Samantabadra SAMANTABADRA | MARET 2016 | NOMOR. 266
D
alam Masa Akhir Dharma ini, pasti muncul pelaksana Saddharmapundarikasutra. Dan bila dihadapi kesulitan besar, ia merasa gembira karena memiliki kepercayaan amat kuat. Bukankah kalau kita menambah kayu bakar kedalam api unggun, maka apinya makin berkobar? Dan begitu banyak air sungai mengalir kedalam lautan besar, tapi lautan besar belum pernah menolak kembali air sungai yang mengalir kedalamnya. (Surat Kepada Shiiji Shiro)
gosyo kensyu SURAT KEPADA SHIIJI SHIRO liputan APEL KEBHINNEKAAN LINTAS IMAN BELA NEGARA liputan GERAK JALAN HARI AMAL BHAKTI KE-70
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
M a r e t
2 0 1 6
03 # 266
Umat NSI dalam Apel Kebhinnekaan Lintas Iman Bela Negara. Januari 2016.
A
kar bakat orang-orang sekarang pun demikian, kelihatannya seperti akar kebaikan besar. Mereka mengumpulkan harta dengan berbagai cara termasuk berperang hingga memperoleh tanah, daerah atau tanpa alasan menyusahkan rakyat, kemudian berdasarkan ini menjalankan akar kebaikan. Ini kelihatannya seperti Hukum Buddha yang agung, tapi bukan hanya tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, dana paramita orang-orang itu pun sama sekali tidak ada artinya. (Surat Balasan kepada Kubo no Ama-goze)
Umat NSI dalam Apel Kebhinnekaan Lintas Iman Bela Negara. Januari 2016.
S
ekalipun tidak menghancurkan orang lain, bahkan hati sendiri juga benar-benar tulus dan sungguh-sungguh berusaha menjalankan akar kebaikan, namun ada juga yang tak dapat menjadi Buddha. Umpamanya, menanam bibit baik disawah yang buruk. Bukan hanya merusak bibit bahkan sebaliknya diri sendiri menjadi rugi. Misalnya menjalankan kebajikan dengan penuh kesungguhan hati, jika orang yang disumbang buruk, maka tak dapat menjadi karunia kebajikan, sebaliknya terjatuh kejalan buruk. (Surat Balasan kepada Kubo no Ama-goze)
Samantabadra Maret 2016 Samantabadra D
alam Masa Akhir Dharma ini, pasti muncul pelaksana Saddharmapundarikasutra. Dan bila dihadapi kesulitan besar, ia merasa gembira karena memiliki kepercayaan amat kuat. Bukankah kalau kita menambah kayu bakar kedalam api unggun, maka apinya makin berkobar? Dan begitu banyak air sungai mengalir kedalam lautan besar, tapi lautan besar belum pernah menolak kembali air sungai yang mengalir kedalamnya. (Surat Kepada Shiiji Shiro)
SAMANTABADRA | MARET 2016 | NOMOR. 266
daftar isi
gosyo kensyu liputan liputan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta
LIPUTAN Partisipasi NSI dalam Gerak Jalan HAB ke-70 Angklung NSI dalam Resepsi HAB ke-70 Apel KLIBN Audiensi KU NSI dengan Ketua MPR RI Audiensi KU NSI dengan Ketua DPD RI Majelis Agama Tolak Propaganda LGBT Kliping Kompas
2 5
8 9 10 12 13 14 15
MATERI AJARAN Gosyo Kensyu 16 Surat kepada Shiiji Shiro Gosyo Cabang Surat Balasan kepada Kubo 29 no Ama-goze Forum Diskusi Tanya Jawab Hukum Agama 34 Buddha Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
Halaman Muka
K
etua umum NSI bersama tokoh lintas agama melakukan deklarasi dalam Apel Kebhinnekaan Lintas Iman Bela Negara di Lapangan Banteng, Jakarta. Simak berita selengkapnya di halaman 10.
SURAT KEPADA SHIIJI SHIRO APEL KEBHINNEKAAN LINTAS IMAN BELA NEGARA GERAK JALAN HARI AMAL BHAKTI KE-70
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
M a r e t
2 0 1 6
03 # 266
WAWASAN Etika Menggunakan Sosial Media
39
REFLEKSI Keteladanan Pacaran Beda Agama
42 43
BERITA DUKA CITA
45
RESEP Kue Bolu Kering
46
TEKA-TEKI SILANG
47
KIBA-KRUBU Belajar Bersama
48
JADWAL KEGIATAN
49
VIHARA DAN CETYA NSI
50
9
10
12 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Arya, Megahria, Felicia, Lilia, Phopy, Kyanne Virya, Martinus, Juni Dani STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
Maret 2016 | Samantabadra
1
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30-31 Januari 2016
Nammyohorengekyo,
kekuasaan dan uang tidak bisa mencabut penderitaan umat eunggulan Agama manusia dan tidak merasa Buddha adalah sebagai bahagia, karena melihat umat pedoman hidup manusia manusia masih menderita. agar dapat menyelesaikan Sumber penderitaan adalah permasalahan dalam hidup kesesatan, oleh karena itu secara tuntas. Buddha artinya harusnya kita bisa mengatasi “sadar”, berarti Agama kesesatan sehingga bisa keluar Buddha adalah agama yang dari penderitaan. Sumber mengajarkan kesadaran. kebahagiaan adalah kesadaran. Kesadaran itu penting sekali, Apabila ingin bahagia harus lebih penting daripada uang. memunculkan kesadaran. Dalam riwayat Buddha Buddha Sakyamuni berhasil Sakyamuni, beliau melihat memunculkan “Kesadaran”, kondisi manusia terlahir maka agama yang disebarkan menderita, menjadi tua disebut Agama Buddha. Jadi menderita, sakit menderita, kebahagian itu sumbernya mati juga menderita. Melihat bukan uang, tetapi kesadaran. fenomena tersebut, Buddha Dengan kesadaran, uang yang Sakyamuni ingin agar kita punya akan menjadi penderitaan umat manusia penunjang kebahagiaan. bisa teratasi, maka beliau Apabila tidak didasari dengan mencari jawaban bagaimana kesadaran, uang bisa menjadi agar manusia tidak menderita, sumber penderitaan. Beliau belajar ke mana-mana, Agama Buddha puncaknya adalah pemunculan mengajarkan bahwa setiap kesadaran. Kesadaran ini manusia mempunyai 10 bisa mendolong penderitaan dunia/alam kondisi perasaan umat manusia. Uang tidak jiwa. Seorang Buddha adalah bisa menolong secara tuntas. manusia yang berhasil Buddha Sakyamuni sebagai menjadikan alam “Dunia putra mahkota kerajaan pasti Buddha” sebagai dasar/ memiliki kelimpahan harta, landasan perasaan jiwanya. kekuasaan besar, tetapi dengan Seseorang yang di dalam
K
2
Samantabadra | Maret 2016
hidupnya bisa menata perasaan jiwanya, kemudian berhasil menjadikan perasaan jiwa “Dunia Buddha” sebagai dasar untuk menggerakan ke-9 kecenderungan perasaan jiwa yang lain, orang tersebut mampu mewujudkan kebahagiaan. Ia tetap bisa marah, tetap punya banyak keinginan, dan sebagainya, tetapi semua itu menjadi energi untuk hidup bahagia dan membahagiakan orang lain. Itulah Buddha. Karena kita belum benarbenar mampu memahami dan menghayati ajaran Agama Buddha, sering kita beranggapan bahwa jika kita ingin bahagia, maka yang kita usahakan adalah halhal material yang kelihatan di depan mata; sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, promosi dalam karir, menikah dengan pasangan yang rupawan, dan lain-lain. Namun yang dapat kita amati, ternyata pencapaian hal-hal tersebut di dalam hidup tidak selalu membawa dan menjamin kebahagiaan. Oleh karena
Ketua Umum
itu, Buddha mengajarkan bahwa untuk mewujudkan kebahagiaan yang hakiki, hal yang harus diperbaiki adalah dasar perasaan jiwanya. Kita cenderung gemar memperbaiki hal-hal yang ada di luar diri kita, menyalahkan orang lain atau suasana, tetapi sumber masalahnya belum diperbaiki sehingga masalah pun tidak terselesaikan dengan tuntas. Agama Buddha mengajarkan bahwa segala hal atau fenomena yang terjadi di sekitar kita bersumber dari diri kita sendiri. Kuncinya adalah introspeksi diri sambil meningkatkan kualitas diri dengan dasar Nammyohorengekyo. Semua Buddha bisa mencapai Kesadaran Buddha adalah karena satu Hukum saja, hanya satu sebab saja, yaitu Myohorengekyo. Kita yang sudah mengenal Myohorengekyo, memiliki kesempatan yang sama seperti Buddha Niciren dan Buddha Sakyamuni untuk menjadi Buddha. Orang yang sudah memiliki kesadaran akan dapat memupuk dan mengembangkan tiga kebajikan, yaitu sebagai guru, orang tua (ayah-bunda), dan majikan. Buddha berkeinginan agar kemampuan-Nya mencapai tingkat kesempurnaan dapat diwariskan kepada seluruh umat manusia, termasuk kita semua yang sudah sangat beruntung karena sebetulnya kita sudah menerima pewarisan itu. Sayangnya kita belum dapat mempraktikkan
secara tepat dan konsisten kata-kata Buddha. Dalam sebuah cerita sutra, ada dua orang sahabat. Setelah 20 tahun terpisah, mereka bertemu kembali; yang satu menjadi orang yang kaya raya, sedangkan yang satu miskin. Si miskin menginap di rumah si kaya, suatu malam ketika si miskin tidur, bajunya diambil oleh si kaya, oleh si kaya lipatan-lipatan baju si miskin diisi dengan emas permata dan dijahit sedemikian rupa rapihnya dan dikembalikan ke kamar tidur si miskin. Esok harinya si miskin pamit pulang, karena merasa sudah memberi harta yang cukup banyak, si kaya merasa lega, ia menganggap si miskin pasti akan berubah nasibnya. Beberapa tahun kemudian mereka berdua kembali bertemu. Si kaya kaget ternyata si miskin masih tetap saja miskin. Ternyata si miskin tidak menyadari bahwa di pakaiannya telah disematkan harta oleh si kaya. Karena ketidaktahuan bahwa di badannya ada emas permata itulah yang membuat si miskin tetap miskin. Hal ini sama seperti kita, para manusia yang sudah mengenal Gohonzon dan ajaran Buddha. Kita sudah dititipi/diwarisi permata/ pusaka oleh Buddha, tetapi sampai hari ini belum digunakan secara tepat atau bahkan tidak (mau) tahu bagaimana menggunakan pusaka tersebut. Makanya masih sering diliputi dengan penderitaan. Kita sebenarnya
sudah menerima pewarisan pusaka, sama dengan pusaka yang membuat Buddha Niciren dan Buddha Sakyamuni mewujudkan kesadaran (Dunia Buddha). Sesungguhnya yang membuat manusia bahagia atau tidak bukanlah banyak atau sedikitnya harta yang dimiliki, bukan rupawan atau tidaknya paras yang dimiliki. Seseorang bisa bahagia atau tidak bahagia tergantung dari kondisi perasaan jiwa apa yang dia wujudkan sehari-hari. Apabila dia ada di Dunia Buddha, semua jodoh yang ada di sekitar dia akan dapat dipersepsikan sebagai hikmah baik yang mendukung pengembangan dirinya. Dengan demikian, manusia yang bisa membuka kesadarannya adalah manusia yang paling bahagia. Untuk menjadi Buddha, kuncinya adalah percaya sungguh-sungguh kepada Myohorengekyo. Kemampuan kita untuk mewujudkan kesadaran Buddha bukanlah tanpa sebab. Di masa lampau kita telah membuat sebab-sebab dan berprasetya untuk tidak pernah melepaskan Saddharmapundarika-sutra, inilah mengapa kita bisa bertemu dengan Gohonzon pada kehidupan kali ini. Ini pula yang disebut sebagai menyerahterimakan Hubungan Darah Saddharmapundarikasutra, aliran hubungan darah hati kepercayaan yang mengalir antara Buddha (Gohonzon) dan Maret 2016 | Samantabadra
3
ceramah gosyo kita yang memiliki hati kepercayaan yang kita kepada Nammyohorengekyo. Penganut dalam bahasa mandarin, berarti ‘dana’ atau bisa juga murid, murid ini ada dua jenis, yang di rumah dan yang ke luar rumah. Yang di rumah namanya penganut/ umat awam (termasuk kita) atau upasaka-upasika. Murid yang ke luar rumah adalah bhiksu. Jadi Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa, Saya, murid (yang di rumah maupun yang ke luar), umat awam maupun bhiksu tidak ada perbedaan. Jadi kalau ada bhiksu yang membedakan antara dirinya dengan umat awan berati ia sendiri tidak bisa mengalirkan hubungan darah hati kepercayaan yang diwariskan oleh Buddha Niciren. Mengalirnya hubungan darah hati kepercayaan itu adalah, “semua merasakan dalam hati, bahwa diri sendiri dengan orang lain, pihak sana dan pihak sini sama sekali tidak ada perbedaan, bagaikan air dan ikan, dengan Itai Dosyin sungguh-sungguh menyebut Nammyohorengekyo, itulah hubungan darah. Dengan penjelasan tersebut, jelas bahwa bhiksu bukan penentu hubungan darah hati kepercayaan umatnya dengan Buddha. Maka itu, sejak sekarang kita harus sungguhsungguh melaksanakan ajaran Buddha, sebab tanpa Nammyohorengekyo tidak bisa mewujudkan kesadaran Buddha.
4
Samantabadra | Maret 2016
Agar dapat menerima aliran hubungan darah secara baik, kita harus percaya kepada apa yang diajarkan oleh Niciren Daisyonin dan melaksanakannya, sehingga Nammyohorengekyo mengalir kepada kita kemudian kita pun harus mengalirkannya kepada orang lain. Caranya adalah dengan membuktikan kebenaran Nammyohorengekyo di dalam hidup kita, kemuidan kita memberitahu kepada orang lain. Tugas mulia ini harus kita jalankan bersama-sama secara Itai Dosyin. Oknum-oknum di dalam suatu susunan Buddha yang memecah belah pada dasarnya adalah gerakan yang memutuskan hubungan darah itu sendiri. Sekarang yang paling penting adalah mewujudkan kesungguhan hati, percaya dan melaksanakan. Ketika kita sudah mencapai Kesadaran Buddha atau bisa membuka Kesadaran Buddha, semua uang, kesehatan, hubungan sosial yang baik, pendidikan yang tinggi, akan menjadi sarana-sarana yang semakin membahagiakan kita. Uang adalah sarana, bukan tujuan. Tubuh yang sehat juga sarana. Manusia lahir di dunia harus punya tujuan, harus mencapai Kesadaran Buddha, juga harus bisa memberi manfaat kepada orang lain, itulah yang dijadikan dasar tujuan hidup. Kesehatan, uang, pengetahuan, hubungan sosial dan lain-lain akan menjadi sarana yang akan menunjang hal ini.
