Samantabadra U
SAMANTABADRA |MEI 2014 | NOMOR. 244
Marching Band Mandarava NSI pada gerak jalan santai “Eye Donor Awareness” 2014
ntuk Masa Akhir Dharma seperti ini, pembabar utama Buddha Sakyamuni mengumpulkan Tathagatha Prabutaratna dan para Buddha Bunsyin dari 10
penjuru. Beliau meninggalkan sebuah obat manjur, yakni lima aksara Myo-ho-renge-kyo. (Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma)
gosyo kensyu PERIHAL PENCAPAIAN KESADARAN BUDDHA BAGI WANITA liputan JALAN SANTAI “EYE DONOR AWARENESS 2014” liputan KENSYU GENERASI MUDA MARET 2014
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
M
e
i
2 0 1 4
05 # 244
K e n s y u Generasi Muda NSI Maret 2014
S
eluruh ajaran yang dikhotbahkan Buddha Sakyamuni sebenarnya tidak lebih dari satu ajaran tunggal. Pencapaian kesadaran Buddha dari seluruh Buddha terdapat dalam Saddharma (Myoho), enam Paramita dari kaum Bodhisattva terdapat dalam Pundarika (Renge), sedangkan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum Sravaka dan Pratyekabuddha terdapat dalam Sutra (Kyo) (Surat Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha bagi Wanita)
Dari Redaksi
Nam-myoho-renge-kyo,
M
enjadi orang yang dapat mengamalkan dan melaksanakan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari ternyata bukanlah hal yang mudah. Kita dihadapkan pada tantangan melawan kesesatan pokok jiwa diri sendiri, yang seringnya sulit kita sadari. Kerap kali fakta diputarbalikkan demi pemakluman sikapsikap yang sesungguhnya bertentangan dengan nilai-nilai ajaran. Agar tidak terjebak dalam kondisi hidup seperti ini, kita perlu membiasakan diri untuk mengingatkan diri sendiri, sekejap demi sekejap perasaan jiwa, selalu ingin selaras dengan pergerakan hukum Nammyohorengekyo; menjalankan hidup di atas dasar perasaan jiwa dunia Buddha, sehingga kita bisa menjadi orang yang bahagia dan mampu membahagiakan orang lain. Bulan ini Samantabadra memuat liputan peran aktif Ketua Umum NSI dalam beberapa kegiatan lintas agama, termasuk dukungan terhadap pemilu 2014 melalui doa bersama yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat, di Jakarta. Artikel wawasan oleh Gita Wirjawan dan Tri Bangun L. Sony kiranya dapat menjadi inspirasi dan menambah pengetahuan para pembaca dalam hal ekonomi kebangsaan dan lingkungan hidup. Kami berharap, materi yang disajikan dalam Samantabadra dapat mengilhami para pembaca terhadap pentingnya mewujudkan sikap hidup yang baik melalui pendalaman ajaran Buddha dan wawasan umum. eee
Mei 2014 | Samantabadra
1
Samantabadra Samantabadra CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta
Marching Band Mandarava NSI pada gerak jalan santai “Eye Donor Awareness” 2014
U
ntuk Masa Akhir Dharma seperti ini, pembabar utama Buddha Sakyamuni mengumpulkan Tathagatha Prabutaratna dan para Buddha Bunsyin dari 10
penjuru. Beliau meninggalkan sebuah obat manjur, yakni lima aksara Myo-ho-renge-kyo.
LIPUTAN Kensyu Generasi Muda NSI Maret 2014 Gerak Jalan “Eye Donor Awareness 2014” Studi Banding Kerukunan Delegasi Thailand Diskusi Perspektif Ekonomi Seruan Pemuka Agama untuk Pemilu Damai Doa Bersama untuk Sukses Pemilu MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Wanita Gosyo Cabang Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma Forum Diskusi Mari Kunjungan Anggota
SYIN GYO GAKU Menyadari Makna HidupMati Berdasarkan Hukum Buddha
(Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma)
3 6 13
16 20 22 23 25 26
27 40 52
57
Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
2
SAMANTABADRA |MEI 2014 | NOMOR. 244
daftar isi
Samantabadra | Mei 2014
gosyo kensyu PERIHAL PENCAPAIAN KESADARAN BUDDHA BAGI WANITA liputan JALAN SANTAI “EYE DONOR AWARENESS 2014” liputan KENSYU GENERASI MUDA MARET 2014
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
M
e
i
2 0 1 4
Mei 2014
Halaman Muka
K
etua umum NSI bersama para pemuka agama lain saling bergandengan tangan seusai acara doa bersama untuk sukses pemilu 2014 di kantor KPU Pusat di Jakarta. Berita selangkapnya di halaman 16
05 # 244
REFLEKSI Menjadi Orang yang Berpengaruh Baik
60
INSPIRASI Gita Wirjawan : Masa Depan 62 Bangsa di Tangan Kita WAWASAN Peran GM Mencipta Gaya Hidup Sehat Buddhism and Kartini’s Spirit in Modern Women’s Life Menjelaskan Pentingnya Privasi Tubuh pada Anak
65
67 70
KESEHATAN Hati-Hati dengan Buah Berpengawet
71
BERITA DUKA CITA
73
RESEP AYAM KREMES
74
JADWAL KEGIATAN
75
VIHARA DAN CETYA NSI
76
PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Megah Ria, Silviani, Udin Tirta, Sudana, Kyanne Virya, Prasetyo, Arya, Denny Surya, Martinus STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
16
20
23
25
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja “Surat Perihal Stupa Pusaka” Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 29-30 Maret 2014
Nammyohorengekyo, Gosyo kali ini membahas perihal Stupa Pusaka. Stupa itu seperti yang terdapat di Candi Borobudur, yang unjungnya mengerucut. Ada juga bentuk yang lain, seperti di Tiongkok bentuknya lebih seperti menara. Kemunculan Stupa Pusaka pada Saddharmapundarikasutra menunjukkan bahwa sutra ini unggul, bahkan dirasakan sebagai Raja dari Sutra, seperti yang dikatakan oleh Buddha Sakyamuni maupun oleh Buddha Niciren Daisyonin. Buddha Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa Upacara Antariksa adalah peristiwa kejiwaan. Jadi ketika kita mencoba mendengar untuk memahami, maka Menara Pusaka atau Stupa Pusaka itu adalah peristiwa kejiwaan. Stupa Pusaka yang dimaksud sebagai peristiwa kejiwaan bukanlah suatu bangunan seperti yang terdapat di Candi Borobudur, atau di Tiongkok. Karena itulah Gosyo Surat Balasan
Kepada Abutsubo ini nama lainnya adalah Munculnya Stupa Pusaka. Yang dimaksud di sini adalah bahwa Stupa Pusaka itu adalah Gohonzon; Stupa Pusaka itu adalah Nammyohorengekyo; Stupa Pusaka itu adalah kesadaran Buddha yang muncul dari dalam jiwa kita. Niciren Daisyonin mengatakan, “Myohorengekyo itu seperti badan kita. Kepala adalah Myo, leher adalah Ho, dada adalah Ren, perut adalah Ge, kaki adalah Kyo.” Jadi badan kita adalah Myohorengekyo. Badan kita juga terdiri dari lima unsur, yaitu tanah, air, api, angin dan ruang. Oleh karena itu, badan kita adalah alam semesta, alam semesta juga badan kita. Maka dikatakan bahwa Abutsubo adalah Stupa Pusaka, Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Kita semua adalah Stupa Pusaka, Stupa Pusaka adalah kita. Badan kita tercerahkan dengan Tujuh Pusaka, maksudnya adalah kemampuan kita yang baik, yaitu :
1) Mendengar (mon), berarti mendengar untuk mengerti dan memahami, sehingga kita dapat mengetahui keagungan dari ajaran Sang Buddha, dan hukum agama Buddha 2) Percaya (syin), berarti walau filsafat yang didengar dengan kemampuan sendiri masih belum dapat dipahami makna sesungguhnya, tetapi tidak ragu-ragu atas kebenaran dan dari dasar jiwa dapat menerimanya. 3) Menjaga pantangan (kai) mempunyai makna mencegah kesalahan dan menghentikan kejahatan agar dapat dilaksanakan hukum sakti secara tepat dengan sikap tidak mundur, tanpa terjerumus ke dalam kesesatan maupun
Mei 2014 | Samantabadra
3
ceramah gosyo harus membangun dirinya dengan 7 Pusaka. 4) Menekadkan Di sisi lain, kaitannya hati (jo), berarti dengan ziarah orang menetapkan hati keturunan tionghoa atau sendiri pada Myoho, cengbeng, kalau cengbeng hingga menegakkan berbarengan dengan kegiatan diri sendiri pada kensyu, biasanya sebagian keyakinan yang tak umat memilih untuk cengbeng. tergoyahkan. Namun semakin ke sini, umat tetap banyak yang ikut 5) Menjalankan kensyu, cengbeng dilakukan pertapaan (syin), sebelum atau setelah kensyu. mempunyai arti Ceng artinya ziarah, beng maju dengan tulus artinya terang. Cengbeng ikhlas hingga terutama tradisi orang-orang dapat meneruskan keturunan Tionghoa, di Jepang pelaksanaan dengan tidak pernah melemah. juga dikenal ziarah seperti ini untuk menghormati orang tua. Tradisi ini bagus, membuat 6) Membuang kita ingat budi orang tua atau keterikatan hawa leluhur kita dan yang lainnya. nafsu (sya), berarti membuang keterikatan Karena kita adalah orangorang yang menghiasi diri kita hawa nafsu dan dengan 7 Pusaka berarti ingat keinginan diri sendiri budi. Agama Buddha Niciren demi Hukum Agama memang unggul, dan karena Buddha. Buddha Niciren tahu, makna 7) Meninjau diri cengbeng juga diajarkan (zan), berarti merasa kepada kita, kita ingat jasa malu dan bertobat atas dan budi orang yang telah kekurangan diri sendiri meninggal. Bukan setahun terhadap ajaran sang sekali tetapi sehari dua kali, Buddha. saat kita gongyo di doa ke lima. Jadi setahun kita 2 x 365 Kita semua adalah “stupa”, kali = 730 kali cengbeng. tapi belum menjadi “Stupa Cengbeng bermakna balas Pusaka.” Kita semua harus budi kepada orang tua, bukan bisa menjadi “Stupa Pusaka”, hanya sekedar membersihkan itulah sebabnya kita perlu kuburan. Malah biasanya menjalankan pertapaan agama ada orang-orang sekitar Buddha. Pada masa Akhir yang tinggal di komplek Dharma, kita yang berjodoh pemakaman yang bisa kita dengan agama Buddha Niciren bayar untuk membersihkan. Syosyu, berjodoh dengan Kensyu sewajarnya jangan Buddha Niciren, menjadikan ditinggalkan, karena kensyu kita orang-orang terpilih yang membuat kita tercerahkan, harus menghiasi dirinya, keragu-raguan.
4
Samantabadra | Mei 2014
maka kensyu jangan kalah dari acara-acara lain. Bukan berarti kita dilarang untuk menghadiri atau mengikuti acara lain, tetapi pola pikir kita harus senantiasa memprioritaskan kensyu. Kita harus pahami seperti itu. Kita harus menjadikan badan kita benar-benar dihiasi oleh 7 Pusaka. Jiwa dan raga kita pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mendengar, percaya, dan kelima kemampuan pusaka lainnya, namun tertutup oleh keserakahan, kemarahan, dan kebodohan (tiga racun). Oleh karena itu, agar ketujuh pusaka di dalam diri kita dapat bersinar kembali, kita perlu menjalankan pertapaan Agama Buddha kita, yaitu menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh hati (daimoku), serta membaca Bab 2 dan Bab 16 dari Saddharmapundarikasutra (gongyo) tiap hari pagi dan sore. Menyebut mantra Nammyohorengekyo (daimoku) adalah pertapaan pokok, dan membaca Saddharmapundarika-sutra Bab 2 dan Bab 16 adalah pertapaan penunjang. Pertapaan agama Buddha ini kita lakukan dengan tujuan agar kita dapat memunculkan Kesadaran Buddha dari dalam diri kita. Dengan jiwa raga yang memancarkan sinar dari ketujuh pusaka, kita dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada banyak orang.
Ketua Umum
Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan walikota Bandung saat ini, Bapak Ridwan Kamil. Sebagai walikota, ia mengungkapkan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat Bandung. Hal ini dilakukan dengan cara, antara lain, membuat dirinya dapat dengan mudah dijangkau / dihubungi oleh pegawainya dan masyarakat kota Bandung. Setiap hari dia berusaha melayani masyarakat dengan baik. Ia mengatakan, bahwa manusia akan berarti kalau bisa banyak memberi manfaat kepada orang lain. Dengan tujuan luhur seperti itu, tidak heran jika ia akhirnya didukung dan dicintai masyarakat sebagai walikota, karena dia terus berpikir untuk kemajuan kota dan masyarakat Bandung, dia membuat taman, dan lainlain. Ia selalu memikirkan bagaimana membahagiakan masyarakat Bandung, bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat Bandung. Kita sebagai murid-murid Buddha Niciren, yang sudah mengetahui cara untuk memunculkan dan menggosok ketujuh pusaka di dalam diri kita, harus menggunakan potensi tersebut untuk memberi manfaat kepada orang banyak. Sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi, kita harus menjalankan syakubuku, artinya kita perlu memperkenalkan Nammyohorengekyo kepada
orang banyak. Hal ini berarti kita memberi manfaat kepada orang banyak dengan cara memperkenalkan Nammyohorengekyo dan menjalankan pelaksanaan agama Buddha. Penyebarluasan Saddharmapundarikasutra dan hukum agung Nammyohorengekyo, adalah dengan cara diberitahukan dari satu orang ke orang yang lain, seperti halnya estafet. Orang yang memberitahukan perihal Nammyohorengekyo biasanya telah merasakan kegembiraan dan kebahagiaan dalam hidup serta dapat mengatasi kesulitan dengan lapang dada. Semua karena hati kepercayaan yang kuat dan tulus kepada Nammyohorengekyo. Buddha Sakyamuni mengatakan, hanya mendengar kata-kata Buddha saja bisa membuat seseorang tenang dan bahagia. Ini baru mendengar saja, belum menyebut. Buddha Sakyamuni memberi sebuah ukuran kurnia dalam perumpamaan sebagai berikut. Ada seorang dermawan yang sangat kaya raya menyumbang terus menerus kepada orang banyak, tetapi kurnia yang diterima dermawan tersebut masih kalah besarnya dibanding orang yang memberitahukan ‘Hukum Buddha’ yang kurnianya dapat dirasakan sama besarnya oleh setiap orang dalam rangkaian “estafet�; tidak berkurang kurnianya walau terhadap
orang / pendengar yang ke sejuta sekalipun. Karena dengan menyebut Nammyohorengekyo ia bisa memaksimalkan kekuatan diri menjadi Stupa Pusaka, sehingga dirinya sendiri bisa bahagia dan bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Maka dikatakan kurnianya besar sekali, lebih besar dari pada seorang dermawan yang menyumbang terus menerus selama 80 tahun, karena orang ini tidak berusaha mengubah nasibnya. Oleh karena itu, berupayalah agar kita semua betul-betul menjadi Stupa Pusaka; mempraktikkan pertapaan agama Buddha sehingga kesadaran Buddha muncul dan kita menjadi orang yang arif. Dalam waktu dekat, segera kita akan jelang pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dalam rangkaian pemilihan umum (pemilu). Sebagai ketua umum, saya mengajak kepada semua umat NSI, ayo kita gunakan hak pilih kita dengan bijak. Berpartisipasi dalam pemilu adalah hak sekaligus kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia. Datanglah ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) terdekat dan gunakan hak pilih kita. Kita bersikap pro-aktif, mencari tahu informasi seputar calon-calon legislatif yang ada di wilayah kita, maupun calon presiden. Pilihlah dengan dasar perasaan jiwa dunia Buddha. eee
Mei 2014 | Samantabadra
5
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi “Surat Perihal Stupa Pusaka� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 29-30 Maret 2014
Nammyohorengekyo,
walaupun usianya sudah lanjut, 80 tahun, mungkin Dalam Gosyo ini Abutsubo karena seorang samurai bertanya kepada Niciren maka masih nampak kuat/ Daisyonin tentang apakah gagah. maksudnya Prabutharatna Suatu hari ketika salju Tathagata dan Stupa turun sangat lebat yang Pusaka yang muncul dari diceritakan tumpukan salju bumi? Abutsubo adalah itu setinggi lutut, di depan murid Niciren Daisyonin rumah Abutsubo ditemukan yang awalnya menganut seorang yang sedang pingsan, Nembustu/Buddha Amitaba, kemudian orang tersebut konon kabarnya Abutsubo ditolong oleh Abutsubo adalah pengawal Kaisar dan diberi makan bubur, Juntoku yang dijatuhi mungkin orang tersebut hukuman pembuangan pingsan karena udara yang di Pulao Sado, karena itu sangat dingin dan kelaparan Abutsubo akhirnya menetap karena tidak ada makanan di Pulau Sado. Tetapi ada juga yang tersedia, orang ini yang berpendapat bahwa adalah Nikko Syonin, murid Abutsubo memang penduduk setia Niciren Daisyonin yang asli Pulau Sado. selalu mendampingi Niciren Abutsubo mendengar Daisyonin. Begitu juga ketika ada seorang bhiksu (Niciren Niciren Daisyonin menjalani Daisyonin) yang dibuang di hukuman pembuangan di Pulau Sado karena bhiksu Pulau Sado ini, Nikko Syonin tersebut telah mengecam yang mengurus segala Ajaran Nembutsu, yaitu keperluan, baik dalam hal ajaran yang di anut oleh mencari bahan makanan Abutsubo, maka ia marah maupun bahan-bahan untuk dan berusaha mencari bhiksu menulis gosyo. Dan karena tersebut untuk berdebat, menghindari ancaman dari 6
Samantabadra | Mei 2014
sekte lain yang mengancam keselamatan, maka Niciren Daisyonin jarang keluar dari gubuk tempat tinggalnya. Ketika sadar dari pingsan, dan disuapi bubur, Nikko Syonin menolak, karena ingat gurunya yang juga kelaparan, belum makan. Melihat sikap Nikko Syonin yang seperti ini timbul pertanyaan dalam hati Abutsubo, kalau sikap muridnya saja seperti ini, gurunya pasti orang yang baik, dan guru dari Nikko Syonin ini adalah Niciren Daisyonin, kemudian oleh Abutsubo selain Nikko Syonin diberi makan bubur, juga diminta membawa bubur untuk gurunya, sejak saat itu pandangan Abutsubo kepada Niciren Daisyonin berubah total, ia sering berkunjung ke gubuk tempat Niciren Daisyonin tinggal untuk berdialog tentang Hukum Buddha dan akhirnya menjadi salah satu murid yang setia.
