Ro bb y ..
Editorial 5 july yang lalu, saya datang di acara Jogja Zine Fest bersama seorang teman. Teman ini merupakan zinester atau pembuat zine tentang music metal, di Solo. Sebenarnya teman ini, sudah mengajak saya untuk membuat Zine, namun saya masih ragu, yaa.. Kalian tahu, permulaan itu selalu sulit. Namun , setelah saya sampai di acara tersebut, maka saya putuskan untuk memulai projek zine pertama ini seusai acara ini. Yak! Dalam waktu 15 hari, akhirnya selesai juga. Karena terburu buru maka hanya ini yang bisa saya beri kepada kalian. Zine ini saya namai : “Robby..” saya ambil dari lagu milik bangkutaman, dengan judul sama persis. Kenapa Robby? Siapakah dia? sebenarnya saya dan robby punya kesamaan, seperti yang dinyanyikan mas acum: ‘robby.. alone and so lonely, sad and unhappy..’ Sering saya merasa seperti ini.. Tapi yaudahlah ya, mungkin kolom ini tidak diperuntukkan untuk curhat. Zine ini juga diterbitkan untuk memperingati Bulan Zine International atau International Zine Month yang jatuh pada bulan Juli ini. Yak! Salam kenal dan salam hangat sehangat segelas the hangat buatan ibu! Selamat membaca~
This zine is issued under the license of: Creative Commons: Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0 Unported License.
Cover: taking from : fanzines.tumblr.com
2
Ada yang salah dengan Derbi Romero Ada yang salah dengan Derbi Romero. Iseng
”Aku pun ingin membuat kau tak menyesal /
iseng, gak
Bahwa kau telah memilih diriku ini / Yang
sengaja mendengarkan lagu
miliknya yang berjudul ’Gelora Asmara’ di radio. Ah... lagu ini benar benar aneh. Untuk seorang lelaki, sepertinya tidaklah pantas menyanyikan lagu ini. Manja sekali!
akan terus membuat hidupmu indah” What? Duh mas.. kok narsis banget sih. Ini pedekate apa ajang pemilihan umum ya? Aku ingin Membuat kau tak menyesal, it means
Okay, kita lihat satu persatu kejanggalan lagu
kalau dia mau melakukan semua hal demi
ini. Terutama bagian lirik nya yang sangat
gebetannya itu supaya dia gak menyesal.
membuat gusar. Kenapa tidak? Duh... kamu
Okay,
loh cowok, tapi
pencitraan. Yaa biasa aja dong, senatural
kok malah duduk duduk
nungguin orang. Pasif banget. ” Datanglah nyatakanlah cintamu/Katakan bahwa kau menginginkan diriku” Okay, masihkah kamu merasa jadi cowok dengan mengatakan hal ini kepada gebetan mu? Satu kata, manja! Tapi mohon tunggu di lirik lirik selanjutnya.
itu
yang
saya
sebut
sebagai
mungkin orang bakal lebih suka. Gak usah drama deh. Lagu yang bagus menurut saya adalah lagu yang lirik nya menarik, dan mengangkat ide yang sekiranya menarik untuk pendengar tau. Gak usah yang berat berat, yang nyantai nyantai aja juga gapapa, yang penting menarik. Tapi musik memang universal dan
”Datanglah, bawalah bunga bunga. Agar kau
relatif sih, orang boleh tidak suka suatu jenis
dapat membuat diriku terbang”
musik, tapi jangan membenci musisi nya dong.
FAKK! Apa apa an sih ini? Bisa bisanya,
Yaaa terima aja, kalau memang itulah hasil
cowok minta dibawain bunga! Mas mas,
kreatifitas mereka gitu.
kamu agak gimana apa gimana banget sih?
Dan sedikit saran buat mas Derbi, kalau mau
Dan itu bisa membuat dia jadi terbang? Kalau
nyanyiin lagu orang tolong dong diliat dulu
mau terbang, harusnya suruh bawain elang
konten nya kayak gimana, cocok gak buat dia
atau angsa putih aja mas -_- !
nyanyiin. Menurut saya mah ini lagu nya buat
”Aku disini, duduk manis menanti mu”
mbak mbak yang lagi kesengsem dan kadung
Tunggu tunggu, kenapa harus duduk manis?
bunga, jadi nya pengen dibawain bunga.
Biasanya kan cowok itu maskulin ya, lah ini? Kenapa diksinya harus itu gitu. Kenapa enggak ”Duduk Macho” atau ”Duduk Sangar” biar keliatan cowoknya. Tapi sudahlah
tresno sama gebetannya. Hatinya berbunga Yakali cowok seneng dibawain pacar nya bunga. Kalau itu, perlu dicek ulang orientasi seksualnya :p .
3
Ini kisah tentang si Paranormal, yang sedang jatuh sama cinta. Hari sedang mendung, jadi dia memutuskan untuk naik taksi menuju sebuah taman, di taksi dia berkata � pak, anterin saya ke taman ya� pak taksi bingung, dan dengan kebingungannya tersebut, ia segera tancap gas mengantarkan Tuan Paranormal. Seperti biasa, tTan Paranormal bepergian sendirian, dia sedang sedih, ia bosan dengan cinta meskipun ia sedang jatuh kedalam lubangnya. Akhirnya ia membaca mantra, origami-kupukupu, penyembuh luka hatinya. Dibukanya kaca jendela taksi tersebut, langit masih mendung, lalu tangannya menjulur keluar. Diudara dia nulis, sebuah kata-kata pengusir angin. Sampailah ia di taman kota, balai kota maksudnya. Disana hujan mulai gerimis. Turun perlahan lahan, lembut membasahi wajahnya.
