i
LaporanAkhir StudioRencanaWilayah KabupatenSemarang 2012
ii
iii
iv
v
PRAKATA. A
lhamdulillahirabbil’alamin, 4. Masyarakat Kabupaten Semasegala puji bagi Allah SWT rang yang telah bersedia memkarena atas limpahan rahbantu kami dalam proses mat dan karunia-Nya kami dapat pengumpulan data melalui wawmenyelesaikan tugas mata kuliah ancara, Studio Analisis Wilayah berupa 5. Teman-teman PWK angkalaporan yang berisi hasil analisis tan 2009 yang telah membantu data dan kumpulan peta wilayah memberikan petunjuk dan duKabupaten Semarang dengan baik kungan hingga terselainya tugas dan tepat waktu. ini, dan 6. Semua pihak yang secara langDengan terselesaikannya tugas ini, sung maupun tidak langsung kami juga tak lupa mengucapkan telah membantu dalam penyelebanyak terima kasih kepada: saian tugas ini. 1. Bapak Ir. Suryanto, MSP selaku dosen pembimbing kelompok studio kami yang telah mem- Disamping itu, kami juga berharap bimbing dan memberikan arah- nantinya laporan yang berisi hasil an selama penyelesaian laporan analisis data dan kumpulan peta ini. wilayah Kabupaten Semarang ini 2. Bapak Retno Widodo, ST. juga dapat bermanfaat sebagai bahM.Sc., Bapak Ir. Gunung Rad- an pertimbangan dalam proses perjiman, M.Sc., Bapak Ir. A. encanaan, pengembangan, maupun Eko Heri, MT., dan Ibu Erika pembangunan wilayah. Pradana Putri, ST. M.Sc, selaku dosen pembimbing mata kuliah Akhir kata, kami sebagai penulis Studio Analisis Wilayah yang menyadari sepenuhnya bahwa tutelah memberikan masukan se- gas yang kami selesaikan ini masih lama proses penyelesaian tugas jauh dari sempurna. Oleh karena studio kami, itu, diharapkan kritik dan saran 3. Dinas Perizinan Kabupaten yang bersifat memperbaiki dan meSemarang yang telah memberi- nyempurnakannya. Demikianlah kan izin kepada penyusun dalam pengantar dari kami, jika ada katamelakukan pengambilan data kata yang kurang berkenan mohon dan informasi, Pengajaran Juru- dimaafkan. san Teknik Arsitektur dan Perencanaan yang telah memberikan Yogyakarta, 6 Juli 2012 izin survey kepada penyusun Kelompok 7 demi kelancaran penyelesaian (Kabupaten Semarang 1) tugas kami; dan Dinas-Dinas terkait lainnya di Kabupaten Semarang yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu serta telah membantu kami dalam pengumpulan data dan informasi mengenai Kabupaten Semarang,
vi
“kami juga berharap nantinya laporan yang berisi hasil analisis data dan kumpulan peta wilayah Kabupaten Semarang ini juga dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaan, pengembangan, maupun pembangunan wilayah.�
vii
viii
laporanAkhir |
1
I.I Potensi dan Masalah SWP 1 : berkembang baik. Namun di jalan arteri tersebut ada tiada SWP 1 ini, rata2 wilayah memliki tik titik rawan kemacetan. Selain kemacetan, konversi potensi sebagai daerah kawasan induslahan juga menjadi masalah pada SWP ini, dari hasil tri. Selain kawasan industri, pada wilayah ini pengolahan data podes, terbukti bahwa ada sekitar juga memiliki potensi unggulan wisata alam, 35 kasus untuk konversi lahan dari pertanian ke yaitu pada wilayah sekitar lereng gunung unpermukiman atau kawasan industri. garan. Dilalui jalan arteri Jogja-Solo-Semarang (JOGLOSEMAR) yang membelah SWP ini, sehingga daerah pinggiran jalan arteri tersebut dapat dikatakan
P
laporanAkhir |
2
SWP 2: ntuk SWP 2 ini, potensi dan masalahnya hampir sama dengan SWP 1 yaitu, potensi yang berkembang adalah potensi Industri. Sejak dahulu kawasan Bawen, memang merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk industri. Sektor Industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang
U
utama pada PDRB Kabupaten Semarang. Masalah juga sama seperti di SWP 1 yaitu kemacetan di jalan arteri Jogja-Solo-Semarang (JOGLOSEMAR). Selain Industri yang menjadi potensi di wilayah ini, Sektor pariwisata, perkebunan dan hortikultura menjadi potensi lain yang menjadi andalan. Seperti di bandundan dan sumowono, terkenal dengan wisata alamnya. Banyak hotel-hotel yang tumbuh di wilayah tersebut, selain itu tanaman-tanaman hortikultura seperti sayur menjadi unggulan. Untuk wilayah Jambu produksi tanaman perkebunan kopi menjadi unggulan utama sektor ekonomi.
laporanAkhir |
3
SWP 3: apat dikatan pada SWP 3 ini perkembangan wilayahnya tidak sebesar di SWP 1 dan SWP 2. Wilayah didaerah ini, serasa tertinggal dan menyebabkan disparitas wilayah, hal ini dikarenakan letak geografis wilayah tersebut serta jauhnya wilayah dari pusat kota sehingga menyebabkan akses wilayah untuk kewilayah ini juga kurang memadai. Rata-rata wilayah di SWP 2 ini memiliki potensi tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Ekonomi dari sektor pertanian di wilayah ini pun juga belum maksimal.
D
laporanAkhir |
4
V
I.II Konsep Pembangunan
“Terwujudnya kesejahteraan di Kabupaten Semarang melalui local economic development dan penerapan prinsipprinsip equity dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan.�
isi Kabupaten Semarang seperti yang telah disebutkan di samping merupakan tujuan utama yang menjadi acuan dalam pembangunan di wilayah secara keseluruhan dengan 4 kata kunci utama yaitu kesejahteraan, local economic development, serta equity¸dan pembangunan berkelanjutan. Kesejahteraan menjadi kata kunsi utama karena menjadi capaian akhir yang ingin dituju serta indikator utama keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Selanjutnya yang kedua ialah local economic development dimana fokusnya mengacu pada pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan usaha ekonomi lokal, khususnya sektor pertanian dan industri kecil formal. Kemudian kata kunci terakhir adalah equity dan pembangunan berkelanjutan yang merupakan prinsip dasar dalam mengimplementasikan pembangunan wilayah. Harapannya, melalui pencapaian visi ini dapat tercipta suatu kondisi yang makmur, dimana tidak akan ditemui kesenjangan antar wilayah dan tentunya tanpa mengabaikan prinsip-prinsip berwawasan lingkungan. Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan wilayah-wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu dan berpengaruh besar terhadap kondisi perkembangan wilayah Kabupaten Semarang secara keseluruhan. Fungsi dari kawasan strategis secara umum adalah untuk mengoptimalkan fungsi dan potensi dari masing-masing wilayah dalam rangka mendukung perkembangan secara fisik maupun pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Semarang. Kawasan strategis diwilayah Kabupaten Semarang terdiri atas kawasan strategis fungsi lindung, kawasan strategis pariwisata ekologi, kawasan strategis pengembangan tanaman pangan, kawasan strategis pengembangan hortikultura, dan kawasan strategis pengembangan peternakan. Arahan pengembangan kawasan strategis fungsi lindung difokuskan pada penetapan kebijakan pemanfaatan lahan yang meliputi insentif dan disinsentif dalam rangka menjaga fungsi serta kelestarian kawasan lindung. Sementara itu, pengembangan kawasan pariwisata ekologi lebih mengacu pada pembangunan infrastruktur penunjang, pengembangan daya tarik wisata (wisata outbond dan wisata air), dan pengendalian kegiatan wisata yang dapat berakibat pada degradasi lingkungan. Selanjutnya untuk kawasan strategis industri dan perdagangan, arahan pengembangan dilakukan melalui penerapan konsep eco industrial park yang kegiatan utamanya diprioritaskan pada: (a) pengendalian kegiatan industri besar; (b) pembangunan unit pengolahan limbah laporanAkhir |
5
ternakan harus memiliki satu kota tani utama yang dilengkapi dengan infrastruktur penunjang yaitu Sub Terminal Agribisnis memperlancar kegiatan pengumpulan dan distribusi hasil pertanian. Sementara itu, untuk kota tani utama di Kecamatan Tuntang dan Bandungan perlu dibangun Koperasi Tani yang fungsinya sebagai lembaga yang mengkoordinasi distribusi barang dari sentra penghasil untuk selanjutnya dipasarkan ke luar sub Selanjutnya untuk kawasan strat- kawasan maupun ke luar wilayah kabupaten. Kemudian untuk kota egis pengembangan tanaman pangan, hortikultura, dan petertani utama di Kecamatan Tenganakan, konsep pengembangannya ran direncanakan pembangunan klinik konsultasi hewan dan rumah menjadi satu naungan dengan penerapan sistem Kota Tani. Pada potong hewan komunal guna tiap-tiap sub kawasan, baik itu sub memfasilitasi kebutuhan makawasan pengembangan tanaman syarakat yang berprofesi sebagai pangan, hortikultura, maupun pe- peternak. Selain kota tani utama, komunal dengan sistem zero waste; (c) pembangunan green belt di sekitar area industri besar untuk meminimalisir dampak pencemaran terhadap kawasan permukiman; (d) pemberian bantuan modal usaha dalam rangka pengembangan industri kecil formal; dan (e) pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan industri, khususnya bagi sektor industri kecil formal.
S
terdapat pula wilayah-wilayah lain yang merupakan sentra penghasil dan pengolah hasil pertanian yang berfungsi sebagai pemasok dan pengolah hasil komoditas pertanian. Di wilayah yang merupakan sentra penghasil ini direncanakan pembangunan dan perbaikan infrastruktur penunjang seperti sistem irigasi, lembaga penelitian, unit pengolahan limbah sisa hasil pertanian dan peternakan, serta koperasi unit desa. Disamping itu, untuk mendukung kegiatan pertanian maupun peternakan juga direncanakan peningkatan kualitas serta kuantitas sarana prasarana penunjang seperti jaringan jalan, sarana telekomunikasi, dan angkutan barang.
truktur ruang wilayah kabuapaten Semarang saat ini (2009), berpotensi memperlebar ketimpangan antara developed areas (wilayah barat-utara) dengan less developed areas (wilayah Tenggara-Selatan. Hal ini ditandai dengan keberadaan pusat-pusat kegiatan wilayah (Growth Centre) yang terletak memanjang (linier) di Jalur utama pada wilayah barat-utara, dalam koridor pusat pertumbuhan Berbeda halnya dengan kawasan-kawasan di sekitar koridor ekonomi , kabupaten Semarang. Adapun wilayah Tenggara-Selatan yang belum memperoleh “kue pertumbuhan jenis kegiatan yang berkemekonomi� dari kabupaten Semarang, sebagai pusat kegiatan kawasan skala bang pesat di kawasan ini provinsi (di Unggaran) dan pusat kegiatan lokal skala provinsi (di Ambaraadalah kegiatan industri bewa) dalam lingkup Provinsi Jawatengah. Adapun ketimpangan ini disebabsar, pusat perdagangan-kesekan oleh rendahnya tingkat pemerataan pembangunan dari segi infrastrukhatan-pendidikan dan pemertur penunjang kegiatan perekonomian dan pendukung sistem kehidupan intahan skala kabupaten serta seperti sarana pendidikan dan kesehatan. Ditengah suasana kehidupan permukiman perkotaan. Berekonomi tersebut, tantangan yang menjadi ancaman adalah terkait aspek dasarkan hal tersebut, maka keberlanjutan wilayah dari segi lingkungan hidup (environtmental balance). kawasan-kawasan di sekitar Pada rencana pengembangan selanjutnya, koridor pertumbuhan ekonomi koridor pertumbuhan wilayah barat utara tidak dapat lagi dikembangkan dengan strategi pro-economic barat-utara“lebih diuntunggrowth dikarenakan permasalahan lingkungan yang terjadi seperti pencekan� dari akses terhadap fasilmaran udara, air serta tingginya tingkat konversi lahan dari pertanian ke itas ekonomi dan perkotaan. perumahan, sehingga memerlukan kontrol terhadap pemanfaatan ruang wilayah. Konflik kawasan lindung dan budidaya juga menjadi salah satu pertimbangannya, yakni satu dari kawasan lindung utama di kabupaten Semarang, berada dalam kawasan pertumbuhan wilayah barat-utara, diantaranya Hutan lindung (Kawasan Hutan Unggaran-Bandungan), dan daerah lindung setempat/resapan air (Rawa Pening) .
laporanAkhir |
I.III Struktur Ruang
6
Berdasarkan olah data dan informasi poprasarana jalan, listrik,tempat pembuanadalah tensi dan masalah wilayah, kabupaten gan sampah sementara dan Akhir pengembangan keSemarang dapat dikelompokan ke(TPS-TPA) dan pengembangan sumgiatan pertanian (tanaman berdaya manusia sebagai core dalam 3 Satuan Wilayah pengempangan, peternakan, perkebunan, bangan (SWP). Satuan wilayah dan hortikultura), kegiatan-kegaitan utama pembangunan, melalui pengembangan ini mencer- tersebut juga didukung oleh ketersedi- penyediaan sarana penunjang minkan karakter kawasan aan prasarana irigasi yang memadadi dika- kegiatan pendidikan dan kesdengan berbagai sumber- wasan ini. Pusat pertumbuhan ekonomi ini ehatan menjadi tools penting daya baik ekonomi,sosial dan akan ditujukan untuk melayani kebutuhan dalam upaya mengembanglingkungan. Adapun Wilayah internal wilayah seperti ketersediaan pangan kan wilayah Tenggara-SeTenggara-Selatan diidenti- wilayah (food security) dan berorientasi latan. Tools disusun dengan fikasi sebagai kawasan yang ekspor tingkat regional. Selain kebijakan mekanisme perencanaan 5 diarahkan untuk menjadi putahunan ( R5,R10,R15,R20). terhadap arahan kegiatan yang akan sat pertumbuhan ekonomi baru Dengan adanya upaya ini, maka dikembangkan, intervensi berupa yang berorientasi pada pengemdiharapkan wilayah kabupaten penyediaan infrastruktur Semarang menjadi SEJAHTERA di tabangan ekonomi lokal wilayah, sependukung berupa hun 2029 . dangkan strategi yang dikembangkan
I.IV Pola Ruang
U
ntuk mendukung rencana struktur ruang dan segala kegiatan di Kabupaten Semarang dibutuhkan perencanaan pola ruang. Rencana pola ruang ini bertujuan untuk mengetahui zonasi pemanfaatan lahan di Kabupaten Semarang tahun 2029 mendatang. Rencana pola ruang Kabupaten Semarang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. • Kawasan lindung di Kabupaten Semarang terdiri dari : • Kawasan hutan lindung, • Kawasan hutan produksi, • Kawasan perlindungan setempat, • kawasan rawan bencana. Sedangkan kawasan budidaya di Kabupaten Semarang terdiri dari : • Kawasan permukiman perkotaan, • Kawasan permukiman pedesaan, • Kawasan industri, • Kawasan pertanian tanaman pangan • Kawasan pertanian hortikultura. Untuk menekan tingkat konversi lahan tidak terbangun menjadi terbangun, besaran luasan pemanfaatan lahan masing-masing guna lahan juga diatur untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Semarang yang berkelanjutan. Dalam mewujudkan rencana pola ruang ini juga didukung arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang berisi mengenai ketentuan umum kegiatan, ketentuan umum intensitas bangunan dan ketentuan khusus lainnya.
laporanAkhir |
7
laporanAkhir |
8
laporanAkhir |
9
SWP I 1. Kecamatan Bergas
- - - - - - - - - -
POTENSI Pariwisata : air terjun munding, pemandian air hangat giwak, candi ngempon dominan industry garmen pengembangan industry kecil industry besar : infrastruktur bagus pertanian padi perkebunan : PT Pengobo, karet dan cengkeh pemerintah dan masyarakat perhotelan dekat dengan wisata bandungan limbah garmen - bahan baku industry kecil masyarakat kekotaan
MASALAH - SDM tidak sepenuhnya bekerja di industry besar - kurangnya rencana pembangunan infrastruktur pariwisata - Kemacetan di waktu pergantian shift pekerja pabrik.
2. Kecamatan Ungaran Timur
- - - - - - -
POTENSI pertanian : tadah hujan 2x produksi berupa bahan pangan industry garmen + plastic, air minum perkebunan : sengon, jati, karet - pengelolaan perorangan dan PTP dilewati jalur tol ungaran-semarang industry makanan khas ungaran : tahu bakso bentang alam di desa - potensi agrowisata dan ekowisata masih banyak RTH
laporanAkhir |
10
MASALAH - - - -
SDM kurang masyarakat desa : tidak bisa diajak berpikir maju penerangan jalan minim transportasi umum di kelurahan : menjangkau, desa : kurang menjangkau jam-jaman - Pasar menjangkau kelurahan, tidak menjangkau di desa-desa. pasar desa : pasar bayangan 5 hari sekali - kesenjangan antara kelurahan dan desa - Belum ada rencana pembangunan untuk pariwisata.
3.Kecamatan Ungaran Barat
- - - - - - -
POTENSI Pariwisata : Kampung seni lerep, watu gunung, curug semirang, curug indrokilo Perkebunan : pala - swasta, karet- penduduk Industri pengemasan air minum dan bordir Kampung ternak Indrokilo dengan konsep kandang sapi komunal di Desa Lerep, Desa didominasi oleh pertanian, komoditas unggulan : pangan, hortikultura, dan sayuran pusat layanan pemerintahan masih banyak RTH
- - - - - -
MASALAH Wilayah rawan longsor karena terletak di lereng gunung ungaran - nyatnyono, gogik Angkutan umum belum terintegrasi ke desadesa, hanya pada jam tertentu. adanya penambangan batu illegal di Sungai Garang semakin berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian kurang tersedianya sarpras, serta nilai jual produk pertanian saat panen pada umumnya masih rendah kesenjangan antara kelurahan dan desa
4. Kecamatan Pringapus POTENSI - Kawasan industry - Kawasan hutan produksi - Daya tamping wilayah masih banyak yang dikembangkan
MASALAH - Rawan tanah longsor - Tingkat kesehatan rendah
laporanAkhir |
11
SWP II 1. Kecamatan Banyubiru
- - - -
POTENSI MASALAH Pariwisata : Pemandian muncul, bukit cinta, bukit - Adanya pendangkalan Rawapening brawijaya - Rawan banjir Komoditas utama : pertanian,peternakan, peri- Konversi lahan tinggi kanan air tawar (lele) Merupakan salah satu lumbung padi kabupaten Terdapat Pusat pengembangan perikanan se kabupaten Semarang ada di desa Ngerapyak, selain itu juga rawa pening digunakan untuk budidaya perikanan dan dirawapening juga terdapat pembangkit tenaga listrik.
2. Kecamatan Jambu POTENSI - Hortikultura - Perkebunan
laporanAkhir |
12
MASALAH - Rawan tanah longsor - Kualitas kesehatan rendah
3. Kecamatan Ambarawa
POTENSI - Pariwisata >> Gua Maria, Palagan dan Museum Kereta Api - Jasa & perdagangan >> Pasar Projo Ambarawa , Pasar Warung Lanang, Pasar Surabaya, Pasar Pagi, Pasaran Pon ( pasar hewan yang ada disaat pasaran pon –hari jawa-, letaknya di kiri jalan setelah pasar ambarawa ) - Industri >> Makanan olahan, snack, kerajinan kuningan (kaligrafi)
MASALAH - Kemacetan - Masih banyak perumahan di daerah bantaran sungai - Rawan tanah longsor
4. Kecamatan Bandungan POTENSI - Pariwisata - Peternakan - Holtikultura
MASALAH - Kualitas kesehatan rendag - Rawan longsor
laporanAkhir |
13
5. Kecamatan Sumowono
- - - - -
POTENSI MASALAH Perdagangan di Pasar Sumowono (merupakan - Infrastruktur jalan yang masih kurang pusat kegiatan, pasar ini dikelola oleh pemerintah - Saluran irigasi kurang - Daerah wisata yang belum dikembangkan daerah) Kebun Kopi Kebun Sayur > dijual di pasar jetis bandungan Kebun Bunga > dikirim ke bali, malang, semarang dan sekitarnya Industri > Gula Aren, Sirup dan Jamu (disetor ke PT. Sidomuncul)
6. Kecamatan Bawen
- - - -
POTENSI MASALAH Dilalui oleh jalan arteri sehingga mempermudah - Kemacetan lalu lintas pada waktu-waktu tertentu, akses ke dalam maupun ke luar wilayah khususnya di area sekitar pabrik akibat perganMayoritas berasal dari sektor pertanian dan tian shift pekerja. perkebunan - Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang Memiliki potensi alam sekaligus agro wisata mampu mengakomodasi kebutuhan mobilitas yang telah dikembangkan dengan baik, yaitu pekerja pabrik, misalnya seperti jembatan penye“Kampoeng Kopi Banaran� brangan dan shelter angkutan umum Terdapat banyak usaha home industry (seperti - Masih minimnya kualitas sumber daya manusia keripik) yang hasilnya potensial untuk dipasarkan di Kecamatan Bawen sehingga tidak cukup komdi luar daerah petitif untuk memperoleh lapangan pekerjaan
laporanAkhir |
14
7. Kecamatan Tuntang
- - - - - -
POTENSI Memiliki lokasi yang strategis karena merupakan jalur lintasan Solo – Semarang Memiliki potensi wisata diantaranya : wisata alam Rawa Pening, kawasan agro wisata Tlogo Plantation, dan wisata religi Gua Maria Area sekitar Rawa Pening berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan budidaya ikan darat Tersedianya sarana transportasi darat berupa kereta api dengan rute tujuan Ambarawa – Tuntang – Jambu – Magelang PLTA Njelok dan Timo sebagai pemasok kebutuhan air masyarakat Memiliki pusat-pusat penghasil buah-buahan, diantaranya di Desa Ndelik, Watuagung, dan Karanganyar
- - - - -
MASALAH Tingkat kesejahteraan sosial yang tidak merata, yaitu masih terdapat 4.601 keluarga miskin dari total sekitar 61.000 jiwa penduduk. Kurangnya sarana pendidikan, khususnya SMK yang memang banyak diminati mayarakat dan dianggap dapat meningkatkan kualitas SDM Perlunya pelebaran jalan dan penataan PKL karena mengganggu kenyamanan berlalu lintas Bencana banjir yang merupakan limpasan dari Kota Salatiga Banyaknya enceng gondok yang menghambat pengembangan wisata di Rawa Pening.
