Samantabadra 2015-07

Page 1

Samantabadra Y

ang dikatakan Rintangan Hawa Napsu adalah fungsi yang

menghalang-halangi pertapaan Hukum agama Buddha yang timbul karena keserakahan, kemarahan dan kebodohan yang terdapat dalam jiwa masing-masing. Yang

SAMANTABADRA | JULI 2015 | NOMOR. 258

Penampilan Grup Angklung Gita Pundarika NSI pada acara Dharmasanti Waisak 2015.

dikatakan Rintangan Karma adalah fungsi yang menghalang-halangi yang timbul karena anak dan istri. Kemudian yang dikatakan Rintangan Imbalan adalah rintangan yang ditimbulkan karena penguasa negara dan ayah bunda. Dan juga yang dikatakan Iblis Surga yang terdapat dalam keempat iblis pun mewujudkan keadaan yang sama dengan Rintangan Imbalan.

gosyo kensyu liputan liputan

SURAT KEPADA IKEGAMI BERSAUDARA (lanjutan) PERINGATAN HARI RAYA WAISAK NSI 2015 KU NSI MENJADI NARA SUMBER DISKUSI KEMANUSIAAN

(Surat Kepada Ikegami Bersaudara) MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

J

u

l

i

2 0 1 5

07 # 258


Marching Band Mandarava NSI Peringatan Waisak Nasional 2015 Magelang, 03 Juni 2015

Grup Kesenian NSI Peringatan Waisak 2015 (Waisak Goes to Mall) Jakarta, 30 Mei 2015


Samantabadra Samantabadra Penampilan Grup Angklung Gita Pundarika NSI pada acara Dharmasanti Waisak 2015.

Y

ang dikatakan Rintangan Hawa Napsu adalah fungsi yang

menghalang-halangi pertapaan Hukum agama Buddha yang timbul karena keserakahan, kemarahan dan kebodohan yang terdapat dalam jiwa masing-masing. Yang

SAMANTABADRA | JULI 2015 | NOMOR. 258

daftar isi

dikatakan Rintangan Karma adalah fungsi yang menghalang-halangi yang timbul karena anak dan istri. Kemudian yang dikatakan Rintangan Imbalan adalah rintangan yang ditimbulkan karena penguasa negara dan ayah bunda. Dan juga yang dikatakan Iblis Surga yang terdapat dalam keempat iblis pun mewujudkan keadaan yang sama dengan Rintangan Imbalan.

gosyo kensyu liputan liputan

CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta

LIPUTAN Peringatan Waisak NSI 2015 KU NSI Menerima Delegasi Fahmi Tamami Kliping Pesan Toleransi KU NSI Menjadi Nara Sumber Talkshow KAHMI

2 4 8

10 19 20 22

MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Kepada Ikegami 24 (lanjutan) Gosyo Cabang Surat Balasan kepada Hyo-e 45 Sakan Dono Forum Diskusi Melawan Filsafat Sesat 49 dalam Jiwa Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Halaman Muka

U

mat NSI yang mengikuti kegiatan Waisak Nasional di Magelang, berfoto bersama di pelataran Candi Borobudur seusai pawai dari Candi Mendut ke Candi Borobudur. Selengkapnya di halaman 10.

SURAT KEPADA IKEGAMI BERSAUDARA (lanjutan) PERINGATAN HARI RAYA WAISAK NSI 2015 KU NSI MENJADI NARA SUMBER DISKUSI KEMANUSIAAN

(Surat Kepada Ikegami Bersaudara) MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

Juli 2015

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

J

u

l

i

2 0 1 5

07 # 258

CERMIN KEHIDUPAN Ibu Teng Nio (Banten)

52

WAWASAN Sejahtera dengan Perubahan Sikap

55

RESEP Siomay Bandung

65

RIWAYAT Ikegami Bersaudara (bag.1) 60 KESEHATAN Waspada MERS

66

BERITA DUKA CITA

67

KIBA-KRUBU

68

JADWAL KEGIATAN

69

VIHARA DAN CETYA NSI

70

10

19

22 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Megah Ria, Vinni Kristanto, Wantie Bellina, Arya, William, Handoko, Yansen, Chandra, Angela, Christin, Steven, Sherly, Novia. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

Juli 2015 | Samantabadra

1


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Kepada Ikegami Bersaudara (bagian 1/2) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 23-24 Mei 2015

Nammyohorengekyo,

begitu berat. Kita sendiri belum tentu mengalami Kita harus waspada tekanan seberat yang terhadap jodoh buruk mereka alami. Dua yang bisa melemahkan bersaudara ini adalah anak hati kepercayaan kita. dari pembesar kerajaan Jodoh yang buruk itu Jepang, ayahnya sendiri adalah hal-hal atau menganut agama yang obyek yang menjauhkan lain. Sebagai anak yang diri kita dari Gohonzon, paling besar dan sebagai susunan, membuat syinjin pewaris utama, mengalami kita menjadi lemah, pengusiran dari orang dan membuat perasaan tua adalah tekanan yang jiwa kita menjadi tidak sangat berat. Jika hal bersemangat. Lawan itu menimpa diri kita, dari jodoh yang buruk belum tentu kita mampu adalah jodoh yang menghadapinya, tetapi baik, yaitu jodoh-jodoh Ikegami begitu kuatnya, yang mendekatkan kita terutama kakaknya yang dengan susunan, dengan mempengaruhi semangat Gohonzon, membuat kita adiknya. menjadi lebih bersemangat Tantangan atau tekanan dalam belajar Agama dalam hidup kita tidak Buddha, lebih giat dalam saja berasal dari luar diri mengamalkan dharma. (orang lain, masyarakat), Jodoh yang baik itu adalah tetapi juga dari dalam diri. Syin, Gyo dan Gaku. Dalam kaitannya dengan Dalam gosyo yang kita hati kepercayaan, kita bahas saat ini dijelaskan harus waspada terhadap bahwa Ikegami Bersaudara pengaruh informasi yang mengalami tekanan yang mengatakan 2

Samantabadra | Juli 2015

Tekanan dan kesesatan ini pun mereka dapatkan mereka datang bukan untuk memberikan bimbingan atau menyampaikan Gosyo agar umat meningkat hati kepercayaan umatnya, tetapi justru menakutnakuti, misalnya dengan mengatakan tidak boleh membantah apa yang disampaikan oleh Bhiksu. Hal ini merupakan tekanan yang sangat berat. Kita harus bisa memahami, bahwa hal ini adalah upaya pengaruh buruk. Seharusnya yang tidak boleh dibantah adalah Dharma/Ajaran Buddha, bukan orangnya (bhiksu), karena bhiksu pun harus taat kepada Dharma. Niciren Daisyonin mengatakan kalau seorang rohaniawan (Bhikku/ Bhikuni) melakukan pemfitnahan Dharma


Ketua Umum

pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan umat awam. Di dalam Gosyo ini dijelaskan oleh Niciren Daisyonin bahwa penerang yang sebanarnya adalah Saddharmapundarikasutra, bahkan dikatakan, seluruh Buddha mencapai Kesadaran adalah dengan Saddharmapundarikasutra. Oleh karena itu tekanan yang kita alami seperti sekarang ini dapat menjadi hikmah yang baik, yaitu jodoh buruk yang berubah menjadi hikmah baik. Buddha Sakyamuni sendiri yang menegaskan bahwa sutra paling unggul adalah SaddharmapundarikaSutra dan kita harus menjalankan itu dengan penuh keyakinan. Sekalipun masa lampau kita pernah memfitnah Dharma sekarang kita harus sungguh-sungguh menjalankan Ajaran Buddha, sehingga kita bisa menerima akibat pemfitnahan yang dulu dengan ringan, karena sekarang kita sudah membuat karma yang baik. Bapak-bapak ibuibu akhir-akhir ini ada berita yang tidak menggembirakan terkait

dengan peristiwa Rohingya di Nyanmar, yang terkesan seolah-olah konflik antar agama. Tetapi di sini, di vihara ini kita aman, sebab masyarakat disini sangat menerima keberadaan vihara ini, demikian juga kedatangan Bapak-Bapak Ibu-Ibu diterima dengan baik oleh masyarakat di sini. Vihara ini dalam satu bulan rata-rata kita hanya gunakan sekali paling banyak dua kali, jadi sehari-hari yang mengurus adalah mereka/ warga di sini. Hal ini bisa terjadi karena prinsip Esyo funi yang kita terapkan di sini, Bapak-Ibu semua adalah murid Niciren Daisyonin, semua baikbaik, semua sopan-sopan datang ke sini. Kita juga menjaga hubungan yang baik dengan lingkungan sini, sehingga aman tidak terjadi sesuatu hal yang tidak baik, karena dewa-dewi sekitar kita melindungi, hal ini karena kita menjaga Gohonzon. Berarti keberadaan kita khususnya di daerah sini baik, walau begitu kita tetap harus waspada, kita diajarakan untuk selalu waspada oleh Niciren Daisyonin, waspada dan menjaga perilaku sebagai cerminan umat

Buddha. Jadi walaupun kita berambut dan tidak memakai jubah, perilaku kita harus Buddhis, yaitu santun, jujur, welas asih, menolong orang. Gosyo yang kita bahas pada malam ini adalah untuk lebih mematangkan syinjin kita, yang harus diingatkan kita harus selalu menjauhi pengaruh buruk sebab pengaruh buruk itu mengerikan, karena apabila terpengaruh oleh pengaruh buruk lebih mengerikan daripada singa, kalau singa palingpaling menerkam, tetapi kalau pengaruh buruk bisa merusak cara berpikir dan membuat orang yang terpengaruh mempengaruhi yang lain untuk membuat keburukan juga, sehingga kita perlu senantiasa waspada dan menyadarkan diri kita agar mampu mengidentifikasi pengaruh buruk tersebut. eee

Juli 2015 | Samantabadra

3


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi Surat Kepada Ikegami Bersaudara (bagian 1/2) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 23-24 Mei 2015

Nammyohorengekyo,

Gohonzon, tetapi walaupun demikian Munenaka tetap Yasumice, ayah dari mempertahankan hati Ikegami Bersaudara yang kepercayaan, sehingga besar bernama Munennaka, terjadi perselisihan antara adiknya bernama Munenaga orang tua dan anak, sampaiadalah seorang menteri sampai Munenaka diusir, Pembangunan dari sebagai pewaris keluarga, pemerintah Kamakura yang tetapi pengusiran yang saat itu adalah dari sekte pertama kali tidak lama Nembuce dan bhiksu yang dan dipanggil pulang berpengaruh adalah bhiksu kembali. Namun demikian Ryokan dari Kuil Gokuraku Niciren Daisyonin tetap atau Kuil Tanah Suci memberikan peringatan Ikegami Munenaka akan diusir kembali, mulai syinjin pada tahun ternyata benar. Pada suatu 1256, bersama Syijo Kingo, hari Munenka melihat dia menjalankan aktifitas ada seorang bhiksu dari syinjin yang lua biasa Nembutsu di kantor seperti Syijo Kingo juga, ayahnya, karena bhiksu hal ini sangat mengganggu tersebut kaget melihat Bhiksu Ryokan karena Munenaka sehinga bhiksu melihat anak seorang tersebut terjatuh. pejabat yang menganut Jaman dulu apabila Nembutsu kemudian ada anak yang diusir oleh menjadi murid Niciren orang tua, namanya sangat Daisyonin, sehingga dia buruk di mata masyarakat, berusaha keras membujuk begitu juga yang terjadi Yasumetce untuk mendesak pada Munenaka, karena anaknya melepaskan masyarakat tidak hati kepercayaan kepada memahami Ajaran Niciren 4

Samantabadra | Juli 2015

Daisyonin, tentunya kejadian ini menjadi pukulan besar buat Ikegami Munenaka, antara berbudi bakti kepada orang tua atau melepaskan hati kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra. Niciren Daisyonin mengatakan, kalau kamu melepaskan hati kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra, maka ayah dan semua keluarga akan jatuh ke dalam penderitaan besar. Ketika Munenaka diusir untuk yang kedua kalinya, Niciren Daisyonin sempat khawatir, adiknya, Munenaga akan mengikuti kemauan orang tuanya dan mundur dari hati kepercayaan, maka Niciren Daisyonin memberika bimbingan kepada Munenaga, juga kepada istrinya tentang


Ketua Dharma

3 runtangan dan 4 iblis. Kadang-kadang suami itu sangat tergantung istri, maka istri-istri mereka juga dibimbing oleh Niciren Daisyonin sehingga mereka benar-benar satu hati, lama kelamaan ayahnya melihat gejala yang tidak baik dari para bhiksu Ryokan sehingga sekeluarga Ikegami percaya kepada Gohonzon. Untuk itu Niciren Daisyonin memberikan bimbingan, mereka mengalami penderitaan selama syinjin sampai 20 tahun. Syijo Kingopun setelah syinjin 18 tahun timbul penderitaan, maka bapak-ibu jangan merasa saya sudah lama syinjin mengapa masih susah. Syijo Kingo setalah 18 tahun baru timbul masalah dan selesai beberapa tahun kemudian. Di sini menerangkan mengapa mengapa orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra timbul kesulitan? Di dalam Gosyo ini dijelaskan bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah Sutra yang paling unggul yang merupakan Hukum Tunggal Agung sebagai mata dalam membimbing umat manusia dan merupakan mata dan guru BuddhaBuddha dari kesepuluh penjuru dunia. Kalau

Saddharmapundarikasutra diperbandingkan dengan seluruh Sutra liannya maka unggul lemahnya adalah bagaikan langit dan bumi. Tinggi rendahnya adalah seperti awan dan tanah, seluruh sutra lainnya adalah sama seperti bintang-bintang yang banyak sedangkan Saddharmapundarika-sutra adalah sama seperti bulan, sutra lainnya adalah seperti sinar dari lampu, bintang dan bulan, sedangkan Saddharmapundarikasutra seperti matahari. Ini merupakan perbandingan pada umumnya antara Saddharmapundarika-sutra dengan sutra-sutra lainnya. Memang Saddharmapundarika-sutra adalah raja dari seluruh sutra, secara khusus juga diterangkan keunggulan Saddharmapundarikasutra terhadap sutra-sutra lainnya, yaitu adanya 3 masa, jiwa kekal abadi. Sejak 3.000 asamkheya kalpa koti dan lain-lainnya. Juga ketiga golongan dari sravaka, yakni orangorang seperti Sariputra, Mahakasyapa, Ananda. Dahulu di masa lampau yang jauh dari 3.000 asamkheya kalpa koti sebelum lahir di India, mereka telah mempelajari Saddharmapundarika-

sutra dari seorang Bodhisattva, yaitu Pangeran ke-16 dari Buddha Mahabijnananabhibhu, namun pada pertengahan jalan mereka telah terpengaruh oleh jodoh buruk sehingga membuang hati kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra dan menganut sutra lain dan kemudian pada 3.000 tahun yang lalu lahir di India, belajar Saddharmapundarikasutra dan mencapai kesadaran. Mereka hanya telah berhadapan dengan pengaruh buruk, sehingga telah menghancurkan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarikasutra dan mengalihkan kepercayaan mereka kepada Sutra Sementara, maka halhal yang harus ditakuti bagi orang-orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra adalah orang-orang yang mengganggu pelaksana Saddharmapundarikasutra, bukan pencuri, perampok, pembunuh, harimau, serigala dan singa, tetapi sematamata adalah pengaruh buruk. Pengaruh buruk ini adalah orang-orang yang menghalang-halangi kita dalam menjalankan hati kepercayaan dan mempengaruhi kita untuk pindah ke ajaran yang Juli 2015 | Samantabadra

5


ceramah gosyo lain atau melepaskan hati kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra. Termasuk iblis surga ke-6 yang selalu mengganggu orang-orang yang menjalankan pertapaan untuk mencapai Kesadaran Buddha. Karena putra mahkota Sidharta ingin melepaskan kedudukan sebagai Raja, sedangkan permaisuri Beliau sedang mengandung putranya, Rahula, maka ketika ayah Beliau, Raja Sudhodana menasehatinya dengan berkata, “hendaknya menjadi bhiksu setelah anak Anda lahir�, untuk itu iblis memanfaatkan kesempatan itu dengan menahan kelahiran anakNya selama 6 tahun. Maka yang harus kita takuti adalah pengaruh buruk, karena kalau kita terbunuh oleh perampok atau binatang buas atau yang lainnya, itu hanya merenggut jiwa kita sekarang saja, tetapi kalau terpengaruh keburukan akan menghancurkan hati kepercayaan kita dan membahayakan kita untuk masa yang kekal abadi. Tetapi orang yang percayan Gohonzon, tidak takut terpengaruh keburukan, karena pengaruh buruk dapat diubah menjadi pengaruh yang baik. Kita umat NSI 6

Samantabadra | Juli 2015

selama ini dipengaruhi keburukan, tetapi NSI tetap berdiri sampai sekarang, bayangkan oleh sesame penganut kita dilarang untuk tozan, tidak boleh menerima Gohonzon, dihalang-halangi seperti itu, membuat tidak semua orang bisa bertahan sampai saat ini. maka yang masih bertahan itu adalah luar biasa. Kita bukan hanya bisa bertahan, tetapi bisa merubah pengaruh buruk menjadi pengaruh baik dengan meningkatkan hati kepercayaan melalui ajaranajaran Buddha. Segala cara dilakukan untuk menghalang-halangi pelaksanaan kita, misalnya mereka mengatakan kita tidak memiliki hubungan darah, Gohonzon kita tidak memiliki kekuatan, NSI kotor dan segala macam, tetapi luar biasa keagungan Gohonzon membuktikan kebenaranNya dan bisa mengubah pengaruh buruk menjadi pengaruh yang baik, sehingga NSI bukannya hancur tetapi sebaliknya menjadi bangkit. Dulu tidak terbayangkan kita bisa mendirikan bangunan “Myho-ji� dan vihara di beberada daerah. Tetapi kita harus tetap waspada karena pengaruh buruk itu wajahnya bisa berubah, dulu berupa

tekanan, sekarang berupa bujukan, kita kadangkadang bisa terpengaruh oleh senior-senior kita yang sudah terpenagruh oleh mereka, bisa saja mereka menghubungi kita sepertinya penuh perhatian, memberi nasehat ini dan itu, tetapi ujung-ujungnya mempengaruhi kita untuk ikut mereka. Padahal kita berusaha menjaga umat dengan menyampaikan ajaranajaran Niciren Daisyonin yang sebenarnya, tetapi mereka mengganggu karena mempunyai kepentingan sesaat, dibeberapa daerah biaya tozan diturunkan sedemikian rupa agar umat kita pada mau ikut. Bukannya kita tidak mau mendapat pelayanan, tetapi kita lebih mengutamakan pemahaman maknanya, maka kasihan mereka yang tidak mendapat bimbingan ajaran yang benar. Dulu yang menentang adalah penganut dari sutra lain, tetapi sekarang yang samasama katanya percaya Nammyohorengekyo pun ikut menentang, seharusnya umat di bimbing untuk selalu dekat dengan Gohonzon, tetapi bahkan ada yang mengatakan bhiksu itu tidak boleh dibantah. Nikko Syonin mengatakan “Meskipun


Ketua Dharma

Bhiksu tertinggi kalau pelaksanaannya tidak sesuai dengan Ajaran, tetapi menggunakan pandangan dan pikiran diri sendiri jangan diikuti�. Prisip kita adalah Eho Fu Enin, jangan ikuti orangNya tetapi ikuti DharmaNya. Maka ketika seseorang mengalami kesulitan, dia harus dibimbing sesuai dengan Ajaran Niciren Daisyonin sehingga bisa keluar dari kesulitannya, tetapi bukan karena ada bhiksu sehingga bisa menyelamatkan, bila berpandangan seperti itu maka itu adalah pengaruh buruk. Niciren Daisyonin mengatakan, dua hal yang menyebabkan penderitaan, yaitu (1) Pengaruh Buruk, bisa dari luar diri kita tetapi juga bisa dari dalam diri kita sendiri sebagai kesesatan poko jiwa, karena kesesatan pokok jiwa ini bisa mempengaruhi diri kita. Suara-suara iblis akan terlihat seperti diri kita sendiri, karena kita sebagai manusia biasa paling senang adalah mencari enaknya diri sendiri, ini bahayanya. (2) Tenju Kyoju, artinya karena di masa lampau menjalankan pemfitnahan dharma, dulu mengganggu orang lain yang sedang menjalankan hati kepercayaan, oleh

karena itu sekarang berakibat karma buruk yang berat yang seharusnya keluar di masa yang akan datang, tetapi karena kurnia Gohonzon pada masa sekarang ini kesulitan yang keluar dalam bentuk yang ringan, inilah yang dimaksud Tenju Kyoju. Hal ini merupakan bukti nyata dari perombakan sifat jiwa kita. Seperti Ikegami bersaudara yang dilahirkan dari keluarga sesat, tetapi kalau mereka tidak aktif samapai meninggal tidak ada masalah karena mereka mengikuti ayahnya. Tetapi justru karena mereka menentang ayahnya dan percaya Gohonzon, sebagai karunia kebajikan maka mengundang keluar penderitaan dari masa lampaunya berupa tuntutan ayahnya untuk berbudi bakti sebagai anak kepada orang tuanya, seandainya mereka tidak menentang keinginan orang tuanya, maka tidak akan muncul masalah, tetapi karena mereka sungguh-sungguh percaya Gohonzon, karma beratnya keluar berbentuk tekanan dari ayahnya, walau begitu sebenarnya hal tersebut masih lebih ringan apabila dibandingkan dengan karma buruk yang pernah dilakukan pada

masa lampaunya. Maka bergembiralah, kita hadapi segala kesulitan ini dengan keyakinan penuh sebagai Tenju Kyoju, yaitu karma berat diterima dengan ringan karena kesungguhnan hati dalam menjalankan pertapaan Agama Buddha. Begitu juga segala pengaruh buruk, harus kita rubah menjadi pengaruh baik. Buddha Sakayamuni, selalu menganggap pengaruh buruk dari devadatta sebagai pengaruh yang baik. Bimbingan ini harus kita tahu, karena sangat mendasar, sebab kadang-kadang bisa membingungkan, sudah lama percaya Gohonzon tetapi mengapa masih muncul masalah, masih menderita, kalau kita tidak memahami, maka akan menggoyahkan diri kita, padahal harusnya kita berterima kasih, ini semua adalah karunia kabajikan dari Gohonzon, sebagai bukti dari perombakan sifat jiwa kita yang menjalankan hati kepercayaan dengan kuat. Tetapi kalau kita tidak menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh, kita hanya bermain-main saja, maka itu bukan Tenju Kyoju.

eee

Juli 2015 | Samantabadra

7


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Kepada Ikegami Bersaudara (bagian 1/2) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 23-24 Mei 2015

Nammyohorengekyo, Gosyo-gosyo yang kita bahas pada setiap kensyu kebelakangan ini menekankan kepada kita untuk kita benar-benar percaya bahwa Saddharmapundarika-Sutra atau Nammyohorengkyo adalah yang paling unggul, karena walaupun kita sudah lama menerima Gohonzon sampai saat ini masih ada di antara kita yang merasakan bahwa selain Nammyohorengekyo itu masih ada yang lain. Banyak Gosyo yang menjelaskan bahwa kita adalah murid Niciren Daisyonin, dasarnya adalah hukum sebab akibat yang disebarkan 500 tahun asemkya kalpa koti, kita jangan ragu-ragu, karena masih ada juga umat yang sudah terima Gohonzon, tetapi masih ada meja pujaan lainnya. Kita harus yakin di masa Akhir Dharma ini, hukum yang bisa membuat kita mencapai kebahagiaan mutlak hanya Nammyohorengekyo, jadi tidak perlu lagi mencari kemanamana. Jangan sampai kita sia-sia

8

Samantabadra | Juli 2015

dengan tidak sungguh hati dalam melaksanakan hati kepercayaan. Gongyo Daimoku kita mantap tak pernah absen, rajin kensyu dan pertemuan, itu saja belum cukup, kita juga harus tinjau diri, sehingga kita bisa merombak nasib, tanpa hal itu kita bahkan akan jatuh ke dalam neraka yang tak terputus-putusnya. Maka jangan sampai kita mundur ditengah jalan. Kita harus menjalankan hati kepercayaan dengan tiga karma, yaitu badannya sungguh-sungguh, hatinya hanya Nammyohorengekyo, Gongyo Daimokunya dengan baik, percaya penuh Gosyo-gosyo dari Niciren Daisyonin, tidak terpengaruh oleh pengaruh buruk yang membuat kita tidak bersemangat menjalankan hati kepercayaan dan tak semangat untuk membuat kabaikan. Pengaruh buruk ini akan terus menerus mengerogoti jiwa kita , tapi dengan kekuatan hati kepercayaan kita hadapi itu, sehingga akan menjadi hikmah baik untuk kita sebagai batu loncatan yang membuat kita lebih kuat. Maka jangan

lengah dengan pengaruh buruk , sebab tak ada habishabisnya untuk mengoyangkan hati kepercayaan kita (umat NSI) dengan mempromosikan segala hal, menjanjikan hal yang tidak ada dasarnya, atau sebaliknya memberi ancaman dengan menakuti-nakuti tidak mendapat kurnia. Mengenai budi bakti kepada orang tua kepada orang tua kita yang sudah meninggal adalah dengan menjalankan Gongyo. Pagi dan sore doa pada doa kelima. Hal ini perlu saya sampaikan karena ada orang yang berpandangan bahwa kalau doanya ingin diterima (manjur) harus disampaikan melalui orang tertentu, dengan menggunakan ritual tertentu pula. Sebagian teman kita terpengaruh hal itu, tetapi umat NSI hebat luar biasa, karena tidak dipengaruhi oleh pengaruh buruk. Karena kita tahu bahwa yang paling ditakuti adalah pengaruh buruk, kesesatan dari dalam diri kita sendiri yang terikat dengan kedudukan, materi, reputasi.