Namun ketika pak taksi pergi dan ia mulai masuk ke altar taman, tangannya bergerakgerak seperti Erwin Gutawa saat memimpin orchestra, mengendalikan hujan. Diayunayunkan tangannya ke kanan, ke kiri, kebawah, keatas, dan lalu berputar putar. Ia melihat orang-orang bergerombol, meski tidak terlalu ramai. Ia melihat sebuah keluarga, ayah dan ibu dan anak kecilnya sedang bermain-main di taman tersebut, tak lama kemudian mereka berfoto-foto, selanjutnya ia berusaha menelusuri pada bagian dekat pancuran, ternyata disana terdapat banyak pasangan muda mudi yang sedang bercanda tertawa-tawa bahagia, tak lupa berfoto ria. Hatinya tambah sakit. Ia berlalu, mencari ruang yang sepi, atau setidaknya tidak terlalu ramai. Kemudian ia mengeluarkan tongkat dibalik jubah hitamnya,
4
ia juga memakai topi safari, sepatu boot, dan kacamata john lennon. Kemudian, memainkan tangan-tangannya, memutar mutar tongkat kecil tersebut. ia merasa kecil sekali, ia sedih selalu sendiri. lalu semakin lama, gerakan tongkat tersebut semakin menggila. Ia tiba tiba menari-nari seperti balerina. Hujan lebat kemudian datang, gerombolan orang orang tadi mulai berlalu, meninggalkan taman. Namun, Tuan Paranormal tetap berada disitu. Menari nari dengan kesedihannya, meskipun wajahnya terlihat sangat bahagia. Airmata yang melelh pun akhirnya bercampur dengan air hujan, sesekali ia membuka mulutnya, merasakan air hujan yang segar. Orang-orang dikerumunan tersebut heran dengan tingkah Tuan Paranormal, tiba tiba lagu Zeke Khaseli terdengar di seluruh taman, namun hanya tuan paranormal yang dapat
mendengarkannya. Lalu ia ikut bernyanyi dengan suaranya yang lantang �yaaaaaaang normaaaal ga bisaaaaaaa, ngalahin yang absurd, yang polos, yang chaos, yang datar, yang loser, yang aneh yang offbeat, seperti paranormaaaaal� Lalu ia berdiam sebentar, membuka kacamatanya, mengantonginya dan mulai berjalan meninggalkan taman tersebut. Lagu Zeke Khaseli pun ikut berhenti, mengiringi kepergiannya, semakin ia jauh berjalan, semakin mengecil pula suara dari lagu itu yang terdengar. Akhirnya Tuan Paranormal menghilang, dihilangkan kendaraan yang lalu lalang berjejalan di bundaran taman tugu Malang. Dihisap mendung sore, menuju malam yang hitam...
5
6
CERITA PILIHAN: Ini merupakan bagian yang berisi cerita-cerita fiksi yang sedang saya baca, atau yang sedang saya sukai, semuga kalian juga suka. Selamat membaca :)
7
ORANG GILA Mochtar Lubis
D
ia baru saja datang di jalan
dijalan. Anak-anak itu menghilang ke dalam
tempat kami bekerja, deretan
gang-gang kecil, dan ketika perempuan itu
kantor-kantor, warung-warung,
melihat tidak ada anak-anak lagi yang
beberapa toko, dan di antara
mengganggunya, dua bersandar ke tiang
rumah-rumah tinggal seorang perempuan tua,
listrik. Dadanya turun-naik tersenggal senggal,
setengah baya, kurus, kotor, dan kerjanya
rambutnya kusut masai, amat kotornya, dan
meminta-minta atau mengumpulkan kertas-
ketika itu, sebentar dia memandang pada
kertas di depan toko-oko. Anak-anak di jalan
saya, saya melihat bahwa baju usang dan
itu telah mulai berteriak-teriak berseru-seru:
baju yang buruk yang dipakainya selama ini
”orang gila, orang gila!” jika dia lewat atau
telah koyak-koyak, hancur lebur, dan kain
jika mereka melihat dia duduk-duduk di pinggir
yang dipakainya telah hancur pula koyak-
jalan berbicara sendiri, dan kadang-kadang
koyak.
dia mengambil sepotong kayu, dan ditimangtimangnya kayu itu, bagai seorang ibu menimang
anaknya,
dan
dinyanyi -
nyanyikannys kayu, menyuruh kayu itu tidur.
Timbul kasihan saya padanya, saya datangi dia, memberikan uang setengh perak. Melihat saya datang, dia segera membungkuk mengambil batu, menyeringai memandang
Tiada aku perhatikan benar dia,
pada saya, dan bersikap hendak menerjang,
karena orang-orang seperti dia itu telah
mengomel-ngomel pada dirinya seniri. Saya
banyakbenar berkeliaran di jalan-jalan di
jadi takut, akan tetapi saya beranikan juga hati
Jakarta dewasa ini. Manusia-manusia, laki-
sayam dan berkata dengan suara lemah
laki, perempuan dan anak-anak yang hidup
lembut padanya: ”Ini uang sedikit. Beli
sebagai hewan saja, compang-camping,
makan!”
penuh kesengsaraan yang menekan wajah dan tubuh merekam menyambung hidup dari saat ke saat meminta belas kasihan orang, yang makin lama makin kehilangan perasaan belas kasih. Tengah
Saya melangkkah mendekatinya, akan tetapi
tiba-tiba
dia
melompat,
dan
mengayunkan tangannya ke belakang. hendak melemparkan batu kearah diriku. Saya jadi takut, dan mundur kembali. Perlahan-lahan
hari
itu
kami
terkejut
mendengar suara anak-anak menjerit-jerit di jalan besar: ”Orang gila! Orang gila!” dan saya tergopoh-gopoh berlari keluar kantor. Segerombolan anak-anak berlarian terpencar -pencar dikejar oleh perempuan gila itu, yang mekempar-lempar batu yang dipungutnya
uang itu saya letakkan di jalan, dan saya masuk kembali ke kantor. Dengan mata yang liar dia memandang berkeliling dan kemudian dengan sigap dia melompat, menjangkau uang dijalan, dia melompat berdiri kembali dan terus pergi berjalan lekas-lekas. Pada hari-hari berikutnya kami dengar terus
8
teriak
dan
sorak -sorai
anak -anak
secabik
kain
saja
lagi
tergantung
di
mengganggunya �orang gila! Orang gila!�
pinggangnya, tiada cukup untuk menutupi apa
dan
-apa.
sekali-kali
mengejar
aku
melihat
anak-anak.
dia
Atau
berlari
pura-pura
menimang bayi di pinggir jalan, menyanyinyanyi.
