Samantabadra 2013-03

Page 1

Samantabadra Meskipun diri sendiri setulus hati ingin memperoleh nama sebagai orang yang bijaksana, baik di dalam maupun di luar masyarakat, bila erat dan akrab dengan orang jahat, dengan sendirinya dua atau tiga kali dalam sepuluh kali akan mengikuti ajarannya sehingga akhirnya menjadi orang yang buruk juga. Di dalam Syikan Bugyo Den Gukece dikatakan, “Sekalipun orang ini semula bukan orang yang buruk, bila erat dan akrab dengan orang yang buruk, akhirnya pasti menjadi orang yang buruk juga. Dan nama buruk ini akan tersebarluas ke seluruh dunia.” (Surat Balasan Kepada Sairenbo)

SAMANTABADRA | MARET 2013 | NOMOR. 230

eeeee

gosyo kensyu SURAT BALASAN KEPADA SAIRENBO liputan PERINGATAN HARI KEHADIRAN BUDDHA NICIREN riwayat NICIREN DAISYONIN bagi rasa BANJIR SEBAGAI HIKMAH BAIK

eeeee

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Maret 2 0 1 3

03 # 230


Kalimas, Kalimantan Barat (TGM 25, 1 Juli 2012)

eeeee

eeeee Pokoknya, guru yang sesat dan buruk adalah guru Hukum zaman sekarang yang memfitnah Hukum Saddharmapundarika-sutra. Di dalam Sutra Nirvana dikatakan, “Wahai Bodhisattva, janganlah merasa takut kepada gajah ganas dan lainnya, tetapi bangkitkanlah hati ketakutan kepada teman yang buruk (Akucisyiki). Ketika terbunuh karena gajah ganas, tidak akan terjatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk : Neraka, Kelaparan, dan Kebinatangan, akan tetapi bila hati kesadaran terbunuh karena teman yang buruk, pastilah tiba pada Tiga Dunia Buruk”. Di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dalam zaman yang buruk, para Bhikku memiliki prajna yang sesat dan hati yang bengkok”, dan lain-lain. (Surat Balasan Kepada Sairenbo)

eeeee

Di dalam teori dikatakan, “Sering kali terlahir bersama guru”. Sekarang, Niciren telah mencapai kesadaran, bagaimana mungkin Anda dibiarkan terjatuh ke dalam jalan buruk? Jika kalimat sutra catatan Sang Buddha ditinjau dari Arti pokok Sang Buddha, sama sekali bukan bualan, baik di dalam maupun di luar keduniawian. Dan juga di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Setelah kemoksyaan Saya, orang yang menerima dan mempertahankan sutra ini, tidak diragukan lagi pasti akan mencapai kesadaran di dalam Jalan Buddha.” Atau, “Segeralah terangkan hal ini agar memperoleh Jalan Buddha yang terunggul”. Kalau kalimat sutra ini tidak ada fakta nyatanya, bila pencapaian kesadaran kita di masa sekarang merupakan bualan, maka lidah para Buddha akan terputus, stupa Tathagata Prabhutaratna akan jatuh dan hancur, singgasana kedua Buddha akan menjadi singgasana besi membara api neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Ketiga Tanah Buddha; Tanah Sementara, Tanah Bodhisattva, dan Tanah Buddha akan berubah menjadi Tiga Jalan Buruk; Neraka, Kelaparan, dan Kebinatangan. Mungkinkah terjadi hal seperti itu? Hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Betapa senang dan gembiranya. Dengan memikirkan hal-hal seperti ini, meskipun Saya seorang terhukum, kegembiraan Saya, badan dan hati, tidaklah terkatakan. (Surat Balasan Kepada Sairenbo) eeeee


Dari Redaksi

A

kan tetapi, bagaimanapun juga, pada zaman sekarang ini haruslah diketahui perbedaan yang ada di antara guru yang sejati dan guru yang sesat, guru yang baik dan guru yang buruk. Oleh karena itu, menjauhlah dari guru yang sesat dan buruk, erat dan akrablah dengan guru yang sejati dan baik. Bila memiliki kebajikan yang meluas hingga ke seluruh dunia serta prajna yang bersinar seperti matahari dan bulan, ketahuilah bahwa guru yang memfitnah Saddharmapundarika-sutra merupakan guru yang buruk dan sesat; maka tidak boleh erat dan akrab dengannya. Salah satu sutra mengatakan, “Jika ada seorang pemfitnah, janganlah tinggal bersamanya. Kalau erat dan menyukainya serta tinggal bersama-sama, akan terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus�. Demikian kutipan kalimat Surat Balasan Kepada Sairenbo (Perjanjian Menjadi Guru dan Murid) Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup seorang diri, dia harus berinterakasi dengan orang lain, dalam interaksi itulah akan bertemu dengan jodoh baik maupun jodoh buruk. Jodoh baik akan membawanya kepada kebahagiaan, sedangkan jodoh buruk akan membawanya kepada penderitaan. Apalagi apabila jodoh buruk tersebut dianggapnya sebagai guru, maka membuat orang yang bersangkutan akan semakin terperosok ke dalam penderitaan hidup dan mati. Apa yang kami sajikan dalam majalah ini adalah upaya kami untuk menampilkan jodoh baik kepada para pembaca, agar para pembaca dapat semakin meningkatkan hati kepercayaan sehingga senantiasa dapat memunculkan kesadaran, karena inilah hakikat kebahagiaan.

Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A - 25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (021) 8306059, 8311844 Fax (021) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/

PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Mayasari, Lita Clarus, Vinni Kristanto, Yesi Gandhi, Felicia F STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

Selamat membaca.

Maret 2013 | Samantabadra

1


Samantabadra

Maret 2013

daftar isi

CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta LIPUTAN Peringatan Tahun Baru Imlek Peringatan Kehadiran Niciren Daisyonin MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Balasan Kepada Sairenbo Gosyo Cabang Surat Perihal Bunga Menjadi Buah Forum Diskusi Meningkatkan Mutu Sifat Jiwa RIWAYAT Saddharma Pundarika Sutra dan Niciren Daisyonin SYIN GYO GAKU Perlengkapan Altar Menikmati Daimoku

3 5 12 13 15

WAWASAN Tips Sehat Menggunakan Kartu Kredit KESEHATAN Down Syndrome Bukan Halangan Berprestasi Silent Stroke

13 64

66 68

SERBA-SERBI Resep Donat Goreng

69

17

BERITA DUKA CITA

69

43

CERITA RAKYAT Si Pitung

70

KIBA & KRUBU

73

TEKA-TEKI SILANG

74

JADWAL KEGIATAN

75

46

52

15

52

VIHARA DAN CETYA NSI 76

54 54 57

BAGI RASA Banjir Sebagai Hikmah Baik 62

62 2

Samantabadra | Maret 2013


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Bapak Suhadi Sendjaja “Surat Perihal Tiga Harta Pusaka� Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 26-27 Januari 2013

samping upaya-upaya fisik, hal yang paling pokok yang mempengaruhi kestabilan Bapak-ibu yang kesehatan kita adalah saya hormati, gosyo ini perasaan jiwa. Dengan mengajarkan pada kita perasaan jiwa yang tenang, bahwa kita harus menjadi jiwa yang bebas, jiwa yang manusia yang seutuhnya. suci, dan jiwa yang kuat, hal Diajarkan bahwa ada ini akan membuat makanan tiga macam harta, yaitu yang kita makan, olah raga harta benda, harta badan yang kita jalankan, segala dan harta jiwa. Daripada menimbun harta benda, lebih aktifitas yang kita lakukan baik menimbun harta badan, akan menjadi maksimal manfaatnya. Maka badannya maka dikatakan banyak duit jadi sehat. juga kalau badannya sakitDalam majalah sakitan tidak ada gunanya, Samantabadra bulan makan pun rasanya tidak Januari 2013 dimuat ada enak, makanan enak pun artikel mengenai hubungan tidak dapat dinikmati. perasaan dengan pergerakan Buddha mengatakan molekul darah. Gerakan daripada menimbun harta badan, lebih baik menimbun jiwa kita memiliki hubungan harta jiwa. Ketiganya penting, yang pararel dengan badan dan lingkungan tetapi harta jiwa lah yang sekitar kita. Ketika gerakan pokok, dan harus menjadi jiwanya bagus, penuh rejeki, fondasi dari kedua harta lainnya. Harta badan penting, sehingga jiwanya menjadi jiwa yang kuat, tenang, harta gudang penting juga, suci dan bebas, pergerakan mo chien tak bisa kemanamana, maka menimbun harta molekul darahnya pun bagus tidak menggumpal. Jika gudang. molekul darah menggumpal, Buddha mengatakan peredaran darah akan untuk bisa memupuk tersumbat, beresiko terkena harta jiwa, kita pun harus serangan jantung. Tentu mempunyai badan yang hal ini tidak kita harapkan. sehat. Untuk menjaga Dari contoh ini, kita dapat kesehatan, kita bisa lakukan dengan meminum minuman melihat bahwa dengan dasar kesehatan, olahraga, istirahat harta atau rejeki jiwa, kita dapat mengundang harta yang cukup. Namun di Nammyohorengekyo,

badan dan harta benda yang bermanfaat untuk kebaikan kehidupan kita dan orang lain. Jadi perlu kita letakkan harta jiwa sebagai dasar, di atas itu kita bangun kesehatan kita. Kalau badan sehat, sifatnya bagus, usahanya pasti bagus. Sebagai Ketua Umum, saya ingin melalui ajaran Buddha Niciren, semua umat NSI hidupnya baik, kualitas mentalnya baik, kehidupan sosial ekonominya juga meningkat. Dengan kondisi hidup demikian, pasti akan terpancar kecerahan di wajah bapak dan ibu. Buddha mengajarkan kita, manusia harus tahu budi. NSI ada sampai hari ini karena ketulusan dan budi baik bapak-bapak dan Ibu-ibu. Emosi atau sifat pemarah menghindari kita dalam memupuk rejeki jiwa. Untuk memupuk rejeki jiwa, Niciren Daisyonin membimbing Syijo Kingo agar menjalankan Kshanti Paramitha yang merupakan bagian dari Enam Paramitha (Dana Paramitha, Maret 2013 | Samantabadra

3


ceramah gosyo Sila Paramitha, Kshanti Paramitha, Virya Paramitha, Dhyana Paramitha, Prajna Paramitha). Bagi kita umat Niciren Syosyu, keenamenamnya ini harus dijalani. Dengan gongyo-daimoku akan muncul Kesadaran Buddha kita, sehingga kita bisa menjalankan paramitha ini dengan baik. Paramitha itu adalah kesempurnaan, pertapaan. Jadi kita adalah orang-orang yang harus menyempurnakan diri kita, yang mana merupakan aktivitas memupuk rejeki jiwa. Enam Paramitha itu adalah gerakan dari orang yang ingin menyempurnakan dirinya, sehingga dia bisa mencapai tingkat kebuddhaan. Bagi kita murid Buddha Niciren, pertapaan kita sudah sangat dipermudah, sebab kita punya Gohonzon— Nammyohorengekyo, jodoh terbaik untuk langsung memunculkan Dunia Buddha. Kita harus berusaha menyempurnakan diri dari dalam maupun dari luar, dengan cara menjalankan keenam paramitha. Pertama, menjalankan Dana Paramitha atau beramal, menyumbang. Kedua, Sila Paramitha, pantangan kita hanya satu yaitu tidak melepaskan Gohonzon, tidak mundur dari hati kepercayaan. Ketiga, Khsanti Paramitha, adalah melatih kesabaran kita. Sila ini ditekankan kepada Syijo Kingo oleh Buddha Niciren, tapi bukan berarti sila-sila yang lain tidak penting. Hal itu dikarenakan Syijo Kingo sangat menonjol kemarahannya, 4

Samantabadra | Maret 2013

temperamennya tinggi. Buddha mengatakan kepada Syijo Kingo, harus menjalankan Khsanti Paramitha untuk melatih kesabaran. Keempat, Virya Paramitha, berarti semangat, maka kita dalam menjalankan syinjin harus bersemangat. Gongyo mengandung Virya Paramitha. Kelima, Dhyana Paramitha yaitu ketenangan pikiran, selalu harus tenang dalam bersikap. Keenam, Prajna Paramitha, berarti munculnya Prajna Buddha, sehingga bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan yang tepat terhadap suatu kejadian. Semua gerakan NSI bertujuan untuk mengajak umatnya membuat rejeki jiwa, di samping menjalankan pertapaan pribadi. Gongyodaimoku adalah pertapaan pribadi. Dalam gosyo ini Niciren Daisyonin ingin membimbing kita harus menjadi manusia yang seutuhnya. Menjadi manusia bukan hanya wajahnya, badannya, tapi perilakunya pun manusiawi, menjadi manusia yang seutuhnya, artinya Buddha. Buddha itu bukan sosok, melainkan manusia yang muncul kesadarannya. Yang namanya rejeki adalah hasil dari perbuatan kita sendiri, maka kita harus menjadi manusia yang seutuhnya. Buddha itu adalah kesadaran. Maka yang namanya menjadi Buddha artinya kita menjadi manusia seutuhnya, manusia yang jiwa Buddha-nya berkembang, manusia yang dasarnya sadar dan dengan

dasar kesadaran dia bisa melakukan perbuatan yang pikirannya, ucapannya dan perbuatannya seiya-sekata. Dengan demikian, kita harus menerapkan ajaran Buddha di dalam perbuatan kita, hal ini akan menjadi rejeki jiwa kita. Dalam kegiatan kensyu, NSI juga selalu membina umatnya membuat rejeki jiwa. Maka diajak makan bersama, sebelum makan berdoa terlebih dahulu. Buddha Niciren mengajari kita agar menjadi manusia seutuhnya. Vihara Saddharma sudah hampir enam tahun berdiri, berarti kasurnya juga sudah 6 tahun. Maka kini tidur saat kensyu lebih rapih dengan sprei yang bernomor. Sehabis kensyu spreinya dicuci di laundry supaya bersih, itu juga upaya untuk lebih manusiawi. Ada orang yang menemukan gelang emas saat kensyu, dengan segera dikembalikan, itu pun tindakan yang membuat rejeki jiwa. Diharapkan kesadaran seperti itu bisa berlangsung seterusnya di kalangan umat NSI, saling jaga dan saling memupuk rejeki jiwa. Dalam kaitannya dengan kesehatan, sekarang pemerintah kita sudah semakin memperhatikan aspek kesehatan warganya, seperti merokok di tempat umum itu pidana karena ada undang-undangnya. Kita juga ingin menjaga agar umat NSI bisa sehat, salah satu usahanya itu adalah dengan tidak merokok. eee


Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi “Surat Perihal Tiga Harta Pusaka� Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 26-27 Januari 2013

Nammyohorengekyo,

Tapi Niciren Daisyonin memberikan bimbingan Surat Perihal Tiga Harta kepada Syijo Kingo, Pusaka ini ditulis pada bagaimana bisa menerima tanggal 11 bulan ke-9 hal ini dengan mengingat tahun 1277, diberikan budi luhur dari majikannya kepada Syijo Kingo yang kepada Syijo Kingo selama berada di Kamakura. Isinya ini, sehingga tidak boleh menegaskan bahwa penyakit bersikap seperti itu dan harus yang diderita majikannya, bersikap sebagai seorang Ema, pada umumnya Ksatria yang selalu ingat merupakan akibat imbalan budi majikan dan bekerja karena menganiaya Syijo dengan sungguh-sungguh, Kingo sebagai pelaksana berperilaku yang baik. Hukum Sakti. Di samping itu, Seorang arif bijaksana menasehati Syijo Kingo untuk tidak terpengaruh oleh 8 menahan diri dan berhatiAngin, maka jangan karena hati agar tidak mudah keuntungan di depan mata, emosi hingga melakukan ataupun kerugian yang sesuatu yang ceroboh. membuat kita jadi terikat Kemudian mengajarkan oleh hal-hal seperti itu, bahwa ketabahan merupakan membuat sikap kita tidak sesuatu hal yang penting. sesuai dengan apa yang Oleh karena dalam surat ini diajarkan oleh Sang Buddha. diceritakan tentang Kaisar Walaupun dipuji atau diejek, Susyun yang telah dibunuh selalu harus mempunyai hati akibat emosi, maka surat ini yang teguh tak terpengaruh dikenal pula dengan nama “ oleh hal-hal semacam itu. Surat Kaisar Susyun “. Sebetulnya Syijo Kingo Tanah pemberian mendapat tanah itu majikannya, Ema, yang sebagai hadiah karena Syijo diperoleh karena Syijo Kingo berhasil mengobati Kingo bisa menyembuhkan majikannya yang saat itu penyakitnya ditukar ke sakit keras, karena Syijo tempat yang jauh, sehingga Kingo seorang tabib, maka Syijo Kingo awalnya tidak dapat mengobati majikannya bisa terima, maka Syijo Kingo sampai sembuh dan sebagai ingin menuntut kepada rasa terima kasihnya majikannya dan temanmajikannya memberika tanah teman sekerjanya yang disamping mendapatkan menghasut majikannya. gaji. Tanah itu diolah

sehingga mendapatkan hasil tambahan untuk menunjang kehidupan Syijo Kingo agar berkecukupan untuk membiayai orangtuanya, keluarga adik-adikya, dan kakak-kakaknya (keluarga besarnya) dengan lebih layak sebagai hasil kesungguhan hati kepercayaan Syijo Kingo kepada Gohonzon. Pada tahun 1274, Syijo Kingo mencoba syakubuku majikannya dan majikannya merasa tak puas. Niciren Daisyonin memberikan bimbingan bahwa karena hati kepercayaan majikannya itu bertentangan dengan Saddharmapundarika-sutra (dari sekte Nembutsu), maka walaupun Anda percaya Gohonzon tapi Anda ada di pihak majikan yang menentang Saddharmapundarika-sutra. Kalau Anda tidak berusaha meluruskan pandangan majikan, maka Anda akan terjatuh kepada keburukan yang sama, karena itu Syijo Kingo berusaha untuk syakubuku majikannya dengan menjelaskan makna Nammyohorengekyo yang Maret 2013 | Samantabadra

5


ceramah gosyo sesungguhnya. Tetapi, majikannya merasa tidak puas, kesempatan ini dimanfaatkan oleh temanteman sekerjanya untuk menghasut majikannya, akhirnya kedudukan Syijo Kingo menjadi terdesak, gajinya dikurangi dan tanahnya diganti di tempat yang jauh. Dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin menjelaskan kalau tanah yang telah diberikan sebagai hasil dari Syijo Kingo yang telah berhasil menyembuhkan penyakit majikannya ditarik kembali, maka penyakit majikannya akan kambuh kembali. Niciren Daisyonin berusaha membimbing Syijo Kingo, karena khawatir sekali Syijo Kingo tidak senang kepada majikannya sehingga tidak mau mengobati majikannya lagi, kalau seperti ini masalahnya akan bertambah parah, maka Niciren Daisyonin memberikan bimbingan agar Syijo Kingo mau mengobati majikannya dan untuk menjaga keselamatan diri sendiri harus menjalin hubungan yang baik dengan teman sekerjanya, seperti penjaga malam dan lain-lainnya. Intinya adalah bagaimana Syijo Kingo bisa menjadi seorang manusia yang seutuhnya atau manusia yang sadar. Karena dalam agama lain, mereka percaya ajarannya adalah agar mendapat perlindungan dan rejeki, dimana semua itu diberikan oleh faktor dari luar dari dirinya. Kalau di dalam Ajaran Agama Buddha sebelum Saddharmapundarikasutra juga masih seperti 6

Samantabadra | Maret 2013

itu, jadi walaupun sudah mengenal hukum sebabakibat, tapi karena dasarnya bukan hukum sakti yang sesungguhnya, sehingga sebab-akibat yang diharapkan seringkali membuat orang merasa kecewa, merasa apa yang telah dijalankan selama ini, misalnya telah berbuat baik tetapi tidak sesuai dengan apa yang telah dijalankan. Pada Ajaran Saddharmapundarikasutra, hal ini jelas, semua itu tergantung pada hati kepercayaan kepada Gohonzon (Saddharmapundarika-sutra) yang tujuannya adalah berbuat baik yang dasarnya adalah Dunia Buddha, kalau berbuat kebaikan-kebaikan dengan dasar Dunia Buddha, maka akan mendapatkan imbalan yang sesungguhnya. Maka pada Isi Gosyo, setelah menyatakan terima kasih atas sumbangansumbangan yang telah diberikan, Niciren Daisyonin mengatakan, bagaimanapun perihal majikan Anda, Ema, adalah sesuatu yang menyedihkan. Walaupun kelihatannya majikan Anda tidak menganut Saddharmapundarikasutra, namun karena budi dan perhatiannya terhadap Anda sebagai pegawainya, sehingga Anda telah dapat menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra. Maka dengan demikian, kurnia kebajikan tersebut harus dengan sepenuhnya didoakan demi kesembuhan penyakit majikan Anda. Pohon kecil yang berada di bawah pohon besar dan rumput yang tumbuh

di tepi sungai, walau tak memperoleh curahan air hujan dan air sungai secara langsung, namun dengan wajar akan dibasahi oleh embun dan memperoleh air sungai. Begitupun hubungan Anda dengan majikan. Artinya, karena sungguh-sungguh percaya kepada Gohonzon, bekerja dengan sungguh hati berdasarkan Kesadaran Buddha sehingga majikannya percaya kepada Syijo Kingo dan menghargai Syijo Kingo sehingga Syijo Kingo mendapatkan materi dan bisa menyumbang kepada Saddharmapundarikasutra. Jadi secara tidak langsung majikannya juga menyumbang kepada Saddharmapundarikasutra, maka majikannya pun mendapat kurnia, karena dia menunjang Syijo Kingo. Walau Raja Ajatasatru adalah musuh dari Buddha Sakyamuni, namun karena menterinya Giba percaya dan selalu menyumbang kepada Buddha Sakyamuni, sehingga kurnia kebajikannya dikembalikan kepada Raja Ajatasatru. Dalam Hukum Agama Buddha terdapat Hukum yang penting yang dikatakan sebagai “Pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar�. Inilah prinsip Agama Buddha yang penting sekali. “Nai Kun Gego“, berarti pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar. Hal ini tertulis dalam Bab Sadaparibhuta, Saddharmapundarika-sutra. Maha Parinirvana-sutra dan Sutra Pembangkitan Kepercayaan yang menunjukkan prinsip pemunculan jiwa Buddha


Ketua Dharma

dalam jiwa setiap manusia sejak asal mula telah memiliki jiwa Buddha dan dengan dibangkitkannya jiwa Buddha dalam jiwa manusia, sehingga orangorang di sekitarnya akan berfungsi membantu memperkokoh jiwa Buddha yang diwujudkan. Artinya, bagaimana kita memunculkan jiwa Buddha, sehingga orangorang di sekeliling kita akan terpengaruh dan menjadi fungsi yang melindungi kita dan memperkokoh jiwa Buddha kita sesuai dengan prinsip Esyo Funi. Artinya, kita dengan lingkungan itu bukan dua, tapi merupakan satu kesatuan. Ketika Syijo Kingo memunculkan Kesadaran Buddhanya, karena hati kepercayaannya kepada Gohonzon, ia bekerja dengan sungguh hati, sepenuh jiwa raganya demi majikannya yang membuat majikannya melindungi Syijo Kingo. Sejak Syijo Kingo menganut Gohonzon pada tahun 1256 sampai tahun 1274 selama 18 tahun, walaupun Syijo Kingo menjalankan hati kepercayaan kepada Gohonzon, majikannya tidak pernah mempermasalahkan. Bila dibandingkan dengan majikan-majikan yang lain yang kalau pegawainya tidak menganut Agama yang sama dengan majikannya apalagi kalau percaya kepada Ajaran Niciren Daisyonin yang pada waktu itu dibenci oleh sebagian pejabat dan masyarakat Jepang karena Niciren Daisyonin ingin meluruskan ajaran-ajaran Buddha yang disalah artikan, sehingga karyawan-karyawan itu diberhentikan, tanahnya

disita, diusir dan lain-lainnya. Tetapi Ema, majikan Syijo Kingo tidak pernah mempermasalahkan hal ini karena Syijo Kingo bekerja dengan sepenuh jiwa raganya. Niciren Daisyonin mengatakan budi majikannya itu luar biasa, maka sekarang jangan menuntut dan protes. Di sini Niciren Daisyonin membuka pandangan Syijo Kingo untuk berperilaku sebagai seorang manusia, karena majikannya membuat kesalahan, pasti ada akibatnya, dan akhirnya majikannya sakit lagi, Niciren Daisyonin membimbing Syijo Kingo untuk mau mengobati lagi. Kalau mengikuti sifat Syijo Kingo yang pemarah, tentu dia tak mau mengobati lagi, kalau seperti itu tidak akan berakhir dengan baik untuk majikan maupun Syijo Kingo. Tidak ada artinya kalau dia sampai dibuang oleh majikannya, sebab Ajaran Agama Buddha prinsipnya adalah pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar. Kita mendapat perlindungan atau tidak itu bukan dari luar, tapi hasil pembangkitan dari dalam diri sendiri. Banyak di masyarakat, orang-orang yang menyumbang membuat kebaikan dan lain-lainnya, tapi tidak memperoleh perlindungan dari luar, pada dasarnya karena bukan Hukum Sakti. Artinya, bukan berdasarkan jiwa Buddha atau bukan dasar dari kesadaran atau mungkin menyumbang yang dasarnya 3 racun; keserakahan, kemarahan, kebodohan, yang seolah-olah membuat kebaikan, tetapi tidak

memperoleh perlindungan dari luar. Kalau dasarnya 3 racun, maka tidak akan memperoleh akibat imbalan yang sesuai dengan apa yang diinginkan, sehingga menjadi penyesalan. Tetapi kalau dasarnya kesadaran, ketulusan dan kesungguhan hati, akan mendapat kurnia imbalan yang sesuai, demikian Agama Buddha Niciren Daisyonin menjelaskan. Jadi karena perombakan dari seseorang akan merombak lingkungannya, masyarakat dan negara. Jadi keliru kalau kita menginginkan perlindungan dari luar tanpa pembangkitan kekuatan maitri karunia dari dalam. Perbuatan kita yang buruk pasti mendapat karma imbalan yang buruk pula. Syijo Kingo pun mendapat rintangan dari teman-teman sekerjanya disamping dari sekte lain, tapi Niciren Daisyonin mengatakan bahwa apa yang dilakukan terhadap Syijo Kingo akan menimbulkan penyakit bagi mereka sendiri, karena menghalanghalangi pelaksana Saddharmapundarikasutra, yaitu Syijo Kingo untuk menjalankan hati kepercayaan kepada Gohonzon. Niciren Daisyonin memberikan bimbingan kepada Syijo Kingo bahwa ia harus menjaga dirinya sendiri. Di dalam agama Buddha, kita yang sudah percaya Gohonzon, tidak otomatis kita bisa selamat, tetapi kita juga harus menjaga diri kita sendiri dengan baik, jangan seenaknya berperilaku, seperti marah-marah dan Maret 2013 | Samantabadra

7


ceramah gosyo membenci, karena itu bisa mendatangkan malapetaka. Karena Syijo Kingo seorang pemarah, maka dia sering tidak cocok dengan orangorang disekitarnya, di antaranya ada murid-murid Niciren Daisyonin juga seperti penjaga malam. Disini Niciren Daisyonin memberi bimbingan kepada Syijo Kingo agar berusaha menjalin hubungan dengan mereka, sebab kalau hanya seorang diri pasti musuh tak ragu-ragu untuk menyerang, Tetapi kalau berdua atau bersama-sama teman musuh akan berpikir 2 kali kalau mau menyerang, maka diharapkan Syijo Kingo jangan memisahkan diri dari mereka dan kalau anak buahnya membuat kesalahan apapun, hendaknya memberi kelonggaran, jangan memisahkan diri dari mereka atau menimbulkan keributan. Sebab, kalau sampai Syijo Kingo sendirian, tidak didampingi oleh anakbuahnya, pasti akan celaka. Bimbingan inipun berlaku kepada kita, sebab kita harus bisa membawa diri, jangan merasa karena percaya Gohonzon, kita bisa semaunya saja. Agama Buddha tidak seperti itu. Agama Buddha adalah kewajaran, artinya, perilaku kita harus lebih baik, tidak mungkin kita bisa selamat kalau perilaku kita tidak baik. Walaupun kita jadi pimpinan dalam susunan atau Dharma Duta sekalipun, kalau perilaku kita tidak sesuai dengan kewajaran, pasti kita akan dicemoohkan, yang bisa memancing keributan besar di dalam masyarakat. Semua tergantung pada hati kita, 8

Samantabadra | Maret 2013

keserakahan kita itu yang harus dijaga. Dikatakan, ketika Anda sedang marah akan kelihatan dalam wajah, hendaknya Anda tahu bahwa orang pemarah tidak akan dilindungi oleh Dewadewa agama Buddha. Kalau sampai Anda terbunuh, walau mencapai Kesadaran Buddhapun, mereka akan bergembira, namun sebaliknya Anda akan penuh dengan penyesalan, kalau hal ini sampai terjadi, sungguh disayangkan sekali. Ini adalah bimbingan Niciren Daisyonin kepada Syijo Kingo, karena Syijo Kingo adalah seorang pemarah, maka agar Syijo Kingo bisa menahan kemarahannya, membuka jiwanya agar tidak menjadi sempit. Di sini Niciren Daisyonin memberi bimbingan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, harus bisa merombak sifat jiwa, tentu dasarnya adalah kekuatan hati kepercayaan kepada Gohonzon, tanpa ada hati kepercayaan kepada Gohonzon, sulit untuk merombak sifat jiwa, karena tidak ada tenaga untuk bisa membuat jiwa Buddha kita untuk mengalihkan 3 racun kita dan muncul kesadaran Buddha kita sehingga bisa merombak sifat jiwa dan berperilaku dengan sewajarnya. Dan, kalau Syijo Kingo tetap tidak mau mengobati majikannya dan majikannya sampai meninggal, semua akan menjadi pengangguran, termasuk Syijo Kingo sehingga berhenti sumber kehidupannya. Maka, dibimbing agar Syijo

Kingo sungguh-sungguh mempertimbangkan niatnya itu dan seandainya isteri para pejabat menanyakan penyakit Ema, maka tanpa membedakan kedudukan si penanya, hendaknya menjawab dengan sikap membungkuk dan sopan. “Walau kekuatan saya tidak melampaui penyakitnya, namun karena ada permintaan yang keras agar mengobatinya, dan disamping itu juga karena saya seorang petugas sehingga mengobatinya dengan cara demikian�. Dalam menghadapi mereka hendaknya memakai pakaian yang sederhana dan tidak mencolok, serta dengan sikap penuh perhatian. Jadi Niciren Daisyonin betul-betul bersikap seperti orang tua yang membimbing Syijo Kingo, seperti anak kecil yang dibimbing sedemikian rupa sehingga pada akhirnya Syijo kingo bisa lepas dari masalah ini, karena perombakan sifat jiwa Syijo Kingo yang berdasarkan bimbingan Niciren Daisyonin. Jadi, Syijo Kingo bisa mengatasi permasalahannya itu bukan otomatis, bukan hanya dengan Gongyo Daimoku pagi dan sore saja, tanpa melaksanakan bimbingan Niciren Daisyonin dia tidak akan bisa mengatasi masalah ini. Maka di samping kita belajar, menjalankan Gongyo Daimoku, itu adalah kekuatan hati kepercayaan, tapi kekuatan pelaksanaan kita adalah melaksanakan bimbingan Niciren Daisyonin, tanpa itu tak akan ada manfaatnya. Maka hati keprcayaan adalah melaksanakan apa


