SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
SEMERU kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
halaman 2
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
halaman 3
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Khyber Pass Trip to
Semeru
tu forum , ajakan di salah sa 10 20 ei M 7 l tg l cu us. Thread yang mun S, [http://www.kask SKU KA , sia ne do In di komunitas terbesar tawaran pertinya merupakan se ] 62 21 05 =4 ?t hp us/showthread.p . meracuni pikiran saya ut ak ng su ng la ng menarik ya lalu sekitar tahun 1993 u er m Se ke a m rta pe nangan Teringat perjalanan et, Wendra - Badak. Ke do N – ni Da , ro od m Sa tu dengan Rahmat, lanan menuju salah sa rja pe a m la se a w ta n da indah berbagi canda ndang saya rputar seakan mengu be i in a w Ja u la Pu di . puncak tertinggi maian di pegunungan da ke t pu m je en m li ba untuk sekali lagi kem
halaman 4
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Tapi masalahnya, sudah hampir 10 tahun saya berhenti dari kegiatan yang namanya mendaki gunung ini. Terahkir tahun 2000 ketika menjadi guide mengantar beberapa orang siswa pertukaran pelajar dari Australia menjejakan kaki di Puncak Hargo Dumilah, Gunung Lawu. Setelah itu bisa dibilang saya menanggalkan semua perlengkapan kegiatan pendakian. Walau terkadang masih beberapa kali melakukan perjalanan ke alam bebas, tapi bukan lagi mendaki gunung.
bagus dicetak 3R. Dan itupun sebagian besar diisi foto pose di atas puncak, atau pas matahari terbit.. hahaha.. Jadi saya pengen banget bisa mengabadikan keindahan alam di Semeru nanti. Apalagi melihat skedule perjalanan 5D4N di Semeru yang “toleran” terhadap ngesoter seperti saya ini :D “Kapan lagi bisa ngesot sambil moto2 nyante di gunung sama banyak orang kan” ujar ku meyakinkan diri sendiri :p
Ada saja alasan yang membuat saya enggan untuk menapaki kembali jalan tanah yang menanjak di gunung. Entah karena kondisi tubuh yang jauh lebih “subur” dibanding ketika dulu masih SMA yang hampir 1 bulan sekali mendaki gunung di seputaran Jawa. Tidak tahan dingin, takut capek, sudah tidak kuat lagi, tidak ada waktu dan banyak alasan cengeng lainnya yang membuat puncak gunung menjadi salah satu mimpi yang sepertinya akan sulit digapai kembali. Tapi entah, ketika membaca thread ajakan ke Gunung Semeru tersebut, semua kambing hitam yang menjadi penghalang seakan kalah dengan kerinduan untuk kembali merasakan dinginnya udara pegunungan. Kerinduan untuk menemukan kembali perasaan damai ketika berdekatan dengan alam. Saya harus kembali ke Semeru, ujar saya dalam hati seakan mencoba mengalahkan berbagai penyanggahan dalam hati yang mencoba menggoyahkan keinginan tersebut. Setelah kontak dengan Yudi, koordinator dari Khyber Pass, maka kepastian untuk berangkat ke Semeru sudah di tangan. Saatnya untuk melakukan beberapa latihan fisik supaya tidak terlalu drop nanti ketika come back. 10 tahun merupakan waktu yang cukup lama dan postur tubuh saya jauh dari ideal untuk bisa berjalan sembari membawa ransel di pundak. Saya harus berusaha semaksimal mungkin supaya momentum tersebut tidak sia sia.
foto Ranu Kumbolo,
tahun 1993, kamera
analog
Alasan lainnya sebenarnya adalah semenjak saya bermain dengan kamera digital, belum pernah lagi saya kembali mengabadikan keindahannya. Padahal di gunung, seingat saya banyak obyek menarik untuk diabadikan, terutama untuk para pengemar foto keindahan alam. Dulu waktu masih sering naik gunung, masih menggunakan kamera analog, dengan budget ala kadarnya yang hanya mampu membeli 1 – 2 rol film kualitas ekonomi. Itupun kadang kalau tiap selesai pendakian hanya dicetak dalam bentuk thumbnail kecil kecil baru nanti kalau ada yang cukup halaman 5
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Bekal yang dibawa untuk rencana perjalanan 5D4N di Semeru. Karena untuk keperluan pribadi jadi saya bawa ala kadarnya.. yang gak begitu sulit untuk diproses, dan cukup kalorinya. Selain itu karena perlengkapan masak saya yang cuma mini trangia jadi pengennya yang ringkes cepat jadi
halaman 6
Perbekalan yang dibawa mulai dari biskuit kering, coklat, susu coklat, indomie, roti tawar, coco crunch, quacker, kornet, abon, mentega. Selain itu minuman penghangat tubuh, seperti kopi dan jahe instant. Cukup gak ya bekalnya ? ... lama gak naek gunung euyyyy jadi bingung mo bawa apa saja :D
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Senin, 26 Juli 2010
Selasa, 27 Juli 2010.