Selama itu aku masih seing juga memberinya uang. Akan tetapu uang itu harus aku buang di jalan karena tidak mau dia
Pada suatu pagi aku terkejut melihat
mendekat, atau membiarkan dirinya didekati.
dia. Praktis dia telah telanjang. Kebayanya yang koyak dan usang rupanya sudah hancur sama sekali, dan untuk menutup dadanya, disobek-sobek kainnyam dan sepotong kain kecil itu diikatnya ke dadanya, tak ubahnya sebagai bagian atas baju mandi bikini. Untuk menutup
auratnya
di
bawah,
diikatnya
Akhirnya kami di kantor berunding, dan memutuskan bahwa perempuan gila itu harus diberi baju, tidak bisa dibiarkan telanjang dijalan demikian. Kami mengumpulkan uang, dan membelikan sebuah kain harga murah dan kebaya dan peniti-peniti untuk kebaya.
ketinggalan kain yang sobek-sobel, hingga
Akan tetapi memberikan pkaian itu
kalau dia berlari, kelihatan juga semua yang
padanys tidak semudah yabg aku sangka.
hendak ditutupnya itu.
Tiap-tiap didekati dia lari, dan saya khawatir
Semenjak itu dia semakin menggilagila. Kelakuannya tambah-tambah hebat. Rupanya semakin habis bajunya dab semakin kelihatan
telanjang,
maka
semakin
naik
gilanya. Akan tetapi kutang bikininya telah hancur pula, gilanya kelihatan bertambah hebat. Sekarang rambutnya yang panjang dan kumal ditutupkannya ke depan, menutupi mukanya, dan dadanya, dan dari celah-celah rambutnya kelihatan matanya yang merah, dan mulutnya menyeringai. Gangguan anak-anak juga semakin kejam terhadap dirinya. Jika dahulu mereka puas
menyorak-nyorakinya
saja,
maka
meninggalkan pakaian itu di jalan, takut diambil orang lain. saya ingin supaya kain itu segera dipakainya, karena kalau tidak, ada saja orang jahat yang akan merampasnya nanti dari orang gila itu. Tiga hari berturut turut saya mencoba memberikan kain dan kebaya itu kepadanya, akan tetapi selamanya tidak berhasil. Jika saya dekati, dia melarikan diri, dan jika bungkusan saya tinggalkan di jalan, dan saya menunggu agak jauh, maka dia tidak hendak juga datang. Barang kali dia tidak percaya, dan takut pakaian itu hanya umpan saja untuk menangkapnya. Hari
sekarang mereka mulai melemparinya dengan
keempat,
pakaian
itu
saya
batu. Pantatnya yang telanjang, dadanya
lemparkan padanya dan dia lari ke dalam
yang terayun-ayun, kempes turun kebawah.
gang, akan tetapu di simpang gang dua
Hingga pada suatu hari, perempuan tua gila itu praktis sudah telanjang bulat, hanya
berdiri,
dan
,elihat
pada
saya.
Saya
menunduk ke pakaian di jalan , dan memberi isyarat supaya pakaian itu dipakainya, dan
9
kemudian saya segera melangkah pergi. “Engkau tidak gila?” tanyaku akhirnya. Setelah saya pergi jauh, yang menurut perhitungannya rupanya, cukup jauh untuk dapat
berlari
perempuan
gila
kembali itu
menangkapnya,
melompat
berlari,
mengambil pakaian dari jalan, dan terus berlari kembali, menghilang dalam gang. Itulah
penghabisan
“Tidak,”
dijawabnya,
menggigit
bibirnya, dan senemtar bayangan gelap kenang-kenangan
penuh
kengerian
dan
siksaan lewat wajahnya, dan dia berkata: “karena melarat saya pura-pura gila untuk menutup kenistaan malu yang menimpa diriku,”
kalinya
saya katanya.
melihat perempuan gila itu. Esoknya dia tidak kelihatan lagi di jalan kami itu.
Kemudian, seakan malunya telah hilang dia berkata: “Saya tegur Tuan, karena ingin
Sebulan kemudian aku sedang menawar- mengucapkan terima kasih saya pada Tuan nawar manggis di Pasar Cikini, ketika tiba-tiba yang selamanya negitu baik. Dengan pakaian saya dengar suara dari samping menegur: yang Tuan berikan menyebabkan saya dapat “Tuan…!”
mencari kerja jadi babu”
Saya berpaling dan melihat seorang Aduh, apa yang dapat saya katakana? babu yang menjinjing keranjang belanja. Mukanya seakan saya pernah kenal, lupa-lupa
***
ingat, dan ketikaa saya memandang padanya dia menundukkan mukanya. “Tuan..” katanya kembali, seakan malu -malu
hendak
berkata,
dan
saya
menyernyitkan kening mencoba mengingat dumana pernah saya melihat dia, dan tiba tiba saya terkejut, dan berkata: “Engkau…?!” dan peremouan itu mengangguk kemalu-mmaluan, dan saya terperanjat bukan alang kepalang.
Post Scriptum: Diambil dari salah satu cerpen, dalam kumpulan cerpen milik Mochtar Lubis, Perempuan. Kumpulan cerpen ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 loh, di dalamnya ada 19 cerita pendek yang menurut saya bener-bener beda dengan 2 novel yang sebelumnya sudah saya baca (Harimau! Harimau! dan Jalan Tak Ada Ujung.)