SWP III 1. Kecamatan Pabelan
POTENSI - Tanaman pangan - perkebunan
- - - -
MASALAH air bersih dan terancamnya keberlangsungan sektor pertanian generasi muda malah lebih memilih menjadi TKI dan TKW pencemaran tinggi kualitas kesehatan rendah
laporanAkhir |
15
2. Kecamatan Bancak
- - - - - - - -
POTENSI MASALAH Sebagian besar lahan pertanian - Sebagian besar masyarakat miskin (petani 60% Banyaknya jumlah lapangan kerja tidak tetap dan buruh 10%) seperti buruh dll. - Rawan tanah longsor dan banjir Pengekspor palawija eg. Melon, buah naga, kayu - Kualitas kesehatan rendah jati. Jumlah SDM yang banyak Banyak program swadaya masyarakat dr LSM Jarang dan hamper tidak ada tindak kejahatan Pengolahan mandiri sampah rumah tangga peternakan
3. Kecamatan Kaliwungu
POTENSI - - - -
Tanaman pangan peternakan wisata religius, berupa ziarah kyai adanya tol menuju Solo
laporanAkhir |
16
MASALAH - Kualitas kesehatan rendah - Sulit mengakses air bersih
4. Kecamatan Tengaran
- - - -
POTENSI MASALAH Pemanfaatan tanah kering sebagai hutan produksi - Ketersediaan ubi kayu sebagai bahan baku mocav Industri (home industri) mocav mulai berkembelum mencukupi bang Even pacuan kuda diadakan secara berkala Pengembangan tanaman empon-empon untuk keperluan industri
6. Kecamatan Susukan - - - - -
POTENSI Sebagai lumbung padi Kabupaten Semarang Masuk kawasan sabuk hijau Hutan masyarakat sebagai hutan lindung Home industri-gula kepa, selai pisang Kegiatan nyadran (1 tahun sekali) sebagai wisata budaya-religi
- - - -
MASALAH Pernah gagal panen karena kurang air Kendala pendistribusian pupuk-harga pupuk mahal 60% jalan rusak Kawasan rawan bencana puting beliung
laporanAkhir |
17
7. Kecamatan Getasan
- - - - - - - - - -
POTENSI Adanya home industri, seperti pembuatan krupuk Banyak peternak sapi dan ayam Penggunaan lahan baik untuk pertanian Sektor pertanian berperan cukup besar dalam pembangunan Budaya jawa masih sangat kental Kesenian daerah masih sangat terjaga Terdapat koperasi simpan pinjam yang membantu usaha masyarakat sekitar Terdapat pasar tradisional yang mewadahi kebutuhan masyarakat Ada anyaman bambu sebagai penompang kehidupan masyarakat Fasilitas sudah memadai, seperti puskesmas rawat inap dan bank
laporanAkhir |
18
- - - - - - - -
MASALAH Kurangnya sarana dan prasarana yang memadahi di bidang pendidikan Aksesibilitas dan mobilitasnya kurang baik Hasil panen seringkali gagal akibat hama tikus Jaminan kesehatan belum merata belum baiknya fasilitas jalan yang merupakan denyut nadi utama transportasi, dimana banyak jalan yang rusak urangnya kesadaran akan partisipasi untuk turut merawat bangunan publik/fasilitas umum upah tebaga kerja rendah, seperti dibidang pertanian terbatasnya dana dan modal usaha yang dimiliki untuk melakukan kegiatan pertanian, peternakan, dan ekonomi produktif lainnya
8. Kecamatan Bringin
POTENSI - Peternakan ; Sapi perah - Hortikultura ; Sayuran - Pariwisata ; sekitar G. Merbabu
MASALAH - Tingkat pencemaran lingkungan tinggi
5. Kecamatan Suruh POTENSI - Tanaman pangan dan peternakan - Masih banyak lahan kosong
MASALAH - Daerah rawan tanah longsor
laporanAkhir |
19
laporanAkhir |
20
laporanAkhir |
21
VISI
“Terwujudnya kesejahteraan di Kabupaten Semarang melalui local economic development dan penerapan prinsipprinsip equity dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan�
laporanAkhir |
22
laporanAkhir |
22
VISI, MISI, ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KONSEP PENGEMBANGAN, DAN KAWASAN STRATEGIS
III.I Visi Pengembangan Wilayah
V
isi ini merumuskan 4 kata kunci yaitu: kesejahteraan, local economic development, equity存dan pembangunan berkelanjutan.
1. Kesejahteraan, suatu kondisi yang ingin dicapai oleh seluruh pihak dimana terdapat beberapa indikator yang menjadi standar dari tercapainya hal tersebut. Kesejahteraan menjadi kata kunci utama karena dianggap sebagai indikator utama dari keberhasilan pembangunan di suatu wilayah, tentunya meliputi aspek fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan. 2. Local Economic, pembangunan berbasis ekonomi lokal cocok digunakan guna mensejahterahkan seluruh lapisan masyarakat, khususnya melalui pengembangan industri kecil formal dan agropoitan. 3. Equity, prinsip ini sangat penting dalam sebuah lapangan usaha perekonomian. Tidak hanya dalam hal pembagian income saja, tetapi juga perlu memperhatikan interaksi antar sektor. 4. Pembangunan Berkelanjutan, aspek penting tentang lingkungan hidup dimana pembangunan memperhatikan kesesuaian dan daya dukung lingkungan di wilayah tersebut.
III.II Misi Pengembangan Wilayah
U
ntuk mendukung visi tersebut, maka misi Pengembangan wilayah Kabupaten Semarang sebagai berikut : 1. Mewujudkan keseimbangan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Semarang. 2. Mewujudkan keseimbangan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Semarang. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana/infrastruktur kabupaten yang mengakomodasi mobilitas dan aksesibilitas masyarakat, berwawasan lingkungan, dan nyaman. 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam upaya mengembangkan dan mengelola sumber daya local. 5. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan upaya pengendalian terhadap pemanfaatan kawasan budidaya di Kabupaten Semarang. 6. Meningkatkan pemberdayaan dan peran aktif masyarakat dalam proses perencanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka pengembangan wilayah Kabupaten Semarang.
laporanAkhir| 23 | 23 laporanAkhir
M
isi 1 : Mewujudkan keseimbangan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Semarang
Memiliki Arah Kebijakan : 1. Penguatan/pemantapan pusat dan sub-sub pusat pertumbuhan yang dibentuk di Kabupaten Semarang
III.III Kebijakan dan Strategi
A
rah kebijakan penataan ruang Kabupaten Semarang didasarkan pada dua hal, yakni tujuan atau misi apa yang hendak dicapai berdasarkan ketetapan visi-misi penataan ruang serta isu atau persoalan yang akan teratasi melalui arah kebijakan tersebut.
Kebijakan : Pembentukan PKL, PKLp, PPL, pusat pelayanan,pema saran produk pertanian lokal, pengembangan industri pertania (agroindustri), dan /atau pariwisata berbasis pertanian (agrowisata). Lokasi : PKL Ungaran , PKL Ambarawa, PKLp Tengaran & Suruh, PPd. PPK Bawen, Bergas, Pringapus, Bandungan, Sumowono, Jambu, Banyubiru, Tuntang, Getasan, Pabelan, Susukan, Kaliwungu, Bancak dan BringinK Bawen, Bergas, Tuntang, Tengaran. PPL pada setiap desa, Desa Sbgai kawasn agropolitan Strategi : Mengembangkan pusat pelayanan desa sesuai dengan potensi masing-masing: Menata kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing kawasan, 2. Penguatan/pemantapan pembangunan perkotaan lain, brfungsi sbgai ibukota kec. Sekaligus PPK Kebijakan : Pelayanan kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa yang berada di dalam lingkup adminitrasinya. Lokasi : Bawen, Bergas, Pringapus, Bandungan, Sumowono, Jambu, Banyubiru, Tuntang, Getasan, Pabelan, Susukan, Kaliwungu, Bancak dan Bringin
laporanAkhir |
24
c. Memeratakan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Kabupaten Semarang. 4. Menyediakan fasilitas pelayanan umum, transportasi. Kebijakan : Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah yang terintegrasi dengan sistem jaringan jalan Lokasi : Tengaran
Strategi : a. Melakukan efisiensi pelayanan perkotaan ditentukan melalui skala pelayanan wilayah dengan membentuk perwilayahan pembanguna; b. Mengembangkan kawasan permukiman yang nyaman, aman, dan seimbang serta mempertimbangkan daya dukung lingkungan; c. Meningkatkan fungsi sistem jaringan jalan dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan wilayah dengan memperhatikan tingkat pelayanan; 3. Mengarahkan permukiman-permukiman skala besar di luar pusat kegiatan perkotaan.
Strategi : a. Memantapkan jaringan jalan yang sudah ada dan/ atau pembangunan jalan arteri, jalan kolektor maupun jalan lokal baru untuk meningkatkan aksesbilitas dan keterkaitan antar wilayah; b. Memantapkan jaringan jalan yang sudah ada dan/ atau pembangunan jalan baru pada wilayah strategis kawasan agro, kawasan wisata, dan kawasan penunjang kegiatan pertambangan panas bumi; c. Mengembangkan angkutan umum antar kecamatan dan pusat-pusat pertumbuhan; d. Mengembangkan infrastruktur dan pelayanan terminal agrobis di pusat kawasan agro.
M
isi 2 : Mewujudkan keseimbangan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Semarang
Kebijakan: Memiliki Arah Kebijakan : Penataan dan penyebaran penduduk secara lebih 1. Penguatan/pemantapan kawasan perdesaan denseimbang sesuai dengan daya dukung dan daya gan pengembangan kawasan agro yang sekaligus tampung lingkungan. sebagai bagian dari pengembangan kawasan agropolitan didaerah barat (sumowono) timur dan Lokasi : selatan (Bringin,suruh,susukan) kabupaten SemaTengaran rang. Strategi : a. Menata administrasi kependudukan; b. Membuka kawasan industri terpadu, pembangunan pusat perdagangan dan jasa di pusat dan subpusat kegiatan (Pusat Kegiatan Lokal dan Pusat Pelayanan Kawasan), pembangunan kawasan agropolitan, agroforestry, dan agrowisata, serta pengembangan kawasan utama komoditi atau sentra produksi sehingga diharapkan dapat menampung tenaga kerja yang ada di KabupatenSemarang;
Kebijakan : Penguatan/pemantapan hubungan desa/kota (rural/urban linkage) melalui pemantapan sistem agro. Lokasi : Kawasan Pengembangan Agropolitan 1 (Sumowono,Bandungan,Jambu), Kawasan Agropolitan 2 (Getasan), Kawasan Agropolitan 3 (Bringin,Suruh,Kaliwungu)
laporanAkhir |
25
Strategi : a. Mengembangkan kawasan perdesaan berbasis agropolitan serta menyediakan infrastruktur penunjang perkembangan kawasan agropolitan maupun pengembangan kelembagaan; b. Mengembangkan kawasan perdesaan berbasis agrowisata serta menyediakan infrastruktur untuk menunjang perkembangan kawasan tersebut. 2. Pengembangan potensi ekonomi lokal baik pertanian (tanaman pangan), peternakan, perkebunan,industri dan pertambangandi masing-masing kecamatan yang potensial (tuntang bawen, pringapus) untuk dikembangkan di Kabupaten Semarang melalui pengembangan kawasan utama komoditi atau sentra produksi Kebijakan (1) : Pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan masyarakat. Lokasi : Kawasan Agropolitan 3 (Bringin,Suruh,Kaliwungu) Strategi : a. Meningkatkan sawah setengah teknis atau sederhana menjadi lahan sawah irigasi teknis pada kawasan lain sebagai pengganti lahan yang beralih fungsi di kawasan perkotaan; b. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil pertanian melalui diversifikasi pertanian; c. Mengembangkan sistem pemasaran sampai ekspor hasil produk pertanian; d. Menyebarluaskan pupuk dan pestisida organik pada kawasan pertanian yang diunggulkan dan mengembangkan lumbung desa modern. Kebijakan (2) : Peningkatan luasan lahan pertanian melalui pengelolaan dan pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air. Lokasi : Kawasan Agropolitan 3 (Bringin,Suruh,Kaliwungu) Strategi : a. Mengelola dan membangun jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; laporanAkhir |
26
b. Mengelola daerah aliran sungai untuk mempertahankan vegetasi dan mencegah sedimentasi sungai, jaringan sarana dan prasarana sumber daya air Kebijakan (3) : Mempertahankan luasan sawah beririgasi teknis. Lokasi : Kawasan Agropolitan 2 (Getasan) Strategi : a. Meningkatkan sawah setengah teknis atau sederhana menjadi lahan sawah irigasi teknis pada kawasan lain sebagai pengganti lahan yang beralih fungsi di kawasan perkotaan, agar keseluruhan luas sawah beririgasi teknis tidak berkurang; b. Memisahkan fungsi saluran irigasi dengan drainase dan menghindari penggunaan bangunansepanjang saluran irigasi c. Memberikan insentif pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan lain Kebijakan (4) : Peningkatan produksi sektor peternakan dengan sistem penyediaan sarana produksi dan pemasaran yang lebih baik. Lokasi : Kawasan Agropolitan 2 (Getasan) Strategi : a. Membenahi dan menyempurnakan sistem produksi b. Meningkatkan dan memperluas pemasaran hasil produksi untuk meningkatkan hasil usaha Kebijakan (5) : Perbaikan dan memperlancar transportasi dan pengiriman produk hasil peternakan Lokasi : Kawasan Agropolitan 2 (Getasan) Strategi : Menyediakan infrastruktur dalam mendukung pengiriman hasil produksi Kebijakan (6) : Penyediaan kawasan khusus peternakan
Lokasi : Kawasan Agropolitan 2 (Getasan) Strategi : a. Memusatkan industri maupun kawasan peternakan yang sudah ada. b. Menyiapkan kawasan khusus pengembangan peternakan dalam suatu lokasi khusus Kebijakan (7) : Pengembangan kawasan perkebunan yang produktif dan inovatif Lokasi : Kawasan Agropolitan 1 (Sumowono,Bandungan,Jambu) Strategi : Peningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan melalui komoditi diversifikasi perkebunanMenyiapkan kawasan khusus pengembangan peternakan dalam suatu lokasi khusus Kebijakan (8) : Pengembangan kawasan pertambangan ramah lingkungan Lokasi : Kawasan Agropolitan 1 (Sumowono,Bandungan,Jambu) Strategi : a. Meningkatan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil tambang b. Menegakkan pola pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan. 3. Pengembangan kawasan industri menengah-besar pada suatu kawasan khusus yang strategis (Unggaran, bawen,bergas,pringapus) dengan tingkat aksesibilitas tinggi, serta pengembangan kawasan indusri kecil-sedang untuk memanfaatkan potensi kecamatan dengan lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku, maupun pengembangan industri kecil dan rumah tangga pada setiap kecamatan dengan konsep “One District One Product� (satu kecamatan satu produk). Kebijakan (1) : Pengembangan industri kecil-sedang sesuai dengan potensi unggulan kecamatan
Lokasi : di kecamatan yang akan di kembangkan dengan basis potensi masing-masing Strategi : a. Menelusuri potensi kawasan atau sub sektor strategis yang dapat dikembangkan b. Mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil c. Mengembangkan dan memberdayakan industri kecil dan industri rumah tangga untuk mengolah hasil pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan d. Mempercepat alih teknologi yang lebih efisien dan efektif e. Mendukung kebijakan melalui pemberian instrumen insentif berupa keringanan pajak/ retribusi, pengurangan atau penghapusan pajak dan lain-lain Kebijakan (2) : Pengembangan kawasan peruntukan industri yang ramah lingkungan dan terkonsentrasi Lokasi : Ungaran, Bawen, Pringapus Strategi : a. Mengembangkan kawasan industri menengah – besar pada lokasi khusus yang strategis b. Mengembangkan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan permukiman c. Menyediakan jalur hijau sebagai zona penyangga (buffer zone) pada tepi luar kawasan industri d. Menyediakan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan industri dan pergudangan ( Pengelolaan limbah/IPAL, Penyediaan hunian dan fasilitas lingkungan bagi karyawan) e. Menjalin kerjasama dengan investor maupun dengan kabupaten/ kota sekitar dalam pengembangan kawasan industri dan pergudangan f. Mendukung kebijakan melalui pemberian instrumen insentif berupa keringanan pajak/ retribusi, pengurangan atau penghapusan pajak dan lain-lain 4. Pengembangan pusat dan sub-sub pusat pertumbuhan di Kabupaten Semarang yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pengembangan perdalaporanAkhir |
27
gangan dan jasa (termasuk pariwisata) di Kabupaten Semarang Ă Ambarawa, Tengaran, tuntang Kebijakan (1) : Peningkatan dan pemantapan fungsi dan peran Perkotaan Ambarawa, Tengaran,dan Tuntang sebagai pusat kegiatan ekonomi eksisting dan baru di Kabupaten Semarang dengan skala pelayanan kabupaten Lokasi : Ambarawa, Tengaran, Tuntang Strategi : a. Menyediakan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan perkotaan skala kabupaten b. Mendukung kebijakan melalui pemberian instrumen insentif berupa keringanan pajak/ retribusi, pengurangan atau penghapusan pajak, dan lain sebagainya c. Menjalin kerjasama dengan investor dalam menumbuhkan kawasan perbatasan sebagai salah satu kawasan strategis yang cukup prospektif untuk dikembangkan Kebijakan (2) : Pengembangan kawasan wisata yang ramah lingkungan Lokasi : Ambarawa, Tengaran, Tuntang Strategi : a. Membentuk zona wisata dan menetapkan obyek wisata andalan yang diintegrasikan dengan pengembangan agrowisata dan disertai pembuatan paket wisata.
laporanAkhir |
28
b. Meningkatkan sarana dan prasarana wisata yang ada di masing-masing objek wisata. c. Mengadakan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya dan melakukan diversifikasi program dan produk wisata d. Mengembangkan pusat kerajinan (cinderamata) 5. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Semarang sesuai dengan potensi dan arahan pengembangan kecamatan (satu kecamatan satu produk). Kebijakan : Penyediaan kebutuhan sarana-prasasarana (infrastruktur) penunjang pada kawasan-kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan agropolitan, industri kecil-menengah, dan bidang usaha ekonomi lainnya Lokasi : Kecamatan dengan potensi industrik kecil Strategi : a. Identifikasi kebutuhan sarana prasarana penunjang di kawasan yang telah direncanakan untuk menjadi motor penggerak ekonomi di kabupaten Semarang b. Penyediaan kebutuhan sarana-prasarana yang dibutuhkan diseimbangkan dan menyesuaikan dengan sarana prasrana yang sudah ada dan penyediaan kebutuhan pelayanan dasar 6. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi/ produktivitas hasil pertanian dan hutan produksi,perikanan
Kebijakan (1) : Kebijakan termasuk pada kebijakan sebelumnya, yakni penyediaan sarana-prasarana pendukung kegiatan perekonomian (terutama untuk kegiatan agropolitan dengan basis pertanian tanaman pangan
Kebijakan : Kebijakan termasuk pada kebijakan sebelumnya, yakni penyediaan sarana-prasarana pendukung kegiatan perekonomian (terutama untuk kegiatan agropolitan dengan basis pertanian tanaman pangan
Lokasi : di prioritaskan di kawasan Agropolitan 1
Lokasi : Di prioritaskan di kawasan Agropolitan 1
Strategi : Di sesuaikan dengan kebutuhan pengembangan agropolitan
Strategi : Di sesuaikan dengan kebutuhan pengembangan agropolitan
M
isi 3 : Meningkatkan sarana dan prasarana/ Kebijakan (2) Mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan infrastruktur kabupaten yang mengakomoproduksi dan mencegah alihfungsi kawasan hutan dasi mobilitas dan aksesibilitas masyarakat, berwamenjadi budidaya terbangun wasan lingkungan, dan nyaman Lokasi : di prioritaskan di kawasan Agropolitan 1 Strategi : a. Memanfaatkan hutan dengan mengupayakan cara untuk menghindari terjadinya konversi dari hutan alam yang masih produktif menjadi hutan tanaman b. Mengatur berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi produksi serta pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mengganggu fungsi produksi yang sekaligus fungsi lindung c. Mengembangkan dan mendiversifikasi penanaman jenis 7. Pengembangan agroindustri ( di Tengaran, Bandungan)
Memiliki Arah Kebijakan : 1. Pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana/infrastruktur di seluruh Kabupaten Semarang sesuai dengan skala prioritas dan kondisi wilayah Kebijakan (1) : Pembangunan serta perbaikan kualitas sarana dan prasarana pada kecamatan yang belum memenuhi standar kuantitas maupun kualitas Strategi : a. Pembangunan SD pada Kecamatan Bawen, Pringapus, Bergas, Ungaran Timur, Tuntang, Ambarawa, dan Bawen b. Pembangunan SMP dan SMA yang tersebar secara merata dan mampu melayani seluruh wilayah di Kabupaten Semarang c. Pembangunan balai pengobatan di Kecamatan Susukan, Suruh dan Bancak
laporanAkhir |
29
d. Pembangunan pasar lokal di tiap kecamatan di Kabupaten Semarang e. Pembangunan sarana persampahan seperti TPA dan TPS di tiap-tiap wilayah
barang e. Pembangunan jalan kolektor primer yang menghubungkan daerah-daerah pengumpul hasil olahan pertanian dengan lokasi pemasaran f. Subsidi sejumlah angkutan barang seperti truk atau pickup untuk masing-masing kecamatan penghasil komoditas pertanian
Kebijakan (2) Pembangunan sarana-prasarana dalam rangka mendukung pengembangan kawasan agropolitan sebagai basis kegiatan ekonomi di Kabupaten Semarang 3. Pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana/infrastruktur pada kawasan perbaStrategi : tasan yang terintegrasi dengan kabupaten/kota a. Pengadaan sarana irigasi teknik di tiap kecasekitar. matn pengahsil komoditas pertanian b. Pembangunan KUD (Koperasi Unit Desa) di Kebijakan : tiap kecamatan penghasil produksi pertaMelakukan kerjasama antar daerah maupun nian. program kemitraan dalam rangka penyediaan c. Pembangunan sarana dan prasarana pengoinfrastruktur yang memadai, khususnya sebagai lahan hasil produksi pertanian di Kecamatan penunjang kawasan agropolitan dan daerah terPabelan, Suruh, dan Bandungan tinggal. d. Pembangunan STA (Sub Terminal Agribisnis) di Kecamatan Pabelan, Suruh, dan BandunStrategi : gan a. Menjalin hubungan kerjasama dengan e. Pembangunan unit usaha tani di Kecamatan industri besar yang memproduksi bahan makanan maupun industri-industri kecil di Tengaran dan Bandungan Kabupaten Semarang 1. Menjalin hubungan contract farming 2. Pengembangan dan pembangunan sarana dan dengan industri makanan Nissin sebagai pemasok bahan dasar komoditas prasarana/infrastruktur untuk meningkatkan hortikultura dengan timbal balik berupa dan memantapkan fungsi Kabupaten Semarang pengolahan, pemasaran produk, dan sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Tengah stabilitas harga jual termasuk infrastruktur yang dapat meningkatkan 2. Menjalin kemitraan model inti plasma, dan mengembangkan kawasan agro yaitu kerjasama antara petani dan penKebijakan : gusaha industri kecil dalam rangka pemPembangunan sarana dan prasarana peningkabinaan teknis budidaya pertanian dan tan kualitas SDM dan komoditas pertanian di pembuatan standar harga serta kualitas Kabupaten Semarang dalam rangka mendukung hasil olahan komoditas pertanian kegiatan agribisnis b. Menjalin KAD (Kerjasama Antar Daerah) dalam pembangunan infrastruktur dengan kabupaten/kota yang berbatasan langsung Strategi : dengan Kabupaten Semarang a. Pembangunan SMK pertanian di salah satu Kecamatan yang merupakan bagian dari 1. Menjalin kerjasama finansial dengan program pengembangan kawasan agropoliKota Semarang dalam hal pengelolaan tan jalan arteri primer b. Pembangunan balai pelatihan untuk menin2. Menjalin kerjasama dalam hal pembiaygkatkan kualitas kerja petani di Kabupaten aan dan pengelolaan outlet pemasaran Semarang komoditas pertanian yang di bangun di c. Pembangunan balai penelitian dalam rangka Kota Semarang peningkatan kualitas hasil produksi dan pengolahan hasil pertanian 4. Pemberdayaan energi yang efisien dan terjangkau d. Pembangunan dan penambahan sarana bagi masyarakat dengan membudidayakan secara dan prasarana trasnportasi serta angkutan optimal suber daya lokal laporanAkhir |
30
Kebijakan (1) : Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Strategi : a. Pengembangan jaringan SUTT dan SUTET di Kecamatan Bancak untuk mendukung pembangunan PLTMH b. Mendirikan pusat pengembangan dan penelitian energi mikrohidro di Kecamatan Bancak Kebijakan (2) : Pengembangan biogas sebagai salah satu alternatif energi listrik Strategi : a. Penyuluhan dan sosialisasi pada masyarakat yang mengembangkan kegiatan peternakan untuk memanfaatkan kotoran ternak sebagai sumber energi biogas b. Pembangunan balai penelitian biogas di Kecamatan Getasan yang merupakan pengembang sektor peternakan c. Pengembangan infrastruktur dan jaringan yang mendukung pengolahan dan pemanfaatan energi biogas di Kecamatan Getasan.