Dharna Duta

Memang kadang-kadang manusia suka berpandangan sesat, misalnya kalau tidak mempunyai uang tidak bisa sampai ke Myohoji, tetapi ada salah satu umat, dia sudah mendaftar kensyu tetapi pas waktu kensyu di dalam tasnya tinggal sisa uang Rp 4.000, padahal kalau mau ikut rombongan mobil dari daerah harus bayar transport, kemudian ia doa, icinennya mau Kensyu, mau mendengar kata-kata Buddha, akhirnya bertemu dengan temannya yang mengajak dia ikut mobilnya untuk Kensyu. Kita sering tidak percaya, tidak berani meyumbang jiwa raga, jangan terikat oleh materi, seolah-olah tanpa materi membuat kita tidak bisa jalan. Ingat yang pertama adalah rezeki jiwa, yang kedua adalah ilmu pengetahuan, yang ketiga adalah modal, tapi kita sering pikirnya modal dulu/uang dulu, hal ini yang harus kita kembalikan Icinen Syinjin. Ada seorang ibu tahun 1978 menerima Gohonzon, bulan lalu baru meninggal, waktu syinjinnya kadang pertemuan kadang tidak, sehingga dinilai syinjinnya kurang benar, sekeluarga hanya dia sendiri yang syinjin, suami sudah meninggal, anakanaknya tidak ada yang syinjin, waktu dia sakit keluarga sudah berunding, kalau meninggal dengan upacara apa? Akhirnya rencana pakai upacara agama lain. Jangan dikata orang sakit parah, yang sudah tidak sadar, tidak bisa mendengar pembicaraan

orang lain, pada saat itu dia dengar semuanya, maka dia berteriak, “Gohonzon� waktu itu keluarganya mendengar, akhirnya keluarganya menghubungi umat kita yang bisa mengurusnya. Jadi karena icinen kepercayaannya hanya satu yaitu, cara Gohonzon akhirnya bisa terlaksana mulai dari awal sampai tutup peti, pembakaran semua Nammyohorengekyo. Walaupun karena dia tidak begitu aktif, maka yang datang tidak begitu banyak, tetapi yang penting dia sudah diantar dengan Nammyohorengekyo, tidak ada campur aduk sedikitpun. Jadi kekuatan Nammyohorengekyo itu bukan main. Kita harus yakin itu, maka kita jangan ragu-ragu lagi. Apa yang sudah kita jalankan terbukti kekuatannya, keluar memang tergantung pelaksanaan kita sendiri, bagaimana melakukannya. Ikegami Bersaudara mendapat tantangan dari ayahnya, karena mempunyai kepercayaan yang berlainan, di sini kita belajar untuk membalas budi kepada orang tua kita harus berusaha mensyakubunya. Maka akhirnya ayahnya bisa ikut percaya Gohonzon. Maka kita jangan takut dengan pengaruhpengaruh buruk, harus kita ambil hikmah baiknya, mereka bilang kita tidak ada ini dan itu, kita harus bisa buktikan tidak ada yang lebih hebat, maka jangan kita ragu-ragu dan kita jangan pikir, sudah lama syinjin koq baru timbul masalah. Hal itu adalah kurnia

dari akibat karma memfitnah Dharma di masa lampau, yang pernah kita lakukan dan kesulitan itu keluar lebih ringan dari yang seharusnya kita terima, karena sekarang kita sungguh-sungguh percaya Gohonzon dan masa akan datang kita tidak menerima kesulitan itu lagi. Kita juga tidak melakukan pemfitnahan Dharma lagi. Ada masalah apapun juga kita jangan sampai mundur dari hati kepercayaan dan jangan menyia-nyiakan hari ini, apa yang bisa kita lakukan, lakukanlah! Sekarang saat kita menghapus karma, hadapi semua masalah dengan tabah dan gembira, sehingga penderitaan ini menjadi ringan. Niciren Daisyonin mengatakan, jangan menjadi pengecut menghadapi ajal, karena kita tidak berani menerima kenyataan atau mundur dari hati kepercayaan atau mundur dari tanggungjawab kita. Maka mari kita semuanya bersamasama bangkit kembali, jangan percaya dengan omongan orang lain yang mengatakan kita tidak ada karunianya? Bukktinya vihara-vihara kita terus bertambah. Di Cikupa sudah ada tanda tangan persetujuan dari warga untuk membangun vihara di sana, kita tinggal ke notaris harga sudah cocok, tinggal membangunnya, sekarang Tangerang majunya bukan main. Oleh karena itu mari kita bersemangat, jangan terpengaruh oleh pengaruh buruk. eee Juli 2015 | Samantabadra

9


liputan

Peringatan Waisak NSI 2015 Ketua Umum NSI memimpin upacara dokyo syodai pada sesi ritual setelah detik-detik Waisak.

Peringatan Waisak di Candi Borobudur

P

ada tanggal 01-03 Juni 2015, umat NSI yang tergabung dalam Grup Marching Band Mandarava NSI dan Grup Angklung Gita Pundarika NSI mengikuti Peringatan Waisak Nasional di Candi Borobudur. Rombongan berangkat pada tanggal 01 Juni 2015 sekitar pukul 05.30 WIB menggunakan dua buah bus. Perjalanan menggunakan bus dari Jakarta menuju Magelang menghabiskan waktu sekitar 12 jam. 10

Samantabadra | Juli 2015

Setibanya di Magelang, umat yang tergabung dalam Grup Angklung langsung mengadakan latihan (gladiresik) sebagai persiapan untuk tampil pada malam Dhammakhsanti Waisak. Pada tanggal 02 Juni 2015, di mana pada pukul 10.00 WIB umat NSI di seluruh Indonesia secara serempak mengadakan Upacara Dokyo Syodai Bersama memperingati Waisak di wilayah masingmasing, Grup Marching Band Mandarava NSI dan Angklung Gita Pundarika NSI pun turut serta dalam tugas kosenrufu. Marching Band Mandarava

NSI memimpin Pawai Waisak yang dimulai sekitar pukul 15.30 WIB dimulai dari Candi Mendut menuju Borobudur. Anak-anak dan generasi muda NSI yang tergabung dalam Marching Band Mandarava NSI nampak begitu bersemangat memainkan alat-alat musik mereka, sementara umat pendamping turut mendukung di sebelah kiri, kanan, dan belakang barisan Grup Marching Band saat pawai berlangsung. Penampilan marching band disaksikan oleh ribuan masyarakat setempat yang begitu antusias, yang tahun


ini sudah memasuki tahun ke-7 ikut berpartisipasi memandu Pawai Waisak di Borobudur. Malam harinya jam 19.00 WIB, umat NSI dan seluruh umat Buddha lainnya berkumpul di pelataran Taman Lumbini Candi Borobudur untuk mengikuti Dhammakhsanti Waisak yang dihadiri oleh Presiden RI, Joko Widodo beserta Ibu Negara dan segenap pejabat negara. Presiden berpesan kepada umat Buddha bahwa dengan penuh kesadaran, kita semua dapat semakin membina kerukunan hidup antar umat beragama demi memajukan bangsa. Grup Angklung Gita Pundarika NSI mendapat kehormatan untuk menampilkan dua buah lagu bertema Waisak di hadapan Presiden RI, dan menghibur puluhan ribu umat Buddha yang hadir malam itu. Seusai Dhammaksanthi, seluruh umat Buddha bergeser ke pelataran atas area Candi Borobudur yang sudah disiapkan untuk menyambut detik-detik Waisak bersama-sama. Setelah detikdetik Waisak dikumandangkan dengan

Marching Band Mandarava NSI memandu pawai Waisak Nasional yang berjalan dari Candi Mendut sampai Candi Borobudur.

Juli 2015 | Samantabadra

11


liputan membunyikan gong, selanjutnya setiap sekte Buddha melaksanakan ritual doa secara singkat. NSI menyiapkan Altar Gohonzon (Butsudan), lilin dan dupa. Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja memimpin Upacara Dokyo Syodai pada Malam Waisak di pelataran Candi Borobudur, mengalirkan getaran Hukum Agung Nammyohorengekyo agar seluruh umat manusia, dan umat NSI pada khususnya, bisa menjalankan pertapaan mewujudkan Isyo Jobutsu dan Kosenrufu. Setelah ritual keagamaan yang dijalankan oleh setiap sekte selesai, malam tersebut ditutup dengan pelepasan lampion ke udara. Pada hari berikutnya, tanggal 03 Juni 2015, rombongan NSI berangkat dari Magelang pukul 07.00 WIB kembali ke Jakarta dengan selamat dan baik.

Penampilan Grup Angklung Gita Pundarika NSI pada acara Dharmasanti Waisak 2015 dihadapan Presiden RI dan ribuan umat Buddha.

Suasana ketika dokyo syodai berlangsung di pelataran Candi Borobudur.

Foto bersama umat NSI yang tergabung dalam grup Angklung Gita Pundarika di tenda tempat berkumpul ketika gladiresik. Umat NSI yang hadir di Borobudur melaksanakan dokyo syodai yang dipimpin oleh Ketua Umum NSI.

12

Samantabadra | Juli 2015


Umat NSI melaksanakan gongyo dan daimoku di dalam bus ketika dalam perjalanan.

Daimoku diiringi ketukan tambur oleh Sdr. Arya.

Foto bersama Grup Angklung Gita Pundarika NSI seusai acara Dharmasanti Waisak.

Juli 2015 | Samantabadra

13


liputan

Tarian umat NSI Banten pada acara Waisak Goes to Mall.

Foto bersama umat NSI yang tergabung dalam Mandarava Chamber Orchestra seusai tampil dalam Waisak Goes to Mall.

Pagelaran Grup Kesenian NSI pada Waisak Goes To Mall

D

alam rangka peringatan Waisak 2015, gerakan-gerakan kesenian NSI tampil di depan publik sebagai gerakan Bodhisattva Gadgasvara yang ingin menyampaikan getaran hukum agung Nammyohorengekyo ke masyarakat. Acara pagelaran kesenian yang merupakan rangkaian acara dari Waisak Goes to Mall, berlangsung di Emporium Mall Pluit, Jakarta pada tanggal 30 Mei 2015 malam. Grup kesenian NSI yang tampil pada malam itu, antara lain paduan suara, angklung, orkestra, tarian wilayah DKI Jakarta, tarian wilayah Banten, dan Tarian wilayah Jawa Barat.

dalam beberapa kelompok terlihat bersemangat dan menunjukkan kekompakan mereka. Kita jelaskan kepada anak-anak, menang atau kalah itu bukanlah tujuan dalam setiap perlombaan., yang terpenting adalah suasana kegembiraan dan kebersamaan dalam syinjin. Semangat dan keceriaan anak-anak membuat para orang tua yang menyaksikan mereka juga ikut bergembira dan semakin semangat dalam menjalankan tugas sebagai Boddhisatva yang muncul dari bumi.

Dokyo syodai umat NSI Bangka.

Peringatan Waisak 2015 NSI Bangka

P

eringatan Hari Waisak pada tanggal 02 Juni 2015, diperingati dengan upacara Dokyo Sodai yang dipimpin oleh Ketua Wilayah NSI Bangka, Bapak Suherman. Setelah upacara Dokyo Syodai, diadakan beberapa lomba khusus anak-anak. Hal ini merupakan wujud Itai Dosyin seluruh umat NSI Bangka untuk menciptakan suasana kegembiraan. Lomba-lomba yang diadakan antara lain, lomba membuat prakarya kreasi sendiri, lomba menyusun puzzle, lomba estafet karet, lomba memasukkan kancing ke dalam tali, dan lomba goyang jeruk. Lomba-lomba tersebut membuat umat NSI Bangka lebih lebih dekat dan semakin akrab. Anak-anak yang dibagi ke 14

Samantabadra | Juli 2015

Foto bersama umat NSI Bangka seusai acara.

Anak-anak bermain lomba menyusun puzzle.


Peringatan Waisak 2015 NSI DKI Jakarta

Dokyo syodai umat NSI DKI Jakarta.

P

eringatan Waisak NSI di wilayah DKI Jakarta diperinga`ti dengan dokyo syodai yang dipimpin oleh Ketua Wilayah NSI DKI Jakarta Bapak Niki. Para pengurus melakukan syoko ketika memasuki daimoku. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Dharma NSI, Bapak Sumitra Mulyadi menyampaikan sambutan dan makna peringatan waisak bagi umat NSI. Peringatan Waisak 2015 NSI Banten

P

eringatan Waisak di Vihara Vimalakirti Tangerang pada tanggal 02 Juni 2015, dihadiri oleh umat NSI dari daerah Teluk Naga, Tangerang, dan Citra Raya. Acara dimulai pada jam 9 pagi diawali dengan daimoku bersama yang dipimpin

bergantian selama lima belas menit, di awali oleh bapak Yansen, bapak Ediyo, dan terakhir bapak Kim Guan. Tepat pada jam 10 pagi acara dilanjutkan dengan upacara dokyo syodai yang dipimpin oleh bapak Djuanda Widjaja. Setelah dokyo syodai, dilanjutkan dengan penyampaian kata sambutan oleh pimpinan pengurus daerah. Sebagai penutup acara, para umat dengan sukacita saling memberikan ucapan selamat waisak satu sama lainnya, selanjutnya menyaksikan penampilan dari Grup Tarian NSI Tangerang dan Grup Paduan Suara NSI Tangerang yang turut mengisi acara Waisak, dan terakhir di pengujung acara, para umat dan para pimpinan makan bersama.

Dokyo syodai umat NSI Banten.

Paduan suara umat NSI Banten.

Juli 2015 | Samantabadra

15


liputan Peringatan Waisak 2015 NSI Sumatera Selatan

T

anggal 02 Juni 2015, dalam rangka memperingati hari Waisak, sekitar 70 umat NSI wilayah Sumatera Selatan melaksanakan Upacara dokyo syodai pada jam 10.00 pagi di Cetya NSI Palembang. Selesai Dokyo Sodai, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan umat ke sebuah Panti Jompo di Palembang kemudian melakukan ramah tamah bersama para penghuni panti dan diakhiri dengan penyerahan bingkisan kepada para oma-opa yang tinggal di panti tersebut.

Dokyo syodai dipimpin oleh Ketua Wilayah Sumatera Selatan, Bapak Bastari.

Peringatan Waisak 2015 NSI Bali

U

mat NSI Bali mengadakan Dokyo Syodai di Vihara Vimalikirti NSI Denpasar untuk memperingati hari raya Waisak ke 2559 BE di tahun 2015 yang jatuh pada tanggal 02 Juni 2015. Peringatan waisak dilakukan pada jam

16

Samantabadra | Juli 2015

Kunjungan umat NSI Palembang ke Panti Jompo.

Dokyo syodai umat NSI daerah Sukabumi, dipimpin oleh Ketua Daerah Sukabumi, Bapak Tanu.


09.00 WITA dan disambut dengan sangat antusias oleh umat-umat NSI yang ada di Bali. Dokyo Syodai dipimpin oleh ketua wilayah NSI Bali, Bapak Liangtika. Selain Dokyo Shodai, umat NSI Bali juga mendengarkan sejarah mengenai apa saja peristiwa dan makna dari hari raya Waisak. Hari raya waisak tidak hanya sebagai sekedar perayaan belaka namun juga sebagai salah satu pengingat mengenai betapa agungnya ajaran agama Buddha dan tentu saja merupakan semangat untuk terus shinjin dan memperkuat

hati kepercayaan kepada Gohonzon. Sebagai murid dari Buddha Nichiren Daisyonin kita memaknai hari waisak sebagai hari di mana kita mengingat kembali perjuangan dan lebih menghargai sulitnya kita terlahir sebagai manusia untuk dapat bertemu dengan hukum Buddha yang sangat agung ini. Cara untuk menghayati makna peringatan waisak bagi umat NSI adalah dengan cara menjalankan gongyo dan daimoku secara konsisten sebagai sikap menjalankan hukum agama Buddha yang sebenarnya.

Peringatan Waisak 2015 NSI Kalimantan Barat

Seirengas, Kalimas dan Tayan memenuhi vihara dengan itai dosyin menjalankan upacara dokyo syodai bersama. Setelah upacara dokyo syodai, dilaksanakan pertemuan umum, setelah itu dilanjutkan acara tarian, permainan, dan makan siang bersama. Rangkaian kegiatan peringatan waisak di akhiri dengan gongyo sore bersama. Beberapa hari sebelumnya, pada tanggal 31 Mei 2015 sekitar 50 umat NSI Kalimantan Barat berkumpul di taman

P

eringatan Hari Raya Waisak NSI Wilayah Kalimantan Barat berlangsung di Vihara Vimalakirti NSI Jl. WR. Supratman, Pontianak. Jam 9.30 pagi umat NSI terlihat sudah berkumpul di vihara, lalu bersama-sama pada jam 10 pagi memulai upacara dokyo syodai yang dipimpin oleh Ketua Daerah NSI Pontianak Bapak Handoko Salim. Sekitar 160 umat dari Pontianak,

Umat dan pengurus NSI Wilayah Kalimantan Barat kerja bakti di TMP. Dharma Patria Jaya, Pontianak.

mahkam pahlawan Dharma Patria Jaya Pontianak bersama majelis Buddhis lainnya yang tergabung dalam Walubi, melaksanakan kegiatan karya bakti dalam rangka memperingati hari raya Waisak. Umat Buddha membersihkan taman mahkam pahlawan, serta melakukan tabur bunga dan upacara, setelah itu dilakukan kunjungan ke panti jompo untuk berbagi kegembiraan dengan para manula.

Umat NSI Kalimantan Barat dalam keseruan sesi permainan. Foto bersama umat NSI wilayah Kalimantan Barat seusai rangkaian acara peringatan Waisak.

Juli 2015 | Samantabadra

17


liputan

Dokyo syodai peringatan Waisak di Cetya Vimalakirti NSI Surabaya, dipimpin oleh Ketua Wilayah NSI Jawa Timur, Bapak Djohan Limanto (kiri) dan foto bersama umat NSI Wilayah Jawa Timur (kanan). Umat NSI Jawa Timur melakukan kerja bakti di TMP Surabaya.

Dokyo syodai peringatan Waisak di Vihara Vimalakirti NSI Jambi, dipimpin oleh Ketua Wilayah NSI Jambi, Bapak Djoni Kho.

Umat NSI daerah Purwodadi, Jawa Tengah, mengadakan karya bakti di taman makam pahlawan. Dipandu oleh Bapak Ngatman, Ibu Juremi, Ibu Iyem.

18

Samantabadra | Juli 2015


Ketua Umum NSI Menerima Delegasi Fahmi Tamami Terkait Isu Rohingya K

onflik antarumat beragama menjadi hal yang mudah sekali dijadikan sebagai alat untuk menyulut emosi orang-orang yang merasa seagama, baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa tahun terakhir hal tersebut terjadi di Myanmar, khususnya di daerah Rakhine. Konflik yang disebut sebagai permasalahan antara suku Etnis Rohingya yang beragama Islam dengan Warga Myanmar yang beragama Buddha semakin panjang dan tersebar keseluruh dunia, termasuk ke Indonesia, namun setelah ditelusuri langsung ke Myanmar oleh Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja bersama Ketua MUI KH. Slamet Effendi Yusuf, ternyata permasalahan tersebut bukanlah permasalahan antarumat beragama, namun lebih kepada permasalahan

sosial, ekonomi, dan status kewarganegaraan. Permasalahan ini menimbulkan rasa solidaritas dari penganut islam di Indonesia, yang diwujudkan dengan berbagai macam tindakan, salah satunya adalah yang dilakukan oleh KH. Rhoma Irama, selaku Ketua Umum dari Forum Silatuhrahmi Ta’Mir Masjid dan Mushola Indonesia (Fahmi Tamami) saat berkunjung ke kantor Walubi di Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat pada tanggal 27 Mei 2015 bersama dengan 20 kyai yang mendampinginya. Kedatangan Rhoma bermaksud untuk menyampaikan himbauan kepada umat Islam dan umat Buddha di Indonesia agar tetap menjaga kerukunan dan tidak terprovokasi oleh isu konflik agama yang sedang terjadi di Myanmar. Selain

itu, Rhoma bersama seluruh umat Islam di Indonesia pun ingin turut menjaga agar penyelenggaraan hari Tri Suci Waisak yang akan berlangsung pada tanggal 03 Juni 2015 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Kedatangan Rhoma ke Kantor Walubi disambut baik oleh MPU Suhadi Sendjaja selaku Wakil Ketua Widyasabha Walubi dan segenap pengurus Walubi lainnya. Pada kesempatan tersebut beliau menyampaikan bahwa seluruh isi himbauan yang diajukan oleh Rhoma sesungguhnya sudah dijalankan terlebih dahulu oleh beliau bersama umat Buddha di Indonesia sebelum himbauan ini disampaikan, seperti:

Ketua Umum NSI, yang juga Wakil Ketua Widyasabha Walubi, menerima kunjungan rombongan Fahmi Tamami yang dipimpin oleh KH. Rhoma Irama

bersambung ke hal. 21.

Simbolis penyampaian himbauan oleh Fahmi Tamami.

Juli 2015 | Samantabadra

19


liputan

20

Samantabadra | Juli 2015


1. Menghimbau pemerintah Myanmar dan khususnya umat Buddha disana untuk tidak melakukan diskriminasi agama; 2. Menghimbau pemerintah Myanmar dan tokohtokoh agama Buddha untuk merehabilitasi kembali rumah-rumah ibadah (Masjid) yang rusak di Rohingya; 3. Membantu meringankan beban pengungsi muslim Rohingya di Aceh; 4. Menjaga kerukunan antarumatberagama khususnya Islam dan Buddha di Indonesia untuk menjadi teladan umat beragama di Rohingya dan Dunia Internasional.

MPU Suhadi Sendjaja juga menyampaikan, “Himbauan ini kami terima dengan sangat tulus. Dalam agama Buddha disebut sebagai pertemuan yang ada sebab jodohnya. Tentu semua berniat baik untuk kemanusiaan.� Dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan agama di Myanmar, MPU Suhadi Sendjaja menjawab, “Jika ada orang yang berbuat anarkis, serta kejam terhadap sesama makhluk hidup dan mengatasnamakan agama, pasti itu bukan representasi dari agama tertentu. Hal ini berlaku untuk semua agama. Dalam agama Buddha diajarkan untuk damai, welas asih, dan maitri karuna, jika ada yang berbuat di luar ajaran tersebut, sudah bisa dipastikan dia bukan agama Buddha, hanya oknum yang mengatasnamakan agama, walaupun memakai atribut-atribut yang mengesankan mereka adalah seorang penganut agama.� Acara diawali dengan penyerahan surat himbauan Fahmi Tamami kepada Walubi yang diserahkan oleh KH. Rhoma Irama dan diterima oleh MPU Suhadi Sendjaja, setelah itu acara dilanjutkan dengan pembacaan surat himbauan dari Fahmi Tamami oleh Rhoma Irama dan penjelasan mengenai halhal yang telah dilakukan oleh umat Buddha dalam menangani permasalahan ini yang dijelaskan oleh MPU Suhadi Sendjaja, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dan diakhiri dengan foto bersama serta konferensi pers yang diliput oleh berbagai media massa (cetak maupun elektronik) dari dalam dan luar negeri. (Arya) Juli 2015 | Samantabadra

21


liputan

Ketua Umum NSI menjadi Narasumber dalam Talkshow “Krisis Kemanusiaan Pengungsi Rohingya� KAHMI

S

atu hari setelah menerima kunjungan dari KH. Rhoma Irama, Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja diundang menjadi narasumber dalam kegiatan talkshow dengan tema “Krisis Kemanusiaan Pengungsi Rohingya� di Kantor Pusat Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang dipimpin oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia periode 2008-2013, Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, pada tanggal 28 Mei 2015. Beliau memberikan penjelasan mengenai fakta yang terjadi di balik permasalahan Krisis Kemanusiaan Pengungsi Rohingya yang berdampak sampai di Indonesia, karena saat ini banyak pengungsi Rohingya yang berada di Provinsi Aceh. Dalam penjelasannya, MPU Suhadi Sendjaja menjelaskan bahwa sebetulnya permasalahan yang terjadi di Rohingya tersebut bukanlah permasalahan agama, melainkan permasalahan sosial, ekonomi, dan juga kewarganegaraan. Agama Buddha melihat bahwa segala sesuatu tidak terjadi secara kebetulan, pasti ada sebabnya yang mengakibatkan warga Rohingya diungsikan dari Myanmar menggunakan perahu ke tengah laut. Untuk mengatasi permasalahan ini 22

Samantabadra | Juli 2015

harus ada perubahan sebab yang dilakukan oleh kedua belah pihak, baik dari warga etnis Rohingya maupun dari pemerintahan Myanmar. Perubahan sebab yang harus dilakukan oleh warga etnis Rohingya adalah, mereka harus mulai lebih mencintai tanah air mereka, mencintai budaya Myanmar, serta bahasanya, dan menjadi orangorang yang lebih produktif agar bisa memberikan manfaat serta kontribusi terhadap negara, sehingga akibatnya negara pun akan menerima mereka dengan baik. Selain itu dari sisi pemerintah harus membuat sebab agar mereka menjadi cinta terhadap tanah air Myanmar, dan menjadi orang-orang yang lebih produktif, dengan memberikan perhatian dan juga pelatihan terhadap mereka. Permasalahan ini mirip dengan diskriminasi etnis Tionghoa yang ada di Indonesia beberapa dekade lalu. Warga negara Indonesia keturunan Tionghoa tidak diakui status kewarganegaraannya dan menjadi orangorang yang dimarjinalkan oleh pemerintah. Dalam kondisi seperti itu warga keturunan Tionghoa di Indonesia yang ada di masyarakat pada umumnya dan yang menjadi umat Buddha yang terhimpun di

dalam wadah Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) khususnya, terus melakukan usaha untuk mencintai tanah air Indonesia dengan belajar berbahasa Indonesia yang baik dan benar, melestarikan kesenian-kesenian tradisional Indonesia, selalu berusaha menjadi manusia-manusia yang produktif dan kompeten sehingga mampu memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia di berbagai bidang (sosial, ekonomi, pendidikan, maupun olahraga). Sampai akhirnya warga negara keturunan Tionghoa bisa diakui secara resmi menjadi warga negara Indonesia bukanlah suatu kebetulan, namun merupakan tumpukan sebab yang sudah dilakukan oleh warga Indonesia keturunan Tionghoa yang akhirnya menarik jodoh, dan menjadi akibat, serta imbalan nyata di dalam kehidupan saat ini. MPU Suhadi Sendjaja pun menyampaikan bahwa umat Buddha di Indonesia sudah datang langsung ke Myanmar untuk melihat permasalahan yang sesungguhnya terjadi di sana, melakukan kunjungan serta memberikan bantuan kepada pengungsi rohingya yang ada di daerah Langsa, Provinsi Aceh, Indonesia. (Arya)


Juli 2015 | Samantabadra

23


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Kepada Ikegami Bersaudara (Bagian 2 dari 2)

