Samantabadra M
akna Pemunculan “Stupa Pusaka” pada hakekatnya berarti ketiga golongan Sravaka setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra baru menyadari “Stupa Pusaka “dalam jiwanya masing-masing. Sekarang, begitupun sama halnya dengan murid dan penganut Niciren. Setelah memasuki jaman Akhir Dharma, tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika- sutra. (Surat Stupa Pusaka)
SAMANTABADRA |APRIL 2014 | NOMOR. 243
Grup Angklung NSI pada Peringatan Cap Go Meh Bersama 2014. Jakarta, 14 Pebruari 2014
gosyo kensyu SURAT PERIHAL STUPA PUSAKA liputan DEKLARASI “MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020” liputan PERINGATAN CAP GO MEH BERSAMA 2014
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
A p r i l
2 0 1 4
04 # 243
Umat NSI Cengkareng pada Gerak Jalan Kerukunan Nasional. Jakarta, 05 Januari 2014.
S
eakan-akan Anda menyumbang kepada Stupa Pusaka Tathagata Prabutaratna, namun sebenarnya tidaklah demikian, bahkan Anda menyumbang untuk diri Anda sendiri. Jiwa kita sesungguhnya merupakan Tathagata kesadaran pokok dari “Trikaya adalah Ekakaya.� Dengan keyakinan demikian sebutlah Nammyohorengekyo, maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka. (Surat Perihal Stupa Pusaka)
S
etelah memasuki jaman Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika- sutra. Kalau memang demikian, tanpa melihat mulia atau hina serta kedudukan seseorang, barang siapapun yang menyebut Nammyohorengekyo akan menjadi Stupa Pusaka dan juga Tathagata Prabutaratna. (Surat Perihal Stupa Pusaka)
Dari Redaksi
Nam-myoho-renge-kyo,
B
ulan April, bangsa Indonesia akan melangsungkan pesta politik, yang ditandai dengan Pemilihan Umum Legislatif pada tanggal 09 April 2014, dilanjutkan dengan Pemilihan Presiden RI pada tanggal 09 Juli 2014. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, umat NSI seyogyanya bisa memanfaatkan hak pilih dengan sebaik-baiknya. Di tengah maraknya kampanye politik yang penuh intrik, pikiran dan hati kita harus didasari dengan Dunia Buddha sehingga dapat memilih sikap yang terbaik dan bijaksana, apapun itu. Dengan hati kepercayaan kepada Gohonzon, kita bangun kepedulian dan niat yang baik untuk mendukung pemilihan umum agar dapat terselenggara dengan baik. Dalam Samantabadra edisi kali ini, liputan khusus mengangkat tentang peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2014. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja mendapat kehormatan untuk ikut menjadi salah satu tokoh penandatangan Deklarasi Indonesia Bersih Sampah 2020. Hal ini kiranya perlu kita resapi sebagai bentuk kontribusi positif umat Buddha, khususnya umat NSI, di dalam menjaga dan memelihara lingkungan hidup. Yang terpenting adalah, masing-masing dari diri kita mampu mengimplementasikan sikap hidup yang berwawasan hijau (peduli terhadap lingkungan) pada kehidupan kita sehari-hari. eee
April 2014 | Samantabadra
1
Samantabadra Samantabadra B (Surat Perihal Air Bulan)
SAMANTABADRA |APRIL 2014 | NOMOR. 243
daftar isi
gosyo kensyu SURAT PERIHAL STUPA PUSAKA liputan DEKLARASI “MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020” liputan PERINGATAN CAP GO MEH BERSAMA 2014
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta
3 6 13
LIPUTAN Hari Peduli Sampah 2014 16 Syukuran Vihara Vimalakirti NSI Lampung 20 Cap Go Meh Bersama 2014 22 MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Stupa Pusaka 24 Gosyo Cabang Surat Balasan Hara-dono 43 Gohenji Forum Diskusi Irama Penyebutan Daimoku 47 SYIN GYO GAKU Gohonzon untuk Seluruh Umat Manusia Sikap Gongyo yang Baik
51 53
Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
2
Samantabadra | April 2014
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
A p r i l
2 0 1 4
04
April 2014
Halaman Muka
M
enteri Lingkungan Hidup RI bersama para walikota dan bupat se-Indonesia, Ketua Umum NSi, serta tokoh masyarakat dalam Peringatan Hari Sampah Nasional 2014 di Surabaya. Simak liputan selengkapnya di halaman 16
# 243
REFLEKSI Kesombongan Musuh Terbesar Manusia WAWASAN E-Waste BPJS dan JKN
KESEHATAN Waspada Mengonsumsi Saus
CERITA SUTRA Pangeran yang Welas Asih RESEP Pastel
58 61 64
13
71 66 72
KIBA-KRUBU
70
JADWAL KEGIATAN
73
VIHARA DAN CETYA NSI
74
14
63 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Megahria, Silviani, Udin Tirta, Bambang, Kyanne Virya, Martinus, Wantie STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja “Surat Perihal Air Bulan”
(Membaca dan Menyebut Upaya Kausalya & Panjangnya Usia Sang Tathagata)
Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 01-02 Maret 2014
Nammyohorengekyo,
Ibu Hiki Daigaku Saburo Yositomo yang menerima Umat NSI sebagai gosyo ini, mula-mula ia murid Buddha Niciren membaca Bab Baisyajaraja, Daisyonin, melaksanakan karena di Bab itu dijelaskan pertapaan pokok menyebut tentang Kesadaran Buddha Nammyohorengekyo bagi perempuan, (daimoku) serta membaca Sebetulnya di dalam SaddharmapundarikaSaddharmapundarikasutra Bab II dan Bab XVI sutra terdapat Bab Putri (gongyo). Gosyo perihal Naga yang menerangkan air bulan ini bertujuan pokok bahwa perempuan untuk meyakinkan kita bisa mencapai Kesadaran semua mengapa kita perlu Buddha. Tetapi dalam Bab membaca Bab II dan Bab Baisyajaraja itu dijelaskan, XVI. bahwa bagi perempuan Buddha Niciren yang melaksanakan Bab menjelaskan Baisyajaraja, dia tidak bahwa membaca akan dilahirkan lagi di Saddharmapundarikaalam perempuan dan sutra Bab II dan XVI bisa mencapai Kesadaran adalah sebagai pertapaan Buddha. Hal ini yang penunjang, dan menyebut menyebabkan perempuanNammyohorengekyo perempuan di negeri Jepang sebagai pertapaan pokok. gemar membaca Bab Walau demikian, Buddha Baisyajaraja. Niciren menjelaskan lebih Bagi kita murid-murid jauh bahwa kesemua 28 Bab Buddha Niciren, kita sudah dari Saddharmapundarika- melaksanakan pertapaan sutra tidak ada yang tidak yang tepat, sesuai dengan penting. Seperti halnya yang diajarkan oleh
Buddha Sakyamuni dan Buddha Niciren agar kita dapat mencapai kesadaran Buddha. Caranya adalah dengan setiap hari membaca Bab II dan Bab XVI dari Saddharmapundarikasutra, menyebut Nammyohorengekyo berulang-ulang sebagai pertapaan pokok, karena Myohorengekyo adalah judul dari Saddharmapundarikasutra. Ketika kita menyebut Nammyohorengekyo, berarti kita “Namu” (beritikad untuk selaras dengan Hukum Alam Semesta Myohorengekyo), kepada seluruh Saddharmapundarikasutra atau kita “Namu” kepada keseluruhan 28 Bab Saddharmapundarika-sutra. Jadi sekali kita menyebut Nammyohorengekyo, berarti sekali kita April 2014 | Samantabadra
3
ceramah gosyo membaca ke-28 Bab Saddharmapundarikasutra. Menyebut dua kali Nammyohorengekyo berarti menyebut dua kali 28 Bab Saddharmapundarika-sutra. Kita membaca Bab II tentu ada maknanya. Buddha Niciren mengambil bab ini dengan prajna yang sangat mendalam. 10 Nyoze yang dibaca tiga kali bermakna bahwa tiap manusia bisa menjadi Buddha karena di dalam jiwanya memiliki 10 aspek (nyoze). Setiap hari kita membaca Bab II ini, bermaksud bahwa agar kita senantiasa teraktualisasi kesadarannya bahwa setiap insan memiliki bibit kebuddhaan. Bibit Buddha ini tidak dimasukkan dari luar, tetapi memang sudah dimiliki oleh tiap manusia secara hakiki sebagai potensi yang dapat dimunculkan. Apabila kebuddhaan belum dapat muncul dalam sikap hidup seseorang, hal itu dikarenakan ia belum menemukan jalannya, atau sudah menemukan jalannya tetapi tidak berjalan di atas jalan tersebut. Biasanya hal ini terjadi dikarenakan kuatnya tiga racun dari akar pokok kesesatan jiwa manusia. Sebagai Bodhisattva yang muncul dari Bumi, 4
Samantabadra | April 2014
kita memiliki prasetya kejiwaan yaitu ingin memunculkan Bibit Buddha dari Hukum 10 Aspek. Orang yang menyebut Nammyohorengekyo dengan tulus dan sungguh hati, kondisi perasaan jiwanya akan cenderung positif. Alam pikiran kita, perasaan kita, senantiasa berubah, kalau kita membuat sebab pasti menarik jodoh menjadi akibat, semua sebabakibat kejiwaan langsung jadi. Agama Buddha Niciren mengajarkan perihal Hon In Myo; pentingnya saat ini. Jiwa kita bergerak berdasarkan 10 Nyoze, maka kita bisa memunculkan Kesadaran Buddha. Makna penting dari menyebut Bab XVI dalam pertapaan kita adalah di dalam bab ini diterangkan ada tiga sebab mengapa seseorang dapat mencapai Kesadaran Buddha. Buddha Sakyamuni mengatakan, “Saya mencapai Kesadaran Buddha ini sebuah akibat, sebabnya menjalankan pertapaan Kebodhisattvaan.� Jadi, Buddha Sakyamuni menjadi Buddha itu bukan karena anak raja, tetapi karena menjalankan pertapaan Kebodhisattvaan, yaitu menjalankan maitri karuna,
ingin membahagiakan orang lain, sehingga akhirnya dapat memunculkan kebuddhaan. Kalau kita sendiri menjalankan pertapaan Kebodhisattvaan, kita pun bisa memunculkan kebuddhaan dari dasar jiwa kita ke dalam perilaku kita. Jika kita belum mampu merasakan kebahagiaan dari dasar Dunia Buddha, hal ini berarti kita belum menjalankan pertapaan Kebodhisatvaan dengan tepat. Mungkin kita sudah memahami secara teori mengenai ajaran Buddha, tetapi belum dapat menerjemahkan teori tersebut ke dalam sikap hidup yang sesuai ajaran tersebut. Dalam Bab XVI Buddha Sakyamuni juga menjelaskan bahwa beliau menjadi Buddha di Dunia Saha ini; dunia di mana kita hidup sekarang, bukan di dunia lain. Di sini kita bisa mencapai Kesadaran Buddha. Itu sebabnya kita membaca Bab XVI dan menyebut Nammyohorengekyo. Ketika kita melaksanakan gongyo dan daimoku, kita perlu menyebutnya dengan sungguh-sungguh penuh penghayatan, kemantapan, dan keyakinan. Inilah makna yang ingin disampaikan dari gosyo ini.
Ketua Umum
Air bulan atau periode haid pada perempuan, adalah proses alamiah yang wajar. Namun budaya dan pemahaman masyarakat jaman dahulu (hingga saat ini pun masih terjadi di kalangan tertentu), periode haid perempuan dipandang sebagai sesuatu yang kotor. Sebaliknya, ajaran agama adalah hal yang dipandang suci, sehingga ketika perempuan sedang dalam periode haid, tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah. Buddha Niciren menjelaskan lebih jauh perihal suci dan kotor ini. Ajaran Buddha pada hakikatnya akan tetap suci. Proses alamiah seperti masa haid tidak dapat mengotorinya. Justru halhal seperti perilaku dan sikap manusia lah yang dapat menodai ajaran. Walau demikian, terkait dengan jawaban kepada Ibu Hiki Daigaku Saburo sebagai penerima gosyo ini, Buddha Niciren menganjurkan agar
ia tetap menghargai budaya dan adat istiadat setempat dengan tidak memaksakan diri ketika sedang dalam periode haid. Sebenarnya dari dulu kita ingin memunculkan Kesadaran Buddha kita, tapi kita belum berjodoh dengan Buddha Niciren, bahwa ada jodoh Gohonzon yang bisa memudahkan kita bisa memunculkan Kesadaran Buddha. Sekarang sudah komplit. Gohonzonnya sudah ada, Mandala satu-satunya yang bisa memunculkan Kesadaran Buddha kita. Segala sesuatu perlu jodoh agar dapat memunculkan akibat. Jodoh-jodoh itu bisa menimbulkan berbagai macam perasaan. Gosyo dan ajaran Buddha ibarat obor, yang berguna untuk menerangi perjalanan kita melewati jalan-jalan yang gelap (masalah dan kesulitan hidup). Oleh karena itu, jika kita mampu melaksanakan dan
menghayati ajaran Buddha dengan tepat, kita mampu melewati jalanan yang gelap dan berliku dengan aman karena kita mampu melihat kondisi sekitar kita yang gelap dengan bantuan obor. Tanpa bantuan obor, kemungkinan kita menabrak, tersandung, dan celaka jauh lebih besar. Belajar dharma hakikatnya adalah untuk memberikan penerangan terhadap diri sendiri, dan setelah penerangan ini mencerahkan diri kita, kita membantu orang lain agar mereka mampu menyalakan obor mereka untuk menerangi hidup mereka masing-masing. Kita perlu memahami proses belajar ini sebagai kebutuhan. Inilah pertapaan kebodhisattvaan. Dengan demikian, citacita kosenrufu atau penyebarluasan dharma bisa terwujud dalam kehidupan kali ini. eee
April 2014 | Samantabadra
5
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi “Surat Perihal Air Bulan”
(Membaca dan Menyebut Upaya Kausalya & Panjangnya Usia Sang Tathagata)
Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 01-02 Maret 2014
Nammyohorengekyo, Surat Perihal Air Bulan yang kita bahas pada Kensyu bulan ini ditulis pada tanggal 17 bulan ke-4 tahun 1264 di Kamakura, diberikan kepada istri Hiki Daigaku Saburo Yositomo. Gosyo ini disebut sebagai Air Bulan karena ada pertanyaan dari istri Hiki Daigaku Saburo Yositomo mengenai saat air bulan apakah boleh menjalankan pertapaan membaca sutra, karena pada saat itu ada anggapan bahwa saat air bulan adalah saat tidak bersih, tetapi titik pentingnya adalah bahwa istri Hiki Daigaku Saburo Yositomo ini membaca Saddharmapundarika-sutra setiap harinya satu bab. Jadi dalam 28 hari membaca 28 Bab Saddharmapundarikasutra, kemudian hanya membaca satu Bab Baisyajaraja. Apakah ini hal ini dibenarkan? 6
Samantabadra | April 2014
Untuk itulah Gosyo ini ditulis oleh Niciren Daisyonin untuk menjawab pertanyaan dari istri Hiki Daigaku Saburo Yositomo ini. Dalam surat ini pertama-tama dijelaskan mengenai betapa besarnya karunia kebajikan Saddharmapundarikasutra. Selanjutnya diajarkan untuk membaca dan menyebut Bab Upaya Kausalya dan Panjang Usia Sang Tathagata, karena dalam kedua Bab ini telah tercakup seluruh sutra. Karena isteri Daigaku Saburo telah menyebut Namu Icijo Myoten, maka dianjurkan harus menyebut Nammyohorengekyo. Akhirnya diterangkan bahwa sebenarnya tidaklah tabu untuk melaksanakan pertapaan pada masa haid, tetapi dengan mempertimbangkan adatistiadat masyarakat pada waktu itu dianjurkan
untuk sementara lebih baik menyebut Daimoku saja. Biasanya Ibu Hiki Daigaku Saburo Yositomo setiap hari membaca satu per satu Bab Saddharmapundarikasutra selama 28 hari telah membaca dan menyebut satu bagian Saddharmapundarikasutra, tetapi sekarang setiap hari hanya melaksanakan satu bab, Bab Bodhisattva Baisyajaraja, karena dalam Bab ini diterangkan mengenai Kesadaran Buddha bagi wanita. Di dalam kutipannya tertulis “Setelah tubuh wanitanya berakhir, tidak akan menerima lagi”, tetapi ini bukan berarti pencapaian Kesadaran Buddha bagi kaum wanita baru tercapai setelah berganti wujud menjadi laki-laki, melainkan penjelasan pencapaian Kesadaran Buddha Hukum
Ketua Dharma
Icinen Sanzen. Mengenai hal ini, Niciren Daisyonin menyatakan dalam Surat Kebanggan Bab Bodhisattva Baisyajaraja, “Perihal diijinkannya pencapaian Kesadaran Buddha bagi wanita dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja sungguh merupakan hal yang gaib sekali�. Dengan demikian dapat diperkirakan mengapa pada jaman itu para wanita secara khusus memilih membaca dan menyebut Bab Bodhisattva Baisyajaraja dari ke-28 Bab Saddharmapundarikasutra. Akan tetapi sungguh merupakan kesalahan besar kalau berfikir bahwa Bab ini merupakan intisari Saddharmapundarika-sutra. Di dalam surat ini Niciren Daisyonin menerangkan bahwa Bab Bodhisattva Baisyajaraja sebenarnya merupakan bagian dari Bab Panjang Usia Sang Tathagata. Manusia biasa Masa Akhir Dharma seharusnya melaksanakan Bab Panjang Usia Sang Tathagata dan sebagai penunjang melaksanakan Bab Upaya Kausalya. Bab-bab lain dari 8 jilid mengikutinya sebagai pengiring. Oleh karena itu, bagaimanapun Bab Upaya Kausalya dan Panjang Usia Sang Tathagata adalah yang terpenting.
Setiap hari berusaha melaksanakan satu bagian 8 jilid 28 Bab Saddharmapundarikasutra atau hanya menyebut Nammyohorengekyo satu kali atau seumur hidup hanya menyebut Nammyohorengekyo satu kali atau menndengar penyebutan Nammyohorengekyo satu kali seumur hidup dan merasa gembira atau turut bergembira mendengar suara yang disertai kegembiraan itu, demikian seterusnya berputar sampai orang yang ke-50 dan akhirnya kemauan hati menjadi tipis dan hati yang turut bergembira menjadi lemah seperti anak kecil yang berumur 2-3, tahun belum stabil, atau sapi, kuda dan lainnya yang tak dapat membedakan depan dan belakangnya, kurnia kebajikannya lebih unggul ratusan ribu juta kali daripada orang yang mempelajari dan melaksanakan sutra lain dengan akar bakat cerdas dan prajna yang dalam seperti Sariputra dan lainlainnya yang mempelajari sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra. Ini merupakan perbandingan kurnia dari Saddharmapundarika-sutra dengan sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra.
Di dalam sutra dikatakan, “Meskipun dengan Prajna Buddha dapat menghitung dan mengukur sedikit banyaknya, namun tidak mendapatkan batasbatasnya�. Artinya, dengan prajna Buddha pun tidak dapat mengetahui kurnia kebajikan orang ini. Dalam sutra dikatakan, bahwa walau keunggulan prajna Buddha dapat mengetahui jumlah tetesan hujan yang turun selama 7 hari atau 2x7 hari dalam 3.000 dunia besar ini, namun tidak dapat mengetahui karunia kebajikan orang yang menyebut satu aksara dari Saddharmapundarikasutra. Apalagi kita manusia biasa yang melakukan dosa besar, bagaimana mungkin dapat mengetahui karunia kebajikan ini? Jadi sebelum menjelaskan pertanyaan istri Hiki Daigaku Saburo Yositomo ini, Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa kurnia kebajikan orang yang percaya Gohonzon, Saddharmapundarika-sutra itu kebajikannya tidak bisa diukur oleh Prajna Buddha sekalipun, itu luar biasa sekali. Jadi, orang yang menerima dan mempertahankan Gohonzon dengan sungguh-sungguh percaya, April 2014 | Samantabadra
7
ceramah gosyo bukan mempertahankan Gohonzon dengan sekedar tidak dikembalikan saja Gohonzonnya, tetap ada di rumah, tetapi kalau tidak dilaksanakan seperti yang diajarkan oleh Buddha, hal itu bukan mempertahankan. Mempertahankan artinya melaksanakan Ajaran Niciren Daisyonin dalam kehidupan sehari-hari, kalau seperti itu, kurnia kebajikan dari mempertahankan Gohonzon, Buddha sendiri saja tidak bisa mengukur, maka betapa unggulnya orang yang mempertahankan Gohonzon. Niciren Daisyonin memuji Ibu Daigaku ini dan sekarang telah berlalu 2.200 tahun lebih setelah kemoksyaan Buddha Sakyamuni dan 5 kekeruhan telah lama merajalela. Dalam hal apapun perbuatan baik sangatlah sedikit. Sebagai umpama, orang yang melaksanakan kebaikan dalam keadaan dunia sekarang, satu kebaikan yang dilakukan akan membuat dan menumpuk 10 keburukan karena dalam hati timbul kesombongan yang beranggapan telah melaksanakan pertapaan kebaikan besar, seperti jaman sekarang orang yang kekeruhan jiwanya seperti itu sulit menemukan 8
Samantabadra | April 2014
orang yang betul-betul melakukan kebaikan besar, sebab sulit menemukan makna kebaikan besar dan makna kebaikan kecil, mereka hanya menganggap kalau menguntungkan orang itu kebaikan dan kalau merugikan orang itu keburukan, hanya itu saja, padahal kebaikan besar itu adalah kebaikan yang luar biasa, maka banyak orang terkecoh, banyak melakukan bakti sosial, memberikan sumbangan-sumbangan dan lain-lainnya, apakah itu merupakan kebaikan besar? Kadang-kadang itu membuat orang mengandalkan, sehingga tidak bisa mandiri, kalau demikian apakah itu merupakan kebaikan? Hal ini yang pertama. Kedua, pada umumnya orang-orang yang melakukan perbuatanperbuatan itu pada akhirnya tidak memperoleh kurnia kebajikan, sehingga merasa bingung, padahal apa yang pernah dilakukan selama ini menurut dia adalah satu hal yang luar biasa dengan menyumbang begitu banyak dan dia hidupnya menderita karena tidak mendapat akibat imbalan yang baik, maka Niciren Daisyonin mengatakan, semua tergantung pada hatinya, apakah hatinya betul-betul tulus melakukan kebaikan?
