Samantabadra 2020-04

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat

gosyo cabang Surat Balasan Kepada Toki-ama goze

04

#315

Surat Perihal Hukum yang Gaib dan Manusia yang Agung

SAMANTABADRA | APRIL 2020| NOMOR. 315

S

ebagaimana telah Anda ketahui dengan baik, salah satu Sutra (Samyuktagama) salah satu dari keempat Sutra Agam menceritakan tentang kisah Sri Sambhava, (Tokusyo Doji), yang telah mempersembahkan sebuah kue yang terbuat dari tanah kepada Sang Buddha dan kemudian ia dilahirkan kembali sebagai Raja Asoka yang memerintah sebagian besar negeri India. Karena Sang Buddha patut dimuliakan, anak tersebut mendapat imbalan besar walaupun kue itu hanya terbuat dari tanah. Akan tetapi, Buddha Sakyamuni mengajarkan bahwa seseorang yang menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra di masa akhir dharma, walau hanya satu haripun, akan memperoleh karunia yang lebih besar daripada imbalan yang diperoleh karena mempersembahkan pusaka yang tak terhitung kepada Sang Buddha selama seratus ribu kalpa.

gosyo kensyu Surat Perihal Hukum yang Gaib dan Manusia yang Agung

a

p

r

i

l

2 0 2 0


Ketua Umum NSI menyampaikan pidatonya dalam Universal Peace Federation World Summit 2020: Interreligious Association for Peace and Development. 05 Februari 2020.

M

elesatnya anak panah tergantung kekuatan busurnya, bergeraknya awan tergantung kekuatan naga, kegiatan suami tergantung kekuatan istrinya. Sekarang, kunjungan Tuan Toki ke Gunung Minobu ini adalah kekuatan dari Amagoze (istri). Dengan melihat asap kita dapat mengetahui apinya, dengan melihat hujan kita dapat mengetahui naga, dengan melihat suami kita dapat melihat istrinya. Sekarang ketika bertemu dengan Tuan Toki, Saya seakan-akan merasa berjumpa dengan Amagoze.

Surat Balasan kepada Toki Ama Goze Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Ketua Umum NSI foto bersama pemuka lintas agama dari berbagai negara dalam forum Universal Peace Federation World Summit 2020. 05 Februari 2020.

D

engan menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, Raja Ajatasatru telah memperpanjang usianya selama 40 tahun. Chen Cen, kakak Mahaguru Tien Tai, dikatakan telah memperpanjang usia selama 15 tahun. Amagoze juga seorang pelaksana Saddharmapundanika-sutra yang kuat kepercayaannya dan penuh semangat seperti bulan yang purnama dan laut yang pasang. Mungkinkah tidak dapat menyembuhkan penyakit serta memperpanjang usia? Yakinilah hal ini dengan kuat dan sayangilah badan Anda serta jangan sekali-kali berkeluh kesah dalam hati.

Surat Balasan kepada Toki Ama Goze

Keterangan halaman muka Bunga teratai perlambang hukum sebab-akibat.


sambutan

Pidato Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) dalam forum World Summit 2020, Universal Peace Federation (UPF). Seoul, Korea Selatan 05 Februari 2020 Nammyohorengekyo, Saudara-saudaraku pecinta damai sedunia, selamat sore. Pembangunan manusia yang unggul adalah landasan terpenting dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan dunia saat ini. Dalam pandangan masyarakat umum manusia yang unggul adalah individu yang: 1. Mampu menunjukkan sikap dan tindakan yang senantiasa bekerja keras, dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, partisipatoris dalam etos kolektif gotong royong 2. Mampu membuktikan kecerdasan, kebijaksanaan dan keluasan pengetahuannya dalam tindak nyata, perilaku atau rekam jejaknya yang memberikan maanfaat pada banyak orang. 3. Mampu mewujudkan integritasnya di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perspektif Buddhis Niciren Syosyu, pembangunan manusia yang unggul hanya dapat terwujud jika didasarkan pada filsafat yang agung. “Karena hukumnya gaib, manusianya menjadi agung; karena manusianya agung, tanahnya menjadi luhur. (Dikutip dari Gosyo Surat Balasan Kepada Nanjo Dono) Gaib di sini berarti belum terjangkau oleh akal pikiran manusia, kenapa belum terjangkau? karena pikiran kita baru menggunakan keenam indera, belum menggunakan kesembilan indera kita, hal itu bisa dipahami ketika kita mencapai indera ke sembilan, yaitu kesadaran Buddha, kesadaran yang hakiki, yang utuh, yang sempurna. Dalam perspektif Buddhis Niciren Syosyu, manusia memiliki sembilan indera: (pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, pengecap rasa), indera perasaan/hati, indera manas (pikiran), indera alaya (gudang karma), dan indera amala (kesadaran hakiki/ Buddha). Berbagai macam tantangan yang sedang dihadapi dunia saat ini seperti: kelaparan, terorisme, perubahan iklim, ketidakamanan pangan, penurunan moral, pengungsian karena perang, bencana

Samantabadra | April 2020

1


alam, dan perlombaan senjata yang terus dihadapi oleh komunitas global, sebetulnya bersumber dari penurunan moral manusia yang sudah tidak lagi sesuai dengan irama hukum alam semesta yang gaib ini (memberi suka dan mencabut dukkha), seperti matahari yang memberikan manfaatnya kepada semua makhluk tanpa membeda-bedakan. Saat ini kecenderungan manusia lebih banyak memberi Dukkha dan mencabut Suka kepada alam semesta beserta isinya, jiwa yang diliputi oleh tiga akar keburukan (Keserakahan, kemarahan, dan kebodohan) menjadi sumber dari setiap pikiran, ucapan, dan tindakan manusia saat ini, sehingga muncul berbagai macam musibah di alam semesta. Buddha sudah meramalkan sejak sekitar 3.000 tahun yang lalu di dalam Sutra Manusendra dan Sutra Bhaisajyaguru, bahwa bilamana jiwa manusia menjadi kacau maka akan terjadi 3 bencana (peperangan, kelaparan, penyakit) dan 7 musibah (1.Kematian banyak orang karena wabah penyakit, 2.serangan negeri asing, 3.perang saudara di dalam negeri, 4.kelainan peredaran bintang, 5.gerhana matahari dan bulan, 6.hujan dan angin besar yang tidak pada waktunya, 7.kemarau panjang yang mengakibatkan kebakaran) yang saat ini satu persatu sudah terjadi secara nyata di kehidupan kita. Untuk bisa meningkatkan kualitas moral dan mengubah bencana tersebut adalah dengan memunculkan kesadaran hakiki yang terdapat di dalam diri setiap umat manusia. Dalam perspektif Buddhis Niciren Syosyu, caranya adalah dengan selalu menyebut Nammyohorengekyo (mantra atau suatu suara ungkapan kesungguhan hati untuk betul-betul menyelaraskan diri dengan alam semesta, panggilan untuk memanggil keluar kesadaran Buddha yang ada di dalam diri setiap umat manusia). Hukum agung tersebut (Nammyohorengekyo) menjadi hal terpokok perubahan total yang menentukan terwujudnya kesadaran hakiki dan keselarasan diri umat manusia dengan alam semesta (keharmonian dan perdamaian). Selain itu, keinginan luhur untuk memberi manfaat kepada sesama umat manusia, seluruh makhluk dan lingkungan adalah perwujudan kesadaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, karena itulah irama alam semesta. Filsafat hidup seseorang juga turut menentukan kualitas moral orang yang bersangkutan, kalau menggunakan filsafat kita sendiri, belum tentu benar. Oleh karena itu, sebagai seorang Buddhis perlu betul-betul meyakini, menghayati dan mengamalkan filsafat Buddha dalam kehidupan sehari-hari yang sudah terbukti berhasil membuat Buddha Sakyamuni maupun Buddha Niciren dan Buddha-buddha lainnya menjadi seseorang yang memiliki kesadaran sempurna. Jadi harus menukar filsafat pribadi dengan filsafat Buddha. Sikap keberagamaan ini pun perlu dilakukan oleh umat beragama lainnya dengan kebenaran dari ajaran agamanya masing-masing agar peningkatan moral manusia dapat mewujud nyata.

2

Samantabadra | April 2020


Seperti di Tiongkok /China ketika ingin membangun Rumah Sakit dalam waktu 10 hari untuk menanggulangi Wabah Neo Corona Virus, dibangun oleh para teknokrat, tapi yang bisa membuat itu semua terwujud adalah landasan moral yang dimiliki oleh seluruh pekerja Tiongkok / China saat membangun rumah sakit itu, ada kesadaran semangat untuk berjuang bersamasama demi mengatasi masalah, mampu merasakan bahwa pencurahan jiwa raga terhadap negara dan kemanusiaan adalah wujud dari balas budi yang tinggi nilainya, “Wuhan Jiayou!� Itulah seruan semangat kejiwaan yang disampaikan oleh seluruh pekerja dan masyarakat Tiongkok/ China saat itu. Oleh karena itu, diperlukan moderasi terhadap sikap keberagamaan yang sesungguhnya dari setiap umat beragama di seluruh dunia agar mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan seluruh ajaran agama di dalam kehidupannya sehari-hari secara utuh. Setiap umat beragama, memiliki tanggung jawab tersebut sebagai pelaksana ajaran dari agamanya masing-masing. Karena pada hakikatnya, semua agama mengajarkan kebaikan. Jika ditinjau dari asal katanya, agama (dalam bahasa sansekerta yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk istilah religion) A berarti Tidak, Gama berarti Kacau, Agama berarti ‘tidak kacau’. Artinya jika sungguh-sungguh melaksanakan sikap keberagamaan yang sesuai dengan ajaran agama, maka tidak akan terjadi kekacauan dalam hidup dan lingkungan. Kalau ada kekacauan yang mengatasnamakan agama, itu jelas bukan agama, itu hanyalah oknum yang menggunakan agama sebagai alat untuk memecah belah suatu bangsa dan negara untuk memperoleh keuntungan pribadi dan kelompoknya. Sebagai seorang Buddhis, kami memiliki pandangan bahwa akan jauh lebih indah jika sejak awal seluruh umat manusia mampu menjaga sekejap-sekejap perasaan jiwanya untuk selalu ada dalam kondisi kesadaran Buddha, sehingga tidak perlu sampai terjadi bencana dan musibah terlebih dahulu baru sadar dan berjuang bersama-sama untuk mengatasinya. Terima kasih. Nammyohorengekyo. Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja

Samantabadra | April 2020

3


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Balasan kepada Nyonya Ueno Dono Ama Goze Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI 29 Februari-01 Maret 2020

Nammyohorengekyo, Kita umat manusia mempunyai kekuatan untuk memilih dan menentukan cara hidup yang akan mengakibatkan karma pada masa mendatang, entah itu penuh dengan kebahagiaan atau penderitaan. Syiciro Goro adalah anak kelima dari Nyonya Ama Goze. Anak ini tumbuh dengan sangat rupawan dan gagah; ia meniru ayahnya yang taat pada bimbingan Buddha Niciren. Sehingga, Buddha Niciren sangat memuji Syiciro Goro, dan keluarganya pun sangat mengaguminya; di mana-mana ia disenangi orang. Dengan prestasi seperti itu, tentu seorang ibu mengharapkan bahwa anak ini akan berusia panjang dan menciptakan prestasi yang lebih banyak. Namun kenyataannya, saat usianya baru 16 tahun, Syiciro Goro meninggal. Tentunya, sang ibu merasa sangat kehilangan. Syiciro Goro lahir tanpa seorang ayah, kemudian dibesarkan dengan susah payah oleh seorang janda. 4

Samantabadra | April 2020

Akhirnya, anak ini tumbuh besar dan menjadi pribadi yang baik, walau sayangnya berumur pendek. Buddha Niciren mengingatkan kita kembali tentang kefanaan. Segala sesuatu di alam semesta ini menjalankan proses lahirtua-sakit-mati, dan siklus ini sudah pasti terjadi. Bahkan benda pun mengalami proses yang serupa; terbentuk, berkembang, rusak, dan hancur, tetapi tidak musnah (Jo Ju E Ku). Dalam situasi seperti ini, Nyonya Ama Goze yang sangat menyayangi anaknya tentu mengharapkan bahwa satu waktu mereka bisa bertemu lagi. Dulu sebelum agama Buddha muncul, manusia sudah mempunyai karakter spiritual, sehingga memercayai roh-roh. Orang yang hidup pada zaman aminisme menjalankan upacara bakarbakar, yang terus berkembang sampai agama Buddha timbul. Agama Buddha juga banyak terpengaruh oleh budaya India dan Hindu karena bermula dan berkembang di India. Jadi,

pengaruh-pengaruh seperti ini menyelewengkan pemahaman kita tentang kematian dari paham yang tepat dan benar. Semua orang pasti tidak mau meninggal, tapi keinginan ini adalah keinginan yang tidak mungkin terpenuhi. Oleh karena itu, Buddha Niciren mengatakan bahwa sebelum kita memahami tentang hidup, kita harus memahami tentang kematian terlebih dahulu. Saya percaya bahwa saya sudah berkali-kali meninggal, tetapi saya tetap belum mengerti arti dari kematian. Sehingga, Anda, seperti saya, masih takut dengan kematian, karena bagi kita kematian adalah kegelapan. Di tempat yang terang, semua jelas dan kelihatan; tapi di tempat gelap, kita tidak bisa melihat apa-apa sehingga kita takut terperosok. Kita masih gelap soal kematian, sementara kita bisa melihat hidup walaupun kita belum memahami makna sesungguhnya dari kehidupan. Kita sekedar menjalankan rutinitas sehari-hari: bangun pagi, sarapan, kerja, istirahat, makan, lanjut bekerja, lalu tidur. Kita menganggap


bahwa makna kehidupan adalah demikian. Tapi, paling tidak kita bisa merasakan kehidupan; terkadang kita sakit, terkadang kita lapar, terkadang kita senang, terkadang kita susah, terkadang kita takut. Tetapi, kita sama sekali belum memahami kematian walaupun kita sudah berkalikali meninggal dan lahir kembali. Justru, karena kematian masih sebuah misteri, banyak agama yang menggunakan soal kematian untuk motif yang kurang baik. Padahal, agama seharusnya berusaha memberikan penjelasan agar umat manusianya menjadi terang. Seharusnya agama mengajarkan paham tentang makna kematian, sehingga umatnya akan menjalankan kehidupan yang bermakna karena tahu akan berakhir pada kematian. Umumnya, karena kita takut atau penasaran, kita mempunyai kecenderungan untuk mengikuti kepercayaankepercayaan lain tentang kematian. Kemarin ini, saya mendapat kabar bahwa umat NSI yang sudah lama tidak aktif, yang menerima Gohonzon pada tahun 1968, telah meninggal. Keluarganya meminta agar upacaranya dilaksanakan secara Niciren Syosyu karena umat tersebut pernah memesankannya. Maka, saya memandang ini dengan pemikiran positif. Berarti, masih terdapat jodoh baginya untuk melangsungkan

ajaran Nammyohorengekyo pada kehidupan selanjutnya. Semua orang pasti meninggal namun meninggal dengan karma yang baik adalah pilihan. Karma adalah hasil dari perbuatan kita. Di sini Niciren Daisyonin mengatakan bahwa penjelasan tentang gunung kematian dan Sungai Sanzu tertera dalam Sutra Sepuluh Raja Sebab Jodoh Timbul Hati Bodhisattva Ksitigarbha, bukan berdasarkan Saddharmapundarika-sutra. Saat itu, Nyonya Ama Goze pasti berada dalam lingkungan yang penuh dengan pengaruh yang kurang baik, sebab waktu itu pengaruh dari Sekte Zen, Nembuce, dan sekte lain masih begitu kuat. Sehingga dengan demikian, Buddha Niciren harus bisa memahami kondisi Ama Goze. Berdasarkan Sutra Sepuluh Raja, dijelaskan bahwa orang yang baru meninggal harus melalui sepuluh gunung kematian, maka itu terdapat upacara pada hari ketujuh dan hari ke-49 bagi orang yang baru meninggal. Buddha Niciren mengambil contoh dari sutra ini karena Nyonya Ama Goze meminta beliau mendoakan anaknya. Beliau meluruskan bahwa, upacara seperti ini adalah pelaksanaan yang dijalankan sekte lain. Dalam ajaran sekte lain, hari ke-49 adalah hari yang penting karena pada hari itu, keluarga dan kerabat almarhum dianggap bisa menentukan perasaan

jiwanya, apakah ia akan berada di dunia neraka, kelaparan, kebinatangan, kemarahan, kemanusiaan, surga, sravaka, pratekya Buddha, bodhisatwa, atau Buddha. Dipercaya bahwa, apabila di hari ke-49, doanya tulus dan disertai dengan peringatan yang besar-besaran, maka “kiriman� doanya pun manjur. Tetapi, Buddha Niciren meluruskan kesalahpahaman ini. Sebetulnya, perasaan jiwa saat seseorang meninggal ditentukan saat ia masih hidup. Semua gosyo Buddha Niciren menegaskan bahwa saat ajal adalah sekarang. Perasaan jiwa saat ajal tergantung pada kebiasaan hidup orang tersebut. Jika ia selalu melatih diri untuk berada di suasana Buddha, maka ia pun akan meninggal dalam suasana Dunia Buddha. Kematian selalu terjadi secara mendadak. Maka, kita harus sadar bahwa setiap waktu bisa jadi adalah saat ajal. Oleh karena itu, kita juga diingatkan Buddha untuk mempersiapkan suasana jiwa kita untuk meninggal. Saya menginginkan agar kita semua menjalankan hidup dengan ajaran agama yang sebenarnya, sehingga cara berpikir manusia menjadi sesuai aturan. Maka itu, kita pun harus memahami kematian. Terkadang, kita dikuasai kesombongan dan kecongkakan intelektual; kita percaya bahwa kita sudah betul-betul paham tentang Samantabadra | April 2020

5


makna dari kematian, padahal belum tentu apa yang kita sampaikan sudah benar. Buddha berkata bahwa terdapat duka dan suka dalam hidup ini. Kita senang bila bertemu dengan orang yang kita senangi, dan kita berduka bila ditinggalkan oleh orang yang kita senangi. Maka itu, karena mempunyai anak yang begitu disayangi dan dibanggakannya, pasti Nyonya Ama Goze mengalami perasaan duka yang mendalam. Sebenarnya, ada yang lebih penting daripada upacara untuk mendoakan orang yang meninggal 49 hari setelah hari kematiannya. Upacara yang pokok untuk orang yang meninggal adalah membaca bagian dari Saddharmapundarikasutra dan menyebut Nammyohorengekyo sebanyak-banyaknya dari hari ke hari. Karena orang yang sudah meninggal tidak bisa melakukan pertapaan ini lagi, maka dianjurkan kepada semua umat manusia untuk selalu membaca Saddharmapundarikasutra, menyebut ribuan kali Nammyohorengekyo, dan menjalankan cara hidup berdasarkan Nammyohorengekyo selama ia belum meninggal. Kemudian, yang sudah meninggal bisa dibantu oleh yang masih hidup, terutama oleh keluarga karena terdapat hubungan jodoh yang kuat. 6

