UKM-ITB
UKM-ITB
Menyusuri Nilai Kehidupan Masyarakat Minang dari Gerakan Tarinya Masyarakat Minangkabau itu berbeda. Hal pertama yang paling kentara, diantara puluhan suku bangsa di Indonesia, adalah sistem keturunan yang digunakan, sistem keturunan matrilineal, keturunan menurut garis keturunan ibu. Menarik, menunjukkan bagaimana masyarakat Minangkabau tumbuh dan berkembang menurut apa yang mereka pelajari, tidak begitu saja mengadopsi budaya orang lain, alam takambang jadi guru. Dalam kehidupan adat minangkabau, baik itu pidato adat maupun pantun dan syair, banyak muncul pelajaran yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Takilek ikan nampak jantan batinonyo, bagaimana masyarakat minang dituntut untuk membaca situasi lingkungan dengan cepat dan tepat. Nilai-nilai kehidupan yang mengakar dikehidupan Masyarakat Minangkabau mempengaruhi kesenian tari minang yang berkembang. Sehingga bila kita tarik mundur, dengan menelusurigerakan tari minang, kita dapat mengambil nilai-nilai masyarakat minang, dan pada akhirnya kita menyelami kehidupan masyarakat Minangkabau itu sendiri. Kesenian tari di Minangkabau lahir ketika di suatu lembah sedang melakukan panen
raya. Para penduduk begitu senang, semua orang berkumpul di tanah lapang, semua begitu gembira, menari riang. Jadilah tari pertama di Minangkabau disebut tari riangriang. Daerah lembah itu kini disebut daerah Pariangan. Tari riang-riang pun disukai masyarakat dan seiring berjalannya waktu, berkembanglah kesenian tari Minangkabau. Tarian yang telah ada terus diwariskan, sebagian disempurnakan, dan juga bermunculan tarian minang yang baru. Pada proses pewarisan banyak terjadi perubahan, pemoderenan, penambahan. Namun nyawa dari tari minang itu sendiri tidak akan pernah hilang. Nyawa yang tumbuh bersama masyarakat Minangkabau. Utamanya tarian minang menggunakan bahasa gerak, bukan bahasa tubuh. Artinya tarian minang tidak mengeksplorasi keindahan bentuk tubuh, namun mengedepankan harmonisnya gerakan. Dari prinsip itu muncullah ciri khas gerakan tari minang. Setidaknya ada tiga ciri khas dari gerakan sebuah tarian sehingga dapat disebut sebagai tari minang.
UKM-ITB
Kok Mamancuang Putuih, Kok Maminteh Dapek. Arti Bahasa : Jika memotong sampai putus, jika memintas langsung dapat. Dalam kehidupan masyarakat minangkabau yang pada zaman dahulu yang didominasi oleh petani, aktivitas memotong kayu menjadi lambang ketegasan dari gerakan tari minangkabau. Gerakannya tidak setengahsetengah, penuh tenaga. Sedangkan istilah Kok Maminteh Dapek, muncul dari kebiasaan orang dulu yang mandi disungai, ketika ada suatu barang yang terbawa air sungai, cucian misalnya, maka orang langsung berlari memintas aliran sungai yang biasanya berliku, bagi orang yang cerdik, ia tahu seberapa jauh ia harus memintas, sehingga ketika tiba di tepian sungai lagi barang yang dikejar langsung didapatkan,tidak lebih tidak kurang.Begitulah gerakan tari minang diadopsi dari nilai kebiasaan itu, gerakan tari minang memiliki gerakan yang jelas, walaupun dilakukan dengan tenaga penuh gerakan tidak boleh berlebih dari seharusnya. Dalam kehidupan orang minang tidak boleh melakukan sesuatu setengah-setengah, harus dengan kekuatan penuh. Selain dengan kekuatan, yang lebih penting adalah kecerdikan membaca kondisi lingkungan, kemudian dapat
menentukan sikap yang tepat, tidak main hantam saja. Tagak samo tinggi duduak samo randah. Arti bahasa : Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Ungkapan ini pada kehidupan sehari-hari masyarakat minangkabau menggambarkan kehidupan bermusyawarah, dimana semua orang memiliki kedudukan yang sama, memiliki hak yang sama. Selain itu ungkapan ini juga bermakna kebersamaan dalam bermasyarakat, ketika satu orang bahagia yang lain juga bahagia. Dalam gerakan tari minang ungkapan ini digunakan sebagai patokan sehingga setiap gerakan tari yang dilakukan selalu sama. Tarian minang yang banyak terinspirasi dari gerakan silat minang misalnya, para penari akan memasang kuda-kuda yang sama, apa itu kuda-kuda setengah ataupun penuh. Sehingga harmonis akan tercipta antar penari.