Maka dikatakan melakukan kebaikan kecil, tapi menjadi keburukan besar, karena tidak mengetahui mana yang disebut kebaikan dan mana yang disebut keburukan. Kebaikan terbesar itu adalah bagaimana membuat orang satu per satu itu bangkit dari dasar jiwanya secara mandiri, mereka bisa merombak nasibnya, itu adalah kebaikan yang besar, satu-satunya jalan adalah dia bisa percaya Saddharmapundarikasutra dan menyebut Nammyohorengekyo, karena dia mendapat kekuatan dari dalam, bukan dari luar, sebab kalau diberikan dari luar, itu bisa hilang. Kalau dia membangkitkan kekuatan dari dalam dirinya sendiri, itu merupakan satu hal yang kekal, maka yang dimaksud dengan kebaikan besar adalah seperti itu! Bagi orang yang tidak mengerti, dia kira sikapnya memberikan kebaikan besar, padahal kebaikan kecil, bahkan keburukan. “Anda yang dilahirkan di suatu pulau kecil dan terbelakang di ujung timur yang disebut Jepang, yang dipisahkan oleh gunung dan lautan sejauh 20.000 mil dari negara kelahiran Buddha Sakyamuni dan terlahir sebagai seorang
Ketua Dharma
wanita yang terikat dengan 3 kepatuhan serta diliputi awan kelima halangan dapat menaruh kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra; sungguh merupakan sesuatu yang langka dan menajubkan, tidak dapat dilukiskan dengan katakata”. Pada jaman dulu digambarkan bahwa seorang wanita itu harus selalu patuh, pada waktu kecil patuh kepada orangtua, setelah menikah patuh kepada suami, pada hari tua patuh kepada anak. Artinya seumur hidupnya tidak bebas yang merupakan penderitaan wanita. 5 awan adalah tidak bisa menjadi dewa, tidak bisa menjadi iblis, apalagi Buddha. Jadi, dulu wanita begitu direndahkan, maka dalam kondisi seperti itu bisa percaya Gohonzon adalah satu hal yang langka dan menajubkan. Niciren Daisyonin melihat istri Hiki Daigaku Saburo Yositomo ini bisa percaya Gohonzon, maka seperti melihat bunga Udumbara dan lebih jarang daripada kura-kura bermata satu yang dapat bertemu dengan kayu cendana yang berlubang dan terapung. “Dari dasar hati, Saya mengagungkan Anda, sehingga ingin menambahkan walau hanya satu kata atau satu
kalimat yang penting yang dapat menimbulkan kegembiraan”. Niciren Daisyonin menjawab istri Hiki Daigaku Saburo Yositomo ini. Pertamatama, harus mempunyai pengertian tentang Saddharmapundarikasutra. Niciren Daisyonin mengatakan, dari seluruh Ajaran Buddha Sakyamuni selama 50 tahun, memang ada perbedaan-perbedaan yang timbul dari kalimat sutra, ada ajaran Mahayana dan Hinayana, Sementara dan Sesungguhnya, Ajaran Bayangan dan Ajaran Sesungguhnya, Ajaran Nyata dan Ajaran Rahasia, itu semua merupakan pembabaran dari Buddha Sakyamuni sendiri, bukan dibuat oleh orang lain. Di sini Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa dalam Amitarta Sutra, “Selama 40 tahun lebih masih belum mewujudkan kebenaran sesungguhnya”. Artinya ajaran-ajaran sebelum Saddharmapundarikasutra belum menjelaskan makna sesungguhnya dan makna sesungguhnya baru dijelaskan dalam Saddharmapundarikasutra pada 8 tahun terakhir, yaitu mengenai pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, maka jelas adanya perbedaan. Bagi
orang yang tidak mengerti bahwa semua timbul dari Buddha Sakyamuni, semua sutra itu bisa digunakan, itu adalah keliru, karena Buddha Sakyamuni sendiri menerangkan mana yang pokok dan mana yang bukan pokok. Di dalam pernyataan Beliau dalam Saddharmapundarikasutra, “Dengan jujur dan tulus membuang Ajaran Sementara, hanya akan membabarkan jalan yang tiada taranya”. Demikian pula Buddha Prabhutaratna telah muncul dari bumi besar untuk memberi pembuktian, bahwa “Keseluruhan Saddharmapundarikasutra adalah kebenaran Sesungguhnya” dan berbagai Buddha dari sepuluh penjuru berkumpul dalam pesamuan pembabaran Saddharmapundarikasutra, serta menjulurkan lidah mereka ke Surga Brahma sebagai tambahan pembuktian, bahwa setiap aksara Saddharmapundarikasutra sama sekali tidak ada yang bohong. Kalau BapakIbu yang telah menyebut Nammyohorengekyo sampai jatuh ke jalan buruk, maka Saddharmpaundarikasutra itu bohong. Ini adalah keyakinan Niciren April 2014 | Samantabadra
9
ceramah gosyo Daisyonin, ini sama seperti matahari tidak terbit dari timur. Wanita yang menganut Saddharmapundarika-sutra tidak akan tertarik ke dalam dosa-dosa kemasyarakatan, sehingga tidak akan terjatuh ke jalan buruk. Seandainya wanita yang menganut Saddharmapundarika-sutra tertarik ke dalam dunia buruk karena iri hati, hati yang jahat dan keserakahan yang kuat, maka pantangan tidak boleh berdusta yang dipertahankan sejak masa lampau yang tidak terhitung hingga saat ini oleh Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan seluruh Buddha 10 penjuru menjadi rusak. Orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra adalah orang yang sangat teguh dan bermanfaat. Tiga ciri khas wanita, yaitu cemburu dalam hal materi, berperut buruk dan serakah, berkeinginan terlalu dalam. Iri hati dan cemburu berarti kebodohan, berperut buruk berarti marah yang dilandasi kebencian, serakah berkeinginan terlalu dalam berarti keserakahan. Kalau percaya Nammyohorengekyo dengan menjalankan sungguh-sungguh, maka tidak akan terpancing oleh keburukan-keburukan di 10
Samantabadra | April 2014
dalam masyarakat. Kalau masih tertarik berarti masih kurang melaksanakannya, ini harus menjadi perhatian. Disini diterangkan, meskipun kita percaya Saddharmapundarika-sutra dan menjalankan selama ini, tapi kalau tidak percaya pada Saddharmapundarikasutra sebagai jalan langsung untuk mencapai Kesadaran Buddha, maka seluruh kebaikan yang demikian banyak tidak ada artinya dan menyebabkan terjatuh ke dalam Neraka Avici. Kedua, walaupun percaya Saddharmapundarikasutra, tetapi menganggap setara dengan Buddha dari berbagai sutra lainnya. Ajaran saddharmapundarikasutra menerangkan Eka Buddhayana, sedangkan Ajaran sutra-sutra lainnya adalah Ajaran Sementara. Orang yang menyamakan keduanya karena tak mengetahui perbedaan yang mendasar ini tidak akan mencapai Kesadaran Buddha, bahkan ada kalimat yang menyatakan, “Karunia kebajikan Saddharmapindarikasutra untuk sementara akan terselubung, bahkan terlebih dari itu akan terjatuh ke dalam Neraka Avici�. Demikian nasehat Niciren Daisyonin. Mungkin kita sendiri
masih, walaupun percaya Gohonzon tapi hatinya masih mendua seperti walaupun di rumah ada Gohonzon, tapi masih ada yang lain-lainnya. Kalau seperti itu, tak ada kurnia kebajikannya, ini harus menjadi perhatian. Ketiga, orang yang “Tidak berfikir demikian juga, tapi terus menerus melaksanakan pertapaan akar kebaikan sutra-sutra selain Saddharmapundarikasutra dan kadang-kadang melaksanakan pertapaan Saddharmapundarikasutra� jadi ikut-ikutan, bahkan memuji sutrasutra lainnya selain Saddharmapundarikasutra, ini tidak akan ada kurnia kebajikan, ini harus dipahami. Dasarnya Saddharmapundarikasutra adalah Syakubuku Menyebarluaskan Dharma untuk orang itu bisa mencapai Kesadaran Buddha, ini adalah kebaikan besar. Sutra-sutra lainnya itu adalah kebaikan kecil karena tidak memberi pencapaian Kesadaran Buddha langsung, jadi bukan syakubuku, ini jangan salah! Ini adalah Ajaran Buddha Sakyamuni sendiri yang mengatakan demikian, maka kita harus patuh mengenai hal ini, sebab ditekankan seperti ini.
Ketua Dharma
Keempat, “mengadakan hubungan erat dan berdialog tentang Hukum Agama Buddha bersama para Nembuce yang telah memfitnah Hukum, tidak mau mempergunakan Saddharmapundarikasutra�. Sikap Niciren Daisyonin terhadap Nembuce amat tegas, menamakannya sebagai karma neraka tak terputusputus. Dalam hal ini bukan berarti kita tidak boleh berteman, dengan umat agama yang lain, tapi jangan kompromi terhadap filsafatnya! Jangan menganggap sama, ini kompromi artinya. Kerukunan antar umat bukan kerukunan antar agama, ini beda. Antar umat boleh rukun, silahkan, tapi Agama itu Ajaran, tak boleh kita campur, maka Trilogi Kerukunan Umat, bukan Kerukunan Agamanya. Semangat Saddharmapundarikasutra adalah menyebarluaskan Hukum. Bagaimanapun percaya Saddharmapundarikasutra, bila semangat penyebarluasan tidak ada, maka akar kebaikannya seperti embun pagi hilang menguap disinari cahaya matahari. Niciren Daisyonin memberi petunjuk, bila orang mempercayai Saddharmapundarika-
sutra sebagai formalitas saja, bukan hanya telah menghapus kurnia kebajikan Saddharmapundarikasutra, bahkan telah menuju ke Neraka Avici. Artinya orang yang sembahyang Gohonzon, harus mempunyai semangat Syakubuku di Masa Akhir Dharma ini, kalau tidak ada semangat syakubuku ini lain dengan prinsip Niciren Daisyonin, maka tidak akan ada kurnia kebajikannya. Maka kita harus memahami bagaimana menjelaskan hati keprcayaan, jangan sampai tahu-tahunya kita salah jalan, maka belajar merupakan satu hal yang sangat penting. Kalau kita tidak belajar, kita mudah terjerumus ke jalan yang salah. Kalau kita tidak percaya Gohonzon membuat sebab buruk dan akhirnya mengalami penderitaan. Orang yang membuat sepuluh keburukan dan lima dosa besar jika tidak menentang Saddharmapundarika-sutra, maka tidak diragukan lagi pasti tercapai Kesadaran Buddha pada saat ajalnya. Sebaliknya, orang yang mempertahankan seluruh sutra dengan percaya berbagai Buddha dan mempertahankan sila-sila, kalau tidak mempergunakan Saddharmapundarika-sutra
akan terjatuh ke dalam jalan yang buruk. Artinya, Saddharmapundarikasutra memang sudah dipersiapkan oleh Buddha Sakyamuni untuk semua orang bisa mencapai Kesadaran Buddha lewat Saddharmapundarika-sutra, maka kalau tidak percaya Saddharmapundarika-sutra dia tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha, ini harus dimengerti, bahwa ini adalah kehendak Buddha Sakyamuni sendiri, bukan dibuat oleh Buddha Niciren Daisyonin dan yang lain-lainnya. Maka kita menganut Gohonzon itu sudah tepat sebagai orang yang menganut agama Buddha yang sebenarnya maka mustinya kita bersyukur bahwa kita telah menemukan Agama Buddha yang sebenarnya adalah Saddharmapundarika-sutra ajaran Buddha Sakyamuni. Seperti telah dijelaskan di atas, bab manapun dalam Saddharmapundarika-sutra tidak ada yang sederhana. Namun di antara ke-28 Bab, yang terunggul dan menakjubkan adalah Bab Upaya Kausalya dan Panjang Usia Sang Tathagata yang kita gunakan untuk Gongyo-Daimoku. Bab Upaya Kausalya adalah Hobenpon, Bab Panjang Usia Sang Tathagata adalah Bab Juryobon. Jadi kita April 2014 | Samantabadra
11
ceramah gosyo Gongyo pagi-sore membaca Bab II dan Bab XVI. Jadi aliran kita melaksanakan 2 hal, yaitu pertapaan pokok dan pertapaan penunjang. Pertapaan pokok kita adalah menyebut Nammyohorengekyo yang merupakan intisari dari Saddharmapundarikasutra kemudian pertapaan penunjang kita adalah membaca Bab II dan Bab XVI (Gongyo). Kalau kita bisa melaksanakan pertapaan pokok dan pertapaan penunjang akan mengukir kurnia kebajikan yang lebih dalam. Maka dianjurkan kita melakukan Gongyo dan Daimoku sehari-harinya membaca Bab II dan Bab XVI, di dalamnya juga Bab XVI yang utama, Bab II sampingan. Ibu Daigaku Saburo Yositomo ini menanyakan saat air bulan bagaimana? Niciren Daisyonin menjelaskan, dalam Agama Buddha tidak ada yang menjelaskan bahwa menstruasi itu kotor, tidak seperti ajaran-ajaran lain. Tapi, karena di Jepang negaranya mempunyai adat-istiadat seperti itu yang kalau tidak melakukan seperti itu memungkinkan dikucilkan, maka Niciren Daisyonin mengatakan kalau seperti itu selama 7 hari jangan membaca Saddharmapundarika12
Samantabadra | April 2014
sutra, cukup menyebut Nammyohorengekyo saja. Mengenai pembacaan Icijo Myoten itu walaupun sama maknanya, tapi sebaiknya menyebut Nammyohorengekyo saja karena Icijo Myoten itu bukan mantera. Icijo artinya satu kendaraan Buddha, Myo = gaib, ten = sutra, jadi Icijo Myoten adalah sutra Ekayana yang gaib. Jadi menjuluki bahwa Saddharmapundarikasutra adalah satu sutra yang gaib, memang seperti itu, tapi bukan mantera itu sendiri. Mantera itu adalah inti hakekat Saddharmapundarikasutra, judulnya adalah Myohorengekyo. Maka Niciren Daisyonin membimbing istri Hiki Daigaku Saburo Yositomo ini menyebut Nammyohorengekyo, itu maknanya. Mengenai pantanganpantangan pada air bulan di dalam Agama Buddha itu tidak ada, walaupun ada pantangan-pantangan tidak boleh makan arak dan daging dan lain-lainnya. Air bulan merupakan satu siklus untuk kelahiran kembali sebagai seorang wanita melahirkan anak, jadi bukan hal yang kotor. Yang penting pada Gosyo ini, Niciren Daisyonin memberikan bimbingan,
bahwa Nammyohorengekyo ini merupakan sutra yang paling unggul dan bagi yang bisa mempertahankan sutra, Gohonzon ini, Buddha sendiri tidak bisa mengukur kurnia kebajikannya dan sebaliknya kalau tidak percaya, walaupun melaksanakan sutrasutra lain, melakukan banyak kebaikan dan sebagainya dari sutra-sutra lain dan tidak percaya Saddharmapundarikasutra, tidak bisa mencapai Kesadaran Buddha. Jadi tidak ada artinya. Maka jalankanlah hati kepercayaan yang sesungguhnya dan wanita yang percaya Saddharmapundarikasutra tidak akan tertarik melakukan hal-hal buruk dalam kemasyarakatan. Mempertahankan Gohonzon artinya melaksanakan sesuai ajaran. Maka kita semua melihat ke dalam diri kita masing-masing apakah pelaksanaan kita sudah sesuai dengan ajaran yang benar, kalau masih ada hal-hal yang kurang artinya kita lah yang masih kurang melaksanakan secara tepat, bukan Gohonzon tidak ada kekuatannya. eee
Dharma Duta
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman “Surat Perihal Air Bulan�
(Membaca dan Menyebut Upaya Kausalya & Panjangnya Usia Sang Tathagata)
Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 01-02 Maret 2014
Nammyohorengekyo,
bahwa dia membaca Bab Baisyajaraja dari Hari ini kita belajar SaddharmapundarikaGosyo yang menjelaskan sutra yang menjelaskan tentang pertapaan kita, mengenai wanita yang bahwa Gongyo mencakupi membaca Bab ini, setelah Bab II dan Bab XVI. Jadi tubuh wanita ini berakhir, tidak bisa milih-milih tidak akan menjadi wanita Gongyo Panjang atau lagi. Sebab jaman dulu Gongyo Pendek. lebih mementingkan anak Gosyo ini ditujukan laki-laki, maka betapa kepada seorang perempuan, bahagianya kalau seorang maka betapa bahagianya mantu bisa melahirkan kita mendapat banyak anak laki-laki. Maka Ibu Gosyo dari guru kita Hiki Daigaku Saburo Niciren Daisyonin. Ibu Yositomo mau menyebut Hiki Daigaku Saburo Bab Baisyajaraja yang Yositomo menjalankan menyatakan tidak akan hati kepercayaan bersama berbadan wanita lagi. suaminya yang menjalankan sebenarnya secara kejiwaan sesuai dengan keinginan Hukum Icinen Sanzen yang Niciren Daisyonin, maka menjelaskan 10 dunia yang betapa bahagianya kalau mencakupi 10 dunia lagi, suami-isteri sama-sama yang berarti semua umat syinjin, lebih bahagia lagi ada Jiwa Buddhanya, di kalau bisa Kensyu bersama- badan laki-laki juga ada sama dengan anak-anak sifat perempuan, seperti juga, itu adalah kosenrufu makin tua makin bawel, keluarga. walaupun ada yang hanya Gosyo ini merupakan di dalam hati. Perempuan jawaban dari pertanyaan pun ada sifat laki-lakinya dari Ibu Hiki Daigaku seperti yang sombong, kataSaburo yang menyatakan, katanya pahit.
Jaman dulu dirasakan untuk menjalankan pertapaan harus yang panjang, maka Niciren Daisyonin mengatakan, harus menyebut Nammyohorengekyo, rasanya tidak ada apaapanya kalau dibandingkan dengan sutra-sutra yang panjang-panjang. Tapi bagi kita harus membaca Bab II dan Bab XVI, menyebut Nammyohorengekyo. Memang kita mula-mula lebih senang Daimoku, tapi setelah lancar Gongyo, kita lebih senang Gongyo, sebab Gongyo ada batasnya, maka Daimokunya jadi kurang, padahal Daimoku adalah inti dari Saddharmapundarika-sutra dan sudah dijelaskan oleh Bapak Ketua Umum tadi, bahwa sekali Daimoku sama dengan sekali membaca 28 Bab SaddharmapundarikaApril 2014 | Samantabadra
13
ceramah gosyo sutra, maka apalagi yang Daimokunya sampai ribuan kali, tanpa disadari kita melebihi Hiki Daigaku Saburo Yositomo tersebut. Maka jangan malas Daimoku, sebab Daimoku adalah kekuatan untuk menghadapi kehidupan kita sehari-hari. Pada Gongyo sore kita renungkan apa yang sudah kita jalankan di hari ini. Ibu Hiki Daigaku Saburo Yositomo yang karena mau menanyakan Hukum Buddha dipuji oleh Niciren Daisyonin, seperti bunga Udumbara yang berbunga 3.000 tahun sekali atau kura-kura bermata satu yang menemukan kayu cendana merah yang berlubang tengahnya dan pas dengan punggung kura-kura bermata satu itu, berarti pujian ini berlaku untuk kita semua yang menjalankan sesuai dengan Ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Di luaran banyak yang mencari kebahagiaan dengan mengadakan bermacammacam reuni, di situ yang dibicarakan adalah gossip, sehingga tanpa disadari membuat karma yang buruk. Tapi dengan kita yang berada di susunan ini, kita bangga bukan main, kita kaum perempuan yang mempunyai 3 macam sifat, 14
Samantabadra | April 2014
yaitu cemburu dalam hal materi, berperut buruk dan serakah, karena kita tidak tahu timbul rasa iri hati, apalagi pada jaman sekarang kita lihat di mall banyak, maka karena banyak jodoh demikian sehingga timbul perasaan marah benci dan iri hati. Tapi, Ibu Hiki Daigaku Saburo Yositomo tersebut mau membaca Saddharmapundarikasutra dan mau bertanya, tapi ada juga yang sok tahu, menjalankan Gongyo Daimoku semau dirinya sendiri. Niciren Daisyonin mengatakan hal-hal seperti ini bukan dihilangkan, tapi ditingkatkan serakah jadi serakah yang baik, seperti ikut Kensyu setiap bulan, serakah pertemuan pokoknya harus hadir, berpacu membuat hal-hal yang baik. Kalau orang yang menyebut Nammyohorengekyo, tapi tidak ada perombakan sifat, masih marah benci, mau menang sendiri dan lain-lainnya lagi sehingga hidupnya pun tidak ada perubahan dan merasakan tidak adanya kekuatan Gohonzon, itu adalah salah sendiri, bukan salah Buddha Niciren Daisyonin. Ditekankan pada bagian perempuan kita harus
bangga, berarti Niciren Daisyonin ingin sekali kaum perempuan itu merombak sifatnya agar mempunyai maitri karuna yang besar yang bisa mendidik anak, membangun keluarga, mendampingi suami dalam kehidupan seharihari. Jadi dibutuhkan seorang wanita yang betulbetul menjalankan hati kepercayaan dan tidak kalah oleh suasana, seperti masih menyalahkan orang lain atau suasana lingkungan, tidak ada tinjau ke dalam diri kita sendiri, bahwa segala sesuatu itu adalah akibat dari sebab-sebab yang kita buat. Niciren Daisyonin menjelaskan halhal yang demikian, bukan berarti dikucilkan, tapi berarti sayang, maka terus diingatkan, bahwa wanita ada sifat-sifat demikian, tapi kalau kita sudah menyebut Nammyohorengekyo dan menjelaskan kata-kata Buddha harus ada yang berubah. Mengenai air bulan sepertinya biasa, pandangan Niciren Daisyonin tidak membedakan antara pria dan wanita, saat kalau air bulan tidak boleh melakukan pelaksanaan keagamaan itu sebenarnya merendahkan wanita. Dianggap saat itu wanita kotor, tidak
Dharma Duta
boleh ini dan itu, kalau wanita melaksanakan pertapaannya 500 pantangan, kalau pria hanya 250, bagi wanita menginginkan anak lakilaki, padahal kalau tidak ada wanita, bisakah mendapatkan anak? Maka tidak boleh meremehkan perempuan. Niciren Daisyonin berani mematahkan pandangan dan adat istiadat yang picik setahap demi setahap menerangkan dan menganjurkan pelaksanaan yang benar serta mempertahankannya agar kita dapat menjalankan pertapaan Kebuddhaan. Jadi, kalau kita meremehkan perempuan atau siapapun juga, kita tidak mungkin mencapai Kesadaran Buddha, karena kita meremehkan jiwa. Begitu maitri karuna
Niciren Daisyonin, berani mematahkan agar kaum perempuan jangan sampai salah karena kata-kata itu dan kita pun harus percaya Saddharmapundarikasutra, yang mengatakan bahwa semua umat ada jiwa Buddhanya, sehingga semua umat kalau menjalankan pertapaan yang benar akan mencapai Kesadaran Buddha dan menjadi Buddha, ini yang harus kita pegang. Niciren Daisyonin mengambil sutra-sutra Buddha Sakyamuni tidak ada yang melarang, bahwa saat air bulan tak boleh menjalankan pertapaan. Sebenarnya air bulan itu sama seperti air seni yang keluar dari dalam tubuh kita karena sudah tidak bergunan, jadi bukan kotor, juga tanda-tanda air bulan itu untuk menandakan
adanya kehamilan. Maka kita harus mengerti, bahwa pada saat air bulan tidak ada larangan dan pantangan untuk kita untuk menjalankan pelaksanaan pertapaan Agama Buddha. Maka jangan kita dengan alasan lagi air bulan maka tidak Gongyo Daimoku, sebab kita harus meningkatkan kualitas hidup, kita harus menjalankan agar kebahagiaan menjadi kebiasaan dan membahagiakan orang lain itu menjadi kebiasaan juga. Jangan rasanya terpaksa sehingga kita membuat karma-karma yang baik ini menjadi kebajikan yang tersembunyi. Kita pun harus mempunyai hati yang lapang untuk memaafkan orang lain karena kita harus bebas, kuat, suci dan tenang. eee
Catatan
April 2014 | Samantabadra
15
liputan
Hari Peduli Sampah 2014
Ketua Umum NSI Menandatangani Deklarasi “Menuju Indonesia Bersih Sampah 2020”
Ketua Umum NSI (baris depan, ke lima dari kiri), bersama Menteri Lingkungan Hidup RI, para walikota, bupati, tokoh masyarakat, dan pelaku usaha, seusai penandatanganan deklarasi “Menuju Indonesia Bersih Sampah 2020”
16
Samantabadra | April 2014
k
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI, Kementerian Pekerjaan Umum RI. bersama Pemerintah Kota Surabaya menggelar rangkaian acara Peringatan Hari Peduli Sampah 2014 dan Pre-event the 5th Regional 3R Forum in Asia and the Pacific, dengan tema “Gerakan Indonesia Peduli Sampah Menuju Masyarakat Berbudaya 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Untuk Kesejahteraan Masyarakat“.
