SAMANTABADRA | AGUSTUS 2015 | NOMOR. 259
Foto bersama DPP NSI, peserta TGM 28, pengurus dan umat NSI di Gedung Merdeka (KAA), Bandung. Juli 2015.
Samantabadra gosyo kensyu liputan liputan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
SURAT PERIHAL TIGA RINTANGAN EMPAT IBLIS DONOR DARAH NSI DKI JAKARTA TGM 28
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Agustus
2 0 1 5
08 # 259
INDONESIA Siti Nurbaya (Keharmonisan) Asoka (Lapang Dada) Ajatasatru (Kemanusiaan)
30 Hari Mencari Cinta (Patriot) Kera Sakti (Kesetiaan)
Habibie-Ainun (Kebudayaan)
Devadatta (Kejujuran)
Malam Keakraban
TGM 28 Movie Award
BARAT
Cinderella (Keindahan)
Twilight (Keberanian) Harry Potter (Gotong Royong)
BUDDHIS
Doraemon (Kemakmuran)
Meteor Garden (Keadilan)
Samantabadra SAMANTABADRA | AGUSTUS 2015 | NOMOR. 259
Foto bersama DPP NSI, peserta TGM 28, pengurus dan umat NSI di Gedung Merdeka (KAA), Bandung. Juli 2015.
Samantabadra
daftar isi
gosyo kensyu liputan liputan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI
LIPUTAN Donor Darah NSI DKI Jakarta Tansi 24 TGM 28 Peringatan Waisak NSI Muncul
MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Tiga Rintangan Empat Iblis Gosyo Cabang Tenju Kyoju no Homon Forum Diskusi Dialog Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin
2 6
Halaman Muka
U
mat NSI peserta TGM 28 melakukan upacara dokyo syodai di puncak Gunung Padang, Cianjur, sebagai rangkaian dari kegiatan TGM 28. Berita selengkapnya di halaman 14.
SURAT PERIHAL TIGA RINTANGAN EMPAT IBLIS DONOR DARAH NSI DKI JAKARTA TGM 28
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Agustus
2 0 1 5
08 # 259
WAWASAN Waspada! Narkoba di Sekitar Kita 70 Years of Independence
47 49
10 12 14
RIWAYAT Ikegami Bersaudara (bag.2/ selesai) 52
48
RESEP Risoles Ham Keju
59
KIBA-KRUBU
60
JADWAL KEGIATAN
61
VIHARA DAN CETYA NSI
62
26 40
Agustus 2015
10
12
44
14 Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Megah Ria, Wantie Bellina. Arya, Denny Agustian. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
Agustus 2015 | Samantabadra
1
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Kepada Ikegami Bersaudara (bagian 2/2) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 27-28 Juni 2015
Nammyohorengekyo, Pada Kensyu bulan yang lalu kita sudah mempelajari setengah bagian dari Gosyo ini, terakhir kita mendapat bimbingan dari Buddha Niciren, bahwa intinya kita harus mempunya hati kepercayaan yang sangat baik atau berkualitas. Diibaratkan syinjin kita seperti emas murni, artinya walau dibakar sekalipun tetap menjadi emas murni. Api yang membakar emas ibarat kesulitan atau permasalahan yang kita hadapi di dalam hidup. Jika syinjin kita murni dan sungguh-sungguh, seberat apapun permasalahan atau kesulitan yang kita hadapi, kita mampu mengatasinya dengan syinjin, dengan cara pikir dan sikap hidup yang berlandaskan pada ajaran Buddha Niciren. Pada bagian Gosyo yang kita bahas bulan yang lalu, Buddha Niciren mengingatakan kepada 2
Samantabadra | Agustus 2015
kita, baik orang yang tua, muda, punya kedudukan sosial yang tinggi atau yang biasa-biasa saja, memiliki latar belakang pendidikan tinggi atau rendah, toh pada akhirnya semua manusia akan meninggal. Tetapi bagaimana kita meninggal akan menentukan jodoh hidup kita pada masa mendatang, karena hidup berdasarkan Buddhisme terdiri dari tiga masa; lampau, sekarang, dan akan datang. Oleh karena itu, Buddha Niciren mengingatkan, semua umat manusia pada hakikatnya perlu agama yang menjadi pedoman atau panduan hidup. Agama Buddha Niciren menjelaskan, potensi yang baik maupun yang buruk secara lengkap sudah ada di dalam diri kita masing-masing, namun tanpa bimbingan agama khususnya agama Buddha Niciren Daisyonin, manusia cenderung untuk berjalan ke arah yang buruk,
sehingga dengan atau tanpa disadari, kita berulangulang membuat sebabakibat yang buruk, akhirnya tumpukan karma yang ada di dalam gudang karma kita kebanyakan adalah akibat yang buruk. Tinggal menunggu waktu sampai sebab-sebab tersebut matang dan menjadi akibat nyata. Oleh karena, itu dengan fakta seperti ini diingatkan bahwa kita perlu agama, tetapi sekarang agama seperti apa yang kita butuhkan? Tentu agama yang bisa memunculkan kekuatan yang positif dan agama yang bisa membimbing kita untuk memanfaatkan kekuatan positif tersebut menjadi sebuah kebiasaan di dalam hidup kita sehari-hari. Kemudian dalam kaitan ini syinjin menjadi begitu penting, dan GohonzonNammyohorengekyo
Ketua Umum
adalah satu-satunya jalan yang dapat membuat kita mencapai Kesadaran Buddha, yang dapat membuat atau mengubah nasib menjadi baik. Dalam dalam Gosyo ini ada dua orang bersaudara yang berbeda keyakinan dengan ayah mereka. Sang ayah adalah murid dari Bhikku Ryokan, karena itu sang ayah tidak setuju anak-anaknya menganut keyakinan Buddha Niciren Syosyu. Gosyo ini memberi bimbingan kepada dua orang bersaudara, apalagi sang kakak yang mempunya hati kepercayaan yang lebih kuat hak warisnya sudah dicabut oleh ayahnya. Niciren Daisyonin khawatir, apalagi di jepang pada masa itu, kalau sudah diputus hubungan oleh orang tua atau dicabut hak warisnya, berarti orang yang bersangkutan benarbenar sudah habis harkat dan martabatnya. Apabila seperti itu maka hak waris jatuh kepada adiknya. Sang adik pun mendapat bimbingan dari Buddha Niciren dan diingatkan agar tidak lupa diri. Agama Buddha juga mengajarkan tentang budi bakti. Budi yang paling besar adalah budi dari ayah dan ibu. Bagaimana kita
membalas budi kepada mereka? Membelikan sesuatu atau makanan kesukaan ayah-ibu adalah salah satu bentuk budi bakti juga. tetapi itu balas budi yang tidak terlalu tinggi kualitasnya. mengajak ayahibu jalan-jalan ke Eropa, bisa dianggap sebagai balas budi juga. Membelikan ayah-ibu rumah, balas budi juga. Tetapi menurut Ajaran Buddha itu semua bukanlah balas budi yang paling berkualitas. Balas budi yang paling berkualitas kepada ayah-ibu berdasarkan ajaran Buddha, sebetulnya adalah memberikan mereka pedoman atau pegangan yang bisa merubah hakikat nasibnya, yaitu dengan berjodoh dengan GohonzonNammyohorengekyo. Kalaupun belum bisa mengajak syinjin ayahibu, paling tidak diri sendiri harus bisa melaksanakan syinjin dengan baik, sehingga dapat membuktikan, bahwa perilaku kita sebagai seorang penganut agama Buddha Niciren menjadi begitu baik dan mulia, dibandingkan sebelum mengenal ajaran ini, sehingga orang tua kita bisa tersentuh dan tergerak hatinya untuk turut percaya kepada hukum ini. Kalaupun kita sudah
mengenal ajaran ini sejak kecil, buktikanlah bahwa dengan konsistensi syinjin kita, kita bisa menjadi orang yang lebih baik dari waktu ke waktu. Inilah balas budi kepada orang tua yang paling besar berdasarkan ajaran Buddha Niciren. Niciren Daisyonin selalu mengingatkan kepada kedua bersaudara ini, bahwa apapun yang terjadi mereka harus selalu taat pada orang tua. Hal ini lebih besar nilainya daripada memberi materi. Tetapi ketika orang tua melarang kita untuk syinjin kepada Gohonzon, kita perlu buktikan bahwa dengan syinjin, kita bisa menjadi orang yang lebih baik, sehingga orangtua tidak akan melarang, malah serta-merta dapat turut dalam kegembiraan syinjin. Karena dengan syinjin kepada GohonzonNammyohorengekyo, kita dapat mengubah nasib buruk menjadi baik, jodoh buruk menjadi hikmah baik. Syinjin bahkan bisa merubah nasib, bukan hanya nasib diri sendiri, tetapi nasib keluarga sebanyak tujuh turunan ke atas dan tujuh turunan ke bawah. Sama seperti contoh teladan yang diberikan oleh Buddha Sakyamuni ketika ayahnya mengatakan Agustus 2015 | Samantabadra
3
ceramah gosyo bahwa sebagai putra satusatunya yang nantinya akan memegang tahta kerajaan, maka tidak perlu menjadi Bhikku dan pertapa, waktu itu Siddharta tetap tidak memenuhi keinginan ayahnya. Begitu Buddha Sakyamuni mencapai penerangan sempurna Sakyamuni langsung pulang menghadap ayahnya, orang tuanya langsung disyabuku. Dengan begitu, Buddha Sakyamuni menunjukkan sikap balas budi yang sebenarnya. Sikap percaya kepada dharma seperti beliau yang harus kita teladani. Kalau ada orang tua yang meminta anaknya untuk tidak Syinjin, kita harus tetap Syinjin. Jangan marah-marah atau malah bersikap kasar kepada orang tua. Justru kita harus tunjukkan sikap yang welas asih, hasil dari hati kepercayaan kita kepada Gohonzon. Kita yakinkan orang tua kita dengan bukti nyata syinjin yang kita rasakan. Inilah wujud balas budi terbesar yang bisa kita lakukan sebagai seorang anak kepada orang tua, yaitu membuat mereka percaya kepada dharma Nammyohorengekyo. Dalam kaitan dengan bimbingan kepada Ikegami bersaudara, ada beberapa hal yang perlu 4
Samantabadra | Agustus 2015
dicatat karena diberi penekanan oleh Buddha Niciren. Pertama, kita harus mempunyai rasa cinta tanah air, sebab di dalam Agama Buddha ada unsur Kokudo Seken. Di dalam Icinen Sanzen, ini semua adalah wujud Icinen Sanzen, ada sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia, ada sepuluh aspek, kemudian ada Tiga Perbedaan, perbedaan dari Panca Sekanda (GoOn), perbedaan dari Syujo (manusianya), satu lagi adalah Kokudo (tempat kedudukan). Kita yang lahir di Indonesia, tempat kedudukan kita adalah Indonesia. Tinggal di tempat lain boleh saja, tetapi Buddha Niciren menjelaskan, diibaratkan serigala saja tidak akan melupakan tempat di mana ia dilahirkan. Kalau serigala saja seperti itu, apalagi kita manusia, harusnya bisa lebih menghargai tanah air daripada serigala. Jangan pernah melupakan tempat di mana kita dilahirkan. Paling tidak kita hidup secara baik di negara atau tanah air kita. Bagi generasi muda Indonesia, sikap cinta tanah air salah satunya perwujudannya adalah dengan tidak menggunakan narkoba. Sebentar lagi Indonesia
akan menjadi bangsa yang memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif pada posisi 60 persen. Negara lain seperti India, Tiongkok, serta Singapura, pada masa yang sama akan memiliki jumlah penduduk produktif relatif lebih sedikit. Negara-negara maju saat ini memiliki lebih banyak penduduk dengan usia tua/ tidak produktif, sedangkan anak mudanya sedikit. Hal ini berkaitan dengan kebijakan pembatasan kelahiran. Di dalam agama kita disebutkan, kalau kita melaksanakan ajaran ini dengan sungguhsungguh, pasti akan muncul Tiga Rintangan Empat Iblis. Kalau belum ada Tiga Rintangan Empat Iblis, berarti kita belum melaksanakan dengan sungguh-sungguh. Tiga Rintangan Empat Iblis sebenarnya bukanlah hal yang datang dari luar diri kita, pada hakikatnya itu adalah Iblis dalam diri sendiri. Dalam Agama Buddha Iblis bukanlah hal-hal yang menyeramkan seperti diilustrasikan di film-film, tetapi adalah fungsi-fungsi negartif yang terdapat di dalam diri kita sendiri. Di dalam diri kita itu ada energi yang positif dan ada energi yang negatif.
Ketua Umum
Energi yang negatif itu namanya Iblis. Energi yang positif namanya Dewa. Jadi Tiga Rintangan Empat Iblis itu sebetulnya adalah sesuatu reaksi alamiah yang ada di dalam diri kita. Kalau kita mau maju, semakin ada keinginan maju, ada satu fungsi di dalam diri kita yang terus merintangi. Jadi fungsi yang merintangi adalah sesuatu katalisator atau jodoh yang membuat kita semakin kuat. Ketika dasar perasaan jiwa kita adalah Nammyohorengekyo (jiwa Buddha), maka kekuataan positif kita itu akan muncul. Kekuataan positif kita bisa semakin besar tenaganya, ketika kesadaran kita semakin tinggi dalam mengatasi energi atau fungsi negatif (iblis) yang ada di dalam diri kita, termasuk penyakit. Sebetulnya penyakit merupakan sinyal alami dari diri kita untuk mengingatkan bahwa ada sesuatu yang kurang baik fungsinya dari diri kita, supaya kita bisa memperbaiki itu dan sehat kembali. Ketika seseorang menderita penyakit, ia akan mendapat pengalaman untuk mengatasinya, sehingga tahu cara-cara untuk tidak terjangkit kembali oleh penyakit itu.
Ketika kita memahami penyakit seperti ini, sakit bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan sesuatu yang wajar terjadi dan membuat kita tetap waspada terhadap kondisi badan kita. Di balik setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita pasti dapat diambil hikmah baiknya. Dalam agama kita dikenal prinsip Bonno Soku Bodai. Bonno berarti kesulitan atau Hawa Nafsu, dengan Nammyohorengekyo yang dapat menimbulkan kesadaran, Hawa Nafsu atau kesulitan itu malah mendekatkan kita kepada Gohonzon, sehingga bisa menibulkan kesadaran (Bodai). Buddha Sakyamuni meninggalkan tahta, harta, dan istrinya yang merupakan perempuan paling cantik di negerinya, untuk mencari hakikat kebahagiaan/kesadaran dalam hidup. Kita adalah orang-orang yang beruntung, karena sudah mendapatkan warisan langsung dari Buddha berupa ajaranNya yang pokok dan dapat kita terapkan dalam hidup sehari-hari. Kita tidak perlu berhenti dari pekerjaan untuk bertapa, atau berusaha
menjalani hidup tanpa materi. Tidak usah pula meninggalkan pasangan hidup kita. Buddha sudah menunjukkan jalan hidup yang terbaik untuk kita, dengan kondisi jaman apa adanya, karena ajaran Buddha tidak lekang dimakan waktu, akan tetap relevan seiring dengan kemajuan jaman. Buddha memberi tahu kepada kita jalan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesadaran Buddha, kita tinggal mengikuti jalan yang sudah dilalui oleh Buddha, pasti kita akan sampai di daratan Kesadaran Buddha. Agama yang sesungguhnya adalah agama yang bisa membangkitkan kekuataan positif dari dalam diri kita sendiri. Siapa yang menanam dia yang menuai. Kalau orang tidak makan ia akan lapar, tetapi kalau dia yang makan dia yang akan merasa kenyang. Oleh karena kita sudah menemukan agama yang sesungguhnya, maka hendaknya kita laksanakan juga dengan sunguhsungguh. eee PEMBERITAHUAN Dikarenakan ada kendala teknis, kolom ceramah Dharma Duta tidak dapat dimuat pada edisi kali ini. Demikian untuk dimaklumi.
