LAPORAN POPULER 2011 1
Pengantar Daftar Isi 2. Daftar Isi 2. Pengantar 4. Tentang VECO Indonesia 6. Ringkasan 8. Jakarta 10. Jawa
12. 14. 16. 18. 20. 22.
Bali Sulawesi Nusa Tenggara Timur 1 Nusa Tenggara Timur 2 Organisasi Belajar Keuangan
Pada tahun 2011, Indonesia melanjutkan pertumbuhan ekonominya namun 47 persen dari populasi warga negara ini masih tinggal di pedesaan, sebagian besar petani, dan sekitar 60 persen masih hidup dalam kemiskinan. Hal ini merupakan pekerjaan besar untuk pemerintah (daerah), masyarakat sipil, institusi pembangunan, dan pihak-pihak lain untuk mendukung agar kelompok ini keluar dari kemiskinan. Menariknya, pihak swasta saat ini makin terlibat mendukung petani meningkatkan produksinya dan mengembangkan hubungan bisnis yang transparan bersama mereka. Melalui kolaborasi dengan strategi yang baik antara masyarakat sipil dan sektor swasta, muncul potensi bagus untuk meningkatkan taraf hidup keluarga petani dalam jumlah besar. Sejak tahun 2008, VECO Indonesia telah memfokuskan sebagian besar program
2
untuk menguatkan organisasi petani (OP) melalui pelatihan, fasilitasi, serta pendampingan. Setiap mitra OP mengembangkan rencana bisnisnya sendiri maupun peningkatan kapasitasnya dengan dukungan dana dari VECO Indonesia untuk mencari dukungan dari pihak luar, seperti LSM, konsultan, pemerintah, maupun lembaga pembangunan lainnya. VECO Indonesia juga memfasilitasi organisasi petani untuk membangun kemitraan langsung dengan sektor swasta, pemerintah daerah, maupun konsumen. Tujuan semua ini adalah agar petani mengembangkan diri sendiri dan memainkan peran penting dalam rantai nilai pertanian. Selama tahun 2011, dukungan VECO Indonesia diberikan kepada organisasi petani di lokasi program, seperti Jawa, Sulawesi, dan Flores untuk menerapkan Internal Control System (ICS) terhadap
produk kakao, beras, dan kopi. Melalui penerapan ICS, produk kakao di Sulawesi Barat telah mendapatkan sertifikat dari UTZ dan produk beras di Jawa Tengah pun mendapatkan sertifikat organik. Hal ini berdampak terhadap kenaikan harga kedua produk secara signifikan. Penerapan ICS yang dikombinasikan dengan teknik produksi dan pelatihan pengolahan pascapanen untuk para petani terbukti telah meningkatkan mutu produk dan membuka akses kepada jalur pemasaran baru. Di sisi lain, VECO Indonesia juga menggunakan sumber dayanya untuk menggerakkan konsumen agar mempromosikan produk pertanian berkelanjutan (pangan sehat) melalui program Healthy Food Healthy Living yang menyasar anak-anak muda maupun melalui Konsorsium Konsumen di Jawa dan Bali. Hal ini secara langsung berdampak
terhadap peningkatan pembelian produk pertanian yang sehat melalui kios-kios dan toko-toko di daerah tersebut. Terakhir, kami juga melanjutkan program advokasi di tingkat nasional maupun provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk lebih detailnya, silakan membaca laporan tahunan ini. Saya berharap Anda menikmati laporan ini dan memberikan umpan balik terhadap apa yang sudah kami kerjakan. Rogier Eijkens Perwakilan Regional VECO Indonesia
3
Tentang VECO Indonesia
4
termasuk di kalangan remaja. Keempat, mengembangkan manajemen organisasi agar menjadi organisasi belajar yang mendukung dan memperkuat pengembangan program di Indonesia.