Sayangnya, dalam kehidupan modern manusia sulit untuk bahagia karena menempatkan sarana atau materi sebagai tujuan. Kita mati-matian mencari uang, uang dijadikan tujuan hidup. Ketika uang sudah terkumpul banyak, kita malah sakitsakitan. Akhirnya tidak bisa menikmati hidup. Agama Buddha sangat sederhana dan praktis. Kita adalah orang-orang yang sudah diwariskan oleh Buddha pusaka yang bisa membuat kita mencapai kebahagiaan yang paling tinggi atau hakiki, bukan kebahagiaan relatif, namun manusia akhir dharma sulit untuk percaya, sehingga pusaka GohonzonNammyohorengekyo tidak digunakan, hanya disimpan saja. Nicikan Syonin membimbing kita, satu hal besar (Syoji Daiji, hubungan darah satu hal penting), satu hal pentingnya adalah, Hon Mon No Honzon, Hon Mon No Kaidan, Hon mon No Daimoku, jadi buat kita hal penting itu adalah sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo, Gohonzon dari Sandai Hi Ho. Maka dari itu susunan ini perlu meneruskan usahausaha baik supaya susunan kita yang terdiri dari orangorang yang berjodoh dengan Nammyohorengekyo ini betulbetul bisa menjadi sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas. eee
Dharma Duta
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Hubungan Darah Satu Hal Penting dari Hidup-Mati Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30-31 Januari 2016
Nammyohorengekyo,
Hukum yang wujudnya menjadi 10 dunia, marah osyo Syoji Ici Daiji benci, senang, dan lain-lain. Kecimyaku ini itulah hidup. Jadi Myoho menjelaskan tentang itu sendiri bermakna siklus perihal hidup dan mati. hidup-mati. Demikian juga Kalau membicarakan kalau kita sedang tidur juga mati pada umumnya kita mati, ketika kita bangun merasa seram, nanti akan kita hidup lagi. Segala mati beneran. Membahas apapun bermakna hidupkematian jadi semacam mati. Antara hidup dan mati mitos yang dapat membawa tidak terpisah, bersambung kematian itu sendiri. Untuk terus-menerus. membuat orang meninggal Yang menggerakan tidak harus membahas hidup dan mati adalah Gosyo ini terlebih dahulu. satu Hukum, yaitu Ajal itu sekarang, kapan pun Myohorengekyo, Hukum bisa terjadi. yang maitri karuna, dengan Dalam ajaran Buddha membuat sebab yang dijelaskan, bahwa Surga sesuai dengan Hukum atau Neraka ada dalam alam semesta ini dapat kehidupan kita seharimemunculkan Kesadaran hari saat hidup sekarang Buddha, Hal ini oleh ini sebagai perasaan jiwa. Buddha diberitahukan Surga adalah ketika kita kepada seluruh umat gembira, neraka adalah manusia agar seluruh ketika kita menderita. Kita hidupnya bisa bermanfaat juga berpikir antara hidup dan bernilai, inilah yang dan mati itu terpisah. Dalam dinamakan menjaga agama Buddha dijelaskan hubungan darah. Jadi bahwa hidup dan mati memberitahukan Kesadaran adalah satu, gaib, Myo, tidak Buddha kepada umat agar kelihatan, Ho itu adalah bisa mencapai Kesadaran
G
Buddha itu sebenarnya adalah menjaga Hubungan Darah. Buddha Sakyamuni yang mencapai kesadaran di masa lamapu yang amat jauh adalah karena Saddharmapundarika-sutra (Myohorengekyo), dan kita umat manusia yang berada dalam kecenderungan Sembilan Dunia, ketiganya sama sekali tidak ada perbedaan, sungguh hati menyebut Myohorengekyo dengan percaya dan memahami hal tersebut. Kalimat ini mengajarkan kepada kita untuk percaya, bahwa dalam badan diri sendiri tercakup Jiwa Buddha yang sangat agung dan hakiki. Dengan percaya Gohonzon, kita harus yakin bahwa antara kita dengan yang lain sama sekali tidak ada perbedaan semuanya Maret 2016 | Samantabadra
5
ceramah gosyo sama-sama mempunyai Jiwa Buddha dan sapat memunculkan Jiwa Buddha yang ada pada diri kita masing-masing. Buddha Sakyamuni dalam Bab II, Saddharmapundarikasutra menjelasakan, bahwa kita semua memiliki Jiwa Buddha. Terkadang sampai sekarang kita masih belum yakin akan hal ini kita masih terpengaruh dengan kepercayaan kita yang dulu di mana memang dibuat adanya perbedaan antara manusia biasa dengan Buddha. Hal seperti inilah yang membuat syinjin kita menjadi keliru, yang membuat kita memiliki ketergantungan dengan pihak di luar diri kita, nasib kita bisa kita rubah sendiri, tidak tergantung kepada siapa-siapa, dengan begitu kita bisa merasakan bahwa kita mempunyai hubungan darah dari Gohonzon, dengan demikian kita akan mendapatkan kekuatan menghadapi permasalahan hidup ini. Kesulitan yang kerap kita hadapi ketika kita sendiri tidak yakin dengan hal ini, kemudian kita minta kepada orang lain untuk mendoakan nasib kita agar lebih baik. Buddha begitu sungguh hati ingin mewarisi kesadaran-Nya kepada 6
Samantabadra | Maret 2016
kita agar kita sama seperti Beliau, dapat mewujudkan Kesadaran Buddha. Dalam hidup mati ketiga masa tidak melepaskan Saddharmapundarikasutra, inilah yang disebut menyerahterimakan hubungan darah. Hendaknya selama ketiga masa, tidak pernah melepaskan Gohonzon, serta terus mempertahankan dan meneruskan hati kepercayaan. Dikatakan dalam bab III Saddharmapundarikasutra, “Orang yang tidak percaya dan memfitnah Dharma, langsung memutuskan semua bibit Buddha dalam Dunia, karena memutuskan dan mematahkan bibit Buddha yang memungkinkan untuk mencapai Kesadaran Buddha, maka tidak ada hubungan darah satu hal penting dari hidup mati.� Jadi yang dapat memutuskan hubungan darah adalah ketika seseorang tidak lagi percaya dan memfitnah Dharma. Selama kita masih percaya dan menerima kata-kata Buddha, selama itu pula hubungan darah hati kepercayaan mengalir di dalam diri kita. Dikatakan dalam Gosyo, “Niciren, Murid dan
penganut serta lainnya semuanya merasakan dalam hati, bahwa diri sendiri dan orang lain, pihak sana dan sini, sama sekali tidak ada perbedaan, bagaikan air dan ikan, dengan itai dosyin sungguh menyebut Nammyohorengekyo, Niciren, murid (bhiksu), pengaunt tidak ada perbedaan.� Karena semua memiliki Jiwa Buddha, maka semua dapat memunculkan Kesadaran Buddha. Yang paling utama adalah hati kepercayaan kita kepada Gohonzon, sebagai jodoh untuk memunculkan Kesadaran Buddha. Buddha Niciren semasa hidup ingin seluruh umat manusia di negeri Jepang percaya kepada Saddharmapundarikasutra, untuk meneruskan hubungan darah yang memastikan semua manusia dapat menjadi Buddha, akan tetapi sebaliknya mereka (penguasa Jepang berserta rakyat ketika itu) memberikan bermacammacam kesulitan serta penganiayaan kepada Niciren dan pada akhirnya membuang beliau ke Pulau Sado. Salah satu muridNya, Sairenbo, mengikuti Buddha Niciren dengan hati yang tulus dan menemui kesulitan karena percaya Saddharmapundarika-sutra.
Dharma Duta
Dalam kutipan disebutkan, “Emas tidak dapat dibakar oleh api, tidak dapat dikikis oleh air, dan tidak dapat menjadi busuk, besi tidak dapat menahan keduanya (air dan api), orang bijaksana seperti emas, orang bodoh seperti besi, bukankah Anda merupakan emas murni, karena mempertahankan emas Saddharmapundarikasutra?� Niciren Daiyonin begitu maitri karuna ingin memberikan kebahagiaan, ingin memberitahukan kepada umat manusia bagaimana cara untuk mewujudkan Kesadaran Buddha, namun malah mengalami berbagai macam penganiayaan. Hal ini semakin mendorong beliau untuk menjalankan penyebarluasan Dharma, sama seperti Seirenbo, melaksanakan hukuman
(dibuang di Pulau Sado) tetapi malah semakin syinjin. Buddha sebagai guru langsung menyerahterimakan Kesadaran Hakikat Hukum Buddha kepada murid, hal ini diumpamakan sebagai aliran darah tubuh manusia yang tidak pernah terputus, oleh karena itu hubungan darah satu hal penting dari hidup mati berarti meneruskan Kesadaran Buddha yang membabarkan hakikat Badan Jiwa Buddha kepada umat manusia. Jadi jelas, memberi tahu kepada kita hubungan darah itu seperti aliran darah dalam tubuh kita, tidak ada pustusnya, tetapi kadang kala aliran darah tersumbat, ketika masih terpengaruh oleh katakata manusia biasa, oleh ejekan, oleh fitnahan dan lain-lainnya. Tetapi jangan
takut adanya sumbatan itu, dengan Daimoku, timbulkan kekuatan Buddha, sehingga tidak tersumbat lagi. Kita harus dapat merasakan bahwa saat ajal adalah sekarang, artinya kita tidak akan menyianyiakan waktu, apa yang sekarang bisa kita perbuat, saya mendengarkan katakata Buddha, saya ingin menjalankan. Jadi kalau kita sungguh hati menjalankan dengan penuh kegembiraan apapun halangan, rintangan (5 racun) akhirnya dengan kekuatan kepercayaan semua hawa nafsu itu menjadi kesadaran, saat ajal dalam keadaan penuh kegembiraan, hidup mati adalah Nirwara, ini yang ingin kita capai, dari sekarang kita harus lebih Itai Dosyin untuk menjalankan visi dan misi NSI, yaitu Isyo Jobutsu dan konsenrufu. eee
Maret 2016 | Samantabadra
7
liputan
Partisipasi Umat NSI dan Marching Band Mandarava NSI dalam Gerak Jalan Hari Amal Bakti Ke-70 Kementerian Agama RI
S
emangat untuk mengagungkan Dharma Nammyohorengekyo terlihat jelas pada saat umat Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) dan Marching Band (MB) Mandarava NSI mengikuti gerak jalan kerukunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) di jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat pada hari Minggu, 24 Januari 2016 jam 06.00 WIB. Cuaca terlihat mendung dan nampak sekali akan turun hujan karena cahaya matahari tertutup oleh langit yang kelabu dan dari balik langit kelabu tersebut mulai turun rintik-rintik hujan
8
Samantabadra | Maret 2016
yang menandakan akan turun hujan deras. Hujan deras pun turun, namun keadaan ini tidak menyurutkan semangat umat NSI dan anggota MB Mandarava NSI untuk tetap berpartisipasi mewakili umat Buddha dalam kegiatan tersebut. Acara sempat ditunda beberapa saat oleh pihak Kemenag RI untuk menunggu hujan reda. Sambil dibasahi oleh rintikan hujan, umat NSI dan anggota MB Mandarava NSI tetap berjalan keluar dari kantor Kemenag RI mengikuti rute gerak jalan kerukunan (melewati Stasiun Kereta Gambir, Masjid Istiqlal, dan kembali ke Kantor Kemenag RI).
Kondisi seluruh peserta gerak jalan basah kuyub, namun kegembiraan dan ketulusan untuk mengagungkan Dharma Nammyohorengekyo tetap terpancar pada wajah seluruh umat NSI. Setelah sampai kembali di kantor Kemenag RI, seluruh anggota MB Mandarava NSI berkesempatan untuk foto bersama Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefuddin. Sungguh merupakan hal yang menggembirakan dan menjadi karma baik bisa mengagungkan Dharma Nammyohorengekyo melalui gerak jalan dan kesenian seperti ini. (Arya)
Foto bersama grup kesenian Marching Band Mandarava NSI seusai gerak jalan di pelataran Kementerian Agama RI (gedung lama).
Penampilan Angklung NSI dalam Peringatan Hari Amal Bakti Kemenag RI KU NSI (kanan) mewakili Agama Buddha dalam sesi doa.
D
alam rangka pelaksanaan Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) yang ke70, maka Kemenag RI mengadakan resepsi untuk melihat kembali kinerja kementerian agama RI selama periode Menteri Lukman Hakim Saefuddin, prestasi apa saja yang sudah dicapai, dan mencanangkan sebuah gerakan revolusi mental di dalam lingkungan Kemenag RI dengan mengambil tema: Meneguhkan Revolusi Mental
Untuk Kementerian Agama yang Bersih dan Melayani. Acara resepsi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 22 Januari 2016 di Taman Ismail Marzuki. Grup Angklung Gita Pundarika Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) turut berkontribusi untuk menghibur para tamu undangan ketika makan malam bersama. Dalam resepsi ini Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi tokoh agama yang
mewakili unsur agama Buddha dalam menyampaikan testimoni untuk Kemenag RI di dalam sebuah video pendek yang disaksikan oleh seluruh tamu undangan. Di dalam testimoninya tersebut, MPU Suhadi Sendjaja mengumandangkan Nammyohorengekyo di awal dan akhir testimoninya sebagai wujud semangat untuk mengagungkan Gohonzon, dharma sesungguhnya untuk masa akhir dharma. (Arya) Maret 2016 | Samantabadra
9
liputan
Apel Kebhinnekaan Lintas Iman Bela Negara
T
erorisme dan Radikalisme menjadi topik hangat di seluruh media massa Indonesia setelah terjadi peristiwa baku tembak antara polisi dengan kelompok teroris dan bom bunuh diri di sekitar kompleks pertokoan Sarinah dan kedai kopi ternama asal Amerika Serikat, di Jalan M.H Thamirn, Jakarta Pusat, pada hari Kamis, 14 Januari 2016. Kejadian teror yang belakangan ini diketahui dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) ini ditanggapi dengan sikap yang positif oleh masyarakat Indonesia, tidak ada ketakutan yang berkepanjangan dan nuansa mencekam pascakejadian tersebut. Sebelum terjadi peristiwa teror ini, organisasiorganisasi kegamaan di Indonesia bersama
10
Samantabadra | Maret 2016
pemerintah sudah memiliki rencana untuk mengadakan Apel Kebhinekaan Lintas Iman Bela Negara (K.L.I.B.N). Bertempat di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, 17 Januari 2016 yang lalu sejak jam 13.30 WIB, segenap umat NSI dari wilayah DKI Jakarta dan Banten bersama-sama dengan sekitar lima belas ribu warga masyarakat yang berasal dari ormas-ormas dan organisasi keagamaan seperti Nahdatul Ulama (NU), Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) dan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), apel dipimpin oleh inspektur apel, Menteri Pertahanan RI, Jenderal Purn. Ryamizard Ryacudu. Dalam apel tersebut Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
(NSI) menjadi organisasi yang mewakili umat Buddha seluruh Indonesia. Selain pengibaran bendera merah putih, acara ini juga diisi dengan pembacaan deklarasi yang berisi pernyataan menolak radikalisme, terorisme, dan penyalahgunaan narkoba yang dibacakan oleh Tokoh Lintas Agama. Dalam kesempatan tersebut Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja menjadi perwakilan umat Buddha untuk membacakan isi deklarasi tersebut di hadapan para peserta apel, di antaranya Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur DKI Jakarta yang diwakili oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan para pejabat serta tamu undangan lainnya. Selain pembacaan deklarasi oleh Ketua Umum NSI, umat
NSI dari Jabotabekcul juga hadir mengikuti apel ini. Setelah apel selesai, acara dilanjutkan dengan pentas seni budaya lintas agama. Marching Band Mandarava NSI menjadi salah satu pengisi acara inti di sana untuk mengagungkan Dharma Nammyohorengekyo melalui musik dengan membawakan empat buah lagu, di antaranya Garuda Pancasila, medley lagu daerah, dan Halo-Halo Bandung. Cuaca sangat mendukung ketika acara apel Kebhinekkan dan juga pentas seni budaya lintas agama ini berlangsung, teduh dan agak sedikit mendung tetapi tidak hujan sehingga seluruh peserta dapat mengikuti ini dengan baik sampai selesai, tidak ada peserta yang jatuh pingsan. Ini merupakan wujud Esyo Funi (manusia dan lingkungan/alam merupakan kesatuan yang saling mempengaruhi). Ketika manusia dalam perasaan
gembira dan bersatu hati untuk kebahagiaan seluruh umat manusia, alam semesta pun menunjukkan dukungan dan kegembiraannya. Melalui apel (upacara) ini, dibangkitkan kembali semangat nasionalisme (cinta tanah air), setiap warga negara untuk bersama-sama mengambil peran dalam bela
Foto bersama KU NSI (kanan), tokoh lintas agama, dan Menteri Pertahanan RI.
negara. Gerakan ini akan menjadi titik kelanjutan dari serangkaian gerakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan dan persaudaraan lintas iman untuk menghadapi tantangan Indonesia ke depan. Bumi pertiwi menanti peran serta nyata kita sebagai bagian dari komponen bangsa. Indonesia adalah rumah bagi semua warga negara Indonesia terlepas dari identitas budaya yang melekat padanya. Oleh karena itu, setiap warga negara harus mendapat perlindungan atau rasa aman dan nyaman tanpa diskriminasi latar belakang, suku, ras, agama dan golongan. (Maya, Arya)
Foto bersama grup Marching Band Mandarava NSI.
