Samantabadra 2015-09

Page 1

Samantabadra dua hati yang saling bertentangan, maka pasti

segala sesuatu tidak akan tercapai. Sebaliknya meskipun ratusan dan ribuan orang, kalau mereka memiliki hati yang satu, maka pasti segala sesuatu akan tercapai. (Surat Perihal Itai Dosyin)

SAMANTABADRA | SEPTEMBER 2015 | NOMOR. 260

M

eskipun di dalam diri seseorang, kalau terdapat

gosyo kensyu SURAT PERIHAL ITAI DOSYIN liputan KEGIATAN BELA NEGARA TOKOH AGAMA KEC. TAMANSARI DI MAHAVIHARA SADDHARMA NSI

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

September

2 0 1 5

09 # 260


Ketua Umum NSI bersama Gubernur DKI Jakarta, Juli 2015

R

aja Chou dari Yin memimpin 700.000 serdadu berkuda dan berperang melawan Raja Wu yang hanya memimpin 800

orang tentara. Tetapi Raja Chou dan serdadunya terkalahkan karena kelompok mereka bersifat tidak satu hati (Taido Isyin). Sedangkan Raja Wu dan tentaranya dapat mengalahkan musuhnya karena mereka bersatu hati (Itai Dosyin). (Surat Perihal Itai Dosyin)

T

etapi adalah teori kewajaran bahwa daging tidak dapat ditukar dengan tulang. Maka tidak dapat memberikan

Gohonzon kepada orang yang menentang Saddharmapundarikasutra. (Surat Balasan kepada Ni-Ama Goze)


Samantabadra September 2015 Samantabadra M

eskipun di dalam diri seseorang, kalau terdapat dua hati yang saling bertentangan, maka pasti

segala sesuatu tidak akan tercapai. Sebaliknya meskipun ratusan dan ribuan orang, kalau mereka memiliki hati yang satu, maka pasti segala sesuatu akan tercapai. (Surat Perihal Itai Dosyin)

SAMANTABADRA | SEPTEMBER 2015 | NOMOR. 260

daftar isi

gosyo kensyu liputan

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta

LIPUTAN Peran Serta NSI dalam Pembinaan Kerukunan Pembekalan Bela Negara di Mahavihara Saddharma NSI KU NSI dalam Halal Bihalal IARC Pertemuan KU NSI dengan Kapolri MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Itai Dosyin Gosyo Cabang Surat Balasan kepada NiAma Goze Forum Diskusi Dialog Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin

2 5 12

Halaman Muka

P

emandangan ladang bunga Lavender.

SURAT PERIHAL ITAI DOSYIN KEGIATAN BELA NEGARA TOKOH AGAMA KEC. TAMANSARI DI MAHAVIHARA SADDHARMA NSI

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

September

2 0 1 5

09 # 260

REFLEKSI Bahagia yang Sederhana Being Good to Yourself

51 53 55

15

RESEP Risoles Ragout

BERITA DUKA CITA

55

17

KIBA-KRUBU

56

18

JADWAL KEGIATAN

57

19

VIHARA DAN CETYA NSI

58

17

18

22 31 47

Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

19 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Arya, Megahria.

STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

September 2015 | Samantabadra

1


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Tiga Rintangan Empat Iblis Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 01-02 Agustus 2015

Nammyohorengekyo, Generasi muda NSI baru saja selesai mengadakan kegiatan TGM-28. Mereka mendapat pelatihan disiplin yang melatih mental dan fisik bersama anggota TNI Angkatan Udara. Buddha Niciren Daisyonin mengajarkan tentang syiki syin funi, jadi dalam hal pelatihan pun kita harus melatih fisik maupun jiwa kita, karena kedua unsur tersebut merupkan hal yang tunggal, tidak terpisahkan (two in one). Dalam keseharian, pada saat kita melaksanakan gongyo dan daimoku, sesungguhnya kita sedang melatih mental (pikiran) dan tubuh kita agar selaras dengan irama alam semesta, sehingga diri kita yang syiki syin funi dapat hidup sehat dan gembira. Menyimak pembabaran ajaran dalam kensyu dan pertemuan dengan sikap duduk yang baik, konsentrasi, tidak melakukan aktivitas lain selain menyimak, juga merupakan bentuk meditasi yang bermaksud melatih diri. Namun sebagian 2

Samantabadra | September 2015

orang ada yang berpandangan bahwa kedua unsur jasmani dan rohani itu tidak saling berhubungan, sehingga ketika beraktivitas di vihara dianggap hanya sebagai latihan rohani saja. Yang perlu diperhatikan dalam melatih diri adalah kenyataan bahwa melatih diri untuk menjadi manusia yang sadar (dapat memunculkan kebuddhaan), bukanlah perkara satu-dua kali pelatihan saja, melainkan proses pelatihan yang berkelanjutan hingga saat ajal nanti. Itulah mengapa kita perlu menjalankan syinjin secara konsisten. Niciren Daisyonin dalam Gosyo ini memperumapakan alang-alang yang habis terbakar dalam waktu sekejap hanya oleh setitik api. Begitu juga perjalanan syinjin kita, harusnya adalah sebuah perjalanan yang tidak berhenti-henti, harus terus menerus melatih diri, karena itu begitu kita berhenti maka habis semua kembali lagi ke asal. Maka dari itu tanggung jawab susunan ini adalah supaya pelatihan yang

dijalankan oleh umat terus dapat berkelanjutan, sehingga hasilnya dapat mereka petik, terutama generasi muda agar ketika mereka seusia kita nantinya jauh lebih baik sikapnya dibanding kita, pada masa mereka seusia kita nantinya akan menghadapi kondisi yang jauh lebih sulit dan lebih kacau daripada yang sekarang. Sebagaimana kita ketahui bahwa waktu/masa dibagi menjadi tiga, yaitu seribu tahun ke satu sejak Buddha Sakyamuni wafat disebut Masa Saddharma (syoho), seribu tahun kedua Masa Pratirupadharma (zoho). Pada kedua masa itu manusianya baik-baik, sehingga kondisi alamnya juga baik dan banyak perlindungan. Masih banyak orang arif bijaksana, sehingga walaupun manusianya tidak sepandai manusia sekarang, tetapi karena masih tulus sehingga prajnanya adalah prajna yang baik. Itulah kondisi manusia-manusia pada kedua masa itu,


Ketua Umum

sedangkan manusia sekarang yang hidup di masa seribu tahun ketiga dan seterusnya, walaupun pandai-pandai tetapi karena kurang tulus sehingga prajnanya punya juga prajna yang tidak baik. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita masih sering menemui orang-orang dengan pemikiran sempit dan kadang tidak progresif, seperti masih adanya anggapan hari baik dan hari buruk dalam menentukan tanggal suatu acara. Tanggal 4 bulan September misalnya, dianggap hari kurang baik karena Cit Kwee, banyak setan kelaparan. Tanggal 13 Oktober juga dianggap buruk. Kita sebagai murid Buddha Niciren hendaknya dapat berpikir secara lebih realistis dan wajar, karena hukum Buddha tidak pernah lepas dari prinsip kewajaran. Dalam hal perjalanan hidup, karir, asmara, apapun itu, tidak pernah lepas dari hukum karma. Rejeki jiwa menjadi faktor “x� yang menentukan. Terpilih menjadi seorang presiden misalnya, adalah bagian dari proses karma. Jika memang karmanya menjadi seorang presiden maka jadilah ia seorang presiden. Kalau bukan karmanya, mau diupayakan seperti apapun tidak akan menjadi presiden. Itulah padangan yang diajarkan oleh Buddha Niciren kepada kita. Kembali ke pada Gosyo, kita sekarang ada di Masa akhir Dharma, berarti

kecenderungan jiwa kita adalah dikuasai oleh 3 racun. Oleh karena itu perjuangan kita adalah melakukan perombakan sifat jiwa, yaitu dengan merubah kualitas jiwa kita dari 3 dunia buruk menjadi Buddha, atau dari 9 Dunia menjadi Dunia Buddha. Maka kita perlu melatih diri, seperti sekarang (kensyu) adalah latihan. Maka umat lansia NSI juga masih perlu latihan, karena jiwa adalah kekal abadi, kalau sudah usia lanjut, artinya persiapan untuk lahir kembali, jangan dipikir kalau sudah usia lanjut adalah waktu menunggu kematian. Mati adalah satu proses untuk lahir kembali, karena kematian adalah proses untuk kelahiran kembali, maka kita harus siap. Saya pernah nonton program televisi dengan bintang tamu Dorce. Ia mengatakan sudah mempersiapkan kematiannya dengan menyediakan kain kafan, keranda dan kuburan, tetapi yang terpenting ia katakan bahwa sebelum mati harus banyak berbuat kebaikan. Pada Gosyo yang kita bahas bulan lalu, ada cerita tentang dua kakak beradik yang meninggalkan kota karena membenci rajanya, suatu saat mereka sampai di suatu hutan, karena kelaparan mereka memetik tanaman yang ada di hutan itu untuk dijadikan makanan, kemudian oleh seseorang diberitahu bahwa tanaman itu adalah juga

milik raja, sejak itu mereka tidak mau makan sehingga kelaparan. Karena ada dewa yang melihat, dewa tersebut merubah diri menjadi rusa agar dapat memberikan susu kepada mereka. Karena mendapat susu dari rusa mereka segar kembali, tetapi mereka mengatakan susunya saja sudah begitu lezat apalagi dagingnya, hal itu terdengar oleh dewa sehingga dewa tidak lagi menjadi rusa, sejak itu mereka kelaparan dan akhirnya meninggal, maka dalam hal bicarapun kita juga tidak boleh sembarangan, harus hati-hati. Generasi muda NSI harus memahami makna Ajaran Buddha, jangan hanya semangat awalnya tetapi tidak tuntas di akhirnya. Generasi muda harus terus menerus dibimbing, itu pula sebabnya dari TGM ke TGM selanjutnya harus lebih baik, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik persiapan juga harus baik, maka dari itu TGM 29 yang akan datang sudah kita canangkan, akan dilaksanakan di Jambi, dengan demikian kita mempunyai waktu satu tahun untuk mempersiapkannya, kalau TGM 28 kita persiapan kita 6 bulan, maka TGM 29 kita punya waktu 1 tahun untuk mempersiapkan. Jambi dipilih untuk TGM 29 karena ada vihara yang cukup besar untuk menampung peserta TGM dan di Jambi ada Candi Muara Takus yang tidak kalah besarnya dengan September 2015 | Samantabadra

3


ceramah gosyo Candi Borobudur yang dapat menambah wawasan para generasi muda NSI. Bapak ibu sebagaimana perumpamaan alang-alang yang habis terbakar dengan mudah dalam waktu sekejap, syinjinpun juga demikian, oleh karena itu jangan sampai syinjin yang kita pupuk sekian lama habis karunianya dalam waktu sekejap. Dalam hal menyelesaikan masalah bila tidak diselesaikan secara tuntas tidak akan ada arti sama sekali, misalnya dalam membangun rumah, walau

4

Samantabadra | September 2015

sebagian besar selesai dibangun seandanya belum di cat, lantai belum selesai, tentu rumah tidak dapat dihuni terlebih lagi Hukum Buddha, karena bertujuan merobak sifat jiwa manusia, sehingga merupakan perjuangan membagun dasar pokok kehidupan ini, bila kita menghentikan di pertengahan jalan, maka segala usaha yang dilakukan selama ini menjadi sia-sia, bagaikan buih-buih air belaka, hal ini berlaku untuk semua umat. Kegiatan lansia harus tetap berjalan dengan baik,

jangan dipikir kalau sudah lansia ketika pertemuan tidak membahas Gosyo, tetapi cerita saja, atau bernyanyi saja, atau makan-makan dan joget-joget. Sampai lansiapun harus tetap menjalankan pertapaan Syin Gyo Gaku, tetep perlu perombakan sifat jiwa, jangan merasa sudah tua sehingga sulit merubah sifat. Kadang-kadang lansia begitu, jadi lansia itu harus mempersiapkan diri untuk lahir kembali, tentu dengan kondisi yang lebih baik. eee


Ketua Dharma

Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi Surat Perihal Tiga Rintangan Empat Iblis Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 01-02 Agustus 2015

Nammyohorengekyo,

erat dengan bhikku dari Gokuraku-ji (Ryokan) yang Kita bulan ini masih menganut sekte Ritsu dan membahas mengenai Ikegami Nembutsu. Oleh karena bersaudara, jadi dalam latar itu kalau kita baca riwayat belakang tadi dikatakan hidupnya Ikegami bersaudara bahwa karena masalah dimana Bhiku Ryokan juga ini kedua kakak beradik penguasa di situ merasa tidak mendapatkan 17 pucuk surat, enak karena Yasumitsu yang yang sebagian besar diberikan seorang pejabat penganut kepada adiknya, Munenaga, Ritsu dan Nembutsu tetapi kerena hati kepercayaan lebih anaknya menjadi murid lemah daripada kakaknya, Niciren Daisyonin yang tetapi tentunya kita tidak aktif. Ikegami bersaudara memuat sekain banyak juga Syijo Kingo aktif suratnya, beberapa bulan yang menjalankan hati kepercayaan lalu dan kali ini adalah juga di Kamukara, oleh karena surat yang ditujukan kepada itu mereka berusaha agar sang adik, dimana surat ini anak-anaknya meninggalkan ditulis pada tahun 1277, di hati kepercayaan dengan Gunung Minobu. jalan mendesak Yasumitsu, Jadi seperti kita ketahui dengan mengatakan tidak bisa bahwa kedua kakak beradik menerima anaknya sebagai ini menganut ajaran Niciren penerus yang mewarisi Daisyonin, sedangkan tugas orang tua natinya ayahnya menganut ajaran karena hati kepercayaannya dari sekte Nembutsu dan berbeda dengan penguasa Ritsu, karena ayahnya itu pada waktu itu. Dengan adalah seorang Menteri demikian timbul masalah Pembagunan, sehingga sehingga perselisihan terjadi, mempunyai hubungan yang Munenaka (kakak) diusir oleh erat dengan penguasa, dimana ayahnya. Pada tahun 1275, penguasa berhubungan setahun kemudian diampuni,

tetapi 3 tahun kemudian diusir kembali, karena terjadi keributan yang lebih besar dengan ayahnya. Jadi dalam kondisi seperti ini Niciren Daisyonin sangat khawatir kepada adiknya, karena hak waris kakaknya akan dicabut kemudian diserahkan kepada adiknya, kalau adiknya tidak kuat hati kepercayaannya pasti akan menerima dan karena masyarakat tidak mengerti maka akan memunji adiknya, dan dianggap sebagai anak yang patuh kepada orang tuanya. Oleh Niciren Daisyonin hal ini adalah masalah besar, karena kalau hal itu terjadi akan menutup kesempatan bagi ayahnya menjadi penganut Saddharmapundarikasutra, oleh karena itu Niciren Daisyonin berusaha membimbing, khususnya Munenaga agar bisa bersamasama dengan kakaknya, satu hati mempertahankan

September 2015 | Samantabadra

5


ceramah gosyo hati kepercayaan, sehingga dapat menarik orang tuanya ikut percaya kepada Saddharmapundarika-sutra dan memang akhirnya hal itu terjadi pada 1278, dimana akhirnya ayahnya ikut menganut, sehingga tercapailah satu keluarga yang harmonis yang menganut Saddharmapundarika-sutra. Dalam isi Gosyo dikatakan, bahwa kedua utusan anda yang membawa berbagai jenis sumbangan telah tiba di sini, di Gunung Minobu, kemudian surat Ben Ajari Nisyo, bhiksu murid Niciren Daisyonin yang menerangkan kesungguhan hati. Ikegami Munenaga mengirimkan sumbangan kepada Niciren Daisyonin, Ben Ajari Nisyo adalah pamannya Ikegami bersaudara, jadi dalam keluarga Yasumitsu sebenarnya menjadi penganut adalah karena pamannya ini dan ada satu lagi yaitu Niciro. Dua orang ini merupakan enam orang Bhisku utama murid Niciren Daisyonin, dengan disyakubuku oleh paman-pamannya akhirnya Ikegami bersaudara menganut Gohonzon. Ben Ajari Nisyo ini juga membimbing murid-murid di Kamakura termasuk Syijo Kingo, pernah suatu waktu melaporkan kepada Niciren Daisyonin bahwa Syijo Kingo mengatakan, dalam Gosyo Surat Sutra ini Sulit dipertahankan : Hidup ini akan tenang dan senang dan masa akan datang lahir di tempat yang lebih baik. Tetapi 6

Samantabadra | September 2015

Syijo Kingo mengatakan bahwa dari tahun lalu sampai sekarang penderitaan turun seperti hujan, demikian Ben Ajari Nisyo menyampaikan kepada Niciren Daisyonin. Oleh Niciren Daisyoni dikatakan jangan-jangan ia salah melapor. Itu salah satu kisah tentang Ben Ajari Nisyo, tetapi sayangnya pada akhirnya bhiksu-bhiksu utama menentang Niciren Daisyonin, hanya tinggal Nikko Syonin seorang diri yang menjaga kemurnian ajaran Niciren Daisyonin. Kemudian Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa pada Masa Saddharma dan Pratiruma Dharma, 1.000 tahun setelah Buddha Sakyamuni wafat sampai 2.000 tahun, dikatakan bahwa keadaaan masyarakat masih belum runtuh, jadi masih berpegang pada prinsip ajaran dan menjadi orang yang berperilaku benar, sehingga dengan demikian berturutturut orang arif bisajaksana lahir. Jadi orang bijaksana lahir itu adalah para pemimpin di masyarakat. Kemudian juga para dewa masih melindungi umat manusia, tetapi setelah masuk Masa Akhir Dharma, 2.000 tahun ke depan dikatakan manusia mulai timbul serakah, sehingga terjadi kericuhan percecokan yang tidak habishabisnya antara pegawai dan majikan, orang tua dan anak, kakak dan adik, apalagi dengan orang luar timbul

keributan seperti itu. Dan karena demikian akhirnya dikatakan, bahwa para dewa pun meninggalkan negeri dan timbul 3 bencana 7 musibah. Makanya disini digambarkan dilangit timbul 7 matahari, kemudian tumbuhan menjadi kering, bumi membara seperti arang, laut mendidih seperti minyak. Kemudian kalau ini terus menerus pasti akan meruntuhkan dunia. Jadi 3 bencana itu adalah bencana kelaparan, karena kemarau panjang. Kedua bencana peperangan, yang ketiga adalah bencana penyakit, wabah menular. Agama Buddha menerangkan ketika timbul kekacauan dalam jiwa manusia itu adalah ketiga racun akan memunculkan gejala-gejala seperti ini di lingkungan. Tujuh musibah antara lain adalah wabah peyakit yang menimbulkan banyak kematian. Kedua mengenai serangan dari negeri asing. Ketiga perang saudara di dalam negeri. Keempat adalah kelainan peredaran bintang. Kelima Gerhana matahari dan bulan. Keenam hujan dan angin besar tidak pada waktunya. ketujuh Hujan turun tidak pada waktunya. Sehingga para petani gagal panen dan dampaknya luas, kalau terjadi kemarau panjang seperti itu gagal panen dan sebagainya membuat harga kebutuhan pokok melonjak. Industri kekurangan bahan dasar dan sebagainya akhirnya akan