M
isi 4 : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam upaya mengembangkan dan mengelola sumber daya lokal
Memiliki Arah Kebijakan : 1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta merangsang pendirian lembaga pendidikan keterampilan sesuai kebutuhan pasar kerja. Kebijakan : Pembentukan PKL, PKLp, PPL, pusat pelayanan,pema saran produk pertanian lokal, pengembangan industri pertania (agroindustri), dan /atau pariwisata berbasis pertanian (agrowisata). Lokasi: Seluruh Kecamatan
rang b. Memberikan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat lokal dan atau pengrajin lokal untuk pengembangan pariwisata c. Memberikan pembinaan, penyuluhan, pelatihan kepada petani pengembangan pertanian secara intensif 2. Mengembangkan usaha kecil dan menengah melalui kegiatan pelatihan keterampilan, bantuan permodalan, dan bantuan pemasaran. Kebijakan (1) : Pengembangan industri kecil-sedang sesuai dengan potensi unggulan kecamatan Lokasi: Di kecamatan yang akan dikembangkan Strategi : Memberikan pelatihan ketrampilan, bantuan modal dan bantuan pemasaran Kebijakan (2) : Pengembangan kawasan perkebunan yang produktif dan inovatif Lokasi: Kawasan Agropolitan 1 Strategi : a. Memberikan pembinaan, penyuluhan, pelatihan untuk pengembangan perkebunan b. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat dalam pengembangan perkebunan c. Mengembangkan sistem pemasaran hasil perkebunan sampai ekspor
M
isi 5 : Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan upaya pengendalian terhadap pemanfaatan kawasan budidaya di Kabupaten Semarang
Memiliki Arah Kebijakan : 1. Penyusunan zonasi fungsi lindung dan budidaya berdasarkan peta kesesuaian lahan, peta rawan bencana, dan peta kawasan lindung eksisting) Kebijakan : Penyusunan zonasi kawasan Lokasi: di seluruh wilayah kabuapaten
Strategi : a. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan secara lebih merata di Kabupaten Sema- 2. Upaya pengendalian degradasi lingkungan dan laporanAkhir |
31
konservasi lahan terutama pada lahan-lahan kritis. Kebijakan : Penanganan kawasan rawan bencana longsor, banjir, dan letusan gunung api. Lokasi: Di seluruh wilayah Kabuapaten Semarang
Strategi : a. Membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan sempadan sungai danau dan mata air yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik sungai dan alirannya b. Menetapkan dan/atau pertegasan batas lapangan kawasan perlindungan c. Mengawasi dan pengamanan di bantaran sungai untuk menghindari adanya aktivitas pendirian bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi d. Mengamankan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan, dengan cara menghindari kegiatan pembukaan lahan (land clearing dan menghindari aliran permukaan terbuka yang memotong kontur serta penghijauan pada daerah-daerah gundul.
Strategi : a. Mengidentifikasi dan menetapkan menetapkan zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan b. Menetapkan zona aman dari daerah rawan bencana c. Menghindari pemanfaatan kawasan rawan bencana sebagai kawasan terbangun khususnya permukiman. d. Menyediakan jalur-jalur dan lokasi evakuasi bencana 4. Optimalisasi pengelolaan, pemantauan, dan pene. Menghutankan kembali lahan-lahan gundul gawasan terhadap kawasan lindung dan budidaya terutama pada lahan kritis dengan kebijakan insentif dan disinsentif. f. Mengelola wilayah rawan bencana mencakup pengendalian, penanggulangan darurat, Kebijakan (1) : dan penanggulangan permanen Mencegah alihfungsi kawasan hutan lindung 3. Upaya pengendalian degradasi lingkungan dan konservasi lahan terutama pada lahan-lahan kriLokasi: tis. Di seluruh wilayah Kabuapaten Semarang Kebijakan (1) : Mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai daerah tangkapan air Lokasi: Di seluruh wilayah Kabuapaten Semarang Strategi : a. Menetapkan zonasi kawasan hutan lindung. b. Melakukan rehabilitasi hutan (reboisasi, penghijauan, pemeliharaan) untuk memulihkan,mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan lindung c. Meningkatkan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian hutan lindung Kebijakan (2) : Mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai daerah tangkapan air Lokasi: Di seluruh wilayah Kabuapaten Semarang laporanAkhir |
32
Strategi : a. Penyusunan zonasi kawasan hutan lindung, baik pada area rawan bencana maupun pada kawasan sumber air seperti sempadan rawapening dan mata air dan meningkatkan pengawasan terhadap alihfungsi kawasan hutan lindung. b. Mengendalikan fungsi kawasan sekitar hutan lindung dengan menciptakan buffer zone. c. Pemanfaatan danau/waduk sebagai sumber air irigasi, sumber air bersih, pembangkit tenaga listrik serta kegiatan pariwisata dengan tetap memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat setempat d. Mengendalikan kegiatan budidaya yang telah ada disekitar danau, agar tidak mengganggu fungsi waduk akibat rusaknya sempadan danau e. Mengamankan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan dengan cara menghindari kegiatan pembu-
kaan lahan (land clearing) serta penghijauan pada daerah-daerah gundul. f. Melindungi kawasan sekitar mata air dan mengutamakan penanaman vegetasi yang memberikan perlindungan mata air Kebijakan (2) : Pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya Lokasi: Di seluruh wilayah Kabuapaten Semarang Strategi : a. Melestarikan benda pusaka baik natural heritage, cultural heritage, maupun cultural landscape dan benjaga keaslian bentuk BCB tersebut. b. Memanfaatkan benda pusaka untuk fungsi pariwisata 5. Maksimalisasi fungsi kawasan budidaya Kebijakan (1) : Pemantapan fungsi hutan rakyat sebagai fungsi produksi sekaligus lindung Lokasi: Di seluruh wilayah Kabuapaten Semarang Strategi : a. Mengolah hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak b. Diversifikasi produk hasil hutan Kebijakan (2) : Pengembangan kawasan permukiman yang aman, nyaman, dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Lokasi: Di seluruh wilayah Kabuapaten Semarang
perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan rencana tata ruang d. Meningkatkan kualitas perumahan serta prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman di daerah perdesaan, kawasan agropolitan, dan kawasan perbatasan, serta penurunan luasan kawasan kumuh
M
isi 6 : Meningkatkan pemberdayaan dan peran aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka pengembangan wilayah Kabupaten Semarang.
Memiliki Arah Kebijakan : 1. Optimalisasi pengelolaan, pemantauan, dan pengawasan terhadap fungsi lindung dan budidaya yang ada di Kabupaten Semarang dengan pendekatan partisipatif Kebijakan : Pencegahan alih fungsi kawasan hutan lindung menjadi kawasan budidaya dan terbangun. Lokasi: kawasan lindung ( Banyubiru dan Getasan) Strategi : a. Meningkatkan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian hutan lindung dengan menerapkan program pengelolaan hutan bersama masyarakat; b. Melakukan sosialisasi pentingnya fungsi hutan lindung sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Semarang kepada seluruh lapisan masyarakat. c. Melakukan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan hutan, terutama pengawasan terhadap ancaman berkurangnya lahan hutan lindung;
2. Mensosialisasikan kawasan-kawasan rawan bencana termasuk mitigasinya, pada kawasan rawan Strategi : banjir terutama pada kawasan sekitar Rawa a. Mengendalikan pemanfaatan ruang permuPening, kecamatan Ungaran Timur dan Bancak, kiman perdesaan terutama di area konserkawasan rawan gerakan tanah dan longsor, serta vasi/lindung kawasan rawan bencana letusan gunung berapi b. Meningkatkan kualitas permukiman khususnya di kawasan perkotaan Kebijakan (1) : c. Mengembangkan kawasan perumahan Penanganan kawasan rawan bencana alam tanah skala besar yang ditunjang dengan peninglongsor. katan penyediaan tanah untuk peningkatan pengembangan kawasan permukiman di laporanAkhir |
33
Lokasi: Ungaran Timur, Bergas , bandungan, banyubiru, Getasan Strategi : a. Melatih masyarakat di sekitar kawasan rawan bencana untuk mengetahui tandatanda alam terjadinya gerakan tanah dan longsor dan pelatihan upaya penyelamatan; b. Mengidentifikasi dan menetapkan wilayah rawan bencana tanah longsor di Kabupaten semarang; c. Mengelola wilayah rawan tanah longsor mencakup pengendalian, penanggulangan darurat, dan penanggulangan permanen; Kebijakan (2) : Penanganan kawasan rawan bencana alam banjir.
tanda alam terjadinya letusan; b. Menghindari kawasan rawan bencana alam letusan gunung api sebagai kawasan terbangun; c. Mengidentifikasi dan menetapkan wilayah rawan bencana alam letusan gunung api di Kabupaten 3. Mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai pendukung sistem penyangga kehidupan; Kebijakan : Pertahanan fungsi hutan lindung sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Semarang Lokasi: kawasan lindung ( Banyubiru dan Getasan)
Strategi : Meningkatkan pengawasan dan pemantauan Lokasi: untuk pelestarian hutan lindung dengan menerRawa Pening, kecamatan Bancak, apkan program pengelolaan hutan bersama maStrategi : syarakat melalui pengembangan Program Hutan a. Melatih masyarakat di sekitar kawasan Lestari di Kabupaten Semarang rawan bencana untuk mengetahui tandatanda alam terjadinya banjir dan pelatihan upaya penyelamatan 4. Mempertahankan fungsi kawasan resapan air di b. Meningkatkan partisipasi masyarakat yang seluruh wilayah; didukung adanya penegakan hukum antara lain dalam mentaati ketentuan menyangkut Kebijakan : tata ruang dan pola pembudidayaan dataran Perlindungan terhadap sumber-sumber air yang banjir dan DAS hulu, menghindari terjadinya ada di kabupaten Semarang baik kuantitas, kualipenyempitan dan pendangkalan alur sungai tas maupun kontinuitas. akibat adanya sampah padat termasuk bangunan, hunian liar dan tanaman di bantaran Lokasi: sungai kawasan lindung ( Banyubiru dan Getasan) c. Melakukan penyuluhan dan pendidikan Strategi : kepada masyarakat lewat berbagai media Melakukan konservasi kawasan hutan yang sekamenyangkut berbagai aspek dalam rangka ligus berfungsi sebagai kawasan penyangga dan meningkatkan kepedulian dan partisipasinresapan air di masing-masing DAS sebagai potensi ya. air baku; Kebijakan (3) : Penanganan kawasan rawan bencana alam letu- 5. Meningkatkan pengelolaan kawasan sempadan san gunung berapi. sungai, kawasan sekitar Rawa Pening, dan kawasan sempadan sekitar mata air dari bahaya Lokasi: kerusakan ekologi; Ungaran Timur, Bergas, bandungan, Getasan Kebijakan (1) : Strategi : Pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada a. Melatih masyarakat di sekitar kawasan kawasan sempadan sungai dari bahaya kerusakan rawan bencana untuk mengetahui tandaekologi.
laporanAkhir |
34
Lokasi: kawasan lindung ( Banyubiru dan Getasan) Strategi : a. Mengawasi dan pengamanan di bantaran sungai untuk menghindari adanya aktivitas pendirian bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi; serta b. Mengamankan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan, sehingga dapat dicegah terjadinya sedimentasi di sungai, dengan cara menghindari kegiatan pembukaan lahan (land clearing) pada musim hujan dan diupayakan pembangunannya mengikuti kontur alam, mempertahankan tatanan yang telah ada, menghindari aliran permukaan terbuka yang memotong kontur serta penghijauan pada daerah-daerah gundul.
Strategi : a. Membina masyarakat sekitar kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan untuk ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah; b. Memanfaatkan sekitar kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagai obyek wisata sejarah dengan tetap melestarikan budaya sekitar. Kebijakan (2) : Pelestarian sejarah dengan tetap melestarikan budaya sekitar. Lokasi: Seluruh wilayah Kabupaten Semarang
Kebijakan (2) : Pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sempadan sekitar mata air dari bahaya kerusakan ekologis. Lokasi: kawasan lindung ( Banyubiru dan Getasan)
Strategi : a. Membina masyarakat sekitar kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan untuk ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah; b. Memanfaatkan kawasan sebagai obyek wisata sejarah dengan tetap melestarikan budaya sekitar.
Strategi : a. Melindungi kawasan sekitar mata air dan mengutamakan penanaman vegetasi yang memberikan perlindungan mata air b. Membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan sekitar mata air;
Kebijakan (3) : Pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar budaya lingkungan bangunan gedung dan halamannya. Lokasi: Seluruh wilayah Kabupaten Semarang
6. Meningkatkan pengelolaan kawasan cagar budaya
Strategi : a. Menjaga keaslian bentuk bangunan kuno b. Memfungsikan bangunan tersebut sehingga dapat terkontrol dan terawat kelestariannya.; c. Melindungi bangunan peninggalan sejarah tersebut, menetapkan dalam peraturan yang terdapat di rencana tata ruang wilayah.
Kebijakan (1) : Pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar budaya lingkungan non bangunan. Lokasi: kawasan lindung ( Banyubiru dan Getasan)
laporanAkhir |
35
III.IV Kawasan Strategis
K
awasan strategis wilayah kabupaten merupakan wilayahwilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu dan berpengaruh besar terhadap kondisi perkembangan wilayah Kabupaten Semarang secara keseluruhan. Kawasan strategis kabupaten memiliki fungsi antara lain: 1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/ atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kabupaten. 2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial-ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten.
laporanAkhir |
36
3. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur dan rencana pola ruang. 4. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang. 5. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten. Selanjutnya, dalam proses penetapan kawasan strategis wilayah kabupaten tentunya diperlukan berbagai pertimbangan yang meliputi aspek fisik, kekhususan fungsi, dan sosial budaya yang nantinya berpengaruh terhadap potensi perkembangan wilayah tersebut di waktu yang akan datang. Secara rinci, beberapa faktor yang menentukan penetapan kawasan strategis kabupaten meliputi :
1. Potensi wilayah dan ketersediaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia 2. Nilai strategis dari aspekaspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan 3. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten 4. Kondisi sosial budaya masyarakat terkait pengembangan dan pengelolaan fungsi wilayah 5. Sinergitas dengan rencana pola ruang dan struktur ruang wilayah kabupaten Berdasarkan faktor-faktor penentu dari aspek fisik, kekhususan fungsi, dan sosial budaya, maka kawasan strategis yang ditetapkan di Kabupaten Semarang terdiri atas kawasan strategis fungsi lindung, kawasan strategis industri dan perdagangan, kawasan strategis pengembangan tanaman pangan, kawasan strategis pengembangan hortikultura, kawasan strategis pengembangan peternakan, serta kawasan strategis pariwisata ekologi.
laporanAkhir |
37
1. Kawasan Strategis Fungsi Lindung awasan strategis fungsi lindung merupakan kawasan yang diperuntukan untuk perlindungan dan pelestarian lingkungan sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana, serta pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan fungsi lindung kawasan dan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional. Kawasan strategis fungsi lindung di Kabupaten Semarang meliputi kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi seperti yang dapat dilihat pada peta berikut ini.
K
laporanAkhir |
38
a.
b.
Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan ini mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Semarang ini memiliki luas kurang lebih 1.593 hektar, tersebar di kawasan Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo. Gunung Ungaran sendiri terletak di antara Kecamatan Bandungan dan Ungaran Barat, sementara Gunung Telomoyo berada disekitar Kecamatan Getasan. Disekitar kawasan ini tidak diperuntukkan untuk pembangunan permukiman dan budidaya, karena hal ini dapat merusak hutan dan sumberdaya alam yang ada di kawasan tersebut. Dengan kata lain, masyarakat harus lebih memperhatikan keseimbangan alam, yaitu dengan tidak melakukan kegiatan pertanian, perkebunan, maupun budidaya lainnya. Apabila terjadi perusakan alam maka akan berdampak pada timbulnya bencana, salah satunya seperti bencana longsor akibat penebangan pohon secara besar-besaran. Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi ini terletak di sebelah barat Kabupaten Semarang, Kecamatan Bringin. Jenis tanaman jati terdapat di kawasan strategis tersebut. Pembatasan penggunaan kayu jati ini perlu dilakukan untuk menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kecamatan Bringin serta sekaligus berfungsi untuk resapan air di Kabupaten Semarang.
2. Kawasan Strategis Industri dan Perdagangan awasan strategis industri dan perdagangan merupakan wilayah dengan potensi utama pada sektor perindustrian dan perdagangan. Kawasan ini meliputi Kecamatan Ungaran Barat, Ungaran Timur, dan Bergas dengan industri besar sebagai sektor utama pendukung perekonomian, serta Kecamatan Pringapus, Bawen, dan Ambarawa dengan sektor industri kecil formal yang mendominasi kegiatan perekonomian. Beberapa contoh industri besar antara lain seperti Coca Cola, Nissin, dan Teh Sosro, sedangkan untuk ragam industri kecil seperti industri makanan olahan atau kerajinan lokasinya tersebar di daerah permukiman penduduk.
K
Dari aspek geografisnya, keenam kecamatan tersebut memiliki potensi berupa lokasi yang strategis, yaitu dekat dengan Kota Semarang sehingga mempermudah pemasaran hasil industri ke luar wilayah. Disamping itu, dengan ketersediaan prasarana penunjang seperti jalan arteri primer dan jalan kolektor primer serta pasar skala regional di Ambarawa akan semakin mempermudah pengangkutan dan distribusi barang hasil industri di kawasan tersebut
Industri Keripik di Kecamatan Bawen (industri kecil formal)
Pabrik Coca Cola di Ungaran (industri besar)
laporanAkhir |
39
laporanAkhir |
40
Adapun arahan pengelolaan dari 5. embuatan green belt disekitar kawasan strategis industri dan perdadaerah industri skala besar. gangan ini meliputi : 6. Mendorong tumbuhnya Industri 1. Menetapkan peraturan daerah pengolahan khusunya pengolahan untuk membatasi perkembangan hasil pertanian di kawasan yang industri besar di sepanjang jalan telah ditentukan dan kerajinan. arteri Joglosemar melalui kontrol 7. Mengembangkan kegiatan industri izin usaha dalam rangka mengupengolahan hasil hutan produksi. rangi/mencegah konversi lahan 8. Pemberian kredit modal usaha pertanian bebas bunga untuk pengembangan industri pengolahan tanaman 2. Menetapkan peraturan daerah terkait ketenagakerjaan untuk pangan, hortikultura, hasil hutan, industri besar dengan memberi dan kerajinan. 9. Pemberian insentif bagi pengemprioritas pada masyarakat lokal bang industri hasil pertanian, Kabupaten Semarang guna menhutan produksi, dan kerajinan. gurangi angka pengangguran 3. Pembangunan eco-industrial park 10. Kontrol amdal bagi industri skala dan pengalihan industri yang ada besar. kedalam kawasan eco industrial 11. Pembangunan jalan tol dan pasar induk sebagai bentuk dukungan park yang telah ditentukan pengembangan industri. 4. Pemberian insentif bagi industri yang pindah kedalam eco industrial park. 3. Kawasan Strategis Pengembangan Tanaman Pangan awasan strategis pengembangan tanaman pangan merupakan kelompok wilayah yang dikembangkan dengan tujuan untuk menjaga ketahanan pangan di seluruh wilayah kabupaten serta mendukung adanya pengembangan kota berbasis pertanian yang juga merupakan upaya perwujudan visi Kabupaten Semarang. Disamping itu, penetapan kawasan strategis ini juga bertujuan untuk meningkatkan upaya pembangunan daerah tertinggal dimana daerah tersebut memiliki sumber daya yang potensial namun belum dikembangkan secara optimal.