LATAR BELAKANG|

Y

asumice, ayah dari Ikegami bersaudara adalah seorang Menteri Pembangunan dari pemerintah Kamakura dengan menyandang gelar Daiyu, begitupun kedua bersaudara ini memperoleh gelar yang sama sebagai Daiyu. Dan dapat diperkirakan bahwa ayah dan kedua anaknya memiliki kedudukan sebagai bangsawan yang pada masa pemerintahan Kamakura waktu itu merupakan suatu kedudukan yang sangat tinggi. Dengan demikian, kiranya kedudukan mereka tidak terbatas sebagai Menteri Pembangunan saja, melainkan juga memiliki kedudukan yang sangat tinggi sebagai ksatria (samurai). Ikegami Munenaka menganut kepercayaan ini pada tahun 1256 (Kenco ke8), yakni tiga tahun setelah Niciren Daisyonin memproklamirkan Sekte Niciren pada tahun 1253. Ketika itu Munenaka berusia 34 tahun, juga dikatakan bahwa pada tahun yang sama, Syijo Kingo berusia 27 tahun telah menganut kepercayaan ini. Kemudian disusul adiknya Menenaga turut menganut kepercayaan ini. Dengan dimulainya Syijo Kingo menganut kepercayaan ini, berturut-turut pula para ksatria muda lainnya. Keadaan masyarakat Jepang pada tahun 1256 berada dalam 24

Samantabadra | Juli 2015

keadaan yang kacau balau, dimana telah timbul berbagai bencana alam dan bahaya serangan dari Mongolia; dan bersamaan dengan itu Niciren Daisyonin beserta murid dan penganutnya telah dihadapkan dengan penganiayaan yang kejam sekali. Karena Yasumice, ayah dari Ikegami bersaudara adalah seorang penganut yang kuat dari bhiksu Ryokan, kuil Gokuraku sekte Nembuce dan Rice, maka tantangan keras terhadap kepercayaan kedua bersaudara, sesungguhnya telah berlangsung 20 tahun lebih. Bhiksu Ryokan telah dikalahkan oleh Niciren Daisyonin dalam mendoakan turunnya hujan. Oleh karena Niciren Daisyonin menandaskan hal itu sebagai “musuh penguasa�, maka bhiksu Ryokan tidak hanya benci dan dendam terhadap diri Niciren Daisyonin, malah telah berusaha dengan berbagai siasat biadap untuk memfitnah Niciren Daisyonin hingga dijatuhi hukuman pemenggalan kepala maupun hukuman pembuangan ke Pulau Sado. Namun, karena nampaknya penindasan terhadap diri Niciren Daisyonin tidak akan berhasil, maka saat itu mulailah disusun siasat licik untuk menghancurkan dari dalam persatuan hati


murid Beliau dengan mengadakan penindasan terhadap murid dan penganut Niciren Daisyonin. Untuk itu Niciren Daisyonin telah memberi bimbingan, bahwa ayah mereka, Yasumice, yang mengusir dan memutuskan hubungan anak dan orang tua terhadap diri Ikegami Munenaka adalah merupakan salah satu siasat licik dari bhiksu Ryokan. Bagi mereka selama bebarapa tahun sejak kakaknya diusir oleh ayah mereka, merupakan masa perjuangan yang penting dalam perombakan nasib mereka. Hati kepercayaan adalah perjuangan terhadap iblis. Justru karena melaksanakan kepercayaan terhadap Hukum Sakti dan peningkatan suasana hati kepercayaan mereka, sehingga menimbulkan kesulitan dan penderitaan. Oleh karenanya Niciren

Daisyonin memberi dorongan dan bimbingan agar jangan takut dan kalah dari pengusiran dan pemutusan hubungan anak dan orang tua oleh ayah mereka, Yasumice. Karena kutipan kalimat “Ketiga rintangan dan empat Iblis akan timbul menghalanginya” telah dibaca dengan jiwa raga oleh Niciren Daisyonin, maka hendaknya menjadikan hal itu sebagai cermin terang kepercayaan bagi seluruh murid dan penganut Beliau. Untuk itu Niciren Daisyonin telah memberi dorongan, hendaknya mereka membaca kutipan kalimat ini dengan jiwa raga dan menjadi perintis bagi murid dan penganut Beliau di masa yang akan datang. Kedua bersaudara Ikegami yang menerima bimbingan yang penuh maitri karuna dari Niciren Daisyonin telah membangkitkan hati kepercayaan yang kuat.

ISI GOSYO |

K

arena sangat mengkhawatirkan maka Saya akan menceritakan suatu kisah yang penting. Kedua bersaudara Po-i dan Shuk-chi adalah pangeran negara Fucu. Sang raja telah mewariskan tahta kerajaan kepada sang adik Shuk-chi, namun setelah sang raja wafat Shuk-chi tidak mau naik tahta. Ketika itu kakaknya, Po-i berkata kepada adiknya, “Hendaknya Anda naik tahta kerajaan”. Namun demikian Shuk-chi berkata, “Hendaknya kakak yang meneruskan tahta kerajaan”. Po-I menjawab “Mengapa harus menentang wasiat dari sang ayah?” Adiknya Shuk-chi menolaknya dengan berkata, “Walau wasiat sang ayah adalah demikian namun bagaimana Saya dapat mengabaikan kakak, sedangkan Saya menduduki tahta kerajaan.” Oleh karena itu kedua bersaudara Po-i dan Shuk-chi meninggalkan negeri ayah bunda mereka untuk merantau ke negeri lain. Kemudian, kedua bersaudara bekerja pada Raja Bun dari kerajaan Ciu. Akan tetapi, karena Raja Bun pernah diserang oleh Raja Cin dari kerajaan Ing, maka setelah Raja Bun wafat, setelah 100 hari, anaknya Raja Bun, yakni Raja Bu, mengumpulkan tentara untuk menyerang Raja Cin, dari kerajaan Ing. Pada waktu itu kedua bersaudara Po-i dan Shuk-chi sambil memegang les kuda menasehati Raja Bu dengan berkata “Menimbulkan peperangan 3 tahun setelah wafatnya sang ayah, bukankah suatu perbuatan yang tidak berbudi bakti kepada orang tua ?” Raja Bu yang mendengar hal itu marah sekali serta mengancam untuk membunuh Po-i dan Shuk-chi, namun Menteri Tai Kung Wang telah mencegah Raja Bu untuk tidak membunuh mereka.

Kedua bersaudara Po-i dan Shuk-chi dengan sikap merendahkan Raja Bu kemudian pergi menyendiri ke Gunung Syu Yang, dengan memakan daun-daun pakis mereka menyambung hidup. Ketika mereka sedang berjalan di gunung tersebut, telah bertemu dengan seorang yang bernama Matsu, orang itu bertanya, “Mengapa Anda menetap di sini?” Kemudian mereka berdua Juli 2015 | Samantabadra

25


materi ajaran | gosyo kensyu menjelaskan hal-hal yang terjadi selama ini, lalu Matsu menuntut mereka dengan berkata “Kalau demikian, bukankah daun-daun pakis ini pun adalah milik sang raja.” Karena kedua bersaudara dituntut demikian, sehingga mulai saat itu mereka tidak makan daun-daun pakis lagi.

Oleh karena para dewa sejak asal mula tidak pernah membiarkan orang bijaksana menderita, maka dewa telah menjelma menjadi rusa putih dan memberikan susunya kepada mereka agar dapat hidup. Akan tetapi setelah rusa putih meninggalkan mereka, Shuk-chi berkata, “Rusa putih ini susunya pun sudah sedemikian lezat, apalagi jika dapat memakan daging rusa, betapa nikmatnya!” Walau seketika itu Po-i telah melarangnya, namun karena dewa telah mendengar kata-kata dari Shuk-chi sehingga sejak saat itu tidak pernah menjelma menjadi rusa putih lagi di hadapan mereka. Selanjutnya mereka telah mati kelaparan. Walau seseorang selama hidupnya bijaksana, namun karena melakukan satu kesalahan walau hanya satu kata telah menghancurkan dirinya. Sekarang Anda sekalian sedang menghadapi kesulitan, namun karena Saya tidak dapat mengira-ngira hati Anda sekalian. Oleh karena itu Saya sangat khawatir sekali. Ketika Sang Buddha Sakyamuni masih sebagai putra mahkota, ayah-Nya, Raja Sudhodana, karena menyayangi putra mahkota sehingga tidak menyetujuinya menjadi seorang Bhiksu. Walau sang raja telah menempatkan 2.000 serdadu untuk menjaga keempat penjuru gerbang benteng kerajaan, namun pada akhirnya Sang Sakyamuni Tathagata telah menentang hati dari ayahanda sang raja untuk keluar dari istana menjadi Bhiksu.

Walau segala hal apa pun adalah harus mengikuti kehendak orang tua, tetapi hanya jalan demi pencapaian kesadaran Buddha yang tidak dapat mengikuti kehendak orang tua. Justru itulah merupakan dasar pokok dari budi bakti kepada orang tua. Oleh karena itu dalam Sutra Syincikan telah menjelaskan dasar pokok budi pekerti dengan berkata, “Orang yang memasuki pertapaan agama Buddha dengan membuang perasaan cinta kasih merupakan orang yang berbalas budi yang sesungguhnya.” Makna sesungguhnya dari kutipan kalimat ini berarti dalam memasuki pertapaan agama Buddha yang sesungguhnya adalah tidak mengikuti hati ayah bunda, kemudian meninggalkan rumah hingga mencapai kesadaran Buddha merupakan balas budi yang sesungguhnya.

Begitupun dalam kewajaran masyarakat jika ayah bunda menggerakkan pemberontakan terhadap pemerintah, maka justru yang tidak mengikutinya adalah yang berbudi bakti. Dalam Sutra Berbudi Bakti dari ajaran Konfucu terdapat hal serupa. Mahaguru Tien-tai pun ketika memasuki samadi dari Saddharmapundarika-sutra, ayah bunda Beliau telah menahan kedua lutut Beliau dengan membungkukkan badan untuk menahan dan menghalang-halangi Beliau dalam melaksanakan pertapaan Hukum agama Buddha. Ini adalah Raja Iblis Surga Keenam yang telah mewujudkan dirinya kedalam jiwa ayah bunda untuk menghalang-halanginya. Kisah sebab jodoh dari Hakuhi dan Sukusei telah dijelaskan di atas. Disamping itu, terdapat kisah penting lainnya.

Di negeri Jepang terdapat seorang raja yang bernama Kaisar Ojin keturunan ke-16. Maha Bodhisattva Haciman yang sekarang ini adalah raja tersebut. Raja ini mempunyai dua orang anak kandung, anak sulungnya bernama Nintoku sedangkan yang kedua bernama Ujino Miko. Namun demikian, sang kaisar telah mewariskan tahta kerajaan kepada anaknya yang kedua, Pangeran Ujino Miko. Akan tetapi setelah kaisar wafat, Pangeran Ujino Miko berkata, “Kakak yang harus menduduki tahta kerajaan.” Tetapi kakaknya Pangeran Nintoku telah menolaknya dengan berkata, “Mengapa tidak mau menerima penyerahan tahta kerajaan yang telah ditetapkan oleh sang ayah?” Dengan demikian, kedua bersaudara saling menyerahkan dan menolak untuk menduduki tahta kerajaan dan selama tiga tahun tahta kerajan mengalami kekosongan. Kesedihan dan keluhan 26

Samantabadra | Juli 2015


melanda dimana-mana, sedemikian kecewanya seluruh rakyat sehingga tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya terjadi malapetaka.

Pada waktu itu Pangeran Ujino Miko berkata, “Karena kehadiran saya ini sehingga kakak tidak mau menerima tahta kerajaan.” Kemudian ia bunuh diri. Kakaknya, Pangeran Nintoku sangat menyesali hal ini dan termenung dalam kesedihan. Sesaat sebelum menghembuskan nafas yang terakhir, Pangeran Ujino Miko masih sempat mendesak dan berpesan kepada kakaknya Pangeran Nintoku untuk menaiki tahta kerajaan. Setelah itu, karena Pangeran Nintoku menduduki tahta kerajaan dimana tidak hanya keadaan dalam negeri menjadi tenang bahkan Syinro, Hakusai dan Korea pun telah tunduk kepada Jepang dimana dikatakan bahwa setiap tahunnya telah menyerahkan upeti sejumlah 80 perahu. Begitupun di antara raja yang arif terdapat perumpamaan di mana hubungan kakak beradik yang kurang baik. Walaupun demikian, ada apakah gerangan sehingga Anda dua bersaudara sedemikian akrabnya? Apakah mungkin Anda sekalian adalah kelahiran kembali dari kedua pangeran Jozo dan Jogen? Begitupun apakah mungkin kelahiran kembali dari kedua bersaudara Bhaisajyaraja dan Yakujo?

Sekarang walau Daiyu Sakan (Munenaka) mengalami pemutusan hubungan orang tua dengan anak, namun mungkin sekarang ini Hyoe Sakan (Munenaga) tidak berada pada pihak sang kakak? Kalau demikian halnya maka keragu-raguan sang ayah terhadap Daiyu Sakan akan semakin kuat. Oleh karenanya dengan keadaan biasa-biasa saja kiranya tidak dapat menghapuskan pemutusan hubungan orang tua dengan anak. Mungkin hal yang disampaikan oleh seorang anak kecil yang bernama Raja Bangau (Tsuru-o) kepada Saya kiranya adalah benar. Karena Anda sekalian bersaudara memiliki ketekadan untuk meneruskan hati kepercayaan yang sama, sungguh mengagumkan dan mengharukan atas kegaiban yang demikian, hal mana akan disampaikan melalui surat lainnya. Hati kepercayaan Anda sekalian bersaudara akan menjadi cerita hingga masa akan datang, kiranya tiada suatu hal yang melebihi ini. Di dalam Catatan Perjalanan ke Barat dari masa Kerajaan Tang tertulis hal-hal sebagai berikut. Di negeri Baranansyi India daerah Serokurin terdapat seorang pertapa. Pertapa ini sedang memikirkan untuk keberhasilan suatu Hukum Dewa. Kemudian Ia telah dapat mengubah puing menjadi pusaka serta memiliki kekuatan untuk mengubah bentuk manusia dan binatang, namun demikian Ia belum dapat beterbangan dengan mengendarai awan dan angin untuk bermain-main di Istana Surga. Untuk dapat mencapai keberhasilan Ia telah berhasil meyakinkan seorang ksatria untuk memperoleh bantuan darinya. Ksatria itu memegang pedang panjang dan berdiri di pojok altar, bernapas dengan perlahan-lahan dan sama sekali tidak berbicara, dan kalau dari malam hari hingga keesokan paginya berhasil tidak berbicara sama sekali, maka akan mencapai Hukum Dewa. Pertapa yang mencari Hukum Dewa duduk di dalam altar dengan memegang pedang panjang, sedangkan mulutnya menyebut mantera dan jampi-jampi. Kemudian ia berkata kepada ksatria, “Seandainya kau dibunuh, betapapun tidak boleh berbicara.” Ksatria menyetujui dengan bersumpah dan berkata, “Walau dihadapkan dengan kematian pun, tidak akan berbicara.” Dengan demikian tengah malam berlalu dan ufuk di hadapan mata. Tidak dikatakan dengan jelas apakah yang sedang dipikirkan, sang ksatria berteriak dengan suara besar. Dengan teriakan ini, tidak mungkin lagi untuk mencapai Hukum Dewa itu. Di situ pertapa berkata kepada ksatria, “Mengapa Anda tidak menepati janji? Sungguh disesalkan sekali.” Ksatria dengan sedih dan kesal berkata, “Seketika saya tertidur sebentar, majikan di mana saya bekerja dahulu kala datang atas kehendaknya sendiri untuk menuntut Saya. Karena budi guru Juli 2015 | Samantabadra

27


materi ajaran | gosyo kensyu sangat tebal, maka saya menahan diri dan sama sekali tidak berkata apapun. Kemudian sang majikan marah dan mengancam untuk memenggal kepala saya, namun saya tetap tidak berbicara, akhirnya sang majikan memenggal kepala saya. Ketika saya menuju ke alam kematian dan melihat mayat saya sendiri dengan perasaan yang sedih dan menyesal. Akan tetapi saya tetap tidak berbicara. Selanjutnya saya dilahirkan pada keluarga Brahma di India Selatan. Ketika memasuki kandungan dan keluar dari kandungan pun telah mengalami kesulitan dalam menahan penderitaan besar. Sehingga saya bernafas tanpa bersuara. Kemudian setelah dewasa, saya menikah dengan seorang wanita. Dan juga ketika orang tua saya meninggal, saya memperoleh seorang anak. Walau keadaan menyedihkan serta menggembirakan namun sama sekali tidak berbicara. Dengan berlalunya sang waktu saya telah berusia 65 tahun. Ketika itu istri saya berkata, “Seandainya Anda tidak mau berbicara, Saya akan membunuh anak kesayanganmu.” Pada waktu itu Saya berpikir bahwa, “Saya ini sudah lanjut usia, kalau anak Saya dibunuh maka sulit bagi Saya untuk memperoleh anak lagi.” Ketika saya berpikir demikian saya telah berteriak dan sadar dari mimpi.”

Karena itu guru pertapa berkata, “Kekuatan saya lemah. Saya maupun Anda telah tertipu iblis dan akhirnya tidak berhasil.” Maka ksatria itu sangat sedih dan menyesal sekali sambil berkata, “Karena hati saya lemah sehingga guru tidak berhasil mencapai Hukum Dewa.” Oleh karenanya pertapa itu berkata dengan menyesal, “Ini adalah kesalahan saya karena sebelumnya saya tidak menasehati Anda sehingga mengalami kegagalan.” Akan tetapi ksatria merasa sedih dan menyesal karena tidak dapat membalas budi kepada sang guru, sehingga pada akhirnya dikatakan bahwa ia telah mati dengan termenung.

Yang dikatakan Hukum Dewa adalah istilah yang terdapat dalam ajaran Konfucu di Tiongkok. Di India merupakan salah satu Hukum di luar agama Buddha. Jadi hal itu tidak akan sebanding dengan Sutra Agam yang tiada berarti, apalagi melebihi Cekyo, Bekkyo dan Enkyo. Terlebih lagi tidak mungkin melampaui Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian walau Hukum yang sedemikian dangkal pun, kalau ingin mencapai keberhasilan maka keempat iblis akan menghalanghalangi dan sulit untuk mencapai keberhasilan. Apalagi bagi orang-orang yang menjadi murid dan penganut Niciren yang pertama kali mempertahankan ketujuh huruf Nammyohorengekyo yang merupakan Hukum Hakekat dari Saddharmapundarika-sutra. Dan yang pertama menyebarluaskan Hukum ini di negeri Jepang, sudah pasti akan dihadapi dengan penderitaan besar yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Hendaknya hal ini dicamkan dalam jiwa kita masing-masing. Oleh karenanya buku Makasyikan dari Mahaguru Tien-tai merupakan suatu yang terpenting dari seluruh kehidupan Mahaguru Tien-tai dan menjelaskan inti hakekat ajaran suci seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni. Setelah Hukum ajaran Buddha memasuki negeri Tiongkok selama 500 tahun, kesepuluh guru yang terdiri dari tiga guru dari Selatan Sungai Yangce, Tujuh guru dari Utara Sungai Yangce pada waktu itu, walau dikatakan bahwa prajnanya sama dengan matahari dan bulan, kebajikannya akan menggema kearah keempat lautan besar, namun sampai saat ini masih tersesat mengenai dangkal dalamnya, unggul lemahnya, dahulu kemudiannya maupun urutannya dari seluruh ajaran suci Sang Buddha Sakyamuni. Untuk itu Mahaguru Tien-tai dengan memberi penjelasan pertimbangan tentang lima waktu dan delapan ajaran tidak hanya menjelaskan dengan terang Hukum agama Buddha, namun telah mengeluarkan Pusaka Sekehendak Hati Icinen Sanzen dari gudang kelima huruf Myohorengekyo untuk diberikan dan disebarluaskan kepada seluruh umat manusia di India, Tiongkok dan Jepang.

Hukum Mahaguru Tien-tai ini tidak hanya dimulai dari Tiongkok saja, melainkan para guru sastra di India pun belum menjelaskannya. Oleh karena itu Mahaguru Cang An dalam menjelaskan Makasyikan berkata, “Hukum Makasyikan yang sedemikian jelas tanpa kesalahan merupakan suatu Hukum yang belum pernah terdengar pada masa-masa sebelumnya”. Dan juga dikatakan, “Walau sastra agung dari India pun sama sekali bukan objek perbandingannya.” 28

Samantabadra | Juli 2015


Di samping itu Hukum Icinen Sanzen yang dijelaskan dalam Makasyikan jilid ke-5, sekarang merupakan Hukum yang setahap lebih mendalam. Oleh karenanya kalau menjelaskan Hukum ini maka pasti akan menimbulkan rintangan dari iblis. Kalau tidak timbul rintangan dari iblis maka Hukum ini tidak dapat dikatakan sebagai Hukum Sakti.

Dalam Makasyikan jilid ke-5 dikatakan, “Ketika mempertahankan Hukum agama Buddha dengan maju pada pelaksanaan pertapaan dan pengertian, pasti akan dihadapi dengan Ketiga Rintangan Empat Iblis… Akan tetapi betapapun tidak boleh mengikuti Ketiga Rintangan Empat Iblis dan tidak boleh takut terhadapnya. Kalau mengikutinya maka orang itu akan terjerumus ke dalam dunia yang buruk, begitupun kalau takut terhadapnya maka akan menghalangi pelaksanaan pertapaan Hukum Sakti.” Penjelasan dari Makasyikan ini tidak hanya cocok dengan diri Niciren, terlebih dari itu merupakan cermin terang bagi seluruh murid dan penganut Niciren. Hendaknya menyampaikan untuk belajar dengan sungguh-sungguh hingga menjadi bahan makanan pelaksanaan kepercayaan yang kekal di masa mendatang. Dalam penjelasan ini yang dikatakan Ketiga Rintangan adalah Rintangan Hawa Napsu, Rintangan Karma dan Rintangan Imbalan. Yang dikatakan Rintangan Hawa Napsu adalah fungsi yang menghalang-halangi pertapaan Hukum agama Buddha yang timbul karena keserakahan, kemarahan dan kebodohan yang terdapat dalam jiwa masing-masing. Yang dikatakan Rintangan Karma adalah fungsi yang menghalang-halangi yang timbul karena anak dan istri. Kemudian yang dikatakan Rintangan Imbalan adalah rintangan yang ditimbulkan karena penguasa negara dan ayah bunda. Dan juga yang dikatakan Iblis Surga yang terdapat dalam keempat iblis pun mewujudkan keadaan yang sama dengan Rintangan Imbalan. Sekarang dalam negeri Jepang, walau terdapat orang-orang yang mengatakan bahwa dirinya telah melaksanakan pertapaan dari Makasyikan dengan jiwa raga, namun di antaranya siapakah yang pernah mendapat rintangan dari Ketiga Rintangan Empat Iblis? Yang dikatakan dalam Makasyikan yang berbunyi, “Kalau mengikuti Ketiga Rintangan Empat Iblis maka akan menjerumuskan orang ke dalam dunia buruk,” hal mana tidak hanya terjatuh ke dalam dunia yang buruk dari Dunia Neraka, Dunia Kelaparan, dan Dunia Kebinatangan namun Dunia Kemanusiaan, Dunia Surga maupun seluruh dari Kesembilan Dunia ditulis sebagai dunia yang buruk. Jadi terkecuali Saddharmapundarika-sutra, maka ajaran-ajaran selama 42 tahun sebelumnya merupakan Hukum yang menjerumuskan orang-orang ke dalam dunia yang buruk. Terkecuali sekte Tien-tai, ketujuh sekte lainnya merupakan petugas penjara yang menjerumuskan orangorang jatuh ke dalam dunia yang buruk. Akan tetapi meskipun di antara orang-orang dari sekte Tien-tai yang kelihatannya percaya terhadap Saddharmapundarika-sutra, namun sebaliknya telah mengajarkan ajaran sementara yang tersesat, merupakan petugas neraka yang menjerumuskan orang jatuh ke dalam Dunia Neraka.

Sekarang Anda sekalian kedua bersaudara Munenaka dan Munenaga adalah sama seperti pertapa dan ksatria. Kalau kurang salah seorang pun maka tidak dapat mencapai pertapaan Hukum agama Buddha. Sebagai umpama kedua sayap dari burung, kedua mata manusia yang tidak boleh kurang satu dengan lainnya, dan juga Anda sekalian para istri dari kedua kakak beradik ini merupakan tunjangan yang penting bagi kakak beradik Ikegami. Yang dikatakan sifat seorang wanita adalah diri yang ikut pada sesuatu dan yang mengikutkan sesuatu tersebut kepada dirinya. Kalau suaminya bergembira maka istri pun akan berbahagia, sebaliknya kalau suami menjadi pencuri, istri pun adalah pencuri. Perihal suami istri bukanlah sesuatu yang terbatas pada kehidupan sekarang ini. Juli 2015 | Samantabadra

29


materi ajaran | gosyo kensyu Terlebih dari itu sama seperti bayangan dari badan yang tak terpisahkan selamanya; sama seperti buah dan bunga; akar dan daun yang memiliki hubungan yang mendalam sekali. Serangga yang menetap di pohon, hidup dari pohon; ikan yang menetap di air hidup di dalam air. Bila rumput hijau layu maka bunga anggrek pun akan menangis, kalau pohon cemara subur maka pohon yang senantiasa hijau akan turut bergembira. Rumput dan pohon pun sudah sedemikian tunjang menunjang. Yang dikatakan burung Hiyoku memiliki satu badan berkepala dua dan memakan makanan dari kedua mulut yang berlainan untuk menghidupkan satu badan yang sama. Yang dikatakan ikan Hihoku senantiasa terdapat seekor jantan dan seekor betina, dalam gerak seumur hidupnya hampir tidak pernah terpisah. Hubungan suami istri pun adalah sama demikian. Demi Hukum ini, seandainya sang suami dibunuh pun sama sekali tidak boleh menyesal. Kalau para istri menyatukan kekuatannya untuk menasehati kepercayaan sang suami maka akan meneruskan jejak Putri Naga. Bukankah akan menjadi suri tauladan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita masa Akhir Dharma yang buruk ini? Kalau memiliki kekuatan kepercayaan yang kuat sedemikian rupa, seandainya dihadapkan dengan hal yang bagaimanapun, Niciren akan memberitahukan kepada kedua arif bijaksana, kedua Dewa Langit, Dasaraksasi, Buddha Sakyamuni, Prabhutaratna Tathagata untuk memberi pencapaian kesadaran Buddha kepada Anda sekalian pada kelahiran hidup mendatang yang kekal abadi. “Walau menjadi guru dari hati, namun jangan menjadikan hati sendiri sebagai guru,� itu adalah kutipan kalimat dari Sutra “Enam Paramita�.