Agustus 2015 | Samantabadra
5
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi Surat Kepada Ikegami Bersaudara (bagian 2/2) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 27-28 Juni 2015
Nammyohorengekyo, Gosyo ini adalah lanjutan dari Gosyo yang kita bahas pada Kensyu bulan yang lalu. Saya kira kita semua tadi mendengar latar belakang dan garis besar, tahu letak permasalahannya. Dimana kedua kakak beradik ini, Ikegami Munenaka dan Ikegami Munenaga, adalah putera dari Yasumitsu, sebagai Menteri Pembangunan Kamakura atau pada jaman ke-Shogun-an, telah terjadi perselisihan hubungan ayah dan anak, sehubungan masalah kepercayaan mereka. Di mana ayahnya menganut ajaran Nembutsu, sedangkan anaknya menganut ajaran Niciren Daisyonin, karena Bhikku Ryokan yang berpengaruh terhadap para penguasa pada masa itu, sehingga menekan ayahnya agar mengambil tindakan kepada anaknya untuk melepaskan ajaran Niciren. Karena itulah Niciren Daisyonin memberikan berbagai bimbingan 6
Samantabadra | Agustus 2015
agar mereka dapat mempertahankan hati kepercayaan, mempertahankan ajaran yang benar, agar sekeluarga semua bisa merombak nasib menjadi keluarga yang bahagia, keluarga yang berpegang pada ajaran yang sebenarnya, yaitu berdasarkan Saddharmapundarika-sutra, bukan berdasarkan ajaran 42 tahun seperti, yang dianut oleh Ayahnya. Maka dari itu Gosyo ini dibuka dengan kalimat bahwa “Saya sangat mengkhawatirkan�, jadi Niciren Daisyonin sangat mengkhawatirkan keadaan kakak-beradik ini, di mana kakaknya memiliki hati kepercayaan yang lebih kuat daripada adiknya. Adanya perselisihan antara ayahnya dengan kakaknya dikhawatirkan adiknya mengambil kesempatan untuk mengambilalih posisi kakaknya sebagai pewaris utama kedudukan ayahnya. Karena hukumnya di Jepang pada waktu itu adalah apabila
kakaknya diputus hubungan oleh ayahnya pewarisnya itu akan turun kepada adiknya, hal inilah yang sempat dikhawatrirkan oleh Niciren Diasyonin mengingat keuntungan sudah di depan mata. Maka dengan menarik berbagai macam cerita mengenai hubungan kakakberadik, justru surat ini dititikberatkan kepada sang adik, yaitu Ikegami Munenaga. Maka dari itu diambil cerita, ada kedua bersaudara Po-i dan Shukchi sebagai pangeran Negeri Fucu dan sebagainya, yang karena adiknya diangkat menjadi putera mahkota tapi setelah ayahnya wafat adiknya tidak mau naik tahta dan menyerahkan kepada kakaknya sehingga kedua kakak beradik itu pada akhirnya meninggalkan negerinya sendiri dan justru bekerja di negeri lain. Jadi cerita tersebut mengisahkan keakraban hubungan kakak
Ketua Dharma
beradik seperti itu. Begitu juga ada cerita dari Kaisar Ojin, puteranya Nintoku dan Ujino Miko itu juga sama, bahwa ayahnya memberikan tahta kepada adiknya tapi adiknya menyerahkan kepada kakaknya, bahkan ketika kakaknya tidak mau menerima adiknya bunuh diri, sehingga mau tidak mau kakaknya menerima dan Negara menjadi tenang. Jadi hal ini memberikan suatu dorongan semangat kepada kedua bersaudara, agar mereka mempunyai suatu hubungan yang sedemikian akrab, sehingga tidak saling mengkhianati, karena kalau adiknya tidak mendukung kakaknya maka ayahnya pasti akan memutuskan hubungan dengan sang kakak. Kalau hal itu terjadi pasti akan menghancurkan keluarganya. Maka dari itu Niciren Daisyonin berusaha meyakinkan adiknya, bagaimana pun juga harus membangun kesatuan dan persatuan bersama kakakberadik. Kemudian di samping itu memberikan satu cerita, bahwa dalam menjalankan pertapaan Agama Buddha itu juga tidak perlu mengikuti kehendak orang tua. Maka dari itu memberikan contoh ketika Buddha Sakyamuni atau Siddharta Gautama ketika ingin keluar dari Istana menjadi Bhikksu untuk mencapai kesadaran Buddha, menjalankan pertapaan
Agama Buddha, ayahnya itu tidak setuju, ayahnya menginginkan Siddharta Gautama menggantikan dirinya sebagai raja, sehingga ayahnya mengerahkan pasukan di empat pintu gerbang sebanyak 2.000 orang, tapi Buddha Sakyamuni atau Siddharta Gautama tetap tidak bisa mengikuti keinginan orang tuanya, tetap keluar menjalankan pertapaan dan mencapai Kesadaran Buddha. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa “Walaupun segala sesuatu itu harus mengikuti kehendak orang tua, namun jalan untuk mencapai Kesadaran Buddha tidak bisa mengikuti keinginan orang tua. Justru itu adalah budi bakti yang sesungguhnya, karena walaupun pada awalnya kita menentang orang tua, kemudian menjalankan pertapaan hingga mencapai kesadaran Buddha, setalah mencapai kesadaran Buddha bisa menolong ayah ibunya. Itu yang merupakan budi bakti yang sesungguhnya. Daripada mengikuti orang tuanya tidak menjalankan pertapaan akhirnya diri sendiri tidak mencapai kesadaran, tidak bisa mengangkat ayah bundanya hingga mencapai kesadaran Buddha. Begitu juga Mahaguru Tien-Tai di Tiongkok ketika ingin menjalankan meditasi atau semedhi Agama Buddha, orangtuanya itu berusaha menahan lutut Mahaguru Tien-Tai dengan
membungkukan badannya untuk menghalang-halangi pertapaan anaknya. Jadi orang dulu itu karena tidak paham, tidak suka anaknya jadi Bhikku mencapai kesadaran. Menurut Niciren Daisyonin ini sebenarnya adalah ulah Raja Iblis Surga Keenam yang mewujudkan dirinya dalam badan ayah ibunya untuk menghalang-halangi orang menjalankan pertapaan Agama Buddha. Maka dari itu Niciren Daisyonin katakan “Apalagi sekarang dengan menyebarluaskan Nammyohorengekyo di Jepang yang pertama kali, sehingga orang yang menjalankan ini pasti akan mengalami penganiayaan yang besar, yang sulit diutarakan.� Kemudian juga menerangkan, bahwa di dalam Ajarannya Mahaguru Tien-Tai membuat tulisan Makasyikan yang menerangkan mengenai ajaran Buddha Sakyamuni di situ juga menerangkan bahwa “Kalau orang menjalankan pertapaan dan maju dalam pelaksanaan pertapaan dan pengertian pasti akan dirintangi oleh Tiga Rintangan Empat Iblis. Tiga Rintangan Empat Iblis itu adalah sebetulnya semua bersumber pada diri sendiri di kedalaman jiwa kita. Tiga Rintangan pertama adalah rintangan hawa nafsu. Rintangan Hawa Nafsu itu adalah rintangan yang terwujud karena dari perasaan keserakahan, kemarahan, kebodohan yang memang bersumber pada Agustus 2015 | Samantabadra
7
ceramah gosyo diri sendiri sehingga karena keserakahan kita, kemarahan kita, kebodohan kita mundur dari hati kepercayaan. Kedua Rintangan Karma. Rintangan Karma ini terwujud dalam bentuk timbulnya larangan dari anak dan istri. Banyak terjadi ketika seseorang ingin menjalankan hati kepercayaan ini itu ditentang oleh anak istri sehingga menghalang-halangi pertapaan. Ketiga Rintangan Imbalan itu muncul dalam bentuk tekanan-tekanan dari penguasa maupun orang tua sebagai yang berkuasa, seperti Ikegami bersaudara ingin percaya ajaran Niciren Daisyonin ditentang oleh orang tuanya yang berkuasa dengan ancaman pemutusan hubungan ayah dan anak. Di jaman Jepang dulu, kalau sampai terjadi pemutusan hubungan anak dan orang tua merupakan hal yang sangat berat bagi anaknya, di dalam masyarakat tidak dipandang, dianggap anak ini tidak berbakti dan melawan orang tua, yang dilihat anak ini tidak patuh, padahal ajaranajaran dulu banyak yang mengharuskan anak-anak mengikuti keinginan orang tua baru dianggap sebagai anak yang berbakti sehingga ini suatu penganiyaan yang sangat berat. Kalau tidak kuat akhirnya menyerah mengikuti ayahnya melepaskan kepercayaan. Maka Mahaguru TienTai mengatakan “Walaupun timbul Tiga Rintangan Empat Iblis pertama jangan 8
Samantabadra | Agustus 2015
mengikuti, kedua jangan takut.� Kalau mengikuti akan jatuh ke dunia buruk. Jadi kalau mengikuti keinginan ayahnya sehingga melepaskan kepercayaan terhadap Nammyohorengekyo, kemudian ikut kepercayaan ayahnya pasti jatuh ke dunia buruk karena ayahnya mengikuti ajaran yang sesat. Kedua kalau takut terhadap sanksi dari orang tua itu juga membuat dia tidak bisa menjalankan pertapaan, maka satu-satunya jalan mempertahankan hati kepercayaan apapun yang terjadi. Maka dikatakan jangan mengikuti dan jangan takut. Di Jepang walau banyak orang mengatakan, bahwa mereka semua menjalankan ajaran Makasyikan dari Mahaguru Tien-Tai tetapi siapa di antara mereka yang pernah menghadapi Tiga Rintangan Empat Iblis yang begitu hebat kecuali Niciren sendiri. Empat Iblis satu adalah Iblis Hawa Nafsu. Jadi ini tingkatannya lebih tinggi daripada Rintangan Hawa Nafsu. Sama juga untuk menjerumuskan orang ke jalan yang salah. Kedua adalah Iblis penyakit, menimbulkan penyakit untuk menghalanghalangi pelaksanaan pertapaan Agama Buddha. Ketiga Iblis Kematian sama seperti itu. Keempat adalah Raja Iblis Surga Keenam, itu akan mewujudkan dirinya seperti Rintangan Imbalan, sosoknya seperti penekananpenekanan dari penguasa,
sehingga dengan demikian membuat orang menjadi mundur dari hati kepercayaan. Jadi dalam Gosyo yang lain, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa “Ketika terjadi pasang surut, ketika terjadi perubahan dari bulan purnama ke bulan sabit, ketika terjadi perubahan empat musim dari musim dingin, musim semi, musim panas, musim gugur akan terjadi sesuatu hal yang berbeda�. Artinya ketika seseorang ingin mencapai Kesadaran Buddha, pasti akan muncul Tiga Rintangan Empat Iblis untuk menghalanghalangi menggagalkan, makanya Niciren Daisyonin memberikan suatu cerita mengenai pertapa dan ksatria, padahal petapa ini hanya ingin mencapai Hukum Dewa. Itu Hukum yang rendah, bukan Hukum Agama Buddha atau Non Buddhis, tetapi jaman dulu katanya bisa merubah puing menjadi pusaka, merubah bentuk manusia, binatang. Tetapi dia belum bisa berterbangan di udara di antariksa dengan menaiki awan dan angin seperti Sun Go Kong belum bisa, makanya dia ingin seperti itu, sehingga dengan demikian dia meyakinkan seorang ksatria untuk membantu dia dalam mencapai Hukum Dewa. Walaupun sudah berjanji tidak besuara, tetapi akhirnya ksatria itu sekejap tertidur dapat ancaman akhirnya beteriak, sehingga Hukum Dewanya gagal tidak tercapai,
Ketua Dharma
maka pertapa mengatakan bahwa mereka telah tertipu oleh Iblis sehingga mereka gagal. Jadi Niciren Daisyonin ingin menjelaskan, bahwa untuk mencapai Hukum Dewa yang rendah saja, itu tidak mudah dihalang-halangi, apalagi mencapai Kesadaran Buddha. Maka itu bagaimanapun juga kesungguhan hati kita, keyakinan kita kepada Gohonzon dari Tiga Hukum Rahasia Agung ini yang paling pokok, yang bisa mematahkan Iblis dengan satu yaitu adalah hati kepercayaan, bisa memutuskan kesesatan pokok jiwa, itu hanya kepercayaan kepada Gohonzon. Niciren Daisyonin kataka Icinen Sanzen yang dibabarkan oleh Mahaguru Tien- Tai walaupun itu masih Icinen Sanzen teoritis saja, itu pun kalau dibabarkan akan mendapatkan Tiga Rintangan Empat Iblis, apalagi Icinen Sanzen pelaksanaan yang dibabarkan oleh Niciren Daisyonin pada masa akhir dharma ini yang setahap lebih dalam. Artinya kalau Mahaguru Tien Tai Icinen Sanzennya berdasarkan Bab II yaitu Syoho Jisso, tapi kalau Niciren Daisyonin Icinen Sanzen berdasarkan Bab XVI yang di dasar kalimat yang dirahasiakan, sehingga itu adalah Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung yang merupakan Icinen Sanzen yang sesungguhnya. Makanya itu tentu akan lebih mendapatkan rintangan
yang lebih hebat, namun demikian tidak boleh takut, tidak boleh mengikuti, maju terus berdasarkan keyakinan pasti semuanya dapat diatasi. Maka itu bimbingan kepada Ikegami bersaudara untuk menjadi kuat, dan kedua bersaudara ini harus membina satu hubungan yang akrab, membina kesatuan persatuan sehingga dengan demikian bisa mengatasi pemutusan hubungan orang tuanya dengan kakaknya, kalau adiknya tidak mendukung kakaknya, dengan sendirinya adiknya akan menggantikan kakaknya, kakaknya akan tersingkir, sehingga dengan demikian tidak akan terjadi satu keluarga yang menganut Hukum Sakti, makanya itu dibimbing bukan cuma kepada kakak beradik ini aja, tetapi juga kepada istri-istri mereka, dimana istri-istri mereka juga diharapkan bersatu hati menasehati kepercayaan suami-suaminya, kalau seperti itu sehingga menjadi kuat dan kokoh. Dan menjadi terbukti pada tahun 1278 ayahnya turut menganut, padahal itu perjuangan selama 20 tahun, mendapat tekanan selama 20 tahun dari ayahnya. Sehingga Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa perjuangan ini akan menjadi cerita sampai ke masa yang akan datang. Sampai sekerang sudah berapa ratus tahun, kita masih mempelajarinya. Jadi memang surat ini ditujukkan khususnya kepada adiknya Munenaga, tapi juga kepada
istri-istrinya, istri kakaknya maupun istrinya, maka Niciren Daisyoni katakana “Jangan menjadikan hati sendiri sebagai guru tetapi harus menjadi guru dari hati�. Maksudnya adalah jangan mengikuti keinginan hati sendiri dalam segala hal, kita harus berpegang pada ajaran. Ajaran adalah guru bukan perasaan sendiri. Kalau perasaan sendiri jadi guru, habislah kita. Karena perasaan kita dasarnya egois kita mau segala macam yang tidak baik. Jangan seperti itu tapi jadikan kata-kata Buddha sebagai guru, yang membimbing kita di dalam jalankan kehidupan kita sehari-hari. Sehingga dengan demikian, jadi jangan karena keuntungan di depan mata kita menggagalkan satu urusan besar. Demikian bimbingan Niciren Daisyonin. Walaupun panjang Gosyo ini karena Niciren Daisyonin sangat khawatir kepada adiknya khususnya sehingga memberikan cerita mengenai hubungan kakak beradik sehingga dengan demikian jadi panjang gosyonya. Tapi intinya adalah membimbing kita untuk dalam hati kepercayaan itu rintangan apapun yang terjadi, rintangan apapun yang kita hadapi, jangan mengikuti rintangan itu juga, kedua jangan takuyt kita ada Gohonzon, dengan daimoku yang banyak, denga belajar sungguh-sungguh pasti kita bisa menembus semuanya itu. eee Agustus 2015 | Samantabadra
9
liputan
Bakti Donor Darah NSI DKI Jakarta
Foto bersama DPP NSI, DPD NSI Cengkareng, Walikota Jakarta Barat, Camat Cengkareng, Lurah Cengkareng Barat, dan Petugas UDD PMI Kota Tangerang.
NSI kembali
menyelenggarakan bakti sosial donor darah sebagai wujud kepedulian susunan NSI kepada masyarakat pada 05 Juli 2015. Kegiatan kali ini dipusatkan di Vihara Vimalakirti NSI Cengkareng, Jakarta Barat, dan menghimbau segenap umat NSI DKI Jakarta untuk berpartisipasi mendonorkan darahnya. NSI mengundang kehadiran Walikota Jakarta Barat, H.M. Anas Efendi, SH,MM, untuk menyaksikan 10
Samantabadra | Agustus 2015
langsung eksistensi NSI dan peran aktif umatnya dalam aksi kemanusiaan, dalam hal ini kaitannya di daerah Jakarta Barat. Kegiatan ini juga merupakan sarana bagi NSI untuk melaksanakan trilogi kerukunan karena dilaksanakan pada bulan Ramadhan, di mana saudarasaudara penganut Muslim berpuasa dan umumnya tidak bisa mendonorkan darah. Dalam sambutannya, Walikota Jakarta Barat menyampaikan apresiasi
kepada NSI dan segenap umatnya atas peran aktifnya berdonor darah, apalagi pada momentum kali ini, dilaksanakan pada bulan Ramadan, di mana stok darah di PMI relatif menurun. Dalam kegiatan tersebut, hadir pula Camat Cengkareng, Lurah Cengkareng Barat, dr. Dian perwakilan dari PMI UDD Tangerang beserta delapan orang stafnya. DPP NSI, segenap pengurus NSI Wilayah DKI
Jakarta dan Daerah Cengkareng bersamasama mendukung terselenggaranya bakti sosial donor darah ini sehingga lancar dan sukses. Dari sekitar 200 umat NSI yang hadir, yang memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya ada 103 orang. (Sam)
Umat NSI DKI Jakarta memadati Vihara Vimalakirti NSI Cengkareng untuk mendonorkan darahnya.
Walikota Jakarta Barat memberikan sambutan di depan Vihara Vimalakirti NSI Cengkareng.
Walikota Jakarta Barat memeriksakan tensi darahnya dibantu staf PMI.
Agustus 2015 | Samantabadra
11
liputan
Pembinaan Anak NSI pada Tansi 24
Foto bersama peserta Tansi 24, DPP NSI, umat NSI peserta kensyu gosyo umum Juni 2015, dan Kapten BeNN, maskot sahabat anak BNN untuk gerakan anti-narkoba, di depan Mahavihara Saddharma NSI.
T
emu Anak-Anak NSI (Tansi) yang ke-24 dilaksanakan bersamaan dengan kensyu gosyo umum tanggal 27-28 Juni 2015. Tansi 24 diikuti oleh 150 anak NSI yg berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Acara dimulai jam 17.00 dengan gongyo sore bersama peserta kensyu gosyo umum. Setiap upacara gongyo, peserta Tansi diarahkan untuk duduk di barisan depan. Tepat jam 19.00, para peserta diajak untuk saling berkenalan dan 12
Samantabadra | Agustus 2015
dibagi ke dalam beberapa kelompok. Mereka juga diajak untuk bernyanyi bersama. Pada sesi pertemuan, anakanak usia TK sampai kelas 2 SD dibimbing oleh Ibu Sin Hwa, sedangkan kelas 3 SD sampai 6 SD oleh Ibu Sisca. Materi ajaran pertemuannya adalah “Bagaimana kita dapat terhindar dari pengaruh buruk.� Di hari ke dua, setelah gongyo pagi peserta diajak untuk menyaksikan film riwayat Buddha Niciren
Daisyonin. Melalui penayangan tersebut, diharapkan peserta dapat lebih mengetahui dan memahami agama Buddha NSI. Selanjutnya, peserta Tansi 24 diajak untuk mengikuti permainan yang bertujuan untuk menumbuhkan kerjasama antar teman dalam kelompoknya. NSI mengundang pembicara dari Yayasan Sahabat Putra Nusantara yang bersinergi dengan BNN (Badan Narkotika Nasional)
untuk hadir dan memberikan masukkan bagi peserta Tansi 24 dan juga peserta kensyu gosyo umum dalam dua sesi terpisah dalam waktu yang bersamaan, yaitu seusai makan siang. Tujuan dari diadakannya acara ini ialah untuk menyosialisasikan dan mengedukasi umat NSI terhadap bahaya narkoba serta pencegahannya. Selain membangun ketahanan diri pada anak-anak NSI, bagi para orang tua juga diharapkan dapat lebih berperan dan waspada serta berupaya menjauhkan anakanak mereka dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Pada sesi untuk peserta Tansi, dihadirkan sosok Kapten Benn agar penyampaian pesanpesan anti narkoba lebih mudah dimengerti anak. Penyampaian pesan dibuat seperti dongeng yang menarik dan diiringi lagu-lagu jenaka. Kegiatan Tansi 24 berakhir sekitar jam 15.00 dan ditutup dengan gongyo sore bersama.
Penyuluhan anti-narkoba oleh dr. Aji dan Ibu Endang dari Yayasan Sahabat Putra Nusantara yang bersinergi dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), disampaikan kepada peserta kensyu gosyo umum Juni 2015.
(ksp)
Anak-anak NSI peserta Tansi 24 terlihat antusias dan gembira mendengar penyuluhan waspada narkoba dari Kapten BeNN.
Ketua Umum NSI memberikan plakat kenang-kenangan kepada Ibu Endang dan dr. Aji.
Agustus 2015 | Samantabadra
13
liputan
Foto bersama peserta TGM 28 dan tim Paskhas TNI AU seusai pelatihan bela negara.
TEMU GENERASI MUDA NSI KE-28 (TGM 28) Generasi muda memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semakin maju, makmur secara adil dan merata. NSI melalui program Temu Generasi Muda (TGM), membina generasi muda NSI, yang merupakan generasi muda Indonesia, agar memiliki kualitas spiritual, mental, dan intelektual yang mumpuni dalam memandu Indonesia menjadi bangsa yang besar dan diperhitungkan dalam jagat global.
T
emu Generasi Muda NSI yang ke-28 (TGM 28) yang diselenggarakan pada tanggal 07 sampai 12 Juli 2015, berpusat di Vihara Vimalakirti NSI Bandung. 180 peserta TGM 28 yang berasal dari 12 provinsi di Indonesia, 14
Samantabadra | Agustus 2015
dikumpulkan terlebih dahulu di Vihara Sadaparibhuta NSI Jakarta, untuk bersama-sama gongyo pagi lalu berangkat menggunakan bus menuju Bandung (kecuali peserta dari Bandung).
Pembekalan Dharma dan Wawasan Nusantara Dasar dari semua program atau kegiatan yang diselenggarakan oleh NSI, adalah bertujuan untuk penguatan syinjin umat, dengan cara mengutamakan dharma atau ajaran Buddha Niciren. Begitu pula dengan TGM. Hari pertama peserta mendengarkan pembabaran dharma (gosyo) mengenai “dosyo-domyo” dan “surat kepada Ikegami bersaudara” oleh Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja. Pendalaman materi dilakukan peserta melalui Focus Group Discussion (FGD). Beberapa hal yang dapat digarisbawahi dalam forum
MEWUJUDKAN GENERASI MUDA NSI YANG SEMAKIN MEMAHAMI BUDAYA BANGSA, MENCINTAI TANAH AIR, DAN MENUMBUHKEMBANGKAN RASA KEMANUSIAAN diskusi dharma tersebut antara lain, kita sebagai murid Buddha Niciren Daisyonin hendaknya selalu sadar, bahwa segala hal sikap, perbuatan, perkataan, dan pikiran, yang baik maupun yang buruk, pasti menjadi sebab-sebab yang terakumulasi di dalam “gudang karma� kita. Sikap baik, tidaklah perlu mendapat pujian atau perhatian orang lain, karena sudah menjadi sebab kebajikan. Sikap buruk, tidaklah perlu dibalas dengan keburukan yang sama, karena sudah menjadi sebab penderitaan. Akibatnya pasti akan menjadi nyata dalam proses hukum kewajaran, seperti halnya hukum alam. Peserta juga belajar
mengenai icinen sanzen, konsep Buddhis Niciren Syosyu yang menjelaskan tentang sekejap perasaan jiwa manusia yang memiliki tiga ribu pergerakan (gejolak) di tiap kejapnya. Penjelasan tentang icinen sanzen memberikan wawasan kepada para peserta TGM untuk menghargai setiap waktu yang dijalani dalam hidup dan senantiasa berupaya untuk menjaga konsistensi kesadarannya di tiap waktu tersebut. Hal ini penting karena kesadaran Buddha bukanlah pencapaian satu kali saja, melainkan upaya seumur hidup untuk selalu menjaga dan meningkatkan perasaan jiwa kita yang dinamis, agar
Ketua Umum NSI memberikan kenangkenangan kepada Bapak Radhar PD.
Pembukaan TGM 28 dihadiri oleh Pembimas Buddha Jawa Barat dan Sekretaris Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI. Upacara pembukaan TGM 28.
Agustus 2015 | Samantabadra
15
liputan Peserta TGM 28 pada jalur pendakian Gunung Padang.
lebih sering berada di kondisi kesadaran Buddha. Di sinilah pentingnya menjalankan daimoku dan gongyo, agar kesadaran Buddha kita muncul dalam hidup kita sehari-hari. Di hari ke dua, NSI mengundang seorang multipakar (sejarawan, budayawan, sastrawan), Bapak Radhar Panca Dahana, untuk berbagi pandangan mengenai situs sejarah Gunung Padang, di Kabupaten Cianjur, yang merupakan destinasi kunjungan pada TGM 28 kali ini. Beliau menjelaskan bahwa generasi muda perlu berpikir kritis dan tidak memercayai sebuah fenomena hanya dari segelintir sumber saja, karena sebagian besar informasi
yang muncul di publik sudah mengalami rekayasa oleh oknumoknum yang berkuasa. Informasi sengaja dibuat kabur demi kepentingan tertentu (obscure). Perlu upaya lebih untuk melakukan verifikasi dan olah data sehingga dasar kepercayaan kita terhadap sebuah fenomena lebih valid. Dasar pemikiran seperti ini berlaku umum dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya dalam menelaah obyek sejarah. Beliau juga melihat bahwa kondisi masyarakat modern
Dokyo syodai di Gunung Padang.
16
Samantabadra | Agustus 2015
Peserta bergeser dari Vihara Vimalakirti Bandung menuju markas Paskhas TNI AU menggunakan truk TNI ketika pagi menjelang.
saat ini cenderung membuat kita lengah dalam menyasar tujuan hidup yang bernilai. Kita diterpa oleh nilai-nilai budaya populer yang hanya mengajarkan tentang bagaimana menumpuk harta kekayaan pribadi sebanyakbanyaknya, dan mengesampingkan kepentingan bangsa. Generasi muda NSI harus bisa keluar dari situasi
tersebut, salah satu caranya adalah dengan mempertahankan jati diri kita sebagai anak bangsa yang tidak melupakan budaya asli tanah kelahirannya (primordialisme).
Seluruh peserta diwajibkan memberikan penghormatan kepada Bendera Merah Putih sebelum pelatihan dimulai.
Mayor Pas. Satori memberikan pengarahan inisiasi kepada peserta TGM 28.
Situs Megalitikum Gunung Padang Gunung Padang adalah situs prasejarah yang berdasarkan riset hingga saat ini, dikatakan sebagai peninggalan jaman Megalitikum. Lokasinya berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kondisi fisiknya seperti punden berundak yang terdiri dari batu-batu andesit persegi yang kokoh. Peserta TGM 28 diajak untuk melihat langsung kondisi situs Gunung Padang, sehingga memperoleh pengalaman langsung melihat dan menyaksikan kondisi asli di sana, sehingga dapat memberikan penilaian dan penalaran antara kondisi lapangan dengan data-data yang diperoleh di media. Ketua Umum NSI memimpin dokyo syodai di puncak Gunung Padang, diikuti oleh seluruh peserta TGM 28, agar peserta dapat semakin menghayati dharma Myohorengekyo yang selaras dengan pergerakan alam semesta, serta bersyukur Agustus 2015 | Samantabadra
17
liputan pada tanah air Indonesia yang begitu welas asih melalui tanah, air, dan udaranya, menghidupi kita hingga saat ini. Pemandangan alam yang begitu indah dari atas Gunung Padang, di bawah hangatnya sinar matahari dan semilir angin yang berhembus, memberikan nuansa spiritual yang menenangkan jiwa ketika dokyo syodai berlangsung.