Samantabadra | April 2020

Bukan berarti kita tidak boleh menyembahyangkan seseorang 7 hari setelah dia meninggal, 49 hari setelah ia meninggal, dan seterusnya. Tapi, kita harus memaknainya seperti ini, bukan seperti yang tertera di Sutra 10 Raja. Dengan melakukan Gongyo Daimoku secara terus-menerus, orang yang ditinggalkan pun lama-lama akan memunculkan kesadaran Buddha. Sehingga, lukanya dapat berubah menjadi kesadaran (Syoji Soku Nehan), dan penderitaan hidupmati dapat diubah dengan kesadaran (Bonno Soku Bodai). Ajaran ini memang diperuntukkan untuk masa akhir dharma. Agama bisa mengubah dan meningkatkan kualitas manusia. Maka itu, agama sangat dibutuhkan karena sekarang moral manusianya merosot, sehingga timbul banyak bencana. Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan moralitas manusia kembali adalah agama. Saya mengatakan dalam forum antar-agama di Korea bahwa agama yang bisa mengatasi kekeruhan manusia ini adalah agama Buddha Nammyohorengekyo. Memang agama ini diperuntukkan untuk seluruh umat manusia masa akhir dharma. Ini harus kita dengungkan dan komunikasikan secara terus-menerus. Saya tidak mengatakan bahwa semua agama baik, tapi saya mengatakan bahwa semua

agama mengajarkan kebaikan. Maka, apabila kita menghambat orang lain dalam mencapai kesadaran, misalnya dengan menyebarkan pemikiran kita sendiri, berarti kita sudah memfitnah dharma. Orang-orang yang tidak paham tentang kematian dan kehidupan akan terus berjalan dengan cara berpikir yang bersumber dari filsafat yang salah, dari satu penderitaan pindah ke penderitaan yang lain, berada di dunia neraka. Tapi, bila menjalankan dan menyebarluaskan dengan benar, kita akan dilindungi oleh Buddha dari sepuluh penjuru, Gosyo ini sangat relevan. Rohaniawanrohaniawan sekarang sering memakai angka-angka yang istimewa untuk mengadakan upacara bagi orang yang meninggal. Pada hakikatnya, hidup sebetulnya penuh dengan kesenangan (Yuraku). Yang membuat kita tidak senang adalah diri kita sendiri, karena memakai cara berpikir yang keliru, memakai cara berpikir manusia dan bukan Buddha. Murid-murid Niciren Daisyonin adalah orang-orang yang dididik untuk paham tentang kematian. Sehingga dengan demikian, ketika ia hidup, ia bisa mempersiapkan sikap sehari-hari yang baik. Akhirnya, ini menjadi tumpukan sebab baik untuk meninggal dengan kondisi yang terbaik. Ini merupakan persiapan dengan sendirinya, jadi tidak diperlukan upacara-


upacara agar ia bisa dilahirkan kembali di tempat yang baik dan menyenangkan. Namun, karena kita juga terpengaruh oleh pahampaham lain, kita pun sering tidak memperhatikan bila kita onsitsu (marah dan benci), bermalas-malasan, dan sebagainya. Umumnya, , baru kita baru mulai sibuk mempersiapkan menjelang ajal. Sebetulnya, kalau seharihari kita menanam sebabakibat yang baik, kita bukan hanya bisa melindungi diri sendiri, bahkan kita bisa melindungi keluarga kita dan teman-teman kita. Kita seharusnya rajin menjalankan Gongyo Daimoku, membaca bab 2 dan bab 16 karena Buddha Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa hanya ada satu jalan (Ekayana) untuk mencapai kesadaran Buddha adalah Nammyohorengekyo. Sekarang, karena kita masih hidup, kita masih ada kesempatan untuk mempersiapkan kematian. Caranya adalah dengan tidak melaksanakan pemfitnahan dharma dan senantiasa menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Kebahagiaan tidak tergantung pada ukuran Gohonzon seseorang, tapi tergantung kesungguhan hati seorang pelaksana. Orang sekarang banyak yang meragukan Gohonzon karena dibuat oleh sekte-sekte yang berbeda. Tetap saja, semua Gohonzon adalah Gohonzon yang asli,

dan seharusnya kita tidak menjadikan ini sebagai alasan untuk meragukan kekuatan Gohonzon. Justru, agama Niciren Syosyu membuat kita semakin lepas dari penderitaan setiap harinya. Penderitaan itu ibarat sesak nafas, karena seseorang mendapatkan masukan yang menyesatkan. Buddha Sakyamuni mengajarkan dharma selama 50 tahun. Ketika Buddha Sakyamuni mencapai kesadaran Buddha, beliau tidak berubah menjadi manusia yang istimewa. Maka itu, muncullah Buddha Niciren. Orang bisa menganggap bahwa Buddha Sakyamuni mencapai kesadaran karena mewarisi darah bangsawan. Oleh karena itu, kehadiran Buddha Niciren, yang dilahirkan sebagai anak dari nelayan, membuktikan kepada kita bahwa semua orang dapat mencapai kesadaran Buddha. Apabila Niciren Daisyonin saja bisa menjadi Buddha, kita semua juga bisa menjadi Buddha. Buddha Sakyamuni menjelang moksya menitipkan pesan kepada seluruh umat manusia. Sampai kapan pun, kita harus bersandar kepada dharma (Eho Fu Enin). Niciren Daisyonin memberi satu sutra pembukaan, Amitarta Sutra, sebagai “pengawal� dari raja sutra, Saddharmapundarikasutra. Niciren Daisyonin mengungkapkan bahwa keunggulan Saddharmapundarikasutra dijelaskan di berbagai

kalimat sutra. Semua, termasuk Nagarjuna, memuji Saddharmapundarika-sutra. Jadi, sutra-sutra dari ajaran sementara tidak perlu digunakan lagi. Nammyohorengekyo itu ibarat stupa. Steger diperlukan untuk membangun stupa. Bila pembangunannya sudah selesai, maka stegernya akan diangkat. Maka itu, kita tidak perlu lagi menggunakan ajaran sementara, terutama dalam memahami kematian. Kita harus mempunyai pendirian demikian dan mengadakan upacara penyebutan Nammyohorengekyo, membaca bab 2 dan bab 16 tanpa tetek bengek yang lain. Mau mengadakan upacara kematian 7 hari atau 14 hari setelah seseorang meninggal pun silahkan saja. Mau setiap hari, apalagi, silahkan saja. Tetapi, jangan kita salah memaknainya. Ketika Buddha Sakyamuni mencapai kesadaran Buddha, beliau mengajarkan dharma secara bertahap. Mula-mula, beliau mengajar ajaran Avatamsaka selama dua puluh hari. Ini adalah ajaran yang setingkat dengan Mahayana, ajaran yang hanya setingkat di bawah Saddharmapundarikasutra. Kemudian, Buddha Sakyamuni mulai mengajarkan ajaran agama Buddha yang paling mendasar selama 12 tahun. Sesudahnya, beliau mengajarkan Vaipulya selama 16 tahun dan membabarkan Mahaprajnaparamita Sutra selama 14 tahun. Samantabadra | April 2020

7


8 tahun terakhir, beliau baru membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Di berbagai sutra, Buddha mengatakan bahwa selama 42 tahun pertama, beliau belum membabarkan yang sebenarnya. Ajaran yang sebenarnya adalah Saddharmapundarika-sutra, sutra satu-satunya yang menjelaskan bahwa semua umat manusia mempunyai jiwa Buddha. Jadi, yang namanya pencapaian kesadaran Buddha adalah urusan kita sendiri. Tiada siapa pun yang bisa membantu perjalanan kita menuju Gridhakuta, maka kita seharusnya bersungguhsungguh dalam pertapaan Syinjin. Buddha pun hanya menunjukkan jalan kepada kita. Buddha Sakyamuni dan Buddha Niciren adalah manusia, sama seperti kita. Ketika Buddha Niciren hampir mengalami pemenggalan kepala, alam semesta bergetar karena beliau adalah pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Getaran yang terpancar ke alam semesta mendatangkan sebuah meteor. Peristiwa ini bukanlah peristiwa yang dibuat-buat; buktinya kejadian ini terekam di buku-buku sejarah Jepang. Buddha Niciren tidak jadi dipenggal karena algojonya merasa takut. Tentunya, ini bukan berarti kita, sebagai pelaksana Hukum Nammyohorengekyo, tidak akan meninggal bila ditembak. 8

Samantabadra | April 2020

Tapi, ini membuktikan bahwa perlindungan dari alam semesta bisa kita peroleh kalau kita menjalankan pelaksanaan pertapaan seperti Buddha Niciren. Penjelasan mengenai Gunung Kematian dan Sungai Samsu berasal dari sutra lain; jangan terus kita berpikir bahwa upacara 7 hari sampai 49 hari itu sangat penting. Kalau seandainya upacara seperti itu sangat penting, seharusnya kita pun tidak perlu datang kensyu dan melakukan pertapaan pagi sore Gongyo Daimoku, karena upacara doa dari keluarga dan teman saja bisa membawa kita ke Gridhrakuta. Namun kenyataannya adalah, hanya kita yang bisa menentukan perasaan jiwa kita sendiri dan nasib kita di masa yang mendatang. Maka, selama masih hidup, kita harus selalu menata perasaan jiwa. Kita masih sering takut akan kematian, sampai pemahaman kita pun keliru. Karena kita disesatkan oleh pandanganpandangan yang salah, kita pun harus berevolusi dan berubah. Ajaran Buddha mengajarkan kita untuk senantiasa membuat orang merasa bergembira dan berguna, bukan untuk menyebarkan ketakutan. Bibit sejenis bertemu dengan bibit yang sejenis. Buddha Niciren telah memaklumi bahwa ketika orang yang kita sayang meninggal, pastinya kita ingin bertemu dengannya lagi.

Untuk itu, kita harus menjadi Buddha, agar nanti kita berada di tanah Buddha dan lahir kembali di Tanah Buddha. Dalam berbagai gosyo, Buddha mengatakan bahwa bahkan beliau tidak bisa memberi perlindungan bagi kita. Yang bisa melindungi kita adalah diri kita sendiri. Perlindungan adalah akibat baik, dan akibat baik adalah hasil dari sebab yang baik. Karena kita telah memahami bahwa semua sebab-akibat berlangsung di dalam diri kita sendiri, hendaknya kita senantiasa menanam sebabsebab yang baik. Kesadaran Buddha tidak perlu jauh-jauh kita cari di luar, karena sudah ada di dalam hati kita. Namun, iblis pun ada di dalam jiwa kita. Bila kita tidak memunculkan kesadaran Buddha, yang muncul adalah iblis. Oleh karena itu, sepatutnya kita memunculkan Dunia Buddha dengan mengalahkan sifat iblis dalam diri kita masing-masing. ***


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Balasan kepada Nyonya Ueno Dono Ama Goze Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI 29 Februari-01 Maret 2020

Nammyohorengekyo,

Buddha Niciren sebetulnya menaruh harapan pada Gosyo yang kita pelajari anak tersebut untuk bulan lalu adalah surat menyebarluaskan hukum bimbingan yang ditujukan Nammyohorengekyo. kepada Ibu Ama Goze, yang Tiga bulan sebelum ia masih berduka setelah meninggal, Syiciro Goro ditinggalkan suaminya. pergi ke Gunung Minobu Ketika suaminya meninggal, bersama dengan kakaknya, ternyata Nyonya Ama Nanjo Tokimitsu, untuk Goze sedang mengandung mengunjungi Niciren anaknya yang paling muda. Daisyonin. Jadi, ketika Namun sayangnya, anak mendengar bahwa Syiciro itu pun meninggal pada Goro telah meninggal, usia yang muda. 49 hari Niciren Daisyonin juga setelah anak bungsunya terkejut. meninggal, Nyonya Ama Untuk memberi Goze meminta bantuan semangat kepada seorang Buddha Niciren untuk turut ibu yang ditinggal anaknya, mendoakannya. Surat ini Buddha Niciren menuliskan adalah surat balasan Buddha surat ini. PertamaNiciren yang membimbing tama, Niciren Daisyonin Nyonya Ama Goze untuk mengucapkan terima kasih mendoakan anak bungsunya atas sumbangan yang yang baru meninggal, Syiciro dikirim oleh Nyonya Ama Goro, dengan ajaran yang Goze dalam rangka upacara sesungguhnya. 49 hari meninggalnya Pertama-tama, perlu almarhum Syiciro Goro. diketahui bahwa Syiciro Sumbangan yang diberikan Goro adalah seorang berupa uang 200 mon, murid yang pintar dan beras satu karung, ubi tekun melaksanakan satu karung, tahu, iresSyinjin. Oleh karena itu, ires, kesemak satu karung,

dan jeruk 50 buah. Jumlah sumbangan ini tentunya tidak sedikit. Buddha Niciren menerima semua sumbangan itu dengan gembira hati. Tetapi, beliau meluruskan bahwa pelaksanaan Gongyo Daimoku pun sudah cukup untuk mendoakan Syiciro Goro. Mengapa demikian? Karena sutra yang disebut Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang paling unggul. Jadi, Nyonya Ama Goze sebetulnya tidak perlu sampai sedemikian repotnya memberikan sumbangansumbangan tersebut. Inti dari Saddharmapundarikasutra adalah Nammyohorengekyo, dan karena Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang terunggul, berarti Nammyohorengekyo adalah mantra yang terunggul. Mengetahui hal ini, seharusnya kita yakin dan berani untuk mematahkan kekeliruan umat yang Samantabadra | April 2020

9


salah memaknai upacara kematian. Upacara yang tepat untuk membantu mendoakan orang yang meninggal adalah penyebutan mantra Nammyohorengekyo. Tidak heran bila kita sulit merasakan bahwa Nammyohorengekyo adalah mantra yang terunggul, karena Buddha mengatakan bahwa “hanya Buddha dan Buddha saja yang sungguhsungguh mengetahuinya.� Jadi, seseorang hanya bisa merasakan keunggulan Hukum Nammyohorengekyo bila perasaan jiwanya berada di Dunia Buddha. Saddharmapundarikasutra menjelaskan bahwa semua umat memiliki jiwa Buddha. Alam semesta ini mempunyai dasar Myohorengekyo maitri karuna, berarti dasar perasaan jiwa manusia juga mencakupi dunia Buddha. Tetapi, karena sulit dipahami, sulit sekali bagi orang untuk memercayai Hukum Myohorengekyo. Maka, seharusnya kita mengutamakan untuk percaya dahulu, sebagai fondasi kita dalam melaksanakan syin gyo gaku. Niciren Daisyonin mengambil kalimat sutra untuk meyakinkan kita tentang keunggulan Saddharmapundarika10

Samantabadra | April 2020

sutra. Dalam Bab Dharma Duta, Buddha Sakyamuni mengatakan kepada Baisyajaraja bahwa di antara semua sutra yang dibabarkan, Saddharmapundarikasutra lah yang terunggul. Kemudian, dalam bab 14 Saddharmapundarikasutra, Buddha Sakyamuni mengatakan kepada Bodhisatwa Manjusri bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah gudang hukum rahasia, sehingga berada di tingkat teratas di antara sutra lainnya. Dalam Bab 23, Buddha mengatakan hal yang sama kepada Baisyajaraja, bahwa di antara semua sutra, Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang tertinggi, bagaikan sinar cahaya yang paling cerah. Seharusnya, kita lebih percaya kepada kata-kata Buddha daripada katakata manusia biasa. Sekte lain dalam agama Buddha sering memakai pemikiran manusia, sehingga memfitnah dharma karena menentang hukum sesungguhnya. Bila kita menganggap pemikiran kita lebih bagus daripada gosyo dan meremehkan kepentingan untuk mempelajarinya, maka kita telah menentang hukum sesungguhnya. Perbuatan ini akan

menjatuhkan kita pada neraka penderitaan yang tidak terputus-putus. Sutra pembukaan, Sutra Amitarta, hanya merupakan pengantar dan belum menjelaskan sampai ke inti. Tapi, umat-umat dari sekte lain menganggap ini sebagai sutra yang patut dipakai karena juga merupakan kata-kata Buddha. Untuk meluruskan kesalahpahaman ini, Buddha menggunakan sebuah ilustrasi. Ketika membangun stupa besar, steger diperlukan untuk menyangga konstruksi. Tapi, setelah stupa tersebut selesai dibangun, semua steger dilepaskan. Steger di sini mengilustrasikan fungsi Sutra Amitarta sebagai pembukaan. Sutra tersebut hanya berfungsi sebagai penopang sebelum ajaran yang sesungguhnya terwujud. Walaupun diingatkan demikian, kita masih sering terikat dengan ajaran sementara. Misalnya, kita masih meminta rezeki pada orang-orang yang sudah meninggal. Bila kita masih memegang kepercayaan-kepercayaan demikian, artinya kita masih memegang ajaran sementara. Ibarat kita mempertahankan steger, bukan stupa pustakanya. Tanpa disadari, kita juga


masih sering memelihara perasaan dendam, marah benci, dan iri hati. Karena iri hati, kita ingin menjatuhkan orang lain dengan cara yang bermacam-macam: menghasut orang, mencari kelompok untuk mencapai keinginan tertentu, dan sebagainya. Perilaku seperti ini adalah bagian dari ajaran sementara, karena tidak menyadari bahwa semua orang memiliki jiwa Buddha, sehingga tidak menghormati orang lain. Orang yang melaksanakan keempat Hobo ini adalah orang-orang yang tidak mau menjalankan kata-kata Buddha yang sesungguhnya, tetapi malah menggunakan pemikiran sendiri untuk menggunakan ajaran sementara. Seiring berjalannya waktu, sebab buruk yang dibuat pun akan menghasilkan akibat yang sesuai. Kemudian, kita diingatkan untuk membuang ajaran sementara dengan tulus dan jujur, dan hanya membabarkan jalan yang tiada tara. Hendaknya kita menyingkirkan pemikiran-pemikiran dari ajaran sementara (misalnya mengharapkan kurnia dari luar, marah benci) karena ajaran yang sesungguhnya adalah Nammyohorengekyo, tidak ada yang lain.

Iblis dari luar bisa kita halangi sama-sama dengan bersatu hati (Itai Dosyin), tapi iblis dari dalam sebetulnya lebih jahat. Maka, kita seharusnya lebih giat melaksanakan Gongyo Daimoku untuk memunculkan dunia Buddha. Kita perlu berhati-hati, membuang ajaran-ajaran yang tidak membuat kita dan orang lain berbahagia. Dulu, orang-orang percaya bahwa orang yang baru meninggal harus melalui gunung kematian dan sungai yang luas. Tetapi, Buddha Niciren berkata bahwa kemampuan seseorang untuk mencapai kesadaran Buddha tidak tergantung pada waktu ketika ia meninggal, tetapi perasaan jiwanya sewaktu hidup. Apabila sewaktu hidupnya, ia senantiasa melakukan kejahatan, maka akibat yang ditimbunnya pun pasti buruk. Saat ia meninggal, perasaan jiwa yang dibawa pun akan berupa perasaan jiwa yang buruk. Syiciro Goro meninggal pada usia yang muda, tapi ia masih bisa mencapai kesadaran Buddha. Hal ini telah diyakinkan oleh Buddha Niciren, karena Syiciro Goro telah mengikuti gerakan ayahnya yang memegang hati

kepercayaan yang kuat. Ia juga membuang ajaran sementara, sehingga dapat mencapai Tanah Gridhrakuta, di mana ia bisa bertemu dengan ayahnya yang saat ajal menyebut Nammyohorengekyo dan mencapai kesadaran Buddha. Nyonya Ama Goze ingin anaknya mencapai kesadaran Buddha agar bisa bertemu dengan ayahnya. Niciren Daisyonin mengatakan bahwa satu bibit adalah satu bibit, dan lain bibit adalah lain bibit. Bibit di sini merujuk pada sepuluh dunia, sepuluh macam perasaan jiwa. Untuk bertemu, satu bibit Buddha harus bertemu bibit Buddha lainnya - dan maksud dari “bertemu� bukan berarti bertemu secara fisik, tapi bertemu jiwanya. Jadi, apabila sepasang suami istri ingin bertemu lagi setelah keduanya meninggal, mereka harus menanam bibit Buddha, bibit yang terunggul. Ajaran Saddharmapundarika-sutra gaib, tidak terjangkau oleh kita. Jadi, kuncinya adalah untuk percaya (Syin), karena Buddha sendiri sudah berkali-kali menegaskan keunggulan dari ajaran ini. Terlebih lagi, dikatakan bahwa Buddha dari sepuluh Samantabadra | April 2020

11


penjuru akan menjaga orang yang mempertahankan kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra. Jadi, kita yang menyebut Nammyohorengekyo tidak perlu khawatir, tidak perlu meragukan kekuatannya. Bukan hanya satu Buddha, satu dewa, satu dewi yang melindungi kita, tetapi seluruh alam semesta akan melindungi kita. Sebab, ketika menjalankan Hukum Nammyohorengekyo, dasarnya adalah keinginan untuk membahagiakan orang lain dan menyebarkan dharma. Di mana saja kita berada, bila kita sungguhsungguh menjalankan ajaran ini, orang pun senang dengan kita. Oleh karena itu, mari kita kembali lagi pada dasar Syinjin yang sebenarnya dan