Barisan umat NSI (memegang spanduk, berseragam hijau) berdiri di antara para peserta apel lain yang berasal dari organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Maret 2016 | Samantabadra
11
liputan
Audiensi KU NSI dengan Ketua MPR RI
Agama dan Budaya Sebagai Fondasi Bangsa
A
gama dan kebudayaan menjadi landasan penting yang perlu dipertahankan dan diterapkan untuk membangun Indonesia menjadi negara yang maju, makmur, dan tetap beradab. Hal ini lah yang disampaikan Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja bersama kelompok budayawan Indonesia yang tergabung di dalam Mufakat Budaya Indonesia (MBI) yang dikoordinir oleh Budayawan Radhar Panca Dahana kepada Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo di Istana Negara pada tanggal 22 Desember 2015 yang lalu. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan dengan Presiden RI tersebut, maka pada hari Rabu, 20 Januari 2016 bertempat di lantai 8 Wisma Nusantara III Komplek Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Perwakilan Rakyat (MPR), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD) , Senayan, Jakarta,
12
Samantabadra | Maret 2016
MPU Suhadi Sendjaja, bersama Kelompok MBI menemui Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan di ruang kerjanya untuk berdiskusi dan memberikan masukkan kepada pimpinan lembaga tinggi negara tersebut megenai pentingnya mempertahankan dan mengimplementasikan agama dan juga kebudayaan di dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kesempatan ini MPU Suhadi Sendjaja memberikan masukkan kepada Ketua MPR RI bahwa kebudayaan dan agama ini merupakan sebuah gerakan yang sangat mendasar, karena pembangunan itu pada hakekatnya adalah ingin membangun manusia, jadi bukan sekedar membangun jembatan atau membangun kereta api cepat. Oleh karena itu membangun manusia ini tidak bisa lepas dari unsur agama dan unsur budaya. Menurut MPU Suhadi Sendjaja diskusi yang dilakukan saat itu merupakan suatu usaha kecil, tetapi dengan usaha kecil
ini diharapkan bisa memberi landasan yang baik, sehingga hasil dari pembangunan ini betul-betul bisa membuat rakyat sejahtera dan terpenuhi rasa batinnya. Karena salah satu fungsi dari DPR ini adalah menetapkan Undang-undang (UU) bersama Presiden, maka diharapkan dengan diskusi ini akan dihasilkan UU / sebuah regulasi yang bisa menjadi satu payung hukum agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik. Masalah radikalisme pun sebetulnya tidak terlepas dari permasalahan budaya. Orang– orang yang radikal seperti teroris, sebetulnya adalah orangorang yang tidak berbudaya dan tidak beragama. Tidak ada ajaran agama yang mengajarkan untuk bertindak radikal dan meneror masyarakat tertentu, oleh karena itu hal ini menjadi tantangan bagi para tokoh agama, artinya komunitas-komunitas agama harus memerangi hal tersebut.
eee
Audiensi KU NSI dengan Ketua DPD RI
Pembangunan Manusia Hakikat Pembangunan Bangsa
S
ebagai tindak lanjut dari pertemuan dengan Presiden Repubik Indonesia (RI) Joko Widodo dan Ketua Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) RI, Zulkifli Hasan untuk memberikan masukkan mengenai pentingnya landasan agama dan kebudayaan dalam pembangunan nasional, maka pada hari Jumat, 22 Januari 2016, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja bersama Mufakat Budaya Indonesia (MBI) yang dikoordinir oleh Budayawan Radhar Panca Dahana, menemui Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Bapak Irman Gusman di kantornya yang bertempat di Gedung Wisma Nusantara III komplek Gedung MPR, DPR, DPD RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. MPU Suhadi menyampaikan bahwa dirinya merasakan adanya suatu nuansa kebudayaan di DPD karena ketika tiba di
lokasi diskusi, seluruh peserta diskusi dijamu untuk makan siang bersama, mungkin dulu ini agak sulit terjadi, sehingga menurut beliau saat ini bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai ingin kembali kepada akar kebudayaannya, karena budaya ini merupakan satu landasan yang sangat penting bagi pembangunan suatu bangsa, hal ini juga sempat disampaikan kepada Presiden Joko Widodo, bahwa Tiongkok bisa maju seperti sekarang karena punya landasan kebudayaan yang kuat, menurutnya akar kebudayaan Indonesia juga tidak kalah kuat dengan Tiongkok, hanya orangorang Indonesia sendiri yang lama-kelamaan mulai menggeser kebudayaannya sendiri Ketua Umum NSI juga berpendapat bahwa kementerian ini yang harus lebih diberdayakan karena memiliki peranan yang sangat penting dan menjadi hakikat daripada pembangunan. Karena hakikat
dari pembangunan itu adalah membangun manusia. Jembatan dan kereta api cepat dibuat tujuannya untuk menunjang kehidupan manusia Indonesia. Manusia-manusia Indonesia sebetulnya lebih memiliki ketahanan daripada manusia lainnya yang ada di belahan dunia lain, contoh ketika kejadian teror bom yang terjadi di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Ternyata, orangorang Indonesia yang berangkat ke Syria kira-kira hanya ada 200 orang dari kurang lebih 250 juta orang penduduk, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan orang-orang Jerman yang berangkat ke Syriah, jumlahnya mencapai 800 orang dari kurang lebih 80 juta orang penduduk. Sebagai penutup, MPU Suhadi menyampaikan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan terorisme dan radikalisme itu tidak ada kaitannya dengan agama. eee Maret 2016 | Samantabadra
13
liputan
M
ajelis-majelis agama di Indonesia menyatukan pendapat menolak segala bentuk propaganda lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT). Hal itu disampaikan dalam jumpa pers usai mereka bermusyawarah di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jl Proklamasi, Jakarta, Kamis, 18 Pebruari 2016. Pertemuan itu dihadiri para pimpinan dari MUI, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI), dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN). “Majelis-majelis Agama menyatakan sikap antara lain, pertama, menolak segala bentuk propaganda, promosi dan dukungan terhadap upaya legalisasi dan perkembangan LGBT di Indonesia,” ujar Wakil Sekjen MUI, Dr Nadjamuddin Ramly membacakan pernyataan itu. Pada poin kedua, Majelismajelis Agama mendesak pemerintah Indonesia melarang segala bentuk dukungan dana dari pihak manapun untuk aktivitas LGBT, baik dana dari organisasi maupun perusahaan internasional. “Ketiga, mewaspadai gerakan atau intervensi pihak manapun dengan dalih apapun termasuk Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi untuk mendukung LGBT,” sebutnya. Pernyataan itu ditandatangani langsung oleh Dr Yusnar Yusuf (MUI), Romo PC Siswantoko (KWI), MPU. Suhadi Sendjaja (WALUBI), dan Drs Uung Sendana (MATAKIN).
(Sumber: http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/02/18/89620/majelis-majelisagama-di-indonesia-sepakat-tolak-lgbt.html)
14
Samantabadra | Maret 2016
Majelis Agama Tolak Propaganda LGBT
Maret 2016 | Samantabadra
15
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Kepada Shiiji Shiro (Nyoto Tokusen/Shinkyo Hoju Shishin Guho) Gosyo Zensyu halaman 1448
LATAR BELAKANG|
G
osyo ini adalah surat yang diberikan kepada Shiiji Shiro ketika Niciren Daisyonin berusia 40 tahun, tepatnya tanggal 28 bulan 4 tahun 1261. Karena dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin memberi bimbingan dengan mengutip kalimat Saddharmapundarikasutra yang berbunyi, “Seperti seorang yang ingin menyeberang mendapat kapal,” maka Gosyo ini juga dikatakan sebagai Nyototokusen Gosyo berarti: Surat mengenai seseorang yang ingin menyeberang mendapat kapal. Di samping itu, karena dalam Gosyo ini diuraikan betapa agungnya seseorang yang menjalankan penyebaran Dharma dengan menghadapi dan mengatasi berbagai rintangan, berbareng pada saat yang sama mengadakan perombakan sifat jiwa, maka judul lain Gosyo ini ialah: Shinkyo Hoju Shishin Guho Gosyo atau Surat Mengenai Sikap 16
Samantabadra | Maret 2016
Merendahkan Diri Sendiri dan Menjunjung Tinggi Dharma dan menyebarkan Dharma dengan mengorbankan diri sendiri. Tidak banyak hal yang diketahui mengenai penerima Gosyo ini (Shiiji Shiro), tapi karena dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin menganjurkan untuk berdiskusi dengan Syijo Kingo, sedang dalam salah satu Gosyo yang diberikan kepada Toki Jonin Beliau menulis, “Saya sudah mengetahui tentang Shiiji Shiro,” maka dapat diperkirakan, ia adalah seorang penganut dengan hubungan cukup erat dengan Syijo Kingo maupun Toki Jonin. Selain itu, menurut catatan kemoksyaan Niciren Daisyonin yang dibuat Nikko Syonin, Shiiji Shiro dinyatakan turut hadir dalam iring-iringan upacara kemoksyaan Niciren Daisyonin dengan membawa salah satu pakaian Niciren Daisyonin. Dari data data ini dapat kita bayangkan, Shiiji Shiro
adalah seorang penganut yang telah lama menganut ajaran Niciren Daisyonin. Gosyo ini ditulis menjelang pembuangan Niciren Daisyonin ke Semenanjung Izu.. Pada masa itu, ancaman dan siasat licik kaum Nembutsu makin menjadijadi, sementara pemerintah Kamakura pun mulai mencoba menindas Niciren Daisyonin, karena pada tahun sebelumnya (1260) Niciren Daisyonin telah mengajukan karya tulis Rissyo Ankoku Ron kepada pihak penguasa. Dalam situasi serupa inilah rupanya Shiiji Shiro berperan aktif memberi berbagai informasi kepada Niciren Daisyonin, maka surat ini dapat dianggap sebagai tanggapan Niciren Daisyonin mengenai pengabdiannya itu. Isi Gosyo ini garis besarnya dapat dibagi tiga bagian. Pertama, karena Shiiji Shiro telah menyampaikan berbagai informasi kepada Niciren Daisyonin, maka Beliau memberi dorongan kepadanya agar makin tajam dan tanggap dalam melihat serta mendengar kejadian-kejadian masyarakat, seperti halnya kedua tokoh jaman Tiongkok kuno: Se Kwang yang unggul dalam indera pendengaran serta Li Lou yang unggul dalam indera penglihatan. Selanjutnya, dengan mengambil contoh sungai-sungai yang akhirnya mengalir kelautan besar, Beliau menganjurkan kepadanya untuk tetap memiliki kepercayaan kuat tanpa keraguan, sekalipun dihadapi kesulitan amat berat.
Kedua, Niciren Daisyonin mengajarkan, betapa sulitnya penyebaran Hukum Sakti dalam masa Akhir Dharma, tapi justru karena hal itu sulit dilakukan, maka disitulah letak keagungannya. Dengan demikian Beliau mengajarkan, siapapun yang menerima dan mempertahankan Saddharma pasti akan mencapai Kesadaran Buddha. Dengan menggunakan katakata dari Miao Lo, Beliau menekankan pentingnya ketiga prinsip: percaya, melaksanakan dan belajar. Ketiga, mengutip kalimat Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi, “Seperti seseorang yang ingin menyeberang mendapat kapal,� Niciren Daisyonin mengajarkan, Myohorengekyo adalah Hukum Agung yang dapat mengangkut seluruh umat manusia ke daratan kesadaran Buddha. Artinya, di sini Niciren Daisyonin menerangkan, kekuatan Saddharma ibarat kapal untuk menyeberangi lautan penderitaan hidupmati. Dengan penegasannya bahwa orang-orang yang dapat menumpangi kapal ini adalah Niciren dan murid-muridNya, sebenarnya Beliau secara tersirat menyatakan, Niciren Daisyonin adalah Sang Buddha Masa Akhir Dharma yang sanggup membimbing seluruh umat manusia mencapai kesadaran Buddha. Terakhir, Niciren Daisyonin menganjurkan Shiiji Shiro untuk giat menjalankan kepercayaan bersama Syijo Kingo.
Maret 2016 | Samantabadra
17
materi ajaran | gosyo kensyu ISI GOSYO |
S
aya telah menanyakan kepada orang bersangkutan mengenai laporan Anda kepada Saya beberapa hari yang lalu, ternyata kenyataannya tidak berbeda sama sekali dengan apa yang Anda ceritakan. Maka Saya harap Anda makin memperkuat kepercayaan dan memperoleh kekuatan karunia Saddharmapundarika-sutra. Dengar dan lihatlah kejadian-kejadian dalam masyarakat seperti telinga Se Kwang dan mata Li Lou.
Dalam Masa Akhir Dharma ini, pasti muncul pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Dan bila dihadapi kesulitan besar, ia merasa gembira karena memiliki kepercayaan amat kuat. Bukankah kalau kita menambah kayu bakar kedalam api unggun, maka apinya makin berkobar? Dan begitu banyak air sungai mengalir kedalam lautan besar, tapi lautan besar belum pernah menolak kembali air sungai yang mengalir kedalamnya. Dalam lautan besar pelaksana Saddharmapundarika-sutra, berbagai kesulitan besar akan mengalir masuk sebagai air sungai yang tak terhitung jumlahnya, tapi janganlah sekali-kali mencoba untuk menahan dan menolaknya. Karena tanpa adanya air sungai, lautan besarpun takkan pernah ada. Tanpa adanya kesulitan besar, tidak mungkin seseorang disebut pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Inilah yang dimaksud Tien-tai, “Begitu banyak air sungai mengalir kelaut dan kayu bakar membuat api makin berkobar.”