Ketua Dharma
Cerita lain mengenai Abutsubo adalah ketika Niciren Daisyonin tinggal di Gunung Minobu setelah bebas dari hukuman di Pulau Sado tahun 1274, dalam usia lebih dari 80 tahun sudah 3 kali dalam 5 tahun mengunjungi Niciren Daisyonin, dengan menempuh perjalanan 20 hari lebih yang sulit, menyeberangi lautan hanya dengan perahu kecil, naik gunung, menuruni lembah dengan membawa sumbangan berupa makan dan uang untuk diserahkan kepada Niciren Daisyonin. Pada usia 91 tahun Abutsubo wafat. Luar biasa sekali kuatnya hati kepercayaan Abutsubo. Stupa Pusaka yang ditanyakan oleh Abutsubo dalam gosyo ini sebenarnya adalah gambaran dari Saddharmapundarika-sutra. Seperti kita ketahui bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah terdiri dari 28 bab. Pada bab 1, digambarkan ketika Buddha Sakyamuni sedang bermeditasi berdasarkan Hukum Tunggal (Nammyohorengkyo) turun hujan Bunga Mandarava, bumi berguncang 6 kali, dan masih banyak lagi perumpamaanperumpamaan tentang Buddha Sakyamuni, misalnya seperti dari keningNya mengeluarkan sinar ke seluruh alam dan sebagainya. Bab 2, seperti
yang kit abaca ketika gongyo “hoben pon” dan seterusnya. Ketika Buddha sadar dari meditasiNya lansung menyapa kepada Sariputra, ‘Niji seson ju sanmai dan seterusnya. Yang artinya, bahwa Prajna Buddha itu dalam dan luas dan seterusnya. Jadi ceritanya di dalam bab 2 Saddharmapundarika-sutra itu diterangkan, bahwa semua umat manusia itu memiliki Jiwa Buddha dan kehadiran Buddha di dunia ini adalah untuk membuka Jiwa Buddha setiap umat manusia. Atau menyadarkan setiap umat manusia tentang adanya Jiwa Buddha dalam dirinya, kemudian membimbing umat memasuki Jalan Kebuddaan. Tujuannya hanya satu, ingin membuat semua umat manusia menjadi Buddha, sama seperti diriNya dan tidak ada perbedaan. Jadi dalam ajaran sebelum Saddharmapundarikasutra, yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni selama 42 tahun, umat baru diangkat ke tingkat Ajaran Sravaka, Pratekya Buddha dan Bodhisattva, belum diterangkan mengenai Kesadaran Buddha. Setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra bab 2, baru diterangkan, bahwa dalam diri setiap umat manusia sudah memiliki Jiwa Buddha. Dulu mungkin orang berpikir untuk
mendapatkan JIwa Buddha harus mencari di luar dirinya, tetapi ternyata ada di dalam dirinya sendiri, maka ketika di terangkan mengenai 10 nyoze, hanya Sariputra sendiri yang memahami, sementara umat yang lain belum, sehingga Sariputra memohon kepada Buddha Sakyamuni, sebanyak 3 kali untuk menjelaskan agar lebih jelas lagi. Tetapi Buddha Sakyamuni tidak bersedia dengan mengatakan, ‘cukup, tidak perlu dijelaskan lagi, karena nanti umat yang tinggi hati tidak bisa menerima. Dan benar saja sebanyak 5.000 orang yang terdiri dari bhiksu-bhiksuni, upasaka-upasika, bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan pesamuan. Mereka tidak bisa menerima karena merasa dirinya yang telah menjalankan berbagai macam pertapaan sekian tahun lamanya tetapi dianggap sama dengan umat yang lain, termasuk dengan kaum wanita. Tetapi pada peristiwa itu Buddha Sakyamuni tidak berusaha menghentikan mereka, ketika mereka meninggalkan pasamuan dibiarkan saja. Dan setelah mereka pergi Buddha Sakyamuni mengatakan, “mereka itu seperti ranting dan daun yang tidak berguna”, mengira dirinya sudah sadar, padahal belum. Ini terdapat dalam bab 2 Saddharmapundarikasutra. Mei 2014 | Samantabadra
7
ceramah gosyo Bab 3, Bab Perumpamaan, terus memberikan perumaan hanya untuk menjelaskan, bahwa dalam Saddharmapundarika-sutra itu hanya ada satu tujuan, yaitu membuat semua umat manusia menjadi Buddha, jadi bukan untuk menjadi Sravaka atau Pratekya Buddha, maka dikatakan hanya untuk satu, Ekayana, bukan bukan 2 tujuan atau 3 tujuan, bukan Dwiyana atau Triyana. Jadi dari bab 2 sampai bab 9 Saddharmapundarika-sutra, diramalkan bahwa semua murid-murid di kemudian hari akan menjadi Buddha, dengan berbagai macam gelar Buddhanya, di mana tempatnya dan sebagainya. Sampai bab 9 seperti itu. Sedangkan bab 10 menjelaskan, bahwa dari seluruh sutra, baik yang sudah, sedang dan akan dijelaskan sutra yang paling unggul adalah Saddharmapundarikasutra. Kemudian juga menjelaskan cara pertapaan Saddharmapundarikasutra. Misalnya dengan cara membaca, menghafal, menyalin, menjelaskan, menerima, mempartahankan Saddharmapundarika-sutra ini terdapat di dalam bab 10 Saddharmapundarika-sutra. Ketika masuk pembabaran bab 11, tiba-tiba muncul sebuah Stupa besar sekali, yang dihisi oleh 7 benda pusaka yang indah 8
Samantabadra | Mei 2014
bergemerlapan, besarnya Stupa Pusaka di dalam Saddharmapundarikasutra digambarkan sebesar separuh bumi. Ini bukan kejadian yang sebenarnya, tetapi perumpamaan. Ketika Stupa Pusaka muncul, dari dalamnya terdengan suara yang mengatakan, bahwa apa yang dibabarkan Buddha Sakyamuni semua benar adanya. Jadi apa yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni (bab 1 s.d bab 10) sebelum Stupa Pusaka muncul adalah benar. Karena itu semua yang hadir di Pesamuan, di Gridakuta, Puncak Garuda ingin melihat siapa yang bicara tadi. Mahapatibana bertanya kepada Buddha Sakyamuni dan dijawab bahwa itu ada Tathagata Prabutaratna. Tathagata Prabutaratna sebelum menjadi Buddha dalam pertapaannya sudah berjanji akan selalu muncul dengan stupanya, untuk memberikan kesaksian bahwa apa yang dibabarkan itu adalah benar. Kemudian Buddha Sakyamuni menyucikan tempat itu, agar bisa dihadiri oleh para Buddha dari tempat lain. Dan Buddha Sakyamuni langsung menjulang tinggi ke antariksa untuk membuka pintu stupa itu dengan satu tangan kanan, seperti kita ketika membuka butsudan. Begitu dibuka bunyinya seperti engsel pintu yang sudah ratusa tahun tidak
dibuka. Begitu pintu terbuka Buddha Prabutaratna mempersilahkan Buddha Sakyamuni duduk di sebelahnya. Sementara peserta Pesamuan yang lain masih di bawah, oleh karena itu Buddha Sakyamuni dengan kekuatan gaibnya, mengakat mereka semua naik ke antariksa sehingga terjadi Pesamuan di Antariksa. Jadi yang semula Pesamuan di Gridakuta/Puncak Garuda menjadi pertemuan di Antariksa, setelah akhir pesamuan (bab 22), setelah stupa ini menghilang, pesamuan dilakukan kembali ke tempatnya semula, sampai selesai (bab ke 28). Jadi ada 2 tempat untuk 3 pesamuan. Dalam Gosyo pada awalnya menjelaskan, bahwa setelah menyatakan terima kasih kepada Abustsubo atas sumbangan-sumbangan uang dan barang semua sudah dilaporkan kepada Gohonzon, kemudian mengatakan, bahwa anda telah menanyakan dalam surat, apakah masudnya Prabutaratna Tathagata dalam Stupa Pusaka yang muncul dari bumi ini? Ini adalah hal yang maha peting, Maha Guru Tien-tai pernah menerangkan dalam Kitab Hoke Monggu, jilid ke delapan, bahwa ada 2 macam Stupa Pusaka, ketika Stupa Pusaka itu mucul, awalnya belum terbuka, maksudnya adalah Ajaran Syakumon, Bab 1 – 14, dikatakan Syakumon
Ketua Dharma
atau Ajaran Bayangan. Sedangkan dari bab 15 – 28 adalah Ajaran Sesungguhnya. Dikatakan Ajaran Bayangan (Syakumon) karena dalam Bab 1 – 14 masih menjelaskan tentang Buddha Sakyamuni sebagai Syijo Syokaku. Artinya masih sebagai Buddha yang mencapai kesadaran di India pada usia 30 tahun, di bawah Pohon Boddhi. Tetapi begitu memasuki pembabaran Saddharmapundarika-sutra bab 16, Buddha Sakyamuni mengatakan, Saya mencapai Kesadaran Buddha sudah sejak masa yang tidak terjangkau (500 asam keya kalpa koti). Maka dikatakan sebagai ajaran sejati / yang sesungguhnya. Kalau diibaratkan dengan bulan di kolam, maka bab 1 – 14 adalah bulan yang di dalam kolam, sedangkan bab 15 – 28 adalah bulan yang di langit. Sedangkan bab 11, (bab Munculnya Stupa Pusaka) adalah persiapan untuk memasuki kepada Ajaran yang Sesungguhnya (Bab 15 – 28), maka Mahaguru Tien-tai mengatakan, stupa yang tertutup itu adalah Ajaran Syakumon. Para murid Buddha, yang terdiri para Sravaka, Pratekya Buddha mereka hanya mengetahui, bahwa dalam jiwanya ada Dunia Buddha, jadi sifatnya masih teoritis, baru suasana saja. Jadi dalam bab 1 – 9 baru dijelaskan
bahwa dalam diri anda ada Dunia Buddha, baru dalam bab 11, dengan munculnya Buddha Sakyamuni bersamaan dengan Buddha Prabutaratana, ini menggambarkan Dunia Buddha yang sesungguhnya, hal ini menjelaskan tentang suasana dan prajna, prajna adalah Buddha Sakyamuni (yang membabarkan dharma), suasananya adalah Buddha Prabutaratna, sebagai yang membenarkan tentang kebenaran Ajara Buddha Sakyamuni. Berdasarkan Ajaran Niciren Daisyonin makna munculnya Stupa Pusaka pada hakikatnya, berarti ketiga golongan (Sravaka) setelah memasuki Ajaran Saddharmapundarika-sutra baru menyadari adanya Stupa Pusaka di dalam jiwanya masing-masing. Begitupun sama halnya dengan murid dan penganut Niciren Daisyonin, setelah memasuki Masa Akhir Dharma tidak ada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra. Maka tanpa melihat mulia atau hinanya serta kedudukkan seseorang, barang siapapun yang menyebut Nammyohorengeko akan menjadi Stupa Pusaka dan juga Tathagata Prabutaratna, tiada Stupa Pusaka kecuali Myohorengekyo. Daimoku dari Saddharmapundarika-
sutra adalah Stupa Pusaka, dan Stupa Pusaka adalah juga Myohorengekyo. Jadi Niciren Daisyonin menjelaskan makna dengan lebih mudah. Sedangkan Tien-tai menerangkan masa itu ketia Ia mencapai Kesadaran Buddha dengan meditasi, Kanen Kanpo, melihat kedalam jiwanya. Itu bagi orang yang mempunyai bakat unggul baru bisa mencapai Kesadaran, tetapi karena hanya orang tertentu saja yang berbakat unggul, sehingga akan sedikit sekali orang yang bisa menjalankan. Niciren Daisyonin dengan prajnaNya sebagai Buddha Pokok, meminjam bab 11 untuk diwujudkan menjadi Gohonzon, dimana kalo kita lihat Gohonzon, itu di tengah Nammu Myohoregekyo (ada tujuh kata), itu adalah tujuan pusaka yang ada dalam Stupa Pusaka. Kemudian kedua Buddha duduk berdampingan Sakyamuni dan Prabutaratna, berdua itu lambang dari Dunia Buddha, kemudian di kiri dan kanan ada 2 Bodhisattva Muncul dari Bumi 2, jadi 4. Kemudian urutan bawahnya adalah Sravaka, Pratekyabuddha dan seterusnya sampai Dunia Neraka yang disibolkan oleh Devadata menjadi 10 dunia. Jadi Gohonzon merupakan perwujudaa 10 dunia yang mencakupi 10 dunia. Jadi ini adalah suasana Dunia Buddha, sehingga ketika kita percaya Gohonzon, menyebut Mei 2014 | Samantabadra
9
ceramah gosyo Nammyohorengekyo, maka karena di dalam jiwa kita sudah ada Dunia Buddha sehingga suasana jiwa kita akan mengikuti Dunia Buddha yang terdapat pada Gohonzon, sehingga akhirnya timbul Prajna Budha. Tadi ada yang bertanya, apakah suasana Dunia kita harus baik terlebih dahulu baru membuka Gohonzon atau kapan saja baik ketika ada masalah maupun tidak ada masalah? Kapanpun membuka Gohonzon tidak ada masalah, karena kalau kita menghadap Gohonzon suasana jiwa kita pun akan sama dengan Gohozon, yaitu suasana Dunia Buddha. Karena diwujudkan oleh Niciren Daisyonin dengan sepenuh jiwa raganyaNya, dengan begitu Gohonzon adalah Jiwa Buddha Niciren Daisyonin, maka kalau kita menghadap suasana ini kita akan Kyocimyogo, menyatu dengan suasana Dunia Buddha. Kalau suasana jiwa kita tidak bertemu dengan suasana Dunia Buddha, misalnya suasana casino/ tempat berjudi, maka suasana jiwanya adalah Dunia Keserakahan, ketika kalah yang timbul dalam diri kita adalah bagaimana mencari uang lagi sebanyakbanyaknya untuk main lagi ke casino, dengan segala macam cara misalnya menipu atau mencuri. Suasana dan Prajna itu jadi satu, tergantung dari suasan 10
Samantabadra | Mei 2014
jiwanya apa, perasaannya apa, kalau kelaparan/ serekah, maka suasana jiwanya ya serakah. maka tidak akan muncul Prajna Dunia Buddha. Sekarang ini banyak suasana Dunia Neraka, banyak suasana Dunia Kelaparan, kebinatangan. Maka kalo kita ingin mencapai Kesadaran Buddha, harus kyocimyogo dengn Gohonzon, Nammu kepada Gohonzon dan hendaknya selalu ada di dalam susunan, karena dengan di dalam susunan akan bisa Syin, Gyo dan Gaku, sehingga suasana ini bisa bertahan dan setiap saat akan muncul Prajna Buddha, tetapi kalau kita tidak dalam susunan, kita keluyuran, katanya syinjin, tetapi gaulnya dengan orang narkotik, orang yang suka judi ya tidak akan timbul Prajna Buddha, walupun kita kadang-kadang gonyo/ daimoku, sekali sekali kensyu, tidak ada artinya, makanya mengapa kita perlu menghadap suasa Dunia Buddha, oleh karena ini penting. Maka Niciren Daisyoni mengatakan, ini adalah Ajaran yang maha penting. Niciren Daisyonin, walaupun menghadapi penganiaayaan berat, seperti apapun juga, tekadNya, tugas kelahiranNya adalah mewujudkan Gohonzon. Seperti dikatakan dalam Gosyo ini, ‘ini adalah tugas
kelahiran Saya di dunia ini (mewujudkan Gohonzon) supaya semua orang bisa menjadi Buddha’. Ketika Ajaran pada masa Buddha Sakyamuni masih bersifat teoritis, sehingga dikatakan Icinen Sanzen Teoritis, tetapi pada Masa Akhir Darma seperti sekarang ini Ajaran Niciren Daisyonin dikatakan sebagai Icinen Sanzen Pelaksanaan. Kemudian dalam Gosyo disebutkan, diri Abutsubo syonin terdiri dari 5 unsur besar yaitu, tanah, air, angin, api dan ruang. 5 unsur besar dalam diri kita adalah, tanah (daging/tulang), air (darah), angin (oksigin), api (suhu badan), dan ruang (rongga-rongga). Dikatakan, bahwa dalam diri Abutsubo terdiri dari 5 unsur, kelima unsur besar ini adalah kelima kata dari daimoku yaitu Myohorengekyo, maka Abustsuo adalah Stupa Pusaka, Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Stupa Pusaka ini dihiyasi oleh ke- 7 pusaka, yaitu mendengar (mon), percaya (syin), menjaga pantangan (kai), menekadka hati (Jo), menjanlankan pertapaan (sin) dan kemudian membuang keteringkatan hawa nafsu (sia), Tinjau diri (Jan). Untuk lebih jelasnya bisa di baca dalam keterangan Gosyo kutipan ke 7. Dalam mendengar Ajaran Buddha, jangan asal mendengar, tetapi harus
Ketua Dharma
sampai ke dalam hati, karena itu terkait dengan tingkat kepercayaan seseorang. Misalnya walaupun ajaran Buddha yang didengar masih belum dipahami makna sesunguhnya, tetepi karena tidak ragu akan kebenaran ajaran tersebut dan dari dasar jiwa dapat menerimanya, suatu saat ketika kita mencapai Kesadaran, maka kita akan mengerti dengan sendirinya. Maka walau belum mengerti maksud dari kata-kata Buddha, jangan meremehkan, mengejek, mencela kata kata Buddha, yang akhirnya dapat memfitnah dharma. Percayalah, kata-kata Buddha tidak ada yang bohong, masalahnya kita saja yang belum mengerti. maka dikatakan walaupun filsafat yang di dengar dengan kemapuan diri-sendiri belum dapat dipahami, tidak ragu-ragu atas kebenaran dari dasar jiwa dapat menerimanya. Dalam Hoke Monggu I dikatakan, percaya berarti dapat menerima dan memahami apa yang didengar, hal inilah yang dimaksud dengan percaya, kemudian menjaga pantangan, mempunyai makna mencegah kesalahan dan menghentikan kejahatan agar dapat dilaksanakan Hukum sakti. Jadi memiliki pengertian perombakan sifat jiwa. Menghentikan kejahatan agar dapat
dilaksanakan Hukum Sakti secara tepat dengan sikap tidak mundur, tanpa terjerumus dalam kesesatan maupun keragu-raguan. Menekadkan hati, berarti menekadkan hati sendiri kepada Myohorengekyo, sehingga mengegakkan diri sendiri kepada keyakinan yang tidak tergoyahkan. Dan seterusnya. Jadi bersamaa dengan ketujuh syarat tersebut merupakan syarat mutlak yang tidak boleh kurang dalam pertapaan Hukum Agama Buddha. Karena stupa ini dihiasi tujuh pusaka, berupa batu-batu mulia, safir, batu bulan dll, itu diterjemahkan oleh Niciren Daisyoninn sebagai tujuh hal tadi yaitu : mendengar (mon) dan seterusnya. Artinya dengan kekuatan Gohonzon kita akan bisa menjadi orang yang seperti itu. Bisa mendengar katakata Buddha, karena suasana Dunia Budha, Prajna Buddha bisa mendengar, bisa menjaga pantangan, bisa menetapkan hati, bisa menjalankan untuk tetap/ tidak mundur, membuang keterikatan hawa nafsu dan meninjau diri/tobat. Karena ada 7 pusaka maka di katakan Stupa Pusaka. Apabila kita menjalankan Ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh pasti Stupa Pusaka yang ada dalam diri kitapun akan bersinar, kita pasti akan
mencapai Kesadaran Buddha, mencapai kebahagiaan mutlak, hidup penuh dengan kurnia kebajikan. Pada bagian akhir disebutkan, dimanapun dibabarkan Saddharmapundarika-sutra maka aku akan memunculkan Stupa Pusaka, ini adalah prasetia dari Tathagata Prabutaratna. Artinya menjelaskan hubungan esyo funi, kita dengan lingkungan, kalau kita dengan sungguh-sungguh percaya Ajaran Buddha, maka suasananya menjadi Dunia Buddha, lingkungan juga akan menjadi tanah air Buddha. Hal ini adalah bukti nyata dari pelaksanaan kita, sehingga kalau belum ada suasana Dunia Buddha atau belum ada bukti nyatanya, jangan menyalahkan Gohonzon. Artinya suasana kita belum sama dengan Gohonzon, sehingga harus lebih sungguh-sungguh untuk menguatkan hati kepercayaan dengan menjalankan 7 hal tadi. Kita instropeksi, mengapa bisa terjadi seperti hari ini, jiwa kita seperti ini dan sebagainya. Dengan Prajna Buddha kita dapat melihat kekurangan yang ada dalam diri kita, dengan merombak kekurangan itu kita akan setingkat lebih maju. Jadi sebenarnya orang yang bermasalah itu bukan orang yang rugi, akan ada keuntungan di balik, hal yang Mei 2014 | Samantabadra
11
ceramah gosyo kelihatan membuat rugi. Karena bertemu masalah akan menuntun kita kepada peningkatan jiwa, menjadi lebih meningkat. Tetapi kalao kita tidak puas, terhadap hal ini malah kita mencela maka kita lari dari kenyataan, berarti kita membuang satu kesempatan baik untuk maju, akhirnya kita menjadi mundur. Niciren Daisyonin mengatakan, Saya merasa sangat berterima kasih, maka sayapun menulis dengan mewujudkan Stupa Pusaka untuk anda janganlah mewariskan Gohonzon ini kepada siapapun kecuali kepada anak anda sendiri, jangalah memperlihatkan Gohonzon ini kpd siapapun kecuai kepada orang yang mempunyai hati kepercayaan yang kuat, inilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini. Jadi Gohonzon bisa diwariskan kepada anak cucu kita, tetapi pada masa itu tidak boleh memperlihatkan kepada sembarang orang karena kalau orang tidak percaya kemudian mengejek, mencela maka akan menjadi memfitnah dharma, apalagi pada masa itu sekte lain banyak sekali, karena tidak mengerti, akibatnya akan menjerumuskan orang kepada jalan pemfitnahan dharma. Sebetulnya Anda Abutsubo harus dikatakan sebagai pemimpin agama Buddha 12
Samantabadra | Mei 2014
di negeri utara, mungkin Bodhisattva Visudakaritrta /jogyo telah lahir kembali sebagai diri Anda dan telah menjenguk saya Niciren. Sungguh ini adalah hal yang sangat gaib. Abutsubo yang usianya 80 tahun lebih datang dari pulau sado, dengan menempuh 20 hari lebih perjalanan, naik gunung, turun gunung, jalan kaki, untung ia seorang samurai, jadi phisiknya dari muda sudah ditempa menjadi kuat, kalau kita disuruh seperti itu tidak bakal sampai. Sebenarnya dalam upacara Antariksa ini juga ditanyakan tentang siapa di antara kalian yang akan meneruskan dan menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra pada Masa Akhir Dharma? Jadi munculnya Stupa Pusaka ini adalah persiapan untuk syakubuku. Tanpa menunggu jawaban dari yang hadir, Buddha Sakyamuni langsung mengatakan tentang 6 hal sulit dan 9 hal mudah. 6 sulit itu adalah menyalin, membaca, menghafal, bertanya Saddharmapundarika-sutra. hal-hal ini dikatakan sangat sulit dilakukan pada Masa Akhir Dharma, tetapi kalau membabarkan Ajaran sutra lain, mudah sekali. Atau membawa rumput kering berjalan di dalam kobaran api tanpa terbakar sedikitpun, naik ke langit mengikat awan dengan awan, menendang
bumi dengan ujung kuku kaki, semua mudah. Sebuah perumpamaan yang ekstrim. Jadi betapa sulitnya menyerbarkan Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma ini. Maka Niciren Daisyoni mengalamai kesulitan yang luar biasa. Buddha Sakyamuni saja tidak mengalami hal sseperti yang di alamai oleh Niciren Daisyonin, yaitu dibuang, dijatuhi hukuman penggal kepala, luka di kepala, dan lain-lain. Jadi makna munculnya Stupa Pusaka itu adalah adalah perwujudan Gohonzon, Nammyohorengekyo. Jadi kalau kita menghadap Gohonzon, sama halnya mengahadap Buddha, sehingga jiwa Buddha yang ada dalam jiwa kita akan muncul, dengan begitu ketika menghadapi suasana yang seperti apapun akan muncul kekuatan untuk mengatasi sebagaimana kekuatan Buddha. Dengan demikian Ajaran ini tidak serumit Ajaran Tientai yang sulit untuk dilaksanakan di Masa Akhir Dharma ini, tetapi dengan Ajaran Buddha Niciren Daisyonin hal ini bisa dilaksanakan, yaitu dengan percaya dan mempertahankan Gohonzon dari Sandaihiho. eee
Dharma Duta
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman “Surat Perihal Stupa Pusaka� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 29-30 Maret 2014
Nammyohorengekyo,
di dalam diri kita yang bisa membahagiakan diri kita, Dalam gosyo digambarkan untuk memunculkannya kita mengenai Menara Pusaka harus menjalankan pertapaan yang demikian besar, hal ini Agama Buddha, yaitu setiap sebenarnya ada di dalam hari pagi dan sore membaca diri kita umat manusia. Bab II dan Bab XVI sebagai Bayangkan! Ini diartikan, di penunjang, dan menyebut dalam jiwa kita ada menara Nammyohorenggekyo pusaka yang sedemikian sebagai pertapaan pokoknya. hebat. Jadi jangan merasakan Niciren Daisyonin meminjam dalam diri kita seperti tidak upacara menara pusaka ada apa-apanya. Kita jangan untuk mewujudkan Dai melihat yang nyata. Sebab Gohonzon untuk kita semua, yang sunyata di dalam jiwa itu sebetulnya seperti upacara kita tidak kelihatan, maka Menara Pusaka, Jadi artinya di dikatakan kekuatannya seluas waktu kita gongyo, waktu kita alam semesta, mungkin menghadap Gohonzon, ini lagi kita tidak percaya. Tapi saat mengadakan upacara Menara ada kejadian, mungkin lagi Pusaka. Maka kita gongyonya kebakaran, ada seorang harus sungguh-sungguh, ibu yang kurus kecil bisa juga harus berpakaian yang mengangkat lemari es, maka wajar, sebagaimana kita bayangkan ada orang yang harus menghormati Sang saat itu tahu-tahunya bisa Buddha. Sikap duduknya pun mengangkat beras sekarung, harus baik, sebab kita lagi maka begitu ada saat yang menghadap Sang Buddha, dibutuhkan tenaganya mata melihat Gohonzon, saat muncul, itu kekuatan daimoku jangan merem, sebab darimana? Ada seorang ibu kita lagi menghadap menara yang kecil bisa melahirkan pusaka. seorang bayi seberat 4 kg, Memang di dalam diri itulah jiwa Buddha yang ada di kita sudah ada 7 pusaka dan dalam diri kita. untuk memunculkannya Maka sekarang kita tahu perlu jodoh, maka Niciren bahwa stupa pusaka itu ada Daisyonin mewujudkan Dai
Gohonzon. Stupa pusaka itu sudah ada di dalam jiwa kita, tapi mengapa kita tidak bisa wujudkan Stupa Pusaka ini, sebab tertutup oleh 5 racun, maka di dalam jiwa kita kotor, terutama kemarahan, keserakahan dan kebodohan kita, jadi setiap hari walaupun kita mejalankan gongyodaimoku kalau belum ada perubahan yang baik atau belum rubah nasibnya, pasti masih banyak salahnya. Sebab kalau kita sudah sungguhsungguh menjalankan katakata Buddha sesuai dengan ajaran Niciren Daisyonin pasti ada bukti nyatanya. Tapi kita sering masih menyalahkan suasana/lingkungan/orang lain dan mengharapkan orang lain yang robah, bukan diri kita, sehingga tak bisa membuktikan kekuatan Gohonzon, walaupun kita sudah jalankan Gongyo Daimoku setiap hari pagi dan sore. Mari kita lihat, sikap dari Abutsubo yang berdiam Mei 2014 | Samantabadra
13
ceramah gosyo di Pulau Sado, sebetulnya ingin memata-matai Niciren Daisyonin di Pulau Sado. Karena dia adalah pemimpin dari Nembutsu dan menganggap Niciren Daisyonin membabarkan filsafat yang sesat, maka Abutsubo ditugaskan untuk mengintai kegiatan Niciren Daisyonin atau kalau perlu Niciren Daisyonin dibunuh. Tapi dengan melihat perilaku dari Nikko Syonin, murid Niciren Daisyonin, dengan sembunyi-sembunyi mendengar ceramah dari Niciren Daisyonin, akhirnya Abutsubo berani merobah kepercayaannya kepada Nembutsu menjadi Nammyohorengekyo dan menjadi murid Niciren Daisyonin yang begitu menjaga sekali kepada Niciren Daisyonin sampai akhirnya Niciren Daisyonin memuji Abutsubo. Ini satu keberanian, dimanapun kita, kalau ingin sesuai dengan apa yang kita inginkan, sesuai dengan katakata Buddha, buktikan esyo funi, maupun syoho jisso, pertama-tama kita harus berani mengaku inilah saya! Tapi biasanya sudah susah hati dulu, baru mengakui bahwa inilah saya. Waktu Abutsubo menjalankan tugas menjaga Niciren Daisyonin, perasaan jiwanya juga tidak tenang, tapi dia begitu berani. Setelah mendengarkan ceramah Niciren Daisyonin ada rasa nyaman, di sini letaknya “hidup tidak terikat oleh uang, 14
Samantabadra | Mei 2014
mati tidak membawa uang�, tetapi saat tidak ada uang perasaannya mau mati, ini bagaimana jadinya? Sekarang kita juga sudah ada Gohonzon, ada susunan, ada ajaran yang benar untuk kita laksanakan, ini sudah benar. Tapi kadangkadang bisa jadi tidak benar lagi. Kalau Abutsubo dari tidak benar menjadi benar. Memang manusia masa akhir Dharma yang tidak benar, tapi dianggapnya benar. Ini kan susah, mestinya yang benar adalah ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Tidak ada yang bohong. Maka bagaimana upaya kita untuk membuka jiwa kita yang kotor ini dengan duduk di depan Gohonzon, Daimoku dengan penuh kegembiraan sampai timbul prajna, menyadari bahwa ini adalah karma saya sendiri, maka memanggil jodoh ini, kalau bisa demikian perasaannya akan nyaman, Daimoku lama juga rasanya nyaman. Tapi kalau kita tidak bisa menerima keadaan, rasanya tidak nyaman. Makin lama Daimoku juga rasanya semakin tidak nyaman, tapi kalau tetap dipaksakan, maka dikatakan kalau Daimoku harus sampai dapat menimbulkan rasa nyaman dalam perasaan, kalau sudah demikian malah daimokunya tidak ingin berhenti. Jadi bagaimana kita ingin memunculkan stupa pusaka kita yang merupakan jiwa Budda kita yang bukan main agungnya, tetapi bagaimana memunculkannya ? Gongyo
Daimoku setiap hari, pagi dan sore, jalankan keaktifan, seperti generasi muda yang ikut kensyu pada umumnya, mereka dari usia muda sudah tahu bahwa di dalam dirinya ada jiwa Buddha. Tidak seperti kita, sampai kita bertemu Gohonzon baru tahu, bahwa di dalam diri kita ada jiwa Buddha. Maka kalau mereka sungguh-sungguh menjalankan, pasti nanti lebih hebat dari pada kita. Maka bagaimana kita ingin belajar seperti Niciren Daisyonin yang memberi bimbingan kepada Abutsubo dengan rasa terima kasihnya, Niciren Daisyonin dari perilaku Abutsubo ini, sehingga Niciren Daisyonin menulis Gohonzon untuk Abutsubo. Kalau kita lihat seperti ini, dulu akan terima Gohonzon tidak mudah. Kalau kita dilihat aktifnya, syinjinnya sampai dimana. Abutsubo ini umurnya udah 81 tahun dan meninggal pada usia 92 tahun. Jadi saat menerima Gohonzon usianya sudah lanjut, tetapi tidak menyia-nyiakan hidupnya, begitu sungguh hatinya, kita sekarang mau ketemu Buddha dalam satu menit bisa sampai, dalam satu hari mau ketemu Buddha berapa kali? Mau upacara Stupa Pusaka bisa, yang pasti adalah pagi dan sore, maka yang pentingnya walaupun begitu dekat, bisa sampai atau tidak? Sebab walaupun dekat, tapi jauh rasanya, tetapi ada yang jauh terasa dekat, maka yang dekatpun belum tentu kita inigin melihat. Tiap hari
Dharma Duta
pagi dan sore kita Gongyo Daimoku, tetapi kita sering ragu-ragu seperti tidak ada kekuatannya. Padahal kalau umur kita seperti Abutsubo yang sudah 81 tahun yang ketika itu Niciren Daisyonin masih ada, Abutsubo berusaha sedemikian rupa untuk dapat bertemu Buddha yang sedemikan jauhnya. Tetapi kita saat ada kesulitan untuk bertemu Buddha di tempat yang jauh, bisa sampaikah? Belum tentu ya, kita saja yang sudah disiapkan fasilitasnya masih susah melakukan, masih tawar menawar. Padahal Niciren Daisyonin ketika mewujudkan Gohonzon mengatakan : “Dengan tinta sumi Aku tulis Dai Gohonzon ini untuk seluruh umat manusia yang ada di dunia ini�. Walaupun ada bermacammacam Gohonzon bentuknya, tapi kekuatannya adalah sama, tapi yang membedakan adalah umat manusianya, padahal kekuatannya sama, itu adalah jiwa Buddha. Apalagi kalau seperti Abutsubo ini saat ingin bertemu Niciren Daisyonin dengan membawa bermacammacam barang. Sebetulnya sama pengertiannya yaitu ingin membuka stupa pusaka yang ada di dalam jiwanya, walaupun harus melalui banyak kesulitan, tantangan yang demikian hebat. Maka alangkah bahagianya kita yang sudah memperoleh Gohonzon, ada susunan, maka terima kasihnya bukan main. Memang syinjin tergantung kita, nasib masing-masing
yang membuat, karena kita sendiri yang membuat, tapi pasti kita mau memperoleh nasib yang baik. Namun walaupun kita sudah punya Gohonzon, kalau tidak ada susunan, tidak ada pelajaran Agama Buddha, bisakah kita merobah nasib kita? Susah! Sekarang selama tiga hari : Sabtu, Minggu dan Senin, kita libur dan berada di tanah Buddha, bukan main bahagianya! Bisa mendengar kata-kata Buddha, bisa saling memperhatikan, bisa saling maitri karuna. Walaupun itu susah, kita harus belajar semangat Abutsubo. Walaupun sudah tua, tapi masih bersemangat. Kita ingin mencemerlangkan 7 pusaka kita, salah satunya adalah mendengar. Mendengar masuk ke dalam telinga kiri, keluar di telinga kanan, itu gampang. Tapi mendengar sampai masuk ke dalam perasaan jiwa, itu yang susah. Apalagi setelah mendengar, lalu menyadarinya, lebih susah lagi. Kita sebagai Boddhisatva yang muncul dari bumi, lebih sering tenggelamnya atau munculnya? Saat ini kalau kita lihat di dalam masyarakat betapa kejamnya, banyak terjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri. Coba bayangkan kalau kita tidak ada filsafat yang benar, begitulah jadinya. Generasi Muda kita kalau terus mengikuti gerakan di susunan, kensyu dan lainlainnya lagi, pasti masa depannya cerah. Tugas kita
adalah bagaimana mau membahagiakan orang lain, umat manusia itu adalah yang paling utama. Niciren Daisyonin sebagai rasa terima kasihnya kepada Abutsubo, menulis Gohonzon untuk Abutsubo dan di pesan bahwa Gohonzon ini tidak boleh diberikan kepada siapapun, kecuali kepada anak sendiri dan janganlah memperlihatkan Gohonzon ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang memiliki hati kepercayaan yang kuat. Artinya bagaimana kita bisa syakubuku keluarga terutama anak-anak kita. Niciren Daisyonin memesan jangan memperlihatkan Gohonzon ini kepada siapapun, bukannya pelit, tetapi bagi orang yang tidak mengerti Gohonzon bisa membuat karma buruk, karena ia akan mengatakan, bahwa Gohonzon itu adalah kertas biasa. Maka maitri karuna Niciren Daisyonin menjaga agar dia tidak jatuh ke dalam dunia buruk, sebab kita harus menjaga jangan menjadi orang pemfitnah dharma. Kita harus sungguhsungguh mendengar kata-kata Buddha. Kita harus percaya kalau ada keinginan kita belum tercapai, adalah karena ada yang belum seusai dengan kata-kata Buddha, maka harus kita perbaiki secepatnya. Kita harus ingat setiap saat kita harus membuka Stupa Pusaka yang agung ini, jangan kita tutupi dengan lima racun. eee
Mei 2014 | Samantabadra
15
liputan
Kensyu Generasi Muda NSI Maret 2014
Memperdalam Pemahaman Dharma, Lingkungan dan Kebangsaan
Ketua Umum NSI, Mantan Menteri Perdagangan RI ke-31 (2011-2014), bersama peserta KGM NSI dan umat NSI di tangga Mahavihara Saddharma NSI.
