Sebuah perjalanan singkat selama lima hari yang RITZKLAB (Uthe dan Viki) lakukan di tengah padatnya rutinitas.
Kamis, 12 November 2015 07.00 Kami berangkat naik kereta bersama CRFTMNSHT. Sepanjang jalan yang kami lakukan hanya tidur, makan, tidur, makan, tidur, makan, tidur, makan, makan, makan, tidur, tidur, tidur, makan dan seterusnya.
21.00 Sampai akhirnya kami tiba di Banyuwangi. Keluar dari stasiun menuju ke pelabuhan. Menyeberang ke Gilimanuk.
Sampai di Gilimanuk kami harus menunggu bus kota tujuan Nusa Dua hingga pukul dua dini hari.
Jumat,13 November 2015
Sampailah kami di halte trans Sarbagita. Angkot kami sudah pergi, 05.00 tiba-tiba di belakangnya muncul Sampai di Terminal Mengwi, lanjut bus kota yang sebelumnya kami naik angkot. Yaelah, baru kami tumpangi. Ha ha ha, ngapain naik bertiga doang penumpangnya, he he angkot ya kalau ternyata bus itu gasik. Tujuan kami berikutnya adalah menuju ke halte ini. Sambil melepas Halte Trans Sarbagita. kepergian bus tersebut, CRFTMNSHT mengucapkan, “Pengalaman itu Kalau di Jogja ada Trans Jogja, mahal harganya, seharga empat di Bali ada Trans Sarbagita. puluh rebu.� Perbedaannya, kalau Trans Hhe. Sarbagita lebih besar dan luas, stafnya (pengemudi hingga penjual Keliling naik Sarbagita sambil tiket), masih muda mudi, dan samar-samar terdengar kota ini pembayaran tiketnya dilakukan menyambut kami, WELCOME TO di dalam bus. Sedangkan armada BALI! Trans Jogja berukuran lebih kecil dan pembayaran dilakukan di halte. Soal harga, sama, tiga ribu lima ratus rupiah.
Sudah kenyang, mandi, tidur deh. CRFTMNSHT pun dijemput teman SMP dia yang tinggal di Bali. 13.00 Uthe dan aku akhirnya bangun, kelaparan, keluar kamar, makan siang sudah siap. Betapa nikmatnya =D Sampailah kami di rumah Uthe. Disambut Ibuz (Ibunya Uthe) dengan sarapan yang segar dan hangat.
Sayur-sayur tadi kemudian disiram bumbu kacang buatan Ibuz. Rasanya mantap! Sebenarnya Ibuz memesan bumbu kacang langganannya kalau di Jogja, tapi ya begitu, Uthe lupa membelikannya.
14.30 Kami berangkat ke ISI Denpasar untuk menghadiri KMDGI XI. Bertemu teman-teman di stand Warung Mbok Ngene, party diiringi musik dari DJ Sandhes dan DJ Turgun. Ngga peduli, pokoknya lompat-lompat, joget sampai berkeringat, benar-benar lepasss.
Cardigan hijau Dress Hitam (milik Uthe) Stocking Hitam (milik Uthe) Tas Selempang Hitam Sepatu Kulit Hitam
Outer Brokat Putih (milik Ibuz) Dress Denim (milik Viki) Sneaker Hitam Jam Tangan Hitam
Kemudian, datanglah si Wayan, anak ISI Denpasar, teman seperjuangan Uthe. Kami mengajaknya, ehm secara paksa, untuk ikut ke ODD Bali di Canggu. Malam ini merupakan malam pembukaan pameran Mba Diela Maharani bersama dua temannya. Kami dapat menikmati karya-karyanya secara intim, sekaligus menyapa Mba Diela langsung sambil menikmati segelas kombucha. Mantap.