Bermula dari proyek kemanusiaan di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), VECO Indonesia kini fokus pada program pertanian berkelanjutan. Wilayah kerjanya pun terus bertambah. Hingga saat ini, VECO Indonesia bekerja di lima wilayah program, yaitu Jakarta, Jawa dan Bali, NTT 1, NTT 2, dan Sulawesi. Semua wilayah program dikoordinasikan dari kantor di Denpasar, Bali. Di lima wilayah program tersebut, VECO Indonesia berusaha mewujudkan satu cita-cita, posisi tawar yang lebih baik untuk petani.
laki-laki maupun perempuan, di pedesaan. Kedua, berusaha memperkuat posisi petani maupun organisasi petani agar bisa memengaruhi kebijakan terkait pengembangan rantai Pertanian Berkelanjutan di tingkat lokal maupun nasional.
Cita-cita tersebut dilakukan melalui empat tujuan utama. Pertama, meningkatkan kehidupan sosial ekonomi keluarga petani,
Ketiga, memperkuat penyadaran konsumen dalam mengonsumsi produk-produk pertanian berkelanjutan ( healthy food),
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, VECO Indonesia bekerja bersama petani, organisasi petani, lembaga swadaya masyarakat (LSM), swasta, serta pemerintah baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Secara internasional, VECO Indonesia merupakan bagian dari Vredeseilanden, lembaga donor yang berkantor di Belgia dengan jaringan di Afrika Barat, Afrika Timur, Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Asia Tenggara. []
5
Ringkasan Sepanjang tahun 2011, VECO Indonesia makin fokus pada penguatan kapasitas petani melalui organisasi petani dengan dukungan lembaga swadaya masyarakat (LSM) mitra. Perubahan ini bagian dari upaya agar petani semakin mandiri dan tidak bergantung pada LSM mitra yang selama ini mendampingi mereka. Di sisi lain, pendampingan langsung pada petani, terutama melalui organisasi petani merupakan bagian dari skenario agar petani semakin profesional, tak hanya dalam aspek produksi tapi juga pemasaran dan bisnis. Untuk itulah, selama tahun 2011, VECO Indonesia juga melaksanakan progam
6
peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan, sekolah lapang, dan kunjungan silang sebagai bagian dari proses belajar. Program ini, seperti juga telah dilaksanakan sejak 2008 silam, berkontribusi pada seluruh empat tujuan program VECO Indonesia. Pada tahun 2011, program dan kegiatan difokuskan pada empat komoditas yaitu kakao, beras, kopi, dan kacang tanah terutama untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Kami juga makin intensif mendampingi petani mitra agar bisa melakukan inspeksi secara internal atau Internal Control System (ICS). Tujuannya untuk meningkatkan mutu
komoditas dan memperoleh sertifikat. Adapun dialog multipihak dilakukan bersama para mitra bersama eksekutif maupun legislatif terkait advokasi kedaulatan pangan dan kebijakan beras. Hingga akhir 2011, VECO Indonesia bekerja bersama 32 organisasi, baik organisasi petani, LSM, maupun pihak swasta. Pada tahun 2011, jumlah penerima manfaat secara langsung sebanyak 10.733 keluarga petani melalui organisasi petani, penerima manfaat secara tidak langsung untuk advokasi kebijakan harga beras 14.863 petani, dan konsumen organik 574 orang. []
7
Jakarta Pada tahun 2011, VECO Indonesia menambah mitra di Jakarta untuk program penyadaran konsumen yaitu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen ini menambah tiga mitra sebelumnya, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Aliansi Petani Indonesia (API), dan Perhimpunan Indonesia Berseru (PIB). YLKI dan PIB bekerja untuk program penyadaran konsumen sedangkan KRKP dan API untuk advokasi. Salah satu cerita keberhasilan pada tahun 2011 adalah advokasi KRKP dan jaringan yang tergabung dalam Aliansi LSM untuk Kedaulatan Pangan mendukung program Desa Mandiri Pangan Menuju Desa Sejahtera (DMPDS). Program ini
8
dilaksanakan bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di tiga kabupaten, yaitu Sumba Timur, Timor Tengah Utara, dan Flores Timur. Selain VECO Indonesia dan KRKP, jaringan lain dalam aliansi ini adalah Oxfam, Bina Desa, PIB, Kehati, Swisscontact, dan lain-lain. Selama tahun 2011, advokasi untuk kedaulatan pangan memperoleh pencapaian-pencapaian penting. Pertama, semakin diakuinya peran KRKP dalam mendukung sekertariat DMPDS. Kemampuan sekretariat DMPDS Sumba Timur dan TTU semakin baik dalam hal promosi dan memobilisasi dukungan berbagai pihak. Hal ini terbukti dengan bertambahnya bantuan dana maupun barang dan jasa kepada sekretariat.
