Samantabadra 2016-08

Page 1

SAMANTABADRA | AGUSTUS 2016 | NOMOR. 271

Foto bersama Peserta TGM 29 dan pelatih dari TNI AD di Markas TNI AD Jambi, Juni 2016.

gosyo kensyu BERITA KEPADA MATSU NO DONO liputan TGM 29 liputan GERAKAN KEBERSIHAN GABUNGAN DI VIHARA SADDHARMA (Berita kepada Matsu no Dono)

i antara sedemikian banyak bintang-bintang, sinar rembulanlah yang paling utama. Begitupun sama halnya dengan Saddharmapundarika-sutra ini. Di dalam kumpulan Sutra yang berjumlah milyaran jenisnya, Saddharmapundarika-sutra lah yang paling terang sinarnya.

D

Samantabadra

2 0 1 6

08 Agustus

# 271

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT


P E E R A T M2 BANGKO

TEBO

SAROLANGUN

BATANGHARI

SIULAK

BUNGO

MERANGIN

SENGETI

S T G 9 TAKUS

BULIAN

KERINCI

JABUNG

MALAM TGM KEAKRABAN 29


Samantabadra Agustus 2016 D

i antara sedemikian banyak bintang-bintang, sinar rembulanlah yang paling utama. Begitupun sama halnya dengan Saddharmapundarika-sutra ini. Di dalam kumpulan Sutra yang berjumlah milyaran jenisnya, Saddharmapundarika-sutra lah yang paling terang sinarnya.

Samantabadra SAMANTABADRA | AGUSTUS 2016 | NOMOR. 271

(Berita kepada Matsu no Dono)

Foto bersama Peserta TGM 29 dan pelatih dari TNI AD di Markas TNI AD Jambi, Juni 2016.

daftar isi

CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta

2 5

LIPUTAN TGM 29 Peserta Kensyu dari 8 Malaysia Gerakan Kebersihan 19 Gabungan di Mahavihara Saddharma NSI 22 MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Berita kepada Matsuno Dono Gosyo Cabang Surat Mengenai Stupa Pusaka Forum Diskusi Mari Kunjungan Anggota

G

enerasi muda NSI berbaris dalam kegiatan pelatihan bela negara di Mako Yonif 142 Jambi pada kegiatan TGM 29. Simak liputan selengkapnya di halaman 8.

BERITA KEPADA MATSU NO DONO TGM 29 GERAKAN KEBERSIHAN GABUNGAN DI VIHARA SADDHARMA

gosyo kensyu liputan liputan

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

Halaman Muka

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Agustus

2 0 1 6

08 # 271

WAWASAN Mengembangkan Relasi Sehat dalam Kehidupan KESEHATAN Miskonsepsi Olahraga

59 61

OPINI Berkendaraan Umum

63

TEKA-TEKI SILANG

66 67

24

KIBA KRUBU Tamasya

68

41

RESEP Sapi Phaikut Panggang DUKA CITA

68

56

JADWAL KEGIATAN

69

VIHARA DAN CETYA NSI

70

8

19

22 Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Arya, Megahria, Liliawati, Marvitaria, Phopy, Kyanne, Prasetyo, Denny A., Melisa, Melinda. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

Agustus 2016 | Samantabadra

1


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Balasan kepada Myoho-Ama Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 25-26 Juni 2016

Nammyohorengekyo,

Sriwijaya berarti “kejayaan yang gilangBulan Juni yang lalu, NSI gemilang,” mampu bertahan mengadakan Temu Generasi dan berjaya hingga 500 Muda NSI (TGM) yang ke-29 tahun di Asia. Buddhisme di Jambi, yang mengangkat mampu membawa sebuah negara bisa menjadi jaya topik bangsa Indonesia dan gilang-gemilang. sebagai bangsa maritim. Kerajaan Sriwijaya Dalam sejarah Indonesia, memiliki karakteristik yang Republik Indonesia damai. Walau pengaruh bukanlah bentuk negara kewilayahan dari Indonesia yang pertama, melainkan hingga ke Madagaskar yang ke tiga; yang pertama (Afrika), tetapi Sriwijaya itu Sriwijaya, yang kedua tidak menggunakan itu majapahit dan ketiga pendekatan kekerasan, Republik Indonesia yang melainkan membawa sekarang berumur 71 nilai-nilai kedamaian, tahun. persahabatan, keuntungan Dinasti Sriwijaya bertahan hingga 500 tahun, atas dasar kerja sama. Orang-orang Sriwijaya karena Sriwijaya dasarnya menerapkan prinsip-prinsip agama Buddha. Eksistensi agama Buddha. sebuah agama tercermin Mengapa kita selalu dari sejauh mana agama tersebut dapat memberikan membicarakan tentang pentingnya jiwa Buddha? panduan hidup terhadap umatnya dan terbukti nyata Ada apa dengan jiwa Buddha? Kenapa jiwa dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, agama Buddha harus menjadi tujuan kita? Ketika kita harus betul-betul bisa menunjukkan nilai manfaat punya jiwa Buddha yang terbuka, kita bisa kepada umatnya. merasakan lingkungan, 2

Samantabadra | Agustus 2016

orang-orang di sekitar kita dengan welas asih. Kita memandang mereka tanpa prasangka buruk. Namun bila dasar perasaan jiwa kita ada dalam dunia kemarahan, kita memandang sekitar kita sebagai “musuh”, orangorang yang mengancam keberadaan kita, padahal kenyataannya belum tentu demikian. Jiwa Buddha juga yang akan membuat kita bernasib baik. Nasib baik itu bukan ditentukan dengan mengunjungi gua atau gunung tertentu. Perasaan jiwa senantiasa berubah. Manusia biasanya berputar-putar dalam 6 kecenderungan (dunia) perasaan jiwa; neraka, kelaparan, binatang, kemarahan, manusia, surga. Lebih jauh lagi, palingpaling hingga sravaka, pratekya, bodhisatva (9 dunia). Sekarang kita bisa membuka jiwa Buddha


Ketua Umum

kita dengan menyebut Nammyohorengekyo. Dalam gosyo ini, Myoho Ama bertanya kepada Niciren Daisyonin, “Apakah hanya dengan menyebut ‘Nammyohorengekyo’ dapat mencapai kesadaran Buddha?” Bertanya adalah hal yang sangat penting dalam mendalami ajaran Buddha, dan sikap bertanya Myoho Ama patut menjadi teladan kita. Dalam sesi kensyu misalnya, hendaknya kita tidak segan untuk bertanya apabila ada yang belum dimengerti tentang ajaran. Keraguraguan dalam hati jangan didiamkan. Ketika kita bertanya mengenai ajaran Buddha, sesungguhnya merupakan cerminan dari kesungguhan hati kita. Lebih baik kita menjadi orang yang banyak bertanya daripada menjadi orang yang merasa puas diri dan sok tahu sedemikian rupa sehingga malas untuk bertanya. Perihal pencapaian kesadaran Buddha hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo, dalam gosyo ini Buddha Niciren menjelaskan, hal ini ibarat batu yang digosokgosok bisa mengeluarkan api. Bisa keluar api bukan karena digosok-gosok. Penggosokan adalah jodohnya, bisa keluar api karena di dalam

batu memang sudah mengandung unsur api, sehingga ketika digosok dapat keluar api. Di dalam tubuh kita ada potensi jiwa Buddhanya, dan “Nammyohorengekyo” adalah mantra/panggilan untuk memunculkan jiwa Buddha tersebut. Menyebut Nammyohorengekyo ibarat penggosokan pada perumpamaan batu dan api di atas. Kita perlu meyakini ada dua hal dan dua aspek Nammyohorengekyo. Yang pertama, Nammyohorengekyo adalah mantra; mantra adalah ungkapan yang mengandung kekuatan. Suara memiliki getaran/ gelombang yang memiliki kekuatan. Orang-orang zaman dahulu punya teriakan-teriakan tersendiri untuk memanggil sesuatu. Kekuatan ini di agama kita disebut koebutsuji. Kekuatan ada dua macam; kekuatan yang baik dan kekuatan yang buruk. Orang menyanyi juga mengeluarkan suara. Suara itu apabila melantunkan lagu yang merdu dan mesra, perasaan jiwa dapat terbawa menjadi melankolis. Menyanyikan lagu semangat, kita juga jadi ikut bersemangat. Hal ini juga dapat diumpamakan seperti burung di dalam sangkar. Apabila dipanggil-

panggil terus, lama-lama dia ingin keluar. Dari contoh ini, kita bisa melihat bahwa suara memang memiliki kekuatan untuk menggugah perasaan. Suara “Nammyohorengekyo” dapat menggugah perasaan jiwa. Perasaan mana yang digugah di antara 10 dunia perasaan jiwa? Ternyata yang digugah adalah perasaan dunia Buddha. Kedua, Nammyohorengekyo juga adalah satu ucapan yang mengandung makna Namu (keinginan untuk manunggal dengan sepenuh hati) kepada Saddharma pundarika sutra, Namu kepada Myohorengekyo. Dengan memahami hal ini, hendaknya kita semakin bertekad untuk mewujudkan jiwa Buddha dalam sikap hidup kita. Pandangan-pandangan dulu yang keliru jangan digunakan lagi. Buddha Niciren mengajarkan kita untuk belajar dharma secara konsisten sebagai bagian dari syinjin kita. Perubahan nasib menjadi lebih baik membutuhkan beberapa faktor. Pertama adalah menyebut Nammyohorengekyo dengan sikap yang tepat. Hal ini mampu menggugah perasaan jiwa kita sehingga dapat memindahkan, Agustus 2016 | Samantabadra

3


ceramah gosyo meningkatkan kompetensi/ kualitas jiwa dari empat dunia buruk menjadi empat dunia suci bahkan bisa langsung ke tingkat dunia Buddha. Itu sebagai dasar. Sikap syinjin yang tepat dapat tercermin dari sikap kita ketika datang pertemuan, kensyu, kegiatan-kegiatan di susunan NSI. Kesungguhan kita perlu dilatih seperti perilaku Buddha ketika menyimak pembabaran dharma, berinteraksi dengan sesama anggota, dan perlakuan kita terhadap lingkungan sekitar kita. Faktor lainnya adalah kita harus punya pengetahuan. Keingintahuan untuk belajar adalah proses seumur hidup. Tanpa pengetahuan, kita ketinggalan. Harus terus belajar walaupun sudah berumur. Belajar gosyo, belajar ilmu pengetahuan, meningkatkan hubungan sosial, itu juga suatu bentuk untuk mengubah nasib. Buddha Niciren menjelaskan bahwa Nammyohorengekyo adalah jalan langsung yang bisa membuka kesadaran Buddha kita. Jalannya sudah ada, tinggal bagaimana cara kita berjalan di atas jalan tersebut yang akan menentukan apakah kita bisa mewujudkan kebuddhaan dalam diri kita 4

Samantabadra | Agustus 2016

atau tidak; apakah kita jalan perlahan, jalan di tempat, atau malah mengambil jalan yang lain? Dengan demikian, kita tetap harus belajar dan mempraktikkan dharma dalam kehidupan secara berkelangsungan bersamasama dengan penyebutan Nammyohorengekyo (gongyo dan daimoku) agar jiwa Buddha senantiasa muncul dalam sikap hidup kita. Menganut agama Buddha bukan berarti lenyapnya masalah dari kehidupan kita. Begitu pula bukan berarti kita menjadi kebal terhadap segala penyakit dan memiliki umur yang sangat panjang. Sewajarnya manusia, kita bisa tetap sakit dan meninggal. Keunggulan seorang Buddhis yang menjalankan dharma dengan tepat terletak pada sikap hidupnya ketika menghadapi permasalahan hidup maupun penyakit dan saat ajal. Bisa memiliki ketabahan dan kekuatan untuk terus maju dan berbuat kebaikan dalam keadaan yang sulit sekalipun adalah hasil dari penghayatan kita terhadap dharma yang konsisten dari hari ke hari, berjuang melawan kesesatan diri sendiri; rasa egois, keserakahan, kemalasan, kemarahan, kebodohan. Dengan kekuatan

dunia Buddha, kita juga mampu melihat sisi positif (hikmah baik) dari segala peristiwa. Kita menjadi lebih menghargai waktu dan kesempatan yang hadir pada saat ini. Oleh karena itu, selagi kita masih sehat, kita wujudkan sikap hidup yang berdasarkan ajaran Buddha, sehingga tercipta karakter/watak diri yang mencerminkan kebuddhaan. Badan atau tubuh kita sesungguhnya sudah mencapai kesadaran Buddha, namun pikiran kita yang masih kerap dilanda dengan kesesatan sehingga hal ini turut memengaruhi kondisi badan kita. Perasaan jiwa atau pikiran kita dapat terlihat dari wajah. Dari ekspresi wajah, kita bisa lebih jauh melihat lewat sorot mata. Apabila kita ingin membuat diri kita terlihat lebih menarik. Rias wajah maupun pakaian hanyalah pelengkap. Yang terpokok adalah menata perasaan jiwa sehingga tidak dikuasai dengan “tiga racun� dan memunculkan kebuddhaan. Hal ini akan membuat kita lebih bersemangat dan semakin menarik. eee


Dharma Duta

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Balasan kepada Myoho-Ama Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 25-26 Juni 2016

Nammyohorenggekyo, Gosyo kali ini merupakan surat yang dikirimkan kepada seorang ibu bernama Myoho Ama yang tinggal di Okimiya daerah Suruga. Pada waktu itu, suaminya sedang sakit. Surat ini merupakan balasan dari Niciren Daisyonin atas pertanyaan Ny. Myoho Ama terkait suaminya itu. Pertanyaan utamanya, apakah hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo saja bisa mencapai kesadaran Buddha. Suaminya meninggal 11 hari setelah gosyo ini ditulis dan meninggalnya pun sambil menyebut Nammyohorengekyo. Niciren Daisyonin memberikan semangat kepada mereka

agar bisa menerima keadaan dan menyebut Nammyohorengekyo dengan penuh semangat, saat meninggal dengan badan apa adanya dapat mencapai kesadaran Buddha. Setelah suaminya meninggal, Myoho Ama tidak mundur dari kepercayaan, ia tetap pertahankan hingga akhir hayatnya dan rumahnya disumbangkan sebagai vihara. Dalam isi gosyo, Niciren Daisyonin memuji sikap Myoho Ama. “Pertamatama keinginan Anda untuk mengetahui makna sesungguhnya dari hal yang meragukan mengenai Saddharma Pundarika Sutra merupakan karma baik yang sangat agung.� Niciren Daisyonin mengatakan betapa agungnya manusia

di masa mutakhir dharma yang bisa dan mau menglarifikasi keraguan hati kepercayaan. Di dalam Saddharma Pundarika Sutra Bab 11 tentang munculnya stupa pusaka, Buddha Sakyamuni menjelaskan perihal 9 hal yang mudah dan 6 hal yang sulit. Di dalam 6 hal yang sulit, salah satunya dijelaskan bahwa di masa mutakhir dharma, zaman yang keruh setelah Buddha moksya, orang yang bisa dan mau menanyakan, belajar dan mengerti mengenai makna dari Saddharma Pundarika Sutra sungguh langka. Begitu pula halnya dengan bhikku atau penganut agama ini yang bisa menerangkan, menjawab dan memberikan penjelasan kepada Agustus 2016 | Samantabadra

5


ceramah gosyo seseorang sehingga ia bisa mengerti secara tepat makna dari Saddharma Pundarika Sutra pun langka. Myoho Ama adalah salah satu dari yang langka tersebut, sesuai dengan kalimat sutra dari Saddharma Pundarika Sutra di dalam 6 hal yang sulit. Dalam menjalankan hati kepercayaan hendaknya sikap kita bukan percaya yang membabi buta. Kita juga harus mengerti secara tepat makna ajaran, lalu melaksanakannya dalam kehidupan. Kalau sematamata percaya tanpa dipahami secara tepat dan tanpa dijalankan, akhirnya bisa salah jalan, ditambah lagi kalau kita malu bertanya. Kita harus berani bertanya tentang hal yang tidak kita mengerti. Nasib kita di tentukan oleh diri kita sendiri. Dari sikap Myoho Ama, kita bisa belajar sikap mau belajar dharma yang merupakan akar dari perubahan nasib dan sikap hidup yang sesuai ajaran Buddha. Buddha Niciren selanjutnya menjelaskan bahwa menerangkan satu kalimat, satu bait Saddharma pundarika sutra di masa mutakhir itu sebagai sebuah kelangkaan. Kita sebagai 6

Samantabadra | Agustus 2016

murid Niciren Daisyonin di masa mutakhir dharma memiliki tantangan untuk bisa meneladani sikap hati kepercayaan Myoho Ama, sehingga perilaku dan hati kepercayaan kita selaras dengan Niciren Daisyonin. Buddha Niciren berani menegakkan hukum Buddha dengan menjelaskan Saddharma Pundarika Sutra demi pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia. Kita sebagai murid beliau juga harus memiliki hati kepercayaan yang tepat dan kuat sehingga memiliki prajna untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah agar hidup kita bernilai dan bermanfaat. Intisari Saddharma Pundarika Sutra adalah Nammyohorengekyo yang mencakupi seluruh karunia kebajikan Dunia Buddha tanpa kekurangan sesuatu apa pun. Bagi orang yang menerima dan mempertahankan Saddharma Pundarika Sutra, pasti dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan apa adanya. Dijelaskan bahwa walaupun Nammyohorengekyo hanya satu bait namun mencakupi keseluruhan manfaat dari Saddharma Pundarika Sutra karena Nammyohorengekyo adalah inti hakikat dari

ke-28 bab Saddharma Pundarika Sutra. Hal ini dapat diilustrasikan dengan contoh tubuh manusia sebesar 5-6 kaki, semangat jiwanya dapat terlihat di ekspresi wajah yang besarnya hanya satu kaki, dan semangat jiwa ini terpantul dari sinar matanya yang ukurannya lebih kecil lagi. Walau ukuran mata kecil, namun memancarkan refleksi perasaan jiwa atau icinen kita. Begitu pula halnya dengan Nammyohorengekyo yang hanya satu bait, namun telah mencakupi intisari dari keseluruhan Saddharma Pundarika Sutra. Sutra ini juga menegaskan bahwa jalan kebuddhaan dapat ditempuh oleh semua umat manusia tanpa terkecuali; wanita, orang jahat, devadatta, semua bisa berjalan di atas dharma dan mencapai kebuddhaan. Satu kali sebut Nammyohorengekyo, sama dengan kita membaca satu kali Saddharma pundarika sutra 28 bab. 2 kali menyebut Nammyohorengekyo sama dengan dua kali membaca Saddharma pundarika sutra 28 bab.Bukan main luar biasanya kekuatan Nammyohorengekyo.


Dharma Duta

Maka itu perbanyaklah daimoku. Dengan hati kepercayaan yang kuat, kita bisa memunculkan prajna Buddha, bisa semangat hidup kembali. Hidup kita pun tenang dan dapat memanggil jodoh-jodoh yang baik. Buddha Niciren telah mengkhotbahkan dan mewariskan hukum Buddha yang sesungguhnya bagi seluruh umat manusia masa akhir dharma. Hanya satu kalimat “Nammyohorengekyo,” ditambah membaca Bab 2 dan Bab 16 pada upacara gongyo. Dalam bab “Pelaksanaan yang Tenang dan Bahagia,” dikatakan dalam masa akhir dharma ketika hukum agama buddha hampir tenggelam, orang yang dapat membaca, menghafal dan menerima kata-kata dari sutra ini adalah pelaksana dari Saddharma Pundarika Sutra. Nammyohorengekyo memang betul-betul disiapkan untuk masa akhir dharma, masa yang penuh kekeruhan batin. Perlu satu filsafat yang agung, yang bisa mencabut kesulitan dan memberikan kebahagiaan kepada umat manusia yaitu, Nammyohorengekyo. Sangat disayangkan apabila walaupun kita

sudah tahu hukum ini, kadang-kadang kita meremehkannya. Dalam kehidupan ini, apabila kita salah jalan, sudah ada Gohonzon tetapi kita tidak mau melaksanakan, semaunya sendiri (egois), doa apa pun tidak akan terkabulkan karena memang tidak ada pelaksanaan sesuai katakata Buddha. Umur juga menjadi pendek dan pada kehidupan yang akan datang, akan tinggal di neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Gosyo ini diperuntukkan untuk suami Ny. Myoho Ama yang sedang sakit dan tidak dapat beraktivitas, sehingga Niciren Daisyonin memberikan bimbingan yang terpenting adalah percaya. Tetapi untuk kita yang sehat, sikap “percaya” harus mengandung prinsip syin gyo gaku (percaya, melaksanakan, belajar). Kita juga selalu diingatkan bahwa kekuatan Nammyohorengekyo adalah untuk menggugah kesadaran Buddha yang ada di dalam diri kita, kekuatan yang tidak terpikir oleh pikiran kita. Bukan main agungnya. Diumpamakan seperti batu yang tenggelam di dasar air, jika terus digosok pasti tetap akan

menimbulkan percikan bunga api karena dasarnya batu tersebut memiliki unsur api di dalamnya. Begitu juga didalam jiwa kita. Bisa munculkan dunia buddha dengan jodoh gohonzon karena dasarnya di dalam jiwa kita ada kesadaran Buddha, maka perlu daimoku sebanyak mungkin untuk memanggil perasaan jiwa Dunia Buddha yang ada di dalam diri kita. Munculnya berupa prajna, sikap, dan perilaku hidup diri kita yang welas asih dan maitri karuna, tidak kasar, tenaga dan waktu digunakan untuk kunjungan anggota, pertemuan, pemikiran dan prajnanya seperti Buddha yang selalu memikirkan kebahagiaan orang lain. Dalam gosyo ini juga dikatakan, “Seperti tempat yang gelap, tertutup selama miliyar tahun pun, kalau dinyalakan lampu pijar akan menjadi terang benderang.” Melalui kalimat ini Buddha Niciren memberi dorongan keyakinan kepada kita, walaupun tumpukan karma buruk kita dari masa lampau begitu banyak, tetapi dengan kekuatan Nammyohorengekyo, saat ini juga kesadaran dari dunia Buddha bisa muncul dan membawa perubahan nasib kita menjadi lebih baik. eee Agustus 2016 | Samantabadra

7


liputan

Temu Generasi Muda NSI ke-29

Sriwijaya Kejayaan Bahari, Sumber Inspirasi untuk Memperkuat Jati Diri Indonesia sebagai Negara Maritim

Foto bersama peserta TGM 29 di kawasan Candi Muara Takus, Jambi.

