BINA DESA Di presentasikan Oleh: Achmad Yakub 0817712347 Email: achyakub@gmail.com
Seminar Pemetaan Masalah Kawasan Perdesaan Yang dilaksanakan oleh LP3ES, Bina Desa dan WALHI Jakarta, 12 Mei 2015
Alur presentasi : 1. Rancangan Normatif Pembangunan Kawasan Perdesaan: (i) Yuridis formal dan (ii) Konsep Komunitas Swabina Pedesaan oleh Bina Desa.
2. Kenapa Komunitas Swabina Pe(r)desaan 3. Dari Konsep ke Pengalaman Empirik Bina Desa
ď‚Ą
Pasal 83 ayat (2) UU No. 6 tahun 2014 dan
Pasal 123 ayat (1) PP No.43 tahun 2014 :
Tujuan Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif
Ciri dan prinsip umum pembangunan kawasan perdesaan:
perpaduan Pembangunan antar-Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota. oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab dan/atau pihak ketiga yang terkait dengan pemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa. Perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pendayagunaan Aset Desa untuk pembangunan Kawasan Perdesaan merujuk pada hasil Musyawarah Desa. dilakukan oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. dilakukan oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan pihak ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.
pada tahun 1980-an, Bina Desa mencetuskan konsep awal, yang dikenal sebagai Desa Swabina. Konsep ini didasarkan pada pengalaman Bina Desa bekerja bersama dengan masyarakat desa yang di dampingi, dan bersama melakukan refleksi-aksi dan refleksi secara berkala dan berkelanjutan. Proses itu dilandaskan pada praktek MUSYAWARAH, berpijak pada penguatan masyarakat sbg basis demokratisasi kehidupan masyarakat pedesaan Lahirnya pionir2 lokal
Strategi: Penguatan budaya Musyawarahdikmus, dan ekonomi kerakyatan dlm komunitas Komunitas terbentuk oleh kelompok2 masyarakat yg lebih kecil (Kelompok Swadaya Masyarakat/KSM) Memiliki satuan kerja yg kecil, berbeda dan (tidak) berhubungan
Level I KSM tahap awal yang urus diri, peran organizer dan pemerintah/desa
Level II Memberikan pengaruh di pe(r)desaan dalam kabupaten dan lintas kabupaten dan jejaringnya
Level III memberikan pengaruh lingkup propinsi dan jejaringnya
Kelompok masyarakat yang ada desa, ini yang diorganisir atau dibentuk yang baru :
KUD ♀♂
Kelompok Tani ♀♂
Krg Taruna ♀♂ LKMD ♀♂
KSP Simpan Pinjam ♀♂
PKK ♀
RT ♂
Kelembagaan ini juga sebagai indikator/aktor/peta masalah
Pengajian ♀♂
Pe(r)desaan
KSP KSP
Kelompok Swadaya Masyarakat -pertanian, kehutanan, perkebunan dlsb
Hubungan komunitas desa dengan urban, menjaga agar tidak timpang Pengalaman Bina Desa dalam pendampingan, berdampak adanya KSM yang menjadi eksklusif hanya berkutat pada persoalan anggotanya tidak memberi dampak yang lebih luas bagi pengembangan masyarakat pedesaan
Kelembagaan yang lama macet dan kelembagaan baru bentukan pemerintah tdk berakar dan pendekatan project sehingga praktis tdk berfungsi juga
Adanya akses dari luar komunitas dan sebalik berjaringan
Di Level komunitas berlangsung demokrasi langsung bkn perwakilan dan control sosial
10
ď ą Pemetaan dan pembangunan KSM sebagai
actor ď ą Faktor dominan situasi sosial budaya, ekonomi dan politik desa: -komunitas Desa dan Kawasan Pertanian -Komunitas Desa dan Kawasan Perkebunan -Komunitas Desa dan Kawasan Pesisir -Komunitas Desa dan kawasan perdagangan/pertambangan/industry dlsb
Tipologi Desa (%) 50
45
40
35
%
30
25
20
15
Sumber: Podes, 2010
10
5
0 Peternakan
Pertambang an
Perhutanan
Perindustrian Perladangan / Jasa
2008
0.2
0.24
3.43
8.86
2011
0.29
0.45
3.4
9.75
Pesisir
Perkebunan
Persawahan
8.73
14.14
17.33
47.08
12.92
15.11
17.63
40.45
• •
Terdokumentasi baik dimulai tahun 2011, pintu masuk Melalui pendidikan dan pengenalan Pertanian Alami Mendorong 10 orang kader KSM menjadi ahli (pertanian alami, managemen keuangan, dokumentasi, pelatih, pemasaran, berjaringan)
Hasil produksi meningkat, pengembangan ke peternakan kambing dan sapi ď‚Ą Membuat pusdiklat sebagai sentra belajar bersama (yang akhirnya datang byk org dr luar, baik masy., pemerintah, sekolah.swasta) ď‚Ą
Membuat Lembaga Keuangan Mikro, yang bertugas simpan pinjam dan distribusi hasil produksi ď‚Ą Jaringan yang terbentuk dikonsolidasikan, diBulukumba 9 kecamatan dan 36 desa. di Sulawesi sudah ada kontak dengan 17 kabupaten ď‚Ą
ď‚Ą ď‚Ą
Untuk memperluas akses ke pemerintahan, pendekatan legal Hasil panen yang lebih banyak, harga lebih bagus, jaringan pemasaran luas (digunakan untuk konsumsi baru overproduksinya dijual)
Memberikan akses dan asset bagi masyarakat ď‚Ą Pengetahuan yang selaras dengan kondisi sosial, alam yang ada ď‚Ą Pembangunan tidak melulu fisik, menyiapkan actor yang utama. ď‚Ą