Samantabadra 2016-07

Page 1

SAMANTABADRA | JULI 2016 | NOMOR. 270

2 0 1 6

07 i l u J

(Surat perihal Badan RIngan, Hukum Berat)

# 270

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

Grup Angklung Gita Pundarika NSI bersama Ketua Umum NSI pada Malam Dharmasanti Waisak 2016 di Candi Borobudur.

gosyo kensyu SURAT BALASAN KEPADA MYOHO-AMA liputan PERINGATAN WAISAK 2016 DI BOROBUDUR liputan DOKYO SYODAI WAISAK 2016

alau seseorang dapat melempar gunung Semeru kedunia lain bagai melempar batu kerikil, atau walau dapat menendang tiga ribu dunia besar bagai menendang bola, begitupun walau dapat menerima dan mempertahankan Sutra-sutra yang tak terhingga, serta menjelaskannya kepada orang lain dan memberi kesempatan kepada orang awam maupun rohaniawan yang telah mendengarnya untuk memperoleh Keenam Kekuatan Gaib, namun dalam masa Akhir Dharma sekarang ini, orang yang menanyakan makna dari satu kalimat, satu bait Saddharmapundarikasutra adalah jarang sekali.

W

Samantabadra


Tim Marching Band Mandarava NSI di pelataran Candi Borobudur seusai pawai Waisak 2016.

Badan manusia setinggi 5-6 kaki, semangat jiwanya terwujud dalam wajah selebar satu

Grup Tari NSI DKI Jakarta dan Banten dalam Kolaborasi Sendratari Siddharta Gautama dalam Dharmasanti Waisak 21 Mei 2016 di Candi Borobudur.

kaki, terlebih dari itu, semangat jiwa dalam wajah itu terpantul pada mata sebesar satu inci. Dan juga kedua huruf “Je-pang� telah mencakupi seluruh yang terdapat dalam 66 negeri bagian yang berupa penduduk, satwa, sawah, ladang, yang berkedudukan tinggi maupun rendah, yang terhormat dan terhina maupun seluruh pusaka tanpa terkecuali suatu apapun. Dengan demikian, dalam Daimoku Nammyohorengekyo telah tercakupi seluruh bagian dari 8 jilid 28 Bab Saddharmapundarika-sutra yang terdiri dari 69.384 kata, lengkap tanpa kekurangan suatu apapun. (Surat kepada Myoho-ama)


Samantabadra Juli 2016

2 5

9 11 12 13

SAMANTABADRA | JULI 2016 | NOMOR. 270

LIPUTAN Peringatan Waisak Nasional 2016 Dokyo Syodai Waisak di Daerah Karyabakti Umat NSI Babel dalam rangka Waisak Gerakan Kebersihan dan Kesenian Umat NSI Bogor Dokyo Syodai 28 April NSI Wilayah Banten Kegiatan Pramuka di Vihara Saddharma NSI Pembinaan Dosen STAB Samantabadra NSI Partisipasi NSI dalam Puspa 2016 Pembinaan Mahasiswa STAB Samantabadra NSI

Grup Angklung Gita Pundarika NSI bersama Ketua Umum NSI pada Malam Dharmasanti Waisak 2016 di Candi Borobudur.

(Surat perihal Badan RIngan, Hukum Berat)

CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta

Walau seseorang dapat melempar gunung Semeru kedunia lain bagai melempar batu kerikil, atau walau dapat menendang tiga ribu dunia besar bagai menendang bola, begitupun walau dapat menerima dan mempertahankan Sutra-sutra yang tak terhingga, serta menjelaskannya kepada orang lain dan memberi kesempatan kepada orang awam maupun rohaniawan yang telah mendengarnya untuk memperoleh Keenam Kekuatan Gaib, namun dalam masa Akhir Dharma sekarang ini, orang yang menanyakan makna dari satu kalimat, satu bait Saddharmapundarikasutra adalah jarang sekali.

daftar isi

Samantabadra

T

im Marching Band Mandarava NSI dan segenap umat NSI di pelataran Candi Mendut mengikuti rangkaian kegiatan Waisak Nasional 2016. Simak berita selengkapnya di halaman 9.

SURAT BALASAN KEPADA MYOHO-AMA PERINGATAN WAISAK 2016 DI BOROBUDUR DOKYO SYODAI WAISAK 2016

gosyo kensyu liputan liputan

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

Halaman Muka

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

J

u

l

i

2 0 1 6

07 # 270

MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Balasan kepada Myoho-ama Gosyo Cabang Hukum yang Gaib dan Manusia yang Agung Forum Diskusi Tujuan Syinjin Membuka Kesadaran Buddha TEKA-TEKI SILANG

22 39 48 52

16

KIBA KRUBU Ikut Tansi DUKA CITA

54

18

JADWAL KEGIATAN

55

19

VIHARA DAN CETYA NSI

56

15

9

53

12

20

Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

13 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Arya, Megahria, Liliawati, Marvitaria, Phopy, Kyanne Virya, Mayasari

STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

Juli 2016 | Samantabadra

1


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Kepada Otogoze Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28-29 Mei 2016

Nammyohorengekyo, Gosyo yang kita bahas pada malam ini judulnya adalah Badan Ringan Hukum Berat, walau dikatakan seperti itu tidak berarti Niciren Daisyonin mengajarkan untuk tidak perlu menyayangi badan, sebab hidup manusia menurut Agama Buddha adalah Syiki Syin Funi (jiwa dan raga saling berkaitan dan menunjang). jadi jiwa kita ini terdiri dari fisik dan non-fisik, terdiri dari jiwa dan raga, Funi berarti kedua hal tersebut penting. Jiwanya kuat jika fisiknya hancur, meninggal juga. Oleh karena itu disebut Funi, sehingga kedua hal tersebut penting. Niciren Daisyonin membimbing kepada Ibunda Otogoze, ia adalah seorang perempuan yang statusnya janda, dalam Agama Buddha apakah seorang itu 2

Samantabadra | Juli 2016

janda maupun memiliki suami tidaklah menjadi sebuah ukuran, duaduanya tidak menentukan, yang menentukan itu adalah bagaimana yang bersangkutan punya kesungguhan hati kepercayaan. Badan kita ini yang menentukan digunakan untuk kebaikan atau tidak, jadi kita sendiri yang menentukan. Buddha mengajarkan justru kalau badan ini setiap waktu membuat karma, menurut Agama Buddha terdiri dari tiga masa, yaitu masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang, semua kehidupan di alam yang mengatur Hukum Sebab Akibat, yang ada di dalam jiwa kita sendiri. Buddha hanya manusia biasa, yang menyadari bahwa di dalam jiwa manusia punya kesadaran, ingin membimbing semua umat manusia agar dapat

memunculkan kesadaran agar setiap umat manusia dapat menggunakan jiwa dan raga (Syiki Shin Funi) selalu dapat membuat karma baik. Untuk dapat membuat jiwa dan raga (Syiki Shin Funi) ini terus dapat membuat karma yang baik, harus selalu diisi dengan kesadaran atau memunculkan kesadaran. Untuk dapat memunculkan kesadaran, diperlukan ajaran. Ajaran ini disebut Hukum, maka Niciren Daisyonin mengatakan bahwa badan ini jika dibiarkan begitu saja, akhirnya tetap melalui proses dari lahir hingga meninggal, tetapi perjalanan sampai meninggal terdiri dari sebab akibat yang terus menerus, ada bermacam-macam kualitas sebab yang dibuat, dengan berjodoh dengan hukum Agama Buddha, membuat perjalanan hidup


Ketua Umum

kita senantiasa dapat membuat sebab-sebab dengan kualitas yang paling baik. Hal itu membutuhkan agama. Ajaran Agama Buddha kita ini sempurna, sehingga disebut Funi. Dengan Kesadaran Buddha, Niciren Daisyonin membimbing ibunda Otogoze. Oleh karena itu, pertamatama Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa Ibunda Otogoze yang mengunjungi Niciren Daisyonin di Pulau Sado, yang sangat jauh, tetapi karena sangat rindu terhadap Buddha Niciren ia tetap berangkat, dan setelah Niciren Daisyonin memasuki Gunung Minobu, Ibunda Otogoze juga mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu, karena sikap yang seperti ini Niciren Daisyonin membaca bahwa di balik ini ada sebuah kekuataan kepercayaan yang luar biasa, sehingga dapat sampai di Pulau Sado dan Gunung Minobu. Oleh karena itu Niciren Daisyonin mempertimbangkan, Ibunda Otogoze yang dahulunya seorang penganut Sekte Syingon. Syingon merupakan sekte Tantrayana di Indonesia. Niciren Daisyonin melihat bahwa kesungguhan hati

Ibunda Otogoze sehingga ingin membimbing agar ia dapat menjadi pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang istimewa. Maka Niciren Daisyonin membimbing bahwa Ibunda Otogoze tidaklah salah berjodoh dengan agama Buddha Niciren Syosyu, karena merupakan ajaran yang tepat, tepat waktu dan tepat guna. Untuk meyakinkan hal tersebut, Niciren Daisyonin memberikan perbandingan, antara ajaran Buddha maupun ajaran Non Buddhis. Ketika Niciren Daisyonin memberikan bimbingan, Niciren Daisyonin tidak mengecilkan ajaran-ajaran lain, tetapi menempatkan ajaran tersebut untuk mematangkan masyarakat baik masyarakat Jepang maupun Tionghoa untuk memasuki ajaran Buddha yang sebenarnya. Kemudian Niciren Daisyonin juga memberikan perbandingan kepada Ibunda Otogoze, di mana dapat berjodoh dengan agama Buddha merupakan keistimewaan apabila dibandingkan dengan ajaran lain, lebih unggul, karena agama Buddha mengajarkan tentang Hukum Karma, Tiga Masa, mengajarkan juga tentang

adanya perombakan Tiga Racun menjadi Tiga Kesadaran, hal-hal tersebut tidak dibahas dalam ajaranajaran lain, sehingga sulit menuntaskan masalah, Agama Buddha dapat menuntaskan masalah. Apabila kita memiliki kesulitan yang berhubungan dengan karma masa lampau, penyelesaiaanya melalui ajaran Buddha. Oleh karena itu kemudian dengan bimbingan seperti itu Niciren Daisyonin juga mengingatkan kepada Ibu Otogoze di antara semua sekte Agama Buddha Saddharmapundarika-sutra inilah yang paling unggul. Tadi saya menyinggung, bahwa Agama Buddha adalah agama dari manusia yang sadar, jadi agama Buddha itu sebuah agama yang nyata, yang riil, bukan agama yang khayalan jadi Buddha ini benar-benar ada, Buddha Sakyamuni adalah jelas, ayahnya Raja Sudodana, dari Suku Sakya, seorang Pangeran. Tujuan Buddha hanya satu saja. Buddha artinya sadar, jadi kalau orang mencapai Kesadaran Buddha. Artinya orang itu mencapai kesadaran. Sakyamuni membuktikan dirinya tidak mau menjadi raja, keluar dari istana, ternyata menjadi anak raja Juli 2016 | Samantabadra

3


ceramah gosyo atau raja sekalipun diyakini dan sadari bahwa itu bukan hidup yang paling bahagia, oleh karena itu Sakyamuni mencari jawaban, ternyata dapat mencapai sebuah hasil, mendapatkan jawaban, yaitu yang paling bahagian itu adalah mampu memunculkan kesadaran atau menjadi Buddha, menjadi Buddha itu adalah tujuan yang paling tinggi di agama kita, dengan menjadi Buddha dapat membuka Kesadaran Buddha kita akan menjadi manusia yang paling bahagia. Ada apa kalau sudah menjadi Buddha, akan Kuat, Suci, Bebas dan Tenang. Sebetulnya setiap orang punya perasaan, yang disebut bahagia itu ada di mana? Bahagia bukan tergantung tebal tipisnya dompet. Tetapi bahagia itu ada di hati, penderitaan juga ada di hati. Sebetulnya yang dikatakan bahagia dan menderita adalah urusan perasaan, tidak tergantung tebal tipisnya dompet, tetapi tergantung tebaltipisnya hati kepercayaan, Agama Buddha adalah agama yang berbicara tentang perasaan. Kita harus sama dengan Buddha. Perasaan kita bisa berubahberubah, dari perasaan yang jelek menjadi perasaan yang baik, oleh 4

Samantabadra | Juli 2016

karena itu saya katakan Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang paling unggul. Dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin mengatakan, Raja Ajatasatru adalah orang yang paling jahat, bukan main jahatnya sampai lima dosa besar dijalani semua antara lain, membunuh ayah kandungnya sendiri, karena kena pengaruh jahat, maka dikatakan pengaruh jahat itu lebih mengerikan daripada apapun, pengaruh jahat ini mempengaruhi sampaisampai ayahnya dibunuh. Walau begitu dalam Saddharmapundarikasutra, menjelaskan bahwa akhirnya Raja Ajatasatru, devadatta, perempuan termasuk Putri Naga semua bisa mencapai Kesadaran Buddha. Pada ajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra mereka tidak bisa menjadi Buddha. Karena wanita hatinya bengkok, iri hati, cemburuan. Tetapi dalam Saddharmapundarikasutra Putri Naga bisa menjadi Buddha, inilah yang membuktikan Saddharmapundarika-sutra paling unggul. Buddha tujuannya hanya satu, yaitu ingin mencapai Kedasaran Buddha dan membuat semua umat menjadi Buddha. eee


Dharma Duta

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Kepada Otogoze Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28-29 Mei 2016

Nammyohorengekyo, Otogoze sebenarnya adalah nama seorang anak balita, tetapi maksudnya sebenarnya ditujukan kepada ibunya, dalam Gosyo ini menjelaskan mengenai Badan Ringan Hukum Berat, maksudnya adalah nilai sunyata dari Hukum, Hukum apa sebenarnya yang bernilai? Niciren Daisyonin memperbandingkan, antara ajaran non Buddhis dan Ajaran Buddhis, di ataranya diambil mengenai Ajaran Konghucu, Ajaran Konghucu mengutamakan suri tauladan hubungan antar umat manusia dalam masyarakat, tata susila, jadi dalam ajaran Konghucu mulai diajarkan tatakrama, sekarang tata krama mulai luntur,

padahal itu penting juga. Juga tentang penghormatan kepada ayah-bunda telah melahirkan, mendidik dan membina. Kemudian menetapkan raja dan menteri, berarti menjaga keberadaan masingmasing dalam kehidupan bermasayarakat dan bernegara. Ajaran Konghucu memperoleh dukungan kuat dari golongan yang berkuasa sehingga dapat dikatakan menjadi filsafat golongan berkuasa. Namun begitu Ajaran non Buddhis ini hanya untuk berinteraksi dengan lingkungan/masyarakat, tidak bisa membalas budi yang sesungguhnya kepada orang tua, juga tidak bisa merombak nasib, karena tidak menjelaskan sebab akibat kejiwaan tiga masa, maupun Hukum Karma,

tidak menjelaskan lebih mendalam makna dari jiwa. Ajaran Buddhis lebih unggul karena menjelaskan Hukum Sebab Akibat kejiwaan, adanya Hukum Karma dan Tiga Masa, karena segala kejadian apapun tidak lepas dari masa lampau, sekarang dan akan datang. Juga adanya sebab akibat kejiwaan, sehingga Agama Buddha lebih unggul dari ajaran non Buddhis. Kemudian perbandingan antara Ajaran Buddha, Ajaran Buddha pun ada yang dangkal dan Dalam, ada Unggul, ada Hinayana dan Mahayana, Eksoterik, Kenkyo dan Mikyo, Sementara dan Sesungguhnya. Ajaran sementara (Nizen) adalah Ajaran yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni selama 42 tahun, dalam Juli 2016 | Samantabadra

5


ceramah gosyo ajaran tersebut umat manusia sulit untuk mencapai Kesadaran Buddha, harus melalui hidup-mati, hidup-mati berkali-kali, banyak pantangan, antara lain tidak boleh menikah, tidak boleh makan makanan yang berjiwa, dan harus mematahkan hawa nafsu. Jadi untuk menjalankan pertapaan ini sangat sulit sekali karenanya orang yang bisa menjalankan pertapaan Hukum ini sedikit sekali. Dikatakan juga bahwa orang jahat/Devadata tidak bisa mencapai Kesadaran Buddha, demikian juga wanita, Dwiyana, Sravaka dan Pratekyabuddha, dengan demikian Ajaran Sementara ini tidak berlaku untuk semua umat, masih terkotak-kotak, masih berbeda-beda, jadi tidak bisa membahagiakan semua umat manusia. Karena sedemikan sulitnya menjalankan pertapaan, kita tidak tahu bahwa menjalankan Agama yang sesaungguhnya seperti apa, karena kita tidak mengerti dan kita rasa sulit sekali hanya orang-orang tertentu saja yang tahu, sehingga bisa-bisa hanya berharap kekuatan dari luar untuk minta keberhasilan, keberuntungan dan rejeki. Hinayana adalah kapal 6

Samantabadra | Juli 2016

kecil, sehingga hanya dapat memuat/mengangkut penupang secara terbatas, dan hanya berlayar di tepi pantai saja, tidak dapat berlayar hingga ke seberang menuju kebahagiaan yang sesunguhnya. Sedangkan Mahayana adalah kapal besar yang dapat memuat/mengangkut banyak penumpang dan membawa menyeberang menuju kebahgiaan yang sesungguhnya. Dalam Saddharmapundarikasutra dijelaskan adanya Tiga Masa, Sebab Akibat Kejiwaan, Hukum Karma dan menjelaskan pencapain kesadaran Buddha untuk wanita, Dwiyana dan Devadatta. Dengan demikian tentunya Mahayana lebih unggul, tetepi dalam Mahayana ada makna yang tersurat dan makna tersirat di dasar kalimat. Makna tersurat maksudnya adalah hanya teori, hanya tahu bahwa semua memiliki Jiwa Buddha dan bisa mencapai Kesadaran Buddha, tetapi tidak tahu bagaimana melaksanakanya agar dapat mencapai Kesadaran Buddha, dimana melaksanakannya dengan Hukum apa belum dijelaskan, sedangkan dalam makna tersirat di dasar kalimat