12

Samantabadra | April 2020

menjalankannya dengan tulus. Yang lalu sudah berlalu; kita semua dihimbau untuk hanya menjalankan ajaran sesungguhnya dan membuang ajaran sementara. Terakhir, kita juga belajar tentang sikap dari Nyonya Ama Goze. Ama Goze mempunyai banyak anak; di antaranya ada yang cacat, ada yang bodoh, ada juga yang pintar. Tapi, kepada yang cacat pun ia tetap menunjukkan kasih sayang, apalagi Syiciro Goro yang begitu dibanggakan. Ibu yang sudah tua ditinggal seorang anak muda, ibarat bunga yang sudah mekar namun tidak rontok, sedangkan bunga yang muda menciut dan langsung kering. Umumnya, meninggalnya

seorang sosok orang tua saja menimbulkan kesedihan yang luar biasa. Bayangkan, apabila seorang anak meninggal duluan, sedihnya pasti bukan main. Jadi, Buddha Niciren membimbing Nyonya Ama Goze agar tetap menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh agar dirinya tidak mudah terpengaruh suasana. Syiciro Goro yang masih berusia muda saat ia meninggal, mengingatkan kita tentang kefanaan dalam hidup. Hidup-mati adalah kejadian yang biasa; ini adalah kebenaran yang sebenarnya. Ingatlah bahwa segalanya adalah fana dan saat ajal adalah sekarang. ***


liputan

Kiprah Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Dalam Forum Perdamaian Dunia

P

erdamaian, keamanan dan pembangunan manusia adalah hal penting yang saat ini sedang terus dibangun dan diperkuat oleh seluruh pemangku kepentingan dunia untuk mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan, adil, makmur dan sejahtera. Hal tersebut selaras dengan semangat mendasar yang selalu didengungkan oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja kepada umat yang dibinanya di dalam Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), serta di dalam kiprahnya di tengah masyarakat umum serta pemerintahan. Kesamaan semangat tersebut akhirnya menggerakan semesta yang mempertemukan Ketua Umum NSI dengan pengurus

Universal Peace Federation (UPF), sebuah jaringan individu dan organisasi internasional dan antaragama, termasuk perwakilan dari agama, pemerintah, masyarakat sipil dan sektor swasta, yang didedikasikan untuk mencapai perdamaian dunia. Sebuah Non Governmental Organization (NGO) yang berstatus konsultatif umum dengan Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa / United Nations Economic and Social Council (UN ECOSOC). UPF mendukung pekerjaan Perserikatan BangsaBangsa, khususnya di bidang pembangunan perdamaian lintas agama, pendidikan perdamaian, dan penguatan pernikahan dan keluarga. Dalam World Summit 2020 Ketua Umum NSI, MPU

Suhadi Sendjaja menjadi salah satu tokoh dunia yang diberikan kehormatan untuk menyampaikan pidato singkat di dalam komisi IAPD, karena tidak semua yang hadir di dalam forum ini diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato. Dalam pidatonya pertamatama MPU Suhadi Sendjaja

Samantabadra | April 2020

13


menyampaikan bahwa pembangunan manusia adalah landasan terpenting dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan dunia saat ini. Selanjutnya, MPU Suhadi Sendjaja betulbetul mencurahkan jiwa raganya untuk melanjutkan perjuangan mulia dari Buddha Niciren dalam menyampaikan dengan gamblang akar permasalahan dari berbagai macam bencana dan musibah yang terjadi dalam kehidupan dunia saat ini serta cara untuk mengatasinya. Pidato disampaikan dalam Bahasa Indonesia dan diterjemahkan oleh Arya Prasetya melalui interpretation receivers yang dapat didengarkan oleh seluruh peserta melalui alat yang ditempelkan di telinga masing-masing peserta. Partisipasi Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja dalam forum perdamaian tingkat dunia menjadi sebuah perjalanan sekaligus sebab penting dalam penyebarluasan Dharma agung Nammyohorengekyo keseluruh dunia (Kosenrufu) dan hendaknya semangat ini dapat terus mengalir seperti air di dalam hati seluruh umat NSI untuk bersama-sama semakin memperkuat hati kepercayaan, melaksanakan kosenrufu, syakubuku, memperkuat wadah NSI (meyakini bahwa NSI adalah wadah yang betul-betul berjalan atas dasar Dharma yang sesungguhnya, serta meyakini bahwa pencapaian 14

Samantabadra | April 2020

kesadaran Buddha adalah hasil dari pertapaan/ percaya, melaksanakan, dan belajar hukum agung Nammyohorengekyo secara sungguh-sungguh yang dilaksanakan oleh diri sendiri, bukan karena pemberian dari pihak luar yang dianggap lebih suci, karena suci dan tidak suci sejatinya ada di dalam sekejap perasaan jiwa manusia

masing-masing) serta terus mewujudnyatakan kesadaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupan yang damai, bermanfaat, dan memberikan kebahagiaan kepada semua makhluk senantiasa mewarnai kehidupan dan menjadi sebabakibat dari perdamaian dunia.


liputan

Partisipasi NSI dalam Kegiatan Pembinaan Moderasi Beragama Bagi Pemuda Buddhis

I

ndonesia kaya dengan keanekaragaman budaya, agama, suku dan bahasa yang menstabilkan dirinya sebagai salah satu bangsa yang memiliki masyarakat multikultural. Keanekaragaman tersebut akan menjadi tantangan besar apabila tidak disikapi dengan bijak dan arif terkhusus dalam hal agama. Oleh karena itu, Kementrian agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Moderasi Beragama Bagi Pemuda Buddhis yang bertempat di Hotel Spark Luxe, tanggal 13 Maret 2020. Perwakilan Generasi Muda NSI yang ditugaskan untuk mengikuti kegiatan ini adalah Arya

Prasetya, Dannil Kurniadi, Indryani Savitri, dan Trevani Plorentina. Acara ini berlangsung selama 1 hari dengan diikuti sebanyak 80 peserta. Selain NSI, peserta kegiatan ini terdiri dari Pemuda Buddhis perwakilan Hikmahbudhi, Gemabudhi, Sekber PMVBI, PATRIA, Zhen Fo Zong Kasogatan, I Kuan Tao, Majubuthi, Persadabumi, Permabudhi, Mahayana, MNSBDI, dan Generasi Muda Walubi. Kegiatan ini juga dihadiri juga oleh Bapak Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, Bapak Supriyadi dan para pejabat Ditjen Bimas Buddha Kementrian Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan narasumber, yakni (1)

Caliadi (Pemuda dan Tantangan Era Disrupsi), (2) Lukman Hakim Saefudin (Moderasi Beragama), dan (3) Irene Camelyn Sinaga (Pembudayaan Nilai-nilai Pancasila bagi Pemuda). Ketua panitia kegiatan ini, Bapak Suratman menyampaikan dalam pembukaan acara ini bahwa kerukunan umat beragama harus dijaga dan dipelihara dan kegiatan ini seyogyanya dilaksanakan sebagai upaya menjaga dan memelihara kerukunan beragama. Adapun tujuannya yakni memberi pemahanan moderasi beragama sehingga nantinya dapat merumuskan kesepahaman dalam hubungan kerukunan intern umat beragama. Samantabadra | April 2020

15


Pemuda merupakan sumber daya manusia pembangun bangsa, baik saat ini maupun masa mendatang. Di zaman Millennial ini, para generasi muda menghadapi berbagai perkembangan dan perubahan yang begitu cepat. Para generasi muda ini harus siap dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut. Sebagai generasi muda Buddhis, tentunya keyakinan terhadap Dhamma harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Karena kita sebagai murid Buddha, harus yakin dan mempraktikkan ajaran-Nya karena ajaran-Nya tak lekang oleh waktu. Dengan mempraktikkan ajaran Buddha dengan baik, tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi akan bermanfaat bagi keberlangsungan agama

Buddha dan secara tidak langsung juga berkontribusi terhadap bangsa dan negara. Masa muda adalah masa di mana kita berkarya. Sebagai pemuda Buddhis sudah sepatutnya berkarya demi kemajuan agama Buddha dan Bangsa Indonesia dan kita harus menjaid generasi muda Buddhis yang berkualitas dan berguna bagi komunitas, bangsa, dan negara. Pertama, pemuda Buddhis harus menyadari setiap apa yang ia pikirkan, ucapkan, dan perbuat di mana ini juga merupakan bagian dari praktik meditasi. Kedua, Pemuda Buddhis harus berpikir, berucap, dan berbuat sesuai dengan nilai Dhamma. Penuh keceriaan, semangat, dan berani berjuang. Ketiga, Pemuda Buddhis harus memiliki keterampilan dan

Penerimaan Gohonzon

U

sai kensyu gosyo, sekitar jam 12.30 di Maha Vihara Myoho-Ji (Saddharma) NSI, dilaksanakan upacara dokyo sodai dalam rangka penerimaan Gohonzon kepada umat NSI wilayah Banten, yang terdiri dari Ibu Aini (Suwarni) Cabang Karawaci (Ranting Kotabumi), Ibu Dewi Sartika Cabang Kampung Melayu, dan Bapak Rusdiyanto Cabang Citra Raya.

16

Samantabadra | April 2020

Upacara dokyo syodai dipimpin oleh Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja, berjalan baik dan lancar, satu-persatu ketiga umat maju ke depan altar untuk menerima Gohonzon yang diberikan oleh beliau. ***

integeritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga menjadi pribadi yang baik dan unggul. Kiranya, kedepannya kita harus semakin bersemangat untuk menyebarluaskan Hukum Agung Nammyohorengekyo ini kepada seluruh umat manusia. Kita harus konsisten dalam syinjin, dengan begitu barulah kita dapat memperoleh manfaat sesungguhnya dari percaya kepada Hukum Nammyohorengekyo ini dan kita mampu mengingatkan diri sendiri agar selalu menjadi manusia yang unggul, berkualitas tinggi, baik kualitas Spiritual, kualitas Emosional, maupun kualitas Intelektualnya. ***


liputan

Penyusunan Pedoman Pengintegrasian Moderasi Beragama, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dan Inklusi Perpajakan dalam Pembelajaran

P

ada tanggal 10-12 Maret 2020 bertempat di jawa Tengah, 2 Dosen Tetap STAB Samantabadra-NSI, Sdri. Mayasari dan Sdr. Arya Prasetya mengikuti Kegiatan Penyusunan Pedoman Pengintegrasian Moderasi Beragama, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dan Inklusi Perpajakan dalam Pembelajaran. Dirjen Bimas Buddha, Caliadi buka kegiatan Penyusunan Pedoman Pengintegrasian Moderasi Beragama, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dan Inklusi Perpajakan dalam Pembelajaran di Semarang (10/03). Singgung tentang pentingnya moderasi beragama, Dirjen menyoroti permasalahan yang kini dihadapi oleh bangsa Indonesia terutama dalam

kehidupan beragama, pendidikan, hukum, sosial, budaya, sosial, dan aspek lainnya. Seperti masuknya paham-paham radikal dan tindakan intoleransi juga merupakan contoh nyata yang meresahkan sekaligus harus dihentikan. Hal tersebut juga diperparah dengan terjadinya degradasi moral masyarakat. Begitu banyaknya masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia membuat kondisi saat ini semakin memprihatinkan. Oleh karena itu, mengajak dunia pendidikan turut serta menjadi bagian penting yakni sebagai solusi permasalahan tersebut. “Adanya permasalahanpermasalahan di Indonesia, maka saya rasa dunia pendidikan harus mengambil peran penting untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas,” tegas

Caliadi dalam sambutannya di hadapan peserta kegiatan. Ia berharap bahwa setiap peserta dapat sungguhsungguh menjadikan pendidikan sebagai pedoman tersebut dan bentuk kontribusi nyata para dosen PTAB dalam pengintegrasian moderasi beragama, pencegahan penyalahgunaan narkoba. Kegiatan yang akan berlangsung selama 4 hari dari tanggal 9 s.d 12 Maret 2020. Diselenggarakan oleh Subdit Pendidikan Tinggi dengan jumlah peserta sebanyak 70 orang dari perwakilan PTKB Negeri dan Swasta seIndonesia. Tujuan dari kegiatan ini untuk menyatukan serta menyamakan persepsi para dosen PTAB yang kemudian akan tercipta output kegiatan berupa tersusunnya Pedoman Pengintegrasian Moderasi Beragama, Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, dan Inklusi Perpajakan dalam Pembelajaran di Lingkungan perguruan tinggi keagamaan Buddha,” papar Suyanto dalam laporannya sebagai ketua panitia penyelenggara. Hadir pula dalam acara pembukaan kegiatan Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah, Sutarso. *** Samantabadra | April 2020

17


Seminar Kebangsaan Mengenai Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia dan Undang-Undang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis

Setiap manusia berkedudukan sama di hadapan hukum negara Indonesia baik martabat, derajat, hak dan kewajiban yang sama. Manusia yang lahir di Indonesia tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai bagian dari ras atau etnis tertentu. Adanya perbedaan ras dan etnis tidak berakibat menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban antar-kelompok ras dan etnis dalam masyarakat dan negara. Kondisi masyarakat Indonesia, yang berdimensi majemuk dalam berbagai sendi kehidupan, seperti budaya, agama, ras dan etnis, berpotensi menimbulkan konflik. Kerusuhan rasial yang pernah terjadi menunjukkan bahwa di Indonesia sebagian warga negara masih terdapat adanya diskriminasi atas dasar ras dan etnis, misalnya, 18

Samantabadra | April 2020

diskriminasi dalam dunia kerja atau dalam kehidupan sosial ekonomi.

Minang, seperti halnya di Blok M, Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, dan sebagainya. Konflik yang sering terjadi Di Indonesia pernah muncul muncul karena adanya konflik antar ras dan etnis ketidakseimbangan hubungan yang diikuti dengan pelecehan, yang ada dalam masyarakat, perusakan, pembakaran, baik dalam hubungan sosial, perkelahian, pemerkosaan ekonomi, maupun dalam dan pembunuhan. Umumnya hubungan kekuasaan. dulu sering terjadi diskriminasi Konflik di atas tidak hanya terhadap etnis Tionghoa, merugikan kelompoknamun demikian juga sering kelompok masyarakat yang terjadi pada etnis lainnya. terlibat konflik tetapi juga Disadari atau tidak praktek merugikan masyarakat gejala awal diskriminasi hadir secara keseluruhan. Kondisi dan terus ada di negara ini. itu dapat menghambat Sebagai contoh sampai saat pembangunan nasional yang ini ada aturan tidak tertulis sedang berlangsung. Hal itu mengenai pembagian lapak juga mengganggu hubungan kerja di pasar-pasar pusat kekeluargaan, persaudaraan, perdagangan di Indonesia persahabatan, perdamaian yang dibagi berdasarkan ras dan keamanan di dalam suatu atau etnis tertentu, yakni lapak negara serta menghambat yang ditempati pedagang dari hubungan persahabatan sumatera utara, lapak yang antarbangsa. mayoritas ditempati pedagang


Dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia, diskriminasi ras dan etnis telah mengakibatkan keresahan, perpecahan serta kekerasan fisik, mental, dan sosial yang semua itu merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Untuk mengatasi hal itu, seiring berjalannya waktu dan berbagai penyelesaian konflik rasialis yang terjadi di Indonesia membuat sikap kebangsaan masyarakat Indonesia semakin dewasa, permasalahan kesetiaan politik orang Tionghoa Indonesia saat ini sudah mulai dapat teratasi dengan disahkannya dua Undangundang yang berkaitan dengan kewarganegaraan dan penghapusan diskriminasi, yaitu Undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Hal ini mengeliminasi seluruh undang-undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sebelumnya yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru; dan Undangundang nomor 40 tahun 2008 tentang penghapusan

diskriminasi ras dan etnis yang semakin menguatkan pendewasaan sikap kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia saat ini. Demi memahami lebih dalam tentang Kebangsaan Mengenai UndangUndang Kewarganegaraan Indonesia dan UndangUndang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) menyelenggarakan Seminar Kebangsaan yang diselenggarakan pada hari Senin, 9 Maret 2020 di Kantor NSI Lantai 2 Jl. Minangkabau No.23A-25 Jakarta. Seminar ini membahas tentang status dan hak orang Tionghoa sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), dan diharapkan dapat terwujudnya kesetaraan hak serta antidiskriminasi. Pembicara seminar ini ada tiga orang, yakni merupakan dua orang mantan anggota DPR RI, yaitu Murdaya Poo dan Lukman Hakim Saifuddin serta Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja selaku ketua Umum NSI yang membahas topik seminar tersebut dalam perspektif agama Buddha Niciren Syosyu. Dijelaskannya maksud mengundang Murdaya Poo dan Lukman Hakim Syarifudin hadir sebagi pembicara dalam acara Seminar Kebangsaan tersebut adalah mantan Anggota DPR RI yang membuat

dan menyusun Undang Undang tersebut yang dapat menjelaskan tentang Undang -Undang Kewarganegaraan RI dan Undang Undang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Hadir juga dalam acara Seminar kebangsaaan tersebut adalah Dirjen Bimas Agama Budha, Tenaga Ahli Komunikasi KSP Ali Muchtar ngabalin dan Ketua Umum PTSMI David Herman. MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan, dengan adanya seminar kebangsaan ini yang dihadiri kurang lebih 200 orang umat dan pimpinan Buddha NSI sedetabobek, semoga para peserta seminar kebangsaan dapat memperkokoh kesadaran umat manusia dengan rasa kebangsaan dapat menghayati dan mengamalkan nilai nilai kebangsaan dan harapannya adalah mempunyai landasan bagi rakyat Indonesia tentang kebangsaan. Menurutnya, masalah Undang Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam acara Seminar Kebangsaan muara nya adalah makin memperkuat rasa kebangsaan bagi umat manusia Indonesia. Dalam Kesadaran masyarakat perlu masalah kebangsaan makin melandasi bagi keluarga besar rakyat Indonesia dan juga mempunyai rasa memiliki sesuatu untuk memperkokoh kebangsaan dan juga memiliki nilai – nilai kebangsaan. ***

Samantabadra | April 2020

19


Partisipasi NSI Banten dalam Dialog Kerukunan Intern Umat Buddha

20

Samantabadra | April 2020


ajaran

Surat Balasan kepada Nanjo Dono Gosyo Kensyu

Hukum yang Gaib dan Manusia yang Agung

Latar Belakang

N

anjo Tokimice adalah putra Hyoe Siciro. Semenjak kecil Beliau percaya kepada Gohonzon, mengikuti kepercayaan ayah dan ibunya. Setelah Nichiren Daisyonin berdiam di Gunung Minobu, beliau sering berkunjung dan menyumbang berbagai barang sebagai pernyataan balas budi kepada Nichiren Daisyonin. Kepercayaannya berlangsung seumur hidup secara murni. Nanjo Tokimice adalah seorang samurai yang bekerja pada pemerintah Kamakura. Nichiren Daisyonin sayang kepada Nanjo Tokimice dan menaruh pengharapan besar padanya serta banyak memberi bimbingan. Secara keseluruhan, terdapat 60 buah Gosyo yang ditujukan kepada keluarga Nanjo Tokimice. Riwayat kepercayaan Nanjo Tokimice adalah sebagai berikut : 1. Beliau sering berkunjung dan menyumbang berbagai barang ketika Nichiren Daisyonin berdiam di Gunung Minobu. 2. Pada waktu peristiwa penganiayaan Acehara, yang merupakan jodoh bagi Nichiren Daisyonin untuk mewujudkan Dai Gohonzon, Nanjo Tokimice menjaga Nichiren Daisyonin dan Nikko Syonin serta para penganut yang berlindung kepadanya. 3. Sesudah Nichiren Daisyonin wafat, Gunung Minobu menjadi tempat pemfitnahan Dharma, sehingga Nikko Syonin meninggalkan tempat itu dan diterima di rumah Nanjo Tokimice. 4. Di tanah miliknya sendiri di daerah Ueno, terdapat bagian yang disebut Daiseki Ga Hara. Tanah bagian ini disumbangkannya - tanah inilah yang menjadi dasar tahta suci Kuil Pusat Taiseki-ji sekarang - dan selanjutnya secara berkelangsungan Nanjo Tokimice memperkembangkannya dengan sekuat tenaga. Setelah berusia lanjut, Nanjo Tokimice memasuki pertapaan kebhikkuan (Nyudo) dan diberi nama Daijo. Pada waktu itu, istrinya yang bernama Otojuru telah meninggal, dan untuk mengadakan upacara doa bagi arwah istrinya, rumah pribadinya dibangun menjadi Kuil Myoren. Oleh karena itu, Nanjo Tokimice adalah seorang yang meletakkan dasar Kuil Pusat Taiseki-ji di daerah Gunung Fuji, penganut yang bersemangat menyumbang, dan selalu menjaga Nichiren Syosyu. Beliau meninggal pada usia 74 tahun pada tanggal 1 Mei tahun Syokei 1 (1332), setahun sebelum Nikko Syonin wafat. Samantabadra | April 2020

21


Gosyo ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 11 September tahun Ko-an ke-4 (1281) ketika Nichiren Daisyonin berusia 60 tahun dan ditujukan kepada Nanjo Tokimice. Tulisan asli surat ini sudah tidak tersimpan lagi. Nama lain dari surat ini adalah Tocesaka Gosyo. Isi Gosyo ini mula-mula mengutip perumpamaan Tokusyo Doji yang mempersembahkan sebuah kue yang terbuat dari tanah kepada Buddha Sakyamuni, sehingga akibatnya di kehidupan selanjutnya ia dilahirkan sebagai Raja Asoka. Kemudian menerangkan bahwa pada masa akhir dharma, orang yang menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan tulus hati, seperti Nanjo Tokimice, sebagai akibat imbalannya pada masa yang akan datang pasti akan dilahirkan di tanah Buddha (Ryozenjodo) dan dapat mencapai kesadaran Buddha. Selanjutnya dijelaskan bahwa Nichiren Daisyonin adalah Buddha Asal Muasal (Kuon) yang bertempat tinggal di tempat yang sucinya melebihi tanah Buddha (Ryozenjodo), sehingga orang yang sering berkunjung ke tempat itu, akan terhapuskan seluruh dosadosanya, termasuk karma masa lampau dan akan mencapai kesadaran Buddha. Pada akhir Gosyo ini Nichiren Daisyonin menganjurkan Nanjo Tokimice untuk datang secepatnya menemui Beliau.

