Radar Banyuwangi 7 April 2013

Page 1

7 APRIL

29

TAHUN 2013

Hujan Deras, Banjir Lagi BANYUWANGI - Dua hari setelah banjir melanda tiga kelurahan di Kecamatan Banyuwangi Rabu malam lalu (3/4), peristiwa se rupa kembali terjadi Jumat malam kemarin (5/4). Meski tidak sebesar banjir sebelumnya, banjir kali ini menggenangi puluhan rumah warga di Lingkungan Kara nganom, Ke lurahan Karangrejo. Tidak hanya me rendam permukiman warga, air yang timbul akibat hujan lebat selama dua jam lebih itu juga merendam sejumlah ruas jalan di Kota Gandrung. Beberapa ruas jalan yang tergenang adalah Jalan A. Yani, tepatnya di sekitar kantor Pemkab Banyuwangi, Jalan S. Parman, dan Jalan MT. Haryono. Pantauan wartawan Jawa Pos Radar Banyu wangi menyebutkan, ketinggian air yang menggenangi permukiman warga di Ling kungan Karanganom mencapai setinggi perut orang dewasa. “Daerah sini (Lingkungan Karananom) memang kerap dilanda banjir. Setiap hujan lebat terjadi dalam waktu dua jam, air pasti menggenangi permukiman seperti ini,” keluh Ardian, warga sekitar n Baca Hujan...Hal 35

GALIH COKRO/RaBa

BANJIR LAGI: Seluruh ruas Jalan A. Yani, Banyuwangi, tertutup genangan air hujan sekitar pukul 19.50 Jumat malam lalu (5/4).

Ijen Siaga Raung Waspada GALIH COKRO/RaBa

ALI NURFATONI/RaBa

TETAP: Petugas mengamati seismograf di PPGA Ijen kemarin.

TURUN: Balok mengamati seismograf di PPGA Raung kemarin.

BANYUWANGI - Status Gunung Raung turun dari siaga (level III) menjadi waspada (level II) sejak Jumat petang lalu (5/4). Sayang, penurunan status Gunung Raung itu tidak diikuti penurunan status “saudara dekatnya”, yakni Gunung Ijen. Hingga kemarin (6/4), Gunung Ijen yang berlokasi di perbatasan Banyuwangi-Bondowoso itu masih berstatus siaga (level III). Berdasar catatan petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi, aktivitas vulkanik gunung dengan luas kawah 800 meter x 700 meter

tersebut masih fluktuatif hingga kemarin. Catatan seismograf menyebutkan, gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 25 milimeter (mm) sampai 36 mm terjadi dua kali selama Kamis (4/4) lalu. Gempa tremor dengan amplitudo 46 milimeter (mm) terjadi di hari yang sama. Sehari berselang, tepatnya Jumat (5/4), gempa vulkanik dangkal dan gempa tremor kembali terjadi. Amplitudo gempa vulkanik tersebut sebesar 40 mm, sedangkan amplitudo gempa tremor mencapai 22 mm n

Kami merekomendasikan agar tidak ada aktivitas manusia dalam jarak 1,5 Km dari kawah.” BAMBANG HERY PURWANTO Kepala Pos Pantau Gunung Api Ijen

Baca Ijen...Hal 35

DOK. RaBa

PT. PLN (PERSERO) APJ BANYUWANGI Agar terhindar dari sanksi pemutusan sementara dan biaya keterlambatan, bayarlah rekening listrik anda sesuai jadwal mulai tanggal 1 s/d 20 setiap bulannya dan pelaksanaan pemutusan sementara akan dilakukan mulai tanggal 21 s/d selesai.

BPKB-STNK

Tak Pengaruhi Penjualan Motor BANYUWANGI - Angka pembelian kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Banyuwangi ternyata tidak berpengaruh dengan kosongnya stok material Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Penjualan motor jenis Hon da sejak se bulan lalu tetap lancar seperti biasa. Padahal, pengiriman material untuk BPKB dan STNK telat sejak se bulan lalu. “Kita sam paikan ke pada DOK. RaBa customer kondisi yang Jemmy Sundoyo se benarnya,” cetus Manajer Honda Banyuwangi Motor, Danang Midianto, saat dikonfirmasi sore kemarin. Para konsumen yang akan membeli motor, jelas Danang, ternyata mengerti dan tidak mempermasalahkan keterlambatan BPKB dan STNK itu. Apalagi, penyebabnya material dokumen kendaraan itu memang kosong dari pusat n Baca Tak Pengaruhi...Hal 35

Tangkap Ular dengan Tangan Kosong Peserta Try Out PANJI - Warga perumahan relokasi banjir di Desa Siliwung, Kecamatan Panji, Situbondo, dihebohkan dengan penangkapan ular piton berukuran besar siang kemarin. Panjangnya mencapai 3,5 meter dengan berat 30 Kilogram. Hewan melata itu ditangkap Suyanto, 27, warga Desa Siliwung. “Ular ini kemungkinan besar akan me mangsa ayam di perumahan war ga relokasi banjir tersebut,” terang Suyanto kepada wartawan. Suyanto mengaku tidak sengaja melihat ular piton tersebut. Kala itu dia akan ke rumah salah satu tetangganya. Namun, saat menoleh ke arah perumahan relokasi banjir, dirinya melihat seekor ular sedang merayap menuju kandang ayam. “Ular itu sempat kabur dan masuk pekarangan warga. Beruntung, kita beramai-ramai bisa menangkapnya hidup-hidup dengan tangan kosong. Entah mau diapakan ular ini nanti, yang pasti tidak akan kita bunuh,” ungkap Suyanto. Sejumlah warga menduga, ular itulah yang menyebabkan ayam warga sering hilang. Sebab, setiap satu bulan bisa dipastikan warga kehilangan empat hingga lima

NUR HARIRI/RaBa

BERANI: Suyanto dan ular piton yang ditangkapnya kemarin.

ekor ayam. “Semoga setelah penangkapan ini tak ada lagi warga yang kehilangan ayam,” harapnya. Tertangkapnya ular piton itu me-

narik perhatian masyarakat. Sejumlah warga pun datang ke rumah Suyanto untuk melihat langsung ular itu. (rri/pri/c1/bay)

BANYUWANGI - Animo para siswa tingkat SMP/MTs menyambut try out yang dihelat Jawa Pos Radar Banyuwangi sungguh luar biasa. Hingga kemarin (6/4), ri buan siswa asal seantero Bumi Blam bangan su dah mendaftarkan diri untuk mengikuti try out yang didukung Dinas Pendidikan Banyuwangi, MKKS SMP se-Banyuwangi, bimbingan belajar Sony Sugema College (SC), Murahkom, Treq, PT BRI Banyuwangi, dan PT Temprina Media Grafika, tersebut. Koordinator Try Out SMP Jawa Pos Radar Banyuwangi, Benny Siswanto mengatakan, semua siswa sekolah tingkat SMP/sederajat, dapat berpartisipasi dalam ajang yang dihelat untuk mengukur kesiapan siswa mengikuti ujian nasional (unas) tersebut n Baca Peserta...Hal 35

Peserta Try Out dari Korwil Banyuwangi dan Genteng SMPN 1 Bwi : 127 peserta SMPN 2 Bwi : 70 peserta SMPN 3 Bwi : 150 peserta SMPN 4 Bwi : 100 peserta SMPN 5 Bwi : 100 peserta SMPN 1 Kalipuro : 150 peserta SMPN 1 Kalibaru : 119 peserta SMPN 2 Kalibaru : 141 peserta SMPN 2 Genteng : 229 peserta SMPN 4 Genteng : 240 peserta SMPN 2 Sempu : 206 peserta SMPN 2 Songgon : 150 peserta SMPN 3 Sggn satap: 60 peserta SMPN 2 Siliragung : 121 peserta SMP Bustanul M : 119 peserta

Mengenal Balok Imam Subakti, Pejuang Sipil ‘45 Situbondo

Dulu Perang Bersenjata Parang, Kini Kerja Serabutan Banyak pejuang kemerdekaan Indonesia yang terlupakan, terlebih dari kalangan sipil. Seperti sosok Balok Imam Suryadi, warga sipil asal Asembagus yang ikut bertempur mengusir penjajah Belanda. NUR HARIRI, Situbondo MELIHAT sekilas Imam Subakti ma sih tampak bugar. Sisa-sisa kejayaan masa mudanya tampak dari otot-ototnya yang tampak kuat, meski kini sudah kendur lantaran faktor usia. Selain itu, warga Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Situbondo, itu selalu mengenakan songkok

http://www.radarbanyuwangi.co.id

Terus Bertambah

hitam. Dia mengaku bangga mengenakan songkok nasional sebagai identitas bangsa itu. Setelah sedikit berbasa-basi, Imam Subakti yang akrab disapa Balok itu mengisahkan masa lalunya. Dia mengaku mengenal penjajah Belanda sejak masih kecil. Saat dirinya kecil, sukar sekali mencari makanan. “Susah sekali cari makan,” ujarnya. Begitu Balok Imam Subakti menginjak dewasa, ia ikut menjadi tentara sukarela yang disebutnya sebagai laskar. “Saya ikut laskar, sama dengan tentara sukarela,” kata kakek kelahiran 11 November 1928 tersebut. Tidak lama kemudian, setelah menjadi tentara sukarela, Balok ikut berperang menggunakan senjata seadanya. Terkadang dia hanya bersenjata celurit dan parang. Namun,

SEHAT: Balok Imam Subakti di Pendapa Kabupaten Situbondo. NUR HARIRI/RaBa

karena situasi saat itu masih kalah kuat dengan pihak Belanda, puluhan anggota laskar melarikan diri ke hutan Baluran. “Kadang sampai di utara Gunung Ijen,” katanya. Setelah berbulan-bulan bertahan hidup di hutan, tibalah saatnya Indonesia merdeka. Mereka pun kembali ke perkampungan karena tentara Jepang telah kalah. Ternyata, Belanda datang lagi untuk menjajah kembali negeri ini. Di situlah, dia bersama puluhan tentara sukarelawan lain berperang mempertahankan kemerdekaan melawan aggressor Belanda. Beruntung, kekuatan TNI setelah masa kemerdekaan itu lebih kuat daripada sebelumnya. Banyak senjata rampasan dari Jepang yang bisa digunakan berperang mempertahankan kemerdekaan n

Status Gunung Raung waspada, Gunung Ijen masih siaga Termasuk gununggunung gaul, karena selalu update status

Stok material BPKB-STNK kosong, tak mempengaruhi penjualan motor Yang paling mempengaruhi adalah “stok” tabungan