Saddharmapundarikasutra adalah inti dari Saddharmapundarika-sutra, yaitu NammyohongekyoGohonzon yang diwujudkan oleh Niciren Daisyonin. Dengan adanya Gohonzon baru kita bisa betul-betul merasakan ada jodoh untuk memunculkan Dunia Buddha. Dari keseluruhan perbandingan ini Niciren Daisyonin ingin menjelaskan kepada Ibu Otogoze, bahwa Hukum yang paling unggul, paling berlaku untuk umat manusia pada masa Akhir Dharma ini adalah hanya Nammyohorengekyo dari Sandihiho, tidak ada Hukum yang lain. Niciren Daisyoninpun memuji Ibu Otogoze sebagai seorang wanita mengunjungi Niciren Daisyonin di Pulau Sado yang berjarak begitu jauh. Dalam Gosyo dikatakan, nyawa seorang wanita adalah suaminya, wanita tanpa suami bagaikan tidak bernyawa, hal ini memang benar, dulu seorang wanita paling takut diceraikan suami, maka dari itu cemburunya bukan main, apalagi jaman dulu kalau menjadi janda dipandang kurang baik oleh masyarakat, oleh karena itu ibu-ibu yang masih punya suami biar


Dharma Duta

bagaimanapun juga ada tempat untuk mengadu, ada yang melindungi, maka sayangi suami. Semua ada kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin mengatakan, sekarang wanita yang memiliki suami sekalipun masih sukar hidup dimasyarakat, tetapi Anda hidup lebih unggul daripada mereka yang bersuami karena Anda mempertahankan keyakinan terhadap dewadewa dan meneruskan memuja sang Buddha memang Anda seorang wanita yang luar biasa. Anda seorang wanita tidak hanya mengirimkan berbagai persembahan, tetapi juga telah mengadakan perjalanan secara pribadi untuk menjenguk, hal ini terlalu menakjubkan sebagai suatu kenyataan dan sebagai tambahan Anda kini telah mengujungi Saya di sini, di Minobu, saya tidak dapat mencari kata untuk berterimakasih kepada Anda, sudah pasti dewadewa melindungi dan Dasaraksasi memuji Anda. Dari kalimat tersebut di atas menggambarkan bahwa pada awal-awal masa menyebarluaskan Hukum ini dimana belum ada tantangan yang berarti,

banyak murid-murid yang mendekat, banyak muridmurid yang percaya, tetapi begitu Niciren Daisyonin mengalami tantangan muridnya banyak yang kabur, tidak ada satupun yang datang berkunjung, tetapi justru wanita ini (Ibu Otogoze) yang sendiri mengunjungi ke Pulau Sado bahkan juga ke Gunung Minobu yang lebih jauh lagi. Artinya Niciren Daisyonin mengingatkan kita, menjalankan syinjin bukan hanya dalam keadaan enak, tetapi dalam keadaan sulit, dalam keadaan ada tantangan dan rintangan apapun tetap kita jalankan syinjin itu. Waktu itu diumpamakan sebagai tantangan perjalanan menuju Gunung Minobu atau ke Pulau Sado. Kaitannya dengan kita sekarang ini apabila ada tantangan apapun solusinya adalah Gongyo-Daimoku menghadap Gohonzon, pertemuan jangan pilihpilih; yang jauh tidak mau, maunya yang dekat saja. Kensyu yang berhari-hari tidak mau, maunya yang semalam saja. Senang susah keadaan bagaimanapun tetap kita menjalankan dengan kesungguhan hati. Dalam sutra Nirwana dikatakan, sesuai dengan judulnya Gosyo

yang terpenting kita mengutamakan Dharma, Badannya Ringan Hukumnya Berat, jadi jangan sampai kalah suasana. Ibu Otogoze ini juga mendapat pesan dari Niciren Daisyonin, Anda dengar, di mana dikatakan tidak peduli siapa yang menjadi suami Anda, Anda tidak boleh mengikutinya apabila ia musuh Saddharmapundarika-sutra, perkuatlan keyakinan anda lebih dari pada sebelumnya. Hal ini bukan berarti pokoknya kalau suami tidak mengijinkan istrinya ikut kegiatan di susunan terjang saja terus, tidak seperti itu, jadi bagaimana dengan kesungguhan hati menjalankan syinjin ini dengan mandiri, jangan ketergantungan, kita dulu yang sungguh-sungguh di mana ada tantangan kita sungguh menjalankan, adanya perobahan sehingga lingkungan pun ikut berubah. Dalam Gosyo dikatakan, es terbuat dari air, tetapi es lebih dingin dari air. Warna biru terbuat dari nila, tetapi birunya lebih biru dari nila, artinya mengajarkan agar kita lebih sungguh-sungguh dari dasar pertama kita kenal Nammyohorengekyo, harus lebih giat lagi, jangan berpikir sudah Juli 2016 | Samantabadra

7


ceramah gosyo cukuplah. Semangat kita harus meningkat, hari demi hari lebih bukan berkurang, bagaimana kita bisa menjalankan syinjin sehinga kita bisa benarbenar menganggungkan Hukum, apalagi kalau kita lihat jaman sekarang, filsafat yang menyesatkan di dalam masayarakat tidak terbayangkan banyaknya, keadaan jaman yang sedemikian, bagaiamana kita juga bias merasakan bahwa hanya Hukum ini yng bisa membuat umat manusia bahagia, jadi karena Hukumnya agung manusianya menjadi luhur, itu adalah buktinyata yang ingin disampaikan oleh Niciren Daisyonin kepada kita dan semua muridNya, kita harus dapat merasakan bukti nyata dan tugas sebenarnya adalah menyebarluaskan Dharma. Hendaknya kita lebih mengutamakan Hukum, bukan berarti kita jaga-jaga sedemikian rupa, tetapi buktikan dengan kita menjalankan kekuatan Hukum ini dan memberitahukan kepada orang lain, itu adalah penyebarluasan Dharma, tentunya untuk menjalankan syakubuku ini penuh perjuangan, harus menyumbang jiwa raga, tidak bisa enak-enakan, kita 8

Samantabadra | Juli 2016

dari rumah ke sini aja kita harus berjuang. Pada kutipan gosyo yang terakhir, “Dan yang lebih menyedihkan lagi saya tidak dapat menyelamatkan para murid yang sering mengikuti dan membantu.� Dalam kalimat ini kita bisa merasakan begitu maitri karunanya Niciren Daisyonin, memikirkan keselamatan murid-Nya yang mulai ikut membantu dalam perjuangan dalam menyebarluaskan Dharma, dimana murid-muridnya juga mendapat tantangan dan kesulitan, ada yang dipecat oleh majikannya ada yang diancam akan dibunuh dan lain-lain, tetapi justru Niciren Daisyonin merasakan susah hati karena belum bisa menyelamatkan muridmuridNya. Hal ini salah satu sikap dari maitri karuna yang ingin mencabut kesulitan dan memberikan kebahagiaan, tidak kemudian masa bodoh, inilah sifat seorang Buddha yang selalu memikirkan kebagahiaan orang lain dan selalu merasakan masih kurang, bukan menyerah. Selanjutnya dikatakan, Apapun bencana yang menimpa hendaknya Anda sering mengunjungi saya di sini, di Minobu. Karena waktu itu Jepang sedang

mengadapai serangan dari Mongolia, sehingga masyarakat dalam keadaan ketakutan. Maka kitapun apabila terjadi apapun jangan lari dari Gohonzon, belajar Gosyo untuk kita laksanakan, jadi kalau kita belajar untuk ilmu pengetahuan tidak akan berguna, percaya tanpa pelakanaan juga tidak ada hasilnya. Jadi bagaimana kita ada kesulitan apapun jangan kalah suasana. Maka dari itu kita harus lebih mengutamakan Hukum dari pada badan kita sendiri pasti akan ada jawaban, tetapi tergantung bagaimana kita melaksanakannya, saya harap kita semakin lama semakin memperkuat hati keprcayaan, bukan semakin luntur, yang kita pegang sudah benar, sutra yang paling unggul Nammyohorengekyo, diumpamakan sebagai emas logam yang benarbenar murni, ajarannya murni kalau kita sungguh menjalankanpun pasti kita akan mendapatkan jawaban yang murni, yang pasti, untuk itu saya harapkan kita sama-sama kembali lagi dengan penuh semangat menjalankan hati kepercayaan. eee


liputan

Peringatan Waisak Nasional 2016

Pencerahan untuk Kebahagiaan Hidup

Marching Band Mandarava NSI pawai menyusuri jalan dari Candi Mendut ke Candi Borobudur.

P

eringatan hari Raya Waisak 2016 (2560 BE) secara nasional dipusatkan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu malam, 21 Mei 2016 dalam acara Dharmasanti Waisak yang dihadiri oleh segenap umat Buddha dari berbagai wilayah dalam dan luar negeri. Kegiatan Dharmasanti Waisak dihadiri oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Acara bakal dimulai sekitar pukul 19.30 WIB. Rangkaian acara diisi oleh beragam acara,

diantaranya penampilan Grup Angklung Gita Pundarika NSI, tarian selamat datang Gending Sriwijaya dan drama musikal Riwayat Hidup Siddharta Gautama yang turut dimainkan oleh grup tari NSI DKI Jakarta dan Banten. Siang harinya, grup Marching Band Mandarava NSI mengiringi parade Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur. Perayaan Hari Waisak tahun ini mengangkat tema, “Pencerahan untuk Kebahagiaan dalam Diri

Masing-masing,” sedangkan subtemanya adalah, “Buddha Dharma dan Pancasila Buddhis Menuntun Hidup dalam Kebijaksanaan.” Detik-detik peringatan Waisak berlangsung pada hari Minggu, 22 Mei, pukul 04.14.06. NSI melaksanakan dokyo syodai di pelataran Candi Borobudur yang dipimpin oleh Sekjen NSI, Bapak Minto dan diikuti oleh segenap umat NSI yang hadir pada saat itu. eee Juli 2016 | Samantabadra

9


liputan Sesi latihan tim Marching Band Mandarava di pagi hari sebelum parade.

Gongyo sore bersama di penginapan. Ketua Umum NSI menghampiri para pemain angklung Gita Pundarika seusai grand final Fharmasanti Waisak di Candi Borobudur.

Gongyo di pelataran Candi Mendut.

Dokyo syodai umat NSI menjelang detik-detik Waisak di Candi Borobudur.

10

Samantabadra | Juli 2016


Peringatan Waisak 2016

Upacara Dokyo Syodai Waisak di Daerah

Dokyo syodai Waisak di Cetya NSI Semarang, Jawa Tengah.

Dokyo syodai Waisak di Vihara Vimalakirti NSI Lampung.

Dokyo syodai Waisak di Vihara Vimalakirti NSI Bekasi, Jawa Barat.

Dokyo syodai Waisak di Vihara Vimalakirti NSI Pangkal Pinang, Kep. Bangka-Belitung.

Dokyo syodai Waisak di Vihara Vimalakirti NSI Muncul, Banten.

Juli 2016 | Samantabadra

11


liputan

Peringatan Waisak 2016

Karyabakti Umat NSI Bangka-Belitung D

alam rangka menyambut hari Tri Suci Waisak 2016, umat Buddha NSI Wilayah Kep. Bangka-Belitung melaksanakan karya bhakti di taman makam pahlawan yang di koordinir oleh Pembimas Buddha setempat. Tanggal 08 mei 2016 mulai pukul 07.00 WIB Umat NSI bangka dari Pangkalpinang, Koba, dan Sungailiat hadir bersama-sama umat Buddha dari majelis lain di taman makam Pahlawan Pawitralaya Pangkalpinang. Selama kegiatan berlangsung umat NSI selalu memelihara sikap Itai Dosyin sehingga memunculkan getaran kegembiraan dan kekeluargaan bagi semua umat yang hadir melaksanakan karya bhakti bersama-sama. Hukum Nammyohorengekyo unggul menghasilkan pelaksanapelaksana yang unggul. Nammyohorengekyo. (Yurike)

Umat NSI foto bersama Ibu Yayuk Sri Rahayu, S. Ag (baju-topi biru), Pembimas Buddha RI Wilayah Bangka.

Umat NSI Bangka-Belitung melakukan tabur bunga di makam pahlawan.

Foto bersama umat Buddha Bangka-Belitung lintas majelis di depan Taman Makam Pahlawan Pawitralaya.

12

Samantabadra | Juli 2016


Peringatan Waisak 2016 Umat NSI Bogor

Gerakan Kebersihan dan Kesenian S

Umat NSI Bogor bahu-membahu membersihkan Vihara Vimalakirti NSI Bogor.

eminggu sebelum hari raya Waisak, pada tanggal 15 Mei 2016, sekitar 50 orang umat NSI daerah Bogor melaksanakan karya bakti kebersihan Vihara Vimalakirti NSI Bogor yang melibatkan empat bagian (bapak-ibu, generasi muda, anak-anak, dan lansia) mulai jam 10.00 seusai pertemuan generasi muda. Semua bahu-membahu membersihkan sudut-sudut vihara tercinta. Ada yang membersihkan rumput di halaman parkir, yakni bagian wanita dan anak-anak. Ada sekelompok umat yang membersihkan butsudan beserta kelengkapannya menggunakan cairan pembersih kayu sehingga merawat kayu beserta pelapisnya.

Sekelompok lagi membersihkan karpet dan jendela-jendela. Pekerjaan yang paling sukar ialah membersihkan kedua lampu kristal beserta lubang angin paling atas yang harus menggunakan steger untuk menjangkaunya. Selain upacara Dokyo Syodai dalam rangka Waisak yang merupakan acara pokok bagi umat NSI, umat NSI Bogor yang tergabung dalam grup tari Sunda turut berpartisipasi dalam kegiatan seni tari di acara Festival Waisak untuk Indonesia di Pasar Seni Ancol dan Waisak Goes to Mall di Emporium Mall Pluit pada tanggal 22 Mei 2016. Misinya tetap tunggal yaitu menyebarluaskan Dharma Nam-myoho-renge-kyo kepada khalayak yang datang dari berbagai latar belakang dan daerah. Festival Waisak untuk Indonesia di Pasar Seni Ancol Acara ini sungguh unik karena menampilkan berbagai seni tari dan suara bahkan drama berbagai sekte agama Buddha. Dalam satu hari ada beberapa acara yang ditampilkan dengan jeda waktu yang berjauhan. Tepat pada hari Waisak 2560 B.E., Minggu, 22 Mei 2016, tampil tarian persembahan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia yang terjadwal pada jam 11.00 WIB. Grup tari terdiri atas empat penari yang menarikan Tari Jaipong Mojang Priangan yang menampilkan keceriaan para gadis menyambut Waisak tahun ini. Para penari NSI bertekad untuk tampil sebaik-baiknya membawa panji Dharma Nam-myoho-renge-kyo.

Umat NSI Bogor Penari Jaipong Mojang Priangan.

Juli 2016 | Samantabadra

13


liputan

Generasi muda NSI Bogor Penari Merak.

Terdapat rekonstruksi empat tempat suci Buddha menjadi ciri lain dari festival ini: Taman Lumbini, tempat kelahiran sang Buddha Sakyamuni, Bodhi Gaya, tempat Siddharta mencapai Kesadran Buddha, Taman Rusa Isipatana, tempat sang Buddha memutar roda Dharma pertama kali, Kusinara, tempat sang Buddha Sakyamuni parinirvana. Di samping itu, ada Festival Kampung Seni Rupa Waisak, Bazaar Festival Waisak untuk Indonesia, dan Pentas Seni Budaya Buddhis dan Daerah.

Kesenian dalam Rangka Waisak di Emporium Pluit Pada perayaan waisak 22 Mei 2016, enam penari umat NSI yang berasal dari Bogor berkunjung ke Mall Emporium 14

Samantabadra | Juli 2016

untuk menampilkan Tari Merak, didahului dengan mengikuti Dokyo Syodai di Vihara Vimalakirti NSI Bogor sebelum memulai persiapan untuk tarian. Setelah selesai memakai make-up dan menggunakan baju tari pada jam 14.00, para penari dan tim pendukung berangkat menuju ke Mall Emporium Pluit. Sungguh menggugah perasaan ketika mengetahui bahwa tarian Sunda NSI ialah satu-satunya kesenian tradisional di antara sekian banyak acara bernuansa Tiongkok yang tampil pada acara Waisak Goes to Mall di Emporium Mall Pluit. Walau mengalami beberapa kendala teknis, seperti musik yang mulai lebih awal dari yang seharusnya, dan juga kostum yang terasa

kurang nyaman, para penari menarikan Tari Merak dengan gembira dan tulus hati. Mereka mendapat pelajaran berharga dan mendapatkan pengalaman baru yang dapat membawa nama baik NSI dan menyebarluaskan dharma kepada orang lain. Rangkaian acara ini merupakan wujud kesungguhan hati para umat, mulai dari anak-anak, remaja, pria dan wanita hingga lansia yang ingin mewujudnyatakan rasa syukur dan balas budi kepada negara. Dari tahun ke tahun, NSI terus memaknai perayaan Hari Raya Waisak secara Buddha Dharma Niciren Syosyu. (Kyanne, Kireyna, Tya,

Rava)


Dokyo Syodai 28 April NSI Wilayah Banten

Peringatan Penyebutan Pertama Kali Nammyohorengekyo

P

eringatan penyebutan Nammyohorengekyo untuk pertama kalinya di Vihara Vimalakirti NSI Tangerang dimulai dengan gongyo sore bersama jam 18.00 WIB yang dilanjutkan dengan daimoku bersama. Tepat jam 19.00 WIB upacara dokyo syodai dimulai, dipimpin oleh Ketua Daerah NSI Tangerang Bapak Djuanda. Sekitar 200 umat NSI dari daerah Teluknaga, Citra Raya dan Tangerang hadir

di Vihara Vimalakirti NSI Tangerang. Acara dilanjutkan dengan pembacaan sambutan dan makna peringatan 28 April yang merupakan momen penyebutan Nammyohorengekyo untuk pertama kalinya oleh Buddha Niciren Daisyonin. Acara berjalan dengan lancar sampai seluruh umat kembali ke rumah masingmasing. (Denny A)

Juli 2016 | Samantabadra

15


liputan

Kegiatan Pramuka Sekecamatan Tamansari di Komplek Mahavihara Saddharma NSI

Ketua Umum NSI, MPU. Suhadi Sendjaja memberikan bibit pohon kepada peserta perkemahan untuk penghijauan.

S

ebagaimana kita ketahui bahwa gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai Hari 16

Samantabadra | Juli 2016

Pramuka yang setiap tahun diperingati. Pada tanggal 27 – 28 Mei 2016 yang lalu tidak kurang 500 Pramuka dari tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama sekecamatan Tamansari Kabupaten Bogor mengadakan perkemahan yang dilaksanakan di Komplek Vihara Saddharma NSI, Desa Sukaluyu, Kab. Bogor. Para peserta diperkenalkan dengan obyekobyek yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan yang ada di komplek Vihara Saddharma NSI.