Ketua Dharma

yang diajarkan Buddha dan semata-mata berpegang pada kata-kata Buddha, jangan lagi berpandangan pada diri sendiri. Kalau seperti itu, tak ada artinya kita menjalankan hati kepercayaan. Di sini Niciren Daisyonin memberikan bimbingan berulang-ulang agar dapat memahami keadaan masyarakat yang kotor dan jahat ini. Walau para arif bijaksanapun berada di dunia ini merupakan satu hal yang amat sulit, seperti batu yang berada di dalam kobaran api yang dalam waktu sementara dapat bertahan menahan panas, tapi akhirnya akan hancur menjadi abu. Maka para bijaksanapun selalu mengatakan “Kelima prinsip dari ketulusan, kesetiaan dan lain-lain seperti kejujuran, namun hal tersebut sulit dilaksanakan oleh diri sendiri”. Artinya, banyak orang yang ingin menjalankan kebaikan dalam hidup di dunia ini, tapi tak ada kekuatan dan hanya orang yang percaya Gohonzon menyebut Nammyohorengekyo dan sungguh-sungguh menjalankan berpegangan pada apa yang diajarkan oleh Niciren Daisyonin yang mempunyai kekuatan untuk bisa mengatasi ke-3 racun dari dalam jiwanya. Maka di ajaran sebelum Saddharmapundarikasutra, bahwa dunia ini adalah dunia saha yang penuh dengan penderitaan dan manusia itu harus menahan, tapi ketika masuk Saddharmapundarika-sutra, Bab 16 Buddha Sakyamuni mengatakan bahwa dunia

ini adalah tempat umat manusia untuk bermain dan bersenang-senang karena pada Saddharmapundarikasutra inilah baru dijelaskan 10 dunia memiliki 10 dunia lainnya. Jadi setiap orang mempunyai jiwa Buddha dan jiwa Buddhanya bisa dimunculkan, sehingga manusia mempunyai kekuatan yang bebas, kuat, suci, dan tenang. Maka dengan dasar seperti itu bisa mengatasi kesulitan apapun juga, bisa bertahan, bahkan bisa mengembangkan dan bisa menerima segala kesulitan itu untuk menjadi batu loncatan untuk mengembangkan kekuatan jiwanya, sehingga bisa merasakan hidup ini seperti bermain dan bersenangsenang. Walaupun masih banyak kesulitan. Sedangkan menurut Ajaran Sementara, orang tidak ingin dilahirkan lagi, kalau bisa setelah meninggal, masuk Nirvana tak dilahirkan kembali, karena merasa di dunia ini menderita, sebab belum dijelaskan 10 dunia yang memiliki 10 dunia dan tak bisa memunculkan dunia Buddhanya. Maka banyak orang mau berbuat baik itu susah, karena jiwanya tak ada kekuatan, seperti pemudapemuda yang mulanya mau bekerja dengan sungguhsungguh demi bangsa dan negara, tapi karena lingkungan, akhirnya ikutan korupsi juga, ini seperti batu masuk dalam api, walaupun sebentar bisa menahan panasnya, lama-lama hancur juga karena tak tahan. Memang kalau tak ada kekuatan Nammyohorengekyo itu

susah sekali untuk bertahan, maka kita yang sudah bertemu dengan Gohonzon itu sebenarnya sangat luar biasa mempunyai pusaka yang luar biasa yang bisa memberikan dan membuat kita menjadi manusia yang sadar, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan di dalam masyarakat ini. “Walau banyak orang yang ingin menjatuhkan Anda, namun tak dapat terjatuhkan, sehingga Anda akan semakin memperoleh kemenangan. Seandainya Anda tidak dapat menahan emosi, maka akan terjatuh dan terjerumus ke dalamnya. Hal mana sama seperti yang dikatakan dalam masyarakat luas, bahwa perahu yang terselamatkan dari bahaya, malah terbalik dan tenggelam di dekat pantai dan seperti setelah makan tidak dapat minuman, sungguh sangat disayangkan sekali”. Di sini Niciren Daisyonin berulang kali membimbing Syijo Kingo untuk bisa menahan amarahnya dan pentingnya kesatuan hati sesama umat, karena mereka menganut Gohonzon juga. Kalau dipandang dari jauh adalah demi Saddharmapundarika-sutra, tapi dari dekat adalah demi Niciren, maka harap bisa bekerjasama dengan mereka. Tapi “karena Anda adalah seorang pemarah, maka walau Saya mengatakan demikianpun, mungkin tidak mau mendengarnya. Seandainya demikian, maka kekuatan doa Niciren pun tidak dapat mengatasinya”. Artinya, kalau kita tidak sungguhMaret 2013 | Samantabadra

9


ceramah gosyo sungguh menjalankan sesuai dengan kata-kata Buddha, walaupun Buddha ingin mendoakan kita juga, tapi tak ada gunanya. Ada Gosyo yang mengatakan kepada Syijo Kingo walaupun “Saya mendoakan anda, tapi kalau anda tak percaya juga tak ada manfaatnya“, maka kita harus sungguh-sungguh. Niciren Daisyonin mengatakan hal yang tak terlupakan hingga saat ini adalah pada tanggal 12 bulan 9 tahun 1273, ketika Niciren sedang menjalankan hukuman penggal kepala di Tacenokuci, anda telah bersama saya dan memegang tali les kuda sambil menangis dengan penuh kesedihan. Hal ini tak mungkin akan terlupakan, walau dalam keadaan yang bagaimanapun”. Seandainya dosa Anda berat hingga menyebabkan Anda jatuh ke dalam neraka, maka walau Buddha Sakyamuni membujuk Niciren untuk menjadi Buddha, namun Saya tak akan mengikuti-Nya dan Saya akan bersamasama Anda masuk ke dalam neraka“. Kalau Niciren bersama Anda masuk ke dalam neraka, maka sudah pasti tidak diragukan lagi bahwa Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarikasutra pun akan jatuh ke dalam neraka. Di sini menerangkan hubungan Guru dan Murid yang begitu erat. Jadi di dalam agama Buddha, hubungan Guru dan murid itu bukan atas dan bawah, tapi berkedudukan yang sama. Dimana Guru sungguhsungguh menjalankan hati 10

Samantabadra | Maret 2013

kepercayaan kepada Hukum Sakti, murid pun demikian, dan Guru akan menjaga murid-Nya dengan sungguh hati dan sepenuh jiwa raga, begitupun murid kepada Gurunya. Di dalam Agama Buddha, umpamanya Guru yang salah, murid itu tak boleh mengikuti Guru yang salah dan murid itu harus membimbing Gurunya ke jalan yang benar. Agama Buddha seperti itu. Jadi disini tak ada otoritas bahwa murid harus patuh walau Guru, salah pun harus ikut. Disini Niciren Daisyonin, Guru-Nya Dozenbo itu tidak percaya Saddharmapundarika-sutra, tapi Niciren Daisyonin tak mengikuti Guru-Nya percaya pada ajaran yang sesat, bahkan Niciren Daisyonin berusaha menyadarkan Guru-Nya, membimbing Guru-Nya ke jalan yang benar, itu adalah sikap Niciren Daisyonin sebagai seorang murid harus seperti itu. Maka keliru kalau kita harus patuh kepada seorang senior umpamanya, tidak seperti itu, tapi tergantung sesuai dengan ajaran atau tidak, masalahnya disitu, ajaran Buddha seperti itu. Murid tidak boleh mengikuti Guru yang salah, akan habis terjerumus. Maka jelas hubungan Guru dan Murid harus bersama-sama berdasarkan Hukum Sakti. Saling menjaga antara Guru dan Murid agar keduanya bersama mencapai Kesadaran Buddha, ini harus betul-betul kita pahami. Niciren Daisyonin mengatakan jangan membenci Niciren kalau gagal sehingga tak memperoleh harta gudang

dan harta badan, tak ada artinya yang penting adalah harta jiwa. Sebab kalau harta jiwanya kuat, harta gudang dan harta badanpun akan mengikuti. Jadi ketiga harta ini memang harus ada pada manusia, tapi yang dijadikan dasar adalah harta jiwa, di atas harta jiwa itu kita bisa mencapai bahagia mutlak, karena harta gudang dan harta badan itu hanya untuk kehidupan kali ini saja, harta jiwa bisa dibawa untuk masa yang akan datang, maka itu yang paling pokok, sebab harta gudang dan harta badan tak bisa dibawa untuk masa yang akan datang. Sebab, kalau kita meninggal, harta benda itu menjadi milik orang lain, harta jiwa adalah harta yang dipupuk di dalam jiwa yang tak bisa diambil oleh siapapun, tapi kalau harta benda bisa hilang seperti kebanjiran habis, berapa banyak yang menjadi rusak, begitu juga harta badan banyak yang mati dan lain-lainnya. Maka yang paling pokok adalah bagaimana memupuk harta jiwa kita, itu yang paling penting. Kalau kita tak mempunyai harta jiwa yang kuat, walaupun harta gudang kita bertumpuk, itu semua akan menjadi racun dan akhirnya merusak harta jiwa kita dan tak bisa memberikan bahagia mutlak kepada kita. Bahagia mutlak itu hanya ada satu jalan, dengan sungguhsungguh percaya Gohonzon, melaksanakan Ajaran Niciren Daisyonin, itu adalah “pembangkitan dari dalam, perlindungan dari luar“. Kalau tidak ada pembangkitan dari dalam, tidak muncul kesadaran Buddhanya, maka


Ketua Dharma

harta jiwanya tidak ada. Orang yang ada harta jiwa itu adalah yang melaksanakan kata-kata Buddha dan perilakunya adalah manusia seutuhnya. Manusia yang sadar adalah manusia yang penuh rejeki, yang kaya harta jiwanya. Tapi di masyarakat, karena tak tahu itu dan mencari harta gudang dengan cara-cara yang merusak harta jiwanya, bukan memperoleh rejeki, bahkan memanggil malapetaka. Maka dikatakan “ malapetaka keluar dari mulut dan menjerumuskan diri sendiri, kebahagiaan timbul dari perasaan hati dan menghias diri sendiri “. Maka Niciren Daisyonin kepada Syijo Kingo mengatakan, “harus menimbun harta jiwa” dan Niciren Daisyonin memberi bimbingan “dari pada kita hidup 120 tahun dengan nama buruk, lebih baik hidup satu hari dengan nama yang baik“, berarti kepercayaan di dalam masyarakat adalah penting, kalau kita tidak bisa menjaga nama baik di dalam masyarakat, artinya kita gagal di dalam kehidupan, maka kita harus membuka kesadaran kita sehingga tak terjerumus ke dalam keburukan. Di Jepang ada 2 kaisar yang mati karena dibunuh orang, salah satunya adalah Kaisar Susyun. Ia adalah seorang pemarah, sulit untuk menahan diri. Ketika ia minta diramalkan oleh Pangeran Syotoku yang mengatakan “urat mata paduka berwarna merah menonjol keluar, itulah wajah untuk dibenci orang“. Kemudian Kaisar Susyun menanyakan bagaimana menghindarinya? Dijawab

caranya adalah dengan menjelaskan di dalam 5 prinsip dari ketulusan dan kejujuran terdapat Ksatria sebagai Kshanti Paramitha. Ini memang sukar, kalau tak ada Nammyohorengekyo. Bagaimana bisa menahan diri, sudah ada Nammyohorengekyo juga kalau tak sungguh-sungguh juga bisa kecolongan/ gagal dan kembali pada kecenderungan jiwa kita. Kaisar Susyun pada satu waktu lupa dan di tempat yang ramai mencabut mahkotanya yang ada di tangannya lalu menusuk mata anak babi hutan yang disembahkan kepadanya dengan berkata, “Bila budak yang saya benci bisa saya lakukan seperti ini…” itu bahaya sekali yang akhirnya menjadi pedang untuk membunuhnya, ketika hal ini dibocorkan kepada seorang menteri yang merasa bahwa ini ditujukan kepadanya, lalu dia menyewa pembunuh bayaran dan membunuh kaisar Susyun ini. Dengan mengambil kata-kata dari Kong Fu Chu “Kusi Icigon“, artinya, Sembilan kali pikir baru dikatakan. Ini artinya jangan sembarangan bicara. Walaupun seorang Kaisar jangan sembarangan bicara, kalau mau selamat. Dulu Siu Kun Tan ketika mencuci rambut, kalau kedatangan tamu, berhenti mencuci rambutnya untuk menyambut tamunya. Kalau orang sekarang bilang saja “tak ada“ . Atau kalau Siu Kun Tan lagi makan, makanannya dikeluarkan dulu baru menyambut tamunya. Tujuan kelahiran Buddha Sakyamuni di dunia ini adalah ingin

memberi bimbingan kepada kita agar menjadi manusia yang sebenarnya. Jangan keliru kalau berpikir bahwa agama Buddha untuk memberikan kurnia kepada kita dengan sembahyang di depan patung. Bukan itu! Tapi makna pokok kelahiran Buddha Sakyamuni adalah menjelaskan perilaku seorang manusia, bagaimana kita berperilaku sebagai seorang manusia. Kalau kita bisa menjadi seorang manusia yang berperilaku sesungguhnya, kita tidak usah minta-minta karena kita sudah menjadi orang yang penuh rejeki, prinsipnya seperti itu. Maka untuk itu Niciren Daisyonin mewujudkan Gohonzon Nammyohorengekyo untuk kita semua agar bisa memunculkan jiwa Buddha kita, sehingga bisa menjadi manusia yang seutuhnya, berperilaku sebagai manusia yang sesungguhnya, karena pada masa Akhir Dharma ini tanpa kekuatan Nammyohorengekyo, rupa-nya manusia, tapi perilakunya bukan manusia. Maka bagaimana kita harus jalankan perombakan sifat jiwa yang berperilaku sebagai manusia dengan cara percaya Gohonzon dan mengikuti bimbingan Niciren Daisyonin. eee

Maret 2013 | Samantabadra

11


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman “Surat Perihal Tiga Harta Pusaka� Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 26-27 Januari 2013

Nammyohorengekyo, Bapak-ibu, ini adalah pagi yang cerah, padahal mungkin kita semua umat DKI sebelum berangkat kesini, tersebar kabar tanggal 26 Januari 2013 ini Jakarta tenggelam, air laut pasang, air hujan tidak bisa lagi masuk ke laut, sehingga warga Jakarta banyak yang bingung, termasuk sebagian umat NSI di Jakarta. Tapi ini adalah satu bukti, karena Bodhisattvabodhisattva Muncul dari Bumi di sini, sungguh-sungguh hati ingin belajar, ingin menyebarkan Dharma. Nai Kun Gego adalah pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar, maka alam semesta juga mendukung. Maka terima kasih hari ini kita bisa sama-sama belajar Kensyu Gosyo, berejeki sekali yang datang di sini pasti merasa gembira. Dalam Gosyo ini diceritakan bahwa Ema, majikan Syijo Kingo menderita sakit lagi adalah karena tanah yang sudah diberikan kepada Syijo Kingo diambil lagi. Hal ini menjelaskan kepada kita. Kemudian dia sakit lagi itu adalah karena perasaan jiwanya sendiri yang memanggil jodoh sakit, karena perasaan jiwanya tidak tenang, mungkin ada marah dan benci. Dalam ilmu kedokteran, ilmu kejiwaan hal itu memang ada kaitannya. Perasaan jiwa itu sangat penting. Syijo Kingo yang begitu aktif menjalankan Ajaran Buddha Niciren dan Ema (majikannya) yang mendukung, ia pun mendapat kurnia kebajikannya. Di dalam keluarga umpamanya isteri yang menjalankan, suaminya pun mendapat

12

Samantabadra | Maret 2013

perlindungan, karena suaminya mendukung, maka kita harus terima kasih, karena didukung. Kepala pusing kalau kita menjalankan keaktifan dilarang suami. Tapi untung ada Gosyo yang menjelaskan “kita mengikuti suami dan akhirnya suami mengikuti kita, itupun perjuangan dan kita harus saling dukung mendukung, bukan mencari siapa yang menang siapa yang kalah. Tapi, sama-sama kita jalankan hati kepercayaan ini dengan penuh kegembiraan. Jangan kita seperti batu dibakar, lama-lama menjadi abu. Niciren Daisyonin memberi bimbingan ini untuk memperkuat hati kepercayaan kita. Jangan seperti perahu yang terselamatkan dari bahaya, malah terbalik dan tenggelam di dekat pantai. Artinya, jangan di saat kita lagi susah, pokoknya saya mau menjalankan penyebarluasan Dharma. Sekian tahun karena perombakan sifat jiwa kita ada kurnia kebajikannya, kemudian lupa. Memang sering seseorang jatuh karena batu yang kecil, bukan karena batu yang besar, sebab kalau batu yang besar kelihatan. Maka kita harus tabah menghadapi masalah apapun, biar bagaimanapun yang harus kita ikuti adalah kata-kata Buddha, Guru yang benar, Itai Dosyin. Dapat dilahirkan sebagai seorang manusia adalah hal yang sulit sekali. Hal mana seperti pasir di atas kuku, merupakan kehadiran yang sedikit sekali, maka sekarang kita sudah menjadi manusia harus gembira dan apa yang harus kita perbuat untuk kebahagiaan orang lain. Kita jangan wujudnya sebagai

manusia tapi perilakunya lebih dari binatang. Perombakan satu orang bisa merombak satu keluarga, masyarakat dan negara, maka kita harus jadi manusia yang seutuhnya yang benarbenar bisa memunculkan Dunia Buddha dan Kesadaran Buddha. Semua tantangan adalah agar kita lebih maju lagi, sehingga hidup kita lebih bernilai. Daripada kita hidup lama dengan nama yang buruk, lebih baik hidup sehari dengan nama yang baik. Untuk itu diperlukan filsafat yang benar yang bisa membimbing kita menjadi manusia yang bernilai, tidak gampang putus asa, menjalankan sebab yang baik pasti akibat baiknya muncul. Maka jangan merugikan diri kita sendiri. Jangan seperti Kaisar Susyun yang emosi sehingga mati terbunuh, yang tidak bisa lari dari hukum sebab-akibat karena omongannya yang penuh emosi dan kebencian. Maka jangan merasa kita sudah hebat bisa bicara seenaknya. Kong Fu Chu mengatakan, kalau ingin bicara harus sembilan kali pikir. Artinya, jangan asal bicara. Kita harus bisa menjaga diri, Nai Kun Gego, sehingga lingkungan pun menjaga kita. Melalui Gosyo ini kita jangan lupa menjalankan Kosenrufu dan menjadi manusia seutuhnya yang bisa mencapai Kesadaran Buddha untuk dapat membahagiakan diri sendiri dan orang lain. eee


liputan

Ketua Umum NSI memimpin upacara dokyo syodai Peringatan Tahun Baru Imlek yang diselenggarakan di Vihara Sadaparibhuta NSI, Jakarta.

Peringatan Tahun Baru Imlek

Menyikapi Kegembiraan Tahun Baru Secara Arif

U

mat NSI DKI Jakarta dan sekitarnya memperingati Hari Raya Imlek dengan dokyo syodai yang dipimpin oleh Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja, di Vihara Sadaparibhuta NSI, Jakarta. Dokyo syodai dimulai jam sepuluh pagi. Dilanjutkan dengan sambutan Bapak

Pergantian tahun pada kalender bulan atau imlek, yang berasal dari peradaban tiongkok, diperingati oleh orang-orang keturunan etnis tionghoa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam perkembangannya, tahun baru imlek menjadi hari raya nasional di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia, yang tahun ini jatuh pada tanggal 10 Pebruari 2013 kalender masehi.

Suhadi dalam rangka peringatan tahun baru imlek. Dalam sambutannya, Bapak Suhadi mengungkapkan bahwa saat ini di Indonesia, peringatan tahun baru imlek sudah disepakati sebagai bagian dari budaya bangsa dengan ditetapkannya sebagai hari

raya nasional. Nuansa merah yang mencerminkan sukacita, terasa di mana-mana. Di negara-negara lain, seperti Jepang dan Korea, pergantian tahun kalender bulan juga diperingati sebagai hari raya nasional. Bapak Suhadi melanjutkan, bahwa sebagai murid-murid

Maret 2013 | Samantabadra

13


liputan Buddha Niciren Daisyonin, yang terpenting bagi umat NSI adalah bagaimana agar bisa menyikapi kegembiraan peringatan tahun baru imlek secara arif. Kegembiraan yang dirasakan harus menjadi energi untuk membangun perasaan jiwa Buddha kita supaya semakin berkembang, demi mengagungkan Nammyohorengekyo. Caranya adalah dengan menjadikan diri kita pribadi yang terbaik, yang senantiasa ingin memunculkan kesadaran Buddha. Dengan demikian, kita tidak akan terlarut dalam kegembiraan sesaat, tapi betul-betul merasakan kegembiraan mutlak yang muncul dari gerakan dunia Buddha. Peringatan tahun baru imlek, identik dengan asap dupa yang mengepul. Namun demikian, umat NSI hendaknya memiliki pemahaman yang jauh lebih mendalam dari itu mengenai makna peringatan tahun baru. Kita awali dengan dokyo syodai bersama, memunculkan getaran positif untuk memunculkan perasaan jiwa Buddha kita setiap saat, sepanjang hari, sepanjang tahun, dan seterusnya. Bertekad untuk menjadi diri yang lebih baik, bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, pelan-pelan kita akan membawa sebuah perubahan citra terhadap cara berpikir yang lebih arif di dalam memperingati pergantian tahun.

14

Samantabadra | Maret 2013

Ketua Umum NSI memberikan sambutan dalam rangka Tahun Baru Imlek di depan umat NSI DKI Jakarta dan sekitarnya.

Sebagian besar umat NSI adalah warga keturunan etnis tionghoa, namun kita harus menyadari bahwa identitas diri kita adalah warga negara Indonesia yang harus bisa memberikan manfaat terhadap tanah air kita. Yang terpenting adalah tekad dan kesadaran dari semua elemen bangsa untuk berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Setelah Bapak Suhadi mengakhiri sambutannya, acara peringatan tahun baru imlek ditutup dengan tiga kali penyebutan Nammyohorengekyo. Umat dan pimpinan NSI saling menyalami dan mengucapkan selamat tahun baru dalam nuansa kegembiraan dan kebersamaan. (Sam)


Peringatan Kehadiran Buddha Niciren 16 Pebruari 1222-2013

Kehadiran Buddha Adalah Kesadaran Buddha Dari Dalam Diri P

ada tanggal 16 Pebruari 2013, umat NSI dari Jabotabek berkesempatan berkumpul bersama di Vihara Sadaparibhuta NSI, Jakarta, untuk melakukan upacara dokyo syodai, sebagai persembahan Saddharma Pundarika Sutra dan mantera Nammyohorengekyo dalam rangka memperingati kehadiran Buddha Niciren di dunia, 791 tahun yang lalu.

Upacara dokyo syodai dalam peringatan kehadiran Buddha Niciren, dipimpin oleh Ketua Umum NSI dan diikuti oleh umat NSI Jabotabek.

D

okyo syodai dipimpin oleh Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja, yang dimulai jam 7 malam. Dalam sambutannya, Bapak Suhadi menyampaikan makna penting peringatan kehadiran Buddha Niciren. “Buddha secara fisik sudah tidak ada, tetapi dalam Saddharma Pundarika Sutra, Buddha Sakyamuni senantiasa

mengatakan bahwa Buddha sesungguhnya tidak pernah meninggalkan dunia ini. Kita harus pahami bahwa Buddha itu adalah kesadaran. Kesadaran dari Buddha Niciren ditinggalkan untuk kita semua dalam bentuk Gohonzon, Nammyohorengekyo, dan gosyo-gosyo, yang mana peninggalan-peninggalan Buddha ini tidak pernah “meninggal�. Namun agar

apa yang disabdakan Buddha, bahwa kehadiranNya akan selalu ada, tergantung dari kesungguhan hati kita dalam menjaga dan menghidupkan dharma Buddha ini di dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita tidak menjaga dan tidak melaksanakan ajaran Buddha di dalam hidup kita, artinya kita membuat peninggalan Buddha jadi benar-benar hilang. Oleh karena itu, kita

Maret 2013 | Samantabadra

15


liputan harus terus menghidupkan kebuddhaan ini. Salah satunya adalah dengan cara menyebarluaskan Gohonzon. Tanamkan dalam hati kita untuk terus menyebarluaskan Hukum Agung ini untuk seluruh umat manusia. Dengan pemahaman seperti ini dalam memaknai hari kehadiran Buddha Niciren, barulah ada artinya kita semua berkumpul di sini,� jelas Bapak Suhadi.

Dalam rangkaian acara peringatan ini, umat NSI menampilkan suguhan hiburan dari paduan suara bapak-ibu NSI, dan penampilan dari grup angklung NSI. Generasi muda pun menampilkan suguhan yang tidak kalah menarik, dengan persembahan sebuah drama yang menceritakan kehadiran Buddha Niciren di dunia ini, sampai Ia menyebut

Nammyohorengekyo untuk pertama kalinya. Bertepatan dengan hari itu, grup angklung NSI memperingati hari jadinya yang ke-37 tahun. Semoga dengan usia yang semakin dewasa, grup angklung NSI semakin semangat dalam menjalankan syinjin dan terus berkiprah demi penyebarluasan dharma Nammyohorengekyo. (Sam)

Penampilan grup angklung NSI.

Pemotongan kue ulang tahun grup angklung NSI oleh Ketua Umum NSI, bersama-sama Ketua Dharma NSI, Ibu Merry, dan Ibu Suhadi. Penampilan paduan suara Bapak-Ibu NSI.

Para generasi muda NSI yang mempertunjukkan drama kehadiran Buddha Niciren.

16

Samantabadra | Maret 2013


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Balasan Kepada Sairenbo

Perihal Perjanjian Menjadi Guru dan Murid LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis pada tanggal 13 bulan 4 tahun Bun-ei ke-9 (1272), ketika Niciren Daisyonin berusia 51 tahun dan dikirim dari Icinosawa, Pulau Sado, kepada Sairenbo Nicijo yang menerima hukuman yang sama, pembuangan ke Pulau Sado. Surat aslinya sudah tak ada lagi. Pertama-tama, isi surat ini menyatakan penghargaan atas sumbangan yang diterima, dan selanjutnya sebagai jawaban atas surat Sairenbo diterangkan tentang : 1. Kegembiraan Sairenbo karena menerima dan mempertahankan kepercayaan pada Saddharma dan terjalinnya ikatan jodoh guru dan murid; 2. Harus membuang guru yang sesat dan harus mengikuti guru yang sejati;

3. Nama-nama guru yang sesat dan kalimat sutra sebagai bukti; 4. Niciren Daisyonin merupakan guru yang sejati dan baik di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma); 5. Sebab jodoh guru dan murid serta dorongan untuk melaksanakan dan membimbing umat; 6. Karunia kebajikan menerima dan mempertahankan sila pokok yang sempurna (hon-en kai juji); 7. Suasana jiwa tercapainya kesadaran. Sebagai kesimpulan, surat ini meramalkan pembebasan dari hukuman dan memberi dorongan semangat kepada Sairenbo.

ISI GOSYO |

B

ila akan berkunjung di sore hari, harap benar-benar berhati-hati. Saya ingin menyampaikan secara mendalam tentang Pintu Hukum Karunia Kebajikan Orang Yang Menerima Tingkat Myokaku (Tokujusyoku Nin Kudoku Homon). Keinginan yang tertera di dalam surat telah dipahami dan berbagai barang yang berasal dari ibukota diterima dengan sungguh hati. Ketika tinggal di Kamakura, barang-barang tersebut sering dilihat, akan tetapi selama masa pembuangan di pulau ini sama sekali tidak pernah melihatnya. Barang-barang seperti itu Saya rasa langka di Pulau kecil yang jauh dari ibukota. Maret 2013 | Samantabadra

17


materi ajaran | gosyo kensyu Di dalam surat Anda tertera, “Sejak awal bulan dua telah menjadi murid yang mengikuti kepercayaan sampai sekarang dan seterusnya. Saya lebih rendah dari orang biasa, tetapi telah dianggap sebagai seorang murid. Betapa bersyukurnya!” Di dalam Saddharmapundarika-sutra terdapat kalimat, “Sering kali dilahirkan bersama-sama guru di tanah negeri seluruh Buddha” dan dibabarkan juga, “Kalau erat dan akrab dengan guru Hukum segera akan memperoleh Jalan Kebodhisattvaan. Dengan selaras dan mengikuti guru ini serta belajar darinya dapat melihat Buddha sejumlah butir-butir pasir Sungai Gangga.” Di dalam Hokke Gengi dikatakan, “Semenjak dahulu, dengan mengikuti Buddha ini baru dapat menimbulkan keinginan hati mencari Jalan Buddha dan dengan mengikuti Buddha ini dapat menetap pada suasana jiwa yang tak akan mundur.” Juga, di dalam catatan Hokke Mongu dikatakan, “Pertama, dengan mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini terjadi ikatan jodoh. Sebaliknya, kesadaran Jalan Buddha dapat tercapai karena mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini”. Bila kita memikirkan dan merenungkan keterangan-keterangan dan kalimat sutra ini, mungkin semenjak dahulu, dari masa lampau yang tak terhitung, telah ada perjanjian menjadi guru dan murid. Kita sekalian dapat terlahir di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) yang keruh dan buruk, di negeri Jepang yang utama di Jambudwipa, dengan mulut menyebut Nammyohorengekyo yang bukan main agungnya dan merupakan tujuan kehadiran para Buddha di dunia, dapat percaya di perasaan hati, mempertahankan dengan badan, dan dapat memegang dengan tangan, semata-mata karena karma kebiasaan yang tertinggal dari masa lampau. Saya melihat dari wajah negeri Jepang, Raja Iblis Surga Keenam telah merasuki tubuh orang arif, sehingga guru yang baik menjadi guru yang jahat, guru yang sejati menjadi guru yang buruk. Inilah yang dimaksud dengan “iblis jahat merasuki badan” yang dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra. Sekalipun Niciren bukan orang yang arif, Raja Iblis Surga Keenam ingin merasuki badanNya. Akan tetapi, karena kewaspadaan telah mendalam sekali semenjak dahulu, badan-Nya tidak dapat didekati. Karena Iblis Surga Keenam tak berdaya, ia merasuki mulai dari raja dan pejabat-pejabat lainnya sampai Ryokan dan murid-muridnya, menjerat guru Hukum yang bodoh sehingga membenci Niciren. Akan tetapi, bagaimanapun juga, pada jaman sekarang ini haruslah diketahui perbedaan yang ada di antara guru yang sejati dan guru yang sesat, guru yang baik dan guru yang buruk. Oleh karena itu, menjauhlah dari guru yang sesat dan buruk, erat dan akrablah dengan guru yang sejati dan baik. Bila memiliki kebajikan yang meluas hingga ke seluruh dunia serta prajna yang bersinar seperti matahari dan bulan, ketahuilah bahwa guru yang memfitnah Saddharmapundarika-sutra merupakan guru yang buruk dan sesat; maka tidak boleh erat dan akrab dengannya. Salah satu sutra mengatakan, “Jika ada seorang pemfitnah, janganlah tinggal bersamanya. Kalau erat dan menyukainya serta tinggal bersamasama, akan terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus.” Demikian diperingatkan. Meskipun diri sendiri setulus hati ingin memperoleh nama sebagai orang yang bijaksana, baik di dalam maupun di luar masyarakat, bila erat dan akrab dengan orang jahat, dengan sendirinya dua atau tiga kali dalam sepuluh kali akan mengikuti ajarannya sehingga akhirnya menjadi orang yang buruk juga. Di dalam Syikan Bugyo Den Gukece dikatakan, “Sekalipun orang ini semula bukan orang yang buruk, bila erat dan akrab dengan orang yang buruk, akhirnya pasti menjadi orang yang buruk juga. Dan nama buruk ini akan tersebarluas ke seluruh dunia.” 18

Samantabadra | Maret 2013


Pokoknya, guru yang sesat dan buruk adalah guru Hukum jaman sekarang yang memfitnah Hukum Saddharmapundarika-sutra. Di dalam Sutra Nirvana dikatakan, “Wahai Bodhisattva, janganlah merasa takut kepada gajah ganas dan lainnya, tetapi bangkitkanlah hati ketakutan kepada teman yang buruk (Akucisyiki). Ketika terbunuh karena gajah ganas, tidak akan terjatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk; Neraka, Kelaparan, dan Kebinatangan. Akan tetapi bila hati kesadaran terbunuh karena teman yang buruk, pastilah tiba pada Tiga Dunia Buruk.” Di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dalam jaman yang buruk, para Bhikku memiliki prajna yang sesat dan hati yang bengkok”, dan lain-lain. Semenjak dahulu telah disampaikan bahwa para guru, yaitu Subhakarasimha, Vajrabodhi, Bodhidharma, Hui-ko, Shan-to, Kobo dari Kuil To, Cisyo dari Kuil Enjo, Jikaku dari Gunung Hiei, Ryokan dari daerah Timur membaca petuah emas “membuang ajaran sementara sesungguh hati” menjadi “membuang ajaran sesungguhnya setulus hati dan hanya membabarkan ajaran upaya”, atau membaca kalimat sutra “teratas di antara berbagai sutra” menjadi “terbawah di antara berbagai sutra”, atau membaca kalimat sutra “Saddharmapundarika-sutra adalah yang terunggul” menjadi “Saddharmapundarika-sutra adalah yang kedua atau ketiga.” Oleh karena itu, mereka dikatakan sebagai guru Hukum yang sesat dan buruk. Sekarang, yang dikatakan guru yang sejati dan baik adalah yang mengikuti petuah emas Buddha Sakyamuni bahwa berbagai sutra merupakan ajaran upaya dan Saddharma merupakan yang sebenarnya. Orang yang setulus hati membaca seperti ini adalah guru yang sejati dan baik. Hendaknya melihat Bab Memasuki Hukum Dunia (Nyuhokai) Sutra Avatamsaka jilid ke-77. Di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Teman yang baik (Zencisyiki) adalah sebab jodoh yang utama”. Berarti, membimbing dan mengajarkan untuk bertemu dan melihat Buddha sehingga membangkitkan keinginan hati kesadaran yang tiada taranya. Sesuai dengan pembabaran Sang Buddha, buanglah sebagai sutra empat rasa tiga ajaran, yakni Hinayana, Semi Mahayana, berbagai sutra upaya, sutra pegangan berbagai sekte : Nembuce, Syingon, Zen, Rice, dan lainnya. Guru yang membabarkan Myohorengekyo sebagai Sebab Jodoh Hanya Satu Fakta Sangat Penting harus disebut sebagai guru yang sejati dan baik. Meskipun demikian, Niciren yang dilahirkan di negeri Jepang pada masa 500 tahun awal Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) mendapat rintangan dan penganiayaan dari Tiga Jenis Musuh Kuat sesuai dengan ramalan Sang Buddha. Setelah menerima bermacammacam kesulitan dan malapetaka tanpa menyayangi jiwa raga dan terus menyebut Nammyohorengekyo, hendaknya dipikirkan dengan sungguh-sungguh, siapakah merupakan guru yang sejati atau guru yang sesat. Orang-orang dari berbagai sekte semenjak dahulu menganggap dan menyatakan, “Saya telah mengetahui dan memperoleh arti Saddharmapundarika-sutra, sehingga merupakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra”. Meskipun demikian, mereka tidak mengalami kesulitan dan penganiayaan seperti yang diterima oleh Niciren. Niciren, pada tahun Koan ke-1 dibuang ke Propinsi Izu, pada tahun Bun-ei ke-8 dibuang ke Pulau Sado, dan menerima hukuman pemenggalan kepala di Tacenokuci, serta lainnya. Berbagai kesulitan dan penganiayaan lainnya tidaklah terhitung. Jika disesuaikan dengan kalimat sutra, Sayalah guru yang sejati dan guru yang baik. Hendaknya berpikir bahwa pengajar dan pelajar dari berbagai sekte adalah guru yang sesat dan guru yang buruk. Selain ini, masih banyak kalimat sutra dan sastra yang membagi dan membedakan dua macam guru, yang baik dan yang buruk. Tetapi hal ini tidak perlu diterangkan, karena agaknya Anda telah mengetahuinya. Maret 2013 | Samantabadra