Isi Gosyo

S

aya baru saja mendengar dari utusan Anda bahwa Anda sedang menderita sakit keras. Saya berharap semoga Anda cepat sembuh dan datang mengunjungi Saya.

Selain itu, Saya telah menerima sumbangan berupa dua karung garam, sekarung kacang kedelai, sekantung rumput laut dan sebumbung minuman sake. Saya belum bertemu dengan Anda semenjak Anda kembali dari Propinsi Kozuke, dan Saya bertanya-tanya dalam hati bagaimanakah keadaan Anda. Saya hampir tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan betapa besar penghargaan Saya terhadap ketulusan hati Anda dalam mengirimkan sepucuk surat dan berbagai barang sumbangan. Sebagaimana telah Anda ketahui dengan baik, salah satu Sutra (Samyuktagama) salah satu dari keempat Sutra Agam menceritakan tentang kisah Sri Sambhava, (Tokusyo Doji), yang telah mempersembahkan sebuah kue yang terbuat dari tanah kepada Sang Buddha dan kemudian ia dilahirkan kembali sebagai Raja Asoka yang memerintah sebagian besar negeri India. Karena Sang Buddha patut dimuliakan, anak tersebut mendapat imbalan besar walaupun kue itu hanya terbuat dari tanah. Akan tetapi, Buddha Sakyamuni mengajarkan bahwa seseorang yang menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra di masa akhir dharma, walau hanya satu haripun, akan memperoleh karunia yang lebih besar daripada imbalan yang diperoleh karena mempersembahkan pusaka yang tak terhitung kepada Sang Buddha selama seratus ribu kalpa. Betapa menakjubkan ketulusan hati Anda 22

Samantabadra | April 2020


dalam mendukung pelaksana Saddharmapundarika-sutra selama bertahun-tahun. Sesuai dengan perkataan Sang Buddha sendiri, Anda pasti dilahirkan kembali di tanah Buddha (Ryozenjodo). Betapa besar rejeki yang Anda miliki! Tempat ini terletak di pegunungan, terpencil dari tempat tinggal manusia. Di keempat penjuru: timur, barat, selatan, dan utara, tidak terdapat satu dusunpun. Walaupun Saya tinggal di gubuk yang terpencil seperti ini, namun di kedalaman badan Saya yang fana ini Hukum Pokok yang diwariskan oleh Buddha Sakyamuni di Gridhrakuta, tersimpan secara rahasia dan terus dipertahankan. Dada-Ku adalah tempat seluruh Buddha memasuki Nirvana; lidah-Ku adalah tempat memutar Roda Dharma; tenggorokan-Ku adalah tempat lahir di dunia ini; dan mulut-Ku adalah tempat Buddha mencapai kesadaran sebenarnya. Karena gunung ini adalah tempat bermukimnya pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang gaib, bagaimana mungkin tempat ini kurang suci bila dibandingkan dengan tanah suci Ryozenjodo? Karena Hukumnya gaib, manusianya menjadi agung; karena manusianya agung, tanahnya menjadi luhur. Dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata terbaca, “Di mana pun juga isi Sutra ini dipelihara, di suatu tempat maupun di dalam candi, di dalam semak belukar, maupun di bawah sebatang pohon, di dalam suatu sanggar pemujaan maupun di rumah seorang penganut, di istana maupun di pegunungan, di lembah maupun di hutan belantara, kalian harus mendirikan altar dan membuat berbagai persembahan di tempat itu. Ketahuilah bahwa seluruh tempat ini adalah singgasana kesadaran dan di tempat inilah para Buddha mencapai kesadaran agung. Di tempat ini pula para Buddha memutar Roda Dharma dan memasuki Parinirvana�. Mereka yang mengunjungi tempat ini, dapat segera menghapus dosa yang telah mereka perbuat semenjak masa lampau yang tak terhingga dan mengubah klesa (Bonno) mereka menjadi prajna (Hannya), karma (Go) menjadi Dharmakaya (Hossyin) dan dukkha (Ku) mereka menjadi Vimukti (Gedace). Seorang pengembara yang menderita di India Tengah suatu ketika datang ke Danau Anavatapta untuk memadamkan kobaran api angkara murka dalam hatinya. Ia mempermaklumkan bahwa air di situ memuaskan keinginannya, seperti suatu kolam yang sejuk dan jernih menghilangkan dahaga. Walaupun Danau Anavatapta dan tempat ini berbeda namun pada prinsipnya adalah sama. Dengan demikian, Gridhrakuta di India adalah Gunung Minobu sekarang ini. Telah lama waktu berlalu semenjak kedatangan Anda yang terakhir di sini. Hendaknya Anda datang menemui Saya sesegera mungkin. Saya sangat mendambakan untuk bertemu dengan Anda. Bagaimanakah Saya dapat menggambarkan ketulusan hati Anda? Sesungguhnyalah amat mengagumkan! Hormat Saya, tertanda Niciren Hari kesebelas bulan kesembilan tahun ko-an keempat (1281)

Samantabadra | April 2020

23


Kutipan Gosyo

1

Saya baru saja mendengar dari utusan Anda bahwa Anda sedang menderita sakit keras. Saya berharap semoga Anda cepat sembuh dan datang mengunjungi Saya.

GM

Keterangan: Nichiren Daisyonin menulis surat ini setelah mendapat kabar bahwa Nanjo Tokimice sedang menderita sakit. Tidak diketahui dengan jelas penyakit yang dideritanya. Bulan dua tahun yang lalu Nanjo Tokimice menderita suatu penyakit parah yang membahayakan jiwanya, dan semenjak itu penyakitnya sering kali kambuh. Ayahnya, Hyoe Siciro, meninggal pada usia muda karena penyakit. Adiknya, Siciro Goro, juga telah meninggal pada bulan September tahun yang lalu. Maka dalam keluarga Nanjo, Tokimice adalah putra tunggal, sehingga keadaan sakitnya dalam usia muda ini membuat keluarganya amat khawatir. Nichiren Daisyonin juga mengkhawatirkan keadaan Nanjo Tokimice dan melalui surat ini memberi semangat agar segera sembuh dan dapat bertemu dengan Beliau.

2

Sebagaimana telah Anda ketahui dengan baik, salah satu Sutra (Samyuktagama, salah satu dari keempat Sutra Agam) menceritakan tentang kisah Sri Sambhava (Tokusyo Doji), yang telah mempersembahkan sebuah kue yang terbuat dari tanah kepada Sang Buddha dan kemudian ia dilahirkan kembali sebagai Raja Asoka yang memerintah sebagian besar negeri India.

24

Samantabadra | April 2020

Keterangan: Dalam Sutra Samyuktagama terdapat kisah Sri Sambhava yang mempersembahkan kue yang terbuat dari tanah kepada Buddha Sakyamuni dan ketulusan hati ini memperoleh karunia imbalan dilahirkan sebagai Raja Asoka. Hal ini juga pernah diberitahukan oleh Nichiren Daisyonin kepada Nanjo Tokimice dalam surat yang ditulis pada bulan 11 tahun Bun-ei ke 11 (Gosyo, hal. 1508) dan surat yang ditulis pada bulan 2 tahun Kenji ke-4 (Gosyo, hal.1544), sehingga bukan merupakan hal yang baru lagi. Episode ini menjelaskan bahwa keagungan sumbangan terletak pada kesungguhan hati, bukan pada tinggi rendah nilai bendanya. Nichiren Daisyonin pun seringkali menerangkan tentang hal ini. Dalam Gosyo ini diterangkan bahwa pada masa akhir dharma orang yang menyumbang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, ribuan kali lebih unggul daripada menyumbang kepada yang lainnya; hal ini juga tertulis dalam Bab Dharma Duta, Saddharmapundarika-sutra. Nichiren Daisyonin bermaksud menerangkan kepada murid-murid-Nya bahwa dalam kesungguhan hati menyumbang terdapat rejeki yang besar. Pada saat ini Nichiren Daisyonin dalam wujud hidup telah tiada, tetapi apakah dengan demikian kita tidak dapat menyumbang kepada Beliau ? Nichiren Daisyonin telah mewujudkan hakikat jiwa-Nya sebagai Dai Gohonzon dari Altar Ajaran Sesungguhnya, sehingga kalau kita menyebarluaskan dharma, menjaga Dai Gohonzon dan Nichiren Syosyu, pasti


akan mendapat karunia yang besar dan pasti mencapai kesadaran Buddha. Pada permulaan Gosyo ini telah diterangkan perihal sumbangan Nanjo Tokimice secara berkesinambungan kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Hendaknya kita juga mempunyai sikap kepercayaan yang berkesinambungan dan tidak melupakan semangat menyumbang.

3

Tempat ini terletak di pegunungan, terpencil dari tempat tinggal manusia. Di ke empat penjuru : timur, barat, selatan dan utara, tidak terdapat satu dusunpun. Walaupun Saya tinggal di gubuk yang terpencil seperti ini, namun di kedalaman badan Saya yang fana Hukum Pokok yang diwariskan oleh Buddha Sakyamuni di Gridhrakuta, tersimpan secara rahasia dan terus dipertahankan. Dada-Ku adalah tempat seluruh Buddha memasuki Nirvana; lidah-Ku adalah tempat memutar Roda Dharma; tenggorokan-Ku adalah tempat lahir di dunia ini; dan mulut-Ku adalah tempat Buddha mencapai kesadaran sebenarnya.

GM

Keterangan: Dalam kutipan ini Nichiren Daisyonin menyatakan bahwa Beliau telah mewujudkan kesadaran Buddha Pokok dengan badan diri-Nya sendiri. Gunung Minobu sebagai tempat tinggal Sang Buddha adalah tempat yang agung dan suci; karena itu Nanjo Tokimice dianjurkan untuk datang ke sana. Gubuk Nichiren Daisyonin di Gunung Minobu amatlah sederhana dan terletak jauh di dalam gunung terpencil dari tempat tinggal manusia lainnya. Walaupun demikian, “Karena didiami oleh pelaksana Saddharmapundarika-sutra, maka menjadi tempat yang gaib”, tidak lebih rendah dari pada Tanah Buddha Ryozenjodo. Mengapa Nichiren Daisyonin dikatakan

sebagai pelaksana Saddharmapundarikasutra yang gaib ? Karena kesadaran yang paling penting dari Guru Sakyamuni yaitu Hukum Rahasia yang diwariskan di Gridhrakuta, disimpan secara rahasia dan dipertahankan di dalam dada Nichiren Daisyonin. “Dada-Ku.....dan mulut-Ku tempat Buddha mencapai kesadaran sebenarnya”. Tempat seluruh Buddha mencapai kesadaran, memutar Roda Dharma, lahir dan dasar pokok pencapaian kesadaran Buddha seluruhnya terdapat di dalam jiwa Nichiren Daisyonin yang juga merupakan sumber pokok pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh Buddha. Maka Nichiren dikatakan sebagai Tathagata Sambhogakaya dari sejak Masa Lampau yang Tak Berawal (Kuon Ganjo Jijuyusyin), hakikat Hukum Gaib pencapaian kesadaran Buddha dari kemanunggalan antara manusia dan Hukum (Ninpo Ikka). Mengenai Satu Hal Penting Hukum Kesunyataan dari Sang Buddha Sakyamuni diterangkan oleh Bhikku Tertinggi ke26 Nicikan Syonin dalam karya tulisnya Montei Hicinsyo : “Tujuan kelahiran Nichiren Daisyonin sebagai pewaris Saddharmapundarika-sutra adalah semata-mata untuk mewujudkan Honzon Sejati dari Tiga Hukum Sakti Agung, yakni Hukum Agung yang terpendam dalam jiwa Sang Buddha sejak berkalpa koti lamanya. Inilah yang dikatakan sebagai Satu Hal Penting Hukum Kesunyataan”. Nichiren Daisyonin pada tanggal 12 bulan sepuluh tahun Ko-an ke 2 (1279) mewujudkan kesadaran-Nya menjadi Dai Gohonzon dari Altar Ajaran Sesungguhnya, yang juga merupakan tujuan kelahiran-Nya. Dai Gohonzon juga merupakan jiwa Nichiren Daisyonin sebagai Buddha Pokok, hakikat kemanunggalan dari Manusia dan Hukum. Samantabadra | April 2020

25


Maka itu, “Dada Nichiren Daisyonin adalah tempat seluruh Buddha mencapai kesadaran. Di atas lidah-Nya memutar Roda Dharma, tenggorokannya tempat lahir, mulut-Nya tempat mencapai kesadaran Buddha�. Lahir, kesadaran sebenarnya, memutar Roda Dharma, dan kesadaran adalah keempat tempat Dharmakaya dari Delapan Rupa sebagai hal yang sangat penting. Yang dimaksud dengan Delapan Rupa adalah kedelapan perwujudan keberadaan seorang Buddha. Sang Buddha mewujudkan keberadaannya dengan tergantung pada waktu, jodoh yang mendalam antara umat dengan Buddha, demi menolong umat, lahir menjadi Buddha. Seumur hidup Sang Buddha mewujudkan delapan perwujudan keberadaannya sebagai berikut : 1. Geten : nama lainnya adalah Tosoceten. Dalam Surga Tosoce terdapat lima hal: bakat, negara, sifat, ayah dan ibu, yang dirasakan sebagai jodoh untuk turun ke dunia saha ini. 2. Takutai : masuk ke rahim ibu. 3. Syuttai (Kootan) : lahir. 4. Syukke : melakukan pertapaan. 5. Kooma : Rintangan dari Iblis. 6. Jodo : mencapai kesadaran Buddha. 7. Tenporin : memutar Roda Dharma. 8. Nyunehan : memasuki Nirvana. Delapan Rupa dari Buddha Sakyamuni (menurut penjelasan umum): 1. Geten : berada di dalam Surga Tosoce, merasakan kelima hal (bakat, negara, sifat, ayah dan ibu) sebagai jodoh seketika turun ke dunia saha untuk melaksanakan pertapaan Buddha. 2. Takutai : tanpa menimbulkan perasaan hati yang marah terhadap ayah bundanya dan tanpa menghilangkan prajna yang benar, masuk ke dalam rahim ibu Sang Buddha, yaitu permaisuri Maya. 26

Samantabadra | April 2020

3. Syuttai : lahir dari perut ibu melalui sisi sebelah kanan, melangkah tujuh langkah di atas bunga teratai, menghadap ke langit. Manusia paling unggul di seluruh alam semesta. 4. Syukke : merasakan kefanaan dari dunia ini, meninggalkan istana pada usia 19 tahun, menuju tepian sungai Nairanjana. Selama 12 tahun menjalankan pertapaan, baik pertapaan yang sulit maupun yang menyenangkan. 5. Kooma : duduk bersamadhi di bawah pohon bodhi, ketika hampir mencapai kesadaran, raja iblis datang sebanyak empat kali untuk mengganggu, dan gangguan ini dapat dipatahkan. 6. Jodo : setelah menaklukkan iblis, keluar sinar yang memancar terang dari seluruh tubuh. Bersamaan dengan keluarnya bintang, terlepas dari belenggu hidup mati dan pada usia 30 tahun mencapai kesadaran Buddha. 7. Tenporin : seumur hidup membabarkan ajaran yang dapat dikelompokkan menjadi Lima Waktu Ajaran dengan tujuan untuk membimbing umat. 8. Nyunehan : setelah selesai membabarkan Dharma selama 50 tahun memasuki Parinirvana (moksya). Delapan Rupa dari Buddha Nichiren Daisyonin (menurut penjelasan Nikkan Syonin) : 1. Geten: pada masa 500 tahun yang kelima setelah kemoksyaan Sang Buddha Sakyamuni, merasakan kelima hal sebagai jodoh dan terlahir di dunia saha.


2. Takutai: masuk ke rahim ibu yang bernama Umegiku. 3. Syuttai: lahir pada tanggal 16 bulan dua tahun Syukyu keempat (1222) pada jam Kuda (pukul 12:00 – 13:00). 4. Syukke: masuk kuil Seico pada usia 12 tahun dan mulai menjalankan pertapaan kebhikkuan pada usia 16 tahun. 5. Kooma: mengalami berbagai penganiayaan dan pembuangan ke Semenanjung Izu dan dapat mengatasi kesemuanya. 6. Jodo: pada penganiayaan Tatsunokuci, tanggal 12 bulan 9 tahun Bun-ei ke-8 (1271) antara jam Tikus dan Sapi (pukul 11:00 – 03:00), mewujudkan kesadaran Buddha dengan badan manusia biasa. 7. Tenporin: menulis bermacam-macam Gosyo yang penting semenjak masa pembuangan di Pulau Sado. 8. Nyunehan: pada tanggal 13 bulan 10 tahun Ko-an kelima (1282) jam Tace (pukul 08:00 – 09:00) wafat di kediaman Ikegami bersaudara. Baik Buddha Nichiren Daisyonin maupun Buddha Sakyamuni mewujudkan keberadaannya dalam Delapan Rupa. Buddha Sakyamuni adalah Tathagata Nirmanakaya yang berada secara bertahap (O-Buce Syojin), sehingga Delapan Rupanya sesuai dengan akar bakat manusia. Buddha Nichiren Daisyonin dilahirkan dalam wujud manusia biasa. Untuk menolong umat yang tidak mempunyai bakat kebaikan (Hon-mi-u-zen), mewujudkan Buddha Pokok, Tathagata Sambhogakaya dari Masa Lampau yang Tak Berawal Akhir (Dai Gohonzon). Walaupun kedua Buddha, Nichiren Daisyonin dan Sakyamuni, memiliki Delapan Rupa yang serupa, namun pada hakekatnya makna kesadarannya tidaklah sama.