Hal ini merupakan bentuk dukungan NSI terhadap gerakan pembinaan remaja khususnya melalui gerakan Kepramukaan, mereka (para pembina, instansi terkait di Kecamatan Tamansari) berharap kerjasama dan dukungan semacam ini dapat dilanjutkan dan ditingkat sehingga terjalin hubungan yang lebih harmonis produktif antara umat Buddha dengan masyarakat sekitarnya. eee


Peserta perkemahan foto bersama di tangga Vihara Saddharma bersama para pembina, Camat Tamansari dan MPU. Suhadi Sendjaja.

Para peserta perkemahan mendengarkan pembekalan yang disampaikan oleh MPU. Suhadi Sendjaja.

MPU. Suhadi Sendjaja memberikan pembekalan kepada peserta perkemahan di komplek Vihara Saddharma NSI.

Juli 2016 | Samantabadra

17


liputan

Pembinaan Dosen STAB Samantabadra NSI

U

ntuk meningkatkan kualitas, kreativitas, dan produktivitas dosen STAB Samantabadra NSI, maka secara rutin dosendosen Samantabadra mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI, Bimas Buddha. Pada tanggal 2-4 Mei 2016 lalu bertempat di Putri Duyung Cottage, Ancol, NSI mengutus tiga dosen untuk mengikuti pelatihan bertema Meningkatkan Kreativitas dan Produktivitas Dosen. Lulusan STAB Kompeten dan Kompetitif Dosen-dosen diharapkan untuk secara rutin melakukan penelitian dalam agama Buddha dan mampu menghasilkan lulusan sarjana agama Buddha yang berkualitas baik dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan yang bertugas mentransformasikan, mengembangkan, dan 18

Samantabadra | Juli 2016

menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu bentuk penelitian yang bisa dilakukan adalah bagaimana meneliti pemaknaan fenomena, interpretasi makna fenomena, dengan membaca literaturliteratur kitab suci, dan meneliti agama sebagai sebuah realita sosial. Penelitian akan semakin menguatkan pemaknaan penganut agama nantinya. Untuk bisa mencetak lulusan berkualitas, dosen harus kompeten dalam keilmuannya, mampu menciptakan suasana belajar yang dapat memotivasi mahasiswa, dan menyadari tugas dan komitmen sebagai dosen. Selain itu dosen mampu mendidik mahasiswa sesuai dengan zamannya, karena zaman terus berubah secara dinamis, ditambah lagi dengan era Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini,

lulusan STAB harus mampu memiliki kualitas unggul, kompeten, dan kompetitif yang bisa siap berkontribusi untuk masyarakat. Kemajuan teknologi memunculkan inovasi dalam pembelajaran berbasis teknologi, yaitu gamification, sebuah metode pembelajaran yang menyenangkan seperti bermain game, sehingga setiap mahasiswa didorong untuk kreatif mencari bahan dan informasi berkaitan dengan mata kuliah. Metode ini membuat mahasiswa menjadi lebih aktif dan efektif dalam belajar. STAB Samantabadra NSI saat ini dalam proses akreditasi dan peningkatan kualitas kurikulum agar mampu mencetak lulusanlulusan sarjana yang tidak hanya memiliki kecerdasan secara intelektual, namun memiliki pemaknaan ajaran Buddha secara mendalam dalam pelaksanaan dan juga pembelajaran akademis. eee


Partisipasi NSI dalam Program Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa 2016)

P

ada tanggal 30 Mei 2016 – 1 Juni 2016 lalu, NSI diundang untuk berpartisipasi dalam acara Temu Nasional Puspa 2016 di Jogjakarta yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KPPPA RI). Selama tiga hari sebanyak 400 perserta dari lintas sektoral, seperti dunia usaha, organisasi agama, organisasi masyarakat, akademisi, organisasi profesi, media masa, dan Pemerintah. Temu Nasional partisipasi publik untuk kesejahteraan perempuan dan anak atau disingkat Puspa 2016 menghasilkan Deklarasi Yogyakarta. Salah satu isi deklarasi yang dirumuskan dan dibacakan oleh lintas pemangku kepentingan ini menyepakati diakhirinya kekerasan seksual pada anak dan perempuan. Deklarasi ini akan dijadikan komitmen nasional untuk memperkuat sinergi, menggalang dan memperluas partisipasi publik dalam rangka mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, utamanya kekerasan seksual yang belakangan makin marak. Di samping itu deklarasi ini menyepakati diakhirinya perdagangan manusia dan ketidakadilan akses ekonomi pada perempuan.

Dengan melakukan sinergi dan kolaborasi, setiap orang dapat berbagi peran sesuai dengan keunggulan dan potensi yang dimiliki. Adanya sinergi dan kolaborasi sudah tentu membawa hasil dan manfaat yang lebih besar, dibandingkan jika bekerja sendiri-sendiri. Dari temu nasional ini terungkap banyak inovasi yang berkembang dan tumbuh subur di masyarakat dalam menanggulangi kekerasan dan ketidakadilan terhadap perempuan dan anak, namun selama ini belum diangkat ke permukaan. Di sinilah peran penting dan strategisnya dari organisasi masyarakat, organisasi keagamaan dan akademisi, kalangan dunia usaha, lembaga profesi, serta unsur media baik elektronik, cetak maupun media sosial. Adapun poin-poin Deklarasi Yogyakarta tersebut, antara lain membentuk Dewan Nasional Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DNPPPA) sebagai wadah untuk bersinergi pada tataran strategis dalam upaya mengakhiri kekerasan perempuan dan anak di Indonesia. Deklarasi juga menyepakati pembentukan Forum Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai unit reaksi cepat untuk menanggapi dan menangani maraknya

Foto bersama Ibu Tristina HS, Deputi Pengarusutamaan Gender Kemen PP & PA RI, dr. Heru Prasetyo Kasidi, dan Mayasari pada acara Puspa 2016.

kekerasan pada perempuan dan anak. Segera membentuk tim formatur yang akan bertugas mempersiapkan pembentukan kedua forum tersebut, yang terdiri dari tim perumus Deklarasi Puspa Yogyakarta 2016. Harapan terbesar, tidak ada lagi korban-korban kekerasan baru atau yang berulang. Dengan memadukan konsep, meningkatkan dan memberdayakan perempuan dari aspek ekonomi diharapkan dapat mengurangi kekerasan dan perdagangan orang terhadap perempuan dan anak. Hasil dari temu nasional ini dapat menjadi pijakan pertama bagi seluruh elemen dan lapisan masyarakat untuk bersinergi, bahu membahu bersama untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak serta mengoptimalkan pemberdayaan perempuan di Indonesia. (Maya) Juli 2016 | Samantabadra

19


liputan

Pembinaan Mahasiswa STAB Samantabadra NSI Mewujudkan Generasi Emas yang Beretos kerja, Beretika, Berprestasi, dan Berintegritas

Foto bersama mahasiswa buddhis di depan hotel kesambi hijau semarang.

K

ementrian Agama RI bersama Dirjen Pembimas Buddha untuk kali pertama mengadakan acara Pembinaan Mahasiswa Buddhis Indonesia yang telah di selenggarakan di Semarang pada tanggal 20 s/d 22 Mei 2016 yang diikuti oleh 130 orang Mahasiswa Buddhis dari berbagai Perguruan Tinggi Agama Buddha dan Perguruan Tinggi Umum yang Mahasiswanya beragama Buddhis. Sekitar pukul 12.00 WIB siang Hotel Kesambi Hijau Semarang telah dipenuhi Mahasiswa Buddhis dari berbagai daerah, acara diawali dengan makan siang bersama lalu pukul 13.00 WIB acara Pembukaan Pembinaan Mahasiswa Buddhis Indonesia dimulai, dihadiri oleh Dirjen Bimas Bud20

Samantabadra | Juli 2016

dha, Pembimas Buddha Semarang dan Panitia Kegiatan Pembina Mahasiswa Buddhis. Setelah acara pembukaan selesai seluruh mahasiswa kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat sejenak dan bersiap-siap untuk makan malam, setelah makan malam bersama seluruh mahasiswa kembali ke ruangan untuk sesi pembekalan materi yang di sampaikan oleh Bpk Drs H Sahlan M.SI mengenai Gerakan Revolusi Mental, di dalam pembekalan materi dikatakan Gerakan Revolusi Mental Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa.Karakter yang diharapkan (UU RPJPN 20052025)Tangguh,Kompetitif, Berakhlak mulia, Bertoleran, Bergotong royong, Patriot, Dinamis, Berbudaya dan Ber-

orientasi Iptek berdasarkan pancasila dan di jiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa . Pemahaman terhadap sejarah, nilai-nilai luhur budaya bangsa menjadi landasan untuk memperkuat kehidupan yang harmonis. Hal tersebut merupakan salah satu upaya Revolusi Mental untuk memperkuat karakter dan jatidiri bangsa. Revolusi Mental merupakan bentuk strategi kebudayaan yang berperan memberi arah bagi tercapainya kemaslahatan hidup berbangsa dan bernegara. Ada Tiga Nilai Revolusi yang pertama Intergritas (Jujur, dipercaya, berkarakter, tanggung jawab) , Etos Kerja (Kerja keras, daya saing, optimis, inovatif, dan produktif), Gotong Royong ( Kerja sama,


solidaritas, komunal, berorientasi pada kemaslahatan). Contoh Kegiatan Gerakan Revolusi Mental, Sektor Masyarakat :Gerakan Taat Hukum, Gerakan Hidup Bersih, Gerakan peduli Lingkungan, Gerakan Tertib Berlalu-Lintas, Pembuatan iklan Masyarakat Film Pendek Happening Arts Gerakan Revolusi Mental, Gerakan Aparatur Negara dan Partai Politik Bersih, Komunitas Kreatif, Menciptakan Pulau Integritas di lingkungan RT RW Komunitas Ormas- Orpol. Fungsi dan Peran Utama Mahasiswa Pertama Center of Excellence Sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama ,Kedua Human resource Sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia, Ketiga Agent of Development Sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Mahasiswa sebagai Center of Excellence, Human Resource dan Agen of Development Sangat menentukan arah perubahan pembaharuan kemajuan bangsa kedepan Pasang surut radikalisme di Indonesia sangat bergantung pada peran Mahasiswa, jangan jadi Mahasiswa yang terbawa arus atau berdiam tak peduli dengan fungsinya. Para Mahasiswa Buddhis, tumbuhlah menjadi Buddhis Humanisme, turut mampu meredam paham/aliran yang ekstrim yang dilakukan dengan cara intimidasi, kekerasan, pengusiran, terror dans seterusnya kepada para lain yang tidak

sepaham dengan keyakinan/ keagamaanya. Kesimpulan nya Jadilah Pelaku Sejarah Jangan hanya jadi penonton sejarah, Kalau Kaum Mayoritas saja tidak bisa mempengaruhi, Tentu nya kaum Minoritas harus bisa mempengaruhi dan mulailah dari konstribusi anda dan mulailah dari diri sendiri. Seusai pembekalan materi panitia membagi mahasiswa menjadi 13 kelompok kecil untuk persiapan keberangkatan menuju Candi Borobudur, lalu acara di tutup dengan coffee break dan seluruh mahasiswa kembali ke kamar untuk beristirahat,karena kesesokan hari mahasiswa buddhis akan mengikuti acara Dharmasanti Waisak di Candi Borobudur. Hari Kedua setelah sarapan pagi mahasiswa buddhis berkumpul kembali di ruangan untuk sesi pembekalan materi yang di sampaikan oleh Bpk. Jo Priastana Mengenai Buddhis Humanity sebagai upaya pengesahan radikalisme di kalangan mahasiswa. Pada saat sesi pembekalan seluruh mahasiswa buddhis sangat aktif,setelah sesi pembekalan materi selesai acara di tutup dengan makan siang bersama dan mahasiswa kembali berkumpul di lobby hotel berdasarkan kelompok kecilnya masing-masinguntuk bersiapsiap berangkat menuju Candi Borobudur sekitar kurang lebih 3 jam perjalanan akhirnya kita sampai. Sekitar pukul 17.00 sore seluruh mahasiswa makan malam bersama di peletaran

Candi Borobudur, setelah makan malam selesai seluruh mahasiswa Buddhis bersiap untuk memasuki komplek Candi Borobudur dengan membawa undangan dan melalui penjaga yang cukup ketat seluruh mahasiswa buddhis dapat memasuki komplek Candi Borobudur dan mengikuti berbagai rangkaian acara Dharmasanti Waisak, saat acara Dharmasanti Waisak sedang berlangsung hujan cukup deras dan saat hujan berhenti mahasiswa Buddhis mengeringkan kursi-kursi yang basah. Sekitar pukul 22.00 malam seluruh mahasiswa buddhis melakukan perjalanan pulang ke hotel,tepat pukul 00.30 seluruh mahasiswa buddhis tiba di hotel dan beristirahat. Saat Detik-detik Waisak sekitar pukul 4 pagi mahasiswa Buddhis melakukan meditasi di halaman hotel.setelah satu jam bermeditasi mahasiswa kembali beristirahat. Hari ketiga setelah sarapan pagi seluruh mahasiswa buddhis berkumpul kembali di ruangan untuk melakukan acara penutupan sekaligus menuliskan kesan-pesan pada acara Pembinaan Mahasiswa Buddhis dan seluruh Mahasiswa buddhis mengharapkan adanya kelanjutan acara ini setiap tahun nya dan mengharapkan adanya jadwal kegiatan selama acara berlangsung secara detail. Setelah acara penutupan selesai seluruh mahasiswa Buddhis kembali ke daerah masingmasing. eee Juli 2016 | Samantabadra

21


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Balasan kepada Myoho-ama LATAR BELAKANG|

S

urat ini ditulis di Minobu dan diberikan kepada Ny. Myohoama. Mengenai penerima surat ini, Ny. Myohoama tidak jelas latar belakangnya, sejak dahulu dikatakan bahwa ibu-ibu yang bernama Myohoama terdapat empat orang. Yang pertama adalah orang dari Okimiya daerah Suruga, kedua adalah Ibunda dari Syijo Kingo, ketiga adalah Ibunda Nakaoki Nyudo yang menetap didaerah Nakaoki, Pulau Sado, yang turut menganut kepercayaan ketika Niciren Daisyonin sedang menjalankan hukuman pembuangan di Pulau Sado, dan juga setelah Niciren Daisyonin memasuki Gunung Minobu, ia sering mengirim surat, dan yang keempat adalah nenek dari Yang Arya Bhikku Tertinggi ketiga, Nicimoku Syonin. Ny. Myohoama, penerima surat ini dikatakan sebagai seorang ibu yang menetap di Okimiya, daerah Suruga. Suaminya pada bulan 7 tahun Koan pertama telah wafat terlebih dahulu, begitupun diperkirakan bahwa setelah suaminya wafat, ia tetap meneruskan kepercayaan yang tulus dan murni hingga memperoleh kepercayaan mendalam dari Niciren Daisyonin. Setelah Ny. Myohoama wafat pada tanggal 22 bulan 2 tahun 1282 (Koan 5), rumahnya dijadikan Vihara Myoho. Kalau 22

Samantabadra | Juli 2016

membaca surat kepada Ny. Myohoama (Gosyo, hal. 1402) yang ditulis 11 hari setelah ditulisnya surat ini, tercatat bahwa sang suami wafat sambil menyebut Daimoku. Surat ini merupakan jawaban atas pertanyaan Ny. Myohoama perihal Saddharmapundarika-sutra, dimana Ny. Myohoama bertanya mewakili suaminya yang sedang menghadapi ajal: “Apakah dengan menyebut Nammyohorengekyo dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya?” Pada bagian akhir surat ini terbaca: “Akan dijelaskan ketika kita berjumpa lagi”, dapat diperkirakan ditujukan kepada sang suaminya. Pada awal surat ini Niciren Daishonin memuji pertanyaan Ny. Myohoama, yakni terhadap pertanyaan atas keraguannya mengenai makna Saddharmapundarika-sutra, di mana dalam masyarakat masa Akhir Dharma, yang dapat mengajukan pertanyaan terhadap satu kalimat, satu bait dari Saddharmapundarikasutra merupakan sesuatu yang sangat jarang sekali. Hal tersebut tertulis dalam Bab Munculnya Stupa Pusaka Saddharmapundarikasutra sebagai prinsip Keenam Hal yang Sulit dan Sembilan Hal yang Mudah. Selanjutnya menjelaskan bahwa orang yang menerima dan


mempertahankan Saddharmapundarika-sutra adalah orang yang dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Kemudian menerangkan bahwa dalam Daimoku Nammyohorengekyo telah mencakupi seluruh karunia kebajikan tanpa kekurangan suatu apapun, kemudian dengan mengutip bukti tertulis untuk menandaskan bahwa justru harus memiliki kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, walau terdapat kalimat Sutra yang terbaca dengan jelas, namun para sarjana agama Buddha di Jepang, Tiongkok dan India, telah terjerumus pada Ajaran Sementara, begitupun orang-

orang dalam masyarakat tidak hanya tidak meragukan makna sesat demikian, bahkan telah mempercayainya sehingga telah menjadi musuh Saddharmapundarika-sutra. Karena Saddharmapundarika-sutra merupakan Sutra Gaib dimana baik wanita maupun orang jahat dalam keadaan seadanya dapat mencapai kesadaran Buddha, maka kalau menyebut Daimoku dengan percaya sepenuh jiwa raga pada Gohonzon tanpa diragukan lagi pasti dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Dengan demikian menyimpulkan surat ini dengan memberi dorongan.