Temu Generasi Muda NSI (TGM) yang

dengan pembabaran gosyo yang berjudul “Surat kepada Shiji Shiro� oleh dharma ke-29 dilaksanakan pada duta ibu Yulie Arif dan tanggal 17 - 24 Juni 2016 disimpulkan oleh ketua dan bertempat di Vihara umum NSI, bapak Suhadi Vimalakirti NSI Jambi. Acara Sendjaja. ini diikuti oleh generasi Dalam gosyo tersebut muda NSI dari berbagai dijelaskan bahwa jiwa daerah. Para peserta kita yang percaya menempuh perjalanan terhadap hukum Jakarta - Jambi dengan Nammyohorengekyo, menggunakan bis selama yang menjadi kapal guna kurang lebih 30 jam. menyeberangi lautan hidup Setelah tiba di vihara mati dan mencapai daratan Jambi, acara dimulai dengan kesadaran Buddha. Selain upacara pembukaan TGM menjadi kapal bagi diri 29. Kemudian dilanjutkan kita sendiri, kita juga harus 8

Samantabadra | Agustus 2016

mengajak orang lain untuk masuk ke dalam kapal Nammyohorengekyo ini. Setelah sesi gosyo selesai, dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD). Para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan tingkat pendidikannya, yaitu SMP, SMA, Mahasiswa/i, dan Pemuda/i. Masing-masing kelompok diberikan tiga pertanyaan sebagai bahan untuk didiskusikan bersama. FGD ini bertujuan untuk mengevaluasi seberapa dalam


pemahaman gosyo yang sudah berhasil diserap oleh masing-masing peserta. Setelah FDG selesai, para peserta menjalankan daimoku marathon bersama selama kurang lebih satu jam. Pada hari ke3, acara dimulai dengan sarapan dan gongyo pagi bersama. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi pendalaman materi tentang “Kejayaan Sriwijaya dalam Perspektif Agama Buddha� yang dibawakan oleh saudara Swee Hin. Pada sesi ini, para peserta diajak untuk lebih memahami sejarah bangsa Indonesia, khususnya tentang kerajaan Sriwijaya yang pernah berjaya selama lima abad. Rahasia kejayaan Sriwijaya adalah kerajaan tersebut memiliki landasan ajaran yang benar, yaitu agama Buddha. Dengan mendapatkan pengetahuan ini, diharapkan generasi muda NSI bisa merasa bangga beragama Buddha dan bangga sebagai bangsa Indonesia.

Peserta TGM 29 memasuki kawasan Batalyon 142 Ksatria Jaya, TNI AD Jambi.

Sesi selanjutnya adalah workshop yang dibawakan oleh saudara Tommy Martinus. Workshop ini membahas tentang

“Indonesia sebagai bangsa Bahari dan Negara Maritim�. Pada sesi ini, para peserta diajak untuk meningkatkan rasa kecintaannya terhadap tanah air.

Peserta mendengarkan pengarahan dari instruktur Batalyon 142. Agustus 2016 | Samantabadra

9


liputan Selesai sesi workshop, acara dilanjutkan dengan games outdoor yang bertujuan untuk menjalin keakraban dan kekompakkan antar sesama peserta TGM. Pada malam harinya, diisi dengan sesi Cerdas Cermat. Pada sesi ini, masing-masing kelompok saling berlomba untuk mengumpulkan nilai tertinggi dengan menjawab berbagai pertanyaan yang sudah disiapkan oleh tim pelaksana. Pada hari ke-4, para peserta diajak untuk melakukan perjalanan wisata ke Candi Muaro Jambi. Di sana kita bisa melihat langsung peninggalan bersejarah, baik berupa candi maupun benda-benda lainnya sebagai bukti kejayaan agama Buddha di masa lalu. Setelah itu, para peserta kembali ke vihara dan acara dilanjutkan dengan persiapan malam kreativitas. Pada hari ke-5, para peserta bersiap-siap untuk mengikuti pelatihan bela negara yang bertempat di Batalyon 142, Ksatria Jaya. Pelatihan ini dimulai dengan latihan dasar baris berbaris yang bertujuan untuk melatih kedisiplinan. Kemudian, 10

Samantabadra | Agustus 2016

Gongyo hari pertama TGM 29 dipimpin langsung oleh Ketua Umum NSI di Vihara Vimalakirti NSI Jambi.

A

B

C

A, B, C: Suasana upacara pembukaan TGM 29 dengan inspektur upacara Dirjen Bimas Buddha RI.

Sesi ceramah gosyo dipandu oleh Ketua Umum NSI, didampingi oleh Ketua PPS NSI dan Dharma Duta

Suasana diskusi dalam Focus Group Discussion (FGD).


Keseruan peserta ketika mengikuti sesi cerdas cermat.

dilanjutkan dengan rayapan tali satu, di mana para peserta diajarkan teknik menyebrang dengan menggunakan satu tali tambang. Pada malam harinya, para peserta mendapatkan pembekalan tentang cara menggunakan kompas sebagai penunjuk arah. Pada hari ke-6, acara diisi dengan sesi diskusi bersama Nara Sumber. Nara Sumber yang pertama adalah ibu Connie Rahakundini yang merupakan Pakar Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) Republik Indonesia. Nara Sumber yang kedua, yaitu bapak Radhar Panca Dahana sebagai Pakar Budaya, Jurnalistik, Sastra, dan Sosiologi Nasional. Kedua Nara Sumber ini memberikan pemaparan yang sangat menarik tentang pentingnya meningkatkan ketahanan, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun

Dokyo syodai ci Candi Muaro Jambi.

Peserta TGM 29 di kawasan Candi Muaro Jambi.

Upacara gongyo bersama.

Agustus 2016 | Samantabadra

11


liputan budaya, dalam upaya untuk membangun Indonesia. Yang paling utama adalah bagaimana cara membangun mental setiap individu, terutama generasi muda yang akan berperan sebagai penerus bangsa di masa depan. Acara selanjutnya, yaitu malam kreativitas, di mana masing-masing kelompok mempersembahkan sebuah penampilan, baik berupa tarian, nyanyian, maupun drama dengan mengangkat kebudayaan dari satu daerah tertentu. Malam kreativitas ini juga turut dimeriahkan oleh umat Jambi melalui penampilan angklungnya. Pada hari ke-7, yang merupakan hari terakhir para peserta berada di Jambi, diisi dengan sesi kesan pesan. Para peserta terlihat sangat antusias dan tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa menyampaikan kesan pesan mereka selama mengikuti TGM ini. Bagi mereka, setiap kegiatan yang diadakan di TGM 29 sangatlah bermanfaat, memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman baru. Di samping itu, mereka juga merasa lebih bangga beragama Buddha dan bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. 12

Samantabadra | Agustus 2016

Keseruan peserta TGM 29 dalam sesi permainan dan kreativitas.

Mereka bertekad untuk lebih rajin gogyo daimoku dan sungguh-sungguh mengaplikasikan ajaran Buddha Niciren Daisyonin

ke dalam kehidupan seharihari. Tidak terasa TGM 29 pun berakhir, sampai jumpa kembali di TGM 30! (Megah)


Peserta berkumpul di depan markas Yonif 142, mengawali pelatihan bela negara.

Instruktur melatih peserta untuk memberikan salam dengan semangat.

Kebersamaan dalam sesi api unggun di Mako Yonif 142.

Ketua Umum NSI memberikan plakat dan tanda mata kepada nara sumber Bapak Radhar PD.

Ketua Umum NSI memberikan plakat dan tanda mata kepada nara sumber Ibu Connie R.

Agustus 2016 | Samantabadra

13


liputan

Generasi muda NSI Jambi menampilkan tarian penyambutan untuk menyambut Ibu Connie dan Bapak Radhar. Sesi pengenalan senjata api oleh instruktur.

Suasana makan selama pelatihan.

Penampilan angklung umat NSI Jambi pada acara malam keakraban TGM 29.

Foto bersama Ketua Umum NSI, Ketua PPS NSI, Ketua Wilayah NSI Jambi dan Ibu, beserta jajaran pimpinan wilayah dan daerah Jambi.

14

Samantabadra | Agustus 2016


Kesan Pesan TGM 29 Jambi, 17 - 24 Juni 2016

Karunia Damayanti / Nia (Tegal Alur) TGM sangat berarti untuk saya. Saya mengikuti TGM mulai dari TGM 24 sampai dengan TGM 29, tidak pernah absen. Rasanya bahagia sekali bisa ikut TGM. Setiap TGM memiliki kesan yang berbeda-beda. Salah satu manfaatnya adalah bisa mempunyai banyak teman. Selain itu, di TGM 28 dan 29 juga ada pelatihan bela negaranya. Dari pelatihan ini, saya mendapatkan banyak pelajaran, seperti belajar disiplin dan bertanggung jawab. Saya pasti akan sangat merindukan Jambi. Terima kasih kepada teman-teman, semuanya hebat. Kita harus terus meningkatkan semangat dan keberanian kita sebagai generasi muda NSI. Felen Dinata (Cianjur) Menurut saya, gosyo di TGM ini bagus. Dalam gosyo dikatakan bahwa kita harus menyebarkan dharma dengan mengorbankan diri sendiri. Yang dimaksud dengan mengorbankan diri sendiri adalah kita menggunakan hidup kita kali ini dengan sebaik-baiknya dan mengurangi kegiatan-kegiatan yang tidak penting. Kurangi bermain gadget, waktu yang kita punya lebih baik digunakan untuk melakukan hal-hal yang lebih penting, untuk syinjin dan memikirkan negara di masa depan. Kita harus yakin Indonesia pasti maju, masa depan Indonesia ada di tangan kita. Kita sama-sama berusaha untuk membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Menurut saya, TNI adalah pekerjaan yang sangat mulia karena mereka berani mengorbankan dirinya untuk negara. Dari pelatihan bela negara, saya juga belajar untuk lebih menghargai makanan yang saya dapat, karena di luar sana masih banyak orang yang mati kelaparan. Jovan (Bekasi) Awalnya saya sempat ragu untuk ikut TGM, saya pikir uangnya lebih baik digunakan untuk jalan-jalan saja. Tetapi setelah mengikuti TGM, saya merasa sangat senang karena bisa mendapatkan banyak teman, khususnya temanteman dari Jambi. Tujuan TGM bukan untuk jalan-jalan, melainkan untuk melatih diri kita. Saya mengikuti TGM baru dua kali dan ini pertama kalinya saya maju untuk menyampaikan kesan pesan. Dari pelatihan bela negara, saya menyadari bahwa kita hidup dan bernafas di Indonesia. Karena itu, sudah sepantasnya kita melakukan balas budi terhadap negara kita. Saya juga kagum dengan anak-anak, GM, dan bapak ibu dari Jambi.

Tri Prabowo (Wonogiri) Di sini saya merasa sangat senang karena punya banyak teman, walaupun sempat pusing karena naik bus terlalu lama. Saya belajar untuk tidak mudah mengeluh, menjadi lebih berani, dan bertanggung jawab. Saya ingin membela negara ini dengan cara menjadi pribadi yang baik. Agustus 2016 | Samantabadra

15


liputan Jefry Dwijaya (Jambi) Ini pertama kalinya saya ikut TGM. Satu hari sebelum TGM, para GM Jambi sudah mulai menginap di vihara, menanti kedatangan teman-teman semua. Malam keakrabannya seru, semua kelompok tampil dengan kreatif. Pesan saya, semoga TGM selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Silviana Laurent / Pia (Bandung) Selama mengikuti TGM ini, saya merasa sangat bahagia. Saya senang bisa bertemu dengan teman-teman semua yang merupakan jodoh baik. Saya punya tugas untuk bisa membawa semangat ini ke Bandung. Tahun lalu setelah selesai TGM di Bandung, saya punya icinen ingin terus ikut kensyu tapi ada absen satu kali. Tahun ini saya janji akan full ikut kensyu sampai ketemu di TGM 30. Kepada tuan rumah Jambi, bapak ibu dan GM nya, terima kasih karena sudah menjadi tuan rumah yang baik dan menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Pesan dari saya, kita ketemu di TGM 30! Angela Yuliasta (Kelapa Gading) Dari gosyo, saya belajar bahwa kita harus sungguh percaya kepada hukum Nammyohorengekyo. Selain kita menjadi kapal bagi diri kita sendiri, kita juga harus mengajak orang lain untuk naik kapal. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar gosyo supaya kita bisa syakubuku orang lain. Kita harus memunculkan kesadaran Buddha kita, supaya muncul prajna baik untuk mengatasi kesesatan diri kita. Saya belajar untuk cinta tanah air dan membela negara.

Feny Alson (Rajawali) Saya sudah mengikuti TGM sebanyak empat kali dan TGM 29 ini yang paling berkesan bagi saya. Pertama, karena kita telah menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan menggunakan bus. Dengan adanya pelatihan bela negara, kita menjadi pribadi yang lebih disiplin dan belajar untuk bisa memikirkan orang lain. Saya bertekad untuk selalu melantunkan Nammyohorengekyo dengan baik dan sepenuh hati, karena Nammyohorengekyo adalah mantra yang agung. Sejak saya kecil, saya memiliki kebanggaan terhadap NSI. Bapak Suhadi telah mengundang para pembicara hebat, sehingga kita bisa mendapatkan banyak pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk diri kita. Tidak hanya di kalangan generasi muda saja, tetapi juga di kalangan anak-anak, bapak ibu, dan lansia. Kita sebagai generasi muda Buddhis harus bisa memberikan contoh yang baik, jangan sampai menjadi pengaruh buruk bagi orang lain. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan moment TGM dengan sebaik-baiknya.

16

Riki Sandy (Cengkareng) Selama TGM, banyak hal yang membuat saya berkesan. Mulai dari pelajaran gosyonya, kegiatan bela negara, serta pengetahuan yang telah disampaikan oleh narasumber kita, pak Radhar dan bu Connie. Oleh karena itu, kita harusnya bisa mengikuti setiap kegiatan dengan semaksimal mungkin. Di TGM ini, kita diajarkan untuk membangun kapal yang dilandasi dengan hukum Nammyohorengekyo, dilatih untuk membela negara, dan belajar memimpin diri kita sendiri. Diharapkan setelah pulang dari TGM, kita bisa lebih mandiri, disiplin, dan mengaplikasikan semua yang didapat di sini ke dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat yang kita dapat selama TGM jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang sudah kita keluarkan. Samantabadra | Agustus 2016


Jason Sianandar (Bekasi) Banyak yang saya dapat selama TGM 29 ini. Salah satunya adalah pengalaman menempuh perjalanan selama 30 jam, sungguh luar biasa. Gosyo yang disampaikan mengajarkan kita untuk menjadi kapal Nammyohorengekyo bagi diri kita sendiri. Saya juga banyak belajar tentang sejarah di Jambi dan tentang kerajaan Sriwijaya. Semuanya membuat saya menjadi lebih bangga terhadap Indonesia. Melalui para pembicara, pak Rahdar dan bu Connie, saya menangkap pesan bahwa kita harus mengurangi penggunaan gadget, lakukan hal-hal yang lebih bermakna, dan tingkatkan rasa nasionalisme terhadap negara. Nicholas Justin (Tangerang) Setiap TGM bagi saya sangat berkesan. Selama pelatihan bela negara, saya berusaha mengikuti dengan sebaik-baiknya. Pelajaran tentang kedisplinan yang kita dapat, apabila dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, pasti akan berguna bagi diri kita. Generasi muda harus menumbuhkan rasa memiliki dan semangat untuk membangun bangsa, belajar dari kerajaan Sriwijaya.

Hendry Lu (Medan) Tujuan saya mengikuti TGM adalah untuk membawa semangat ke daerah saya. Menurut saya, teman-teman yang mengikuti TGM 29 telah mengalami peningkatan dari tahun lalu. Setiap kali mengikuti TGM, kita harus punya visi atau tujuan yang ingin kita capai dari kegiatan ini. Saya juga ingin memberikan saran kepada tim pelaksana agar ke depannya dapat membuat acara yang lebih baik dan kreatif lagi.

Edison Njotodjojo (Surabaya) Saya datang ke TGM ini dengan semangat yang sudah hampir habis di daerah saya. Orangtua saya juga kurang begitu mendukung saya untuk mengikuti TGM. Selain itu, saya juga menghadapi godaan dari teman-teman saya yang mengajak traveling. Tetapi, saya lebih memilih TGM, karena saya bisa mendapatkan banyak hal di sini. Dari gosyo, saya menangkap makna bahwa diri kita sendirilah yang harus menjadi kapal Nammyohorengekyo dalam mengarungi lautan hidup mati untuk mencapai kesadaran Buddha. Melalui kunjungan ke candi Muaro Jambi dan pemaparan tentang kerajaan Sriwijaya, saya menjadi lebih bangga terhadap Indonesia. Dari pelatihan bela negara, saya belajar disiplin dan tidak bersikap egois. Saya berterima kasih kepada bapak ibu dan GM Jambi yang sudah mempersiapkan TGM ini dengan baik.

Eka Saputra (Bangka) TGM kali ini berkesan bagi saya, karena ini pertama kalinya saya berangkat dari Bangka sendirian. Saya punya icinen, di TGM kali ini saya harus berani maju untuk menyampaikan kesan pesan dan melakukan perubahan. Jika kita mengikuti TGM tanpa melakukan perubahan, sama saja bohong. Di pelatihan, saya belajar menjadi orang yang disiplin. Waktu yang saya lewati selama mengikuti TGM sangatlah berharga, karena ada banyak hal yang bisa saya dapat. Christine Patricia (Lampung) Ini pertama kalinya saya ngomong di depan. Menurut saya, TGM nya berkesan. Saya merasa senang, gosyo yang disampaikan bagus. Terima kasih kepada bapak ibu dan GM Jambi yang sudah menyiapkan semuanya, makanannya enak-enak. Segala aktivitas yang dilakukan selama TGM bermanfaat sekali dan baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Agustus 2016 | Samantabadra

17


liputan Vinnisia Yulianti (Palembang) Dua minggu sebelum TGM, saya kena jambret. Pada saat itu, saya merasa sangat drop. Saya sempat berpikiran untuk batal mengikuti TGM. Tetapi saya merasa sayang kalau sampai batal, karena setiap TGM memiliki kesan yang berbeda. Oleh karena itu, saya tetap icinen ikut TGM walaupun habis kena musibah. Di sini saya mendapatkan banyak ilmu. Icinen saya, ingin mengajak teman-teman Palembang lainnya untuk ikut TGM tahun depan supaya bisa merasakan manfaat TGM seperti yang saya rasakan. Medita Setiawati (Tangerang) Menurut saya, setiap TGM itu berkesan dan bermanfaat. Tahun lalu saya tidak ikut TGM. Karena itu, saya icinen untuk bisa ikut TGM 29 ini. Saya berjuang mengumpulkan uang agar bisa mengikuti TGM. Saya juga menjalankan gongyo daimoku dengan sungguh-sungguh. Meskipun sempat ada kendala di keuangan, tapi akhirnya saya dan adik saya bisa ikut TGM. Gosyonya bagus sekali. Di pelatihan, saya belajar untuk lebih disiplin, bersyukur, dan bertanggung jawab. Melalui kunjungan ke candi, saya menjadi lebih bangga sebagai umat Buddha dan sebagai warga Indonesia. Pesan saya, mulai belajar menabung untuk ikut TGM tahun depan. Marvel Kinantan (Bogor) Saya sudah mengikuti TGM sebanyak lima kali. Disadari atau tidak, setiap kali kita mengikuti TGM, ada perkembangan secara bertahap yang terjadi pada diri kita. Dulu awal saya ikut TGM, saya sulit bersosialisasi. Tapi sekarang sudah lumayan. Selain itu, TGM juga bisa memberikan pengaruh baik bagi orang-orang di sekitar kita. Contohnya adik saya. Setelah melihat saya terus menerus ikut TGM, dia juga ingin ikut TGM. Icinen saya tahun lalu, saya ingin agar semua GM Bogor bisa ikut TGM. Dan hal itu terjadi di TGM kali ini. Tahun depan, saya ingin agar semua GM dari setiap daerah bisa mengikuti TGM. Kita sebagai generasi muda tidak punya waktu untuk berleha-leha, bangsa ini menunggu untuk dibangun. Indonesia pasti bisa mempengaruhi dunia, seperti pada jaman Sriwijaya dulu.

Ketua Umum NSI (Kesimpulan) Menurut saya, kesan pesan yang disampaikan oleh peserta TGM 29 sudah lebih meningkat bila dibandingkan dengan TGM 28. Kualiatas dari suatu bangsa dilihat dari sumber daya manusianya. Semakin bagus kualitas SDM nya, maka semakin bagus juga kualitas dari bangsa tersebut. NSI turut mengambil peranan dalam membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. NSI memberikan landasan yang kuat dan benar, yang dapat digunakan seterusnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Jiwa kita penuh dengan kegaiban. Yang dimaksud dengan gaib adalah sesuatu yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia biasa, hanya bisa dimengerti oleh Buddha dengan Buddha. Masa depan Indonesia ada di tangan kita. Mulailah dari sekarang, lakukan yang terbaik untuk diri kita, keluarga, susunan, dan negara. Selama TGM, kita harus berusaha untuk melatih diri kita sendiri di dalam mengikuti berbagai kegiatan. Kita harus bangga sebagai murid Niciren, bangga beragama Buddha. Selain itu, kita juga harus bangga sebagai warga negara Indonesia. Terima kasih atas sikapnya yang baik selama TGM dan sampai jumpa di TGM 30. eee

18

Samantabadra | Agustus 2016


Peserta Kensyu Gosyo Umum dari Malaysia

P

erkembangan dan kiprah NSI ternyata tidak hanya dikenal di dalam negeri. Pada bulan Juni 2016, 30 umat Buddha dari Malaysia yang tergabung dalam Nichiren Buddhist Association (NBA) mengikuti Kensyu Gosyo Umum bulan Juni 2016 di Mahavihara Saddharma NSI, Bogor yang berlangsung pada tanggal 25-26 Juni 2016. Kedatangan mereka didahului dengan sesi perkenalan dan ramah tamah di Vihara Sadaparibhuta NSI pada hari Jumat, 24 Juni 2016. Dalam kesempatan tersebut NSI melakukan pagelaran pameran foto kegiatan NSI selama ini, baik nasional maupun internasional.