Delapan Rupa (delapan perwujudan keberadaan seorang Buddha) adalah perilaku Buddha seumur hidup. Kita yang percaya kepada Nammyohorengekyo dan melaksanakan ajaran Saddharmapundarika-sutra dapat berperilaku menyerupai seorang Buddha dan dapat mengubah empat penderitaan besar : lahir, tua, sakit dan mati, menjadi delapan perwujudan keberadaan Buddha. Hal ini dinyatakan dalam Catatan Ajaran Lisan, “Masuk Saddharmapundarikasutra, keempat penderitaan besar : lahir, tua, sakit, dan mati, diwujudkan menjadi empat Sravaka besar dan delapan perwujudan keberadaan Buddha”. (Catatan Ajaran Lisan, bagian satu, hal.731). Orang-orang zaman dahulu menandai tempat kelahiran Sang Buddha, pencapaian kesadaran-Nya, pemutaran Roda Dharma, dan wafat-Nya, dengan mendirikan stupa. Empat tempat Dharmakaya adalah hakikat dari Tathagata Sambhogakaya dari sejak Masa Lampau yang Tak Berawal, Nichiren Daisyonin dan juga Gohonzon dari Kemanunggalan antara Manusia dan Hukum. Nichiren Daisyonin (Dharmakaya). Dada adalah tempat seluruh Buddha memasuki Nirvana (Nyunehan). Lidah adalah tempat Dharma Cakra Pravartana (Tenporin). Tenggorokan adalah tempat lahir. Mulut adalah tempat mencapai kesadaran sebenarnya.mencapai kebuddhaan. Karena hakikat yang demikian agung, maka tempat tinggal Buddha Pokok lebih unggul dari Tanah Buddha (Ryozenjodo). Di dalam Hokke Mongu diterangkan : Karena Hukumnya gaib, manusianya pun agung, tempatnya pun menjadi Samantabadra | April 2020

27


luhur (Daisyo rol 34, hal. 110). Dengan alasan tersebut di atas, maka Gunung Minobu menjadi tempat yang luhur.

4

Dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata terbaca, “Di manapun juga isi Sutra ini dipelihara, di suatu tempat maupun di dalam candi. Apakah di dalam suatu semak belukar, maupun di bawah sebatang pohon, di dalam suatu sanggar pemujaan maupun di rumah seorang penganut, di istana maupun di pegunungan, di lembah maupun di hutan belantara, kalian harus mendirikan altar dan membuat berbagai persembahan di tempat itu. Ketahuilah bahwa seluruh tempat ini adalah singgasana kesadaran dan di tempat inilah para Buddha mencapai kesadaran agung. Di tempat ini pula para Buddha memutar Roda Dharma dan memasuki Parinirvana”.

Anak Cabang

Keterangan: Kalimat yang terdapat pada Bab ke21 Saddharmapundarika-sutra, yakni Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata, mengandung arti bahwa Tempat Hukum Gaib (Myoho) terdapat merupakan tempat bertapa, di situ seluruh Buddha mencapai ke-Buddhaan, memutar Roda Dharma, dan memasuki Nirvana. Oleh karena tempat Dai Gohonzon, Buddha Pokok masa akhir dharma adalah tempat berziarah yang dapat memunculkan kepercayaan, “Seluruh dosa yang telah diperbuat semenjak masa lampau yang tak terhingga, langsung dapat dihapuskan, mengubah Trini Karmani (Sango) menjadi Triguna (Santoku)”. Hal ini tidak diragukan lagi. Dalam Totai Gisyo diterangkan tentang mengubah Trini Karmani menjadi Triguna. Orang yang dengan sungguh hati membuang Ajaran Sementara dan hanya percaya dan menyebut Nammyohorengekyo, akan dapat mengubah Trivrttah (Sando): Klesavrtta, 28

Samantabadra | April 2020

Karmavrtta, dan Vipakavrtta/Bonno Go Ku menjadi Triguna : Dharmakayaguna, Prajnaguna, dan Vimuttaguna/Hossyin, Hannya, dan Gedace; selanjutnya menjadi Sankai Santai (Tiga Pandangan dan Tiga Aspek Jiwa), dan menimbulkan kesadaran jiwa. Tempat tinggal orang ini menjadi Tanah Buddha Jojakko Do. Ada orang yang membabarkan ajaran, ada orang yang menerima ajaran; ada subyek, ada lingkungannya (Syindo); ada rohani, ada jasmani (Syiki Syin); ada Wujud Sebenarnya, ada fungsinya (Kutai Kuyu). Ini semua adalah Trikaya yang tidak dibuat-buat (Musa Sanjin) dari Buddha Hakikat Pundarika (Totairenge) dari Bab Panjang Usia Sang Tathagata Ajaran Pokok Saddharmapundarikasutra, yakni Nichiren Daisyonin dan murid-murid-Nya. Maka dengan demikian berarti bahwa bila kita dapat merombak keadaan jiwa yang mementingkan diri sendiri menjadi jiwa yang penuh maitri karuna dan membuang kesesatan filsafat yang dianut selama ini dengan percaya kepada Gohonzon, maka pada saat ini tiga racun yang memenuhi jiwa dengan kuat dan karma buruk yang tertimbun akan dapat diubah menjadi kesadaran dalam keadaan seadanya ( Sokusyin Jobuce ).

5

Dengan demikian, Gridhrakuta di India adalah Gunung Minobu sekarang ini. Telah lama waktu berlalu semenjak kedatangan Anda yang terakhir di sini. Hendaknya Anda datang menemui Saya sesegera mungkin. Saya sangat mendambakan untuk bertemu dengan Anda .

Anak Cabang


Keterangan: Dalam kutipan ini Nichiren Daisyonin yang dapat merasakan kesusahan hati Nanjo Tokimice menganjurkannya untuk segera berkunjung ke Gunung Minobu. Perjumpaannya dengan Nichiren Daisyonin yang penuh maitri karuna akan membangkitkan semangat kepercayaannya sehingga dapat menaklukkan iblis penyebab sakit. Setelah Nichiren Daisyonin wafat, kepala daerah Gunung Minobu, Hakiri Sanenaga melakukan pemfitnahan dharma, sehingga terjadi penyimpangan tujuan Nichiren Daisyonin yang sebenarnya. Setelah terjadi pemfitnahan dharma, Nikko Syonin yang bertugas sebagai penerus penyebarluasan Dharma Sesungguhnya dan penanggung jawab Kuil Kuon di Gunung Minobu dengan berat hati meninggalkan Gunung Minobu dengan membawa Dai Gohonzon dan tulang belulang Nichiren Daisyonin. Selanjutnya Fuji Taiseki-ji didirikan untuk menyemayamkan Dai Gohonzon. Semenjak 700 tahun yang lalu sampai saat ini, pelita dharma Nichiren Daisyonin dan hakikat kelahiran-Nya, yaitu Dai Gohonzon dari Altar Suci Ajaran Sesungguhnya, terus dijaga oleh Nikko Syonin dan penerus hubungan darahnya, para Bhikku Tertinggi. Kuil Pusat Taiseki-ji adalah tanah suci masa akhir dharma. Oleh karena itu, berziarah ke Kuil Pusat Taiseki-ji, bersujud di hadapan Dai Gohonzon yang bersemayam di Altar Suci Ajaran Sesungguhnya Syohondo, merupakan satu-satunya jalan untuk menghapuskan Trini Karmani dan mengubahnya menjadi Triguna.

Keterangan Perkataan

Surga Trayastrimsa : Surga tiga puluh tiga dewa. Surga kedua dari enam surga Kamadhatu. Surga ini terletak pada lubang kepundan Gunung Semeru, dan dikatakan tiga puluh tiga dewa, termasuk Dewa Indra, berdiam. Syoju : Metode penyebarluasan dharma yang membimbing seseorang secara berangsur-angsur kepada Saddharma. Syakubuku : Metode penyebarluasan dharma yang mematahkan secara tegas kesesatan filsafat seseorang dan membimbingnya ke Hukum Sakti. Kedua metode penyebarluasan dharma ini diterangkan dalam Shrimala Sutra. ***

Samantabadra | April 2020

29


30

Samantabadra | April 2020


ajaran

Surat Balasan kepada Toki-ama Goze Gosyo Cabang

Latar Belakang

S

urat ini ditulis pada tanggal 27 bulan ke-3 tahun 1276 (Kenji ke-2) di Gunung Minobu. Ketika Toki Jonin membawa abu tulang almarhum ibunya dari Wakanomiya daerah Syimofusa ke Gunung Minobu, Niciren Daisyonin mendengar bahwa Amagoze sedang menderita sakit. Karena itu Niciren Daisyonin menulis surat yang ditujukan kepada Amagoze. Surat tersebut masih tersimpan dengan baik hingga sekarang ini. Ketika Toki Jonin meninggalkan Niciren Daisyonin sambil membawa titipan surat yang ditujukan kepada Amagoze, kitab Saddharmapundarika-sutra miliknya tertinggal di Gunung Minobu. Niciren Daisyonin mengutus seorang murid untuk mengantarkannya. Peristiwa ini tercatat dalam Surat Perihal Lupa Mempertahankan Sutra. Pertama-tama surat ini berisi ucapan terima kasih atas berbagai sumbangan. Kemudian mengungkapkan bahwa kunjungan Toki Jonin yang dari jauh ke Gunung Minobu sebenarnya karena dorongan dari istrinya. Di sini Beliau memuji kebajikan bantuan moril (naijo) dari sang istri yang telah mendorong suaminya berkunjung ke Gunung Minobu. Selanjutnya, isi surat ini menjelaskan laporan Toki Jonin perihal keadaan ibunya pada waktu meninggal yang dalam keadaan baik sekali. Dan bersamaan itu menyampaikan rasa kegembiraan Toki Jonin atas perilaku Amagoze yang telah merawat ibunya dengan amat baik. Tentu saja Niciren Daisyonin dapat memperkirakan Toki Jonin tidak menyampaikan perasaan terima kasih seperti itu kepada Amagoze. Dengan memberitahu hal ini kepada Amagoze diharapkan akan semakin mempertebal rasa cinta kasih antara suami istri Toki Jonin serta dapat menjadi dorongan yang menimbulkan kegembiraan kepada Amagoze. Dari hal ini dapat dirasakan kesungguhan hati Niciren Daisyonin yang memperhatikan segala sesuatu sampai sekecil-kecilnya.

Isi Gosyo

U

ang logam satu renceng berikut sebuah tabung telah Saya terima dengan baik. Melesatnya anak panah tergantung kekuatan busurnya, bergeraknya awan tergantung kekuatan naga, kegiatan suami tergantung kekuatan istrinya. Sekarang, kunjungan Tuan Toki ke Gunung Minobu ini adalah kekuatan dari Amagoze (istri). Dengan melihat asap kita dapat mengetahui apinya, dengan melihat hujan kita dapat mengetahui naga, dengan melihat suami kita dapat melihat istrinya. Sekarang ketika bertemu dengan Tuan Toki, Saya seakan-akan merasa berjumpa dengan Amagoze. Samantabadra | April 2020

31


Di dalam pembicaraan Tuan Toki terasa kesedihan atas meninggalnya ibunya, tetapi dalam kesedihannya itu tersirat juga kegembiraan karena ibundanya wafat dengan amat baik dan Amagoze dengan sungguh hati telah merawat almarhumah hingga saat ajal. Dan kegembiraan ini tidak akan terlupakan sampai masa kapanpun. Akan tetapi, hal yang paling mengkhawatirkan adalah penyakit yang diderita Amagoze. Penyakit Anda pasti dapat disembuhkan, Walaupun harus menjalankan pengobatan akupuntur selama tiga tahun tanpa lalai. Orang yang tidak menderita sakit saja tidak dapat menghindarkan diri dari teori kefanaan. Tetapi Anda yang masih belum terlalu tua dan terlebih lagi Anda seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, pasti tidak akan mati mendadak. Tidak mungkin itu penyakit karma. Seandainya penyakit karmapun, dengan kekuatan besar Saddharmapundarika-sutra yang dapat diharapkan, tidak ada penyakit apapun yang tidak dapat disembuhkan. Dengan menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, Raja Ajatasatru telah memperpanjang usianya selama 40 tahun. Chen Cen, kakak Mahaguru Tien Tai, dikatakan telah memperpanjang usia selama 15 tahun. Amagoze juga seorang pelaksana Saddharmapundanikasutra yang kuat kepercayaannya dan penuh semangat seperti bulan yang purnama dan laut yang pasang. Mungkinkah tidak dapat menyembuhkan penyakit serta memperpanjang usia ? Yakinilah hal ini dengan kuat dan sayangilah badan Anda serta jangan sekali-kali berkeluh kesah dalam hati. Seandainya timbul rasa sedih dan mengeluh, pikirkanlah kembali peristiwa di Iki dan Cesyima serta di Dazaifu. Atau ketika orang-orang Kamakura yang sedang bergembira seperti manusia surga harus pergi ke Kyusyu. Orang yang harus meninggalkan anak istri, atau orang yang ditinggalkan suami, atau orang yang saling mencintai akan saling berpandangan, wajah bertemu wajah, mata bertemu mata, mereka saling menatap dengan rasa sendu; kesedihan yang mereka rasakan bagaikan pohon yang dibelah. Demikian berat susah hati karena perpisahan itu. Satu hari, dua hari, selangkah demi selangkah semakin lama semakin jauh meninggalkan Yuigahama, Inamura, Kosyigoe, Sakawa, Hakone. Badan yang melewati sungai, gunung dan tertutup awan ini hanya dapat diikuti dengan cucuran air mata dan hati yang berkeluh kesah. Kepedihan yang dirasakan tidaklah dapat dilukiskan. Dalam kesedihan yang sedemikian rupa, bila diserang oleh pasukan Mongolia akan tertawan hidup-hidup di gunung atau di lautan. Yang akan terlihat hanyalah mata yang penuh kegelisahan, baik ketika berada di dalam kapal maupun di Korea. Hal ini karena Niciren, Pelaksana Saddharmapundarika -sutra yang dapat dikatakan sebagai ibu ayah seluruh negeri Jepang yang tidak berdosa sama sekali, tanpa alasan apapun difitnah, dipukul, dan diarak keliling kota seperti perbuatan gila, sehingga mendapat siksaan Dasaraksasi. Mereka masih akan mengalami penderitaan besar yang puluhan ribu juta milyar kali lebih dari penderitaan sekarang ini. Amatilah sungguh-sungguh kegaiban ini. Kalau berpikir kita pasti menjadi Buddha, sama sekali tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tiada artinya baik dilahirkan sebagai permaisuri atau dilahirkan di dunia surga. Ikutilah jejak Putri Naga dan dapatkanlah kedudukkan yang sederajat dengan Bhikkuni Mahaprajapati. Alangkah menggembirakan hal ini. Hendaknya hanya menyebut Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. Tanggal 27 bulan ke-3 Kepada Amagoze Tertanda, Niciren 32

Samantabadra | April 2020


Kutipan Gosyo

1

Melesatnya anak panah tergantung kekuatan busurnya, bergeraknya awan tergantung kekuatan naga, kegiatan suami tergantung kekuatan istrinya. Sekarang, kunjungan Tuan Toki ke Gunung Minobu ini adalah kekuatan dari Amagoze (istri). Keterangan: Bagian ini mengajarkan bahwa melesatnya anak panah tergantung kekuatan busurnya, bergeraknya awan tergantung kekuatan naga, kegiatan suami tergantung pada kekuatan istrinya. Melalui kunjungan Toki Jonin ke Gunung Minobu, Niciren Daisyonin dapat memikirkan kekuatan istrinya yang berada dibelakang, sehingga dikatakan serasa bertemu dengan Amagoze sendiri. Hal yang serupa juga terlihat ketika Syijo Kingo berkunjung dari Kamakura ke tempat pembuangan di Pulau Sado, juga ketika Abucebo dan Kokufu Nyudo mengunjungi Niciren Daisyonin dari Pulau Sado ke Gunung Minobu. Di samping memuji kesungguhan hati orang yang telah berkunjung, Niciren Daisyonin juga selalu memikirkan orang yang mendorong dari belakang, karena itu dikatakan sama seperti berkunjung sendiri. Dari hal ini dapat terlihat betapa dalamnya prajna Niciren Daisyonin yang tak terpaku pada hal-hal di hadapan mata dan terasa betapa luas dan besar maitri karuna Beliau terhadap manusia. Dengan menggunakan berbagai perumpamaan, Niciren Daisyonim memberi petunjuk perihal kesatuan cinta suami istri, kewajiban dan cara hidup Wanita. Adapun dalam surat ini istri diumpamakan sebagai busur, suami diumpamakan sebagai anak panah. Kegiatan suami dalam masyarakat tergantung pada kekuatan istri. Karena itu, istri memegang peranan utama bila

dibandingkan dengan suami. Dalam Surat Kepada Ikegami Bersaudara dikatakan, “Dalam hal menjadi Wanita sebenarnya adalah seperti mengikuti benda, tetapi akhirnya benda itu berbalik mengikuti dirinya�. (Gosyo, hal. 1088). Di sini diajarkan bahwa mengikuti suami sambil memimpinnya dengan mahir merupakan cara hidup seorang wanita. Di antara para murid Niciren Daisyoninpun juga ada penganut yang berstatus janda, sehingga teori mendasar ini belum tentu sesuai untuk semua orang. Pada masa sekarang terdapat istri yang bersama-sama bergiat dalam masyarakat, tetapi dalam kedudukkan sebagai seorang istri dalam keluarga, teori mendasar ini merupakan petunjuk yang sangat penting dalam membina kehidupan keluarga yang harmonis. Seorang istri mempunyai kekuatan yang menentukan arah kebahagiaan atau ketidakbahagiaan sebuah keluarga. Penggunaan kekuatan itu secara bijaksana akan menggerakkan hati sang suami dan menentukan dapat tidaknya suami mengembangkan kekuatan yang dimilikinya dalam masyarakat. Bila sang istri tidak mengetahui ciri khas yang dimiliki wanita, hanya memaksakan kehendak sendiri pada suami, maka bukan hanya melukai harga diri suami, bahkan merenggut kekuatan jiwa suami, sehingga akhirnya menghancurkan cinta kasih suami istri. Baik laki-laki maupun wanita haruslah hidup dengan bijaksana dan penuh inisiatif, namun cara hidupnya harus sesuai dengan keistimewaan masing-masing. Baik dalam keluargamaupun dalam masyarakat, ketika pria dan wanita masing-masing dapat Samantabadra | April 2020

33


mewujudkan sepenuhnya keistimewaan yang dimilikinya akan terwujud keseimbangan dan baru terbina kehidupan yang ideal. Niciren Daisyonin memuji jasa bantuan moril dari seorang wanita dengan menyatakan, bahwa walau seorang laki-laki merasa keberhasilannya tercapai dengan kekuatan dan jasa dirinya sendiri, namun di dasar itu terdapat fungsi kekuatan wanita sebagai seorang istri. Di sini terkandung makna betapa pentingnya keharmonisan suami-istri. Kekhawatiran akan penyakit Amagoze membuat Niciren Daisyonin pertamatama menganjurkan pengobatan seperti tertulis dalam surat “harus menjalankan pengobatan akupuntur selama tiga tahun tanpa lalai”. Disamping itu juga menerangkan untuk menambah tenaga jiwa guna melawan penyakit berdasarkan penyembuhan medis adalah hati kepercayaan. Dan Beliau juga memberi semangat, karena Amagoze adalah seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang hati kepercayaannya makin menjadi kuat, pasti dapat mengatasi penyakit apapun serta dapat memperpanjang usia. Pada bagian ini Niciren Daisyonin memberi petunjuk untuk mengatasi penyakit berdasarkan teori yang mudah dimengerti. Berarti, di samping menunjukkan cara penyembuhan penyakit jasmani dan kejiwaan, sekaligus juga merupakan cara penyembuhan akar sumber perombakan nasib. Pertama, ditunjukkan cara penyembuhan medis sebagaimana tertera dalam isi surat, “harus menjalankan pengobatan akupuntur selama tiga tahun tanpa lalai”, untuk memulihkan tubuh. Dari sini terlihat bahwa Niciren Daisyonin memanfaatkan sepenuhnya ilmu kedokteran Jepang pada waktu itu.