April 2014 | Samantabadra
17
liputan
K
egiatan utama dari rangkaian acara yang dimulai pada hari Senin pagi, 24 Februari 2014 di Taman Surya, Kantor Walikota Surabaya, Jawa Timur, adalah pembacaan dan penandatanganan deklarasi “Menuju Indonesia Bersih Sampah 2020”. Kegiatan selanjutnya adalah Penyelenggaraan The 5th Regional 3R in Asia and The Pacific pada 25-27 Februari 2014 oleh KLH RI, Kementerian PU RI, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, dan United Nations Centre for Regional Development (UNCRD). Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja mendapat kehormatan untuk menjadi salah satu penandatangan deklarasi “Menuju Indonesia Bersih Sampah 2020”, bersama-sama bupati dan walikota seluruh Indonesia, tokoh masyarakat, pemuka agama, serta para pelaku usaha. Turut hadir sebagai
undangan, Ketua Wilayah NSI Jawa Timur, Bapak Djohan Limanto dan Ketua Daerah NSI Surabaya, Bapak Pardi Lianto. Deklarasi ini merupakan sebuah bentuk komitmen bersama seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk mewujudkan gerakan “Indonesia Bersih Sampah 2020” melalui penerapan 3R. Deklarasi ini juga merupakan bentuk pernyataan tekad bersama untuk berperan aktif dalam mengelola sampah menuju kota bersih yang dapat meningkatkan taraf kesehatan, perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), awalnya dipicu oleh terjadinya tragedi longsor sampah di Leuwigajah, Jawa Barat pada 21 Februari 2005. Penyebab longsor tersebut, diduga karena curah hujan yang sangat tinggi serta ledakan gas metana yang terperangkap
Foto bersama Ketua Umum NSI, Walikota Bandung (Bapak Ridwan Kamil), dan Ketua Wilayah NSI Jawa Timur.
Foto bersama Ketua Umum NSI, Walikota Surabaya (Ibu Tri Rismaharani), dan Ketua Daerah NSI Surabaya.
dalam timbunan sampah. Longsoran gunungan sampah tersebut menelan lebih dari dari 150 jiwa yang kemudian dinyatakan sebagai bencana lingkungan. Sejak saat itu, KLH RI memperingati tanggal 21 Pebruari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional untuk membangun komitmen bersama. (Sam)
Walikota Surabaya menari bersama anak-anak SD di Surabaya pada saat segmen hiburan. Acara dimeriahkan oleh Tasya Kamila dan Miss Earth Indonesia.
18
Samantabadra | April 2014
HARI PEDULI SAMPAH TAHUN 2014 “GERAKAN INDONESIA PEDULI SAMPAH MENUJU MASYARAKAT BERBUDAYA REDUCE, REUSE & RECYCLE (3R) UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT� DEKLARASI MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 Kami Bupati, Walikota, Masyarakat, dan Pelaku Usaha Seluruh Indonesia mewakili warga Negara Republik Indonesia hadir dalam perayaan Hari Peduli Sampah 2014 yang dilaksanakan di Surabaya, pada tanggal 24 Pebruari 2014; Memperhatikan masih belum efektifnya upaya pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga dan dunia usaha sehingga berpotensi terhadap terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, serta kehidupan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan; Menyadari sepenuhnya bahwa diperlukan usaha dan kerjasama antara para pihak, pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha dalam meningkatkan upaya pengelolaan sampah di Indonesia. Memperhatikan amanat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah untuk membangun kerja sama strategis para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah. Kami Bupati, Walikota, Masyarakat, dan Pelaku Usaha Seluruh Indonesia mewakili warga Negara Republik Indonesia dengan ini menyatakan Deklarasi Surabaya Mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020. Menegaskan komitmen bersama untuk bersungguh-sungguh Mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020 dengan: 1. Mengelola sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dan dunia usaha agar tidak mencemari lingkungan hidup dan menganggu kesehatan masyarakat 2. Mendorong peningkatan upaya pengelolaan Sampah melalui pelaksanaan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) 3. Mendorong pembudayaan 3R pada seluruh masyarakat dalam mengelola sampah dimulai dari diri sendiri; 4. Mengubah cara pandang masyarakat bahwa sampah bukanlah masalah akan tetapi sumber daya yang bermanfaat; 5. Menurunkan timbulan sampah dengan target sampah terolah melalui 3R minimal sebesar 20% pada tahun 2020. 6. Mendorong pengurangan produksi sampah. Surabaya, 24 Februari 2014
tertanda, Bupati, Walikota, Masyarakat, dan Pelaku Usaha Seluruh Indonesia mewakili warga Negara Republik Indonesia
April 2014 | Samantabadra
19
liputan
Syukuran Penggunaan Vihara Vimalakirti NSI Lampung
M
inggu, 23 Pebruari 2014, NSI menyelenggarakan syukuran penggunaan Vihara Vimalakirti NSI Lampung, setelah pembangunan yang dilakukan di vihara ini selesai dilaksanakan. Peresmiannya sendiri telah dilakukan secara simbolis oleh Dirjen Bimas Buddha RI bersama Ketua Umum NSI melalui penandatanganan prasasti pada 28 Oktober 2013. Acara syukuran dihadiri oleh segenap umat NSI wilayah Lampung, juga dihadiri oleh tamu undangan dari pejabat pemerintah dan elemen masyarakat sekitar vihara. Di samping itu, hadir pula sekitar 20 umat NSI dari wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. (Sam)
20
Samantabadra | April 2014
Pertemuan gabungan generasi muda NSI Lampung, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, saling berbagi semangat dan inspirasi.
Ketua Umum NSI sedang menyampaikan dharma di Vihara Vimalakirti NSI Lampung, bersama DPP NSI.
Foto bersama DPP NSI, DPW NSI Lampung, Camat setempat, pejabat pemerintahan, dan tokoh masyarakat.
Suguhan kesenian tarian oleh generasi muda NSI Lampung pada acara syukuran dan jamuan makan siang.
Ketua Umum NSI sedang menjelaskan perkembangan pembangunan vihara kepada Camat setempat.
April 2014 | Samantabadra
21
liputan
Grup Angklung NSI dalam Peringatan Cap Go Meh Bersama 2014
G
rup Angklung NSI kembali diundang untuk tampil dalam event nasional, peringatan Cap Go Meh Bersama 2014. Bertempat di Hall D Jakarta International Expo Kemayoran, Jumat, 14 Pebruari 2014, kegiatan ini mengangkat tema, “Indonesia Satu Indonesia Jaya.” Hadir sebagai acara pembuka pada malam hari itu, Grup Angklung NSI membawakan enam buah lagu, di antaranya, Injit-Injit Semut, Rek Ayo Rek, dan Sway. Para pemain angklung merupakan gabungan umat NSI yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. 22
Samantabadra | April 2014
Peringatan Cap Go Meh Nasional diselenggarakan oleh Forum Bersama Indonesia Tionghoa (FBIT) dan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, H. Soesilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara, Hj. Ani Bambang Yudhoyono. Hadir pula Wakil Presiden RI, H. Boediono dan Istri, Hj. Herawati Boediono, para menteri, pejabat pemerintahan, tokoh-tokoh agama, serta para tamu undangan lainnya. Dalam sambutannya, Presiden RI, H.Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan bahwa dirinya sangat senang dengan
kesetiakawanan sosial yang tinggi masyarakat Indonesia dalam menghadapi berbagai bencana alam yang menimpa beberapa daerah di Indonesia akhir-akhir ini. Tema “Indonesia Satu, Indonesia Jaya,” menurut Pembina FBIT, Murdaya Poo, dipilih agar seluruh elemen masyarakat dapat terus mendorong kemajuan dan kebersamaan Indonesia sebagai sebuah bangsa. (Sam)
Referensi : http://www.presidenri.go.id/index.php/ fokus/2014/02/14/9868.html http://www.mediatransparancy.com/ wagub-hadiri-cap-go-meh-2014-tingkatnasional/
Foto bersama pemain Angklung NSI sebelum pementasan di Peringatan Cap Go Meh Bersama 2014
Gerakan Penyebarluasan Dharma
Kunjungan Anggota ke Purwodadi
D
harma duta NSI, Ibu Tristina HS dan Ibu Ina Gunawan melakukan kunjungan anggota ke daerah Purwodadi. Di sana mereka membabarkan dharma dan memberikan dorongan semangat kepada para umat Purwodadi yang beberapa di antaranya sudah berusia lanjut.
Dokyo Syodai 16 Pebruari NSI Wilayah Bali
D
okyo syodai peringatan kehadiran Buddha Niciren di Vihara Vimalakirti Denpasar, dipimpin oleh Ketua Wilayah NSI Bali, Bapak Liangtika.
April 2014 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Perihal Stupa Pusaka (Abutsu-bo Gosyo) LATAR BELAKANG |
N
ama lain dari surat ini adalah surat Menara Stupa. Ada yang mengatakan surat ini ditulis pada tanggal 13 bulan 3 tahun 1272 (Bun-ei 9), namun ada yang mengatakan ditulis pada tahun 1277. Surat ini merupakan balasan kepada Abutsubo yang menyumbang kepada Niciren Daisyonin serta menanyakan makna kemunculan Stupa Pusaka yang dijelaskan dalam Bab “MuncuInya Stupa Pusaka� Saddharmapundarika-sutra dengan mengajarkan makna mendalam dari Stupa Pusaka. Abutsubo, penerima surat ini, sebelumnya adalah penganut dari filsafat lain, di mana pada mulanya Beliau bermaksud berdebat dengan Niciren Daisyonin di Sanmaido, namun sebaliknya telah berdialog Hukum Agama Buddha dengan Niciren Daisyonin, sehingga Beliau melepaskan kepercayaannya terhadap filsafat lain dan bersama istrinya, Sennici Ama telah menganut agama Buddha Niciren Daisyonin. 24
Samantabadra | April 2014
Sejak saat itu Beliau telah melindungi Niciren Daisyonin tanpa menghiraukan bahaya dan pengawasan yang ketat terhadap Niciren Daisyonin. Terlebih dari itu, setelah Niciren Daisyonin dibebaskan dari hukum pembuangan di Pulau Sado, dan memasuki Gunung Minobu, walau usia Beliau telah sedemikian lanjut namun telah 3 kali mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu yang letaknya jauh dari Pulau Sado. Ada yang mengatakan bahwa Abutsubo adalah seorang ksatria yang melindungi kaisar Zuntoku. Beliau telah menetap di Pulau Sado ketika kaisar Zuntoku dibuang di Pulau Sado, begitupun ada yang mengatakan Beliau adalah penduduk asIi dari Pulau Sado. Gosyo ini pertama menjelaskan makna rasa terima kasih dan berdana paramita terhadap Gohonzon. Ke dua, menjelaskan makna Stupa Pusaka. Ke tiga, menjelaskan arti sesungguhnya Stupa Pusaka. Dan yang terakhir memberikan kesimpulan dengan mengajarkan sikap kepercayaan yang sesungguhnya.
ISI GOSYO |
S
urat Anda telah Saya terima dan telah Sаya baca dengan seksama. Barangbarang dana paramitha kepada Stupa Pusaka berupa uang satu renceng, beras putih, dan berbagai barang-barang Iainnya telah Saya terima dengan baik. Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama Saya sampaikan kepada Gohonzon, Saddharmapundarika-sutra, harap Anda bertenang hati. Anda telah menanyakan. Dalam surat bahwa apakah maksudnya Prabutharatna Tathagata bersama Stupa Pusaka yang muncul dari bumi? Ini adalah ajaran yang maha penting. Mahaguru Tien Tai pernah menerangkan dalam kitab Hokke Mongu jilid VIII bahwa ada dua macam Stupa Pusaka, yaitu sebelum pembuktian (Syozen) dan sesudah pembuktian (Kigo). Sebelum pembuktian (Syozen) adalah ajaran Syakumon, sesudah pembuktian (Kigo) adalah ajaran Honmon. Demikian pula Stupa Tertutup adalah ajaran Syakumon, Stupa Terbuka adalah ajaran Honmon. Ini adalah kedua Hukum Kyo (suasana) dan Ci (prajna). Karena akan semakin rumit, maka penjelasan hal ini Saya tangguhkan sementara. “Makna Pemunculan Stupa Pusaka,” pada hakekatnya berarti ketiga golongan Sravaka setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra baru menyadari Stupa Pusaka dalam jiwanya masing-masing. Sekarang, begitupun sama halnya dengan murid dan penganut Niciren. Setelah memasuki jaman Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika- sutra. Kalau memang demikian, tanpa melihat mulia atau hina serta kedudukan seseorang, barang siapapun yang menyebut Nammyohorengekyo akan menjadi Stupa Pusaka dan juga Tathagata Prabutaratna. Tiada Stupa Pusaka kecuali Myohorengekyo, Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo. Kini diri Abutsubo Syonin terdiri dari lima unsur besar yaitu tanah, air, api, angin dan ruang. Kelima unsur besar ini adalah kelima kata Daimoku. Maka Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan carа adalah tiada gunanya. Stupa Pusaka ini adalah Stupa Pusaka yang dihiasi oleh ketujuh pusaka, yakni mendengar (Mon), percaya (Syin), menjaga pantangan (Kai), menekаdkan hati (Jo), menjalankan perrtapaan (Syin), membuang keterikatan hawa nafsu (Sya), meninjau diri (Zan). Seakan-akan Anda menyumbang kepada Stupa Pusaka Tathagata Prabutaratna, namun sebenarnya tidaklah demikian, bahkan Anda menyumbang untuk diri Anda sendiri. Jiwa kita sesungguhnya merupakan Tathagata kesadaran pokok dari “Trikaya adalah Ekakaya.” Dengan keyakinan demikian sebutlah Nammyohorengekyo, maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka. Dalam Sutra dikatakan, April 2014 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu “Di manapun dikhotbahkan Saddharmapundarika-sutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini.� Saya merasa sangat berterima kasih, maka Saya pun menulis dan mewujudkan Stupa Pusaka untuk Anda. Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri. Janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang kuat. Inilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini. Sesungguhnya, Anda, Abutsubo harus dikatakan sebagai pemimpin agama Buddha di negeri Utara. Mungkin Bodhisatva Visudhakaritra (Jogyo) telah lahir kembali sebagai diri Anda dan telah menjenguk Saya, Niciren. Sungguh ini adalah suatu hal yang gaib. Walau Saya tidak mengetahui berapa tebalnya kesungguhan hati kepercayaan Anda, namun ini semua adalah karena kekuatan kemunculan, Bodhisatva Visudhakaritra (Jogyo). Tidak akan ada pengertian lain dalam peristiwa ini. Berdoalah Anda, suamiistri kepada Stupa Pusaka. Hal-hal terperinci akan menyusul pada surat berikutnya. Tahun Bun-ei ke-9 bulan ke-3 tanggal 13 Kepada Abutsubo
tertanda, Niciren
26
Samantabadra | April 2014
| KUTIPAN GOSYO
1
Barang-barang dana paramita kepada Stupa Pusaka berupa uang satu renceng, beras putih, dan berbagai barang-barang Iainnya telah Saya terima dengan baik. Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama Saya sampaikan kepada Gohonzon, Saddharmapundarika-sutra, harap Anda bertenang hati. Keterangan: Bagian ini menjelaskan makna laporan mengenai Gohonzon mengenai kesungguhan hati Abutsubo yang telah menyumbang uang, beras putih, dan barang-barang lainnya kepada Gohonzon. Perjalanan dari Pulau Sado ke Gunung Minobu pada waktu itu memerlukan waktu kurang lebih 20 hari, dengan harus melalui perjalanan yang berbahaya seperti melintasi lautan, mendaki gunung, dan menyeberangi Iembah yang curam, dan pada waktu itu perampok masih sering berkeliaran, begitupun tempat penginapan masih jarang sekali, sehingga dalam menempuh perjaIanan ini harus membawa persediaan makanan sendiri. Dengan perjalanan demikian, Abutsubo mengunjungi Gunung Minobu. Disamping itu, Mongolia baru saja menyerang Jepang dan juga Jepang sedang dilanda wabah penyakit menular, sehingga kalau tanpa kesadaran yang tinggi maka sulit untuk melaksanakan perjalanan yang selalu mengancam jiwa. Namun demikian, Abutsubo dengan mengatasi berbagai kesulitan, telah membawa uang yang ditabungnya serta berbagai barang yang dibuat oleh Sennici Ama, seorang wanita yang luwes. Dalam keadaan demikian, Abutsubo telah meneruskan
kepercayaan yang langsung dengan hati Niciren Daisyonin dengan mengatasi rintangan lautan dan pegunungan hingga telah mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu. Dalam kalimat awal surat yang singkat ini telah muncul ketiga nama dari “Stupa Pusaka”, “Gohonzon”, dan “Saddharmapundarika-sutra”, namun itu sama sekali bukan sesuatu yang berlainan, melainkan hanya menunjuk Gohonzon. Jadi dengan meminjam Upacara Stupa Pusaka yang dikhotbahkan dalam Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin telah mewujudkannya sebagai satu helai Gohonzon. Yang diwujudkan dalam Saddharmapundarika-sutra adalah “Stupa Pusaka”, dan Stupa Pusaka diwujudkan sebagai Gohonzon yang merupakan inti hakekat, sehingga walau Saddharmapundarika-sutra, Stupa Pusaka, dan Gohonzon dibariskan berdampingan, namun pada akhirnya tidak lain merupakan Gohonzon. Dan juga kutipan “Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama kami laporkan kepada Gohonzon, Saddharmapundarika-sutra”, hendaknya hal ini dibaca sebagai bimbingan sikap kepercayaan yang berdasarkan pada Gohonzon. Seperti yang ditandaskan sebelumnya dalam Kaimokusyo bahwa jiwa Beliau adalah Buddha sesungguhnya untuk Masa Akhir Dharma yang mencakupi Ketiga Kebajikan: Majikan, Guru, Orang tua dan Buddha Trikaya yang tidak dibuatbuat. Walaupun demikian, Beliau selalu menunjukkan pendirian yang menjunjung tinggi berdasarkan Gohonzon. Kutipan “Harap Anda bertenang hati” telah mewujudkan kehangatan hati Niciren April 2014 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu Daisyonin bahwa “kesungguhan hati Anda akan sepenuhnya disampaikan kepada Gohonzon Saddharmapundarika-sutra.