K
Adapun kawasan strategis pengembangan tanaman pangan ini terdiri atas Kecamatan Bringin, Bancak, Pabelan, Suruh, Susukan, dan Kaliwungu dengan potensi yang sama yaitu komoditas padi. Tiga kecamatan penghasil padi terbesar di Kabupaten Semarang adalah Kecamatan Suruh, Bringin, dan Susukan. Padi yang dihasilkan bahkan dipasarkan hingga ke luar wilayah kabupaten seperti Boyolali dan Salatiga. Sementara itu, untuk kecamatan yang lainnya seperti Bancak, Pabelan, dan Kaliwungu masih sebatas memasarkan hasil panen ke Ungaran dan Ambarawa. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan dan mengembangan hasil produksi padi, kecamatan yang termasuk dalam kawasan strategis pengembangan tanaman pangan diarahkan fungsinya sebagai kota tani yang diharapkan mampu menciptakan magnet pertumbuhan ekonomi baru di Kabupaten Semarang, khususnya bagi daerah-daerah tertinggal laporanAkhir |
41
laporanAkhir |
42
Adapun arahan pengelolaan untuk kawasan strategis pengembangan tanaman pangan yaitu: 1. Mempertahankan fungsi sawah beririgasi teknis dengan penetapan lahan sawah abadi. 2. Kontrol konversi lahan sawah melalui IMB dan pemberian disinsentif. 3. Peningkatan kualitas sistem irigasi sederhana dan setengah teknis menjadi sistem irigasi teknis 4. Melaksanakan penyuluhan kepada para petani tentang pola tanam yang baik untuk menjaga tingkat kesuburan tanah dan kualitas hasil panen 5. Menetapkan insentif dan disinsentif terkait penerapan lahan pertanian pangan berkelanjutan 6. Pembangunan lembaga penelitian benih padi dan pupuk organik dalam rangka meningkatkan kualitas hasil panen 7. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara masyarakat, lembaga pertanian, dan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga jual tanaman pagan, khususnya padi. 4. Kawasan Strategis Pengembangan Hortikultura luster hortikultura merupakan salah satu kluster utama yang mendukung kegiatan sektor pertanian, khususnya untuk komoditas tertentu yang diekspor ke luar wilayah kabupaten atau bahkan ke luar negeri, misalnya seperti komoditas kubis, lombok, petai, durian, dan pisang. Berdasarkan potensi tersebut, maka beberapa wilayah kecamatan yang merupakan penghasil utama komoditas sayur dan buah ditetapkan sebagai kawasan strategis pengembangan hortikultura, diantaranya yaitu Kecamatan Jambu, Sumowono, dan Getasan. Ketiga kecamatan ini nantinya juga diarahkan sebagai salah satu sub kawasan kota tani di Kabupaten Semarang dengan pusat distribusi pemasaran yang berlokasi di Bandungan.
K
Selain itu, pengembangan kawasan strategis hortikultura ini nantinya akan diselaraskan dengan pengembangan kegiatan pariwisata alam yang tujuannya untuk memperkenalkan kegiatan pertanian pada masyarakat sekaligus memperluas cakupan pemasaran hasil komoditas pertanian. Tak hanya itu saja, faktor pendukung lain seperti terminal pengumpul dan koperasi tani juga akan dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas dari kluster hortikultura.
Adapun arahan pengelolaan dari kawasan strategis pengembangan hortikultura meliputi : 1. Kontrol konversi lahan pertanian hortikultura melalui IMB dan pemberian disinsentif. 2. Mendorong tumbuhnya industri pengolahan hasil pertanian hortikultura dengan pemberian kredit modal usaha, pembimbingan pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan infrastuktur penunjang seperti koperasi, jalan, dan pasar. 3. Penerapan pola tanam yang tepat untuk mempertahankan kesuburan lahan. 4. Memperbanyak ragam diversifikasi produk hasil olahan komoditas hortikultura untuk meningkatkan nilai tambah dan harga jual 5. Mensinergikan kegiatan pertanian hortikultura dengan pengembangan pariwisata guna meningkatkan pemasaran hasil olahan
laporanAkhir |
43
laporanAkhir |
44
5. Kawasan Strategis Pengembangan Peternakan ecamatan Getasan dan Tengaran merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan strategis pengembangan peternakan di Kabupaten Semarang. Ketersediaan sarana prasarana seperti rumah potong hewan komunal dan pabrik pengolahan susu skala nasional serta jaringan jalan arteri primer dan kolektor primer juga dapat menjadi faktor pendukung untuk mengambangkan sektor peternakan di kedua kecamatan tersebut.
K
Komoditas andalan dari sentra peternakan Kabupaten Semarang ini adalah sapi perah dengan jenis diversifikasi produk susu olahan. Namun, yang menjadi masalah ialah kualitas susu olahan yang dihasilkan berdaya saing rendah karena kualitasnya yang belum sebaik hasil susu olahan dari kota-kota lain. Untuk itu, sebagai upaya meningkatkan kualitas susu dari Kecamatan Getasan dan Tengaran, maka direncanakan pembangunan pusat penelitian diversifikasi produk olahan yang didukung dengan koperasi peternakan dan badan penyuluh guna membantu modal serta memperluas pengetahuan para peternak lokal.
laporanAkhir |
45
Adapun arahan pengelolaan kawasan strategis pengembangan peternakan antara lain : 1. Melakukan pemisahan dan zonasi kawasan peternakan diluar lahan untuk kawasan perumahan. 2. Mengizinkan pengembangan peternakan pada kawasan pertanian selama tidak mengganggu aktivitas pertanian. 3. Pembangunan sarana pengelolaan limbah peternakan dengan pemberdayaan masyarakat. 4. Meningkatkan kualitas susu olahan melalui perbaikan dan penambahan sarana prasarana pada pabrik pengolahan susu yang sudah ada. 5. Pembangunan rumah potong hewan komunal 6. Peningkatan peran lembaga/badan sosial dalam memberi penyuluhan tentang perawatan hewan ternak 6. Kawasan Pariwisata Ekologi awasan pariwisata ekologi berperan mendorong terwujudnya daerah yang aman, nyaman, produktif, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini diharapkan nantinya dapat mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat di sekitar kawasan tersebut. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis pariwisata ekologi di Kabupaten Semarang adalah Kawasan Umbul Sidomukti dan Kawasan Rawa Pening.
K
1. Kawasan Umbul Sidomukti
Kawasan pariwisata ini terletak di sebelah timur Kabupaten Semarang, tepatnya di Kecamatan Bandungan. Kawasan pariwisata Umbul Sidomukti merupakan daerah obyek wisata pegunungan yang terletak dilereng gunung Ungaran, memiliki pemandangan alam yang sangat indah dan memukau dengan pemandangan pesawahan, perkebunan sayur, buah dan bunga yang dapat dijumpai disepanjang jalan menuju dan di daerah Bandungan. Kawasan wisata alam ini dengan didukung oleh fasilitas wisata berupa Outbond Training, Adrenalin Games, Taman Renang Alam, Camping Ground, Pondok Wisata, Pondok Lesehan, serta Meeting Room. Selain itu, di kecamatan Bandungan juga laporanAkhir |
46
memiliki ragam wisata yang ditawarkan, diantaranya adalah wisata cagar budaya Candi Gedong Songo yang memiliki nilai historis. Penerapan konsep bagi kawasan strategis ini adalah penekanan pada ekologinya dimana tidak adanya perusakan ekologi dan alam lingkungan sekitar kawasan sebagai sarana rekreasi keluarga. 2. Kawasan Rawa Pening Kawasan Rawa Pening terletak di Kecamatan Banyubiru. Kawasan ini juga memiliki nilai yang sangat strategis yaitu terletak ditengah kabupaten Semarang dan berada pada tiik simpul wilayah pengembangan segitiga Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang). Rawa Pening terjadi dari suatu lembah yang mempunyai mata air sendiri dan menjadi muara bagi sungai-sungai di sekitarnya. Secara umum kondisi alam di sekitar danau merupakan perpaduan antara pegunungan dengan hamparan tepian danau, persawahan, perkebunan serta pepohonan yang masih alami. Kawasan Rawapening dibagi dalam lima sub kawasan wisata, yaitu Asinan, Tlogo, Lopait, Muncul, dan Bukit Cinta-Brawijaya, yang masing-masing memiliki karakteristik wisata yang berbeda. Selain sebagai tempat wisata, kawasan Rawa Pening berfungsi sebagai kawasan penyelamatan persediaan air dan area ekosistem kawasan hijau bagi wilayah Kabupaten Semarang. Kawasan Rawa Pening diharapkan kedepannya untuk dapat dikembangkan
sebagai pusat pariwisata Jawa Tengah, khususnya pengembangan ke arah pariwisata alam dengan berbasis pada daya tarik dan potensi lokal yang juga dapat melibatkan partisipasi masyarakat didalamnya. Arahan Pengelolaan: 1. Membrikan kontribusi dalam hal menopang dan menjaga pelestarian lingkungan alam guna pengembangan pariwisata berbasis ekologi.
III.V Konsep Pengembangan Wilayah 1. Konsep Pengembangan Kota Tani Kabupaten Semarang abupaten Semarang dengan mayoritas penduduk yang bekerja di sektor pertanian tentunya memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan guna menciptakan magnet pertumbuhan ekonomi baru, diantaranya seperti kegiatan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Namun, yang menjadi hambatan dalam pengembangan sektor pertanian adalah belum optimalnya pembangunan serta pemanfaatan pengembangan industri hulu pertanian (subsistem sarana prasarana produksi pertanian), industri hilir pertanian (sub-sistem pengolahan hasil dan sub-sistem pemasaran), serta jasa-jasa pendukungnya (sub-sistem pelayanan jasa) yang dilaksanakan secara harmonis dan simultan.
K
Berdasarkan kondisi tersebut, maka paradigma pendekatan pembangunan ekonomi berbasis pertanian perlu diubah, dari yang semula lebih banyak bertumpu pada pembangunan produksi (sub-sistem budidaya) kepada pembangunan sistem dan usaha agribisnis dimana seluruh sub-
2. Memberikan batas yang jelas kawasan yang akan digunakan untuk obyek wisata ketentuan -ketentuan pengembangan pariwisata ekologi di sekitar kawasan 3. Memerlukan kerja terpadu antara berbagai komponen masyarakat dan pemerintah untuk kelestarian lingkungan 4. Mengendalikan kawasan sekitar secara ketat agar lingkungan alam dan budaya masyarakat setempat tetap terjaga. 5. Menyediakan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang memadai di sekitar kawasan.
sistem agribisnis (budidaya, sarana-prasarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan jasa) dibangun secara simultan dan harmonis. Program pengembangan kawasan kota tani di Kabupaten Semarang ini merupakan salah satu upaya merealisasikan pembangunan ekonomi berbasis pertanian dengan pendekatan pengembangan sistem dan usaha agribisnis. Kawasan yang termasuk dalam pengembangan kota tani dapat merupakan kawasan pertanian berbasis tanaman pangan, hortikultura, maupun peternakan. Inti dari konsep pengembangan ini adalah mengoptimalkan gerakan masyarakat (yang difasilitasi Pemerintah) baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam pengawasan program di Kawasan Kota Tani Kabupaten Semarang. Adapun kriteria wilayah yang ditetapkan menjadi bagian dari pengembangan Kota Tani di Kabupaten Semarang antara lain : • Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian • Sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata, dan jasa pelayanan. • Hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland bersifat interdependensi yang harmonis, dan saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, model, terknologi, informasi pengolahan hasil dan penampungan (pemasaran) hasil produksi/produk pertanian. laporanAkhir |
47
• Kehidupan masyarakat di kawasan kota tani serupa dengan suasana kota karena ketersediaan sarana yang ada di kawasan tersebut tidak jauh berbeda dengan di kota. Secara skematik, konstelasi antar wilayah dalam kawasan kota tani dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Berdasarkan skema diatas, bila kawasan kota tani merupakan suatu sistem, maka sistem tersebut terdiri dari sub sistem penghasil sumberdaya pertanian dan komoditi unggulan, sub sistem sarana dan prasarana, sub sistem lembaga sosial, dan sub sistem kelestarian lingkungan sebagaimana digambarkan dalam gambar di bawah ini.
a. Pendekatan Kota Tani Dalam penerapan konsep kota tani guna mengembangkan kawasan tertinggal, strategi yang digunakan harus mampu menciptakan perekonomian perdesaan yang mandiri, artinya dapat meminimalisasi hubungan dengan ekonomi metropolis. Strategi ini mengharuskan setiap daerah memiliki otonomi dan sumber daya yang cukup untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunannya sendiri. Oleh karena itu, menurut Friedmann & Douglass (1976) usaha untuk mewujudkan pembangunan perdesaan dengan pendekatan kota tani guna mewujudkan akselerasi pertumbuhan ekonomi perlu segera dilaksanakan, diantaranya meliputi : laporanAkhir |
48
• Menstabilkan pendapatan desa dan kota, memperkecil perbedaan dengan cara memperbanyak kesempatan kerja yang produktif, dan khususnya memadukan kegiatan-kegiatan pertanian dnegan kegiatan non pertanian dalam lingkungan masyarakat. • Memperluas hubungan sosial di perdesaan, bahkan hingga antar kecamatan sehingga terbentuk suatu ruang sosio-ekonomi dan politik yang lebih luas. • Menggunakan tenaga kerja yang ada secara lebih efektif, dengan mengarahkan pada usaha pengembangan sumber daya alam pada tiap sub kawasan kota tani.
• Menyediakan sumber-sumber keuangan untuk membangun dan mengembangkan kota tani. b. Pihak yang Berperan Dalam pengembangan kota tani di Kabupaten Semarang, terdapat 4 stakeholder yang berperan yaitu masyarakat, birokrat, pengusaha dan pendukung. • Unsur masyarakat (terutama petani) Merupakan unsur utama atau unsur penggerak yang harus berprakarsa secara mandiri dan kreatif untuk mencari langkah-langkah yang harus dilakukan, supaya selain usaha budidaya pertanian yang telah turun temurun biasa mereka lakukan, dapat juga menciptakan dan menumbuhkembangkan usaha-usaha baru off-farm, seperti penyediaan sarana produksi (agroinput), pengolahan hasil pertanian (processing), pemasaran (marketing) atau penyedia jasa keuangan. • Unsur birokrat Para birokrat diharapkan mampu mereposisikan dirinya dari semula sebagai executor pembangunan (pelaksana pembangunan) menjadi sebagai fasilitator pembangunan
(pendamping dan pemberdaya masyarakat), yang dalam setiap kegiatannya selalu berpihak kepada masyarakat sehingga dapat tercipta sistem ekonomi berbasis kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan. • Unsur pengusaha Para pengusaha di perdesaan harus mampu memposisikan dirinya sebagai mitra usaha ekonomi yang berkeadilan, tidak merugikan pihak manapun. Pengusaha yang diprioritaskan adalah yang berasal dari wilayah Kabupaten Semarang yang harapannya dapat memotivasi masyarakat lokal lainnya untuk menjalankan usaha di bidang pertanian maupun industri pengolahannya. • Unsur pendukung Unsur pendukung ini terdiri dari lembaga-lembaga sosial, akademisi, peneliti, dan tokoh masyarakat yang diharapkan mampu berperan sebagai pemberi dorongan dan stimulasi, supaya ke empat unsur stakeholder ini dapat bekerjasama dalam suasana kesetaraan dan kesejajaran serta bersinergi melalui bidangya masingmasing.
c. Sistem Kota Tani Kabupaten Semarang Wilayah yang telah ditetapkan menjadi kawasan pengembangan kota tani di Kabupaten Semarang meliputi : Pertanian tanaman pangan : Kecamatan Tuntang, Bringin, Pabelan, Suruh, Susukan, dan Kaliwungu Pertanian hortikultura : Kecamatan Bandungan, Sumowono, Jambu, dan Banyubiru Kawasan peternakan : Kecamatan Getasan dan Tengaran laporanAkhir |
49
laporanAkhir |
50
Berikut ini adalah pembagian fungsi dan rencana pengembangan kota tani di Kabupaten Semarang Sub Kawasan Fungsi Wilayah Rencana Pengembangan Kota Tani Tanaman - Kec. Tuntang sebagai a. Kota Tani Utama Pangan Kota Tani Utama, - Pembangunan STA (Sub Terminal Agribisnis) berperan sebagai pusat - Pembangunan Koperasi Tani pengumpul dan pemab. Sentra penghasil komoditas pertanian - Perbaikan dan penambahan sistem irigasi saran hasil pertanian - Kecamatan Bringin, - Pengoptimalan fungsi KUD Pabelan, Suruh, Su- Pembangunan lembaga penelitian benih padi sukan dan Kaliwungu - Pembahruan sistem pengolahan kulit padi sebagai sebagai sentra penghabahan pakan ternak sil dan pengolah hasil pertanian Hortikultura
- Kec. Bandungan sebagai Kota Tani Utama, berperan sebagai pusat pengumpul dan pemasaran hasil pertanian - Kecamatan Bringin, Sumowono, Jambu, dan Banyubiru sebagai sentra penghasil dan pengolah hasil pertanian
a. Kota Tani Utama - Pembangunan STA (Sub Terminal Agribisnis) - Pembangunan Koperasi Tani - Pembangunan museum tani yang disinergikan dengan kegiatan pariwisata b. Sentra penghasil komoditas pertanian - Perbaikan dan penambahan sistem irigasi - Pengoptimalan fungsi KUD - Peningkatan ragam diversifikasi produk olahan komoditas hortikultura
Peternakan
- Kec. Tengaran sebagai Kota Tani Utama, berperan sebagai pusat pengumpul dan pemasaran hasil pertanian - Kecamatan Getasan sebagai sentra penghasil dan pengolah hasil pertanian
a. Kota Tani Utama - Pembangunan STA (Sub Terminal Agribisnis) - Pembangunan Klinik Konsultasi Hewan - Pembangunan rumah potong hewan komunal b. Sentra penghasil komoditas pertanian - Pengoptimalan dan peningkatan kualitas kinerja pabrik pengolahan susu - Perbaikan dan penambahan sistem irigasi - Pengoptimalan fungsi KUD - Pembaharuan pengolahan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk kandang.
laporanAkhir |
51
d. Strategi Pengembangan Salah satu pendekatan pengembangan kota tani adalah sistem pertanian yang terintregrasi dengan lingkungan. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan antara lain : (a) Mengembangakan industri pengolahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan yang berwawasan lingkungan (ecofarm); (b) Memberdayakan ecofarm di tiap kota tani utama dan sentra penghasil; (c) Meningkatkan nilai tambah produksi, nilai tukar petani, dan pendapatan masyarakat. Prioritas kegiatannya meliputi : 1. Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanaman tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan; 2. Mengembangkan kemitraan antara produsen bahan baku dengan pengelola industri; 3. Mengembangkan produksi pupuk dan pestisida hayati dilingkungan masyarakat produsen bahan baku; 4. Mengembangkan nilai tambah produk dengan memperbanyak diversifikasi produk; 5. Mengembangkan teknologi pengawetan produk, pengemasan dan pengalengan untuk ekspor; 6. Meningkatkan kualitas SDM serta lembaga penunjang baik swasta maupun pemerintah; 7. Mengembangkan koperasi tani, pola usaha patungan, atau pola pemilikan tunggal/kelompok/publik; 8. Mengembangkan Kawasan Sentra Produksi yang memiliki keunggulan komparatif serta efisiensi dan spesialisasi spasial; 9. Mengembangkan infrastruktur penunjang kegiatan pertanian; 10. Optimalisasi lahan; 11. Sertifiksi tanah; 12. Membentuk lembaga penelitian, pengekajian dan pengembangan teknologi farming (LP2TF). 2. Konsep Pengembangan Eco Industrial Park Kabupaten Semarang ecara umum, konsep pengembangan kegiatan industri di Kabupaten Semarang fokus pada penataan dan pengendalian kegiatan industri besar serta mendorong perkembangan industri kecil formal. Sebagai upaya untuk mewujudkan kedua hal tersebut, maka diterapkan konsep eco industrial park yang bertujuan untuk menstimulasi tumbuh kembang sektor industri kecil formal dengan tetap mempertahankan dan mengendalikan sektor industri besar.