Ketua Dharma

menggoncangkan ekonomi Negara. Maka dari itu halhal seperti ini banyak orang yang tidak tahu bahwa sumbernya adalah dari kekeruhan jiwa manusia, mungkin bisa saja direkayasa/ hujan buatan, sebenarnya tidaklah tuntas karena yang sebenanya yang menjadi pokok permasalahannya adalah perasaan jiwa manusia. Makanya sampai di mana umat manusia mampu merevolusi mental itu, perombakan sifat jiwa, tanpa itu tentu akan terulang kembali, mungkin kali ini kita bisa mengatasinya dengan peralatan atau teknologi tetapi akan terjadi lagi berulang kali, pada akhirnya menimbulkan kesulitan di masyarakat. Kemudian dikatakan bahwa setiap orang baik bijaksana maupun bodoh berpikir bahwa wajar bila seorang anak itu patuh kepada orang tuanya, pegawai setia kepada majikan, murid taat kepada gurunya, akan tetapi akhirakhir ini kelihatannya umat pada masa sekarang mabuk oleh arak 3 racun, sehingga sama sekali bukan hal yang aneh bila sekarang pegawai menghianati majikan, anak meremehkan orang tua dan murid merendahkan gurunya. Niciren Daisyonin juga menjelaskan, bahwa memang betul kita harus patuh kepada orang tua, tetapi kalau orang tua melakukan kejahatan, kita tidak boleh mengikutinya. Kalau mengikuti kita malah menjadi anak yang tidak

berbakti, karena berarti ikut menjerumuskan orang tua ke jalan yang buruk, sudah tahu orang tua salah bahkan seharusnya menyarankan orang tua bukan mengikuti berbuat jahat, walaupun secara normal harus patuh kepada orang tua, tetapi kalau orang tua berbuat kejahatan maka jangan diikuti, misalnya orang tuanya Bandar narkoba kalau anaknya ikut sama saja menjerumuskan diri sendiri dan orang tua. Jadi ketika ayahnya itu salah, seharusnya bisa memberikan nasihat/saran, maka Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa barubaru ini kakak kamu, Munenaka sekali lagi diusir ayahnya, mengenai hal ini saya telah memberitahukan kepada istri anda. Ketika istrinya mengunjungi Niciren Daisyonin, saat itu meramalkan bahwa pasti akan terulang lagi. Niciren Daisyoini sangat khawatir kepada adiknya, Munenga, karena terbuka kesempatan untuk mengisi kekosongan itu, apalagi adiknya dikatakan senang akan hal-hal di depan mata bisa saja, dapat mengambil kesempatan untuk merebut kedudukan kakaknya dan masyarakat awam akan memuji bahwa dia adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Oleh karena itu Niciren Daisyonin memberikan bimbingan yang tegas kepadanya dengan mengatakan, jangan sampai

karena keuntungan di dapan mata kemudian melepaskan hati kepercayaan. Maksudnya Munenaga kalau ingin mengambil kesempatan pasti harus melepaskan hati kepercayaan dan mengikuti kepercayaan ayahnya. Bila seperti itu, diumpamakan alang-alang yang tumbuh selama ribuan tahunpun akan musnah dalam sekejap apabila terbakar, begitu juga kurnia yang ditumpuk selama seratus tahunpun akan musnah karena sepatah kata. Jadi kalau kita menjalankan hati kepercayaan menumpuk kurnia kebajikan ini sejak masa lampau, kalau sampai melepaskan Gohonzon sama juga membuang kurnia kebajikan. Makanya itu jangan sampai melepaskan hati kepercayaan seumur hidup. Jadi di sini menjelaskan bahwa kelihatannya sekarang ayah anda sudah menjadi musuh dari Saddharmapundarikasutra karena dengan tegas memutuskan hubungan anak dengan Munenaka yang menganut ajaran Niciren Daisyonin dimana Munenaka adalah pelaksana Saddharmapundarikasutra, maka dari itu adiknya diharapkan bersama dengan Munenaka. Membuang Menenaka sebagai pelaksana Saddharmapundarikasutra untuk mengikuti ayahnya sebagai musuh Saddharmapundarika-sutra, tidak akan memberikan manfaat. Yang diharapkan September 2015 | Samantabadra

7


ceramah gosyo adalah bahwa mereka kakak beradik bisa seperti kisah cerita dalam Saddharmapundarikasutra, bahwa Raja Subhaswyuha, menganut ajaran lain sedangkan anaknya, kakak beradik, pangeran Vimaladata dan Vimalagarba, memperlihatkan kekuatan ghaibnya sehingga menarik perhatian ayahnya untuk percaya kepada Saddharmapundarikasutra. Jadi Menenaka dan Menenaga harus bersatu hati membuktikan keagungan Gohonzon dalam kehidupannya sehingga dapat membuka jiwa ayahnya untuk kemudian bersama-sama syinjin. Oleh karena itu Niciren Daisyonin meminta Munenaga bersikap tegas kepada ayahnya, Beliau mengatakan, bila mempercayai ajaran Niciren Daisyonin hadapilah ayah anda dan katakanlah dengan tegas: “Karena anda adalah ayah saya, seharusnya saya mematuhi anda, tetapi karena telah menjadi musuh dari Saddharmapundarikasutra kalau tetap mematuhi sebaliknya saya akan menjadi anak yang tidak berbakti, oleh karena itu saya memutuskan untuk berpisah dengan ayah dan mengikuti kakak bila ia diusir oleh ayah�. Munenaga diminta untuk mengatakan tanpa ada rasa ketakutan sedikitpun di hati. Justru ketidakberanian ini yang menjadi penghalang pencapain Kesadaran Buddha 8

Samantabadra | September 2015

anda selama berkalpa-kalpa. Niciren Daisyonin mengatakan, ketika terjadi arus pasang dan surut, terbit dan tenggelamnya bulan, juga ketika terjadinya perubahan keempat musin dari panas, gugur, kemudian dingin dan semi pasti terjadi hal yang berbeda dari biasanya. Sama halnya ketika manusia biasa menjadi Buddha. Maka ketika manusia berusaha mencapai Kesadaran Buddha pasti akan timbul 3 rintangan 4 iblis. Orang bijak sama akan merasa bergembira menghadapinya, sedangkan orang yang bodoh akan merasa takut dan mudur. Tiga rintangan empat iblis adalah: Hawa Nafsu, hawa nafsu ini bukan berasal dari luar diri kita, tetapi ada dalam jiwa diri sendiri. Misalnya lagi aktif-aktifnya menjalanakan hati kepercayaan dapat order banyak, karena hawa nafsu untuk mengejar keuntungan di depan mata akhirnya pelaksanaan hati kepercayaanya melemah. Rintangan Karma, adalah karena pada masa lampau kita banyak membuat karma buruk, sehingga pada kelahiran kali ini kita dihalang-halangi dalam menjalankan hati kepecayaan, bisa dari keluarga, istri atau anak, yang ibu dilarang oleh suami. Rintangan Imbalan, adalah rintangan yang datangnya dari penguasa atau dari majikan atau orang yang berpengaruh. Misalnya mau ikut kensyu sulit mendapat ijin dari majikannya. Saya dulu

pernah mengalami seperti itu, boss saya tidak senang kalau saya kensyu, padahal di luar jam kerja. Empat Iblis adalah Iblis Hawa Nafsu, iblis yang sulit dikalahkan. Iblis Penyakit, Iblis Kematian, Raja Iblis Surga Keenam. Ini punya fungsi yang mirip dengan rintangan imbalan, tekanantekanan dari penguasa dan sebagainya. Kalau dibaca dari Gosyo-Gosyo yang lalu Ikegami bersaudara karma masa lampaunya begitu berat, maka terlahir di dalam keluarga yang menganut ajaran sesat, yaitu di keluarga Yasumitsu, walaupn secara ekonomi baik, tetapi lahir dalam keluarga yang berpandangan sesat. Kalau Ikegami bersaudara tidak bertemu dengan Ajaran Niciren Daisyonin tidak ada masalah karena tidak untuk mencapai Kesadaran Buddha, sehingga tidak ada tekanan dari siapapun, justru karena keduanya bertemu dengan paman-paman yang menganut Gohonzon, sehingga mereka aktif menjalankan hati kepercayaan selama 20 tahun ini, kekuatan pelaksanaan mereka membuahkan kurnia besar. Dalam Gosyo disebutkan, bahwa akibat dari karma buruk masa lampau, maka masa akan datang akan mendapatkan akibat imbalan yang sangat buruk atau berat, tetapi karena kesungguhan hati pada hidup kali ini, dengan menjalankan hati kepercayaan


Ketua Dharma

sedemikian rupa, sehingga muncul akibat imbalan karma buruknya, tetapi karma berat yang harusnya diterima akan menjadi ringan (Tenju Kyoju). Tekanan yang dialami oleh Ikegami bersaudara dari orang tuanya memang berat, tetapi sebetulnya sudah ringan, kalau dibanding akibat karma buruk yang seharusnya diterima, walau sekarang kelihatan berat sekali. Mungkin kita tidak merasa, tetapi dengan diusir, ekonominya tidak ditunjang lagi, di masyarakatpun juga menjadi bahan cemoohan orang, tentu mejadi suatu pukulan yang luar biasa beratnya bagi Ikegami bersaudara. Oleh karena itu Niciren Daisyonin selalu memberikan semangat dan dorongan agar tetap tegar menghadapi, jangan takut, jangan mundur, dengan sungguh-sungguh percaya kepada Gohonzon akan dapat mengatasi. Niciren Daisyonin juga membimbing adiknya, istri-istri nya agar dapat bersatu hati mempertahankan hati kepercayaan, sehinga sekeluarga akan menjadi penganut Gohozon. Oleh karena itu yang tidak kalah pentingnya adalah menjalankan perombakan sifat jiwa, dalam menghadapi 3 rintang 4 iblis jangan takut atau mudur. Sebenarnya harus menghadapai dengan kekuatan, kita ada Gohonzon sehingga seharusnya tidak menjadi panik/khawatir ketika terjadi masalah-

masalah (3 rintangan 4 iblis), Daimoku dihadapan Gohonzon, ini penting, ketika tidak ada jalan lain, ini adalah karena pertapaan pokok kita, kalau kita tidak mau seperti itu ya tidak ada harapan. Juga melaksanakan Syin Gyo Gaku yang benar, bayak belajar sehingga mengerti apa sebenarnya terjadi, tidak menjadi binggung sehingga bisa-bisa malah menyalahkan Gohozon, koq memberi kesulitan, kalau seperti itu berarti kiota masih berpandangan berpadangan seperti ajaran yang lain, itu tidak tepat, sehingga tidak akan bisa mengatasi permasalahan. Kalau kita sungguh-sungguh pasti kita bisa mengatasinya masalah, seandainya belum bisa mengatasi yang penting jiwanya menjadi lebih kuat, karena dengan perasaan jiwa yang kuat kita akan lebih bisa menghadapinya, disbanding kalau jiwanya penuh ketakutan, penuh kakhawatiran, kalau seperti itu bagaimana bisa sambil mengatasi masalah, tidak akan mungkin, justru kita akan menjadi hancur kalau kita lemah seperti itu. Maka dikatakan dalam Gosyo, jangan menjadikan hati sebagai guru, tetapi jadilah guru dari hati. Maksudnya jangan mengiikuti perasaan, takut, khawatir, ketika muncul perasaan seperti itu maka Daimokulah, bangkitkan kekuatan untuk meghadapi segala apapun yang terjadi,

pasti bisa. Mengapa orang arif bijaksana bergembira ketika timbul 3 rintangan 4 iblis, sedangkan orang bodoh ketakutan? karena orang arif bijaksana mengerti apa yang terjadi bahwa munculnya 3 rintang 4 iblis, berarti telah melakukan hal benar, sehinga gembira, yakin, bisa atasi. Tetapi orang yang bodoh, karena selalu menginkan yang mudah dan mengenakan diri sendiri tentu dia takut dan menolak, dia piker buat apa syinjin kalau harus seperti ini. Sebenarnya kesulitan itu sebagai batu loncatan untuk meningkat lebih kuat lagi. Sama seperti sekolah harus ujian, kalau tidak ikut tidakapa-apa, tatapi tidak akan nasik kelas, rugi sendiri. Dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa sudah lama menunggu kesempatan untuk menyampaikan hal ini, bahwa beliau gembira karena dikirimnya utusanutusan dari Munenaga. Untuk mencapai Kesadaran Buddha itu tidak mudah, dalam Gosyo disebutkan ibarat seseorang menancapkan sebatang jarum di puncak Gunung Semeru kemudian dari puncak Gunung Semeru lain di dunia lain melemparkan seutas benang untuk langsung masuk ke lubang jarum tadi, hal itu masih lebih mudah dilakukan dari pada mencapai Kesadaran Buddha, padahal memasukan benang ke lubang jarum dari tangan sendiri September 2015 | Samantabadra

9


ceramah gosyo ketangan sendiri yang lain yang dekat saja sulitnya bukan main. Dalam Bab Bodhisattva Sadabaribhuta diterangkan sulitnya bertemu dengan Saddharmapundarika-sutra. Disebutkan, setelah melewati bermilyar-milyard tahun yang tidak terhitung dan kalpa yang amat tidak terbayangkan, baru dapat mendengar Saddharmapundarikasutra ini selama milyaran, jutaan yang tidak terhingga dari kalpa yang lamanya tidak terbayangkan, baru tiba waktunya para Buddha membabarkan Saddharmapundarika-sutra oleh karena itu dikatakan para pelaksana setelah kemuksyaan sang Buddha Sakyamuni, pada saat mendengar sutra ini tidak boleh sedikutpun ada keraguan. Artinya adalah katakata yang benar karena tidak mudah untuk ketemu dengan Saddharmapundarika-sutra. Sebetulnya yang dimaksud adalah sulitnya bertemu dengan Gohonzon, tetapi ada yang sudah menerima Gohonzon meremehkan, Daimoku saja tidak mau, padahal itu suatu yang luar biasa, rejeki kita luar biasa, harus dimanfaatkan, masih banyak yang belum mendengarnya apalagi melaksanakan, maka kalau kita bisa membimbing umat dengan ajaran yang benar merupakan rejeki yang luar biasa. Di samping mejelaskan pentingnya bab 11, Bab 10

Samantabadra | September 2015

Akhir Pasamuan, di dalam sutra Nirwana, Buddha Sakyamuni, mengatakan, bahwa manusia kerap kali menerima penderitaan semenjak dahulu dari kalpa yang tidak terhitung, sejak lampau kelahiran kita, berkalikali lahir-mati, kalau tulang belulakng kita ditumpuk akan setinggi Gunung Vipula, susu yang diminun akan sebanyak air dari 4 samudra besar, demikian juga air mata, darah yang keluar dari tubuh kita. Hal ini menjelaskan, kepada Munenaga, bahwa dalam berkali-kali lahir mati sudah begitu banyak orang yang menjadi orang tua yang melahirkan kita, tetapi selama itu kita belum pernah ketemu dengan Saddharmapundarikasutra, hal ini memberikan dorongan kepada Munenaga, bahwa orang tua itu lebih mudah di dapat dari pada Saddharmapundarika-sutra. Walau begitu jangan dipahami sebagai hal yang mengajarkan sikap kurang ajar kepada orang tua, tetapi karena orang tua salah jalan, maka harus menasehatinya, jangan kukuh harus taat kepada orang tua. Maka harusnya mengukiti kakaknya sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang sulit didapat kesepatan ini. Kalau mengikuti orang tua dan membuang kakaknya adalah kekeliruan besar, justru kalau mengikuti kakaknya percaya Gohonzon pasti bisa mencapai Kesadaran Buddha dan bisa membimbing ayah yang menentang menjadi

penganut Gohonzon juga. Diajarkan dalam Gosyo ini, bahwa mudah untuk memiliki orang tua, tetapi sulit untuk berjumpa dengan Saddharmapundarika-sutra, oleh karena itu sekarang dikatakan bila anda tidak mematuhi perkataan orang tua yang mudah didapat, tetapi mengikuti seseorang yang percaya Saddharmapundarikasutra yang sulit dijumpai, maka anda bukan hanya dapat mencapai Kesadaran Buddha, bahkan juga dapat membimbing ayah yang menentang. Buddha Sakyamuni dulunya juga menentang ayahnya, karena ingin meninggalkan istana untuk menjadi bhiksu, Raja Sudodana ingin Pangeran Sidharta menduduki tahtanya, tetapi Sidharta Gautama melarikan diri di tengah malam, sang raja bersedih hati, namun begitu ketika Buddha Sakyamuni mencapai Kesadaran Buddha, yang diutamakan adalah bagaimana pencapaian Kesadaran Budda bagi ayah dan ibuNya di atas segalagalanya. Pada umumnya orang lebih mempertahankan 3 ta, daripada menjadi bhiksu yang hidup terlunta-lunta seperti itu, hidup hanya dengan selembar kain, tentu saja karena Buddha, sehinga tahu makna yang lebih tinggi, sehingga meninggalkan istana untuk menjadi Buddha dan membababarkan Saddharmapundarika-sutra.


Ketua Dharma

Tanpa ada hal seperti itu kita tidak bertemu Gohonzon seperti sekarang ini, yang oleh Niciren Daisyonin Saddharmapundarika sutra diwujudkan menjadi Gohonzon, sehingga mudah bagi kita untuk menjalankan. Dalam Gosyo ini juga disebutkan bahwa terbukti orang-orang yang ikut Ryokan, terutama dari keluarga kerajaan (hojo/syogun) di kamakura, Hojo Tokumune semuanya tidak ada yang bisa bahagia, Hojo Sagetoki yang katanya adalah orang

yang baik, karena termakan hasutan kemudian membeci Niciren Daisyonin akhirnya satu keluarga musnah. Begitu juga Hojo Tokumune, menjadi musuh Negara besar Mogolia, sehinga seluruh dunia menjadi musuhnya. Dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin memberikan bimbingan kepada Munenaga agar jangan sempai terejerumus kepada keserakahan, maka dikatakan sekalipun membuang kakak dan dapat mengambil alih kedudukan yang

ditinggalkannya, anda tidak akan pernah menjadi makmur selama sepuluh juta tahun, bahkan mungkin dalam waktu sekejap akan menjadi musnah, adakah jaminan bahwa pada hidup kali tidak akan musnah, oleh karena itu anda harus benar-benar memberanikan diri dan harus mengutamakan keselamatan pada masa yang akan datang, dan bersama dengan Munenaka bersatu hati memepertahankan hati kepercayaan. eee

Catatan

September 2015 | Samantabadra

11


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Tiga Rintangan Empat Iblis Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 01-02 Agustus 2015

Nammyohorengekyo, Gosyo “Tiga Rintangan Empat Iblis� merupakan kelanjutan dari Gosyo sebelumnya yaitu tentang Ikegami bersaudara. Munenaka dan Munenaga, sebenarnya sudah lama menganut Hukum ini, akan tetapi 20 tahun kemudian mengalami tantangan/ rintangan, sama halnya dengan Syijo Kingo setelah 18 tahun syinjin mengalami tantangan/rintangan, dengan begitu kita tidak bisa mengatakan bahwa kalau syinjin seseorang sudah lama tidak berarti tidak kan ada tantangan. Memang seperti kita yang kita pelajari dalam Goyo ini dikatakan, ketika terjadi arus pasang dan surut, terbit dan terbenamnya bulan, juga ketika terjadi perubahan 4 musin (panas, gugur dingin dan semi) pasti terjadi hal yang berbeda dari yang biasanya. Sama halnya ketika manusia biasa menjadi Buddha. Artinya ketika akan menjadi Buddha pasti akan 12

Samantabadra | September 2015

timbul rintangan yang disebut sebagai Tiga Rintang Empat Iblis. Orang yang bijaksana akan merasa gembira menghadapinya, sedangkan orang yang bodoh akan merasa takut dan mundur. Jadi di sini Niciren Daisyonin juga bukan hanya menjelaskan kepada Munenaka – Munenaga, tetapi juga kepada kita semua. Makin lama kita syinjin, makin giat kita melaksanakan ajaran akan semakin besar tantangan/rintangannya, karena tujuan dari pelaksanaan dan pertapaan kita adalah pencapaian Kesadaran Buddha. Untuk itu masih muncul karmakarma buruk kita, tahan atau tidak kita, tabah atau tidak kita menghadapinya. Sama seperti anak yang sedang sekolah yang sedang kenaikan kelas, kalau tidak kuat kita tidak hanya turun kelas saja, tetapi terjun seperti turun lagi ke TK. Jadi kalau di gedung bertingkat turunya tidak lewat anak tangga, tetapi lewat lift. Oleh karena itu kadang-kadang

kita tidak menyadari bahwa kita sedang menghadapi Tiga Rintangan Empat Iblis, tibatiba usaha kita ada masalah, keluarga ada masalah, anakanak atau suami menghabat pelaksanaan syinjin kita, begitupun dengan lingkungan. Sehingga kita beranggapan bahwa Gohonzon sudah tidak ada kekuatannya, maka tidak lagi dapat melindungi, apalagi kalau merasa syinjinya sudah lama, tetapi masih mengalami kesulitan, kalau seperti ini buat apa syinjin, pikirnya. Bulan lalu kita diajarkan bahwa karena kita pada hidup kali ini syinjin, maka karmakarma buruk masa lampau kita muncul, jadi kesulitan yang kita alami sebenarnya adalah akibat karma buruk yang pernah kita lakukan pada masa lamapu kita, oleh karena itu seharusnya kita bisa menerima hal itu, dengan begitu semua karma berat akan menjadi ringan, maka kita harus tabah. Rintangan yang dialami