sutra yang berkembang kemudian dengan memusatkan pada drama kejiwaan yang tiada taranya. Jadi, walau dalam Stupa Pusaka ini Anda telah menanyakan dalаm terdapat berlapis-lapis makna mendalam surat bahwa apakah maksudnya yang harus digali sedalam-dalamnya, Prabhutaratna Tathagata namun Niciren Daisyonin pada umumnya bersama stupa Pusaka yang muncul secara garis besar telah memperkenalkan dari bumi? Ini adalah ajaran yang maha makna yang dijelaskan Mahaguru Tienpenting. Mahaguru Tien-Tai pernah Tai dalam Hokke Mongu, sedangkan pada menerangkan dalam kitab Hokke Mongu khususnya telah mewujudkan makna jilid VIII bahwa ada dua macam Stupa sesungguhnya, berdasarkan pendirian Pusaka, yaitu sebelum pembuktian makna mendalam yang tersirat di dasar (Syozen) dan sesudah pembuktian kalimat yang dirahasiakan. (Kigo). Sebelum pembuktian (Syozen) Pada bagian ini, pertama-tama adalah ajaran Syakumon, sesudah memperkenalkan pendirian berdasarkan pembuktian (Kigo) adalah ajaran ajaran Tien-tai, di mana Niciren Daisyonin Honmon. Demikian pula Stupa Tertutup sama sekali tidak menjelaskan makna adalah ajaran Syakumon, Stupa Terbuka yang rumit dan sulit dimengerti kepada adalah ajaran Honmon. Ini adalah kedua Abutsubo, dan Beliau hanya menjelaskan Hukum Kyo (suasana) dan Ci (prajna). beberapa pokok penting, seperti yang Karena akan semakin rumit maka dikatakan dalam surat ini, “Karena akan penjelasan hal ini Saya tangguhkan semakin rumit, maka penjelasan hal ini sementara. Saya tangguhkan sementara.” Kalau berdasarkan urutan dalam Keterangan: upacara Saddharmapundarika-sutra, Bagian ini merupakan jawaban maka makna apakah yang dimiliki dalam atas pertanyaan yang diajukan oleh pemunculan Stupa Pusaka Prabhutaratna? Abutsubo bahwa apakah makna Dimulai dari Bab ke-2 Upaya Kausalya sesungguhnya dari munculnya hingga Bab ke-9 Penganugerahan Prabhutaratna Tathagata beserta Stupa para Sravaka, murid di masa hidup Pusaka dalam Bab Munculnya Stupa Buddha Sakyamuni keseluruhannya Pusaka Saddharmapundarika-sutra. telah memperoleh pengertian dan Pada mulanya seperti Niciren Daisyonin dianugerahkan untuk memperoleh menandaskan bahwa “Ini adalah ajaran kesadaran Buddha pada masa mendatang, yang maha penting” menunjukkan sedangkan dalam Bab ke-10 Dharma makna yang dimiliki atas pemunculan Duta telah dijelaskan kepada Bodhisattva Stupa Pusaka adalah sedemikian luas Baisyajaraja tentang cara dan kurnia dan mendalam, sehingga tidak hanya kebajikan dari penyiaran, menerima dan berakhir dengan pemunculan Stupa Pusaka mempertahankan Saddharmapundarikadalam Bab Munculnya Stupa Pusaka itu sutra setelah wafatnya Buddha Sakyamuni. saja, melainkan upacara pertemuan di Bab-bab selanjutnya telah dimulai antariksa dari Saddharmapundarikapengkhotbahan demi penyiaran masa
2
GM
28
Samantabadra | April 2014
mendatang setelah wafatnya Sang Buddha Sakyamuni. Bab selanjutnya dari Bab Dharma Duta adalah Bab ke-11 Munculnya Stupa Pusaka, dimana Stupa Pusaka yang dikatakan memiliki ketinggian 500 yojana, dan garis tengah 250 yojana telah muncul dari bumi dan bertahta di antariksa, dan pada waktu itu dari dalam Stupa Pusaka terdengar suara besar yang berkata, “Baik sekali, baik sekali. Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni, Paduka dengan prajna agung yang adil merata telah mengajarkan Hukum Ke-Bodhisattva, dan telah dengan bijaksana menjeIaskan Saddharmapundarika-sutra ini yang selalu dipelihara dan dipertahankan oleh seluruh Buddha kepada seluruh makhluk. Begitulah adanya. Seluruh yang dikhotbahkan oleh Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni adalah benar adanya.” Selanjutnya, Buddha Sakyamuni telah menjawab pertanyaan Bodhisattva Maha Pratibana yang menanyakan tentang suara dalam Stupa Pusaka dengan menjelaskan bahwa di dalam Stupa Pusaka terdapat Prabhutaratna Tathagata, dan Prabhutaratna Tathagata ini pasti akan muncul untuk membuktikan kebenaran Buddha Sakyamuni atas pengkhotbahan Saddharmapundarika-sutra di sepuluh penjuru dunia. Kemudian Buddha Sakyamuni telah mengumpulkan seluruh Buddha-Buddha titisan Beliau dari sepuluh penjuru dunia dalam upacara ini. Untuk itu telah dilaksanakan upacara tiga kali mensucikan tanah air menjadi tanah air Buddha. Setelah seluruh Buddha titisan Buddha Sakyamuni terkumpul, Buddha Sakyamuni dengan tangan kanan membuka pintu dari Stupa Pusaka kemudian masuk dan duduk berdampingan dengan Prabhutaratna
Tathagata. Selanjutnya, atas permintaan dari seluruh umat, Stupa Pusaka bersama dengan kedua Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna beserta seluruh umat dalam upacara telah bertahta di antariksa, dengan demikian telah dimulai Upacara Antariksa. Sekarang, dalam kutipan surat ini yang memperkenalkan penjelasan dari Mahaguru Tien-Tai kalau diperkembangkan dalam Saddharmapundarika-sutra, maka maknanya menjadi lebih jelas adanya. Pertama-tama, ketika Stupa Pusaka tertutup telah terdengar katakata dari dalam Stupa Pusaka “Seluruh yang dikhotbahkan oleh Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni adalah benar adanya.” Itu merupakan pembuktian atas kebenaran terhadap pengkhotbahan yang dimulai dari Hukum Jumyo Jisso dari Bab Upaya Kausalya hingga penganugerahan kesadaran Buddha kepada para Sravaka dari Syakumon. Dengan demikian, sebelum pembuktian adalah Syakumon dan Stupa Pusaka tertutup adalah Syakumon. Setelah seluruh Buddha titisan Buddha Sakyamuni dari sepuluh penjuru berkumpul, pintu Stupa Pusаka dibuka dan Buddha Sakyamuni memasukinya, kemudian kedua Buddha duduk berdampingan dan dalam keadaan demikianlah upacara pengkhotbahan dalam pesamuan antariksa dilaksanakan. Ini merupakan pendahuluan yang mendalam yang menjelaskan Kuon Jitsujo dari Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata, merupakan pengkhotbahan yang hakiki dalam upacara pengkhotbahan dalam pesamuan antariksa ini. Kuon Jitsujo berarti waktu pencapaian kesadaran Buddha dari Buddha Sakyamuni pada 500 asamkheya kalpa koti yang jauh terdahulu dari pencapaian kesadaran Buddha Sakyamuni pada 3000 asamkheya kalpa koti yang sedikit dijelaskan dalam April 2014 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu Syakumon. Wujud sesungguhnya dari seluruh Buddha-Buddha titisan Buddha Sakyamuni dari sepuluh penjuru, itu sendiri sesungguhnya telah memecahkan kegelapan pandangan pencapaian kesadaran Buddha Sakyamuni padа usia 30 tahun di dunia ini (Syijo Syo Kaku) dengan menunjukan pencapaian kesadaran Buddha pada masa Kuon. Sesudah pembuktian dari Bab Munculnya Stupa Pusaka, sesungguhnya adalah demi penyebarluasan sesudah wafatnya Sang Buddha, terutama sekali Niciren Daisyonin menandaskan bahwa ini merupakan pendahuluan yang mendalam demi perwujudan Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Oleh karenanya sesudah pembuktian adalah Honmon. Terlebih dari itu perwujudan kedua Buddha yang duduk berdampingan dalam Stupa Pusaka ini merupakan kedua Hukum Kyo (suasana) dan Ci (Prajna). Mengenai kedua Hukum Suasana dan Prajna. Ini merupakan hubungan yang sangat penting dalam Hukum Agama Buddha. Dalam surat balasan kepada Soya Dono dikatakan: “Dengan demikian apa yang disebut suasana (Kyo) adalah hakekat dari segala Hukum, sedangkan apa yang disebut Prajna (Ci) adalah penerangan dan perwujudan diri sendiri (Jitai Kensyo). Apabila lubuk suasananya tiada terbatas dan amat dalam, maka air prajna akan mengalir tanpa henti- hentinya. Dengan manunggalnya suasana dan prajna seperti ini, tercapailah pencapaian kesadaran Buddha dalam kesadaran sebagaimana adanya.” Lubuk adalah tempat cekung dari bumi, dan disitulah terdapat fungsi yang menetapkan secara objektif atas arah dan bentuk arus air. Bersamaan dengan itu, yang dikatakan sebagai hakekat dari 30
Samantabadra | April 2014
segala Hukum memiliki kedalaman khusus dan tertentu. Di dalam lubuk hakekat dari Hukum ini, kalau aliran air mengalir sesuai dengan lubuknya sehingga menemukan prajna secara subjektif, hal mana dikatakan sebagai penerangan dan perwujudan diri sendiri atau manunggalnya suasana dan prajna. Mengenai Stupa Pusaka ini kalau didiskusikan berdasarkan hal di atas, maka Stupa Pusaka yang tertutup adalah umat manusia dari kesembilan dunia, terutama melambangkan dunia Buddha yang dimiliki seadanya dari Sravaka. Jadi masih merupakan dunia Buddha yang belum diwujudkan secara nyata, hal mana masih terbatas pada segi suasana saja. Begitupun isi dari Saddharmapundarikasutra menunjukkan bahwa para Sravaka memiliki dunia Buddha yang dimiliki sejak asal mula di dalam jiwanya dan karena tidak lain menjelaskan kemungkinan untuk mencapai kesadaran Buddha di masa akan datang, maka dunia Buddha yang dijelaskan di sini masih terbatas dan berakhir pada segi suasana saja. Ketika Stupa Pusaka terbuka dan kedua Buddha Sakyamuni serta Prabhutaratna duduk berdampingan, berarti dengan Prajna yang dimiliki sendiri telah menyadari dunia Buddha yang dimiliki sejak asal mula dalam jiwanya, dan melambangkan keadaan pencapaian kesadaran Buddha secara nyata dengan manunggalnya suasana dari Prabhutaratna dan Prajna dari Buddha Sakyamuni. Jadi, yang dikatakan Buddha yang dimiliki sejak asal mula dan “hakekat dari Saddharma yang dimiliki sejak asal mula” merupakan segi dari suasana. Ini berarti seluruh Hukum dalam alam semesta adalah adil dan merata. Justru dengan mewujudkan kesаdaran jiwa sendiri adalah Buddha
yang dimiliki sejak asal mula maupun hakekat dari Saddharma dalam perilaku nyata sebagai Buddha yakni dengan manunggalnya suasana dan Prajna (Kyoci Myogo) akan mencapai kesadaran Buddha yang sesungguhnya. Untuk memperoIeh kesadaran ini diperlukan pertapaan Hukum agama Buddha. Nah, kalau ini disimpulkan berdasarkan pelaksanaan kepercayaan kita, maka Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung lah yang mewujudkan Dunia Buddha dari hakekat Saddharma yang dimiliki sejak asal mula dalam jiwa kita. OIeh karenanya, Gohonzon menjadi suasana. Dengan menerima serta mempertahankan Gohonzon ini hingga mewujudkan perilaku sebagai Buddha merupakan Prajna. Disinilah terwujud manunggalnya suasana dan prajna (Kyoci Myogo).
3
“Makna pemunculan Stupa Pusaka�, pada hakekatnya berarti ketiga golongan Sravaka setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra baru menyadari Stupa Pusaka dalam jiwanya masing-masing.
GM
Keterangan: Dengan berdasarkan pendirian Hukum agama Buddha, Niciren Daisyonin menandaskan apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan pengkhotbahan ketiga golongan dari Syakumon Saddharmapundarika-sutra telah menyadari dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwanya sendiri. Perihal menyadari Dunia Buddha dalam jiwanya sendiri diwujudkan dengan memperlihatkan Stupa Pusaka. Wujud sesungguhnya dari Stupa Pusaka adalah terdapat disini. Demikianlah, ajaran
yang sedemikian tajam dari Daisyonin. Oleh karenanya, judul dari Bab ini tidak dikatakan sebagai Bab Stupa Pusaka, namun dikatakan sebagai Bab Munculnya Stupa Pusaka, dan disitulah terkandung makna mendalam. Orang yang membaca Saddharmapundarika-sutra secara harfiah akan merasakan suatu keanehan yang tak masuk diakal tentang cerita munculnya Stupa Pusaka. Oleh karena, besarnya Stupa Pusaka ini sepertiga hingga separuh dari bumi ini. Stupa Pusaka yang sedemikian besar tentu tak akan terbayangkan dapat diwujudkan secara nyata. Seandainya kalau hal ini tercatat secara nyata dalam sejarah, hal mana tidak lain adalah bualan belaka. Namun demikian, SĐ°ddharmapundanika-sutra bukanlah sesuatu yang dibaca sebagĐ°i catatan sejarah yang nyata, melainkan para murid yang dibimbing Buddha Sakyamuni telah mencatat sesuatu yang berupa perwujudan kesadaran Dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwanya sendiri. Saddharmapundarika-sutra merupakan suatu perwujudan kesadaran yang diperoleh dari keagungan kemanusiaan Buddha Sakyamuni. Agar dapat memberi pengertian kepada orang-orang tentang kesadaran yang amat mendalam itu, dengan demikian tidaklah dikatakan sebagai suatu perkiraan yang bukanbukan. Hal yang terpenting adalah disitu sama sekali tidak menuntut kenyataan dalam sejarah, melainkan sikap orang yang membaca dengan meresapi secara langsung atas kebenaran dari tahap kejiwaan, yaitu kesadaran dari filsafat jiwa Hukum agama Buddha. Di situ yang terpenting adalah membaca dengan ketiga karma badan, mulut, dan hati yang berdasarkan kepercayaan. April 2014 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo kensyu Oleh karenanya, Niciren Daisyonin dengan tegas dan tandas membaca Saddharmapundarika-sutra sebagai kesadaran atas dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwa sendiri. Di samping itu sama sekali bukan penjelasan yang tak masuk akal demi menyesuaikan keadaan masyarakat. Dalam masyarakat Jepang pada abad ke-13, kiranya mudah diperkirakan bahwa cara penjelasan yang logis sesuai dengan masa modern sekarang ini akan menerima tantangan. Justru oleh karena Niciren Daisyonin memiliki prajna yang intuitif dan keyakinan yang sedemikian rupa sehingga menandaskan bahwa betapapun makna pokok Saddharmapundarika-sutra terdapat di sini.
4
Setelah memasuki zaman Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Kalau memang demikian, tanpa melihat mulia atau hina serta kedudukan seseorang, barang siapa pun yang menyebut Nammyohorengekyo akan menjadi Stupa Pusaka dan jugaTathagata Prabhutaratna.
Keterangan: Dalam Hukum agama Buddha Sakyamuni, Stupa Pusaka berarti ketiga golongan Sravaka yang telah menyadari dunia Buddha di dalam jiwanya. Terutama, Dunia Buddha yang disadari Sravaka ini tidak lain masih merupakan sesuatu yang terpendam di dalam jiwa. Jadi, kalau disimpulkan dengan Stupa Pusaka, hal itu tidak lain Stupa Pusaka yang tertutup, sedangkan Stupa Pusaka yang terbuka kemudian tidak lain melambangkan 32
Samantabadra | April 2014
jiwa Buddha diri sendiri dari Buddha Sakyamuni. Sebaliknya dalam Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin bahwa sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra itu sendiri adalah Stupa Pusaka. Itu bukanlah sesuatu yang terdapat terpendam di dasar jiwa sendiri, melainkan telah terwujud dengan nyata sebagai pria maupun wanita. Jadi seluruh jiwa dari manusia biasa ini sesungguhnya sudah merupakan Stupa Pusaka itu sendiri. Kutipan “Tiada lagi Stupa Pusakа, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra” berarti “Tiada jalan lain, kecuali hanya menerima dan mempertahankan Myoho dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, yakni Saddharmapundanika-sutra yang memberikan jalan untuk menjadikan jiwa kita sebagai Stupa Pusaka”.
5
Tiada Stupa Pusaka kecuali Myohorengekyo, Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo.
Keterangan: Stupa Pusaka dalam upacara Saddharmapundarika-sutra akan merasakan sebagai sesuatu yang sulit dipikirkan secara logika. Kalau ditanyakan apakah yang diwujudkan dalam Stupa Pusaka itu, maka kesimpulannya tidak lain kecuali hanya Myohorengekyo, demikan Niciren Daisyonin menandaskan. Myohorengekyo adalah judul dari Saddharmapundarika-sutra namun judul ini tidak hanya semata-mata berupa judul dari Sutra. Yang dinamakan judul dari Sutra sesungguhnya telah mencakupi seluruh isi Sutranya, sekarang kalau
dikatakan Saddharmapundarika-sutra maka mencakupi seluruh dari 28 Bab, jadi judul dari Sutra sama sekali bukan hanya sekedar mencantumkan namanya saja. Walaupun demikian, ketika Niciren Daisyonin menyebut dengan sebutan “Daimoku dari Saddharmapundarikasutra hendaknya diketahui bahwa hal mana mempunyai maksud yang berlainan. Dengan kata lain, judul Daimoku Myohorengekyo adalah badan pokok, sedang seluruh kalimat dari ke-28 Bab merupakan penjelasannya. Mengenai hal ini, dalam surat balasan kepada Soya Dono dikatakan: “Inti hakekat dari satu Sutra tersimpulkan daIam judul (Daimoku)nya”, dan juga dikatakan: “Pada kesimpulannya, kelimа kata Myohorengekyo bagi orangorang pada waktu itu hanya diperkirakan sebagai nama saja, namun sesungguhnya tidaklah demikian halnya. Sesungguhnya itu adalah tubuh, tubuh berarti hati. Maha Guru Chang An berkata, “Pokoknya, Raja Jo menjelaskan makna dari Sutra, sedangkan makna Sutra menjelaskan hati dari kalimat Sutra”, dan lain-lain. Hati dari penjelasan ini berarti yang dikatakan Myohorengekyo bukan terdapat dalam kalimat, begitupun bukan terdapat di dalam makna, namun mewujudkan hati dari satu Sutra. Dengan demikian orang yang mencari hati Saddharmapundarika-sutra dengan meninggalkan Daimoku adalah sama seperti kura-kura yang sia-sia mencari lever (hati) dengan menjauhkan diri dengan kera, begitupun sama seperti kera yang mencari buah-buahan ditepi pantai dengan meninggalkan hutan. Sungguh siasia.” Justru Nammyohorengekyo yang dikatakan sebagai Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra merupakan badan pokok dari Saddharmapundarika-
sutra. Untuk ini Niciren Daisyonin lebih mempertegas dengan mewujudkan Hukum agama Buddha dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. “Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo, berarti Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung adalah badan dari Stupa Pusaka.”
6
Kini diri Abutsubo Syonin terdiri dari 5 unsur besar yaitu tanah, air, api, angin, dan ruang. Kelima unsur besar ini adalah kelima kata Daimoku. Maka Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan cara adalah tiada gunanya.
PK2
Keterangan: Stupa Pusaka pada satu pihak dikatakan sebagai “Dengan memasuki Masa Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra”, sedang pada pihak lain dikatakan sebagai “Myohorengekyo Daimoku dari Saddharmapundarika~sutra. Dengan demikian seakan-akan terdapat kontradiksi sesamanya. Namun demikian, karena seperti yang dijelaskan disini, “Kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra”, badan dari jiwanya adalah kelima kata dari Daimoku. Maka, bersamaan dengan Stupa Pusaka adalah sikap “Kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika sutra”, begitupun juga adalah “Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra.” Dalam Ongikuden dikatakan “Perihal hanya satu hal penting sebab dan jodoh dikatakan: “Kepala kita adalah Myo, tenggorokan adalah Ho, dada adalah Ren, perut adalah Ge, kaki adalah Kyo, April 2014 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo kensyu badan yang berukuran lima kaki adalah kelima kata Myohorengekyo”. Dalam surat Sanzesyobutsu-sokanmon dikatakan: “Lima unsur adalah tanah, air, api, angin, dan ruang, ini adalah kelima kata Myohorengerkyo. Dengan kelima kata ini telah terbuat tubuh manusia, yakni kekekalabadian yang dimiliki sejak asal mula (Honnu Joju) maupun Tathagata dari kesadaran pokok (Honkaku no Nyorai).” Dan juga “Pada awal mula dari 500 asamkheya kalpa koti yang lalu ketika Buddha Sakyamuni dengan tubuh manusia biasa melaksanakan pertapaan, mengetahui bahwa badan kita adalah tanah, air, api, angin, dan ruang, sehingga dalam sesaat pertapaan itu telah membuka kesadarannya.” Seperti dalam kutipan “Kini diri Abutsubo Syonin...”, hendaknya dibaca dengan pengertian setulusnya bahwa walau dikatakan Stupa Pusaka yang tiada tara, agung dan megah yang dijelaskan dalam Saddharmapundarika-sutra, namun itu sama sekali tidak menunjukkan suatu hal yang lain, melainkan merupakan perwujudan dari jiwa Anda sendiri. Walau Hukum agama Buddha bukan sesuatu yang abstrak, begitupun bukan sesuatu catatan kejadian yang terjadi pada masa lampau di India, sekarang pandangan kesadaran Niciren Daisyonin telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya keadaan jiwa manusia yang hidup dalam kenyataan. Kiranya dengan satu kalimat ini telah menjadi jelas. adanya. Kelima unsur: tanah, air, api, angin, dan ruang yang membentuk seluruh alam semesta, seluruhnya telah menjadi unsur penting yang membentuk badan jiwa manusia. Dan kelima unsur tanah, air, api, angin, dan ruang tidak lain adalah Daimoku dari 34
Samantabadra | April 2014
Nammyohorengekyo, karena Daimoku dari Saddharmapundarikа-sutra itu adalah hakekat yang mewujudkan Stupa Pusaka, maka jiwa kita yang terbentuk dari kelima unsur ini adalah Stupa Pusaka. Seperti yang ditandaskan bahwa, “Oleh karenanya Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini segala akal dan cara adalah tidak ada gunanya lagi”, berarti kesadaran dari Hukum Agama Buddha tiada lain lagi selain ini. Jadi “Abutsubo adalah Stupa Pusaka” berarti kita menyadari bahwa jiwa kita merupakan hakekat dunia Buddha yang tiada tara, agung dan megahnya. Yang tidak mengerti hal ini dikatakan sebagai manusia biasa yang tersesat, sedangkan yang menyadari hal ini dikatakan sebagai pencapaian kesadaran Buddha. Dan juga, “Stupa Pusaka adalah Abutsubo” berarti walau hal ini dijelaskan dalam sutra, namun pada akhirnya hendaklah diketahui bahwa itu merupakan penjelasan dari jiwa kita seorang manusia. Dan “selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan cara tiаda gunanya” berarti dalam Hukum agama Buddha yang terpenting adalah memiliki kesadaran akan hal ini, selain dari ini semuanya adalah cabang dan ranting yang tiada artinya.
7
Stupa Pusaka ini adalah Stupa Pusaka yang dihiasi oleh ketujuh pusaka, yakni mendengar (Mon), percaya (Syin), menjaga pantangan (Kai), menekadkan hati (Jo), menjalankan pertapaan (Syin), membuang keterikatan hawa nafsu (Sya), meninjau diri (Zan).
Anak Cabang
Keterangan: Dalam Bab “Munculnya Stupa Pusaka” Saddharmapundarika sutra : “Pаda waktu itu dihadapan Sang Buddha terdapat sebuah Stupa yang dihiasi oleh tujuh Pusaka dengan ketinggian 500 yojana, dan garis tengahnya 250 yojana, yang menjulang muncul dari bumi dan bertahta di antariksa. Stupa Pusaka dihiasi dengan berbagai benda pusaka dan dengan megah diperindah oleh 5000 sandaran, puluhan juta kamar peristirahatan serta panji-panji dan bendera-bendera yang tak terhitung jumlahnya, serta digantungi untaianuntaian permata dengan ribuan koti gentagenta manikam. Setiap sisinya menebarkan wewangian dan harumnya kayu cendаna tamala pattra yang semerbak memenuhi dunia, semua pita dan tirai-tirainya tersusun dari 7 pusaka berharga seperti emas, perak, lapisan lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mutiara, dan jasper yang menjulang tinggi mencapai istana-istana dari keempat raja surga.” Karena dalam kutipan Saddharmapundarika-sutra dikatakan stupa ini dihiasi dengan ketujuh pusaka, sehingga dikatakan sebagai stupa 7 pusaka atau Stupa Pusaka. Namun demikian seperti yang telah dijelaskan diatas walau dikatakan Stupa Pusaka, tapi tidak lain adalah “Sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra” . Dengan demikian, apakah yang dimaksud dengan ketujuh pusaka yang memberikan keagungan dan kemegahan dari sikap “Kаurn pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutrа”? Niciren Daisyonin menandaskan isi dari ketujuh pusaka itu sebagai mendengar, percaya, menjaga pantangan, menekadkan hati, menjalankan pertapaan, membuang hawa nafsu, dan meninjau diri. Hal ini
berarti perilaku jiwa kita manusia yang bendasarkan pada pelaksanaan yang mempertahankan Saddharma (Myoho), dan dapat dikatakan sebagai isi dari pelaksanaan Hukum agаma Buddha itu sendiri, yakni dengan usaha mendengar Myoho (Saddharma), percaya terhadap Myoho, mempertahankan pantangan Myoho, menekadkan hati berdasarkan pada Myoho, maju menjalankan pertapaan, membuang keterikatan hawa nafsu, dan meninjau diri, akan menjadi pusaka yang menghiasi jiwa kita. Pertama-tama ‘mendengar’ berarti mendengar untuk mengerti dan memahami, sehingga kita dapat mengetahui keagungan dari ajaran Sang Buddha, dan Hukum agama Buddha. Makhluk yang tidak dapat mengerti dan memahami sesuatu, begitupun makhluk hidup yang tidak mengenal bahasa, tidak mungkin mengetahui kedalaman dan keagungan Hukum agama Buddha. ‘Percaya’ berarti walau filsafat yang didengar dengan kemampuan sendiri masih belum dapat dipahami makna sesungghnya, tidak ragu-ragu atas kebenaran dan dari dasar jiwa dapat menerimanya. Dalam Hokke Mongu jilid I dikatakan, “Percaya berarti dapat menerima dan memahami apa yang didengar.” Hal inilah yang dimaksud dengan percaya. ‘Menjaga pantangan’ mempunyai makna mencegah kesalahan dan menghentikan kejahatan agar dapat dilaksanakan Hukum Sаkti secara tepat dengan sikap tidak mundur, tanpa terjerumus kedalam kesesatan maupun keragu-raguan, ‘Menekadkan hati’ berarti menetapkan hati sendiri pada Myoho, hingga menegakkan diri sendiri pada keyakinan yang tak tergoyahkan. ‘Menjalankan pertapaan’ mempunyai April 2014 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo kensyu arti maju dengan tulus ikhlas, hingga dapat meneruskan pelaksanaan dengan tidak pernah mengendor. ‘Membuang keterikatаn hawa nafsu’ berarti membuang keterikatan hawa nafsu dan keinginan diri sendiri demi Hukum Agama Buddha. ‘Namu’ berarti menyerahkan jiwa raga (Kimyo). Kimyo tidak lain berarti membuang diri sendiri demi Hukum agama Buddha. ‘Meninjau diri’ berarti merasa malu dan bertobat atas kekurangan diri sendiri terhadap ajaran Sang Buddha maupun hati nurani diri sendiri. Hendaknya diketahui bahwa perasaan malu karena perihal kemasyarakatan sama sekali berbeda dengan perasaan malu yang disebutkan di atas. Bersamaan dengan ke tujuh syarat: mendengar, percaya, menjaga pantangan, menekadkan hati, menjalankan pertapaan, membuang keterikatan hawa nafsu, dan meninjau diri merupakan syarat mutlak, yang tidak boleh kurang dalam pertapaan Hukum agama Buddha. Bahkan kalau giat melaksanakan ketujuh syarat diatas dengan berdasarkan pаda Myoho, maka tumpukan ketujuh kаrya ini akan menghiasi jiwa kita menjadi ketujuh pusaka. Selanjutnya kalau ketujuh syarat di atas dibahas tebih teliti, maka walau berdasarkan pada arti secarа umum maupun sebagai seorang manusia yang wajar, hal itu memiliki sifat khas untuk mewujudkan keagungan seorang manusia, serta dapat mengfungsikan jiwa kita.
8
Jiwa kita sesungguhnya merupakan Tathagata kesadaran pokok dari ‘Trikaya adalah Ekakaya.’ Dengan keyakinan demikian sebutlah Nammyohorengekyo, maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka.
36
Samantabadra | April 2014
Dalam Sutra dikatakan: “Dimanapun dikhotbahkannya Saddharmapundarikasutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini”.