Baca Dulu...Hal 35

email: radarbwi@gmail.com / radarbwi@yahoo.com


30

Minggu 7 April 2013

Pencopotan Kades Harus sesuai Usul BPD SITUBONDO - Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bayeman, Kecamatan Arjasa, tampaknya harus bertindak cepat jika ingin sang kades, Yahya Wahyudi, 35, segera dicopot dari jabatannya. Sebab, Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto, tak bisa serta merta memberikan sanksi tanpa usul dari BPD. Hal itu disampaikan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Situbondo, Syaifullah. “Kemungkinan sanksinya sesuai yang diusulkan BPD. Makanya, jika memang BPD Bayeman menghendaki (pencopotan) itu, segera usul. Ini kan mirip dengan kasus Aceng (Bupati Garut),” papar Syaifullah. Menurut Syaifullah, sesuai regulasi, bupati tidak bisa memberikan sanksi kepada kades yang bermasalah. “Intinya, kita (pemkab) sesuai usul BPD,” tegasnya. Syaifullah mengungkapkan, setidaknya ada dua sanksi yang bisa diberikan kepada Kades

Bayeman. Yang pertama adalah diberhentikan sementara. Namun, sanksi yang satu ini harus melalui proses hukum terlebih dahulu. Saat nanti yang bersangkutan sudah ditetapkan menjadi tersangka, maka Bupati Situbondo akan memberikan sanksi. “Yang kedua, seb-

agaimana yang saya sebutkan tadi, yakni diberhentikan dari jabatannya karena ada usul dari BPD. Usul itu tentu secara tertulis. Tidak bisa hanya disampaikan di forum,” tegasnya. Sekkab Syaifullah mengungkapkan, pihaknya telah meminta tim yang dibentuk Bupati

Situbondo agar segera menindaklanjuti laporan warga Desa Bayeman terkait perbuatan asusila yang diduga dilakukan Yahya Wahyudi terhadap istri salah satu perangkat desanya. Itu demi merespons keresahan masyarakat Desa Bayeman. “Akibat kejadian ini jangan sampai proses pelayanan terhadap masyarakat di Desa Bayeman terganggu. Harus dipastikan tetap berjalan lancar. Pemkab akan memberikan jaminan dan transparansi terkait proses hukum Kades Bayeman,” tegasnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Yahya terjatuh dari motor dinas saat tepergok membonceng Vivin Agustin, 25, yang tak lain adalah istri warganya sendiri di Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa. Sejak kejadian itu, warga terus menggelar aksi demo agar Yahya dicopot sebagai Kades Bayeman. Mereka juga berdemo di kantor Sekretariat Pemkab Situbondo Jumat lalu (4/4). (pri/c1/bay)

BANYUWANGI

BANYUWANGI

BANYUWANGI

BANYUWANGI

• Puri Mendut •

• Ruko Gandeng •

EDY SUPRIYONO/RaBa

WAWANCARA: Sekkab Situbondo, Syaifullah, memberikan keterangan pers seputar mekanisme pencopotan kades kemarin.

• Peluang Usaha •

• Toyota Soluna •

Ingin punya usaha tanpa ganggu pekerjaan? Modal minimal 10 juta, tidak perlu bayar pegawai, keuntungan pasti 100% dalam 24 bulan. Hubungi: 03337611387

Dijual Toyota Soluna 2003 hitam, metalik, hub: 082141268922 / 087857370701

ISTIMEWA

HARI INI: Hadiah jalan sehat ultah ASDP Indonesia Ferry ke-40.

Pagi Ini, Jalan Sehat ASDP BANYUWANGI - Peringatan Hari jadi ke-40 PT ASDP Indonesia Ferry (IF) akan digelar di Pelabuhan Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi mulai pukul 06.00 pagi ini (7/4). Mengambil start di Pelabuhan Ketapang, ribuan peserta akan mengikuti jalan sehat ini. Peserta akan menempuh jarak kurang lebih tiga kilometer.

Manager Usaha PT ASDP IF Ketapang Saharuddin Koto mengatakan, rute jalan sehat akan menempuh rute dari pelabuhan ke utara menuju Pertamina, lalu meneruskan arah ke barat. Selanjutnya, peserta jalan sehat ini akan menempuh sepanjang jalan lingkar Ketapang. Sementara itu, acara jalan sehat ini akan dihibur

oleh artis lokal ternama dan bertabur hadiah. Panitia sepeda motor, sepeda gunung, ratusan elektronik serta doorprize. “Tema hari ulang tahun ASDP ke-44 ini adalah menyatukan Nusantara dengan perannya sebagai akses transportasi publik antar-pulau. Komitmen ASDP, ke depan pelayanan harus lebih baik,” katanya. (*/bay)

• Mercy E200K'05 •

• Chevrolet Aveo ‘04 •

• Chery Tiggo ‘08 •

Mercy E200K'05 full moduf AMG,velg+ban baru, asuransi sd 2015. Pajak baru, ist,dijamin puas, jual cepat.Peminat serius diskon khusus lumayan. Hub 081234587000

Dijual Chevrolet Aveo 1.5L MT tahun 2004 hitam metalik, harga 87,5 juta nego, barang istimewa, bisa cash/kredit, hubungi (0333) 631526 – 635176, 0811351148

Dijual Chery Tiggo 2.0L Mt tahun 2008 hitam harga 115 juta nego, barang istimewa , bisa cash/kredit, hubungi (0333) 631526 – 635176, 0811351148

• Mitsubishi Kuda ‘99 •

• Toyota Kijang ‘97 •

• Nissan Livina ‘08 •

Dijual Mits Kuda VB5W GLS (solar) tahun 1999 hijau muda metalik harga 77,5 juta nego, barang istimewa, bisa cash/kredit, hub: (0333) 631526 – 635176 , 0811351148

Dijual Toyota Kijang LF80 SPR (solar) tahun 1997 hijau metalik harga 87,5 juta nego, barang istimewa, bisa kash/kredit, hubungi (0333) 631526 – 635176 , 0811351148

Dijual Nissan Livina 1.5 4x2 MT XR tahun 2008, abu-abu tua metalik, harga 132,5 juta nego, barang istimewa, bisa kash/kredit, hub (0333) 631526 – 635176 , 0811351148

• Kijang LGX ‘04 •

• Honda Jazz ‘08 •

• Bus Mitsubishi ‘87 •

Dijual Toyota Kijang LGX bensin tahun 2004 silver stone, harga 135 juta nego, bisa cash/ kredit atau tukar tambah, hubungi 081336666171

Dijual Honda Jazz tahun 2008, warna hitam, manual, mulus, harga 157 juta nego, Toko Kurnia Sumberayu, hubungi 0811354594

Dijual Bus Mitsubishi Tahun1987 barang istimewa, AC, 40 kursi, harga 95 juta nego/ kredit, hubungi 081216866602/ 087857311088

• Minibus Isuzu ELF ‘08 •

• Minibus KIA Pregio ‘08 •

• Honda Jazz ‘08 •

Dijual Mini Bus Izusu ELF Tahun 2008, body baru/AC/TV audio, harga 195 juta, harga nego/kredit hubungi 081216866602/ 087857311088

Dijual Mini Bus KIA Pregio Tahun 2008 body baru, harga 145 juta, bisa nego, hubungi 081216866602/087857311088

Dijual Honda Jazz GD 3 1,5 IDSI AT’ 2008, warna putih, barang siap pakai. Harga 150 juta nego (085859445277)

• Rajah Kijang Kencono • Ush rajah Kijang Kencono mdl sdkit Insya Allah hsilny mmuaskan yg pnting ush; 085236824224 Rumah siap huni di Puri Mendut, Jl. Mendut 88 Banyuwangi (100m dari Kantor Pemda), cash/kredit, bunga ringan. 081336143490, cepetan sisa hanya 5 unit.

• STNK •

Dijual ruko gandeng. L42m2 & 45m2. Lokasi Tengahkota,strtgis.(dpnalun-alun,dekatBank Mandiri, Telkom, Kantor Pos). Hub 081336119000,03337751000.TanpaPerantara.

• Rumah+Tanah+Toko •

SITUBONDO

Djl cpt Perum Griya Giri Mulya WX-01/ WX-02 hrg nego. Hub: 085353574360 SHM

• Jl. Ahmad Yani •

Djl rmh di Bwi L+330, 130 jt & djl tnh+Toko L1200 Sembulung Cluring 300jt. 087755630534

Djl Ruko pusat kota + 400m2, Jl. Ahmad Yani 106 A, 081336436864 / 0338671304

BANYUWANGI

Hlg STNK P 5319 ZK, an. Gatot Santoso. Perum Mendut Regency Blok M 11 03/04Tamanbaru

BANYUWANGI

Hlg STNK P 5298YK, an.B Wulan Hidayatsih. Jagung Suprapto 25 02/04 Penganjuran

• Marketing •

Hlg STNK Nopol P 2218 ZG, an. Siti Fatwa. Krajan RT03/02 Segobang, Licin

Lowongan Marketing, Pria, min SMA, mempunyai pengalaman Marketing, pekerja keras, mampu kerja ditarget. Lam krm ke: KSU Syirkatul Muamalat Syari’ah, Tegalmojo, Singojuruh, T: 635900

Hlg STNK Nopol P 4109 XT, an. Luluk Khodiyah, Krajan 01/03 Cluring Hlg STNK P 2061 RU, an. Nurmaolah, Taman Pinang Indah D-V 34/06 Lemahputro, Sidoarjo

BANYUWANGI • Tepi Jalan Raya • Djl tanah tepi jalan raya, sblh showroom mobil Sraten, L4000m2. Hub:082336199061

PEMBERITAHUAN Sehubungan dengan makin maraknya aksi penipuan yang memanfaatkan iklan jitu di Koran Radar Banyuwangi kami himbau kepada masyarakat terutama pemasang iklan jitu di Radar Banyuwangi untuk waspada dan berhatihati. Bila Anda menerima telepon, SMS dengan mengatasnamakan petugas dari Radar Banyuwangi maka segera konfirmasi ke Radar Banyuwangi (0333) 412224. Radar Banyuwangi tidak bertanggungjawab atas semua