Sekretariat di tingkat kabupaten juga mulai bisa melaksanakan Rencana Pembangunan Wilayah Desa dihadiri berbagai dinas dari pemerintah dan organisasi masyarakat. Di tingkat lapangan, kemampuan kelompok tani mengelola aset juga semakin baik. Salah satu contoh adalah petani Desa Mbatakapidu, Sumba Timur. Dalam waktu 3-6 bulan setelah dana disalurkan, anggota kelompok sudah bisa mengembalikan aset sebesar Rp 17.370.000, terdiri dari angsuran modal Rp 13.550.000 dan bunga pinjaman Rp 3.820.000. Petani perempuan di desa ini juga mulai menghimpun dana dari hasil kegiatan ekonomi, misalnya membuat tenun ikat, untuk tabungan pendidikan anak. Tabungan ini baru bisa diambil setelah anak tersebut tamat SMU.
9
10
Jawa Di wilayah ini, VECO Indonesia melaksanakan dua program, yaitu Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan bersama Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSKBB) dan Asosiasi Petani Padi Organik Boyolali (APPOLI) serta Penyadaran Konsumen bersama tim Healthy Food Healthy Living (HFHL) dan Konsorsium Solo Raya (KSR), yang terdiri dari LSKBB, Jaringan Kerja Pertanian Organik (Jaker PO), dan Gita Pertiwi. Salah satu cerita sukses dari wilayah ini pada tahun 2011 adalah keberhasilan APPOLI dalam memperoleh sertifikat organik dari Biocert, lembaga sertifikasi organik nasional Oktober 2011 lalu. Sertifi-
kasi ini mencakup lahan pertanian padi seluas 77,17 hektar, terdiri dari 29,2 hektar milik kelompok tani Pangudi Boga, 33,54 hektar milik kelompok tani Pangudi Raharjo, dan 13,71 hektar milik kelompok tani Budi Rahayu. Seluruhnya dikelola 270 petani dari 605 anggota yang sudah menerapkan sistem pengendalian internal (ICS). Total anggota APPOLI 3.120 petani. Adanya sertifikat produk organik memudahkan petani memasarkan hasil pertanian. APPOLI kini menjual berasnya ke penyedia makanan cepat saji KFC, eksportir beras PT Agro Bloom, serta koperasi Bina Bakat yang dikelola LSKBB. APPOLI juga menjual beras organik kepada konsumen
melalui kios-kios yang dikelola komunitas konsumen produk organik di kota ini. Keberhasilan Solo dan Boyolali menunjukkan berjalannya kolaborasi antara bagian hulu (produksi) dengan hilir (konsumen) di mana masing-masing bagian melibatkan mitra-mitra spesifik. Keberhasilan program di Boyolali dan Solo pada 2011 didukung pula oleh kebijakan politik di wilayah ini. Bupati Boyolali, misalnya, berkomitmen untuk menjadikan daerahnya sebagai produsen utama beras di Jawa Tengah dan bahkan mengekspornya. Ambisi ini didukung oleh sejumlah kebijakan yang mendukung pengembangan pertanian organik.