Pelatihan Bela Negara Generasi muda NSI yang juga merupakan warga negara Indonesia, memiliki kewajiban untuk siap kapan pun ketika bangsa ini menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dari luar maupun dalam negeri, terutama kesiapan mental yang mengutamakan kepentingan bangsa. Mental yang rela berkorban dan mengutamakan kepentingan umum tidak muncul begitu saja di dalam diri manusia. Kualitas mental seperti itu perlu dilatih dan dibina agar terukir di dalam dada. Pada TGM 28, NSI bekerjasama dengan Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU, mengadakan pelatihan bela negara sebagai bagian dari rangkaian kegiatan TGM 28. Bertempat di markas Paskhas TNI AU, Bandung, kegiatan TGM 28 bergeser ke sana selama dua hari satu malam. Pada pelatihan ini, peserta diberikan pembekalan materi oleh TNI AU mengenai pembinaan karakter bangsa dan bela negara, teori navigasi membaca kompas, dan penyelamatan dalam air (water rescue). Peserta juga diberikan kesempatan untuk praktik membaca kompas pada malam hari, simulator senapan, rapelling, dan jump tower. Dalam masa karantina di Paskhas, peserta TGM 28 mendapatkan pelajaran berharga, terutama berkaitan dengan sikap menghargai waktu, makanan, kekompakan, pentingnya berterima kasih dan bersyukur, serta menumbuhkan rasa saling percaya antar teman-teman sedharma. Malam Kreativitas dan Keakraban Sejak briefing kegiatan TGM 28, peserta sudah dibagi ke dalam 12 kelompok, dan masingmasing kelompok diberikan sebuah judul film untuk didramakan pada malam kreativitas TGM 28, yang bertema “TGM 28 Movie Award�. Tiap kelompok menunjukkan kebolehan mereka dalam memerankan tokoh-tokoh dalam film tersebut. 18
Samantabadra | Agustus 2015
Foto bersama Ketua Umum NSI, Mayor Satori (kanan), Letkol Ari Ismanto (kedua dari kiri) dan Kapten Hendra Kho yang juga adalah umat NSI.
Ketua Umum NSI berjabat tangan dengan Mayor Satori pada upacara pembukaan pelatihan.
Mayor Satori memberikan pembekalan tentang pembinaan karakter bangsa dan bela negara pada para peserta TGM 28.
Upacara pembukaan pelatihan bela negara.
Suasana duduk siap ketika hendak makan.
Peserta TGM putra bahu-membahu mengangkat perahu karet dari danau ke lapangan seusai kegiatan water rescue.
Kegiatan water rescue di danau.
Peserta duduk siap sebelum menyantap makanan.
Agustus 2015 | Samantabadra
19
Gongyo sore di ruang aula Paskhas.
Sebelum memulai kegiatan, peserta melakukan sansyo.
Peregangan sebelum melakukan aktivitas jump tower (flying fox).
Jump tower (flying fox).
Ketua Umum NSI membantu salah satu peserta TGM mengenakan helm keselamatan pada aktivitas repelling.
20
Samantabadra | Agustus 2015
Seusai “TGM 28 Movie Award�, acara dilanjutkan dengan “Battle Dance� antar dua kelompok. Gerakan unik dan lucu hasil kreasi tiap kelompok mengundang gelak tawa dan keceriaan. Malam kreativitas dan keakraban TGM selalu menjadi puncak acara yang dipersembahkan dari, oleh, dan untuk peserta TGM. Menghasilkan keakraban dan kesan yang mendalam di antara para peserta.
Kunjungan ke Museum KAA Selain sebagai kota kembang, Bandung juga dikenal oleh masyarakat lokal dan internasional sebagai tuan rumah diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika pada 18-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika. NSI ingin generasi muda NSI, khususnya peserta TGM 28, melihat langsung tempat bersejarah diselenggarakannya KAA tersebut. Pada pagi hari terakhir, peserta berangkat menuju Gedung Merdeka, di Jalan Asia-Afrika, Bandung. Salah satu bagian dari Gedung Merdeka kini adalah museum yang memperlihatkan bendabenda peninggakan konferensi saat itu dan uraian-uraian sejarah yang berkaitan dengan KAA. Desain dan tata ruang aula konferensinya masih
Anggota TNI AU sedang menjelaskan fungsi simulator senapan,
Peserta TGM melakukan simulasi tembak menggunakan simulator.
Repelling.
Makan siang bersama di lapangan arena repelling.
Pemandu sedang menjelaskan sejarah KAA kepada para peserta TGM.
seperti sediakala ketika KAA berlangsung pada tahun 1955. Bulan April 2015 lalu, segenap kepala negara di regional Asia dan Afrika kembali hadir ke gedung tersebut untuk memperingati 60 tahun KAA. Kebersihan Vihara Di pengujung kegiatan TGM 28, peserta diajak untuk membersihkan Vihara Vimalakirti NSI Bandung. Tanpa banyak berucap, semua peserta berdasarkan kelompok langsung bergerak menuju sudut-sudut vihara yang sudah ditentukan. Mereka mengelap kaca, menyapu, mengepel, membersihkan altar, kamar mandi, membereskan kasur, memastikan semua kotoran dan debu terangkat. Setelah makan siang, acara dilanjutkan dengan sesi kesan-pesan dan penutup dari Ketua Umum NSI. Rangkaian kegiatan TGM 28 diakhiri dengan gongyo sore bersama. Rombongan peserta TGM 28 kembali ke Jakarta menggunakan bus, dan tiba di Vihara Sadaparibhuta NSI sekitar jam 8 malam. Antusiasme yang tinggi dan hati yang gembira, membuat seluruh peserta TGM 28 dapat mengikuti rangkaian kegiatan dengan baik dan lancar. (Sam)
Seluruh peserta TGM dengan giat membersihkan Vihara Vimalakirti NSI Bandung.
Agustus 2015 | Samantabadra
21
liputan
Kesan & Pesan TGM 28 MPU. Suhadi Sendjaja (Ketua Umum NSI) Inti dari gosyo pada TGM kali ini adalah diharapkan generasi muda bisa memahami bahwa kita semua butuh agama. Agama yang harus kita pegang adalah agama yang bisa memunculkan jiwa Buddha kita. Di alam semesta ini, apapun bentuk eksistensinya, jika itu merupakan suatu kehadiran yang bagus, maka akan dipertahankan banyak orang. Seperti contoh pohon mangga yang buahnya manis dan dagingnya tebal, pasti akan selalu dipertahankan orang. Sedangkan pohon lain yang tidak berbuah dan daunnya rontok, maka orang akan lebih memilih untuk menebangnya. Saya juga melihat adanya perubahan sikap yang bagus sekali dari umat NSI Bandung. Mereka sekarang menjadi sebuah komunitas yang tidak banyak bicara, yang penting adalah kemauan untuk ikut membantu di dalam setiap kegiatan. Adanya satu kesadaran bahwa ketika mereka membantu, berarti mereka sedang memupuk rejeki jiwa untuk diri mereka sendiri. Kita sebagai generasi muda juga harus seperti itu, selalu ingin berbuat kebaikan. Saya berharap dengan diadakannya TGM ini, bisa menumbuhkan semangat yang terus bergetar untuk kemajuan umat NSI di Bandung. Tahun depan saya ada pemikiran untuk mengadakan TGM di Jambi. Silahkan para generasi muda NSI, mulailah menabung uang dan rejeki dari sekarang. Kita juga harus menjaga perasaan jiwa kita agar selalu ada dalam kondisi yang baik.
Andika S. (Bali) Ini pertama kalinya saya ikut TGM. Terakhir saya hanya bisa menonton TGM di Bali, sewaktu koko saya TGM dan itu sudah lama sekali. Saya sangat senang karena pengalaman pertama saya mengikuti TGM ini sangat seru sekali. Saya belajar banyak di sini, tentang kedisiplinan, gosyo, dan macam-macam hal. Terutama sesi gosyo yang ada tanya jawabnya, di situ kita bisa mengungkapkan pendapat kita masing-masing, bagaimana sudut pandang kita terhadap isi gosyo tersebut. Semoga dengan kegiatan TGM NSI ini, para generasi muda NSI semakin meningkatkan hati kepercayaan kepada Gohonzon dan berbakti kepada bangsa dan negara.
Hendry L. (Medan) TGM kali ini benar-benar bermakna. Pertama kali saya ikut TGM yang ke-20 di Ciapus. Ketika hendak berangkat TGM 28, saya terlalu bersemangat sehingga lupa mengingat jadwal keberangkatan pesawat. Jadwal terbang jam 09.00, saya ingatnya jam 05.00 pagi. Walhasil, saya menunggu lebih lama di Kuala Namu. Saat ini sedang dalam proses syakubuku teman saya. Saya senang dia mau ikut TGM 28. Awalnya saya perhatikan ketika gongyo dia masih diam saja, tapi setelah beberapa hari di TGM, dia mulai mencoba melafalkannya sambil membaca paritra. Kebiasaan generasi muda itu lelet, tapi kebiasaan ini dirubah dengan kita masuk ke camp militer pada TGM kali ini. Kita dikasih waktu yang singkat untuk menghabiskan makanan. Selain itu, kita juga jadi lebih solider dengan teman-teman sedharma. Menurut saya, gosyo adalah sesuatu yang hebat. Seringkali ketika saya sedang ada masalah, saya baca salah satu gosyo dan isinya selalu mengena dengan situasi saya pada saat itu. Saya juga berterima kasih kepada ibu-ibu umat NSI yang mendukung konsumsi kami selama TGM 28. Kalau kita tidak pernah 22
Samantabadra | Agustus 2015
merasakan makan di camp, kita tidak akan menyadari bahwa makanan pada saat kensyu dan kegiatan-kegiatan NSI yang lainnya itu enak. Harapan saya, kita semua bisa menjaga solidaritas dan kekompakan generasi muda NSI dan saling menyemangati satu sama lain agar terus meningkatkan syinjin.
Oka (Palembang) Saya baru pertama kali ikut TGM, senang bisa mengikuti kegiatan ini, kumpul bareng temanteman sedharma, cerita bareng, susah senangnya juga bareng-bareng. Kita ikut kegiatan di camp, banyak pengalaman yang bisa didapat, seperti bisa lebih menghargai makanan. Kalau kita makan nasi bisa disesuaikan dengan porsi makan kita, tidak ambil makanan secara berlebihan. Saya juga suka dengan ritual gongyo-daimoku, membuat hati saya tenang. Kelompok saya semuanya kompak. Tahun depan saya ingin ikut TGM lagi. Samanta (Bogor) Saya baru bisa mengikuti TGM 28 pada hari ketiga, karena terkendala ijin dari tempat saya bekerja. Saya dan adik saya, Sudana, sama-sama berangkat ke Bandung sepulang kantor pada hari Rabu (hari kedua TGM). Sampai di Bandung sudah lewat tengah malam. Pada malam itu kondisinya sudah gelap, area tempat tidur terbatas, mungkin karena susunannya yang kurang rapi. Setelah saya mendapat tempat, saya tidur. Acara berikutnya dimulai sekitar dua jam kemudian. Jam 03.00 sudah harus bangun dan siap-siap. Kemudian kita berangkat ke Gunung Padang, sorenya juga ada persiapan untuk malam kesenian sampai malam. Hari Jumat kita ke camp, acaranya seru tapi buat saya sudah biasa karena ketika kuliah saya juga pernah mendapat pelatihan seperti ini. Yang mungkin tidak kita sangka ketika dibangunkan jam satu pagi dan piket jaga malam untuk generasi muda laki-laki. Kegiatan-kegiatannya sangat bagus untuk melatih kita supaya lebih disiplin waktu. Meskipun acara padat, tapi sampai hari ini kita masih sama-sama di sini dalam kondisi yang sehat. Tubuh kita pasti akan menunjang kalau kita melakukannya untuk tugas kejiwaan dan untuk kebahagiaan orang lain.
Venna S. (Lampung) Awalnya untuk ikut TGM 28 saya agak ragu soalnya teman-teman GM NSI dari Lampung pada tidak mau, kurang semangat. Saya bingung kalau harus berangkat sendiri karena saya tidak tahu jalan. Akhirnya kami GM NSI dari Lampung pergi bertiga dan untuk pertama kalinya kita ngeteng sendiri. Biasanya selalu ada ibu-ibu yang ngurusin kita. Sangking semangatnya, jadwal pesawat jam 10, kita sudah tiba di bandara jam 7 pagi. TGM kali ini saya rasakan tidak terlalu berat karena saya sering ikut TGM, jadi mental sudah terbiasa. Kalau ada acara di sekolah, kita juga tidak akan mengeluh karena mentalnya sudah dididik di sini. Saya ingin teman-teman NSI dari daerah-daerah lain bisa makin semangat. Kita harus mencari susunan itu sebagai kebutuhan kita, bukan kewajiban karena disuruh orangtua. Sebenarnya syinjin saya biasa-biasa saja, tapi setiap kali ada kegiatan saya selalu ingin ikut. Sehingga lama kelamaan susunan menjadi kebutuhan saya. Kita harus mengikuti semua pergerakan NSI, supaya dapat meningkatkan semangat syinjin kita. Angela Y. (Bangka) Saya bersyukur karena bisa ikut TGM lagi. Sebenarnya tahun kemarin saya ingin ikut juga tapi karena saya lagi PKL, jadi tidak bisa ikut. GM Bangka semangatnya lumayan, biasanya seminggu sekali kita kunjungan ke GM-GM yang tidak aktif. Kalau dikumpulin, GM nya bisa banyak tapi karena ada yang kerja dan berhalangan, jadi tidak bisa ikut TGM. Saya senang sekali karena Agustus 2015 | Samantabadra
23
liputan dari Bangka bisa ikut 4 orang. TGM kali ini bagi saya merupakan perjuangan. Awalnya saya masih hitung-hitung biaya karena saya mau kuliah. Keluarga saya kurang mampu, adik saya sedang sakit, jadi saya pikir-pikir mau ikut TGM atau tidak. Saya belum bekerja, tapi dari hasil menabung hadiah kompetisi yang saya ikuti selama SMA, saya pakai untuk ikut TGM, kensyu, dan biaya kuliah saya. Makna gosyo yang saya dapat adalah tentang hubungan orangtua dan anak dan balas budi kepada orangtua. Saya berterima kasih kepada orangtua saya karena sejak saya lahir, saya sudah mengenal hukum Nammyohorengekyo. Orangtua saya pernah bilang, kalau mau balas budi kepada orangtua, mereka tidak minta apa-apa. Cukup dengan aktif di susunan dan jalankan gongyo-daimoku. Setiap orang punya jiwa Buddha dan punya potensi untuk menyebarluaskan dharma. Kalau saya mau syakubuku teman saya, maka saya harus giat belajar, tingkah laku saya juga harus baik. Dengan begitu, orang akan lihat dan tertarik. Mengenai kematian yang dijelaskan pada gosyo, tergantung bagaimana kita mempersiapkan kematian. Kita harus banyak berbuat sebab yang baik, pupuk rejeki jiwa. Dengan begitu, kita bisa merasakan hasilnya dari perbuatan kita sendiri dan kita semua bisa mencapai kebahagiaan. Edison (Surabaya) Di TGM ini, tantangan saya adalah masalah prioritas dan dana. Saya harus membagi gaji saya dengan cicilan dan lain-lain. Mama saya juga tidak terlalu mendukung. Tapi karena ada latihan militer, saya jadi tertarik karena saya dulu pernah ikut kegiatan Bina Taqwa Pelajar Indonesia melalui NSI. Gosyo yang saya tangkap yaitu ketika kita lahir sudah terdapat dosyo-domyo yang mencatat setiap kebaikan dan keburukan kita, lalu masuk ke gudang karma. Kemudian, masalah kematian bagi agama Buddha adalah suatu kewajaran. Jadi kita tidak perlu merasa takut dan ajal adalah sekarang. Oleh karena itu, kita harus selalu berbuat baik. Di camp militer, yang saya dapat adalah tentang rasa kebersamaan dan bela negara. Kondisi generasi muda saat ini banyak yang tidak cinta dengan negaranya. Untuk TGM selanjutnya mungkin bisa diadakan lagi latihan militer. Di agama kita diajarkan tentang kesadaran, tapi praktiknya susah. Sedangkan di camp militer, kita dipaksa untuk sadar. Semoga setelah mengikuti kegiatan TGM, kita semua bisa lebih sadar dan konsisten untuk berbuat baik.
Aldo W. (Tangerang) Gosyonya cukup bisa dimengerti, tapi saya lebih paham ketika sesi FGD. Ada satu jawaban yang paling saya suka, yaitu agama yang paling pantas dipilih untuk masa sekarang adalah agama yang bisa memunculkan jiwa Buddha di dalam diri kita. Gosyonya bagus, kita dikasih tahu tentang apa itu kematian. Kita belum tentu matinya masih lama. Kita juga dikasih tahu tentang arti kebahagiaan, bisa ikut TGM adalah suatu kebahagiaan. Di TGM kali ini ada battle dance, menurut saya seru dan lucu. Saya ikut TGM dari TGM 20 di Ciapus, 21 Palembang, 22 Ciapus lagi, 23 Lamongan, 24 Solo, 25 Pontianak, 26 Bangka, 27 Lampung, semua saya ikut. Itu icinen saya dari pertama kali ikut TGM walaupun belum bisa bayar sendiri. Saya merasa senang dan bahagia sekali bisa ikut TGM. Icinen saya untuk tahun depan adalah bisa ikut TGM 29. Yosua (Jakarta) Hampir semua kegiatan berkesan, banyak pengetahuan yang didapat dan bisa membuka pikiran kita. Ada budayawan yang berbagi pengalaman, kemudian kita dididik secara militer. Kita yang biasanya di rumah selalu dimanja, tidak pernah diperlakukan secara keras. Di sini kita ditempa mentalnya, diteriakin setiap hari, jam 1 pagi disuruh bangun. Kesan selanjutnya 24
Samantabadra | Agustus 2015
ketika pergi ke museum, kita juga mendapatkan pengetahuan. Saya baru pertama kali masuk ke museum. Banyak pengetahuan-pengetahuan yang tidak bisa kita dapatkan di luar. Bisa didapatkan, tapi di TGM ini merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk mengembangkan aspek mental dan spiritual kita.
Pia (Bandung) Tadinya saya pikir di TGM ini saya bisa kurus karena ada camp militernya. Ternyata itu jauh dari harapan saya, karena baru kali ini saya makan banyak sekali sampai acak-acakkan. Saya senang bisa membantu menghabiskan makanan teman-teman, tapi saya jadi positif gemuk. Saya senang TGM diadakan di Bandung. Saya tidak menyangka secepat ini ada kegiatan nasional di sini, setelah vihara kita kebakaran dan harus menunggu empat tahun sampai selesai dibangun kembali. Bapak-bapak, ibu-ibu, dan GM Bandung semuanya semangat. Terima kasih untuk bapak dan ibu pimpinan dan umat NSI yang sudah banyak berkorban waktu, tenaga, dan pikiran demi terselenggaranya acara ini. Komitmen saya setelah TGM ini adalah saya ingin konsisten ikut kensyu di Ciapus. Di TGM kali ini saya senang karena banyak berkenalan dengan anak SMP, sehingga jiwa saya kembali muda. Mudah-mudahan tahun depan, kita bisa berjodoh ketemu lagi dalam TGM 29.
Merriwaty (Medan) Ini pertama kalinya saya ikut TGM dan pertama kalinya saya kenal Buddha Niciren. Di acara TGM ini banyak hal yang saya dapat. Pertama, saya jadi lebih disiplin waktu. Kalau di rumah, mau makan dan mandi saja saya malas. Di sini, makan ada jamnya, mandi juga harus antri. Kalau tidak antri, nanti tidak mandi. Sebelumnya saya tidak tahu apa itu gosyo, daimoku, gongyo. Saya belajar banyak di TGM 28 ini. Ada beberapa hal yang saya dapat dari gosyo, seperti tentang kematian. Kematian adalah hal yang paling ditakutkan oleh semua orang. Tapi setelah saya mendengar gosyo, saya jadi sadar bahwa kematian itu tidak perlu ditakuti karena kita bisa mati kapan saja. Yang terpenting adalah selama hidup ini kita harus berbuat baik, tidak boleh egois, kita harus sadar dengan apa yang kita perbuat. Untuk bisa ikut TGM ini tidak mudah karena waktunya cukup lama. Tapi saya tidak menyesal ikut TGM, karena banyak sekali pengalaman berharga yang didapat. Desy (Tangerang) Ini kedua kalinya saya ikut TGM, pertama kali saya ikut TGM 23 di Lamongan. Waktu itu saya belum merasakan nilai perjuangannya karena dibiayai oleh tante. Tapi di TGM 28 ini saya berjuang dan semangat, karena seminggu sebelum TGM saya baru bisa daftar. Di saat semua sudah dapat baju, buku, dan nametag, saya baru daftar. Di buku TGM juga tidak ada foto saya karena saya terlambat mendaftar. Saya ada tersendat di kerjaan, susah dapat ijin. Ada tersendat di keuangan juga. Tapi karena icinen, akhirnya saya bisa ikut TGM 28 ini. Dari awal perjalanan, saya menginap di honbu, naik kereta, naik bajaj sampai malam. Kalau dulu waktu masih SMP-SMK, saya tidak tertarik ikut TGM padahal masih banyak waktu dibandingkan dengan orang kerja. Seminggu sebelum TGM, saya minta ijin ke bos, mereka bisa mengerti dan mengijinkan. Waktu hari Jumat malam, saya ada sedikit sakit pinggang tapi saya tetap semangat. Di camp militer yang saya dapat adalah rasa berbagi dan yang paling saya takutkan adalah saat makan karena porsi makan saya sedikit. Saya belajar tentang bagaimana caranya memikirkan orang lain, menghargai nasi, serta tentang rasa solidaritas dan kebersamaan. Dari segi gosyo yang saya tangkap adalah tentang kematian dan dosyo domyo. eee Agustus 2015 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Perihal Tiga Rintangan Empat Iblis LATAR BELAKANG|
S
urat ini ditulis pada bulan 11 tahun 1277 (Kenji 3) ketika Niciren Daisyonin berusia 56 tahun di Gunung Minobu dan diberikan kepada Munenaga. Isi suratnya memberi bimbingan yang tegas terhadap kedua masalah dari hubungan keyakinan dan kebaktian kepada orang tua serta hubungan keyakinan dengan masalah kekeluargaan, sehingga surat ini dinamakan sebagai “Surat Tiga Rintangan dan Empat Iblis (Sansyo Syima).� Dan juga karena terdapat bagian yang mengajarkan untuk menasehati sang ayah, hingga disebut sebagai “Surat Nasehat.� Surat-surat yang diberikan kepada kakak beradik Ikegami terdapat 17 pucuk surat, namun di antaranya kebanyakan diberikan kepada adiknya Munenaga. Karena kakaknya, Munenaka memiliki keyakinan kuat dan kokoh sedangkan adiknya Munenaga mengalami penderitaan atas kericuhan dalam hubungan cinta kasih terhadap orang tua dengan keyakinan, maka dalam surat ini Niciren Daisyonin memberikan bimbingan tegas yang penuh dengan welas asih. Rintangan keyakinan yang dihadapi oleh kakak beradik Ikegami adalah tantangan dari ayahnya yang bernama Yasumice, beliau adalah seorang penganut 26
Samantabadra | Agustus 2015
yang giat dari Bhikku Ryokan dari Kuil Gokurakuji. Kiranya ayahnya yang mengusir anaknya, Munenaka merupakan siasat jahat dari Bhikku Ryokan. Pada tahun 1275 (Bun-ei 12) ketika terjadi pengusiran yang pertama di mana Niciren Daisyonin telah memberi bimbingan kepada kakak beradik melalui surat Kyodaisyo dan pengampunan terhadap kakaknya Munenaka terjadi pada tahun 1276, namun 3 tahun setelah terjadi hal tersebut terulang lagi pengusiran terhadap Munenaka kali ini, Daisyonin melalui surat ini telah memberi bimbingan. Pengusiran keluarga pada masyarakat feodal waktu itu, adalah berlainan dengan sekarang di mana tidak hanya memutuskan hubungan darah malah menyita jaminan ekonomi. Jadi bagi kakaknya Munenaka telah dihadapi masalah penting di mana hak meneruskan pimpinan keluarga telah dicabut. Sedangkan bagi adiknya telah digoda dengan rangsangan besar. Akan tetapi terhadap rangsangan ini adiknya Munenaga telah bertekad untuk meneruskan keyakinan dengan mengikuti dan bersatu hati dengan kakaknya. Akhirnya pada tahun 1278 ayahnya Yasumice pun telah turut menganut kepercayaan ini.