Pemimpin Redaksi/Penanggung jawab: Rahman Bayu Saksono. Redaktur Pelaksana: Syaifuddin Mahmud. Redaktur: Ali Sodiqin. Koordinator Liputan: Agus Baihaqi. Staf Redaksi: AF Ichsan Rasyid, Abdul Aziz, Niklaas Andries,Sigit Hariyadi, Ali Nurfatoni (Banyuwangi), Edy Supriyono, Nur Hariri (Situbondo). Fotografer: Galih Cokro Buwono. Editor Bahasa: Minhajul Qowim. Lay Out/Grafis: Khoirul Muklis, Cahya Heriyanto, Ramada Kusuma Atmaja. Pemasaran & Pengembangan Usaha: Elly Irwan Suryanto, Gerda Sukarno Prayudha, Iwan Setiono, Benny Siswanto, Samsuri (Situbondo). Iklan: Sidrotul Muntaha, Tomy Sila, Yusroh Abdillah, W. Nugroho, Mega Dwi P. Desain Iklan: PENDORONG PERUBAHAN DAN PEMBARUAN Mohammad Isnaeni Wardan. Keuangan: Citra Puji Rahayu. Kasir: Anissa Windyah Sari. Administrasi Pemasaran: Anisa Febriyanti. Perpajakan: Cici Irma Setyani. Administrasi Biro Situbondo: Dimas Ayu Dewi Fintari. Penerbit: PT Banyuwangi Intermedia Pers. SIUPP:1538/SK/Menpen/SIUPP/1999. Direktur: A. Choliq Baya. Alamat Redaksi/Iklan: Jl. Yos Sudarso 89 C Banyuwangi, Telp: (0333) 412224-416647 Fax Redaksi: 0333-416647, Fax Iklan/ Pemasaran: (0333) 415153, Biro Genteng: Jalan Raya Jember nomor 36 Genteng, Telp: (0333) 845860. Biro Situbondo: Jl. Wijaya Kusuma No. 60 Situbondo, Telp : (0338) 671982. Email: radarbwi@jawapos.co.id, radarbwi@yahoo.com, radarbwi@gmail.com. Rekening: Giro Bank Mandiri Nomor Rekening 1430002019030. Surabaya: Yamin Hamid, Graha Pena Lt .15, Jl Ahmad Yani 88 Telp. (031) 8202259 Fax. (031) 8295473. Jakarta: Gunawan, Jl Raya Kebayoran Lama 17, Telp (021) 5349311-5, Fax. (021) 5349207. Tarif Iklan Display: hitam putih Rp 22.500/mmk, berwarna depan Rp 35.000/mmk, berwarna belakang Rp 30.000/mmk, Iklan Baris Umum: Rp. 22.000/baris, Lowongan: Rp 50.000/baris, Sosial: Rp 15.000/mmk. Percetakan: Temprina Media Grafika, Jl Imam Bonjol 129 Jember Telp (0331) 320300. J

Wartawan Radar Banyuwangi dilarang menerima uang maupun barang dari sumber berita.

J

Wartawan Radar Banyuwangi dibekali dengan kartu pers yang dikenakan selama bertugas.

J

Materi iklan/advertorial di luar tanggung jawab Radar Banyuwangi


31

Minggu 7 April 2013

Tuntut Perbaiki Nasib Nelayan

ADA APA LAGI

NUR HARIRI/RaBa

MEMAR: Imam Dwi Cahyono (kanan) melapor ke Mapolres Situbondo kemarin.

Pelajar Dikeroyok Lima Pemuda SITUBONDO - Seorang siswa kelas XII salah satu SMA di Situbondo bernama Imam Dwi Cahyono, 18, melapor ke Mapolres Situbondo kemarin (6/4). Gara-garanya, dia dikeroyok sekelompok pemuda tidak dikenal. Akibat pengeroyokan yang diperkirakan dilakukan sekitar lima pemuda tersebut, siswa itu kesakitan. Bahkan, siswa asal perumahan PG Asembagus, Kecamatan Asembagus, Situbondo, itu mengalami memar di pipi dan mengalami pendarahan di mata kanan. Dikatakan, pengeroyokan yang dilakukan lima orang tak dikenal itu terjadi di depan warung internet (warnet) Grafity di Jalan Wijaya Kusuma, Situbondo, sekitar pukul 22.00 Jumat malam lalu (5/4). Kejadian itu terjadi saat Imam selesai bermain game online dan hendak pulang. Tiba-tiba korban dihadang sekelompok pemuda yang tidak diketahui identitasnya. Sebelum terjadi pengeroyokan, sekelompok pemuda itu sempat bertanya kepada korban tentang seseorang yang tidak dia kenal. Rupanya kejadian itu berujung pengeroyokan sekelompok pemuda tersebut. “Saya main di warnet. Waktu keluar, mereka tanya temannya, saya menjawab tidak tahu. Mereka langsung mengeroyok saya,” jelas Imam. Beruntung, tidak lama kemudian, ada warga yang melerai pengeroyokan tersebut. Setelah dilerai, korban langsung melapor ke polisi. “Saya tidak kenal mereka,” katanya saat ditemui di Mapolres Situbondo kemarin. Kasubag Humas Polres Situbondo AKP Wahyudi mengatakan, laporan siswa yang menjadi korban pengeroyokan tersebut langsung diselidiki. “Laporan ini kami tindak lanjuti. Petugas langsung mendatangi lokasi dan kami akan meminta keterangan sejumlah saksi,” kata AKP Wahyudi. (rri/c1/bay)

AGUS BAIHAQI/RaBa

LONG MARCH: Sejumlah mahasiswa Untag Banyuwangi menggelar aksi turun ke jalan di Jalan A. Yani, Banyuwangi, kemarin.

BANYUWANGI - Puluhan mahasiswa dari Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi menggelar long march kemarin (6/4). Dalam aksi tersebut, mereka meminta Pemkab Banyuwangi memperhatikan para nelayan. Menurut para mahasiswa tersebut, nelayan memiliki peran yang besar dalam pembangunan daerah. Sayang, peran itu tidak dihargai oleh pemerintah. “Peran nelayan sangat besar dalam pendapatan daerah, tapi nasibnya ditelantarkan,” cetus salah satu mahasiswa dalam orasinya. Para mahasiswa itu menggelar long march dari Kampus Untag di Jalan Adi Sucipto menuju Jalan A. Yani. Di depan kantor Pemkab Banyuwangi, mereka berhenti dan menggelar orasi. “Nelayan hanya dieksploitasi,” kata Sidiq Mulyana, koordinator aksi. Dalam orasinya, Sidiq Mulyana menyebut, kesejahteraan para nelayan tidak pernah diperhatikan pemerintah. Meski memiliki peran yang besar dalam pembangunan, hidup sebagian besar para nelayan penuh kekurangan. “Kami minta pemerintah lebih memperhatikan nasib nelayan,” ujarnya. Usai berorasi di depan kantor Pemkab Banyuwangi, dengan

membawa spanduk berukuran besar, para mahasiswa itu melanjutkan long march menuju Simpang Lima. Selama perjalanan, mereka meneriakkan yel-yel tentang dukungan terhadap nelayan. “Nelayan penyumbang devisa,” sebut Akmalia. Menurut Akmalia, Kabupaten Ba nyuwangi dikitari lautan. Warga yang tinggal di sekitar pantai, lanjut dia, sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. “Warga Banyuwangi yang menjadi nelayan sangat banyak. Ingat, Banyuwangi ini dikelilingi laut,” ungkapnya sambil tangannya memegang megaphone. Hasil kerja para nelayan, masih kata dia, bukan hanya dinikmati warga Bumi Blambangan. Ikan tangkapan para nelayan juga dinikmati masyarakat luar kota, bahkan hingga diekspor. “Ikan tangkapan nelayan banyak yang diekspor, tapi nasib nelayan masih menderita,” sebutnya. Puas menggelar orasi di Simpang Lima, aksi para mahasiswa yang digelar dalam rangka Hari Nelayan Nasional itu dilanjutkan dengan pembagian sembako. Kegiatan sosial tersebut dilaksanakan di Pulau Santen, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi. (abi/c1/bay)

Minta Tarif Feri Naik 30 Persen KALIPURO - Para pengelola kapal penyeberangan jurusan Ketapang-Gilimanuk meminta pemerintah segera menyesuaikan tarif penyeberangan. Mereka merasa tarif saat ini sudah tidak sesuai biaya operasional. Tuntutan kenaikan tarif itu didukung penuh Dewan Pengurus Cabang Gabunga n Pe n g u s a ha Na s i o na l Ang kutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (DPC Gaspadap) Kabupaten Banyuwangi. “Kenaikan tarif penyeberangan KetapangGilimanuk ini sudah waktunya,” cetus Sekretaris DPC Gaspadap Banyuwangi, Elmi

Abdullah, kemarin (6/4). Menurut Elmi, dibanding tarif penyeberangan di pelabuhan lain, tarif penyeberangan jurusan Ketapang-Gilimanuk termasuk yang paling murah. Makanya, sebut dia, perlu ada penyesuaian. “Kami minta tarif penyeberangan naik 30 persen,” kata Elmi didampingi Ketua DPC Gapasdap Banyuwangi, Achmad Munasor, kemarin. Kenaikan tarif itu, lanjut dia, berlaku untuk semua jenis penumpang yang akan menyeberang, seperti perorangan, kendaraan motor, mobil pribadi, mobil penumpang, dan truk trailer. “Tarif semua golongan

penumpang naik sampai 30 persen,” pintanya. Terkait tuntutan kenaikan tarif hingga 30 persen itu, sebut dia, DPC Gapasdap sudah meminta DPP Gapasdap memperjuangkan di hadapan pemerintah pusat. Sebab, penentuan tarif adalah kewenangan pemerintah pusat. “DPP Gapasdap sudah menyanggupi,” sebut Elmi Baca Minta...Hal 35

AGUS BAIHAQI/RaBa

RAPAT: Suasana pertemuan di kantor DPC Gapasdap Banyuwangi kemarin.


BUDAYA

34

Panglima Osing Koin

Arti Sebuah Senyum Ada luap pinta menggema di relung jiwaku, Istriku! Ketika remah waktu mulai menuntunmu ke arah sang Ibu Aku ingin menemukanmu dalam senyum tak berpintu Sebab, senyummu adalah galaksi jauhar yang berpijar dalam altar sukmaku Dengarlah Istriku! Ada manikam mutiara yang tertunda, dan Kita masih bertapa dalam murba Biar Tuhan saja yang memberimu senyum sederhana yang mampu remukkan jutaan bebatuan nestapa Sebentar lagi, Ketika matahari beranjak tinggi Senyummu adalah aliran padasan yang akan membanjiri ribuan pandau yang mati oleh musim kemarau Dan aku yang tertulis dalam kitab kehidupanmu Adalah doa yang kau tunggu sepanjang waktu Sedang kamu adalah jatukrama bagiku Kita bertakhta di atas singgasana cinta Sampai kelak, sampai habis masa! Selamat ulang tahun, Istriku! Fathor Rosi. Sastrawan Situbondo.