Anggaplah Anda menyampaikan sepatah kata atau sepotong kalimat ajaran Saddharmapundarika-sutra kepada orang lain adalah karena dalamnya jodoh masa lampau. Sedang dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “...dan lagi mereka tidak mendengar Hukum Sakti. Orang-orang seperti ini sukar diselamatkan.” Maksud Hukum Sakti dalam kalimat ini adalah Saddharmapundarika-sutra, jadi artinya orang yang tidak mendengar Sutra ini sulit diselamatkan. Sementara dalam Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Jika putra-putra dan putri-putri yang baik ini, setelah kemoksyaan-Ku, dapat membabarkan meskipun hanya sepatah kata dari Sutra Bunga Hukum ini kepada seseorang dengan cara rahasia, maka ketahuilah, orang-orang ini adalah utusan Sang Tathagata.” Jadi, baik bhiksu, bhiksuni, penganut pria maupun wanita yang membabarkan meskipun sepatah kata kepada orang lain, adalah utusan Sang Tathagata. Maka, karena Anda seorang penganut pria, Anda termasuk putra-putra yang baik. Barang siapa yang mendengar meskipun hanya sepatah kata atau sepotong kalimat Sutra ini, kemudian mencamkannya dalam hati, adalah ibarat kapal yang dapat menyeberangi lautan besar hidup-mati. Mahaguru Miao Lo mengatakan, “Sepatah katapun kalau dicamkan dalam hati, pasti dapat menolong dalam mencapai daratan Kesadaran Buddha”. Terlebih lagi kalau itu direnungkan dan dilaksanakan, maka selamanya akan berguna untuk mengarungi lautan besar hidup-mati. Menyeberangi lautan hidup-mati, tidak mungkin dapat dilakukan selain dengan kapal Myohorengekyo. Sesungguhnya kapal yang dimaksud dalam kalimat Saddharmapundarika-sutra, “Seperti seseorang yang ingin menyeberang mendapat kapal,” adalah kapal yang dibuat oleh pendiri ajaran, yaitu Sang Buddha Sakyamuni yang Maha Agung, sebagai ahli pembuat kapal yang 18
Samantabadra | Maret 2016
tak terbatas prajnanya, dengan menggunakan bahan-bahan kayu Empat Rasa Delapan Ajaran, yang diserutnya untuk membuang ajaran sementara secara jujur; kemudian bahan-bahan itu dipotong dan dirakit sebagai kesatuan sifat baik dan sifat buruk dipaku dengan Kebenaran Tunggal Sarpimanda (daigo), lalu diluncurkan ke lautan besar hidupmati dengan tiang kebenaran tunggal Jalan Tengah yang berlayarkan Tiga Ribu Dunia. Maka, angin Syoho Jisso mendorong kapal itu melaju dengan berpenumpang seluruh umat manusia yang memasuki pintu Hukum Buddha dengan hati percaya. Tathagata Sakyamuni memegang kemudi, Tathagata Prabhutaratna memegang tali layar, sementara keempat Maha Bodhisattva mendayung bersama dalam irama yang harmonis. Inilah kapal yang dimaksud dalam kalimat tadi. Orang-orang yang dapat menumpangi kapal ini adalah Niciren dan murid-muridNya. Percayalah benar-benar akan hal ini. Bila Anda bertemu Syijo Kingo, berdialoglah dengannya dengan sebaik-baiknya. Untuk keterangan yang lebih rinci akan Saya kirimi Anda surat lagi. Tanggal 28 bulan 4
Kepada Saudara Shiiji Shiro
Hormat Saya,
Niciren
Maret 2016 | Samantabadra
19
materi ajaran | gosyo kensyu | KUTIPAN GOSYO
1
Anggaplah Anda menyampaikan sepatah kata atau sepotong kalimat ajaran Saddharmapundarika-sutra kepada orang lain adalah karena dalamnya jodoh masa lampau.
GM
Keterangan: Pertapaan agama Buddha yang sesuai untuk Masa Akhir Dharma adalah percaya dan menerima Nammyohorengekyo, yaitu Saddharmapundarika-sutra Masa Akhir Dharma, kemudian melaksanakan kepercayaan yang mencakup Jigyo-Keta, yaitu pertapaan diri sendiri dan usaha untuk kebahagiaan orang lain. Kutipan di atas, secara ringkas Niciren Daisyonin menerangkan kesulitan dan keagungan usaha penyebaran Dharma yang pada dasarnya termasuk usaha demi kebahagiaan orang lain atau Keta. Dalam ungkapan “Sepatah kata atau sepotong kalimat”, Beliau sebenarnya menjelaskan betapa sulitnya menganut dan menyebarluaskan Hukum Sakti. Tapi justru karena sulit, disitulah terdapat keagungannya. Kemudian pada bagian ini juga, Beliau menghimbau dan memberi dorongan kepada kita agar menyadari bahwa terlahirnya kita dalam Masa Akhir Dharma sampai kita bisa percaya, melaksanakan dan menyebarluaskan Hukum Sakti adalah karena dalamnya jodoh masa lampau kita. Menyadari hal ini, tidak lain berarti sadar akan tugas kejiwaan penyebarluasan Saddharma. Selanjutnya dari kutipan di atas, Niciren Daisyonin mengutip kalimat Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi, “.....dan lagi mereka tidak mendengar Hukum Sakti. Orang-orang seperti ini sukar diselamatkan.” Dengan kutipan ini, sebenarnya Beliau menyatakan, orang-orang yang tidak mau mendengar Hukum Sakti atau Saddharma sulit diselamatkan, tapi bagaimanapun kita 20
Samantabadra | Maret 2016
harus berusaha untuk menerangkan dan memperdengarkannya kepada mereka. Hendaknya sejenakpun kita tidak melupakan tugas dan usaha untuk menerangkan dan memperdengarkan kekuatan Saddharma kepada kawan-kawan kita, sebagaimana dianjurkan Sang Buddha dalam kutipan ini.
2
Jadi, baik bhiksu, bhiksuni, penganut pria maupun wanita yang membabarkan meskipun hanya sepatah kata pada orang lain, adalah utusan Sang Tathagata. Maka, karena Anda seorang penganut pria, Anda termasuk putera-putera yang baik. Keterangan: Dengan mengutip sebuah kalimat Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin mengajarkan, siapapun yang membabarkan Saddharmapundarika-sutra meskipun hanya sepatah kata kepada orang lain, adalah utusan Sang Tathagata. Pertapaan agama Buddha dalam Masa Akhir Dharma ini, yang bertujuan untuk mencapai kesadaran Buddha dalam hidup kali ini, hanyalah terdapat dalam pelaksanaan tugas mulia sebagai utusan Sang Tathagata. Karena penyelamatan umat manusia dalam arti yang sebenarnya hanyalah dapat dilakukan dengan pembabaran Hukum Sakti. ‘Sepatah kata’ yang dimaksud di sini tidak lain adalah Myohorengekyo, karena dalam Hukum Tunggal Saddharma sudah tercakup segala Hukum dialam semesta ini. Inti dari segala Hukum adalah Myohorengekyo. Maka di sini Niciren Daisyonin menegaskan, orang yang mengajar serta menyebarluaskan Hukum Sakti ini adalah utusan Sang Tathagata. Dengan menjalankan tugas mulia sebagai utusan Sang Tathagata, jiwa Buddha kita pun dapat berkembang. Maka, marilah kita makin giat menunaikan tugas mulia sebagai utusan Sang Tathagata dalam kehidupan sehari-hari.
3
Barangsiapa yang mendengar meskipun hanya sepatah kata atau sepotong kalimat Sutra ini, kemudian mencamkannya dalam hati, adalah ibarat kapal yang dapat menyeberangi lautan besar hidup-mati.
akan sampai ketujuan. Tapi jiwa kita yang percaya pada Hukum Sakti yang menjadi kapal tersebut, kemudian pelaksanaan dan pelajaran kita akan jadi tenaga pendorong bagi kapal tersebut.
GM 4
Keterangan: Maksudnya ‘Sutra ini’ adalah tidak lain Saddharmapundarika-sutra, tapi ‘sepatah kata atau sepotong kalimat’ adalah Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung yang merupakan inti hakekat Saddharmapundarika-sutra. ‘Mendengar’ di sini berarti percaya dan menerimanya. ‘Mencamkannya dalam hati’ berarti menjalankan ketiga prinsip: percaya, melaksanakan dan belajar. Seperti halnya kalau kita mencelup kain, warnanya akan jadi makin jelas bila diulang beberapa kali. Begitu pula dengan proses percaya, melaksanakan dan belajar bila diteruskan bertahun-tahun, maka keyakinan kita pun akan jadi makin mendalam. Dalam kutipan di atas disebutkan, “Ibarat kapal yang dapat menyeberangi lautan besar hidup-mati”, karena dalam agama Buddha kesesatan jiwa manusia biasa diumpamakan sebagai lautan besar hidup-mati. Yang dimaksud hidup-mati adalah penderitaan dalam proses: lahir-tua-sakit-mati. Karena penderitaan ini tiada habis-habisnya bagi seorang manusia biasa yang penuh kesesatan, maka diumpamakan sebagai lautan besar yang amat luas. Namun, dilautan yang besar dan luas ini terdapatlah daratan kesadaran Buddha atau kebahagiaan mutlak. Orang pertama yang mencapai daratan tersebut adalah Sang Buddha sendiri, dan kita sendiripun bila menjalankan kehidupan ini tepat sebagaimana petunjuk Sang Buddha, daratan tersebut tentu akan tercapai juga. Yang penting ialah, kapal untuk menyeberangi lautan tersebut bukan diberikan orang lain dan juga bukan berarti asal kita duduk dalam kapal itu dengan sendirinya
Mahaguru Miao Lo mengatakan, “Sepatah katapun kalau dicamkan dalam hati, pasti dapat menolong dalam mencapai daratan Kesadaran Buddha.” Terlebih lagi kalau itu direnungkan dan dilaksanakan, maka selamanya akan berguna untuk mengarungi lautan besar hidup-mati. Keterangan: Sebagaimana uraian di atas, “Sepatah kata pun kalau dicamkan dalam hati,” berarti percaya dan melaksanakan Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Selanjutnya “Pasti dapat menolong dalam mencapai daratan kesadaran Buddha,” berarti, siapapun akan sanggup mencapai Kesadaran Buddha. Tapi ini bukan berarti ada orang lain yang membuatkan ‘kapal’ untuk kita, melainkan jiwa kita yang telah mencamkan Saddharma akan menjadi ‘kapal’ tersebut. Sedangkan tenaga untuk mengarungi lautan besar hidup-mati adalah ‘merenungkan’ dan ‘melaksanakan.’ ‘Merenungkan,’ berarti membaca dan menghayati Gosyo dengan sikap sebagai murid Sang Buddha Niciren Daisyonin. ‘Melaksanakan,’ berarti menjalankan pertapaan agama Buddha Niciren Daisyonin yang mencakup Jigyo Keta. Jadi, kedua jalan: melaksanakan dan belajar inilah yang mendorong kita kearah pencapaian kesadaran Buddha.
5
Menyeberangi lautan hidupmati, tidak mungkin dapat dilakukan selain dengan kapal Myohorengekyo.
Maret 2016 | Samantabadra
21
materi ajaran | gosyo kensyu Keterangan: Dengan mengutip kalimat dari Bab Bodhisatva Baisyajaraja Saddharmapundarikasutra, Niciren Daisyonin membuat suatu perumpamaan yang amat indah dan mengena, menandaskan, Hukum Agung yang dapat membuat seluruh umat manusia mencapai kesadaran Buddha, tiada lain kecuali Myohorengekyo. Kalimat Sutra yang dikutip bagian ini mengumpamakan Saddharma sebagai kapal untuk menyeberangi lautan besar hidup-mati. Niciren Daisyonin mengumpamakan Buddha Sakyamuni sebagai ahli pembuat kapal yang amat unggul prajnanya, kemudian seluruh ajaran Sang Buddha Sakyamuni yang dinyatakan sebagai Empat Rasa Delapan Sesungguhnya kapal yang Ajaran, diumpamakan sebagai bahandimaksud dalam kalimat bahan kayu untuk membuat kapal tersebut. Saddharmapundarika-sutra, “Seperti seseorang yang ingin menyeberang Tapi bahan-bahan kayu ini tak mungkin mendapat kapal,” adalah kapal yang dibuat digabung begitu saja; bagian-bagian yang tidak diperlukan harus diserut dan dipotong. oleh pendiri ajaran, yaitu Sang Buddha Inilah yang berarti membuang segala ajaran Sakyamuni yang Maha Agung, sebagai sementara secara jujur dan ikhlas. ahli pembuat kapal yang tak terbatas Kaum Sravaka, Pratyekabuddha atau prajnanya, dengan menggunakan bahanjuga kaum wanita dan orang jahat tidak bahan kayu Empat Rasa Delapan Ajaran, diperkenankan mencapai kesadaran yang diserutnya untuk membuang ajaran Buddha dalam ajaran-ajaran sebelum sementara secara jujur, kemudian bahanSaddharmapundarika-sutra atau Nizenkyo. bahan itu dipotong dan dirakit sebagai Tapi dalam Saddharmapundarika-sutra yang kesatuan sifat baik dan sifat buruk dipaku menjelaskan prinsip Sepuluh Dunia Mencakupi dengan Kebenaran Tunggal Sarpimanda Sepuluh Dunia, mereka dipastikan dapat (Daigo), lalu diluncurkan ke lautan besar hidup-mati dengan tiang kebenaran tunggal mencapai kesadaran Buddha. Kapal perumpamaan di atas memang Jalan Tengah yang berlayarkan Tiga Ribu terbuat dari rakitan ajaran yang benar-benar Dunia. Maka, angin Syoho Jisso mendorong dapat menyelamatkan segenap umat manusia kapal itu melaju dengan berpenumpang secara adil dan merata. Hal ini diungkapkan seluruh umat manusia yang memasuki oleh Niciren Daisyonin sebagai “Bahan-bahan pintu Hukum Buddha dengan hati percaya. itu dipotong dan dirakit sebagai kesatuan sifat Tathagata Sakyamuni memegang kemudi, baik dan sifat buruk, dipaku dengan Kebenaran Tathagata Prabhutaratna memegang Tunggal Sarpimanda”. tali layar, sementara keempat Maha Ungkapan-ungkapan berikutnya seperti Bodhisattva mendayung bersama dalam “Tiang kebenaran tunggal Jalan Tengah yang irama yang harmonis. Inilah kapal yang berlayarkan Tiga Ribu Dunia” ataupun “angin dimaksud dalam kalimat tadi. Syoho Jisso” menyatakan, ajaran Icinen Sanzen yang merupakan inti Saddharmapundarikasutra adalah kunci ajaran untuk pencapaian kesadaran Buddha.
Keterangan: Bagian ini menegaskan, selain dengan percaya, menerima, melaksanakan dan mempempertahankan Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, takkan mungkin kita menyeberangi lautan besar hidup-mati. Maka dapat dipastikan, berbagai pikiran dan pandangan sesat yang bertentangan dengan kebenaran ini dan berbagai sikap kompromi yang mencampur baurkan Kebenaran Tunggal ini dengan pikiran sesat adalah bagaikan kapal tua yang telah bocor dan kandas, hingga dengan menumpanginya pada suatu saat kita akan tenggelam ke dasar lautan neraka.