34

Samantabadra | April 2020

Selanjutnya Beliau mengajarkan, hati kepercayaan yang kuat terbadap Hukum agama Buddha bisa menambah kekuatan jiwa, sehingga nasib seburuk apapun pasti dapat disembuhkan. Dengan mengutip perumpamaan Raja Ajatasatru semasa hidup Buddha Sakyamuni dan Chen Cen kakak Maha Guru Tien Tai diterangkan bahwa karma tetap sekalipun dapat diubah dan bisa memperpanjang usia. Kedua perumpamaan ini dijelaskan dalam Surat Memperpanjang Karma Tetap (Kaenjo Gosyo) yang juga diberikan kepada Amagoze. Ketiga, memberi semangat dari sudut kejiwaan. Niciren Daisyonin mengajarkan untuk merenungkan keadaan orangorang di Kamakura yang berada dalam kesedihan atas perpisahan dengan istri dan anak, karena harus berperang melawan Mongolia dan juga setibanya di Kyusyu diserang oleh pasukan Mongolia yang kuat, sehingga meskipun bersembunyi di gunung atau melarikan diri ke laut, akan tertawan hidup-hidup. Dan selama berada dalam kapal musuh atau dalam perjalanan ke Korea akan dianiaya bahkan dibunuh oleh pasukan Mongolia. Orang-orang Jepang mengalami keluhan dan penderitaan seperti ini karena menghantam dan menganiaya Niciren Daisyonin, pelaksana Saddharmapundarika-sutra, sehingga mendapat siksaan dari Dasaraksasi. Terlebih lagi mereka akan mengalami “penderitaan besar yang puluhan ribu milyar kali lebih dari penderitaan sekarang ini”. Ini mengisyaratkan secara tersamar penderitaan yang tak terputus-putus setelah kematian. Kemudian, sebaliknya Niciren Daisyonin memberi dorongan, bahwa karena Amagoze menganut Hukum Sakti pasti akan mencapai Kesadaran Buddha, sehingga tak perlu berkeluh kesah terhadap penyakit yang sekarang diderita. Kesedihan, keluh kesah, putus asa dan lain sebagainya merupakan musuh


terbesar dalam penyembuhan penyakit. Berarti, di samping ini semua merupakan sebab timbulnya penyakit, juga merupakan sebab pokok yang memperburuknya. Apapun juga penyakit manusia, semua berkaitan secara mendalam dengan keadaan perasaan. Perasaan mengeluh akan memperburuk penyakit, sebaliknya kalau memancarkan kekuatan jiwa untuk memerangi penyakit, akan timbul sinar penuh harapan. Akhir-akhir ini telah terbukti bahwa kesedihan, keluh kesah, putus asa dan menyerah pada nasib, serta lainnya mempunyai hubungan yang mendalam dengan memburuknya penyakit jantung dan juga menjadi penyebab timbulnya penyakit kanker. Keadaan jiwa ini juga berhubungan secara mendalam dengan penyakit leukimia, radang lambung, kencing manis dan penyakit lainnya. Meskipun ada sikap bertahan dengan susah hati, dengan mengharapkan kesembuhan di masa akan datang, kalau penderitaannya berlangsung terus tanpa akhir, maka kekuatan jiwa untuk dapat mengatasi penyakit akan hilang. Niciren Daisyonin membandingkan kesedihan hati Amagoze atas penderitaan penyakitnya dengan penderitaan orangorang di Kamakura pada waktu itu. Dengan mengajarkan kegembiraan karena dapat tercapainya kesadaran Buddha, Niciren Daisyonin mengobarkan semangat keberanian dan harapan untuk masa akan datang untuk menghalau kesedihan hati. Dengan demikian, ketika memandang sinar harapan untuk masa akan datang, dan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarikasutra semakin kuat, akan menghasilkan kesembuhan penyakit badan dan hati, sesuai dengan bertambahnya kekuatan jiwa, penyakit karma berat juga dapat diatasi. Terlebih lagi, perjuangan melawan penyakit dengan berdasarkan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra, tidak hanya berakhir dengan penyembuhan

penyakit saja. Perjuangan melawan penyakit itu sendiri akan menjadi perombakan nasib dan dapat mengatasi berbagai penderitaan, bahkan terus berlanjut menjadi jalan pencapaian kesadaran Buddha dalam kehidupan ini. Suasana pencapaian kesadaran Buddha adalah sesuatu yang melebihi suasana kebahagiaan yang diterima karena terlahir sebagai permaisuri atau terlahir sebagai manusia surga, karena bersifat kekal abadi. Kebahagiaan manusia surga bersifat di permukaan saja sehingga tidak kekal, sebaliknya suasana kebahagiaan pencapaian kesadaran itu bersifat selamalamanya, tidak akan rusak, seperti berlian Kongo Hokikai (Sila Bejana Vajra). Kalau mengetahui bahwa perperjuangan melawan penyakit dengan berdasarkan hati kepercayaan akan memperoleh suasana kebahagiaan mutlak, maka dalam menghadapi penderitaan penyakit tidak akan berkeluh kesah dan penuh harapan untuk masa yang akan datang. Harapan ini akan menjadi kekuatan yang merombak penyakit menjadi kesembuhan.

2

Orang yang tidak menderita penyakit saja tidak dapat menghindarkan diri dari teori kefanaan. Tetapi Anda masih belum terlalu tua, dan terlebih lagi Anda seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, pasti tidak akan mati mendadak. Tidak mungkin itu penyakit karma. Seandainya penyakit karmapun, dengan kekuatan besar Saddharmapundarika-sutra yang dapat diharapkan, tidak ada penyakit apapun yang tidak dapat disembuhkan. Keterangan: Tiada seorang pun yang dapat menghindarkan diri dari kematian. Walau seseorang membanggakan kesehatannya Samantabadra | April 2020

35


yang teramat baik, bisa saja meninggal dunia tanpa terduga sebelumnya. Dan juga, jika usianya sudah sampai, siapapun harus menghadapi kematian. Kepercayaan akan memperoleh suasana kebahagiaan mutlak, maka dalam menghadapi penderitaan penyakit tidak akan berkeluh kesah, dan penuh harapan untuk masa yang akan datang. Harapan ini akan menjadi kekuatan yang merombak penyakit menjadi kesembuhan. “Tetapi Anda masih belum terlalu tua dan terlebih lagi Anda seorang pelaksana Saddharmapundarikasutra, pasti tidak akan mati mendadak”. Kekuatan Saddharmapundarika-sutra dapat melawan berbagai malapetaka pada masa sekarang dan melindungi. “Kematian yang mendadak” berarti kematian yang bukan disebabkan oleh karma tetap, tetapi di sini berarti malapetaka. Terlebih lagi dikatakan, “penyakit karma”. Penyakit karma berarti penyakit yang sukar disembuhkan yang timbul karena karma buruk semenjak masa lampau. Maka Syikan jilid ke-8 bagian paruh awal menerangkan penyakit karma sebagai berikut: “Penyakit karma tentu disebabkan oleh karma masa lampau, atau karena pada masa sekarang menghancurkan sila sehingga menggerakkan karma masa lampau dan menimbulkan penyakit karma”. Dengan demikian, penyakit karma ada yang ditimbulkan karena kekuatan karma yang menarik penyakit atau karena pada masa sekarang menghancurkan sila, sehingga menggerakkan karma masa lampau dan terwujud nyata sebagai penyakit. Bagaimanapun juga, sebab pokok penyakit adalah nasib. Seandainya ada penyakit yang dianggap sulit disembuhkan, bila bukan disebabkan oleh karma buruk masa lampau, maka dapat disembuhkan dengan pengobatan medis. Tetapi, penyakit karma hanya dapat disembuhkan dengan berdasarkan kekuatan Hukum Buddha. 36

Samantabadra | April 2020

Penyakit karma dalam arti penyakit karma tetap pun, pasti bisa diatasi dengan hati kepercayaan yang kuat dan semakin kuat terhadap Saddharmapundarika-sutra. Di dalam Surat Memperpanjang Karma Tetap dikatakan, “Karma tetap pun kalau sungguh-sungguh bertobat pasti dapat dihapuskan. Apalagi karma tidak tetap”. Dalam Saddharmapundarika-sutra jilid ke-7 dikatakan, “Sutra ini adalah obat yang paling mujarab bagi penyakit seluruh umat manusia di dunia, dan lain-lain. “Sutra” berarti kalimat Saddharmapundarikasutra”. Dengan demikian, kalau bertobat atas pemfitnahan Hukum di masa lampau di hadapan Gohonzon, karma seburuk apapun pasti dapat dihapuskan. Dengan percaya dan menerima Hukum Nammyohorengekyo yang agung, pasti kesadaran Buddha tercapai. Karena itu dalam isi surat dikatakan, “Kalau terpikir kita pasti menjadi Buddha, sama sekali tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tiada artinya baik dilahirkan sebagai permaisuri atau dilahirkan di Dunia Surga. Ikutilah jejak Putri Naga dan dapatkanlah kedudukan yang sederajat dengan Bhiksuni Mahaprajapati”. Karena tiada kegembiraan yang melebihi dapat mencapai kesadaran, maka dengan hati yang penuh rasa terima kasih dan hati yang timbul kegembiraan menyebut Daimoku. Sebagai kesimpulan surat ini, diajarkan bahwa meneruskan hati kepercayaan bukan hanya untuk mengatasi penderitaan penyakit, juga merupakan sikap dasar pokok hati kepercayaan. ***


Samantabadra | April 2020

37


38

Samantabadra | April 2020


ajaran

Manusia dan Hukum Forum Diskusi

1

Sering saya mendengar kalimat nasehat: “Ikuti hukumnya. Jangan ikuti orangnya� (E Ho Fu E Nin). Bagaimana penjelasannya? Jawab: Kalimat tersebut mengajarkan sikap yang seharusnya dalam menuntut ajaran agama Buddha. Penuntut ajaran agama Buddha harus mendengarkan pembabaran ajaran sebaikbaiknya tanpa terpengaruh siapakah sang pembabar, apabila yang dibabarkan adalah benar-benar ajaran Buddha. Berbagai perumpamaan telah mengajarkan tentang hal ini, terutama kisah Putra Himalaya yang sangat mendambakan dapat mendengar pembabaran hukum agama Buddha. Pada suatu hari Putra Himalaya mendengar sepenggal syair Hukum Buddha tanpa terlihat sang pembabar. Ia ingin sekali mendengar dan mengetahui syair itu secara lengkap dan mohon diajarkan. Ternyata yang mengucapkan syair hukum Buddha itu adalah iblis yang sangat mengerikan. Rupanya buruk sekali dan penampilannya amat menakutkan. Bagi orang lain, penampilan iblis seperti itu pasti mematahkan niatnya untuk mencari hukum Buddha. Tapi Putra Himalaya tidak demikian. Meskipun mengerikan tapi ia tetap menuntut hukum Buddha hingga akhirnya memperoleh kesadaran. Sikap dan semangat menuntut hukum Buddha seperti itu memang sangat diperlukan.

Tapi manusia sekarang cenderung terikat penampilan luar seseorang, entah kemapanan materi, kecantikan atau ketampanan, kepiawaian dalam mengungkapkan katakata. Keterikatan pada bentuk luar itu dapat membuat orang tidak mendengarkan dengan sungguh sungguh apa yang diucapkannya. Jadi dalam mendengarkan ceramah kita tidak boleh mencampur adukkan antara orang dengan hukumnya. Walaupun penyampaiannya tidak atau belum sempurna, tapi yang dibabarkannya adalah ajaran agama Buddha. Dengan melaksanakan kata-kata Buddha melalui suara orang tersebut kita bisa mendapat karunia kebajikan dari Gohonzon. Sebaliknya bila hati kita penuh rasa sebal, benci atau dendam saat mendengar pembabaran tersebut, penderitaan nerakalah akan kita terima. Penderitaan neraka bukan hukuman dari Gohonzon, melainkan karena diri sendiri yang melakukan pemfitnahan dharma, antara lain meremehkan atau menghina, membenci, iri hati serta dendam kepada orang yang percaya hukum Buddha. Keempat pemfitnahan dharma ini amat berat karena yang jadi objek adalah orang yang percaya kepada hukum Buddha atau Gohonzon. Apapun alasannya, Buddha Niciren mengajarkan tidak boleh membenci orang lain. Tapi seringkali pelaksana kepercayaan beberapa tahun kemudian kehilangan hati untuk menuntut hukum Buddha maka jatuh kedalam pemfitnahan dharma ini. Saat mendengarkan ceramah, Samantabadra | April 2020

39


perasaan jiwanya tidak tertarik untuk meningkatkan kepercayaan atau kesadaran, bahkan cenderung meremehkan diri sang penceramah, entah mengobrol dengan umat disebelahnya, tidak mau mendengarkan bahkan mengkritik isi ceramah dan mentertawai si penceramah. Itu sebabnya seseorang yang telah lama menganut agama Buddha tidak memperoleh kemajuan yang berarti dalam hidupnya. Penceramah tentu tidak elok apabila mengklaim, “Jangan melihat saya sebagai orang yang belum sempurna, tapi dengarkanlah kata-kata Buddha yang saya babarkan�. Karena dengan berkata seperti itu berarti orang tersebut tidak melaksanakan apa yang diceramahkannya sendiri. Pendengar juga tentu tidak mendapat manfaatnya. Hukum Buddha yang diceramahkan itu juga berlaku atau ditujukan kepada diri sendiri. Yang diceramahkannya itu adalah juga jodoh baik bagi dirinya. Ketika menemui kesulitan, maka apa yang diceramahkan akan teringat kembali untuk dilaksanakan dalam upayanya mengatasi kesulitan itu. Orang tersebut seyogianya akan sadar dan malu. Sebaliknya bila tujuan berceramah hanya untuk umat, tidak termasuk untuk diri sendiri, maka ceramahnya tidak akan menjadi jodoh baik untuknya. Jadi saat menemui rintangan, ia sendiri tak dapat mempergunakan apa yang diceramahkan, tapi hanya berfungsi sebagai pengetahuan filosofi belaka. Akibatnya ia mungkin akan mundur hati kepercayaan. Camkanlah, apa yang diceramahkan untuk orang lain juga berlaku untuk diri sendiri. Begitupun apa yang ditulisnya (bagi seorang penulis). Dengan sikap ini, penceramah dapat membabarkan hukum Buddha sesempurna mungkin. Ada penceramah yang membabarkan hukum Buddha disesuaikan atau berdasarkan keadaan dan kondisi dirinya. Misalnya tak berani menyampaikan pentingnya dana paramita karena dirinya sedang dilanda kesulitan ekonomi, tidak berani mendorong anak-anak umat lain untuk menganut ajaran Buddha karena anaknya sendiri percaya filsafat 40

Samantabadra | April 2020

lain, tidak berani menganjurkan orang lain membuang emosinya karena kemarahannya sendiri masih sering meledak dan sebagainya. Sikap seperti ini sangat keliru, bahkan dapat dikatakan memutarbalikan ajaran Buddha. Maka ceramah yang disampaikannya terasa hambar, tidak terasa getaran maitri karunanya. Seharusnya, meskipun diri sendiri belum bisa sepenuhnya melaksanakan kata-kata Buddha, tapi tetap membabarkan hukum Buddha ini. Sikap jiwa seperti inilah yang dapat diterima oleh segenap umat pendengar, sembari diri sendiri terus melakukan perbaikan diri. Kita perlu mengembangkan empati. Bila kita berada pada posisi sebagai penceramah, dapatkah kita berceramah lebih baik daripada dirinya? Sikap bijaksana seperti ini sangat berguna diterapkan dalam tiap aspek kehidupan sehari-hari, dalam keluarga, tempat kerja, susunan, bisnis ataupun pergaulan sosial lain. Sering kita terjebak dalam pandangan yang tidak pada tempatnya, yaitu memandang terlalu tinggi atau rendah orang lain, merasa diri sendiri terlalu tinggi atau rendah. Padahal bila kita cermati lebih mendalam, kita adalah sama-sama manusia yang memiliki 10 dunia perasaan jiwa, tidak relevan untuk menjadi angkuh maupun minder. Sikap objektif yang berdasarkan hukum Buddha inilah yang akan menuntun kita menjadi arif bijaksana. Gohonzon adalah wujud kemanunggalan manusia (Niciren Daisyonin) dengan Hukum (Nammyohorengekyo). Perilaku seumur hidup Buddha Niciren Daisyonin adalah Nammyohorengekyo itu sendiri. Jadi pada dasarnya manusia dan hukumnya tidak terpisahkan. Sering kita dengar, “Orang/ umat Gohonzon kok perilakunya buruk?� Protes dengan mengkaitkan antara umat dengan agamanya jarang ditujukan bagi pemeluk agama lain karena agama lain tidak mengumandangkan hukum agama mereka segencar kita. Pernyataan ini menunjukan pandangan masyarakat, umat Gohonzon harus berperilaku sesuai ajaran Buddha. Memang seharusnya demikian.


Dalam salah satu gosyo dikatakan, “Tersebarluasnya hukum tergantung manusianya�. Hukum ini takkan tersebarluas dengan sendirinya, tapi perlu orang yang menyebarkannya, maka peran manusia (dengan segala sikap dan perilakunya) sangat penting. Orang takkan melihat kekuatan hukum ini jika kita tidak melaksanakan dan membuktikan kebenaran hukum ini. Dalam kebangkitan agama Buddha sangat penting bagi kita untuk membuktikan kekuatan hukum secara nyata/konkrit dalam perilaku kehidupan. Keteladanan sikap kita akan membuka mata orang banyak akan kekuatan hukum ini. Inilah juga yang dikatakan sebagai syakubuku.

2

Kini saya telah mengerti, mendengarkan pembabaran hukum Buddha tidak boleh terikat pada pribadi sang pembabar. Tapi sangat sulit bagi saya untuk mendengarkan ceramah dari orang yang saya ketahui pasti kelakuannya bertolak belakang dengan apa yang diceramahkannya. Setiap kali saya mendengar suaranya, langsung dalam hati saya timbul rasa antipati. Tapi saya sendiripun tak mau terpancing untuk membuat pemfitnahan dharma lagi. Bagaimana mengatasi rasa benci ini? Jawab: Salah satu penderitaan besar menurut agama Buddha adalah bertemu dengan orang yang dibenci. Apalagi dengan sesama umat sudah pasti akan sering bertemu, bahkan harus saling bekerja sama dan mendengar ceramahnya. Pasti suatu penderitaan besar. Ada pendapat: “Daripada membuat karma buruk lebih baik menghindar. Kalau tidak bertemu orang tersebut tentu saya tidak akan membuat karma buruk. Lebih baik saya tidak kepertemuan atau tidak aktif sama sekali�. Pendapat di atas sepintas benar dan masuk akal. Tapi bila ditinjau lebih mendalam ternyata salah sama sekali. Bagaimana pun setiap umat Buddha Niciren Syosyu harus ikut dalam keaktifan. Hanya dengan ikut aktivitas susunanlah jiwa seseorang dapat terbuka

dan kesadaran jiwanya meningkat. Suka duka dalam susunan akan mendorong meningkatnya kesadaran jiwa. Bila hanya gongyo-daimoku di rumah jiwa Buddha takkan terbuka. Kita dapat merasakan perbedaan besar sebelum maupun setelah masuk dan aktif dalam susunan. Tetap dalam susunan merupakan bagian sangat penting dalam upaya kita mempertahankan kesadaran kita masing-masing akan Hukum Pokok. Maka apapun yang terjadi hendaknya jangan sekali-kali meninggalkan susunan. Memang sangat sulit bagi kita untuk membedakan manusia dan hukumnya, dan bukti nyata yang ada pada sang penceramah membuat para pendengar percaya akan apa yang dikemukakannya. Orang yang perilaku kehidupannya bertolak belakang dengan yang diceramahkannya sendiri membuat orang sulit percaya akan kebenaran hukum Buddha. Tapi bila kita bersikap tidak mau mendengar sama sekali terhadap ceramahnya membuat kita tidak bisa maju secara spiritual. Tiap insan mempunyai kesesatannya sendiri yang mungkin telah disadarinya tapi untuk mengubahnya menjadi kesadaran tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bagaimana pun bila orang tersebut terus berada dan aktif dalam susunan, suatu saat ia pasti sadar melalui pengalaman hidupnya. Kita tak dapat mengatur orang lain agar sesuai dengan keinginan kita. Yang dapat kita lakukan adalah menjaga agar orang itu kelak tidak kalah suasana bila menghadapi rintangan dari karmanya. Dan penting sekali bagi kita untuk mengubah cara berpikir kita dalam menerima orang lain dengan apa adanya. Bila diteliti, ternyata tidak semua orang benci padanya. Bahkan masih ada orang yang dapat bersahabat secara wajar dengan orang tersebut. Mengapa orang yang sama telah membangkitkan rasa benci pada diri kita? Inilah jodoh karma atau jodoh jiwa kita dan kita telah terpancing untuk mengeluarkan rasa antipati kita terhadapnya. Kalau tidak berjodoh tentu tidak bertemu dalam daerah atau cabang yang sama atau bahkan sama sekali tidak mengenal dengannya. Tapi karena adanya ikatan jodoh, Samantabadra | April 2020