Bunda Pabila ku terpikir Tentang kasih yang terukir Bukanlah seperti desir angin yang semilir Dan tiada pernah berakhir Kasih yang sempurna Telah kunikmati kehangatannya Hembusan napas cinta Kudapat darimu oh bunda Semua yang kupinta Kau penuhi tanpa ada tanya Demi masa depanku Kau korbankan segala daya Pamrih tak pernah diharap Amarah tak pernah terungkap Kata-kata kasar tak pernah terucap Walau diriku tiada lengkap Namun apa balasannya Apa? Apa itu? Hanya bibir beku dan lidah kaku Yang tak pernah turut perintahku Apakah itu pantas? Akan semua yang terjalin ikhlas Semoga usia masih menungguku memasuki pintu maafku Terima kasih kuucapkan Kedamaian kujanjikan terindah Percayalah bunda... Kau teristimewa yang kupunya Lidya Ufantri Octavia. Siswa X MA Nurul Amin Sumberejo, Besuki, Situbondo.

Kelaparan Desaku yang mengering Awan mendung setitik pun tak ada Hujanpun tak datang Air pun tiada Sungai–sungai pun mengering Sawah ladang tak ada makna Rumput hijau sudahlah usang Kerbau mati tak ada usia Petani sudah mulai tak tenang Uang pun sudah binasa Arsfestita Ainur Yuliandra. Siswa 7H SMP Negeri 1 Sempu.

Kampus Baru kau masih saja menembus malam-malamu lalu membuka masa lalu dalam tabir-tabir kesedihan ketika kerbau kecil itu kau lepas ke pasar kemudian merengek-rengek di tengah ratusan blantik induk semang masih meratapi perpisahan sambil mengunyah jerami padi kering yang bercampur garam dapur tak kuasa melihat jarimu menghitung ribuan lembar uang mungkin dia tahu, anaknya sudah jadi kertas membelah malam, mengejar mimpi, dan menggapi angan aku bisa membaca bola matamu sore itu, katamu lalu kau kenali orang-orang baru pada tahun delapan-delapan kala itu hidungku terkeluh oleh kesetiaan tangan bapakmu yang ikut membayangkan suatu masa biar anak-anakku bisa membaca zaman menghidupi zaman, dan tersenyum pada zaman tanpa harus kutemani dengan hartaku katamu malam itu lalu aku merunduk dan tersenyum malu-malu Suyanto, M.Si. Pengajar sastra di STKIP Darussalam-Blokagung.

Penjaga gawang rubrik budaya Radar Banyuwangi siap menerima tendangan karya Anda dalam bentuk gambar, sketsa, puisi, cerpen, apresiasi sastra, dan ar tikel budaya (maksimal 10.000 characters with spaces). Silakan kirim ke budayaradarbwi@gmail.com.

Minggu 7 April 2013

pamitan untuk menemani anak keduanya tidur di kamarnya. Sedang percakapan antara Wien dan temannya itu, masih berlanjut hingga sedikit larut. Rupanya, ada hal yang penting yang mereka bicarakan. *** Bulan kedua setelah surat tagihan hutang yang diterimanya bulan lalu itu kemudian kembali diterimanya. Untuk kali itu, tagihan yang tercantum sedikit lebih besar dari sebelumnya. Ada tambahan suku bunga yang harus dibayarkan karena sudah menunggak lebih dari sebulan. Tampak jelas terlukis di raut muka keduanya sangat terpukul. Sedang yang dihadapinya adalah tagihan hutang yang akan terus berbunga jika tidak kunjung dibayar. Itu tentu belum termasuk cicilan pokoknya. Bulan sebelumnya, saat dia mencoba meminta keringanan kepada atasannya agar tidak memotong upah bulanannya untuk memotong hutangnya kepada koperasi p e r u sa h a a n d a n atasannya itu sendiri, rupanya mengalami kegagalan. Karena bagaimanapun, upah bulannya akan terpotong secara otomatis. Itu alasan, mengapa mereka tidak juga bisa membayar hutangnya yang lain. Di dalam kamar itu, Wien yang terduduk di sebuah kursi kayu di samping istrinya, hanya tampak tertunduk lesu meski sesekali melihat dua anaknya yang masih kecil-kecil. Dalam pikirannya, dia tidak hanya memikirkan tentang hutang itu. Karena juga tentang biaya sekolah anaknya yang pertama beberapa bulan ke depan. Seperti yang dia tahu, sekitar dua bulan ke depan, mereka akan dikenakan biaya tambahan untuk kenaikan kelas

Oleh Swandana Al-Ghazi*

P

agi itu, seperti biasanya Wien mengendari motornya untuk pergi ke pabrik tempatnya bekerja di daerah Ketapang. Motor matic produksi Negeri Sakura itu terlihat melaju lumayan kencang. Mungkin dia mengejar waktu untuk sempat mengejar jam masuk di pabriknya. Dilihat dari balik helm standar yang dipakai, raut mukanya tampak sangat kusut. Seolah dia memiliki permasalahan yang cukup pelik. Tapi bagaimanapun juga, demi menghidupi keluarganya, termasuk istri dan kedua anaknya, dia pun harus segera pergi bekerja. Seperti biasa, sesampai di pintu gerbang pabrik itu, dia mencoba tersenyum kepada kawan-kawannya yang bertugas sebagai sekuriti. Masih mengendarai motornya, dia lantas membelokkannya hingga berada di depan sebuah gedung yang dilengkapi dengan atap seperti pendopo. Gedung yang kemudian dikenal sebagai pintu utama kantor staf karyawan itulah dia hendak melakukan absensi. Di pabriknya, sistim absensi menggunakan mesin check-clock. Tentu hal itu untuk mempermudah staf administrasi memeriksa siapa-siapa saja yang datang terlambat. Dia bukan salah seorang yang termasuk pegawai terlambat. Karena di kertas absensinya, tertulis angka 07:05. Yang berarti, dia masih memiliki waktu jauh dari batasan keterlambatan masuk yang mulai menunjukkan warna merah di angka 07:30. Masih terlihat memakai pakaian rapinya meski raut mukanya tetap kusut, dia pun kemudian menuju motornya yang sebelumnya diparkirkan di depan gedung itu. Merasa tidak ingin mengganggu jalan bagi pegawai lainnya atau entah karena tertera aturan dilarang parkir di sana, dia pun memarkirkan di tempat yang sudah tersedia. Tanpa mengulur waktu panjang, dia pun kemudian mengganti pakaiannya yang masih terlihat rapi berbalut jaket rompi dengan pakaian yang dikenakannya saat bekerja. Cattle-pack berwarna putih itupun kemudian dipilihnya meski dia memiliki yang berwarna merah. Padahal, cattle-pack yang dikenakannya tersebut sudah tidak lagi menunjukkan keputihannya. Lebih mirip dengan pakaian ABRI, loreng-loreng. Tidak lagi memikirkan penampilannya seperti saat berangkat bekerja, dia dengan santainya memasuki ruang kantor untuk meminta kunci gembok gedung produksi. Ya, dia memang ditugasi untuk membuka gedung produksi itu sesaat sebelum aktifitas berlagsung. Cattle-packnya masih mengeluarkan bau bensin meski sudah semalaman dijemurnya di pabrik. Itu sebab, sisa bau bensin pun tertinggal di ruangan kantor itu. Entah dia sadar atau tidak tentang bau bensin yang tertinggal itu, karena yang dia tahu, dia hanya menjalankan tugasnya sehari-hari seperti itu. Hari itu hari terakhir baginya untuk bekerja karena keesokan harinya, dia sudah mendapatkan hari libur. Seperti kebanyakan pabrik, setiap hari Sabtu dan Minggu diliburkan. Pun ditempatnya bekerja. Tidak lama setelah dia membuka seluruh pintu gedung produksi, bel masuk yang terdengar mirip suara sirine ambulan itu pun berbunyi. Itu berarti lima menit sebelum jam masuk sudah dikumandangkan. Tidak berpengaruh kepadanya, dia masih saja terlihat asik dengan aktifitasnya seperti mengumpulkan hal-hal yang diperlukannya. Hingga aktifitas produksi berjalan seperti hari-hari sebelumnya, rupanya dia memilih tidak membantu rekanannya. Dia memilih untuk kembali memasuki ruang kantor. Dia bukan salah seorang staf kantor, tapi dia termasuk buruh kasar di pabrik itu. Seharusnya, dia membantu rekanannya yang lain di gedung produksi. Namun karena dia yang membawa kunci gembok gedung pabrik itu, dia pun beralasan mengembalikannya ke tempat semula seperti saat diambilnya. *** Malam itu, Wien tampak tertunduk lesu ketika disodori secarik kertas berupa pemberitahuan jumlah hutang yang menimpanya. Jumlahnya lumayan cukup besar bagi seorang buruh kasar semacam dia. Namun bagaimanapun juga, jauh bulan sebelum itu dia sudah memikirkannya matang-matang untuk meminjam uang di salah satu koperasi didekat rumahnya. Ingin melarikan diri dari jeratan hutang tersebut, dia masih memberati kerjanya yang lumayan memberikan upah untuk keperluan sehari-hari. Ingin mencoba bertanggung jawab, upah bulanan yang diterimanya sudah habis terpotong oleh hutang-hutang yang lainnya. Tampak seorang ibu muda mendatanginya dengan menyuguhkan segelas teh hangat yang kemudian diletakkan di meja sampingnya duduk. Sambil mencoba tersenyum, ibu muda dari anak-anaknya itu pun turut menemaninya duduk. Di kursi kayu yang dipisahkan dengan meja kayu bundar itulah kemudian dia hanya menjawab surat itu dengan gelengan kepala. Istrinya paham dengan isyarat yang disampaikannya tersebut. Tapi istrinya tidak paham, bagaimana mereka harus melunasi hutangnya tersebut. Gelang, cincin, anting, dan kalung emas yang sempat dimiliki istrinya tersebut pun sudah habis terjual. Bahkan motor yang dipakainya untuk bekerja sehari-hari pun terpaksa dijual untuk menebus hutangnya yang lain. Yang tersisa hanya beberapa lembar pakaian yang mereka gunakan sehari-hari. Memang ada beberapa perlengkapan masak didapurnya yang mungkin bisa dijadikan uang. Tapi itu tidak membantu membukakan jalan keluar bagi mereka. Barang-barang elektronik seperti televisi, itu bukan milik mereka berdua. Itu milik mertuanya, milik orang tua istri Wien yang sengaja dipinjamkannya untuk sedikit melengkapi rumahnya. Pernah suatu hari istrinya meminta izin kepada orangtuanya untuk membiarkan televisi itu dijual, tapi dilarang. Orangtua istrinya mengikhlaskan kalau televisi itu berada disitu sebagai barang pantaspantasan, tapi tidak untuk dijual. Kalaupun mereka memaksa untuk menjualnya, itu berarti mereka harus mampu mengembalikan lagi. Masih, namanya juga masih hutang. Barang-barang elektronik lainnya, seperti kulkas, radio, dan atau DVD player seperti yang dimiliki tetangga mereka, rupanya tidak ada barang semacam itu dirumahnya. Mungkin yang dianggap lebih berharga selain televisi adalah ponsel yang dimiliki keduanya. Hanya saja, jika benar-benar ponsel itu dijual, juga tidak akan mampu menutupi hutang-hutangnya. Bahkan separuh dari cicilan yang tertera dalam surat itu pun tidak ada. Pantas saja, ponsel yang mereka gunakan adalah ponsel lokal pabrikan China yang harga jualnya kembali tidak melebihi dua ratus ribu rupiah. Meski sudah dianggap sebagai ponsel canggih, ponsel yang dimilikinya beberapa tahun silam itu juga terlihat usang. Pernah dia menawarkan ponselnya tersebut kepada teman-temannya. Namun harga tidak lebih dari tujuh pulu lima ribu rupiah yang ditawar tersebut pun mengurungkan niatnya untuk menjual ponsel itu. Harga yang ditawar temannya itu masih cukup tinggi jika harus ditawarkan ke konter-konter ponsel. Teh hangat yang disuguhkan istrinya tadi, rupanya sudah menjadi dingin. Meski istrinya berulang kali menawarkan kepadanya untuk segera diminum selagi hangat, dia tidak menggubrisnya kecuali hanya terpaku pada pandangan angka-angka yang tidak bisa berubah dari kertas itu. “Biar bapak mencoba meminta keringanan kepada bos agar bulan depan tidak memotong gaji bapak,” ucap Wien kemudian sambil menoleh kepada istrinya. “Memangnya boleh, Pak?” tanya istrinya lembut. “Semoga saja boleh. Bapak sudah tidak ada jalan lain

