edisi ketiga - Explore the beauty of Indonesia
3 minggu berteman keakraban masyarakat Dayak Iban Widhi[bek]
14/05/2010 Penerbangan dari jakarta pontianak berlangsung cukup lancar. dengan menggunakan taksi bandara segera saya membelah kota pontianak menuju sekretariat Riak Bumi 15/05/2010 19.00 dengan terburu buru kami memasukan tas ransel kami ke dalam bagasi bus SJS yang akan membawa kami menuju Sintang. Perjalanan panjang akan segera dimulai..
09.00 berombongan kami kembali ke Pengerak karena hari ini ada acara Gawe, upacara untuk meminta kesembuhan bagi yang sakit kemarin.
10 hari miskin sinyal dan setelah di Lanjak full sinyal tapi Hp gw error.. nasib2 :p
Gawe berlangsung lumayan besar.. tuak yang dalam adat dayak merupakan “spirit drink” biasanya digunakan untuk memulai upacara.Tuak dianggap minuman sejak jaman panggau (khayangan) dan digunakan untuk mengundang roh roh nenek moyang untuk hadir.
26/05/2010 Perjalanan dengan menggunakan kapal bermotor berahkir. Saatnya meneruskan perjalanan ke Keluwin dengan menggunakan mobil off road.
Menjelang sore kami kembali ke kampung Kepiat dengan kepala berat.
16/05/2010 15.00 Perahu boat yang akan mengantar kami sudah bersandar di tepian sungai Kapuas. Sempat terlihat senyum pak Itam lepas melihat kedatangan kami.Tak terasa ini perjalanan ke 6 menuju Danau Sentarum.
21/05/2010 Kampung ketiga yang kami kunjungi berada di hulu sungai Jaung. Rumah panjang di sini bertingkat 2. berbeda dengan 2 rumah panjang yang saya datangi kemarin.
Malam ini kami akan tidur di atas kapal bandung yang bersandar di Selimbau. Semoga banyak bintang nanti malam..
22/05/2010 Hari ini bersiap untuk melakukan perjalanan cukup panjang dengan perahu bermotor. Sungai Jaung - Pengerak - Semalah - Sungai Pelaik.
Setelah makan malam bubur lemak, makanan enak bikinan pak Itam dan kamipun mulai masuk ke dalam kelambu masing masing.. zzzz
Buset !!! sampe Keluwin dikira rombongan dari Sarawak cari istri.. wkwkwk Upacara penyambutan tamu kecil kecilan di kebun. Ikan bakar hasil tangkapan di sungai ditambah tuak dari aren hasil panjatan.. Mantap ! 27/05/2010 Perjalanan 1.5 km ke Ente Buluh dengan berjalan kaki di waktu hujan. Ente Buluh merupakan kampung terahkir di hulu sungai Labian. 28/05/2010 Bangun pagi dan menikmati sejuknya udara pagi hari di sungai. Air terjun ditambah ikan besar dan manis ditawarkan pak Heri supaya kami tertarik untuk perjalanan ke ujung hulu sungai ke esok harinya
17/05/2010 Kampung pertama yang kami tuju adalah Pengerak, Desa Kenasau. Disini kami akan tinggal selama 2 hari.
Sungai Pelaik merupakan salah satu tempat favorit saya bila berkunjung ke Danau Sentarum. Dengan sungai sedalam kurang lebih 30 cm dan mengalir dari pegunungan membuat sungai ini menjadi semacam fasilitas bintang 5 di Danau Sentarum. Air dingin, segar dan berwarna jernih.. siapa yang bisa menolak ajakan berendam lama di sini.
18/05/2010 Bahasa dayak iban pertama yang saya pelajari di Pengerak adalah “makai”.. yg artinya makan hehehe dan yang kedua adalah “nyamai” yg artinya enak dan yang ketiga adalah “maboak” yg artinya mabuk :p
23/05/2010 Niat awal yang hanya semalam di Sungai Pelaik kami revisi menjadi 2 malam setelah bernegosiasi cukup alot dengan Nina sebagai kepala perjalanan. Waktu yang cukup berharga untuk merefreshingkan jiwa dari sibuknya aktivitas sehari hari di kota besar. Terima kasih Nin !
29/05/2010 Rencana ke hulu gagal total. Hujan deras sepanjang malam dan sampai menjelang pukul 10 pagi belum ada tanda akan mereda membuyarkan impian bermalam di ujung hulu. Boring to the max !!
Siang itu udara cukup panas, saya diajak masuk ke salah satu rumah keluarga teman pak Heri.Tanpa basa basi gelas berisi cairan putih sedikit keruh dituangkan. Ngirup nak..
Dulu di Sungai Pelaik terdapat micro hidro untuk fasilitas listrik 24 jam. tapi karena beberapa kali bendungan penampungan air rusak sehingga sekarang listrik kembali memakai genset.
Menjelang siang diputuskan untuk kembali ke Ente Buluh dan langsung menuju ke kampung berikutnya, Bakul.
4 gelas dengan 3 tingkatan grade yang berbeda tak berasa sudah saya cicipi.. grade III dengan rasa manis, grade II dengan rasa asam yg cukup membuat hidung mengernyit dan grade I, putih kental dan aroma alkohol yang cukup kuat. siang itu kami tidur nyenyak sekali.....
24/05/2010 Kedungkang, kampung kelima yang kami datangi cukup besar dengan 2 rumah panjang yang terpisah.
malam harinya ada upacara pengobatan untuk salah satu anggota masyarakat yang sakit.... 19/05/2010 1 jam perjalanan dengan perahu bermesin dan sampailah kami ke kampung Kepiat. Sungai di sini berwarna lebih coklat, mungkin karena lebih dekat ke arah hulu sungai. tidak ada sinyal disini.. jadi tidak bisa update status di FB :p 20/05/2010 Bangun pagi dan sempat berjalan-jalan di deket SD. hari ini libur jadi sekolah terlihat sepi.