41


maka bertemu. Jadi jangan menghindar dari kenyataan akan adanya jodoh ini, tapi atasilah hingga kualitas jiwa kita meningkat. Ketika kualitas jiwa kita meningkat, kita dapat mengembangkan sikap welas asih, simpati, hingga empati terhadap orang lain. Pikiran kita menjadi lebih terbuka untuk melihat segala sesuatunya dari banyak sisi. Bukan berarti kita membenarkan atau mendukung perilakunya yang bertolak belakang dengan ajaran Buddha. Renungkanlah dalam dalam jiwa kita sendiri ketika bersimpuh di hadapan Gohonzon melantunkan gongyo dan daimoku. Pasti akan didapatkan hikmah positif dari segala peristiwa. Bukalah jiwa kita selebar lebarnya untuk dapat menerima orang lain seadanya, jiwa sempit membuat kita menjerumuskan diri sendiri ke dunia neraka, yang suatu saat akan terwujud nyata sebagai nasib buruk. Kita akan menderita. Dengan terbukanya jiwa kita untuk menganlisa dan menemukan kelemahan yang ada pada orang lain, kita sendiri dapat terhindar dari karma dan nasib yang sama. Akhirnya kita akan berterima kasih kepada orang tersebut karena melalui jodoh dirinya kita dapat meningkatkan kesadaran diri sendiri. Yang dapat meningkatkan kesadaran jiwa dan harkat kemanusiaan kita adalah kita sendiri. Bagi penceramah, perlu kesadaran yang tinggi bahwa Anda mengemban tanggung jawab besar dalam pembinaan umat. Sikap dan perilaku Anda dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian yang tak terpisahkan dari tugas Anda sebagai penceramah. Umat melihat sikap dan perilaku Anda sebagai praktik dari ajaran yang Anda ceramahkan. Apabila Anda merasa ada sikap atau perilaku yang belum sesuai dengan ajaran Buddha, maka perbaikilah diri, jangan menyerah terhadap ego diri sendiri. Hal ini hendaknya dijalankan dengan penuh sungguh hati dan bukan sebagai beban. ***

42

Samantabadra | April 2020

Catatan


D

alam gosyo “Surat Balasan kepada Ibu Ueno Dono Ama Goze” terdapat prinsip penting dalam agama Buddha Niciren tentang hati kepercayaan. Dikatakan bahwa “percaya” adalah hal yang utama dalam memperoleh manfaat dari beragama. Namun bagaimana sebenarnya wujud dari kepercayaan ini? Kata “percaya” itu sendiri berarti yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu. Percaya dalam beragama berarti yakin terhadap kemampuan dari ajaran agama tersebut dalam memberikan kebaikan atau manfaat bagi hidup kita. Dalam agama Buddha Niciren Syosyu, Buddha Niciren mengatakan bahwa hanya dengan “percaya” kita dapat mewujudkan kebuddhaan. Namun sebagian orang belum secara utuh memahami konsep “percaya” (hati kepercayaan) dalam ajaran Buddha Niciren yang memiliki tiga komponen tak terpisahkan, yaitu hati yang percaya (syin), pelaksanaan

PERCAYA (gyo), dan belajar (gaku) secara berkelanjutan. Salah satu alasan bagi sebagian orang menyalahkan Gohonzon dan mundur dari hati kepercayaan adalah kekeliruan yang paling mendasar dalam mengartikan hati kepercayaan yang sekadar percaya. Dengan demikian, yang dimaksud oleh Buddha Niciren dalam kalimat gosyo, hanya dengan “percaya” dapat mewujudkan kebuddhaan, berarti kita secara utuh menjalankan syin gyo gaku. Saddharmapundarika-sutra mengandung banyak kiasan dan perumpamaan untuk menggambarkan makna mendalam di dasar kalimat inti hakikat dari Buddhisme yang dibabarkan Buddha Sakyamuni, yang hanya dapat dipahami oleh sesama Buddha. Manusia biasa perlu melakukan “upaya” agar kualitas pikiran dan jiwanya bisa satu frekuensi dengan Buddha. Hal ini tertuang dalam Bab 2 Saddharmapundarikasutra berjudul Upaya Kausalya yang menerangkan perjalanan mental manusia dalam 10 Nyoze agar manusia dapat memahami fenomena kehidupan yang hanya dapat dipahami antara Buddha dan Buddha. Dalam menggambarkan posisi Saddharmapundarikasutra sebagai intisari dari

Buddhisme, Buddha Niciren menyatakannya ibarat raja dari sebuah negara. Presiden Joko Widodo misalnya, kebijakannya menentukan arah sebuah negara Indonesia yang terdiri dari sekitar 280 juta warga negara. Bukan berarti seorang presiden bekerja seorang diri dalam menjalankan pemerintahan, namun fungsi dirinya sebagai pemimpin yang menentukan arah kebijakan tidak dapat diduakan. Seperti juga ibarat stager atau scaffolding dalam membangun sebuah rumah. Rumah tidak dapat berdiri tanpa stager. Namun setelah rumah berdiri, stager akan diurai dan ditanggalkan. Keberadaan stager ketika rumah sudah selesai dibangun tidak ada artinya, malah mengganggu Samantabadra | April 2020

43

syin gyo gaku

bukan sekadar


keindahan rumah tersebut dan tidak dapat ditempati dengan nyaman karena memakan ruang. Buddha menginginkan agar kita dapat memasuki kebuddhaan secara cepat dan efisien, hal ini terdapat di bagian akhir syair Bab 16 Saddharmapundarika-sutra yang menyebutkan bahwa “… hal ini adalah pikiranku senantiasa, bagaimana Aku dapat membuat seluruh makhluk hidup memperoleh jalan masuk menuju “Jalan Teragung” dan cepat memperoleh kesadaran Buddha.” Buddha Niciren telah menunjukkan jalannya, yaitu dengan cara menanggalkan cara berpikir atau filsafat selain Saddharmapundarikasutra. Filsafat berpikir kita menentukan kualitas hidup kita, menentukan apakah kita mampu menjadi seorang Buddhis yang sesungguhnya. Menanggalkan filsafat lain selain Saddharmapundarikasutra bukan berarti kita menutup diri terhadap segala wawasan lain selain ajaran ini. Seperti disebutkan sebelumnya, untuk membangun rumah yang kokoh diperlukan stager, namun stager akan kita urai setelah rumah jadi. Begitu pula hendaknya kita memiliki kecerdasan untuk menangkap berbagai ilmu pengetahuan dan wawasan lain, ajaran agama lain misalnya, sebagai sebuah wawasan yang semakin memperdalam keyakinan kita kepada Saddharmapundarikasutra. Buddha Niciren meyakini hal ini dan tidak khawatir

44

Samantabadra | April 2020

terhadap perkembangan zaman dan agama-agama lain. Kuncinya adalah kita mampu memahami konsep Saddharmapundarika-sutra sebagai “bangunan rumah”, filsafat lain sebagai “stager”, dan tidak mencampuraduk keduanya untuk memperoleh manfaat dari ajaran ini. Filsafat berpikir atau agama yang dianut seseorang dalam jumlah yang banyak, dapat menentukan arah berkembangnya sebuah negara. Dalam gosyo ini dikatakan bahwa apabila sebuah negeri berjalan tidak berlandaskan Saddharmapundarikasutra, maka 3 bencana dan 7 musibah tidak dapat terelakkan. Hal ini berarti Saddharmapundarika-sutra adalah hukum alam semesta kewajaran. Ketidakselarasan manusia dengan hukum alam semesta akan menyebabkan ketidakseimbangan yang terwujud dalam bencana dan musibah; eksploitasi sumber daya alam, perang, hedonisme, misalnya. Dengan demikian, pernyataan Buddha Niciren bukanlah sebuah “kutukan”, namun sebuah peringatan kepada para manusia masa akhir darma yang memiliki kecenderungan 3 racun yang kuat agar tidak terjerumus dalam cara berpikir sesat yang merusak keseimbangan dan kewajaran yang mengundang 3 bencana dan 7 musibah. Menyebut Nammyohorengekyo dalam daimoku adalah upaya kita untuk selaras dengan hukum

kewajaran alam semesta, meningkatkan kualitas perasaan jiwa kita sehingga kita mampu hidup berdampingan secara berkelanjutan. Menjelang akhir dari gosyo ini, Buddha Niciren menjelaskan bahwa menyebut Nammyohorengekyo adalah upaya bagi kita untuk menyamakan frekuensi dengan jiwa-jiwa lain, baik jiwa pada manusia yang masih hidup, maupun yang telah terurai dari badannya. Beliau memberikan penghiburan bagi Ibu Ueno untuk terus menyebut Nammyohorengekyo agar kesadaran Buddha-nya muncul dan dapat berjodoh kembali dengan anaknya. Fenomena ini sangat mendalam, namun intinya adalah ketika kita dapat meningkatkan perasaan jiwa kita dari perasaan jiwa selain dunia Buddha menjadi perasaan jiwa dunia Buddha, kita mampu melihat segala fenomena hidup dan alam semesta, termasuk kematian, sebagai proses kewajaran dan melanjutkan hidup yang bermakna. Dalam gosyo ini Buddha Niciren juga mengajarkan kita sikap hidup kemanusiaan yang penting yaitu simpati dan empati. Beliau memberikan penghiburan dan dorongan semangat kepada Ibu Ueno dengan penuh ketulusan. Hal ini hendaknya dapat menjadi contoh bagi kita dalam memberikan semangat kepada umat yang sedang berduka, memberikan penghiburan yang menenangkan, tanpa prasangka, dan tulus ingin meringankan beban dukanya. (Samanta)


HARUSKAH BERKOMPETISI? Kompetisi Berujung Pada Kehampaan Memasuki masa pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2019 yang lalu, nuansa kompetisi sangat terasa. Manipulasi agama pun kental digunakan untuk meraih suara pemilih, membuat masyarakat Indonesia terbelah menjadi pendukung “Cebong” dan “Kampret”, bahkan setelah pemilihan selesai pun nuansa tersebut masih terasa. Menghujat, menebar berita bohong, menebar pesan-pesan kebencian seolah menjadi lumrah sebagai bagian dari kompetisi yang bermuara pada winner dan loser. Yang menang senang, yang kalah berang dan menanam bibit-bibit kebencian (Saya harus bisa mengalahkanmu) terhadap lawannya untuk dituai pada kompetisi selanjutnya. Siklus seperti ini akan terjadi pada setiap kompetisi, karena di tengah suasana kompetisi semua pihak pasti menginginkan kemenangan, untuk menang maka salah satu

pihak harus kalah. Hal ini akan terus berputar menjadi sebuah siklus tanpa henti sampai ada salah satu pihak yang tidak lagi mau/ tidak mampu lagi berkompetisi (sakit ataupun malah mati untuk selamalamanya). Dalam siklus ini pasti ada pihak yang dirugikan dan kecewa, dia bisa depresi, bunuh diri, atau membuat keonaran, menghasut, menebar kebencian sebagai wujud dari kekecewaannya. Sikap kompetitif sudah menjadi bagian dari kehidupan di tengah masyarakat, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di beberapa bagian dunia, di antaranya, persaingan dalam berbagai aspek antara Amerika Serikat dan China, persaingan pembuatan senjata perang antara Amerika Serikat dengan Rusia, dan yang terjadi pada tanggal 03 Januari 2020 adalah serangan Amerika Serikat terhadap Iran yang menewaskan perwira tinggi Iran, Mayjen Qasem Soleimani, sehingga membuat situasi di timur tengah menjadi semakin tegang dan ada kecenderungan untuk

melakukan perang terbuka di sana demi memperebutkan sumber daya minyak yang terkandung di wilayah tersebut. Anggapan yang beredar di tengah masyarakat adalah “Jika ingin survive di tengah kehidupan masyarakat, kita harus mampu berkompetisi”. Paradigma ini menjadi semacam paten yang (seolaholah) harus diresapi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak aneh jika kita melihat pada era modern saat ini semakin banyak orang egois yang muncul di tengah masyarakat, yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya saja “Yang penting aku senang dulu, kau susah itu urusanmu, itu nasibmu.” Menjadi hal yang langka kita temukan orang-orang yang benar-benar tulus peduli dengan kebahagiaan orang lain. Yang ada adalah kecurigaan dan prasangka buruk ketika seseorang berbuat baik terhadap sesamanya, atau malah Samantabadra | April 2020

45


sebaliknya karena dia berprasangka buruk terhadap orang lain sehingga dia tidak mau peduli terhadap sesamanya, atau hanya berlagak peduli padahal ada maksud untuk mengambil keuntungan tertentu dari orang yang dibantunya tersebut. Kompetisi jika ditinjau dari asal katanya, berarti suatu tindakan yang bertujuan untuk mengalahkan pihak lain atau memperebutkan satu objek yang sama oleh kedua belah pihak. Kompetisi akan berujung pada kehampaan, kekosongan, suatu kemenangan semu yang tidak kekal, rasa bahagia yang tidak kekal, karena ketika sudah mendapatkan semua yang diinginkan tersebut akan muncul perasaan hampa, “Apa lagi yang harus saya raih?� Ketika sudah mendapatkan semua kemenangan dengan memorakporandakan lingkungan dan mengalahkan pihak lain, akan muncul perasaan penyesalan karena melihat begitu banyak hal yang telah dirusak dan begitu banyak manusia dan makhluk lainnya yang dirugikan oleh dirinya. Apakah itu kebahagiaan? Selanjutnya ketika ada pihak lain yang lebih baik atau lebih hebat dari mereka, mereka akan bertempur kembali, menggelorakan kemarahan, dan menyimpan dendam terselubung di dalam hati sanubari mereka. Ini adalah perasaan hati kemurkaan, 46

Samantabadra | April 2020

yang dalam perspektif filsafat jiwa Icinen Sanzen, Kemurkaan akan mengundang malapetaka, kemurkaan sama dengan neraka. Dalam Filsafat Jiwa Icinen Sanzen dijelaskan, Neraka adalah suatu perasaan jiwa (hati) yang paling rendah, suatu perasaan yang dipenuhi perasaan tidak berdaya, lemah, tidak mampu berkutik dan mengatasi kesulitannya (mirip perasaan ketika seseorang berada di tengah bencana alam) (Icinen Sanzen, 2018). Jika kita cermati, sebetulnya sikap-sikap seperti ini lah yang menjadi cikal bakal peperangan, percekcokan, perpecahan di tengah masyarakat dan bencana alam. Peperangan hanya akan berujung pada kesengsaraan, semua luluh lantak, menang menjadi abu kalah menjadi arang. Zero sum game. Bencana Alam Adalah Cermin Keadaan Hati Masyarakat Berbagai bencana alam yang terjadi di tahun 2018, hingga yang baru-baru ini terjadi di akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 ini seakan menjadi cermin dari gejolak hati manusia Indonesia dan beberapa bagian dunia lainnya yang sedang dilanda oleh kompetisi, yang dilandasi oleh keserakahan, kemarahan, dan kebodohan (bodoh dalam arti tidak bisa membedakan hal yang benar dan salah, karena kebenaran dan kesalahan dibuat menjadi abu-abu oleh oknum-oknum pemegang

kekuasaan, hal yang benar disalahkan, hal yang salah bisa dibuat seolah-olah benar). Bumi bergoncang, gunung meletus, curah hujan yang turun dengan intensitas tinggi menyebabkan banjir terjadi di mana-mana, kemarau panjang menyebabkan kebakaran hutan meluas, badai tsunami menerjang, kelaparan, wabah penyakit tidak dapat dihindari pada beberapa bencana alam yang terjadi. Alam memberi tanda-tanda alamat bahwa ada suatu irama yang tidak selaras dengan simfoni alam saat ini. Bumi tidak sudi lagi dipijak oleh manusia-manusia yang hatinya dipenuhi dengan keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Pada hakikatnya manusia dengan alam semesta merupakan hal yang saling memengaruhi satu sama lain. Ibarat badan dan bayangan. Hal ini disampaikan di dalam salah satu sastra Buddha Niciren yang berjudul Zui Soo Gosyo: Kesepuluh penjuru adalah lingkungan (Eho), manusia adalah subjek (Syoho). Lingkungan adalah ibarat bayangan. Subjek adalah ibarat tubuh. Tanpa tubuh tidak akan ada bayangan. Tanpa Subjek (Syoho) tidak akan ada lingkungan (Eho). Dan Subjek atau diri kita terbentuk dari lingkungan (Eho)... Oleh karena itu ketika panca indera manusia menjadi kacau, keempat penjuru


dan pusat (bumi) akan bergetar. Sehingga tanda alamat mengacaunya lingkungan hidup manusia adalah pertama-tama meletusnya gunung, kemudian matinya rumput dan pohon, lalu mengeringnya sungai-sungai. Ketika hati manusia tergerak, bumi pun akan ikut tergerak. Dalam Sutra manakah tidak terjadi Enam Macam Pertanda ini? Dalam setiap Sutra yang dijelaskan oleh Sang Buddha pasti terjadi Keenam Macam Pertanda ini. (Icinen Sanzen, 2018, h. 154-155).

sebetulnya sudah ada di dalam diri setiap manusia untuk menyelaraskan diri dengan irama alam semesta, irama hati yang selalu ingin memberikan kebahagiaan kepada orang lain, selalu berbuat kebaikan dengan hati yang tulus, ubah egoisme menjadi maitri karuna (memberi suka dan mencabut dukkha), bukan kamu yang menang atau aku yang menang, tapi kita yang menang. Seperti matahari yang memberikan manfaatnya kepada siapa pun tanpa membedakan, seperti pohon yang memberikan oksigen, buah, batang dan segala manfaat yang dimilikinya kepada seluruh makhluk. Bukanlah kompetisi yang Seharusnya fenomena ini kita perlukan saat ini, tetapi menjadi pengingat seluruh peningkatan kualitas diri masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia-manusia memperbaiki sikap hatinya. yang luhur akal dan budinya, Karena ketika hati manusia luhur akhlaknya, dan mampu tergerak, bumi pun akan memberikan karya nyata ikut tergerak. Baik atau yang bermanfaat untuk buruknya pergerakan bumi manusia-manusia yang ini sangat dipengaruhi oleh berada di sekitarnya tanpa pergerakan hati manusianya. menyingkirkan dan/atau Jika Bayangan (lingkungan) menyakiti orang lain. Bukan bengkok, maka yang harus saling mengalahkan, tapi diluruskan adalah badan saling memberdayakan, bukan (manusia)-nya. Jika Badannya saling menyingkirkan, tapi lurus, lingkungan pun pasti saling merangkul dan memberi menjadi lurus. kepercayaan. Ketika semua mampu memunculkan kualitasHaruskah berkompetisi? kualitas terbaik dari dirinya Sudah saatnya manusiadengan landasan hati yang manusia Indonesia selaras dengan irama alam mengembalikan landasan semesta maka kemenangan hatinya kepada sumber yang sesungguhnya akan kebenaran yang hakiki, dengan diraih, yaitu keharmonian, memunculkan kesadaran utuh/ perdamaian, dan kebahagiaan sempurna (Buddha) yang seluruh umat manusia.

Jika hidup ini adalah untuk mempersiapkan kematian yang baik demi kehidupan akan datang yang lebih baik, maka hidup yang baik, bermanfaat dan bahagia adalah kewajiban yang harus dijalankan sepanjang hidup ini. Satu-satunya cara yang dibimbing oleh Buddha Niciren untuk memunculkan kesadaran utuh/sempurna (Buddha) tersebut adalah hanya dengan menyebut ‘Nammyohorengekyo’ di hadapan mandala pusaka Gohonzon dengan penuh kesungguhan hati, penuh kepercayaan, dan dilakukan secara berkesinambungan (setiap hari, tanpa lengah sedikit pun, karena saat lengah iblis dalam diri akan muncul dan mengambil alih kesadaran kita menjadi kesesatan). (Arya Prasetya) Referensi: Icinen Sanzen (2018). Filsafat Jiwa Icinen Sanzen, Hukum 3.000 Gejolak Perasaan Jiwa Dalam Sekejap. Jakarta. Penerbit Bhuana Ilmu Populer.