ISI GOSYO |

P

ertama-tama keinginan Anda untuk mengetahui makna sesungguhnya perihal yang meragukan mengenai Saddharmapundarika-sutra, merupakan karma baik yang sangat agung. Walau seseorang dapat melempar gunung Semeru kedunia lain bagai melempar batu kerikil, atau walau dapat menendang tiga ribu dunia besar bagai menendang bola, begitupun walau dapat menerima dan mempertahankan Sutra-sutra yang tak terhingga, serta menjelaskannya kepada orang lain dan memberi kesempatan kepada orang awam maupun rohaniawan yang telah mendengarnya untuk memperoleh Keenam Kekuatan Gaib, namun dalam masa Akhir Dharma sekarang ini, orang yang menanyakan makna dari satu kalimat, satu bait Saddharmapundarika-sutra adalah jarang sekali. Dan juga, bhikku yang dapat menjelaskan makna tersebut hingga dapat menghilangkan keraguan orang lain adalah sangat langka. Hal mana telah dijelaskan sebagai suatu Hukum penting dalam Bab Munculnya Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra sebagai Keenam Hal yang Sulit dan Sembilan Hal yang Mudah. Sekarang, Anda yang mengajukan pertanyaan dari keraguan Anda merupakan salah satu Keenam Hal yang Sulit itu. Oleh karenanya, kalau mempertahankan Saddharmapundarikasutra, maka orang itu dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Karena dalam Saddharmapundarika-sutra ini dijelaskan bahwa, badan kita adalah Tathagata Dharmakaya, hati kita adalah Tathagata Sambhogakaya, dan perilaku kita adalah Tathagata Nirmanakaya, maka orang yang percaya serta mempertahankan satu kalimat, satu bait dari Saddharmapundarika-sutra, semua dapat tercakupi karunia kebajikan ini. Yang dikatakan Nammyohorengekyo adalah satu kalimat, satu bait, sekalipun hanya satu kalimat, namun justru merupakan inti hakikat. Anda yang menanyakan, apakah hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo dapat mencapai kesadaran Buddha? Sesungguhnya pertanyaan ini merupakan sesuatu yang sangat penting sekali, yakni inti hakikat dari seluruh Saddharmapundarika-sutra, tulang punggung dari kedelapan jilid Saddharmapundarikasutra. Juli 2016 | Samantabadra

23


materi ajaran | gosyo kensyu Badan manusia setinggi 5-6 kaki, semangat jiwanya terwujud dalam wajah selebar satu kaki, terlebih dari itu, semangat jiwa dalam wajah itu terpantul pada mata sebesar satu inci. Dan juga kedua huruf “Je-pang” telah mencakupi seluruh yang terdapat dalam 66 negeri bagian yang berupa penduduk, satwa, sawah, ladang, yang berkedudukan tinggi maupun rendah, yang terhormat dan terhina maupun seluruh pusaka tanpa terkecuali suatu apapun. Dengan demikian, dalam Daimoku Nammyohorengekyo telah tercakupi seluruh bagian dari 8 jilid 28 Bab Saddharmapundarika-sutra yang terdiri dari 69.384 kata, lengkap tanpa kekurangan suatu apapun. Oleh karena itu, dikatakan oleh Pai Lo Tien bahwa: “Pada Sutra, Daimoku adalah sangat penting, sedangkan bagi Sang Buddha, mata adalah sangat penting”. Begitupun Mahaguru Miao Lo dalam catatan Hokke Mongu menjelaskan: “Dengan singkat menyebut judul Sutra dan mencakupi seluruh Saddharmapundarika-sutra”. Hal mana berarti bahwa walau dengan singkat menunjuk nama dari Sutra, tetapi didalamnya telah mencakupi seluruh isi Saddharmapundarika-sutra. Mengenai segala hal apapun, terdapat suatu kesimpulan dan inti hakikat. Inti hakikat dari seluruh Saddharmapundarika-sutra adalah Daimoku (Mantera Agung) Nammyohorengekyo. Jadi, kalau setiap pagi dan sore menyebut Daimoku, maka sesungguhnya telah membaca seluruh Saddharmapundarika-sutra dengan tepat. Kalau menyebut dua kali berarti dua kali membaca seluruh Saddharmapundarika-sutra, menyebut seratus kali berarti seratus kali membaca, menyebut seribu kali berarti seribu kali membaca. Dengan demikian, kalau dengan giat tanpa berhenti menyebut, maka akan menjadi orang yang giat tanpa berhenti membaca seluruh Saddharmapundarika-sutra. Kalimat yang diuraikan dalam 60 jilid dari Sekte Tien Tai, menerangkan makna ini. Untuk itu, Sang Buddha telah mengkhotbahkan dan mewariskan Hukum yang mudah dipertahankan dan mudah dilaksanakan bagi seluruh umat manusia masa Akhir Dharma yang buruk ini. Dalam Bab Pelaksanaan yang Tenang dan Bahagia Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dalam masa Akhir Dharma.” Kemudian dikatakan pula, “Pada masa Akhir Dharma yang terakhir, ketika Hukum agama Buddha hampir tenggelam, orang yang dapat membaca, menghafal, menerima dan mempertahankan Sutra ini”. Sedang dalam Bab Kurnia Kebajikan yang Berbeda-beda Saddharmapundarika-sutra dikatakan: “Ketika masa Akhir Dharma yang buruk, orang yang dapat mempertahankan Sutra ini dengan baik.” Selanjutnya dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra juga dikatakan: “Dalam kurun waktu lima ratus tahun kelima (terakhir) agama Buddha akan tersebar luas.” Makna kutipan-kutipan kalimat di atas, menjelaskan bahwa dalam masa Akhir Dharma sekarang ini harus menaruh kepercayaan dengan mempertahankan Saddharmapundarikasutra. Dengan demikian, para sarjana pemfitnah Hukum agama Buddha di Jepang, Tiongkok maupun India yang keliru mempelajari kalimat yang jelas terbaca seperti di atas, semuanya melaksanakan pertapaan berdasarkan Ajaran Sementara dari Nembuce, Syingon, Zen dan Rice, bahkan telah membuang Saddharmapundarika-sutra. Begitupun, karena orang-orang tidak menyadari bahwa para sarjana tersebut diatas telah tersesat dalam Hukum agama Buddha, karena hanya kelihatannya seakan-akan keadaan mereka benar, sehingga telah menaruh kepercayaan tanpa keraguan sedikitpun atas ketidakbenaran yang dikatakan para sarjana tadi. Jadi sekalipun diri sendiri tidak menyadarinya, sesungguhnya telah menjadi musuh Saddharmapundarika-sutra, musuh bebuyutan Sang Buddha Sakyamuni. Sehingga dalam kehidupan ini, doa apapun tidak akan terkabulkan, usianya menjadi pendek, sedangkan pada 24

Samantabadra | Juli 2016


kehidupan mendatang akan tinggal dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putusnya. Demikianlah hal-hal diatas dijelaskan dalam Sutra. Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra ini, walau menyebutnya tanpa mengerti makna, akan menjadi karma baik yang agung. Dikatakan bahwa orang jahat, wanita, binatang, manusia dari dunia neraka, maupun manusia dari Sepuluh Dunia, semuanya dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Adalah sama halnya batu yang tenggelam didasar air, jika digosok akan menimbulkan percikan bunga api dan juga sama seperti tempat yang gelap tertutup selama milyaran tahunpun, kalau dinyalakan lampu pijar akan menjadi terang benderang. Sekalipun permasalahan masyarakat yang sederhana sudah sedemikian gaib adanya, apalagi kekuatan Hukum Gaib dari Hukum agama Buddha lebih dahsyat daripada itu. Kita umat manusia yang terbelenggu oleh karma buruk, hawa nafsu dan keterikatan penderitaan hidup-mati, berdasarkan sebab dari Ketiga Sebab Sifat Buddha berupa “Syo Ryo En�, tidak diragukan lagi pasti terwujud sebagai Tathagata Trikaya dari Dharmakaya, Sambhogakaya dan Nirmanakaya. Hal ini dijelaskan oleh Mahaguru Dengyo sebagai “Dengan kekuatan Sutra Sadharma (Myoho) dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya�. Hal ini berarti, dengan kekuatan Saddharmapundarika-sutra, Putri Naga yang berbadan ularpun telah dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Betapapun tidak boleh ragu-ragu. Hal-hal yang terperinci akan dijelaskan ketika kita berjumpa lagi. Tahun Koan 1 bulan 7 tanggal 3 Kepada Ny. Myohoama

Tertanda, Niciren

Juli 2016 | Samantabadra

25


materi ajaran | gosyo kensyu | KUTIPAN GOSYO

1

Pertama-tama keinginan Anda untuk mengetahui makna sesungguhnya perihal yang meragukan mengenai Saddharmapundarika-sutra, merupakan karma baik yang sangat agung.

GM

& Anak

Cabang

Keterangan : Pada mulanya, prinsip Keenam Hal yang Sulit dan Sembilan Hal yang Mudah yang disinggung disini, adalah ketika Sang Buddha Sakyamuni dalam Bab Munculnya Stupa Pusaka Saddharmapundarikasutra menganjurkan penyebarluasan Saddharmapundarika-sutra setelah kemoksyaan Beliau, menunjukkan betapa sulitnya menyebarluaskan Sutra ini setelah kemoksyaan Sang Buddha. Walau dikatakan Sembilan Hal yang Mudah, namun tidak lain merupakan sesuatu yang sulit diantara hal-hal yang tersulit. Keenam Hal yang Sulit adalah : 1. Mengkhotbahkan Saddharmapundarika-sutra dalam masyarakat yang kotor sesudah wafatnya Sang Buddha. 2. Menyalin atau menganjurkan orang lain menyalin Saddharmapundarika-sutra pada zaman sesudah wafatnya Sang Buddha. 3. Membaca sedikit Saddharmapundarikasutra dalam masyarakat yang kotor sesudah wafatnya sang Buddha. 4. Menerangkan Saddharmapundarikasutra untuk seseorang sesudah wafatnya Sang Buddha. 5. Mendengarkan Saddharmapundarikasutra dan bertanya mengenai maksudnya sesudah wafatnya Sang Buddha. 6. Menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra sesudah wafatnya Sang Buddha. 26

Samantabadra | Juli 2016

Sembilan Hal yang Mudah adalah : 1. Mengkhotbahkan segala Sutra selain Saddharmapundarika-sutra sesudah wafatnya Sang Buddha. 2. Mengambil gunung Semeru dan melemparnya ketanah Buddha yang tak terhitung jumlahnya. 3. Menggerakkan 1.000 Dunia Besar Alam Semesta atau cakrawala dengan jari kaki lalu menyepaknya ke negeri yang jauh. 4. Mengkhotbahkan segala Sutra yang tak terhitung jumlahnya dengan amat bergairah sampai lupa diri. 5. Memegang langit dan bermain dengannya 6. Naik kelangit tempat tinggal Dewa Brahma dengan menaruh bumi ini diatas kuku kaki. 7. Masuk kedalam kobaran api dengan memikul seikat rumput kering tanpa terbakar sedikitpun. 8. Mengkhotbahkan 84.000 Hukum sampai para pendengarnya memiliki Enam Kekuatan Gaib. 9. Membimbing manusia yang tak terhingga jumlahnya sehingga mencapai tingkat Arhat dan memperoleh bermacam kekuatan gaib.

Demikianlah yang dikatakan Keenam Hal yang Sulit dan Sembilan Hal yang Mudah. Pertanyaan Ny. Myohoama adalah menunjukkan perbuatan agung yang sesuai kalimat diatas. Di antara Keenam Hal yang Sulit dan Sembilan Hal yang Mudah, kelima hal lainnya tidak lain adalah kelima pelaksanaan gaib yang mencakupi: menerima, mempertahankan, membaca, menghafal, menjelaskan dan menyalin, namun yang dapat mengajukan pertanyaan perihal makna Saddharmapundarika-sutra merupakan perbuatan yang lebih agung dan lebih sulit dari


kelima hal diatas. Sebaliknya dapat dikatakan, keinginan untuk mengajukan pertanyaan terhadap makna itu sendiri, menunjukan keyakinan terhadap kemutlakan dari Prinsip Hukum Saddharmapundarika-sutra. Dalam Saddharmapundarika-sutra dijelaskan bahwa percaya merupakan suatu hal yang sangat penting. Akan tetapi kepercayaan itu sama sekali bukan kepercayaan membabi buta. Artinya, memberikan kesempatan untuk tidak mengetahui isi dari prinsip Hukum, namun hanya menganjurkan kepercayaan. Dengan demikian telah menyalahgunakan kewibawaan demi Hukum, hal mana dapat dikatakan sebagai perbuatan yang menutup-nutupi isi ajaran yang sesungguhnya tidak benar. Seiring dengan pujian terhadap pertanyaan yang agung dari Ny. Myohoama, dalam jawaban yang menjelaskan pendirian Niciren Daisyonin pun, menunjukkan sesuai dengan Prinsip Hukum Keenam Hal yang Sulit dan Sembilan Hal yang Mudah. Inilah yang dikatakan dalam kutipan kalimat yang berbunyi: “Setelah kemoksyaan-Ku, seandainya dalam usaha mempertahankan Sutra ini dengan menjelaskan kepada satu orang sekalipun, itu merupakan suatu hal yang sulit sekali”. Dan juga sama dengan kutipan yang dikatakan: “Seandainya setelah kemoksyaan Sang Buddha, dalam masyarakat yang buruk ini dapat menjelaskan Sutra ini dengan baik, merupakan suatu hal yang sulit sekali”. Baik pertanyaan Ny. Myohoama maupun jawaban Niciren Daisyonin sendiri adalah sesuai dengan kalimat dari Saddharmapundarika-sutra. Hal mana tidak lain memberi semangat bahwa kalau percaya terhadap apa yang diajarkan oleh Niciren Daisyonin, pasti akan mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya.

2

Karena dalam Saddharmapundarika-sutra ini dijelaskan bahwa badan kita adalah Tathagata Dharmakaya, hati kita adalah Tathagata Sambhogakaya, dan perilaku kita adalah Tathagata

Nirmanakaya, maka orang yang percaya serta mempertahankan satu kalimat, satu bait dari Saddharmapundarika-sutra, semua dapat tercakupi karunia kebajikan ini.

GM

& Anak

Cabang

Keterangan : Menanggapi pertanyaan Ny. Myohoama yang berbunyi, “Apakah hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo dapat mencapai kesadaran Buddha?” Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa Daimoku dari Nammyohorengekyo adalah inti hakikat dari keseluruhan Saddharmapundarika-sutra dan merupakan Sutra yang menjelaskan bahwa dalam badan manusia biasa tercakupi lengkap Trikaya dari Sang Buddha, serta mengajarkan betapa agungnya kurnia kebajikan penyebutan Nammyohorengekyo. Dalam Saddharmapundarika-sutra diajarkan bahwa badan kita adalah Tathagata Dharmakaya, hati kita adalah Tathagata Sambhogakaya, dan perilaku kita adalah Tathagata Nirmanakaya. Seluruh ajaran selama 50 tahun Sang Buddha Sakyamuni secara garis besarnya terbagi menjadi Sutra Mahayana dan Sutra Hinayana. “Maha” berarti besar, yakni sesuatu yang unggul. “Yana” berarti mengangkut, membawa umat menyeberangi lautan dari kenyataan yang penuh penderitaan hidup-mati menuju tepi kesadaran. Kesadaran Buddha itupun terdapat kesadaran yang tinggi dan rendah. “Hina” berarti kecil, yakni ajaran bagi kaum Sravaka dan Pratyekabuddha yang menuntut ajaran bagi diri sendiri, sedangkan ajaran unggul adalah demi memperoleh kesadaran yang mendalam dari Bodhisattva yang berjuang tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga memberi kesempatan bagi orang lain agar dapat mencapai kesadaran Buddha. Ini adalah ajaran Mahayana. Dengan demikian Ajaran Mahayana ini sudah pasti merupakan ajaran yang dapat mengangkut banyak orang mencapai kesadaran. Namun, baik Hinayana maupun Mahayana semua adalah ajaran Sang Buddha, mungkin Juli 2016 | Samantabadra

27


materi ajaran | gosyo kensyu ada yang meragukan Sang Buddha yang telah mengutarakan dua hal yang saling bertentangan. Hal ini disebabkan karena Sang Buddha Sakyamuni bertujuan agar orang-orang India yang pada waktu itu pandangannya berdasarkan ideologi sesaat, ideologi sukaria dan ideologi menderita dapat menyadari kenyataan yang merupakan dunia hidup-mati. Untuk itu dikatakan bahwa dunia ini adalah kotor bahkan merupakan sesuatu yang fana dan “Tanpa Aku”. Sebab musabab manusia tenggelam di dunia hidupmati ini terdapat pada kesalahan orangorang dalam memandang segala sesuatu dan kemudian diajarkan pelaksanaan pertapaan untuk menghilangkan seluruh hawa nafsu. Bahkan untuk memperoleh suasana yang ideal, diajarkan harus melaksanakan pertapaan yang “Menghancurkan badan dan memusnahkan Prajna”, yakni memusnahkan badan maupun rohani. Demikianlah Ajaran Hinayana yang hanya mementingkan diri sendiri. Sebaliknya, dijelaskan Sutra Mahayana merubah pandangan penghancuran badan dan pemusnahan Prajna yang ekstrim ini, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, bahkan juga memberi manfaat keuntungan kepada orang lain. Karena dalam Mahayana diajarkan bahwa memusnahkan hawa nafsu merupakan penolakan terhadap kehadiran jiwa dan merusak jiwa manusia itu sendiri. Maka diajarkan bahwa hawa nafsu dirubah menjadi kesadaran, yakni mengubahnya menjadi sebab dari kebahagiaan dan kesadaran mutlak. Akan tetapi, Sutra-sutra Mahayana pun terbagi dalam Mahayana Sementara dan Mahayana Sesungguhnya. Dalam kehidupan Sang Buddha Sakyamuni dijelaskan Sutra-sutra dari tahap Avatamsaka, Agam, Vaipulya, Prajna, dan Saddharmapundarika – Parinirwana. Walau semuanya pembabaran Sang Buddha, namun terkecuali Saddharmapundarika-sutra, yang lainnya terdapat bermacam-macam ketidaksempurnaan. Sutra-sutra, seluruhnya menerangkan dengan jelas “Hukum Hati Diri Sendiri” dan wujud sesungguhnya dari 28