19


materi ajaran | gosyo kensyu Di dalam surat dikatakan, “Mulai saat ini akan membuang guru sesat yang sekarang ada dan hanya akan mengikuti serta percaya kepada satu-satunya guru yang sesungguhnya, yaitu Niciren Daisyonin”. Saya sendiri merasa hal ini bukan main menakjubkan. Buddha Sakyamuni, guru pokok kita semua, hadir di dunia ini untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Pada waktu itu, Buddha dari kawasan lain, Bodhisattva dan lainnya datang untuk membantu Sang Buddha dalam perilaku membimbing umat. Oleh karena itu, mungkin utusan Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan para Buddha sepuluh penjuru muncul di Jepang untuk membimbing dan mengajar. Di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Saya, dari negeri yang lain, mengutus pembimbing, mengumpulkan umat untuk mendengarkan Hukum. Seluruh pembimbing mendengar Hukum, mengikuti dengan selaras dan tidak menentang.” Yang dikatakan Bhikku di dalam kalimat sutra tersebut adalah Anda sendiri. Oleh karena itu, perkataan, “mendengarkan Hukum, menerima dan percaya, mengikuti dengan selaras, dan jangan menentang”, sudah jelas terpampang di depan mata. Mengapa timbul keragu-raguan mengenai hal ini? Sebagai contoh lain, orang yang dikatakan, “sering kali terlahir bersama guru di tanah para Buddha” sama artinya dengan ketiga golongan Sravaka yang meskipun telah tertanam bibit, telah meninggalkan Mahayana dan terjatuh ke dalam Hinayana sehingga terjerumus ke dalam Lima Jalan dan Enam Jalan. Namun, ketika tiba saatnya untuk mencapai kesadaran, akhirnya berturut-turut mendapat kesadaran. Alangkah gembiranya dapat membuang Hukum sesat dan guru sesat Nembuce, Syingon, dan lainnya serta menjadi murid Niciren! Bagaimanapun, orang yang menghantam pemfitnahan Dharma dari berbagai sekte seperti yang dilakukan Niciren, membuang Hukum sesat, dan turut percaya Hukum Sakti secara berurutan memasuki Tanah Buddha (Jojakko-do) tempat ketiga Buddha. Di hadapan Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna bertanya, “Apakah kita sekalian semenjak masa lampau yang tak berawal akhir mengikat perjanjian sebagai guru dan murid? Dan kemudian datang sebagai utusan Buddha Sakyamuni untuk mengajar dan membimbing.” Ketika itu dijawab, “Demikianlah adanya.” Ketika kata-kata tersebut diterima, di dalam hati sendiri dapat menerima dan mengerti. Maka, dalam keadaan bagaimanapun, bergiatlah dengan sungguh hati, bergiatlah. Meskipun tak direncanakan, pada bulan 2 yang lalu telah disampaikan Hukum yang sangat penting kepada Anda. Terlebih lagi, di tengah malam tanggal 8 bulan 4, pada pukul 04.00 telah memberi Jusyoku Kanco (penerima tingkat tertinggi dengan upacara memercikkan air prajna di kepala orang tersebut), berdasarkan sila pokok sempurna dari Saddharma. Mungkinkah orang yang menerima Jusyoku ini tidak menjadi Buddha Myokaku pada masa ini? Kalau pada masa hidup sekarang mencapai tingkat Myokaku, mungkinkah pada masa yang akan datang menjadi bagian tingkat sebab Tokaku dan lainnya? Sesungguhnyalah, ini merupakan perjanjian semenjak asal mula tiada berawal akhir. Di dalam teori dikatakan, “Sering kali terlahir bersama guru.” Sekarang, Niciren telah mencapai kesadaran, bagaimana mungkin Anda dibiarkan terjatuh ke dalam jalan buruk? Jika kalimat sutra catatan Sang Buddha ditinjau dari Arti pokok Sang Buddha, sama sekali bukan bualan, baik di dalam maupun di luar keduniawian. Dan juga di dalam Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Setelah kemoksyaan Saya, orang yang menerima dan mempertahankan sutra ini, tidak diragukan lagi pasti akan mencapai kesadaran di dalam Jalan Buddha.” Atau, “Segeralah terangkan hal ini agar memperoleh Jalan Buddha yang terunggul.” 20

Samantabadra | Maret 2013


Kalau kalimat sutra ini tidak ada fakta nyatanya, bila pencapaian kesadaran kita di masa sekarang merupakan bualan, maka lidah para Buddha akan terputus, stupa Tathagata Prabhutaratna akan jatuh dan hancur, singgasana kedua Buddha akan menjadi singgasana besi membara api neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Ketiga Tanah Buddha; Tanah Sementara, Tanah Bodhisattva, dan Tanah Buddha akan berubah menjadi Tiga Jalan Buruk; neraka, kelaparan, dan kebinatangan. Mungkinkah terjadi hal seperti itu? Hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Betapa senang dan gembiranya. Dengan memikirkan hal-hal seperti ini, meskipun Saya seorang terhukum, kegembiraan Saya, badan dan hati, tidaklah terkatakan. Dengan memikirkan dan merenungkan siang dan malam Hukum yang sangat penting ini, dalam setiap kejap dapat merasakan teori pencapaian kesadaran Buddha. Dengan menjalankan seperti ini, tahun dan bulan dilalui tanpa terasa lama; waktu panjang yang telah dilalui pun tak terasa. Sebagai contoh, ketika kedua Buddha, Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna, duduk di dalam Stupa Pusaka dan menyetujui teori gaib dari Saddharmapundarika-sutra, waktu yang berlalu amatlah panjang, selama 50 kalpa kecil. Akan tetapi, dengan kekuatan gaib Sang Buddha, semua golongan umat merasa bagaikan hanya setengah hari. Demikianlah yang dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra Bab XV Bodhisattva Yang Muncul dari Bumi, dan begitu pula yang dirasakan oleh Niciren. Semenjak semula di dunia ini selalu ada peringatan dari orang tua, majikan, dan lainnya. Di antara orang yang menerima hukuman pembuangan ke pulau negeri yang jauh, mungkin tidak ada orang yang sekujur tubuhnya dipenuhi dengan kegembiraan seperti kita. Oleh karena itu, tempat kita berada untuk melaksanakan pertapaan Saddharmapundarika-sutra, dimanapun kita berdiam, akan menjadi kota Jojakko (Tanah Buddha). Orang yang menjadi murid dan penganut kita, tanpa melangkah satu langkah pun dapat melihat Gridhrakuta di India, dan dikatakan dapat pulang pergi dalam satu hari satu malam ke tanah suci Buddha asal muasal. Kegembiraan dalam hal ini tidak terkatakan. Karena merasakan kegembiraan yang meluap-luap, maka diikrarkan sebuah janji. Bila Anda lebih cepat dibebaskan dari hukuman pembuangan dan dapat kembali ke ibukota, sedangkan Niciren tidak dibebaskan oleh Kamakura Dono (Hojo Tokimune), maka Saya akan menyampaikan kepada para dewa dan lainnya agar Saya dapat kembali ke Kamakura dan mengirim surat ke Kyoto. Atau, bila Niciren diizinkan terlabih dahulu kembali ke Kamakura, Saya akan menyampaikan kepada para dewa agar Anda dapat pulang kembali ke kampung halaman. Sampai jumpa lagi. Tanggal 13 bulan ke-4 Surat Balasan Kepada Sairenbo

Tertanda Niciren

Maret 2013 | Samantabadra

21


materi ajaran | gosyo kensyu

| KUTIPAN GOSYO

1

Saya ingin menyampaikan secara mendalam tentang Pintu Hukum Karunia Kebajikan Orang Yang Menerima Tingkat Myokaku (Tokujusyoku Nin Kudoku Homon).

GM

Keterangan : Sairenbo baru menjadi murid Niciren Daisyonin pada awal bulan 2 tahun 1272. Pada tanggal 11 bulan yang sama ia langsung menerima Surat Perihal Warisan Hakikat Hukum Kejiwaan (Syoji Icidai ji Kecimyaku Syo), tanggal 20 menerima Surat Peri­hal Penegasan Lisan Pencapaian Kesadaran Buddha bagi Rumput dan Pohon (Somoku Jobuce Gukece), dan seterusnya juga mendapat surat-surat yang berisi hukumhukum yang sangat mendalam. Dua bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 8 bulan 4, seperti yang tertera dalam surat ini, telah dilaksanakan upacara pemberkahan sila sempurna dari Ajaran Pokok Tunggal Yang Tersirat Di Dasar Kalimat (Montei Dokuice Honmon). Dengan upacara agung ini terjalinlah ikatan jodoh guru dan murid secara nyata. Kegembiraan Sairenbo tak ter­katakan melihat sikap Niciren Daisyonin yang meskipun sedang menjalani hukuman pembuangan tetap teguh tak tergoyahkan, bahkan tetap berwibawa serta membabarkan Hukum yang sangat mendalam dengan jelas. Dapat dirasakan kegem­biraan di dalam hati Sairenbo untuk mengetahui jalan tersebut, yaitu tekad untuk menjadi murid Niciren Daisyonin. Diperkirakan perasaan hati yang mendalam tersebut tertuang dalam surat yang di­kirimnya dan Surat Perjanjian Menjadi Guru dan murid ini merupakan jawaban atas tulisan tersebut. Perasaan berterima kasih terlihat di dalam isi surat yang dikirim oleh Sairenbo, “Sejak awal bulan dua telah menjadi murid yang mengikuti keper­cayaan sampai sekarang dan seterusnya. Saya lebih rendah dari orang biasa, tetapi telah dianggap se­bagai seorang murid”. “Betapa bersyukurnya!” Selain itu, Sairenbo juga menerangkan, “Mulai saat ini akan membuang guru yang sesat yang sekarang ada dan hanya akan mengikuti satu-satuya guru yang sesungguhnya”. Surat Sairenbo tidak hanya mene­rangkan kegembiraan atau tekad hati semata, tetapi juga berisi keinginan untuk menerima bimbingan tentang Hukum. Hal ini dapat dirasakan dari per­kataan Niciren Daisyonin.

22

Samantabadra | Maret 2013

“Keinginan yang tertera di dalam surat telah dipahami”. Ini merupakan per­nyataan yang tersurat, tetapi di dalamnya terkandung makna bahwa Sairenbo meminta bimbingan tentang Hukum. Agaknya surat Sairenbo menanya­kan tentang Pintu Hukum Karunia Kebajikan Orang Yang Menerima Tingkat Myokaku. Kalimat pertama dalam surat ini berbunyi. “Bila akan berkunjung di sore hari, harap benarbenar berhati-hati”. Tidaklah diketahui sore hari kapan yang dimaksud di sini. Perkataan ini bukan hanya bimbingan harus datang, tetapi juga menyatakan bahwa Niciren Daisyonin bertemu dengan Sairenbo di malam hari. Abucebo pun mengirim sumbangan di tengah malam, karena meskipun berada di ke­diaman Icinosawa Nyudo, Niciren Daisyonin sering kali menghadapi bahaya. Dari hal ini dapatlah di­perkirakan bahwa tidak mudah bagi Sairenbo untuk menemui Niciren Daisyonin, agaknya para penjaga sering menolak kedatanganya Oleh karena itu, di sini dikatakan untuk berhati-hati bila ingin datang di sore hari. Selanjutnya mengenai barang-barang yang di­peroleh dari Kyoto. Barang-barang tersebut disumbangkan kepada Niciren Dasyonin dan Beliau menyampaikan kegembiraan-Nya. Tidaklah diketahui jenis barang tersebut, tetapi jelas barang yang sering terlihat di Kamakura tanpa pernah ditemui sekali­pun semenjak dibuang ke Pulau Sado, tempat ter­pencil yang jauh dari Kamakura maupun Kyoto. Bagi Sairenbo sendiri. mungkin barang-barang dari Kyoto itu amat berharga, tetapi ia lebih memen­tingkan Niciren Daisyonin sehingga rela menyumbangkannya. Dari sini dapatlah dirasakan ketulusan hati Sairenbo yang murni. Mengenai perkataan “Pintu Hukum Karunia Kebajikan Orang Yang Menerima Tingkat Myokaku” (Tokujusyoku Nin Kudoku Homon) di dalam surat ini tidaklah diterangkan. Akan tetapi, hal tersebut diterangkan di dalam surat yang ditulis dua hari kemudian. Isinya diterangkan sebagai berikut : Orang yang “menerima tingkat” ( jusyoku) di­sebut sebagai “penerima tingkat tertinggi” (jusyoku kanco). Setelah menyelesaikan pertapaan kebodhi­sattvaan, orang akan menerima tingkat myokaku. Di dalam berbagai sutra, selain Saddharmapunda­rika-sutra, diterangkan bahwa bila bodhisattva tingkat tokaku ingin menjadi Buddha Myokaku. maka para Buddha yang berasal dari dunia lain akan memercikkan Air


Prajna Hukum Buddha ke atas kepala bodhisattva ini. Oleh karena itu, di dalam sutra-sutra lainnya ditegaskan, bahwa hanya Bodhisattva Tokaku yang menjadi Jusyoku Kanco. Sebaliknya, yang “menerima tingkat” Saddharmapundarika-sutra, manusia biasa lebih banyak dari pada orang arif, orang buruk lebih banyak dari pada orang baik, lapisan bawah lebih banyak dari pada lapisan atas, orang yang merusak sila lebih banyak dari pada orang yang mempertahankan sila, orang yang berpandangan sesat lebih banyak dari pada orang yang berpandangan benar, orang yang ber­akar-bakat tumpul lebih banyak dari pada orang yang berakar-bakat tajam, orang yang berkedudukan rendah lebih banyak dari pada orang yang berkedudukan tinggi, wanita lebih banyak dari pada pria, binatang lebih banyak dari pada manusia dan dewa; oleh karena itu, bukan hanya bodhisattva tingkat tokaku yang mendapatkannya, bahkan ke-51 tingkat secara keseluruhan dapat “menerima tingkat”. Sebenarnya, tidak ada menerima 52 tingkat dari Saddharmapundarika-sutra, akan tetapi sebagai toleransi tetap dikatakan mencakup ke51 tingkat lainnya, sehingga ke-52 tingkat secara keseluruhan dapat “menerima tingkat”. Bila mengatakan dengan tegas, jenjang 52 tingkat ini adalah makna Ajaran Khusus (Bekkyo). Menurut Saddharmapun­darika-sutra kesadaran myokaku didapatkan secara langsung tanpa melalui 52 tingkat. Yang tetapi, “penerima tingkat tertinggi”, sekalipun berdasarkan Saddharmapundarikasutra, ada yang “me­nerima tingkat” sangha dan ada yang “menerima tingkat” penganut. Perbedaan keduanya terletak pada telah melaksanakan pertapaan ajaran, me­ngerti dan tamat hanya dengan percaya dan me­laksanakan. Terutama, bagi orang yang telah me­laksanakan pertapaan, mengerti dan tamat, bukan hanya dapat mencapai kesadaran bagi diri sendiri, juga dapat menyelamatkan orang lain; karena itu menjadi agung. Sangha manberi manfaat dan ke­untungan kepada lainnya, yang berkedudukan tinggi dapat membabarkan kepada orang lain secara luas, sedangkan yang berkedudukan rendah hanya membabarkan secara diam-diam kepada satu per­satu orang. Niciren Daisyonin “menerima tingkat” dari Buddha Sakyamuni, dan sekarang “menerimakan tingkat” kepada Sairenbo. Setelah “menerima tingkat”, orang tersebut mulai membabarkan ke­pada orang lain. Orang yang menyebarkan Sad­dharmapundarika-sutra adalah orang yang sering berada di tanah air Buddha. Oleh karena itu Buddha Sakyamuni akan mengirimkan seorang utusan untuk menjaga orang tersebut.

Mengapa demikian? Karena orang tersebut adalah utusan Buddha. Niciren Daisyonin adalah guru yang terunggul di antara para guru unggul lainnya. Sebagai murid dari guru yang terunggul, Sairenbo harus mempertebal kepercayaan dan pelaksanaan, serta melaksanakan pertapaan ajaran sebagai guru yang membabarkan Saddharma untuk orang lain. Oleh karena itu, penerima tingkat tertinggi tidak berhenti hanya pada waktu upacara. Setelah ada pelaksanaan baru terwujud nyata yang sebenarnya. Demikianlah kurang lebih isi surat yang ditulis pada tengah malam tanggal 15 bulan 4 tahun Bunei ke-9 (1272) dan tertanda Niciiki Syamon Niciren.

2

Sejak awal bulan dua telah menjadi murid yang mengikuti kepercayaan sampai sekarang dan se­terusnya. Saya lebih rendah dari orang biasa, tetapi telah dianggap sebagai seorang murid. Betapa ber­ syukurnya! Di dalam Saddharmapundarikasutra terdapat kalimat. “Sering kali dilahirkan bersama-­sama guru di tanah negeri seluruh Buddha”.

GM

Keterangan : Di dalam surat, Sairenbo menerangkan tentang kegembiraanya dapat menjadi murid yang me­nerima dan percaya Saddharma serta menyatakan ketekadan hatinya. Sebagai jawaban, Niciren Daisyonin mengutip kalimat Saddharmapundarika-­sutra untuk menerangkan dalamnya hubungan guru dan murid. Di dalam Bab VII, Istana Khayalan di­katakan, “Di jaman kapan pun sering terlahir di tanah negeri para Buddha”. Kalimat sutra ini ber­arti, 16 putra Buddha Mahabhijnajnanabhibhu, yang muncul pada 3.000 asamkheya koti kalpa, se­telah mendengar Pembabaran Saddharmapunda­ rika-sutra dari ayahanda raja mengulang kembali ajaran Hukum tersebut dan mengikat jodoh sebagai guru dan murid dengan umat manusia sejumlah 600 juta butir-butir pasir Sungai Gangga. Umat ini pada jaman kapan pun di kemudian hari, terlahir bersama-sama guru di Tanah Buddha untuk bersama-sama membabarkan dan melaksanakan Hukum Buddha. Demikianlah di dalam Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra Sang Buddha membabarkan hal ini kepada para Sravaka dari Golongan Sebab Jodoh, salah satu dari Tiga Go­longan Pembabaran Hukum : Golongan Pembabar­an Hukum, Golongan Pembabaran Perumpamaan, Golongan Sebab Jodoh. Meskipun Buddha Sakyamuni telah mengung­

Maret 2013 | Samantabadra

23


materi ajaran | gosyo kensyu kapkan “Membuka Triyana Mewujudkan Ekayana” melalui Pembabaran Hukum dan Perumpamaan, akar-bakat para sravaka tersebut tidak dapat menerima dan mengerti. Maka diterangkan jodoh umat manusia yang mendapat bimbingan ajaran dari 16 putra Buddha Mahabhijnajnanabhibhu. Dalam hal ini diterangkan bahwa Buddha Sakyamuni adalah salah seorang dari ke 16 pangeran. Sedangkan para sravaka serta lainnya yang berkumpul di pesamuan Saddharmapundarika-sutra adalah umat yang telah menerima bimbingan ajaran pada waktu itu. Pen­jelasan untuk para sravaka golongan sebah jodoh ini dikutip Niciren Daisyonin untuk mengajarkan bahwa sama seperti umat yang menerima bimbingan ajaran dari ke-16 pangeran, hubungan Beliau dengan Sairenbo sangatlah mendalam. Niciren Daisyonin selanjutnya menerangkan bagian akhir Bab Guru Dharma, “Kalau erat dan akrab dengan Guru Hukum segera akan memperoleh Jalan Kebodhisattvaan. Dengan selaras dan meng­ikuti guru ini serta belajar darinya dapat melihat Buddha sejumlah butir-butir pasir Sungai Gangga”. Di sini, “erat dan akrab” serta “selaras dan meng­ikuti” adalah nama lain dari percaya dan menerima. Kalimat ini berarti, orang yang membabarkan Saddharmapunrika-sutra setelah kemuksyaan Sang Buddha akan dijaga dan dilindungi oleh berbagai makhluk yang diutus oleh Sang Buddha. Oleh karena itu, bila erat dan akrab serta selaras dan mengikuti Guru Hukum seperti ini akan mendapat Jalan Kebodhisattvaan dan dapat melihat Buddha sejumlah butir-butir pasir Sungai Gangga. Memang, di dalam kalimat ini Niciren Daisyonin ingin mene­rangkan bahwa yang dimaksud dengan Guru Hukum di sini adalah Beliau sendiri, sedang yang “erat dan akrab” serta yang “selaras dan mengikuti” adalah Sairenbo. Selanjutnya, kalimat sutra tersebut diperjelas oleh Mahaguru Tien-tai di dalam Hokke Gengi. “Semenjak dahulu, dengan mengikuti Buddha ini baru dapat menimbulkan keinginan hati mencari jalan Buddha dan dengan mengikuti Buddha ini dapat menetap pada suasana jiwa yang tak akan mundur”. Di dalam catatan Hokke Mongu Maha­guru Miao-lo menerangkan, “Pertama, dengan mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini terjadi ikatan jodoh. Sebaliknya, kesadaran Jalan Buddha dapat tercapai karena mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini”. Kalimat ini bermaksud menerangkan arti hon­ju (mengikuti pokok). Guru dapat membimbing para murid sehingga mencapai Kesadaran Buddha; inilah Teori Hukum Guru dan Murid Bukan Dua (Sitei Funi). Dalam

24

Samantabadra | Maret 2013

hal ini, Niciren Daisyonin adalah guru yang “mengikuti pokok”, sebaliknya Sairenbo, yang dapat menjadi murid Niciren Dai­syonin, pasti memiliki sebab-jodoh semenjak masa lampau. Kalimat-kalimat di atas dikutip untuk men­jelaskan arti ini. Selanjutnya, “suasana jiwa yang tak akan mundur” yang diterangkan di dalam Hoke Gengi disebut tingkat “syoju”. yaitu tingkat pertama dari sepuluh tingkat Penetapan di dalam ke-52 tingkat pertapaan. Di dalam ajaran Sempurna, para bodhi­sattva yang menyadari sebagian teori Jalan Tengah akan memasuki tingkat “suasana jiwa yang tak akan mundur”. Nicikan Syonin, Bhiksu Tertinggi ke-26 Kuil Pusat Taiseki-ji, mengatakan di dalam Surat Sanju Hiden, “Guru mengatakan, tersirat pada kalimat hon in Syoju, terpendam secara rahasia Icinen Sanzen Kenyataan, Saddharma kuon myoji. Haruslah diketahui, untuk dapat naik ke tingkat selanjutnya tergantung pada pelaksana­an sebelumnya”. Berdasarkan teori hukum penjelasan sutra ini, Niciren Daisyonin dan Sairenbo telah menjalin hubungan sebagai guru dan murid semenjak masa lampau dari kalpa yang tak terhitung. Dengan de­mikian ikatan hubungan tersebut sangat mendalam. Terlebih lagi, dapat terlahir di Masa Pascima­dharma (Akhir Dharma) yang keruh dan buruk di negeri Jepang yang utama di Jambu dwipa dan dapat mengikat hubungan sebagai guru dan murid, serta bersama-sama berdasarkan tiga karma, badan, mulut dan hati menerima, mempertahankan, serta melaksanakan “Nammyohorengekyo yang merupa­kan tujuan kehadiran para Buddha di dunia”. Ini “sematamata karena karma kebiasaan yang tertinggal dari masa lampau”. Hukum Nammyohorengekyo adalah hukum yang dibabarkan oleh seluruh Buddha dari sepuluh penjuru dan ketiga masa demi tercapainya Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia. Mengenai hubungan guru dan murid ini, Niciren Daisyonin mengatakan tidak hanya di dalam surat ini saja. Di berbagai surat lainnya Beliau sering me­ngatakan kepada Sairenbo, bahwa menakjubkan sekali adanva ikatan hubungan sebagai guru dan murid. Misalnya, di dalam Surat Perihal Hakikat Hukum Kejiwaan (Syoji Icidaiji Kecimyaku) dikatakan, “Sesungguhnya, pasti terdapat ikatan karma dari masa lampau yang menyebabkan Anda bernasib menjadi murid Saya pada waktu seperti sekarang ini. Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna harus mengetahui hanya pernyataan sutra, Dari suatu masa kehidupan ke kehidupan lainnya mereka senantiasa dilahirkan


bersama deng­an guru mereka di Tanah Buddha di alam semesta ini bukan merupakan bualan”. (Gosyo hal. 1338). Di dalam Surat Sioho Jisso juga dikatakan, “Tidak­kah terdapat ikatan janji gaib di antara kita? Dalam hal ini pasti terdapat Sebab Jodoh yang ter­tinggal semenjak masa lampau sehingga Anda men­jadi murid Saya”. (Gosyo hal. 1.362). Suasana jiwa yang sangat sulit dirasakan oleh Niciren Daisyonin semasa pembuangan di Pulau Sado. Pada waktu itu, sungguh menakjubkan Sairenbo dapat menunaikan sebagian tugas menjaga Niciren Daisyonin. Terlebih lagi mengingat ia ada­lah bekas bhiksu sekte Tien-tai, sehingga denggan jodoh ini Niciren Daisyonin dapat meninggalkan hukum-hukum yang sangat mendalam yang tertuang dalam Surat Perihal Warisan Hakikat Hukum Kejiwaan, Surat Perihal Penegasan Lisan Pencapai­an Kesadaran Buddha Dari Rumput dan Pohon, Surat Sioho Jisso dan lainnya. Maka, di dalam per­kataan “telah ada perjanjian menjadi guru dan murid” terkandung ribuan perasaan hai Niciren Daisyonin.

merasuk tubuh, sehingga orang yang dirasuki akan mengejek, merendahkan dan meng­ hina pelaksana Saddharmapundarika-sutra”. Takejizaiten merupakan pemimpin tertinggi para iblis buruk. Iblis ini akan merenggut kegembiraan orang lain dan menjadikannya sebagai kesenangannya sendiri. Maka, kedudukannya amat bertolak bela­kang dengan pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang ingin memberi pencapaian Kesadaran Buddha, yang merupakan sumber pokok kegembiraan jiwa seluruh umat manusia. Dengan demikian, iblis ter­sebut merasuk ke dalam tubuh seluruh makhluk agar dengan cara mengancam maupun membujuk dapat menentang, pelaksana Saddharmapundarika-­sutra. Surat ini secara khusus menyatakan. “merasuki tubuh orang arif” Mengenai orang arif, di dalam Surat kepada Ikegami Bersaudara, Niciren Dai­ syonin mengatakan, “Dunia ini sebenarnya adalah tempat milik Raja Iblis Surga Keenam. Meski­pun bermaksud menjatuhkan orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra ke dalam dunia buruk, karena selalu tidak berhasil, Saya melihat dari wajah negeri iblis tersebut menggu­nakan berbagai tipu Jepang. Raja lblis Surga Keenam telah muslihat untuk menjatuhkan umat manusia merasuki tubuh orang arif, sehingga ke dalam ajaran Avatamsaka yang menyerupai guru yang baik menjadi guru yang jahat, guru Saddharmapundarika-sutra. Ini dilaku­kan oleh bhikku Tu-shun, Chie-yen, Fa-tsang, Chengyang sejati menjadi guru yang buruk. kuan dan lainnya. Selanjutnya, kawan buruk yang menipu untuk menjatuhkan ke dalam Keterangan : Bagian ini berisi peringatan adanya bermacam­ Sutra Prajnaparamita adalah Chia-hsiang. Seng-macam guru yang sejati dan yang sesat, yang chuan dan lainnya. Dan, kawan buruk yang menipu untuk menjatuhkan ke dalam Sutra baik dan yang buruk, serta peringatan untuk tidak erat dan akrab dengan guru yang sesat dan Sandhinirmo­cana adalah Hsuan-chuang dan buruk. Tzu-en. Kawan-­kawan buruk yang menipu untuk Bila memperhatikan masyarakat sekarang satu menjatuhkan ke dalam Sutra Mahavairocana persatu, tampak bahwa Raja Iblis Surga Keenam adalah Subhakarashimha, Vajrabodhi, Pu-kung, telah merasuki tubuh orang arif, sehingga guru Kobo, Jikaku dan Cisyo. Kawan-kawan buruk yang sejati menjadi guru yang sesat, guru yang yang menipu untuk menjatuh­kan ke dalam sekte baik ber­ubah menjadi guru yang buruk. Zen adalah Bodhidharma, Hui­ko dan lainnya. Raja Iblis Surga Keenam yang dimaksud di sini Dan, kawan-kawan buruk yang menipu untuk adalah Takejizaiten (iblis yang merasuk ke dalam menjatuhkan ke dalam Surga Amita­yurdhyana jiwa seseorang dan menguasai jiwa tersebut adalah Shan-tao dan Honen. Dalam hal ini, Raja sepe­nuhnya). Takejizaiten dapat masuk ke Iblis Surga Keenam telah merasuki ke dalam dalam tubuh seseorang bila ada celah, sekalipun tubuh para orang arif untuk menipu orang baik. amat kecil dan menguasai jiwa orang tersebut Yang dibabarkan di dalam jilid lima Saddhar­ secara keseluruhan. Dan Iblis Surga tersebut mapundarika-sutra, iblis jahat telah merasuk mempunyai kerabat da­lam jumlah besar. Mereka ke dalam tubuhnya adalah hal ini”. (Gosyo akan menghambat Jalan Buddha di tengah hal. 1.082). Orang arif yang dimaksud di sini umat manusia. Di dalam Sad­dharmapundarikaadalah para pendiri berbagai sekte. Dan dengan sutra Bab XIII, Amanat Untuk Mempertahankan jelas diajarkan bahwa Raja Iblis Surga Keenam diterangkan wajah Masa Pascima­dharma (Akhir merasuk ke dalam tubuh orang-orang tersebut. Dharma) sebagai berikut, “Di dalam kalpa keruh Mereka sebenarnya dapat menjadi guru yang dan jaman buruk terdapat ber­macam-macam sejati dan baik, akan tetapi karena dirasuki Raja keburukan yang mengerikan. Iblis buruk ini akan Iblis Surga Keenam mereka menjadi guru yang

3

GM

Maret 2013 | Samantabadra

25


materi ajaran | gosyo kensyu sesat dan buruk. Akhirnya guru yang sesat dan buruk itu menipu dan mempermain­kan umat manusia. Dengan demikian, berdasarkan arti tersebut Niciren Daisyonin benar-benar seorang yang arif. Oleh karena itu, Raja lblis Surga Keenam juga pasti berusaha memasuki tubuh Niciren Daisyonin agar Beliau menjadi guru yang sesat dan buruk tetapi Niciren Daisyonin telah mengetahui hal ini semenjak dahulu, sehingga jiwa-Nya senantiasa waspada, tidak pernah lengah, sehingga tenaga iblis surga tidak dapat menjangkau. Maka, iblis merasuki tubuh orang awam yang menggunakan kekuasaan dan juga Bhikku Ryokan, guru yang bodoh, sehingga orang-orang tersebut menentang Niciren Daisyonin yang merupakan pelaksana Saddharmapundarika-­sutra. Di sini Niciren Daisyonin mengatakan Ryokan dan lainya sebagai Guru Hukum yang bodoh yang tidak mengetahui wajah sebenarnya. Bersamaan dengan itu juga dikatakan, “me­rasuki raja dan pejabat-pejabat lainnya”. Dengan demikian mereka menjadi salah satu dari Tiga Jenis Musuh Kuat, yaitu Zokusyi Zojoman (orang awam yang tidak mengetahui Hukum Buddha sehingga mengejek pelaksana Saddharmapundarika-sutra dan memukulnya dengan pedang atau tongkat). Musuh kuat yang kedua dan yang ketiga, yaitu Domon Zojoman (bhikku yang sombong dan berprajna sesat) dan Sensyo Zojoman (bhikku yang tampak seperti orang arif dan dihargai oleh masyarakat, tetapi di dalam jiwa terikat dengan keuntungan bagi diri sendiri; merasa iri hati dan benci kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra dan meng­ gunakan kekuasaan untuk menganiaya pelaksana Saddharmapundarika-sutra) adalah Ryokan dan murid-muridnya. Dengan demikian, Raja Iblis Surga Keenam nyata pada Tiga Jenis Musuh Kuat. Dengan adanya proses seperti itu, meskipun sama disebut sebagai guru, guru yang menolak rasukan Raja Iblis Surga Keenam dikatakan sebagai guru yang baik dan sejati, sedangkan yang dirasuki oleh Raja Iblis Surga Keenam adalah guru yang sesat atau guru yang buruk. Meskipun seseorang berkebajikan seperti apa­pun, atau memiliki prajna seunggul apapun, atau dihormati dan diagungkan di masyarakat, bila memfitnah Saddharma, ia adalah guru yang buruk dan guru yang sesat. Karena itu tidak boleh erat dan akrab dengan orang serupa ini. Salah satu sutra, yaitu Surga Daihokojurin bab ke-5 memperingatkan, “Tidak boleh tinggal bcrsama-sama dengan orang yang memfitnah Hukum Sakti. Bila erat dan akrab serta tinggal

26

Samantabadra | Maret 2013

bersama-sama, berarti menuju Neraka Avici yang penderitaannya tak terputus-­putus”. Ini merupakan peringatan keras, bahwa bila erat dan akrab dengan orang yang memfitnah Hu­kum Sakti akan tertarik menuju jalan yang buruk. Sekalipun seseorang berkeinginan untuk hidup dengan lurus dan benar serta pada kehidupan masa ini ingin memperoleh nama baik sebagai orang arif di dalam maupun di luar masyarakat, bila akrab dengan orang yang buruk, tanpa disadari dua, tiga kali dalam sepuluh kali, tergantung keakrabannya, orang tersebut akan dinodai oleh keburukan se­hingga akhirnya menjadi orang yang buruk. Ini merupakan teori yang wajar oleh karena itu Maharguru Miaolo menunjukkan di dalam Syikan Bugyo Den Gukece, “Sekalipun orang ini semula bukan orang yang buruk, akhirnya pasti menjadi orang yang buruk juga. Dan nama buruk ini akan tersebar luas ke seluruh dunia.” Perbuatan yang kita lakukan tidak tergantung dari pengetahuan yang kita miliki, tetapi tergantung pada jodoh tempat di sekitar kita. Maka, bila berjodoh dengan guru yang buruk dan sesat, tanpa diketahui akan terpengaruh, sehingga jiwa kita menjadi sesat dan buruk. Mahaguru Miao-lo selanjutnya mengatakan di dalam Syikan Bugyo Den Gukece jilid ke1, Bab keempat sebagai berikut, “Walau­pun pada mulanya timbul hati yang tidak benar, bila berjodoh dengan suasana yang sungguhsungguh baik, tetap akan memperoleh banyak karunia kebajikan. Akan tetapi, bila tidak ada suasana yang benar-benar baik, meskipun timbul hati yang jujur dan tidak bersalah, tidak akan menjadi bibit pencapaian kesadaran. Oleh karena itu, guru pem­bimbing yang harus dipercaya dan dijadikan panut­an hendaknya sungguh-sungguh dipilih : guru yang benar-benar baik atau guru yang buruk lagi sesat.