Karena saya masih di Solo, jadi nanti ketemu dengan rombongan utama di dalam kereta Senja Bengawan di Stasiun Jebres sekitar pukul 23.00. Dari Solo juga ada teman, 2 orang, Aldee (Vespa Kuning)dan temannya. Dari rumah saya diantar dengan menggunakan mobil perang nya Wawis. “Harusnya pake mobil ini buat ke Bromo pak� ujarku karena setelah dari Semeru memang rencana nya kami akan bertemu di Bromo untuk hunting bareng. Tidak berapa lama kemudian di lampu merah Jebres, mobil nya dengan sukses mogok.. ngokkkk.. seakan protes mendengar mau diajak ke Bromo.
02.00 pagi kereta Senja Bengawan yang akan membawa kami ke Malang pun tiba.. Rombongan dari Jakarta sudah tampak kucel tapi masih tetap ceria setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam. Setelah berkenalan sebentar kemudian kami pun ikutan terlelap sampai ahkirnya kereta tiba di Stasiun Kota Baru, Malang, sekitar pukul 9 pagi. Di sini rombongan kami bertambah dengan beberapa teman rombongan dari Bandung yang sudah datang duluan dengan kereta Malabar.
Setelah dicoba berkali kali tidak ada hasil, maka Wawis kemudian menelpon ayahnya untuk membantu kembali menghidupkan mobilnya.. hahaha.. baru dibilangin mau dibawa ke Bromo aja sudah semaput mobilnya.
Dengan mencarter colt berwarna biru tua, kami pun segera menuju ke Tumpang. Kami beristirahat sembari mengatur kembali perbekalan di rumah Cak Nun. Rumah sekaligus bengkel dan juga tempat mangkal jeep off road yang biasa mengantar tamu ke Ranu Pane maupun ke Bromo. Mandi supaya lebih segar, makan, dan sekedar mengistirahatkan badan sebelum jam 12 siang nanti kami akan memulai perjalanan menuju Ranu Pane.
halaman 7
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
halaman 8
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Salah satu persyaratan untuk pendakian ke Gunung Semeru adalah surat sehat. Ya iyalah, masak surat sakit :p.. naek gunung gitu lhoh. Karena sebagian dari kami belum mengantongi surat sehat maka kami mampir ke puskesmas Tumpang. Dan hasilnya semua sehat walafiat, karena hanya di tensi tekanan darah sama ditimbang :D. Saya jadi teringat waktu masih SMA dulu aktif di pencinta alam PLASMA 4 SOLO. Tiap kali ada pendakian masal beberapa teman melipir ke rumah. Ayah dokter.. hehe.. jadi pada minta surat keterangan sehat. Jangan lupa juga untuk mengurus surat ijin di kantor Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS), gak mahal kok, cuma 1.500 / hari. Di sana juga sempat tertarik dengan kaos dengan gambar sablon gunung Semeru, lumayan buat kenang – kenangan.
Jeep yang kami tumpangi berupa jeep TOYOTA yang sudah mengalami proses kanibalisasi sehingga bagian belakang menjadi bak cukup luas dengan pagar besi untuk pegangan di sisi sisinya. Di sini nanti para penumpang berjubelan sembari berpegangan di jalan yang tidak rata selama beberapa jam menuju ke Ranu Pane. Saya teringat perjalanan ke Semeru dulu juga berangkat dari Malang ini. Tapi karena kami hanya ber lima sehingga kami harus menunggu minimal 12 orang penumpang jeep untuk bisa naik ke atas. Kalau tidak ya dihitung carter. Jadi kami harus menghabiskan waktu sambil tidur-tiduran, bermain kartu, hingga ahkirnya bermalam di Tumpang. Baru keesokan harinya berangkat ke Ranu Pane. Itupun beberapa kali dalam perjalanan jeep batuk batuk ketika menaiki tanjakan. “Turun turun !! bantu dorong !!” teriak beberapa penumpang.. jadilah kami penumpang yang berdesak desakan dalam bak belakang jeep bak ikan sarden, bergegas turun dan mendorong mobil melewati tanjakan.. “Sudah bayar tapi masih harus kerja rodi” canda salah seorang penumpang. Kondisi sekarang lebih bagus daripada perjalanan dulu. Karena kami menyewa 2 mobil jeep sehingga penumpang di bak belakang tidak terlalu berjejal. Masih cukup lapang tidak harus berdempetan. Selain itu kami juga tidak perlu harus bergegas turun ketika jalan menanjak, karena kondisi jeepnya cukup bagus sehingga bisa melumat tanjakan demi tanjakan dengan pelan dan pasti.