kecuali minta keringanan di bos,” jawabnya kemudian. *** “Mbak, kalau aku keluar dari perusahaan ini, kira-kira uang dari Jamsostek dapat berapa?” tanyanya. “Lho, kamu mau keluar?” tanya seorang staf administrasi keuangan. Mendapatkan pertanyaan itu, Wien kemudian memperlihatkan mimik wajah seperti sedang berpikir. “Oh, tidak. Cuma tanya saja,” jawabnya kemudian. Tidak memiliki pikiran yang menjurus ke niatan Wien akan keluar dari tempatnya bekerja, staf adminstrasi keuangan tersebut pun menghitungkannya secara kasar. Yang terpenting, dia mengetahui gambaran besar-kecilnya uang yang diterimanya. “Sekitar 4 juta,” ucapnya kemudian dalam hati. Dia, setelah mendapatkan jawaban nominal uang yang akan diterima dari jaminan hari tuanya tersebut, pun kemudian meninggalkan ruang kantor tersebut dan segera bekerja seperti biasanya. Tidak ada apa-apa memang. Karena dia hanya benar-benar ingin tahu jumlah nominalnya saja. *** Tatapannya kemudian menjadi sedikit berbinar ketika dia mendapatkan kabar bahwa temannya dulu hendak akan berkunjung ke rumah. Tidak peduli apa yang akan disuguhkan untuk tamu agungnya tersebut, yang penting masih ada sisa beberapa batang rokok kreteknya, cukup baginya untuk menemani sambil mengobrol. Sepulangnya kerja, dia pun kemudian melaju sangat cepat menuju rumahnya yang cukup jauh. Bahkan jarak yang ditempuhnya lebih-kurang menempuh waktu satu setengah jam. Rumah itu, rumah yang dihuninya itu, adalah rumah orangtua istrinya. Dia tidak memiliki rumah sendiri memang kecuali harus menumpang di mertuanya. Lagipula, anak dari mertuanya masih menjadi istrinya. Perasaan malu, baginya bukan urusan penting. Karena ada urusan yang lebih penting yang akan dihadapinya. Ya, tamu agung itu akan segera berkunjung. Seperti yang diketahui tadi, tamunya itu bukan seorang pejabat atau orang penting lainnya. Hanya sebatas teman lamanya dulu yang pernah besar bersama di daerah ujung pulau Jawa yang berseberangan dengan pulau Bali. Tapi baginya, tamu itu jauh lebih penting dari seorang Presiden. Sesampainya di rumah, dia mengabarkan kabar penting itu kepada istrinya yang tengah menyusui anak keduanya yang masih berusia sekitar empat bulanan. Berbeda dengannya, istrinya hanya menanggapi kabar tersebut biasa-biasa saja. Rupanya, tamu yang dimaksud tidak terlalu penting baginya. Mungkin hanya sebatas penting bagi Wien saja. “Hai, apa kabar?” ucap salam Wien ketika tamu yang dimaksud sudah menginjakkan kakinya di depan pintu rumah mertuanya. “Ya, seperti yang kamu lihat. Banyak kemajuan,” jawab singkat setelah bertemu dengan Wien. Percakapan singkat itu kemudian berlanjut kepada pengizinan Wien untuk mempersilakan tamunya memasuki ruang tamunya dan duduk di kursi sofa tua yang penuh dengan tambalan kain cerca. “Mana anakmu?” tanya tamu itu kemudian. “Oh iya, sebentar aku panggilkan,” jawabnya sambil berdiri menjemput istrinya yang sedang asik menggendong bayinya. “Anis, apa kabar? Lama tidak jumpa,” ucap tamu itu setelah istri Wien keluar dengan bayinya. “Wah, sudah gendong bayi lagi, nih?” lanjutnya Meski ibu muda itu tidak berpikir bahwa tamunya spesial, mereka tampak terlihat akrab dan saling kenal. Cukup lama kemudian mereka terlibat dalam perbincangan ringan di ruang tamu itu hingga akhirnya Wien ingat kalau tidak ada seguhan minuman di meja mereka. Masih dalam tawanya yang lepas, istri Wien pun kemudian berpamitan untuk mengambilkan minuman yang memang belum sempat dipersiapkan. Meski harus disibukkan dengan bayinya, perempuan yang juga teman sekolah menengah atas suaminya tersebut pun menyempatkan untuk membuatkan teh hangat. Tidak menyuguhkan kopi karena mereka memang tidak memiliki stok kopi di dapur. Suaminya juga tidak pernah minum kopi karena alasan kesehatan. Usai menyuguhkan dua gelas teh hangat untuk suami dan tamu suaminya tersebut, istri Wien pun ber-

anaknya. Anaknya yang pertama, masih duduk di bangku sekolah dasar kelas satu. Jadi tidak mungkin bagi mereka untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Selain umurnya yang akan terus bertambah, tahun sekolah yang sudah ditempuh pun cukup mengeluarkan banyak biaya. “Apa perlu hutang ke bapak lagi?” tanya istrinya kemudian mencoba memberikan solusi. Hanya memandangi istrinya yang mencoba bangkit dari tempat tidurnya dan duduk berhadapan dengannya, dia kemudian menjawab dengan suara yang hampir tidak terdengar, “hutang kita masih belum terbayar ke bapak.” “Lantas, apa yang harus kita lakukan? Biar ibu sudah membantu kerja, upah yang ibu terima juga tidak mencukupi untuk membayar hutang-hutang kita, Pak. Bapak juga meski sudah membanting tulang kerja ke sana kemari pun tidak cukup,” ungkap istrinya. Mendengar penjelasan istrinya tersebut, dia hanya memandangi istrinya dengan senyum meragukan sambil menghela nafas panjang. Di kamar itu, dia tidak berani menyalakan rokok kreteknya karena alasan si bayi. Namun dia juga tidak mampu menceritakan satu-satunya jalan keluar yang dimilikinya tanpa menghisap rokok kreteknya. Merasa harus dibicarakan, dia pun kemudian mengajak istrinya untuk keluar kamar dan membicarakannya secara serius. Bukan ruang tamu yang mereka pilih untuk membahas hal itu, melainkan ruang tengah keluarga di depan kamarnya. Itu untuk menghindari suara bising mereka mengganggu anak-anaknya yang sudah tertidur pulas. “Mau dibuatkan teh lagi?” ucap tawar istrinya. “Tidak perlu, ibu duduk saja. Bapak mau cerita,” jawabnya. Sambil mengeluarkan rokok kretek dari bungkusnya, dia pun kemudian mengecup lintingan tangan tembakau itu sambil menyalakan korek gasnya. Hisapan pertama dari rokok kreteknya itu, masih tidak menjadikan salam pembuka pembicaraan mereka selain setelah hisapan keduanya. Di tengah-tengah kebulan asap rokok itu, dia menceritakan bahwa saat temannya datang beberapa waktu yang lalu, menawarkan kepadanya untuk menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Tawaran itu keluar ketika dia telah menceritakan masalahnya kepada temannya tersebut yang juga kerja sebagai TKI. Dan beberapa bulan berikutnya, temannya itu juga akan kembali ke negara tempatnya bekerja. Gajinya lumayan besar dibandingkan dengan kerja kerasnya selama ini dilakoninya. Setidaknya, dengan gaji yang sebesar tawaran temannya tersebut, mereka akan bisa membayar hutang-hutangnya. Tidak hanya itu saja, hutang yang mencekik keduanya pun akan dapat terbayar dengan uang jaminan masa tua dari Jamsostek. “Ya, resikonya memang kita harus berpisah. Itu pun kalau ibu setuju,” akhir penjelasannya. “Kalau menurut bapak sendiri, bagaimana?” jawab balik istrinya. “Dia bilang kontrak kerjanya cuma tiga tahun saja. Tapi kalau dinilai baik, bisa diperpanjang. Kalau bapak sih, mumpung anak kita masih kecil, bapak terima saja. Daripada kita terus-terusan dikejar dengan hutang di sana-sini,” jawabnya. Mendengar jawaban suaminya tersebut, istrinya tidak mampu berkata apa-apa meski dalam hatinya sedikit berat melepaskan suaminya. Yang dia tahu, kebanyakan orang yang berpisah dari istrinya untuk menjadi TKI di luar negeri, mereka akan menikah lagi di negeri itu. Sedang mereka baru saja memiliki anak yang berusia tidak lebih dari enam bulan. Tapi di sisi lain, hatinya juga mengatakan bahwa mereka membutuhkan uang itu. “Gajinya, kalau di rupiahkan, bisa mencapai lima juta rupiah,” ucapnya yang kemudian membuyarkan lamunan istrinya. “Kenapa tidak mencoba meminta kenaikan gaji saja dulu di pabrik?” saran istrinya kemudian dalam suaranya yang parau. “Ibu, bapak bisa kerja di sana saja sudah untung-untungan. Bapak kerja juga cuma sebatas buruh pabrik. Mana mungkin mereka mau menaikkan gaji bapak? Lagi pula, meski gaji bapak dinaikkan, tidak akan bisa menyamai gaji seorang TKI,” jawabnya. “Ya dicoba saja dulu, Pak,” pinta istrinya.