4

Semenjak dahulu telah disampaikan, bahwa para guru, yaitu Subhakarasimha, Vajrabodhi, Bodhidharma, Hui-ko, Shan-tao, Kobo dari Kuil To, Cisyo dari Kuil Enjo, Jikaku dari Gunung Hiei, Ryokan dari daerah Timur membaca petuah emas “membuang ajaran sementara sesungguh hati” menjadi “membuang Ajaran Sesungguhnya setulus hati dan hanya membabarkan Ajaran Upaya”. Keterangan : Di sini jelas siapa yang dimaksud sebagai Guru Buruk dan Guru Sesat. Di dalam Sutara Nirvana di­katakan, “Wahai Bodhisattva, janganlah merasa


takut kepada gajah ganas dan lainmya, tetapi bangkit­kanlah hati ketakutan kepada teman yang buruk (akucisyiki). Ketika terbunuh karena gajah ganas, tidak akan terjatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk : Neraka, Kelaparan dan Kebinatangan, akan tetapi bila hati kesadaran terbunuh karena teman yang buruk, pasti tiba pada Tiga Dunia Buruk.” Dan juga, di dalam Saddharmapundarikasutra Bab XIII, Amanat Untuk Mempertahankan diterang­kan mengenai bhikku buruk yang timbul di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma), “Dalam jaman yang buruk, para bhikku memiliki prajna yang sesat dan hati yang bengkok”. Jika demikian, siapa­kah yang dimaksud dengan guru yang sesat dan buruk? Di Tiongkok : pendiri aliran Sekte Syingon, Subhakarasimha dan muridnya, Vajrabodhi, pen­diri Sekte Zen, Bodhidharma dan muridnya Hui-ko, pendiri aliran sekte Nembuce, Shan-tao dan lainnya. Di Jepang, ketika masa Kyoto, pendiri Sekte Nembuce, Honen, pendiri Sekte Syingon, Kobo dari Kuil To, bhikku tertinggi ke-4 Kuil Enryaku Gunung Hiei, Cisyo yang memperbaiki dan mem­ bangun kembali dari kelompok Kuil Mitsui Enjo dan bhikku Tertinggi ke-3 Jikaku yang mendirikan Aliran Sanmon. Di daerah Timur, Kanto : Bhikku Ryokan dari Kuil Gokuraku sekte Rice di Kamakura dan lainnya. Nama-nama guru sesat yang dikutip itu dikata­kan semenjak dahulu telah diberitahukan. Akan tetapi, di dalam berbagai Gosyo yang ditulis untuk Sairenbo semenjak ia diterima menjadi murid, yaitu pada bulan 2 tahun Bun-ei ke-9 (1272) sam­pai dengan surat ini ditulis, yaitu pada bulan empat, tidak tertulis nama-nama tersebut. Oleh karena itu, nama-nama tersebut bukan tertulis dalam surat, tetapi kemungkinan diajarkan Niciren Daisyonin ketika bertemu dengan Sairenbo. Mengapa di sini ditunjukkan guru-guru yang buruk dan sesat. Berdasarkan apa guruguru ini disebut sebagai guru yang buruk dan sesat? akar pokok keburukan dan kesesatan para guru ini ada­lah membengkokkan petuah emas Sang Buddha yang mengajarkan dan mewujudkan Saddharma­pundarika-sutra sebagai suatu yang paling unggul, hukum inti hakikat dan hukum pencapaian ke­sadaran. Kalimat sutra Bab II, Upaya Kausalya, “Dengan tulus dan jujur membuang Ajaran Upaya Sementara dan hanya membabarkan Jalan agung yang tiada taranya”, dibengkokkan menjadi “mem­ buang ajaran sesungguhnya setulus hati dan hanya membabarkan ajaran upaya”; atau kalimat Saddharmapundarika-sutra Bab XIV,

Pertapaan yang tenang dan menyenangkan, “Saddharmapundari­ka-sutra teratas di antara berbagai sutra”, dibaca menjadi “terbawah di antara berbagai sutra”. Di dalam bab yang sama dikatakan bahwa di dalam seluruh Hukum dan Sutra lainnya, Saddharmapun­darika-sutra adalah yang terunggul. Demikian juga, di dalam Bab X, Guru Dharma dikatakan, “Di antara berbagai sutra yang Saya babarkan, Saddharmalah yang terunggul”. Meskipun dikatakan seperti itu, mereka membaca Saddharmapundarika-­sutra menempati kedudukan kedua dan ketiga. Cara baca guru sesat yang terbalik seperti ini dikatakan Niciren Daisyonin bukan hanya dengan ucapan, tetapi juga secara kenyataan. Yang mem­baca perkataan Saddharmapundarikasutra “Mem­buang Ajaran Upaya Sementara, hanya membabar­kan Jalan Agung tiada taranya”, terbalik menjadi “membuang ajaran sesungguhnya dan hanya mempertahankan Ajaran Upaya” adalah berbagai sekte, ter­utama Sekte Jodo. Di dalam Sencaku Syu, Honen mengatakan, bahwa selain Tanah Suci, seluruh sutra, termasuk Saddharmapundarika-sutra, dituntut untuk dibuang, ditutup, ditinggalkan dan dicampakkan. Dengan demikian menjadi bukti nyata “membuang ajaran sesungguhnya”. Dan yang membaca kalimat “di antara ber­ bagai sutra, Saddharmapundarika-sutra adalah yang terunggul”, terbalik menjadi “di antara seluruh sutra, Saddharmapundarika-sutralah yang teren­dah”, adalah Sekte Syingon. Mereka membanding­kan Saddharmapundarika-sutra dengan Mahavairo­cana-sutra dan mengatakan bukan saja Mahavairo­cana-sutra lebih unggul, bahkan Saddharmapunda­rika-sutra dipastikan lebih rendah dari pada Ava­tamsaka-sutra, yaitu pada urutan ketiga tingkat terendah. Kalimat “Di antara berbagai sutra yang Saya babarkan, Saddharmapundarika-sutra adalah yang terunggul”, dibaca menjadi “Saddharmapundarika­-sutra adalah yang kedua atau ketiga oleh Sekte Syingon (Tomice) dan sekte Tien-tai yang sudah di­pengaruhi oleh Sekte Syingon (Taimece). Mengenai sekte Syingon yang merendahkan Sadharmapundarika-sutra pada urutan ketiga telah diterangkan. Yang membaca Saddharmapundarika-­sutra menempati urutan kedua adalah Sekte Tien-tai pada masa bhikku tertinggi Kuil Enryaku yang ke­ empat dan ke tiga. Jikaku dan Cisyo sebagai bhikku tertinggi Sekte Tien-tai, seharusnya mereka menerus­kan aliran Ajaran Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo. Akan tetapi karena terpengaruh dan tergoyah dengan

Maret 2013 | Samantabadra

27


materi ajaran | gosyo kensyu makna ajaran sesat Syingon Mikkyo, mereka mengatakan, “Secara teori Saddharmapun­ darika-sutra dengan Mahavairocana-sutra adalah sama, tetapi buktinya Mahavairocana-sutra lebih unggul dari pada Saddharmapundarikasutra”. Dengan demikian, dikemukakan makna “teorinya sama, fakta nyatanya lebih unggul”. Karena menganggap tinggi makna sekte sendiri, membengkok­kan dan tidak mau berpegang pada petuah emas Sang Buddha, sehingga merendahkan dan memfit­nah Saddharmapundarika-sutra, sebenarnya mereka menjauhkan umat dari Hukum Buddha. Dengan demikian jelas, bahwa mereka merupakan guru yang sesat dan yang buruk.

5

Sekarang yang dikatakan guru yang sejati dan baik adalah yang mengikuti petuah emas Buddha Sakyamuni, bahwa berbagai sutra merupakan Ajaran Upaya dan Saddharma merupakan yang sebenarnya.

PK2

Keterangan : Sampai dengan bagian ini telah diterangkan siapa yang dimaksud dengan guru sesat dan guru buruk. Siapakah guru yang baik, guru sejati di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma)? Guru yang sesat dan guru yang buruk adalah guru yang mem­baca petuah emas Sang Buddha dengan membeng­kokkannya, sedang guru yang baik atau guru yang sejati jelas adalah yang membaca sutra dengan benar sesuai petuah emas Buddha Sakyamuni serta melaksanakanya. Mengenai membaca sutra sebagaimana petuah emas Sang Buddha, di dalam surat ini dikatakan, “Berbagai sutra merupakan Ajaran Upaya dan Sad­dharma merupakan yang sebenarnya”. Niciren Dai­syonin mengatakan, orang yang sungguh hati per­caya dan menerima serta berkelangsungan, melak­sanakan dengan badan sesuai dengan petuah emas Sang Buddha, membaca dengan mulut dan meng­inginkannya sepenuh hati, sebenarnya adalah Niciren Daisyonin seorang diri. Mengenai ini dikata­ kan, “Hendaknya melihat Bab Memasuki Dunia Hukum (Nyubokai), Sutra Avatamsaka jilid ke-77”. Sehubungan dengan itu, Zenzai Doji merupakan orang yang mencari “teman yang baik”, sedangkan Tokusyo Doji dan Utoku Dojo dapat dikatakan se­bagai “teman yang baik” bagi Zenzai doji. Kisah ini dapat dirasakan sebagai bagian yang membabarkan karunia kebajikan mengikuti dan selaras dengan guru yang baik dan sejati. Dan kutipan kalimat Sad­dharmapundarika-sutra, Bab XXVII, Raja

28

Samantabadra | Maret 2013

Subhavyu­ha, “Teman yang baiklah yang membimbing dan mengajarkan kita, serta merupakan sebab jodoh utama untuk melihat Buddha sehingga timbul ke­inginan hati kesadaran”, mengajarkan bahwa teman yang baik amat penting.­ Sesuai dengan pembabaran Sang Buddha. “Dengan tulus dan jujur membuang Ajaran Upaya Se­mentara dan hanya membabarkan Jalan agung tiada taranya”. Maka dengan tulus dan sungguh hati membuang sutra empat rasa dan tiga ajaran, yakni Hinayana, Semi Mahayana dan berbagai sutra Upaya lainnya. Berarti, guru yang baik dan sejati adalah yang membuang ajaran sutra pegangan Sekte Nembuce, Syingon, Zen, Rice dan berbagai sekte lainnya, dan hanya membabarkan Myohorengekyo, sebab jodoh satu fakta sangat penting bagi ke­hadiran Buddha di dunia ini. Dengan demikian Myohorengekyo adalah satu-satunya sebab jodoh satu fakta sangat penting yang dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra, Bab II Upaya Kausalva, “Para Buddha yang dihor­mati hadir di dunia membaca sebab jodoh hanya satu fakta sangat penting”. Maka, arti pokok ke­hadiran Buddha di dunia adalah Hukum ini. Apakah yang dimaksud dengan “sebab jodoh hanya satu fakta sangat penting?”. Bab, Upava Kau­salya mengatakan, “Para Buddha bermaksud agar umat manusia ‘membuka jiwa untuk melihat dan mengetahui Buddha’ (kai buce ciken). Karena berkehendak agar jiwa menjadi suci dan bersih, maka hadir di dunia ini. Karena Buddha ingin agar umat manusia mau ‘melihat dan mengetahui Buddha’ ( ji buce ciken), maka hadir di dunia ini. Buddha hadir di dunia ini agar seluruh umat manusia ‘mendapat kesadaran melihat dan mengetahui Buddha’ (go buce ciken). Berkehendak agar seluruh umat manu­ sia ‘memasuki Jalan Buddha dengan melihat dan mengetahuinya’ (nyu buce ciken}, maka hadir di dunia ini. Wahai Sariputra, sebabnya para Buddha hadir di dunia ini adalah karena membawa ‘sebab jodoh hanya satu takta sangat pcnting’ Dengan demikian seluruh umat manusia dapat membuka, mewujudkan, mendapat kesadaran dan memasuki (kai, ji, go, nyu) “melihat dan mengetahui Bud­dha”. Ini berarti tujuan kehadiran Buddha di dunia ini adalah agar seluruh umat dapat memasuki Jalan Buddha. Guru yang baik dan sejati adalah guru yang membabarkan Myohorengekyo, yang merupakan sarana seluruh umat manusia untuk memasuki Jalan Buddha. Sebaliknya, bila menjauhkan umat manusia dari Saddharmapundarika-sutra yang berarti me­


nutup Jalan Buddha untuk mereka, merupakan guru yang sesat dan buruk. Siapakah yang menyebarkan Saddharmapunda­rika-sutra secara nyata? Buddha telah melihat ke­adaan Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) setelah kemoksyaan Beliau dan meninggalkannya sebagai catatan akan datang, yaitu yang jelas terdapat di dalam Bab Amanat Untuk Mempertahan­kan. Niciren Daisyonin yang timbul di negeri Jepang pada 500 tahun awal Masa Pascimadharma (akhir dharma) menghadapi Tiga Jenis Musuh Kuat, mengalami berbagai penganiayaan, tetapi tetap menyebut Nammyohorengekyo dan menyebarkannya tanpa menyayangi jiwa raga. Dalam hal ini Niciren Daisyonin mengatakan, haruslah melihat dengan sungguh-sungguh siapa yang merupakan guru yang sesat dan guru yang sejati, yaitu yang tindakannya menunjukkan fakta nyata sesuai dengan catatan Sang Buddha.

6

Orang-orang dari berbagai sekte semenjak dahulu menganggap dan menyatakan, “Saya telah mengetahui dan memperoleh arti Saddharmapundarikasutra, sehingga merupakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra.

PK2

Keterangan : Seperti yang telah diterangkan terdahulu, orang-orang dari berbagai sekte mengatakan, “Saya telah memperoleh arti Saddharmapundarika-sutra, sehingga merupakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra”. Akan tetapi, sebagai pelaksana Saddharmapundarikasutra, siapakah yang seperti Niciren Daisyonin, menerima berbagai penganiayaan dan hukuman, seperti hukuman pembuangan dan hukuman mati? Tak seorang pun pernah menerima penganiayaan besar dari Tiga Jenis Musuh Kuat demi Saddharmapundarika-sutra. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin menjelaskan, bila disesuaikan dengan pembabaran Sang Buddha, tenang dan tegas Niciren Daisyoninlah guru yang sejati, guru yang baik. Guru leluhur berbagai sekte lain mengatakan, “Saya telah memperoleh arti Saddharmapundarika-sutra, sehingga merupakan pelaksana Saddharmapundarikasutra.” Mengenai hal ini Niciren Daisyonin mengatakan bahwa pada kenyataannya hanya Beliau sendiri yang menerima penganiayaan. Beliau mengatakan demikian karena pertapaan Saddharmapundarika-sutra seharusnya dilaksanakan dengan tiga karma; badan (perbuatan), mulut (ucapan), dan hati (pikiran).

Guru leluhur berbagai sekte memang membaca Saddharmapundarika-sutra, yang berarti membaca dengan karma mulut, akan tetapi Niciren Daisyonin mengatakan bahwa Beliau membaca Saddharmapundarika-sutra dengan karma badan. Membaca Saddharmapundarikasutra yang sebenarnya adalah membaca dengan karma badan; di luar itu bukan pertapaan Saddharmapundarika-sutra yang sesungguhnya. Ini merupakan keyakinan kuat Niciren Daisyonin. Selanjutnya Niciren Daisyonin mengatakan bahwa orang dari berbagai sekte yang mengajukan dan menamakan diri sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra, seperti yang telah diterangkan dahulu, kebanyakan adalah para guru sesat yang berkedudukan tinggi di dalam Sekte Tien-tai, yaitu Cisyo dari Kuil Enjo dan Jikaku dari Sanmon. Cisyo menulis 10 jilid Catatan Sastra Saddharma dan lainnya. Jikaku menulis keterangan sepuluh macam myo dari Kanjin Ajaran Bayangan Saddharma dan keterangan 10 macam myo dari Kanjin Ajaran Pokok Saddharma, serta lainnya. Seluruhnya memang merupakan ceramah mengenai Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi, meskipun mulut mereka menceramahkan Saddharmapundarika-sutra, mereka memandang kedudukan Saddharmapundarika-sutra – seperti yang telah diterangkan terdahulu – masih lebih rendah dari Sutra Mahavairocana. Pandangan seperti ini tentu tidak dapat dibenarkan. Terlebih, bila dibandingkan dengan Niciren Daisyonin, mereka sama sekali tidak mendapat penganiayaan sedikit pun demi Saddharmapundarika-sutra. Sutra-sutra andalan guru tersohor dari berbagai sekte bukanlah Saddharmapundarikasutra. Dengan demikian sama sekali tidak dapat dikatakan mereka telah memperoleh arti Saddharmapundarika-sutra atau melaksanakan pertapaan Saddharmapundarika-sutra. Mereka menegakkan makna sesat bahwa Nembuce dan lainnya yang telah “dibuka dan ditemukan” (kai-e) adalah Saddharmapundarika-sutra; mereka mengatakan telah memperoleh arti Saddharmapundarika-sutra. Pada kenyataannya mereka malah menghina Saddharmapundarikasutra dengan menyesatkannya lebih rendah dari Sutra Mahavairocana. Mereka katakan bahwa bila berpegang pada Saddharmapundarika-sutra tidak akan mencapai kesadaran, maka sutra tersebut harus dibuang. Oleh karena itu, sungguh lucu bila mereka sendiri mengatakan telah mendapatkan arti sutra tersebut. Yang membaca Saddharmapundarika-sutra tepat dengan karma mulut dan karma hati

Maret 2013 | Samantabadra

29


materi ajaran | gosyo kensyu adalah guru sejati Masa Pratirupadharma, yaitu Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo. Akan tetapi, bagaimanapun beliau berdua bukanlah guru sejati Masa Pascimadharma (Akhir Dharma), maka mereka tidak termasuk dalam masa tersebut. Kalimat “Selain ini, masih banyak kalimat Sutra dan Sastra yang membagi dan membedakan dua macam guru, yang baik dan yang buruk. Tetapi hal ini tidak perlu diterangkan, karena agaknya Anda telah mengetahui” berarti Sairenbo – sebagai Bhikku pelajar Sekte Tientai – telah mengetahui perbedaan antara Saddharmapundarika-sutra dengan sutra-sutra lainnya. Karena Sairenbo sebagai Sangha telah mengetahui dasar pokoknya, maka di sini diterangkan “hal ini tidak perlu diterangkan”.

7

Di dalam surat dikatakan, “Mulai saat ini akan membuang guru sesat yang sekarang ada dan hanya akan mengikuti serta percaya kepada satu-satunya guru yang sesungguhnya, yaitu Niciren Daisyonin.” Saya sendiri merasa hal ini bukan main menakjubkan. Keterangan : Kalimat “Saya sendiri merasa hal ini bukan main menakjubkan” menunjukkan kelahiran yang membawa tugas yang mendalam. “Menakjubkan” yang dikatakan di sini bukan berarti rasa heran kepada ketekadan hati kepercayaan Sairenbo, yang di tempat buruk seperti Pulau Sado dapat turut percaya Saddharma, serta secara nyata menjadi penjaga Niciren Daisyonin; melainkan mempunyai makna yang jauh lebih mendalam. Makna mendalam tersebut akan diterangkan berikut ini. Kehadiran Buddha Sakyamuni di dunia adalah untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Para Buddha dan Bodhisattva yang berasal dari negeri lain berkumpul bagaikan pantulan dari getaran suara dan bayangan yang mengikuti badan untuk menolong Sang Buddha dalam pelaksanaan membimbing umat. Para Buddha dan Bodhisattva dari negeri lain tersebut merupakan utusan Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan para Buddha sepuluh penjuru untuk membimbing dan mengajar umat manusia muncul nyata di Jepang. Dengan demikian Niciren Daisyonin mengatakan bahwa Sairenbo mungkin salah seorang dari para Buddha dan Bodhisattva yang berasal dari negeri lain. Sebagai bukti kalimat sutra untuk perkataan ini dikutip kalimat Saddharmapundarika-sutra Bab X Dharma Duta yang berbunyi, “Saya

30

Samantabadra | Maret 2013

dari negeri yang lain, mengutus pembimbing, mengumpulkan umat, untuk mendengarkan Hukum. Dan juga mengutus pembimbingpembimbing : Bhikku, Bhikkuni, Upasaka dan Upasika untuk mendengar pembabaran Hukum tersebut. Seluruh pembimbing ini mendengarkan Hukum, menerima dan percaya, mengikuti dengan selaras dan tidak menentang”. Mendahului kalimat di atas tertulis, “Seandainya setelah kemoksyaan Sang Buddha, ada putraputra yang baik dan putri-putri yang baik ingin membabarkan Saddharmapundarika-sutra kepada keempat golongan umat, bagaimana mereka harus membabarkannya ? Putra-putra yang baik dan putri-putri yang baik ini akan memasuki kamar Sang Buddha, mengenakan jubah Sang Buddha, duduk di singgasana Buddha, dan kemudian membabarkan sutra ini secara luas kepada keempat golongan”. Hal ini menunjuk ketiga pola : pakaian, tempat, dan kamar (E, Za, Shitsu no Sanki). Sang Buddha mengutus orang ke berbagai negara untuk membimbing dan menolong pembabaran Hukum. Di Masa Pascimadharma orang yang menyebarkan Saddharmapundarikasutra setelah Sang Buddha moksya adalah Niciren Daisyonin, sedangkan pembimbing yang diutus oleh Sang Buddha adalah Sairenbo dan lainnya. Niciren Daisyonin sendiri menyatakan bahwa Sairenbo adalah Bhikku yang terdapat dalam kalimat “Mengutus pembimbingpembimbing Bhikku, Bhikkuni, Upasaka, dan Upasika untuk mendengar pembabaran Hukum tersebut. Seluruh pembimbing ini mendengar Hukum, menerima dan percaya, mengikuti dengan selaras dan tidak menentang”. Selanjutnya, Sairenbo diumpamakan sebagai salah seorang dari para Sravaka yang mencapai kesadaran melalui pembabaran Hukum bagi ketiga golongan Sravaka. Pada masa lampau yang amat jauh, yaitu 3000 asamkheya kalpa koti, umat yang telah menerima bimbingan dari ke-16 pangeran putra Buddha Mahabhijnajnanabhibu sering kali terlahir bersama guru di tanah negeri Buddha pada jaman kapan pun. Akan tetapi di kemudian hari terjadi “mundur dari yang besar, mengambil yang kecil”, berarti mundur dari Hukum Mahayana dan mengambil Hukum Hinayana, sehingga terjatuh ke dalam Lima Jalan dan Enam Jalan, yakni berputar dalam kesesatan penderitaan hidup-mati : Neraka, Kelaparan, Kebinatangan, Kemurkaan, Kemanusiaan, dan Surga. Akan tetapi, ketika bakat para Sravaka tersebut matang untuk mencapai kesadaran, mereka akan mendapat penganugerahan, tepatnya di dalam Saddharmapundarika-sutra.


Sama halnya dengan Sairenbo yang menjadi murid Niciren Daisyonin. Ia “sering kali terlahir bersama guru”, akan tetapi “mundur dari yang besar, mengambil yang kecil” sehingga tenggelam dalam penderitaan. Sekarang akar bakatnya telah matang, dapat membuang Hukum sesat dan guru sesat Nembuce, Syingon, dan lainnya serta menjadi murid Niciren Daisyonin. Inilah yang dimaksud, “bukan main menakjubkan”. Ketika menerima bimbingan pada masa 3000 asamkheya kalpa koti ada dua jenis manusia : “yang membangkitkan hati kepercayaan” (hosyin) dan “yang tidak membangkitkan hati kepercayaan” (mihosyin). “Yang membangkitkan hati kepercayaan” ada dua jenis, yaitu “yang tidak mundur” (futai) dan “yang mundur dari yang besar” (taidai). Di dalam Sanju Hiden Syo Nicikan Syonin, Bhikku Tertinggi ke-26 Kuil Pusat Taiseki-ji mengatakan, “Pada waktu pengulangan pembabaran Hukum Buddha Mahabhijnajnanabhibu (Daicefuko) terdapat dua jenis manusia : yang membangkitkan hati kepercayaan dan yang tidak membangkitkan hati kepercayaan. Yang tidak lupa akan pembibitan di masa lampau yang amat jauh dengan mendengar pembabaran Saddharma dapat menimbulkan hati kepercayaan. Yang lupa dan yang menghilangkan pembibitan di masa lampau yang amat jauh, meskipun mendengar Saddharma, tidak dapat membangkitkan hati kepercayaan…Di dalam “yang membangkitkan hati kepercayaan” pun ada dua jenis. Pertama, yang tidak mundur dan kedua, yang mundur dari yang besar. Orang “yang tidak membangkitkan hati kepercayaan” adalah jenis yang ketiga. Maka, Dwiyana yang sekarang mendapat kesadaran, sebagian besar termasuk jenis yang kedua dan sebagian kecil termasuk jenis ketiga”. Para Sravaka yang berkumpul di dalam pesamuan pembabaran Hukum Saddharma, dahulu telah dibimbing dan diajak oleh salah seorang dari 16 putra Buddha Mahabhijnajnanabhibu, sehingga setelah mendengar pembabaran Hukum bangkit hati untuk percaya. Orang yang tidak mundur mendapat Jalan Kesadaran. Orang yang tidak membangkitkan kepercayaan dan yang membangkitkan kepercayaan, tetapi mundur di pertengahan jalan, tenggelam di dalam penderitaan, berputar dalam Lima Jalan atau Enam Jalan. Baru setelah akar bakat mereka dimatangkan dengan pembabaran Hukum Saddharma, mereka mendapat penganugerahan. Sairenbo termasuk dalam golongan ini. Ia menerima dan percaya Saddharma, tetapi di

tengah perjalanan mundur sehingga tenggelam di dalam penderitaan. Akan tetapi, sekarang ia bertemu dengan Niciren Daisyonin, maka akar bakatnya benar-benar dapat dimatangkan. Selanjutnya mengenai “Sering kali terlahir bersama guru di Tanah Buddha”. Niciren Daisyonin memberi petunjuk bahwa orang “yang tidak membangkitkan kepercayaan”, yang mundur dari Mahayana dan mengambil Hinayana, dan yang berputar di dalam jalan buruk, bagaimanapun di masa sekarang telah menjadi murid dan penganut Niciren Daisyonin. Oleh karena itu mereka harus menghantam pemfitnahan Dharma yang dilakukan oleh berbagai sekte, membuang Hukum sesat, dan ikut percaya Saddharmapundarika-sutra sebagai Hukum sesungguhnya dan di masa akan datang hadir di tanah suci Buddha, tempat Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan Buddha sepuluh penjuru. Di muka tempat pusaka ini Sairenbo bertanya, apakah ia dengan Niciren Daisyonin telah mengikat perjanjian menjadi guru dan murid di masa lampau yang amat jauh dan apakah ia menjadi utusan Buddha Sakyamuni untuk membantu Niciren Daisyonin menyebarluaskan Saddharma di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) ini sehingga terlahir di Jepang ? Jawabannya adalah memang ia telah mengikat perjanjian sebagai guru dan murid, dan timbul di dunia ini untuk membantu pembabaran ajaran sang guru. Dengan mendapat jawaban seperti itu, terasakan tugas diri sendiri secara pasti. Untuk mendapat jawaban seperti ini, yang terpenting adalah dalam keadaan bagaimanapun hendaknya sungguh-sungguh melaksanakan pertapaan untuk diri sendiri dan untuk orang lain.