t di puskesmas
mengurus surat seha
halaman 9
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
halaman 10
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Selepas pertigaan Jemplang, ke arah Bantengan, pemandangan punggungan Tengger terlihat sedikit tertutup mendung. Bentangan alam dengan savana kecoklatan di dasarnya dan semakin ke atas berubah kehijauan. Kami berhenti sebentar untuk berfoto narsis dengan latar belakang punggungan sembari melemaskan badan yang barusan terombang ambing di bak belakang.
podho ngopo tho bocah bocah iki petangkringan ning kono ? (pada ngapain sih kok orang orang ini pada berdiri di situ ?)
halaman 11
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Segarnya udara pegunungan dan pemandangan indah di depan mata.. ini lah salah satu alasan kenapa perjalanan ke alam bebas buat saya sangat menyenangkan.
halaman 12
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Setelah beristirahat sejenak kami pun bersiap melanjutkan perjalanan. Tapi apa daya mobil jeep putih yang mengangkut kami agak rewel. Jadinya supir harus membuka kap mesin dan mulai bereksperimen supaya jeep segera berangkat lagi. 10 menit kemudian kami sudah berteriak teriak di bak belakang jeep yang menyusuri jalan tanah menuju Ranu Pane‌ Yihaaaaa !!!
halaman 13
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
halaman 14
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
28 Juli 2011 Pagi itu, langit cerah sekali. Biru pekat bergradasi dari muda ke biru tua. Awan putih berarak bergerak lambat, menyempurnakan pagi itu, Kabut pagi melayang rendah di bawah bukit . Saya terbangun dengan badan agak capek tapi hati riang menikmati indahnya pagi di Ranu Pane. Menghirup udara segar penuh kebebasan..Meresapi energi pagi Beberapa rekan tampak menyiapkan perlengkapan perjalanan sembari menunggu sarapan pagi pengisi energi di jalan.
halaman 15
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
halaman 16
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Pukul 08:00 kamipun bergerak beriringan meninggalkan pos Ranu Pane. Perjalanan sampai ke pintu gerbang masuk ke jalur pendakian awalnya berupa jalan beraspal, setelah itu berbelok masuk jalan setapak melewati ladang penduduk. Dari situ nanti akan ada papan penunjuk jalur pendakian ke Semeru yang berupa jalan ber paving. Mulai dari sini jalan menanjak yang cukup membuat dengkul nyut nyutan dan napas nyap nyapan.
Seleksi alami pun terjadi dan saya tergabung dalam rombongan paling belakang karena menyadari stamina yang ala kadarnya ini. Dari awal sudah ditanamkan keyakinan dalam hati, “Alon alon waton klakon� (Biar lambat asal sampai tujuan). Beberapa rekan menyebut perjalanan ke gunung dengan tempo berjalan yang lambat seperti kami ini dengan sebutan ngesot (merayap). Maka saya, Yudhi, dan Aldee tergabung dalam trio kwek kwek yang berjalan lambat dan sering berhenti buat sekedar (pura puranya) kalau saya memotret pemandangan indah dan mereka berdua menemani hahaha..
halaman 17
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Kami berkumpul kembali di POS 1,sekitar pukul 09.15, dimana kami datang dan rombongan yang sudah menunggu cukup lama langsung bersiap untuk berangkat :D.. tak apalah.. yang penting kita menikmati perjalanan dan tahu dengan kemampuan diri sendiri. Apalagi bisa dibilang beban yang di bawa cukup membuat bahu jadi pegal2 semua :p tas kamera di depan, berisi 450D + 10-22 ditambah 70-200 F/4 L NON IS. Di belakang tas Deuter 45+10 L berisi perlengkapan perjalanan dan bekal makanan serta air minum yang cukup untuk perjalanan hingga ke Ranu Kumbolo. Lumayan buat newbie yang come back setelah 10 tahun menghilang dari peredaran ini :p
Jalan dari POS 1 ke POS 2 masih berupa setapak tapi sudah berganti menjadi jalan tanah bukan paving lagi. Kondisi jalan cukup landai dengan beberapa spot yang agak menanjak lumayan memanaskan paha. Sering sering minum air walau belum terlalu haus untuk mencegah dehidrasi. Salah satu saran kalau tidak dari om Don Hasman terngiang di pikiran. Walau saat itu memang kondisi cukup mendung tapi keringat juga masih bercucuran membasahi wajah dan tubuh. Jadi tiap berisitirahat sembari melemaskan otot saya gunakan untuk meneguk air walau cuma sedikit.