Percakapan itu terus berlangsung hingga tidak terasa, Wien pun kembali menyalakan rokok kreteknya yang kedua. Hingga akhirnya, keduanya pun menyepakati untuk mencoba meminta kenaikan gaji dengan syarat minimal separuh dari tawaran menjadi TKI. *** Pagi itu, setelah dia mengembalikan kunci gembok gedung produksi, dia pun tampak mengambil kursi yang berada di depan staf administrasi keuangan. “Mbak, kalau aku keluar dari pabrik, uang yang dari Jamsostek, kira-kira cairnya kapan ya?” tanyanya. “Akhir-akhir ini, kamu kok sering tanya hal itu? Kamu mau keluar?” tanya balik staf administrasi keuangan. “Iya, Mbak. Kemungkinan besar seperti itu.” “Lho, kenapa?” “Biasalah, Mbak. Masalah keuangan.” “Memangnya sudah ada kerjaan yang lain?” “Ada sih. Ditawari teman untuk jadi TKI. Bayarannya lumayan buat bayar hutang. Setidaknya, aku tidak malu dikejar-kejar hutang, Mbak.” “Bukannya kamu baru punya anak? Sudah kamu pikirkan matang-matang?” “Sudah, Mbak. Istriku juga sudah setuju dengan keputusanku ini. Mau bagaimana lagi? Gaji yang ditawarkan juga cukup banyak.” “Begini saja, biar aku ajukan ke atasan untuk menaikkan gaji kamu, bagaimana?” “Jangan, Mbak. Aku sadar diri kok. Pihak atasan juga tidak akan mau membayar aku meski cuma separuhnya saja.” “Memangnya jadi TKI digaji berapa?” “Ya, sekitaran lima juta rupiah.” Mendengarkan nominal lima juta rupiah untuk upah sebulan kerja, menjadikan staf administrasi keuangan tersebut diam tanpa mampu melanjutkan pertanyaan. Meski begitu, dia masih berusaha memberikan wawasan dan wacana tentang keinginan Wien yang keluar dari tempatnya bekerja. Bagaimanapun juga, Wien merupakan salah seorang pegawai teladan yang patut dipertahankan. “Ya sudah, aku akan bantu mengajukan dulu kenaikan gajimu. Biar dua atau tiga hari lagi kamu kasih jawaban. Sekalian kamu di rumah berpikir lagi. Ya, siapa tahu dalam waktu itu nanti ada perubahan rencana buatmu.” *** Seperti hari-hari biasanya, kabar tentang pengunduran dirinya dari perusahaan itu pun seolah tidak ada. Yang dia tahu, dia hanya bekerja seperti hari-hari sebelumnya. Hanya saja, hari itu berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dia banyak melakukan kesalahan dalam bekerja meski dianggap tidak terlalu fatal. Wien, yang hari itu benar-benar berada di puncak hari keputusan pun semakin menunjukkan tekanannya yang sangat berat. Di satu sisi dokumen untuk keperluannya menjadi TKI sudah terselesaikan, di sisi lain dia juga mendapatkan penawaran kenaikan upah kerja. Meski upah kerja yang disetujui oleh atasannya tidak sesuai dengan perjanjiannya dengan istrinya beberapa hari silam, rupanya kenaikan hingga menjadi tiga ratus ribu rupiah pun menjadikan iming-iming tersendiri. Gaji pokoknya saja jika ditambah kenaikannya, ditambah upah lembur dan bonus mingguan lainnya, malah lebih dari separuh upah bulanan yang ditentukan. *** Gemuruh desiran air laut di pelabuhan Ketapang itu sedikit merayu Wien untuk mengajaknya berkencan. Tidak hanya itu saja, belaian angin laut yang menyibakkan rambutnya pun tidak kuasa menahannya untuk segera melepaskan baju dan segera mendekap air tepi lautan itu. Keesokan harinya, di hari libur kerjanya, dia memutuskan untuk menjenguk kawasan yang selama ini menjadi tempat kenangannya. Bahkan dulu, semasa kanak-kanak, dia pernah meghabiskan waktu bersama temannya yang menawarinya untuk menjadi TKI di situ. Hingga hari itu, dia yang juga hingga akhirnya akan meninggalkan bumi kelahirannya tersebut pun masih saja akan melakukan kegiatan yang serupa. Terlebih lagi, masa-masa itu adalah masa-masa liburan anak sekolahan. Di bawah dermaga pelabuhan itu, dia selalu menceburkan diri sambil menunggu koin yang akan dibuang oleh pengguna jasa kapal yang hendak menuju ke Bali. Bukan seorang pengemis, karena dia dan beberapa anak-anak kecil lainnya yang berada di sana tidak pernah meminta. Mereka hanya menunjukkan kebolehannya mengambil koin yang dibuang ke lautan itu. Sejauh dan sedalam koin itu jatuh, mereka akan berlomba mengambilnya. Seni dan keterampilan dalam berenang, menyelam, dan juga mengasah penglihatan dalam air itulah yang ingin mereka tampilkan menghibur para pengguna jasa kapal. Tentang adanya uang koin yang mereka kumpulkan, tidak lebih dari sekedar bonus. Ya, meski beberapa dari mereka akhirnya dijadikan sebuah mata pencaharian, tidak untuk Wien. Hingga sang mentari mulai bersembunyi di ufuk barat, dia pun kemudian memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya untuk menemui istri dan anak-anaknya. Dengan adanya pendapatan dari koin yang didapatkannya itu, dibelikannyalah keluarganya beberapa makanan kue seperti martabak telur dan terang bulan. Tidak disangka, sekitar tiga puluh menit kemudian, temannya itu pun datang dengan membawa dokumen-dokumen yang akan diperlukan untuk keberangkatan mereka ke negeri tetangga. Tidak seperti beberapa silam saat dia berkunjung ke rumah itu, Wien pun sudah bisa memberikan suguhan kue selain hanya teh hangat. “Oleh-oleh dari logam,” ucapnya. “Masih sempat mengais koin?” jawab tanya temannya. “Ya, hitung-hitung sebagai salam perpisahan untuk laut yang pernah membesarkan kita,” ucapnya. “Kamu memang benar-benar raja koin, Wien,” puji temannya. “Bukan, aku bukan raja. Aku hanya panglimanya saja,” jawabnya merendah. Mendengar istilah panglima yang diucapkan Wien, menjadikan kebingungan tersendiri untuk temannya. Meski tanpa mengeluarkan kata-kata, raut wajah kebingungannya tersebut memaksa Wien untuk menjelaskan maksudnya. “Raja itu bertahta di kursi kerajaannya. Sedang kerjanya hanya tahu tentang kemenangan dari perangperang yang melibatkan kerajaannya. Sedang aku, aku masih harus berjuang di medan perang untuk membantu kemenangan sang raja itu. Karena aku yang berada di garis depan, maka aku adalah panglimanya. Ya, seorang panglima harus berani berada di garis depan untuk memperjuangkan kemenangan sang raja dan melindungi prajurit-prajuritnya. Panglima Osing Koin. Ya, aku rasa itu cukup mengungkapkan siapa aku. Meski harus meninggalkan Bumi Blambangan ini, aku harus bisa memenangkan perang ini untuk raja dan ratu kecilku. Juga untuk prajurit-prajurit yang ada dalam hatiku,” “Lantas istrimu?” tanya temannya kemudian. “Dia adalah permaisuri hatiku yang bukan seorang raja yang memaksaku berperang atau seorang prajurit yang masih lemah dihadapanku. Dia pantas dijaga cintanya,” jawabnya. “Ya, asal tidak ada selir-selir lainnya saja,” ucap istrinya kemudian yang mengundang tawa teman mereka hingga menjadikan suasana lebih hangat. *) Penulis Dewa Perang Jepang (Masmedia Buana Pustaka; 2009) dan Sekigahara (Bukukatta; 2010).


BERITA UTAMA

Minggu 7 April 2013

35

HALAMAN SAMBUNGAN

Pesawat Boleh Melintas di Atas Raung n IJEN... Sambungan dari Hal 29

Kepala PPGA Ijen, Bambang Hery Purwanto mengatakan, status Gunung Ijen masih tetap siaga hingga kemarin. “Kami merekomendasikan agar tidak ada aktivitas manusia dalam jarak 1,5 Kilometer (Km) dari

kawah,” ujarnya. Menurut Her y, berdasar pan tauan visual closed circuit television (CCTV), masih terdapat uap pekat di sekitar kawah. Dikatakan, itu m enunjukkan temperatur kawah masih tinggi. “Kami prediksi temperatur kawah di atas 50 derajat Celcius,” paparnya.

Sekadar tahu, status Gunung Ijen fluktuatif sejak akhir 2011 silam. Pada 18 Desember 2011, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status gunung setinggi 2.386 meter dari atas permukaan laut (dpl) itu dari waspada (level II) menjadi siaga (Level III). Lantaran aktivitas Gunung

Ijen sempat mereda, pada 13 Mei 2012 status gunung api dengan kedalaman danau kawah mencapai 180 meter tersebut diturunkan dari siaga (level III) menjadi waspada (level II). Tak lama kemudian, aktivitas Gunung Ijen kembali naik. Pada 24 Juli 2012, tepat pukul 14.00, PVMBG kembali meningkatkan status

RAWAN: Sepeda motor menerjang genangan air di Jalan Kolonel Sugiono Banyuwangi Jumat malam lalu (5/4).