Umat Malaysia melihat foto Ketua Umum NSI yang sedang bersama Presiden RI.

Ketua Umum NSI memberikan sambutan atas kedatangan umat Buddha dari Malaysia.

Agustus 2016 | Samantabadra

19


liputan

Tarian Ibu DKI Jakarta.

Tarian Lansia.

Paduan Suara Bapak-Ibu DKI Jakarta.

Grup Angklung Gita Pundarika (DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat).

20

Samantabadra | Agustus 2016

Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Umum NSI dan koordinator NBA, kemudian ada sesi berbagi cerita pengalaman oleh umat NSI dan NBA. Umat NSI Jakarta dan sekitarnya yang hadir menampilkan kesenian NSI, di antaranya Paduan Suara Bapak-Ibu, tarian dan angklung. Kegiatan hari itu ditutup dengan gongyo sore bersama. Hari Sabtu pagi, rombongan peserta kensyu dari Malaysia ini terlebih dahulu mengunjungi Vihara Vimalakirti NSI Bogor. Di sana mereka diajak untuk mengenal lebih dekat susunan NSI Bogor beserta kegiatan-kegiatan yang dilakukan NSI dalam pembinaan umat. Setelah itu diadakan sesi berbagi pengalaman syinjin antar umat Bogor dan Malaysia. Sore harinya, kegiatan kensyu gosyo dimulai dengan gongyo sore bersama yang dipimpin oleh Ketua Umum NSI. Kedatangan peserta kensyu dari Malaysia memberikan nuansa yang berbeda pada kensyu kali itu. Pada sesi pembabaran gosyo, diberikan sedikit pengantar dalam bahasa Inggris, kemudian dilanjutkan dengan ceramah oleh Bapak Suhadi dan Ibu Irawati. Kebanyakan dari mereka menguasai bahasa melayu sehingga bisa mengikuti sesi ceramah dan menangkap


Rampak Gendang umat NSI Bogor.

pesan yang disampaikan dalam ceramah berbahasa Indonesia. Kensyu kali itu juga bertepatan dengan diselenggarakannya Temu Anak-Anak NSI (Tansi). Setelah sesi pembabaran gosyo, anak-anak NSI yang mengikuti Tansi menampilkan kebolehan mereka dalam menari dan menyanyi. Ketua umum NSI menyampaikan harapannya agar susunan NSI beserta segenap umatnya dapat terus berkembang dan menjalankan syinjin dengan sungguh-sungguh, sehingga kita bisa terus melakukan syakubuku secara luas dan mengembangkan jaringan sosial. Hal ini penting agar kita dapat berpikiran maju dan berwawasan luas dengan ajaran Buddha Niciren sebagai landasan berpikirnya sehingga kita sebagai murid Buddha Niciren mampu membangun masyarakat dan bangsa Indonesia. (Wantie/Sam)

Peserta Tansi dan Kensyu Gosyo Umum Juni 2016 pada saat upacara gongyo pagi.

Pertukaran tanda mata antara Ketua Umum NSI dan pengurus NBA.

Agustus 2016 | Samantabadra

21


liputan

Gerakan Kebersihan Gabungan di Mahavihara Saddharma NSI P

agi-pagi sekali rombongan umat dari DKI dan Banten telah berkemas-kemas di rumah masing-masing agar dapat berangkat jam 6 pagi menuju Vihara Saddharma NSI. Kali ini mereka berangkat dengan misi kebersihan sebagai bagian dari pertapaan kebodhisattvaan. Ada 50 umat NSI dari DKI Jakarta dan Banten ditambah 30 umat dari Bogor termasuk Cisalak, membentuk barisan besar. Dipimpin oleh Ketua Wilayah DKI Jakarta, Bapak Niki, acara ini berlangsung lancar meskipun terkendala pasokan air yang minim. Sasaran gerakan kebersihan ini ialah seluruh areal vihara mulai dari bhakti sala, tanggatangga depan dan belakang, asrama wanita dan pria, kantin atas dan bawah hingga lapangan rumput di depan vihara. Di ruang bhakti sala, pekerjaan meliputi pembersihan butsudan, altar, kabang-kabang di bagian-bagian atas. Umat bahu-membahu mengerjakan semua pekerjaan ini. Yang paling sukar ialah membersihkan dan merapikan gulungan karpet untuk panggung dan upacara pernikahan yang rata-rata 30 meter panjangnya. Poses penggulungan karpet yang sangat panjang ini melibatkan paling tidak 5 orang di ujung-ujungnya

22

Samantabadra | Agustus 2016

dengan upaya merapikan pinggiran agar tidak menonjol. Hasil gulungan dengan diameter 50 cm. Membersihkan tangga-tangga depan dan belakang sangat menyedot tenaga umat karena pasokan air yang minim dan harus diambil dari kamar mandi wanita di bawah. Beberapa pria bertugas mengangkut air dari kamar mandi wanita bawah ini ke lapangan parkir tepat di bawah tangga-tangga belakang. Beberapa ibu terlihat gigih menggeser meja-meja makan agar pengepelan lebih efektif di area kantin. Seorang bapak terlihat menyikati anak-anak tangga pinggir kantin.


Acara ini sangat bermanfaat untuk menjalin hubungan baik dan persahabatan di antara para umat berbagai daerah atau wilayah yang jarang bertemu dan bergaul sehingga bisa saling mengenal lebih jauh sambil bekerja. Manfaat lainnya, membuat dan menanamkan rasa memiliki dan rasa bertanggung jawab sekaligus rasa memiliki atas vihara tercinta yang dibangun dengan penuh perjuangan. Kiranya kegiatan kebersihan bersama seperti ini dapat terus terlaksana di Mahavihara Saddharma NSI maupun vihara di daerah-daerah lainnya. (Kyanne

Virya)

Agustus 2016 | Samantabadra

23


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Berita kepada Matsuno Dono

LATAR BELAKANG|

M

atsuno Rokuro Zaemon Nyudo adalah seseorang yang bertempat tinggal di Matsuno, Desa Ibara Daerah Suruga. Kapan ia dilahirkan tidak jelas adanya, namun diperkirakan ia wafat pada tahun 1279 (Koan 2). Begitupun perihal kapan ia mulai menganut kepercayaan Agama Buddha tidak jelas adanya, namun diperkirakan dengan perantara Nikko Syonin atau melalui hubungan dengan keluarga Nanjo, sehingga menganut kepercayaan terhadap ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Keluarga dari istri Matsuno Rokuro Zaemon merupakan keluarga besar, sehingga kira-kira ada empat orang yang berhubungan dengan Buddha Niciren Daisyonin. Dan surat-surat yang diterima dari Buddha Niciren Daisyonin lebih dari 13 pucuk surat. Surat ini ditulis pada bulan ke-2 tahun 1276, yang ditujukan kepada Matsuno Dono yang memberikan sumbangan berupa jeruk dan barang-barang lainnya kepada Niciren Daisyonin di Gunung Minobu. Dan melalui surat ini dijelaskan keagungan kurnia kebajikan dari sumbangan kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra Masa Akhir Dharma. 24

Samantabadra | Agustus 2016

Surat ini terbagi dalam tiga bagian, pertama, menjelaskan kedudukan pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra. Kemudian menjelaskan kurnia kebajikan dalam mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, dan yang terakhir menjelaskan keagungan kurnia kebajikan dari sumbangan terhadap pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Pertama-tama menjelaskan bahwa Saddharmapundarika-sutra mengungguli segala sutra apapun. Begitupun sama halnya dengan orang-orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra lebih unggul dari siapapun juga. Selama 700 tahun lebih Agama Buddha masuk ke Negeri Jepang. Walau ada orang yang membaca Saddharmapundarika-sutra, namun tiada seorangpun yang menyebut Nammyohorengekyo selain Niciren Daisyonin seorang diri yang pertama kali menyebutnya. Welas asih agung yang penuh semangat dari Buddha Niciren Daisyonin dalam penyiaran Dharma telah dibalas dengan penganiayaan oleh penguasa dengan berbagai penindasan, dan hukuman pembuangan di Semenanjung Izu dan Pulau Sado. Walau


dihadapkan pada penganiayaan yang sedemikian berat, namun Niciren Daisyonin telah menarik pengalaman pelaksana Saddharmapundarika-sutra masa lampau yang dalam penyiaran dharma telah dihadapkan pada penderitaan yang lebih berat, sehingga dengan keyakinan yang kuat Niciren Daisyonin menandaskan bahwa walau dihadapi dengan penganiayaan yang bagaimanapun tidak akan menghentikan pelaksanaan sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Ketika surat ini ditulis, Niciren Daisyonin berada di Gunung Minobu yang sangat dingin udaranya, di samping itu juga murid-murid

Beliau di berbagai daerah telah melalui hariharinya dengan penuh penderitaan. Dalam keadaan yang sedemikian rupa, Matsuno Rokuro Zaemon yang belum pernah bertemu dengan Niciren Daisyonin sekalipun, telah menaruh kepercayaan serta menyumbang kepada Niciren Daisyonin. Untuk menjawab kesungguhan hati Matsuno dono, Niciren Daisyonin melalui surat ini telah menjelaskan bahwa mungkin karena karma baik masa lampau, sehingga betapa besarnya kurnia kebajikan sumbangan kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra.

ISI GOSYO |

J

eruk satu keranjang dan berbagai barang telah Saya terima dengan baik. Dalam Bab Baisyajaraja, (Bab 23), jilid ke-7 Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Di antara sedemikian banyak bintang-bintang, sinar rembulanlah yang paling utama. Begitupun sama halnya dengan Saddharmapundarika-sutra ini. Di dalam kumpulan Sutra yang berjumlah milyaran jenisnya, Saddharmapundarika-sutra lah yang paling terang sinarnya.� Makna dari kalimat ini adalah bintang-bintang di langit ada yang setengah mil, ada yang satu mil, ada yang delapan mil, begitupun ada yang 16 mil, bulan purnama di langit dikatakan 800 mil.

Di antara seluruh Ajaran Suci Buddha Sakyamuni terdapat berbagai sutra yang tak terhingga jumlahnya. Antara lain Sutra Kegon yang terdiri dari 60 jilid ataupun 80 jilid, Sutra Hannya yang terdiri dari 600 jilid, Sutra Hoto yang terdiri dari 60 jilid, Parinirvana-sutra yang terdiri dari 40 jilid ataupun 36 jilid, Vairocana-sutra, Sutra Vajra, Sutra Susiddhi, Sutra Vipasyana, Amitabha Sutra dan lain-lain adalah sama seperti bintang-bintang, sedangkan Saddharmapundarika-sutra adalah sama seperti rembulan. Ini sama sekali bukan katakata yang diucapkan oleh para guru sastra (ronshi) dan guru manusia (ninshi) seperti Bodhisattva Nagarjuna, Bodhisattva Asamga, Mahaguru Tien-tai dan Subhakarasimha, melainkan petuah emas Sang Buddha Sakyamuni. Hal mana sama seperti amanat dari seorang kaisar. Dan juga dalam Bab Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Begitupun sama halnya dengan orang-orang yang dapat menerima dan mempertahankan sutra ini, maka di antara seluruh mahluk hidup, merekalah yang paling mulia.� Kalimat ini berarti bagi orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, seandainya ia adalah seorang lelaki yang berkedudukan sebagai rakyat jelata yang amat rendah derajatnya, namun ia lebih unggul daripada Dewa Mahabrahma, Dewa Indra, Dewa Chaturmaharaja, Cakravarti Aryaraja sebagai penguasa-penguasa dari Triloka dan juga lebih unggul dari Agustus 2016 | Samantabadra

25


materi ajaran | gosyo kensyu raja-raja di Tiongkok dan Jepang. Sudah barang tentu lebih unggul dari para bangsawan dan para menteri dari keluarga Minamoto, keluarga Taira maupun rakyat jelata lainnya. Sedangkan seandainya ia adalah seorang wanita, maka ia lebih unggul dari Permaisuri Kausikapatni, Sridewapatni, atau Permaisuri Lie dari Kerajaan Han dan Permaisuri Yang Kuei Fei maupun seluruh wanita yang tak terhitung jumlahnya. Bila merenungkan hal ini lebih mendalam, maka kalau menyebarluaskan Hukum Agama Buddha dengan percaya terhadap sutra ini, pasti akan timbul rintangan yang maha dahsyat. Karena orang-orang sulit untuk memercayainya, maka kalau kita berpikir untuk tidak percaya terhadap Sutra ini, berarti telah meragukan kata-kata emas Sang Buddha. Kesalahan ini dengan jelas dikatakan dalam kalimat Saddharmapundarika-sutra, bahwa pasti akan jatuh ke dalam neraka Avici. Apakah dapat memiliki kepercayaan seperti yang dijelaskan dalam kalimat Sutra atau tidak, amatlah sulit untuk menentukannya. Dengan demikian, bagaimanakah seharusnya sikap kita?

Leluhur Buddha Sakyamuni selama 40 tahun lebih tidak menjelaskan Hukum ini dan menyimpannya dalam hati. Pada akhirnya, ketika Beliau berusia 72 tahun barulah Hukum ini dijelaskan di Ghridakuta, yang terletak di sebelah Timur Laut Kota Rajagriha, India Tengah di dalam Jambudwipa. Setelah 1.400 tahun lebih wafatnya Sang Buddha, Hukum agama Buddha baru masuk ke Negeri Jepang dan hingga saat sekarang telah berlalu 700 tahun lebih. Namun demikian, selama 1.400 tahun tersebut, orang-orang di Jepang mulai dari raja, menteri, hingga seluruh rakyat jelata tak seorang pun mengetahui hal ini. Hari ini, walaupun Saddharmapundarika-sutra telah masuk di Jepang, namun ada yang menyebutnya sebagai Amitabha. Ada yang mencurahkan jiwa raga kepada Mantra (Syingon) dan juga ada yang percaya dengan mempertahankan pantangan dan melaksanakan Zen. Begitupun walau terdapat orang yang membaca Saddharmapundarika-sutra, namun tiada seorangpun di negeri Jepang yang menyebut Nammyohorengekyo dari dasar kalimat sutra. Niciren sejak awal musim panas (bulan ke-4 tahun ke-5 Kencho), selama 20 tahun lebih hanya seorang diri menyebut Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra. Karena orangorang pada waktu itu umumnya menyebut Amitabha, maka semua orang mentertawakan dengan sinis. Kemudian ada yang mengejek, memukul, memenggal, maupun menjatuhkan hukuman pembuangan hingga hampir-hampir terbunuh. Karena ini bukan sesuatu yang terjadi dalam satu hari, dua hari, satu bulan, dua bulan, ataupun satu tahun, dua tahun, sungguh merupakan sesuatu yang sulit dipikirkan dan diatasi.

Namun demikian, kalau melihat kalimat Saddharmapundarika-sutra di mana Raja Suzudan yang mencari Hukum Sakti telah dituntut oleh Dewa Asi dengan mempersembahkan badannya sebagai lantai selama ribuan tahun, Bodhisattva Sadaparibhuta demi menyebarluaskan Hukum Sakti telah dicaci maki oleh orang-orang, dan mengalami penganiayaan berupa ejekan, pukulan dengan pedang, tongkat dan batu selama waktu yang panjang sekali, Bodhisattva Baisyajaraja demi menyumbang Sang Buddha telah membakar dirinya selama 1.200 tahun, dan telah membakar pundaknya selama 72.000 tahun. Dengan mencamkan kalimat Sutra di atas, maka walau dihadapi dengan penderitaan dan tuntutan yang bagaimanapun, walau dalam hati berpikir apakah mungkin menghentikan kesungguhan hati untuk penyebarluasan Saddharmapundarika26

Samantabadra | Agustus 2016


sutra, namun demikian sampai saat sekarang pun sama sekali tetap tidak mundur dari kepercayaan. Di samping itu, Anda adalah seorang penganut biasa dan juga sama sekali belum pernah bertemu dengan Saya. Walau orang-orang semuanya membenci Niciren, mengapa Anda sedemikian menaruh kepercayaan terhadap Saya? Ini pasti karena sebab jodoh pembibitan Buddha dari masa lampau. Oleh karena pada masa mendatang pasti akan mencapai Kesadaran Buddha, sehingga telah membangkitkan hati sedemikian rupa untuk menuntut Hukum agama Buddha. Terlebih dari itu, dalam kalimat Sutra dikatakan, “Orang yang jiwanya kemasukan setan tidak dapat menaruh kepercayaan terhadap Sutra ini.� Sebaliknya, karena dikatakan jiwa Buddha Sakyamuni telah menggantikan iblis dalam jiwa orang tersebut, maka dapat menaruh kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra. Kalau air dapat memantulkan bayangan bulan, maka air itu adalah jernih. Begitupun sama halnya dengan air dari hati Anda yang bersih dapat memantulkan bayangan bulan yang dikatakan sebagai leluhur Buddha Sakyamuni. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan hati. Dalam Bab Dharma Duta, (Bab 10) jilid ke-4 Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Kalau seseorang menuntut jalan pertapaan Agama Buddha selama satu kalpa dengan tangan terkatup di hadapan Sang Buddha dan memuji dengan membaca syair yang tak terhitung jumlahnya, maka orang tersebut akan memperoleh kurnia kebajikan yang tak terhingga. Selanjutnya kalau ia memuji orang yang mempertahankan Sutra ini, maka rejekinya akan lebih besar dan melampaui yang terdahulu.� Makna kalimat di atas berarti kurnia kebajikan orang yang menyumbang kepada bhikku pelaksana Saddharmapundarikasutra yang dangkal prajnanya di masa Akhir Dharma, yang dianiayai oleh ribuan orang yang berkedudukan tinggi maupun rakyat jelata hingga hampir mati kelaparan, akan melebihi kurnia kebajikan dari sumbangan kepada leluhur Buddha Sakyamuni selama satu kalpa yang sangat panjang itu.

Yang dikatakan satu kalpa adalah bila sebuah batu biru sepanjang kurang lebih 80.000 km yang dijadikan sebagai batu asah digosok sampai habis dengan selembar selendang yang sangat ringan, tipis, dan indah seberat tiga Ju oleh Dewa Brahma yang turun ke bumi setiap tiga tahun sekali, maka lamanya waktu yang dipergunakan sampai batu tersebut habis tergosok dinamakan satu kalpa. Dengan demikian, kurnia kebajikan menyumbang pelaksana Saddharmapundarika-sutra pada masa Akhir Dharma yang jahat dan kotor ini, lebih unggul dari sumbangan kepada Sang Buddha dengan harta pusaka yang tak ternilai selama waktu yang sangat panjang. Walau hal ini memang sulit dipercaya, namun dalam Saddharmapundarika-sutra telah tercatat sedemikian banyak hal-hal yang telah dilukiskan sedemikian hebat dan menakjubkan. Kalaupun Anda berpikir untuk tidak percaya, namun kebenaran petuah emas Buddha Sakyamuni telah dibuktikan kebenarannya oleh Tathagata Prabhutaratna. Sedangkan para Buddha telah mengeluarkan lidah yang besar dan panjang menjulang ke langit untuk membuktikan kebenaran tersebut. Hal mana sama seperti surat wasiat sang ayah dengan surat wasiat sang ibu yang dilengkapi dengan surat perintah sang raja. Di mana ketiga pembuktian adalah sama. Siapakah yang dapat meragukan hal yang memiliki pembuktian Agustus 2016 | Samantabadra

27


materi ajaran | gosyo kensyu yang demikian lengkap? Justru orang-orang yang meragukan hal tersebut, seperti guru sastra Vima di India, lidahnya pecah menjadi lima bagian, guru Kao di Tiongkok lidahnya menjadi busuk, guru San Kai badannya telah berubah menjadi ular besar, sedangkan Tokuici di Jepang, lidahnya pecah menjadi delapan bagian. Tidak hanya demikian saja, orangorang yang tidak mau mempergunakan Saddharmapundarika-sutra dan pelaksana-Nya telah mati, kehilangan keluarga maupun hancur negaranya. Hal seperti ini tidak terhitung banyaknya terdapat di Tiongkok dan India. Pertama-tama ketika matahari terbit di ufuk timur untuk memberi sinar kepada Jambudwipa di mana kalau terdapat pelaksana Saddharmapundarika-sutra, maka alam akan membangkitkan hati kegembiraan, sedangkan bagi negara yang membenci pelaksana Saddharmapundarika-sutra, maka alam akan memarahi negeri itu. Terlebih lagi kalau selalu tidak mau mempergunakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra malahan menganiayainya, maka akan menimbulkan kekacauan dan akan diserang oleh negeri lain hingga hancur. Hal ini terlihat dengan jelas dalam kalimat Sutra. Dahulu kala, Tokusyo Doji, seorang anak kecil telah menyumbangkan kue yang terbuat dari tanah kepada Buddha Sakyamuni. Kemudian ia telah terlahir kembali sebagai Raja Asoka, raja dari Jambudwipa dan pada akhirnya mencapai Kesadaran Buddha. Sekarang, Anda telah menyumbang Saddharmapundarika-sutra dengan berbagai buahbuahan. Betapa gembiranya hati Dasaraksasi, seluruhnya sulit dilukiskan dengan katakata. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. Bulan ke-2 tanggal 17