“Besok siang kita ke sungai sebentar melihat lokasi micro hidro ?” tanya pak Heri minta persetujuan.. “bisa buat mandi ?” balasku. dan akhirnya diputuskan besok siang kami akan menegok sungai sembari pulangnya mandi di sungai. 25/05/2010 Selepas melihat lokasi micro hidro, kami bertiga tidak melepaskan kesempatan mandi di sungai Kedungkang. Menikmati kesegaran alam membasuh raga kami. walau dibayar cukup mahal dengan ketelodaran saya sehingga HP nokia terjatuh di pinggiran sungai dan matot.. :( menjelang sore kami sampai ke Lanjak untuk berbelanja perbekalan untuk perjalanan ke beberapa lokasi berikutnya.
Malam ini tidur sembari menunggu ibu ibu selesai menonton sinetron di Rumah Panjang.
30/05/2010 Perjalanan Ukit - Ukit menuju Mataso, jarak sejauh +- 20 km ditempuh dalam waktu 4 jam dengan bus umum. Melintasi jalur utara Kalimantan yang ternyata ancur abis.. padahal ini jalur menuju kota kabupaten Putussibau... malamnya kami sampai ke kampung Sadap. 01/06/2010 Perjalanan menuju air terjun Telijan Mawan, menembus lebatnya hutan hujan tropis tapi terbayar dengan keindahan lokasi nya, ke depan harusnya bermalam di sekitar lokasi air terjun. 02/06/2010 Dari Sadap kami menggunakan mobil sewaan menuju Apan. Rumah panjang terahkir tujuan kami. 03/06/2010 Perjalanan menuju Putussibau dengan bus umum... akhir perjalanan sudah di depan mata..
DAYAK IBAN Dayak atau Daya adalah suku-suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi adalah yang memiliki budaya terestrial (daratan, bukan budaya maritim). Sebutan ini adalah sebutan umum karena orang Daya terdiri dari beragam budaya dan bahasa. > wikipedia
-----------------------------------------seperti Dayak Iban dan Dayak Kayan, tato merupakan wujud penghormatan kepada leluhur dan penguasa alam, sekaligus untuk menangkal roh jahat, penyakit, atau roh kematian. Seiring dengan kosmologi Dayak yang membagi alam menjadi atas, tengah, dan bawah, simbol tato pun berbeda. Simbol kosmos atas terlihat pada motif tato burung enggang, bulan, dan matahari. Dunia tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Ular naga adalah motif yang merepresentasikan dunia bawah. > Tempo online | 12 April 2010 | Melestarikan Rajah Purba
-----------------------------------------Rumah panjang masih dianggap sebagai pusat kegiatan kebudayaan masyarakat Dayak. Di rumah panjang, masyarakat melakukan berbagai aktivitas seperti menenun, memahat, mengukir, menari, dan yang paling utama melaksanakan upacara adat. Bagi masyarakat Dayak Iban, upacara adat harus tetap dilaksanakan di rumah panjang. Misalnya, upacara Gawai Kenyalang, pesta syukuran atas panen padi yang merupakan gawai terbesar dalam masyarakat Dayak Iban. Gawai ini diadakan tiga hari-tiga malam, bahkan tujuh hari-tujuh malam di rumah panjang, yang melibatkan semua warga rumah panjang. > KOMPAS | 04 Feb 1998 | Robert Adhi Ksp/Jannes Eudes Wawa
culture
Kalimantan.. zamrud khatulistiwa yang menyimpan pesona keindahan alam yang abadi liuk aliran sungai membelah lembabnya daratan yang dipenuhi pepohonan hijau khas tropis tajuk pepohonan menjulang ke angkasa menutupi dedaunan yang terserak di permukaan tanah waktu seakan berhenti mencoba untuk merengkuh semua yang alam berikan tapi.. suara burung berlahan menghilang terganti gemuruh chain saw mencacah tubuh kekar pepohonan ketamakan manusia seakan tergurat jelas di setiap luka yang tergores di bumi ini akankah suatu hari nanti, kita hanya bisa menggambarkan keindahan hutan tropis ini kepada anak cucu kita melalui foto ? selamatkan Kalimantan kita yang tersisa. . . . .
Tak terasa 3 minggu perjalanan menikmati keindahan dan keramahan Kalimantan. Ada banyak kesan mendalam.. ada cerita lucu, perasaal kesal, pegalnya badan, dan juga tawa bahagia. Melihat bagaimana orang lain yang belum kita kenal bisa menerima kita apa dengan tangan terbuka. Persahabatan dan kekeluargaan yang mungkin mulai jarang bisa kita rasakan di kota besar. Menerima kenyataan bahwa terkadang sesuatu tidak bisa sesuai dengan yang kita rencanakan dan bisa menikmatinya. Keindahan alam yang menawarkan kemurnian dan kontemplasi untuk pematangan jiwa kita. Mensyukuri bahwa Tuhan memang maha segalanya. Perjalanan yang saya yakin akan menorehkan banyak catatan positif dalam buku hidup saya kelak. Terima kasih buat teman teman di Kampung Pengerak, Kepiat, Sungai Jaung, Sungai Pelaik, Kedungkang, Keluwin, Ente Buluh, Bakul, Sadap dan Apan. Pak Heri, Nina, Ancak, Pak Burung dan banyak lagi yang sudah menjadi teman terbaik selama perjalanan.