10
Animal Farm George Orwell 1945
I Mr. Jones, of the Manor Farm, had locked the hen-houses for the night, but was too drunk to remember to shut the pop holes. With the ring of light from his lantern dancing from side to side, he lurched across the yard, kicked off his boots at the back door, drew himself a last glass of beer from the barrel in the scullery, and made his way up to bed, where Mrs. Jones was already snoring. As soon as the light in the bedroom went out there was a stirring and a uttering all through the farm buildings. Word had gone round during the day that old Major, the prize Middle White boar, had had a strange dream on the previous night and wished to communicate it to the other animals. It had been agreed that they should all meet in the big barn as soon as Mr. Jones was safely out of the way. Old Major (so he was always called, though the name under which he had been exhibited was Willingdon Beauty) was so highly regarded on the farm that everyone was quite ready to lose an hour's sleep in order to hear what he had to say. At one end of the big barn, on a sort of raised platform, Major was already ensconced on his bed of straw, under a lantern which hung from a beam. He was twelve years old and had lately grown rather stout, but he was still a majestic-looking pig, with a wise and benevolent appearance in spite of the fact that his tushes had never been cut. Before long the other animals began to arrive and make themselves comfortable after their different fashions. First came the three dogs, Bluebell, Jessie, and Pincher, and then the pigs, who settled down in the straw immediately in front of the platform. The hens perched themselves on the window-sills, the pigeons uttered up to the rafters, the sheep and cows lay down behind the pigs and began to chew the cud. The two cart-horses, Boxer and Clover, came in together, walking very slowly and setting down their vast hairy hoofs with great care lest there should be some small animal concealed in the straw. Clover was a stout motherly mare approaching middle life, who had never quite got her figure back after her fourth foal. Boxer was an enormous beast, nearly eighteen hands high, and as strong as any two ordinary horses put together. A white stripe down his nose gave him a somewhat stupid appearance, and in fact he was not of first-rate intelligence, but he was universally respected for his steadiness of
11
character and tremendous powers of work. After the horses came Muriel, the white goat, and Benjamin, the donkey. Benjamin was the oldest animal on the farm, and the worst tempered. He seldom talked, and when he did, it was usually to make some cynical remark | for instance, he would say that God had given him a tail to keep the flies off, but that he would sooner have had no tail and no flies. Alone among the animals on the farm he never laughed. If asked why, he would say that he saw nothing to laugh at. Nevertheless, without openly admitting it, he was devoted to Boxer; the two of them usually spent their Sundays together in the small paddock beyond the orchard, grazing side by side and never speaking. The two horses had just lain down when a brood of ducklings, which had lost their mother, filed into the barn, cheeping feebly and wandering from side to side to find someplace where they would not be trodden on. Clover made a sort of wall round them with her great foreleg, and the ducklings nestled down inside it and promptly fell asleep. At the last moment Mollie, the foolish, pretty white mare who drew Mr. Jones's trap, came mincing daintily in, chewing at a lump of sugar. She took a place near the front and began flirting her white mane, hoping to draw attention to the red ribbons it was plaited with. Last of all came the cat, who looked round, as usual, for the warmest place, and finally squeezed herself in between Boxer and Clover; there she purred contentedly throughout Major's speech without listening to a word of what he was saying. All the animals were now present except Moses, the tame raven, who slept on a perch behind the back door. When Major saw that they had all made themselves comfortable and were waiting attentively, he cleared his throat and began: `Comrades, you have heard already about the strange dream that I had last night. But I will come to the dream later. I have something else to say first. I do not think, comrades, that I shall be with you for many months longer, and before I die, I feel it my duty to pass on to you such wisdom as I have acquired. I have had a long life, I have had much time for thought as I lay alone in my stall, and I think I may say that I understand the nature of life on this earth as well as any animal now living. It is about this that I wish to speak to you. `Now, comrades, what is the nature of this life of ours? Let us face it: our lives are miserable, laborious, and short. We are born, we are given just so much food as will keep the breath in our bodies, and those of us who are capable of it are forced to work to the last atom of our strength; and the very instant that our usefulness has come to an end we are slaughtered with hideous cruelty. No animal in England knows the meaning of happiness or leisure after he is a year old. No animal in England is free. The life of an animal is misery and slavery: that is the plain truth.
12
`But is this simply part of the order of nature? Is it because this land of ours is so poor that it cannot afford a decent life to those who dwell upon it? No, comrades, a thousand times no! The soil of England is fertile, its climate is good, it is capable of affording food in abundance to an enormously greater number of animals than now inhabit it. This single farm of ours would support a dozen horses, twenty cows, hundreds of sheep | and all of them living in a comfort and a dignity that are now almost beyond our imagining. Why then do we continue in this miserable condition? Because, nearly the whole of the produce of our labour is stolen from us by human beings. There, comrades, is the answer to all our problems. It is summed up in a single word | Man. Man is the only real enemy we have. Remove Man from the scene, and the root cause of hunger and overwork is abolished forever. `Man is the only creature that consumes without producing. He does not give milk, he does not lay eggs, he is too weak to pull the plough, he cannot run fast enough to catch rabbits. Yet he is lord of all the animals. He sets them to work, he gives back to them the bare minimum that will prevent them from starving, and the rest he keeps for himself. Our labour tills the soil, our dung fertilises it, and yet there is not one of us that owns more than his bare skin. You cows that I see before me, how many thousands of gallons of milk have you given during this last year? And what has happened to that milk which should have been breeding up sturdy calves? Every drop of it has gone down the throats of our enemies. And you hens, how many eggs have you laid in this last year, and how many of those eggs ever hatched into chickens? The rest have all gone to market to bring in money for Jones and his men. And you, Clover, where are those four foals you bore, who should have been the support and pleasure of your old age? Each was sold at a year old | you will never see one of them again. In return for your four confinements and all your labour in the fields, what have you ever had except your bare rations and a stall? `And even the miserable lives we lead are not allowed to reach their natural span. For myself I do not grumble, for I am one of the lucky ones. I am twelve years old and have had over four hundred children. Such is the natural life of a pig. But no animal escapes the cruel knife in the end. You young porkers who are sitting in front of me, every one of you will scream your lives out at the block within a year. To that horror we all must come | cows, pigs, hens, sheep, everyone. Even the horses and the dogs have no better fate. You, Boxer, the very day that those great muscles of yours lose their power, Jones will sell you to the knacker, who will cut your throat and boil you down for the foxhounds. As for the dogs, when they grow old and toothless, Jones ties a brick round their necks and drowns them in the nearest pond.