Balasan Kepada Matsuno dono

Hormat Saya,

tertanda Niciren

28

Samantabadra | Agustus 2016


| KUTIPAN GOSYO MENJELASKAN KEDUDUKAN PRIA DAN WANITA YANG MEMPERTAHANKAN SADDHARMAPUNDARIKA SUTRA

maka orang yang melaksanakan penyebutan Nammyohorengekyo dengan sungguh-sungguh akan mengungguli wanita yang bijaksana dan penuh rejeki serta berkedudukan tinggi Bagi orang yang mempertahankan dalam masyarakat umum. Dengan demikian, Saddharmapundarika-sutra, orang yang menerima, mempertahankan dan seandainya ia adalah seorang lelaki menjalankan kepercayaan terhadap Gohonzon yang berkedudukan sebagai rakyat jelata lebih unggul daripada Dewa Mahabrahma, yang amat rendah derajatnya, namun ia penguasa Prathamadhyanabhumi Rupadhatu, lebih unggul daripada Dewa Mahabrahma, yang dikatakan sebagai penguasa dunia saha Dewa Indra, Dewa Chaturmaharaja, ini, Dewa Indra penguasa dari Travastrimsa Cakravarti Aryaraja sebagai penguasadari Kamadhatu yang kedua (Toriten dari penguasa dari Triloka, dan juga lebih Yokkai ke-2), Dewa Caturmaharaja yang unggul dari raja-raja di Tiongkok dan menugasai keempat Benua, serta lebih unggul Jepang. Sudah barang tentu lebih unggul dari Cakravarti Aryaraja yang menguasai dari para bangsawan dan para menteri keempat penjuru. Begitupun kausikapatni, dari keluarga Minamoto, keluarga Taira Permaisuri Dewa Indra, Sridewapatni yang maupun rakyat jelata lainnya. Sedangkan juga disebut sebagai Kathina-dewa-patni seandainya ia adalah seorang wanita, yang memiliki wajah yang indah dan selalu maka ia lebih unggul dari Permaisuri memberi rejeki dan kebajikan kepada manusia, Kausikapatni, Sridewapatni atau Permaisuri Permaisuri Lie dari Kerajaan Han, serta Lie dari Kerajaan Han, dan Permaisuri Yang Yang Kuei Fei, permaisuri kesayangan Kaisar Kuei Fei maupun seluruh wanita yang tak Sien Cung Kerajaan Tang di Tiongkok, yang terhitung jumlahnya. merupakan seorang wanita yang luwes dan berparas cantik serta mahir menyanyi dan Keterangan : menari. Mereka itu mewakili para wanita Kalimat ini adalah kutipan kalimat Bab yang memiliki rejeki, keindahan maupun Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra, yang kepandaian, yang tercatat dalam sejarah. berbunyi, “Begitupun sama halnya dengan Di sini Niciren Daisyonin menandaskan orang-orang yang dapat menerima dan bahwa sekali seseorang menerima, mempertahankan Sutra ini, di mana di antara mempertahankan dan melaksanakan seluruh mahluk hidup, merekalah yang paling Nammyohorengekyo akan lebih unggul mulia�. Hal tersebut menjelaskan kedudukan dari orang-orang tersebut di atas. Tidak pria dan wanita yang mempertahankan peduli masa lampau seseorang, kalau ia Saddharmapundarika-sutra. adalah seorang pria, maka pada umumnya Kalau orang yang mempertahankan tujuan hidupnya adalah untuk memperoleh Dai Gohonzon adalah seorang pria, maka reputasi, kedudukan, pendidikan, dan walau ia berkedudukan sangat rendah kekuatan ekonomi. Akan tetapi, kalau dan hina, namun lebih unggul daripada dipandang berdasarkan filsafat jiwa agama Dewa Mahabrahma, Dewa Indra, Dewa Buddha, maka kesemuanya itu masih belum Chaturmaharaja, Cakravarti Aryaraja sebagai merupakan kebahagiaan yang sesungguhnya. penguasa-penguasa dari Triloka, dan juga lebih Walau memiliki reputasi, kekuasaan ataupun unggul dari raja-raja di Tiongkok dan Jepang. berkedudukan sebagai seorang raja, namun Begitupun, kalau ia adalah seorang wanita, kedudukan tersebut tidaklah kekal, sewaktu-

1

Anak Cabang

Agustus 2016 | Samantabadra

29


materi ajaran | gosyo kensyu waktu dapat hancur, dan ini terlihat dengan jelas dalam sejarah. Justru, tujuan hidup kita bukan mengejar rejeki yang tidak kekal, melainkan memperjuangkan kehidupan yang penuh dengan rejeki yang kekal yang tak terhapuskan. Begitupun sama halnya dengan wanita, kehidupan yang dibangun berdasarkan kecantikan dan harta benda akan runtuh dengan berlalunya waktu. Justru kita tidak menuntut kebahagiaan demikian yang tidak kekal, terlebih dari itu, dalam menegakkan kehidupan sebagai seorang wanita yang mengungguli seluruh wanita, hanya dapat dicapai dengan kepercayaan yang kuat dan murni terhadap Gohonzon, melalui penyiaran Dharma berjuang demi kebahagiaan dan kesejahteraan bangsa dan negara, yang akan membuka suasana jiwa sendiri dan mencapai kemanusiaan Indonesia yang seutuhnya. Hendaknya diketahui bahwa dengan perjuangan demikianlah akan mencapai suasana kebahagiaan yang tertinggi dan mencapai kesadaran Buddha. Amatlah sulit untuk menentukannya.

2

Keterangan : Dalam Bab Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Begitupun sama halnya dengan Saddharmapundarika-sutra ini, di antara segala sutra yang telah dikhotbahkan oleh para Tathagata, Saddharmapundarika-sutra inilah yang paling dalam dan agung”. Sedangkan di bagian lainnya dikatakan : “Begitupun sama halnya dengan orang-orang yang dapat menerima dan mempertahankan Sutra ini, di mana di antara seluruh mahluk hidup, merekalah yang paling mulia”, dan lain-lain. Namun demikian, kalau menyebarluaskan Hukum Agama Buddha dengan percaya terhadap Sutra ini, pasti akan timbul rintangan yang maha dahsyat, sehingga orang-orang sulit untuk mempercayainya. Akan tetapi kalau kita 30

Samantabadra | Agustus 2016

tidak percaya terhadap Saddharmapundarikasutra, maka kita telah meragukan petuah emas Sang Buddha. Kesalahan dari ketidakpercayaan, jelas akan jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tiada putus-putusnya. Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa dalam keadaan sedemikian rupa sulit untuk menentukan sikap yang tepat. Sudah barang tentu, Niciren Daisyonin adalah Buddha masa Akhir Dharma. Dan halhal yang diajarkan di atas adalah dijelaskan berdasarkan pendirian Beliau sebagai manusia biasa (Jido Bonpu). Dan kalau mengamati seluruh perilaku Niciren Daisyonin yang telah dapat mengatasi berbagai penderitaan penganiayaan, yang hampir-hampir merenggut jiwa-Nya, maka justru Niciren Daisyonin telah membaca seluruh petuah emas Sang Buddha tanpa satupun yang tertinggal dengan ketiga karma: badan, mulut dan hati. Hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa Beliau lah satu-satunya orang yang telah melaksanakan petuah emas Sang Buddha. Dalam kehidupan sebagai seorang manusia, terdapat saat sekejap yang terpenting untuk menentukan apakah harus maju atau mundur. Justru dalam saat sekejap itu akan mewujudkan keadaan seadanya dari orang tersebut berupa kejelekan, kebaikan, kemunafikan maupun ketulusan hati dari seseorang. Begitupun sama halnya dalam pelaksanaan kepercayaan. Justru dalam saat sekejap dari “amatlah sulit untuk menentukannya” merupakan sekejap yang menentukan perombakan sifat jiwa dan perubahan nasib seseorang. Justru ketika mencamkan hakikat kehidupan yang sesungguhnya apakah harus maju atau mundur, sesungguhnya merupakan kesempatan yang terbaik menuju pencapaian kesadaran Buddha. Yang menentukan maju atau mundurnya adalah terdapat dalam icinen. Hukum agama Buddha sangat mementingkan icinen ini, karena ini yang menentukan kehidupan seseorang”.


3

Niciren sejak awal musim panas (bulan ke-4 tahun ke-5 Kenco), selama 20 tahun lebih hanya seorang diri menyebut Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra.

Anak Cabang

Keterangan : Niciren Daisyonin memproklamirkan Sekte Niciren Syosyu dengan menegakkan Agama Buddha agung dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, demi penyelamatan seluruh umat manusia pada tanggal 28 April 1253. Keadaan masyarakat pada waktu itu yang sedang dilanda oleh bencana alam, wabah penyakit dan bencana kelaparan, mengalami kekacauan. Dalam keadaan yang tidak tenang dan goncang tersebut banyak bermunculan agama-agama baru yang bagaikan jamur di musim hujan. Di antaranya, Sekte Nembutsu memiliki pengaruh yang terbesar, sehingga pada umumnya rakyat Jepang waktu itu menyebut Amitabha dengan mendambakan kehidupan bahagia di dunia lain di langit sebelah Barat. Terlebih dari itu, cara berpikir Sekte Nembutsu tentang masa Akhir Dharma yang benci terhadap dunia fana ini telah menguasai rakyat pada waktu itu. Niciren Daisyonin yang memproklamirkan Sekte Niciren Syosyu dalam keadaan yang sedemikian rupa, telah ditindas dan dianiaya oleh penguasa dan rakyat dengan fitnahan, bahwa Niciren adalah musuh dari Nembutsu. Akan tetapi karena icinen Niciren Daisyonin untuk menyelamatkan seluruh umat manusia sedemikian kuat, sehingga perjuangan penyiaran Saddharmapundarika-sutra yang berkeyakinan penuh sebagai Buddha Masa Akhir Dharma telah membangkitkan penganiayaan yang lebih dahsyat. Sungguh kehidupan Niciren Daisyonin selama 20 tahun lebih sejak tahun 1253 (Kenco 2) hingga tahun 1276 (Kenji 2) telah membuktikan ramalan kalimat Sutra dari Bab Penegakan (Kanjibon) dengan mengalami berbagai penganiayaan. Dengan demikian, hal-hal apakah yang telah dialami oleh pelaksana Saddharmapundarikasutra masa lampau? Raja Suzudan demi mencari Hukum agama Buddha telah dituntut

oleh Dewa Asi dengan mempersembahkan badannya sebagai lantai selama ribuan tahun. Begitupun Bodhisattva Sadaparibhuta telah dicaci maki dan mengalami penganiayaan berupa pukulan dengan pedang, tongkat, dan batu selama waktu yang panjang. Bodhisattva Baisyajaraja demi menuntut Hukum agama Buddha telah membakar dirinya untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha. Niciren Daisyonin dengan melihat sikap para pelaksana Saddharmapundarika-sutra masa lampau dalam menghadapi penderitaan, sehingga Beliau dengan tabah mengatasi penderitaan dan sama sekali tidak mundur dari kepercayaan. Akan tetapi, oleh karena banyak orang yang melihat penganiayaan pada waktu itu hingga timbul hati keragu-raguan, maka Beliau menarik berbagai perumpamaan masa lampau untuk menghilangkan keraguraguan demikian. Jadi, Niciren Daisyonin telah terlebih dahulu menyadari akan terjadinya penganiayaan demikian, dan menganggap itu sebagai sesuatu yang wajar. Niciren Daisyonin menyadari bahwa dalam penyebarluasan Hukum Agung ini pasti akan dibarengi dengan penderitaan penganiayaan yang berat, sehingga dalam menyebarluaskan Hukum agama Buddha Beliau telah mengorbankan seluruh jiwa raganya, hal mana merupakan welas asih agung demi menyelamatkan seluruh umat manusia melalui penyebarluasan Hukum Sakti. Dalam Surat Balas Budi dikatakan: “Kalau welas asih Niciren luas dan besar, pasti Nammyohorengekyo akan tersebar luas puluhan ribu tahun hingga masa yang kekal abadi, dimana terdapat kurnia kabajikan untuk membuka kebutaan seluruh umat manusia maupun menutup jalan menuju ke neraka Avici�. Hendaknya kita mencamkan sedalamdalamnya keyakinan dan welas asih agung Buddha Niciren Daisyonin dalam jiwa kita masing-masing.

Agustus 2016 | Samantabadra

31


materi ajaran | gosyo kensyu MENJELASKAN KURNIA KEBAJIKAN ORANG YANG MEMPERTAHANKAN SADDHARMAPUNDARIKA-SUTRA

4

Air dari hati Anda yang bersih dapat membayangkan bayangan bulan yang dikatakan sebagai leluhur Buddha Sakyamuni.

GM

Keterangan : Di sini Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa dalam air yang jernih akan terpantul bayangan bulan dengan jelas. Begitupun, sama halnya, karena hati kepercayaan Matsuno dono yang murni dan bersih, maka dapat bersatu padu dengan Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung yang merupakan wujud sesungguhnya dari Hukum Sakti sehingga memunculkan jiwa Buddha. “Air dari hati dapat membayangkan bayangan bulan.” Dengan percaya dan melaksanakan kepercayaan terhadap Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung dapat memunculkan kekuatan Gohonzon di dalam jiwa kita, yakni dapat memunculkan prajna Buddha dan kekuatan jiwa yang bersih, kaya dan kuat. Air berarti air dari hati. Air itu sendiri tidak akan berubah, akan tetapi kalau mempunyai kepercayaan, air itu menjadi air yang bersih. Sedangkan kalau kehilangan hati kepercayaan, maka akan menjadi air yang keruh. Hati kepercayaan berarti perjuangan terhadap iblis. Air yang betapa jernih pun kalau lengah dalam sekejap hingga kalah terhadap iblis, maka air tersebut akan menjadi keruh. Hal mana sesuai dengan petuah emas Buddha Niciren Daisyonin yang berbunyi, “Walau sedikitpun terdapat hati yang lengah, iblis akan mengambil kesempatan.” MENJELASKAN KURNIA KEBAJIKAN DARI SUMBANGAN KEPADA PELAKSANA SADDHARMAPUNDARIKA-SUTRA Yang dikatakan satu kalpa adalah, bila sebuah batu biru sepanjang kurang lebih 80.000

5 32

Samantabadra | Agustus 2016

km yang dijadikan sebagai batu asah digosok sampai habis dengan selembar selendang yang sangat ringan, tipis dan indah seberat tiga Ju oleh Dewa Brahma yang turun ke bumi setiap tiga tahun sekali, maka lamanya waktu yang dipergunakan sampai batu tersebut habis tergosok dinamakan satu kalpa. Dengan demikian, kurnia kebajikan menyumbang pelaksana Saddharmapundarika-sutra pada masa Akhir Dharma yang jahat dan kotor ini, lebih unggul dari sumbangan kepada Sang Buddha dengan harta pusaka yang tak ternilai selama waktu yang sangat panjang. Keterangan : Dalam Bab Dharma Duta dikatakan, “Kalau seseorang menuntut jalan pertapaan Agama Buddha selama satu kalpa dengan tangan terkatup di hadapan Sang Buddha dan memuji dengan membaca syair yang tak terhitung jumlahnya, maka orang tersebut akan memperoleh kurnia kebajikan yang tak terhingga. Selanjutnya, kalau ia memuji orang yang mempertahankan Sutra ini, maka rejekinya akan lebih besar dan melampaui yang terdahulu.” Kutipan ini dijelaskan secara mudah untuk dimengerti. Dalam kalimat Sutra ini, mengenai panjangnya waktu satu kalpa, di sini diumpamakan sebagai lamanya waktu yang dipergunakan untuk menggosok sampai habis suatu gunung batu yang besar dengan selendang Dewa Brahma yang tipis setiap tiga tahun sekali. Kurnia kebajikan dari menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra pada masa Akhir Dharma yang jahat dan kotor ini lebih unggul dari sumbangan kepada Sang Buddha selama waktu yang demikian panjang.

6

Di mana ketiga pembuktian adalah sama. Siapakah yang dapat meragukan hal yang memiliki pembuktian yang demikian lengkap?

GM


Keterangan : Walau kadang-kadang kalimat Sutra dalam Saddharmapundarika-sutra sulit dipercaya, namun semua hal yang dikhotbahkan dalam Saddharmapundarika-sutra adalah benar. Jadi, sebagai pembuktian dari kebenaran Saddharmapundarika-sutra, yang pertama adalah pembuktian dari Tathagata Prabhutaratna, kedua adalah pembuktian dari Buddha Sakyamuni dan ketiga adalah pembuktian dari seluruh Buddha-Buddha. 1. Pembuktian Tathagata Prabhutaratna Tathagata Prabhutaratna dari dalam Stupa Pusaka yang dihias dengan ketujuh pusaka berkata dengan suara besar, bahwa pengkhotbahan dari Buddha Sakyamuni adalah benar. 2. Pembuktian dari Buddha Sakyamuni Dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra dikatakan : “Sekarang Saya merasa gembira dengan tanpa kekhawatiran di antara para bodhisattva untuk membuang ajaran sementara dengan tulus dan jujur, dan hanya menjelaskan ajaran untuk mencapai kesadaran agung�. Karena ajaran selama 42 tahun merupakan ajaran sementara, maka ketika menjelang memasuki pengkhotbahan Saddharmapundarika-sutra, dengan tulus dan jujur dijelaskan bahwa mulai sekarang hanya akan menjelaskan ajaran Buddha yang sesungguhnya. 3. Pembuktian dari seluruh Buddha Dalam Bab Kekuatan Gaib Saddharmapundarika-sutra, Sang Tathagata, seluruh Buddha telah mewujudkan wajah dengan mengeluarkan lidah yang panjang dan luas menjulang ke langit. Di India, hal itu merupakan kebiasaan untuk membuktikan kebenaran dari suatu kata-kata.

Catatan

Agustus 2016 | Samantabadra

33


materi ajaran | gosyo kensyu

34

Samantabadra | Agustus 2016


Agustus 2016 | Samantabadra

35


materi ajaran | gosyo kensyu

36

Samantabadra | Agustus 2016


Agustus 2016 | Samantabadra

37


materi ajaran | gosyo kensyu

The Span of One Kalpa I

have received the basket of mandarin oranges and the various other articles that you sent. The seventh volume of the Lotus Sutra, the “Medicine King” chapter, states: “Just as among all the stars and their like, the moon, a god’s son, is foremost, so this Lotus Sutra is likewise. For among all the thousands, ten thousands, millions of types of sutra teachings, it shines the brightest.” This passage means that, among the various stars in the sky, some light a distance of half a ri, some one ri, some eight ri, some sixteen ri,but the full moon in the heavens lights a distance of eight hundred ri. The sixty or eighty volumes of the Flower Garland Sutra, the six hundred volumes of the Wisdom sutras, the sixty volumes of the Correct and Equal sutras, the forty or thirtysix volumes of the Nirvana Sutra, the Mahāvairochana Sutra, the Diamond Crown Sutra, the Susiddhikara Sutra, the Meditation Sutra, the Amida Sutra, and the countless and numberless other sutras are like the stars, but the Lotus Sutra is like the moon—this is what this passage of scripture is saying. And these are not the words of the Buddhist scholars or teachers such as Bodhisattva Nāgārjuna, Bodhisattva Asanga, the Great Teacher T’ien-t’ai, or the Tripitaka Master Shan-wu-wei. These are the golden words of Shakyamuni Buddha, the lord of teachings, which may be likened to the words spoken by the Son of Heaven. The “Medicine King” chapter of the Lotus Sutra also says, “A person who can accept and uphold this sutra is likewise foremost among all living beings.” This passage means that a person who upholds the Lotus Sutra, if a man, though he may be a mere country bumpkin, is superior to the great heavenly king Brahmā, who is the lord of the threefold world, the god Shakra Devānām Indra, the four heavenly kings, the wheel-turning sage kings, and the rulers of the countries of China or Japan; which means, needless to say, that he is likewise superior to the high ministers and nobles of Japan, the warriors of the Minamoto and Taira clans, and the other people of the country. And if such a person is a woman, she will be superior to Lady Kaushika, the goddess Auspicious, the court ladies Lady Li or Yang Kuei-fei of China, or to all the other countless and boundless numbers of women. When we stop to consider, we realize that if we speak out in accordance with these passages of the sutra, we will raise a storm of protest and will have difficulty persuading others. But if we fail to have faith in such passages, we will be doubting the golden words of the Thus Come One, a fault that, as the Lotus Sutra itself makes clear, will destine us to fall into the Avīchi hell. We find ourselves perplexed, uncertain whether to proceed or not. Shakyamuni Buddha, the lord of teachings, for forty and more years kept this doctrine hidden in his breast. But then, when he had reached the age of seventy-two, he expounded it on Mount Gridhrakūta northeast of the city of Rājagriha in central India in the southern continent of Jambudvīpa. Some fourteen hundred years after the passing of the Buddha, this doctrine was first brought to this country of Japan, and over seven hundred years have passed since then. But during 38

Samantabadra | Agustus 2016


those first fourteen hundred years, among the people of Japan, the ruler, the high ministers, and so on down to the common people, there was not one who knew of this doctrine. These days, to be sure, the Lotus Sutra is known in Japan. But some people recite the Nembutsu, some adhere to the True Word teachings, while others follow the Zen school or the observers of the precepts. There are of course some persons who recite the Lotus Sutra, but throughout the whole land of Japan there was not one person who chanted the words Nam-myoho-renge-kyo. I, Nichiren, at the beginning of summer in the fifth year of the Kenchō era [1253] began chanting them. And for the following twenty and more years, I alone have continued to chant them as the great majority of people of our time recite the Nembutsu. And for that, people have all laughed at me, and in the end have cursed, struck, or wounded me; I have been exiled and have almost had my head cut off. Not for just one day or two, one month or two, one year or two did this continue, until I thought it was more than I could bear. But when I read this sutra, I see that there was a king named Suzudan who for a thousand years worked hard like a servant in the service of the seer Asita, even offering his own body as a couch for him tosit on. And that the monk named Bodhisattva Never Disparaging for many years was cursed and defamed or was attacked with swords and staves, shards and rubble. The bodhisattva named Medicine King burned his body for a period of twelve hundred years, and burned his arms for seventy-two thousand years. And when I looked at these examples, I knew that, whatever chastisements I might undergo, I must never allow myself to be dissuaded from my purpose. So I have continued without ceasing or turning aside down to the present. You, however, are a member of the laity, and I am wondering, when I am hated by all others and when you and I have yet to meet in person, why you have been able to put faith in my teachings. This must be entirely because the roots of goodness were planted in you in some past existence, and because the time has now come for you to work to attainBuddhahood in the existence to come. Moreover, passages in the sutra tell us that when demons have entered a person’s body, that person cannot take faith in the sutra, but when the spirit of Shakyamuni Buddha has entered one’s body, then one can believe in this sutra. When the reflection of the moon enters the water, the water becomes pure. In the same way, the reflection of the moon that is Shakyamuni Buddha, the lord of teachings, has entered the waters of your heart, [and your heart has become pure]. I find this most reassuring. The fourth volume of the Lotus Sutra, the “Teacher of the Law” chapter, states: “If there is someone who seeks the Buddha way and for the space of a kalpa presses palms together in my presence and recites numberless verses of praise, because of these praises of the Buddha he will gain immeasurable blessings. And if one lauds and extols those who uphold this sutra, one’s good fortune will be even greater.” This passage of the sutra means that if one offers alms to a votary of the Lotus Sutra in this latter age, one who is of paltry wisdom, oppressed by a myriad people high and low, a monk on the verge of death by starvation, one will gain more blessings than if one had given alms toShakyamuni Buddha, the lord of teachings, for the space of a wholekalpa. This thing called a kalpa—suppose that there is a blue stone measuring eighty thousand ri, so hard that it could never be completely filed away although one worked at it with a file for an immeasurable period. And suppose that a heavenly being, wearing a Brahmā’s featherweight robe, should descend from the sky once every three years and brush the stone with the Agustus 2016 | Samantabadra

