Posisi Tawar yang Lebih Baik untuk Petani
Bajawa
Wilayah
B
ajawa merupakan salah satu kecamatan sekaligus ibu kota Kabupaten Ngada, bagian tengah Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bajawa dan sekitarnya adalah daerah subur untuk komoditas bernilai tinggi, terutama kopi dan sayuran. Wilayah ini berada pada ketinggian 400 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan curah hujan rata-rata 1.648 mm per tahun, sebagian besar wilayah Bajawa sangat cocok untuk pertumbuhan kopi arabika dan robusta. Tak hanya rumah bagi komoditas unggulan, Bajawa maupun wilayah Ngada umumnya adalah tempat dengan pesona alam dan tradisi kuat. Kabupaten ini memiliki potensi wisata karena kekayaan tradisi seperti batu megalit, rumah adat, dan aneka upacara lain maupun keindahan alam, seperti sumber air panas, air terjun, gua, maupun taman laut.
Budidaya
K
opi termasuk komoditas unggulan Kabupaten Ngada. Petani setempat membudidayakan kopi arabika di ketinggian 700 - 1.700 mdpl dan kopi robusta di ketinggian 400 - 700 mdpl. Terdapat 6.147 hektar lahan kopi di Kabupaten Ngada, sekitar 88 persen diproduksi dari Bajawa dan Golewa, terutama di kawasan cagar alam Watu Ata. Budi daya kopi arabika dan robusta masih dilakukan secara tradisional oleh petani. Mereka membiarkan tanaman kopi tumbuh alami dan hanya memberikan perawatan seperlunya. Bila ada serangan hama penyakit, petani umumnya hanya mengharapkan pemulihan secara alami. Petani hampir tidak pernah menggunakan pupuk kimia dan pestisida sama sekali. Sebagian petani sudah mempraktikkan budidaya kopi.
Keunggulan
D
i pasar internasional, kopi dari Ngada lebih dikenal dengan nama kopi Arabika Flores Bajawa (AFB). Berada di lereng Gunung Inerie, kopi AFB memiliki keunggulan tersendiri. Debu vulkanik membuat kopi khas Bajawa lebih beraroma kuat. Tanah subur pun membuat kopi tumbuh cepat dan biji-bijinya besar. Kopi AFB pun sudah mendapatkan sertifikat indikasi geografis dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Kopi ini sudah dipasarkan hingga Amerika Serikat dan Eropa. Untuk menjaga kualitas, petani kopi di Ngada hanya memetik buah yang sudah merah. Dengan menerapkan pola pertanian organik yang dipelajari dari sekolah lapang, kualitas dan kuantitas kopi Bajawa pun kian meningkat. Masa panen kopi sekali dalam setahun antara Mei hingga Oktober. Tiap musim panen, petani kopi di Ngada menghasilkan sekitar 300 ton kopi AFB.
Petani
S
aat ini, ada sekitar 9.500 petani yang mengelola lahan kopi di wilayah ini. Mereka mengelola kurang lebih 6.515 ha (statistik Kabupaten Ngada, 2010). Lebih dari 90 persen kopi yang ditanam petani adalah jenis arabika. Sebagian besar petani merupakan petani kecil yang mengelola lahan rata-rata sekitar 0,75 ha. Para petani kopi tersebut umumnya bergabung di Perhimpunan Petani Watu Ata (Permata), kelompok tani dan Unit Pengolahan Hasil (UPH) yang merupakan aktor penting dalam pemasok kopi untuk wilayah NTT dan nasional. Sejak tahun 2008, Permata gencar melakukan pengembangan rantai kopi secara berkelanjutan. Salah satu program unggulannya adalah sekolah lapangan kopi. Dalam rangka pengolahan dan pemasaran kopi bermutu ekspor, Permata kini mendirikan UPH bekerja sama dengan PT SBN sebagai salah satu pembeli dan mengembangkan model Internal Control System (ICS).
Dukungan
V
ECO Indonesia memberikan dukungan kepada petani kopi di Bajawa sejak 2004 bersama mitra lokal Lembaga Advokasi dan Penguatan Masyarakat (Lapmas) Ngada. Awalnya, dukungan yang diberikan adalah advokasi terkait status lahan di kawasan Watuata. Saat ini, dukungan VECO Indonesia dan Lapmas juga menjangkau petani di enam desa di Kecamatan Golewa dan Ngada. Sejak 2008, dukungan difokuskan pada pengembangan rantai kopi untuk meningkatkan produksi melalui pendekatan sekolah lapangan, peningkatan mutu melalui pendidikan pascapanen dan pengembangan unit pengolahan hasil dan pemasaran melalui kerja sama petani dengan eksportir. Tujuannya agar jumlah produksi dan mutu kopi petani lokal pun bisa memenuhi standar pasar global yang pada akhirnya menyumbang pada peningkatan pendapatan dan perbaikan kehidupan rumah tangga petani.
Kontak
Lembaga Advokasi dan Penguatan Masyarakat Sipil (Lapmas) Jl. PB Sudirman Ngalisabu, Bajawa, Ngada, Flores, NTT Telp. 0384-2223364 E-mail: lapmas05@yahoo.com VECO Indonesia Jl. Kerta Dalem No. 7, Sidakarya, Denpasar, Bali 80224, Indonesia Telp.: +62 361-7808264, 727378 Faks: +62 361-723217 E-mail: admin@veco-indonesia.net Website www.vecoindonesia.org