Sekitar pukul 10 lebih kami bertiga, trio kwek kwek ini sampai di POS 2. Istirahat sebentar sembari menikmati segarnya udara pegunungan, kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi. halaman 18
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
O iya.. untuk ukuran waktu perjalanan kami bertiga ini jangan di jadikan pedoman ya.. melenceng jauh.. soalnya kami team ngesot + + (plus leyeh leyeh plus napas kembang kempis :p). Dan mohon maaf kalau yang bisa saya ceritakan cuma jalur jalan yang sepi karena memang saya berjalan di bagian paling ahkir rombongan hahaha. Dari POS 2 ke POS 3 di salah satu lokasi terdapat longsoran yang mungkin baru beberapa hari terjadi. Kami harus berjalan cukup berhati hati supaya tidak ikutan tergelencir dan menglundung ke bawah. Tapi lumayan juga bisa jadi ajang foto foto an :D
Saya teringat dulu waktu melewati POS 2 – POS 3 ada kejadian dimana Samodro dengan wajah agak ketakutan berbisik, “Bek, tampaknya ada yang menarik narik tasku”. Karena sama sama agak ketakutan jadi cuma kubilang, “ah perasaan aja kali Sam”. Tapi lama kelamaan, tarikan di tas Samodro tambah sering, seperti ada yang sengaja memegang ranselnya, sehingga ahkirnya Samodro minta untuk aku cek apa ada sesuatu.. sedikit was was aku liat tas Samodro, dan ahkirnya tertawa ngakak.. Sebelum berangkat, kami memang dapat kabar kalau di Ranu Kumbolo ada banyak ikan yang besar besar.. “bisa buat lauk makan siang” seloroh seorang rekan waktu itu. Karena itu Samodro ahkirnya menyempatkan membawa tongkat pancing dengan tali senar yang sudah terikat dan dimasukan ke dalam Ransel. Nah entah bagaimana kail pancing nya bisa keluar dari tas dan tersangkut ke salah satu dahan selama perjalanan. Mungkin waktu merunduk runduk atau bersentuhan dengan ranting pohon. Dicoba ditelusuri sampai cukup jauh masih saja tali senar nya belum ketemu ujung nya dimana.. ahkirnya dengan masih tetap tertawa tali senarnya dipotong saja. Dipikirnya parno tenyata cuma karena senar.. itulah kalau jalan dengan rombongan penakut :p
Berjalan bak robot dengan satu tangan memengang tongkat jalan dan satunya lagi terayun ayun bebas menyusuri jalur setapak. Sesekali tangan menyeka keringat yang bercucuran di kepala. Lain kali menggeser tali tas, mengecek supaya ransel tetap nyaman dipanggul.
halaman 19
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Untung jalan setapak dari Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo ini cukup jelas dan tidak banyak percabangan. Tak lama kemudian kami bertemu dengan beberapa rekan yang masih bertahan di POS 3. Kabut cukup tebal lumayan mengurangi jarak pandang sehingga kami putuskan istirahat dulu sembari menuggu kabut menyingkir.
Di samping POS 3 ini jalan menanjak sudah menunggu kami.. eng ing eng.. tahu gitu tadi tidak banyak istirahat di POS 3.. mendingan nanjak dulu baru setelah itu beristirahat.. tapi ya sudah terlanjur mau apa lagi :p Dengan semangat membara, menapaki jalan tanah cukup licin, mencoba mencari dahan yang cukup kuat untuk menjadi pegangan yang bisa sekalian untuk menopang badan bergerak ke atas‌
Tapi semangat membara dan badan yang tegar berjalan hanya bisa bertahan beberapa saat, setelah itu kembali nafas memburu, keringat bercendol cendol, dan kaki tegang yang mengiringi setiap perjalanan hingga sampai ke jalan yang kembali datar.. puff‌ halaman 20
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Tak lama berselang kami bertemu rombongan yang turun.. ealah ternyata juga dari satu komunitas KASKUS juga.. jadi lah saling lempar cendol.. wkwkwkw.. Sampai ketemu lagi Gan !