Anak Cabang
Keterangan : Tathagata kesadaran pokok dari Trikaya adalah Ekakaya” berarti Tathagata Trikaya yang tidak dibuat-buat sejak masa Kuon Ganjo yang tiada awal dan akhir. Jadi berarti Sang Buddha yang paling asalmuasal yang diwujudkan di dasar kalimat Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra. Pokoknya, ketika kitа menyebut Nammyohorengekyo dengan percaya bahwa jiwa kita sebagai Tathagata kesadaran pokok dan Trikаyа adalah Ekakaya, maka tempat dimana kita berada аdalah tempat Stupa Pusaka. Kutipan “Maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka” berarti masyarakat, keluarga di mana kita tinggal akan menjadi tempat pesamuan Saddharmapundarika-sutra, tanah air Buddha. Yang ditunjukkan di sini adalah prinsip tidak terpisahnya subyek dan Iingkungan (Esyo Funi), dan juga sesuai dengan yang dikatakan “Tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka” dimana akan terbina suatu suasana kebahagiaan yang penuh dengan kurnia kebajikan. Kutipan kalimat Bab Munculnya Stupa Pusaka Saddharmapundarikasutra yang mengatakan: “Dimanapun dikhotbahkannya Saddharmapundarikasutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini”, berarti Saddharmapundarika-sutra itu sendiri maupun Stupa Pusaka itu sama sekali tidak pernah terjadi pada kenyataan sejarah dalam pesamuan Saddharmapundarika-sutra, melainkan
terdapat di dalam jiwa setiap orang yang menerima, mempertahankan, dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra serta menandaskan prinsip merata dan menyeluruh bahwa Stupa Pusaka akan muncul dimana pun, dan kapan pun.
9Saya merasa sangat berterima kasih, maka Saya pun menulis dan mewujudkan Stupa Pusaka untuk Anda. Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri. Janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang kuat. Inilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini. Keterangan: Bagian ini menjelaskan bahwa Stupa Pusaka dari Saddharmapundarika-sutra, telah diwujudkan oleh Niciren Daisyonin sebagai Gohonzon, dan justru karena Gohonzon ini merupakan tujuan kelahiran Niciren Daisyonin di dunia ini, sehingga betapapun tidak boleh memiliki sikap kompromi. Dalam menjalankan hukuman pembuangan di Pulau Sado pun Niciren Daisyonin telah memberikan Gohonzon, khusus kepada orang yang kepercayaannya kuat. Seperti yang dikatakan dalam kutipan yang berbunyi “Saya merasa sangat berterima kasih”, adalah bermaksud memuji kepercayaan yang tulus dari suami istri Abutsubo sehingga mewujudkan Gohonzon untuk diberikan kepadanya. Dan seperti pada akhir kalimat surat ini dikatakan: “Berdoalah Anda, suami istri kepada Stupa Pusaka”, dan juga dikatakan “janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang
kuat”, kemudian dikatakan, “Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri.” Bagian ini mengajarkan dengan nyata dan jelas cara menerima dan mempertahankan Gohonzon yang sesungguhnya. Hal ini seperti yang ditandaskan bahwa “lnilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini”, merupakan inti hakekat Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Karena bagi Niciren Daisyonin tiada suatu apapun yang lebih penting dari hal ini. Mengenai betapa pentingnya Gohonzon bagi Niciren Daisyonin, dimana pada bulan ke-8 tahun 1273 dalam surat yang ditujukan kepada Syijo Kingo mengenai Gohonzon, dapat diketahui sebagai berikut: “Gohonzon ini ditulis oleh Niciren dengan mencurahkan seluruh jiwa raga-Nya dalam tinta sumi. Harap percayailah!” Maksud pokok kelahiran Buddha Sakyamuni adalah mewujudkan Saddharmapundarikasutra. Jiwa Niciren tidak melebihi Nammyohorengekyo. Maha Guru Miaolo dalam catatan Hokke Mongu menjelaskan: “Dengan mewujudkan usia kekal yang hakiki, sehingga dijadikan sebagai jiwa.” Bagi Kyo O Goze, malapetaka sekarang pun dapat dirubah menjadi kebahagiaan. Harap berdoalah kepada Gohonzon dengan membangkitkan kepercayaan dari jiwa. Tiada hal apa pun yang tidak akan berhasil. Dengan demikian penyerahan Gohonzon yang amat penting kepada suami istri Abutsubo yang masih belum lama menganut kepercayaan ini, adalah karena kepercayaan yang kuat dan sifat kejujuran yang terlihat dengan jelas. Terlebih dari itu, karena terasakan hubungan sebab jodoh yang mendalam berdasarkan hukum agama Buddha, sehingga dikatakan “Mungkin Bodhisattva Visudhakaritra (Jogyo) telah April 2014 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo kensyu lahir kembali sebagai diri Anda dan menjenguk Saya, Niciren. Sungguh ini adalah suatu hal yang gaib.� Setelah menjalani hukuman pemenggalan di Tatsunokuci, Niciren Daisyonin dibuang ke Pulau Sado. Oleh karena itu, para bhikku berbagai sekte yang membenci Niciren Daisyonin telah berteriak-teriak kemenangan. Begitupun di pihak lain diantara murid-murid Niciren Daisyonin pun sejak dahulu telah timbul keragu-raguan, sehingga bermunculan orang-orang yang mundur dari kepercayaan. Dalam keadaan demikian, walaupun Niciren Daisyonin sedang mengalami penganiayaan dan dibenci dari berbagai pihak, namun banyak penganut Beliau yang percaya dan melindungi Niciren Daisyonin dengan memberikan berbagai sumbangan, sehingga terasa kegaiban sebab jodoh yang mendalam. Dan
Catatan
38
Samantabadra | April 2014
juga, justru karena terdapat orang yang percaya terhadap Niciren Daisyonin yang berada dalam keadaan sedemikian rupa, sehingga Niciren Daisyonin secara intuitif melihat bahwa suami istri Abutsubo pasti tidak akan mundur dari kepercayaan, dan karenanya dipuji sebagai “Pemimpin agama Buddha di negeri Utara� serta memberikan Gohonzon. Dan kenyataannya, keyakinan Abutsubo yang mantap tak terkalahkan ini tidak hanya telah mempertahankan kepercayaan seumur hidup, malahan setelah wafatnya Buddha Niciren Daisyonin, penganut-penganut Hukum Sakti di Pulau Sado tidak dipengaruhi oleh kelima bhikku yang telah menyeleweng, dan terus menerus menyebarluaskan keluhuran kepercayaan Kuil Pusat TaisekiJi bersama-sama yang Arya Bhikku Tertinggi ke II Nikko Syonin.
English
On Treasure Tower
I
have read your letter with great care. I have also received your offering to the treasure tower of one thousand coins, polished rice, and other articles. This I have respectfully reported to the Gohonzon and to the Lotus Sutra. Please rest assured. In your letter you ask, “What is signified by the Thus Come OneMany Treasures and his treasure tower, which appeared from beneath the earth?” The teaching on the treasure tower is of great importance. In the eighth volume of his Words and Phrases of the Lotus Sutra, the Great Teacher T’ien-t’ai explains the appearance of the treasure tower. He states that it has two distinct functions: to lend credence to the preceding chapters and to pave the way for the revelation to come. Thus the treasure tower appeared in order to verify the theoretical teachingand to introduce the essential teaching. To put it another way, the closed tower symbolizes the theoretical teaching, and the open tower, theessential teaching. The open tower reveals the two elements of reality and wisdom. This is extremely complex, however, so I will not go into further detail now. In essence, the appearance of the treasure tower indicates that on hearing the Lotus Sutra the three groups of voice-hearers perceived for the first time the treasure tower within their own lives. Now Nichiren’s disciples and lay supporters are also doing this. In the Latter Day of the Law, no treasure tower exists other than the figures of the men and women who embrace the Lotus Sutra. It follows, therefore, that whether eminent or humble, high or low, those who chant Nam-myoho-renge-kyo are themselves the treasure tower, and, likewise, are themselves theThus Come One Many Treasures. No treasure tower exists other thanMyoho-renge-kyo. The daimoku of the Lotus Sutra is the treasure tower, and the treasure tower is Nam-myoho-renge-kyo. At present the entire body of the Honorable Abutsu is composed of the five elements of earth, water, fire, wind, and space. These five elements are also the five characters of the daimoku. Abutsu-bō is therefore the treasure tower itself, and the treasure tower is Abutsu-bō himself. No other knowledge is purposeful. It is the treasure toweradorned with the seven kinds of treasures—hearing the correct teaching, believing it, keeping the precepts, engaging in meditation, practicing assiduously, renouncing one’s attachments, and reflecting on oneself. You may think you offered gifts to the treasure tower of the Thus Come One Many Treasures, but that is not so. You offered them to yourself. You, yourself, are a Thus Come One who is originally enlightened and endowed with the three bodies. You should chant Nam-myoho-renge-kyo with this conviction. Then the place where you chant daimoku will become the dwelling place of the treasure tower. The sutra reads, “If there is any place where the Lotus Sutra is preached, then my treasure tower will come forth and appear in that spot.” Faith like yours is so extremely rare that I will inscribe April 2014 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo kensyu the treasure tower especially for you. You must never transfer it to anyone but your son. You must never show it to others unless they have steadfast faith. This is the reason for my advent in this world. Abutsu-bō, you deserve to be called a leader of this northern province. Could it be that Bodhisattva Pure Practices has been reborn into this world as Abutsu-bō and visited me? How wonderful! How marvelous! I do not understand how it is that you have such faith. I will leave it to Bodhisattva Superior Practices when he appears, as he has the power to know these things. I am not saying all this without good reason. You and your wife should worship this treasure tower privately. I will explain more later. The thirteenth day of the third month in the ninth year of Bun’ei (1272) To the Honorable Abutsu-bō With my deep respect, Nichiren
Catatan
40
Samantabadra | April 2014
中文
April 2014 | Samantabadra
41
42
Samantabadra | April 2014
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Balasan Kepada Hara-dono Gohenji LATAR BELAKANG |
S
urat Balasan Kepada Haradono ditulis pada tanggal 16 Desember 1288 di Gunung Minobu, ketika Nikko Syonin berusia 43 tahun dan diberikan kepada Haradono. Haradono adalah seorang warga dari keluarga Hakiri Sanenaga, kepala daerah Koinokoni bagian selatan, sehingga diperkirakan beliau adalah penduduk sekitar daerah tersebut. Namun keadaan sesungguhnya tidak jelas adanya. Pada bulan Mei 1274 (Bun-ei ke-11) ketika Nichiren Daisyonin memasuki Gunung Minobu, dimana Hakiri Sanenaga telah menjadi penganut Nichiren Daisyonin melalui dialog bersama Nikko Syonin dan telah menyumbang tanah miliknya di lembah Minobu kepada Nichiren Daisyonin, serta menunaikan tugas perlindungan luar. Walaupun demikian setelah wafatnya Buddha Nichiren
Daisyonin, dimana segala sesuatu dari ketiga Hukum Rahasia Agung telah diwarisi kepada Nikko Syonin, namun kelima Bhiksu Tinggi seperti Nissho, Nichiro, Niko, Nicho dan Nichiji tidak menjalankan tugas giliran penjagaan terhadap kuburan Nichiren Daisyonin, dimana menentang dan menyeleweng dari keluhuran ajaran Nichiren Daisyonin dengan mengatakan bahwa dirinya bukan murid Nichiren Daisyonin. Pada waktu itu hanyalah Nikko Syonin seorang diri yang telah melindungi dan mempertahankan keluhuran dan kebesaran dari ajaran Buddha Nichiren Daisyonin. Sedangkan karena Hakiri, kepala daerah Minobu telah melanggar pemfitnahan Hukum Agama Buddha, sehingga Gunung Minobu pun telah menjadi tempat yang penuh dengan pemfitnahan. Dan surat ini merupakan April 2014 | Samantabadra
43
materi ajaran | gosyo cabang ketekadan Nikko Syonin untuk meninggalkan Gunung Minobu. Gosyo ini dengan tegas menasehati kepada murid-murid Nichiren Daisyonin yang memfitnah hukum di Kamakura dan Hakiri yang dipengaruhi oleh Bhiksu Niko. Dan menjelaskan perasaan dan ketekadan Nikko Syonin untuk melindungi dan mempertahankan Hukum Sakti, sehingga rasa terpaksa meninggalkan Gunung Minobu yang terlihat dalam kutipan Gosyo yang berbunyi: “Meninggalkan lembah Gunung Minobu, merasakan sangat malu terhadap Nichiren Daisyonin. Hanya Nikko seorang diri yang memegang dan mempertahankan keluhuran, kebenaran makna ajaran Nichiren Daisyonin, dimana harus menjadi orang yang dapat
menunaikan tugas, sehingga tercapai maksud kelahiran Nichiren Daisyonin demi untuk menyelamatkan seluruh kebahagiaan umat manusia�. Nikko Syonin karena memepertahankan wasiat Nichiren Daisyonin begitu ada permintaan dari Nanjo Tokimitsu telah meninggalkan Gunung Minobu yang penuh dengan pemfitnahan hukum yang kotor, sehingga pindah ke Gunung Fuji dan mendirikan Kuil Pusat Taisekiji. Sejak saat itu yakni dari tahun 1290 hingga Beliau wafat pada tahun 1333, selama 40 tahun lebih telah mencurahkan seluruh jiwa raga untuk membina murid dan gerakan penyelamatan kebahagiaan umat manusia maupun berbagai nasehat.
ISI GOSYO |
M
eninggalkan lembah Gunung Minobu merupakan suatu hal yang sangat memalukan sekali terhadap Nichiren Daisyonin, begitupun rasa penyesalan yang sangat adalah sulit diterangkan. Namun, kalau sekali lagi memikirkan barbagai hal lebih mendalam, maka walau berada dimanapun, yang terpenting adalah menegakkan, meneruskan, dan mempertahankan kebenaran dan keluhuran makna ajaran Nichiren Daisyonin di dunia ini. Sekalipun demikian, hal yang masih sangat disesalkan adalah para murid semuanya telah menentang kepada guru. Dan karena hanya Nikko seorang diri yang memegang dan mempertahankan keluhuran kebenaran ajaran Nichiren Daisyonin, dimana harus menjadi orang yang dapat menunaikan tugas hingga tercapai maksud kelahiran Nichiren Daisyonin demi untuk menyelamatkan kebahagiaan seluruh umat manusia. Maka walau bagaimanapun takkan lupa terhadap tekad asal mula yang sesungguhnya. 44
Samantabadra | April 2014
| KUTIPAN GOSYO
1
Gosyo ini ditulis pada tanggal 16 Desember 1288 ( Sho-o ke-1) ketika Nikko Syonin berusia 43 tahun di Gunung Minobu dan diberikan kepada Haradono. Haradono dikatakan sebagai seorang keluarga dari keluarga Hakiri Sanenaga kepala daerah Minobu. Keadaan sesungguhnya tidak jelas adanya. Keterangan : Isi Gosyo menjelaskan keadaan hati dan sebab musabab Nikko Syonin meninggalkan Gunung Minobu, dimana setelah wafatnya Nichiren Daisyonin, kelima Bhiksu Tinggi telah meninggalkan Minobu. Dan hanya Nikko Syonin seorang diri yang mempertahankan Hukum Sakti dan menjaga kuburan Nichiren Daisyonin dan akhirnya karena perbuatan pemfitnahan dari Hakiri kepala daerah Minobu yang dihasut oleh Niko, sehingga Nikko Syonin terpaksa meninggalkan Gunung Minobu.
2
Justru memutuskan pemfitnahan hukum merupakan tradisi dari Nichiren Syosyu. Meninggalkan lembah Gunung Minobu merupakan suatu hal yang sangat memalukan sekali terhadap Nichiren Daisyonin, begitupun rasa penyesalan yang sangat sulit diterangkan. Namun kalau sekali lagi memikirkan berbagai hal lebih mendalam, maka walau berada dimanapun, yang terpenting adalah menegakkan, meneruskan, dan mempertahankan kebenaran dan keluhuran makna ajaran Nichiren Daisyonin di dunia ini.
Keterangan : Nichiren Daisyonin pada tanggal 12 Mei 1274 (Bun-ei ke-11) setelah mengajukan nasehatnya yang ketiga kali kepada pemerintahan Kamakura. Dan karena tidak dapat diterima oleh pemerintah Kamakura pada waktu itu, sehingga sesuai dengan pepatah cerita kuno yang mengatakan: “Kalau setelah ketiga kali menasehati namun tidak didengar maka harus mengundurkan diri�. Maka Nichiren Daisyonin meninggalkan Kamakura, selama usia tuanya menetap di Gunung Minobu. Sehingga bulan September 1282, yakni hingga hari wafatnya Nichiren Daisyonin selama 8 tahun 6 bulan tetap tinggal di Gunung Minobu untuk mendidik murid, membabarkan Dharma, menemui penganut yang berziarah maupun memberi semangat dan bimbingan kepada murid-murid dari berbagai daerah. Betapapun perwujudan Dai Gohonzon dari Altar Agung Honmon yang merupakan maksud kelahiran Buddha Nichiren Daisyonin di dunia ini diwujudkan di Gunung Minobu. Dan sesungguhnya yang mengajak Nichiren Daisyonin ke Gunung Minobu ini adalah Nikko Syonin, karena yang mengadakan dialog Hukum Agama Buddha dengan Hakiri Sanenaga sehingga ia menjadi murid Nichiren Daisyonin adalah Nikko Syonin. Ketika mengenangkan kembali latar belakang demikian, walau Nikko Syonin telah berkali-kali menasehati Hakiri, kepala daerah Minobu, namun tidak didengar dan tetap melanggar pemfitnahan terhadap Hukum Agama Buddha. Sehingga pada akhirnya, betapa sakit hatinya Nikko Syonin yang terpaksa meninggalkan tempat yang penuh ketenangan. Dimana dalam satu kutipan kalimat yang berbunyi: April 2014 | Samantabadra
45
materi ajaran | gosyo cabang “Meninggalkan lembah Gunung Minobu merupakan suatu hal yang sangat memalukan sekali terhadap Nichiren Daisyonin. Begitupun rasa penyesalan yang sangat adalah sulit diterangkan�. Dalam kutipan kalimat ini terasakan perasaan isi hati Nikko Syonin yang tak dapat terlukiskan. Namun, seperti yang diajarkan dalam kutipan kalimat selanjutnya yang berbunyi: “Namun, kalau sekali lagi memikirkan berbagai hal lebih mendalam, maka walau berada dimanapun, yang terpenting adalah menegakkan, meneruskan, dan mempertahankan kebenaran dan keluhuran makna ajaran Nichiren Daisyonin di dunia ini�. Maka disini menegaskan tekad Nikko Syonin untuk meninggalkan Gunung Minobu, sematamata demi untuk mempertahankan kebenaran dan keluhuran dari makna ajaran Nichiren Daisyonin. Disini mengajarkan sikap yang mengutamakan betapa pentingnya Hukum Sakti dan melarang dengan tegas terhadap pemfitnahan terhadap Hukum Agama Buddha. Justru semangat tegas yang memutuskan pemfitnahan terhadap hukum ini, merupakan tradisi dari Nichiren Syosyu. Harap hal ini dicamkan dalam jiwa kita masing-masing bahwa tradisi ini merupakan tulang punggung yang takkan berubah untuk selamalamanya.
3
Marilah membalas budi dan berterima kasih atas perjuangan keras dari Nikko Syonin. Para murid, semuanya telah menentang terhadap guru. Dan, karena hanya Nikko seorang diri yang memegang dan mempertahankan kebenaran dan keluhuran ajaran Nichiren Daisyonin, dimana harus
46
Samantabadra | April 2014
menjadi orang yang dapat menunaikan tugas hingga tercapainya maksud kelahiran Nichiren Daisyonin demi untuk penyelamatan kebahagiaan seluruh umat manusia. Maka walau bagaimanapun takkan lupa terhadap tekad asal mula yang sesungguhnya. Keterangan: Setelah wafatnya Nichiren Daisyonin, kelima Bhiksu Tinggi, Nissyo, Nichiro, Niko, Nicho, dan Nichiji, tidak mau mendekati Nikko Syonin, pewaris Hukum Agama Buddha Nichiren Daisyonin. Malah, karena takut terhadap tekanan kekuasaan, sehingga tidak mengaku dirinya sebagai murid Nichiren Daisyonin. Ketika Niko terakhir ini mengunjungi Nikko Syonin di Gunung Minobu, telah membujuk Hakiri, kepada daerah Gunung Minobu sehingga Gunung Minobu menjadi gunung yang penuh pemfitnahan terhadap Hukum Agama Buddha. Dalam keadaan demikian, Nikko Syonin demi untuk memegang, meneruskan dan mempertahankan kebenaran makna ajaran Hukum Agama Buddha Nichiren Daisyonin untuk masa mendatang yang kekal abadi telah berjuang seorang diri. Perasaan hati haru yang mendalam dari Nikko Syonin yang berjuang agar umat manusia Masa Akhir Dharma tidak ditutupi dengan kegelapan. Dan justru perjuangan keras dari Nikko Syonin inilah sehingga sekarang kita semuanya dapat menganut Agama Buddha Agung ini. Harap disamping mengucapkan rasa terima kasih, terlebih lagi hendaknya berjuang untuk perwujudan penyelamatan kebahagiaan umat manusia sebagai perwujudan rasa balas budi tersebut. eee
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Irama Penyebutan Daimoku
Pertanyaan: Setiap hari kita dianjurkan untuk melaksanakan Daimoku. Banyak orang menjalankan Daimoku dengan berbagai irama, ada yang cepat, lambat dan lambat sekali. Bahkan kadang-kadang ada juga yang tadinya lambat, tiba-tiba berubah menjadi cepat. Jadi seharusnya, irama yang seperti apakah dalam penyebutan Daimoku ? Dan apakah arti dari Daimoku Panjang (Hiki Daimoku) ?
1
Jawab: Penyebutan Daimoku menurut Niciren Syosyu sama sekali tidak ada irama (ritme) seperti dalam musik. Oleh karena itu, setiap orang yang melakukan penyebutan Daimoku tidak boleh mengalun (berirama tinggi rendah). Seandainya ada yang mempunyai kebiasaan Daimoku seperti itu, haruslah cepat-cepat diperbaiki. Mengenai penyebutan Daimoku, Bhiksu Tertinggi ke59, Yang Arya Niciko Syonin mengatakan, “Suara Daimoku yang keluar dari mulut hendaknya jangan terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat. Bagaimana pun yang terpenting berirama wajar�.