S
Konsep eco industrial park ini memiliki dua rencana utama, yaitu berupa pembangunan unit pengolahan limbah komunal serta green belt di sekitar kawasan industri besar. Pembangunan unit pengolahan limbah komunal dilaksanakan dalam rangka menghemat biaya keluar dari kegiatan industri serta meminimalisir dampak pencemaran lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri. Untuk mengoptimalkan fungsinya tersebut, maka direncanakan pula pembangunan green belt yang berfungsi selaporanAkhir |
52
bagai penetral udara akibat gas buang yang dihasilkan dari kegiatan industri sehingga dapat mengurangi dampak buruk pencemaran di kawasan permukiman penduduk. Disamping itu, terdapat pula beberapa rencana pengembangan lainnya yang dilakukan guna mendukung keberhasilan dari konsep eco industrial park ini yang diantaranya meliputi : 1. Pembatasan perkembangan industri besar disepanjang jalan arteri JOGLOSEMAR. 2. Kontrol AMDAL 3. Pembangunan sarana prasarana yakni jalan, saluran drainase, sarana telekomunikasi, dan pembangunan unit usaha limbah komunal yang dapat dijangkau kawasan industri. 4. Pembangunan komplek perumahan pegawai dan sarana pendukungnya sebagai upaya antisipasi konversi lahan untuk pemukiman di area sekitar industri. 5. Mendorong tumbuhnya industri kecil menengah pada wilayah yang telah ditentukan khususnya industri pengolahan
tanaman pangan, hortikultura, hasil hutan, dan industri kerajinan. 6. Pemberian kredit modal usaha dan insentif untuk pengembangan industri kecil menengah.
7. Pembangunan jalan tol, jalan kolektor, dan pasar induk di Tengaran, Susukan, dan Bringin sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan industri.
3. Konsep Pengembangan Pariwisata Ekologi endekatan perencanaan dengan melakumelainkan melihat, melakukan sesuatu, dan kan penerapan konsep yang dianggap timembeli atau memperoleh sesuatu. Dendak merusak ekologi dan alam lingkungan sekigan pengembangan pariwisata Kawasan tar kawasan sebagai sarana rekreasi keluarga, Rawa Pening ini, maka perlu dilakukan yaitu dengan mengambil konsep penekanan suatu usaha diversifikasi atraksi yang didesain Ekologi. Melihat kondisi fisik Bandungan tawarkan kepada wisatawan, yaitu denyang merupakan daerah berkontur, oleh karena gan menambah atraksi-atraksi baru itu pada kawasan Wisata Umbul Sidomukti dapat dan memadukannya dengan sumber dimanfaatkan dengan fasilitas wahana permaindaya lainnya dalam satu kawasan. an outbond, seperti flying fox dan jembatan tali Dalam mengembangkan Kawasan (climb brige) sebagai sarana alternatif rekreasi diRawa Pening menjadi daerah tujuan dalamnya, sehingga pengunjung dapat dengan lewisata yang menarik, maka perlu luasa memilih wahana sebagai sarana hiburan dan disusun suatu rencana yang menykesenangan bersama keluarga, yang menyuguhkan eluruh, baik mengenai penyediaan pemandangan alam Bandungan sebagai media relakkomponen-komponen pendukung sasinya. berupa sarana dan prasarana, bentuk pengelolaan, serta wujud Sementara usaha pengembangan pariwisata Rawa keterlibatan pemerintah daepening yang dapat dilakukan antara lain adalah usaha rah, swasta, dan masyarakat pengembangan atraksi wisata air di Kawasan Rawa penlokal dengan memperhatikan ing Kabupaten Semarang, yaitu dengan menonjolkan potensi-potensi yang dimilatraksi wisata sesuai dengan potensi kawasan dan meniki, baik potensi sumber daya arik wisatawan untuk berinteraksi secara langsung dengan alam maupun sumber daya alam, tidak hanya sekadar melihat pemandangan alam saja, manusia.
P
Pendekatan Pengembangan Pariwisata Ekologi Kabupaten Semarang, antara lain: a. Pendekatan Alam dan Lingkungan Penerapan pariwisata ekologi ini merupakan suatu kegiatan wisata yang menarik perhatian terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan sebagai salah satu kegiatan utama dalam kehidupan manusia, baik secara ekonomi, sosial. Kegiatan wisata ini berkaitan dengan konservasi lingkungan yang dilakukan untuk ikut serta melestarikan ekonomi lingkungan.Bilamana para wisatawan memiliki keterlibatan langsung dalam pelestarian lingkungan, serta diharapkan memiliki kesadaran akan keberadaan sumber daya dan lingkungan dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan. b. Pendekatan Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat setempat dilibatkan dalam penyusunan perencanaan sejak awal, dimana masyarakat dapat menyampaikan gagasan-gagasan dan mendorong untuk mengembangkan gagasan tersebut. c. Pendekatan pengembangan Infrastruktur Penyediaan infrastruktur merupakan kegiatan penting untuk memperkuat pengembangan ekowisata. Jalan, jembatan, air bersih, jaringan telekomunikasi, listrik dan sistem pengendalian dan pemeliharaan lingkungan, merupakan unsur-unsur fisik yang dibangun dengan cara menghindari perusakan lingkungan atau menghilangkan ranah keindahan pada lokasi ekowisata. Penggunaan teknologi juga diharapkan mampu menghindari kerusakan lingkungan dan kerusakan pemandangan alam di sekitar kawasan tersebut.
laporanAkhir |
53
d. Pendekatan Sektor publik Peran sektor publik sangat penting dalam pembinaan untuk menyusun kebijakan dan pengendalian tentang manfaat sumber daya alam dan lingkungan, di dalamnya pemerintah memiliki otoritas dalam penentuan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan program dan pembiayaan sektor pembangunan lingkungan dan kepariwisataan yang memiliki mekanisme kerjasama. 4. Konsep Pengembangan Fungsi Lindung mengengembangan kawasan lindbanyak hutan lindung yang dapat dimangangu ung di Kabupaten Semarang faatkan untuk daerah resapan air yang kelestaradalah tidak diperbolehkan dapat membantu daerah dibawahnya ian sumber melakukan kegiatan budidaya , sehingga kawasan ini juga dapat didaya alam, apapun, kecuali pembangugunakan sebagai kawasan penyangga hal ini tentu nan prasarana vital dengan dibawahnya dan melindungi hutan saja akan meruluas maksimum 2% dari lindung .Disamping itu perlu adsak ekosistem dan luas kawasan lindung. Di anya peraturan zonasi di sekitar habitat yang hidup di kawasan Gunung Unkawasan itu. Pengelolahan kadalamnya. Apabila ada garan dan Merbabru wasan lindung ini bertujuan unkegiatan budidaya dan tidak diperkenankan tuk mencegah kerusakan fungsi permukiman di kawasan untuk melakukan lingkungan yang akan terjadi tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan budidaya apabila dimanfaatkan untuk relokai permukiman ke luar dari dalam bentuk kegiatan budidaya. kawasan lindung yang telah ditetapapapun. Karena kan.Di sekitar kawasan ini terdapat hal itu akan-
P
laporanAkhir |
54
laporanAkhir |
55
IV.I Rencana Struktur Ruang
T
antangan internal wilayah terkait persoalan Sehingga perwujudan struktur ruang di kabupaten pemerataan pembangunan,kesejahteraan Semarang akan diupayakan mengakomodasi pososial dan permasalahan lingkungan, mentensi wilayah dan mengurai atau menyelesaikan masalah wilayah, melalui jangka waktu perencajadi isu-isu yang akan diselesaikan melalui perwunaan 20 tahun (T20) yang dibagi kedalam 5 tajudan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten Semarang. Adapun mandat perencanaan dari otorihun perencanaan (R5,R10,R15,R20) . Pembagian tas wilayah provinsi Jawatengah yang memposisikan rencana wilayah kedalam jangka waktu 5 tahunan dimaksudkan agar kontrol terhadap pemkabupaten Semarang dan beberapa kabupaten lainnya (Kota Semarang,Salatiga, kabupaten Kendal, Grobobangunan dapat dilakukan secara berkala dan dikarenakan beberapa aspek pembangunan gan dan Demak) sebagai pusat kegiatan wilayah provinsi seperti kependudukan baru dapat dilihat Jawatengah, dan diarahkan menjadi pusat pemerintahan, industri,pendidikan dan kegiatan perdagangan menjadi moperbedaan atau kemajuannya lebih kurang men dalam rangka meformulasikan potensi-masalah-peluangsetelah 5 tahun keatas. acaman demi mewujudkan visi Semarang SEJAHTERA 2029. I. Sistem Pusat Kabupaten Semarang
B
erdasarkan hirarki fungsional wilayah kota-kota di provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Semarang memiliki 2 orde, yakni sebagai pusat kegiatan wiilayah (Orde 2) di Unggaran (barat) dan pusat kegiatan lokal (Orde 3) di Ambarawa. Keberadaan 2 pusat utama di kabupaten Semarang saat ini, dinilai belum dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam tumbuh kembang wilayah, serta belum dapat mengakomodasi atau memfasilitasi kepentingan Kabupaten Semarang untuk memaksimalkan potensi (industri-tanaman pangan-pariwisata, kelengkapan infrastruktur dan kelembagaan) dan menyelesaikan beberapa masalah yang timbul (konversi lahan,pencemaran lingkungan) dan lain-lain. Posisi Unggaran dan Ambarawa terhadap kabupaten Semarang adalah sebagai pusat kegiatan wilayah (orde 1) dengan fungsi layanan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan jasa.
Gambar letak 2 Kutub pusat pertumbuhan di kabupaten Semarang.
laporanAkhir |
56
Beberapa tantangan yang menjadi ancaman adalah: 1. Pemerataan pembangunan wilayah Jika posisi dan status kedua wilayah ini dipertahankan sampai pada tahun-tahun berikutnya, maka wilayah bagian tenggara dan selatan (Bringin, Bancak, Pabelan, Suruh, Susukan,Kaliwungu,Tengaran) kabupaten Semarang, diprediksikan tidak akan menerima dampak pembangunan sebaik diwilayah-wilayah yang berdekatan dengan kedua pusat pertumbuhan tersebut. Dari hasil pembobotan masalah wilayah bidang sosial-infrastruktur (Kelompok Semarang,2012) terlihat bahwa wilayah dibagian Tenggara dan Selatan memiliki tingkat ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang rendah serta mayoritas memiliki ketersedian sarana pendidikan yang masih kekurangan. Kebutuhan terhadap fasilitas dan layanan dasar tersebut akan memicu ketergantungan terhadap Kota Salatiga yang secara letak geografis lebih dekat diakses dari wilaya bagian Tenggara dan selatan. 2. Daya dukung dan ancaman keberlanjutan lingkungan Overlay peta letak pusat pertumbuhan wilayah dan letak kawasan lindung di kabupaten Semarang, memberikan informasi tambahan tentang pilhan kawasan pengembangan.
Gambar Letak Kawasan Lindung (Hutan lindung, Kawasan perlindungan setempat-sekitar rawa pening,Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya)
Konsekuensi mempertahankan dan mendorong Unggaran dan Ambarawa sebagai pusat pertumbuhan wilayah adalah masalah keberlanjutan lingkungan. Olah data melalui penajaman masalah wilayah bidang lingkungan (Kelompok Semarang,2012) menunjukan bahwa tingkat permasalahan lingkungan di sekitar 2 pusat pertumbuhan tersebut, mengkhawatirkan. Sehingga kawasan tersebut tidak cukup layak untuk dikembangkan dengan kegiatan perkotaan dan permukiman, serta memberikan arahan bahwa kawasan disekitar Unggaran dan Ambarawa perlu dikendalikan perkembangannya,misalnya :
laporanAkhir |
57
1. 2.
3. 4.
Unggaran terbentur dengan kepentingan kawasan lindung, dan tingginnya tingkat konversi lahan dari lahan pertanian ke perumahan, Kawasan industri besar Bergas terancam dengan tingkat pencemaran udara dan air yang tinggi serta konversi lahan dari lahan pertanian ke perumahan yang tinggi Unggaran terbentur oleh terbatasnya daya tampung kawasan untuk porsi kegiatan perkotaan dan permukiman. Kawasan Bandungan, adalah kawasan di daerah dataran tinggi unik yang berada disekitar
2 kutub pertumbuhan kabupaten Semarang, karena kawasan ini tidak memiliki potensi ekonomi berbasis produktivitas yang baik (produktivitas rendah). Namun memiliki potensi ekonomi berupa pariwisata berbasis ekologis (keindahan lansekap) yang dapat menjadi “bahan bakar� pengembangan kawasan ini, sehingga proteksi terhadap potensi pariwisata ini diperlukan. Jadi pengembangan kawasan pusat pertumbuhan Unggaran dan Ambarawa juga tidak bisa diarahkan ke Kawasan Bandungan.
Sehingga dengan berbagai pertimbangan tersebut, maka arahan pengembangan kawasan di kabupaten Semarang dapat ilustrasikan sebagai berikut:
Berdasarkan informasi opsi pengembangan wilayah yang diilustrasikan secara spasial, maka arahan pengembangan wilayah kabuapaten Semarang akan melakukan beberapa pendekatan :
laporanAkhir |
58
1.
2.
Wilayah Barat Semarang, akan dikelola me1. lalui pendekatan environmental treatment artinya pengembangan potensi dan penyelesaian masalah wilayah kawasan ini , akan lebih menekankan pada pembangunan yang berwawasan lingkungan , sedangkan 2. Wilayah Timur Semarang, akan dikelola dengan pendekatan economic growth agar terjadi suatu pemerataan pembangunan wilayah dengan memasukkan pertimbangan (perspektif) sosial dalam pengembangan infrastruktur pendukung kegiatan yang akan dikembangkan. 3.
Dengan adanya opsi kawasan yang akan dikembangkan, maka perlu adanya persiapan dalam rangka mengembangkan wilayah barat dan wilayah timur tersebut, diantaranya :
Jenis kegiatan yang akan dikembangkan, sampai 20 tahun mendatang di kabupaten Semarang, seperti Industri besar, Pariwisata , Pertanian (tanaman pangan, perkebunan,hortikultura) dan Perdagangan. Fungsi yang akan diemban wilayah dimasa depan yang berkenaan dengan Peluang-peluang ekonomi maupun rencana pengembangan sektoral wilayah (Pengembangan kawasan industri, kawasan pariwisata dan kawasan pengembangan permukiman), serta Sektor lainnya yang terpengaruh oleh adanya konsep pengembangan kawasan seperti distribusi jumlah penduduk,penyediaan infrastruktur dan sarana-prasarana pendukung kegiatan, serta kesiapan SDM yang perlu diseimbangkan (tingkat pendidikan dan keterampilan).
II. Rencana Sistem perwilayahan
R
encana sistem perwilayahan di kabupaten Semarang adalah didasarkan pada delineasi Satuan Wilayah Pengmbangan (SWP) yang dihasilkan dari olah data dan informasi pada tahap penajaman masalah. Adapun SWP dikabupaten Semarang adalah sebagai berikut :
laporanAkhir |
59
2.1 Pembahasan SWP 1 : Kecamatan Unggaran Barat, Unggaran Timur, Bergas, Pringapus.
Berikut merupakan tabel yang menerangkan fungsi wilayah per kecamatan dalam SWP 1 : Kecamatan Arahan Fungsi Wilayah yang akan diemban Unggaran 1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kabupaten Semarang dan sebagai Pusat Kegiatan Kawasan Barat provinsi Jawa Tengah. 2. Kawasan Ecoindustrial Park 3. Permukiman perkotaan Unggaran 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 Timur di kabupaten Semarang 2. Kawasan lindung merupakan kawasan hutan produksi (jati,mahoni,akasia dll) yang akan ditetapkan sampai 20 tahun kedepan (2029) Bergas 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 2 di kabupaten Semarang 2. Termasuk kedalam kawasan Ecoindustrial park bersama kawasan industri besar di Unggaranbarat 3. Kawasan permukiman perkotaan Pringapus 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 bersama Unggaran di SWP 1 2. Kawasan lindung merupakan kawasan hutan produksi yang akan ditetapkan sampai 20 tahun kedepan (2029)
laporanAkhir |
60
Sistem Kegiatan Wilayah 1. Pusat Pemerintahan Kabupaten 2. Industri Besar 3. Perdagangan dan jasa skala kabupaten 4. Permukiman perkotaan dan perdesaan 1. Hutan Produksi 2. Permukiman perdesaan 3. Pertanian tanaman pangan
1. Industri besar 2. Pertanian tanaman pangan
1. Hutan produksi 2. Permukiman perdesaan 3. Pertanian tanaman pangan
SWP 2: Kecamatan Ambarawa, Bandungan, Bawen, Sumowono, Tuntang, Banyubiru, Jambu.
Berikut merupakan tabel yang menerangkan fungsi wilayah per kecamatan dalam SWP 2 : Kecamatan Arahan Fungsi Wilayah yang akan diemban Ambarawa 1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau hirarki 1 kabupaten Semarang dan sebagai Pusat Kegiatan lokal provinsi Jawatengah. 2. Kegiatan pariwisata sejarah 3. Permukiman perkotaan 4. Kawasan lindung setempat (Rawa Pening) Bandungan 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang 2. Termasuk kedalam Kawasan hutan lindung bersama Kawasan Unggaran barat dan Bergas 3. Kawasan Pariwisata berbasis ekologis yang akan diproteksi dari permukiman perkotaan dan kegiatan perkotaan lainnya yang berpotensi merusak lansekap ekologis. 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 2 Bawen di kabupaten Semarang 2. Termasuk kedalam kawasan Ecoindustrialpark bersama kawasan industri besar di Unggaranbarat dan Bergas 3. Kawasan permukiman perkotaan Sumowono 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang 2. Kawasan lindung merupakan kawasan hutan produksi yang akan ditetapkan sampai 20 tahun kedepan (2029)
Sistem Kegiatan Wilayah 1. Perdagangan dan jasa Skala kabupaten 2. Permukiman perkotaan dan perdesaan 3. Pertanian Tanaman Pangan
1. Kegiatan pariwisata berbasis ekologis 2. Permukiman perdesaan dan perkotaan 3. Sebagian lahan digunakan untuk kegiatan hortikultur
1. Industri besar 2. Pertanian tanaman pangan dan hortikultura 3. Permukiman perkotaan
1. Kawasan pertanian tanaman pangan hortikultura 2. Permukiman perdesaan 3. Hutan produksi (Jati,Akasia dll) laporanAkhir |
61
Kecamatan Arahan Fungsi Wilayah yang akan diemban Tuntang 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 2 di kabupaten Semarang 2. Kawasan lindung setempat (Rawa Pening) Banyubiru 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang 2. Kawasan lindung setempat (Rawa Pening) dan hutan lindung 3. Termasuk kawasan pengembangan komoditas hortikultura dan perkebunan Jambu 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang 2. Termasuk kedalam kawasan pengembangan kegiatan hortikultura dan perkebunan bersama Sumowono dan Banyubiru
Sistem Kegiatan Wilayah 1. Permukiman perkotaan 2. Mayoritas lahan digunakan untuk kawasan pertanian tanaman pangan 1. Permukiman perdesaan 2. Mayoritas lahan digunakan untuk Kawasan pertanian hortikultura
1. Permukiman perkotaan dan perdesaan 2. Mayoritas lahan sebagai kawasan pertanian hortikultura dan sebagian digunakan untuk pertanian tanaman pangan.
SWP 3: Kecamatan Tenggaran,Getasan,Susukan,Kaliwungun,Pabelan,Bringin,Bancak
Berikut merupakan tabel yang menerangkan fungsi wilayah per kecamatan dalam SWP 3 :
laporanAkhir |
62
Kecamatan Arahan Fungsi Wilayah yang akan diemban Tengaran 1. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) atau hirarki 1 kabupaten Semarang. 2. Sebagai pusat SWP, Tengaran merupakan kawasan pengumpul hasil-hasil produksi pertanian : tanaman pangan,perkebunan, dan peternakan dari wilayah di sekitarnya. Getasan 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang. 2. Termasuk kedalam Kawasan pengembangan peternakan hewan besar dan kecil. 3. Urutan fungsi wilayah dari kawasan bagian atas :Kawasan hutan lindung (resapan air), kawasan pertanian hortikultur dan peternakan,kawasan hutan produksi,kawasan tanaman pangan dan permukiman perdesaan. Susukan 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang 2. Termasuk kedalam kawasan utama pengembangan pertanian tanaman pangan (padi) 3. Kawasan permukiman perdesaan Kaliwungu 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang 2. Termasuk kedalam kawasan utama pengembangan pertanian tanaman pangan (padi) bersama Susukan,Bringin,Pabelan dan Bancak 3. Kawasan permukiman perdesaan Pabelan 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 2 di kabupaten Semarang 2. Kawasan lindung setempat (Rawa Pening)
Sistem Kegiatan Wilayah 1. Perdagangan dan jasa Skala kabupaten 2. Permukiman perkotaan dan perdesaan 3. Sebagian lahan digunakan untuk kawasan pertanian tanaman pangan 4. Kegiatan industri skala menengah (UKM) Pertanian : Dominasi Peternakan, sebagian hortikultur,hutan produksi, dan tananaman pangan.
Bringin
1. Industri menengah (UKM) 2. Merupakan bagian dari kawasan pengembangan tanaman pangan di SWP 3 3. Permukiman perdesaan 4. Hutan produksi
Bancak
1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang 2. Termasuk Kawasan lindung dengan penetapan hutan produksi sebagai hutan lindung 3. Produsen utama tanaman pangan untuk kabupaten Semarang (internal needs) bersama Bancak,Tuntang dan Pabelan 1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) atau hirarki 3 di kabupaten Semarang 2. Termasuk kedalam kawasan pengembangan kegiatan tanaman pangan untuk pasokan internal wilayah kabupaten Semarang 3. Hutan produksi merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung .
Mayoritas kegiatan perekonomian adalah Pertanian tanaman pangan (padi)
Mayoritas kegiatan perekonomian adalah Pertanian tanaman pangan (padi) yang mendukung produktivitas dari tanaman pangan di Tengaran,Bringin dan daerah produsen tanaman pangan lainnya di SWP 3 1. Permukiman perkotaan 2. Mayoritas lahan digunakan untuk kawasan pertanian tanaman pangan
1. Permukiman perdesaan 2. Hutan produksi 3. Mayoritas lahan sebagai kawasan pertanian tanaman pangan.
laporanAkhir |
63
III. Review rencana struktur ruang wilayah kabupaten Semarang dan rencana penetapan kawasan
R
eview rencana struktur ruang wilayah kabupaten Semarang, ditujukan pada beberapa hirarki wilayah dan keterkaitannya dengan kasus kawasan yang ada. Bebarapa kawasan yang menjadi sorotan adalah sebagai berikut : 1. Pusat kegiatan kawasan skala provinsi (Hirarki 1 di kabupaten Semarang) Kawasan perkotaan Unggaran yang menjadi pusat pertumbuhan (growth centre), kabupaten Semarang. 2. Pusat kegiatan lokal (hirarki 1) Ambarawa 3. Kawasan Bandungan, kawasan pariwisata berbasis ekologis (lansekap). 4. Kawasan Perkotaan Tenggaran 5. Kawasan Lindung Getasan dan 6. Kawasan Bancak Keenam kawasan tersebut menjadi perhatian khusus dalam upaya merencanakan struktur ruang wilayah. Penjelasan disampaikan dalam bentuk tabel dibawah ini : Gambar Struktur Ruang Eksisting Wilayah Kabupaten Semarang tahun 2009
laporanAkhir |
64
laporanAkhir |
65
laporanAkhir |
66
IV. Rencana Struktur ruang wilayah (After) Setelah pada pembahasan sebelumnya disampaikan tentang rencana sistem perwilayahan dan penjelasan rencana struktur ruang, maka struktur ruang yang diusulkan adalah sebagai berikut :
Gambar SWP yang dioverlay dengan rencana struktur ruang yang diusulkan sampai tahun 2029
Struktur ruang wilayah yang diusulkan adalah struktur ruang yang mendukung satuan wilayah pengembangan (SWP). Struktur ruang yang diusulkan akan mempermudah orientasi atau distribusi barang dan jasa serta perpindahan orang, melalui konektivitias yang tinggi antar maupun intra SWP.
Masing-masing SWP mempunyai pusat kegiatan lokal (hirarki 1), hal tersebut yang menjadi perbedaan utama antara struktur ruang eksisting dengan struktur ruang yang diusulkan. Pada struktur ruang sebelumnya, pusat kegiatan wilayah (growth centre) hanya ada 2 yakni Ambarawa dan Unggaran Barat di kawasan bagian utara kabupaten Semarang, sedangkan di kawasan bagian selatan Kabupaten Semarang tidak ada pusat kegiatan skala kabupaten (lokal), dan pada rencana struktur ruang yang diusulkan, akan ada pusat kegiatan lokal skala kabupaten yang berada di Tengaran.
laporanAkhir |
67
Gambar Struktur Ruang Wilayah yang diusulkan sampai tahun 2029
Hal ini dimaksudkan untuk melakukan pemerataan dan mengarahkan pembangunan ke seluruh wilayah. Berdasarkan rencana pengembangan yang diusulkan sampai tahun ke 20 (T20), pusat kegiatan wilayah di kabupaten Semarang akan menjadi 3 yakni di kecamatan Tengaran, dan diharapkan sampai tahun 2029, ketimpangan (disparities) antar kawasan di kabupaten Semarang dapat dikurangi, guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan basis sumberdaya lokal yang berkelanjutan.
laporanAkhir |
68
V. Alur konstruksi pemikiran dalam merumuskan rencana struktur dan pola ruang Alur kontruksi pemikiran ini merupakan satu proses dalam merumuskan rencana pengembangan wilayah di kabupaten Semarang dengan Objektif. Sehingga alur ini dapat dijadikan salah satu contoh kedepannya dalam merumuskan Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah.
VI. Rencana Kepadatan Penduduk a.
Densitas dan daya tampung di kawasan perkotaan dan perdesaan (tantangan dan rekomendasi penyelesainnya) Distribusi penduduk kabupaten Semarang terkonsentrasi di kawasan perkotaan, terutama di wilayah barat-utara dengan porsi 66 % dari total jumlah penduduk. Saat ini teridentifikasi bahwa kawasan perkotaan di kabupaten Semarang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi dengan rata-rata jumlah penduduk per-Ha nya, 152,52 jiwa (Kategori Tinggi, > 100 jiwa/Ha). Berbeda halnya dengan wilayah
perdesaan yang mayoritas terletak di wilayah tenggara-selatan kabupaten Semarang. Kepadatan penduduk per Ha-nya sebesar 80,05 jiwa (Sedang, 75-100 jiwa/Ha), adapun peningkatan kepadatan penduduk untuk kawasan perkotaan, sampai tahun 2029 diproyeksikan sebesar 1525,2 jiwa/Ha dan daerah perdesaan sebesar 835,5 jiwa/Ha. Analisa pada semester sebelumnya, tentang analisa distribusi penduduk menunjukan bahwa berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di kabupaten Semarang, sampai tahun 2029, konsentrasi penduduk akan terpusat disepanjang koridor pertumbuhan kabupaten Semarang.
laporanAkhir |
69
Kawasan Perkotaan: Ungaran barat, Unggaran timur, Bergas, Ambarawa, Tengaran, Bawen.
Kawasan Perdesaan : Getasan, Susukan, Kaliwungu, Suruh, Pabelan, Tuntang, Banyubiru, Jambu, Sumowono, Bandungan, Bringin, Bancak, Pringapus
Diagaram Perbandingan Kepadatan Kawasan
laporanAkhir |
70
Aglomerasi jumlah penduduk pada kawasan perkotaan di kabupaten Semarang dan umumnya di Indonesia, selalu dimulai dengan fenomena klasik yakni aglomerasi pusat kegiatan dan fasilitas pendukung kehidupan di perkotaan. Akibatnya penduduk perdesaan selalu ingin berpindah ke perkotaan untuk mencoba peruntungan memperoleh penghidupan yang “lebih layak� dari wilayah pedesaan. Pada konteks kasus kabupaten Semarang, kawasan perkotaan sendiri mengalami dengan apa yang disebut dengan kekurangan atau backlog ketersediaan ruang untuk menampung jumlah penduduk yang masuk ke kawasan perkotaan dan
kegiatan perkotaan lainnya seperti industri besar,perdagangan dan jasa. Salah satu hal yang melatarbelakangi adalah adanya Keterbatasan Daya tampung (Carrying Capacity) kawasan perkotaan. Secara umum Kabupaten Semarang memiliki kategori daya tampung yang terpakai “sedang� dengan persentase 31%. Namun, kecamatan yang termasuk kategori kecamatan perkotaan, daya tampungnya dikategorikan tinggi, secara urutan wilayah dengan kategori kepadatan paling tinggi antara lain Kecamatan Ungaran Barat 69%, Kecamatan Ambarawa terpakai 59%, dan kecamatan Ungaran Timur 57%.
Sedangkan kecamatan perdesaan yang terendah persentase daya tampung yang terpakainya ialah Bancak 15% kecamatan Sumowono 19%, Pringapus 21% .Di kawasan perdesaan ini banyak kecamatan yang direkomendasikan untuk ditingkatkan kepadatan penduduknya guna menyeimbangkan dengan kecamatan lainnya kawasan perkotaan lainnya, seperti Suruh, Susukan, Kaliwungu, Bringin, Jambu, Sumowono, Bringin dan Bancak, dengan kegiatan permukiman perdesaan dan pertanian, yang dilengkapi dengan berbagai infrastruktur pendukung sistem kehidupan, layanan dasar berupa fasilitas kesehatan dan pendidikan. Permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara dan air, serta tingginya tingkat konversi lahan pertanian ke perumahan juga menjadi tantangan dan ancaman di kawasan perkotaan. Oleh karena itu , kondisi ini mengharuskan kawasan perkotaan di kabupaten Semarang untuk dibatasi kepadatan wilayahnya, melalui berbagai cara yang dapat diusahakan dalam jangka panjang (sampai 20 tahun perencanaan) dan jangka pendek (5 tahun pertama perencanaan), diantaranya : 1. Mengurangi laju pertumbuhan pertumbuhan penduduk di kawasan perkotaan dengan pelaksanaan berbagai program sektoral kependudukan seperti Keluarga Berencana, Pembatasan usia minimal perkawinan dan program-program lainnya terkait kependudukan. Saat ini teridenifikasi rata-rata laju pertumbuhan di perkotaan ialah 0,77 % per tahun sedangkan di wilayah perdesaan 0,34 % per tahun. 2. Menciptakan pusat pertumbuhan atau pusat kegiatan perekonomian baru di wilayah tenggara-selatan yang potensial untuk pengembangan kegiatan perkotaan (perdagangan dan jasa) dan permukiman, seperti kawasan Tengaran yang memiliki tingkat aksesibilitas baik, guna mengurai beban kegiatan yang ditampung kawasan perkotaan di wilayah barat-utara (Kawasan Ambarawa,dan Unggaran Barat) 3. Mengembangkan rencana pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman skala perkotaan dan perdesaan di kawasan budidaya, pada daerah kepadatan rendah dan sedang dengan daya tampung yang sedang dan tinggi. Pada beberapa kecamatan terdapat kecamatan dengan kepadatan rendah, namun juga daya tampung nya rendah, dikarenakan luas lahan nya rendah. Selain sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan kawasan perdesaan terhadap kawasan perkotaan dalam mengakses fasiltas perkotaan, distribusi jumlah penduduk juga disesuaikan dengan rencana atau arahan pengembangan wilayah berdasarkan rencana pola pemanfaatan ruang dan rencana struktur ruang dan dituangkan dalam pola distibusi penduduk pada satuan wilayah pengembangan (SWP).
laporanAkhir |
71
b.
Distribusi penduduk dan upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Strategi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup di kabupaten Semarang untuk wilayah perkotaan dan perdesaan dibagi kedalam SWP. Adapun kecamatan-kecamatan yang perlu diintervensi guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat di SWP I antara lain Pringapus (terdapatnya perumahan di bantaran sungai, dan penderita gizi buruk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya), Bergas (Tingkat pencemaran udara dan air yang tinggi, tingkat kesehatan masyarakat yang rendah) dan Ungaran Timur (terbatasnya tenaga kesehatan. dan Ketersediaan sarana pendidikan yang rendah). Pada SWP II, Kecamatan Bawen dan Tuntang menjadi kecamatan yang tertinggi tingkat masalah kualitas hidup masyarakatnya. Yang perlu diberi perhatian khusus adalah keterserdiaan fasilitas pendidikan. Adapun Ambarawa merupakan kecamatan dengan jumlah keluarga yang tinggal di bantaran sungai paling tinggi dikabupaten Semarang. Pada SWP III, Kecamatan Suruh, Pabelan, Getasan dan Tengaran menjadi yang paling tinggi dan kecamatan lainnya sedang, yang harus di intervensi pada SWP III ini ialah ketersediaan sarana pendidikan. Dengan demikian gambaran permasalahan kualitas hidup masyarakat per SWP, akan menjadi satu pertimbangan dalam upaya mendistribusikan jumlah penduduk dikabupaten Semarang, dan treatment yang akan diberlakukan. 1. Rencana distribusi penduduk Berdasarkan arahan pengembangan kependudukan berupa sektor perbaikan konsep pengembangan wilayah, yang dituangkan dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP). Adapun rencana kepadatan penduduk sampai tahun 2029 adalah sebagai berikut :
PETA RENCANA KEPADATAN PENDUDUK 2029
laporanAkhir |
72
2. Rekomendasi untuk upaya peningkatan kapasitas penduduk - Mengurai kepadatan penduduk di kawasan di setiap SWP, khususnya di kawasan bergas dan pringapus, Ambarawa, Bawen, dan di kawasan perdesaan Bandungan, Getasan. Peningkatan penurunan jumlah penduduk disesuaikan dengan rencana pengembangan kawasan yang telah ditetapkan, seperti yang telah dijelaskan pada bagian struktur ruang. - Menyediakan Sarana-prasarana pendidikan dan kesehatan pada beberapa kecamtan yang membutuhkan intervensi penyediaan sarana pendidikan
IV.II Rencana Sistem Jaringan 1.
Jalan A. Pola Pergerakan ola transportasi utama di Kabupaten Semarang yakni linier-radial. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Semarang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalur JOGLOSEMAR, yaitu jalur yang menghubungkan Kota Jogjakarta, Solo, dan Semarang. Dalam upaya perbaikan pola pergerakan di Kabupaten Semarang dibutuhkan rencana-rencana yang berkelanjutan sebagai berikut : 1. Pembangunan pola jaringan jalan yang lebih menjangkau daerah-daerah di luar pusat perkembangan kota dan memiliki pola jaringan yang lebih memungkinkan untuk menciptakan pergerakan yang lebih efektif dan efisien. a. Rencana jalan tol Berdasarkan RTRWN rencana jalan tol dikembangkan untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. Trase rencana jalan tol nantinya akan menghubungkan Kota Semarang dengan Surakarta (Solo) sepanjang 75,7 km. Pola pergerakan pada jalan ini direncanakan untuk mengurangi arus primer yang akan masuk ke dalam Kabupaten Semarang.
P
b.
Rencana jalan lingkar Ambarawa Kecamatan Ambarawa merupakan kecamatan yang sering kali menjadi kawasan yang rawan kemacetan. Hal ini terjadi karena adanya aktivitas di sekitar pasar Projo. Dengan direncanakannya pembangunan jalan lingkar Ambarawa. Dengan adanya jalan lingkar, akan berpengaruh terhadap struktur tata ruang kota dimana aksesibilitas yang tinggi akan memacu perkembangan wilayah di sepanjang jalan lingkar sehingga muncul pusat-pusat pertumbuhan baru yang akan mengurangi bangkitan dan tarikan pergerakan menuju pusat kota. Jalan Lingkar Ambarawa ini direncanakan berupa jalan kolektor-primer.
c.
Rencana pembangunan jalan tembus Bringin - Bawen Sebagai arahan untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas jalur untuk mempermudah pergerakan dari kawasan Pengembangan Pertanian di Kecamatan Bringin, Bancak, Pabelan, yang kemudian akan dikumpulkan di Kecamatan Bawen, sehingga dengan dibuatnya jalan tembus ini kegiatan Pengembangan Pertanian yang berorientasi khusus untuk melayani lingkup didalam Kabupaten Semarang dapat berjalan maksimal.
d.
Rencana pembangunan jalan tembus Bringin – Bergas Pengembangan Pertanian yang terdapat di 3 Kecamatan yaitu Bringin, Bancak, dan Pabelan juga dipersiapkan jalan yang menuju ke Bergas, harapannya adalah untuk meningkatkan aksesibilitas menuju Kecamatan Bergas, selain itu pula sebagai pelaporanAkhir |
73
e.
f.
2.
laporanAkhir |
micu pertumbuhan di sepanjang jalan tembus ini. Rencana pembangunan jalan tembus Susukan – Tengaran Kawasan Pengembangan Pertanian di Kabupaten Semarang ini terdapat pada 2 lokasi yang memiliki orientasi yang berbeda, pada kawasan Pengembangan Pertanian di Bringin, Bancak, dan Pabelan, memiliki orientasi pasar ke dalam Kabupaten Semarang, sedangkan kawasan Pengembangan Pertanian dengan lingkup Kecamatan Suruh, Susukan, Kaliwungu, dipersiapkan untuk menjaring pasar diluar Kabupaten Semarang, dimana letak pengumpulnya ada di Kecamatan Tengaran, sehingga perlu adanya jalan tembus yang menghubungkan Kecamatan Suruh dan Tengaran.
Rencana pembangunan jalan tembus Suruh – Salatiga – Tol Pembangunan jalan ini merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan pembangunan di daerah yang selama ini tidak terjangkau oleh aksesibilitas jalan yang memadai. Jalan tembus ini menghubungkan Kecamatan Suruh dengan Tol SemarangSolo juga dengan Kota Salatiga, harapannya adalah Kecamatan yang menjadi kawasan hinterland dari Kabupaten Semarang ini dapat ikut tumbuh dan berkembang. g. Rencana pembangunan jalan tembus Ambarawa - Salatiga Ambarawa yang menjadi pusat perekonomian Kabupaten Semarang memliki keterbatasan akses untuk berinteraksi dengan kota Salatiga yang memiliki tingkat perekonomian yang cukup stabil, oleh karena itu diperlukan adanya penambahan jalur yang menghubungkan antara Amrawa dengan Kota Salatiga, disamping untuk meningkatkan kualitas perekonomian juga sebagai pemicu pembangunan pada wilayah Kabupaten semarang utamanya pada daerah selatan Kabupaten Semarang. Untuk menghindari terjadinya penumpukan jumlah pergerakan pada sebuah jalur jaringan (kemacetan) dibutuhkan sebuah pengaturan rute arus pergerakan/lalu lintas melalui peraturan khusus, seperti pengalihan rute pada jam-jam khusus untuk menghindari penumpukan jumlah pergerakan. Selain itu juga dibutuhkan upaya-upaya lain yang dapat mengurangi beban kapasitas jalan yang dipertegas dengan hukum yang bersifat mengatur dan mengikat.
74
B. Fungsi Jalan alam pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Semarang, kelas dan fungsinya harus disesuaikan dengan dimensi jalan menurut Undang-undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yaitu : 1. Arteri primer • Menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua • Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 16 meter. • Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. • Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-aling, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal. • Jumlah jalan masuk arteri primer dibatasi • Tidak terputus walaupun memasuki kota. • Damaja tidak kurang dari 16 m • Batas daerah pengawasan jalan yang diukur dari as jalan dengan jarak tidak kurang dari 20 meter.
D
2.
2.
Kolektor Primer • Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. • Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam. • Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. • Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan • Tidak terputus walaupun masuk kota. • Damaja tidak kurang dari 14 m • Batas daerah pengawasan jalan yang diukur dari as jalan dengan jarak tidak kurang dari 15 meter.
3.
Lokal Primer • Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menguhubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga. • Damaja tidak kurang dari 6 m • Batas luas Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) yang diukur dari as jalan tidak kurang dari 10 meter.
Listrik erdasarkan asumsi tersebut, kebutuhan listrik di Kabupaten Semarang dari Tahun 2009 sampai Tahun 2029 mengalami penambahan seiring penambahan jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Semarang. Dengan prediksi jumlah penduduk pada tahun 2029 sebesar 1.016.969 jiwa kebutuhan listrik yang dibutuhkan adalah sebesar 508485 KVA. Untuk memenuhi k3butuhan listrik tersebut maka pada akhir tahun perencaanaan 2029 ini rencananya akan dibangun 44 Gardu Listrik skala besar (44000KVA) dan 22 Gardu Listrik skala sedang (5000 KVA).
B
laporanAkhir |
75
No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Penduduk 2029
Kebutuhan Kebutuhan Listrik 2029 kv Gardu Listrik Besar 27432 2 36300 3 22708 3 14822 1 32622 3 19852 2 33124 3 22437 2 20148 2 17635 2 28806 2 27221 2 31917 3 23439 2 11416 1 27843 2 31317 3 43348 4 37403 3 508485 44
Getasan 54.863 Tengaran 72.599 Susukan 45.415 Kaliwungu 29.643 Suruh 65.243 Pabelan 39.704 Tuntang 66.248 Banyubiru 44.874 Jambu 40.296 Sumowono 35.269 Ambarawa 57.611 Bandungan 54.442 Bawen 63.833 Bringin 46.877 Bancak 22.832 Pringapus 55.686 Bergas 62.634 Ungaran barat 86.696 Ungaran timur 74.805 J U M LAH 1.016.969 * Asumsi Kebutuhan listrik 0,5 kv/jiwa * Asumsi untuk Gardu listrik Besar adalah 1 Gardu = 1 MVA/10000 KVA * Asumsi untuk Gardu listrik Sedang adalah 1 Gardu = 0,5 MVA /5000 KVA laporanAkhir |
76
Kebutuhan Gardu Listrik Sedang 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 22
3.
RencanaPrasarana Sistem PersampahanTPSTPA Jumlah Timbunan Sampah ola pembuangan sampah yang ada di Kabupaten Semarang dilaksanakan dengan sistem individual dan komunal yang sudah dilayani oleh sistem pengelolaan sampah umum, mulai dari pengumpulan , hingga pembuangan akhir. Secara umum, sampah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: • Sampah organik, yaitu jenis sampah yang dapat diproses oleh alam (dapat didaur ulang secara alami), misalnya makanan, daun-daunan dan lainnya • Sampah non-organik, yaitu jenis sampah yang tidak bisa didaur-ulang secara alami, misalnya sampah plastik, besi, logam, porselin, dan lainnya.
P
Sedangkan untuk sumber sampah dapat berasal dari: • Sampah rumah tangga (domestik) • Sampah non rumah tangga (non domestik) yang terbagi atas: • Sampah pasar dan pertokoan • Sampah jalan, • Sampah fasilitas umum/sosial (pendidikan, Proyeksi (Jiwa) 2014 2019 2024 1 Getasan 50,073 51,628 67,537 2 Tengaran 65,000 67,452 69,997 3 Susukan 44,885 45,061 45,238 4 Kaliwungu 29,002 29,214 29,428 5 Suruh 64,516 64,758 65,000 6 Pabelan 38,236 38,720 39,210 7 Tuntang 61,098 62,775 64,498 8 Banyubiru 41,541 42,627 43,742 9 Banyubiru 37,502 38,414 39,349 10 Sumowono 32,586 33,460 34,358 11 Ambarawa 56,777 57,054 57,332 12 Bandungan 51,545 52,495 53,463 13 Bawen 53,952 57,087 60,404 14 Bringin 44,986 45,609 46,240 15 Bancak 22,605 22,681 22,756 16 Pringapus 51,539 52,890 54,277 17 Bergas 59,770 60,712 61,669 18 Ungaran barat 72,074 76,690 81,602 19 Ungaran timur 64,139 67,537 71,116 Kabupaten Semarang 941,666 966,211 991,396 No
Kecamatan
kesehatan, perkantoran, dsb) • Sampah kawasan industri (pabrik, kerajinan, dsb) • Sumber sampah lainnya. Perhitungan volume timbulan sampah didasarkan pada beberapa faktor, yaitu besarnya peningkatan tingkat pelayanan tiap tahun dan peningkatan jumlah penduduk. Dominasi komposisi sumber sampah untuk wilayah Kabupaten Semarang diperkirakan tidak akan berubah terutama dalam waktu dekat, karena pola hidup masyarakat dalam mengurangi penggunaan barang yang menghasilkan belum dapat dirubah dalam jangka pendek. Jadi dengan bertambahnya jumlah penduduk akan terjadi penambahan volume sampah. Jumlah timbulan sampah total (domestik + non domestik) per orang/hari diasumsikan sebesar 1,5 liter (Sumber Acuan : Standar Spesifikasi Timbulan Sampah di Indonesia, Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993). Selanjutnya untuk mengetahui jumlah timbulan sampah perharinya, maka dari jumlah timbulan sampah per liter/orang/hari dikalikan dengan jumlah penduduk.