ISI GOSYO |
K
edua utusan Anda yang membawa berbagai jenis kiriman telah tiba di sini. Surat Ben Ajari Nissyo yang menerangkan tentang kesungguhan hati juga telah disampaikan.
Bagaimana pun Saya akan menyampaikan hal yang terpenting bagi Anda. Pada masa Saddharma dan masa Pratirupadharma (Syoho dan Zoho), ketika keadaan masyarakat masih belum runtuh, para arif dan orang bijaksana telah berturut-turut lahir di dunia ini. Begitu pun para dewa masih melindungi umat manusia. Akan tetapi, pada masa Pascimadharma (mappo) sekarang ini, umat manusia telah menjadi amat serakah sehingga menimbulkan percekcokan yang tak terputus-putus antara majikan dengan pegawai, orang tua dengan anak, kakak dengan adik, apalagi dengan orang-orang luar. Ketika pertikaian itu terjadi, para dewa akan meninggalkan negeri dan kemudian tiga bencana tujuh musibah akan timbul, hingga satu, dua, tiga, empat, lima, enam, atau tujuh matahari muncul di langit. Tumbuhan kering kerontang, air sungai besar dan kecil mengering, bumi besar akan membara seperti arang, dan laut menjadi seperti minyak mendidih. Akhirnya kobaran lidah api yang berasal dari neraka yang tak terputus-putus penderitaannya memenuhi udara dan mencapai Surga Brahma. Dengan terjadi demikian, lambat laut dunia menjadi runtuh. Setiap orang (baik bijaksana maupun bodoh), berpikir bahwa wajar bila seorang anak patuh kepada orang tuanya, pegawai setia kepada majikannya, dan murid taat kepada gurunya. Akan tetapi, akhir-akhir ini kelihatannya umat pada masa sekarang mabuk oleh arak ketiga racun; keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, sehingga sama sekali bukan hal yang aneh bila sekarang pegawai mengkhianati majikan, anak meremehkan orang tua, dan murid merendahkan guru. Hendaknya Anda membaca berulang kali surat terdahulu yang di dalamnya Saya jelaskan bahwa seseorang haruslah mematuhi orang tua, majikan, maupun gurunya; tetapi bila mereka melakukan kejahatan, tentu saja tidak boleh mematuhi, bahkan sebaliknya memperingatkan mereka berarti berbakti kepada mereka.
Baru-baru ini kakakmu, Uemon no Sakan sekali lagi diusir oleh ayahmu. Mengenai hal ini, Saya telah memberitahukan istri Anda ketika ia berkunjung ke sini. Pada waktu itu Saya sudah mengatakan, “Uemon no Sakan Dono pasti kembali diusir. Ketika itu terjadi, Saya sangat mengkhawatirkan Hyoe no Sakan; pada waktu itu Anda harus kuat menghadapi hal ini�. Pada saat ini Saya rasa, pasti Anda meninggalkan kepercayaan. Bila Anda mundur dari kepercayaan, Saya tak akan mengatakan apapun; tetapi bila Anda jatuh ke dalam neraka, harap tidak membenci Niciren. Ketika itu terjadi, Saya tak akan tahu menahu. Alang-alang yang tumbuh terus menerus selama seribu tahun pun akan musnah dalam sekejap menjadi abu, berarti karunia dari seratus tahun pun akan musnah karena sepatah kata. Ini merupakan fakta yang tak dapat dibantah.
Sekarang ayah Anda Saemon no Jo, kelihatannya telah menjadi musuh dari Saddharmapundarika-sutra, sedangkan kakak Anda Uemon Daiyu Sakan, sekarang menjadi seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Anda sering memikirkan hal-hal di depan mata sehingga akan mematuhi ayah, dan orang-orang yang tidak tahu kewajaran akan memuji hal itu. Tairo no Munemori mengikuti keburukan ayahnya Kyumori Nyudo, sehingga akhirnya dipenggal di Syinohara. Kakaknya yang sulung, Syigemori tidak mematuhi ayahnya dan meninggal lebih dahulu. Yang manakah sebenarnya anak yang lebih berbakti kepada Agustus 2015 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu ayah? Apakah dengan mematuhi ayah yang merupakan musuh Saddharmapundarika-sutra dan membuang kakak yang merupakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra, Anda menjadi anak yang berbakti? Bagaimanapun juga akhirnya Anda harus berani memutuskan satu jalan. Bila melaksanakan hati kepercayaan seperti kakak Anda, akan tercapai jalan kebuddhaan. Kedudukan ayah Anda seperti Raja Subavyuha, dan Anda kakak beradik seperti Pangeran Vimalagarbha dan Vimalanetra. Memang, zaman dahulu dan sekarang berbeda, tetapi kewajaran Saddharmapundarika-sutra tetap sama.
Baru-baru ini Hojo Yosyimasa, Musashi Nyudo, yang memiliki harta dan pengikut yang berjumlah banyak saja berani membuang semua itu demi pengunduran diri dari masalah duniawi; apalagi Anda yang hanya memiliki tanah yang sempit. Bila Anda mengabaikan kepercayaan dan terjatuh ke dalam jalan yang buruk, janganlah membenci Saya, Niciren. Karena sayang akan harta dan tanah yang sedikit, meskipun diberi peringatan sekali lagi, Saya rasa pada saat ini Hyoe Sakan telah membuang kepercayaan.
Mengingat Anda telah menjalankan kepercayaan selama ini, terasa sayang bila Anda terjatuh ke dalam dunia yang buruk; karena itu Saya memberitahu hal ini. Walau kemungkinannya satu di antara seratus atau seribu, bila mempercayai ajaran Niciren, hadapilah ayah Anda dan katakanlah dengan tegas, “Karena Anda adalah ayah Saya; menurut peraturan memang benar saya harus mematuhi Anda. Tetapi, karena ayah telah menjadi musuh Saddharmapundarikasutra, kalau terus mengikuti sebaliknya saya akan menjadi tidak berbakti. Oleh karena itu, Saya memutuskan untuk berpisah dengan Anda dan mengikuti kakak. Bila Anda mengusir dia, pikirkanlah bahwa Saya juga bersama kakak.� Katakanlah hal ini dengan tegas. Sedikitpun jangan terselip ketakutan di hati. Hal inilah yang menghalangi tercapainya kesadaran Buddha sekalipun telah menjalankan kepercayaan pada Saddharmapundarika-sutra, berulang kali semenjak berkalpa-kalpa yang tak terhitung. Ketika terjadi arus pasang dan surut, terbit dan terbenamnya bulan juga ketika terjadi perubahan keempat musim; panas, gugur, dingin, dan semi, pasti terjadi hal yang berbeda dari biasanya. Sama halnya ketika manusia biasa menjadi Buddha. Artinya, ketika akan menjadi Buddha pasti akan timbul rintangan yang disebut sebagai tiga rintangan empat iblis. Orang yang bijaksana akan merasa gembira menghadapinya, sedangkan orang bodoh akan merasa takut dan mundur. Saya telah menunggu sejak lama untuk memberitahukan hal ini kepada Anda, baik melalui utusan Saya sendiri maupun melalui cara lainnya. Karena itu Saya sangat gembira dengan dikirimnya utusan-utusan ini. Saya pikir, bila Anda bermaksud mundur dari kepercayaan, tidak mungkin Anda mengirimkan mereka. Dengan berpikir demikian Saya rasa mungkin Anda masih meneruskan hati kepercayaan.
Untuk mencapai kebuddhaan memang sulit, lebih sulit daripada menancapkan jarum di puncak Gunung Semeru di dunia ini dan kemudian melontarkan seutas benang dari puncak Gunung Semeru di dunia lain langsung memasuki lubang jarum ini. Pekerjaan ini lebih sulit lagi dilakukan bila melawan hembusan angin yang kencang. Di dalam Bab Bodhisattva Sadaparibhuta Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Setelah melewati berjuta milyar tahun yang tak terhitung dan kalpa yang lamanya tak terbayangkan, baru dapat mendengar Saddharmapundarika-sutra ini. Selama milyaran dan jutaan yang tak terhitung dari kalpa yang lamanya tak terbayangkan baru tiba waktunya para Buddha membabarkan Sutra ini. Oleh karena itu, para pelaksana setelah kemoksyaan Sang Buddha 28
Samantabadra | Agustus 2015
pada saat mendengar Sutra yang sedemikian sulit ditemui dan didengar ini tidak boleh memiliki keraguan-raguan sedikit pun.� Di antara ke-28 bab Saddharmapundarika-sutra, kalimat inilah yang luar biasa pentingnya.
Dari Bab Purwaka sampai dengan Bab Dharma Duta di tempat upacara Saddharmapundarikasutra terdapat banyak umat manusia, mahluk-mahluk surgawi, empat golongan umat dan delapan jenis mahkluk rendah, yang semuanya di bawah tingkat tokaku, tetapi hanya ada seorang Buddha, yakni Buddha Sakyamuni; oleh karena itu kelihatannya bab-bab ini lebih berbobot, walau sebenarnya tidak. Kedua belas bab, dari Bab Munculnya Sebuah Stupa sampai Bab Akhir Pesamuan, merupakan Sutra yang paling berbobot di antara yang berbobot. Hal ini disebabkan karena di hadapan Buddha Sakyamuni muncul sebuah stupa yang dihiasi dengan bermacam-macam pusaka. Ini seperti matahari terbit di muka bulan. Seluruh Buddha dari sepuluh penjuru alam duduk di bawah pohon, dan ini terlihat seperti cahaya api yang menyinari seluruh rumput dan pohon di sepuluh penjuru alam. Kalimat di atas dibabarkan dalam keadaan seperti ini.
Sutra Nirvana menyatakan, “Umat manusia kerap kali menerima penderitaan semenjak dahulu, dari kalpa yang tak terhitung. Kelahiran yang dialami setiap manusia dalam masa satu kalpa saja tak terhitung kerapnya. Tulang yang ditinggalkan selama itu membukit setinggi Gunung Vipula di Rajagriha dan susu yang diminum setara dengan air dari empat lautan. Darah yang mengalir keluar dari tubuh lebih dari air dari empat samudera, demikian pula air mata yang ditumpahkan karena kesedihan atas kematian orang tua, adik kakak, istri, anak, dan sanak keluarga. Meskipun semua tanaman yang tumbuh di bumi besar dihitung dengan ukuran empat inci, tidak dapat dihitung jumlah seluruh orang tua yang dimiliki selama kehidupan lampau.� Perkataan ini diucapkan Sang Buddha sambil berbaring di bawah pohon sal pada hari terakhir hidup-Nya. Karena itu, Anda harus mencamkan perkataan ini. Itu berarti, tak terhitung jumlah orang tua yang telah melahirkan Anda semenjak kalpa yang tak terhingga di masa lampau; meskipun dapat menghitung seluruh tanaman dan pohon yang tumbuh di seluruh penjuru dunia di alam semesta dengan potongan ukuran sepanjang empat inci. Demikian dikatakan dalam Sutra. Dengan demikian, Anda mempunyai orang tua sejumlah yang tak terhitung di kehidupan yang lampau, tetapi selama waktu itu Anda masih belum bertemu dengan Saddharmapundarikasutra. Dari sini terlihat betapa mudah memiliki orang tua, tetapi sangat sulit untuk berjumpa dengan Saddharmapundarika-sutra. Sekarang, bila Anda tidak mematuhi perkataan orang tua -yang mudah didapat- dan mengikuti seorang teman dari Saddharmapundarika-sutra -yang sukar dijumpai- Anda bukan hanya dapat mencapai kebuddhaan, bahkan juga dapat membimbing ayah yang menentang. Sebagai contoh, Pangeran Siddharta, putra Raja Suddhodana. Ayahnya menginginkannya dapat mewarisi tahta dan memerintah negara, dan benar-benar menyerahkan tahta kepadaNya. Tetapi Sang Pangeran menentang kehendak ayahnya dan melarikan diri dari istana pada tengah malam. Karena itu Raja membenci kepada orang yang tak berbakti. Tetapi, setelah Siddharta mencapai kebuddhaan, Beliau mengutamakan keselamatan orang tuanya, Raja Suddhodana dan Ratu Maya, di atas segalanya. Tidak ada seorang ayah pun yang pernah menganjurkan putranya untuk meninggalkan duniawi demi menjadi Buddha. Orang-orang penganut Rice dan Nembuce mengupayakan Agustus 2015 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu berbagai daya untuk membuat Anda mundur dari kepercayaan, yang pertama adalah menghasut ayah dan menjatuhkannya ke jalanan buruk. Saya mendengar bahwa Ryoka-bo sedang menyusun strategi untuk membujuk yang lain untuk menyebut satu juta Nembuce dengan tujuan menimbulkan perpecahan di kalangan rakyat dan menghancurkan bibit Saddharmapundarika-sutra. Hojo Syigetoki, yang mendirikan Kuil Gokuraku, sebenarnya orang yang baik. Tetapi karena ditipu oleh penganut Nembuce, ia membenci Niciren dan sebagai akibatnya ia sendiri bersama seluruh keluarganya musnah. Yang tertinggal sekarang hanya satu orang penguasa dari Ecigo (Hojo Naritoki). Adakah orang yang mempercayai Ryoka-bo (Ryokan) menjadi makmur? Lihatlah apa yang terjadi dengan keluarga Nagoe yang membiayai pembangunan Kuil Zenko, dan sebuah kuil tempat adanya sebuah patung Buddha yang besar. Juga, Hojo Tokimune memang merupakan pemimpin negara Jepang, tetapi seluruh dunia menjadi musuhnya. Dapat dikatakan demikian karena bermusuhan dengan negeri besar Mongolia. Sekalipun membuang kakak dan dapat mengambil alih kedudukan yang ditinggalkannya, Anda tidak akan pernah menjadi makmur selama 10 juta tahun, bahkan mungkin dalam waktu yang singkat menjadi musnah. Adakah jaminan bahwa dalam hidup kali ini tidak akan musnah? Oleh karena itu, Anda harus benar-benar memberanikan diri dan hanya menginginkan keselamatan pada masa yang akan datang.
Setelah mengatakan semua ini, terpikir oleh Saya mungkin surat ini sia-sia belaka dan Saya segan untuk meneruskannya. Tetapi mungkin juga berguna sebagai peringatan akan datang bagi Anda. Dengan hormat yang mendalam,
Niciren
30
Tanggal 20 bulan ke-11
Samantabadra | Agustus 2015
| KUTIPAN GOSYO
1
Akan tetapi, pada masa Pascimadharma (Mappo) sekarang ini, umat manusia telah menjadi amat serakah sehingga menimbulkan percekcokan yang tak terputus-putus antara majikan dengan pengawai, orang tua dengan anak, kakak dengan adik, apalagi dengan orang-orang luar. Keterangan: Bagian ini menjelaskan wajah masa Pascimadharma (Mappo) yang bertentangan dengan kutipan terdahulu yang berbunyi, “Pada masa Saddharma dan masa Pratirupadharma (Syoho dan Zoho), ketika keadaan masyarakat masih belum runtuh, para arif dan orang bijaksana telah berturut-turut lahir di dunia ini. Begitupun para dewa masih melindungi umat manusia.” Yang dimaksud dengan “para arif dan orang bijaksana” pada masa sekarang ini tidak lain dari para pemimpin yang bijaksana. Wujud sesungguhnya dari suatu masyarakat akan terlihat nyata dalam diri sang pemimpin. Bila muncul pemimpin yang unggul secara berturut-turut, ini merupakan rejeki bagi seluruh masyarakat, karena mereka dapat membangkitkan gairah hidup. Terlebih dari itu, bakat dan rejeki untuk kemakmuran zaman maupun kecenderungan yang membuat zaman merosot semua terkumpul dalam diri pemimpin. Kutipan kalimat “Para dewa masih melindungi umat manusia” mengandung arti bahwa keberuntungan bagi masyarakat adalah ketika terjadi suasana yang melindungi orang yang benar dan adanya sikap mengayomi dari pemimpin-pemimpin yang bijaksana. Bukankah seorang pemimpin merupakan cermin yang memantulkan sikap umat manusia? Namun demikian, setelah memasuki masa Pascimadharma (Mappo), manusia terjerumus ke dalam keuntungan dan hawa nafsu demi diri sendiri. Walau manusia dapat menyelidiki segala sesuatu dengan tajam,
namun kecerdasannya itu mengendalikan dasar jiwanya demi keuntungan diri sendiri dan hawa nafsunya, sehingga masyarakat semakin kacau dan keruh. Pemimpin yang bijaksana sudah tidak ada, sedang pemimpin yang durjana merajalela sesuai dengan keadaan masyarakat yang keruh dan kotor. Pada masa Saddharma dan Pratirupadharma (Syoho dan Zoho) hati manusia masih tulus dan sederhana, mungkin dapat juga dikatakan masih tidak berprajna. Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu masih terdapat kebesaran hati yang penuh dengan sifat kemanusiaan dan suasana kekeluargaan. Pada masa Pascimadharma (Mappo) ini, lebih baik kita mengatakan orang-orang memiliki prajna sesat daripada mengatakan mereka tidak berprajna. Dalam hubungan kemanusiaan, hubungan antara orang tua dengan anak, kakak dengan adik mencerminkan wujud sesungguhnya dari masyarakat yang buruk, yaitu saling membenci dan berselisih. Sebenarnya suatu masyarakat merupakan sarana kebersamaan demi kebahagiaan dan kemakmuran dari orang-orang yang membentuk masyarakat itu. Tetapi sarana itu kini telah menjadi medan kemurkaan yang buruk lagi jahat demi keuntungan dan hawa nafsu diri sendiri. Dapat dikatakan dalam keadaan sekarang yang seperti itu, ideologi dan filsafat zaman dahulu yang menjaga tata tertib dan sistem masyarakat menjadi tidak berdaya karena sumber pokok kebahagiaan masyarakat keluar dari dasar jiwa manusia yang terdalam. Dalam hal ini Niciren Daisyonin telah meletakkan pangkal penyelesaiannya dalam diri manusia sendiri yang menjadi dasar dari terbentuknya masyarakat.
2
Alang-alang yang tumbuh terus menerus selama seribu tahun pun akan musnah dalam sekejap menjadi abu, berarti karunia dari seratus Agustus 2015 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo kensyu tahun pun akan musnah karena sepatah kata. Ini merupakan fakta yang tak dapat dibantah.
