Samantabadra 2016-02

Page 1

Samantabadra masa, yakni masa lampau,

sekarang dan akan datang tidak melepaskan Saddharmapundarikasutra; inilah yang disebut menyerahterimakan hubungan darah Saddharmapundarika-sutra. (Surat Perihal Doa Demi Turunnya Hujan)

SAMANTABADRA | PEBRUARI 2016 | NOMOR. 265

D

alam hidup-mati ketiga

gosyo kensyu SURAT PERIHAL HUBUNGAN DARAH SATU HAL PENTING DARI HIDUP-MATI liputan KENSYU NASIONAL TAHUN BARU 2016

Beberapa Daun “Pohon Icinen 2016” yang menggambarkan semangat dan tekad umat NSI dalam menyongsong tahun 2016

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Pebr uari

2 0 1 6

02 # 265


puisi

PERSEMBAHANKU

oleh Anggota Grup Angklung Gita Pundarika NSI

Di jalan berpohon yang hijau, kuhirup semerbak angin Ada impian yang ingin kucapai, juga diriku yang ingin kuubah Bunga... bunga... bunga... akan bermekaran Di seberang langit malam, pertanda pagi akan tiba Disakiti, dihina, dicerca, dikhianati, semua akan berlalu 23 tahun telah berlalu Semua bisa diatasi sambil tersenyum Bertubi-tubi mendapat pengaruh buruk Namun dapat dijadikan sebagai hikmah baik Mempertahankan Susunan NSI, di masa yang begitu sulit Mengagungkan NAMMYOHORENGEKYO sampai ke jajaran pemerintahan Menegakkan Rissyo Ankokuron sebagai murid Buddha Niciren Begitu gigihnya berjuang, walau harus maju seorang diri Melakukan semua tanpa pamrih... semata-mata untuk mengharumkan nama NSI

Suasana makan bersama umat NSI peserta Kensyu Nasional Tahun Baru 2016

Kadang terlihat lelah, tapi tak pernah dirasa Terus dan terus... Membangun susunan NSI berdasarkan dharma Buddha Niciren Tak ada kata yang bisa kuucapkan Selain rasa terima kasih yang mendalam Terima kasih Ketua Umum NSI Kami siap berada di barisan ‘SATU HATI’ Bersama-sama bergandeng tangan, bersatu hati

Terima kasih susunan NSI Kami sayang NSI... kami cinta NSI Wadah untuk merubah hidupku jadi lebih baik Membangun Susunan NSI Menuju tujuan agung issyo-jobutsu dan kosenrufu Membangun NSI JAYA, INDONESIA JAYA

J

anganlah sekali-kali mencari Gohonzon di tempat lain; hanya terdapat dalam darah-daging

dada kita, umat manusia yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dan menyebut Nammyohorengekyo. Gohonzon hanya ada dalam dua aksara; hati-kepercayaan. (Gosyo Zensyu halaman 1244)


Samantabadra Pebruari 2016 Samantabadra D

alam hidup-mati ketiga masa, yakni masa lampau,

sekarang dan akan datang tidak melepaskan Saddharmapundarikasutra; inilah yang disebut menyerahterimakan hubungan darah Saddharmapundarika-sutra. (Surat Perihal Doa Demi Turunnya Hujan)

SAMANTABADRA | PEBRUARI 2016 | NOMOR. 265

daftar isi

gosyo kensyu liputan

Beberapa Daun “Pohon Icinen 2016” yang menggambarkan semangat dan tekad umat NSI dalam menyongsong tahun 2016

CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta

LIPUTAN Kensyu Tahun Baru 2016 Audiensi KU NSI dengan Presiden RI Harmonisasi Kerukunan Antarumat Beragama Menjelang Pembangunan Vihara Vimalakirti Cikupa MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Hubungan Darah Satu Hal Penting Gosyo Cabang Surat Perihal Siasat SPS Forum Diskusi Syin, Gyo, dan Gaku CERMIN KEHIDUPAN Ibu Sartini INSPIRASI Prof. Yohanes Surya

2 5 8 11 12 14

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

SURAT PERIHAL HUBUNGAN DARAH SATU HAL PENTING DARI HIDUP-MATI KENSYU NASIONAL TAHUN BARU 2016

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Pebr uari

2 0 1 6

Halaman Muka

F

oto bersama tim masak/dapur kensyu NSI dalam kegiatan Kensyu Tahun Baru 2016. Mereka senantiasa mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan NSI. Simak berita selengkapnya mengenai Kensyu Tahun Baru 2016 di halaman 8.

02 # 265

KESAN PESAN Kensyu Tahun Baru 2016

69

RESEP Kue Pepek Panggang

74

TEKA-TEKI SILANG

75

KIBA-KRUBU Membaca Gosyo

76

JADWAL KEGIATAN

77

VIHARA DAN CETYA NSI

78

15

8

11

47 57 60

60

64

Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Arya, Megahria, Felicia, Lilia, Phopy STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

Pebruari 2016 | Samantabadra

1


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Doa Demi Turunnya Hujan dari Ketiga Sanzo (2/2) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30-31 Desember 2015

Nammyohorengekyo, Dalam pembahasan gosyo kali ini, mari kita memahami lebih dalam mengenai doa. Saya ingatkan kembali, bahwa doa dalam agama kita adalah membaca Sutra bab 2 dan Bab 16, lalu menyebut mantra agung Nammyohorengekyo. Melaksanakan doa dalam agama kita bukan komatkamit tetapi membaca Saddharmapundarika-sutra (Nammyohorengekyo). Semua orang pasti punya keinginan agar doa-doanya terkabul. Dalam agama kita, terkabul atau tidaknya doa bukan karena Gohonzon yang memberi atau tidak memberi. “Doa� dikatakan terkabul ketika akibat yang baik muncul dari sebab yang baik, sehingga menghasilkan sesuatu yang kualitasnya baik. Faktor yang memengaruhi kualitas doa adalah dasar ajarannya, 2

Samantabadra | Pebruari 2016

dalam hal ini adalah sutranya. Apabila kita telaah penjelasan yang terdapat dalam kutipan-kutipan gosyo ini, semua menjelaskan tentang sutra apa yang digunakan. Agama kita itu benar-benar komplit. Dalam penjelasan kutipan diuraikan perbandingan antara ajaran kita dengan ajaran yang lain yang diistilahkan dengan lima susun perbandingan. Pertama perbandingan antara Buddhisme dan Non Buddhisme, kemudian perbandingan antara Buddhisme (aliran besar dan aliran kecil), Mahayana dan Mahayana Sementara, antara honmon dan syakumon, pembibitan dan pemanenan. Ajaran kita tergolong ke dalam Buddhisme Pembibitan. Dibandingkan dengan Pemanenan, maka Pembibitan lebih unggul.

Sutra atau ajaran yang menjadi dasar keyakinan kita dalam berdoa, memberikan pengaruh terhadap hasil dan kualitas dari doa. Agama Buddha Niciren Syosyu dasarnya adalah Saddharmapundarikasutra yang tersirat di dasar kalimat, yang merupakan sutra terunggul. Hal selanjutnya yang penting adalah kesunggguhan hati pelaksananya. Sutra sudah yang paling unggul, namun apabila tidak diiringi dengan sikap sungguh hati ketika melaksanakan pertapaan/ doa tersebut, maka hasil atau kualitas dari doa tersebut tentu tidak akan optimal. Hendaknya kita selalu berdoa dengan sikap sungguh hati. Ukuran kesungguhan hati antara lain, seperti yang dijelaskan dalam gosyo


Ketua Umum

ini, membutuhkan dua faktor penunjang, yaitu prajna dan jodoh yang baik, atau pengaruh yang baik (zencisyiki). Pada gosyo yang kita bahas pada dua bulan yang lalu Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa Buddha adalah manusia biasa. Buddha Sakyamuni sebenarnya juga manusia biasa, Niciren Daisyoninpun juga manusia biasa. Terkait perihal sangha, sesungguhnya siapapun yang sungguh-sungguh ingin memahami Dharma, kemudian berhasil memahami Dharma dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh bisa dikategorikan sebagai sangha. Umat kerap diberi pemahaman yang tidak tepat tentang sangha. Yang dimaksud Tri Ratna adalah Buddha, Dharma dan Sangha. Dalam agama Buddha Niciren Syosyu, Tri Ratna adalah Gohonzon (dharma), Buddha (Niciren Daisyonin), dan Sangha (Niko Syonin). Sangha pada umumnya diartikan sebagai para bhiksu. Sesungguhnya, apabila ada umat yang sungguh hati percaya dan melaksanakan dharma, dapat dikatakan juga sebagai unsur sangha.

Ukurannya terletak kepada kesungguhan hatinya, kalau hanya penampilan saja tetapi tidak sungguhsungguh belajar dan melaksanakan dharma, tidaklah mencerminkan kepribadian sangha yang sebenarnya. Ada pandangan keliru yang berkembang, bahwa jika tidak ada bhiksu di dalam agama Buddha Niciren Syosyu, maka tidak ada Buddha. Tidak ada bhiksu maka tidak ada Dharma, karena bhiksu dianggap sebagai pelestari Dharma. Cara pandang ini melihat bhiksu sebagai penentu segala-galanya dalam Agama Buddha. Mari kita lihat penjelasan berikut mengenai makna doa ketiga (dalam gongyo) yang kita baca setiap hari, yaitu doa kepada Pendiri Mazhab, Buddha Niciren. Apabila kita perhatikan lebih seksama, sebenarnya pada doa ini kita tidak meminta apa-apa. Kita menyebut daimoku untuk membalas budi kepada Niciren Daisyonin. Pelaksanaan seperti apa agar kita dapat membalas budi kepada Niciren Daisyonin? Jawabannya adalah menyebarluaskan Dharma. Bait ke dua dari doa ke tiga, yang kita doakan

kepada Bhiksu Tertinggi Ke Dua, jelas disebutkan sebagai pewaris Ajaran Niciren Daisyonin seutuhnya diwariskan kepada Bhiksu Tertinggi Kedua, artinya persis sama, tidak ada yang dikurangi atau ditambah. Maka ketika kita mengungkapkan rasa terima kasih kepada Niko Syonin di dalam doa kita, hendaknya dilakukan secara sungguh-sungguh. Jangan menyelewangkan Dharma untuk kepentingan sesaat atau pribadi. Hal ini bukan berarti untuk berterima kasih kepada bhiksu harus ada bhiksunya. Kondisi ini dapat diumpamakan seperti anak yatim piatu (anak yang tidak punya ayah dan ibu). Tidak memiliki ayah dan ibu tidak selalu membuat seorang anak menjadi tumbuh liar dan durhaka. Faktanya, banyak anak yatim piatu yang mampu mewujudkan sikap berbakti kepada orang yang dituakan, banyak di antara mereka yang sukses dan kemudian mengangkat nama baik kedua orang tuanya. NSI tidak mendapat pelayanan dari bhiksu bukan bararti kita tidak berbalas budi kepada bhiksu. Justru kita adalah orang-orang yang paling berbalas budi kepada Tri Ratna. Pebruari 2016 | Samantabadra

3


ceramah gosyo Buddha Sakyamuni menjelaskan mengenai sikap hati kepercayaan yang sungguh-sungguh, dapat diteladani dari sikap Suri Handoku, khususnya dalam pelaksanaan Tiga Karma (karma badan, mulut dan hati) dalam hidup seharihari. Niciren Daisyonin mengatakan, barangsiapa yang sungguh hati menyebut Nammyohorengekyo akan terhindar dari membuat kesalahan. Tidak membuat kesalahan bukan berarti kita tidak boleh ke mana-mana (diam di rumah saja) atau tidak melakukan interaksi dalam kehidupan sosial, tetapi justru dengan menyebut Nammyohorengekyo, menjalankan perombakan sifat jiwa, sehingga muncul kesadaran, perilaku kita menjadi perilaku yang penuh dengan kebajikan, sehingga apapun yang kita lakukan atau dalam menanggapi hal apapun di sekitar kita, kita lakukan dengan sadar dan membawa kebaikan bagi diri kita maupun orang lain. Saya optimis NSI akan semakin maju dan berkembang. Saat ini NSI termasuk salah satu sekte agama Buddha yang menonjol di antara sekte4

Samantabadra | Pebruari 2016

sekte yang lain. Sikap umat NSI secara umum dalam bermasyarakat, pemahaman dan pengamalan Buddha Dharma, membuktikan keagungan Gohonzon dan kata-kata Buddha Niciren. Terkadang umat yang belum benar-benar memahami ajaran maupun perkembangan historis NSI, masih ada yang bertanya, “NSI mau dibawa ke mana?� Padahal, sejak Bapak Senosoenoto masih hidup, selalu didengungkan tujuan NSI, yaitu Isyo Jobutsu dan Konserufu bagi seluruh umat manusia. Dengan pengamalan Buddha Dharma, semua umat NSI semestinya bisa mewujudkan kebahagiaan hakiki dalam hidup kali ini (isyo jobutsu) sekaligus harus bisa menyebarluaskan Dharma (kosenrufu). Pemerintah Indonesia saat ini sedang gencar mencanangkan revolusi mental, sampai dibuat kementerian tersendiri, yaitu Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Namun banyak kegiatan yang bersifat seremonial saja, padahal revolusi mental hanya bisa jalan jika disertai perombakan sifat jiwa, dan hal ini hanya bisa dilaksanakan kalau berjodoh dengan Gohonzon.

Sempat terlintas di benak saya, Presiden kita, Pak Jokowi, perlu membaca Icinen Sanzen. Keinginan (icinen) ini ternyata terwujud pada tanggal 22 Desember yang lalu, ketika saya diundang makan siang di Istana Presiden. Pada kesempatan itu saya menyerahkan buku Icinen Sanzen, sambil mengatakan kepada Beliau, bahwa revolusi mental itu ada dalam buku ini. Hal ini saya lakukan karena saya ingin menjalankan kosenrufu, tidak sekedar berkunjung dan silaturahmi dengan Presiden. Selain itu saya juga memberikan buku karya NSI yang lain, yaitu buku Buddhisme dan Lingkungan. Umat NSI di seluruh Indonesia, jangan ada keraguan di hati kita. Kita sudah bertemu dengan agama yang paling baik, begitu juga sutra Buddha yang paling baik. Untuk itu, kita harus lebih sungguh-sungguh dan tulus serta satu hati dalam menjalankan syinjin, jangan pernah ragu sedikitpun terhadap Ajaran Buddha Niciren Daisyonin. eee


Dharma Duta

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Doa Demi Turunnya Hujan dari Ketiga Sanzo (2/2) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30-31 Desember 2015

Nammyohorengekyo, Gosyo ini diberikan kepada Nisyiama, seorang kepala daerah yang awalnya percaya Syingon, justru itu Niciren Daisyonin ingin menjelaskan kepada Nisyiama agar hanya percaya kepada Saddharmapundarikasutra. Di dalam Gosyo ini diambil contoh mengenai doa turunnya hujan, dengan memperbandingkan doa berdasarkan syingon, Mahavairocana dan Saddharmapundarikasutra. Bulan lalu kita sudah mendapat penjelasan mengenai tujuan sebagai pelaksana umat buddha adalah mencapai Kesadaran Buddha, untuk itu kita harus bertemu prajna dan pengaruh yang baik, jadi prajna dan pengaruh yang baik itu adalah Gohonzon atau Buddha Niciren Daisyonin. Memang dikatakan di masa akhir dharma ini, prajna dan pengaruh yang baik itu sedikit sekali,

seperti pasir di atas kuku, tetapi pengaruh yang buruk banyaknya seperti debu-debu dari bumi besar, maka dari itu kita harus bertemu dengan prajna dan pengaruh yang baik agar bisa berpengaruh baik, sekarang kita sudah bertemu dengan Gohonzon, kita dinasehati oleh Niciren Daisyonin, karena banyaknya pengaruh buruk yang sedemikian rupa banyaknya, maka kalau jiwa kita sedang sakit/lemah janganlah dekat-dekat dengan pengaruh buruk, bisa-bisa kita terpengaruh, tetapi kalu jiwa kita kuat, tabah, kita bisa menerima segala pengaruh yang buruk itu menjadi hikmah yang baik. Kemudian dijelaskan juga dalam Gosyo, bahwa Sariputra dan Furuna itu adalah orang yang pandai, tetapi karena tidak memahami bakat umat akhirnya salah memberi bimbingan. Misalnya, Sariputra membimbing tukang pandai besi

tentang kebersihan, sedangkan tukang cuci dibimbing pernafasan, jadi tidak sesuai. Niciren Daisyonin mengatakan dalam menentukan unggul lemahnya Saddharmapundarika-sutra, senantiasa berdasarkan kepada prinsip kewajaran dan bukti tertulis yang otentik, terlebih dari itu tiada suatu yang lebih mengungguli bukti nyata. Singkatnya bukti tertulis dari Niciren Syosyu adalah gosyo-gosyo. Bukti teori, artinya bukti kewajaran berdasarkan Hukum sebab akibat, tetapi yang paling penting adalah bukti nyata. Dalam hal ini Niciren Daisyonin mengambil contoh, pertama dijelaskan mengenai adanya serangan di dalam negeri/pemberontakan, waktu itupun karena di Pebruari 2016 | Samantabadra

5


ceramah gosyo Jepang, Syingon paling banyak penganutnya maka penguasa negeri (raja) minta bantuannya kepada guru/bhiksu Syingon, sehingga kalah, rajanya di tangkap kemudian serangan dari Mongolia yang pertama juga meletus. Begitu juga serangan yang kedua juga tidak berhasil karena terjadinya angin kamikaze, tetapi dipandang seolaholah negeri Jepang tertolong dari bantuan dewa. Sebagaimana disebutkan dalam gosyo bahwa doa dari ketiga orang Sanjo (Subhakarasimha, Vajrabodhi dan Amoga) walau doanya berhasil menurunkan hujan, tetapi hujan yang turun disertai angin topan. Sedangkan doa yang didasarkan kepada Saddharmapundarika-sutra tidak disertai dengan angin topan. Dengan demikian doa yang didasarkan kepada Saddharmapundarika-sutra lebih unggul. Saat itu Jepang yang kembali akan diserang oleh Mongolia untuk kedua kalinya, setalah serangan pertama gagal karena ketika akan menyerang Jepang di tengah laut terjadi Angin Kamikaze yang membuat pasukan Mongolia gagal menyerang Jepang, tetapi oleh Syingon hal itu dianggap keberhasilan doanya. Oleh karena itu, demi keselamatan negara 6

Samantabadra | Pebruari 2016

dan rakyat Jepang, Niciren Daisyonin bertekad untuk tetap mengutarakan hal ini secara tegas. Artinya beliau ingin menjelaskan doa yang paling unggul adalah doa yang berdasarkan Saddharmapundarika-sutra, apabila tetap mendasarkan kepada ajaran Syingon pasti negeri Jepang akan runtuh. “Walaupun murid Saya melarang mengutarakannya, karena sekarang telah terbukti apa yang pernah Saya katakan barulah perasaan saya akan lega, walaupun mengorbankan jiwa raga harus tetap mengutarakan hal ini secara tegas.� Hal ini berarti Niciren Daisyonin harus mengutarakan filsafat yang benar/ajaran yang benar, tidak takut pada orang lain yang melarang. Kondisi serupa terjadi di dalam susunan kita. Ada umat yang mengatakan jangan menyinggungnyinggung soal bhiksu di dalam ceramah. Di dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin mengatakan, “Walaupun dilarang tapi saya harus berani tegas mengutarakan filsafat yang sebernarnya, karena kalau tidak berani mengutarakan Hukum yang sebenarnya, maka akan terjadi kesalahan pandangan yang turuntemurun.� Misalnya , ada oknum di luar yang

mengatakan, NSI tidak ada bhiksu, maka nasib umatnya tidak akan bisa berubah, atau tidak ada hubungan darah. Hal tersebut adalah hal yang tidak benar, karena pemahaman Tri Ratna atau hubungan darah tidaklah demikian, bukan terletak pada ada atau tidak adanya bhiksu. Maka kita harus berani menjelaskan hal yang sebenarnya, agar umat NSI tidak terpengaruh oleh isuisu yang menyesatkan. Faktanya, pembangunan NSI terus bergulir, vihara terus dibangun, berarti umatnya melakukan dana paramita. Jika umat NSI tidak berejeki, tidak mungkin bisa berdana paramita, Rejeki adalah buah dari keinginan dan ketulusan hati kepercayaan umat kepada ajaran Buddha Niciren. Oleh karena itu tiga bukti (teori, tertulis, dan nyata) sebagaimana disebut dalam Gosyo harus kita camkan, jangan terpengaruh dengan kata-kata manusia. Kita harus kuat, tabah dan harus bangkit untuk menyebarluaskan Hukum Nammyohorengekyo. Kalau kita sungguhsungguh percaya dan menjalankan pasti ada bukti nyatanya. Bahkan ketika melakukan kesalahan/ karma buruk sekalipun, nampaknya tidak menerima akibat buruk, namun


Dharma Duta

sesungguhnya sudah tertimbun di dalam gudang karma kita dan pasti akan berbuah ketika sudah matang. Hukum sebabakibat kejiwaan ini adalah hal yang mutlak, tidak ada sebab buruk berakibat hal baik, sebaliknya tidak ada sebab baik berakibat buruk. Oleh karena itu bila ada yang sudah melaksanakan dengan sungguh hati tetapi masih ada kesulitan, hendaknya tidak berkecil hati, carilah hikmah baik dari kesulitan yang ada untuk terus maju dengan optimis dan positif. Kutipan terakhir dari gosyo menjelaskan tentang kisah Suri Handoku, dan ungkapan rasa terima kasih Niciren Daisyonin atas kunjungannya ke Pulau Sado dengan membawa berbagai macam sumbangan. Kita hendaknya dapat merasakan bahwa ketika kita datang ke vihara untuk mengikuti kensyu atau pertemuan, apalagi umat yang harus menempuh perjalanan jauh dan biaya yang tidak sedikit, adalah kesempatan yang sangat baik untuk bisa berdana paramita dan memupuk rejeki jiwa. Bisa menjadi penanggungjawab/ pengurus NSI adalah juga sebuah rejeki dan tumpukan karma baik dari masa lampau, Janganlah

kita sia-siakan kesempatan dalam hidup kali ini dan merasakan ikut kensyu, pertemuan, atau menjalani aktivitas di susunan NSI sebagai sesuatu hal yang biasa-biasa saja. Dalam gosyo dijelaskan bahwa Devadata hafal 60.000 sutra, tetapi karena ia menentang Hukum Buddha akhirnya jatuh ke dalam Neraka Avici. Sebaliknya Suri Handoku orangnya sangat bodoh, sulit menghafal satu bait sutra sekalipun, bahkan 500 bhiksu yang mengajarkan untuk menghafal satu bait sutrapun menyerah, akhirnya Buddha Sakyamuni sendiri yang mengajarkan satu bait sutra tersebut, yaitu, “Jaga mulut, rasakan dalam hati, hindari berbuat kesalahan, kalau dapat melaksanakan demikian pasti dapat mencapai Kesadaran Buddha.� Karena Buddha yang mengajarkan dengan didasari rasa welas asih (maitri karunia), akhirnya Suri Handoku berhasil menghafal satu bait sutra, dan ia sangat senang dan langsung melaksanakannya dalam hidupnya. Kemudian diajarkan kembali mengenai 10 Karma Baik (3 badan, 4 mulut dan 3 hati). Tiga Badan adalah membunuh, mencuri, berzinah; Empat

Mulut adalah berbohong, bermulut manis, mencela, berlidah dua; Tiga Hati adalah serakah, marah, bodoh. Penggalan sutra ini juga berhasil dihafal dan dilaksanakan. Akhirnya hal itu diketahui oleh raja, sang raja bertanya kepada Buddha, mengapa orang sebodoh Suri dan Handoku malah bisa mencapai kebuddhaan? Buddha mengatakan, �Dalam mempelajari Hukum Buddha, tidak mutlak harus belajar banyak, namun yang terpenting adalah mewujudkan pelaksanaan perihal yang pernah dipelajari.� Walau dikatakan demikian, bukan berarti tidak perlu kensyu, tidak perlu ikut pertemuan dan aktivitas di susunan. Yang terpenting adalah mewujudkan, mengamalkan, melaksanakan ajaran yang telah dipelajari, agar tidak sekedar teori pembelajaran. Dengan demikian, hati yang percaya, kegiatan belajar dharma, dan pelaksanaan/ pengamalan di dalam hidup adalah tiga hal yang tidak terpisahkan dan saling menunjang untuk mewujudkan Kesadaran Buddha. eee

Pebruari 2016 | Samantabadra

7


Kensyu Nasional NSI dalam Rangka Tahun Baru 2016

Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja memimpin upacara dokyo syodai memperingati tahun baru 2016, 01 Januari 2016, di Mahavihara Saddharma NSI.

K

ensyu Tahun Baru 2016 yang diadakan pada tanggal 30 Desember 2015 hingga 01 Januari 2016 dan bertempat di Mahavihara Saddharma NSI, diikuti oleh umat NSI dari 13 provinsi. Kensyu dimulai dengan acara gongyo sore pada pukul 17.00 WIB dan dilanjutkan dengan makan malam bersama. Setelah itu, para umat berkumpul untuk mendengarkan pembabaran dharma dari Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja, dan dharma duta, Ibu Irawati Lukman. Pada kensyu kali ini, gosyo yang diangkat merupakan lanjutan dari gosyo bulan Nopember yang berjudul “Surat Perihal Doa Demi Turunnya Hujan dari Ketiga Orang Sanzo�. 8

Samantabadra | Pebruari 2016

Keesokan harinya, acara dilanjutkan dengan sesi pembabaran gosyo bagian kedua. Setelah itu, diadakan Rapat Pimpinan Nasional yang bertujuan untuk membahas berbagai macam permasalahan yang terjadi di masing-masing provinsi serta solusi terbaik apa yang harus dilakukan untuk dapat menyelesaikan semua permasalahan tersebut. Sesi ini berlangsung dengan baik dan lancar selama kurang lebih dua jam. Acara kemudian dilanjutkan dengan gongyo sore dan makan malam bersama. Seusai makan malam, tim masak/ dapur NSI juga ikut menikmati perayaan malam tahun baru 2016 bersama dengan umat lainnya. Setelah makan

malam, para umat kembali berkumpul untuk menyaksikan malam kesenian yang diisi dengan berbagai penampilan, seperti marching band, orkestra, paduan suara, tarian, dan angklung.

Pimpinan NSI melakukan syoko saat upacara dokyo syodai memperingati tahun baru 2016.


liputan Pada malam kesenian ini, terpilih dua peserta dengan dress code (kostum) terbaik dan tiga peserta yang telah rutin mengikuti kensyu selama enam bulan terakhir. Acara kemudian dilanjutkan dengan daimoku marathon hingga pukul 00.00 WIB. Pada hari Jumat pagi, 01 Januari 2016, diadakan Dokyo Sodai bersama dalam rangka menyambut tahun baru 2016. Di tahun yang baru ini, diharapkan kita semua bisa menanam icinen untuk lebih baik lagi dalam segala hal dan bisa bersamasama melakukan penyebarluasan dharma. Pesamuan Pimpinan NSI Selain Kensyu Gosyo dan bazar, ada acara lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu Pesamuan Pimpinan NSI yang dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2015 di Mahavihara Saddharma NSI. Tidak kurang dari 200 pimpinan NSI tingkat pusat, wilayah, dan daerah dari seluruh Indonesia hadir mengikuti forum tersebut.

Suasana bazar.

Grup Angklung Gita Pundarika NSI

Pesamuan Pimpinan NSI dilaksanakan sebagai forum konsolidasi para pimpinan NSI dalam mengevaluasi aktivitas dan dinamika di dalam susunan NSI serta meluruskan dan memberikan solusi terhadap tantangan yang berkembang. Ketua Umum NSI memberikan arahan yang jelas terhadap seluruh pimpinan NSI terkait pendirian NSI dalam meneguhkan dan melaksanakan ajaran Buddha Niciren di dalam berorganisasi. Pimpinan NSI harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang prinsip-prinsip ajaran Buddha Niciren dan menyikapi pandangan ke-

Suasana Pesamuan Nasional Pimpinan NSI.

liru yang berkembang di luar dengan bijak. Oleh karena itu, para pimpinan NSI harus semakin giat dalam memperdalam pengetahuan dharma dan pengamalan dharma tersebut dalam kehidupan, sehingga mampu membina umat NSI di seluruh Indonesia dengan baik. Pimpinan NSI harus memiliki ketahanan mental dan kesadaran untuk menjaga kemurnian ajaran, sehingga tidak akan terpengaruh oleh pandangan-pandangan keliru yang berkembang, sehingga sekaligus dapat memastikan/memberikan umat pemahaman ajaran yang tepat dan memperoleh kebaikan dari memeluk agama Buddha NSI. Hendaknya kita semua, seluruh pimpinan dan umat NSI, tetap fokus dan semangat pada tugas pokok sebagai Bodhisattva Muncul Dari Bumi demi kebahagiaan diri sendiri dan seluruh umat manusia. (Minto, Megah)

Paduan Suara NSI

Pebruari 2016 | Samantabadra

9


liputan

Suasana Malam Kesenian Kensyu Tahun Baru 2016

10

Samantabadra | Pebruari 2016


Audiensi Ketua Umum NSI dengan Presiden RI

Sumbangsih Pemikiran Buddhis Terhadap Pembangunan Manusia Indonesia

P

ada tanggal 22 Desember 2015 Presiden Republik Indonesia (RI) ke-7 Joko Widodo mengundang para Budayawan Senior Indonesia untuk makan siang dan memberikan masukkan mengenai landasan pembangunan Indonesia yang harus didasari oleh pembangunan manusiamanusia Indonesia melalui gerakan Revolusi Mental, di Istana Negara RI Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Â Pertemuan ini digagas oleh Budayawan Indonesia Radhar Panca Dahana. Para Budayawan yang hadir dalam kesempatan tersebut adalah Nungky Kusumastuti, Yockie Suryoprayogo, Butet Kertarajasa, Mohammad Sobary, Haidar Bagir, Nasirun, Tisna Sanjaya, Franz Magnis Suseno, Sindhunata, dan Sys NS. Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja, Ketua

Ketua Umum NSI memberikan Buku Filsafat Jiwa “Icinen Sanzen� Kepada Presiden RI.

Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) menjadi satu-satunya tokoh agama yang hadir sekaligus menjadi wakili dari Umat Buddha di Indonesia untuk memberikan masukkan kepada Presiden RI Joko Widodo mengenai landasan pembangunan manusia Indonesia. Dalam kesempatan tersebut Ketua Umum NSI memberikan masukkan bahwa dalam perspektif agama Buddha, segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan, semua pasti ada sebab-jodoh-akibat- imbalan nyatanya/hukum karma yang dibuat oleh diri sendiri. Sehingga terpilihnya Bapak

Joko widodo sebagai presiden RI ini pun pasti merupakan tumpukkan karma baik yang dibuat oleh Bapak Jokowi sendiri, pasti Bapak adalah orang yang paling memikirkan nasib bangsa Indonesia, orang yang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk Bangsa ini sehingga akhirnya terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke-7. MPU Suhadi menyampaikan bahwa revolusi mental itu harus didasari oleh pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang baik oleh seluruh masyarakat Indonesia, sehingga keberadaan agama ini menjadi sangat penting untuk menunjang keberhasilan dari revolusi mental manusia Indonesia. Pebruari 2016 | Samantabadra

11


liputan Hal tersebut menjadi tanggung jawab dari para tokoh agama yang ada di Indonesia untuk bisa memahami ajaran agamanya dengan baik dan dapat membimbing umatnya untuk memahami dan mengamalkan ajaran agamanya di tengahtengah kehidupan bermasyarakat. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum NSI juga memberikan buku filsafat jiwa Icinen Sanzen kepada Presiden Joko Widodo yang merupakan dasar dari pergerakan jiwa manusia untuk mewujudkan

revolusi mental, dan juga buku Buddhisme dan Lingkungan yang merupakan wujud kepedulian Umat Buddha NSI

Presiden RI dan Ketua Umum NSI di Istana Negara

terhadap penanggulangan perubahan iklim dunia. Hal ini menjadi bukti nyata atas ajaran Buddha

Harmonisasi Kerukunan Antarumat Beragama Indonesia Bersama Mendagri dan Jaksa Agung RI

Foto bersama Ketua Umum NSI bersama Mendagri, Jaksa Agung RI, dan tokoh-tokoh lintas agama pada saat penandatanganan deklarasi kerukunan umat beragama.

12

Samantabadra | Pebruari 2016

Niciren yang mengatakan bahwa hukum agung Nammyohorengekyo pasti tersebar luas di masa akhir Dharma. Hal ini juga merupakan langkah nyata Ketua Umum NSI dalam melaksanakan risyo angkoku ron, menegakkan filsafat sesungguhnya untuk menentramkan negara. Dengan demikian, jalan untuk Kosenrufu semakin terbuka. Ini merupakan langkah nyata dari gerakan Kosenrufu yang dilakukan oleh NSI. (Arya)

D

alam rangka menjaga kerukunan antarumat beragama di Indonesia pada umumnya dan untuk menjaga keharmonisan serta keamanan menjelang penutupan akhir tahun 2015 khususnya, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan kegiatan Fasilitasi Pertemuan Pemerintah Daerah, Tokoh Agama, Organisasi Masyarakat Keagamaan, Dan Dialog Kerukunan Generasi Muda Antaragama, dengan Tema, “Harmonisasi Kerukunan Umat Beragama.� Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Senin, 21 Desember 2015, di Ballroom Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.


Ketua Umum NSI menandatangani Deklarasi Kerukunan Umat Beragama mewakili agama Buddha.

Acara ini dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri RI), Tjahjo Kumolo, dan Jaksa Agung RI, Muhammad Prasetyo, serta tokoh-tokoh agama dan organisasi-organisasi masyarakat di Indonesia. Seluruh tokoh agama diberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan-pesan kerukunan. Dalam kesempatan ini Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi perwakilan dari tokoh umat Buddha di Indonesia. Pada kesempatan tersebut MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa kerukunan umat beragama ini harus dimulai dari komunitas-komunitas agama yang ada di Indonesia. Kerukunan tidak cukup hanya dengan deklarasi saja, walaupun memang terkadang acara seremonial seperti deklarasi ini juga diperlukan, namun yang lebih penting adalah harus ada tindakan yang nyata, oleh karena itu komunitas agama bertanggung jawab untuk memberikan masukkan yang baik, membina umatnya dengan baik, serta menyampaikan ajaran agama yang sesungguhnya kepada umat yang berada di dalam komunitas tersebut, sehingga umat beragama tidak mudah untuk diprovokasi, dimasuki oleh paham-paham yang dapat membuat perilaku seseorang menjadi radikal dan merugikan masyarakat luas oleh orang-

orang yang mengaku beragama dan/atau mengatasnamakan agama untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. MPU Suhadi Sendjaja juga memberikan masukkan kepada Menteri Dalam Negeri mengenai perihal Revolusi Mental yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia ke-7, Ir. Joko Widodo. Revolusi Mental hanya bisa diwujudkan dengan landasan agama yang baik, oleh karena itu peran dari komunitas-komunitas agama ini sangat penting. Dalam masukkannya tersebut, MPU Suhadi Sendjaja pun memberikan masukkan mengenai negara Indonesia yang bahari dan kaitannya dalam menjaga kerukunan serta keharmonisan masyarakat Indonesia. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi oleh lautan yang luas, jika negara bisa menyelenggarakan sebuah acara kerukunan yang melibatkan seluruh komunitas agama di atas lautan Indonesia, maka akan memunculkan sebuah keakrabankeharmonisan antarumat beragama, serta semakin mengenal dan mencintai negara Indonesia. Puncak dari kegiatan ini adalah penandatangan deklarasi kerukunan yang ditandatangani oleh Menteri Agama RI, Menteri Dalam Negeri RI, Jaksa Agung RI, Tokoh-tokoh agama, serta perwakilan dari Organisasi Masyarakat yang berada di Indonesia. (Arya)

Ketua Umum NSI sedang berdialog dengan Menteri Dalam Negeri RI, memberi masukkan tentang kerukunan umat beragama.

Pebruari 2016 | Samantabadra

13


liputan

Menjelang Pembangunan Vihara Vimalakirti NSI Cikupa

Ketua Umum NSI menandatanganani Akte Jual Beli Tanah Vihara Cikupa di kantor Notaris.

DPP NSI mengadakan pertemuan dengan umat NSI Cikupa di Cetiya Citra Raya.

S

ejalan dengan tujuan agung Buddha Niciren untuk menyebarluaskan dharma, NSI terus menjalankan derap pembangunan vihara di Indonesia. Sebagaimana sering disampaikan oleh Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja, bahwa NSI akan terus membangun sarana penyebarluasan Dharma (vihara), di seluruh tanah air, terlebih ketika umat di daerah tersebut memiliki kesungguhan hati untuk melaksanakan tugas kebhodisattvaan. Cikupa adalah salah satunya. Umat NSI di daerah Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten memiliki semangat dalam menjalankan hati kepercayaan. Hal ini menjadi sebabsebab baik untuk mewujudkan vihara di sana. NSI mengupa yakan persyaratanpersyaratan administrasi yang diperlukan, terutama dukungan/persetujuan warga sekitar tempat yang akan 14

Samantabadra | Pebruari 2016

dibangun vihara, dan ternyata warga di sekitar tempat tersebut bersedia memberikan tanda tangan dukungan/ persetujuan. Tahap selanjutnya adalah transaksi jual-beli tanah yang mana hal inipun sudah dilakukan dengan membayar lunas di hadapan Notaris pada tanggal 6 Januari 2016. Malam harinya setelah menandatangani Akte Jual Beli di kantor notaris, Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja, yang didampingi oleh DPP NSI, Bapak Edy Kurniawan, Ibu Irawati Lukman serta Dharmaduta, Ibu Karmina dan Ibu Achen mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh seluruh umat Cikupa di Cetiya yang selama ini dijadikan tempat untuk melaksanakan kegiatan keagamaan NSI di daerah Cikupa. Sambil mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), besi-besi yang nantinya akan dijadikan bahan pembangu-

Sebagian besi untuk pembangunan vihara sudah dikirimkan ke lokasi pembangunan.

nan vihara sudah dipesan, dan pada tanggal 12 Januari 2016 yang lalu sebagian besibesi tersebut sudah dikirim ke lokasi tempat vihara akan dibangun. Walaupun tampaknya semua sudah siap, kita tetap perlu menjaga kesatuan hati di antara umat NSI seluruh Indonesia, karena vihara di suatu daerah pada prinsipnya adalah milik umat NSI seluruhnya yang dibangun secara swadaya, yang merupakan hasil kekuatan (materiil dan jiwa) seluruh umat NSI di Indonesia. Tanpa itai dosyin, usaha penyebarluasan Dharma tidak akan berlangsung optimal. Dengan kuatnya semangat melaksanakan hati kepercayaan, cita-cita Buddha demi tersebarluasnya Dharma di Jambudwipa pasti menjadi nyata. (Minto)


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati (Syoji Icidaiji Kecimyaku) Gosyo Zensyu halaman 1336

LATAR BELAKANG|

S

urat ini ditulis di Tsukahara, Pulau Sado, tanggal 11 bulan 2, tahun Bun-ei ke-9 (1272) ketika Niciren Daisyonin berusia 51 tahun. Surat ini ditujukan kepada Sairenbo Nicijo. Waktu penulisannya kira-kira bersamaan dengan Surat Membuka Mata, surat yang membuka dan mewujudkan Pusaka Pemujaan Manusia. Pada tahun yang sama, tanggal 16 bulan 1, diadakan perdebatan di Tsukahara. Perdebatan ini terjadi karena Honma Rokuro Zaemon, yang menjaga Niciren Daisyonin di Pulau Sado, menentukan untuk mengadakan diskusi Hukum antara Niciren Daisyonin dengan orang-orang Nembutsu yang ingin membunuh Beliau. Guru Hukum yang berkumpul bukan hanya dari Pulau Sado saja, juga dari Ecigo, Etcu, Omi, Syinano dan lain-lain. Dalam perdebatan tersebut satu persatu dapat dipecahkan dan dipatahkan dengan telak oleh Niciren Daisyonin. Sejak peristiwa perdebatan Tsukahara itu, orang-orang Nembutsu bertambah

buruk dan semakin membenci Niciren Daisyonin. Dikatakan, “Ingin membunuh hari ini atau besok”, (Gosyo Zensyu halaman 323). Dengan demikian, setiap hari tanpa henti mereka ingin membunuh Niciren Daisyonin. Tetapi di lain pihak, ada yang ikut percaya karena merasakan suasana jiwa Niciren Daisyonin yang sungguh agung, antara lain Abutsubo, Ko no Nyudo, Ici no Tani Nyudo, Nakaoki Nyudo dan lain-lain. Sairenbo yang berasal dari kota Kyoto semula adalah bhiksu sarjana dari Sekte Tendai. Sebelum Niciren Daisyonin dibuang ke Pulau Sado, ia juga telah dihukum buang ke sana entah karena apa. Ia menjadi murid mungkin karena merasa hormat sepenuhnya atas sikap Niciren Daisyonin dalam peristiwa perdebatan Tsukahara tersebut. Di antara Surat Balasan kepada Sairenbo tertulis, “Sejak awal bulan dua yang lalu, telah menjadi murid yang mengikuti kepercayaan sampai sekarang dan seterusnya”, (Gosyo Zensyu Pebruari 2016 | Samantabadra

15


materi ajaran | gosyo kensyu halaman 1340). Dengan demikian, ia masuk dalam hati kepercayaan pada awal bulan dua. Ketika surat ini ditulis, Sairenbo masih belum lama menjadi murid Niciren Daisyonin. Sekalipun demikian, ia menanyakan hal yang sangat penting yang merupakan teori hakikat Hukum Buddha, yaitu tentang Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati (Syoji Icidaiji Kecimyaku). Surat ini merupakan balasan atas pertanyaan itu. Karena Sairenbo dahulu adalah seorang Bhiksu sarjana dari Sekte Tendai, pada dasarnya ia memahami ajaran dari Mahaguru Tien-tai. Surat ini mengajarkan mengenai apakah Hukum Buddha Niciren Daisyonin, makna mendalam badan hakikat jiwa dan bagaimana seharusnya sikap hati kepercayaan untuk dapat memperolehnya, serta sikap hati kepercayaan dari sudut akar pokok dan bagaimana melaksanakannya. Pokok pembahasan surat dimulai tentang Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati dan seterusnya menerangkan hal ini. Surat aslinya sudah tidak ada lagi. Surat penting lainnya yang diterima Sairenbo antara lain, Somoku Jobutsu Guketsu, Syoho Jisso Syo, Kito Syo, Tataigisyo. Surat-surat ini berisi pintu Hukum mendasar yang penting. Pertama-tama isi surat ini menerangkan bahwa Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati adalah Myohorengekyo. Untuk menjelaskan hal ini dikutip keterangan Saddharmapundarika-sutra dari Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo. Kemudian, mengenai bagaimana umat manusia dalam menetapkan sikap hati kepercayaan dan teori hakikat kesadaran Buddha yang disebut Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati dapat mengalir sebagai hubungan darah bagi umat manusia, diajarkan dengan membagi tiga titik penting. Kesatu, “Buddha Sakyamuni yang mencapai Kesadaran Buddha di masa lampau yang amat jauh, Saddharmapundarika-sutra yang merupakan Jalan Kebuddhaan bagi semuan16

Samantabadra | Pebruari 2016

ya untuk dapat mencapai kesadaran yaitu Myohorengekyo, dan kita umat manusia Sembilan Dunia, ketiganya sama sekali tidak ada perbedaan. Sungguh hati menyebut Myohorengekyo dengan percaya dan memahami hal tersebut”. Kalimat ini mengajarkan untuk percaya bahwa dalam badan diri sendiri tercakup jiwa Buddha yang sangat agung dan hakiki, serta menyebut dan melaksanakan Saddharma. Kedua, “Dalam hidup-mati tiga masa, yakni masa lampau, sekarang, dan akan datang, tidak melepaskan Saddharmapundarika-sutra; inilah yang disebut menyerahterimakan hubungan darah Saddharmapundarikasutra”. Hendaknya selama tiga masa, lampau, sekarang, dan akan datang, tidak melepaskan Gohonzon, mempertahankan dan meneruskan hati kepercayaan. Ketiga, “Niciren, murid dan penganut, serta lainnya semuanya merasakan dalam hati bahwa diri sendiri dengan orang lain, pihak sana dan sini sama sekali tidak ada perbedaan, bagaikan air dan ikan, dengan Itai Dosyin sungguh-sungguh menyebut Nammyohorengekyo”. Di sini diajarkan mengenai kesatuan hati para murid dan penganut. Terlebih lagi dalam hal ini, aliran pertalian kebersamaan dibuka untuk seluruh umat manusia. Pertalian kebersamaan ini hanya dapat mengalir dengan menyebut Nammyohorengekyo dengan sikap Itai Dosyin. Apalagi, pada Masa Akhir Dharma sekarang ini, Daimoku sebenarnya adalah hakikat yang disebar dan dilestarikan oleh Niciren Daisyonin. Akhirnya Sairenbo bertanya mengenai hal pokok dari Hukum Buddha yang belum pernah diterangkan sebelumnya. Hal ini sangat menggembirakan. Dengan menerangkan jodoh guru dan murid yang tertinggal dalam jiwa, Beliau memberi dorongan semangat untuk menegakkan hati kepercayaan yang semakin berkobar.


ISI GOSYO |

S

aya telah membaca surat Anda dengan seksama. Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati (Syoji Icidaiji Kecimyaku) yang ditanyakan adalah perihal Myohorengekyo. Alasannya, karena kelima aksara Myohorengekyo yang diserahterimakan dari kedua Buddha, yaitu Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna kepada Bodhisattva Visishtakaritra dalam Stupa Pusaka adalah Hukum hubungan darah (Kecimyaku) yang tidak dilepaskan sekejap pun dari masa lampau kalpa yang amat jauh. Myo berarti perihal mati, Ho berarti perihal hidup. Kedua Hukum Hidup-Mati ini adalah badan pokok Sepuluh Dunia; dan ini juga disebut badan pokok pundarika (Totai Renge). Mahaguru Tien-tai mengatakan, “Hendaknya diketahui bahwa sebab-akibat dari semua Subyek dan Lingkungan dari Sepuluh Dunia hanyalah pintu Hukum pundarika (Renge)”. Subyek dan Lingkungan yang dikatakan dalam keterangan ini berarti HidupMati dari Sepuluh Dunia. Dengan ini jelas bahwa sebab akibat yang ada dalam HidupMati juga adalah pintu Hukum pundarika. Mahaguru Dengyo mengatakan, “Kedua Hukum Hidup-Mati adalah fungsi gaib dari sekejap perasaan jiwa. Kedua Jalan ada dan tidak ada adalah kebajikan sesungguhnya dari kesadaran Pokok. Langit dan bumi, gelap (im) dan terang (yang), matahari dan bulan, lima bintang, neraka sampai pencapaian akibat Buddha tidak lain adalah dua hukum hidup-mati. Dengan demikian, hidup-mati pun adalah Hidup-Mati dari ”Myohorengekyo”. Dalam Makasyikan dari Mahaguru Tien-tai dikatakan, “Ki (lahir) adalah hidup, ini adalah ki dari sifat Dharma, metsu (musnah) adalah mati, juga adalah memusnahkan sifat Dharma ini”. Kedua Buddha, yaitu Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna juga mewujudnyatakan kedua Hukum Hidup-Mati. Dengan demikian, badan pokok Sepuluh Dunia adalah Myohorengkyo. Lambang Dunia Buddha, yaitu Buddha Sakyamuni yang mencapai Kesadaran Buddha di masa lampau yang amat jauh; Saddharmapundarika-sutra yang merupakan Jalan Kebuddhaan bagi semuanya untuk mencapai Kesadaran, yaitu Myohorengekyo; dan kita umat manusia Sembilan Dunia; ketiganya sama sekali tidak ada perbedaan. Sungguh hati menyebut Myohorengekyo dengan percaya dan memahami hal tersebut, inilah yang dikatakan Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Inilah merupakan pokok penting bagi murid dan penganut Niciren. Dan, yang dimaksud akan hal ini adalah mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Betapapun, orang yang menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh hati sudah menetapkan hati bahwa saat ajal adalah sekarang. Mengenai orang yang menyebut Nammyohorengekyo, Bab Nasihat Bodhisattva Samantabadra membabarkan, “Ketika hidup orang ini berakhir, ribuan Buddha mengulurkan tangan sehingga tidak takut akan terjatuh dalam Jalan buruk”. Bukan main menyenangkan ! Bukan hanya satu atau dua Buddha, bukan hanya 100 atau 200 Buddha, melainkan hingga ribuan Buddha Pebruari 2016 | Samantabadra

17


materi ajaran | gosyo kensyu datang dan menuntun dengan tangan. Hal ini membuat air mata kegembiraan sukar tertahankan. Sebaliknya, mengenai orang yang tidak percaya kepada Saddharmapundarika-sutra, Bab Perumpamaan membabarkan, “Ketika hidup orang ini berakhir, ia akan jatuh dalam Neraka Avici”. Tentu yang menjemput dan menuntun dengan tangan adalah penjaga neraka. Alangkah tidak menyenangkan, alangkah tidak menyenangkan. Orang seperti ini akan diadili karmanya oleh sepuluh raja dan pasti dimarahi oleh Gusyojin (Dosyo Domyo). Sekarang Niciren, murid dan penganut serta lainnya, orang yang menyebut Nammyohorengekyo, akan dijemput dan dituntun oleh ribuan tangan Buddha. Hendaknya merasakan hal ini bagaikan banyak bunga labu atau sejenis tanaman merambat menjulurkan dan membelitkan sulurnya. Pada masa lampau mengikat jodoh yang kuat berkobar dengan Saddharmapundarikasutra, sehingga di masa sekarang dapat bertemu dengan Sutra ini. Di masa akan datang, tidak diragukan lagi pasti mencapai kesadaran akibat Buddha. Dalam HidupMati tiga masa, yakni masa lampau, sekarang dan akan datang tidak melepaskan Saddharmapundarika-sutra; inilah yang disebut menyerahterimakan hubungan darah Saddharmapundarika-sutra. Orang yang tidak percaya dan memfitnah Dharma, dalam Bab Perumpamaan dibabarkan, “Langsung memutuskan semua bibit Buddha dalam dunia”. Karena memutuskan dan mematahkan bibit Buddha yang memungkinkan untuk mencapai kesadaran Buddha, maka tidak ada Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Niciren, murid dan penganut, serta lainnya, semua merasakan dalam hati bahwa diri sendiri dengan orang lain, pihak sana dan sini sama sekali tidak ada perbedaan bagaikan air dan ikan, dengan Itai Dosyin (badan berlainan hati sama) sungguhsungguh menyebut Nammyohorengekyo. Inilah yang dikatakan Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Apalagi sekarang, inilah Hukum pokok penting yang disebarkan oleh Niciren. Jika murid, penganut dan lainnya membaca makna hal ini dengan badan, pasti akan dapat mencapai keinginan agung kosenrufu. Sebaliknya, jika di antara murid Niciren ada orang yang Itai Isyin (badan berlainan hati berlainan), hal ini bagaikan orang istana yang menghancurkan istana dari dalam. Sekarang, Niciren ingin seluruh umat manusia negeri Jepang percaya kepada Saddharmapundarika-sutra untuk meneruskan hubungan darah yang memastikan untuk dapat menjadi Buddha. Akan tetapi, sebaliknya mereka memberikan bermacammacam kesulitan serta penganiayaan kepada Niciren dan pada akhirnya membuang ke Pulau Sado ini. Dalam hal ini, Anda mengikuti Niciren dengan hati yang tulus dan menemui kesulitan karena percaya Saddharmapundarika-sutra. Perasaan hati Anda dapat dirasakan, sehingga hati Saya juga menderita. Emas tidak dapat dibakar oleh api, tidak dapat dikikis air dan tidak dapat menjadi busuk. Besi tidak dapat menahan keduanya, air dan api. Orang bijaksana seperti emas, orang bodoh seperti besi. Bukankah Anda merupakan emas murni karena mempertahankan emas Saddharmapundarikasutra ? Bab Bodhisattva Baisyajaraja membabarkan, “Di antara berbagai gunung, 18

Samantabadra | Pebruari 2016


Gunung Semeru yang paling utama. Saddharmapundarika-sutra ini juga paling utama di antara berbagai sutra”. Dan juga membabarkan, “Tidak terbakar api, tidak dapat terkikis aliran air”. Karena jodoh yang tertinggal dalam jiwa dari masa lampau, maka dapat menjadi murid Niciren di masa ini. Kedua Buddha, yakni Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna mengetahui hal ini. Kalimat sutra yang terdapat dalam Bab Istana Khayalan yang berbunyi, “Selalu berada di tanah Buddha, selalu lahir bersama guru”, dapat dirasakan sebagai bukan bualan. Apalagi dengan khusus menanyakan perihal Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati yang belum pernah didengar sejak dahulu; bukan main agungnya ! Mengenai kalimat ini telah dicatat secara rinci. Camkanlah dengan sungguh hati, terimalah, sebut dan laksanakanlah Nammyohorengekyo sebagai hubungan darah yang diserahterimakan Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna kepada Bodhisattva Visishtakaritra. Pada dasarnya, fungsi gerakan api adalah membakar dan menerangi. Fungsi gerakan air adalah membersihkan kotoran dan daki. Fungsi gerakan angin adalah menghilangkan debu dan abu, dan menjadi fungsi gerakan mendasar dalam memberi nafas yang sungguh diinginkan manusia, binatang, pohon, dan rumput. Fungsi gerakan mendasar bumi besar menumbuhkah pohon dan rumput. Fungsi gerakan mendasar dari langit adalah melembabkan dan memelihara ribuan benda. Kelima aksara Myohorengekyo juga mencakup semua fungsi gerakan dari lima unsur besar, yakni tanah, air, api, angin, dan ruang. Inilah kurnia manfaat Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing Buddha Pokok. Kehadiran Bodhisattva Visishtakaritra di dunia pada Masa Akhir Dharma sekarang adalah untuk menyebarkan Saddharmapundarika-sutra ini, jelas terlihat pada kalimat sutra. Bukankah demikian ? Tak perduli Bodhisattva Visishtakaritra hadir di dunia atau tidak, sebelumnya Niciren telah kira-kira menyebarkan pintu Hukum yang menjadi hak penyebaran Bodhisattva Visishtakaritra. Perhatikan dan bersungguh-sungguhlah menimbulkan kekuatan kepercayaan yang kuat berkobar-kobar; sungguh-sungguh berdoa Nammyohorengekyo dengan sikap sekaranglah saat ajal (Rinju Syonen). Jangan menginginkan hal lain selain Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Inilah perihal Hawa Nafsu adalah Kesadaran (Bono Soku Bodai), Hidup-Mati adalah Nirvana (Syoji Soku Nehan). Tanpa hubungan darah hati kepercayaan, sekalipun mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, tidak ada kurnia manfaat sama sekali. Yang lebih mendalam akan disampaikan di lain kesempatan. Selamat. Tanggal 11, bulan 2, tahun Bun-ei ke-8 Surat Balasan kepada Sairenbo Syonin

tertanda, Niciren

Pebruari 2016 | Samantabadra

19


materi ajaran | gosyo kensyu | KUTIPAN GOSYO

1

Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati yang ditanyakan adalah perihal Myohorengekyo… Hubungan Darah yang tidak dilepaskan sekejap pun dari masa lampau kalpa yang amat jauh.

Buddha Prabhutaratna kepada Bodhisattva Visishtakaritra sebenarnya bukanlah upacara yang pertama melainkan suatu aliran upacara dari masa lampau yang amat jauh menuju pada penyebarluasan di Masa Akhir Dharma. Di sini juga dikatakan, “Hukum Hubungan Darah (Kecimyaku) yang tidak dilepaskan Keterangan : sekejap pun dari masa lampau kalpa yang Pada awal surat telah disimpulkan bahwa amat jauh”. Di dalam upacara pesamuan yang dimaksud dengan Hubungan Darah Saddharmapundarika-sutra kedua Buddha, Satu Hal Penting dari Hidup-Mati adalah yaitu Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna, Myohorengekyo, yakni Nammyohorengekyo yang duduk berdampingan di dalam Stupa itu sendiri. Jika demikian, mengapa Pusaka, menyerahterimakan badan Hukum Nammyohorengekyo berarti Hubungan Myohorengekyo kepada Bodhisattva Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati ? Visishtakaritra sebagai pemimpin Bodhisattva Pada bagian ini badan Hukum tersebut akan Muncul dari Bumi untuk disebarluaskan diterangkan. di Masa Akhir Dharma. Tanah pokok Badan pokok kesadaran Buddha (Honci) Bodhisattva Visishtakaritra adalah Sakyamuni yang diteruskan kepada umat Jijuyuhosyin Kuon Ganjo; Buddha yang sejak manusia sebagai Hubungan Darah adalah asal mula menerima dan mempertahankan Myohorengekyo. Dalam Saddharmapundarika- Myohorengekyo. Upacara serah terima sutra, kesadaran Buddha Sakyamuni ini tidak yang dilaksanakan dalam pesamuan jelas dan tidak mantap, hanya dikatakan Saddharmapundarika-sutra tidak lain anuttara-samyak-sambodhi. Bagi Niciren menerangkan kesaksian dari ramalan Daisyonin, badan adalah nama sehingga judul kehadiran Bodhisattva Visishtakaritra di Saddharmapundarika-sutra langsung menjadi Masa Akhir Dharma. Oleh karena itu, kalimat inti sari. Jika ada nama, badan pun ada; badan ini pada umumnya menyatakan wajah ajaran ada maka nama pun ada. Dengan demikian, kalimat tersurat. teori sesungguhnya bukan terdapat di balik Selanjutnya kalimat “kelima aksara alam semesta melainkan nyata pada alam Myohorengekyo yang diserahterimakan dari semesta itu sendiri. Berdasarkan pandangan kedua Buddha, yaitu Buddha Sakyamuni dan ini, dengan tegas ditegakkan badan Hukum Buddha Prabhutaratna…tidak dilepaskan sebagai Nammyohorengekyo. Kalimat sekejap pun dari masa lampau kalpa yang awal surat ini bukan hanya menerangkan amat jauh”, pada khususnya merupakan mengenai hubungan darah badan pokok bimbingan dari Kanjin kalimat tersirat. kesadaran yang berkelangsungan dari Buddha “Masa lampau kalpa yang amat jauh”, berarti Sakyamuni dengan tegas dan jelas. Kalau Kuon Ganjo. “Hubungan darah yang tidak Nammyohorengekyo adalah badan Hukum dilepaskan sekejap pun” berarti sejak asal ini, maka hubungan darah yang dimulai oleh mula Myohorengekyo adalah satu badan dari Buddha Sakyamuni dari 3000 tahun yang Hukum dan Manusia. Oleh karena jiwa dari lalu adalah hubungan darah dari Jijuyuhosyin Jijuyuhosyin Kuon Ganjo langsung adalah Kuon Ganjo. Oleh karena itu, hendaknya Myohorengekyo/Nammyohorengekyo, maka diketahui bahwa upacara serah terima dari hubungan darah sekejap pun tidak terlepas. kedua Buddha, yaitu Buddha Sakyamuni dan Mengenai hal ini di dalam Catatan Ajaran 20

Samantabadra | Pebruari 2016


Lisan dengan jelas dikatakan, “Trikaya yang tidak dibuat-buat adalah pelaksana Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma. Nama pusaka yang tidak dibuatbuat disebut Nammyohorengekyo”, (Gosyo Zensyu Halaman 572). Dari sudut fungsi luar, Niciren Daisyonin hadir kembali di Masa Akhir Dharma sebagai Bodhisattva Visishtakaritra, akan tetapi dari sudut kesadaran dalam jiwa merupakan Buddha Pokok Masa Akhir Dharma; Jijuyuhosyin Kuon Ganjo.

2

Myo berarti perihal mati, Ho berarti perihal hidup. Kedua Hukum hidup-mati ini adalah badan pokok Sepuluh Dunia, dan ini juga disebut badan pokok pundarika (Totai Renge).