2029 54884 72639 45416 29643 65243 39707 66268 44885 40306 35279 57612 54450 63914 46880 22832 55701 62641 86828 74884 1017237
Prediksi Timbunan Sampah (m3/hari) 2014 2019 2024 2029 38 39 40 41 49 51 52 54 34 34 34 34 22 22 22 22 48 49 49 49 29 29 29 30 46 47 48 50 31 32 33 34 28 29 30 30 24 25 26 26 43 43 43 43 39 39 40 41 40 43 45 48 34 34 35 35 17 17 17 17 39 40 41 42 45 46 46 47 54 58 61 65 48 51 53 56 706 725 745 765 laporanAkhir |
77
* Asumsi prosentase pelayanan sampah hanya di Ibukota Kecamatan sebesar 50% dari total penduduk * Jumlah timbulan sampah total (domestik + non domestik) per orang/hari diasumsikan sebesar 1,5 liter A.
DAERAH PELAYANAN Daerah pelayanan meliputi seluruh desa di Kabupaten Semarang. Dengan sistem manajemen pengelolaan sampah, terutama untuk pengangkutan dari TPS menuju TPA yang dilakukan secara terintegrasi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Semarang.
B.
ARAHAN PENGEMBANGAN Kebutuhan TPS (Tempat Pembuangan Sementara) pada tahun 2029 diasumusikan 1 TPS untuk 30.000 penduduk di tiap kecamatan. Semetara untuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang sudah ada sekarang di Kecamatan Bawen tidak akan ditambah kapasitasnya tetapi masih difungsikan untuk menampung jumlah sampah yang ada di wilayah Kabupaten Semarang bagian utara. Sementara itu untuk wilayah selatan, akan dibangun TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang ada di Kecamatan Suruh. Berdasarkan hasil prediksi dan permasalahan yang ada, maka arahan pengembangan prasarana persampahan meliputi : 1. Pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah. 2. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis. 3. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak bergerak. 4. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA. 5. Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolahmenjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar).
laporanAkhir |
78
D. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Sistem pengelolaan persampahan di wilayah perencanan sebagai berikut : • Pengangkutan Sampah Arahan pola pelayanan pengelolaan sampah yang akan dikembangkan di Kabupaten Semarang adalah: • Upaya reduksi dan pengolahan sampah dilaksanakan secara terpadu sejak di TPS - TPA sampah. • Sampah rumah tangga dan hasil penyapuan jalan akan diolah di TPA yang ada, dengan target tingkat pelayanan dan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Semarang. • Pewadahan dan Pengelolaan di Sumber Timbulan Sampah Pewadahan timbulan sampah bertujuan untuk memudahkan pengumpulan sampah, dengan batasanbatasan sebagai berikut : • Volume wadah individual 60 liter dimana dapat menampung sampah rumah tangga selama 2 (dua) hari dengan asumsi satu KK rata-rata terdiri atas 5 orang. • Untuk domestik, wadah dapat berupa tong sampah yang terbuat dari bahan yang tidak korosif,konstruksi murah, mudah dirawat dan wadah tertutup. Wadah diletakkan di depan rumah untukmemudahkan pengumpulan sampah. • Wadah untuk kawasan komersial dan fasilitas umum menggunakan bin container. • Wadah komunal ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau namun tidak terlalu dekat dengan rumah Bagan Pengelolaan Sampah
• Pengumpulan Sampah Pengelolaan diserahkan kepada RT setempat yang bertanggungjawab terhadap pengumpulan sampah dari sumber ke TPS. Kecuali sumber yang menghasilkan sampah 2,5 m3 atau lebih per hari diwajibkan untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah sendiri langsung ke lokasi pembuangan akhir (TPA). • Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah. TPS yang direncanakan akan dibangun di tiap Kecamatan. Dengan asumsi 1 TPS untuk 30.000 penduduk. Kecuali di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Bergas, Ambarawa dan Tengaran. Hal ini dikarenakan 3 Kecamatan tersebut menjadi titik terakhir sebelum sampah di bawa ke Tempat Pembuangan Akhir.
laporanAkhir |
79
• Pengangkutan Sampah • Pengelolaan kegiatan pengangkutan sampah adalah merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Semarang yang bertugas mengelola sistem pengangkutan dari Depo/TPS sampai TPA. • Sampah dikumpulkan ke TPS dari area permukiman, perkantoran, industri serta tempat lain yang mempunyai potensi sampah. • Sampah dari TPS diangkut ke TPA menggunakan truck yang sudah disediakan • Sampah harus tertutup selama pengangkutan sehingga tidak tercecer di jalan. • Pengangkutan sebaiknya dilakukan pagi hari atau malam hari disaat aktivitas perkantoran, pendidikan dll tidak dilakukan. • Tempat Pembuangan Akhir TPA yang dioperasikan adalah TPA Bawen dan Suruh yang diperkirakan akan menampung seluruh sampah di Kabupaten Semarang.
laporanAkhir |
80
laporanAkhir |
81
P
ola Ruang disusun berdasar pada SK Menteri Pertanian Nomor 83/KPTS/UM/1980 yang menetapkan fungsi kawasan lindung dan budidaya berdasarkan karakteristik fisik dasar. Adapun karakteristik fisik dasar yang mempengaruhi adalah topografi, jenis tanah, dan curah hujan. Ketiga parameter tersebut diidentifikasi dan diberi nilai sesuai ketentuan berikut : Kelas
Kemiringan
Datar
Nilai/Skors
1
0-8
Datar
20
2
8-15.
Landai
40
3
15-25
Agak Curam
60
4
25-45
Curam
80
5
>45
Sangat Curam
100
Kelas
Kelompok Jenis
Kepekaan
Nilai/Skors
1
Alluvial, Glei, Panasol, Hidromorf, Kelabu, Literita, Air Tanah
Tidak Peka
15
2
Latosol
Agak Peka
30
3
Brown, forest, Soil, Non Calcic
Kurang Peka
45
4
Andosol, Lateric, Dromosol, Podsolik
Peka
60
5
Regosol, Litosol, Orgonosol, Renzina
Sangat Peka
75
Kelas
Intensitas Hujan (mm/hari hujan)
Keterangan
Nilai/Skors
1
>13.6
Sangat Rendah
10
2
13.6-20.7
Rendah
20
3
20.7-27.7
Sedang
30
4
27.7-34.8
Tinggi
40
5
34.8>
Sangat Tinggi
50
Sumber : SK Menteri Pertanian No 837/KPTS/1980
Dengan bobot 20 poin untuk topografi, 15 untuk jenis tanah, dan 10 untuk intensitas hujan, fungsi satu kawasan dapat diidentifikasi sesuai kriteria berikut : 1. Nilai > 175 digunakan sebagai kawasan lindung ; 2. Nilai 125 â&#x20AC;&#x201C; 175 digunakan sebagai kawasan penyangga, yaitu kawasan yang berfungsi menjaga fungsi yang ada diatasnya ; dan 3. Nilai < 125 digunakan sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan (untuk kelerengan <15% ) dan tanaman semusim dan permukiman (untuk kelerengan < 8% ) Berdasarkan ketentuan tersebut, secara umum, pola ruang wilayah digolongkan kepada 2 fungsi yakni kawasan lindung dan kawasan budidaya. laporanAkhir |
82
PETA RENCANA POLA RUANG
V.I Rencana Kawasan Lindung Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Semarang yang berkelanjutan diperlukan pertahanan kawasan lindung sebagaimana mestinya. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, rencana pola ruang kawasan lindung di Kabupaten Semarang meliputi kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi, kawasan perlindungan setempat dan kawasan rawan bencana. Berikut penjabaran dari masing-masing fungsi kawasan lindung :
PETA RENCANA KAWASAN LINDUNG
1. Kawasan Hutan Lindung Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi dan memelihara keseburan tanah. Kawasan lindung mutlak fungsinya sebagai penyangga kehidupan, sehingga kawasan ini tidak dapat dialihkan peruntukannya. laporanAkhir |
83
Keberadaan Hutan Lindung di Kabupaten Semarang hanya terdapat di Kecamatan Getasan, Banyubiru, dan di sebagian wilayah Ungaran Barat khususnya pada kawasan yang berapa di daerah pegunungan baik itu di sekitar Gunung Merbabu, Ungaran, dan Telomoyo . Alasan pemilihan lokasi hutan lindung antara lain: a. faktor kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas hujan yang jumlah bobotnya sama dengan 175 atau lebih. b. kawasan hutan mempunyai kemiringan lereng lebih dari 40% c. berada di daerah pegunungan (dengan ketinggian di atas rata-rata) Arahan penanganan untuk kawasan hutan lindung di Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut : a. Mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Semarang b. Perencanaan dan pengelolaan secara ketat terhadap keseimbangan lingkungan kawasan hutan lindung sebagai kawasan hijau penyangga lingkungan. c. Melakukan rehabilitasi hutan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan lindung sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya mendukung system penyangga tetap terjaga. d. Melarang adanya alih fungsi lahan hutan lindung menjadi kawasan budidaya. e. Peningkatan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian hutan lindung dengan menerapkan program pengelolaan hutan bersama masyarakat f. Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup. 2. Kawasan Hutan Produksi a. Hutan Produksi Terbatas Ditetapkannya fungsi hutan produksi pada kawasan penyangga Gunung Merbabu dan gunung Ungaran ditujukan untuk melindungi fungsi lindung yang ada diatasnya. Selain itu, kawasan ini juga diharapkan mampu menjadi area resapan air sekaligus sebagai respon potensi bencana longsor dan gunung merapi yang ada. Kawasan ini pada pengembangannya ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi terbatas karena fungsinya yang vital pada kawasan dengan kelerengan tinggi. Untuk melakukan kontrol terhadap luasan lahan produksi terbatas ini dilakukan melalui kontrol IMB dan pemberian disinsentif bagi masyarakat yang ingin membangun. Pengembangan kawasan ini dilakukan dengan rehabilitasi, reboisasi, dan pemeliharaan hutan bersama rakyat. Adapun komuditas yang dikembangkan adalah tanaman tahunan yakni pinus, jati, mahoni, akasia, dan bamboo untuk
laporanAkhir |
84
lahan curam. b.
Hutan Produksi Tetap Yang digolongkan kedalam hutan produksi tetap adalah hutan produksi yang ditetapkan pada wilayah kecamatan Ungaran Timur, Pringapus, Bringin, dan Bancak. Kawasan ini dipilih dikarenakan fungsi eksisting kecamatan ini yang memang sudah mempunyai hutan produksi. Sebagian kecil wilayah hutan produksi ini berada di kelerengan tinggi dan merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini ditetapkan sebagai hutan produksi tetap karena fungsinya yang tidak terlalu vital dalam mengkonservasi lahan yang ada. Sebagian besar lahan pada area ini merupakan lahan dengan kesesuaian lahan fungsi budidaya. Kegiatan hutan produksi dipilih untuk dapat melindungi lahan sekaligus mampu memberi pendapatan bagi masyarakat. Untuk itu, dikembangkan kegiatan industri hasil hutan disekitar hutan produksi yang ada dengan memberikan kredit modal usaha kepada masyarakat.
Arah Pengembangan Hutan Produksi : • Zonasi kawasan hutan produksi baik hutan produksi terbatas maupun hutan produksi tetap. • Melakukan upaya rehabilitasii hutan (reboisasi dan pemeliharaan). • Perlindungan kawasan hutan produksi dari konversi lahan melalui IMB. • Pengembangan usaha pengolahan hasil hutan dalam rangka meningkatkan nilai tambah komuditas dan memperluas lapangan kerja. • Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis tanaman kayu dan non kayu. • Pengembangan hutan produksi terbatas pada hutan produksi yang berbatasan langsung dengan hutan lindung • Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan dari gangguan keamanan hutan lainnya. • Kontrol pemanfaatan hasil hutan produksi. 3. Kawasan Lindung Setempat Untuk arahan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan sungai dan sempadan Rawa Pening seperti yang dijelaskan di bawah ini : a. Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai antara lain : • Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air di sungai, kondisi fisik sungai dan dasar sungai • Mengamankan aliran sungai Di wilayah Kabupaten Semarang ada beberapa Satuan Wilayah Sungai (SWS), dengan SWS Tuntang sebagai SWS yang terbesar di wilayah ini. Beberapa SWS tersebut antara lain:
• • • • • • • •
SWS Tuntang SWS garang SWS Bodri SWS Babon/Penggaron SWS Jragung SWS Serang Progo-Opak SWS Pepe
Kriteria kawasan sempadan sungai sekurang-kurangnya antara lain : • Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan minimum 100 meter kiri-kanan sungai. • Perlindungan terhadap anak-anak sungai di luar permukiman ditetapkan minimum 50 meter. • Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman ditetapkan minimum 15 meter. • Kawasan ini hampir di setiap kecamatan, bahkan pada sekitar aliran sungai ini banyak yang digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat. Pemanfaatan sempadan sungai, adalah sebagai berikut: • Arahan kegiatan daerah hulu sungai: • Pengaturan erositas dan pemeliharaan hutan; dan • Pengaturan tanah pertanian, sehingga tidak merambah kawasan hutan lindung. • Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai: • Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi sebagai upaya menjamin terjaganya daya dukung pangan; • Pengembangan drainase; serta • Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku). • Arahan kegiatan muara sungai: • Pengembangan perikanan /perikanan darat; dan • Pengembangan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek ekologis. laporanAkhir |
85
b.
Kawasan Sempadan Rawa Pening Kawasan sekitar Rawa Pening merupakan kawasan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk. Adapun kriteria penetapan sempadan waduk adalah daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Penetapan sempadan waduk mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk sebagai potensi sumberdaya air permukaan. Sempadan waduk yang direncanakan di Kabupaten Semarang antara lain : • Pembuatan green belt baru dengan ketebalan 100 meter serta pengaturan garis sempadan waduk • Untuk mendukung fungsi lindung di kawasan sempadan danau/waduk, maka disekeliling sempadan difungsikan sebagai kawasan penyangga. Penetapan kawasan penyangga di luar kawasan sempadan waduk dengan jarak 1.000 meter dari semapadan waduk/danau. Fungsi kawasan penyangga ini diantaranya sebagai daerah tangkapan air hujan untuk disalurkan dan diendapkan di kolam penampung sebelum disalurkan ke danau/waduk untuk menghindari terjadinya sedimentasi di danau/waduk akibat terkikisnya tanah oleh air hujan • Pembatasan dan pengendalian pengembangan kegiatan budidaya di kawasan penyangga. Kegiatan yang diijinkan berkembang di kawasan penyangga ini hanya berupa kegiatan rekreasi dan olah raga alam. • Pencegahan dan pengendalian berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan danau/waduk agar tidak mengganggu fungsi danau/waduk terutama sebagai sumber air dan energi listrik • Pengamanan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan, sehingga dapat dicegah terjadinya sedimentasi di waduk, dengan cara menghindari kegiatan pembukaan lahan (land clearing) pada musim hujan dan diupayakan pembangunannya mengikuti kontur alam, mempertahankan tatanan yang telah ada, menghindari aliran permukaan terbuka yang memotong kontur serta penghijauan pada daerah-daerah gundul • Pembuatan kolam retensi/embung-embung untuk menambah penyediaan air bersih di Kabupaten Semarang
laporanAkhir |
86
PETA RENCANA KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
laporanAkhir |
87
4. Kawasan Rawan Bencana 1). Kawasan Rawan Letusan Gunung Api Upaya mitigasi • Zonasi daerah rawan letusan gunung berapi dan menghindari pembangunan pada kawasan tersebut. • Sosialisasi desain bangunan tahan api dan abu letusan gunung berapi. • Penyediaan dan sosialisasi jalur evakuasi serta penetapan posko evakuasi. • Penyediaan sarana prasarana tanggap darurat seperti pemadam kebakaran. • Penyediaan early warning system (alarm darurat bencana) 2). Kawasan Rawan Banjir Pengendalian a. Struktur • Pembuatan tanggul baru dan mempertinggi tanggul lama • Normalisasi sungai • Pemasangan pompa banjir b. Non Struktur • Konservasi tanah dan air serta pengendalian fungsi lahan di daerah hulu aliran sungai. • Penetapan daerah sempadan sungai yang didukung dengan law enforcement yang kuat. • Penyuluhan dan pendidikan masyarakat dalam rangka menciptakan partisipasi dalam upaya penanganan banjir secara bersama. 3). Kawasan Rawan Longsor Penanganan • Menghindari pembangunan pada daerah dengan kelerengan 25-45% dan mengarahkan pembangunan pada tanah stabil. • Penanaman tanaman tahunan pada tanah kritis dengan kelerengan tinggi seperti akasia, pinus, mahoni, johar, jati, kemiri, damar, dan bambu. • Pembangunan terassering dan perbaikan system drainase pada lereng • Pembangunan system perkuatan lereng seperti pembangunan tembok penahan. • Memperkecil kemiringan lereng dan menghilangkan material gembur pada daerah kelerengan tinggi. Menanggapi peluang bencana yang ada, selain dilakukan upaya mitigasi bencana juga dilakukan upaya tanggap darurat saat bencana serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
laporanAkhir |
88
PETA KAWASAN RAWAN BENCANA
V.II Rencana Kawasan Budidaya Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 Pasal 63, pengembangan kawasan budidaya terdiri atas kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya.
PETA RENCANA KAWASAN BUDIDAYA
Pengelolaan kawasan budidaya dilakukan untuk mendorong peningkatan ekonomi dengan tetap memerhatikan aspek ekologi dan sosial. Penataan fungsi ini dilakukan dengan laporanAkhir |
89
mempertimbangkan potensi-potensi lokal. 1. Kawasan Peruntukan Permukiman Tujuan pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut : a. Mendistribusikan perkembangan fisik, kependudukan dan pusat-pusat kegiatan Kabupaten Semarang b. Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan permukiman di Kabupaten Semarang Beberapa aspek yang digunakan dalam penentuan kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Semarang antara lain : a. Keterkaitan dengan Sistem Kota b. Aspek Sosial Budaya Setempat c. Perekonomian Wilayah d. Bentukan Alam A. Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunanfungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan,pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan ditetapkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang umumnya terbatas. Permukiman perkotaan meliputi : • Permukiman perkotaan yang berada di Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu perkotaan Ungaran dan perkotaan Ambarawa • Permukiman perkotaan yang berada di Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) yaitu perkotaaan Tengaran • Serta kawasan-kawasan strategis dalam pengembangan perekonomian, yaitu perkotaan Bregas, Bawen, Tuntang dan Bandungan Kriteria yang digunakan dalam penetapan kawasan permukiman perkotaan adalah : • Memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan permukiman baru laporanAkhir |
90
• Memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas yang dibutuhkan B. Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan perdesaan merupakan daerah tempat tinggal sebagian besar masyarakat Kabupaten Semarang yang kehidupan pokoknya bersumber pada pola pertanian. Kawasan permukiman perdesaan merupakan kawasan dengan ciri dan karakteristik, sebagai berikut : • Sifat dan karakteristik lingkungan permukiman masih mencirikan tata dan lingkungan kehidupan rural. • Lingkungan kegiatan usaha didominasi oleh sektor pertanian. • Interaksi pergerakan masih rendah dan sangat dipengaruhi oleh interaksi hubungan eksternal. Arahan pengembangan untuk kawasan permukiman perdesaan adalah : • Mengelompokkan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada. • Memperhatikan kebutuhan perumahan penduduk pedesaan pada masa yang akan datang dengan memperhitungkan daya tampung, yang terkait dengan lahan usahanya. • Memperhitungkan kecenderungan perkembangan dan aksesibilitas. • Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing; • Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha; • Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan agrowisata, disertai pengolahan hasil. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan serta pengolahan hasil pertanian;
Rencana pemantapan kawasan permukiman perdesaan, dengan memperhatikan beberapa hal yaitu : • Menyediakan sarana dan prasarana pendukung berdasarkan fungsi dan hirarkhi wilayah. • Kawasan terbangun perdesaan dapat dikembangkan pada kawasan yang dapat dialih fungsikan ke bukan pertanian.