Mengenai Daimoku Panjang (Hiki Daimoku) yang disebut setelah pembacaan Bab Upaya Kausalya dan Bab Panjangnya Usia Tahtagata serta bagian syair (jigage) ketika Gongyo pagi dan sore, memang lain dengan penyebutan Daimoku setelah Gongyo kelima. Daimoku panjang ini bermakna sebagai Saddharma Pembibitan di dasar kalimat ingin disebarluaskan dan dilestarikan ke seluruh dunia, yaitu Nammyohorengekyo dari Tri Maha Dharma Sakti. Niciren Daisyonin ingin mewujudkan Kosenrufu, karena itu penyebutan Daimokunya ditarik panjang. Gongyo dan penyebutan Daimoku merupakan kesungguhan hati berterima kasih dan membalas budi kepada Tri Ratna serta seluruh Buddha. Juga untuk penyebarluasan Hukum Nammyohorengekyo, demi penghapusan dosa-dosa karma pemfitnahan Dharma diri sendiri dari asal muasal masa lampau, serta memperkuat hati kepercayaan dan juga doa untuk keselamatan sumbangan rejeki kepada leluhur. Untuk menjalankan upacara pokok, yang penting haruslah bersikap tertib, yakni sikap dengan sungguh hati ingin melihat Buddha tanpa April 2014 | Samantabadra
47
materi ajaran | forum diskusi menyayangi jiwa raga (Issyin Yokken Butsu, Fuji Syaku Syinmyo). Oleh karena itu, yang sangat penting adalah sungguhsungguh menjalankan upacara ini dengan perasaan jiwa bersungguh hati ingin melihat Buddha tanpa menyayangi jiwa raga. Janganlah melakukan sembahyang dengan pakaian minim, misalnya celana pendek, baju buntung dan pakaian tidur, apapun alasannya. Sesungguhnya hal tersebut sangat tidak diperbolehkan. Seringnya menjalankan Gongyo dan Daimoku setiap hari, membuat kebanyakan orang yang menjalankan menjadi bersifat kebiasaan; sehingga tidak ada lagi kesungguhan hati dalam menjalankannya. Bahkan dalam Icinen pun tidak ada lagi perasaan ingin memperbaiki. Mengenai sikap hati kepercayaan ini dalam Surat Balasan Kepada Ueno Dono, Niciren Daisyonin mengatakan, “Jalankan hati kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra seperti orang kelaparan menginginkan makanan, orang yang kehausan mencari air, orang yang sedang jatuh cinta ingin bertemu dengan kekasih, orang yang sakit mencari obat, wanita yang cantik bersolek. Bila tidak demikian, Anda pasti akan menyesal di kemudian hari”. (Gosyo hal. 1558). Tentu saja suara irama Gongyo itu bermacam-macam karena tergantung kepada orang yang menyuarakan. Tetapi yang terpenting suara harus bertenaga dan semangat yang kuat. Suara yang lemah tidak memiliki tenaga hidup dalam jiwa, sehingga tidak dapat menimbulkan kekuatan untuk memecahkan dan mematahkan iblis dalam perombakan karma buruk. Tetapi memaksakan untuk mengeluarkan suara yang keras pun tidak baik. Terlebih lagi bila di malam hari. Dengan mempertimbangkan lingkungan 48
Samantabadra | April 2014
tentu tidak baik bila di malam hari menyebut Nammyohorengekyo dengan suara keras. Dikatakan bahwa suara menyatakan perihal Buddha. Dalam menjalankan Gongyo Daimoku, hendaknya mengeluarkan suara yang bertenaga kuat, jelas serta berirama benar. Mengenai ketentuan banyaknya penyebutan Daimoku, Yang Arya Niciko Syonin membimbing sebagai berikut, “Penyebutan Daimoku tidak ditentukan harus berapa jam atau hanya beberapa kali saja. Pengertiannya tidaklah seperti itu. Yang terpenting adalah penyebutan dengan sungguh hati, tidak tergantung pada banyaknya Daimoku atau hanya sebagai formalitas. Yang terpenting adalah keinginan diri sendiri. Yang harus diperhatikan dalam penyebutan Daimoku adalah doa yang mempunyai tujuan yang jelas. Bila tujuannya tidak jelas maka Gongyo dan Daimoku pun menjadi tidak bersungguh hati. Doa sehari-hari dalam Daimoku harus mempunyai keinginan memperbaharui diri sendiri hari demi hari. Menetapkan tujuan dengan jelas dan tegas akan menjadi sebab untuk membuka suasana jiwa menjadi luas dan besar. Sewaktu Gongyo dan Daimoku mata harus terbuka dan melihat Gohonzon dengan langsung, pandangan mata terpusat pada huruf “Myo”, tidak boleh dengan mata tertutup, apa lagi ketiduran. Pertanyaan: Apakah arti dari maitri karuna yang ada dalam pembabaran Hukum Buddha dan apa perbedaan antara kasih sayang dengan welas asih (Maitri Karuna)?
2
Jawab: Kalau diterangkan secara singkat, maitri karuna berarti rasa sayang dan
kasihan kepada umat manusia. Di dalam Mahaprajnaparamita-sastra, Mahamaitri berarti memberi ketenangan kepada seluruh umat manusia dan Mahakaruna berarti mencabut penderitaan seluruh umat manusia. Jadi, Mahamaitri Karuna berarti pelaksanaan mencabut penderitaan orang lain serta memberi kebahagiaan. Di samping itu, dalam Mahaprajnaparamita-sastra diterangkan tiga jenis maitri karuna. Pertama, melalui jodoh umat (karuna kecil). Umat manusia sebagai jodoh. Dengan bertemu orang yang tidak berbahagia, timbul maitri karuna manusia biasa. Kedua, melalui jodoh hukum (karuna menengah). Dalam segala gejala sunyata (ku) dapat merasakan bahwa tidak ada perbedaan antara diri sendiri dengan orang lain, dan berdasarkan itu timbul kesadaran akan hukum jiwa diri sendiri. Inilah maitri karuna dari SravakaPratyekabuddha dan Bodhisattva. Ketiga, tanpa melalui jodoh (karuna besar). Tanpa bertemu jodoh apa pun juga, tanpa dibuatbuat, dengan sendirinya menimbulkan maitri karuna yang terunggul dari Buddha secara tak terputus-putus. Sesuai dengan pembagian ketiga jenis tersebut, perbedaan tenaga dan fungsi maitri karuna yang timbul tergantung pada subyek jodohnya. Umpamanya, maitri karuna manusia biasa. Menarik orang lain keluar dari penderitaan berdasarkan kasihan tetap tidak berhasil, artinya walaupun timbul perasaan kasihan kepada orang lain tetap tidak dapat mencabut penderitaannya dari asal pokok. Ini hanya akan berhasil dengan berdasarkan maitri karuna agung dari Buddha. Dengan demikian, maitri karuna yang dimaksud oleh Hukum Buddha adalah fungsi tenaga yang dapat mempengaruhi gerakan umat manusia, sehingga dapat keluar dari
penderitaan dan memperoleh kebahagiaan. Jadi, bagaimanapun merupakan fungsi tenaga jiwa yang realitas. Selanjutnya mengenai kasih sayang menurut filsafat lain. Berdasarkan pola pemikiran untuk memenuhi janji kepada yang berkuasa, maka diwajibkan untuk memberi kasih sayang. Dengan demikian kasih sayang itu seperti diharuskan untuk diusahakan. Tetapi, meskipun diharuskan untuk diusahakan dan dijalankan oleh siapapun, tetap menimbulkan hal-hal yang sulit di dunia sekarang. Karena itu, walaupun dibabarkan ajaran “kasih sayang�, pada kenyataannya ada orang yang tidak bisa menyayangi orang lain. Karena harus memaksa diri untuk menyayangi orang lain akhirnya hanya menjadi cara berpikir saja tanpa dapat merombak dalam kenyataan. Akibat memaksa pola berpikir seperti itu timbul perpecahan seperti yang disaksikan dalam realitas sekarang ini. Walaupun menerangkan dan menyebarkan filsafat kasih sayang, tetapi kerap terjadi peperangan tanpa terputus-putus. Inipun sebetulnya merupakan satu kenyataan. Maitri karuna menurut Hukum Buddha bukanlah suatu pola pemikiran saja, tetapi melaksanakan Hukum Buddha yang sebenarnya dan membangkitkan fungsi tenaga jiwa diri sendiri. Inilah keunggulan utama Hukum Buddha yang dapat membabarkan Hukum dari sumber pokok secara jelas. Pertanyaan : Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar katakata ‘hukuman dan nasib (karma)’. Mohon diterangkan artinya dan bagaimanakah hubungan antara keduanya ?
3
April 2014 | Samantabadra
49
materi ajaran | forum diskusi Jawab : Yang dimaksud dengan hukuman menurut Hukum Buddha adalah pada saat menentang hukum bagaimanapun akan menerima akibat imbalan buruk, yang berarti ketidakbahagiaan atau mendapat kerugian. Hukum Buddha membabarkan hukum sumber pokok jiwa dan alam semesta raya. Sehingga bila menentang atau menjalankan teori hukum yang lain dari Hukum Buddha – sama sekali tanpa terkecuali – tenaga jiwanya akan mundur dan lemah, mengacaukan irama jiwa dan mengundang ketidakbahagiaan penderitaan. Sebaliknya bila menjalankan teori hukum sesuai dengan Hukum Buddha akan memperoleh keuntungan. Inilah yang dikatakan karunia kebajikan. Tenaga jiwa menjadi penuh dan puas, dan irama jiwa menjadi satu dengan asal muasal alam semesta raya. Dengan demikian jiwa mendapat kebahagiaan sepenuhnya. Selanjutnya mengenai karma atau nasib. Karma atau nasib adalah sebab karma masa lampau yang tertimbun dalam jiwa; berarti tumpukan karma perbuatan di masa lampau yang akibat imbalannya diterima pada masa ini. Hukum teori sebab karma dan akibat karma ini dibabarkan oleh Hukum Buddha. Dalam Hukum Buddha dikatakan bahwa, ‘karma merupakan gerakan-gerakan kita’. Ada tiga macam karma : karma badan, karma mulut dan karma hati. Pelaksanaan dari badan, kata-kata yang diucapkan oleh mulut, dan perasaan dalam hati, ini semua menjadi karma. Pelaksanaan ketiga karma oleh badan, mulut dan hati ini tidak langsung terhapuskan. Tetapi mempengaruhi tenaga secara pasti sehingga terlukis dalam jiwa. Karma yang disebabkan oleh kemarahan yang didasarkan atas kebencian atau oleh 50
Samantabadra | April 2014
hati yang mendendam dan hawa nafsu dan lainnya, akan melukiskan karma yang buruk, sebaliknya pelaksanaan maitri karuna akan melukiskan karma yang baik. Jadi, karma baik dan karma buruk dari masa lampau yang ditarik kejiwa masa sekarang inilah yang dikatakan sebagai nasib. Dengan demikian, ada nasib baik dan nasib buruk, biasanya yang dikatakan nasib kebanyakan nasib yang buruk. Hubungan antara Hukuman dan Nasib yakni, Hukuman adalah akibat imbalan karma buruk. Menentang Hukum Buddha yaitu gerakan yang menentang kewajaran dunia akan melukis sebab karma yang buruk dalam jiwa. Sebab karma ini akan memanggil bermacam-macam jodoh dan wujud nyata akibat imbalan buruk berupa suasana jiwa yang tidak bahagia, menjalankan tiga jalan buruk, dan lainlain. Inilah arti Hukuman. Hukuman yang melukiskan sebab buruk di dalam jiwa dapat langsung terwujud nyata, dan dapat pula dibawa dalam kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, di dalam jiwa umat manusia tersimpan sebab karma dari masa lampau dan masa kini. Karma buruk yang terberat adalah memfitnah hukum inti hakikat jiwa dan alam semesta raya, yaitu Saddharma atau menghina dan merendahkan orang yang melaksanakan Saddharmapundarikasutra. Inilah karma yang paling buruk. Tetapi nasib yang bagaimanapun buruknya, kalau mengikuti Hukum Buddha Niciren Daisyonin, menerima dan mempertahankan Gohonzon, maka pada masa ini seluruh karma buruk akan diterima dan dapat dihapuskan. Bahkan karma buruk ini dapat dirombak menjadi karma baik untuk masa sekarang dan akan datang. Hukuman dirombak dapat menjadi karunia kebajikan. eee
syin gyo gaku
Makna Peringatan Kehadiran Buddha Niciren
Gohonzon untuk Seluruh Umat Manusia
Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja
L
ebih dari tujuh ratus tahun yang lalu, lahirlah seorang manusia yang kemudian menjadi Buddha pokok kita, yaitu Buddha Niciren Daisyonin. Beliau adalah orang yang kita hormati dan kita jadikan sebagai guru pokok kita. Maka dari itu, diharapkan kita semakin lama bisa semakin menghayati makna sesungguhnya dari kelahiran Buddha Niciren Daisyonin. Dulu hari Natal juga tidak ramai, sekarang ini saja seluruh dunia ramai merayakan selama 2014 tahun. Begitu juga dengan Idul Fitri. Perayaan Idul Fitri di negara lain sebenarnya tidak terlalu ramai, lebih ramai di Indonesia. Awalnya di Indonesia juga tidak terlalu ramai, tapi karena terus menerus dibudayakan setiap tahunnya dan diberi tahu apa maknanya, sehingga semakin lama semakin meresap. Sama halnya dengan kita, ketika sudah ada keinginan untuk menghayati, maka tidak akan tergantung hari lagi. Mau diadakan hari
apapun, pasti akan tetap ramai. Belum lama ini terjadi bencana gunung Kelud yang memberikan pengaruh begitu besar. Abu yang dihasilkan gunung Kelud sampai ke Tasik, Surabaya, Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Selain itu, semua penerbangan juga dibatalkan karena pesawat tidak bisa terbang. Sebelum gunung Kelud, ada juga bencana gunung Sinabung. Semua orang kaget dan mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang dilanda banyak bencana. Sebelum Sinabung, juga telah terjadi bencanabencana lainnya, seperti banjir di Jakarta. Orang-orang Belanda yang datang ke Indonesia mengatakan bahwa Jakarta membutuhkan waktu kurang lebih 200 tahun lagi untuk bisa terbebas dari banjir. Niciren Daisyonin bilang, sebetulnya dia sudah tahu kalau Mongol akan menyerang Jepang. Akan tetapi ketika itu terjadi, Niciren Daisyonin tidak
merasa senang, karena Niciren Daisyonin adalah seorang Buddha. Buddha bilang sudah pasti ini semua akan terjadi dan akan lebih banyak lagi bencana-bencana yang terjadi. Kita sebagai orang-orang NSI sudah tahu bahwa akan terjadi banyak bencana, kenapa? Karena telah begitu banyak filasafatfilsafat sesat yang tersebar luas di masyarakat. Beberapa waktu yang lalu NSI mengadakan pertemuan dengan MUI, membahas tentang terorisme, kekerasan, dan lain sebagainya. Dari aspek Buddhis, menilai bahwa aksi terorisme yang melibatkan kaidah agama merupakan penyelewengan ajaran agama. Di dalam lingkup agama kita saja sudah terjadi penyelewengan, di mana Gohonzon NSI dibilang tidak ada kekuatan lagi karena Niciren Daisyoninnya sudah pergi. Hal-hal seperti ini namanya menyesatkan, menyalahgunakan, dan memperalat Gohonzon. Hal-hal seperti inilah yang April 2014 | Samantabadra
51
syin gyo gaku menjadi sumber bencana. Peringatan 16 Pebruari mempunyai makna agar kita bisa benar-benar memahami dan melaksanakan ajaranajaran Niciren Daisyonin secara baik. Jangan memahami secara salah, atau bahkan pemahaman yang salah tersebut disampaikan kepada orang lain. Menjalankan pemahaman yang salah saja sudah membuat karma buruk, apalagi menyampaikan pemahaman yang salah kepada orang lain, karma buruknya akan berkalikali lipat. Oleh karena itu, 16 Pebruari ini harus kita refleksikan, harus kita kembalikan ke diri kita untuk sungguh-sungguh menjalankan. Bukan sekedar menikmati kue mochi. Kue mochi boleh untuk mengenang bahwa Buddha kita orang Jepang. Hal itu merupakan salah satu wujud rasa terima kasih kita kepada beliau. Namun, ada yang lebih penting daripada itu, yaitu memahami betul apa makna kehadiran Buddha Niciren Daisyonin di dunia. Tugas pokok Niciren Daisyonin adalah mewujudkan Gohonzon. Oleh karena itu, langkah pertama kita adalah bagaimana agar Gohonzon yang sudah ada di rumah kita betul-betul menjadi pusaka yang dapat menjadi jodoh terbaik bagi kita untuk memunculkan dunia Buddha. 52
Samantabadra | April 2014
Buddha Niciren mewujudkan Gohonzon untuk semua umat manusia. Oleh karena itu, kita harus menyebarluaskan dan memberitahu kekuatannya kepada orang lain. Hal-hal seperti ini harus lebih kita hayati ke depannya, karena kita juga punya tanggung jawab untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Kalau nanti Nammyohorengekyo sudah tersebarluas, masih adakah gunung yang meletus? Masih ada, tetapi tidak sampai merugikan. Tetap harus ada karena gunung itu hidup dan ini merupakan hukum alam. Masih adakah angin? Ada angin tapi tidak sampai membuat pohon tumbang dan rumah terbang. Anginnya akan berhembus dengan tenang karena manusianya sudah tidak dikuasai lagi oleh kemarahan, keserakahan, dan kebodohan. Untuk itu, kita harus sungguh-sungguh melaksanakan ajaran dari Buddha Niciren Daisyonin. Koordinator Han (cabang), Han nya harus semakin maju. Yang punya Ciku (anak cabang), Ciku nya harus semakin maju. Yang punya daerah, daerahnya harus semakin maju. Nammyohorengekyo ini harus tersebar luas. Kalau kita menjalankan dengan benar, nantinya kita juga akan berjodoh dengan Bhiku-
bhiku yang baik. Sekarang ini biarpun tidak dilayani oleh bhiku, kita tetap harus menjalankan dengan baik. Itu membuktikan bahwa kita adalah murid-murid yang bisa Eho Buen. Kita tetap harus hormat kepada para Bhiku. Yang kita harus perlihatkan adalah keunggulan dari ajaran. Setelah ini kita akan memperingati 28 April, pertama kali menyebut Nammyohorengekyo. Kemudian dilanjutkan dengan peringatan 12 Oktober, perwujudan Dai Gohonzon. Bagaimana merangkai tiga peristiwa penting ini? Intinya adalah bagaimana cara kita memaknainya, salah satunya dengan cara menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Di kehidupan yang lampau, kita telah berjanji untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo dan mencapai kebahagiaan mutlak di kehidupan kali ini. Oleh karena itu, malam ini kita semua harus bertekad untuk menjadi orang-orang yang tidak kehilangan kesempatan. Kita harus tetap membangun diri kita di dalam berbagai peringatan hari keagamaan. eee (disarikan dari Sambutan Ketua Umum NSI pada Peringatan Kehadiran Buddha Niciren di Vihara Sadaparibhuta NSI, 16 Pebruari 2014)
Sikap Gongyo yang Baik
A
Kyanne Virya
rtikel ini mencoba memberi paparan tentang teknik sikap gongyo dan membaca paritra yang baik. Dengan demikian, diharapkan kita dapat merasakan manfaat kebahagiaan, kemantapan hati, dan keberisian jiwa setelah melaksanakan gongyo.
Arti dan Makna Gongyo Sejauh kita syinjin, selama itu pula kita mulai melaksanakan gongyo. Apakah pengertian gongyo? Secara harfiah artinya pelaksanaan yang tekun. Lebih jauh, gongyo bermakna pelaksanaan melantunkan berulangulang daimoku/Mantera Agung nam-myoho-rengekyo dan melaksanakan baca paritra / sutra, dalam hal ini Saddharmapundarika-sutra Bab II Upaya Kausalya/ Hoben-pon Dai ni dan Bab XVI Panjang Usia sang Tathagata/Nyorai Juryohon Dai Juroku. Pertapaan pokok kita adalah daimoku sementara pertapaan penunjang ialah membaca paritra. Jika diumpamakan makanan orang Indonesia, daimoku ibarat nasi, dan gongyo adalah lauk-pauknya. Ketika nasi dimakan bersama lauk-pauk, kita mendapat manfaat yang optimal dari makanan, rasanya pun jauh lebih nikmat. Segala
aksara yang ada dalam paritra menjelaskan dan menunjang daimoku atau Mantera Agung nam-myohorenge-kyo. Pelafalan Gongyo Sebelum tahun 2000, sukar bagi kita untuk memperoleh rujukan gongyo. Namun dalam era infomasi dewasa ini, mudah bagi kita untuk mengakses informasi tentang gongyo, baik maknanya maupun cara pengucapannya yang tepat melalui beragam media. Beberapa bulan yang lalu salah satu gosyo bertutur tentang kisah sang putra Bapak Ohasyi no Taro. Kisah putra Bapak Ohasyi no Taro ini memberi inspirasi kepada kita semua tentang begitu pentingnya membaca sutra (gongyo) secara sungguh hati. Suara merdu dan lantang pembacaan Saddharmapundarika-sutra itu sungguh menggugah istri sang syogun yang
kebetulan telah menawan sang ayah. Istri sang syogun begitu tergerak oleh kekuatan doa berdasarkan Saddharmapundarikasutra si anak ini, sempat menanyakan keinginan terdalamnya. Lalu, sang putra dipanggil ke tempat tinggal mereka dan permohonan pembebasan ayahnya dikabulkan. Cerita ini menggambarkan betapa pentingnya membaca sutra (gongyo) dengan sungguh hati untuk dapat memunculkan kekuatan dan getaran dari dunia Buddha. Pada saat gongyo, kita membaca paritra (bahasa Sansekerta) atau paritta (bahasa Pali) atau kyobon (bahasa Jepang). Buku yang menjadi pegangan kita ketika gongyo kita sebut dengan Paritra Niciren Syosyu. Struktur Isi Kyobon Sebagaimana disebutkan di atas, struktur paritra / baca sutra terdiri atas Saddharmapundarika-sutra April 2014 | Samantabadra
53
syin gyo gaku Bab II Upaya Kausalya/ Hoben-pon Dai ni dan Bab XVI Panjang Usia sang Tathagata/Nyorai Juryohon Dai Juroku. Sebetulnya Bab II lebih panjang daripada Bab XVI. Bab II yang kita baca sehari-hari itu hanyalah pembukaannya. Bab XVI terdiri atas dua bagian: bagian prosa dan bagian puisi. Prosa yakni bentuk cerita dalam kesusastraan umum, sedangkan puisi itu sejumlah baris, yang dikelompokkan bersama dan membentuk kesatuan terpisah dan biasanya memiliki ritme teratur dan kemiripan-kemiripan bunyi di ujung baris-baris tertentu. Jika diperhatikan, dalam bagian “Jiga-ge�, setiap barisnya memiliki jumlah aksara yang sama, yakni lima aksara Kanji per baris. Ciri ini tak ditemui dalam bagian puisi. Buddha Dharma sungguh menampilkan keunggulan dari budi umat manusia di India dalam bentuk susastra yang mengagungkan Dharma. Sang Buddha Pokok Niciren Daisyonin pun sungguh seorang sastrawan yang mampu menyampaikan prajna Buddha-Nya dengan sangat bijaksana di dalam setiap gosyo yang Beliau tulis. 54
Samantabadra | April 2014
Notasi dalam Kyobon Pada awal perkembangan agama Buddha Niciren Syosyu, panduan paritra berupa bahasa Kanji (huruf mandarin dengan lafal Jepang). Umat Jepang membacanya langsung dari bahasa Kanji. Dengan tersebarluasnya Dharma Nam-myoho-renge-kyo ke seluruh dunia, maka Kyobon pun diterjemahkan dalam lafal latin agar dapat dibaca oleh mayoritas warga dunia. Penulisan Kyobon dengan bahasa Latin merupakan upaya menotasikan cara pengucapan dan pelafalan penutur asli Jepang. Ada beberapa notasi yang ditampilkan : 1. Di bawah setiap aksara Kanji diberi pelafalan Latin guna menggambarkan lafal Jepangnya; 2. Tanda titik; 3. Tanda hubung untuk menunjukkan kesatuan antara dua atau lebih aksara; 4. Tanda garis lengkung di antara dua aksara untuk menunjukkan penyingkatan bunyi; 5. Tanda garis-atas untuk menunjukkan bunyi panjang pada aksara tertentu.
Kecepatan Bagaimana kecepatan pelafalan gongyo yang baik? Sejauh pengucapan kata per kata masih terdengar jelas di telinga kita. Semakin cepat, maka semakin sukar diikuti dan menghasilkan aksentuasi yang tidak jelas. Gongyo pagi dengan kecepatan yang baik, membutuhkan waktu sekitar 40-50 menit, sedangkan gongyo sore sekitar 20-30 menit (tidak termasuk daimoku). Jika kita dapat melakukan gongyo dengan waktu jauh lebih singkat daripada itu, bisa jadi kita kurang menghayati pelaksanaan gongyo, melakukannya dengan tergesa-gesa sehingga esensi ketulusan dan kesungguhan hati dalam membaca sutra pun memudar.