39


materi ajaran | gosyo kensyu wonderfully beautiful heavenly feathered robe that she wears. When the stone has finally been completely worn away, that period of time would be what is called a kalpa. And the sutra passage is saying that the blessings one gains by giving alms to a votary of the Lotus Sutra in this muddy age are greater than those gained by giving countless treasures to the Buddha over a period of time as long as that just described. This may seem hard to believe, but the Lotus Sutra abounds with numerous incredible pronouncements such as this. And though you may be inclined to disbelieve them, you must remember that Many TreasuresBuddha testified to the truth of the sutra. Shakyamuni Buddha, the lord of teachings, has assured us of the truth of his golden words. And the various other Buddhas extended their long broad tongues up to the Brahma heaven as further testimony. It is as though the father had handed down a deed of transfer, the mother had added her endorsement, and the worthy ruler had then issued it in the form of a royal proclamation. Since all three persons agree in giving their certification, who could have any doubt as to its veracity? Nevertheless, there were those who doubted: the Scholar Vimalamitra, whose tongue split into five pieces; the Dharma TeacherSung, whose tongue festered in his mouth; the Meditation Master San-chieh, who while he was still alive turned into a huge snake; and Tokuitsu, whose tongue split into eight pieces. And these were not all—in India and China there have been countless persons who, failing toheed the words of the Lotus Sutra and its votaries, have destroyed themselves, ruined their families, and brought destruction to the nation. Most important, one must understand that when the god of the sun rises at dawn in the east, he sends forth his rays of light, opens his heavenly eyes, and observes the southern continent of Jambudvīpa. If there he sees a votary of the Lotus Sutra, he rejoices in heart. But if he sees a country that hates the votary, then his eyes flash with anger and he glares at that country. And if that country in the end refuses to heed the votary and its people are hostile to the votary, then for no apparent reason armed conflict will occur, and the country will be destroyed by forces from another country. This is what the sacred texts tell us. Long ago, the boy called Virtue Victorious fashioned a mud pie and offered it as alms to Shakyamuni Buddha, and later he was reborn as King Ashoka, ruler of Jambudvīpa, and in the end became a Buddha. And now you, the donor, have sent these fruits and other items as an offering to the Lotus Sutra. How great must be the joy of the ten demon daughters! Words cannot express all that I would say. Nam-myoho-renge-kyo, Nam-myoho-renge-kyo. Nichiren The seventeenth day of the second month Reply to Matsuno

40

Samantabadra | Agustus 2016


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Mengenai Stupa Pusaka (Abutsubo Gosyo)

LATAR BELAKANG |

N

ama lain dari surat ini adalah surat Menara Stupa. Ada yang mengatakan surat ini ditulis pada tanggal 13 bulan 3 tahun 1272 (Bun-ei 9), namun ada yang mengatakan ditulis pada tahun 1277. Surat ini merupakan balasan kepada Abutsubo yang menyumbang kepada Niciren Daisyonin serta menanyakan makna kemunculan Stupa Pusaka yang dijelaskan dalam Bab “MuncuInya Stupa Pusaka� Saddharmapundarika-sutra dengan mengajarkan makna mendalam dari Stupa Pusaka. Abutsubo, penerima surat ini, sebelumnya adalah penganut dari filsafat lain, di mana pada mulanya Beliau bermaksud berdebat dengan Niciren Daisyonin di Sanmaido, namun sebaliknya telah berdialog Hukum Agama Buddha dengan Niciren Daisyonin, sehingga Beliau melepaskan kepercayaannya terhadap filsafat lain dan bersama istrinya, Sennici Ama telah menganut agama Buddha Niciren Daisyonin. Sejak saat itu Beliau telah melindungi

Niciren Daisyonin tanpa menghiraukan bahaya dan pengawasan yang ketat terhadap Niciren Daisyonin. Terlebih dari itu, setelah Niciren Daisyonin dibebaskan dari hukum pembuangan di Pulau Sado, dan memasuki Gunung Minobu, walau usia Beliau telah sedemikian lanjut namun telah 3 kali mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu yang letaknya jauh dari Pulau Sado. Ada yang mengatakan bahwa Abutsubo adalah seorang ksatria yang melindungi kaisar Zuntoku. Beliau telah menetap di Pulau Sado ketika kaisar Zuntoku dibuang di Pulau Sado, begitupun ada yang mengatakan Beliau adalah penduduk asIi dari Pulau Sado. Gosyo ini pertama menjelaskan makna rasa terima kasih dan berdana paramita terhadap Gohonzon. Ke dua, menjelaskan makna Stupa Pusaka. Ke tiga, menjelaskan arti sesungguhnya Stupa Pusaka. Dan yang terakhir memberikan kesimpulan dengan mengajarkan sikap kepercayaan yang sesungguhnya. Agustus 2016 | Samantabadra

41


materi ajaran | gosyo cabang ISI GOSYO |

S

urat Anda telah Saya terima dan telah Sаya baca dengan seksama. Barang-barang dana paramitha kepada Stupa Pusaka berupa uang satu renceng, beras putih, dan berbagai barang-barang Iainnya telah Saya terima dengan baik. Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama Saya sampaikan kepada Gohonzon, Saddharmapundarika-sutra, harap Anda bertenang hati.

Anda telah menanyakan. Dalam surat bahwa apakah maksudnya Prabutharatna Tathagata bersama Stupa Pusaka yang muncul dari bumi? Ini adalah ajaran yang maha penting. Mahaguru Tien Tai pernah menerangkan dalam kitab Hokke Mongu jilid VIII bahwa ada dua macam Stupa Pusaka, yaitu sebelum pembuktian (Syozen) dan sesudah pembuktian (Kigo). Sebelum pembuktian (Syozen) adalah ajaran Syakumon, sesudah pembuktian (Kigo) adalah ajaran Honmon. Demikian pula Stupa Tertutup adalah ajaran Syakumon, Stupa Terbuka adalah ajaran Honmon. Ini adalah kedua Hukum Kyo (suasana) dan Ci (prajna). Karena akan semakin rumit, maka penjelasan hal ini Saya tangguhkan sementara. “Makna Pemunculan Stupa Pusaka,” pada hakekatnya berarti ketiga golongan Sravaka setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra baru menyadari Stupa Pusaka dalam jiwanya masing-masing. Sekarang, begitupun sama halnya dengan murid dan penganut Niciren. Setelah memasuki jaman Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika- sutra. Kalau memang demikian, tanpa melihat mulia atau hina serta kedudukan seseorang, barang siapapun yang menyebut Nammyohorengekyo akan menjadi Stupa Pusaka dan juga Tathagata Prabutaratna. Tiada Stupa Pusaka kecuali Myohorengekyo, Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo.

Kini diri Abutsubo Syonin terdiri dari lima unsur besar yaitu tanah, air, api, angin dan ruang. Kelima unsur besar ini adalah kelima kata Daimoku. Maka Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan carа adalah tiada gunanya. Stupa Pusaka ini adalah Stupa Pusaka yang dihiasi oleh ketujuh pusaka, yakni mendengar (Mon), percaya (Syin), menjaga pantangan (Kai), menekаdkan hati (Jo), menjalankan perrtapaan (Syin), membuang keterikatan hawa nafsu (Sya), meninjau diri (Zan). Seakan-akan Anda menyumbang kepada Stupa Pusaka Tathagata Prabutaratna, namun sebenarnya tidaklah demikian, bahkan Anda menyumbang untuk diri Anda sendiri. Jiwa kita sesungguhnya merupakan Tathagata kesadaran pokok dari “Trikaya adalah Ekakaya.” Dengan keyakinan demikian sebutlah Nammyohorengekyo, maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka. Dalam Sutra dikatakan, “Di manapun dikhotbahkan Saddharmapundarika-sutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini.”

Saya merasa sangat berterima kasih, maka Saya pun menulis dan mewujudkan Stupa Pusaka untuk Anda. Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri. Janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka (Gohonzon) 42

Samantabadra | Agustus 2016


ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang kuat. Inilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini.

Sesungguhnya, Anda, Abutsubo harus dikatakan sebagai pemimpin agama Buddha di negeri Utara. Mungkin Bodhisatva Visudhakaritra (Jogyo) telah lahir kembali sebagai diri Anda dan telah menjenguk Saya, Niciren. Sungguh ini adalah suatu hal yang gaib. Walau Saya tidak mengetahui berapa tebalnya kesungguhan hati kepercayaan Anda, namun ini semua adalah karena kekuatan kemunculan, Bodhisatva Visisthakaritra. Tidak akan ada pengertian lain dalam peristiwa ini. Berdoalah Anda, suami-istri kepada Stupa Pusaka. Hal-hal terperinci akan menyusul pada surat berikutnya.

Tahun Bun-ei 9 bulan ke-3 tanggal 13 Kepada Abutsubo

Hormat Saya,

tertanda, Niciren

Agustus 2016 | Samantabadra

43


materi ajaran | gosyo cabang KUTIPAN GOSYO |

1

Barang-barang dana paramita kepada Stupa Pusaka berupa uang satu renceng, beras putih, dan berbagai barang-barang Iainnya telah Saya terima dengan baik. Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama Saya sampaikan kepada Gohonzon, Saddharmapundarikasutra, harap Anda bertenang hati. Keterangan: Bagian ini menjelaskan makna laporan mengenai Gohonzon mengenai kesungguhan hati Abutsubo yang telah menyumbang uang, beras putih, dan barang-barang lainnya kepada Gohonzon. Perjalanan dari Pulau Sado ke Gunung Minobu pada waktu itu memerlukan waktu kurang lebih 20 hari, dengan harus melalui perjalanan yang berbahaya seperti melintasi lautan, mendaki gunung, dan menyeberangi Iembah yang curam, dan pada waktu itu perampok masih sering berkeliaran, begitupun tempat penginapan masih jarang sekali, sehingga dalam menempuh perjaIanan ini harus membawa persediaan makanan sendiri. Dengan perjalanan demikian, Abutsubo mengunjungi Gunung Minobu. Disamping itu, Mongolia baru saja menyerang Jepang dan juga Jepang sedang dilanda wabah penyakit menular, sehingga kalau tanpa kesadaran yang tinggi maka sulit untuk melaksanakan perjalanan yang selalu mengancam jiwa. Namun demikian, Abutsubo dengan mengatasi berbagai kesulitan, telah membawa uang yang ditabungnya serta berbagai barang yang dibuat oleh Sennici Ama, seorang wanita yang luwes. Dalam keadaan demikian, Abutsubo telah meneruskan kepercayaan yang langsung dengan hati Niciren Daisyonin dengan mengatasi rintangan lautan dan pegunungan hingga telah mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu. Dalam kalimat awal surat yang singkat ini telah muncul ketiga 44

Samantabadra | Agustus 2016

nama dari “Stupa Pusaka”, “Gohonzon”, dan “Saddharmapundarika-sutra”, namun itu sama sekali bukan sesuatu yang berlainan, melainkan hanya menunjuk Gohonzon. Jadi dengan meminjam Upacara Stupa Pusaka yang dikhotbahkan dalam Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin telah mewujudkannya sebagai satu helai Gohonzon. Yang diwujudkan dalam Saddharmapundarika-sutra adalah “Stupa Pusaka”, dan Stupa Pusaka diwujudkan sebagai Gohonzon yang merupakan inti hakekat, sehingga walau Saddharmapundarika-sutra, Stupa Pusaka, dan Gohonzon dibariskan berdampingan, namun pada akhirnya tidak lain merupakan Gohonzon. Dan juga kutipan “Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama kami laporkan kepada Gohonzon, Saddharmapundarikasutra”, hendaknya hal ini dibaca sebagai bimbingan sikap kepercayaan yang berdasarkan pada Gohonzon. Seperti yang ditandaskan sebelumnya dalam Kaimokusyo bahwa jiwa Beliau adalah Buddha sesungguhnya untuk Masa Akhir Dharma yang mencakupi Ketiga Kebajikan: Majikan, Guru, Orang tua dan Buddha Trikaya yang tidak dibuat-buat. Walaupun demikian, Beliau selalu menunjukkan pendirian yang menjunjung tinggi berdasarkan Gohonzon. Kutipan “Harap Anda bertenang hati” telah mewujudkan kehangatan hati Niciren Daisyonin bahwa “kesungguhan hati Anda akan sepenuhnya disampaikan kepada Gohonzon Saddharmapundarika-sutra.

2

Anda telah menanyakan dalаm surat bahwa apakah maksudnya Prabhutaratna Tathagata bersama stupa Pusaka yang muncul dari bumi? Ini adalah ajaran yang maha penting. Mahaguru Tien-Tai pernah menerangkan dalam kitab Hokke Mongu jilid VIII bahwa ada dua macam Stupa Pusaka, yaitu


sebelum pembuktian (Syozen) dan sesudah pembuktian (Kigo). Sebelum pembuktian (Syozen) adalah ajaran Syakumon, sesudah pembuktian (Kigo) adalah ajaran Honmon. Demikian pula Stupa Tertutup adalah ajaran Syakumon, Stupa Terbuka adalah ajaran Honmon. Ini adalah kedua Hukum Kyo (suasana) dan Ci (prajna). Karena akan semakin rumit maka penjelasan hal ini Saya tangguhkan sementara. Keterangan: Bagian ini merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Abutsubo bahwa apakah makna sesungguhnya dari munculnya Prabhutaratna Tathagata beserta Stupa Pusaka dalam Bab Munculnya Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra. Pada mulanya seperti Niciren Daisyonin menandaskan bahwa “Ini adalah ajaran yang maha penting” menunjukkan makna yang dimiliki atas pemunculan Stupa Pusaka adalah sedemikian luas dan mendalam, sehingga tidak hanya berakhir dengan pemunculan Stupa Pusaka dalam Bab Munculnya Stupa Pusaka itu saja, melainkan upacara pertemuan di antariksa dari Saddharmapundarika-sutra yang berkembang kemudian dengan memusatkan pada drama kejiwaan yang tiada taranya. Jadi, walau dalam Stupa Pusaka ini terdapat berlapis-lapis makna mendalam yang harus digali sedalam-dalamnya, namun Niciren Daisyonin pada umumnya secara garis besar telah memperkenalkan makna yang dijelaskan Mahaguru Tien-Tai dalam Hokke Mongu, sedangkan pada khususnya telah mewujudkan makna sesungguhnya, berdasarkan pendirian makna mendalam yang tersirat di dasar kalimat yang dirahasiakan. Pada bagian ini, pertama-tama memperkenalkan pendirian berdasarkan ajaran Tien-tai, di mana Niciren Daisyonin sama sekali tidak menjelaskan makna yang rumit dan sulit dimengerti kepada Abutsubo, dan Beliau hanya menjelaskan beberapa pokok penting, seperti yang dikatakan dalam

surat ini, “Karena akan semakin rumit, maka penjelasan hal ini Saya tangguhkan sementara.” Kalau berdasarkan urutan dalam upacara Saddharmapundarika-sutra, maka makna apakah yang dimiliki dalam pemunculan Stupa Pusaka Prabhutaratna? Dimulai dari Bab ke-2 Upaya Kausalya hingga Bab ke-9 Penganugerahan para Sravaka, murid di masa hidup Buddha Sakyamuni keseluruhannya telah memperoleh pengertian dan dianugerahkan untuk memperoleh kesadaran Buddha pada masa mendatang, sedangkan dalam Bab ke-10 Dharma Duta telah dijelaskan kepada Bodhisattva Baisyajaraja tentang cara dan kurnia kebajikan dari penyiaran, menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra setelah wafatnya Buddha Sakyamuni. Bab-bab selanjutnya telah dimulai pengkhotbahan demi penyiaran masa mendatang setelah wafatnya Sang Buddha Sakyamuni. Bab selanjutnya dari Bab Dharma Duta adalah Bab ke-11 Munculnya Stupa Pusaka, dimana Stupa Pusaka yang dikatakan memiliki ketinggian 500 yojana, dan garis tengah 250 yojana telah muncul dari bumi dan bertahta di antariksa, dan pada waktu itu dari dalam Stupa Pusaka terdengar suara besar yang berkata, “Baik sekali, baik sekali. Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni, Paduka dengan prajna agung yang adil merata telah mengajarkan Hukum Ke-Bodhisattva, dan telah dengan bijaksana menjeIaskan Saddharmapundarika-sutra ini yang selalu dipelihara dan dipertahankan oleh seluruh Buddha kepada seluruh makhluk. Begitulah adanya. Seluruh yang dikhotbahkan oleh Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni adalah benar adanya.” Selanjutnya, Buddha Sakyamuni telah menjawab pertanyaan Bodhisattva Maha Pratibana yang menanyakan tentang suara dalam Stupa Pusaka dengan menjelaskan bahwa di dalam Stupa Pusaka terdapat Prabhutaratna Tathagata, dan Prabhutaratna Tathagata ini pasti akan muncul untuk Agustus 2016 | Samantabadra

45


materi ajaran | gosyo cabang membuktikan kebenaran Buddha Sakyamuni atas pengkhotbahan Saddharmapundarikasutra di sepuluh penjuru dunia. Kemudian Buddha Sakyamuni telah mengumpulkan seluruh Buddha-Buddha titisan Beliau dari sepuluh penjuru dunia dalam upacara ini. Untuk itu telah dilaksanakan upacara tiga kali mensucikan tanah air menjadi tanah air Buddha. Setelah seluruh Buddha titisan Buddha Sakyamuni terkumpul, Buddha Sakyamuni dengan tangan kanan membuka pintu dari Stupa Pusaka kemudian masuk dan duduk berdampingan dengan Prabhutaratna Tathagata. Selanjutnya, atas permintaan dari seluruh umat, Stupa Pusaka bersama dengan kedua Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna beserta seluruh umat dalam upacara telah bertahta di antariksa, dengan demikian telah dimulai Upacara Antariksa. Sekarang, dalam kutipan surat ini yang memperkenalkan penjelasan dari Mahaguru Tien-Tai kalau diperkembangkan dalam Saddharmapundarika-sutra, maka maknanya menjadi lebih jelas adanya. Pertama-tama, ketika Stupa Pusaka tertutup telah terdengar kata-kata dari dalam Stupa Pusaka “Seluruh yang dikhotbahkan oleh Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni adalah benar adanya.” Itu merupakan pembuktian atas kebenaran terhadap pengkhotbahan yang dimulai dari Hukum Jumyo Jisso dari Bab Upaya Kausalya hingga penganugerahan kesadaran Buddha kepada para Sravaka dari Syakumon. Dengan demikian, sebelum pembuktian adalah Syakumon dan Stupa Pusaka tertutup adalah Syakumon. Setelah seluruh Buddha titisan Buddha Sakyamuni dari sepuluh penjuru berkumpul, pintu Stupa Pusаka dibuka dan Buddha Sakyamuni memasukinya, kemudian kedua Buddha duduk berdampingan dan dalam keadaan demikianlah upacara pengkhotbahan dalam pesamuan antariksa dilaksanakan. Ini merupakan pendahuluan yang mendalam yang menjelaskan Kuon Jitsujo dari Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata, merupakan pengkhotbahan yang hakiki dalam 46

Samantabadra | Agustus 2016

upacara pengkhotbahan dalam pesamuan antariksa ini. Kuon Jitsujo berarti waktu pencapaian kesadaran Buddha dari Buddha Sakyamuni pada 500 asamkheya kalpa koti yang jauh terdahulu dari pencapaian kesadaran Buddha Sakyamuni pada 3000 asamkheya kalpa koti yang sedikit dijelaskan dalam Syakumon. Wujud sesungguhnya dari seluruh BuddhaBuddha titisan Buddha Sakyamuni dari sepuluh penjuru, itu sendiri sesungguhnya telah memecahkan kegelapan pandangan pencapaian kesadaran Buddha Sakyamuni padа usia 30 tahun di dunia ini (Syijo Syo Kaku) dengan menunjukan pencapaian kesadaran Buddha pada masa Kuon. Sesudah pembuktian dari Bab Munculnya Stupa Pusaka, sesungguhnya adalah demi penyebarluasan sesudah wafatnya Sang Buddha, terutama sekali Niciren Daisyonin menandaskan bahwa ini merupakan pendahuluan yang mendalam demi perwujudan Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Oleh karenanya sesudah pembuktian adalah Honmon. Terlebih dari itu perwujudan kedua Buddha yang duduk berdampingan dalam Stupa Pusaka ini merupakan kedua Hukum Kyo (suasana) dan Ci (Prajna). Mengenai kedua Hukum Suasana dan Prajna. Ini merupakan hubungan yang sangat penting dalam Hukum Agama Buddha. Dalam surat balasan kepada Soya Dono dikatakan: “Dengan demikian apa yang disebut suasana (Kyo) adalah hakekat dari segala Hukum, sedangkan apa yang disebut Prajna (Ci) adalah penerangan dan perwujudan diri sendiri (Jitai Kensyo). Apabila lubuk suasananya tiada terbatas dan amat dalam, maka air prajna akan mengalir tanpa hentihentinya. Dengan manunggalnya suasana dan prajna seperti ini, tercapailah pencapaian kesadaran Buddha dalam kesadaran sebagaimana adanya.” Lubuk adalah tempat cekung dari bumi, dan disitulah terdapat fungsi yang menetapkan secara objektif atas arah dan bentuk arus air. Bersamaan dengan itu, yang dikatakan


sebagai hakekat dari segala Hukum memiliki kedalaman khusus dan tertentu. Di dalam lubuk hakekat dari Hukum ini, kalau aliran air mengalir sesuai dengan lubuknya sehingga menemukan prajna secara subjektif, hal mana dikatakan sebagai penerangan dan perwujudan diri sendiri atau manunggalnya suasana dan prajna. Mengenai Stupa Pusaka ini kalau didiskusikan berdasarkan hal di atas, maka Stupa Pusaka yang tertutup adalah umat manusia dari kesembilan dunia, terutama melambangkan dunia Buddha yang dimiliki seadanya dari Sravaka. Jadi masih merupakan dunia Buddha yang belum diwujudkan secara nyata, hal mana masih terbatas pada segi suasana saja. Begitupun isi dari Saddharmapundarika-sutra menunjukkan bahwa para Sravaka memiliki dunia Buddha yang dimiliki sejak asal mula di dalam jiwanya dan karena tidak lain menjelaskan kemungkinan untuk mencapai kesadaran Buddha di masa akan datang, maka dunia Buddha yang dijelaskan di sini masih terbatas dan berakhir pada segi suasana saja. Ketika Stupa Pusaka terbuka dan kedua Buddha Sakyamuni serta Prabhutaratna duduk berdampingan, berarti dengan Prajna yang dimiliki sendiri telah menyadari dunia Buddha yang dimiliki sejak asal mula dalam jiwanya, dan melambangkan keadaan pencapaian kesadaran Buddha secara nyata dengan manunggalnya suasana dari Prabhutaratna dan Prajna dari Buddha Sakyamuni. Jadi, yang dikatakan Buddha yang dimiliki sejak asal mula dan “hakekat dari Saddharma yang dimiliki sejak asal mula” merupakan segi dari suasana. Ini berarti seluruh Hukum dalam alam semesta adalah adil dan merata. Justru dengan mewujudkan kesаdaran jiwa sendiri adalah Buddha yang dimiliki sejak asal mula maupun hakekat dari Saddharma dalam perilaku nyata sebagai Buddha yakni dengan manunggalnya suasana dan Prajna (Kyoci Myogo) akan mencapai kesadaran Buddha yang sesungguhnya. Untuk memperoIeh kesadaran ini diperlukan pertapaan Hukum agama Buddha.