Sebagai umpama walau dihadapkan dengan kesulitan dan penderitaan apa pun, namun hendaknya dijadikan sebagai hal yang terdapat dalam mimpi dan terlebih dari itu hendaknya hanya memikirkan Saddharmapundarika-sutra. Ajaran Niciren pun sebelumnya merupakan sesuatu yang sulit dipercaya. Namun karena sekarang hal-hal yang diutarakan pada waktu-waktu yang lampau semuanya telah terbukti dengan benar, maka orang-orang yang memfitnah tanpa alasan mungkin akan menyesal. Sebagai umpama terdapat pria dan wanita yang menganut kemudian, namun kiranya tidak dapat menggantikan Anda sekalian untuk memiliki cara pemikiran yang sama. Pada mulanya walau menaruh suatu kepercayaan namun karena takut terhadap penganiayaan masyarakat dimana terdapat orang-orang yang tak terhitung jumlahnya yang membuang kepercayaan ini, di antaranya terdapat orang-orang yang memfitnah lebih keras daripada orang yang memfitnah sebelumnya. Dalam masa hidupnya Buddha Sakyamuni pun Bhiksu Zen Syo dan lain-lain walau pada mulanya menaruh kepercayaan, namun kemudian tidak hanya membuang kepercayaan bahkan memfitnah Buddha Sakyamuni. Oleh karenanya, walau dengan maitri karuna Sang Buddha pun sulit untuk menyelamatkannya sehingga jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Surat ini pada khususnya ditujukan kepada Hyoe sakan dono, dan juga hendaknya dibacakan kepada istri Daiyu sakan dan istri Hyoe sakan. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. Bun-ei 12 bulan ke-4 tanggal 16

Hormat Saya,

tertanda

Niciren

30

Samantabadra | Juli 2015


| KUTIPAN GOSYO

1

Saya sangat mengkhawatirkan diri anda berdua.

Keterangan : Hingga bagian ini Niciren Daisyonin telah memberikan berbagai bimbingan yang mendorong semangat kepada kakak beradik demi membangkitkan hati kepercayaan yang kuat hingga menimbulkan Hati Pertapaan Agung. Selanjutnya Beliau menarik berbagai kisah untuk memberi dorongan kepada kedua bersaudara. Karena kakaknya yang memiliki kepercayaan yang kuat merasakan bahwa kemungkinan adiknya Munenaga meninggalkannya, untuk itu Niciren Daisyonin menarik berbagai perumpamaan dengan memberi dorongan agar betapapun kedua bersaudara harus menjaga persatuan dan kesatuan.

2

Walau orang yang bijaksana selama seumur hidup pun, namun karena melakukan satu kesalahan walau hanya satu kata telah menghancurkan dirinya.

Keterangan : Perumpamaan Hakuhi dan Sukusei ini merupakan suri tauladan dari sikap kesetiaan dan berbudi bakti. Persatuan hati dari kedua bersaudara yang dengan tabah menghadapi berbagai penderitaan telah melahirkan kebajikan, namun pada akhirnya karena satu kata yang tidak berhati-hati dari adiknya telah menghancurkan diri mereka. Walaupun telah berjuang selama waktu yang lama pun, tetapi kalau pada akhirnya mengalami kegagalan karena satu kata, maka kurnia yang telah ditimbun selama ini seluruhnya akan menjadi bagaikan buih air saja. Dalam Surat Musyimoci dikatakan : “Malapetaka keluar dari mulut

dan memusnahkan diri sendiri, sedangkan kebahagiaan muncul dari dasar hati dan menghiasi diri kita masing-masing�. Begitupun, hati kepercayaan yang terpenting adalah meneruskan kepercayaan yang berkesinambungan hingga saat terakhir. Walau telah berjuang hingga sekarang namun itu tidak dapat dikatakan sempurna. Karena Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin bukan Hon Ga Myo melainkan Hukum agama Buddha Hon In Myo, maka pada akhirnya ketika icinen dari dasar jiwa terlepas dari kepercayaan, disitulah terjadi kemunduran dan akan jatuh ke dalam penderitaan neraka.

3

Walau segala hal apa pun adalah harus mengikuti kehendak orang tua, tetapi hanya jalan demi pencapaian kesadaran Buddha yang tidak dapat mengikuti kehendak orang tua, justru itulah merupakan dasar pokok dari budi bakti kepada orang tua.

GM

Keterangan : Kutipan kalimat ini menjelaskan budi bakti yang sesungguhnya terhadap orang tua. Pada umumnya orang beranggapan bahwa kalau mengikuti seluruh kehendak dari orang tua berarti berbudi bakti kepada orang tua. Tetapi dalam perjalanan mencapai kesadaran Buddha, ketika orang tua menghalang-halangi kepercayaan, maka dalam hal ini jangan mengikuti kehendak orang tua, melainkan tetap melanjutkan pertapaan agama Buddha. Justru disitulah terdapat budi bakti kepada orang tua yang sesungguhnya. Mengapa dikatakan demikian, karena dengan dasar Hukum agama Buddha yang tertinggi dapat merombak diri sendiri, kemudian dapat mendorong pula orang tua untuk memperoleh kebahagiaan yang tertinggi. Mengenai pelaksanaan berbudi bakti kepada orang tua, telah dijelaskan dalam ajaran agama Buddha maupun di luar agama Juli 2015 | Samantabadra

31


materi ajaran | gosyo kensyu Buddha. Memang keempat kebajikan dari ajaran di luar agama Buddha dan keempat budi yang dijelaskan dalam agama Buddha, keduaduanya menjelaskan budi bakti kepada orang tua, namun demikian, budi bakti terhadap orang tua yang terdapat dalam ajaran di luar agama Buddha tidak lain hanya menjelaskan sepihak yang bersifat budi pekerti, tata susila berupa memberikan sandang pangan kepada orang tua, menuruti kehendak orang tua. Akan tetapi, sama sekali tidak dijelaskan mengapa harus berbudi bakti kepada orang tua, dan berbagai cara pelaksanaan berbudi bakti ini tidak lain hanyalah menunjukkan sifat permukaan dan formalitas dari teori kehidupan (tata krama belaka). Sedangkan di dalam keempat budi yang dijelaskan dalam Hukum agama Buddha pun terdapat ajaran Sutra-sutra selama 42 tahun yang menjelaskan bahwa wanita dibenci bagai iblis, dan Dwiyana tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, begitupun karena seluruh mahluk tidak dapat secara adil mencapai kesadaran Buddha, sehingga tidak mungkin dapat membalas budi sesungguhnya terhadap orang tua. Karena dengan Saddharmapundarika-sutra yang merupakan ajaran suci yang terakhir dari seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni adalah Hukum yang dapat menyelamatkan seluruh umat manusia, dan menyelamatkan ayah bunda sehingga merupakan jalan berbalas budi bakti yang sesungguhnya. Dalam berita kepada Ueno Dono atau Surat Empat Kebajikan dan Empat budi, (Hal.1528) dikatakan : “Orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra wajib membalas budi kepada ayah bunda. Walau hati kita bermaksud membalas budi, namun sesungguhnya dengan kekuatan Sutra inilah baru dapat berbalas budi�. Hal mana berarti budi bakti yang sesungguhnya terhadap ayah bunda adalah percaya terhadap Hukum agama Buddha dari Ketiga Hukum Rahasia Agung dan dengan kekuatan itu, diri sendiri bersama ayah bunda dapat diselamatkan. Dan juga, dalam Hukum agama Buddha diterangkan mengenai pelaksanaan budi bakti kepada orang tua 32

Samantabadra | Juli 2015

terdapat budi bakti yang bermutu rendah, bermutu menengah dan bermutu tinggi. “Dalam budi bakti terdapat tiga budi bakti. Yang memberikan sandang pangan adalah yang bermutu rendah; yang tidak menentang kehendak orang tua adalah yang bermutu menengah; dan yang memberi sumbangan kurnia kebajikan adalah yang bermutu tinggi�. Dengan mempertahankan Hukum agama Buddha Agung dari Ketiga Hukum Rahasia Agung serta berusaha agar ayah bunda dapat menganut kepercayaan terhadap Hukum Sakti, begitupun walau ayah bunda telah wafat namun setiap pagi dan malam melaksanakan sembahyang parinama demi arwah ayah bunda berupa sumbangan Hukum Sakti merupakan pelaksanaan budi bakti yang tertinggi. Walau ayah bunda adalah sesuatu yang agung dan harus dihormati, betapapun mereka tidak lain adalah juga manusia biasa. Jadi kehendak ayah bunda bukanlah sesuatu yang mutlak. Filsafat agung dan sempurna yang mutlak dari Hukum agama Buddha merupakan sesuatu yang dapat membimbing ayah bunda menuju kebahagiaan. Oleh karenanya, menjalankan Hukum agama Buddha merupakan pelaksanaan budi bakti yang sesungguhnya. Dan juga walau ditentang oleh ayah bunda ataupun ditentang oleh sanak keluarga, namun kalau orang yang pertamatama menganut kepercayaan ini dapat dengan giat melaksanakan pertapaan kepercayaan, maka apabila dalam kehidupan sendiri dapat membuktikan kurnia kebajikan Dai Gohonzon, maka pasti ayah bunda dan keluarga yang semula menentang akan turut menganut sehingga dapat membangun keluarga yang memiliki kebahagiaan yang tertinggi. Justru inilah pelaksanaan budi bakti yang tertinggi. Ikegami bersaudara telah berkali-kali mengalami penganiayaan. Terlebih dari itu pun kakaknya, Munenaka tidak menyerah terhadap kedua kali pemutusan hubungan orang tua dan anak, dimana ayah mereka, Yasumice, selama 20 tahun lebih telah menentang kepercayaan ini, namun pada tahun 1278 telah turut menganut. Mengenai hal ini merupakan bukti


nyata bahwa bimbingan Niciren Daisyonin yang berbunyi “Justru pelaksanaan pertapaan agama Buddha merupakan jalan berbudi bakti” telah dilaksanakan dengan gemilang.

4

Mungkin hal ini yang disampaikan oleh seorang anak kecil yang bernama Raja Bangau (Tsuru-o) kepada Saya kiranya adalah benar. Karena Anda sekalian bersaudara memiliki ketekadan untuk meneruskan hati kepercayaan yang sama, sungguh mengagumkan dan mengharukan atas kegaiban yang demikian. Hal mana akan disampaikan melalui surat lainnya. Hati kepercayaan Anda sekalian bersaudara akan menjadi cerita hingga masa mendatang.

kepercayaan adiknya pun sangat goyah sekali. Dan setelah pemutusan hubungan orang tua dan anak, kedua bersaudara telah bangkit berjuang dengan persatuan dan kesatuan, sehingga Niciren Daisyonin sangat bergembira dan dengan sepenuh jiwa raga memberi dorongan dan semangat kepada adiknya, Munenaga. Hal yang terpenting adalah bahwa dalam saat yang genting guru dan kawan seperjuangan saling tidak mengkhianati sesamanya, malah membangkitkan hati keberanian agung untuk berjuang terhadap Tiga Rintangan Empat Iblis serta Tiga Golongan Musuh yang Kuat. Justru orang yang dapat mengatasi hal tersebut di atas dapat dikatakan sebagai pemberani yang sejati.

GM 5

Keterangan : Bagian ini menarik perumpamaan bahwa cerita persaudaraan antara kedua pangeran dari Kaisar Ojin yang telah berhasil memerintah negaranya yang damai dan sejahtera, serta kewibawaan negaranya telah mempengaruhi negeri luar. Hal mana menandakan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan hati dari kedua bersaudara. Dan juga dalam kutipan yang berbunyi “Apakah makna kelahiran kembali dari kedua pangeran Jozo dan Jogen”. Menjelaskan dalamnya jodoh karma dan memuji kedua bersaudara yang telah berjuang dengan persatuan dan kesatuan hati. Dalam hal ini Niciren Daisyonin memberi dorongan bahwa dengan persatuan dan kesatuan hati dari kedua bersaudara Jozo dan Jogen telah berhasil menyelamatkan ayah mereka, Raja Myosogon. “Begitupun Anda kakak beradik bila bersatu hati, pasti dapat menyelamatkan ayah kalian, Yasumice”. Karena Adiknya Munenaga hati kepercayaannya lemah, sehingga berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan dimana tidak mengetahui bilamana akan mundur dari hati kepercayaan, ketika kakaknya Munenaka dihukum dengan pemutusan hubungan orang tua dan anak,

Terlebih dari itu merupakan cermin terang bagi seluruh murid dan penganut Niciren. Hendaknya menyampaikan untuk belajar dengan sungguh-sungguh hingga menjadi bahan makanan pelaksanaan kepercayaan yang kekal di masa mendatang.

Keterangan : Mahaguru Tien-tai telah menjelaskan perbandingan ajaran dari lima waktu dan delapan ajaran serta menandaskan bahwa Saddharmapundarika-sutra merupakan Sutra yang terunggul di antara seluruh ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni. Terlebih dari itu, Mahaguru Tien-tai telah menyimpulkan Saddharmapundarika-sutra yang merupakan intisari dari seluruh ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni sebagai Hukum Seratus Dunia Seribu Aspek Jiwa dan Icinen Sanzen. Serta telah menegakkan Hukum Issyin Sankan dan Icinen Sanzen dengan melaksanakan pertapaan yang sesuai dengan masa Zoho. Di mana Beliau dikatakan sebagai kelahiran kembali dari Bodhisattva Bhaisajyaraja, Guru Sejati dari masa Zoho dan disebut sebagai Sang Sakyamuni kecil, karena teori Hukum Icinen Sanzennya. Sekalipun memandang secara objektif, Juli 2015 | Samantabadra

33


materi ajaran | gosyo kensyu dalam menganalisa secara tajam dan mendalam dengan ketelitian mengenai jiwa, serta menjelaskan dengan hakekat pokok dalam suatu susunan sistematik yang hebat, namun kiranya tidak ada suatu sistematik filsafat jiwa apa pun yang dapat menandinginya. Namun demikian, mengenai Icinen Sanzen dari Mahaguru Tien-tai betapapun tidak lain merupakan sesuatu yang berdasarkan pandangan untuk melihat jiwa sendiri. Dan wujud Icinen Sanzen sesungguhnya, baru dapat diwujudkan oleh Buddha Niciren Daisyonin setelah memasuki masa Akhir Dharma. Kutipan kalimat “Kalau menjelaskan Hukum ini maka pasti akan menimbulkan rintangan dari iblis, kalau tidak timbul rintangan dari iblis, maka Hukum itu tidak dapat dikatakan sebagai Hukum Sakti”. Hal ini mengajarkan bahwa “Hukum ini” berarti wujud Icinen Sanzen sesungguhnya dari Ketiga Hukum Rahasia Agung dari Hukum Putih Agung. Yang telah membaca dengan jiwa raga kutipan kalimat Tien-tai yang berbunyi : “Pasti akan dihadapi dengan Ketiga Rintangan dan Empat Iblis”, tidak lain hanyalah Niciren Daisyonin seorang diri. Sekarang seperti yang dikatakan dalam kutipan kalimat “Penjelasan dari Makasyikan ini tidak hanya cocok dengan diri Niciren, terlebih dari itu merupakan cermin terang bagi seluruh murid dan penganut Niciren”. Menjelaskan bahwa seluruh kehidupan Guru Niciren Daisyonin telah melewati dengan kehidupan yang penuh perjuangan yang bertubi-tubi terhadap Tiga Rintangan Empat Iblis. Begitupun hendaknya kita memiliki kesadaran bahwa sebagai murid Niciren yang menerima dan mempertahankan Hukum Agung agama Buddha masa Akhir Dharma merupakan sesuatu yang wajar berada dalam kehidupan yang senantiasa berjuang terhadap Tiga Rintangan Empat Iblis. Dalam Surat Balasan kepada Hyoe Sakan dikatakan : “Ketika terjadi arus pasang surut, perubahan dari bulan purnama ke bulan sabit, perubahan dari keempat musim dari musim semi, panas, 34

Samantabadra | Juli 2015

gugur dan dingin, pasti akan terdapat gejala lainnya. Begitupun sama halnya ketika manusia biasa akan mencapai kesadaran Buddha. Yakni, karena mencapai kesadaran Buddha pasti akan timbul rintangan dari Tiga Rintangan Empat Iblis, maka orang yang arif akan bergembira, sedangkan orang yang bodoh mundur ketakutan”. Kutipan kalimat “Kalau tidak timbul rintangan dari iblis maka Hukum itu tidak dapat dikatakan sebagai Hukum Sakti”, merupakan kutipan kalimat yang menekankan makna bahwa “Kalau tidak dirintangi iblis, maka tidak dapat dikatakan sebagai Hukum Sakti”. Dalam kutipan Surat Misawa dikatakan : “Ketika hampir mencapai kesadaran Buddha adalah sama seperti bayangan yang mengikuti tubuhnya; sama seperti kalau hujan turun pasti terdapat awan. Yang dikatakan Tiga Rintangan Empat Iblis akan memunculkan Ketujuh Hal Penting. Sebagai umpama sekalipun keenam hal pertama dapat diatasi, tetapi kalau gagal dalam hal yang terakhir maka sulit untuk mencapai kesadaran Buddha. Untuk sementara waktu, keenam hal yang pertama tidak dijelaskan di sini. Penderitaan besar yang ketujuh disebut sebagai Raja Iblis Surga”. Di antara Tiga Rintangan Empat Iblis, Raja Iblis Surga merupakan iblis yang terkuat, dan iblis ini timbul dari Raja Iblis Surga Keenam. Dengan demikian, bagaimanakah bentuk dari iblis tersebut ? Apakah inti hakekat dari iblis itu ? Kalau dijelaskan berdasarkan pada filsafat jiwa, maka di dalam jiwa itu sesungguhnya telah memiliki jiwa yang sadar dan jiwa yang tersesat. Sudah barang tentu, jiwa yang sadar maupun jiwa tersesat berada dalam satu kesatuan tubuh, namun cara perwujudan dari jiwa itu sendiri yang berbeda, kesesatan pokok jiwa ini merupakan fungsi dari Raja Iblis Surga Keenam. Pokoknya, yang dikatakan iblis bukanlah sesuatu yang datang dari dunia luar, melainkan sesuatu yang timbul dari fungsi jiwa orang yang melaksanakan pertapaan kepercayaan. Di satu pihak bekerja fungsi jiwa yang bergerak menuju kebahagiaan


berdasarkan pada kepercayaan, sedangkan di lain pihak bekerja fungsi iblis yang menghalang-halangi dan keduanya bertempur dengan hebat sekali. Ketika menerima dan mempertahankan Ketiga Hukum Rahasia Agung dari Gohonzon, pasti akan timbul rintangan. Hal mana berarti bahwa sesungguhnya ketika kita berjuang maju menuju suasana hidup yang berbahagia, maka di situ terdapat kekuatan yang merintangi kemajuan. Hal ini juga dikatakan sebagai reaksi. Sebagai umpama, pada benda yang bergerak pasti timbul fungsi gesekan yang menghambat bergeraknya benda itu, hal mana merupakan kewajaran dari alam semesta. Dengan timbulnya iblis dapat dikatakan sebagai bukti nyata kemajuan menuju kebahagiaan. Justru yang terpenting adalah memiliki kekuatan kepercayaan yang kokoh untuk menghancurkan iblis tersebut. Dalam Ongi Kuden dikatakan : “Dalam menerima dan mempertahankan Hukum Pokok ini adalah satu kata dari percaya. Pedang tajam yang dapat menaklukkan kesesatan pokok jiwa adalah satu kata dari percaya. Hal mana dikatakan sebagai tidak ragu-ragu adalah percaya�.

6

Tidak hanya terjatuh ke dalam dunia yang buruk dari Dunia Neraka, Dunia Kelaparan dan Dunia Kebinatangan, namun Dunia Kemanusiaan, Dunia Surga maupun seluruh dari Kesembilan Dunia ditulis sebagai dunia yang buruk. Jadi terkecuali Saddharmapundarika-sutra, maka ajaranajaran selama 42 tahun sebelumnya merupakan Hukum yang menjerumuskan orang-orang ke dalam dunia yang buruk. Keterangan : Di antara Sepuluh Dunia, yang baik sesungguhnya tidak lain hanyalah Dunia Buddha. Sedangkan kesembilan Dunia adalah suasana yang tersesat. Di mana untuk memperoleh prajna dengan memiliki segala sesuatu dari awal hingga akhir serta

pencapaian manusia seutuhnya merupakan sesuatu yang jauh sekali. Jadi dalam Sepuluh Dunia, yang dikatakan dunia buruk adalah yang terbatas dari Tiga Dunia Buruk yaitu Dunia Neraka, Dunia Kelaparan, Dunia Kebinatangan dan bila ditambah dengan Dunia Kemurkaan dinamakan Keempat Kecenderungan Buruk. Sedangkan yang mengatakan dunia lainnya sebagai dunia yang baik adalah tidak lain cara pandangan dari filsafat yang dangkal. Juga ditambahkan dengan Dunia Kemanusiaan dan Dunia Surga merupakan suasana tersesat dari perputaran Enam Dunia. Selanjutnya Dunia Sravaka dan Dunia Pratyekabuddha dan seterusnya dinamakan sebagai Empat Dunia yang baik, merupakan pandangan jiwa yang rendah. Yang dikatakan Dunia Sravaka, Dunia Pratyekabuddha maupun Dunia Bodhisattva masih belum memecahkan Kesesatan Hawa Nafsu. Kalau hal ini dipandang berdasarkan pandangan masa sekarang. Dunia Sravaka adalah keadaan jiwa yang penuh kegembiraan karena menghayati sesuatu ilmu. Dunia Pratyekabuddha adalah keadaan jiwa yang penuh kegembiraan dalam kebahagiaan ketika diri sendiri berhasil menyelidiki suatu kebesaran alam dan juga Dunia Bodhisattva adalah rasa kepuasan jiwa yang diperoleh karena membantu orang dan beramal bakti kepada masyarakat. Namun demikian kebahagiaan dari Dunia Sravaka, Dunia Pratyekabuddha dan Dunia Bodhisattva masih merupakan sesuatu yang lemah dan dasarnya masih rapuh sekali. Begitupun walau kebahagiaan dari Dunia Bodhisattva bermaksud menjalankan kebajikan yang memberikan kebahagiaan kepada orang lain, namun mungkin masyarakat masih akan memfitnahnya sebagai sesuatu yang mencari nama, begitupun mungkin terdapat orang yang telah diberi bantuan, sebaliknya telah berkhianat. Oleh karenanya rasa kebahagiaan akan menjadi kemarahan yang berputus asa. Dengan demikian, kebahagiaan itu masih dalam lingkungan Sembilan Dunia, maka kebahagiaan itu masih diombangJuli 2015 | Samantabadra

35


materi ajaran | gosyo kensyu ambingkan oleh unsur dari luar, sehingga masih merupakan kebahagiaan sementara yang selalu bergerak dan tidak tetap. Jadi yang mengarah kepada hal di atas merupakan sesuatu yang buruk dan perbuatan dari iblis. Dengan menyempurnakan diri sendiri sehingga tidak terpengaruh oleh unsur-unsur dari luar, dan terbina suasana kebahagiaan yang mutlak tidak tergoyahkan, inilah yang dikatakan sebagai Dunia Buddha. Yang menjelaskan hal ini dengan terang adalah prinsip Membuka Tiga Dunia dengan mewujudkan Satu Dunia dalam Saddharmapundarika-sutra. Hukum yang dapat memperoleh Dunia Buddha ini adalah Hukum Agung dari Ketiga Hukum Rahasia Agung yang terpendam di dasar kalimat dari Honmon. Oleh karenanya, justru sesuatu yang memutuskan jalan langsung untuk mencapai kesadaran Buddha dan merintangi orang yang mempertahankan Hukum Agama Buddha dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, maka hal ini harus diketahui sebagai petugas neraka yang menjerumuskan orang jatuh ke dalam Dunia Neraka. Sebaliknya, orang yang menganjurkan orang untuk menganut Hukum demi pencapaian kesadaran Buddha adalah utusan dari Sang Buddha. Walau terdapat banyak petugas neraka dari dunia buruk, tetapi utusan Sang Buddha hanya sedikit sekali. Namun demikian, murid Buddha telah berjuang melawan petugas neraka dari dunia buruk agar seorang pun bertambah lebih banyak yang sadar dari dunia buruk hingga memasuki jalan pencapaian kesadaran Buddha.

7

Yang dikatakan sifat seorang wanita adalah diri yang ikut pada sesuatu dan yang mengikutkan sesuatu tersebut terhadap dirinya.