11
Bali VECO Indonesia mendukung Konsorsium Penyadaran Konsumen Bali yang terdiri dari Bali Organic Association (BOA), Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH), dan Indonesian Education for Permaculture (IDEP). Fokus program ini adalah penyadaran konsumen yang dilaksanakan di Denpasar maupun Gianyar. Sasaran program ini terutama ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil, serta remaja. VECO Indonesia juga melaksanakan program Healthy Food Healthy Living (HFHL) di Bali dengan sasaran program terutama remaja di perkotaan, baik pelajar maupun mahasiswa. Selama tahun 2011, Konsorsium Bali melakukan berbagai kegiatan pameran dan kampanye melalui radio dan televisi. Mitra
12
di Bali juga rutin melaksanakan diskusi dengan Kelompok Konsumen Pangan Sehat (KPPS), terdiri dari produsen, konsumen dan pedagang sebagai alat kampanye pangan sehat. Kampanye tentang pangan sehat juga diberikan kepada anak-anak SD di Denpasar. Untuk memudahkan konsumen memperoleh pangan sehata, mitra di Bali juga mengelola kios organik di Sanur. Kampanye pangan sehat secara intensif juga dilaksanakan melalui program HFHL di mana anak-anak muda merupakan ujung tombaknya. Pelajar dan mahasiswa aktif berkampanye di kampus-kampus dan sekolah-sekolah ataupun melalui berbagai media, seperti radio, poster, dan lain-lain. Program HFHL ini mengandeng Pemerintah Kota Denpasar dan Sekolah Tinggi
Pariwisata (STP) Bali untuk kampanye di tingkat pemerintah dan perhotelan tentang pangan sehat. Melalui kampanye intensif tersebut ada beberapa perubahan selama tahun 2011, antara lain peningkatan pengetahuan di kalangan anak muda tentang pangan sehat, kemampuan berbagi informasi dan memengaruhi kaum muda lain di antara tim inti HFHL, dan kemampuan dalam advokasi. Adapun di tingkat konsumen mulai ada perubahan, seperti aktifnya mereka mencari pangan sehat.
13
Sulawesi Di wilayah ini, VECO Indonesia bekerja sama dengan empat lembaga, yaitu Asosiasi Petani Kopi Toraja (APKT) dan Yayasan Jaya Lestari (Jalesa) di Toraja, Sulawesi Selatan serta Wahana Sukses Pertanian Terpandang (Wasiat) dan Koperasi Petani Amanah di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Komoditas yang didukung di sini adalah kopi dan kakao. Salah satu pencapaian penting pada tahun 2011 adalah keberhasilan Amanah menjual kakao kering hingga mencapai 500 ton meskipun secara global terjadi penurunan jumlah produksi. Setahun sebelumnya, Amanah memproduksi 380 ton kakao
14
kering. Keberhasilan tersebut seiring dengan diperolehnya sertifikat produk kakao berkelanjutan dari UTZ, lembaga sertifikasi dari Belanda. Amanah dan Wasiat juga semakin berperan aktif dalam jaringan pemasaran kakao bersama pihak lain, seperti Armajaro, IFC, akademisi, dan lain-lain. Peningkatan jumlah produksi kakao ini diikuti pula oleh beberapa perubahan lain. Misalnya, meningkatnya taraf hidup petani karena mereka mendapatkan harga premium Rp 500 per kg untuk traceable cacao . Melalui pemasaran bersama, petani kini bisa menegosiasikan harga dengan
pembeli, memilih mitra dalam perdagangan, serta membatasi interaksi dengan tengkulak. Sepanjang tahun 2011, dukungan peningkatan kapasitas bagi anggota Amanah juga terus dilakukan melalui pelatihan pengelolaan keuangan, pelatihan pemanfaatan limbah kebun kakao, pelatihan Internal Control System (ICS), dan seterusnya. Pelatihan-pelatihan ini tak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tapi juga jumlah anggota. Pada tahun 2011, jumlah anggota Amanah meningkat dari 636 menjadi sekitar 1.675 petani.
