dan Pare Pare (Sulawesi Selatan). Tiga lokasi baru ini untuk meningkatkan jejaring lokal serta dukungan langsung pada mitra kami. Selain itu, kami juga menguatkan tim kami dengan kolega baru, baik di program maupun seksi lain, sekaligus menambah kompetensi baru dan menciptakan dinamika di VECO Indonesia. Banyak kegiatan lain sepanjang 2009 bisa dibaca di laporan ini. Saya berharap laporan ini akan memberikan gambaran tentang VECO Indonesia, mitra, dan petani sepanjang tahun 2009 untuk mencapai tujuan besar kami: lebih banyak keluarga petani sejahtera yang mempraktikkan pertanian berkelanjutan. Selamat membaca!
Rogier Eijkens Perwakilan Regional VECO Indonesia
3
Tentang VECO Indonesia
VECO Indonesia adalah satu dari tujuh kantor regional Vredeseilanden, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berpusat di Belgia. Vredeseilanden bekerja pula di Afrika Barat maupun Timur, Amerika Selatan dan Tengah, serta di Asia Tenggara. Di masingmasing negara tersebut, Vredeseilanden berjuang untuk citacita yang diper juangkan sejak lebih dari 25 tahun lalu, peningkatan kesejahteraan petani miskin yang terorganisir. Untuk mewujudkan citacita itu, VECO Indonesia bermitra dengan LSM, organisasi petani, organisasi jaringan nasional, pihak swasta, ataupun petani miskin sendiri melalui tiga program utama, yaitu Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan, Advokasi, dan Penyadaran Kon sumen. VECO Indonesia juga berusaha terus menerus menjadi organisasi belajar. Karena itulah aspek pem belajaran dan tukar informasi menjadi hal penting bagi VECO Indonesia. Melalui pendekatan yang terus dikembangkan, VECO Indonesia memberdayakan keluarga petani di semua aspek rantai pertanian dari produksi hingga konsumsi.
4
VECO Indonesia juga mendukung pengembangan rantai pertanian berkelanjutan, terutama aspek inovasi pro duksi, menambahkan nilai produk yang menguntungkan bagi keluarga petani, meningkatkan akses petani pada pasar, dan mendorong konsumen agar memilih produk pertanian berkelanjutan. VECO Indonesia juga mendukung upaya advokasi baik di tingkat lokal maupun nasional untuk menaikkan posisi keluarga petani pelaku pertanian berkelanjutan. Kantor regional VECO Indonesia di Denpasar, Bali. Sejak 2008, VECO Indonesia mendirikan kantor lapangan di Jakarta (Jawa), fokus pada program Advokasi dan Penya daran Konsumen. Sejak 2009, ada tiga kantor lapangan lain di ParePare (Sulawesi), Labuan Bajo (Flores Nusa Tenggara Timur 1), dan Maumere (Flores Nusa Tenggara Timur 2). Sampai 2009, program VECO di Indonesia tersebar di enam provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Program dilakukan di beberapa lokasi kabupaten sesuai dengan potensi wilayah dampingan LSM mitra kerja VECO Indonesia.
Ringkasan 2009 Melanjutkan proses sejak tahun 2008, VECO Indonesia menyelesaikan beberapa perubahan lain terkait struktur organisasi maupun program di lapangan. Perubahan struktur organisasi, antara lain adanya posisi dan orang orang baru. Meski demikian, program dan kegiatan selama tahun 2009 masih melanjutkan program sebelumnya yang fokus pada Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan atau Sustainable Agriculture Chain Development (SACD). Tujuan utama kegiatan ini untuk menguatkan kapasitas keluarga petani di pedesaan baik lakilaki maupun perempuan dalam mengembangkan usahatani, dari produksi sampai pemasaran. Untuk mendukung penguatan rantai komoditi, VECO Indonesia mengidentifikasi komoditas unggulan potensi wilayah masingmasing kabupaten, seperti komoditi kakao, kopi, beras organik, kacang tanah, jambu mete, dan sayur organik. Pada tahun 2009 VECO Indonesia juga mengadakan pertemuan mitra tahunan yang termasuk di dalamnya membahas analisis rantai komoditi. Kegiatan lain adalah pertemuan dengan konsumen sebagai rantai terakhir SACD sekaligus pembeli komoditi pertanian.