Samantabadra | Juli 2016

jiwa, namun Hinayana, Mahayana Sementara semuanya hanya menjelaskan Hukum (Trikaya) dari jiwa sendiri yang terkotakkotak. Jadi, hanya Saddharmapundarika-sutra yang menjelaskan pandangan keseluruhan dari jiwa Trikaya. Oleh karena itu, Sang Buddha Sakyamuni sendiri dalam Amitarta Sutra (Muryogikyo) yang merupakan pembukaan dari Saddharmapundarika-sutra berkata: “Selama 40 tahun lebih belum mewujudkan kebenaran sesungguhnya”. Dan juga dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarikasutra dikatakan bahwa: “Dengan tulus dan jujur membuang yang sementara, namun hanya menjelaskan jalan yang Maha Agung”. Hal mana menandaskan bahwa Sutrasutra sebelum Saddharmapundarika-sutra semuanya merupakan Ajaran Sementara. Dengan demikian, seluruh Sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra sama sekali bukan ajaran bualan, melainkan Sang Buddha Sakyamuni bertujuan dapat menjelaskan ajaran “Trikaya yang Ekakaya” dalam Saddharmapundarika-sutra, maka dimulai dengan menjelaskan Ekakaya yang terpisah. Dengan demikian, kalau terdapat dasar pokok dari ajaran Saddharmapundarika-sutra, maka kesemua dari ajaran sebelumnya dapat dihidupkan kembali. Dalam Bab Dharmaduta Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Di antara yang sudah dijelaskan (Sutra-sutra Nizen), yang sedang dijelaskan (Amitarta Sutra), dan yang akan dijelaskan (Parinirvana Sutra), di antaranya Saddharmapundarikasutra merupakan yang paling sulit dipercaya dan dimengerti.” Hal mana mengajarkan bahwa Sutra yang melampaui ketiga tahap dari Sutra-sutra yang sudah, sedang dan akan dijelaskan, adalah Saddharmapundarikasutra, dan juga yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Oleh karena itu, banyak orang terikat pada Sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra yang banyak jumlahnya, yang menjelaskan kehadiran Sang Buddha sebagai sesuatu yang sangat agung, yang terpisah dan sulit dijangkau oleh umat manusia biasa. Terlebih lagi, itu hanya


Keterangan : Pada kutipan kalimat terdahulu, dijelaskan bahwa ajaran Saddharmapundarika-sutra tercakup dalam satu kata Nammyohorengekyo. Myohorengekyo adalah judul dari Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi, judul itu merupakan judul yang mencakupi seluruh isi dari Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, pelaksanaan pertapaan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin adalah berdasarkan pada penyebutan Daimoku, sungguh merupakan hal yang mudah sekali. Hal mana diajarkan dalam kutipan kalimat yang berbunyi: “Untuk itu, Sang Buddha telah mengkhotbahkan dan mewariskan Hukum yang mudah dipertahankan dan mudah dilaksanakan”. Akan tetapi, umat manusia setelah kemoksyaan Sang Buddha tidak dapat menaruh kepercayaan dengan tulus terhadap ajaran ini. Alasannya, karena para sarjana di Jepang dan Tiongkok keliru mempelajari kalimat yang terbaca jelas dari Saddharmapundarika-sutra, dan dikatakan bahwa makna sesat ini telah mempengaruhi umat manusia. Yang dikatakan kalimat yang terbaca jelas dalam SaddharmapundarikaUntuk itu, Sang Buddha telah sutra adalah kalimat Sutra yang mengkhotbahkan dan mewariskan Hukum yang mudah dipertahankan menjelaskan perihal mempertahankan Saddharmapundarika-sutra masa Akhir dan mudah dilaksanakan bagi seluruh Dharma secara berkelangsungan. umat manusia masa Akhir Dharma yang Kutipan kalimat “Dalam masa Akhir buruk ini. Dalam Bab Pelaksanaan yang Tenang dan Bahagia Saddharmapundarika- Dharma” adalah kutipan kalimat dalam Bab Pelaksanaan yang Tenang dan Bahagia sutra dikatakan, “Dalam masa Akhir Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi Dharma.” Kemudian dikatakan pula, “Pada “Setelah kemoksyaan Sang Tathagata ingin masa Akhir Dharma yang terakhir, ketika mengkhotbahkan Sutra ini dalam masa Hukum agama Buddha hampir tenggelam, Akhir Dharma”. Kutipan kalimat “Pada masa orang yang dapat membaca, menghafal, menerima dan mempertahankan Sutra ini.” Akhir Dharma yang terakhir, ketika Hukum agama Buddha akan tenggelam, orang yang Sedang dalam Bab Kurnia Kebajikan yang dapat membaca, menghafal, menerima dan Berbeda-beda Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Ketika masa Akhir Dharma yang mempertahankan Sutra ini” adalah kutipan kalimat dalam bab Pelaksanaan yang Tenang buruk, orang yang dapat mempertahankan dan Bahagia Saddharmapundarika-sutra Sutra ini dengan baik.” Selanjutnya yang berbunyi “Pada masa Akhir Dharma dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra juga dikatakan, yang terakhir ketika Hukum agama Buddha akan tenggelam, orang yang dapat membaca, “Dalam kurun waktu lima ratus tahun menghafal, menerima dan mempertahankan kelima (terakhir) agama Buddha akan tersebar luas.”

merupakan Buddha-Buddha dari Dharmakaya dan Sambhogakaya. Akan tetapi, dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Menjadi sama seperti Saya dan tidak ada perbedaan”, yakni umat manusia dalam keadaan seadanya mencapai kesadaran Buddha, begitupun menjelaskan bahwa dalam jiwa umat manusia biasa tercakup jiwa Buddha yang lengkap dan sempurna Trikaya-nya. Siapapun yang percaya pada Saddharmapundarika-sutra pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Mungkin ada yang berpikir bahwa Sang Buddha merupakan suatu kehadiran yang jauh dari umat manusia, dan bukan sesuatu yang dapat dicapai dengan sendirinya. Begitupun bagi umat manusia yang telah mendengar hal demikian menanggapi Saddharmapundarika-sutra yang mengajarkan bahwa manusia adalah yang tunggal”. Merupakan sesuatu yang luar biasa dan tak terjangkau oleh pikiran mereka. Akan tetapi, sebaliknya ajaran yang tidak menjelaskan Trikaya secara lengkap, jelas sulit mencapai kesadaran Buddha.

3

Juli 2016 | Samantabadra

29


materi ajaran | gosyo kensyu Sutra ini, jangan menimbulkan iri dan hati yang bengkok”. Kutipan kalimat “Dalam kurun waktu lima ratus tahun kelima (terakhir) agama Buddha akan tersebarluas” adalah kutipan Bab Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi “Dalam kurun waktu lima ratus tahun kelima (terakhir) setelah kemoksyaan-Ku, sebarluaskanlah Sutra ini dalam Jambudwipa, karena kalau tidak demikian, Sutra ini akan hilang, sehingga Sang Mara yang maha jahat, beserta manusia-manusia Mara, para Dewa, Naga, Yaksya, kaum Bhandas dan lain-lainnya akan memperoleh kesempatan.” Kutipan kalimat di atas dengan tegas mengajarkan bahwa dalam masa Akhir Dharma setelah kemoksyaan Sang Buddha harus melaksanakan pertapaan Saddharmapundarika-sutra. Meskipun terdapat kalimat yang terbaca jelas ini, namun mereka tetap menyalahgunakannya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa dalam masa Akhir Dharma ini menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra adalah hal yang paling sulit diantara hal-hal yang tersulit. Hal ini terlihat dengan jelas mengenai prinsip Hukum Keenam Hal yang Sulit dan Sembilan Hal yang Mudah. Dengan demikian walau perihal sulitnya menerima dan mempertahankan Hukum Sakti seakanakan bertentangan dengan kutipan kalimat diatas yang berbunyi: “Untuk itu, Sang Buddha mengkhotbahkan dan mewariskan Hukum yang mudah dipertahankan dan mudah dilaksanakan”. Namun demikian, betapapun pelaksanaan pertapaan Saddharmapundarikasutra itu sendiri merupakan sesuatu yang mudah dan ringkas, tetapi untuk melaksanakan hingga mempertahankannya secara berkelangsungan merupakan hal tersulit diantara hal yang sulit. Dan kalau ingin melaksanakan Saddharmapundarika-sutra pasti akan menimbulkan rintangan dari Tiga Musuh Kuat. Untuk itu, dalam melaksanakan Saddharmapundarika-sutra harus memiliki kesadaran bahwa akan menghadapi penganiayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. 30

Samantabadra | Juli 2016

Maka Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa “Mudah menerimanya, sulit mempertahankannya. Jadi pencapaian kesadaran Buddha terdapat pada mempertahankan secara berkelangsungan. Oleh karena itu, orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra ini harus memiliki persiapan hati bahwa pasti akan menghadapi penganiayaan”. (Gosyo, hal. 1136). Akan tetapi, karena umat manusia masa Akhir Dharma tidak mengetahui pelaksanaan pertapaan Saddharmapundarika-sutra, sehingga masih terdapat pandangan yang beranggapan bahwa Hukum agama Buddha adalah Hukum yang sulit dimengerti seperti pada masa Madya Dharma dan merasakan tidak sesuai bagi dirinya, karena itu hanya mengandalkan doa dari perantara atau sekedar berdoa saja. Terlebih lagi, kesalahan yang pasti adalah pemfitnahan terhadap Saddharmapundarikasutra. Sama seperti yang dikatakan dalam kutipan “Karena kelihatannya keadaan mereka seakan-akan benar”. Maka kalau teori yang sistematik tersusun baik dengan bentuk yang lengkap, semua orang akan menganggapnya sebagai ajaran yang benar. Oleh karena itu, orang-orang masa Akhir Dharma yang tidak berdasarkan pada penilaian terhadap benar atau sesatnya isi (ajaran) suatu pandangan, dan hanya terjerumus pada bentuk luarnya saja, maka terhadap pandangan umat manusia yang ceroboh ini, Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa tidak hanya doanya tak terkabulkan bahkan keinginannya akan sia-sia. Doa demi perpanjangan usia serta terhindar dari malapetaka, malah sebaliknya usianya menjadi pendek. Sebagai perwujudan akibatnya, pada kehidupan mendatang tidak dilahirkan pada tempat yang baik, melainkan menuju kepada tempat buruk dari neraka penderitaan yang tak terputus-putusnya. Ini sama sekali bukan pandangan pribadi Niciren Daisyonin. Dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra dikatakan: “Seandainya orang tidak menaruh kepercayaan, dan memfitnah Sutra ini, hal


mana berarti memutuskan bibit Buddha di seluruh dunia… Ketika orang itu menghadapi ajalnya akan memasuki Neraka Avici”. Kalimat ini dengan jelas mempertegas hal diatas.

menuju pencapaian kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Yakni karena “Kekuatan Hukum Gaib dari Hukum agama Buddha”. Hanya hal-hal yang harus diperhatikan disini adalah kutipan yang mengatakan: “Walau Daimoku dari menyebutnya tanpa mengerti makna”, hal Saddharmapundarika-sutra ini tidak berarti bahwa dalam menyebut ini, walau menyebutnya tanpa Daimoku, sama sekali tidak perlu memahami mengerti makna, akan menjadi karma baik maknanya. Karena bila demikian, sudah pasti yang agung. tidak akan memperoleh pujian dari Niciren Daisyonin terhadap pengajuan pertanyaan Keterangan : tentang hal-hal yang meragukan mengenai Bagian ini merupakan jawaban terhadap Saddharmapundarika-sutra. Dalam hal ini pertanyaan suami Ny. Myohoama, apakah karena suami Ny. Myohoama sedang sakit, hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo terbaring ditempat tidur, untuk itu Beliau saja dapat mencapai kesadaran Buddha dalam menandaskan bahwa dari pada memiliki keadaan seadanya. Mungkin dalam pertanyaan pengertian tanpa kepercayaan, lebih tersebut diatas, terkandung maksud bahwa baik ada kepercayaan tanpa pengertian, kiranya tanpa mempelajari prinsip ajaran yang namun kalau kepercayaannya kuat, sulit dimengerti maupun tanpa membaca dan maka tanpa diragukan lagi orang itu menghafalkan Sutra-sutra yang panjang tetap pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. masih dapat mencapai kesadaran Buddha Justru dalam Saddharmapundarika-sutra dalam keadaan seadanya. Dalam hal ini ini menandaskan pentingnya “Kepercayaan”. dijelaskan bahwa dalam penyebutan Daimoku Seperti yang dikatakan dalam Bab Upaya telah tercakupi seluruhnya. Dengan demikian, Kausalya Saddharmapundarika-sutra bahwa: betapapun berat dan dalamnya karma buruk “Kesadaran sesungguhnya dari Sang Buddha seseorang manusia biasa, namun dengan tidak dapat dimengerti dan dijangkau oleh menyebut Daimoku dari Saddharma (Myoho) para Sravaka dan Pratyekabuddha”. Kemudian akan memunculkan jiwa Buddha, hal mana dikatakan: “Hanya antara Sang Buddha dan dijelaskan dengan menarik perumpamaan Sang Buddhalah yang dapat memahami dan batu yang berada didasar air dan pelita dalam mengerti wujud sesungguhnya dari Segala ruangan gelap. Gejala”. Sariputra pun yang memiliki prajna Dalam menanggapi para penganut unggul “Dapat memperoleh kesadaran Buddha Nembuce pada waktu itu dikatakan: hanya berdasarkan pada kepercayaan”. Jadi “Sekalipun diri sendiri tidak menyadarinya, Saddharmapundarika-sutra yang sangat gaib sesungguhnya telah menjadi musuh dari tidak dapat dijangkau oleh umat manusia yang Saddharmapundarika-sutra”. Niciren dangkal prajnanya. Daisyonin menandaskan bahwa kalau Dengan percaya sepenuhnya kepada menerima dan mempertahankan Daimoku dari apa yang diajarkan oleh Sang Buddha, Saddharmapundarika-sutra yang didalamnya maka dikatakan “Dengan kepercayaan terkandung rahasia prinsip mendalam perihal memperoleh prajna”, yakni dapat pencapaian kesadaran Buddha bagi orang menemukan dan mengembangkan prajna jahat, pencapaian kesadaran Buddha bagi yang sangat dalam dan luas. Oleh karena kaum wanita, pencapaian kesadaran Buddha itu, Saddharmapundarika-sutra lebih bagi binatang dan Dunia Neraka adalah Dunia menandaskan pada “Percaya”. Untuk itu, Buddha, maka sekalipun tanpa menyadarinya, sewajarnya perlu menuntut pengertian. telah melangkah pada jalan yang tepat

4

Juli 2016 | Samantabadra

31


materi ajaran | gosyo kensyu Dalam berbagai surat, Niciren Daisyonin mengajarkan: “Dalam menyebarluaskan Hukum Sakti pasti harus dilaksanakan oleh orang yang berprajna”. (Gosyo, hal. 1148). Selanjutnya dalam surat lain dikatakan: “Dalam menyebarluaskan Hukum Agung ini, pasti harus menempatkan seluruh ajaran sakti kehidupan Sang Buddha dan harus mempelajari unggul lemahnya kedelapan sekte”. (Gosyo hal. 1038). Yakni dalam menyebarluaskan Hukum Sakti perlu mempelajari makna dari Hukum agama Buddha. Karena suami Ny. Myohoama sedang sakit keras, sehingga tidak mungkin dapat melaksanakan penyebarluasan Hukum agama Buddha. Maka demi pencapaian kesadaran Buddha diri sendiri, sementara tidak perlu memahami makna Hukum agama Buddha. Oleh karena terdapat kekuatan Hukum Gaib dari Hukum agama Buddha dari Saddharmapundarika-sutra yang sedemikian rupa, maka badan yang memiliki seluruh karma buruk yang dalam dan berat sejak masa lampau yang tak terhingga dapat diwujudkan sebagai Tathagata dari Trikaya. “Hawa nafsu, karma buruk dan keterikatan penderitaan hidup-mati” adalah ketiga jalan dari hawa nafsu, karma dan penderitaan. Ketiga jalan ini dapat diwujudkan sebagai Tathagata dari Trikaya dari Dharmakaya, Sambhogakaya, dan Nirmanakaya. Dalam kaitan ini, hawa nafsu dapat diubah menjadi Sambhogakaya, penderitaan dapat diubah menjadi Nirmanakaya. Dalam Totaigisyo dikatakan, “Orang yang dengan tulus dan jujur membuang Ajaran Sementara dan hanya percaya pada Saddharmapundarika-sutra dengan menyebut Nammyohorengekyo dapat mengubah Ketiga Jalan (Sando) dari Hawa Nafsu, Karma dan Penderitaan menjadi Ketiga Kebajikan (Santoku) dari Dharmakaya, Prajna dan Perilaku Kesadaran (Gedace), kemudian diubah menjadi Ketiga Pandangan (Sankan) dari Trikaya (Sanjin) yang terwujud dalam satu jiwa, dan tempat tinggal orang itu adalah tempat kesadaran Buddha yang 32

Samantabadra | Juli 2016

kekal abadi (Jojakkodo)”. (Gosyo hal. 512). Hubungan antara ketiga kebajikan dengan Trikaya menunjukkan Dharmakaya adalah Dharmakaya, Prajna adalah Sambhogakaya, perilaku Kesadaran (Gedace) adalah Nirmanakaya. Ketiga Jalan (Sando) dari Hawa Nafsu, Karma dan Penderitaan adalah perputaran penderitaan yang tak terhingga dari perbuatan hawa nafsu membuat karma, kemudian karma akan mengundang penderitaan, sedangkan penderitaan akan memanggil dan membangkitkan hawa nafsu. Akan tetapi, orang yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dapat memotong dan memutuskan mata rantai tersebut, yakni memutuskan hawa nafsu. Hawa nafsu dapat diubah menjadi prajna dari Sang Buddha, karma buruk sebagai akibat dari hawa nafsu melalui prajna akan berfungsi sebagai perilaku kesadaran (Gedace) Sang Buddha. Akibat penderitaan yang terbuat dari karma melalui prajna akan terwujud sebagai Hakekat Kebenaran yang disebut sebagai Dharmakaya. Dan Dharmakaya itu sama seperti yang dijelaskan dalam Ketiga Kebajikan terdahulu, dalam keadaan seadanya akan menjadi Trikaya yang agung dari Sang Buddha. Putri Naga yang dijadikan sebagai bukti nyata pencapaian kesadaran Buddha dalam Saddharmapundarika-sutra adalah karena Putri Naga merupakan bukti nyata pencapaian kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Sedangkan pencapaian kesadaran Buddha dari Dwiyana lainnya dari Devadatta berakhir dengan penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha pada masa akan datang. Kutipan kalimat yang berbunyi: “Putri Naga yang berbadan ular pun telah dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya”. Hal mana berarti bahwa baik binatang maupun Putri Naga yang menunjukkan sebagai kaum wanita, telah dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Apalagi suami Ny. Myohoama disamping sebagai seorang manusia, juga sebagai seorang lelaki, sudah pasti akan mencapai kesadaran Buddha.