6
Anak Cabang
22
Samantabadra | Maret 2016
Kapal tersebut mengangkut “seluruh umat manusia yang memasuki pintu agama Buddha dengan hati percaya.” Jadi sudah jelas kapal ini hanya dapat ditumpangi orang-orang yang Namu pada Hukum Putih Agung Myohorengekyo. Mereka yang masih memendam keraguan: apakah kapal ini benarbenar sampai ke tujuan atau apakah kapal ini tidak kandas di tengah jalan, takkan mungkin ikut menumpang kapal ini. Sebagaimana telah diungkapkan di atas, Sang Buddha Sakyamuni sendiri yang memegang kemudi kapal tersebut, memang Saddharma adalah suatu ajaran yang secara pasti membawa seluruh umat manusia kepada tujuan pencapaian kesadaran Buddha. Karena itu, sikap ‘percaya‘ amat diutamakan dalam Saddharmapundarika-sutra. Kemudian keempat Maha Bodhisatva seperti Visishtakaritra dan lain-lain “mendayung bersama dalam irama yang harmonis” berarti kepercayaan terhadap Saddharma akan membangun i tai do syin serta pelaksanaan tugas penyebarluasan Dharma akan jadi tenaga pendorong menuju pencapaian kesadaran Buddha. Pada kesimpulannya, kapal yang dimaksud dalam perumpamaan ini tidak lain adalah Gohonzon Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung.
7
tidak akan mundur dan giat menjalankan pelaksanaan Jigyo-Keta dan menuntut ajaran agama Buddha dengan penuh semangat. Jadi yang penting di sini adalah sikap kepercayaan yang takkan pernah menyerah menghadapi kesulitan apapun, bahkan semakin menghadapi kesulitan, semakin giat pula melaksanakan dan menuntut ajaran Sang Buddha. Juga takkan goyah menghadapi fitnahan dan rintangan. Harus disadari, dalam kehidupan berdasarkan agama Buddha, mengatasi kesulitan adalah berbareng dengan perombakan sifat jiwa. Begitulah kepercayaan kita yang dituntut sesuai petunjuk Niciren Daisyonin pada bagian ini. Hendaknya kita mencamkan dalam-dalam petunjuk Beliau “Percayalah benar-benar akan hal ini”. Dan kutipan di atas secara tersirat menyatakan, Niciren Daisyonin adalah Sang Buddha Masa Akhir Dharma yang sanggup membimbing seluruh umat manusia mencapai kesadaran Buddha. Maka marilah kita makin mempertebal kepercayaan dan berusaha lebih giat mengajak lebih banyak kawan kedalam ‘kapal’ Hukum Sakti ini. eee
Orang-orang yang dapat menumpangi kapal ini adalah Niciren dan murid-muridNya. Percayalah benar-benar akan hal ini. Keterangan: Di sini Buddha Niciren Daisyonin menegaskan, murid-murid Beliau yang benar-benar percaya, melaksanakan dan mempertahankan ajaran Beliau pasti dapat menumpangi kapal yang menyeberangi lautan besar hidup-mati, kemudian melaju secara pasti menuju pencapaian kesadaran Buddha. Orang yang dapat menumpangi kapal ini adalah mereka yang mempertahankan kepercayaan dengan kuat. Mereka adalah orang-orang yang mempertahankan keyakinan
Anak Cabang
Maret 2016 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu
KETERANGAN ISTILAH Empat Rasa Delapan Ajaran Suatu klasifikasi seluruh ajaran Buddha Sakyamuni yang dibuat oleh Tien-tai. Istilah Empat Rasa berasal dari perumpamaan “Lima Macam Rasa Susu� yang terdapat dalam Sutra Nirvana. Dengan menggunakan perumpamaan ini, Tien-tai menerangkan adanya 5 periode dalam pembabaran Buddha Sakyamuni. Masing-masing adalah sebagai berikut: a. Ksira: rasa susu segar, menunjuk kepada periode Avatamsaka atau Kegon. b. Dadhi: hasil proses pemurnian susu segar yang komponen utamanya adalah lemak. Contohnya adalah rasa keju atau mentega. Ini menunjuk kepada peiode Agam atau Agon. c. Navanita: sejenis cream yang terdapat di atas Dadhi, contohnya adalah rasa susu kental. Menunjuk kepada periode Vaipulya atau Hoto. d. Ghola: hasil proses fermentasi Navanita berupa susu asam yang harum dan mengandung mikroorganisme yang baik untuk kesehatan. Menunjuk kepada periode Prajna atau Hannya. e. Sarpimanda (Daigo-mi): adalah suatu cairan yang diperoleh dengan memurnikan Ghola, amat wangi dan lezat rasanya, digunakan juga sebagai obat. Menunjuk kepada periode Saddharmapundarika dan Nirvana (Hokke Nehan). Delapan Ajaran terdiri dari Empat Macam Isi Ajaran dan Empat Macam Cara Pembinaan. Empat Macam Isi Ajaran: a. Zokyo: ajaran yang hanya menerangkan kesunyataan. b. Tsukyo: ajaran yang juga menerangkan hal-hal di luar kesunyataan. c. Bekkyo: ajaran yang hanya ditujukan kepada kaum bodhisatva. d. Enkyo: ajaran yang bulat sempurna.
Empat Macam Cara Pembinaan: a. Tonkyo: secara langsung menerangkan kesadaran. b. Zenkyo: pembinaan secara bertahap, dari yang rendah menuju yang tinggi. c. Himitsukyo: menerangkan kurnia yang berbeda-beda untuk setiap orang. d. Fujokyo: cara pembinaan / pembabaran sedemikian rupa sesuai tingkat penangkapan/ pemahaman pendengarnya berbeda satu sama lain.
Kesatuan Sifat Baik dan Sifat Buruk Maksudnya dalam jiwa manusia terdapat sifat baik maupun sifat buruk. Berarti, dalam Saddharmapundarika-sutra, baik orang jahat, Sravaka, Pratyekabuddha maupun kaum wanita telah diizinkan untuk mencapai kesadaran Buddha.
Kebenaran Tunggal Sarpimanda (Daigo) Kebenaran tunggal Saddharmapundarika-sutra. Mengenai Sarpimanda (Daigo), perhatikan keterangan nomor satu di atas.
24
Samantabadra | Maret 2016
Maret 2016 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu
26
Samantabadra | Maret 2016
A Ship To Cross The Sea of Suffering
W
hen I asked him about what you told me the other day, I found it to be exactly as you said. You should therefore strive in faith more than ever to receive the blessings of the Lotus Sutra. Listen with the ears of Shih K’uang and observe with the eyes of Li Lou. In the Latter Day of the Law, the votary of the Lotus Sutra will appear without fail. The greater the hardships befalling him, the greater the delight he feels, because of his strong faith. Doesn’t a fire burn more briskly when logs are added? All rivers flow into the sea, but does the sea turn back their waters? The currents of hardship pour into the sea of theLotus Sutra and rush against its votary. The river is not rejected by the ocean; nor does the votary reject suffering. Were it not for the flowing rivers, there would be no sea. Likewise, without tribulation there would be no votary of the Lotus Sutra. As T’ien-t’ai stated, “The various rivers flow into the sea, and logs make a fire burn more briskly.” You should realize that it is because of a profound karmic relationship from the past that you can teach others even a sentence or phrase of the Lotus Sutra. The sutra reads, “Nor will they hear the correct Law—such people are difficult to save.” The “correct Law” means the Lotus Sutra; it is difficult to save those who are deaf to the teachings of this sutra. A passage from the “Teacher of the Law” chapter reads: “If one of these good men or good women (in the time after I have passed into extinction is able to secretly expound the Lotus Sutra to one person, even one phrase of it, then you should know that) he or she is the envoy of the Thus Come One.” This means that anyone who teaches others even a single phrase of the Lotus Sutra is the envoy of the Thus Come One, whether that person be priest or layman, nun or laywoman. You are already a lay practitioner and therefore one of the “good men” described in the sutra. One who listens to even a sentence or phrase of the sutra and cherishes it deep in one’s heart may be likened to a ship that crosses the sea of the sufferings of birth and death. The Great Teacher Miao-lo stated, “Even a single phrase cherished deep in one’s heart will without fail help one reach the opposite shore. To ponder one phrase and practice it is to exercise navigation.” Only the ship of Myoho-rengekyo enables one to cross the sea of the sufferings of birth and death. The Lotus Sutra speaks of “someone finding a ship in which to cross the water.” This “ship” might be described as follows: As a shipbuilder of infinitely profound wisdom, the World-Honored One of Great Enlightenment, the lord of teachings, gathered the lumber of the four flavors and eight teachings, planed it by honestly discarding the provisional teachings, cut and assembled the planks, forming a perfect unity of both right and wrong, and completed the craft by driving home the spikes of the one true teaching that is comparable to the flavor of ghee. Thus he launched the ship upon the sea of the sufferings of birth and death. Unfurling its sails of the three thousand realms on the mast Maret 2016 | Samantabadra
27
of the one true teaching of the Middle Way, driven by the fair wind of “the true aspect of all phenomena,” the vessel surges ahead, carrying aboard all people who can “gain entrance through faith alone.” TheThus Come One Shakyamuni is at the helm, the Thus Come One Many Treasures takes up the mooring rope, and the four bodhisattvas led by Superior Practices row quickly, matching one another as perfectly as a box and its lid. This is the ship in “a ship in which to cross the water.” Those who are able to board it are the disciples and lay supporters of Nichiren. Believe this wholeheartedly. When you visit Shijō Kingo, please have an earnest talk with him. I will write you again in more detail. With my deep respect, Nichiren
The twenty-eighth day of the fourth month To Shiiji Shiro
28
Samantabadra | Maret 2016
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Balasan Kepada Kubo no Ama-goze Gosyo Zensyu halaman 1485
LATAR BELAKANG |
S
urat ini ditulis di Gn. Minobu tanggal 27 bulan 12 tahun Koan ke-4 (1281), ketika Niciren Daisyonin berusia 60 tahun. Surat ini ditujukan kepada Kubo no Amagoze di daerah Suruga. Surat aslinya sudah tidak ada lagi, tapi salinan dari Nikko Syonin masih tersimpan di Kuil Pusat Taiseki-ji. Isi surat ini menghargai kesungguhan hati Kubo no Amagoze dalam menyumbang dan sekaligus menerangkan obyek sumbangan yang benar. Sumbangan yang berasal dari usaha buruk tidak dapat menjadi karunia kebajikan. Demikian pula, sekalipun menyumbang dengan hati baik, namun jika penerima sumbangan tersebut
adalah orang buruk, juga tak dapat menjadi karunia kebajikan. Demikian diajarkan menyumbang dengan benar dari dua sisi, obyek sumbangan yang benar dan kesungguhan hati kepercayaan. Kalau keduanya menjadi satu, baru dapat menjadi tumpukan akar kebaikan, yang akhirnya menjadi karunia kebajikan.
Maret 2016 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo cabang ISI GOSYO |
K
iriman berbagai barang sudah diterima. Secara garis besar dikatakan, berbagai perubahan akar kebajikan bukan tergantung pada besar-kecilnya barang, melainkan tergantung pada negara, manusia dan waktunya. Umpama, jika kotoran dikeringkan, dihancurkan dan diayak seperti membuat serbuk cendana atau dibuat menjadi kaum wanita, wanita surga dan Buddha, bila dibakar dengan api tentu tidak ada bau harum melainkan bau kotoran. Demikian pula bila membunuh, mencuri, mengambil bulir padi yang baru bersemi, sekalipun berakar bakat karunia kebajikan, tetap menjadi karma buruk. Seseorang yang bernama Sudatta, orang kaya di India, membangun vihara Jetavana dan menerima Buddha. Tapi vihara itu sudah terbakar dan sekarang tidak berbekas sama sekali. Pada dasarnya orang kaya ini membunuh ikan, menjualnya dan menjadi kaya. Karena didasari karma membunuh, maka kuil itu tidak ada lagi. Akar bakat orang-orang sekarang pun demikian, kelihatannya seperti akar kebaikan besar. Mereka mengumpulkan harta dengan berbagai cara termasuk berperang hingga memperoleh tanah, daerah atau tanpa alasan menyusahkan rakyat, kemudian berdasarkan ini menjalankan akar kebaikan. Ini kelihatannya seperti Hukum Buddha yang agung, tapi bukan hanya tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, dana paramita orang-orang itu pun sama sekali tidak ada artinya. Sekalipun tidak menghancurkan orang lain, bahkan hati sendiri juga benar-benar tulus dan sungguh-sungguh berusaha menjalankan akar kebaikan, namun ada juga yang tak dapat menjadi Buddha. Umpamanya, menanam bibit baik disawah yang buruk. Bukan hanya merusak bibit bahkan sebaliknya diri sendiri menjadi rugi. Misalnya menjalankan kebajikan dengan penuh kesungguhan hati, jika orang yang disumbang buruk, maka tak dapat menjadi karunia kebajikan, sebaliknya terjatuh kejalan buruk. Sumbangan Amagoze sekarang bukan sumbangan untuk Niciren, melainkan sumbangan untuk Saddharmapundarika-sutra. Maka karunia kebajikannya tergantung Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan para Buddha sepuluh penjuru. Mengenai tahun ini sudah disampaikan berbagai hal. Sebagai tambahan, dinginnya tahun ini tidak pernah dirasakan semenjak dilahirkan. Salju terus turun bertumpuk tak terkatakan tebalnya. Karena itu, sekalipun orang mempunyai kesungguhan hati, sukar berkunjung ke Gn. Minobu ini. Kunjungan anda tidak lain menyatakan kesungguhan hati yang luar biasa. Salam hangat.
Tanggal 27 bulan 12 Kepada Kubo No Amagoze
Tertanda, Niciren
30
Samantabadra | Maret 2016
KETERANGAN GOSYO |
M
elakukan sumbangan barang adalah salah satu pelaksanaan pertapaan Jalan Buddha untuk menumpuk akar kebajikan. Dapat tidaknya menjadi akar kebajikan tidak tergantung pada besar-kecilnya barang sumbangan, tapi tergantung pada negara, penyumbang, waktu dan lain-lain. Sumbangan itu dapat menjadi akar kebaikan bila benar-benar diterima dengan senang. Khususnya yang sangat penting, sumbangan tersebut harus keluar dari kesungguhan hati penyumbang dan merupakan hasil dari pelaksanaan yang baik. Sebaliknya, sumbangan yang berasal dari pelaksanaan yang buruk, diumpamakan sebagai kotoran yang dibuat sedemikian rupa hingga kelihatannya seperti terbuat dari kayu cendana yang harum, tapi jika dibakar tetap akan mengeluarkan bau kotorannya. Pelaksanaan yang buruk diumpamakan sebagai kotoran. Menyumbang barang yang didapat dari pelaksanaan yang buruk, seperti membunuh dan mencuri, sekalipun merupakan pelaksanaan yang baik tidak dapat menjadi karunia kebajikan. Maka diumpamakan kisah Sudatta yang menyumbang bangunan Vihara Jetavana. Vihara tersebut dapat menerima Buddha, tapi kemudian hari musnah terbakar tanpa berbekas sama sekali. Ini disebabkan karena sumbangan tersebut berasal dari kekayaan Sudatta yang terkumpul dari pelaksanaan buruk membunuh, yaitu membunuh ikan. Karena itu berakibat tegas, yaitu menjadi hancur seperti itu. Akar bakat orang-orang masa sekarang juga demikian. Semasa Niciren Daisyonin hidup, para penyumbang bangunan kuil sekte masing-masing juga demikian.