Fokus pemberdayaan petani pada tahun 2009 tidak lagi bersifat umum untuk pengembangan Pertanian Berkelanjutan, namun lebih ditekankan pada pengembangan dan penguatan rantai komoditi pertanian (seperti kopi, kakao, padi, mete, dan kacang tanah). Dengan demikian jumlah masyarakat (target group) yang didampingi secara langsung juga menjadi lebih fokus sesuai dengan pilihan komoditi yang dikembangkan. Total petani yang didampingi mitra pada tahun 2009 sekitar 28.154 keluarga petani terorganisir tersebar di 266 desa di 19 kabupaten. Selain dalam bentuk kelompokkelompok tani di tingkat dusun/desa, pendampingan program juga dilakukan melalui pengorganisasian gabungan kelompok tani (Gapoktan), kelompok usaha bersama simpan pinjam (UBSP), serta asosiasi pemasaran bersama yang diorganisir secara kolektif untuk tujuan melakukan pemasaran bersama komoditi. Pendekatan tersebut tergantung pada kondisi dan konteks budaya masing masing wilayah dampingan.
Pada tahun 2009, VECO Indonesia melakukan berbagai kegiatan pertemuan multi pihak (multi stakeholder dialog) membahas penguatan rantai komoditi maupun upaya membangun sinergi pengembangan rantai komoditi dengan kedaulatan pangan. Aspek ini menjadi topik menarik dalam pertemuan besar yang digelar di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dikemas dalam bentuk kegiatan NTT Food Summit 2009 dan Musyawarah Besar (Mubes) petani se wilayah pulau FloresLembata serta wilayah Timor Barat.
5
Tujuan I – Ekonomi
Memotong Rantai Meningkatkan Harga Pemasaran Tahun 2009 membawa perubahan bagi petani di Keca matan Wulang Gitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejak 2009 lalu mereka menjual kakaonya ke PT Mars. Sebelumnya mereka menjual ke pedagang antarpulau dengan harga lebih murah. Kini, mereka tak hanya mendapatkan pembeli lebih pasti, harga jual juga lebih tinggi. “Perubahan paling penting adalah kami sudah menemukan sistem pemasaran ber sama yang adil dan aspiratif,” kata Darius Don Boruk, Koordinator Organisasi Petani Jaringan Petani Wulanggit ang (JANTAN). Selain kepastian pembeli, petani juga menjual kakao dengan harga lebih tinggi. Hal ini seiring meningkatnya kemampuan petani di bidang pemasaran produk ini. “Kami sekarang menjual kakao basah karena keuntun gannya lebih besar,” tambah Don. Menurutnya, kalau menjual kakao kering, petani mendapatkan harga Rp 17.000 per kilogram sementara kakao basah Rp 8.000. Karena 3 kg basah akan menjadi 1 kg basah, maka petani memilih menjualnya dalam kondisi basah. “Kami juga bisa hemat tenaga karena tidak perlu mengeringkannya,” ujarnya. Meningkatnya kemampuan petani dalam hal pemasaran kakao tak lepas dari fasilitasi VECO Indonesia dan mitran ya, Ayu Tani, pada JANTAN. Fasilitasi ini meliputi pelati han dan mediasi pertemuan dengan pembeli, PT Mars. Petani mengikuti pelatihan cara produksi untuk men
6
ingkatkan hasil produksi melalui teknik pemangkasan, panen sering, pemupukan, dan sanitasi (P3S) hingga teknik negosiasi dengan pembeli. Pelajaran dari Wulang Gitang adalah bahwa organisasi petani, seperti JANTAN, bisa menjadi alat efektif untuk memengaruhi rantai pemasaran pertanian sekaligus mewujudkan harga yang lebih adil bagi petani. VECO Indonesia melalui mitranya mendorong peningkatan kapasitas petani, secara individu maupun kelompok, di bidang manajemen bisnis produk pertanian tak hanya un tuk komoditi kakao tapi juga kopi. Di Tana Toraja, Su lawesi Selatan, VECO Indonesia mendorong keterlibatan petani dengan instansi pemerintah seperti Dinas Pertani an dan Dinas Kehutanan. Salah satu hasil penting adalah pengakuan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Toraja bahwa kopi petani di wilayah kerja VECO Indonesia sudah memenuhi persyaratan sebagai kopi organik. Pengakuan ini merupakan satu langkah menuju label organik dari lembaga sertifikasi. Kegiatan yang dilaksanakan VECO Indonesia antara lain mengirim petani kopi untuk belajar tentang kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember, melakukan kunjun gan silang ke Toarco Jaya untuk melihat proses pengola han kopi, serta memfasilitasi berbagai pelatihan maupun pertemuan tentang penguatan lembaga mitra.