Pengucapan Prinsip dasar cara kita membaca huruf-huruf Latin dalam kyobon, ialah satu aksara Kanji dihitung satu ketukan. Berikut ini kelompok kanji yang dalam penulisan latin terdapat dua suku kata, namun dibaca dalam satu ketukan (angkaangka di dalam kurung menunjukkan nomor halaman di dalam Buku Kyobon):
1) betsu (5) dibaca bets / bece 2) butsu (1, 4) dibaca buts / buce 3) datsu (3) dibaca dats / dace 4) hotsu (1, 2, 3) dibaca hots / hoce 5) hyaku (1) dibaca hyak’, dan seterusnya. 6) jaku (2) 7) mitsu (3) 8) noku (1) 9) setsu (4) 10) soku (3) Ketika membaca aksara kanji dalam kelompok ini, kita mempercepat pengucapan lafalnya, sehingga dua suku kata kita baca dalam satu ketukan. Selanjutnya, bunyi “sy” untuk tulisan “’sh…” (merujuk ke bahasa Inggris sebagai bunyi “s” panjang). Contoh-contohnya dalam Bab II Upaya Kausalya/ Hoben-pon Dai ni sebagai berikut : 1) sharihotsu (1, 2, 3) dibaca syarihots 2) sho (1, 2, 4) dibaca syo 3) shomon (1) dibaca syomon 4) shingon (1) dst. 5) shojin (2) 6) myosho (2) 7) ishu (2) 8) shuju (2, 3) 9) shu (2, 3, 4) 10) mu-sho-I (3) 11) ses sho (3)
12) shushin (3) 13) shitsu (4) 14) sho-I (4) 15) sha (4) 16) bus sho (4) 17) shi (4) 18) shoho (4)
bisa juga jika kita memberi tekanan pada suku kata tertentu. Dalam bahasa Inggris, tekanan pada suku kata tertentu sungguh perlu diperhatkan dan dilakukan, karena akan member pengertian yang berbeda. Ada lagi bunyi “ngg” jika ada Contohnya kata increase. tulisan huruf “n” dengan “g” Jika kita memberi tekanan sbb.: pada suku kata pertama 1) jin gyo (2) dibaca in, artinya pertambahan/ jinggyo peningkatan. Sebaliknya 2) gen go (24) dibaca tekanan pada suku kata genggo kedua crease, artinya menambah/meningkatkan. 3) gen gon (13) dibaca Yang paling jelas ialah cara genggon melantunkan nam-myoho4) gon go (12) dst. renge-kyo dengan tekanan 5) hon gyo (17) pada aksara myoho dan kyo. 6) kangi (13, 23) (1) myoho renge kyo (1, 6) 7) kan go (12) (2) asogi (9, 12, 27 ) 8) ken ga (23, 34) (3) asogi ko ( 11, 16, 26) 9) ken go (22) (4) hoben (1, 2, 3, 12, 13, 10) nange (1, 2) 14, 17, 18, 24, 26), 11) nen ga (14) (5) jo-butsu (2, 8,11, 14, 12) renge (1) 26, ) 13) sangai (15) (6) joju (2, 3, 4) 14) syinge (6) (7) jumyo (16, 17) 15) syin gon (1) (8) kuno (21, 22) 16) unga (26) (9) kyoke (11, 14, 17) 17) zengon (16) (10) mi-zo-u ho (2. 3, 4) (11) muryo (1, 3, 4, 7, 8, 10, Selanjutnya adalah suku 24, 27) kata dengan bunyi-bunyi (12) syiki ko mimi (21 22, panjang. Kelompok ini 25) melibatkan sekitar 164 (13) syomon (1,16) frasa. Bunyi ini dalam (14) syujo (12, 13, 14, 16, 17, bahasa Indonesia jarang 19, 20, 26, 27) dikenal namun sebenarnya (15) ju sanmai (1) ada, misalnya: Selasa. (16) anjo (1) Secara tak sadar ada bunyi (17) ki go (1) la yang lebih panjang. Jika sukar memanjangkan bunyi, (18) nannyu (1) April 2014 | Samantabadra
55
syin gyo gaku (19) yo fu no ci (1) (20) butsu zo syin gon (1) (21) jin gyo (2) (22) muryodoho (2) (23) yumyosyojin (2) (24) myosyo fu mon (2) (25) ko en gonkyo (2) (26) indo syujo (2) (27) ryo ri (2) (28) ko dai (3) (29) zenjo (3) (30) jin nyu musai (3) (31) nyorai no (3) (32) gyo ses syo ho (3) (33) nyunan (3) (34) syu yo (4) (35) syi ho (4) (36) nai no kujin (4) (37) syoho jisso (4) (38) syo-i syoho (4) (39) nyo ze so (4) (40) nyo ze syo (4) (41) nyo ze ho (5) (42) nyo ze honmak kukyoto (5) (43) juryohon dai juroku (6) (44) niji butsu go syo(6) (45) bosatsu gyu (6) daisyu (6, 7) (46) nyototo syinge (6) (47) jotai (6) (48) u bu go syo (6) (49) gassyo (7) (50) gatoto (7) (51) san syo (7) (52) ni go syi gon (7) (53) nyoto tai co (7) (54) jinzu (7) (55) nayuta ko (8) (56) syakusyi gu (8) (57) gayajo (8) (58) dojo (8) (59) tobo (9) 56
Samantabadra | April 2014
(60) nyo ze to gyo (9) (61) kyokei (9) (62) bosat to (9) (63) niji butsu go (10) (64) seppo (11) (65) bosas syu (11) (66) konto (11) (67) funmyo (11) (68) nyoto (11) (69) gyu fu jaku (11) (70) dori syujo (12) (71) cugen (12) (72) nen-do-but to (12) (73) nyu o nehan (12) (74) ji ju ze rai (12) (75) ga jo zai (12) (76) syin to (12) (77) mimyoho (13) (78) syo o do (13) (79) myoji fudo (13) (80) daisyo (13) (81) tonyu nehan (13) (82) no ryo syujo (13) (83) gyo o syobo (13) (84) toku hak ku ju sya. (13) (85) ga syo syukke (13) (86) ryonyu butsu-do (14) (87) kyoden (14) (88) gyu metsu-do (15) (89) myo ken (15) (90) syi so (15) (91) syoji (15) (92) u syuju syo (16) (93) syuju gyo (16) (94) oku-so (16) (95) yoku ryosyo syo zengon (16) (96) seppo (16) (97) mi zo zan pai (16) (98) joju fumetsu (16) (99) ga hon gyo (17) (100) bo-satsu do (17) (101) syo jo (17)
(102) kon yu (17) (103) jo syu (17) (104) syo gon (17) (105) to syu (17) (106) buk-ku-ju (17) (107) nyu o oku-so (17) (108) mo ken mo cu (18) (109) jo zai fu metsu (18) (110) kyosyi (18) (111) fu no syo on zo syi kugyo syi syin (18) (112) nokko (18) (113) tomon nyo ze go (19) (114) syo o nanzo syi so (19) (115) katsugo (19) (116) ho kai (20) (117) hi nyo ro (20) (118) sodatsu (20) (119) myo ren ho (20) (120) syubyo (20) (121) ju ni ju (20) (122) gato (21) (123) kuryo (21) (124) kyo syi jumyo (21) (125) syi to (21) (126) e syo kyobo (21) (127) gu ko yakuso (21) (128) tosyi wago (22) (129) ryo buku (22) (130) nyoto (22) (131) royaku (22) (132) syiki ko gu ko (22) (133) byo jin (22) (134) ji byo (23) (135) ni fu ko buku (23) jinnyu(23) (136) syip ponsyin ko, o syi ko syiki ko yaku (23) (137) syo cu (23) (138) ten do (23) (139) ku ryo (23) (140) nyo ze ko (23) (141) fu ko (23)
(142) kon to (24) (143) ryo buku (24) (144) nyoto to (24) (145) sui ro (24) (146) ze koro (24) (147) mot tsu (24) (148) sa ze kyo (24) (149) gen go (24) (150) haiso (24) (151) uno (25) (152) gatono (25) (153) on so (25) (154) jo e (25) (155) syogo (25) (156) dokubyo (25) (157) nin no (26) (158) roi (26) (159) komo (26 27) (160) gon to (26) (161) u no(26) (162) ju sen (27) (163) syo kyo syo (27) (164) jo seppo kyoke (27)
atas. Tasbih boleh sekalisekali digesek, jangan terusmenerus. Ketika gongyo / membaca sutra, kita memegang Buku Kyobon dengan cara dijepit di antara kedua ibu jari dan telunjuk. Tentunya posisi kedua tangan akan miring, tidak tegak seperti tanpa Kyobon. Kemiringan kedua tangan disesuaikan dengan sudut baca kita. Tasbih tetap terpasang di kedua jari tengah seperti di atas. Ketika gongyo, kita perlu membaca Kyobon. Alangkah baiknya kita tetap membaca kyobon walaupun sudah hafal, agar bisa lebih menghayati dan tidak salah baca.
Ketika gongyo, menjelang membaca doa dalam hati, Postur Tubuh kita melantunkan hiki Jagalah postur tubuh daimoku, yakni na-mutetap tegak dengan kedua myo-ho-ren-ge-kyo dengan kaki terlipat di lantai setiap aksara sama panjang dan kedua tulang kering suaranya. menempel pada lantai. Agar pengucapan teratur Juzu / tasbih diletakkan dan nyaman, untuk setiap meliliti kedua jari tengah. na-mu-myo-ho-ren-geRumbai tiga di sebelah kyo, kita bagi menjadi dua kanan, sedang rumbai nafas. Nafas pertama kita dua di sebelah kiri. Kedua untuk melantunkan na-mu tangan terkatup / saling dilanjutkan dengan nafas menempel di depan dada yang dikenal dalam literatur kedua untuk myo-ho-ren-gekyo. Pembagian nafas dibagi Buddha Dharma sebagai dua kali penarikan nafas, sikap anjali. Posisi kedua yaitu nafas pertama untuk : tangan merapat di depan dada, dengan kedua ujung (a) nam-myo-ho-ren-gejari tengah menghadap ke kyo
(b) nam-myo-ho-ren-gekyo dan nafas kedua untuk: (c) nam-myo-ho-ren-gekyo Pemukulan Bel Secara umum, pemukulan bel sebagai berikut : (kecuali ketika Doa I/ Gongyo Pagi) 1) 7x, pada saat : a) sebelum Myo ho ren ge kyo Hoben-pon Dai ni b) mengawali pelantunan nam-myo-ho-ren-gekyo sepuas-puasnya 2) 3x, pada saat : a) mengakhiri Daimoku pra-Gongyo, b) melantunkan Nyoze Honmak kukyo to yang ketiga, dan sesudah Doa Penutup Doa V 3) 5x, pada saat : a) sesudah na-mu-myoho-ren-ge-kyo terakhir b) mengakhiri pelantunan nam-myoho-ren-ge-kyo sepuaspuasnya eee
Rujukan : Gongyo dan Daimoku Morning (lyrics) http://www.youtube.com/ watch?v=O-Cg8xh62Ps
Nichiren Buddhism ‘Evening Gongyo’ Moderate Speed http://www.youtube.com/ watch?v=fQbw-rDNZHU Gongyo Nichiren Shoshu http://www.youtube.com/ watch?v=veFXBQGuKko
April 2014 | Samantabadra
57
refleksi
Kesombongan Musuh Terbesar Dari Hati Kepercayaan D
alam hukum agama Buddha, dikatakan bahwa salah satu musuh terbesar manusia adalah kesombongannya. Oleh karena itu, melalui belajar Gosyo dan Saddharma Pundharika Sutra, kita pertegas kewaspadaan diri masing-masing agar tidak kalah oleh sesatnya kesombongan diri kita sendiri. Niciren Daisyonin mengatakan bahwa masyarakat masa akhir dharma sebagai “orang yang berprajna dangkal dan tipis namun kesombongannya sangat tinggi.” Ini tertulis dalam Syo Mi Tsu Bo. Sedangkan dalam Hokkesyosyinjobutsu Sho dikatakan, ”hati iri dan dengki (manusia) sangat mendalam.” Niciren Daisyonin tidak bosanbosanya mengajarkan bahwa walau berada dalam suasana masyarakat yang keruh, betapapun kita jangan sampai kehilangan hati kepercayaan kepada Gohonzon. Sebagai umpama Niciren Daisyonin mengatakan, 58
Samantabadra | April 2014
“pencapaian kesadaran Buddha terdapat dalam usaha menghancurkan dan membuang hati kesombongan dan keterikatan, lalu semata-mata menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh dan tulus hati.” Jangan kita sekalikali mandek dan malas dalam syinjin. Di mana pun, kapan pun, yang terpenting adalah berusaha untuk meningkatkan hati kepercayaan untuk menuntut ajaran agama Buddha, dibarengi dengan tindakan nyata untuk melawan kesesatan diri sendiri yang penuh iri dengki dan kesombongan. Tidak dapat bertahan untuk tetap berada dalam susunan yang suci dan murni ini Namun demikian sangat disayangkan sekali pada masa sekarangpun masih terdapat orang-orang yang karena terikat pada kepintaranya, kedudukan, latar pendidikan maupun iming-iming kekuasaan sehingga timbul iri dengki
Udin Tirta
dan hati kesombongan sehingga kehilangan hati kepercayaan. Ada yang berkianat, tidak hanya diri sendiri yang mundur malah berusaha untuk merusak dunia hati kepercayaan susunan NSI yang suci dan murni ini. Mereka dimabukkan oleh harta gudang dan harta badan. Melupakan harta jiwa yang sangat penting dalam hati kepercayaan. Orang-orang seperti itu tidak dapat menghargai dan menghormati kawan seperjuangan yang memiliki hati kepercayaan yang suci dan murni, sehingga tidak dapat berada didalam susunan yang berjuang semata-mata demi Isyo Jobutsu dan Kosenrufu. Untuk itu kita harus dengan cermat memahami inti hakekatnya. Kemunafikan dalam kepribadian yang agung dan mulia Di dalam saddharma pundharika sutra telah dilukiskan bentuk dan wajah dari “orang yang menganiayai pelaksana
sadharma pundharika sutra”. Didalam bab penegakkan (Kan Ji Bon) terdapat “tiga kelompok musuh yang kuat” sedangkan dalam Bab Sadaparibhuta terdapat “empat kelompok umat yang sombong.” Oleh karena sumber akar gerakan orang yang menganiayai, pasti terletak pada hati kesombongan mereka, oleh karena itu mereka disebut sebagai orang yang sombong (Jojoman). Secara nyata dapat dijelaskan bahwa sesunguhnya “mereka belom memperoleh suasana tertinggi yang dijelaskan dalam hukum agama Buddha, namun beranggapan dirinya telah memperolehnya, sehingga dipenuhi hati kesombongan dan beranggapan dirinya sangat agung dan luar biasa. Didalam tiga kelompok musuh yang kuat, adapun kesombongan yang merasakan dirinya agung adalah sesungguhnya mereka masih belum memiliki kebajikan dan bakat yang patut dihormati atau dijunjung tinggi oleh orang-orang namun telah meletakan dirinya seakanakan seorang arif bijaksana dengan remeh menghina dan merendahkan rakyat jelata serta memusuhi pelaksana sadharma pundharika sutra yang berjuang sungguh-
sungguh demi kepentingan rakyat dan tanah air. Adapun sumber pokoknya kesemuanya terletak pada hati kesombongan. orang yang mundur dari hati kepercayaanpun bisa menjadi seorang yang merusak hati kepercayaan. Inipin karena hati kesombongan. Orang yang berhati buruk dan jelek itu berpurapura sebagai seorang yang berahlak tinggi tidak sungguh-sungguh dalam Gongyo namun perilakunya seakan-akan memiliki hati kepercayaan. Diri sendiri tidak melaksanakan namun menghasut orang lain jika orang lain tidak menerimanya akan mengancam mengimingiming yang bersifat menekan pokoknya kesombongan adalah hati yang dibius oleh rasa sombong dan kemanjaan. Karena bersifat bengkok hinga tidak dapat melihat dirinya sendiri. Sungguh tidak tahu malu. Menghina dan meremehkan orang lain Orang-orang yang sedemikian dapat meremehkan orang lain adalah karena hati yang bersifat buruk dan jahat sehingga tidak dapat menghargai dan menghormati orang lain. Hal ini berarti di dasar lubuk hati sanubarinya sama sekali
tidak peracaya saddharma pundharika sutra yang mengajarkan bahwa “setiap manusia semuanya dapat menjadi Buddha”. Terlebih lagi perihal Kebahagiaan diri sendiri dan orang lain, maupun kesungguhan hati orang yang berjuang sungguh-sungguh demi konsenrufu takkan dapat dipahami olehnya. Adapun yang mereka sembah dan percaya dari beragama semata-mata adalah demi reputasi dan keuntungan kemasyarakatan. Ketika orang-orang ini mendapat kekuasaan, agama maupun umat tidak lain hanya dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi mereka. Mahir dalam menutupi kekurangan dan tergesagesa memamerkan kebajikan dirinya Salah satu ciri khas lainya dari kesombongan adalah berdusta. Demi menutupi kekurangan dan memamerkan sifat kebajikan yang sesungguhnya yang tidak dimilikinya sehingga selalu mengucapkan kebohongan yaitu berupa kepalsuan dan kemunafikan. Bahkan sama sekali tidak merasa malu walau telah berdusta. Tidak ada keinginan untuk meninjau diri. Orang yang sombong meletakkan kekurangan April 2014 | Samantabadra
59
refleksi diri sendiri dengan mengatakannya sebagai kekurangan orang lain. Orang yang tidak bisa melihat langsung kekurangan diri sendiri, akan cenderung menyerang orang lain. Ia tidak dapat menghilangkan kejahatan diri sendiri sehingga berusaha merusak orang lain. Inilah hati kesombongan . Terhadap kesombongan demikian sama sekali tidak boleh dibiarkan, diri sendiri harus berjuang melawannya secara tuntas. Sekali melakukan kompromi terhadap hati yang sombong, maka akan merusak fondasi kosenrufu dan harapan dari umat manusia. Berjuang mati-matian terhadap kesesatan pokok jiwa adalah wujud dari hati kepercayaan. Sematamata hanya dengan hati kepercayaan yang berjuang penuh kesungguhan hati secara tuntas baru dapat membawa perkembangan kosenrufu dan isyo Jobutsu yang kekal abadi. Terikat pada perasaan lebih unggul dari orang lain Orang yang sombong biasanya dikendalikan oleh keinginan untuk menang terhadap orang lain, namun tiada semangat perjuangan untuk menang terhadap diri sendiri. Oleh karena itu suasana jiwa dirinya tidak 60
Samantabadra | April 2014
dapat meningkat, malah semakin mengembangkan akal bulus dan terjerumus. Suasana jiwa sendiri tiada perombakan karena sibuk mencoba merusak orang lain, dengan sendirinya akan terjatuh ke dalam neraka. Dengan demikian, kita yang harus membuktikan kekuatan hati kepercayaan kita terhadap Gohonzon, dengan bersikap bijaksana dan sesuai ajaran Buddha. Sifat dasar orang sombong sesungguhnya adalah pengecut. Bentuk dan wajah dari Ashura (dunia kemarahan) adalah setinggi 84.000 Yojana, sehingga air dari keempat lautan tidak melebihi lututnya. Namun demikian ketika Ashura dituntut dewa Sakra Devanam Indera yang maha agung, bentuk aslinya menjadi kecil dan Ashura berlari ke balik daun teratai. Badan kecil inilah bentuk sesungguhnya dari Ashura, yang mencerminkan perasaan kemarahan dan kesombongan. Kejahatan pasti akan kalah dan runtuh Walau di dunia kini semakin banyak orangorang jahat, namun orangorang yang memegang teguh kebenaran ajaran pada akhirnya pasti akan memperoleh kemenangan. Niciren Daisyonin di dalam surat arif bijaksana
mengalami penganiayaan (Shonin Go nan Ji) menandaskan, bahwa raja, para menteri dan rakyat yang menghina dan meremehkan pelaksana Sadharma pundarika sutra pada ketiga masa (lampau, sekarang, maupun akan datang), pada mulanya seakan-akan tiada masalah apapun, namun pada akhirnya pasti akan musnah dan runtuh. Inilah pernyataan yang gamblang bahwa orang jahat yang sombong, yang menghina dan menekan pelaksana sadharma pundharika sutra dengan niat ingin merusak kosenrufu pada akhirnya akan musnah dan hancur. Kemenangan dari pihak kebenaran ajaran ini akan memperoleh kebenaran yang sesungguhnya. Hanya orang yang berjuang dengan hati raja singa (kebesaran hati), baru dapat mencapai kesadaran Buddha. Jika tidak demikian, walaupun seseorang mengetahui katakata Buddha, namun ia tidak cukup bijaksana dan besar hati untuk melaksanakan hati kepercayaan, dalam jangka panjang sekalipun, sehingga ia tidak akan dapat mencapai kesadaran Buddha. eee
wawasan
Sampah Elektronik (E-Waste)
Megah Ria
S
ampah elektronik atau e-waste merupakan salah satu dampak negatif yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya. Sampah elektronik terdiri dari berbagai macam barang, seperti televisi, radio, kulkas, kamera, komputer, smartphone, dan lain-lain. Pada tahun 2017 mendatang, diperkirakan penggunaan barang-barang elektronik di dunia akan mengalami peningkatan hingga 30% atau mencapai angka 65,4 juta ton. Apabila hal ini benar terjadi, maka tumpukan sampah yang dihasilkan akan setara dengan 11 Piramida Giza atau 200 Menara Empire State Building. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan karena sampah elektronik berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup lainnya. Saat ini, Cina menduduki peringkat pertama sebagai negara penghasil sampah elektronik terbanyak di dunia dan kemudian disusul oleh Amerika Serikat di posisi kedua.
Pengolahan sampah elektronik yang dihasilkan dari berbagai negara, sebagian besar berakhir di proses pembakaran. Pada kenyataannya, pembakaran sampah elektronik bukanlah solusi yang baik, karena dapat menimbulkan bau tidak sedap dan melepaskan berbagai zat logam berbahaya, seperti kadmium, nikel, berilium, dan merkuri.
Zat berbahaya tersebut kemudian mengendap di atmosfer bumi sebagai racun dan berpengaruh terhadap peningkatan global warming. Solusi lain yang lebih baik dan aman adalah dengan melakukan daur ulang. Namun menurut fakta yang ada, dari 20 hingga 50 juta ton sampah elektronik, hanya sekitar 10 sampai 18% saja yang berhasil di daur ulang. Meskipun begitu, masih ada cara lain yang jauh lebih efektif dan bisa dilakukan oleh siapa saja, yaitu dengan bersikap bijaksana dalam menggunakan barang-barang elektronik tersebut. April 2014 | Samantabadra
61
wawasan Di jaman yang serba modern seperti sekarang ini, rasanya sulit bila kita tidak menggunakan barang elektronik sebagai penunjang kehidupan sehari-hari. Teknologi yang ada tentunya memberikan banyak sekali manfaat, contohnya saja seperti smartphone yang mempermudah kita dalam berkomunikasi. Namun, kita juga perlu mencermati lebih jauh lagi, apakah smartphone tersebut sudah digunakan secara tepat? Atau justru telah terjadi kekeliruan dalam penggunaannya, sehingga malah menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan kita. Selain dapat meningkatkan volume sampah elektronik, konsumsi smartphone atau gadget secara berlebih juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan fisik dan psikologis seseorang.
Dampak negatif bagi kesehatan fisik 1. Penglihatan terganggu. Dalam dunia kedokteran terdapat istilah Computer Vision Syndrome (CVS), yaitu gejala atau sindrom yang diakibatkan karena terlalu sering melihat layar komputer (termasuk smartphone). Salah satu gejala dari CVS adalah mata kering (dry eyes). Dalam kondisi normal, mata kita berkedip sebanyak 16-20 kali/menit. Akan 62
Samantabadra | April 2014
tetapi, saat melihat layar, mata kita hanya berkedip sebanyak 6-8 kali/menit. 2. Sakit kepala. Posisi leher yang salah dan ketegangan yang terjadi pada mata akibat terlalu lama melihat layar dapat memicu timbulnya sakit kepala. 3. Pandangan kabur (blurry vision). Tegangnya otot mata menyebabkan mata tidak mampu lagi melihat secara fokus pada jarak yang berbeda. Selain itu, kondisi ini juga dapat mengakibatkan terjadinya rabun jauh. 4. Gangguan pendengaran. Pengguna yang ratarata mendengarkan musik dengan headset / earphone selama 10 menit atau lebih dalam sehari, memiliki resiko tinggi dalam mengalami gangguan pendengaran.