Keterangan : Dalam mengakhiri surat ini, di mana sebelumnya kepada kedua bersaudara telah diberikan berbagai bimbingan, pada akhirnya memberikan bimbingan kepada masing36

Samantabadra | Juli 2015

masing istri serta mendorong kepercayaan untuk hidup rukun antara kakak beradik dan suami istri. Dalam hal ini dijelaskan betapa pentingnya kepercayaan dari kaum wanita dalam perombakan nasib keluarga. Sang wanita yang dikatakan sebagai “Yang ikut pada sesuatu dan mengikutkan sesuatu tersebut terhadap dirinya”, merupakan cara hidup sesungguhnya sebagai wanita dan dapat memperkembangkan semaksimal mungkin kepribadian seorang wanita. Yang dikatakan “ikut” dan “mengikutkan” adalah fungsi icinen yang saling berlawanan, merupakan sesuatu yang dimiliki sejak asal mula. Walau terdapat perbedaan antara setiap orang, namun kesemuanya merupakan sesuatu yang terdapat di dalam jiwa seorang wanita. Seorang pujangga Perancis mengatakan : “Kalau seorang wanita kelihatan penurut, namun semakin kelihatan demikian, maka semakin dapat memperoleh motif pengendali”. Hal mana merupakan sesuatu prinsip yang takkan berubah di belahan Dunia Timur mau pun Barat. Oleh karena menunjang pria, menuruti kehendak suami maka dikatakan “ikut”. Agar sang suami tidak salah jalan sehingga menunjang dengan sekuat tenaga. Dan juga karena menjaga keluarga dan melahirkan anak serta menjadi ibu yang membina anak, maka dikatakan “mengikutkan”. Justru cara hidup yang dapat memperkembangkan secara tak terbatas sifat khas dari seorang wanita merupakan cara hidup yang tepat dari seorang wanita. Dengan demikian, kalau dijelaskan perbedaan pendirian perihal pria dan wanita, maka seakan-akan bertentangan dengan keadaan jaman. Namun hal mana merupakan kekeliruan pandangan yang tidak menghiraukan sifat khas yang dimiliki sejak asal mula dari kedua sifat pria dan wanita. Perbedaan yang diajarkan dalam Hukum agama Buddha sama sekali bukan perbedaan dalam kedudukan Hukum atau susunan kemasyarakatan, namun merupakan masalah cara hidup yang mengakar pada hakekat jiwa dari pria dan wanita. Karena


pria dan wanita memiliki keadilan atas hak, dan kewajiban yang sama, maka kalau wanita berprilaku seperti pria, sehingga pria harus mengerjakan pekerjaan wanita, maka apakah dapat dikatakan bahagia? Sebaliknya, baik pria maupun wanita kedua-duanya akan merasakan tidak bahagia. Dalam hal ini, sama seperti halnya seorang pria tidak dapat melahirkan anak, ini merupakan sesuatu hal yang wajar. Dalam surat balasan kepada Syijo Kingo Dono Nyobo dikatakan : “Sesuai dengan kalimat yang dikatakan wanita adalah sesuatu yang bergantungan, begitupun sama seperti rotan yang merambat pohon pinus, wanita adalah bersandar pada suami”. Sedangkan dalam Surat Balasan Kepada Tokiama Gozen dikatakan “Meluncurnya anak panah adalah tergantung pada kekuatan busur, bergeraknya awan adalah kekuatan naga, pekerjaan suami tergantung pada sang istri”. Dalam menangani permasalahan yang terdapat di dalam suatu keluarga maupun dalam masyarakat, di mana ketika kedua pihak saling mengisi dengan keserasian dan memperkembangkan sepenuhnya sifat khas dari pihak pria dan wanita, maka akan terwujudkan perkembangan dan hubungan yang ideal sekali. Mengenai hal ini dalam Ongi Kuden dikatakan : “Tuntutan kaum wanita adalah imbalan karma dalam lingkungan masyarakat, sedangkan tuntutan kaum pria adalah imbalan karma berjuang dalam masyarakat”. Kutipan ini menjelaskan dengan tegas perbedaan mendasar dari pandangan terhadap kebahagiaan pria dan wanita. Seorang wanita selalu menuntut kebahagiaan yang mantap terhadap kedudukan diri saat sekarang yang merupakan sesuatu yang menjaga dan bersifat pesimis serta merupakan objek dari sesuatu. Sedangkan pria adalah sesuatu yang tidak manja malah memecahkan sesuatu dan memikirkan masa mendatang, yakni sesuatu yang agresif yang bersifat optimis, dan memiliki sifat khas yang sangat mobilitas. Apabila kedua belah pihak dapat diserasikan, maka dapat terbina kehidupan keluarga yang ideal sekali.

Sang pria dengan menyempurnakan kepercayaan dalam pekerjaan di dalam masyarakat, dan rejeki itu diberikan kembali kepada keluarga, sedangkan sang wanita dengan sungguh-sungguh menjaga dan membina keluarga dengan ketabahan. Dengan demikian sang pria yang memimpin merupakan cara kehidupan yang sebenarnya. Kutipan kalimat “Sebagai umpama, demi Hukum ini suami Anda terbunuh pun tidak boleh menyesal”. Ini berarti bahwa dalam menjalankan kepercayaan terhadap Gohonzon telah dihadapkan dengan penganiayaan hingga sebagai umpama sang suami dibunuh pun, sama sekali tidak boleh terdapat penyesalan malah harus meneruskan kepercayaan. Di sini mengajarkan bahwa justru demi kebenaran dan kepercayaan dengan memiliki kepribadian yang kuat yang dapat terus mempertahankan kehidupan merupakan cara hidup seorang wanita yang sesungguhnya. Dan haruslah diketahui bahwa hati Niciren Daisyonin sama sekali bukan sesuatu yang berupa pandangan kolot di mana hal apa pun harus menuruti sang suami.

8

“Walau menjadi guru dari hati, namun jangan menjadikan hati sendiri sebagai guru”, itu adalah kutipan kalimat dari Sutra.

Anak Cabang

Keterangan : Hati yang dimaksud di sini adalah pandangan subjektif diri sebagai manusia biasa, kadangkala juga diartikan sebagai sesuatu yang bersifat perasaan. Kutipan : “Menjadi guru dari hati” adalah ajaran Sang Buddha. Jadi dengan berdasarkan pada hati Sang Buddha untuk berjuang terhadap hati sendiri yang lemah, sikap yang sebaliknya “Menjadikan hati sebagai guru” berarti kalah dan menuruti kehendak hati sendiri yang tersesat. Dalam pertapaan Hukum agama Buddha, kita harus berdasarkan pada ajaran sang Buddha untuk memimpin dan membimbing hati sendiri yang lemah. Hati yang tersesat adalah bagaikan kapten Juli 2015 | Samantabadra

37


materi ajaran | gosyo kensyu kapal yang tidak mengetahui arah pelayaran atau pemandu jalan yang tidak mengenal jalan. Prajna manusia biasa yang tidak mengetahui hal yang terdapat hanya 1 cm di depannya, apakah mungkin dapat memimpin manusia menuju kebahagiaan. Justru prajna Buddha yang meneliti dan menyadari segala sesuatu merupakan guru yang tertinggi dari masyarakat dan kehidupan. Yang dapat melaksanakan seluruh ajaran Sang Buddha yakni melaksanakan pertapaan yang sesuai dengan ajaran Sang Buddha” tidak lain berarti mewujudkan kata-kata emas yang berbunyi : “Walau menjadi guru dari hati, namun jangan menjadikan hati sendiri sebagai guru”. Sejarah umat manusia dari ribuan tahun telah dijadikan sebagai guru dari hati, terutama ideologi kewajaran telah menjadi mode jaman sekarang ini. Hal ini mungkin merupakan suatu kecenderungan jiwa orang masa sekarang yang telah kehilangan guru selain dari perasaan hati sendiri. Hal yang dituntut dari masa sekarang maupun sesuatu yang dituntut dari dasar lubuk hati umat manusia adalah agama yang agung. “Guru dari hati” adalah filsafat jiwa agung dari Niciren Daisyonin.

9

Sebagai umpama walau dihadapkan dengan kesulitan dan penderitaan apapun, namun hendaknya dijadikan sebagai hal yang terdapat dalam mimpi dan terlebih dari itu hendaknya hanya memikirkan Saddharmapundarika-sutra.

Anak Cabang

Keterangan : Walau dihadapkan dengan penderitaan dan kesulitan apapun, namun kehidupan yang terpukau pada hal-hal kecil kepentingan pribadi, betapapun tidak dapat melangkah satu tahap pun dari suasana diri sendiri yang sempit. Sebaliknya, dengan mengeluarkan tenaga demi hal-hal masyarakat luas dan negara dapat hidup dengan sewajarnya. Dengan menatap pada kenyataan ini untuk memperdalam akar ke dalam bumi besar dan 38

Samantabadra | Juli 2015

menjadi anggota masyarakat yang terpuji demi mewujudkan kemakmuran bangsa dan negara, justru kehidupan yang berjuang demi kebahagiaan pribadi dan keselarasan atas Hukum agama Buddha dengan Hukum negara merupakan kehidupan yang agung dan kuat sekali. Justru menderita demi kebahagiaan orang lain, berjuang demi kemakmuran bangsa dan negara merupakan sesuatu yang tertinggi. Kalau dalam kehidupan dapat mengatasi penderitaan ini, maka penderitaan kecil diri sendiri dan lain-lainnya sama seperti debu tertiup angin besar. Ketika berjuang demi tujuan agung setahap demi setahap dapat dicapai, maka permasalahan diri sendiri akan teratasi dengan sendirinya. Dalam Ongi Kuden dikatakan “Di luar hati icinen kita yang tersesat tidak terdapat jiwa Buddha. Kalau memiliki kesadaran atas hidup mati dari Kesembilan Dunia maka merupakan sesuatu yang bebas dan aktif”. Hati icinen tersesat ini tidak terbatas pada kesesatan dan penderitaan yang tertutup berupa diri sendiri yang kecil. Dengan bagaimanakah agar bangsa dan negara dapat secepatnya mencapai kemakmuran dan berusaha agar memberikan kebahagiaan umat manusia ? Hal ini merupakan tantangan demi penyelamatan kebahagiaan umat manusia. Selain dengan mengorbankan tujuan agung ini tidak ada “hati Buddha”, yakni kebahagiaan sesungguhnya. Dan hidup mati dari Sembilan Dunia adalah kesadaran, berarti kalau dengan berdasarkan pada kepercayaan, pasti dapat menikmati kehidupan yang tenang dan kokoh. Hendaknya menanamkan keyakinan agung ini dalam jiwa dengan melangkah pada peneguhan kehidupan dengan tujuan agung.


10

Hukum Niciren sebelumnya merupakan sesuatu yang sulit dipercaya. Namun karena sekarang hal-hal yang diutarakan pada waktu-waktu yang lampau semuanya telah terbukti dengan benar, maka orang-orang yang memfitnah tanpa alasanpun mungkin akan menyesal.

Anak Cabang

Keterangan : Kutipan ini menjelaskan pembuktian yang tepat atas ramalan dalam sastra perihal “Mensejahterahkan Negara dengan menegakkan filsafat Sakti�, meramalkan bahwa akan timbul penderitaan pemberontakan dalam negeri dan penderitaan karena serangan dari luar negeri. Dengan melihat kenyataan ini, orang-orang yang telah menindas dengan rasa permusuhan terhadap Niciren Daisyonin pun telah terkejut dan mengakibatkan banyak orang yang memperhatikan keagungan dari Niciren Daisyonin. Niciren Daisyonin memperoleh pembebasan hukuman pembuangan di Pulau Sado pun karena ramalan Beliau terbukti dengan tepat, begitupun sikap penguasa Kamakura yang menerima Niciren Daisyonin yang dikembalikan ke Kamakura telah berubah sama sekali. Mengenai hal ini tertulis dengan jelas dalam berbagai surat Niciren Daisyonin. Walau perombakan yang bagaimanapun, sama sekali tidak terdapat suatu keberhasilan tanpa perjuangan segenap jiwa raga yang berlikuliku. Namun demikian, tidak ada sesuatu apapun yang lebih kuat daripada kebenaran. Pandangan yang memberi kebahagiaan dan bimbingan kehidupan yang kuat kepada umat manusia secara nyata, pasti akan memperoleh pengertian dari orang-orang ketika pandangan tersebut dihayati dan diamalkan oleh umat manusia. Maka arus deras penyiaran Dharma tersebut betapapun tidak dapat dibendung dan dihentikan. Walau orang-orang mendambakan dengan berbagai usaha agar dapat mengatasi kemacetan peradaban abad ke-20 ini di berbagai bidang, namun kesesatan dalam

mencari berbagai cara untuk mengatasi masalah di atas merupakan wujud nyata dari keadaan dunia sekarang ini. Filsafat agung yang dapat menyelesaikan dari dasar kemacetan itu telah menunggu waktu untuk berkembang, maka harus dikatakan bahwa waktu itu sesungguhnya telah tiba.

PERTAPA DAN KSATRIA

Pertapa adalah orang yang melarikan diri dari kehidupan masyarakat biasa untuk bersembunyi dalam hutan rimba. Ksatria adalah orang yang tidak terpengaruh oleh keuntungan, tidak menyerah terhadap hukuman apapun, dan senantiasa mempertahankan dengan kuat semangat keksatriaan. Kutipan ini menarik kisah pertapa dan ksatria yang berkeinginan mencapai Hukum Dewa. Yang dikatakan Hukum Dewa adalah ilmu untuk menjadi tidak tua dan tidak mati. Yakni dengan pelaksanaan pertapaan demi menjadi dewa. Dalam ajaran Konfucu dikatakan sebagai orang suci, dalam agama Buddha dikatakan sebagai Buddha, sedangkan dalam ajaran Tao dikatakan kepribadian manusia yang ideal sebagai manusia Buddha. Kebanyakan orang yang meninggalkan kehidupan masyarakat biasa dan memasuki pegunungan untuk bertapa menuntut ilmu untuk menjadi tidak tua dan tidak mati, bahkan dapat memanggil awan dan dapat beterbangan di angkasa serta dapat menjalankan ilmu menghilangkan jejak. Hal ini telah tersebarluas pada masa kerajaan Cin di Tiongkok. Namun yang dijelaskan di sini adalah Hukum di luar agama Buddha yang terdapat pada kisah kuno di India. Dalam kisah ini terkandung 2 makna. Yang pertama, adalah walaupun hanya melaksanakan pertapaan di luar agama Buddha, telah dihalang-halangi oleh iblis. Apalagi kalau mempertahankan Myoho yang merupakan filsafat jiwa yang tertinggi pasti akan menimbulkan penderitaan besar, adalah sesuatu yang wajar. Yang kedua, adalah apabila melaksanakan pertapaan Hukum Juli 2015 | Samantabadra

39


materi ajaran | gosyo kensyu agama Buddha tidak dilaksanakan hingga saat terakhir, maka sama sekali tidak ada artinya. Ketika kita berusaha untuk mencapai suatu tujuan, maka perlu didirikan beberapa tahapan sasaran maka disitu terdapat perjuangan melawan diri sendiri. Dalam pelaksanaan yang kuat demi mencapai kemajuan dan pertumbuhan, hawa nafsu yang menghalanghalangi selalu muncul dalam jiwa masingmasing. Dasar pokok dari seluruh kehidupan adalah selalu berada dalam perjuangan terhadap iblis yang selalu menghalang-halangi kemajuan diri sendiri. Disinilah terdapat persimpangan jalan, dari kemenangan dan kekalahan dalam suatu kehidupan. Apa lagi karena Hukum agama Buddha adalah Hukum Perombakan Sifat Jiwa manusia yang mendasar, maka pasti akan dihalang-halangi oleh iblis. Di samping itu, ketika satu hal dapat dilaksanakan hingga saat terakhir, baru dapat dikatakan berhasil dengan baik. Pada umumnya kita mempunyai rasa kepuasan yang beranggapan bahwa jika berhasil mencapai 60 %, seakan-akan sudah berhasil mencapai tujuan. Akan tetapi tidak ada sesuatu yang dikatakan berhasil dengan sesuatu yang baru mencapai 60 %. Justru setelah keberhasilan mencapai 100 % baru dapat dikatakan berhasil. Sudah sewajarnya, dalam perjuangan apa pun dalam usaha mencapai tujuan akhir, dipertengahan jalan telah dirancangkan beberapa tujuan menengah dan kecil. Sebagai umpama, dalam mendaki gunung, dari bukit perkemahan titik keberangkatan hingga mencapai puncak gunung yang tertinggi telah disiapkan beberapa kemah. Dalam pendakian gunung yang tidak dapat dicapai langsung ke puncak gunung, maka di pertengahan jalan diperlukan beberapa kemah. Walau telah disiapkan beberapa kemah pun kalau selama masih belum mencapai puncak gunung, maka tidak dapat dikatakan berhasil mendaki ke puncak gunung. Rumah yang sedang dibangun tidak dapat dihuni, rumah yang masih belum dapat dihuni kiranya masih tidak dapat disebut rumah, hal 40

Samantabadra | Juli 2015

mana tidak lain berupa gubuk saja. Begitupun sama halnya dengan pencapaian kesadaran Buddha, di mana tidak dapat dikatakan separuh mencapai kesadaran Buddha maupun hampir mencapai kesadaran Buddha. Apakah dalam jiwa setiap saat akan bermunculan Dunia Buddha? Ataukah tidak demikian? Namun betapapun tidak dapat setengahsetengah. Jadi pertapaan Hukum agama Buddha merupakan perjuangan kalah menang seumur hidup, dan kalau kepercayaan tidak dapat dirampungkan dengan sempurna maka sama sekali tidak ada maknanya. Pada kesimpulannya bukannya puas dengan tercapainya kemakmuran diri sendiri, melainkan perjuangan yang berkesinambungan hingga mencapai tujuan agung demi penyelamatan kebahagiaan umat manusia dan berhasil mencapai keinginan agung demi mencapai kesadaran Buddha seumur hidup. eee


Letter to The Brothers (part 2 of 2) I

am deeply concerned about you both. Therefore, I will relate a story that is important for you. Two princes named Po I and Shu Ch’I were the sons of the ruler of Ku-chu in China. Their father had willed his title to the younger brother, Shu Ch’i, yet after he passed away, Shu Ch’i refused to ascend the throne. Po I urged Shu Ch’i to assume the title, but Shu Ch’i insisted that Po I, the elder brother, should do so instead. Po I persisted, asking how the younger brother could contradict their father’s will. Shu Ch’i agreed that their father’s will clearly named him, yet he still refused the throne, claiming that he could not bear to push his elder brother aside. Both brothers then abandoned their parents’ state and traveled to another where they entered the service of King Wen of Chou. Shortly thereafter, the state was attacked; King Wen was killed by King Chou of the Yin dynasty. Less than a hundred days after King Wen’s death, his son, King Wu, was preparing to do battle with King Chou, but Po I and Shu Ch’i, holding fast to the reins of his horse, strove to dissuade him, saying, “You should be in mourning for three years after your father’s death. If you start a war now, can this conduct be called filial?” King Wu grew furious at this and was about to kill them both, but T’ai-kung Wang, the king’s counselor, restrained him. The two were so loath to have anything more to do with this king that they went off to seclude themselves in Mount Shou-yang, where they lived solely on ferns. One day a person named Ma Tzu passed by and asked, “Why have you hidden yourselves in a place like this?” They told Ma Tzu the whole story, and he replied, “If that is so, don’t these ferns also belong to the king?” Thus reproached, they immediately stopped eating the plants. It is not the way of heaven to forsake worthy men. Therefore, a god appeared to them as a white deer and provided them with milk. After the deer had gone, Shu Ch’i said, “Since the white deer’s milk is so sweet to drink, its meat must taste even better!” Po I tried to silence him, but heaven had already heard his words, and the brothers were abandoned at once. Thus they eventually starved to death. Even though one acts virtuously throughout one’s life, a single word can ruin one. Not knowing what thoughts you have in your hearts, I worry about you a great deal. When the Thus Come One Shakyamuni was a prince, his father, King Shuddhodana, could not bear losing his only heir and so would not allow him to renounce his royal station. The king kept two thousand soldiers posted at the palace’s four gates to prevent him from leaving. Nevertheless, the prince eventually left the palace against his father’s will. In all worldly affairs, it is the son’s duty to obey his parents, yet on the path to Buddhahood, disobeying one’s parents ultimately constitutes filial piety. The Contemplation on the Mind-Ground Sutra explains the essence of filial piety: “By renouncing one’s obligations and entering the Buddhist life one can truly repay those obligations in full.” That is, in order to enter the true way, one leaves one’s home against one’s parents’ wishes and attains Buddhahood. Then one can truly repay one’s debt of gratitude to them. In worldly affairs as well, if one’s parents foment a rebellion, it is one’s filial duty not to follow them. This is mentioned in The Classic of Filial Piety. When the Great Teacher T’ien-t’ai engaged in meditation on the Lotus Sutra, he saw his deceased parents seated on his lap to obstruct his practice of Buddhism. This was the work of the heavenly devil, who took the form of his father and mother in order to oppose him. Juli 2015 | Samantabadra

41


materi ajaran | gosyo kensyu I have just cited the story of Po I and Shu Ch’i. There is one more lesson you should learn from history. Emperor Ōjin, who is now Great Bodhisattva Hachiman, was the sixteenth sovereign of Japan. Emperor Ōjin had two sons: the first was Prince Nintoku, and the second, Prince Uji. The emperor transferred his throne to the younger brother, Uji. After their father passed away, Uji asked his elder brother to take the throne, but the elder brother reproached him, saying, “How can you refuse to comply with our father’s will?” They argued back and forth, and for three full years no one claimed the throne. As a result, the people suffered indescribable grief. It was like a curse on the nation, and Prince Uji finally thought, “As long as I am alive, my brother will not assume the throne.” So he committed suicide. At this Prince Nintoku was racked with sorrow and fell into despair. Seeing this, Prince Uji came back to life in order to give words of encouragement to his brother; then he passed away again. It is recorded that, when Nintoku at last ascended the throne, the nation became peaceful and received eighty boatloads of tribute yearly from the three Korean kingdoms of Silla, Paekche, and Koguryŏ. Other cases exist where the relationship between the sons of worthy rulers was not harmonious. What bonds have enabled you two brothers to continue on such good terms? Could you be princes Pure Storehouse and Pure Eye reborn, or the embodiments of the bodhisattvas Medicine King and Medicine Superior? When your father disowned Tayū no Sakan, I expected that Hyōe no Sakan would refuse to side with his brother, thereby making it even more difficult to clear up your father’s doubt and have him rescind his disownment. If what the boy Tsuruō told me is true, you two were alike in your resolve. So overjoyed was I at this unbelievable news that I wrote another letter. Could there ever be a more wonderful story than your own? The Record of the Western Regions tells about a hermit who lived in Deer Park at Vārānasī, India, in the hopes that he could master occult powers. He learned to turn tiles and pebbles into jewels and change the forms of humans and animals, but he could not yet ride on winds and clouds or travel to the Palace of the Immortals. In order to accomplish these goals, he took as his assistant a man of integrity. Giving him a long sword, the hermit instructed him to stand in one corner of a practice platform, and told him to hold his breath and utter not a word. If the man remained silent through the whole night until dawn, the hermit was certain to master the occult. Determined, the hermit sat in the center of the platform with another long sword in hand and chanted incantations. Making his assistant take a vow, he said, “Even at the cost of your life, say nothing!” The man answered, “Though I die, not a word will leave these lips.” In this manner they passed the night until, just as dawn was about to break, the man cried out suddenly, and the hermit immediately failed in his attempt. He reproached the man, saying, “How could you have broken your vow? This is deplorable!” Repenting deeply, the man said, “I dozed off for a little while, and in a dream, my previous master appeared and rebuked me. Yet I endured this, not uttering a word, for my debt of gratitude to you is much greater. My former master grew furious and threatened to behead me, but I still said nothing. Finally I was beheaded, and when I saw my own corpse proceeding on its journey from death to the next life, my sorrow was indescribable. Still, I did not speak. Eventually I was reborn in a Brahman family in southern India. The pain I felt on entering and leaving the womb was unbearable, yet I held my breath without crying. I grew up to be a young man and took a wife. My parents died; my child was born; I felt sorrow and joy, but said not a word. Living on like this, I reached my sixty-fifth year. Then my wife said to me, ‘If you still refuse to say anything, I will kill your beloved child.’ The thought flashed through my mind that I was already in the last years of my life, and that if my child were killed I could not beget another. Feeling that I must shout... I suddenly awoke.”