Sabtu, 14 November 2015 Niatnya sih mau bangung jam lima pagi, mau jalan-jalan ke pantai sambil melihat matahari terbit. Tapi kami terlambat tiga jam, alias baru bangun jam delapan pagi. Payah. Walau begitu, kami tetap jalan-jalan, ke Pantai Nusa Dua dan Water Blow. Menyusuri taman sambil melakukan olah tubuh, jungkir balik jempalitan dan tak lupa menyapa orang-orang yang lewat. Kami tak akan melupakan suasana ini, karena sudah terekam dalam ingatan, summer, spread love, and happiness.
Terik matahari mulai menyengat dan kami memutuskan untuk pulang. Sarapan sudah siap, tinggal santap (terimakasih Ibuz!).
16.00 Bangun, cuci muka, lalu makan siang. What a life! =D
Selesai makan, kami menuju ke Globe, salah satu skate park favorit Uthe di Bali.
Sambil filter-filter foto untuk diunggah ke akun instagram, akhirnya kami kelelahan lalu merebahkan badan.
Uthe terlihat sangat senang, beda sih ya kualitas skate park di Jogja dengan di Bali. Meskipun kamu tidak bermain skate, kamu tak akan bosan melihatnya. Menyaksikan mereka meluncur, melakukan trik, terjatuh, kesakitan, tertawa, saling menyapa teman lama maupun teman baru. Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih tiga jam, kami kelaparan dan menghajar banyak makanan malam ini, hehe.
Minggu,15 November 2015 Kami berhasil bangun pagi! Jalan-jalan di Car Free Day di Renon, Denpasar. Pagi-pagi, sudah wangi, pakai sunblock, berangkat naik sepeda. Jarak rumah Uthe (Nusa Dua) dengan lokasi Car Free Day (Renon) itu lumayan jauh, jadi kami bersepeda sampai halte Trans Sarbagita, lalu sepeda diparkir di dalamnya, hehe.
Sampai di Renon kami berpencar,
dan Viki tetap dengan sepedanya.
Uthe dengan papan skate-nya,
Dengan berada di acara Car Free Day, di tengah orang-orang dengan logat Bali, kamu akan merasaan bahwa kamu telah menjadi bagian dari pulau ini.
OMS BALI
Kami mam pir k nih. Siapa m e Studionya OMS Ba li ereka? Ke poin aja ak instagramn un ya, @oms_ bali.
YANIK
The man behind OMS Bali
WAYAN
Tak lupa kami jajan:
dan
Sampailah di ujung perjalanan, kami kembali mengunjungi
Setelah puas mengambil gambar, kami tinggalkan barang-barang di tepian pantai. Menikmati kesempatan ini dengan posisi mengambang untuk menikmati lembutnya air laut. Mendapat suguhan sejuknya langit biru yang semakin lama semakin menjingga. Sambil samar-samar terdengar suara musik dari cafe yang berjajaran, kurang lebih lima ratus meter dari bibir pantai.
Langit menggelap, orang-orang mulai pergi, hanya tersisa beberapa saja di dalam air, juga sepasang (sepertinya) kekasih yang masih asik mengobrol sambil duduk beralaskan pasir putih di bawah sinar lampu kuning. Kami masih terdiam dan mulai memejamkan mata, yang terdengar hanyalah hembusan nafas, jelas sekali. Tenang sekali.
Senin,16 November 2015 Saatnya kembali ke Jogja. Sampai jumpa, Bali!
Kami sangat bersyukur atas kesempatan yang kami dapatkan. Perjalanan kami ke Bali menjadi sebuah cerita menyenangkan yang dapat kami catat di sini kemudian kamu dapat membacanya. Terimakasih pada, Tuhan, atas izinMu kami bisa menikmati alam semesta yang luar biasa; Ibuz dan Babewz atas perhatian, kasih sayang serta masakannya; EINN yang telah memberi pinjaman lensa wide; OMS Bali, CRFTMNSHT, KMDGI; dan kamu yang merelakan waktu untuk membaca cerita kami.
Font: Existence, Freestyle Script, Viki’s handwriting. 2017