Kabut tampak semakin tebal, dan ahkirnya di tengah jalan hujan deras pun menyambut perjalanan kami. Segera kukeluarkan jas hujan dan bergegas berjalan mengikuti rekan lainnya. POS 4 sudah tidak begitu jauh lagi, sesaat ketika kulirik jalur trekking Gunung Semeru yang saya dapatkan dari website Navigasi.net. Hujan tampaknya juga membuat rekan rekan lain berhenti di POS 4. Waktu sudah menunjukan sekitar pukul 14 siang. Kami pun mengeluarkan bekal dan memanfaatkan waktu untuk membuat makan siang sembari menunggu hujan reda.
halaman 21
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Seharusnya kalau cuaca cerah, kita bisa menikmati Ranu Kumbolo dari POS 4 ini. Tapi karena kabut tebal sehingga hanya hamparan putih yang mengantung di depan kami.
Setelah cuaca cukup bagus, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. POS Ranu Kumbolo sudah tidak terlalu jauh lagi.. tinggal mengikuti jalur turun kemudian naik bukit sedikit dan sampailah kita ke sana.
Sesekali ketika kabut beranjak naik kami bisa melihat permukaan danau yang tenang di bawah.
Perjalanan pertama ke Semeru dulu, kami sangat bersemangat ketika melihat Ranu Kumbolo dari POS IV ini. Bahkan dalam perjalanan turun kami berceloteh sampai ke danau akan langsung mandi di sana. Benar juga, setelah melepaskan lelah dan mengisi perut, ber lima, dengan hanya menggunakan celana dalam, kami berlarian ke arah danau. Menceburkan diri ke air, menikmati kesegaran alam. Tapi sensasinya hanya bertahan sebentar, karena setelah itu rasa dingin langsung merasuk ke dalam seluruh jaringan tubuh.. membuat tubuh menggigil.. hahaha.. tapi kami masih sempat berpose bersama, saya ingat dengan membawa papan kayu bekas pos serasa di pantai, penjaga pantai ala baywatch.. Kalau di film TV itu dikelilingi cewek berbikini, sedang kami di sini cowok ber celana dalam sembari bibir gemeletuk kedinginan.. entah sekarang siapa yang masih menyimpan foto foto kenangan perjalanan ke Semeru dulu..
halaman 22
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Pemandangan indah yang terpapar di depan mata ketika kami sudah dekat dengan permukaan danau membuat saya ingin lebih berlama lama memotret mengabadikan kabut tipis yang melayang di atas danau ini. Tapi karena takut keburu sore maka saya hanya mengambil beberapa jepretan dan segera kembali berjalan menyusuri jalan setapak. halaman 23
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Sekitar pukul 14.30 kami sudah berkumpul di dalam Ranu Kumbolo. Rencana awal sebenarnya kami akan bermalam di Kali mati. Tapi karena kondisi cuaca yang yang kurang bagus dan ada kemungkinan hujan maka diputuskan untuk bermalam di Ranu Kumbolo saja dan baru besok pagi nya mengejar Kali Mati.
Seingat saya dulu hanya ada satu rumah kayu di Ranu Kumbolo ini. Tapi sekarang ini ada bangunan baru terbuat dari semen sedangkan rumah kayu nya sudah cukup rusak, lubang di mana mana. Karena saat itu tidak terlalu ramai pendaki sehingga kami bisa membuat tenda di dalam bangunan supaya lebih hangat. Saya sendiri karena belum punya tenda jadi ikut numpang di tenda pendaki lain :D
Wah.. leganya‌ Ransel sudah tergeletak di atas matras. Badan setelah pulih cukup sudah beristirahat. Kopi panas disiapkan untuk mengembalikan energi dan menghangatkan badan yang sempat kedinginan terkena hujan.
halaman 24
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
a mulai cukup cerah, Sekitar pukul 5 sore cuac tampak enggan untuk walau mendung masih a hunting landscape pergi, tak apalah, saat ny sebentar !!!
halaman 25
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Malam itu setelah makan malam, gerimis masih sesekali menyelimuti malam di Ranu Kumbolo, dan saya pun tidur nyenyak sekali di dalam hangatnya sleeping bag z z zzzzzz (harap sabar menanti chapter berikutnya ya.....)
halaman 26
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
Silakan hujat kami melalui : email : widhibek@gmail.com twit : @widhibek atau @lndscpindonesia facebook : http://www.facebook.com/pages/Landscape-Indonesia/114876005232224
www.LandscapeIndonesia.com info update ebook perjalanan terbaru silakan di pantengin di sini : www.landscapeindonesia.com/review/book/292-koleksi-ebook-keindahan-indonesia
halaman 27
SEMERU : kembali kutemukan jejak Mu di Mahameru
halaman 28