8

Pada bulan 2 yang lalu, telah disampaikan Hukum yang sangat penting kepada Anda. Terlebih lagi, di tengah malam tanggal 8 bulan 4, pada pukul 04.00 telah memberi jusyoku kanco berdasarkan sila pokok sempurna dari Saddharma. Keterangan : Di sini dikatakan bahwa Hukum yang sangat penting telah disampaikan kepada Sairenbo pada bulan dua. Bulan dua merupakan bulan Sairenbo menjadi murid Niciren Daisyonin. Segera setelah percaya ia langsung menanyakan berbagai macam Hukum kepada Niciren Daisyonin dan Beliau menjawab semua pertanyaan ini. Pada tahun Bun-ei ke-9 (1272) tanggal 11 bulan 2, Sairenbo mendapat Surat Warisan Hakikat

Maret 2013 | Samantabadra

31


materi ajaran | gosyo kensyu Hukum Kejiwaan, pada tanggal 20 bulan yang sama menerima Surat Perihal Penegasan Lisan Pencapaian Kesadaran Buddha dari Rumput dan Pohon. Terlebih lagi, di tengah malam tanggal 8 bulan 4, pada waktu harimau, kurang lebih pukul 04.00, berdasarkan sila pokok sempurna dari Saddharma telah dilaksanakan pemberian jusyoku kanco. Di dalam Surat 106 Hal Penting dikatakan bahwa jusyoku kanco berarti menerima Saddharma dari Icinen Masa Lampau Asal Muasal (Myoho Icinen Ganjo) sesungguh hati, yaitu menerima hakikat tertinggi (Gosyo hal. 867). Upacara sangat agung yang diterima sebagai hukum pusaka masa lampau yang tak berawal akhir yang tersirat secara rahasia adalah Nammyohorengekyo, Icinen Sanzen Kenyataan. Selanjutnya, mengenai jusyoku kanco diterangkan di dalam Surat Hoko Jusyoku Kanco Ge yang ditulis pada tahun Bun-ei ke-11 (1274) sebagai berikut, “Pertanyaan : Bagaimanakah wajah jusyoku dari Ajaran Pokok? Jawab : Menerima tingkat asal muasal dari Ajaran Pokok jiwa kekal abadi semenjak masa lampau yang amat jauh (Honnu Jusyoku Honmon Kuon Ganjo) adalah mata, tulang sumsum dan hati mendalam dari sekte ini. Oleh karena itu, tidak dapat dikatakan dengan mudah. Pertanyaan : Apakah badan Hukum jusyoku? Badan Hukum jusyoku dari Ajaran Pokok hanya dapat diketahui oleh Buddha dan Buddha. Meskipun ingin membabarkannya, selama kalpa yang tak terhitung pun tak akan pernah selesai. Akan tetapi, bila mengambil hakikat pokoknya saja dan membabarkannya, tidak lain adalah kelima aksara Myohorengekyo. Di sini diterangkan bahwa kelima aksara Myohorengekyo adalah badan Hukum jusyoku. Selanjutnya, mengenai menjadi jusyoku dikatakan, “Jusyoku berarti mewariskan, atau dengan kata lain bermakna mendapat penganugerahan, atau mendapat ketetapan pencapaian kesadaran, atau bermakna nyusyo joju” (hal. 114). Oleh karena itu, “Mewariskan” mempunyai makna yang sama dengan mendapat penganugerahan”. Bila harus dibedakan, jusyoku berarti menguntungkan diri sendiri, sedangkan “mewariskan” berarti menguntungkan orang lain. Akan tetapi, sebenarnya keduanya mengandung makna yang sama. Dalam memberikan jusyoku kanco, Niciren Daisyonin mendasarkan sila pokok sempurna dari Saddharma. Apakah yang dimaksud dengan sila di dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin? Sila di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) ini tiada lain kecuali “menerima dan mempertahankan

32

Samantabadra | Maret 2013

Saddharma”. Di dalam Surat Ajaran, Pelaksanaan, dan Bukti dikatakan, “inti hakikat Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra adalah Myohorengekyo, dan karunia kebajikan ribuan kebaikan dan ribuan pelaksanaan para Buddha selama tiga masa dikumpulkan menjadi lima aksara. Maka, dalam kelima aksara ini terkandung seluruh karunia kebajikan ribuan sila” (Gosyo hal. 1282). Karena itu dikatakan, “Sila Saddharma yang mencakup keseluruhan atau sila pusaka vajra” (Gosyo hal. 1282). Ini berarti, dengan hanya menerima dan mempertahankan Saddharma sudah tercakup karunia kebajikan ribuan sila, sehingga menerima dan mempertahankan sama artinya dengan mempertahankan pantangan. Dengan demikian, tanpa mempertahankan sila lainnya dengan menerima dan mempertahankan Saddharma berarti telah mempertahankan sila yang terunggul. Oleh karena itu, orang yang menerima tingkat (jusyoku) adalah orang yang ‘menerima dan mempertahankan adalah kesadaran” (juji soku kanjin), sehingga langsung mencapai perasaan yang sebenarnya (jikitace syokan). Dengan demikian, terwujud Buddha Myokaku adalah badan manusia biasa di masa sekarang ini, yang berarti pencapaian kesadaran Buddha dengan badan seadanya dan pencapaian kesadaran Buddha pada hidup kali ini (sokusyin jobuce dan issyo jobuce). Kalau pada masa sekarang mencapai tingkat hakikat Buddha Myokaku, mungkin pada masa akan datang akan menjadi “bagian tingkat sebab tokaku dan lainnya”, berarti tidak akan kembali pada suasana jiwa Bodhisattva dan lainnya. Perjanjian sebagai guru dan murid sejak masa lampau yang amat jauh antara Niciren Daisyonin dengan Sairenbo adalah berdasarkan teori kewajaran “Senantiasa terlahir bersama guru”. Niciren Daisyonin memberi dorongan yang kuat kepada Sairenbo dengan mengatakan bahwa bila sang guru, Niciren Daisyonin, dapat mencapai kesadaran, murid yang benar-benar dapat menerima ajaran yang sebenarnya tidak akan terjatuh ke dalam Jalan Buruk. “Kalimat Sutra Catatan Sang Buddha ditinjau dari Arti Keinginan Pokok Sang Buddha” sama sekali bukan merupakan bualan baik di dalam maupun di luar keduniawian. Arti Keinginan Pokok Sang Buddha adalah perbandingan terhadap arti Akar Bakat dan Perasaan. Arti Akar Bakat dan Perasaan adalah menjawab sesuai dengan akar bakat dan perasaan manusia, sedangkan Arti Keinginan Pokok Sang Buddha adalah keinginan mendasar Sang Buddha itu sendiri. Pembabaran sesuai dengan akar bakat


umat manusia adalah ajaran upaya, jadi bukan yang seharusnya atau sebenarnya. Sekalipun demikian, Arti Keinginan Pokok Sang Buddha baik di dalam maupun di luar Hukum keduniawian sama sekali Buddha tidak membual. Mahaguru Dengyo menerangkan keduanya, Arti Keinginan Pokok Sang Buddha dan Arti Akar Bakat dan Perasaan dalam go ju gen; nama, badan, sekte, fungsi, dan ajaran. Sebagai contoh, mengenai “nama”. Menurut Arti Keinginan Pokok Sang Buddha, di dalam “nama” badan fungsi tidak terpisah. Namun, ditinjau dari sudut Arti Akar Bakat dan Perasaan, “nama” ditegakkan sementara untuk menerangkan badan. Demikianlah perbedaan yang ada dalam pembabaran Arti Keinginan Pokok Sang Buddha dan Arti Akar Bakat dan Perasaan. Mengenai hal ini Niciren Daisyonin mengatakan bahwa jika kalimat sutra catatan Sang Buddha ditinjau dari arti pokok Sang Buddha, sama sekali bukan bualan. Untuk itu, dikutip kalimat Saddharmapundarika-sutra sebagai kalimat bukti Sang Buddha. Dalam Bab XXI, Kekuatan Gaib Sang Tathagata, dikatakan, “Setelah kemoksyaan-Ku, pada Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) harus menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo. Orang ini tidak diragukan lagi pasti mencapai Jalan Buddha.” Dan juga, di dalam Bab XI Stupa Pusaka dikatakan, “Orang yang menerima dan mempertahankan sutra ini (Nammyohorengekyo) langsung memperoleh Jalan Buddha yang terunggul”. Seandainya kalimat yang tercatat ini bualan, sehingga pencapaian kesadaran guru dan murid bagi Niciren Daisyonin dan Sairenbo merupakan ucapan kosong belaka, maka semua teori Hukum yang dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra menjadi bualan juga. Oleh karena itu, Bab XXI Saddharmapundarikasutra, Kekuatan Gaib Sang Tathagata, membuktikan yang sebenarnya, “Lidah para Buddha akan terputus”. Demikian pula, di dalam Bab XI Stupa Pusaka Tathagata Prabhutaratna membuktikan, “Seluruh yang dibabarkan Buddha Sakyamuni adalah benar”. Bila ucapan ini omong kosong belaka, maka Stupa Pusaka Tathagata Prabhutaratna akan hancur runtuh; singgasana kedua Buddha yang mewujudkan “pencapaian kesadaran Buddha dengan badan seadanya” dan “kemanunggalan mutlak antara suasana dengan prajna” akan berubah menjadi besi membara Neraka Avici dan ketiga tanah tempat pembabaran Saddharmapundarika-sutra : Tanah Dwiyana (hoben-do), Tanah Bodhisattva (jippo-do) dan Tanah Buddha (jakko-do) yang kesemuanya serasa Tanah Buddha akan

berubah menjadi Tiga Jalan Buruk : neraka, kelaparan, dan kebinatangan. Penjelasan yang menyatakan tidak mungkin terjadi hal seperti itu menerangkan keyakinan Niciren Daisyonin yang tak tergoyahkan. Dengan terus berpikir bahwa orang yang menerima dan mempertahankan Saddharma akan menerima suasana jiwa Buddha yang terunggul, agung, tidak akan rusak serta kekal di badan sendiri membuat kegembiraan Niciren Daisyonin dan Sairenbo yang menerima hukuman pembuangan bangkit secara meluap-luap, baik di dalam perasaan hati maupun badan.

9

Dengan memikirkan dan merenungkan siang dan malam Hukum yang sangat penting ini, dalam setiap kejap dapat merasakan teori pencapaian kesadaran Buddha.

Anak Cabang

Keterangan : Di sini dijelaskan suasana jiwa Niciren Daisyonin yang “menerima Hukum-Nya sendiri dan merasa senang dan tenang” (jiju horaku); jiwa Beliau tidak terikat waktu dan tidak tergoyahkan suasana. Hukum yang sangat penting, yang pada hakikatnya dirasakan dalam jiwa siang dan malam, adalah Hukum Buddha agung mengenai “pencapaian kesadaran Buddha dalam badan seadanya” (sokusyin jobuce). Icinen jiwa sendiri dapat merasa dan memperoleh teori pencapaian kesadaran Buddha setiap kejap. Pada masa pembuangan, Niciren Daisyonin terus menerus menulis surat yang sangat penting, seperti Surat Membuka Mata, Surat Kanjin no Honzon, demi pewarisan Hukum yang sangat penting bagi umat manusia di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma). Mengenai waktu, di dalam isi surat dikatakan bahwa waktu berlalu tanpa terasa, tahun dan bulan cepat berlalu. Ketika berada dalam suasana jiwa yang benci atau menderita, waktu terasa amat panjang. Pada umumnya, orang yang sedang menjalani hukuman pembuangan merasakan waktu bukan main panjangnya. Tetapi, bagi Niciren Daisyonin yang menggunakan setiap hari untuk membabarkan Hukum yang sangat penting demi pelestariannya, waktu terasa amat singkat. Mencapai kesadaran Buddha berarti dari kedalaman jiwa keluar perasaan puas dan penuh berisi. Dalam jiwa, Dunia Buddha terwujud secara nyata sebagai badan Nammyohorengekyo dari asal muasal. Dengan demikian, di dalam icinen jiwa sekejap sekarang ini tercakup masa lampau yang tak berawal dan masa akan datang yang tak berakhir.

Maret 2013 | Samantabadra

33


materi ajaran | gosyo kensyu Sebagai contoh, dikutip kalimat Bab Munculnya Bodhisattva dari Bumi, Bab XV Saddharmapundarika-sutra perihal kedua Buddha : Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna yang duduk di dalam Stupa Pusaka ketika pembabaran Hukum Saddharmapundarika-sutra di upacara pesamuan antariksa. Kedua Buddha ini saling menyetujui teori Saddharma dari Saddharmapundarika-sutra. Buddha Sakyamuni membabarkan Saddharma dan Tathagata Prabhutaratna menyetujui serta membuktikan bahwa semua yang dibabarkan adalah benar. Dalam pesamuan antariksa tersebut muncul Bodhisattva dari Bumi, murid dari masa lampau yang amat jauh; sebagaimana diterangkan di dalam Bab XV Munculnya Bodhisattva dari Bumi. Dengan membawa bermacam-macam Hukum pujian, dalam waktu sepanjang 50 kalpa kecil, mereka dengan sungguh-sungguh menghormati dan memuji Sang Buddha serta menyebut Myohorengekyo. Selama itu Sang Buddha duduk berdiam diri, demikian pula keempat golongan umat. Tetapi, seperti yang dikatakan dalam sutra, “Waktu selama 50 kalpa kecil ini, dengan kekuatan gaib Sang Buddha, dirasakan oleh seluruh umat hanya setengah hari”, dengan fungsi gaib Sang Buddha yang sangat menakjubkan umat yang hadir dalam pesamuan merasa waktu yang berlalu hanya setengah hari. Ini berarti, panjangnya waktu Bodhisattva Muncul dari Bumi memuji dan menghormati Buddha adalah untuk menerangkan kekuatan gaib Sang Buddha. Mahaguru Tien-tai menerangkan hal ini di dalam Hokke Mongu jilid 9 bagian paruh awal, “Orang yang mengerti bahwa yang pendek sebenarnya adalah yang panjang, dapat merasakan waktu 50 kalpa kecil. Orang yang keliru, merasa yang sebenarnya panjang sebagai pendek, merasa seperti setengah hari”. Dengan demikian, waktu yang sangat lama, yaitu 50 kalpa kecil, dirasakan sebagai setengah hari karena orang tersebut keliru. Akan tetapi, tujuan Niciren Daisyonin mengutip kalimat ini bukan menunjukkan orang yang keliru, melainkan menunjukkan bahwa Saddharma mempunyai kekuatan untuk membuat waktu yang demikian panjang dirasakan sebagai waktu yang singkat. Selanjutnya dikatakan bahwa semenjak semula di dunia ini selalu ada peringatan dari orang tua, majikan, dan lainnya. Di antara orang yang menerima hukuman pembuangan ke pulau negeri yang jauh, mungkin tidak ada orang yang sekujur tubuhnya dipenuhi kegembiraan seperti kita (Niciren Daisyonin dan Sairenbo). Perhatikanlah kata “kita” dalam kalimat tersebut.

34

Samantabadra | Maret 2013

Kita di sini berarti, bukan hanya Niciren Daisyonin yang merasakan kegembiraan dibuang ke pulau yang jauh, tetapi juga bagi Sairenbo. Bagi Niciren Daisyonin, hukuman pembuangan ke Pulau Sado merupakan pembuktian terhadap kebenaran Saddharmapundarika-sutra; maka kegembiraan Beliau tidak terputus-putus. Bagi Sairenbo, meskipun kehidupan di Pulau Sado sangat susah, peristiwa ini merupakan jodoh untuk bertemu dengan Hukum Buddha Niciren Daisyonin dan dapat memastikan tercapainya kesadaran Buddha bagi dirinya, maka sesungguhnya tiada kegembiraan yang lebih besar dari itu. Di sini Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa dengan diterangkannya kegembiraan Beliau, Sairenbo seharusnya mengetahui kegembiraan dirinya. Bagi orang yang berada dalam suasana jiwa pencapaian kesadaran Buddha, suasana yang teramat kejam sekalipun, seperti hukuman pembuangan di negeri yang jauh, Pulau Sado, dapat menjadi kota Tanah Suci Buddha. Dengan menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo, tempat orang tersebut melaksanakan pertapaan, suasana seperti apapun akan dapat dirombak menjadi kota Tanah Buddha. Di dalam Surat Balasan Kepada Syijo Kingo dikatakan, “Di dalam Propinsi Sagami Tacenokuci adalah tempat Niciren membuang jiwa; oleh karena itu tempat tersebut tidak lebih rendah daripada Tanah Buddha. Kalau pada masa sekarang ini, tempat di manapun Niciren menemui kesulitan dan penderitaan harus dapat menjadi Tanah Buddha. Mengenai Tacenokuci, tempat Niciren meninggalkan jiwa karena Saddharmapundarika-sutra, dapat dikatakan sebagai Tanah Suci Buddha. Di dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata dikatakan, “Baik di hutan, di taman, di gunung, di lembah, atau di padang luas, di manapun menjadi tempat para Buddha memasuki Nirvana”. (Gosyo hal. 1113). Seperti dikatakan di atas, tempat meninggalkan jiwa karena Saddharmapundarikasutra menjadi Tanah Buddha, maka Pulau Sado adalah tempat tinggal jiwa Buddha Pokok. Demikian pula bagi Sairenbo, tempat itu merupakan tempat meninggalkan jiwa menjadi penganut Saddharmapundarika-sutra, yaitu menerima dan percaya Saddharma Masa Pascimadharma (Akhir Dharma); maka benarbenar merupakan Kota Tanah Suci Buddha. Terhadap murid dan penganut Niciren Daisyonin yang melaksanakan pembabaran Hukum Saddharma dikatakan, “Tanpa melangkah satu langkah pun dapat melihat Gridhrakuta di India”. Juga dikatakan, Dapat pulang pergi dalam satu hari satu malam ke tanah suci Buddha asal


muasal”. Di sini, “Tanpa melangkah satu langkah pun dapat melihat Gridhrakura di India” berarti upacara Saddharmapundarika-sutra timbul nyata di dalam jiwa orang yang percaya dan menerima Saddharma. Dengan demikian, yang dikatakan, “Dapat pulang pergi dalam satu hari satu malam ke tanah suci Buddha asal muasal” berarti menyebut Saddharma pagi dan sore sama dengan kembali ke Tanah Suci Buddha.

10

Karena merasakan kegembiraan yang meluap-luap, maka diikrarkan sebuah janji.

Anak Cabang

Keterangan : Untuk memberi semangat kepada Sairenbo, Niciren Daisyonin memberikan janji mengenai pembebasan dari hukuman. Beliau mengucapkan janji itu bergembira sekali melihat di dalam diri Sairenbo telah timbul hati kepercayaan. Janji tersebut berbunyi; seandainya Sairenbo lebih dahulu dibebaskan dari hukuman pembuangan dan dapat tiba di ibukota, sedangkan Niciren Daisyonin tidak dibebaskan oleh pemerintah Kamakura, Beliau tetap akan berdoa sesungguh hati kepada para dewa dan lainnya sehingga pasti terbukti dapat kembali ke Kamakura dan dari sana akan mengirim surat kepada Sairenbo yang

berdiam di Kyoto. Atau, bila Niciren Daisyonin dibebaskan terlebih dahulu dan kembali ke Kamakura, Beliau akan sungguh-sungguh berdoa kepada para dewa agar Sairenbo cepat kembali ke Kyoto. Di sini dengan tegas dikatakan bahwa sekalipun hari-hari selama pembuangan di Pulau Sado dilewatkan dengan penuh bahaya, Beliau tetap menyampaikan kepada para dewa dan lainnya yang berjanji untuk melindungi Saddharma, sehingga pasti ada bukti nyata diizinkan kembali ke kota. Dapat kita lihat keyakinan Niciren Daisyonin yang memikirkan segala sesuatu secara rinci, terutama dalam pengungkapan bahwa kemungkinan Sairenbo dibebaskan dari hukuman pembuangan terlebih dahulu. Pada bulan 3 tahun Bun-ei ke-11 (1274), dua tahun setelah surat ini ditulis, Niciren Daisyonin dibebaskan dari hukuman pembuangan dan kembali ke Kamakura. Setelah memperingatkan pemerintah sebanyak tiga kali, pada bulan lima tahun yang sama Beliau masuk ke Gunung Minobu. Setelah Niciren Daisyonin bebas dari hukuman dan masuk ke Gunung Minobu, Sairenbo kembali ke Kyoto. Dengan demikian, perkataan Niciren Daisyonin terbukti secara nyata. eee

Catatan

Maret 2013 | Samantabadra

35


materi ajaran | gosyo kensyu

Reply to Sairenbo

Profound Relationship Between Teacher and Disciple

T

ake great care when you come to see me after dark. I will explain to you in detail the teachings regarding the benefits to be gained by one ordained to the highest stage of Buddhist practice. I have carefully noted the contents of your letter. I have also received safely the various articles that came from the capital [Kyoto]. When I was living in Kamakura, such articles were a daily sight, but since having been exiled to this island, I have yet to encounter them. To come upon articles such as these on this tiny faraway island is truly most welcome. In your letter you mention that you became a disciple of mine and pledged to follow me at the beginning of the second month, and that from now on, though you may not measure up to others, you would be most pleased and honored if I would continue to count you among my disciples. The sutra says, “Those persons who had heard the Law dwelled here and there in various Buddha lands, constantly reborn in company with their teachers.” It also says, “If one stays close to the teachers of the Law, one will speedily gain the bodhisattva way. By following and learning from these teachers one will see Buddhas as numerous as Ganges sands.” A commentary states, “Originally one followed this Buddha and for the first time conceived the desire to seek the way. And by following this Buddha again, one will reach the stage where there is no retrogression.” Another commentary states, “In the beginning one followed this Buddha or bodhisattva and formed a bond with him, and so it will be through this Buddha or bodhisattva that one will attain one’s goal.” When I consider these passages of the sutra and the commentaries, I wonder if you and I have not been pledged to each other as teacher and disciple from countless kalpas in the past. You and I have been born together in this defiled age of the Latter Day of the Law, in the country of Japan in the southern continent of Jambudvipa, and with the utmost reverence we chant with our mouths Nam-myoho-renge-kyo, the ultimate reason for which the Buddhas appear in the world; we believe in it in our hearts, embrace it with our bodies, and delight in it with our hands. Has all of this not come about solely because of some bond of karma we share from the past? When I look at the situation in Japan, I find that the devil king of the sixth heaven has entered into the bodies of wise persons, transforming correct teachers into erroneous teachers, and good teachers into bad teachers. This is what the sutra means when it says, “Evil demons will take possession of others.” Although I, Nichiren, am not a man of wisdom, the devil king of the sixth heaven has attempted to take possession of my body. But I have for some time been taking such great care that he now no longer comes near me. Therefore, because the power of the heavenly devil is ineffectual against me, he instead possesses the ruler and his high officials, or foolish priests such as Ryokan, and causes them to hate me. Be that as it may, one should understand that, at present, when it comes to teachers, there is a difference between correct teachers and erroneous teachers, between good teachers and bad teachers. One should shun those who are erroneous or evil, and associate with those who are correct and good. Even if their virtue is known throughout the country and their wisdom is as bright as the sun and moon, one should recognize that teachers who slander the Lotus Sutra are evil teachers and erroneous teachers, and refrain from approaching them. A sutra warns us on this point, “If there are slanderers of the Law, one should not dwell with them. If one draws near them and dwells with them, one will be bound for the Avichi hell.” No matter how honest and upright you may be, or how you may strive to be known as a worthy person in the secular or the religious world, if you associate with evil persons, then as a natural result you will find that in two or three instances out of ten you are following their teachings, and in the end you, too, will become an evil person. Thus the commentary says, “Though one may not be evil to begin with, if one associates with and is friendly with evil persons, one is bound in time to become an evil person oneself, and one’s evil reputation will spread throughout the world.” In the end, what we mean by erroneous and evil teachers are those priests in the world today who slander the Lotus Sutra. The Nirvana Sutra says: “Bodhisattvas, have no fear of mad elephants. What you should fear

36

Samantabadra | Maret 2013


English are evil friends! Even if you are killed by a mad elephant, you will not fall into the three evil paths. But if you are killed by an evil friend, you are certain to fall into them.” The Lotus Sutra says, “In that evil age there will be monks with perverse wisdom and hearts that are fawning and crooked.” As I have pointed out so many times in the past, when teachers such as Shan-wu-wei, Chin-kang-chih, Bodhidharma, Hui-k’o, Shan-tao, Honen, Kobo of To-ji, Chisho of Onjo-ji, Jikaku of Mount Hiei, or Ryokan of Kanto read the golden words, “Honestly discarding expedient means, [I will preach only the unsurpassed way],” they take them to mean, “Honestly discarding the true teachings, I will preach only the expedient teachings.” When they read the passage that says, “Among the sutras, it [the Lotus Sutra] holds the highest place,” they take it to mean, “Among the sutras, it holds the lowest place.” And when they read, “[Among those sutras] the Lotus is the foremost,” they take it to mean, “The Lotus holds second place,” or “holds third place.” That is why I describe these various priests as misleading and evil teachers. Those that I call correct and good teachers are persons who take Shakyamuni Buddha’s golden words to mean just what they say, namely, that the other sutras represent expedient means and the Lotus Sutra represents the truth. In this connection, you should consult the “Entering the Dharma Realm” chapter, the seventy-seventh volume of the Flower Garland Sutra. The Lotus Sutra states, “A good friend is the great cause and condition by which one is guided and led, and which enables one to see the Buddha and to conceive the desire for supreme perfect enlightenment.” As the Buddha tells us, we should regard as correct teachers and good teachers those who honestly discard the doctrines of the four flavors and three teachings, the Hinayana and provisional Mahayana sutras that were expounded as expedient means, as well as the Nembutsu, True Word, Zen, and Precepts schools and the sutras upon which they rely, and expound Myoho-renge-kyo, “the one great reason for which the Buddhas appear in the world.” As for myself, I, Nichiren, having been born in Japan in the first five hundred years of the Latter Day of the Law, have encountered the three powerful enemies and met with various types of calamity and trouble, just as the Thus Come One predicted would happen. But, without any thought for my person or my life, I chant Nam-myoho-renge-kyo. I ask you to consider with the utmost care whether I deserve to be called a correct teacher or an erroneous teacher. Each of the proponents of the various schools I have mentioned above declares that he beyond all others has grasped the meaning of and is practicing the Lotus Sutra. But none of them have been exiled to the province of Izu as I was in the Kocho era, or exiled to the island of Sado as I was in the Bun’ei era, or been led to the place of decapitation at Tatsunokuchi or faced the countless other difficulties that I have. If the sutra passages [that predict such difficulties] are true, then you should realize that I am the correct teacher, the good teacher, and that the scholars of the other schools are all erroneous teachers and evil teachers. In addition to these, there are a great many other passages in the sutras and treatises that make clear the distinction between these two types of teachers, the good and the bad. But I am sure you are already familiar with them, so I will not go into them here. How wondrous that in your letter you say that from now on you will reject the erroneous teachers of our time and will rely entirely upon me as the correct teacher! When the Thus Come One Shakyamuni, our original teacher, appeared in the world in order to expound the Lotus Sutra, the Buddhas and bodhisattvas of the other worlds, like shadows and echoes, came forth and assisted him in his efforts to spread the teachings. Now it seems that they have appeared here in Japan as envoys of Shakyamuni, Many Treasures, and the Buddhas of the ten directions to help me in my efforts to spread the teachings! The sutra says: “I will send persons conjured up by magic to other lands to gather together assemblies to listen to the Law. And I will also send [monks, nuns, laymen, and laywomen] conjured up by magic [to listen to the preaching of the Law. These persons conjured up by magic will listen to the Law, believe and accept it], and abide by it without violation.” The “monks” who are spoken of in this passage refer to you. Therefore, when the sutra speaks of persons who “listen to the Law, believe and accept it, and abide by it without violation,” you need look no further than yourself. How can there be any doubt about it? Although the sutra speaks of those who, having heard the Law, “dwelled here and there in various Buddha lands, constantly reborn in company with their teachers,” there are persons like the three groups of voicehearers who, after receiving the seeds of Buddhahood, reject the Mahayana, select the Hinayana, and sink into the five paths or the six paths for a succession of rebirths, but when the time to achieve Buddhahood arrives, they are able to obtain emancipation, one after another. How gratifying to think that you have now

Maret 2013 | Samantabadra

37


materi ajaran | gosyo kensyu cast aside the erroneous doctrines and erroneous teachers of the Nembutsu, True Word, and other schools, and become a disciple of Nichiren! In any case, like me, you should condemn the slander of the Law committed by the followers of the other schools and cause them to reject the erroneous and embrace the correct. Then, when you arrive in the Land of Eternally Tranquil Light where the three kinds of Buddhas are seated, and appear before the Buddhas Shakyamuni and Many Treasures, you will ask, “Were Nichiren and I bound by a promise to be teacher and disciple from the beginningless past, or were we not? Was I sent as an envoy of Shakyamuni Buddha to assist him in his efforts to spread the teachings?” And when the Buddhas reply, “Just so!” then you, too, will understand in your own mind why these things happened. Therefore, you must by all means be diligent! You must be diligent! As a matter of course, I began giving you instruction in the important doctrines around the second month. And as a result, on the eighth day of the fourth month, after midnight in the hour of the tiger (04.00), I performed for you the ceremony for ordination in the precept of the perfect teaching of the Mystic Law. How could a person who has undergone this ordination fail to become a Buddha of perfect enlightenment in his present existence? And if in this life you have attained the level of perfect enlightenment, then in your next life, how could you have any reason to regress to the stage of near-perfect enlightenment and other lower stages of practice? In view of our promise from the beginningless past and the principle that one will be constantly reborn with one’s teacher, if I, Nichiren, attain Buddhahood in my present lifetime, then how could it be possible for you to become separated from me and fall into the evil paths? The prophecies of the Thus Come One recorded in the scripture, when viewed in the light of the Buddha’s true intentions, never contain the slightest falsehood with regard to either secular or religious matters. Now, in the Lotus Sutra it is stated, “After I have passed into extinction, [one] should accept and uphold this sutra. Such a person assuredly and without doubt will attain the Buddha way.”19 It also says, “This way one will quickly attain the unsurpassed Buddha way.” If these passages of prophecy should be meaningless, and if the prediction that we will attain Buddhahood should be a lie, then the tongues of all the Buddhas will break apart, the tower of Many Treasures Buddha will crumble and fall, the place upon which the two Buddhas [Shakyamuni and Many Treasures] are seated side by side will be changed into a bed of burning iron in the hell of incessant suffering, and the three lands of Transition, Actual Reward, and Eternally Tranquil Light will be transformed into the three evil paths of hell, hungry spirits, and animals. But how could such a thing ever be possible? Ah, how assuring! How assuring! If we continue to think in this way, then, though we may be exiles, we have cause to be joyful in both body and mind! So day and night I ponder the important doctrines, and hour by hour, moment by moment, I savor the principle that allows us to attain Buddhahood. And because I pass the time in this fashion, though months and years go by, it does not seem long at all, and the hours that have elapsed do not seem like many. It is similar to the case described in the sutra when the two Buddhas Shakyamuni and Many Treasures, seated side by side in the treasure tower, nodded in approval over the wonderful principles of the Lotus Sutra, and although fifty small kalpas had elapsed, because of the supernatural powers of the Buddha, it seemed to the great crowd assembled there like no more than half a day. Among all the persons since the beginning of our present kalpa who have incurred the wrath of their parents or their rulers and have been exiled to distant islands, there can be none who overflow with joy as we do. Therefore, wherever we dwell and practice the single vehicle, that place will be the Capital of Eternally Tranquil Light. And, without having to take a step, those who are our disciples and lay supporters can view Eagle Peak in India and day and night will go to and from the Land of Eternally Tranquil Light that has existed for all time. What a truly inexpressible joy it is! So delightful is the thought that I will now make a promise to you. If you should be released quickly from exile and return to the capital, although the lord of Kamakura may continue to refuse pardon to Nichiren, I will call upon the heavenly deities, and when I have returned to Kamakura, I will write to you in Kyoto. If I should be pardoned first and return to Kamakura, I will call upon the heavenly gods to make certain that you are able to return home to the capital. With my deep respect, Nichiren The thirteenth day of the fourth month

38

Samantabadra | Maret 2013


中文

Maret 2013 | Samantabadra

39


materi ajaran | gosyo kensyu

40

Samantabadra | Maret 2013


中文

Maret 2013 | Samantabadra

41


materi ajaran | gosyo kensyu

42

Samantabadra | Maret 2013


gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Perihal Bunga Menjadi Buah LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis pada bulan 4 tahun Ko-an pertama (1278), diberikan kepada Joken-bo dan Gijo-bo dua tahun setelah wafatnya Dozen-bo, guru Niciren Daisyonin semasa Beliau belajar di Kuil Seico dahulu. Mengenai kapan Dozenbo wafat, ada yang mengatakan pada bulan ke-3 tahun Kenji ke-2 (1276) dan ada pula yang berpendapat pada tanggal 26 bulan 7 tahun yang sama. Di dalam pengantar Surat Membalas Budi tertera kalimat, “Mengenai meninggalnya Dozen-bo telah diketahui sekitar satu bulan yang lalu”. (Gosyo hal.330). Dengan demikian, kabar tersebut paling sedikit telah di dengar pada bulan 6. Karena itu, dapat dipastikan surat ini ditulis pada bulan 4 tahun Koan ke-1 (1278) dalam rangka peringatan 3 tahun wafatnya Dozenbo. Mungkin Niciren Daisyonin melakukan peringatan 3 tahun wafatnya sang guru dengan mengirim sumbangan doa sepenuh hati kepada almarhum. Kemungkinan pada peristiwa tersebut surat untuk Joken-bo dan Gijo-bo ini ditulis. Di dalam Surat Membalas Budi tersirat

perasaan membalas budi kepada guru, demikian pula dapat dirasakan dalam surat ini. Di dalam Surat Membalas Budi dikatakan, “Maka, bunga akan kembali ke akar, sari sesungguhnya tertinggal di tanah. Karunia kebajikan ini terkumpul di dalam hakikat jiwa suci almarhum Dozen-bo”. (Gosyo hal. 329). Di dalam surat ini juga dikatakan, “Tanaman padi dapat berbunga dan berbuah, tetapi daya hidup beras tetap kembali ke bumi besar. Oleh karena itu, setelah panen akan bertunas lagi, sehingga menjadi bunga dan buah kembali. Karunia kebajikan Niciren dalam menyebarkan Saddharmapundarikasutra pasti kembali kepada jiwa raga Dozenbo. Alangkah agungnya!” (Gosyo hal. 900) Dari kalimat inilah judul surat ini berasal. Dan kalimat ini sama dengan bagian terakhir Surat Membalas Budi. Semasa hidup Dozen-bo pun, di dalam Surat Subhakarasimha dikatakan, “Dapat mengetahui kesalahan yang terdapat di dalam berbagai sutra, sastra dan berbagai sekte merupakan keuntungan yang diterima dari Bodhisattva Akasagarbha dan budi