13
`Is it not crystal clear, then, comrades, that all the evils of this life of ours spring from the tyranny of human beings? Only get rid of Man, and the produce of our labour would be our own. A1most overnight we could become rich and free. What then must we do? Why, work night and day, body and soul, for the overthrow of the human race! That is my message to you, comrades: Rebellion! I do not know when that Rebellion will come, it might be in a week or in a hundred years, but I know, as surely as I see this straw beneath my feet, that sooner or later justice will be done. Fix your eyes on that, comrades, throughout the short remainder of your lives! And above all, pass on this message of mine to those who come after you, so that future generations shall carry on the struggle until it is victorious. `And remember, comrades, your resolution must never falter. No argument must lead you astray. Never listen when they tell you that Man and the animals have a common interest, that the prosperity of the one is the prosperity of the others. It is all lies. Man serves the interests of no creature except himself. And among us animals let there be perfect unity, perfect comradeship in the struggle. All men are enemies. All animals are comrades.' At this moment there was a tremendous uproar. While Major was speaking four large rats had crept out of their holes and were sitting on their hindquarters, listening to him. The dogs had suddenly caught sight of them, and it was only by a swift dash for their holes that the rats saved their lives. Major raised his trotter for silence. `Comrades,' he said, `here is a point that must be settled. The wild creatures, such as rats and rabbits | are they our friends or our enemies? Let us put it to the vote. I propose this question to the meeting: Are rats comrades?' The vote was taken at once, and it was agreed by an overwhelming majority that rats were comrades. There were only four dissentients, the three dogs and the cat, who was afterwards discovered to have voted on both sides. Major continued: `I have little more to say. I merely repeat, remember always your duty of enmity towards Man and all his ways. Whatever goes upon two legs is an enemy. Whatever goes upon four legs, or has wings, is a friend. And remember also that in fighting against Man, we must not come to resemble him. Even when you have conquered him, do not adopt his vices. No animal must ever live in a house, or sleep in a bed, or wear clothes, or drink alcohol, or smoke tobacco, or touch money, or engage in trade. All the habits of Man are evil. And, above all, no animal must ever tyrannise over his own kind. Weak or strong, clever or simple, we are all brothers. No animal must ever kill any other animal. All animals are equal. `And now, comrades, I will tell you about my dream of last night. I cannot describe that dream to you. It was a dream of the earth as it will be when Man has vanished. But it reminded me of something that I had long forgotten. Many years ago, when I was a little pig, my mother
14
and the other sows used to sing an old song of which they knew only the tune and the first three words. I had known that tune in my infancy, but it had long since passed out of my mind. Last night, however, it came back to me in my dream. And what is more, the words of the song also came back | words, I am certain, which were sung by the animals of long ago and have been lost to memory for generations. I will sing you that song now, comrades. I am old and my voice is hoarse, but when I have taught you the tune, you can sing it better for yourselves. It is called Beasts of England.' Old Major cleared his throat and began to sing. As he had said, his voice was hoarse, but he sang well enough, and it was a stirring tune, something between Clementine and La Cucaracha. The words ran: Beasts of England, beasts of Ireland, Beasts of every land and clime, Hearken to my joyful tidings Of the golden future time. Soon or late the day is coming, Tyrant Man shall be o'erthrown, And the fruitful fields of England Shall be trod by beasts alone. Rings shall vanish from our noses, And the harness from our back, Bit and spur shall rust forever, Cruel whips no more shall crack. Riches more than mind can picture, Wheat and barley, oats and hay, Clover, beans, and mangel-wurzels Shall be ours upon that day. Bright will shine the fields of England, Purer shall its waters be, Sweeter yet shall blow its breezes On the day that sets us free. For that day we all must labour, Though we die before it break; Cows and horses, geese and turkeys, All must toil for freedom's sake.
15
Beasts of England, beasts of Ireland, Beasts of every land and clime, Hearken well and spread my tidings Of the golden future time.
The singing of this song threw the animals into the wildest excitement. Almost before Major had reached the end, they had begun singing it for them-selves. Even the stupidest of them had already picked up the tune and a few of the words, and as for the clever ones, such as the pigs and dogs, they had the entire song by heart within a few minutes. And then, after a few preliminary tries, the whole farm burst out into Beasts of England in tremendous unison. The cows lowed it, the dogs whined it, the sheep bleated it, the horses whinnied it, the ducks quacked it. They were so delighted with the song that they sang it right through five times in succession, and might have continued singing it all night if they had not been interrupted. Unfortunately, the uproar awoke Mr. Jones, who sprang out of bed, making sure that there was a fox in the yard. He seized the gun which always stood in a corner of his bedroom, and let fly a charge of number of 6 shot into the darkness. The pellets buried themselves in the wall of the barn and the meeting broke up hurriedly. Everyone led to his own sleeping-place. The birds jumped on to their perches, the animals settled down in the straw, and the whole farm was asleep in a moment.
Post Scriptum: Saya sedang membaca novel milik George Orwell yang satu ini, versi Pdf tapi, susah dapetin bukunya, eh tapi di perpus UB ada banyak kok, cari aja. Novel yang seru, sekaligus kritik mengenai arti sebuah kemerdekaan. Meskipun ini tentang binatang, namun subjek yang diceritakan Pak Orwell ini bisa saja merepresentasikan manusia. Ini seperti Paradox, yaa.. Kemerdekaan adalah paradox, antara ada dan tiada. Selagi kita hidup, akan ada banyak hal yang berusaha menjajah kita. ~ Yang punya Animal Farm dan mau jual, bolehlah kasih ke saya :p
16
BALADA JONI DAN SUSI.