Keterangan: Bagian ini menjelaskan bahwa bagaimanapun zaman berubah, teori Saddharmapundarika-sutra yang menjelaskan Keterangan: kedalaman dari jiwa manusia sama sekali Ini adalah bagian yang menjelaskan tentang tidak berubah. Memang, setiap zaman tentu inti hakikat pelaksanaan pertapaan agama memiliki norma-norma tersendiri dan Buddha. Alang-alang yang telah tumbuh kelihatannya tak mungkin untuk melepaskan selama ribuan tahun pun kalau dibakar diri dari ketentuan zaman tersebut. Tetapi, akan menjadi abu dalam waktu sekejap, bagaimanapun juga seharusnya ada sesuatu begitupun karunia yang diperoleh selama yang melampaui zaman dan bangsa; itulah jiwa ratusan tahun akan musnah karena sepatah yang merupakan inti hakikat kemanusiaan. kata. Dalam menyelesaikan masalah apapun, Karena dapat membuka mata sehingga dapat bila tidak diselesaikan secara tuntas, tidak melihat jiwa dengan amat jelas, maka di dalam akan ada artinya sama sekali. Misalnya dalam Saddharmapundarika-sutra terdapat kekuatan membangun rumah. Walau sebagian besar yang tak berubah. telah selesai dibangun, seandainya dindingnya Sikap perombakan keluarga yang dijelaskan belum dicat atau lantainya belum selesai, tentu di sini melalui kisah Raja Subavyuha, rumah itu tidak dapat dihuni. Terlebih lagi Vimalagarbha, Vimalanetra, dan Permaisuri Hukum Buddha bertujuan merombak sifat jiwa Vimaladatta merupakan contoh yang berlaku manusia, sehingga merupakan perjuangan juga untuk Pascimadharma-kalpa (Masa membangun dasar pokok kehidupan ini. Mappo) sekarang ini. Bila perombakan sifat Bila kita menghentikan perjuangan ini di jiwa manusia mengakar pada sifat pokok, maka pertengahan jalan, segala usaha yang telah perombakan keluarga pun dapat dikatakan dilakukan selama ini menjadi sia-sia belaka, sebagai perpanjangan perombakan sifat jiwa bagaikan buih-buih air belaka. manusia tersebut. Hukum agama Buddha adalah menang Pada kesimpulannya, sumber pokok atau kalah, dan menang kalahnya itu perombakan keluarga tergantung pada tenaga ditentukan pada saat terakhir. Ini adalah pelaksanaan yang kuat dari orang yang ketegasan Hukum agama Buddha yang juga mempertahankan Saddharma. Sesuai dengan merupakan ketegasan kehidupan. Seandainya teori Kesatuan Subyek dan Lingkungan yang kita telah mengeluarkan tenaga sepenuh Tak Terpisahkan (Esyo Funi), pondasi satu hati sehingga tercapai angka 92 dari 100 keluarga pun dapat diubah dari akarnya. Orang yang seharusnya dicapai, tetapi 8 angkanya yang melaksanakan Saddharma bagaikan dikerjakan sembarangan atau lari darinya, matahari yang memberi arah bagi seluruh maka tidak dapat dikatakan sebagai pelaksana keluarga menuju jalan kebahagiaan, jalan Hukum agama Buddha. Sebaliknya, bila terus pembangunan. Ketika timbul keinginan untuk menekuni suatu usaha sampai berakhir merombak seperti itu, keluarga tersebut mulai dengan sentuhan penghabisan, pasti selalu membuka irama yang baru. terbuka jalan menuju masa akan datang yang Yang dimaksud dengan “tenaga gaib� baru dan cemerlang. dalam zaman sekarang ini dari keterangan kalimat sutra “Vimalagarbha dan Vimalanetra Memang, zaman dahulu dan menggunakan berbagai kekuatan gaib sekarang berbeda, tetapi kewajaran untuk menyelamatkan ayahnya.� adalah Saddharmapundarika-sutra tetap kekuatan jiwa yang berkobar-kobar yang sama. mampu merombak diri sendiri serta mendasarkan kehidupan pada tenaga yang
3
32
Samantabadra | Agustus 2015
kuat. Sesungguhnya tidak ada kekuatan yang melebihi Wujud Sesungguhnya (Jisso). Haruslah dicamkan bahwa titik tolak akar pokok perombakan keluarga terletak disini.
tersembunyi di dalam akar jiwa manusia yang gelap sekali dan hanya merombak sistem dan struktur, pada akhirnya akan mengulang kembali arus perputaran tiga dunia buruk dan empat kecenderungan buruk. Hanya dengan Ketika terjadi arus pasang surut, membangun dasar kejiwaan yang tegar dan terbit dan terbenamnya bulan, juga kokoh baru dapat mewujudkan negara yang ketika terjadi perubahan keempat sejahtera dan membuka jalan perdamaian musim: panas, gugur, dingin, dan semi pasti dunia. terjadi hal yang berbeda dari biasanya. Kutipan “Orang yang bijaksana akan merasa Sama halnya ketika manusia biasa menjadi gembira menghadapi rintangan, sedangkan Buddha. Artinya, ketika akan menjadi orang bodoh akan takut dan mundur,� berarti Buddha pasti akan timbul rintangan yang orang bijaksana yang mengetahui teori Hukum disebut sebagai Tiga Rintangan Empat Iblis. Buddha yang kekal dan mendalam tidak Orang yang bijaksana akan merasa gembira akan mundur atau kecil hati menghadapi menghadapinya, sedangkan orang bodoh penganiayaan, bahkan dengan penuh akan merasa takut dan mundur. kegembiraan dan keberanian berjuang untuk menghantam dan memecahkan Keterangan: hakikat iblis. Sebaliknya orang bodoh yang Bagian ini merupakan bagian terpenting tidak mengetahui hal ini dan terjerat pada yang membabarkan teori dasar perombakan keuntungan di hadapan mata akan menolak sifat jiwa. Titik peralihan antara arus pasang dan melarikan diri dari penganiayaan. dan arus surut, terbit dan terbenamnya Sebenarnya, kesempatan terbaik untuk bulan, musim panas, gugur, dingin dan semi melaksanakan perombakan sifat jiwa adalah pasti akan menimbulkan gejala perubahan. dengan menimbulkan Tiga Rintangan Begitupun sama halnya titik peralihan dari Empat Iblis tersebut. Betapapun besar dan manusia biasa mencapai kesadaran Buddha banyaknya, hendaknya tetap berjuang untuk pasti akan timbul rintangan dari Tiga menghadapinya dengan wajah yang berseriRintangan Empat Iblis. seri dan semakin memunculkan kekuatan jiwa Perjuangan merombak sifat jiwa adalah yang kuat dan dahsyat serta tidak terpengaruh, perjuangan melawan iblis. Fungsi dan tetap tenang dalam berjuang untuk kekuatan iblis itu merusak dan meruntuhkan mematahkan iblis ini. Sama halnya dengan akar pokok jiwa manusia, mengacaukan keadaan sekarang ini. Saat ini merupakan masa gerakan, serta menyebar memenuhi alam krisis yang belum pernah terjadi bagi seluruh semesta raya. Kekuatan dan fungsi gerakan umat manusia, sehingga dengan demikian ini tetap ada dalam jiwa manusia sendiri. dapat diketahui keadaan iblis secara jelas dan Di dalam sejarah manusia tidak pernah terang. Haruslah diketahui bahwa sekarang terjadi perombakan terhadap iblis ini. Oleh ini sungguh merupakan masa terpenting bagi karena itu, perjuangan merombak sifat perombakan nasib seluruh umat manusia. Dan jiwa manusia marupakan keberanian untuk yakinkanlah bahwa kumpulan orang arif yang menghantam iblis. Ini merupakan perjuangan berjuang tanpa mundur setapak pun, penuh yang mendasar sekali. Teori perombakan keberanian dan harapan yang berkobar adalah sifat jiwa seorang manusia akhirnya akan pasukan Buddha. membuat perombakan nasib satu negara Kedua belas bab dari Bab maupun perombakan nasib seluruh umat Munculnya Sebuah Stupa sampai manusia berasal dari teori hukum ini. Tanpa Bab Akhir Pesamuan. mengetahui dan mematahkan iblis yang
4
5
Agustus 2015 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo kensyu Tiga Pesamuan? Bila hal tersebut dijelaskan Keterangan: berdasarkan filsafat jiwa Niciren Daisyonin, Bagian ini menunjukkan Upacara Antariksa makna filosofisnya yang terkandung amatlah dalam Saddharmapundarika-sutra, salah satu mendalam. upacara dari Dua Tempat Tiga Pesamuan. Bila kita pikir berdasarkan ilmu Pembabaran Saddharmapundarika-sutra pengetahuan, munculnya sebuah stupa pusaka dilaksanakan dalam tiga persamuan: dimulai di antariksa dalam Bab Munculnya Stupa di Gridhakuta, kemudian pindah ke antariksa Pusaka yang merupakan bagian pelancar dan terakhir kembali lagi ke Gridhakuta. dari Ajaran Bayangan, adanya Buddha Dengan demikian lokasinya di dua tempat: Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna yang puncak Gridhakuta dan antariksa. Inilah yang duduk berdampingan dalam stupa pusaka dimaksud dengan Dua Tempat Tiga Pesamuan. itu serta hadirnya para Buddha titisan dari Pembabaran yang terpenting adalah sepuluh penjuru dan para Bodhisattva dari pembabaran yang dilakukan di antariksa, dunia lainnya, Dwiyana, manusia dan surga oleh karena itu di dalam surat dikatakan, dalam upacara antariksa itu, mungkin hal “Merupakan Sutra yang paling berbobot di ini tidak wajar; akan tetapi kalau dipandang antara yang berbobot.” berdasarkan Hukum agama Buddha secara Dalam Catatan Ajaran Lisan (Ongi Kuden) mendalam, sungguh merupakan upacara bagian paruh akhir dikatakan, “Umumnya yang amat wajar. Sebenarnya upacara Bab penyerahan tugas Myohorengekyo kepada Munculnya Stupa Pusaka merupakan kanjin, Bodhisattva Visishtakaritra dimulai sejak karena di dalam jiwa kita terpendam jiwa Bab Munculnya Stupa Pusaka, dan terwujud yang sangat gaib yang disebut Dunia Buddha. dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Kekuatan dan keadaan jiwa itu merupakan dan berakhir pada Bab Kekuatan Gaib sesuatu yang amat sulit dijangkau oleh pikiran Sang Tathagata dan Bab Akhir Pesamuan.” maupun dilukiskan dengan kata-kata, akan Pentingnya upacara antariksa ini adalah tetapi itu dapat diwujudkan secara nyata di karena terselenggaranya upacara penting dan permukaan jiwa kita. Penjelasan bahwa Dunia agung yang terdapat pada Bab Munculnya Buddha yang terpendam di dasar jiwa kita Bodhisattva dari Bumi, yaitu munculnya para dapat dimunculkan dalam kehidupan nyata Bodhisattva dari bumi besar dengan dipimpin terdapat dalam Bab Munculnya Stupa Pusaka oleh Bodhisattva Visishtakaritra, selanjutnya ini. dijelaskan Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Jadi, melalui upacara stupa pusaka itu dan kemudian pada Bab Kekuatan Gaib Sang Buddha Sakyamuni ingin menerangkan Tathagata, Bodhisattva Honge yang Muncul Icinen Sanzen, Sepuluh Dunia yang Saling dari Bumi menerima tugas penyebarluasan Mencakupi yang ada di dasar jiwa-Nya sendiri. Hukum Agung dari Tri-Maha Dharma Dengan meminjam upacara stupa pusaka, Sakti dan pada Bab Akhir Pesamuan tugas Niciren Daisyonin mendirikan pintu Hukum penyebarluasan agama Buddha diserahkan Pembibitan yang tersirat di dasar kalimat kepada para Bodhisattva Syakke, Dewa Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata sebagai Mahabrahma, dan Dewa Indra. Demikianlah Gohonzon. Gohonzon adalah perwujudan berlangsungnya upacara agung yang memiliki nyata jiwa kekal abadi Buddha Pokok. Dengan makna mendalam. demikian Dai Gohonzon merupakan badan Makna apakah yang terkandung dengan pokok tunggal untuk mencapai kesadaran di munculnya stupa pusaka dalam Upacara masa Pascimadharma (Mappo). Umat manusia Saddharmapundarika-sutra? Dan apakah yang masa Pascimadharma ini dapat terselamatkan dimaksud dengan upacara antariksa maupun hanya dengan berdasarkan Gohonzon ini. yang disebut sebagai upacara Dua Tempat Pada saat sekarang, Dai Gohonzon dijaga di 34
Samantabadra | Agustus 2015
Syohondo, Kuil Pusat Taisekiji, Gunung Fuji. Selanjutnya, kalau ditelaah lebih mendalam lagi berdasarkan Catatan Ajaran Lisan (Ongi Kuden) hal 187 terkandung makna sebagai berikut. Walau upacara antariksa telah dimulai semenjak Bab XI Munculnya Stupa Pusaka, Bodhisattva yang Muncul dari Bumi belum diwujudkan dan tidak diterangkan jiwa kekal abadi. Pembabaran Bab XV Bodhisattva yang Muncul dari Bumi hingga bab XVI Panjangnya Usia Sang Tathagata menyempurnakan upacara antariksa tersebut. Ini berarti, Upacara Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata merupakan upacara yang teragung selama 50 tahun pembabaran ajaran Buddha Sakyamuni karena telah menerangkan dengan jelas keadaan jiwa sesungguhnya. Akan tetapi, walau dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata telah dijelaskan dengan tegas jiwa Sepuluh Dunia Tiga Ribu Aspek yang terdapat di dasar jiwa Buddha Sakyamuni secara tersirat ini, tidak lain dari Icinen Senzen yang berdasarkan pada jiwa Buddha Sakyamuni pada 500 asamkheya kalpa koti. Penjelasan Niciren Daisyonin berdasarkan makna tersirat kalimat Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata, yaitu Icinen Sanzen Kuon Ganjo Jijuyuhosyin, Hukum Sesungguhnya Nammyohorengekyo. Dengan demikian, Sepuluh Dunia Tiga Ribu Aspek pada arti khusus merupakan Sepuluh Dunia Tiga Ribu Aspek yang tercakup dalam Hukum Kejiwaan Icinen Tathagata Sambhogakaya yang muncul atas kehendak sendiri dari masa lampau yang tak berawal, yakni jiwa sebenarnya Buddha Pokok. Pada kesimpulannya, dalam upacara antariksa Buddha Sakyamuni telah melukiskan Gohonzon di dalam jiwa-Nya sendiri dan alam semesta raya. Namun demikian, tidak ada Hukum Akar Pokok Nammyohorengekyo Niciren. Oleh karena itu, tidak lain melukiskan keadaan Sepuluh Dunia 3000 Aspek saja. Artinya, dari sumber pokok Nammyohorengekyo Niciren akan nyata fungsinya. Oleh karena itu, Dunia Buddha yang ada dalam Dua Tempat Tiga Pesamuan
semuanya terwujud sebagai Dai Gohonzon, tidak ada satu Hukum pun yang melebihinya. Mahaguru Tien-tai berkata, “Sampai sekarang pun pertemuan di Gunung Gridhakuta masih belum bubar.” Yang dimaksud dengan “pertemuan di Gunung Gridhakuta” adalah upacara pembabaran Saddharmapundarikasutra di Gunung Gridhakuta, yaitu upacara di Dua Tempat Tiga Pesamuan. Upacara itu adalah upacara kejiwaan dari alam semesta, yakni wujud sesungguhnya dari alam semesta raya. Keadaan itu hingga saat sekarang masih diagungkan, tetapi tidak berubah dan masih belum bubar, semuanya terkandung dalam Dai Gohonzon yang terwujud pada masa Pascimadharma (Mappo) dan akan lestari untuk selama-lamanya.
6
Hojo Syigetoki, yang mendirikan Kuil Gokuraku sebenarnya orang yang baik. Tetapi karena ditipu oleh penganut Nembuce, ia membenci Niciren dan sebagai akibatnya ia sendiri bersama seluruh keluarganya musnah. Keterangan: Pada bagian ini Niciren Daisyonin menunjukkan ketegasan Hukum agama Buddha dengan mengutip bukti nyata hukuman yang menyedihkan yang diterima oleh Hojo Syigetoki yang berserikat dengan Ryokan dari Kuil Gokuraku untuk menindas Niciren Daisyonin. Hojo Syigetoki pada tahun 1256 memasuki kepanditaan (nyudo) dan karena mempunyai tempat kediaman khusus di Kuil Gokuraku, ia disebut sebagai Gokurakuji Nyudo. Syigetoki adalah seorang penganut Nembuce yang fanatik. Karena Niciren Daisyonin telah memecahkan dan mematahkan kesesatan Nembuce dalam Surat Menentramkan Negara dengan Menegakkan Filsafat yang benar sebagai “salah satu yang membahayakan,” ia amat membenci Niciren Daisyonin. Pada peristiwa penganiayaan Macebagayace tahun 1260 (Bun-o ke-1) ia membiarkan saja orangorang yang memberontak dan dalam hukuman Agustus 2015 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo kensyu pembuangan di Izu, Ito pada tahun 1261 (Koco ke-1); anak Syigetoki, Hojo Nagatoki yang memprakarsai siasatnya. Walaupun keterlibatan Hojo Syigetoki tidak terlihat dengan jelas, namun pasti ia adalah orang yang merencanakan siasat licik untuk menganiayai Niciren Daisyonin. Hojo Syigetoki jatuh sakit mendadak satu bulan setelah Niciren Daisyonin dijatuhi hukuman pembuangan di Izu, dan akhirnya ia meninggal dunia dalam keadaan menderita. Malapetaka ini tidak hanya menimpa Hojo Syigetoki saja, tetapi juga anak-anaknya. Anaknya yang sulung, Tametoki, mati dalam
Penindasan Melalui Kekuasaan
usia muda; anak lelakinya yang kedua, Nagatoki meninggal pada usia 35 tahun; anak lelakinya yang ketiga, Toki Syige meninggal pada usia 30 tahun; begitupun anak lakilakinya yang keempat, Yosyimasa, meninggal dalam usia 39 tahun. Bila diperhatikan, semua meninggal dalam usia muda. Hanya anak laki-lakinya yang kelima, Narutoki, yang menjalankan tugas selaku Gubernur di Ecigo luput dari malapetaka ini. Di sini Niciren Daisyonin mengajarkan Munenaga tentang hukuman yang tegas akibat memfitnah Dharma.
Sebetulnya, yang sering menindas Niciren Daisyonin adalah Bhikku Ryokan beserta penganut Nembuce yang berserikat dengan orang yang berkuasa yaitu keluarga Hojo dan rezim Kamakura. Walaupun hal ini kadangkala tampak dengan jelas kadangkala tidak, tetapi pangkal penganiayaan ini bersumber pada mereka. Biasanya, sebagai pembuktian kebenaran Hukum agama Buddha akan ada penganut ajaran sesat yang berserikat dengan kekuatan penguasa. Dalam Sutra Nirvana tercatat, “Pada waktu itu golongan non Buddhis yang tak terhitung jumlahnya berserikat bersama dan membentuk kelompok menghadap Raja Ajatasatru dari Magadha dan berkata, ‘Pada saat ini terdapat seseorang yang kejahatannya tak terbandingkan, seorang bhikku bernama Gautama. Segala macam orang jahat yang mengharap mendapat keuntungan dan derma, telah berkumpul dengannya dan menjadi pengikut-pengikutnya. Mereka tidak melakukan kebaikan, sebaliknya menggunakan kekuatan mantera dari ilmu sihir untuk menguasai orang-orang seperti Mahakasyapa, Sariputra, dan Maudgalyayana.” Jadi, para non Buddhis semasa Buddha Sakyamuni hidup berlindung pada penguasa waktu itu dan mencaci maki Buddha Sakyamuni sebagai orang yang sangat jahat. Mereka bermaksud menganiaya Beliau. Ini merupakan contoh penganiayaan dari penguasa pada waktu Buddha Sakyamuni hidup. Pada abad ke-20 ini, ketika terjadi perang dunia ke-2, Sekte Shinto bersekongkol dengan penguasa militer pada waktu itu. Ini merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Namun demikian, ketika para penganut ajaran sesat berserikat dengan penguasa untuk menindas hukum sebenarnya, sama seperti yang dikatakan Niciren Daisyonin dengan mengutip kalimat Sutra Ninno dalam Surat Menentramkan Negara dengan Menegakkan Filsafat yang Benar, “Kalau tidak berdasarkan pada sila Sang Buddha, itu merupakan sebab jodoh yang menghancurkan Buddha dan menghancurkan Negara.” Dengan demikian hal ini akan mengakibatkan kehancuran satu negara. Hingga sekarang pun teori sesungguhnya tentang perserikatan antara penguasa politik dan orang-orang yang menganut ajaran sesat tetap ada. Ketika penganut ajaran sesat yang mengakibatkan ketidakbahagiaan seseorang berserikat dengan penguasa satu negara tentu mengakibatkan ketidakbahagiaan umat dan bangsa. Untuk memecahkan kesesatan itu, satusatunya jalan hanyalah dengan membuka mata umat manusia melalui penyebarluasan Hukum Sebenarnya. eee 36
Samantabadra | Agustus 2015
The Three Obstacles and Four Devils T
he two men you sent have arrived here, bringing your various offerings. I also heard that the priest Ben has written about your sincerity in his letter. In this letter I want to advise you about what is most important for you. In the Former and Middle Days of the Law, the world did not fall into decline because sages and worthies appeared frequently, and the heavenly gods protected the people. In the Latter Day of the Law, however, people have become so greedy that strife rages incessantly between sovereign and subject, parent and child, elder and younger brother, and all the more so among people who are unrelated. When such conflict occurs, the gods abandon the country, and then the three calamities and seven disasters begin, until one, two, three, four, five, six, or seven suns appear in the sky. Plants and trees wither and die, large and small rivers dry up, the earth smolders like charcoal, and the sea becomes like boiling oil. Eventually flames fill the atmosphere, arising from the hell of incessant suffering and reaching the Brahmā heaven. Such is the devastation that will occur when the world reaches its final dissolution. Everyone, regardless of rank or status, considers it natural for children to obey their father, for subjects to be loyal to their sovereign, and for disciples to follow their teacher. Recently, however, it appears that the people of our day, drunk with the wine of greed, anger, and foolishness, make it a rule to betray their sovereign, despise their parents, and scoff at their teachers. You should read again and again the previous letter in which I explained that one should of course obey one’s teacher, sovereign, and parents, but should they commit wrongs, admonishing them is in fact being loyal to them. Recently your elder brother, Uemon no Sakan, was again disowned by your father. I told your wife when she came to visit me here that he was certain to be disowned again, that I was apprehensive about how it would affect you, Hyōe no Sakan, and that she should be prepared for the worst. This time I am sure that you will give up your faith. If you do, I have not the slightest intention of reproaching you for it. Likewise, neither should you blame me, Nichiren, when you have fallen into hell. It is in no way my responsibility. It is an undeniable fact that fire can at once reduce even a thousand-year-old field of pampas grass to ashes, and that the merit one has formed over a hundred years can be destroyed with a single word. Your father, Saemon no Tayū, now seems to have become an enemy of the Lotus Sutra, yet your brother, Uemon no Tayū Sakan, will now become one of its votaries. You, who think only of immediate affairs, will obey your father, and deluded people will therefore praise you for your filial devotion. Munemori obeyed his father’s tyrannous commands and was finally beheaded at Shinohara. Shigemori disobeyed his father and preceded him in death. Who was truly the filial son? If you obey your father who is an enemy of the Lotus Sutra and abandon your brother who is a votary of the one vehicle, are you then being filial? In the final analysis, what you should do is resolve to pursue the Buddha way single-mindedly just as your brother is doing. Your father is like King Wonderful Adornment, and you brothers are like the princes Pure
Agustus 2015 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo kensyu Storehouse and Pure Eye. The age is different, but the principle of theLotus Sutra remains the same. Recently the lay priest of Musashi6abandoned his vast territory and his many subjects in order to retire from all worldly affairs. If you ingratiate yourself with your father for the sake of a small private estate, neglect your faith, and fall into the evil paths, you should not blame me, Nichiren. Yet despite my warnings, I feel that this time you will discard your belief. I state this out of pity because, though you have been faithful until now, you may still fall into the evil paths. If, by one chance out of a hundred or a thousand, you should decide to follow my teaching, then confront your father and declare: “Since you are my father, I should by rights obey you, but since you have become an enemy of the Lotus Sutra, I would be unfilial if I were to do so in this matter. Therefore, I have resolved to break with you and follow my brother. If you should disown him, be aware that you are disowning me too.” You should not have the slightest fear in your heart. It is lack of courage that prevents one from attaining Buddhahood, although one may have professed faith in the Lotus Sutra many times since innumerable kalpas ago. There is definitely something extraordinary in the ebb and flow of the tide, the rising and setting of the moon, and the way in which summer, autumn, winter, and spring give way to each other. Something uncommon also occurs when an ordinary person attains Buddhahood. At such a time, the three obstacles and four devils will invariably appear, and the wise will rejoice while the foolish will retreat. I have long been waiting to tell you this, either through my own messenger or by some other means. So I greatly appreciate your sending these messengers to me. I am sure that, if you were about to abandon your faith, you would not have sent them. Thinking it may still not be too late, I am writing this letter. To attain Buddhahood is difficult indeed, more difficult than the feat of placing a needle atop the Mount Sumeru of this world and then casting a thread from atop the Mount Sumeru of another world directly through the eye of this needle. And the feat is even more difficult if it must be done in the face of a contrary wind. The Lotus Sutra states: “A million million ten thousand kalpas, an inconceivable time will pass, before at last one can hear this Lotus Sutra. A million million ten thousand kalpas, an inconceivable time will pass, before the Buddhas, World-Honored Ones, preach this sutra. Therefore its practitioners, after the Buddha has entered extinction, when they hear a sutra like this, should entertain no doubts or perplexities.” This passage is extremely unusual even among the twenty-eight chapters of the Lotus Sutra. From the “Introduction” to the “Teacher of the Law” chapters, human and heavenly beings, the four kinds of believers, and the eight kinds of nonhuman beings—those at the stage of near-perfect enlightenment or below—were many in number, but there was only one Buddha, the Thus Come One Shakyamuni. Thus, these chapters are of great import, but may appear insignificant. The twelve chapters from “Treasure Tower” to “Entrustment” are the most important of all. This is because it is in these chapters that, in the presence of Shakyamuni Buddha, there appeared the treasure tower of Many Treasures. It was as if the sun had emerged in front of the moon. The Buddhas of the ten directions were seated under the trees, and it was as if the grasses and trees of the worlds in theten directions had been set afire. It was in this setting that the above passage was expounded. The Nirvana Sutra states: “People have been suffering since numberless, uncountable kalpas ago. The bones one leaves behind in akalpa pile up as high as Mount Vipula near Rājagriha, and the milk one sucks is equal to the water of the four seas. The blood one sheds surpasses the quantity of water in the four seas, and so do the tears one sheds in grief over the death of
38
Samantabadra | Agustus 2015
parents, brothers and sisters, wives, children, and relatives. And though one used all the plants and trees growing on the earth to make four-inch tallies to count them, one could not count all the parents one has had in the past existences of life.” These are the words the Buddha uttered lying in the grove of sal trees on the final day of his life. You should pay the strictest attention to them. They mean that the number of parents who gave birth to you since innumerable kalpas ago could not be counted even with tallies made by cutting all the plants and trees growing on all the worlds of the ten directions into four-inch pieces. Thus you have had a countless number of parents in your past existences, yet during that time you have never encountered the Lotus Sutra. From this we see that it is easy to have parents, but very difficult to encounter the Lotus Sutra. Now if you disobey the words of a parent, one who is easy to come by, and follow a friend of the Lotus Sutra, one who can rarely be encountered, you will not only be able to attainBuddhahood, but will also be able to lead to enlightenment the parent whom you disobeyed. For example, Prince Siddhārtha was the eldest son of King Shuddhodana. His father wanted him to succeed to the throne and rule the nation, and actually made him crown prince, but the prince went against his father’s wishes and escaped from the palace at night. The king was angry at him for being unfilial, but after Siddhārtha had attained Buddhahood, he set about first of all to convert his parents, King Shuddhodana and Lady Māyā. No parent would ever urge his son to renounce the world in order to attain Buddhahood. But however that may be, in your case, theobservers of the precepts and the priests of the Nembutsu school have egged your father on to join with them so that they may make both you and your brother abandon your faith. I am told that Priest Two Fires is persuading others to chant one million Nembutsu in an attempt to cause discord among people and destroy the seeds of the Lotus Sutra. The lay priest of Gokuraku-ji seemed to be an admirable person. But deluded by the Nembutsu priests, he treated me with enmity, and as a result, he and his entire clan have been all but ruined. Only the lord of Echigo has survived. You may think that those who believe in Priest Two Fires are prospering, but you should see what has become of the Nagoe clan, who paid for the building of Zenkō-ji temple, Chōraku-ji temple, and Daibutsuden! Again, the lord of Sagami is the ruler of Japan, but by his conduct he has called down on himself an enemy almost as great as the land of Jambudvīpa. Even if you abandon your brother and take his place in your father’s favor, you will never prosper in a thousand or ten thousand years. There is no knowing what will become of you even in the near future. How can you be certain of lifelong prosperity? Therefore, you should resolve to give all your thought to your happiness in the next existence. Having written all this, it occurs to me that this letter may be futile, and I tire of going on. But it may serve as a reminder to you in the future. With my deep respect, Nichiren
The twentieth day of the eleventh month.