Dharna Duta

oleh Munenaka–Munenaga muncul dari ayahnya, (Yasumitsu), karena ia adalah penganut Nembutsu dimana pengaruh kuatnya adalah dari Ryokan, mungkin karena kekhawatiran akan kehilangan jabatan dan materi dari ayahnya sehingga ia mempertahankan kepercayaannya itu, sehingga iapun juga berusaha agar anak-anaknya melepaskan syinjin mereka dan ikut Nembutsu. Tetapi anakanaknya luar biasa hebatnya, mereka tetap memilih mempertahankan percaya kepada Hukum Nammyohorengekyo. Umat kita di Cikupa, Tangerang ada yang mengalami sakit (kanker usus), dokter mengatakan sakitnya tidak mungkin bisa diobati, jadi tinggal menunggu beberapa bulan saja akan meninggal, pada saat ia sakit seperti itu ada umat susunan lain yang mengunjungi, tetapi bukan untuk memberikan semangat agar tetap mempertahankan syinjin malah mempengaruhi untuk pindah ke susunannya, katanya NSI tidak ada bhiksunya, tidak ada hubungan darah hati kepercayaan, maka doa seperti apapun tidak akan terkabul, sehingga sakitnya tidak akan bisa sembuh. Tetapi ibu yang sakit ini tidak terpengaruh, dia malah mencari sendiri Gosyo yang mengatakan hal itu, ia baca sendiri bahwa hubungan darah hati kepercayaan itu

tidak dapat diputuskan oleh siapapun, kecuali dia sendiri sudah tidak syinjin lagi, sudah tidak mau Gongyo-Daimoku lagi, maka putuslah hubungan darah hati kepercayaan itu. Ibu yang sakit ini tidak terpengaruh tetapi mama nya terpengaruh, ia sempat ikut pertemuan di tempat mereka segala. Sekarang ibu tersebut sudah sembuh, kelihatan lebih muda dan wajahnya cerah. Ini adalah salah satu bukti bahwa doa kita sampai atau tidak bukan tegantung orang lain atau perantara. Kekuatan hati kepercayaan kepada Nammyohorengekyo memunculkan Dunia Buddha, maka karma yang beratpun akan terhapuskan menjadi nyata. Sekarang mamanya ikut susunan kita lagi. Jadi keluarga ini membuktikan bahwa tidak ada perantara dalam hal syinjin, semua tergantung kekuatan hati kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan diri sindiri. Mengenai Iblis Kematian, umumnya kita berangapan kalau kita sakit apalagi kalau sudah lanjut usia pasti tinggal menunggu saatnya saja, tetepi belum tentu, jangan dikira kalau sudah sakit pasti akan mati, tidak juga, justru dari sakit itu kita bisa lebih hati-hati lebih menyadari hidup itu dengan sungguhsunguh. Kenyataannya ibu yang dari Cikupa tadi bisa sembuh kembali. Pada umumnya kalau oleh dokter dikatakan menderita kanker pasti ketakutan sekali,

yang dibayangkan pasti adalah kematian, tetapi bagi yang syinjin seharusnya justru kembali kepada hati kepercayaan walau dokter mengatakan tidak ada harapan tetapi kalau semangat hidupnya yang dilandasi oleh semangat hati kepercayaan, yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jadi kita jangan takut dengan iblis, penyakit yang merintangi hati kepercayaan kita. Karma imbalan yang diterima oleh Ikegami bersaudara dari ayahnya, Yasumitsu, adalah karma imbalan maka hadapilah hal itu. Niciren Daisyonin tidak mungkin mengajarkan kepada muridnya untuk tidak berbakti kepada orang tuanya, tetapi kalau berbakti harus bakti yang sesungguhnya yang bernilai tinggi, kalau orang tuanya salah, salah menganut filsafat sesat jangan diikuti. Karena khawatir dengan sikap Munenaga yang lebih memetingkan hal-hal didepan mata, yaitu materi, kedudukan dan halhal yang menguntungkan dirinya sendiri juga khawatir menjadi bahan pembicaraan masyarakat sekitarnya, yang bisa dianggap sebagai anak yang tidak berbakti. Hal itu sepertinya benar, tetapi bakti yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa membuat keluarga mencapai Kesadaran Buddha, sehingga orang tuapun bisa mencapai Kesadaran Buddha. Jadi kita jangan terikat September 2015 | Samantabadra

13


ceramah gosyo dengan hal yang sekarang saja, jiwa kita kekal abadi yang kita laksanakan saat sekarang ini adalah juga untuk yang akan datang, maka yang penting adalah Hon In Myo, hal baik apa yang bisa kita laksanakan sekarang, ingin memunculkan dunia buddha, ingin membahagian orang lain, orang lain bahagia, kita bahagia. Jangan takut bila kita dianggap tidak berbakti kepada orang tua, orang tua itu banyak, kita berkalikali hidup mati entah sudah berapa banyak yang menjadi orang tua kita, tetapi bertemu dengan Gohonzon hanya saat ini saja, maka dari itu jangan menyianyiakan kesempatan, jangan kita pikir kita sudah tua istrirahat saja, yang aktif yang lain saja, padahal betapa bahagianya bisa menjalankan dengan sungguh-sungguh.

Apalagi yang syinji dari muda, rejekinya bukan main besarnya. Niciren daisyonin mengingatkan juga kepada kepada Munenaga sekalipun membuang kakak dan dapat mengambil alih kedudukan yang ditinggalkannya, anda tidak akan pernah menjadi makmur selama 10 juta tahun, bahkan mugkin dalam waktu yang singkat menjadi semuanya menjadi musnah. Adakah jaminan bahwa dalam hidup kali ini tidak akan musnah, oleh karena itu anda harus benar-benar memberanikan diri dan hanya menginginkan keselamatan pada masa yang akan datang. Jadi hal ini sesungguhnya juga mengingatkan kepada kita, yang paling utama adalah harta jiwa, pelaksanakan pertapaan kita adalah untuk masa sekarang dan yang akan

datang agar dapat mencapai Kesadaran Buddha. Kita adalah murid Niciren Daisyonin yang mempunyai tugas untuk menyebarluaskan Dharma pada Masa Akhir Dharma ini. Maka dasarnya adalah harus merombak sifat jiwa agar lebih banyak lagi umat yang bisa mengenal Hukum Nammyohorengekyo, ini adalah sikap maitri karuna, maka kita harus membuat sebab yang baik, kapan akibatnya tidak usah dipikirkan yang penting persipan jiwa kita untuk masa yang akan datang dan seterusnya, jangan kembali ke dasar Empat Dunia Buruk, tetapi adalah untuk mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya (Kesadaran Buddha). eee

Info Jadwal Tayang Mimbar Buddha NSI (program “Jalan Tengah�) di RCTI Tanggal: 31 Agustus 2015 (Tema: Wanita Bisa Mencapai Kesadaran Buddha) 14 September 2015 (Tema: Musim Dingin Pasti Menjadi Musim Semi) 28 September 2015 (Tema: Perlunya Rejeki Jiwa) 12 Oktober 2015 (Tema: Membangun Kualitas Generasi Muda) Jam 03.30 WIB

14

Samantabadra | September 2015


liputan

Peran Serta NSI dalam Pembinaan Kerukunan Umat Beragama di Kabupaten Bogor

K

abupaten Bogor termasuk kabupaten terpadat penduduknya yang berlatar belakang segenap sukubangsa yang ada di tanah air. Ada sekitar 5,3 juta jiwa dengan komposisi penganut agama Islam 97%, Kristen Protestan 1%, Kristen Katolik 0,91%, Buddha 0,35%, Hindu 0,21% dan Konghucu 0,21%. Kerukunan di antara penduduk Kabupaten Bogor tersebut diharapkan dapat senantiasa terpelihara dengan baik, salah satunya dengan diselenggarakannya

Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Batch 1 di Kabupaten Bogor oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Sosial Politik Kabupaten Bogor. Kegiatan ini mengambil lokasi di Hotel Rizen Premiere, Cilember, Bogor, pada tanggal 5-7Agustus 2015. NSI diundang untuk mengutus perwakilan generasi mudanya untuk mengikuti kegiatan ini, yaitu Arya, David, Prasetyo, Nico dan Kyanne. Acara rutin tahunan ini menjadi ajang pertemuan pemuda keenam agama yang diakui

pemerintah Indonesia, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu. Beberapa pemateri tampil dalam acara pembinaan ini antara lain; Kakesbangpol, H. Rizal Hidayat; Staf Ahli Sekda, Dali Gumilar; Staf Ditjen Pemerintahan Umum Kemendagri, M.B. Saudy; Kasat Binmas Polres Bogor, A.K.P. Agus S., S.H.; Sekretaris Badan Kesbang Provinsi Jabar, H. Khairul Naim; Ketua MUI Kabupaten Bogor, Ahmad Mukti Aji; Kasubbag Hukum dan KUB Kantor Kemenag September 2015 | Samantabadra

15


liputan Provinsi Jabar, Jamaluddin. Salah satu peserta mengusulkan agar Forum Kerukunan Umat Beragama jangan hanya ada di tingkat kabupaten/kota, namun seyogianya sampai ke tingkat kelurahan agar lebih cepat tanggap jika terjadi insiden perselisihan antarumat beragama. Menurut beberapa pemateri, hal ini belum dimungkinkan karena anggaran masih hanya di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat lebih bawah, kecamatan, misalnya, anggaran bisa dilakukan secara swadaya para tokoh agama. Di dalam konsep kerukunan terkandung ibadah masing-masing agama. Kerukunan tidak dimaksudkan untuk mengarah ke sebuah ajaran agama tertentu saja. Hal-hal di luar akidah, dapat dikerjasamakan. Ambil contoh kerjasama di bidang ekonomi antarumat beragama. Dalam hal ini, teman tidak seagama dapat saja menguntungkan karena ia akan memberitahukan kita potensi pasar tertentu atas produk tertentu. Bukan bertanding tapi bersanding. Meskipun berbeda agama, kita bisa saling mengisi dalam banyak aspek kehidupan. Kita tidak bersaing namun hidup berdampingan saling membantu. Sebaliknya, bentrok menyebabkan kemiskinan. Bentrok menghasilkan perpecahan. Bertambah pecah 16

Samantabadra | September 2015

berarti bertambah receh, pada akhirnya semakin menjauhi kebenaran. Aliran-aliran keagamaan sebetulnya dibuat manusia. Orang pintar tak sama dengan orang bijaksana. Orang pintar sukar bekerja sama dan dapat menjadi kreatif yang buruk yang merusak, yang bermuara pada radikalisme. Radikal berarti sama sekali, besar-besaran dan menyeluruh, keras, kokoh, maju dan tajam (dalam berpikir). Sikap radikal cenderung membuahkan perbuatan teror. Teror berarti rasa takut yang ditimbulkan orang/sekelompok orang. Sikap radikal yang perbuatan teror kerap kali disalahartikan sebagai jihad. Padahal dalam agama Islam, jihad berarti berusaha sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan. Analogi kerukunan umat beragama ada dalam kehidpan berkeluarga. Suasana rukun sama dengan banyaknya pernikahan yang terjadi. Banyak pernikahan menunjukkan banyak cinta. Sebaliknya, suasana bentrok sama dengan banyaknya perceraian yang terjadi. Banyak perceraian mengindikasikan banyak penderitaan dalam masyarakat kita. Selama pelatihan, para peserta belajar bersosialisasi dengan berbagai penganut agama lain, baik yang muda maupun yang sudah lebih senior. Selain berkenalan, mereka belajar tentang kegiatan-kegiatan dari agama lain.

Mengikuti kegiatan eksternal yang mendukung kerukunan antar umat beragama merupakan bagian dari pelaksanaan syinjin. Dengan sikap saling menghargai dan menghormati, kita tampilkan sikap sebagai seorang Bodhisattva Muncul dari Bumi yang berniat menyebarkan dharma myoho-ren-ge-kyo kepada para peserta lainnya. Bersikap, berperilaku dan bertindak sebagai Bodhisattva Muncul dari Bumi membuat orang di sekeliling melirik kagum. Itulah salah satu langkah syakubuku kepada khalayak peserta. Terkadang kita perlu mengambil cuti dari tempat kerja atau ijin dari sekolah untuk mengikuti di susunan NSI atau kegiatan eksternal yang mewakili NSI. Justru pada saat sangat sibuk, kita ditantang untuk melatih manajemen waktu dan ketulusan untuk berdana paramita waktu dan tenaga; mengatur waktu kita untuk berkontribusi untuk penyebarluasan dharma dan kemajuan bangsa. (Kyanne)


Kegiatan Pembekalan Bela Negara Tokoh Masyarakat Kecamatan Tamansari Di Mahavihara Saddharma NSI

Suasana pelatihan bela negara di aula kantin atas Mahavihara Saddharma NSI.

Foto bersama Ketua Umum NSI dan Camat Tamansari

P

ada tanggal 7–8 Agustus 2015 yang lalu, ada kegiatan yang berbeda dengan kegiatan biasanya di Mahavihara Saddharma NSI. Apabila biasanya adalah untuk kensyu Gosyo Umum, Kensyu Generasi Muda atau Kensyu Anak-anak, maka pada tanggal tersebut komplek Vihara kita (Vihara Saddharma) digunakan untuk kegiatan Bela Negara. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Camat Tamansari – Kab. Bogor, Drs. H. Achmad Sofyan, M.M. Pesertanya adalah tokoh pemuda/ masyarakat dari 8 desa yang ada di Kecamatan Tamansari, di mana masing-masing desa mengirimkan 10 orang, sehingga total peserta kegiatan ini adalah 80 orang. Selama kegiatan mereka mendapat pembekalan tentang wawasan kebangsaan dan sikap melestarikan dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dari pejabat Muspika setempat. Pada kesempatan tersebut Ketua Umum NSI diminta untuk menyampaikan materi tentang pentingnya menjaga kerukunan antar umat

beragama. Para peserta tampak begitu antusias mengikuti kegiatan ini, hal ini dapat dilihat dari semangat mereka mengikuti acara demi acara. Walau dimulai pukul 16.00 dengan pembukaan dilanjutkan dengan pembekalan-pembekalan sampai dengan pukul 23.15 mereka tetap bersemangat. Walau kegiatan ini cukup singkat, tetapi ada makna mendalam dari kegiatan ini, yaitu tercapainya semangat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mengingat kegiatan ini dilaksanakan di komplek vihara kita, sedangkan mereka adalah umat muslim, di mana mereka juga melaksanakan sholat berjamaah di salah satu ruangan di komplek vihara kita, maka tanpa direkayasa hal tersebut menjadi suatu bentuk toleransi yang bermuara kepada sikap saling menjaga. kiranya kegiatan ini dapat menjadi teladan dalam menjaga persatuan dan kesatuan yang dilandasi semangat Bhineka Tunggal Ika. (Minto) September 2015 | Samantabadra

17


liputan

Ketua Umum NSI Diundang pada Halal Bihalal Indonesian Association for Religions and Cultures

H

ubungan yang baik antarumat manusia merupakan hal mendasar yang harus diciptakan agar mencapai sebuah kehidupan yang harmoni. Agama dan kebudayaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia dan dinilai sebagai eksistensi yang dapat menciptakan keharmonisan, maka dari itu pada hari Minggu, 26 Juli 2015 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta diadakan acara Halal Bihalal yang diselenggarakan oleh Indonesian Association For Religions And Cultures (IAFRAC). Ketua Umum Parisadha 18

Samantabadra | September 2015

Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja), Gubernur DKI Jakarta (Basuki Tjahaja Purnama), Ketua Umum MUI (Prof. Dr. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA / Din Syamsuddin), Tokohtokoh agama, Perwakilan duta besar negara-negara sahabat, tokoh-tokoh budaya, serta pengusaha etnis Tionghoa turut hadir dalam acara ini. Acara ini diawali dengan doa, lalu sambutan dari Ketua IAFRAC dan Gubernur DKI Jakarta, kemudian sambutan dan pesan Idul Fitri yang disampaikan oleh Ketua

Umum MUI, diakhiri oleh penampilan perpaduan kesenian antara musik Indonesia (Angklung) dengan musik Tionghoa dan makan bersama. Dengan diselenggarakannya acara ini diharapkan dapat membangun hubungan yang lebih baik antarumat beragama, dan etnis-etnis yang ada di Indonesia agar tercipta kehidupan yang rukun, aman, dan damai, sehingga mampu untuk menyelenggarakan kehidupan bernegara yang lebih kondusif.