Dampak negatif bagi kesehatan psikologis 1. Menimbulkan kecanduan. Kesenangan yang ditimbulkan secara terus menerus ketika sedang menerima pesan melalui e-mail, BBM, atau social media mampu membuat kita menjadi kecanduan.
Penelitian oleh tim Rutgers University menyebutkan bahwa terapi yang dilakukan untuk menyembuhkan pecandu smartphone sama dengan terapi bagi para pecandu narkoba. 2. Mengurangi produktivitas. Penelitian yang dilakukan oleh tim MIT Sloan School of Management pada tahun 2007, menunjukkan bahwa penggunaan smartphone memiliki dampak negatif di dalam lingkungan kerja, yaitu dapat mengganggu konsentrasi sehingga kita tidak bekerja secara maksimal. 3. Merusak hubungan. Pada awalnya, smartphone diciptakan untuk membangun komunikasi yang lebih baik. Namun, menurut Dr. Emma Short, seorang ahli psikolog di University of Bedfordshiren, teknologi dapat membuat kita kesulitan dalam mengelola batas-batas kehidupan. Semakin tinggi aktivitas kita di jejaring sosial (facebook, twitter, path, instagram, dan sebagainya), maka waktu berkualitas
yang kita berikan kepada keluarga, teman, dan pasangan hidup kita akan semakin berkurang. Oleh karena itu, kita perlu membatasi penggunaan smartphone pada waktu-waktu tertentu, agar hubungan sosial kita tetap terjaga dengan baik. 4. Menggangu tidur. Bunyi BBM atau SMS
dari smartphone akan membuat kita penasaran untuk mengintip isinya. Kesenangan semacam ini akan terus berlanjut hingga malam hari, sehingga pada akhirnya mengganggu waktu isthirahat kita. Menurut penelitian, kurangnya waktu tidur dapat menimbulkan berbagai dampak buruk, mulai dari menurunnya
produktivitas kerja, kondisi tubuh yang mudah terserang penyakit, hingga meningkatnya jumlah kecelakaan saat berkendara.
Referensi : http://www.ampl.or.id/read_article/ daur-ulang-gadget-upaya-nyata-kurangitumpukan-sampah/185 http://m.kompasiana.com/post/ read/611515/1
April 2014 | Samantabadra
63
wawasan
BPJS dan JKN
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum nirlaba yang merupakan transformasi dari PT Asuransi Kesehatan (ASKES). Sementara itu, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan.
S
esuai dengan Undangundang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, seluruh masyarakat Indonesia akandijamin kesehatannya, termasuk masyarakat yang tidak mampu karena metode pembayaran akan ditanggung pemerintah. Manfaat JKN Manfaat JKN mencakup pelayanan, pencegahan dan pengobatan, termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Seperti misalnya untuk pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN akan mendapatkan pelayanan :
- Penyuluhan kesehatan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), 64
Samantabadra | April 2014
Difteri pertusis tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak.
jantung, hingga dialisis (gagal ginjal).
- Jenis penyakit kanker, bedah
miskin dan tidak mampu).Â
- Keluarga Berencana, meliputi Jumlah Iuran yang Harus Dibayar konseling, kontrasepsi dasar, Sesuai Peraturan Presiden vasektomi dan tubektomi Nomor 111 Tahun 2013, jenis iuran dibagi menjadi : - Screening kesehatan diberikan secara selektif yang 1. Iuran Jaminan Kesehatan ditujukan untuk mendeteksi bagi penduduk yang risiko penyakit dan mencegah didaftarkan oleh Pemerintah dampak lanjutan dari risiko daerah dibayar oleh penyakit tertentu. Pemerintah Daerah (orang
2. Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota TNI / Polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri dan pegawai swasta dibayar oleh pemberi kerja yang dipotong langsung dari gaji bulanan yang diterimanya. 3. Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri) dan peserta bukan pekerja (investor, perusahaan, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan), dibayar oleh peserta yang bersangkutan. Untuk jumlah iuran jaminan kesehatan bagi peserta pekerja penerima upah yang terdiri atas PNS, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai negeri akan dipotong sebesar 5% dari gaji atau upah per bulan, dengan ketentuan 3% dibayar oleh pemberi kerja, dan 2%dibayar oleh peserta.
Tapi, iuran tidak dipotong sebesar demikian secara sekaligus. Karena secara bertahap yang akan dilakukan mulai 01 Januari 2014 hingga 30 Juni 2015 adalah pemotongan 4% dari gaji atau upah per bulan, dengan ketentuan 4% dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% dibayar oleh Peserta.
Kemudian, mulai 01 Juli 2015, pembayaran iuran 5% dari gaji atau upah per bulan itu menjadi 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1% oleh peserta.
Sementara bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar kemampuan dan kebutuhannya. Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa : - Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per bulan - Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang per bulan - Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orang per bulan
Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan apabila ada keterlambatan, akan dikenakan denda administratif sebesar 2% dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 bulan. Dan besaran iuran jaminan kesehatan ditinjau paling lama dua tahun sekali yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Cara Mendaftar JKN Bagi karyawan swasta, Anda bisa mendaftar melalui perusahaan tempat Anda kerja. Kemudian perusahaan akan mendaftarkan Anda ke kantor Askes yang sekarang sudah berganti nama jadi BPJS Kesehatan. Perusahaan kemudian membayar iuran sebesar yang
sudah ditentukan pemerintah ke bank yang ditunjuk BPJS Kesehatan, yaitu Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, dan Bank Rakyat Indonesia. Setelah konfirmasi pembayaran, perusahaan akan mendapatkan kartu BPJS Kesehatan untuk karyawannya. Sedangkan bagi pekerja bukan penerima upah, seperti wiraswasta, investor, petani, nelayan, pedagang keliling, dan lainnya, pendaftaran bisa dilakukan dengan langsung mendatangi kantor BPJS Kesehatan yang ada di provinsi, kabupaten, maupun kota terdekat. Kemudian mengisi formulir dan menunjukkan salah satu kartu identitas, seperti KTP, SIM, KK, atau paspor. Masyarakat juga bisa menghubungi call center di 500400, atau melalui internet dan mobile dengan mengakses www.bpjs-kesehatan. go.id. Masyarakat juga bisa mendatangi BPJS Center atau posko BPJS 24 jam yang tersedia di kantor perwakilan dan divisi regional. (Vivi)
Referensi: http://www.jpnn.com/ read/2014/01/05/209090/Ini-CaraMendaftar-BPJS-Kesehatanhttps://id-id.facebook.com/notes/ koran-fesbuk/apa-itu-jkn-danbpjs-kesehatan-yuk-kita-bahasbersama/10152170077759532
April 2014 | Samantabadra
65
cerita sutra
Pangeran Yang Welas Asih 66
Samantabadra | April 2014
D
ahulu kala ada seorang maha raja bernama Daisen di India. Ia memerintah sebuah kerajaan besar dan karena pemerintahannya penuh kedamaian dan makmur, Raja Daisen dihormati oleh seluruh rakyat. Selain kekayaan yang besar, beliau mempunyai lima anak lakilaki, masing-masing dari mereka terkenal memiliki sifat yang khas. Pangeran yang tertua, masyur karena kebijaksanaannya, pangeran ke dua terkenal karena keterampilannya dalam berbagai kesenian dan ukir-ukiran. Pangeran ke tiga dikagumi karena kegagahannya, pangeran ke empat karena kekuatannya yang luar biasa, dan pangeran ke lima yang bungsu, terkenal karena welas asih dan rejekinya yang baik. Suatu kali kelima anak ini berdebat tentang sifat kebijakan siapa yang paling bermanfaat, namun mereka tidak dapat mencapai kesepakatan jawaban atas pertanyaan tersebut. Akhirnya mereka berlima memutuskan untuk pergi ke negeri asing dan membuktikan keunggulan mereka masing-masing. Pangeran pertama yang terkenal atas
kebijaksanaannya, pergi ke sebuah negara di mana terdapat dua suku yang bertikai satu sama lain. Dahulu mereka bersahabat, namun karena hasutan dari pihak yang ingin menghancurkan negara tersebut, mereka bersaing dan berkelahi dalam peperangan. Pangeran pertama bermaksud mendamaikan mereka dengan kebijaksanaan yang dimilikinya. Ia mengunjungi salah satu ketua suku dengan membawa ratusan hadiah makanan dan barang-barang lain. Ia mengaku sebagai pesuruh dari kepala suku yang satunya. “Tuanku mengatakan bahwa hubungan suku kita telah dibuat buruk oleh berbagai fitnahan dari orang-orang yang ingin menjatuhkan kita, tapi jika dipikir lebih dalam, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk bermusuhan satu sama lain. Tuanku merasa sangat kehilangan persahabatannya dengan Anda. Jika kedua suku kita dapat melupakan pertikaian di masa lalu, saya yakin Tuanku dan Anda akan bergembira. Terimalah pemberian ketulusan hatinya untuk Anda ini,� ucap sang
pangeran yang menyamar, sambil menyerahkan hadiah dan makanan kepada ketua suku. Melihat ketulusan dan niat baik dari sang pangeran, yang ia kira sebagai pesuruh dari suku rivalnya, ketua suku dengan gembira menerima persembahan tersebut sambil berkata, “Saya telah lama menanti untuk melanjutkan kembali hubungan akrab kita. Sampaikan rasa maaf saya pada tuanmu karena tidak menyatakan hal itu lebih dulu.� Setelah sukses mendapatkan simpatik dan niat berdamai dari ketua suku, pangeran yang bijaksana pergi kepada ketua suku yang lain dan mengatakan dan memberikan hal yang serupa padanya. Permusuhan yang telah lama terjadi pada kedua suku sirna saat itu. Kedua ketua suku bersamasama mengadakan sebuah perjamuan makan besar untuk merayakan perdamaian di antara mereka bersama seluruh pengikut mereka. Tidak lama setelah itu, kedua ketua suku akhirnya mengetahui bahwa kedamaian yang terjadi di antara mereka April 2014 | Samantabadra
67
adalah berkat upaya dan kebijaksanaan sang pangeran pertama. Berkat jasanya, kedua ketua suku menghadiahkan pangeran pertama dengan seratus keping emas. Emas tersebut ia bawa pulang untuk membuktikan kepada saudara-saudaranya nilai dari kebijaksanaannya. Pangeran ke dua yang dibekali kemahiran dalam kesenian dan ukiran pergi ke sebuah negeri yang rajanya senang berdansa. Ia membuat sebuah boneka mekanik dari potongan kayu yang tumbuh di negeri itu. Boneka tersebut sangat mirip dengan manusia. Ia hias boneka tersebut dan ia kenakan pakaian seperti layaknya manusia. Setelah selesai membuatnya, ia pergi dan membawanya menghadap raja. Ketika tiba di istana, pangeran kedua memperkenalkan diri dan bonekanya. “Paduka tuanku, saya akan perkenalkan seorang penari yang luar biasa. Izinkanlah saya mempertunjukkan pada paduka. Saya yakin paduka akan gembira dengan tariannya.� Permohonannya dikabulkan. Seluruh keluarga raja dan para bangsawan bersama-sama melihat pertunjukan itu. 68
Samantabadra | April 2014
Pangeran dan bonekanya berdansa, seolah-olah boneka itu hidup. Para penonton memuji tarian mereka dan merasa benar-benar terhibur. Namun ketika tarian hampir selesai, kepala boneka itu menghadap ke arah permaisuri. Raja yang melihat hal ini cemburu dan dengan marah memerintahkan agar penari itu dipenggal. Pangeran meminta ampun, namun sebelum pangeran dapat memberi penjelasan lebih lanjut, sang raja telah mengambil pedangnya dan mengayunkannya keleher boneka itu. Hal yang terjadi sesudahnya membuat semua orang yang ada di dalam aula istana terpana. Leher yang dihunuskan oleh pedang tidak mengeluarkan darah. Hanya ada serpihan kayu yang terpapar setelah pedang dicabut. Sang raja dan hadirin seketika terdiam dan kaget, tetapi sesaat kemudian mereka tersadar, dan berbalik antusias, mengetahui bahwa penari yang mereka kira manusia ternyata adalah hasil karya ukiran yang begitu halus dari pangeran kedua. Sang pangeran dengan penuh kemenangan pulang ke
rumah dengan seratus keping emas dari raja itu. Pangeran ke tiga yang luar biasa tampannya, pergi ke negara lain. Di mana pun ia berjalan di kota itu, ia selalu diikuti oleh sekumpulan orang yang terpesona oleh ketampanannya. Orang-orang berlomba-lomba untuk mengundangnya ke rumah mereka dan mereka mempersembahkan berbagai macam makanan yang lezat dan permatapermata yang berharga. Terlebih lagi para wanita bangsawan. Mereka berlomba satu sama lain dalam menghadiahkan pangeran ketiga dengan seluruh harta benda simpanan mereka. Pangeran ini dengan bangga kembali ke rumah bersama seluruh hadiahhadiah ini. Pangeran ke empat, yang memiliki badan kekar dan kuat, pergi ke negeri yang jauh. Di sana terdapat sebuah sungai besar yang deras. Tiba-tiba ia melihat sebuah kayu gaharu gelondongan dibawa oleh arus yang deras. Pangeran itu spontan terjun ke sungai. Ia berenang menerjang arus sungai ke arah gelondong kayu dan menariknya ke tepi
sungai. Semangat dan kekuatannya mengesankan beberapa penduduk yang menyaksikan aksinya. Pada waktu itu ia hanya berpikir alangkah sayangnya kayu gaharu yang besar dan bagus itu hanyut begitu saja. Siapa sangka, ternyata pada saat bersamaan, raja negeri tersebut sedang memerlukan sejumlah besar kayu gaharu. Penduduk yang tadi menyaksikan aksi pangeran keempat, memberitahunya perihal ini. Tanpa pikir panjang, pangeran membawa kayu itu ke istana untuk kebutuhan sang raja. Ia pun diberi imbalan berupa 500 keping emas serta sejumlah besar permata-permata. Pangeran ke lima, yang dikenal karena welas asihnya yang besar, pergi ke sebuah negeri yang makmur. Suatu sore dalam pertengahan musim panas, ia berhenti untuk istirahat dan tertidur di bawah naungan sebuah pohon. Sejenak sesuatu yang aneh mulai terjadi. Meskipun bayang-bayang dari pepohonan yang lain bergerak mengikuti pergeseran matahari, bayangan yang satu itu tidak bergerak tetapi terus menerus memberikan pangeran keteduhan yang
menyenangkan. Pada waktu itu, raja negeri itu baru saja wafat tanpa ahli waris, dan para menterinya sedang bersungguh-sungguh mencari seseorang yang welas asih seperti rajanya terdahulu. Satu dari para menteri ini kebetulan lewat di mana pangeran itu tidur dan memperhatikan fenomena bayangan teduh yang menyelimuti sang pangeran, walaupun arah sinar matahari seharusnya menjauhkan bayangan teduh dari tempatnya berada. Ia merasa bahwa ini adalah pertanda bahwa orang yang dilihatnya adalah orang yang memiliki welas asih yang besar, sehingga alam pun melindunginya. Ia cepatcepat kembali ke istana dan melaporkan apa yang telah dilihatnya kepada menterimenteri yang lain. Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk menemui pangeran kelima dan menanyakan kepadanya apakah ia berkenan untuk menjadi raja negeri mereka yang baru. Para menteri dan segenap warga istana segera menyusun sebuah pawai besar untuk menyambutnya. Mereka dengan khidmat menuju ke
tempat pangeran itu dan mengiringinya kembali ke istana. Jubah, pedang dan seluruh kepunyaan raja terdahulu dengan hormat diberi pada pangeran dan ia dengan hormat menerima permintaan mereka. Setelah ia naik tahta, negeri itu merasa lebih damai dan makmur. Pangeran ke lima yang saat itu telah menjadi raja, mengundang keempat saudaranya ke kerajaannya yang baru dan menyerahkan mereka pangkat dan kekayaan yang setimpal. Ia lalu berkata, “seseorang yang memiliki rejeki yang baik dapat menjadi penguasa yang baik. Kebijaksanaan, kepandaian dalam kesenian-kesenian, kecantikan dan kekuatan mempunyai kegunaannya masing-masing, tetapi dibandingkan dengan kekuatan welas asih dan rejeki yang baik, mereka semua ini seperti para menteri-menteri kepada raja.� Pangeran yang berejeki baik ini dikisahkan sebagai Buddha Sakyamuni pada suatu kehidupan di masa lampau dan keempat orang saudaranya adalah murid utama beliau. eee April 2014 | Samantabadra
69
Ilustrasi : Helix, Lita
KIBA & KRUBU
Ide cerita : Samanta
Letakkan Sepatu Pada Tempatnya
Hari minggu pagi yang cerah, Kba tiba di Vihara Sadaparibhuta untuk gongyo pagi bersama dan mengikuti pertemuan. Ia berpakaian rapih dan bersemangat untuk mendengar kata-kata Buddha.
Kiba meletakkan sepatunya dengan rapih di rak yang telah di sediakan.
Di lain kesempatan, Krubu juga tiba di Vihara Sadaparibhuta. Ia terlihat mengantuk. Sebenarnya Krubu malas berangkat, Namun karena ibunya terus mendorongnya, akhirnya Krubu pun berangkat dengan penampilan seadanya.
Walau sudah ada rak, dengan cueknya Krubu melepas sendalnya begitu saja di lantai. Melihat sepatu Krubu diletakkan begitu saja di lantai, umat lain yang datang belakangan merasa cuek saja meletakkan sandal dan sepatu di lantai.
Teman-teman lain yang melihat sikap Kiba, ikut meletakkan sepatu di rak yang ada. Berkat teladan sikap Kiba, kebersihan Vihara Sadaparibhuta tetap terjaga. Suasana pun nyaman.
70
Samantabadra | April 2014
Sedangkan sikap Krubu yang cuek membuat Vihara Saddharma kotor. Sepatu yang berserakan dapat membuat orang lain tersandung dan celaka.
kesehatan
Waspada Mengonsumsi Saus S
ekarang ini, ada banyak saus yang tidak dibuat dari buah cabai asli. Bahkan, beberapa saus awetan menggunakan pewarna kain atau pewarna sintesis lainnya untuk mendapatkan warna merah cerah layaknya buah cabai merah. Penggunaan pewarna buatan untuk bahan makanan tentu perlu diwaspadai karena tidak baik bagi kesehatan. Zat pewarna sintesis disinyalir dapat menjadi pemicu timbulnya kanker, asma parah, khususnya pada anakanak, serta gangguan sistem pembuangan. Berikut adalah dua pewarna non-makanan yang umumnya beredar di pasar: • Rhodamin B Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan, dan jika berada di dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar. Zat ini sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, kulit, mata, dan saluran pencernaan, serta bahaya kanker hati.
Martinus
• Pewarna kuning metanil Zat pewarna kuning metanil adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan cat berbentuk serbuk atau padat yang berwarna kuning kecoklatan. Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, kulit dan mata, serta bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih. Apabila tertelan pewarna ini dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah.
Cek komposisinya, baca di label kemasannya, apakah menggunakan bahan yang umum atau asing. Jika produsen tidak mencantumkan persentase dan takaran yang terkandung secara jelas, lebih baik Anda memilih merek lain yang mencantumkan komposisi lebih jelas. 3. Warna saus tidak terlalu mencolok Perhatikan warna saus sambal. Jika warnanya tampak merah kekuning-kuningan, atau oranye, maka saus ini tidak baik untuk dikonsumsi karena mengandung zat pewarna sintesis. Saus yang aman untuk dikonsumsi adalah saus yang berwarna merah cabai segar. 4. Mengeluarkan aroma alami cabai dan tomat Cerdas Memilih Saus yang Saus yang higienis akan Berkualitas mengeluarkan aroma dari Agar saus sambal yang bahan baku pembuatannya, dikonsumsi bermutu baik, yakni aroma cabai atau tomat. berikut beberapa ciri saus Sedangkan saus yang non yang higienis : higienis mengeluarkan aroma 1. Terdapat logo Depkes dan bahan kimia menyengat. BPOM Referensi: Pastikan pada kemasan Nana, ervina. 2011. http://ervinanana. saus terdapat logo Depkes blogspot.com/2011/11/bahaya-makananatau Badan Pengawas Obat yang-menggunakan-zat.html (diakses pada 23-5-2013). dan Makanan (BPOM). http://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/ Adanya tanda ini berarti dampak-mengkonsumsi-saus-pada-jajanan. saus tersebut sudah lulus html (diakses pada 23-5-2013). BaliPost. http://www. uji layak konsumsi. balipost.co.id/mediadetail. 2. Menyertakan komposisi php?module=detailberitaminggu& dengan persentase dan kid=24&id=55686 (diakses pada 23-52013). takaran yang jelas http://duniafitnes.com
April 2014 | Samantabadra
71
resep
Pastel
Oleh : Ibu Oking D, Bogor
Bahan Isi : 100 gram ayam cincang 100 gram soun. Seduh dan potong pendek-pendek. 100 gram wortel rebus cincang 100 gram buncis 2 sdm daun seledri cincang 2 sdm mentega Âź sdt lada Âź sdt penyedap rasa 1 sdt garam 1 sdt gula 3 sdm kecap manis 3 sdm bawang goreng Pelengkap : potongan telur rebus
72
Samantabadra | April 2014
Bahan Kulit : 500 gram terigu segitiga 150 gram mentega (bisa diganti minyak). Panaskan. 1 butir telur 150 gram air Cara Membuat : 1. Semua bahan kulit diaduk rata, giling tipis. 2. Semua bahan isi ditumis dengan mentega. 3. Bahan isi kemudian dimasukkan ke dalam adonan kulit, lalu dibentuk menjadi pastel. 4. Goreng hingga menguning.
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan April 2014 TGL
HARI 1 Selasa 2 Rabu 3 4 5 6
Kamis Jumat Sabtu Minggu
7 Senin 8 Selasa 9 Rabu
10 11 12 13 14 15 16
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
17 18 19 20
Kamis Jumat Sabtu Minggu
21 Senin 22 Selasa 23 Rabu
24 25 26 27 28
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin
29 Selasa 30 Rabu
JAM
KEGIATAN
19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 19:00 Ceramah Gosyo 10:00 10;00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul 19:00 19:00 10:00 14:00 19:00
Pertemuan Anak Cabang / Ranting Pertemuan PK‐2 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok Pertemuan Lansia Umum Pertemuan 4 ( empat ) Bagian
14:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum 14:00 Pendalaman Gosyo 19:00 Dokyo Syodai Peringatan Pertama Kali Penyebutan Nammyohorengekyo
19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul
TEMPAT
KET
lt 2 V. Sadaparibhuta lt 2 V. Sadaparibhuta
Pusat Pusat
lt 4 V. Sadaparibhuta lt 1 V. Sadaparibhuta lt 2 V. Sadaparibhuta lt 2 V. Sadaparibhuta lt 2 V. Sadaparibhuta Lt.1 , Gd. STAB
Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat
Daerah Masing² lt 2 V. Sadaparibhuta
Pusat
Daerah Masing²
Daerah Masing²
Daerah Masing² Daerah Masing² RRBP
Daerah Masing²
Daerah Masing² V. Vimalakirti Tangerang Daerah Masing²
Pusat Pusat
Daerah Masing² Mahavihara Saddharma Mahavihara Saddharma lt 2 V. Sadaparibhuta lt 4 V. Sadaparibhuta
Pusat
lt 2 V. Sadaparibhuta lt 2 V. Sadaparibhuta
Pusat Pusat
April 2014 | Samantabadra
73
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
74
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
Samantabadra | April 2014
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241
Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen
Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang
Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali
Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep
Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510