Maret 2013 | Samantabadra

43


materi ajaran | gosyo cabang guru pokok Dozen-bo. Kura-kura saja tahu membalas budi, apalagi manusia. Sebagai balas budi, di dalam Gunung Seico disebarkan Hukum Buddha untuk membimbing Dozenbo”. (Gosyo hal. 888). Di dalam hati, Dozenbo ingin percaya dan mengikuti Niciren Daisyonin, tetapi ia tak kuasa mematahkan pemfitnahan dharma. Mengenai pemfitnahan dharma tersebut, diberitahukan dengan keras, “Dengan membuat lima rupa Buddha Amitabha, akan terjatuh ke dalam neraka yang penderitaannya tak terputus-putus sebanyak lima kali”. (Gosyo hal. 889) Akan tetapi, mengenai budi sang guru dengan jelas diberitahu bahwa perasaan berterima kasih tidak akan berubah seumur hidup. Bahkan bukan hanya demikian, di dalam surat ini dikatakan, “Jika di Masa Akhir Dharma timbul Bodhisattva Visishtakaritra, maka pasti timbul pula Bodhisattva Supratishthitakaritra”. Dengan demikian, Dozen-bo disamakan dengan Supratishthitakaritra. Kalimat ini mempunyai arti yang sama dengan kalimat sebelumnya, “Bila Niciren diumpamakan sebagai pohon dan rumput, guru Dozen-bo adalah bumi besar”. Di dalam Catatan Ajaran Lisan bagian paruh awal juga dikatakan, “Pelaksanaan api membakar barang, pelaksanaan air membersihkan, pelaksanaan angin menghilangkan debu dan kotoran, pelaksanaan tanah besar menumbuhkan dan membesarkan pohon serta rumput. Inilah manfaat dari keempat Bodhisattva”. (hal. 751) Dalam hal ini, Supratishthitakaritra diumpamakan sebagai tanah besar yang menumbuhkan rumput dan pohon. Oleh karena itu, kalimat ini harus dibaca bukan hanya dengan pengertian bahwa Dozenbo disamakan dengan Supratishthitakaritra - salah seorang dari keempat pemimpin bodhisattva yang muncul dari bumi - tetapi terlebih lagi Bodhisattva Visisthakaritra dapat timbul di dunia ini karena gerakan tanah besar. Dengan demikian, kalimat surat ini mempunyai arti bahwa Niciren Daisyonin merupakan kelahiran kembali kelahiran kembali Bodhisattva Visisthakaritra. Pembuktian dalam jiwa Niciren Daisyonin adalah kelahiran kembali Tathagata Sambhogakaya yang Menerima dan Berfungsi Sendiri Semenjak Masa Lampau yang Tak Berawal (Kuon Ganjo Jijuyuhossyin Nyorai), sedangkan fungsi luar-Nya 44

Samantabadra | Maret 2013

adalah kelahiran kembali Bodhisattva Visishthakaritra. Dengan mengatakan diri sendiri sebagai Bodhisattva Visishtakaritra, secara tegas dan terang Niciren Daisyonin memproklamirkan diri sebagai Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Dozen-bo, yang seumur hidup tidak dapat membuang pemfitnahan dharma, tentu sukar dipikirkan sebagai salah seorang pemimpin bodhisattva yang muncul dari bumi. Akan tetapi, bagaimanapun ia telah mengikat jodoh sebagai guru dan murid dengan Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Berarti ikatan jodoh tersebut dalam dan tebal. Dari karunia kebajikan ini pasti tercapai Jalan pencapaian kesadaran Buddha di masa akan datang. Niciren Daisyonin dengan terang menulis tentang hal ini, “Setelah panen akan bertunas lagi, sehingga menjadi bunga dan buah kembali”. Dari “bumi besar” Dozenbo dilahirkan “padi” Niciren Daisyonin. Dari “bumi besar” tersebut inti hakikat “beras” Niciren Daisyonin akan bertunas kembali, maka dalam hati Niciren Daisyonin tidak ada keraguan mengenai pencapaian kesadaran Buddha bagi Dozen-bo. Selanjutnya mengenai kalimat “Surat Membalas Budi yang terdiri dari dua bagian yang dikirim pada tahun Kenji lalu untuk almarhum Dozen-bo yang arif telah dibacakan di Kasagamori”. Di dalam pengantar Surat Membalas Budi dikatakan, “Kepada dua orang, Gijo-bo dan Joken-bo, hendaknya surat ini dibacakan di puncak Kasagamori sebanyak dua atau tiga kali. Dan, hendaknya dibacakan sekali lagi di muka makam almarhum Dozen-bo. Kemudian, titipkan pada orang ini dan mintalah untuk sering kali membacakan serta dengarlah darinya”. (Gosyo hal. 330). Sebenarnya, “orang ini” yang dimaksud disini adalah Mimbe Niciko. Ia diminta untuk membacakan surat tersebut, akan tetapi yang membaca surat tersebut di puncak Kasagamori adalah Joken-bo dan Gijo-bo berdua. Mendengar kesungguhan hati ini Niciren Daisyonin benar-benar bergembira. Ada yang mengatakan bahwa surat ini adalah surat palsu. Akan tetapi, karena isinya bernada sama dengan Surat Membalas Budi, maka tidak diragukan lagi surat ini berisi keterangan Hukum Buddha yang sangat penting.


ISI GOSYO |

T

elah lama Saya tidak mendengar kabar dari Anda. Bagaimana keadaan Anda? Saya bergembira mendengar bahwa Surat Membalas Budi yang terdiri dari dua bagian yang dikirim pada tahun Kenji lalu untuk almarhum Dozen-bo yang arif telah dibacakan di Kasagamori. Bila akarnya dalam, cabang dan daunnya tidak akan mudah layu. Jika sumber mata airnya selalu berair, alirannya tidak akan kering. Bila tak ada kayu bakar, api akan padam. Tanpa bumi besar, pohon dan rumput tidak akan tumbuh. Niciren menjadi pelaksana Saddharmapundarika-sutra, sehingga - dalam arti baik maupun buruk – dapat dipanggil Niciren-bo, Niciren-bo tidak lain karena budi almarhun guru Dozen-bo. Bila Niciren diumpamakan sebagai pohon dan rumput, guru Dozen-bo adalah bumi besar yang menjaga dan menumbuhkan pohon dan rumput tersebut. Di dalam Bab Bodhisattva Muncul dari Bumi timbul nyata keempat pemimpin Bodhisattva yang muncul dari bumi. Di dalam sutra dibabarkan bahwa yang pertama bernama Visishtakaritra dan yang terakhir, keempat, bernama Supratishthitakaritra. Jika di Masa Akhir Dharma timbul Bodhisattva Visishtakaritra, maka pasti timbul pula Bodhisattva Supratishthitakaritra. Tanaman padi dapat berbunga dan berbuah, tetapi daya tumbuh beras tetap kembali ke bumi besar. Karena itu, setelah panen dapat bertunas lagi sehingga menjadi bunga dan buah kembali. Karunia kebajikan Niciren dalam menyebarkan Saddharmapundarika-sutra pasti kembali kepada jiwa raga Dozen-bo. Alangkah agungnya! Bila seorang guru mempunyai murid yang baik, keduanya akan mencapai Kesadaran Buddha. Bila mengasuh murid yang buruk, guru dan murid keduanya akan terjatuh ke dalam neraka. Bila hati guru dan murid berlainan, apapun tidak akan tercapai. Hal ini akan Saya sampaikan lebih mendalam dikemudian hari. Sering-seringlah berdialog agar terlepas dari penderitaan hidup dan mati. Dengan bersatu hati pergilah ke Gridhrakuta, dan di sana saling berdialog membenarkan. Di dalam Saddharmapundarika-sutra Bab ke-8, Bab Ramalan tentang 500 Murid dibabarkan sebagai berikut, “Memperlihatkan adanya ketiga racun: keserakahan, kemarahan dan kebodohan kepada umat manusia dan menampakkan wajah pandangan sesat. Murid-murid Saya dengan upaya seperti ini menyelamatkan umat manusia�. Semenjak dahulu hal ini telah disampaikan. Hendaknya dicamkan dalam hati. Sekian. Tahun Ko-an pertama Untuk Joken-bo dan Gijo-bo tertanda, Niciren

Maret 2013 | Samantabadra

45


materi ajaran | gosyo cabang | KUTIPAN GOSYO

1

Bila seorang guru mempunyai murid yang baik, keduanya akan mencapai kesadaran Buddha. Bila mengasuh murid yang buruk, guru dan murid keduanya akan terjatuh ke dalam neraka. Bila hati guru dan murid berlainan, apapun tidak akan tercapai. Keterangan : Sebelum kalimat ini, disampaikan bahwa “karunia kebajikan Niciren dalam menyebarkan Saddharmapundarika-sutra pasti kembali kepada jiwa raga Dozen-bo”. Meskipun Dozenbo adalah guru yang mengetahui hakikat hukum sebenarnya, ia mabuk akan hukum sesat Nembuce, sehingga seumur hidup hati kepercayaannya lemah. Akan tetapi, ia mempunyai murid yang unggul yang bernama Niciren Daisyonin. Karena itu, setelah wafat ia menerima karunia kebajikan sumbangan doa yang luas dan agung dari Niciren Daisyonin sehingga pada akhirnya dapat mencapai akibat Buddha. Inilah arti “bila mempunyai murid yang baik, guru dan murid keduanya akan mendapat akibat Buddha”. Sebaliknya, guru buruk yang mabuk hukum sesat tidak akan dapat mengirim karunia kebajikan sumbangan doa dari hukum yang sesungguhnya, bahkan penerima sumbangan doa dari hukum yang buruk akan semakin tenggelam dalam neraka penderitaan. Bila guru dan murid sama-sama menginginkan Hukum Buddha, meskipun guru sendiri belum sampai mengerti teori hakikat Hukum Buddha, keinginan hati ini dapat diteruskan oleh murid, dan dari sini tujuan mereka dapat tercapai. Dengan demikian, sumbangan rejeki kebajikan bagi orang yang telah meninggal yang dikirim oleh murid membuat tercapainya akibat Buddha bagi guru dan murid berdua. Keduanya saling bantu, baik dalam kekurangan maupun kebaikan dalam mencari Jalan Buddha; demikianlah yang dimaksud dengan hubungan Guru dan Murid. Kalau hati keduanya berlainan, tentu tidak akan tercapai Jalan Pencapaian Kesadaran Buddha. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mengatakan, “Bila hati Guru dan Murid berlainan, apapun tidak akan tercapai”.

46

Samantabadra | Maret 2013

Guru yang dimaksud disini adalah Guru yang berkedudukan biasa, yang belum mengetahui hakikat hukum yang sebenarnya. Bila Sang Guru telah mengetahui hakikat hukum sesungguhnya, meskipun si murid sesat dan menjadi murid yang buruk, tidak mungkin sang Guru terjatuh ke dalam neraka. Mengapa demikian? Karena tercapai tidaknya kesadaran tergantung dari hukum yang diyakini. Selanjutnya disini perlu kita pikirkan sifat pokok Guru dan Murid dalam melestarikan hukum. Dalam pesamuan pembabaran Hukum Saddharmapundarika-sutra terkumpul para Buddha. Alasan mengenai hal ini adalah, “Hukum ini ingin dilestarikan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, semua berkumpul disini”. Pembabaran Hukum Saddharmapundarika-sutra memang dimaksudkan untuk memberi anugerah kepada umat manusia semasa hidup Buddha Sakyamuni, akan tetapi selanjutnya yang lebih penting lagi adalah bagaimana penyebarluasan hukum ini setelah kemoksyaan Sang Buddha. Hal ini dapat dilakukan dengan timbulnya Bodhisattva yang Muncul dari Bumi secara nyata. Dibaca secara tersurat, Bodhisattva Yang Muncul dari Bumi adalah Murid Buddha Sakyamuni semenjak masa lampau yang amat jauh; sedangkan dipandang dari sudut pembuktian dalam jiwa, tempat pokok (honci) Bodhisattva Yang Muncul dari Bumi adalah Tathagata Sambhogakaya yang Menerima dan Berfungsi Sendiri Semenjak Masa Lampau yang Tak Berawal. Hukum Buddha itu sendiri sudah unggul, sehingga sudah pasti akan tetap lestari hingga masa akan datang. Akan tetapi, secara tegasnya di dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata, Buddha Sakyamuni mewariskan secara khusus; sedangkan di dalam Bab Akhir Pesamuan dilaksanakan pewarisan secara umum kepada para Bodhisattva. Dengan demikian sudah merupakan kepastian bahwa ajaran Buddha Sakyamuni akan tetap mengalir untuk selama-lamanya setelah kemoksyaan Sang Buddha.


Dipandang dari sudut ini, tentu saja Guru mempunyai arti yang penting. Akan tetapi, tugas murid juga tak terhingga agungnya. Mahaguru Miao-Lo mengatakan, “Anak menyebarkan Hukum Ayah, maka dunia mendapat keuntungan”. Bila murid menerima dan mempertahankan hanya ajaran Guru, dari segi ruang berarti penyebaran ke seluruh dunia, sedangkan dari segi waktu bararti melestarikan secara kekal. Dan jika semakin meluas, baru berarti “melestarikan Hukum” (ryobo kuju). Mengenai masa yang akan datang tergantung pada ada tidaknya murid yang baik; maka ditentukan bersama oleh Guru dan Murid. Ini berarti tanggung jawab Guru dalam mengasuh dan mendidik murid sangat berat. Seseorang dapat menjadi guru karena ada murid. Karena itu, bila hanya menginginkan kesadaran untuk diri sendiri saja tidak dapat dikatakan sebagai Guru. “Umat manusia memiliki bakat untuk merasakan Buddha, ini merupakan sebab; Buddha menjawab sesuai dengan bakat tersebut, maka merupakan jodoh”. Dengan demikian, timbulnya Buddha secara nyata adalah untuk menjawab keinginan umat manusia. Terlebih lagi, Buddha Sakyamuni membabarkan Hukum Saddharmapundarikasutra untuk disebarluaskan setelah kemoksyaan Beliau agar Hukum tersebut dapat lestari. Bila tidak ada orang yang menyebarluaskan setelah kemoksyaan Sang Buddha sehingga aliran Hukum Buddha terputus, untuk apa Buddha Sakyamuni timbul nyata? Tujuan Beliau timbul secara nyata sebagai sebab jodoh satu fakta sangat penting (icidaiji inen) menjadi hilang. Orang yang menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra secara tegas dan terinci setelah Sang Buddha moksya, tiada lain adalah Niciren Daisyonin. Karena, sekalipun Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo menerima kebencian dan iri hati (onsice), tidak ada yang “terlebih lagi setelah kemoksyaan Sang Buddha” (kyomece dogo). Ini berarti, setelah Niciren Daisyonin, Buddha Pokok Masa Akhir Dharma timbul nyata, barulah Saddharmapundarika-sutra yang dibabarkan Buddha Sakyamuni terbukti kebenarannya, sehingga Buddha Sakyamuni tidaklah menjadi pembual. “Bila hati guru dan murid berlainan, apapun tidak akan tercapai” berarti bila hanya guru

seorang diri yang menentukan akar pokok pelestarian dharma, tentu tidak tercapai. Pelestarian dharma semata-mata tergantung kepada murid yang mampu meneruskan. Kedudukan Niciren Daisyonin sendiri sebagai murid Dozen-bo hanyalah merupakan tugas. Melalui kalimat ini juga ingin diajarkan kepada Gijo-bo dan Joken-bo bahwa diri sendiri harus merasakan dengan kuat bahwa api hukum ini tidak akan padam untuk selama-lamanya.

2

Di dalam Saddharmapundarikasutra Bab ke-8, Bab Ramalan tentang 500 Murid, dibabarkan sebagai berikut, “Memperlihatkan adanya ketiga racun : keserakahan, kemarahan dan kebodohan kepada umat manusia dan menampakkan wajah pandangan sesat. Murid-murid Saya dengan upaya seperti ini menyelamatkan umat manusia.” Keterangan : Dalam Bab Ramalan tentang 500 Murid, Buddha Sakyamuni menerangkan kepada para murid kaum Sravaka bahwa di dalam hati manusia terpendam jiwa yang unggul. Beliau berkata, “Di dalamnya tersembunyi pelaksanaan Bodhisattva, diluar menampilkan sebagai sravaka. Dengan sedikit hawa nafsu dan tidak menyukai hidup-mati, diri sendiri benar-benar menyucikan tanah Buddha. Memperlihatkan ketiga racun : “keserakahan, kemarahan dan kebodohan kepada umat manusia dan menampakkan wajah pandangan sesat. Murid Saya dengan upaya seperti ini menyelamatkan seluruh umat manusia”. Penampilan luar berupa wajah sravaka yang ingin melepaskan penderitaan hidup mati, merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi sebenarnya di dalamnya tersembunyi pelaksanaan Bodhisattva. Kalimat di atas digunakan Niciren Daisyonin untuk membimbing Gijo-bo dan Joken-bo. Diajarkan bahwa, dalam kedudukan seperti apapun pada saat itu, pelaksanaan hati kepercayaan mereka berdua yang bersatu hati merupakan pelaksanaan yang agung; demikian pemberian semangat dari Niciren Daisyonin. Di dalam hati, Gijo-bo dan Joken-bo telah menegakkan kepercayaan kepada Niciren Daisyonin dengan teguh. Akan tetapi, keluar - karena mereka masih berdiam di Kuil Seico mereka menampakkan wajah pandangan sesat.

Maret 2013 | Samantabadra

47


materi ajaran | gosyo cabang Kepada kedua orang ini Niciren Daisyonin mengajarkan sikap hati kepercayaan yang berkelangsungan agar dapat melaksanakan tugas agung yang sangat penting, yaitu menyelamatkan seluruh umat manusia. Dan diterangkan bahwa diperlihatkannya wajah tiga racun : keserakahan, kemarahan dan kebodohan serta wajah pandangan sesat sebenarnya merupakan upaya untuk membimbing umat manusia. Berarti, untuk menyelamatkan umat manusia yang pada kenyataannya tenggelam dalam 3 racun dan terikat dengan kesesatan jiwa, tiada cara lain selain memperlihatkan wajah yang sama pada diri sendiri dan bersama-sama memecahkan serta membukanya. Dari arti ini, hal terpenting yang diajarkan dalam kutipan surat di atas adalah cara untuk menyelamatkan umat manusia. Seandainya ketika mengajarkan dharma seseorang tidak mempunyai rupa tiga racun dan pandangan sesat, tentu umat merasa dirinya berbeda atau tidak berjodoh dengan orang tersebut, sehingga tidak akan percaya kepada Hukum. Dengan demikian, meskipun menghormati dan mengagungkan, akan terjadi jarak pemisah yang semakin jauh dengan umat sehingga tujuan penyelamatan umat manusia tidak akan tercapai. Dengan memperlihatkan rupa hidup tanpa beda dengan umat manusia yang memiliki kekurangan berupa tiga racun yang kuat berkobar, dan dari situ memasuki Jalan Hukum Buddha, baru dapat membimbing dan mengajarkan umat manusia. Orangorang yang mengajarkan Hukum Buddha harus berani menerjunkan diri ke tempat yang kotor dan dari sana memperlihatkan rupa seperti bunga yang suci bersih keluar dari lumpur yang kotor. Diajarkan bahwa kita sekalian, dengan terlahir di dalam keluarga yang berpandangan sesat dan hidup sebagai manusia buruk yang penuh dengan kobaran tiga racun, merupakan murid Buddha yang bertugas membimbing umat manusia. Dan bersamaan dengan itu, dibabarkan bahwa di dalam kehidupan kita harus memiliki keberanian untuk terlibat dalam kesukaran dan untuk terjun ke dalam keadaan yang keruh. Inilah sikap “bersama-sama menderita� (doku). Dalam perombakan apapun, bila pemimpin merasa memiliki kekuasaan yang istimewa atau berbeda dengan masyarakat yang dipimpinnya, pasti tidak akan didukung. Jika

48

Samantabadra | Maret 2013

bermacam-macam kesulitan dan penderitaan berat dalam kehidupan bermasyarakat ditanggung bersama-sama sambil menuntut kemajuan, pasti didapatkan keterbukaan dari orang banyak. Sekalipun pada mulanya para ahli yang mengidamkan perombakan masyarakat menyatakan sama rata tidak ada perbedaan dan memperlihatkan bahwa antara dirinya dengan rakyat adalah sama, lambat laun ia akan terlepas dan menjauhi rakyat yang dipimpinnya. Akhirnya, teori perombakan itu semakin jauh menyimpang dengan perasaan masyarakat yang sebenarnya. Ini terjadi karena revolusi dijadikan sebagai bidang usaha agar kehidupannya sendiri dapat menjadi istimewa. Kita sekalian yang menyebarluaskan Hukum Buddha hendaknya melaksanakan perombakan jiwa dan perombakan masyarakat agar menjadi suci dan agung. Hal ini harus diperhatikan, dan untuk selanjutnya di dasar kehidupan terus melakukan perombakan secara sungguh-sungguh dan setahap demi setahap memantapkannya. Arti lain dari kalimat ini mengajarkan bahwa di dalam keadaan yang bagaimanapun yang tampak diluar, hendaknya memiliki sikap tegas untuk menyebarluaskan Hukum Buddha Mahayana. Keinginan ini harus tetap menyala tanpa pernah padam. Terjun ke dalam masyarakat yang keruh memang merupakan hal yang penting, akan tetapi jangan sampai terpengaruh sehingga akhirnya melupakan tujuan yang agung. Bagaimanapun usaha yang dilakukan, jangan sampai musnah seperti buih-buih. Kepada kedua orang kakak seperguruannya ini, Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa sekalipun mereka berada di tengah-tengah pemfitnahan dharma, janganlah terpengaruh. Maka melalui kalimat ini juga diajarkan untuk terus memiliki hati kepercayaan yang semakin kuat dan berkobar. Bunga teratai, yang memiliki kebajikan tidak menjadi kotor sekalipun berada di dalam lumpur atau bermakna keluar dari air, mengandung arti dimanapun berada harus memiliki sikap yang tegas dan berwibawa sebagai murid Niciren Daisyonin. eee


中文

Maret 2013 | Samantabadra

49


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Meningkatkan Mutu Sifat Jiwa Pertanyaan : Bagaimanakah kiat meningkatkan suasana jiwa untuk merombak sifat jiwa ? Jawab : Meningkatkan suasana jiwa bukan berarti merombak jiwa seseorang secara keseluruhan. Meningkatkan suasana jiwa berarti menimbulkan nilai kebaikan dari sifat yang ada pada diri seseorang. Ada yang bertanya juga, “apakah sifat atau kebiasaan buruk dapat dihilangkan? Bagaimana caranya merombak sifat buruk menjadi sifat baik, sehingga orang yang dulunya bersifat buruk dapat bersifat kemanusiaan?� Sifat kemanusiaan harus dimanfaatkan dalam pekerjaan dan kehidupan. Umpama ada seseorang yang emosional, bersifat pemarah, orang tersebut tidak disukai lingkungannya karena sering marah, akhirnya ia dikucilkan dari lingkungannya hingga menderita. Kemarahan orang ini didasari dunia kemurkaan. Orang tersebut tak dapat mengendalikan sifat emosionalnya berarti juga tak dapat meninggalkan penderitaan akibat kemarahannya yang berkepanjangan tersebut. Bila kita sendiri juga mengalami keadaan ini, bagaimanakah cara mengatasi dan meningkatkan suasana jiwa? Melaksanakan peningkatan suasana jiwa bukan berarti merombak sifat manusia seharihari. Baik buruknya sifat seseorang tidak tergantung dari rupa sifat itu sendiri, maka sifat pemarah itu tidak dapat langsung diartikan sebagai sifat buruk, sifat pemarah itu sebenarnya pun merupakan atau mengandung keistimewaan seseorang.

50

Samantabadra | Maret 2013

Sifat pemarah dikatakan sebagai sifat buruk bila didasari oleh Dunia Kemurkaan, tapi dapat jadi sifat baik bila didasari oleh pandangan yang tinggi, suci dan luhur, pandangan dan tujuan yang mendorong kita melaksanakan tugas kemanusiaan. Pandangan, tujuan dan jalan kehidupan yang tinggi, suci dan luhur akan membuka mata kita, merubah mata kita yang gelap akibat perasaan hati yang didasari Dunia Kemurkaan hingga menjadi terang. Jiwa yang berada di Dunia Kemurkaan akan mendorong kita untuk marah pada segala hal di sekeliling kita. Marah yang demikian ini adalah demi menjaga diri sendiri. Tapi bila kita meningkat ke Dunia Buddha, maka kita tidak akan mementingkan diri sendiri lagi. Kita akan tetap memiliki sifat pemarah, tapi kita hanya marah pada hal-hal yang mengakibatkan penderitaan orang lain. Kita juga marah pada berbagai keburukan di masyarakat, karena kita merasa prihatin bahwa keburukan-keburukan itu akan merusak jiwa kita manusia. Jadi kita mempunyai keistimewaan, yaitu kita marah bila melihat hal-hal yang menyimpang dari kebenaran. Jadi meningkatkan suasana jiwa bukanlah menghilangkan sifat-sifat marah, serakah, benci dan lain-lain. Meningkatkan keluhuran sifat jiwa adalah merubah tujuan yang mendasari sifat-sifat tersebut. Bila kita dulu marah, serakah atau benci untuk kepentingan diri sendiri, maka yang dikatakan meningkatkan keluhuran sifat jiwa adalah menjadikan marah, serakah dan benci untuk membela kepentingan umat manusia. Dapat juga dikatakan bahwa meningkatkan atau merombak sifat jiwa adalah


perjuangan merombak keinginan-keinginan yang tadinya untuk menguntungkan diri sendiri, menjadi keinginan untuk kebaikan orang lain. Ada orang yang sejak lahir mempunyai bibit-bibit kemarahan dan keserakahan dalam jiwanya. Bibit ini tak dapat dirubah menjadi bibit lain, karena bibit-bibit sifat yang ada dalam jiwa orang itu telah tertanam pada masamasa kehidupannya sejak dahulu. Untuk lebih jelasnya kita ambil perumpamaan sebuah sungai yang kotor. Sungai mempunyai fungsi untuk mengalirkan air dari daerah tinggi ke daerah rendah dan akhirnya ke laut. Bila air sungai itu kotor, maka sungai akan menyebarkan bibit penyakit bagi seluruh mahluk yang hidup dari air sungai tersebut. Penyakit-penyakit yang akan timbul misalnya Kolera, Disentri dan juga penyakit-penyakit kulit bagi orang-orang yang mandi, mencuci dan minum dari air kotor sungai tersebut. Manusia tak dapat menghapuskan penderitaan akibat kotornya air sungai tersebut dengan jalan merubah bentuk atau keadaan sungai tersebut, misalnya menghilangkan sungai tersebut atau mengeringkan air sungai itu, karena sungai terbentuk dari gerakan alam semesta yang amat panjang. Tapi manusia dapat merubah air sungai tersebut menjadi air sungai yang bersih dan sehat, misalnya dengan jalan melakukan reboisasi (penghijauan hutan kembali) di sepanjang tepian sungai tersebut atau membiakkan ikan-ikan pemakan kotoran dan lain-lain. Akhirnya tanpa merubah keistimewaan alam sungai itu, manusia dapat merubah fungsi sungai tersebut dari sebuah sungai berair keruh yang dahulu menyebarkan kotoran menjadi sungai berair jernih yang membersihkan kotoran-kotoran. Kini orangorang yang mandi, mencuci dan minum dari air sungai tersebut tidak akan terkena penyakit. Air sungai tersebut kini justru membersihkan orang-orang tersebut dari bibit penyakit dan penderitaan. Makna pokok peningkatan sifat jiwa adalah menimbulkan pandangan dan tujuan yang tinggi, suci dan luhur. Ini dapat menghidupkan sifat-sifat positif. Untuk menimbulkan pandangan yang luhur kita harus melakukan suatu hal yang amat penting, yaitu kita harus mematahkan pandangan dan tujuan buruk atau rendah. Misalnya Anda tidak disenangi karena sifat-

sifat Anda. Anda lalu membuang pandangan dan tujuan mementingkan diri sendiri dan menimbulkan pandangan dan tujuan untuk membahagiakan orang lain. Pandangan ini akan mendorong Anda menggunakan sifat-sifat Anda yang dahulu menyebabkan Anda tidak disenangi, menjadi sifat-sifat yang dapat membahagiakan lingkungan Anda. Begitulah gambaran nyata perombakan sifat jiwa. Kita hanya dapat mengetahui keistimewaan sifat kita dari gerakan-gerakan yang menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Hanya dengan meletakkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci, kita dapat menimbulkan gerakan-gerakan yang pada akhirnya menjadikan kita dapat melihat keistimewaan sifat kita. Kita harus mempunyai inisiatif untuk menjalankan tugas berdasarkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci tersebut. Untuk menjalankan tugas itu kita harus mengetahui keistimewaan kita yang dapat digunakan sebagai pendidik, pemimpin, perawat atau profesi lain. Akhirnya untuk dapat menjalankan tugas dengan optimal kita harus mengetahui hingga yang terdalam tentang diri kita. Niciren Daisyonin mengajarkan mengenai hal meninjau diri dengan mengambil perumpamaan kaca atau cermin. Bila kita berdiri di hadapan cermin keruh, kita tak mungkin melihat keadaan atau rupa kita dengan jelas. Tapi bila cermin tersebut dibersihkan maka rupa diri kita akan terlihat dengan jelas dan nyata. Untuk dapat melihat diri kita yang sebenarnya kita harus membersihkan cermin jiwa kita dengan menjalankan kepercayaan tunggal pada Gohonzon, yaitu menerima dan melaksanakan kata-kata Buddha. Dengan menyebut Nammyohorengekyo di hadapan Gohonzon, kita dapat melihat diri kita yang sebenarnya, kita dapat melaksanakan perombakan sifat jiwa. Akhirnya kita dapat menimbulkan tenaga jiwa yang memang sudah ada dalam diri kita, yang merupakan keistimewaan pribadi kita. Keistimewaan itu harus kita gunakan semaksimal mungkin untuk kebahagiaan seluruh umat, negara dan dunia. Inilah perombakan sifat jiwa yang sebenarnya. eee

Maret 2013 | Samantabadra

51


riwayat

Riwayat Saddharma Pundarika Sutra dan Niciren Daisyonin

S

eumur hidup-Nya, Buddha Sakyamuni (8 April 1029 SM-15 Pebruari 949 SM) membabarkan dharma sebanyak 84.000 gudang sutra selama 50 tahun. Adapun pembagian waktu pembabaran ajaran-Nya terbagi menjadi : 1. Ajaran Upaya • Periode Avatamsaka (Kegon) selama 21 hari • Periode Agam Sutra (Agon) selama 12 tahun • Periode Vaipulya Sutra (Hoto) selama 16 tahun • Periode Prajna Paramitha (Hannya) Sutra 14 tahun 2. Ajaran Sesungguhnya Periode Saddharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra (Hokke Nehan) selama 8 tahun Ajaran upaya yang dibabarkan selama 42 tahun merupakan pengantar untuk masuk ke ajaran sesungguhnya yaitu Saddharma Pundarika Sutra. Mengapa ajaran yang selama 42 tahun disebut ajaran upaya? Memang banyak sekte-sekte agama Buddha menggunakan sutra menurut pemahaman keyakinan masing-masing, dan di dalam sutrasutra lainnya pun Buddha katakan adalah sutra yang unggul dan dapat membantu umat keluar dari penderitaan. Namun di antara begitu banyaknya sutra yang Buddha babarkan, Saddharma Pundarika 52

Samantabadra | Maret 2013

Sutra adalah sutra yang paling utama atau paling unggul. Hal ini tertulis didalam Saddharma Pundarika Sutra Bab X (Bab Dharma Duta), yang tertulis, “Sutra-sutra Ku yang tak terhitung jumlahnya, baik yang telah diajarkan, yang sekarang sedang diajarkan, maupun yang akan diajarkan di kemudian hari, dari semua sutra-sutra ini, Saddharma Pundarika Sutra adalah yang paling


utama di antara seluruh sutra�. Oleh karena itu, hanya Saddharma Pundarika Sutra yang dapat membuat seluruh umat manusia termasuk perempuan, orang jahat bahkan seluruh makhluk hidup tanpa terkecuali, dapat memunculkan kesadaran Buddha. Hal ini termaktub dalam bab XII (Bab Devadatta) Saddharma Pundarika Sutra, yang menggambarkan bagaimana kesadaran Buddha telah dicapai oleh Putri Naga dan Devadatta yang begitu jahat. Hal ini berarti sekte-sekte agama Buddha yang lain telah salah menafsirkan keinginan dari Buddha Sakyamuni yang sesungguhnya, dengan meyakini sutra-sutra selain Saddharma Pundarika Sutra sebagai dasar ajaran mereka. Buddha Sakyamuni di dalam sutra Amitartha (sutra pembuka sebelum masuk Saddharma Pundarika sutra), membabarkan bahwa selama 40 tahun lebih Beliau belum mengungkapkan ajaran yang sesungguhnya. Hal ini menjelaskan dengan tegas bahwa selama 42 tahun awal ajaranNya, Beliau belum membabarkan ajaran yang sesungguhnya. Ajaran yang 42 tahun pertama adalah ajaran upaya agar umat dapat mengerti ajaran yang sesungguhnya. Selain itu, bakat umat pada waktu Buddha Sakyamuni hadir belum dapat mengerti dan sulit untuk dapat menerima ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Buddha Sakyamuni sangat memahami bakat umat waktu itu, sehingga dalam cara penyampaian ajaran yang 42 tahun, Beliau membabarkan dharma dengan menggunakan metode tanya jawab kepada murid-murid-Nya. Namun pada saat pembabaran ajaran sesungguhnya dari Saddharma Pundarika Sutra, Beliau mulai membabarkan dharma tanpa ditanya, atau dengan metode menerangkan secara seketika. Jelas bahwa tujuan kehadiran dari Buddha Sakyamuni di India adalah untuk membabarkan Saddharma Pundarika Sutra dan mempersiapkan sutra ini untuk

umat manusia masa Akhir Dharma dengan menyerahterimakan tugas penyebarluasan Hukum Agung kepada Boddhisatva Yang Muncul dari Bumi. Hal ini tertulis dalam Saddharma Pundarika Sutra Bab XXI tentang Kekuatan Gaib Sang Tathagata. Dengan demikian, ajaran 42 tahun pertama merupakan upaya Sang Buddha agar umat dapat mengerti pada saat memasuki ajaran sesungguhnya yaitu Saddharma Pundarika Sutra. Di dalam Sutra Mahasanghata Buddha Sakyamuni menerangkan pembagian ketiga masa yaitu masa Purwaka Dharma yang terbagi dalam periode 2 kali 500 tahun, masa Madya Dharma juga terbagi dalam periode 2 kali 500 tahun, masa Mutakhir Dharma yang tanpa akhir. Kemudian dalam Saddharma Pundarika Sutra Buddha Sakyamuni juga meramalkan bahwa, “Setelah kemokshaanKu, sesudah 2.000 tahun dari masa Purwaka

Maret 2013 | Samantabadra

53


riwayat dan Madya Dharma, yaitu selama permulaan masa Mutakhir Dharma, akan muncul seseorang yang akan menyebarkan intisari dari Saddharma Pundarika Sutra.�

Masa Pratirupadharma (Madya Dharma)

Masa ini merupakan masa 1.000 tahun kedua (500 tahun ke-4) setelah Buddha Sakyamuni moksha atau disebut Masa Masa Saddharma (Purwaka Dharma) Pratirupadharma. Pada masa ini lahir Mahaguru Tientai (538-597) dan Mahaguru Masa ini merupakan masa 1.000 Dengyo (767-822). Mahaguru Tientai (Chih-i) tahun pertama (500 tahun ke-2) setelah yang muncul di Tiongkok telah berhasil Buddha Sakyamuni moksha atau disebut membabarkan filsafat dari Saddharma Masa Saddharma. Pada masa ini di India Pundarika Sutra. lahir Nagarjuna (sekitar abad ke-2) dan Beliau mempelajari Saddharma Pundarika Vasubandhu (sekitar abad ke-4), mereka Sutra dengan teliti semenjak berusia 23 adalah Guru Sastra 1.000 Bab. Mereka tahun, dan akhirnya pada usia 57 tahun disebut demikian, karena menulis sastra Beliau membabarkan Makasyikan yang yang bukan main banyaknya. Di samping menerangkan Hukum Icinen Sanzen yang itu mereka juga menerangkan teori Hukum disadari sebagai inti hakikat dari Saddharma Buddha secara mendalam, namun mereka hanya menerangkan makna Semi Mahayana. Pundarika Sutra. Pembabaran ajaran Makasyikan inilah yang menjadi tugas Mengenai Saddharma Pundarika Sutra, kehadiran dari Mahaguru Tientai. mereka hanya mengetahuinya di dalam hati. Yang Mendirikan filsafat Saddharma Mereka tidak membabarkannya dengan Pundarika Sutra di Jepang adalah Mahaguru mulut walau dalam hati mereka mengetahui Dengyo (Saico). Pada tahun 804, Beliau Saddharma Pundarika Sutra sebagai pergi ke Tiongkok yang pada saat itu dalam Mahayana yang Sesungguhnya. Namun masa pemerintahan dinasti Tang. Beliau mereka hanya membabarkan ajaran Semi mempelajari ajaran Mahaguru Tientai dan Mahayana. Mereka sama sekali tidak mengungkapkan menerima tugas penyebarannya. Beliau Saddharma Pundarika Sutra, sekalipun hanya berusaha untuk membangun altar pemujaan dari Saddharma Pundarika aliran Tientai. satu patah kata saja. Sikap ini mengacu Dikemudian hari, 7 tahun setelah Beliau pada kalimat Makasyikan yang berbunyi, wafat, yaitu tahun 829, usaha ini terwujud. “Telah mengetahui, tetapi menyimpan Sampai dengan terwujudnya tugas kehadiran dalam hati, yang dibabarkan hanya yang Beliau ini diperlukan waktu selama 25 tahun. sesuai dengan waktunya (naigan rennen Walaupun Mahaguru Tientai dan gecaku ji gi)�. Hal ini berarti di dalam Mahaguru Dengyo telah membabarkan hati Nagarjuna dan Vasubandhu telah secara terperinci makna dan arti yang dalam menyadari dan mengetahui Teori Icinen serta luas dari Saddharma Pundarika Sutra Sanzen dari Saddharma Pundarika Sutra yang merupakan tujuan pokok kehadiran secara mendalam. Kesadaran hati mereka ini bagaikan cermin yang sejuk dan jernih. Tetapi Buddha Sakyamuni di dunia, akan tetapi mereka tidak membabarkan Sandaihiho yang diungkapkan hanyalah ajaran yang yaitu Honmon No Honzon (Gohonzon), sesuai dengan waktunya. Hal ini disebabkan Honmon no Kaidan (Altar) dan Honmon no mereka tidak menerima penugasan dari Daimoku (Nammyohorengekyo), walaupun Buddha. mereka telah mengetahuinya namun tidak mengutarakannya dan meninggalkan pembabaran Sandaihiho tersebut untuk Masa 54

Samantabadra | Maret 2013


Akhir Dharma. Hal tersebut dikarenakan selain tidak mendapat tugas dari Buddha, karena waktunya yang belum tepat dan tidak ada bakatnya.

Masa Akhir Dharma (Pascimadharma) Masa ini merupakan masa 2251 tahun (500 tahun ke-5) setelah Buddha Sakyamuni moksha atau disebut Masa Akhir Dharma. Pada awal masa ini lahir Niciren Daisyonin (1222-1282) tepatnya tanggal 16 Pebruari 1222. Beliau lahir tepat 500 tahun ke-5 sesuai dengan yang diramalkan Buddha Sakyamuni dalam Saddharma Pundarika Sutra. Sejak berumur 12 tahun Niciren Daisyonin meninggalkan rumah untuk belajar agama Buddha di kuil Seico. Di kuil inilah awalnya Beliau mempelajari agama Buddha dan di kuil ini pula Beliau pernah berdoa dihadapan patung Boddhisattva Akashagarbha untuk menjadi orang yang paling berprajna di negeri Jepang. Beliau juga mendapatkan pusaka prajna berupa kesadaran atas realitas pokok jiwa dan alam semesta. Pada saat berusia 17 tahun Beliau meninggalkan gurunya, Dozen-bo, dan pergi ke Kamakura untuk melanjutkan penelitiannya atas sutra-sutra hukum Agama Buddha. Selama 16 tahun Beliau mempelajari segala macam ajaran agama Buddha, dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa ajaran agama Buddha sesungguhnya dapat ditemui dalam Saddharma Pundarika Sutra, dan sutra-sutra lainnya hanyalah sebagai pengantar atau penyanggah dari sutra utama yaitu Saddharma Pundarika Sutra. Pada tahun 1253 Niciren Daisyonin kembali ke kuil Seico. Setelah seminggu lamanya Beliau mengunci diri untuk bermeditasi di sebuah kamar di Syobutsubo, pagi hari tanggal 28 April 1253 Beliau meninggalkan kuil dan mendaki puncak Bukit Kasagamori. Sesampainya di atas bukit, Beliau memusatkan matanya ke arah matahari yang mulai muncul di sebelah timur.

Beliau menggosokkan tasbihnya dengan lembut dan menyebut Nammyohorengkyo tiga kali dengan suara yang lantang. Kemudian siang harinya, Beliau memproklamasikan ajaran agama Buddha Niciren dihadapan gurunya, para senior, para bhiksu lain, dan penduduk yang telah berkumpul di taman Syobutsubo. Sambil memegang tasbihNya sambil menggosoknya dengan lembut, Beliau menyebut Nammyohorengekyo. Ucapan ini mengejutkan seluruh yang hadir, karena baru pertama kali mereka mendengar ini dalam hidupnya. Sebagian besar dari mereka tahu bahwa Myohorengekyo adalah judul dari Saddharma Pundarika Sutra. Buddha Niciren lalu menyatakan bahwa Saddharma Pundarika Sutra adalah ajaran tertinggi dari seluruh ajaran, dan Nammyohorengekyo adalah inti pokok dari Saddharma Pundarika Sutra. Hanya ajaran ini yang dapat membimbing umat manusia masa Mutakhir Dharma menuju kesadaran. Beliau menyimpulkan bahwa ajaran ini seperti yang diramalkan oleh Buddha Sakyamuni, Mahaguru Tiei-tai dan Mahaguru Dengyo, yang akan tersebar luas di jaman Mutakhir Dharma. Beberapa diantara pendengar dapat memahami makna sebenarnya dari pembabaran Niciren Daisyonin, tetapi mereka dengan gencar menolaknya, oleh karena Niciren Daisyonin secara tegas menentang ajaran mereka. Beliau mengetahui dengan jelas kejadian yang selanjutnya timbul, ketika membabarkan hukum Buddha Niciren. Hal ini jelas tertulis dalam bab XIII Saddharma Pundarika Sutra yang tertulis, “Banyak orang bodoh yang akan memfitnah dan menyerang kita, pelaksana Saddharma Pundarika-Sutra dengan tongkat, pedang dan batu‌ mereka akan mengadukan kita kepada penguasa, menteri, orang-orang Brahma dan kepada orang-orang yang berpengaruh‌ kita akan dibuang berkali-kali.â€? Sejak saat itu Niciren Daisyonin terus

Maret 2013 | Samantabadra

55


riwayat mendapat penganiayaan, diantaranya dibuang ke Semenanjung Izu pada tanggal 12 Mei 1261, dilukai di kepala dan tangan kiri-Nya patah pada tgl 11 November 1264. Beliau juga menjalani hukuman pemenggalan pada tanggal 12 September 1271, tetapi kemudian diganti dengan pembuangan ke pulau Sado. Walaupun sudah menghadapi begitu banyak penganiayaan, Niciren Daisyonin tetap melanjutkan perjuangan-Nya untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra, bahkan Beliau merasakan kegembiraan yang luar biasa karena dapat membuktikan ramalan dari Buddha Sakyamuni, karena kalau Niciren Daisyonin tidak hadir di masa Akhir Dharma, maka Buddha Sakyamuni hanya akan menjadi pembual besar dan Tathagata Prabhutaratna serta seluruh Buddha lainnya akan menjadi saksi dari bualan besar tersebut. Dalam kurun waktu 2.230 tahun lebih semenjak kemoksyaan Buddha Sakyamuni, Niciren Daisyonin adalah satu-satunya orang di dunia yang dapat memenuhi

56

Samantabadra | Maret 2013

ramalan Buddha Sakyamuni. Bahkan setelah kemokshaan Buddha Sakyamuni, tidak seorang pun, di antara Nagarjuna, Vasubandhu, Mahaguru Tientai atau Mahaguru Dengyo, yang menghadapi penganiayaan-penganiayaan yang lebih besar dari yang telah diramalkan akan terjadi. Tidak seorang pun dapat mengatakan bahwa mereka bukan pelaksana Saddharma Pundarika Sutra, tetapi apabila mereka memang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra, mengapa tidak satu pun yang mengucurkan darah setetes juga sebagaimana Sang Buddha dan tidak juga mengalami rintangan yang lebih besar? Namun demikian, bila disesuaikan dengan catatan untuk masa akan datang dari Sang Buddha, maka setelah memasuki Masa Akhir Dharma akan ada pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Juga dikatakan bahwa penganiayaan yang dialami pada waktu itu (Masa Akhir Dharma) melebihi penganiayaan yang dialami Buddha Sakyamuni semasa hidup Beliau. eee


syin gyo gaku

Perlengkapan Altar

A

ltar tempat persemayaman Gohonzon sudah selayaknya ditempatkan di ruangan yang terbaik di rumah kita, mengingat pada altar tersebut bertahta jiwa Buddha Pokok Niciren Daisyonin (ninpo ikka—kesatuan hukum dan manusia). Altar adalah tempat suci di rumah kita, sehingga kita harus menempatkannya di posisi terbaik di rumah kita, merawatnya sebaik mungkin, karena Gohonzon adalah jodoh sumber kebahagiaan dan kemakmuran untuk Anda dan keluarga, jika dilaksanakan dengan sungguh hati dan sesuai ajaran Buddha. Seluruh peralatan yang ada pada altar baik dupa, Iilin, tumbuhan yang berdaun hijau, ukiran burung, maupun persembahan, mempunyai makna simbolik tersendiri.

1. Warna Altar Altar tempat persemayaman Gohonzon (butsudan) berwarna tanah, seperti coklat atau coklat kemerahan. Warna altar ini menandakan warna alamiah yang mendekati warna tanah. 2. Lilin (Api) Persembahan api kepada Buddha telah dikenal semenjak Buddha Sakyamuni hidup. Api berfungsi untuk menerangi dalam kegelapan, sehingga menjadi perlambang bahwa Hukum Buddha akan menerangi kegelapan dalam jiwa manusia. Sekte Niciren Syosyu memakai Iilin yang berwarna putih karena putih melambangkan jiwa yang bersih.

1

2 Maret 2013 | Samantabadra

57


syin gyo gaku 3. Dupa (Hio) Dupa berfungsi untuk menciptakan suasana suci melalui keharumannya. Selain itu, di dalam sutra, kita ketahui adanya persembahan wewangian kepada Sang Buddha. Selain itu persembahan dupa juga untuk memperlihatkan kesungguhan hati. Dupa yang kita bakar sebanyak satu hingga tiga batang diletakkan secara mendatar. Dengan cara ini, kemungkinan altar menjadi kotor atau rusak karena jatuhan abu dari dupa dapat dihindari. 4. Tumbuhan Berdaun Hijau Daun-daun yang hijau melambangkan kebajikan yang suci dan kekal. Sekte Niciren Syosyu tidak mengenal persembahan bunga-bungaan karena sifatnya yang tidak kekal, warnanya yang cepat memudar dan juga mudah gugur. Daun-daunan yang dapat digunakan adalah tumbuhan yang awet dan dapat hidup dalam ruang, misalnya pohon Sri rejeki. 5. Bel Penggunaan bel pada saat berdoa ditujukan untuk memperdengarkan bunyibunyian pada saat membaca sutra, Pengertian ini diambil dari keterangan berbagai sutra mengenai persembahan melalui bunyi-bunyian yang merdu kepada Buddha. Oleh karena itu hendaknya bel dipukul sedemikian rupa hingga mengeluarkan suara yang enak didengar. Jumlah 58

Samantabadra | Maret 2013

3

4

5


pukulan bel dalam upacara yaitu sebanyak 7 kali, 5 kali, dan 3 kali, 6. Air dan Nasi Air dan nasi melambangkan Icinen Sanzen (3.000 gejolak jiwa dalam sekejap perasaan jiwa). Air melambangkan sekejap perasaan jiwa (icinen), sedangkan nasi melambangkan 3000 gejolak perasaan jiwa (sanzen). Persembahan air dan nasi ini dilakukan setiap pagi sebelum gongyo pagi. Persembahan air dan nasi diletakkan secara sejajar. Setelah gongyo pagi, nasi diangkat, sedangkan air tetap di altar. Hal ini berarti ketika menghadapi perjuangan hidup dalam berbagai suasana (sanzen) apapun, icinen kita tetap berada pada dunia Buddha. Pada waktu gongyo sore, air diangkat. 7. Burung Tsuru Burung Tsuru adalah lambang Buddha Niciren Daisyonin dan sudah menjadi lambang dari Niciren Syosyu. Ujung dari sayap burung ini berbulu tiga. (Dharmakaya, Shambhogakaya, Nirmanakaya) Simbol burung ini biasanlya diletakkan sepasang. Yang sebelah kiri paruhnya terbuka melambangkan laki-laki, melambangkan ucapan “Nam�. Yang sebelah kanan paruhnya tertutup melambangkan wanita, melambangkan ucapan “Myohorengekyo�. Keduanya melambangkan keharmonisan (seperti halnya unsur-unsur di alam semesta ini selalu berpasangan untuk menjaga keharmonisan).

6

7

Maret 2013 | Samantabadra

59


syin gyo gaku 8. Juze (Tasbih) Tasbih Niciren Syosyu berjumlah 112 butir yang teruntai menjadi satu Iingkaran besar. Ke-112 butir ini melambangkan 108 nafsu keinginan duniawi dan 4 pemimpin Bodhisattva yang muncul dari bumi. Keempat pemimpin Bodhisattva yang muncul dari bumi tersebut melambangkan empat kebajikan jĂŹwa Buddha (kuat, suci, bebas, tenang). Dengan munculnya jiwa Buddha ini, seluruh hawa nafsu dan penderitaan masa Iampau yang tidak berawal dapat menjadi kegembiraan dan kesadaran (bono soku bodai). Ketika menggunakan tasbih atau juze, ujung yang berumbai tiga ditempatkan pada jari tengah kanan, dan ujung berumbai dua ditempatkan pada jari tengah kiri. Untaian tasbih bersilangan di tengah. Hendaknya tidak menggesek tasbih secara berlebihan pada waktu melaksanakan gongyodaimoku, untuk menghindari tasbih terputus. 9. Persembahan Lain Persembahan Iain seperti buahbuahan, sayur-mayur, makanan dan kue-kue yang diletakkan di altar merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Gohonzon. Tidak ada keharusan dalam persembahan ini. Yang perlu diingat, hendaknya tidak meletakkan persembahan makanan yang aromanya menyengat sehingga dapat mengundang serangga atau semut. 60

Samantabadra | Maret 2013

8

9


Menikmati Daimoku A

da yang bilang tidak bisa lama daimoku, mengantuk, atau bingung apa yang perlu dilakukan ketika daimoku. Berikut ini beberapa hal positif yang bisa kita lakukan untuk semakin memaknai doa pelaksanaan dari daimoku.

MAYASARI

Bersyukur dan Berterimakasih Kita perlu menyadari bahwa harta jiwa begitu berharga. Kita juga bersyukur dengan adanya harta badan dan harta benda yang menunjang hidup kita sampai saat ini. Kita bersyukur memiliki pangan, sandang, papan, tranportasi, pendidikan, dan juga kesempatan untuk berjodoh dengan Gohonzon. Setiap kali menjalankan daimoku, kita pun selalu menyadari bahwa ada kekuatan Buddha dalam jiwa kita, yang harus selalu dimunculkan dengan penyebutan Nammyohorengekyo secara tulus dan sungguh hati. Mendoakan Kebaikan Orang Lain dan Lingkungan Mulai dari orang-orang terdekat, orang tua, saudara, sahabat, teman, dan anggotaanggota. Mendoakan negara dan bangsa, para pimpinan di dunia, supaya tercapai perdamaian dunia. Yang juga penting adalah mendoakan kesehatan pimpinan-pimpinan dan susunan NSI supaya bisa terus menyebarkan dharma ini.

Aktif Memunculkan Kekuatan Jiwa Buddha Apabila sedang mengalami masalah yang berat, seperti masalah keluarga, penyakit, atau keuangan, daimoku di hadapan Gohonzon adalah satu-satunya jalan untuk memunculkan perasaan positif, agar kita berani menghadapi kenyataan yang ada dan apapun yang akan terjadi nantinya. Menerima ini semua sudah menjadi akibat, tidak berlarut dalam penyesalan, lalu menanam icinen untuk berhenti berbuat buruk, dan ingin berbuat baik lebih banyak lagi. Jadikan Daimoku Sebagai Kebutuhan Apabila kita sudah mulai malas daimoku, mungkin kita sedang merasa nyaman dengan hidup, atau mungkin kita lelah dan jenuh dengan aktivitas daimoku yang sama setiap harinya. Padahal, kita tidak pernah jenuh untuk makan dan mandi setiap hari. Bisa jadi sikap daimoku kita kurang sungguh hati sehingga hasilnya pun kurang bisa kita rasakan di dalam diri. Misalnya

melakukan daimoku dengan kegiatan-kegiatan sampingan, seperti menggunting kuku, melihat tayangan televisi. Mandi pun jika tidak dilakukan secara benar, akan menyisakan sabun dan kotoran di badan kita, kita tidak mendapat manfaat kebersihan dari mandi yang kita lakukan. Masih ada banyak orang yang menderita tetapi belum mengenal hukum agung ini. Masih banyak orang yang salah jalan dan menderita dengan keputusan hidupnya, dan semakin sering kita turun ke lapangan dan melihat kondisi sekitar, kita akan menyadari bahwa masalah hidup yang kita alami tidak seberat yang dialami oleh orang lain. Kita sebagai umat NSI beruntung mendapat pengajaran dharma dari Buddha Niciren, dan mengetahui cara untuk mengatasi kesulitan hidup melalui perombakan sifat jiwa, yang bisa dilakukan dengan daimoku di depan Gohonzon. eee

Maret 2013 | Samantabadra

61


bagi rasa

Banjir Sebagai Hikmah Baik P

ertengahan bulan Januari 2013, kembali ibukota Jakarta dilanda bencana banjir besar. Sebagian umat NSI yang berdomisili di Jakarta terkena banjir, membawa kerugian materi dan pengalaman tersendiri bagi mereka yang mengalaminya. Salah seorang di antaranya adalah Vinni Kristanto (24), umat NSI daerah Jelambar, DKI Jakarta. Ia merasa sangat beruntung karena berada di dalam susunan NSI. Dalam menghadapi musibah banjir, ia dan keluarganya bisa menerima keadaan dan menjalani masa-masa bencana dengan tabah. Dari ajaran Niciren Daisyonin, ia belajar untuk memberdayakan dirinya untuk memberi manfaat kepada orang lain, bahkan dikala ia kesulitan.

S

aya tinggal di daerah Jelambar, Fajar, Jakarta Barat. Saya sudah tinggal di sini sejak lahir. Rasanya sudah nyaman sekali tinggal di daerah ini, enggan untuk pindah ke tempat lain. Banyak sekali hal-hal dan pengalaman hidup yang saya lewati di rumah ini, termasuk pengalaman menghadapi banjir. Dari banjir yang hanya becekbecek (akibat rembesan air laut / air tanah), sampai dengan banjir besar lima tahun sekali. Bagi kami, warga yang tinggal di daerah Jelambar, banjir adalah hal yang biasa. Kami sudah tidak kaget lagi bila banjir besar melanda. Saat banjir besar, tidak jarang kami terpaksa harus mengungsi, karena padamnya listrik dan

62

Samantabadra | Maret 2013

habisnya persediaan bahan makanan di rumah. Pengalaman banjir dari tahun ke tahun yang saya alami memberikan kesan tersendiri. Pengalaman banjir besar pertama saya alami di tahun 1996. Saat itu saya masih duduk di kelas 2 SD. Karena banjir yang cukup tinggi, sampai-sampai orangtua saya tidak bisa mengambil rapot saya di sekolah. Lalu kami sekeluarga mengungsi ke rumah saudara yang tidak banjir di daerah Pantai Indah Kapuk. Setelah kami bermalam di sana untuk beberapa malam, dikarenakan kondisi banjir yang semakin tinggi, di sana pun banjir juga setinggi pinggang orang dewasa. Tetapi kami sekeluarga merasa gembira saja menjalaninya. Perasaan saya yang saat itu masih anak-anak, senang sekali di kala banjir tiba. Karena sekolah libur, saya bisa main air, serasa di kolam renang, juga bisa berkumpul dengan saudara-

saudara yang lainnya. Banjir menjadi salah satu momen pengumpul keluarga besar kami, di samping ketika tahun baru imlek. Banjir besar kembali melanda Jakarta tahun 2002. Saat itu saya duduk di kelas 2 SMP. Kami pun mengungsi dari rumah. Tetapi tahun ini, agak sedikit berbeda dengan pengalaman tahun 1996, karena kami mengungsi ke Vihara Vimalakirti NSI di daerah Angke. Di sana banyak anggota NSI lain dari berbagai daerah di Jakarta yang rumahnya juga terkena banjir. Di Vihara Angke saat itu ramai sekali, serasa seperti di kensyu. Sesaat kami lupa kalau kami ini adalah para korban bencana banjir. Di sana kami membuka dapur umum, umat NSI bahu-membahu memasak, lalu membagikan makanan ke rumah-rumah anggota yang terkena banjir di daerah sekitar Jelambar, Fajar, Teluk Gong dan Kapuk dengan menggunakan perahu karet. Kami melakukan gongyo dan daimoku bersamasama, berdiskusi dharma, dan

Kondisi air di jalanan di depan rumah saya ketika banjir terjadi pertengahan Januari lalu.


Papa saya sedang berjalan di dalam rumah kami yang terendam banjir hingga selutut. Pada saat itu banjir sudah mulai surut.

bercengkrama. Sungguh suatu kegembiraan, bisa saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam suasana syinjin. Kemudian banjir tahun 2007, saat itu Saya masih duduk di universitas semester pertama. Sama seperti tahun 2002, kami sekeluarga mengungsi ke Vihara Angke. Saat banjir terjadi saya sedang menjalani Ujian Akhir Semester. Untungnya saya masih bisa ke kampus untuk mengikuti ujian, walau harus melewati perjalanan yang panjang, tetapi akhirnya bisa melewati itu semua. Pengalaman banjir terkini di Jakarta terjadi dua bulan yang lalu, pada pertengahan bulan Januari 2013. Ini pengalaman yang baru untuk saya. Bisa dikatakan saya berejeki. Tahun ini saya tidak benar-benar langsung mengalami banjir di rumah, hanya terkena imbasnya saja. Saat banjir besar melanda Jakarta, saya sedang ditugaskan oleh perusahaan tempat saya bekerja ke Cileungsi, Bogor. Saya terus memantau keadaan di rumah dan perkembangan kondisi di Jakarta lewat media (TV, internet), dan komunikasi dengan keluarga (telepon, dan SMS). Kondisi di rumah semakin parah. Air terus meningkat, sehingga keluarga saya memutuskan untuk keluar dari rumah dan mengungsi ke Vihara Angke. Saat itu, saya tidak bisa pulang ke rumah karena semua akses jalan menuju rumah tergenang air, tidak ada kendaraan yang bisa melintas. Jadi saya menginap di rumah salah satu anggota NSI di daerah Jatinegara. Setelah bermalam dua malam di sana, banjir sudah mulai surut, saya pun bisa bertemu dengan keluarga saya yang saat itu masih ada di Vihara Angke karena kondisi rumah yang masih belum bisa ditempati. Pagi harinya saya sampai di Vihara Angke. Sore harinya, dari dalam vihara, saya melihat seseorang menghampiri pintu depan Vihara Angke. Sosok ini rasanya tidak asing. Saya memperhatikan dari dalam vihara, sambil Saya bersama Papa, Mama, dan adik saya. Berupaya untuk tetap gembira menjalani hidup dalam semangat syinjin.

berpikir dan mengira-ngira siapa yang datang ke Vihara, karena masih belum jelas dari pandangan. Saya menghampiri pintu, barulah saya mengenali sosok itu adalah Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi. Saya sangat terkejut sekali melihat kedatangan Beliau beserta keluarga ke Vihara Angke. Seketika itu saya langsung menyapa Beliau dan mempersilahkan masuk. Beliau khusus datang untuk menengok para umat yang terkena musibah banjir di Jakarta. Beliau pun sempat berkunjung ke daerah Kelapa Gading, Kota dan terakhir ke Angke. Bapak Ketua Umum juga menanyakan kondisi umat di daerah sekitar Fajar, Jelambar, Kapuk dan Teluk Gong yang mayoritas terkena banjir. Kami pun melakukan diskusi dengan Bapak Ketua Umum peningkatan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada dibangun oleh susunan NSI untuk bisa meningkatkan pelayanan kepada umat. Bapak Ketua Umum juga berencana menjadikan Vihara Angke sebagai sub-center dari kegiatan NSI di pusat. Dengan adanya kejadian banjir ini, ditambah lagi dengan masukkan dan dorongan semangat yang saya dengar dari Bapak Suhadi, saya pun semakin menyadari betapa besar nya kurnia Gohonzon. Terutama karena adanya susunan NSI yang tidak hanya memberikan pelayanan keagamaan, tetapi juga pelayanan sosial-kemanusiaan, seperti pada kondisi musibah banjir ini. Karena kami selalu belajar dan mendengar kata-kata Buddha, kami bisa menanggapi semua kejadian yang terjadi pada kami dengan perasaan penuh kegembiraan. Tidak hanya itu, kita juga punya kekuatan untuk memikirkan orang lain, tidak hanya memikirkan diri kita sendiri. Dengan kita gembira, kita bisa menerima semua yang terjadi pada kita, maka semua itu akan menjadi hikmah baik untuk kita ke depannya agar kita bisa semakin maju dalam menjalankan syinjin. Semakin hari, saya semakin menyadari betapa penting kita bisa selalu berada di dalam susunan NSI. Semakin sering kita berada dalam susunan NSI, aktif di kegiatan, semakin banyak manfaat yang bisa kita terima. Tanpa terasa, kualitas diri kita pun semakin maju seiring dengan kemajuan susunan NSI dan semakin tersebarluasnya kosenrufu untuk kebahagiaan seluruh umat manusia. Nammyohorengekyo. eee

Maret 2013 | Samantabadra

63


wawasan

Tips Sehat Menggunakan Kartu Kredit Kartu kredit adalah salah satu komoditas finansial yang menjadi tren dalam masyarakat metropolitan. Proses registrasi yang ditawarkan pun kian mudah. Namun pengelolaan penggunaan kartu kredit ternyata tidak semudah mendapatkannya. Jika tidak diiringi dengan sikap yang bijak, kartu kredit dapat menjerumuskan kita dalam arus konsumtif dan jerat bunga yang tinggi. SAMANTA

Apa itu kartu kredit? Pada dasarnya kartu kredit adalah sebuah fasilitas kredit atau peminjaman uang dari bank dengan batas jumlah tertentu dalam kurun waktu satu bulan yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Besarnya batas (limit) kartu kredit biasanya disesuaikan dengan pendapatan nasabah per bulan melalui verifikasi lewat telepon. Normalnya, pihak bank tidak akan memberikan limit kartu kredit lebih besar dari pendapatan / gaji nasabahnya per bulan. Apa manfaat kartu kredit? Jika digunakan secara bijak, kartu kredit dapat

64

Samantabadra | Maret 2013

menjadi alat yang membantu kita dalam mengatur siklus keuangan kita. Kartu kredit menawarkan fitur pembayaran otomatis untuk multi-tagihan seperti telepon, listrik, air, ke dalam satu tagihan kartu kredit. Sehingga beberapa pos pengeluaran yang kita miliki, dapat digabungkan menjadi satu pos saja, yaitu tagihan kartu kredit. Kita tinggal mendaftarkan nomor telepon, nomor pelanggan listrik atau air pada customer service kartu kredit melalui telepon. Kita tidak perlu lagi repot ke bank atau ATM, dan melakukan transaksi terpisah untuk pembayaran tagihan-tagihan tersebut.

Hal ini memberikan efisiensi waktu. Resiko terkena denda atau pemutusan sementara pun dapat dihindari, karena kartu kredit secara otomatis setiap bulan tanggal tertentu akan membayar tagihantagihan tersebut. Yang harus kita ingat tinggal satu, yaitu tanggal jatuh tempo pembayaran kartu kredit. Keuntungan lain dari kartu kredit adalah fitur cicilan dengan bunga 0% yang biasanya ditawarkan kurun periode pelunasan dalam 3, 6, atau 12 bulan. Ingat, tidak semua barang dapat dicicil dengan bunga 0%! Hanya barang-barang tertentu saja yang biasanya tertera dalam katalog promo kartu kredit tersebut (news letter), atau di toko-toko yang berlogo kartu kredit tertentu dengan tulisan 0%. Hal ini berguna jika kita memiliki kebutuhan terhadap barang tertentu yang harganya hampir menyamai pendapatan kita dalam satu bulan, namun lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan kita selama kurun waktu cicilan.


Misalnya, Anda menginginkan sebuah televisi model terbaru seharga 6 juta. Pendapatan per bulan Anda 6 juta. Toko yang menjual memiliki promo 0% untuk kartu kredit yang Anda miliki. Limit bulanan kartu kredit Anda 6 juta. Anda mengambil cicilan 0% selama 6 bulan. Sehingga pada tagihan kartu kredit Anda mulai bulan berikutnya, akan muncul tagihan cicilan sebanyak 1 juta yang akan berlangsung 6 kali (6 bulan). Namun perlu diingat, dalam transaksi cicilan seperti contoh ini, limit kartu kredit Anda harus utuh 6 juta, artinya belum ada transaksi lain sejak tagihan bulan sebelumnya dilunasi. Karena pada saat kartu kredit Anda digesek, sistem akan mencatat transaksi tersebut sebesar total harga (6 juta), bukan besar cicilan pertama (1 juta). Jika limit Anda kurang dari 6 juta pada saat itu, maka transaksi tidak dapat dilakukan (decline), atau bisa juga berhasil dengan catatan over limit. Lunasi Tagihan Bulanan Secara Penuh Pihak bank memberikan keleluasaan kredit untuk membayar tagihan bulanan kartu kredit Anda, cukup sebesar 10% dari total tagihan. Misalnya tagihan bulanan Anda 3 juta, maka Anda bisa melakukan pembayaran minimum sebesar 300 ribu untuk tagihan

bulan tersebut. Namun demikian, membayar sebagian tagihan Anda adalah pilihan yang akan menimbulkan beban bunga di bulan berikutnya. Untuk menghindari hal ini, biasakan membayar tagihan secara penuh (full), jangan menyisakan tagihan, karena sisa tagihan tidak akan menguap begitu saja, tetapi tetap merupakan beban yang harus dibayarkan ditambah bunga. Sisa tagihan 2,7 juta, akan bertambah menjadi lebih dari 3 juta di bulan berikutnya. Jika Anda memiliki tagihan 3 juta, maka lunasilah 100%, sebesar 3 juta juga. Manfaatkan Fasilitas Pembayaran Tagihan Secara Auto-debet Kartu kredit dikeluarkan oleh institusi bank. Contoh, jika Anda memiliki kartu kredit dari bank ABC, dan ternyata Anda juga memiliki rekening tabungan di bank ABC tersebut, cobalah datang ke customer service bank ABC tempat rekening Anda dibuka. Biasanya, bank memiliki fasilitas pembayaran auto-debet untuk kartu kredit dari bank yang sama. Pihak bank akan menawarkan berapa persen pelunasan yang Anda inginkan di-auto debet dari tabungan Anda untuk pembayaran tagihan kartu kredit tiap bulannya. Pilihlah pelunasan 100%. Untuk tagihan Anda bulan berikutnya, otomatis tagihan kartu kredit Anda akan dibayarkan oleh sistem, mengurangi langsung dari saldo tabungan Anda. Dengan memanfaatkan fasilitas ini, Anda tidak perlu repot ke ATM atau mengingat tanggal jatuh tempo tagihan Anda. Pastikan saldo Anda selalu mencukupi untuk proses auto-debet pembayaran tagihan. Jika saldo Anda kurang, maka transaksi auto-debet akan gagal, berarti tagihan Anda tidak terbayarkan, menjadi beban tagihan di bulan berikutnya dan akan dikenakan bunga. Tentu hal ini tidak diinginkan. Ingat Pengeluaran Anda Patokan atau batasan Anda dalam berbelanja adalah pendapatan Anda, bukan limit kartu kredit Anda. Akan lebih baik jika Anda mencatat setiap transaksi yang Anda lakukan setiap Anda menggesek kartu kredit. Dari catatan itu, Anda dapat mengontrol aliran pengeluaran Anda, jangan sampai penggunaan kartu kredit melampaui pendapatan bulanan, atau bahkan melewati limit kartu kredit tersebut. Yang harus selalu diingat dalam penggunaan kartu kredit adalah prinsip bahwa pasak jangan sampai lebih besar daripada tiang. Kartu kredit + Non-kartu kredit (belanja tunai) < Pendapatan Pengeluaran kita dalam sebulan hendaknya tidak lebih besar dari pendapatan bulanan kita. Jangan habiskan semua pendapatan kita untuk pengeluaran. Kita juga harus memikirkan simpanan / tabungan (savings) yang penting untuk masa depan kita. eee

Maret 2013 | Samantabadra

65


kesehatan

Down Syndrome Bukan Halangan untuk Berprestasi Kisah penderita Down Syndrome

Seorang gadis bernama Stephanie Handoyo lahir pada tanggal 05 November 1991. Sejak lahir, Stephanie sudah memiliki tanda-tanda sebagai penderita Down Syndrome. Tapi siapa yang menyangka, ternyata Stephanie tumbuh sebagai anak yang berprestasi. Stephanie adalah seorang atlet renang yang pernah meraih medali emas di ajang Special Olympics World 2011 di Athena, Yunani. Selain itu, Stephanie juga terpilih untuk mewakili Indonesia sebagai pembawa obor di ajang Olimpiade 2012. Kisah yang serupa dialami oleh Michael Rosihan Yacub. Meskipun Michael memiliki kelainan Down Syndrome, namun hal tersebut tidak menghambat prestasinya di dunia olahraga. Michael pernah menjuarai lomba lari 50 m di ajang Special Olympics World Summer Games 2003 di Dublin, Irlandia.

Apa itu Down Syndrome?

Down Syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental yang diakibatkan oleh adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Abnormalitas kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling

66

Samantabadra | Maret 2013

memisahkan diri saat terjadi pembelahan (non-disjunction). Kromosom merupakan seratserat khusus yang terdapat dalam setiap sel di dalam tubuh manusia. Kromosom mengandung bahan-bahan genetik yang berperan penting dalam menentukan sifat-sifat seseorang. Sebagai perbandingan, bayi yang lahir normal memiliki 46 kromosom (23 pasang), dimana hanya terdapat sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21). Sedangkan bayi yang menderita Down Syndrome mengalami kelebihan 1 kromosom 21, sehingga jumlah seluruh kromosomnya menjadi 47 kromosom. Kondisi seperti ini bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.

Sebutan Mongoloid dan Down Syndrome

Kelainan Down Syndrome sebenarnya sudah diketahui sejak tahun 1866 oleh Dr. Langdon Down, asal Inggris. Akan tetapi, baru pada awal tahun 1960-an ditemukan diagnosisnya secara pasti melalui pemeriksaan kromosom. Dahulu penyakit ini dikenal dengan nama Mongoloid atau Mongolism. Hal ini dikarenakan para penderita Down Syndrome mempunyai gejala fisik yang khas menyerupai bangsa Mongol. Gejala fisik tersebut

terdiri dari bentuk mata yang sipit dan membujur ke atas, jembatan hidung yang datar, mulut kecil dengan lidah besar, posisi telinga rendah, kepala mengecil, dan ukuran badan yang relatif pendek. Setelah diketahui bahwa kelainan ini dialami oleh seluruh bangsa di dunia, serta adanya tuntutan dari pemerintah Mongolia yang merasa keberatan dengan pemberian nama tersebut, maka istilah Mongoloid atau Mongolism pun diganti menjadi Down Syndrome.

Faktor Resiko dan Penyebab

Down Syndrome termasuk dalam golongan penyakit genetik karena letak cacatnya yang terdapat pada bahan keturunan (gen). Akan tetapi, penyebab timbulnya Down Syndrome pada dasarnya bukan karena penyakit keturunan (tidak diwariskan). Penyebab spesifiknya masih belum diketahui secara pasti. Menurut penelitian, kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun memiliki resiko lebih tinggi dalam melahirkan anak Down Syndrome. Hal ini diperkirakan karena adanya perubahan hormonal seiring dengan proses penuaan, yang dapat menyebabkan terjadinya nondisjunction pada kromosom. Berikut adalah perbandingan


kelahiran anak Down Syndrome bila dikaitkan dengan usia ibu saat kehamilan : - 15 – 29 tahun → 1 kasus dalam 1500 kelahiran hidup - 30 – 34 tahun → 1 kasus dalam 800 kelahiran hidup - 35 – 39 tahun → 1 kasus dalam 270 kelahiran hidup - 40 – 44 tahun → 1 kasus dalam 100 kelahiran hidup - Di atas 45 tahun → 1 kasus dalam 50 kelahiran hidup

Jenis terapi bagi penderita Down Syndrome Berikut adalah jenis-jenis terapi bagi penderita Down Syndrome (DS) :

Terapi Wicara Terapi ini diperlukan bagi para penderita DS yang mengalami keterlambatan dalam berbicara dan memahami kosakata.

Menyikapi Penderita Down Syndrome

Memiliki anak dengan kelainan Down Syndrome bukanlah akhir dari segalanya. Berdasarkan kisah penderita Down Syndrome di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak Down Syndrome juga mampu mengukir prestasi dan berhak memiliki kehidupan layaknya manusia normal. Hal ini tentu saja memerlukan perjuangan dan perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya, terutama orangtua. Hari Down Syndrome sedunia ditetapkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tanggal 21 Maret. Alasan pemilihan bulan Maret ini dikarenakan kromosom yang dimiliki penderita Down Syndrome berjumlah tiga, sedangkan pada orang normal hanya berjumlah dua. Adanya peringatan seperti ini bertujuan untuk membuka mata masyarakat bahwa kehadiran para penderita Down Syndrome bukan untuk dihindari atau ditelantarkan. Mereka sangat membutuhkan kasih sayang dan dukungan dari kita semua. (Megah) Referensi : http://childrenclinic.wordpress.com/2010/10/24/down-syndrome-deteksi-dinipencegahan-dan-penatalaksanaan-sindrom-down/ http://sport.detik.com/read/2012/04/18/211454/1895843/82/stephanie-handojoatlet-tunagrahita-yang-berprestasi http://dokter-agus.blogspot.com/2011/10/gejala-dan-tanda-tanda-downsyndrome.html

Terapi Remedial Terapi ini diberikan bagi anak DS yang mengalami gangguan di bidang akademis. Terapi dilakukan dengan mengacu kepada bahan-bahan pelajaran dari sekolah biasa. Terapi Sensori Integrasi Terapi ini diberikan kepada anak DS yang mengalami gangguan integrasi sensori, seperti pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus, dan lain-lain. Jenis terapi ini mengajarkan anak untuk melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat. Terapi Tingkah Laku Terapi ini mengajarkan anak DS yang berusia lebih besar agar dapat memahami perilaku mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.

Maret 2013 | Samantabadra

67


kesehatan

Silent Stroke

Stroke Tanpa Gejala Umum T

ren penyakit stroke juga berubah dan mulai menyerang usia produktif, tidak hanya mereka yang berusia di atas 40 tahun. Yang mengkhawatirkan, jenis stroke yang menyerang adalah silent stroke. Tanpa gejala umum, namun mematikan.

S

elama ini penyakit stroke identik dengan mereka yang sudah berusia dewasa atau lanjut, tetapi bahaya penyakit ini pun mengintai mereka yang masih berusia anak dan generasi muda. Data WHO 1999 mencatat, 5,4 juta orang meninggal karena stroke dan 50 juta cacat karena penyakit itu. Pada 2020, diperkirakan 61 juta orang cacat karena stroke. Sebanyak 80 persen di antaranya berasal dari negara-negara berkembang. Seorang generasi muda, sebut saja inisialnya L, 27 tahun, tidak pernah mengalami gejala yang biasa dialami seseorang yang terserang stroke, dia tidak pernah pelo, tidak juga mati separo. Namun belakangan ini dia merasa kemampuan berpikirnya menurun drastis, mudah lupa, mudah lelah setelah berpikir keras, dan sering sakit kepala yang tidak bisa dihentikan. Dia pun melakukan pemeriksaan C T Scan dan hasilnya, dia divonis menderita silent stroke, penyakit yang hanya bisa dideteksi dengan CT Scan. Silent stroke

68

Samantabadra | Maret 2013

tidak memunculkan gejala seperti stroke pada umumnya, hanya saja kecerdasan atau kognisi penderita mengalami penurunan. Penyakit ini harus diwaspadai dan segera diobati, jangan dianggap enteng. Pada penderita kondisi ini, pembuluh darah yang tersumbat adalah pembuluh di otak bagian silent area (tersembunyi). Ibaratnya, seperti banjir di Kota Jakarta, jika yang banjir di daerah pinggiran, kepanikan tidak akan sehebat kalau yang banjir di pusat kota. Meski begitu, jika banjir di pinggiran itu tidak segera ditangani, air bah akan merembet ke pusat. Seperti stroke pada umumnya, faktor risiko silent stroke juga terbagi dua. Pertama, faktor yang tidak bisa dikendalikan, seperti umur, jenis kelamin, dan genetik. Kedua, faktor yang bisa dikendalikan, misalnya gaya hidup yang buruk. Generasi muda sering merasa tubuh masih kuat, sehingga tanpa sadar melakukan kebiasaan tidak sehat, seperti begadang, berjam-jam di depan komputer, sehingga otak

bekerja dengan sangat keras dan kurang istirahat. Faktor lain yang meningkatkan risiko silent stroke, di antaranya, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi. Bagi penderita silent stroke, selain minum obat, mereka pun harus segera memperbaiki gaya hidup, berhenti merokok dan minum minuman beralkohol, juga rajin berolahraga. Dengan cara itu, risiko terkena stroke bisa turun hingga 40 persen. Yang terjadi selama ini, banyak yang meremehkan silent stroke karena tidak ada gejala. Ada lima gejala stroke yang harus diwaspadai. Pertama, jalannya seimbang atau tidak. Kedua, bicaranya pelo atau tidak. Ketiga, penglihatan menurun, kemudian menghilang tiba-tiba. Keempat, separo badan mati. Terakhir, sakit kepala akut. (Maya)

Sumber: http://m.klikdokter.com/ detail/read/2/318/silent-stroke--tanpagejala--wajib-diobati Kompas, Oktober 2008 (PDPI Malang)Â Â Â


Resep Donat Goreng Oleh Ibu Oking D, Bogor Bahan-Bahan : 800 gram terigu cakra 200 gram terigu segitiga 200 gram gula pasir 100 gram susu bubuk 200 gram mentega 200 gram kentang kukus, dikupas 4 butir telur 1 sdt garam Cara membuat : 1 sdt baking powder 1. Semua bahan dicampur jadi satu, lalu diaduk menggunakan mixer 15 gram fermipan sampai kalis. Âą 500 cc air dingin 2. Setelah kalis, bentuk adonan sesuai selera (bisa bentuk donat, roti). 3. Diamkan adonan yang telah dibentuk selama Âą 30 menit. 4. Goreng adonan sampai berwarna kuning-kecoklatan, angkat, tiriskan, lalu diamkan sampai mendingin. 5. Setelah mendingin, baru berikan pemanis / hiasan sesuai selera (bisa coklat tabur, keju parut, gula halus, coklat leleh, abon).

Berita Duka Cita

Ibu Elly Tanjung

Ibu Gauw Ang Nio

Meninggal pada usia 51 tahun 6 Januari 2013 Umat NSI Daerah Muncul Banten

Meninggal pada usia 96 tahun 29 Januari 2013 Umat NSI Daerah Sawah Besar DKI Jakarta

Maret 2013 | Samantabadra

69


kolom anak | cerita rakyat

Si Pitung

Rawabelong

Pitung adalah seorang pendekar Indonesia yang berasal dari kampong Rawabelong, Betawi. Dia memiliki sikap saling membantu dan jiwa ksatria rela berkorban. Karena sikap tersebut yang dimilikinya, diapun rela mengorbankan nyawanya demi kemakmuran masyarakat.

P

ada jaman penjajahan belanda dahulu, di daerah Jakarta (dahulu Batavia) hiduplah seorang pria gagah yang bernama si Pitung. Dia lahir dari pasangan suami istri yang bernama pak Piun dan bu Pinah. Pekerjaan pak Piun sehari-hari adalah sebagai seorang petani. Setiap hari si Pitung membantu bapaknya menanam padi, memetik kelapa dan mencari rumput untuk pakan ternaknya. Si Pitung juga tak segan untuk membantu tetangganya yang memerlukan bantuan. Tiap hari si Pitung juga sangat rajin berdoa dan bapaknya juga selalu mengajarkan si Pitung untuk bertutur kata yang santun, dan patuh kepada orang tua. Si Pitung dan keluarganya tinggal di kampung Rawabelong, daerah kebayoran. Daerah itu adalah bagian dari daerah kekuasaan tuan tanah yang bernama babah Liem Tjeng Soen,oleh karena itu semua warga yang tinggal di situ wajib membayar pajak kepada babah Liem. Hasil pajak tanah tersebut nantinya akan disetorkan kepada Belanda. Dalam memungut pajak, babah Liem dibantu oleh anak buahnya yang berasal dari kalangan pribumi. Anak

70

Samantabadra | Maret 2013

buah yang diangkat babah Liem adalah kaum pribumi yang pandai bersilat dan memainkan senjata. Tujuannya adalah supaya para penduduk tidak berani melawan dan membantah pada saat dipungut pajak. Hingga pada suatu hari, saat si Pitung membantu bapaknya mengumpulkan hasil panen dari sawah. Sesampainya di rumah, betapa terkejutnya si Pitung melihat anak buah babah Liem sedang marah-marah kepada bapaknya. Si Pitung lalu menghampiri bapaknya, dan bertanya kepada anak buah babah Liem, “Hey, apa salah bapak saya?” “Tanya saja sama bapakmu ini!” jawab anak buah babah Liem. Anak buah babah Liem lalu pergi dengan membawa semua hasil panen yang telah dikumpulakan si Pitung dan bapaknya. Dengan nada geram, si Pitung berbicara dalam hatinya, “Nantikan pembalasanku!” Hingga keesokan harinya saat si Pitung berjalan menyusuri kampung, dia melihat kesewenang-wenangan anak buah babah Liem lagi. Mereka merampas ayam, kambing, kelapa, dan padi dari penduduk, tanpa rasa iba.

Sebagai warga yang merasa bertanggung jawab atas keamanan, maka si Pitung tidak tinggal diam. Si Pitung lalu menghampiri anak buah babah Liem, lalu berteriak, “Hentikan pengecut! Kenapa kalian merampas harta orang lain?!” Para anak buah babah Liem kemudian menoleh kearah si Pitung. “Siapa kamu ini, beraniberaninya mencegah kami? Kamu tidak tahu siapa kami ini?”,teriak anak buah babah Liem. “Saya tidak peduli siapa kalian, tapi perbuatan kalian itu sangatlah kejam dan tidak berperi kemanusiaan!”, jawab si Pitung. Mendengar perkataan si Pitung, pemimpin anak buah babah Liem menjadi geram. Ia lalu menghampiri si Pitung, dan menyerang sekenanya saja. Ia mengira bahwa Pitung akan mudah dirobohkan. Namun, di luar dugaannya, Pitung malah mencekal lengannya dan membantingnya ke tanah hingga pingsan. Anak buah babah Liem yang lain menghentikan kesibukan mereka dan mengepung Pitung. Dengan sigap Pitung menyerang lebih dulu. Ada lima orang yang mengeroyoknya. Satu demi satu ia hajar pelipis atau tulang kering mereka


hingga mereka mengaduh kesakitan. Lalu mereka menggotong pimpinan centeng yang masih pingsan dan melarikan diri. Sebelum pergi, mereka mengancam, “Awas, nanti kami laporkan Demang.” Beberapa hari setelah peristiwa itu, nama Pitung menjadi pembicaraan di seluruh Kebayoran. Namun, Pitung tak gentar dan tetap bersikap tenang. Ia bahkan tidak menghindar kalau ada orang yang bertanya kepadanya tentang kejadian itu. Suatu hari, Pak Piun menyuruh si Pitung menjual kambing ke Pasar Tanah Abang. Pak Piun sedang membutuhkan

uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Si Pitung pun pergi ke tanah abang untuk menjual dua kambingnya itu. Tanpa sepengetahuan si Pitung, ternyata ada satu orang anak buah babah Liem yang membuntutinya sejak berangkat dari rumah tadi. Hingga pada saat si Pitung mandi di sungai, anak buah babah Liem tadi mencuri uang hasil penjualan kambing dari saku bajunya yang diletakkakn di pinggir sungai. Sesampainya di rumah, Si Pitung sangatlah kaget. Karena uang hasil penjualan kambing tidak ada di sakunya lagi. Dengan geram ia kembali ke Pasar Tanah Abang dan mencari orang yang telah mencuri

uangnya. Setelah melakukan penyelidikan, ia menemukan orang itu. Orang itu sedang berkumpul di sebuah kedai kopi. Si Pitung mendatanginya dan menghardik, “Kembalikan uangku!” Salah seorang berkata sambil tertawa, “Kamu boleh ambil uang ini, tapi kamu harus menjadi anggota kami.” “Tak sudi aku jadi anggota kalian,” jawab si Pitung. Para anak buah babah Liem itu marah mendengar jawaban si Pitung. Serentak mereka menyerbu Pitung. Namun, yang mereka hadapi adalah Si Pitung dari Kampung Rawabelong yang pernah menghajar enam Maret 2013 | Samantabadra

71


kolom anak | cerita rakyat orang centeng Babah Liem sendirian. Akibatnya, satu demi satu mereka kena pukulan Si Pitung. Sejak hari itu, Si Pitung memutuskan untuk membela orang-orang yang lemah. Ia tak tahan lagi melihat penderitaan rakyat jelata, yang ditindas tuan tanah dan dihisap oleh penjajah Belanda. Beberapa anak buah babah Liem yang pernah dihajarnya ada yang insyaf dan ia mengajak mereka untuk membentuk suatu kelompok. Bersama kelompoknya, ia merampoki rumah-rumah orang kaya dan membagi-bagikan harta rampasannya kepada orang-orang miskin dan lemah. Nama Pitung menjadi harum di kalangan rakyat jelata. Para tuan tanah dan orang-orang yang mengambil keuntungan dengan cara memihak Belanda menjadi tidak nyaman. Mereka mengadukan permasalahan itu kepada pemerintah Belanda. Penguasa penjajah di Batavia pun memerintahkan aparat-aparatnya untuk menangkap Si Pitung. Schout Heyne, komandan Kebayoran, memerintahkan mantri polisi untuk mencari tahu di mana si Pitung berada. Schout Heyne menjanjikan uang banyak kepada siapa saja yang mau memberi tahu keberadaan si Pitung Mengetahui dirinya menjadi buron, Pitung berpindah-pindah tempat dan ia tetap membantu rakyat. Harta rampasan dari orang kaya selalu ia berikan kepada rakyat yang lemah dan tertindas oleh penjajahan. Pada suatu hari, Pitung dan kelompoknya terjebak oleh siasat polisi belanda. Waktu itu si Pitung beserta kelompoknya akan merampok rumah seorang demang, tapi ternyata polisi belanda sudah lebih dulu bersembunyi di sekitar rumah demang itu. Ketika kelompok Pitung tiba, polisi segera

72

Samantabadra | Maret 2013

mengepung rumah itu. Pitung membiarkan dirinya tertangkap, sementara teman-temannya berhasil meloloskan diri. Akhirnya si Pitung dibawa ke penjara dan disekap di sana. Karena si Pitung adalah seorang yg cerdik dan sakti, maka dia berhasil meloloskan diri lewat genteng pada malam hari saat penjaga sedang istirahat. Pada pagi harinya, para penjaga menjadi panik karena si Pitung tidak ada di dalam penjara lagi. Kabar lolosnya si Pitung membuat polisi belanda dan orang-orang kaya menjadi tidak tenteram lagi. Kemudian Schout Heyne memerintahkan orang untuk menangkap orang tua dan guru si Pitung. Mereka dipaksa para polisi untuk memberitahukan keberadaan Si Pitung sekarang. Namun, mereka tetap bungkam. Akibatnya, mereka pun dimasukkan kedalam penjara. Mendengar kabar bahwa orang tua dan gurunya ditangkap polisi belanda, lalu si Pitung mengirim pesan kepada pihak belanda. Ia mengatakan akan menyerahkan diri bila orang tua dan gurunya itu dibebaskan. Kesepakatan tersebut kemudian disetujui oleh Schout Heyne. Kemudian pada hari yang telah disepakati, mereka bertemu di tanah lapang. Orang tua si Pitung dilepaskan dahulu. Kini tinggal Haji Naipin yang masih bersama polisi belanda. Di tanah lapang itu, sepasukan polisi menodongkan senjata ke arah Haji Naipin. “Lepaskan Haji Naipin sekarang juga,” kata si Pitung. “Aku akan melepaskan gurumu ini setelah engkau benar-benar menyerah,” kata Schout Heyne. Mendengar persyaratan yang diajukan Schout Heyne, lalu si Pitung maju ke tengah lapangan. Dengan

sigap, pasukan polisi lalu membidikkan senjata mereka kearah si Pitung. “Akhirnya tertangkap juga kamu, Pitung!” teriak Schout Heyne dengan nada sombong. “Iya, tapi nanti aku pasti akan lolos lagi. Dengan orang pengecut seperti kalian, yang beraninya hanya mengandalkan anak buah, aku tidak takut,” jawab si Pitung. Mendengar kata-kata si Pitung, Schout Heyne menjadi marah. Ia mundur beberapa langkah dan memberi abaaba agar pasukannya bersiap menembak. Haji Naipin yang masih ada di situ memprotes tindakan yang pengecut itu. Namun protes dari Haji Naipin tidak didengarkan, dan abaaba untuk menembak si Pitung sudah diteriakkan. Akhirnya si Pitung gugur bersimbah darah. Orang tua dan guru si Pitung merasa sangat sedih sekali melihat si Pitung akhirnya gugur di tangan polisi belanda. Banyak rakyat yang turut mengiringi pemakamannya dan mendoakannya. Mereka berjanji akan selalu mengingat jasa si Pitung, pembela dan pelindung mereka, dan tetap akan menganggap si Pitung sebagai pahlawan betawi. Pesan moral : Sebagai sesama manusia harus saling membantu dan tolong menolong kepada siapapun yang membutuhkan, dan jangan pernah bertindak semena-mena terhadap orang lain apalagi sampai menindas, terutama terhadap orang yang lebih lemah, karena setiap orang memiliki jiwa Buddha. Sumber: http://www.reviewdong. com/anak/cerita-anak/cerita-rakyatindonesia/1169-si-pitung


a b i K &

Krubu

Ilustrasi : Felicia F Ide cerita : Samanta

Tumpukan sampah di rumah Kiba sudah menumpuk. Sampah tersebut dikerubungi lalat dan berbau tidak sedap.

Begitu pula dengan tumpukan sampah di rumah Krubu yang sudah menggunung. Sudah waktunya membuang sampah.

Kiba segera mengangkut sampah di rumahnya ke tempat pembuangan umum yang berada di komplek rumahnya.

Krubu yang malas, membuang begitu saja sampah tersebut ke selokan yang ada di depan rumahnya.

Tak lama kemudian, langit mendung, dan hujan pun turun.

Hujan terus turun dan semakin deras.

Kiba langsung mandi, makan, dan melaksanakan gongyo sore. Tubuhnya terasa segar dan nyaman. Hatinya pun tenang dan gembira.

Kiba memandang ke luar jendela, aliran air di depan rumahnya lancar meskipun hujan deras turun.

Krubu panik, air di selokan depan rumahnya tersumbat karena sampah. Selokan yang tersumbat membuat air membanjiri sekitar rumahnya.

Maret 2013 | Samantabadra

73


teka-teki silang 1

2

3

4

5

6 7

8

9

10

11 12 13

14

15

16

17

18 19

20

21 22

23

24

Mendatar 1 Bodhisattva yang selalu menghormati orang lain-karena percaya setiap manusia memiliki jiwa Buddha 8 Buddha pokok 10 Nama pangeran kerajaan Inggris 11 Salah satu panca indra 12 Ibukota Perancis 13 Bodhisattva yang unggul dalam ilmu pengetahuan 17 Satu kehidupan kali ini (-jobutsu) 19 Penerima gosyo perihal hubungan guru dan murid 20 Jenis narkotika baru, berasal dari pohon Kath 22 Surat-menyurat berisi ajaran Niciren Daisyonin 24 Penanggalan

Menurun 2 Bunyi tembakan 3 Salah satu patung simbolis di Jakarta 4 Pengelola pemberitaan dalam media massa 5 Judul Bab ke-2 Saddharma Pundarika Sutra (Jepang) 6 Aturan / disiplin kebhiksuan 7 Habitat flora dan fauna 9 Sebutan untuk Gohonzon kecil 12 Teks panduan gongyo 13 Nuansa 14 Sebutan untuk laki-laki 15 Tidak pintar 16 Makhluk mitologi penghisap darah 18 Antariksa 21 Negara dengan ibukota Sarajevo 23 Tokoh pewayangan

Jawaban TTS Samantabadra Edisi ebruari 2013 2 8 11 13 14 15 17 19 20

74

BUTSUDAN UNIVERSITAS NAIKUNGEGO KORNEA ASURA AMANAT ROMEO AMITARTA ANULIR

1 3 4 5 6 7 9 10 12 16 18

Samantabadra | Maret 2013

ARAHAT TATHAGATA NAMU HIV ESYOFUNI ASMA SYAIR AKSARA NIKKO TRIRATNA MENTAL

Jawaban Teka-Teki Silang edisi ini akan dimuat di Samantabadra edisi April 2013


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Maret 2013 TGL HARI 1 Jumat 2 Sabtu 3 Minggu

4 5 6

Senin Selasa Rabu

7 8 9 10

Kamis Jumat Sabtu Minggu

11 12 13

Senin Selasa Rabu

14 15 16 17

Kamis Jumat Sabtu Minggu

18 19 20

Senin Selasa Rabu

21 22 23 24 25 26 27

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

28 29 30 31

Kamis Jumat Sabtu Minggu

JAM 19:00

KEGIATAN Ceramah Gosyo

TEMPAT Daerah Masing²

KET

10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-anak Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Pria Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier

lt 2 V. Sadaparibhuta Lt.1 Gd. STAB lt 1 V. Sadaparibhuta lt 2 V. Sadaparibhuta lt 2 V. Sadaparibhuta Lt.1 Gd. STAB lt 2 V. Sadaparibhuta

19:00

Pertemuan Cabang

Daerah Masing²

10:00 10:00 19:00

Pertemuan Anak-Anak Daerah / Kelompok Daimoku Bersama Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting

Daerah Masing² V. Sadaparibhuta Pusat lt 2 V. Sadaparibhuta Pusat

14:00 19:00 19:00

Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok Pertemuan Pria Daerah / Kelompok Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul

Daerah Masing² Daerah Masing² RRBP

19:00 19:00 10:00 14:00 19:00

Pertemuan Anak Cabang / Ranting Pertemuan PK-2 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok Pertemuan Lansia Umum Pertemuan Empat Bagian

Daerah Masing²

14:00 19:00

Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta Musyawarah DPW & DPD

19:00

14:00

Musyawarah DPD Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum Pendalaman Gosyo

Daerah Masing² Myoho-ji Myoho-ji lt 2 V. Sadaparibhuta Pusat

14:00 19:00

Pendalaman Gosyo Penceramah Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul

lt 2 V. Sadaparibhuta Pusat lt 2 V. Sadaparibhuta Pusat

19:00

Ceramah Gosyo

Daerah Masing²

10:00 10;00 14:00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-anak Rapat Koordinator Lansia

lt 2 V. Sadaparibhuta Pusat Pusat lt 1 V. Sadaparibhuta Pusat

Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat

Pusat

Pusat Daerah Masing² V. V. Tangerang Daerah Masing²

Pusat

Maret 2013 | Samantabadra

75


Vihara & Cetya BALAI PUSAT NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandhi No. 161 Kota Medan Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113

76

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Telp. (021) 5539903 Diresmikan Tgl. 27 Mei 1990 Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Diresmikan : 31 Juli 1999 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Diresmikan : 10 November 2000 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Diresmikan : 23 April 2003 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034

Samantabadra | Maret 2013

Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Diresmikan : 11 Juli 2002 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Diresmikan : 23 Agustus 1991 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298

Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9 , Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241

Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo

Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan

Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen

Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep

Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang

PROVINSI BALI

Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar

Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.