(Arya)


Pertemuan KU NSI dengan Kapolri dan Tokoh Agama Terkait Isu Konflik Agama di Tolikara

K

ekerasan antarumat beragama bisa menjadi isu yang mudah sekali menyulut emosi dan membuat konflik serta perpecahan dalam sebuah negara. Pada tanggal 17 Juli 2015 tepat ketika sholat Idul Fitri berlangsung, ada sebuah mushola yang terbakar di daerah Tolikara, Papua, dan ditengarai sebagai perbuatan oknum untuk memicu konflik agama. Salah satu langkah yang diambil oleh negara dan

tokoh-tokoh agama dalam menangani permasalahan ini adalah dengan mengadakan pertemuan dan dialog antara tokoh-tokoh agama dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang dikoordinir oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan diselenggarakan di kantor Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) di kawasan Menteng, Jakarta pusat dengan judul diskusi “Kerjasama Pemerintah dan

Tokoh-tokoh Agama Dalam Menangani Kekerasan Atas Nama Agama di Tanah Air.” Seluruh pimpinan agama dari enam agama yang dibina oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) turut hadir, yaitu Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja, Ketua Umum MUI Prof.Din Syamsuddin, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia September 2015 | Samantabadra

19


liputan (PGI) Pdt. Dr. Heneriette T. Hutabarat-Lebang, pewakilan dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Ketua Umum Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Mayjend (Purn) Sang Nyoman Suwisma, Ketua Umum Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (MATAKIN) Uung Sendana, serta dihadiri oleh Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Badrodin Haiti dan tokohtokoh agama lainnya baik dari pulau Jawa maupun luar pulau Jawa termasuk Papua. Dalam dialog ini Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada ketua umum MUI dan Kapolri bahwa kegiatan ini merupakan gambaran kepedulian tokoh agama dan negara terhadap keutuhan NKRI. Dalam pandangannya, MPU Suhadi Sendjaja melihat bahwa kejadian ini (isu pembakaran Mushola di Tolikara) terjadi persis ketika Sholat Idul Fitri sedang berlangsung, yaitu tanggal 17 Juli 2015, namun hal ini ditanggapi dengan tenang oleh hampir seluruh umat muslim di Indonesia, karena mungkin masih ada getaran dari semangat Idul Fitri yang dirayakan oleh umat muslim, yaitu kembali ke fitrah (suci, bersih secara lahir dan bathin). Beliau mengungkapkan 20

Samantabadra | September 2015

bahwa dharma agama seharusnya mampu untuk memberikan pencerahan, pengayoman dan melindungi negara, bukan negara yang melindungi agama, namun mau tidak mau untuk sementara ini umat beragama harus mendapatkan perlindungan, dan pengayoman dari negara dalam hal ini Polri. Fitrah agama masih belum muncul, hal ini dialami oleh seluruh agama yang ada. Dari konflik-konflik antarumat beragama yang terjadi, seharusnya umat beragama semakin mawas diri, bahwa umat beragama bukan lagi meminta perlindungan dari negara, “Seharusnya kita ini bisa memberikan cahaya pengayoman kepada negara yang sekarang semakin membutuhkan ketenangan, dengan ketenangan itu kan, apakah itu masalah keadilan, apakah itu masalah kesejahteraan, saya kira hakekat penegakan hukum itu, rasa adil itu kan sebetulnya juga relatif, jadi hakekat adil itu sebetulnya sebuah kesadaran ketika mereka bisa menerima apa yang menjadi kejadian yang dialami oleh dirinya sendiri,� ungkap Ketua Umum NSI pada saat itu. Sebagai sebuah masukkan kepada Bapak Kapolri maupun Ketua Umum MUI dan seluruh tokoh agama yang hadir dalam diskusi

tersebut, MPU Suhadi Sendjaja melihat bahwa seluruh agama tidak ada yang mengajarkan hal yang tidak baik, semua agama mengajarkan perdamaian dan kerukunan, oleh karena itu sama halnya ketika beliau berangkat ke Myanamar kemudian ke Langsa, Aceh bersama salah satu ketua MUI Â K.H. Selamet Efendi Yusuf, untuk meluruskan isu yang sudah beredar dimasyarakat bahwa Bhikku (pemuka agama Buddha) membunuh orang-orang muslim di Myanmar dan mengusirnya keluar dari Myanmar sebetulnya bukanlah permasalahan agama, namun lebih kepada permasalahan sosial ekonomi yang dialami oleh masyarakat Rohingya yang memang mayoritas muslim dan masyarakat Myanmar yang mayoritas beragama Buddha. Hal ini merupakan tanggung jawabnya sebagai salah satu pimpinan dari agama Buddha. Oleh karena itu ketika terjadi kejadian-kejadian yang dikaitkan dengan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) kita harus memiliki kesadaran bahwa hal-hal tersebut merupakan hal yang paling mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan-kepentingan tertentu untuk memecah belah persatuan bangsa


Rekan-rekan pers memberikan kejutan kue ulang tahun kepada Kapolri yang kebetulan berulang tahun pada hari tersebut. Foto bersama Ketua Umum NSI, Kapolri, dan Ketua Umum MUI pada saat itu. sebelum meniup api pada lilin ulang tahun.

demi kepentingan pribadi. Jadi janganlah mudah untuk terpancing dan terprovokasi. Tentu dengan kejadian yang terjadi di Tolikara ini menjadi hikmah baik untuk seluruh umat beragama untuk bisa rutin melakukan dialog antarumat beragama, jangan hanya ketika terjadi konflik saja baru melakukan diskusi seperti ini. Dalam kaitannya dengan pendirian rumah ibadah, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 mengenai Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat yang disusun oleh beliau sebagai salah satu anggota tim perumus peraturan tersebut, sudah diatur bahwa untuk mendirikan sebuah rumah ibadah, harus memiliki 90 orang umat di dalam satu kelurahan, jika di dalam satu kelurahan tidak mencapai 90 orang umat maka bisa ditingkatkan menjadi di tingkat kecamatan dan seterusnya sampai pada tingkat provinsi, jika di dalam satu provinsi belum memiliki 90 orang umat, maka tidak perlu mendirikan rumah ibadah, cukup menggunakan rumah pribadi umat yang dijadikan tempat ibadah dan tidak

memerlukan Izin Mendirikan Bangunan sebagai rumah ibadah, karena dianggap sebagai rumah ibadah milik keluarga. Dalam agama Buddha disebut Cetya, dalam agama Islam disebut Mushola. Mushola di Tolikara dipermasalahkan karena tidak memiliki IMB sebagai rumah ibadah, padahal memang tidak perlu memiliki IMB sebagai rumah ibadah. Acara diskusi ini diakhiri dengan kejutan ulang tahun untuk Bapak Kapolri, beliau terlihat sangat terkejut dan gembira serta jumpa pers dengan wartawan dari berbagai macam media (Cetak, elektronik, online) baik dari dalam maupun luar negeri. (Arya) September 2015 | Samantabadra

21


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Itai Dosyin LATAR BELAKANG|

J

udul asli dari Gosyo ini adalah Itai Dosyinji, yang berarti: Perihal Itai Dosyin. Mengenai tahun penulisannya kurang jelas, karena Gosyo ini hanya mencatat tanggal tanpa tahun, yaitu tanggal 6 bulan ke-8. Tetapi dari isi Gosyo dapatlah diperkirakan bahwa Gosyo ini ditulis kira-kira pada waktu Nikko Syonin sedang giat-giatnya memimpin gerakan penyebarluasan agama Buddha di daerah Atsuhara. Juga karena dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin meramalkan bahwa serangan dari Mongolia sudah semakin mendekat, maka dapatlah diperkirakan bahwa Gosyo ini ditulis sebelum tahun 1281, yaitu tahun terjadinya serangan Mongolia yang kedua kalinya. Sedangkan mengenai penerima Gosyo ini, diperkirakan adalah seorang tokoh pengikut Niciren Daisyonin di daerah Kajima, yang bernama Takahasyi Rokuro Hyoe Nyudo, tetapi ada juga pendapat lain yang berbeda. Pada bagian awal Gosyo ini, Niciren Daisyonin memberi petunjuk yang tegas 22

Samantabadra | September 2015

bahwa suatu hal yang paling penting dalam menjalankan ajaran agama Buddha Niciren Daisyonin ialah memiliki persatuan hati (Itai Dosyin). Sedangkan pada bagian akhir dari Gosyo ini Beliau menegaskan bahwa ramalan Beliau mengenai terjadinya serangan negeri asing telah menjadi kenyataan dengan adanya serangan dari Mongolia yang pertama pada tahun 1274 dan pada waktu itu serangan Mongolia yang kedua kali telah diambang pintu. Makna dari peristiwa ini dijelaskan oleh Niciren Daisyonin dari sudut ajaran agama Buddha.


ISI GOSYO |

S

aya telah menerima pakaian musim dingin yang berwarna putih maupun yang berisi kapas tebal, bersama-sama dengan satu renceng mata uang, melalui bantuan dari Hoki-bo. Apabila Hoki-bo, Sado-bo dan para penganut daerah Atsuhara dapat itai dosyin (bersatu hati, berbeda badan tetapi satu hatinya) maka segala sesuatu akan tercapai. Tetapi apabila hubungan mereka adalah Taido Isyin (tampaknya satu badan tetapi hatinya berbeda), maka segala sesuatu tidak akan tercapai. Hal ini telah ditegaskan dalam 3000 jilid lebih kitab-kitab filsafat non Buddhis. Raja Chou dari Yin memimpin 700.000 serdadu berkuda dan berperang melawan Raja Wu yang hanya memimpin 800 orang tentara. Tetapi Raja Chou dan serdadunya terkalahkan karena kelompok mereka bersifat tidak satu hati (Taido Isyin). Sedangkan Raja Wu dan tentaranya dapat mengalahkan musuhnya karena mereka bersatu hati (Itai Dosyin). Meskipun di dalam diri seseorang, kalau terdapat dua hati yang saling bertentangan, maka pasti segala sesuatu tidak akan tercapai. Sebaliknya meskipun ratusan dan ribuan orang, kalau mereka memiliki hati yang satu, maka pasti segala sesuatu akan tercapai. Manusia di negeri Jepang jumlahnya banyak, tetapi mereka bersifat Taido Isyin sehingga sulit untuk mencapai apapun juga. Tetapi Niciren dan murid-muridnya mempunyai persatuan hati Itai Dosyin, sehingga meskipun jumlahnya kecil kita dapat melakukan perbuatan yang besar dan Saddharmapundarika-sutra pasti akan tersebar luas. Kejahatan yang banyak tidak pernah menang pada satu kebaikan. Sama seperti api yang besar dapat dipadamkan oleh satu tetes air. Demikian pula dengan Niciren dan murid-muridnya. Terlebih lagi anda selama bertahun-tahun telah memiliki hati kepercayaan dan pengabdian yang kuat terhadap Saddharmapundarika-sutra. Dan orang-orang mengatakan bahwa kali ini anda telah menunjukkan sikap yang amat terpuji. Hal ini dilaporkan juga oleh Nikko dan kawan-kawannya. Semuanya ini, telah Saya maklumi dan satu persatu telah Saya laporkan kepada Dewa Matahari maupun Dewa Rembulan. Semestinya Saya membalas surat anda lebih dini, tetapi tidak ada orang yang dapat membawa surat Saya kepada anda. Sedangkan Nissyo telah berangkat begitu cepat sehingga saya tidak sempat menulis surat. Beberapa tahun terakhir ini banyak orang merisaukan serangan dari Mongolia, tetapi Saya percaya bahwa serangan tersebut sudah amat mendekat. Runtuhnya negeri Jepang memang merupakan suatu hal yang menyedihkan, tetapi kalau ramalan Saya dalam Rissyo Ankoku Ron ini pun meleset, maka setiap orang Jepang akan semakin menfitnah Saddharma-pundarika-sutra sehingga semuanya akan jatuh dalam neraka Avici. Tetapi kalau serangan dari Mongolia amat gencar, negeri September 2015 | Samantabadra

23


materi ajaran | gosyo kensyu Jepang akan runtuh namun pemfitnahan Hukum orang-orang Jepang akan menjadi lebih ringan. Hal ini sama seperti pengobatan tradisional yang menggunakan bubuk pijar maupun jarum. Pada waktu diobati memang sakit dan menderita, tetapi sesudahnya penyakit akan sembuh dan orang akan bergembira. Saya, Niciren, adalah utusan Saddharmapundarika-sutra, sedangkan orang-orang Jepang adalah sama seperti Raja Mihirakula yang melenyapkan agama Buddha dari seluruh India. Bangsa Mongolia adalah sama seperti Raja Himatala dari Gunung Himalaya yang menjadi utusan dewa-dewa pelindung agama Buddha untuk menghukum orang-orang yang menganiaya pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Tetapi apabila orang-orang Jepang ini bertobat dalam hidup kali ini dan berusaha untuk mengubah kesalahankesalahannya, maka mereka akan selamat seperti Raja Ajatasatru, yang karena bertobat kepada Sang Buddha, maka penyakit lepranya menjadi sembuh, sedangkan usianya diperpanjang 40 tahun, sehingga ia mencapai tingkat ‘kepercayaan tanpa akar’ serta keadaan Anutpattika-dharma-kshanti dalam kehidupan kali ini.

Tanggal 6 bulan ke-8 Hormat Saya Tertanda, Niciren

______________________________ Keterangan: 1. Hoki-bo: nama lain dari Bhiksu Tertinggi Kedua Nikko Syonin. 2. Sado-bo: nama lain dari salah satu enam Bhiksu senior murid Niciren Daisyonin 3. Nissyo: juga salah satu dari enam Bhiksu senior murid Niciren Daisyonin 4. Kepercayaan tanpa akar: timbulnya kepercayaan terhadap Sang Buddha pada seseorang yang sedianya tidak ada niat untuk percaya. Hal ini disebabkan oleh kekuatan Sang Buddha sendiri. 5. Anutpattika-dharma-kshanti: suatu tingkat kesadaran jiwa dimana jiwa seseorang merasa amat tenang karena ia telah sadar akan kekal-abadinya segala hukum.

24

Samantabadra | September 2015


| KUTIPAN GOSYO

1

Apabila Hoki-bo, Sado-bo dan para penganut daerah Atsuhara dapat bersatu hati Itai Dosyin (berbeda badan tetapi satu hatinya) maka segala sesuatu akan tercapai. Tetapi apabila hubungan mereka adalah Taido Isyin (tampaknya satu badan tetapi hatinya berbeda), maka segala sesuatu tidak akan tercapai. Hal ini telah ditegaskan dalam 3000 jilid lebih kitab-kitab filsafat non Buddhis. Raja Chou dari Yin memimpin 700.000 serdadu berkuda dan berperang melawan Raja Wu yang hanya memimpin 800 orang tentara. Tetapi Raja Chou dan serdadunya terkalahkan karena kelompok mereka bersifat Taido Isyin. Sedangkan Raja Wu dan tentaranya dapat mengalahkan musuhnya karena mereka bersatu hati Itai Dosyin.

GM

Keterangan: Pada bagaian ini Niciren Daisyonin menekankan pentingnya persatuan hati Itai Dosyin kepada para penganut di daerah Atsuhara yang pada waktu itu sedang giatgiatnya menjalankan usaha penyebaran Dharma di bawah pimpinan Nikko Syonin. Dengan persatuan hati Itai Dosyin segala sesuatu akan tercapai, tetapi dengan perpecahan Taido Isyin segala sesuatu tidak akan tercapai. Melalui perbandingan serupa ini Niciren Daisyonin menekankan pentingnya persatuan hati Itai Dosyin kepada muridmuridnya. Itai dari kata Itai Dosyin berarti berbeda badan. Maksudnya setiap orang memiliki wajah, sifat, kepribadian maupun bakat yang berbeda-beda satu sama lain. Dosyin ini juga berarti hati yang sama atau satu hati. Maksudnya adalah memiliki tujuan dan pandangan hidup yang sama. Berdasarkan pengertian kedua istilah ini dapatlah kita pahami bahwa prinsip Itai Dosyin yang amat diutamakan dalam ajaran agama Buddha Niciren Daisyonin adalah

berarti kita mempunyai hati yang sama dalam arti kita semua percaya kepada Gohonzon dan berkeinginan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, tetapi di atas persamaan tersebut kita dapat mengembangkan bakat dan kepribadian yang berbeda-beda secara maksimal. Jadi prinsip Itai Dosyin adalah suatu prinsip yang membuat selaras hubungan antara pribadi atau individu dengan kelompok. Dan justru dengan adanya keselarasan inilah kita dapat mencapai segala sesuatu. Sebaliknya istilah Taido Isyin menunjukkan kepada keadaan di mana tampaknya sekelompok orang bersatu tetapi hatinya tercerai berai. Ini adalah suatu persatuan hati yang semu serta palsu karena pandangan dan tujuan hidup setiap anggota kelompok tercerai berai, masing-masing hanya mengutamakan kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Maka itu segala sesuatu tidak akan tercapai. Sebagai suatu contoh yang amat jelas mengenai perbedaan Itai Dosyin dan Taido Isyin, Niciren Daisyonin mengemukakan suatu peristiwa sejarah di Tiongkok kuno. Yaitu dikalahkannya Raja Chou yang memimpin 700.000 serdadu berkuda oleh Raja Wu yang hanya memimpin 800 orang tentara. Dan sebenarnya masih banyak lagi contoh-contoh dalam sejarah bahwa kelompok besar yang tercerai berai hatinya dapat terkalahkan oleh kelompok kecil yang memiliki persatuan dan kesatuan. Maka prinsip Itai Dosyin ini amatlah penting bagi kita yang menjalankan ajaran agama Buddha Niciren Daisyonin dalam jaman sekarang ini.

2

Meskipun di dalam diri seseorang, kalau terdapat dua hati yang saling bertentangan, maka pasti segala sesuatu tidak akan tercapai. Sebaliknya meskipun ratusan dan ribuan orang, kalau mereka memiliki hati yang satu, maka pasti segala sesuatu akan tercapai.

GM

September 2015 | Samantabadra

25


materi ajaran | gosyo kensyu Keterangan: Di sini Niciren Daisyonin mengungkapkan bahwa di dalam hati sesorang juga terdapat keadaan Taido Isyin. Karena apabila hati seseorang terpecah dua dan ia bimbang serta ragu diantara kedua keinginan tersebut, maka sudah barang tentu ia tidak dapat mencapai segala sesuatunya. Oleh sebab itu perbedaan antara Itai Dosyin dan Taido Isyin terdapat juga di dalam pribadi seseorang. Bagi kita, umat agama Buddha Niciren Syosyu, senantiasa perlu kita perhatikan agar kita tidak menimbulkan hati yang bercerai berai atau Isyin. Sedangkan penyebab timbulnya hati yang tercerai berai ini adalah segala macam keterikatan kita seperti keterikatan pada kesombongan diri sendiri, kerterikatan pada pandangan dan pikiran sendiri yang picik serta keterikatan pada hawa nafsu diri sendiri. Apabila sikap hidup kita menjadi egois dan hanya mengutamakan perasaan, kepentingan dan kesombongan diri sendiri, maka dengan sendirinya kita menjadi orang yang ‘berbeda badan dan berbeda hati’ (Itai Isyin) dari sesama umat agama Buddha Niciren Syosyu. Sebagai akibatnya kita akan lupa pada tujuan luhur kita untuk menyelamatkan seluruh umat manusia dan hati kita akan penuh dengan kebencian serta ketidakpuasan. Maka marilah kita tetap maju dalam persatuan dan kesatuan Itai Dosyin sambil senantiasa mengingat tugas dan tujuan luhur kita.

3

Manusia di negeri Jepang jumlahnya banyak, tetapi mereka bersifat Taido Isyin sehingga sulit untuk mencapai apapun juga. Tetapi Niciren dan murid-muridnya mempunyai persatuan hati Itai Dosyin, sehingga meskipun jumlahnya kecil kita dapat melakukan perbuatan yang besar dan Saddharmapundarika-sutra pasti akan tersebar luas.

GM

26

Samantabadra | September 2015

Keterangan: Bagian ini menerangkan makna sebenarnya dari prinsip Itai Dosyin dan Taido Isyin, dengan mengambil contoh seluruh rakyat Jepang yang menfitnah Hukum serta murid-murid Niciren Daisyonin yang menjalankan Hukum tepat sebagaimana yang diajarkan Sang Buddha. Seluruh rakyat Jepang yang memfitnah Hukum bersifat Taido Isyin, tampaknya satu badan tetapi hatinya berbeda-beda. Mereka memang tergabung dalam satu bangsa serta satu negara, yaitu negara dan bangsa Jepang. Dalam satu hal ini memang mereka tampaknya ‘satu badan’. Tetapi dalam hal tujuan dan keyakinan hidup, mereka berbeda-beda satu sama lain, terlebih lagi mereka sama sekali buta terhadap Hukum dasar kehidupan manusia sehingga mereka menganut filsafat yang sesat. Itulah sebabnya ‘hati’ mereka adalah berbeda-beda atau terpecah belah. Dalam keadaan jiwa serupa ini mereka sulit untuk mencapai segala sesuatu, artinya mereka tak dapat membangun kehidupan yang sejahtera serta masyarakat yang damai. Sebaliknya murid-murid Niciren Daisyonin mempunyai dasar kepercayaan yang sama serta keinginan yang satu yaitu membangun masyarakat yang damai dan sejahtera, sehingga meskipun kedudukan dan tempat tinggal mereka berbeda-beda, yang dengan kata lain ‘badan’nya berbeda-beda, tetapi mereka mempunyai hati yang sama. Oleh karena itu, mereka bukan hanya sdapat mencapai segala sesuatu, tetapi bahkan ‘suatu perbuatan besar’ dapat dicapai oleh mereka. Perbuatan besar yang dimaksud di sini adalah pencapaian Kesadaran Buddha bagi setiap murid Niciren Daisyonin dan juga tersebar luasnya Hukum Sakti Nammyohorengekyo. Terutama sekali di sini diajarkan oleh Niciren Daisyonin bahwa dalam hal penyebarluasan Hukum serta penyelamatan umat manusia persatuan hati Itai Dosyin adalah mutlak diperlukan.


4

Kejahatan yang banyak tidak pernah menang pada satu kebaikan. Sama seperti api yang besar dapat dipadamkan oleh satu tetes air. Demikian pula dengan Niciren dan muridmuridnya.