Bajalan bak si ganjua lalai, Alua tataruang patah tigo samuik tapijak indak mati, Daripado maju suruik nan labiah.Arti bahasa : Berjalan bagai si pemalas yang
UKM-ITB
lalai, tersandung bambunya patah tapi semut terinjak tidak mati, daripada maju lebih banyak mundur. Ungkapan ini digunakan menggambarkan bagaimana membawa carano. Carano adalah persembahan yang diberikan kepada tamu, biasanya berisikan sirih. Para pembawa carano akan berjalan dari panggung ke tempat tamu kehormatan. Pada saat berjalan itulah ungkapan diatas dipakai. Ungkapan diatas menggunakan logika terbalik, bagaimana mungkin orang pemalas lagi lalai akan bisa sampai berjalan, bagaimana mungkin langkah yang dapat mematahkan bambu ketika menginjak semut, semutnya tidak mati. Bagaimana bisa sampai kalau berjalan lebih banyak mundur daripada maju. Ungkapanungkapan dengan logika terbalik seperti ini sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang terjadi tidak seperti yang terlihat. Para pembawa carano berjalan dengan sangat pelan namun langkahnya pasti, setiap langkah ditapaki dengan perlahan namun tegas. Seperti juga gerakan yang terlihat gemulai namun ternyata memiliki tenaga. Dalam kehidupan, orang yang pembawaannya ramah, suka
mengalah namun ternyata dibalik itu memiliki ilmu silat yang tinggi, alua tataruang patah tigo samuik tapijak indak mati . Semua pelajaran yang didapatkan dari gerakan tari ini memang didefinisikan setelah tari itu ada. Namun nilai-nilai yang digali itu timbul dari proses seni yang tidak bisa dilepaskan dari nilai kehidupan yang dianut masyarakat. Jadi ketika menyaksikan kesenian tari kita dapat menyelami apa yang ada dibalik tarian tersebut, bagaimana tarian itu muncul, nilai apa yang dibawa oleh tarian tersebut. Sehingga kita dapat memetik banyak pelajaran darinya. Tujuan dari tarian minang sendiri bukanlah untuk menghibur orang yang menyaksikan, namun merupakan media penyampaian pesan. Banyak pesan yang disampaikan oleh para penari yang datang dari kehidupan masyarakat minang.
Sumber : Wawancara bersama Bapak Yaumil (pakar seni, murid tari Alm. Gusmiati Suid) dan berbagai literatur di media online
UKM-ITB
Penulis: M. Khairul Hamid Koto (Geodesi ITB 2011, Staf Hubungan Luar UKMITB 2012/2013) Editor : Deswandhi (T. elektro ITB 2010, Kepala Divisi Hubungan Luar UKM-ITB 2012/2013
Visit us:
Hublu member: Kadiv Hublu: Deswandhi Staff : Nanda Adrian , Agung Syahputra Agam Muarif, Lisa Aroma Rofiska , Adelita Febiola , M.Khairul Hamid, Ade Nisa, Irvano Wardi , Hafied Yusra Kasubdiv Internal: Rorytend Samra Staff : Fantoni Dwi Putra , Arief Cahyadi , Iqbal Tri Putra , Bayu Wilantara , Ropan Efendi , Widya Meiriska, Nicolas Novian Ruslim , Berlian Filda Kasubdiv Alumni: Fatwa Islami Azfa Staff: Geri Agroli, Andra Adetia, Toni Aziz, Larisha Syofyan, Chairil Anshar , Dwi Cahyo Herlambang , Ahmad Mulyasir, Deki Donrinaldi , Firse Vanindika Maganger: Mezy Fadhila, Muhammad Rezky, Fopi Friska Ramadhan, Viki Khajri Syant, Arif Yurahman, Fikri Hardian Putra, Fadhilur Rahman, Bunga Safhira Wirata, Imam Fantowi, Irsyad, Rival Kartinaldi, Astri Muhammad Reza
Dipersembahkan Oleh :
UKM-ITB