17
Intro Pagi kelabu berlapis debu. Di sebuah kelas, disanalah terdapat Joni dan Susi. Mahasiswa yang sama sama menempuh program studi yang sama, seni rupa. Dan kalau indie art wedding bilang �sebab hidup itu pendek, karna seni itu panjang� maka begitulah mereka berdua memilih seni sebagai pilihan kuliah, pilihan hidup. Keduanya tidak saling mengenal, keduanya belum pernah bertemu. Keduanya baru dipertemukan sekarang. Riuh rendah kelas, bising suara, orang-orang tertawa, terbahak bahak hingga terguling guling menyusupi telinga mereka. Susi, mahasiswa semester 4, 19 tahun, anak keluarga terpandang yang jauh dari kata kekurangan. Semua yang ia miliki serba sempurna, serba bagus, serba mahal nan indah. Ia selalu cantik dan wangi, rambutnya ikal selalu terurai, membuat siapa saja yang melihatnya langsung jatuh hati. Termasuk para wanita, karena mereka iri akan kecantikan-nya. Namun ia terlalu ignorant akan
pernah bisa lewati. Umurnya 21 tapi
hidup, ia terlalu acuh pada sekelilingnya.
pemikirannya sudah seperti umur empat
Sehinga hanya ia dan persepsinya saja
puluhan, terlalu matang, terlalu radikal
yang menguasai hidup dan tubuhnya,
untuk anak muda sepertinya. Menurutnya
tidak pernah ada orang lain yang ia
hidup tersulit dimulai pada usia 20. Dan
pikirkan. hanya dia dan dirinya. Ia duduk,
kini ia telah melewati setahun dari fase
memandangi smartphone terbaru yang
tersebut.
baru saja dibelikan kakaknya sebagai
gondrong, dengan snikers belel, namun
hadiah
wajah dan muka nya selalu tampak segar
ulang
tahunnya
yang
ke19,
lusuh,
dan
ditanya, mobil sport baru keluaran tahun
kemana mana rajin mententeng buku.
ini seharga lebih dari 1 milyar sudah
Buku yang ia bawa bermacam macam,
bersiap menjadi miliknya, hanya tinggal
ada buku sastra, teori teori seni post
menunggu
modernism dan tak lupa buku catatan
berkasnya
selesai
diurus.
Berkacamata
bau,
seminggu yang lalu. Ayahnya? Tidak usah
berkas
rapi.
pakaiannya
minus,
dan
harian miliknya. Duduk
disebelahnya,
Joni.
Wajah mereka
terlihat
bosan,
Mahasiswa semester 8 yang terus terusan
keresahan selalu membayang bayangi
mengulang sks demi sks yang ia tak
pikiran. Entah apa yang ia resahkan. Ia 18
selalu merasa
tertekan akan
semua
tindakan orang tuanya yang semana mena terhadap mereka. Seperti terkurung dalam kotak gelas, dingin dan cemas, dan gelisah, dan resah, dan terserah. Lalu
joni
memalingkan
matanya,
menyampingkan badannya, menatap Susi
berdua
saling
berhadapan,
saling
menatap dalam. ”Hai,
Joni”
susi
tersenyum,
memberikan efek yang luar biasa kepada Joni walau hanya dengan senyumannya. ”Hai, Susi.” lalu mereka saling
yang sedang termangu manatap jendela
senyum dan tertawa, dan mulai berbagi
usang di sebelah kirinya. Joni berkata
cerita kisah kisah hidup mereka yang
”Namaku Joni” Susi membalik, tak tahu siapa yang tengah berbicara padanya. lalu menatap dalam dalam mata Joni.
dingin dan segala macam kecemasan dan ketakutan. Ini adalah permulaan, sebuah awal untuk membuka kisah hubungan dua anak manusia yang penuh romansa, namun harus rela berakhir
”Namaku.. Susi” sambil terpatah
dengan miris dan sakit yang mendalam.
patah ia membalas sapaan itu. mereka
-—— BERSAMBUNG ———
Post Scriptum: Cerita ini adalah proyek iseng untuk menuliskan lagu-lagu di album Balada Joni dan Susi (2009) milik Melancholic Bitch kedalam sebuah narasi fiksi. Jika berjalan dengan lancar, maka akan ada 12 tulisan untuk cerita ini. Semoga banyak-banyak dapat inspirasi. Panjang umur inspirasi menulis!
19
AAN I G A H A I KEB S I N I F E AN D UANG D Dalam sebuah tayangan berjudul 360, metro tv pernah menyebutkan bahwa badan statistic nasional Indonesia telah melakukan survey mengenai Index Kebahagiaan. Di situ disebutkan bahwa masyarakat Indonesia berada pada level “cukup bahagia.” Dalam pernyataan ini juga dibeberkan bentuk grafiknya. Dari skala 100, masyarakat Indonesia menempati posisi 65.11 poin, 15 angka diatas standar kebahagiaan. Saya jadi tergelitik dengan survei tersebut, pasalnya 2 diantara 10 kriteria yang badan statistik buat adalah berupa materi semata. Memang banyak masyarakat kita menganggap bahwa kebahagiaan akan mereka dapat ketika mendapat atau berada pada posisi puncak kepemilikan materi. Saya tersenyum lalu pikiran saya membawa saya pada definisi kebahagiaan dan materialisme yang teman saya pernah katakan, sebuah cerpen milik Mochtar Lubis, juga pada film Rocket Rain dan kasus kasus korupsi serta kebahagiaan yang salah kaprah a la masyarakat kita. Salah satu teman saya, dulu, pernah bercerita
adalah, definisi kebahagiaan dia benar benar
kepada saya tentang definisi kebahagiaan
berorientasi pada materi. Lalu ia berdalih ”
menurut nya. Ketika saya bertanya bahagia itu
dosen Prose ku pernah bilang: kalau kita kaya,
seperti apa, lalu ia bilang:
maka kita akan lebih bahagia karena bisa
” aku punya cita cita yang tinggi, suatu saat aku akan membelikan mobil orang tuaku, menaik hajikan
berbagi ke orang lain” dari situ juga saya menyimpulkan bahwa dosen Prose nya adalah sosok yang materialistic juga.
mereka, mengkuliahkan adikku dan
Jadi begini, bukankah kita bisa berbagi apa
memberikan apa yang ia minta.
saja dan dengan siapa saja? Maksud saya,
Terus kalau pacaran nanti aku mau
jika kita ingin berbagi kenapa kita harus
pacarku
mapan,
menunggu sampai kaya? Sekarang juga bisa.
punya mobil sendiri jadi nanti pas
seorang
Berbagi apa saja yang kita punya, menurut
jalan-jalan aku gak kepanasan, terus
saya itu lebih membahagiakan dari pada
sering
berang
berbagi pada seseorang namun kita sama
sering
sekali tidak memiliki rasa hormat kepada
diajak
direstoran
yang
makan
mahal
dan
diberikan baju atau sepatu mahal” yang saya tangkap dari percakapan kala itu
mereka
karena
kita
menganggap
ada
pembatas diantara aku dan dia, materi.