Demikianlah Niciren Daisyonin memberi dorongan. Justru dengan bimbingan yang tepat dan sungguh-sungguh dari Niciren Daisyonin telah membangkitkan kepercayaan yang penuh kegembiraan dari suami Ny. Myohoama. Hal

ini dapat diperkirakan pada awal penjelasan dari latar belakang surat ini mengenai “Surat kepada Ny. Myohoama� yang dikirim 11 hari kemudian setelah surat ini. eee

Catatan

Juli 2016 | Samantabadra

33


materi ajaran | gosyo kensyu

34

Samantabadra | Juli 2016


Juli 2016 | Samantabadra

35


materi ajaran | gosyo kensyu

36

Samantabadra | Juli 2016


The One Essential Phrase

F

or you to inquire about the Lotus Sutra and ask its meaning is a rare source of good fortune. In this age of the Latter Day of the Law, those who ask about the meaning of even one phrase or verse of theLotus Sutra are far fewer than those who can hurl Mount Sumeru to another land like a stone, or those who can kick the major world system away like a ball. They are even fewer than those who can embrace and teach countless other sutras, thereby enabling the monks and lay believers who listen to them to obtain the six transcendental powers. Equally rare is a priest who can explain the meaning of the Lotus Sutra and resolve people’s doubts concerning it. The “Treasure Tower” chapter in the fourth volume of the Lotus Sutra sets forth the important principle of the six difficult and nine easy acts. Your asking a question about the Lotus Sutra is among the six difficult acts. This is a sure indication that, if you embrace the Lotus Sutra, you will become a Buddha in your present form. Since the Lotus Sutra defines our body as the Dharma body of aThus Come One, our mind as the reward body of a Thus Come One, and our actions as the manifested body of a Thus Come One, all who uphold and believe in even a single phrase or verse of this sutra will be endowed with the benefits of these three bodies. Nam-myoho-renge-kyo is only one phrase or verse, but it is no ordinary phrase, for it is the essence of the entire sutra. You asked whether one can attain Buddhahood only by chanting Nam-myoho-renge-kyo, and this is the most important question of all. This is the heart of the entire sutra and the substance of its eight volumes. The spirit within one’s body of five or six feet may appear in just one’s face, which is only a foot long, and the spirit within one’s face may appear in just one’s eyes, which are only an inch across. Included within the two characters representing Japan is all that is within the country’s sixty-six provinces: the people and the animals, the rice paddies and the other fields, those of high and low status, the nobles and the commoners, the seven kinds of treasures and all the other precious gems. Similarly, included within the title, or daimoku, of Nam-myohorenge-kyo is the entire sutra consisting of all eight volumes, twenty-eight chapters, and 69,384 characters, without the omission of a single character. Concerning this, Po Chü-i stated that the title is to the sutra as the eyes are to the Buddha. In the eighth volume of his Annotations on “The Words and Phrases of the Lotus Sutra,” Miao-lo states, “When for the sake of brevity one mentions only the daimoku, or title, the entire sutra is by implication included therein.” By this he means that, although for the sake of brevity only the title of the sutra is spoken, the entire sutra is contained in the title alone. Everything has its essential point, and the heart of the Lotus Sutra is its title, or the daimoku, of Nam-myoho-renge-kyo. Truly, if you chant this in the morning and evening, you are correctly reading the entireLotus Sutra. Chanting daimoku twice is the same as reading the entire sutra twice, one hundred daimoku equal one hundred readings of the Juli 2016 | Samantabadra

37


materi ajaran | gosyo kensyu sutra, and one thousand daimoku, one thousand readings of the sutra. Thus, if you ceaselessly chant daimoku, you will be continually reading the Lotus Sutra. The sixty volumes of the T’ient’ai doctrines give exactly the same interpretation. A teaching this easy to uphold and this easy to practice was expounded for the sake of all living beings in the evil world of this latter age. A passage from the Lotus Sutra reads, “In the Latter Day of the Law…” Another reads, “If a bodhisattva mahāsattva in the latter age hereafter, when the Law is about to perish, should accept and embrace, read and recite this sutra…” A third states, “In the evil age of the Latter Day of the Law if there is someone who can uphold this sutra…” A fourth reads, “In the last five-hundred-year period you must spread it (the Lotus Sutra) abroad widely.” The heart of all these passages is the admonition to embrace and believe in the Lotus Sutra in this Latter Day of the Law. The learned authorities in Japan, China, and India have all failed to comprehend this obvious meaning and have slandered the sutra. They follow and practice the Hinayana and theprovisional teachings upheld by the Nembutsu, True Word, Zen, and Precepts schools, thereby discarding the Lotus Sutra. They misunderstand the Buddha’s teachings, but the people are ignorant of their mistakes. Because they appear to be true priests, the people trust them without the slightest doubt about what they preach. Therefore, without realizing it, the people who follow them have become enemies of the Lotus Sutra and foes of Shakyamuni Buddha. It is obvious from the sutra that not only will all their wishes remain unfulfilled, but their lives will be short, and after this life, they will be doomed to the great citadel of the hell of incessant suffering. Even though one neither reads nor studies the sutra, chanting the title alone is the source of tremendous good fortune. The sutra teaches that women, evil men, and those in the realms of animals and hell—in fact, all the beings of the Ten Worlds—can attain Buddhahood in their present form. (This is an incomparably greater wonder than) fire being produced by a stone taken from the bottom of a river, or a lantern lighting up a place that has been dark for a hundred, a thousand, or ten thousand years. If even the most ordinary things of this world are such wonders, then how much more wondrous is the power of the Buddhist Law! We ordinary beings are fettered by evil karma, earthly desires, and the sufferings of birth and death. But due to the three inherent potentials of the Buddha nature—innate Buddhahood, the wisdom to perceive it, and the actions to manifest it—we can without doubt reveal the Buddha’s three bodies—the Dharma body, the reward body, and the manifested body. The Great Teacher Dengyō states, “Through the power of the Lotus Sutra of the Wonderful Law they can do so in their present form.”7 He is referring to the example of the dragon king’s daughter, who achieved Buddhahood in her reptilian form through the power of the Lotus Sutra. Do not doubt this in the least. Please tell your husband that I will explain this in detail when I see him. The third day of the seventh month in the first year of Kōan (1278), cyclical sign tsuchinoe-tora Nichiren Reply to the lay nun Myōhō 38

Samantabadra | Juli 2016


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Hukum yang Gaib dan Manusia yang Agung Surat Balasan kepada Nanjo-dono

LATAR BELAKANG |

N

anjo Tokimice adalah putra Hyoe Siciro. Semenjak kecil Beliau percaya kepada Gohonzon, mengikuti kepercayaan ayah dan ibunya. Setelah Nichiren Daisyonin berdiam di Gunung Minobu, beliau sering berkunjung dan menyumbang berbagai barang sebagai pernyataan balas budi kepada Nichiren Daisyonin. Kepercayaannya berlangsung seumur hidup secara murni. Nanjo Tokimice adalah seorang samurai yang bekerja pada pemerintah Kamakura. Nichiren Daisyonin sayang kepada Nanjo Tokimice dan menaruh pengharapan besar padanya serta banyak memberi bimbingan. Secara keseluruhan, terdapat 60 buah Gosyo yang ditujukan kepada keluarga Nanjo Tokimice. Riwayat kepercayaan Nanjo Tokimice adalah sebagai berikut : 1. Beliau sering berkunjung dan menyumbang berbagai barang ketika Nichiren Daisyonin berdiam di Gunung Minobu. 2. Pada waktu peristiwa penganiayaan Acehara, yang merupakan jodoh bagi Nichiren Daisyonin untuk mewujudkan Dai Gohonzon, Nanjo Tokimice menjaga Nichiren Daisyonin dan Nikko Syonin serta para penganut yang berlindung kepadanya.

3. Sesudah Nichiren Daisyonin wafat, Gunung Minobu menjadi tempat pemfitnahan Dharma, sehingga Nikko Syonin meninggalkan tempat itu dan diterima di rumah Nanjo Tokimice. 4. Di tanah miliknya sendiri di daerah Ueno, terdapat bagian yang disebut Daiseki Ga Hara. Tanah bagian ini disumbangkannya - tanah inilah yang menjadi dasar tahta suci Kuil Pusat Taiseki-ji sekarang - dan selanjutnya secara berkelangsungan Nanjo Tokimice memperkembangkannya dengan sekuat tenaga.

Setelah berusia lanjut, Nanjo Tokimice memasuki pertapaan kebhikkuan (Nyudo) dan diberi nama Daijo. Pada waktu itu, istrinya yang bernama Otojuru telah meninggal, dan untuk mengadakan upacara doa bagi arwah istrinya, rumah pribadinya dibangun menjadi Kuil Myoren. Oleh karena itu, Nanjo Tokimice adalah seorang yang meletakkan dasar Kuil Pusat Taiseki-ji di daerah Gunung Fuji, penganut yang bersemangat menyumbang, dan selalu menjaga Nichiren Syosyu. Beliau meninggal pada usia 74 tahun pada tanggal 1 Mei tahun Syokei 1 (1332), setahun sebelum Nikko Syonin wafat. Juli 2016 | Samantabadra

39


materi ajaran | gosyo cabang Gosyo ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 11 September tahun Ko-an ke-4 (1281) ketika Nichiren Daisyonin berusia 60 tahun dan ditujukan kepada Nanjo Tokimice. Tulisan asli surat ini sudah tidak tersimpan lagi. Nama lain dari surat ini adalah Tocesaka Gosyo. Isi Gosyo ini mula-mula mengutip perumpamaan Tokusyo Doji yang mempersembahkan sebuah kue yang terbuat dari tanah kepada Buddha Sakyamuni, sehingga akibatnya di kehidupan selanjutnya ia dilahirkan sebagai Raja Asoka. Kemudian menerangkan bahwa pada masa akhir dharma, orang yang menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan tulus

hati, seperti Nanjo Tokimice, sebagai akibat imbalannya pada masa yang akan datang pasti akan dilahirkan di tanah Buddha (Ryozenjodo) dan dapat mencapai kesadaran Buddha. Selanjutnya dijelaskan bahwa Nichiren Daisyonin adalah Buddha Asal Muasal (Kuon) yang bertempat tinggal di tempat yang sucinya melebihi tanah Buddha (Ryozenjodo), sehingga orang yang sering berkunjung ke tempat itu, akan terhapuskan seluruh dosadosanya, termasuk karma masa lampau dan akan mencapai kesadaran Buddha. Pada akhir Gosyo ini Nichiren Daisyonin menganjurkan Nanjo Tokimice untuk datang secepatnya menemui beliau.

ISI GOSYO |

S

aya baru saja mendengar dari utusan Anda bahwa Anda sedang menderita sakit keras. Saya berharap semoga Anda cepat sembuh dan datang mengunjungi Saya. Selain itu, Saya telah menerima sumbangan berupa dua karung garam, sekarung kacang kedelai, sekantung rumput laut dan sebumbung minuman sake. Saya belum bertemu dengan Anda semenjak Anda kembali dari Propinsi Kozuke, dan Saya bertanya-tanya dalam hati bagaimanakah keadaan Anda. Saya hampir tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan betapa besar penghargaan Saya terhadap ketulusan hati Anda dalam mengirimkan sepucuk surat dan berbagai barang sumbangan. Sebagaimana telah Anda ketahui dengan baik, salah satu Sutra (Samyuktagama) salah satu dari keempat Sutra Agam menceritakan tentang kisah Sri Sambhava, (Tokusyo Doji), yang telah mempersembahkan sebuah kue yang terbuat dari tanah kepada Sang Buddha dan kemudian ia dilahirkan kembali sebagai Raja Asoka yang memerintah sebagian besar negeri India. Karena Sang Buddha patut dimuliakan, anak tersebut mendapat imbalan besar walaupun kue itu hanya terbuat dari tanah. Akan tetapi, Buddha Sakyamuni mengajarkan bahwa seseorang yang menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra di masa akhir dharma, walau hanya satu haripun, akan memperoleh karunia yang lebih besar daripada imbalan yang diperoleh karena mempersembahkan pusaka yang tak terhitung kepada Sang Buddha selama seratus ribu kalpa. Betapa menakjubkan ketulusan hati Anda dalam mendukung pelaksana Saddharmapundarika-sutra selama bertahun-tahun. Sesuai dengan perkataan Sang Buddha sendiri, Anda pasti dilahirkan kembali di tanah Buddha (Ryozenjodo). Betapa besar rejeki yang Anda miliki ! Tempat ini terletak di pegunungan, terpencil dari tempat tinggal manusia. Di keempat penjuru: timur, barat, selatan, dan utara, tidak terdapat satu dusunpun. Walaupun Saya tinggal di gubuk yang terpencil seperti ini, namun di kedalaman badan Saya yang fana ini 40

Samantabadra | Juli 2016


Hukum Pokok yang diwariskan oleh Buddha Sakyamuni di Gridhrakuta, tersimpan secara rahasia dan terus dipertahankan. Dada-Ku adalah tempat seluruh Buddha memasuki Nirvana; lidah-Ku adalah tempat memutar Roda Dharma; tenggorokan-Ku adalah tempat lahir di dunia ini; dan mulut-Ku adalah tempat Buddha mencapai kesadaran sebenarnya. Karena gunung ini adalah tempat bermukimnya pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang gaib, bagaimana mungkin tempat ini kurang suci bila dibandingkan dengan tanah suci Ryozenjodo? Karena Hukumnya gaib, manusianya menjadi agung; karena manusianya agung, tanahnya menjadi luhur. Dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata terbaca, “Di mana pun juga isi Sutra ini dipelihara, di suatu tempat maupun di dalam candi, di dalam semak belukar, maupun di bawah sebatang pohon, di dalam suatu sanggar pemujaan maupun di rumah seorang penganut, di istana maupun di pegunungan, di lembah maupun di hutan belantara, kalian harus mendirikan altar dan membuat berbagai persembahan di tempat itu. Ketahuilah bahwa seluruh tempat ini adalah singgasana kesadaran dan di tempat inilah para Buddha mencapai kesadaran agung. Di tempat ini pula para Buddha memutar Roda Dharma dan memasuki Parinirvana�. Mereka yang mengunjungi tempat ini, dapat segera menghapus dosa yang telah mereka perbuat semenjak masa lampau yang tak terhingga dan mengubah klesa (Bonno) mereka menjadi prajna (Hannya), karma (Go) menjadi Dharmakaya (Hossyin) dan dukkha (Ku) mereka menjadi Vimukti (Gedace). Seorang pengembara yang menderita di India Tengah suatu ketika datang ke Danau Anavatapta untuk memadamkan kobaran api angkara murka dalam hatinya. Ia mempermaklumkan bahwa air di situ memuaskan keinginannya, seperti suatu kolam yang sejuk dan jernih menghilangkan dahaga. Walaupun Danau Anavatapta dan tempat ini berbeda namun pada prinsipnya adalah sama. Dengan demikian, Gridhrakuta di India adalah Gunung Minobu sekarang ini. Telah lama waktu berlalu semenjak kedatangan Anda yang terakhir di sini. Hendaknya Anda datang menemui Saya sesegera mungkin. Saya sangat mendambakan untuk bertemu dengan Anda. Bagaimanakah Saya dapat menggambarkan ketulusan hati Anda? Sesungguhnyalah amat mengagumkan! Hormat Saya, Tertanda, Nichiren

Hari kesebelas bulan kesembilan tahun ko-an keempat (1281)

Juli 2016 | Samantabadra

41


materi ajaran | gosyo cabang KUTIPAN GOSYO |

1

Saya baru saja mendengar dari utusan Anda bahwa Anda sedang menderita sakit keras. Saya berharap semoga Anda cepat sembuh dan datang mengunjungi Saya. Keterangan : Nichiren Daisyonin menulis surat ini setelah mendapat kabar bahwa Nanjo Tokimice sedang menderita sakit. Tidak diketahui dengan jelas penyakit yang dideritanya. Bulan dua tahun yang lalu Nanjo Tokimice menderita suatu penyakit parah yang membahayakan jiwanya, dan semenjak itu penyakitnya sering kali kambuh. Ayahnya, Hyoe Siciro, meninggal pada usia muda karena penyakit. Adiknya, Siciro Goro, juga telah meninggal pada bulan September tahun yang lalu. Maka dalam keluarga Nanjo, Tokimice adalah putra tunggal, sehingga keadaan sakitnya dalam usia muda ini membuat keluarganya amat khawatir. Nichiren Daisyonin juga mengkhawatirkan keadaan Nanjo Tokimice dan melalui surat ini memberi semangat agar segera sembuh dan dapat bertemu dengan Beliau.

2

Sebagaimana telah Anda ketahui dengan baik, salah satu Sutra (Samyuktagama, salah satu dari keempat Sutra Agam) menceritakan tentang kisah Sri Sambhava (Tokusyo Doji), yang telah mempersembahkan sebuah kue yang terbuat dari tanah kepada Sang Buddha dan kemudian ia dilahirkan kembali sebagai Raja Asoka yang memerintah sebagian besar negeri India. Keterangan : Dalam Sutra Samyuktagama terdapat kisah Sri Sambhava yang mempersembahkan kue yang terbuat dari tanah kepada Buddha Sakyamuni dan ketulusan hati ini memperoleh karunia imbalan dilahirkan sebagai Raja 42

Samantabadra | Juli 2016

Asoka. Hal ini juga pernah diberitahukan oleh Nichiren Daisyonin kepada Nanjo Tokimice dalam surat yang ditulis pada bulan 11 tahun Bun-ei ke 11 (Gosyo, hal. 1508) dan surat yang ditulis pada bulan 2 tahun Kenji ke-4 (Gosyo, hal.1544), sehingga bukan merupakan hal yang baru lagi. Episode ini menjelaskan bahwa keagungan sumbangan terletak pada kesungguhan hati, bukan pada tinggi rendah nilai bendanya. Nichiren Daisyonin pun seringkali menerangkan tentang hal ini. Dalam Gosyo ini diterangkan bahwa pada masa akhir dharma orang yang menyumbang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, ribuan kali lebih unggul daripada menyumbang kepada yang lainnya; hal ini juga tertulis dalam Bab Dharma Duta, Saddharmapundarika-sutra. Nichiren Daisyonin bermaksud menerangkan kepada murid-murid-Nya bahwa dalam kesungguhan hati menyumbang terdapat rejeki yang besar. Pada saat ini Nichiren Daisyonin dalam wujud hidup telah tiada, tetapi apakah dengan demikian kita tidak dapat menyumbang kepada Beliau ? Nichiren Daisyonin telah mewujudkan hakikat jiwa-Nya sebagai Dai Gohonzon dari Altar Ajaran Sesungguhnya, sehingga kalau kita menyebarluaskan dharma, menjaga Dai Gohonzon dan Nichiren Syosyu, pasti akan mendapat karunia yang besar dan pasti mencapai kesadaran Buddha. Pada permulaan Gosyo ini telah diterangkan perihal sumbangan Nanjo Tokimice secara berkesinambungan kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Hendaknya kita juga mempunyai sikap kepercayaan yang berkesinambungan dan tidak melupakan semangat menyumbang.