Mereka membunuh orang dalam peperangan, menindas rakyat serta mengambil harta, dan dengan itu mereka menyumbang. Kelihatannya seperti sumbangan yang agung. Namun diri sendiri saja pun tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, akhirnya semua bangunan yang disumbang juga hilang. Dasar pokok sumbangan seperti itu, tidak lain adalah tumpukan karma buruk karena tiga racun: keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Hingga disini berisi penjelasan dari pihak penyumbang. Selanjutnya walaupun penyumbang tidak menjalankan pelaksanaan buruk, tulus dan sungguh hati dalam menyumbang, tapi jika obyek sumbangan tersebut adalah ‘sawah buruk’, tetap tak dapat menjadi sebab tercapainya kesadaran Buddha. ‘Sawah buruk’ berarti guru hukum sesat. Walaupun terus berusaha dan melaksanakan hati kepercayaan dengan sungguh hati untuk memupuk akar bakat, tetap tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Karena itu, yang penting adalah benar atau sesatnya obyek yang kita sumbang. ‘Bibit yang baik’ jika ditanam di sawah buruk, bibit tersebut pun akan membusuk dan tak dapat menimbulkan tunas, akhirnya merugi. Bibit kuat tak mudah membusuk dan rusak. Umpama, bibit bunga teratai dari 3000 tahun yang lalu masih dapat bertunas, ini adalah contoh bibit yang kuat. Namun bibit sekuat apapun, jika sawahnya buruk, tetap tidak bisa tumbuh. Bibit yang kuat berarti bibit yang ditanam Buddha, yaitu bibit sifat Buddha. Sawah buruk adalah jiwa manusia biasa. Namun sesudah akar bakat hati kepercayaan ditata menjadi sawah baik hingga bibit bisa tumbuh. Maret 2016 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo cabang Sebaliknya, sekalipun bibit manusia biasa memang baik, jika bibit yang masih lemah itu disumbang ke sawah buruk, yaitu seorang pelaksana hukum sesat, maka tidak mendapat karunia kebajikan bahkan menjadi tidak bahagia. Menyumbang orang dari hukum sesat hingga membantu hukum sesat berkembang dan berkelangsungan, si penyumbang menjadi sama dengan pelaksana hukum sesat. Menyumbang materi harus dibarengi atau didasari sumbangan spiritual yang benar, yaitu tulus tanpa pamrih, yang akan membangkitkan prajna luhur. Dan diri sendiri harus teguh kuat untuk tidak terpancing atau memancing orang lain membuat 3 karma buruk. Bila diri sendiri terpancing, berarti diri sendiri pun memancing, sebaliknya bila memancing berarti juga terpancing. Maka diri sendiri harus banyak berinisiatif membuat 3 karma baik, agar lingkungan dimanapun kita berada terpancing untuk berbuat yang sama. Dan untuk menjadikan diri sendiri berkepribadian demikian, diperlukan jiwa yang kuat, dengan kriterianya adalah membebaskan diri dari pengaruh buruk lingkungan, menjadikan jiwa sendiri suci bersih dan berpembawaan tenang. Maka seseorang yang berjiwa dan berkepribadian kuat tentu berpembawaan tenang dan berwibawa, bagaikan gunung karang berdiri kokoh kuat dan tenang. Akhirnya untuk memiliki kekuatan jiwa demikian, yaitu kuat tenang, tidak ada jalan lain selain menyebut Nammyohorengekyo dengan perasaan jiwa yang sesuai dengan awal penyebutan tersebut, yaitu Namu (sujud sepenuh jiwa raga) pada Myohorengekyo, sebagai langkah awal untuk dua bagian berikutnya, yaitu pelaksanaan dan belajar . Bila Kubo no Amagoze tidak berjiwa kuat demikian, tentu akan terpengaruh 32
Samantabadra | Maret 2016
bujukan lingkungan untuk membatalkan penyampaian dana paramithanya tersebut, misalnya dengan alasan cuaca buruk yang akan membahayakan perjalanan dan sebagainya. Kubo no Amagoze menyumbang pada Saddharmapundarika-sutra hingga karunia kebajikannya tak dapat diukur. Dalam surat ini dikatakan, “Sumbangan Amagoze sekarang bukan sumbangan untuk Niciren, melainkan sumbangan untuk Saddharmapundarika-sutra�. Niciren Daisyonin dengan rendah hati mengakui diri Beliau sebagai bhiksu manusia biasa. Dana paramita dalam pengertian umum memang adalah menenangkan perasaan orang lain, tapi dalam pengertian yang lebih khusus adalah pengabdian. Mengenai karunia kebajikan menyumbang Saddharmapundarikasutra, dalam Surat Jawaban kepada Gijobo dikatakan, “Yang dikatakan karunia kebajikan Saddharmapundarika-sutra adalah suasana jiwa antara Buddha dan Buddha, kesadaran dalam jiwa yang tak terjangkau walaupun dengan prajna Buddha emanasi sepuluh penjuru� (Gosyo Zensyu hal. 829). Demikian dikatakan besarnya karunia kebajikan yang tak dapat diukur dan hanya disadari oleh Buddha. Maka dikatakan, karunia kebajikannya tergantung Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan para Buddha sepuluh penjuru. Amagoze menyumbang pada Niciren Daisyonin yang berada di Gn. Minobu yang bersalju tebal. Pada tahun itu, saljunya tebal sekali. Niciren Daisyonin sejak lahir pun belum pernah mengalami kedinginan sedemikian kejam. Mau menyumbang disaat cuaca sedemikian kejam, adalah hati yang luar biasa. Demikian Niciren Daisyonin menutup surat ini dengan memuji kuatnya hati kepercayaan Amagoze. eee
Maret 2016 | Samantabadra
33
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Tanya Jawab Hukum Agama Buddha Pertanyaan : Apakah yang dimaksud dengan pusaka tertinggi dari jiwa ? Jawab : Niciren menjelaskan mengenai pusaka tertinggi dari jiwa dengan menguraikannya sebagai ketujuh pusaka dari orang yang melaksanakan Hukum Sakti. Dalam Catatan Ajaran Lisan dikatakan, “Yang dimaksud dengan tujuh pusaka adalah mon, syin, kai, jo, sin, sya, zan, kini Niciren, murid dan penganut yang menyebut Nammyohorengekyo adalah pelaksana yang memiliki tujuh pusaka”. (Gosyo Zensyu halaman 739). Pertama, Mon adalah mendengar Hukum Sakti (monpo). Dalam Bab II Upaya Kausalya Saddharmapundarikasutra dibabarkan sebagai berikut, “Jika ada orang yang mendengar Hukum Sakti, tidak ada satu pun yang tidak mencapai Kesadaran Buddha”. Kalimat tersebut merupakan petuah emas yang menjamin seluruh umat untuk dapat mencapai Kesadaran Buddha. Berdasarkan pintu Hukum Niciren Daisyonin, yang dimaksud mon adalah setiap umat dapat percaya dan menerima Hukum Sakti. Berarti, dengan membangkitkan hati dari hati kepercayaan (Syinjin), barulah dapat melaksanakan yang disebut mon. 34
Samantabadra | Maret 2016
Dahulu, karena mendengar pembabaran Hukum Sang Buddha, para murid Buddha dapat menimbulkan hati kepercayaan. Dengan kepercayaan ini, mereka menjalankan pertapaan, sehingga timbul keinginan untuk mencapai kesadaran. Oleh karena itu, di awal seluruh sutra terdapat perkataan Nyoze Gamon. Kitapun mengetahui Hukum Buddha Niciren Daisyonin melalui dialog dengan sesama umat atau melalui susunan. Dengan telinga, kita mendengarkan teori dasar filsafat Buddha yang sebelumnya tak pernah kita dengar. Kekuatan kata-kata Buddha akan menyinari jiwa kita yang gelap, sehingga jiwa kita menjadi terbuka. Maka, timbulnya hati kepercayaan adalah karena mendengar hukum. Kedua, Syin berarti percaya dan menerima Hukum Sakti. Dalam surat perihal daimoku dari Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin mengatakan, “Dasar pokok untuk memasuki Hukum Buddha adalah dengan menjadikan rasa percaya sebagai pokok” (Gosyo Zensyu halaman 940). Dalam Surat Balasan Kepada Nicinyo Goze dikatakan, “Akar pokok Hukum Buddha ditentukan bersumber pada kepercayaan”. (Gosyo Zensyu halaman 1244). Maka, ‘percaya’ menjadi akar pokok
untuk menjalankan hati kepercayaan. Dalam surat perihal Syogu Mondo dikatakan, “Dengan pelaksanaan tunggal yakni percaya sungguh-sungguh kepada Myohorengekyo, seluruh karunia kebajikan datang dan dasar akar kebaikan ini tidak akan tergoyahkan”. (Gosyo Zensyu halaman 500). Dengan demikian, telah ditunjukkan bahwa apabila melaksanakan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh, semua keinginan dapat terpenuhi dan memperoleh karunia akar kebaikan. Dalam Saddharmapundarika-sutra, yang sangat penting adalah ‘percaya’. Niciren Daisyonin telah menunjukkan pula pokok penting untuk mencapai Kesadaran Buddha, yakni pelaksanaan Hukum Buddha yang berdasarkan pada ‘percaya’. Dalam Surat Balasan Kepada Nicinyo Goze dikatakan, “Untuk menjadi Buddha, yang terpenting hanyalah menyebut Nammyohorengekyo. Selain itu, karena sumber pokok hukum Buddha berdasarkan pada ‘percaya’, maka tergantung tebal tipisnya hati kepercayaan”. (Gosyo Zensyu halaman 1244). Dengan demikian, baik Saddharmapundarika-sutra maupun Hukum Buddha Niciren Daisyonin sangat menegaskan hati kepercayaan. Karena latar belakang seperti ini, keyakinan yang menembus teori filsafat tersebut, mutlak tidak mendustai orang yang percaya hukum itu. Sekejap perasaan hati yang sungguh-sungguh percaya kepada Saddharma dapat membuka sifat Buddha. Inilah pusaka terunggul yang menghiasi jiwa kita. Ketiga, Kai adalah pantangan (sila), yakni mencegah kesalahan serta menghentikan keburukan. Dalam Surat Perihal Ajaran, Pelaksanaan, dan Bukti dikatakan, “Sekalipun seseorang mempertahankan sila gaib dari puluhan
ribu pelaksanaan dan kebaikan, pada masa yang akan datang ia tidak pernah dapat memutuskannya, meskipun ia mencobanya. Inilah sila bejana pusaka vajra (Kongo Hokikai). Para Buddha ketiga masa mempertahankan sila ini, sehingga menjadi Dharmakaya, Sambhogakaya, dan Nirmanakaya. Bagaimanapun bisa menjadi Buddha yang tidak berawal tidak berakhir”. (Gosyo Zensyu halaman 1282). Dengan berdasarkan tiga karma, badan, mulut, dan hati, kita mempertahankan pantangan dasar dari makna pokok Buddha yang tunggal dan yang sesungguhnya dari Niciren Daisyonin. Kita juga menolak hukum yang salah serta menghentikan hukum keburukan, membuang seluruh pemfitnahan dharma serta pikiran yang sesat. Yang penting adalah, walau bagaimanapun tetap meneruskan tanpa henti pelaksanaan hati kepercayaan yang suci dan bersih. Di masa Akhir Dharma sekarang, tidak ada bermacam-macam pantangan seperti pantangan (sila) dari ajaranajaran sebelum Saddharmapundarikasutra. Dikatakan, bahwa ‘menerima dan mempertahankan’ adalah mempertahankan pantangan (juji soku jikai). Dengan menerima dan mempertahankan Gohonzon Nammyohorengekyo, akan langsung mencapai makna pokok pantangan mencegah kesalahan serta menghentikan keburukan. Keempat, Jo, berarti meditasi atau menetapkan hati, yakni keadaan jiwa yang tenang dan menyenangkan. Mengenai hal ini, dalam Surat Perihal Jimyo Hokke Mondo, Niciren Daisyonin mengatakan, “Orang yang mempertahankan Saddharma dari hidup sekarang tenang tentram, dan masa akan datang terlahir di tempat yang Maret 2016 | Samantabadra
35
materi ajaran | forum diskusi baik (gense annon). Jangan terikat dengan keuntungan, reputasi, dan penyelewengan. Hanya dengan menyatukan sekejap perasaan jiwa diri sendiri, menyebut Nammyohorengekyo dan menganjurkannya kepada orang lain, inilah yang menjadi kenangan indah dari dunia kemanusiaan dalam kehidupan ini” (Gosyo zensyu halaman 467). Seperti ditunjukkan oleh Niciren Daisyonin, maka setiap orang dapat bertemu dengan Saddharma pada kehidupan ini. Seharusnya setiap murid Niciren Daisyonin dapat berkata bahwa hal ini merupakan kegembiraan dan kebahagiaan terunggul serta kenangan terindah dalam kehidupan kali ini. Inilah meditasi yang yang sesungguhnya. Oleh karena itu, untuk memperoleh perasaan jiwa seperti ini seharusnya menegakkan hati kepercayaan yang tak tergoyahkan terhadap suasana apapun. Jiwa kita sungguh-sungguh kembali dan pasrah pada Gohonzon. Bagaimanapun tidak tergoyahkan oleh gelombang kehidupan, sehingga suasana jiwa serta suasana lingkungan menjadi tenang dan tentram. Kelima, Sin berarti Syojin, yakni setiap kejap, setiap hari, hati kepercayaan kita terus bergerak maju. Dalam menjalankan Hukum Buddha ada dua hal penting, yakni perasaan jiwa yang terus bergerak maju serta melaksanakan dengan badan sendiri. Perasaan jiwa semakin percaya dan semakin merombak sifat jiwa serta melaksanakan maitri karuna untuk orang lain. Orang yang mempertahankan hal ini secara berkesinambungan tanpa henti sehingga icinennya menjadi lebih maju adalah orang yang berani untuk sungguhsungguh maju (yumyo syojin). Mengenai hal ini, Yang Arya Bhiksu Tertinggi ke26 Nicikan Syonin mengatakan, “Berani berusaha dengan sungguh hati dapat 36
Samantabadra | Maret 2016
menimbulkan kekuatan kepercayaan. Inilah yang dinamakan yumyo. Sedangkan syojin adalah melaksanakan Daimoku”. Kemudian, Yang Arya Bhiksu Tertinggi ke-67 Nikken Syonin menunjukkan, “Hati kepercayaan yang berdiri seorang diri”. Kita dapat menjalankan gongyo yang tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat. Kita dapat menjalankan Syakubuku yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat. Kita dapat menjalankan Kosenrufu yang tidak dapat dicapai oleh masyarakat. Sebagai orang yang meneruskan pada dua atau tiga barisan di belakang Niciren Daisyonin seharusnya mempunyai kebanggaan bahwa hanya kita sajalah yang dapat melaksanakan serta membuktikan dengan sesungguhnya. Kita senantiasa tidak lupa bahwa sebagai murid Niciren Daisyonin harus meneruskan hati kepercayaan yang agung ini. Icinen kesungguhan hati untuk terus maju tanpa berhenti sekejap pun, dapat memecahkan dan mematahkan iblis dalam diri sendiri. Maka, jiwa sendiri ingin semakin dekat dengan Dharma. Dalam Surat Perihal Penganiayaan Yang Dialami Oleh Arif Bijaksana dikatakan, “Hari demi hari, bulan demi bulan, perkuatlah hati kepercayaan anda. Sedikitpun mempunyai hati yang mundur, pasti iblis akan memperoleh kabar akan hal itu”. (Gosyo Zensyu halaman 1190). Lukiskanlah kalimat ini dalam jiwa masing-masing. Keenam, Sya, adalah membuang, berarti tidak menyayangi jiwa raga (fuji syaku syinmyo). Maka, membuang seluruh keinginan dan keterikatan dari pemfitnahan dharma. Dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarikasutra dibabarkan, “Dengan tulus dan jujur membuang ajaran upaya, hanya membabarkan jalan terunggul tiada tara”.