Tujuan 2 – Advokasi
Mewujudkan Lumbung Pangan Mempengaruhi Kebijakan Dengan modal dari Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSKBB) Solo, dan VECO Indonesia, Kelompok Tani Sari Rejeki di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah bisa membeli padi dari anggotanya dengan harga lebih tinggi. Dengan harga jual lebih tinggi, maka petani akan menju al padinya ke kelompok daripada ke tengkulak. Petani un tung, demikian pula dengan kelompoknya. Mereka bisa memiliki cadangan pangan di lumbung. Kelompok Tani Sari Rejeki, yang juga berfungsi sebagai lumbung pemasaran beras organik, merupakan satu dari lima kelompok lain, yaitu Sari Mulyo, Sari Rejeki, Sumber Ekonomi, Sari Tani, Ngudi Cukup, dan Sido Makmur. Semuanya mempunyai lumbung cadangan pangan. Ada pun varietas yang disimpan adalah beras merah sleg greng, varietas lokal produksi petani setempat. Pada 2009 lalu, petani setempat mendirikan lumbung pangan untuk menjamin kedaulatan pangannya. Petani juga mendapat pendampingan dari LSKBB untuk proses produksi, seperti pembuatan pupuk dan penangkaran benih, peningkatan kapasitas seperti pengorganisasian, administrasi kelompok, penanganan pasca panen seperti pengeringan, penyimpanan dan lumbung serta kewirausa
han. Petani di sini juga ikut Asosiasi Petani Organik Boy olali dan Kelompok Jaringan Lumbung Boyolali. Semuan ya untuk mewujudkan kedaulatan pangan bagi petani. Terwujudnya kedaulatan pangan adalah salah satu tujuan advokasi program VECO Indonesia bersama mitramitran ya. Di tingkat nasional, Aliansi Petani Indonesia (API) dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) merupakan dua mitra VECO Indonesia yang fokus pada advokasi. API fokus pada pengorganisasian petani sedangkan KRKP pada kedaulatan pangan. Meski demiki an, keduanya saling bersinergi dalam beberapa isu nas ional seperti Platform Beras, yang difasilitasi oleh VECO Indonesia, membahas isuisu mata rantai beras, harga beras dan studi lapangan ke Pasar Induk Beras di Cipin ang, Jatinegara, Jakarta Timur. Untuk mendukung tercapainya tujuan advokasi, VECO In donesia melaksanakan beberapa strategi. Di antaranya mediasi dan lobi kepada lembaga legislatif maupun dinas terkait, pendidikan kritis di tingkat komunitas terkait rantai pertanian, serta wawancara dengan media untuk mempengaruhi publik.
7
Tujuan 3 – Penyadaran Konsumen
Mendekatkan Produk Sehat pada Konsumen Sebagai konsumen, Agus Januraka lebih mudah membeli sayur organik di Denpasar. Pegawai travel agent ini sedang menerapkan pola hidup lebih sehat dengan tidak merokok, berhenti minum alkhol, dan beralih ke produk organik. Namun, sebelumnya, dia susah mendapat sayur organik karena kurangnya kios sayur organik. Kini, dia bisa membeli dari Kios Organik milik Konsorsium Penyadaran Konsumen Bali di kantor Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) di Sanur, Denpasar, Bali. Kios tersebut dibuka secara resmi pada Oktober 2009 lalu oleh konsorsium yang terdiri dari Bali Organic Association (BOA), Indonesian Development of Education and Permaculture (IDEP), serta PPLH. Konsorsium ini merupakan bagian dari program VECO Indonesia untuk mendorong kesadaran konsumen beralih ke produk pertanian organik. Selain di Bali, VECO Indonesia juga memfasilitasi kios serupa di Solo, Jawa Tengah yang dikelola Konsorsium Penyadaran Konsumen Solo Raya yang terdiri dari Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat (SKBB), Jaringan Kerja Pertanian Organik (Jaker PO), dan Gita Pertiwi. Pendirian kios berawal dari kurangnya tempat yang menjual produk pertanian organik di Denpasar maupun Solo. Padahal, makin banyak konsumen ingin beralih ke produk pertanian organik. Di sisi lain, masih banyak konsumen belum mempunyai cukup informasi tentang pertanian organik. Karena itu, selain menjual produk organik, kios ini juga berfungsi untuk membantu konsumen mendapatkan informasi tentang produk pertanian organik yang benar.
8
Bagi petani, adanya kios juga membantu mereka. Wayan Ronce, petani sayur di Bedugul, Bali mengatakan, selama ini mereka menghadapi masalah kurangnya akses pemasa ran produk pertanian organik yang mereka hasilkan. “Karena itu kami sangat membutuhkan bantuan konsu men pada kami. Produk pertanian organik memang lebih mahal, namun Anda tidak hanya membeli produk pertani an organik tapi yang lebih juga kesehatan,” kata Ronce. Untuk mendorong konsumen beralih ke produk organik, VECO Indonesia menerapkan beberapa strategi. Pertama, meningkatkan kapasitas mitra melalui kegiatan seperti lokakarya strategi penyadaran konsumen yang diadakan di Bali. Kedua, menyediakan informasi tentang pangan sehat melalui berbagai media. Di tingkat nasional, Perkumpulan Indonesia Berseru (PIB) merupakan mitra VECO Indonesia yang aktif membuat tulisan tentang pangan sehat melalui media internal maupun media lain. Ketiga, menyediakan pangan sehat untuk konsumen yang ingin membeli produk pertanian organik melalui kios seperti di Bali dan Solo.
Tujuan 4 – Organisasi Pembelajar
Menggunakan Media Baru untuk Bertukar Pengetahuan Tahun 2009 menjadi tahun lompatan penting bagi penggunaan teknologi informasi di VECO Indonesia. Decy Sophan Aryanto, IT Officer VECO Indonesia sejak April 2009, bekerja keras menyediakan teknologi tersebut. Decy membangun sistem teknologi informasi seperti server, intranet, perpustakaan digital, dan database yang memudahkan staf VECO Indonesia untuk bertukar informasi. Melalui infrastruktur ini, staf VECO Indonesia kini juga lebih mudah untuk berkomunikasi. “VECO Indonesia mempunyai sumber daya buku dan pengetahuan yang berlimpah. Potensi ini harus dikelola dengan baik untuk mendukung tujuannya sebagai organisasi belajar,” kata Decy. Karena itu, Decy juga mengembangkan perpustakaan digital agar staf bisa berbagi pengetahuan satu sama lain. Melalui alat ini, staf VECO Indonesia bisa memasukkan daftar referensi ke dalam sistem sehingga dengan mudah bisa diakses atau bahkan diunduh oleh staf lain. Sistem ini memberikan harapan bahwa berbagi pengeta huan jadi lebih mudah di antara staf VECO Indonesia. Digitalisasi serta penggunaan teknologi ini melengkapi metodemetode lama yang sudah digunakan VECO Indone sia sebagai organisasi pembelajar seperti Badan Belajar Bersama, Knowledge Cafe, Home Week, dan seterusnya. Tak hanya untuk stafnya, upaya untuk terus belajar juga dilakukan VECO Indonesia bersama para mitranya. Pada
pertemuan mitra Agustus 2009, misalnya, VECO Indonesia melakukan kunjungan ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember. Peserta pertemuan mengenal budi daya dan pengolahan kopi serta kakao di sana. Mitra juga melakukan kunjungan atau studi banding ke daerah lain terkait dengan komoditi di masingmasing lokasi. Misalnya, proses belajar petani kakao di Flotim ke Tana Toraja serta ke PT Mars di Ende untuk belajar tentang pengolahan kakao, petani Timor ke Lumajang untuk belajar tentang pengolahan pascapanen, dan lainlain. VECO Indonesia juga terlibat aktif dalam proses berbagi pengetahuan lain seperti NTT Food Summit 2009, lokakarya tentang System of Rice Intensification (SRI), forum kakao di Toraja, hingga FAO Food Summit maupun kampanye melalui media massa terkait dengan pertanian berkelanjutan.
9
Anggaran VECO Indonesia 2009 Untuk mendukung kegiatan program selama 2009, VECO Indonesia mendapatkan dana dari berbagai lembaga donor. Sumber dana terbesar (61 persen) diperoleh dari Pemerintah Belgia (DGOS), sedangkan sisanya (39 persen) dari donor足donor lain seperti Cordaid (13 persen), NOVIB (11 persen), Miserior (10 persen), ILEIA (6 persen) maupun sumbangan足sumbangan pribadi yang tidak mengikat. Total anggaran selama tahun 2009 sebesar Euro 941.336 atau Rp 13.118.965.754. Anggaran tersebut antara lain digunakan untuk operasional serta biaya program mitra seperti (1) membuka kantor lapangan baru di empat lokasi, yaitu Jakarta, NTT 1, NTT 2, serta Sulawesi maupun operasional di masing足masing kantor lapangan; (2) lokakarya, kunjungan belajar petani, pertemuan petani, dialog dan monitoring; (3) pengadaan investasi pendukung pelaksanaan program oleh LSM mitra; (4) personil tim pelaksana program dan tenaga ahli; (5) biaya kerja, (6) biaya operasional kantor; serta (7) pertemuan dengan aktor足aktor swasta dan jaringan strategis lain di tingkat lokal maupun nasional. Sumber Anggaran VECO Indonesia 2009 Biaya Prosentase
Lembaga Donor Euro
Rupiah DGOS
7.962.607.999
571.366
61%
Cordaid
1.742.011.250
125.000
13%
Novib
1.393.609.000
100.000
11%
766.484.950
55.000
6%
1.254.248.100
90.000
10%
13.118.961.299
941.366
100%
ILEA Misereor TOTAL
Penggunaan Anggaran VECO Indonesia Tahun 2009 Biaya Anggaran
Prosentase Rupiah
Mitra Lokal
7.060.075.800
506.604
54%
VECO Indonesia
6.058.889.954
434.763
46%
13.118.965.754
941.366
100%
TOTAL
10
Euro
Pencapaian (Jantan) di Flores Timur; Jaringan Tani Mandiri (JTM) di Boyolali; Asosiasi Petani Boyolali (APPOLI); serta Unit Pengolahan Hasil (UPH) Kopi FAMASA di Kabupaten Ngada. Salah satu mitra strategis dalam program advokasi peng uatan organisasi petani ini adalah Aliansi Petani Indone sia (API) dengan 101.500 petani anggota yang tersebar di 12 provinsi. Khususnya di wilayah program VECO yaitu NTT, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB jumlah mencapai 58.000 petani.