3

Tempat ini terletak di pegunungan, terpencil dari tempat tinggal manusia. Di ke empat penjuru : timur, barat, selatan dan utara, tidak terdapat satu dusunpun. Walaupun Saya


tinggal di gubuk yang terpencil seperti ini, namun di kedalaman badan Saya yang fana Hukum Pokok yang diwariskan oleh Buddha Sakyamuni di Gridhrakuta, tersimpan secara rahasia dan terus dipertahankan. Dada-Ku adalah tempat seluruh Buddha memasuki Nirvana; lidah-Ku adalah tempat memutar Roda Dharma; tenggorokanKu adalah tempat lahir di dunia ini; dan mulut-Ku adalah tempat Buddha mencapai kesadaran sebenarnya. Keterangan : Dalam kutipan ini Nichiren Daisyonin menyatakan bahwa Beliau telah mewujudkan kesadaran Buddha Pokok dengan badan diriNya sendiri. Gunung Minobu sebagai tempat tinggal Sang Buddha adalah tempat yang agung dan suci; karena itu Nanjo Tokimice dianjurkan untuk datang ke sana. Gubuk Nichiren Daisyonin di Gunung Minobu amatlah sederhana dan terletak jauh di dalam gunung terpencil dari tempat tinggal manusia lainnya. Walaupun demikian, “Karena didiami oleh pelaksana Saddharmapundarika-sutra, maka menjadi tempat yang gaib”, tidak lebih rendah dari pada Tanah Buddha Ryozenjodo. Mengapa Nichiren Daisyonin dikatakan sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang gaib? Karena kesadaran yang paling penting dari Guru Sakyamuni yaitu Hukum Rahasia yang diwariskan di Gridhrakuta, disimpan secara rahasia dan dipertahankan di dalam dada Nichiren Daisyonin. “DadaKu… dan mulut-Ku tempat Buddha mencapai kesadaran sebenarnya.” Tempat seluruh Buddha mencapai kesadaran, memutar Roda Dharma, lahir dan dasar pokok pencapaian kesadaran Buddha seluruhnya terdapat di dalam jiwa Nichiren Daisyonin yang juga merupakan sumber pokok pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh Buddha. Maka Nichiren dikatakan sebagai Tathagata Sambhogakaya dari sejak Masa Lampau yang Tak Berawal (Kuon Ganjo Jijuyusyin), hakekat Hukum Gaib pencapaian kesadaran Buddha dari kemanunggalan antara manusia dan

Hukum (Ninpo Ikka). Mengenai Satu Hal Penting Hukum Kesunyataan dari Sang Buddha Sakyamuni diterangkan oleh Bhikku Tertinggi ke26 Nicikan Syonin dalam karya tulisnya Montei Hicinsyo: “Tujuan kelahiran Nichiren Daisyonin sebagai pewaris Saddharmapundarika-sutra adalah sematamata untuk mewujudkan Honzon Sejati dari Tiga Hukum Sakti Agung, yakni Hukum Agung yang terpendam dalam jiwa Sang Buddha sejak berkalpa koti lamanya. Inilah yang dikatakan sebagai Satu Hal Penting Hukum Kesunyataan.” Nichiren Daisyonin pada tanggal 12 bulan sepuluh tahun Ko-an ke 2 (1279) mewujudkan kesadaran-Nya menjadi Dai Gohonzon dari Altar Ajaran Sesungguhnya, yang juga merupakan tujuan kelahiran-Nya. Dai Gohonzon juga merupakan jiwa Nichiren Daisyonin sebagai Buddha Pokok, hakekat kemanunggalan dari Manusia dan Hukum. Maka itu, “Dada Nichiren Daisyonin adalah tempat seluruh Buddha mencapai kesadaran. Di atas lidah-Nya memutar Roda Dharma, tenggorokannya tempat lahir, mulut-Nya tempat mencapai kesadaran Buddha”. Lahir, kesadaran sebenarnya, memutar Roda Dharma, dan kesadaran adalah keempat tempat Dharmakaya dari Delapan Rupa sebagai hal yang sangat penting. Yang dimaksud dengan Delapan Rupa adalah kedelapan perwujudan keberadaan seorang Buddha. Sang Buddha mewujudkan keberadaannya dengan tergantung pada waktu, jodoh yang mendalam antara umat dengan Buddha, demi menolong umat, lahir menjadi Buddha. Seumur hidup Sang Buddha mewujudkan delapan perwujudan keberadaannya sebagai berikut : 1. Geten: nama lainnya adalah Tosoceten. Dalam Surga Tosoce terdapat lima hal: bakat, negara, sifat, ayah dan ibu, yang dirasakan sebagai jodoh untuk turun ke dunia saha ini. 2. Takutai: masuk ke rahim ibu. 3. Syuttai (Kootan): lahir. 4. Syukke: melakukan pertapaan. Juli 2016 | Samantabadra

43


materi ajaran | gosyo cabang 5. Kooma: Rintangan dari Iblis. 6. Jodo: mencapai kesadaran Buddha. 7. Tenporin: memutar Roda Dharma. 8. Nyunehan: memasuki Nirvana.

Delapan Rupa dari Buddha Sakyamuni (menurut penjelasan umum) : 1. Geten: berada di dalam Surga Tosoce, merasakan kelima hal (bakat, negara, sifat, ayah dan ibu) sebagai jodoh seketika turun ke dunia saha untuk melaksanakan pertapaan Buddha. 2. Takutai: tanpa menimbulkan perasaan hati yang marah terhadap ayah bundanya dan tanpa menghilangkan prajna yang benar, masuk ke dalam rahim ibu Sang Buddha, yaitu permaisuri Maya. 3. Syuttai: lahir dari perut ibu melalui sisi sebelah kanan, melangkah tujuh langkah di atas bunga teratai, menghadap ke langit. Manusia paling unggul di seluruh alam semesta. 4. Syukke: merasakan kefanaan dari dunia ini, meninggalkan istana pada usia 19 tahun, menuju tepian sungai Nairanjana. Selama 12 tahun menjalankan pertapaan, baik pertapaan yang sulit maupun yang menyenangkan. 5. Kooma: duduk bersamadhi di bawah pohon bodhi, ketika hampir mencapai kesadaran, raja iblis datang sebanyak empat kali untuk mengganggu, dan gangguan ini dapat dipatahkan. 6. Jodo: setelah menaklukkan iblis, keluar sinar yang memancar terang dari seluruh tubuh. Bersamaan dengan keluarnya bintang, terlepas dari belenggu hidup mati dan pada usia 30 tahun mencapai kesadaran Buddha. 7. Tenporin: seumur hidup membabarkan ajaran yang dapat dikelompokkan menjadi Lima Waktu Ajaran dengan tujuan untuk membimbing umat. 8. Nyunehan: setelah selesai membabarkan Dharma selama 50 tahun memasuki Parinirvana (moksya). 44

Samantabadra | Juli 2016

Delapan Rupa dari Buddha Nichiren Daisyonin (menurut penjelasan Nikkan Syonin) : 1. Geten: pada masa 500 tahun yang kelima setelah kemoksyaan Sang Buddha Sakyamuni, merasakan kelima hal sebagai jodoh dan terlahir di dunia saha. 2. Takutai: masuk ke rahim ibu yang bernama Umegiku. 3. Syuttai: lahir pada tanggal 16 bulan dua tahun Syukyu keempat (1222) pada jam Kuda (pukul 12:00 – 13:00). 4. Syukke: masuk kuil Seico pada usia 12 tahun dan mulai menjalankan pertapaan kebhikkuan pada usia 16 tahun. 5. Kooma: mengalami berbagai penganiayaan dan pembuangan ke Semenanjung Izu dan dapat mengatasi kesemuanya. 6. Jodo: pada penganiayaan Tatsunokuci, tanggal 12 bulan 9 tahun Bun-ei ke-8 (1271) antara jam Tikus dan Sapi (pukul 11:00 – 03:00), mewujudkan kesadaran Buddha dengan badan manusia biasa. 7. Tenporin: menulis bermacam-macam Gosyo yang penting semenjak masa pembuangan di Pulau Sado. 8. Nyunehan: pada tanggal 13 bulan 10 tahun Ko-an kelima (1282) jam Tace (pukul 08:00 – 09:00) wafat di kediaman Ikegami bersaudara.

Baik Buddha Nichiren Daisyonin maupun Buddha Sakyamuni mewujudkan keberadaannya dalam Delapan Rupa. Buddha Sakyamuni adalah Tathagata Nirmanakaya yang berada secara bertahap (O-Buce Syojin), sehingga Delapan Rupanya sesuai dengan akar bakat manusia. Buddha Nichiren Daisyonin dilahirkan dalam wujud manusia biasa. Untuk menolong umat yang tidak mempunyai bakat kebaikan (Hon-mi-u-zen), mewujudkan Buddha Pokok, Tathagata Sambhogakaya dari Masa Lampau yang Tak Berawal Akhir (Dai Gohonzon). Walaupun kedua Buddha, Nichiren Daisyonin dan Sakyamuni, memiliki Delapan Rupa


yang serupa, namun pada hakekatnya makna kesadarannya tidaklah sama. Delapan Rupa (delapan perwujudan keberadaan seorang Buddha) adalah perilaku Buddha seumur hidup. Kita yang percaya kepada Nammyohorengekyo dan melaksanakan ajaran Saddharmapundarikasutra dapat berperilaku menyerupai seorang Buddha dan dapat mengubah empat penderitaan besar: lahir, tua, sakit dan mati, menjadi delapan perwujudan keberadaan Buddha. Hal ini dinyatakan dalam Catatan Ajaran Lisan, “Masuk Saddharmapundarikasutra, keempat penderitaan besar: lahir, tua, sakit, dan mati, diwujudkan menjadi empat Sravaka besar dan delapan perwujudan keberadaan Buddha”. (Catatan Ajaran Lisan, bagian satu, hal.731). Orang-orang zaman dahulu menandai tempat kelahiran Sang Buddha, pencapaian kesadaran-Nya, pemutaran Roda Dharma, dan wafat-Nya, dengan mendirikan stupa. Empat tempat Dharmakaya adalah hakekat dari Tathagata Sambhogakaya dari sejak Masa Lampau yang Tak Berawal, Nichiren Daisyonin dan juga Gohonzon dari Kemanunggalan antara Manusia dan Hukum. Nichiren Daisyonin… Dharmakaya. Dada adalah tempat seluruh Buddha memasuki Nirvana.....Nyunehan. Lidah adalah tempat Dharma Cakra Pravartana....Tenporin. Tenggorokan adalah tempat lahir....tempat lahir. Mulut adalah tempat mencapai kesadaran sebenarnya....mencapai ke-Buddha-an. Karena hakekat yang demikian agung, maka tempat tinggal Buddha Pokok lebih unggul dari Tanah Buddha (Ryozenjodo). Di dalam Hokke Mongu diterangkan : Karena Hukumnya gaib, manusianya pun agung, tempatnya pun menjadi luhur (Daisyo rol 34, hal. 110). Dengan alasan tersebut di atas, maka Gunung Minobu menjadi tempat yang luhur.

4

Dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata terbaca, “Di manapun juga isi Sutra ini dipelihara, di suatu tempat maupun di dalam candi. Apakah di dalam suatu semak belukar, maupun di bawah sebatang pohon, di dalam suatu sanggar pemujaan maupun di rumah seorang penganut, di istana maupun di pegunungan, di lembah maupun di hutan belantara, kalian harus mendirikan altar dan membuat berbagai persembahan di tempat itu. Ketahuilah bahwa seluruh tempat ini adalah singgasana kesadaran dan di tempat inilah para Buddha mencapai kesadaran agung. Di tempat ini pula para Buddha memutar Roda Dharma dan memasuki Parinirvana.” Keterangan : Kalimat yang terdapat pada Bab ke-21 Saddharmapundarika-sutra, yakni Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata, mengandung arti bahwa Tempat Hukum Gaib (Myoho) terdapat merupakan tempat bertapa, di situ seluruh Buddha mencapai ke-Buddhaan, memutar Roda Dharma, dan memasuki Nirvana. Oleh karena tempat Dai Gohonzon, Buddha Pokok masa akhir dharma adalah tempat berziarah yang dapat memunculkan kepercayaan, “Seluruh dosa yang telah diperbuat semenjak masa lampau yang tak terhingga, langsung dapat dihapuskan, mengubah Trini Karmani (Sango) menjadi Triguna (Santoku)”. Hal ini tidak diragukan lagi. Dalam Totai Gisyo diterangkan tentang mengubah Trini Karmani menjadi Triguna. Orang yang dengan sungguh hati membuang Ajaran Sementara dan hanya percaya dan menyebut Nammyohorengekyo, akan dapat mengubah Trivrttah (Sando) : Klesavrtta, Karmavrtta, dan Vipakavrtta/Bonno Go Ku menjadi Triguna : Dharmakayaguna, Prajnaguna, dan Vimuttaguna/Hossyin, Hannya, dan Gedace; selanjutnya menjadi Sankai Santai (Tiga Pandangan dan Tiga Aspek Jiwa), dan menimbulkan kesadaran Juli 2016 | Samantabadra

45


materi ajaran | gosyo cabang jiwa. Tempat tinggal orang ini menjadi Tanah Buddha Jojakko Do. Ada orang yang membabarkan ajaran, ada orang yang menerima ajaran; ada subyek, ada lingkungannya (Syindo); ada rohani, ada jasmani (Syiki Syin); ada Wujud Sebenarnya, ada fungsinya (Kutai Kuyu). Ini semua adalah Trikaya yang tidak dibuat-buat (Musa Sanjin) dari Buddha Hakekat Pundarika (Totairenge) dari Bab Panjang Usia Sang Tathagata Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra, yakni Nichiren Daisyonin dan murid-murid-Nya. Maka dengan demikian berarti bahwa bila kita dapat merombak keadaan jiwa yang mementingkan diri sendiri menjadi jiwa yang penuh maitri karuna dan membuang kesesatan filsafat yang dianut selama ini dengan percaya kepada Gohonzon, maka pada saat ini tiga racun yang memenuhi jiwa dengan kuat dan karma buruk yang tertimbun akan dapat diubah menjadi kesadaran dalam keadaan seadanya (sokusyin jobuce).

5

Dengan demikian, Gridhrakuta di India adalah Gunung Minobu sekarang ini. Telah lama waktu berlalu semenjak kedatangan Anda yang terakhir di sini. Hendaknya Anda datang menemui Saya sesegera mungkin. Saya sangat mendambakan untuk bertemu dengan Anda.

Keterangan : Dalam kutipan ini Nichiren Daisyonin yang dapat merasakan kesusahan hati Nanjo Tokimice menganjurkannya untuk segera berkunjung ke Gunung Minobu. Perjumpaannya dengan Nichiren Daisyonin yang penuh maitri karuna akan membangkitkan semangat kepercayaannya sehingga dapat menaklukkan iblis penyebab sakit . Setelah Nichiren Daisyonin wafat, kepala daerah Gunung Minobu, Hakiri Sanenaga melakukan pemfitnahan dharma, sehingga terjadi penyimpangan tujuan Nichiren Daisyonin yang sebenarnya. Setelah terjadi 46

Samantabadra | Juli 2016

pemfitnahan dharma, Nikko Syonin yang bertugas sebagai penerus penyebarluasan Dharma Sesungguhnya dan penanggung jawab Kuil Kuon di Gunung Minobu - dengan berat hati meninggalkan Gunung Minobu dengan membawa Dai Gohonzon dan tulang belulang Nichiren Daisyonin. Selanjutnya Fuji Taiseki-ji didirikan untuk menyemayamkan Dai Gohonzon. Semenjak 700 tahun yang lalu sampai saat ini, pelita dharma Nichiren Daisyonin dan hakekat kelahiran-Nya, yaitu Dai Gohonzon dari Altar Suci Ajaran Sesungguhnya, terus dijaga oleh Nikko Syonin dan penerus hubungan darahnya, para Bhikku Tertinggi. Kuil Pusat Taiseki-ji adalah tanah suci masa akhir dharma. Oleh karena itu, berziarah ke Kuil Pusat Taiseki-ji, bersujud di hadapan Dai Gohonzon yang bersemayam di Altar Suci Ajaran Sesungguhnya Syohondo, merupakan satu-satunya jalan untuk menghapuskan Trini Karmani dan mengubahnya menjadi Triguna.

Keterangan Perkataan : - Surga Trayastrimsa : Surga tiga puluh tiga dewa. Surga kedua dari enam surga Kamadhatu. Surga ini terletak pada lubang kepundan Gunung Semeru, dan dikatakan tiga puluh tiga dewa, termasuk Dewa Indra, berdiam. - Syoju : Metode penyebarluasan dharma yang membimbing seseorang secara berangsur-angsur kepada Saddharma. - Syakubuku : Metode penyebarluasan dharma yang mematahkan secara tegas kesesatan filsafat seseorang dan membimbingnya ke Hukum Sakti. Kedua metode penyebarluasan dharma ini diterangkan dalam Shrimala Sutra.