Gunung Ijen dari waspada (level II) menjadi siaga (level III). Sejak itu, status Gunung Ijen bertahan di level III hingga kemarin. Sementara itu, kabar melegakan dirasakan warga sekitar Gunung Raung. Kali ini status gunung setinggi 3.332 di atas permukaan laut (dpl) itu turun dari siaga menjadi waspada. Status waspada (level II) tersebut ditetapkan sejak pukul 17.00 Jumat sore lalu (5/4). Kepastian itu diungkapkan Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung di Dusun Mangaran, Desa Sumberarum, Ke camatan Songgon, Balok Suryadi, kemarin (6/4). Dia m engata ka n ba hwa aktivitas gunung terbesar di Pulau Jawa itu menunjukkan tanda-tanda penurunan selama dua pekan. ‘’Penurunan aktivitas gunung terpantau

Sambungan dari Hal 29

Puluhan Rumah di Karanganom Kebanjiran n HUJAN... Sambungan dari Hal 29

Sementara itu, untuk mengantisipasi agar luberan air tidak masuk ke dalam rumah, warga yang tinggal di sekitar Jalan MT. Haryono menutup celah di bawah pintu rumah mereka menggunakan papan kayu atau batang pisang. Andri, 25, pengemudi motor yang tengah melintas di Jalan A. Yani mengatakan, akhir-akhir ini ruas jalan tersebut memang kerap tergenang. “Mudah-mudahan pemerintah bisa men-

cari solusi terbaik dalam mengatasi genangan air yang kerap terjadi di jalan-jalan protokol Kota Gandrung ini,” harapnya. Diberitakan sebelumnya, banjir besar melanda tiga kelurahan di Kecamatan Banyuwangi Rabu malam kemarin (3/4). Air bah mengakibatkan ratusan rumah terendam hing ga ketinggian sekitar satu meter. Bencana alam itu juga mengakibatkan satu rumah rata tanah. Banjir kali ini disebabkan meluapnya Sungai Bagong dan Sungai Tambong. Pantauan di lapangan menyebutkan, tiga kelurahan yang

terdampak banjir, meliputi Pakis, Sumberrejo, dan Sobo. Saat kejadian, intensitas hujan di wilayah tersebut tidak terlalu deras. Banjir disebabkan air kiriman dari wilayah hulu Sungai Bagong. Saking tingginya genangan air, puluhan rumah warga di Lingkungan Pakis Rowo, Kelurahan Pakis, masih tergenang hingga Kamis siang (4/4). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi melansir, total rumah yang terendam banjir di Kecamatan Banyuwangi mencapai 851 unit. Rinciannya,

381 rumah di Kelurahan Pakis, 295 rumah di Kelurahan Sumberrejo, dan 175 rumah di Kelurahan Sobo. Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi, Joko Sugeng mengatakan, banjir tersebut juga me ngakibatkan satu rumah di Kelurahan Sumberrejo hanyut disapu luapan Sungai Bagong. Selain menghanyutkan satu unit rumah, derasnya arus Sungai Bagong juga mengakibatkan plengsengan sepanjang 15 meter di sungai tersebut ambrol. (sgt/c1/bay)

Konsumen Memahami Penjelasan Polisi n TAK PENGARUHI... Sambungan dari Hal 29

“Sebagai pengganti, kita beri surat keterangan sementara,” katanya. Danang mengaku, hingga kini ke kosongan material BPKB dan STNK itu tidak berimbas terhadap penjualan. Para konsumen sudah yakin dengan keterangan yang diberikan pihak polisi itu. “Kalau nanti BPKB dan STNK yang asli sudah jadi, surat keterangan sementara itu

akan kita ganti semua,” katanya. Kondisi yang sama juga disampaikan Direktur Marketing PT Dian Pratama Mandiri Banyu wangi, Jemmy Sundoyo. Sampai saat ini penjualan motor Suzuki di wilayah Kabupaten Banyuwangi melalui diler miliknya masih aman. “Tidak ada masalah,” ujarnya. Para konsumen yang akan membeli motor Suzuki, lanjut Jemmy, memahami terkait habisnya material BPKB dan STNK di kepolisian. Me re ka

juga mengaku tidak keberatan menggunakan surat keterangan sementara. “Kita beri tahu, dan konsumen tidak mempermaslahkan,” cetusnya. Para konsumen mudah percaya, kata dia, karena yang mengumumkan adalah pihak kepolisian. Sehingga, surat keterangan sementara yang diberikan bisa dijadikan pengganti STNK sementara. “Yang penting dengan surat keterangan itu, polisi tidak menilang,” ujarnya. Seperti diberitakan se be-

lumnya, stok BPKB dan STNK di Samsat Polres Banyuwangi kosong. Karena itu, masyarakat yang hendak mengurus STNK dan BPKB harus bersabar terlebih dahulu. Diperkirakan, ke terlambatan itu akan berlangsung hingga Agustus 2013 mendatang. “Agustus 2013 distribusi BPKB dan STNK baru lancar. Keterlambatan bukan dari Polres Banyuwangi, tapi dari pusat,” cetus Kasatlantas Polres Banyuwangi AKP Irawan Wicaksana. (abi/c1/bay)

Pernah Jadi Staf Departemen Penerangan n DULU... Sambungan dari Hal 29

“Zaman sekarang ini enak. Kalau dulu harus perang. Kami dengar Indonesia merdeka waktu di hutan, kemudian kami keluar dan masih ada musuh, akhirnya perang lagi,” katanya. Setelah situasi aman dan kondusif, pria yang bicaranya terkadang dicampur dengan bahasa Belanda itu sempat mendapat perhatian pemerintah karena jasanya sebagai tentara relawan. Pada tahun 1964, Balok dijadikan sebagai salah satu pegawai di Departemen Penerangan Republik Indonesia. “Saat itu menteri penerangannya Roeslan Abdul-

gani, saya kerja sebagai staf,” paparnya. Namun, setelah lama menjadi staf di Departemen Penerangan, tepatnya pada tahun 1966, dirinya ingin menjadi rakyat biasa lagi. Dia pun mengundurkan diri sebagai pegawai di Departemen Penerangan itu. “Dulu ada menteri penerangan, sekarang sudah beda jauh,” kata Balok kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Apalagi, saat itu pabrik gula di Situbondo akan dioperasikan kembali. Itu menguatkan keinginan Balok untuk berhenti. “Saya ingin jadi rakyat biasa. Apalagi, saya mendengar pabrik gula di Situbondo akan dioperasikan lagi, akhirnya saya berhenti,” katanya. Balok pun bekerja sebagai pegawai pabrik

gula di Asembagus hingga pensiun sekitar tahun 1980-an. Selanjutnya, pria tersebut meminta izin kepada istrinya yang bernama Maimuna, 60, untuk bekerja di KUD di Asembagus. Tetapi, sekarang pria tiga anak tersebut bekerja serabutan. “Sekarang saya bekerja serabutan, tapi alhamdulillah saya dan Maimuna masih sehat,” kata Balok. Meski sekarang dirinya bekerja serabutan, Balok merasa senang. Sebab, Indonesia sekarang tidak seperti masa kecilnya dulu. Balok berharap warga Indonesia tidak lupa sejarah masa silam. “Masyarakat jangan sampai lupa Jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Merdeka!” pungkasnya. (rri/c1/bay)

Anggap Dokter Keliru Cabut Gigi Tindakan Medis Sudah Benar GENTENG - Endang Indriani, warga Dusun Wadungdolah, Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, kecewa dengan dokter yang menangani giginya yang sakit. Dia menganggap dokter di Puskemas Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, itu keliru mencabut giginya kemarin. Awalnya, istri Mustofa itu mengeluh sakit gigi selama dua pekan. Endang memutuskan berobat plus mencabut gigi di puskesmas tersebut. Tidak ada curiga usai gigi rahang bawah kanannya dicabut dokter. Setibanya di rumah, ketika dilihat di cermin, dia kaget karena gigi yang sakit masih utuh. ‘’Kok yang waras yang dicabut, padahal yang sakit yang seharusnya

ALI NURFATONI/RaBa

SAKIT GIGI: Endang Indriani dan Mustofa.

dicabut,” sesal Mustofa di kantor Jawa Pos Radar Banyuwangi biro Genteng kemarin.

Karena itu, Mustofa mengajak istrinya itu mendatangi puskesmas tersebut. Anehnya, me-

nurut dokter itu, kesalahan cabut itu tidak masalah karena gigi yang dicabut itu juga berlubang. ‘’Tapi, gigi istri saya yang dicabut itu tidak sakit,” katanya. Mustofa merasa sangat dirugikan. ‘’Kalau ada apa-apa de ngan istri saya siapa yang tang gung jawab. Jadi, nanti akan saya tuntut,” ancamnya. Sementara itu, Kepala Puskesmas Genteng Kulon, Dokter Yos Hermawan mengatakan, gigi pasien yang dicabut tersebut juga sakit. Sebab itu, tindakan tim medis di puskesmas tersebut sudah benar. ‘’Dua-duanya sakit, satu yang dicabut,” tegasnya saat dikonfirmasi sore kemarin. Yos menjelaskan, pasien tersebut diminta kontrol lagi pada Senin (8/4) mendatang. ‘’Pasien diminta kontrol lagi. Sekarang bekas gigi itu masih ada,” tandasnya. (ton/c1/bay)

Menyusul penetapan status waspada itu, papar dia, aktivitas ma nusia di gunung tersebut juga berubah. Jika status siaga, manusia dilarang beraktivitas hingga tiga kilometer dari puncak gunung. ‘’Sekarang hanya 1,8 kilometer dilarang ada aktivitas manusia,” tuturnya. Menurut dia, aktivitas gunung yang memiliki luas kaldera 2.250 meter X 1.750 meter tersebut mulai menurun sejak Gunung Ijen meningkat. ‘’Gunung Raung ini memang masuk kawasan pegunungan Ijen,” jelasnya. Sekadar mengingatkan, status Gunung Raung menjadi siaga sejak 22 Oktober 2012. Namun, akhirnya status gunung tersebut kembali menurun. ‘’Sekarang, pesawat boleh melintas di atas gunung. Kalau masih giat (status siaga, red), pesawat dilarang,” pungkasnya. (sgt/ton/c1/bay)

Disarankan Pakai Penghapus Baru n PESERTA...

GALIH COKRO/RaBa

dalam seismograf (alat pencatat gempa, Red) sejak tanggal 24 Maret,’’ jelasnya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin. Sejak tanggal itu, jelas Balok, gempa vulkanik dan tremor su dah tidak terekam dalam seismograf. Itu menandakan bahwa aktivitas gunung tersebut menunjukkan tandatanda menggembirakan. ‘’Gempa tidak ada lagi,” terang petugas yang tinggal di Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, itu. Selain itu, kata Balok, berdasar pengamatan visual juga tidak ada tanda-tanda peningkatan aktivitas gunung. Misalnya, asap yang keluar dari kawah tidak tampak dan suara gemuruh tidak lagi terdengar. ‘’Jadi, secara umum aktivitas gunung terus menurun,” papar pria berkacamata itu.