Agustus 2015 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Tenju Kyoju no Homon (Hukum Ajaran Karma Berat Diterima dengan Ringan)
LATAR BELAKANG |
G
osyo Tenju Kyoju Homon ditulis pada tanggal 5 Oktober 1271 (Bun ei-8) ketika Niciren Daisyonin berusia 50 tahun dan diberikan dari daerah Echi kepada ke-3 orang, yaitu Otta Saemonojo, Soyadono dan Kimbara Hokyo yang berada di daerah Shimofusa. Langsung setelah peristiwa penganiayaan Tatsunokuchi pada tanggal 12 September yang karena pemerintah Kamakura kebingungan untuk menempatkan Niciren Daisyonin, sehingga Niciren Daisyonin dititipkan di rumah Honma di daerah Echi. Namun sesungguhnya karena bersekongkolnya orang di Kamakura yang sebelumnya telah menetapkan dengan Hukum Pembuangan ke Pulau Sado. Salah seorang penerima surat ini, Otta Saemonojo adalah Otagoro Saemonojo Jumyo, pejabat dari kejaksaan pemerintah Kamakura, disyakubuku oleh kawan sekerjanya, Toki Jonin. Soyadono adalah Soya Nyudo Hyoejo Kyoshin yang mulai menganut pada tahun 1260. Ia telah banyak menerima Gosyo 40
Samantabadra | Agustus 2015
penting dari Niciren Daisyonin, Kimbara Hokyo adalah orang di daerah Shimofusa, namun keadaan sesungguhnya tidak jelas adanya. Sebab-sebab terjadinya peristiwa penganiayaan Tatsunokuchi di mana pada asal mulanya disebabkan karena thesis Rissyo Ankokuron, yang mendambakan ketentraman dan kebahagiaan umat manusia serta meluruskan pandangan yang sesat. Namun akhir-akhir ini sebelum terjadinya peristiwa Tatsunokuchi di mana Ryokan telah gagal dalam doa untuk menurunkan hujan, sehingga Ryokan dengan licik telah bersekongkol untuk membunuh Niciren Daisyonin. Dan sebagai akibat hasutan dari Ryokan kepada pemerintah Kamakura sehingga Heino Saemonojo pada tanggal 10 September telah memanggil dan memeriksa Niciren Daisyonin. Selanjutnya pada tanggal 12 September, Heino Saemonojo telah memimpin ratusan serdadu untuk menyerang gubuk di Matsubagaya dan menangkan Niciren Daisyonin dengan maksud untuk memenggal
kepala-Nya di Tatsunokuchi. Karena muncul sinar gaib dari meteor sehingga hukuman pemenggalan kepala dibatalkan. Namun Niciren Daisyonin dalam persitiwa Tatsunokuchi telah menanggalkan pendirian sementara dan mewujudkan pendirian sesungguhnya (Hosshaku Kempon) Gosyo ini pada mulanya menjelaskan Hukum yang merubah karma berat dan menerimanya dengan ringan (Tenju Kyoju) dari Sutra Nirwana, yang menjelaskan bahwa karma penderitaan berat yang harus diterima karena pemfitnahan terhadap Hukum Agama Buddha di masa lampau, namun karena menganut Sutra Bunga Teratai, maka dapat menghapus karma buruk tersebut dan menerimanya dengan ringan.
Selanjutnya dengan menarik perumpamaan Bodhisattva Fugyo dan Bhiksu-Bhiksu Penerus hukum (Fohoso) untuk mewujudkan bahwa dalam penyebarluasan Hukum Agama Buddha sewajarnya terdapat penderitaan, sehingga Niciren Daisyonin menjelaskan semangat mencurahkan jiwa raga demi penyebarluasan Hukum Agama Buddha (Shishin Guho). Terlebih lagi menandaskan bhawa pada masa Mappo yang jahat dan kotor ini, di mana hanya Niciren Daisyonin seorang diri yang telah membaca Sutra Bunga Teratai dengan jiwa raga. Oleh karena itu tidaklah diragukan lagi bahwa pasti akan dianugerahi dengan Juki Pencapaian Kesadaran Buddha yang menerangkan pendirian sebagai Buddha Masa Mappo.
ISI GOSYO |
S
uri-Handoku adalah nama dari kedua orang kakak beradik. Ketika hanya seorang saja juga dipanggil demikian. Ketika terdapat tiga orang juga demikian, sekarang walau Anda hanya seorang diri datang di sini, namun seakan-akan saya berjumpa dengan ketiga orang kawan-kawan Anda.
Di dalam Nehangyo (Parinirvana sutra) terdapat Hukum Ajaran Tenju Kyoju, yakni walau karma masa lampau sangat berat, hingga kehidupan sekarang belum terhapuskan, sehingga masa kehidupan akan datang pasti akan menerima penderitaan dari neraka, walau pada kehidupan sekarang ini dihadapkan dengan penderitaan berat sedemikian, namun penderitaan neraka dengan sendirinya akan terhapuskan.
Setelah kematian akan memperoleh kurnia untuk dilahirkan di dunia kemanusiaan dan surga serta Triyana dari Sravaka, Pratekya Buddha dan Boddhisattva, bahkan manfaat dari Ekayana. Boddhisattva Sadaparibhuta yang menerima penganiayaan berupa caci-maki dan dipukul oleh tongkat kayu dan lemparan bebatuan, bukan tanpa alasan. Yakni karena pada masa lampau telah memďŹ tnah Hukum kebenaran. Dalam sutra dikatakan, “Semua dosa karmanya sudah habis terhapuskan,â€? adalah karena Boddhisatva Sadaparibhuta sekarang ini menghadapi penganiayaan sehingga dapat menghapuskan seluruh dosa karma masa lampau. Kemudian ke-25 orang Fuhojo (bhiksu tinggi penerus pitaka) terkecuali Buddha Sakyamuni, semuanya merupakan orang-orang yang menjalankan ajaran dari sang Buddha. Di antaranya Fuhojo ke-14, Boddhaisattva Deva telah dibunuh oleh orang-orang non Buddhist, Shishisonja yang merupakan Fuhojo ke-25 yang terakhir telah dipenggal Agustus 2015 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo cabang kepalanya oleh Raja Damitsu. Sedangkan yang lainya seperti Buddha Mita, Boddhisattva Nagarjuna dan lain-lain, juga mengalami banyak penderitaan, begitupun ada yang sama sekali tidak mengalami penderitaan, bahkan raja yang berkuasa turut menganut ajaran sang Buddha serta menjadi seorang yang menyebarluasakan Ajaran sang Buddha. Di dunia ini terdapat Negara yang jahat dan negara yang baik. Karenanya terdapat ajaran berupa syakubuku dan Syoju. Pada masa apakah hal tersebut di atas dapat menjadi alasan? Pada masa Syoho dan Joho sudah sedemikian rupa, begitupun di negara Tiongkok adalah sama halnya, bahkan di sini adalah negara pinggiran dan merupakan awal dari masa mappo, sudah dapat dipastikan akan terjadi penganiayan besar, hanya tinggal menunggu waktu akan terjadinya hal itu. Hukum Ajaran tersebut sebelumnya telah terjadi tepat seperti yang telah diajarkan, sehingga sama sekali tidak merupakan hal yang mengherankan. Di dalam Kang Gyo soku (tingkat pemahaman dan pelaksanaan yang setara) dari Rokusoku (6 tingkat kesadaran) dari Enkyo (Ajaran Sempurna) adalah “yang dilaksanakan sama seperti yang diucapkan, yang diucapkan sama seperli yang dilakasanakan.” Sedangkan orang-orang dari Risoku (tingkat pemahaman teori saja walau merupakan orang-orang yang menganut Enkyo, mereka hanya ada ucapanya saja namun tidak ada pelaksanan, sebagai umpama membaca seluruh ajaran non Buddhis yang jumiahnya tidak terhitung banyaknya namun yang dapat mengatur kehidupan bermasyarakat sesuai yang diajarkan dalam non Buddhist hanya sangat sedikit sekali dapat diibaratkan seperpuluhan juta saja. Sungguh sangat sulit diiaksanakan, oleh karena itu sangat sulit untuk mengatur masyarakat dengan baik. Selanjutnya walau dapat membaca Saddharmapundarika-sutra dengan mengeluarkan suara yang baik, namun orang yang dapat melaksanakannya sesuai kalimat sutra adalah sangat sulit sekali.
Di dalam Hiyubon: “Ketika melihat orang membaca, menghafal, menulis dan mempertahankan sutra, sehingga menimbulkan perasaan yang iri, menghina, membenci, bahkan memdendam secara mendalam.” Di dalam Hoshibon (Bab Dharmaduta) mengajarkan: “Masa hidup Tatagatha sekarang ini saja sudah sedemikian banyak kebencian dan iri hati, apalagi masa setelah wafatnya Sang Buddha.” Di dalam Kanjibon (Bab Penegakan), mengajarkan: “Dianiaya dengan tongkat dan pedang… berkali-kali. Diusir dari tempat pertapaan.” Di dalam Anraku Gyo Bon (Bab pelaksanaan yang tenang dan menyenangkan) mengajarkan: “Seluruh keadaan masyarakat terdapat banyak dendam benci dan sulit saling memercayai.” Kutipan kalimat tersebut di atas sedemikian rupa membabarkanya namun bila hal-hal tersebut akan dihadapi tidak jelas adanya. Boddhisatva Sadaparibhuta, Bhikku Katoku masa lampau telah membaca dengan jiwa raganya. Sekarang telah berlaiu dari 2.000 tahun masa Syoho dan Joho, bahkan telah memasuki Masa Mappo di negara Jepang yang telah membaca dengan jiwa raga hanya Niciren seorang diri saja.
Pada masa lampau ketika raja jahat berkuasa, banyak bhikku suci mengalami penganiayaan sedangkan para penganutnya, sanak keluarga dan murid-murid dan lainlain walau sedemikian sedih dan bersusah hati, namun tidak berdaya sama sekali. Dari, penganiayaan yang Saya alami sekarang ini dapat diperkirakan dengan baik, bahwa hari ini Niciren telah melaksanakan seluruh 28 bab Sadharmapundarika-sutra. Sedangkan 42
Samantabadra | Agustus 2015
walau hanya membaca satu kalimat dan maupun satu bait dari Sadharmapundharika-sutra dengan jiwa raga telah memperoleh jaminan pencapaian Kesadaran Buddha di masa akan datang. Apalagi telah membaca dengan jiwa raga ke 28 bab. Tiada yang lebih berbahagia dari pada hal ini, sehingga lubuk hati saya sedemikian mantap teguh dan kokoh.
Walau saya tidak memiliki kekuatan namun saya tetap terus-menerus mendoakan ketenangan dan ketentraman tanah air. Memang masyarakat tidak memercayainya, saya tidak berdaya apapun juga. Demikianlah saya menulis surat ini sampai di sini saja.
Tertanda,
Niciren
Kepada: - - -
Otta Saimonnojo Soyadono
Kimbara Hokyo
Catatan
Agustus 2015 | Samantabadra
43
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Dialog Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin
1
Mengapa timbul rintangan dan iblis, padahal bila kita menganut Gohonzon bisa meraih kebahagiaan? Jawab: Sudah pasti bila kita menganut Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung dan menjalankan kepercayaan dengan benar maka dapat mencapai kebahagiaan. Namun kebahagiaan itu bukan berarti tidak ada kesulitan apapun. Berarti kita harus membina kepribadian diri kita agar kokoh tak tergoyahkan menghadapi kesulitan dan penderitaan seperti apapun. Namun di samping itu, untuk meneguhkan dan mengokohkan kepribadian, kita tidak boleh bersikap hidup pasif, mengikat diri pada jiwa picik, lalu mengharapkan ketenangan hidup, melainkan kita harus bersikap hidup aktif, berusaha menantang batas-batas kemampuan diri sendiri untuk memecahkan kepicikan jiwa, sengaja melawan penderitaan dan kesulitan untuk melatih dan memperkuat diri sendiri. Melalui perjuangan menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan, kita mendapat kemajuan sebagai seorang manusia yang tabah dan berpengalaman, berarti kita dapat memunculkan potensi dan bakat terpendam kita. Prinsip ini berlaku bagi siapapun dan pada tiap aspek kehidupan. Kepercayaan kita membimbing untuk perombakan sifat jiwa menuju Issyo Jobutsu, yang merupakan tujuan pokok kehidupan, yang tak dapat dicapai dalam berbagai pelaksanan agama Buddha masa lampau, kini 44
Samantabadra | Agustus 2015
hendak kita wujudkan dalam diri kita sendiri. Maka kita perlu memiliki kesadaran dan kekuatan jiwa menghadapi berbagai kesulitan besar dan rintangan yang tak terlukiskan. Juga karena kita hendak menyebarluaskan Hukum agama Buddha yang tak pernah ada selama ini, yang menjelasan jalan langsung pencapaian kebuddhaan, sudah pasti kita menerima tentangan dari masyarakat. Timbulnya kesulitan dalam menjalankan kepercayaan membuktikan kebenaran agama Buddha tersebut. Menerima kesulitan setelah menyebarkan Myoho, berarti kita menghapus kekotoran jiwa kita yang disebabkan karma-karma buruk masa lampau. Dalam Gosyo dikatakan: “Semakin Anda sekalian percaya Sadharmapundarika-sutra secara mendalam, semakin dapat mengeluarkan dosa-dosa besar masa lampau�. (Gosyo Hal 1082). Sesunguhnya kesulitan dapat dikatakan pintu gerbang yang tidak dapat dihindari untuk merombak nasib. Niciren Daisyonin mengajarkan: “Dengan datangnya kesulitan, harus dianggap sebagai ketenangan hidup�. (Gosyo hal. 750). Karena kita menghadapi kesulitan dan penderitaan maka kita akan berusaha dan berdoa sungguh-sunguh serta mengeluarkan daya untuk melatih dan memperkuat diri sendiri. Bilamana kita meneguhkan diri kita, terlatih melalui kelangsungan kepercayaan kita yang kuat, maka kesulitan dan penderitaan seperti apapun dapat kita atasi dengan tenang seperti bermain ombak. Maka berbahagialah kita yang dapat berselancar dengan baik di atas gelombang karma.
2
Dalam Gosyo dikatakan, “Bila sudah ’menjalankan’, Ketiga Rintangan Empat Iblis akan bermunculan secara ganas dan beruntun.” Namun di samping itu dikatakan pula, “Bila ada hati lengah sedikit saja, iblis akan mengambil kesempatan.” Kalau begitu bagaimana kita membedakan iblis yang timbul karena kita giat atau lalai dalam menjalankan kepercayaan? Jawab: Iblis yang timbul karena kita giat atau lalai, kita sendiri yang paling menyadarinya. Itu adalah kesadaran diri sendiri. Rintangan yang timbul ketika kita maju dalam perombakan sifat jiwa diri sendiri menuju Isyo Jobutsyu dengan menggelorakan semangat, maju dalam kepercayaan yang kuat jelas termasuk iblis golongan pertama. Umumnya harus mempertahankan sikap kepercayaan yang kuat untuk menemukan iblis dan merusaha melawannya. Iblis jenis kedua, akan masuk menjadikan keadaan yang tiada peningkatan dalam kepercayaan, dikuasai kemalasan dan mundur, lalu ia akan menggerogoti jiwa. Orang bersangkutan akan dimakan habis oleh iblis hingga hilang kegembiraan dan keberanian dalam kepercayaan, pelaksanaannyapun akan makin lalai. Harus diperhatikan, sering kali kita tidak sadar telah dipengauhi iblis. Di sinilah pentingnya agar kita selalu berada dalam susunan yang itai dosyin, untuk saling menegur dan memberi dorongan serta mendapat pimpinan yang baik. Ketika terjerumus ke dalam kondisi kepercayaan yang buruk, entah karena iblis atau kesulitan, tiada sesuatu yang lebih meyakinkan daripada kehadiran pimpinan yang dengan maitri karuna mendalam memberi dorongan serta daya bimbing yang luas dan berkeyakinan untuk memecahkan kesesatan pikiran kita. Agama Buddha mengajarkan, sesama kawan penganut Myoho disebut “kawan baik” dan seyogyanya merupakan hubungan kawan untuk mendalami dan memajukan
kepercayaan masing-masing. Sebagaimana dikatakan dalam Gosyo, “Kalau muncul Tiga Rintangan Empat Iblis, orang bijaksana akan bergembira dan orang bodoh akan mundur,” maka hendaklah walau kita menghadapi rintangan iblis seperti apapun, tetap maju dalam merombak sifat jiwa dan menjadi arif bijaksana.
3
Dalam Kyodaisyo dikatakan, “Dunia adalah milik Raja Iblis Surga Keenam. Sejak jaman dahulu yang tidak berawal, seluruh umat manusia adalah pengikut Raja Iblis tersebut.” (Gosyo halaman 1081). Namun apakah perjuangan melawan rintangan iblis dan musuh besar selamanya tidak akan hilang? Jawab: Tidak akan hilang selamanya. Dengan keyakinan demikian, kita selalu harus mempertahankan “Kepercayaan yang dapat mengenal iblis” dan “Kepercayaan yang dapat mengatasi iblis.” Dalam Gosyo dikatakan, “Kesadaran Hukum Sumber Pokok (Gampon no Hossyo) terwujud sebagai Bonten, Taisyaku dan sebagainya. Kesesatan Sumber Pokok (Gampon no Mumyo) terwujud sebagai Raja Iblis Surga Keenam.” (Gosyo, hal. 997). Berarti, bila kita tinjau dari filsafat jiwa agama Buddha, dalam jiwa kita memang sudah terdapat sifat Hukum - Kesadaran (Hossyo) dan Kesesatan (Mumyo) bersama-sama (laten). Bahkan kesesatan dan kesadaran adalah satu dan dapat dikatakan sebagai perwujudan jiwa itu sendiri dalam bentuk yang saling berlainan. Kesesatan sumber pokok perwujudannya adalah fungsi Raja Iblis Surga Keenam. Selama kita berjiwa, Raja Iblis Surga Keenam selalu mempunyai kemungkinan untuk merajalela. Apakah sebabnya jiwa manusia diselimuti oleh Kesesatan Sumber Pokok? Tidak lain karena ketidakpercayaan terhadap ‘Hukum Sakti’. Dalam kalimat Gosyo tadi dikatakan, “Dunia ini milik Raja Iblis Surga Keenam,” karena jaman sekarang adalah jaman buruk, penuh dengan Agustus 2015 | Samantabadra
45
materi ajaran | forum diskusi lima kekeruhan jiwa, hingga demikian banyak orang yang tidak percaya terhadap ‘Hukum sakti’. Namun, dalam tiap jiwa manusia juga terdapat “Kesadaran Sumber Pokok.” Untuk memecahkan Kesesatan Sumber Pokok dan memunculkan Kesadaran Sumber Pokok, tidak lain hanya dengan kepercayaan terhadap ‘Hukum Sakti’. Ketika jiwa kita dirombak menjadi Kesadaran Sumber Pokok, kita dapat membuktikan karunia agung agama Buddha, yang terwujud sebagai Bonten, Taisyaku yang melindungi kita. Hal ini jelas dari kalimat Gosyo, “Bonten, Taisyaku dan sebagainya adalah ayah kandung kita, karena mereka menerima titipan milik Buddha Sakyamuni.” (Gosyo, hal 1268). Dunia demikian disebut Dunia Buddha (Tanah Buddha). Perjuangan penyelamatan kebahagiaan umat manusia dapat dikatakan sebagai perjuangan merombak dunia yang kita huni ini, agar tanah milik Raja Iblis Surga Keenam berubah menjadi tanah Buddha. Dalam perjuangan tersebut, karena dilakukan dengan berdialog agama Buddha yang menggocangkan Kesesatan Sumber Pokok jiwa tiap orang dari dasar jiwanya, maka reaksi akan muncul sebagai onsyitsu dan amarah yang meluap-luap. Itu adalah rintangan kesulitan, fungsi Raja Iblis Surga Keenam. Karena itu, selama kita memperjuangkan penyelamatan kebahagiaan umat manusia, tidak akan hilang perjuangan melawan rintangan iblis dan musuh besar. Kita tidak boleh melupakan sikap melawan dan memecahkan Raja Iblis Surga Keenam.