Dalam Surat Perihal Totai Gisyo, Niciren Daisyonin mengajarkan, “Keluarga Niciren dengan tulus hati membuang hukum sesat dari ajaran sementara, makna sesat dari guru sesat. Dan dengan tulus hati percaya pada hukum sesungguhnya, guru sesungguhnya dan makna sesungguhnya. Oleh karena itu memperoleh bukti badan sendiri menjadi badan pokok pundarika; serta dapat mewujudnyatakan teori ‘gaib’ dari badan pokok Jojakko”. (Gosyo Zensyu halaman 538). Dengan tulus hati membuang ajaran upaya dan dengan tidak menyayangi jiwa raga membuang keterikatan pada makna sesat dari hukum sesat serta guru sesat. Kebanggaan untuk meneruskan hati kepercayaan kepada hukum sesungguhnya yang agung dan suci ini disebut membuang (sya). Memang, pada umumnya sya berarti membuang badan ini demi Hukum Buddha. Akan tetapi, dalam Catatan Ajaran Lisan Niciren Daisyonin mengatakan, “Kalau melihat suasana jiwa setahap lebih mendalam, Catatan Ajaran Lisan mengatakan, bahwa mencapai Kebuddhaan dengan membuang badan ini masih merupakan pintu ajaran sementara”. (Gosyo Zensyu halaman 731). Maka diajarkan, kata membuang (sya) seharusnya dibaca sebagai ‘menyumbang badan ini’. Yaitu membuang keterikatan terhadap kepentingan diri sendiri, merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan sendiri, dan menyumbang jiwa raga untuk memperjuangkan kebahagiaan orang lain. Perilaku demi orang lain inilah yang dimaksud dengan membuang (sya). Inilah tulang punggung sebenarnya Hukum Buddha Mahayana dan cara hidup Bodhisattva Muncul dari Bumi. Ketujuh, Zan atau bertobat berarti merasa malu. Yakni malu terhadap diri
sendiri, perasaan hati sangat menyesal serta malu atas kesesatan sendiri, malu atas kekurangan hati kepercayaan, serta malu atas kesombongan diri sendiri. Oleh karena itu, setiap orang harus menimbulkan tekad untuk harus memajukan dasar jiwanya. Dengan demikian akan dapat memusnahkan hati yang penuh dengan kesombongan, tidak menyayangi diri sendiri, tidak merendahkan orang lain, tidak lengah dan tidak putus asa. Selalu ingin menjalankan prinsip ini dan tidak pernah lupa bahwa kita adalah muridmurid Niciren Daisyonin. Berperilaku sebagai orang yang meneruskan hati kepercayaan dengan gagah. Berkeinginan memiliki kehidupan yang mempunyai kebanggaan. Sekarang kita dapat terlahir dengan badan manusia yang tidak mudah diperoleh, dapat berjumpa Hukum Buddha Niciren Daisyonin yang sukar ditemui, dapat mendengar pembabaran Hukum Sakti yang sukar di dengar. Terlebih lagi dapat mempertahankan pantangan (sila). Pantangan yang kekal dan tidak musnah, yakni pantangan bejana pusaka vajra (Kongo Hokikai). Karena tidak menyayangi jiwa raga untuk membuang makna sesat, maka hanya menerima dan mempertahankan Hukum Sakti. Selanjutnya merasa malu atas kesombongan hati sendiri dan tidak akan melakukannya lagi, selalu menimbulkan perasaan hati yang percaya dan melaksanakan Hukum Sakti tersebut baik untuk kebahagiaan diri sendiri maupun orang lain. Jika meneruskan pertapaan seperti itu, kita akan memperoleh suasana jiwa yang tenang dan tentram. Hidup kita akan penuh rezeki dan karunia kebajikan. Kehidupan demikian pasti kita peroleh, maka pusaka jiwa ini harus dimanfaatkan. Maret 2016 | Samantabadra
37
materi ajaran | forum diskusi Janganlah menyia-nyiakannya, gosoklah terus pusaka jiwa anda sampai cemerlang. Berlian pun jika belum digosok, akan sama dengan batu biasa. Tetapi karena digosok, menjadi batu permata yang indah dan berkilauan. Dalam Surat Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha Dalam Satu Kehidupan Ini, Niciren Daisyonin mengatakan, “Oleh karena itu, bangkitkanlah hati kepercayaan secara mendalam siang dan malam, pagi dan sore serta seharusnya tidak malas untuk selalu menggosoknya. Bagaimanakah cara agar dapat selalu menggosoknya ? Hanya dengan menyebut dan melaksanakan Nammyohorengekyo saja dapat menggosoknya�. (Gosyo Zensyu halaman 384). Oleh karena itu, gosoklah permata pusaka anda sendiri terus menerus seperti yang ditunjukan oleh Niciren Daisyonin. Dengan menghidupkan pusaka jiwa ini mutlak akan memperoleh karunia kebajikan. Berarti, memperoleh inti hakikat keinginan hati kepercayaan, yaitu mencapai Kesadaran Buddha atau kebahagiaan mutlak. Jadi, tanpa hati kepercayaan, baik kebahagiaan hidup maupun kepuasan dalam bekerja adalah bagaikan kuncup-kuncup yang layu sebelum mekar. Sebaliknya, malah seperti telur yang mengeras tidak bisa melahirkan jiwa yang baru. Oleh karena itu, hanya berdasarkan kepercayaan tunggal kepada karunia kebajikan Gohonzon, dan dengan itu menyumbang jiwa raga. Hendaknya lukiskanlah badan hukum bimbingan Niciren Daisyonin dalam jiwa masing-masing. Dengan percaya dan mengikuti ajaran Niciren Daisyonin, sekejap perasaan jiwa menyebut daimoku. Dengan membuka pintu icinen seperti itu dapat menumpuk karunia kebajikan dan akar kebaikan. Dalam Catatan Ajaran Lisan Niciren Daisyonin mengatakan, 38
Samantabadra | Maret 2016
“Bagaimanapun terus maju melaksanakan Nammyohorengekyo�. (Gosyo Zensyu halaman 790). Mengenai Zan, dalam Sutra Nirwana dibabarkan perihal Zanki yang memiliki tiga makna. Makna pertama dari Zan berarti, diri sendiri tidak akan membuat dosa; ki berarti juga mengajarkan orang lain agar tidak membuat dosa. Makna kedua Zan, berarti di dalam hati merasa malu atas kesalahan diri sendiri; ki berarti memberitahukan kesalahan sendiri kepada orang lain dan merasa malu. Makna ketiga, Zan berarti malu terhadap orang lain; ki berarti, merasa malu terhadap alam semesta. Memang, orang yang tidak melakukan Zanki bukanlah manusia tetapi sama seperti binatang. Sebaliknya, karena ada Zanki atau Zange, maka dapat menghormati guru dan ayah bunda. Begitu timbul hati yang penuh kemanusiaan sehingga dapat menghias diri sendiri. Prajna kaum dwiyana juga tidak dapat mengetahui teori kewajaran Hukum Buddha. Jika menginginkan teori kewajaran Hukum Buddha sebagai teori diri sendiri, sebenarnya dengan selalu meninjau hati kepercayaan dan harus merombak diri sendiri. Dengan demikian barulah dapat tercapai kemajuan yang besar dan unggul. Maka sikap Zanki atau Zange merupakan pusaka yang dapat menghiasi diri sendiri. Hendaknya menetapkan hati akan hal ini dan memunculkan secara nyata dalam jiwa akan tugas dan kebanggan sebagai murid Niciren Daisyonin. Tidak hanya dapat berkawan dalam masyarakat, tetapi juga dapat lebih akrab dengan kawan sedharma. Bersatu hati dengan kawan sehati kepercayaan. Makna kepercayaan adalah merombak pikiran, perasaan dan cara hidup berdasarkan ajaran Niciren Daisyonin. eee
wawasan
Etika Menggunakan Sosial Media B
eberapa tahun belakangan ini, penggunaan internet di Indonesia berkembang dengan pesat. Berdasarkan riset1, jumlah pengguna aktif internet di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 72,7 juta dan hampir semua pengguna aktif internet di Indonesia tersebut mempunyai akun sosial media, seperti: Facebook, Instagram, Path, Twitter, dan sebagainya. Seperti halnya dua sisi mata pisau, ada dampak positif dan ada dampak negatif yang timbul dari maraknya penggunaan sosial media dalam kehidupan kita sehari-hari. Dampak positifnya antara lain: memperluas jaringan pertemanan, sebagai sumber informasi maupun sarana untuk bertukar informasi, media untuk berbisnis dan berpromosi, serta media untuk kampanye. Namun demikian, kita juga perlu untuk berhati-hati terhadap dampak negatif dari penggunaan sosial media, yakni: kecanduan, penipuan, kejahatan, sikap anti-sosial, kurangnya pemahaman etika, sampai dengan adanya jeratan hukum. Dalam bersosial media, kita perlu memahami etika-etika berikut ini:
• Tidak Mempublikasikan Informasi Pribadi Dalam menggunakan sosial media ada baiknya kita sebagai pengguna bersikap lebih bijak dalam menginformasikan privasi / kehidupan pribadi. Mengumbar hal-hal pribadi dalam sosial media adalah sebuah pintu masuk bagi seseorang yang ingin berniat jahat kepada kita.
• Memperhatikan Sopan Santun Berkomunikasi Sebaiknya dalam melakukan komunikasi kita menggunakan kata-kata yang layak dan sopan pada akun-akun sosial media yang kita miliki. Tidak menghujat dan memaki-maki orang lain dengan kata-kata yang kasar. Hindari sosial media bila kita sedang emosi. Hindari selfie di kondisi yang tidak tepat.
• Menghargai Hasil Karya Orang Lain Saat menyebarkan informasi baik itu berupa tulisan, foto atau video milik orang lain, ada baiknya kita mencantumkan sumber informasi sebagai bentuk penghargaan untuk hasil karya seseorang. Tidak serta merta meng-copy paste tanpa memberikan sumber informasi tersebut.
1 Riset dari “We Are Social”, sebuah agensi marketing sosial yang meneliti jumlah pengguna website, mobile, dan media sosial dari seluruh dunia [http://wearesocial.sg/blog/2015/08/global-statshot-august-2015/] Maret 2016 | Samantabadra
39
wawasan • Hindari Penyebaran SARA dan Pornografi. Sebarkanlah hal-hal yang berguna. Hindari menyebarkan informasi yang berbau pornografi dan SARA di sosial media, yang dapat menyebabkan konflik. • Tidak Berkomentar Tanpa Mengecek Kebenaran Berita. Kadang kita ikut-ikutan mengomentari hal-hal yang sedang ramai dibicarakan di media sosial tanpa mencari tahu kebenaran informasi itu terlebih dahulu. Pengguna sosial media dituntut untuk cerdas dalam menangkap sebuah informasi. Bila ingin berkomentar dan ikut menyebarkan informasi tersebut, ada baiknya kita melakukan kroscek akan kebenaran informasi terlebih dahulu.
Dasar Hukum Sebagai Warga Negara Indonesia yang tinggal di Indonesia, kita perlu mengetahui adanya peraturan perundangan-undangan dan jerat hukum yang dapat dikenakan kepada mereka yang tidak paham etika bersosial-media, salah satunya: Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi & Transaksi Elektronik (UU ITE). Banyak kasus hukum yang timbul akibat komentar dan tindakan-tindakan tidak pantas yang dilakukan seseorang yang akhirnya berujung pidana. Misalnya, kasus Florence Sihombing, mahasiswi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, yang kesal menunggu antrian di SPBU dan mengungkapkan kemarahannya dengan menghina kota Yogyakarta melalui akun sosial media miliknya. Kemudian ungkapannya tersebut tersebar di berbagai jejaring sosial media sehingga akhirnya Florence dihujat oleh banyak orang dan diadukan ke kepolisian. Jadi, jika kita menulis status di Facebook, Instagram, Path, Twitter, WhatsApp, dan lainlain, kemudian ada yang merasa terhina atau dicemarkan nama baiknya, maka mereka bisa mengadukan kita ke polisi atas dasar penghinaan dan pencemaran nama baik, dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak satu miliar rupiah.
Pasal 27 ayat (3) UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. Sanksi: pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar [Pasal 45 ayat (1) UU ITE]. Di samping itu, UU ITE juga mengatur ancaman pidana yang sama bagi siapa saja yang terbukti menyebarkan informasi berbau SARA.