Anak Cabang

Keterangan: Apa yang dimaksud dengan kejahatan dalam kutipan ini adalah orang-orang yang menindas dan menganiaya Niciren Daisyonin dan murid-muridNya. Mereka pun kadang kala dapat bersatu untuk menindas murid-murid Niciren Daisyonin. Pada waktu itu mereka tampak sebagai ‘satu badan’. Terlebih lagi karena mereka menggunakan kekuasaan dan menghasut massa, maka jumlah mereka amat besar. Tetapi kejahatan yang demikian besar tetap tidak dapat menang pada ‘satu kebaikan’. Hal ini disebabkan karena hati mereka berbeda-beda. Filsafat yang dianut oleh mereka adalah filsafat yang sesat, sehingga persatuan hati yang tampak dari luar digerogoti oleh mereka sendiri dari dalamnya, karena satu sama lain di antara mereka mengejar kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Persatuan dan kesatuan yang semu serta palsu serupa ini segera akan pudar apabila mereka dihadapi kesulitan atau pun kalau situasi dan kondisi berubah. Orangorang seperti itu sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mencapai kebahagiaan orang lain, sehingga bagaimanapun juga kuatnya persatuan mereka atas dasar kebencian dan kedengkian, ‘air’ atau kebenaran yang tunggal segera akan memudarkan serta memadamkan kekuatan mereka. Maka marilah kita sebagai murid Niciren Daisyonin semakin memperkuat persatuan kesatuan Itai Dosyin, sesuai dengan petuan Niciren Daisyonin: “Demikian pula Niciren dan murid-muridnya.”

5

Beberapa tahun terakhir ini banyak orang merisaukan serangan dari Mongolia, tetapi Saya percaya bahwa serangan tersebut

sudah amat mendekat. Runtuhnya negeri Jepang memang merupakan suatu hal yang menyedihkan, tetapi kalau ramalan Saya dalam Rissyo Ankoku Ron ini pun meleset, maka setiap orang Jepang akan semakin menfitnah Saddharma-pundarika-sutra sehingga mereka semuanya akan jatuh dalam neraka Avici. Tetapi serangan dari Mongolia amat gencar, negeri Jepang akan runtuh, namun pemfitnahan Hukum orangorang Jepang akan menjadi lebih ringan. Hal ini sama seperti pengobatan tradisional yang menggunakan bubuk pijar maupun jarum. Pada waktu diobati memang sakit dan menderita, tetapi sesudahnya penyakit akan sembuh dan orang akan bergembira.

Anak Cabang

Keterangan: Pada waktu Gosyo ini ditulis, ramalan Niciren Daisyonin dalam Rissyo Ankoku Ron bahwa akan terjadi serangan dari negeri asing benar-benar telah menjadi kenyataan dengan terjadinya serangan dari Mongolia yang pertama pada tahun 1274. Tetapi sesudah itu timbul lagi ancaman serangan Mongolia yang kedua kalinya, sehingga seluruh rakyat Jepang menjadi risau dan cemas. Berdasarkan kenyataan serupa ini dalam masyarakat Jepang saat itu, pada bagian ini Niciren Daisyonin menjelaskan apa artinya serangan tersebut ditinjau dari sudut ajaran agama Buddha. Satu hal yang secara konsekuen diserukan oleh Niciren Daisyonin sejak ditulisnya Rissyo Ankoku Ron adalah anjuran untuk meninggalkan filsafat yang sesat dan percaya serta menganut Hukum Sakti Nammyohorengekyo. Karena sumber dari segala bencana dan malapetaka, termasuk bencana serangan negeri asing, adalah tidak lain dari pemfitnahan Hukum. Dan dalam salah satu Gosyo beliau menulis: “Hal ini Saya serukan bukanlah semata-mata untuk diri Saya sendiri, melainkan justru demi keselamatan sang Raja, sang Buddha, para dewa dan segenap umat manusia.” (Gosyo Zensyu halaman 183). Artinya beliau menyebarluaskan Hukum Sakti dengan mengorbankan September 2015 | Samantabadra

27


materi ajaran | gosyo kensyu seluruh jiwa raganya, adalah tidak lain demi keselamatan dan kebahagiaan seluruh umat manusia. Terhadap usaha Niciren Daisyonin sebagai Sang Buddha jaman Akhir Dharma ini, orang-orang Jepang saat itu membalasnya dengan hukuman pembuangan serta hukuman mati. Sesungguhnyalah Niciren Daisyonin sama sekali bukannya merasa gembira atas terjadinya serangan dari Mongolia, sebagaimana dalam kutipan di atas juga beliau menulis bahwa runtuhnya negeri Jepang memang merupakan suatu hal yang menyedihkan. Tetapi seandainya kalau ramalan beliau dalam Rissyo Ankoku Ron meleset, maka seluruh rakyat Jepang akan semakin memfitnah Saddharmapundarikasutra sehingga mereka semua akan terjerumus ke dalam neraka Avici atau neraka yang tidak terbatas. Hal inilah yang paling dikhawatirkan oleh beliau. Dan beliau yakin, bahwa meskipun negeri Jepang runtuh karena diserang oleh Mongolia, tetapi kalau hal ini dapat memutuskan keterikatan rakyat Jepang pada filsafat yang sesat sampai mereka membuka matanya kepada Hukum Sakti, maka pada akhirnya rakyat Jepang akan memperoleh kebahagiaan yang sejati. Demikianlah Niciren Daisyonin benar-benar memikirkan nasib bangsnya. Inilah jiwa Sang Buddha Niciren Daisyonin yang amat besar dan luhur.

6

Tetapi apabila orang-orang Jepang ini bertobat dalam hidup kali ini dan berusaha untuk mengubah kesalahan-kesalahannya, maka mereka akan selamat seperti Raja Ajatasatru, yang karena bertobat kepada Sang Buddha, maka penyakit lepranya menjadi sembuh, sedangkan usianya diperpanjang 40 tahun, sehingga ia mencapai tingkat ‘kepercayaan tanpa akar’ serta keadaan Anutpattikadharma-kshanti dalam kehidupan kali ini.

Anak Cabang

28

Samantabadra | September 2015

Keterangan: Raja Ajatasatru yang didorong oleh guru yang jahat, Devadatta, telah membunuh ayahnya sendiri dan telah mencoba untuk membunuh Buddha Sakyamuni dengan melepas gajah-gajah yang mabuk. Karena dosanya ini ia mengalami penderitaan yang amat berat dengan penyakit lepranya yang amat parah, tetapi akhirnya ia bertobat kepada Buddha Sakyamuni dan menjadi penganut agama Buddha yang tulus, sehingga kepadanya Sang Buddha melimpahkan welas asihNya yang luhur, maka penyakit lepranya menjadi sembuh dan usianya menjadi panjang. ‘Kepercayaan tanpa akar’ berarti sesorang yang sedianya sama sekali tidak memiliki kepercayaan terhadap ajaran Sang Buddha, akhirnya dapat menimbulkan kepercayaan. Tetapi untuk itu, ia harus bertemu dengan suatu ‘jodoh’. Orang-orang Jepang pada waktu ditulisnya Gosyo ini pun sama sekali tidak memiliki akar kepercayaan maupun akar perbuatan baik, karena meskipun adanya bimbingan dari Niciren Daisyonin, mereka tak mau membuka matanya terhadap Hukum Sakti. Maka Niciren Daisyonin mengharapkan agar dengan jodoh serangan dari Mongolia, orang-orang ini dapat bertobat dan menganut Hukum Sakti. Dengan demikian, menurut beliau, mereka dapat mencapai tingkat kepercayaan tanpa akar dan juga keadaan jiwa Anutpattikadharma-kshanti. Keadaan jiwa yang disebut belakangan ini adalah suatu ketenangan sempurna karena sadarnya seseorang akan keabadian segala Hukum. Pada jaman sekarang ini pun masih begitu banyak kawan-kawan kita yang belum dapat membuka matanya terhadap Hukum Sakti. Maka kita perlu camkan petunjuk Niciren Daisyonin dalam Gosyo ini. Bahwa kawankawan kita seperti itu pun pasti pada suatu saat dapat menganut Hukum Sakti. eee


September 2015 | Samantabadra

29


Many in Body, One in Mind I

received the white quilted robe and the thick-quilted cotton one, as well as one thousand coins, through the good offices of Hōki-bō. Hōki-bō and Sado-bō, and the believers in Atsuhara, have proved the strength of their resolve. If the spirit of many in body but one in mind prevails among the people, they will achieve all their goals, whereas if one in body but different in mind, they can achieve nothing remarkable. The more than three thousand volumes of Confucian and Taoist literature are filled with examples. King Chou of Yin led seven hundred thousand soldiers into battle against King Wu of Chou and his eight hundred men. Yet King Chou’s army lost because of disunity while King Wu’s men defeated him because of perfect unity. Even an individual at cross purposes with himself is certain to end in failure. Yet a hundred or even a thousand people can definitely attain their goal, if they are of one mind. Though numerous, the Japanese will find it difficult to accomplish anything, because they are divided in spirit. In contrast, although Nichiren and his followers are few, because they are different in body, but united in mind, they will definitely accomplish their great mission of widely propagating the Lotus Sutra. Though evils may be numerous, they cannot prevail over a single great truth, just as many raging fires are quenched by a single shower of rain. This principle also holds true with Nichiren and his followers. You have served the Lotus Sutra with devotion for many years, and in addition, you demonstrated remarkable resolve during the recent incidents [at Atsuhara]. Many people have mentioned this, and Hōki-bō and Sado-bō have also said so. I have listened carefully and reported everything to the god of the sun and to the Sun Goddess. I should have replied to you earlier, but there was no one who could bring this letter to you. Āchārya Ben left here so quickly that I had no time to finish writing before his departure. All of you have been wondering whether the Mongols will really attack again, but I believe that invasion is now imminent. Though the fall of our country would be deplorable, if the invasion does not take place, the Japanese people will slander the Lotus Sutra more than ever, and all of them will fall into the hell of incessant suffering. The nation may be devastated by the superior strength of the Mongols, but the slander of the correct teaching will cease almost entirely. Defeat would be like moxa cautery, which cures disease, or like acupuncture, which relieves pain. Both are painful at the moment, but bring happiness later. Nichiren is the emissary of the Lotus Sutra; the Japanese are like King Mihirakula, who eliminated Buddhism throughout Jambudvīpa. The Mongol empire may be like King Himatala, a messenger from heaven sent to punish those hostile to the votary of the Lotus Sutra. If the Japanese repent in their present existence, they will be like King Ajātashatru, who became a follower of the Buddha, cured his white leprosy, and prolonged his life by forty years; though lacking the roots of faith, he reached the first stage of security, and in his present life gained the realization that phenomena neither are born nor perish. The sixth day of the eighth month With my deep respect, Nichiren 30

Samantabadra | September 2015


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Balasan kepada Ni-Ama Goze (Gosyo Zensyu Halaman 1377)

LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 12 bulan 2 tahun Bun-ei ke12 (1275), ketika Niciren Daisyonin berusia 54 tahun. Surat ini merupakan balasan atas sumbangan rumput laut amanori dari Niama dan juga dari O-ama serta jawaban atas permohonan Ni-ama untuk menerima Gohonzon. Pada bulan 5 tahun Bun-ei ke-11 (1274), Niciren Daisyonin mengatakan, “Dari dahulu sudah diketahui perihal apabila peringatan kepada negara sebanyak tiga kali tetap tidak dihiraukan, maka harus meninggalkan negeri itu (Surat Perihal Buddha Masa Akhir Dharma, Gosyo Zensyu hal. 923).� Sesuai tradisi itu, maka Beliau masuk ke pedalaman Gunung Minobu. Sejak saat itu sampai sembilan bulan berlalu lamanya, jarang orang datang menengok Beliau. Saat itu datang kabar dari Ni-ama dan sumbangan rumput laut amanori darinya, yang mengingatkan Niciren Daisyonin akan udara gunung di daerah Tojo, Propinsi Awa, kampung halaman Beliau sendiri.

Surat ini menyampaikan perasaan sedih dan kenangan pada kampung halaman karena melihat rumput laut amanori itu. Terdapat beberapa surat yang menceritakan keadaan Gunung Minobu, namun surat ini adalah surat pertama sesudah memasuki gunung itu. Mengenai keadaan jalan dan lingkungan Minobu yang penuh dengan gunung-gunung tajam menjulang dan keadaan sehari-hari Beliau di dalam gunung disampaikan secara rinci. Membandingkan kehidupan di dalam Gunung Minobu dengan kampung halaman-Nya di pantai laut, Niciren Daisyonin merasa sedih dan merindukan kampung halaman-Nya. Dari kalimat surat ini dapat dirasakan tumpahan perasaan beliau yang memikirkan ayah bunda.

September 2015 | Samantabadra

31


materi ajaran | gosyo cabang ISI GOSYO |

K

iriman satu kantung rumput laut amanori sudah diterima dan juga terima kasih atas kiriman rumput laut amanori dari O-ama Goze. Tempat ini disebut lereng Gunung Minobu, tepat di selatan adalah Propinsi Suruga. Dari pantai Ukisyimagahara di propinsi itu sampai ke Gunung Minobu, daerah Hakiri, Propinsi Kai ini berjarak 100 mil lebih. Tetapi sulitnya melebihi 1000 mil jalan lainnya. Dari utara ke selatan mengalir sungai yang terderas alirannya di Jepang yang disebut Sungai Fuji. Di sisi timur dan barat sungai ini terdapat gunung yang tinggi dan lembahnya dalam sekali. Di kiri dan kanan sungai ini berjajar rapi batu besar seperti dinding penyekat yang tinggi. Aliran sungai ini deras bagaikan lesatan panah yang dibidik melalui tabung tentara yang kuat. Di satu saat, karena aliran sungai ini deras dan banyak batu yang terjal, perahu yang menyusuri tepi kiri dan kanan sungai ini, atau menyeberangi sungai, menjadi rusak dan hancur. Setelah berjalan melalui tempat seperti itu terdapat gunung besar yang disebut puncak Minobu. Di sebelah timur ada puncak Tensyi, di sebelah selatan puncak Takatori, di sebelah barat puncak Syicimen, dan di sebelah utara puncak Minobu; semua berdiri seperti empat sekat yang tinggi. Mendaki sampai ke puncak terlihat hutan, pohon, dan rumput. Menuruni lembahnya, terlihat banyak batu besar rapi berjajar. Raungan anjing hutan memenuhi gunung, suara monyet bergema di lembah, rusa berbunyi memanggil betina, gangsir berbunyi berisik. Bunga musim semi mekar di musim panas, buah musim gugur berbuah di musim dingin. Kadang-kadang dapat bertemu dengan penebang kayu yang mencari kayu bakar dan orang yang sekali-sekali datang berkunjung hanyalah kawan-kawan akrab sejak dahulu. Perasaan hati empat pertapa dari Gunung Syang di Tiongkok yang meninggalkan masyarakat dan keadaan gunung tempat persembunyian tujuh orang yang berjasa dari hutan bambu, Saya merasa seperti ini. Mendaki sampai ke puncak, kelihatannya tumbuh rumput laut, tetapi sebenarnya bukan. Rumput yang tumbuh hanyalah warabi. Menuruni lembah kelihatannya dapat tumbuh rumput laut amanori. Tetapi kalau dilihat bukanlah demikian, hanyalah dipenuhi sayur peterseli saja. Demikian lama sudah melupakan perihal kampung halaman, namun sekarang, melihat rumput laut amanori ini, terbayang kembali bermacam-macam hal sehingga merasa sedih dan susah hati. Dahulu, rumput laut amanori ini dapat dilihat di pantai Kataumi, Icikawa, dan Kominato. Warna, bentuk, dan rasanya juga tidak berubah, namun sungguh menyesal mengapa keadaan ibu ayah Saya menjadi berubah sekali; tempat tinggalnya begitu berlainan arah. Maka tidak dapat menghentikan tetesan air mata. Untuk sementara hal ini tidak dilanjutkan. Sekarang, Niciren merasa susah hati mengenai titipan perihal Gohonzon dari O-ama Goze. Alasannya adalah sebagai berikut: Sekalipun banyak tulisan Tripitaka yang menyeberang dari India ke Tiongkok dan orang-orang yang memasuki India dari Tiongkok, namun Gohonzon ini tidak di dalamnya. Bila membuka dan melihat tulisan Catatan Daerah Barat (daerah barat dari Tiongkok), Catatan Biografi Hsung-tsang atau Dento Roku, dan lain32

Samantabadra | September 2015


lain, tercatat dan disampaikan tentang seluruh pusaka pujaan kuil-kuil di berbagai negeri di India. Dalam catatan orang arif yang menyeberang dari Tiongkok ke Jepang dan orang bijaksana yang memasuki Tiongkok dari Jepang, dan lain-lain, semua meneliti pusaka pujaan dari kuil-kuil. Dalam catatan harian kuil-kuil pertama di Jepang, yakni Kuil Gango, Kuil Syitenno, dan banyak kuil lainnya, catatan sejarah yang dimulai dengan yang disebut Nihon Syoki, semuanya tanpa ketinggalan menulis dengan jelas mengenai pusaka pujaan kuil-kuil tersebut. Di dalamnya sama sekali tidak tercatat mengenai Gohonzon ini. Orang akan berkata dengan ragu-ragu, “Itu tidak ada dalam sutra dan sastra. Maka, banyak orang bijaksana dan lain-lain tidak melukiskan dan juga tidak membuat patungnya.” Akan tetapi kalimat sutranya jelas. Orang-orang yang merasa ragu-ragu harus mencari ada tidaknya kalimat sutra. Pikiran untuk menentang karena di zaman dahulu tidak ditegakkan atau tidak tertulis, merupakan pikiran yang bengkok. Sebagai umpama, Buddha Sakyamuni bersembunyi di Surga Trayastrimsa untuk berbakti kepada ibu. Orangorang di seluruh dunia tidak mengetahui hal itu, hanya seorang saja yang mengetahuinya, yakni Maudgalyayana saja. Dengan demikian, Hukum Buddha ada di depan mata, jika tidak ada akar bakat, tidak dapat terwujud. Tidak menyebarkan bila belum tiba waktunya merupakan teori kewajaran hukum. Sebagai umpama, seperti tergantung waktu pasang surut lautan, lautan besar menjadi surut dan pasang. Tergantung waktu, bulan di langit naik dan turun, suatu waktu purnama, di lain saat menyusut. Sekarang, Gohonzon ini di simpan dalam hati oleh Guru-Ajaran Buddha Sakyamuni sejak masa lampau yang jauh 500 asamkheya kalpa koti. Sekalipun hadir di dunia ini, tidak membabarkannya selama 40 tahun lebih. Dalam Saddharmapundarika-sutra pun, tidak membabarkannya dalam Ajaran Bayangan. Fakta nyatanya mulai ditegakkan dari Bab Stupa Pusaka. Dibabarkan secara nyata dalam Bab Panjang Usia Tathagata dan fakta nyatanya diakhiri dalam Bab Kekuatan Gaib Tathagata dan Akhir Pesamuan. Di sini banyak Bodhisattva, seperti Bodhisattva Manjusri dari Dunia Keemasan, Bodhisattva Maitreya dari Istana Surga Tusyita, Bodhisattva Avalokitesvara dari Gunung Potaloka, para bodhisattva murid Buddha Chandrasuryavimalaprabhashri: Bodhisattva Bhaisyajaraja dan lain-lain memohon (untuk menyebarkan Gohonzon), “Saya juga, saya juga.” Tetapi tidak dapat dikabulkan (oleh Buddha). Bodhisattva-bodhisattva itu tersohor unggul dalam prajna, orang-orang yang pandai dan mempunyai pelajaran, tetapi lamanya hari mempelajari Saddharmapundarika-sutra masih dangkal, pelajaran dan pengetahuan juga dangkal, sukar menahan penganiayaan di Masa Akhir Dharma. “Saya sendiri mempunyai murid sesungguhnya yang disembunyikan di dasar bumi besar sejak 500 asamkheya kalpa koti dan akan memberikan tugas kepada mereka.” Setelah berkata demikian, Buddha mengundang keluar Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain dalam Bab Bodhisattva Muncul dari Bumi dan memberikan lima aksara Myohorengekyo yang merupakan intisari Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra. Dan Buddha berkata, “(Gohonzon ini), sesudah kemoksyaan-Ku pada 1.000 tahun masa Saddharma, 1.000 tahun Masa Pratirupadharma, tidak boleh disebarluaskan. Pada awal Masa Akhir Dharma, Guru Hukum yang memfitnah dharma memenuhi seluruh dunia, maka para dewa surga marah, di langit timbul bintang sapu, mungkin mengguncangkan dan mengayunkan tanah bumi besar ini seperti gelombang besar. Timbul sekaligus bermacamSeptember 2015 | Samantabadra