4
Apakah perbedaan antara hukuman dan kesulitan?
Jawab: Hukuman berarti imbalan ketidakbahagiaan yang diterima oleh pribadi maupun masyarakat sebagai akibat menentang dharma. Dalam istilah umum, itu adalah kerugian ataupun gejala ketidakbahagaiaan. Kalau kita 46
Samantabadra | Agustus 2015
mendengar kata ‘Hukuman’, kita cenderung membayangkan perlakuan yang dijatuhkan Buddha/dewa-dewa terhadap perbuatan buruk seseorang. Sesungguhnya bukanlah semacam ganjaran yang diberi dari luar atau juga bukan sesuatu yang diciptakan oleh kehadiran yang melampaui alam semesta. Melainkan adalah ketidakbahagiaan atau kerugian yang diterima sebagai akibat tidak menyesuaikan diri pada Dharma. Dalam Hukum Masyarakat dan Hukum Negara pun, kalau kita menentang Hukum tersebut, sadar maupun tidak sadar, kita akan menerima konsekuensinya. Pengertiannya dalam Hukum Agama Buddha adalah gejala ketidakbahagiaan yang muncul pada diri sendiri, karena menentang (memfitnah dharma) hukum Kejiwaan sumber pokok yang mencakupi manusia dan alam semesta. Sedangkan kesulitan adalah penindasan/penderitaan yang kita terima, ketika kita menganut Hukum Sakti dan giat dalam penyebaran Dharma demi penyelamatan kebahagiaan umat manusia. Namun Hukuman maupun kesulitan tersebut, kalau kita atasi dengan kepercayaan yang kuat, kita dapat membuka kebahagiaan dan kemajuan diri sendiri yang lebih besar lagi. Walaupun kehidupan kita terlihat seperti terkena hukuman, di mata masyarakat umum, karena kita difitnah dan ditindas demi Hukum Agama Buddha, namun kalau dilihat dari mata Hukum Agama Buddha, itu adalah kesempatan yang sangat baik untuk meningkatkan keadaan jiwa kita, tergantung dalam atau dangkalnya kepercayaaan kita. Sebaliknya, kalau kita kalah dan timbul ragu-ragu dan mundur, akan mengakibatkan ‘hukuman’. Kita harus tetapkan hati bahwa wajar timbul kesulitan dalam penyebaran Myoho. Marilah kita bergiat dalam kepercayaan yang dapat mengatasi kesulitan. Rejeki akan tumbuh subur bagaikan pohon besar dan kita akan dapat membuka hidup yang terpenuhi segala keinginan kita (Syogan Manzoku). eee
wawasan
Waspada! Narkoba di Sekitar Kita Disampaikan oleh Ibu Endang dan Dokter Aji Yayasan Sahabat Putra NusantaraBadan Narkotika Nasional (BNN) pada Kensyu Gosyo Umum 28 Juni 2015
Mengenal Bahaya Narkoba Yayasan Sahabat Putra Nusantara adalah yayasan yang khusus bergerak untuk mengadakan penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba kepada anak-anak usia TK dan SD, beserta para orangtuanya. Bahaya narkoba sudah sampai ke lapisan anak yang duduk di bangku Taman Kanakkanak dan Sekolah Dasar. Mengapa kita perlu peduli? Karena anak-anak tersebut merupakan generasi penerus bangsa di kemudian hari. Oleh karena itu, kita harus bergerak untuk melindungi mereka. Cara mendidik anak di jaman dulu dan jaman sekarang sudah jauh berbeda. Kita sebagai orangtua harus membiasakan untuk memeluk atau menyentuh anak-anak kita, karena itu akan menjadi salah satu benteng agar mereka dapat bertahan dari berbagai macam bahaya yang ada di luar. Belajarlah untuk menjadi pendengar dan sahabat yang baik bagi anak-anak kita, pancing mereka agar mau bercerita kepada kita. Kita juga harus menjadi orangtua yang kepo maksimal, punya rasa ingin tahu terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh anakanak kita. Dalam usaha untuk mengedukasi anak-anak tentang bahaya narkoba, yayasan ini bekerjasama dengan BNN menghadirkan sosok Kapten Benn. Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Kita
harus menyimpan dengan baik bahan-bahan adiktif yang ada di lingkungan rumah kita, seperti lem aibon, aseton kutek, semir sepatu, bensin, dan lain-lain. Bahan adiktif ini ada yang bersifat halusinogen atau dapat menimbulkan efek halusinasi yang kemudian berdampak pada munculnya berbagai perilaku negatif. Jaringan pengedar narkoba sangat kreatif dan selalu berinovasi, narkoba dihadirkan dalam bentuk-bentuk yang menarik (permen, coklat, kue). Ada beberapa alasan seseorang menggunakan narkoba, yaitu sekedar iseng, mengikuti trend, atau pelarian dari suatu masalah. Oleh karena itu, kita jangan hanya menjadi orangtua saja, tapi berusahalah untuk menjadi sahabat bagi anak. Jangan biarkan mereka berkeluh kesah kepada orang lain. Jika ada tetangga kita yang terkena narkoba, jangan menganggap itu sebagai aib yang harus dihindari. Kita harus bergandengan tangan untuk melawan jaringan narkoba ini. Bila tidak dilawan, bukan tidak mungkin suatu saat nanti narkoba akan masuk ke dalam rumah kita. Gejala Terjangkit Narkoba Berikut ini adalah gejala-gejala seseorang terjangkit narkoba : 1. Berada di dalam dunianya sendiri 2. Susah diajak bicara 3. Susah diajak terlibat dalam kegiatan keluarga Agustus 2015 | Samantabadra
47
wawasan 4. 5. 6. 7.
Mudah tersinggung Susah berkonsentrasi Prestasi di sekolah menurun Minder
Apabila seseorang sudah terjangkit, yang ada di dalam pikirannya hanyalah bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat untuk bisa membeli narkoba. Data di Indonesia saat ini, tercatat lebih dari 4 juta orang terdeteksi sebagai pengguna narkoba dan sekitar 30 orang meninggal setiap harinya. Pemerintah dan BNN tidak mungkin bergerak sendiri. Oleh karenanya, kami membutuhkan bantuan bapak dan ibu untuk bersama-sama memberantas narkoba.
Pesan Kapten Ben Berikut ini adalah beberapa pesan dari Kapten Ben : 1. Bawa anak dekat kepada Tuhan / Agama 2. Ajak anak untuk selalu bersyukur, mulai dari hal-hal yang kecil 3. Jadikan keluarga sebagai benteng dan panutan, pergunakanlah waktu bersama anak dengan semaksimal mungkin 4. Membiasakan pola hidup sehat, seperti konsumsi makanan sehat, kurangi jajan, rajin berolahraga, dan hindari perokok 5. Gali potensi diri, dukung dan pantau terus hobi / kesukaan anak 6. Waspada, ajarkan anak agar jangan mudah percaya kepada orang yang baru dikenal. eee
Peringatan Waisak di Vihara Vimalakirti NSI Muncul Umat NSI daerah Muncul melaksanakan upacara dokyo syodai peringatan Waisak pada tanggal 02 Juni 2015.
48
Samantabadra | Agustus 2015
70 Years of Independence I
t has been now 70 times we celebrate and commemorate our Independence Day. This year, 2015, we celebrate and commemorate our 70th Independence Day with all the upcoming events. Year to year we do a lot of things ranging from raising the red and white flag up to cultural-performance night.
of proclaiming Indonesian Independence had started a long ago in 1908. The Indonesian independence movement began in 1908, which is commemorated as the Year of National Awakening, dated on May 20th, 1908. (Wikipedia, the free encyclopedia) Afterwards, the seeds of having Indonesian Independence grew little by little until 1945. So many Every colonized nation has its events happened between the two points of time ranging own Independence Day. The from Aceh up to Irian. How whole nation had to struggle to get its independence. Indo- could our founding fathers, nesia is one of them. Indonesia Soekarno and Hatta, make up their minds to proclaim the proclaimed its independence on August 17, 1945 in Jakarta. Independence? Look at this illustration given at Wikipedia: Soekarno and Hatta were the executors of the independence The Proclamation of Inof Indonesia. Indonesia got its donesian Independence independence through a long was read at 10.00 a.m. social and political process on Friday, August 17, which is made by the whole 1945. The declaration components of the nation marked the start of the under Soekarno-Hatta’s leaddiplomatic and armedership. Indonesia had been resistance of the Indocolonized by the Dutch for nesian National Revolu3.5 centuries. Japan also had tion, fighting against the captured our country for 3.5 forces of the Netherlands years. and pro-Dutch civilians, until the latter officially What History Says acknowledged IndoneBefore going through the sia’s independence in Buddhist viewpoint, let us see 1949. The document was what the history says. The act
signed by Sukarno (who signed his named “Soekarno” using the older Dutch orthography) and Mohammad Hatta, who were appointed president and vice-president respectively the following day.
This history did not stop then. Over 50 years, the Netherlands did not officially accept the fact. The free encyclopedia Wikipedia says, In 2005, the Netherlands declared that they had decided to accept de facto 17 August 1945 as Indonesia’s independence date. On the other side, the same source says, the United Nations, who mediated in the conflict, formally acknowledge the date of independence as 27 December 1949. Oh, dear, it is very hard to get acknowledgement, isn’t it? It is much harder to keep our independence by filling it with worthy activities, socially and economically speaking.
From the date of Proclamation on, all the nation, not to mention few Chinese Indonesians, got busy holding weapons to uphold and keep this independence. The so-called IndoAgustus 2015 | Samantabadra
49
wawasan nesian National Revolution occurred all over Indonesia. This revolution or Indonesian War of Independence was an armed conflict and diplomatic struggle between Indonesia and the Dutch Empire, and an internal social revolution. It took place between Indonesia’s declaration of independence in 1945 and the Dutch recognition of Indonesia’s independence at the end of 1949. (Wikipedia, the free encyclopedia)
So many victims fell down during the battles. Wikipedia has illustrated the incident this way: The struggle lasted for over four years and involved sporadic but bloody armed conflict, internal Indonesian political and communal upheavals, and two major international diplomatic interventions. Dutch forces were not able to prevail over the Indonesians. Although Dutch forces could control the towns and cities in Republican heartlands on Java and Sumatra, they could not control villages and the countryside. Thus, the Republic of Indonesia ultimately prevailed as much through international diplomacy as it did through Indonesian determination in the armed conflicts on Java and other islands. (Wikipedia, the free encyclopedia) 50
Samantabadra | Agustus 2015
The Commemoration Nowadays To express our gratitude and happiness after being freed from colonialism, every of us carries out some social activities in our neighborhood. The social process usually takes place this way: Neighborhood associations often coordinate special activities for the neighborhood children and may request donations from homeowners to sponsor games and prizes for the children. Schools hold contests to see which class can decorate their room in the most patriotic manner as well as holding games and races amongst classes.
Neighborhood associations, or your local RT (neighborhood head), may organize a clean up of the area or kerja bakti. Drains are swept, weeds are cut back, debris is burned and public areas are repainted. Women are asked to provide snacks to the hard working men. Homeowners may be requested by the RT to fly the Indonesian flag for a set period of time before and after the holiday. Businesses may be asked to make contributions to fund an extravaganza of fireworks and entertainment in
Monas Square as well as for other more localized festivities. In years past, neighborhood heads would ask homeowners to paint their homes, at least the front, in preparation for the big day.
In the capital city, the national program is that the President delivers the State of the Nation Address to the members of the House of Representatives, diplomatic corps and honored guests on the day before Independence Day. On the D-day, that is on August 17th, the most solemn ceremony is the flag hoisting at the National Palace, televised live. Full of pomp and circumstance and conducted basically the same way each year, it is a spectacle of the greatest respect and honor for the flag and the Republic. The ceremonies are led by the President and Vice President, and attended by the cabinet, military brass, family members of the current and preceding president, diplomatic corps and honored guests. High School students from throughout the archipelago are chosen for their marching skills and put on a show of intricate steps and turns to hoist
the flag. The military is out with all its brass in high shine, standing smartly at attention in their dress uniforms.
While the solemn ceremonies are taking place, neighborhoods gear up for fun and games for the kids. Krupuk (shrimp chips) eating contests, bike decorating, games, races and lots of fun fill the day. The women are busy in cooking contests to see who can make the biggest krupuk or the most delicious nasi tumpeng. One of the most popular games is the Panjat Pinang. An Areca palm trunk is erected in a public area and well greased with a mixture of clay and oil. At the top are hung various prizes like bikes and TVs. Whoever makes it to the top wins the prize. Needless to say there are a lot of slippery, muddy kids and grownups alike climbing over each other and struggling to reach the goal. A good time is had by all, especially the crowd watching the gaiety. (http://www.expat. or.id/info/aug17th.html)
The Daishonin’s Point of View As part of this big nation, NSI members who believe in the
Gohonzon of Sandai Hiho, should feel grateful, that we now could practice our Buddhist teachings without any problems, in the country. NSI members refer to the gosho quotation, I will be the pillar of Japan. I will be the eyes of Japan. I will be the great ship of Japan. This is my vow, and I will never forsake it! (The Opening of the Eyes)
all communal activities. Join any cultural activity around our community to sharpen our sense as Indonesian citizens in order to keep and develop our national culture. All these could appear once we open our Buddhahood through chanting the Daimoku of the Three Great Secret Laws/Sandai Hiho.
This year, to cope with MyanThis quotation has shown the mar Rohingya conflict, the Daishonin’s patriotism over Indonesian Embassy in MyanHis own country, Japan. He mar has invited NSI to join loved His country wholeheart- the intercultural program held edly. He would never do noth- in commemoration of RI 70th ing, but He would do someAnniversary in order to prothing to Japan. He would hold mote peace among Buddhists and develop it, He would show and Rohingya ethnic group. the way to its welfare. He Four traditional dance groups would take the whole nation consist of NSI members are to betterment and improveready to carry out this peace ment. This way of life should mission. be applied now in Indonesia. We should never do nothing, To sum up, all NSI members but we should do something ought to carry out useful and and so many things to the Re- creative acts in our workplace public of Indonesia. We should to keep up our independence hold and develop it, show the by applying the Daishonin’s way to its welfare. We should doctrines in the daily life in take the whole nation to a bet- which we work together to terment and improvement. improve human resource grade. The peace mission to As a worker or an entrepreMyanmar will make our great neur, we do our best for the deed to our country and the sake of our country. Produce humanity. Our temples all over good and high quality prodIndonesia should show social ucts. As a student, we study concern and provide social hard at school for the sake services to the closest neighof our country. Get more and borhood. They should become more knowledge to be used social change centers. Each of in the future for the national us has to be role models in our development. As a neighborsocial position in this republic. hood member, show our social (Kyanne Virya). concern and participation in Agustus 2015 | Samantabadra
51
riwayat
Riwayat Ikegami Bersaudara (lanjutan)
S
etelah berjuang lebih dari dua puluh tahun, kakak beradik munenaka dan munenaga memberi contoh budi bakti sebagai seorang anak laki-laki, sehingga akhirnya dapat membuat ayahnya menganut hukum agama buddha niciren daisyonin. 52
Samantabadra | Agustus 2015
Dengarlah Munenaka. Jangan terlalu dogmatis. Siapakah yang sungguhsungguh percaya pada ajaran-ajaran dari seorang yang diasingkan? Ryokan dihormati oleh seluruh umat di Kamakura seakanakan ia adalah seorang
Buddha yang hidup. Kita telah berhasil, dan keluarga kita memperoleh suatu reputasi yang baik sekali adalah karena petunjuknya. Ratusan rakyat tergantung kepada kita. Dapatkah kamu menjadi begitu tidak bertanggungjawab serta melupakan ini? “Saya memahami semua itu, ayahanda, namun kebahagiaan sejati dari setiap orang terletak dalam mengetahui tujuan hidup yang sebenamya...” “Tidak apalah Munenaka! Saya ingin bersikap selayaknya kepadamu, tetapi rupanya kita berbeda jauh dalam pandangan-pandangan mengenai arti kehidupan. Saya tidak pernah menyadari kamu telah dipengaruhi begitu kuat oleh idealisme Niciren! Dan saya tidak pernah menyadari, bahwa ayahanda begitu takut akan kebenaran!” “Munenaka, rupanya kamu ingin memaksa saya untuk memutuskan hubungan keluarga kita dan mengusirmu dari rumahku. Dengan sangat menyesal sekali, “saya akan memilih adikmu, Munenaga sebagai penerusku.” Munenaga bertemu dengan ayahnya pada siang harinya, dan diceritakanlah mengenai.