Samantabadra | April 2020

47


kesehatan

www.covid19.go.id

Virus Corona COVID-19

Tokoh Agama dan Masyarakat Sebagai tokoh agama dan masayarakat Anda memegang peran penting membantu masyarakat menghadapi pandemi COVID-19. Anda dapat membantu dengan memastikan semua orang mendapat informasi yang benar dan tidak menyebar hoax atau informasi yang salah. Anda juga dapat membuat WA Group bagi lingkungan setempat agar warga selalu menerima informasi terkini.

FAKTA

HOAX

Sampaikan pesan-pesan kesehatan kunci dan pasang poster-poster

Bantu agar setiap keluarga dapat memiliki sarana dan mau mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir

Ketahui fakta-fakta dan berbagilah pada sesama untuk membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan

Bantu agar warga tahu apa yang harus dilakukan bila mengalami gejala

Bantu masyarakat untuk menghindari hoax dan informasi yang salah

Identifikasi kelompok warga yang berisiko tinggi: kelompok lansia (lanjut usia) dan mereka dengan penyakit menahun (kronis) seperti diabetes, penyakit jantung, paru-paru dan informasikan cara mengurangi risiko tertular virus corona

Bantu hilangkan stigma pada kelompok orang yang dipersepsikan sebagai pembawa virus

COVID-19 Hotline 119 ext 9 www.covid19.go.id

48

Samantabadra | April 2020


www.covid19.go.id

Virus Corona COVID-19

Ketahui Apa yang Perlu Dilakukan Bila Sakit Ada banyak tipe virus corona yang dapat menginfeksi manusia, termasuk yang menyebabkan sakit pada saluran pernapasan. Virus corona (COVID-19) adalah penyakit baru, yang disebabkan virus corona yang baru yang sebelumnya tidak pernah ditemukan pada manusia. Gejala utama adalah demam, rasa lelah dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Namun bila mengalaminya, tidak berarti Anda terkena virus corona karena gejala-gejala itu mirip dengan flu biasa. Sebagian besar orang yang terinfeksi virus corona akhirnya sembuh. Kelompok lansia (lanjut usia) dan mereka yang memiliki masalah kesehatan memiliki risiko yang lebih besar. Segera kontak sarana kesehatan untuk konsultasikan lebih lanjut.

Kelompok lansia (lanjut usia) dan orang dengan masalah kesehatan menahun (kronis) seperti penyakit jantung, diabetes dan penyakit paru berisiko mengalami sakit yang serius

Di fasilitas layanan kesehatan Tenaga kesehatan (nakes) di fasyankes akan melakukan screening suspect. Jika memenuhi kriteria suspek virus corona (COVID-19), Anda akan dirujuk ke salah satu rumah sakit (RS) rujukan yang siap menanganani COVID-19

Jika Anda merasa tidak sehat dan demam 38 derajat celcius disertai batuk/pilek istirahatlah yang cukup di rumah dan cukup minum. Bila keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernapas (sesak atau napas cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan 1m

Jika tidak memenuhi kriteria suspek, Anda akan dirawat inap atau rawat jalan tergantung diagnosa dan keputusan dokter

Jaga jarak setidaknya 1 meter dari anggota rumah tangga lainnya Pada saat berobat ke fasilitas layanan kesehatan gunakan masker. Apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/ bersin yang benar dengan menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu yang langsung dibuang ke tempat sampah tertutup

Jika Anda Sehat, namun ada riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara terjangkit COVID-19 atau merasa pernah kontak dengan penderita virus corona: Segera Hubungi Hotline Center Corona 119 ext 9

Usahakan tidak menggunakan transportasi umum

COVID-19 Hotline 119 ext 9 www.covid19.go.id

Samantabadra | April 2020

49


www.covid19.go.id

Virus Corona COVID-19

Kurangi Risiko Tertular Virus Corona Tutup mulut dan hidung dengan siku terlipat saat batuk atau bersin

Sering cuci tangan pakai sabun dan air mengalir minimal 20 detik

atau gunakan tisu, yang langsung dibuang ke tempat sampah tertutup setelah digunakan. Sesudah itu, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan pembersih tangan

dan ingatkan anak untuk mencuci tangan pakai sabun secara benar. (Gunakan cara mudah mengukur durasi 20 detik semisal menyanyi lagu Selamat Ulang Tahun 2x)

Cuci tangan pakai sabun saat: • • • •

1m

tiba di rumah, tempat kerja atau sekolah, sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, dan setelah menggunakan toilet

Gunakan cairan pembersih tangan (minimal 60% alkohol) bila sabun dan air mengalir tidak tersedia

COVID-19 Hotline 119 ext 9 www.covid19.go.id

50

Samantabadra | April 2020

Jaga jarak dengan orang yang tidak sehat

Hindari menyentuh wajah

Hindari bersalaman dan sebagai pengganti, lambaikan tangan, salam siku atau beri senyum


Samantabadra | April 2020

51


Manfaat Jahe bagi Kesehatan

S

aat musim hujan dan cuaca yang tidak menentu, sebaiknya antisipasi perlindungan tubuh dengan berbagai cara agar kondisi tubuh tetap fit. Apalagi, wabah virus Corona kini telah muncul di Indonesia, sehingga membuat kita harus ekstra waspada. Saat cuaca dingin daya tahan tubuh manusia bisa menurun secara drastis dan tiba-tiba. Seseorang akan lebih mudah terserang penyakit pada musim hujan seperti batuk, flu, demam, dan sebagainya. Oleh karena itu, kita harus menjaga daya tahan tubuh tak mudah terserang berbagai penyakit. Salah satu cara yang diberikan yakni dengan mengonsumsi obat herbal dalam kehidupan sehari-hari, seperti jahe. Jahe telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan olahan makanan dan minuman untuk menghangatkan dan mengembalikan kebugaran tubuh. Dilansir dari Fox News, jahe memang memiliki manfaat agar daya tahan tubuh tetap terjaga. Jahe juga mampu bertindak sebagai pereda nyeri alami

52

Samantabadra | April 2020

dan anti-inflamasi yang dapat meredakan nyeri otot setelah melakukan kegiatan berat seperti olahraga. Dalam jurnal yang diterbitkan oleh The Journal of Pain, jahe merupakan bahan herbal yang direkomendasikan untuk dikonsumsi bahkan ketika tubuh melakukan pekerjaan berat seperti berolahraga. Seseorang yang mengonsumsi 2 gram jahe per hari (sekitar 1 sendok makan jahe parut atau 3/4 sendok teh jahe bubuk) mampu mengurangi 25% nyeri otot yang diakibatkan oleh aktivitas berat. Salah satu jenis jahe terbaik untuk dikonsumsi adalah jahe merah karena mengandung antioksidan yang tinggi dan berfungsi sebagai zat pencegah radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh. Berbagai penelitian juga menyebut jahe merah sebagai anti-inflamasi untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh. Cara Membuat Minuman Jahe Ada banyak cara untuk membuat minuman jahe atau teh jahe, mulai dari yang sederhana, yaitu dengan merebus jahe dalam air, hingga yang lebih sulit, yaitu mencampur air rebusan

jahe dengan berbagai bahan lainnya. Berikut ini adalah beberapa cara membuat minuman jahe yang bisa dicoba. Minuman jahe dengan madu dan jeruk nipis 1. Cuci dan bersihkan jahe, kemudian iris tipis-tipis. 2. Taruh irisan jahe dalam 2 cangkir air, rebus selama 10-20 menit. 3. Tambahkan madu dan jeruk nipis untuk memperkaya rasa, lalu sajikan. Minuman jahe susu 1. Cuci dan bersihkan jahe, kemudian iris tipis-tipis. 2. Rebus irisan jahe dan 1 cangkir air selama 10 menit. 3. Angkat lalu tambahkan 2 cangkir susu. 4. Didihkan kembali dengan api kecil selama 5 menit, sajikan.

Referensi: https://news.detik.com/adv-nhldetikcom/d-4933066/disebut-ampuhcegah-corona-ini-manfaat-jahe-merahbagi-kesehatan https://www.alodokter.com/tak-hanyabikin-hangat-minuman-jahe-punya-banyakkhasiat


T

ahun 2020 diawali dengan serangkaian peristiwa yang dapat dikatakan sebagai tragedi bagi kemanusiaan dan alam semesta. Mulai dari ketegangan politik yang meningkat antara Amerika Serikat dan Iran, kebakaran hutan di Australia, letusan gunung berapi di Filipina, gempa bumi di Turki, banjir di Jakarta, kawanan belalang terburuk di Afrika Timur, dan virus korona atau covid-19 yang tengah menjadi wabah global. Media sosial yang meliputi berita Covid-19 di Indonesia banyak yang berisi muatan negatif, seperti menyoroti serbuan masyarakat di pusat perbelanjaan yang menimbun barang-barang kebutuhan rumah tangga, masker, atau hand sanitizer, menyalahkan pemerintah sebagai pihak yang kurang tanggap, juga banyak hoax yang beredar. Demi clickbait, beberapa oknum mencoba memanaskan situasi karena konten yang membuat panik atau kontroversial cenderung menarik untuk dilihat dengan demikian mendapatkan moneter yang lebih banyak daripada konten aktual dan faktual. Fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa virus korona menyebabkan dampak-dampak buruk pada kesehatan rakyat, ekonomi negara dan dunia, serta kehidupan sosial. Secara ekonomi, Bloomberg memproyeksikan bahwa virus korona dapat membebani ekonomi global dengan biaya sebanyak 2.7 trilliun dolar amerika serikat atau kurang lebih setara

dengan 40 ribu triliun rupiah. Dalam skala lokal, Wakil Menteri Keuangan RI, Suahasil Nazara, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi turun 0,3 persen karena pendapatan ekspor yang lebih rendah dan gangguan pada rantai pasokan. Secara sosial, masyarakat dihimbau untuk mempraktikkan social distancing, sebagai sebuah upaya untuk menghindari penyebaran virus. Kami terpaksa membatasi diri dari berpergian ke mal dan bioskop, menghadiri kegiatan masal, dan mengikuti arisan. Banyak sekolah dan kantor pun ditutup, sehingga kegiatan produktif jadi terhambat. Secara kesehatan, setiap harinya kasus korona positif di Indonesia bertambah, dari 2 ke 19, ke 27, lalu 96, dan tiba-tiba 227. Semacam pertumbuhan eksponensial - namun bukan sesuatu yang tidak terbatas. Secara sosial-budaya, kehidupan bermasyarakat yang seharusnya membuktikan semangat pancasilais menjadi bengkok karena adanya diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Bukan hanya di Indonesia, sayangnya penggertakan fisik, emosional, dan verbal terjadi pada orang Asia di 33 negara. Xenophobia seperti ini sesungguhnya lebih bahaya daripada virus korona sendiri, sebab merupakan cerminan langsung dari kesesatan jiwa manusia. Dalam agama Buddha, kita diajarkan bahwa terdapat aspek

refleksi

Bijak Memaknai Pandemi Global positif dalam setiap situasi. Kita hanya perlu membuka pemikiran kita untuk melihat, bahwasanya landasan perasaan jiwa dapat membantu kita menerima suatu keadaan sulit dan mengatasinya. Bunga teratai tumbuh dalam kolam berlumpur. Sinar bulan hanya dapat dihargai di tengah kegelapan malam. Elektron yang bermuatan negatif pasti menarik proton yang bermuatan positif. Sebuah katapel harus ditarik mundur dahulu sebelum bisa meluncur maju. Mekanisme kehidupan pun selaras dengan fenomena-fenomena ini. Kita dapat menggali makna yang lebih dalam di balik kesulitan, bahkan bila kesulitan tersebut membebankan seluruh dunia. Beberapa relawan - penyumbang waktu, tenaga, dan keringat dalam pembangunan Rumah Sakit Gunung Vulcan di Wuhan - yang awalnya tidak mau menerima upah pemerintah; para donatur yang langsung meninggalkan rumah sakit setelah mereka menitipkan sekotak masker, tanpa mengharapkan imbalan; para tenaga medis yang rela bekerja banting tulang, jauh dari keluarga mereka untuk membantu para penderita; para lansia di Tiongkok yang mendatangi kantor polisi dan meletakkan tabungan seumur hidup mereka tanpa meninggalkan nama. Tidakkah semua ini mengingatkan kami akan keindahan dalam kemanusiaan?

Samantabadra | April 2020

53


Di sisi lain, manajemen krisis adalah sebuah skema vital untuk dipertimbangkan berbagai pihak: individu seperti kita, organisasi-organisasi, dan pemerintah. Dengan adanya pandemi global, penduduk dunia ditantang untuk mencari solusi dalam waktu singkat. Ini melatih kita untuk menyiapkan respons dengan lebih efektif dan sistem koordinasi serta komunikasi yang efisien, bilamana terjadi situasi serupa di kemudian hari. Sebanyak 21 negara, termasuk Indonesia, telah menyumbangkan bantuan pencegahan dan pengendalian epidemi ke Tiongkok awal tahun ini. Sekarang, ketika keadaan di Tiongkok sudah membaik, Tiongkok balik mengulurkan tangan bagi negara-negara di Asia Tenggara dan Italia, mengirimkan tenaga dan suplai medis. Kemudian, Britania Raya berencana menyumbang 150 juta Euro dari anggaran mereka untuk mengurangi dampak virus korona di negaranegara yang rentan ekonomi, tanpa mendapatkan timbal balik yang mutual. Dengan adanya homelearning dan work-from-home, banyak pelajaran, diskusi, dan pekerjaan dilakukan dalam mode berbasis teknologi. Secara terpaksa, murid, guru, dan karyawan harus samasama menggunakan teknologi yang sudah tersedia. Sistem ini membuat rakyat lebih terekspos dengan teknologi masa depan dan potensinya. Menyadari bahwa situasi dapat memburuk kapan saja, intuisi masyarakat bersifat antisipatif sehingga permin-

54

Samantabadra | April 2020

taan (demand) untuk barangbarang pokok telah melonjak tinggi, mulai dari stok beras, bumbu makanan, dan sembako. Fokus rakyat lebih terarah pada produk esensi, sehingga konsumerisme yang melampaui batas kewajaran mereda, dan kita dapat mengendalikan impuls/ keserakahan berbelanja, walau mungkin tidak sepenuhnya. Saat ajal adalah sekarang Dari gosyo Buddha Niciren kita kerap mendengar bahwa “saat ajal adalah sekarang.� Mudahnya seseorang terpapar penyakit, terkena bencana, mengingatkan kita akan kefanaan hidup. Kehidupan kita bisa saja berubah dalam sekejap, sehingga kita patut memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Bila melaksanakan syin gyo gaku dan mendasarkan ketiga karma (mulut, badan, hati) kita pada kesadaran Buddha, perasaan jiwa kita dapat ditata. Dengan begitu, kita dapat mengatasi kesulitan apa pun dengan energi yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Pentingnya harta badan Dalam agama Buddha Niciren Syosyu, kita mengenal tiga harta: harta jiwa, harta badan, dan harta gudang. Harta jiwa adalah harta yang terunggul karena kita membawanya sepanjang tiga masa. Kemudian, harta badan lebih unggul dari harta gudang karena tanpa kesehatan, tidak ada perwujudan aktual yang dapat kita upayakan dalam pertapaan Syinjin. Oleh karena itu, kita diingatkan kembali untuk menjaga kebugaran jasmani dan rohani, memberi

asupan nutrisi yang cukup bagi badan dan hati kita. Kesempatan untuk merombak sifat jiwa Salah satu penyebab utama munculnya virus korona dari perspektif agama Buddha Niciren Syosyu adalah kekeruhan umat manusia yang penuh dengan tiga racun. Dahulu tidak ada virus korona, virus ini muncul akibat mutasi perubahan ekosistem, gaya hidup manusia, yang kesemuanya saling mempengaruhi. 3.000 tahun yang lalu, Buddha Sakyamuni meramalkan bahwa bakat dan akal manusia zaman Mappo memang semakin pintar, namun juga diiringi perasaan jiwa yang cenderung berada dalam 3 dunia buruk, di mana kita terikat dengan hawa nafsu. Alhasil, karena alam semesta mencerminkan jiwa manusia (Syoho Jisso), lingkungan pun menjadi kacau. Seiring peradaban manusia, kerap muncul 3 bencana (peperangan, penyakit, kelaparan) dan 7 musibah (kematian orang karena wabah penyakit, serangan dari negeri asing, perang saudara di dalam negeri, kelainan peredaran binatang, gerhana matahari dan bulan, hujan dan angin besar yang tidak pada waktunya, dan kemarau panjang). Hal ini secara lebih dekat kita alami dalam beberapa bulan belakangan ini. Nammyohorengekyo adalah mantra yang mampu membuka jalan menuju kesadaran Buddha yang krusial dalam perombakan sifat jiwa, bila kita menyadari perilaku ini dan mau mengubahnya menjadi perilaku Buddha. (Kireyna)


resep

Resep Takoyamie

oleh Trevani Plorentina (GM NSI Tangerang)

Bahan: 1 bungkus mie instant 1 sdm minyak goreng 1 butir telur ayam 2 sdm sagu 6 sdm air matang 1 sdm kaldu ayam/ bumbu mie instantnya Tambahan : saos, mayonaise, bumbu rasa-rasa

Cara membuat: 1. Rebus mie selama 5 menit, angkat dan tiriskan. Jangan lupa air rebusan mie campur dengan minyak 1 sdm. 2. Siapkan mangkok untuk membuat adonan. Kocok telur di dalamnya. Tambahkan sagu, air dan bumbu/kaldu bubuk. Masukkan mie yang sudah di rebus kedalamnya. 3. Siapkan teflon untuk mencetak takoyamie.

Beri minyak sedikit setiap lubangnya. Tunggu sampai minyak panas. 4. Cetak adonan ke dalam teflon. Tunggu sampai agak keras baru di balik. Angkat kalau sudah tidak menempel di teflon. 5. Sajikan takoyamie di piring. Taburi saos, mayonaise dan bumbu rasa-rasa. Selamat Mencoba.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

Berita Duka Cita Bapak Bun Men Cong

Ibu Tan Sok Khing

Ibu Atik

Meninggal pada usia 51 tahun 12 Februari 2020 Umat NSI daerah Bangka Kep. Bangka Belitung

Meninggal pada usia 96 tahun 27 Februari 2020 Umat NSI daerah Bangka Kep. Bangka Belitung

Meninggal pada usia 83 tahun 01 Maret 2020 Umat NSI daerah Tangerang Banten

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Samantabadra | April 2020

55


56

Samantabadra | April 2020


Samantabadra | April 2020

57


Sumber: Vector Stock

58

Samantabadra | April 2020

ruang anak

Hai anak-anak NSI! Dapatkah kamu menemukan enam perbedaan dari gambar di bawah ini?


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan April 2020 Tanggal 01 02 03 04 05

Tempat Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

09 10 11 12 13 14

Hari Jam Kegiatan Rabu 19.00 Pendalaman Gosyo DPW DKI Jakarta Kamis Jumat 19.00 Pertemuan Ceramah Gosyo Sabtu Minggu 10.00 Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul 10.00 Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul 10.00 Daimoku Bersama 13.00 Pertemuan Koordinasi Lansia Senin 19.00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Selasa 12.00 Pertemuan Pimpinan Ibu 14.00 Pertemuan Ibu Umum Rabu 19.00 Pertemuan Wanita Karier 19.00 Pertemuan Pria Umum Kamis Jumat 19.00 Pertemuan Cabang Sabtu Minggu 10.00 Pertemuan Anak-Anak Daerah Senin 19.00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang Selasa

15

Rabu

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

16 17 18 19

Kamis Jumat 19.00 Pertemuan Anak Cabang Sabtu Minggu 10.00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14.00 Pertemuan Lanjut Usia Umum Senin 19.00 Pertemuan Empat Bagian Selasa Rabu 13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta & Luar Daerah 19.00 Rapat DPW-DPD NSI Jabotabekcul Kamis Jumat Sabtu 17.00 Kensyu Gosyo Umum Materi Mei 2020 Minggu Kensyu Gosyo Umum Materi Mei 2020 Senin 13.00 Pendalaman Gosyo darma duta dan luar daerah Selasa Rabu 19.00 Pendalaman Gosyo DPW DKI Jakarta Kamis

06 07 08

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

14.00 Pertemuan Ibu Daerah 19.00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1 Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

Samantabadra | April 2020

59


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

60

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | April 2020

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.