16
Samantabadra | Mei 2014
g
Generasi muda Niciren Syosyu Indonesia (NSI) mengikuti Kensyu Generasi Muda (KGM) NSI pada tanggal 29-31 Maret 2014 di Mahavihara Saddharma NSI, Bogor, Jawa Barat. KGM kali ini mengangkat tema “Visi kita adalah Isyo Jobutsu dan misi kita adalan Kosenrufu�. Mei 2014 | Samantabadra
17
liputan
S
elain menerima bimbingan dharma dari Ketua Dharma NSI, Bapak Sumitra Mulyadi dan Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja, generasi muda terlibat dalam Focus Group Discussion (FGD) yang membahas Gosyo Stupa Pusaka. Melalui FGD yang terbagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenjang pendidikan, generasi muda dapat menyampaikan pandangan dan mendengar pendapat dari rekan lain mengenai gosyo yang dibahas. Selanjutnya kegiatan KGM bergabung dengan Kensyu Gosyo Umum. Pada hari terakhir para peserta melakukan gerak jalan pagi dari Mahavihara Saddharma NSI ke dataran yang lebih tinggi. Perjalanan ditempuh selama sekitar 45 menit sekali perjalanan. Para peserta KGM diajak untuk menikmati pemandangan dan udara pagi, melihat matahari terbit dan Gunung Salak. Pada hari ke dua KGM, Minggu sore, 30 Maret 2014, peserta kensyu mendapatkan pembekalan mengenai wawasan ekonomi kebangsaan dari mantan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Bapak Gita Wirjawan. Beliau menyampaikan pengalaman dan Foto bersama peserta KGM di depan komplek Pura Parahyangan Agung, akhir perjalanan gerak jalan pagi pada hari itu.
18
Samantabadra | Mei 2014
Bapak Gita Wirjawan bersama Bapak SUhadi Sendjaja, pada sesi tanya jawab pembekalan ekonomi kebangsaan.
Peserta KGM bersiap untuk melakukan gerak jalan pagi jam 04.30.
pandangannya mengenai kondisi ekonomi Indonesia dan tantangan generasi muda kedepan khususnya menyambut Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015. AEC merupakan bentuk kerjasama negara-negara ASEAN yang mencakup tiga aspek; ekonomi, hukum, kebudayaan, dan pariwisata. Melalui kerjasama ini beliau menjelaskan proyeksi perdagangan bebas dan hal-hal yang perlu dipersiapkan bagi generasi muda, terutama bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan. “The future is bright, if you want it, you will get it,” tuturnya. Dengan latar belakang pendidikan luar negeri, di antaranya Texas dan Harvard University, beliau menyampaikan pentingnya generasi muda untuk mengeyam pendidikan di luar negeri. “Pengalaman dan atmosfer belajar di luar negeri dapat membantu kita melihat sisi yang tak dapat kita temukan di sini,” tambahnya. Pengayaan wawasan pada KGM kali ini semakin lengkap dengan hadirnya Bapak Tri Bangun L. Sony, Asisten Deputi Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan, Kementerian Lingkungan Hidup RI. Dalam paparannya, beliau mengungkapkan bahwa kita harus mewujudkan generasi muda yang berkualitas, yaitu generasi muda yang sehat. Untuk itu, kita perlu menciptakan lingkungan hidup yang sehat. Kesehatan (hidup yang sehat) harus menjadi sebuah kebutuhan, kebiasaan, dan gaya hidup kita sehari-hari. (Tyo, Arya)
Peserta KGM bernyanyi bersama untuk menyambut kedatangan Bapak Gita Wirjawan.
Sesi pembekalan wawasan lingkungan oleh Bapak Tri Bangun L. Sony di depan para peserta KGM.
Mei 2014 | Samantabadra
19
liputan
Gerak Jalan “Eye Donor Awareness 2014�
Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Berdonor Mata
D
onor mata adalah salah satu perbuatan mulia yang mengandung nilai kebajikan yang sangat besar. Melalui gerakan donor mata, kita dapat menolong para tuna netra untuk melihat dunia. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gerakan donor mata, Perkumpulan Penyantun Mata 20
Samantabadra | Mei 2014
Tunanetra Indonesia (PPMTI) – Bank Mata Indonesia (BMI) Pusat bekerjasama dengan Lions Club dan Persatuan Gerak Jalan (PGJ), menyelenggarakan gerak jalan santai dalam rangka memperingati Eye Donor Awareness 2014 (peningkatan kesadaran masyarakat terhadap donor mata), pada
hari Minggu pagi, 09 Maret 2014, di Silang Monas, Jakarta Pusat. Kegiatan jalan santai ini mengundang berbagai elemen masyarakat dan institusi, khususnya organisasi kemasyarakatan yang aktif dalam gerakan donor mata, di antaranya NSI. Marching Band Mandarava NSI diundang
Pembina PPMTI yang juga Mantan Presiden RI ke tiga, memberikan sambutan sebelum gerak jalan dimulai.
Foto bersama Ketua Umum NSI dan umat NSI yang mengikuti gerak jalan “Eye Donor Awareness 2014” di pelataran Monas pada akhir perjalanan.
Barisan Marching Band Mandarava NSI bersiap memandu gerak jalan santai “Eye Donor Awareness 2014”
oleh pihak penyelenggara sebagai lead dari rombongan gerak jalan santai, sedangkan segenap umat NSI dari Jabotabek dan sekitarnya ikut serta dalam gerak jalan. Mantan Presiden ke-3 RI BJ. Habibie, selaku pembina PPMTI dan BMI, hadir membuka kegiatan dengan memberikan sambutan,
lalu mengibarkan bendera start pada jam tujuh pagi, sebagai tanda dimulainya gerak jalan yang berlangsung selama sekitar satu setengah jam. Dalam sambutannya, beliau menghimbau warga masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai donor mata. Institusi-institusi mitra BMI (salah satunya NSI), diharapkan dapat terus menyosialisasikan perihal pentingnya dan manfaat dari donor mata, serta berkoordinasi dengan BMI ketika ada donor yang meninggal. (Sam)
Bapak Habibie mengibarkan bendera “start”, sebagai simbolis dimulainya gerak jalan.
Peserta gerak jalan, meliputi umat NSI dan tuna netra, bersama-sama menyusuri jalanan di silang Monas, Jakarta Pusat.
Mei 2014 | Samantabadra
21
Ketua Umum NSI Menyambut Delegasi Thailand Studi Banding Kerukunan ke Indonesia
Foto bersama pejabat Kementerian Agama RI, delegasi Thailand yang melakukan studi banding, serta tokoh-tokoh nasional lintas agama.
P
ada hari Rabu, 19 Maret 2014, tiga belas utusan resmi Pemerintah Kerajaan Thailand, didampingi para pemimpin / tokoh berbagai agama di Thailand seperti Buddha, Hindu, Islam, Singh, dan Nasrani berkunjung ke kantor Kementerian Agama (Kemenag) RI, di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Rombongan disambut oleh Sekjen Kemenag RI, Bahrul Hayat, Dirjen Bimas Islam, Abdul Djamil, Dirjen Bimas Buddha, Joko Wuryanto, Ketua Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB), Mobarok. 22
Samantabadra | Mei 2014
Ketua Umum NSI, Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja hadir sebagai tokoh agama yang mewakili unsur agama Buddha di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Sekjen Kemenag RI menyampaikan bahwa kerukunan umat beragama di Indonesia telah terjalin dalam waktu yang lama dan terjaga dengan baik. Sekjen juga menerangkan data statistik pemeluk agama di Indonesia, bahwa Islam dipeluk sekitar 87,18 %, yakni sekitar 207.176.162 jiwa. Kristen dianut 6,96 %, atau sekitar
16.528.513. Sementara Katolik berjumlah 6.907.873 jiwa (1,69 %), Hindu 4.012.116 jiwa; Budha 1.703.254 jiwa (0,72 %), Konghuchu 117.091 (0,05) dan penganut lainnya sekitar 1.196.317 (0,50). Dari komposisi ini, umat beragama di Indonesia hidup rukun dan saling menghargai satu sama lain. Dalam diskusi tersebut, Ketua Umum NSI menguatkan pernyataan Sekjen Kemenag RI, bahwa meskipun pemeluk Buddha di Indonesia minoritas secara kuantitas, namun
semua pemeluk agama hidup rukun dan berdampingan dengan penganut agama atau kepercayaan lainnya. “Kerukunan sangat penting untuk hidup bersama-sama dan bekerja sama. Dan kami berkumpul lintas agama, duduk bersama, sudah terbiasa. Beginilah kondisi
kerukunan umat di Indonesia yang bisa disampaikan kepada Raja dan Pemerintah Thailand. Kami hidup rukun dan nyaman. Bahkan kami bebas menjalankan ibadah kami dan menikmati pendidikan Buddhis di sini,” tambahnya. Para tamu dari Thailand tampak antusias dengan
beragam informasi yang mereka peroleh terkait cara dan pendekatan Indonesia dalam menjaga keutuhan negara dan merajut terus kerukunan. (Sam)
Referensi : http://www.kemenag.go.id/index. php?a=berita&id=181513
Kegiatan FKUB di Vihara Sadaparibhuta NSI
Diskusi Perspektif Ekonomi untuk Membangun Indonesia
Ketua Umum NSI bersama Hary Tanoesoedibjo, Ketua FKUB DKI Jakarta dan jajaran pengurusnya.
F
orum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menggelar diskusi “Perspektif Ekonomi Indonesia Baru” dengan pengurus FKUB Wilayah DKI Jakarta di Vihara Sadaparibhuta NSI, Jalan Minangkabau, Jakarta Selatan, pada hari Jumat pagi, 28
Maret 2014. Hadir sebagai pembicara, praktisi ekonomi sekaligus pengusaha Hary Tanoesoedibjo dalam diskusi yang dihadiri oleh sejumlah tokoh dan pemuka agama. Dari diskusi ini, diharapkan dapat memperluas pandangan tentang perkembangan
ekonomi ke depan bagi Indonesia, sehingga terwujud indonesia yang maju dan damai. Acara dihadiri oleh sekitar 150 orang, dari unsur tokoh agama, pengurus FKUB Wilayah DKI Jakarta, dan masyarakat sekitar. Mei 2014 | Samantabadra
23
liputan Dalam paparannya, Bapak Hary mengungkapkan analisis mengapa bisa terjadi kesenjangan ekonomi yang sangat lebar di Indonesia. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia selama ini hampir 80% ditopang oleh sektor swasta, dan kalau berbicara masalah swasta maka yang sasarannya adalah masyarakat menengah ke atas. Kontribusi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan juga belum optimal. Bisa kita lihat dari infrastruktur yang dibangun belum banyak semenjak jaman reformasi hingga sekarang. Jalan tol yang dibangun masih kurang dari 1000 km selama enam belas tahun. Pembangunan bandara, pelabuhan, jembatan, masih minim. Oleh karena itu, pembangunan bangsa harus kita lakukan bersamasama. Ketua Umum NSI, yang juga pengurus FKUB, menyambut baik diskusi yang mengembangkan wawasan para tokoh dan pemuka agama di Jakarta dan sekitarnya, khususnya dalam kaitannya dengan pembangunan Indonesia ditinjau dari perspektif ekonomi. Selain mendalami ajaran agama, pemuka dan tokoh agama perlu mendapat asupan wawasan umum untuk memperluas cara berpikir mereka dan dapat mengedukasi para umatnya dengan pengetahuan yang aktual. (Sam) Referensi : http://fkub.org/wpv3/?p=533 http://www.satuharapan.com/readdetail/read/hary-tanoesoedibjohadiri-diskusi-forum-kerukunan-umatberagama
(Atas) Foto bersama pembicara dengan pengurus FKUB dan tokoh lintas agama. (Bawah) Peserta diskusi sedang mendengarkan paparan dari pembicara.
24
Samantabadra | Mei 2014
Ketua Umum NSI berjabat tangan dengan Bapak Hary Tanoe seusai acara diskusi.
Aktivitas Pemuka-Pemuka Agama dan Kemenag RI
Seruan untuk Pemilu Damai P
emilihan umum (pemilu) telah memanggil kita. Tanggal 09 April 2014 pemerintah negara Indonesia mengadakan pemilu calon legislatif (DPR RI, DPD, dan DPRD), sedangkan pemilu calon presiden akan diadakan 09 Juli 2014. Dinamika politik Indonesia yang kian menghangat di tahun 2014 dengan adanya pemilu ini, tentu diharapkan oleh semua pihak agar prosesnya dapat berjalan kondusif. Para pemuka agama di tingkat nasional menyadari hal ini dan melakukan seruan damai bagi seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu secara bijak dan pro-aktif, serta mengedepankan sikapsikap luhur yang berdasarkan ajaran agama dan nilai moral kemanusiaan. Seruan tersebut disampaikan pada forum silaturahmi tokohtokoh agama dari MUI (Majelis Ulama Indonesia), Drs. H. Saifullah Maksum MA, Ketua KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), Pastor Edi Purwanto, Ketua PGI (Persekutuan Gereja Indonesia), Pdt. Gomar Gultom, Ketua PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia), Mayjen TNI (purn.) SN Suwisma, Wakil Ketua Widya Kasabha Walubi (Perwakilan Umat Buddha Indonesia), Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja, dan Ketua Matakin (Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia), WS Wawan Wiratma, di Jakarta, Rabu, 02 April 2014, dihadiri oleh Wakil Menteri Agama RI, Bapak Nasaruddin Umar, dan
Sekjen Kemenag RI, Bapak Bahrul Hayat. Seruan dibacakan oleh Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja. Para pemimpin majelis agama menyerukan kepada semua partai politik agar sungguh-sungguh berlaku jujur dan adil dengan menempatkan kerukunan dan persatuan bangsa sebagai landasan utama pelaksanaan pemilu serta menghindari terjadinya pertentangan di masyarakat. Di sisi lain, penyelenggara pemilu hendaknya dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya serta memegang teguh sikap amanah, adil, jujur dan bertanggungjawab, dengan berpedoman pada ketentuan hukum dan peraturan perundangan-undangan sehingga dapat dihindari kemungkinan berkurangnya nilai obyektivitas hasil pemilu 2014.
Selain itu menyerukan kepada para calon legislatif dan calon pimpinan bangsa dalam meraih dukungan harus menghindarkan diri dari perilaku buruk seperti menggunakan isu-isu primodial, mengadu domba, menggunakan politik uang dan black campaign dengan mengedepankan etika dan moral serta semangat persatuan dan solidaritas kebangsaan. Dalam kesempatan tersebut, Wamenag RI, Bapak Nasaruddin Umar mengatakan, seruan yang disampaikan majelis-majelis agama merupakan inisiatif dari tokoh-tokoh agama. Keterlibatan tokoh-tokoh agama dalam pemilu memberikan nuansa spiritualitas yang positif. (Sam) Referensi : http://www.kemenag.go.id/index. php?a=berita&id=183639)
Mei 2014 | Samantabadra
25
liputan
Doa Bersama Untuk Sukses Pemilu 2014 di KPU Pusat
Ketua Umum NSI sedang membacakan doa berdasarkan ajaran Buddha Niciren.
Ketua Umum NSI duduk bersama pemuka dari agama lain yang juga membacakan doa berdasarkan agamanya masing-masing.
K
omisi Pemilihan Umum (KPU) pusat, mengundang para tokoh agama untuk mengadakan doa bersama demi kelancaran proses pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Tamu undangan dari lintas agama dan 26
Samantabadra | Mei 2014
pejabat KPU Pusat hadir di gedung KPU RI, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta, pada hari Senin malam, 07 April 2014. Rangkaian acara doa bersama dilakukan di ruang rapat lantai 2 Gedung KPU. Ketua Umum NSI, Maha Pdt. Utama Suhadi
Sendjaja, diundang sebagai perwakilan dari agama Buddha untuk membacakan doa agama Buddha. Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiansyah menjelaskan, doa bersama dengan tokoh agama dan pengurus KPU bertujuan agar pelaksanaan Pileg pada 09 April 2014 berjalan aman dan tanpa dicederai oleh tindakan apapun. Ketua KPU Pusat, Husni Kamil Manik, berharap proses pesta demokrasi berjalan damai. Seluruh petugas KPU sampai tingkat paling bawah mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan masyarakat bisa memberikan hak pilihnya tanpa paksaan. Aparat penegak hukum pun bisa mengawal jalannya pelaksanaan pileg. (Sam)
Referensi : http://m.jurnas.com/news/130819/ Tokoh-Agama-KPU-Gelar-Doa-BersamaJelang-Pemilu-2014/1/Nasional/ Pemilu-2014/
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha bagi Wanita LATAR BELAKANG |
S
urat “Pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita� ini ditulis pada tahun 1265. Kepada siapa surat ini diberikan, kurang jelas, tetapi pada bagian penutup dari surat ini, Niciren Daisyonin mengungkapkan bahwa Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra telah diterangkan untuk seorang wanita yang telah meninggal, dan sehubungan dengan itu dinyatakanlah prinsip pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Dengan ini, kita bisa mengetahui bahwa penerima surat ini sudah pasti seorang penganut wanita. Garis besar dari surat ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama, dikemukakanlah bahwa dalam Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra diterangkan mengenai pencapaian kesadaran Buddha bagi orang jahat dan kaum wanita. Kemudian, dengan mengutip kalimat-kalimat sutra, diterangkanlah mengenai berbagai macam pahala atau kurnia yang dapat diterima oleh seseorang yang menganut Saddharma (Myoho) secara
ikhlas dan murni. Sesudah itu diterangkan pula, bahwa umat manusia yang telah menumpuk karma buruk yang dalam dan berat harus berputar-putar atau bersamsara dalam penderitaan serta kesesatan triloka dari keenam dunia. Maka diterangkanlah bahwa justru kepercayaan yang tulus ikhlas terhadap Saddharma (Myoho) adalah terpenting bagi segenap umat manusia yang ingin mencapai kesadaran Buddha. Dan oleh karenanya, Niciren Daisyonin memberi anjuran untuk semakin giat menjalankan kepercayaan. Selanjutnya, dalam sutra ini Niciren Daisyonin membandingkan sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra (Sutra Nizen) dengan Saddharmapundarika-sutra, lalu Beliau menerangkan bahwa dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra, bukan saja pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita itu tidak dijelaskan, akan tetapi kaum wanita bahkan amat dikecam dan dibenci dalam sutra-sutra tersebut. Sebaliknya dalam Mei 2014 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu Saddharmapundarika-sutra, prinsip pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh wanita telah dibuktikan oleh Putri Naga yang telah dapat mencapai kesadaran Buddha dengan keadaan sebagaimana adanya (Sokusyin Jobutsu). Dan akhirnya, Niciren Daisyonin memberi penjelasan mengenai karunia agung Saddharmapundarika-sutra, bahwa membaca dengan bersuara setiap kalimat
dan kata serta menyalin setiap huruf dari sutra ini saja akan menjadi sebab dan jodoh untuk mencapai kesadaran Buddha, lalu Beliau menyimpulkan bahwa orang yang telah meninggal itu pasti akan mencapai Dunia Buddha, oleh karena kepercayaan yang kuat semasa hidupnya dan karena kurnia agung Saddharma (Myoho).
ISI GOSYO |
D
alam Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra dikatakan sebagai berikut: Sang Buddha bersabda kepada para bhiksu; “Seandainya didalam dunia yang mendatang terdapat putra dan putri yang baik, yang mendengarkan Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra ini dengan hati yang bersih dan penuh kepercayaan, serta rasa takjub tanpa keraguan sedikitpun, maka orang seperti ini tidak akan terjerumus ke dalam jiwa neraka, kelaparan dan kebinatangan. Akan tetapi ia akan lahir di hadapan para Buddha dari kesepuluh penjuru. Dimanapun juga ia lahir, ia selalu akan mendengar sutra ini�. Kalau ia terlahir diantara manusia dan dewa, ia akan menikmati kebahagiaan yang tiada tara. Tetapi kalau ia lahir di hadapan Buddha, ia akan dengan sendirinya lahir sebagai bunga teratai. Bab Devadatta ini mengandung dua macam petuah. Pertama adalah mengenai usaha penyebaran ajaran Buddha oleh Devadatta, serta pencapaian kesadaran Buddha oleh Buddha Sakyamuni. Kedua, usaha penyebaran sutra oleh Manjusri serta pencapaian kesadaran Buddha oleh Putri Naga. Bab ini (Bab Devadatta) tertinggal di Istana Chang An sehingga Saddharma pundarika-sutra yang tersebar di masyarakat Tiongkok hanyalah terdiri dari 27 Bab. Oleh karena itu, tujuh orang raja sejak Dinasti Chin sampai Dinasti Liang hanya mendengar dan membaca 27 Bab dari Saddharmapundarika-sutra. Sesudah itu, seorang Dharma Duta bernama Man telah menyadari bahwa dalam Saddharmapundarika-sutra yang tersebar di Tiongkok, tidak ada Bab Devadatta ini, sehingga ia bertanya pada pihak Istana Chang An dan mengambil Bab ini kembali. Oleh karena itu, saat ini Saddharmapundarika-sutra tersebar kembali dalam bentuk yang utuh, terdiri dari 28 Bab. Bab Devadatta ini menguraikan tentang kurnia-kurnia yang dapat diterima oleh orang yang mendengarkan Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra ini dengan 28
Samantabadra | Mei 2014
hati yang bersih dan penuh kepercayaan, yaitu: pertama, tidak jatuh ke dalam ketiga dunia buruk; kedua, terlahir di hadapan Buddha; ketiga, dimanapun juga lahirnya akan mendengar sutra ini; keempat, kalau terlahir diantara manusia dan dewa akan memperoleh kebahagiaan yang tiada tara dan kelima, kalau terlahir di hadapan Buddha akan lahir dengan sendirinya sebagai bunga teratai. Sungguhpun demikian, seluruh umat manusia telah tersesat dan keluar dari ibu kota kesadaran sejati dan memasuki pelosok pikiran yang sesat serta hati yang goncang. Sejak saat itu, diantara segala perbuatannya dalam ketiga karma: badan, mulut dan hati, sedikit sekali karma yang baik tetapi banyak karma buruknya, maka itu dalam kalimat sutra dikatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia terdapat delapan ratus juta empat ratus Icinen, tetapi apa yang dibuat dalam setiap Icinen adalah karma ketiga dunia buruk. Kita umat manusia berputar-putar dan bersamsara dalam 25 macam dunia triloka, ibarat burung-burung yang berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain. Kita lahir dan mati kemudian lahir dan mati lagi, ibarat roda pedati yang berputar, tiada awal maupun akhir. Kita adalah umat manusia yang semakin menambah karma buruk yang dalam dan berat, setiap kali kita lahir dan mati. Oleh karena itulah, dalam Sutra Syinchikan dikatakan, “Mahluk berperasaan berputar-putar dan lahir dalam keenam dunia, tanpa awal dan tanpa akhir, ibarat roda pedati yang berputar. Satu saat menjadi ayah ibu, satu saat menjadi suami istri, hidup demi hidup, lahir demi lahir saling berhutang budi”. Sementara dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Triloka tidak pernah tentram, tetap seperti rumah yang terbakar”. Dalam Bab XXII Sutra Nirvana dikatakan, “Para Bodhisattva Mahasatva melihat seluruh umat manusia dan menyadari bahwa oleh karena sebab dan jodoh dari lingkungan yang mempunyai rupa, wangi, rasa dan sentuhan, seluruh umat manusia menerima segala penderitaan sejak masa lampau yang tidak terbatas hingga saat ini, selama kalpa-kalpa yang tidak terhitung jumlahnya. Banyaknya tulang yang telah ditimbun oleh setiap manusia selama satu kalpa adalah setinggi Gunung Vipula di Rajagriha, air susu yang telah diminumnya lebih banyak dari air laut dari keempat lautan besar; darah yang telah dikeluarkan pun lebih banyak dari air laut dari keempat lautan besar. Dan air mata yang telah dikeluarkan oleh ayah ibu, kakak adik, anak istri dan segala sanak saudara pun lebih banyak dari air keempat lautan. Meskipun seluruh pohon dan rumput dalam alam semesta ini kita potong-potong menjadi potongan kecil ukuran sejengkal, jumlah ini tidaklah cukup untuk menghitung jumlah ayah ibu seorang manusia dan jumlah penderitaan yang kita terima sejak masa lampau kalpa-kalpa yang tak terbatas hingga saat ini, dimana kita selalu berada dalam ketiga dunia: neraka, kelaparan, dan kebinatangan. Apalagi untuk menghitung jumlah tulang tengkorak seluruh manusia”. Demikianlah, tulang-tulang yang tertimbun karena kita mengorbankan jiwa kita secara sia-sia, lebih tinggi daripada Gunung Vipula; sedangkan air mata yang tercucur Mei 2014 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu karena rasa cinta dan rasa kasihan lebih banyak daripada keempat lautan besar, akan tetapi tiada sebatang tulangpun yang telah dikorbankan untuk Hukum Agama Buddha. Begitu juga tiada setetes air matapun yang tercucur karena mendengar satu kata dan satu bait sutra. Oleh karena itulah, kita menjadi manusia yang tak dapat keluar dari kurungan sangkar triloka dan berkelana di lorong-lorong 25 macam dunia fana. Kalau demikian, bagaimanakah caranya kita lepas dari triloka? Jawabnya ialah, dengan kurnia pertapaan Hukum Agama Buddha inilah kita dapat menerangi kegelapan kesesatan jiwa dan membuka kesadaran jiwa. Lalu dalam Hukum Agama Buddha ini, pertapaan seperti apakah yang kita jalankan untuk melepaskan diri dari penderitaan hidup dan mati? Yaitu tidak lain dari Saddharma (Myoho) yang tunggal. Bhiksu Eshin Sozu dari Mazhab Tien-tai di Jepang, selama 7 hari bertapa di Kuil Kamo dan berdoa agar ia diberitahu ajaran seperti apa yang dapat melepaskan kita dari penderitaan hidup dan mati, maka ia mendapat wahyu sang dewa yang mengatakan, “Seluruh ajaran yang dikhotbahkan Buddha Sakyamuni sebenarnya tidak lebih dari satu ajaran tunggal. Pencapaian kesadaran Buddha dari seluruh Buddha terdapat dalam Saddharma (Myoho), enam Paramita dari kaum Bodhisattva terdapat dalam Pundarika (Renge), sedangkan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum Sravaka dan Pratyekabuddha terdapat dalam Sutra (Kyo)”. Dalam Sutra Bodhisattva Samantabadra dikatakan, “Sutra Mahayana ini adalah gudang pusaka bagi seluruh Buddha, mata dari seluruh Buddha, serta bibit yang mengalirkan seluruh Tathagata”. Selain sutra ini, tidak ada sutra yang dapat memungkinkan pencapaian kesadaran Buddha. Apalagi pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita, sama sekali tidak diizinkan dalam sutra-sutra lainnya. Terlebih lagi dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, kaum wanita sangat dibenci. Maka itu, dalam Sutra Kegon (Buddhavatamsaka Mahavaipulya Sutra) dikatakan, “Kaum wanita adalah utusan neraka. Mereka selalu memutuskan bibit kesadaran Buddha. Mereka kelihatannya merupai Bodhisattva tapi hatinya seperti iblis Yaksa”. Kemudian dalam sebuah Sutra mengenai wanita yang berwarna perak dikatakan, “Meskipun mata dari seluruh Buddha selama ketiga masa jatuh ke tanah, seluruh wanita dalam alam semesta ini tidak akan dapat mencapai kesadaran Buddha”. Selain itu diterangkan pula bahwa kaum wanita mempunyai kelima rintangan, dan ketiga hal yang harus ia turuti. Dalam ajaran-ajaran Agama Buddha diterangkan mengenai kelima rintangan, sedangkan dalam ajaran-ajaran nonBuddhis diterangkan mengenai ketiga hal yang harus dituruti oleh wanita, yaitu pada masa kanak-kanak ia harus tunduk pada ayah ibu, pada masa dewasa harus tunduk pada suami, sedangkan pada masa tuanya tunduk pada anak, sehingga sepanjang hidupnya ia tak dapat bebas. Maka itu, seorang pemikir Tiongkok bernama Chi Chi menyebut tiga macam kebahagiaan seorang manusia dan dalam salah satunya 30
Samantabadra | Mei 2014
ia mengatakan bahwa seorang manusia bisa bahagia karena tidak terlahir sebagai seorang wanita. Mahaguru Tien-tai mengatakan bahwa sutra-sutra lain memberi anugerah pencapaian kesadaran Buddha hanya kepada kaum Bodhisattva dan tidak kepada kaum Sravaka dan Pratyekabuddha, kemudian juga hanya kepada kaum pria dan tidak kepada kaum wanita. Dengan ini jelas, bahwa dalam sutra-sutra lain sama sekali tidak ada penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Selain itu, ketika Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna duduk berdampingan dalam stupa pusaka, Bodhisattva Manjusri yang telah masuk ke dalam samudera untuk menyebarkan Saddharma (Myoho), telah kembali ke hadapan Buddha. Pada waktu itu seorang murid Buddha Prabhutaratna dari dunia pusaka suci yang bernama Bodhisattva Pragnakuta menyangkal pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga. Ia mengatakan, “Aku telah menyaksikan betapa Sang Buddha Sakyamuni selama kalpakalpa yang tidak terhitung telah lama melakukan pertapaan yang amat sulit dan penuh derita, menimbun kurnia dan kebajikan, menuntut jalan Bodhisattva tanpa pernah terhenti dan beristirahat. Kalau aku melihat 3.000 dunia besar, tidak pernah ada satu tempat sebesar sebutir debupun, dimana beliau tidak mengorbankan jiwa dan raganya sebagai seorang Bodhisattva. Semuanya ini adalah untuk umat manusia�. Selama Pragnakuta dan Manjusri saling bertanya jawab, 80.000 Bodhisattva dan 12.000 Sravaka hanya mendengarkannya saja secara seksama tanpa mengemukakan satupun pendapatnya. Namun Sariputra yang paling unggul hikmahnya, tidak pernah menyangkal Manjusri kecuali menyangkal pencapaian kesadaran Buddha Puteri Naga dengan berbagai macam alasan. Antara lain ia menyangkalnya dengan mengemukakan ajaran Theravada dan ajaran sementara, bahwa seorang wanita adalah kotor dan tidak merupakan bejana untuk mencapai kesadaran Buddha. Maka Manjusri mengatakan bahwa benar tidaknya pencapaian kesadaran Buddha Sang Puteri Naga akan diperlihatkan saat ini di hadapan Sang Buddha. Ternyata ucapan Manjusri ini tidaklah meleset, ketika pada saat itu juga Sang Puteri Naga yang baru berusia 8 tahun itu tampil di hadapan Buddha tanpa membenahi dirinya sebagai ular naga dan mempersembahkan sebuah permata yang sama nilainya dengan 3.000 dunia besar alam semesta. Dan Sang Buddhapun menerima persembahan ini dengan gembira, maka pada saat itu baik Bodhisattva Pragnakuta maupun Sariputra menimbulkan keraguan dan berkeinginan untuk mengetahui jalan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Dari sinilah berawal tauladan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Untuk lebih jelasnya, bacalah Saddharmapundarika-sutra jilid kelima. Dalam kitab Hokke Shuyu, Mahaguru Dengyo mengatakan, “Sang Puteri Naga sebagai pembimbing tidak pernah melakukan pertapaan yang berkalpa-kalpa lamanya dan umat yang dibimbingnyapun tidak pernah melakukan pertapaan demikian. Baik pembimbing maupun umat yang dibimbing, tidak pernah melakukan pertapaan yang berkalpa-kalpa lamanya. Inilah kekuatan Sutra Hukum Gaib ini; memungkinkan kita Mei 2014 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo kensyu dapat mencapai kesadaran Buddha dalam sebagaimana adanya (Sokusyin Jobutsu))”. Dalam Kitab keterangan Tien-tai pun dikatakan, “Pragnakuta menjadi ragu karena berpegang pada ajaran yang hanya untuk kaum Bodhisattva (Bekkyo), maka Sang Puteri Naga mengatasi keraguannya dengan menjelaskan ajaran yang bulat sempurna (Enkyo). Sementara Sariputra menyangkalnya dengan menggunakan ajaran sementara, maka Puteri Naga pun mengatasi keraguannya dengan menunjukkan satu kebenaran yang tunggal”. Kemudian dalam sebuah sutra mengenai Sang Raja Naga Laut dikatakan, “Puteri Naga mencapai kesadaran Buddha di negeri yang bernama Rasmiprabhasa dan dengan gelar Mukusyo Nyorai”. Dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, pencapaian kesadaran Buddha bagi seorang wanita yang berasal dari kalangan manusia dan dewa pun tak dapat dibayangkan. Sungguhpun demikian Puteri Naga telah dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan sebagaimana adanya, tanpa merubah wujudnya sebagai mahluk dunia binatang. Ini adalah hal yang sangat gaib. Dimulai dari Puteri Naga ini, seorang saudara perempuan dari Ibunda Buddha Sakyamuni, Bhiksuni Mahaprajapati telah mendapat anugerah pencapaian kesadaran Buddha dalam Bab “Anjuran untuk Mempertahankan Hukum” Saddharmapundarika-sutra (Bab XIII) dengan gelar Tathagata Sarva-Sattva-Priya-Dharsana. Demikian pula ibu dari Rahula, Yasodhara, bersama para bhiksuni para pengikutnya menjadi Tathagata Rasmi-SataSahasra-Pripurna-Dwaga. Bahkan Dasa Raksasi atau kesepuluh Raksasa Wanita yang berasal dari dunia iblispun telah dapat mencapai kesadaran Buddha. Kalau memang demikian adanya, sepatutnyalah sutra ini semakin dianut oleh kaum wanita. Sebenarnya, membaca satu kalimat dan satu kata serta menyalin satu huruf dan satu titik dari Sutra ini saja sudah merupakan “sebab” untuk melepaskan diri dari penderitaan lahir dan mati serta mencapai kesadaran agung. Oleh sebab itu, orang yang telah berjodoh dengan huruf-huruf sutra ini pasti dapat dibebaskan dari raja neraka Yamaraja. Sementara orang yang telah menulis 64 huruf dari sutra ini, sudah dapat mengirimkan arwah ayahnya ke dunia surga. Karena bagaimanapun juga, diri dan lingkungan Sang Buddha adalah tidak lebih dari icinen manusia biasa. Wujud kesadaran Sang Buddha juga tidak keluar dari pikiran sesat manusia biasa. Mantera gaib (Daimoku) ini akan mencapai dunia akhirat Gridhrakuta (Ryojusen), sehingga 69.000 arwah orang yang telah meninggal pun akan mendapat pancaran sinar emas. Apalagi arwah yang anda doakan telah menjalankan kepercayaan ini sedari masa hidupnya, sehingga dengan kurnia sutra ini pasti akan terlahir di hadapan Buddha dan memperoleh sebab unggul untuk mencapai kesadaran Buddha. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. tertanda, Niciren
32
Samantabadra | Mei 2014
| KUTIPAN GOSYO
1
Sungguhpun demikian, seluruh umat manusia telah tersesat dan keluar dari ibu kota kesadaran sejati dan memasuki pelosok pikiran yang sesat serta hati yang goncang. Sejak saat itu, diantara segala perbuatannya dalam ketiga karma: badan, mulut dan hati, sedikit sekali karma yang baik tetapi banyak karma buruknya.
Buddha disebut memasuki “pelosok pikiran yang sesat dan hati yang goncang”, sebagai lawan kata dari “ibukota kesadaran sejati”. Sebagai akibatnya, setiap perbuatan (karma badan), ucapan (karma mulut) dan perasaan (karma hati) akan bersifat egois, sehingga akan tertimbun karmakarma buruk sifat egois yang tak pernah memikirkan orang lain. Dalam surat tadi dikatakan “Dalam kehidupan satu hari seorang manusia Keterangan : terdapat delapan ratus juta empat ribu Dengan membaca kalimat seperti ini, icinen, tetapi apa yang dibuat dalam setiap kita bisa menyadari betapa buruknya icinen adalah karma ketiga dunia buruk”. keadaan jiwa kita sebelum mengenal Jadi, dalam kehidupan sehari seorang Gohonzon, karena pada waktu itu kita tidak manusia biasa terdapat delapan ratus juta mengenal Dunia Buddha dari Gohonzon empat ribu icinen, tetapi kesemuanya itu yang memiliki kurnia yang begitu besar, tidak pernah terlepas dari keenam dunia. sehingga kita selalu kalah pada hawa nafsu Dalam enam dunia inilah manusia biasa diri sendiri dan terus menerus menimbun mengulangi mati hidupnya berulangkarma buruk. Kesadaran jiwa yang sejati ulang kali. Dalam samsara ini kadang dalam istilah agama Buddha, bahasa kala kita menjadi ayah ibu, suami istri Jepangnya disebut Hossyo Syinnyo No dan sebagainya, senantiasa mempunyai Miyako atau ibu kota kesadaran sejati. jodoh tertentu. Di sini tiada awal tiada Agama Buddha mengumpamakan jiwa akhir, laksana roda pedati yang berputar, Buddha yang terdapat pada dasar jiwa berulang kali lahir dan mati membuat manusia biasa sebagai “Ibukota”, karena karma buruk. jiwa Buddha adalah sumber kebahagiaan Kalau demikian, bagaimanakah mutlak. Oleh karena itu, sumber caranya kita lepas dari triloka? kebahagiaan yang mutlak bukanlah berada Jawabnya ialah dengan kurnia diluar jiwa manusia, melainkan di dalam jiwa manusia. Inilah yang disebut “Ibukota pertapaan Hukum Agama Buddha inilah, kita dapat menerangi kegelapan Kesadaran Sejati” atau “Hossyo Syinnyo kesesatan jiwa dan membuka kesadaran No Miyako”. jiwa yang sejati. Sungguhpun demikian, pada umumnya seorang manusia biasa tak pernah Keterangan : mengenal “Harta Pusaka” termulia yang Pada bagian sebelumnya telah diuraikan, terdapat dalam jiwanya sendiri, sehingga ia selalu mencari kebahagiaan di luar jiwanya bahwa dalam kehidupan seorang manusia biasa selama satu hari, akan timbul dan hidup berdasarkan dirinya yang tidak delapan ratus juta empat ribu icinen, tetapi menentu. Keadaan seperti ini oleh agama
GM
2
GM
Mei 2014 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo kensyu hampir seluruhnya merupakan icinen yang menimbulkan karma buruk. Oleh karena itu, kita selalu berkisar dalam keenam dunia, terutama dalam ketiga dunia buruk; neraka, kelaparan dan kebinatangan, sehingga kita pun tak bisa keluar dari penderitaan keenam dunia dan triloka atau dunia dimana kita masih terikat pada hawa nafsu. Maka pada bagian ini Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa untuk melepaskan diri dari penderitaan triloka dan keenam dunia, tiada jalan lain kecuali kita menjalankan pertapaan agama Buddha ini agar kita dapat menerangi kegelapan kesesatan jiwa kita (Gampo No Mumyo) dan membuka kesadaran jiwa kita yang sejati (Gampo No Hossyo). Mumyo (kesesatan), berarti tidak terang atau kegelapan, tetapi Hossyo (kesadaran) adalah keadaan yang terang. Contohnya adalah, seperti kalau kita berjalan di hutan atau gunung pada waktu malam hari yang gelap gulita, pasti kita merasa sangat takut. Kita tak dapat menduga apa yang akan keluar dan juga kita tak dapat melihat langkah-langkah kita. Dalam keadaan ini sudah tentu jiwa kita penuh dengan rasa takut. Tetapi kalau kita berjalan di hutan atau gunung pada waktu sinar matahari yang terang benderang menerangi sekelilingnya, sudah pasti kita dapat berjalan secara riang gembira sambil menikmati pemandangan yang indah. Demikian pula dengan pertapaan agama Buddha, karena ia akan menerangi jiwa kita yang tertutup oleh kegelapan kesesatan jiwa dengan sinar matahari kesadaran jiwa yang sangat cerah, sehingga kita dapat menikmati hidup ini secara penuh.
3
Lalu Dharma atau Hukum Buddha seperti apakah yang harus kita jalankan untuk
34
Samantabadra | Mei 2014
melepaskan diri dari penderitaan hidup dan mati? Yaitu tidak lain dari Saddharma (Myoho) yang tunggal.
Anak Cabang
Keterangan : Maka pertanyaan yang akan timbul ialah Dharma/hukum mana yang harus kita jalankan untuk menerangi kegelapan kesesatan jiwa dan mengatasi penderitaan hidup dan mati. Maka Niciren Daisyonin menegaskan di sini, bahwa untuk itu tiada jalan lain kecuali Saddharma yang tunggal. “Saddharma yang tunggal� ini oleh Niciren Daisyonin diwujudkan sebagai Dai Gohonzon Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, dan ditinggalkan untuk seluruh umat manusia zaman Akhir Dharma yang kekal abadi. Agama Buddha Niciren Daisyonin yang berintikan Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung ini adalah, agama Buddha yang seperti matahari. Karena kalau kita percaya pada Gohonzon, dan setiap hari menjalankan Gongyo serta penyebutan Daimoku, maka kita akan dapat menikmati hidup ini seakan-akan seperti diterangi oleh matahari. Sedangkan orang yang tidak percaya pada Gohonzon, adalah sama seperti orang yang menutup matanya sendiri, lalu beranggapan bahwa alam ini memang gelap. Maka itu kita perlu membuka mata kepercayaan kita untuk membangun kehidupan kita.
4
Selain sutra ini, tidak ada sutra yang dapat memungkinkan pencapaian kesadaran Buddha. Apalagi pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita sama sekali tidak diizinkan dalam sutra-sutra lainnya.
Anak Cabang
Keterangan : Dalam kalimat ini Niciren Daisyonin menegaskan, bahwa hanya dalam Saddharmapundarika-sutra diajarkan, bahwa kaum wanita dapat mencapai kesadaran Buddha. Karena memang dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra banyak dilontarkan kecamankecaman terhadap kaum wanita. Misalnya, dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra dikatakan, bahwa kaum wanita mempunyai kelima rintangan, yaitu: pertama, ia tidak dapat menjadi Dewa Brahma; kedua, Dewa Indra; ketiga, Raja Mara; keempat, Raja Cakravartin; kelima, seorang Buddha. Kemudian dalam ajaran Kong Hu Cu dikatakan, bahwa pada waktu muda wanita harus tunduk kepada orang tua, pada waktu dewasa tunduk pada suami, pada waktu tua tunduk pada anak. Juga dalam sutra-sutra selain Saddharmapundarikasutra dikatakan bahwa seorang wanita rupanya mirip Bodhisattva tetapi hatinya bagaikan iblis Yaksa, selalu berubahubah tak menentu dan penuh kekeruhan, sehingga tidak akan mungkin menjadi Dewa Brahma, Dewa Indra, Raja Mara, Raja Cakravartin dan Buddha. Dan bukan hanya itu, seorang wanita tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, akan tetapi ia juga menimbulkan nafsu birahi pada kaum pria dan menjadi penggoda untuk menjerumuskannya ke dalam dunia buruk. Dalam sutra-sutra seperti Amitayuvasutra, Amitayur-Dhyana-Sutra dan Sutra Amitabha dikatakan, bahwa jauh di sebelah barat terdapat sebuah tanah suci di mana tidak ada seorang pun kaum wanita, sehingga kaum pria dapat melaksanakan pertapaan agama Buddha dengan tenang. Sutra-sutra ini termasuk sutra-sutra yang paling memandang
rendah kedudukan kaum wanita. Sementara dalam kitab-kitab Tiongkok kuno dikatakan, bahwa kaum wanita mempunyai hati yang bengkok, dan segala malapetaka timbul dari tiga orang wanita. Dalam sutra-sutra tertua ada dialog antara Buddha Sakyamuni dan Ananda. Ananda bertanya pada Sakyamuni mengapa kaum wanita tidak boleh menghadiri upacara-upacara yang resmi dan tak boleh mempunyai pekerjaan. Maka Buddha Sakyamuni menjawab, bahwa kaum wanita tak boleh menghadiri upacara resmi dan tak mempunyai pekerjaan, karena mereka mudah marah, sering cemburu dan iri hati, selalu menyayangi barang dan kikir, kemudian juga mereka bodoh. Tetapi dalam Saddharmapundarika-sutra, semua pandangan yang negatif mengenai kaum wanita ini telah dimusnahkan. Karena Sang Puteri Naga, puteri dari Raja Naga Sagara yang berusia 8 tahun, ketika mendengar khotbah Bodhisattva Manjusri mengenai Saddharmapundarika-sutra di Istana Naga, telah menimbulkan keinginan untuk mencapai kesadaran Buddha, sehingga di Gridhrakuta (Ryojusen), ia telah mencapai kesadaran Buddha dengan keadaan sebagaimana adanya (Sokusyin Jobutsu). Dengan demikian ia telah membuktikan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita.
eee
Mei 2014 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo kensyu
36
Samantabadra | Mei 2014
中文
Mei 2014 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo kensyu
38
Samantabadra | Mei 2014
中文
Mei 2014 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma (Gosyo Zensyu halaman 1305)
LATAR BELAKANG |
K
apan surat ini ditulis dan kepada siapa surat ini diberikan tidaklah jelas. Yang pasti surat ini diberikan kepada seorang wanita. Ada berbagai pendapat mengenai penerima surat ini, kemungkinan ditujukan kepada Sennici Ama, Nicimyo Syonin, atau Myoho Ama, dan lain-lain. Bila mengikuti pendapat yang paling menonjol maka dapat diperkirakan bahwa surat ini dibuat pada tahun Bun-ei ke-10 (1273) dan diberikan kepada Sennici Ama. Surat yang mencatat mengenai makna Gohonzo ini dibuat karena adanya penganugerahan Gohonzon dari Myohorengekyo. Gosyo ini berasal dari hal tersebut. Mengenai waktu ditulisnya
40
Samantabadra | Mei 2014
surat ini diperkirakan tidak begitu lama setelah diwujudkannya Gohonzon di Pulau Sado. Dalam isi surat diajarkan bahwa Gohonzon diwujudkan berdasarkan Saddharmapundarika-sutra. Saddharmapundarika-sutra adalah satu-satunya sutra yang dapat menyembuhkĐ°n penyakit umat di Masa Akhir Dharma. Yang mempunyai tugas untuk menyebarluaskan Saddharma di Masa Akhir Dharma adalah Bodhisattva Muncul dari Bumi. Surat ini menyimpulkan bahwa orang yang mempertahankan Gohonzon akan selalu bersama Bodhisattva yang Muncul dari Bumi.
ISI GOSYO |
G
ohonzon dari Myohorengekyo telah dianugerahkan. Walaupun Mandala ini tertulis dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara, namun Mandala ini merupakan guru dari para Buddha ketiga masa dan mantera yang menjanjikan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita. Mandala ini akan menjadi pelita di dunia setelah kematian dan menjadi kuda yang baik untuk mendaki gunung kematian. Juga bagaikan matahari dan bulan di langit, bagaikan Gunung Semeru di bumi atau bagaikan bahtera yang menyeberangi laut penderitaan hidup mati. Ini adalah guru yang membimbing menuju jalan pencapaian kesadaran Buddha. Selama 2.220 tahun lebih sejak kemoksyaan Sang Buddha, Mandala Agung ini masih belum tersebarluas di Jambudwipa. Pengobatan diberikan sesuai dengan penyakit. Bagi penyakit ringan diberikan obat biasa, namun bagi penyakit berat seyogyanya diberikan obat yang manjur. Selama 2.220 tahun lebih semenjak kemoksyaan Sang Buddha hingga sekarang, karena penyakit dari hawa nafsu dan karma perbuatan buruk umat manusia adalah ringan, para tabib yang disebut orang arif yang hadir nyata secara berkesinambungan telah memberikan obat sesuai dengan penyakitnya. Orang arif ini adalah Sekte Kusya, Sekte Jojitsu, Sekte Ritsu, Sekte Hosso, Sekte Sanron, Sekte Syingon, Sekte Kegon, Sekte Tendai, Sekte Jodo, Sekte Zen dan lain-lain. Setiap sekte tersebut mempunyai obat masing-masing, yakni Enam Wajah Sepuluh Kegaiban dari Sekte Kegon, Delapan Peniadaan Dari Jalan Tengah dari Sekte Sanron, Pandangan Vijnaptimatrata dari Sekte Hosso, 250 sila dari Sekte Ritsu, Gelar nama Buddha Amitabha dari Sekte Jodo, Pencapaian Kesadaran Buddha Dengan Melihat Sifat dari Sekte Zen, Pandangan Lima Roda dari Sekte Syingon, Icinen Sanzen dari Sekte Tendai dan lain-lain. Di dunia sekarang ini, setelah memasuki Masa Akhir Dharma, akar bakat umat tidak dapat disembuhkan dengan obat biasa dari berbagai sekte. Ditambah lagi bahwa umat di negeri Jepang, semuanya telah menjadi orang icchantika; Pemfitnah Dharma besar. Jika diupamakan, perbuatan buruk umat negeri Jepang lebih berat daripada perbuatan-perbuatan buruk besar membunuh ayah dan ibu, gerakan memberontak, mengeluarkan darah dari badan Buddha dan lain-lain. Negeri Jepang telah dipenuhi oleh umat yang masing-masing berbuat buruk sangat besar. Perbuatan buruk yang sangat besar ini melampaui perbuatan buruk seseorang yang berusaha sendiri mencabut mata seluruh umat dari tiga ribu ribuan bumi besar, serta membakar kuil dan stupa dari dunia 10 penjuru. Oleh karena itu, Dewa Langit dengan marah menatap tajam negeri Jepang setiap hari. Oleh karena marah, Dewa Bumi selalu menggetarkan badannya. Namun seluruh umat negeri Jepang, masing-masing berpikir bahwa dirinya sendiri tidak bersalah dan pasti dapat meninggal dengan tenang serta dapat mencapai kesadaran Buddha. Orang buta tidak dapat melihat dan mengetahui matahari yang bersinar terang. Misalnya, meskipun gema besar dari pemukulan genderang seperti gempa bumi tidak dapat dirasakan oleh orang yang sedang tidur pulas. Demikian Mei 2014 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo cabang pula seluruh umat negeri Jepang. Perbuatan buruk kaum pria lebih berat daripada perbuatan buruk kaum wanita. Perbuatan buruk Bhiksu lebih berat daripada perbuatan buruk Bhiksuni. Perbuatan buruk Guru-Dharma yang mempertahankan sila lebih berat daripada perbuatan buruk Bhiksu yang melanggar sila. Perbuatan buruk orang arif lebih berat daripada perbuatan buruk Bhiksu yang mempertahankan sila. Orang-orang tersebut di atas seperti penderita kusta putih di antara penderita kusta dan penderita kusta putih besar di antara penderita kusta putih. Jika dipikirkan, tabib agung dan obat manjur yang bagaimanakah yang dapat menyembuhkan penyakit berat dari seluruh umat manusia Masa Akhir Dharma? Mantera dari vajra-jnana dari Tathagatha Mahavarocana dan mudra dari Tathagatha Mahavairocana, 48 doa dari Tathagatha Amitabha, 12 doa besar dan Tathagatha Baisyajaraja, khususnya prasetya untuk mengusir semua penyakit umat di antaranya tidak dapat berfungsi sebagai obat yang menyembuhkan penyakit berat ini. Mereka bukan hanya tidak dapat memusnahkan, bahkan akan menambah parah penyakit tersebut. Untuk Masa Akhir Dharma seperti ini, pembabar utama Buddha Sakyamuni mengumpulkan Tathagatha Prabutaratna dan para Buddha Bunsyin dari 10 penjuru. Beliau meninggalkan sebuah obat manjur, yakni lima aksara Myo-ho-ren-ge-kyo. Aksara ini tidak dititipkan kepada para Bodhisattva seperti Dharmaprajna Gunavana, Kudokunin, Vajrasattva, Samantabhadra, Manjusri, Bhaisyajaraja, Avalokitesvara dan lain-lain. Apalagi kaum Dwiyana seperti Kasyapa, Sariputra dan lain-lain tidak usah disebut lagi. Terdapat empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhivattva Visistakaritra dan lain-lain. Empat Bodhisattva ini telah menjadi murid Tathagata Sakyamuni semenjak 500 asam kheya kalpa koti. Dalam sekejap pun mereka tidak pernah melupakan Buddha. Buddha mengundang keluar para Bodhisattva Agung ini dan memberikan lima aksara. Empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhisattva Visistakaritra dan lain-lain akan berdiri mendampingi di depan, belakang, kiri dan kanan dari kaum wanita yang memegang obat manjur ini (lima aksara). Jika wanita ini berdiri, empat Bodhisattva Agung juga ikut berdiri. Sedangkan ketika wanita ini berjalan, empat Bodhisattva Agung ini juga ikut berjalan. Hal ini bagaikan tubuh dan bayangan, ikan dan air, suara dan gema, bulan dan sinar. Jika empat Bodhisattva agung ini meninggalkan wanita yang menyebut Nammyohorengekyo, badan Para Bodhisattva ini akan menerima kemarahan dari Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan Para Buddha Bunsyin dari Sepuluh Penjuru. Maka dapat dipastikan bahwa dosa mereka lebih besar daripada dosa Devadatta dan hendaknya diketahui akan menjadi kata bualan besar dari Kokalika. Betapa gembiranya, betapa gembiranya! Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. tertanda, Niciren
42
Samantabadra | Mei 2014
CATATAN
1. Enam Wajah Sepuluh Kegaiban: Analisis dunia gejala dari sudut perbedaan dan persamaan. Enam wajah adalah enam aspek mengenai keseluruhan segala benda, yaitu: a. Wajah keseluruhan: keseluruhan terdiri dari bagian-bagian. b. Wajah khusus: saling ketergantungan dari bagian-bagian membentuk keseluruhan. c. Wajah persamaan: kesatuan dari bagian-bagian dalam keseluruhan. d. Wajah perbedaan: keanekaragaman dari bagian-bagian. e. Wajah pembentukan: leanekaragaman membentuk keseluruhan. f. Wajah pemusnahan: ciri khas dari bagian-bagian. Manusia biasa melihat keenam wajah ini secara terpisah-pisah. Sedangkan mata orang arif melihat keenam wajah ini saling terpadu dengan sempurna. Sepuluh kegaiban ialah sepuluh sifat khas dari hubungan timbal balik yang erat dari segala gejala dan merupakan jodoh yang peka dan mendalam. Keenam wajah di atas diuraikan dari sepuluh segi ini. Baik Enam Wajah maupun Sepuluh Kegaiban adalah pintu hukum yang berkaitan dengan pandangan hukum yang ditegakkan oleh Sekte Keigon. 2. Delapan Peniadaan dari Jalan Tengah: Delapan ungkapan peniadaan dalam sastra Madhayamaka-karika dari Nagarjuna, “Bukan lahir maupun musnah, bukan berhenti maupun abadi, bukan keseragaman maupun perbedaan, bukan datang maupun pergi�. Doktrin Delapan Peniadaan menunjukkan, bahwa Jalan Tengah atau Wajah Sesungguhnya Segala Gejala tidak dapat diartikan, baik sebagai keberadaan yang tak terjangkau pikiran maupun ketidakberadaan yang tak terjangkau pikiran-pikiran, melainkan sunyata dan melampaui keduanya. 3. Pandangan Vijnaptimatratta: pandangan segala gejala timbul dari alayavijnana (gudang karma). 4. Pandangan lima roda: suatu bentuk meditasi rahasia yang bertujuan agar seseorang menyadari bahwa diri sendiri dan lingkungan terdiri dari lima unsur, yakni tanah, air, api, angin dan ruang; bahwa lima bagian dari tubuh, mahkota, wajah, dada, perut dan lutut, semuanva diatur oleh lima ucapan mantera rahasia, avarahakha; dan bahwa badan seseorang pada hakekatnya adalah Tathagata Lima Prajna yang merupakan perwujudan dari lima aspek dari prajna Buddha Mahavairocana. Mei 2014 | Samantabadra
43
materi ajaran | gosyo cabang | KUTIPAN GOSYO
1
Walaupun Mandala ini tertulis dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara, namun Mandala ini merupakan pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita. Keterangan: Aksara Mandala (Nammyohorengekyo) ini adalah Lima Aksara - Tujuh Aksara. Meskipun demikian, aksara ini merupakan inti sari Saddharmapundarika-sutra dan di dalam aksara tersebut terkandung teori mendasar Icinen Sanzen. Dengan menyadari Nammyohorengekyo, maka para Buddha ketiga masa menjadi Buddha. Dengan demikian Nammyohorengekyo berarti ‘Guru’. Pencapaian Kesadaran Buddha dari kaum wanita adalah pintuhukum yang hanya dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra. Maka, ‘Mantera yang menjanjikan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita’ tidak perlu diragukan lagi. Baik Buddha Sakyamuni maupun Mahaguru Tien-tai telah menguraikan hukum sumber pokok dari segala gejala alam semesta, namun tidak dapat membabarkan badan hukum itu sendiri. Di dalam Saddharmapundarika-sutra juga dibabarkan sebagai Hukum pokok dari Empat Bait, Mahaguru Tien-tai menerangkannya sebagai Icinen Sanzen, namun karena `menyimpan dalam hati dan membabarkan ajaran keluar sesuai waktu’, Beliau tidak dapat menjelaskan Badan Hukum tersebut. Yang menerangkan Nammyohorengekyo sebagai Hukum Sumber Pokok adalah Niciren Daisyonin. Sesudah menegakkan Daimoku pada tahun Kenco ke-5 (1253), Niciren Daisyonin mulai mewujudkan Gohonzon pada 44
Samantabadra | Mei 2014
bulan ke-1O tahun Bun-ei ke-8 (1271). Oleh karena itu dikatakan, “Selama 2.220 tahun lebih sejak kemoksyaan Sang Buddha, Mandala Agung ini masih belum tersebarluas di Jambudwipa.” Kiranya Mandala ini terlalu sederhana karena hanya terdiri dari Lima Aksara Tujuh Aksara. Akan tetapi sebaliknya justru karena merupakan teori dasar akar pokok, maka mandala tersebut dapat menjadi sederhana Lima Aksara - Tujuh Aksara. Oleh karena sederhana, seluruh umat dapat melaksanakan dan dimungkinkan pula untuk mencapai kesadaran Buddha. Dengan diwujudkannya Nammyohorengekyo menjadi sehelai Gohonzon dapat dikatakan bahwa Hukum Buddha benar-benar adalah untuk seluruh umat. Jika untuk mencapai kesadaran tetap mensyarakatkan Pintu - Hukum yang sukar dimengerti dan pertapaan berulang kali yang sangat jauh, maka umat akan menjadi semakin jauh dari Hukum Buddha. Hukum Buddha Niciren Daisyonin adalah Hukum Buddha yang sesungguhnya untuk umat. Dengan menyebut Daimoku di hadapan Gohonzon umat dapat manunggal dengan Gohonzon yang diwujudkan mencakup segalanya dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara.
2
Selama 2.220 tahun lebih semenjak kemoksyaan Sang Buddha hingga sekarang, karena penyakit dari hawa nafsu dan karma perbuatan buruk umat manusia adalah ringan, para tabib yang disebut orang arif yang hadir nyata secara berkesinambungan telah memberikan obat sesuai dengan penyakitnya.
Keterangan: Bagian ini menerangkan bahwa Gohonzon dari Sandaihiho yang ditegakkan oleh Niciren Daisyonin setelah kemoksyaan Sang Buddha adalah obat manjur agung yang belum pernah ada hingga sekarang. Obat apakah yang ditegakkan dan ditunjukkan oleh agama Buddha yang ada hingga sekarang ini sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit umatnya? Sesudah kemoksyaan Buddha Sakyamuni, yakni pada Masa Saddharma dan Pratirupadharma, jiwa umat manusia masih belum kotor dan karma perbuatan buruknya masih ringan sehingga masih dapat dibimbing dengan ajaran Hinayana. Semi Mahayana dari Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra. Dikatakan bahwa umat Masa Akhir Dharma penuh dengan tiga racun yang kuat dan berkobarkobar. Namun, benarkah akar bakat orang-orang di Masa Akhir Dharma lebih buruk daripada di Masa Saddharma dan Pratirupadharma? Sekilas kelihatannya tiga racun, yakni keserakahan, kemarahan dan kebodohan lebih kuat pada masa lalu daripada masa sekarang. Mungkin tingkat kecerdasan manusianya tidak terlalu berbeda. Akan tetapi, pada masa lalu manusia tidak memperdulikan pembunuhan, bahkan ajang pembunuhan pernah dijadikan sebagai pertunjukan. Berdasarkan kenyataan ini dapat diperkirakan keserakahan dan kemarahan sangat kuat. Jika dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang canggih pada masa sekarang, pasti masa lalu dianggap lebih bodoh. Namun demikian mengapa tetap dikatakan bahwa umat Masa Akhir Dharma penuh tiga racun yang kuat dan berkobar-kobar? Memang meskipun pada zaman sekarang
masih terdapat adat istiadat yang kasar atau biadab, namun pada umumnya mengutamakan keagungan jiwa. Misalnya, hukuman mati mulai dipermasalahkan dan dihindari, dilarangnya penyiksaan di dalam penjara atau perilaku-perilaku lain yang dapat melukai jiwa. Namun perselisihan dan pertikaian masih saja terus terjadi. Tiga racun, yakni keserakahan, kemarahan dan kebodohan masih tetap kuat berkobarkobar. Pada setiap zaman memang terdаpat tiga racun yang kuat. Kenyataannya, dengan terjadi perubahan teknologi, perilaku dari tiga racun itu semakin licik. Pada zaman sekarang mungkin melukai orang secara terang-terangan sudah berkurang, tetapi banyak terjadi di depan orangnya tersenyum di belakang membuat kejahatan ataupun pembunuhan dengan kejam. Inilah yang disebut Masa Akhir Dharma. Hawa nafsu sederhana yang berskala kecil, berkisar di sekeliling diri sendiri berubah menjadi hawa nafsu besar berskala negara maupun dunia. Kita pernah mengalami kejamnya peperangan yang berskala dunia. Meskipun ilmu pengetahuan semakin maju sehingga kelihatannya manusia semakin pandai, sebaliknya malahan semakin meragukan agama, filsalat yang mengajarkan hal terpenting dalam kehidupan. Pernah terjadi peristiwa yang menunjukkan dendam kesumat dan kebencian yang membabi buta kepada filsafat yang agung maupun agama tertentu. Kecenderungan ini tidak lain dari `kebodohan’. Karma dosa yang dilakukan manusia juga semakin besar. Rasa egois manusia tidak hanya menyebabkan terjadinya bunuhmembunuh di antara manusia, tetapi juga tak henti-hentinya melakukan perbuatan yang mengorbankan segalanya. Dusta dan Mei 2014 | Samantabadra
45
materi ajaran | gosyo cabang perbuatan licik semakin lama semakin kejam. Demikianlah keadaan umat dari Masa Akhir Dharma. Karma perbuatan buruk dari hawa nafsunya berat. Obat yang keras dan manjur tidak diperlukan bagi penderita penyakit ringan, namun diperlukan bagi penderita penyakit berat. Demikan pula, umat yang mempunyai akar bakat yang baik dapat memperoleh kesadaran melalui ajaran Hinayana, Semi Mahayana dan lain-lain. Umat yang berakar bakat rendah tak dapat diselamatkan dengan ajaran biasa, harus dengan ajaran yang paling kuat. Umat yang mempunyai akar bakat yang telah dibina dapat memahami dan menjalankan pertapaan hanya dengan pembabaran teori yang sesungguhnya serta perumpamaan yang mudah dan sebab jodoh. Namun bagi umat yang akar bakatnya belum dibina, dari awal harus diajarkan mengenai badan hukum yang tinggi dan mutlak secara langsung serta harus diwujudkan fungsi kekuatan yang agung tersebut. Keterangan makna ajaran dan teorinya boleh dijelaskan kemudian. Umat pada Masa Saddharma dan Pratimpadharma tidak mempunyai keraguan terhadap agama itu sendiri. Pada masa-masa itu, cukup diajarkan cara pertapaan yang jelas dan nyata, yakni melaksanakan sila, atau cara membaca, menyebut sastra dan sutra serta menyalinnya. Juga, hanya dengan memuji keagungan Sang Buddha dan keagungan tanah suci Sukhavati, dapat memasuki Jalan Kebuddhaan. Umat Masa Akhir Dharma mempunyai keraguan terhadap agama itu sendiri. Untuk umat seperti itu, harus ditunjukkan secara nyata mengenai hal yang dapat mengatasi penderitaan hidup mati dari akar pokok serta memecahkan dan mematahkan lapisan 46
Samantabadra | Mei 2014
keraguan yang cukup kuat itu. Inilah sebabnya tanpa Hukum Buddha Niciren Daisyonin, umat Masa Akhir Dharma tidak dapat diselamatkan.
3
Ditambah lagi bahwa umat di negeri Jepang, semuanya telah menjadi orang icchantika; pemfitnah Dharma besar. Jika diumpamakan, perbuatan buruk umat negeri Jepang lebih berat daripada perbuatan-perbuatan buruk besar membunuh ayah dan ibu, gerakan memberontak, mengeluarkan darah dari badan Buddha dan lain-lain. Keterangan : Pada bagian ini ditunjukkan dengan tegas bahwa di Masa Akhir Dharma ini umat negeri Jepang telah sangat melanggar perbuatan buruk pemfitnahan Dharma yang besar. Pemfitnahan Dharma tersebut terutama dilakukan oleh orang yang seharusnya membimbing orangorang yang sedang mempelajari Hukum Buddha menuju jalan yang benar. Malahan perbuatan buruk pemfitnahan orang ini lebih berat dari yang lainnya. Peringatan akan hal ini merupakan peringatan yang tegas untuk para pemimpin agama Buddha. Kutipan kalimat di atas menegaskan betapa beratnya perbuatan buruk pemfitnahan Dharma melalui perbandingan dengan lima perbuatan buruk besar. Lima perbuatan buruk besar adalah perbuatan buruk yang mengakibatkan imbalan yang berat. Hal ini karena telah melukai orang yang berbudi besar dalam rangka menjalani kehidupan sebagai manusia yang terlahir di masa ini. Gerakan memberontak adalah salah satu dan lima perbuatan buruk besar, yaitu yang disebut memecah belah himpunan
penganut. Maka orang yang melanggar lima perbuatan buruk besar pasti akan terjatuh ke dalam Neraka Avici. Mengapa perbuatan buruk pemfitnahan Dharma lebih berat dan lima perbuatan buruk besar? Hal ini berdasarkan cara pemikiran mengenai perbuatan buruk dalam Hukum Buddha. Memang, lima perbuatan buruk besar merupakan perbuatan buruk yang berat. Akan tetapi belum tentu merupakan perilaku memusuhi Hukum Buddha sendiri. Baik membunuh ayah, ibu, arahat maupun memecah-belah himpunan penganut dan juga mengeluarkan darah dari badan Buddha, jika dilakukan berdasarkan pemfitnahan Dharma, maka akan termasuk sebagai pemfitnahan Dharma. Pemfitnahan Dharma adalah perilaku memfitnah Dharma itu sendiri, sehingga merupakan perbuatan buruk yang sangat besar. Dalam ajaran agama Buddha, Hukum adalah terunggul dan teragung karena merupakan bibit untuk melahirkan seluruh Buddha, para Bodhisattva dan lainnya. Maka perbuatan buruk memfitnah Dharma sangatlah besar tanpa batas. Berdasarkan sudut pandang umum dan hukum negara, perbuatan yang tidak disengaja tidak menjadi tindakan kriminal. Perbuatan lima perbuatan buruk besar tidak mungkin tidak disertai keinginan tertentu. Tetapi jika tidak ada hati memusuhi Hukum Buddha yang tiada tara dan sangat agung, perbuatan itu dapat dipikirkan lebih ringan dari pada pemfitnahan Dharma. Jika lima perbuatan buruk besar dilakukan bersumber pada pemfitnahan Dharma, memang wajar untuk menerima hukuman yang besar. Hal ini karena kedua perbuatan buruk dari pemfitnahan Dharma dan lima perbuatan buruk besar saling melipatgandakan
hukuman. Meskipun melanggar lima perbuatan buruk besar, jika menyadari Hukum Sebenarnya dan menumpuk pertapaan Jalan ke-Buddha-an, perbuatan buruk ini dapat dihapuskan dengan mudah. Perilaku memfitnah Dharma adalah perilaku mematahkan bibit Buddha sendiri, yakni kepercayaan kepada Hukum Sebenarnya yang merupakan Hukum inti hakekat. Yang dikatakan pemfitnahan Dharma lebih berat dari lima perbuatan buruk besar adalah wajar karena menutup diri sendiri dari Jalan Pencapaian Kesadaran Buddha seperti yang dikatakan dalam Saddharmapundarika-sutra. Dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Kemudian mereka memutuskan seluruh bibit Buddha dalam masyarakat�.
4
Namun seluruh umat negeri Jepang, masing-masing berpikir bahwa dirinya sendiri tidak bersalah dan pasti dapat meninggal dengan tenang serta dapat mencapai Kesadaran Buddha. Keterangan : Apa yang diuraikan dalam kalimat di atas sama dengan pandangan keagamaan yang paling menonjol dalam masyarakat sekarang. Mungkin juga sama dengan zaman Niciren Daisyonin hidup, jarang sekali orang yang menolak agama secara total. Pada umumnya orang pernah mengakui bahwa ia membutuhkan agama. Mereka juga berpikir bahwa mereka sendiri mementingkan agama. Mereka merayakan hari Natal, pada tahun baru pergi ke kuil dengan membeli jimat pelindung dari kuil. Dengan caracara seperti ini, mereka berpikir telah mementingkan upacara keagamaan, sehingga akan memperoleh karunia Mei 2014 | Samantabadra
47
materi ajaran | gosyo cabang manfaat. Cara berpikir seperti ini sebenarnya sama saja dengan tidak mengetahui apa-apa tentang agama. Justru orang yang mengatakan bahwa mementingkan agama itu akan menbantah secara total analisis dan kritikan yang rinci terhadap ajaran agamanya. Ia menganggap hal itu merendahkan agamanya. Oleh karena itu dalam melakukan syakubuku demi tercapainya kosenrufu sangat penting untuk memberitahukan orangorang yang berpura-pura pandai itu atas ketidaktahuan mereka.
5
Perbuatan buruk kaum pria lebih berat dari pada perbuatan buruk kaum wanita. Perbuatan buruk bhiksu lebih berat pari pada bhiksuni. Perbuatan buruk Guru Dharma yang mempertahankan sila lebih berat dari pada bhiksu yang melanggar sila. Perbuatan buruk orang arif lebih berat dari pada bhiksu yang mempertahankan sila.
Keterangan : Pada masa surat ini ditulis; pengaruh kaum pria lebih besar dari pada kaum wanita. Pengaruh dari bhiksu yang telah meninggalkan keduniawian juga lebih besar dari pada penganut awam. Bhiksu ketika itu menempati kedudukkan kaum intelektual. Kalau orang yang tidak mempunyai kedudukan dalam masyarakat mengkritik Hukum Buddha, tidak akan terlalu memengaruhi banyak orang. Tetapi jika kritikan itu dilontarkan oleh orang yang dihormati orang banyak, tentu akan banyak diikuti dan dipercaya. Apalagi bila dilakukan oleh seorang bhiksu yang dianggap sudah mahir dalam ajaran Buddha. Jika ia mempunyai pendirian mengkritik Hukum Sebenarnya 48
Samantabadra | Mei 2014
dan dengan itu menipu orang banyak, perbuatan buruknya sangat besar. Terlebih lagi bagi orang yang dihargai seperti Buddha hidup, karena dianggap sebagi bhiksu yang bersifat bersih dan unggul. Bila ia membohongi orang banyak dan memfitnah Dharma terhadap Hukum Sebenarnya, tidak ada perbuatan buruk lain yang dapat menandingi perbuatan buruknya. Devadatta dibabarkan jatuh hidup-hidup ke neraka Avici karena Ia telah menentang Buddha Sakyamuni. Ia melawan Sang Buddha dalam kedudukannya sebagai saudara sepupu dan yang dihargai oleh bermacam-macam orang, terutama oleh Raja Ajatasatru. Ryokan dari Kuil Gokuraku dianggap sebagi contoh utama dari Tiga Jenis Musuh Kuat. Ia menentang Niciren Daisyonin dengan menggunakan taktik yang sangat licik, meskipun ia dihargai sebagai bhiksu yang mempertahankan sila. Apabila orang yang mempunyai kedudukkan penting dalam masyarakat dan dunia keagamaan mengkritik hukum sebenarnya, sekalipun dilakukan menuruti perasaan sendiri, ia akan diikuti orang banyak secara membabi-buta. Maka perbuatan buruk mengkritik orang ini lebih besar jika dibandingkan dengan perbuatan buruk mengkritik dari orang yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan kemasyarakatan maupun ajaran agama Buddha. Hal ini karena sukar menemukan kekeliruan kritikan orang tersebut. Sebagai umpama, ia mengatakan tidak mau melepaskan atau mengganti kepercayaan yang sudah merupakan warisan leluhur turun-temurun. Ia bukan hanya mengatakan tidak menyukai sekte kita, bahkan juga mengatakan bahwa semua ajaran adalah sama karena
semuanya dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni. Demikianlah keterangan dan alasannya seakan-akan benar, sehingga mudah diikuti orang banyak. Apalagi hal seperti sekte Syingon yang mengaku bahwa pintu Hukum Icinen Sanzen terdapat dalam sutra Mahavairocana. Sekalipun mereka mencuri makna dan memutarbalikkannya, orang biasa tidak menyadarinya. Dengan demikian pemfitnahan Dharma seperti itu lebih berat perbuatan buruknya. Jika orang yang mempertahankan Gohonzon mundur dari hati kepercayaan lalu mengkritik Gohonzon, tidak diragukan lagi perbuatan buruknya akan lebih besar dari pada orang yang tidak percaya kepada Gohonzon dan melakukan hal yang sama. Pengaruh perilakunya pada masyarakat dari orang yang sedang menjalankan hati kepercayaan akan lebih besar, prajna-nya yang licik juga lebih hebat. Itulah sebabnya ia berbuat buruk lebih berat. Hendaknya mawas diri dan selalu waspada atas kemunduran hati kepercayaan serta jangan mudah mengkritik.
6
Mantera dan vajrajnana dari Tathagata Mahavairocana dan mudra dari Tathagata Mahavairocana, 48 doa dari Tathagata Amitabha, 12 doa besar dari Tathagata Bhaisyaraja, tidak dapat berfungsi sebagai obat yang menyembuhkan penyakit berat ini. Mereka bukan hanya tidak dapat memusnahkan penyakit bahkan akan menambah parah penyakit tersebut. Keterangan : Pada bagian ini, untuk seluruh umat Masa Akhir Dharma yang berkarma paling buruk dan berbuat buruk paling berat,
Niciren Daisyonin menguraikan bahwa hanya Saddharma yang merupakan intisari Saddharmapundarika-sutra. Saddharma inilah yang diserahterimakan kepada Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Kutipan kalimat di atas memecahkan makna ajaran yang diwakili oleh Sekte Syingon, Sekte Jodo dan Sekte Tendai. Dikatakan bahwa ajaran dari sektesekte itu bukan hanya tidak ada karunia kebajikannya di Masa Akhir Dharma, bahkan akan menambah parah penyakit. Ajaran Semi Mahayana mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan umat pada 500 tahun akhir masa Saddharma dan Ajaran Bayangan Saddharmapundariksutra dapat menyelamatkan manusia masa Pratirupadharma. Namun sesudah memasuki Masa Akhir Dharma, ajaranajaran tersebut tidak ada karunia kebajikannya lagi, bahkan akan menambah parah penyakit. Apa sebabnya? Pertama, karena mereka memfitnah Dharma terhadap Hukum Sebenarnya. Sekte Syingon mengkritik dengan mengatakan, “Teori sama, fakta lebih unggul.” Sekte Amida mengatakan, “Teori jauh mendalam, yang memahami sedikit,” dan , “Di antara seribu tidak ada satu (yang mencapai kesadaran Buddha).” Meskipun Sekte Tendai menjadikan Saddharmapundarika- sutra sebagai sutra andalan, tetapi menganggapnya sama dengan sekte Syingon akhirnya menjadi pemfitnah Dharma. Obat manjur kalau dicampur dengan racun akan menjadi obat beracun, sehingga wajar akan makin membuat parah penyakit dari pada menyembuhkannya. Dalam bab III Perumpamaan Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Dan memfitnah sutra ini mengenai imbalan perbuatan buruk orang ini dengarlah sekali lagi jika Mei 2014 | Samantabadra
49
materi ajaran | gosyo cabang mereka menggunakan jalan pengobatan dan mengikuti aturan penyembuhan sebagaimana biasa kemudian hanya akan ditambah penyakit lainnya, atau akan membuat (pasien) mati dengan sia-sia. Jika diri sendiri jatuh sakit, tak seorang pun dapat menyelamatkan dan menyembuhkan mereka, meskipun telah meminum obat manjur. Bahkan sebaliknya menjadi parah�. Kedua, karena ajaran tersebut mengganggu pertapaan Hukum Sebenarnya. Umat masa akhir Dharma adalah umat yang mempunyai akar bakat dapat mewujudkan Dunia Buddha. Umat ini dapat mewujudkan Dunia Buddha dengan menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo yang membabarkan wajah fakta sesungguhnya dari jiwa. Jika kepada umat ini diajarkan tentang meninggal dengan tenang ke Dunia Sukhavati yang berarti melarikan diri dari kenyataan serta dianjurkan melakukan pertapaan pengamatan hati dan pengamatan hukum secara teoritis, umat ini sebaliknya akan merasa kebohongan ajaran tersebut dan juga merasakan bahwa ajaran itu terlepas dari kehidupan nyata sekarang ini. Pada akhirnya mereka menjadi terlepas dari Hukum Buddha itu sendiri. Pertapaan pengamatan hati dan pengamatan hukum secara teoritis adalah pertapaan yang tidak nyata dan jelas di zaman sekarang yang mementingkan hal nyata ini. Apabila kalender tahun lalu digunakan pada tahun ini tentu akan timbul kekacauan. Ilmu meramal pernah berlaku pada zaman ilmu kedokteran belum maju. Tetapi sekarang ilmu kedokteran sudah sedemikian maju, kalau tetap mengandalkan ilmu meramal, itu akan menghambat penyembuhan penyakit. Memikirkan hal ini, pada Masa Akhir Dharma hanya Hukum Buddha 50
Samantabadra | Mei 2014
Niciren Daisyonin sajalah yang merupakan ajaran yang tepat dengan waktu. Ajaran lainnya akan menjadi sesuatu yang menyembunyikan dan menutup Saddharma.
7
Empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain akan berdiri mendampingi di depan, belakang, kiri dan kanan dari kaum wanita yang memegang obat manjur ini (lima aksara). Jika wanita ini berdiri, maka empat Bodhisattva Agung juga ikut berdiri.
Keterangan : Bagian ini menjelaskan tentang besarnya kekuatan kebajikan Gohonzon yang merupakan obat manjur agung dari Masa Akhir Dharma. Hal tersebut dijelaskan dengan menggunakan contoh yang mudah mengenai perlindungan Empat Bodhisatva. Di sini dikatakan, karena Empat Bodhisattva akan melindungi dengan kuat di depan, belakang, kiri dan kanan dari umat yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, maka kita sama sekali tidak perlu merasa takut. Seandainya Empat Bodhisattva ini malas melindungi, Buddha akan memarahi mereka. Juga diajarkan bahwa karunia kebajikan percaya kepada Saddharma adalah besar dan mutlak. Pada umumnya empat bodhisattva, yakni Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain, diuraikan sebagai Bodhisattva yang melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Pada khususnya, Niciren Daisyonin sendiri yang berfungsi luar sebagai kelahiran kembali Bodhisattva Visishtakaritra. Maka Niciren Daisyonin pasti akan
melindungi Sennici Ama sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Berdasarkan uraian ini renungkanlah makna pokok dari `melindungi’. Orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra sendiri sudah merupakan Bodhisattva Muncul dari Bumi. Inilah yang dimaksud dengan kalimat, “Jika wanita ini berdiri, maka para Bodhisattva Agung ini juga ikut berdiri”. Wanita ini yakni Sennici Ama, berdiri sendiri sebagai Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Yang dimaksud dengan `melindungi’ dalam Hukum Buddha, bukan berarti dewa pelindung akan melindungi orang yang tidak mempunyai kekuatan. Pada waktu berdiri dengan tegas sebagai Bodhisattva Muncul Dari Bumi dan sebagai keluarga pokok Niciren Daisyonin, para dewa akan mengikuti dan bergerak untuk menjaga orang itu seperti menjaga majikan. Disinilah terdapat makna `melindungi’. Bukan bermakna melindungi orang yang percaya karena pendiriannya lemah dan tidak mempunyai kekuatan sehingga dikasihani oleh Buddha. Bagaimanapun, orang yang mempertahankan Saddharma mengatur gerakan dan fungsi dari dewa pelindung untuk mengeluarkan kekuatan sepenuhnya. Para Buddha, Bodhisattva dan pelindung bukan bertindak sebagai majikan.
Justru orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dipandang sebagai majikan. Sekalipun dikatakan sebagai dewa pelindung, bukan terwujud nyata dengan rupa yang khusus atau bentuk tertentu yang menandakannya. Diuraikan seperti itu adalah agar lebih mudah dipahami umat. Baik Dewa Matahari, Dewa Bulan, dan lain-lain adalah nama yang diberikan pada fungsi `gerakan melindungi jiwa umat’. Oleh karena itu, bagaimana menerima dan menggunakan fungsi melindungi jiwa ini tergantung pada kekuatan jiwa orang itu sendiri. Orang yang kekuatan jiwanya sudah lemah dan mundur, betapapun suasana lingkungannya baik, tidak dapat menerima fungsi tersebut sebagai bahan gizi yang baik. Sebagai akibatnya, tidak ada jawaban perlindungan. Dengan percaya kepada Gohonzon, pelaksana Saddharmapundarika-sutra akan mewujudnyatakan jiwa Buddha pokok pada badan sendiri sehingga segalanya akan menjadi gerakan perlindungan atau gerakan para dewa. Inilah yang dimaksud dengan pembabaran dalam bab VI, Penganugerahan yang berbunyi, “Meskipun ada iblis Mara dan manusia Mara, semuanya akan menjaga Hukum Buddha.” eee
Catatan
Mei 2014 | Samantabadra
51
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Mari Kunjungan Anggota
Pertanyaan: Saya kerap kali melakukan kunjungan anggota, tetapi sering kali merasa bingung karena tak tahu harus membicarakan apa. Apalagi untuk memberi bimbingan, sama sekali tidak bisa. Mungkinkah saya tidak berbakat untuk mengunjungi anggota ? Bagaimanakah sikap seharusnya dalam mengunjungi anggota? Jawab: Pemikiran, bahwa kunjungan anggota hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu saja adalah keliru. Setiap orang pasti dapat melakukan kunjungan anggota karena hal ini merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh setiap manusia. Bukankah bertamu ke tempat orang lain merupakan hal yang wajar untuk dilakukan? Lebih jauh, kunjungan anggota merupakan pelaksanaan maitri karuna. Para Buddha telah memberi teladan mengenai hal ini. Seumur hidup, Buddha Sakyamuni menghabiskan waktunya untuk berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya untuk membabarkan ajaran. Bukankah ini berarti Beliau mengunjungi anggota? Buddha Niciren Daisyonin 52
Samantabadra | Mei 2014
sendiri mengalami penganiayaan hukum Komatsubara ketika sedang dalam perjalanan mengunjungi murid-Nya yang bernama Kudo Yosyitaka. Dan juga, Beliau meninggal di tempat kediaman muridNya, Ikegami. Perilaku Buddha menunjukkan, bahwa kunjungan anggota adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh setiap umat Buddha. Jelas kita juga dapat melakukannya. Semangat kunjungan anggota dari 3.000 tahun yang lalu hingga saat ini tetap sama, yaitu bertujuan memberitahu orang lain mengenai Hukum agama Buddha agar orang tersebut dapat keluar dari penderitaannya. Dalam mengunjungi anggota hendaknya ada satu keyakinan dan orang yang mengunjungi bahwa setiap orang membutuhkan Gohonzon dan Sandaihiho. Tak ada jalan lain untuk mencabut penderitaan dari akarnya kecuali dengan benar-benar percaya kepada Gohonzon dan membangkitkan kekuatan jiwa Buddha yang ada di dalam diri orang tersebut. Dengan semangat kunjungan yang seperti itulah susunan NSI dibangun. NSI adalah organisasi kejiwaan yang antara satu orang dengan lainnya terdapat ikatan kejiwaan;
sama sekali bukan organisasi massa. Justru dengan mempertahankan semangat kunjungan anggota yang terdapat jalinan kejiwaan antara satu manusia dengan manusia lainnya inilah semangat Hukum agama Buddha dapat diteruskan. Orang yang dikunjungi tentu kebanyakan adalah orang yang mempunyai hati kepercayaan yang belum mantap. Ketidakmantapan hati kepercayaan ini tentu tercermin dalam kehidupan. Dalam keadaan menderita sudah sewajarnya orang ingin cepat-cepat lepas dari penderitaannya secara nyata. Sulit sekali orang yang menderita dapat menerima, bahwa akar pokok penyebab penderitaannya justru terletak pada hal-hal yang bersifat sunyata, yaitu dari sifat dan kebiasaan yang buruk. Hal yang bersifat sunyata ini seolah-olah tak ada hubungannya sama sekali dengan keadaan yang nyata. Namun, bagaimanapun juga, tanpa menyadari, bahwa akar pokok penderitaan berasal dan sifat dan kebiasaan yang buruk, orang tersebut tidak mungkin dapat menyelesaikan penderitaan dari akarnya. Jika dia tetap mengeluh tanpa ada usaha untuk keluar dari penderitaan yang dihadapi, selalu menyalahkan suasana, membenci lingkungan, bagaimana mungkin orang tersebut dapat menombak nasibnya? Orang yang mengunjungi bertugas untuk memberi jalan keluar dari penderitaan. Untuk dapat memberitahu orang sampai menyadari akar nasibnya diperlukan kesabaran. Meskipun kita mengetahui seseorang benar-benar sedang dalam keadaan sakit parah dan kita mengetahui obat yang manjur, tak ada gunanya obat yang manjur itu sampal si sakit sendiri mau meminum obat tersebut. Kita harus pandai-pandai membujuk agar si penderita
mau meminum obat. Jangan kecewa jika kunjungan kita selama beberapa kali kelihatannya tidak membuahkan hasil. Kesadaran orang untuk percaya bagaimana pun memerlukan waktu. Sama saja seperti menanam pohon dan sebuah benih. Perlu kesabaran dan ketelatenan untuk menunggunya sampai menghasilkan buah. Kunjungan yang dilakukan itu bagaikan sinar matahari, pupuk atau siraman air yang membantu benih tersebut mengeluarkan tenaganya untuk tumbuh menjadi pohon yang besar. Yang terpenting pada waktu melakukan kunjungan itu, kita benar-benar mempersiapkan jiwa untuk memberitahu orang itu tentang kekuatan Gohonzon. Sekalipun pada waktu berhadapan, mungkin kita tidak sempat mengutarakan keinginan yang sebenarnya, tetapi bagaimanapun kunjungan yang kita lakukan telah mempererat jalinan kejiwaan dengan orang itu. Tentu pada suatu saat kehangatan hubungan antar manusia yang diberikan akan membuahkan hasil. Agar ikatan kejiwaan dapat benar-benar terjalin dengan orang yang dikunjungi diperlukan kemampuan untuk memahami orang tersebut. Dengarkan baik-baik apa yang dikeluhkannya, apa yang menjadi kesusahannya, pelajari bagaimana latar belakang keadaan orang tersebut, sifatsifat apa yang menyebabkan orang tersebut menderita seperti sekarang. Semua hal yang dipelajari dan orang lain itu hendaknya kita camkan untuk dirisendiri, bahwa kita sendiri dapat berada dalam keadaan yang sama dengan orang itu. Renungkanlah, dalam susah seperti yang dirasakannya, bagaimana kita dapat memberitahu tentang kekuatan Gohonzon yang pasti dapat mengatasi nasibnya. Dengan pemahaman yang mendalam mengenai keadaan orang tersebut dan doa Mei 2014 | Samantabadra
53
materi ajaran | forum diskusi yang sungguh-sungguh dengan keinginan yang tulus agar orang tersebut dapat keluar dari penderitaannya, pasti doa tersebut dapat menggetarkannya untuk percaya kepada Gohonzon. Orang yang bersikap sok membimbing, menghakimi kesalahan orang lain, atau merendahkan orang lain yang tidak mau mendengarkan bimbingannya, tidak akan mungkin dapat menggetarkan hati kepercayaan orang lain. Usaha yang paling utama agar kunjungan anggota dapat memberikan hasil adalah berdoa kepada Gohonzon dengan sepenuh hati. Jadi, yang penting kita sendiri jangan putus asa dan beranggapan, “Ah, mungkin orang ini tidak berjodoh dengan agama Buddha”. Atau, “Mungkin belum waktunya bagi orang ini untuk percaya Gohonzon!” Pokoknya orang yang pernah menyebut Nammyohorengekyo pasti telah mempunyai ikatan kejiwaan dengan Hukum ini dan bagaimanapun tidak akan terlepas untuk percaya. Demikian pula, adakalanya kita sendiri merasa kecil sekali harapan bagi orang tersebut untuk dapat merombak nasibnya. Tetapi bagaimanapun juga, kita sendiri harus mengobarkan semangat hati kepercayaan dalam jiwa kita bahwa pokoknya siapapun yang percaya kepada Gohonzon dan melaksanakan kata-kata Buddha, pasti dapat mengatasi nasibnya. Yang terpenting, orang tersebut dapat membuka kekuatan jiwa Buddhanya Kita harus benar-benar memikirkan upaya agar dalam keadaan yang demikian susah, orang tersebut tetap dapat mengeluarkan kekuatan jiwa Buddhanya. Kekuatan hati kepercayaan kita sendiri harus meningkat agar dapat menarik maju hati kepercayaan orang lain. Dengan demikian, meskipun dalam kunjungan anggota kelihatannya kita melakukan sesuatu untuk orang 54
Samantabadra | Mei 2014
lain, tetapi sebenarnya kemajuan hati kepercayaan kita sendirilah yang akan memngkat. Pada waktu kita berhasil mengajak orang tersebut untuk ikut melaksanakan hati kepercayaan, dalam jiwa muncul kegembiraan yang tak terlukiskan. Ini adalah kegembiraan yang berasal dari dasar hati. Apalagi ketika melihat kemajuan dari hati kepercayaannya, semakin besar kegembiraan dari dasar jiwa yang kita rasakan. Kegembiraan ini bersifat sunyata. Ikatan kejiwaan antara diri kita dan orang tersebut akan berlangsung selama masih ada pelaksanaan hati kepercayaan. Benar-benar menjadi ikatan sebagai sesama kawan seperjuangan dalam hati kepercayaan! Kunjungan anggota merupakan perilaku yang maitri karuna. Pada waktu melakukan kunjungan dengan sepenuh hati, orang tersebut adalah utusan Sang Tathagata yang meneruskan ajaran Sang Buddha. Oleh karena itu, hendaknya kita benarbenar menjaga gerakan Buddha ini untuk dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hendaknya kita berhati-hati agar tidak menodai gerakan yang luhur ini. Jika tidak berhati-hati, dapat saja orang membuat pemfitnahan dharma dalam kunjungan anggota. Misalnya, jika terjerumus ke dalam gosip. Hal-hal yang dibicarakan pada waktu kunjung tentu berkisar pada masalah susunan. Dalam pembicaraan yang asyik dapat saja tahu-tahunya malahan membicarakan keburukan atau kesalahan sesama umat. Jika ini terjadi, kita terjerumus ke dalam pemfitnahan dharma, karena tanpa disadari menjadi merendahkan orang lain, dan meremehkan sesama umat. Alangkah sayangnya ! Hendaknya kita camkan petuah emas Buddha Niciren Daisyoin, “Malapetaka
keluar dari mulut dan menjerumuskan diri sendiri, sedangkan kebahagiaan muncul dari perasaan dan menghiasi diri kita”. Juga jangan sampai hubungan antar sesama umat yang demikian erat tahutahunya menjadi merusak susunan Buddha. Misalnya, menggunakan kedekatan hubungan tersebut untuk kepentingan diri sendiri, seperti berdagang, memanfaatkan kebaikan orang lain untuk menyenangkan diri sendiri, atau melanggar batas-batas kewajaran antara pria dan wamta yang sudah terikat dalam perkawinan. Hal-hal yang dapat merusak susunan sungguh harus diwaspadai. Bagaimanapun, merusak susunan sama artinya dengan melakukan pemfitnahan dharma yang besar. Seandainya hal tersebut telah terjadi, yang terpenting adalah melaksanakan tobat sepenuh hati. Kunjungan anggota adalah upaya untuk melestarikan Hukum Buddha di duma ini. Hendaknya kita benar-benar menjaga gerakan yang maha penting ini dan tidak menodainya. Pertanyaan: Saya sering mendapat dorongan semangat dari rekan seddharma, bahwa hendaknya menjadikan nasib karma sebagai tugas jiwa yang perlu senantiasa kita perjuangkan. Sesungguhnya apa yang dimaksud perkataan di atas?
Jawab: Secara singkat dapat dijelaskan yang dimaksudkan dengan “menjadikan nasib karma sebagai tugas jiwa” adalah “menjadikan nasib karma untuk dirombak menjadi sesuatu yang bernilai”. Memang setiap manusia mempunyai nasib karma yang berbeda-beda, namun yang
terpenting dalam kehidupan yang nyata ini adalah cara untuk mengatasi dan melampaui nasib karma. Ketika membicarakan nasib, maka pandangan mata kita cenderung mengarah ke kehidupan lampau. Ketika menghadapi hal apapun selalu melihat kebelakang. Maka, diri kita akan terperosok kedalam kehidupan ketidakkberdayaan diri sendiri. Dalam hukum Buddha diajarkan keinginan dan dambaan selalu dibebani dengan nasib karma (Dan Ken Oggo), yakni atas kehendak diri sendiri dengan dibebani karma untuk dilahirkan didunia ini. Justru di dalam dunia ini, melalui pertapaan hukum Buddha kita dapat merombaknya hingga menjadi pembuktian keagungan hukum Buddha yang akan memperluas penyebaran hukum Buddha. Dalam bimbingan hati kepercayaan dikatakan “jika sesorang sudah terlalu hebat dan unggul maka sulit untuk memasuki maupun diterima di dalam kelompok manusia”. Oleh karena itu, kita demi menyebarluaskan hukum Buddha, secara sengaja dan kehendak diri sendiri lahir dan hidup dalam kemiskinan maupun berpenyakitan. Dalam hal ini, demi menyelesaikan tugas jiwa dalam dunia ini, atas kehendak diri sendiri telah menanamkan tugas karma yang dibuat oleh diri sendiri. Oleh karena itu, tidak terkecuali nasib karma yang betapa burukpun mutlak dapat kita atasi dan lampaui. Ketika kita yakin terhadap hal ini, maka nasib karma akan berubah menjadi tugas jiwa. Adapun perubahan dari icinen ini telah menetukan apakah kita akan menjalankan kehidupan dengan menangisi nasib karma atau mencapai kemenangan kehidupan melalui perjuangan memunaikan tugas jiwa. Mei 2014 | Samantabadra
55
materi ajaran | forum diskusi “Tugas jiwa� adalah menunjukkan diri sekarang ini untuk menyelesaikan masalah di masa mendatang, yakni suatu cara pemikiran yang selalu melangkah maju, berjuang ke hadapan masa depan. Untuk itu, jangan sekali-kali menoleh kebelakang, kuasailah dan berpijak teguhlah pada sekarang ini agar dapat menimbulkan keberanian dalam menghadapai masa yang akan datang.
Catatan
56
Samantabadra | Mei 2014
Walau masing-masing dari kita berada dalam suasana dan kondisi yang berbeda-beda, namun kita lahir di dunia ini untuk melaksanakan tugas jiwa yang maha agung demi tercapainya kosenrufu. Hendaknya kita dapat memiliki pandangan yang demikian, baik sebagai seorang penganut hukum Buddha atau sebagai seorang generasi muda, sehingga dapat menjalankan kehidupan ini dengan gembira dan menunaikan tugas jiwa dengan gagah berani. eee
syin gyo gaku
Menyadari Makna Hidup dan Mati Berdasarkan Hukum Buddha M
engapa hukum Buddha dapat mengamati secara mendalam terhadap masalah hidup dan mati? Ini karena orang pada umumnya terikat oleh kehidupan dan kematian yang fana, sehingga merasa kalau dapat memahami hidup dan mati, barulah kehidupan terasa aman dan tenang. Banyak sekali agama maupun filsafat selain agama Buddha yang mementingkan masalah hidup dan mati terlebih lagi tidak terbatas pada ahli agama, ahli filsafat bahkan rakyat kecil sekalipun juga memandang dengan bagaimanakah menghadapi kematian dan bagaimanakah menjalankan kehidupan. Kedua masalah tersebut saling berkaitan erat dan merupakan masalah pokok pandangan kehidupan. Sebagai umpama para samurai di masa lampau Jepang, mereka memiliki pandangan hidup mati berupa semata-mata untuk mempersembahkan jiwa raganya. Sedangkan pada perang dunia kedua pasukan Kamikaze memiliki pemikiran mengorbankan jiwa raga demi
nusa dan bangsanya sehingga telah berkorban sia-sia. Terlepas apakah cara pemikiranya benar atau tidak, namun orang-orang dari samping tetap akan merasakan masalah perihal “kematian“. Namun demikian dapat seperti orang-orang katakan bahwa masa sekarang ini adalah peradaban yang telah lupa terhadap kematian. Adapun kematian dapat dikatakan telah semakin jauh terpisah dalam kehidupan sehari-hari, meskipun selalu mendiskusikan “dengan bagaimanakah dapat hidup”. Namun telah lupa untuk memandang dan menatapi kedalaman jiwa diri sendiri. Oleh karena itu, masalah “dengan bagaimana menghadapi kematian” sama sekali tidak diperhatikan. Banyak alasan mengapa keadaaan masayarakat sekarang bisa berkembang sedemikian rupa. Salah satu alasanya tiada lain adalah karena kemajuan pesat dari teknik ilmu kedokteran. Masa sekarang ini Jepang adalah negara yang berpenduduk yang berusia panjang yang nomor wahid
Udin Tirta
di dunia ini. Usia rata-rata yang melampaui 80 tahun oleh karena itu bagi orangorang seakan akan kematian itu adalah satu hal yang sangat jauh terpisah dari dirinya. Terlebih lagi pada kenyataannya banyak orang pada umumnya meninggal di rumah sakit, sedangkan contoh-contoh orang yang meninggal dunia di rumah dengan disaksikan oleh anggota keluarganya sudah sangat sedikit sekali. Kiranya satu hal ini pun telah membuat orang-orang kehilangan perasaan terhadap kematian. Pada masa yang lalu kita selalu berhadapan atau menyaksikan sanak saudara atau kawan maupun tetangga pada saat-saat menjelang ajalnya. Pada masa-masa demikian kematian memiliki makna yang nyata dan langsung bersentuhan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diri kita sendiri pun diberi kesempatan untuk memikirkan sesungguhnya apakah itu mati. Namun, zaman sekarang ini keadaan telah berubah semua. Mei 2014 | Samantabadra
57
syin gyo gaku Memperbaharui perenungan terhadap makna dari hidup Orang tidak peduli di dalam sekolah, rumah tangga maupun pekerjaan selalu dengan giat menjalankan cara hidupnya masingmasing. Namun demikian hal-hal tersebut di atas hanya terbatas pada “dengan bagaimanakah dapat mencapai keberhasilan?” atau “dengan bagaimanakah dapat lulus dari ujian?” Kalau dibandingkan dengan pokok masalah yang mendalam dari hidup dan mati, maka hal hal di atas merupakan hal yang dangkal, mudah dan sama sekali bukan masalah dari “dengan bagaimanakah menjalani kehidupan dan menghadapi kematian?” Ketika merenungkan “dengan bagaimanakah menghadapi kematian” ini menunjukkan diri sendiri sudah berhadapan dengan kematian dan memiliki kesadaran diri bahwa masa hidup itu terbatas. Sehingga mulai memperbarui untuk merenungkan cara kehidupan diri sendiri. Adapun ketika menyadarkan diri bahwa kehidupan itu terbatas maka akan menimbulkan usaha atau renungan dalam kehidupan yang terbats itu harus dengan bagaimanakah dapat menjalankan dengan pandangan nilai yang tinggi. Dan sama sekali tidak akan menimbulkan pandangan hidup yang negatif. Melainkan pandangan hidup yang positif. 58
Samantabadra | Mei 2014
Justru ketika orang menatap langsung terhadap kematian baru dapat merenungkan makna sesungguhnya yang benar dari kehidupan, serta dapat lebih mendalam merenungkan hal apakah yang sangat dan terpenting bagi diri sendiri. Usulan terhadap “pendidikan persiapan hati menghadapi kematian” sungguh merupakan pendidikan yang sangat menarik sekali. Dalam satu penyelidikan atau pengumpulan data dengan pertanyaan “jika usia Anda hanya tersisa setengah tahun saja, dengan bagaimanakah Anda mau menjalani kehidupan?” Maka dalam jawaban seluruh murid semua mengharapkan bahwa pada massa kurun waktu yang pendek dan terkhir ini ingin mempertegas dan memahami makna kehidupan diri sendiri. Dari data tersebut menyimpulkan bahwa ketika orang dihadapkan dengan kematian, maka sebagai akibatnya orang semua paling ingin mengetahui makna dari kehidupan. Pada waktu itu apakah seseorang dapat mengatakan bergembira sekali dapat dilahirkan di dunia ini atau telah menjalankan kehidupan yang bermakna, serta dapat mengutarakan dengan cara yang bagaimanakah menjalankan hidup baru yang paling bernilai. Dengan demikian jika dapat menatap langsung dan
tepat terhadap kematian diri sendiri, hidup akan cemerlang bahkan dapat menemukan makna sangat mendalam di dalamnya.
Menyadari jiwanya satu kesatuan yang tak terpisah dengan dharma Niciren Daisyonin dalam surat balasan kepada MyoHo ama Gozen mengajarkan sebagai berikut, “panjang usia manusia adalah sangat fana (tidak menentu). Hembusan nafas keluar tidak sempat menunggu tarikan nafas. Embun yang ditiup angin masih tidak sanggup mengumpamakannya. Baik seseorang yang arif bijaksana, bodoh, tua dan muda, hidup mati tidak menentu adalah kebiaasan yang terjadi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, hendaknya renungkanlah secara mendalam “pelajarilah terlebih dahulu perihal menghadapi ajal kemudian baru mempelajari hal-hal lainya.” Dari bimbingan ini mengajarkan siapapun tidak dapat menghindari kematian. Oleh karena itu, hendaknya dengan sungguh-sungguh merenungkan menghadapi masalah hidup mati. Cara hidup yang meremehkan, mengabaikan dan menghindarkan diri hidup dan mati adalah perilaku yang sama sekali tidak memperhatikan masalah pokok yang sangat penting dalam kehidupan sehingga akan membuat diri
sendiri terjerumus dalam keadaan kebimbangan dan ketidaktenangan. Kehidupan yang tidak berusaha untuk mencari dan meraih nilai utama dari kehidupan diri sendiri dan juga tidak berpikir untuk memiliki dalam kehidupan yang bernilai maka sematamata akan terjerumus oleh arus kehidupan yang pernak-pernik yang tiada artinya, sehingga di dalam jiwa yang demikian tidak ada kecemerlangan dan tiada daya hidup yang kuat. Hukum Buddha mengajarkan untuk mengahadapi hidup mati dengan prajna. Orang yang takut dan melarikan diri dari masalah hidup dan mati adalah sama seperti binatang. Adapun yang dapat memiliki kesadaran diri terhadap kematian hanya manusia saja. Pahamilah satu hal ini sehingga dapat melihat jelas hidup mati hanya manusia saja yang memiliki kekuatan prajna demikian. Dalam surat Ongi ku den dikatakan, “yang melihat kematian hingga takut dan melarikan diri darinya adalah kesesatan. Memiliki pandangan hidup mati yang asal muasal adalah kesadaran. Dan juga disebut sebagai kesadaran pokok�. Kutipan ini mengajarkan terhadap gejala hidup dan mati dapat mengetahui di dalam dasar yang mendalam terdapat Dharma yang kekal abadi ketika diri sendiri menyadari
bahwa Dharma ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dari hidup mati diri sendiri maka saat itu tidak akan takut ingin melarikan diri dari hidup mati. Namun dalam jiwa kekal abadi akan mewujudkan “hidup mati yang telah ada sejak asal muasal�. Yang dapat memahami secara jelas prinsip kebenaran kekal abadi ini diperoleh prajna yang bersumber dari menjalankan pertapaan hukum Buddha. Justru dengan mengandalkan pada kekuatan prajna ini dapat kembali menyadari hidup mati yang terjadi di dalam jiwa yang kekal abadi, yakni memperbaharui pengamatan terhadap kehidupan agar dalam kehidupan masa ini lebih memiliki makna yang sesungguhnya. Sungguh sesuai yang diajarkan Buddha Niciren, betapapun harus setulus hati percaya Nammyohorengekyo diri sendiri menyebutnya begitupun menganjurkan orang lain untuk menyebutnya hal ini akan menjadi kenangan yang sangat berharga dalam kehidupan kemanusiaan kali ini. Semata-mata hanya di dalam kehidupan yang hidup demi kebahagiaan sesungguhnya diri sendiri dan orang lain. Baik di sini maupun di sana atau dimanapun baru dapat menembus pandang sifat kekekalabadian dan dapat menjalankan kehidupan yang agung dan mulia. Hendak hal ini selalu dicamkan
dalam hati dan melalui pelaksanaan pertapaan hukum Buddha yang tepat untuk terus menerus melatih dan mengasah jiwa diri sendiri maju melangkah untuk menikmati kehidupan kebahagian yang tertinggi.
eee
Mei 2014 | Samantabadra
59
refleksi
Bahagia dengan Menjadi Orang yang Berpengaruh Baik
J
Sudana V
ika ingin mendapatkan teman yang baik, apakah sebaiknya kita bertanya kepada orang dengan jumlah pengikut terbanyak di twitter, blogger, atau facebook?
Walaupun mereka semua dapat menyombongkan jumlah pengikut yang banyak, dan walaupun masing-masing dapat menawarkan saran yang bagus, namun orang-orang itu belum tentu panutan yang baik. Panutan atau inspirasi hidup yang baik bisa datang dari mana saja; pepohonan, angin, atau anjing. Anjing sebagai hewan peliharaan misalnya. Ketika kita melangkah keluar rumah, tak peduli selama beberapa menit atau berpergian selama berbulan-bulan, saat kita kembali anjing menyambut kita seakan-akan kita 60
Samantabadra | Mei 2014
pahlawan. Anjing tidak pernah berbuat kejam kepada majikannya atau tidak muncul saat ia memanggilnya. Mereka ada untuk berteman dengan kita, untuk mengorbit memutari kita sebagai pusat dari keberadaan mereka karena sifat loyal dan tanpa pretensi. Dari ilustrasi tersebut, kita belajar bahwa kita bisa memperoleh banyak teman dalam waktu singkat, jika kita dengan tulus mencurahkan perhatian kita kepada orang lain. Ironisnya, terkadang kita lupa terhadap hal ini. Seharusnya kita
bisa dengan mudah mewujudkan keinginan kita untuk menjadi berarti, namun kita sendiri yang mempersulitnya dengan mempertahankan egoisme, faktor terbesar yang menjadi penghalang dalam persahabatan. Orang-orang cenderung tidak mau mengubah sikap memikirkan diri sendiri ini, karena kecenderungan itu melekat dalam diri manusia masa akhir dharma sebagai kebodohan (salah satu dari ketiga racun, di samping keserakahan dan kemarahan). Ini sebuah realitas. Kita terlahir dengan kecenderungan
melawan atau pergi. Artinya, kata-kata dan tindakan kita cenderung untuk melindungi diri sendiri namun kita sering lupa memikirkan siapa yang sebenarnya kita lawan dan ke mana kita pergi. Psikoterapis Alfred Adler, pernah mengatakan, “para individu yang tidak tertarik dengan sesama manusialah yang mengalami kesulitan terbesar di dalam hidup.� Pernyataan ini cukup berani, tetapi memang berdasarkan fakta. Kegagalan umat manusia yang terbesar dari ladang pembantaian di Kamboja sampai dengan runtuhnya Lehman Brothers adalah hasil dari sikap orangorang yang hanya tertarik kepada diri sendiri. Adler berusaha menyampaikan bahwa sebuah kehidupan
yang berpusat kepada diri sendiri adalah kehidupan yang paling bermasalah. Oleh karena itu, marilah kita munculkan keinginan tulus untuk menjadi bagian dari kebahagiaan orang lain. Bersikaplah dengan jujur dan apa adanya terhadap orang-orang di sekitar kita, bukan dengan kepalsuan. Berusahalah melihat sisi positif yang ada dalam diri seseorang. Orang yang sering bersikap menyebalkan terhadap kita, mengolok-olok, atau tidak ramah, belum tentu tidak memiliki sifat positif dalam dirinya. Kita sebagai umat Buddha yang mempelajari dharma dan mengetahui pedoman hidup yang baik, harus bisa melihat fenomena sosial secara lebih dalam, sehingga
bisa berbuat lebih banyak hal yang dapat membuat orang lain bahagia. Karena pada dasarnya setiap manusia ingin merasakan kebahagiaan di dalam hidupnya, menjadikan hidup kita berarti. Menjadi berarti dalam hidup seseorang bukanlah dengan kekuasaan, paksaan, atau iming-iming, tapi dengan menggugah dunia Buddhanya, melalui pelaksanaan agama Buddha; sikap hidup yang tulus dan tanpa pamrih. Jika kita mampu menerapkannya, maka kita akan bisa memberikan manfaat yang besar bagi orang lain maupun diri kita sendiri. eee
Mei 2014 | Samantabadra
61
inspirasi
Gita Wirjawan
Masa Depan Bangsa di Tangan Kita
G
ita Irawan Wirjawan adalah seorang dengan banyak keahlian dan segenap pencapaian positif dalam membangun perekonomian Indonesia. Di pemerintahan, beliau kita kenal sebagai mantan Menteri Perdagangan RI yang menjabat pada 2011 hingga awal tahun 2014 dan juga mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada tahun 2009 hingga 2012. Pada hari Minggu, 30 Maret 2014, beliau berkenan hadir untuk menjadi pembicara dalam sesi pembekalan “Wawasan Ekonomi Kebangsaan� pada Kensyu Generasi Muda NSI Maret 2014. Berikut ini adalah rangkuman materi yang disampaikan oleh Pak Gita untuk menjadi inspirasi bagi kita semua. 62
Samantabadra | Mei 2014
Disiplin Sejak Kecil Sejak kecil saya selalu dididik oleh orang tua saya, khususnya ibu saya, untuk menjalani hidup yang disiplin. Saya pernah hidup di Bangladesh selama dua tahun, ketika berusia 12 sampai 14 tahun, lalu pindah ke India hingga berusia 17 tahun. Ketika itu, saya benar-benar bisa merasakan nuansa kemiskinan, dan hal itu berbalik ke diri saya menjadi sebuah rasa nasionalis yang luar biasa terhadap bangsa Indonesia. Saya menjadi semakin bisa mengapresiasi Indonesia sebagai negara yang luar biasa potensinya.
Bertahan Hidup di Negeri Seberang Setelah lulus SMA, saya memberanikan diri untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Dengan bantuan USD. 3,000 dari ayah, saya berangkat ke Amerika. Pada saat itu, biaya kuliah di Amerika sekitar USD. 15,000 sampai lulus. Modal dari ayah saya, saya gunakan sebagai uang pangkal, dan sisanya saya usahakan sendiri dengan meraih beasiswa dan bekerja paruh waktu untuk bertahan hidup di sana, hingga 20 tahun lamanya. Minat saya sebenarnya ke dunia musik, namun karena orang tua saya tidak merestui, akhirnya saya banting stir ke bidang akuntasi, dan mendapatkan sertifikasi di Amerika Serikat. Ketika saya mulai memasuki dunia kerja, salah satu bos saya memberikan sebuah nasehat yang berbunyi “go out there and make mistake”. Nasehat ini mungkin terdengar agak lucu, karena biasanya seorang bos mengatakan kepada kita agar jangan berbuat kesalahan. Tetapi dia bilang “berbuatlah kesalahan, but don’t make mistake twice”. Hal ini bermakna proses pembelajaran, bahwa kita boleh berbuat kesalahan tapi pastikan jangan melakukan kesalahan yang sama dua kali. Visi Membangun Bangsa Saya menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang tidak kecil. Pertumbuhan
ekonomi negara kita saat ini berada di urutan ke-15. Pada tahun 2020, kemungkinan besar ada di urutan ke-10 dan di tahun 2030 akan naik lagi menjadi urutan ke-7 atau ke-5. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang tercepat ke-2 di dunia. Yang berada di urutan pertama adalah Tiongkok dengan pertumbuhan sebesar 7,5% dan kemudian disusul oleh Indonesia dengan pertumbuhan sebesar 6% per tahunnya. Meskipun begitu, Indonesia masih memiliki banyak kekurangan, seperti belum adanya ketahanan pangan, ketahanan energi, dan pembangunan infrastruktur yang canggih. Dalam mengatasi berbagai masalah ini, butuh kepemimpinan, manajemen, dan keterlibatan masyarakat luas sehingga ketahanan pangan, ketahanan energi, dan pembangunan infrastruktur yang baik dapat kita raih. Bidang pendidikan, yang seharusnya menjadi fokus utama pembangunan, yaitu pendidikan. Saya melihat bahwa investasi yang diberikan oleh negara di bidang pendidikan masih kurang efektif. Indonesia sebenarnya mampu mengeluarkan dana dan mengirim sebanyak mungkin anak-anak Indonesia untuk sekolah di luar negeri. Hal ini dapat menumbuhkan semangat kita untuk
menggali ilmu dari para ahli di dunia. Kalau menurut saya, pengalaman sekolah di luar negeri sangat berharga. Kita bisa belajar tentang lingkungan, budaya, dan hal-hal lain yang tidak kita temukan dengan bersekolah di Indonesia. Faktor-faktor inilah yang kemudian memberikan pengaruh positif bagi pembentukkan karakter kita. Nantinya ketika kembali ke Indonesia, ilmu yang telah kita peroleh bisa dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi negara. Pendapatan domestik bruto Indonesia di tahun 2014 mencapai ± Rp 10.000 triliun atau ± USD 1 triliun. Dengan pertumbuhan 6% per tahun, maka 20 tahun mendatang pendapatan nasional kita akan mencapai angka ± Rp 70.000 triliun atau ± USD 7 triliun. Oleh karena itu, dalam berbisnis kita tidak perlu saling menjatuhkan karena kesempatan yang ada sangatlah besar. Usaha apapun pasti mendatangkan keuntungan. Tahun lalu, kita mengimpor 60 juta buah telepon genggam. Berapa banyak uang yang mengalir ke pihak asing dari proses ini? Biaya produksi untuk membuat sebuah telepon genggam sebenarnya tidak mahal, yang mahal adalah brand-nya (merek). Kenapa nilai brand begitu tinggi? Karena ada nilai kreativitas yang terkandung di dalamnya. Indonesia sebetulnya Mei 2014 | Samantabadra
63
inspirasi kesenjangan yang semakin lama semakin lebar. Semakin tinggi rasionya, menandakan semakin besar kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat. Kita juga melihat banyaknya konflik akhir-akhir ini yang tidak mendapatkan penanganan hukum yang tegas.
Pak Gita berkenan memainkan keyboard seusai acara pembekalan di Mahavihara Saddharma NSI, membawakan lagu “Bagimu Negeri�, dan mengajak seluruh peserta KGM bernyanyi bersama. Musik adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup Pak Gita.
mampu memproduksi telepon genggam sendiri. Dengan begitu, harga telepon genggam bisa ditekan sehingga jauh lebih murah dan kita tidak perlu lagi mengimpor telepon genggam dalam jumlah banyak. Hal ini merupakan sebuah potensi besar bagi kita ke depannya. Dalam perkembangan satu dekade terakhir, Indonesia mampu meningkatkan pendapatan per orang dari USD 1.100 menjadi USD 4.000 atau naik empat kali lipat. Tahun ini kemungkinan besar akan naik lagi menjadi USD 5.000 atau lima kali lipat. Satu-satunya negara yang 64
Samantabadra | Mei 2014
dalam kurun waktu 10 tahun bisa menaikkan pendapatan per orang hingga lima kali lipat adalah Tiongkok. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk lebih maju lagi. Di samping perkembangan yang menggembirakan, Indonesia masih memiliki beberapa catatan yang perlu diperhatikan, seperti masalah kesenjangan sosial dan kesejahteraan yang kurang merata. Kalau dihitung berdasarkan rasio (sebuah cara untuk mengukur kesenjangan antara orang kaya dan miskin), maka kita dapat melihat jarak
Konsep Nasionalisme Generasi muda perlu memahami konsep nasionalisme dan menerapkannya ke dalam tataran aksi. Konsep nasionalisme yang pertama adalah kondisi di mana dalam sebuah negara, setiap warganya bisa merasa aman dan tentram. Definisi aman adalah terjangkaunya harga sembako, transportasi, pendidikan, dan kebutuhan pokok lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan tentram adalah tidak ada rasa takut atau khawatir ketika berpergian ke mana pun. Konsep nasionalisme yang kedua, setiap warga negara memiliki rasa bangga terhadap pemimpinnya, karena sang pemimpin mampu memproyeksikan atau membawa negaranya ke dalam kancah internasional. Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi nasib dunia. Semua itu tergantung kepada kita, mau atau tidak.
“The future is bright, and it’s all depends on you. If you want it, you will get it.� eee
wawasan
Peran Generasi Muda dalam Menciptakan Lingkungan dan Gaya Hidup yang Sehat Tri Bangun L. Sony Asisten Deputi Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia disampaikan pada Kensyu Generasi Muda NSI Maret 2014
L
ingkungan hidup, yang mencakup air, udara, dan tanah merupakan aspek yang sangat krusial bagi kehidupan manusia, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Sudah sepatutnya, kita dalam kehidupan sehari-hari menjaga dan melestarikan lingkungan hidup tempat kita tinggal. Menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan hidup sama dengan memastikan masa depan yang baik bagi kehidupan kita kelak. Kita pun hendaknya waspada terhadap bahaya yang akan dihadapi Indonesia 10-15 tahun ke depan, jika kita tidak melakukan apapun untuk mengatasi masalah lingkungan yang sedang dihadapi. Misalnya saja, permasalahan sampah di negeri ini. Menurut
data KLH RI, Indonesia mempunyai hampir 114 hektar wilayah pembuangan sampah dengan tinggi sampah yang mencapai 1535 meter. Jumlah pemulung pun luar biasa banyaknya, yakni 12.000 orang. Bahkan, yang sangat menyedihkan adalah fakta bahwa setiap bulan, setidaknya ada satu orang (pemulung) yang meninggal akibat tumpukan sampah atau bencana yang disebabkan oleh sampah. Permasalahan sampah juga merambat kepada kualitas kesehatan makanan yang kita makan. Ada kasus, makanan impor yang telah kadaluarsa dibuang secara massal di Tempat Pembuangan Akhir Sampah, namun dipungut dan dijual kembali dengan kemasan yang menarik. Begitu pula beberapa jenis buah-buahan atau sayuran yang telah busuk
diambil dan dijadikan bahan untuk membuat saus yang beredar di pasaran. Tidak hanya makanan, kasus lain memperlihatkan bahwa kapsul atau tablet obat-obatan yang sudah dibuang karena kadaluarsa atau kemasannya rusak, disalahgunakan (dikemas ulang) dan dijual kembali oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Oleh karenanya, kita harus lebih cermat ketika mengonsumsi makanan yang dibeli di tempat yang kurang bersih. Tidak hanya itu, kita juga harus berusaha agar sampah tidak terlalu menumpuk. Hal ini dapat dimulai dengan mengurangi penggunaan kantong plastik, kertas, atau tissue. Kita juga perlu menambah wawasan kita tentang sampah agar dapat membuang sampah dengan tepat. Selain itu, kita juga perlu menjaga kualitas udara dengan mengurangi penggunaan kendaraan. Saat ini, kita memang masih dapat menghirup udara Mei 2014 | Samantabadra
65
wawasan secara gratis. Namun, jika udara tidak dijaga kualitas kesehatannya, udara bersih akan semakin sedikit dan bisa jadi udara menjadi sebuah komoditas, sehingga kita harus membeli udara bersih. Bayangkan, jika dalam sehari manusia membutuhkan 2.880 liter oksigen, dan satu liter oksigen dijual dengan harga Rp25.000,00. Berapa banyak uang yang perlu kita habiskan untuk bernapas dalam satu bulan? Makanya, sebelum hal itu terjadi,
66
Samantabadra | Mei 2014
kita sebagai penduduk Indonesia dan penghuni bumi ini harus menjaga kebersihan udara. Perilaku menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sangatlah sesuai dengan ajaran hukum Buddha. Dalam ajaran Buddha, kita diajarkan untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, namun harus dapat memberikan manfaat bagi orang banyak. Maka, ketika kita menjaga dan melestarikan lingkungan
hidup, kita secara tidak langsung telah membantu banyak orang agar dapat menikmati udara yang bersih dan sehat di masa depan. Sebagai penerus bangsa, hendaknya generasi muda NSI menjadi insan-insan yang berkualitas dan sehat. Untuk itu, GM NSI harus terus mengembangkan kapabilitas diri dan menjaga lingkungan hidup agar dapat terus hidup sehat.
eee
Buddhism and Kartini’s Spirit in Modern Women’s Life
M
odern means relating to present day condition, typical of the most recent times. Modern women gives the impression on typical women of the most recent times (the 21st Century, years 2000s) who live and work in this era and use the digital communication technology. They possibly work in the public area nor they possibly do not work alias they are pure homemakers or housewives in the domestic area. I write this article to expose their roles in social development and social organization. The former deals with modern women’s role in developing her community
to be healthy and productive. The latter deals with modern women’s role in organizing her people to reach their social and economic goals. My thesis is that by means of the Law of nam-myohorenge-kyo of the Sandai Hiho, women could develop their Buddhahood potential to be modern women in terms of mothers-plus as well as career women because they have the vision of Issho Jobutsu/ attaining Buddhahood in this lifetime or in a single lifetime along the mission of Kosenrufu. Nowadays so many women have got important social positions. They are in public
Kyanne Virya
area instead of domestic area. They work as managers in companies, bankers in banks, researchers in research centers, and so forth. They are businesswomen and career women. They give lectures in universities. They become House Representatives members. Those women become civil servants who lead a division or section in the ministries. Looking at their social positions and status, modern women have contributed a lot to Indonesian society. They have moved economic wheels. They organize people to reach goals in companies. They arrange social activities Mei 2014 | Samantabadra
67
wawasan to make infants and children healthy. They visit people with problems in the neighborhood just to motivate them to be better people. They, acting as homemakers, have educated and taken care of children since they are still very young. So many social contributions have they done to the society all over Indonesia! How could this happen? Due to Kartini’s struggle during her era, modern women could do so many things nowadays. Let’s see some points of her life which has influenced us a lot as a nation, at least in our way of thinking. Some facts about Kartini must be explored for our vision. Firtstly, Kartini’s mother was the daughter of a religious scholar. In addition, she was born into a family with a strong intellectual tradition. Not only that, she learnt to speak Dutch, an unusual accomplishment for Javanese women at the time. Secondly, Kartini has been ‘secluded’ like other girls of her time, that is they were not allowed to leave their parents’ house until they were married. But, Kartini’s father was more lenient than some during his daughter’s seclusion, giving her such privileges as embroidery lessons and occasional appearances in public for special events. During her seclusion, Kartini continued to educate herself on her own. Because she could speak Dutch, she acquired several Dutch 68
Samantabadra | Mei 2014
pen friends. One of them, a girl by the name of Rosa Abendanon, became a close friend. Books, newspapers and European magazines fed Kartini’s interest in European feminist thinking, and fostered the desire to improve the conditions of indigenous Indonesian women, who at that time had a very low social status. On the other side, his father’s governmental position afforded Kartini the opportunity to go to a Dutch school, at the age of 6. The school opened her eyes to Western ideals. She was really exposed to them. During this time, Kartini also took sewing lessons from another regent’s wife, Mrs. Marie Ovink-Soer. Ovink-Soer imparted her feminist views to Kartini, and was therefore instrumental in planting the seed for Kartini’s later activism. Thirdly, with help from the Dutch government, in 1903 she opened the first Indonesian primary school for native girls which did not discriminate social status. The school was set up inside her father’s home, and taught girls a progressive, Western-based curriculum. To Kartini, the ideal education for a young woman encouraged empowerment and enlightenment. She also promoted their lifelong pursuit of education. She got acquainted with the feminist Stella Zeehandelaar who has given Kartini more inspiration
on women emancipation. She was pushed to marry Joyodiningrat, the Regency Chief of Rembang, who had married three wives. Her husband understood Kartini’s aims and allowed her to establish a school for women in the east porch of the Rembang Regency Office complex. Kartini unfortunately died young at the age of 25 a few days after giving birth to her only son. Several years later after her death, Jacques H. Abendanon, one of her correspondents from the Netherlands, released a bundle of her works, that is a collection of Kartini’s letters, entitled From Darkness to Light: Thoughts About and on Behalf of the Javanese People. Later on, the Van Deventer family established the R.A. Kartini Foundation which built schools for women. Let’s now see how Kartini’s ideas have changed one of significant female communities in Indonesia, that is women in Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (in short NSI). They could be categorized as modern women; they are trendy and trendsetters in grooming and conceptual world. Modern women in NSI could be divided into a few groups based on the age, that is the age brackets: Children 6-12, Teens 13-19, Adolescents 2035, Adults 36-55, Late Adults 56-65, the Elderly 66 – up; as
well as on the education: SD/ SMP, SMA, S1, post-graduate. Each of the age bracket has each contribution to the organization. The female leaders of each of the age bracket has each contribution to the making of this nation now and forever. They keep producing ideas, inputs, creativity for the progress of the members specifically and others generally speaking. Regardless of the education and age, women who believe in Nichiren Buddhism are dedicated to learn and practice Buddhism in their lives. They have developed their inner beauty without considering their facial and physical expression as the main factor. Their potential has gradually and unconsciously emerged by their practising the Daishonin’s Buddhist teachings. They would like to do something for the sake of others. Why? Because they have their selfencouragement as a result of chanting the Daimoku. They find technology as a tool to help the process of kosenrufu, propagation of the Law of Nam-myoho-rengekyo to all the people. They make use of it to propagate the Law of Nam-myoho-rengekyo. It makes the process of kosenrufu easier and faster, a kind of efficiency. For example, to inform all the female members, they just click some keys of keyboard by means of the internet. This is
much faster than calling them up one by one. Our women would employ social media of the internet to disseminate Buddhist information. They keep abreast. They are not merely homemakers or housewives. This female group are homemakers plus. They go beyond their main job description. Few are educated and most are uneducated women. In promoting the Law of Nam-myoho-renge-kyo in the early years, the first Buddhist discussion session (the socalled zadankai) has been held particularly for women. The other groups, the gentlemen, young women and young men were done later. This is the sign of how important women are in our organization. Women in NSI Buddhist organization have contributed a lot by becoming traditional dancers, Angklung traditional music players and singers. They act as the Bodhisattvas from the Earth who have the only mission of propagating the Law of Nam-myoho-rengekyo to all the communities in Indonesia and in the world. They are moved by this inner power to do something for the sake of the closest community. For the sake of the mission of kosenrufu, women have the same function as the men. In some cases, they have done more than the men. They have visited the members more often than the gentlemen. They are more actively involved in traditional
performances. Dharma dutas are mostly women. The girls are more than boys. The adolescent activists are more female. This has proven the women’s main role as the Bodhisattvas from the Earth in the mission of kosenrufu. This is more than what Ibu Kartini looked forward to. Her feminist vision has been carried out through our women’s practicing the Law of Nam-myoho-renge-kyo. All their hidden potential a.k.a. the Buddha seed has emerged and developed on its own thanks to this Mystic Law. In general, emancipation idea of Kartini has been proven nowadays inside and outside Buddhist organizations. Buddhist practices especially in NSI circle have made, pushed and encouraged women to be as productive as possible, to the utmost, in Indonesian society. Their intelligence has been exposed thanks to the Three Great Secret Laws/Sandai Hiho. The True Law certainly changes people. Through the Dharma of Nam-myohorenge-kyo of the Sandai Hiho, ladies are able to cultivate their Buddhahood power to be modern women in terms of homemakers-plus as well as career women as they have the vision of Issho Jobutsu/ attaining Buddhahood in this lifetime or in a single lifetime along the mission of Kosenrufu. eee
Mei 2014 | Samantabadra
69
wawasan
Menjelaskan Pentingnya da Anak a p h u b u T si a v ri P a g ja n e M
Bagian Pribadi adalah Pribadi Bagian tubuh yang ditutupi oleh pakaian dalam adalah milik pribadi. Orang lain tidak boleh melihat atau menyentuhnya, begitu jangan turuti jika ada orang lain yang memperlihatkan atau meminta kita menyentuh bagian tubuhnya. Terkadang dokter atau orang tua perlu untuk memeriksanya, tapi mereka pasti punya alasan yang tepat, dan menjelaskannya, dan meminta izin dengan cara yang baik.
Selalu Ingat, Tubuhmu Adalah Milikmu Badanmu adalah milikmu seorang. Tidak ada seorang pun yang bisa memaksamu untuk melakukan hal yang membuatmu malu atau tidak nyaman. Jika ada orang yang membuatmu merasa demikian, segera beritahukan orang tua atau orang dewasa yang kamu percaya.
Tidak Berarti Tidak Kamu punya hak untuk menolak, bahkan terhadap anggota keluarga atau seseorang yang kamu sayangi. Ingatlah, kamu punya hak dan kendali terhadap tubuhmu, dan perasaanmu juga adalah hal yang penting.
B
Bicaralah, Ada yang Akan Membantumu Ceritakan tentang hal-hal yang membuatmu khawatir atau tidak nyaman. Orang dewasa yang kamu percaya pasti akan mendengarkan dan bisa membantumu. Orang tua, saudara, atau guru. Mereka yang menyayangimu pasti akan membantu dan melindungimu.
Ceritakan Rahasia yang Membuatmu Tidak Nyaman Rahasia tidak seharusnya membuatmu marah, tidak nyaman, atau khawatir. Jika merasa demikian, ceritakanlah kepada orang dewasa yang kamu percaya. Dengan berbagi, kamu tidak akan rugi, malah kamu akan terbantu dengan orang-orang di sekitar yang menyayangimu. Sumber : NSPCC
eberapa waktu belakangan ini, di Jakarta terjadi kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di taman kanak-kanak (TK). Berikut ini adalah panduan yang dapat kita sampaikan kepada anak-anak, agar mereka dapat lebih waspada dan memahami privasi yang mereka miliki, serta memiliki keterbukaan kepada orang tua. eee 70
Samantabadra | Mei 2014
kesehatan
Hati-Hati dengan Buah Berpengawet T
ahukah Anda buah-buahan mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan? Misalnya saja buah yang berwarna merah seperti strawberry dipercaya dapat mencegah serta mengobati penyakit kanker karena mengandung lycopene dan anthocyanins. Buah juga merupakan sumber antioksidan yang dapat menetraisir radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini dan penyakit lainnya. Namun, kita pun harus berhati-hati dalam mengonsumsi buah. Pasalnya, ada banyak buah yang dilapisi zat kimiawi yang berbahaya agar terlihat segar dan tahan lama. Zat yang paling sering digunakan adalah formalin. Senyawa tambahan tersebut sengaja ditambahkan agar buah tidak cepat busuk. Ada pula buah yang dilapisi lilin dan zat pewarna agar tampak lebih segar, bercahaya, menarik dan kencang. Bahaya zat tambahan Seminim apa pun penambahan zat formalin, tetap saja akan merusak tubuh. Zat tersebut dapat menghancurkan organ tubuh secara perlahan. Jika digunakan sebagai pengawet makan dalam dosis rendah, efek formalin tidak seketika dirasakan. Tapi bisa menyebabkan tubuh manusia terinfeksi kanker akibat zat karsinogen yang ada di dalamnya. Bahan pengawet lainnya, seperti boraks, rhodamine, dan pestisida, sama berbahayanya dengan formalin. Mengonsumsi zat ini dalam jangka panjang akan menimbulkan mutasi genetik, kanker, dan keracunan pada alat-alat reproduksi manusia. Bila masuk ke tubuh ibu yang mengandung dan menyusui, zat itu akan memengaruhi perkembangan perilaku pada bayi, gangguan hormonal, dan cacat lahir. Tips memilih buah segar Ciri buah organik dapat dilihat dari tampilannya yang tidak sempurna. Pada umumnya, buah organik cepat membusuk dan sering kali ada bekas gigitan ulat pada bagian fisik buah. Ciri-ciri buah berformalin: 1. Bagian kulitnya terlihat kencang dan segar meski sudah berbulan-bulan dipanen. 2. Umumnya buah yang diberi formalin adalah jeruk, anggur, dan apel. 3. Formalin pada buah yang dijual secara bertangkai, misalnya lengkeng dan anggur, dapat lebih mudah dikenali. Jika tangkainya sudah tampak layu, sementara buahnya masih sangat segar dengan bau menyengat yang bukan bau buah, patut diwaspadai.
Ciri-ciri buah disuntik zat pewarna: 1. Pada tangkai buanya terdapat bekas lubang kecil agak dalam yang merupakan bekas suntikan.
Mei 2014 | Samantabadra
71
2. Khusus buah yang sudah disuntik dengan pewarna tekstil, biasanya warnanya lebih terang dan meninggalkan bekas di mulut. 3. Zat pewarna biasanya diberikan pada buah pir, mangga, belimbing, pisang, jeruk, dan semangka.
Ciri-ciri buah mengandung lilin: 1. Buah berlilin biasanya terlihat lebih mengkilat. 2. Untuk mengetahuinya cukup dengan mengerik memakai pisau dan serbuk-serbuk putih akan berjatuhan dan bila dibakar akan meleleh. 3. Daging buah yang dilapis lilin biasanya sudah tidak segar.
Buah yang segar baik: 1. Pilihlah buah dengan penampakan yang baik, warnanya cerah atau tidak kusam, serta menunjukkan kesegaran, atau utamakan buah lokal yang sedikit terhindar dari zat berbahaya. 2. Menghindari memilih buah impor dengan penampakan kulit terlalu mengkilat (kemungkinan mengandung parafin/lilin) ataupun bercak putih (kemungkinan bekas pestisida yang mengering) 3. Sebelum dikonsumsi buah dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir selanjutnya dikupas kulitnya terutama buah yang berkulit tebal seperti apel, mangga dan lain sebagainya. 4. Untuk memilih apel yang segar, Anda harus mengetuk buahnya dengan jari tangan saja (jangan terlalu keras). Apabila bunyinya nyaring, maka apel tersebut renyah, tapi apabila bunyinya berat, maka apel tersebut sudah tidak renyah lagi. Selain itu, pilihlah apel yang kulitnya mulus tanpa bercak dan berbau harum. Untuk memilih jeruk, pastikan Anda memilih jeruk yang kulitnya tidak begitu halus –lebih bagus apabila ada bercak di kulit jeruk tersebut. Untuk memastikan kesegarannya, tancapkan kuku jari Anda ke bagian tengah buah jeruk: jeruk yang baik kulitnya lunak. (Martinus) Sumber: www.bin.go.id http://ekonomi.kompasiana.com/
72
Samantabadra | Mei 2014
Berita Duka Cita
Bapak Effendy D.
Bapak Hotman
Bapak The Sin Lai
Meninggal pada usia 75 tahun 17 Pebruari 2014 Umat NSI Daerah Cengkareng DKI Jakarta
Meninggal pada 17 Maret 2014
Meninggal pada usia 65 tahun 20 Maret 2014 Umat NSI Daerah Muncul Banten
Umat NSI Daerah Teluk Gong DKI Jakarta
Bapak Lianto (Akhung)
Bapak Oey Tjoen Hay
Meninggal pada usia 66 tahun 31 Maret 2014 Umat NSI Daerah Jambi Jambi
Meninggal pada usia 71 tahun 11 April 2014 Umat NSI Daerah Rajawali DKI Jakarta
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Catatan
Mei 2014 | Samantabadra
73
resep
Ayam Kremes
Oleh : Ibu Oking D, Bogor
Bahan : 1 ekor ayam kampung ukuran sedang
Bumbu : 20 gram bawang putih 10 gram kemiri 2 gram jahe 2 gram lengkoas 4 gram ketumbar 1 gram lada halus 1/2 gram (sedikit) jinten 8 gram garam 10 gram gula merah 2 lembar daun jeruk 2 lembar daun salam 600 cc air kelapa 3 gram penyedap rasa
Bumbu-bumbu ditumis sampai harum lalu air kelapa, ayam, masak selama sekitar satu jam dengan api kecil.
74
Samantabadra | Mei 2014
Sambel : 25 cabe rawit merah 125 cabe merah 15 siung bawang putih 30 siung bawang merah 100 tomat sayur merah / tomat apel 40 gram gula merah 5 gram asam jawa 15 terasi 10 gram garam 2 gram vetsin
Tepung untuk celup ayam : 50 gram sagu 1/2 gram garam 1/2 gram penyedap rasa 1 butir telur 80 cc santan sedang
Kremesan : 50 gram kemiri 40 gram bawang putih (Kemiri dan bawang putih dihaluskan) 65 gram sagu 5 gram gula pasir 5 gram penyedap rasa 2 gram lada 2 gram ketumbar 2 gram garam 1 kuning telur 200 cc air santan 425 cc air
Cara Membuat : 1. Bumbu-bumbu dihaluskan, lalu aduk dengan 250 cc air ditambah satu kuning telur, penyedap rasa (vetsin), lada, garam, dan sagu. 2. Panaskan sebentar di atas api agar hangat, kemudian angkat. 3. Masukkan santan kental san susu cair sebanyak 175 cc 4. Setelah merata, lalu goreng di minyak panas.
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Mei 2014 TGL
HARI 1 Kamis 2 Jumat 3 Sabtu 4 Minggu 5 Senin 6 Selasa 7 Rabu
8 Kamis 9 Jumat 10 Sabtu 11 Minggu 12 Senin 13 Selasa 14 Rabu 15 Kamis 16 Jumat 17 Sabtu 18 Minggu 19 Senin 20 Selasa 21 Rabu
22 Kamis 23 Jumat 24 Sabtu 25 Minggu 26 Senin 27 Selasa 28 Rabu 29 Kamis 30 Jumat 31 Sabtu
JAM
KEGIATAN
19:00 Ceramah Gosyo
10:00 10;00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul Hari Raya Waisak 19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting 19:00 Pertemuan PK‐2 10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan 4 ( empat ) Bagian 14:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum 14:00 Pendalaman Gosyo
19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul
TEMPAT Daerah Masing²
KET
V. Sadaparibhuta lantai 2 Gd. STAB lantai 1 V. Sadaparibhuta V. Sadaparibhuta lantai 1 V. Sadaparibhuta lantai 2 V. Sadaparibhuta lantai 2 V. Sadaparibhuta lantai 2 Gd. STAB lantai 1
Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat
Daerah Masing² V. Sadaparibhuta lantai 2
Pusat
Daerah Masing²
Daerah Masing² Daerah Masing² RRBP
Daerah Masing²
Daerah Masing² V. Vimalakirti Muncul Daerah Masing² RRBP
Daerah Masing² MV. Saddharma (MyohoJi) MV. Saddharma (MyohoJi) V. Sadaparibhuta lantai 2
V. Sadaparibhuta lantai 2 V. Sadaparibhuta lantai 2
Pusat
Pusat Pusat
Pusat Pusat
Mei 2014 | Samantabadra
75
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
76
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
Samantabadra | Mei 2014
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241
Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen
Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang
Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali
Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep
Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510