Pada hari berikutnya, Munenaka, istrinya Otogiku dan anaknya Munemitsu, duduk dihadapan Yasumitsu. Munenaka memulai, “Setelah pertemuan kita, saya telah mengadakan percakapan yang panjang lebar dengan Munenaga. Kini ia memahami cara yang sepatutnya untuk melaporkan segala sesuatunya kepada kantor Bupati setiap harinya dan bagaimana mengatasi segala urusan kantor yang terbengkalai.” “Keluarga saya sekarang telah siap untuk meninggalkan rumah ayahanda.” Selagi Munenaka menundukkan kepalanya, istri dan anaknya melakukan hal yang sama. Ketika mereka mengangkat wajahnya, Yasumitsu melihat air mata mengalir turun dari wajah cucunya, Munemitsu yang menggunakan belakang tanganya untuk menghapus air matanya.” Betapa hal ini memalukansekali baginya”, pikir Yasumitsu. Menatap ke kedua mata anaknya, Yasumitsu berkata, “Baiklah, saya dapat mengambil istri dan anakmu tinggal di lkegami. Tempat tinggal kalian masih di sana.” Otogiku, istri Munenaka menjawab, “Terima kasih atas pertimbangan ayahanda, tetapi saya akan tinggal bersama suami dan Gohonzonnya biar dimanapun mereka berada.” “Bagaimana halnya dengan
dirimu, Munemitsu? Maukah kamu tinggal bersama kakek di lkegami,” Tanya Yasumitsu. Munemitsu sangat sedih, tetapi sesaat kemudian ia melihat kakeknya dan menggelenggelengkan kepalanya tanpa mengatakan sepatah katapun. Yasumitsu telah menetapkan suatu aturan untuk tidak menarik kembali katakatanya, walaupun saat ini ia merasakan suatu desakan untuk melakukannya juga. Itulah kekerasan kepalanya yang tidak tergoyahkan. Munenaka dan keluarganya segera meninggalkannya. Munenaka berkata, “Selamat berpisah, jagalah dirimu ayahanda.” Semua kejadian kejadian ini tidak lebih dari lima menit lamanya. Yasumitsu hampir-hampir tidak percaya kemudahan suatu proses yang memisahkan mereka yang telah begitu mencintai satu sama Iainnya. Ia berdiri dan berjalan ke tirai. Melalui gambar yang tercetak di tirai memperlihatkan bayangan-bayangan mereka. Ia membukanya dan melangkah keluar. Udara dingin di awal musim semi mengacak-acak rambutnya yang bewarna keabu-abuan dan sebentar kemudian disambamya bau wewangian dari bunga apricot yang mekar penuh. Selagi berdiri di sana, ia melihat langit biru yang segar dan kering, gelombang-gelombang
maaf menyelimutinya atas perbuatan yang telah dilakukan. Yasumitsu tinggal beberapa hari di Kamakura untuk meyakinkan, bahwa Munenaga dapat mengatasi kewajiban-kewajiban rumah tangga dan kantor, dan reaksi Ryokan serta Heino Saemon memuaskan. Kemudian ia pergi ke Ikegami. Munenaka dan keluarganya bertempat di sebuah ruangan yang dipersiapkan oleh Nissho, pamannya yang secara terusmenerus melaporkan situasi kepada Niciren Daisyonin di Minobu. Dibebastugaskan dari tugas-tugas kantor, Munenaka menghabiskan sebagian besar dari waktunya untuk mengikuti pertemuan bersama pengikut-pengikut Niciren Daisyonin lainnya, termasuk para pedagang, petani dan para nelayan. Munenaka terkejut mendapatkan bahwa beberapa orang yang tanpa pendidikan lebih tahu banyak dari pada dirinya tentang ajaran-ajaran Daisyonin. Lagi pula dengan kegiatankegiatan ini, Munenaka dengan sukses berhasil berdialog Hukum Agama Buddha dengan beberapa kenalan barunya. Adalah selama waktu ini Niciren Daisyonin menulis: “Surat kepada Ikegami bersaudara.” Surat yang panjang ini yang bersifat memberikan semangat Agustus 2015 | Samantabadra
53
riwayat dikirim kepada Munenaka, tetapi dimaksudkan untuk dibaca oleh mereka berdua. Di dalam surat tersebut Daisyonin mengajarkan kepada mereka untuk tidak digoyahkan oleh ayahandanya. Dalam keadaan seperti itu Beliau menulis, mereka pasti dapat mengatasi masalah tersebut dan akhirnya dapat membimbing ayah mereka ke dalam Hukum Agama Buddha yang sesungguhnya. Untuk mereka harus mempunyai kekuatan yang kuat di antara diri mereka dan istri-istrinya, sebagaimana Daisyonin mengajarkan: “Apabila di antara kalian menyerah di tengah perjalanan, anda berdua akan gagal mencapai Kesadaran Buddha. Anda seperti kedua sayap dari seekor burung atau kedua mata dari seorang laki-laki. Dan istri-istri Anda adalah pendukung Anda. Kaum wanita mendukung yang lain dan oleh karena itu menyebabkan yang lainnya mendukung mereka. Ketika seorang suami bergembira, istrinya juga bergembira. Apabila seorang suami adalah seorang pencuri, istrinya demikian pula. Hal ini bukanlah hanya suatu masalah dari kehidupan itu sendiri. Seorang suami dan istri sama seperti satu badan dan bayangan, bunga-bunga dan buah, atau akar-akar dan daun-daun, di dalam setiap kehadiran jiwa...” 54
Samantabadra | Agustus 2015
Munenaka dan Munenaga membaca surat tersebut berulang-ulang kali sampai isi surat tersebut teroetak di dalam jiwa mereka. Surat tersebut membawa harapan kepada kakak beradik dan istri-istri mereka yang menderita atas penyiksaan tersebut. Shijo Kingo juga membaca surat tersebut dan menerimanya sepertii petunjuk pribadi Niciren Daisyonin kepada dirinya. la berusaha sebaik mungkin dalam melayani majikannya, Ema, ketua marganya, dengan harapan agar majikannya memahami Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin. Sedangkan di Ikegami, Yasumitsu menceritakan kepada istri Munenaga, Shizu, bahwa ia boleh bergabung dengan suaminya di kamakura jika ia mau. Ia berkata, “Saya lebih baik tinggal di sini. Kalau suami saya memerlukan saya, ia akan memanggil saya. Saya mempertimbangkan tugasnya sekarang sebagai bersifat sementara. Perselisihan antara ayahanda dengan ipar saya tidak ragu-ragu akan dapat dipecahkan sebentar lagi. Di samping itu, ayahanda akan memerlukan seseorang yang dapat merawat Anda di Ikegami.” Yasumitsu berkata, “Anda salah. Munenaga akan tetap tinggal di Kamakura.” “Tetapi Anda akan merubah pikiran Anda, cepat atau lambat,” Shizu mengatakan hal yang
sebenarnya, “Jangan begitu yakin.” Saya yakin anda akan demikian. Saya berdoa segala sesuatunya akan berlangsung baik.” Yasumitsu mengerang, lagi-Iagi Niciren!” Telah berlalu satu tahun lebih. Kejadian ini terjadi sebelum bulan Juli 1276. Yasumitsu telah mendengar sedikit tentang Munenaka dan keluarganya, tetapi telapak cucunya, yang menghapus air matanya ketika mereka pergi, terusmenerus menghantui dirinya. Suatu sore menjelang malam, Yasumitsu duduk di ruang minum teh dan memikirkan persoalannya. “Bagaimanapun, siapakah Niciren? Saya pikir saya telah mempunyai empat orang penganut Niciren yang taat di dalam keluarga saya. Tetapi kini belumlah menjadi 6 orang, termasuk dua orang istri dari anakku. Tunggu! Ada lagi yang lain cucuku! Jadi tujuh!” Pikiran Yasumitsu mengembara. “Bila dipikirkan kembali, waktu itu musim panas tahun 1271 ketika Ryokan berdoa untuk turunnya hujan atas permohonan Walikota bersama ratusan bhiksu dari segenap negeri di Gokurakuji. Ryokan telah menghabiskan waktu selama lebih dari dua minggu berdoa dalam kesia-siaan, tetapi Niciren dapat menurunkan hujan hanya dalam waktu kurang dari 24 jam.” Ryokan dan
seluruh bhiku tersebut akhirnya menyerah. Tetapi, Niciren, seorang diri dari gubuknya yang rombeng di Matsubagayatsu, berdoa dan hujan turun keesokan harinya, Niciren satu-satunya orang yang dapat menghentikan masa kekeringan. Sejak itulah kita mulai benar-benar kritkan buruk Ryokan terhadap Niciren. Kemudian, setelah peristiwa tersebut, Niciren ditahan untuk dibuang ke Pulau Sado. Dalam perjalanannya para prajurit berusaha memenggal kepala Niciren di Pantai Tatsunokuci. Satu-satunya benda yang menghalangi adalah suatu benda berkilauan terang benderang melintasi langit dan para algojo terpukau. Mereka tidak dapat menghabisi nyawa Niciren Daisyonin, maka akhirnya mereka mengirim Beliau dan beranggapan, bahwa Beliau akan mati di sana. Akan tetapi, Niciren kembali lagi masih dalam keadaan hidup. Tampaknya semua itu tidak masuk di akal. Niciren juga meramalkan serangan bangsa Mongol 14 tahun sebelum peristiwa itu terjadi. Kenyataannya, bangsa Mongol menyerang pada bulan Oktober dua tahun yang lalu, hanya 100 hari lebih setelah Niciren mengundurkan dirinya ke pondoknya di Minobu. Meskipun setelah pengunduran diri ini,
pengaruhnya di Kamakura, sebagaimana yang saya lihat sendiri, memperoleh kemajuan pesat daripada kemundurannya. Namun, Ia tidak memiliki sebuah kuil bagi dirinya.” Renungan Yasumitsu terganggu oleh Shizu yang datang dengan suguhan sepoci teh dan cangkircangkirnya, sambil berkata, “Saya kira Anda menyenangi teh yang serupa ini.”. “Oh, saya pasti menyukainya,” Kata Yasumitsu. Setelah upacara penyuguhan teh berlalu, Shizu berdiri dan membuka tirai pintu sedikit lebih lebar membiarkan Yusimitsu melihat bulan yang telah mengangkasa tinggi di Iangit tak berawan senja itu. Bulan tersebut hampir purnama. “Betapa indahnya” seru Shizu. Yasumitsu sependapat dengannya. “Di manakah Munemitsu? Saya benarbenar kehilangan dia, bocah cilik yang cakap...” Pagi berikutnya, Yasumitsu mengirim seorang pesuruh menghadap Munenaga di Kamakura untuk menguraikan, bahwa ia mengharapkan hubungan bapak-anak disambung kembali bersama Munenaka, dilengkapi bahwa Munenaka dan keluarganya boleh tinggal di Ikegami. Merasa berterimakasih kepada Gohonzon, Shizu memutuskan untuk
melaporkan peristiwa ini kepada Niciren Daisyonin di Minobu seorang diri. Yasumitsu bukan hanya setuju dengan gagasannya, namun kepergiannya dikawal oleh dua orang prajurit yang kekar untuk menjamin keselamatannya. Ia diterima oleh Niciren Daisyonin dengan tulus hati di Minobu yang tampaknya mengetahui perkembangan ini meskipun ia belum menjelaskan secara terperinci. Akan tetapi, ia diperingatkan, bahwa mungkin akan terjadi perselisihan besar antara Yasumitsu dengan Munenaka dan bahwa ia harus berlaku bijak karena Beliau tidak yakin bagaimana aksi suaminya akan situasi ini. Niciren Daisyonin khawatir, bahwa pembongkaran Munenaka yang tetap terhadap kekuasaan serta kemakmuran masyarakat Kamakura dapat mengikat dirinya. Pengenalan yang baik terhadap suaminya yang kadang-kadang emosinya berlebihan, Shizu dapat memahami mengapa Niciren Daisyonin khawatir. Ia menyadari peranannya sendiri dalam segala persoalan dan melibatkan untuk melakukan usaha terbaiknya mencegah keyakinan suaminya dari keadaan yang membingungkan. Munenaka mengalami kesulitan hidup tanpa suatu Agustus 2015 | Samantabadra
55
riwayat pekerjaan, namun ia bahagia di Kamakura, mengabdikan dirinya pada penyebarluasan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Sebaliknya, ia mengetahui bahwa ayahnya semakin tua. Munenaka setulus hati simpatik dengan ayahnya dan situasi serta merasa bersyukur atas dedikasinya dalam membesarkan kedua anaknya sebagai seorang duda, khususnya setelah membaca surat Niciren Daisyonin yang memberi jalan, bahwa pengabdian anak yang sesungguhnya kepada orang tuanya adalah mengajarkan Hukum Agama Buddha. Oleh karena itu, Munenaka memutuskan kembali ke lkegami untuk mengakhiri permusuhan mereka. Kini Munenaka merasa telah memperoleh suatu kesempatan yang tidak ternilai untuk menyadarkan ayahnya akan Hukum Agama Buddha yang sesungguhnya. Terlebih lagi, Munenaka tidak seperti adiknya, Munenaga, yang tidak begitu menyukai kesibukan suatu kota dan tidak keberatan meninggalkan Kamakura. Munenaka dan keluarganya disambut dengan hangat oleh rakyat Ikegami. Setelah selesai semuanya, Munenaka dan keluarganya beranjangsana dengan penduduk setempat, beberapa di antara yang datang menyatakan, 56
Samantabadra | Agustus 2015
bahwa mereka menganut kepercayaan yang sama seperti Munenaka. Setahun lebih telah berlalu, Shizu pindah ke Kamakura bersama dengan suaminya, Munenaga. Munenaka merasakan bahwa masih ada suatu ikatan kejiwaan yang mendalam antara ia dengan ayahandanya, dan kemarahan di antara mereka jadi mendingin. Kadang kala Yasumitsu menampakkan suatu minat yang mendalam akan penjelasan Munenaka perihal Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin, dan kegembiraan dari segala-galanya, ia menikmati bermain dengan cucunya, Munemitsu. Kini Munenaka melihat para kontraktor dari Kamakura menghadap Yasumitsu. Munenaka beberapa kali melihat orang-orang tersebut dalam perundingan dengan ayahnya di atas sebuah gambar di ruang pribadi ayahnya. Dari sinilah, akhirnya ia mengetahui bahwa pembangunan kuil Gokuraku telah berlangsung. Munenaka sendiri seorang arsitek yang ulung, barang kali lebih baik dari pada ayahnya dengan pengetahuan baru di lapangan, tetapi ia tidak diikutsertakan. Mungkin demi kebaikan permusuhan di antara mereka terjadi lebih awal. Akan tetapi, suatu hari Munenaka melihat seorang bhikku berpakain bagus meninggalkan kantor pusat
ayahnya. Ketika pandangan mereka bertemu merasa orang tersebut adalah salah satu kaki tangan Ryokan yang paling dekat. Bhikku tersebut tersandung ketika menuruni tangga, karena keterkejutan melihat Munenaka. Bhikku tersebut berpikir bahwa Munenaka telah dienyahkan setahun yang lalu atau paling sedikit demikiannlah apa yang telah diceritakan Ryokan kepadanya, yang selalu bermulut besar tentang pengaruhnya terhadap Yasumitsu dan tokoh-tokoh pemerintahan lainnya. Bhikku itu tersandung selagi menuruni tangga, kotak yang ia bawa tidak terutup rapat. Mata uang-mata uang emas dan perak berserakan di lantai, jelaslah bahwa itu merupakan sumbangan Yasumitsu. Sambil mengamati bhikku itu memunguti mata uang tersebut dan mengambil langkah mundur dengan tergesa-gesa. Munenaka berteriak “Pergi dari sini, munaďŹ k!â€? Kemudian pada hari itu juga, ketika Munenaka memperoleh suatu kesempatan untuk melihat ayahnya, ia mengajukan suatu permohonan keras, bahwa setiap bantuan kepada Ryokan hendaknya dihapuskan. Mereka berdua merasa prihatin satu sama lain dan mengharapkan usaha terbaik untuk rakyatnya. Masalah satu-satunya adalah bahwa mereka sama sekali
tidak sependapat tentang hal terbaik yang harus dilakukan. Yasumitsu menekankan kebahagiaan sejati dari sudut pandang Hukum Agama Buddha. Lagi-lagi mereka bertengkar, seperti yang diramalkan oleh Niciren Daisyonin sebelumnya. Pada waktu itu Munenaka teringat kembali pada surat dari Niciren Daisyonin yang telah dikirim 2 tahun yang Ialu: Umumnya adalah kewajiban sang anak untuk mematuhi orang tuanya, namun menurut jalan kebuddhaan tidak mengikuti kemauan orang tua seseorang yang akhirnya dapat membawa mereka rejeki yang baik. Sutra Shinchikan menjelaskan inti sari mengabdian sang anak sebagai berikut: “Dengan meninggalkan kewajibankewajiban seseorang dan memasuki Nirwana, seseorang sesungguhnya membayar kembali kewajiban-kewajiban tersebut sepenuhnya.” Itulah, supaya memasuki jalan sejati seseorang meninggalkan rumahnya melawan orang tuanya mengharapkan serta mencapai kebuddhaan. Kemudian, ia dapat membalas budi kepada mereka.” Ketika bimbingan yang keras namun penuh welas asih yang di tulis tangan oleh Niciren Daisyonin sendiri terbayang jelas dibenaknya, matanya dipenuhi air mata terima kasih dapat
mengetahui bahwa ia melakukan hal yang tepat. Hubungan ayahnya dengan dirinya retak untuk kedua kalinya, dan Munenaka beserta keluarga harus meninggalkan rumah besar lkegami. Tampaknya begitu sangat jauh bagi Yasumitsu. Yang diketahui adalah pengalaman akan peristiwa yang menyedihkan dalam jiwanya untuk kedua kalinya. Kali ini, Yasumitsu amat lelah dan benci akan dirinya sendiri. Terlintas dalam pikirannya “Karma?” Apakah ini karma yang Munenaka berusaha ceritakan kepadaku? Tetapi, waktu tidak akan berhenti agar ia memperbaiki pikiranpikirannya. Sementara itu, kembali ke Kamakura tidak lama kemudian kabar tersebut sampai ke Munenaga, ia menerima surat dari Niciren Daisyonin. Walaupun Munenaga telah terbiasa oleh kehidupa kota Kamakura yang penuh dengan keceriaan, hiburan dan kesenangan, Shizu selalu mendekatkan ia pada Gohonzon dengan menyebut daimoku lebih banyak lagi. Doa-doanya yang penuh kesungguhan telah mendekatkan dengan penganut-penganut agama Niciren Daisyonin di kota tersebut. Niciren Daisyonin yang khawatir akan ketidak tetapan kepercayaan Munenaga, dalam surat
ini mengajarkan bahwa ia tidak boleh digoyahkan oleh ketenaran sosial atau kemakmuran, tetapi hendaknya memilih jalan kemanusiaan yang bijak. “Kini tampaknya ayah Anda telah menjadi musuh dari Saddharmapundarikasutra, namun kakak Anda menjadi salah seorang pelaksana Saddharmapundarikasutra. Anda yang tertarik pada masalah-masalah dekat saja akan mematuhi ayah Anda. Penipu-penipu yang akan memuja-muja Anda... Apabila dalam suatu kesempatan dari seratus bahkan seribu”, sepatutnya Anda mengikuti jejak Saya, kemudian menyatakan kepada ayah Anda, “Saya sepatutnya mematuhi Anda, tetapi karena Anda telah menjadi musuh dari Saddharmapundarika-sutra, saya tidak akan membalas budi kepada anda, jika saya mematuhi perintah Anda dan tidak mengikuti kakanda. Apabila Anda tidak mengakui kakanda ingatlah bahwa masih ada saya yang berada dipihaknya.” Janganlah takut sedikitpun. Adalah karena hal ini, sehingga Anda tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha sejak masa lalu yang tidak terbatas, walau Anda telah menganut Saddharmapundarika-sutra.” Diilhami secara kuat oleh surat Niciren Daisyonin yang penuh pengertian, Agustus 2015 | Samantabadra
57
riwayat pandangan yang amat menyeluruh dan amat mengajak, Munenaga menjadi malu atas kesukaannya pada kedudukan dan kekayaan. Ia memutuskan akan mengadakan kunjungan beberapa kali ke marga lkegami untuk menasehati ayahnya, betapa salahnya ia karena telah tidak mengakui Munenaka. Yasumitsu yang mengharapkan Munenaga sebagai penerusnya terkejut mengetahui bahwa Munenaga telah menyerahkan kewenangannya atas kekayaan dan kedudukan keluarganya. Jauh dari usaha untuk mewarisi perkebunan milik kakaknya, Munenaga berusaha secara sungguhsungguh untuk membujuk ayahnya agar mengembalikan Munenaka sebagai penerusnya yang berhak secara penuh. Yasumitsu terpukul. Ia mengetahui rasa percaya yang untuh di antara kedua anaknya dan tidak lagi menemui manfaatnya untuk mengancam anak yang tertua dengan membuat seorang ahli waris kepada anaknya yang lain. Akhirnya Yasumitsu memaafkan Munenaka dan melantiknya sebagai penerus keluarga Ikegami yang sah. Yasumitsu tidak pernah lagi membiarkan keputusannya dipengaruhi oleh tekan Ryokan atau Heino Saemon. Musim semi kembali. Sejarah telah memastikannya 58
Samantabadra | Agustus 2015
bahwa Yasumitsu memutuskan untuk mengetahui anak-anaknya dalam kepercayaan tanggal 10 Maret 1278. Niciren Daisyonin mengirimkan mereka ucapan selamat dan menyamakan mereka dengan Jozo dan Jogen, kedua anak yang mengikuti Saddharmapundarika-sutra, menobatkan ayah dan ibu mereka Sang pada Ajaran sang Buddha. Yasumitsu telah menganut dengan baik hampir setahun penuh, wafat di awal tahun berikutnya. Perubahan ini terjadi di tahun yang sama dimana Gohonzon diwujudkan. Pada tanggal 12 Oktober 1229, Niciren Daisyonin telah memenuhi tugas kelahirannya sebagai Buddha sejak Masa Akhir Dharma Beliau mengalami penderitaan yang luar biasa untuk membuktikan keagungan Saddharmapundarikasutra, dan selanjutnya terus membabarkan makna tersebut, karena seluruh generasi mendatang dapat mencapai Kesadaran Buddha. Pengerahan tenaga fisik Niciren Daisyonin luar biasa sehingga membuat seluruh organ tubuhnya terkuras. Menuju akhir hidup-Nya, kesehatan Beliau mulai menurun dan di musim semi tahun 1281, Beliau mengidap suatu jenis diare yang luar biasa. Obat-obatan yang diberikan oleh Syijo Kingo
untuk Beliau sangat manjur, sehingga Beliau sembuh pada akhir tahun. Namun kemudian di tahun 1282 penyakit ini kambuh lagi dan diharapkan Beliau dapat beristirahat di suatu tempat peristirahatan di sumber air panas di Hitachi. Di dalam perjalanan Beliau terpaksa berhenti di perkembunan milik Ikegami. Kejadian ini di bulan September dan Beliau berada dalam keadaan sakit yang parah. Pemimpin penganutnya berkumpul di rumah besar lkegami dimana Niciren Daisyonin memberikan ceramahnya yang terakhir (Rissyo Ankokuron). Adalah saatnya ketika Buddha Masa Akhir Dharma mengeluarkan tenaga penghabisannya untuk meyakinkan murid-muridNya dengan misi perdamaian dunia. Munenaka dan Munenaga mencucurkan air matanya atas rasa terima kasihnya untuk sang guru yang tidak henti-hentinya memperhatikan mereka berdua. Air matanya juga keluar karena keputusan mereka yang mendalam untuk berdiri sebagai muridmurid sejati dan membalas welas asih yang tidak terbatas dari gurunya. (Selesai)
resep
Risoles Ham Keju
Oleh : Ibu Oking D, Bogor
Bahan A: 100 gr Margarine 100 gr Cheesy Cheese Spread 100 gr Terigu 700 gr Susu Cair Garam Merica
Bahan B: Wortel dikukus setengah matang Daun Bawang (iris panjang 3 cm an) Smoked Beef (potong 1 x 3 cm) Telur kukus (potong 8 bagian) Keju (potong 2 x 3 cm) tipis Bahan C: Telur (untuk dioles) Tepung Roti Minyak Goreng
Cara Membuat : 1. Bahan A : Panaskan margarine hingga cair, kemudian masukan Cheese Spread ke dalam dan aduk terus hingga wangi. Setelah wangi masukan terigu dan kecilkan api, kemudian aduk hingga terigu matang. Masukan susu, garam dan merica kemudian aduk hingga kental . siap dihidangkan. 2. Potong wortel memanjang 3 cm dan potong memanjang kecil-kecil. 3. Ambil 1 lembar kulit risoles, kemudian tambahkan 1 lembar keju, masukan adonan A. 4. Tutupi dengan wortel, daun bawang, smoked beef dan telur, kemudian bungkus berbentuk risoles dan celupkan pada telur serta lumuri dengan tepung roti. 5. Bisa langsung digoreng atau simpan dalam lemari pendingin.
Agustus 2015 | Samantabadra
59
Hari Minggu
Di sekolah, guru Kiba memberikan pekerjaan rumah, untuk dikumpulkan esok hari.
Guru Krubu juga memberikan pekerjaan rumah, untuk dikumpulkan esok hari.
Malam harinya Kiba mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius.
Krubu lebih memilih menonton serial kartun di televisi, dan menunda mengerjakan PR-nya. Kiba dapat menyelesaikan PR pada waktu yang tidak terlalu malam.
Krubu yang terlena dengan tayangan televisi, terkejut ketika waktu sudah larut, dan ia belum mengerjakan PR-nya sama sekali.
Kiba dapat tidur dengan cukup dan nyenyak, karena ia menyelesaikan PR-nya dengan disiplin waktu yang baik.
60
Samantabadra | Agustus 2015
Krubu mengerjakan PR dengan kondisi terburu-buru dan mengantuk karena waktu sudah larut malam. Karena kurang tidur, Krubu kemungkinan sulit bangun pagi tepat waktu keesokan harinya.
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Agustus 2015 TGL HARI JAM KEGIATAN 1 Sabtu Kensyu Gosyo Umum 2 Minggu Kensyu Gosyo Umum 3 Senin 13.00 Pendalaman Gosyo 4 Selasa 5 Rabu 19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 6 Kamis 7 Jumat 19:00 Ceramah Gosyo 8 Sabtu 9 Minggu 10:00 Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul 10;00 Pertemuan Anak‐anak 10:00 Daimoku Bersama 14:00 Rapat Koordinator Lansia 10 Senin 19:00 Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang 11 Selasa 14:00 Pertemuan Wanita Umum 12 Rabu 19:00 Pertemuan Ibu/Wanita Karier 19:00 Pertemuan Pria Umum 13 Kamis 14 Jumat 19:00 Pertemuan Cabang 15 Sabtu 16 Minggu 10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 17 Senin 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting 18 Selasa 19 Rabu 14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul 20 Kamis 21 Jumat 19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting 22 Sabtu 19:00 Pertemuan PK‐2 23 Minggu 10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 24 Senin 19:00 Pertemuan Empat Bagian 25 Selasa 26 Rabu 13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 27 Kamis 19:00 Musyawarah DPD 28 Jumat 29 Sabtu Kensyu Gosyo Umum 30 Minggu Kensyu Gosyo Umum
TEMPAT Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing RRBP Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI
Agustus 2015 | Samantabadra
61
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
62
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
Samantabadra | Agustus 2015
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241
Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen
Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang
Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali
Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep
Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510