Nah, kalau ini disimpulkan berdasarkan pelaksanaan kepercayaan kita, maka Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung lah yang mewujudkan Dunia Buddha dari hakekat Saddharma yang dimiliki sejak asal mula dalam jiwa kita. OIeh karenanya, Gohonzon menjadi suasana. Dengan menerima serta mempertahankan Gohonzon ini hingga mewujudkan perilaku sebagai Buddha merupakan Prajna. Disinilah terwujud manunggalnya suasana dan prajna (Kyoci Myogo).

3

“Makna pemunculan Stupa Pusaka”, pada hakekatnya berarti ketiga golongan Sravaka setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra baru menyadari Stupa Pusaka dalam jiwanya masing-masing. Keterangan: Dengan berdasarkan pendirian Hukum agama Buddha, Niciren Daisyonin menandaskan apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan pengkhotbahan ketiga golongan dari Syakumon Saddharmapundarika-sutra telah menyadari dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwanya sendiri. Perihal menyadari Dunia Buddha dalam jiwanya sendiri diwujudkan dengan memperlihatkan Stupa Pusaka. Wujud sesungguhnya dari Stupa Pusaka adalah terdapat disini. Demikianlah, ajaran yang sedemikian tajam dari Daisyonin. Oleh karenanya, judul dari Bab ini tidak dikatakan sebagai Bab Stupa Pusaka, namun dikatakan sebagai Bab Munculnya Stupa Pusaka, dan disitulah terkandung makna mendalam. Orang yang membaca Saddharmapundarikasutra secara harfiah akan merasakan suatu keanehan yang tak masuk diakal tentang cerita munculnya Stupa Pusaka. Oleh karena, besarnya Stupa Pusaka ini sepertiga hingga separuh dari bumi ini. Stupa Pusaka yang sedemikian besar tentu tak akan terbayangkan dapat diwujudkan secara Agustus 2016 | Samantabadra

47


materi ajaran | gosyo cabang nyata. Seandainya kalau hal ini tercatat secara nyata dalam sejarah, hal mana tidak lain adalah bualan belaka. Namun demikian, Sаddharmapundanika-sutra bukanlah sesuatu yang dibaca sebagаi catatan sejarah yang nyata, melainkan para murid yang dibimbing Buddha Sakyamuni telah mencatat sesuatu yang berupa perwujudan kesadaran Dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwanya sendiri. Saddharmapundarika-sutra merupakan suatu perwujudan kesadaran yang diperoleh dari keagungan kemanusiaan Buddha Sakyamuni. Agar dapat memberi pengertian kepada orang-orang tentang kesadaran yang amat mendalam itu, dengan demikian tidaklah dikatakan sebagai suatu perkiraan yang bukan-bukan. Hal yang terpenting adalah disitu sama sekali tidak menuntut kenyataan dalam sejarah, melainkan sikap orang yang membaca dengan meresapi secara langsung atas kebenaran dari tahap kejiwaan, yaitu kesadaran dari filsafat jiwa Hukum agama Buddha. Di situ yang terpenting adalah membaca dengan ketiga karma badan, mulut, dan hati yang berdasarkan kepercayaan. Oleh karenanya, Niciren Daisyonin dengan tegas dan tandas membaca Saddharmapundarika-sutra sebagai kesadaran atas dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwa sendiri. Di samping itu sama sekali bukan penjelasan yang tak masuk akal demi menyesuaikan keadaan masyarakat. Dalam masyarakat Jepang pada abad ke-13, kiranya mudah diperkirakan bahwa cara penjelasan yang logis sesuai dengan masa modern sekarang ini akan menerima tantangan. Justru oleh karena Niciren Daisyonin memiliki prajna yang intuitif dan keyakinan yang sedemikian rupa sehingga menandaskan bahwa betapapun makna pokok Saddharmapundarika-sutra terdapat di sini.

4

Setelah memasuki zaman Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan 48

Samantabadra | Agustus 2016

Saddharmapundarika-sutra. Kalau memang demikian, tanpa melihat mulia atau hina serta kedudukan seseorang, barang siapa pun yang menyebut Nammyohorengekyo akan menjadi Stupa Pusaka dan jugaTathagata Prabhutaratna. Keterangan: Dalam Hukum agama Buddha Sakyamuni, Stupa Pusaka berarti ketiga golongan Sravaka yang telah menyadari dunia Buddha di dalam jiwanya. Terutama, Dunia Buddha yang disadari Sravaka ini tidak lain masih merupakan sesuatu yang terpendam di dalam jiwa. Jadi, kalau disimpulkan dengan Stupa Pusaka, hal itu tidak lain Stupa Pusaka yang tertutup, sedangkan Stupa Pusaka yang terbuka kemudian tidak lain melambangkan jiwa Buddha diri sendiri dari Buddha Sakyamuni. Sebaliknya dalam Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin bahwa sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra itu sendiri adalah Stupa Pusaka. Itu bukanlah sesuatu yang terdapat terpendam di dasar jiwa sendiri, melainkan telah terwujud dengan nyata sebagai pria maupun wanita. Jadi seluruh jiwa dari manusia biasa ini sesungguhnya sudah merupakan Stupa Pusaka itu sendiri. Kutipan “Tiada lagi Stupa Pusakа, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra” berarti “Tiada jalan lain, kecuali hanya menerima dan mempertahankan Myoho dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, yakni Saddharmapundanika-sutra yang memberikan jalan untuk menjadikan jiwa kita sebagai Stupa Pusaka”.

5

Tiada Stupa Pusaka kecuali Myohorengekyo, Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo.


Keterangan: Stupa Pusaka dalam upacara Saddharmapundarika-sutra akan merasakan sebagai sesuatu yang sulit dipikirkan secara logika. Kalau ditanyakan apakah yang diwujudkan dalam Stupa Pusaka itu, maka kesimpulannya tidak lain kecuali hanya Myohorengekyo, demikan Niciren Daisyonin menandaskan. Myohorengekyo adalah judul dari Saddharmapundarika-sutra namun judul ini tidak hanya semata-mata berupa judul dari Sutra. Yang dinamakan judul dari Sutra sesungguhnya telah mencakupi seluruh isi Sutranya, sekarang kalau dikatakan Saddharmapundarika-sutra maka mencakupi seluruh dari 28 Bab, jadi judul dari Sutra sama sekali bukan hanya sekedar mencantumkan namanya saja. Walaupun demikian, ketika Niciren Daisyonin menyebut dengan sebutan “Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra hendaknya diketahui bahwa hal mana mempunyai maksud yang berlainan. Dengan kata lain, judul Daimoku Myohorengekyo adalah badan pokok, sedang seluruh kalimat dari ke-28 Bab merupakan penjelasannya. Mengenai hal ini, dalam surat balasan kepada Soya Dono dikatakan: “Inti hakekat dari satu Sutra tersimpulkan daIam judul (Daimoku) nya”, dan juga dikatakan: “Pada kesimpulannya, kelimа kata Myohorengekyo bagi orang-orang pada waktu itu hanya diperkirakan sebagai nama saja, namun sesungguhnya tidaklah demikian halnya. Sesungguhnya itu adalah tubuh, tubuh berarti hati. Maha Guru Chang An berkata, “Pokoknya, Raja Jo menjelaskan makna dari Sutra, sedangkan makna Sutra menjelaskan hati dari kalimat Sutra”, dan lain-lain. Hati dari penjelasan ini berarti yang dikatakan Myohorengekyo bukan terdapat dalam kalimat, begitupun bukan terdapat di dalam makna, namun mewujudkan hati dari satu Sutra. Dengan demikian orang yang mencari hati Saddharmapundarikasutra dengan meninggalkan Daimoku adalah sama seperti kura-kura yang sia-sia mencari lever (hati) dengan menjauhkan diri dengan

kera, begitupun sama seperti kera yang mencari buah-buahan ditepi pantai dengan meninggalkan hutan. Sungguh sia-sia.” Justru Nammyohorengekyo yang dikatakan sebagai Daimoku dari Saddharmapundarikasutra merupakan badan pokok dari Saddharmapundarika-sutra. Untuk ini Niciren Daisyonin lebih mempertegas dengan mewujudkan Hukum agama Buddha dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. “Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo, berarti Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung adalah badan dari Stupa Pusaka.”

6

Kini diri Abutsubo Syonin terdiri dari 5 unsur besar yaitu tanah, air, api, angin, dan ruang. Kelima unsur besar ini adalah kelima kata Daimoku. Maka Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan cara adalah tiada gunanya. Keterangan: Stupa Pusaka pada satu pihak dikatakan sebagai “Dengan memasuki Masa Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra”, sedang pada pihak lain dikatakan sebagai “Myohorengekyo Daimoku dari Saddharmapundarika~sutra. Dengan demikian seakan-akan terdapat kontradiksi sesamanya. Namun demikian, karena seperti yang dijelaskan disini, “Kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra”, badan dari jiwanya adalah kelima kata dari Daimoku. Maka, bersamaan dengan Stupa Pusaka adalah sikap “Kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika sutra”, begitupun juga adalah “Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra.” Dalam Ongikuden dikatakan “Perihal hanya satu hal penting sebab dan jodoh dikatakan: “Kepala kita adalah Myo, tenggorokan adalah Ho, dada adalah Ren, perut adalah Ge, kaki adalah Kyo, badan yang berukuran lima kaki Agustus 2016 | Samantabadra

49


materi ajaran | gosyo cabang adalah kelima kata Myohorengekyo”. Dalam surat Sanzesyobutsu-sokanmon dikatakan: “Lima unsur adalah tanah, air, api, angin, dan ruang, ini adalah kelima kata Myohorengerkyo. Dengan kelima kata ini telah terbuat tubuh manusia, yakni kekekalabadian yang dimiliki sejak asal mula (Honnu Joju) maupun Tathagata dari kesadaran pokok (Honkaku no Nyorai).” Dan juga “Pada awal mula dari 500 asamkheya kalpa koti yang lalu ketika Buddha Sakyamuni dengan tubuh manusia biasa melaksanakan pertapaan, mengetahui bahwa badan kita adalah tanah, air, api, angin, dan ruang, sehingga dalam sesaat pertapaan itu telah membuka kesadarannya.” Seperti dalam kutipan “Kini diri Abutsubo Syonin...”, hendaknya dibaca dengan pengertian setulusnya bahwa walau dikatakan Stupa Pusaka yang tiada tara, agung dan megah yang dijelaskan dalam Saddharmapundarika-sutra, namun itu sama sekali tidak menunjukkan suatu hal yang lain, melainkan merupakan perwujudan dari jiwa Anda sendiri. Walau Hukum agama Buddha bukan sesuatu yang abstrak, begitupun bukan sesuatu catatan kejadian yang terjadi pada masa lampau di India, sekarang pandangan kesadaran Niciren Daisyonin telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya keadaan jiwa manusia yang hidup dalam kenyataan. Kiranya dengan satu kalimat ini telah menjadi jelas. adanya. Kelima unsur: tanah, air, api, angin, dan ruang yang membentuk seluruh alam semesta, seluruhnya telah menjadi unsur penting yang membentuk badan jiwa manusia. Dan kelima unsur tanah, air, api, angin, dan ruang tidak lain adalah Daimoku dari Nammyohorengekyo, karena Daimoku dari Saddharmapundarikа-sutra itu adalah hakekat yang mewujudkan Stupa Pusaka, maka jiwa kita yang terbentuk dari kelima unsur ini adalah Stupa Pusaka. Seperti yang ditandaskan bahwa, “Oleh karenanya Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini segala akal 50

Samantabadra | Agustus 2016

dan cara adalah tidak ada gunanya lagi”, berarti kesadaran dari Hukum Agama Buddha tiada lain lagi selain ini. Jadi “Abutsubo adalah Stupa Pusaka” berarti kita menyadari bahwa jiwa kita merupakan hakekat dunia Buddha yang tiada tara, agung dan megahnya. Yang tidak mengerti hal ini dikatakan sebagai manusia biasa yang tersesat, sedangkan yang menyadari hal ini dikatakan sebagai pencapaian kesadaran Buddha. Dan juga, “Stupa Pusaka adalah Abutsubo” berarti walau hal ini dijelaskan dalam sutra, namun pada akhirnya hendaklah diketahui bahwa itu merupakan penjelasan dari jiwa kita seorang manusia. Dan “selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan cara tiаda gunanya” berarti dalam Hukum agama Buddha yang terpenting adalah memiliki kesadaran akan hal ini, selain dari ini semuanya adalah cabang dan ranting yang tiada artinya.

7

Stupa Pusaka ini adalah Stupa Pusaka yang dihiasi oleh ketujuh pusaka, yakni mendengar (Mon), percaya (Syin), menjaga pantangan (Kai), menekadkan hati (Jo), menjalankan pertapaan (Syin), membuang keterikatan hawa nafsu (Sya), meninjau diri (Zan).

Keterangan: Dalam Bab “Munculnya Stupa Pusaka” Saddharmapundarika sutra : “Pаda waktu itu dihadapan Sang Buddha terdapat sebuah Stupa yang dihiasi oleh tujuh Pusaka dengan ketinggian 500 yojana, dan garis tengahnya 250 yojana, yang menjulang muncul dari bumi dan bertahta di antariksa. Stupa Pusaka dihiasi dengan berbagai benda pusaka dan dengan megah diperindah oleh 5000 sandaran, puluhan juta kamar peristirahatan serta panji-panji dan bendera-bendera yang tak terhitung jumlahnya, serta digantungi untaianuntaian permata dengan ribuan koti gentagenta manikam. Setiap sisinya menebarkan wewangian dan harumnya kayu cendаna tamala pattra yang semerbak memenuhi dunia,


semua pita dan tirai-tirainya tersusun dari 7 pusaka berharga seperti emas, perak, lapisan lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mutiara, dan jasper yang menjulang tinggi mencapai istanaistana dari keempat raja surga.” Karena dalam kutipan Saddharmapundarika-sutra dikatakan stupa ini dihiasi dengan ketujuh pusaka, sehingga dikatakan sebagai stupa 7 pusaka atau Stupa Pusaka. Namun demikian seperti yang telah dijelaskan diatas walau dikatakan Stupa Pusaka, tapi tidak lain adalah “Sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra” . Dengan demikian, apakah yang dimaksud dengan ketujuh pusaka yang memberikan keagungan dan kemegahan dari sikap “Kаurn pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutrа”? Niciren Daisyonin menandaskan isi dari ketujuh pusaka itu sebagai mendengar, percaya, menjaga pantangan, menekadkan hati, menjalankan pertapaan, membuang hawa nafsu, dan meninjau diri. Hal ini berarti perilaku jiwa kita manusia yang bendasarkan pada pelaksanaan yang mempertahankan Saddharma (Myoho), dan dapat dikatakan sebagai isi dari pelaksanaan Hukum agаma Buddha itu sendiri, yakni dengan usaha mendengar Myoho (Saddharma), percaya terhadap Myoho, mempertahankan pantangan Myoho, menekadkan hati berdasarkan pada Myoho, maju menjalankan pertapaan, membuang keterikatan hawa nafsu, dan meninjau diri, akan menjadi pusaka yang menghiasi jiwa kita. Pertama-tama ‘mendengar’ berarti mendengar untuk mengerti dan memahami, sehingga kita dapat mengetahui keagungan dari ajaran Sang Buddha, dan Hukum agama Buddha. Makhluk yang tidak dapat mengerti dan memahami sesuatu, begitupun makhluk hidup yang tidak mengenal bahasa, tidak mungkin mengetahui kedalaman dan keagungan Hukum agama Buddha. ‘Percaya’ berarti walau filsafat yang didengar dengan kemampuan sendiri masih belum dapat

dipahami makna sesungghnya, tidak raguragu atas kebenaran dan dari dasar jiwa dapat menerimanya. Dalam Hokke Mongu jilid I dikatakan, “Percaya berarti dapat menerima dan memahami apa yang didengar.” Hal inilah yang dimaksud dengan percaya. ‘Menjaga pantangan’ mempunyai makna mencegah kesalahan dan menghentikan kejahatan agar dapat dilaksanakan Hukum Sаkti secara tepat dengan sikap tidak mundur, tanpa terjerumus kedalam kesesatan maupun keragu-raguan, ‘Menekadkan hati’ berarti menetapkan hati sendiri pada Myoho, hingga menegakkan diri sendiri pada keyakinan yang tak tergoyahkan. ‘Menjalankan pertapaan’ mempunyai arti maju dengan tulus ikhlas, hingga dapat meneruskan pelaksanaan dengan tidak pernah mengendor. ‘Membuang keterikatаn hawa nafsu’ berarti membuang keterikatan hawa nafsu dan keinginan diri sendiri demi Hukum Agama Buddha. ‘Namu’ berarti menyerahkan jiwa raga (Kimyo). Kimyo tidak lain berarti membuang diri sendiri demi Hukum agama Buddha. ‘Meninjau diri’ berarti merasa malu dan bertobat atas kekurangan diri sendiri terhadap ajaran Sang Buddha maupun hati nurani diri sendiri. Hendaknya diketahui bahwa perasaan malu karena perihal kemasyarakatan sama sekali berbeda dengan perasaan malu yang disebutkan di atas. Bersamaan dengan ke tujuh syarat: mendengar, percaya, menjaga pantangan, menekadkan hati, menjalankan pertapaan, membuang keterikatan hawa nafsu, dan meninjau diri merupakan syarat mutlak, yang tidak boleh kurang dalam pertapaan Hukum agama Buddha. Bahkan kalau giat melaksanakan ketujuh syarat diatas dengan berdasarkan pаda Myoho, maka tumpukan ketujuh kаrya ini akan menghiasi jiwa kita menjadi ketujuh pusaka. Selanjutnya kalau ketujuh syarat di atas dibahas tebih teliti, maka walau berdasarkan pada arti secarа umum maupun sebagai seorang manusia yang wajar, hal itu memiliki sifat khas untuk mewujudkan keagungan seorang manusia, serta dapat mengfungsikan jiwa kita. Agustus 2016 | Samantabadra

51


materi ajaran | gosyo cabang

8

Jiwa kita sesungguhnya merupakan Tathagata kesadaran pokok dari ‘Trikaya adalah Ekakaya.’ Dengan keyakinan demikian sebutlah Nammyohorengekyo, maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka. Dalam Sutra dikatakan: “Dimanapun dikhotbahkannya Saddharmapundarikasutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini”. Keterangan : Tathagata kesadaran pokok dari Trikaya adalah Ekakaya” berarti Tathagata Trikaya yang tidak dibuat-buat sejak masa Kuon Ganjo yang tiada awal dan akhir. Jadi berarti Sang Buddha yang paling asal-muasal yang diwujudkan di dasar kalimat Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Saddharmapundarikasutra. Pokoknya, ketika kitа menyebut Nammyohorengekyo dengan percaya bahwa jiwa kita sebagai Tathagata kesadaran pokok dan Trikаyа adalah Ekakaya, maka tempat dimana kita berada аdalah tempat Stupa Pusaka. Kutipan “Maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka” berarti masyarakat, keluarga di mana kita tinggal akan menjadi tempat pesamuan Saddharmapundarikasutra, tanah air Buddha. Yang ditunjukkan di sini adalah prinsip tidak terpisahnya subyek dan Iingkungan (Esyo Funi), dan juga sesuai dengan yang dikatakan “Tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka” dimana akan terbina suatu suasana kebahagiaan yang penuh dengan kurnia kebajikan. Kutipan kalimat Bab Munculnya Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra yang mengatakan: “Dimanapun dikhotbahkannya Saddharmapundarika-sutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini”, berarti Saddharmapundarika-sutra itu sendiri maupun Stupa Pusaka itu sama sekali tidak pernah terjadi pada kenyataan sejarah dalam pesamuan Saddharmapundarika-sutra, melainkan terdapat di dalam jiwa setiap orang yang menerima, mempertahankan, 52

Samantabadra | Agustus 2016

dan melaksanakan Saddharmapundarikasutra serta menandaskan prinsip merata dan menyeluruh bahwa Stupa Pusaka akan muncul dimana pun, dan kapan pun.