“Ca ra n ya mu d a h, c a l o n pendaftar bisa menghubungi MKKS di keca mata n ma sing-masing. Bisa juga menghubungi kontak person Benny (082331102936) atau Sahroni (082140326996),” ujar nya kemarin. Meski demikian, imbuh Benny, para siswa kelas VIII juga bisa ambil bagian dalam try out kali ini. Sebab, try out tersebut

juga bisa digunakan sebagai media evaluasi dan mengukur kemampuan siswa. Sementara itu, setelah seribu lebih siswa asal wilayah kerja (wilker) Blambangan mendaftar beberapa hari lalu, ribuan siswa lain kini menyusul mendaftarkan diri sebagai peserta try out yang akan digeber 11 April mendatang tersebut. Ti dak tanggung-tanggung, jumlah siswa yang belakangan mendaftarkan diri mencapai 2.082 orang. (selengkapnya

lihat grafis). Benny mengingatkan para calon peserta try out agar tak lupa menulis nama lengkap, tanggal dan bulan lahir, kelas, kode sekolah, nomor soal, dan jenis kelamin, pada lembar jawaban. “Peserta juga harus mem per siapkan diri dengan baik. Tidak hanya mempelajari materi yang telah diterima di sekolah, tapi juga menyiapkan peralatan, seperti pensil 2B asli dan karet penghapus baru,” pintanya. (sgt/c1/bay)

Bukan Kewenangan ASDP Ketapang n MINTA... Sambungan dari Hal 31

Selain menuntut kenaikan tarif, DPC Gapasdap juga mengeluhkan bertambahnya jumlah kapal di Pelabuhan PT ASDP Indonesia Ferry Ketapang. Dengan bertambahnya kapal, tiap kapal yang beroperasi sering kekurangan penumpang. “Sekarang ini ada 38 unit kapal, pa dahal idealnya hanya 24 unit,” katanya. Elmi dalam rilisnya juga menyesalkan sikap sejumlah oknum pengusaha kapal yang bertindak tidak sportif, yakni mencegat calon penumpang di

jalan. “Ada oknum pengusaha kapal yang sengaja memberi uang kepada sopir truk agar mau naik kapalnya,” bebernya. Agar bisa naik ke kapal sesuai jadwal, imbuh dia, maka oknum pemilik kapal itu sengaja membuat kandang atau tempat is tirahat khusus untuk sopir truk. “Sopir truk diminta menunggu sampai kapal yang te lah memberinya uang itu sandar di pelabuhan,” katanya. Pimpinan Cabang PT ASDP In donesia Fery Ketapang, Waspada Heruwanto, saat dikonfirmasi mengaku ti dak memiliki kewenangan terkait kenaikan tarif. Sesuai aturan, tarif

penyeberangan antarprovinsi diatur kementerian. “Mengenai ada oknum yang bermain-main dengan sopir truk, itu di luar pantauan kami,” cetusnya. Ditanya terkait jumlah kapal yang sampai 38 unit dan disebut oleh DPC Gapasdap itu tidak adil, Waspada ternyata tidak sepakat. Jumlah kapal di Pe labuhan Ketapang itu masih dianggap ideal. “kapal-kapal itu tidak semua bisa beroperasi,” ujarnya. Menurut Waspada, kapal yang beroperasi setiap hari hanya 30 unit. Dari sejumlah itu, 15 kapal bersandar di dermaga LCM dan 15 kapal lain di dermaga MB dan ponton,” jelasnya. (abi/c1/bay)

Sering Digunakan untuk Out Bond n DELTA... Sambungan dari Hal 36

Delta Maron Genteng tampaknya bukan hanya menjadi jujugan pelajar di Kecamatan Genteng. Sebab, pelajar dari kecamatan lain di Bumi Blambangan ini juga kerap datang ke lokasi itu. ‘’Sering datang ke

sini bersama teman-teman,’’ ujar Faizzatul Zulfa, salah satu pelajar SMAN I Cluring. Zulfa mengatakan, dirinya bersama teman-temannya datang ke lokasi tersebut di saat tertentu. Dengan kata lain, dia mengunjungi tempat tersebut ketika ada waktu senggang atau hari libur. ‘’Di sini sejuk. Kalau sore tambah

seru,” kata siswa kelas XI itu. Sejauh ini, para pemuda yang datang ke lokasi itu juga nyaman. Sebab, tempat yang dulu rawan aksi premanisme, pemerasan, dan pesta minuman keras (miras), itu kini sudah aman. Kedamaian Delta Maron perlu dijaga agar semakin hari semakin dicintai masyarakat. (ton/c1/bay)

Roda Kecil masih Marak RAZIA yang digelar polisi dengan sasaran kendaraan bermotor protholan di Banyuwangi ternyata tidak membuat kalangan muda jera. Masih banyak pengguna motor yang berseliweran dengan onderdil tidak standar. Seperti motor sport dengan ban berukuran kecil yang melaju di kawasan jalan lingkar GOR Tawang Alun, Kecamatan Giri, Banyuwangi, ini. Roda mungil itu tak hanya membahayakan keselamatan pengendara tersebut. Bila motor terpeleset lantaran rodanya terlalu mungil, tentu saja juga membahayakan pengendara lain. Bagaimana ini? (gal/c1/bay) GALIH COKRO/RaBa


MINGGU l 7 APRIL 2013 l HALAMAN 36

Delta Maron,

Belahan

Kanal

yang Asri

PACU ADRENALIN: Sejumlah siswa berlatih repling di Jembatan Maron, Kecanatan Genteng, Banyuwangi.

Tempat Menguji Adrenalin SEL AIN sebagai tempat ber santai ria, kawasan jemba tan gantung Delta Maron di Kecamatan Genteng, Banyuwangi, itu juga sering dimanfaatkan para penggemar olahraga. Salah satunya adalah olahraga yang memacu adrenalin, yaitu repling. Tak jarang, puluhan siswa dari berbagai sekolah yang tergabung dalam ekstrakurikuler Pramuka dan Pencinta Alam (PA) memanfaatkan jembatan tersebut untuk berlatih repling. Olahraga tersebut menggunakan tali karmantel yang diikatkan pada tiang jembatan bagian atas. Kemudian, mereka satu per satu meluncur ke

ba wah. Sebagai pengaman ke selamatan, mereka menggunakan carabiner dan harness yang terikat di tubuh. Ada pula dari mereka yang memanfaatkan celah batu di dinding jembatan itu sebagai jalan naik seperti halnya olah raga panjat dinding atau lebih dikenal dengan nama wall climbing. Selain di jembatan gantung, ke giatan semacam itu juga di lakukan di jembatan yang ber lokasi di utara jembatan gantung tersebut. Jumat sore lalu para siswa SMAN I Genteng menggelar latihan repling di sana. “Tiap siswa ikut latihan ini,” ungkap Nikmatus, salah satu siswa. (ton/c1/bay)

FOTO-FOTO: ALI NURFATONI/RaBa

TINGGI: Bangunan Dam Maron di Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ini dibangun tahun 1926.

Menghidupi Banyak Orang

TAMAN: Seorang remaja tampak mengambil foto temannya di sekitar kawasan Delta Maron, Genteng.

Sudah Ada sejak Tahun 1926 SALAH satu ikon Delta Maron di Kecamatan Genteng adalah sasak (jembatan, Red) gantung. Kini sasak gantung sangat jarang ditemukan di sejumlah daerah di Banyuwangi. Jembatan gantung tersebut me rupakan peninggalan sejarah. Maka dari itu, jangan he ran jika ada lagu daerah yang syairnya: sasak gantung tinggalane Londo. Sampai saat ini, lagu Osing tersebut masih dimintai dan beredar di Bumi Blambangan. Berdasar sejarah, pembuatan

jembatan yang tuntas tahun 1926 itu banyak menelan korban jiwa. Pada masa itu, Indonesia masih dijajah Belanda. Pembangunan jembatan itu dilakukan dengan cara kerja paksa yang biasa disebut kerja rodi. Disebutkan, di sekitar kawa san Delta Maron itu ada tugu pahlawan. Tugu tersebut dibuat untuk mengenang jasa para pahlawan dalam proses pembangunan tersebut. Tentu semua pihak berharap kawasan tersebut dijaga dan dilestarikan sebaik mungkin. (ton/c1/bay)

SEMENTARA itu, Delta Maron, Genteng, memang menjadi lahan empuk bagi sebagian warga untuk mengais rezeki. Sebab, di sekitar kawasan tersebut kini berdiri warung yang sederhana. Di sore hari, banyak pengunjung yang menikmati hidangan di sana sesuai pesanan. Selain warung tunggal yang berdiri di utara Delta Maron, juga ada warga yang menjajakan makanan dengan cara keliling. Misalnya, pedagang pentol dan es krim. Jika ramai, tentu saja para pedagang tersebut sangat diuntungkan. Selain berdagang, ternyata ba-

nyak warga yang mencari nafkah dengan cara mengambil pasir di Sungai Setail tersebut. Selama ini, proses pengerukan dilakukan dengan cara tradisional. Sampai kemarin, proses pengerukan pasir masih berlangsung. Selain pasir, warga juga banyak yang mengambil batu-batuan. Sejauh ini, warga sudah biasa mengeruk batu. Usai dikeruk, batu-batu tersebut dipecah sebagai bahan material bangunan. Aktivitas warga itu sudah berlangsung lama. Sebab, pasir dan batu di tempat tersebut nyaris tidak pernah susut apalagi pasca banjir. (ton/c1/bay)

PANORAMA INDAH: Sejumlah remaja di atas jembatan gantung Delta Maron, Kecamatan Genteng.

DELTA Maron di Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ini semakin hari semakin diminati para pengunjung. Mayoritas pengunjung yang datang ke lokasi yang berada di Desa Genteng Kulon itu adalah kalangan remaja. Ya, tempat tersebut me rupakan salah satu tempat favorit anak baru gede (ABG). Selama ini, banyak pemudapemudi nongkrong menikmati panorama di sekitar aliran Sungai Setail itu. Sensasi alam di lokasi Delta Ma ro n t e r s e b u t m e ma n g menjadi kesan tersendiri bagi para pengunjung. Sebab, Delta Maron terlihat bebas dari pencemaran lingkungan. Sungai yang sebagian ‘’dipecah’’ menjadi kanal itu cukup memesona. Desiran angin yang berembus membuat penat hilang. Tentu saja, tempat tersebut sangat bagus untuk menghabiskan waktu berlibur dan santai bersama teman, pacar, atau keluarga. Bukan hanya sekadar nongkrong, banyak pelajar yang

memanfaatkan tempat tersebut untuk melakukan berbagai kegiatan. Salah satunya belajar bersama dan kegiatan out bond. Panorama alam sekitar 1,5 kilometer arah utara dari pusat kota Genteng itu memang bersih. Di lokasi nyaris tidak ada sampah yang berserakan. Hal itu yang menyebabkan pengunjung tidak bosan meski sudah sering datang. Tempat itu tampaknya juga menjadi jujukan para pemancing mania. Itu me ngindikasikan bahwa di Sungai Setail tersebut masih banyak ikan. Kehadiran para pemancing itu menyebabkan suasana semakin oke. Pengamatan Jawa Pos Radar Banyuwangi Jumat sore menyebutkan, di beberapa titik ada beberapa ABG yang tengah asyik menikmati panorama alam di sekitar tempat tersebut. Sebagian dari mereka juga ada yang berfoto bersama dengan sangat mesra n Baca Delta...Hal 35


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.