Keterangan : Pada dasarnya Hukum sumber pokok Saddharma yang disebut hidup-mati juga tidak terlepas dari gejala dunia nyata. Kalimat ini membabarkan jiwa yang sesungguhnya, namun di sini dipisahkan menjadi Myo adalah mati dan Ho adalah hidup. Pandangan ini hanya dimiliki oleh Hukum Buddha. Aksara ‘Myo’ mengandung tiga makna, yaitu mencakup keseluruhan (Gusoku), hidup kembali (Sosei) dan membuka (Kai). Intisari teori filsafat yang dibabarkan Saddharmapundarika-sutra adalah Myohorengekyo. Saddharmapundarika-sutra terjemahan Kumarajiva tersohor karena di dalamnya terkandung makna ini. Niciren Daisyonin dapat memandang langsung pada inti hakikat Saddharmapundarika-sutra ini karena Beliau adalah Buddha Pokok. Berdasarkan pandangan Beliau, ketiga makna Myo tercakup dalam gejala nyata dan di situ menunjukkan gerakan yang mengendalikan seluruhnya. Dari satu Hukum dapat dibuka makna tak terhitung, dan makna yang tak terhitung ini mencakup satu Hukum serta dapat mencipta nilai. Fungsi gerakan ini

adalah ‘Myo’. Di situ jelas dan tegas mengenai arti ‘gaib’. Sesuai aksaranya Hidup-Mati adalah kehidupan dan kematian. Tetapi Hukum Buddha memandang bahwa kematian adalah tahapan di antara kehidupan dan kehidupan. Menurut teori perputaran Hidup-Mati, kematian adalah waktu bersembunyi. Keadaan nyata adalah kehidupan, tersembunyi adalah kematian. Mengenai kehidupan dan kematian ini, Hukum Buddha menjelaskannya menjadi nyata dan sunyata. Jiwa ini terus menerus menyatakan jiwa Sepuluh Dunia sesuai jodoh yang menimbulkannya. Berarti, dalam jiwa sekejap terkandung Sepuluh Dunia secara keseluruhan. Dalam waktu sekejap salah satu Dunia menjadi nyata, sedangkan Sembilan Dunia lainnya tersembunyi. Sembilan Dunia tersebut tetap ada dalam jiwa. Dalam sekejap kemudian, salah satu Dunia ini berubah dari nyata menuju sunyata (hidup ke mati), dan Dunia lainnya dari sunyata menuju nyata (mati ke hidup). Perombakan seperti ini merupakan gerakan kembali dan pergi dari nyata dan sunyata. Inilah filsafat Hukum Buddha. Kekuatan sumber pokok yang menimbulkan segala gerakan alam semesta adalah Myo. Dengan demikian, arti ‘Myo’ menjadi jelas ketika menyadari sumber pokok yang ada dalam gejala nyata. Tetapi, mata kita hanya melihat gerakan sesuai dengan yang nyata di luar, sehingga dalam hal ini manusia tidak berbeda dengan binatang. Dengan sungguhsungguh melihat kehidupan dan jiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari, barulah mempunyai nilai sebagai manusia. Di sini akan diterangkan mengenai hidupmati dari umat manusia. Jiwa seluruh umat manusia Sepuluh Dunia adalah badan pokok Myohorengekyo. Kalimat “Myo berarti perihal mati, Ho berarti perihal hidup”, bermakna dua Hukum Hidup-Mati adalah Saddharma. Ribuan benda akan lahir dan musnah. “Lahir” sebagai nyata, mati sebagai sunyata. Berulangulang Hidup-Mati tanpa awal dan akhir adalah wajah sesungguhnya dari jiwa. Hidup-Mati ini adalah fungsi gerakan dari Myohorengekyo. Pebruari 2016 | Samantabadra

21


materi ajaran | gosyo kensyu Myohorengekyo berarti badan pokok jiwa yang tidak berubah. Mengapa ‘Myo’ berarti ‘mati’ ? Karena, ‘Myo’ berarti gaib, dan ‘mati’ berarti keadaan jiwa yang sunyata, tidak berwarna, tidak terlihat oleh mata dan tidak bisa diraba. Oleh karena keberadaannya tidak dapat dipikirkan maka dikatakan ‘Myo berarti perihal mati’. Sebaliknya ‘Ho’ berarti gejala dan rupa yang terlihat dari luar. Gembira, marah, sedih dan senang adalah wajah yang selalu berubah sekejap-sekejap.

sepuluh dunia tiga ribu, langsung dinamakan Pundarika. Oleh karena itu dikatakan Badan Pokok Pundarika. Kedua, delapan kelopak yang terdapat di dalam dada seluruh umat manusia dinamakan Pundarika. Hal ini dikatakan Badan Pokok Pundarika”. Delapan kelopak yang terdapat di dalam dada adalah jantung dan paru-paru. Makna pertama menerangkan bahwa seluruhnya adalah gejala alam semesta. Kedua, menerangkan bahwa jiwa umat manusia itu sendiri yang berarti Myohorenge adalah Badan Pokok Pundarika. Oleh karena itu hidup-mati adalah Gerakan yang bermacam-macam inilah ‘Saddharma’. Dan badan yang menyatakan hal yang merupakan ‘Ho’. Hal tersebut dapat itu adalah ‘Pundarika’ dari badan pokok. Maka dilihat oleh mata dan dapat diraba. Oleh jiwa Sepuluh Dunia langsung merupakan karena itu, dikatakan ‘Ho berarti perihal ‘Myohorenge’. Mengenai hal tersebut, di hidup’. Wujud nyata dua Hukum dari hidupdalam surat ini, dikutip keterangan rol mati adalah badan pokok Sepuluh Dunia. Umat ke-7 Hokke Gengi dari Mahaguru Tien-tai manusia Sepuluh Dunia, termasuk Buddha, yang mengatakan, “Hendaknya diketahui semuanya menyatakan Hidup-Mati. Oleh bahwa sebab akibat dari semua subyek dan karena itu, jiwa Sepuluh Dunia dikatakan, lingkungan dari Sepuluh Dunia hanyalah Pintu “Juga disebut Badan Pokok Pundarika”. Hukum Pundarika”. Subyek dan lingkungan ‘Badan Pokok Pundarika’ berarti badan pokok berarti sebagai berikut, badan pokok yang seluruh umat manusia adalah Myohorengekyo. menggerakkan jiwa dinamakan ‘subyek, Perkataan ini adalah kebalikan dari dan suasana yang tergantung pada gerakan Pundarika Perumpamaan. Bunga teratai jiwa dinamakan ‘lingkungan’. Sesuai kutipan yang digunakan untuk menerangkan Badan “Subyek dan Lingkungan yang dikatakan Pokok Pundarika dinamakan Pundarika dalam keterangan ini berarti Hidup-Mati dari Perumpamaan. “Pundarika’ (Renge) berarti Sepuluh Dunia”, badan pokok jiwa (subyek) bunga sebagai sebab dan buah sebagai yang hidup berarti ‘hidup’ dan lingkungan akibat adalah serentak sehingga menjadi yang tergantung pada suasana tersebut sebab akibat sesaat. Sekalipun terdapat dinamakan ‘mati’. di tanah kotor bunga teratai mempunyai Selanjutnya, adanya jiwa secara nyata keistimewaan dapat mengeluarkan bunga dari segi ruang diterangkan sebagai subyek yang bersih. Karena keistimewaannya bunga dan lingkungan, sedangkan dari segi waktu teratai dapat diterangkan sebagai Pintu diterangkan sebagai hidup-mati. Kita Hukum Myohorengekyo itu sendiri. Hal ini mengatakan subyek dan lingkungan (Esyo) dinamakan Badan Pokok Pundarika. Surat sebagai inti pokok dan suasana atau diri Makna badan Pokok mengatakan, “Ada sendiri dan suasana, adalah dalam hubungan sebab akibat sesaat; satu Hukum yang gaib dari sudut ruang. Namun sebenarnya ini dinamakan Myohorengekyo”, (Gosyo Zensyu merupakan kesimpulan, sedangkan arti halaman 513). Di dalam Surat Penjelasan sebenarnya adalah sebab dan akibat. Aksara Makna Badan Pokok, Yang Arya Nicikan ‘ho’ dari Eho (lingkungan) dan Syoho (subyek) Syonin membabarkan bahwa Badan Pokok berarti imbalan. Badan pokok yang menerima Pundarika mempunyai dua makna. Dikatakan, imbalan karma yang sudah ditumpuk sejak “Pertama, badan pokok Saddharma dari masa lampau adalah subyek. Dan ketika 22

Samantabadra | Pebruari 2016


menerima imbalan Dunia Neraka, badan ini berada di suasana neraka. Tergantung dari subyek ini, suasana merupakan imbalan, dan inilah lingkungan. Berarti, jiwa diri sendiri dan suasana sebagai imbalan karma adalah subyek dan lingkungan. Oleh karena itu, subyek dan lingkungan dikatakan tumpukan sebab dan akibat. Dapat dikatakan, yang berputar HidupMati adalah jiwa yang menerima imbalan dan tempat dinyatakannya adalah subyek dan lingkungan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa Esyo juga termasuk hal Hidup-Mati. Yang dikatakan subyek dan lingkungan dan Hidup-Mati adalah mengalirnya jiwa secara vertikal dan horizontal. Teori mendasar Saddharma ini menembus di mana pun juga. Dengan demikian, jiwa yang Hidup-Mati maupun subyek dan lingkungan mewujudkan Hukum sebab akibat. Maka sebab dan akibat yang tercakup di dalam sekejap perasaan jiwa (Icinen) adalah sebab akibat sesaat, tidak ada perbedaan yang terdahulu dan terakhir. Umumnya, sebab dan akibat tidak muncul nyata secara bersamaan, tetapi muncul setelah melewati suatu kurun waktu. Pada dasarnya yang menerangkan tercakupnya sebab akibat di dalam sekejap perasaan jiwa (Icinen) adalah Saddharmapundarika-sutra. Di dalam Surat Kanjin No Honzon terdapat kalimat yang menjelaskan mengenai Sepuluh Dunia. Dikatakan, “Marah adalah neraka, lapar adalah keserakahan, bodoh adalah kebinatangan, hati yang bengkok adalah asura, gembira adalah surga dan tenang adalah manusia”, (Gosyo Zensyu halaman 241). Gerakan ‘marah’ dari kutipan “marah adalah neraka”, menjadi sebab dan pada saat timbul kemarahan telah menjadi akibat ‘neraka’, sehingga dikatakan sebab akibat sesaat. Di dalam jiwa Sepuluh Dunia, sebab adalah Sembilan Dunia dan akibat adalah Dunia Buddha. Percaya dan mempertahankan Gohonzon adalah sebab dan Daimoku adalah akibat. Ketika percaya dan menyebut Nammyohorengekyo, di dalam jiwa sekejap ini terwujud Dunia Buddha. Sebab dari Sembilan Dunia dan akibat dari Dunia Buddha tercakup di dalam sekejap perasaan

jiwa, sehingga dapat mencapai kesadaran Buddha dengan badan apa adanya.

3

Mahaguru Dengyo mengatakan, “Kedua Hukum hidup-mati adalah fungsi gaib dari sekejap perasaan jiwa. Kedua jalan ada dan tidak ada adalah kebajikan sesungguhnya dari kesadaran pokok. Keterangan : Menurut Mahaguru Dengyo, lahir di masa ini maupun mati di masa ini adalah gerakan gaib dari Myohorengekyo sebagai badan yang selalu menetap. Lahir menjadi ‘ada’ di masa ini maupun mati menjadi ‘lenyap’ berarti pada dasar pokok kesadaran tercakup fungsi kebajikan. ‘Sekejap perasaan jiwa’ berarti jiwa. ‘Fungsi gaib’ berarti fungsi yang gaib. Maka fungsi gerakan lahir maupun mati adalah gerakan nyata dari jiwa yang tetap ada dan tidak musnah. ‘Kedua Jalan ada dan tidak ada’ berarti keadaan dari ada atau tidak ada di masa ini. ‘Kesadaran pokok’ berarti kesadaran dari sejak asal mula dan badan pokok itu adalah Myohorengekyo. ‘Kebajikan sesungguhnya’ berarti fungsi kebajikan yang sesungguhnya. Maka baik Hidup-Mati maupun ada dan tidak ada, keduanya mempunyai badan yang melampaui hidup dan mati, ada dan tidak ada. Itu adalah ‘sekejap perasaan jiwa’ dan ‘kesadaran pokok’; suatu waktu hidup, suatu waktu mati, suatu waktu ada dan suatu waktu tidak ada. Demikianlah perwujudan wajah yang bermacam-macam. Dua Hukum hidup-mati menyatakan gerakan Myohorengekyo dan kedua jalan ada dan tidak ada dapat dikatakan sebagai dua keadaan menjalankan Myohorengekyo. Ribuan benda menyatakan dua Hukum hidupmati dan juga menyatakan kedua jalan ada dan tidak ada, akan tetapi badan pokoknya adalah Myohorengekyo yang selalu menetap dan tidak berubah. Selanjutnya “langit dan bumi, gelap dan terang, matahari dan bulan, lima bintang” dan lain-lain, ribuan benda dan ribuan gejala (lingkungan) maupun ‘neraka Pebruari 2016 | Samantabadra

23


materi ajaran | gosyo kensyu sampai pencapaian akibat Buddha” serta gerakan jiwa kita (subyek), semuanya tidak lain merupakan dua Hukum Hidup-Mati. Seluruhnya menyatakan Hidup-Mati. Badan dari seluruh gejala adalah Myohorengekyo, maka pernyataan Hidup-Mati dari ribuan benda pada pokoknya adalah Hidup-Mati yang dinyatakan oleh Myohorengekyo. Mengenai hal ini dikatakan, “Hidup-Mati yang seperti demikian, juga Hidup-Mati dari Myohorengekyo”. Demikianlah keterangan dari Mahaguru Dengyo. Dalam filsafat Mahaguru Tien-tai, yang dikatakan sekejap perasaan hati (Issyin) atau kesadaran pokok dan bahwa seluruhnya adalah badan pokok Saddharma merupakan filsafat Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi, cara berpikir filsafat kesadaran pokok dari Mahaguru Tien-tai mengatakan bahwa gejala adalah teori sesungguhnya. Perkataan ini menghilangkan keadaan teori sesungguhnya. Daun yang gugur dari pohon, juga dikatakan sebagai teori sesungguhnya. Seluruhnya menjadi teori sesungguhnya. Dengan penjelasan seperti ini awal teori sesungguhnya tidak ada. Demikian pula, perihal perilaku manusia biasa adalah Buddha. Mahaguru Tien-tai menjelaskan bahwa manusia biasa langsung menjadi Buddha. Kalau begitu, maka tidak ada awal untuk menjadi Buddha, sehingga pertapaan Hukum Buddha tidak diperlukan. Beliau juga mengatakan, tanah kotor langsung adalah Tanah Buddha. Tentu saja pada kenyataannya tidak ada tanah kotor yang langsung menjadi Tanah Buddha. Dalam teori hawa nafsu adalah kesadaran (Bonno Soku Bodai) pun hanya dipikir bahwa karena hawa nafsu dapat menjadi kesadaran, manusia akhirnya menjadi sombong. Memang terlepas dari hawa nafsu tentu tidak ada kesadaran. Akan tetapi, hawa nafsu itu sendiri bukan kesadaran. Dalam meningkatkan hawa nafsu terdapat kunci pencapaian kesadaran. Arti pokok teori Bonno Soku Bodai mengajarkan bahwa menolak dan memutuskan hawa nafsu adalah salah. 24

Samantabadra | Pebruari 2016

4

Dalam Makasyikan dari Mahaguru Tien-tai dikatakan, “Ki (lahir) adalah hidup, ini adalah ki dari sifat Dharma…Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna juga mewujudnyatakan kedua Hukum hidupmati. Keterangan : Kalimat di atas juga sama dengan keterangan dari rol ke-5 Makasyikan yang ditulis oleh Mahaguru Tien-tai. ‘Sifat Dharma’, berarti mengenai Myohorengekyo. Semua gejala perputaran Hidup-Mati dari seluruh benda, sebenarnya tidak lain timbul dan musnah dari Myohorengekyo. ‘Timbul’ berarti hidup dan ‘musnah’ berarti mati. Oleh karena itu, ‘Timbul dari sifat Dharma; musnah dari sifat Dharma” menunjukkan dua Hukum Hidup-Mati Myohorengekyo. Dan dalam upacara pesamuan Saddharmapundarikasutra, dua Buddha, yaitu Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna yang duduk di dalam Stupa Pusaka, juga menyatakan dua Hukum Hidup-Mati. Buddha Sakyamuni adalah ‘hidup’ dan Buddha Prabhutaratna menyatakan ‘mati’. Mengapa demikian ? Yang berinisiatif membabarkan Hukum Saddharmapundarika-sutra adalah Buddha Sakyamuni, maka dikatakan ‘hidup’. Buddha Prabhutaratna berkewajiban sebagai saksi untuk menyatakan subyek, maka dikatakan ‘mati’. Sesuai dua Hukum Prajna dan Hukum (Kyoci), Buddha Sakyamuni berarti prajna, dan Buddha Prabhutaratna menyatakan suasana. Oleh karena itu, Buddha Sakyamuni yang dinyatakan sebagai prajna dari inisiatif segi aktif dikatakan ‘hidup’ dan Buddha Prabhutaratna yang dinyatakan sebagai suasana dari saksi dikatakan ‘mati’.

5

Buddha Sakyamuni yang mencapai kesadaran Buddha di masa lampau yang amat jauh…Sungguh hati menyebut Myohorengekyo dengan percaya dan memahami hal tersebut; inilah yang dikatakan Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati.

GM


Keterangan : Di sini diterangkan tentang isi badan Hukum hubungan darah dan sikap hati kepercayaan terhadap Hukum tersebut. Buddha Sakyamuni dari pencapaian kesadaran di masa lampau yang amat jauh (Manusia), Saddharmapundarika-sutra yang merupakan Jalan Kebuddhaan bagi pencapaian seluruh umat manusia (Hukum) dan umat manusia, ketiganya tidak ada perbedaan; inilah isi badan Hukum. Tentu, yang dikatakan di sini sebagai Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarika-sutra adalah Niciren Daisyonin sebagai Tathagata Jijuyuhosyin dari Kuon Ganjo dan Gohonzon yang diwujudnyatakan oleh Niciren Daisyonin sendiri. Hubungan ketiga di atas tidak ada perbedaan. Dengan adanya teori mendasar ini, dapat diperoleh Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati secara berkesinambungan. Tujuh ratus tahun yang lalu Niciren Daisyonin hadir di dunia sebagai manusia biasa. Tentu saja di kemudian hari akan meninggal. Maka perlu ditegakkan dengan tegas, cara pelestarian kesadaran Niciren Daisyonin (Nammyohorengekyo). Itulah Gohonzon yang merupakan perwujudan jiwa Niciren Daisyonin melalui tinta sumi (Gosyo Zensyu halaman 1124). Jika di antara Gohonzon sebagai jiwa pohon dan rumput dengan jiwa Niciren Daisyonin mempunyai perbedaan, tentu tidak akan ada hubungan darah tersebut. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa Gohonzon terdapat di dalam dada diri sendiri dan mengajarkan pelaksanaan menyebut Daimoku. Antara Buddha Sakyamuni dari pencapaian kesadaran Buddha di masa lampau yang amat jauh (Niciren Daisyonin) dengan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) yang merupakan Jalan Kebuddhaan bagi pencapaian seluruh umat manusia tidak boleh ada perbedaan. Kemudian diterangkan mengenai Gohonzon yang dapat mengalirkan hubungan darah. Jika antara Gohonzon, kita sekalian dan jiwa

Niciren Daisyonin terdapat perbedaan, maka kesadaran Beliau tidak dapat dialirkan. Oleh karena itu di antara ketiga ini benar-benar tidak ada perbedaan. Antara kita yang percaya Gohonzon, menyebut Nammyohorengekyo dan melaksanakannya mempunyai jiwa yang sama dengan Niciren Daisyonin, sehingga dapat memperoleh getaran Dunia Buddha dari Gohonzon. Dalam Gohonzon dipenuhi keinginan jiwa Buddha Pokok Niciren Daisyonin. Jiwa ini ada juga dalam diri kita sebagai umat, maka dapat memperoleh hubungan darah kesadaran Buddha Pokok. Dikatakan agar menyebut Nammyohorengekyo dengan menyadari bahwa ketiga ini tidak ada perbedaan. Kesadaran ini bukan untuk dimengerti saja. Mengerti secara teori berarti mengakui dan menganalisis hal yang terdapat di luar diri sendiri, sedangkan kesadaran berarti sungguh-sungguh merasakan dalam jiwa. Kesadaran seharusnya terdapat di dalam jiwa sendiri, bukan hanya pengakuan secara teoritis saja. Kesadaran berarti dalam jiwa sendiri merasakan keinginan yang sama dengan keinginan jiwa Niciren Daisyonin. Pada bagian ini juga diterangkan bahwa ketiga hal di atas tidak boleh berbeda. Untuk membuktikan bahwa ketiga ini tidak ada perbedaan adalah dengan sungguh-sungguh menyebut Nammyohorengekyo. Gerakan pelaksanaan menyebut Nammyohorengekyo dapat memanggil Kemanunggalan Mutlak Prajna dan Suasana dari Gohonzon. Dengan menyebut Nammyohorengekyo, dalam jiwa dapat dirasakan bahwa ketiga hal ini tidak ada perbedaan dan di situ seperti mengalir satu ikatan untuk mewujudnyatakan Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Selanjutnya diterangkan mengenai sikap hati kepecayaan dan keadaan hubungan darah yang mengalir dalam jiwa. Kalimat “mempertahankan Saddharmapundarikasutra�, berarti hati kepercayaan yang berkesinambungan. Hubungan darah yang diserahterimakan hanyalah Kemanunggalan Mutlak Prajna Pebruari 2016 | Samantabadra

25


materi ajaran | gosyo kensyu dan Suasana dari Gohonzon. Maka, yang terpenting sebenarnya adalah kesinambungan dari hati kepercayaan. Bukan main luas dan besarnya kesinambungan hati kepercayaan dalam hidup-mati ketiga masa; lampau, sekarang dan yang akan datang. Jodoh yang tertinggal dalam jiwa sangat tebal, sehingga seandainya ingin pun tidak dapat melarikan diri darinya. Oleh karena itu, hendaknya tegakkanlah hati kepercayaan yang kuat dan kokoh. Selain itu, jika menegakkan hati kepercayaan yang tak tergoyahkan dapat menerima hubungan darah yang kuat dari Buddha Pokok. Dalam hal ini, kekuatan hubungan darah bukan terdapat pada sutrasutra, bukan ada di kertas lainnya, bukan dunia khayalan yang demikian misterius dan sukar dimengerti, melainkan hanyalah dengan sungguh-sungguh bersedia menyumbang jiwa raga untuk Gohonzon dari Sandaihiho. Di dalam jiwa manusia seperti inilah terdapat hubungan darah ini. Pada kesimpulannya kesadaran adalah, “dengan memegang kepercayaan memperoleh dan memasuki (Issyin Tokunyu)” dan “dengan memegang kepercayaan berubah menjadi prajna (Issyin Daie)”. Maka timbulkanlah hati kepercayaan secara mendalam. Dalam pelaksanaannya, seperti sudah diterangkan tadi, dengan menegakkan hati kepercayaan ini sudah ditetapkan dapat manunggal prajna dan suasana dengan Gohonzon. Dengan demikian, Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati adalah percaya hanya kepada Gohonzon, tidak ada lainnya dan menyebut Nammyohorengekyo. Jiwa Nammyohorengekyo yang merupakan badan pokok kesadaran Buddha langsung mengalir sebagai hubungan darah jiwa kita. Dalam hal ini dikatakan, “Inilah pokok penting bagi murid dan penganut Niciren”. Teori Hukum tidak adanya perbedaan sama sekali antara ketiga hal di atas membabarkan pandangan keagungan jiwa yang unggul dan mendalam. Maka sebagai murid Niciren Daisyonin yang sungguh-sungguh melaksanakan Hukum Buddha, harus menjadikan hal itu sebagai 26

Samantabadra | Pebruari 2016

intisari yang terpenting. Yang diajarkan dalam “mempertahankan Saddharmapundarikasutra” tidak lain adalah hal ini.

6

Betapapun pokoknya, orang yang menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh hati sudah menetapkan hati bahwa saat ajal adalah sekarang…tidak takut akan terjatuh dalam Jalan buruk.

GM

Keterangan : “Menetapkan hati bahwa saat ajal adalah sekarang”, bukan hanya berarti saat meninggal. Memang sekarang belum meninggal, tetapi bukan berarti tidak perlu berpikir tentang saat ajal. Meskipun pada saat ini sehat dan mempunyai kemungkinan untuk hidup seterusnya, saat ajal manusia tidaklah diketahui. Oleh karena itu, kematian adalah suatu kenyataan; siapapun tidak dapat menghindarinya. Meskipun dari sekarang masih dapat hidup beberapa puluh tahun, jika dilihat dari sudut jiwa kekal abadi, hal itu hanya seperti sekejap. ‘Menyadari’ berarti melihat wajah sesungguhnya jiwa ini. Ketika mengetahui dan menyadari fakta ini, perasaan jiwa akan merasakan betapa pentingnya menerima dan mempertahankan Hukum Buddha yang sesungguhnya semasa hidup. Pada saat itulah timbul hati kepercayaan yang sesungguhnya. “Saat ajal adalah sekarang”, berarti kejap demi kejap, hari demi hari memasrahkan jiwa raga. Saat ajal sebenarnya merupakan perhitungan akhir dari kehidupan. Kehidupan setiap orang terkumpul semua pada sekejap saat ajal ini. Meskipun mempunyai kekuatan dan kekuasaan atau dapat menyimpan harta bermilyar-milyar banyaknya, semuanya menjadi tidak berguna jika berhadapan dengan kematian. Akan tetapi, selama berkalpa-kalpa di masa akan datang tumpukkan karunia kebajikan tidak dapat dihapuskan oleh kematian. Orang yang sungguh-sungguh melaksanakan dan menyebut Nammyohorengekyo serta hanya


percaya kepada Gohonzon, di dalam Bab XXVIII Nasihat Bodhisattva Samantabadra dikatakan, “Ketika hidup orang ini berakhir, ribuan Buddha mengulurkan tangan sehingga tidak takut akan terjatuh dalam Jalan buruk”. Dunia setelah kematian sulit diketahui sehingga sangat dikhawatirkan dan ditakuti. Apalagi bila berpikir bahwa berdasarkan karma pada masa ini akan diadili secara berturut-turut oleh sepuluh raja yang mewakili Raja Hukum Yama dan akan dijatuhkan tiga jalan buruk – empat kecenderungan buruk yakni, kelaparan, kebinatangan dan asura. Akan tetapi, orang yang meneruskan kepercayaan sesungguhnya dan menumpuk karunia kebajikan akan ditolong oleh ribuan Buddha dengan mengulurkan tangan. Berarti, setelah orang tersebut meninggal, gerakan seluruh alam semesta raya akan melindungi jiwanya di masa akan datang. Dengan tegas dikatakan bahwa pasti tidak akan terjatuh ke Jalan buruk. Kalimat, “Ketika hidup orang ini berakhir, ribuan Buddha mengulurkan tangan”, umumnya adalah perkataan mengenai saat ajal. Akan tetapi harus diketahui khususnya adalah mengenai sekejap demi sekejap suasana dalam kehidupan ini. Dalam Catatan Ajaran Lisan dikatakan, “Ribuan Buddha berarti pintu Hukum 1000 aspek. Pemfitnah Dharma mengundang penjaga neraka, pelaksana Saddharmapundarikasutra mengundang dan bertemu ribuan Buddha. Sekarang, Niciren, murid dan penganut serta lainnya, orang yang menyebut Nammyohorengekyo tanpa ragu-ragu, akan mengundang dan bertemu ribuan Buddha”. (Gosyo Zensyu halaman780). “Pintu Hukum 1000 aspek”, berarti Sepuluh Dunia yang Saling Mencakupi; Seratus Dunia Seribu Aspek. Ribuan Buddha berarti Seribu Aspek, yakni seribu aspek yang tercakup di dalam jiwa kita merupakan seribu aspek dari Dunia Buddha. Dengan demikian, arti pokoknya adalah sungguh-sungguh bergiat dalam menjalankan hati kepercayaan dari pelaksanaan diri sendiri dan membimbing orang lain (Jigyo Keta).