33


materi ajaran | gosyo cabang macam malapetaka dan penganiayaan, kekeringan tanah yang panjang, kebakaran besar, angin taufan, penyakit menular yang hebat, kelaparan hebat, kekacauan peperangan, dan lain-lain. setiap orang di seluruh dunia memakai pakaian perang, tangannya memegang busur atau tongkat. Waktu itu merupakan waktu tidak berdayanya kekuatan para Buddha, para Bodhisattva, para Mahadewa yang baik, sehingga semua orang mati; saat banyak orang jatuh ke dalam neraka penderitaan tak terputus-putus seperti turunnya hujan. Jika badannya mempertahankan dan memegang Mahamandala Lima Aksara ini dan percaya sungguh hati, para raja dapat menolong negeri itu. Ribuan rakyat terhindar dari malapetaka, dan terhindar pula dari kebakaran besar pada masa kehidupan yang akan datang.” Demikianlah Buddha meninggalkan catatan-Nya. Sekarang, Niciren bukan Bodhisattva Visishtakaritra, tetapi dari dulu mengetahui hal ini secara garis besarnya. Merasakan hal ini sebagai aturan Bodhisattva Visishtakaritra, maka menerangkannya selama 20 tahun lebih. Jika ingin menyebarluaskan pintu hukum ini, dalam Bab X Guru Dharma Saddharmapundarika-sutra dibabarkan, “Semasa Sang Buddha masih hidup, penuh kebencian dan iri hati, apalagi sesudah kemoksyaan-Nya.” Dan Bab XIV Pertapaan yang Tenang dan Menyenangkan membabarkan, “Seluruh masyarakat penuh kebencian dan sukar percaya.” Musuh yang pertama adalah raja negara, orang yang berkedudukan tinggi, dan tuan tanah di daerah, propinsi, dan lain-lain, ribuan rakyat, dan lain-lain. Juga musuh kedua dan ketiga, yakni para bhiksu yang melakukan penghasutan terhadap pelaksana Saddharmapundarika-sutra, suatu waktu mereka memburukburukkan, satu waktu mencaci maki atau menindas dengan pedang, tongkat, dan lain-lain. Daerah Tojo Propinsi Awa adalah daerah pinggiran, tetapi seolah-olah merupakan pusat negeri Jepang. Alasannya, karena merupakan tanah tempat muncul Dewa Tensyo Daijin yang dahulu muncul dan berada di Propinsi Ise. Oleh karena raja negara mengikuti dan percaya secara amat mendalam terhadap Mahabodhisattva Haciman atau Dewa Myoji Kamo, maka ia meremehkan kepercayaan terhadap Tensyo Daijin. Ketika dewa ini marah, orang yang disebut Syogun Minamoto menulis perjanjian dan menugaskan Kodaku Aoka untuk dengan diam-diam menyelusup ke Istana Ise. Mungkin karena dapat menyenangkan hati dewa ini, maka ia dapat menjadi syogun yang memegang di dalam tangannya semua kekuasaan di Jepang, kemudian Minamoto menetapkan daerah Tojo sebagai tempat tinggal Tensyo Daijin. Oleh karena itu, dewa ini tidak tinggal di Propinsi Ise dan tinggal di daerah Tojo, Propinsi Awa. Sama seperti Mahabodhisattva Haciman dahulu berada di daerah barat, tetapi kemudian pindah ke Gunung Nanzan, Propinsi Yamagi, dan sekarang tinggal di Tsurugaoka, Kamakura, Propinsi Sagami. Di dunia, di daerah Tojo, Propinsi Awa, negeri Jepang, Niciren mulai menyebarluaskan hukum ini. Menentang hal tersebut, adalah musuh para tuan rumah, namun setengah dari mereka kini sudah menjadi musnah, sekarang tinggal setengah lagi. Tuan tanah dalam daerah (O-ama Goze) adalah orang yang bodoh dan pendusta. Pada suatu saat percaya, namun di lain saat memecahkannya. Demikian ia tidak memiliki ketetapan hati. Ketika Niciren mendapat peringatan (Tatsunokuci dan Sado), ia sudah membuang Saddharmapundarika-sutra. Dari dahulu, setiap bertemu, Niciren sudah menyampaikan bahwa Saddharmapundarika-sutra sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Yang dimaksud adalah ini. O-ama Goze bagi Niciren adalah orang yang berbudi besar, maka 34

Samantabadra | September 2015


ingin menyelamatkannya. Bila menulis Gohonzon ini pasti Dasaraksasi merasa Niciren adalah guru hukum yang tidak benar. Dan sesuai pembabaran kalimat sutra, kepada orang yang tidak percaya tidak memberikan Gohonzon, maka Niciren bukanlah guru hukum yang tidak benar. Tetapi karena tidak mengetahui kesalahan diri sendiri, O-ama Goze pasti membenci Niciren. Perihal ini telah ditulis dalam Surat Kepada Sukeno Ajari. Panggillah dan temukanlah dengan O-ama Goze. Ni-ama Goze kelihatannya sama dengan O-ama Goze, tetapi telah menyatakan perilaku hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra. Sering ada kesungguhan hati, yakni kesungguhan hati sampai datang ke Propinsi Sado dan juga ke propinsi ini (Minobu). Tidak terlihat keadaan akan mundur dari hati kepercayaan, maka menulis Gohonzon dan memberikannya. Tetapi kalau memikirkan bagaimana keadaan selanjutnya, maka hal itu seperti menginjak es yang tipis, seperti menghadapi pedang yang besar, secara terperinci hal ini akan disampaikan di lain kesempatan. Bukan hanya demikian saja, ketika peringatan di Kamakura, sebanyak 999 dari 1.000 orang mundur. Sekarang, mereka dan juga masyarakat mulai mengerti (mengenai hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra dan Niciren). Untuk itu, ada yang mengatakan bahwa ada orang-orang yang menyesal. O-ama Goze sama sekali berlainan dengan orangorang itu. Alangkah kasihan. Tetapi adalah teori kewajaran bahwa daging tidak dapat ditukar dengan tulang. Maka tidak dapat memberikan Gohonzon kepada orang yang menentang Saddharmapundarika-sutra. Harap sampaikanlah lebih lanjut. Selamat. Tanggal 16 bulan 2 Surat Balasan Kepada Ni-ama Goze

tertanda,

Niciren

September 2015 | Samantabadra

35


materi ajaran | gosyo cabang

1

Sekarang, Niciren merasa susah hati mengenai titipan perihal Gohonzon dari O-ama Goze.

Keterangan: Kepada O-ama Goze yang juga menyampaikan permohonan untuk menerima Gohonzon, dengan berat hati Niciren Daisyonin memberi jawaban bahwa Beliau tidak bisa memberikan Gohonzon kepadanya. Sebagai alasan mengapa tidak dapat memberikan Gohonzon dengan mudah, di sini dijelaskan mengenai dalam dan luasnya makna Gohonzon. Pertama-tama diterangkan mengenai ketegasan dan keagungan Gohonzon yang tiada batas. Selanjutnya diajarkan sikap hati kepercayaan dalam menerima dan mempertahankan Gohonzon ini. Sejarah penyebarluasan Hukum Buddha dimulai dari India ke Tiongkok dan kemudian ke Jepang; suatu sejarah agung yang telah melampaui 2000 tahun. Sejarah ini dapat terus berlanjut karena adanya catatan yang sangat berharga dari orang-orang yang unggul. Niciren Daisyonin mengatakan bahwa di dalam seluruh catatan mengenai India dan Tiongkok, yang diawali dengan catatan Syi Yu Ki yang tersohor dari Hsuan-tsang tentang India dan daerah sebelah barat dari India, catatan mengenai Gohonzon Nammyohorengekyo yang diwujudkan Niciren Daisyonin sama sekali tidak ada, baik di India, Tiongkok, maupun di Jepang. Berarti, dengan tegas Niciren Daisyonin menyatakan bahwa siapapun belum pernah mewujudkan Gohonzon ini. Dengan demikian, arti sesungguhnya dari penjelasan tersebut adalah bahwa Gohonzon ini merupakan Gohonzon yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan demikian, Niciren Daisyonin hendak memberitahukan makna mendalam mengenai tidak mudahnya Beliau mewujudkan Gohonzon ini. Honzon berarti tulang punggung hukum ajaran yang mewujudkan makna sumber pokok dari sekte. Bagi para penganut, honzon merupakan badan pokok yang mutlak harus dipercayai. Oleh karena itu, 36

Samantabadra | September 2015

bagi Niciren Daisyonin pun, mewujudkan Gohonzon untuk puluhan ribu tahun Masa Akhir Dharma merupakan tujuan pokok kehadiran Beliau di dunia ini; inti hakekat tugas dalam satu kehidupan. Bahkan, Niciren Daisyonin baru mulai mewujudkan Gohonzon setelah Menanggalkan Pendirian Sementara Mewujudkan Pendirian Sesungguhnya pada penganiayaan hukum Tatsunokuci, dan membuka suasana jiwa Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Niciren Daisyonin menjadikan penganiayaan hukum Tatsunokuci dan penganiayaan Sado sebagai titik tolak. Maka, sebelum dan sesudah penganiayaan Sado terdapat satu garis yang menerangkan perbandingan ajaran yang sangat penting. Dalam Surat Misawa dikatakan, “Mengenai pintu hukum. Pintu hukum pada waktu sebelum pembuangan ke Propinsi Sado hendaknya diketahui merupakan Sutra Sementara dari Buddha (Gosyo Zensyu hal. 1489)”. Pintu hukum sebelum peristiwa Sado adalah, bagaikan Sutra Sementara, dan setelah peristiwa Sado menerangkan dan membuka kalimat tersirat pembibitan inti hakekat Hukum Buddha Niciren Daisyonin. Dalam Surat Somoku Jobutsu Guketsu yang diberikan kepada Sairenbo pada tanggal 20 bulan 2 tahun Bun-ei ke-9 (1272) dikatakan, “Hukum Icinen Sanzen disaripatikan menjadi mandala agung ini. Hukum ini, sekalipun dalam mimpi, tidaklah diketahui oleh para sarjana zaman sekarang yang mempelajari hal yang keliru. Mahaguru Tien-tai, Mahaguru Miao-lo, dan Mahaguru Dengyo mengetahui hal ini di dalam hati, tetapi tidak menyebarkannya ke luar (Gosyo Zensyu hal.1339).” Dan mengenai pemberian Gohonzon, di dalam Surat Balasan Kepada Kyo’o Dono yang diberikan kepada suami isteri Syijo Kingo pada tanggal 15 bulan 8 tahun Bun-ei ke-10 (1273) dikatakan, “Mengenai Gohonzon ini, pada kedua masa, yakni masa Saddharma dan Pratirupadharma, tidak seorang pun pernah mempelajari ataupun meneruskan; apalagi mewujudkan dengan menulisnya, sama sekali tidak pernah ada (Gosyo Zensyu hal.


1124).” Dan selanjutnya dikatakan, “Niciren melarutkan seluruh jiwa raga dalam tinta sumi untuk menulis Gohonzon ini. Hendaknya percayalah! Keinginan hati Buddha adalah Saddharmapundarika-sutra. Keseluruhan jiwa Niciren tidaklah melebihi Nammyohorengekyo (Gosyo Zensyu hal. 1124).” Di dalam Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma untuk Sennici Ama juga dikatakan, “Setelah kemoksyaan Sang Buddha, selama 2220 tahun lebih, Mahamandala ini belum tersebar luas di seluruh dunia (Gosyo Zensyu hal. 1305).” ‘Gohonzon ini’ tidak pernah diwujudkan di masa lalu, tetapi merupakan inti hakekat kesadaran Buddha Sakyamuni, sehingga jelas bahwa Hukum Buddha ini mengalir dengan benar. Untuk itu, pertama-tama mengenai belum diwujudkan pada zaman dahulu, dikutip pernyataan dari orang-orang di dalam masyarakat yang mengatakan bahwa bukanlah karena tidak dibabarkan di dalam sutra dan sastra, maka tidak diwujudkan oleh siapapun? Di dalam pernyataan ini tercakup keragu-raguan dan fitnah yang mengatakan bahwa pada masa lampau terdapat para sarjana dan orang arif yang unggul di dalam Hukum Buddha, tetapi karena Gohonzon tidak terdapat dalam sutra dan sastra, maka siapapun tidak menerangkan dan mewujudkannya. Dikatakan, bahwa Niciren Daisyonin dengan seenaknya saja mewujudkan Gohonzon berdasarkan pandangan diri sendiri. Terhadap pemikiran demikian, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa seharusnya mencari ada tidaknya di dalam kalimat sutra. Dalam perkataan Beliau yang pendek ini terdapat sikap dasar pokok sebagai orang Buddhis. Di sini bisa dirasakan sikap yang tegas dan kokoh yang mendasarkan pada sutra dan pembabaran Sang Buddha. Sebagai wasiat untuk penganut Hukum Buddha setelah kemoksyaan-Nya, di dalam Sutra Nirvana Buddha Sakyamuni memperingatkan, “Tergantung Hukum, jangan tergantung orang.” Seorang Buddhis sepatutnya menjadikan sutra dan pembabaran Buddha sebagai dasar. Oleh karena itu,

Niciren Daisyonin sendiri di dalam Surat Membuka Mata mengatakan, “Sekalipun bodhisattva tingkat Abisambudha, seperti Bodhisattva Samantabadra dan Bodhisattva Manjusri membabarkan pintu hukum pun, jika tangannya tidak memegang sutra, tidak boleh menggunakannya (Gosyo Zensyu hal. 219).” Dengan mengutip kalimat dari Mahaguru Tien-tai, diperingatkan, “Jika tidak ada kalimat dan tidak ada maknanya, jangan percaya dan menerimanya.” Dengan mengutip kalimat dari Mahaguru Dengyo, diterangkan, “Kelihatannya sesuai dengan pembabaran Sang Buddha, tetapi jika secara lisan, tidak boleh dipercayai.” Oleh karena itu, orang yang meragukan dan tidak dapat mengerti mengenai Gohonzon yang belum pernah diwujudkan di masa lalu, pertama-tama seharusnya mencari ada tidaknya di dalam kalimat sutra. Akan tetapi, pernyataan yang menetapkan ‘tidak ada di dalam kalimat sutra karena guru sastra dan guru manusia zaman dahulu tidak menerangkan dan tidak mewujudkan’ adalah hal yang terbalik. Tidak menjadikan kalimat sutra dan pembabaran Sang Buddha sebagai dasar pokok, malahan menjadikan guru sastra dan guru manusia sebagai dasar pokok. Di situ terdapat sebab utama yang menjatuhkan berbagai sekte ke dalam makna sesat. Atau, banyak sedikitnya jumlah dijadikan sebagai dasar pokok perbandingan dan menghina Niciren Daisyonin dengan mengatakan bahwa karena hanya Beliau seorang diri maka keliru. Ini benar-benar kesalahan besar. Sekalipun satu orang, ada yang berpandangan benar. Contoh tersebut diterangkan sesuai dengan kata-kata Sang Buddha. Dahulu, untuk berbakti kepada sang ibu, Maya, Buddha Sakyamuni naik ke Surga Trayastrimsa. Orang-orang tidak mengetahui akan hal ini. Yang mengetahui hal tersebut ternyata hanya seorang, yakni Maudgalyayana. Seperti demikian, dibabarkan bahwa orangorang tidak dapat melihat secara tembus karena hal tersebut tergantung pada kekuatan gaib Sang Buddha. Niciren Daisyonin mengambil contoh mengenai Maudgalyayana September 2015 | Samantabadra

37


materi ajaran | gosyo cabang seorang diri saja yang mengetahui Buddha Sakyamuni mengunjungi Surga Trayastrimsa. Buddha Sakyamuni membabarkan dan menerangkan ‘Gohonzon ini’ untuk Masa Akhir Dharma sesudah kemoksyaan-Nya. Dan hanya Niciren Daisyonin seorang diri yang mengetahuinya, maka Beliau mewujudkannya. Selanjutnya, hanya Niciren Daisyonin seorang diri yang mengetahui, berarti tugas penyebarluasan di Masa Akhir Dharma dititipkan kepada Bodhisattva Visishtakaritra yang dibimbing Buddha Pokok. Dengan dijelaskannya alasan mengapa di zaman dahulu Gohonzon belum diwujudkan, dibabarkan, “Sekalipun Hukum Buddha ada di depan mata, jika tidak ada akar bakat tidak dapat terwujud. Tidak menyebarkan bila belum tiba waktunya merupakan teori kewajaran hukum.” Syarat penyebaran Hukum Buddha terdiri dari empat makna. Kasyapa, Ananda, dan lain-lain mengetahui Hukum Buddha Mahayana, tetapi mereka tidak menyebarluaskannya. Alasannya, di dalam Surat Balasan Kepada Soya Nyudo dikatakan, “Pertama diri sendiri tidak dapat menahan. Kedua, oleh karena tidak ada bakat. Ketiga, tidak mendapat tugas. Keempat, belum waktunya (Gosyo Zensyu hal. 1028).” Persyaratan penyebarluasan ini juga berlaku di Masa Akhir Dharma. Kedua syarat, yakni diri sendiri tidak dapat menahan dan tidak mendapat tugas dari Sang Buddha merupakan syarat yang berkaitan dengan orang yang menyebarluaskan Hukum Buddha. Dan syarat lainnya, yakni tidak adanya akar bakat pada umat manusia dan belum tiba waktunya merupakan syarat kondisi dan situasi bagi seseorang yang menerima Hukum Buddha. Jika dikatakan dengan lebih tegas, Vasubandhu dan Nagarjuna pada Masa Saddharma dan Mahaguru Tien-tai, Dengyo, dan lain-lain pada Masa Pratirupadharma telah mengetahui perihal Gohonzon, tetapi tidak menyebarkan dan tidak mewujudkannya. Demikianlah alasannya. 38

Samantabadra | September 2015

2

Sekarang, Gohonzon ini disimpan dalam hati oleh Guru Ajaran Buddha Sakyamuni sejak masa lampau yang jauh 500 asamkheya kalpa koti. Sekalipun hadir di dunia ini, tidak membabarkannya selama 40 tahun lebih. Dalam Saddharmapundarika-sutra pun, tidak membabarkannya dalam Ajaran Bayangan. Fakta nyatanya mulai ditegakkan dari Bab Stupa Pusaka. Dibabarkan secara nyata dalam Bab Panjang Usia Tathagata, dan fakta nyatanya diakhiri dalam Bab Kekuatan Gaib Tathagata dan Akhir Pesamuan. Keterangan: Pada kalimat sebelumnya dikatakan, “Sekalipun Hukum Buddha ada di depan mata, jika tidak ada akar bakat, tidak dapat terwujud. Tidak menyebarkan bila belum tiba waktunya merupakan teori kewajaran hukum.” Jika demikian, di mana terdapat penjelasan tentang pembabaran Hukum Buddha Sakyamuni mengenai Gohonzon, mengenai penyebarluasan, seperti apakah pembabaran setelah kemoksyaan-Nya? Mengenai hal ini akan dijelaskan dan diajarkan secara sederhana agar mudah dimengerti. Kalimat kutipan di atas menjelaskan bahwa Gohonzon yang ditegakkan oleh Niciren Daisyonin sudah dirahasiakan oleh Buddha Sakyamuni di dalam hati sejak 500 asamkheya kalpa koti pada masa lampau yang amat jauh. Sekalipun hadir di dunia, di India, selama 42 tahun hanya membabarkan Hukum Ajaran Sementara dan tidak membabarkannya dalam Ajaran Bayangan Saddharmapundarikasutra hingga Bab Guru Dharma. Ini sungguh merupakan satu-satunya Hukum Rahasia. Di dalam Saddharmapundarika-sutra juga diterangkan bahwa fakta nyatanya dimulai pada Bab Stupa Pusaka sebagai awal dimulainya Upacara Antariksa, dibabarkan secara nyata pada Bab Panjang Usia Tathagata, kemudian berakhir pada Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata dan Bab Akhir Pesamuan. ‘Fakta nyatanya mulai ditegakkan dari Bab


Stupa Pusaka’, berarti Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna yang berada di dalam stupa pusaka yang timbul nyata di antariksa, duduk secara berdampingan, para Buddha Emanasi dari sepuluh penjuru datang berkumpul, dan pada kesempatan itu dianjurkan penyebarluasan ajaran setelah kemoksyaan-Nya kepada semua umat yang hadir di tempat tersebut. Ini merupakan persiapan untuk membabarkan Bab Panjang Usia Tathagata, saat Bodhisattva Muncul dari Bumi dari Ajaran Pokok belum muncul. Selanjutnya, “Dibabarkan secara nyata dalam Bab Panjang Usia Tathagata,” berarti dalam Bab Panjang Usia Tathagata yang merupakan awal dari Ajaran Pokok, telah timbul secara nyata Bodhisattva Muncul dari Bumi, yakni Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain sebagai penerima tugas dari Buddha Pokok. Maka, pada Bab Panjang Usia Tathagata baru diterangkan mengenai pencapaian kesadaran Buddha di masa lampau yang amat jauh. Dan di situ dijelaskan tentang badan sesungguhnya yang ditugaskan, yakni Gohonzon. ‘Fakta nyatanya diakhiri dalam Bab Kekuatan Gaib Tathagata dan Akhir Pesamuan’, berarti di dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata perihal Gohonzon ini secara khusus ditugaskan kepada Bodhisattva Visishtakaritra. Dan di dalam Bab Akhir Pesamuan, semua diberi tugas, stupa pusaka kembali ke asal mula, Bodhisattva Muncul dari Bumi juga kembali, dan berakhirlah Upacara Antariksa. Dengan demikian, Bab Panjang Usia Tathagata yang membabarkan dan mewujudkan Gohonzon diutamakan. Mengenai pembabaran upacara penugasan perihal Honzon untuk Masa Akhir Dharma setelah kemoksyaan-Nya akan dijelaskan pada kalimat selanjutnya. Di dalam Catatan Ajaran Lisan bagian paruh akhir dikatakan, “Umumnya, penugasan Myohorengekyo diberikan kepada Bodhisattva Visishtakaritra. Fakta nyatanya mulai ditegakkan pada Bab Stupa Pusaka, dibabarkan secara nyata pada Bab Panjang Usia Tathagata, fakta nyatanya berakhir pada

Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata dan Bab Akhir Pesamuan (Gosyo Zensyu hal. 770).” Dan dikatakan, “Ketika menerangkan tentang pewarisan lima aksara ikatan hakekat pokok, fakta nyata mulai ditegakkan pada Bab Stupa Pusaka… Kedua Buddha duduk berdampingan, para Buddha Emanasi berkumpul, diwujudkan dan dibabarkan Myohorengekyo, obat yang sangat baik ini (Zekoroyaku). Menyatakan sepuluh jenis kekuatan gaib Buddha Sakyamuni, mengikat empat syair dan memberikan tugas kepada Bodhisattva Visishtakaritra (Gosyo Zensyu hal.782).” Kalimat ‘Sekarang Gohonzon ini disimpan dalam hati oleh Guru Ajaran Buddha Sakyamuni sejak masa lampau yang amat jauh 500 asamkheya kalpa koti’ menjelaskan bahwa hakekat Hukum Buddha sesungguhnya adalah Gohonzon ini dan mencakup kedua arti yakni, perwujudan pokok kalimat tersurat dan perwujudan pokok kalimat tersirat dari Bab Panjang Usia Tathagata.

3

Di dunia, di daerah Tojo, Propinsi Awa, negeri Jepang, Niciren mulai menyebarluaskan hukum ini.

Keterangan: Hukum Buddha Niciren Daisyonin yang mulai tersebar dari daerah Tojo merupakan Hukum Buddha yang agung yang akan tesebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu, penganiayaan juga dumulai dari daerah Tojo, tempat ditanamnya Hukum Buddha Pembibitan. Bersamaan dengan didirikannya sekte dan penegakan ajaran, kepala daerah, Kagenobu Tojo, menjadi musuh yang pertama. Mulai tahun Kenco ke-5 (1253) hingga tahun Bun-ei ke-12 (1275), selama 20 tahun lebih ia melakukan berbagai macam penindasan. Terutama pada waktu Niciren Daisyonin kembali dari hukuman pembuangan Izu, yakni pada tahun Bun-ei pertama (1264), saat Niciren Daisyonin kembali ke daerah Awa, karena mengkhawatirkan penyakit ibu yang tersayang. Waktu itu ia memanggil bala tentara untuk membunuh Niciren Daisyonin September 2015 | Samantabadra

39


materi ajaran | gosyo cabang di Komatsubara, Tojo. Dahi Niciren Daisyonin terluka dan para murid Beliau seperti Kyonimbo, Kudo Yosyitaka, dan lain-lain yang menjaga Niciren Daisyonin meninggal dunia. Inilah penganiayaan Komatsubara. Tidak lama kemudian, Kagenobu Tojo juga meninggal karena menjadi gila. O-ama dinasehati secara tegas seperti yang dikatakan dalam surat ini, “Tuan tanah dalam daerah (O-ama Goze) adalah orang yang bodoh dan pendusta. Di satu saat percaya, di lain saat memecahkannya. Demikian, ia tidak memiliki ketetapan hati’. Dalam keadaan jiwa yang tidak menentu terus menerus, suatu kali ia mundur dari hati kepercayaan, yakni ketika Niciren Daisyonin mengalami penganiayaan besar, yakni pembuangan ke Pulau Sado dan penganiayaan Tatsunokuci. Sekalipun di dalam masyarakat menjadi orang yang berbudi besar, jika di dalam teori kewajaran Hukum Buddha menjadi orang yang mundur dari hati kepercayaan dan tidak percaya, maka Gohonzon tidak dapat diberikan kepadanya. Selanjutnya, mengenai hati kepercayaan Ni-ama. Di sekitar lingkungannya banyak terdapat orang yang tidak percaya, tetapi hati kepercayaannya kelihatan tetap pada sikapnya. Hal ini diakui oleh Niciren Daisyonin. Bagaimanapun, kesungguhan pelaksanaan hati yang menuntut Hukum Buddha terwujud nyata. Ketika Niciren Daisyonin mengalami hukuman pembuangan ke Pulau Sado maupun ketika masuk ke dalam Gunung Minobu, Niama tetap mempertahankannya dan sama sekali tidak mundur, sehingga Gohonzon hendak diberikan oleh Niciren Daisyonin kepadanya. Selanjutnya, mengenai hati kepercayaan sesudah menerima dan mempertahankan Gohonzon, Niciren Daisyonin mengkhawatirkan bahwa jika tidak ada tekad ‘seumur hidup ingin menuntut Jalan Hukum Buddha’, tidak akan dapat menerima dan mempertahankan Gohonzon. Maka dikatakan, ‘Seperti menginjak es yang tipis’. Saat menerima dan mempertahankan Gohonzon, adalah awal hati kepercayaan 40

Samantabadra | September 2015

yang sesungguhnya. Seumur hidup, hati kepercayaan harus mampu mengatasi penganiayaan dan kesulitan. Demikianlah dianjurkan untuk bertekad memiliki hati kepercayaan seperti ini. Di sini, dengan membandingkan sikap hati kepercayaan Ni-ama dan O-ama, diajarkan bahwa justru karena ada ajaran hati kepercayaan yang teguh dan kokoh di dalam menerima dan mempertahankan Gohonzon, maka dapat menjadi dasar mengalirnya hati kepercayaan hingga hari ini. Dan pola hati kepercayaan seperti ini harus dilestarikan secara kekal abadi.

Keterangan mengenai O-ama Goze

Surat ini merupakan surat balasan atas permohonan Gohonzon yang diajukan oleh Ni-ama dan O-ama. Di bagian awal telah diterangkan bahwa Gohonzon yang diwujudkan oleh Niciren Daisyonin merupakan badan pokok yang unggul dari hakekat Buddha Pokok; inti hakekat jiwa yang diwujudkan dan dibabarkan Hukum Buddha. Maka untuk memutuskan memberikan atau tidak memberikan Gohonzon, haruslah diketahui keteguhan sikap hati kepercayaan dari si penerima. Berdasarkan pertimbangan ini, akhirnya Gohonzon ini tidak diberikan kepada O-ama, tetapi diberikan kepada Niama. Mengenai O-ama Goze, dalam surat ini Niciren Daisyonin memanggilnya sebagai “Ryoke” (tuan tanah dalam daerah) atau “Ama dari Ryoke.” Ryoke berarti, keluarga dari tuan tanah daerah setempat. O-ama memiliki daerah Tojo Propinsi Awa, sehingga ia disebut sebagai ‘Ama dari Ryoke’ atau Ama dari janda Goke Ama, majikan daerah setempat’. Anak “O-ama” meninggal tidak lama setelah menikah, sehingga menantunya pun menjadi janda. Untuk membedakan panggilan kedua janda Ama ini, sang ibu dipanggil sebagai O-ama, dan menantunya dipanggil Ni-ama. Ada


yang mengatakan bahwa Ni-ama ini adalah istri dari cucu O-ama. Mengenai hubungan Niciren Daisyonin dengan keluarga Ni-ama terdapat bermacammacam pandangan. Niciren Daisyonin berasal dari keluarga nelayan di daerah Tojo, sehingga Beliau bertempat tinggal di daerah milik O-ama. Namun, mungkin juga hubungannya bukan hanya karena hal itu, sebab dalam salah satu surat dikatakan bahwa ayah bunda Niciren memperoleh budinya (Gosyo Zensyu hal.895). Juga dikatakan ‘Bagi Niciren, adalah orang yang berbudi besar’. Dari kutipan surat tersebut dapatlah diketahui bahwa ayah bunda Niciren Daisyonin memperoleh budi dari keluarga O-ama ini.

Kagenobu Tojo merendahkan O-ama, karena ia seorang janda. Maka dengan menjadikan Syigetoki dari Kuil Gokuraku, ayah dari penguasa Hojo Nagatoki sebagai pelindung, ia menindas dengan kekuatan senjata untuk merebut kekuasaan di daerah yang dimiliki O-ama ini. Latar belakang pemberontakan ini adalah, karena ingin menguasai kedua kuil, yakni Kuil Kiyozumi dan Kuil Miken. Pada waktu itu, Niciren Daisyonin menolong O-ama dengan menghantam keinginan Kagenobu yang keliru tersebut dan mengambil kembali kedua kuil itu untuk O-ama ini. eee

Catatan

September 2015 | Samantabadra

41


materi ajaran | gosyo cabang

42

Samantabadra | September 2015


September 2015 | Samantabadra

43


materi ajaran | gosyo cabang

44

Samantabadra | September 2015


September 2015 | Samantabadra

45


materi ajaran | gosyo cabang

46

Samantabadra | September 2015


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Dialog Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin

1

Saya ingin menanyakan sesuatu yang sering menimbulkan keragu-raguan dalam diri saya. Banyak orang sudah lama menjalankan kepercayaan, namun belum terlihat manfaatnya sebaliknya ada yang langsung terlihat manfaatnya. Bagaimanakah seharusnya sikap kepercayaan itu? Jawab: Suatu hari ada seorang laki-laki setengah umur datang kepada saya untuk memperoleh bimbingan, karena selama delapan tahun ia menderita penyakit tidak bisa tidur. Walaupun dokter-dokter telah memberikan berbagai macam obat, ia bisa tidur paling banyak hanya dua jam. “Saya lebih baik mati, daripada begitu terus menerus”, katanya. Saya sarankan agar ia tekun dan sungguh-sungguh menyebut Daimoku dihadapan Gohonzon. Karena tidak ada alasan kesehatan apapun mengapa ia tidak bisa tidur dan pengobatan tidak juga dapat menyembuhkannya, maka kita yakin bahwa ia pernah memfitnah Hukum agama Buddha di masa lampau. Ia kemudian mengakui bahwa tujuh belas tahun yang lalu ia pernah memfitnah Gohonzon dan membenci istrinya yang menganut Gohonzon. Saya katakan, “Pertama Anda harus minta maaf dari dasar hati sanubari Anda akan sikap yang salah itu, walaupun mungkin Anda pikir hal itu tidak disengaja. Kemudian, harus bertekad untuk menyebarluaskan Gohonzon. Berjanjilah untuk berjuang demi penyebarluasan Dharma dan memungkinkan orang-orang untuk menjalankan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Dengan

cara ini, Anda dapat mengatasi kesulitan Anda. Gohonzon ada dalam diri Anda; jangan menganggap Gohonzon berada di tempat lain. Sebutlah Daimoku sampai Anda merasa seluruh tubuh Anda penuh dengan Nammyohorengekyo. Jika Anda dengan sepenuh jiwa raga mohon maaf dan berikrar untuk melaksanakan janji Anda sekuat tenaga, Anda akan dapat tidur nanti malam.” Ia menerima dengan gembira bimbingan saya. Aneh tetapi nyata, malam harinya ia dapat tidur nyenyak. Jelaslah, hanya dengan suatu ketetapan hati telah cukup baginya untuk menerima manfaat besar. Bukti betapa kuat icinen kepercayaan kita. Sangat penting untuk mengerti, ketika kita menyebut Daimoku dihadapan Gohonzon, Gohonzon tidak memberikan kita segala sesuatu seperti seorang ibu memberikan anakanaknya kue. Lalu, mengapa kita menerima kurnia-manfaat? Karena ketika kita menyebut Daimoku, jiwa Buddha muncul dari dalam diri kita dan memenuhi seluruh bagian tubuh kita. Kita sendiri mewujudkan keadaan jiwa yang sama seperti yang terwujud dalam Gohonzon. Selanjutnya, bila orang yang Anda cintai setuju untuk menikah dengan Anda, Anda akan gembira sekali. Bila kita mendengar orang yang dekat dengan kita meninggal, kita akan merasa sedih sekali. Bila rumah Anda kecurian, Anda tentu marah sekali. Semua perasaan-perasaan ini muncul dari dalam diri Anda sebagai jawaban kepada jodoh dari luar. Juga sama, bila kita menghayati hubungan langsung dengan Gohonzon, jiwa Buddha muncul dari dalam. Niciren Daisyonin mengajarkan: “Jangan sekali-kali mencari September 2015 | Samantabadra

47


materi ajaran | forum diskusi Gohonzon diluar diri Anda. Gohonzon berada hanya dalam gumpalan daging kita yang sebagai manusia biasa yang mengagungkan Saddharmapundarikasutra dan menyebut Nammyohorengekyo.” Bila Anda mengalami gangguan syaraf, akan terlihat dalam penampilan Anda. Bila Anda sangat sedih atau marah, Anda tidak bernafsu makan. Bila Anda terlalu gembira, Anda tidak dapat duduk tenang; Anda ingin melompatlompat untuk meluapkan kegembiraan hati Anda. Keadaan jiwa kita sangat mempengaruhi jasmani-rohani. Demikian juga sama dengan jiwa Buddha. Bila Anda memunculkan jiwa Buddha dari dalam, Anda penuhi seluruh jiwa raga dengan Nammyohorengekyo, sehingga kesulitan apapun akan teratasi. Tidak pernah ada Buddha yang terkalahkan oleh penyakit, kemiskinan, atau problema lainnya. Untuk memunculkan atau menimbulkan Dunia Buddha, ada dua hal yang perlu sekali diperhatikan. Pertama adanya Gohonzon. Kedua Anda sendiri harus dengan segenap jiwa raga menyebut Daimoku dihadapan Gohonzon. Anjing dan kucing tidak dapat melakukan hal ini, walaupun mereka mempunyai sifat keBuddhaan. Karena kita lahir sebagai manusia, kita dapat menyebut Nammyohorengekyo dan menerima kurnia dari Gohonzon. Dan karena kita mempunyai kurnia untuk bertemu dan menganut Gohonzon, kita bertanggung jawab untuk menyebarluaskan Dharma.

2

Saya sering dengar perkataan “meninjau diri sendiri.” Apakah maknanya?

Jawab: “Meninjau diri sendiri” adalah dasar yang dituntut bagi mereka yang melaksanakan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Niciren Daisyonin mengajarkan, usaha pencapaian Kesadaran Buddha diluar diri sendiri adalah sia-sia sama sekali, seperti seseorang mencoba menjadi kaya dengan menghitung uang tetangga. Ajaran Beliau 48

Samantabadra | September 2015

menekankan pentingnya perkembangan jiwa dalam diri seseorang. Hampir setiap orang mempunyai pengalaman mengenai kehilangan keberanian atau kehilangan arah dalam kehidupan, atau tidak dapat melarikan diri dari ketakutan atau kegelisahan. Dilema itu timbul ketika seseorang tidak dapat mempertahankan kekuatan menantang atau semangat juang diri sendiri, dan tidak dapat menyadari dimana sebenarnya letak persoalannya. Jalan buntu semacam ini selalu muncul bila kita mulai menyimpang dari kepercayaan yang sebenarnya. Cara menghadapi atau mengatasi permasalahan sering mengalami perubahan setelah kita menyebut Daimoku. Misalnya ketika Anda sakit amat parah. Mulanya, Anda mungkin putus asa dan berpikir, “Mengapa segalanya ini terjadi pada diri saya?” Saat itu mungkin perasaan Anda penuh amarah, gelisah dan frustasi. Tetapi akhirnya Anda sujud dan menyebut Daimoku sungguhsungguh, menghadap cermin cemerlang, Gohonzon, berangsur-angsur Anda mulai menyadari bahwa penyebab penyakit terletak pada Anda sendiri. Ketakutan dan kemarahan hilang, tekad untuk menantang diri sendiri kembali muncul dari dalam diri Anda. Kita sering melihat segala sesuatu hanya dari permukaannya saja dan gagal menangkap makna-makna mendalamnya. Misalnya, kita menganggap kesembuhan hanya sebagai pemulihan kesehatan jasmani. Tetapi jiwa Buddha menemukan makna mendalam untuk berjuang mengatasi penyakit. Seseorang yang menyebut Daimoku dengan sepenuh jiwa raga dapat mencemerlangkan jiwanya dan bangkit jiwa Buddhanya. Disini terdapat kesadaran dan perombakan seseorang. Daripada hanya mencari pemecahan persoalan diluar, ia sadar dapat mengalahkan iblis penyakit dengan meningkatkan kejiwaannya. Melihat diri sendiri berdasarkan kepercayaan berarti seseorang sadar akan kenyataan hidup, dan segala persoalanpersoalan yang ada didalamnya merupakan


batu loncatan untuk perkembangan selanjutnya, lebih mendalam maknanya daripada tanggapan rasional. Ini adalah gerakan dinamis dari kehidupan seseorang yang didasari pelaksanaan kepercayaan pada Gohonzon. Turun naiknya emosi adalah bagian kehidupan sehari-hari. Kita gembira dan sedih, tertawa dan menangis adalah sebagai reaksi dari keadaan-keadaan luar. Bagaimanapun, selama kita hanya memberikan reaksi pasif terhadap lingkungan, kita tidak akan dapat meningkatkan kehidupan kita dengan lebih berarti lagi. Hanya dengan memikirkan dalamdalam gejala luar yang dikatakan berhubungan dengan hal dalam diri kita sendiri, maka kita dapat memulai untuk meninjau diri, sebagaimana adanya dan mengerti apa yang harus kita lakukan untuk hidup yang lebih berarti lagi. Dalam hal ini, kemanapun untuk meninjau diri sendiri untuk mencapai kebahagiaan mutlak adalah yang pokok. Untuk melihat dan meninjau diri sendiri, sering kali amat menyakitkan sekali, terutama bila hal ini memaksa kita untuk mengakui beberapa kenyataan yang tidak menyenangkan. Ini memerlukan keberanian yang bukan main, dan mungkin kita mudah tergoda untuk menutup mata atau mencoba untuk menyalahkan orang lain. Bagaimanapun, kita tidak dapat mengharapkan suatu perkembangan dalam diri kita tanpa usaha yang tekun untuk mengubah racun menjadi obat. Lebih jelas kita melihat diri sendiri, lebih mudah kita mendapatkan manfaat-manfaat dari perjalanan kepercayaan kita.