20
Namun
memang
beginilah
cara
orang
ada jadwal roadwhow untuk kota Solo atau
mendefinisikan kebahagiaan. Orang kaya pun
Malang.
juga berpikir demikian. Dalam sebuah cerpen
penasaran, saya membeli OST nya lalu
yang pernah saya baca di dalam kumpulan
bahagia bersama lagu lagu pengisi tersebut.
cerpen Perempuan, Mochtar Lubis menyoal tentang gilanya seorang kaya raya dan seorang miskin yang dapat disatukan hanya dengan uang.
Cerpen tersebut berjudul
”Semua Bisa Dibeli!” . Yaa semua bisa dibeli dengan uang, termasuk cinta. Cinta, banyak orang akan merasa bahagia ketika sudah memiliki cinta kasih kepada seseorang. Namun berbeda dengan yang Mochtar Lubis tuturkan. Dalam kisah ini dituliskan begini:
”...’dia merasa terhina karena aku membanggakan uang kepadanya. Akan tetapi aku tetap percaya dengan uang semua dapat dibeli.’ Dan dia melihat menantang kami ’persahabatan juga?’ tanyaku. ’Ya!’ jawabnya. ’kebahagiaan?’ tanya tuan stacey. ’ya!’ tantang nyonya Higgins. ’Cinta?’ tanyaku mengganggu. ’ya! juga cinta dan semua yang abstrak abstrak...” Bukankah kebahagiaan itu adalah sesuatu
Lalu
untuk
mengobati
rasa
Saya teringat sebuah lagu berjudul Crown, yang dibawakan Jirapah. Saya tersenyumsenyum lalu membayangkan betapa uniknya film ini. Di bagian outro lagu tersebut dicuplikkan bagian-bagian monolog culapo tentang manifesto pernikahannya kelak, dan ia juga
membahas
mengenai
definisi
kebahagiaan. Begini bunyinya:
”definisi kebahagiaan kami unik, tidak menjiplak definisi kebahagiaan milik orang lain... kebahagiaan kami akan memantul pada keseharian kami... ” Sependapat dengan culapo, saya juga menganggap bahwa kebahagiaan itu unik dan tidak bisa diukur hanya dengan materi bukan uang, bukan barang. Dan dari definisi kebahagiaan, seluruh sikap dan keseharian tersebut akan memantul, setidaknya itu menurut culapo dan saya mengamininya. Definisi kebahagiaan dan uang ini lah yang membuat mental kita dapat dengan mudah terhapus
yang relatif yang murni namun tak terbeli. Tapi
dengan uang. Lihat saja para politisi dan juga
kenapa banyak dari kita menagnggap bahwa
penguasa negeri kita yang menganggap
bahagia
yang
definisi kebahagiaan adalah uang yang
berlimpah. Bahwa dengan uang, kita bisa
mereka pegang teguh itu adalah suatu
membeli apa saja termasuk kebahagiaan.
kebenaran yang mutlak. Lihat apa yang
Lalu, saya juga terbawa pada cuplikan dialog
mereka lakukan. Korupsi, suap, pembelian
berarti
memiliki
materi
pada Rocket Rain. RR adalah film yang disutradarai dan juga diperankan oleh Anggun Priambodo (culapo). Sejak dulu saya pengen sekali bisa melihat film tersebut, sayang belum
suara dan kekuasaan dimana-mana seakan akan ketika mereka melakukannya skala kebahagiaan yang mereka rasakan akan semakin bertambah dan bertambah.
21
mengabaikan hal hal yang padahal selalu membuantnya tersenyum setiap waktu. Ketika mereka sudah kaya, maka orientasi tersebut juga akan tetap pada uang, jadinya mereka merasa kurang, kurang dan kurang lagi tentnag apa yang mereka punya. Kembali lagi ke atas, dalam acara tadi salah satu orang yang ditanyai tentang kebahagiaan bilang, bahwa kata hati adalah tuntunan, bukan materi. Lalu, kata hatilah yang bisa merasakan bahwa kita bahagia atau tidak, bukan semata karena materi. Karena materi bisa dicari, dan gampang pula dihabiskan. Namun kebahagiaan adalah sesuatu yang sulit didefinisikan, namun tak lekas hilang. (rhm)
22
((( MUSIC ))) Kondisi sosial masyarakat dunia saat ini benar benar ruwet, setidaknya menurut saya. Di Indonesia, Pemilu Presiden diwarnai dengan kecurangan dan saling serang menyerang dan mempermalukan calon calon presiden. Orang-orang ribut, menganggap jagoan presidennya lah yang paling benar sampai sampai memfitnah pemuka agama. Benar benar tidak masuk akal. Israel terus menerus menjatuhkan korban korban di palestina, lewat tangan tangan besi rudal berdarahnya, palestine menangis, palestine berdarah. Perselisihan antara Ukraina dan Rusia pun mulai membara lagi. Dulunya Ukraina merupakan bagian dari Rusia, namun karena adanya pemberontakkan dari sekelompok masyarakat yang ingin memisahkan diri, maka terpisahlah kedua negara tersebut. sekarang beberapa kelompok di ukraina ingin bergabung kembali dengan rusia. Inilah perang saudara. Tidak mengenal lawan, tidak mengenal kawan, sampai sampai sebuah pesawat Malaysia sengaja ditembak rudal, atas nama keamanan negara. Atas nama kemanusiaan, perang perang dan pertumpahan darah ini harus dihentikan. Bukankah kita ini diciptakan untuk saling mencintai, bukan menyakiti? #PrayForTheWorld Semakbelukar ~ Merujuk Damai Hal yang paling menyayat hati adalah melihat korban-korban kekejaman perang menangisi keluarga mereka yang telah meninggal, terbunuh. Darah dimana mana, isak tangisnya bergema, menusuk hati.