PETA RENCANA PERSEBARAN PERMUKIMAN
2. Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan Pengembangan kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Semarang bertujuan untuk menumbuhkan perekonomian wilayah, yang berbasis pertanian dan potensi masyarakat local yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian tanaman pangan ini mayoritas berada di wilayah Kabupaten Semarang sebelah Timur. Dengan basis pengembangan Kabupaten Semarang sebagai kawasan Agropolitan, maka diperlukan banyak lahan pertanian yang akan dikembangkan dan dipertahankan. Sehingga kanversi lahan pertanian bisa lebih terkontrol lagi. Komoditas yang dihasilkan dari pertanian tanaman pangan ini antara lain : padi, jagung, ubi,
kacang-kacangan, dan kedelai. Komoditas utamanya adalah padi, sebagai produk terbesar yang bisa dihasilkan disetiap tahunnya. Adapun arahan pengelolaan kawasan pertanian meliputi : • Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi; • Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis; • Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah-wilayah yang rawan kekeringan; • Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan agropolitan; laporanAkhir |
91
• Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan yang produktif. 3. Kawasan Pertanian Hortikultura Kawasan pengembangan pertanian hortikultura yang ada telah dilengkapi dengan pasar induk regional sayur dan buah di Bandungan. Kegiatan pertanian yang ada saat ini mempunyai komuditas unggulan yang telah dikenal di Provinsi Jawa Tengah. Selain kawasan pertanian yang telah ada, direncanakan penambahan lahan yang bersumber dari lahan-lahan yang belum produktif di Kecamatan Jambu dan Banyubiru. Pada umumnya, lahan yang dikembangkan berada pada kaki gunung yakni Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Gunung Telomoyo. Arah Pengembangan • Kontrol konversi lahan pertanian hortikultura melalui IMB dan pemberian disinsentif. • Mendorong tumbuhnya industri pengolahan hasil pertanian hortikultura dengan pemberian kredit modal usaha, pembimbingan pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan infrastuktur penunjang seperti koperasi, jalan, dan pasar. • Melakukan diversifikasi produk dalam mempertahankan kesuburan lahan dan memberikan variasi terhadap hasil pertanian. 4. Kawasan Industri Pengembangan kawasan industri didasarkan pada aspek ketersediaan bahan baku dan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung seperti pasar, jalan, dan air bersih. Dalam pengembangannya, industri di Kabupaten Semarang dibagi kedalam dua jenis yaitu industri besar dan industri kecil menengah. Arahan pengembangan kegiatan industri secara umum adalah penataan dan pengendalian industri besar dan mendorong tumbuh dan berkembangnya industi menengah kecil. Kegiatan industri di Semarang dikembangkan untuk menambah nilai tambah produksi lokal khususnya hasil pertanian.
laporanAkhir |
92
a. Industri Besar Merupakan kawasan industri yang berlokasi di Kecamatan Bergas, Bawen, dan Ungaran Barat. Kawasan industri ini dizonasikan berdasarakan kegiatan industri yang telah ada saat ini. Beberapa potensi pendukung kegiatan industri yang ada adalah akses jalan JOGLOSEMAR, posisi yang strategis, dan keberadaan sumber air bersih. Arah Pengembangan • Pembatasan perkembangan industri besar disepanjang jalan arteri JOGLOSEMAR. • Pembangunan eco-industrial park dan pengalihan industri besar yang ada ke dalam kawasan yang ditentukan dengan pemberian insentif. • Kontrol AMDAL Konsep Pembangunan Eco-Industrial Park • Pembangunan sarana prasarana yakni jalan, saluran drainase, sarana telekomunikasi, dan pembangunan unit usaha limbah komunal yang dapat dijangkau kawasan industri. • Pembangunan green belt sebagai penyangga kawasan industri agar tidak berbatasan langsung dengan permukiman. • Pembangunan komplek perumahan pegawai dan sarana pendukungnya sebagai upaya antisipasi konversi lahan untuk pemukiman di area sekitar industri. b. Industri Kecil Menengah Merupakan rencana kawasan industri yang berlokasi di Kecamatan Pringapus (Pengolahan Hasil Hutan), Kecamatan Bringin dan Susukan (Pengolahan tanaman Pangan), dan Kecamatan Bandungan (Pengolahan Hortikultura). Kawasan ini masing masing akan dilengkapi sarana dan prasarana pendukung berupa pembangunan jalan tol, jalan kolektor, pasar, dan pembangunan lembaga pendukung seperti koperasi. Arah Pengembangan • Mendorong tumbuhnya industri kecil menengah pada wilayah yang telah ditentukan khususnya industri pengolahan tanaman pangan, hortikultura,
hasil hutan, dan industri kerajinan. • Pemberian kredit modal usaha dan insentif untuk pengembangan industri kecil menengah. • Pembangunan jalan tol, jalan kolektor, dan pasar induk di Tengaran, Susukan, dan Bringin sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan industri.
PETA RENCANA KAWASAN INDUSTRI
5. Kawasan Pariwisata Kegiatan pariwisata yang berkembang di Kabupaten Semarang secara umum digolongkan kedalam dua kelompok yakni pariwisata ekologi dan pariwisata sejarah. a. Pariwisata Ekologi Arah Pengembangan • Pengembangan promosi wisata, paket wisata, dan pembuatan kalender event wisata. • Peningkatan sarana prasarana pendukung wisata dan mendorong munculnya penginapan, restoran, dan sektor jasa lain. • Perlindungan terhadap kondisi alam dan pemeliharaan kawasan wisata alam • Pengembangan seni dan budaya masyarakat serta penataan ruang kawasan wisata sesuai dengan nilai-nilai lokal. • Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan pariwisata.
b. Pariwisata Sejarah Arah Pengembangan • Melakukan upaya konservasi heritage yang ada dengan rekonstruksi dan pemeliharaan heritage. • Merevitalisasi fungsi kawasan sekitar heritage dengan memunculkan lagi fungsi asli atau pemanfaatan bangunan heritage sebagai museum, sekolah, atau instansi pemerintahan. • Pembangunan kawasan sekitar heritage dengan mengusung nilai-nilai lokal. • Melengkapi objek wisata dengan fasilitas pendukung lain seperti restoran, taman bermain, maupun pusat souvenir khas. • Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk mendukung fungsi pariwisata yang ada. laporanAkhir |
93
laporanAkhir |
94 Kec. Sumowono, Kec. Banyubiru, dan
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Lindung Setempat 1. Kawasan Lindung Sempadan Sungai
2
3
8.
7.
6.
5.
4.
3.
2.
1.
4.
3.
2.
1.
Arahan Pengembangan Penetapan zonasi kawasan hutan lindung sebagai daerah tangkapan air. Melakukan rehabilitasi hutan (reboisasi dan pemeliharaan) untuk memulihkan, mempertahankan, dan mengoptimalkan fungsi hutan lindung Peningkatan pengawasan dan pemantauan pelestarian hutan lindung dengan menerapkan pengelolaan hutan bersama rakyat. Kontrol alihfungsi hutan lindung melalui IMB dan pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi lindung. Zonasi kawasan hutan produksi baik hutan produksi terbatas maupun hutan produksi tetap. Melakukan upaya rehabilitasii hutan (reboisasi dan pemeliharaan). Perlindungan kawasan hutan produksi dari konversi lahan melalui IMB. Pengembangan usaha pengolahan hasil hutan dalam rangka meningkatkan nilai tambah komuditas dan memperluas lapangan kerja. Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis tanaman kayu dan non kayu. Pengembangan hutan produksi terbatas pada hutan produksi yang berbatasan langsung dengan hutan lindung. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan dari gangguan keamanan hutan lainnya. Kontrol pemanfaatan hasil hutan produksi.
Kec. Getasan. 15 % dari total luas lahan yang 1. Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya disepanjang tersebar di Kec. Ungaran Barat, Kec. sempadan sungai dengan jarak minimum 50 m. Ungaran Timur, Kec. Bergas, Kec. 2. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai. Pringapus, Kec. Bandungan, Kec. 3. Sterilisasi DAS dan memfungsikan DAS sebagai hutan lindung, Sumowono, Kec. Bringin khususnya di bagian hulu sungai. 4. Pengerukan sedimentasi sungai dan normalisasi sungai. 5. Penerapan konsep waterfront.
Luas dan Lokasi 7 % dari total luas lahan yang tersebar di Kec. Ungaran Barat, Kec. Bergas, Kec. Bandungan
No Jenis Peruntukan 1 Kawasan Hutan Lindung
ARAH PENGEMBANGAN KAWASAN LINDUNG KABUPATEN SEMARANG
laporanAkhir |
95
4 3% dari total lahan Di seluruh Kecamatan
Kec. Ambarawa, Kec. Banyubiru, Kec. Tuntang, Kec. Bawen.
Kec. Ungaran Barat, Kec. Bergas, Kec. Bandungan, Kec. Sumowono, Kec. Ambarawa, Kec. Jambu, Kec. Bawen, Kec. Banyubiru, Kec. Getasan, Kec. Tuntang.
2. Kawasan Rawan Banjir
3. Kawasan Rawan Longsor
Kec. Bancak, Kec. Getasan.
Kawasan Rawan Bencana 1. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
2. Kawasan Lindung Sempadan Rawa Pening
1. Zonasi kawasan lindung dan budidaya sekitar daerah rawan letusan gunung berapi. 2. Pembatasan kegiatan budidaya pada sekitar kawasan lindung gunung api. 3. Pembuatan jalur evakuasi dan posko evakuasi yang tahan api. 4. Sosialisasi struktur bangunan tahan api dan standar evakuasi. 5. Pembuatan early warning system (alarm bahaya bencana). 1. Pembuatan, perbaikan, dan penambahan tinggi tanggul. 2. Normalisasi sungai. 3. Konservasi tanah dan air di daerah hulu dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang daerah sempadan hulu sungai. 4. Proteksi terhadap daerah sempadan sungai sejauh 50 m. 5. Penyuluhan dan pendidikan peduli bencana dan banjir dalam rangka peningkatan kesadaran kebencanaan masyarakat. 1. Identifikasi dan pemetaan daerah rawan longsor 2. Menghindari pembangunan pada daerah rawan longsor , daerah dengan kemiringan 25-45%, dan daerah dengan material berpasir yang rawan gerakan tanah. 3. Alihfungsi kegiatan budidaya menjadi lahan hijau pada daerah rawan longsor dengan penanaman tanaman tahunan berupa akasia, pinus, mahoni, jati, dan bambu. 4. Penyusunan system drainase yang baik pada daerah lereng. 5. Perkuatan lereng melalui tembok penahan, minimalisasi beban lereng, dan memperKec.il kelerengan. 6. Pembuatan terassering.
1. Pembuatan green belt sejauh 100 m dari batas luar rawa pening. 2. Pengendalian kegiatan budidaya di sekitar sempadan rawa pening, pemanfaatan lahan yang diizinkan hanyalah untuk fungsi pariwisata dan olahraga alam. 3. Pemanfaatan Rawa Pening sebagai sumber air irigasi dan energy listrik. 4. Pengamanan daerah hulu dari erosi dan control guna lahan daerah hulu. 5. Rehabilitasi, reboisasi, dan konservasi hutan lindung daerah sempadan Rawa Pening.
laporanAkhir |
96
4
3
2
1. Melakukan pembangunan kawasan permukiman secara bertahap dengan prioritas lahan dengan produktivitas dan tingkat kesuburan rendah. 2. Penyediaan prasarana dan sarana permukiman yang memadai. 3. Penyediaan ruang hijau dan ruang public yang memadai pada setiap kawasan permukiman. Kawasan Permukiman 18% dari total luas lahan yang tersebar di selu- 1. Pengelompokan kawasan permukiman pedesaan yang ada. Pedesaan ruh kecamatan. 2. Menghindari pembangunan pada sawah irigasi teknis. 3. Memperhitungkan Kec.enderungan perkembangan kebutuhan rumah, aksesibilitas, dan sarana pendukung. 4. Masing-masing permukiman yang ada dilengkapi dengan sarana yang disesuaikan dengan fungsi dan hierarki wilayah. Kawasan Industri a. Industri Besar 2% dari total luas lahan yang tersebar di Kec. 1. Membatasi perkembangan industri besar disepanjang jalan arteri JogloseUngaran Timur, Kec. Ungaran Barat, Kec. mar melalui control izin usaha. Bergas, dan Kec Bawen. 2. Pembangunan eco-industrial park dan pengalihan industri yang ada kedalam kawasan eco industrial park yang telah ditentukan. 3. Pemberian insentif bagi industri yang pindah kedalam eco industrial park. 4. Pembuatan green belt disekitar daerah industri skala besar. 5. Kontrol amdal bagi industri skala besar. b. Industri Kecil 1% dari total luas lahan yang tersebar di Kec. 1. Mendorong tumbuhnya Industri pengolahan khusunya pengolahan hasil Menengah Bringin, Kec. Pringapus, Kec. Bandungan, Kec pertanian di kawasan yang telah ditentukan dan kerajinan. Suruh, dan Kec.Tengaran. 2. Mengembangkan kegiatan industri pengolahan hasil hutan produksi. 3. Pemberian kredit modal usaha bebas bunga untuk pengembangan industri pengolahan tanaman pangan, hortikultura, hasil hutan, dan kerajinan. 4. Pemberian insentif bagi pengembang industri hasil pertanian, hutan produksi, dan kerajinan. 5. Pembangunan jalan tol dan pasar induk sebagai bentuk dukungan pengembangan industri. Kawasan Pertanian 30% dari total luas lahan yang tersebar di Kec. 1. Mempertahankan fungsi sawah beririgasi teknis dengan penetapan lahan Tanaman Pangan Ungaran Timur, Kec. Pringapus, Kec. Bergas, sawah abadi. Kec. Bawen, Kec.Ambarawa, Kec. Banyubiru, 2. Kontrol konversi lahan sawah melalui IMB dan pemberian disinsentif. Kec. Tuntang, Kec.Bringin, Kec. Bancak, Kec. 3. Penambahan sarana irigasi teknis di kawasan yang ditetapkan sebagai Pabelan, Kec. Suruh, Kec. Tengaran, Kec. kawasan pertanian tanaman pangan. Susukan, Kec. Kaliwungu, Kec. Getasan, Kec. 4. Melakukan peningkatan sawah beririgasi sederhana menjadi setengah Pringapus. teknis dan teknis.
No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi 1 Kawasan Permukiman 7% dari total luas lahan yang tersebar di Kec. Perkotaan Ungaran Barat, Kec. Ungaran Timur, Kec. Bergas, Kec. Bawen, Kec. Bandungan, Kec. Ambarawa, Kec. Tuntang, Kec. Tengaran.
ARAH PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA KABUPATEN SEMARANG
laporanAkhir |
97
2. Kawasan Pariwisata Kec. Ambarawa, Kec. Bandungan. Sejarah
Kawasan Pariwisata 1. Kawasan Pariwisata Kec. Bandungan, Kec. Tuntang, Kec. SumoEkologi wono, Kec. Bawen, Kec. Ambarawa, Kec. Banyubiru, Kec. Tuntang.
6
1. Pengembangan promosi wisata, paket wisata, dan pembuatan kalender event wisata. 2. Peningkatan sarana prasarana pendukung wisata dan mendorong munculnya penginapan, restoran, dan sektor jasa lain. 3. Perlindungan terhadap kondisi alam dan pemeliharaan kawasan wisata alam. 4. Pengembangan seni dan budaya masyarakat serta penataan ruang kawasan wisata sesuai dengan nilai-nilai lokal. 5. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan pariwisata. 1. Melakukan upaya konservasi heritage yang ada dengan rekonstruksi dan pemeliharaan heritage. 2. Merevitalisasi fungsi kawasan sekitar heritage dengan memunculkan lagi fungsi asli atau pemanfaatan bangunan heritage sebagai museum, sekolah, atau instansi pemerintahan. 3. Pembangunan kawasan sekitar heritage dengan mengusung nilai-nilai lokal. 4. Melengkapi objek wisata dengan fasilitas pendukung lain seperti restoran, taman bermain, maupun pusat souvenir khas. 5. Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk mendukung fungsi pariwisata yang ada.
18% dari total lahan yang tersebar di Kec. Un- 1. Kontrol konversi lahan pertanian hortikultura melalui IMB dan pemberian garan Barat, Kec. Bergas, Kec. Bawen, Kec. disinsentif. Bandungan, Kec. Sumuwono, Kec. Ambarawa, 2. Mendorong tumbuhnya industri pengolahan hasil pertanian hortikultura Kec. Jambu, Kec. Banyubiru, Kec. Getasan. dengan pemberian kredit modal usaha, pembimbingan pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan infrastuktur penunjang seperti koperasi, jalan, dan pasar. 3. Melakukan diversifikasi produk dalam mempertahankan kesuburan lahan dan memberikan variasi terhadap hasil pertanian.
Kawasan Pertanian Hortikultura
5
laporanAkhir || laporanAkhir
98 98
laporanAkhir |
99
laporanAkhir |
100
1. Kawasan Lindung
laporanAkhir |
101
laporanAkhir |
102
laporanAkhir |
103
laporanAkhir |
104
laporanAkhir |
105
laporanAkhir |
106
laporanAkhir |
107
2. Kawasan Budidaya
laporanAkhir |
108
laporanAkhir |
109
laporanAkhir |
110
laporanAkhir |
111
laporanAkhir |
112
laporanAkhir |
113
laporanAkhir |
114
laporanAkhir |
115
2. Kawasan Strategis
laporanAkhir |
116
laporanAkhir |
117
laporanAkhir |
118
laporanAkhir |
119
laporanAkhir |
120
laporanAkhir |
121
laporanAkhir |
122
A.2.
A. A.1.
K Ketentuan Umum Kegiatan
Kawasan Hutan Produksi
kegiatan budidaya lain yang diperbolehkan adalah penanaman tanaman diantara pohon-pohon utama
Kegiatan budidaya lain selain yang disebutkan di atas dilarang Kegiatan/bangunan yang diperbolehkan KDB yang diijinkan 5%, KLB : 5%, KDH : 95% adalah kegiatan wisata seperti outbond, bumi perkemahan dengan tidak merubah bentang alam
Bangunan/intervensi lain tidak diperbolehkan kecuali telah mendapat persetujuan dari instansi dan pejabat yang berwenang
Kawasan Hutan Lindung Kegiatan yang dapat dikembangkan adalah pariwisata alam terbatas (pendiikan dan lingkungan) dengan syarat tidak boleh merubah Kegiatan yang dapat dikembangkan adalah pariwisata alam terbatas (pendidikan dan lingkungan) dengan syarat tidak boleh merubah bentang alam
Pola Ruang Kabupaten
Jalan setapak, gazebo
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Ketentuan Umum Intensitas Prasarana Minimum Kawasan Lindung KDB yang diijinkan 5%, KLB : Jalan setapak, gazebo 5%, KDH : 95%
Pemanfatan ruang hutan produksi untuk budidaya Perlu pengawasan secara ketat oleh Pemerintah Kabupaten dengan pemberian sanksi hukum
Pemanfatan ruang untuk budidaya Perlu pengawasan secara ketat oleh Pemerintah Kabupaten dengan pemberian sanksi hukum
Ketentuan Khusus Lain
etentuan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang berisi ketentuan yang harus, boleh dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan. koefisien lantai bangunan dan garis sempadan bangunan), serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan Berikut ini merupakan ketentuan umum peraturan zonasi Kabupaten Semarang.
laporanAkhir |
123
A.3.
Kawasan Sempadan Rawa Pening
Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Sempadan Sungai
Sempadan sungai besar di luar kawasan permukiman : 100 m; sempadan anak-anak sungai : 50 meter, sempadan sungai dan anak sungai yang melewati permukiman : minimal 15 meter
Bangunan yang diperbolehkan adalah papan reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik, telepon, PDAM, pemasangan prasarana air, tiang jembatan dengan persyaratan tidak boleh merubah bentang alam
Bangunan yang diperbolehkan adalah Sempadan Waduk 50-100 pemasangan kabel listrik, telepon, meter dari titik pasang PDAM, pemasangan prasarana air, den- tertinggi ke arah darat gan persyaratan tidak boleh merubah bentang alam Sempadan Waduk 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Bangunan yang diperbolehkan adalah pemasangan kabel listrik, telepon, PDAM, pemasangan prasarana air, dengan persyaratan tidak boleh merubah bentang alam
Kegiatan budidaya lain selain yang disebutkan di atas dilarang KDB yang diijinkan 10%, KLB Kegiatan yang dapat dikembangkan adalah pariwisata dan jalur hijau : 10%, KDH : 90% dengan syarat tidak boleh berubah bentang alam, Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu
KDB yang diijinkan 10%, KLB : 10%, KDH : 90%
Kegiatan yang dapat dikembangkan adalah pariwisata dan jalur hijau dengan syarat tidak boleh berubah bentang alam, Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu
Jalan setapak, gazebo
Jalan setapak, gazebo
Pemanfatan ruang untuk budidaya perlu pengawasan secara ketat oleh Pemerintah Kabupaten dengan pemberian sanksi hukum
Pemanfatan ruang untuk budidaya perlu pengawasan secara ketat oleh Pemerintah Kabupaten dengan pemberian sanksi hukum
laporanAkhir |
124
B. B.1.
A.4.
Kawasan Pertanian
Kawasan Rawan Banjir
Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
Untuk kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa maupun fasilitas umum KDB 50-70%
Dijinkan untuk pariwisata dengan jenis wisata ekologi dan wisata agrokultural KDB yang diijinkan 5%, KLB : 5%, KDH : 95%
Kawasan Budidaya Alih fungsi sawah irigasi teknis menjadi lahan budidaya non pertanian dilarang kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama
Diijinkan untuk kegiatan budidaya (pertanian, perkebunan, permukiman, transportasi, perikanan, perdagangan dan jasa, fasilitas umum
Dijinkan untuk pariwisata dengan jenis wisata ekologi dan wisata agrokultural
Diijinkan untuk kegiatan lahan usaha pertanian khususnya perkebunan dengan syarat pemilihan jenis vegetasi yang sesuai serta mendukung konsep kelestarian lingkungan
Kegiatan budidaya lain selain yang disebutkan di atas dilarang
Jaringan jalan, jaringan drainase
Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani
Perlu dilengkapi dengan sistem drainase yang memadai, pembuatan sumur resapan, membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, pemanfaatan sempadan sungai sebagai kawasan hijau
Tanaman yang dipilih sebaiknya tanaman tahunan dengan tegakan tinggi
laporanAkhir |
125
B.4.
B.2.
Kawasan Pariwisata
Jaringan jalan, jaringan drainase
Kegiatan permukiman dilarang
Jaringan jalan, jaringan drainase, kantor pengelola, WC umum, Gazebo
Kegiatan perdagangan dan jasa serta fasilitas umum yang dikembangkan adalah kegiatan yang menunjang objek wisata
Pemanfaatan permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum maksimum 20% dari luas lahan yang ada dengan KDB : 30%,KLB :30%, KDH : 70%
Kegiatan perdagangan dan jasa serta fasilitas umum diperbolehkan dengan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Permukiman yang dikembangkan adalah permukiman untuk para pekerja termasuk fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan para pekerja
Tidak mengganggu lingkungan dan tidak mencemari lingkungan
KDB yang diijinkan 50%, KLB : 50%, KDH : 50% Untuk permukiman perkota- Jaringan jalan, jarinan : KDB yang diijinkan 60gan drainase 70%, KLB : 60-210%, KDH : 30-40% Untuk permukiman perdesaan : KDB yang diijinkan 50-60%, KLB : 50-180%, KDH : 40-50%
Pemanfaatan permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum maksimum 20% dari luas lahan yang ada
Untuk permukiman : KDB Jaringan jalan, yang diijinkan 50-70%, jaringan drainase KLB : 50-210%, KDH : 30-50%
Kegiatan industri rumah tangga diijinkan dengan bersyarat
Kegiatan di luar kegiatan perdagangan dan jasa serta fasilitas umum dilarang untuk dikembangkan
Alih fungsi ladang/regal menjadi lahan budidaya non pertanian diijinkan dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah Kegitan Permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum diperbolehkan dengan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah