Samantabadra 2020-08

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat

selama ia menyebut Nammyo-horengekyo, ia dapat menghindarkan diri dari jalan buruk. Hal ini seperti bunga teratai yang berpaling ke arah matahari, walaupun bunga teratai

tidak bermaksud menuju ke arah itu; atau seperti sejenis pisang raja yang tumbuh sejalan dengan gemuruh guntur, walaupun tumbuhan ini tidak mempunyai telinga untuk mendengar, sekarang kita bagaikan bunga teratai atau pisang raja itu, dan

SAMANTABADRA | AGUSTUS+ 2020| NOMOR. 316

W

alau seseorang kurang memiliki pengetahuan,

gosyo kensyu Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra

gosyo cabang Surat Balasan kepada Matsuno-dono Perihal Hokai Bonji

Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra bagaikan matahari atau guntur.

08

+

#316

Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra

a g u s t u s

2 0 2 0


DPW dan umat NSI Banten melakukan gerakan kebersihan dan penyemprotan disinfektan di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang. 05 Juni 2020.

W

DPD dan umat NSI Bekasi menggalang donasi sebanyak 24 paket yang diserahkan kepada ketua RT domisili Wihara Vimalakirti NSI Bekasi untuk membantu warga sekitar yang terdampak pandemi Covid-19. 25 April 2020.

S

alau seseorang tidak memiliki pengetahuan agama Buddha, bahkan teramat bodoh, tapi bila ia mempunyai kepercayaan yang tulus, maka ia dapat dianggap sebagai orang berpandangan benar. Tapi walau seseorang memiliki pengetahuan agama Buddha, bila ia tidak memiliki kepercayaan, maka ia dapat digolongkan sebagai pemfitnah, “Iccantika” atau orang yang tak dapat diperbaiki lagi ketidakpercayaannya.

eluruh umat dunia saha mempunyai keburukan hati yang amat kuat dan berkobar-kobar. Oleh karena itu, seluruh umat dunia saha tersebut dicampakkan oleh para Buddha dari sepuluh penjuru. Hanya Buddha Sakyamuni seorang diri bertekad menyelamatkan umat ini, untuk dibimbing ke Jalan Buddha. Hal ini dibabarkan dalam kalimat Saddharmapundarika-sutra, “Hanya Aku seorang diri yang sungguh-sungguh dapat menyelamatkan dan melindungi mereka”.

Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra

Surat Perihal Hokai Bonji

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Penasihat Dewan Pimpinan Pusat NSI Redaktur Samanta Kontributor Vina Pratiwi, Silviani, Kireyna, Kyanne Virya Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Tunas tumbuhan perlambang kehidupan baru


DARI REDAKSI_

Pembaca Samantabadra yang budiman,

D

i penghujung tahun 2019, mungkin tidak banyak yang mengira bahwa hanya dalam kurun waktu 3 bulan wabah covid-19 (corona virus yang diidentifikasi pada Desember 2019 di China) akan meluas dan menjadi sebuah pandemi global. Pada tanggal 13 Maret 2020 pemerintah Indonesia membentuk gugus tugas Covid-19 yang diikuti dengan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh pemerintah provinsi dan daerah dengan waktu mulai yang bervariasi. Aktivitas publik yang melibatkan interaksi banyak orang dihentikan, termasuk aktivitas keagamaan di rumah ibadah. Masyarakat diminta untuk mematuhi protokol kesehatan. Peringatan hari besar keagamaan kita yang jatuh pada masa PSBB (penyebutan Nammyohorengekyo untuk pertama kalinya, Waisak), kita lakukan bersama-sama dari rumah masingmasing tanpa mengurangi rasa syukur dan khidmat. Kegiatan tatap muka susunan NSI otomatis terhenti sejenak di seluruh lini; tingkat pusat, wilayah, dan daerah sejak akhir Maret. Majalah Samantabadra pun turut terhenti selama 3 edisi; Mei, Juni, dan Juli. Majalah yang ada dalam genggaman Anda saat ini adalah edisi Agustus, merangkum kegiatan dan informasi sejak bulan April. Pandemi covid-19 membuat kita perlu beradaptasi dengan kebiasaan baru. Utamanya gaya hidup lebih higienis (menggunakan masker ketika keluar rumah, gemar mencuci tangan, menjaga jarak sosial), pola hidup lebih sehat dan teratur, serta mengoptimalkan media daring (online) untuk berinteraksi sosial maupun transaksi ekonomi. Sejak bulan Juni, NSI mengalihkan kegiatan pertemuan tatap muka ke dalam pertemuan melalui kanal daring seperti youtube, zoom, dan google meet. Penyesuaian ini perlu disambut dengan antusias oleh kita semua sebagai bentuk pembelajaran baru. Dampak pandemi covid-19 berbeda-beda terhadap manusia yang satu dan yang lainnya. Ada orang yang kehilangan pekerjaan dan perusahaan yang bangkrut, ada orang yang menemukan pekerjaan baru dan perusahaan yang kebanjiran order (pengusaha APD, masker, sepeda). Di sisi lain, industri rumahan juga bertumbuh sebagai wujud kreativitas masyarakat (termasuk umat NSI), untuk tetap produktif. Bagaimana pun dampak pandemi terhadap hidup kita, hendaknya kita senantiasa fokus terhadap tujuan hidup dan kebermanfaatan yang bisa kita lakukan. Pandemi bukan alasan untuk meratapi diri atau berhenti berkarya. Mari kita selalu gunakan masker setiap saat kita keluar rumah (ganti atau cuci setiap hari), sering cuci tangan, dan jaga jarak sosial dengan orang lain sebagai kebiasaan baru kita; bukan karena keterpaksaan tapi karena kesadaran untuk kebaikan kita bersama. Samanta

Samantabadra | Agustus 2020

1


_SAMBUTAN

SAMBUTAN KETUA UMUM NSI DALAM RANGKA PERINGATAN HARI RAYA WAISAK 2564 BE TAHUN 2020 Nammyohorengekyo, Umat NSI yang berbahagia dan seluruh umat Buddha Indonesia, Selamat Waisak 2564 BE/2020, yang tahun ini kita peringati dengan tema: “Dengan Kesadaran Dharma Kita Tingkatkan Kepedulian Sosial Demi Keutuhan Bangsa” dan Subtema: “Tekad Kami Hanya Satu, Mencabut Akar Penderitaan Sekaligus Membahagiakan Seluruh Makhluk.” Hari ini, umat Buddha Indonesia dan mancanegara bersama-sama memperingati Hari Waisak, hari raya keagamaan Buddha di mana kita diajak untuk merefleksikan perjuangan Buddha Sakyamuni dalam menghayati Buddhisme dan menjadi teladan dalam sikap hidup sehari-hari. Tiga peristiwa penting dalam peringatan Hari Waisak, adalah kelahiran Siddharta Gautama, pencapaian kesadaran Buddha beliau sehingga dikenal sebagai Buddha Sakyamuni (orang yang mencapai kesadaran/penerangan sempurna dari suku Sakya), dan moksyanya/wafatnya Buddha Sakyamuni (parinirwana). Tujuan kelahiran Buddha sejatinya adalah untuk menunjukkan jalan Dharma (Hukum, aturan,kebenaran) yang berisi nilai-nilai universal, falsafah kehidupan yang mendalam, serta pencerahan tentang hakikat dan makna kehidupan umat manusia yang sejati. Sang Buddha juga telah menunjukkan keteladan kepada umat manusia bahwa seluruh umat manusia bisa memunculkan dan mencapai kesadaran Buddha seperti yang telah dicapai oleh dirinya sehingga dapat menjadi manusia yang bermanfaat dan bahagia seutuhnya. Perayaan Waisak tahun ini dengan adanya Pandemi Covid-19 bukanlah penghalang untuk melakukan refleksi diri dalam momen Waisak 2564 BE / 2020. Umat Buddha NSI memperingati Waisak dengan melaksanakan Puja Bakti/ Dokyo Syodai (membaca paritra-Saddharmapundarika Sutra Bab II, Bab XVI dan melantunkan mantra agung Nammyohorengekyo) tahun ini secara sederhana yang disiarkan langsung melalui media online dari Vihara Sadaparibhuta/Balai Pusat NSI, Jakarta dan diikuti serentak oleh Vihara dan Cetya NSI se-Indonesia, dipimpin oleh ketua daerah masing-masing yang diikuti maksimal 5 s.d 6 orang termasuk putra altar, dengan mengikuti protokol kesehatan. Umat NSI lainnya dapat mengikuti Puja Bakti/Dokyo Syodai di altar pribadi umat dari rumah masing-masing beserta seluruh anggota keluarganya. Perlu kita ketahui, saudara-saudara kita umat Kirstiani serta Hindu sudah menjalani peringatan hari keagamaannya dengan baik saat merayakan Paskah serta Nyepi, begitupun dengan saudara kita umat Muslim yang saat ini 2

Samantabadra | Agustus 2020


sedang menjalankan ibadah puasa, seluruh pelaksanaan keagamaan tersebut diselenggarakan secara sederhana dengan menaati protokol kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Tidak ada satu pun peringatan hari keagamaan tersebut yang menimbulkan kerumunan orang atau pun hal-hal yang menimbulkan keributan. Hal ini menandakan kedewasaan sikap beragama umat beragama Indonesia yang menjadi modal dasar untuk bisa bersatu menaklukan Covid-19. Begitu banyak permasalahan dan tantangan yang kita hadapi bersama sebagai warga negara Indonesia dan warga dunia dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini. Kita harus menyadari bahwa pandemi yang terjadi saat ini merupakan salah satu dari 3 bencana (peperangan, penyakit menular dan kelaparan) yang telah disampaikan oleh Buddha Niciren dalam sastraNya. Sumber dari wabah penyakit menular ini adalah tiga akar keburukan yang terdapat dalam hati manusia masa mutakhir Dharma saat ini, yaitu: keserakahan, kemarahan, dan kebodohan yang mengakibatkan perilaku manusia menjadi kacau, mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan sehingga keseimbangan alam terganggu dan virus bermutasi menjadi ganas dan ‘lihai’. Keganasan dan kelihaian virus saat ini merupakan cermin dari keganasan dan kelihaian hati manusia. Untuk mengembalikan keseimbangan alam harus menyingkirkan tiga akar keburukan manusia tersebut, dengan memunculkan kesadaran hakiki yang ada di dalam dirinya. Doa/Daimoku, menyebut mantra agung Nammyohorengekyo, adalah jalan langsung yang dapat memunculkan kesadaran hakiki tersebut, obat paling mujarab untuk mengatasi tiga akar keburukan. Kesadaran hakiki tersebut lah yang menjadi dasar dari praktik Buddha Dharma umat NSI dalam melaksanakan pertapaan kebodhisatvaan/kebuddhaan, memberi kebahagiaan dan mencabut penderitaan orang lain. Hal tersebut terejawantah dalam sikap dan aksi umat NSI dalam situasi Pandemi Covid-19, yaitu senantiasa mematuhi protokol kesehatan, melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah sehingga sampai saat ini umat tidak berjodoh dengan terjangkitnya Covid-19. Selama berada di rumah, sejak tanggal 29 Maret 2020 umat NSI seluruh Indonesia senantiasa melaksanakan doa/daimoku serentak yang dilaksanakan setiap jam 14.00 s.d 16.00 WIB, bukan hanya sekadar melaksanakan doa/daimoku dan menyelamatkan diri sendiri saja, tetapi umat NSI juga secara aktif bergotong royong membuat masker berbahan dasar kain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan kebutuhan masyarakat luas. Hingga saat ini sudah terkumpul kurang lebih 20.000 masker kain dan 15.000 lebih masker sudah didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan di Jabodetabek, hingga Nusa Tenggara Timur. Selain masker, NSI juga turut menyumbangkan cairan Desinfektan dan baju Alat Pelindung Diri (APD). Umat NSI juga telah melakukan penyemprotan cairan desinfektan di seluruh Vihara dan Cetiya di 18 Provinsi di seluruh Indonesia. Selain itu umat NSI juga telah melakukan bakti sosial Donor Darah di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Samantabadra | Agustus 2020

3


Bali, Lampung, Palembang saat Palang Merah Indonesia (PMI) sedang kekurangan pendonor darah akibat mewabahnya Virus Corona, karena banyak orang yang “takut� untuk melakukan donor darah. Saat krisis seperti ini lah waktunya para Bodhisattva yang Muncul Dari Bumi (umat dan pimpinan NSI) mewujudnyatakan tugas kejiwaannya dalam kehidupan nyata. Gerakan kebodhisatvaan/kebuddhaan seperti inilah upaya kita untuk menyingkirkan tiga akar keburukan dalam menjaga alam semesta sehingga akibatnya alam semesta akan menjaga kita, virus pun menjadi jinak dan dapat ditaklukan. Pada intinya, menaklukan Covid-19 adalah menaklukan kesesatan (keserakahan, kemarahan, dan Kebodohan) diri sendiri. Dengan kesadaran tersebut kita dapat memaknai menjadi jodoh untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan dunia yang serba online, serba teknologi, kita menjadi terlatih untuk hidup efisien, hemat energi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta lebih mencintai keluarga yang selama ini sering kali dipisahkan dengan kesibukan di luar rumah. “Merdeka Belajar� yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini salah satu dasarnya adalah belajar dari rumah, kalau tidak ada pandemi Covid-19 sulit dan butuh waktu yang lama untuk terbiasa dengan program tersebut, tapi saat ini semua pelajar, guru, dan orangtua mulai terbiasa dengan aktivitas belajar dari rumah. Ibadah di rumah pun menjadi hikmah baik, karena pada hakikatnya beribadah itu tidak tergantung tempatnya, tetapi tergantung kesungguhan hatinya, menyadari bahwa keberadaan agama adalah untuk menyelesaikan masalah, bukan menimbulkan masalah. Sikap-sikap seperti ini adalah wujud kedewasaan umat beragama Indonesia yang menjadi modal dasar untuk bisa bersatu menaklukan Covid-19. Terima kasih kepada umat NSI atas sikap baiknya untuk berdoa/daimoku, memunculkan kesadaran dalam menaati protokol kesehatan, PSBB, melaksanakan pertapaan kebodhisatvaan/kebuddhaan untuk menaklukan kesesatan diri sendiri, sikap ini harus dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan sampai kita dapat menaklukan Covid-19. Pandemi ini harus membuat kita menjadi lebih maju, jangan malah membuat kita hancur berantakan. Jadikanlah Covid-19 ini sebagai jodoh baik untuk semakin memperkuat diri kita, sehingga umat NSI menjadi semakin baik dan dapat turut memajukan Indonesia menjadi negara dan bangsa yang besar dan membahagiakan seluruh makhluk hidup. Nammyohorengekyo Nammyohorengekyo Nammyohorengekyo Jakarta 7 Mei 2020 Suhadi Sendjaja Ketua Umum 4

Samantabadra | Agustus 2020


CERAMAH GOSYO_

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat perihal hukum yang gaib dan manusia yang agung Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Virtual Mahawihara Saddharma NSI 28 Juni 2020

Nammyohorengekyo, Terima kasih kepada seluruh pimpinan dan pengurus NSI, DPW dan DPD dari Medan, Jambi, Palembang, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bali, Bengkulu, dan Papua Barat, karena sampai hari ini semua umat NSI dalam keadaan selamat. Sudah 4 bulan sejak pandemi berlangsung dan belum ada umat NSI di seluruh Indonesia yang terpapar virus Covid-19. Saya kira ini adalah kekuatan perlindungan dari hukum gaib Nammyohorengekyo. Karena hati kepercayaan dari umat yang begitu sungguh-

sungguh dan karena para pemimpin daerah bekerja keras untuk menjaga dan menyayangi umatnya, semua umat mendapatkan informasi dan pembinaan yang cukup, sehingga semua umat bisa menjaga dirinya sendiri, dengan menaati protokol-protokol kesehatan. Kalau kita tidak rajin pakai masker, tidak jaga jarak, dan tidak mencuci tangan, ada kemungkinan sebesar 85% dapat tertular virus Covid-19. Maka itu, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih untuk semua pimpinan yang telah berusaha dengan sekuat tenaga dan penuh ketulusan untuk menjaga umatnya. Di samping itu ada pula kekuatan gaib dari Hukum

Nammyohorengekyo, sehingga umat kita sadar untuk menaati protokol kesehatan, menghindari kerumunan, dan mau menjaga dirinya agar tidak sering keluar rumah. Saya harap kesungguhan hati ini akan terus dipertahankan dan terus ditingkatkan. Gosyo ini dipilih pada bulan April, sebelum PSBB berlaku. Buddha mempunyai kearifan agar menyampaikan ajaran-ajaran tertentu pada saat-saat tertentu, sehingga umat pun mampu mendapatkan pencerahan. Gosyo ini diberi judul “Hukum yang Gaib dan Manusia yang Agung.� Hukum yang gaib adalah Nammyohorengekyo. Karena hukumnya gaib, manusia yang percaya, Samantabadra | Agustus 2020

5


menghayati, dan melaksanakan hukum ini akan menunjukkan perilaku yang agung. NSI masih belum mengadakan Kensyu Gosyo Umum karena keadaan pandemi masih berisiko tinggi. Saat ini masih dalam proses pendidikan agar kita bisa tertib dan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Gongyo Daimoku bersama masih diperbolehkan di masing-masing daerah, sementara pertemuan tatap muka tidak boleh diadakan untuk sementara. Kita membutuhkan hukum yang gaib supaya kesadaran kita muncul dan kita mampu menjadi manusia yang agung. Manusia yang agung adalah manusia yang bisa memunculkan kesadaran Buddhanya. Apabila seorang bisa memunculkan kesadaran Buddha, perilakunya akan menjadi perilaku yang selalu memikirkan kepentingan orang lain. Pertama, Gosyo ini membahas perihal sumbangan. Selama pandemi Covid-19, NSI tidak hanya mengimbau umat untuk 6

Samantabadra | Agustus 2020

berdiam di rumah, kita juga menitikberatkan pentingnya kegiatan kebodhisatwaan. Kita mengajak umat untuk membuat masker kain dan ikut serta dalam gerakan donor darah. Tujuan kita dalam menuntut Hukum Nammyohorengekyo adalah untuk mencapai kesadaran Buddha. Untuk mencapai kesadaran Buddha, pertapaan kebodhisatwaan harus kita laksanakan. Dalam Gosyo ini, Niciren Daisyonin memberi contoh tentang Sri Sambhava, seorang anak kecil yang ingin memberi sesuatu kepada Buddha Sakyamuni karena melihat keanggunan Buddha. Anak itu sedang bermain dengan tanah ketika Buddha melintas. Kesungguhan hati Sri Sambhava mendorongnya untuk membuat kue dari tanah yang dipersembahkan kepada Buddha Sakyamuni. Pada kehidupan yang akan datang, Sri Sambhava dilahirkan kembali menjadi Raja Asoka. Agama Buddha menjelaskan tentang tiga masa: masa lampau,

sekarang, dan akan datang. Kehidupan kita sekarang adalah kelanjutan dari masa lampau, begitu pula setelah kita meninggal, kita akan lahir kembali. Karena Sri Sambhava memupuk karma yang baik, membuat kue tanah untuk Buddha Sakyamuni, maka sebagai imbalannya ia dilahirkan kembali menjadi Raja Asoka. Dia merupakan seorang raja yang menjadi pendukung agama Buddha sehingga agama Buddha dapat tersebar luas di seluruh dunia. Sumbangan kue tanah ini bisa menjadi karma baik karena dua unsur: (1) ketulusan hati dalam menyumbang dan (2) tujuan sumbangan yang dipersembahkan kepada Buddha Sakyamuni. Walaupun sumbangan itu berbentuk kue tanah, bukan 10 kilogram emas, ketulusan hati Sri Sambhava lah yang menentukan nilai dari sumbangan tersebut. Nanjo Tokimice, penerima surat ini, adalah anggota dari sebuah keluarga yang menganut hati kepercayaan kepada Nammyohorengekyo. Nanjo Tokimice mampu melampaui beberapa


anggota keluarganya sendiri yang berumur pendek; ia sendiri meninggal pada usia 74 tahun. Nanjo Tokimice tetap melindungi dan mendukung agama Niciren Syosyu bahkan setelah Buddha Niciren wafat. Ia juga menyumbangkan tanahnya yang bernama Taiseki (yang berarti batu besar) dengan luas sekian ratus hektar untuk membangun Kuil Taisekiji. Niciren Daisyonin mengatakan bahwa kue tanah yang disumbangkan kepada Buddha Sakyamuni saja memungkinkan seorang untuk menjadi raja, apalagi kalau kita menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarikasutra. Saddharmapundarikasutra memungkinkan semua orang untuk mencapai kesadaran Buddha, maka bila kita menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarikasutra, rezekinya jauh lebih besar daripada rezeki yang diterima oleh Raja Asoka. Akibat imbalannya adalah pencapaian kesadaran Buddha. Menyumbang

kepada pelaksana Saddharmapundarikasutra dan melaksanakan sikap menyumbang tersebut dengan penuh ketulusan akan menyebabkan karunia kebajikan yang tidak terukur. Pelaksana Saddharmapundarikasutra yang utama adalah Buddha Niciren. Meskipun Buddha Niciren sudah meninggal, hukumnya tetap dilestarikan. Oleh karena itu, bagi kita, ukuran sumbangan kepada pelaksana Saddharmapundarikasutra adalah seberapa sungguh-sungguh kita menjalankan ajaran dari Buddha Niciren. Khususnya dalam Gosyo ini, Niciren Daisyonin menekankan bahwa semua umat dapat mencapai kesadaran Buddha. Dulu, sewaktu Buddha Niciren masih hidup, tempat yang diagungkan adalah Gunung Minobu, tapi sekarang Gunung Minobu menjadi tempat pemfitnahan dharma. Dulu, Niciren Daisyonin mengajak Nanjo Tokimice untuk sering berkunjung ke Gunung minobu agar mendapatkan kurnia besar, namun sekarang

tempat tersebut penuh dengan kesesatan. Oleh karena itu, sesungguhnya bila hukumnya sesat, maka manusianya pun sesat dan tanahnya akan menjadi tandus. Sebaliknya bila hukum yang dianut adalah hukum yang agung, maka manusianya agung dan tanahnya menjadi subur. Hukum yang agung bisa kita temukan di rumah kita masingmasing: Gohonzon. Oleh karena itu, hukum agung ini harus dipegang kuat oleh penghuni rumah agar bisa menjadi manusia yang agung. Kemudian, tempat tinggal dari orang-orang di rumah itu akan menjadi tempat tinggal yang subur dan suci. Beberapa kalangan pada generasi milenial mulai bertanya-tanya perihal apakah agama masih diperlukan pada zaman sekarang. Di mana-mana, agama dipermasalahkan sehingga timbul konflik, seperti yang terjadi di Timur Tengah. Tanpa agama, beberapa kalangan sepertinya tidak terlalu menderita, tapi tanpa teknologi, mereka menjadi sengsara. Ini adalah kondisi yang kritis, Samantabadra | Agustus 2020

7


belum lagi dibawakan oleh orang-orang tertentu yang mengaku sebagai pimpinan agama tapi akhirnya membuat orang semakin tidak percaya dengan agama. Menakutnakuti, mengambil keuntungan pribadi dari acara-acara keagamaan, dan sebagainya. Padahal, dalam Gosyo ini dikatakan bahwa sebetulnya, yang terutama adalah untuk mengagungkan Hukum Saddharmapundarikasutra di mana pun hukum ini disemayamkan. Tempat itulah yang menjadi Tanah Buddha. Menyumbang bisa menjadi kurnia kebajikan bila sumbangan diberi dengan tulus dan barang yang diberikan bagus, serta ditujukan kepada pelaksana Saddharmapundarikasutra. Selanjutnya, walaupun sekarang Buddha Niciren sudah tiada, susunan NSI menjadi komunitas yang menjaga pelaksana Saddharmapundarikasutra. Maka itu, kalau kita menyumbang kepada susunan Niciren Syosyu untuk menyebarluaskan ajaran Niciren Daisyonin dengan tulus, maka kurnia kebajikan akan 8

Samantabadra | Agustus 2020

kita terima, sehingga kita bisa mencapai kesadaran Buddha. Dai Gohonzon dan Gohonzon yang ada di rumah kita sama kekuatannya. Maka itu, kita pun harus mengagungkan Gohonzon yang ada di rumah kita. Tidak boleh ada tipu-tipu dalam agama. Kalau begitu, kita dapat melaksanakan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh di rumah kita masingmasing. Memberi sumbangan kepada Gohonzon dan pelaksana Saddharmapundarikasutra harus dilaksanakan pada setiap saat. Sikap seperti ini akan membawa kembali keagungan daripada agama, terutama agama Niciren Syosyu. Apabila manusianya tidak berubah dan tidak mengagungkan ajaran Nammyohorengekyo, maka kondisi masyarakat akan semakin keruh. Tujuan kita adalah Kosenrufu, yakni kebahagiaan seluruh umat manusia. Maka itu, seharusnya kita menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarikasutra dengan sikap yang

tulus dan sungguh hati. Kemudian, jangan kita salah memaknai; kita sepatutnya menyumbang kepada hukumnya, artinya menyumbang kepada gerakan-gerakan untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Gerakan pembagian masker ke kelurahankelurahan di daerah adalah inisiatif dari NSI kepada warga sekitar. Saya juga menanyakan kebutuhan anak sekolah yang berada di salah satu desa di Ciapus. Ada 50 murid yang membutuhkan jaringan internet, dan saya pun ikut memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhan ini. Umat Buddha harus bijaksana, tidak membuat sebab untuk mencari untung melainkan untuk tujuan yang maitri karuna. Untuk menjaga NSI dan penyebarluasan Nammyohorengekyo, kita memerlukan perjuangan yang sungguh-sungguh. ***


CERAMAH GOSYO_

Rangkuman Ceramah Darma Duta Ibu Irawati Lukman Surat perihal hukum yang gaib dan manusia yang agung Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Virtual Mahawihara Saddharma NSI 28 Juni 2020

Nammyohorengekyo, Sejak bulan Juni, Kensyu Gosyo Umum NSI untuk sementara diselenggarakan secara daring (online) agar umat tetap bisa mendengarkan Gosyo semasa pandemi. Penerima dari Gosyo yang kita pelajari bulan ini adalah Nanjo Tokimice, salah satu murid Buddha Niciren yang paling dipercaya. Dikatakan bahwa Nanjo Tokimice sudah menjalankan hati kepercayaan semenjak usia dini (7 tahun) sampai ia meninggal pada usia 74 tahun. Mengetahui ini, apakah kita, sebagai umat NSI, juga dapat mempertahankan hati kepercayaan seperti

Nanjo Tokimice meskipun ada beberapa faktor eksternal (pasangan, pekerjaan, dan kesibukan sehari-hari) yang dapat mengalihkan perhatian kita?

menunjukkan sifat maitri karuna dari Buddha Niciren yang sudah memikirkan regenerasi untuk kelanjutan dan penyebarluasan darma Nammyohorengekyo.

Nanjo Tokimice adalah seorang samurai yang bekerja untuk pemerintah Kamakura. Kesungguhan hatinya membuktikan bahwa meskipun umat bekerja, jika memegang hati kepercayaan yang kuat, pasti dapat menjalankan Syinjin di samping kesibukan lainnya.

Kepercayaan Nanjo Tokimice tercermin dalam tindakannya; ia berkunjung dan menyumbang berbagai barang kebutuhan ketika Niciren Daisyonin berdiam di Gunung Minobu. Pada penganiayaan Atsuhara, peristiwa yang merupakan jodoh bagi Niciren Daisyonin untuk mewujudkan Dai Gohonzon, Nanjo Tokimice menjaga Niciren Daisyonin, Nikko Syonin serta penganut-penganut lain. Rintangan serupa pun pernah kita alami ketika terjadi perpecahan

Niciren Daisyonin banyak memberi bimbingan pada Nanjo Tokimice, beliau sangat mengharapkan bahwa muridnya tersebut dapat meneruskan ajaran-ajarannya. Ini

Samantabadra | Agustus 2020

9


NSI, yang menjaga semua umat adalah kita semua yang selama ini berada di susunan. Sesudah Niciren Daisyonin wafat, Gunung Minobu menjadi tempat pemfitnahan darma. Sehingga, Nikko Syonin meninggalkan tempat itu dan diterima di rumah Nanjo Tokimice. Meskipun di NSI kita tidak pernah mengalami adanya tempat pemfitnahan darma, kita pernah mengalami pemindahan tempat. Sewaktu kita sulit mengadakan Kensyu dan acaraacara di Megamendung, kita berjuang bersama. Ketulusan hati juga tampak saat bapak ibu di NSI menyumbang tempat pertemuan demi melestarikan darma. Bahkan, ada suatu waktu di mana seorang tuan rumah tidak lagi mengizinkan pertemuan untuk dilangsungkan di tempatnya. Saat itu, tempat pertemuan menjadi kebutuhan supaya umat dapat tetap mendengarkan ceramah gosyo. Seorang ibu yang sudah lanjut usia secara sukarela mempersilakan umat mengadakan pertemuan di tempatnya. Saya merasa bahwa 10

Samantabadra | Agustus 2020

bapak ibu yang telah menyumbang tempatnya untuk pertemuan saat itu mengalami kesejahteraan yang meningkat seiring berjalannya waktu.

moneter. Kita sebaiknya menyadari bahwa sumbangan perlu didasarkan pada kesungguhan hati. Akibatnya, dengan kesungguhan hati untuk Kembali kepada memberi sumbangan, Gosyo, Nanjo Tokimice Tokusyo Doji dilahirkan melanjutkan ajaran kembali menjadi Raja Niciren Daisyonin Asoka, raja yang di Taisekiji, tempat menguasai sebagian disemayamkannya Dai besar negeri India. Gohonzon. Apabila kita sungguhSetelah lanjut usia, sungguh menyumbang Nanjo Tokimice memasuki untuk Buddha, kita tidak pertapaan kebiksuan. Ia perlu mengkhawatirkan patut kita kagumi karena imbalan atau kurnia sewaktu ia menghormati kebajikan yang menjadi istrinya yang sudah akibat dari perbuatan meninggal, rumah kita. pribadinya disumbangkan Orang yang untuk dijadikan menyumbang Kuil Myoren. Sikap kepada pelaksana kepercayaan seperti ini Saddharmapundarikamerupakan sikap Fuji sutra pada masa Syaku Syinmyo (tidak menyayangkan jiwa raga) akhir darma, sebagai imbalannya, pasti akan terhadap ajaran Niciren dilahirkan di tanah Daisyonin. Buddha dan dapat Dalam isi Gosyo, mencapai kesadaran Niciren Daisyonin Buddha. Berarti, mengambil kesadaran Buddha perumpamaan dari cerita adalah nilai yang paling Tokusyo Doji. Tokusyo tinggi, tidak ada yang Doji menyumbang kue dapat menyainginya. tanah kepada Buddha Bukan uang, materi, Sakyamuni yang pada maupun kedudukan, waktu itu membabarkan melainkan kesadaran darma di India. Intinya, Buddha-lah yang sumbangan tidak merupakan tujuan yang diukur dari besar kecil paling utama. nilai materil mapupun


Selanjutnya, Niciren Daisyonin juga menjelaskan bahwa beliau adalah Buddha asal-muasal (Kuon Ganjo) yang bertempat tinggal di tempat yang suci. Sebuah tempat bisa menjadi suci bilamana terdapat seorang pelaksana Saddharmapundarikasutra yang tinggal di sana. Maka, tanah tersebut melebihi tanah Buddha yang ada di Ryozenjodo. Bilamana seseorang mengunjungi tanah tersebut, dikatakan bahwa “semua dosa-dosanya akan terhapuskan, termasuk karma masa lampau.� Namun, kalimat ini hendaknya tidak dimaknai secara harfiah. Terakhir, Niciren Daisyonin memberi semangat kepada Nanjo Tokimice untuk segera datang menemui beliau. Dikatakan bahwa Niciren Daisyonin menulis Gosyo ini karena mendengar dari muridnya yang lain bahwa Nanjo Tokimice mengalami penyakit berat. Pada tahun sebelumnya pun, Nanjo Tokimice jatuh sakit dan menderita. Sejak ia jatuh sakit sampai Gosyo ini ditulis, penyakitnya

sering kambuh. Karena mendengar bahwa satu orang muridnya menderita, Niciren Daisyonin dengan penuh kekhawatiran menulis Gosyo ini untuk memberi semangat kepada Nanjo Tokimice. Buddha Niciren mengetahui bahwa ayah dan adik Nanjo Tokimice meninggal pada usia muda. Kali ini, mendengar bahwa Nanjo Tokimice, satu-satunya putra yang tersisa di keluarga Hyo E Syiciro, telah jatuh sakit, Niciren Daisyonin pun khawatir. Namun, karena kekuatan hati kepercayaan Nanjo Tokimice, ia pun dapat memperpanjang umurnya sendiri. Karena ketulusan hatinya, ia bisa memunculkan kekuatan Dunia Buddha yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Tidak ada tiga racun (keserakahan, kemarahan, dan kebodohan) yang menarik penyakit dan memperpendek usia. Jadi, cara kita mengatur perasaan jiwa kita adalah penentu dari panjangpendeknya usia kita. Niciren Daisyonin mengatakan bahwa dirinya hampir tidak dapat menemukan kata-

kata yang tepat untuk menyatakan betapa besar penghargaannya terhadap ketulusan hati Nanjo Tokimice dalam mengirimkan sepucuk surat dan berbagai barang sumbangan. Walaupun dirinya sendiri sedang sakit, Nanjo Tokimice masih memikirkan Buddha Niciren Daisyonin, agar Hukum Nammyohorengekyo dapat tersebar luas. Pada umumnya, apabila kita ingin menyumbang atau menjalankan hati kepercayaan, kita pasti ingin menyelesaikan kesulitan yang kita hadapi terlebih dahulu. Perjuangan pribadi kita menjadi prioritas, sebelum kita memikirkan kebahagiaan orang lain. Walaupun pandemi Covid-19 membayangbayangi kita, tapi semangat dari umat NSI tetap mencerminkan maitri karuna. Gerakan kita untuk bekerja bakti dalam bentuk donor darah, membuat masker kain, dan menahan diri untuk beraktivitas agar mencegah risiko penularan, semuanya merupakan wujud dari Samantabadra | Agustus 2020

11


pemikiran yang maitri karuna. Kita dapat mencontoh semangat Nanjo Tokimice; walaupun ia mengalami penderitaan saat itu, ia tetap meneruskan tugas penyebarluasan darma sebagai boddhisatwa yang muncul dari bumi. Cerita tentang Sri Sambhava yang menyumbang kepada Buddha Sakyamuni dan Nanjo Tokimice yang menyumbang kepada Buddha Niciren pantas diteladani. Namun, pada masa itu, Buddha masih hidup. Walaupun begitu, kita masih dapat menerapkan sikap serupa pada zaman sekarang. Karena maitri karuna dari Buddha Niciren, Dai Gohonzon dapat diwujudkan sebagai jodoh kepada umat manusia untuk mencapai kesadaran Buddha.

ajaran Niciren Syosyu melalui perilaku, tutur kata, dan sikap kita.

masih mengambil inisiatif untuk melangsungkan tindakan pencegahan.

Untuk sekarang, menaati protokol kesehatan adalah perilaku yang harus kita biasakan: mencuci tangan, memakai masker, menjaga kebersihan. Mengingatkan orang lain untuk berperilaku sesuai protokol kesehatan juga merupakan suatu upaya penyebarluasan darma, supaya orang-orang ingat untuk berdamai dengan virus Covid-19. Mengubah kebiasaan lama memang sulit, namun bila kita saling mengingatkan satu sama lain, kita memikirkan kebahagiaan semua orang dengan menjaga sesama dalam memasuki era kenormalan baru.

Dalam kutipan Gosyo, Niciren Daisyonin mulai menjelaskan dirinya sebagai Buddha Pokok, dan menjelaskan mengenai 8 rupa perwujudan Buddha. Buddha Sakyamuni dan Buddha Niciren Daisyonin lahir di dunia dengan tujuan untuk menyelamatkan umat manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka menjelmakan diri mereka dalam 8 perwujudan.

Buddha Sakyamuni keluar dari istana untuk menjalankan pertapaan dengan mengalami berbagai rintangan sampai akhirnya mencapai kesadaran Buddha di bawah Lalu, cara untuk Pohon Bodhi. Buddha mempertahankan Syinjin Niciren Daisyonin sejak dalam masa pandemi pertama kali menyebut ini adalah dengan Nammyohorengekyo menjalankan daimoku sudah mulai Cara untuk bersama dari rumah menyebarluaskan darma menyumbang kepada masing-masing. Dengan ketimbang melaksanakan Buddha adalah dengan pertapaan. Beliau pun menyebarluaskan darma, adanya upaya kolektif untuk memancarkan mengalami berbagai mempertahankan getaran Buddha, kita tantangan dan rintangan Gohonzon, dan dapat memengaruhi alam ketika menyebarluaskan menjaga susunan NSI. semesta agar selaras darma. Setelah peristiwa Penyebarluasan darma tidak terbatas pada syaku pula. Surat peredaran dari Tatsunokuci, Buddha menteri bertulis bahwa Niciren akhirnya buku, tapi kita dapat menyadari bahwa menunjukkan keunggulan rumah ibadah sudah boleh dibuka, tetapi kita beliau adalah Buddha 12

Samantabadra | Agustus 2020


Pokok, pelaksana Saddharmapundarikasutra yang dari awal sudah menjadi Buddha yang disebut Buddha Sambhogakaya.

Seharusnya, kita sebagai murid Buddha Niciren pun menghayati makna ini dan menyadari bahwa dengan hukum agung Nammyohorengekyo, kita dapat menjadi manusia yang agung dan membuat tanah yang kita pijak menjadi aman dan tentram.

Selanjutnya, Niciren Daisyonin mengingatkan kita bahwa kita sepatutnya menyebarluaskan ajaran Niciren Syosyu ke mana pun. Dikatakan Maka itu, Buddha bahwa para Buddha Niciren mengatakan mencapai kesadaran bahwa walau dirinya agung di sebuah tinggal di gubuk yang tempat “singgasana terpencil di pegunungan, kesadaran�, di mana tapi hukum yang semua dosa-dosa umat dibabarkan Buddha Dalam masa pandemi akan “terhapuskan�. Sakyamuni sudah ada di ini, meskipun kita Sesungguhnya, tempat dalam jiwanya. Hukum mungkin mudah merasa tersebut adalah rumah tersebut dipertahankan jenuh di rumah, kita kita, di mana Gohonzon karena diperuntukkan dapat menimbulkan disemayamkan. Jika untuk masa akhir kesadaran. Kalau pada kita melaksanakan darma, sehingga bukan dasarnya kita sudah merupakan waktu menimbulkan kesadaran, Gongyo Daimoku secara berkesinambungan setiap dan tugas Buddha pasti kita dapat pagi dan sore, pasti kita Sakyamuni untuk menerima keadaan, dapat menimbulkan menyebarluaskannya. merasa bersyukur, dan mementingkan kesehatan kesadaran. Maka itu, Buddha Bonno, Go, Ku: Niciren Daisyonin adalah keluarga, diri sendiri, dan orang lain. Kemudian, dari hawa nafsu kita Buddha Pokok. Beliau, wajar bila penghasilan membuat karma dan seorang Buddha Pokok menjadi lebih sedikit akhirnya menderita. Tapi, yang tinggal di Gunung karena pandemi ini; dengan hati kepercayaan, Minobu, adalah manusia namun dengan adanya timbul kesadaran untuk yang agung sebab hukum Nammyohorengekyo, melakukan perbuatan yang dipegangnya sikap mengeluh baik (Bonno Soku Bodai). adalah hukum yang digantikan dengan sikap Dengan mewujudkan gaib. Karena hukum pantang menyerah. sikap maitri karuna, Nammyohorengekyo Gohonzon adalah penderitaan akhirnya gaib, maka manusianya menjadi kesadaran untuk pun agung dan tanahnya jodoh agar kita dapat melepaskan diri dari merombak sifat jiwa. menjadi luhur. Pesan ini 3 racun (keserakahan, adalah inti yang ingin Terakhir, dikatakan kemarahan, kebodohan). disampaikan oleh Buddha bahwa seorang Dengan menata perasaan Niciren Daisyonin kepada pengembara yang jiwa, segalanya bisa kita kita. menderita di India pandang sebagai hikmah ingin menghilangkan baik. kemurkaannya ke Danau Samantabadra | Agustus 2020

13


Anavatapta. Danau ini tak akan dapat menghilangkan angkara murkanya. Begitu pula halnya jika ia datang ke Gunung Minobu dan menghampiri Niciren Daisyonin - bila jiwanya masih penuh dengan kemarahan maka berkunjung ke Tanah Buddha pun tidak akan menghapusnya. Air di danau dan air yang ada di Gunung Minobu tidak memiliki perbedaan. Tetapi, perasaan jiwa dari petapa ini berbeda. Jadi, sesungguhnya tidak ada tanah yang kotor dan tanah yang bersih. Yang ada hanyalah hati yang kotor dan hati

14

Samantabadra | Agustus 2020

yang bersih. Di mana pun kita berada, kalau dasarnya adalah tenaga yang suci dan bersih, amarah dapat diubah menjadi Dunia Buddha. Dengan demikian, Gridhrakuta di India setara dengan Gunung Minobu di Jepang. Yang menyamakan keduanya adalah Saddharmapundarikasutra Nammyohorengekyo yang dibabarkan dengan dasar maitri karuna. Hal ini juga berarti bahwa Gohonzon yang ditempatkan di tempat yang berbeda pun tidak memiliki perbedaan dalam kekuatannya,

penentunya hanyalah hati kepercayaan kita dan ketulusan pelaksanaan kita. Hal ini juga relevan dalam masa pandemi ini, kita diajak untuk menghadapi New Normal dengan perasaan jiwa yang penuh kesadaran. Cara kita menyikapinya adalah penentu akan akibat yang diterima. Apabila kita meremehkan keadaan, maka kita akan menerima malapetaka; sebaliknya jika kita sungguh-sungguh menjalankan hati kepercayaan, kita pasti selamat. ***


LIPUTAN_

KETUA UMUM NSI DALAM KUNJUNGAN KERJA MENTERI DALAM NEGERI DALAM RANGKA PENGARAHAN DAN DISKUSI PENANGANAN COVID-19 DI KABUPATEN BOGOR

Menteri Dalam Negeri RI.

S

elasa, tanggal 19 Mei 2020, Ketua Umum NSI-Mpu Suhadi Sendjaja mewakili unsur agama Buddha diundang untuk menghadiri kegiatan dalam kunjungan kerja Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Prof. H. M. Tito Karnavian, Ph.D., dalam rangka pengarahan dan diskusi penanganan covid-19 di Kabupaten Bogor. Mendagri melakukan kunjungan kerja tersebut juga sekaligus untuk memantau langsung pelaksanaan Pembatasan

KU NSI bersama Bupati Bogor.

Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilaksanakan langsung di Kabupaten dan Kota Bogor. Acara ini digelar di Gedung Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor. Diskusi penanganan Covid-19 ini dibahas khusus untuk penanganan di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Kegiatan diskusi tersebut dihadiri dari berbagai unsur pejabat yang membidangi. Selain Ketua Umum NSI, hadir juga unsur kepala daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor bersama

masing-masing jajarannya, Polres Bogor, Koduim 0621 Kba. Bogor, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bogor, Kejaksaan Negeri Bogor, Kasat Pol PP, Kepala DPKPP, Kabag Adpem Setda, Kabag Kesra Setda, Kepala Kantor Kesbangpol, Ketua FKUB Kab. Bogor dan tokoh lintas agama. Diskusi ini digelar di ruangan dengan tempat duduk yang sudah siapkan sedemikian rupa dengan menerapkan phisycal distancing baik untuk pengisi acara maupun peserta yang hadir. Ketua Umum NSI yang hadir dalam kesempatan itu juga sempat bertatap muka dan diskusi mengenai penekanan dan pencegahan penularan Covid-19 di wilayah Bogor dengan Bupati Bogor, Ibu Ade Yasin. Seperti yang sudah disampaikan MPU Suhadi Sendjaja bahwa patut kita syukuri bahwa umat Buddha, khususnya Umat Buddha NSI sampai saat ini belum ada yang terpapar covid-19 ini. Kondisi tersebut merupakan akibat atas sikap dan aksi kita dalam situasi Pandemi Covid-19 yang senantiasa mematuhi

Samantabadra | Agustus 2020

15


dan melaksanakan ajaran Buddha Niciren sebagai dasar sekaligus bisa melaksanakan protokol kesehatan,pola hidup bersih dan sehat, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah sehingga sampai saat ini umat tidak berjodoh dengan terjangkitnya Covid-19. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa NSI selalu berupaya untuk terus melakukan kegiatan sosial dalam situasi pandei seperti ini, seperti secara aktif bergotong royong membuat masker berbahan dasar kain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan masyarakat luas, serta turut menyumbangkan cairan Desinfektan dan baju Alat Pelindung Diri (APD). NSI juga melakukan gerakan Kebodhisatvaan/ Kebuddhaan melalui kegiatan bakti donor darah.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang hadir dalam diskusi tersebut disambut baik oleh Bupati Bogor Ade Yasin dan Wali Kota Bogor Bima Arya. Mendagri mengatakan bahwa Bogor memang jadi perhatian karena berdekatan episentrum virus corona yakni Jakarta. Mendagri juga mengaku sudah melakukan kegiatan yang serupa di beberapa daerah seperti ke DKI Jakarta, Banten, Depok, Bekasi dan yang lainnya. Mendagri tak menutup diri untuk melakukan diskusi dan sharing antara kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Hal ini dilakukan, guna menyamakan persepsi dalam penanganan Covid-19 yang memerlukan kerja sama semua

pihak. Bupati Bogor Ade Yasin yang hadir dalam pertemuan tersebut mengaku bersyukur dapat bertemu langsung dengan Mendagri, terlebih dalam kesempatan yang sama pihaknya dapat berdiskusi langsung dengan Menteri yang bertugas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan di daerah itu. Sementara itu, Walikota Bogor Bima Arya mengakui, pelaksanaan PSBB di Kota Bogor mampu menekan angka persebaran dan penularan Covid-19. Meski demikian, pihaknya terus bersiaga untuk melakukan penekanan dan pencegahan penularan Covid-19. *** Referensi:Â https://bogor.tribunnews. com/2020/05/19/ini-alasanmendagri-tito-karnavian-beriarahan-penanganan-covid-19-dibogor.

KETUA UMUM NSI MENJADI RELAWAN INDONESIA BERSATU LAWAN COVID-19

P

ada tanggal 22 April 2020, Ketua Umum NSI, MPU suhadi Sendjaja menjadi perwakilan dari unsur tokoh agama Buddha menghadiri acara Siaga Pencanangan Gerakan 16

Samantabadra | Agustus 2020

Nasional Indonesia Bersatu Lawan Covid-19 sekaligus menjadi salah satu Relawan Indonesia Bersatu Lawan COVID-19. Ribuan relawan yang bernaung dalam Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19 mengikuti deklarasi

melalui live streaming dari berbagai wilayah di Indonesia. Deklarasi digelar di kawasan Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, dengan Protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Acara ini dibuka dengan


pemberian secara simbolis alat pelindung diri (APD) dari Ketua Umum Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19, Sandiaga Salahuddin Uno dalam sambutannya mengatakan untuk mengajak semua komponen bangsa untuk bersatu padu dan tidak boleh terpecah belah melawan Covid-19. Ia mengingatkan, dampak Covid-19 memang bukan hanya menyerang kesehatan warga, melainkan juga menyerang perekonomian bangsa. Untuk itu, ia tak ingin keberadaan virus Corona dapat menggugurkan semangat dan solidaritas sesama warga negara Indonesia. Penanganan wabah covid-19 yang ada di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama. Menurutnya, semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia harus menjadi kunci keberhasilan penanganan wabah pandemi ini. Sandiaga menegaskan wabah covid-19 tidak hanya membuat krisis kesehatan di dunia, tetapi juga bisa menyebabkan krisis sosial dan ekonomi. Namun, dia yakin dengan bahumembahu dan gotong royong melibatkan seluruh elemen, Indonesia akan mampu terbebas dari covid-19.

Setelah menggelar deklarasi, Sandiaga kemudian membuka kegiatan rapid test massal untuk masyarakat luas. Kegaiatan ini sendiri sengaja digelar di Wisma Atlet Kemayoran untuk mempercepat penanganan warga yang positif. Dalam pelaksanaan deklarasi dan rapid test massal, protokol kesehatan untuk mencegah corona tetap diutamakan. Peserta maupun relawan diawasi ketat untuk bisa menjaga jarak. Setiap orang yang masuk ke kawasan itu juga wajib mencuci tangan, diberikan masker, dan disemprot cairan disinfektan. Khusus petugas medis yang melakukan rapid test, semuanya memakai pakaian alat pelindung diri (APD) yang steril. Pada kesempatan tersebut, Kepala BIN menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh relawan yang telah mendeklarasikan diri menjadi Relawan Indonesia untuk Bersatu melawan Covid-19 dengan melibatkan perwakilan dari berbagai provinsi di Indonesia sebagai wujud kepedulian dan peran serta komponen Bangsa dalam mencegah pandemi Covid-19. Sehubungan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, NSI memiliki Moto, yakni : “Tingkatkan

Semangat, Kita Bersatu Taklukan Virus Corona”. Dalam situasi Pandemi Covid-19 seperti ini, umat NSI mempraktikkan ajaran Buddha Dharma dalam melaksanakan pertapaan kebodhisatvaan/ kebuddhaan dengan memberi kebahagiaan dan mencabut penderitaan orang lain, serta selalu menjaga sekejap-sekejap perasaan jiwa yang senantiasa gembira, mementingkan kepentingan orang lain, tidak panik. Hal tersebut terejawantah dalam sikap dan aksi umat NSI dalam situasi Pandemi Covid-19, yaitu senantiasa mematuhi protokol kesehatan, melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah sehingga sampai saat ini umat tidak berjodoh dengan terjangkitnya Covid-19. Selama berada di rumah, sejak tanggal 29 Maret 2020 umat NSI seluruh Indonesia senantiasa melaksanakan doa/daimoku serentak yang dilaksanakan setiap jam 14.00 s.d 16.00 WIB, bukan hanya sekadar melaksanakan doa/daimoku dan menyelamatkan diri sendiri saja, tetapi NSI sudah bergerak secara aktif bergotong royong membuat masker dengan bahan dasar kain secara simultan dan berkelangsungan untuk memenuhi kebutuhan keluarga umat Samantabadra | Agustus 2020

17


KU NSI bersama Sandiaga Uno.

NSI sendiri dan juga membantu memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Hingga saat ini sudah terkumpul kurang lebih 20.000 masker kain dan 15.000 lebih masker sudah didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan di Jabodetabek, hingga Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur. Aksi yang dilakukan oleh NSI ini menjadi salah satu kontribusi kepada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Selain itu, NSI turut serta melaksanakan Donor darah di tengah pandemi seperti ini sebagai wujud nyata Bodhisattva yang Muncul Dari Bumi, serta NSI juga memberdayakan umat NSI dan kaum perempuan NSI untuk berperan serta aktif melakukan pencegahan 18

Samantabadra | Agustus 2020

penyebarluasan penularan virus corona dengan secara aktif bergotong royong membuat masker, NSI juga turut menyumbangkan cairan Densinfektan dan baju APD bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat yang membutuhkan. NSI juga telah melakukan kegiatan sterilisasi ini dengan melakukan penyemprotan ke seluruh sudut wihara, serta turut membantu menyemprotkan cairan disinfektan di area fasilitas umum seperti di lingkungan sekitar Vihara yaitu Kantor Kelurahan, Mushola/ Masjid, Posyandu, sekolah maupun rumah warga disekitar Vihara. Kegiatan yang dilaksanakan NSI telah turut serta ikut melindungi masyarakat dari pandemi Covid-19 yang merupakan contoh nyata implementasi Bela Negara secara nyata.

Selain Kepala BIN dan Ketua Umum NSI yang hadir menjadi perwakilan dari unsur tokoh agama Buddha dakam kegiatan tersebut juga oleh sejumlah perwakilan relawan yakni Sedulur Jokowi Bambang Spautra, Seknas Jokowi Dono Prasetyo, KSBSI Mudofir, Relawan Solmed Silfer Matutina, Selebriti dan Kopi Panas Foundation Pricia Wulan Nasution, Kepala Media DKN Dinda Cempaka Syahnas, Ketum Rumah Sandiuno, Sandimania, Ketua Yayasan emak-emak Pulo Kambing Novita, BEM Jakarta Novan, BEM Nusantara Dimas, Ketua Forum Tahlil Indonesia Gus Fayat, Ketua Satgas PBNU Abdul Wahid, dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam. Referensi: http://www.bin.go.id/ nasional/detil/556/1/22/04/2020/ deklarasi-relawan-indonesiabersatu-lawan-covid-19


LIPUTAN_

TINGKATKAN SEMANGAT, KITA BERSATU TAKLUKAN COVID-19

S

ejak munculnya wabah Coronavirus Disease (Covid-19), Dewan Pimpinan Pusat Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), menghimbau kepada seluruh jajaran pimpinan dan umat NSI di seluruh Indonesia untuk melakukan tindakan kewaspadaan dini, kesiapsiagaan serta tindakan antisipasi pencegahan dan penanganan covid-19. Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja selalu menyampaikan penjelasan, bimbingan, imbauan dan penyuluhan kepada umat dari perspektif agama Buddha Niciren yang bersifat menenangkan terkait situasi menghadapi persebaran Virus Corona. Ketua Umum NSI menyampaikan bahwa kita harus menyadari bahwa pandemi yang terjadi saat ini merupakan salah satu dari 3 bencana (peperangan, penyakit menular dan kelaparan) yang telah disampaikan oleh Buddha Niciren dalam ajarannya bahwa bahwa bilamana jiwa manusia menjadi kacau, akan terjadi 3 ben-

Seremoni penyaluran donasi masker dan disinfektan oleh Ketua Umum NSI kepada Lurah Pasar Manggis disaksikan oleh aparat kelurahan dan Ketua Wilayah NSI DKI Jakarta.

cana (peperangan, penyakit menular dan kelaparan) dan 7 musibah (kematian orang karena wabah penyakit, serangan dari negara asing, kelainan peredaran binatang, gerhana matahari dan bulan, hujan angin besar yang tidak pada waktunya, kemarau panjang yang mengakibatkan kebakaran). Sumber dari wabah penyakit menular ini adalah tiga akar keburukan yang terdapat dalam hati manusia masa mutakhir Dharma saat ini, yaitu keserakahan, kemarahan, dan kebodo-

han yang mengakibatkan perilaku manusia menjadi kacau. Doa adalah obat pulih yang paling mujarab untuk mengatasi jiwa manusia yang kacau. Satusatunya doa yang paling mujarab adalah dengan Daimoku menyebut Nammyohorengekyo. Dengan memperkuat Daimoku/ Mantera/ Meditasi, maka dapat mengatasi mengatasi wabah/musibah yang tengah terjadi yang sesungguhnya berasal dari perasaan jiwa manusia yang kacau karena tiga kesesaSamantabadra | Agustus 2020

19


tan/kegelapan batin yakni keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Dalam situasi Pandemi Covid-19 seperti ini, umat NSI mempraktikkan ajaran Buddha Dharma dalam melaksanakan pertapaan kebodhisatvaan/kebuddhaan dengan memberi kebahagiaan dan mencabut penderitaan orang lain, serta selalu menjaga sekejap-sekejap perasaan jiwa yang senantiasa gembira, mementingkan kepentingan orang lain, tidak panik. Hal tersebut terejawantah dalam sikap dan aksi umat NSI dalam situasi Pandemi Covid-19, yaitu senantiasa mematuhi protokol kesehatan, melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah sehingga sampai saat ini umat tidak berjodoh dengan terjangkitnya Covid-19. Selama berada di rumah, sejak tanggal 29 Maret 2020 umat NSI seluruh Indonesia senantiasa melaksanakan doa/daimoku serentak yang dilaksanakan setiap pukul 14.00 sampai 16.00 WIB, bukan hanya sekadar melaksanakan doa/daimoku dan menyelamatkan diri sendiri saja, tetapi NSI sudah bergerak secara aktif bergotong royong membuat masker dengan bahan dasar kain secara simultan dan berkelangsu-ngan untuk memenuhi kebutuhan keluarga umat NSI sendiri dan juga membantu memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Hingga saat ini sudah terkumpul kurang lebih 20.000 masker kain dan 15.000 lebih masker sudah didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan di Jabodetabek, hingga Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur. Aksi yang dilakukan oleh NSI ini bisa menjadi salah satu kontribusi kepada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

Distribusi masker dari NSI ke NTT melalui dr. Agus Taolin, SpPd.

Distribusi masker dari NSI ke posko siaga Covid-19 di Kalimantan Timur.

Rutin Melakukan Kebersihan dan Semprotkan Disinfektan Selain upaya pemberdayaan umat NSI dan kaum perempuan NSI untuk berperan serta aktif melakukan pencegahan penyebarluasan penularan virus corona dengan secara aktif bergotong royong membuat masker, NSI juga 20

Samantabadra | Agustus 2020

Distribusi masker dari NSI kepada Lurah Pasar Manggis Jakarta Selatan yang kemudian disalurkan lebih lanjut ke warga dan pihak yang membutuhkan.


Penyaluran donasi umat NSI ke Kelurahan Tanah Sareal, Bogor, Jawa Barat.

Penyaluran donasi umat NSI di daerah Cengkareng, Jakarta Barat.

turut menyumbangkan cairan Densinfektan dan baju APD bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat yang membutuhkan. Untuk mencegah penyebaran virus corona, sejak tanggal 21 Maret 2020 NSI melakukan sterilisasi penyemprotan disinfektan, dilakukan pertama di Kantor Pusat/Balai Pusat NSI dan Vihara Sadapaributa, Jakarta, kemudian pada tanggal 28 Maret 2020, dilakukan di Maha Vihara Saddharma-NSI, Bogor. Selanjutnya diikuti oleh

umat di wihara-wihara NSI lainnya di seluruh Indonesia juga turut melakukan kegiatan kerja bakti kebersihan di seluruh bagian wihara. Kegiatan sterilisasi ini dengan melakukan penyemprotan ke seluruh sudut wihara, lantai, dinding, hingga pintu hingga seluruh bagian wihara. Selain Wihara NSI, NSI juga melakukan pembersihan dengan menggunakan cairan disinfektan di area fasilitas umum seperti di lingkungan sekitar Vihara yaitu Kantor Kelurahan, Mushola/ Masjid, Posyandu, sekolah maupun rumah warga disekitar Vihara. Vihara/Cetya NSI di daerah-daerah lainnya seluruh Indonesia juga secara rutin melakukan kerja bakti kebersihan dan menyiapkan cairan pembersih tangan seperti sabun atau yang berbasis alkohol (hand sanitizer) untuk digunakan oleh siapa pun yang akan masuk ke dalam cetiya/wihara NSI.

Bimbangan agama Buddha secara virtual ketika masa PSBB.

melaksanakan bimbingan agama Buddha secara online agar hidup tenang di tengah kondisi seperti ini. Kita sebagai umat Buddha harus memaknai pandemi covid-19 ini sebagai hikmah baik, menjadi jodoh untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan dunia yang serba online, serba teknologi, kita menjadi terlatih untuk hidup efisien dan hemat energi. Sejak tanggal 29 Maret 2020, NSI melaksanakan bimbingan agama Buddha secara online ke seluruh Indonesia setiap hari Minggu pukul 14.00-16.00 WIB, sebagai dasar untuk memunculkan kekuatan, ketenangan, kesucian, Bimbingan agama Buddha ketidakterikatan di tengah secara online agar hidup kondisi saat ini. Bimbingan tenang di tengah kondisi dari Ketua Umum NSI diCovid-19 laksanakan dalam bentuk Mimbar Agama Buddha Sejak akhir bulan Maret dan diskusi mengenai mak2020, Kegiatan keagamaan na pandemi covid-19 dalam di seluruh Wihara dan CetiPerspektif Buddhis Niciren ya NSI yang berskala besar Syosyu, Makna Doa, hingga pelaksanaannya ditangguhjuga berkaitan dengan kan terlebih dahulu guna New Normal dan Rovolusi mendukung pemerintah unIndustri 4.0. Dalam setiap tuk tidak berkerumun agar penyiaran mimbar agama dapat memutus mata rantai Buddha secara online tersepenularan virus corona. NSI but, NSI selalu menyamSamantabadra | Agustus 2020

21


paikan kepada umat untuk senantiasa memperkuat kepercayaan dari pelaksanaan dan menerapkan protokol kesehatan dengan lebih disiplin sebagai langkah menuju suatu kondisi normal yang baru (new normal). NSI juga telah melakukan pemberdayaan ekonomi bagi umat NSI dalam mendorong umat untuk memasarkan produk usaha buatannya melalui penjualan secara online yang sangat relevan sekaligus efisien menjadi peluang usaha saat situasi seperti ini, yang mana hal tersebut

mendukung rencana kebijakan pemerintah Indonesia mengenai new normal/ masyarakat produktif dan aman covid. Kiranya ke depannya seluruh jajaran pimpinan maupun umat NSI bisa lebih siap untuk hidup dalam tatanan baru yakni perubahan perilaku umat dan pimpinan menjadi lebih disiplin, menjaga kebersihan, dan menaati peraturan protokol kesehatan, sehingga umat menjadi lebih produktif sekaligus tetap aman dari Covid-19. Sikap umat NSI dalam melak-

Vihara Sadaparibhuta NSI didampingi oleh Lurah Pasar Manggis dan aparat kelurahan.

sanakan pertapaan kebodhisatvaan/kebuddhaan harus dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan sampai kita dapat menaklukan Covid-19. Pandemi ini harus membuat kita menjadi lebih maju, jangan malah membuat kita hancur berantakan. Jadikanlah Covid-19 ini sebagai jodoh baik untuk semakin memperkuat diri kita, sehingga umat NSI menjadi semakin baik dan dapat turut memajukan Indonesia menjadi negara dan bangsa yang besar dan membahagiakan seluruh makhluk hidup.

Pengurus NSI turut berkontribusi menyemprotkan disinfektan di lingkungan sekitar Wihara Sadaparibhuta dan kantor kelurahan.

Kebersihan dan penyemprotan disinfektan di Wihara Vimalakirti NSI Lampung

Gerakan kebersihan dan penyemprotan disinfektan di Mahawihara Saddharma NSI.

22

Samantabadra | Agustus 2020

Gerakan kebersihan dan penyemprotan disinfektan di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang.


Bakti Donor Darah Umat NSI sebagai wujud nyata Bodhisattva yang Muncul Dari Bumi Pandemi virus corona yang melanda hampir seluruh negara di dunia tentu menimbulkan banyak kekhawatiran. Kekhawatiran ini membuat banyak orang berpikir dua kali ketika akan melakukan aktivitas di luar rumah, termasuk kegiatan donor darah. Akibatnya, stok darah di sejumlah daerah pun mulai menipis. Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) kembali menyelenggrakan bakti donor darah ditengah situasi pandemi

covid-19. Saat krisis seperti ini lah waktunya para Bodhisattva yang Muncul Dari Bumi (umat dan pimpinan NSI) mewujudnyatakan tugas kejiwaannya dalam kehidupan nyata. Gerakan kebodhisatvaan/kebuddhaan seperti inilah upaya kita untuk menyingkirkan tiga akar keburukan dalam menjaga alam semesta sehingga akibatnya alam semesta akan menjaga kita, virus pun menjadi jinak dan

dapat ditaklukan. Pada intinya, menaklukan Covid-19 adalah menaklukan kesesatan (keserakahan, kemarahan, dan Kebodohan) diri sendiri. Ketua Umum PMI memastikan bahwa donor darah saat pandemi virus corona tetap aman dilakukan. Karena UDD PMI juga secara rutin melalakukan penyemprotan disinfektan di lingkungannya serta melakukan pengecekan ter-

Jakarta

Lampung

Bangka

Bogor (donor dilakukan di bus donor darah PMI) di depan Wihara Vimalakirti NSI Bogor

Palembang

Bekasi

Surabaya

Samantabadra | Agustus 2020

23


Selain karena agenda hadap siapa pun yang manamun daerah-daerah lain suk ke dalam ruang UDD. rutin, donor darah kali ini seperti pada tangga 29 Madiselenggarakan dalam Tahapan sebelum donor ret 2020 di Vihara Vimaladarah Ketika akan melakurangka menaggapi ungkirti NSI, Bogor, 12 April gahan video Instagram @ kan donor darah, PMI juga 2020 di Vihara Vimalapalangmerah_indonesia melakukan screening suhu kirti NSI, Lampung, 16 April tubuh terhadap pendonor yang disampaikan oleh 2020 di Vihara Vimalakirti Bapak kata Jusuf Kalla, dan menerapkan pyshical NSI, 16 April dilaksanakan distancing pada tempat Ketua Umum Palang Merah oleh Umat NSI Bali, 3 mei duduk antar pendonor. Indonesia (PMI), yang meoleh umat NSI Bekasi, 4 mei Sebelum melakukan donor nyatakan menipisnya stok oleh umat NSI Palembang, darah, pendonor diharuskan darah di PMI, karena saat umat NSI Surabaya, dan mengisi inform consent dan ini PMI kekurangan pendoMuncul juga tidak ketingformulir penyelidikan galan untuk turut epidemiologi virus menyumbangkan corona darahnya ke Kantor Koordinator PMI PMI Surabaya. Umat Kota Jakarta, meNSI dari daerah-daenyatakan kegemrah lain seluruh Indobiraan dan terima nesia turut menyusul kasihnya kepada melaksanakan gerNSI atas kegiatan akan kebodhuisatdonor darah yang vaan donor darah difasilitasi. Kita yang secara simultan melakukan donor sesuai kebutuhan. darah bukan sekedar Kiranya umat pendonor, melainBuddha NSI dapat Umat NSI Bogor yang melakukan donor darah dengan mendakan adalah pahlabersama-sama tangi UTD PMI Kota Bogor. wan kemanusiaan. menjadi pelaksana Ketua Umum NSI, Maha nor darah akibat mewadharma yang unggul denPdt. Utama Suhadi Sendbahnya Virus Corona, segan bersama-sama satu jaja mengungkapkan, donor hingga banyak orang yang hati (Syin Gyo Gaku) serta darah adalah program keg- “takut” untuk melakukan berdoa untuk keselamatan iatan rutin NSI yang sudah donor darahnya. Padahal, Bangsa dan Dunia sedimulai sejak tahun 1983, seperti yang disampaikan hingga wabah Virus Corona yang merupakan gerakan Ketua Umum PMI, bahwa cepat mereda dan kehidu“kebodhisattvaan.” “Bo“Mendonorkan darah tidak pan umat manusia menjadi dhi” adalah sadar, “sattva” akan menularkan/tertular lebih baik dan mari samaadalah makhluk, jadi donor Virus Corona”. sama berjuang sepenuh darah adalah gerakan dari Berkenaan dengan itu, hati serta semakin bermanusia-manusia yang umat dan pimpinan NSI satu hati dalam perjalanan sadar. Pada waktu itu, kejuga telah melakukan gerkosenrufu kita untuk kemugiatan ini diprakarsai sebakan kebodhisattvaan dian membangun bangsa agai ungkapan rasa terima ‘Donor Darah’ yang dilakIndonesia tugas sebagai kasih kepada pemerintah sanakan tidak hanya di Bodhisatva yang muncul yang menetapkan hari raya Kantor Pusat NSI saja ynag dari bumi demi menyebarWaisak sebagai hari raya telah dilaksanakan pada luaskan Dharma Agung nasional. tanggal 28 Maret 2020, Nammyohorengekyo. (Vina) 24

Samantabadra | Agustus 2020


LIPUTAN_

PERINGATAN PERTAMA KALINYA BUDDHA POKOK NICIREN DAISYONIN MENGUMANDANGKAN NAMMYOHORENGEKYO

T

epat pada tanggal 28 April 2020, seluruh umat NSI melaksanakan upacara Dokyo Syodai memperingati salah satu dari 4 momen bersejarah dalam agama Buddha Sekte Niciren Syosyu, yakni tanggal dimana pertama kalinya Niciren Daisyonin mengumandangkan mantera agung Nammyohorengekyo ke seluruh alam semesta yang juga merupakan menjadi tonggak sejarah berdirinya Agama Buddha Sekte Niciren Syosyu. Peringatan pada tahun ini, dikarenakan mewabahnya pandemi virus corona yang melanda hampir seluruh negara di dunia tentu menimbulkan banyak kekhawatiran saat melakukan aktivitas di luar rumah, sehingga pelaksanaan upacara peringatan 28 April, diawali dengan serentak seluruh vihara n umat laksanakan gongyo sore bersama. Untuk pelak-

Puja bakti dokyo syodai peringatan penyebutan Nammyohorengekyo untuk pertama kalinya di Wihara Sadaparibhuta NSI dipimpin oleh Ketua Umum NSI dan disiarkan secara langsung melalui kanal youtube NSI untuk bersama-sama diikuti oleh seluruh umat NSI dari kediaman masing-masing.

sanaan di vihara dan cetya dipimpin oleh ketua daerah masing-masing, dan diikuti maksimal 5-6 orang termasuk putra altar dan pemimpin, dengan memperhatikan jaga jarak antar orang yaitu 2 meter. Pada pukul 18.00 wib, dilanjutkan dengan Upacara Dokyo Syodai peringatan hari penyebutan Nammyohorengekyo yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja. Dilanjutkan dengan mendengarkan sambutan dari Ketua Umum NSI serta pemu-

taran film riwayat budha Niciren Daishonin. Dalam sambutannya, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan walaupun kita saat ini dalam suasana yang prihatin, namun tetap bisa menyelenggarakan upacara memperingati/ mengingat kembali, mensyukiri bahwa tgl 28 april 1253 pertama kalinya Niciren Daisyonin mengumandangkan mantra agung Nammyohorengekyo. Peristiwa itu tentu mempunyai makna yabg sangat mendalam bahwa sejak dikumandangkan pertama kali Samantabadra | Agustus 2020

25


oleh Buddha Niciren itu artinya sejak saat itulah menjadi sebuah tekat dari Niciren Daisyonin bahwa Nammyohorengekyo harus tersebar luas ke seluruh alam semesta, ke seluruh dunia untuk kebahagiaan seluruh makhluk hidup. Karena Nammyohorengekyo ini lah satu-satunya hukum atau satu-satunya mantra yang memungkinkan yang bisa membuat manusia memunculkan kesadaran Buddha nya sehingga seluruh makhluk hidup bisa berbahagia. Pada kesempatan ini, Ketua Umum NSI juga mengajak segenap umat Buddha NSI untuk semakin percaya, sungguh hati melaksanakan, dan bergerak untuk membahagiakan umat manusia. MPU Suhadi Sendjaja memberikan bimbingan terkait peringatan ini, bahwa sebagai muridmurid Niciren Daisyonin, umat NSI hendaknya selalu menanamkan keyakinan yang kuat terhadap hukum Nammyohorengekyo dan terus mendalami ajaran Buddha Niciren sehingga dapat memahami Dharma secara tepat dan membawa kebahagiaan dalam kehidupan. Sebagai Boddhisatva 26

Samantabadra | Agustus 2020

yang muncul dari bumi, kita memiliki tugas kejiwaan untuk melestarikan hukum agung Nammyohrengekyo. Dengan memperingati pertama kalinya penyebutan Nammyohorengekyo setiap 28 April, umat NSI diajak untuk semakin semangat dan bergiat dalam upaya menyebarluaskan Dharma. Harapannya kepada seluruh umat NSI untuk bisa memunculkan satu tekad, dan menekatkan kembali setelah 700 tahun lebih Nammyohorengekyo dikumandangkan pertama kali oleh Niciren Daisyonin, sampai hari ini belum bisa nembawa secara tuntas perubahan nasib untuk umat manusia, sehingga saat ini kita masih mengalami pandemi. Dulu waktu Buddha Niciren masih ada pun, ada berbagai wabah penyakit. Waktu jaman Buddha Sakyamuni pun ada wabah penyakit. Seharusnya dengan Nammyohorengekyo ini semua itu mestinya bisa diatasi. Karena sumber wabah penyakit ini adalah keserakahan, kemarahan, dan Kebodohan dari umat manusia itu sendiri. Tentunya dalam situasi

seperti ini juga kita harus melihat dari hikmah yang baik. Adanya virus ini juga membuat kita bisa semakin prihatin dan menghargai Gohonzon, semakin merasakan betapa pentingnya hati kepercayaan. Ketua Umum NSI juga menyampaikan rasa syukurnya karena ditengah situasi Pandemi Covid-19, umat NSI senantiasa mematuhi protokol kesehatan, melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah sehingga sampai saat ini umat tidak berjodoh dengan terjangkitnya Covid-19. Selama berada di rumah, sejak tanggal 29 Maret 2020 umat NSI seluruh Indonesia senantiasa melaksanakan doa/daimoku serentak yang dilaksanakan setiap jam 14.00 s.d 16.00 WIB, bukan hanya sekadar melaksanakan doa/ daimoku dan menyelamatkan diri sendiri saja, tetapi umat NSI juga secara aktif bergotong royong membuat masker berbahan dasar kain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan kebutuhan masyarakat luas. Selain masker, NSI juga turut menyumbang-


(atas ke bawah) Puja bakti dokyo syodai juga dilakukan di wihara-wihara Vimalakirti NSI di daerah secara terbatas dan menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak, di antaranya di Bekasi, Teluk Naga, dan Tangerang.

kan cairan Desinfektan dan baju Alat Pelindung Diri (APD). Umat NSI juga telah melakukan penyemprotan cairan desinfektan di seluruh Vihara dan Cetiya di 18 Provinsi di seluruh Indonesia. Selain itu umat NSI juga telah melakukan bakti sosial Donor Darah, karena banyak orang yang “takut� untuk melakukan donor darah di saat maraknya virus corona saat ini. Saat krisis seperti ini lah waktunya para Bodhisattva yang Muncul Dari Bumi (umat dan pimpinan NSI) mewujudnyatakan tugas kejiwaannya dalam kehidupan nyata. Gerakan kebodhisatvaan/ kebuddhaan seperti inilah upaya kita untuk menyingkirkan tiga akar keburukan dalam menjaga alam semesta sehingga akibatnya alam semesta akan menjaga kita, virus pun menjadi jinak dan dapat ditaklukan. Pada intinya, menaklukan Covid-19 adalah menaklukan kesesatan (keserakahan, kemarahan, dan Kebodohan) diri sendiri. Diakhir sambutannya, Ketua Umum NSI sampaikan kita semua sebagai umat Niciren Syosyu, sebagai murid Buddha Niciren semakin giat menjalankan upaya menyebarluaskan Hukum Agung ini, dan kita harus lebih menghayati dan lebih sungguh-sungguh dalam sikap Shinjin. Kita juga harus lebih bersatu, lebih sungguhsungguh hati lagi untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi oleh bangsa bahkan di seluruh dunia. Ini kesempatan untuk membuktikan bahwa dengan Nammyohorengekyo bisa mengatasi ini semua. (Vina)

Samantabadra | Agustus 2020

27


_LIPUTAN

DONASI COVID-19 DI BANTEN

Pengurus dan umat NSI wilayah Banten yang menjadi relawan menyiapkan paket donasi di wihara Vimalakirti NSI Tangerang (Karawaci).

S

esuai dengan arahan dan petunjuk dari Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Bapak Suhadi Sendjaja kepada para pimpinan dan penanggung jawab wilayah, daerah, cabang dan ranting NSI untuk dapat berkontribusi dalam mendukung pemerintah dan memberikan pelayanan kepada umat yg terdampak parah ekonominya. Di samping itu umat dan pengurus bersama-sama mematuhi PSBB dan pencegahan penyebaran virus Covid-19. DPW NSI Banten melakukan identifikasi terhadap umat anggota NSI yang ekonomi keluarganya 28

Samantabadra | Agustus 2020

terdampak pandemi agar bantuan ini tepat sasaran, lalu menggalang bantuan paket sembako sebanyak 105 paket dan dana tunai sebesar 200 ribu rupiah. Paket sembako terdiri dari beras 10 kg, minyak goreng 2 liter, indomie 20 bungkus, gula pasir 1 kg, telur 16 butir, energen 10 sachet, dan masker 3 buah. Penyerahan paket sembako dan dana tunai pertama kali di adakan pada hari Jumat, tanggal 24 April 2020 pukul 14.00 WIB siang seluruh penanggung jawab ranting di provinsi Banten secara bergantian mengambil paket sembako dan dana tunai di wihara Vimalakirti Karawaci, Tangerang yang kemudian akan diserahkan

kepada umat yang sangat membutuhkan. Ketua Daerah NSI Tangerang, Bapak Djuanda Widjaja dan Ibu Daerah NSI Tangerang, Ibu Mei Hoa ikut hadir di wihara bersama beberapa pimpinan, perwakilan generasi muda dan pengurus organisasi dalam kegiatan serah terima paket sembako dan dana tunai. Selanjutnya penanggungjawab pimpinan ranting atau pengurus menyerahkan kepada umat penerima bantuan. Gerakan ini adalah salah satu bentuk kepedulian dan solidaritas susunan, pengurus, dan umat NSI di mana kita sama-sama perlu bertahan dan menghadapi pandemi dengan saling membantu dan menjaga untuk bertahan hidup. (Yansen)


Distribusi donasi NSI di wilayah Banten.

DONASI COVID-19 DI BEKASI

P

enggalangan donasi untuk membantu sesama di tengah pandemi Covid-19 juga dilakukan DPD dan umat NSI Bekasi. Sebanyak 24 paket diserahkan kepada umat dan warga yang membutuhkan melalui ketua RT domisili Wihara Vimalakirti NSI Bekasi untuk membantu warga sekitar yang terdampak pandemi Covid-19 pada tanggal 25 April 2020. ***

Samantabadra | Agustus 2020

29


_LIPUTAN

WAISAK 2564 BE / 2020

BERTEKAD UNTUK MENCABUT AKAR PENDERITAAN SEKALIGUS MEMBAHAGIAKAN SELURUH MAKHLUK

P

erayaan Waisak tahun ini dengan adanya Pandemi Covid-19 bukanlah penghalang untuk melakukan refleksi diri dalam momen Waisak 2564 BE / 2020. Waisak 2564 BE/2020, yang tahun ini kita peringati dengan tema: “Dengan Kesadaran Dharma Kita Tingkatkan Kepedulian Sosial Demi Keutuhan Bangsa” dan Subtema: “Tekad Kami Hanya Satu, Mencabut Akar Penderitaan Sekaligus Membahagiakan Seluruh Makhluk.” kita maknai momen Waisak ini dengan melihat ke dalam diri masingmasing untuk menyadari sudah sejauh mana kita memahami, menghayati, dan senantiasa mengamalkan Dharma Buddha dalam kehidupan sehari-hari untuk kebahagiaan semua makhluk. Umat Buddha NSI memperingati Waisak dengan melaksanakan Puja Bakti/ Dokyo Syodai (membaca paritra-Saddharmapundarika Sutra Bab II, Bab XVI dan melantunkan mantra agung Nammyohorengekyo) tahun ini secara sederhana yang 30

Samantabadra | Agustus 2020

Umat NSI melaksanakan puja bakti dokyo syodai peringatan hari Waisak bersama keluarga dan dari kediaman masing-masing. Umat diimbau untuk melaksanakan dokyo syodai pada waktu yang bersamaan dengan dokyo syodai Waisak Nasional yang dipimpin oleh Ketua Umum NSI secara virtual.

disiarkan langsung melalui media online. Upacara Puja Bakti Dokyo Syodai Waisak Nasional yang dipimpin langsung oleh Ketua umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja di Vihara Sadaparibhuta NSI / Balai Pusat NSI yang disiarkan langsung secara Nasional melalui Saluran YouTube dari Vihara Sadaparibhuta/ Balai Pusat NSI, Jakarta dan diikuti serentak oleh Vihara dan Cetya NSI se-Indonesia, dipimpin oleh ketua daerah masing-masing yang diikuti maksimal 5 s.d 6 orang termasuk putra altar, dengan mengikuti protokol kesehatan. Umat NSI lainnya dapat mengikuti Puja Bakti/Dokyo Syodai di altar pribadi umat dari rumah masing-masing beserta seluruh Kegiatan Puja Bakti/

Dokyo Syodai secara Nasional diikuti serentak dan terlaksana dengan baik oleh Vihara dan Cetya NSI di 18 provinsi se-Indonesia yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Bengkulu, dan Papua. Dalam sambutannya, Ketua Umum NSI menyampaikan bahwa begitu banyak permasalahan dan tantangan yang kita hadapi bersama sebagai warga negara Indonesia dan warga dunia dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini. Kita harus menyadari bahwa pandemi yang terjadi saat ini merupakan salah


satu dari 3 ankan dan terus bencana (peperditingkatkan angan, penyakit sampai kita menular dan dapat menakkelaparan) yang lukan Covid-19. telah disamPandemi ini paikan oleh harus membuat Buddha Niciren kita menjadi dalam sastraNlebih maju, ya. Sumber dari jangan malah wabah penyamembuat kita kit menular ini hancur beranKetua Umum NSI memimpin dokyo syodai peringatan Waisak dari adalah tiga takan. JadikanWihara Sadaparibhuta NSI. akar keburukan lah Covid-19 ini yang terdapat sebagai jodoh praktik Buddha Dharma dalam hati manusia masa baik untuk semakin memumat NSI dalam melakmutakhir Dharma saat ini, perkuat diri kita, sehingga sanakan pertapaan keboyaitu: keserakahan, kemaumat NSI menjadi semakin rahan, dan kebodohan yang dhisatvaan/kebuddhaan, baik dan dapat turut mememberi kebahagiaan dan mengakibatkan perilaku majukan Indonesia menjadi mencabut penderitaan manusia menjadi kacau, negara dan bangsa yang mengeksploitasi lingkungan orang lain. Hal tersebut besar dan membahagiakan secara berlebihan sehingga terejawantah dalam sikap seluruh makhluk hidup. *** dan aksi umat NSI dalam keseimbangan alam terganggu dan virus bermutasi situasi Pandemi Covid-19, yaitu senantiasa mematuhi menjadi ganas dan ‘lihai’. protokol kesehatan, melakKeganasan dan kelihaian sanakan pola hidup bersih virus saat ini merupakan cermin dari keganasan dan dan sehat, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah kelihaian hati manusia. sehingga sampai saat ini Untuk mengembalikan umat tidak berjodoh dengan keseimbangan alam harus terjangkitnya Covid-19. menyingkirkan tiga akar keburukan manusia terseDiakhir sambutannya, but, dengan memunculkan Maha Pandita Utama Sukesadaran hakiki yang hadi Sendjaja menyampaiada di dalam dirinya. Doa/ kan rasa terima kasihnya Daimoku, menyebut mantra kepada umat NSI atas Peringatan Waisak di Wihara agung Nammyohorengekyo, sikap baiknya untuk berdoa/ Sadaparibhuta NSI diliput oleh dua media televisi nasional, Metro TV adalah jalan langsung yang daimoku, memunculkan dan BeritaSATU. Liputannya dapat dapat memunculkan keskesadaran dalam menaati ditonton kembali pada tautan berikut: adaran hakiki tersebut, obat protokol kesehatan, PSBB, Metro TV paling mujarab untuk men- melaksanakan pertapaan https://www.youtube.com/watch?v=rjgatasi tiga akar keburukan. kebodhisatvaan/kebuddeqIUcbU Kesadaran hakiki tersebut dhaan untuk menaklukan lah yang menjadi dasar dari kesesatan diri sendiri, sikap BeritaSATU https://www.youtube.com/ ini harus dapat dipertahwatch?v=AJ5H_yShhhQ Samantabadra | Agustus 2020

31


Solo Baru

Palembang

Lampung

Sragen

Tangerang

Bogor

32

Samantabadra | Agustus 2020

Teluk Naga


LIPUTAN_

WEBINAR AGAMA DAN TOLERANSI DI MASA PANDEMI

ORGANISASI KEAGAMAAN BERBAGI PENGALAMAN MENGHADAPI COVID-19

J

umat, 29 Mei 2020 puluk 15.30-17.00 WIB, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia menjadi salah satu Narsumber dalam kegiatan Webinar Agama dan Toleransi di Masa Pandemi-Bersama Berbagi Pengalaman Agama-agama Menghadapi Covid-19. Diselenggarakan oleh Universitas Kristen Maranatha, Bandung, kegiatan dilakukan Melalui Media Zoom. Acara ini dimoderatori oleh Pdt. Hariman Andrey dan juga diikuti oleh narasumber lain perwakilan dari agama lain dalam Webinar ini yakni Pdt. Darwin Darmawan (Pendeta GKI), Romo Rusbani Setiawan (Katolik), Kang Wawan Gunawan (Jakatarub). Dalam kesempatan ini MPU Suhadi Sendjaja memaparkan pertama mengenai agama, bahwa semua Agama itu baik. Agama muncul karena ada sebuah kekacauan . Maka itu Agama dalam bahasa sansekerta disebut sebagai A itu tidak, Gama itu Kacau. Jadi agama itu adalah suatu kemunculan ketika suasana kacau. Sehingga sebenarnya agama hadir untuk mewujudkan

perdamaian (menyelesaikan masalah) dan menghilangkan kekacauan. Kemunculan agama sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan zamannya. Sata kemunculan agama Buddha, di India itu banyak masalah kemudia Siddharta muncul dan melihat ada hal-hal yang perlu diselesaikan dan beliayu berusaha mencari jalan keluarga. Begitu juga kemunculan agama lainnya, berkeinginan dasar dan berniat untuk menyelesaikan masalah. Dalam kaitannya dengan toleransi, berangkat dari agama adalah kemunculan yang berdasarkan kesadaran atau niat yang begitu mendalam untuk menyelesaikan masalah, maka itu hubugnan antar agama tidak cukup dengan toleransi. Karena toleransi itu masih ada batas-batasnya, masih menjadi batas ukur apa yang masih diperbolehkan dan apa yang tidak boleh. Maka dari itu, agama tidak cukup hanya toleransi. Karena toleransi masih menyisakan jarak dan kadar toleransi bisa berkurang. Hubungan sesama umat beragama itu harus saling menerima sepenuhnya (acceptance). Kita harus melihat bahwa kita semua adalah saudara. Memang berbeda suku, berbeda adat, berbeda adat istiadat dan agama. Tetapi kita semua bersaudara sebangsa, sebahasa dan setanah air, bangsa Indonesia. Kita harus menerima sepenuhnya keberadaan dari agama lain seperti di dalam satu keluarga besar. Agama ini adalah satu jodoh untuk masing-masing punya keyakinan hubungannya dengan sesuatu yang dia yakini. Agama adalah masalah keyakinan masing-masing dan menerima sepenuhnya sebagai satu saudara. Oleh karena itu, berangkat dari sini kita harus sadar bahwa karena kamu adalah

Samantabadra | Agustus 2020

33


aku. Ada kesadaran dan tindakan yang mewujudkan bahwa ada kamu di dalam diriku dan ada aku di dalam dirimu. Aku ada karena kau ada, kau ada karena aku ada (sebuah sinergi yang harmonis). Maka dari itu masing-masing harus berlomba menciptakan kebaikan sesuai dengan keyakinan yang diajarkan oleh agama kita masing-masing. Kebaikan apa? Apa saja asal ia berguna bagi masyarakat banyak. Karena tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, dan semua mengajarkan kebaikan. Berkaitan dengan itu, mengenai situasi pandemi Covid-19, Ketua Umum NSI menyampaikan yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini adalah sebenarnya dalam agama Buddha ini sudah diceritakan 3.000 tahun yang lalu, bahwa akan ada musibah yang sumbernya adalah tiga akar keburukan yang terdapat dalam hati manusia itu sendiri, yaitu keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Oleh karena itu agama harus berperan dalam aspek ini. Bagamana membuat umat menyadari bahwa ini ada peran serta kita. Kita pertamatama harus mengalahkan diri kita sendiri sebelum mengalahkan Covid-19. Mengalahkan Covid-19 berarti mengalahkan diri kita sendiri. Artinya mengalahkan keserakahan, kemarahan, dan kebodohan diri kita sendiri yang merupakan sumber kesesatan. Kita harus memberikan masukan agar umat menyadari bahwa pandemi Covid-19 ini ada kaitannya dengan diri kita 34

Samantabadra | Agustus 2020

sendiri. Sehingga bisa mengaggapi kehadiran pandemi ini tidak dengan sikap yang panik. Pemerintah telah menyaipkan dana untuk mengatasi situasi dalam pandemi ini. Kita harus membantu pemerintah dan membela negara dalam menaklukan Covid-19 dan mengajak umat apa yang ahrus dipatuhi dalam situasi seperti ini. Maka dari itu, Ketua Umum NSI mengajak umat NSI untuk bisa disiplin mematuhi protokol kesehatan, melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah. Memberitahukan kepada umat, sebagai seorang Buddhis kita harus terus berupaya membahagiakan seluruh manusia dan makhluk hidup. Karena tekat seorang Buddhis adalah mencabut akar penderitaan sekaligus membahagiakan seluruh makhluk. Maka dari itu dalam situasi ini walaupun kita tetap berada dirumah juga tetap memikirkan untuk kebahagiaan orang lain. Selama berada di rumah, umat NSI seluruh Indonesia senantiasa melaksanakan doa/daimoku serentak yang dilaksanakan setiap jam 14.00 s.d 16.00 WIB, bukan hanya sekadar melaksanakan doa/daimoku dan menyelamatkan diri sendiri saja, tetapi umat NSI juga secara aktif bergotong royong membuat masker berbahan dasar kain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan kebutuhan masyarakat luas. NSI juga melakukan gerakan donor darah dan turut menyumbang-

kan cairan Desinfektan dan baju Alat Pelindung Diri (APD). NSI huga telah melaksanakan bimbingan agama Budha secara online agar hidup tenang di tengah kondisi seperti ini serta mengedukasi umat terkait situasi pandemi ini . Perilaku-perilaku seperti inilah yang merupakan kekuatan untuk menghadapi dna mengalahkan Covid-19. Dengan demikian beberapa tahun yang lalu kita sudah bertekat masuk kedalam masa 4.0, dengan adanya pandemi ini sehingga mendidik dan membiasakan diri untuk lebih manguasai teknologi, merdeka belajar, dan mengenai badah di rumah pun menjadi hikmah baik, karena pada hakikatnya beribadah itu tidak tergantung tempatnya, tetapi tergantung kesungguhan hatinya, menyadari bahwa keberadaan agama adalah untuk menyelesaikan masalah, bukan menimbulkan masalah. Sikap-sikap seperti ini adalah wujud kedewasaan umat beragama Indonesia yang menjadi modal dasar untuk bisa bersatu menaklukan Covid-19. Dalam menanggapi pertanyaan mengenai Bagaimana peran agama sehubungan dengan tatanan kenormalan baru / new normal? , Ketua Umum NSI menyampaikan bahwa Agama memberikan landasan kepada kehidupan manusia untuk bisa menjadi manusia yang berkualitas baik. Oleh karena itu dalam kaitan memberikan landasan tidak hanya aspek new normal saja, tetapi dalam


semua aspek kehidupan. Khusu dengan kaitannya dnegan New normal, agama harus bisa berperan agar umat kita betulbetul memahami dalam situasi sata sekarang ini, kita mau tidak mau, suka tidka suka harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Hal tersebut agak sulit karena Covid-19 ini adalah “makhluk halus� yang tidak kelihatan. Maka dari itu protokol kesehatan mengenai memakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan lain sebagainya adalah persyaratan mendasar agar kita bisa hidup berdampingan namun tidak saling mengganggu. Jadikan pandemi covid-19 ini sebagai hikmah baik untuk kita semakin meningkat kualitas kemanusiaan kita. Kaitan dengan agama, agama harus mengajarkan bahwa memakai masker itu bukan hanya agar diri kita sendiri tidak tertular, tetapi agama harus memberikan titik keberangkatan bahwa kita memakai masker dan juga cuci agar kita tidak menularkan kepada orang lain, sekaligus kita juga tidak tertular. Agama harus satu langkah lebih kedepan, karena agama landasan moral yang paling mendasar, maka dari itu harus memberikan landasan yang tertinggi dan terbaik. Disini peran agama itu sehingga dengan demikian kita harus melihat menghadapi Covid- 19 ini juga tidak hanya satu aspek kesehatan saja. Tetapi ada empat hal yang saling terkait yakni kesehatan, ekonomi, sosial dan politik. Sehingga

dengan demikian bagaimana bahwasanya ini dan seluruh umat manusia bisa benarbenar menyadari bahwa kita harus menjalankan ajaran agama dengan baik, sebab sampai saat ini dunia masih terjadi wabah penyakit, yang artinya sampai saat ini manusia belum menjalankan ajaran agama dengan baik. Diakhir penjelasannya, Ketua umum NSI memberikan kesimpulan dengan menggarisbawahi tentang peran dari agama. Oleh karena itu dalam situasi sekarang kita bisa melihat bahwa sikap beragama dari bangsa kita ini nampak menjadi lebih matang dan lebih dewasa. Buktinya selama satu bulan di bulan suci Ramadhan saudara-saudara kita umat Muslim bisa menjalankan dengan baik dan pada perayaan Idul Fitri semakin memahami bahwa pada hakikatnya beribadah itu bisa tidak tergantung tempatnya. Ini adalah sikap kedewasaan dan kematangan yang perlu terus ditingkatkan. Hal ini menandakan kedewasaan sikap beragama umat beragama Indonesia yang menjadi modal dasar untuk bisa bersatu menaklukan Covid-19. Begitu juga umat Buddha yang tahun ini tidak meyelenggarakan di Borobudur, tetapi bisa dilaksanakan dirumah masing-masing, kita juga menyadari bahwa sebetulnya ibadah itu tergantung kesungguhan hatinya, bukan tergantung tempatnya dimana. Ini menjadi sebuah kedewasaan yang melandasi

kita bagaimana kita bisa saat sekarang ini kita seluruh umat beragama bisa memberikan landasan yang baik kepada seluruh umatnya untuik menjalankan apa yang sudah di programkan oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya. Kaitannya dengan ini kita bisa betul-betul mengajak umat melakukan moderasi didalam sikap beragamanya. Sehingga agama betul-betul bisa memberikan landasan yang sangat kuat dan baik untuk kita bisa menjadi manusia yang bergotong royong, bisa beriringan dan bekerjasama dengan program pemerintah, sehingga dengan demikian kita bisa selalu menjadi manusia yang bisa melihat sisi positifnya dan kebaikannya untuk sama-sama cita-cita semua agama bisa tercapai. Sebagai penutup, MPU Suhadi Senjaja menegaskan bahwa Agama tetap menjadi sesuatu kehadiran yang sangat penting dan mendasar, oleh karena itu kita harus semakin meyakini dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh apa yang diajarkan oleh agama kita maisng-masing. (Vina) Tautan video: https://www.youtube.com/ watch?v=pHSs1wL8V0Y&t=4s

Samantabadra | Agustus 2020

35


_LIPUTAN

DOA DAN SOLIDARITAS UNTUK BANGSA DALAM RANGKA HARI LAHIR PANCASILA

S

enin, 01 Juni 2020 jam 20.00-21.30 WIB, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi perwakilan Tokoh Agama Buddha dalam acara ‘Doa dan Solidaritas Untuk Bangsa’ dalam rangka Hari Lahir Pancasila Tahun 2020. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Rumah Milenial Indonesia dan Prima Institute melalui aplikasi Zoom Meeting. Hadir juga tokoh-tokoh agama lainnya : Islam: H. Yusnar Yusuf, MS., Ph.D. (Ketua MUI Pusat Bidang Kerukunan Umat Beragama), Kristen: Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty, S.Th., S.FIL., M.A. (Sekertaris Umum MPH PGI), Katolik: Romo Paulus Christian Siswantoko Pr (Sekretaris Komisi Kerawam KWI), Hindu: Pinandita I Gde Suparta Putra, S.H. (Ketua Pinandita Sanggraha Nusantara DKI Jakarta) dan Konghucu: 36

Samantabadra | Agustus 2020

Ws. Mulyadi Liang, S.Pd., M.Ag. (Ketua MATAKIN Bidang Pemberdayaan dan Pelatihan Rohaniwan). Pada kesempatan tersebut MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan sebagai pimpinan dari majelis agama Buddha/Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia ingin melaksanakan satu prinsip yang diajarkan didalam agama Niciren Syosyu bahwa kita perlu menjalankan satu sikap Obutsu Myogo yang artinya itu bagaimana di antara umat beragama khususnya umat agama Buddha Niciren Syosyu bisa bersinergi secara harmoni dengan pemerintah. Oleh karena itu dalam kesempatan yang Sangat berharga ini, dalam situasi bangsa ini dan bahkan bangsa-bangsa sedunia yang sedang menghadapi kondisi pandemic. Disampaikan oleh Ketua Umum NSI bahwa Bapak presiden kita, Bapak Joko Widodo telah menyampaikan amanat yang sangat berharga. Oleh karena itu dalam kesempatan doa kali ini saya akan berdasarkan kepada apa yang diamanatkan oleh Bapak Presiden. Agar amanat itu betul-betul bisa dilaksanakan khususnya oleh kami sebagai umat Buddha Nichiren Syosyu Indonesia, tentunya juga oleh seluruh bangsa Indonesia. Untuk itu kepada umat NSI yang mengikuti acara ini diharapkan juga kita bisa sama-sama melantunkan mantra untuk mengantar agar apa yang diamanatkan oleh bapak Presiden kita bisa dilaksanakan dengan baik dengan sungguh-sungguh sehingga bisa mencapai Indonesia yang maju. Demi bertambahnya rasa kesadaran Buddha kami sebagai umat Buddha untuk dapat melaksanakan amanat dari Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo pada peringatan hari lahirnya Pancasila tahun ini yang


membimbing kami untuk selalu disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan tenang dalam mengambil langkah kebijakan yang cepat dan tepat selalu bersatu mewujudkan kepedulian sosial untuk saling berbagi, memperkokoh persaudaraan dan kegotongroyongan. Untuk meringankan beban seluruh anak negeri dan menumbuhkan daya juang dalam mengatasi setiap kesulitan dan tantangan yang sedang dihadapi bersama. Kami berprasetya agar nilainilai luhur Pancasila harus kita hadirkan secara nyata dalam kehidupan. Pancasila harus terus menjadi nilai yang hidup dan bekerja dalam kehidupan kita. Nilai yang hidup terus bergelora dalam semangat rakyat Indonesia. Kami juga akan bersama dengan seluruh elemen bangsa di manapun berada. Dari Sabang sampai Merauke dari miangas sampai Pulau Rote untuk terus memperkokoh tali persatuan

dan persaudaraan. Saling membantu, saling menolong, saling bergotong-royong serta selalu optimis bahwa bangsa kita adalah bangsa pemenang dalam menghadapi setiap tantangan yang menghadap. Kekurangan dan kelemahan tidak menghalangi kita untuk terus maju kekurangan dan kelemahan harus sama-sama kita perbaiki. Harus kita jadikan momentum perubahan untuk memicu lompatan kemajuan agar kita menjadi bangsa yang kuat dan mandiri yang berdiri diatas kaki sendiri. Tahun ini atau bahkan tahun depan situasi yang sulit masih akan kita hadapi. Situasi yang memerlukan daya juang kita sebagai bangsa yang memerlukan kerja keras agar kita mampu melewati masa sulit ini. Kita berdoa dan berprasetya agar menjadi pemenang dalam pengendalian virus maupun menjadi pemenang dalam pemulihan ekonomi agar kami optimis dan mampu

menciptakan peluang ditengah kesulitan. Kita harus menjawab dengan inovasi dan karya nyata kita tidak boleh berhenti berkreasi, berinovasi dan berprestasi di tengah pandemi covid 19 ini. Mari kita buktikan ketangguhan kita. Mari kita menangkan masa depan kita. Kita wujudkan cita-cita luhur para pendiri bangsa. Mari kita terus memperkokoh persatuan. Kita peduli dan berbagi untuk sesama. Kita tunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang kuat. Bukan hanya mampu menghadapi tantangan, tetapi bangsa yang memanfaatkan kesulitan sebagai sebuah lompatan kemajuan. Mari kita selalu bersatu, saling peduli dan selalu berbagi untuk kemajuan negeri kita tercinta ini. Agar amanat ini dapat kita laksanakan dengan baik dilantunkan mantra Agung yang penuh kegaiban. Nammyohorengekyo Nammyohorengekyo Nammyohorengekyo ***

DISKUSI TOKOH LINTAS AGAMA DALAM RANGKA HUT KE-85 BUYA AHMAD SYAFI'I MA'ARIF

K

etua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Menjadi Narasumber yang diundang dalam

kapasitasnya sebagai Tokoh Bangsa-Tokoh Agama dalam Diskusi HUT ke-85 Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif, dengan Tema: “Merawat Buya, Merawat Indonesia: Buya Syafii Maarif di Mata

Tokoh Bangsa”. Acara ini diselenggarakan oleh Ma’arif Institute pada Jumat, 05 Juni 2020, jam 19.30 s.d 21.30 melalui Aplikasi Zoom Meeting. Narasumber lain yang juga hadir dalam

Samantabadra | Agustus 2020

37


diskusi ini adalah: 1. Prof. Dr. Azyumardi Azra (Tokoh Islam) 2. Prof. Dr. Musdah Mulia (Tokoh Islam) 3. Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe (Tokoh Protestan). 4. Rm. Haryatmoko (Tokoh Katolik) 5. I Nyoman Udayana (Tokoh Hindu) 6. Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D (Tokoh Konghucu). 7. Engkus Ruswana (Tokoh Penghayat). 8. Pdt. Sylvana Maria Apituley (Wakil Presiden Persekutuan Gereja-Gereja Reformis Dunia/ World Communion of Reformed Churches) Dengan Moderator: Jeirry Sumampow (Pegiat Lintas Agama). Dalam kesempatan ini, Ketua Umum NSI menyampaikan pendapatnya mengenai Buya Ahmad Syafii Ma’arf sebagai Guru Bangsa. Pertama-tama MPU Suhadi Sendjaja mengucapkan selamat ulang tahun kepada Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif yang kini sudah berusia 85 tahun. Disampaikannya dalam pemikiran dan prinsip Buddhis, usia itu adalah harta yang paling agung. Ada 3 harta, pertama usia, kedua adalah kesehatan, dan ketiga itu harta benda. Jadi Buya bisa mencapai usia yang sampai 85 tahun, berarti beliau adalah seorang yang sangat berezeki, yang tentunya hasil daripada perbuatan-perbuatannya yang baik. Semoga dengan semakin bertambah usianya, Buya tetap sehat sehingga bisa tetap berbuat kebaikan untuk seluruh umat manusia.

38

Samantabadra | Agustus 2020

Ketua Umum NSI juga menyampaikan terima terima kasih kepada Institut Maarif yang mengajaknya di dalam kesempatan yang sangat baik ini. Tentunya bisa bersama-sama denga tokoh agama lain dalam kesempatan ini. Disampaikan MPU Suhadi Sendjaja bahwa beliau memang tidak sempat kenal secara langsung dengan Buya dan tidak sempat berjodoh untuk kenal langsung. Tetapi beliau cukup menghayati apa yang menjadi pemikiranpemikiran maupun gagasan daripada Buya. Oleh karena itu pada posisi ini Buya memang patut sebagai guru bangsa. Untuk itu pertama, sikap beliau dalam beragama. Dapat dirasakan bahwa dalam sikap beragamanya, beliau betul betul bukan hanya mengerti dan paham tentang ajaran agama yang diyakininya. Tetapi betul-betul bisa menangkap makna dari pada apa ajaran agama yang diyakininya itu, dalam hal ini adalah agama Islam. Sekaligus beliau bisa mempraktikkan ajaran Islam di dalam kehidupannya secara utuh. Buya menampakan bahwa citacita agama Islam itu seluruhnya dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu Buya menampakkan sikap beragama yang dewasa, artinya dewasa di sini mengartikan sikap dewasa itu adalah sikap beragama yang berlapang dada yang artinya itu betul-betul bisa memahami bahwa agama ini tentu seperti yang dicita-citakan oleh agama Islam itu adalah ingin memberikan rahmat kepada semua umat manusia. Oleh karena itu, ini adalah dampak dari apa yang menjadi perilaku dalam kehidupan sehari-hari dalam sikap hidup hidup beragama yang dewasa. Kemudian begitu juga kaitannya beragama, Buya memaknai bahwa semua agama memiliki bentuk sikap untuk bertakwa. Dalam kaitannya dengan bertakwa, beliau mengatakan bahwa Taqwa bukanlah tujuan. Melainkan itu adalah sebuah perjalanan untuk memasuki atau mencapai cita-cita daripada agama


Islam. Oleh karena itu justru bertakwa itu adalah bisa menerapkan semua ajaran agama Islam secara utuh di dalam kehidupan seharihari. Sehingga dengan demikian bisa dirasakan dengan sikapnya itu Buya menampakan sikap beragama Islam yang inklusif yang betul-betul utuh. Artinya itu ketika beliau itu melaksanakan ajaran Islam di dalam kehidupannya sehari-hari di situlah dia melihat seluruh umat manusia dalam konteks perikemanusiaannya. Bukan dalam apa agamanya, apa status sosialnya dan lain sebagainya secara utuh sebagai manusia. Jadi kemanusiaan di sini lah yang sangat menonjol karena sikap beragamanya yang betul-betul memahami apa makna dari pada taqwa itu sendiri. Sehingga seluruh ajaran agama Islam itu beliau melaksanakan secara utuh di dalam kehidupannya sehari-hari. Agama itu tentu adalah sebuah kehadiran yang universal. Suatu agama itu sudah bukan lagi milik satu kelompok atau bukan lagi milik negara asal di mana agama itu muncul. Seperti agama Buddha yang bukan lagi milik orang India. Agama Buddha Niciren Syosyu bukan lagi milik orang Jepang, tetapi sudah menjadi satu kehadiran yang universal. Hal ini ada pada sikap Buya yang betulbetul menampilkan bahwa agama itu adalah sebuah

keadilan yang universal dan melihat bahwa ini adalah sesuatu hal yang sangat penting karena pemahaman terhadap satu ajaran agama harus dilihat kepada makna apa yang ditulis oleh pembawa ajaran ini secara utuh. Harus pahami itu dan dilaksanakan sehingga dengan demikian tidak ada lagi beban di dalam melaksanakan ajaran itu secara inklusif. Tentunya kaitannya dengan itu bahwa kehadiran agama itu juga harus betul-betul pembawa manfaat kepada tanah air. Buya menunjukkan sebuah sikap cinta tanah air yang luar biasa dan kiranya ini menjadi teladan bentuknya yang bisa diwariskan kepada generasi muda. Karena beliau mengatakan bahwa sebetulnya dalam kaitan dengan cinta tanah air walaupun kondisi tanah air dalam kondisi apapun seperti sekarang sekalipun, cinta tanah air itu adalah sesuatu yang haruslah menjadi sesuatu di mana ada perasaan bahwa saya optimis dan saya akan turut menjaga tanah air ini. Begitu juga bagi anak-anak muda kiranya harus ada pemahaman seperti itu. Di akhir uraiannya, MPU Suhadi Sendjaja Apa yang sudah menyampaikan satu kesimpulan bahwa apa yang ditampilkan oleh Buya, dalam kaitannya dengan sikapnya sebagai guru bangsa tentu ini adalah sebuah cerminan beliau melaksanakan apa yang

diajarkan oleh agama yang diyakininya yaitu agama Islam secara utuh. Sehingga dengan demikian beliau bisa menampilkan perilaku di dalam kehidupan sehariharinya yang penuh dengan kemanusiaan dan toleransi. Bahkan dirasakan bahwa toleransi yang beliau gagas sejak awal itu sekarang menjadi semakin mendalam sehingga bukan hanya lagi toleransi tapi sudah menjadi sebuah sikap untuk bisa saling menerima dalam kaitannya dengan agama. Sehingga dengan demikian agama bukannlah perbedaan hal yang memisahkan kita. Tetapi agama itu justru berbeda menjadi kekuatan dari masing-masing untuk menampilkan perbuatan kemanusiaan ini semakin luhur. Dengan dapat menampilkan sikap keberagaman yang semakin dewasa. Kiranya ini yang beliau wujudkan di dalam melaksanakan Islam yang inklusif. Di akhir pemaparannya, Ketus Umum NSI menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Buya atas semua keteladanannya. Ini ini menjadi sebuah teladan juga yang bisa dilaksanakan oleh kita semua terutama oleh generasi muda. *** Tautan video: https://www.youtube.com/ watch?v=3m7Vw4_EVEo&t=631s

Samantabadra | Agustus 2020

39


_LIPUTAN

KETUA UMUM NSI MENJADI NARASUMBER DALAM WEBINAR PERHIMPUNAN CENDEKIAWAN LINGKUNGAN INDONESIA

S

enin, 8 Juni 2020, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi Narasumber mewakili tokoh Agama Buddha dalam Webinar dengan tema “Pentingnya Peran Agama Dalam Memberikan Daya Dukung Terhadap Kesadaran Pelestarian Lingkungan� yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan Indonesia (Perwaku). Wbniar ini diikuti oleh peserta kurang lebih 100 orang secara daring (dalam jaringan) melalui Google Meet. Dalam kesempatan ini Umum NSI menyampaikan pandangannya dari perspektif agama Buddha Niciren Syosyu mengenai lingkungan di tengah covid-19. Diawal paparannya, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan gambaran tentang data penyebaran virus covid-19 Dikaitkan dgn covid 19 yang saat sekarang sudah menyebar ke 216 negara. Selanjutnya dikaitakan dengan agama, disampaikan bahwa dalam agama Buddha Niciren Syosyu mengenal Hukum tunggal semesta. Segala kejadian dan segala gejala dalam alam semesta bersumber pada satu Hukum

40

Samantabadra | Agustus 2020

Tunggal. Hukum itu disebut MYOHORENGEKYO yang melandasi segala fenomena yang terjadi pada manusia dan alam semesta ini. Manusia harus manunggal dengan hukum tersebut agar terwujud harmoni dan keselamatan, yaitu NamMyohorengekyo. Agama Buddha tidak mengenal istilah hukuman dan yang terhukum, tetapi semua berjalan sesuai dengan sebab dan akibat yang dibuat oleh manusia itu sendiri, karena segala perbuatan baik maupun buruk akan mendapat akibatnya masing-masing. Berlandaskan ada hukum tunggal yang berlaku secara universal di alam semesta ini, hukum itu terwujud dalam segala gejala alam semesta (Makrokosmos) dan dalam diri manusia itu sendiri (Mikrokosmos). Kalau mikrokosmos ini tidak bisa merasakan

hubungan yang langsung dengan makrokosmos disitulah akan terjadi hal-hal yang tidak selaras. oleh karena itu Buddhism dasarnya adalah Namo kepada Makrokosmos. atau Namu itu adalah ingin menyelaraskan atau ingin menjadi manunggal dengan Makrokosmos. Inilah landasan filosofisnya. Dalam setiap umat manusia memiliki 10 tingkatan dunia didalam dirinya yang memunculkan energi. Ketika manusia didasari oleh tiga perasaan jiwa yang buruk (keserakahan, kemarahan, kebodohan) maka akan muncul energi yang bersifat destruktif. Energi yang terbaik adalah energi kesadaran. Tentunya tingkatan dunia yang paling terbaik yaitu dunia Buddha/ mencapai kesadaran Buddha. Hukum Tunggal ini sangat sulit dimengerti dan dipahami, hanya yang mampu memun-


culkan kesadaran Buddha yang akan mengerti, dan Nammyohorengekyo adalah Jalan Langsung untuk memunculkan Kesadaran Buddha tersebut. Sudah 3.000 tahun yang lalu Buddha sudah menjelaskan tentang faham sebab akibat ini. Pandemi Covid-19 ini adalah cermin dari hati manusia masa mutakhir Dharma yang penuh dengan Keserakahan, Kemarahan, Kebodohan, maka muncul 3 Bencana 7 Musibah yang tercatat di dalam Sutra Manusendra dan Sutra Bhaisajyaguru. Dalam ajaran Buddha Niciren dijelaskan bahwa bilamana jiwa manusia menjadi kacau, akan terjadi 3 bencana (peperangan, penyakit menular dan kelaparan) dan 7 musibah (kematian orang karena wabah penyakit, serangan dari negara asing, kelainan peredaran binatang, gerhana matahari dan bulan, hujan angin besar yang tidak pada waktunya, kemarau panjang yang mengakibatkan kebakaran). Kita harus menyadari bahwa pandemi yang terjadi saat ini merupakan salah satu dari 3 bencana yang telah disampaikan oleh Buddha Niciren dalam sastraNya. Sumber dari wabah penyakit menular ini adalah tiga akar keburukan yang terdapat dalam hati manusia masa mutakhir Dharma saat ini, yaitu: keserakahan, kemarahan, dan kebodohan yang mengakibatkan perilaku manusia menjadi kacau, mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan sehingga keseimbangan alam

terganggu dan virus bermutasi menjadi ganas dan ‘lihai’. Keganasan dan kelihaian virus saat ini merupakan cermin dari keganasan dan kelihaian hati manusia. Untuk mengembalikan keseimbangan alam harus menyingkirkan tiga akar keburukan manusia tersebut, dengan memunculkan kesadaran hakiki yang ada di dalam dirinya. Doa/ Daimoku, menyebut mantra agung Nammyohorengekyo, adalah jalan langsung yang dapat memunculkan kesadaran hakiki tersebut, obat paling mujarab untuk mengatasi tiga akar keburukan, sehingga mengatasi mengatasi wabah/ musibah yang tengah terjadi yang sesungguhnya berasal dari perasaan jiwa manusia yang kacau. Berkaitan dengan lingkungan, Agama buddha membimbing manusia bahwa sebetulnya lingkungan dan kita bukan dua (Esyo Funi). Dalam kaitan dengan lingkungan hidup ada satu prinsip bahwa kita adalah Subjek. Lingkungan adalah Obyek, oleh karena itu Subyek dan lingkungan ini sesungguhnya bukan dua, sehingga dengan demikian apa yang menjadi perilaku kita merupakan gerakan-gerakan yang menentukan melestarikan atau merusak. Jika sekarang lingkungan rusak, karena penyebabnya adalah manusia, dan yang bisa memperbaiki lingkungan kita adalah manusia itu sendiri juga. Manusia memiliki 5 unsur dalam dirinya, yaitu: Tanah, Air, Api, Angin, dan Ruang. Ketika 5 unsur ini seimbang ada di tubuh kita,

kita akan sehat. Alam semesta juga memiliki 5 unsur tersebut. Keseimbangan tersebut sangat tergantung perasaan jiwa manusia. Pada kesimpulannya, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan ketika manusia baik dengan selaras dengan hukum tunggal alam semesta (Nammyohorengekyo), maka akan Muncul kesadaran yang utuh (Kesadaran Buddha), untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, karena kita jaga lingkungan, maka lingkungan menjaga kita, lingkungan sehat maka kita pun sehat, karena terjadi keharmonian, maka terjadi keseimbangan unsur antara diri kita dengan unsur di alam semesta. Agama Buddha memiliki cita-cita membahagiakan seluruh makhluk hidup. Harus tercapai Isyo Jobutsu dan Kosenrufu. Semua umat manusia dapat mencapai kesadaran dan alam semesta bisa berjalan harmoni dengan lingkungan. Ketua Umum NSI juga menyampaikan bahwa Ilmuan dan agamawan harus bisa sama-sama membangun alam semesta dan kebahagian umatmanusia. Cita-cita bersama nanti kita harus kembalikan keharmonisan akan keseimbangan alam ini, sehingga virus-virus tersebut akan kembali ke habitatnya dan kita manusia bisa hidup berdampingan dengan hal tersebut tersebut. Kita sebagai manusia harus bisa kendalikan 3 kesesatan jiwa dengan kesadaran, sehingga bisa menjadi energi yang konstruktif untuk membangun bangsa Indonesia. ***

Samantabadra | Agustus 2020

41


_LIPUTAN

SOSIALISASI PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN OLEH KEMENAG RI KEPADA MAJELIS-MAJELIS AGAMA BUDDHA

R

abu, 3 Juni 2020 pukul 14.00 melalui aplikasi Zoom, Ketua Umum Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja mengikuti rapat koordinasi teknis yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha dalam menindaklanjuti surat edaran Menteri Agama nomor 15 tahun 2020 dalam rangka tentang panduan penyelenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah dalam mewujudkan masyarakat produktif dan aman covid di masa pandemi. Rapat koordinasi ini dimoderatori oleh Direktur Pendidikan dan Keagamaan Buddha, Bapak Supriyadi dan dipimpin oleh Dirjen Bimas Buddha, Bapak Caliadi, S.H, M.H. Rapat ini juga diikuti oleh 48 orang yang terdiri dari Ketua umum dari majelis-majelis agama Buddha/ jajarannya dan romo/ramani/bhiku/bhante perwakilan dari tiap-tiap majelis. Penerapan panduan dalam surat edaran ini diharapkan dapat meningkatkan spiritualitas umat beragama dalam menghadapi pandemi Covid-l9 serta dampaknya, sekaligus meminimalisir risiko akibat terjadinya kerumunan dalam satu lokasi. Maka dari itu perlu dilakukan pengaturan kegiatan di rumah ibadah melalui adaptasi ke perubahan kegiatan keagamaan menuju masyarakat produktif dan aman Covid. Maksud dan tujuan surat edaran tersebut di diterbitkan sebagai respon atas kerinduan umat beragama untuk kembali melaksanakan ibadah di rumah ibadah masing-masing dengan tetap menaati protokol kesehatan, terutama dalam rangka pencegahan persebaran Covid-19 dan perlindungan masyarakat dari risiko ancaman dampaknya. Rumah ibadah harus menjadi contoh terbaik pencegahan persebaran Covid- 19. Substansi

42

Samantabadra | Agustus 2020

Surat Edaran ini meliputi panduan pelaksanaan kegiatan keagamaan di rumah ibadah pada masa pandemi, yang lazimnya dilaksanakan secara berjamaah atau kolektif. Pada kesempatan kali ini Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja memberikan masukan dan menyampaikan bahwa berangkat dari seluruh potensi bangsa untuk menaklukan pandemi covid 19. Mensyukuri bahwa sampai hari ini yang kita ketahui belum ada komunitas umat Buddha yang terpapar covid-19. Masingmasing majelis kiranya sudah menyampaikan kepada umatnya bahwa adanya pandemi ini bukan hanya mencangkup aspek kesehatan saja, namun bagi umat Buddha ini juga terkait dengan aspek spiritual sehingga umat tidak berjodoh dengan terjangkitnya Covid-19. Ketua Umum NSI menanggapi mengenai surat edaran dari Menteri Agama yang dikeluarkan tersebut memiliki maksud yang baik, terutama bagi teman dan saudarasaudara kita yang melaksanakan kegiatan keagamaan yang secara rutin dilaksanakan satu minggu sekali. MPU Suhadi Sendjaja juga menyampaikan bahwa sebenarnya


pemerintah tidak pernah menutup rumah ibadah, tetapi menghimbau untuk menghindari kegiatan ibadah secara kolektif/berkerumun. Jika dilihat dari apa yang sudah diatur dalam edaran Menteri Agama tersebut, seperti yang sudah di sampaikan Pak Dirjen Bimas Buddha pada paparannya, bahwa NSI lebih cenderung dan mengusulkan akan mengambil sikap menjalankan dulu kegiatan keagamaan seperti biasa. Sejak bulan Maret 2020 Vihara maupun Cetya NSI juga berjalan seperti biasa. Tetap ada pelaksanaan sembahyang Gongyo pagi dan sore hari tetapi dengan jumlah terbatas masksimal 6 orang dan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, sering cuci tangan, menjaga jarak, dan melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. NSI sudah melakukan siaran mimbar agama Buddha online untuk terus memberikan kedamaian hati, motivasi serta edukasi terkait pencegahan dan penanganan covid-19 kepada umat di seluruh Indonesia. Dalam setiap penyiaran mimbar agama Buddha secara online tersebut, NSI selalu menyampaikan kepada umat untuk senantiasa memperkuat kepercayaan dari pelaksanaan dan menerapkan protokol kesehatan dengan lebih disiplin sebagai langkah menuju suatu kondisi normal yang baru (new normal). Disampaikan juga oleh MPU Suhadi Sendjaja pada rapat tersebut dalam menyikapi adanya edaran Men-

teri Agama dengan rasa syukur, tetapi NSI masih menjalankan dulu kegiatan keagamaan seperti biasa (tidak berkerumun) dan tidak melakukan usaha lebih jauh untuk mengurus surat keterangan bebas covid sampai keadaan berangsur pulih dengan sendirinya. Kaitannya dengan ini, Ketua Umum NSI mengharapkan khususnya dari Ditjen Bimas Buddha bisa memberikan sebuah pembinaan dan bimbingan kepada semua majelismajelis , dan masukan dapat memberikan masukan kepada Satgas penanganan covud-19 bahwa kaitannya dengan kegiatan ibadah, dikhawatirkan sekarang yang sudah berjalan dan jika diharuskan mengurus surat keterangan bebas covuid, maka dilapangan tidak semudah yang dibayangkan sehingga nantinya bisa timbul masalah. MPU Suhadi Sendjaja memberikan masukian kepada Bapak Dirjen Bimas Buddha kiranya dapat memberikan ayoman kepada seluruh komunitas Buddha untuk kita tetap bisa berjalan dengan seperti biasa sampai keadaan pulih dengan sendirinya, tanpa mengesampingkan dalam disiplin mematuhi protokol kesehatan. Dirjen Bimas Buddha, Bapak Caliadi, S.H, MH dalam rapat tersebut menyampaikan dalam menyikapi surat edaran dari Menteri Agama tersebut jika menggunakan rumah ibadah secara kolektif harus harus mengikuti pedoman dalam surat edaran dan mengurus surat keterangan

bebas covid yang di dapat dari satuan gugus tugas yang menangani Covid-19. Namun jika kegiatan tidak bersifat kolektif/ skala besar, bisa dilakukan seperti biasa saja, sampai pandemi ini melandai dan secara bertahap akan memulihkan kegiatan dengan tetap memperhatikan dan mematuhi standar protokol kesehatan. Nantinya hal yang lebih bersifat teknis mengenai panduan penyelenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah dalam mewujudkan masyarakat produktif dan aman covid di masa pandemi yang belum di cantumkan di surat edaran dari Menteri Agama akan lebih spesifik di informasikan oleh Ditjen Bimas Buddha. Dalam forum tersebut disepakati tiap masing-masing majelis agama Buddha harus terus senantiasa mengedepankan edukasi,pencegahan dan Penanganan Covid-19 kepada umatnya agar umat lebih disiplin dalam menjalankan dan menaati protokol kesehatan. Kiranya dengan adanya surat edaran ini jangan dijadikan sebagai eforia berlebihan sehingga dengan serta merta membuka seluruh vihara dan langsung melaksanakan kegiatan besar/berkerumun, tetapi harus dijadikan untuk semakin mengedukasi, mewaspadai, dan menerapkan pelaksaan protokol kesehatan dengan lebih disiplin demi terwujudnya masyarakat produktif dan aman covid. ***

Samantabadra | Agustus 2020

43


_AJARAN

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra

Latar Belakang

G

osyo ini ditulis tahun 1266, ditujukan kepada seorang wanita lanjut usia. Tiada yang mengetahui mengenai wanita ini selain bahwa ia adalah penganut baru dalam Agama Buddha Niciren Daisyonin dan bermukim di Amace, Propinsi Awa. Dengan kata-kata biasa, Gosyo ini menerangkan imbalan karunia pelaksanaan sederhana dalam Agama Buddha yang benar, dengan mengajarkan bahwa Nammyohorengekyo mencakup seluruh potensi Buddha, dan barang siapa menyebutnya dapat membuka seluruh karunia Buddha tersebut dan membangkitkan kembali semangat hidupnya. Akhir tahun 1264, setahun setelah beliau dibebaskan dari pembuangan di Semenanjung Izu, Niciren Daisyonin kembali ke daerah kelahiran-Nya untuk pulang ke rumah. Namun, Tojo Kagenobu, pengurus daerah itu dan penganut Nembuce yang bernafsu masih menyimpan kemarahan atas maklumat Daisyonin mengenai Agama Buddha yang benar sebelas tahun yang lalu dan tetap menunggu kesempatan membalas dendam terhadap beliau. Tujuan pertama Daisyonin adalah mengunjungi ibunda-Nya. Berkumpulnya mereka kembali terlihat membawa pengaruh besar terhadap ibunda-Nya, sehingga beliau sembuh dengan cepat. Daisyonin menguraikan kejadian ini dalam surat kepada istri Toki Jonin tahun 1279: “Ketika Saya, Niciren berdoa untuk Ibu Saya, bukan saja penyakitnya sembuh, bahkan hidupnya telah diperpanjang selama empat tahun�. (Gosyo Zensyu hal. 985). Kudo Yosyitaka dan murid-murid Daisyonin lainnya di daerah itu juga sangat ingin berjumpa dengan beliau dan memohon beliau untuk mengunjungi puri Yosyitaka. Niciren Daisyonin berangkat pada 11 Nopember 1264, bersama utusan yang 44

Samantabadra | Agustus 2020


dikirim untuk mengawal Beliau. Namun ketika rombongan tiba di Komacebara, mereka tiba-tiba diserang oleh Tojo Kagenobu beserta sekelompok penganut Nembuce. Kudo Yosyitaka dan lain-lainnya segera datang menyelamatkan Daisyonin. Pengikut Kagenobu membunuh Yosyitaka dan seorang murid lain, yaitu Kyonin-bo. Daisyonin mendapat goresan pedang di dahi dan tangan kiri-Nya patah. Dengan menanggung resiko pribadi yang besar, Daisyonin tetap tinggal di Awa dari tahun 1264–1267 dan melakukan kegiatan penyebarluasan yang gigih, bekerja di antara rakyat jelata. Usahanya menghasilkan banyak penganut dan awal gerakan keagamaan mulai terbentuk. Di Kazuka sampai bagian utara Propinsi Awa, Beliau telah meraih seluruh suku Sakuma Hyogo. Jakunicibo Nikke yang dikemudian hari membangun Kuil Tanjo di Kominato untuk menandai tempat kelahiran Daisyonin, adalah seorang dari suku tersebut. Tahun 1266, Daisyonin berdiam beberapa saat di Kuil Seico, tempat dan saat ditulisnya Gosyo ini, Beliau juga menulis beberapa uraian mengenai ajaran, mungkin ditujukan untuk kepentingan Bhiksu Gijobo dan Joken-bo, kakak seperguruan-Nya ketika Beliau mempelajari agama Buddha pada masa remaja-Nya. Gosyo ini terdiri dari dua bagian. Pertama, menguraikan imbalan karunia yang diperoleh melalui pengucapan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra, walau seseorang menyebut Daimoku Nammyohorengekyo tanpa mengerti makna dari Saddharmapundarika-sutra, dan menekankan pentingnya keyakinan dalam mencapai kesadaran Buddha. Mengutip contoh tentang Mahakasyapa dan Sariputra, Beliau menyatakan bahwa walau tanpa pengertian, seseorang dapat menghapus segala karma buruk dan menimbun rejeki tak terhingga, selama ia melaksanakan penyebutan Daimoku dengan kepercayaan yang kuat pada agama Buddha yang benar. Kedua, Daisyonin menjelaskan karunia besar yang terkandung dalam lima huruf Myohorengekyo, judul dari Saddharmapundarika-sutra. Beliau menjelaskan ketiga makna dari Myo (Gaib) yaitu: membuka, bulat sempurna, dan hidup kembali. Terakhir, Beliau menyatakan bahwa hanya Saddharmapundarika-sutra yang memungkinkan kaum wanita mencapai kesadaran Buddha, dan menganjurkan penerima surat ini untuk menyebut Nammyohorengekyo, Daimoku dari Hukum Gaib dan menanggalkan keterikatannya pada Nembuce. Pada awal surat ini, Niciren Daisyonin menyebut diri-Nya sebagai seorang “pengikut Mahaguru Dengyo”. Mahaguru Dengyo adalah pendiri sekte Tien-tai di Jepang, aliran ortodoks Agama Buddha. Beliau pergi ke Tiongkok untuk mempelajari ajaran Tien-tai, setelah kembali di Jepang, menolak semua aliran yang berdasarkan pada ajaran sementara Sang Buddha dan mencurahkan dirinya untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra. Kalimat “pengikut Mahaguru Dengyo” berarti Daisyonin adalah pewaris sah ajaran Sang Buddha.

Samantabadra | Agustus 2020

45


Isi Gosyo Nammyohorengekyo, Pertanyaan 1: Apakah mungkin, tanpa memahami arti dari Saddharmapundarika-sutra, tapi hanya dengan menyebut kelima huruf atau ketujuh huruf 1 Nammyohorengekyo sekali sehari, sekali sebulan, sekali setahun, sekali sedekade atau sekali seumur hidup, dapat menghindarkan diri dari membuat kejahatan besar maupun kecil, luput dari terjatuh kedalam Empat Dunia Buruk, sebaliknya akhirnya dapat mencapai tingkat “tidak-akan-mundur”?2 Jawab : Ya, demikian. Pertanyaan 2: Anda dapat saja berbicara tentang api, tapi bila Anda tidak meletakkan tangan Anda ke dalam nyala api. Anda tidak akan terbakar. Anda dapat mengatakan, “air, air!” tapi bila Anda tidak meminumnya, Anda takkan pernah dapat memuaskan dahaga. Dengan demikian, bagaimana mungkin hanya dengan menyebut Daimoku dari Nammyohorengekyo tanpa memahami artinya, Anda dapat terhindar dari karma buruk? Jawab : Dikatakan bahwa jika Anda membunyikan kecapi dengan senar yang terbuat dari urat singa, maka segala jenis senar lain akan putus. Dan jika Anda mendengar kata “acar prem”, mulut Anda akan segera mengeluarkan liur. Dalam hidup seharihari saja dapat terjadi kegaiban serupa itu, maka sesungguhnya betapa lebih besar lagi kegaiban Saddharmapundarikasutra. Dikisahkan bahwa burung beo yang dapat mengucapkan empat Kesunyataan Mulia3 dari ajaran Hinayana dapat terlahir kembali di surga4 dan bahwa manusia yang hanya dengan menghormati Sang Tri Ratna dapat terhindar dari kemungkinan ditelan ikan raksasa.5 Dengan demikian, betapa lebih hebat lagi kekuatan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra yang merupakan inti hakikat dari dela46

Samantabadra | Agustus 2020


pan puluh ribu ajaran suci 6 Sang Buddha, dan juga merupakan mata dari para Buddha yang tak terhingga! Bagaimana dapat Anda ragukan lagi bahwa dengan menyebutnya saja, Anda dapat terhindar dari ke Empat Dunia Buruk? Dalam Saddharmapundarika-sutra, dikatakan bahwa Sang Buddha dengan tulus membuang seluruh ajaran Sementara, dikatakan bahwa seseorang dapat “dengan percaya dapat memasuki kebuddhaan (I syin toku nyu)”7 Dan dalam sutra Nirvana, yang dikhotbahkan Sang Buddha dihutan pohon sal pada saat-saat akhir hidup-Nya, dinyatakan: “… walaupun terdapat pertapaan yang tak terhitung jumlahnya dapat membawa seseorang mencapai kesadaran Buddha, namun hanya satu ajaran: percaya, akan mencakup seluruh pertapaan tersebut.” Maka, percaya adalah hal yang paling diperlukan untuk memasuki jalan kebuddhaan. Dalam kelima puluh dua tingkat pertapaan kebodhisatvaan, sepuluh tingkat pertama yang menyangkut kepercayaan adalah yang menjadi dasar, dan tingkat pertama dari sepuluh tingkat ini adalah membangkitkan kepercayaan yang tulus. Walau seseorang tidak memiliki pengetahuan agama Buddha, bahkan teramat bodoh, tapi bila ia mempunyai kepercayaan yang tulus, maka ia dapat dianggap sebagai orang berpandangan benar. Tapi walau seseorang memiliki pengetahuan agama Buddha, bila ia tidak memiliki kepercayaan, maka ia dapat digolongkan sebagai pemfitnah, “Iccantika” atau orang yang tak dapat diperbaiki lagi ketidakpercayaannya. Bhikku Sunaksyatra8 menjalankan dua ratus lima puluh pantangan9, menguasai empat tingkat meditasi10, dan ahli dalam dua belas jenis sutra11, sedang Devadatta mempelajari 60.000 ajaran non Buddhis dan 80.000 ajaran Buddha dan dapat mewujudkan delapan belas kekuatan gaib12 dengan tubuhnya. Walau demikian, dikatakan bahwa orang-orang ini sekarang berada dalam Neraka Avici yang tiada terputus penderitaannya, karena mereka memiliki pengetahuan tanpa kepercayaan. Sebaliknya, Mahakasyapa dan Sariputra yang kurang berpengetahuan tapi memiliki kepercayaan, menurut ramalan Sang Buddha mereka masing-masing akan menjadi Rasmiprabha Tathagata (Tathagata Cahaya Gemilang) dan Padmaprabha Tathagata (Tathagata Kecermelangan Bunga). Sang Buddha menyatakan: “Seseorang yang menjadi ragu-ragu dan tidak memiliki kepercayaan pasti jatuh ke jalan buruk”13. Perkataan ini ditujukan kepada mereka yang memiliki pengetahuan tanpa kepercayaan. Para cendekiawan masa kini masih bertanya: “Bagaimana mungkin hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo dengan penuh kepercayaan tanpa pengertian, dapat terhindar dari karma buruk?” Bila kita menerima kata-kata Sutra, maka para cendekiawan ini hampir tak dapat luput dari terjatuh ke dalam Neraka Avici yang tiada terputus penderitaannya. Demikianlah dapat kita lihat, walau seseorang kurang memiliki pengetahuan, selama ia menyebut Nammyohorengekyo, ia dapat menghindarkan diri dari jalan buruk. Hal ini seperti bunga teratai yang berpaling ke arah matahari, walaupun bunga teratai tidak bermaksud menuju ke arah itu; atau seperti sejenis pisang raja yang tumbuh sejalan dengan gemuruh guntur, walaupun tumbuhan ini tidak memSamantabadra | Agustus 2020

47


punyai telinga untuk mendengar, sekarang kita bagaikan bunga teratai atau pisang raja itu, dan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra bagaikan matahari atau guntur. Orang mengatakan, bila Anda mengikatkan sebatang cula badak di badan Anda dan masuk ke dalam air, air itu tidak akan menenggelamkan Anda. Mereka juga mengatakan, bila tumbuh sehelai daun pohon tan-than akan menyebabkan perubahan pada pohon eranda14 pada kejauhan jarak 40 yojana15, dalam hal ini, karma buruk kita dapat disamakan dengan pohon eranda atau air, dan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra bagaikan cula badak atau daun pohon tan-than. Intan amat keras, sehingga hampir tidak dapat dipotong oleh apapun kecuali oleh tanduk kambing atau kulit penyu. Dahan pohon -Nyagrodha16 begitu besar, sehingga burung terbesar sekalipun dapat bertengger di atasnya tanpa mematahkannya, meskipun demikian dahan itu dapat rapuh oleh ulat plum17 yang teramat kecil sehingga hampir-hampir dapat membangun sarangnya di atas bulu mata seekor nyamuk. Di sini karma buruk kita dapat disamakan dengan intan atau pohon nyagrodha, dan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra disamakan dengan tanduk kambing atau ulat plum. Batu ambar dapat menarik debu atau batu magnet dapat menarik partikel besi, karma buruk kita serupa dengan debu atau besi, dan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra seperti batu ambar atau batu magnet. Bila kita mempertimbangkan persamaan ini, kita dapat mengerti mengapa kita harus selalu menyebut Nammyohorengekyo. Dalam Saddharmapundarika-sutra jilid pertama dinyatakan: “Amatlah sukar untuk mendengar Hukum ini dalam waktu kalpa yang tak terhitung jumlahnya�18. Dan dalam jilid ke 5 dikatakan: “Mengenai Saddharmapundarika, sepanjang negara yang tak terhitung jumlahnya, seorang pun tidak dapat mendengar namanya�19. Maka, sungguh kesempatan yang jarang sekali dapat mendengar nama Saddharmapundarika-sutra. Walaupun Buddha Susyanta20 dan Tathagata Prabhutaratna muncul di dunia, mereka tidak banyak mengucapkan hal lain seperti nama Saddharmapundarika-sutra. Dan sekalipun Buddha Sakyamuni memunculkan diri-Nya dengan tujuan semata-mata untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra, namun selama 42 tahun, Beliau menyimpan nama sutra ini secara rahasia dan tidak pernah mengacu padanya. Baru ketika Beliau mencapai usia 72 tahun Beliau mulai mendengungkan judul dari sutra Myohorengekyo. Tapi, umat dari negara yang jauh seperti Tiongkok dan Jepang tentunya tidak dapat mendengarnya pada waktu itu. Setelah seribu tahun berlalu barulah Tiongkok dapat mendengar nama Sutra tersebut dan 350 tahun kemudian atau lebih baru dapat terdengar di Jepang. Dengan demikian, berjumpa dengan sutra ini sangatlah langka, bagaikan berseminya bunga udumbara21, yang terjadi sekali dalam tiga ribu tahun, atau kura-kura bermata satu22 yang menemukan sepotong kayu cendana terapung yang hanya terjadi sekali dalam kalpa-kalpa yang tak terhitung.

48

Samantabadra | Agustus 2020


Misalkan seseorang menegakkan sebatang jarum di bumi dengan ujung tajamnya menghadap ke atas dan menjatuhkan biji mostar yang kecil dari istana Dewa Brahma di langit. Seseorang dapat lebih cepat membuat biji mostar itu jatuh tertembus ujung jarum tersebut daripada berjumpa dengan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra. Atau misalkan seseorang menempatkan dengan tegak sebatang jarum di puncak Gunung Semeru di suatu dunia dan kemudian berdiri di puncak Gunung Semeru dari dunia lain di suatu hari yang bertiup angin kencang, mencoba melemparkan seutas benang sampai gunung lainnya dan tepat melalui lubang jarum itu. Orang itu akan lebih cepat dapat memasukkan benang kejarum dengan cara ini daripada bertemu dengan Daimoku dari Saddharmapundarikasutra. Karena itu, ketika Anda menyebut Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra, hendaknya Anda sadar bahwa hal ini adalah lebih menggembirakan daripada seseorang yang terlahir buta mendapat penglihatan dan melihat ayah bundanya atau suatu kejadian yang lebih jarang daripada seseorang yang tertawan oleh musuh yang kuat, kemudian dilepaskan dan berkumpul kembali dengan anak-istrinya. Pertanyaan 3: Kutipan kalimat manakah yang dapat diambil sebagai bukti untuk menunjukkan bahwa seseorang harus menyebut Daimoku saja? Jawab: Jilid ke delapan Myohorengekyo23 menyatakan: “Seseorang yang menerima dan memeluk nama dari Saddharmapundarika-sutra akan menikmati karunia rejeki di luar batas dugaan.” Dalam Syohokkekyo dikatakan: “Jika seseorang mendengar Sutra ini dan mempermaklumkan dan memeluk judulnya, ia akan menikmati karunia di luar batas perkiraan”. Dan dalam “Tembonhokekyo” dikatakan, “Seseorang yang menerima dan memeluk nama dari Saddharmapundarika-sutra akan menikmati nasib baik di luar batas perkiraan”. Kutipan-kutipan kalimat ini menunjukkan nasib baik yang diterima seseorang karena hanya menyebut Daimoku adalah di luar batas perkiraan. Memeluk, membaca, menyalin, merasa senang dan menjaga seluruh delapan jilid dan keduapuluh delapan Bab Saddharmapundarika-sutra dikatakan sebagai pelaksanaan umum. Menerima dan menjaga Bab Upaya Kausalya (Hobenpon) dan Panjangnya Usia Sang Tathagata (Nyorai Juryo-hon) dikatakan sebagai pelaksanaan yang dipersingkat, dan menyebut suatu syair dan keempat suku kata atau Daimoku dan menjaga mereka yang melakukannya, dikatakan sebagai pelaksanaan pokok. Maka, di antara ketiga jenis pelaksanaan ini, yaitu pelaksanaan umum, yang dipersingkat dan pokok, Daimoku digolongkan sebagai pelaksanaan pokok”.

Samantabadra | Agustus 2020

49


Pertanyaan 4: Berapa besarkah karunia yang terkandung dalam kelima huruf Myohorengekyo? Jawab: Samudera luas mengandung seluruh sungai yang mengalir ke dalamnya, bumi besar mengandung seluruh makhluk berperasaan dan tak berperasaan, dan Permata-pengabul-segala-kehendak (Nyoi Hoju)24 dapat mengeluarkan harta pusaka yang tak terhitung dan Dewa Mahabrahma memerintah seluruh Triloka. Kelima huruf Myohorengekyo dapat dibandingkan dengan kesemua hal ini. Segenap makhluk sembilan dunia, sebagaimana halnya yang berada dalam Dunia Buddha, tercakup di dalamnya. Karena segenap makhluk Sepuluh Dunia (subyek, Syoho) tercakup di dalamnya, begitu pula lingkungannya (obyek, Eho). Marilah kita meneliti kenyataan bahwa kelima huruf Myohorengekyo mencakup seluruh ajaran. Huruf tunggal “Kyo” atau “Sutra” adalah raja seluruh Sutra, sebaliknya seluruh sutra lain tercakup di dalamnya. Sang Buddha muncul di dunia dan selama lebih dari lima puluh tahun mengkhotbahkan delapan puluh ribu ajaran suci. Saat itu usia wajar manusia dikatakan rata-rata seratus tahun25. Sang Buddha wafat pada tengah malam tanggal 15 bulan 2 dari tahun dengan tanda putaran “mizunoe-saru” (949 SM)26 Setelah itu, selama 90 hari pada musim panas, atau masa sejak tanggal 8 bulan 4 sampai dengan tanggal 15 bulan 7 di tahun yang sama, seratus orang arahat berkumpul pada konsili pertama dan menulis seluruh sutra. Setelah itu, selama seribu tahun masa Purwaka Dharma (Syoho), seluruh sutra ini tersebar di kelima negeri bagian di India,27 tapi tidak tersebar sampai ke Tiongkok. Baru setelah lima ratus tahun berlalu di masa Madya Dharma (Zoho) atau 1.015 tahun setelah Sang Buddha moksa baru patung-patung Buddha dan Sutrasutra diperkenalkan ke Tiongkok untuk pertama kalinya. Inilah tahun yang ditandai dengan tanda putaran “Hinoto-u” (tahun 67), tahun ke-10 pada masa Yung Ping dalam masa pemerintahan Kaisar Ming, penerus Dinasti Han Muda. Dari masa itu sampai tahun dengan tanda putaran “Kanoe-uma” (730), tahun ke-18 dari masa Kai-yuan dalam masa pemerintahan Kaisar Hsuan-tsung dari Dinasti Tang, sejumlah 176 penerjemah pergi ke Tiongkok, membawa 1.076 sutra, mengerjakan 5.048 jilid peraturan-peraturan dan uraiannya yang terdiri dari 480 gulungan. Seluruh surat suci ini merupakan kelanjutan dari huruf tunggal Kyo atau sutra dari Saddharmapundarika-sutra. Di antara sutra-sutra yang dikhotbahkan Sang Buddha selama periode 40 tahun lebih sebelum Beliau membabarkan Myohorengekyo, salah satu di antaranya berjudul Daihokobuce Kegon Sutra (bagian dari Avatamsaka Sutra). Sutra yang dipertahankan dalam istana Raja Naga28 ini terdapat dalam tiga versi. Versi pertama berisi bab yang jumlahnya sebanyak butir-butir debu dari sepuluh tata surya. Versi kedua berisi 498.800 syair dan versi ketiga berisi 100.000 syair dalam 48 bab. Di 50

Samantabadra | Agustus 2020


luar ketiga versi ini, hanya versi 80 jilid dan 60 jilid29 tersimpan di Tiongkok dan Jepang. Sebagai tambahan terdapat sutra-sutra Hinayana, seperti sutra Agam dan berbagai Sutra Mahayana dari kelompok Vaipulya dan Prajna Paramitha. Di antara yang disebut kemudian, teks Sanskerta dari Sutra Mahavairocana Avarahakha,30 tidak mengatakan apapun tentang syair-syair yang tak terhitung yang digunakan untuk menerangkan “bibit”31 bentuk-bentuk agung dan samayas32 dari berbagai Buddha. Tapi di Tiongkok, wejangan itu terdapat hanya dalam 6 dan atau 7 jilid saja. Sutra Nirvana, yang dikhotbahkan Sang Buddha dalam hutan pohon sal di saat-saat akhir hidup-Nya, tersimpan di Tiongkok dalam suatu versi yang tertulis dalam 40 jilid banyaknya dan versi Sansekerta dari tulisan ini terdapat dalam jilid yang lebih banyak lagi. Seluruh sutra ini adalah pendukung Saddharmapundarikasutra, yaitu inti ajaran Sang Buddha Sakyamuni. Sebagai tambahan, seluruh Sutra yang dibabarkan oleh ketujuh Buddha di masa lampau,33ribuan Buddha, atau para Buddha dari kalpa-kalpa lampau tak terhingga, demikian pula yang dibabarkan oleh para Buddha yang sekarang berdiam dikawasan sepuluh penjuru, semua merupakan pendukung huruf “Kyo” dari Saddharmapundarika-sutra. Maka, dalam bab Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra, Sang Buddha menyapa Bodhisattva Nakshatraraga (Syukuoke), berkata dengan inti, “Saddharmapundarika-sutra bagaikan lautan, yang terutama di antara segala macam bentuk air, seperti sungai dan jeram; bagaikan gunung Semeru, yang terutama di antara segala gunung; atau bagaikan Dewata Candra, yang terutama di antara segala jenis benda-benda angkasa (Bersinar dilangit malam).” Mahaguru Miao-lo berkomentar akan hal ini: ”(Sutra ini) adalah yang terutama diantara segala sutra yang telah dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dan yang akan dikhotbahkan.”34 Dalam huruf tunggal “Kyo” ini terkandung seluruh sutra dari seluruh alam semesta. Ini seperti Permata pengabul segala kehendak (Nyoi Hoju) yang di dalamnya berisi seluruh harta pusaka, atau keluasan alam yang mencakup segala gejala. Dan karena huruf tunggal “Kyo” dari Myohorengekyo adalah ajaran tertinggi yang dibabarkan seumur hidup Sang Buddha, maka keempat huruf lainnya, “Myo-horen-ge” juga melampaui seluruh delapan puluh ribu ajaran lainnya yang diajarkan Sang Buddha. (bersambung)

Samantabadra | Agustus 2020

51


CATATAN KAKI 1. Lima atau tujuh huruf Kelima huruf adalah Myo-ho-ren-ge dan kyo. Dalam tulisan-tulisan Niciren Daisyonin, Myoho-renge-kyo seringkali digunakan bersamaan artinya dengan Nam-myoho-renge-kyo, terdiri dari 7 huruf Kanji. 2. Tingkat Tidak-akan-mundur Kesebelas dari 52 tingkat pelaksanaan Bodhisatva dan yang pertama dari 10 tingkat penetapan (Juju). Seseorang yang mencapai tingkat ini tidak akan mundur, dipastikan akan mencapai kesadaran Buddha. 3. Empat Kesunyataan Mulia (Catur-aryasatyani) Ajaran dasar Agama Buddha yang menguraikan sebab penderitaan dan cara pembebasannya, yaitu: (a). Semua keberadaan adalah penderitaan (Dukkha); (b). Penderitaan disebabkan oleh nafsu mementingkan diri sendiri (Dukkha Gamudaya); (c). Membasmi nafsu mementingkan diri sendiri menghasilkan berhentinya penderitaan dan memungkinkan seseorang mencapai nirwana (Dukkha Niroda); dan (d). Membasmi nafsu hanya dapat dicapai dengan mematuhi ke Delapan Jalan Benar/Utama (Dukkha Magga). 4. Cerita ini muncul dalam Sutra Kengu jilid ke-12 Menurut Sutra ini, ketika Buddha Sakyamuni tinggal di Sharavasti, murid-Nya, Ananda, memelihara dua ekor burung beo di rumah pelindung Sang Buddha, Sudatta, dan mengajarkan mereka menyebut keempat kesunyataan mulia (Chatur-arya-satyani). Suatu malam seekor anjing buas menyerang dan memangsa keduanya. Tetapi dikatakan bahwa mereka dilahirkan kembali di Surga Empat Raja Langit (Catur-maharaja-kayika) karena karunia penyebutan

52

Samantabadra | Agustus 2020

berulang-ulang keempat kesunyataan mulia. 5. Cerita ini muncul dalam Sutra Mahakarunapundarika (Daihi), jilid ke-3 Triratna adalah Buddha, Dharma dan Sangha (Bhiksu). Menurut Sutra, suatu saat ketika seorang pedagang sedang berlayar di lautan luas, seekor ikan raksasa yang disebut “makara� hampir menelan kapalnya. Walaupun penumpang lainnya telah putus asa, ia memusatkan pikirannya pada Sang Triratna dan memohon maitri karuna seluruh Buddha. Melihat hal ini, penumpang lainnya turut bersama-sama dalam doa yang khusuk dengan tangan terkatup, dan ikan raksasa berhenti menyerang mereka. 6. Delapan puluh ribu ajaran suci Seluruh ajaran Buddha Sakyamuni. Ungkapan ini digunakan untuk menyatakan keseluruhan ajaran Agama Buddha dan tidak merupakan angka yang sebenarnya dari jumlah Sutra. 7. Saddharmapundarika-sutra, jilid ke-3 8. Sunakshatra Seorang anak yang menurut beberapa sumber, diangkat anak oleh Buddha Sakyamuni sebelum Beliau meninggalkan keduniawian, Ia memasuki pertapaan Agama Buddha, tetapi karena dipengaruhi oleh kawan-kawan jahat, ia kehilangan penguasaannya atas keempat tingkatan meditasi dan terbelenggu oleh pandangan yang salah bahwa tidak adanya Sang Buddha, tidak ada Dharma, dan tidak ada pencapaian nirwana. Ia dikatakan akhirnya terjatuh hiduphidup ke dalam neraka. 9. Dua ratus lima puluh pantangan Peraturan disiplin Hinayana yang harus ditaati oleh bhiksu-bhiksu yang telah dinobatkan penuh. 10. Empat tingkat meditasi (Chatur-dhyana) Empat tingkat meditasi yang memungkinkan umat dari Kamadhatu melenyap-


kan angan-angan dan dilahirkan kembali jnaparamitha (Daibon Hannya) dan pada Empat Surga Dhyana dari Rupadsumber-sumber lainnya. Beliau dihatu. Meditasi yang pertama membimkatakan mewujudkan suatu aspek yang bing umat kepada surga pertama dan fana di dunia, demi untuk membimbing seterusnya. murid-muridnya ke jalan pelaksanaan Bodhisattva. Setelah berkhotbah selama 11. Dua belas jenis Sutra setengah kalpa dan menyelesaikan tuSatu metode pengelompokan ajaran gasnya. Beliau memasuki nirvana. Buddha Sakyamuni menurut isi dan gaya 21. Udumbara penyampaiannya. Menunjukkan semua Sutra. Suatu tumbuhan khayalan yang dikatakan berbunga sekali setiap 3.000 12. Delapan belas kekuatan gaib tahun, untuk menyambut kedatangan Bermacam-macam tindakan dan seorang raja pemutar roda emas atau penampilan yang diwujudkan para Budseorang Buddha. Seringkali disebut dha dan Bodhisattva, untuk membimbdalam tulisan-tulisan Agama Buddha ing umat kepada kesadaran. Penjelasansebagai kiasan bagi suatu hal luar biasa nya berlainan tergantung Sutranya. yang jarang sekali terjadi. 13. Saddharmapundarika-sutra, bab ke-15. 22. Kura-kura bermata satu 14. Eranda Menunjuk pada cerita yang sekilas Pohon yang tinggi dan mengeluarkan disebut dalam Bab ke-27 Saddharmabau beracun, tumbuh di India. pundarika-sutra, kisah Raja Cahaya 15. Yojana Gemilang (Raja Shubhavyuha). Cerita dibelakang keterangan ini muncul pada Satu ukuran panjang di India Purba, Sutra Zo-Agon. Seekor kura-kura buta, diperkirakan sama dengan jarak yang panjang umurnya adalah kalpa tak teruditempuh angkatan darat kerajaan bila kur, tinggal didasar lautan. Sekali dalam berbaris dalam satu hari penuh. Perki100 tahun ia muncul dipermukaan laut. raan berkisar dari 9,6 – 18 atau 24 km. Hanya terdapat satu kayu mengapung 16. -Nyagrodha dilautan yang mempunyai lubang yang Pohon banyan yang tumbuh didaerah sesuai dengan ukuran kura-kura. Karena tropis dan sub-tropis Asia, umumnya kura-kura itu buta dan kayu itu pun mencapai antara 30 – 40 kaki. Daundiombang-ambingkan oleh angin dan daunnya yang rimbun memberikan ombak, sangat jauh kemungkinan kuranaungan yang teduh dari teriknya sinar kura itu dapat menemukan kayu itu. matahari. 23. Myohorengekyo 17. Ulat plum Salah satu dari ketiga versi Tiongkok Sejenis burung yang amat kecil. Juga diyang masih ada dari Saddharmakatakan bahwa burung ini termasuk katpundarika-sutra, terdiri dari 8 jilid dan egori ulat, disebut juga ulat plum. Pohon 28 bab, diterjemahkan oleh Kumarajiva besar yang tidak dapat dipatahkan oleh pada tahun 406. Dua lainnya adalah burung besar tapi dapat ditumbangkan Syohokke-kyo, terdiri dari 7 jilid dan 27 karena dilubangi oleh ulat kecil ini. bab, diterjemahkan oleh Inanagupta dan 18. Saddharmapundarika-sutra, bab ke-2. Dharmagupta pada tahun 601. Diantara 19. Saddharmapundarika-sutra, bab ke-14. ketiga ini, Myoho-renge-kyo dari Kumarajiva adalah yang paling terkenal. Kare20. Susyanta na itu, di Tiongkok dan Jepang, nama Seorang Buddha yang disebut dalam Saddharmapundarika-sutra biasanya Sutra Panchavimshatisahasrika-pramenunjuk kepada Myohorengekyo. Samantabadra | Agustus 2020

53


24. Permata-pengabul-segala-kehendak Sebuah permata yang dikatakan memiliki kekuatan untuk mengabulkan segala yang dikehendaki seseorang. Melambangkan keagungan dan kebajikan seorang Buddha dan ajaran-ajaran agama Buddha. 25. Menurut Abhidharma-kosya-sastra (Kusya Ron), dalam perputaran kelangsungan kalpa-tahap kedua dari empat tahap perputaran Pembentukan, Kelangsungan, Pelapukan, dan Penghancuran-panjang usia manusia mengulangi satu siklus perubahan, berkurang satu faktor dari satu tahun setiap 100 tahun sampai mencapai umur rata-rata hanya 10 tahun, kemudian naik kembali dengan perhitungan yang sama sampai mencapai umur 80.000 tahun. Kemudian mulai berkurang lagi sampai mencapai umur 10 tahun dan seterusnya. Dikatakan bahwa Buddha Sakyamuni muncul di dalam Kalpa Perputaran Kelangsungan saat ini, pada masa ke-9 dari pengurangan, ketika panjangnya umur manusia rata-rata adalah 100 tahun. 26. Menurut Syusyo no Iki atau Catatan Keajaiban-keajaiban dalam Buku dari Chou Buddha Sakyamuni wafat tanggal 15 Februari, tahun ke-52 pemerintahan Raja Mu (949 S. M.) 27. Lima negeri di India Timur, barat, selatan, utara dan tengah dari India, menunjukkan keseluruhan negara India. 28. Istana Raja Naga Istana dalam dongeng yang terletak didasar laut, penuh pusaka agung dan perhiasan-perhiasan indah. Dikatakan bahwa Bodhisattva Nagarjuna memperoleh Sutra Avamtasaka di istana ini. 29. Versi 80 jilid dan 60 jilid 80 jilid Sutra Avamtasaka, disebut terjemahan baru, diterjemahkan oleh

54

Samantabadra | Agustus 2020

Syiksyananda pada Dinasti Tang, dan 60 jilid Sutra Avamtasaka, disebut terjemahan lama, diterjemahkan oleh Buddhabhadra pada Dinasti Chin Timur. 30. Avarahakha Lima huruf a, va, ra, ha, dan kha menunjukkan berturut-turut lima unsur alam semesta yaitu: tanah, air, api, angin dan ruang. Ajaran Rahasia Sekte Syingon memegang prinsip ini sebagai salah satu kebenaran rahasia yang dibabarkan oleh Buddha Mahavairocana. Satu kata ini digunakan sebagai mantera dan dikatakan untuk menekankan kualitas, kebijaksanaan, penampilan dan pelaksanaan Sang Buddha. 31. Bibit Lambang dalam ilmu ejaan (orthografi) bahasa Sansekerta, digunakan untuk melambangkan berbagai Buddha dan Bodhisattva dalam ajaran rahasia. 32. Samayas Berbagai sifat para Buddha dan Bodhisattva, terutama prasetya mereka untuk membimbing semua umat menuju kesadaran tertinggi. Istilah ini seringkali digunakan dalam ajaran-ajaran rahasia. 33. Tujuh Buddha masa lampau. Buddha Sakyamuni dan enam Buddha yang dikatakan mendahului Beliau Enam Buddha adalah Buddha Vipashyin (Bibasyi), Syikhin (Syiki), Vishvabhu (Bishabu), Krakucchanda (Kuruson), Kanakamuni (Kunagon) dan Kasyapa (Kasyo). Ketiga pertama muncul pada Kalpa Gemilang dimasa lampau, sedangkan keempat lainnya termasuk Buddha Sakyamuni muncul pada Kalpa Kebijaksanaan masa kini. Seribu Buddha dikatakan muncul di Kalpa Gemilang masa lampau. 34. Hokke Mongu Ki, jilid ke-7. ***


Kutipan Gosyo

1

Apakah mungkin, tanpa memahami arti dari Saddharmapundarikasutra, tapi hanya dengan menyebut kelima huruf atau ketujuh huruf Nammyohorengekyo sekali sehari, sekali sebulan, sekali setahun, sekali sedekade atau sekali seumur hidup, dapat menghindarkan diri dari membuat kejahatan besar maupun kecil, luput dari terjatuh kedalam Empat Dunia Buruk, sebaliknya akhirnya dapat mencapai tingkat Tidak-akan-mundur?

GM

Keterangan: Yang sedang kita pelajari sekarang adalah bagian awal Gosyo yang berisi pertanyaan, apakah tanpa memahami arti Saddharmapundarika-sutra dan hanya dengan menyebut Daimoku dapat mengatasi ketidak bahagiaan, bahkan akhirnya dapat mencapai kesadaran Buddha. Dijawab, memang demikian. “Tanpa memahami arti Saddharmapundarika-sutra” pada umumnya berarti tidak mengetahui isi ajaran Saddharmapundarikasutra, namun lebih khusus lagi dapat dikatakan tidak mengerti filsafat Hukum Agama Buddha maupun makna Nammyohorengekyo. Orang-orang seperti ini termasuk golongan yang tidak mempunyai pengertian namun memiliki kepercayaan. Kutipan kalimat, “dapat menghindarkan diri dari membuat kejahatan besar maupun kecil, luput dari terjatuh kedalam Empat Dunia

Buruk”, berarti orang yang memiliki kepercayaan terhadap Nammyohorengekyo tidak akan tertarik oleh sebab jodoh yang telah diperbuatnya, sehingga tidak akan terjatuh kedalam Dunia Neraka, Kelaparan, Kebinatangan dan Kemurkaan. Jadi walau memiliki sebab karma masa lampau yang amat berat, jika menyebut Daimoku dengan sungguh tulus, pasti dapat mengubah nasib dan melangkah menuju hidup bahagia. Kutipan kalimat, “dan sebaliknya pada akhirnya dapat mencapai tingkat tidak akan-mundur” berarti akhirnya pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Disini dikatakan, “menyebut sekali sehari, sekali sebulan atau sekali setahun, sekali sedekade atau sekali seumur hidup”, adalah sebagai syarat pencapaian kesadaran Buddha. Kalau berpikir, “oleh karena dalam seumur hidup cukup hanya menyebut sekali, maka tidak perlu setiap hari menyebutnya”, ini merupakan satu kekeliruan amat besar. Kata “sekali” digunakan untuk menandaskan besarnya karunia yang terkandung dalam satu kata Nammyohorengekyo. Selanjutnya dijelaskan betapa penting menyebut Daimoku dengan hati kepercayaan yang kuat dan mendalam. Kalau seseorang memiliki hati kepercayaan yang kuat dan mendalam, tidak mungkin hanya menyebut Daimoku sekali saja. Hendaknya kita berusaha menyebut Samantabadra | Agustus 2020

55


Daimoku sekuat kemampuan kita secara berkelangsungan. Demikianlah sikap kepercayaan yang sesungguhnya. Dalam penyebutan Daimoku yang penuh ketulusan hati dan semangat yang kuat, walau hanya menyebut satu kali, terdapat kekuatan yang agung. Hendaklah disadari bahwa inilah maksud Niciren Daisyonin yang sesungguhnya.

2

Anda dapat saja berbicara tentang api, tetapi bila Anda tidak dapat meletakkan tangan Anda dalam nyala api. Anda tidak akan terbakar. Anda dapat mengatakan “air, air!� tapi bila Anda tidak meminumnya, Anda tidak akan pernah memuaskan dahaga. Dengan demikian, bagaimana mungkin hanya dengan menyebut Daimoku dari Nammyohorengekyo tanpa memahami artinya, Anda dapat terhindar dari karma buruk?

GM

Keterangan: Pertanyaan selanjutnya menegaskan sekali lagi apakah mungkin hanya dengan menyebut Daimoku tanpa mengerti artinya kita dapat terhindar dari karma buruk. Untuk menjawab pertanyaan tersebut Niciren Daisyonin mengambil berbagai contoh dalam masyarakat dan dalam Agama Buddha untuk menjelaskan fungsi gaib jiwa yang dapat mewujudkan karunia. Bila menganalisa hal ini, tangan terbakar oleh api disebabkan karena kekuatan panas yang dimiliki api dan kulit yang berubah karena terbakar. Sebaliknya, kalau hanya mengucapkan dan memikirkan api tentu tidak akan terjadi apa-apa. Sebaliknya, 56

Samantabadra | Agustus 2020

Nammyohorengekyo adalah Hukum Pokok yang disadari oleh para Buddha dan juga merupakan sesuatu yang dimiliki tiap jiwa manusia sejak asal mula. Penyebutan Daimoku merupakan perbuatan jiwa kita dan akan mengakibatkan perubahan “dapat terhindar dari karma buruk�. Berarti, menyebut Nammyohorengekyo dengan bersuara akan dapat membangkitkan kekuatan Nammyohorengekyo yang terdapat dalam dasar jiwa kita, karena suara itu sendiri merupakan perwujudan jiwa. Dari contoh buah prem dapat kita simpulkan bahwa karena kesan yang mendalam dipikiran kita terhadap rasa buah yang sedemikian masam, maka hanya dengan mendengarnya saja kelenjar air liur akan bekerja. Begitu pula karena jiwa Saddharma semenjak masa lampau yang tak terbatas tersembunyi didasar jiwa kita yang terdalam, maka sekarang walau hanya menyebut Nammyohorengekyo, jiwa Saddharma yang terdapat dalam jiwa kita itu akan dapat disadari dan dibangkitkan.

3

Dengan demikian, betapa lebih hebat lagi kekuatan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra yang merupakan inti hakikat dari 80 ribu ajaran suci Sang Buddha, dan juga merupakan mata dari para Buddha yang tak terhingga! Bagaimana dapat Anda ragukan lagi bahwa dengan menyebutnya saja, Anda dapat terhindar dari ke Empat Dunia Buruk?

Anak Cabang


Keterangan: “Inti hakikat dari 80 ribu ajaran suci Sang Buddha”, kalau dipandang berdasarkan sudut pandang Hukum, inti hakikat berarti inti sari filsafat seluruh Hukum Agama Buddha. “Mata para Buddha yang tak terhingga”, berdasarkan sudut pandangan Manusia, berarti inti hakikat dari prajna dan kesadaran seluruh Buddha. Jadi baik berdasarkan sudut pandangan Manusia maupun Hukum, inti hakikat dari seluruh ajaran suci Sang Buddha adalah Daimoku dari Saddharmapundarikasutra, yaitu Nammyohorengekyo. Dalam kalimat Gosyo dijelaskan bahwa menyebut Empat Kesunyataan Mulia dari ajaran Hinayana maupun percaya kepada Triratna saja mendapat karunia, apalagi bila menyebut Nammyohorengekyo yang mengandung arti memasrahkan jiwa raga kepada Saddharma, pasti sebab jodoh karma masa lampau yang betapa berat pun akan dapat dihancurkan. Dan karena berhubungan dengan sebab akibat Saddharma, maka akan terhindar dari Empat Dunia Buruk. Hal ini tepat seperti contoh yang diambil Niciren Daisyonin mengenai senar yang terbuat dari urat singa. “Jika Anda membunyikan kecapi dengan senar yang terbuat dari urat singa, maka segala jenis senar lain akan putus”. Sebagai manusia kita telah membuat berbagai karma buruk dimasa lampau, karena itu jiwa kita dapat dikatakan terlibat dengan sebab akibat yang menyebabkan jatuh kedalam Empat Dunia Buruk. Namun sekarang dengan percaya dan menyebut Nammyohorengekyo, kita telah membuat sebab pasti pencapaian kesadaran Buddha. Senar sebab akibat

pencapaian kebuddhaan ini amat kuat bagaikan senar urat singa, maka dapat memutuskan sebab akibat lainnya.

4

Maka, kepercayaan adalah yang paling diperlukan untuk memasuki jalan kebuddhaan. Keterangan: Untuk membangkitkan kekuatan agung Saddharma dari dasar jiwa kita, kepercayaan merupakan unsur mutlak. Walau Niciren Daisyonin mengajarkan, dalam Daimoku terdapat kekuatan sedemikian hebat, namun bila kita ragu-ragu, itu sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, yang terpenting adalah percaya dan melaksanakan ajaran Niciren Daisyonin secara tepat. Bila hanya mengerti, tapi tidak dilaksanakan, maka itu juga tidak mempunyai arti bagi diri sendiri. Percaya berarti menerima seluruh ajaran Buddha dengan segenap jiwa raga dan melaksanakannya secara tepat. Kutipan kalimat yang berbunyi, “Walau seseorang tidak memiliki pengetahuan Agama Buddha dan bahkan teramat bodoh, tapi bila ia mempunyai kepercayaan yang tulus, maka ia dapat dianggap sebagai orang yang berpandangan benar. Tapi walaupun seseorang memiliki pengetahuan Agama Buddha, bila ia tidak memiliki kepercayaan, maka ia dapat digolongkan sebagai pemfitnah, Iccantika atau orang yang tak dapat diperbaiki lagi ketidakpercayaannya”, mengajarkan kita betapa pentingnya kepercayaan Samantabadra | Agustus 2020

57


yang menerima ajaran Sang Buddha dengan segenap jiwa raga. Harap camkan kalimat ini dalam jiwa sebagai nasihat yang keras.

5

Samudera luas mengandung seluruh sungai yang mengalir kedalamnya, bumi besar mengandung seluruh makhluk berperasaan dan tak berperasaan, dan Permata-pengabul-segalakehendak (Nyoi Hoju)24 dapat mengeluarkan harta pusaka yang tak terhitung dan Dewa Mahabrahma memerintah seluruh Triloka. Kelima huruf Myohorengekyo dapat dibandingkan dengan kesemua hal ini. Segenap makhluk sembilan dunia, sebagaimana halnya yang berada dalam Dunia Buddha, tercakup di dalamnya.

Anak Cabang

Keterangan: Saddharma merupakan prinsip dasar pokok segala sesuatu, karena itu dalam kutipan kalimat diatas dikatakan mencakupi segala karunia. Hukum agama Buddha tidak menjelaskan segala sesuatu secara terperinci, tetapi menjelaskan sumber pokok dari segala yang ada, sehingga mencakup segala sesuatu. Saddharma merupakan Hukum dasar pokok yang terdapat dalam berbagai ilmu pengetahuan dan peradaban. Ilmu pengetahuan dan peradaban ini ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Saddharma mencakupi seluruh karunia ilmu pengetahuan dan peradaban. Baik ajaran sementara maupun seluruh pengetahuan tidaklah lebih 58

Samantabadra | Agustus 2020

dari sekedar teori kebenaran yang bersifat sebagian saja, Saddharmalah yang memberi nilai dan arah menuju kebahagiaan. Dalam kutipan diatas Niciren menjelaskan bahwa Saddharma yang mencakup segala kebenaran dengan memberikan empat perumpamaan. Pertama, adalah kutipan yang berbunyi, “Samudera luas mengandung seluruh sungai yang mengalir kedalamnya”. Ini berarti Saddharma mencakupi segala sesuatu. Kemudian kutipan, “Bumi besar mengandung seluruh makhluk berperasaan dan tak berperasaan”, berarti bahwa Saddharma adalah dasar yang menunjang segala sesuatu. Kutipan, “Permata-pengabulsegala-kehendak dapat mengeluarkan harta pusaka yang tak terhitung”, berarti Saddharma melahirkan segala sesuatu dan merupakan sumber untuk menciptakan nilai. Kemudian yang terakhir, “Dewa Mahabrahma memerintah seluruh Triloka”, berarti Saddharma melindungi dan menggerakkan segala sesuatu. Dengan demikian Niciren Daisyonin menjelaskan melalui perumpamaanperumpamaan tersebut diatas, bahwa Saddharma adalah sesuatu yang mencakup seluruh prinsip Hukum yang menjadi dasar dan menciptakan nilai untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata di masyarakat. Demikian pula kutipan kalimat “Kelima huruf Myohorengekyo dapat dibandingkan dengan kesemua hal ini. Segenap makhluk sembilan dunia, sebagaimana halnya yang berada dalam Dunia Buddha, tercakup didalamnya”, tidak lain menyatakan bahwa Saddharma merupakan


sesuatu yang mencakup jiwa kita umat manusia dan menjadi penunjang serta pegas untuk menciptakan kebahagiaan. Kutipan “…… tercakup didalamnya” berarti untuk mencapai kesadaran Buddha haruslah berdasarkan pertapaan dan menyadari Saddharma. Saddharma merupakan sumber pokok bagi seluruh Buddha ketiga masa. Hidup kita tidak hanya tergantung pada lingkungan maupun nasib. Bila kita setiap hari hidup berdasarkan pada Saddharma, maka kita dapat hidup dengan penuh karunia. Inilah karunia kebajikan Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin.

6

Karena segenap makhluk Sepuluh Dunia (subyek, Syoho) tercakup didalamnya, begitu pula lingkungannya (obyek, Eho).

Anak Cabang

Keterangan: Dalam kutipan ini dijelaskan bahwa keagungan Saddharma tidak terbatas pada manusia, tetapi mencakup juga lingkungannya. Jadi kita dapat melihat tolok ukur kepercayaan kita dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita kelihatannya telah melaksanakan kehidupan penciptaan nilai yang penuh keberisian dalam rohani berdasarkan Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin, tetapi keadaan lingkungan kita sama sekali tak tampak ada perubahan, maka sikap kepercayaan kita belumlah dapat dikatakan benar. Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin adalah teori filsafat yang mencakup lingkungan, sehingga melalui kepercayaan yang kuat akan mempengaruhi dan mewujudkan karunia dan kebajikan dalam lingkungan. Bila tidak dapat mempengaruhi dan mewujudkan karunia dan kebajikan

dalam lingkungan, maka tidaklah dapat dikatakan Hukum Agama Buddha yang sesungguhnya. Kalau hanya memberi ketenangan dalam kehidupan rohani dan sama sekali tidak memperhatikan keadaan masyarakat yang sesungguhnya, maka tak dapat dikatakan sebagai suatu agama sejati. Dengan memikul tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat baru dapat dikatakan sebagai Agama Buddha sesungguhnya. Dengan demikian, pelaksanaan kepercayaan kita tidaklah terlepas dari usaha mensejahterakan masyarakat disekitar kita. Melalui kepercayaan yang teguh kita dapat membuktikan bahwa Saddharma merupakan sumber karunia dan kebajikan. Perjuangan melawan kesulitan dalam kehidupan akan dapat membuktikan hal ini. Bila memiliki kepercayaan yang kuat dan ulet pasti bukan hanya diri sendiri saja yang berubah, tapi dapat juga merombak lingkungan. Kesulitan yang kita hadapi merupakan waktu untuk mewujudkan karunia dari Saddharma.

Samantabadra | Agustus 2020

59


60

Samantabadra | Agustus 2020


Samantabadra | Agustus 2020

61


62

Samantabadra | Agustus 2020


Samantabadra | Agustus 2020

63


64

Samantabadra | Agustus 2020


Samantabadra | Agustus 2020

65


66

Samantabadra | Agustus 2020


Samantabadra | Agustus 2020

67


68

Samantabadra | Agustus 2020


Samantabadra | Agustus 2020

69


70

Samantabadra | Agustus 2020


Samantabadra | Agustus 2020

71


_AJARAN

Surat kepada Matsuno-dono Perihal Hokai Bonji Gosyo Cabang

Isi Gosyo

D

ahulu kala, ketika Buddha Sakyamuni sedang melaksanakan pertapaan tingkat sebab di masa lampau, ada sebuah negeri yang bernama Sandairan. Negeri itu diperintah oleh seorang raja yang bernama Mujonen. Sang raja mempunyai putra 1000 orang dan seorang menteri yang bernama Hokai Bonji. Bonji mempunyai seorang putra yang bernama Hozo. Karena dunia saha adalah tanah kotor, keseribu putra Raja Mujonen tidak menyukai dan meninggalkannya untuk mencari tanah suci. Apakah alasannya? Serta bagaimanakah keadaan dunia saha? Dari tanah negeri sepuluh penjuru orang-orang yang membunuh ayah ibu, memfitnah Hukum Sakti, dan membunuh orang arif bijaksana (Buddha) diusir dari tanah negeri masing-masing. Mereka itu kemudian berdiam di dunia saha ini. Sebagai contoh, orang yang menetap di negeri Jepang ini, adalah seperti orang yang masuk penjara karena melakukan pelanggaran besar. Dengan demikian keseribu pangeran tidak mempunyai kekuatan untuk memberikan belas kasihan, sehingga mereka membuang tanah kotor ini. Tetapi, Hokai Bonji seorang diri menerima hal yang sulit ini dan menjadi guru pembimbing bagi umat manusia di dunia saha. Dalam prasetyanya Hokai Bonji berkata, “Dalam tanah buruk dan kotor di dunia ini, aku pasti mencapai kesadaran Buddha pada masa akan datang. Pada waktu itu aku akan mengumpulkan umat yang diusir dari dunia suci sepuluh penjuru dan pasti membimbing mereka hingga mencapai kesadaran Buddha�. Raja Mujonen pada waktu itu adalah Buddha Amitabha, keseribu pangeran adalah Bodhisattva Avalokitesvara (Kannon), Bodhisattva Mahasthamaprapta (Seisyi), Bodhisattva Samantabadra (Fugen), Bodhisattva Manjusri (Monju), dan lainnya. Dan yang disebut Hokai Bonji adalah Buddha Sakyamuni sekarang ini. Seluruh umat dunia saha mempunyai keburukan hati yang amat kuat dan berkobarkobar. Oleh karena itu, seluruh umat dunia saha tersebut dicampakkan oleh para Buddha dari sepuluh penjuru. Hanya Buddha Sakyamuni seorang diri bertekad menyelamatkan umat ini, untuk dibimbing ke Jalan Buddha. Hal ini dibabarkan dalam kalimat Saddharmapundarika-sutra, “Hanya Aku seorang diri yang sungguh-sungguh dapat menyelamatkan dan melindungi mereka�. Kepada Matsuno Dono Tertanda, Niciren 72

Samantabadra | Agustus 2020


Kutipan Gosyo Keterangan : Di sini dikutip perumpamaan dari Sutra Karunapundarika (Hike) bahwa Buddha Amitabha dari Nembutsu bukanlah Buddha yang dapat menyelamatkan umat di dunia saha ini. Hanya Buddha Sakyamuni seorang diri yang dapat menyelamatkan umat di dunia saha ini. Kata ‘Buddha’ pada masa Akhir Dharma sekarang ini berarti keinginan jiwa Niciren Daisyonin sendiri. Perihal Dunia Saha Perkataan ‘dunia saha’ menunjukkan tanah negeri dan masyarakat tempat kita tinggal sekarang ini. Kata ‘saha’ berasal dari bahasa Sansekerta, berarti tabah. Dunia tempat kita hidup sekarang ini adalah tempat yang dengan berbagai penderitaan dan kesulitan. Kita harus hidup di dalamnya harus tabah dan senantiasa perlu menahan diri. Oleh karena itu, tempat kita tinggal ini dikatakan sebagai ‘dunia saha’. Sutra-sutra Ajaran Sementara dan Ajaran Bayangan membuat pembagian antara tanah kotor, yaitu dunia saha yang penuh dengan kesulitan dengan tanah suci, yaitu tanah negeri yang ditempati oleh para Buddha dan Bodhisattva. Dikatakan, tanah negeri dibagi empat macam, yaitu empat tanah. Yang pertama adalah Dunia Saha, yaitu tanah negeri tempat kita tinggal bersama. Selanjutnya, yang kedua adalah tanah negeri tempat Buddha berdiam, yaitu Tanah Jakko (Tanah Buddha). Yang ketiga adalah tanah tempat tinggal bodhisattva, yaitu Tanah Jippo (Tanah Imbalan Nyata). Yang keempat, tanah tempat tinggal kaum Dwiyana, yaitu Tanah Hoben (Tanah Upaya). Demikian dibabarkan keadaan berbagai tanah. Di jurusan Barat sejauh puluhan ribu milyar terdapat tanah suci

Sukhavati (Gokuraku), tempat Buddha Amitabha berdiam. Dan di jurusan Timur terdapat Dunia Joruri yang ditempati oleh Buddha Baisyajaguru (Yakusyi). Demikianlah diterangkan dalam berbagai sutra adanya tanah idaman yang didambakan untuk membangkitkan hati kepercayaan orang yang melaksanakan pertapaan Jalan Buddha. Namun setelah memasuki Ajaran Pokok Saddharmapundarikasutra Bab Panjang Usia Tathagata dijelaskan bahwa dunia saha yang penuh dengan penderitaan adalah Tanah Jakko tempat para Buddha berdiam. Saddharmapundarika-sutra Bab XVI Panjang Usia Tathagata menunjukkan hal ini sebagai “Saya selalu berada di sini. Di dunia saha ini Saya membabarkan Hukum untuk menyadarkan umat”. (Ga jo zai shi, syaba sekai seppo kyoke). Dengan diterangkannya teori dasar yang mengatakan bahwa dunia saha adalah Tanah Buddha, terjadi perubahan secara total dari Ajaran Sementara dan Ajaran Bayangan. Di zaman modern sekarang ini masih terdapat pandangan bahwa setelah meninggal orang akan mendapatkan keadaan yang tenang dan menggembirakan. Atau sering dikatakan juga akan mendapatkan kepuasan serta berdiam dalam dunia surga. Demikian pemikiran banyak orang mengenai dunia yang diidamidamkan setelah kematian. Namun, sebenarnya dunia idaman seperti itu tidak mungkin ada. Sikap menghindar dari tempat kita sendiri dan masyarakat Samantabadra | Agustus 2020

73


tempat hidup sekarang ini untuk kemudian mencari tanah yang tenang di dunia lain, sebenarnya merupakan sikap melarikan diri. Apakah tanah tempat kita berdiam menjadi tanah suci atau tanah kotor sebenarnya ditentukan oleh icinen kita sendiri. Bila icinen seseorang adalah Dunia Neraka, maka apapun yang dilihat dan didengarnya semua menjadi neraka. Perasaan jiwanya menjadi berat dan pandangan hidupnya menjadi kelabu. Sebaliknya, bila icinen seseorang berada dalam Dunia Surga, maka ia akan menunjukkan keadaan hati yang riang. Ia akan menyapa setiap orang yang dijumpainya dengan wajah berseriseri. Apapun yang dilihat ataupun yang didengarnya akan penuh kegembiraan. Pada akhirnya, tanah negerinya akan menjadi Dunia Surga. Dalam Surat Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha Dalam Hidup Kali Ini (Issyo Jobutsu Syo) dikatakan, “Bila hati umat kotor, tanahnya juga menjadi kotor. Bila hati umat bersih, maka tanahnya juga menjadi bersih. Yang dikatakan tanah suci ataupun tanah kotor bukanlah dua tanah yang berbeda, melainkan tergantung dari baik buruknya hati kita”. (Gosyo Zensyu hal. 384). Dengan demikian, bila icinen dari kedalaman hati kita penuh dengan keyakinan akan kekuatan karunia agung dari Dai Gohonzon dan dipenuhi dengan kegembiraan karena menerima dan mempertahankan Saddharma, kemana pun kita pergi akan menjadi ‘Tanah Buddha’. Akan tetapi, sekalipun menerima dan mempertahankan Saddharma yang sama, bila kita tidak memiliki hati kepercayaan, maka untuk selama-lamanya kita tidak akan tercabut keluar dari dunia saha yang penuh dengan penderitaan. Keadaan jiwa yang bergemerlapan dengan kegembiraan dapat diperoleh dengan menjalankan penyebutan Daimoku dan melaksanakan pertapaan di Jalan Buddha. Pada saat 74

Samantabadra | Agustus 2020

itu pulalah dunia saha ini menjadi tanah Buddha. Di dalam Surat Balasan Kepada Sairenbo dikatakan, “Tempat kita berada untuk melaksanakan pertapaan Saddharmapundarika-sutra, di manapun kita berdiam, akan menjadi kota Jojakko (Tanah Buddha). Orang yang menjadi murid dan penganut kita, tanpa berjalan satu langkah pun dapat melihat Gridhrakuta di India. Juga dikatakan dapat pulang pergi dalam satu hari satu malam ke tanah suci Buddha asal muasal. Kegembiraan dalam hal ini tidaklah terkatakan”. (Gosyo Zensyu hal. 1343). Di sinilah terletak hakikat teori Hukum Buddha Niciren Daisyonin, dan hal itu merupakan inti hakikat hati kepercayaan. Mungkin orang-orang yang tidak mengetahui Hukum Buddha menganggapnya sebagai suatu pemikiran yang terlalu ideal. Perihal dunia saha adalah tanah suci dan hubungannya dengan teori Subyek dan Lingkungan Bukan Dua (Esyo Funi) dijelaskan dari sudut filsafat jiwa Hukum Buddha sebagai berikut. Pertama, dari teori Subyek dan Lingkungan Bukan Dua. Menurut Hukum Buddha Sakyamuni, setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra Bab XVI Panjang Usia Tathagata baru dijelaskan bahwa antara umat dan tanah negerinya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Bila umat berada dalam Dunia Neraka, maka tanah negeri juga akan menjadi Dunia Neraka. Sebaliknya bila tanah negeri adalah Dunia Neraka, maka umat yang berdiam di dalamnya juga berjiwa Dunia Neraka. Demikian pula dengan dunia-dunia lainnya, dari Dunia Kelaparan sampai dengan Dunia Buddha, semua mempunyai teori dasar yang sama. Oleh karena itu, bila umat dapat mencapai kesadaran Buddha, maka tanah negerinya pun akan menjadi Tanah Buddha.


Inisiatif jiwa dari umat dinamakan syoho. Dari segi obyektif, tanah negeri yang membentuk lingkungan adalah eho (bagi manusia itu sendiri, hati adalah syoho, sedangkan badan raga adalah eho). Eho membentuk syoho; namun, syoho juga membuat dan merombak eho secara aktif. Eho dan syoho pasti ada secara bersamaan. Serta hubungan antara eho dan syoho adalah hubungan sebab akibat sesaat (inga guji). Dengan demikian, dapat juga dikatakan sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Oleh karena itu, jiwa sebagai badan tertentu tidaklah terlepas berhubungan dengan lingkungannya. Kebenaran pendapat ini dipertegas oleh Mr. Haldane John Scott (1860 1936), seorang ahli fisiologi dari Inggris. Ia menunjukkan satu titik temu yang sangat menarik antara Hukum Buddha dengan ilmu pengetahuan. Ikan tak dapat hidup bila terpisah dari air. Demikian pula, keberadaan manusia tidak dapat dilepaskan dari adanya energi matahari, hawa, bumi, dan masyarakat. Ditinjau dari sudut pandang demikian, teori eho dan syoho ini menjadi jelas. Namun, teori materialisme menegakkan pendirian bahwa eho adalah hal yang utama, sedangkan syoho sepenuhnya ditentukan oleh eho. Dengan demikian, teori materialisme berpendapat bahwa keberadaan syoho bukan hal yang utama. Sudut pandang spiritualisme mengutamakan syoho dan menjadikannya sebagai pangkal dari segala sesuatu. Dipandang dari sudut pandang agama Buddha, seperti yang dikatakan di dalam Gosyo, “Sepuluh penjuru adalah eho, umat adalah syoho. Seandainya eho adalah bayangan, maka syoho adalah badannya. Bila tak ada badan, tentu tak ada bayangan. Dengan demikian, bila syoho tidak ada, maka eho pun tak ada. Dan syoho terbentuk dari eho�. (Gosyo Zensyu hal. 1140). Dengan demikian syoho dibuat oleh eho.

Namun, meskipun syoho dipengaruhi oleh eho, jika di dalam syoho diri sendiri tidak ada sesuatu yang hakiki, maka tentu tidak dapat dikenali dan diwujudkan secara nyata. Di sinilah letak lahirnya inisiatif dan kepribadian dari syoho. Juga, jodoh lingkungan inisiatif dan kepribadian dari syoho ini, dapat merombak diri individu itu sendiri yang sekaligus merombak lingkungannya. Di sinilah terbentuknya perwujudan jiwa. Selanjutnya, filsafat dasar perombakan lingkungan atau suasana bertitik tolak pada perombakan sifat jiwa manusianya. Oleh karena itu, tiada jalan lain bagi umat yang berdiam di dunia saha untuk merombak dunia saha ini menjadi tanah Buddha selain dengan menerima dan mempertahankan Gohonzon serta mencapai kesadaran Buddha. Sutra-sutra Ajaran Sementara berpendapat bahwa pencapaian kesadaran Buddha diperoleh dengan mematahkan kesesatan dan mencari tanah negeri Buddha di seberang sana. Adapun hal ini dilakukan dengan meninggalkan dunia saha, tempat kediamannya kini. Sebenarnya sikap ini adalah sikap melarikan diri dari kenyataan. Filsafat seperti ini sebenarnya menyangkal sifat kemanusiaan itu sendiri. Selama manusia masih berdiam di dunia nyata, ia tidak mungkin lepas dari penderitaan dan kesesatan. Ajaran seperti itu hanyalah merupakan suatu anganangan besar yang tak mungkin tercapai. Dunia yang dibabarkan dalam berbagai sutra tersebut hanyalah dunia khayalan. Oleh karena itu, seluruh sutra tersebut dikatakan sebagai ajaran upaya. Saddharmapundarika-sutra, pada khususnya Hukum Buddha Niciren Daisyonin, menerangkan jiwa sesungguhnya yang gaib dan menerangkan teori hakikat yang dapat Samantabadra | Agustus 2020

75


membangun dunia idaman tersebut. Di dalam dunia saha yang nyata sekarang, kita tidak dapat menghindarkan diri dari kesulitan sehingga harus selalu memiliki ketabahan. Akan tetapi, bila kita mempertahankan Saddharma, tanpa merubah kesulitan dan ketabahan itu sendiri akan timbul kegembiraan dalam membangun dan membuktikan keagungan jiwa manusia. Dengan demikian, yang dapat mewujudnyatakan masyarakat yang diidam-idamkan hanyalah semangat kosenrufu. Kosenrufu berarti satu aliran besar jiwa yang dinamis yang sebenarnya sangat diinginkan secara hakiki dalam jiwa seluruh umat manusia. ***

76

Samantabadra | Agustus 2020

Catatan


AJARAN_

Perombakan Nasib Forum Diskusi

Pertanyaan: Apakah makna perombakan nasib? Bagaimanakah kita dapat merombak nasib? Serta apa hubungannya dengan pencapaian Kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini?

sebab apa yang kita perbuat dalam diri sendiri.

Agama Buddha Niciren Daisyonin tidak menanggapi “nasib� sebagai sesuatu yang mutlak tak dapat berubah. Nasib dipandang sebagai suatu batu loncatan untuk hidup sebagai manusia seutuhnya. Selain Jawab: itu, nasib juga berperan aktif dalam kehidupan kita sekarang ini hingga Nasib itu terbentuk dari Hukum masa akan datang. Misalnya, ada Sebab Akibat. Hukum Sebab Akibat dalam agama Buddha berbeda dengan penyakit berat dalam tubuh kita atau pengertian Hukum Sebab Akibat secara adanya sifat-sifat buruk dalam diri kita. Pada mulanya kita terkejut dan ilmiah atau ilmu pengetahuan modern. merasa putus asa menghadapi semua Teori sebab akibat secara ilmiah atau itu. Jika menanggapi hal tersebut ilmu pengetahuan modern adalah dengan menyalahkan hal-hal di luar suatu hukum universal yang dapat diri kita, maka permasalahannya itu diketahui oleh siapapun dari berbagai sama sekali tak akan dapat kita atasi. gejala. Umpamanya, apel yang jatuh dari pohon merupakan akibat. Jatuhnya Akan tetapi, jika kita menanggapinya sebagai masalah jiwa kita sendiri dan buah apel dari pohon disebabkan oleh berusaha mengatasinya dengan hati gaya tarik bumi. kepercayaan, maka akan terbuka jalan Hukum Sebab Akibat yang penyelesaian secara tuntas. membentuk nasib manusia itu, adalah Dengan demikian, “nasib� dalam sebab akibat yang dibuat dalam agama Buddha Niciren Daisyonn tidak gerakan jiwa manusia itu sendiri. Oleh bernada gelap dan suram, melainkan karena itu, untuk dapat merombak mempunyai arti yang aktif dan positif nasib yang terpenting adalah sejauh (semangat dan maju dalam kehidupan). mana kita dapat meninjau sebabSamantabadra | Agustus 2020

77


Di dalam nasib itu terdapat kekuatan karunia Gohonzon yang mutlak. Selain kita yakin, jika kita melaksanakan hati kepercayaan kepada Gohonzon secara sungguh-sungguh, nasib seberat apapun dapat diubah. Bukti-bukti nyata dari hal ini telah kita saksikan dengan mata kepala sendiri. Perombakan nasib secara mendasar terjadi, jika kita mempunyai kekuatan jiwa dan prajna untuk meninjau karma-karma buruk di kehidupan yang lampau. Untuk mendapatkan kekuatan jiwa dan prajna seperti itu tak ada jalan lain kecuali hati kepercayaan yang sebenarnya kepada Gohonzon dari Sandaihiho, serta melaksanakan perilaku maitri karuna dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berjiwa lemah cenderung menyalahkan orang lain sebagai penyebab dari nasibnya sekarang. Kekuatan jiwa Buddhalah yang mampu menanggapi nasib sebagai masalah diri sendiri dan juga sebagai karma buruk diri sendiri yang diperbuat dari kehidupan masa lampau.

kepada orang lain untuk mengatasi nasibnya, maka nasib itu tidak lagi merupakan sesuatu yang gelap dan suram. Dalam kesadaran seperti itu, nasib menjadi batu penguji yang diperlukan untuk merombak sifat jiwa guna tercapainya Kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini.

Pencapaian Kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini berarti jiwa Buddha itu semakin meresap dan kokoh dalam jiwa kita. Oleh karena itu kita dapat memanfaatkan karmakarma yang tertimbun di dalam jiwa semenjak masa lampau, sekehendak diri sendiri demi kebahagiaan orang lain. Inilah segi perombakan nasib dari pencapaian Kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini. Dengan demikian jiwa Buddha, yaitu jiwa agung Nammyohorengekyo tersebut dapat bergerak secara lebih cemerlang dan kuat dengan menjadikan unsur-unsur negatif di dalam jiwa, seperti nasib, hawa nafsu, kehidupan dan kematian sebagai pendorong. Maka, semakin beratnya nasib maupun hawa nafsu, Ketika jiwa kita sudah meningkat, jiwa Buddha bergerak semakin kuat kita mempunyai kesadaran bahwa untuk merombaknya. Dan sebagai melalui perombakan nasib diri sendiri akibatnya, nasib yang seberat apapun kita menunjukkan keagungan Hukum dapat dirombak. Syarat mutlak untuk Buddha Niciren Daisyonin kepada tercapainya perombakan nasib sudah orang lain. Pada waktu itu kita telah meningkatkan diri, diri kita yang tadinya jelas adalah kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan terhadap menganggap nasib sebagai sesuatu Gohonzon dari Sandaihiho, dari diri yang berat dan menyusahkan, kini tumbuh menjadi manusia yang memiliki kita masing-masing. Maka pada wawasan yang luas. Kita bisa bersikap kesimpulannya, masalah perombakan nasib itu tergantung pada sikap kita tabah dan kuat dalam menghadapi masing-masing ketika menghadapinya. berbagai penderitaan. *** Ketika kita menyadari bahwa perjuangan melawan nasib diri sendiri adalah dengan memberikan jalan 78

Samantabadra | Agustus 2020


SYINGYOGAKU_

Pandemi dan Religiositas Ketika masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diterapkan bulan April silam, terdapat kalangan umat beragama yang sangat ingin melaksanakan ibadah di rumah ibadah kendati ada kebijakan PSBB oleh pemerintah. Hal ini dimungkinkan karena adanya pemaknaan bagi sebagian orang bahwa ibadah di rumah ibadah memiliki kekuatan yang lebih ampuh daripada ibadah atau berdoa di rumah masing-masing. Benarkah demikian?

A

danya pandemi Covid-19 membuat aktivitas yang melibatkan kerumunan orang-orang dibatasi (di Jakarta dan sekitarnya selama bulan April hingga awal bulan Juni 2020), termasuk aktivitas peribadatan yang sekarang umumnya dilaksanakan di rumah masing-masing atau dipandu pemuka agama melalui kanal daring (online). Beberapa hari besar keagamaan (Waisak, Idulfitri, Kenaikan

Isa Almasih) telah samasama kita lewati pada masa PSBB, termasuk hari besar Buddha Niciren yaitu penyebutan Nammyohorengekyo untuk pertama kalinya pada tanggal 28 April 2020.

diikuti oleh seluruh umat dari rumah masing-masing. Aktivitas gongyo dan daimoku bersama di wihara dilakukan dengan jumlah umat yang sangat terbatas dan menerapkan protokol kesehatan.

Ketika Hari Waisak tanggal 7 Mei lalu, prosesi keagamaan di Candi Mendut dan Borobudur yang sebelumnya rutin diselenggarakan, tahun ini ditiadakan. Dokyo syodai Waisak dipandu oleh Ketua Umum NSI dari Wihara Sadaparibhuta NSI dan disiarkan secara daring (online),

Dalam pemberitaan, ada sebagian umat beragama yang menganggap kebijakan PSBB “menghalangi� umat untuk beribadah. Kita sebagai bagian dari umat beragama, perlu melihat kebijakan ini sebagai upaya pemerintah untuk menekan penyebaran panSamantabadra | Agustus 2020

79


demi yang perlu didukung oleh seluruh warga negara Indonesia. Aktivitas berdoa (gongyo, daimoku), dapat dilakukan di rumah. Untuk aktivitas beribadah seperti daimoku bersama, ceramah gosyo, diskusi ajaran untuk sementara waktu dialihkan melalui media non-tatap muka.

di mana kita melakukan ibadah. Sikap hati kepercayaan tercermin dari hal-hal seperti ketulusan, konsentrasi, dan pemahaman yang benar dan tepat dari doa itu sendiri.

Niciren) dan hukum Nammyohorengekyo (ninpoikka). Buddha Niciren telah melarutkan jiwa raganya dalam tinta sumi ketika beliau menuliskan Gohonzon dari Sandaihiho.

Adanya pandemi global yang tengah kita hadapi bersama mengajak kita untuk kembali mengingat Para pemuka agama esensi dari mengapa kita yang menyadari kritisnya menerima Gohonzon yang kondisi pandemi Covid-19 bersemayam di rumah kita saat ini, menggarisbawahi masing-masing. Hal ini bahwa tempat kita beriba- karena pelaksanaan pokok dah (di rumah maupun dari hati kepercayaan atau di rumah ibadah) tidak syinjin kita adalah gongyo memengaruhi kualitas iba- dan daimoku di hadapan dah kita. Aktivitas beribaGohonzon di rumah kita. dah seyogianya menjadi Kita berprasetya untuk kegiatan yang membawa mempertahankan ajaran kemaslahatan bagi umat, Buddha Niciren dan menbukan sebaliknya. Beriba- gamalkan ajaran-ajaran dah tidak membuat kita beliau dalam hidup kali ini. kebal terhadap penyakit. Selama PSBB sebagian Di sinilah pentingnya keya- besar dari kita menghabiskinan hati kepercayaan kan lebih banyak waktu yang diiringi dengan cara di rumah, oleh karena itu berpikir kritis dalam belaksanakanlah gongyo dan ragama. daimoku di hadapan GoDi dalam ajaran agama honzon dengan tulus dan bersemangat! Buddha Niciren, perihal hati kepercayaan dan Fungsi Gohonzon di wikekuatan doa terdapat hara dan Gohonzon yang konsep “tiada tanah suci ada di rumah kita adalah maupun tanah kotor, yang sama yaitu sebagai jodoh ada hanyalah hati yang terbaik untuk memunculsuci atau hati yang kotor�. kan kebuddhaan. BudHal ini berarti kualitas iba- dha Niciren menjelaskan dah atau doa kita sesung- bahwa Gohonzon adalah guhnya ditentukan oleh si- perwujudan kemanunggakap hati kepercayaan kita, lan manusia (yang dilambukan tergantung tempat bangkan oleh Buddha

Besar-kecilnya ukuran Gohonzon, Dai-Gohonzon, Gohonzon di wihara maupun Gohonzon di rumah, tidak berkorelasi dengan besar-kecilnya kurnia manfaat yang bisa kita dapatkan dari pertapaan gongyo dan daimoku di hadapan Gohonzon. Yang terpenting dan mutlak harus terpenuhi Gohonzon tersebut adalah Gohonzon dari Sandaihiho Nammyohorengekyo-Niciren.

80

Samantabadra | Agustus 2020

Manfaat dan kekuatan Gohonzon ditentukan dari kesungguhan hati kita. Gohonzon ibarat cermin yang membantu kita dalam menata pikiran dan memunculkan potensi kebuddhaan. Kita menggunakan cermin untuk membantu kita menata rias wajah atau memangkas rambut kita dengan tujuan agar penampilan kita lebih sedap dipandang. Tanpa bantuan cermin bisa saja kita lakukan, tetapi hasilnya tidak optimal dan bisa jadi membuat penampilan kita lebih acak-acakan. Yang melakukan riasan pada wajah atau memangkas


rambut kita adalah manusianya, bukan cerminnya. Dengan demikian, manfaat dari pertapaan gongyo dan daimoku dapat kita peroleh dengan peran aktif dari kita sebagai manusianya. Dari Luring ke Daring Di NSI, selama ini kita terbiasa dengan metode ceramah atau diskusi luring (luar jaringan/offline/ pertemuan tatap muka). Dengan adanya pandemi ini, kita perlu beradaptasi dengan kondisi yang belum memungkinkan ceramah atau diskusi dilakukan secara langsung seperti sediakala, yaitu dengan beralih ke metode daring (online, pertemuan melalui kanal virtual). Ada faktor-faktor eksternal yang perlu kita antisipasi dalam metode daring, misalnya perangkat smart phone yang menunjang, kuota data internet yang mencukupi, sinyal seluler yang bagus. Namun untuk memperoleh manfaat dari ceramah dan aktivitas keagamaan itu sendiri, tergantung dari sikap kita dalam mendengarkan atau mengikutinya. Apabila kita menyimak dengan seksama tentu kita dapat memperoleh manfaat yang optimal,

baik dalam metode daring maupun luring. Metode daring juga memungkinkan kita untuk berinteraksi atau tanya jawab. Apabila masih kurang jelas atau mungkin sebagian orang tidak memiliki akses ke smart phone, kita bisa menghubungi para pimpinan atau darma duta NSI melalui sarana komunikasi lainnya, seperti telepon. Dengan demikian, metode luring dan daring adalah alternatif komunikasi bagi kita dan perlu kita manfaatkan sebaik mungkin sebagai upaya beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan tetap terkoneksi satu sama lain. Perubahan metode ini merupakan tantangan yang perlu kita hadapi bersama. Sisi positifnya, hal ini adalah kesempatan bagi kita untuk lebih melek teknologi, menggunakan aplikasi pertemuan virtual seperti Zoom yang sebelumnya kita tidak tahu. Di sisi lain, kita harus bersabar untuk membatasi interaksi sosial kita secara langsung. Pandemi Covid-19 diproyeksikan akan membawa perubahan gaya hidup yang memanfaatkan perangkat canggih dengan menggunakan internet (internet of things). Semua orang dari seluruh

kalangan usia perlu beradaptasi dengan kemajuan teknologi ini. Dulu, kebanyakan bapak ibu berusia 50 tahunan ke atas mungkin merasa menggunakan aplikasi Whatsapp adalah hal yang sulit dan sepertinya mustahil untuk dikuasai. Ternyata ketika sudah mulai menggunakannya dan menemukan unsur ketertarikan dan aspek sosial di sana, orang tua pun mampu mengoperasikannya dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini berarti otak manusia mampu untuk belajar hal-hal baru walau di usia tua, apalagi ketika kita menemukan ketertarikan di sana, proses pembelajaran akan jauh lebih cepat. Belajar adalah proses seumur hidup, hendaknya kita tidak kehilangan semangat dan antusiasme untuk terus beradaptasi terhadap perubahan. (Samanta)

Samantabadra | Agustus 2020

81


_WAWASAN

MENAKLUKAN COVID-19

PETIKAN WAWANCARA DENGAN KETUA UMUM NSI

K

etua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja menjelaskan dengan lugas apa itu Pandemic COVID-19 dalam perspektif agama Buddha, serta upaya dan cara untuk mengatasi Pandemic COVID-19 dalam wawancara bertemakan “stay at home , beribadah di rumah selama pandemi covid 19� yang dilakukan secara live melalui Media Instagram @official.nsi pada hari Kamis, 30 April 2020 oleh Renata Chairil Karina, Mahasiswi Universitas Bunda Mulia. Dalam Kesempatan ini Mpu Suhadi Sendjaja menyampaikan beberapa point-pont yang disampaikan dalam wawancara secara daring tersebut yakni: - Sejak 15 maret disampaikan oleh Presiden RI bahwa kita supaya bekerja, belajar dan beriba82

Samantabadra | Agustus 2020

dah dari rumah, itu meruupakan satu hal yang mengajak kita untuk bersama-sama bersatu menghadapi corona. Jadi sejak itu umat NSI sudah siap. Ini kan pandemi,

musibah yang harus dihadapi bersama, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh seluruh rakyatnya bahkan seluruh umat manusia. Menanggapi adanya himbauan pemerintah tentang beridabah

dari rumah, sebetulnya untuk umat NSI tidak masalah pada saat ada himbauan pemerintah mengenai beribadah dirumah, karena umat NSI memiliki altar untuk sembahyang dirumah masing-masing. Umat Niciren syosyu sudah terbiasa, sudha membudaya sembahyang pagi dan sore di rumah. Di samping umat melakukan kebaktian di vihara atau di balai pertemuan, di rumahnya itu setiap pagi dan sore pasti melakukan satu pertapaan/ibadah pribadi dan keluarganya di rumah masing-masing. Maka dari itu sebetulnya bagi umat NSI tidak ada masalah. - Kedua, jika secara umum kita harus memahami bahwa beragama itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan pribadi dengan sesuatu yang kita yakini. Oleh karena itu sebelutnya


yang namanya beribadah adalah bisa dilakukan dimana saja. Oleh karena itu tidak menjadi masalah jika ada sesuatu hal yang mengharuskan kita tidak bisa berkumpul, adanya pandemi covid-19 ini adalah jangan berkurumum, menjaga jarak karena virus ini cepat sekali menular. Maka itu kegiatan tidak hanya ibadah, kegiatan yang menyebabkan kerumunan dan berjarak dekat, tentu harus dihindari. Dengan demikian harus kita waspadai, bahwa beribadah itu tujuannya mencari keselamatan. Oleh karena itu ketika ada pandemi ini, kita harus waspada. Justu kita beribadah agar kita bia waspada dan mentaati pada saat sekarang kita tidak boleh berkumpul/ berkerumun. Intinya ibadah dimanapun sebetulnya tidak tergantung tempatnya, tetapi tergantung kesungguhan hatinya. - Ketua Umum NSI juga memaparkan pada Sdr. Renata tentunya NSI merangkul umat tidak hanya waktu pandemi. Karena

tujuan Buddha itu hanya satu, mencabut penderitaan sekaligus memberikan kebahagiaan orang lain. Dalam kaitan dnegan ini, menjaga umat itu adalah sesuatu hal yang menjadi tanggung jawab kita. Oleh karena itu agama Buddha memberikan penjelasan, sebetulnya agama Buddha bertujuan untuk memberitahukan kepada setiap umat manusia, khususnya kepada umatnya bahwa dalam diri manusia masing-masing memiliki kekuatan. Oleh karena itu agama Buddha ingin membimbing agar umat manusia bisa menyadari bahwa dirinya sendiri memiliki kekuatan yang hakiki, dan Kekuatan ini harus dimunculkan. Selama ini kekuatan tersebut tidak muncul karena terhalang oleh keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Maka dari itu, usaha kita dalam melakukan pertapaan sehari-hari dalam melakukan ibadah adalah menyingkirkan keserakahan, kemarahan dan kebodohan dan kita bisa memproteksi diri

kita masing-masing. - Mengenai tanggapan mengenai himbauan kepada masyarakat unttuk tetap dirumah dan salah satu nya tidak pulang kampung, dikatakan Ketua Umum NSI lebih banyak positifnya untuk saat sekarang. Karena dalam situasi pandemi seperti ini, sebetulnya ini virus yang merupakan makhluk hidup yang memang ada di alam semesta. Namun karena sekarang keseimbanagn alam semesta ini terganggu. Dialam semesta ini yang bisa menggangu adalah manusia. Manusia bisa menggangu, manusia juga bisa memulihkan. Karena jaman sekarang manusia banyak di kuasai oleh keserakahan, kemarahan dan kebodohan sehingga perilakunya menimbulkan dampak terganggunya keseimbangan dialam semesta. Sehingga dengan demikian, viruspun bermutasi semakin lama semakin menjadi ganas, karena hati manusiapun semakin lama semakin ganas dan

Samantabadra | Agustus 2020

83


serakah. Oleh karena itu, dalam situasi virus yang sedemikian ganas, kita harus tahu diri bagaimana mengupayakan virus tersebut bisa cepat menularkan. Maka dari itu para ahli, khususnya Badan kesehatan dunia (WHO) telah menemukan cara pencegahan penularannya yaitu dengan jaga kebersiha, sering cuci tangan, jaga jarak, jangan berkerumun, dan yang paling baik adalah tinggal dirumah jika tidak ada kebutuhan/keperluan yang mendesak. Karena dirumah adalah satu teriorial yang sangat terbatas, sehingga demikian diharapkan disaat pandemi seperti ini kita harus memiliki kearifan sehingga virus ini bisa kita taklukkan. Dengan menaklukkan diri kita sendiri, kita artinya bisa menaklukna virus tersebut. Menurutnya, lebih banyak kebaikannya dengan kita tetap berada dirumah/ tidak mudik. Dengan tidka mudik, kita memikirkan kepentingan dan kebahagiaan orang lain, sesuai dengan 84

Samantabadra | Agustus 2020

jiwa nya seporang Buddhist. - Di akhir wawancaranya, Mpu Suhadi Sendjaja memberikan pesan dan kesimpulan bahwa kita harus menyadari bahwa ini musibah/bencana. Dalam agama Buddha dikenal dengan 3 bencana dan 7 musibah. Salah satu dari 3 bencana/ musibah ini adalha wabah penyakit. Kondisi ini tidak hanya bangsa Indonesia, tetapi dibanyak negara yang terjangkit. Oleh karen aitu dalam situasi seperti ini, tentunya kita hrus menaati protokolprotokol kesehatan, disamping cuci tangan, jaga jarak, jangan berkerumun, juga meningkatkan imunitas dan daya tubuh diri kita melalui makan sehat dan bergizi, olahraga, istirahat yang cukup dan satu lagi yang penting adalah jaga perasaan hati dan jiwa, jangan stess, mudah marah, iri hati, benci dan sombong. Dalam situasi seperti ini juga jangan egois, memikirkan keselamatan diri sendiri saja, na-

mun tetap memikirkan kebahagiaan orang lain salah satunya tidak mudik. Tidak mudik itu berarti memikirkan orang lain. Harus dipahami bahwa semua kehidupan di dunia ini, dialam ini, pasti ada hikmah baiknya. Setelah covid-19 ini, kita menjadi manusi baru yang senang dengan kebersihan, punya kebudayaan untuk bisa hidup bersih dan sehat yang tentunya cara-cara hidup kita akan berubah ke arah lebih baik, mana yang boleh dan tidak, paham mengenai batas-batasnya. Intinya kejadian dialam semesta ini tentu ada hikmah yang harus kita tangkap. Dengan kejadian ini kita harus menjadi lebih maju, jangan menjadikan kehjadian ini menjadikan kita hancur berantakan. Tetapi harus menjadikan ini sebagai suatu jodoh untuk kita maju ke depan. ***


WAWASAN_

KENORMALAN BARU

K

enormalan baru yang diakibatkan pandemi virus Covid-19 membawa perubahan gaya hidup masyarakat urban yang di antaranya membuat hidup kita lebih bersih dan sehat.

Lebih higienis Dengan berbagai himbauan yang gencar dilakukan oleh pemerintah dan praktisi kesehatan, masyarakat dibiasakan untuk gemar mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker ketika bepergian ke luar

rumah. Ketika tiba di rumah setelah bepergian, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mandi dan berganti pakaian. Kebiasaan ini mampu menghindarkan kita dari virus atau bakteri penyebab penyakit lain, tidak hanya Covid-19.

Samantabadra | Agustus 2020

85


Meningkatkan daya tahan tubuh Masa PSBB dan kenormalan baru memungkinkan beberapa pekerjaan untuk dilakukan di rumah (remote working, online selling). Hal ini dapat kita manfaatkan dengan mengolah makanan yang bergizi dengan memasak sendiri di rumah (home cooking), berjemur di pagi hari, istirahat yang cukup (memiliki lebih banyak waktu dengan tiadanya mobilitas dari dan ke rumah), melakukan olah raga di rumah, dan melakukan meditasi. Banyak referensi resep masakan bergizi dan aktivitas olah raga di internet yang dapat menjadi referensi kita (misalnya dari youtube, kata kunci pencarian “home workout, resep masakan bergizi�). Dengan melaksanakan gongyo dan daimoku, kita mendapat manfaat dari meditasi untuk ketenangan pikiran dan refleksi diri. Kelima hal tersebut apabila dilakukan secara konsisten dan moderat dapat meningkatkan kualitas kesehatan tubuh kita. Fenomena baru Beberapa jenis pekerjaan kantoran mempertimbangkan untuk menjadikan remote working (bekerja dari luar kantor) sebagai kenormalan baru. Hal ini dimungkinkan

86

Samantabadra | Agustus 2020

untuk pekerjaan seperti riset, laporan, administrasi, akuntansi, dan pekerjaan lainnya yang bisa dikerjakan secara normal melalui internet. Berkurangnya mobilitas masyarakat perkotaan menggunakan kendaraan bermotor membuat polusi juga berkurang dan membuat kualitas udara menjadi lebih bersih. Beberapa kalangan masyarakat beralih menggunakan sepeda yang kini menjadi tren. Di saat usaha lain lesu, penjualan sepeda justru meningkat drastis. Efisiensi dan biaya baru Era kenormalan baru membuat kita lebih banyak bergantung pada internet dan teknologi. Di satu sisi, fenomena ini memberikan efisiensi waktu, energi, dan biaya yang ditimbulkan dari aktivitas bepergian ke luar rumah. Kita berhemat ongkos transportasi (uang bensin, ongkos transportasi publik, tol, parkir), jajan atau ngopi, hemat air dan deterjen karena tidak perlu berganti baju sesering ketika beraktivitas di luar rumah. Aktivitas belanja, komunikasi, meeting, bayar tagihan, bisa dilakukan melalui telepon genggam. Di sisi lain, ada pos biaya lain yang membengkak, seperti tagihan listrik dan biaya internet (pulsa). Kita juga memerlukan smart phone atau komputer

sebagai gawai wajib untuk melakukan aktivitas di dunia maya. Relaksasi dan stres Aktivitas di rumah aja merupakan pengalaman yang tidak sama bagi semua orang. Sebagian orang mungkin merasa rileks di rumah, karena ruang di rumahnya cukup lega dan nyaman, hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga, lingkungan rumah yang tidak berisik. Sebagian lainnya mungkin merasa stres di rumah, karena rumahnya sempit, harus berbagi kamar dengan anggota keluarga lain, hubungan yang tidak harmonis di antara anggota keluarga, lingkungan rumah yang sumpek dan berisik. Bagi orang dengan kondisi rumah yang kurang kondusif, hendaknya kita bisa tetap memprioritaskan kesehatan. Fokuskan diri untuk produktif di rumah, memanfaatkan media internet untuk mencari inspirasi yang dapat mengembangkan diri kita dan memajukan kehidupan kita. Kelola stres dengan baik dengan menyadari secara penuh realita hidup kita dan fokus pada tujuan yang ingin kita capai. Apabila tujuan itu masih kabur, jangan lelah untuk terus mencari informasi dan memperluas wawasan. Sadari apa yang kita lakukan, dan lakukanlah dengan baik. (Samanta)


WAWASAN_

Ejaan yang Baik dan Benar wihara atau vihara, rapi atau rapih, bapak atau bapa, cokelat atau coklat?

dan menghayati, dan pada saatnya nanti dapat mempraktikkannya dalam keseharian kita sebagai WNI, apakah sebagai pengusaha, pedagang, ebagai penutur karyawan, mahasiswa, asli bahasa siswa sampai ke ibu rumah Indonesia, tangga. Bagian terbesarnya wajiblah kita tentunya hal-hal baru yang perhatikan perlu pembaca ketahui dan semua catatan ini perbaiki dalam kehidupan demi martabat bahasa kita selaku penutur bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia. Indonesia. Bahasa Karena latar belakang Indonesia itu bahasa agama, karangan saya kali persatuan kita, lho, kalau ini akan dimulai dengan kita rujuk Sumpah Pemuda mengulangi kata-kata 28/10/28, hampir 112 tahun yang berkaitan dengan yang lalu. Seyogianya agama Buddha: wihara, kita lebih rapi dan tertib bodhisatwa, biksu, bukan ketika menuliskan katalagi vihara, bodhisattva, kata bahasa Indonesia, bhiksu, ya. Yang benar jangan serampangan dan alias baku itu wihara dan seenaknya sendiri. Jika ragu, bodhisatwa. Dalam segala bukalah kamus bahasa macam dokumen atau Indonesia manapun. Yang tulisan, gunakanlah wihara, termurah dan tercanggih bodhisatwa, biksu. Tempat ialah KBBI V digital yang ibadah umat Buddha itu sudah sering saya sebutkan wihara. Maka, seharusnya dalam tulisan-tulisan saya Wihara Saddharma, tentang bahasa Indonesia. Wihara Sadapribhuta, Tentunya masih banyak hal Wihara Vimalakirti Bogor. mengenai bahasa Indonesia Demikian juga halnya yang perlu kita ketahui dengan nama-nama selepas bangku sekolah bodhisatwa: Bodhisatwa sekian tahun atau bahkan Sadapribhuta, Bodhisatwa puluhan tahun yang lalu. Vimalakirti, Bodhisatwa Tulisan kali ini sebagian Visistakaritra dan ketiga berisi pengulangan artikel pemimpin bodhisatwa terdahulu agar para lainnya, Bodhisatwa pembaca dapat mengingat- Samantabadra, Bodhisatwa ingat, lebih memahami Gadgaswara, Bodhisatwa

S

Avalokiteswara. Biksu Niciren Syosu berasal dari Jepang. Ini contoh kalimat menggunakan kata biksu. Karunia bukan kurnia. Contoh: Sudah banyak karunia kebajikan yang kita peroleh. Sekarang kita beralih ke agama Islam. Masjid, musala, salat, zuhur adalah yang benar. Mesjid, mushala, sholat, dzuhur tidak baku. Tempat ibadah Muslim ialah masjid, bukan mesjid. Sekali lagi, yang benar itu masjid. Contoh: 1. Di RW 02 Kelurahan Cipaku, tempat kami tinggal, ada 1 masjid: Masjid Al Kautsar. 2. Di kantor biasanya disediakan musala untuk para karyawan dan tamu yang ingin salat. 3. Saat zuhur berbarengan dengan jam makan siang. Lalu, ada nasihat, hakikat, saraf. Ketiganya benar menurut KBBI. Yang salah ialah nasehat, hakekat, syaraf. Yang salah ini sering kita gunakan dalam keseharian kita ketika mengobrol. Maka, contohnya: 1. Kalau meminta nasihat kepada Samantabadra | Agustus 2020

87


seseorang, sebaiknya kita laksakan sesuai nasihat itu. 2. Inti hakikat Saddharmapundarika Sutra ialah Nam-myoho-rengekyo. 3. Setelah berlatih senam yang baik, saraf-saraf di sekitar rongga perut mulai berfungsi lagi. 4. Berobatlah ke dokter saraf agar stroke-nya membaik. Ada lagi rapi, silakan, mama/papa. Ketiga ejaan ini benar. Kalau ditulis rapih, silahkan, mamah/ papah, adalah salah. Jadi, yang benar adalah merapikan, mempersilakan, bukanlah merapihkan, mempersilahkan meskipun bunyinya memang pakai ‘h’. Contoh: 1. Anto membersihkan dan merapikan Butsudan sebelum melaksanakan Gongyo Pagi. 2. Ketua Daerah mempersilakan umat yang baru datang untuk memasuki Ruang Dharmasala. 3. Anto memperkenalkan Boni, Koordinator GM, yang sedang berkunjung-anggota kepada papa dan mama-nya. Sebaliknya dari kasus rapi, silakan, mama/papa yang 88

Samantabadra | Agustus 2020

tanpa huruf ‘h’, kita wajib menulis bapak, bukan bapa, rokok bukan roko, kakak bukan kaka, adik bukan adi. Dalam kasus bapak, rokok, kakak/adik ini, huruf ‘k’ tidaklah dibunyikan, tetapi penulisannya tetap dengan ‘k’. Contoh: 1. Bapak-bapak yang perokok dipersilakan merokok di ruangan khusus yang kami sediakan. 2. Kakak beradik wajib saling membantu dalam kehidupan berkeluarga.

1. Anak perempuan suka sekali makan cokelat. 2. Kuman di seberang lautan tampak. Gajah di pelupuk mata tak tampak. 3. GM terampil mengoperasikan komputer. 4. NSI memiliki beberapa cabang, yakni DPD, di Pulau Sumatra. 5. Hubungan suami – istri itu saling melengkapi dan harus terus dipelajari dan ditingkatkan kualitasnya.

Bagaimana dengan kata coklat? Benarkah ejaannya? Terkait dengan pelajaran terdahulu, ternyata yang benar adalah cokelat, bukan coklat, sama kasusnya dengan menteri, seberang, cenderung, terampil, derajat. Akan tetapi, Sumatra, patri, samudra, putra, putri, istri, bukan Sumatera, pateri, samudera, putera, puteri, isteri. Demikianlah adanya, kerumitan yang ada dalam bahasa Indonesia. Ada inkonsitensi, ketidakajekan dalam pola ejaan yang tidak dapat diseragamkan atau disamaratakan. Lagilagi kamus akan berbicara tentang mana yang benar dan mana yang salah, bukan karena penuturnya suka atau tidak suka akan bentukan kata-kata tertentu. Contoh:

Demikianlah, sekadar berbagi pengetahuan saya tentang bahasa Indonesia yang baku, terutama soal penulisan beberapa kelompokkata yang mirip kasusnya. Semoga pengetahuan ini mengubah cara penulisan ke yang benar adanya. Untuk ringkasnya, dapat pembaca simak di bawah ini penulisan yang benar: wihara, bodhisatwa, biksu, karunia masjid, musala, salat, zuhur nasihat, hakikat, saraf rapi, silakan, mama/ papa cokelat bapak, rokok, kakak/ adik (Kyanne Virya)

1. 2. 3. 4. 5. 6.


WAWASAN_

Berjemur di Bawah Sinar Matahari yang Tepat

P

agi hari dianggap sebagai waktu yang paling tepat untuk berjemur di bawah sinar matahari. Di waktu inilah, banyak orang meyakini bisa mendapatkan asupan vitamin D gratis secara alami. Meski demikian, tak sedikit ahli kesehatan yang merekomendasikan agar berjemur di bawah sinar matahari pada siang hari. Lantas, yang menjadi pertanyaan, berjemur yang baik jam berapa sebenarnya? Sebelum mengetahui waktu berjemur yang baik jam berapa, alangkah baiknya kita menilik manfaat berjemur di bawah sinar matahari terlebih dahulu. Yang perlu diketahui bahwa tubuh manusia tidak dapat memproduksi vitamin D dengan sendirinya. Apalagi kandungan vitamin D nyatanya cukup terbatas hanya dari jenis-jenis makanan tertentu, seperti kuning telur dan susu. Beberapa manfaat berjemur di bawah sinar matahari, antara lain:

1. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh Salah satu manfaat berjemur di bawah sinar matahari adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kandungan vitamin D yang terbentuk akibat paparan sinar matahari dapat membantu mencegah infeksi pada tubuh dan melawan penyakit, seperti penyakit jantung, multiple sclerosis, beberapa jenis penyakit autoimun dan kanker, serta flu. Bukan tidak mungkin bila rutin berjemur di bawah sinar matahari setiap hari dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga kita akan terhindar dari virus corona covid-19. 2. Memperkuat kesehatan tulang Manfaat berjemur di bawah sinar matahari yang paling dikenal adalah meningkatkan kesehatan tulang. Ya, seperti yang sudah diketahui bahwa vitamin D berfungsi untuk merangsang penyerapan

kalsium dan fosfor yang dapat memperkuat tulang. Sebuah hasil studi menyebutkan bahwa kandungan vitamin D3 dari sinar matahari ternyata memiliki peran penting untuk kepadatan tulang. Vitamin D3 adalah vitamin larut dalam lemak yang terbentuk selama proses pembuatan vitamin D saat sinar matahari mengenai kulit. Hal inilah yang dapat mengatur penyerapan kalsium. Jadi, jika Anda memiliki kandungan vitamin D3 yang lebih tinggi di dalam darah maka kecil kemungkinan Anda akan menderita osteoporosis dan arthritis di kemudian hari. 3. Meningkatkan kualitas tidur Berjemur di bawah sinar matahari juga dapat meningkatkan kualitas tidur sehingga kita akan tidur lebih nyenyak di malam hari. Ketika sinar matahari mengenai mata, sebuah pesan dikirim ke kelenjar pineal dalam otak dan produksi melatonin, suatu Samantabadra | Agustus 2020

89


hormon yang menimbulkan rasa kantuk dan membantu tidur. Sinar matahari akan membuat tubuh memiliki gambaran yang jelas bahwa ini bukanlah malam hari sehingga tubuh akan mempertahankan ritme sirkadian yang normal. Sebaliknya, ketika di luar mulai gelap maka tubuh akan mendapatkan gambaran yang jelas sehingga merasa lelah dan mengantuk jelang waktu tidur. Pendapat mengenai waktu berjemur yang baik jam berapa memang masih beragam di kalangan para ahli kesehatan. Ada yang berpendapat bahwa waktu berjemur di bawah sinar matahari yang baik adalah saat pagi hari. Namun, ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa waktu berjemur yang baik adalah saat siang hari. Sebenarnya, ada dua jenis cahaya matahari yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh manusia, yakni sinar ultraviolet A dan ultraviolet B. Sinar ultraviolet A tidak dibutuhkan oleh manusia, bahkan seharusnya dihindari karena terpapar sinar matahari ini secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kulit keriput dan kanker kulit. Ultraviolet A umumnya adalah cahaya matahari yang muncul pada jam 05.30 pagi hingga 07.00 pagi, atau tepatnya saat matahari mulai beranjak naik dan gelombang cahaya matahari sedang panjang. Sedangkan,

90

Samantabadra | Agustus 2020

sinar matahari ultraviolet B merupakan gelombang cahaya yang pendek. Jadi, inilah jenis cahaya matahari yang dibutuhkan oleh tubuh. Ultraviolet B bisa Anda dapatkan saat sinar matahari naik, yakni sekitar jam 10.00 pagi hingga 15.00 siang. Selain itu, sebuah penelitian lain mengungkapkan alasan bahwa waktu terbaik untuk mendapatkan sinar matahari adalah siang hari. Sebab, pada waktu tersebut risiko kanker kulit jenis cutaneous malignant melanoma (CMM) tergolong paling rendah. Paparan sinar matahari yang didapatkan antara jam 10.00-15.00 dapat memicu produksi vitamin D, yang dapat bertahan dua kali lebih lama dalam darah, jika dibandingkan dengan vitamin D yang dikonsumsi dalam bentuk suplemen atau makanan. Meski demikian, pada rentang jam tersebut, risiko kulit terbakar matahari pun dapat meningkat karena paparan sinar matahari cukup menyengat. Oleh karena itu, kita perlu membatasi waktu berjemur di bawah sinar matahari selama 10-20 menit saja. Cahaya matahari yang terbaik adalah yang menyinari tubuh secara langsung, bukan hanya sekadar membuat tubuh mengeluarkan keringat. Jadi, upayakan kulit mendapat sinar matahari secara langsung, ya. Tips berjemur di bawah sinar matahari yang aman dan nyaman

Setelah mengetahui waktu berjemur yang baik jam berapa, kita perlu melakukan beberapa tips berjemur di bawah sinar matahari yang nyaman dan aman berikut ini: - Gunakan lotion kulit pelindung sinar matahari yang mengandung minimal SPF 30 atau di atasnya pada permukaan kulit wajah (hindari area mata) dan tubuh (terutama tangan dan kaki). - Oleskan lotion SPF antara 15 menit sebelum berjemur di bawah sinar matahari. Hal ini dilakukan agar tersedia cukup waktu untuk kulit menyerap lotion sehingga dapat bekerja secara efektif. - Sebaiknya cari tempat yang baik dan nyaman agar Anda bisa menggunakan pakaian yang tidak terlalu tertutup sehingga sinar matahari langsung mengenai kulit. - Saat berjemur di bawah sinar matahari, Anda tidak harus berdiam diri. Lakukanlah aktivitas lain, seperti jalan santai, duduk atau membaca buku di area terbuka, menyiram bunga, berkebun, mencuci kendaraan, menyapu halaman rumah, dan lain sebagainya. - Cukupi asupan air putih apabila Anda menghabiskan waktu yang cukup lama di bawah sinar matahari. - Beristirahatlah atau menyudahi berjemur jika kulit mulai terasa panas. Referensi: https://kesehatan.kontan.co.id/news/initips-berjemur-di-bawah-sinar-matahariyang-aman-dan-nyaman?page=all


WAWASAN_

Buah-buahan yang Tinggi Vitamin C Selain Jeruk

V

itamin C merupakan salah satu vitamin penting yang dibutuhkan oleh tubuh, terutama untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel dalam tulang, gigi, kulit, dan jaringan lainnya. Selain itu, vitamin C juga mempunyai peran lain, seperti membantu meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber makanan nabati, membantu mencegah kerusakan sel sehingga dapat mengurangi risiko penyakit kanker, dan juga dapat melindungi tubuh dari berbagai infeksi karena vitamin C dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh. Karena fungsinya yang penting ini, maka tak heran tubuh kita membutuhkan banyak asupan vitamin C dari makanan. Salah satu sumber vitamin C adalah buahbuahan. Tidak hanya jeruk, masih banyak lagi buah yang mengandung vitamin C. Beberapa buah lain yang mengandung vitamin C adalah:

1. Jambu biji Jambu biji merupakan buah yang mengandung vitamin C paling tinggi. Seperti yang telah disebutkan di atas, jambu biji mengandung lebih dari 200 mg vitamin dalam satu buahnya, melebihi kandungan vitamin C yang dimiliki oleh jeruk. Selain vitamin C, jambu biji juga mengandung banyak serat. Kandungan serat dalam jambu biji ini juga melebihi kandungan serat yang dimiliki oleh jeruk. Anda disarankan untuk memenuhi kebutuhan serat sebesar 25 gram (untuk wanita) sampai 38 gram (untuk pria) dalam sehari. 2. Pepaya Setengah buah pepaya mengandung kurang lebih 94 mg vitamin C. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan kandungan vitamin C dalam buah jeruk. Berdasarkan penelitian, konsumsi buah pepaya dapat membantu mencerahkan kulit dan memperkuat tulang Anda. Hal ini bisa terjadi

karena kandungan vitamin C yang tinggi dalam buah pepaya. Selain vitamin C, buah pepaya juga kaya akan serat, vitamin A, vitamin B kompleks (seperti asam folat, vitamin B6, vitamin B2, dan vitamin B1), kalium, dan kalsium. Karena kandungannya ini, tentu pepaya memberi manfaat bagi tubuh, seperti untuk memperlancar pencernaan (serat), menjaga kesehatan kulit dan mata (vitamin A), membantu metabolisme tubuh (vitamin B kompleks), dan mengontrol tekanan darah (kalium). 3. Kiwi Kiwi mengandung vitamin C sebanyak 84 gram per satu buah. Kandungan vitamin C dalam buah kiwi juga lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan vitamin C dalam jeruk. Kandungan antioksidan dari vitamin C-nya yang tinggi membuat buah kiwi dapat membantu tubuh melawan infeksi dan radikal bebas dalam tubuh. Buah kiwi juga mengandung vitamin A, Samantabadra | Agustus 2020

91


vitamin E, dan vitamin K. Sedangkan, mineral yang terkandung dalam buah kiwi adalah kalium, mangan, zat besi, dan magnesium. Selain itu, buah kiwi juga sebagai sumber makanan yang kaya akan asam lemak omega 3, di mana omega 3 dapat membantu Anda menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. 4. Stroberi Setengah gelas (125 ml) stroberi mengandung 52 mg vitamin C. Sedikit di bawah kandungan vitamin C dalam jeruk, tetapi stroberi tetap mempunyai manfaat banyak bagi tubuh. Selain vitamin C, stroberi juga mengandung antosianin dan asam ellagic. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi stroberi dapat membantu mencegah Anda dari kanker, penuaan, peradangan, dan penyakit saraf.

Resep Kue Dorayaki oleh Trevani Plorentina (GM NSI Tangerang)

Buah stroberi kaya akan antioksidan dan juga mengandung vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin E, kalium, mangan, fluor, zat besi, dan iodium, yang tentunya sangat bermanfaat bagi tubuh kita. 5. Nanas Sebesar 39-49 gram vitamin C terkandung dalam setengah gelas (125 ml) buah nanas. Tidak berbeda jauh dengan kandungan vitamin C yang ada dalam buah stroberi. Selain vitamin C, buah nanas juga terkenal dengan kandungan bromelain yang ada di dalamnya. Bromelain merupakan enzim pencernaan yang membantu memecah protein dalam makanan dan mengurangi kembung, serta juga dapat bertindak sebagai antiperadangan. Buah nanas

Bahan: 2 butir telur ayam 150 gram gula pasir 50 gram susu bubuk vanilla / coklat 50 gram mentega dicairkan 1 sdt soda kue 350 ml air 500 gram terigu protein sedang 1 sachet vanili Topping : selai coklat, selai starwberry, selai durian, sesuai selera Cara membuat: 1. Kocok telur dan gula hingga tercampur rata. 2.Masukkan susu bubuk dan

92

Samantabadra | Agustus 2020

juga mengandung vitamin B kompleks dan vitamin A dalam jumlah sedikit. 6. Mangga Lebih sedikit dari kandungan vitamin C yang ada dalam buah-buahan di atas, kandungan vitamin C dalam buah mangga adalah sebesar 29 mg. Selain sebagai sumber vitamin C, mangga juga sebagai sumber vitamin A, vitamin B6, vitamin C, vitamin E, kalium, dan tembaga. Mangga juga kaya akan serat dan fitonutrien, seperti karotenoid dan polifenol. Senyawa antioksidan polifenol yang terkandung dalam buah mangga terbukti dapat membantu melindungi Anda dari kanker payudara dan kanker usus besar. Referensi: https://hellosehat.com/hidup-sehat/ nutrisi/buah-kandungan-tinggivitamin-c-selain-jeruk/

vanili. Kocok lagi sampai halus. 3. Tambahkan terigu dan air sedikit demi sedikit secara bergantian sambil di kocok terus sampai halus. 4. Tambahkan mentega yg sudah dicairkan. Dan tambahkan soda kue. 5. Diamkan adonan sekitar 30 menit. 6. Panaskan teflon dan kecilkan api. Lalu tuang adonan sebanyak 1 sendok sayur ke atas teflon. Tunggu hingga berbuih sedikit baru di balik. 7. Sajikan adonan dengan topping yg diinginkan.


DUNIA ANAK_

Hai anak-anak NSI! Yuk belajar Bahasa Inggris dengan menemukan kata-kata berbahasa Inggris di bawah ini.

Sumber: https://www.bestcoloringpagesforkids.com/summer-word-search-puzzles.html

Samantabadra | Agustus 2020

93


Berita Duka Cita

Bapak Yonatan Prawira

Ibu Thio Nacing

(Nenek dari Sdr. Obet)

Meninggal pada usia 62 tahun 19 April 2020 Umat NSI daerah Kelapa Gading DKI Jakarta

Meninggal pada usia 83 tahun 09 Mei 2020 Umat NSI daerah Cikupa Banten

Bapak Peter Mulyadi

Bapak Rasidi

Bapak Oey Seng Yong

Meninggal pada usia 78 tahun 25 Mei 2020 Umat NSI daerah Kelapa Gading DKI Jakarta

Meninggal pada usia 64 tahun 31 Mei 2020 Umat NSI daerah Tangerang Banten

Meninggal pada usia 82 tahun 05 Juli 2020 Umat NSI daerah Cikupa Banten

Bapak Trisno Wijaya Meninggal pada usia 71 tahun 25 Mei 2020 Umat NSI daerah Tangerang Banten

Sdr. Yosefan Hartono

(Cucu dari Ibu Hong Nio) Meninggal pada usia 16 tahun 11 Juli 2020 Umat NSI daerah Citra Raya Banten

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Dana paramita NSI dapat disalurkan melalui: Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia Apabila diperlukan, Anda dapat menyampaikan bukti transfernya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

94

Samantabadra | Agustus 2020


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Agustus 2020 Tanggal 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Hari Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

27 28 29 30 31

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin

Jam

Kegiatan

14.00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul

19.00

Pendalaman Gosyo DPW DKI Jakarta

19.00

Pertemuan Ceramah Gosyo Daerah

19.00

Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang

19.00

Pertemuan Pria Umum

19.00

Pertemuan Cabang

19.00

Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia

19.00

Pertemuan Anak Cabang

10.00 19.00

Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Empat Bagian

13.00 19.00

Pendalaman Gosyo Dharma Duta & Luar Daerah Rapat DPW-DPD NSI Jabotabekcul

17.00

Kensyu Gosyo Umum Materi September 2020 Kensyu Gosyo Umum Materi September 2020 Pendalaman Gosyo darma duta dan luar daerah

13.00

Daimoku bersama di kediaman masing-masing setiap hari pukul 14.00 – 16.00 WIB

Untuk sementara seluruh kegiatan pertemuan NSI dilakukan secara virtual atau disiarkan secara daring (online). Kanal youtube: https://www.youtube.com/user/NicirenSyosyuIndo Samantabadra | Agustus 2020

95


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

96

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Agustus 2020

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.