Juli 2016 | Samantabadra

47


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Tujuan Syinjin Membuka Kesadaran Buddha

1

Setelah percaya kepada Gohonzon selama beberapa tahun saya merasa melaksanakan hati kepercayaan telah menjadi sesuatu yang rutin. Terasa sekali perbedaan semangat sekarang dengan waktu saya mula-mula percaya. Bagaimanakah mengenai hal ini? Jawab : Terlebih dahulu hendaknya kita mencari penyebab melemahnya semangat menjalankan hati kepercayaan kepada Gohonzon. Orang yang baru menganut biasanya melaksanakan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh karena ia mempunyai tujuan tertentu. Misalnya, ingin terlepas dari kesulitan ekonomi, ingin merasakan keluarga yang rukun, ingin sembuh dari penyakit, dan lain sebagainya; yang pada pokoknya ingin merombak kesulitan yang tengah dihadapi. Setelah beberapa tahun giat dalam susunan, pasti karunia Gohonzon mulai terwujud nyata. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi mulai teratasi, tetapi sebenarnya belum dapat mengatasi karma pokok keluarga. Karma pokok keluarga dapat diatasi secara tuntas apabila dari dasar jiwa orang tersebut benar-benar telah berubah, yakni ia dapat mendasarkan perasaan Dunia Buddha di 48

Samantabadra | Juli 2016

dalam jiwanya. Karunia Gohonzon luas dan besar, sehingga meskipun pelaksanaan hati kepercayaan kita masih bersifat mementingkan diri sendiri, berbagai karunia telah kita nikmati. Karunia-karunia yang dinikmati itu sebenarnya merupakan istana khayalan agar kita mau menjalankan terus hati kepercayaan. Cerita mengenai istana khayalan terdapat dalam Saddharmapundarika-sutra Bab ke7. Dalam bab tersebut Buddha Sakyamuni menceritakan tentang serombongan orang yang akan bepergian jauh menuju satu tujuan. Di tengah perjalanan sebagian besar anggota rombongan kehilangan semangat untuk meneruskan perjalanannya. Mereka sudah merasa lelah karena sukarnya jalan yang di tempuh. Sang pemimpin rombongan yang bijaksana menciptakan suatu tempat yang menyenangkan, berupa istana khayalan, agar rombongan yang telah lelah itu dapat beristirahat. Istana khayalan tersebut sangat menyenangkan, sehingga mereka yang lelah dapat memulihkan semangatnya. Setelah cukup beristirahat, sang pemimpin rombongan kembali mengingatkan bahwa tempat ini bukan tujuan sebenarnya yang ingin dicapai. Tujuan yang sebenarnya masih perlu ditempuh. Kisah ini mengandung


perumpamaan yang sangat mendalam. Kita sekalian adalah rombongan yang bijaksana. Karunia-karunia yang kita rasakan merupakan sarana penunjang agar kita mempunyai semangat juang untuk mencapai tujuan yang sebenarnya, yaitu mencapai kesadaran Buddha. Tujuan hati kepercayaan kita yang sebenarnya adalah mencapai kesadaran Buddha, bukan menikmati Dunia Surga. Dunia Surga masih merupakan keadaan yang sangat labil, kita mudah sekali terjatuh. Dalam keadaan menikmati karunia, seperti rumah tangga sudah rukun, keadaan keuangan cukup baik, kesehatan juga lumayan, orang cenderung lengah untuk meningkatkan hati kepercayaan. Sepertinya sudah tak perlu mati-matian untuk mengikuti keaktifan yang diadakan oleh Majelis. Tanpa disadari orang tersebut sedang menghabiskan karunia yang merupakan akibat dari tumpukan sebab baik yang telah ditimbunnya. Dalam keadaan lengah tidak meningkatkan hati kepercayaan, sifat-sifat buruk yang dari semula ada, seperti sombong, merendahkan orang lain, terikat pada uang, malas khawatir kehilangan harta, dan lain sebagainya. semakin lama semakin berkembang. Semuanya itu membuat karma buruk. Dan karma buruk yang telah ditumpuk dalam jiwa pada suatu saat menjadi imbalan nyata berupa lenyapnya karunia yang selama ini dinikmati. Keadaan orang itu akan kembali seperti pada waktu baru menerima Gohonzon, dan bahkan mungkin lebih menderita lagi. Inilah bahaya besar yang menanti kita jika pelaksanaan hati kepercayaan telah menjadi sesuatu yang rutin. Pada waktu tertimpa kesulitan seperti itu, biasanya orang cenderung menyalahkan Gohonzon sebagai penyebab kesusahannya. Kebanyakan orang merasa, mengapa saya tetap mengalami kesulitan, padahal saya tetap rutin menjalankan gongyo dan daimoku pagi dan sore, tetap mengikuti pertemuan dan penataran sesekali. Memang, secara nyata orang tersebut tetap melaksanakan hati kepercayaan namun jika ditinjau lebih mendalam lagi, apakah pelaksanaan hati

kepercayaannya itu sesuai dengan keinginan Buddha Niciren Daisyonin? Keinginan Buddha Niciren Daisyonin adalah agar setiap umat manusia dapat membuka kesadaran Buddha, yaitu menjadi manusia seutuhnya yang bertanggung jawab atas kemajuan bangsa dan tanah airnya. Seseorang tak mungkin dapat berbahagia secara mutlak bila bangsa dan tanah airnya tidak sejahtera. Sebelum terlambat, mari kita renungkan petuah emas Buddha Niciren Daisyonin, “Perkuatlah hati kepercayaan hari demi hari. Sedikit saja lengah, iblis akan menerima kabar sehingga datang�. Yang dimaksud dengan iblis di sini adalah hal-hal yang merintangi seseorang untuk melaksanakan hati kepercayaan. Rintangan yang menimpa kita bukan berasal dari luar diri kita sendiri, melainkan bersumber pada kuat lemahnya hati kepercayaan kita. Hendaknya kita waspada untuk menjalankan hati kepercayaan dengan penuh semangat tanpa lengah setiap hari! Jangan kita meremehkan gejala-gejala yang timbul, seperti anak atau pasangan hidup kita yang tak mau aktif, malas untuk mengikuti keaktifan dan lain sebagainya. Gejala apapun yang kita rasakan hendaknya membuat kita meninjau kesungguhan pelaksanaan hati kepercayaan kepada Gohonzon. Agar senantiasa bersemangat melaksanakan hati kepercayaan, kita perlu membuka jiwa lebar-lebar, yaitu tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri saja. Sadarilah bahwa jalan hati kepercayaan yang kita laksanakan sekarang ini tidak hanya berhenti, pada diri kita sendiri, tetapi juga untuk anak cucu keturunan selanjutnya dan juga bangsa dan negara. NSI mengemban amanat Buddha Niciren Daisyonin untuk menyebarluaskan Hukum Nammyohorengekyo, satu-satunya Hukum yang dapat membuat manusia Masa Akhir Dharma berbahagia. Pelaksanaan hati kepercayaan kita yang sungguh-sungguh akan memberi getaran Buddha kepada tanah air, sehingga tanah air kita dapat menjadi Tanah Juli 2016 | Samantabadra

49


materi ajaran | forum diskusi Buddha. Anak cucu kita akan tumbuh menjadi manusia yang penuh dengan rasa kemanusiaan untuk membangun bangsa dan negara. Negara kita akan menjadi adil dan makmur sebagaimana yang di cita-citakan. Untuk tujuan agung seperti inilah kita menjalankan hati kepercayaan setiap hari.

2

Saya sudah menjalankan gongyo dan daimoku, juga mengikuti kegiatan-kegiatan dalam susunan. Akan tetapi rasanya keadaan ekonomi saya masih terasa sulit. Bagaimana cara mengatasinya?

Jawab : Dalam salah satu Gosyo, Niciren Daisyonin menjelaskan adanya tiga harta, yaitu harta gudang, harta badan, dan harta jiwa. Dari ketiga harta di atas yang terpenting adalah harta jiwa, yakni kemantapan jiwa yang penuh rejeki, penuh ketenangan, dan rasa gembira selalu. Apabila harta jiwa ini mantap, maka pasti badan kita akan menjadi sehat; inilah harta badan. Dan ketika harta badan kita mantap, maka kita akan memiliki prajna, semangat, dan kegairahan dalam bekerja dan berusaha, sehingga pasti harta gudang (materi) dengan sendirinya menyusul. Dalam hal kesulitan ekonomi, yang merupakan harta gudang, perlu kita telusuri kembali, apakah pelaksanaan hati kepercayaan kita telah memantapkan harta jiwa? Hanya pelaksanaan yang berdasarkan maitri karuna yang dapat menimbun harta jiwa yang sebenarnya. Keadaan ekonomi sekarang memang sulit. Siapapun mengakui hal itu. Tetapi bila kita hanya berhenti pada mengakui hal tersebut dan terus mengeluh, sama sekali tak ada gunanya. Kita tak mendapat jalan penyelesaian masalah. Mari kita perhatikan kehidupan kita. Apakah kita demikian sulitnya, sehingga kita tak tahu lagi apa yang dapat dimakan besok? Pada umumnya keadaan kita tak separah itu. Bagaimanapun juga, orang yang percaya kepada Gohonzon dan melaksanakan kata50

Samantabadra | Juli 2016

kata Buddha tidak mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri yang paling sederhana. Jika tidak demikian, yang dimaksud dengan ekonomi yang sulit berarti kita ingin mendapat lebih dari yang kita miliki saat ini. Dengan perkataan lain, kesulitan itu sebenarnya bersumber pada rasa tidak puas kepada keadaan. Justru dalam hal inilah diperlukan hati kepercayaan kepada Gohonzon untuk dapat menahan gejolak tiga racun, yakni keserakahan, kemarahan, dan kebodohan dalam diri kita. Keadaan masyarakat sekarang penuh dengan jodoh-jodoh yang memancing timbulnya hawa nafsu keserakahan. Jika terseret untuk mengikuti arus hawa nafsu keserakahan ini dapat dipastikan keadaan ekonomi keluarga menjadi sulit; atau dengan perkataan lain menjerumuskan seluruh keluarga ke dalam penderitaan. Oleh karena itu, perlu selalu adanya pengertian dalam keluarga untuk menahan diri melawan hawa nafsu yang berkobar. Mungkin cara hidup keluarga perlu ditinjau untuk disederhanakan agar penghasilan yang ada mencukupi seluruh kebutuhan. Dalam hal ini agaknya kaum ibu perlu mempunyai prajna yang tinggi untuk mengatur segala sesuatunya dengan baik. Untuk semuanya ini, yang terpenting adalah hati kepercayaan kita yang tak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Hukum Buddha adalah jalan yang sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Dalam keadaan ekonomi yang sulit, beranikah anda tetap melaksanakan dana paramita ? Anda tetap menyumbang uang, tetap melaksanakan keaktifan, dan juga berani memberikan Hukum Nammyohorengekyo kepada orang lain, sekalipun keadaan anda sulit. Keberanian untuk tetap berdana paramita secara tulus inilah yang akan menjadi sumber rejeki. Sumbangan pada waktu menderita jauh lebih bernilai daripada sumbangan pada waktu mempunyai banyak uang. Dan juga, sumbangan pada waktu yang tepat mempunyai nilai yang lebih tinggi. Sebagai contoh, pembangunan-pembangunan vihara


NSI terus dilakukan sebagai sarana untuk penyebarluasan Hukum. Di tahun-tahun mendatang, ajaran dan hukum ini akan semakin tersebar luas di Indonesia. Pada saat itu bangunan-bangunan yang diperlukan sudah berdiri dan tinggal digunakan saja. Mereka yang baru menganut pada saat itu tidak mempunyai kesempatan untuk berkontribusi dana paramita. Sekarang merupakan kesempatan bagi kita untuk turut menyumbang dalam mendirikan bangunanbangunan tersebut. Hasil dana paramita yang kita berikan pada saat ini akan abadi pada tahun-tahun selanjutnya.

Pada kesimpulannya, jangan mengeluh atau tak puas akan keadaan yang kita hadapi saat ini. Carilah hal-hal yang membuat kita dapat berterima kasih, seperti mempunyai kesehatan yang baik, mempunyai keluarga yang mau melaksanakan hati kepercayaan, masih dapat melaksanakan dana paramita, masih mampu melaksanakan keaktifan untuk membahagiakan orang lain. Jiwa yang penuh dengan rasa berterima kasih ini, adalah jiwa mempunyai rejeki. Meskipun keadaan masyarakat pada umumnya terbelenggu oleh kesulitan ekonomi, orang yang mempunyai rejeki jiwa pasti tetap dapat hidup bahagia.

eee

Catatan

Juli 2016 | Samantabadra

51


teka teki silang 1 1

2

1

2

2 3

5 5

6

5

6

3

3

4

4

4

6

7 8 8

9

8

9

10 10 10

12

11 11

12 12 14

13 13

14 14 16

15 15 15

17

17 17

18 19

18 18

20

19 19

21

7

9

11

13

16 16

7

21 21

20 20

22

22 22

23 23 23

Mendatar

Mendatar Mendatar Mendatar 1.

1.1. 4. 4.4.5. 5.5.8.

Nama sebenarnya yang Arya Bhiku Tertinggi Nicikan Syonin Namasebenarnya sebenarnyayang yangArya AryaBhiku BhikuTertinggi Tertinggi Nama Panjang(istilah inggris) Nicikan Syonin Nicikan Syonin Keluarga(istilah inggris) Panjang(istilah inggris) Panjang(istilah inggris)

Ibukota dariinggris) Sumatera Selatan Keluarga(istilah inggris) Keluarga(istilah Cepat(istilah inggris) Ibukota dariSumatera Sumatera Selatan 8.8.10. Ibukota dari Selatan 13. Cepat(istilah Mahluk hidup berakal budi 10. Cepat(istilah inggris) 10. inggris)

Menurun Menurun Menurun 2. Anak pertama

Menurun 2.2. 3.3. 6.6. 7.7. 9.9.

15. Mahluk Salah satu muridbudi Nicimoku Syonin yang 13. Mahluk hidup berakal budi 13. hidup berakal 11. 11. membawa abu jenazah Nicimoku Syonin ke Kyoto 15. Salah satu murid Nicimoku Syonin yang 15. Salah satu murid Nicimoku Syonin yang 12. 12. 16. membawa Antonim dari kata Nicimoku bersih membawa abu jenazah NicimokuSyonin Syoninke keKyoto Kyoto abu jenazah 14. 14. 19. Antonim Temudari Anak-anak NSI 16. Antonim darikata katabersih bersih 16. 21. Temu Makanan khas Palembang 19. Temu Anak-anak NSI 19. Anak-anak NSI 17. 17. 22. Makanan TGM 29(tempat) 21. Makanan khasPalembang Palembang 21. khas 18. 18. 23. Yang Arya Bhiku tertinggi ke-17 22. TGM 29(tempat) 22. TGM 29(tempat) 20. 20. 23. Yang YangArya AryaBhiku Bhikutertinggi tertinggike-17 ke-17 23.

Jawaban TTS ini dapat dilihat pada Samantabadra Agustus 2016

52

Samantabadra | Juli 2016

Tunanetra Anak3. pertama Anak pertama 6. Tempat penganiayaan yang di alami Nicire Tunanetra Tunanetra Daisyonin pada tanggal 27 bulan ke 8 tahu Tempatpenganiayaan penganiayaanyang yangdidialami alamiNiciren Niciren Tempat 7. Nama grup angklung Daisyonin pada tanggal 27 bulan ke 8 tahun1260 1260 Daisyonin pada tanggal 27 bulan ke 8 NSI tahun 9. Lambang sila ke-1 Namagrup grupangklung angklungNSI NSI Nama 11. sila Saudara laki-laki(istilah inggris) Lambang sila ke-1 Lambang ke-1 12. laki-laki(istilah Salah satu karnivora berkaki dua Saudara laki-laki(istilah inggris) Saudara inggris)

14. Dunia ke-6 dari sepuluh dunia dalam peras Salah satukarnivora karnivora berkaki dua Salah satu berkaki dua jiwa Duniake-6 ke-6dari darisepuluh sepuluhdunia duniadalam dalamperasaan perasaan Dunia Angkutan umum beroda 2 jiwa 17. jiwa 18. umum Bhiku tertinggi Angkutan umum beroda Angkutan beroda 22 ke-4 Niciren Daisyonin 20. Salah satu kekeruhan Bhiku tertinggi ke-4Niciren Niciren Daisyonin dari 5 kekeruhan Bhiku tertinggi ke-4 Daisyonin Salahsatu satukekeruhan kekeruhandari dari55kekeruhan kekeruhan Salah


ceritaKIBA & KRUBU ilustrasi: Marvitaria

Ikut Tansi

ide cerita: Samanta

Juli 2016 | Samantabadra

53


Berita Duka Cita

Ibu Wenny

Ibu Oey Un Nyoh

Meninggal pada usia 62 tahun 15 Juni 2016 Umat NSI Daerah Kelapa Gading DKI Jakarta

Meninggal pada usia 59 tahun 28 Mei 2016 Umat NSI Daerah Muncul Banten

Catatan

Jawaban TTS Samantabadra Juni 2016 1

2

S 3

M 4

A

P

5

R

I

P

E

B

R U

L 6

L

I

D

K 8

R

9

S T

12

T

K

A

I

10

F

A

U

O M

I

P

N

A

H 7

15

N G G A

A

M

R

N N

I

E 16

E

18

E

Z

U K

B

S

C

H

A

P

I

Z E

G

N

I

N

O B

O R

E

I

B

K

O

17

R O N

C O

T A

N G E E

L

PEBRUARI — Bulan kelahiran Niciren Daisyonin.

Samantabadra | Niciren Juli 2016 APRIL — Bulan dimana Daisyonin memplokamirkan Nammyohorengekyo LIDAH — Indera perasa

K

U M A

Mendatar

6.

D O

A Y

B

544.

B

E

S C

U

M

B

20

3.

S

O

I 19

T

11

M

E Z

U

R 13

M

R

T

A

N I

I

R

G

A

J

A S

A

14

K

I

E

V

E

Menurun 1.

SMA — Sekolah Menengah Atas

2.

KASAGAMORI — Bukit dimana Niciren Daisyonin pertama menyebut Nammyohorengekyo

5.

RAKARTINI — Tokoh emanspasi wanita


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Juli 2016 Tanggal 1 2 3

Hari Jumat Sabtu Minggu

4 Senin 5 Selasa 6 Rabu

7 8 9 10 11 12 13

14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

Kamis Jumat Sabtu Minggu

25 Senin 26 Selasa 27 Rabu

28 29 30 31

Kamis Jumat Sabtu Minggu

Jam 19:00 Ceramah Gosyo

Kegiatan

Tempat Daerah Masing‐Masing

10:00 10:00 10:00 14:00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia

Mahavihara Saddharma Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1

19:00 14:00 19:00 19:00

Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1

19:00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing‐Masing

10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting

Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1

19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting

Daerah Masing‐Masing

14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok

10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian

13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum

Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing

Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI

Juli 2016 | Samantabadra

55


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969

PROVINSI LAMPUNG

PROVINSI JAWA BARAT

Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728

Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034

PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

56

Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo

Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319

Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340

Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851

Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682

Samantabadra | Juli 2016

Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.