3

Saya sukar mengatur waktu aktivitas disusunan dan pekerjaan dikantor. Bila saya belum menikah mungkin saya dapat melaksanakan keduaduanya. Tetapi sekarang saya seorang kepala keluarga, harus menyisihkan waktu untuk keluarga. Disamping itu, tentu saya ingin mempunyai waktu untuk hobby, untuk meredakan tekanan akibat pekerjaan, untuk organisasi dan lainnya. Apa yang

harus saya lakukan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dari pimpinan saya? Jawab: Apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan tekun, focus. Bila si ayah sedang bersama anaknya, seharusnya tidak ada gangguan dalam hubungan ini hanya karena sang ayah adalah salah seorang pimpinan cabang, memikirkan aktivitasnya. Waktu kegiatan adalah waktu yang seluruhnya dicurahkan untuk kegiatan atau umat, waktu keluarga adalah untuk mengurus kehidupan rumah tangga seratus persen. Bila sang ayah berada di halaman bermain bola dengan anaknya, bukan waktunya untuk memikirkan hal lain kecuali apa yang ia dapat lakukan untuk anaknya waktu itu. Seluruh perhatian tertuju pada anaknya, ini adalah waktu untuk melupakan segala tanggung jawab organisasi atau pekerjaannya. Ia harus memberi semangat dan menunjukkan perhatian pada pelajaran sekolah anaknya, bila anaknya mempunyai persoalan disekolah, ia harus bantu menyelesaikannya. Bila dirumah harus memperbaiki sesuatu yang rusak, maka ia harus berusaha sebaikbaiknya agar pekerjaan itu tidak setengah jalan dikerjakan, hanya karena harus melakukan tanggung jawab organisasi. Tidak ada alasan untuk mengabaikan tetangga atau lupa mengatakan “selamat pagi� karena terlalu banyak yang harus dilakukan untuk organisasi. Adalah ganjil untuk menceritakan pada mereka betapa sibuknya kita dalam organisasi atau meminta maaf karena tidak dapat bertandang ke rumah mereka karena terikat pada kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan. Biasanya mereka yang mempunyai masalah dengan atasan, tetangga atau keluarga juga bersikap setengah hati melaksanakan aktivitas disusunan (organisasi). Bila ditanya mengapa tidak melaksanakan kepercayaan September 2015 | Samantabadra

49


materi ajaran | forum diskusi dengan sungguh-sungguh, atau berbincangbincang sebentar dengan anggota, mereka memberikan alasan akan banyaknya pekerjaan dikantor, ada masalah dirumah atau dengan teman dan tetangga. Sikap dalam kehidupan sehari-hari harusnya tidak beda sedikitpun dengan semangat ketika kita menghadap Gohonzon, atau berdialog Hukum agama Buddha dengan sungguh-sungguh bersama kawan, agar ia dapat menganut Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Salah sekali bila kita memberi alasan kesibukan dalam organisasi, untuk keterlambatan tiba dikantor. Kita harus bekerja sesuai jam kerja yang ditentukan dan hal ini tidak dapat ditawar lagi. Kita sebenarnya sedang melaksanakan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin dengan baik bila kita melaksanakan tanggung jawab dikantor dengan sungguh-sungguh. Tidaklah benar bila kita kelihatannya “hebat� dalam penyebarluasan Dharma, tetapi lemah atau sukar untuk bekerja tepat waktu. Jika sikap kita tidak berubah dalam menghadapi pekerjaan, akibat buruk pasti terlihat dalam penyebarluasan Dharma yang kita lakukan. Persoalan sebenarnya bukan karena seseorang terlalu banyak memegang tanggung jawab organisasi, tetapi karena ia sendiri tidak mencurahkan segenap jiwa raganya terhadap apa yang sedang dikerjakan pada waktunya. Bila seorang ayah yang frustasi mengambil waktu untuk bermain dengan anaknya, baik siayah maupun anaknya tidak mendapatkan manfaat apa-apa. Istrinya mungkin tidak puas akan perbaikan mesin jahit yang dikerjakan oleh suaminya karena tergesa-gesa harus pergi kepertemuan. Tentu saja ia tidak merasa berterima kasih pada suaminya. Hal ini dapat dikatakan, “Nardi menjual segala macam barang, dan tidak memahami satupun.� Kemampuan untuk memusatkan segenap tenaga pada salah satu dari sekian banyak tugas pada waktu yang ditentukan merupakan tanda dari seseorang yang cakap, dan potensi seperti inilah yang harus kita perjuangkan. Waktu yang tersedia bukan merupakan persoalan utama dibanding bagaimana waktu 50

Samantabadra | September 2015

itu digunakan sebaik-baiknya atau seeffisien mungkin. Bilamana Anda datang ke pertemuan, waktu sedikit yang telah disisihkan ini jadi amat berharga pada saat itu. Jangan dibawa soal pekerjaan, keluarga dan lain-lain, berikanlah segenap tenaga dan pikiran untuk mendalami Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Pada saat yang sama, Anda dapat menyumbang pengalaman di pertemuan, sehingga banyak orang lain mendapat semangat lagi untuk melaksanakan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin dengan lebih sungguh-sungguh lagi. Membantu memberikan semangat dan dorongan pada orang-orang, peran serta Anda yang cerah dan gembira dalam pertemuan akan amat berkesan. eee


refleksi

Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony. -Mahatma GandhiHappiness is something that you are and it comes from the way you think. -Wayne DyerHappiness is the meaning and the purpose of life, the whole aim and end of human existence. -Aristotle-

Bahagia yang Sederhana S

etiap manusia ingin bahagia. Akan tetapi, tidak banyak orang yang dapat memahami apa arti sesungguhnya dari sebuah kebahagiaan. Hingga saat ini, belum ditemukan satu definisi pasti yang bisa mendeskripsikan dengan jelas apa itu bahagia. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki definisi bahagianya sendiri-sendiri. Contohnya saja, ada orang yang merasa bahagia jika memiliki banyak uang, ada yang merasa bahagia saat mempunyai banyak teman, dan ada juga yang baru merasa bahagia ketika cita-citanya terwujud jadi nyata. Konsep bahagia

yang seperti ini merupakan konsep yang semu. Dikatakan semu karena kebahagiaan kita masih terletak atau tergantung pada faktor di luar diri kita. Padahal, bahagia ada di dalam diri kita sendiri. Kita akan merasa bahagia ketika kita memutuskan untuk bahagia. Sebaliknya, kita tidak akan merasa bahagia ketika kita tidak mengijinkan diri kita untuk berbahagia. Kebahagiaan bukan hanya sekedar mendapatkan apa yang kita inginkan. Tapi bahagia juga muncul ketika kita bisa menerima semua keadaan yang terjadi dalam hidup kita, seburuk apapun itu. Berikut ini adalah

beberapa langkah sederhana yang dapat membantu kita untuk bisa selalu merasa bahagia.

Berpikir Positif Berpikir positif adalah salah satu cara sederhana yang bisa membuat kita bahagia. Akan tetapi, cara ini tidaklah mudah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Di jaman yang serba canggih ini, pikiran kita lebih banyak diisi oleh informasi-informasi yang buruk dan tidak bermanfaat. Hal inilah yang kemudian, baik disadari ataupun tidak, ikut mempengaruhi cara berpikir kita dalam memandang

September 2015 | Samantabadra

51


refleksi berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat. Seringkali kita terlalu cepat mengambil kesimpulan atas sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. Dan sebagian besar kesimpulan tersebut bersifat negatif. Kita tidak mungkin bisa merasa bahagia apabila pikiran negatif selalu memenuhi isi kepala kita. Oleh karena itu kita perlu belajar untuk melihat segala sesuatunya dari sisi yang positif. Berpikir positif dapat membuat kita lebih dewasa dalam menyikapi keadaan yang kita anggap kurang menyenangkan atau tidak sesuai harapan.

bersyukur masih memiliki orangtua, tidak kekurangan makanan, punya rumah yang nyaman, bisa bersekolah, dikelilingi banyak teman, dan masih banyak lagi hal sederhana lainnya yang patut untuk kita syukuri setiap saat.

Bahagiakan Orang Lain Dalam teori hukum Fisika, kita mengenal istilah aksi dan reaksi. Semakin besar aksi yang kita keluarkan, maka sebesar itu pula reaksi yang akan kembali mengenai diri kita. Hukum sebab akibat menjelaskan bahwa kebahagiaan yang kita peroleh saat ini, merupakan akibat dari tindakan Selalu Bersyukur membahagiakan orang lain Kita seringkali hanya di masa lampau. Dari kedua terfokus pada keinginan penjelasan tersebut, dapat yang belum tercapai diambil kesimpulan bahwa atau sesuatu yang belum kebahagiaan bukanlah berhasil kita miliki. Kita suatu pemberian, melainkan sibuk membandingkan diri suatu hasil dari perbuatan kita dengan orang lain, apa kita sendiri. Oleh karena yang mereka punya dan itu, apabila kita ingin kita tidak punya. Hal inilah mendapatkan kebahagiaan, yang kemudian berpotensi maka kita harus terlebih menimbulkan rasa minder, dahulu melakukan sebabcemburu, iri hati, benci, dan sebab yang bisa membuat perasaan-perasaan negatif orang lain bahagia. Di luar lainnya. Kita memang harus sana ada begitu banyak mencontoh orang-orang yang peluang bagi kita untuk ada di atas kita, sehingga membahagiakan orang lain, dapat memotivasi diri kita tapi terkadang kita tidak sadar untuk menjadi pribadi yang karena terlalu sibuk mencari lebih baik lagi. Tetapi, kita juga cara untuk membahagiakan perlu melihat mereka yang diri sendiri. Bahagiakanlah ada di bawah kita, supaya orang-orang di sekitar kita kita bisa merasa bersyukur mulai dari hal-hal yang kecil, atas kehidupan yang kita seperti tersenyum, bersikap jalani saat ini. Bersyukurlah ramah, dan membantu mereka mulai dari hal-hal yang paling yang membutuhkan. sederhana, seperti saya 52

Samantabadra | September 2015

Jalankan Gongyo & Daimoku Sekejap perasaan jiwa kita mudah sekali berubahubah. Satu detik yang lalu kita merasa sangat bahagia, tapi sedetik kemudian perasaan kita bisa berubah menjadi marah ataupun sedih. Hal ini dikarenakan manusia sangat mudah terpengaruh dengan suasana dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Di masa akhir dharma ini, pengaruh buruk jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengaruh baik. Oleh sebab itu, penting bagi kita sebagai murid Buddha Niciren Daisyonin untuk rutin dalam melaksanakan pertapaan utama kita, yaitu gongyo dan daimoku. Melalui gongyo daimoku, kita dapat memunculkan dunia Buddha kita, sehingga jiwa kita berada dalam kondisi yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Dengan kondisi tesebut, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk. Kita juga bisa berpikir secara jernih, sehingga kita dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi berbagai macam permasalahan hidup yang ada.

(Megah)

Referensi : http://tulisanrunyam.blogspot. com/2012/11/bahagia-itu-sederhana-kawan. html http://www.pesona.co.id/refleksi/refleksi/6. kunci.hidup.bahagia/001/001/5


Being Good to Yourself SAMANTA

A

ll along our live, we tend to live by seeking other people’s approval in order to feel happy or good of ourselves. Since our early age, we learn that by pleasing someone else, our parents for example, we will get some positive response from them. When we study hard and get good grades at school, our parents will reward us with praises and a new toy. Or when we belong to a peergroup of friends, a conformity attitude will result a longer period of group cohesion, which commonly people try to maintain. However, as we grow up, we learn many things that shape our mind and selfidentity that in turns create our own life purposes which are unique, different from one person to another. We then realize that in many ocassions, pleasing others does not feel rewarding, instead we feel burdened because what other people expect from us, is not something that we are like doing. This act of seeking approval may mislead us into

something bad when we don’t have enough self-awareness to decide what is good and what is bad for us and for our environment. We also need to reduce the gap between our projected self-image and the nature of ourselves. For example, I don’t like to smoke. But since my peers are smoker, I push myself to smoke, to prove to them that I am “same” like them, thus my projected self-image in front of my peers would be “a good friend” that share similar values. However, I hurt myself by doing something I don’t like and risk my health to sickness caused by smoke. Does this act worth doing? In a company or working environment for example, we may find some employees are rather doing the work based on personal interest than doing it professionally. Political steps are taken in a high level officers in order to get promoted, regardless ethics and company’s benefit. We find that two-faced attitude is common in order to survive in the game. We may fall into this wave and

get carried away, lost in the game’s rule that actually causing a stress to us and affecting our behaviour into unkind ones. These tendencies are actually not good for human relations nor self-development, but as it happens so often in our lives, we perceive this as a common thing to do in order to attain wealthy life. But then again, does a wealthy life worth hurting others’ life or feeling?

Know Who You Are Identifying our inner self could be a little bit tricky. We often get confuse about what others want us to be and what we really want to be. Even when we arrive at a point where we understand what we really want to be or to do in our life onward, sometimes we need to attempt the extra miles to make our significant others understand our life’s objectives, which may not in accordance with theirs. Our deep faith (shinjin) to GohonzonNammyohorengekyo, can bring out the best in ourselves as a wisdom (Buddhahood) September 2015 | Samantabadra

53


refleksi and mind clarity, in which we could emerging a solution in a best possible way, and at the same time strengthening our mentality to be capable of overcoming any hardships. When whe are chanting gongyo and daimoku, we give ourselves a time to focus and relax. The wisdom won’t appear suddenly, we need to put a whole-hearted effort and sincere attitude when we chant. We then could feel a good feeling of ourselves regardless our surroundings’ condition. With consistent practice of gongyo and daimoku, we can feel our mind state is gradually clearer in a day to day basis. Our mind starts to be able to consider an issue from various perspectives, and we able to detach our mind from our own delusions.

also improve your awareness to acknowledge yourself and create a bright side in every occurrence in our life, even in the seemingly darkest ones.

Keep Moving Forward, Don’t Replay After we choose an option in any case in our life, we often questioning back, “What if I took the other option(s)? Will I be better than now? Will my future become happier?” Or, for example, after we were sure that we did the right thing by strongly reprimand our friend for being insolent and then cried, we might then felt guilty when others told us that we were the one who were too harsh. We need to always remember that what’s done is done. Our Buddhism told that every action, words, and thought we do, it is Open Up Your Mind directly manifested in our very own karmic Living in a modern era provides us easier cycle. By understanding this, we will realize access to knowledge and information than that eventually sorry becomes a less useful ever. We need to utilize it well and wisely, tool since it can not restore a situation into retrieve positive information that may broaden a complete whole as the beginning. Thus, our horizon. We need to realize that we are Buddhism taught us to think and rethink again living in a vast universe with a vast possibility before we act. as well in how we could live. When we do a wrongdoing, make that If our grandparents might only know one or occurrence a good lesson for us to not two kind of skills in their entire life, technology repeating similar case in the future. This is the now enables us to know a lot of skills and easy brightside of a wrongdoing. Also, we really access to learn them. We don’t have to fall into don’t have to replay all the mistake we had the mainstream when we know there are so done in our mind. That will just drag us into a many possibilities in life. The most important more severe mind state and hurt us more than thing is, you know well what you want to do it should be. eee and be persistent on it. Acknowledge Yourself Who is not happy to be praised, or acknowledged by someone who we love or admire? It does boost our mood and can improve our life performance. However, we should learn not to depend on it, because they will not always there for you. You and yourself are the ones who will always there at all time. Love yourself unconditionally. This doesn’t mean to let your egoism encompasses you, in fact you could radiate more compassion to others by loving yourself in that way. This will 54

Samantabadra | September 2015


resep Bahan A (kulit): 300 gr terigu 3 butir telur 600 cc air 150 cc susu kental 1 sdt garam

Risoles Ragout

Oleh : Ibu Oking D, Bogor

Bahan B (isi): 200 gr Ayam rebus dipotong kecil-kecil 200 gr Wortel rebus dipotong kecil-kecil 2 sendok makan Mentega 2 Sendok makanbawang bombai cincang 2 sedok makan Daun Seledri dipotong halus 100 gr Terigu 200 cc susu cair + 500 cc kaldu ayam 3 Sendok Makan Gula Cara Membuat : ½ Sendok Teh Lada 1. Bahan A : Semua bahan diaduk rata kemudian disaring ½ Sendok Teh Pala tunda 15 menit, kemudian adonan ini di dadar dan kulit 2 Sendok Teh Garam ini diisis serta dibentuk segi empat kemudian celupkan ke ½ Sendok Teh penyedap rasa dalam putih telur serta ditaburkan tepung roti kemudian goring dengan minyak panas. Bahan C: 2. Bahan B : Panaskan mentega di kuali, lalu masukkan Telur (untuk dioles) bawang bombay dan diaduk. Masukkan terigu dan tuang susu cair. Kemudian masukkan bahan lainnya berikutnya. Tepung Roti Minyak Goreng

Berita Duka Cita

Ibu Oey Oen Nio

Meninggal pada usia 64 tahun 06 Juli 2015 Umat NSI Daerah Fajar DKI Jakarta

Bapak Tjia Eng Tjoei Meninggal pada usia 87 tahun 03 Agustus 2015 Umat NSI Daerah Bekasi Jawa Barat

September 2015 | Samantabadra

55


Main Bola

Kiba bermain bola bersama temannya di lapangan kompleks perumahanannya.

Ketika hendak menendang bola ke gawang, tendangan Kiba meleset dan memecahkan kaca di belakangnya.

Krubu juga bermain bola bersamatemannya di lapangan.

Ketika hendak menendang bola ke gawang, tendangan Krubu meleset dan memecahkan kaca di belakangnya.

Kiba menyadari kesalahannya dan memberanikan diri untuk menemui pemilih rumah dan meminta maaf.

Krubu yang takut dimarahi berusaha mengendap-endap untuk lari dari tanggung jawab, namun pemilik rumah sudah melihatnya. Walau kesal, karena pemilik rumah melihat penyesalan Kiba, ia pun menasehati secara baik dan mengembalikan bola Kiba.

Pemilik rumah yang kesal dengan sikap Krubu, membiarkan anjing peliharaannya mengejar Krubu yang mengendap-endap untuk kabur.

56

Samantabadra | September 2015


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan September 2015 TGL 31 1 2 3 4 5 6

HARI Senin Selasa Rabu

Kamis Jumat Sabtu Minggu

7 Senin 8 Selasa 9 Rabu

10 11 12 13 14 15 16

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

17 Kamis 18 Jumat

19 Sabtu

20 Minggu 21 Senin 22 Selasa 23 Rabu 24 25 26 27 28 29 30

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

JAM KEGIATAN 13.00 Pendalaman Gosyo

TEMPAT Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

10:00 10;00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1

19:00 Ceramah Gosyo

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

19:00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing‐Masing

Daerah Masing‐Masing

10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting

Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1

19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting Kensyu Lanjut Usia 19:00 Pertemuan PK‐2 Kensyu Lanjut Usia 10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok Kensyu Lanjut Usia 19:00 Pertemuan 4 ( empat ) Bagian

Daerah Masing‐Masing Patra Anyer Beach Resort

Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum 13.00 Pendalaman Gosyo

Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul

Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing RRBP

Patra Anyer Beach Resort Daerah Masing‐Masing Patra Anyer Beach Resort Daerah Masing‐Masing

13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing

19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 September 2015 | Samantabadra

57


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

58

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034

Samantabadra | September 2015

Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo

Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241

Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen

Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan

Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang

Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan

Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali

Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep

Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo

PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.