42

Samantabadra | Juli 2015


The hermit said, “We were not strong enough. You and I have been deceived by a devil. Our task has ended in failure.” Lamenting, the man of integrity said, “Because I was so weak-willed, you have failed to master the occult.” The hermit regretfully replied, “It is my fault for not having admonished you enough beforehand.” Nonetheless, as the record states, the man was so grieved he could not fulfill his obligation to the hermit that he brooded over it and died miserably. In China the occult evolved from Confucianism, and in India it is found among the non-Buddhist teachings. Yet it does not even approach the Hinayana teachings of the Āgama sutras, much less the connecting teaching, the specific teaching, or the perfect teaching. Therefore, how could it measure up to the Lotus Sutra? The four devils fiercely oppose the mastery of even such a shallow art as the occult. How much greater, then, are the tribulations that will confront the disciples and lay supporters of the person who is the first to embrace and the first to propagate in Japan the seven characters of Nam-myoho-renge-kyo, the ultimate principle of the Lotus Sutra. It is impossible to imagine, let alone describe in words. The Great Teacher T’ien-t’ai’s Great Concentration and Insight is the essence of his lifetime teachings and the heart of the whole spectrum of the Buddha’s sacred teachings. During the more than five hundred years after Buddhism was introduced to China, ten teachers appeared—seven in the north, three in the south. Their wisdom was as brilliant as the sun and moon, and their virtue was extolled throughout the country, yet they were confused as to which sutras were shallow or deep, inferior or superior, and as to the order in which they had been taught. It was the Great Teacher T’ien-t’ai Chih-che who not only clarified the Buddha’s teachings, but also brought forth the wish-granting jewel of a single moment of life comprising three thousand realms from the repository of the five characters of Myoho-renge-kyo and bestowed it on all people in the three countries. This teaching originated in China. Not even the scholars of India could put forward such a concept. So the Great TeacherChang-an commented, “There has never been anything to compare to the brightness and serenity of concentration and insight,” and “Even the great scholars of India were not in a class with him.” The doctrine of three thousand realms in a single moment of liferevealed in the fifth volume of Great Concentration and Insight is especially profound. If you propagate it, devils will arise without fail. If they did not, there would be no way of knowing that this is the correct teaching. One passage from the same volume reads, “As practice progresses and understanding grows, the three obstacles and four devilsemerge in confusing form, vying with one another to interfere… One should be neither influenced nor frightened by them. If one falls under their influence, one will be led into the paths of evil. If one is frightened by them, one will be prevented from practicing the correct teaching.” This statement not only applies to me, but also is a guide for my followers. Reverently make this teaching your own, and transmit it as an axiom of faith for future generations. The three obstacles in this passage are the obstacle of earthly desires, the obstacle of karma, and the obstacle of retribution. The obstacle of earthly desires is the impediments to one’s practice that arise from greed, anger, foolishness, and the like; the obstacle of karma is the hindrances presented by one’s wife or children; and the obstacle of retribution is the hindrances caused by one’s sovereign or parents. Of the four devils, the workings of the devil king of the sixth heaven are of this last kind. In Japan today, many people claim they have mastered the practice of concentration and insight. But is there anyone who has actually encountered the three obstacles and four devils? The statement, “If one falls under their influence, one will be led into the paths of evil” indicates not only the three evil paths but also the worlds of human and heavenly beings, and

Juli 2015 | Samantabadra

43


materi ajaran | gosyo kensyu in general, all of the nine worlds. Therefore, with the exception of the Lotus Sutra, all of the sutras—those of the Flower Garland, Āgama, Correct and Equal, and Wisdom periods, and theNirvana and Mahāvairochana sutras—will lead people toward the paths of evil. Also, with the exception of the Tendai school, the adherents of the seven other schools are in reality wardens of hell who drive others toward the evil paths. Even in the Tendai school are found those who profess faith in the Lotus Sutra, yet actually lead others toward the pre-Lotus Sutra teachings. They, too, are wardens of hell who cause people to fall into the evil paths. Now you two brothers are like the hermit and the man of integrity. If either of you gives up halfway, you will both fail to achieve Buddhahood. You are like the two wings of a bird, or the two eyes of a person. And your wives are your support. Women support others and thereby cause others to support them. When a husband is happy, his wife will be fulfilled. If a husband is a thief, his wife will become one, too. This is not a matter of this life alone. A husband and wife are as close as a form and shadow, flowers and fruit, or roots and leaves, in every existence of life. Insects eat the trees they live in, and fish drink the water in which they swim. If grasses wither, orchids grieve; if pine trees flourish, cypresses rejoice. Even trees and plants are so closely related. The hiyoku is a bird with one body and two heads. Both of its mouths nourish the same body. Himoku are fish with only one eye each, so the male and female remain together for life. A husband and wife should be like them. You two wives should have no regrets even if your husbands do you harm because of your faith in this teaching. If both of you unite in encouraging your husbands’ faith, you will follow the path of the dragon king’s daughter and become a model for women attaining Buddhahood in the evil latter age. Insofar as you can act this way, no matter what may happen, Nichiren will tell the two sages, the two heavenly kings, the ten demon daughters, Shakyamuni, and Many Treasures to make you Buddhas in every future existence. A passage in the Six Pāramitās Sutra says to become the master of your mind rather than let your mind master you. Whatever trouble occurs, regard it as no more than a dream, and think only of the Lotus Sutra. Nichiren’s teaching was especially difficult to believe at first, but now that my prophecies have been fulfilled, those who slandered without reason have come to repent. Even if in the future other men and women become my believers, they will not replace you in my heart. Among those who believed at first, many later discarded their faith, fearing that society would reject them. Among these are some who oppose me more furiously than those who slandered from the beginning. In Shakyamuni Buddha’s lifetime, the monk Sunakshatra believed the Buddha at first, then later not only backslid, but also slandered so viciously that even the Buddha could not save him from falling into thehell of incessant suffering. This letter was written particularly for Hyōe no Sakan. It should also be read to his wife and to Tayū no Sakan’s. Nam-myoho-renge-kyo, Nam-myoho-rengekyo. The sixteenth day of the fourth month in the twelfth year of Bun’ei (1275) Nichiren

44

Samantabadra | Juli 2015


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Balasan kepada Hyo-e Sakan Dono (Perihal Keinginan Hati Kakak-Adik) Gosyo Zensyu Halaman 1108

LATAR BELAKANG |

S

urat ini menunjukkan betapa pentingnya kesatuan hati (Itai Dosyin). Kesatuan hati adalah satu-satunya sumber wujud nyata karunia kebajikan Saddharma. Seandainya ada sedikit saja perasaan iri dan benci; terlebih lagi jika dasarnya tidak senang, bagaimanapun tidak akan ada karunia kebajikan. Maka di sini diperingatkan, seandainya di antara istri dan anak dari Ikegami bersaudara terdapat sedikit saja rasa tidak senang dan kebencian, hendaknya kakak beradik Ikegami tidak mempunyai perasaan seperti itu. Apabila hal ini terjadi, bagaimana mungkin dapat menimbulkan hubungan yang kuat untuk kesatuan hati itu? Hal ini dikatakan Niciren Daisyonin sebagai “menghormati dan mengagungkan Niciren�. Diajarkan bahwa bagaimanapun hati kepercayaan terhadap Niciren harus kuat. Hal ini bukan saja ditujukan kepada Ikegami bersaudara. Dapat dikatakan surat inilah yang mengajarkan teori dasar mengenai kesatuan hati yang sesungguhnya. Jika manusia terikat

pada keinginan hati yang egois, maka sama sekali tidak bisa bersatu hati. Keadaan tidak bersatu hati tersebut dapat juga terjadi karena selalu menunjuk kekurangan orang lain, ingin saling menang sendiri, dan berdasarkan nafsu untuk menjatuhkan orang lain. Keadaan saling hantam antara dua orang atau lebih dapat menimbulkan perpecahan yang semakin lama semakin dalam. Sesungguhnya, kesatuan hati yang sebenarnya dapat tercapai jika memiliki satu tujuan dan keinginan yang ideal. Itulah artinya satu hati kawan seperjuangan. Semestinya ikatan dasar hubungan sesama manusia adalah tujuan yang agung. Dengan dasar seperti ini dapat bersikap maju bersama dan berkembang, sehingga tidak menemui jalan buntu; serta satu sama lain saling mendorong dan mengisi kekurangan pihak lainnya. Jika tujuan serta keinginan yang ideal itu runtuh dan musnah, akan timbul rasa iri dan benci sehingga satu sama lain dapat saling menjatuhkan. Juli 2015 | Samantabadra

45


materi ajaran | gosyo cabang Khusus mengenai Ikegami Bersaudara, lingkungan mereka penuh dengan orangorang yang memďŹ tnah dharma, yakni Bhiksu Ryokan dari kuil Gokuraku serta para pengikutnya. Pada setiap kesempatan orangorang ini ingin agar mereka berdua mundur dari hati kepercayaan. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin dengan keras memperingatkan kepada dua bersaudara ini agar dapat menahan diri untuk tidak saling berselisih atau sedikit saja memiliki perasaan yang tidak senang satu sama lain. Hal ini bukan hanya

ditujukan kepada Ikegami bersaudara saja, tetapi membimbing kita agar memiliki hati kepercayaan yang kuat untuk menghantam iblis dalam diri sendiri. Apabila sedikit saja memiliki keinginan untuk mundur dari hati kepercayaan dan memutuskan hubungan kesatuan hati, maka iblis pun akan masuk. Dengan demikian akan menghancurkan badan diri sendiri. Hendaknya ketahuilah hal ini, karena inilah teori sesungguhnya dari hukum Buddha yang tidak akan berubah selama-lamanya.

ISI GOSYO |

S

addharmapundarika-sutra yang Aku baca dan sebut (Nammyohorengekyo dari Sandaihiho, kesadaran dalam jiwa Niciren), dengan Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan menjadi satu akan mewujudnyatakan karunia kebajikan yang tidak terhitung. Anda berdua (Munenaka dan Munenaga) dengan bersatu hati telah membangun gedung Saddharma dan kuil Hacimangu (tanah milik tuan Ko yang merupakan tempat kediaman mantan Syogun Hojo Tokimune). Jika anda berdua memiliki satu keinginan hati yang sama, yakinlah bahwa ini adalah benar-benar karunia kebajikan dari keunggulan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon). Rupa kesatuan hati anda berdua bagaikan dua buah roda kereta dan kedua sayap burung. Jika di antara istri dan anak anda berdua ada yang merasa tidak senang, janganlah dalam hubungan anda berdua terjadi perselisihan. Kelihatannya Aku sombong, tetapi berusahalah untuk bersatu hati berdasarkan sungguh-sungguh menghormati dan mengagungkan Niciren. Seandainya anda berdua saling tidak menyenangi, haruslah dipikirkan bagaimana mungkin terjadi perlindungan sunyata dari Gohonzon kepada anda berdua? Oleh karena mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, anda berdua memperoleh musuh nyata. Timbulnya perselisihan di antara anda berdua bagaikan Burung Berkik dan kerang yang senantiasa bertengkar dan ribut satu sama lain, sehingga akhirnya tertangkap oleh nelayan. Jika bersikap seperti Burung Berkik dan kerang berarti memenuhi keinginan hati musuh. Sebutlah daimoku (Nammyohorengekyo), sungguh-sungguh berhati-hati, dan mawas diri. Sekian.

Tanggal 12 bulan ke-11. Kepada Hyo-e Sakan Dono

46

Hormat Saya, tertanda Niciren

Samantabadra | Juli 2015


KUTIPAN GOSYO |

1

Saddharmapundarika-sutra yang Aku baca dan sebut (Nammyohorengekyo dari Sandaihiho, kesadaran dalam jiwa Niciren). Dengan Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan menjadi satu akan mewujudnyatakan karunia kebajikan yang tak terhitung. Keterangan : Perkataan Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan dalam kalimat “Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan menjadi satu” berarti Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan bersamasama mewujudnyatakan kekuatan, sehingga akhirnya akan menimbulkan manfaat dan keuntungan yang tidak terukur. Namun, bukan berarti Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan mempunyai kekuatan yang sama. Dalam Hukum Buddha terdapat makna sesat yang mengatakan bahwa Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan merupakan satu kesatuan. Seperti misalnya pendirian Kuil Kuon di Gunung Minobu yang menjadi pusat dari kuil Ikegami Honmon, Kuil Nakayama Hokkekyo, dan lain-lain. Mereka berpendapat, karena Niciren Daisyonin membaca dan menyebut 28 bab, 8 rol, 1 bagian SaddharmapundarikaSutra, maka ini merupakan bukti, bahwa Ajaran Bayangan dan Ajaran Pokok menjadi satu. Meskipun mengatakan demikian, dalam pertapaan dan Badan Hukumnya mereka mencampuradukkan pandangan sesat. Dalam Surat Perihal Empat Kepercayaan dan Lima Bab dikatakan, “Tidak diperbolehkan membaca dan menyebut satupun sutra lainnya” (Gosyo Zensyu halaman 341). Jelas dikatakan bahwa, Niciren Daisyonin tidak mengizinkan membaca dan menyebut satupun sutra lainnya. Dan dalam Surat Perihal Tenju Kyoju Homon dikatakan, “Niciren membaca satu bagian Saddharmapundarikasutra” (Gosyo Zensyu halaman 1001). Dengan mengutip kalimat tersebut mereka mengatakan Niciren Daisyonin membaca dan

menyebut satu sutra. Tetapi kalimat ‘membaca dan menyebut’ berarti Niciren membaca dan menyebut dengan badan bukan hanya dengan mulut. Mengenai ‘membaca dan menyebut’ dalam Surat Sanze Syobutsu Syokanmon dikatakan, “Sekarang membuka Ajaran Bayangan dan menaruhnya memasuki Ajaran Pokok sehingga menjadi satu Saddharma”. (Gosyo Zensyu halaman 571). Dalam Surat Perihal Dunia Sepuluh Hukum dikatakan, “Ajaran Pokok mewujudnyatakan sebab Buddha Ajaran Bayangan, yakni menjadi akibat Buddha Ajaran Pokok. Oleh karena itu, menjadi hukum yang ada pada pokoknya sejak asal mula. Seperti perumpamaan bulan yang ada di langit dan bulan yang ada di air kolam. Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan, mewujud nyatakan tiga masa selalu menetap”. (Gosyo Zensyu halaman 425). Inilah kutipan kalimat yang dipakai kuil-kuil sesat di atas untuk membuktikan Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan merupakan satu kesatuan. Tetapi maksud kalimat Surat Sanze Syobutsu Syokanmon adalah, bahwa Ajaran Bayangan termasuk dalam Ajaran Pokok. Dengan demikian, jelas diwujudkan unggul rendahnya Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan. Sekalipun dikatakan termasuk dalam Ajaran Pokok tidak berarti Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan merupakan satu kesatuan. Ajaran Pokok di dalam Badan Ini melebihi Ajaran Bayangan dalam Badan Kita. Dalam Surat Dunia Sepuluh Hukum diterangkan, “Ajaran Pokok diumpamakan bulan yang ada di langit, Ajaran Bayangan bagaikan bulan yang terdapat di air”. Demikian pula halnya Surat Sanze Syobutsu Syokanmon menerangkan, “Ketika mendiskusikan mengenai Pintu Hukum, kalau mewujudnyatakan Ajaran Pokok, Ajaran Sementara dan Ajaran Bayangan tidak keluar dari Enam Dunia, apalagi Sembilan Dunia.” ,Demikianlah dikatakan mengenai unggul rendahnya Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan. Juli 2015 | Samantabadra

47


materi ajaran | gosyo cabang

2

Burung Berkik dan kerang yang senantiasa bertengkar dan ribut satu sama lain, sehingga akhirnya tertangkap oleh nelayan. Keterangan : Perumpamaan ini diambil untuk menunjukkan kepada kita, bahwa bila terjadi pertikaian dalam mencapai tujuan, pihak ketiga akan memanfaatkan kesempatan ini. Sehingga pada akhirnya kedua pihak yang bertikai akan hancur bersama. Sejak dahulu untuk menerangkan akibat pertikaian digunakan cerita keributan Burung Berkik dan kerang. Burung Berkik adalah burung yang berleher panjang dan memakan binatang-binatang kecil seperti ikan kecil, kerang dan lain-lain. Kerang dalam cerita ini adalah kerang yang gepeng panjang dan berwarna kehitaman, terdapat di laut dangkal. Ini adalah satu cuplikan dari cerita jaman dahulu. Ketika itu Raja Fei dari negeri Chaw hendak menyerang negeri Yen. Salah seorang pejabatnya yang bernama Su Tai mengatakan, bahwa ketika ia berjalan-jalan di tepi pantai, ditemuinya seekor kerang di atas tumpukan pasir. Kemudian datanglah Burung Berkik yang hendak memakan dagingnya. Kerang tidak mau menyerah, ia segera menutup kulitnya dan menjepit paruh Burung Berkik.

48

Samantabadra | Juli 2015

Lalu Burung Berkik berkata, “Jika dalam dua atau tiga hari tidak hujan kamu pasti mati ”. Kerangpun tidak mau kalah dan membalas, “Selama dua atau tiga hari jika paruhmu kujepit terus, kamulah yang mati”. Keduanya sama sekali tidak mau mengalah. Seorang nelayan segera datang dan menangkap mereka berdua. Ini berarti keributan dua negeri Chaw dan Yen memberi kesempatan bagi negeri1ain, yakni negeri Cin, memperoleh keuntungan seperti yang didapat nelayan. Demikianlah pejabat Su Tai menghentikan keinginan Raja Fei menyerang kerajaan Yen. Niciren Daisyonin mengutip perumpamaan ini dalam surat dengan maksud mengajarkan kepada Ikegami bersaudara tentang pentingnya kerukunan dan persatuan hati. Perkataan ‘nelayan’ dalam kalimat di atas berarti orang-orang yang berada dalam lingkungan Ikegami bersaudara. Orangorang yang berada dalam lingkungan Ikegami bersaudara sejak dahulu banyak yang tidak menyenangi mereka. Jika kedua bersaudara bertengkar, hal ini sebenarnya justru yang diinginkan orang ketiga dalam lingkungan. Mereka akan memanfaatkannya untuk memecah belah. Oleh karena itu, di sini diajarkan agar kedua bersaudara ini sedikitpun tidak perlu terjadi keributan. eee


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Melawan Filsafat Sesat dalam Jiwa Pertanyaan: Saya bertekad untuk merombak sifat buruk saya lebih keras lagi. Akan tetapi, dari pengalaman yang lalu, saya merasakan bahwa semakin-kuat keinginan untuk merombak sifat jiwa, semakin kuat pula jodoh yang memancing timbulnya sifat buruk. Bagaimanakah agar dapat menerima suasana dengan baik? Jawab: Alangkah senangnya, ketika kita ingin merombak sifat jiwa, lalu bertemu dengan jodoh-jodoh yang mendorong terjadinya hal tersebut. Misalnya, pada waktu kita bertekad Gongyo Daimoku secara konsisten setiap hari, lalu kita mendapat pujian atau dorongan semangat dari teman maupun keluarga. Atau ketika kita mau melakukan keaktifan dalam susunan secara sungguh-sungguh, lalu uang mengalir dengan lancar ke dalam kantong kita sehingga dapat menunjang seluruh keaktifan. Atau ketika kita sedang malas, maka kita selalu diingatkan untuk tidak berlaku demikian. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi tidaklah selamanya begitu. Bahkan tidak jarang, yang terjadi malahan sebaliknya. Ketika bertekad untuk menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh, malahan terjadi hal-hal yang tidak menunjang, baik dalam kesehatan, keadaan ekonomi, ataupun juga diejek sehingga kita menjadi patah semangat. Orang

yang mempunyai hati kepercayaan yang lemah akan mundur, sedangkan orang yang memiliki hati kepercayaan yang kuat dapat menerimanya sebagai jodoh untuk makin memperteguh hati kepercayaan. Bagaimanapun juga, setiap hari kita akan bertemu berbagai jodoh baik maupun yang buruk. Adanya jodoh yang buruk tidaklah mungkin untuk dihindari. Dan segala macam jodoh buruk yang ada, yang harus diwaspadai adalah Akucisyiki yang mengganggu hati kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra. Dalarn Surat Balasan Kepada Ikegami Bersaudara, Nichiren Daisyonin berkata, Berjumpa dengan Akucisyiki akan menghilangkan hati pokok, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan hati pokok adalah hati yang percaya kepada Saddharmapundarikasutra; sedangkan yang dimaksud dengan menghilangkan adalah hati yang menarik hati kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra untuk pindah ke sutra lainnya (Gosyo Zensyu, hal.1081). Dengan demikian, akucisyiki adalah suatu hal yang menyebabkan hilangnya hati kepercayaan kepada Gohonzon. Sesuai dengan kewajaran, maka mundurnya seseorang dari hati kepercayaan secara total, misalnya sampai mengembalikan Gohonzon tidaklah terjadi dalam waktu sekejap. Sekali bertemu dengan Akucisyiki dan tidak dapat rnengatasinya, maka akan datang Akucisyiki secara bertubi-tubi sehingga semakin lemah. Juli 2015 | Samantabadra

49


materi ajaran | gosyo cabang Itulah sebabnya kita selalu waspada terhadap Akucisyiki. Sekalipun Akucisyiki harus diwasdai, orang yang melaksanakan hati kepercayaan dengan benar pasti dapat mengubah Akucisyiki tersebut menjadi Zencisyiki. Hal ini dikatakan oleh Nichiren Daisyonin dengan jelas dalam Surat Perihal Perilaku Buddha Masa Masa Akhir Dharma. Bagi Buddha Sakyamuni justru Devadatta adalah Zencisyiki yang utama. Sama halnya, Zencisyiki bagi Nichiren Daisyonin dalam mencapai Kesadaran Buddha adalah Tojo Kagenobu, sedangkan guru Dharmanya adalah Ryokan, Doryu Doamidabutsu, Heino Saemon dan Ko Dono. Tanpa mereka saya tidak tidak dapat menjadi pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Betapa gembiranya...(Gosyo Zensyu, halaman 917). Dari petuah emas Sang Buddha ini, dapat dilihat bahwa hal-hal yang merintangi bukanlah sesuatu yang harus dibenci atau disesali, tetаpi justru dapat menjadi zencisyiki yang utama. Buddha Sakyamuni menerima Devadatta yang menentang Beliau sebagai zencisyiki sehingga keagungan Beliau nampak dengan jelas. Tanpa adanya Tojo Kagenobu, Heino Saemon dan lain-lain yang melakukan penganiayaan, Nichiren Daisyonin tidak dapat membuktikan diri seorang pelаksana Saddharmapundarika-sutra dapatlah dipelajari, bahwa justru berbagai rintangan yang ada itulah yang harus diubah menjadi zencisyiki, dengan jalan memperkuat hati kepercayaan kepada Gohonzon. Dengan adanya Gohonzon, sebenarnya kita telah memiliki Zencisyiki yang utama, karena Gohonzon Sandaihiho adalah Kаnjin no Honzon atau Pusaka Pemujaan untuk melihat ke dalam jiwa sendiri. Kita dapat merenungkan peristiwa yang dialami di muka Gohonzon dan dapat menimbulkan kesadaran dari peristiwa tersebut. Dengan demikian, Gohonzon dapat berfungsi sebagai cermin bagi jiwa kita sendiri. Selain Gohonzon, ada pula Zencisyiki lainnya, yaitu guru yang membimbing untuk melaksanakan kata-kata Buddha. Bagaimanapun juga, peranan manusia 50

Samantabadra | Juli 2015

tidak dapat diabaikan dalam penyebarluasan Hukum, sehingga baik manusia maupun Hukum, keduanya adalah penting. Kita mendengar Ajaran Buddha melalui penyampaian dari orang lain, bukan? Selain Gohonzon dan guru, orang-orang di sekitar kita dapat menjadi Zencisyiki pula. Orangorang di sekitar kita bukan saja dalam arti sesama umat NSI, melainkan siapapun juga yang kita jumpai. Dengan menerima orangorang itu sebagai jodoh dari jiwa sendiri, kita dapat lebih mengamati perasaan jiwa sendiri. Berdasarkan hal ini, maka orang-orang itu dapat menjadi Zencisyiki bagi kita. Sekarang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana untuk dapat menerima orang-orang atau suasana ataupun juga sebagai Zencisyiki. Hal ini amat dipengaruhi oleh filsafat yang kita anut dan yakini dalam jiwa. Dari berulang kali hidup-mati yang tak terhitung banyaknya, di dalam Jiwa telah tertimbun filsafat sesat. Yang dimaksud dengan filsafat sesat adalah filsafat yang tidak sesuai dengan Hukum Buddha, yaitu tidak percaya adanya Hukum Sebab Akibat yang gaib. Adanya Hukum Sebab Akibat yang gaib ini, membuat setiap orang bertanggung jawab terhadap nasib dirinya sendiri dan tidak menyalahkan orang lain. Di sinilah terletak tegasnya Hukum Buddha. Di sini juga terletak beratnya melaksanakan Hukum Buddha dengan benar. Menghilangkan filsafat sesat yang ada dalam jiwa merupakan Prasetya yang kita ucapkan pada waktu upacara Gojukai (pemberkahan). Sebelum menerima pemberkahan mengucapkan prasetya sebanyak tiga kali, dengan mengatakan, Ya, saya berjanji…!, salah satu dari tiga prasetya itu adaIah prasetya untuk membuang filsafat sesat. Banyak orang setelah mempelajari Hukum Buddha, mengetahui dalam pikirannya, bahwa sebagai seorang Buddhis, ia tidak boleh menyalahkan orang lain atau apapun juga di luar dirinya sendiri. Akan tetapi, ketika menerima suatu keadaan, filsafat sesat yang ada di dalam jiwаlah yang bekerja. Tetap


saja ia menyalahkan hal-hal di luar dirinya sendiri, seperti mengatakan, siapa dulu yang mulai? Kalau ia tidak berbuat seperti itu, saya juga tidak melakukan begini! Atau ketika diingatkan akan kepastian Hukum Sebab-Akibat Gaib, malah ia merasa seperti ditakut-takuti dengan Hukum itu. Bahkan adapula yang tetap merasa benar atau tetap membenarkan cara yang diambil yang tidak sesuai dengan ajaran Buddha. Ini merupakan reaksi penolakan yang bersumber pada filsafat yang tertimbun dalam jiwa. Oleh karena itu, usaha keras ketika itu, usaha keras untuk menghilangkan filsafat sesat yang ada di dalam jiwa merupakan tantangan kita setiap harinya. Sekalipun telah berprasetya, hati manusia mudah sekaIi berubah sesuai dengan suasana yang ada. Buddha Niciren Daisyonin telah mengingatkan kita bahwa orang bodoh

biasa melupakan janjinya pada yang penting. Hendaknya kita mengingatkan jiwa sendiri untuk tidak menjadi orang bodoh yang melupakan janji yang telah diprasetyakannya sendiri. Hari demi hari kita melatih jiwa untuk menerima segala sesuatu, baik yang pahit maupun yang manis, demi meningkatkan hati kepercayaan. Karena itu, sekalipun jodoh yang dijumpai adalah jodoh buruk, pasti dapat dijadikan batu loncatan untuk memperkuat hati-kepercayaan. Begitupun, ketika keadaan hidup sudah berjalan dengan Iancar janganlah lupa untuk terus meningkatkan hati kepercayaan. Dengan selalu berusaha untuk menghilangkan filsafat sesat yang ada dalam jiwa berdasarkan hati kepercayaan, maka kita tidak akan melalui hari demi hari dalam kehidupan kali ini dengan sia-sia. eee

Catatan

Juli 2015 | Samantabadra

51


cermin kehidupan

Semakin Syinjin dengan Jodoh Penyakit Awal Mula Syinjin Pertama kali saya dikenalkan pada agama Niciren Syosyu pada tahun 1980. Tangan saya patah, tidak bisa membuka dan mengepal selama 6 bulan, gara-gara jatuh menjelang pernikahan anak pertama saya. Saya berobat ke lima dukun tapi tidak sembuh-sembuh. Setelah itu saya mau ke dukun di Pandeglang, tapi tidak dikasih oleh suami karena biaya pengobatannya mahal, sedangkan penghasilan suami dari menjual gabah tidak seberapa. Suami saya yang terlebih dahulu di-syakubuku (dikenalkan pada ajaran ini) oleh ibu Hong Nio. Suami lalu mengajak saya untuk sebut Nammyohorengekyo saja, daimoku, tidak perlu bayar. Saya diberitahu bahwa dengan menyebut Nammyohorengekyo, jiwa dan pikiran saya bisa lebih tenang dan menerima keadaan, 52

Samantabadra | Juli 2015

Ibu Teng Nio (69)

adalah umat NSI daerah Citra Raya (Cikupa), Tangerang, Banten. Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah menghadapi penyakit anemia akut yang hampir merenggut nyawanya. Walau pasang surut hati kepercayaan ia alami, dengan jodoh penyakit ini akhirnya ia bisa menyadari kelalaiannya dan semakin memperkuat hati kepercayaan kepada Gohonzon, hingga akhirnya bisa mengatasi penyakit tersebut dan hidup sampai hari ini.

sehingga kondisi tubuh pun dapat membaik. Tanpa banyak berpikir, saya pun rutin daimoku. Pada tanggal 10 Mei 1981 saya menerima Gohonzon. Saya yakin dengan menyebut Nammyohorengkyo, saya bisa memunculkan semangat jiwa saya dan sembuh. Setelah daimoku selama seminggu, tangan saya mulai sembuh dan ada tenaga lagi. Saya bisa beraktivitas kembali, seperti mencuci dan lain-lain, tanpa harus berobat ke dokter atau dukun. Sembuh karena percaya Gohonzon.