9

Saya merasa sangat berterima kasih, maka Saya pun menulis dan mewujudkan Stupa Pusaka untuk Anda. Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri. Janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang kuat. Inilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini.

Keterangan: Bagian ini menjelaskan bahwa Stupa Pusaka dari Saddharmapundarika-sutra, telah diwujudkan oleh Niciren Daisyonin sebagai Gohonzon, dan justru karena Gohonzon ini merupakan tujuan kelahiran Niciren Daisyonin di dunia ini, sehingga betapapun tidak boleh memiliki sikap kompromi. Dalam menjalankan hukuman pembuangan di Pulau Sado pun Niciren Daisyonin telah memberikan Gohonzon, khusus kepada orang yang kepercayaannya kuat. Seperti yang dikatakan dalam kutipan yang berbunyi “Saya merasa sangat berterima kasih”, adalah bermaksud memuji kepercayaan yang tulus dari suami istri Abutsubo sehingga mewujudkan Gohonzon untuk diberikan kepadanya. Dan seperti pada akhir kalimat surat ini dikatakan: “Berdoalah Anda, suami istri kepada Stupa Pusaka”, dan juga dikatakan “janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang kuat”, kemudian dikatakan, “Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri.” Bagian ini mengajarkan dengan nyata dan jelas cara menerima dan mempertahankan Gohonzon yang sesungguhnya.


Hal ini seperti yang ditandaskan bahwa “lnilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini”, merupakan inti hakekat Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Karena bagi Niciren Daisyonin tiada suatu apapun yang lebih penting dari hal ini. Mengenai betapa pentingnya Gohonzon bagi Niciren Daisyonin, dimana pada bulan ke-8 tahun 1273 dalam surat yang ditujukan kepada Syijo Kingo mengenai Gohonzon, dapat diketahui sebagai berikut: “Gohonzon ini ditulis oleh Niciren dengan mencurahkan seluruh jiwa ragaNya dalam tinta sumi. Harap percayailah!” Maksud pokok kelahiran Buddha Sakyamuni adalah mewujudkan Saddharmapundarikasutra. Jiwa Niciren tidak melebihi Nammyohorengekyo. Maha Guru Miaolo dalam catatan Hokke Mongu menjelaskan: “Dengan mewujudkan usia kekal yang hakiki, sehingga dijadikan sebagai jiwa.” Bagi Kyo O Goze, malapetaka sekarang pun dapat dirubah menjadi kebahagiaan. Harap berdoalah kepada Gohonzon dengan membangkitkan kepercayaan dari jiwa. Tiada hal apa pun yang tidak akan berhasil. Dengan demikian penyerahan Gohonzon yang amat penting kepada suami istri Abutsubo yang masih belum lama menganut kepercayaan ini, adalah karena kepercayaan yang kuat dan sifat kejujuran yang terlihat dengan jelas. Terlebih dari itu, karena terasakan hubungan sebab jodoh yang mendalam berdasarkan hukum agama Buddha, sehingga dikatakan “Mungkin Bodhisattva Visudhakaritra (Jogyo) telah lahir kembali sebagai diri Anda dan menjenguk Saya, Niciren. Sungguh ini adalah suatu hal yang gaib.” Setelah menjalani hukuman pemenggalan di Tatsunokuci, Niciren Daisyonin dibuang ke Pulau Sado. Oleh karena itu, para bhikku berbagai sekte yang membenci Niciren Daisyonin telah berteriak-teriak kemenangan. Begitupun di pihak lain diantara murid-murid Niciren Daisyonin pun sejak dahulu telah timbul keragu-raguan, sehingga bermunculan orang-orang yang mundur dari kepercayaan.

Dalam keadaan demikian, walaupun Niciren Daisyonin sedang mengalami penganiayaan dan dibenci dari berbagai pihak, namun banyak penganut Beliau yang percaya dan melindungi Niciren Daisyonin dengan memberikan berbagai sumbangan, sehingga terasa kegaiban sebab jodoh yang mendalam. Dan juga, justru karena terdapat orang yang percaya terhadap Niciren Daisyonin yang berada dalam keadaan sedemikian rupa, sehingga Niciren Daisyonin secara intuitif melihat bahwa suami istri Abutsubo pasti tidak akan mundur dari kepercayaan, dan karenanya dipuji sebagai “Pemimpin agama Buddha di negeri Utara” serta memberikan Gohonzon. Dan kenyataannya, keyakinan Abutsubo yang mantap tak terkalahkan ini tidak hanya telah mempertahankan kepercayaan seumur hidup, malahan setelah wafatnya Buddha Niciren Daisyonin, penganut-penganut Hukum Sakti di Pulau Sado tidak dipengaruhi oleh kelima bhikku yang telah menyeleweng, dan terus menerus menyebarluaskan keluhuran kepercayaan Kuil Pusat Taiseki-Ji bersama-sama yang Arya Bhikku Tertinggi ke II Nikko Syonin. eee

Agustus 2016 | Samantabadra

53


54

Samantabadra | Agustus 2016


Agustus 2016 | Samantabadra

55


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Mari Kunjungan Anggota

Pertanyaan: Saya kerap kali melakukan kunjungan anggota, tetapi sering kali merasa bingung karena tak tahu harus membicarakan apa. Apalagi untuk memberi bimbingan, sama sekali tidak bisa. Mungkinkah saya tidak berbakat untuk mengunjungi anggota ? Bagaimanakah sikap seharusnya dalam mengunjungi anggota? Jawab: Pemikiran, bahwa kunjungan anggota hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu saja adalah keliru. Setiap orang pasti dapat melakukan kunjungan anggota karena hal ini merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh setiap manusia. Bukankah bertamu ke tempat orang lain merupakan hal yang wajar untuk dilakukan? Lebih jauh, kunjungan anggota merupakan pelaksanaan maitri karuna. Para Buddha telah memberi teladan mengenai hal ini. Seumur hidup, Buddha Sakyamuni menghabiskan waktunya untuk berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya untuk membabarkan ajaran. Bukankah ini berarti Beliau mengunjungi anggota? Buddha Niciren Daisyonin sendiri mengalami penganiayaan hukum Komatsubara ketika sedang dalam perjalanan 56

Samantabadra | Agustus 2016

mengunjungi murid-Nya yang bernama Kudo Yosyitaka. Dan juga, Beliau meninggal di tempat kediaman murid-Nya, Ikegami. Perilaku Buddha menunjukkan, bahwa kunjungan anggota adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh setiap umat Buddha. Jelas kita juga dapat melakukannya. Semangat kunjungan anggota dari 3.000 tahun yang lalu hingga saat ini tetap sama, yaitu bertujuan memberitahu orang lain mengenai Hukum agama Buddha agar orang tersebut dapat keluar dari penderitaannya. Dalam mengunjungi anggota hendaknya ada satu keyakinan dan orang yang mengunjungi bahwa setiap orang membutuhkan Gohonzon dan Sandaihiho. Tak ada jalan lain untuk mencabut penderitaan dari akarnya kecuali dengan benar-benar percaya kepada Gohonzon dan membangkitkan kekuatan jiwa Buddha yang ada di dalam diri orang tersebut. Dengan semangat kunjungan yang seperti itulah susunan NSI dibangun. NSI adalah organisasi kejiwaan yang antara satu orang dengan lainnya terdapat ikatan kejiwaan; sama sekali bukan organisasi massa. Justru dengan mempertahankan semangat kunjungan anggota yang terdapat jalinan kejiwaan antara satu manusia dengan manusia lainnya


inilah semangat Hukum agama Buddha dapat diteruskan. Orang yang dikunjungi tentu kebanyakan adalah orang yang mempunyai hati kepercayaan yang belum mantap. Ketidakmantapan hati kepercayaan ini tentu tercermin dalam kehidupan. Dalam keadaan menderita sudah sewajarnya orang ingin cepat-cepat lepas dari penderitaannya secara nyata. Sulit sekali orang yang menderita dapat menerima, bahwa akar pokok penyebab penderitaannya justru terletak pada hal-hal yang bersifat sunyata, yaitu dari sifat dan kebiasaan yang buruk. Hal yang bersifat sunyata ini seolah-olah tak ada hubungannya sama sekali dengan keadaan yang nyata. Namun, bagaimanapun juga, tanpa menyadari, bahwa akar pokok penderitaan berasal dan sifat dan kebiasaan yang buruk, orang tersebut tidak mungkin dapat menyelesaikan penderitaan dari akarnya. Jika dia tetap mengeluh tanpa ada usaha untuk keluar dari penderitaan yang dihadapi, selalu menyalahkan suasana, membenci lingkungan, bagaimana mungkin orang tersebut dapat menombak nasibnya? Orang yang mengunjungi bertugas untuk memberi jalan keluar dari penderitaan. Untuk dapat memberitahu orang sampai menyadari akar nasibnya diperlukan kesabaran. Meskipun kita mengetahui seseorang benar-benar sedang dalam keadaan sakit parah dan kita mengetahui obat yang manjur, tak ada gunanya obat yang manjur itu sampal si sakit sendiri mau meminum obat tersebut. Kita harus pandai-pandai membujuk agar si penderita mau meminum obat. Jangan kecewa jika kunjungan kita selama beberapa kali kelihatannya tidak membuahkan hasil. Kesadaran orang untuk percaya bagaimana pun memerlukan waktu. Sama saja seperti menanam pohon dan sebuah benih. Perlu kesabaran dan ketelatenan untuk menunggunya sampai menghasilkan buah. Kunjungan yang dilakukan itu bagaikan

sinar matahari, pupuk atau siraman air yang membantu benih tersebut mengeluarkan tenaganya untuk tumbuh menjadi pohon yang besar. Yang terpenting pada waktu melakukan kunjungan itu, kita benar-benar mempersiapkan jiwa untuk memberitahu orang itu tentang kekuatan Gohonzon. Sekalipun pada waktu berhadapan, mungkin kita tidak sempat mengutarakan keinginan yang sebenarnya, tetapi bagaimanapun kunjungan yang kita lakukan telah mempererat jalinan kejiwaan dengan orang itu. Tentu pada suatu saat kehangatan hubungan antar manusia yang diberikan akan membuahkan hasil. Agar ikatan kejiwaan dapat benar-benar terjalin dengan orang yang dikunjungi diperlukan kemampuan untuk memahami orang tersebut. Dengarkan baik-baik apa yang dikeluhkannya, apa yang menjadi kesusahannya, pelajari bagaimana latar belakang keadaan orang tersebut, sifatsifat apa yang menyebabkan orang tersebut menderita seperti sekarang. Semua hal yang dipelajari dan orang lain itu hendaknya kita camkan untuk diri-sendiri, bahwa kita sendiri dapat berada dalam keadaan yang sama dengan orang itu. Renungkanlah, dalam susah seperti yang dirasakannya, bagaimana kita dapat memberitahu tentang kekuatan Gohonzon yang pasti dapat mengatasi nasibnya. Dengan pemahaman yang mendalam mengenai keadaan orang tersebut dan doa yang sungguh-sungguh dengan keinginan yang tulus agar orang tersebut dapat keluar dari penderitaannya, pasti doa tersebut dapat menggetarkannya untuk percaya kepada Gohonzon. Orang yang bersikap sok membimbing, menghakimi kesalahan orang lain, atau merendahkan orang lain yang tidak mau mendengarkan bimbingannya, tidak akan mungkin dapat menggetarkan hati kepercayaan orang lain. Usaha yang paling utama agar kunjungan anggota dapat memberikan hasil adalah berdoa kepada Gohonzon dengan sepenuh hati. Agustus 2016 | Samantabadra

57


materi ajaran | forum diskusi Jadi, yang penting kita sendiri jangan putus asa dan beranggapan, “Ah, mungkin orang ini tidak berjodoh dengan agama Buddha”. Atau, “Mungkin belum waktunya bagi orang ini untuk percaya Gohonzon!” Pokoknya orang yang pernah menyebut Nammyohorengekyo pasti telah mempunyai ikatan kejiwaan dengan Hukum ini dan bagaimanapun tidak akan terlepas untuk percaya. Demikian pula, adakalanya kita sendiri merasa kecil sekali harapan bagi orang tersebut untuk dapat merombak nasibnya. Tetapi bagaimanapun juga, kita sendiri harus mengobarkan semangat hati kepercayaan dalam jiwa kita bahwa pokoknya siapapun yang percaya kepada Gohonzon dan melaksanakan kata-kata Buddha, pasti dapat mengatasi nasibnya. Yang terpenting, orang tersebut dapat membuka kekuatan jiwa Buddhanya Kita harus benar-benar memikirkan upaya agar dalam keadaan yang demikian susah, orang tersebut tetap dapat mengeluarkan kekuatan jiwa Buddhanya. Kekuatan hati kepercayaan kita sendiri harus meningkat agar dapat menarik maju hati kepercayaan orang lain. Dengan demikian, meskipun dalam kunjungan anggota kelihatannya kita melakukan sesuatu untuk orang lain, tetapi sebenarnya kemajuan hati kepercayaan kita sendirilah yang akan meningkat. Pada waktu kita berhasil mengajak orang tersebut untuk ikut melaksanakan hati kepercayaan, dalam jiwa muncul kegembiraan yang tak terlukiskan. Ini adalah kegembiraan yang berasal dari dasar hati. Apalagi ketika melihat kemajuan dari hati kepercayaannya, semakin besar kegembiraan dari dasar jiwa yang kita rasakan. Kegembiraan ini bersifat sunyata. Ikatan kejiwaan antara diri kita dan orang tersebut akan berlangsung selama masih ada pelaksanaan hati kepercayaan. Benarbenar menjadi ikatan sebagai sesama kawan seperjuangan dalam hati kepercayaan! Kunjungan anggota merupakan perilaku yang maitri karuna. Pada waktu melakukan 58

Samantabadra | Agustus 2016

kunjungan dengan sepenuh hati, orang tersebut adalah utusan Sang Tathagata yang meneruskan ajaran Sang Buddha. Oleh karena itu, hendaknya kita benar-benar menjaga gerakan Buddha ini untuk dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hendaknya kita berhati-hati agar tidak menodai gerakan yang luhur ini. Jika tidak berhati-hati, dapat saja orang membuat pemfitnahan dharma dalam kunjungan anggota. Misalnya, jika terjerumus ke dalam gosip. Hal-hal yang dibicarakan pada waktu kunjung tentu berkisar pada masalah susunan. Dalam pembicaraan yang asyik dapat saja tahu-tahunya malahan membicarakan keburukan atau kesalahan sesama umat. Jika ini terjadi, kita terjerumus ke dalam pemfitnahan dharma, karena tanpa disadari menjadi merendahkan orang lain, dan meremehkan sesama umat. Alangkah sayangnya! Hendaknya kita camkan petuah emas Buddha Niciren Daisyoin, “Malapetaka keluar dari mulut dan menjerumuskan diri sendiri, sedangkan kebahagiaan muncul dari perasaan dan menghiasi diri kita”. Juga jangan sampai hubungan antar sesama umat yang demikian erat tahutahunya menjadi merusak susunan Buddha. Misalnya, menggunakan kedekatan hubungan tersebut untuk kepentingan diri sendiri, seperti berdagang, memanfaatkan kebaikan orang lain untuk menyenangkan diri sendiri, atau melanggar batas-batas kewajaran antara pria dan wamta yang sudah terikat dalam perkawinan. Hal-hal yang dapat merusak susunan sungguh harus diwaspadai. Bagaimanapun, merusak susunan sama artinya dengan melakukan pemfitnahan dharma yang besar. Seandainya hal tersebut telah terjadi, yang terpenting adalah melaksanakan tobat sepenuh hati. Kunjungan anggota adalah upaya untuk melestarikan Hukum Buddha di duma ini. Hendaknya kita benar-benar menjaga gerakan yang maha penting ini dan tidak menodainya. eee


wawasan

Mengembangkan Relasi Sehat dalam Kehidupan

K

ita adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain dan berinteraksi serta berkomunikasi satu sama lain. Dalam proses interaksi tersebut, terjalin hubungan atau relasi baik dengan keluarga, teman, sahabat, bahkan pasangan (spouse). Hubungan tersebut dapat positif ataupun sebaliknya. Hubungan yang positif biasanya dilandasi dengan prinsipprinsip relasi sehat.

Ciri-ciri relasi sehat adalah sebagai berikut: 1. Saling menghormati dan tidak merasa takut untuk Relasi sehat adalah berbagi pikiran dan perasaan. 2. Saling mendengarkan dan berkompromi. Apabila relasi tanpa kekerasan berbeda pendapat, saling menghormati pendapat sehingga masingdan tidak memaksakan kehendak. 3. Saling mendukung untuk mengerjakan apa yang masing individu merasa disukai serta berbagi kesenangan/hobi, seperti dihargai dan dihormati film, olahraga, menari, membaca, musik, dan sebagainya. 4. Saling menghormati kelebihan dan kekurangan masing-masing, bukan saling mengontrol dan mengekang. 5. Tidak mencela satu sama lain. Apabila ada yang membuat kita tidak nyaman, bicarakan terus terang, tanpa bersikap merendahkan atau berusaha menyakiti. 6. Saling percaya dan tidak mengekang. Setiap individu bebas bergaul dan beraktivitas dengan teman lain, keluarga, atau orang lain. 7. Turut mengapresiasi ketika teman atau pasangan meraih keberhasilan atau kesuksesan. Sebaliknya, membantu dan berempati ketika teman atau pasangan menghadapi kegagalan. 8. Menghormati privasi. Meski teman atau pasangan kita sangat dekat dengan kita, menghormati privasi mereka tetap penting, seperti tidak sembarangan membaca buku harian (diary), membuka ponsel tanpa izin, menggunakan akun sosial medianya, atau memaksanya untuk bercerita tentang hal yang sebenarnya mereka enggan untuk ceritakan. Agustus 2016 | Samantabadra

59


Ciri-ciri relasi tidak sehat (khususnya dengan pasangan/sikapnya terhadap Anda) adalah sebagai berikut: 1. Pasangan sering mengecek ponsel, akun sosial media dan e-mail tanpa seijin Anda. 2. Sering direndahkan oleh pasangan, misal dimaki-maki, dikatai bodoh, tidak berguna, dan sebagainya. 3. Cemburuan, mudah curiga, posesif. 4. Marah yang meledak-ledak, temperamental. 5. Kerap membuat Anda malu di depan umum. 6. Meminta Anda untuk mencukupi kebutuhannya, misal pulsa, uang kuliah, makan, bensin, dan lain-lain. 7. Memaksa melakukan perilaku seksual. 8. Menuntut Anda untuk melakukan sesuatu atau berubah sesuai kehendaknya. Bagaimana memilih pasangan dan menjadi pasangan yang baik: 1. Kenali benar riwayat pasangan dan keluarganya, terutama yang berkaitan dengan pengalaman kekerasan. 2. Pilih pasangan dengan nilai-nilai yang relatif sama. Jangan harap pasangan berubah ketika menikah, karena tidak mudah untuk mengubah perilaku seseorang. 3. Tempatkan kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sebagai prioritas dalam hubungan. 4. Ada baiknya melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh bersama pasangan, termasuk hepatitis, HIV/AIDS, narkoba, penyakit menular seksual, melakukan imunisasi tetanus (TT), kemungkinan risiko penyakit akibat genetik (apabila memutuskan mempunyai anak) dan pemeriksaan lain yang dianjurkan dokter. 5. Diskusikan dengan pasangan keputusan yang terbaik untuk Anda berdua ketika menemukan adanya masalah kesehatan.

Tanda-tanda anak mengalami relasi tidak sehat: 1. Berkutat dengan ponsel secara berlebihan untuk chatting (BBM, WA, sms), media sosial (facebook, instagram, path). 2. Perilaku anak sering murung dan mengurung diri (menyendiri). 3. Tidak aktif dalam berbagai kegiatan. 4. Jika memiliki pacar, pacarnya cemburuan dan posesif. 5. Penampilan berubah drastis. 6. Mengalami mood yang berubah-ubah (suasana hati labil). 7. Tidak lagi bergaul dengan keluarga dan teman, lebih sering menghabiskan waktu dengan pacar. 8. Ada luka atau memar pada anak, ketika anak kesulitan menjelaskan atau alasannya sulit diterima. Apa yang bisa orangtua lakukan terhadap anak: 1. Tunjukkan bahwa apapun yang terjadi, Anda tetap dan akan selalu mencintainya. 2. Simaklah ceritanya secara utuh, jangan berasumsi atau berprasangka (menjustifikasi sepihak). 3. Ajak anak berdiskusi tentang hubungan dengan pasangannya dan ajak anak mengenali apakah ada tanda-tanda kekerasan dalam hubungannya. Jangan berfokus untuk menjelek-jelekkan pasangannya, karena justru hal itu akan membuat anak merasa bersalah dan menarik diri. 4. Biasakan sejak dini berkomunikasi secara terbuka dengan anak. Termasuk mengenai kesehatan reproduksi, mengelola hasrat seksual, dan bagaimana menjalin relasi sehat. 60

(Sumber: Pusat Pengembangan Sumberdaya untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, Rifka Annisa, Yogyakarta)

Samantabadra | Agustus 2016


kesehatan

Miskonsepsi Olahraga Pola pikir manusia telah dibiasakan untuk berpikir bahwa olahraga adalah cara yang terbaik untuk menurunkan berat badan yang berlebih. Tapi sebenarnya, bukti-bukti yang telah terakumulasi dari 60 riset studi, menunjukan bahwa olahraga yang memang bagus untuk kesehatan, sebenarnya tidak mempunyai peran yang terlalu besar untuk menurunkan berat badan.