15
15
16
Nusa Tenggara Timur 1 Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan mitra VECO Indonesia di wilayah program Nusa Tenggara Timur (NTT) 1, termasuk di bagian barat Flores. Komoditas lain adalah padi organik. Untuk itu, bersama para mitra di wilayah ini, VECO Indonesia mendukung pengembangan rantai dua komoditas ini melalui organisasi petani Forum Masyarakat Watuata (Formata) dan Komunitas Cinta Indonesia (KCI) serta lembaga swadaya masyarakat Lembaga Advokasi dan Penguatan Masyarakat Sipil (Lapmas) dan Delsos Ruteng. Rantai kopi yang didukung VECO Indonesia berada di daerah Manggarai dan Ngada. Daerah ini menghasilkan sekitar 90 persen
dari 4.000 ton kopi arabica dan 5.000 ton kopi robusta total produksi kopi di Flores. Dukungan ini terutama diberikan untuk peningkatan produksi dan pemasaran bersama. Penerima manfaat dukungan VECO Indonesia untuk rantai kopi di NTT 1 ini 2.152 petani, terdiri dari 1.705 laki-laki dan 447 perempuan. Sepanjang tahun 2011, dukungan terutama diberikan melalui sekolah lapang untuk petani kopi. Salah satu perubahan penting adalah perbaikan pola pikir dan peningkatan kapasitas petani dalam budi daya kopi. Petani anggota Permata di Bajawa makin terampil membudidayakan dan merehabilitasi kopi di kebun masing-
masing setelah mengikuti SL. Selain itu, petani juga sudah bisa melakukan penanganan pascapanen kopi dengan memerhatikan mutu. Sebagian petani juga mulai menyebarkan hasil sekolah lapang ke petani lain. Perubahan di tingkat produksi juga diikuti perubahan pola interaksi antarpetani dengan cara bekerja sama dan gotong royong pada saat produksi maupun pemasaran bersama. Anggota organisasi petani makin percaya diri dan terbiasa saat melakukan negosiasi dengan pembeli dalam pemasaran bersama. Namun, petani kopi di wilayah ini masih menghadapi tantangan menurunnya jumlah panen akibat perubahan cuaca.
17
18
Nusa Tenggara Timur 2 Program VECO Indonesia di wilayah NTT 2 meliputi lima kabupaten, yaitu Ende, Flores Timur, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU) dan Belu. Program utamanya adalah Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan untuk komoditas kakao dan kacang tanah. Mitra VECO Indonesia di wilayah ini antara lain Yayasan Ayu Tani (YAT), Asosiasi Petani Kakao Nangapanda (Sikap) Ende, Asosiasi Petani Bituna, Jaringan Petani Wulang Gitang (Jantan), Yayasan An Feot Afa (YAFA), dan Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) TTU. Pada tahun 2011, perubahan di tingkat produksi adalah dengan semakin banyaknya kegiatan pemangkasan, pemupukan, panen sering, dan sanitasi (P3S) oleh petani. Intensitas P3S ini
akibat intensnya sekolah lapangan untuk petani selama tahun 2011. Di tingkat penanganan pascapanen, Sikap mulai mengolah di unit pengolahan hasil (UPH) sedangkan Jantan masih melakukan di tingkat petani. Pengolahan pascapanen oleh petani menunjukkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah biji kakao berkualitas semakin bertambah. Jaringan pemasaran kakao di NTT 2 juga semakin luas. Pedagang lokal di tingkat Kabupaten Flores Timur mulai membangun kerja sama dengan Jantan. Mereka memberikan modal dan fee Rp 200 - 500 per kilogram untuk Jantan. Adapun SIKAP memberikan fee Rp 1.000 per kilogram kepada anggota yang kakaonya memenuhi standar nasional. Jaringan ini tak hanya dalam pemasaran bersama tapi juga pro-
duksi. Misalnya, Pemerintah Kecamatan Nangapanda telah mengalokasikan dana untuk pengadaan bibit sambung pucuk kepada anggota Sikap. Perubahan lain pada tahun 2011 di wilayah ini adalah perubahan bentuk organisasi petani Jantan menjadi Koperasi Serba Usaha yang sudah memiliki Badan Hukum. Perubahan status ini memudahkan Jantan dalam melakukan usaha jual beli kakao. Selain itu, petani anggota Sikap dan Jantan juga mulai belajar tentang sistem pemantauan secara internal ( Internal Control System – ICS) bagi produk kakao. Mereka kemudian membuat standar kakao lestari yang digunakan untuk mengontrol mutu produksi anggota agar bisa memenuhi permintaan pasar.