Simon & Garfunkel – Save the Life of My Child “Save the life of my child…. Cried the desperate mother…” dalam perang di gaza, para ibu ditahan oleh israel, dipisahkan dari anak anak mereka, sementara para bapak berperang. Para ibu berteriak, anak-anak menjerit. I guess you know what I mean.
Avenged Sevenfold – Victim ‘Nothing is harder than to wake up all alone’ kisah tentang perang berdarah ini penuh duka dan air mata, mungkin sebagian dari mereka menganggap inilah akhir dari segalanya.
C’mon Lennon – Ambulan Segera panggilkan ambulan.... Duka korban perang israel-palestine semakin mendalam, para korban lalu lalang masuk rumah sakit. Entah kapan perang ini akan berhenti :(
23
Oasis – Little by little ‘We the people fight for our existence? We don’t claim to be perfect but we’re free’ mungkin seperti itu perasaan masyarakat Palestine saat ini.
Simon & Garfunkel ~ Last Night I Had the Strangest Dream Bagaimana jika mimpi Simon & Garfunkel yang ini benar benar terjadi, perang-perang berhenti dan para negara yang sedang bersengketa sepakat untuk menandatangani sebuah surat pedamaian dan mereka tidak akan-pernah berperang lagi, tentara tentara dipulangkan, dan orang orang diperbatasan, korban korban persengketaan menari-nari bahagia. Yaa.. semoga saja. John Lennon – Imagine “imagine all the people living life in peace” meeen, bayangin men ketika semua orang di dunia ini hidup bersama dalam kedamaian men, tidak ada ketakutan hanya ada berbagi kebahagiaan, mungkin dunia akan sama seperti surge ya.
Darryl Wezy – The War Is Over Now “..I dream as well as the bad will always defeated, conquered by the good inside..” ayolaaaaah… perang sudah seharusnya berakhir, sampai kapan perdamaian dan kebaikan-kebaikan di dunia ini hanya menjadi mimpi? Kita harus menghentikan ini semua.
Bob Dylan – Knockin’ On Heaven’s Door “.. I can’t shoot them anymore, that long-black cloud is coming down. I feel I’m knockin’ on heavens door” ~
Knee and Toes – Pray For The World Meskipun lagu ini tentang tsunami, namun sama saja tetap kita harus berdoa #PrayForTheWorld God will listens, the whole world is praying. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menghadapi semua ini, semua keruwetan dunia yang semakin lama semakin berduri ini.
tapikok aku jadi merinding ya :( oya, mixtape ini juga bisa kamu dengarkan di: http://8tracks.com/ si_rahma/pray-for-the-world disarankan mendengarkan ketika kamu sendirian, dan jangan lupa memakai headset.
24
25
#THESITETOGO Adalah Majalah Sintetik, media musik yang berbasis di Malang, yang memperkenalkan kata “TheSiteToGoTo” kepada saya. Isinya adalah daftar website-website yang mungkin bisa menjadi referensi teman teman. Namun karena media ini sudah lama vacuum, makanya saya meminjam istilah ini, dan menghilangkan kata “to” di akhir, untuk saya masukan pada zine ini. Semoga yang punya gak marah ya hehe.. Oke selamat berselancar, semoga bisa menemukan hal-hal baru yang lebih menarik :)
Surat Untuk Pak Bowo
Zine Kunci Center
http://suratuntukpakbowo.tumblr.com
http://issuu.com/zinekuncicenter
Suatu hari saya sedang mengunjungi twitter, seperti biasa, saya berjalan-jalan menelusuri lini masa. Tiba-tiba saya sadar, ternyata di lini masa tersebut, banyak sekali bermunculan tweet-tweet yang ber-hashtag #SuratUntukPakBowo. Secara alamiah, saya mencoba mengikuti hashtag-hashtag tersebut daaaan, bertemulah saya dengan blog ini.
Di website ini ada lumayan banyak zine-zine local, Yogyakarta yang dipublish oleh Kunci Cultural Studies. Buat yang setengah fanatic sama Ugoran Prasad, ada nih projekan nya diayang dulu, namanya BlockNot. Kamprettt! Disini bisa menemukan banyak zine-zine unik,meskipun hanya ada 4 nama, yaitu Terompet Rakyat, OldSkull, BlockNot, dan Street Art, namun mereka sangat menarik :)
Berbagai macam surat tercantum disini, namun kebanyakan berisi keluh-kesah, ketakutan, dan kata-kata penyemangat untuk bapak Prabowo Subianto pada pilpres kali ini. Kan kita gak tau siapa yang menang juga to? Yaa buat jaga jaga aja sih, kalo dia kalah entar udah ada yang menyemangati. Yang nulis ini gak cuma public figure aja, semua orang boleh mengirimkan suratnya untuk Pak Bowo kok, boleh boleh boleh.. Panjang Umur Kebebasan Berpendapat!
Yes No Wave http://yesnowave.com Yang suka music-music indie Indonesia pasti udah tau website ini, eh gak pasti juga ding. Ini adalah situs internet music label atau netlabel yang di prakarsai Wok The Rock dkk. Disana kita bisa download berbagai macam rilisan, ada Frau, Semakbelukar, Bottlesmocker, Risky Summerbee and The Honeythief, Bangkutaman, juga Rabu yang baru saja menyelesaikan turnya, dan masih banyak lagi yang lain. Aku kasih rekomendasi Cotswold ya, ini band Surabaya yang berbahaya nih, juga Frau, dan RSATH dan semakbelukar hehe :)
26
27
J U L Y I S T H E I N T E R N A T I
For more info/comments/critics/ contributions, you can contact me at:
rahmajijah@gmail.com :)
O N A L Z I N E M O N T H
Buku Satu Juli - 2014
#IZM2014
28