40
Samantabadra | Maret 2016
Pasal 28 ayat (2) UU ITE:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)�. Sanksi: pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar [Pasal 45 ayat (2) UU ITE] Jika digunakan secara tepat, sosial media akan membawa banyak keuntungan bagi penggunanya. Ingat, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, memenangkan pemilihan presiden karena tim kampanye-nya berhasil memanfaatkan jejaring sosial media (Facebook dan Twitter) guna mendukung Obama. Presiden Indonesia Joko Widodo pun baru saja mengumumkan akun Instagramnya: jokowi. Oleh karena itu kita harus lebih bijak dan memahami etika dalam ber-sosial media. (Juni Dani)
Maret 2016 | Samantabadra
41
refleksi
Keteladanan T
eladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat).� Begitulah rumusan Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang teladan. Sesuatu di sini tentunya perbuatan, kelakuan, sifat seseorang yang mengundang kekaguman dan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Masyarakat tanpa teladan bagaikan ruang gelap tanpa pelita. Keteladanan menjadi arah gerakan sebuah komunitas. Kita perlu keteladanan. Teladan itu pada hakikatnya memikirkan orang banyak. Orang banyak berada di urutan pertama. Diri sendiri menempati urutan setelahnya. Dahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Jika ada pihak yang mengeluhkan perilaku kita, kemungkinan besar kita bukanlah teladan. Pahlawanpahlawan nasional kita adalah teladan bangsa. Dalam kasus kapal yang akan tenggelam, tentunya nakhoda adalah orang terakhir yang meninggalkan atau bahkan tenggelam bersama kapalnya. Inilah salah satu contoh teladan dalam masyarakat. Dalam konteks Buddha Dharma Niciren Syosyu, teladan itu adalah orang yang melaksanakan ajaran 42
Samantabadra | Maret 2016
sang Buddha Pokok Niciren Daisyonin tanpa kompromi sedikit pun dalam peri kehidupan, dari yang terkecil (diri sendiri, keluarga), hingga masyarakat yang terbesar (negara). Penerapan Dharma ini merupakan cerminan dari Issyo Jobutsu dan Kosenrufu. Sebagai umat NSI, tentunya teladan kita adalah Buddha Niciren, dan kita telah banyak belajar ajaran beliau dan melaksanakan pertapaan agama Buddha Niciren Syosyu, mulai dari gongyo, daimoku, beragam aktivitas di vihara hingga mengikuti kensyu. Buddha Pokok Niciren Daisyonin telah menunjukkan keteladanan Beliau sebagai Buddha Pokok Masa Pascimadharma sejak Beliau mengkaji Buddha Dharma dari kuil ke kuil, melantunkan Nam-myohorenge-kyo pertama kali, menghadapi berbagai penindasan penguasa, hingga mewujudnyatakan Dai Gohonzon. Kita pun perlu mewujudkan keteladanan kita sebagai umat NSI di lingkungan vihara setempat, RT/RW, pekerjaan (kantor) hingga ke tingkat kota/ kabupaten bahkan negara ketika kita memiliki kesempatan untuk ke tataran itu. Beberapa bimbingan
hati kepercayaan dari sang Buddha Niciren Daisyonin memberikan kita pembekalan mengenai keteladanan sebagai berikut. Teladan Pencapaian Kesadaran Buddha: Maka, janganlah menyesal meskipun Anda dibunuh suami demi ajaran Dharma ini. Kalau Anda sekalian bersama-sama menasihati suami mengenai kepercayaannya, Anda sekalian akan meneruskan jejak Puteri Naga dan menjadi teladan pencapaian kesadaran Buddha bagi semua wanita Masa Pascimadharma. (Surat kepada Ikegami Bersaudara)
Teladan Syakubuku: Pada mulanya hanya Aku, Niciren, seorang diri yang melantunkan Nam-myoho-renge-kyo. Akan tetapi, kemudian dua orang, tiga orang, dan ratusan orang mulai melantunkannya, dan demikian pula untuk masa depan. Bukankan inilah makna kemunculan dari bumi? (Syoho Jisso Syo) Dua kutipan gosyo di atas menunjukkan aspek keteladanan yang perlu semua kita tiru dan laksanakan mengacu pada teladan Issyo Jobutsu hingga teladan Kosenrufu berbentuk syakubuku lewat
perilaku maupun ujaran. Keteladanan adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri dan diakui oleh orang lain, tanpa dibuat-buat. Tidak semua orang bisa menjadi teladan, karena hal tersebut membutuhkan kearifan dan ketahanan mental yang lebih dibandingkan manusia pada umumnya. Idealnya, kita yang telah mengenal dan mendalami ajaran Buddha Niciren, dapat mengembangkan sifat-sifat positif yang patut menjadi teladan bagi umat lainnya maupun masyarakat di luar susunan NSI. Kenyataannya, kita masih belum mampu konsisten menerapkan pola hidup berkesadaran yang sesuai dengan Buddha Dharma. Hal-hal kecil di vihara seperti perilaku merokok di tempat umum, mengambil makanan secara berlebihan yang akhirnya terbuang, masuk kamar mandi menggunakan sandal/ sepatu, makan di ruang asrama dan ruang bhaktisala, dapat menjadi tolak ukur kita dalam menilai diri kita sendiri; sejauh mana kita telah menjadi teladan bagi diri sendiri dan orang lain. Sikap-sikap yang tidak sesuai dengan ajaran Buddha perlu diperbaiki menjadi perbuatan teladan yang pada akhirnya akan memberi kebaikan bagi diri sendiri dan tentu akan mengundang karunia kebajikan yang berlimpah ruah. (Kyanne Virya)
Pacaran Beda Agama S
eorang remaja atau generasi muda pasti pernah mengalami masa-masa di mana tertarik terhadap lawan jenis, merasakan perasaan senang dan malu-malu dalam hati. Perasaan itu adalah perasaaan yang alami. Masa remaja memanglah masa yang penuh warna. Apalagi ketika kita menemukan orang dengan kriteria yang sesuai dengan keinginan kita, misalnya paras wajah yang rupawan, tubuh proporsional, kepribadian baik, dan kaya. Ketika sudah menjadi pacar, dia senang memberikan kejutan kecil di hari spesial, tidak pelit untuk membelikan sesuatu, penyabar ketika kita sedang marah dan dapat memberikan pendapat yang positif. Dia tahu sekali apa yang dapat membuat hati luluh. Ditambah lagi dia sangat sayang kepada kita. Kita dan dia merupakan pasangan serasi, kedua orang tua juga sudah saling mengenal dan merestui. Perasaan kita menyatu seperti sepenggal lirik lagu John Legend, “coz i’ll give u all of me, and you’ll give me all of you.� Namun, pasangan yang ternyata sangat kita idamkan ini memiliki keyakinan yang berbeda dengan kita. Kita adalah umat NSI namun dia bukan. Lalu dia akan meminta kita untuk jadi kekasihnya dan mengajukan kesepakatan yaitu masa pacaran, pemberkatan dan pernikahan, kita harus berjalan bersamanya di dalam hati kepercayaannya. Dia cukup keras dalam pendiriannya. Bila tidak setuju, hubungan asmara tidak akan berlanjut. Apa kita merasa dalam posisi yang terdesak? Apakah mungkin solusi lain seperti melangsungkan pemberkatan di kedua agama? Pertama kita perlu benar-benar merasakan keagungan dari hukum Nammyohorengekyo. Kita perlu jalankan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh. Kita harus tekankan dalam hati bahwa kita akan bahagia dengan menjadi pelaksana saddharma pundarika sutra. Hanya ada satu keyakinan yaitu gohonzon merupakan jodoh terbaik untuk mencapai kebahagiaan. Kedua, Bila hal itu semua sudah ada pada diri kita, nampaknya pertanyaan di atas sudah tidak menimbulkan dilema bagi kita untuk menjawabnya. Ini adalah tantangan untuk membuktikan keagungan dari Gohonzon. Ikut atau tidaknya pasangan kita adalah tergantung dari diri kita, tergantung getaran kita sejak awal dan cara kita menunjukan usaha terbaik dalam memperjuangkannya sehingga dia menilai kita sebagai pasangan yang tepat. Maret 2016 | Samantabadra
43
Bila pasangan kita sudah merasakan bahwa kita adalah pasangan terbaik dan merasa sulit untuk mencari pasangan lain seperti kita, yakinlah bahwa dia akan tetap memilih kita apapun yang terjadi. Dia akan tetap kembali dengan prinsip yang kita pegang teguh. Konsistensi dalam menjalankan syinjin dan keseriusan kita aktif di susunan akan menjadi hal penting yang akan dilihatnya. Pada akhirnya dia akan merasakan satu bukti nyata dari sikap kita dan mau bersama-sama ikut dalam jalan kebuddhaan. Dalam memulai suatu hubungan, kita perlu berdiskusi dan mengutarakan komitmen untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Keyakinan yang teguh pasti akan terwujud dalam sikap hidup yang baik yang akan membuat pacar atau pasangan kita turut mengikuti ajaran Buddha Niciren. Seorang kawan saya, pemuda NSI di daerah Muncul, mengatakan dengan tegas kepada pacarnya yang berbeda agama, apabila ingin melanjutkan 44
Samantabadra | Maret 2016
hubungannya ke arah yang serius pacarnya harus mau ikut dengannya jalan bersama di NSI. Apabila tidak bersedia, maka ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Tentu perjalanan melakukan syakubuku ini butuh perjuangan ekstra. Si pemuda harus secara konsisten membuktikan kepada pacarnya bahwa dengan menjalankan hati kepercayaan kepada Gohonzon dan aktif di susunan NSI memberikan perubahan positif dalam sikap si pemuda dan cara hidupnya sehari-hari yang menjadi semakin baik. Sekarang mereka berdua sudah syinjin dan akan melangsungkan pernikahan secara Buddha NSI. Mungkin pernah terbesit dalam pikiran kita untuk mencari jalan keluar yang (sepertinya) win-win solution, dengan melakukan pemberkatan nikah di kedua agama. Pemberkatan dilakukan dengan cara NSI dan cara agamanya. Seolaholah adil bagi kedua belah pihak. Namun bila ditelisik
lebih dalam, bukankah itu adalah sebuah kompromi terhadap hati kepercayaan kita? Solusi yang terbaik adalah memperkuat hati kepercayaan, menyatakan komitmen dan melakukan syakubuku dari awal hubungan, sehingga hal dilematis ini tidak akan terjadi. Bahkan bila kesepakatan itu tak terjadi, ada keberanian untuk tidak melanjutkan hubungan atau berpisah. Agama ini tidak mengajarkan untuk memutuskan suatu hubungan, karena semua yang terjadi berdasarkan hukum jodoh sebab-akibat. Namun, bila kita harus menduakan keyakinan kita kepada Gohonzon, berpisah dapat menjadi pilihan terakhir. Pemuda dan pemudi NSI harus menjadi ‘kumbang’ dan ‘bunga’ yang terbaik. Dalam menjalin hubungan, beranilah mengatakan kepada pasangan sedini mungkin, “Ayo ikut di dalam NSI dan berjalan bersama dalam syinjinNammyohorengekyo!” (Tommy)
Berita Duka Cita
Ibu Oen Fon Yun
(Mama dari Ibu Tina) Meninggal pada usia 83 tahun 08 Januari 2016 Umat NSI Daerah Fajar DKI Jakarta
Bapak Lioe Kang Siong (Hasan) Meninggal pada usia 83 tahun 24 Januari 2016 Umat NSI Daerah Bekasi Jawa Barat
Ibu Oey Yutih Meninggal pada usia 70 tahun 23 Januari 2016 Umat NSI Daerah Bekasi Jawa Barat
Bapak Edy Kesuma Meninggal pada usia 60 tahun 19 Januari 2016 Umat NSI Daerah Jelambar DKI Jakarta
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Maret 2016 | Samantabadra
45
resep
Kue Bolu Kering Bahan-Bahan: A. 5 butir telur 175 gram gula pasir B. 150 gram teribu 10 gram susu bubuk 10 gram maizena 1 sdt baking powder double acting C. 50 gram mentega cair D. 100 gram kenari cincang (panggang) Oleh : Ibu Oking D, Bogor
Cara Membuat : 1. Campur semua Bahan B, diayak. 2. Campur Bahan A dan B, aduk perlahan, lalu tambahkan Bahan C. Aduk lagi sampai rata. 3. Masukkan dalam cetakan yang telah diolesi mentega. 4. Panggang dengan panas api 170° C hingga matang. 5. Setelah matang, dinginkan, kemudian panggang kembali sampai kering dan garing dengan panas api 140° C.
Jawaban TTS Samantabadra Pebruari 2016
1 2 4 5
I
7
B 10
C
T A I
K
S
A
M
G
K
N I C I G E N Y O
O
A
N
H
A M E R I
K A
46
Samantabadra | Maret 2016
Mendatar
15 18
T
G I
C I
K
Y N
I
N 17
K E T A
I N S E K T A
12
T A
23
I M I G R A S
A N
D
B A L
A 21
8
O O
14
E I
T F
I
D
U
16
26
S
N Y E P
M E N G E M B U N
24
K
11
M
13
19
6
R I N G G I E
I H
F A
A
D E V A D A T T A
P U T
3
T
N M
9
K
S S Y O J O B U C E
27
V
I
20
N
T
22
A
S
D
I
S
A
L
D
Y
Y
E
O
O
25
T
S
S Y
I
V
I
S
T
I
D
Y
A
S
O
I M A L A K
I R T
I
N
N O
26.
INSEKTA — Nama lain serangga
teka teki silang 1 2
3
5
4
6 7
8
9
10
11
12 13
14 16
15
17
18 19 20
21
Mendatar
2.
Saddharmapundarikasutra-sutra adala Nammyohorengekyo ( Istilah Jepang)
Menurun Mendatar 4. Nama lain Nyudo dono. 3. Seorang raja yang tega membunih ayah nya 1. Kebenaran tunggal Saddharmapundarika3. Namasendiri. raja di dalam sutra, yang 6. Karunia kebajikan ( Istilah Jepang ) 5.membunuh Petugasayahnya lalu lintas sutra (istilah 8. Jepang) Percaya ( Istilah Jepang ) sendiri Belajar (Istilah Jepang) 9. Amplop merah, identik dengan Tahun 2. Saddharmapundarika-sutra adalah 5.7.Aparat penegak hukum 9. Alat music khas Jawa Barat. 10. Kesatuan guru & murid yang tidak terp Nammyohorengekyo (istilah Jepang) 7.11. Belajar (istilah Jepang) (Istilah Jepang) Sadang 14. Negara tirai bambu. 4. Nama lain Nyudo-dono 9.12. Alat musik Ajarankhas yang Jawa bulat Barat sempurna (Istilah Jepang) 15. transportasi 13.Sandang Singkatan dari Wali Umat Buddha Indonesia. 6. Karunia kebajikan Alat (istilah Jepang) beroda 2. 11. 16. Produk fermentasi susu. 17.Ajaran Terimakasih ( Istilah Inggris ) 8. Percaya (istilah Jepang) 12. yang bulat sempurna (istilah 18. Melaksanakan ( Istilah Jepang ) 9. Amplop merah Jepang) 19. Jodoh bertentangan ( Istilah Jepang ) 10. Kesatuan guru dan murid yang tidak 13. Perwakilan Umat Buddha Indonesia 20. Hewan pembajak sawah. terpisahkan (istilah Jepang) 17. kasihdari (istilah Inggris) 21.Terima Antonim kata bersih. 14. Negara tirai bambu 18. Melaksanakan (istilah Jepang) Menurutn 15. Alat transportasi roda dua 19. Jodoh bertentangan (istilah Jepang) 1. Kebenaran tunggal Saddharmapundarika-sutra( 16. Produk fermentasi susu 20. Hewan pembajak sawah Istilah Jepang) 21. Bersih (antonim) Jawaban TTS ini dapat dilihat pada Samantabadra April 2016
Maret 2016 | Samantabadra
47
Cerita Kiba & Krubu ide cerita: Samanta
48
ilustrasi: Felicia F
Samantabadra | Maret 2016
Belajar Bersama
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Maret 2016 Tanggal Hari 29/2 Senin 1 Selasa 2 Rabu 3 4 5 6
Kamis Jumat Sabtu Minggu
7 Senin 8 Selasa 9 Rabu
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
Kamis Jumat Sabtu Minggu
21 Senin 22 Selasa 23 Rabu
24 25 26 27 28 29 30
Jam 13.00 Pendalaman Gosyo
Kegiatan
Tempat Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Mahavihara Saddharma Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1
19:00 Ceramah Gosyo
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing
10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1
19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing
14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok
10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan 4 ( empat ) Bagian
13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD
Kamis Jumat Sabtu Kensyu Gosyo Umum Minggu Kensyu Gosyo Umum Senin 13.00 Pendalaman Gosyo Selasa Rabu 19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 31 Kamis
Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing Vihara Vimalakirti‐Tangerang Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Maret 2016 | Samantabadra
49
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969
PROVINSI LAMPUNG
PROVINSI JAWA BARAT
Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728
Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
50
Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340
Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851
Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682
Samantabadra | Maret 2016
Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510