19
Organisasi Belajar Selain melakukan pemberdayaan petani, organisasi petani, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), VECO Indonesia juga terus menerus berupaya menjadi organisasi belajar (learning organization). Selama tahun 2011, tujuan ini dilakukan melalui dua kegiatan besar. Pertama , memfasilitasi pelatihan, lokakarya peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) staf organisasi petani terkait dengan penguatan rantai komoditas, pengembangan metodologi, monitoring dan evaluasi partisipatif, pemasaran. Kedua, melakukan kunjungan silang untuk organisasi petani sehingga mereka bisa bertukar pengalaman tentang inovasi-inovasi dalam teknik pertanian teurtama untuk kopi, kakao, beras sehat, kacang tanah dan orientasi bisnis organisasi petani. Pertemuan mitra lokal merupakan forum
20
efektif untuk menganalisis capaian program serta hasil-hasil pembelajaran. Keluaran dari pertemuan ini adalah Laporan Intervensi Rantai sesuai sistem dokumentasi dan pelaporan VECO Indonesia. Pada tahun 2011, staf dan mitra, baik LSM maupun organisasi petani, mengikuti kunjungan ke Davao, Filipina untuk belajar bagaimana mengembangkan organisasi petani sebagai organisasi bisnis. VECO Indonesia juga aktif melaksanakan program sebagai organisasi belajar ini antara lain melalui kegiatan, seperti Knowledge CafĂŠ, Homeweek, Badan Belajar Bersama, dan Regional Lerning Initiative (RELI). Beberapa inisiatif baru juga mulai dilaksanakan pada tahun 2011, seperti Optimalisasi Kapasitas Organisasi Produsen untuk staf. Salah satu kegiatan
penting pada tahun 2011 adalah Lokakarya Internasional tentang Rantai Beras di Solo, Jawa Tengah pada November lalu. Kegiatan ini diikuti VECO dari seluruh kantor regional dari Afrika Barat, Afrika Timur, Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Asia Tenggara. Selama 2011, VECO Indonesia masih menerbitkan LONTAR sebagai media belajar tentang program di lapangan serta berbagi cerita sukses mitra VECO Indonesia, melaksanakan pelatihan internet dan publikasi untuk mitra, menerbitkan artikel di media massa melalui mitra-mitranya, serta memberikan informasi reguler melalui website www.vecoindonesia.org tentang kegiatan maupun publikasi VECO Indonesia bersama mitranya. Melalui berbagai media tersebut, VECO Indonesia terus berupaya agar bisa belajar sekaligus membagi pengetahuannya kepada kelompok lebih luas.
21
Sumber Anggaran VECO Indonesia 2011
■ ■ ■ ■ ■ 22
65% 12% 11% 3% 4%
DGD MISEREOR CORDAID NOVIB ZUIDDAG
■ ■ ■ ■
2% 2% 1% 1%
TRDS GILLES ILEIA OMMERSTEIN
Penggunaan Anggaran VECO Indonesia 2011
■ ■
50% Mitra Lokal 50% VECO Indonesia
Sumber Anggaran VECO Indonesia Tahun 2011
Keuangan Anggaran yang dikelola VECO Indonesia untuk biaya program selama tahun 2011 sebesar Euro 1.065.575 atau sekitar Rp 12,7 milyar. Jumlah tersebut digunakan antara lain untuk mendukung kegiatan Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan di 16 kabupaten oleh 13 LSM, 3 lembaga jaringan dan 11 organisasi petani, biaya operasional dan staf; biaya pelatihan dan pertemuan untuk mendukung penguatan rantai komoditas, serta pemantauan dan evaluasi program.
Donor
Sumber Anggaran Euro Rupiah
Prosentase
DGD
8.262.173.118
691.395
65%
MISEREOR
1.486.791.115
124.418
12%
CORDAID
1.399.827.133
117.140
11%
NOVIB
368.482.396
30.835
3%
ZUIDDAG
550.954.750
46.105
4%
TRDS
215.100.000
18.000
2%
GILLES
239.000.000
20.000
2%
ILEIA
91.787.601
7.681
1%
119.500.000
10.000
1%
12.733.616.113
1.065.575
100%
OMMERSTEIN TOTAL
Alokasi Anggaran VECO Indonesia Tahun 2011 Anggaran
Alokasi Anggaran Euro Rupiah
Prosentase
Mitra Lokal
6.303.920.801
527.525
50%
VECO Indonesia
6.429.695.312
538.050
50%
12.733.616.113
1.065.575
100%
TOTAL
23
VECO Indonesia Jl. Kerta Dalem No. 7, Sidakarya Denpasar, Bali 80224, Indonesia Telp. +62 361 7808264, 727378 Fax. +62 361 723217 Email. admin@veco-indonesia.net Website: www.vecoindonesia.org
24