Sebelum mengenal Gohonzon dan belum menyebut Nammyohorengekyo, keluarga saya sering menderita penyakit silih berganti. Kalau suami sakit, anak sembuh. Anak sembuh, ibu sakit. Ibu sakit, suami juga sakit lagi. Dulu keluarga saya langganan berobat ke mantri. Tapi sejak percaya Gohonzon, keluarga menjadi jarang sakit, kehidupan berumah tangga menjadi lebih tenang dan tentram. Hati kepercayaan saya kepada Gohonzon juga


membawa perubahan dalam keharmonisan saya dengan suami. Sebelumnya, ketika ada masalah, saya dan suami bisa saling diam bermingguminggu. Namun setelah saya sering daimoku, belajar dharma, dalam diri saya timbul rasa pengertian yang lebih besar, dan saya bisa lebih mengendalikan diri dan emosi saya. Semakin hari, hubungan saya dengan suami semakin harmonis, tidak lagi sering marah-marah, ketika ribut pun, kita bisa langsung baik lagi. Ada kekuatan dari Nammyohorengekyo yang saya rasakan yang membuat saya mampu mengendalikan diri saya dengan lebih baik. Saya aktif mengikuti forum pertemuan di susunan NSI. Dari tahun 1983 sampai suami saya meninggal di tahun 2008, saya mengemban tugas menjadi ibu anak cabang di daerah Cikupa. Saya semangat pergi ke honbu untuk pertemuan walaupun harus gelayutan di kendaraan umum. Saya juga semangat daimoku, banyak belajar gosyo, dan menyampaikan kembali kata-kata Buddha yang saya pelajari di dalam pertemuan daerah.

Hikmah dari Menerima Keadaan Setelah suami meninggal pada tahun 2008, saya cukup stres karena kehilangan orang yang sangat saya sayangi. Saya terlena dalam kesedihan dan membiarkan semangat hidup dan hati kepercayaan

saya melemah. Pada waktu itu, bapak daerah saya, Bapak Joni sering mengunjungi saya untuk mengajak pertemuan, tetapi saya tidak mau. Dalam hati kecil saya ada perasaan menyalahkan Gohonzon, “Kenapa setelah percaya Gohonzon, suami saya terkena kanker paru-paru yang berat?� Pada waktu itu saya sulit menerima kenyataan tersebut. Saya sempat tidak aktif di susunan NSI selama satu setengah tahun. Karena kondisi saya yang menyalahkan suasana, saya tidak nafsu makan dan susah tidur. Jam 2 atau jam 3 pagi baru bisa tidur. Saya masih jalankan gongyo-daimoku tapi tidak rutin. Pada usia 65 tahun (2011), saya jatuh sakit. Timbul bintik-bintik merah di kaki saya. Awalnya saya kira itu gejala demam berdarah. Tapi setelah cek ke dokter, katanya bukan. Dokter menyarankan untuk tes darah. Hasil tes dari laboratorium saya bawa lagi ke dokter, ternyata trombosit saya turun jadi 16.000. Saya tanya, “Kok trombosit saya turun? Apa saya harus dirawat di rumah sakit?� Dokter bilang tidak usah. Kondisi badan saya lemas, tidak nafsu makan, dan tidak bisa tidur. Saya mau kensyu juga tidak bisa. Karena kondisi yang terus menurun, beberapa bulan kemudian saya periksa ke dokter lagi. Saya cerita trombosit saya turun, badan lemas, dan bintik-bintik merah tambah banyak. Setelah diperiksa,

dokter tersebut menyarankan hal yang sama, saya harus melakukan tes darah kembali. Hasil tesnya menyatakan trombosit saya turun jadi 2.000, hb saya 3. Kemudian saya mendapatkan rujukan ke rumah sakit umum. Saat itu, anak saya yang mengantarkan saya ke rumah sakit. DI sana saya mengetahui penyakit yang saya derita adalah anemia aplasi. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa saya harus dirawat dan harus tambah darah. Hasil rontgen saya bagus, jantung, ginjal, paru-paru bagus. Setelah rutin tambah darah selama setengah bulan, dianjurkan untuk bor sumsum tulang. Saya ke Rumah Sakit Dharmais untuk bor sumsum tulang, prosesnya seperti disuntik, hanya jarumnya lebih besar.

Semakin Syinjin dengan Jodoh Penyakit Karena dihadapkan pada penyakit tersebut, saya pun kembali sungguh-sungguh percaya dan menyebut Nammyohorengekyo. Setelah beberapa hari, saya dirawat di rumah sakit Mayapada selama seminggu, ada dokter ahli darah di situ. Setelah itu saya dipindahkan lagi ke rumah sakit umum. Pihak rumah sakit menyatakan bahwa penyakit saya tidak ada obatnya, harus selalu tambah darah. Anak-anak saya juga sudah berunding dengan dokter, dokter bilang tidak ada obatnya dan Juli 2015 | Samantabadra

53


cermin kehidupan meminta agar saya dibawa pulang saja. Akhirnya saya bolak-balik rumah sakit selama setengah tahun. Selama menderita penyakit, saya selalu menyebut Nammyohorengekyo, saya membawa buku paritra dan juze ke rumah sakit. Waktu itu saya tidak kuat membaca gongyo, paling hanya sanggup membaca dua lembar. Selama ada di rumah sakit saya lebih semangat daimoku, tidak lepas dari Nammyohorengekyo karena pimpinan daerah dan anggota Citra Raya mengunjungi saya untuk memberikan dukungan. Mereka menganjurkan saya untuk lebih banyak daimoku, di atas ranjang atau di mana saja juga tidak apaapa. Saya terima ini sebagai karma saya. Penyakit itu dari kita sendiri yang bikin. Kalau kita tidak bikin, tidak mungkin timbul penyakit. Maka dari itu, saya sungguhsungguh menjalankan hati kepercayaan. Setelah sampai di rumah, saya banyak baca buku Samantabadra, baca gosyo berlembar-lembar, dan pengalaman hidup orang. Saya juga mulai masuk di pertemuan dan ikut kensyu. Saat kensyu, saya masih dalam kondisi sakit. Sejak itu saya harus selalu tambah darah, lima kantung darah merah dan darah putih tapi entah kemana darahdarah itu sepertinya tidak ada. Tiga hari sekali (kadang dua hari sekali, atau setiap hari), berkantung-kantung 54

Samantabadra | Juli 2015

terus tidak berhenti sampai 6 bulan lamanya, kadang pas waktunya transfusi, tetapi di Rumah Sakit kehabisan cadangan darah, maka tidak ada jalan lain selain terus daimoku tanpa henti. Terakhir darah yang ditransfusi sudah tidak bisa diterima oleh badan saya, begitu ditranfusi selalu muntah dan buang air besar, jadi pada saat itu kondisi saya sudah begitu parahnya, saya sudah terkapar. Dokter sudah meminta saya untuk pulang saja, sudah tidak ada obatnya, kata dokter berikan makan yang enak-enak saja, karena divonis sudah tidak lama lagi akan meninggal. Anak saya sempat menyarankan untuk pergi ke dukun saja, tapi saya tidak mau karena saya punya Gohonzon. Saya bilang kalau berobat ke tempat yang anehaneh, nanti bukannya sembuh malah tambah parah. Setelah beberapa lama, saya dirawat lagi di rumah sakit umum Siloam. Sempet tidak dapat darah. Kalau tidak dapat darah, saya mau pulang. Hidup Kembali Saya masih ingat bahwa di rumah ada Gohonzon dan bertekad ingin hidup, itulah satu-satunya icinen saya pada waktu itu. Kemudian saya dibawa pulang ke rumah. Teman-teman sedharma umat NSI Cikupa datang mengunjungi saya untuk daimoku bersama. Saya Daimoku terus tidak pernah

berhenti, selain itu juga berusaha membaca GosyoGosyo yang ada di majalah. Kemudian di tahun 2012, saya ketemu sinshe pengobatan alternatif. Saya minum obat herbal dari bahan akar-akaran sampai akhirnya saya sembuh. ini semua karena Nammyohorengekyo, tanpa Nammyohorengekyo saya tidak yakin bisa ketemu dengan jodoh sinshe dan obat yang baik. Setelah menjalani pengobatan tersebut, saya bisa menerima transfusi darah dua bulan sekali, semakin hari badan saya bertambah kuat dan sehat, sejak itu (2013) sampai hari ini, saya tidak perlu menerima transfusi darah lagi. Kekuatan hati kepercayaan saya kepada Nammyohorengekyo membuat usia saya bisa diperpanjang sampai saat ini dan kesehatan saya pulih kembali. Sekarang kondisi saya sudah normal, sudah cek darah dan hasilnya bagus, hb saya di angka 9. Saya sudah enak makan, enak tidur, kuat jalan. Dulu hb saya hanya 3, sudah sekarat. Andai saya tidak percaya Nammyohorengekyo, tidak kenal Gohonzon, saya pikir sakit saya tidak akan sembuh. Saya bisa meninggal karena kehilangan semangat hidup. eee


wawasan

Sejahtera dengan Perubahan Sikap dan Perilaku Hidup Sehari-Hari Foto bersama peserta kensyu dengan pembicara dari KKI.

P

ada rangkaian kegiatan kensyu gosyo umum, 24 Mei 2015, NSI mengundang pembicara dari Koperasi Kasih Indonesia (KKI) untuk memberikan pembekalan kepada umat NSI tentang gagasan dari sebuah bisnis sosial yang memiliki visi-misi untuk memberdayakan masyarakat dengan kemampuan ekonomi lemah secara mendasar melalui perubahan sikap dan perilaku. Berikut ini adalah rangkuman dari pembahasan yang dilakukan oleh pengurus KKI; Leonardo Kamilius (founder KKI), Isabela, dan Sandra. Apa itu Koperasi Kasih Indonesia (KKI)? Koperasi Kasih Indonesia (KKI) adalah sebuah bisnis sosial yang menyediakan jasa keuangan kepada masyarakat berkemampuan ekonomi

lemah, orang-orang yang tidak memenuhi syarat bank untuk mendapatkan pinjaman, sehingga mereka dapat memiliki kesempatan untuk hidup lebih sejahtera. Walau sebagai unit bisnis, KKI

Para pembicara dari KKI membagikan wawasannya kepada peserta kensyu mengenai perubahan sikap dan perilaku (mentalitas) sehari-hari agar bisa hidup lebih sejahtera.

memiliki visi dan misi untuk menyejahterakan masyarakat yang dapat kita pelajari. KKI menyediakan jasa pinjaman uang dan tabungan yang disertai dengan pelatihan dan edukasi bagi para

Ketua Umum NSI memberikan plakat kenangkenangan kepada Leonardo Kamilius dari KKI.

Juli 2015 | Samantabadra

55


wawasan peminjamnya, sehingga dapat mengubah pola hidup masyarakat dari dalam dirinya sendiri. Pada logo KKI ada lambang hati. Hati berarti kasih. Hal ini bermakna bahwa KKI secara murni ingin mengasihi negara dan berbuat sesuatu untuk kemajuan negara kita. Visinya adalah KKI ada untuk membawa harapan dan menyediakan jalan untuk mereka yang masih dibatasi oleh kemiskinan agar dapat mencapai kesejahteraan. Kebanyakan orang miskin jangankan berpikir untuk punya mimpi, besok mau makan apa saja mereka masih belum tahu. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana cara untuk bisa bertahan hidup. KKI ingin membawa harapan kepada orangorang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Walaupun mereka miskin, tapi anak-anak mereka harus bisa memiliki masa depan yang lebih cerah. KKI juga ingin menyediakan jalan kepada para nasabahnya. Kebanyakan nasabah KKI adalah nasabah yang tidak dilirik oleh bank. Nasabah kami adalah warga kurang mampu dan tidak memiliki apapun yang berharga, yang bisa dijadikan jaminan. Kami punya mimpi besar untuk memberdayakan satu juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia pada tahun 2030. Yang paling penting sebenarnya bukanlah target satu juta keluarga itu tercapai, tetapi 56

Samantabadra | Juli 2015

lebih daripada itu kami ingin memberdayakan satu per satu orang, satu per satu keluarga. Nanti pada tahun 2030, generasi sudah berganti. Anak-anak kecil sekarang sudah menjadi dewasa pada masa itu. Pada saat itu, pola pikir mereka sudah berubah, maka negara kita akan semakin maju. KKI memusatkan aktivitasnya di daerah paling kumuh dan miskin di Jakarta, yaitu Cilincing, Jakarta Utara. Kebanyakan penduduk di daerah Cilinciing berprofesi sebagai seorang nelayan. Pola pikir seorang nelayan agak berbeda dengan petani. Kalau petani lebih sabar, lebih tahu proses, seperti saat menanam, semua melalui suatu proses baru bisa mendapatkan hasilnya. Berbeda dengan nelayan yang tidak mengenal proses itu. Oleh karena itu kami memutuskan untuk mengaplikasikan KKI di daerah Cilincing. Bentuk badan usaha yang kami pilih bukanlah CV, PT, ataupun modal ventura, tapi koperasi. Karena kami percaya dari produk-produk yang kami sediakan dan dukungandukungan yang kami lakukan, semuanya butuh kerjasama dari anggotanya. Jadi setiap anggota harus menabung. Oleh karena itu kami memutuskan bahwa badan hukum yang paling tepat adalah koperasi. KKI berfokus pada ibuibu kurang mampu dengan penghasilan Rp 15.000 – Rp

50.000 per hari. Per April 2015, KKI sudah menjangkau 6.700 nasabah. Total orang yang meminjam di KKI sebanyak 10.000 orang, tapi yang aktif hanya sekitar 6.700 orang.

Apa yang dilakukan oleh KKI untuk membawa perubahan pada kehidupan anggotanya? Berawal dari fenomena bantuan-bantuan yang diberikan kepada orangorang kurang mampu, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), ataupun pelatihanpelatihan lainnya, kami mulai menganalisa. Setelah bantuan itu diberikan, hidup mereka pun tidak banyak berubah; secara finansial tidak ada perubahan, secara pola pikir juga tidak berbeda, secara karakter pun tidak berubah. Apa salahnya? Memulai dari pertanyaan itu, kami sadar bahwa untuk membawa warga yang kurang mampu keluar dari garis kemiskinan atau bahkan untuk mencapai kesuksesan, kesempatan atau bantuan saja tidak cukup. Yang diperlukan adalah kesiapan dari diri masing-masing untuk keluar dari garis kemiskian tersebut untuk mencapai kesuksesan. Kesiapan itu adalah motivasi untuk keluar dari kemiskian, tahu bagaimana caranya dan pada akhirnya siap untuk keluar dari kemiskinan. Rumus sukses adalah


kesiapan ditambah dengan kesempatan. Kami ingin menanamkan pada setiap orang, bahwa kita bisa membuat perubahan untuk diri kita sendiri. Ada tiga pelayanan yang diberikan KKI kepada anggotanya, yaitu: (1) edukasi/pelatihan, (2) tabungan, dan (3) pinjaman. Pertama, edukasi, pelatihan, motivasi dan pola pikir. Setiap orang yang mau menjadi anggota dari KKI, wajib mendapatkan pelatihan ini sebelum mereka mendapatkan pinjaman atau tabungan. Dalam pelatihan ini, hal-hal yang biasa kami tekankan, yaitu : (1) memiliki tujuan, (2) semangat untuk bekerja keras dengan penuh semangat, (3) berdoa, dan (4) belajar bahagia apapun kondisinya. Memiliki tujuan hidup/mimpi itu penting sekali. Dengan adanya tujuan ini, akan membantu kita untuk bergerak ke arah yang kita harapkan. Tujuan ini kita simpan sebagai mimpi. Dengan ini, kita bisa terus mengembangkan diri untuk mencapai tujuan. Sebagai umat Buddhis, tentu kita tahu kriteria tujuan yang baik adalah (1) tujuan ini membahagiakan diri sendiri dan orang lain, dan (2) tujuan ini tidak menyakiti diri kita sendiri dan orang lain. Ketika kita memiliki tujuan baik ini, layak kita simpan. Pada tahap awal, ibu-ibu yang menjadi anggota KKI diharapakan bisa menempelkan gambar mimpi

mereka pada sebuah pigura, dan diletakan di tempat yang sering dilihat di rumah mereka masing-masing. Oleh karena itu, mereka akan termotivasi untuk mencapai mimpi mereka. Setelah memiliki tujuan, kita harus kerja keras dengan penuh semangat untuk mencapainya. Bagi kita umat Buddha, bekerja dengan sepenuh hati merupakan sebuah perbuatan baik. Bila kita sudah kerja keras, lelah, kadang patah semangat, ingatkan kembali diri kita bahwa yang terpenting adalah prosesnya, bukan hasilnya. Kita sekarang sedang berbuat baik, jangan kecewa kalau belum mencapai tujuan, tetap lakukan dengan penuh semangat. Selanjutnya jangan lupa berdoa. Berdoa yang baik adalah belajar untuk pasrah, bersyukur dengan apa yang kita punya, dan kita masih punya kesempatan untuk berbuat baik. Doa memacu kita untuk mengingatkan kita yang penting adalah prosesnya. Bagi umat Buddha, sering kali kita mendengar bahwa tujuan hidup adalah berbahagia. Jika kita sudah memiliki tujuan, sudah berkerja keras dengan penuh semangat dan sudah berdoa, kita harus siap menerima apapun hasilnya kemudian. Karena hidup selalu berubah, tidak ada yang kekal dalam hidup ini. Kita tidak bisa memaksakan apa yang kita

mau. Yang bisa kita lakukan adalah menerima dan mengatasi permasalahan yang terjadi pada hidup kita. Dengan begitu, kebahagiaan akan kita peroleh. Kita akan melanjutkan lagi usaha kita, dan tetap bersemangat. Kalau kita bisa menerima apapun kondisi kita sekarang, ini merupakan perbuatan baik. Dalam kondisi baik ataupun buruk, kita tetap bisa berbuat baik. Kedua adalah tabungan. Kami memberikan tabungan pada anggota KKI. Kunci dari menabung adalah menyisihkan apa yang kita hasilkan secara rutin, jumlahnya tidak masalah, yang penting rutin. Ini melatih disiplin kita untuk mencapai tujuan yang kita telah tetapkan,melatih semangat kita, melatih kita untuk menahan diri membeli barang-barang yang tidak berguna. Dengan menabung, hidup akan berubah menjadi lebih baik dan lebih mudah dilalui. Misalnya ketika kita sakit, kalau kita memiliki tabungan, segalanya akan menjadi lebih mudah. Ini yang selalu kami sarankan pada anggota KKI untuk menabung pada instansi yang terpercaya. Ketiga, bantuan atau pinjaman. Bantuan atau pinjaman diberikan pada anggota yang butuh modal usaha, bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam mengembangkan usaha, mencari pinjaman bukanlah hal yang tabu. Juli 2015 | Samantabadra

57


wawasan Jika dikelola dengan baik, pinjaman tersebut dapat kita kembalikan secara utuh, di samping kita dapat memperoleh melainkan perlu memperhatikan beberapa hal sebelum memutuskan untuk menerima pinjaman: (1) apakah dengan meminjam, penghasilan bisa bertambah? (2) apakah dengan penghasilan tersebut bisa membayar bunga dan cicilan? dan (3) apakah sudah siap menjalani konsekuensi bila gagal membayar? Bila jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah iya, ditambah lagi jika calon nasabah sudah memiliki pola pikir yang benar untuk mengelola usaha dan keuangan, maka mereka boleh menerima bantuan/ pinjaman untuk usahanya. Dari tiga contoh di bawah ini, kita bisa melihat bahwa kesempatan yang sama dapat mengakibatkan hasil yang berbeda, tergantung kesiapan orang tersebut untuk memanfaatkan kesempatan dan berubah menjadi lebih baik. Ibu Marni – pengusaha warung kecil Ibu Marni sudah punya rumah sendiri berukuran 3x6 meter. Suami Ibu Marni adalah tukang becak. Becaknya pun sewa seharga Rp 5.000 per 24 jam. Penghasilan sehari Rp 50 ribu. Ibu Marni memiliki 6 orang anak. Suami Ibu Marni mau meminjam uang kepada KKI sebesar Rp 500.000 untuk membeli becak bekas. Setelah 58

Samantabadra | Juli 2015

cicilannya lunas, Ibu Marni ingin meminjam uang lagi sebesar Rp 500 ribu untuk membuka usaha warung kecil di depan rumahnya. Penghasilan Ibu Marni sehari dari warung tersebut sebesar Rp 50 ribu. Anak pertama Ibu Marni sempat putus sekolah sewaktu SMK, namun kemudian memperoleh pekerjaan dengan gaji sebesar UMR (Upah Minimum Regional). Akhirnya Ibu Marni punya penghasilan sebesar Rp 150 ribu per hari (3 kali lipat dari sebelumnya). Tapi setelah punya penghasilan 3 kali lipat, Ibu Marni pun tidak bisa menabung dengan berbagai alasan. Akhirnya pada suatu hari ibu Marni sakit dan ia tidak punya tabungan untuk berobat, penghasilan pun tidak ada, modalnya habis dipakai untuk berobat, dan anaknya juga di PHK. Pada contoh ini, Ibu Marni belum siap untuk berubah. Ada kesempatan bagi Ibu marni untuk naik kelas, ada kesempatan untuk menabung tapi tidak dilaksanakan.

Ibu Barkah – pengusaha warteg Ibu Barkah adalah pedagang, membuka warteg kecil di pasar, daerah Cilincing. Pertama-tama, Ibu Barkah meminjam uang sebesar Rp 1 juta dari KKI dan dicicil selama 6 bulan untuk usaha warteg-nya. Setelah cicilannya lunas, Ibu Barkah tidak lagi meminjam dari KKI. Setelah dicari tahu,

ternyata Ibu Barkah sekarang sudah mulai menabung. Ilmu menabung yang dipelajari Ibu Barkah dari KKI, sungguhsungguh ia terapkan. Ibu Barkah memiliki 2 orang anak. Penghasilan beliau Rp 100.000 – Rp 110.000 per hari. Untuk biaya makan keluarga sehari-hari butuh sekitar Rp 30 ribu per hari. Ibu Barkah bisa menabung sebesar Rp 70.000 setiap hari. Oleh karena itu pinjaman dari KKI bisa dilunasi tepat waktu. Dulu, sebelum ikut KKI, Ibu Barkah sering pinjam uang kesana kesini. Tapi setelah 1,5 tahun ikut KKI, beliau sudah bisa membangun rumah di kampung, yang sebelumnya rumahnya masih kontrak. Kalau dianalisa, Ibu Barkah punya kesiapan untuk berubah dengan mulai menabung walaupun jumlah pengasilannya sama.

Ibu Ita Rosita – pengusaha warung Ibu Ita Rosita memiliki suami seorang nelayan dan dua orang anak. Ia tinggal di rumah kontrakan di atas tumpukan sampah, di pinggir kali berukuran 4x5 meter, dindingnya dari kayu, dan sebagian dari atap rumahnya terbuat dari terpal. Ia sudah mengontrak selama 19 tahun. Ibu Ita ingin meminjam uang sebesar Rp 1 juta untuk membuat warung. Kayu yang digunakan untuk membangun warung inipun merupakan kayu rongsokan. Beliau adalah anggota yang baik, cicilannya


pun berjalan lancar. Setelah enam bulan cicilannya lunas, Ibu Ita ingin pinjam lagi Rp 2 juta untuk membeli sebidang tanah. Setelah periode cicilan uangnya selesai (selama 1 tahun), Ibu Ita ingin meminjam uang sebesar Rp 5 juta untuk membangun rumah. Uang hasil pinjamanpinjaman sebelumnya dia sisihkan sedikit demi sedikit untuk membangun rumah. Sebelum ikut KKI, Ibu Ita hanya bisa terus mengontrak rumah selama 19 tahun, tapi setelah 1,5 tahun ikut KKI, beliau bisa mempunyai rumah. Menurut pengalaman kami, umumnya anggota KKI akan mengalami perubahan sikap dan gaya hidup setelah 5-10 tahun, tapi Ibu Ita ini bisa berubah hidupnya hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun. Rahasianya, Ibu Ita konsisten melakukan aksi mewujudkan mimpinya.

Ia punya tujuan dan fokus berusaha untuk mewujudkan tujuan tersebut. Setiap hari dalam doanya, ia selalu ingat dengan mimpinya untuk punya rumah, dan bisa membiayai kuliah anaknya yang kedua. Setiap pagi Ibu Ita pun selalu semangat bekerja, dan ia bisa menahan diri untuk tidak membeli hal-hal yang tidak perlu agar bisa menabung. Akhirnya, Ibu Ita berhasil mewujudkan mimpinya satu per satu. Kalau kita membantu orang dengan memberikan uang, belum tentu hidup orang itu bisa berubah, tapi kalau pola pikir seseorang sudah berubah, ia punya kesiapan pikiran, semangat, sikap dan punya integritas, maka ia akan berhasil. Ibu Ita pun sudah berhasil membangun sebuah rumah, sudah memiliki dua sepeda motor, usahanya pun berkembang.

Dari ketiga ilustrasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan sikap mental dan perilaku adalah hal yang utama apabila kita ingin merasakan perubahan dalam hidup kita (menjadi lebih sejahtera). Hal ini dapat terwujud melalui aksi berikut; (1) berhemat, dengan kata lain menabung. Sekalipun seseorang hanya berjualan es teh manis, tetap tabunglah sebagian dari penghasilan kita. (2) fokuslah kepada tujuan hidup atau mimpi kita. (3) berbuat baik dan rendah hati. Kalau kita berbuat baik, mungkin uang tidak akan berlebih tapi kehidupan kita pasti tercukupi. Kerendahan hati adalah faktor yang menjadi sumber rejeki kita, sulit dijelaskan dengan katakata namun terjadi demikian.

eee

Juli 2015 | Samantabadra

59


riwayat

Riwayat Ikegami Bersaudara

P

ara penjaga yang berbaju baja di pintu gerbang utama dari gedung besar Ikegami tampak mengawasi seorang yang menunggang kuda berlari menuju ke arah mereka. Para penjaga membuka pintu kayu, yang tebal itu dan menutupnya dengan 60

Samantabadra | Juli 2015

barat, terdapat suatu penyeka kayu yang terawat baik, tiada hiasan yang lainnya. Tanahnya yang ditutupi oleh suatu lapisan yang rapi dari batubatu koral bewarna putih yang indah dengan batu-batu yang berukuran agak besar dan tersebar di sana-sini. Orang tersebut masih tetap berlutut di hari yang semakin siang dengan nafas yang terengah-engah sekali. la datang 50 kilometer dari Kamakura, pusat Administrasi Shogun (Pemerintahan Militer saat itu), ia dikirim oleh lkegami Munenaka. Suatu pancaran sinar lilin di dalam kedai minum dan pesuruh tersebut melihat dua bayangan bergerak ke pintu-pintu kertas. Seorang laki-laki yang muncul dari kedai minum adalah lkegami Yusimitsu, penguasa Wilayah lkegami dan Menteri Pembangunan pemerintahan Kamakura, dan Ikegami Munenaga, anaknya yang kedua. Pesuruh tersebut mendengar suara majikannya dari rumah tersebut, suara keras, setelah pesuruh “Mendekatlah kemari, yang menunggang kuda itu tengadahkanlah kepala Anda.� memasuki halaman. Sesaat Ia mematuhi dan melihat setelah berada di dalam, wajah Yusumitsu yang telah pesuruh tersebut berlutut dimakan usia. Dengan suatu dalam sikap yang sama seperti cara berdiri yang formal, yang dilakukan oleh seorang pesuruh tersebut berkata, samurai, di depan sebuah “Tuanku, saya membawa kedai minum kecil dekat suatu pesan penting dari rumah besar lkegami sebelah majikan saya, Munenaka.