Dengan demikian fungsi gerakan perlindungan dari ribuan Buddha yang ada di dalam dada kita masing-masing dapat terwujud nyata. Kalimat, “Bukan main menyenangkan ! Bukan hanya satu atau dua Buddha, bukan hanya seratus atau dua ratus Buddha, melainkan hingga ribuan Buddha datang dan menuntun dengan tangan. Hal ini membuat air mata kegembiraan sukar tertahankan”, mengandung arti untuk memecahkan dan mematahkan Nembutsu (Sekte Jodo) yang tersebar pada waktu itu. Sekte Jodo mengatakan, “Jika menyebut nama Amitabha, pada saat ajal akan dijemput dua Bodhisattva dari utusan Buddha, Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta dari tanah Sukhavati di sebelah Barat”. Sebaliknya orang yang percaya Saddharma, bukan hanya satu atau dua Buddha, bukan hanya seratus atau dua ratus Buddha, tetapi hingga ribuan Buddha akan melindungi dan menuntun dengan tangan. Sebaliknya, orang yang tidak percaya Saddharmapundarika-sutra, di dalam Bab III Perumpamaan Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Orang yang tidak percaya dan memfitnah Hukum ini, ketika hidupnya berakhir ia akan jatuh ke dalam Neraka Avici”. Artinya tentu akan terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Mengenai kalimat, “Diadili karmanya oleh sepuluh raja”, Sutra Sepuluh Raja mengatakan bahwa orang yang telah meninggal harus berjalan seorang diri di dalam dunia gelap yang dinamakan Cyu U dan karma semasa hidup terus menerus diadili oleh sepuluh raja atau Raja Yama untuk ditentukan tempat kelahirannya di masa akan datang. Dengan diterangkan adanya sepuluh raja dan Gusyojin sebagai ‘jaksa’, dalam Sutra Sepuluh Raja ini terdapat kepalsuan mengenai masa akan datang. Dalam Hukum Buddha, diterimanya penderitaan yang dinamakan neraka adalah akibat karma yang dibuat oleh diri sendiri. Penderitaan ini merupakan kesalahan diri sendiri, bukan dihukum oleh orang lain. Menerima penderitaan neraka atau menuju ke Tanah Jakko ditentukan oleh akibat karma diri Pebruari 2016 | Samantabadra

27


materi ajaran | gosyo kensyu sendiri. Oleh karena itu, sepuluh raja dan lainlain tidak diperlukan. Dahulu, neraka dikatakan terdapat di bawah tanah. Tempat yang dituju oleh orang yang telah meninggal bukanlah khayalan sementara, melainkan betapapun juga merupakan ‘hidup’ di masa akan datang. Meskipun neraka dibabarkan secara fiktif sebagai tempat di bawah tanah, karena merupakan hidup di masa akan datang, neraka tetap merupakan realita. Keadaan neraka dan penjaga neraka merupakan suasana penderitaan yang ganas akibat karma diri sendiri yang harus diterima pada kehidupan akan datang. Dalam kehidupan sekarang juga terdapat neraka. Tetapi perasaan suasana penderitaan ini dikhayalkan dan dibesarbesarkan, sehingga terdapat pemikiran seperti itu. Sepuluh raja dan Gusyojin pun sebenarnya merupakan suatu lambang Hukum karma. Karma sendiri terlukis di dalam jiwa diri sendiri. Namun jika langsung diterangkan demikian, umat manusia sulit mempercayainya. Bahkan, perilaku seharihari terlukis di dalam jiwa dilupakan dan tidak ada di dalam kenyataan. Apalagi di masa sekarang yang dipenuhi oleh orang buruk yang menggunakan kekuatan dan kekuasaan secara semena-mena. Dengan melihat realita kehidupan yang seperti ini dapatkah mereka percaya kepada teori mendasar sebab akibat yang sedemikian tegas. Untuk menjaga hati kepercayaan umat manusia dibabarkan tentang Gusyojin dan pengadilan sepuluh raja. Sutra Sepuluh raja ini menggambarkan secara rinci mengenai dunia setelah kematian dan penderitaan dari orang yang telah meninggal dan teori Hukum Sebab Akibat dinyatakan dari segi perumpamaan. Sutra ini merupakan sutra yang mengajarkan unggulnya pelaksanaan pertapaan Jalan Buddha di dalam Dunia Saha, sehingga makna pembabarannya menjadi sangat besar. “Gusyojin” berarti dewa yang lahir secara bersamaan dengan kelahiran seorang manusia. Oleh karena itu dinamakan Dewa Dosyo Domyo. Karena lahir bersamaan dengan 28

Samantabadra | Pebruari 2016

lahirnya seorang manusia maka dikatakan Dosyo. Dan, karena sama namanya dengan orang tersebut maka dikatakan Domyo. Karena terdapat secara alami maka dikatakan dewa. Dewa tersebut berada di kiri dan kanan pundak manusia sampai saat meninggal serta akan melaporkan karma buruk dan baik dari orang tersebut kepada dewa tanpa tertinggal satu pun. Karena terus diawasi sejak lahir, maka manusia tidak dapat melarikan diri. Dengan demikian sepuluh raja dan Gusyojin ini menyatakan keras dan tegasnya Hukum Karma yang terdapat di dalam jiwa manusia.

7

Dalam hidup-mati ketiga masa, yakni masa lampau, sekarang dan akan datang tidak melepaskan Saddharmapundarika-sutra; inilah yang disebut menyerahterimakan hubungan darah Saddharmapundarika-sutra.

Keterangan : Dengan menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra (Nammyohorengekyo), dan melaksanakan hati kepercayaan secara berkelangsungan, maka dapat menerima Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati secara terus menerus. Kalimat, “Di masa lampau mengikat jodoh yang kuat berkobar dengan Saddharmapundarika-sutra, sehingga di masa sekarang dapat bertemu dengan sutra ini. Di masa akan datang, tidak diragukan lagi pasti mencapai kesadaran akibat Buddha”, menerangkan teori Hukum sebab akibat yang melampaui tiga masa. Sutra Sinjikan mengatakan, “Jika ingin mengetahui sebab di masa lampau lihatlah akibat di masa sekarang. Jika ingin mengetahui akibat di masa akan datang lihatlah sebab di masa sekarang”. Adanya ikatan jodoh yang kuat dengan Gohonzon di masa lampau dikatakan, “Sebab di masa lampau”. Menerima dan mempertahankan Gohonzon di masa sekarang dikatakan, “Akibat di masa sekarang”. Apalagi, menerima dan mempertahankan Gohonzon berarti langsung merupakan “sebab di masa


sekarang”. Hal ini menentukan akibat akan datang, yakni akan datang dapat mencapai akibat Buddha. Oleh karena itu, bertemu dengan Gohonzon di masa ini bukanlah kebetulan, melainkan karena ikatan jodoh yang amat kuat di masa lampau. Jika meneruskan hati kepercayaan yang kuat dan berkobar-kobar di masa sekarang, di masa akan datang juga dapat dilahirkan dan bertemu kembali bersama Gohonzon. Di sini diajarkan bahwa pasti dapat menembus masa lampau, sekarang, dan akan datang. Hal ini sesuai dengan kalimat ”Dalam hidup-mati tiga masa…inilah yang disebut menyerahterimakan hubungan darah Saddharmapundarikasutra”. Kalimat ini berarti menerima dan mempertahankan hati kepercayaan dari segi waktu secara vertikal, yakni tiga masa lampau, sekarang dan akan datang. Dengan perkataan lain, ketika menyebut Nammyohorengekyo pada saat ajal, di masa akan datang juga dapat terlahir dengan menerima dan mempertahankan hati kepercayaan. Di masa sekarang, jika berpikir hari demi hari sebagai hidup-mati, tentu akan mempertahankan kepercayaan secara konsisten setiap hari sehingga dikatakan, “Dalam hidup-mati ketiga masa…tidak melepaskan”. Hidup-Mati di masa lampau adalah Hidup-Mati kemarin. Hidup-Mati saat ini adalah Hidup-Mati hari ini. Hidup-Mati masa akan datang adalah Hidup-Mati esok. Selebihnya dikatakan bahwa Sepuluh Dunia yang selalu berubah dalam setiap kejap adalah aliran perputaran hidupmati. Bagi manusia perputaran tersebut umumnya adalah tiga jalan buruk dan empat kecenderungan buruk; paling banyak adalah enam jalan. Pada kedalaman suasana jiwa yang bagaimanapun juga pasti tertembus oleh sekejap perasaan jiwa yang percaya kepada Gohonzon; di sinilah terdapat “Inilah yang disebut menyerahterimakan hubungan darah Saddharmapundarikasutra”. Menyerahterimakan berarti guru dan murid saling berhadapan untuk menerima pintu Hukum dan meneruskannya. Asal

mula hubungan darah adalah hubungan darah badan pokok yang khusus diterima dari satu orang, dan kemudian menjadi hubungan darah hati kepercayaan dengan seluruh umat. Perkataan “Menyerahterimakan hubungan darah Saddharmapundarika-sutra” berarti, Hubungan dari hati kepercayaan dengan seluruh umat. Hubungan darah hati kepercayaan dengan seluruh umat berarti Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati yang mengalir dalam satu badan Buddha Pokok Niciren Daisyonin dapat diterima dalam jiwa kita yang menjalankan hati kepercayaan yang tidak akan mundur selama tiga masa. Akan tetapi, orang yang tidak percaya Hukum sesungguhnya dan memfitnah, sama seperti yang dikatakan Bab III Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra, “Langsung memutuskan semua bibit Buddha dalam dunia”. Memutuskan dan mematahkan bibit Buddha yang terdapat di dalam jiwa diri sendiri berarti memutuskan dan mematahkan Hubungan Darah Satu Hal Penting dari HidupMati.

8

Niciren, murid, dan penganut, serta lainnya, semua merasakan dalam hati bahwa diri sendiri dengan orang lain, pihak sana dan sini sama sekali tidak ada perbedaan bagaikan air dan ikan, dengan Itai Dosyin (badan berlainan hati sama), sungguh-sungguh menyebut Nammyohorengekyo. Inilah yang dikatakan Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Keterangan : Kutipan kalimat sebelumnya menerangkan Hubungan Darah Satu Hal Penting dari HidupMati secara vertikal, yakni menerangkan keluasan hubungan jiwa dan jiwa. Kutipan kalimat di atas, menerangkan secara horizontal, yakni menerangkan bahwa setiap manusia memiliki hubungan darah yang diserahterimakan. Orang-orang seperti ini berkumpul, bahu membahu menjalankan Kosenrufu, dan membentuk organisasi Pebruari 2016 | Samantabadra

29


materi ajaran | gosyo kensyu penganut yang Itai Dosyin. Dalam organisasi yang demikianlah terdapat nafas (keinginan) jiwa Buddha. Inilah pentingnya organisasi ‘Itai Dosyin’. Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati yang terdapat dalam jiwa seseorang yang tidak melepaskan Saddharmapundarika-sutra selama tiga masa tentu terdapat pula di dalam susunan ini. Tetapi, sekalipun dikatakan tidak melepaskan hati kepercayaan selama hidup-mati selama tiga masa, sebagai manusia biasa sulit menjalankannya secara berkesinambungan. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu berada di dalam susunan yang bersatu hati. Karena di dalamnya mengalir hubungan darah Buddha Pokok, maka dengan menaruh badan jiwa pada aliran tersebut, akan memperoleh hubungan darah. Berdasarkan makna ini maupun dari terdapatnya hubungan darah di dalam hubungan Itai Dosyin, maka tidak ada yang lebih penting dari pada manusia biasa. Di dalam hubungan jiwa dan jiwa yang melebar secara horizontal, yaitu dalam hubungan jiwa yang Itai Dosyin, umumnya mengalir Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Keinginan pokok Niciren Daisyonin adalah agar seluruh umat manusia secara meluas dapat menerima hubungan darah ini sehingga menjadi Buddha. Pertama, kata ‘umumnya’ adalah kebalikan dari kata ‘khususnya’. Khususnya, badan pokok Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati semasa hidup Buddha Sakyamuni mengalir sebagai Bodhisattva Visishtakaritra, pemimpin Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Pada Masa Akhir Dharma sekarang ini, jiwa Buddha Pokok Niciren Daisyonin hadir secara nyata di dunia ini sebagai kelahiran kembali Tathagata Jijuyuhosyin Kuon Ganjo. Secara umum, hubungan darah dari Buddha Pokok mengalir sebagai murid dan penganut Niciren Daisyonin yang menyebut Nammyohorengekyo dengan ‘Itai Dosyin’. Berarti mengajarkan bahwa hubungan darah tersebut mengalir dalam jiwa setiap orang yang hidup dengan berkeinginan agung 30

Samantabadra | Pebruari 2016

Kosenrufu. “Merasakan dalam hati bahwa diri sendiri dengan orang lain, pihak sana dan sini sama sekali tidak ada perbedaan”, berarti sebagai murid Niciren Daisyonin tidak boleh membedakan orang lain dengan diri sendiri atau pihak sana dengan pihak sini, juga tidak boleh memiliki perasaan permusuhan atau mengasingkan orang lain. Manusia mudah terjatuh ke dalam rasa mementingkan diri sendiri dan ingin berkuasa serta mudah menolak orang yang tidak disenanginya. Oleh karena itu, harus menghilangkan perasaan hati yang egois, sombong, terikat pada kesesatan diri sendiri dan harus mengadakan hubungan jiwa dengan jiwa, hati dengan hati, dapat merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan diri sendiri, kebahagiaan kawan sebagai kebahagiaan diri sendiri. “Bagaikan air dan ikan”, menyatakan hubungan yang sulit dipisahkan. Di sini dijelaskan sebagai perumpamaan ‘Itai Dosyin’. Air dan ikan memiliki kualitas yang berbeda, namun keduanya harus ada. Tanpa air, ikan tidak dapat hidup. Mungkin air tidak membutuhkan ikan. Sekalipun demikian, untuk bernafas, ikan dan rumput air mempunyai hubungan yang saling memberi. Selain itu, ikan akan memberikan pengaruh baik besar maupun kecil terhadap sungai atau kolam. Bagaimanapun juga, untuk memelihara kolam maupun sungai yang hidup dibutuhkan ikan. Arti pokok dari perumpamaan ini adalah untuk saling membantu dan bahu membahu dalam keberadaan kualitas yang berbeda demi mewujudkan badan pokok jiwa yang agung. Dengan demikian, bukan mengajarkan perihal Dotai Dosyin (badan sama, hati sama), melainkan mengajarkan arti dari ‘Itai Dosyin’. Mengenai ‘Dosyin’ (hati sama), berarti menyamakan perasaan dan semangat untuk maju menuju ke suatu tujuan. Ada yang bersatu hati untuk berperang, ada yang bersatu hati untuk melakukan keburukan. Dan ada pula yang bersatu hati dalam hal untung rugi. Jika demikian apakah tujuan ‘Dosyin’ bagi kita ? Tentu itu adalah “keinginan


agung Kosenrufu”, tidak ada tujuan lain yang melebihi tujuan ini. tidak boleh ada hati yang menentang keinginan agung Kosenrufu ini. Oleh karena itu, tujuan kita mempunyai hati yang sama tidak lain adalah tercapainya keinginan agung Kosenrufu. Bersatu hati karena timbulnya emosi atau bersatu hati karena untung rugi bukanlah ‘Dosyin’ yang sesungguhnya. Keinginan agung Kosenrufu dapat tercapai tergantung pada hati kepercayaan kepada Gohonzon. Maka hati dari ‘Itai Dosyin’ menunjuk hati kepercayaan. Dengan hati kepercayaan yang sama menuju Kosenrufu adalah arti dari ‘Dosyin’. Selanjutnya mengenai ”Itai” (badan berlainan). ‘Itai’ atau badan berlainan, bukan berarti jiwa dan badan sendiri berlainan. Di dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin, dengan badan berlainan hati menjadi sama; ‘Itai’ menjadi ‘Dosyin’. Pada awalnya harus diakui memang berlainan badan. Sesuai keadaan suasana negara waktu itu, Niciren Daisyonin sendiri merupakan ‘Itai’ (badan berlainan). Hal ini karena Beliau dilahirkan dalam keluarga nelayan yang berderajat terendah yakni Golongan Candala, sehingga Beliau dibedakan oleh orang lain. Tetapi, murid-murid Niciren Daisyonin terdiri dari golongan samurai, bhiksu, nelayan, petani dan lain-lain. Orang-orang ini bersatu hati dengan dasar hati kepercayaan, bukan dengan kekuatan kekuasaan. Filsafat yang mampu membuat Itai menjadi Dosyin, tidak menimbulkan korban. Pada pokoknya, sejak dahulu, manusia tidak memiliki badan yang sama. Jika ingin menyatakan badan yang sama, tentu diperlukan sesuatu kekuatan. Karena badan sama ini kelihatan dari luar, maka diperlukan bentuk kekuatan dari luar. Inilah kekuasaan. Orang yang memiliki kepercayaan dari badan sama adalah orang yang menyukai kekuasaan. Sebaliknya, karena hati sama adalah sisi dalam, maka keadaan dengan badan berlainan hati menjadi sama tidak dapat dipaksakan, sekalipun ada kekuatan dari luar. Oleh karena itu, berlainan dengan kekuasaan. Hal ini dapat

terlihat dengan jelas dari perilaku Niciren Daisyonin yang tetap terpadu. Kita sekalian harus memahami dan melakukan hal ini. Jika ingin menimbulkan ‘Dosyin’ berdasarkan kekuasaan, sikap ‘Itai Dosyin’ akan runtuh dan musnah. Jika dilihat sekilas, rupa ‘Dotai’ yang diterangkan di atas adalah kekuatan yang menjadi satu. Tetapi, sekalipun terlihat baik dan unggul, kekuatan itu berbeda dengan kekuatan yang sesungguhnya. Maka, Niciren Daisyonin mengajarkan, sekalipun kelihatannya maju perlahan-lahan, cara memajukan dengan keinginan bersatu dari badan berlainan menjadi hati yang sama merupakan jalan langsung tercapainya keinginan agung Kosenrufu. Keunggulan gerakan jalan Kosenrufu ini adalah dari badan berlainan menjadi hati sama. Jadi, ’Itai Dosyin’ berarti orang-orang yang memiliki kepribadian dan keunggulan masingmasing bergerak dengan keinginan yang sama. Di sinilah timbul kekuatan unggul dan besar yang tidak dapat dicapai secara individu. Dapat dikatakan Itai Dosyin merupakan teori mendasar yang mampu menyelaraskan satu dengan keseluruhan secara luar biasa. Keistimewaan “Itai Dosyin” dari Hukum Buddha adalah bahwa setiap orang yang memiliki hati kepercayaan kepada Gohonzon berkeinginan menyelamatkan seluruh manusia, berkeinginan memakmurkan negara masing-masing, mau melaksanakan dan mewujudkan keistimewaan serta kepribadian masing-masing yang unggul dan agung. Inilah makna pokoknya. Berarti, dengan hati yang sama, juga harus mementingkan badan yang berlainan. Dengan mengetahui adanya badan yang berlainan berusaha meningkatkan kepribadian diri sendiri. Secara horizontal mempertahankan kebersamaan, dengan tegas mempertahankan “Dosyin” demi tercapainya tujuan agung Kosenrufu. Pokoknya, bagaimanapun juga “Dosyin” berarti menyamakan hati kepercayaan kepada Gohonzon. Selebihnya, perkataan, “keinginan agung Kosenrufu berarti menyebarluaskan Pebruari 2016 | Samantabadra

31


materi ajaran | gosyo kensyu Saddharma”, (Gosyo Zensyu halaman. 736), dan, “jika keinginannya sama dengan Niciren”, (Gosyo Zensyu halaman. 1360), menunjukkan bahwa tujuan agung Kosenrufu tidak lain merupakan tugas kita sendiri. Dengan pendirian seperti ini, tanpa hati yang membedakan orang lain dengan diri sendiri, pihak sana dan pihak sini, merasa sama bagaikan air dan ikan, bersikap Itai Dosyin dengan bersumber pokok kepada Gohonzon. Dalam kehidupan selalu mengutamakan hati kepercayaan dan terus melaksanakan pertapaan. Di dalam jiwa ini terdapat Hubungan Darah Satu Hal Penting dari HidupMati, yakni mewujudkan secara terus menerus jiwa Buddha yang unggul dan agung. Kalimat, “Apalagi sekarang, inilah Hukum pokok penting yang disebarkan oleh Niciren”, berarti pokok penting dari tujuan hakikat penyebarluasan Saddharma Niciren Daisyonin terletak pada wujud nyata keharmonisan persatuan hati. Maka Niciren Daisyonin menetapkan bahwa dengan menumpuk pelaksanaan meluaskan lingkaran ‘Itai Dosyin’ yang mencakup seluruh umat manusia, “pasti akan dapat mencapai keinginan agung Kosenrufu”. Akan tetapi, jika terdapat orang yang ‘Isyin’ (hati berlainan), akan merusak keharmonisan. Kemudian dikatakan bahwa jika menentang Saddharmapundarika-sutra akan menerima hukuman yang paling berat akibat memfitnah Hukum Sesungguhnya. Oleh karena itu, diperingatkan, “Jika di antara murid Niciren ada yang ‘Itai Isyin’ (badan berlainan hati berlainan), hal ini bagaikan orang istana menghancurkan istana dari dalam”. ‘Itai Isyin’ berarti badan berlainan, hati berlainan; mengikuti keinginan diri sendiri, sama sekali tidak mau bersikap bersatu. Hal ini bagaikan orang istana yang seharusnya menjaga istana, malahan merusak istana dari dalam, seperti berhubungan dengan pihak lawan dan membuka gerbang istana untuk mengundang musuh memasuki istana; sama seperti cacing yang terdapat di dalam perut singa. ‘Isyin’ berarti pada dasarnya berlainan dan menentang keinginan hati Niciren 32

Samantabadra | Pebruari 2016

Daisyonin. Mengapa dapat terjatuh ke dalam ‘Isyin’ ? Jika dilihat dari dasarnya, adalah karena kesombongan diri sendiri, pandangan diri sendiri dan keterikatan pada diri sendiri. Dalam pelaksanaan menjadi mengutamakan keuntungan diri sendiri atau perasaan dan keinginan diri sendiri atau kesombongan. Hal ini tentu akan menjauhkan ke dalam ‘Itai Isyin’, sehingga akan timbul ketidaksenangan, dendam dan iri hati. Akhirnya menjadi pengkhianat atau musuh yang sangat membenci. Hendaknya terus memperhatikan peringatan ini.

9

Sekarang, Niciren ingin seluruh umat manusia negeri Jepang percaya kepada Saddharmapundarika-sutra untuk meneruskan hubungan darah yang memastikan untuk dapat menjadi Buddha. Akan tetapi, sebaliknya mereka memberikan bermacam-macam kesulitan serta penganiayaan kepada Niciren dan pada akhirnya membuang ke Pulau Sado ini. Keterangan : Di sini diterangkan karena Niciren Daisyonin berkeinginan meneruskan Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati kepada seluruh umat manusia, maka Beliau mengalami penganiayaan. Dan diterangkan pula mengenai sebab jodoh Sairenbo yang menjadi murid Niciren Daisyonin dalam suasana yang kejam tidak menentu dan memberi dorongan semangat kepadanya. Niciren Daisyonin berani berdiri dalam penyebarluasan ajaran karena Beliau ingin meneruskan hubungan darah yang memastikan seluruh umat manusia dapat menjadi Buddha. Akan tetapi, orang-orang negeri Jepang pada waktu itu, “Sebaliknya, memberikan bermacam-macam kesulitan dan penganiayaan kepada Niciren ini dan akhirnya membuang ke Pulau Sado ini”. Niciren Daisyonin mengalami bermacammacam penganiayaan; penganiayaan kecil


tak terhitung dan akhirnya mengalami penganiayaan besar hingga empat kali, yakni hukuman mati dan hukuman pembuangan yang mengancam jiwa Beliau. Dalam suasana yang sedemikian kejam, Sairenbo menyatakan diri untuk mengikuti Niciren Daisyonin atas dasar keinginannya sendiri, sehingga sekalipun ia juga mengalami kesulitan, hati kepercayaannya sedikitpun tidak tergoyahkan. Di dalam Surat ini dikatakan, “Perasaan hati Anda dapat dirasakan sehingga hati Saya juga menderita”. Kalimat ini membuktikan betapa dalamnya rasa sayang Niciren Daisyonin kepada murid-Nya. Sebenarnya Niciren Daisyonin sendiri mengalami penganiayaan besar, tetapi Beliau lebih memikirkan perasaan hati Sairenbo yang juga mengalami penganiayaan sehingga merasa susah hati. Dengan perasaan yang penuh maitri karuna, Niciren Daisyonin ingin merangkul dan memberikan dorongan semangat serta kehangatan hati kepada Sairenbo. Dikatakan pula, “emas tidak dapat dibakar oleh api, tidak dapat dikikis air dan tidak dapat menjadi busuk. Besi tidak dapat menahan kedua air dan api. Orang bijaksana seperti emas, orang bodoh seperti besi. Bukankah Anda merupakan emas murni karena mempertahankan emas Saddharmapundarika-sutra?” Kalimat ini memuji sikap Sairenbo yang meneruskan hati kepercayaan tanpa tergoyahkan walaupun mengalami penganiayaan besar. Sekalipun dibakar oleh api, emas tidak berubah; meskipun direndam di dalam air, emas tidak membusuk. Sebaliknya besi lemah terhadap api dan bila direndam dalam air akan berkarat, akhirnya menjadi keropos dan rusak. Sekalipun mengalami penganiayaan orang bijaksana tidak tergoyahkan prinsipnya atau menghapusnya. Maka orang bijaksana disamakan seperti emas. Sebaliknya orang bodoh yang meninggalkan prinsip karena mengalami penganiayaan diumpamakan seperti besi. Saddharmapundarika-sutra adalah Hukum yang terunggul, tidak dapat dipecahkan dan dirusakkan oleh siapapun

dan apa pun juga. Sekalipun kehidupannya menderita, Sairenbo yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra tidak menjadi rusak, sehingga dipuji, “Bukankah Anda merupakan emas yang murni karena mempertahankan emas Saddharmapundarikasutra?” Dari Bab XXIII Bhaisyajaraja Saddharmapundarika-sutra dikutip kalimat tentang perumapaan Saddharmapundarikasutra sebagai sutra yang terunggul di antara berbagai sutra. Di dalam Bab Bhaisyajaraja dibabarkan mengenai 10 macam perumpamaan tersebut. Perumpamaan yang kedua adalah perumpamaan gunung. Saddharmapundarika-sutra diumpamakan Gunung Semeru, dan berbagai sutra diumpamakan sebagai berbagai gunung. Gunung Semeru mengungguli seluruh gunung lainnya. Dengan ini memuji Saddharmapundarika-sutra sebagai yang terunggul, yakni pintu Hukum pencapaian Kesadaran Buddha dengan badan apa adanya. Dan di dalam bab yang sama dikatakan bahwa orang yang menerima dan mempertahankan sutra (Gohonzon) ini dan menyebarluaskannya, akan menerima karunia kebajikan yang tak terhitung dan tak terhingga. Maka tidak terbakar oleh api hawa nafsu, tidak terhanyut oleh aliran air hidup-mati, dapat memperoleh suasana jiwa yang tidak akan rusak. Dengan demikian, bagaimanapun terdapat penderitaan, kesulitan dan hawa nafsu, suasana jiwa orang yang menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo, tidak akan menjadi rusak dan musnah. Orang yang terus menerima, mempertahankan, percaya dan melaksanakan Saddharma adalah orang bijaksana yang terunggul atau dapat dikatakan sebagai orang yang merupakan emas murni.

10

Karena jodoh yang tertinggal dalam jiwa dari masa lampau, maka dapat menjadi murid Niciren di masa ini. kedua Buddha, yakni Buddha Sakyamuni dan Buddha Pebruari 2016 | Samantabadra

33


materi ajaran | gosyo kensyu Prabhutaratna mengetahui hal ini. Kalimat sutra yang terdapat dalam Bab Istana Khayalan yang berbunyi, “Selalu berada di tanah Buddha, selalu lahir bersama guru”, dapat dirasakan sebagai bukan bualan.

dan bersamaan itu memiliki keluasan yang tidak terbatas dalam segi ruang. Inilah yang dikatakan, “selalu berada di tanah Buddha”. Jika perkataan ‘guru dan murid selalu berada di tanah Buddha’ dibalik, berarti di manapun berada terdapat hubungan guru dan murid. Keterangan : Berarti dari segi waktu dan ruang, di manapun Ketika Niciren Daisyonin sedang mengalami berada, hubungan yang terpenting bagi penganiayaan besar yakni hukuman manusia adalah guru dan murid. Berdasarkan pembuangan ke Pulau Sado, Sairenbo menjadi pembabaran sebab jodoh ini, kaum Sravaka murid Beliau. Hal ini dikatakan merupakan yang berkumpul di pesamuan Saddharma perjumpaan gaib yang didasari oleh jodoh dapat mencapai Kesadaran Buddha. Karena, yang tertinggal dari masa lampau. Mengenai Bab ini pun menerangkan hubungan murid hal ini dikatakan, “Buddha Sakyamuni dan dan guru. Buddha Prabhutaratna mengetahui hal ini”. Hubungan manusia ada bermacam-macam. Berarti hanya Buddha yang dapat mengetahui Misalnya, orang yang dikenal, teman, ibuhal tersebut. ayah dan anak, suami istri, keluarga, majikan Mempertahankan hati kepercayaan dalam dan pegawai, tetangga, guru dan murid. suasana yang baik adalah hal yang mudah. Ikatan hubungan ini terdapat dalam keluarga, Sebaliknya, menjaga dan mempertahankan pekerjaan, atau berdasarkan pendidikan. Hukum Buddha dalam suasana ditindas dan Akan tetapi, ikatan hubungan guru dan murid dihina adalah hal yang sangat agung; inilah Hukum Buddha terdapat di dalam cara hidup rupa murid Buddha yang sesungguhnya. manusia, yakni bagaimana kita hidup di dalam Kutipan kalimat Bab Istana Khayalan kehidupan ini. Maka, tema yang terpenting merupakan pembabaran mengenai golongan sebagai manusia adalah hubungan yang sebab jodoh dari ketiga golongan pembabaran saling bahu membahu. Hubungan guru dan Hukum. Hubungan murid dan guru antara murid seperti inilah yang terpenting dalam umat manusia dengan putra raja keenam belas hubungan yang dimiliki antar manusia. Selama dari Buddha Mahabijnajnanabhibhu terus manusia berada, tidak boleh melupakan hal berlangsung sampai 3000 tahun yang lalu. guru dan murid. Dalam segi waktu dan ruang, Filsafat ini yang unggul dan agung. Bahkan, keberadaan keadaan jiwa tidak terhitung dan Ajaran Pokok dari Saddharma menjelaskan tidak terbatas, hubungan guru dan murid yang jauh dekatnya hubungan guru dan murid, mengalir di dalamnya juga harus sama. yaitu telah mengikat jodoh dari 500 asam Perkataan ‘tanah Buddha’ dari kalimat, kheya kalpa koti. Bahkan di dalam Ajaran “Selalu berada di tanah Buddha, selalu lahir Pokok Tunggal dari kalimat tersirat dikatakan, bersama dengan guru”, hendaknya diketahui “bahkan sebelumnya”. Dengan demikian, Kuon bukan berarti mengajarkan bahwa dilahirkan Ganjo bukan berarti hanya satu titik dari masa setelah tanah Buddha itu ada. Setiap terlahir lampau, melainkan menunjukkan aliran yang kembali, Buddha Sakyamuni dan muridberkesinambungan. Nya menjalankan pembabaran Hukum dan Satu aksara “selalu” dari “selalu lahir membimbing. Berarti, lahirnya guru dan bersama dengan guru”, memiliki arti murid adalah untuk menjadikan tempatnya terdahulu. Berarti jodoh dari guru dan murid sebagai tanah Buddha. Demikian pula kita bukan terjalin dalam satu waktu, melainkan sekalian yang lahir bersama guru juga harus sejak dahulu hubungan guru dan murid menjadikan seluruh dunia saha sebagai tidak pernah terputus. Hubungan guru dan tanah Buddha. Jika di dunia ini terdapat murid ini kekal dalam segi aliran waktu, manusia, paling sedikit ‘arti’ dari keberadaan 34

Samantabadra | Pebruari 2016


manusia harus menjadi satu tema. Di sinilah sebenarnya terdapat makna dari agama. Oleh karena itu terdapat guru dan murid. Pembabaran “Hukum gaib tunggal sebab akibat sesaat, adalah tugas bersama guru dan murid, dan hal ini bukanlah suatu khayalan. Di atas bumi ini, di negeri manapun juga, di zaman kapan pun, manusia berjuang menghadapi penderitaan. Merombak dunia saha (Tabah) menjadi Tanah Jojakko adalah makna dari adanya guru dan murid. Maka, pembabaran mengenai jodoh nasib yang terdapat di dalam jiwa yang ada pada kutipan kalimat di atas merupakan anjuran untuk bertekad menghantam dan menahan kesulitan. Maka pada kutipan selanjutnya akan dijelaskan tugas Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Pada Masa Akhir Dharma sekarang ini, guru adalah Buddha Pokok Niciren Daisyonin, sedangkan murid pasti akan terlahir bersama dengan guru untuk melaksanakan Hukum Buddha. Maka perjumpaan gaib dari Sairenbo adalah sama dengan keinginan sutra. Oleh karena itu dikatakan, “bukan bualan”. Setelah kemoksyaan Niciren Daisyonin, Dai Gohonzon dari Honmon No Kaidan merupakan jiwa Niciren Daisyonin. Percaya, mempertahankan dan melaksanakan Gohonzon selama tiga masa secara berkelangsungan adalah wajah dari “selalu berada di tanah Buddha, selalu lahir bersama dengan guru”.

serta menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh. Kekuatan fungsi kelima unsur, yakni tanah, air, api, angin dan ruang yang dinyatakan sebagai Myohorengekyo tidak lain merupakan “karunia manfaat dari Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing Buddha Pokok.” Kalimat “Camkanlah dengan sungguh hati”, dari kalimat “mengenai kalimat ini telah dicatat secara rinci, yang diserahterimakan Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna kepada Bodhisattva Visishtakaritra” berarti sungguh-sungguh menerima dalam hati, yakni melukiskannya dalam jiwa sendiri, bukan hanya sekedar menerima di mulut saja. Pada kesimpulannya diajarkan, “sebut dan laksanakan Nammyohorengekyo sebagai hubungan darah yang diserahterimakan oleh Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna kepada Bodhisattva Visishtakaritra”. Berarti, kita hendaknya percaya bahwa Nammyohorengekyo adalah hubungan darah yang diserahterimakan dari Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna kepada Bodhisattva Visishtakaritra di dalam pesamuan Saddharmapundarika-sutra. Myohorengekyo adalah hakikat dari ribuan Hukum, maka lima unsur besar, yaitu tanah, air, api, angin, dan ruang tidak lain juga merupakan gerakan Saddharma. Berdasarkan fungsi gerakan dari lima Apalagi dengan khusus unsur besar, Niciren Daisyonin membabarkan tentang karunia manfaat dari Bodhisattva menanyakan perihal Muncul dari Bumi. Lima unsur besar adalah Hubungan Darah Satu unsur yang mendasar dari alam semesta. Hal Penting dari Hidup-Mati yang belum pernah didengar sejak dahulu; bukan main Dahulu, dalam filsafat India dikatakan hanya agungnya! empat unsur besar; demikian pula dalam filsafat Barat hanya dipikirkan sebagai empat Keterangan : unsur besar, yakni tanah, air, api, dan angin. Pertanyaan Sairenbo mengenai Hubungan Kemungkinan memang kebetulan sama, atau Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati salah satu pihak menerima pemikiran pihak dari dahulu tidak pernah ditanyakan oleh yang lain. Cara berpikir bahwa ada lima unsur besar, yakni empat unsur besar ditambah siapapun, maka itu ia sangat dipuji. Surat unsur ruang, ditegakkan berdasarkan ajaran ini menerangkan hal itu sampai rinci dan menganjurkan agar mencamkannya dalam hati Buddha. Tanah, air, dan angin melambangkan

11

Pebruari 2016 | Samantabadra

35


materi ajaran | gosyo kensyu benda yang padat, cair, dan gas. Api melambangkan energi. Dengan melihat dan merenungkan wajah gejala alam semesta serta perbedaan bentuk dan mutunya, dapat diperkirakan unsur dasar dari alam. Bukan berarti semua hanya dipikir sebagai benda padat, atau benda cair maupun gas saja, melainkan hendaknya berpikir bahwa sampai benda terkecil pun semua mengandung empat unsur besar ini. Dan dalam hal ini, ajaran Buddha menambahkan unsur ruang. Mungkin ruang dapat dipahami menjadi langit. Tanah, air, api, dan angin mempunyai mutu dan keistimewaan masing-masing serta mempengaruhi benda lain. Sebaliknya, ruang dapat dipikirkan mempunyai kekuatan dan sifat mengumpulkan semuanya. Dengan menambah unsur ruang ini, terdapat perbedaan pandangan Hukum Buddha terhadap alam semesta raya. Dalam surat ini diterangkan tentang pelaksanaan lima unsur ini. Api membakar dan menerangi, yakni memanaskan dan menyinari. Air membersihkan daki dan kotoran, yakni berfungsi membersihkan. Jiwa yang dicemari dengan berbagai kekeruhan dibersihkan, sehingga dapat dipertahankan kelestariannya. Angin berfungsi menghilangkan debu dan abu serta mempunyai kekuatan gerakan sebagai inti mendasar bagi manusia, binatang, rumput dan daun. Pada akhirnya dikatakan bahwa khususnya mungkin langit adalah gerakan dari udara itu sendiri. Dikatakan demikian karena ilmu pengetahuan semasa itu dapat merasakan bahwa pada dasarnya angin adalah udara yang mengalir. Bumi besar adalah tempat andalan pohon dan rumput, juga sumber vitamin. Oleh karena itu, dikatakan melahirkan pohon dan rumput. Pelaksanaan langit (Ruang) dikatakan melembabkan. Fungsi ini diambil dari citra hujan, namun dapat dipikirkan sebagai kekuatan gerakan yang memelihara segalanya, yakni sumber pokok seluruh gejala jiwa. Dengan demikian, berdasarkan kekuatan gerakan lima unsur besar, semua makhluk dapat memperoleh 36

Samantabadra | Pebruari 2016

tempat tinggal masing-masing yang tenang dan menjadi makmur. Dalam satu Hukum Nammyohorengekyo tercakup kekuatan gerakan lima unsur ini secara keseluruhan. Maka dengan mempertahankan Nammyohorengekyo dan menyampaikannya kepada orang lain, kekuatan gerakan Bodhisattva Muncul dari Bumi terhadap seluruh umat manusia akan menjadi sumber pokok andalan seperti lima unsur. Inilah yang dimaksud dengan “karunia manfaat dari Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing oleh Buddha Pokok”. Myohorengekyo adalah kekuatan gerakan tiap-tiap lima unsur yang dicakup oleh ribuan gejala alam semesta sejak asal mula, yakni kekuatan gerakan maitri karuna yang memberi karunia manfaat kepada yang lainnya. Oleh karena itu, dari sudut Hukum, gerakan maitri karuna adalah lima aksara Myohorengekyo. Sedangkan dari sudut manusia menjadi karunia manfaat dari Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing oleh Buddha Pokok. Perkataan, “yang dibimbing oleh Buddha Pokok”, adalah lawan kata dari, “yang dibimbing oleh Buddha Sementara”. Berarti, Bodhisattva Muncul dari Bumi diajarkan dan dibimbing oleh Buddha Pokok. Dalam Catatan Ajaran Lisan dikatakan, “Dengan demikian, dari kalimat ‘Bodhisattva Muncul dari Bumi dari Honge’, kata ‘hon’ berarti pokok. Dari 500 Asamkheya kalpa koti di masa lampau yang amat jauh memberi karunia manfaat. Karunia manfaat ini tidak berawal dan berakhir. Bodhisattva ini adalah orang yang mempertahankan dan memegang Hukum Pokok. Yang dimaksud Hukum Pokok adalah Nammyohorengekyo” (Gosyo Zensyu halaman 751). Selanjutnya, mengenai empat unsur besar, yaitu tanah, air, api, dan angin adalah karunia manfaat empat Bodhisattva yang merupakan guru pembimbing yakni Bodhisattva muncul dari Bumi. Hal ini berarti bahwa Bodhisattva Visishtakaritra adalah api yang menerangi kegelapan hidup-mati dan membakar kayu


hawa nafsu. Bodhisattva Anantakaritra adalah angin yang menghilangkan debu dan abu penderitaan serta rintangan iblis. Bodhisattva Visudhakaritra adalah air yang membersihkan daki karma yang tertinggal dalam jiwa dan kotoran lima kekeruhan. Bodhisattva Supratistitakaritra adalah bumi yang menenangkan dan menetapkan jiwa. Apalagi, kekuatan empat Bodhisattva, yang merupakan badan pokok Myohorengekyo ini, semuanya tercakup dalam satu badan Bodhisattva Muncul dari Bumi. Pelaksanaan Bodhisattva Muncul dari Bumi sebagai api adalah sumber kekuatan untuk memberi sinar kepada masyarakat. Tugas Bodhisattva Muncul dari Bumi sebagai air adalah menjalankan gerakan membersihkan masyarakat. Pelaksanaan Bodhisattva Muncul dari Bumi sebagai angin adalah membuang dan melepaskan sifat kebiasaan, mengirim angin baru yang menjadi semangat bagi umat. Gerakan Bodhisattva Muncul dari Bumi sebagai tanah adalah menjadi tempat andalan manusia dan menjadi sumber ‘vitamin’ dalam masyarakat dapat dikatakan memberi sifat kemanusiaan yang bersih, seperti melembabkan gurun pasir kemanusiaan. Tadi sudah dikatakan bahwa Bodhisattva Muncul dari Bumi yang mempunyai Saddharma dengan sendirinya mewujudnyatakan gerakan lima unsur besar kepada masyarakat. Boleh dikatakan bahwa seluruh gerakan yang dimiliki sendiri atau salah satu yang mewakilinya untuk menolong masyarakat dan orang lain, bagaimanapun merupakan gerakan menyumbang kekuatan sumber pokok bagi masyarakat. Inilah karunia manfaat Bodhisattva yang dibimbing oleh Buddha Pokok. Sebaliknya, Bodhisattva yang dibimbing oleh Buddha Sementara menyumbang tenaga kepada masyarakat sesuai bidangnya masing-masing, seperti ilmu pengetahuan, pengobatan, seni dan lain-lain. Kekuatan gerakan Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing oleh Buddha Pokok dalam menyumbang untuk memperbaiki masyarakat adalah dari segi akar pokok.

Sekalipun kedudukannya sama dengan Bodhisattva yang dibimbing oleh Buddha Sementara, yakni menyebarkan Saddharma, namun kekuatan gerakannya melebihi kekuatan gerakan Bodhisattva yang dibimbing oleh Buddha Sementara, karena menyumbang kekuatan dari sumber pokok. Selain dari empat Bodhisattva ini, ruangan besar (langit) dapat dipikir sebagai melambangkan Myohorengekyo sendiri. Langit menurunkan hujan yang melembabkan ribuan benda. Demikian pula, Myohorengekyo memberi karunia manfaat kepada ribuan Hukum.

12

Kehadiran Bodhisattva Visishtakaritra di dunia‌ Niciren telah kira-kira menyebarkan pintu Hukum yang menjadi hak penyebaran Bodhisattva Visishtakaritra.

Keterangan : Dalam kalimat ini Niciren Daisyonin sendiri menerangkan fungsi luar Beliau sebagai kelahiran kembali Bodhisattva Visishtakaritra. Dalam Bab XXI Kekuatan Gaib Tathagata Saddharmapundarika-sutra, Bodhisattva Visishtakaritra sebagai pemimpin Bodhisattva Muncul dari Bumi, menerima tugas penyebarluasan Saddharma di Masa Akhir Dharma sesudah kemoksyaan Sang Buddha. Bodhisattva Visishtakaritra sangat dipuji oleh Niciren Daisyonin sebagai sinar terang matahari dan bulan yang sungguh-sungguh menghilangkan semua hal sunyata yang tidak terang tetapi ada. Seperti demikian orang ini melaksanakan dalam masyarakat untuk memusnahkan kegelapan umat manusia. Betapapun, perkataan Niciren Daisyonin bahwa sebelumnya Beliau telah menyebarluaskan Saddharma yang seharusnya oleh Bodhisattva Visishtakaritra adalah perkataan yang menunjukkan kerendahan hati Niciren Daisyonin. Dalam Surat Perihal Sandaihiho dikatakan, “Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, sebagai pemimpin Pebruari 2016 | Samantabadra

37


materi ajaran | gosyo kensyu dari Bodhisattva Muncul dari Bumi ribuan dunia, Niciren sungguh telah memperoleh serah terima Sandaihiho ini secara lisan dari Guru Majikan Buddha Bhagavat”, (Gosyo Zensyu halaman 1023). Maka, dengan jelas Niciren Daisyonin memberitahukan bahwa Beliau sendiri adalah Buddha Pokok. Kelahiran kembali sebagai Bodhisattva Visishtakaritra dilihat dari fungsi luar Niciren Daisyonin, sedangkan dari pembuktian dalam jiwa, Beliau adalah kelahiran kembali Tathagata Jijuyuhosyin Kuon Ganjo, sehingga tidak lain adalah Buddha Pokok yang mencakup ketiga kebajikan, yaitu majikan, guru, dan orang tua dari Masa Akhir Dharma. Dalam Surat Montei Hicin, Yang Arya Bhiksu Tertinggi ke-26, Nicikan Syonin mengatakan, “Kalau berdasarkan fungsi luar yang dangkal dan dekat, Niciren adalah kelahiran kembali Bodhisattva Visishtakaritra. Jika berdasarkan pembuktian dalam jiwa yang dalam dan rahasia, Niciren adalah kelahiran kembali Tanah Pokok Jijuyusyin, sedangkan suijaku (badan sementara) adalah Bodhisattva Visishtakaritra Wujud Pokok adalah Niciren”.

13

Perhatikan dan bersungguhsungguhlah menimbulkan kekuatan kepercayaan yang kuat berkobar-kobar… dengan sikap sekaranglah saat ajal (rinju syonen). Keterangan : Mulai dari bagian ini akan diterangkan kesimpulan dari surat ini. Sampai di sini sudah diterangkan mengenai Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Dan sekali lagi di sini disampaikan dengan tegas bahwa hal itu tergantung pada ada tidaknya kekuatan kepercayaan besar yang berkobar-kobar. Kata ‘rinju’ dari ‘rinju syonen’ (sekaranglah saat ajal) berarti sampai saat hampir meninggal atau saat meninggal. ‘Syo’ dari ‘syonen’ berarti yang sesungguhnya, ‘nen’ berarti pikiran atau perasaan. Maka ‘rinju syonen’ berarti pada saat ajal pun sekejap 38

Samantabadra | Pebruari 2016

perasaan tidak goyah, sama sekali tidak ada keragu-raguan dalam percaya kepada Hukum yang sesungguhnya. Dengan demikian, mengakhiri kehidupan kali ini dengan sekejap perasaan jiwa hati kepercayaan yang sungguh tidak tergoyahkan, dengan kegembiraan terunggul karena dapat percaya dan menerima Saddharma, dan dapat menyelesaikan satu kehidupan ini dengan perasaan jiwa yang penuh kepuasan dan tidak ada penyesalan dalam kehidupan sendiri. Saat ajal merupakan perhitungan akhir dari satu kehidupan ini dan menjadi satu langkah kehidupan yang akan datang. Maka, saat ini merupakan saat sekejap yang tegas dan keras; saat terpenting yang tak dapat ditolak oleh siapapun juga. Hendaknya menghadapi dan melihatnya sebagai tema yang sesungguhnya dan paling utama dari waktu hidup mati ini. Yang menerangkan Hukum Sebab Akibat yang menembus jiwa adalah Hukum Buddha yang sesungguhnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pertapaan Jalan Buddha pada khususnya adalah untuk mengatasi masalah mati. Dengan demikian kalimat “sekaranglah saat ajal”, merupakan keinginan yang hakiki dalam pertapaan Jalan Buddha bagi setiap pribadi. Kehidupan seseorang adalah kesinambungan waktu tiap-tiap kejap dalam aliran waktu lampau, sekarang dan yang akan datang. Namun, sekalipun dikatakan lampau dan akan datang, kenyataan yang benar-benar ada hanya kehidupan sekarang ini. Berdasarkan makna tersebut, yang dikatakan, “sekaranglah saat ajal”, hanyalah sekejap saat ajal yang akan datang. Seharusnya dengan adanya saat ajal, dalam kelangsungan sekejap-sekejap jiwa sekarang ada saat ajal. Oleh karena itu, ‘sekaranglah saat ajal’ berarti tiap-tiap kejap kehidupan sekarang ini merupakan kehidupan yang paling penuh kesempurnaan, sikap sungguhsungguh melaksanakan pertapaan untuk menghadapi masa yang akan datang. Pada Masa Akhir Dharma sekarang, untuk mendapatkan jalan “sekaranglah saat ajal”, tidak lain adalah dengan sungguh-sungguh


melaksanakan pertapaan ‘Daimoku dan percaya kepada Gohonzon dari Sandaihiho’. Maka dikatakan, “sungguh-sungguh berdoa Nammyohorengekyo dengan sikap sekaranglah saat ajal”. Dengan ini, Niciren Daisyonin memberi dorongan semangat kepada Sairenbo agar sungguh-sungguh berdoa dan menegakkan dengan kokoh hati kepercayaan yang cerah dan sempurna. Dan diperingatkan, “Jangan menginginkan hal lain selain Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati”. Maka, jika menegakkan hati kepercayaan yang tulus dan sempurna dalam hidup ini, dapat menyatakan badan diri sendiri sebagai manusia biasa menjadi badan pokok Myohorengekyo. Oleh karena itu diajarkan bahwa inilah hawa Nafsu adalah Kesadaran (Bonno Soku Bodai), Hidup Mati adalah Nirvana (Syoji Soku Nehan).

14

Inilah perihal Hawa Nafsu adalah Kesadaran (Bonno Soku Bodai), Hidup Mati adalah Nirvana (Syoji Soku Nehan).

Anak Cabang

Keterangan : Hal yang terpenting sebagai dasar Hukum Buddha adalah bagaimana menghadapi hawa nafsu dan penderitaan hidup-mati. Jawaban mengenai hal ini terdapat dalam bermacammacam sutra. Misalnya, Hinayana bertujuan untuk mematahkan dan memusnahkan hawa nafsu; hal yang tersulit di antara yang sulit dan harus melewati pertapaan berulang-ulang yang tak terjangkau oleh pikiran. Bahkan untuk mencapai hakikat terpecahkannya hawa nafsu, ada yang mematahkan dan memusnahkan badan. Pokoknya sangatlah sengsara, badannya menjadi abu dan prajnanya musnah. Dalam ajaran Semi Mahayana disimpulkan bahwa kesalahan Hinayana terletak pada mematahkan dan memusnahkan hawa nafsu. Meskipun demikian, ajaran ini tetap sukar mengatasi hawa nafsu. Karena menjalankan dengan cara, suatu saat menghindar dari masyarakat yang dipenuhi oleh hawa nafsu,

sedang di lain saat mengumbar hawa nafsu karena berpendapat hawa nafsu dapat langsung menjadi kesadaran sehingga menuju arah kesadaran yang buruk. Kesimpulannya terdapat pada Saddharmapundarika-sutra, yakni hawa nafsu adalah kesadaran dan hidup mati adalah nirvana. Hal ini juga dapat digunakan dalam Ajaran Sempurna dari Sutra Sementara selain Saddharmapundarikasutra, namun hanya berupa kata-kata tanpa wujud sesungguhnya. Oleh karena itu, kesimpulan ajaran tersebut bukan seperti Saddharmapundarika-sutra yang didasari pada Sembilan Dunia adalah Dunia Buddha; bukan merupakan filsafat Icinen Sanzen. Cara berpikir Saddharmapundarika-sutra bahwa hawa nafsu adalah kesadaran berarti tidak ada kesadaran dengan melepaskan hawa nafsu. Dengan demikian memecahkan dan mematahkan Hinayana, dan sekaligus juga menentukan hawa nafsu pada tempat yang benar, yakni pada arah yang dapat menimbulkan kekuatan jiwa sehingga dapat melampaui Semi Mahayana. Kesimpulan dalam Saddharmapundarika-sutra ini dicapai melalui bermacam-macam latihan yang diajarkan oleh Buddha, sehingga merupakan suatu klimaks. Maka bhiksu sarjana Tendai, Sairenbo, berpikir bahwa teori mendasar ini bermakna yang terdalam di antara yang dalam. Hukum hawa nafsu adalah kesadaran yang sukar dimengerti oleh manusia biasa, namun dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin tidaklah demikian. Yang dikatakan hawa nafsu memang bermacam-macam keinginan, kesulitan dan lain-lain yang ditentukan dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan berarti harus dilepaskan, melainkan perlu dihantam. Tapi, jika menghantam hawa nafsu ini dirasakan sebagai penderitaan, maka tidak ada arti hawa nafsu adalah kesadaran. Jika menghantam hawa nafsu dan dapat mengatasinya, timbullah kegembiraan sehingga bersemangat. Dengan hal ini diperoleh keyakinan akan tujuan dari hawa nafsu adalah kesadaran. Dengan perkataan lain, tidak menyesali kehidupan Pebruari 2016 | Samantabadra

39


materi ajaran | gosyo kensyu hari demi hari. Inilah yang dimaksud hawa nafsu adalah kesadaran dan penderitaan hidup mati adalah Nirvana. Dengan menerima dan mempertahankan Gohonzon, dapat merasakan sepenuhnya kehidupan tanpa penyesalan. Jika dapat merasa demikian, maka suasana jiwa orang ini menginginkan seluruh orang untuk melaksanakan pertapaan Hukum Buddha. Dengan demikian dapat memperoleh hakikat yang tertinggi. Tidak menyesali kehidupan, dengan kata lain adalah melalui kehidupan ini menyempurnakan jiwa dan semua ini tercakup dalam sekejap perasaan jiwa dari, “sekaranglah saat ajal”. Di sini diajarkan kepada Sairenbo tentang hati kepercayaan, “sekaranglah saat ajal”, yang sebenarnya berarti mengajarkan ‘Hawa Nafsu adalah Kesadaran’. Sesungguhnya Niciren Daisyonin berpandangan jauh lebih ideal.

15

Tanpa hubungan darah hati kepercayaan, sekalipun mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, tidak ada karunia manfaat sama sekali.

Anak Cabang

Keterangan : Dalam Surat Balasan pada Nicinyo Goze dikatakan, “Janganlah sekali-kali mencari Gohonzon di tempat lain, ini hanya terdapat dalam darah daging dada kita, umat manusia yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra dan menyebut Nammyohorengekyo. Gohonzon hanya ada dalam dua aksara, hati kepercayaan”, (Gosyo Zensyu halaman 1244). “Gohonzon hanya ada dalam dua aksara hati kepercayaan”, berarti dengan hanya percaya pada Gohonzon, dapat mewujudnyatakan kekuatan Buddha dan kekuatan Hukum. Hubungan darah dari hati kepercayaan ini berarti meneruskan Hukum sesungguhnya dari Niciren Daisyonin. Tanpa hati kepercayaan dari Niciren Syosyu bagaimanapun mempertahankan Saddharmapundarika-sutra tidak mempunyai manfaat, sehingga tidak akan dapat memasuki 40

Samantabadra | Pebruari 2016

Jalan Pencapaian Kesadaran Buddha. Dalam keterangan Surat Perihal Kanjin No Honzon, Yang Arya Nicikan Syonin mengatakan, “Oleh karena itu dalam surat ini ada penyerahterimaan yang berbobot dan maknanya sangat mendalam”. Hukum dari sekte kita hanya diperoleh keluarga kita, tidak diketahui oleh berbagai aliran pintu Hukum. Oleh karena itu, untuk mengetahui arti sesungguhnya dari Niciren Daisyonin, harus berdasarkan makna mendalam dari penyerahterimaan. Sekarang yang mempercayai Gohonzon, Buddha Pokok Niciren Daisyonin, dan mempercayai serta mempertahankan Sandaihiho dengan benar pun hanya Niciren Daisyonin, Nikko Syonin dan Bhiksu tertinggi selanjutnya yang meneruskan Kuil Pusat Taisekiji. Hendaknya diketahui bahwa hal ini sesungguhnya merupakan bimbingan hubungan darah Badan Hukum berdasarkan kebajikan wibawa. Kalimat, “Niciren, murid, penganut dan lainnya… dengan Itai Dosyin, sungguhsungguh menyebut Nammyohorengekyo” dikatakan sebagai Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. Dasar kalimat tersebut adalah hubungan darah khusus, yakni hubungan darah Badan Pokok dan hubungan darah umum yakni hubungan darah hati kepercayaan. Mengenai hubungan darah hati kepercayaan, Bhiksu Tertinggi ke-9, Niciu Syonin mengatakan dalam ‘Kegi Syo’, “Yang dikatakan hati kepercayaan, hubungan darah, dan air Dharma adalah hal yang sama. Sejak leluhur tertinggi, hati kepercayaan tidak berubah, jiwa dan raga kita sekalian menjadi Myohorengekyo. Jika hati kepercayaan kita berlainan, maka jiwa dan raga kita menjadi manusia biasa. Karena manusia biasa, maka tidak menjadi hubungan darah pencapaian Kesadaran Buddha dengan badan apa adanya”. Bhiksu Tertinggi ke-59, Niciko syonin menjelaskan ‘Kegi Syo’ sebagai berikut, “Hati kepercayaan hubungan darah dan air Dharma adalah hal yang sama. Hati kepercayaan terdapat pada orang yang percaya dan


melaksanakan. Melalui hati kepercayaan mendapat air Dharma dari Buddha Pokok, keadaan mengalirnya air Dharma Buddha Pokok pada orang yang percaya bagaikan aliran darah dalam tubuh manusia.” Melalui hati kepercayaan mendapat aliran air Dharma, ini dikatakan hubungan darah yang diserahterimakan. Oleh karena itu, hati kepercayaan selama-lamanya jangan sampai tergoyahkan dan kacau. Jika gerakan hati kepercayaan tersebut tergoyahkan, maka akan memutuskan mengalirnya air Dharma. Sejak leluhur tertinggi Niciren Daisyonin sebagai guru unggul Hukum Buddha, pendiri Kuil Nikko Syonin, hati kepercayaan sedikitpun tidak mempunyai kesalahan. Kita pun sebagai murid terakhir yang berhati buruk dan kotor, jiwa dan raga kita dapat menjadi jiwa dan raga Myohorengekyo sebagai kebaikan yang sungguh suci. Selanjutnya Bhiksu Tertinggi ke-67, Yang Arya Nikken Geika mengatakan, “Hubungan darah hati kepercayaan dari Hukum Agung Saddharma tercakup dalam waktu bersamaan secara vertikal, yakni makna mendalam yang sesungguhnya, dan secara horizontal, yakni makna yang luas dan besar.” Yang dimaksud makna mendalam adalah sampai dengan Badan Hukum dari kalimat tersirat Bab Panjang Usia Tathagata dari guru leluhur Niciren Daisyonin yang bermakna dalam sekali, dapat memperoleh seluruh Hukum Buddha. Dan, di situ terdapat hubungan darah hati kepercayaan sehingga barulah dapat mengalirkan Jalan Buddha yang sungguh sebenarnya. Luas dan besar berarti hubungan darah hati kepercayaan ini bukan hanya pada satu Bhiksu Tertinggi saja, melainkan makna sesungguhnya diterima dan diteruskan seluruh Sangha serta penganut. Syarat percaya adalah mempertahankan hati kepercayaan kepada satu badan pintu Hukum dan menjalankan pelaksanaan cara pembabaran (kegi). Dengan demikian, memperoleh jalan pencapaian dan pengertian dari aliran air Dharma dengan sama sekali tidak

ada perbedaan. Umat yang tak terhitung mendapatkan tujuan pokok kehadiran Buddha yakni pencapaian Kesadaran Buddha dalam badan apa adanya.” Untuk menyelamatkan umat manusia pada puluhan ribu tahun Masa Akhir Dharma, dalam Hukum Buddha tidak terdapat perbedaan antara Sangha dan penganut. Di dalam kuatnya menegakkan hati kepercayaan dan pengertian terhadap penyerahterimaan pokok mendasar ini, yang bagaikan dari satu cangkir ke satu cangkir, Hukum agung pencapaian Kesadaran Buddha dalam badan apa adanya dan karunia manfaatnya terbuka berkembang, sehingga terwujud nyata baik secara vertikal maupun horizontal tanpa batas. Hati kepercayaannya yang melebihi lainnya, tidak meragukan hubungan darah hati kepercayaan dari leluhur kedua, berani dan melaksanakan pertapaan, baik Sangha, penganut, dari Sangha ke Sangha atau penganut ke penganut, semuanya menyampaikan hubungan darah hati kepercayaan ini secara lebih luas dan membuka semuanya sehingga memberi karunia manfaat pada umat manusia. Inilah wajah Hukum Buddha pembibitan. Oleh karena itu, berdasarkan bimbingan Bhiksu Tertinggi ini, umumnya, hubungan darah hati kepercayaan mengalir dalam sekejap perasaan jiwa hati kepercayaan umat manusia yang hanya percaya kepada Gohonzon. Harus mengetahui dan memperingatkan diri sendiri bahwa jika melepaskan hati kepercayaan yang menembus pelaksanaan tidak menyayangi jiwa raga dengan tujuan Kosenrufu, tidak ada Jalan Pencapaian Kesadaran Buddha. eee

Pebruari 2016 | Samantabadra

41


materi ajaran | gosyo kensyu

MAKNA HUBUNGAN DARAH SATU HAL PENTING DARI HIDUP-MATI H

ukum Buddha pada dasarnya timbul dari adanya Hidup-Mati. Empat pintu pandangan Buddha Sakyamuni mengenai penyebab penderitaan dan jalan keluarnya (Catur-arya-satya) dengan berani menghadapi penderitaan hidup manusia dan di sinilah berawalnya filsafat Hukum Buddha. Juga dalam pembabaran empat penderitaan dan delapan penderitaan, pada dasar pokoknya terdapat Hidup-Mati. Di balik berbagai gejala, seperti bertengkar untuk memperoleh makanan, menderita untuk orang yang disayangi, tidak menyukai penyakit, takut menjadi tua pada pokoknya terdapat keinginan untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik atau ketakutan akan kematian. Pandangan umum menganggap Hidup-Mati yang sangat penting ini sama sukarnya dengan menatap matahari secara langsung. Tidak ada ajaran-ajaran yang langsung menerangkan hal ini. Meskipun pada zaman sekarang berbagai ajaran semakin maju, anehnya sama sekali tidak mau mendalami perihal hidup-mati. Padahal, dasar penting dari agama adalah Hidup-Mati ini. Agama yang dapat menjelaskan hal inilah yang sebenarnya diperlukan pada zaman sekarang. Dalam surat ini diterangkan bahwa dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin, pokok penting dari kehidupan adalah saat ajal. Maka, keberadaan Hukum Buddha Niciren Daisyonin di zaman sekarang adalah sebagai agama perintis yang berani menjelaskan Hidup-Mati ini. Pertama akan dijelaskan makna judul, yakni Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati. “Hidup-mati’ (Syoji) menunjuk perputaran Hidup-Mati dari jiwa, yakni dari kelahiran menuju kematian, dari kematian menuju kelahiran. Kematian bukanlah akhir, karena jiwa akan timbul nyata kembali sebagai ‘lahir’ dan kemudian akan lenyap sebagai ‘mati’, hal ini terus berlangsung selama berkalpa-kalpa. ‘Satu Hal Penting” (Icidaiji) menunjuk pada keagungan teori sesungguhnya yang tidak berubah dari kesadaran Buddha yang menembus jiwa dan alam semesta. Dalam Hokke Mongu dikatakan, “Satu berarti wajah sesungguhnya. Bukan lima, bukan tiga, bukan tujuh, bukan sembilan, maka dikatakan satu. Sifatnya luas dan besar; lebih besar dari lima, tiga, tujuh, sembilan, maka dinamakan ‘besar’ (Dai). Dinamakan ‘fakta’ (Ji) karena merupakan upacara kehadiran para Buddha di dunia”. ‘Satu’ (Ici) berarti hanya satu bukan dua, maka makna ‘satu’ adalah akar pokok. ‘Besar’ (Dai) berarti bersifat luas dan besar; yakni dua wajah sesungguhnya sifat badan adalah luas dan memenuhi tiga masa sepuluh penjuru sehingga mengandung dan mencakup segala sesuatu. “Fakta” (Ji) berarti upacara kehadiran para Buddha di dunia. Catatan Ajaran Lisan menguraikan Satu Hal Penting (Icidaiji) berdasarkan Santai. ‘Satu’ (Ici) berarti Jalan Tengah. ‘Besar’ (Dai) berarti ku (sunyata). Hal (Ji) berarti ke (nyata). ‘Satu’ berarti satu wajah sesungguhnya (Jisso), maka adalah Jalan Tengah. ‘Hal’ berarti wajah fakta nyata, maka adalah Ketai. Karena, ‘Besar’ (Dai) berkaitan dengan antariksa, maka menjadi ku (sunyata). Dalam Hukum Buddha, yang dikatakan Satu Hal Penting adalah hubungan akar pokok jiwa. Maka berdasarkan Santai, perkataan Satu Hal Penting (Icidaiji) ini bukan hanya hal yang penting semata-mata, melainkan ingin menerangkan bahwa tidak ada yang melebihi teori sesungguhnya dari akar pokok. Dengan demikian tema akar pokok 42

Samantabadra | Pebruari 2016


agama Buddha adalah Hidup-Mati. Hidup-Mati ini memang disamakan dengan penderitaan. Teori sesungguhnya akar pokok mengenai Hidup-Mati itu adalah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati, yang dengan perkataan lain adalah Kesadaran Buddha. Buddha Sakyamuni mempunyai kesadaran dan keyakinan yang kuat mengenai akar pokok jiwa. Dengan merahasiakan kesadaran yang kuat berkobar dalam jiwa, Beliau berkeliling India untuk menyelamatkan umat manusia. Kesadaran ini diteruskan dari Buddha kepada umat manusia, dan sampai sekarang pun, sesudah Buddha Sakyamuni moksya, kesadaran ini masih sungguh-sungguh hidup. Inilah yang dimaksud dengan Hubungan Darah (Kecimyaku). Menyatakan Kesadaran Buddha dengan kata-kata sungguh merupakan hal yang teramat sukar, benar-benar hanya antara Buddha dan Buddha yang dapat mengerti. Mungkin, bagi murid yang sudah melaksanakan pertapaan dalam jangka waktu yang panjang kesadaran ini dapat dimengerti. Akan tetapi bagi umat yang masih dangkal dalam melaksanakan hati kepercayaan, sama sekali sulit untuk dimengerti. Akan tetapi, karena tujuan Hukum Buddha adalah menyelamatkan seluruh umat manusia, maka seluruh umat manusia harus memperoleh Hubungan Darah ini. Dari uraian di atas timbul dua sisi dari ‘Hubungan Darah Satu Hal Penting dari HidupMati’. Pertama, Kesadaran Buddha adalah dalam dan sukar dimengerti. Kedua, seluruh umat manusia dapat memperoleh dan merasakannya. Sesudah kemoksyaan Buddha Sakyamuni, dengan berlalunya waktu, terdapat pikiran dan perasaan yang kuat bahwa Kesadaran Buddha itu dalam sekali dan sukar dimengerti. Kemungkinan Sairenbo juga menanyakan keragu-raguannya. Sairenbo adalah seorang Bhiksu sarjana dari Sekte Tendai. Pada waktu itu, Sekte Tendai menjadi satu dengan Syingon sehingga akhirnya ajarannya menjadi ajaran rahasia (Mikkyo) dan terpisah jauh dari umat manusia. Mempertimbangkan hal-hal tersebut, dalam jawaban Niciren Daisyonin atas pertanyaan Sairenbo terdapat perbedaan yang jelas dan nyata antara Sekte Tendai dan Hukum Buddha Niciren Daisyonin. Nicikan Syonin, Bhiksu Tertinggi ke-26 Kuil Pusat Taisekiji menjelaskannya sesuai badan Hukum di Masa Akhir Dharma. Dalam Surat Montei Hicin, beliau mengatakan bahwa ‘satu’ (Ici) berarti Honmon No Honzon, ‘besar’ (Dai) berarti Honmon No Kaidan, ‘fakta’ (Ji) berarti Honmon No Daimoku. Maka Satu Hal Penting berarti Saidaihiho. Satu Hal Penting dari Hidup-Mati yang dikatakan di sini menunjuk Hidup-Mati dari jiwa seluruh umat manusia, dan yang terdapat di sumber pokok jiwa tersebut dikatakan hakikat Hukum. “Hubungan Darah” (Kecimyaku) berarti Buddha sebagai guru langsung menyerahterimakan kesadaran hakikat Hukum Buddha kepada murid. Hal ini diumpamakan sebagai aliran darah tubuh manusia yang tidak pernah terputus. Oleh karena itu, Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati berarti meneruskan Kesadaran Buddha, yang membabarkan hakikat badan jiwa Buddha kepada umat manusia. Hal ini benar-benar menyangkut pencapaian Kesadaran Buddha bagi umat manusia, sehingga dikatakan pintu Hukum yang sangat penting. Oleh karena itu, penjelasan tema dalam surat ini kembali pada dua permasalahan, yakni apakah yang dimaksud teori hakikat Kesadaran Buddha dan bagaimana menyampaikannya kepada umat manusia. eee

Pebruari 2016 | Samantabadra

43


materi ajaran | gosyo kensyu

44

Samantabadra | Pebruari 2016


Pebruari 2016 | Samantabadra

45


materi ajaran | gosyo kensyu

46

Samantabadra | Pebruari 2016


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang Surat Jawaban Kepada Syijo Kingo

Surat Perihal Siasat Saddharmapundarika-Sutra Gosyo Zensyu halaman 1192

LATAR BELAKANG |

J

udul surat ini ialah Perihal Siasat Saddharmapundarika-sutra atau Surat Siasat Pedang. Surat ini merupakan bimbingan mengenai hubungan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra dengan siasat. Yang dikatakan siasat adalah taktik bertempur dengan pedang, tapi teori mendasarnya bukan digunakan hanya dalam kekuatan senjata untuk berperang saja. Sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat, ada yang harus berjuang mengatasi keadaan ekonomi, filosofi, kebudayaan dan kekuasaan yang tidak benar. Secara luas “bertempur� berarti melakukan usaha-usaha mencipta

nilai baru. Siasat berarti usaha dalam berbagai bidang secara tuntas dan agar usaha ini berhasil, diperlukan pandangan yang melampaui logika dan metode. Hakekat terpenting adalah membuka dan merombak jiwa sendiri, yang memungkinkan adalah melalui Saddharmapundarika-sutra. Berdasarkan ini, bimbingan surat ini bukan hanya terbatas kepada Syijo Kingo sebagai seorang samurai. Sekalipun waktu telah berlalu dan suasana juga berubah, hendaknya dipahami sebagai bimbingan pokok dan penting bagi seluruh umat manusia.

Pebruari 2016 | Samantabadra

47


materi ajaran | gosyo cabang ISI GOSYO |

S

aya telah menerima surat yang mengabarkan bahwa Anda baru saja selamat melawan musuh kuat dan telah membacanya secara seksama. Memang, sejak dulu agaknya Anda sudah diintai musuh. Namun, karena Anda selalu waspada, berani dan memiliki hati percaya yang kuat pada Saddharmapundarika-sutra, maka telah selamat. Sungguh menggembirakan. Kalau rejeki sudah habis, siasat tempur pun tiada berguna. Bila akibat imbalan telah tiada, pegawai pun takkan menurut. (Anda selamat dari serangan musuh) tentu karena masih mempunyai rejeki dan akibat imbalan. Khusus terhadap pelaksana Saddharmapundarika-sutra, para dewa telah berprasetya dalam Bab XXII ‘Akhir Pasamuan’ Saddharmapundarika-sutra untuk menjaga dan melindungi. Diantara dewa-dewi pelindung, yang tampak jelas di mata adalah Dewa Matahari dan Dewa Bulan, maka bagaimana mungkin kita tidak percaya perlindungan para dewa ? Terlebih lagi didepan Dewa Matahari terdapat Dewa Marici. Dewa Matahari saja sebagai majikan menjaga dan melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra, bagaimana mungkin Dewa Marici yang menjadi bawahan membiarkan pelaksana Saddharmapundarika-sutra? Pada pengkhotbahan Bab Purwaka Saddharmapundarikasutra, para dewa turut hadir seperti dikatakan: “Hadir pula Dewa Bulan, Dewa Bintang, Dewa Ratnaprabha serta Caturmaharajakayika diikuti puluhan ribu putra dewata”. Dewa Marici pasti termasuk dalam 30.000 putra dewata ini. Jika tidak terdapat dalam 30.000 putra dewata, mungkin ia jatuh dalam neraka. Akhirnya, kali ini Anda bisa meloloskan diri dari musuh kuat, kemungkinan karena perlindungan dari Dewa Marici ini. Dewa Marici menjaga dan melindungi dengan memberikan Anda teknik pedang yang sangat penting. Niciren memberikan pada Anda lima aksara, judul yang dijaga dan dilindungi para dewa. Perlindungan para dewa kepada orang yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra tidak usah diragukan lagi. Dewa Marici sendiri melindungi seluruh umat manusia dengan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Pepatah siasat tempur teknik pedang yang berbunyi: “Orang yang ingin ikut bertempur, semuanya berbaris didepan”, juga berasal dari Saddharmapundarika-sutra. Inilah makna kalimat Bab XIX Karunia Kebajikan Guru Dharma Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi: “Jika menunjukkan sutra dan sastra yang ada dalam masyarakat, katakata politik dan kebudayaan, prilaku kehidupan sehari-hari, semua sesuai Hukum Sesungguhnya”. Sesuai petunjuk ini, sekarang sungguh-sungguh keluarkanlah tenaga kepercayaan yang besar dan kuat berkobar terhadap Saddharma. Jika rejeki diri sendiri telah habis dan tidak ada perlindungan dari para dewa, tidak boleh membenci. Taira No Masakado mengangkat namanya sebagai ksatria perkasa dan mencapai puncak kemahiran siasat tempur. Tapi iapun dikalahkan oleh perintah kaisar. Kekuatan ksatria Tiongkok seperti Fan Kuai dan Chang Liang pun akhirnya tiada berguna. Jadi, akar pokok penting adalah “Hati”-nya. Betapapun Niciren berdoa untuk Anda, jika 48

Samantabadra | Pebruari 2016


Anda sendiri tidak percaya Hukum Buddha ini, sama seperti menyalakan api pada sumbu basah sehingga tiada gunanya. Karena itu, keluarkanlah kekuatan hati percaya yang kuat berkobar dan berilah semangat kepada diri sendiri melebihi sekarang. Bisa selamat ketika dahulu bertemu musuh kuat, semata-mata harus dipikir semua merupakan kekuatan gaib Gohonzon. Dari pada siasat tempur apapun, gunakanlah siasat tempur (hati kepercayaan) Saddharmapundarika-sutra. Dalam Bab XXIII Bodhisatva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra dikatakan: “Semua musuh sama sekali hancur dan musnah�. Petuah emas ini sama sekali bukan bualan. Hal yang sangat penting dari siasat tempur teknik pedang pun berasal dari Saddharma ini. Percayalah secara mendalam. Jika takut, apapun takkan tercapai. Salam hangat.

Tanggal 23 bulan 10 Surat Jawaban Kepada Syijo Kingo Niciren

KUTIPAN GOSYO |

1

Memang, sejak dulu agaknya Anda sudah diintai musuh. Namun, karena Anda selalu waspada, berani dan memiliki hati percaya yang kuat pada Saddharmapundarika-sutra, maka telah selamat. Keterangan : Dalam kehidupan kita, kapan akan menghadapi berbagai hal tak dapat diketahui. Mengenai bagaimana dapat selamat ketika bertemu malapetaka yang tak terduga, dikutip tiga sebab pokok. Bahwa pada dasarnya sesuai tidaknya dengan tiga sebab pokok ini bukan yang dilebih-lebihkan. Pertama, tiap hari waspada, selalu berhati-hati. Yang terpenting adalah upaya mencegah malapetaka sebelum terjadi. Seandainya tak dapat mencegahnya, dengan

tiap hari waspada, malapetaka menjadi kecil hingga dapat diatasi dengan bijaksana. Kedua, keberanian, yakni bagaimana sikap hati sendiri ketika timbul malapetaka. Berani berarti, ketika tak dapat mencegah malapetaka, tidak melarikan diri dan langsung menghadapinya serta ingin menyelesaikannya. Dengan sikap ini, akhirnya mengecilkan malapetaka menjadi minim. Tetap dengan sikap hati ini, akhirnya malapetaka dapat berubah menjadi rejeki. Niciren Daisyonin mengajarkan, dasar terpenting semua ini adalah hati percaya pada Saddharmapundarika-sutra. Tiap hari selalu waspada, yang dikatakan sebelumnya merupakan gerakan terpenting dari prajna. Energi yang mendasari keberanian adalah energi jiwa. Agar energi jiwa dan prajna menjadi kaya sepenuhnya hendaknya diketahui, sumber pokoknya adalah hati Pebruari 2016 | Samantabadra

49


materi ajaran | gosyo cabang percaya pada Saddharmapundarika-sutra, yakni doa yang kuat kepada Gohonzon Nammyohorengekyo.

2

Kalau rejeki sudah habis, siasat tempur pun tiada berguna. Bila akibat imbalan telah tiada, pegawai pun tak akan menurut. Keterangan : Ada 100 usaha yang hanya berhasil 80%, juga ada yang berhasil 100%. sebaliknya ada 100 usaha yang merugi minus 20%. Dalam kehidupan masing-masing, ada saat baik atau buruk. Kemudian, tiap individu, ada yang hidupnya lancar, ada pula yang tidak lancar, betapapun ia berusaha. Hal ini melampaui batas pengertian manusia. Sejak dulu, ini dikatakan rejeki atau nasib. Tapi siapa yang membuat atau menentukan nasib ini? Ajaran Kristen mengatakannya sebagai kehendak Tuhan. Di Tiongkok dikatakan sebagai tindakan surga. Ajaran Buddha berbeda, yakni merupakan tumpukan karma baik-buruk perilaku orang itu sendiri dimasa lampau. Sekalipun terdapat perbedaan paham ini, ada kesamaan pendapat mengenai nasib antara Barat dan Asia, yaitu bila rejeki habis, bagaimanapun sungguh-sungguh berusaha dengan “siasat”, takkan memperoleh akibat imbalan seperti yang diinginkan. Maksud “nasib atau rejeki” disini adalah rejeki yang membimbing orang ke kebahagiaan. Akibat imbalan adalah akibat yang timbul sebab perilaku di masa lampau yakni imbalan nyata, tergantung baikburuknya orang itu. Dalam surat ini, hal tersebut dikatakan dalam arti baik. Yang dikatakan pegawai dari kalimat “Bila akibat imbalan telah tiada, pegawaipun takkan menurut”, adalah Syijo Kingo yang hidup sebagai samurai dalam masyarakat feodal. Tapi, bila diartikan secara luas, pegawai dapat diartikan sebagai orang-orang yang membantu 50

Samantabadra | Pebruari 2016

menjaga disekeliling kita. Karena itu, siasat adalah prajna dan usaha orang itu sendiri, sedang pegawai adalah orang-orang di sekeliling orang ini. Jika rejeki (akibat imbalan) habis, berarti kedua subyek (Syoho) dan lingkungan (Eho) tidak bergerak menjaga diri sendiri, semua berputar-putar hampa, menuju jurusan yang salah hingga diri sendiri terkucil. Sumber pokok untuk memperkuat rejeki dan memperkaya akibat imbalan adalah hati percaya pada Saddharmapundarikasutra. Berarti, yang dikatakan rejeki dan akibat imbalan bukan tergantung di mana dan siapa yang memberikan, namun tergantung usaha diri sendiri. Yang menjadi pokok Hukum adalah sifat inisiatif manusia. Disini terlihat keistimewaan agama kita yang khas.

3

Khusus terhadap pelaksana Saddharmapundarika-sutra, para dewa telah berprasetya dalam Bab XXII Akhir Pesamuan Saddharmapundarika-sutra untuk menjaga dan melindungi. Diantara segala Dewa-Dewi pelindung, perlindungan yang tampak jelas di mata adalah dari Dewa Matahari dan Dewa Bulan. Keterangan : Pada dasarnya, yang disebut para dewa surga atau ki buruk, adalah berbagai potensi yang dimiliki dunia lingkungan manusia. Umpama, kekuatan matahari yang memelihara jiwa. Fungsi yang baik, yaitu menyinari dunia ini dan memberi kehangatan, menjadi Dewa Matahari. Tapi, sinar dan panas matahari yang sama, bila terlalu kuat dapat merusak daya penglihatan mata bahkan buta atau karena terlalu kekeringan, dapat memusnahkan jiwa. Fungsi yang


memusnahkan jiwa ini menjadi ki buruk. Seperti demikian, mengenai gejala atau gerakan alam, manusia zaman permulaan mengasosiasikan sebagai amarah dewa atau ki. Berdasar semua ini, manusia membentuk kebudayaan, ilmu pengetahuan dan menjalani kehidupan bermasyarakat dan membentuk ikatan gerakan kekuasaan atau struktur kekuasaan. Suatu saat, salah satu raja diwujudkan bagaikan Dewa Matahari. Demikianlah dahulu, seluruh dewa bercitra sempurna, namun dengan berlalunya waktu dan zaman, hanya menjadi khayalan dan perkiraan saja. Di antara para dewa, Dewa Matahari melambangkan kekuatan matahari, Dewa Bulan melambangkan kekuatan bulan. Dasar keberadaannya jelas dan kokoh. Maka dikatakan: “Diantara segala dewa-dewi pelindung, perlindungan yang tampak jelas di mata adalah Dewa Matahari dan Dewa Bulan�. Bagaimanapun, dewa berbagai surga sama sekali bukan timbul keluar dari khayalan manusia. Kenyataannya menunjuk pada berbagai unsur yang memberi kekuatan kepada jiwa dan mensejahterakan kehidupan manusia. Kekuatan dan suasana alam, masyarakat, lingkungan, kebudayaan, tidak lain merupakan pantulan jiwa manusia sebagai pemegang inisiatif. Berdasarkan pandangan ini, yang mengarahkan kekuatan itu ke arah yang baik dan mengendalikan munculnya keburukan adalah pelaksanaan Hukum Buddha.

4

Dewa Marici menjaga dan melindungi dengan memberikan Anda teknik pedang yang sangat penting. Niciren memberikan pada Anda lima aksara, judul yang dijaga dan dilindungi para dewa.

Keterangan : Dewa Marici diartikan sebagai dewa pancaran sinar matahari, yaitu sinar matahari yang memancar mengenai tanah hingga menguapkan embun menjadi kabut yang melayang diatas tanah, Dewa Marici ini diutamakan dan didambakan sebagai dewa yang menjaga dan melindungi kaum samurai zaman dulu. Jika menghadapi musuh dengan berdiri membelakangi matahari, mata musuh menjadi silau. Dan, karena Dewa Marici adalah dewa yang menjaga dan melindungi samurai, maka dikatakan, “Memberikan Anda teknik pedang yang sangat penting�. Siasat teknik pedang adalah bagaimana cara menggunakan pedang. Sebaliknya, Niciren Daisyonin memberikan intisari Saddharmapundarika-sutra yang merupakan teori hakikat Hukum Buddha yaitu lima aksara judul kepada Syijo Kingo. Dengan menerima dan mempertahankan lima aksara judul ini, orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra akan dijaga dan dilindungi Dewa Marici karena dia mempunyai kekuatan dan tugas untuk menjaga dan melindungi. Disini diajarkan dengan jelas hubungannya bahwa untuk menjalankan kehidupan berdasarkan hati percaya diperlukan prajna dan usaha, untuk pekerjaan diperlukan teknik. Dengan dasar pokok hati kepercayaan, teknik dapat digunakan dengan baik. Di sini dikemukakan hal penting mengenai apakah memusnahkan jiwa diri sendiri atau tidak, maka diterangkan hubungan langsung hati percaya kepada Gohonzon dengan teknik pedang. Makna umumnya adalah dasar kepercayaan, prajna, usaha dan hati percaya. Hati percaya dinyatakan orang itu sebagai rasa kemanusiaan, pandangan tujuan, rasa tanggung jawab dan dengan ini keunggulan dan kesuciannya ditegakkan Pebruari 2016 | Samantabadra

51


materi ajaran | gosyo cabang dengan kokoh. Berdasarkan ini, prajna dalam kehidupannya disempurnakan hingga kesungguhan usahanya berbuah besar. Maka, jika ada pikiran bahwa dengan adanya hati percaya, berbagai usaha dan teknik kehidupan akan diperoleh secara otomatis, merupakan pikiran yang sama sekali salah. Dapat dikatakan lebih lanjut bahwa yang memberikan teknik pedang kepada Syijo Kingo adalah Dewa Marici, bukan Niciren Daisyonin. Yang memberi keterampilan, teknik kerja bimbingan kehidupan adalah ayah bunda atau senior atau masyarakat. Belajarlah rendah hati agar bisa memperoleh apa yang dapat digunakan diri sendiri. Yang terpenting adalah adanya hati kepercayaan sebagai akar pokok.

5

Sesuai petunjuk ini, sekarang sungguh-sungguh keluarkanlah tenaga kepercayaan yang besar dan kuat berkobar terhadap Saddharma.

Keterangan : Kalimat ini memberi dorongan semangat agar dapat mencapai kemenangan sebagai manusia dan memperoleh sinar kehidupan, akar pokoknya adalah hati percaya kepada Hukum Buddha yang sebenarnya. Karena itu, jalankanlah kehidupan dengan sungguhsungguh mengeluarkan semangat percaya yang kuat. Juga ditegaskan pentingnya hati kepercayaan dalam hubungannya dengan ‘perlindungan para dewa’. Berarti, sekalipun dalam Saddharmapundarika-sutra dibabarkan dan ditegaskan akan dijaga dan dilindungi para dewa berbagai surga, namun yang terpenting orang itu sendiri harus mempunyai penuh rejeki. Sesuai penjelasan sebelumnya, para dewa berbagai surga berarti kekuatan gerakan lingkungan (Eho). Lingkungan (Eho) tidak lain berarti pantulan dari Subyek (Syoho). Rejeki yang 52

Samantabadra | Pebruari 2016

dimiliki Subyek (Syoho) adalah kekuatan yang dapat melampaui kesulitan dan derita kehidupan. Jika rejeki ini melemah dan habis, maka para dewa berbagai surga sebagai kekuatan lingkungan (Eho) pun tak dapat mengeluarkan kekuatannya sebagai dewa baik yang menjaga dan melindungi diri kita. Agar kekuatan diri sendiri makin penuh, harus melaksanakan hati kepercayaan. Maka dikatakan: “Keluarkanlah hati kepercayaan yang besar dan kuat berkobar”. Niciren Daisyonin dengan keras membimbing bahwa bila lupa untuk membuka dan merombak inti sari nasib diri sendiri dan lupa untuk menegakkan diri sendiri dengan keras dan tegas, tidak boleh membenci para dewa karena tidak dijaga dan dilindungi.

6

Taira no Masakado mengangkat namanya sebagai ksatria yang perkasa dan mencapai puncak kemahiran siasat tempur. Tapi iapun dikalahkan oleh perintah kaisar. Kekuatan ksatria Tiongkok seperti Fan Kuai dan Chang Liang pun akhirnya tiada berguna. Jadi akar pokok yang penting adalah “Hati”nya. Keterangan : Pada pertengahan zaman Heian, di Timur ada orang bernama Taira no Masakado. Ia memberontak terhadap Kaisar Kyoto dan menamakan dirinya sendiri sebagai “Kaisar Baru” serta hendak mendirikan kerajaan yang berdikari. Namun, atas perintah kaisar, tentara Taira Sadamori dan Fujiwara Hidesato mengalahkannya, akhirnya ia tak dapat melarikan diri dan menjadi musnah. Ketika Kerajaan Han mulai dibangun, Fan Kuai yang mempunyai kekuatan lebih daripada orang lain dan Chang Liang dengan kepandaian bersiasat adalah orangorang yang berjasa menolong Liu Pang.


Tapi, pada akhir hayatnya kedua orang tersebut dibenci oleh Liu Pang, sehingga menjadi sedih dan menderita. Meskipun mengutip contoh ini, bukan berarti orangorang ini dinyatakan sebagai orang buruk atau tidak wajar. Bahkan sebaliknya, jika dilihat sungguh-sungguh, pemberontak Taira no Masakado timbul semangatnya yang ingin menyelamatkan negeri Timur yang pada waktu itu direndahkan. Fan Kuai dan Chang Liang pun merupakan orang baik yang telah sungguh-sungguh menolong dan mendorong Liu Pang. Tapi mengenai Masakado, pada masa kekuasaan Kaisar, ia tak mengetahui Hukum yang lebih besar dan hal ini jadi penyebab kekalahannya. Fan Kuai dan Chang Liang, masing-masing mempunyai kekuatan dan kepandaian dalam siasat tempur, namun karena terbatas hanya sampai disitu saja, maka menjadi sebab kekalahannya dalam kehidupan. Karena itu, “hati” dari “Akar pokok yang penting adalah hati” diatas, bukan berarti hati yang sungguh-sungguh mengikuti majikan tanpa memberontak, namun hendaknya diketahui bahwa ini menunjukkan hal yang lebih besar dan lebih mendalam. Jika ditangkap hanya sebagai arti mengikuti dan sungguh hati, maka Fan Kuai dan Chang Liang adalah pemberontak, Masakado adalah pengkhianat buruk. Tapi, sebenarnya hal ini berbeda dengan fakta nyata. Masakado “mengangkat namanya sebagai ksatria perkasa”, menunjukan kekuatan tempurnya dan “mencapai puncak kemahiran siasat tempur” menunjukan kepandaian dan hikmahnya bersiasat, kedua hal tersebut menyatakan bahwa ia adalah seorang ksatria tangguh dan unggul. Namun waktu itu, kata-kata “perintah dari kaisar” menguasai hati orang-orang hingga merupakan kekuatan yang lebih besarnya tak terkira. Hal terpenting yang harus kita

pelajari disini adalah harus memanfaatkan prajna untuk melihat hakikat sumber pokok keadaan, zaman dan pikiran serta teori sesungguhnya. Jika tidak, sulit untuk menang. Fan Kuai dengan kekuatan bertempurnya dan Chiang Liang dengan kepandaian siasatnya telah menolong Liu Pang. Bagi Liu Pang, sampai ia dapat menguasai negeri, kedua orang tersebut adalah pegawai yang penting. Namun, setelah dinasti kekaisaran terbentuk, kedua orang tersebut tidak berguna lagi, bahkan dianggap sebagai penghalang. Keistimewaan dua orang tersebut hanya sebagian saja hingga dapat dikatakan perannya hanya sebagian saja. Disini kita dapat belajar dan menyadari, walaupun seorang penguasa dapat bertindak seenaknya, tapi lebih penting lagi bagaimanapun juga diri sendiri harus menyempurnakan kemanusiaannya, ini merupakan kunci untuk maju dan mendapat sinar kebaikan tiada batas dalam kehidupan.

7

Betapapun Niciren berdoa untuk Anda, jika Anda sendiri tidak percaya Hukum Buddha ini, sama seperti menyalakan api pada sumbu basah sehingga tiada gunanya Keterangan : Bagian ini menerangkan teori mendasar yang mengatakan, jika hati guru dan murid bersatu, doanya pasti tercapai. “Hati” berarti percaya kepada Saddharma. Jadi, sekalipun Niciren Daisyonin sebagai guru mendoakan kebahagiaan Syijo Kindgo, jika Syijo Kingo sebagai murid tidak mempunyai hati percaya pada Saddharma, doanya takkan tercapai. Niciren Daisyonin adalah Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Pengertian Buddha dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin berlainan dengan konsep Pebruari 2016 | Samantabadra

53


materi ajaran | gosyo cabang “Tuhan” dalam ajaran lain. Umpama, ada ajaran yang mengatakan bahwa segala sesuatu tidak ditentukan oleh keinginan dan usaha manusia sebagai murid, melainkan ditetapkan dari satu pihak yakni sesuai kehendak Tuhan. Namun dalam Hukum Buddha, bagaimanapun Sang Buddha berdoa, jika manusianya tidak percaya, maka doa tersebut takkan tercapai. Bagaimanapun Kekuatan Buddha dan Kekuatan Hukum sangat besar dan mutlak, wujud nyatanya sesuai kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan dari umat manusianya itu sendiri. Ini sama seperti hubungan manusia dengan para dewa berbagai surga yang terdapat pada kutipan terdahulu. Disinipun dapat dimengerti, dalam ajaran Buddha yang terpenting adalah manusianya. ‘Doa Sang Buddha’ dan ‘hati kepercayaan murid’, bukan berarti hubungan keduanya saling berhadapan. Buddhapun berdoa kepada Hukum, yakni Saddharmapundarika-sutra untuk menyelamatkan umat manusia, murid pun percaya kepada Hukum yakni Saddharmapundarika-sutra untuk dapat merasakan kekuatan Buddha. Kesamaannya adalah berpusat Hukum, saling menggetarkan. Sikap hati ini disebut ‘guru dan murid tidak terpisahkan’. Ketika hal yang sama terjadi antara seluruh kawan, inilah maksudnya teori dasar ‘badan berlainan, hati sama (Itai Dosyin)’. Dengan demikian, prinsip ‘guru dan murid tidak terpisahkan’ dan ‘badan berlainan, hati sama’ bukan berarti semua orang mengikuti keinginan satu orang atau hubungan yang saling berhadapan atau demi satu orang, semua membuang tuntutan pribadi, keinginan untuk bebas atau keunggulan, melainkan semua berpusat pada Hukum dan mewujudkan kesatuan hati. Masingmasing bebas, sangat mengunggulkan dan mementingkan inisiatifnya sebagai pribadi manusia. 54

Samantabadra | Pebruari 2016

8

Dari pada siasat tempur apapun, gunakanlah siasat tempur (hati kepercayaan) Saddharmapundarika-sutra. Keterangan : Kalimat “Siasat tempur Saddharmapundarika-sutra” bukan berarti di baca sebagai ‘hanya mengambil hati kepercayaan dan membuang siasat yang lain yakni teknik atau usaha jika diumpamakan, “Siasat tempur Saddharmapundarika-sutra” sama seperti akar. Akar akan menyerap sari makanan yang menjadi sumber kekuatan, dan dengan itu menjaga seluruh pohonnya. Akan tetapi, sekalipun merupakan bagian yang penting, akar merupakan salah satu bagian, bukan keseluruhan. Setelah yang diserap oleh akar menjadi nyata pada daun, pohon, buah, baru mempunyai nilai. Siasat tempur Saddharmapundarika-sutra juga dinyatakan sebagai usaha dan pikiran sehingga akhirnya berakibat keberhasilan. Di sini baru keberadaannya sebagai akar mempunyai makna. Untuk ini diperlukan siasat ini. Namun, jika tidak ada sumber pokok kejiwaan yang dapat mengeluarkan kekuatan yang kaya, bagaimanapun berusaha, akan berakhir dengan sia-sia. Oleh karena itu, ketahuilah bahwa yang diusulkan dengan tegas adalah “Daripada siasat tempur apapun, gunakanlah siasat tempur Saddharmapundarika-sutra”. Dan harus mengetahui hubungannya secara benar, yakni selalu menjadikan hati kepercayaan sebagai akar dasar, dan di dalam kehidupan dan pekerjaan masing-masing sebagai orang yang hidup di dalam masyarakat menimbulkan prajna dan berusaha sepenuhnya. Inilah cara hidup penganut ajaran Buddha yang sesungguhnya sesuai dengan keinginan hati Niciren Daisyonin. eee


Pebruari 2016 | Samantabadra

55


materi ajaran | gosyo cabang

56

Samantabadra | Pebruari 2016


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Syin, Gyo, dan Gaku B

egitu kita mendiskusikan Syin, Gyo dan Gaku, kita sering merasakan, ketiga hal ini seolah terpisah dengan kehidupan kita sehari-hari. Bila maknanya kita gali dan renungkan lebih mendalam satu-persatu, maka dapat kita pahami, ketiganya adalah tri tunggal dan dasar umum kehidupan. Jadi mengandung prinsip penting. Dengan percaya (Syin), melaksanakan (Gyo) dan belajar (Gaku) kita bisa mengerti arti dan makna didalamnya untuk menyesuaikan kehidupan kita sehari-hari. Maka dikatakan manusia memiliki kehidupan. Bila kita pikirkan kehidupan seseorang maka kita akan bisa menemukan ke 3 hal penting diatas. Teori ini adalah fungsi atau dasar pelaksanaan pokok kehidupan manusia. Mengenai Syin, Gyo dan Gaku ini, bila kita lebih mendalami maknanya, terutama dalam hal Syin, Niciren Daisyonin dalam Gosyo Nichijo Gohenji mengatakan: “Dasar Pokok Hukum Agama Buddha adalah Syin (Percaya)”. (Gosyo Zensyu hal. 1244). Jadi, Syin merupakan dasar pokok pertapaan hukum agama Buddha. Mengenai Syin ini terdapat dua hal, yaitu : 1. Percaya terhadap apa. 2. Bagaimana cara melaksanakan kepercayaan. Mengenai ‘Percaya terhadap apa’, bila kita membaca Gosyo Niciren Daisyonin kita mengerti bahwa yang dimaksud percaya

adalah percaya terhadap Gohonzon. Gohonzon adalah tujuan tunggal kelahiran Niciren Daisyonin. Berdasarkan prinsip Niciren Syosyu, maka Dai Gohonzon dijadikan dasar pokok untuk disembah. Lalu ‘Bagaimana cara melaksanakan kepercayaan’, untuk itu kita harus berdasarkan bimbingan Niciren Daisyonin, mulai dari berdirinya Sekte Niciren Syosyu hingga kini. Maka kita harus mengikuti bimbingan yang berdasarkan hati percaya yang benar dan melaksanakannya. Bila tidak, umpama kita tidak tahu mau percaya terhadap apa dan bagaimana cara mempercayai objek kepercayaan kita, bila salah maka akan jadi kepercayaan yang salah pula. Pasti takkan memperoleh karunia kebajikan (Kudoku). Bila kita melihat Gyo, maka Gyo terletak diurutan ke-2, namun sebenarnya Gyo berfungsi sama penting seperti Syin dan keduanya saling menyatu sebagai satu tubuh. Ada-tidak adanya Syin bisa dilihat dari Gyo. Umpama dalam berbicara, kata-katanya enak didengar seolah Syinjinnya takkan kalah dari siapapun, tapi bila orang itu lalai dalam melaksanakan Gongyo-daimoku, berarti orang itu tidak melaksanakan hati kepercayaan dengan benar. Walaupun kita mempunyai pengetahuan dan pandai, tapi bila tidak dilaksanakan sama saja tidak ada artinya. Pebruari 2016 | Samantabadra

57


materi ajaran | forum diskusi Tujuan Syinjin adalah untuk mencapai kesadaran Buddha (Jobutsu). Untuk mencapai kesadaran Buddha harus melaksanakan Gongyo, Daimoku dan Syakubuku sesuai keinginan Buddha, hingga Hukum Sakti Agung (Kosenrufu) tersebar luas. Tapi umumnya orang melaksanakan Syinjin tujuannya adalah mengejar yang ada didepan mata atau keuntungan dimasa sekarang saja. Namun Hukum Buddha, apalagi Hukum Buddha Niciren Daisyonin, terhadap ini bukan hanya tidak menyangkal bahkan mengenai seluruh penderitaan akan terhapus bila menyebut Nammyohorengekyo dengan sepenuh jiwa raga. Mengenai kekuatan Gohonzon dan karunia dari Daimoku, Nicikan Syonin mengatakan: “Kurnia Gohonzon (Muryo Muhen) adalah tak terbatas dan tak terhingga. Fungsi gaibnya teramat dalam dan luas jauhnya. Maka bila percaya dan mempertahankan Gohonzon serta menyebut Nammyohorengekyo tiada doa yang tak terkabulkan, tiada dosa yang tak terhapuskan, tiada rejeki yang tak kunjung datang, tiada kebenaran yang tak terbukti nyata”. (Kanjin no Honzon Syo Bundan, Nicikan Syonin Bundan hal. 443). Maka orang yang baru Syinjin akan dapat mengatasi masalah. Dengan Gyo menimbun kebajikan dan mendapat kurnia. Niciren Daisyonin tidak menyuruh orang untuk melaksanakan dan mempercayai secara membabi buta. Boleh coba, bila sudah dapat bukti, inilah yang dikatakan karunia yang berasal dari orang yang pertama-tama percaya, maka pasti bisa lebih mendalami Syin dan Gyo. Dasar pelaksanaan Gyo adalah dengan tiap hari melaksanakan Gongyo Pagi (5 doa) dan Gongyo Sore (3 doa). Bila kita tidak lalai melaksanakannya berkelangsungan maka kita akan bisa mencapai kesadaran Buddha. Mengenai hal ini, Niciren Daisyonin dalam Hon In Myo Syo mengatakan: “Hati percaya yang kuat tidak 58

Samantabadra | Pebruari 2016

memikirkan hal-hal lain, orang yang patuh menyebut Nammyohorengekyo, maka Badan Manusia Biasa menjadi Badan Buddha”. (Gosyo Zensyu hal. 872). Gongyo mengandung karunia Ji Gyo Keta, Niciren Daisyonin dalam Sandaihiho Syo mengatakan: “Begitu memasuki Masa Akhir Dharma ini, Daimoku yang dibaca oleh Niciren lain daripada yang sebelumnya yaitu Nammyohorengekyo dari Ji Gyo Keta”. (Gosyo hal. 1022). Di Masa Akhir Dharma ini yang sama pentingnya dengan Gongyo adalah Syakubuku, yaitu upaya menyebarkan Dharma dari Buddha Niciren Daisyonin keumat manusia luas. Ini merupakan perbuatan maitri karunia. Kita sebagai umat Masa Akhir Dharma dan murid Buddha Pokok Niciren Daisyonin, bila dalam menjalankan maitri karuna dengan giat melaksanakan Syakubuku maka kita merupakan keluarga ‘Bodhisatva Muncul Dari Bumi’ dan melaksanakan tanggung jawab. Syakubuku dasarnya adalah maitri karuna, pelaksanaannya adalah bagaimana orang lain percaya, masuk, menerima dan mempertahankan Gohonzon. Makna luasnya adalah membicarakan hal Hukum Buddha, satu kata juga baik. Kita harus membicarakan kesalahan dari percaya hukum sesat. Ini adalah Syakubuku yang unggul, namun di Masa Akhir Dharma ini, dalam melaksanakan Syakubuku, wujud bukti nyata adalah hal yang sangat penting. Gaku (belajar) adalah belajar dengan membaca Gosyo dibawah bimbingan Yang Arya Tertinggi, menerima bimbingan dan pembinaan dari para guru. Semangat demikian tidak boleh hilang dimanapun. Niciren Daisyonin dalam Kaimoku Syo mengatakan: “Hal yang dapat kita pelajari ada 3 macam, yaitu : Kong Hu Cu, Non Buddhis dan Buddhis”. (Gosyo Zensyu hal. 186). Maksudnya agar pemikiran kita mengenai ajaran Agama Buddha ini


merupakan bimbingan untuk kita dalam belajar Agama Buddha. Terhadap orang yang mampu melaksanakan demikian harus memperhatikan hal di luar Gosyo, karena terdapat hal-hal yang sulit dimengerti dan harus dihindarkan. Umpama membaca sesuatu yang tak dapat dimengerti dari pemikiran atau majalah-majalah sekte lain, akan menyesatkan dan memudarkan hati kepercayaan kita. Hal ini harus diperhatikan, bila kita tak dapat mencerna kata-katanya dan berdebat dengan orang lain maka ini juga dapat menyesatkan dan menghilangkan hati kepercayaan kita, ini adalah salah satu sebabnya, harus diperhatikan. Katakata sederhana tapi bila dapat mengikat hati orang maka akan memperkuat Syin dan Gyo. Gosyo-Gosyo Buddha Niciren Daisyonin dapat lebih diresapi oleh kita hingga dapat memperdalam Syin dan Gyo. Bila ada buku yang sulit dimengerti dan hanya menunjukkan pengetahuan saja, harap diperhatikan dan waspada. Dalam belajar kita tidak boleh bersikap malas dan sombong. Niciren Daisyonin dalam Syoho Jisso Syo mengatakan: “Harus dengan giat melaksanakan dua jalan yaitu Gyo dan Gaku. Bila menolak Gyo dan Gaku maka tiada Hukum Buddha. Saya mau melaksanakan dan mengajak orang untuk melaksanakan hati kepercayaan mulai dari Gyo dan Gaku. Gyo dan Gaku timbul dari Syinjin. Bila ada kekuatan walaupun hanya satu kata saja harus diungkapkan melalui kata-kata�. (Gosyo Zensyu hal. 1361). Kita percaya, bila kita tidak lalai Gyo dan Gaku, maka Hukum Buddha Niciren Daisyonin pasti tersebarluas. Dalam kehidupan, pelaksanaannya diawali dari percaya dulu. Bila tiada hati percaya, maka pelaksanaannyapun takkan sesuai ajaran. Sekarang yang dapat kita lihat dalam kehidupan, adanya kepercayaan akan pelaksanaan dan fungs diumpamakan

ditaruh dalam Syiki (sadar) dan Mui Syiki (dibawah sadar). Umpama gelas berisi air, anak-anak tidak akan peduli apakah air itu boleh diminum atau tidak. Air yang bagaimanapun tetap ingin diminum anakanak, karena anak-anak itu percaya, air itu boleh diminum. Tapi bila anak-anak itu sudah pernah minum air yang tidak sehat, mengakibatkan perut mereka sakit maka lain kali anak-anak itu akan lebih berhatihati. Bila berulang-ulang, pengalaman minum air ini, dengan sendirinya secara bawah sadar kita dapat membedakan air yang boleh diminum dan yang tak boleh diminum. Seperti halnya manusia yang menjalankan Syin, Gyo dan Gaku. Dalam tiap sudut pandang kehidupan pertama kita yaitu percaya lalu menuju pelaksanaan. Setelah itu belajar dan tinjau diri. Dengan berulangulang melalui proses ini orang tersebut ditempa menjadi orang yang berpandangan mendalam. Pandangan dan nilai kehidupan bila dilihat dari azas tersebut, yang terpenting adalah yang paling awal, yaitu Syin. Dan tidak boleh melalaikan hubungan antara Syin dan Gyo. Syin bukan hanya dalam hati sudah percaya saja sudah cukup, tapi kita harus mengkaitkan Syin dan Gyo. Lalu hubungan Gyo dan Gaku adalah seperti kedua roda. Belajar tapi tiada pelaksanaan akan sia-sia, sebaliknya pelaksanaan tanpa belajar bisa terjerumus menjadi orang kasar, berani tapi bodoh. Pepatah mengatakan: “Tidak belajar adalah orang yang paling bodoh dan hina�. Kita lahir sebagai manusia atau mahkluk yang berpikir, dengan belajar akan menimbulkan pikiran mendalam. Ini adalah syarat yang tak bisa dihilangkan. Memang dalam pelaksanaan ada belajar, dalam belajar pun ada pelaksanaan. Ini adalah hal yang paling ideal. Maka kesimpulannya Syin, Gyo dan Gaku merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan juga merupakan syarat pertapaan Hukum Buddha. eee Pebruari 2016 | Samantabadra

59


cermin kehidupan

Di Mana Ada Hati yang Percaya, Di Situ Ada Jalan Keluar Ibu Sartini, atau yang

akrab disapa dengan Ibu Pri, adalah umat NSI yang tinggal di daerah Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. Selama 12 tahun, ia hidup bersama tumor di perutnya, yang seiring berjalannya waktu semakin membesar. Kekuatan hati kepercayaannya kepada Gohonzon memunculkan kekuatan jiwanya untuk berani menghadapi penyakit dan kondisi hidupnya.

Ibu Pri (kanan, mengenakan topi), didampingi Ibu Wilayah NSI Jawa Tengah, Ibu Hadi.

S

ejak tahun 1999, Ibu Pri (istri dari Bapak Priyanto), sudah mulai percaya ajaran Buddha Niciren dan aktif di susunan NSI Jawa Tengah. Pada tahun yang sama, ia menerima Gohonzon dan terus mempertahankannya hingga saat ini dan nanti. Bu Pri dan keluarganya hidup di tengah-tengah lingkungan yang mayoritas beragama non-Buddhis. Hal ini menjadi tantangan 60

Samantabadra | Pebruari 2016

tersendiri baginya dalam mempertahankan hati kepercayaan kepada Gohonzon. Apabila meninggal misalnya, ia khawatir tidak ada yang mendoakan secara Buddhis, atau ketika anaknya ingin menjadi pegawai negeri, hal tersebut tidaklah mudah. Namun karena Bu Pri sudah belajar hukum agama Buddha Niciren yang mengajarkan bahwa segala lingkungan atau suasana,

terjadi karena sebab atau icinen dari kita sendiri, Bu Pri pun melewati harihari dengan gembira dan mampu bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya yang berbeda latar belakang dengan baik. Semuanya baik-baik dan rukun-rukun. Bu Pri sendiri memiliki sifat yang keras dan memaksakan kehendak. Namun setelah menjalankan hati kepercayaan yang


berdasarkan Hukum Nammyohorengekyo, ia dapat memperbaiki sifat jiwanya sedikit demi sedikit, dan berpandangan lebih positif dalam berpikir. Menderita Tumor Tumor yang diidap Bu Pri berada di dalam perut, namun di luar kandungan, dan sudah diketahui sejak tahun 2003 di saat usianya 40 tahun. Ketika itu, dokter dan anggota keluarga sudah memberikan dorongan agar Bu Pri melakukan operasi untuk membuang tumornya. Namun Bu Pri tidak berani menjalani operasi karena hatinya takut. Pernah ia mencoba untuk dioperasi, namun tekanan darahnya dengan cepat menjadi tinggi. Hal ini terjadi beberapa kali hingga akhirnya rencana operasi diurungkan.

Alasan Bu Pri takut dioperasi karena dulu ia pernah melihat beberapa temannya yang melakukan operasi, hasilnya tidak tertolong dan meninggal. Ditambah lagi, pada waktu itu anak-anaknya masih kecil, masih memerlukan seorang ibu untuk mengurusnya. Ia selalu berpikir, bagaimana jika ia meninggal setelah operasi? Anaknya ada tiga orang. Maka dengan segala daya upaya ia hanya berobat dengan cara alternatif saja. Ukuran tumornya semakin membesar seiring berjalannya waktu. Namun Bu Pri masih bisa melakukan aktivitas seharihari. Hingga telah berlalu 12 tahun, dan ia tidak bisa lagi beraktivitas karena ukuran tumornya sudah sangat besar. Pada bulan Juni tahun 2015, Bu Pri sudah tidak

Bu Pri terbaring di tempat tidur di rumahnya ketika tumor di dalam perutnya belum dioperasi.

bisa lagi membawa perutnya yang besar. Kaki sudah mulai bengkak, bernapas kadang sesak, pada saat dharma duta NSI (Ibu Tristin, Ibu Sariningsih, Ibu Ina Gunawan), bersama saudara-saudara sedharma umat NSI di daerah Purwodadi mengunjunginya di rumah, mereka bersamasama berdaimoku, memberi dorongan keberanian agar Bu Pri bisa dan mau berjuang mengatasi penyakitnya itu. Hatinya mulai kuat dan akhirnya bersedia untuk dioperasi. Namun orangorang di dekatnya yang melihat kondisinya merasa resah dan iba. Bagaimana caranya agar Bu Pri bisa ditangani dengan cepat, mengingat kondisinya sudah cukup kritis, waktu sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Apabila tidak segera dilakukan tindakan, pasti perutnya akan semakin besar dan membuat napasnya lebih sulit. Sebenarnya Bu Pri berkeinginan untuk dirawat di rumah sakit di Jakarta, karena fasilitas perawatan dan pengobatannya konon lebih memadai. Namun secara ekonomi, Bu Pri tidak sanggup untuk membiayai biaya perawatannya. Ia pun hanya Pebruari 2016 | Samantabadra

61


cermin kehidupan terdaftar sebagai peserta BPJS kelas 3. Bu Pri menceritakan perihal keinginannya ini kepada Ibu Tristin yang mengunjunginya beberapa kali. Ibu Tristin yang memiliki pengalaman membantu pasien dengan kondisi ekonomi lemah, kemudian berusaha membantu dengan menghubungi beberapa yayasan Buddhis agar bisa mendapat dukungan dan bantuan. Ternyata prosedural tidak semudah yang diharapkan. Berbarengan dengan hal tersebut, Bu Pri dan keluarganya berupaya untuk memasukkan Bu Pri segera ke rumah sakit kecil yang ada di Desa Grobogan, untuk dilakukan diagnosa sebagai rujukan agar bisa ditangani oleh dokter di rumah sakit besar di Semarang. Saat itu lingkaran (diameter) perutnya sudah melebihi ukuran alat ukur yang ada di rumah sakit, sehingga sulit melakukan scan. Tekanan darah pun pada saat itu cukup tinggi, hingga 180. Diliputi Jodoh Baik Ketika menghadapi kesulitan apapun di dalam hidup, di situlah pentingnya syinjin yang 62

Samantabadra | Pebruari 2016

berkelangsungan seperti air mengalir sehingga kesulitan tersebut dapat kita ubah menjadi hikmah baik yang menghasilkan rejeki jiwa. Dengan daimoku sungguh hati, di saatsaat genting dalam hidup kita bisa memunculkan prajna dan mengundang “perlindungan�/getarangetaran baik dari lingkungan. Hal rejeki jiwa ini yang tidak mudah terjangkau oleh pikiran kita manusia biasa. Bu Pri membuktikan bahwa dengan kekuatan hati kepercayaan kepada Gohonzon, ia mampu mengundang jodoh baik yang mendukung kesembuhannya. Saudarasaudara sedharma NSI mengunjunginya untuk berdaimoku bersama. Di rumah sakit Grobogan, Bu Pri hanya menggunakan BPJS kelas 3 yang pada saat itu tidak dapat kamar karena penuh. Tak disangka, Bu Pri bertemu dengan temannya yang ternyata adalah kepala bagian di rumah sakit tersebut. Bu Pri lalu ditempatkan di kamar VIP tanpa harus menambah biaya. Sungguh suatu hal yang di luar dugaan Bu Pri. Saat itu Bu Pri sudah semakin dapat menerima keadaan dan bersedia dioperasi. Seandainya

operasinya gagal, ia siap untuk menerima apa pun hasilnya. Ia berpikir, sekarang anak-anaknya sudah besar, salah satunya akan menikah dalam waktu dekat. Sambil terus daimoku, agar dapat muncul kekuatan jiwa Buddha dan bisa mengatasi penyakitnya, diiringi tekad ingin menjalankan tugas jiwa penyebaran dharma agung Myohorengekyo, membuktikan kekuatan Gohonzon. Sambil menunggu waktu operasi, Bu Pri sempat diminta pulang dulu hari Senin agar menunggu di rumah, karena dokternya masih belum tersedia. Mendengar ketidakpastian tersebut, Bu Pri dan keluarga sempat gusar dan risau. Namun di luar perkiraan, keesokan harinya, yaitu Selasa, keluarga Bu Pri dikabari agar membawa Bu Pri ke Rumah Sakit Umum Karyadi di Semarang. Walau pada hari itu tiba di RSU Karyadi, ia belum bisa mendapat kamar, sehingga ditempatkan di ruang UGD. Baru esok harinya (Rabu) ia mendapat kamar. Hari Kamis, Bu Pri dan keluarga dipertemukan dengan dokter yang bertanggungjawab menangani penyakit Bu


Pri dan telah membentuk satu tim dokter untuk melakukan operasi, yang terdiri dari delapan dokter spesialis, antara lain dokter spesialis kandungan, dokter spesialis jantung, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis hematologi, dokter spesialis usus, dan dokter spesialis bedah. Pada hari Sabtu, kami mendapat konfirmasi bahwa tim dokter untuk melakukan operasi Bu Pri sudah siap dan akan melakukan operasi bedah pada hari Senin. Hari Senin berikutnya, Ibu Pri siap menjalani operasi tumor yang telah bersarang di perutnya selama 12 tahun itu. Saat-saat sebelum dan selama operasi, segenap umat NSI Purwodadi berdaimoku, begitu pula dengan Ibu Pri . Ibu Wilayah NSI Jawa Tengah, Ibu Hadi, dharma duta dari Jakarta, semua daimoku agar operasi berjalan lancar dan selamat. Setelah tiga setengah jam berlalu, tim dokter berhasil mengeluarkan daging seberat 35 kilogram dan cairan sebanyak 18 liter dari tubuh Bu Pri. Masa Kritis yang Terlewati Pasca operasi, Bu Pri sempat memasuki masa kritis. Seluruh umat NSI

Kondisi Bu Pri pasca operasi (setelah tumornya diangkat).

yang mendampingi Bu Pri melewati operasi terus berdaimoku. Di sinilah kekuatan kebersamaan umat berdaimoku dan terus mendampingi Bu Pri daimoku hingga masa kritis berlalu. Bu Pri telah mengalami perpanjangan usia, namun ia masih menjalani terapi, sambil mengeluarkan cairan yang masih tersisa. Hasil Pa (tes kanker) terakhir masih 70, di mana normalnya harus 35. Pemulihan total Bu Pri masih memerlukan waktu. Namun demikian, ia merasa bersyukur dapat menjalani operasi dengan lancar, di mana semua hanya dengan modal BPJS kelas 3. Berjodoh dengan dokter-dokter yang bisa menangani operasinya dengan tulus hati, keluarga dan saudara sedharma yang terus mendampingi, dan mendapat perlindungan jodoh-jodoh baik. Semuanya ini bersumber dari hati kepercayaan yang kuat dan keagungan Gohonzon. eee Pebruari 2016 | Samantabadra

63


inspirasi

Prof. Yohanes Surya

Semesta Mendukung disampaikan pada pertemuan generasi muda NSI Jabotabek 15 Nopember 2015 di Mahavihara Saddharma NSI Ketua Umum NSI memegang buku karya Prof. Yohanes Surya, dan Prof. Yohanes memegang buku Icinen Sanzen NSI, seusai pembekalan.

Tekad Mengharumkan Nama Bangsa Pertama kali sebelum Indonesia mengikuti olimpiade fisika, semua orang sudah berpikir secara pesimis terlebih dahulu, bahwa Indonesia tidak mungkin bisa mendapatkan medali emas. Namun saya tidak setuju, saya bilang pada mereka, bahwa tidak ada yang tidak mungkin; pasti bisa. Akhirnya perjuangan pun dimulai pada tahun 1993, Indonesia mengikuti olimpiade. Berlanjut hingga tahun 1999, pada ketujuh kalinya Indonesia ikut berpartisipasi, baru kali ini pula Indonesia akhirnya bisa mendapatkan satu medali emas. Pada tahun itu juga saya membuat pengumuman, menyebarkan brosur-brosur, yang isinya menyatakan bahwa pada tahun 2006 nanti, Indonesia 64

Samantabadra | Pebruari 2016

akan menjadi juara dunia. Saat itu, banyak orangorang yang meragukan pernyataan saya, karena untuk menjadi juara dunia dibutuhkan minimum empat medali emas. Melihat pengalaman pada tahun itu, yakni untuk mendapatkan satu medali emas saja sangat berkesulitan, orang-orang semakin merasa bahwa apa yang saya umumkan tidaklah mungkin tercapai. Namun saya tetap merasa bahwa tidak ada yang tidak mungkin, dan tetap membuat serta menyebarkan brosur-brosur yang mendukung keinginan saya agar Indonesia bisa menjadi juara dunia pada tahun 2006 mendatang. Pada tahun 2003, saya berinisiatif untuk mengganti brosur tersebut dengan ambisi yang lebih besar, yakni Indonesia bisa juara dunia, dan membawa pulang lima medali emas. Saat itu, semakin banyak orang-orang yang menyatakan pendapat mereka yang lain. Ada yang bilang itu tidak mungkin, dan ada juga yang bilang bahwa itu hanya impian. Saya tidak menghiraukan pernyataan mereka, dan terus berjuang hingga akhirnya pada tahun 2006, Indonesia berhasil meraih gelar juara dunia olimpiade. Indonesia membawa pulang empat medali emas, satu perak, dan absolute winner. Momen-momen saat Indonesia pertama kali menang dalam olimpiade tersebut sangat mengharukan dan meninggalkan kesan yang mendalam, baik bagi saya


maupun bagi duta besar dari Indonesia yang saat itu turut menghadiri malam penghargaan. Setelah 14 tahun melatih anak didik, barulah berhasil menjadi juara dunia, berarti memang tidaklah gampang. Namun, hal ini menjadi pembuktian bagi saya maupun mereka yang tidak percaya bahwa selama ada niat, tidak ada yang tidak mungkin. Kemudian, pada tahun berikutnya, tahun 2007 olimpiade kembali diadakan kali ini bertempat di Tiongkok. Sebenarnya, Tiongkok selama ini selalu keluar menjadi juara dunia, kecuali pada tahun 2006 kemarin yang dimenangkan oleh Indonesia. Dan pada saat itu, saya bertekad untuk dapat mengalahkan Tiongkok, di Tiongkok itu sendiri. Dengan tantangan yang lebih berat lagi, karena dengan diselenggarakannya olimpiade di Tiongkok sendiri, berarti juri penilai berserta dengan pembuat soal olimpiade merupakan orang Tionghoa, dengan sendirinya lebih sulit bagi Indonesia untuk memperoleh nilai, apalagi mengalahkan tim dari Tiongkok. Berkaitan dengan hal ini, dulu tahun 2003 saya pernah mengalami mengajar seorang anak dari Papua yang ingin menjadi juara dari olimpiade matematika.

Pada saat itu perhitungannya masih kurang mahir, namun karena keinginannya yang kuat dan percaya diri, saya memutuskan untuk mengajarinya matematika selama dua tahun. Saya membuat sebuah target dengannya untuk mengikuti olimpiade matematika yang diadakan di Jakarta pada tahun 2005. Saya tantang dia untuk menang melawan juara dunia dari Jakarta di olimpiade matematika yang diadakan di Jakarta. Hasilnya, pada tahun 2005 ia berhasil meraih emas, dengan poin yang lebih tinggi dari juara dunia tersebut. Cerita ini saya bagikan pada tim yang akan berangkat olimpiade di Tiongkok sebagai motivasi bagi mereka untuk mengalahkan Tiongkok di Tiongkok. Saat itu saya bawa mereka bertemu dengan menteri Republik Indonesia, dan saya tantang mereka dengan menyatakan bahwa mereka akan mengalahkan Tiongkok di Tiongkok. Pada saat itu, Indonesia berhasil meraih peringkat kedua, satu peringkat di bawah Tiongkok dengan perbedaan poin hanya 0.1 poin. Pada saat itu saya merasakan, bahwa Indonesia bisa kalah karena saat itu saya sempat mengalah, sehingga terjadilah kekalahan dengan poin 0.1 tersebut. Penyebab hal ini bisa terjadi

sebenarnya dapat dipelajari dari alam.

Kondisi Kritis itu Perlu Pada awalnya saya belajar dari pasir, kalau pasir saya jatuhkan lama kelamaan akan membentuk sebuah bukit. Dan semakin lama pasir itu saya tuangkan, bukitnya akan semakin tinggi, namun kemiringannya akan tetap. Hal ini disebabkan karena adanya suatu kondisi tertentu, yakni karena adanya kondisi kritis menyebabkan pasir bisa mengatur dirinya sendiri pada posisi-posisi lainnya agar tidak jatuh. Jadi pada saat kritis, pasir-pasir itu bisa mengatur diri. Pasir saja, yang tidak mempunyai kemampuan untuk berpikir bisa mengatur diri masingmasing dalam kondisi kritis sehingga dapat mempertahankan posisi masing-masing. Bukan hanya pasir yang bisa mengatur diri dalam kondisi kritis, burungburung yang terbang bermigrasi pada musim dingin juga mampu mengatur diri untuk bisa terbang jauh ke tempat yang lebih hangat. Pada saat musim dingin, burung-burung akan mati kedinginan apabila mereka tetap bertahan di daerah tersebut, dan untuk pindah ke tempat yang lebih hangat juga sulit dikarenakan mereka harus terbang hingga Pebruari 2016 | Samantabadra

65


ribuan kilometer untuk sampai di daerah yang lebih hangat. Seolah-olah mereka bisa membuat sebuah rencana untuk mengatur diri, dan mereka pun terbang di dalam kelompok-kelompok, dengan formasi “V�. Formasi ini terbukti sangat berguna dalam penerbangan jarak jauh, karena pergerakan sayap burung terdepan membuka jalur udara bagi burung-burung lain di belakangnya. Sehingga burung lainnya tidak lelah, hanya burung terdepan lah yang lelah. Namun ketika burung terdepan sudah kelelahan, maka burung terbelakang akan terbang ke depan untuk menggantikannya. Begitu seterusnya, sehingga mereka bisa sampai ke tujuan. Bayangkan, hewan saja bisa bekerja sama, jadi untuk mencapai tujuan dalam kondisi kritis hewan bisa mengatur diri. Sama halnya dengan kerbau, ketika seekor harimau datang mengincar seekor anak kerbau, kerbaukerbau dewasa lainnya akan mengatur diri membentuk lingkaran untuk melindungi anak kerbau itu. Air pun bisa mengatur diri. Saat air dipanaskan hingga 100 derajat Celsius, ia akan mendidih. Tapi ketika kita beri tekanan hingga 218 barometer, air yang dipanaskan hingga 100 66

Samantabadra | Pebruari 2016

derajat belum mendidih, hingga 200 derajat pun masih belum mendidih. Hingga 374 derajat, posisinya kritis, tidak gas tidak cair. Tetapi kalau dinaikkan derajatnya sedikit saja, 0.001 derajat saja, maka seketika itu juga ia akan menjadi gas. Tapi kalau diturunkan sedikit saja dari 374 derajat, maka seketika itu juga akan menjadi cair kembali. Jadi pada saat kritis molekulmolekul air dapat mengatur diri masing-masing. Setelah mengamati hal-hal demikian, saya menyadari bahwa segala sesuatu bisa mengatur diri dalam kondisi kritis. Dari sini saya berpikir, berarti cara kerja alam mungkin seperti ini, sehingga jadi alam mengatur diri bila kondisinya kritis. Nah, inilah yang saya gunakan sebagai teori dasar untuk meraih prestasi anak-anak hingga bisa menang. Saya namakan teori itu sebagai “Mestakung� yakni Semesta Mendukung. Semesta Mendukung Alam akan mengatur diri, akan menolong mereka yang berada dalam kondisi kritis, tidak perlu ada ketakutan karena alam semesta akan mendukung mereka yang berada dalam kondisi kritis. Asalkan punya keinginan yang kuat, maka mereka akan bisa keluar dari kondisi yang kritis. Salah satu contohnya adalah Muhammad Ali.

Ketika itu Muhammad Ali adalah seorang petinju yang belum terkenal, saat itu ia akan bertanding dengan seorang petinju yang kelasnya lebih tinggi daripadanya. Ia pergi berkeliling ke tetanggatetangganya dan menyerukan keinginannya untuk mengalahkan lawannya. Ia menciptakan kondisi kritis bagi dirinya sendiri, sehingga di bawah tekanan itu ia terus berlatih dengan lebih sungguh-sungguh lagi. Biasanya lawannya yang sangat hebat, akan memenangkan pertarungan maksimum pada ronde kedua. Tapi Muhammad Ali bisa bertahan hingga ronde ketiga, yang mana pada akhirnya lawannya menyerah dan mengakui tidak bisa melanjutkan pertandingan. Ternyata, entah mengapa lawannya memiliki cedera ringan pada bagian tangannya, yang dipikir tidak akan mempengaruhi jalannya pertandingan, namun pada akhirnya justru berdampak besar bagi pertandingan di malam itu. Sehingga Muhammad Ali keluar sebagai pemenang, berhasil menjadi juara karena semesta mendukungnya. Ada pula seorang ilmuwan bernama Toshiba. Dulu di sekolahnya, nilai fisika maupun matematikanya di bawah rata-rata. Lalu salah satu gurunya


menertawakannya ketika Toshiba menyatakan keinginannya untuk masuk ke fakultas fisika. Karenanya, Toshiba bertekad teguh dan dengan tekadnya ia mengambil sarjana fisika. Toshiba berhasil lulus, meskipun hanya memiliki nilai rata-rata C, ia pun bertekad untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia mengirimkan aplikasinya ke universitas terbaik di Amerika. Pada saat itu, pemerintahan Jepang dan Amerika sedang mengalami kerja sama, di mana universitas yang dituju Toshiba diharuskan untuk menerima setidaknya satu murid dari Jepang. Akhirnya, karena hanya Toshibalah yang mengirimkan aplikasinya, ia pun berhasil diterima oleh universitas pilihannya. Setelah berhasil diterima, Toshiba mengambil jurusan yang tidak ada muridnya, yakni jurusan Astrofisika. Dengan susah payah, Toshiba berhasil lulus sarjana S2 dan S3, dan akhirnya ia pulang ke Jepang. Ia pun mengirimkan aplikasi pekerjaannya ke universitas terbaik di Jepang, Universitas Tokyo. Pada saat itu memang dibutuhkan profesor, dosen bagian astrofisika sehingga Toshiba berhasil mendapatkan pekerjaan di Universitas Tokyo. Pada tahun 1987, pemerintah Jepang

akan membangun suatu laboratorium terhebat dan tercanggih di dunia, untuk meneliti ledakan bintangbintang di langit, Supernova. Setelah mencari ke sana-ke mari, akhirnya Toshiba diangkat menjadi direktur dari laboratorium tersebut. Ia memimpin laboratorium tersebut, dan pada 1997 laboratorium itu mendeteksi adanya ledakan bintang yang sangat hebat, dan ditemukannya partikel baru dari ledakan bintang. Hal ini sempat menjadi perbincangan besar yang mendunia. Saat itu, laboratorium Toshiba berhasil menemukan pecahan tersebut dan akhirnya pun dunia memberikan penghargaan Nobel kepada Toshiba yang menjadi direktur laboratorium tersebut.

Agar Semesta Mendukung Agar alam semesta bisa mendukung ada tiga langkah. Langkah pertama yaitu kita harus berada pada kondisi kritis, karena pada saat kondisi kritis, maka ada pengaturan diri. Pada saat kondisi kritis, semesta akan mengatur diri sehingga yang tadinya tidak bisa tercapai, menjadi bisa dicapai. Langkah kedua, yakni memberikan yang terbaik, semakin banyak usaha untuk memberikan yang terbaik semakin alam

semesta mendukung kita. Mengorbankan waktu rekreasi, waktu bersenangsenang untuk memberikan yang terbaik dari diri kita, untuk membuat semesta mendukung kita. Kalau masih ada perasaan tidak ingin lelah, tidak ingin berbuat lebih, tidak ingin menyerahkan yang terbaik dari diri kita, jangan pernah berharap alam semesta akan mendukung kita. Langkah ketiga, haruslah tekun. Karena sepanjang perjalanan itu banyak tantangan dan rintangan yang menghalang-halangi antara kita dengan tujuan kita. Apabila kita terlena dan mundur, maka tidak akan mungkin alam semesta mendukung kita. Bekerja keras, tekun, dan buktikan bahwa kita bisa keluar dari kondisi kritis kita. Hal-hal inilah yang membuat alam semesta mendukung kita. Kalau mengerjakan apa saja dengan tekun, maka apa pun yang kita kerjakan akan mendapat dukungan dari alam semesta dan pasti berhasil. Pada saat olimpiade di Tiongkok, ada satu anak dari Indonesia yang mendapat nilai nol, meskipun jawabannya benar. Hasilnya benar, namun cara yang ia gunakan untuk mendapatkan hasil itu berbeda dari kunci jawaban, maka para juri memberinya nilai nol. Saat Pebruari 2016 | Samantabadra

67


itu saya menentang, berjuang untuk mempertahankan nilai karena bagaimanapun, hasil yang didapatkan sesuai dengan kunci jawaban. Setelah diskusi berlanjut, juri dari Tiongkok memberi nilai setengah, yakni lima tapi saya terus berjuang untuk mendapat nilai sempurna. Diskusi terus berlanjut hingga mereka menaikkan nilai yang didapat menjadi tujuh setengah. Namun saya tetap teguh dalam pendirian saya yang memperjuangkan nilai sempurna. Terakhir para juri akhirnya memberikan nilai Sembilan koma delapan. Pada saat itu saya menyerah dan merasa puas akan nilai yang telah diperjuangkan, tapi pada akhirnya Indonesia pun dikalahkan oleh Tiongkok dengan poin nol koma dua. Dari sini saya menyadari akan pentingnya ketekunan,

karena bergeser sedikit saja tekad saya, mempunyai pengaruh yang cukup besar pada hasil yang didapatkan. Pemilik perusahaan online Alibaba pernah berkata, bahwa tidak usah takut mengalami kegagalan, karena kegagalan adalah ciri dari keberhasilan. Jadi, kalau ingin berhasil, hendaknya pantang menyerah dan terus bangkit dari kegagalan dan mencoba kembali, pasti ada hasilnya. Saya sendiri juga pernah berkali-kali gagal, tetapi saya tidak menangisi kegagalan saya, saya terus berjalan maju dan belajar dari kegagalan yang telah saya alami. Menuju Indonesia Jaya 2030 Menurut saya, Indonesia bisa dibilang terlalu aman sehingga penduduknya pun santai dan menerima apa

adanya. Padahal sebenarnya, Indonesia ini sedang berada pada kondisi kritis, apalagi mengingat sebentar lagi orang-orang ASEAN bisa dengan mudahnya memasuki pasar perdagangan Indonesia. Dari sinilah, saya berkeinginan bahwa tahun 2030 nanti Indonesia Jaya, dan memang diperlukan waktu dan tenaga yang bukan main untuk bisa mencapai Indonesia Jaya. Namun, bukan berarti tahun 2030 Indonesia Jaya itu tidak mungkin. Tidak ada yang tidak mungkin, setelah mempertimbangkan bahwa dalam 14 tahun saja Indonesia berhasil menyabet empat medali emas dengan absolute winner. Saya yakin, tahun 2030 Indonesia Jaya bukanlah hal yang tidak mungkin. eee

Foto bersama Ketua Umum NSI, Prof. Yohanes Surya, generasi muda dan umat NSI.

68

Samantabadra | Pebruari 2016


Kesan Pesan Peserta Kensyu Tahun Baru NSI 2016 Ibu Joni (Jambi) Icinen saya ingin lebih baik lagi di tahun 2016, di dalam hal syinjin maupun di kehidupan sehari-hari. Saya juga merasa sangat gembira karena setiap tahunnya, kita bisa mengawali tahun bersama-sama di dalam susunan. Saya berterima kasih sekali bisa ada di dalam susunan ini. Icinen saya adalah agar saya bisa selalu memenuhi diri saya dengan perasaan yang positif, yang selalu baik dan memikirkan orang lain. Jangan biarkan ada perasaan-perasaan negatif yang berkembang di dalam jiwa kita. Karena kekuatan icinen itu sangat tajam sekali, bisa menembus seluruh alam semesta. Sdri. Maya (DKI Jakarta) Semua yang kita pelajari di dalam kensyu atau pertemuan, baru akan bermakna dan bermanfaat apabila sudah bisa dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Buddha menjelaskan tentang konsep niji eten, yaitu kekuatan jiwa yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Jika kita mengalami masalah dalam hidup kita, jangan cari yang lain. Cukup dengan menyebut Nammyohorengekyo di hadapan Gohonzon dan terus berada di dalam susunan NSI. Di dalam susunan ini, saya juga belajar tentang cara mengatasi perasaanperasaan negatif, seperti kemarahan, keserakahan, dan kebodohan. Saya berterimakasih sekali karena susunan adalah tempat untuk mempraktekkan dharma-dharma yang sudah kita pelajari selama ini. Tidak ada jalan lain, hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo. Terima kasih kepada Dewan Pimpinan Pusat NSI, terima kasih kepada Gohonzon, atas semua bimbingannya. Icinen saya di tahun 2016 hanya satu, yaitu saya ingin lebih sungguh hati dalam menjalankan hati kepercayaan dan keaktifan di susunan NSI.

Ibu Mei Na (DKI Jakarta) Kesan saya di kensyu kali ini penuh perjuangan, karena saya ingin semua anggota keluarga saya bisa ikut kensyu. Semalam dibahas sekilas tentang hari Ibu. Saya jadi teringat dengan mama saya. Tahun lalu, mama saya masih ada, masih bisa makan dan merayakan tahun baru bersama di kensyu NSI. Bulan lalu mama saya telah meninggal dunia. Satu-satunya cara agar saya bisa terus membalas budi kepada orang tua saya adalah dengan menjalankan syinjin dengan sungguh-sungguh dan berkelangsungan. Karena orangtua kita akan bahagia apabila anak-anaknya bisa melanjutkan hati kepercayaannya. Mereka ingin melihat anak-anaknya berada di jalan yang paling tepat dan benar. Susunan NSI adalah yang paling tepat, karena di sini tersedia berbagai macam sarana pendalaman dharma Buddha Niciren yang bisa mendukung kita semua dalam berbuat kebajikan. Pebruari 2016 | Samantabadra

69


Ibu Rita (DKI Jakarta) Saya bisa ikut kensyu kali ini penuh dengan perjuangan. Awalnya anak saya sudah daftar kensyu tapi ketika mau berangkat jatuh sakit. Suami saya juga sedang sakit. Tapi saya tetap bertekad untuk kensyu, hingga akhirnya semua masalah bisa teratasi. Dengan mengikuti kensyu-kensyu di NSI, saya dan kita semua sebagai umat NSI harus lebih yakin dan memantapkan diri kita bahwa kita sudah berada dalam susunan yang tepat dan sesuai ajaran. Karena di sini kita selalu dituntut untuk melakukan perombakan sifat jiwa dan menjadi pribadi yang lebih baik. Saya benar-benar berterimakasih bisa ada di susunan NSI, bisa mendapatkan ajaran Buddha yang sesungguhnya. Ayo kita semua sama-sama semangat, agar ajaran ini dapat kita wariskan untuk anak-cucu kita. Bapak Oki (Tegal Alur) Saya berterima kasih kepada keluarga saya, bapak Suhadi, teman-teman di NSI semuanya. Saya juga berterima kasih kepada ibu daerah saya, ibu Nora. Dia pernah membimbing saya untuk selalu memikirkan orang lain. Awalnya saya bingung, kondisi saya sendiri masih susah tetapi disuruh pikirkan orang lain. Akhirnya saya coba mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika ada yang butuh bantuan, saya bersedia untuk menolong. Dengan begitu, tanpa sadar saya sudah melakukan perombakan sifat jiwa yang pada akhirnya membawa perubahan dalam kehidupan saya.

Ibu Anyun (Jawa Barat) Saya merasa semua umat yang berada di sini gembira dalam menyambut tahun 2016. Kita semua juga bisa itai dosyin, sehingga acara berlangsung dengan baik dan lancar. Saya jauh-jauh hari sudah berdoa supaya kensyu akhir tahun ini bisa berjalan dengan lancar, umat bisa merasa gembira dan satu hati, alam semesta mendukung. Saya berterima kasih sekali kepada Gohonzon dan susunan NSI, karena cita-cita saya untuk mengajak suami saya untuk ikut sembayang tahun baru di sini bisa terwujud. Dulu sifat saya jelek, suka marah benci. Tapi dengan belajar ajaran Buddha Niciren Daisyonin, saya bisa merubah sifat jiwa saya. Merubah sifat sama dengan merubah nasib. Kita harus terus mendukung susunan NSI supaya semakin maju. Ibu Iing (Banten) Di tahun baru 2016 ini, kita harus punya icinen yang baik. Saya merasa dokyo sodai yang kita jalankan tadi betul-betul khidmat. Saya berterima kasih karena papa mama saya masih dalam kondisi sehat, masih bisa punya keinginan untuk bersama-sama memajukan NSI. Di tahun 2015, saya mengalami banyak suka dan duka. Saya belajar bahwa dalam syinjin kita tidak boleh manja dan bersikap “minta-minta�. Kita harus bisa memikirkan orang lain. Yang dikatakan mengubah nasib bukan tergantung dari luar, tapi tergantung dari diri kita sendiri. Semua tergantung perubahan sifat jiwa kita. Icinen saya adalah saya ingin bisa merangkul dan menjaga umat NSI, di wilayah Banten khususnya, supaya bersatu.

70

Samantabadra | Pebruari 2016


Ibu Linda (Tangerang) Saya merasa sangat terkesan dengan kensyu kali ini. Meskipun saya sudah sudah lanjut usia, tapi saya masih merasa berguna. Saya juga bisa menyumbang tarian di acara kesenian semalam. Saya bangga karena saya masih bisa berguna dan menghibur banyak orang. Saya bersyukur karena di hidup kali ini bisa bertemu dengan Nammyohorengekyo, mandala agung Gohonzon, dan hukum sebab akibat. Dengan begitu, kita jadi mengerti bahwa siapa yang berbuat, maka dialah yang akan menanggung akibatnya. Saya gembira karena di hidup kali ini bisa bertemu dengan bapak Suhadi, pimpinan yang welas asih. Oleh karena itu, saya mau lebih semangat lagi dalam menjalankan syinjin supaya bisa memajukan umat-umat NSI yang ada di daerah. Ibu Nitya (DKI Jakarta) Saya berterima kasih karena saya masih bisa menyambut tahun 2016. Di bulan September dan November 2015, saya sempat masuk rumah sakit dalam kondisi yang cukup kritis. Tapi saya masih bisa melewatinya dengan baik. Saya sudah mencoba berbagai jenis pengobatan dan dokter, karena saya ingin cepat sembuh. Saat malam pergantian tahun, saya berterima kasih karena saya masih bisa melewati tahun 2015 dan memasuki tahun 2016, serta dapat mengikuti kensyu tahun baru. Terima kasih kepada Gohonzon, mama saya, adik-adik saya, dan semua pimpinan dan umat NSI, atas dukungannya sehingga saya bisa hadir di kensyu ini.

Ibu Aming (Kalimantan Barat) Saya merasa sangat gembira karena di kensyu kali ini bisa bertemu dengan umat-umat dari seluruh Indonesia. Di tahun baru ini juga membawa semangat baru, kita harus selalu menanamkan icinen yang baik. Kekuatan icinen sangat luar biasa, bisa memberikan getaran. Pada tahun 2015, saya mengalami banyak masalah. Saya merasa bahwa masalah yang saya hadapi cukup berat. Tapi setelah saya mendengar masalah-masalah yang dihadapi umat lain jauh lebih berat, kesulitan saya terasa tidak ada apa-apanya. Dalam kondisi sulit, kita harus belajar untuk bisa memikirkan kesulitan orang lain. Setiap tahun saya dan keluarga selalu ingin melalui pergantian dengan ikut kensyu NSI. Saya juga melakukan syakubuku kepada mama saya, dari yang sebelumnya tidak percaya, saat ini beliau sudah syinjin. Icinen kita di 2016 bisa lebih baik lagi, lebih banyak belajar gosyo dan berada di susunan NSI sehingga kita bisa lebih kuat dalam menghadapi berbagai kesulitan. Bapak Budi Mulyadi (Jawa Timur) Kesan saya selama mengikuti kensyu, saya merasa senang, bisa bertemu teman baru, mendengarkan gosyo, dan mendapatkan banyak pengetahuan. Kita harus mengandalkan diri kita sendiri, jangan mengandalkan orang lain atau faktor dari luar. Saat kita terjatuh, kita harus bisa berdiri sendiri. Karena semua yang terjadi pada diri kita berasal dari karma atau sebabsebab yang kita buat sendiri.

Pebruari 2016 | Samantabadra

71


Bapak Wawang (Bali) Saya sudah lama tidak ikut kensyu, sekitar satu tahun. Untuk bisa mengikuti kensyu tahun baru ini, saya menggunakan empat jenis transportasi, yaitu kapal laut, bis, kereta, dan pulang dengan menggunakan pesawat. Saya mendapatkan banyak pembabaran gosyo dan pemahaman tentang visi misi NSI untuk seluruh Indonesia. Sepulang dari kensyu, saya akan berusaha untuk menjaga umat Bali dari pengaruh-pengaruh buruk dan menginformasikan apa yang sudah disampaikan oleh Bapak Ketua Umum. Kita di sini benar-benar dididik dengan hukum yang sesungguhnya. Kita juga harus berani untuk menyampaikan dharma yang sesungguhnya, seperti yang telah diajarkan oleh Buddha Niciren Daisyonin. Bapak Ping Sen (Sumatera Utara) Berada di mana saja dan bertemu dengan siapa saja, saya merasa senang. Apalagi bisa berada di kensyu ini, saya merasa lebih senang. Prinsip saya, apapun yang terjadi di NSI, saya akan tetap ada di NSI. Sikap yang terlalu manja, bisa menghambat proses pencapaian kesadaran Buddha kita.

Bapak Acui (Lampung) Sekejap-sekejap perasaan jiwa memang sulit untuk dikendalikan, tapi kalau kita jalankan gongyo daimoku, kita pasti bisa mengendalikannya dengan baik. Di dalam hidup ini pasti terdapat masalah, tinggal bagaimana kita menjalankannya. Bila bertemu dengan masalah, jangan pernah lari dari Gohonzon. Icinen kita adalah ingin memajukan susunan. Kita harus bisa melatih diri kita, baru ada perombakan sifat jiwa. Di tahun 2016 ini, kita harus lebih semangat, lebih aktif, dan lebih mandiri. Kita harus yakin bahwa hukum yang kita pegang ini adalah hukum yang paling benar dan hukum ini akan terus tersebar luas. Ibu Unggul (Jawa Barat) Selama di kensyu ini, kita sudah banyak belajar gosyo. Salah satunya dijelaskan bahwa untuk bisa percaya dan menjalankan syinjin, tidak perlu kepintaran. Maksudnya, orang bodohpun bisa mencapai kesadaran Buddha, seperti yang digambarkan sebagai Suri Handoku. Yang paling penting adalah setelah kita belajar, kita bisa melaksanakannya dalam kehidupan nyata. Kita harus yakin bahwa kita hidup di tiga masa; lampau, sekarang, dan akan datang. Saya berterima kasih sekali kepada Gohonzon dan para pimpinan NSI yang selama ini bisa mempertahankan ajaran Buddha Niciren. Kita harus punya icinen untuk sama-sama memajukan umat dan susunan NSI.

72

Bapak Niki (DKI Jakarta) Saya belajar dari sikap Bapak Ketua Umum NSI, bila terjadi kekurangan atau kesalahan, tidak perlu disesalkan. Apa yang terjadi, itulah yang terbaik. Dengan diadakannya rapat pimpinan nasional, semuanya menjadi jelas. Peranan pimpinan sangat penting di masing-masing daerah. Kita bisa menjadi pemimpin merupakan sebuah karma. Oleh karena itu, kita harus menjalankannya dengan sungguh-sungguh supaya bisa memberikan hasil yang terbaik. Kita semua harus satu hati untuk mewujudkan kosenrufu. eee

Samantabadra | Pebruari 2016


Catatan

Pebruari 2016 | Samantabadra

73


resep

Kue Pepek Panggang Bahan-Bahan: 600 cc Putih Telur 400 gram Gula Pasir 1 sdt Saus Tar-Tar 600 cc Santan Kental (matang dan dinginkan) 1 sdt Garam 400 gram Terigu Pewarna makanan Hijau dan Pink

Oleh : Ibu Oking D, Bogor

Cara Membuat : 1. Kocok putih telur, saus tar-tar dan 200gr gula hingga kaku (Bahan 1). 2. Aduk santan, garam,dan sisa gula dengan sendok hingga rata dan gulanya larut. Masukan terigu dan aduk rata (Bahan 2). 3. Campur bahan 1 dan 2 dan aduk rata, lalu adonan dibagi tiga warna; putih, pink dan hijau. 4. Siapkan loyang seng persegi 24cm, poles mentega dan lapis kertas. 5. Panggang adonan selapis-selapis dengan susunan warna : Putih, pink, hijau-putih, pink hijau. 6. Panggang dengan api diatas 150 °C. Keterangan tambahan: • Kocok putih telur, sambil dituangkan gula sedikit demi sedikit sampai habis. • Masukkan terigu, aduk perlahan. • Setelah adonan dibagi menjadi tiga warna, tiap warna baru dimasukkan santan, aduk rata. • Panas kan loyang terlebih dahulu, tuang lapisan pertama.

Jawaban TTS Samantabadra Januari 2016

1

2

M 3

U 7

L E O N A R D O M

A

O

K

G

A

H

X

L A R

I

9

T

12

L

N

K

A

U

M

E I

O K

S

J 16

S

A R

Y

M A N U S

I

O

J

18

O B A

L

W C E

25

I

P

I

E S

T

Y

D O S Y O

K 22

17

U 21

O

C A P G O M E H

Y A S U M I

I N

K I

23

24

U

S

J N A N A

T

I

L E

O

20

S R

R E W O R K S

N

13

N G Y

U

I

S O

Y O H A N E S S U R Y A

G R A M E D

A L A Y A V

P

R

15

19

O

5

11

H A

F

O

10

Y

14

Samantabadra | Pebruari 2016

8

A

H

P

N

N

A

74

S P

N 6

4

U D

F U

N

N

G

I

M U M Y O


teka teki silang

Mendatar 2. Mencapai kesadaran (Istilah Jepang) 5. Sepupu Buddha Sakyamuni, yang sangat jahat 7. Mata uang Malaysia 9. Salah satu warna pada bendera Indonesia. 11. Hari raya agama hindu 13. Perubahan wujud dari gas ke cair 14. Pulau Dewata 16. Istri Syijo Kingo 22. Negeri Paman Sam 23. Kemalasan ( Istilah Jepang ) 24. Perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain 26. Nama lain serangga 27. Bahasa sansekerta yang bermakna nama suci Jawaban TTS ini dapat dilihat pada Samantabadra Maret 2016

Menurun 1. Kerajaan Hindu tertua di Indonesia 3. Makanan cepat saji (Istilah Inggris) 4. Ajaran yang di anut Yasumice ( ayah Ikegami bersaudara) 6. Satuan berat 7. Makanan khas Padang 8. Antonim dari Protagonis 10. Nama lain dari Hyoesakan 12. Nama lain dari Nyudo Dono 15. Hari Senin (Istilah Inggris) 17. Kesatuan hati (Istilah Jepang) 18. Salah satu dari enam Bhiksu senior murid Niciren Daisyonin 19. Berbeda hati 20. Salah satu media informasi 21. Tarian daerah khas Bali 25. Badan berlainan (Istilah Jepang)

Pebruari 2016 | Samantabadra

75


Kiba & Krubu edisi Februari 2016

Baca Gosyo

Story byKiba Samanta Surya Cerita & Krubu Illustration by Felicia Francisca ide cerita: Samanta

ilustrasi: Felicia F

Membaca Gosyo

a badr

anta

Sam

Kiba

Kamu lagi baca apa sih?

Aku lagi baca Gosyo, Krubu

Ya?

antabadra

Sam

Haah ...

Gosyo kan membosankan, Kiba

Coba sini!

Itu karena kamu belum membacanya sungguhsungguh.

76

Coba deh, kamu resapi dan hayati saat membaca, seolah-olah kita bisa merasakan perjuangan ketika Buddha Niciren hidu masih hidup.

Samantabadra | Pebruari 2016

Aku mau baca juga

hmm

Oh gitu..

hmm

sampai jumpa di edisi berikutnya!


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Pebruari 2016 TGL

HARI 1 Senin 2 Selasa 3 Rabu

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

15 Senin 16 Selasa 17 Rabu 18 19 20 21

Kamis Jumat Sabtu Minggu

22 Senin 23 Selasa 24 Rabu

25 26 27 28 29

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin

JAM KEGIATAN 13:00 Pendalaman Gosyo 13:00 Pendalaman Gosyo Penceramah Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 16:30 Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang 14:00 Pertemuan Wanita Umum 19:00 Pertemuan Ibu/Wanita Karier 19:00 Pertemuan Pria Umum 19:00 Ceramah Gosyo

TEMPAT Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing‐Masing

10:00 Dokyo‐Syodai Tahun Baru Imlek 19:00 Pertemuan Cabang

10:00 10:00 10:00 14:00 19:00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting

14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok

19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting

10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok Pertemuan Anak‐anak Daerah/kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian 13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum

Daerah Masing‐Masing

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing

Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Cetiya Fajar Daerah Masing‐Masing

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing

Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI

Pebruari 2016 | Samantabadra

77


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969

PROVINSI LAMPUNG

PROVINSI JAWA BARAT

Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728

Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034

PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

78

Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo

Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319

Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340

Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851

Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682

Samantabadra | Pebruari 2016

Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.