Olahraga hanya menyumbang sebagian kecil dari pembakaran kalori harian Salah satu fakta dari olahraga yang jarang diketahui adalah kalori ekstra yang Anda bakar saat berolahraga, bahkan olahraga yang intens hanya menghasilkan sebagian kecil dari total pengeluaran energi Anda. Ada tiga komponen utama pengeluaran energi, peneliti obesitas Alexxai Kravitz menjelaskan: 1) tingkat metabolisme basal, atau energi yang digunakan untuk fungsi dasar ketika tubuh sedang beristirahat 2) energi yang digunakan untuk mencerna makanan 3) energi yang digunakan dalam aktivitas fisik. Perlu diketahui bahwa kita mempunyai kontrol yang sangat sedikit atas tingkat metabolisme basal tetapi itu sebenarnya adalah letak pengeluaran energi terbesar Anda. Ini berlaku umum bahwa untuk sebagian besar orang, metabolisme tingkat basal menghasilakn 60 sampai 80 persen dari pengeluaran energi total,� kata Kravitz. Mencerna makanan menghasilkan pengeluaran energi sekitar 10 persen dan hanya meninggalkan 10 sampai 30 persen untuk kegiatan fisik. (aktivitas fisik juga meliputi semua gerakan, termasuk berjalan di sekitar, melakukan gerakan kecil, dan sebagainya.)

Implikasinya di sini adalah bahwa sementara asupan makanan Anda menyumbang 100 persen dari energi yang masuk ke dalam tubuh Anda, olahraga hanya membakar kurang dari 10 sampai 30 persen saja. Itu adalah perbedaan yang cukup besar. Menggunakan perencana berat badan (Weight Planner) National Institutes of Health - yang memberikan estimasi yang lebih realistis untuk menurunkan berat badan dari aturan klasik 3.500 kalori – Kevin Hall, seorang ahli matematika dan peneliti obesitas menciptakan model ini menunjukkan mengapa berolahraga rutin tidak mungkin menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan.

Agustus 2016 | Samantabadra

61


Jika pria hipotetis dengan berat 200-kg menambahkan 60 menit berolahraga lari dengan intensitas menengah empat hari per minggu sekaligus menjaga asupan kalori nya sama, dan melakukannya selama 30 hari, dia akan kehilangan lima kg. “Jika orang ini memutuskan untuk meningkatkan asupan makanan atau bersantai lebih untuk pulih dari olahraga tambahan yang ia lakukan, maka penurunan berat badan akan lebih sedikit,” tambah Hall. Jadi jika ada yang kelebihan berat badan atau obesitas, dan mungkin mencoba untuk menurunkan puluhan kg, itu akan mengambil jumlah yang luar biasa waktu, akan, dan usaha untuk membuat dampak yang nyata melalui latihan saja. Berolahraga dapat menghambat penurunan berat badan dengan cara yang halus Berapa banyak kita makan terhubung ke berapa banyak kita bergerak. Ketika kita bergerak lebih, kadang-kadang kita makan lebih banyak, atau makan lebih sedikit ketika kita sedang tidak berolahraga.

Salah satu studi 2009 menunjukkan bahwa banyak orang-orang meningkatkan asupan makanan mereka setelah berolahraga - baik karena mereka pikir mereka telah membakar banyak kalori atau karena mereka lebih lapar. Ulasan studi lain dari 2012 menemukan bahwa orang umumnya mengevaluasi berlebihan atas jumlah kalori yang mereka bakar saat berolahraga dan makan lebih banyak ketika mereka berolahraga.

“Anda berolahraga dengan intens selama satu jam, dan kerja keras yang Anda lakukan dapat dihapus dengan makan sesudah Anda berolahraga lima menit,” kata Hall. Sepotong pizza, misalnya, bisa menghapus manfaat dari olahraga satu jam. Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa beberapa aktifitas orang melambat setelah latihan dan menggunakan lebih sedikit energi dalam kegiatan nonolahraga mereka. Mereka mungkin memutuskan untuk berbaring untuk beristirahat, bergerak lebih sedikit karena mereka lelah, atau mengambil lift bukannya tangga. Perubahan ini biasanya disebut “perilaku kompensasi” (Compensatory Behaviours) - dan mereka hanya mengacu pada penyesuaian secara tidak sadar kita dapat membuat setelah bekerja keluar untuk mengimbangi kalori yang terbakar. Merubah pola pikir kita terhadap olahraga Yoni Freedhof, seorang dokter obesitas, mengatakan betapa pentingnya untuk mengubah pola pikir kita terhadap olahraga. Berolahraga memiliki berbagai manfaat – hanya saja tidak berperan besar dalam upaya penurunan berat badan.

Pencegahan kanker, meningkatkan tekanan darah, kolesterol dan gula darah, meningkatkan kualitas tidur, perhatian, energi dan suasana hati, dan lain-lain, olahraga tak diragukan lagi menjadi obat terbaik dunia - lebih baik daripada semua obat yang setiap dokter bisa meresepkan. Sayangnya, olahraga bukanlah obat penurunan berat badan, dan selama kita terus menekankan terutama olahraga (dan sayangnya kadang-kadang secara khusus) dalam mencegah atau mengobati orang dewasa atau anak-anak obesitas dan sekaligus memberi informasi yang salah mereka tentang realitas manajemen berat badan jangka panjang.

Sebagai masyarakat, kita juga perlu berhenti memperlakukan kurang olahraga sebagai akar dari masalah obesitas di dunia ini. Kebijakan obesitas dan kesehatan masyarakat harus memprioritaskan memerangi over-konsumsi makanan berkualitas rendah dan meningkatkan kualitas asal bahan makanan. (Referensi: http://www.vox.com/2016/6/29/12051520/exercise-weight-loss-myth-burn-calories-video) 62 Samantabadra | Agustus 2016


opini

Berkendaraan Umum

oleh Kyanne Virya

S

aya pernah mendengar pengalaman seorang remaja kenalan saya yang bercerita tentang kehilangan telepon genggamnya yang terjadi pada dirinya ketika pertama kali naik kereta (KRL). Waktu itu pertama kalinya ia menaiki kereta. Kemungkinan hal ini terjadi karena ia kurang waspada dan gerak-geriknya yang canggung ketika naik kereta, sehingga menarik perhatian pencopet. Semakin sering dan terbiasa menggunakan jasa kereta, tentu orang akan lebih terbiasa dan waspada sehingga hal-hal seperti kecopetan atau pelecehan di kendaraan umum dapat dihindari. Pada satu periode tertentu, mendorong anak untuk menggunakan kendaraan umum (walaupun kita memiliki kendaraan pribadi), menurut saya merupakan salah satu cara mendidik agar timbul kemandirian dalam diri mereka serta memberikan mereka pengalaman jika sewaktu-waktu mereka perlu menggunakan kendaraan umum. Hal ini juga dapat membantu melatih daya nalar sosial, penyusunan strategi, dan pemecahan masalah. Banyak anak-anak atau remaja yang terbiasa diantar jemput dengan kendaraan pribadi. Menurut saya mereka rentan dan ringkih karena selalu dilindungi oleh kendaraan pribadi. Mereka awam terhadap tata cara naik kendaraan umum.

Berkendaraan umum, terutama di Indonesia, merupakan sebuah keterampilan sosial yang perlu dipelajari dan dimiliki oleh setiap anak muda agar dapat melakukannya ketika darurat, tak ada kendaraan pribadi. Memang kondisi transportasi umum di Indonesia masih relatif kurang nyaman apabila dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Di Singapura misalnya, transportasi umum sudah sedemikian nyaman dan bersih, tingkat kriminalitas pun sangat minim karena pengawasan yang memadai. Agustus 2016 | Samantabadra

63


Paling tidak ada tujuh manfaat berkendaraan umum. Pertama, kita dapat menikmati segala hal yang dialami sepanjang perjalanan. Jika di dalam kota akan kita saksikan pertokoan/bisnis yang melukiskan potensi sosial/ekonomi masyarakat. Selain itu dapat kita nikmati musik singkat berupa lantunan lagu oleh pemusik jalanan ditambah pengemis alias peminta-minta. Jika arahnya keluar kota, akan kita saksikan pemandangan alam mulai dari pepohonan, pesawahan, lembah, jurang, dan gunung. Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu selama perjalanan ialah membaca bahan yang ringan hingga serius apakah sekadar brosur, majalah, atau buku. baik buku cerita, buku ajar, maupun buku pengetahuan. Hal ini perlu kita lakukan guna mengisi waktu perjalanan, sebagian dari manajemen waktu mengingat padatnya kegiatan kita setiap harinya sebagai siswa, mahasiswa, karyawan.

Manfaat ketiga yang dapat kita peroleh ialah melatih daya nalar grafis lewat rute-rute kendaraan umum dan kemampuan menyusun strategi untuk mencapai tujuan/sesuatu. Sebagai penghuni kota, kita telah mengetahui jalan-jalan utama di kota kita. Dari sini perlu kita pelajari rute-rute kendaraan umum yang ada. Selanjutnya kita perlu menyusun strategi untuk mencapai tujuan tertentu. Terkadang kita perlu berganti-ganti angkot untuk mencapai suatu tujuan. Kita perlu menyusun ruten terpendek dan termurah untuk menjangkaunya. Dengan demikian,kita akan terlatih pula untuk berpikir untuk mencapai sesuatu.

Manfaat lainnya berkenaan dengan melatih social skills/ketrampilan-ketrampilan sosial anak muda. Tak hanya anak muda, orang tua pun akan memetik manfaat naik kendaraan umum. Kita dapat mengetahui perkembangan sosial masyarakat lewat observasi dan obrolan kecil dengan pengemudi dan sesama penumpang. Dalam komunitas sosial dadakan yang terbentuk ketika menaiki angkot, dapat kita observasi perkembangan sosial masyarakat dalam hal cara berpakaian maupun gaya hidup. Obrolan kecil dengan pengemudi dan sesama penumpang memberi masukan mengenai masalah sosial bahkan politik yang sedang timbul. Cara kita memulai obrolan pun perlu dipelajari. Pernah dengar istilah adversity quotient? Ini temannya kecerdasan IQ dan kecerdasan emosional. Jadi cerdas jaman sekarang tidak hanya pintar berhitung dan berbahasa, namun juga harus cerdas emosi - pandai mengendalikan emosi, dan pandai menghadapi kesukaran. Adversity Quotient menurut Paul G. Stoltz dalam bukunya yang berjudul sama ... adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami ... Jelas sekali dari definisi ini apakah adversity quotient itu. Dalam jaman serba modern, sangatlah sukar bagi seorang anak untuk memiliki kecerdasan di tengah segala kemudahan yang telah diciptakan oleh para orang tua ini. Ibu Elly Risman, Psikolog danKonsultan Senior UI berpendapat bahwa para orang tua di Indonesia telah salah kaprah memberikan pengasuhan terhadap anak sehingga anak tak pernah atau jarang sekali belajar memecahkan masalahnya sendiri. Ibu berperan sebagai superwoman yang siap membantu anak kapan pun dan di mana pun. Ibu Elly menguslkan agar mengizinkan anak belajar menyelesaikan masalahnya sendiri . Berikan anak-anak kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri . Ibu atau ayah tak perlu menjadi standby superwoman atau superman. Sejalan dengan konsep ini Prof Rhenald Kasali berpendapat: 64

Samantabadra | Agustus 2016


Bagi saya, ini semua bisa membuat anak kurang terlatih menghadapi kesulitan. Sebab setiap kali menghadapi persoalan kecil saja, mereka bisa menghindar dan cepatcepat minta bantuan. ... Padahal pandai itu adalah mampu mengambil keputusan yang tepat. Inilah manfaat selanjutnya berkendaraan umum. Berkendaraan umum pasti akan melatih adversity quotient, melatih kemampuan kritis dan daya pikir dalam keadaan darurat. Menggunakan kendaraan pribadi akan sangat melemahkan adversity quotient karena anak hanya menerima jadi segalanya. Sebaliknya, berkendaraan umum memaksa anak untuk berpikir dan bertindak mengatasi masalah terkini - upaya mencapai tempat tujuan dengan cara tercepat dan termurah. Semakin sering sering berkendaraan umum, semakin trampillah sang anak. Inilah yang dikatakan Ibu Elly Risman, “Yang namanya keterampilan/skill, untuk bisa terampil ya harus dilatih.” Lebih jauh, mari kita lihat permasalahan berkendaraan umum dari sudut pandang yang lebih luas, bahwa berkendaraan umum pasti akan mengurangi penggunaan energi bumi, energi fosil yang tak terbarukan itu. Menyimpan mobil pribadi di rumah pasti akan menghemat BBM. Penggunaan mobil pribadi untuk keperluan keluarga secara keseluhan akan sangat mengefisienkan penggunaan BBM. Dengan demikian, secara keseluruhan, kita telah bertindak untuk lingkungan hidup lestari.

Keuntungan terakhir naik transportarsi umum ialah mengurangi beban orang tua/ pengemudi dalam hal menyempatkan waktunya untuk menjemput anak di sekolah atau kampus. Sesuai dengan aturan 24 jam waktu kita per hari, dengan tidak mengantar - paling tidak menjemput anak - kita telah mengamankan waktu kita sekitar dua jam per hari yang dapat digunakan untuk hal yang lebih produktif dan menghasilkan.

Berkaitan dengan isu transportarsi umum ini, Prof Rhenald Kasali (UI) pernah berujar dalam dunia maya sehubungan dengan kecenderungan para pejabat kementrian luar negeri untuk memfasilitasi para putera/puterinya yang baru datang. Sejak awal para mahasiswa didoktrin, “Berpikir karena kesasar.” Terinspirasi oleh tindakan Ibu Susi Pudjiastuti ketika muda, Pak Rhenald Kasali pun menugaskan mahasiswa ke mancanegara dengan sistem satu orang satu negara. Beliau menggariskan, “Syaratnya, mahasiswa tidak boleh diantar, dan tak boleh ada yang menjemput. Itupun harus pergi ke negara yang tak berbahasa Melayu.” Kebijakan prof ini sangat tepat dalam kerangka adversity quotient di atas. Ketika berkendaraan umum hendaknya selalu berwaspada dan mengenali semua penumpang yang ada, dan siap untuk berganti kendaraan bahkan berganti moda transportasi dalam keadaan darurat karena menyangkut keamanan berkendaraan umum, agar terhindar dari aksi copet, jambret hingga hipnotisme. Sebagai penutup, saya ingin mengutip pesan Prof Rhenald Kasali:

Pengalaman pribadi adalah modal dasar seorang pemimpin. Ia akan merasa hidupnya berarti, dan sadar bahwa di luar sekolah ada banyak pelajaran yang bisa melatih kepemimpian, empati sosial dan pengambilan keputusan. eee

Agustus 2016 | Samantabadra

65


teka teki silang 1 1

2 2

1

3 3

2 4 4

6 6 7 7

4

9 9

8

9

10

11 11

11 12 12 15 15 16 16

18 18

13 13

18. 18. 19. 19. 20. 20. 21. 21. 22. 22.

20 20

19

17

20

21

22

Presiden pertama Republik 4. Presiden Presiden pertamapertama Republik Indonesia. Indonesia. Republik Indonesia. Tunjangan Hari Raya. 6. Tunjangan Tunjangan Hari Raya. Hari Raya.

Menurun Menurun

MenurunMenurun

1. 1. 2. 2.

Api 7. Api (( Istilah Istilah Api (Inggris Inggris Istilah)) Inggris ) 3. 3. Nama diberikan Niciren bayi Shijo 8. Nama yang yang Nama diberikan yang diberikan Niciren kepada kepada Niciren bayikepada Shijo bayi Shijo Kingo Nicigennyo. Kingo dan dan Kingo Nicigennyo. dan Nicigennyo. 4. 4. Arti kata meja hijau. 10. Arti kata Arti meja kata hijau. meja hijau. 5. 5. Kerajaan Buddha pertama Indonesia. 11. Kerajaan Kerajaan Buddha Buddha pertama di di pertama Indonesia. di Indonesia. Wanita (( Istilah 13. WanitaWanita Istilah (Jepang Jepang Istilah)) Jepang ) Anak Yasaburo yang Niciren pada 15. Anak buah buah Anak Yasaburo buah Yasaburo yang bertemu bertemu yang Niciren bertemu padaNiciren saat menepi di Desa Kawana. saat menepi saat menepi di Desa Kawana. di Desa Kawana. Arti SRI dalam bahasa 18. Arti kata kata Arti SRI kata dalam SRI bahasa dalamsansekerta. sansekerta. bahasa sansekerta. Pekerjaan Shijo 19. Pekerjaan Pekerjaan Shijo Kingo. Kingo. Shijo Kingo. Arti panjang tangan. 20. Arti kata kata Arti panjang kata panjang tangan. tangan. Lari ( Istilah Inggris 21. Lari ( Istilah Lari (Inggris Istilah)) Inggris ) Arti otak udang. 22. Arti kata kata Arti otak kata udang. otak udang.

Jawaban TTS ini dapat dilihat pada Samantabadra September 2016

66

14

18

Mendatar Mendatar Mendatar Mendatar

13. 13. 15. 15.

13

17 17

16

22 22

10. 10. 11. 11.

14 14 12

15

21 21

7. 7. 8. 8.

5

7

10 10

4. 4. 6. 6.

3

6

8 8

19 19

5 5

Samantabadra | Agustus 2016

6. 6. pada 9. 9. 12. 12. 14. 14. 16. 16. 17. 17.

Istri Funamori Yasaburo. Istri dari dari 1. Funamori Istri Yasaburo. dari Funamori Yasaburo. Pulang kampung. Pulang kampung. 2. Pulang kampung.

Seorang bupati menyuruh agar Niciren Seorang 3. bupati yang yang Seorang menyuruh bupati agar yang Niciren menyuruh agar Nic dibuang dibuang ke ke Semenanjung Semenanjung dibuang Izu. Izu. ke Semenanjung Izu.

Pendek Istilah Pendek ((4. Istilah Inggris Pendek Inggris )) ( Istilah Inggris ) Bhikku sekte yang Bhikku kuil kuil 5. Gokurakuji Gokurakuji Bhikkupenganut penganut kuil Gokurakuji sekte Ritsu Ritsu penganut yang sekte R mendapat dari kamakura mendapat amanat amanat mendapat dari walikota walikota amanat kamakura dari agar agar walikota kamakur mendoakan mendoakan hujan. hujan. mendoakan hujan. Sinonim kata Sinonim 6. kata rajin. rajin. Sinonim kata rajin. Nama grup marching band NSI. Nama grup 9. marching Nama band grup NSI. marching band NSI. Istri dari Shijo Kingo. Istri dari 12. Shijo Kingo. Istri dari Shijo Kingo.

Seorang nelayan yang tinggal Seorang 14. nelayanSeorang yang memberikan memberikan nelayan tempat tempat yang memberikan tinggal temp kepada Niciren pada saat di Desa Kawana. kepada Niciren pada kepada saatNiciren di Desa pada Kawana. saat di Desa Kawan Makanan khas Raya Fitri. Makanan16. khas Hari Hari Makanan Raya Idul Idul khas Fitri.Hari Raya Idul Fitri. Liburan ( Istilah inggris ) Liburan (17. Istilah Liburan inggris ) ( Istilah inggris )


ceritaKIBA & KRUBU ilustrasi: Marvitaria

tamasya

ide cerita: Samanta

Agustus 2016 | Samantabadra

67


resep

Sapi Phai Kut Panggang Oleh Ibu Oking D., Bogor Bahan-Bahan: 1 kg phai kut (tulang iga) yang ada isi atau daging kapsim, potong panjangpanjang Bumbu: 1 sdm bawang putih 1 sdm tauco 1 sdm garam 1sdt go hiong 1 sdm arak merah

½ sdt lada ½ sdt vetsin 2 sdm gula Sepuhan merah untuk makanan secukupnya

Cara membuat: 1. Bawang putih dan tauco dihaluskan, lalu campurkan dengan bumbu yang lain. 2. Phai kut dilumuri semua bumbu yang telah dihaluskan dan dicampur, lalu diamkan selama 1-5 jam. 3. Panggang dengan oven api atas. 4. Setelah matang, poles dengan madu.

Berita Duka Cita

Jawaban TTS Samantabadra Juli 2016 1

I

C

2

N O S Y

I

I

N

U 3 5

6

F A M I

L Y

A 8

C 10

11

F A S T

N

7

13

14

M A N U S

A

U 16

Y

17

K O T O R

A

J

C

E

I

I 12

E L

P

A

A

U

S S O N

N

G

D

15

N

I

G 18

N

T A N S

21

A 20

I C

P E M P E K

Z

J A M B

D N

I

S S E

I

S Y O N

Mendatar 1.

ICINOSYIN — Nama sebenarnya yang Arya Bhiku Tertinggi Nicikan Syonin

4.

LONG — Panjang(istilah inggris)

R

22

I 23

A

T

G 19

G T

N

O

G

Samantabadra | Agustus 2016

T

P A L E M B A N G

A

68

U

I

B

(Suami Ibu Oei Kwei Lan) Meninggal pada usia 64 tahun 19 Juni 2016 Umat NSI Daerah Cengkareng DKI Jakarta

L O N G

U 9

E

Bapak Tjen Sen Nam

4

B

I

I

M

K

A

A

N

Menurun 2.

SULUNG — Anak pertama

3.

BUTA — Tunanetra


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Agustus 2016 Tgl Hari 1 Senin 2 Selasa 3 Rabu 4 Kamis 5 Jumat 6 Sabtu 7 Minggu 8 Senin 9 Selasa 10 Rabu

11 Kamis 12 Jumat 13 Sabtu 14 Minggu 15 Senin 16 Selasa 17 Rabu 18 Kamis 19 Jumat 20 Sabtu 21 Minggu 22 Senin 23 Selasa 24 Rabu

25 Kamis 26 Jumat 27 Sabtu 28 Minggu 29 Senin 30 Selasa 31 Rabu

Jam Kegiatan 13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta

Tempat Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

19:00 Ceramah Gosyo

Daerah Masing‐Masing

19:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta & Koord. GM Jabotabekcul

10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

19:00 Pertemuan Cabang

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing‐Masing

10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting

Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting

Daerah Masing‐Masing

14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok

10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian 13:00 Pendalaman Gosyo Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD

Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum 13.00 Pendalaman Gosyo

19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul

Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing

Daerah Masing‐Masing

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing

Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Agustus 2016 | Samantabadra

69


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969

PROVINSI LAMPUNG

PROVINSI JAWA BARAT

Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728

Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034

PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

70

Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo

Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319

Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340

Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851

Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682

Samantabadra | Agustus 2016

Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.