Beliau memerintahkan saya secepat mungkin melaporkan kepada Anda perihal suatu kebakaran yang membumi hanguskan Gokuraku-ji (kuil Suruga).” Sesaat itu juga Yusimitsu dikejutkan oleh berita tersebut, tetapi segera dapat mengembalikan ketenangannya dan bertanya, “Bagaimana hal itu dapat terjadi? Gokuraku-ji adalah salah satu kuil terbesar di kamakura. Kuil itu milik sekte Ritsu dan dibantu oleh Bupati dari rezim Kamakura.” Ryokan, pengurus Gokuraku-ji, adalah orang yang benar-benar disegani oleh kedua-duanya baik Bupati maupun umatnya. Yasumitsu adalah juga seorang penganut yang tekun. Di samping memberikan sumbangan untuk biaya pemeliharaan dan perbaikan Gokuraku-ji, Yasumitsu memberikan dana dalam jumlah besar secara pribadi kepada Ryokan, orang yang amat berpengaruh atas Heino Seamon, seorang sekretaris pemerintah dan komandan militer di kamakura. lkegami Yasumitsu telah memberikan kata-kata sanjungan dan semangat kepada Ryokan akan kedudukan sosialnya dalam setiap kesempatan. Oleh Karena itu Yasumitsu amat memikirkan kebakaran tersebut dan dalam kesempatan apapun berusaha memperlihatkan diri pada Ryokan. Untunglah ia mengetahui seluk-beluk dan dana yang mungkin

diperlukan untuk perbaikan kembali kuil tersebut. Pesuruh itu menjelaskan, “Kebakaran terjadi kemarin pagi. Api itu kelihatannya berasal dari dapur. Karena tiupan angin yang kencang, ruang sembahyang dan tempat tinggal para Bhikku seluruhnya musnah menjadi abu dalam waktu satu jam. Kediaman bupati yang terletak disebelahnya juga ikut terbakar, tetapi dapat diselamatkan dari kerusakan total. “Adakah pesan-pesan yang lainnya?” desak Yasumitsu. “Ada, tuanku. Majikan saya menulis surat ini,” balas pesuruh itu, memperlihatkan satu rol kertas dari lipatan bajunya. Ini sebuah surat pribadi dari anak Yasumitsu yang tertua, Munenaka, yang menangani rumah kediaman resmi di Kamakura. Terbaca : Ayahanda, Anda telah mengetahui dari pesuruh saya tentang kebakaran yang memusnahkan Gokurakuji. Siapapun yang tanpa alasan menyerang Nichiren Daisyoni atau memfitnah ajaran Hukum Agama Buddha Nichiren Daisyonin padan akhirnya akan jatuh ke neraka yang tidak terputus-putus penderitaanya, karena dosa pemfitnahan. Saya harap agar Anda tidak memberikan bantuan-bantuan apapun kepada Ryokan, apabila ayah memberikannya itu berarti membantu seorang pemfitnah Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin, Sekte

Ritsu, yang menurut Niciren Daisyonin adalah musuh bangsa Jepang. Seperti ayahanda ketahui, bahwa Ryokan dengan begitu berapi-api menyerang Niciren Daisyonin dan membantu pembuangan Niciren Daisyoni ke pulau Sado. Pemerintah Kamakura telah banyak menghabiskan uang untuk pertahanan wilayah teritorial sebelah selatan melawan bangsa Mongol yang menyerang bangsa kita. Dengan tidak membantu membangun kembali kuil tersebut, maka Ryokan pasti akan datang meminta bantuan kepada Ayahanda. Anda seharusnya menolak. Apabila tidak demikian, Ayahanda berarti membantu memfitnah pelaksana Saddharmapundarika-sutra di masa ini, Niciren Daisyanin sampaikanlah salam saya kepada adik serta istrinya. Yasumitsu melemparkan surat tersebut kepada Munenaga yang berada disisinya dan berkata kepada pesuruh itu, “Ada lagi yang lainnya?” pertanyaan yang kasar terpancar dari perasaan muak Yasumitsu. Dia berpikir, “Cerita lama yang sama. Setelah Niciren kembali ke Pulau Sado, kelihatannya Munenaka akan menjadi seorang panganut yang lebih fanatik lagi. “Begitulah tuanku”. Balas pesuruh itu. Wajahnya pucat di bawah cahaya bulan, menunjukkan kelegaan karena telah menjalankan tugasnya. “Anda Juli 2015 | Samantabadra

61


riwayat boleh beristirahat ke tempat kediamanmu, semoga dapat beristirahat dengan baik”, pesuruh tersebut berdiri dan kembali ia membungkuk dalam-dalam. Yasumitsu menoleh kepada anaknya dan berkata, “Beritahukan komandan pasukanku untuk memilih selusin tentara dan siapkan untuk pergi bersama kita ke Kamakura dini hari”. Pagi hari 25 Maret 1275, Yasumitsu dan Munenaga memulai perjalanan mereka dengan kuda menuju ke Kamakura bersama selusin pembantu dan prajurit. Yasumitsu berada dalam suasana hati yang prihatin. Pertama-tama ia tidak dapat memahami keberanian yang berapi-api dari Menenaka dalam mencela Ryokan. Yasumitsu menganggap dirinya sebagai seorang ayah yang berpandangan luas, karena selama 20 tahun belakangan ini ia bersikap sabar terhadap Munenaka yang menjadi seorang pengikut Niciren. la teringat kembali, semua ini berpangkal dari Nissho, adik ipar lakilakinya, yang menjadi murid Niciren Daisyonin setelah menyelesaikan studynya di Kuil Enryoku-ji dan Sekte Tien-tai di Gunung Hie i. Nissho berdialog dengan kemponakannya, Nichiro dan kini keduanya termasuk di antara enam murid senior Niciren, mereka mempengaruhi Munenaka dan Munenaka mempengaruhi adik laki-lakinya, yaitu Munenaga. Emapt orang 62

Samantabadra | Juli 2015

penganut Niciren ada dalam keluarga ini, dua diantaranya adalah anak-anaknya sendiri. Yasumitsu harus menerima semua ini, tiada jalan lain. Ia berpikir sepanjang ia masih setia kepada Ryokan dan Bupati dari pemerintah Kamakura, kedudukkan tradisional keluarganya di Kementarian Pembangunan akan terjamin. Semula ia berpikir, apa yang ia lakukan adalah bersabar dan menanti Munenaka, putra pertamanya untuk menggantikan jabatannya kelak, menanjak dewasa dan terlepas dari “radikalisme” Niciren. Akan tetapi, ia telah menanti 20 tahun sudah dan Munenaka belum berubah pemikirannya sedikitpun. Bukan hanya itu, baru-baru ini Munenaka berusaha mengajaknya menjadi pengikut Niciren Daisyonin. Si pembantu yang mengiring arak-arakan barisan tiba-tiba memacu kudanya untuk mengejar Yasumitsu, ia memanggil, “tuan Ikegami…” Tersadar kembali pada kenyataan, Yasumitsu mengeluh. “Ada kejadian apalagi ini!” Saya mendengar kabar bahwa Niciren dan para pengikutnya adalah orang-orang yang menyebabkan Gokurakuji terbakar”. Hmmm, “barangkalai demikian, ada lagi yang lain?” Sekarang tidak tuanku”. “baik, beritahulah saya apabila anda mendapat berita lainnya.” Pembantu tersebut kembali ke belakang di posisinya

semula, Munenaga ada beberapa langkah di depan ayahnya. Ia membesarkan hati, karena lebih suka beraktifitas di kota Kamakura dari pada Ikegami. Walaupun sedemikian idialis, namun membosankan. Ia mengingat kembali kunjungannya ke Kamakura kira-kira setahun sebelumnya. Kakaknya menyarankan untuk datang ke Kamakura, sehingga mereka berdua dapat menyambut Niciren Daisyonin yang sedang kembali dari Pulau Sado. Kejadian itu di senja hari 26 Maret 1274, akhirnya musim semi. Munenaga teringat pada kenangan yang menyentuh hati yang pernah dialami ketika ia bersamasama murid Niciren yang lain yang muda-muda. Syijo Kingo, Shinji Yoshiharu, Ebara Yoshimune, kakaknya sendiri, Munenaka dan lainlain semuanya terkenal sebagai samuarai yang unggul, baik dalam tulisan maupun pedang di Kamakura. Mereka telah menanti di sudut kota di jalanan besar Musahi mengharapkan kembalinya Niciren Daisyonin. Di sana terdapat sebuah tanjakan yang curam di pusat jalan keluar masuk kota, dan Munenaga tidak pernah dapat melupakan saat itu ketika ia memandang kemunculan Niciren Daisyonin dari tanjakan tersabut. Daisyonin berada di punggung kuda, dijaga ketat oleh bala tentara Honma yang bertanggung jawab selama masa penahanan di pulau Sado. Mereka muncul


di puncak bukit tersebut laksana matahari yang sedang terbenam. Gelombanggelombang berdesir di Teluk Sagami di kejauhan berkerlapkerlip menimbulkan suatu warna-warni merah lembut yang memberikan kekhidmatan pada pemandangan. Menyadari, bahwa para pengikutnya menanti di lereng yang curam, Nichiren Daisyonin mengangkat tangannya dan melambaikan kepada mereka, memperlihatkan rasa terima kasihnya kepada mereka semua atas kesudiannya untuk bertemu muka dengan dirinya. Munenaga tergetar oleh kenangannya ketika seorang tua menyeberangi jalan langsung di hadapannya. Ia menarik tali kekang kudanya dan mendadak menghentikan kudanya. la memandang sekilas kepada orang tua itu yang telah berusaha membelokkan arahnya dengan aman di seberang jalan. Dalam sekejap orang tersebut merendahkan kepalanya dengan rasa hormat dan berkata dengan lembutnya, “Tuan, sudikah kiranya memberikan sedikit uang atau makanan?” Munenaga tidak mengindahkan dan meneruskan perjalanannya. Ini adalah pengemis yang pertama dari sekian banyak pengemis yang membuntuti seperti barisan ketika mendekati Kota Kamakura. Penduduk Kamakura seolah-olah telah diliputi oleh suatu rasa kiamat semenjak bangsa Mongol

melancarkan serangannya ke sebelah selatan Jepang tahun sebelumnya. Kabar angin tentang serangan lainnya, bahkan yang menertawakan hanya sebagai jaga muka saja. Selagi mereka melewati orang-orang yang lambat laun bertambah banyak, Yasumitsu dan Munenaga merasakan suatu gambaran tentang rasa ketakutan yang mendebarkan di sela wajah-wajah mereka dari kebanyakan orang yang mereka lihat. Munenaka gembira, bahwa ayah dan adiknya datang berkunjung. Ia tidak mempunyai perasaan curiga sedikitpun bahwa dari pertemuan itu putuslah hubungan keluarga mereka, karena ayahnya tidak mengakuinya lagi. Yasumitsu menghabiskan waktunya beberapa hari pertamanya dengan mengadakan kunjungan kepada para pemimpin yang terkemuka dari penguasa tersebut. Munenaga meluangkan waktunya bersama Nichiro, Nissho, Syijo Kingo dan pengikut lainnya untuk belajar lebih banyak mengenai pelajaran Daisyonin. Yusumitsu menemui Ryokan yang sedang duduk dibangku mewah di tempat kediaman Heino Saemon. Ketika ia memasuki markas besar Ryokan, pertama-tama yang dilakukan pendeta tersebut adalah mengeluh dengan pedihnya. “Tuan Ikegami. Niciren dan para pengikutnya yang radikal terus menerus mengganggu

saya. Kali ini mereka membakar kuil saya”. “Yang mulia Ryokan, saya telah mendengar berita tersebut, rasa simpati saya menyertai anda”, jawab Yasumitsu. Ekspresi Ryokan segera berubah dan ucapannya dipenuhi oleh pertanyaanpertanyaan yang kabur. “Saya selalu heran mengapa terdapat beberapa anggota keluarga Anda yang merupakan anggota atau murid Niciren yang paling setia. Saya mengetahui benar betapa dedikasi Anda kepada sekte Ritsu dan saya. Seperti Anda ketahui, sekte kita selalu mendapatkan perlindungan dari Bapak Bupati. “Yang anda maksudkan, Nissho dan Nichiro. Memang, mereka benar saudara istri saya almarhum. Mereka hanya saudara jauh saya”. Ryokan membantah, “Bukan itu yang saya maksud, saya berbicara tentang anakmu, Munenaka dan Munenaga… khususnya Munenaka. Tidakkah anda menyadari apa yang sedang terjadi? Mungkin anda tidak dapat melihat keluarga lkegami sacara menyeluruh. Tetapi, anak anda tidak memenuhi tugas pemerintahannya di Kamakura ini. Ia benar-benar telah melibatkan diri dengan pergerakan yang dipimpin oleh Niciren. Saya yakin, bahwa Bupati tidak akan mengakui Munenaka sebagai pengganti Anda, jika ia tidak merubah caranya”. Wajah Ryokan berubah menjadi marah. Juli 2015 | Samantabadra

63


riwayat “Baiklah, sebegitu jauh yang saya rasa dari wilayah Ikegami, anak saya Munenaka telah mengerjakan tugasnya dengan sangat baik. Saya diberitahu semua perkembangan dan keputusan yang harus saya teliti sacara pribadi, Kami mempertahankan komunikasi yang erat, dan saya secara pribadi merasa puas dengan penampilannya”. “Anda sapatutnya mengetahui lebih dari itu, Yasumitsu. Anak anda di sini terkenal sabagai salah seorang murid Niciren yang paling penting. Saya juga mengetahui, bahwa ia sahabat baik Shijo Kingo, pimpinan yang aktif dari gerakan yang dipimpin oleh Niciren. Semuanya amat mengganggu Bupati dan Heino Saemon. Sebagai kepala keluarga, mengapa Anda tidak dapat menghentikan semua ini? Yasumitsu bertambah kecewa. “Saya tidak pernah menduga, bahwa anak saya telah menurunkan derajat sedemikian rupa”. “Sebaiknya Anda menyadarinya sakarang”, sambil menyebutkan kehilangan kuil dan rumah tinggal, Ryokan terbakar oleh kemarahan. Ia melanjutkan, tiba-tiba menjadi sangat dingin, saya yakin anda dapat menyelesaikan hal ini”. Yasumitsu takut akan keterlibatan tersebut, membalas, “Anda tidak perlu mengkhawatirkannya”. Ryokan mengangguk tanda setuju. “Bagus, dan saya akan meyakinkan bahwa 64

Samantabadra | Juli 2015

pengabdian anda dipahami benar oleh Bupati”. Ketika Yasumitsu dan para penbantunya mendekati kantor kediamannya, seorang anak yang kira-kira berusia sepuluh tahun, bermain dengan anak-anak lainnya dimuka rumah, berlari menyerbu mereka. “Kakek ! Anda pulang lebih pagi hari ini”. Teriak anak tersebut ketika berlari menuju Yasumitsu. Putra tersebut adalah anak Munenaka. Yasumitsu turun, memberikan tali kekang kudanya kepada pembantunya. Dengan ringan ia memeluk anak tersebut dan menaruh tangannya ke atas pundak anak tersebut. Mereka bersama-sama berjalan menuju rumah. Yasumitsu mengangguk pelan dan tersenyum berbarengan dengan cucunya yang melaporkan kegiatanya hari itu dengan riangnya. Malam itu Yasumitsu tidak dapat tidur, ketika ia terkenang kembali percakapan yang telah dilakukan bersama Ryokan hari itu. Ryokan diplomatis sekaligus mengancam, bersikap mendamaikan pertikaian dan membujuk. Yasumitsu menyadari bahwa nasibnya berada di tangan Ryokan. Setelah mengenal Bhikku itu selama beberapa waktu, seharusnya ia (Ryokan), paling tidak berusaha menawarkan sesuatu kedudukan yang baik sebagai ganti atas segala bantuannya. Meskipun ia

tidak suka dengan nada surat Munenaka, ia harus mengakui kebenaran di dalamnya. Ia memikirkan mengapa ia dipandang rendah oleh Ryokan dan mengapa ia tidak dapat membuat usul yang berlawanan. la mengetahui, bahwa hal tersebut karena kedudukannya dilemahkan oleh persoalan yang berkisar pada salah satu dari anak-anaknya. Ia pikir, “Munenaka, bagi seorang pegawai pemerintahan yang mewakili saya sebagai Menteri Pembangunan, ia berpengaruh kuat sekali sebagai seorang Iawan Ryokan”. Yasumitsu merasa sekali, bahwa sudah saatnya ia mengadakan suatu pembicaraan dengan Munenaka. Pagi hari berikutnya, Yasumitsu dan Munenaka duduk berhadapan muka di ruang tamu. Yasumitsu dengan tenang bertanya : “Mengapa Anda tidak bergaul baik dengan Ryokan ? Saya tidak membuat tuntutantuntutan yang tidak masuk akal atas dirimu perihal keikutsertaanmu dengan Nichiren, tetapi hubungan baikmu dengannya adalah masalah politik. Seharusnya kamu menyadari hal ini daripada membuat ia panik. Keluarga kita hidup dan makmur bersama marga Hojo, dan Ryokan adalah seorang pendukung rohani Hojo.” Munenaka cepat-cepat membalas. “Ryokan berhati bengkok. Meskipun ia seorang Bhikku, ia tidak menjelaskan


ajaran sekte Ritsu dari sekte Jodo. Ia menyebarluaskan mantera sekte Jodo dan mencampurkannya dengan ajarannya sendiri. Nichiren Daisyonin mengatakan, bahwa Sekte Jodo menghapuskan segala harapan umat di dunia

ini, akhirnya membimbing mereka ke penderitaan neraka yang tak terputusputus. Tidakkah ayahanda mengetahui betapa menderitanya orang-orang sekarang? Apakah ayahanda tidak heran

mengapa begitu banyak gempa bumi dan gejala-gejala lain yang aneh telah terjadi? ltu karena mereka percaya pada ajaran yang salah dari Bhikku-bhikku seperti Ryokan. (Bersambung)

resep

Siomay Bandung Oleh : Ibu Oking D, Bogor

Bahan-Bahan: 500 gram Daging Ikan (giling halus) 2 sendok makan Bawang Merah (haluskan) 1 sendok makan Bawang Putih (haluskan) 2 sendok teh Lada 1 sendok teh penyedap rasa 3 sendok makan Gula 3 sendok teh Garam 1 sendok makan Minyak Wijen 3 butir Telur 400 gram Labu Siam (Parut Kasar) 300 gram Sagu Tani

Cara Membuat : - Daging ikan diaduk menjadi satu, beri bumbu dan telur - Tambahkan labu siam - Masukkan sagu, aduk hingga rata

Adonan tersebut di atas dimasukan ke dalam : 1. Kentang dikupas kulitnya (rebus hingga matang) 2. Pare (seduh dengan air mendidih) 3. Kol (seduh dengan air mendidih) 4. Tahu (mentah /digoreng sebentar) 5. Telur rebus (dibelah menjadi dua)

Bahan Sambal : 250 gram Kacang Tanah (sangrai) kemudian digiling halus 100 gram Cabe Merah (dihaluskan) 3 butir Bawang Putih (dihaluskan) Cuka, Garam, Gula secukupnya 750 cc air 250 gram Ubi Merah. Direbus, lalu diblender sampai halus.

Cara Membuat Sambal: Tumis bumbu dengan minyak sampai wangi, masukan kacang tanah dan ubi, aduk sampai merata. Masak hingga mendidih, matikan api kemudian tambahkan gara, gula dan cuka. Pelengkap : Jeruk Limau, Kecap Manis, Saos Tomat.

Juli 2015 | Samantabadra

65


kesehatan

Waspada MERS

V

irus Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) terus menyebar di beberapa negara. Meski di Indonesia belum ada yang positif terkena, namun harus terus dicegah penyebaran virus corona ini. Pasalnya bila tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan medis, penderita bisa menyebabkan kematian. Dokter Hewan Surachmi Setyaningsih dari Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebutkan, MERS atau penyakit pernapasan akut disebabkan oleh virus corona dan awalnya ditemukan di Timur Tengah seperti Yordania, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. “Jika dilihat dari beberapa kasus, virus ini bisa menyebar hingga ke luar Timur Tengah karena orang yang pernah berkunjung ke Timur Tengah dan yang rentan kena rata-rata berusia lanjut serta mempunyai daya tahan tubuh lemah,” katanya. Surachmi menuturkan, MERS-CoV merupakan penyakit yang biasa ditemukan pada hewan yang kemudian ditemukan pula menginfeksi manusia melalui hewan. Bahkan saat ini, seperti di Korea Selatan penyebaran virus MERS-CoV sangat mudah yakni menular dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang sehat. “Sebagian besar orang yang terinfeksi MERS-CoV berkembang menjadi penyakit saluran pernapasan akut gejalanya demam, batuk, dan napas pendek. Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal. Sebagian dari penderita dilaporkan menderita penyakit saluran pernapasan tingkat sedang. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38 °C,” papar Setyaningsih. Gejala tersebut biasanya muncul 2 hingga 10 hari setelah terpapar. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2 hingga 3 hari. edangkan tanda fisik, kata dia, tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Namun, gejala bisa diketahui apabila orang mengalami tachypnea (nafas cepat). Kemudian, pernapasan tidak teratur dan tingkat kesadaran menurun serta pusing.

(sumber : http://m.liputan6.com/health/read/2257109/gejala-umum-mers-cov-demam-di-atas-38-derajat-celsius)

66

Samantabadra | Juli 2015


Berita Duka Cita

Bapak William Surya Mulyadi

Meninggal pada usia 61 tahun 02 April 2015 Umat NSI Daerah Kelapa Gading DKI Jakarta

Bapak Chan Cau Han Meninggal pada usia 70 tahun 12 April 2015 Umat NSI Daerah Tebing Tinggi Sumatera Utara

Ibu Oei Tjing Mei

Ibu Mingliati Sutianto

Meninggal pada usia 71 tahun 24 April 2015 Umat NSI DKI Jakarta

Meninggal pada usia 75 tahun 05 Juni 2015 Umat NSI Daerah Jatinegara DKI Jakarta

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Juli 2015 | Samantabadra

67


Hari Minggu

Di hari Minggu yang cerah, Kiba bangun tidur, dan melihat jam menunjukkan angka tujuh. Sejak semalam Kiba sudah ingat, hari ini ada pertemuan di vihara NSI jam 10.

Krubu juga sudah bangun pagi di hari Minggu. Namun yang Krubu ingat adalah film kartun yang ditayangkan di televisi setiap Minggu pagi. Krubu langsung menuju ruang televisi untuk menonton film kartun.

Setelah mandi, Kiba langsung menuju ke arah Gohonzon untuk melaksanakan gongyo pagi dan daimoku. Seusai gongyo-daimoku, Kiba sarapan dan bersiap-siap untuk berangkat ke vihara NSI dan mengikuti pertemuan. Ayah dan ibu Kiba menatap bangga dari kejauhan.

Ibu Krubu yang baru pulang dari pasar terkejut melihat Krubu yang masih santai menonton TV. Ibu lalu menegur dan menyuruh Krubu untuk segera bersiap-siap ke vihara.

Kiba tiba di vihara lebih awal, sehingga dapat menempati posisi paling depan dan bisa mendengarkan ceramah dengan baik dan memberikan manfaat bagi pengembangan dirinya.

Krubu datang terlambat, ruangan vihara sudah terisi. Kondisinya yang terengah-engah dan duduk di belakang membuat ia tidak konsentrasi mengikuti pertemuan, sehingga tidak mendapat manfaat optimal dari pertemuan.

68

Samantabadra | Juli 2015


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Juli 2015 TGL HARI 1 Rabu 2 3 4 5

Kamis Jumat Sabtu Minggu

6 Senin 7 Selasa 8 Rabu

9 Kamis 10 Jumat

11 Sabtu 12 Minggu

13 Senin 14 Selasa 15 Rabu 16 17 18 19

Kamis Jumat Sabtu Minggu

23 24 25 26

Kamis Jumat Sabtu Minggu

JAM KEGIATAN 19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 19:00 Ceramah Gosyo

10:00 10;00 10:00 14:00 19:00 14:00

19:00 19:00

19:00 10:00

19:00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum TGM 28 Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum TGM 28 TGM 28 Pertemuan Cabang TGM 28 TGM 28 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok TGM 28 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting

14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul Hari Raya Idul Fitri Hari Raya Idul Fitri

TEMPAT Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Bandung Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Bandung Bandung Daerah Masing‐Masing Bandung Bandung Daerah Masing‐Masing Bandung Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing RRBP

20 Senin 21 Selasa 22 Rabu

27 Senin 28 Selasa 29 Rabu 30 Kamis 31 Jumat

19:00 19:00 10:00 14:00 19:00

Pertemuan Anak Cabang / Ranting Pertemuan PK‐2 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok Pertemuan Lansia Umum Pertemuan 4 (Empat) Bagian

13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD

Daerah Masing‐Masing

Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Juli 2015 | Samantabadra

69


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

70

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034

Samantabadra | Juli 2015

Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo

Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241

Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen

Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan

Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang

Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan

Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali

Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep

Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo

PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.