Selama tahun 2009, ada beberapa pencapaian bagi VECO Indonesia. Salah satunya adalah bertambahnya organ isasi petani yang terbentuk melalui pendampingan mitra mitra VECO Indonesia. Organisasi petani ini untuk men dukung pemasaran produk dan melakukan advokasi kebijakan dalam pengelolaan rantai pertanian berkelan jutan dan juga sumber daya alam. Organisasi maupun asosiasi petani yang terorganisir dan berkembang tersebut antara lain Asosiasi Petani Kopi Toraja (APKT) di Toraja, Sulawesi Selatan; Asosiasi Petani Organik Mbay (ATOM) di Nagekeo, NTT; Asosiasi Bituna di Timor Tengah Utara (TTU), Jaringan Petani Wulang Gitang
Pada tahun 2009, VECO Indonesia melalui mitranya juga mendorong terwujudnya program Desa Mandiri Pangan. Program ini akan segera dilaksanakan di tiga kabupaten yaitu Flores Timur, Mamasa, dan Boyolali oleh Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) melalui pengem bangan lumbung pangan di tingkat komunitas. Melalui program ini, petani kecil akan bisa mengamankan ketersediaan pangannya sehingga lebih mandiri dalam kedaulatan pangan. Di Boyolali, Jawa Tengah program ini sudah didukung oleh pemerintah kabupaten setempat yang memberikan dana sekitar Rp 10 juta pada sekitar 33 kelompok lum bung pangan. Sementara di Nusa Tenggara Timur, pemerintah provinsi berkomitmen untuk melaksanakan program Desa Mandiri Pangan Menuju Desa Sejahtera sebagai kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sipil. Tujuannya untuk men gurangi kemiskinan dan kelaparan. Bahkan sudah ada pe tunjuk teknis bagaimana ide Desa Mandiri Pangan akan diterapkan di tiga desa.
11
Kegiatan Penting Pada tahun 2009 ada beberapa kegiatan penting yang dilaksanakan ataupun diikuti VECO Indonesia maupun para mitranya. Pertemuan Puncak FAO VECO Indonesia menghadiri World Summit on Food Security yang diadakan Food and Agriculture Organisation (FAO), badan dunia yang mengurusi pertanian dan pangan pada 16足18 November 2009. Kegiatan ini merupakan forum untuk mendiskusikan kedaulatan pangan di tingkat internasional. Pertemuan di Roma, Italia ini bertujuan untuk menguatkan strategi aliansi serta dialog terkait dengan kelaparan global serta krisis pangan global. Lokakarya Keuangan Regional VECO Indonesia menjadi tuan rumah lokakarya keuangan regional Vredeseilanden, akhir 2009 lalu. Kegiatan Vredeseilanden ini diadakan selama empat hari di Hotel Puri Dalem, Sanur, Denpasar. Selain VECO Indonesia, kegiatan ini juga diikuti VECO Laos dan Vietnam. Peserta berlatih berbagai perkembangan baru terkait dengan manajemen keuangan VECO.
12
Pertemuan Regional tentang Kedaulatan Pangan Pada 19足21 Februari 2009 VECO Indonesia ikut serta dalam pertemuan tahunan Asia Pacific Network for Food Sovereignty (APNFS) di Bangkok. Dalam pertemuan ini, VECO Indonesia bersama mitranya memaparkan perkembangan advokasi kedaulatan pangan di Indonesia. Hadir pula anggota APFNS lain dari Indonesia seperti Bina Desa, Institut of Global Justice (IGJ), Aliansi Petani Indonesia (API), dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP). Lokakarya PLA Vredeseilanden Pada 19足23 October 2009 VECO Indonesia mengikuti Lokakarya Participatory Learning and Action (PLA) di Leuven, Belgia. Kegiatan ini diikuti semua kantor regional Vredeseilanden di Asia, Afrika Timur, Afrika Barat, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan dari kantor pusat di Belgia. Selama empat hari, peserta mendiskusikan format laporan tahunan serta bagaimana menyederhanakannya.